persyaratan izin mendirikan rumah sakit

27
PERSYARATAN IZIN MENDIRIKAN RUMAH SAKIT 1. Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang: a. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi: 1) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan penduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan); 2) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata bruto; 3) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama (Rumah Sakit, Puskesmas & Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian (GDR, NDR), angka persalinan, dan seterusnya; 4) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenis dan kinerja layanan kesehatan , jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis layanan penunjang (canggih, sederhana dan seterusnya); dan 5) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah pembangunan sektor non kesehatan, kebijakan sektor kesehatan dan perumah sakitan. b. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan, meliputi: 1) Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenis layanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan dan permintaan (program fungsi dan pogram ruang); 2) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan;

Upload: karina

Post on 13-Jul-2016

113 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

IZN

TRANSCRIPT

Page 1: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

PERSYARATAN IZIN MENDIRIKAN RUMAH SAKIT

1. Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang:

a. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:

1) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan penduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan);

2) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata bruto;

3) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama (Rumah Sakit, Puskesmas & Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian (GDR, NDR), angka persalinan, dan seterusnya;

4) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenis dan kinerja layanan kesehatan , jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis layanan penunjang (canggih, sederhana dan seterusnya); dan

5) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah pembangunan sektor non kesehatan, kebijakan sektor kesehatan dan perumah sakitan.

b. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan, meliputi:

1) Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenis layanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan dan permintaan (program fungsi dan pogram ruang);

2) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan;

3) Tenaga / sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan tenaga dan kualifikasi; dan

4) Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi.

c. Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:

1) Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan yang mengacu dari perkiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;

2) Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber daya manusia;

3) Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun);dan

Page 2: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

4) Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun).

2. Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.

3. Status kepemilikan.

Rumah Sakit dapat didirikan oleh:

a. Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum ,

b. Pemerintah Daerah, harus berbentuk Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, atau

c. Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan:

1) Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan, perseroan terbatas, Perkumpulan dan Perusahaan Umum.

2) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri.

4. Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar. Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Penamaan Rumah Sakit :

a. harus menggunakan bahasa Indonesia, dan

b. tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world class”, ”global” dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan bagi masyarakat.

7. Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.

PERSYARATAN IZIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT

Untuk mendapatkan izin operasional RS harus memiliki persyaratan:

Page 3: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

1. Memiliki izin mendirikan.

2. Sarana prasarana

Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

3. Peralatan

a) Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non medik untuk penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

b) Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten.

4. Sumberdaya Manusia

Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya.

5. Administrasi manajemen

a) Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit,unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsure penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.

1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.

2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.

b) membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

c) Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws).

d) Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit.

 

Sumber: PerMenKes No 147 tentang Perizinan Rumah Sakit

Page 4: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit: Syarat dan PemenuhannyaLatar Belakang:Pelaksanaan ketentuan pasal 28 :Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang RUMAH SAKIT yang berbunyi : “Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dengan Peraturan Menteri.”• PMK: 147/MENKES/PER/I/2010  tentang PERIZINAN RUMAH SAKIT• PMK: 340/MENKES/PER/III/2010  tentang KLASIFIKASI RUMAH SAKIPenggolongan Rumah Sakit:• Berdasarkan pelayanannya:

Rumah Sakit Umum: RS yang memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan jenis penyakit.

Rumah Sakit Khusus: RS yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya 

 

• Berdasarkan kepemilikan dan pengelolaannya:

 Rumah Sakit Publik: RS yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Badan Hukum yang bersifat Nirlaba 

 Rumah Sakit Privat: RS yang dikelola oleh Badan Hukum dengan tujuan Profit yang berbentuk PT atau persero 

Bab II Perizinan Rumah Sakit:#Pasal 2:1.  Setiap rumah sakit harus memiliki izin 2. Izin terdiri atas : izin mendirikan rumah sakit dan izin operasional rumah sakit 3. Izin operasional terdiri atas izin operasional sementara dan izin operasional tetap

 

#Pasal 3:1. Permohonan izin diajukan menurut jenis dan klasifikasi rumah sakit 2. Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menkes setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda provinsi 3. Izin rumah sakit kelas B diberikan oleh pemda Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda kab/kota 4. Izin rumah sakit kelas C dan D diberikan oleh pemda kab/kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda kab/kota Izin Mendirikan Rumah Sakit:# Pasal 4 : Persyaratan izin mendirikan rumah sakit terdiri atas :1. Studi kelayakan 2. Master plan3. Status kepemilikan

