permenkes bidan

Upload: slampack

Post on 10-Oct-2015

95 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Permenkes bidan

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    1/85

    1

    TUGAS ETIKOLEGAL

    Oleh :

    RENI SUSANTI

    NIM. 13DB277033

    STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS

    2014

    PERMENKES TENTANG REGISTRASI

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    2/85

    2

    DAN PRAKTIK BIDAN

    1.

    Pengertian Praktek Bidan

    Praktek Kebidanan adalah asuhan yang

    diberikan oleh bidan secara mandiri baik pada

    perempuan yang menyangkut proses reproduksi,

    kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, masa antara

    dalam lingkup praktek kebidanan juga termasukpendidikan kesehatan dalam hal proses. reproduksi

    untuk keluarga dan komunitasnya.

    Praktek kebidanan berdasarkan prinsip

    kemitraan dengan perempuan bersifat holistik dan

    menyatukannya dengan pemahaman akan pengaruh

    sosial, emosional, budaya, spiritual, psikologi dan fisik

    dari pengalaman reproduksinya.

    Praktek kebidanan bertujuan menurunkan /

    menekan mortalitas dan morbilitas ibu dan bayi yang

    berdasarkan ilmu-ilmu kebidanan, kesehatan, medis

    dan sosial untuk memelihara, meningkatkan danmelindungi kesehatan ibu dan janin / bayinya.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    3/85

    3

    Permenkes Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

    Pasal 1

    Praktik bidan adalah serangkaian kegiatan

    pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada

    pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai

    dengan kewenangan dan kemampuannya.

    2.

    Pelaporan dan Registrasi

    a.

    Permenkes Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

    Pasal 2

    (1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan bidan

    wajib menyampaikan laporan secara tertulis

    kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsimengenai peserta didik yang baru lulus, selambat

    lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus.

    (2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) tercantum dalam Formulir I

    terlampir.

    Ketentuan untuk pelaporan peserta didik yang

    baru lulus ke Dinas Kesehatan provinsi

    Kewajiban untuk registrasi bagi bidan yang

    baru lulus

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    4/85

    4

    Penerbitan SIB oleh kepala Dinas Kesehatan

    Propinsi

    Kewajiban untuk kepemilikan SIB termasukuntuk Bidan luar negeri

    Pembaharuan SIB

    b.

    Permenkes nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

    Bidan dapat praktik mandiri atau di fasilitas

    pelayanan kesehatan

    Minimal pendidikan Bidan adalah dIII kebidanan

    Kewajiban memiliki SIKB untuk Bidan yang

    bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan

    Kewajiban memiliki SIPB untuk Bidan yang

    praktik mandiri Kewajiban memiliki STR, SIKB dan SIPB yang di

    keluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/Kota

    Kewenangan Bidan untuk hanya menjalankan

    praktik/ kerja paling banyak 1 tempat kerja dan 1

    tempat praktik

    Masa berlaku SIKB dan SIPB

    Registrasi adalah proses pendaftaran,

    pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan

    setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti

    atau standar penampilan minimal yang ditetapkan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    5/85

    5

    sehingga secara fisik dan mental mampu

    melaksanakan praktik profesinya.

    Pasal 3

    (2) Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan

    dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada

    Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi

    pendidikan berada guna memperoleh SIB

    selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelahmenerima ijazah bidan.

    (3) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud

    meliputi:

    fotokopi Ijazah Bidan;

    fotokopi Transkrip Nilai Akademik surat keterangan sehat dari dokter

    pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua)

    lembar

    (4) Bentuk permohonan SIB sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II

    terlampir.Pasal 4

    (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama

    Menteri Kesehatan melakukan registrasi

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    6/85

    6

    berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 3 untuk menerbitkan SIB.

    (2) SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

    Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam

    waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak

    permohonan diterima dan berlaku secara nasional.

    (3) Bentuk dan isi SIB sebagaimana tercantum dalam

    Formulir III terlampir.

    Pasal 5

    (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat

    pembukuan registrasi mengenai SIB yang telah

    diterbitkan.(2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan

    laporan secara berkala kepada Menteri Kesehatan

    melalui Sekretariat Jenderal c.q Kepala Biro

    Kepegawaian Departemen Kesehatan dengan

    tembusan kepada organisasi profesi mengenai SIB

    yang telah diterbitkan untuk kemudian secaraberkala akan diterbitkan dalam buku registrasi

    nasional.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    7/85

    7

    Pasal 6

    (1) Bidan lulusan luar negeri wajib melakukan

    adaptasi untuk melengkapi persyaratanmendapatkan SIB.

    (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilakukan pada sarana pendidikan yang

    terakreditasi yang ditunjuk pemerintah.

    (3) Bidan yang telah menyelesaikan adaptasi

    diberikan surat keterangan selesai adaptasi oleh

    pimpinan sarana pendidikan.

    (4) Untuk melakukan adaptasi bidan mengajukan

    permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan

    Propinsi.

    (5)

    Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dengan melampirkan:

    a. Fotokopi Ijazah yang telah dilegalisir oleh

    Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi;\

    b. Fotokopi Transkrip Nilai Akademik yang

    bersangkutan.

    (6)

    Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkanpermohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

    menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan

    adaptasi.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    8/85

    8

    (7) Bidan yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku

    ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

    dan Pasal 4.

    (8) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (4) sebagaimana tercantum dalam Formulir

    IV terlampir.

    Pasal 7

    (1) SIB berlaku selama 5 Tahun dan dapat

    diperbaharui serta merupakan dasar untuk

    menerbitkan SIPB.

    (2) Perbaharuan SIB sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

    Propinsi dimana bidan praktik dengan

    melampirkan antara lain:a.SIB yang telah habis masa berlakunya

    b.Surat Keterangan sehat dari dokter

    c.Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua)

    lembar.

    3.

    Masa BaktiMasa bakti bidan dilaksanakan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    9/85

    9

    4. Wewenang Bidan Kepmenkes 900 tahun 2002

    Pasal 14

    Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenanguntuk memberikan pelayanan yang meliputi:

    a. pelayanan kebidanan

    b. pelayanan keluarga berencana

    c. pelayanan kesehatan masyarakat

    Pasal 15

    a. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 14 huruf a ditujukan kepada ibu dan

    anak.

    b. Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa

    pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa

    persalinan, masa nifas, menyusui, dan masa antara(periode interval).

    c. Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada

    masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita

    dan masa pra sekolah.

    Pasal 16Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:

    a. Penyuluhan dan konseling

    b. Pemeriksaan fisik

    c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    10/85

    10

    d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang

    mencakup ibu hamil dengan abortus iminens,

    hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi

    ringan dan anemi ringan

    e. Pertolongan persalinan normal

    f. Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup

    letak sungsang, partus macet kepala di dasar

    panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi,

    perdarahan post partum, laserasi jalan lahir,

    distosia karena inersia uteri primer, post term dan

    preterm

    g. Pelayanan ibu nifas normal

    h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup

    ratensio plasenta, renjatan, dan infeksi ringani. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan

    ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan

    tidak teratur dan penundaan haid.

    Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:

    a.

    Pemeriksaan bayi baru lahirb. Perawatan tali pusat

    c. Perawatan bayi

    d. Resusitasi pada bayi baru lahir

    e. Pemantauan tumbuh kembang anak

    f. Pemberian imunisasi

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    11/85

    11

    g. Pemberian penyuluhan.

    Pasal 17

    Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang

    berwenang pada wilayah tersebut, bidan dapat

    memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit

    ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan

    kemampuannya.

    Pasal 18

    Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana

    dimaskud dalam Pasal 16 berwenang untuk :

    a. Memberikan imunisasi

    b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan,

    persalinan, dan nifasc. Mengeluarkan placenta secara manual

    d. Bimbingan senam hamil

    e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi

    f. Episiotomy

    g. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir

    sampai tingkat II

    h. Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4

    cm

    i. Pemberian infuse

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    12/85

    12

    j. Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika,

    antibiotika, dan sedative

    k. Kompresi bimanual

    l. Versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua

    dan seterusnya

    m.Vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar

    panggul

    n. Pengendalian anemi

    o.

    Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan airsusu ibu

    p. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia

    q. Penanganan hipotermi

    r. Pemberian minum dengan sonde/pipet

    s. Pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran

    permintaan obat sesuai dengan Formulir VI

    terlampir

    t. Pemberian surat keterangan kelahiran dan

    kematian.

    Pasal 19

    Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga

    berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 14

    huruf b berwenang untuk:

    a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral,

    suntikan, dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat

    kontrasepsi bawah kulit dan kondom

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    13/85

    13

    b. Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian

    kontrasepsi

    c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam

    rahim

    d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah

    kulit tanpa penyulit

    e. Memberikan konseling untuk pelayanan

    kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan

    masyarakat.

    Pasal 20

    Bidan dalam memberikan pelayanan

    kesehatan, masyarakat sebagaimana dimaskud dalam

    pasal 14 huruf c berwenang untuk :

    a.

    Pembinaan peran serta masyarakat dibidangkesehatan ibu dan anak

    b. Memantau tumbuh kembang anak

    c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

    d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan

    petolongan pertama, merujuk dan memberikan

    penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS),

    penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat

    Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    14/85

    14

    Pasal 21

    a. Dalam keadaan darurat bidan berwenang

    melakukan pelayanan kebidanan selain

    kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal

    14.

    b. Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

    5.

    Pencatatan dan Pelaporan

    a.

    Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010

    Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI

    NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan

    penyelenggaraan praktik bidan pada bab VI pasal 20

    mengenai pencatatan dan pelaporan. Yang mana bunyi

    pasal tersebut ialah :Pasal 20

    (1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib

    melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai

    dengan pelayanan yang diberikan.

    (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat praktik.(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang bekerja

    di fasilitas pelayanan kesehatan.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    15/85

    15

    b. Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/2002

    Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI

    NO.900/MENKES/2002 tentang Registrasi dan

    Praktik Bidan pada bab VI pasal 27 mengenai

    pencatatan dan pelaporan yang mana bunyi pasal

    tersebut ialah :

    Pasal 27

    (1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib

    melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai

    dengan pelayanan yang diberikan.

    (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilaporkan ke puskesmas dan tembusan ke kepala

    dinas kesehatan kabupaten/kota setempat

    (3)

    Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tercantum dalam lampiran IV

    keputusan ini.

    6.

    Pembinaan dan pengawasan

    a.

    Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010

    Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang

    izin dan penyelenggaraan praktek bidan pada Bab V

    pasal 20 sampai pasal 24 mengenai pembimbingan dan

    pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebut ialah :

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    16/85

    16

    Pasal 20

    (1)

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukanpembinaan dan pengawasan dan

    mengikutsertakan organisasi profesi.

    (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk

    meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan

    pasien dan melindungi masyarakat terhadap

    segala kemungkinan yang dapat menimbulkan

    bahaya bagi kesehatan.

    Pasal 21

    (1)

    Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, PemerintahDaerah Kabupaten / Kota melakukan pembinaan

    dan pengawasan dengan mengikut sertakan

    Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Majelis

    Tenaga Kesehatan Provinsi, organisasi profesi dan

    asosiasi institusi pendidikan yang bersangkutan.

    (2)

    Pembinaan dan pengawasan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk

    meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan

    pasien dan melindungi masyarakat terhadap

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    17/85

    17

    segala kemungkinan yang dapat menimbulkan

    bahaya bagi kesehatan.

    (3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota harus

    melaksanakan pembinaan dan pengawasan

    penyelenggaraan praktik bidan.

    (4) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

    / Kota harus membuat pemetaan tenaga bidan

    praktik mandiri dan bidan di desa sertamenetapkan dokter puskesmas terdekat untuk

    pelaksanaan tugas supervise terhadap bidan di

    wilayah tersebut.

    Pasal 22

    Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib

    melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti

    bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap

    triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /

    Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi.

    Pasal 23

    (1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Menteri,

    pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

    daerah kabupaten / kota dapat memberikan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    18/85

    18

    tindakan administrative kepada bidan yang

    melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

    penyelenggaraan praktik dalam peraturan ini.

    (2) Tindakan administrative sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dilakukan melalui:

    Teguran lisan

    Teguran tertulis

    Pencabutan SIKB / SIPB untuk sementara

    paling lama 1 (satu) tahun

    Pencabutan SIKB / SIPB selamanya.

    Pasal 24

    (1) Pemerintah daerah kabupaten / kota dapat

    memberikan sanksi berupa rekomendasipencabutan surat izin / STR kepada kepala dinas

    kesehatan provinsi / majelis tenaga kesehatan

    Indonesia ( MTKI ) terhadap bidan yang

    melakukan praktek tanpa memiliki SIPB atau

    kerja tanpa memiliki SIKB sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 3 ayat ( 1 ) dan ( 2 )

    (2) Pemerintah daerah kabupaten / kota dapat

    mengenakan sanksi teguranlisan, teguran

    sementara / tetap kepada pimpinan fasilitas

    pelayanan kesehatan yang mempekerjakan bidan

    yang tidak mempunyai SIKB.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    19/85

    19

    b.

    Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

    Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002

    tentang registrasi dan praktek bidan pada Bab VIII

    pasal 31 sampai pasal 41 mengenai pembimbingan dan

    pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

    Pasal 31

    (1)

    Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka

    kredit yang besarnya ditetapkan oleh organisasi

    profesi.

    (2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) dikumpulkan dari angka kegiatan pendidikan

    dan kegiatan ilmiah dan pengabdian masyarakat.(3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-

    masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat

    (2) ditetapkan oleh organisasi profesi.

    (4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban

    membimbing dan mendorong para anggotanya

    untuk dapat mencapai angka kredit yangditentukan.

    Pasal 32

    Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan

    bidan yang melakukan praktik dan yang berhenti

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    20/85

    20

    melakukan praktik pada saran kesehatannya kepada

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

    tembusan kepada organisasi profesi.

    Pasal 33

    (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    dan/atau organisasi profesi terkait melakukan

    pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang

    melakukanpraktik diwilayahnya.

    (2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

    dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya

    dibahas secara periodic sekurang-kurangnya 1

    (satu) kali dalam 1(satu) tahun.

    Pasal 34

    Selama menjalankan praktik seorang Bidan wajib

    mentaati semua peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Pasal 35

    (1) Bidan dalam melakukan praktik dilarang :

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    21/85

    21

    Menjalankan praktik apabila tidak sesuai

    dengan ketentuan yang tercantum dalam izin

    praktik.

    Melakukan perbuatan yang bertentangan

    dengan standar profesi.

    (2) Bagi bidan yang memberikan pertolongan dalam

    keadaan darurat atau menjalankan tugas didaerah

    terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,

    dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) butir a.

    Pasal 36

    (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat

    memberikan peringatan lisan atau tertulis kepadabidan yang melakukan pelanggaran terhadap

    keputusan ini.

    (2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3

    (tiga) kali dan apabila peringatan tersebut tidak

    diindahkan, Kepala Dinas KesehatanKabupaten/Kota dapat mencabut SIPB bidan yang

    bersangkutan.

    Pasal 37

    Sebelum Keputusan pencabutan SIPB ditetapkan,

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    22/85

    22

    dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis Disiplin

    Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan

    dan Pengawasan Etika Pelayanan Medis (MP2EPM)

    sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Pasal 38

    (1) Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada

    bidan yang bersangkutan dalam waktu selambat-

    lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak

    keputusan ditetapkan.

    (2) Dalam Keputusan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) disebutkan lama pencabutan SIPB.

