pernikahan sedarah (incest taboo) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/muh...pernikahan...

98
PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI (Studi Kasus Atas Tiga Keluarga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : Muh Khoerudin Nim: 21112035 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) 2017 i

Upload: duongtram

Post on 02-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM

PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN

SOSIOLOGI

(Studi Kasus Atas Tiga Keluarga)

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Muh Khoerudin

Nim: 21112035

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

2017

i

Page 2: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

ii

Page 3: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Penagajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan Hormat, Setelah dilaksanakan bimbingan, arahan

dan koreksi,maka naskah skripsi mahasiswa

Nama : Muh Khoerudin

NIM : 211-12-035

Judul :PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO)

PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO.1 TAHUN

1974 DAN SOSIOLOGI (STUDI KASUS ATAS TIGA

KELUARGA)

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diajukan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Salatiaga, 13 Februari 2017 Pembimbing

Sukron Ma’mun, S.Hi, M. Si. NIP. 197904162009121001

iii

Page 4: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Nakula Sadewa

iv

Page 5: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

PERYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Muh Khoerudin

Nim : 211-12-035

Jurusan : Ahwal al Syakhshiyyah

Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO)

PRESPEKTIFHUKUM ISLAM DAN SOSIOLOGI(STUDI

KASUS ATAS TIGA KELUARGA)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karaya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi saya ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 13 Februar2017

Yang Menyatakan

Muh Khoerudin

NIM: 21112035

v

Page 6: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

MOTTO

Yakinlah Bahwa Setiap Usaha Pasti Akan

Sampainya Pada Tujuan

vi

Page 7: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta

karunian-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Muhamad Basthoni dan Ibu Siti Amanah

yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya , do’anya serta segala

dukungannya dalam setiap langkah-langkahku.

Adikku tersayang Maftukhatus Salisah

vii

Page 8: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Alhamdulillahhirobbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ PERNIKAHAN

SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, UU

NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI (STUDI KASUS ATAS TIGA

KELUARGA)

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Agung nabi

Akhiruzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta

pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah

yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang

benderang dan semoga kita semua mendapatkan Syawaatnya nanti di yaumul

qiyamah, Amin yarobbalalamim.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan bayak terima kasih kepada:

1. Dr . Rahmat Haryadi , M.Pd. , selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dra. Siti Zumrotun, M, Ag. , Selaku Dekan Fakultas Syariah

3. Sukron Ma’mun, M. Si, selaku Ketua Jurusan AhwalAL Syakhshiyyah

dan juga selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas membimbing,

viii

Page 9: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya untuk penulis

sehingga skripsi ini terselesaikan.

4. Seluruh dosen IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmunya yang sangat

bermanfaat.

5. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan

mendukung dalam penyelesaian skripsi ini

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat menbangun sangat penulis

harapkan. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya, serta pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 13 Februari 2017

Muh Khoerudin

ix

Page 10: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

ABSTRAK

Khoerudin, Muh. 2017. Pernikahan Sedarah (Incest Taboo) Dalam Prespektif

Hukum Islam Dan Sosiologi (Studi Kasus Atas Tiga Keluarga). Skripsi, Jurusan

syariah, Program Studi Hukum keluarga Islam, Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Dosen Pembimbing: Sukron Ma’mun, S.Hi, M.Si.

Kata Kunci: Pernikahan, Sedarah (incest taboo).

Penelitian ini berusaha menguak fenomena perkawinann terlarang yang

terjadi di masyarakat, salah satunya adalah perkawinan sedarah yang ditemukan

dibeberapa keluarga. Dalam penelitian ini meneliti tiga keluarga. Pertayaan utama

yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana dinamika

pernikahan sedarah (incest taboo) ? (2) Bagaimana prespektif hukum Islam, UU

No 1 Tahun 1974 dan sosiologi terkait pernikahan yang demikian? Untuk

menjawab pertayaan tersebut maka peneliti menggunakan metode kualitatif.

1. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dinamika atau potret keluarga

pernikahan sedarah sama seperti keluarga lainya atau keluarga normal pada

umumnya.

2. Tinjauan Hukum

a. Tinajuan hukum Islam tentang pernikahan sedarah yang dilakukan pada

penelitian ini yaitu pernikahan kakak dengan adik itu tidak boleh

dilakukan dan pernikahan antar sepupu boleh dilakukan berlandaskan

Surat An-Nisa 4 ayat 23 dan KHI.

b. Pernikahan kakak dengan adik dan Paman dengan Keponakan tidak boleh

dilakukan menurut UU No 1 Tahun 1974 pasal 8, sedangkan antar sepupu

boleh karena tidak tercantum dalam larangan pernikahan UU No 1 Tahun

1974

c. Menurut tinjauan sosiologi pernikahan sedarah yang diteliti tidak boleh

dilakukan semua karena mereka merupakan kerabat dekat dan di Hukum

Sosiologi ada larangan adanya pernikahan antar kerabat dekat.

x

Page 11: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO .................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI ......................................................... iv

HALAMAN PERYATAAN KEASLIAAN TULISAN ................................................... v

HALAMAN MOTTO ....................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................................ x

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

E. Penegasan Istilah .......................................................................................... 5

F. Kerangka Teori ............................................................................................ 7

G. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9

H. Metodologi Penelitian .................................................................................. 12

a) Jenis Penelitian ..................................................................................... 12

b) Sumber Data ......................................................................................... 12

xi

Page 12: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

c) Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 13

d) Teknis Analisis Data ............................................................................. 14

I. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 15

BAB II Pernikahan Sedarah Dalam Tinjauan Hukum Islam dan Sosiologi

A. Pengertian Pernikahan ............................................................................... 17

B. Hukum Melakukan Pernikahan ................................................................. 19

C. Tujuan Pernikahan ..................................................................................... 21

D. Rukun dan syarat Pernikahan .................................................................... 23

E. Mahar ......................................................................................................... 27

F. Syarat-Syarat Perkawinan Dalam Hukum Positif ..................................... 27

G. Pernikahan Yang Dilarang Dalam Tinjauan Fiqih dan Undang-

Undang Perkawinan di Indonesia .............................................................. 28

1. Pernikahan Yang Haram Dinikahi Untuk Selamanya .......................... 28

2. Pernikahan Yang Haram Dinikahi Untuk sementara ............................ 31

3. Larangan Perkawinan Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1994

Pasal 8 ................................................................................................... 31

4. Larangan Perkawinan Dalam Hukum KHI ........................................... 32

H. Pernikahan Dalam Tinjauan Sosiologi ...................................................... 35

BAB III Profil Keluarga Pernikahan Sedarah

A. Profil Pasangan Sedarah Antara Budi Dan Asti .......................................... 41

B. Profil Pasangan Sedarah Antara Iksan Dan Mariah ..................................... 46

C. Profil Pasangan Sedarah Antara Samiun Dan Maryati ................................ 52

xii

Page 13: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

BAB IV Analisis Dinamika Perkawinan Sedarah dan Analisis Prespektif Hukum

Islam, UU No 1 Tahun 1974 dan Sosiologi

A. Keharmonisan Perkawinan Sumbang ..................................................... 55

1. Dinamika Pasangan Budi dan Asti .................................................. 55

2. Dinamika Pasangan Iksan dan Mariah ............................................ 57

3. Dinamika Samiun Dan Maryati ....................................................... 58

B. Analisis Hukum Islam dan Sosiologi Perkawinan Sedarah .................. 60

1. Analisis Hukum Islam ..................................................................... 60

2. Analisis Hukum Positif UU No 1 Tahun 1974 dan KHI ................. 63

C. Analisis Sosiologi......... ......................................................................... 67

BAB V A. Kesimpulan.................. ......................................................................... 69

B. Saran.......................... ......................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii

Page 14: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan mahluk di dunia ini semuanya dengan berpasang-

pasangan tidak terkecuali manusia yang dipasangkan antara laki-laki dan

perempuan yang didasari dengan rasa cinta dan kasih sayang sesuai dengan

firman Allah SWT pada Surat Arum ayat 21 :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Qs. ArRuum : 21)

Hukum Islam menjelaskan bahwa untuk menyatukan dua insan yang

berlainan jenis maka ditempuh jalan berdasarkan ketentuan Allah yang terdapat

dalam syariat Islam yaitu jalan pernikahan. Pernikahan adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhanan yang maha Esa. (Sudarsono,2005:9)

Di dalam Islam seorang laki-laki dapat menikahi satu sampai empat wanita

yang sudah dijelaskan Allah pada surat An-Nisa ayat 3 yang artinya “Maka

1

Page 15: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Kemudian

jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja”.

Dari ayat An-Nisa ayat 3 dapat diambil kesimpulan bahwa seorang laki-

laki bebas menikahi wanita sampai empat orang, asalkan dapat berlaku adil

kepada semua istrinya. Akan tetapi di dalam syariat Islam tidak semua wanita

boleh dinikahi oleh seorang laki-laki atau haram untuk dinikahi salah satu

sebabnya adalah karena sebab pertalian darah. Hal ini sudah di jelaskan Allah

SWT dalam surat An- Nisa 4 ayat 23 :

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. An Nisa : 23 )

2

Page 16: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Akan tetapi pada kenyataanya masih ada beberapa orang yang melakukan

pernikahan yang sudah diharamkan oleh Allah SWT. Wanita yang dialarang

dinikahi oleh Allah SWT dibagi menjadi dua bagian yaitu wanita yang haram

dinikahi untuk sementara dan haram dinikahi untuk selamanya. Sebab wanita

yang haram dinikahi untuk selamanya salah satunya adalah mempunyai hubungan

darah yang sudah dijelaskan pada ayat An-Nisa 4 ayat 23 diatas. Walaupun dalam

Al Qur’an tidak disebutkan dengan jelas mengapa pernikahan sedarah itu

dilarang, akan tetapi dalam penelitian sebelumnya yang membahas tentang incest

mengemukakan bahwa pernikahan sedarah dapat menimbulkan atau

mengakibatkan keturunan yang abnormal. Dalam sosiologis pernikahan sedarah

disebut incest taboo.

Dalam pernikahan sedarah pada umunya ke dua belah pihak sudah saling

mengenal lebih lama bahkan sejak kecil, sehingga hubungan diantara mereka

lebih akrab dari pada pasangan yang mengenal pasangannya hanya dengan waktu

yang singkat, sehinnga pasangan sedarah dapat lebih memahami sifat dan karakter

masing-masing dalam berumah tangga atau justru sebaliknya dengan keakrabanya

pasangan rumah tangga sedarah itu menjadi tidak harmonis setelah menikah.

Sehinnga penulis ingin meneliti tentang hal itu.

Ada beberapa kasus pernikahan sedarah yang dilakukan oleh beberapa

orang yang akan diteliti oleh penulis, apakah pasangan pernikahan yang dilakukan

oleh pasangan tersebut boleh atau tidak apabila ditinjau dari segi hukum islam,

UU No 1 Tahun 1974 dan sosiologis.

3

Page 17: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Untuk itu penulis merasa tertarik untuk menulis mengenai hal tersebut.

Permasalahan tersebut menjadikan dasar bagi penulis untuk melakukan studi

kasus dengan judul PERNIKAHAN SEDARAH ( INCEST TABOO) DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI.

(Studi Kasus atas 3 Keluarga)

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana dinamika pernikahan incest taboo?

2. Bagaimana perspektif hukum Islam, UU No 1 Tahun 1974 dan Sosiologi

terkait tentang pernikahan yang demikian ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Bagaimana dinamika pernikahan incest taboo.

2. Untuk mengetahui perspektif hukum Islam, UU No 1 Tahun 1974 dan

sosiologi terkait tentang pernikahan yang demikian.

D. Manfaat Penelitian

a) mamfaat teoriritik untuk memberikan penjelasan teori hukum Islam dan

Sosiologi tentang masalah keluarga yang diteliti, jika pada nantinya

muncul masalah yang sama.

b) Manfaat untuk praktisi seperti Hakim, Ulama, untuk menambah ilmu

pengetahuan atau wawasan mengenai pernikahan sedarah untuk dapat

menjadi tambahan ilmu dalam menghadapi persoalan pernikahan yang

sama.

4

Page 18: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

c) Manfaat untuk masyarakat umum untuk memberikan pengetahuan bagi

masyarakat yang kurang mengetahui tentang pernikahan sedarah, agar

masyarakat tidak melakukan dan mencegah terjadinya pernikahan sedarah.

E. Penegasan Istilah

Untuk memepermudah pemahaman mengenai penelitian ini,penulis akan

mengemukakan definisi istilah-istilah yang terkandung dalam judul skripsi

ini,sehingga tidak menimbulkan kerancuan. Skripsi ini berjudul PERNIKAHAN

SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PERSFEKTIF HUKUM ISLAM, UU

NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI (Studi Kasua atas 3 Keluarga).

1. Pernikahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pernikahan adalah

Perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran

agama.

Pernikahan adalah melakukan aqad (perjanjian) antara calon suami

istri agar dihalalkan melakukan “pergaulan” sebagaimana suami istri

dengan mengikuti norma-norma, nilai-nilai sosial dan etikad

agama.(Asmawi, 2004:17)

Pernikahan adalah akad yang menghalalkan kedua belah pihak

laki-laki dan perempuan untuk bersenang-senang antara satu dengan yang

lainya.(Takariawan, 2009:1)

5

Page 19: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

2. Pernikahan Sedarah

Pernikahan sedarah sering disebut juga incest yaitu hubungan

saling mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan yang

memiliki ikaatan keluarga (kekerabatan) yang dekat.