Page 5: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

4. Rekomendasi izin mendirikan 5. Izin undang-undang gangguan (HO)6. Persyaratan pengolahan limbah 7. Luas tanah dan sertifikatnya 8. Penamaan 9. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)10. Izin Penggunaan Bangunan (IPB)11. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

Studi Kelayakan Rumah Sakit:

Studi Kelayakan RS: awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang:

Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit  Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana serta tenaga

yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan  Kajian kemampuan pembiayaan 

Master plan:strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.Status kepemilikan:

Pemerintah, berbentuk UPT dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum ,

Pemerintah Daerah, berbentuk LTDaerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, atau 

Swasta, berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan 

1) Badan hukum dapat : Yayasan, Perseroan, PT, Perkumpulan dan Perusahaan Umum.2) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau PMDN.Pengolahan limbah:

Persyaratan pengolahan limbah: Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL),  Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau  Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)  dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

 

 

 

Page 6: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

Luas tanah, penamaan, dan izin terkait:#Luas tanah:

RS dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas bangunan dan 

RS bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar.  Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

 

# Penamaan Rumah Sakit :a. harus menggunakan bahasa Indonesia, dan b. tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world class”, ”global” dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan bagi masyarakat.#Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.#Pasal 51. Rumah sakit harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan 2. Izin mendirikan berlaku 2 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun 3. Apabila dalam jangka waktu tersebut belum/tidak melakukan pembangunan maka harus mengajukan izin pendirian yang baru Bagian ketiga: izin operasional#Pasal 6 : persyaratan izin operasional rumah sakit :1. Sarana dan prasarana 2. Peralatan 3. Sumber daya manusia 4. Administrasi dan manajemen

#Pasal 7 : Izin operasional sementara diberikan kepada RS yang belum dapat memenuhi seluruh persyaratan pasal 6 dan diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun

Sarana dan prasarana:Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

Peralatan dan SDM:

Peralatan: Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non medik untuk penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

Page 7: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten.

Sumber daya manusia, Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan lain

dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya.

Standar SDM di RS Umum: (yang memerlukan rangkuman jumlah sdm (dokter dan paramedis) untuk masing-masing kelas Rumah Sakit harap mengisi pada kolom konsultasi, karena tabel tersebut tidak dapat masuk dalam program ini, data akan kami kirim melalui email anda, terima kasih

 

Standar SDM pada rumah sakit khusus:

Jumlah dan jenisnya sesuai dengan jenis rumah sakit khususnya, misal untuk RSK Jiwa dengan RSK Paru berbeda- beda standarnya 

Jumlah dan jenisnya berbeda sesuai dengan kelas rumah sakit khususnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Permenkes 340/Menkes/Per/III/2010 tentang

Klasifikasi Rumah Sakit 

 

Administrasi dan manajemen:Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.

membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws).Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit

#Pasal 8 (Penetapan kelas):1. RS yang telah memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat permohonan penetapan kelas RS kpd Menteri 2. Persyaratan administrasi :

a. Rekomendasi dari Dinkes Kabupaten Kab/Kota dan Dinkes Provinsi; b. Profil dan data rumah sakit; dan  c. Isian Instrumen Self Assesment penetapan kelas 

Page 8: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

 

3. Penilaian dilakukan oleh Tim Penilai dan hasilnya ditetapkan oleh Menteri

IZIN RUMAH SAKIT DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL:1. Izin rumah sakit PMDN atau PMA diberikan oleh Menteri 2. Persyaratan izin :

a. Harus berbentuk badan hukum PT b. Bekerjasama dengan badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang

perumahsakitan  c. Hanya untuk menyelenggarakan rumah sakit  d. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan spesialistik dan/atau subspesialistik  e. Jumlah tempat tidur minimal 200 buah untuk PMA dari negara2 ASEAN dan

minimal 300 buah untuk PMA dari non negara ASEAN f. Lokasi di seluruh wilayah Indonesia (ditetapkan oleh Menteri  g. Besaran modal asing maksimal 67% h. Direktur RS harus WNI

3. Rumah sakit PMDN/PMA juga harus memenuhi ketentuan tentang Penanaman Modal (Permenkes RI No. 1244/Menkes/Per/XII/2009)4. Permohonan diajukan kepada Departemen Kesehatan c.q. Dirjen Bina Yanmed dengan melampirkan :

a. Studi kelayakan (feasibility study) b. Formulir isian mendirikan RS yang telah dilengkapi 