    (3) Terhadap pencabutan SIPB sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan keberatan

    kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dalamwaktu 14 (empat belas) hari setelah Keputusan

    diterima, apabila dalam waktu 14(empat belas)

    hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan

    tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum

    tetap.

    (4)

    Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskanditingkat pertama dan terakhir semua keberatan

    mengenai pencabutan SIPB.

    (5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (3) ditempuh, Pengadilan

    Tata Usaha Negara tidak berwenang mengadili

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    23/85

    23

    sengketa tersebut sesuai dengan maksud Pasal 48

    Undang undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

    Pengadilan Tata Usaha Negara.

    Pasal 39

    Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    melaporkan setiap pencabutan SIPB kepada Kepala

    Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan tembusan

    kepada organisasi profesi setempat.

    Pasal 40

    (1) Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan

    nasional Menteri Kesehatan dan/atau atas

    rekomendasi organisasi profesi dapat mencabutuntuk sementara SIPB bidan yang melanggar

    ketentuan peraturan perundang - undangan yang

    berlaku

    (2) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) selanjutnya diproses sesuai dengan

    ketentuan keputusan ini.

    Pasal 41

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    24/85

    24

    (1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan,

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat

    membentuk Tim/Panitia yang bertugas melakukan

    pemantauan pelaksanaan praktik bidan di

    wilayahnya.

    (2) Tim/Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    terdiri dari unsur pemerintah, Ikatan Bidan

    Indonesia dan profesi kesehatan terkait lainnya.

    7. Ketentuan Pidana

    a.

    Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

    Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002

    tentang registrasi dan praktek bidan pada Bab IX pasal

    42 sampai pasal 44 mengenai ketentuan pidana yangmana bunyi pasal tersebul ialah :

    Pasal 42

    Bidan yang dengan sengaja :

    (1) Melakukan praktik kebidanan tanpa mendapat

    pengakuan / adaptasi sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 6 dan/atau

    (2) Melakukan praktik kebidanan tanpa izin

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

    (3) Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan

    ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    25/85

    25

    ayat (1) ayat (2); dipidana sesuai ketentuan Pasal

    35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996

    tentang Tenaga Kesehatan.

    Pasal 43

    Pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang tidak

    melaporkan bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    32 dan/atau mempekerjakan bidan yang tidak

    mempunyai izin praktik dapat dikenakan sanksi pidana

    sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah

    Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

    Pasal 44

    (1) Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 42. Bidan yang melakukan

    pelanggaran terhadap ketentuan yang diaturdalam keputusan ini dapat dikenakan tindakan

    disiplin berupa teguran lisan, teguran tertulis

    sampai dengan pencabutan izin.

    (2) Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    8. Ketentuan Peralihan Tentang Surat Tugas

    Dan Izin Praktek

    a. Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    26/85

    26

    Tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan

    pada Bab VI pasal 25 sampai pasal 28 mengenai

    ketentuan peralihan tentang surat penugasan dan ijin

    praktek. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

    Pasal 25

    (1) Bidan yang telah mempunyai SIPB berdasarkan

    Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900 /

    Menkes / SK/VII/2002 tentang Registrasi danPraktik Bidan dan Peraturan Menteri Kesehatan

    Nomor HK.02.02/Menkes/149/1/2010 tentang

    Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

    dinyatakan telah memiliki SIPB berdasarkan

    Peraturan ini sampai dengan masa berlakunya

    berakhir.

    (2) Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

    memperbaharui SIPB apabila Surat Izin Bidan

    yang bersangkutan telah habis jangka waktunya

    berdasarkan peraturan ini.

    Pasal 26

    Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia

    (MTKI) dan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi

    (MTKP) belum dibentuk dan / atau belum dapat

    melaksanakan tugasnya. Maka registrasi bidan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    27/85

    27

    dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Keputusan

    Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002

    tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

    Pasal 27

    Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas

    pelayanan kesehatan sebelum ditetapkan peraturan ini

    harus memiliki SIKB berdasarkan peraturan ini paling

    selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak peraturan ini

    ditetapkan.

    Pasal 28

    Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III

    (D III) Kebidanan yang menjalankan praktik mandiriharus menyesuaikan dengan ketentuan peraturan ini

    selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak peraturan ini

    ditetapkan.

    b.

    Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

    Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002

    tentang registrasi dan praktek bidan pada Bab XI pasal

    45 mengenai ketentuan perlihan yang mana bunyi

    pasal tersebul ialah :

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    28/85

    28

    Pasal 45

    (1) Bidan yang tidak mempunyai surat penugasan dan

    SIPB berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan no

    572/Menkes/Per/VI/1996 tentang registrasi dan

    praktek bidan dianggap telah memiliki SIB dan

    SIPB berdasarkan ketentuan.

    (2) SIB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) berlaku selama 5 (lima) tahun dan apabilatelah habis maka masa berlakunya dapat di

    perbaharui sesuai ketentuan keputusan ini.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    29/85

    29

    PELAYANAN KESEHATAN

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 23 TAHUN 1992TENTANG

    K E S E H A T A N

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    Menimbang :(1) Bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur

    kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai

    dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

    dimaksud dalam Pembangunan Undang-Undang

    Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang

    berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan

    Undang-Undang Dasar 1945.

    (2) Bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk

    mempertinggi derajat kesehatan, yang besar

    artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber

    daya manusia dan sebagai modal bagipelaksanaan pembangunan naional yang pada

    hakikatnya adalah pembangunan manusia

    Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh

    masyarakat Indonesia;

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    30/85

    30

    (3) Bahwa dengan memperhatikan peranan kesehatan

    diatas, diperlukan upaya yang lebih memadai bagi

    peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan

    penyelenggaraan upaya kesehatan untuk

    kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

    (4) Bahwa dalam rangka peningkatan derajat

    kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud

    butir b dan butir c, beberapa undang-undang di

    bidang kesehatan dipandang sudah tidak sesuailagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan

    kesehatan;

    (5) Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di

    atas, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang

    Kesehatan;

    (6)

    Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1)

    Undang-Undang Dasar 1945;

    Dengan Persetujuan

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIKINDONESIA

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    31/85

    31

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan :

    UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN

    B A B I

    K E T E N T U A N U M U M

    Pasal 1

    Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :

    (1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

    jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

    hidup produktif secara sosial dan ekonomis;

    (2) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan yangdilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat;

    (3) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

    mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

    memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan

    melaui pendidikan di bidang kesehatan yang

    untuk jenis tertentu memerlukan kewenanganuntuk melakukan upaya kesehatan;

    (4) Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan

    untuk menyelenggarakan upaya kesehatan;

    (5) Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis

    untuk memindahkan organ dan atau jaringan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    32/85

    32

    tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain

    atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk

    menggantikan organ dan atau jaringan tubuh yang

    tidak berfungsi dengan baik;

    (6) Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat

    kesehatan yang ditanamkan ke dalam jaringan

    tubuh untuk tujuan pemeliharaan kesehatan,

    pencegahan dan penyembuhan penyakit,

    pemulihan kesehatan, dan atau kosmetika;

    (7)

    Pengobatan tradisional adalah pengobatan danatau perawatan dengan cara, obat, dan

    pengobatannya yang mengacu kepada

    pengalaman dan ketrampilan turun temurun, dan

    diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku

    dalam masyarakat;

    (8)

    Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yangdilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik

    dan mental guna menyesuaikan diri terhadap

    lingkungan yang berubah secara bermakna baik

    lingkungan darat, udara, angkasa, maupun air;

    (9) Sediman farmasi adalah obat, bahan obat, obat

    trdisional, dan kosmetik;(10)Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan

    yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,

    bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

    campuran dari bahan tersebut secara turun-

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    33/85

    33

    temurun telah digunakan untuk pengobatan

    berdasarkan pengalaman;

    (11)Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin,

    implan yang tidak mengandung obat yang

    digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

    menyembuhkan dan meringankan penyakit,

    merawat orang sakit memulihkan kesehatan pada

    manusia dan atau untuk membentuk struktur dan

    memperbaiki fungsi tubuh;(12)Zat adiktif adalah bahan yang penggunaannya

    dapat menimbulkan ketergantungan psikis;

    (13)Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan

    termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

    pengamanan pengadaan, penyimpanan dan

    distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

    atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

    pengembangan obat, bahan obat, dan obat

    tradisional;

    (14)Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan

    peralatan yang diperlukan untuk

    menyelenggarakan upaya kesehatan;

    (15)Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat

    adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan

    kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha

    bersama dan kekeluargaan, yang

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    34/85

    34

    berkeseinambungan dan dengan mutu yang

    terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan

    secara praupaya.