3. Incest Taboo

Menurut kamus sosiologi incest taboo atau tabu inset adalah suatu

larangan terjadinya inset atau hubungan sumbang. (Poetra, 1992:195)

Incset taboo atau tabu incest adalah larangan hubungan seks antara

kerabat langsung, seperti orang tua, anak dan saudara. (Haviland, 1985:79)

4. Hukum Islam

Hukum Islam adalah peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan

kehidupan berdasarkan Alqur’an dan Hadist.

Hukum islan adalah kekuatan untuk mendorong umat islam untuk

mematuhi atau tunduk kepadanya(Allah). (Roibin, 2010: 8)

Hukum islam adalah satu-satunya konsep untuk menggambarkan

islam sebagai suatu fungsi konsep syari’ah atau syar yang mempunyai

banyak aspek. (Roibin, 2008:15)

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian

dari agama islam. (Ali, 2011:24).

5. Sosiologis

Sosiologis adalah Ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses

sosial termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah-masalah sosial.

(Soekanto, 1993:469)

6

Page 20: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari sifat keadaan dan

pertumbuhan masyarakat (kehidupan manusia dalam masyarakat).

(Poerwadatminto, 2006:1142)

F. Kerangka Teori

Untuk sahnya suatu akad nikah, disyaratkan agar tidak ada larangan-

larangan pada diri wanita tersebut untuk dikawini. Artinya, boleh dilakukan akad

nikah terhadap wanita tersebut. Larangan-larangan itu menjadi dua bagian: karena

hubungan nasab dan karena sebab (yang lain). Larangan yang pertama ada tujuh

macam dan itu menyebabkan keharaman untuk selama-lamanya. Sedangkan yang

kedua ada sepuluh macam yang sebagian menyebabkan keharaman untuk

selamanya, dan sebagian lagi hanya bersifat sementara.

Larangan karena nasab: Para Ulama Mazhab sepakat bahwa wanita-wanita

tersebut di bawah ini haram dikawini karena hubungan nasabnya:

a) Ibu, termasuk nenek dari pihak ayah atau pihak ibu.

b) Anak-anak perempuan, termasuk cucu perempuan dari anak laki-laki

atau anak perempuan, hingga keturunan di bawahnya.

c) Saudara-saudara perempuan, baik saudara seayah, seibu, maupun

seayah dan seibu.

d) Saudara perempuan ayah, termasuk saudara perempuan kakek dan

nenek dari pihak ayah dan seterusnya.

e) Saudara perempuan ibu, termasuk saudara perempuan kakek dan nenek

dari pihak ibu dan seterusnya.

7

Page 21: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

f) Anak-anak perempuan saudara laki-laki hingga keturunan di bawahnya.

g) Anak-anak perempuan saudara perempuan hingga keturunan di

bawahnya.Dalil yang dijadikan pijakan adalah (QS, 4:23).

Adapun yang dilarang karena sebab lain adalah berikut:

a) Karena Ikatan Perkawinan (mushaharah)

a) Seluruh mazhab sepakat bahwa isteri ayah haram dinikahi oleh

anak ke bawah, semata-mata karena adanya akad nikah, baik

sudah dicampuri atau belum.

b) Seluruh mazhab sependapat bahwa isteri anak laki-laki haram

dikawini oleh ayah ke atas, semata-mata karena akad nikah.

c) Seluruh mazhab sepakat bahwa ibu istri (mertua wanita) dan

seterusnya ke atas adalah haram dinikahi karena semata-mata

adanya akad nikah dengan anak perempuannya, sekalipun

belum dicampuri.

d) Anak tiri, Imamiyah, Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa

keharaman hanya terjadi setelah dicampuri. Menyentuh,

memandang dengan birahi dan sebagainya tidak berpengaruh.

Sementara itu Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa

menyentuh dan melihat dengan birahi menyebabkan

keharaman, persis seperti mencampuri.

8

Page 22: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

e) Menyatukan dua wanita “muhrim” sebagai istri, seluruh

mazhab sependapat dalam hal mengawini dua wanita

bersaudara sekaligus.

f) Mengawini anak hasil zina, Syafi’i dan Maliki berpendapat

seorang laki-laki boleh mengawini anak perempuannya dari

hasil zina. Karena secara syar’i bukan muhrim dan di antara

mereka berdua tidak saling mewarisi. Sementara itu, Hanafi,

Imamiyah dan Hambali menyatakan anak perempuan hasil zina

itu haram dikawini sebagaimana keharaman anak perempuan

yang sah. Sebab, anak perempuan tersebut merupakan darah-

dagingnya sendiri. Dari segi bahasa dan tradisi masyarakat dia

adalah anaknya sendiri. Tidak diakuinya sebagai anak oleh

syar’i dari sisi hukum waris berarti ia bukan anak kandungnya

secara hakiki, namun yang dimaksud adalah menafikan akibat-

akibat syar’i-nya saja misalnya hukum waris dan memberi

nafkah. (Mughniyah,1994:30-37)

G. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan sekripsi ini, penulis merujuk pada penelitian

sebelumnya:

Yang pertama berjudul Pengaruh Pernikahahn Sedarah Terhadap

Keturunan (Studi Analisis Tafsir Sains Dalam QS An-Nisa:23)karya

Thalichati diterbirkan oleh IAIN Wali songo pada 26 Mei 2015. Penelitian

ini mengemukakan tentang mengapa dalam Al Qu’ran sampai

9

Page 23: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

mengharamkan pernikahan sedarah dan mengaitkanya dengan ilmu sains

untuk mengetahui bagaimana hasil keturunann prernikahan sedarah.

Penelitian ini menggunakan penelitian Tafsir Ilmiy yaitu memahami Al

Qur’an melalui pendekatan sains modern. Hasil penelitian ini adalah

dalam pernikahan diharapkan bisa memperluas hubungan kekeluargaan,

jadi tidak ada urgensi apabila menikahi kerabat dekat sendiridan

perkawinan yang dilakukan antar keluarga cenderung menghasilkan

keturunan abnormal.

Skripsi yang ke dua berjudul Kedudukan Anak Hasil Perkawinan

Incest Dalam Perspektif Perundang-Undangan Perkawinan Indonesia

karya Anif Rahmawati diterbitkan UIN Sunan Kalijaga pada 2012. Latar

belakang penelitian ini tentang hukum agama dan perundang-undangan

yang ada di indonesia telah mengatur sedemikian rupa tentang tata cara

perkawinan tapi pada kenyataannya masih banyak penyimpangan yang

terjadi yang salah satunya adalah pernikahan sedarah. Dalam penelitian ini

penulis mencari bagaimana kedudukan anak hasil perkawinan incest

perspektif perundang-undangan perkawinan indonesia dan akibat hukum

yang timbul dari kedudukan anak hasil incest. Penelitian ini menggunakan

kepustakaan (Library Research), hasil penelitian ini adalah kedudukan

anak hasil perkawinan incest menurut perundang-undangan perkawinan

Indonesia adalah tetap sebagai anak sah dari kedua orang tuanya.

Sedangkan akibat hukum yang ditimbulkan adalah: nasab anak tersebut

disandarkan kepada kedua orang tuanya, anak tersebut juga mendapatkan

10

Page 24: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

hak nafkah, hadanah, dan hak waris sama seperti yang didapatkan seorang

anak yang mempunyai kedudukan sebagai anak sah.

Skripsi sebelumnya yang ketiga berjudul Status Hak Waris Anak

Dari Pernikahan Sedarah Perspektif Fiqeh Kontemporerkarya Mustofa

Ali diterbitkan Universitas Islam Negeri Maulan Malik Ibrahim Malang

pada 2010. Latar belakang penelitian ini tentang terdapat beberapa hal

yang menjadikan pernikahan tidak sah dimata hukum diantaranya jika

syaratnya tidak terpenuhi, hubungan sedarah juga merupakan alasan dapat

dibatalkanya suatu ikatan pernikahan dan pernikahan itu sudah

menghasilkan anak. Sedangkan pernikahan sedarah itu dilarang oleh

berbagai hal, apakah anak itu berhak dinasabkan kepada orang tuanya dan

anak tersebut mendapatkan hak-haknya atau tidak. Penelitian ini

menggunakan kepustakaan (Library Research), hasil penelitian ini adalah

pernikahan sedarah dilarang karena berbagai akibat negatif yang muncul

dari aspek medis psikologi serta sosiologis bagi anak dan keluarganya.

Terkait dengan kedudukan anak, tetap mendapatkan hak-haknya.

Walaupun pernikahan itu sedarah tapi anak itu tetap terlahir dari

pernikahan yang sah.

Skripsi sebelumnya yang keempat berjudul Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Larangan Perkawinan Antar Canggah Sedarah Di Desa

Maryarejo Kabupaten Gresik karya Abdur Rohim diterbitkan oleh

Universitas Islam Negri Sunan Ampel pada 2014. Data penelitian

11

Page 25: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

dihimpun melalui teknik dokumentasi beberapa buku yang berdasarkan

dengan subyek penelitian dan wawancara langsung dengan subyek

penelitian. Hasil penelitian ini adalah bahwa larangan perkawinan antar

canggah sedarah adalah perkawinan yang terjadi antara keturunan ke

empat dengan keturunan ke empat yang masih mempunyai hubungan

darah dan apabila ditarik garis lurus ke atas keduanya akan bertemu dalam

satu keluarga. Adapun dasar itu menyimpang dari peraturan perundang-

undangan indonesia tentang larangan perkawinan seperti dalam KHI pasal

39 Dan pasal 1 tahun 1974 di pasal tersebut bahwa larangan menikah antar

canggah tidak termasuk larangan pernikahan.

H. Metodologi Penelitian

a) Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara

holisti, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti

sesuatu secara mendalam. (Moleong,2009:6-7)

b) Sumber Data

Menurut Lofland (1984) yang dikutip dari Moleong (2009:157)

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan.

12

Page 26: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Selebihnya adalah datatambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber

data penelitian ini sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak pertama berupa

hasil wawancara dengan subjek penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang membantu peneliti

dalam melakukan proses penelitian, dalam penelitian ini penulis

menggunakan ayat-ayat Al Qu’ran dan hadist-hadist tentang pernikahan

sedarah.

3. Data Tersier

Data tersier merupakan data penunjang yang dapat memberi

petunjuk terhadap data primer dan sekunder. Dalam hal ini data tersier

yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia

c) Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

wawancara mendalam (in dept interview). Dengan wawancara

mendalam, bisa digali apa yang bersembuyi di sanubari

seseorang apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini

maupun masa sekarang. (Bungin, 2010:67)

13

Page 27: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Yang diwawancarai dalam penelitian ini dapat tentangga

yang akan diteliti, kerabat dekat, tetangga atau kepada pasangan

yang bersangkutan.

b) Observasi

Observasi adalah pengamatan mengoptimalkan kemampuan

peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak

sadar, kebiasaan, dan sebagainya, pengamatan memungkinkan

pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek

penelitian.(Moleong, 2009:175)

c) Telaah Dokumen

Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik

berbentuk catatan dalam kertas (Hard Copy) maupun

elektronik(Soft Copy). Dokumen dapat berupa buku ,artikel,

media masa, catatan harian, manifesto, undang-undang notulen,

blok, halaman web, foto, dan lainya.(Sarosa, 2012:61)

d) Teknis Analisis Data

Analisis data ini dilakukan dalam suatu proses. Proses

berarti pelaksanaanya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan

data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah

meninggalkan lapangan penelitian.(Moloeng, 2009:281)

14

Page 28: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

I. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, penegasan istilah, kerangka teori, kajian pustaka, metodelogi

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PERNIKAHAN SEDARAH DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM,

UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Bab ini berisi tentang gambar pernikahan sedarah menurut hukum islam

atau hukum pasti yang digunakan disni adalah Al Qur’an, Hadits dan buku

fiqeh Islam tentang pernikahan yang terkait, meliputi syarat dan rukun

pernikahan, pengertian pernikahan sedarah, wanita-wanita yang tidak boleh

dinikahi. Bab ini juga berisi pandangan hukum Sosiologis tentang pernikahan

incest taboo atau sedarah.

BAB III PROFIL KELUARGA PERNIKAHAN SEDARAH

Bab ini berisi tentang profil pasangan-pasangan yang melakukakan incest

atau penggambaran tentang pasangan incest yang meliputi incest apa yang

dilakukan pasangan yang akan diteliti, latar belakang menikah, kehidupan

setelah menikah dan semua tentang pasangan incest akan digali di bab ini.

BAB IV ANALISIS DINAMIKA PERNIKAHAN SEDARAH DAN

ANALISIS PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN

SOSIOLOGI

Bab ini membahas tentang dinamika atau potret pernikahan incest taboo

yang dilakukan oleh tiga pasangan dan Analisis pernikahan incest taboo

15

Page 29: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

tentang boleh tidaknya incest yang dilakukan oleh pasangan-pasangan yang

akan diteliti apabila ditinjau dari hukuk islam yaitu hukum Islam, Undang-

Undang no 1 tahun 1974, dan Sosiologi.

BAB IV KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

16

Page 30: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

BAB II

Pernikahan Sedarah Dalam Tinjauan Hukum Islam, UU No 1 Tahun 1974 Dan Sosiologi

A. Pengertian Pernikahan

Dalam Alquran, perkawinan disebut dengan an-nikah ( انكا ح) dan

az-zawaj/az-ziwaj yang terambil dari kata zawwaja-yuzawwiju-tazwijan

dalam bentuk timbangan “fa’ala –yufa’ilu-taf’ilan yang secara harfiah

berarti mengawinkan, mencampuri, menemani, mempergauli, menyertai

dan memperistri.