5. Dirjen Yanmed mengeluarkan surat rekomendasi apabila permohonan memenuhi persyaratan 6. Pemohon mengajukan persetujuan penanaman modal ke BKPM/BKPMD berdasarkan rekomendasi dari Depkes 7. Setelah disetujui oleh BKPM/BKPMD, maka pemohon wajib mengajukan izin mendirikan dan izin operasional rumah sakit sesuai ketentuan PENINGKATAN KELAS RS (PAsal 15): Setiap RS dapat mengajukan permohonan peningkatan kelas secara tertulis, dengan melampirkan :1. Rekomendasi  dari Dinkes Kab/Kota dan Dinkes Provinsi 2. Profil dan data RS3. Isian Instrumen Self Assesment peningkatan kelas 4. Sertifikat lulus akreditasi kelas sebelumnya  Menteri membentuk tim penilai klasifikasi RS Menteri menetapkan kelas RS berdasarkan rekomendasi tim Pembinaan dan pengawasan:

Pembinaan dan pengawasan dilakukan secara berjenjang secara kewilayahan oleh pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kab/kota. (pasal 16)

Pembinaan dan pengawasan meliputi : bimbingan, supervisi, konsultasi, diklat dan kegiatan pemberdayaan lainnya 

Page 9: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan maka masing-masing secara berjenjang dapat mengambil tindakan administratif sesuai peraturan perundang-undangan (pasal 17) yang berupa :

1. Teguran lisan;2. Teguran tertulis; atau 3. Pencabutan izin Ketentuan peralihan dan penutup:

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, izin rumah sakit yang telah ada tetap berlaku sampai habis masa berlakunya 

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, izin rumah sakit yang sedang dalam proses, dilaksanakan sesuai ketentuan Permenkes RI. Nomor : 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit 

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Permenkes RI. Nomor : 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit beserta perubahannya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Rekomendasi Pendirian Rumah Sakit Swasta

Undang – undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Peraturan Menteri kesehata RI Nomor :147/MENKES/PER/I/2010 tentang perizinan rumah sakitPeraturan menteri kesehatan nomor: 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakitKeputusan walikota nomor 31 tahun 2004 tentang tata cara pemberian rekomendasi pendirian rumah sakit swasta di Kota bekasi

Surat Permohonan yang ditandatangani Direktur PT

Akte Pendirian Badan Hukum yang berbentuk PT bergerak khusus bidang Rumah Sakit (dengan melampirkan SK pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM)Struktur Kepnegurusan Badan HukumStatus Kepemilikan tanah atas nama Badan HukumFoto copy KTP Direktur PTDaftar nama dan tandatangan minimal 100 KK disertai foto copy KTP yang diketahui oleh Lurah dan CamatRekomendasi perubahan Status Rumah Sakit Swasta dari LurahRekomendasi perubahan Status Rumah Sakit Swasta dari CamatRekomendasi perubahan Status Rumah Sakit Swasta dari

Page 10: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

Puskesmas setempatStudy kelayakan perubahan Status Rumah Sakit SwastaMaster Plan Perubahan Status Rumah Sakit SwastaDokumen AMDAL/UKL-UPL

Syarat dan Izin Pendirian Rumah Sakit

Perizinan merupakan fungsi pengendalian pemerintahan terhadap penyelenggara kegiatan yang dilakukan oleh swasta. Pemberian izin sarana kesehatan merupakan akuntabilitas pemerintah kepada masyarakat bahwa sarana kesehatan yang telah diberi izin tersebut telah memenuhi standar pelayanan dan aspek keamanan pasien, jadi perizinan sangat terkait dengan standar dan mutu pelayanan. Sehingga dalam pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang termasuk sektor kesehatan, tentu Menteri Kesehatan selaku pimpinan Departemen Kesehatan yang membidangi urusan kesehatan dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki kewenangan untuk membuat dan menetapkan tata cara perizinan pendirian rumah sakit.

Prosedur perizinan pendirian rumah sakit itu dituangkan dalam berbagai keputusan. Berdasarkan pada ketentuan yang berlaku pihak swasta yang akan mendirikan rumah sakit harus memperoleh izin pendirian dan izin penyelenggaraan. Izin penyelenggaraan dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu, izin operasional dan izin tetap. Penjelasan selengkapnya, sebagai berikut:

1) Izin Prinsip / Izin Pendirian / Pembangunan Rumah Sakit : Izin ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Masa berlaku izin ini selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun kedepan.

Page 11: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

2) Izin Operasional / Izin Penyelenggaraan Sementara Rumah Sakit : Izin ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi. Izin ini berlaku selama 2 (dua) tahun yang diberikan secara pertahun.