    B A B II

    ASAS DAN TUJUAN

    Pasal 2

    Pembangunan kesehatan diselenggarakanberasaskan perikemanusiaan yang berdasarkan

    Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama

    dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan

    dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan

    kemampuan dan kekuatan sendiri.

    Pasal 3

    Pembangunan kesehatan bertujuan untuk

    meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan

    kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

    terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

    B A B III

    HAK DAN KEWAJIBAN

    Pasal 4

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    35/85

    35

    Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

    memperoleh derajat kesehatan yang optimal

    Pasal 5

    Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam

    memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

    perseorangan, keluarga, dan lingkungannya.

    B A B IVTUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

    Pasal 6

    Pemerintah bertugas mengatur, membina, dan

    mengawasi penyelenggarakan upaya kesehatan

    Pasal 7

    Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya

    kesehatan yang merata dan terjangkau oleh mayarakat.

    Pasal 8

    Pemerintah bertugas menggerakan peran sertamasyarakat dalam menyelenggarakan dan pembiayaan

    kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial

    sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang

    kurang mampu tetap terjamin.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    36/85

    36

    Pasal 9

    Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan

    derajat kesehatan masyarakat.

    B A B V

    UPAYA KESEHATAN

    Bagian Pertama

    U m u m

    Pasal 10

    Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

    bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan

    dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

    kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

    (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan

    pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan

    secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan.

    Pasal 11

    (1)

    Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 10 dilaksanakan melalui

    kegiatan:

    kesehatan keluarga;

    perbaikan gizi;

    pengamanan makanan dan minuman;

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    37/85

    37

    kesehatan lingkungan;

    kesehatan kerja;

    kesehatan jiwa;pemberantasan penyakit;

    penyembuhan penyakit dan pemulihan

    kesehatan;

    penyuluhan kesehatan masyarakat;

    pengamanan sediaan farmasi dan alat

    kesehatan;

    pengamanan zat adiktif;

    kesehatan sekolah;

    kesehatan olah raga;

    pengobatan tradisional;

    kesehatan matra;(2) Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) didukung oleh sumber

    daya kesehatan.

    Bagian Kedua

    Kesehatan Keluarga

    Pasal 12

    (1) Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk

    mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia, dan

    sejahtera.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    38/85

    38

    (2) Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (1) meliputi kesehatan suami istri, anak, dan

    anggota keluarga lainnya.

    Pasal 13

    Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya

    pengaturan kelahiran dalam rangka menciptakan

    keluarga yang sehat dan harmonis.

    Pasal 14

    Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa

    prakehamilan, kehamilan, persalinan, pasca persalinan

    dan masa di luar kehamilan, dan persalinan

    Pasal 15

    (1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya

    menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya,

    dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

    (2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud

    dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan :

    berdasarkan indikasi medis yang

    mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

    keahlian dan kewenangan untuk itu dan

    dilakukan sesuai dengan tanggung jawab

    profesi serta berdasarkan pertimbangan tim

    ahli;

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    39/85

    39

    dengan persetujuan ibu hamil yang

    bersngkutan atau suami atau keluarganya;

    pada sarana kesehatan tertentu.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis

    tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)

    dan Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah.

    Pasal 16(1) Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan

    sebagai upaya terakhir untuk membantu suami

    istri mendapatkan keturunan.

    (2) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan

    oleh pasangan suami istri yang sah dengan

    ketentuan :

    hasil pembuahan sperma dan ovum dari

    suami istri yang bersangkutan, ditanamkan

    dalam rahim istri dari mana ovum berasal;

    dilakukan oleh tenaga kesehatan yangmempunyai keahlian dan kewenangan untuk

    itu;

    pada sarana kesehatan tertentu.

    (3) Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan

    kehamilan di luar cara alami sebagai dimaksud

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    40/85

    40

    dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan

    Peraturan Pemerintah.

    Pasal 17

    Kesehatan anak diselengarakan untuk mewujudkan

    pertumbuhan dan perkembangan anak.

    Kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam

    kandungan, masa bayi, masa balita, usia prasekolahdan usia sekolah.

    Pasal 18

    (1) Setiap keluarga melakukan dan mengembangkan

    kesehatan keluarga dalam keluarganya.

    (2)

    Pemerintah membantu pelaksanaan dan

    mengembangkan kesehatan keluarga melalui

    penyediaan sarana dan prasarana atau dengan

    kegiatan yang menunjang peningkatan kesehatan

    keluarga.

    Pasal 19

    (1) Kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan dan

    kemampuannya agar tetap produktif.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    41/85

    41

    (2) Pemerintah membantu penyelenggaraan upaya

    kesehatan manusia usia lanjut untuk

    meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal.

    Bagian Ketiga

    Perbaikan Gizi

    Pasal 20

    (1) Perbaikan gizi diselenggarakan untuk

    mewujudkan terpenuhinya kebutuhan gizi.

    (2)

    Perbaikan gizi meliputi upaya peningkatan status

    dan mutu gizi, pencegahan, penyembuhan, dan

    atau pemulihan akibat gizi salah.

    (3) Bagian Keempat

    Pengamanan Makanan dan Minuman

    Pasal 21

    (1) Pengaman makanan dan minuman

    diselenggarakan utuk melindungi masyarakat dari

    makanan yang tidak memenuhi ketentuan

    mengenai standar dan atau persyaratan kesehatan.

    (2)

    Setiap makanan dan minuman yang dikemaswajib diberi tanda atau label yang berisi

    a. bahan yang dipakai;

    b. komposisi setiap bahan;

    c. tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa;

    d. ketenuan lainnya.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    42/85

    42

    (3) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi

    ketentuan standar dan atau persyaratan kesehatan

    dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana

    dimaksud dalam Ayat (1) dilarang untuk

    diedarkan, ditarik dari peredaran, dan disita untuk

    dimusnakan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    (4) Ketentuan mengenai pengamanan makanan dan

    minuman sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1),Ayat (2), dan Ayat (3) ditetapkan dengan

    Peraturan Pemerintah.

    Bagian Kelima

    Kesehatan Lingkungan

    Pasal 22

    (1) Kesehatan lingkngan diselenggarakan untuk

    mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat.

    (2) Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap

    tempat umum, lingkungan pemukiman,lingkungan kerja, angkutan umum, dan

    lingkungan lainnya.

    (3) Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air

    dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair,

    limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    43/85

    43

    vektor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan

    lainnya.

    (4) Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib

    memelihara dan meningkatkan lingkungan yang

    sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.

    (5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan

    lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Ayat

    (1), Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat 4) ditetapkan

    dengan Peraturan Pemerintah.

    Bagian keenam

    Kesehatan Kerja

    Pasal 23

    (1)

    Kesehatan kerja diselenggarakan untuk

    mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.

    (2) Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan

    kerja,pencegahan penyakit akibat kerja, dan

    kesehatan kerja.

    (3)

    Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakankesehatan kerja.

    (4) Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana

    dimaksud dalam Ayat (2) dan Ayat (3) ditetapkan

    dengan Peraturan Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    44/85

    44

    Bagian Ketujuh

    Kesehatan Jiwa

    Pasal 24

    (1) Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk

    mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik

    intelektual maupun emosional.

    (2) Kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan

    peningkatan kesehatan jiwa, pencegahan danpenanggulangan masalah psikososial dan

    gangguan jiwa, penyembuhan dan pemulihan

    penderita gangguan jiwa.

    (3) Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan,

    lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

    lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat,

    didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan

    sarana lainnya.

    Pasal 25

    (1)

    Pemerintah melakukan pengobatan danperawatan, pemulihan, dan penyaluran bekas

    penderita gangguan jiwa yang telah selesai

    menjalani pengobatan dan atau perawatan ke

    dalam masyarakat.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    45/85

    45

    (2) Pemerintah membangkitkan, membantu, dan

    membina kegiatan masyarakat dalam pencegahan

    dan penanggulangan masalah psikososial dan

    gangguan jiwa, pengobatan dan perawatan

    penderita gangguan jiwa, pemulihan serta

    penyaluran bekas penderita ke dalam masyarakat.

    Pasal 26

    (1)

    Penderita gangguan jiwa yang dapatmenimbulkan gangguan terhadap keamanan dan

    ketertiban umum wajib diobati dan dirawat di

    sarana pelayanan kesehatan jiwa atau sarana

    pelayanan kesehatan lainnya.

    (2) Pengobatan dan perawatan penderita gangguan

    jiwa dapat dilakukan atas permintaan suami atauistri atau wali atau anggota keluarga penderita

    atau atas prakarsa pejabat yang bertanggung jawa

    atas keamanan dan ketertiban di wilayah setempat

    atau haakim pengadilan bilamana dalam suatu

    perkara timbul persangkaan bahwa yang

    bersangkutan adalah penderita gangguan jwa.

    Pasal 27

    Ketentuan mengenai kesehatan jiwa dan upaya

    penanggulangannya ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    46/85

    46

    Bagian Kedelapan

    Pemberantasan Penyakit

    Pasal 28

    (1) Pemberantasan Penyakit diselenggarakan untuk

    menurunkan angka kesakitan dan atau angka

    kematian.

    (2) Pemberantasan penyakit dilaksanakan terhadap

    penyakit menular dan penyakit tidak menular.(3) Pemberantasan penyakit menular atau penyakit

    yang dapat menimbulkan angka kesakitan dan

    atau angka kematian yang tinggi dilaksanakan

    sedini mungkin.

    Pasal 29

    Pemberantasan penyakit tidak menular dilaksanakan

    untuk mencegah dan mengurangi penyakit dengan

    perbaikan dan perubahan perilaku masyarakat dan

    dengan cara lain.

    Pasal 30

    Pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan

    upaya penyuluhan, penyelidikan, pengebalan,

    menghilangkan sumber dan perantara penyakit,

    tindakan karantina, dan upaya lain yang diperlukan.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    47/85

    47

    Pasal 31

    Pemberantasan penyakit menular yang dapat

    menimbulkan wabah dan penyakit karantina

    dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang

    yang berlaku.

    Bagian Kesembilan

    Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan

    Pasal 32

    (1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatn

    diselenggarakan untuk mengembalikan status

    kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi

    badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.

    (2)

    Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

    dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan.

    (3) Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan

    berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu

    keperawatan atau cara lain yang dapat

    dipertanggungjawabkan.(4) Pelaksanakan pengobatan dan atau perawatan

    berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu

    keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga

    kesehatan yang mempunyai keahlian dan

    kewenangan untuk itu.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    48/85

    48

    (5) Pemerintah melakukan pembinaan dan

    pengawasan terhadap pelaksanaan pengobatan

    dan atau perawatan berdasarkan cara lain yang

    dapat dipertanggungjawabkan.

    Pasal 33

    (1) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan

    kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ dan

    atau jaringan tubuh, transfusi darah, implan obatdan atau alat kesehatan, serta bedah plastik dan

    rekonstruksi.

    (2) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta

    transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam

    Ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan

    kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.

    Pasal 34

    (1) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya

    dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

    mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itudan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.

    (2) Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari

    seorang donor harus memperhatikan kesehatan

    donor yang bersangkutan dan ada persetujuan

    donor dan ahli waris atau keluarganya,

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    49/85

    49

    (3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara

    penyelenggaraan transplantasi sebagaimana

    dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan

    dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 35

    (1) Transfusi darah hanya dapat dilakukan oleh

    tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

    kewenangan untuk itu.(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara transfusi

    darah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)

    ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 36

    (1)

    Implan obat dan atau alat kesehatan ke dalam

    tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga

    kesehatan yang mempunyai keahlian dan

    kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana

    kesehatan tertentu.

    (2)

    Ketentuan mengenai syarat dan tata carapenyelenggaraan impaln sebagaimana dimaksud

    dalam Ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    50/85

    50

    Pasal 37

    (1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat

    dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

    keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan

    di sarana kesehatan tertentu.

    (2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh

    bertentangan dengan norma yang berlaku dalam

    masyarakat.

    (3)

    Ketentuan mengenai syarat dan tatacara bedahplastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud

    dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan

    Peraturan Pemeintah.

    Bagian Kesepuluh

    Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

    Pasal 38

    (1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

    diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan,

    kesadaran, kemauan, dan kemampuan untukhidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya

    kesehatan.

    (2) Ketentuan mengenai penyuluhan kesehatan

    masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Ayat

    (1) ditetapkan dengan Perauran Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    51/85

    51

    Bagian Kesebelas

    Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

    Pasal 39

    Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan

    diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari

    bahaya yang dsebabkan oleh penggunaan sediaan

    farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi

    persyaratan mutu dan atau keamanan dan ataukemanfaatan.

    Pasal 40

    (1) Sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan obat

    harus memenuhi syarat farmakope Indonesia atau

    baku standar lainnya.

    (2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan

    kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi

    standar dan atau persyaratan yang ditentukan.

    Pasal 41(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya apat

    diedarkan setelah mendapat izin edar

    (2) Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat

    kesehatan harus memenuhi persyaratan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    52/85

    52

    objektivias dan kelengkapan serta tidak

    menyesatkan.

    (3) Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan

    memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan

    farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh

    izin edar, yang kemudian tebukti tidak memenuhi

    mutu dan atau keamanan dan atau kemanfaatan,

    dapat disita dan dimusnakan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Pasal 42

    Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan dalam rangka

    menjaga mutu sediaan farmasi yang beredar.

    Pasal 43

    Ketentuan tentang pengamanan sediaan farmasi dan

    alat kesehatan ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    53/85

    53

    Bagian Kedua Belas

    Pengamanan Zat Adiktif

    Pasal 44

    (1) Pengamanan penggunaan bahan yang

    mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak

    mengganggu dan membahayakan kesehatan

    perorangan keluarga, masyarakat, dan

    lingkungannya.(2) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang

    mengandung zat adiktif harus memenuhi standar

    dan atau persyaratan yang ditentukan.

    (3) Ketentuan mengenai pengaman bahan

    mengandung zat adiktif sebagaimana dimaksud

    dalam Ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan

    Peraturan Pemerintah.

    Bagian Ketiga Belas

    Kesehatan Sekolah

    Pasal 45

    (1) Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk

    meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta

    didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga

    peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    54/85

    54

    berkembang secara harmonis dan optimal menjadi

    sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

    (2) Kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud dalam

    Ayat (1) diselenggarakan melalui sekolah atau

    lembaga pendidikan lain.

    (3) Ketentuan mengenai kesehatan sekolah

    sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat

    (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

    Bagian Keempat Belas

    Kesehatan Olahraga

    Pasal 46

    (1) Kesehatan olahraga diselenggarakan untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui

    kegiatan olahraga

    (2) Kesehatan olahraga sebagaimana dimaksud dalam

    Ayat (1) diselenggarakan melalui sarana olahraga

    atau sarana lain.

    (3)

    Ketentuan mengenai kesehatan olahragasebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan

    Ayat(2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    55/85

    55

    Bagian Kelima Belas

    Pengobatan Tradisional

    Pasal 47

    (1) Pengobatan tradisional merupakan salah satu

    upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain

    diluar ilmu kedokteran dan atau ilmu

    keperawatan.

    (2)

    Pengobatan tradisional sebagaimana dimaksuddalam Ayat (1) perlu dibina dan diawasi untuk

    diarahkan agar dapat menjadi pengobatan dan

    atau perawatan cara lain yang dapat

    dipertanggungjawabkan manfaat dan

    keamanannya.

    (3)

    Pengobatan tradisional yang sudah dapat

    dipertanggungjawabkan maanfaat dan

    keamanannya perlu terus ditingkatkan dan

    dikembangkan untuk digunakan dalam

    mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

    masyarakat.(4) Ketentuan mengenai pengobatan tradisional

    sebagamana dimaksud dalam Ayat (2) dan Ayat

    (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    56/85

    56

    Bagian Keenam Belas

    Kesehatan Matra

    Pasal 48

    (1) Kesehatan matra sebagai bentuk khusus upaya

    kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan

    derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan

    matra yang serba berubah.

    (2)

    Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan,kesehatan kelautan dan bawah air, serta kesehatan

    kedirgantaraan.

    (3) Ketentuan mengenai kesehatan matra

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat

    (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

    BAB VI

    SUMBER DAYA KESEHATAN

    Bagian Pertama

    Umum

    Pasal 49

    Sumber daya kesehatan meupakan semua perangkat

    keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai

    pendukung penyelenggaraan upaa kesehatan, melputi :

    a. Tenaga kesehatan;

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    57/85

    57

    b. Sarana kesehatan;

    c. Perbekalan kesehatan;

    d. Pembiayaan kesehatan;

    e. Pengelolaan kesehatan;

    f. Penelitian dan pengembangan kesehatan.

    Bagian Kedua

    Tenaga Kesehatan

    Pasal 50

    (1) Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan

    atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan

    bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga

    kesehatan yang bersangkutan.

    (2)

    Ketentuan mengenai kategori, jenis, dankualifikasi tenaga kesehatan ditetapkan dengan

    Peraturan Pemerintah.

    Pasal 51

    (1) Pengadaan tenaga kesehatan untuk memenuhi

    kebutuhan diselenggarakan antara lain melaluipendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh

    pemerintah dan atau masyarakat.

    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan

    pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    58/85

    58

    ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    Pasal 52

    (1) Pemerintah mengatur penempatan tenaga

    kesehatan dalam rangka pemerataan pelayanan

    kesehatan.

    (2) Ketentuan mengenai penempatan tenaga

    kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 53

    (1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh

    perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

    sesuai dengan profesinya.

    (2) Tanaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

    berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan

    menghormati hak pasien.

    (3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan

    pembuktian, dapat melakukan tindakan medisterhadap seseorang dengan memperhatikan

    kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.

    (4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak

    pasien sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam

    Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    59/85

    59

    Pasal 54

    (1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan

    kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan

    profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

    (2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau

    kelalaian sebagaimana dimaksud dalam Ayat

    (1) ditentukan oleh Majelis disiplin Tenaga

    Kesehatan.(3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas,

    fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin Tenaga

    Kesehatan ditetapkan dengan Keputusan

    Presiden.

    Pasal 55

    (1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat

    kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga

    kesehatan.

    (2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)

    dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Bagian Ketiga

    Sarana Kesehatan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    60/85

    60

    Pasal 56

    (1) Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat

    kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah

    sakit khusus, praktik dokter, praktik dokter gigi,

    praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi

    spesialis, praktik bidan, toko obat, apotek,

    pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan

    obat, laboratorium, sekolah dan akademikesehatan, balai pelatihan kesehatan, dan sarana

    kesehatan lainnya.

    (2) Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

    Ayat (1) dapat diselenggarakan oleh pemerintah

    dan atau masyarakat.

    Pasal 57

    (1) Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan

    upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan

    rujukan dan atau kesehatan penunjang.

    (2)

    Sarana kesehatan dalam penyelenggaraankegiatan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)

    tetap memperhatikan fungsi sosial.

    (3) Sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk

    kepentingan pendidikan dan pelatihan serta

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    61/85

    61

    penelitihan dan pengembangan ilmu pengetahuan

    dan teknologi di bidang kesehatan.

    Pasal 58

    (1) Sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan

    masyarakat harus berbentuk badan hukum.

    (2) Sarana kesehatan tertentu sebagaiamana dimaksud

    dalam Ayat (1) ditetapkan oleh pemerintah.

    Pasal 59(1) Semua penyelenggaraan sarana kesehatan haarus

    memiliki izin.

    (2) Izin penyelenggaraan sarana kesehatan diberikan

    dengan memperhatikan pemerataan dan

    peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

    (3)

    Ketentuan mengenai sayarat dan tata cara

    memperoleh izin penyelenggaraan sarana

    kesehatan ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    62/85

    62

    Bagian Keempat

    Perbekalan Kesehatan

    Pasal 60

    Perbekalan kesehatan yang diperlukan dalam

    penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi sediaan

    farmasi, alat kesehatan dan perbekalan lainnya.

    Pasal 61(1) Pengolahan perbekalan kesehatan dilakukan agar

    dapat terpenuhinya kebutuhan sediaan farmasi

    dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya yang

    terjangkau oleh masyarakat.

    (2) Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa

    sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan

    dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan

    kemanfaatan, harga, dan faktor yang berkaitan

    dengan pemerataan penyediaan perbekalan

    kesehatan.

    (3)

    Pemerintah membantu penyediaan perbekalankesehatan yang menurut pertimbangan diperlukan

    oleh sarana kesehatan.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    63/85

    63

    Pasal 62

    (1) Pengadaan dan penggunaan sediaan faarmasi dan

    alat kesehatan dibina dan diarahkan agar

    menggunakan potensi nasional yang tersedia

    dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

    hidup termasuk sumber daya alam dan sosial

    budaya.

    (2) Produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus

    dilakukan dengan cara produksi yang baik yangberlaku dan memenuhi syarat-syarat yang

    ditetapkan dalam farmakope Indonesia atau buku

    standar lainnya dan atau syarat lain yang

    ditetapkan.

    (3) Pemerintah mendorong, membina, dan

    mengarahkan pemanfaatan obat tradisional yang

    dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka

    mewujudkan drajat kesehatan yang optimal.

    Pasal 63

    (1) Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan,

    produksi, distribusi, dan pelayanan sediaanfarmasi harus dilakuan oleh tenaga kesehatan

    yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk

    itu.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    64/85

    64

    (2) Ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan

    kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Ayat

    (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 64

    Ketentuan mengenai perbekalan kesehatan ditetakan

    dengan Peraturan Pemerintah.

    Bagian KelimaPembiayaan Kesehatan

    Pasal 65

    (1) Penyelengaraan upaya kesehatan dibiayai oleh

    pemerintah dan atau masyarakat.

    (2)

    Pemerintah membantu upaya kesehatan yang

    diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku,

    terutama upaya kesehatan bagi masyarakat rentan.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    65/85

    65

    Pasal 66

    (1) Pemerintah mengembangkan, membina, dan

    mendorong jaminan pemeliharaan kesehatan

    masyarakat sebagai cara yang dijadikan landasan

    setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan

    yang pembiayaannya dilaksanakan secara

    praupaya, berasaskan usaha bersama dan

    kekeluargaan.

    (2)

    Jaminan pemeliharaan kesehatan masyaarakatmerupakan cara penyelenggaraan pemeliharaan

    kesehatan dan pembiayaannya, dikelola secara

    terpadu untuk tujuan meningkatkan derajat

    kesehatan, wajib dilaksanakan oleh setiap

    penyelenggara.

    (3)

    Penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan

    masyarakat harus berbentuk badan hukum dan

    memiliki izin operasional serta kepesertaannya

    bersifat aktif.

    (4) Ketentuan mengenai penyelengaraan jaminan

    pemeliharaan kesehatan masyarakat ditetapkandengan Peraturan Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    66/85

    66

    Bagian Keenam

    Pengelolaan Kesehatan

    Pasal 67

    (1) Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh

    pemerintah atau masyarakat diarahkan pada

    pengembangan dan peningkatan kemampuan

    aagar upaya kesehatan dapat dilaksanakan secara

    berdayaguna dan berhasilguna.(2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Ayat

    (1) meliputi kegiatan perencanaan,

    pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian

    program serta sumber daya yang dapat menunjang

    peningkatan upaya kesehatan.

    Pasal 68

    Pengelolaan kesehatan yang diselengarakan oleh

    pemerintah dilaksanakan oleh perangkat kesehatan dan

    badan pemerintah lainnya, baik di tingkat pusat

    maupun di tingkat daerah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    67/85

    67

    Bagian Ketujuh

    Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    Pasal 69

    (1) Penelitian dan pengembangna kesehatan

    dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan ilmu

    pengetahuan dan teknologi tepat guna yang

    diperlukan dalam rangka meningkatkan derajat

    kesehatan.(2) Penelitian pengembangan, dan penerapan hasil

    penelitian pada manusia sebagaimana dimaksud

    dalam Ayat (1) dilaksanakan dengan

    memperhatikan norma yang berlaku dalam

    masyarakat.

    (3)

    Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan pada

    manusia haarus dilakukan dengan memperhatikan

    kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.

    (4) Ketentuan mengenai penelitian, pengembangan,

    dan penerapan hasil penelitian sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan Ayat (3)

    ditetapkan dengan Peraturan pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    68/85

    68

    Pasal 70

    (1) Dalam melaksanakan penelitian dan

    pengembangan dapat dilakukan bedah mayat

    untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab

    kematian serta pendidikan tanaga kesehatan.

    (2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga

    kesehatan yang mempunyai keahlian dan

    kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan

    norma yang berlaku dalam masyarakat.(3) Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana

    dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan

    dengan Peraturan Pemerintah.

    BAB VII

    PERAN SERTA MASYARAKAT

    Pasal 71

    (1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan

    serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

    beserta sumber dayanya.(2) Pemerintah membina, mendorong, dan

    menggerakkan swadaya masyarakat yang

    bergerak di bidang kesehatan agar dpat lebih

    berdayaguna dan berhasilguna.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    69/85

    69

    (3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara peranan

    serta masyarakat dibidang kesehatan ditetapkan

    dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 72

    (1) Peran serta masyarakat untuk memberikan

    pertimbangan dalam ikut menentukan

    kebijaksanaan pemerintah pada penyelenggaraan

    kesehatan dapat dilakukan melalui BadanPertimbangan Kesehatan Nasional, yang

    beranggotakan tokoh masyarakat dan pakar

    lainnya.

    (2) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas pokok,

    fungsi, dan tata kerja Badan Pertimbangan

    Kesehatan Nasional ditetapkan dengan Keputusan

    Presiden.

    BAB VIII

    PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

    Bagian Pertama

    Pembinaan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    70/85

    70

    Pasal 73

    Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua

    kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan

    upaya kesehatan.

    Pasal 74

    (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    73 diarahkan untuk mewujudkan derajat

    kesehatan masyarakat yang optimal;

    (2)

    terpenuhinya kebutuhan masyarakat akanpelayanan dan perbekalan kesehatan yang cukup,

    aman, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh

    lapisan masyarakat;

    (3) melindungi masyarakat terhadap segala

    kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan

    gangguan dan atau bahaya terhadap kesehatan;

    (4) memberikan kemudahan dalam rangka menunjang

    peningkatan upaya kesehatan;

    (5) meningkatkan mutu pengabdian profesi tenaga

    kesehatan.

    Pasal 75

    Ketentuan mengenai pembinaan sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 73 dan Pasal 74 ditetapkan

    dengan Peraturan Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    71/85

    71

    Bagian Kedua

    Pengawasan

    Pasal 76

    Pemerintah melakukan pengawasan terhadap semua

    kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan

    upaya kesehatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah

    maupun masyarakat.

    Pasal 77

    Pemerintah berwenang mengambil tindakan

    administratif terhadap tenaga kesehatan dan atau

    sarana kesehatan yang melakukan pelanggaran

    terhadap ketentuan undang-undang ini.

    Pasal 78

    Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 76 ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    72/85

    72

    BAB IX

    PENYIDIKAN

    Pasal 79

    (1) Selain penyidik pejabat polisi negara Republik

    Indonesia juga kepada pejabat pegawai negeri

    tertentu di Departemen Kesehatan diberi

    wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

    1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaga

    Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor

    76; Tambahan Lembaga Negara Republik

    Indonesia Nomor 3209) untuk melakukan

    penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur

    dalam undang-undang ini.

    (2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)

    berwenang

    a.melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan

    serta keterangan tentang tindak pidana dibidang kesehatan;

    b.melakukan pemeriksaan terhadap orang yang

    diduga melakukan tindak pidana di bidang

    kesehatan;

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    73/85

    73

    c.meminta keterangan dan bahan bukti dari orang

    atau badan hukum sehubungan dengan tindak

    pidana di bidang kesehatan;

    d.melakukan pemeriksaan atas surat dan atau

    dokumen lain tentang tindak pidana di bidang

    kesehatan;

    e.melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan

    atau barang bukti dalam perkara tindak pidana

    di bidang kesehatan;f. meminta bantuan ahli dlam rangka pelaksanaan

    tugas penyidikan tindak pidana di bidang

    kesehatan;

    g.menghentikan penyidikan apabila tidak cukup

    bukti yang membuktikan tentang adanya tindak

    pidana di bidang kesehatan.

    (3) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud

    dlam Ayat (2) dilaksanakan menurut Undang-

    undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

    Acara Pidana.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    74/85

    74

    BAB X

    KETETUAN PIDANA

    Pasal 80

    (1) Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan

    medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak

    memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 15 Ayat (1) dan Ayat (2), dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)tahun dan pidana denda paling banyak Rp.

    500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    (2) barangsiapa dengan sengaja menghimpun dana

    dari masyarakat untuk menyelenggaraakan

    pemeliharaan kesehatan, yang tidak berbentuk

    badan hukum dan tidak memiliki izin operasional

    serta tidak melaksanakan ketentuan tentang

    jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 Ayat (2)

    dan Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara

    paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidanadenda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima

    ratus juta rupiah).

    (3) Barangsiapa dengan sengaja melakukan perbuatan

    dengan tujuan komersial dalam melaksanakan

    transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    75/85

    75

    transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 33 aayat (2) dipidana dengan pidana penjara

    paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana

    denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga

    ratus juta rupiah)

    (4) Barangsiapa dengan sengaja

    a. mengedarkan makanan dan atau minuman

    yang tidak memenuhi standar dan atau

    persyaratan dan atau membahayakankesehatan sebagaimana dimaksud dalam

    pasal 21 Ayat (3);

    b. memproduksi dan atau mengedarkan sediaan

    farmasi berupa obat atau bahan obat yang

    tidak memenuhi syarat farmakope Indonesia

    dan atau uku standar lainnya sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 40 Ayat (1)

    dipidana dengan pidana penjara paling lama 15

    (lima belas) tahun dan pidana denda paling

    banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta

    rupiah).

    Pasal 81

    (1) Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan

    degan sengaja

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    76/85

    76

    a. melakukan transplantasi organ dan atau

    jaringan tubuh sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 34 Ayat (1);

    b. melakukan implan alat kesehatan

    sebagaimana dimaksud dlam Pasal 36 Ayat

    (1);

    c. melakukan bedah plastik dan rekonstruksi

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat(1); dipidana dengan pidana penjara paling

    lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda

    paling banyak Rp. 140.000.000.00 (seratus

    empat puluh juga rupiah).

    (2) Barangsiapa dengan sengaja

    a.

    mengambil organ dari seorang donor tanpa

    memperhatikan kesehatan donor dan atau

    tanpa persetujuan donor dan ahli waris atau

    keluarganya sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 34 ayat (2);

    b.

    memproduksi dan atau mengedarkan alatkesehatan yang tidak memenuhi standar dan

    atau persyaratan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 40 Ayat (2);

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    77/85

    77

    c. mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat

    kesehatan tanpa izin edar sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 41 ayat (1);

    d. menyelenggarakan penelitian dan atau

    pengmbangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi kesehatan pada manusia tanpa

    memperhatikan kesehatan dan keselamatan

    yang bersangkutan serta norma yang berlaku

    dalam masyarakat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 69 ayat (2) dan Ayat (3)

    dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

    (trujuh) tahun dan aatau pidana denda paling

    banyak Rp. 140.000.000,00 (seratus empat puluh

    juta rupiah).

    Pasal 82

    (1) Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan

    dengan sengaja

    a. melakukan pengobatan dan atau perawatan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Ayat(4);

    b. melakukan transfusi darah sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1);

    c. melakukan implan obat sebagaiamana

    dimaksud dalam Pasal 36 ayat (10);

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    78/85

    78

    d. melakukan pekerjaan kefarmasian

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat

    (1);

    e. melakukan bedah mayat sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2);

    dipidana dengan pidana penjara paing lama 5

    (lima) tahun dan atau pidana dengan paling

    banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

    (2)

    Barangsiapa dengan sengajaa. melakukan upaya kehamilan diluar cara alami

    yang tidak sesuai dengan ketentuan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Ayat

    (2);

    b. memproduksi dan atau mengedarkan sediaan

    farmasi berupa obat tradisional yang tidak

    memenuhi standar dan tau persyaratan

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 Ayat

    (2);

    c. memproduksi dan atau mengedarkan sediaan

    farmassi berupa kosmetika yang tidakmemenuhi standar dan tatau persyaratan

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat

    (2);

    d. mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat

    kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    79/85

    79

    penandan dan informasi sebagaimana

    dimassud dalam Pasal 41 Ayat (2);

    e. memproduksi dan atau menggedarkan bahan

    yang mengandung zat adiktif yang tidak

    memenuhi standar dan atau persyaratan yang

    ditentukan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 44 Ayat (2);

    dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

    (lima) tahun dan atau pidana denda paling banyakRp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

    Pasal 83

    Ancaman pidana sebagaimana dimaksudkan dalam

    Pasal 80, Pasal 81, dam Pasal 82 ditambah seperempat

    apabila menimbulkan luka berat atau sepertiga apabila

    menimbulkan kematian.

    Pasal 84

    (1) Barangsiapa mengedarkan makanan dan atau

    minuman yang dikemas tanpa mencantumkantanda atau label sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 21 Ayat (2)

    (2) menyelenggarakan tempat atau sarana pelayanan

    umum yang tidak memenuhi ketentuan standar

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    80/85

    80

    dan atau persyaratan lingkungan yang sehat

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4);

    (3) menyelenggarakan tempat kerja yang tidak

    memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 23 ayat (3);

    (4) menghalangi penderita gangguan jiwa yang akan

    diobaati dan atau dirawat pada sarana pelayanan

    kesehatan jiwa atau sarana pelayanan kesehatan

    lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26Ayat (1);

    (5) menyelenggarakan sarana kesehatan yang tidak

    memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 58 Ayat (1) atau tidak memilki izin

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 Ayat (1)

    dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

    tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp.

    15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

    Pasal 85

    (1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

    pasal 80, Pasal 81, dan Pasal 82 adalah kejahatan.

    (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

    pasal 84 adalah pelanggaran.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    81/85

    81

    Pasal 86

    Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan

    undang-undang ini dapat ditetapkan denda paling

    banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

    BAB XI

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 87Semua peraturan perundang-undangan yang

    merupakan peraturan pelaksanaan dari

    (1) Undang-undang Nomor 3 tahun 1953 tentang

    Pembukaan apotik (Lembaran Negara Tahun

    1953 Nomor 18)

    (2)

    Undang-undang Nomor 18 tahun 1953 tentang

    Penunjukan Rumah Sakit-Rumah Sakit Pertikulir

    Yang Merawat Orang-orang Miskin dan Orang-

    Orang Yang Kurang Mampu (Lembaran Negara

    Tahun 1953 Nomor 48);

    (3)

    Undang-undang Nomor 8 Tahun 1960 tentangPokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara

    Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran

    Negara Nomor 2068);

    (4) Undang-undang Nomr 11 Tahun 1962 tentang

    Hygiene untuk Usaha-usaha bagi Umum

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    82/85

    82

    (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 48,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 2475);

    (5) Undang-undang Nomor 6 Tahun tentang Tenaga

    Kesehatan (Lembaga Negara tahun 1963 Nomor

    79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576);

    (6) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang

    Farmasi (Lembaga Negara tahun 1963 Nomor 81,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 2580);

    (7)

    Undang-undang Nomor 18 Tahun 1964 tentangWajib Kerja Tenaga Paramedis (Lembaga Negara

    tahun 1964 Nomor 106, Tambahan Lembaran

    Negara Nomor 2698);

    (8) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang

    Hygiene (Lembaran negara tahun 1966 Nomor

    22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2804);

    (9) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1966 tentang

    Kesehatn Jiwa (Lembaran Negara tahun 1966

    Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor

    2805);

    (10)

    Pada saat diundangkannya undang-undang inimasih tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan

    dan atau belum diganti degan peraturan yang baru

    berdasarkan undang-undang ini.

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    83/85

    83

    Pasal 88

    (1) Dengan berlakunya undang-undang ini sarana

    kesehatan tertentu yang diselenggarakan oleh

    masyarakat yang belum berbentuk dalam hukum

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 Ayat (1),

    tetap dapat melaksanakan, fungsinya sampai

    dengan disesuaikan bentuk badan hukumnya.

    (2) Penyesuaian bentuk badan hukum sebagaimana

    dimaksud dalam Aat (1) wajib dilaksanakanselambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak tanggal

    mulai berlakunya undang-undang ini.

    BAB XII

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 89

    Dengan berlakunya undang-undang ini, maka

    (1) Undang-undang Nomor 3 tahun 1953 tentang

    Pembukaan Apotik (Lembaran Negara Tahun

    1953 Nomor 8);(2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1953 tentang

    Penunjukan Rumah sakit-Rumah Sakit Partikulir

    Yang Merawat Orang-orang Miskin dan Orang-

    orang Yang Kurang Mampu(Lembaran Negara

    Tahun 1953 Nomor 48);

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    84/85

    84

    (3) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang

    Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran Negara

    Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran

    Negara Nomr 2068);

    (4) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang

    Hygiene Untuk Usaha-usaha Bagi Umum

    (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 48,

    Tambahan Lembaran Negara 2475);

    (5)

    Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963 tentangTenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963

    Tahun 1963 Nomor 79, tambahan Lembaran

    Negara Nomor 2576);

    (6) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang

    Farmasi (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor

    81, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2580);

    (7) Undang-undang Nomor 18 Tahun 1964 Nomor

    1964 tentang Wajib Kerja Tenaga Paramedis

    (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 106,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 2698);

    (8)

    Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentangHygiene (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor

    22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2804);

    (9) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1966 tentang

    Kesehatan Jiwa (Lembaran Negara Tahun 1966

  • 5/20/2018 PERMENKES BIDAN

    85/85

    85

    Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor

    2805) dinyatakan tidak berlaku lagi.

    Pasal 90

    (1) Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal

    diundangkan.

    (2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

    pengundangan undang-undang ini dengan

    penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.