Adapun yang dimaksud dengan nikah dalam kontek syar’i seperti

diformulasikan para ulama fiqeh, terdapat rumusan yang satu sama lain

berbeda-beda.Menurut ulama Hanafiah, “nikah adalah akad yang

memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang–

senang secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanita,

terutama guna mendapatkan kenikmatan biologis”. Sedangkan menurut

sebagian mazhab Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan (sebutan) atau

titel bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih

kenikmatan (seksual) semata-mata”.Oleh mazhab Syafi’iah, nikah

dirumuskan dengan “akad yang menjamin kepemilikan (untuk) bersetubuh

dengan menggunaka redaksi (lafal) “inkah atau tazwij atau turunan

(makna) dari keduanya”. Sedangkan ulama Hanabilah mendefinisikan

nikah dengan “akad” yang dilakukan dengan menggunakan kata inkah

atau tazwij guna mendapatkan kesenangan (bersenang-senang).

17

Page 31: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Masih dalam kaitan dengan definisi perkawinan (pernikahan)

tentang peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam

kaitan ini Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974

Tentang Perkawinan, dan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991

Kompilasi Hukum Islam yang merumuskan demikian: “ Pernikahan ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Definisi ini tampak jauh lebih representatif dan lebih jelas serta

tegas dibandingkan dengan definisi perkawinan dalam Kompilasi Hukum

Islam (KHI) yang merumuskan sebagai berikut: “Perkawinan menurut

hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

mitsaqan ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah”.

Alquran menjuluki pernikahan dengan mitsaqan ghalizan, janji

yang sangat kuat. Ini mengisyaratkan bahwa pernikahan itu merupakan

perjanjian serius antara mempelai pria (suami) dengan mempelai

perempuan (istri). Karena pernikahan yang sudah dilakukan harus

dipertahankan kelasungannya. Sungguhpun talak (perceraian) itu

dimungkinkan (dibolehkan) dalam islam, tetapi Rasulullah SAW

menjulukinya sebagai perbuatan halal yang dibenci Allah. Dan itulah pula

sebabnya mengapa dalam akad nikah harus ada saksi minimal dua orang di

samping wali nikah meskipun tentang status hukumnya apakah dia sebagai

18

Page 32: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

rukun atau hanya tergolong syarat sah nikah tetap diperdebatkan oleh para

ulama(fuqaha). (Summa, 2004: 42-50)

Dalam pandangan islam pernikahan itu merupakan sunnah Allah

dan sunnah Rasul. Sunnah Allah berarti: menurut qudrat dan iradat Allah

dalam penciptaan alam ini, sedangkan sunnah Rasul berarti sesuatu tradisi

yang telah ditetapkan oleh Rasul untuk dirinya sendiri dan untuk

umatnya.(Syarifuddin, 2003: 76)

B. Hukum Melakukan Perkawinan

Meskipun pada dasarnya islam menganjurkan kawin, namun

apabila ditinjau dari keadaan yang melaksanaanya, perkawinan dapat

dikenai hukum wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah.

1. Perkawinan yang wajib

Perkawinan hukumnya wajib bagi orang yang telah

mempunyai keinginan kuat untuk kawin dan telah mempunyai

kemampuan untuk melaksanakan dan memikul beban kewajiban

dalam hidup perkawinan serta ada kekhawatiran, apabila tidak kawin

akan mudah tergelincir untuk bernuat zina.

Alasan ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: apabila

menjaga diri dari perbuatan zina adalah wajib, padahal bagi seseorang

tertentu penjagaan diri itu hanya terjamin dengan jalan kawin, maka

bagi orang itu melakukan perkawinan hukumnya adalah wajib.

19

Page 33: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

2. Perkawinan yang sunnat

Perkawinan hukumya sunnat bagi orang yang telah

berkeinginan kuat untuk kawin dan telah mempunyai kemampuan

untuk melaksanaan dan memikul kewajiban dalam perkawinan, tetapi

apabila tidak kawin juga tidak ada kekhawatiran akan berbuat zina.

Alasan hukum sunnah ini diperoleh dari ayat-ayat Alqur’an

dan hadits-hadist nabi sebagaimana telah disebutkan dalam hal Islam

menganjurkan perkawinan di atas kebanyaka ulama’ berpendapat

bahwa beralasan ayat-ayat Alqur’an dan hadits-hadits nabi itu, hukum

dasar perkawinan adalah sunnat.

3. Perkawinan yang haram

Perkawinan hukumnya haram bagi orang yang belum

berkeinginan serta tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanaan

dan memikul kewajiban-kewajiban hidup perkawinan, hingga apabila

kawin juga akan berakibat menyusahkan istrinya. Hadits nabi

mengajarkan agar orang jangan sampai berbuat yang berakibat

menyusahkan diri sendiri dan orang lain.

4. Perkawinan yang makruh

Perkawinann hukumnya makruh bagi seorang yang mampu

dalam segi materiil, cukup mempunyai daya tahan mental dan agama

hingga tidak khawatir akan terseret dalam perbutan zina, tetap

20

Page 34: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

mempunyai kekhawatiran tidak dapat memenuhi kewajiban-

kewajibannya terhadap istrinya, meskipun tidak akan berakibat

menyusahkan piha istri, misalnya calon istri tergolong orang kaya atau

calon suami belum mempunyai keinginan untuk kawin.

Imam Ghazali berpendapat bahwa apabila suatu perkawinan

dikhawatirkan akan berakibat mengurangi semangat beribadah kepada

Allah dan semangat bekerja dalam bidang ilmiah, hukumya lebih

makruh dari pada yang telah disebutkan di atas.

5. Perkawinan yang mubah

Perkawinan hukunya mubah bagi orang yang mempunyai

harta, tetapi apabila tidak kawin tidak merasa khawatir akan berbuat

zina dan andai kata kawin pun tidak merasa khawatir akan menyia-

nyiakan kewajibanya terhadap istreri. Perkawinan dilakukan sekedar

untuk memenuhi syahwat dan kesenangan bukan dengan tujuan

membina keluarga dan menjaga keselamatan hidup beragama. (Basyir,

1996: 12-14)

C. Tujuan Pernikahan

Ada beberapa tujuan dari disyari’atkanya pernikahan atas umat

Islam. Di antaranya adalah:

1. mendapatkan anak keturunan bagi melanjutkann generasi yang akan

datang. Hal ini terlihat dari surat An-Nisa’ (4) ayat 1:

21

Page 35: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Artinya: Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang

menjadikan kamu dari diri yang satu dari padanya Allah menjadikan istri-istri dan dari keduanya Allah menjadikan anak keturunan nyang banyak, laki-laki dan perempuan.(juga dalam jumlah yang banyak. dan bertakwalah kamu kepada allah yang dengan mempergunakan namanya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah hubungan silaturahmi sesungguhnya allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (QS An-Nisa:1)

2. Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup

dan rasa kasih sayang. Hal ini terlihat dari firman Allah dalam surat

Al-Rum ayat 21 yang telah dikutip di atas. Adapun di antara hikmah

yang dapat ditemukan dalam perkawinan itu adalah menghalangi mata

dari melihat kepada hal-hal yang tidak diizinkan syara’ dan menjaga

kehormatan diri dari terjatuh pada kerusakan seksual.

(Syarifuddin,2003:80-81)

Undan-Undang Perkawinkan menyebutkan tujuan perkawinan

yakni ”membentuk keluarga (rumah tangga) bahagiadan kekal,”

sementara KHI yang memuat tujuan perkawinan secara tersendiri

dalam pasal 3 lebih menginformasikan nilai-nilai ritual dari

perkawinan seperti terdapat dalam kalimat: “untuk mentaati perintah

Allah dan melaksanakanya merupakan ibadah”. Padahal rata-rata kitab

hadis hukum dan fiqih memasukkan bahasa munakahat (perkawinan)

22

Page 36: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

dalam kitab (bab) muamalah dalam kitab (bab) ibadah. Ini

menunjukkan bahwa aspekk muamalah dalam perkawinan jauh lebih

menonjol dari pada aspek ibadah sungguhpun di dalamya memang

terkandung pula nilai-nilai ibadah yang cukup sakral dalam

perkawinan.(Summa, 2004: 47)

Sedangkan menurut (Basyir,1996:11) tujuan pernikahan adalah

untuk memenuhi tuntunan naluriah manusia, berhubungan antara laki-

laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga

sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya.

D. Rukun dan Syarat Pernikahan

Rukun dan syarat menentukan suatu hukum terutama yang

menyangkut dengan sah atau tidaknya. Rukun syarat perkawinan itu

adalah segala yang harus terwujud dalam suatu perkawinan, baik yang

menyangkut unsur dalam, maupun unsur luarnya.

Unsur pokok sutu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang

akan kawin, akad perkawinan iti sendiri, wali yang melangsungkan akad

dengan si suami, dua orang saksi yang menyaksikan telah berlangsungnya

akad perkawinan itu dan mahar. Para ulama jumhur menetapkan akad,

kedua mempelai, wali si perempuan dan saksi sebagai rukun dari

perkawinan, yang bila tidak ada salah satu diantaranya perkawinan itu

tidak sah. Sedangkan mahar ditempatkan sebagai syarat dalam arti tidak

menentukan kelansungan akad nikah, namun harus dilaksanakan dalam

23

Page 37: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

masa perkawinan. Untuk setiap unsur atau rukun itu berlaku pula beberapa

syarat.

1. Akad Nikah

Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak

yang berakad dalam bentuk ijab dan qabul.Ijab penyerahan dari

pihak pertama, sedangkan Qabul adalah penerimaan dari pihak

kedua. Syarat-syarat akad adalah :

a. Akad harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qabul.

Yang melakukan ijab boleh dari pihak laki-laki boleh pula dari

pihak wali perempuan.

b. Materi dari ijab dan qabul tidak boleh berbeda, seperti nama si

perempuan secara lengkap dan bentuk mahar.

c. Ijab dan qabul harus diucapkan secara bersambungan tanpa

terputus walaupun sesaat.

d. Ijab dan qabul mesti menggunnakan lafaz yang jelas danterus

terang.

e. Ijab dan qabul tidak boleh menggunakan lafaz yang

mengandung maksud membatasi perkawinan untuk masa

tertentu.

2. Syarat laki-laki perempuan yang nikah

a. Keduanya jelas keberadaanya dan jelas identitasnya.

b. Keduanya sama-sama beragama islam.

c. Antara keduanya tidak terlarang melagsungkan perkawinan.

24

Page 38: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

d. Keduanya telah mencapai usia yang layak untuk melangsungkan

perkawinan.

3. Wali Nikah

Yang dimaksud dengan wali dalam perkawinan adalah

seseorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam

suatu akad nikah. Akad nikah dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak

laki-laki yang dilakukan oleh mempelai laki-laki itu sendiri dan

pihak perempuan yang dilakukan oleh walinya. Keberadaan seorang

wali dalam akad nikah suatu yang mesti dan tidak sah akad

perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali,ini adalah pendapat

jumhur ulama. Hal ini berlaku untuk semua perempuan, yang dewasa

atau masih kecil, masih perawan atau sudah janda.

Orang-orang yang berhak menjadi wali, jumhur

ulma’membagi wali itu kepada dua kelompok:

1. Wali dekat atau wali qarib yaitu ayah dan kalau tidak ada ayah

pindak kepada kakek. Keduanya mempunyai kekuasaan yang

mutlak terhadap anak perempuan yang akan dikawinkanya. Ia

dapat mengawinkan anaknya yang masih berada dalam usia

muda tanpa minta persetujuan dari anaknya tersebut. Wali

dekat kedudukan seperti ini disebut wali mujbir.

2. Wali jauh atau wali ab’ad. Yang menjadi wali jauh ini secara

berurutan adalah:

25

Page 39: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

a) Saudara laki-laki kandung, kalau tidak ada pindah kepada

b) Saudar laki-laki seayah, kalu tidak ada pindah kepada

c) Anak saudar laki-laki kandung, kalau tidak ada pindah

kepada

d) Paman kandung, kalau tidak ada pindah kepada

e) Paman seayah, kalau tidak ada pindah kepada

f) Anak paman kandung, kalau tidak ada pindah kepada

g) Anak paman seayah

h) Ahli waris kerabat lainya

i) Sultan atau wali hakim yang memegang wilayah umum.

3. Syarat-syarat menjadi wali

a) Telah dewasa dan berakal sehat dalam arti anak kecil atau

orang gila tidak berhak menjadi wali.

b) Laki-laki.

c) Orang merdeka

d) Tidak berada dalam pengampuan atau mahjur alaih

e) Berfikir baik.

f) Adil dalm arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar

g) Tidak sedang melakukan ihram

4. Syarat-syarat menjadi saksi

a) Saksi itu berjumlah paling kurang dua orang

b) Kedua saksi itu adalah beragama islam

c) Kedua saksi itu adah orang merdeka

26

Page 40: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

d) Kedua saksi itu laki-laki

e) Kedua saksi itu adil

f) Kedua saksi itu dapat mendengar dan melihat

E. Mahar

Mahar atau yang disebut juga shadaqah ialah pemberian khusus laki-

laki kepada perempuan yang melangsungkan perkawinan pada waktu akad

nikah.(Syarifuddin,2003:87-97)

F. Syarat-syrat perkawinan dalam hukum positif

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

2. Untuk melangsungkan perkawinan, sesorang belum mencapai umur

21(dua puluh satu) tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua.

3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia

atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka

izin dimaksud ayat 2 pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang

masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan

kehendaknya.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal atau dalam keadaan tidak

mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari

wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai

hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama mereka

masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut

dalam ayat 2, 3, dan 4 pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara

27

Page 41: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan daerah

hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan

atau permintaan orang tersebut dapet dari memberi izin setelah lebih

dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat 2, 3, dan 4 pasal

ini.(Sudarsono,2005:40)

G. Pernikahan yang dilarang dalam tinjauan Fiqih dan UU di Indonesia

Perkawinan yang dilarang dalam islam itu adalah menikahi

perempuan-perempuan yang diharamkan oleh Allah untuk dinikahi yang

sudah dijelaskan Allah dalam Al Qur’an S. An-Nisa : 22-24 menyebutkan

macam-macam perempuan yang haram dinikahi oleh laki-laki, sebagai

berikut: ibu tiri (janda ayah), ibu, anak perempuan, saudara perempuan,

bibi(saudara perempuan ayah), keponakan(anak perempuan,saudara

perempuan), ibu susunan, saudara perempuan sesusuan, mertua(ibu

isteri)anak tiri, apabila ibunya sudah dicampuri(sebelumnya ibunya

dicampuri apabila berpisah, anak tiri dapat dikawini), menantu(isteri anak

kandung), mengumpulkan dua perempuan bersaudara sebagai isteri dan

perempuan yang dalm ikatan perkawinan dengan laki-laki lain.

Dari ayat-ayat Al Qur’an tersebut, perempuan yang haram dinikahi

dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu perempuan yang haram dinikahi

untuk selamanya dan haram untuk sementara yang dijelaskan oleh Basyir

dalam bukunya Hukum Islam, 1996: 28-31 yaitu

1. Perempuan yang haram dinikahi untuk selamanya.

28

Page 42: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Sebab-sebab perempuan haram dinikahi selamanya ada empat macam.

a. Karena hubungan nasab.

1) Ibu, yang dimaksud adalah perempuan yang mempunyai

hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas, yaitu ibu,

nenek garis ayah atau ibu dean seterusnya ke atas.

2) Anak perempuan, yang dimaksud adalah perempuan yang yang

mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke

bawah, yaitu anak perempuan,cucu perempuan, (dari anak laki-

laki perempuan), piyut perempuan dan seterusnya ke bawah.

3) Saudara perempuan kandung(seayah dan seibu).

4) Bibi, yaitu saudara perempuan ayah atau ibu kandung, seayah

atau seibu dan seterusnya ke atas.

5) Keponakan perempuan, yaitu anak saudara laki-laki atau

perempuan dan seterusnya ke bawah.

b. Karena hubungan susuan.

1) Ibu susuan, ibu yang menyusui seorang anak dipandang

sebagai ibu anak yang disusuinya.

2) Nenek susuan,yaitu ibu dari ibu susuan dan ibu dari suami ibu

susuan.

3) Keponakan perempuan susuan yaitu cucu-cucu dari ibu susuan

sebab mereka itu dipandang anak dari saudara-saudara

perempuan.

29

Page 43: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

4) Saudar perempuan sesusuan, baik seayah seibu, seayah saja

atau seibu saja.

c. Karena hubungan semenda.

1) Mertua, yaitu ibu kandung isteri.

2) Anak tiri, dengan syarat telah terjadi persetubuhan antara

suami dengan ibu si anak.

3) Menantu, yaitu isteri anak, isteri cucu dari anak laki-laki

seterusnya kebawah.

4) Ibu tiri, yaitu janda ayah tanpa syarat pernah terjadi

persetubuhan antara suami dan isteri.

d. Karena sumpah li’an

Apabila seorang suami menuduh istrinya berbuat zina tanpa

saksi yang cukup, maka sebagai gantinya adalah suami

mengucapkan persaksiaan kepada Allah bahwa ia di pihak yang

benar dalam tuduhanya itu, sampai empat kali dan yang

kelimanya menyatakan bersedia menerima laknat Allah.

Ketentuan tersebut diperoleh dari Al Qur’an S. An-Nur:6-9.

Setelah suami isteri mengucapkan sumpah li’an(sumpah laknat)

itu, maka terjadilah perceraian antara mereka yang berakibat

haram nikah antara mereka berdua untu selamanya.

30

Page 44: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

2. Haram dinikah untuk sementara

a. Mengumpulkan antara dua perempuan besaudara menjadi isteri.

Apabial berpisah dengan saudara yang satu dan baru menikahi

saudaranya diperbolehkan.

b. Perempuan dalam ikatan laki-lakilain yang sudah dijelaskan

dalam surat An-Nisa’ ayat 24.

c. Perempuan yang ditalak tiga kali, boleh rujuk apabila istrinya

menikah dulu dengan laki-laki lain. Setelah itu boleh rujuk

kembali.

d. Perkawinan orang yang sedang ihram, baik melakukan akad nikah

untuk diri sendiri atau bertindak sebagai wali atau wakil orang

lain. Hadits Nabi riwayat Muslim dari Utsman bin Affan

mengajarkan: “Orang yang sedang menjalani ihram tidak boleh

menikah, tidak boleh dinikahkan dan tidak boleh meminang.”

Nikah orang yang yang sedang menjalani ihram apabila terjadi

juga, dipandang batal dan tidak mempunyai akibat hukum.

e. Kawin dengan pezina, baik antara laki-laki baik dengan

perempuan pelacur atau perempuan dengan laki-laki pezina, tidak

dihalalkan kecuali masing-masing menyatakan taubat.

3. Larangan perkawinan di atas juga diatur dalam Undang-Undang No 1

Tahun 1974 pasal 8, ditegaskan bahwa: Perkawinana dilarang antara

dua orang yang akan menikah

31

Page 45: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah

ataupun ke atas

b. Berhubungan darah dalam garis ketutunan menyamping yaitu

antar saudara. Antrara seseorang dengan saudara tua dan antara

seseorang dengan saudara nenenknya.

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan

ibu/bapak atiri.

d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan saudara susuan anak

susuan dan bibib atau paman susuan.

e. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau

kemenakan dari istri, dalam hal seseorang suami beristri lebih dari

seseorang.

f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanaya atau peraturan air

yang berlaku dilarang kawin.(Sudarsono,2005:46).

4. Larangan perkawinan juga diatur dalam KHI (Kompilasi Hukum

Islam) pada pasal 39 yang menyatakan bahwa dilarang

melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang

wanita disebabkan:

a. Kareana Pertalian Nasab:

1) Dengan seorang wanita yang melahirkan atau menurunkanya

atau keturunannya.

2) Dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu.

3) Dengan seorang wanita saudara yang melahirkan.

32

Page 46: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

b. Karena pertaliaan kerabat semenda.

1) Dengan seorang wanita yang melahirkan istrinya atau bekas

istrinya.

2) Dengan seorang wanita bekas istri orang yang

menurunkanya.

3) Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istrinya,

kecuali putusnya hubungan perkawinan dengan bekas

istrinya itu qabla al dukhul.

4) Dengan seorang wanita bekas istri keturunannya.

c. Karena pertalian susuuan

1) Dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut

garis lurus ke atas.

2) Dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut

garis lurus ke bawah.

3) Dengan seorang wanita saudara sesusuan, dan kemenakan

susuan kebawah.

4) Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenenk bibi

sesusuan ke atas.

5) Dengan anak yang disusui istrinya dan keturunannya.

Pasal 40, dilarang melangsungkan perkawinan antara

seorang pria dengan seorang wanita dengan keadaan:

1) Karena wanita yang bersangkutan masih terkait satu

perkawinann dengan pria lain.

33

Page 47: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

2) Seorang wanita yang berada dalam masa iddah dengan pria

lain.

3) Seorang wanita yang tidak beragama islam

Pasal 41 :

a) Seorang pria dilaramg memadu istrinya dengan seorang

wanita yang mempunyai hubungan pertalian nasab atau

sesusuan dengan istrinya. Saudara sekandung seayah, seibu

atau keturunananya.

Pasal 42 :

Seorang pria dilarang melangsungkan perkawinan dengan

seorang wanita apabila pria tersebut sedang mempunyai (4)

empat seorang isteri yang keempatnya masih terikat tali

perkawinan atau masih dalam masa iddah talak raj’i.

Pasal 43, dilarang melangsungkan pernikahan antara seora pria dengan:

a) Seorang wanita bekas istrinya yang ditalak tiga kali.

b) Dengan seorang wanita bekas istrinya yang di li’an.

Pasal 44 :

Seorang wanita islam dilarang melangsungkan perkawinan

dengan seorang pria yang tidak beragama islam.

34

Page 48: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

H. Pernikahan sedarah dalam tinjauan Sosiologi.

Secara sosiologi, perkawinan merupakan suatu persekutuan hidup

yang mempunyai bentuk, tujuan, dan hubungan yang khusus antar

anggota. Ia merupakan suatu lingkungan hidup yang khas. Dalam

lingkungan hidup ini, suami dan istri dapat mencapai kesempurnaan atau

kepenuhannya sebagai manusia, sebagai bapak dan sebagai ibu.

Menurut Koentjaraningrat perkawinan disebut sebagai masa

peralihan dari level hidup remaja ke level hidup membangun rumah

tangga. Didalam budaya manusia, perkawinan merupakan pengatur

tingkah laku manusia yang berkaitan dengan kebutuhan biologis. Sesudah

menjalankan perkawinan, keluarga baru ini akan tinggal pada sebuah

tempat tinggal atau rumah bersama. Pendapat dari J.A. Barnes, terdapat

berbagai adat menetap setelah selesai melaksanakan perkawinan yang

berlaku pada umumnya dimasyarakat di seluruh penjuru dunia. Walaupun

begitu, adat menetap ini akan beradaptasi dengan sistem persaudaraan

yang dianut atau berlaku oleh sebuah golongan masyarakat yang terkait

dengan itu. (http/-perkawinan-dalam-kajian-sosiologi.68031, 1 Maret 2017

Jam10:27).

Di dalam ilmu sosiologi ada larangan melakukan incest (hubungan

seksual dengan kerabat dekat) Cercaan keras tentu ditunjukan pada

ketidakabsahan karena incest. Hal itu melanggar pantangan incest yang

secara umum terdapat di semua masyarakat, yang melarang adanya

hubungan seks antara keluarga inti kecuali antara suami dan istri.

35

Page 49: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Peraturan tersebut memaksa yang muda pada tiap generasi untuk

meninggalkan keluarga inti untuk mendapatkan pasangan. Dengan

demikian masyarakat di buat lebih terikat, karena banyak hubungan

terbentuk antara keluarga-keluarga yang jika tidak demikian akan terbalik

kedalam diri sendiri. Keistimewaan atau penemuan-penemuan suatu

keluarga akan dikeluarkan atau dibagi-bagikan lebih meluas dalam

keluarga. Persaingan seks dihilangkan dari keluarga inti, yang jika tidak

akan menimbulkan perpecahan.

Anak hasil hubungan incest menimbulkan persoalan khusus dalam

soal penempatan sosial karena kedudukannya demikian kacau, sama

halnya dengan orang tuanya, jika anak itu dilahirkan dari hubungan anak

perempuan dengan ayahnya, maka ibunya merupakan kakak

perempuannya. Ayahnya kawin dengan neneknya, dan ayahnya dan

ayahnya itu juga kakeknya. Kakanya (setengah kakak) juga pamanya

(yaitu kakak ibunya). Kekacauan yang serupa juga timbul jika anak itu

merupakan keturunan dari hubungan saudara perempuan dengan suadara

lelakinya, atau hubungan ibu dengan anak laki-laki, sudah jelas

perkawinan seperti ini akan memperburuk keadaan keluarga. Perkawinan

yang sedemikian itu dilarang dan bagaimana juga tidak akan

menyelesaikan kesemprawutan antar anggota keluarga. Yang merupakan

unsur penting dalam pengaertian ketidakabsahan ialah penempatan sang

anak.(Goode,2002:48-50).

36

Page 50: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Semua masyarakat sepanjang waktu dalam sejarahnya sepanjang

waktu dalam sejarahnya telah merumuskan peraturan, yang disebut tabu

incest, yang melarang hubungan seksual antar keluarga yang masih

berhubungan dekat. Sifat universal dari peraturan itu telah mempesona

para ahli antropologi dan para sarjana perilaku manusia lainya. Dalam

semua masyarakat yang dikenal, hubungan seksual antara orang tua dan

anak dilarang dan (dengan beberapa kekecualian) juga antar saudara.

Telah menjadi masalah yang penting bagi para ahli antropologi untuk

menerangkan mengapa incest harus selalu dipandang sebagai sesuatu yang

begitu menjijikkan.

Banyak penjelasan yang telah dikemukakan salah satu yang pernah

populer yang paling sederhana dan paling tidak memuaskan didasarkan

atas “kodrat manusia” (human nature) – yaitu perasaan perasaan ngeri

yang instingtif terhadap incest,juga sudah terbukti bahwa mahluk manusia

yang dibesarkan bersama –sama kehilangan daya tarik seksualnya yang

satu kepada yang lain, tetapi argumen itu sendiri hanyalah sekedar

menetapkan akibat di tempat sebabnya. Tabu incest menyebabkan anak

dan orangtuanya, yang terus menerus berhubungan erat, menahan diri

untuk saling memandang sebagai objek seksual. Di samping itu, kalu ada

rasa ngeri instingtif terhadap incest, kita akan menghadapi kesulitan besar

untuk menerangkan pelanggaran yang tidak jarang terjadi terhadap tabu

incest, seperti yang terjadi dalm masyarakat kita sendiri atau kasus-kasus

37

Page 51: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

incest yang dilembagakan, seperti yang mengharuskan kepala kekaaisaran

Inca untuk kawin dengan saudaranya sendiri.

Bermacam-macam penjelasan psikologis pernah dikemukakan

pada waktu-waktu tertentu. Sigmund Freud mencoba menerangkanya

dalam teori psikoanalisisnya tentang bawah sadar. Si anak lelaki

mengingini ibunya sendiri dan menimbulkan persaingan dengan ayahnya.

Ia harus menahan perasaan itu, kalau tidak, ia akan menghadapi

kemarahan ayahnya yang jauh lebih kuat dari padanya.daya tarik anak

perempuan kepada ayahnya atau Komplek Electra, membuat menjadi

saingan ibunya.. Teori Freud dapat dipandang sebagai penjabaran sebab-

sebab yang mendalam dari perasaan jijik terhadap hubunganm seksual di

dalam keluarga.

Studi-studi tentang perilaku binatang menunjukkan adanya tedensi

umum di antara jenis-jenis binatang yang relatif besar, berumur

panjang,lamban menjadi dewasa, dan intelegensinya tinggi. Dilihat dari

segala segi,manusia memenuhi memenuhi syarat untuk dimasukkan ke

dalam kelompok ini.Demekian juga sejumlah primata lain, termasuk yang

paling dekat dengan manusia yaitu simpanse, meskipun tidak banyak yang

mengenal larangan seksual, simpanse memang cenderung menghindari

perkawinan sedarah antar saudara dan antara binatang betina dengan

anaknya yang jantan. Dengan demikian barangkali tedensi anak-anak

manusia untuk mencari pasangan seks di luar kelompok bukan hanya

akibat dari tabu incest saja.(Haviland,1985:78-79)

38

Page 52: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Penjelasan mengenai perbuatan sumbang, meskipun banyak teori

mengenai penghindaraan sumbang, sesungguhnya semua itu termasuk

dalam salah satu dari dua tipe dasar ini: teori sosial-budaya dan teori

biologi. Penjelasan sosial budaya yang terkenal telah dikemukakan oleh

Malinowski (1972), Parson (1945), dan Levi-Staruss (1969). Malinowski

menandaskan bahwa hubungan-hubungan seks di kalangan anggota-

anggota keluarga batih akan membuat keluarga batih itu sebagai kawan

kecemburuan dan konflik yang mendidih, sehingga akan mengancam

untuk menghancurkan organisasi dasarnya. Karena itu perbuatan sumbang

dilarang agar dapat memelihara kesatuan dan intergritas keluarga batih itu

sebagai suatu yunit sosial yang mendasar.

Argumen yang sama juga dikemukakan oleh Parsons.

Ditandaskanya bahwa perbuatan sumbang akan mengganggu kesetabilan

keluarga batih karena menjurus kepada kacaunya peranan dan timbulnya

kesulita-kesulitan dalam mensosilisasikan anak-anak. Salah satu dari teori

yang terkenal itu ialah yang dikembangkan oleh Claude Levi-Strausss.

Argumen Levi-Strauss ialah bahwa adanya tabu perbuatan sumbang

menandai berlalunya umat manusia dari keadaan alamiah ke keadaan

kebudayaan. Dengan dilarangnya hubungan seks dan perkawinan di antara

kerabat dekat, masyarakat manusia memaksakan orang mencari pasangan

di luar keluarga sendiri. Hal ini akan menjurus kepada terbentuknya

ikatan-ikatan atau”aliansi-aliansi” di antara beberapa kelompok manusia,

39

Page 53: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

sehingga memungkinkan orang-orang itu hidup damai antara yang satu

dengan yang lainya.

Teori-teori biologis tentang perbuatan sumbang sering mengambil

titi tolak ialah kepercayaan bahwa perkawinan sumbang akan menjurus

kepada lahirnya sejumlah besar anak yang cacat secara genetik yang tak

dapat diterima. Teori ini kadang-kadang menyatakan bahwa tingginya

frekuensi kawin di kalangan sendiri pada manusia akhirnya akan menjurus

kepada kemusnahan manusia melalaui pertambahan sejumlah besar cacat

genetik.(Sanderson,2010:444-445)

Fenomena perbuatan incest berpasangan antara saudara laki-laki

dan saudara perempuan, dan antara ayah dan anak perempuan rupa-

rupanya umum diterima di Mesir pada zaman Ptolemaeus dan masa di

bawah kekuasaan Romawi dan diantara orang-orang Azande di Afrika

beberapa aris tokrat diperbolehkan memelihara anak perempuan dan

saudara perempuan mereka sebagai gundik, meskipun mereka tidak boleh

sampai mengandung. Ada beberapa kasus incest dinasti misalnya di Mesir,

Peru, dan Hawaii dahulu di mana saudara laki-laki dan perempuan

keluarga kerajaan yang dianggap mendekati kedudukan dewa-dewa

dipertemukan sebagai pasangan untuk menjaga kesucian garis keturunan

raja-raja.(Keesing, 1981:17).

40

Page 54: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

BAB III

PROFIL KELUARGA PERNIKAHAN SEDARAH

A. Pasangan Sedarah Antara Budi Dan Asti.

Budi dan Asti adalah salah satu contoh dari pasangan pernikahan

sumbang di Desa Ringin agung RT 05 RW 03 Salatiga. Pernikahan yang

dilakukakan oleh Budi dan Asti adalah incest antara seorang kakak kandung

mengawini adik kandungnya sendiri.

Budi terlahir dari pasangan Bapak Suhadi dan Ibu Darmi. Budi

merupakan anak pertama dari Ibu Darmi dan Pak Suhadi. Budi lahir pada

tahun 1960, Budi beragama Islam, mempunyai tinggi badan kurang lebih 160

cm, berambut agak bergelombang dan berkulit putih. Pendidikan terakhir yang

ditempuh Budi hanya sampai kejenjang SD. Saat ini Budi bekerja sebagai

penjaga sekolah di Sebuah Sekolah Dasar di Salatiga.

Asti merupakan anak kedua dari Pak Suhadi dan Ibu Darmi , yang

sekaligus menjadi adik dari Budi. Asti lahir di Salatiga pada tahun 1963. Asti

tinggal di dan besar di Ringin agung Salatiga,Asti berjenis kelamin

perempuan, beragama Islam, mempunyai tinggi badan kurang lebih 145 cm,

berambut lurus dan berkulit putih. Pendididikan terakhir yang ditempuh oleh

Asti hanya samapai tingkat SMP. Sekarang Asti bekerja sebagai penjahit baju

di rumahnya sendiri.

Pada masa kecil Budi dan Asti dibesarkan sama-sama oleh kedua orang

tuanya. Pada waktu kecil mereka bermain dan berhubungan selayaknya

seorang kakak beradik seperti hubungan kakak beradik pada umunya. Tidak

41

Page 55: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

ada kejanggalan yang terlihat di antara mereka bahwa kelak mereka akan

saling mencitai dan menyanyai sebagai seorang Suami dan Istri.

Asti dan Budi menikah pada tahun 1978 yang dilakukan dirumah

mereka sendiri. Pernikahan mereka dilaksanakan diam-diam dikarenakan

pernikahan mereka tidak banyak diketahui oleh para tetangganya. Pernikahan

Budi dan Asti tidak dicatatatkan kedalam buku pencatat pernikahan yang sah

oleh negara melaikan hanya pernikahan siri atau hanya secara agama.

Walaupun pernikahan mereka dilaksanakan dengan diam-diam akan

tetapi kabar pernikahan mereka tersebar luas dari mulut-kemulut, bahkan

berita pernikahan mereka sampai tercantum dalam sebuah koran lebih tepatnya

yaitu koran Suara Merdeka.

Sebab mereka menikah dikarenakan Budi dan Asti itu tidurnya tidak

dipisah atau satu ranjang, sehingga memicu hubungan seks di antara mereka.

Sesuai dengan peryataan Mbah Giyanto yaitu tetangga dari Budi dan Asti,

ketika saya bertanya tentang sebab terjadinya pernikahan sumbang ini, beliau

menjawab:

“ Iyo, margane Budi ro Asti ki seko cilik turune ura dipisah sak umah lan sak kasur. Wong jenenge menungso turu bareng mesti yo ono pikiran sek neko-neko, asale menungsoki gone syahwat pertama sek lanang demek sek wedok kroso penak sek didemek yo kroso penak. Selot suwe hubungan kakang adi kui dadi koyo bojo. Lan akhir e Budi ro Asti kui duwe anak seko hubungane cah loro kui”.(wawancara Pak Giyanto,7 Oktober2016).

Terjemah dari wawancara di atas :

(Iya, sebabnya Asti dan Budi itu dari kecil tidurnya tidak dipisah satu

rumah dan sat keranjang sampai remaja, namanya juga manusia pasti ada

42

Page 56: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

pikiran yang aneh-aneh dan asalnya manusia itumemang tempatnya syahwat.

Pertama yan laki-laki pegang yang perempuan merasa enak dan yang dipegang

juga merasakan enaklalu lama kelamaan hubungan kakak beradik itu seperti

suami istri. Dan pada akhirnya Budi Dan Asti memiliki anak dari hubungan

mereka berdua).

Reaksi tetangga-tetangga Budi dan Asti ketika mengetahui bahwa

mereka memiliki anak dari hubungan merek bermacam–macam antara lain

reaksi dari Bapak Giyanto pada saat saya bertanya kepada beliau apa

tanggapan Pak Giyanto beliau menjawab: Pak Giyanto,7 Oktober 2016 : Aku

yo ra ngiro mas, aku krungu kabar kui, langsung kaget aku mas. Lha wong

loro kui nak karo tonggo-tonggo yo terkenal apek, kok iso ngelakokke hal seng

ko ngono.

Terjemahan: ( Saya ya tidak mengira mas, saya mendengar kabar itu,

langsung kaget saya mas. Lha mereka itu terkenal kalau tetangga-tetangganya

juga terkenal baik, kok bisa melakukan hal seperti itu).

Reaksi ke dua dari Mbah Tarom 9 Oktober 2016: Pertamane aku reti Budi

karo Asti duwe anak aku yo kaget, yo ra percoyo, lha kakang adi kok duwe

anak, eh jebule kok tenan kakang adi kui bebojoan.

Terjemahan : ( Pertamanya saya mengetahui Budi dan Asti memeiliki

anak, saya ya kaget, ya gak percaya. Lha kaka beradik kok punya anak, eh

teryata beneran menjadi suami istri).

43

Page 57: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Pada umumnya reaksi masyarakat di tempat Asti dan Budi itu kaget

dan tidak percaya tentang hal itu. Tetpai para masyarakat ditempat itu tidak

begitu memperdulikan tentang hal itu, karena sistem masyarakat di tempat iru

“ nak ura dijiwet yo kene ra bakal jiwit” (apabila perbuatan orang itu (Budi

dan Asti) tidak merugikan para tetangga di sekitarnya, maka mereka juga tidak

memperdulikan tentang hal itu).

Kehidupan Asti dan Budi setelah menikah tidak mengalami perubahan

apa-apa.Mereka malah terlihat romantis dan mereka pun tidak mempunya rasa

malu akan hal yang sudah Asti dan Budi lakukakan. Hubungan antara Asti dan

Budi biasa saja selayaknya hubungan suami istri normal, mereka juga tetap

berinteraksi biasa saja terhadap masyarakat sekitarnya seperti sebelum mereka

melakukan incest.

Budi dan Asti dikaruniani 3 (tiga) orang anak dari hubungan mereka

yaitu satu anak laki-laki dan dua permepuan. Anak pertama dari Budi dan Asti

yaitu bernama Wawan. Sekarang Wawan berumur 38 (tiga puluh delapan)

tahun. Wawan terlahir dengan keadaan abnormal atau cacat, Wawan terlahir

dengan bentuk mata yang tidak normal dan bentuk kepala yang kurang normal

agak lonjong selain itu Wawan juga mengalami kecacatan mental. Walaupun

keadaan Wawan cacat akan tetapai Wawan tetap mau berintereksi dengan

masyarakat di sekitarnya. Dengan keadaan wawan yang seperti itu, sampai

sekarang wawan belum bekerja dan belum mempunyai istri.

Anak kedua (2) berjenis kelamin perempuan yang bernama Ratna,

jarak Ratna dan Wawan tidak terpaut jauh hanya berselisih dua tahun sekarang

44

Page 58: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Ratna berumur (36) tiga puluh enam tahun, Ratna juga terlahir dengan dalam

keadaan abnormal seperti halnya Wawan akan tetapi Ratna cacat pada bagian

mata dan kurang normal. Ratna juga tidak dapat bekerja dan belum

mempunyai suami sampai saat ini, akan tetapi walaupun Ratna dan Wawan

terlahir cacat tapi mereka tetap mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar

Anak ke 3 (tiga) dari Budi dan Asti juga berjenis kelamin

perempuan, yang bernama Lia. Sekarang Lia berumur 34 (tiga puluh empat)

tahun , Lia terlahir berbeda dengan kakak-kakaknya. Lia terlahir ndengan

keadaan normal seperti wanita biasa. Lia juga menempuh sampai kejenjang

perguruan tinggi jurusan keperawatan dan Lia saat ini bekerja menjadi PNS(

Pegawai Negri Sipil) ) di sebuah RSU menjadi suster. Walaupun Lia tidak

terlahir dari pernikahan yang tidak dicatatkan akan tetapi Lia dapat menjadi

PNS, dikarenakan paman dari Lia pada saat itu menjadi Lurah pada masa itu,

sehingga paman tersebut bisa memanipulasi data dari Lia sehingga Lia dapat

mendapatkan surat-surat yang akan dibutuhkan oleh Lia.

Lia juga saat ini mempunyai keluarga yang utuh, Lia mempunyai

suami dan anak dan sekarang Lia tinggal bersama suami dan anak-anaknya.

Bagan Keluarga Budi dan Asti

Suhadi Darmi

Budi Asti

Wawan Ratna Lia

(anak pertama) (anak kedua) (anak ketiga)

45

Page 59: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

B. Pasangan Iksan dan Mariah

Iksan dan Mariah adalah adalah pasangan lain yang melakukan

pernikahan sedarah. Incest yang dilakukan oleh pasangan ini adalah paman

menikahi ponakan. Pernikahan tersebut terjadi di Desa Gentan RT 02 RW

08Kecamatan Bringin Kab. Semarang. Iksan lahir dari pasangan Pak Munir

dan Ibu Asiyah pada tanggal 23-Agustus 1969 dan sekarang umur Iksan

adalah 46 (empat puluh enam) tahun. Iksan beragama Islam, mempunyai

tinggi badan kurang lebih 150 cm, mempunyai rambut lurus, agak gemuk dan

berkulit tidak terlalu putih. Iksan menempuh pendidikan hanya kejenjang SD

setelah itu Iksan menempuh pendidikan di Pondok Pesantren sampai lulus dan

sekarang Iksan bekerja sebagai petani.

Mariah merupakan keponakan dari Iksan, Mariah terlahir dari Pak

Shodaqoh dan Ibu Robiah. Mariah lahir pada tanggal 15 Mei 1981sekarang

Mariah berusia 35 (tiga puluh lima) tahun. Mariah beragama Islam,

mempunyai tinggi badan kurang lebih 140 cm, mempunyai rambut lurus,

berbadan kurus dan memiliki kulit putih. Mariah menempuh pendidikan hanya

sampai tingakt SMP . setelah lulus SMP Mariah melanjutkan pendidikannya

ke Pondok pesantren dan sekarang juga bekerja sebagai petani.

Iksan dan Mariah menikah pada tahun 2000 setelah Mariah mengandung

anak dari Iksan. Mereka menikah di Sumatera karena di sana tidak ada yang

mengetahui bahwa Iksan dan Mariah memeiliki satu garis keturunan yaitu

anatara keponakan dan paman. Akan tetapi walaupun di Sumatera tidak

46

Page 60: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

mengetahui tentang hal itu Iksan dan Mariah tetap melakukan pernikahannya

dengan tidak dicatatkan ke KUA atau hanya menikah secara agama.

Sebelum Iksan melakukan incest tersebut, Iksan sudah mempunyai 3

(tiga) istri. Istri pertama dari Iksan yaitu bernama Murtiah yang berasal dari

Dusun Taruman Desa Truko, dari perkawinan anatara Iksan dan Murtiah tidak

dikaruniani seorang anak dan rumah tangga mereka berakhir dengan

perceraian. Alasan percerain mereka karena Murtiah tidak bisa memberikan

keturunan kepada Iksan sehingga Iksan lama-kelamaan tidak memeperdulikan

keluarganya. Keadaan tersebut sering memicu adu mulut anatara Iksan dan

Murtiah, dan kekacauan tersebut sering didengar oleh tetangga-tetangga

mereka kemeudian rumah tangga mereka berakhir perceraian dan yang

mengajukan perceraian itu adalah dari pihak Murtiah.

Istri ke dua dari Iksan yaitu bernama Kaumi yang berasal dari Dusun

Gunung Tengis Desa Truko, dari perkawinan keduanya dengan Kaumi

dikaruniani 2 (dua) anak tetapi walaupun dikaruniani anak pernikahan mereka

juga berakhir dengan perceraian. Alasan mereka bercerai dikarenakan Kaumi

menjadi TKW di Arab Saudi, setelah tiga tahun lebih Kaumi tidak pernah

memberi kabar kepada Iksan atau mengirim uang untuk anak-anaknya. Kaumi

memberi kabar kepada Iksan hanya awal-awal Kaumi menjadi TKW Kaumi

memberi kabar setelah itu Kaumi tidak memberi kabar apapun kepada Iksan.

Setelah genap 3 tahun di Arab Saudi Kaumi pulang ke kampungnya, setelah

Kaumi pulang, Kaumi tidak menemui Iksan melainkan hanya mengambil

anak-anaknya lalu dibawa tinggal bersamanya dirumah orang tua kaumi.

47

Page 61: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Setelah kurang lebih satu bulan di rumah Kaumi meminta cerai kepada Iksan

dan setelah itu pernikahan mereka berakhir perceraian.

Istri ke 3 (tiga) dari Iksan bernama Siti Nurhidayah yang berasal dari

Dusun Waron, Gubug dari pernikahan mereka tidak dikaruniani anak dan juga

berakhir dengan perceraian. Alasan perceraian mereka dikarenakan rumah

tangga mereka diganggu oleh kedatangan Mariah yaitu keponakan Iksan

sekaligus istri keempat Iksan. Setelah Siti Nurhidayah mengetahui bahwa

suaminya ada hubungan dengan Mariah (ponakan) Nurhidayah langsung

meninggal Iksan dan meninggalkan Desa Gentan kemudian Nurhidayah

kembali lagi ke Gubug ke tempat orang tuanya.

Sebenarnya tidak ada akta perceraian antara Iksan dan Nurhidayah

dikarenakan tidak ada proses perceraian diantara mereka melainkan

Nurhidayah meninggalkan Iksan begitu saja dan tidak ada hubungan lagi atau

komunikasi kepada Iksan ataupun saudara-saudara Iksan sampai saat ini.

Istri ke 4 (empat) Iksan adalah Mariah yang merupakan keponakanya

sendiri yang dinikahinya secara siri.

Asal mula terjadinya incest ini dikarenakan keponakanIksan itu ikut

tinggal bersama Iksan dan Istrinya yang ke tiga. Alasan Mariah tinggal

bersama Iksan dikarenakan Mariah ingin mengobati penyakit Asmanya

dirumah Iksan. Iksan pada saat itu merupakan Dukun Alternatif di Desa

Gentan dan Iksan pun merupakan tokoh masyarakat. Pada saat Mariah ikut

tinggal bersama Iksan berumur 17 tahun

48

Page 62: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Saat saya bertanya kepada Pak Mad yang merupakan tentangga sekaligus

Kadus dari iksan tentang sebab faktor terjadinya incest tersebut beliau

menjawab:

Mergo Iksan Lan Mariah kui turune sak keranjang karo Iksan yo bojone Iksan, lan si Mariah ponakan Iksan kui nak turu ndesel-ndesel nek tengah-tengah e Iksan lan bojone terus. Lha suwe-suwe ono kabar Mariah kui ngandek, lan jebule sek metengi yo Iksan kui Pak lik e dewe.(wawancara Pak Mad,15 Oktober 2016).

Terjemahan: ( Sebab Iksan dan Mariah itu tidurnya satu ranjang bersama

Iksan dan juga istrinya Iksan, dan Mariah keponakan Iksan itu kalau tidur

sukanya ditengah-tengah Iksan dan Istrinya. Dan lama- kelamaan ada kabar

Mariah itu hamil, dan ternyata yang menghamili itu pamanya sendiri).

Setelah kabar itu diketahui oleh banyak masyarakat Gentan, Iksan

langsung pergi ke Sumatera bersama Mariah karena tidak ingin menanggung

malu,dan proses pernikahannya dilakukan di Sumatra karena disana tidak ada

yang mengetahui apabila Mariah dan Iksan itu masih satu garis keturunan

sedarah (keponakan).Walupun di Sumatra tidak ada yang mengetahui tentang

incest yang mereka lakukan, pernikahan itu tetap tidak dicatatkan di KUA atau

nikah hanya secara agama.

Setelah 5 (lima) tahun Iksan pun pulang lagi bersama Mariah ke

kampunnya Gentan bersama Mariah dan anaknya hasil hubungan dengan

Mariah. Anak tersebut berjenis kelamin perempuan dan bernama Umi Fatimah

yang berumur 17 tahun,anak tersebut tidak mengalami kecacatan walaupun

49

Page 63: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

terlahir dari pasangan incest taboo, akan tetapi IQ anak tersebut di bawah rata-

rata. Sesudah tinggal di Gentan lagi kehidupan mereka lebih tertutup kepada

masyarakat, ketika sudah di kampung Iksan tidak mempunyai tempat tinggal

karena Iksan tidak bisa kembali lagi, pada rumahnya yang dulu pernah di

tempati karena rumah itu bukan rumah sendiri melainkan rumah saudaranya.

Iksan pun tinggal beberapa waktu di masjid di Desa tersebut bersama istri

dan anaknya, setelah kurang lebih (4) bulan akhirnya Iksan dapat membangun

rumah sendiri walaupun seadanya dan letak rumah tersebut jauh dari rumah

warga-warga di Desa tersebut. Keadaan keluarga mereka harmonis sama

seperti keluarga yang lain.

Walaupun Iksan melakukan incest tetapi masyarakat tetap terbuka dan

tidak mengucilkan Iksan karena bagaimanapun Iksan merupakan warga asli

Gentan, akan tetapi Iksan merasa dikucilkan oleh masyarakat sehingga Iksan

tidak mau mengikuti Kegiatan masyarakat di Getan seperti halnya kegiatan

yasinan, kegiatan tahlilan dan lain-lain. Tetapi pada dasarnya masyarakat di

desa tersebut tidak merasa keberatan apabila Iksan mengikuti acara-acara

tersebut, karena Iksan masih dibutuhkan sebagai salah satu tokoh masyarakat

dan Iksan juga menjadi Qori’ah di Getan sebelum dia melakukan incest.

Tetapi dalam acara besar Desa sesekali Iksan mengikuti acara tersebut,

seperti acara pengajian –pengajian besar di Desa tersebut. Setelah mereka

berpisah, Iksan tetap tinggal di Gentan bersama putrinya sedangkan Mariah

tinggal kembali bersama orang tuanya. Perpisahan pernikahan mereka di

karenakan Kiyai pondok yang dulu pernah ditempati oleh Mariah

50

Page 64: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

mengetahui bahwa mereka melakukan pernikahan yang dilarang oleh agama,

sehingga Kiyai tersebut menyuruh mereka untuk berpisah karena pernikahan

itu melanggar larangan agama.

Proses Kiyai Mariah mengetahui bahwa mereka menikah itu pada

awalnya, di Pondok Kiyai tersebut ada acara Akhirusanah untuk pengajian

rutin tahunan. Dan pada acara tersebut Iksan dan Mariah Sowan kepada Kiyai

tersebut, kemudian Kiyai itu melihat Iksan dan Mariah masuk kedalam rumah

Kiyai itu dengan berpegangan tangan. Karena Kiyai itu kenal dengan Iksan

ataupun Mariah dan mengetahui hubungan mereka adalah paman dan

keponakan. Kemudian Kiyai tersebut bertanya kepada bahwa mereka berdua

kenapa berpegangan tangan, dan mereka pun menjawab bahwa mereka adalah

suami istri, dan seketika itu juga kiyai itu marah dan menyuruh mereka untuk

berpisah.

Bagan Keluarga Iksan dan Mariah

Munir Asiyah Shodaqoh Modah

Shodaqoh Dalail Iksan Hikmah Mariah Imron

Umi Fatimah

51

Page 65: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

C. Pasangan Samiun dan Maryati

Samiun dan Maryati adalah contoh lain dari pasangan yang melakukan

pernikahan sedarah. Pernikahan tersebut terjadi di Desa Ringin Agung

Salatiga RT 05 RW 04. Incest yang dilakukan oleh mereka ialah incest antar

Sepupu yaitu anak kakak kandungnya.

Samiun merupakan anak dari Pak Kamidi dan Ibu Sofiah , Samiun

beragama Islam, lahir di Salatiga pada tahun 1979, Samiun mempunyai tinggi

badan kurang lebih 160 cm, memiliki rambut lurus, memiliki badan ideal dan

berkulit putih. Pendidikan terakhir Samiun adalah sampai kejenjang SMA dan

sekarang Samiun bekerja di sebuah pabrik di Magelang.

Maryati adalah anak dari Pak Ngadino dan Ibu Sri Mulyani yang lahir di

Salatiga pada tahun 1982, Maryati beragama Islam, mempunyai tinggi badan

kurang lebih 150 cm, berbadan kurus, berkulit putih, memakai hijab.

Pendidikan terakhir Marytai adalah SMK dan sekarang Maryati bekerja di

sebuah pabrik di Magelang bersama Samiun. Samiun dan Maryati Menikah

resmi atau di catatkan kedalam buku nikah di Jakarta, mereka menikah pada

tahun 2004. Sejak kecil dan kedekatan mereka diperkuat pada saat mereka

sama-sama merantau ke Jakarta untuk sama-sama mencari pekerjaan, Samiun

bekerja di Jakarta sebagai supir taksi sedangkan Mariah bekerja sebagai

karyawan pabrik Sebab terjadinya pernikahan ini dikarenakan mereka sudah

mengenal di Jakarta.

Setelah mereka sudah resmi menikah, jarak satu tahun Samiun dan

Maryati pulang lagi ke tempat asalnya yaitu Ringin Agung salatiga,

52

Page 66: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

masyarakat di tempat itu menerima dengan baik kedatangan kembali Samiun

dan Maryati pulang sebagi pasangan suami istri. Kehidupan keluarga mereka

terhadap masyarakat biasa seperti sebelum mereka menikah, keadaan keluarga

mereka harmonis dan dari pernikahan mereka dikaruniani dua anak yang

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Anak mereka tidak mengalami kecatatan apapun, mereka terlahir normal,

anak pertama bernama Deni sedangakan anak ke dua bernama devi.

Sesudah kembalinya Samiun dan Maryati pulang ke Salatiga mereka

sekarang bekerja di Magelang dalam satu pabrik. Walaupun tempat kerja

Samiun dan Maryati jauh dari tempat tinggalnya yaitu Salatiga, mereka tidak

kos ataupun mengontrak di Magelang melaiankan mereka tetap tinggal di

Salatiga.

53

Page 67: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Bagan Keluarga Samiun dan Maryati

Fatah Sriyah

Lailah Kamidi Ngadino

Kamidi Sofiah Ngadino Sri Mulyani

Samiun Maryati

Deni Devi

54

Page 68: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

BAB IV

ANALISIS DINAMIKA PERNIKAHAN SEDARAH DAN PERSPEKTIF,

HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

A. Dinamika Perkawinan Sedarah

1. Pasangan Budi dan Asti

Dalam kehidupan sehari-hari Budi dan Asti melakukan segala

seuatunya dengan bersama–sama. Budi sebagai kepala rumah tangga yang

bertugas untuk mencarikan nafkah untuk menghidupi istri dan anak-

anaknya. Sedangkan Asti berperan sebagai istri dan ibu untuk anak dan

suaminya. Selain itu Asti juga ikut menunjang pemasukan keluarganya

dengan menjadi penjahit baju yang berlokasi di rumahnya sendiri. Asti dan

budi mempunyai tugas yang sama yaitu merawat anak-anaknya, menjaga,

mendidik dan lain sebagainya. Dalam kehidupan senari-hari Budi

memanggil Asti dengan sebutan Dek, dan sebaliknya Asti memanggil

Budi dengan sebutan Mas.

Walaupun anak-anaknya terlahir kurang normal kecuali anak yang

terakhir Budi dan Asti tetap mengajarkan anak-anaknya seperti membaca,

menghitunag, menulis dan lain-lain. Karena ke dua anaknya yang

abnormal tidak sekolahkan di sekolah formal seperti SLB, sehingga

mereka berdua diberi pelajaran oleh ke dua orang tuanya.

Hubungan antara anak dan orang tua terjalin dengan baik, sampai

anaknya menginjak usia dewasa, tidak ada perubahan perlakuan orang tua

55

Page 69: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

kepada anak. Terkadang anak-anak dari Budi dan Asti juga membantu

pekerjaan rumah seperti membelikan bumbu untuk masak, menyapu,

menyuci piring, menyuci baju dan lain-lain.

Hubungan suami istri antara Budi dan Asti pada saat sesudah

mereka menikah hubungan mereka terjalin baik walaupun mereka sudah

melakukan perkawinan sumbang, mereka tidak menghiraukan itu. Bahkan

mereka ketika memiliki anak yang terlahir abnormal pun mereka tetap saja

terjalin baik dan menerima jalan hidup mereka bahwa mereka mempunyai

anak yang abnormal.

Sedangkan hubungan Budi dan Asti dengan tetangga-tetangganya

terjalin baik-baik saja. Walaupun para tetangga mengetahui bahwa

mereka melakukan pernikahan yang terlarang, para tetangga disekitarnya

tidak mengucilkan Budi dan Asti. Mereka tetap berinteraksi seperti biasa,

tidak ada batas apapun yang menghalangi untuk berinteraksi antara

tetangga dengan Budi dan Asti. Mereka juga tidak menutup diri dengan

masyarakat sekitar, mereka tidak merasa malu tentang apa yang sudah

mereka lakukan. Anak-anak mereka juga berinteraksi baik dengan tetang-

tetangganya, anak-anak Budi dan Asti terkadang juga main ke rumah

tetangga-tetangganya.

Keluaraga besar dari Budi dan Asti juga bersikap baik terhadap

mereka, keluarga besar mereka dapat menerima dengan apa yang sudah

56

Page 70: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

mereka lakukan. Pada saat hari raya idul fitri banyak juga yang datang dan

bersilaturahmi ke rumah Budi dan Asti.

2. Pasangan Iksan dan Mariah

Iksan dan Mariah menjalankan kehidupannya bersama-sama

setelah mereka mempunyai anak kehidupan mereka semakin terjalin

dengan baik. Iksan berperan sebagai kepala rumah tangga sedangkan

Mariah sebagai ibu rumah tangga. Iksan bertugas untuk mencarikan

nafkah untuk menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai petani atau

berkebun sedangkan Mariah di rumah untuk membereskan pekerjaan

rumah seperti halnya yang dilakukan ibu rumah tangga seperti halnya

menyapu, mencuci baju, memasak dan menjaga anaknya ketika ditinggal

budi berkebun. Terkadang Mariah juga ikut ke kebun untuk menemani

Iksan. Panggilan Iksan untuk Mariah adalah namanya sendiri yaitu Mariah

sedangkan Mariah memanggil Iksan dengan sebutan Bapak.

Hubungan suami istri antara Iksan dan Mariah setelah menikah

semakin baik, walaupun pada saat diketahui bahwa Mariah hamil anak

dari Iksan banyak yang menentang tentang hal itu dan Iksan memutuskan

untuk membawa Mariah pergi ke Sumatera.

Hubungan Iksan dan Mariah dengan anak satu-satunya yang

bernama Umi terjalin sangat baik. Mereka melakukan apa yang biasa

dilakukan orang tua pada umunya sepertihalnya membesarkan, menjaga,

57

Page 71: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

merawat dan juga menyekolahkan ananknya. Umi memanggil Ayahnya

dengan sebutan “Pak e” dan memanggil Ibunya dengan sebutan “Mak e”.

Sedangkan hubungan Iksan dan Mariah dengan tetangga-

tetangganya kurang baik. Dikarenakan Iksan dan Mariah menutup diri dari

masyarakat disekitarnya dan mereka merasa dikucilkan. Tetapi pada

kenyataanya masyarakat di mana Iksan dan Mariah tinggal tidak

mengucilkan mereka bahkan Iksan juga sering diundang dalam kegiatan-

kegiatan Desa, akan tetapi Iksan tidak mau menghadiri acara tersebut.

Tetapi sekarang setelah sudah berpisah dengan mariah terkadang Iksan

mau menghadiri acara-acara besar di Desa Iksan tinggal, terakhir Iksan

mau menghadiri acara pengajian di Desanya dalam acara mauludan 2016

kemarin sebagai Qori’ atau pembaca Al Quran.

Hubungan Iksan dan Mariah dengan keluarga besarnya sama

dengan hubungan dengan tetangga-tetangga mereka. Iksan dan Mariah

juga bersikap tertutup dengan keluarga besarnya.Walaupun pada awalnya

keluarga Iksan dan Mariah berjalan dengan sangat baik akan tetapi pada

akhirnya mereka berpisah.

3. Pasangan Samiun dan Maryati

Kehidupan Samiun dan Maryati terjalin sangat baik mereka

dikaruniani 2 anak laki-laki dan perempuan. Samiun berperan sebagai

ayah yang mencarikan nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Maryati

berperan sebagai Ibu rumah tangga yang bertugas mengerjakan pekerjaan

58

Page 72: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

rumah, tetapi pada saat anak-anaknya sudah bersekolah SD Maryati ikut

bekerja bersama suaminya untuk menunjang pemasukan keluarga mereka.

Hubungan suami istri antara Samiun dan Maryati baik-baik saja

dan terlihat rukun. Samiun memanggil istrinya dengan sebutan Ibuk dan

Maryati memanggil suamminya dengan sebutan Ayah. Sedangkan anak

mereka juga memanggil mereka dengan sebutan Ayah dan Ibu.

Hubungan Samiun, Maryati dengan anak-anaknya terjalin sangat

baik, mereka melakukan apa yang harus dilakukan orang tua terhadap

anak-anaknya seperti halnya merawat, membesarkan dan memberikan

fasilitas pendidikan untuk anak-anaknya. Sedangkan anaknya juga

bersikap sopan dan hormat terhadap ke dua orang tuanya.

Keadaan Samiun dan Maryati dengan tetangga-tetangga mereka

terjalin sangat baik. Mereka bersikap terbuka dengan masyarakat sekitar

dan sebaliknya masyarakat sekitar bersikap terbuka kepada Samiun dan

Maryati. Mereka saling tolong menolong contohnya pada saat tetangga

mereka membutuhkan tenaga mereka, Samiun dan Maryati membantunya

sebisa mungkin.

Hubungan Samiun dan Maryati dengan keluarga besarnya terjalin

dengan biak, mereka terlihat sangat dekat dengan keluarga besarnya. Dan

rumah mereka tidak jauh dari keluarga besarnya seingga setiap hari

mereka dapat bertemu dan berinteraksi sepertihalnya yang biasa dilakukan

oleh keluarga dengan keluarga besar lainya.

59

Page 73: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

B. Analisis Hukum Islam, UU NO. 1 Tahun 1974 dan Sosiologi tentang

Perkawinan Sedarah

1. Analisi Hukum Islam

Pernikahan yang dialarang dalam islam sudah dijelaskan dalm surat An-

nisa ayat 23:

Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa :

a. Pernikahan Budi dan Asti tidak boleh dilakukan oleh agama islam

karena Budi termasuk kriteria yang tidak boleh menikahi Asti

dikarenakan mereka adalah satu garis keturunan yaitu kakak dan

adik. Ayat yang menyatakan bahwa pernikahan Budi dan Asti tidak

boleh dilakukan dalam surat An-Nisa ayat 23 adalah “saudara-

saudaramu yang perempuan dan saudara sepersusuan”. Dari ayat

tersebut sudah jelas bahwa pernikahan mereka tidak boleh dalam

islam karena Budi dan Asti merupakan saudara sekandung dalam

satu garis keturunann dan satu ibu susuan yaitu ibu mereka.

60

Page 74: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Didalam Islam ada pernikahan yang dilarang untuk selamanya dan

sementara, pernikahan yang tidak boleh dilakukan untukn selamnya

adalah

Karena hubungan nasab.

1) Ibu, yang dimaksud adalah perempuan yang mempunyai

hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas, yaitu ibu,

nenek garis ayah atau ibu dan seterusnya ke atas.

2) Anak perempuan, yang dimaksud adalah perempuan yang yang

mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke

bawah, yaitu anak perempuan,cucu perempuan, (dari anak laki-

laki perempuan), piyut perempuan dan seterusnya ke bawah.

3) Saudara perempuan kandung(seayah dan seibu).

4) Bibi, yaitu saudara perempuan ayah atau ibu kandung, seayah

atau seibu dan seterusnya ke atas.

5) Keponakan perempuan, yaitu anak saudara laki-laki atau

perempuan dan seterusnya ke bawah.

Dari uraian di atas sudah jelas bahwa pernikahan antara Budi dan

Asti tidak boleh dilakukan sampai kapanpunatau tidak boleh dilakukan

untuk selamnaya. Karena mereka termasuk “saudara perempuan

kandung (seayah dan seibu)”.

61

Page 75: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

b. Pernikahan Iksan dan Mariah

Pernikahan Iksan dan Mariah adalah pernikahan antara paman

dan keponakan. Dalam Al Quran An-Nisa ayat 23 yang

menjelaskan tentang larangan pernikahan-pernikahan yang haram

dilakukan. Di Surat An-Nisa ayat 23 tersebut tercantum larangan

menikahi keponakan yaitu ( Anak-anak perempuan dari saudara-

saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-

saudaramu yang perempuan). Jadi dari ayat tersebut dapat menjadi

landasan yang kuat bahwa pernikahan yang dilakukan Iksan dan

Mariah tidak boleh dilakukan menurut hukum Islam.

Pernikahan ini juga tidak boleh dilakukan untuk selamanya

karena pertalian nasab (keponakan perempuan, yaitu anak saudara

laki-laki atau perempuan dan seterusnya ke bawah).

c. Pernikahan Samiun dan Maryati

Pernikahan antara Samiun dan Maryati adalah pernikahan

antar sepupu atau anak saudara lelaki ayah atau anak saudara ibu.

Apabila ditinjau dari hukum Islam pernikahan antar sepupu boleh

dilakukakn karena mereka tidak disebutkan oleh ayat yang

berbicara tentang mahram yaitu QS A-nisa 4 ayat 23, tidak juga

terdapat dalam hadits-hadits Rasulullah SAW. Jadi pernikaha antar

sepupu boleh dilakukan menurut hukum Islam.

62

Page 76: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

2. Analisis Hukum Positif (Undang-Undang dan KHI)

Dalam hukum positif pernikahan yang tidak boleh dilakukan

tercantum pada UU No1 Tahun 1974 yang ada dalam pasal 8 yaitu:

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun

ke atas

b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antar

saudara,. Antrara seseorang dengan saudara tua dan antara seseorang

dengan saudara nenenknya.

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan

ibu/bapak tiri.

d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan saudara susuan anak

susuan dan bibib/paman susuan.

e. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau

kemenakan dari istri, dalam hal seseorang suami beristri lebih dari

seseorang.

f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanaya atau peraturan air yang

berlaku dilarang kawin.

Sedangkan perkawinan-perkawinan yang dilarang dalam KHI

tercantum pada pasal 39 yaitu :

a) Karena Pertalian Nasab:

• Dengan seorang wanita yang melahirkan atau menurunkanya atau

keturunannya.

• Dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu.

63

Page 77: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

• Dengan seorang wanita saudara yang melahirkan

b) Karena pertaliaan kerabat semenda.

• Dengan seorang wanita yang melahirkan istrinya atau bekas

istrinya.

• Dengan seorang wanita bekas istri orang yang menurunkanya.

• Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istrinya, kecuali

putusnya hubungan perkawinan dengan bekas istrinya itu qabla al

dukhul

• Dengan seorang wanita bekas istri keturunannya

c) Karena pertalian susuuan

• Dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis

lurus ke atas.

• Dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis

lurus ke bawah.

• Dengan seorang wanita saudara sesusuan, dan kemenakan susuan

kebawah.

• Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenenk bibi sesusuan

ke atas.

• Dengan anak yang disusui istrinya dan keturunannya

Jadi dengan demikian dapat di analisis apakah pernikahan yang

diteliti oleh peneliti boleh dilakukan apa tidak apabila di tinjau dari

Undang-Undang dan KHI.

64

Page 78: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

1) Pasangan Budi dan Asti

Pernikahan antara Budi dan Asti apabila ditinjau dari segi

undang-undang no 1tahun 1974, pernikahan tersebut jels tidak boleh

dilakukan antara mereka. Karena di pasal 8 sudah jelas menerangkan

bahwa tidak bolehnya melakukan perkawinan” berhubungan darah

dalm garis keturunan” dan “mempunyai hubungan yang oleh

agamanya atau peraturan air yang berlaku dilarang kawin”.

Jadi mennurut peraturan tersebut jelas Budi dan Asti tidak boleh

melakukan perkawinan tersebut. Karena mereka merupakan satu garis

keturunan yaitu kakak adik dan Budi dan Asti adalah beraga islam. Di

dalam islam sendiri sudah jelas bahwa pernikahan tersebut tidak boleh

dilakukan yang terdapat dalam surat An-Nisa 4 ayat 23 karena mereka

merupakan satu mahram.

Serdangkan apabila ditinjau dalam KHI pasal 39 pernikahan

antara Budi dan Asti juga tidak boleh dilakukan karena mereka

termasuk orang yang tidak boleh karena pertalian nasab yang sudah

tercantum di atas adalah tidak bolehnya menikahi seorang wanita

keturunan ayah atau ibu. Dan mereka sudah jelas keturunan satu ayah

dan satu ibu

.2) Pasangan Iksan dan Mariah

Pernikahan antara Iksan dan Mariah adalah pernikahan antara

paman dan keponakan apabila ditinjau dari segi UU No 1 tahun 1974

65

Page 79: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

pernikahan tersebut tidak boleh dilakukan karena mereka tercantum

dalam pereturan tersebut yang tidak boleh melakukan pernikahan

diantara keduanya yaitu”berhubungan susuan yaitu orang tua susuan,

saudara susuan, anak susuan dan bibi atau paman” dan “mempunyai

hubungan yang oleh agamanya atau peraturan air yang berlaku”

dilarang kawin.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan mereka melanggar

peraturan perkawian, dan Iksan dan Mariah meruapakan umat islam,

di dalam islam pernikahan tersebut tidak boleh dilakukan dalam Surat

An-Nisa 4 ayat 23 karena mereka berdua termasuk mahram.

Sedangkan menurut KHI pasal 39 perkawinan antara paman dan

keponakan tidak boleh dilakukan karena mereka melanggar peraturan

tidak boleh menikahi wanita yang ada pertalian pertalian nasab.

3) Pasangan Samiun dan Maryati

Samiun dan Maryati melakukan perkawinan anara sepupu atau

anak dari saudra ayah atau ibu. Apabila ditinjau dari UU No 1 tahun

1974 dalam pasal 8 tidak disebutkan larangan tidak bolehnya

melakukan pernikahan antar sepupu dan peraturan agama juga tidak

ada larangan melakukan pernikahan antar sepupu karena mereka tidak

termasuk mahram.

Sejalan dengan Undang-undang No 1 tahun 1974, KHI juga

tidak ada larangan melakukan perkawinan antar sepupu. Karena

66

Page 80: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

dipasal 39 tidak ada yang menyatakan bahwa pernikahan antar sepupu

dilarang. Jadi pernikahan antar sepupu boleh dilakukan menurut

Undang-Undang perkawian maupun KHI.

C. Analisis Sosiologi

Menurut sosiologi pernikahan yang dilakukan dalam peneliti ini

tidak boleh dilakukan terutama antara keponak dan paman, kakak dan adik..

Karena secara sosiologi pernikahan antar saudara atau kerabat dapat membuat

kekacauan tatanan sosial yang sudah ada.Sebagaimana dijelaskan oleh

Goode,(2002:50) bahwa pernikahan yang dilakukan di dalam keluarga batih

akan menyebabkan anak hasil hubungan incest menimbulkan persoalan

khusus dalam soal penempatan sosial karena kedudukannya demikian kacau,

sama halnya dengan orang tuanya. Jika anak itu dilahirkan dari hubungan

anak perempuan dengan ayahnya, maka ibunya merupakan kakak

perempuannya. Ayahnya kawin dengan neneknya, dan ayahnya dan ayahnya

itu juga kakeknya. Kakanya (setengah kakak) juga pamanya (yaitu kakak

ibunya).

Kekacauan yang serupa juga timbul jika anak itu merupakan

keturuna dari hubungan saudara perempuan dengan suadara lelakinya, atau

hubungan ibu dengan anka laki-laki, sudah jelas perkawinan seperti ini akan

memperburuk keadaan keluarga. Perkawinan yang sedemikian itu dilarang

dan bagaimana juga tidak akan menyelesaikan kesemprawutan antar anggota

keluarga. Yang merupakan unsur penting dalam pengertian ketidakabsahan

ialah penempatan sang anak.

67

Page 81: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Argumen yang sama juga dikemukakan oleh Parsons dalam buku

Sanderson,(2010:444) ditandaskanya bahwa perbuatan sumbang akan

mengganggu kestabilan keluarga batih karena menjurus kepada kacaunya

peranan dan timbulnya kesulita-kesulitan dalam mensosilisasikan anak-anak.

Dengan dilarangnya hubungan seks dan perkawinan di antara

kerabat dekat, masyarakat manusia memaksakan orang mencari pasangan di

luar keluarga sendiri. Hal ini akan menjurus kepada terbentuknya ikatan-

ikatan atau”aliansi-aliansi” di antara beberapa kelompok manusia, sehingga

memungkinkan orang-orang itu hidup damai antara yang satu dengan yang

lainya.

68

Page 82: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap pelaku perkawinan sedarah,

menghasilkan kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari

pembahasan dalam skripsi ini, yang dapat ditemukan sebagai berikut:

1. Dinamika atau potret tiga keluarga yang diteliti oleh peneliti pada umunya

sama dengan pernikahan-pernikahan yang lain, mereka menjalani

kehidupannya penuh dengan kasih sayang. Pembagian tugas dalam ketiga

keluarga pernikahan sedarah itu juga seperti keluarga yang lain yaitu

bapak sebagai kepala rumah tangga sedangkan seorang istri menjadi ibu

rumah tangga. Hubungan orang tua dengan anak juga terjalin dengan baik,

Sedangkan hubungan keluarga sedarah dengan tetangga-tetangga

disekitarnya terjalin sangat baik tidak ada masalah diantara mereka,

kecuali keluarga Iksan dan Mariah merka memilih menjauh dari tetangga

disekitarnya. Hubungan ketiga keluarga besar keluarga sedarah dengan

mereka terjalin dengan baik keakraban itu dapat dilihat pada perayaan hari

raya idul fitri, antara keluarga pernikahan sedarah dengan keluarga

besarnya saling bersilaturahmi.

2. Pernikahan Sedarah Perspektif Hukum Islam, UU No 1 Tahun 1974 dan

Sosiologi.

Di dalam penelitian ini ada tiga kasus pernikahan sedarah yang diteliti.

Yaitu pertama pernikahan sedarah antara kakak dengan adik, yang kedua

69

Page 83: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

pernikahan antara paman dengan keponakan dan yang ke tiga penikahan antara

sepupu dengan sepupu.

Dari landasan Surat An-Nisa ayat 23 dapat disimpulkan bahwa pernikahan

antara kakak dengan adik dan antara paman dengan keponakan tidak

diperbolehkan dalam islam yang sudah tercantum dalam surat tersebut yaitu “

saudara-saudaramu yang perempuan dan anak-anak perempuan dari saudara-

saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu

perempuan.Sedangkan pernikahan antar sepupu atau menikahi perempuan anak

saudara ayahatau ibu, menurut surat tersebut diperbolehkan karena mereka

tidak tercantum dalam Surat An-Nisa ayat 23 jadi mereka bukan mahram.

Pernikahan sumbang yang diteliti bila ditinjau dari hukum KHI dan UU

NO 1 Tahun 1974 tentang pernikahan. Sejalan dengan Surat An-Nisa ayat 23

dalam KHI pasal 39 juga melarang terjadinya pernikahan antara kakak dengan

adik dan antara paman dan keponakan yaitu tidak boleh karena adanya

pertalian Nasab. Sedangkan pernikahan antar sepupu juga tidak terdapat dalam

KHI.

Sedangkan bila dintinjau dari Undang-Undang No 1tahun 1974 yang

terdapat dalam pasal 8. Juga sejalan dengan KHI dan Hukum Fiqih yaitu tidak

bolehnya melakukan pernikahan antara kakak dengan adik dan paman dengan

keponakan yaitu yang berbunyi :Berhubungan darah dalam garis keturunan

lurus ke bawah ataupun ke atas ,Berhubungan darah dalam garis keturunan

menyamping yaitu antar saudara,. Antrara seseorang dengan saudara tua dan

antara seseorang dengan saudara nenenknya,dan Mempunyai hubungan yang

70

Page 84: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

oleh agamanaya atau peraturan air yang berlaku dilarang kawin. Jadi menurut

undang-undang tersebut pernikahan yang boleh dilakukan hanya pernikahan

sepupu.

Pernikahan Sedarah Perspektif Sosiologi

Menurut hukum sosiologis pernikahan yang dilakukan dalam peneliti

ini tidak boleh dilakukan terutama antara keponak dan paman, kakak dan adik..

Karena menurut hukum sosiologis pernikahan antar saudara atau kerabat dapat

mebuat kekacauan tatanan sosial yang sudah ada. yang sudah di jelaskan

( Goode,2002:50) bahwa pernikahan yang dilakukan di dalam keluarga batih

akan menyebabkan anak hasil hubungan incest menimbulkan persoalan khusus

dalam soal penempatan sosial karena kedudukannya demikian kacau, sama

halnya dengan orang tuanya, jika anak itu dilahirkan dari hubungan anak

perempuan dengan ayahnya, maka ibunya merupakan kakak perempuannya.

Ayahnya kawin dengan neneknya, dan ayahnya dan ayahnya itu juga

kakeknya. Kakanya (setengah kakak) juga pamanya (yaitu kakak ibunya).

Kekacauan yang serupa juga timbul jika anak itu merupakan keturuna dari

hubungan saudara perempuan dengan suadara lelakinya, atau hubungan ibu

dengan anka laki-laki, sudah jelas perkawinan seperti ini akan memperburuk

keadaan keluarga. Perkawinan yang sedemikian itu dilarang dan bagaimana

juga tidak akan menyelesaikan kesemprawutan antar anggota keluarga. Yang

merupakan unsur penting dalam pengaertian ketidakabsahan ialah penempatan

sang anak. Argumen yang sama juga dikemukakan oleh Parsons dalam buku

Sanderson,2010:444 Ditandaskanya bahwa perbuatan sumbang akan

71

Page 85: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

mengganggu kestabilan keluarga batih karena menjurus kepada kacaunya

peranan dan timbulnya kesulita-kesulitan dalam mensosilisasikan anak-anak.

B. Saran

1. Pemerintah

Pemerintah diharapkan lebih maksimal dalam kegiatan penyuluhan

keagamaan yaitu dengan memberikan pengarahan kepada masyartakat

tentang hukum perkawinan tentang apa saja yang menyangkut tentang

perkawinan khususnya perkawinan-perkawinan yang dilarang oleh agama

ataupun hukum positif. Sehingga masyarakat dapat mengerti hukum

perkawinan dan diharapkan tidak ada lagi masyarakat yang melanggar

tentang peraturan tersebut. Selain penanggulangan dapat juga dilakukan

pemberantasan dan membentuk aturan pidana mengenai pelanggaran

terhadap peraturan perkawinan.

2. Masyarakat

Masyarakat seharusnya dapat dengan tegas menolak warga yang

sengan sengaja melakukan perkawinan yang terlarang. Dengan demikian

dapat diharapkan dapat menjadi alasan untuk masyarakat yang ingin

melakukan pernikahan yang dilarang.

Masyarakat seharusnya juga cepat memberi respon terhadap perilaku

masyarakat yang mencurigakan seperti, yang dilakukan paman dan

keponakan yang sering terlihat mesra, pergi berdua bahkan tidur dalam

satu atap terus menerus. Hal ini dapat megindikasikan adanya suatu

hubungan spesial anatar paman dan keponakan. Sehingga, jika masyarakat

72

Page 86: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

respon terhadap keadaan seperti itu, dan sigap untuk mengambil tindakan

preventif di harapkan tidak akan terjadi kasus-kasus pernikahan yang akan

terjadi.

73

Page 87: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1992. Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.

Ali, Mohammad Daud. 2011. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Grafindo Persada.

Asmawi, Mohammad. 2004. Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan. Yogyakarta: Darussalam.

Basyir, Ahmad Azhar. 1996. Hukum Islam. Yogyakarta: Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

Bungin, Burhan. 2002. Analisis Data Kualitatif Pemahaman Filosofi dan Metodologi Ke Arah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta: Rajawali.

Goode, William J. 2002. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Haviland, William dan Soekadijo.1985. Antropologi.Surakatra: Erlangga.

Keesing, Roger M dan Samuel Gunawan. 1981. AntropologiBudaya (edisi 2). Jakarta: Erlangga.

Moleong, M.A.,Lexy J.Prof.DR. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mugniyah, Muhamad Jawad. 1994. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Basrie Press.

Poerwadaminto. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Pustaka.

Poetra, G Kartosa. 1992. Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi Aksara.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).

Roibin. 2008. Sosiologi Hukum. Malang: UIN Malang Prees.

Roibin. 2010. Hukum Islam(Penetapan Hukum Islam). Malang: UIN Malang

Press.

Sanderson, Stephen K. 2010. Makro Sosiologi. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Page 88: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

Soekanto, Soerjono. 1993. Kamus Sosiologi(Edisi Baru). Jakarta: PT Grafindo Persada.

Sudarsono. 2005. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Summa, Muhamad Amin. 2004. Hukum Keluarga Islam di DuniaIslam.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta Timur: Prenada

Media.

Takariawan, Cahyadi. 2009. Di Jalan Dakwah Kugapai Sakinah. Solo: Era Inter

Media.

Page 89: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI
Page 90: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI

FOTO WAWANCARA

Wawancara dengan Pak Giyanto

Wawancara dengan Pak Ahmad

Page 91: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI
Page 92: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI
Page 93: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI
Page 94: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI
Page 95: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI
Page 96: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI
Page 97: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI
Page 98: PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2784/1/Muh...PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN SOSIOLOGI