3) Izin Tetap / Izin Penyelenggaraan Tetap Rumah Sakit : Izin ini diperoleh dari Menteri Kesehatan (teknisnya dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik). Masa berlaku izin ini selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Peraturan yang harus di taati Rumah SakitPendirian dan penyelenggaraan rumah sakit tidak hanya memperhatikan ketentuan tentang perizinan saja. Ketentuan lain yang terkait dengan rumah sakit juga harus diperhatikan dan ditaati. Secara garis besar ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dan ditaati tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 262/Menkes/Per/VII/1979 tentang Standarisasi Ketenagaan Rumah Sakit Pemerintah;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 084/Menkes/Per/II/1990 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/1986 Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;

3) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta;

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 191/Menkes-Kesos/SK/II/2001 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 157/ Menkes/SK/III/1999;

5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 282/Menkes/SK/III/1993 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Swasta;

6) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378/Menkes/Per/V/1993 tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta;

7) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 582/Menkes/SK/VI/1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah;

Page 12: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

8) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1410/Menkes/SK/X/2003 tentang Penetapan Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia (Sistem Pelaporan Rumah Sakit) –Revisi Kelima;

9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

10) Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/E/VI/2004 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;

11) Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 1425/Menkes/E/XII/2006 tentang Standar Prosedur Operasional Pelayanan Publik di Lingkungan Departemen Kesehatan;

12) Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor 0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV/1992 tentang Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Swasta di Bidang Rumah Sakit Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing;

13) Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Nomor HK.00.06.3.5.5797 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik Spesialis, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Nomor HK.00.06.1.5.787 Tahun 1999.

Proses perizinan mendirikan rumah sakit di Indonesia

Pemerintah selaku penyelenggara pemerintah dan penguasa negara berkewajiban untuk selalu menciptakan dan memelihara ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Dan sebagai negara hukum, setiap bentuk kegiatan yang dilakukan baik oleh Pemerintah sendiri maupun oleh masyarakat harus memperhatikan ketentuan yang berlaku. Berbagai faktor dan aspek yang terkait dengan akibat dari pendirian dan penyelenggaraan suatu kegiatan perlu diperhatikan, dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian baik kepada manusia maupun kepada lingkungan hidup sekitarnya. Untuk itu masyarakat harus tunduk dan patuh pada ketentuan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang diatur oleh Pemerintah.

Page 13: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

Dengan demikian untuk melakukan kegiatan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit harus mengikuti prosedur perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Perizinan merupakan fungsi pengendalian pemerintahan terhadap penyelenggara kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha baik pemerintah sendiri maupun swasta. Pemberian izin sarana kesehatan merupakan akuntabilitas pemerintah kepada masyarakat bahwa sarana kesehatan yang telah diberi izin tersebut telah memenuhi standar pelayanan dan aspek keamanan pasien, jadi perizinan sangat terkait dengan standar dan mutu pelayanan.

Dalam pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang termasuk sektor kesehatan, Menteri Kesehatan selaku pimpinan Kementerian Kesehatan memiliki kewenangan untuk membuat dan menetapkan tata cara perizinan pendirian rumah sakit. Selain itu pemerintah daerah juga beperan dalam proses pendirian rumah sakit dalam hal dikeluarkannya izin mendirikan bangunan (IMB), termasuk didalamnya koefisien dasar dan luas bangunan (KDB/KLB) serta persyaratan pendukung lainnya seperti kelayakan lingkungan, pengelolaan limbah, dan lalu lintas.

Prosedur perizinan pendirian rumah sakit

Prosedur perizinan pendirian rumah sakit itu dituangkan dalam surat keputusan menteri kesehatan (KMK) nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang perizinan rumah sakit. Dimana terdapat dua buah izin rumah sakit yaitu:

Izin mendirikan Rumah Sakit Izin operasional Rumah Sakit, terdiri atas izin operasional sementara dan

izin operasional tetap.

Rumah Sakit yang telah memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat permohonan penetapan kelas Rumah Sakit kepada Menteri. Kemudian Rumah Sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan penetapan kelas Rumah Sakit diberikan izin operasional tetap.

Izin operasional tetap berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. Selain itu, setiap Rumah Sakit yang telah mendapakan izin operasional harus diregistrasi dan diakreditasi.

Bagaimana mendirikan rumah sakit ?

Dalam proses pendirian rumah sakit amat dibutuhkan tim konsultan yang mampu membimbing pemiik rumah sakit dalam proses teersebut mulai tahap perencanaan hingga operasional. Smartplus Consulting merupakan institusi

Page 14: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

yang dapat Anda percaya dalam mewujudkan impian memiliki dan mendirikan rumah sakit  !

Silakan hubungi kami via email [email protected] atau telfon 021-72895772

Cara Penghitungan Unit Cost Rumah Sakit

Dewasa ini persaingan bisnis rumah sakit sangat ketat, sehingga rumah sakit harus melakukan kegiatan usahanya secara efektif dan efisien tanpa mengorbankan standar kualitas pelayanan. Salah satu tindakan manajemen yang dapat dilakukan adalah memiliki sistem akuntansi manajemen yang mampu menghitung Unit Cost terintegrasi.

Akuntansi Manajemen merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi dapat digunakan sebagai Penentuan harga pokok, Pengendalian biaya dan sarana Pengambilan keputusan bagi manajemen puncak Rumah Sakit. Penentuan Harga Pokok juga lazim disebut sebagai Unit Cost. Unit cost adalah hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan (Hansen &  Mowen (2005).

Beberapa Metode Unit Cost yang dikenal adalah :

1. Simple distribution Merupakan cara langsung membagi habis biaya diunit-unit pusat biaya ke pusat pendapatan berdasarkan bobot tertentu.

2. Step down method Merupakan cara membagi biaya dari pusat biaya ke pusat pendapatan melalui beberapa tahap, yaitu pertama alokasi antara pusat biaya (disusun dengan unit mulai dengan biaya tertinggi sebagai unit yang memberi biaya kepusat biaya lain). Kemudian biaya yang diterima pusat biaya dibawahnya digabung dengan biaya asli pusat.Biaya tersebut dialokasikan ke pusat pendapatan dengan dasar pembobotan.

3. Double distrtibution Merupakan cara membagi biaya dari pusat biaya ke pusat pendapatan, melalui duatahap, yaitu mula-mula dilakukan alokasi antara pusat biaya ke pusat biaya lain danke pusat pendapatan, selanjutnya dilakukan alokasi dari pusat biaya ke pusat pendapatan

4. Activity-based costing Merupakan cara analisis biaya berdasarkan aktivitas.

Sistem Budgeting dan Sistem Akuntansi Unit Cost (Hospital Cost Accounting and Budgeting System) merupakan bentuk kegiatan “Intermediate Bookkeeping” yang perlu diselenggarakan agar sistem akuntansi suatu RS menjadi utuh. “Intermediate Bookkeeping” adalah kegiatan akuntansi RS yang

Page 15: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit

menjembatani sistem pelayanan (Billing System/Front Office System) dengan Sistem–Sistem Administrasi Rumah Sakit (Back Office Systems).

Penyelenggaraan “Intermediate Bookkeeping” akan:

1. Memfasilitasi perencanaan keuangan (budgeting) berbasis produk (product–driven budgeting) yang sangat diperlu–kan untuk perencanaan & pengendalian biaya dan keuangan RS.

2. Memfasilitasi perencanaan perpajakan (tax planning) yang memadai agar menghemat aliran kas keluar.

3. Memfasilitasi penerapan sistem akuntansi unit cost RS sehingga: o Perhitungan unit cost pelayanan dapat dilakukan di dalam sistem

akuntansi (intra–comptabel).o Tersedianya informasi akurat untuk pengendalian biaya

operasional RS.o Tersedianya informasi biaya akurat untuk pengambilan keputusan

manajerial.4. Memfasilitasi peran dan fungsi akuntansi manajemen RS secara lengkap

dan profesional.5. Mendorong pengelolaan keuangan RS secara komprehensif dan rasional

yang berbasis informasi faktual dan akurat.

Bagaimana cara membangun sistem Akuntansi dan UnitCost yang sederhana, mudah namun powerful ? Nah Smartplus Consulting mengembangkan sebuah perangkat lunak Microsoft Excel dapat digunakan secara efisien dan efektif untuk penyelenggaraan Sistem Budgeting, Sistem Akuntansi Unit Cost, Sistem Akuntansi Persediaan, maupun Sistem Akuntansi Keuangan Rumah Sakit.

Apabila RS Anda membutuhkan Sistem perhitungan Unit cost terintegrasi dengan Sistem Akuntansi RS silakan menghubungi kami, Smartplus Consulting di (021) 294 03 496 email [email protected].

Page 16: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit
Page 17: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit
Page 18: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit
Page 19: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit
Page 20: Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit