permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

203
LAMPIRAN IV : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 12 TAHUN 2007 TANGGAL : 12 MARET 2007 PANDUAN TEKNIS PENGOLAHAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DEPARTEMEN DALAM NEGERI 2009

Upload: muliadin-forester

Post on 19-Jun-2015

3.663 views

Category:

Documents


601 download

TRANSCRIPT

Page 1: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

LAMPIRAN IV : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 12 TAHUN 2007 TANGGAL : 12 MARET 2007

PANDUAN TEKNIS PENGOLAHAN DATA PROFIL DESA DAN

KELURAHAN

DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

DEPARTEMEN DALAM NEGERI 2009

Page 2: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

2

BAB I PENGERTIAN

a. Profil Desa/Kelurahan adalah gambaran menyeluruh tentang

karakter Desa dan Kelurahan yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa dan kelurahan.

b. Penyusunan adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan dan publikasi data profil desa dan kelurahan yang meliputi data dasar keluarga, data potensi desa dan kelurahan serta tingkat perkembangan desa dan kelurahan.

c. Pendayagunaan adalah berbagai upaya memanfaatkan data dasar keluarga, data potensi desa dan kelurahan serta tingkat perkembangan desa dan kelurahan dalam sistem perencanaan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

d. Pendataan adalah kegiatan pengumpulan fakta dan informasi melalui pengisian daftar isian data dasar keluarga, potensi desa dan kelurahan serta tingkat perkembangan desa dan kelurahan.

e. Pembangunan Desa dan Kelurahan adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di Desa dan Kelurahan yang dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong masyarakat.

f. Potensi Desa/Kelurahan adalah keseluruhan sumber daya yang dimiliki atau digunakan oleh Desa dan Kelurahan baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan maupun prasarana dan sarana untuk mendukung percepatan kesejahteraan masyarakat.

g. Tingkat Perkembangan Desa/Kelurahan adalah status tertentu dari capaian hasil kegiatan pembangunan yang dapat mencerminkan tingkat kemajuan dan/atau keberhasilan masyarakat, pemerintahan Desa/Kelurahan serta pemerintahan daerah dalam melaksanakan pembangunan di Desa dan Kelurahan.

h. Desa/Kelurahan Cepat Berkembang adalah Jika perolehan total skor pengukuran mencapai lebih dari 90% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa dan kelurahan tahunan.

i. Desa/Kelurahan Berkembang adalah Jika perolehan total skor mencapai 60% sampai 90% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa dan kelurahan tahunan.

j. Desa/Kelurahan Lamban Berkembang adalah Jika perolehan total skor mencapai 30% sampai 60% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa dan kelurahan tahunan.

k. Desa/Kelurahan Kurang Berkembang adalah Jika perolehan total skor mencapai kurang dari 30% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa dan kelurahan tahunan.

l. Desa/Kelurahan Swasembada adalah jika nilai total skor yang diperoleh mencapai lebih dari 80% dari skor maksimal tingkat perkembangan lima tahunan.

m. Desa/Kelurahan Swakarya adalah jika nilai total skor yang diperoleh mencapai 60% sampai 80% dari skor maksimal tingkat perkembangan lima tahunan.

Page 3: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

3

n. Desa/Kelurahan Swadaya adalah jika nilai total skor yang diperoleh mencapai kurang dari 60% dari skor maksimal tingkat perkembangan lima tahunan.

o. Kategori Mula adalah desa/kelurahan yang membutuhkan prioritas penanganan pada masalah pemenuhan kebutuhan dasar seperti ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

p. Kategori Madya adalah desa/kelurahan yang membutuhkan prioritas penanganan pada masalah keamanan dan ketertiban, kesadaran politik dan kebangsaan, peranserta masyarakat dalam pembangunan dan kinerja lembaga kemasyarakatan.

q. Kategori Lanjut adalah desa/kelurahan yang membutuhkan prioritas penanganan masalah yang terkait dengan kinerja pemerintahan desa dan kelurahan serta pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan.

r. Desa/Kelurahan Miskin adalah desa/kelurahan yang potensi umumnya rendah, laju perkembangannya lamban dan kurang berkembang serta status perkembangannya berada pada tingkat swadaya dengan kategori mula, madya dan lanjut.

s. Data dasar keluarga adalah gambaran menyeluruh potensi dan perkembangan keluarga yang meliputi potensi sumber daya manusia, perkembangan kesehatan dan pendidikan, penguasaan aset ekonomi dan sosial keluarga, partisipasi anggota keluarga dalam proses pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta berbagai permasalahan kesejahteraan keluarga dan perkembangan keamanan dan ketertiban di lingkungannya.

t. Registrasi ibu dan anak tingkat dusun/lingkungan yang selanjutnya disebut RIAD adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis serta publikasi dan pendayagunaan data perkembangan ibu dan anak di tingkat dusun dan lingkungan berdasarkan data dasar keluarga di setiap dusun dan lingkungan.

u. Tipologi Desa/Kelurahan adalah kondisi spesifik keunggulan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi kelembagaan serta potensi prasarana dan sarana dalam menentukan arah pengembangan dan pembinaan masyarakat berdasarkan karakteristik keunggulan komparatif dan kompetitif dari setiap desa dan kelurahan.

Page 4: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

4

BAB II PROFIL DESA DAN KELURAHAN

Profil Desa dan Kelurahan adalah gambaran menyeluruh tentang karakter Desa dan Kelurahan yang meliputi data dasar keluarga, data potensi desa/kelurahan dan data tingkat perkembangan desa/kelurahan. Data dasar keluarga terdiri dari data potensi sosial ekonomi keluarga, kesehatan individua, kelompok dan lingkungan keluarga, data pendidikan, penguasaan aset ekonomi dan sosial budaya serta tingkat kesejahteraan keluarga dan perkembangan keamanan dan ketertiban keluarga. potensi desa dan kelurahan terdiri atas data potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana. A. DATA DASAR KELUARGA Data dasar keluarga berisikan gambaran menyeluruh potensi dan perkembangan keluarga yang meliputi: 1. potensi sumber daya manusia; 2. perkembangan kesehatan; 3. perkembangan pendidikan; 4. penguasaan aset ekonomi dan sosial keluarga; 5. partisipasi anggota keluarga dalam proses pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan; 6. berbagai permasalahan kesejahteraan keluarga; dan 7. perkembangan keamanan dan ketertiban di lingkungannya. Daftar isian data dasar keluarga yang diisi oleh kepala keluarga selanjutnya di dihimpun dan diolah oleh Pokja Profil Desa/Kelurahan di tingkat Desa/Kelurahan. Pokja melaksanakan kegiatan tabulasi dan rekapitulasi data dasar keluarga dari tingkat RT, RW, Dusun/Lingkungan sampai tingkat Desa/Kelurahan. Data hasil rekapitulasi selanjutnya dijadikan input dalam mengisi daftar isian registrasi ibu dan anak tingkat dusun/lingkungan (RIAD) untuk mendata perkembangan kualitas hidup ibu dan anak dan lingkungannya di setiap Dasawisma di RT, RW, Dusun/Lingkungan. Data yang dikumpulkan melalui instrumen pengumpulan data RIAD dimaksud selanjutnya diolah dengan menggunakan cara manual maupun program aplikasi RIAD. Output pengolahan data RIAD dijadikan input analisis situasi ibu dan anak tingkat dusun/lingkungan dan desa/kelurahan (ASIA) tingkat Desa/Kelurahan. Data hasil ASIA dimaksud selanjutnya menjadi input bagi formulasi kebijakan intervensi perbaikan kualitas hidup ibu dan anak mulai di tingkat dusun/lingkungan. Output RIAD dan ASIA adalah data profil keluarga dari aspek kependudukan dan KB, kesehatan, pendidikan, ekonomi/pendapatan, sosial dan budaya, peranserta dalam proses politik dan pembangunan, penguasaan aset produksi, sumber daya alam dan lingkungan, serta permasalahan kesejahteraan keluarga lainnya di setiap rumah tangga. Berdasarkan profil permasalahan kualitas manusia di tingkat keluarga dimaksud, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat akan memanfaatkan data dasar keluarga dimaksud dalam proses pilihan alternatif intervensi kebijakan bagi perbaikan kualitas manusia Indonesia seluruhnya. Program Keluarga Siaga, Keluarga Harapan, Desa Siaga, serta berbagai program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di tingkat keluarga, dusun/lingkungan bahkan sampai ke tingkat desa dan kelurahan diharapkan memanfaatkan data dari hasil olahan data dasar keluarga.

Page 5: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

5

B. DATA POTENSI DESA DAN KELURAHAN Data potensi desa/kelurahan terdiri dari data potensi umum SDA, SDM, Prasarana dan Sarana serta Kelembagaan. Hubungan antara keempat variabel ini bersifat kausalitas. Sumber daya alam diciptakan Tuhan YME dan diserahkan pengelolaannya kepada Manusia sebagai puncak dari segala ciptaan untuk dikuasai, diolah, dimanfaatkan, dilindungi, dijaga, dikembangbiakkan dan dilestarikan serta dipertanggungjawabkan kembali kepada Pencipta, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. Output sinerjitas kausalitas SDM dan SDA tampak secara nyata dalam bentuk berbagai jenis prasarana dan sarana atau infrastruktur fisik dan non fisik. Prasarana dan sarana ini harus dijamin pelestariannya, pemenuhan nilai kemanfaatannya dan dilembagakan atau diinternalisasi dalam sistem sosial dan pranata lainnya sehingga tampak dalam bentuk kelembagaan atau institusi dalam segala dimensi kehidupan. Hal itu berarti interaksi kausalitas SDA dan SDM menghasilkan prasarana dan sarana yang nilai kemanfaatannya dilestarikan melalui sistem kelembagaan. Progresivitas interaksi kausalitas ini menghasilkan suatu potensi yang perlu dikelola dengan cermat agar mampu memberikan nilai aksiologis yang optimal bagi kesejahteraan manusia. Kumpulan data dimaksud dikelompokkan ke dalam Data Potensi Desa/Kelurahan. Dengan demikian, output dari interaksi antara SDM dan SDA berupa prasarana dan sarana serta kelembagaan merupakan ruang lingkup dan jenis data dari potensi desa/kelurahan. 1. RUANG LINGKUP DATA POTENSI DESA DAN KELURAHAN

Ruang lingkup data potensi Desa/Kelurahan terdiri dari 4 (empat) variabel yaitu:

(1) Potensi Sumber Daya Alam; (2) Potensi Sumber Daya Manusia; (3) Potensi Kelembagaan; (4) Potensi Prasarana dan Sarana.

POTENSI DESA/KELURAHAN

SUMBER DAYA

MANUSIA

SUMBER DAYA

KELEMBAGAAN

SUMBER DAYA ALAM

PRASARANADAN

SARANA

Page 6: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

6

2. JENIS DATA POTENSI DESA/KELURAHAN

Ruang lingkup dan jenis data potensi desa dan kelurahan selengkapnya sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 1 : Ruang Lingkup dan Jenis Data Potensi Desa/Kelurahan No Potensi No Jenis Data A SUMBER DAYA ALAM 1 Potensi umum: batas dan luas

wilayah, iklim, jenis dan kesuburan tanah, orbitasi, bentangan wilayah dan letak;

2 Pertanian 3 Perkebunan 4 Kehutanan 5 Peternakan 6 Perikanan 7 Bahan galian/Pertambangan 8 Sumber daya air 9 Kualitas Lingkungan 10 Ruang Publik/Taman 11 Wisata

B SUMBER DAYA MANUSIA 1 Jumlah 2 Usia

3 Pendidikan 4 Mata Pencaharian Pokok 5 Agama dan aliran kepercayaan 6 Cacat Mental dan Fisik 7 Kewarganegaraan 8 Etnis/Suku Bangsa 9 Tenaga Kerja C KELEMBAGAAN 1 Lembaga pemerintahan desa/

kelurahan 2 Lembaga kemasyarakatan 3 Lembaga Sosial Kemasyarakatan 4 Organisasi profesi 5 Partai Politik 6 Lembaga Perekonomian 7 Lembaga Pendidikan 8 Lembaga Adat 9 Lembaga Keamanan/Ketertiban

D PRASARANA DAN SARANA 1 Transportasi 2 Informasi dan Komunikasi 3 Air bersih dan Sanitasi 4 Prasarana dan Kondisi Irigasi 5 Pemerintahan 6 Kemasyarakatan 7 Peribadatan 8 Olah raga

Page 7: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

7

9 Kesehatan 10 Pendidikan 11 Energi dan Penerangan 12 Hiburan dan Wisata 13 Kebersihan

3. ANALISIS DATA POTENSI DESA/KELURAHAN

Data SDA, SDM, Prasarana dan Sarana serta Kelembagaan yang telah dikumpulkan Pokja Profil di tingkat desa dan kelurahan selanjutnya perlu diolah dan dianalisis oleh Tim Pengolahan Data Profil di tingkat Desa/Kelurahan dan tingkatan selanjutnya. Tujuan analisis data potensi Desa/Kelurahan dimaksudkan untuk mengetahui perubahan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, potensi kelembagaan dan potensi sarana dan prasarana yang dimiliki Desa/Kelurahan. Dari potensi tersebut, dapat diketahui potensi pengembangannya pada masa mendatang. Selain itu, analisis potensi Desa dan Kelurahan juga ditujukan untuk mengetahui faktor penghambat pengembangan yang dihadapi Desa dan Kelurahan, baik faktor penghambat penduduk, faktor penghambat kelembagaan, faktor penghambat prasarana dan sarana maupun faktor penghambat sumber daya alam. Dari data potensi Desa dan Kelurahan dapat diketahui atau dirumuskan beberapa hal, yaitu :

(1) Tingkatan Potensi Umum (2) Potensi pengembangan (3) Tipologi Desa/Kelurahan (4) Kendala­kendala pengembangan desa/kelurahan

3.1. Analisis Potensi Umum

Analisis Potensi umum dimulai dengan klarifikasi dan verifikasi data sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana serta kelembagaan yang sudah dikumpulkan dalam daftar isian masing­masing. Data potensi yang valid dan reliabel itu selanjutnya diolah baik menggunakan program aplikasi maupun secara manual. Analisis data sumber daya alam didasarkan pada data potensi pertanian, potensi kehutanan, potensi lingkungan dan udara, potensi peternakan, potensi perkebunan, potensi bahan galian/pertambangan, potensi sumber daya air, potensi kelautan dan perikanan, potensi ruang publik/taman dan potensi wisata. Analisis Potensi Sumber Daya Manusia didasarkan pada data potensi jumlah penduduk dan jender, potensi umur dan jenis kelamin, potensi pendidikan dan mata pencaharian/pekerjaan, potensi agama, potensi keragaman etnis dan suku bangsa, tenaga kerja, dan jumlah penduduk menurut kecacatan. Analisis Potensi Kelembagaan didasarkan pada data potensi lembaga pemerintahan desa/kelurahan, lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan, lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi profesi partai politik, lembaga perekonomian, lembaga pendidikan dan lembaga Adat. Sedangkan Analisis Potensi Sarana dan Prasarana didasarkan pada perkembangan data potensi sarana dan prasarana transportasi, informasi dan komunikasi, prasarana air bersih dan sanitasi, prasarana dan kondisi irigasi, prasarana dan sarana pemerintahan, prasarana dan sarana lembaga kemasyarakatan, prasarana peribadatan, prasarana olah raga, prasarana dan sarana kesehatan, prasarana dan sarana pendidikan, prasarana dan sarana energi dan penerangan serta prasarana dan sarana hiburan dan wisata.

Page 8: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

8

Setelah data dari setiap variabel diklarifikasi kebenarannya oleh Pokja, langkah selanjutnya adalah memberikan nilai atau skoring terhadap setiap jawaban terhadap daftar pertanyaan yang diisi oleh Tim Pengumpul tingkat desa/kelurahan. Jawaban terhadap setiap jenis data yang dipertanyakan dalam daftar isian data potensi desa/kelurahan selanjutnya diberikan skor standar nasional untuk mengukur tinggi rendahnya potensi yang diukur. Daftar skor bagi setiap pertanyaan sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 2

Skor Potensi Desa dan Kelurahan I. POTENSI SUMBER DAYA ALAM No POTENSI SDA Ukuran Skor A BATAS WILAYAH Bila belum ada penataan batas 0 Bila ada kesepakatan batas dalam

Perdes/Perda tentang batas desa/kel. 5

Bila belum ada peta tetapi batasnya jelas

8

Bila ada peta dan batasnya sudah jelas 10 B LUAS WILAYAH

1 Luas Pemukiman Bila, luas pemukiman mencapai Kurang dari 50 ha 2 50 – 100 ha 4 100 – 500 ha 6 500 – 1000 ha 8 Lebih dari 1000 ha 10

2 Luas Persawahan Bila, luas persawahan mencapai

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

3 Luas Perkebunan Bila, luas perkebunan mencapai

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

4 Luas Kuburan Bila, luas kuburan mencapai

Kurang dari 0,1 ha 2 0,1 – 1,0 ha 4 1,0 – 5,0 ha 6 5,0 – 10,0 ha 8 > 10,0 ha 10

5 Luas Pekarangan Bila, luas pekarangan mencapai

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

Page 9: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

9

6 Luas Taman Bila, luas taman mencapai Kurang dari 0,1 ha 2 0,1 – 1,0 ha 4 1,0 – 3,0 ha 6 3,0 – 5,0 ha 8 > 5,0 ha 10

7 Perkantoran Bila, luas lahan perkantoran

Kurang dari 0,1 ha 2 0,1 – 1,0 ha 4 1,0 – 3,0 ha 6 3,0 – 5,0 ha 8 > 5,0 ha 10

8 Luas Prasarana umum

lainnya Bila, luas tanah mencapai

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

C

TANAH SAWAH

1 Luas Sawah Irigasi Teknis

Bila luas sawah irigasi teknis

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

2 Luas Sawah Irigasi ½

Teknis Bila luas sawah irigasi teknis

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

3 Luas Sawah Tadah

Hujan Bila luas sawah tadah hujan

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

4 Luas Sawah Pasang

Surut Bila luas sawah pasang surut

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

Page 10: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

10

D TANAH KERING

1 Luas Tegal/Ladang Bila luas tegalan/ladang Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

2 Luas Pemukiman Bila luas pemukiman

Kurang dari 50 ha 2 50 – 100 ha 4 100 – 500 ha 6 500 – 1000 ha 8 > 1000 ha 10

3 Luas Pekarangan Bila luas pekarangan Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10

E TANAH BASAH

1 Luas Tanah Rawa Bila luas tanah rawa Kurang dari 10 ha 8 10 – 50 ha 6

50 – 100 ha 4 100 – 500 ha 2 > 500 ha 1

2 Luas Pasang Surut Bila luas daerah pasang surut Kurang dari 10 ha 8 10 – 50 ha 6

50 – 100 ha 4 100 – 500 ha 2 > 500 ha 1

3 Luas Lahan Gambut Bila luas lahan gambut Kurang dari 10 ha 8

10 – 50 ha 6 50 – 100 ha 4 100 – 500 ha 2 > 500 ha 1

4 Luas Situ/Waduk/ Danau

Bila luas situ/waduk/danau

Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10

Page 11: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

11

F TANAH PERKEBUNAN 1 Luas perkebunan rakyat Bila luas perkebunan rakyat Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 2 Luas perkebunan

negara Bila luas perkebunan negara

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 3 Luas perkebunan

swasta Bila luas perkebunan swasta

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 4 Luas perkebunan

perorangan Bila luas perkebunan perorangan

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 G TANAH FASILITAS UMUM

1 Luas tanah kas desa/kelurahan

Bila luas tanah kas desa/kelurahan

Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 2 Luas Tanah Bengkok Bila luas tanah bengkok Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 3 Luas tanah titi sara Bila luas tanah titi sara Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10

Page 12: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

12

4 Luas kebun desa Bila luas kebun desa Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 5 Luas sawah desa Bila luas sawah desa Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 6 Luas lapangan olahraga Bila luas lapangan olahraga Kurang dari 1 ha 8 1,0 – 5,0 ha 6 5,0 – 10,0 ha 4 10 – 15 ha 2 Lebih dari 15 ha 1 7 Luas Perkantoran

pemerintah Bila luas perkantoran pemerintah

Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 8 Luas ruang

publik/taman kota Bila luas ruang publik/taman

Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 9 Luas tempat

pemakaman umum Bila luas tempat pemakaman umum

Kurang dari 1 ha 8 1,0 – 5,0 ha 6 5,0 – 10,0 ha 4 10 – 15 ha 2 Lebih dari 15 ha 1 10 Luas tempat

pembuangan sampah Bila luas tempat pembuangan sampah.

Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 11 Luas tanah bangunan

sekolah/perguruan tinggi

Bila luas bangunan sekolah/ perguruan tinggi

Page 13: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

13

Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 > 15 ha 10 12 Luas pertokohan Bila luas pertokohan Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 13 Luas fasilitas pasar Bila luas fasilitas pasar Kurang dari 1 ha 2 1,0 – 5,0 ha 4 5,0 – 10,0 ha 6 10 – 15 ha 8 Lebih dari 15 ha 10 14 Luas terminal Bila luas terminal Kurang dari 1 ha 8 1,0 – 5,0 ha 6 5,0 – 10,0 ha 4 10 – 15 ha 2 Lebih dari 15 ha 1 15 Luas tanah utk jalan Bila luas jalan Kurang dari 10 ha 8 10 – 50 ha 6 50 – 100 ha 4 100 – 500 ha 2 > 500 ha 1 16 Luas daerah tangkapan

air Bila luas daerah tangkapan air

Kurang dari 1 ha 8 1,0 – 5,0 ha 6 5,0 – 10,0 ha 4 10 – 15 ha 2 Lebih dari 15 ha 1 17 Luas usaha perikanan Bila luas lahan usaha perikanan Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 18 Luas lahan aliran listrik

tegangan tinggi Bila luas sutet/aliran listrik tegangan tinggi.

Kurang dari 1 ha 8 1,0 – 5,0 ha 6 5,0 – 10,0 ha 4 10 – 15 ha 2 > 15 ha 1

Page 14: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

14

H TANAH HUTAN 1 Luas hutan lindung Bila luas hutan lindung Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 2 Luas hutan produksi Bila luas hutan produksi Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 3 Luas hutan produksi

tetap Bila luas hutan produksi tetap

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 4 Luas hutan terbatas Bila luas hutan terbatas < 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 5 Luas hutan konservasi Bila luas hutan konservasi Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 6 Luas hutan adat Bila luas hutan adat Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 7 Luas hutan asli Bila luas hutan asli Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 8 Luas hutan sekunder Bila luas hutan sekunder Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6

Page 15: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

15

100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 9 Luas hutan buatan Bila luas hutan buatan Kurang dari 10 ha 8 10 – 50 ha 6 50 – 100 ha 4 100 – 500 ha 2 > 500 ha 10 Luas hutan mangrove Bila luas hutan mangrove Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 11 Luas hutan suaka alam Bila luas hutan suaka alam Kurang dari 10 ha 8 10 – 50 ha 6 50 – 100 ha 4 100 – 500 ha 2 > 500 ha 12 Luas hutan suaka

margasatwa Bila luas hutan suaka margasatwa

Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 2 Luas hutan rakyat Bila luas hutan rakyat Kurang dari 10 ha 2 10 – 50 ha 4 50 – 100 ha 6 100 – 500 ha 8 > 500 ha 10 I IKLIM

1 Curah hujan Bila kurang dari 1500 mm/tahun 1 1500 – 2500 mm/tahun 5 Lebih dari 2500 mm/tahun 1 2 Jumlah bulan hujan Bila rata­rata curah hujan Kurang dari 2 bulan 2 2 – 4 bulan 5 4 – 6 bulan 8 > 6 bulan 3 3 Kelembaban Bila rata­rata kelembaban Kurang dari 2 bulan 2 2 – 4 bulan 5 4 – 6 bulan 8 > 6 bulan 3

Page 16: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

16

4 Suhu harian rata­rata Bila suhu rata­rata Kurang dari 10 0C 2 10 – 15 0C 4 15 – 20 0C 6 20 – 25 0C 8 25 – 30 0C 10 > 30 0C 2 J KESUBURAN TANAH 1 Warna tanah Bila warna tanah > 60 % Kuning 4 > 60 % Merah 6 > 60 % Abu­abu 8 > 60 % Hitam 10 2 Tekstur tanah Bila tekstur tanah: Debuan 4 Pasiran 6 Lempungan 8 3 Tingkat Kemiringan

Tanah Bila kemiringan tanah antara 0 – 100 9

10 ­ 250 8 25 ­ 500 6 50 ­ 750 4 > 750 2 4 Lahan Kritis Bila luas lahan kritis Kurang dari 5% dari luas wilayah 8 5 – 15 % dari luas wilayah 6 15 – 30 % dari luas wilayah 4 30 – 45 % dari luas wilayah 2 > 45 % dari luas wilayah 1 5 Lahan Terlantar Bila luas lahan terlantar Kurang dari 5% dari luas wilayah 8 5 – 15 % dari luas wilayah 6 15 – 30 % dari luas wilayah 4 30 – 45 % dari luas wilayah 2 > 45 % dari luas wilayah 1 6 Tingkat erosi tanah Bila tidak pernah terjadi erosi 8 Terjadi erosi ringan 4 Terjadi erosi sedang 2 Terjadi erosi berat 0 K TOPOGRAFI

Luas Bentangan Wilayah 1 Bentangan dataran

rendah Bila terdapat

Kurang dari 10% dari luas wilayah 3 10 – 40% dari luas wilayah 5 40 – 70% dari luas wilayah 7 > 70% dari luas wilayah 9

Page 17: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

17

2 Bentangan daerah berbukit ­ bukit

Bila terdapat

Kurang dari 10% dari luas wilayah 9 10 – 40% dari luas wilayah 7 40 – 70% dari luas wilayah 5 > 70% dari luas wilayah 2 3 Bentangan dataran

tinggi Bila terdapat

Kurang dari 10% dari luas wilayah 9 10 – 40% dari luas wilayah 7 40 – 70% dari luas wilayah 5 > 70% dari luas wilayah 2 4 Bentangan wilayah

lereng Bila terdapat

Kurang dari 10% dari luas wilayah 9 10 – 40% dari luas wilayah 7 40 – 70% dari luas wilayah 5 > 70% dari luas wilayah 2 5 Bentangan tepi pantai Bila terdapat Kurang dari 10% dari luas wilayah 9 10 – 40% dari luas wilayah 7 40 – 70% dari luas wilayah 5 > 70% dari luas wilayah 2 6 Bentangan kawasan

rawa Bila terdapat bentangan rawa

Kurang dari 10% dari luas wilayah 9 10 – 40% dari luas wilayah 7 40 – 70% dari luas wilayah 5 > 70% dari luas wilayah 2 7 Bentangan kawasan

gambut Bila terdapat bentangan lahan gambut

Kurang dari 10% dari luas wilayah 9 10 – 40% dari luas wilayah 7 40 – 70% dari luas wilayah 5 > 70% dari luas wilayah 2 8 Bentangan aliran

sungai Bila desa/kelurahan berada dalam

Kurang dari 10% dari luas bentangan sungai

9

10 – 40% dari luas bentangan sungai 7 40 – 70% dari luas bentangan sungai 5 > 70% dari luas bentangan sungai 3 9 Bantaran sungai Bila desa / kelurahan berada di < 10% dari daerah bantaran sungai 9 10 – 40% dari daerah bantaran sungai 7 40 – 70% dari daerah bantaran sungai 5 > 70% dari daerah bantaran sungai 2

Page 18: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

18

L LETAK Bila letak wilayah desa/kelurahan Bukan di kawasan DAS, Bantara

Sungai, rawan banjir, potensial tsunami dan rawan jalur gempa bumi & kawasan rawan gunung berapi

10

Di kawasan DAS, Bantara Sungai , rawan banjir, potensial tsunami, rawan jalur gempa bumi & kawasan rawan gunung berapi

5

M ORBITASI 1 Jarak ke ibu kota

kecamatan Bila, lama tempuh ke ibukota kecamatan lebih dari 3 jam

2

2 – 3 jam 4 1 – 2 jam 6 Kurang dari 1 jam 8 Bila kendaraan umum ke ibu kota ada

tapi terbatas 5

Bila kendaraan umum tidak ada 0 2 Jarak ke ibu kota

Kabupaten/kota Bila, lama tempuh ke ibukota lebih dari 6 jam

2

3 – 6 jam 4 1 – 3 jam 6 Kurang dari 1 jam 8 Bila kendaraan umum ke ibu kota ada

tapi terbatas 5

Bila kendaraan umum tidak ada 0 3 Jarak ke ibu kota

provinsi Bila, lama tempuh ke ibukota lebih dari 12 jam

2

6 – 12 jam 4 4 – 6 jam 6 2 – 4 jam 7 1 – 2 jam 8 Kurang dari 1 jam 9 Bila kendaraan umum ke ibu kota ada

tapi terbatas 3

Bila kendaraan umum banyak tersedia 5 Bila kendaraan umum tidak ada 0 N PERTANIAN N1 Tanaman Pangan 1 Kepemilikan Lahan Pertanian tanaman pangan a Memiliki lahan pertanian

kurang dari 50 ha Bila jumlah keluarga mencapai

< 10 % dari jumlah total keluarga 2 10 – 40 % dari jumlah total keluarga 4 40 – 80 % dari jumlah total keluarga 6 > 80 % dari jumlah total keluarga 8 b Memiliki lahan pertanian

lebih dari 50 ha Bila jumlah keluarga mencapai

< 10 % dari jumlah total keluarga 2 10 – 40 % dari jumlah total keluarga 4 40 – 80 % dari jumlah total keluarga 6 > 80 % dari jumlah total keluarga 8

Page 19: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

19

c Tidak memiliki lahan pertanian

Bila jumlah keluarga mencapai < 10 % dari jumlah total keluarga 2 10 – 40 % dari jumlah total keluarga 4 40 – 80 % dari jumlah total keluarga 6 > 80 % dari jumlah total keluarga 8 2 Produktivitas tanaman pangan a Jenis tanaman pangan Bila kurang dari 10 jenis 1 Antara 10 – 20 jenis 5 20 – 30 jenis 7 Lebih dari 30 jenis 10 b Luas tanaman pangan Bila luas tanaman kurang dari 10 ha 2 10­50 ha 4 50­100 ha 6 100­500 ha 8 500­1000 ha 9 > 1000 ha 10 c Total Produksi Tanaman

pangan Bila tidak ada

Bila kurang dari 100 ton 4 100 – 500 ton 6 500 – 1000 ton 8 1000 – 10000 ton 9 > 10.000 ton 10 N2 Kepemilikan lahan untuk buah­buahan yang dibudidayakan 1 Memiliki lahan untuk

tanaman buah­buahan kurang dari 10 ha

Bila jumlah keluarga mencapai < 10 % dari jumlah total keluarga 2 10 – 40 % dari jumlah total keluarga 4 40 – 80 % dari jumlah total keluarga 6 > 80 % dari jumlah total keluarga 8 2 Memiliki lahan tanaman

buah­buahan lebih dari 10 ha

Bila jumlah keluarga mencapai < 10 % dari jumlah total keluarga 2

10 – 40 % dari jumlah total keluarga 4 40 – 80 % dari jumlah total keluarga 6 > 80 % dari jumlah total keluarga 8 3 Tidak memiliki lahan

tanaman buah­buahan Bila jumlah keluarga mencapai

< 10 % dari jumlah total keluarga 8 10 – 40 % dari jumlah total keluarga 6 40 – 80 % dari jumlah total keluarga 4 > 80 % dari jumlah total keluarga 2 4 Jenis tanaman buah­

buahan Bila kurang dari 10 jenis 1

Antara 10 – 20 jenis 5 20 – 30 jenis 7 Lebih dari 30 jenis 10

Page 20: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

20

5 Luas tanaman buah­buahan

Bila luas tanaman kurang dari 10 ha 2

10­50 ha 4 50­100 ha 6 100­500 ha 8 500­1000 ha 9 > 1000 ha 10 6 Total Produksi buah­

buahan Bila tidak ada 2

Bila kurang dari 100 ton 4 100 – 500 ton 6 500 – 1000 ton 8 1000 – 10000 ton 9 > 10.000 ton 10 7 Mekanisme Pemasaran

Tanaman Pangan dan Buah­buahan

Bila 75% dijual langsung ke konsumen 3

Bila dijual ke pasar 4 Bila dijual melalui KUD 7 Bila melalui tengkulak 1 Bila melalui pengecer 3 Bila dijual ke lumbung desa/kel 8 Bila tidak dijual 6 N3 TANAMAN APOTIK HIDUP DAN OBAT KELUARGA 1 Jenis tanaman obat­

obatan Bila kurang dari 10 jenis 1

Antara 10 – 20 jenis 5 20 – 30 jenis 7 Lebih dari 30 jenis 10 2 Luas tanaman obat­

obatan Bila luas tanaman kurang dari 0,01 ha 2

0,01 – 0,05 ha 4 0,05 – 0,1ha 6 0,1 – 1,0 ha 8 >1,0 ha 10 3 Total Produksi tanaman

obat­obatan Bila tidak ada 0

Bila kurang dari 1 ton 2 1,0 – 1,5 ton 6 1,5 – 2,5 ton 8 2,5 – 5 ton 9 > 5 ton 10 4 Mekanisme Pemasaran

Tanaman obat­obatan Bila dijual langsung ke konsumen 7

Bila dijual ke pasar 4 Bila dijual melalui Koperasi 5 Bila melalui tengkulak 3 Bila melalui pengecer 2 Bila dijual ke lumbung desa/kelurahan 8 Bila tidak dijual 6

Page 21: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

21

O PERKEBUNAN O1 Pemilikan lahan perkebunan 1 Keluarga yang memiliki

lahan perkebunan <5 ha Bila jumlah keluarga mencapai

<10% dari total jumlah keluarga 2 10 – 20 % dari total jumlah keluarga 4 20 – 40 % 6 40 – 60 % 8 >60% 10 2 Keluarga yang tidak

memiliki lahan perkebunan

Bila jumlah keluarga mencapai

<10% dari total jumlah keluarga 2 10 – 20 % dari total jumlah keluarga 4 20 – 40 % 6 40 – 60 % 8 > 60% 10 3 Keluarga yang memiliki

lahan perkebunan 5,0 – 50,0 ha

Bila jumlah keluarga mencapai

<10% dari total jumlah keluarga 2 10 – 20 % dari total jumlah keluarga 4 20 – 40 % 6 40 – 60 % 8 >60% 10 4 Keluarga yang memiliki

lahan perkebunan >50ha Bila jumlah keluarga mencapai

<10% dari total jumlah keluarga 2 10 – 20 % dari total jumlah keluarga 4 20 – 40 % 6 40 – 60 % 8 >60% 10 5 Kepemilikan usaha

perkebunan oleh negara Bila mencapai

<10% dari total luas lahan usaha 3 10 – 20 % dari total luas lahan usaha 4 20 – 40 % dari total luas lahan usaha 5 40 – 60 % dari total luas lahan usaha 6 >60% dari total luas lahan usaha 7 O2 Luas dan hasil perkebunan menurut jenis komoditas 1 Jenis komoditas

tanaman perkebunan Bila kurang dari 10 jenis 3

Antara 10 – 20 jenis 5 20 – 30 jenis 7 Lebih dari 30 jenis 9 2 Luas tanaman komoditas

perkebunan Bila luas tanaman kurang dari 10 ha 4

10­50 ha 5 50­100 ha 6 100­500 ha 7 500­1000 ha 8 > 1000 ha 9

Page 22: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

22

3 Total Produksi tanaman perkebunan

Bila tidak ada 0

Bila kurang dari 1.000 ton 2 1,000,0 – 5,000 ton 4 5,000 – 10,000 ton 6 10. 000 – 50000 ton 8 > 50. 000 ton 10 4 Mekanisme Pemasaran

hasil perkebunan Bila 75% dijual langsung ke konsumen 7

Bila 75% dijual ke pasar 4 Bila 75% dijual melalui Koperasi 5 Bila 75% melalui tengkulak 3 Bila 75% melalui pengecer 2 Bila dijual ke lumbung desa/kel 8 Bila tidak dijual 6 P KEHUTANAN P1 Luas lahan kehutanan menurut kepemilikan 1 Milik negara Bila negara mempunyai lahan < 10% luas lahan 2 10 – 40 % luas lahan 3 40 – 60 % luas lahan 4 60 – 80 % luas lahan rakyat 6 > 80 % luas lahan 8 2 Milik adat/ulayat Bila hak ulayat mempunyai lahan < 10% luas lahan 3 10 – 40 % luas lahan 4 40 – 60 % luas lahan 8 60 – 80 % luas lahan 5 > 80 % luas lahan 2 3 Perhutani/Instansi

sektoral Bila Perhutani mempunyai lahan

< 10% luas lahan 2 10 – 40 % luas lahan 3 40 – 60 % luas lahan 4 60 – 80 % luas lahan 6 > 80 % luas lahan 8 4 Milik masyarakat

perorangan Bila perorangan mempunyai lahan

< 10% luas lahan 8 10 – 40 % luas lahan 6 40 – 60 % luas lahan 4 60 – 80 % luas lahan 3 > 80 % luas lahan 2 P2 Jenis dan produksi kehutanan 1 Jenis komoditas hasil

kehutanan Bila kurang dari 10 jenis 2

Antara 10 – 20 jenis 4 20 – 30 jenis 6 Lebih dari 30 jenis 8 2 Luas tanaman komoditas

kehutanan Bila luas tanaman produksi kehutanan kurang dari 100 ha

2

100­500 ha 3

Page 23: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

23

500­1000 ha 5 1000­5000 ha 6 5000­10000 ha 7 10000 – 100000 ha 8 > 100000 ha 10 3 Total nilai produksi

kehutanan Bila tidak ada 0

Bila kurang dari 1.000 ton 2 1,000,0 – 10,000 ton 4 10000 – 50000 ton 6 50000 – 100000 ton 8 > 100000 ton 10 4 Mekanisme Pemasaran

hasil perkebunan Bila 75% dijual langsung ke konsumen 7

Bila 75% dijual ke pasar 4 Bila 75% dijual melalui Koperasi 5 Bila 75% melalui tengkulak 3 Bila 75% melalui pengecer 2 Bila dijual ke lumbung desa/kel 8 Bila tidak dijual 6 P3 Kondisi Hutan 1 Hutan Bakau/mangrove Bila kondisi hutan bakau < 10% rusak 4 10 – 40 % rusak 3 40 – 60 % rusak 2 60 – 80 % rusak 1 > 80 % rusak 0 2 Hutan Produksi Bila kondisi hutan produksi < 10% rusak 4 10 – 40 % rusak 3 40 – 60 % rusak 2 60 – 80 % rusak 1 > 80 % rusak 0 3 Hutan lindung Bila kondisi hutan lindung < 10% rusak 4 10 – 40 % rusak 3 40 – 60 % rusak 2 60 – 80 % rusak 1 > 80 % rusak 0 4 Hutan margasatwa Bila kondisi hutan margasatwa < 10% rusak 4 10 – 40 % rusak 3 40 – 60 % rusak 2 60 – 80 % rusak 1 > 80 % rusak 0 5 Hutan suaka alam Bila kondisi hutan suaka alam < 10% rusak 4 10 – 40 % rusak 3 40 – 60 % rusak 2 60 – 80 % rusak 1

Page 24: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

24

> 80 % rusak 0 6 Hutan lainnya Bila kondisi hutan .................. < 10% rusak 4 10 – 40 % rusak 3 40 – 60 % rusak 2 60 – 80 % rusak 1 > 80 % rusak 0 7 Hutan ....................... Bila kondisi hutan .................. < 10% rusak 4 10 – 40 % rusak 3 40 – 60 % rusak 2 60 – 80 % rusak 1 > 80 % rusak 0 P4 Dampak yang timbul dari Pengolahan Hutan 1 Pencemaran Udara Bila ada pencemaran udara 0 Bila tidak ada pencemaran udara 10 2 Pencemaran Air Bila ada pencemaran air 0 Bila tidak ada pencemaran air 10 3 Longsor/erosi/abrasi Bila ada longsor/erosi/abrasi 0 Bila tidak ada 10 4 Bising Bila ada kebisingan 0 Bila tidak ada kebisingan 10 5 Kerusakan Biota Bila ada kerusakan biota

laut/sungai/danau/situ/waduk 0

Bila tidak ada 10 6 Kemusnahan Flora Bila ada kemusnahan flora 0 Bila tidak ada 10 7 Hilangnya sumber mata

air Bila terjadi hilangnya sumber mata air 0

Bila tidak ada 10 8 Kebakaran hutan Bila ada kebakaran hutan 0 Bila tidak ada kebakaran hutan 10 9 Terjadi kekeringan air Bila terjadi kekeringan sumber mata air 0 Bila tidak ada 10 10 Berubahnya fungsi hutan Bila ada perubahan fungsi hutan 0 Bila tidak ada 10 11 Terjadi lahan kritis Bila ada lahan kritis 0 Bila tidak ada 10 12 Hilangnya daerah

tangkapan air. Bila hilangnya daerah tangkapan/ resapan air

0

Bila tidak ada 10

Page 25: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

25

13 Musnahnya habitat Binatang Hutan

Bila ada pemusnahan habitat binatang hutan

0

Bila tidak ada 10 P5 Mekanisme Pemasaran Hasil Hutan 1 Dijual langsung ke

konsumen Bila 75% dijual langsung ke konsumen 7

Bila 75% dijual ke pasar 4 Bila 75% dijual melalui Koperasi 5 Bila 75% melalui tengkulak 3 Bila 75% melalui pengecer 2 Bila dijual ke lumbung desa/kel 8 Bila tidak dijual 6 Q PETERNAKAN Q1 Kepemilikan dan Populasi ternak 1 Sapi a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 100 ekor 1 100 – 500 ekor 2 500 – 1000 ekor 3 1000 – 5000 ekor 4 Lebih dari 5000 ekor 5 2 Babi a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 500 ekor 1 500 – 1000 ekor 2 1000 – 5000 ekor 3 5000 – 10000 ekor 4 Lebih dari 10000 ekor 5 3 Kerbau a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3

Page 26: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

26

40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 100 ekor 1 100 – 500 ekor 2 500 – 1000 ekor 3 1000 – 5000 ekor 4 Lebih dari 5000 ekor 5 4 Ayam Kampung a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 1000 ekor 1 1000 – 5000 ekor 2 5000 – 10000 ekor 3 10000 – 50000 ekor 4 Lebih dari 50000 ekor 5 5 Ayam Boiler a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 5000 ekor 1 5000 – 10000 ekor 2 10000 – 50000 ekor 3 50000 – 100000 ekor 4 Lebih dari 100000 ekor 5 6 Domba a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 100 ekor 1 100 – 500 ekor 2

Page 27: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

27

500 – 1000 ekor 3 1000 – 5000 ekor 4 Lebih dari 5000 ekor 5 7 Bebek a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 500 ekor 1 500 – 1000 ekor 2 1000 – 5000 ekor 3 5000 – 10000 ekor 4 Lebih dari 10000 ekor 5 8 Kuda a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 100 ekor 1 100 – 500 ekor 2 500 – 1000 ekor 3 1000 – 5000 ekor 4 Lebih dari 5000 ekor 5 9 Kambing a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 500 ekor 1 500 – 1000 ekor 2 1000 – 5000 ekor 3 5000 – 10000 ekor 4 Lebih dari 10000 ekor 5 10 Domba a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1

Page 28: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

28

10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 500 ekor 1 500 – 1000 ekor 2 1000 – 5000 ekor 3 5000 – 10000 ekor 4 Lebih dari 10000 ekor 5 11 Angsa a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 500 ekor 1 500 – 1000 ekor 2 1000 – 5000 ekor 3 5000 – 10000 ekor 4 Lebih dari 10000 ekor 5 12 Burung Puyuh a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 500 ekor 1 500 – 1000 ekor 2 1000 – 5000 ekor 3 5000 – 10000 ekor 4 Lebih dari 10000 ekor 5 13 Kelinci a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0

Page 29: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

29

Kurang dari 100 ekor 1 100 – 500 ekor 2 500 – 1000 ekor 3 1000 – 5000 ekor 4 Lebih dari 5000 ekor 5 14 Burung Walet a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 1000 ekor 1 1000 – 5000 ekor 2 5000 – 7500 ekor 3 7500 – 10000 ekor 4 Lebih dari 10000 ekor 5 15 Kucing a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 1 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 2 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 3 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 4 >60% dari total jumlah penduduk 5 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 100 ekor 1 100 – 500 ekor 2 500 – 1000 ekor 3 1000 – 5000 ekor 4 Lebih dari 5000 ekor 5 16 Ular Kobra a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 5 <10% dari total jumlah penduduk 4 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 3 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 2 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 1 >60% dari total jumlah penduduk 0 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 10 ekor 2 10 – 50 ekor 3 50 – 100 ekor 4 100 – 500 ekor 5 Lebih dari 500 ekor 6 17 Ular Piton a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki

Page 30: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

30

Tidak ada 5 <10% dari total jumlah penduduk 4 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 3 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 2 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 1 >60% dari total jumlah penduduk 0 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 10 ekor 2 10 – 50 ekor 3 50 – 100 ekor 4 100 – 500 ekor 5 Lebih dari 500 ekor 6 18 Burung Cendrawasih a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 5 <10% dari total jumlah penduduk 4 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 3 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 2 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 1 >60% dari total jumlah penduduk 0 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 10 ekor 2 10 – 50 ekor 3 50 – 100 ekor 4 100 – 500 ekor 5 Lebih dari 500 ekor 6 19 Burung Beo a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 5 <10% dari total jumlah penduduk 4 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 3 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 2 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 1 >60% dari total jumlah penduduk 0 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 10 ekor 2 10 – 50 ekor 3 50 – 100 ekor 4 100 – 500 ekor 5 Lebih dari 500 ekor 6 20 Buaya a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 5 <10% dari total jumlah penduduk 4 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 3 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 2 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 1 >60% dari total jumlah penduduk 0

Page 31: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

31

b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 10 ekor 2 10 – 50 ekor 3 50 – 100 ekor 4 100 – 500 ekor 5 Lebih dari 500 ekor 6 21 Hewan Ternak Lainnya a Kepemilikan Bila jumlah penduduk yang memiliki Tidak ada 0 <10% dari total jumlah penduduk 2 10 – 20 % dari total jumlah penduduk 3 20 – 40 % dari total jumlah penduduk 4 40 – 60 % dari total jumlah penduduk 5 >60% dari total jumlah penduduk 6 b Populasi Bila perkembangan populasi Tidak ada 0 Kurang dari 1000 ekor 2 1000 – 5000 ekor 4 5000 – 10000 ekor 6 10000 – 50000 ekor 8 Lebih dari 50000 ekor 10 Q2 Produksi Peternakan 1 Susu Bila total produksi Tidak ada 0 < 100 ton 2 100 ­ 500 ton 4 500 – 1000 ton 6 1000 – 10000 ton 8 >10000 ton 10 2 Kulit Bila total produksi Tidak ada 0 < 1000 ton 2 1000 ­ 5000 ton 4 5000 – 10000 ton 6 10000 – 50000 ton 8 >50000 ton 10 3 Telur Bila total produksi Tidak ada 0 < 1000 ton 2 1000 ­ 5000 ton 4 5000 – 10000 ton 6 10000 – 50000 ton 8 >50000 ton 10 4 Daging Bila total produksi Tidak ada 0 < 100 ton 2 100 ­ 500 ton 4 500 – 1000 ton 6

Page 32: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

32

1000 – 10000 ton 8 >10000 ton 10 5 Madu Bila total produksi Tidak ada 0 < 10 ton 2 10 ­ 100 ton 4 100 – 500 ton 6 500 – 1000 ton 8 >1000 ton 10 6 Bulu Bila total produksi Tidak ada 0 < 10 ton 2 10 ­ 100 ton 4 100 – 500 ton 6 500 – 1000 ton 8 >1000 ton 10 7 Air liur burung walet Bila total produksi Tidak ada 0 < 100 ton 2 100 ­ 500 ton 4 500 – 1000 ton 6 1000 – 10000 ton 8 >10000 ton 10 8 Minyak Bila total produksi Tidak ada 0 < 100 ton 2 100 ­ 500 ton 4 500 – 1000 ton 6 1000 – 10000 ton 8 >10000 ton 10 9 Hiasan / Lukisan Bila total produksi Tidak ada 0 <10 unit 2 10 – 50 unit 4 50 – 100 unit 6 100 – 500 unit 8 500 – 1000 unit 10 <1000 unit 10 Cindermata Bila total produksi Tidak ada 0 < 100 unit 2 100 ­ 500 unit 4 500 – 1000 unit 6 1000 – 10000 unit 8 >10000 unit 10 Q3 Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak 1 Luas tanaman pakan Bila terdapat

Page 33: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

33

ternak Tidak ada 0 < 100 ha 2 100 – 500 ha 4 500 – 1000 ha 6 1000 – 5000 ha 8 >5000 ha 10 2 Produksi hijauan untuk

makanan ternak Bila hijauan makanan yang dihasilkan sebanyak

< 100 ton 2 100 – 500 ton 4 500 – 1000 ton 6 1000 – 5000 ton 8 > 5000 ton 10 3 Luas lahan gembalaan Bila terdapat Tidak ada 0 <1000 ha 2 1000 ­ 5000 ha 4 5000 – 10000 ha 6 10000 – 50000 ha 8 50000 ­ 100000 ha 9 >100000 ha 10 4 Dipasok dari luar desa /

kelurahan Bila terdapat

Tidak ada 3 < 100 ton 4 100 – 500 ton 5 500 – 1000 ton 6 1000 – 5000 ton 7 > 5000 ton 8 5 Disubsidi pemerintah Bila terdapat Tiak ada 1 < 100 ton 2 100 – 500 ton 3 500 – 1000 ton 4 1000 – 5000 ton 5 > 5000 ton 6 Q4 Pemilik usaha pengolahan hasil ternak 1 Dendeng Bila terdapat Tidak ada 0 < 10 % jumlah penduduk 2 10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 2 Abon Bila terdapat Tidak ada 0 < 10 % jumlah penduduk 2

Page 34: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

34

10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 3 Penyamakan kulit Bila terdapat Tidak ada 0 < 10 % jumlah penduduk 2 10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 4 Madu lebah Bila terdapat Tidak ada 0 < 10 % jumlah penduduk 2 10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 5 Biogas Bila terdapat Tidak ada 0 < 10 % jumlah penduduk 2 10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 6 Telur asin Bila terdapat Tidak ada 0 < 10 % jumlah penduduk 2 10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 7 Kerupuk kulit Bila terdapat Tidak ada 0 < 10 % jumlah penduduk 2 10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 8 Penyamakan kulit Bila terdapat Tidak ada 0 < 10 % jumlah penduduk 2 10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 9 Kerajinan tangan Bila perkembangan pengrajin Tidak ada 0

Page 35: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

35

< 10 % dari jumlah penduduk 2 10 – 40% dari jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 10 Usaha pengolahan hasil

peternakan lainnya Apabila perkembangan kepemilikan usaha pengolahan

Tidak ada 0 < 10 % dari jumlah penduduk 2 10 – 40% jumlah penduduk 4 40 – 60% jumlah penduduk 6 60 – 80% jumlah penduduk 8 > 80% jumlah penduduk 10 Q5 Ketersediaan lahan pemeliharaan ternak/padang gembalaan 1 Milik masyarakat umum Bila potensi ketersediaan Tidak ada 0 <1000 ha 2 1000 ­ 5000 ha 3 5000 – 10000 ha 4 10000 – 50000 ha 5 50000 – 100000 ha 6 >50000 ha 7 2 Milik perusahaan

peternakan Bila terdapat

Tidak ada 0 <1000 ha 4 1000 ­ 5000 ha 6 5000 – 10000 ha 8 10000 – 50000 ha 9 >50000 ha 10 3 Milik perorangan Bila terdapat Tidak ada 0 <1000 ha 4 1000 ­ 5000 ha 6 5000 – 10000 ha 8 10000 – 50000 ha 9 >50000 ha 10 4 Sewa pakai Bila terdapat Tidak ada 0 <1000 ha 4 1000 ­ 5000 ha 6 5000 – 10000 ha 8 10000 – 50000 ha 9 >50000 ha 10 5 Milik pemerintah Bila terdapat Tidak ada 2 <1000 ha 4 1000 ­ 5000 ha 6 5000 – 10000 ha 8

Page 36: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

36

10000 – 50000 ha 10 >50000 ha 6 Milik Masyarakat adat Bila terdapat Tidak ada 0 <1000 ha 2 1000 ­ 5000 ha 4 5000 – 10000 ha 5 10000 – 50000 ha 50000 ­ 100000 ha 7 >100000 ha 8 R PERIKANAN R1 Jenis dan alat produksi budi daya ikan laut, payau & air tawar 1 Jenis alat produksi Bila jumlah alat produksi Tidak ada 0 1 – 3 jenis 2 3 – 6 jenis 4 6 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 3­6 jenis 8 2 Jenis Ikan tangkapan

dan panenan Bila jumlah total jenis ikan

Tidak ada 0 Kurang dari 10 jenis 2 10 – 20 jenis 4 20 – 30 jenis 6 30 – 50 jenis 8 Lebih dari 50 jenis 8 3 Produksi Perikanan Bila Tidak ada 0 Kurang dari 10 ton 2 10 – 50 ton 4 50 – 100 ton 6 100 – 500 ton 8 500 – 1000 ton 9 Lebih dari 1000 ton 10 4 Pemasaran Hasil Bila 75% dijual langsung ke konsumen 7 Bila 75% dijual ke pasar 8 Bila 75% dijual melalui Koperasi 6 Bila 75% melalui tengkulak 2 Bila 75% melalui pelelangan ikan 9 Bila dijual ke lumbung desa/kel 5 Bila tidak dijual 4 S BAHAN GALIAN S1 Jenis dan deposit bahan galian 1 Jenis bahan galian Bila jumlah jenis bahan tambang/galian Tidak ada 0 Kurang dari 5 jenis 4 5 – 10 jenis 5 10 – 20 jenis 6 20 – 40 jenis 7

Page 37: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

37

Lebih dari 40 jenis 8 2 Produksi bahan

tambang/galian Bila jumlah total rata­rata potensi produksi bahan tambang/galian

Tidak ada 0 Kecil 4 Sedang 6 Besar 8 S2 Kepemilikan dan

pengelolaan Bila pemilik dan pengelola bahan tambang

a Pemerintah Tidak ada 0 Kurang dari 10 % 2 10 – 25% 3 25 – 50 % 4 50 – 75% 5 75­100% 7 b Swasta Tidak ada 0 Kurang dari 10 % 2 10 – 25% 3 25 – 50 % 4 50 – 75% 5 75­100% 7 c Perorangan Tidak ada 0 Kurang dari 10 % 2 10 – 25% 3 25 – 50 % 4 50 – 75% 5 75 – 100% 7 d Masyarakat adat Tidak ada 0 Kurang dari 10 % 2 10 – 25% 3 25 – 50 % 4 50 – 75% 5 75 – 100% 7 S3 Pemasaran Hasil Tambang/Galian Bila 75% dijual langsung ke konsumen 3 Bila 75% dijual ke pasar 4 Bila 75% dijual melalui Koperasi 6 Bila 75% melalui tengkulak 2 Bila dijual ke lumbung desa/kel 7 Bila tidak dijual 1 T SUMBER DAYA AIR T1 Potensi air dan Sumber Daya air 1 Jenis potensi Bila total jumlah jenis potensi Tidak ada 0 1 – 2 jenis 2 2 – 4 jenis 4

Page 38: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

38

4 – 7 jenis 6 7 – 10 jenis 8 Lebih dari 10 jenis 10 2 Debit dan volume air Bila debit/volume/kapasitas Kecil 5 Sedang 6 Besar 8 3 Sumber air bersih Jumlah jenis sumber air Bila total jumlah jenis sumber Tidak ada 0 1 – 2 jenis 2 2 – 4 jenis 4 4 – 7 jenis 6 7 – 10 jenis 8 Lebih dari 10 jenis 10 T2 Pemanfaat sumber air Bila jumlah KK pemanfaat 1 Mata air Tidak ada 7 < 10 % dari jumlah KK 5 10 – 40 % 4 40 – 60 % 3 60 – 80 % 2 80 – 100% 1 2 Sumur Gali Tidak ada 7 < 10 % dari jumlah KK 5 10 – 40 % 4 40 – 60 % 3 60 – 80 % 2 80 – 100% 1 3 Sumur pompa Tidak ada 7 < 10 % dari jumlah KK 5 10 – 40 % 4 40 – 60 % 3 60 – 80 % 2 80 – 100% 1 4 Hidran umum Tidak ada 0 < 10 % dari jumlah KK 2 10 – 40 % 4 40 – 60 % 6 60 – 80 % 8 80 – 100% 9 5 PAM Tidak ada 0 < 10 % dari jumlah KK 2 10 – 40 % 4 40 – 60 % 6 60 – 80 % 8 80 – 100% 9

Page 39: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

39

5 Pipa Tidak ada 0 < 10 % dari jumlah KK 2 10 – 40 % 4 40 – 60 % 6 60 – 80 % 8 80 – 100% 9 6 Sungai Tidak ada 10 < 10 % dari jumlah KK 8 10 – 40 % 6 40 – 60 % 4 60 – 80 % 3 80 – 100% 2 7 Embung Tidak ada 10 < 10 % dari jumlah KK 8 10 – 40 % 6 40 – 60 % 4 60 – 80 % 3 80 – 100% 2 8 Bak penampung air

hujan Tidak ada 10

< 10 % dari jumlah KK 8 10 – 40 % 6 40 – 60 % 4 60 – 80 % 3 80 – 100% 2 9 Beli tangki swasta Tidak ada 1 < 10 % dari jumlah KK 2 10 – 40 % 4 40 – 60 % 6 60 – 80 % 8 80 – 100% 10 10 Depot isi ulang Tidak ada 1 < 10 % dari jumlah KK 2 10 – 40 % 4 40 – 60 % 6 60 – 80 % 8 80 – 100% 10 11 Sumber lain Tidak ada 1 < 10 % dari jumlah KK 2 10 – 40 % 3 40 – 60 % 4 60 – 80 % 5 80 – 100% 6 T3 Kondisi sumber air

bersih Bila kondisi sumber air bersih

1 Mata air Baik 10 Rusak 0

Page 40: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

40

2 Sumur Gali Baik 10 Rusak 0 3 Sumur pompa Baik 10 Rusak 0 4 Hidran umum Baik 10 Rusak 0 5 PAM Baik 10 Rusak 0 6 Pipa Baik 10 Rusak 0 7 Sungai Baik 10 Rusak 0 8 Embung Baik 10 Rusak 0 9 Bak penampung air

hujan Baik 10

Rusak 0 10 Beli tangki swasta Baik 10 Rusak 0 11 Depot isi ulang Baik 10 Rusak 0 12 Sumber lain Baik 10 Rusak 0 T4 Kualitas air minum Bila kualitas air minum dari sumber 1 Mata air Berbau 0 Berwarna 0 Berasa 0 Baik 10 2 Sumur gali Berbau 0 Berwarna 0 Berasa 0 Baik 10 3 Sumur pompa Berbau 0 Berwarna 0 Berasa 0 Baik 10 4 Hidran umum Berbau 0 Berwarna 1 Berasa 2 Baik 10

Page 41: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

41

5 PAM Berbau 0 Berwarna 0 Berasa 0 Baik 10 6 Pipa Berbau 0 Berwarna 0 Berasa 0 Baik 10 7 Sungai Tercemar 0 Pendangkalan 0 Baik 0 10 8 Bak penampung air

hujan Berbau 0

Berwarna 0 Berasa 0 Baik 10 9 Tangki swasta Berbau 0 Berwarna 0 Berasa 0 Baik 10 10 Depot isi ulang Berbau 0 Berwarna 0 Berasa 0 Baik 10 T5 Kondisi Sungai Tercemar 0 Pendangkalan/pengendapan lumpur 1 Keruh 1 Jernih/tidak tercemar/memenuhi baku

mutu air sungai 10

Berkurangnya biota sungai 1 Kering 1 T6 Pemanfaatan Rawa Tidak dimanfaatkan 1 Usaha perikanan 5 Air minum 3 Cuci dan mandi 4 Irigasi 6 Buang air besar 0 Tanaman Sayuran/buah­buahan 2 Budi daya mangrove/sejenis 7 T7 Pemanfaatan dan kondisi danau/waduk/situ a Pemanfaatan 1 Perikanan Tidak 1 Usaha perikanan 5

Page 42: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

42

2 Air minum/air baku Tidak 1 Air minum 5 3 Cuci dan mandi Tidak 1 Cuci dan mandi 2 4 Irigasi Tidak 1 Usaha irigasi 5 5 Buang air besar Tidak 5 Buang air besar/kecil 0 6 Pembangkit listrik Tidak 1 Usaha pembangkit tenaga listrik 5 7 Prasarana transportasi Tidak 2 Usaha transportasi 5 8 Pariwisata Tidak 2 Usaha wisata 5 b Kondisi Bila kondisinya 1 Tercemar Tidak tercemar 10 Tercemar 0 Pendangkalan Tidak 10 Pendangkalan 0 2 Keruh Tidak 10 Keruh 0 Berlumpur Tidak 10 Berlumpur 0 T8 Air Panas 1 Sumber Tidak ada 1 Gunung berapi 2 Geiser 2 2 Pemanfaatan Tidak dimanfaatkan 0 Dimanfaatkan 5 3 Kepemilikan Bila sumber air panas dikelola a Pemerintah Kurang dari 25% 4 25­50% 5 50 – 100% 6 b Swasta Kurang dari 25% 4 25­50% 5 50 – 100% 8 c Perorangan/Masyarakat

adat Kurang dari 25% 4

25­50% 5 50 – 100% 6 U KUALITAS UDARA U1 Kondisi udara Bila udara tidak tercemar 10 Bila Tercemar 0

Page 43: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

43

a Sumber 1 Pabrik Milik pemerintah 0 Milik swasta 0 Milik masyarakat 1 2 Kendaraan bermotor Kurang dari 25% 1 25 ­ 100% 0 3 Pembakaran hutan/

lahan gambut Kurang dari 25% 2

25 ­50% 1 5 – 100% 0 V KEBISINGAN 1 Tingkat kebisingan Tidak ada kebisingan 10 Kebisingan rendah 5 Kebisingan sedang 3 Kebisingan tinggi 1 2 Ekses kebisingan Ada 0 Tidak 10 3 Sumber kebisingan Kendaraan bermotor lebih dari 50% 5 Pabrik lebih dari 50% 5 Pelabuhan lebih dari 50% 4 Hiburan dan wisata lebih dari 50% 6 Lainnya lebih dari 50% 5 W RUANG PUBLIK/TAMAN 1 Keberadaan dan jumlah

total jenis ruang publik/ taman

Tidak ada 0

Kurang dari 2 jenis 2 2 – 5 jenis 4 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 8 2 Pemanfaatan Dimanfaatkan secara pasif 4 Dimanfaatkan secara aktif 8 X POTENSI WISATA 1 Keberadaan dan jumlah

total jenis lokasi/area wisata

Tidak ada 0

Kurang dari 10 jenis 3 10 – 25 jenis 5 25 – 50 jenis 7 Lebih dari 50 jenis 9 2 Tingkat Pemanfaatan Dimanfaatkan secara pasif 5 Dimanfaatkan secara aktif 8

Page 44: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

44

II. SKOR POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA No POTENSI SDM Ukuran Skore A KEPADATAN Bila kurang dari 100 jiwa/km2 2 100 – 250 3 250 – 500 4 500 ­ 750 5 750­1000 6 Lebih dari 1000 jiwa/km2 8 B Perkembangan Usia Bila 25 – 50 % penduduk usia 0 – 7 tahun 2 7 – 18 tahun 3 18 – 56 tahun 8 Di atas 56 tahun 4 C TINGKAT PENDIDIKAN 1 Jumlah usia 7 – 18

tahun yang tidak sekolah

Bila kurang dari 10% dari jumlah penduduk dari usia 7 – 18 tahun

3

10 – 25% 2 25% ­ 50% 1 Lebih dari 75% 0 2 Jumlah usia 12 – 56

tahun yang tidak pernah sekolah

Bila kurang dari 10% dari jumlah penduduk usia 12 – 56 tahun

3

10 – 25% 2 25% ­ 50% 1 Lebih dari 75% 0 3 Jumlah usia 12 – 56

tahun tidak tamat SD Bila kurang dari 10% dari jumlah penduduk usia 12 – 56 tahun

3

10 – 25% 2 25% ­ 50% 1 Lebih dari 75% 0 4 Jumlah usia 12 – 56

tahun tidak tamat SLTP Bila kurang dari 10% dari jumlah penduduk usia 12 – 56 tahun

4

10 – 25% 3 25% ­ 50% 2 Lebih dari 75% 1 5 Jumlah usia 18 – 56

tahun tidak tamat SLTA Bila kurang dari 10% dari jumlah penduduk usia 18 – 56 tahun

5

Bila mencapai 10 – 25% 4 Bila mencapai 25% ­ 50% 3 Lebih dari 75% 2 5 6 Tamat SLB Bila kurang dari 10% dari jumlah

penduduk yang cacat

10 – 25% 7 25% ­ 50% 9 Lebih dari 75% 10

Page 45: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

45

D MATA PENCARIAN POKOK Jumlah jenis mata

pencaharian pokok Bila sebaran jenis matapencaharian pokok penduduk kurang dari 5 jenis

3

5 – 10 jenis 4 10 – 15 jenis 5 15 – 20 jenis 6 20 – 25 jenis 7 25 – 30 jenis 8 30 – 35 jenis 9 Lebih dari 35 jenis 10 E AGAMA 1 Jumlah agama yang

dianut Bila sebaran penganut agama hanya 1 5

1 – 2 agama 6 2 – 3 agama 7 3 – 4 agama 8 4 – 5 agama 9 5 – 6 agama 10 2 Jumlah penganut aliran

kepercayaan Jika jumlah penganut mencapai kurang dari 1% jumlah penduduk

4

1 – 5% 3 5 – 10% 2 Lebih dari 10% dari jumlah penduduk 1 F KEWARGANEGARAAN Bila semua penduduk WNI 5 Bila penduduk WNA kurang dari 5% 2 Bila penduduk WNA 5 – 10% 3 Bila penduduk WNA lebih dari 15% 4 Bila ada penduduk yang

Dwikewarganegaraan 6

G ETNIS Pembauran Masyarakat Bila penduduk berasal dari 1 (satu)

kelompok etnis/suku bangsa 1

2 – 5 etnis/suku bangsa 2 5 – 10 etnis/suku bangsa 4 10 – 15 etnis/sukubangsa 6 15 – 20 etnis/suku bangsa 8 Lebih dari 20 etnis/suku bangsa 10 H

CACAT MENTAL DAN FISIK

Jumlah penderita cacat Bila penduduk cacat fisik dan mental

mencapai kurang dari 0,1% dari jumlah penduduk

5

0,1 – 0,5% 4 0,5 – 1% 3 1 – 5% 2 Lebih dari 5% 1

Page 46: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

46

I TENAGA KERJA 1 Penduduk usia 18 ­ 56 Bila mencapai yang tidak bekerja < 5% dari jumlah penduduk 5 5 – 10% 4 10 – 25% 3 25 – 50% 2 Lebih dari 50% 1 2 Penduduk usia 18 – 56

tahun yang bekerja Bila sebanyak

< 5% dari jumlah penduduk 1 5 – 10% 3 10 – 25% 5 25 – 50% 7 Lebih dari 50% 10 3 Angka Ketergantungan

kerja Rasio jumlah penduduk 18 – 56 tahun yang bekerja dengan penduduk usia 0­56 tahun ke atas yang tidak bekerja, bila mencapai

Kurang dari 5% 10 5 – 10% 8 10 – 25% 6 25 – 50% 4 50 – 75% 2 Lebih dari 75% 1 J KUALITAS ANGKATAN KERJA 1 Penduduk usia 18­56

yang buta aksara dan huruf/angka latin

Bila penduduk usia 18 – 56 yang buta aksara sebanyak

< 10 % 4 10 – 25 % 3 25 – 50 % 2 50 – 75 % 1 > 75% 0 2 Penduduk usia 18­56

yang tidak tamat SD Bila penduduk usia 18 – 56 yang tidak tamat SD sebanyak

< 10 % 4 10 – 25 % 3 25 – 50 % 2 50 – 75 % 1 > 75% 0 3 Penduduk usia 18­56

yang tamat SD Bila penduduk usia 18 – 56 yang tamat SD sebanyak

< 10 % 1 10 – 25 % 2 25 – 50 % 3 50 – 75 % 4 > 75% 5 4 Penduduk usia 18­56

tahun yang tamat SLTP Bila penduduk usia 18 – 56 yang tamat SLTP sebanyak

< 10 % 2 10 – 25 % 3 25 – 50 % 4 50 – 75 % 5 > 75% 6

Page 47: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

47

5 Penduduk usia 18­56 yang tamat SLTA

Bila penduduk usia 18 – 56 yang tamat SLTA sebanyak

< 10 % 4 10 – 25 % 5 25 – 50 % 6 50 – 75 % 7 > 75% 8 6 Penduduk usia 18­56

yang tamat perguruan tinggi

Bila penduduk usia 18 – 56 yang tamat perguruan tinggi sebanyak

< 10 % 6 10 – 25 % 7 25 – 50 % 8 50 – 75 % 9 > 75% 10 III. SKORING POTENSI KELEMBAGAAN

No POTENSI KELEMBAGAAN Penilaian Skore A LEMBAGA PEMERINTAHAN A1 Pemerintah Desa/Kelurahan

1 Dasar hukum pembentukan Pemerintah Desa/Kelurahan Bila pembentukan organisasi

pemerintah desa dan kelurahan berdasarkan Perda Kab/Kota

10

Berdasarkan Keputusan Bupati/ Walikota

2

Berdasarkan Keputusan Camat 1 Tidak/belum ada dasar hukum 0 2 Dasar hukum pembentukan

BPD Bila pembentukan organisasi BPD berdasarkan Perda Kab/Kota

10

Berdasarkan Keputusan Bupati/ Walikota

2

Berdasarkan Keputusan Camat 1 Tidak/belum ada dasar hukum 0 3 Jumlah aparat

pemerintahan Bila jumlah aparat kurang dari 5 orang

3

5 – 7 orang 4 7 – 10 orang 5 10 – 15 orang 6 15 – 25 orang 8 Lebih dari 25 orang 10 4 Jumlah perangkat

desa/kelurahan Bila jumlah unit kerja perangkat desa/kelurahan

Sampai 3 unit kerja 5 4 – 5 unit kerja 7 6 – 7 unit kerja 8 Lebih dari 7 unit kerja 9

Page 48: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

48

5 Kepala desa/lurah Bila ada 5 Bila tidak ada 0 6 Perangkat Desa/Kelurahan a Sekretaris Bila ada 5 Bila tidak ada 0 b Kepala Urusan Bila kurang dari 50% Kepala Urusan

tidak ada/belum terisi 2

Bila lebih dari 50% ada tetapi tidak aktif

3

Bila ada semua dan aktif 10 c Jumlah staf pemerintahan

desa/kelurahan Bila staf berjumlah kurang dari 5 orang

1

5 – 7 orang 2 7 – 10 orang 3 10 – 15 orang 5 15 – 25 orang 8 Lebih dari 25 orang 10 7 Jumlah dusun/lingkungan Bila dusun/lingkungan sebagai

unsur lini pemerintahan desa/kelurahan tidak ada

0

Bila ada organisasi dusun/ lingkungan

5

Bila ada tetapi tidak aktif 6 Bila ada dan aktif 9 8 Tingkat Pendidikan Aparat a Kepala Desa/Lurah Tidak sekolah 1 Bila SD ­ SLTP 3 SLTA 5 Diploma 6 S­1 8 S­2 atau S3 9 b Sekretaris Desa/Kelurahan Tidak sekolah 0 Bila SD ­ SLTP 3 SLTA 5 Diploma 8 S­1 9 S­2 atau S3 10 c Kepala­kepala urusan Tidak sekolah 0 Bila SD – SLTP kurang dari 10% 4 SLTA lebih dari 50% 7 Diploma lebih dari 10% 8 S­1 kurang dari 10% 9 S­2 atau S3 kurang dari 10% 10 B BADAN PERMUSYAWARATAN DESA 1 Keberadaan BPD Bila BPD ada tetapi tidak aktif aktif 5 Bila tidak ada BPD 0 Bila ada dan aktif 10

Page 49: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

49

2 Jumlah anggota BPD Bila anggota BPD sejumlah kurang dari 5 orang

5

5 – 7 orang 6 7 – 9 orang 7 9 – 11 orang 8 Lebih dari 11 orang 9 3 Pendidikan ketua BPD Tidak sekolah 0 Bila SD ­ SLTP 4 SLTA 6 Diploma 8 S­1 9 S­2 atau S3 10 4 Wakil Ketua Tidak sekolah 0 Bila SD ­ SLTP 3 SLTA 4 Diploma 5 S­1 6 S­2 atau S3 8 5 Sekretaris Tidak sekolah 0 Bila SD ­ SLTP 2 SLTA 5 Diploma 7 S­1 8 S­2 atau S3 10 6 Anggota Tidak sekolah 0 Bila SD – SLTP kurang dari 10% 5 SLTA lebih dari 50% 7 Diploma lebih dari 10% 8 S­1 kurang dari 10% 9 S­2 atau S3 kurang dari 10% 10 C LEMBAGA KEMASYARAKATAN 1 Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan (LKD/LKK) a Keberadaan LKD/LKK Bila Belum ada organisasi LKD/LKK 0 Bila pembentukan LKD/LKK

berdasarkan Perdes dan Perda Kab/Kota

10

Berdasarkan Keputusan Bupati/ Wali kota

2

Berdasarkan Keputusan Camat 1 Tidak/belum ada dasar hukum 0 b Jumlah pengurus Bila berjumlah kurang dari 5 orang 2 5 – 10 orang 3 10 – 15 orang 4 15 – 20 orang 5 20 – 25 orang 6 Lebih dari 25 orang 7 c Kantor Bila ada kantor yang jelas 5 Jika tidak mempunyai kantor 0

Page 50: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

50

d Ruang Lingkup Kegiatan Bila jumlah kegiatan kurang dari 3 jenis

5

3 – 5 jenis 6 5 – 10 jenis 7 10 – 15 jenis 8 Lebih dari 15 jenis 9 2 Keberadaan Organisasi

anggota LKD/ LKK Bila tidak ada organisasi anggota LKD/LKK

0

Bila terdiri dari PKK, LKMD/LPM atau Sebutan Lain, RT, RW, Karang Taruna, dan lainnya

10

Bila hanya terdiri dari LKMD/LKMK/LPM atau sebutan lain

1

3 Jumlah organisasi lain yang potensial menjadi anggota LKD/LKK

Kurang dari 5 unit organisasi 4 5 – 10 unit organisasi 5 10 – 15 unit organisasi 6 15 ­25 unit organisasi 7 Lebih dari 25 unit organisasi 8 4 Pembentukan organisasi

anggota LKD/LKK Bila pembentukan dan dasar hukum organisasi anggota LKD/ LKK seperti ketentuan peraturan pemerintah

10

Bila tidak sesuai 0 a Kantor dan kepengurusan Bila tidak ada kantor 0 Bila ada kantor 5 Bila ada pengurus tetap dan aktif 10 b Kegiatan organisasi anggota

LKD/LKK Bila tidak mempunyai kegiatan 1

Bila 2 – 5 kegiatan 5 5 – 7 kegiatan 8 7 – 10 kegiatan 9 Lebih dari 10 kegiatan 10 D LEMBAGA POLITIK D1 Partai Politik 1 Jumlah partai politik lokal Bila jumlah partai politik lokal Kurang dari 10% dari total jumlah

parpol lokal yang ada di desa/kel ini 3

10 – 40 % dari jumlah parpol 4 40 – 60% dari jumlah parpol 5 60 – 80% dari jumlah parpol 6 Lebih dari 80% dari jumlah parpol 7 2 Jumlah partai politik

nasional Bila jumlah partai politik nasional

Kurang dari 10% dari jumlah parpol tingkat nasional

3

10 – 40% dari jumlah parpol 4 40 – 60% dari jumlah parpol 5 60 – 80% dari jumlah parpol 6 Lebih dari 80% dari jumlah parpol 7 3 Jumlah pengurus Bila jumlah pengurus partai politik

Page 51: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

51

berasal dari penduduk desa/ kelurahan ini mencapai:

Kurang dari 10% dari jumlah pengurus parpol seluruhnya

2

10 – 40% dari jumlah pengurus parpol seluruhnya

4

40 – 60% dari jumlah pengurus parpol seluruhnya

6

60 – 80% dari jumlah pengurus parpol seluruhnya

8

Lebih dari 80% dari jumlah pengurus parpol seluruhnya

10

4 Jumlah Anggota Parpol Bila jumlah penduduk yang jadi

anggota tetap partai politik

Kurang dari 10% dari total jumlah penduduk desa/kelurahan

2

10 – 40 % 4 40 – 60% 6 60 – 80% 8 Lebih dari 80% 10 5 Jumlah pemilih pada pemilu

terakhir Bila jumlah pemilih pada pemilihan terakhir dari desa/kelurahan ini

Kurang dari 10% dari total jumlah penduduk

2

10 – 40 % 4 40 – 60% 6 60 – 80% 8 Lebih dari 80% jumlah penduduk 10 6 Kantor dan kegiatan partai

politik Jika kurang dari 50% dari jumlah partai yang ada tidak ada kantor di desa/kelurahan ini

5

Lebih dari 50% partai yang ada mempunyai kantor di desa/kel ini

7

7 Dasar hukum pembentukan Jika ada dasar hukum 10 Tidak belum ada dasar hukum 0 8 Ruang lingkup kegiatan Jika lebih dari 80% partai yang ada

mempunyai kegiatan di desa/kel ini 10

Kurang dari 80% partai yang ada tidak mempunyai kegiatan di desa/kel ini

5

D2 Organisasi Underbow Jumlah partai yang mempunyai

underbow di desa/kelurahan ini:

1 Keberadaan Bila kurang dari 10% dari jumlah partai yang ada mempunyai underbow di desa/kelurahan ini

3

10 – 40% 4 40 – 60% 5 60 – 80% 6 Lebih dari 80% 7 2 Dasar hukum underbow Bila jumlah underbow partai politik

Page 52: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

52

yang tidak mempunyai dasar hukum pembentukan mencapai

Kurang dari 10% dari total underbow di desa/kelurahan ini

4

10 – 40% 3 40 – 60% 2 60 – 80% 1 Lebih dari 80% 0 E LEMBAGA EKONOMI E1 Lembaga Ekonomi dan unit Usaha Desa/Kelurahan 1a Jenis Koperasi Unit Desa Bila jumlah jenis lembaga koperasi

dan simpan pinjam di desa/kel

Tidak ada 0 Kurang dari 2 unit 4 2 – 4 unit 5 4 – 6 unit 6 6 – 8 unit 7 Lebih dari 8 unit 8 1b Jumlah kegiatan Jika setiap jenis lembaga koperasi

mempunyai kegiatan

Kurang dari 2 jenis 4 2 – 4 jenis 5 4 – 6 jenis 6 6 – 10 jenis 7 Lebih dari 10 jenis 8 1c Jumlah pengurus dan

anggota Jika ada lembaga koperasi yang tidak mempunyai anggota

0

Jika semua lembaga koperasi yang ada mempunyai anggota dan pengurus yang memadai

10

E2 Jenis lembaga jasa

keuangan Jika jumlah jenis lembaga jasa keuangan di desa/kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 2 jenis 4 2 – 5 jenis 5 5 – 7 jenis 6 7 – 10 jenis 7 Lebih dari 10 jenis 8 Jumlah kegiatan Jika setiap jenis lembaga jasa

keuangan di desa/kelurahan ini mempunyai kegiatan

Kurang dari 2 jenis 4 2 – 4 jenis 5 4 – 6 jenis 6 6 – 10 jenis 7 Lebih dari 10 jenis 8 Jumlah pengurus dan

anggota Jika ada lembaga jasa keuangan yang tidak jelas keanggotaannya

0

Jika semua lembaga jasa keuangan yang ada mempunyai anggota dan

10

Page 53: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

53

pengurus yang memadai E3 Industri Kecil dan

Menengah

Jenis industri kecil dan menengah

Bila jumlah jenis usaha industri kecil dan menengah di desa/kel ini

Tidak ada 0 Kurang dari 5 jenis usaha 4 5 – 10 jenis usaha 5 10 – 15 jenis usaha 6 15 – 20 jenis usaha 7 Lebih dari 20 jenis usaha 8 Jumlah kegiatan Jika setiap jenis usaha industri yang

ada mempunyai kegiatan produksi

Kurang dari 5 unit kegiatan 4 5 – 10 kegiatan 5 10 – 15 kegiatan 6 15 – 20 kegiatan 7 Lebih dari 20 kegiatan 8 Jumlah pengelola Jika setiap jenis kegiatan

melibatkan

1 – 4 tenaga kerja pengelola 5 4 – 9 orang 6 9 – 15 orang 7 Lebih dari 15 orang 8 E4 Usaha Jasa Pengangkutan 1 Jumlah pemilik angkutan

darat, sungai, laut, udara, ekspedisi

Bila kepemilikan usaha jasa pengangkutan orang dan barang di desa/kelurahan ini

Tidak ada 0 Kurang dari 1% dari jumlah

keluarga 2

1 – 5% 3 5 – 10% 4 10 – 15% 5 Lebih dari 15% 6 2 Kapasitas angkut jasa

pengangkutan darat, sungai, laut dan udara

Bila kapasitas angkut usaha jasa pengangkutan yang ada di desa/kelurahan ini kurang dari 10 orang

5

10 – 50 orang 6 50 – 100 orang 7 100 – 200 orang 8 200 – 500 orang 9 Lebih dari 500 orang 10 3 Penyerapan tenaga kerja Jika penyerapan tenaga kerja dari

semua usaha jasa pengangkutan yang ada kurang dari 50 orang

5

50 – 75 orang 6 75 – 100 orang 7

Page 54: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

54

100 – 200 orang 8 Lebih dari 200 orang 9 E5 Usaha Jasa dan Perdagangan 1 Jumlah usaha jasa

perdagangan Bila jumlah usaha jasa dan perdagangan di desa/kelurahan ini

Tidak ada 0 Kurang dari 5 unit usaha 1 5 – 15 unit usaha 3 15 – 30 unit usaha 5 30 ­ 60 unit usaha 7 60 – 100 unit usaha 8 Lebih dari 100 unit usaha 9 2 Jenis produksi yang

diperdagangkan Bila jumlah jenis produk dari setiap unit usaha yang diperdagangkan

Kurang dari 10 jenis 1 10 – 20 jenis 3 20 – 30 jenis 5 30 – 50 jenis 7 50 – 100 jenis 8 Lebih dari 100 jenis 9 3 Penyerapan tenaga kerja Jika penyerapan tenaga kerja dari

semua unit usaha perdagangan yang ada kurang dari 100 orang

4

100 – 200 orang 5 200 – 300 orang 6 300 –500 orang 7 Lebih dari 500 orang 8 E6 Usaha Jasa Hiburan 1 Jumlah usaha jasa hiburan Bila jumlah usaha jasa hiburan di

desa/kelurahan ini

Kurang dari 5 unit usaha 1 5 – 15 unit usaha 3 15 – 30 unit usaha 5 30 ­ 60 unit usaha 7 60 – 100 unit usaha 8 Lebih dari 100 unit usaha 9 2 Jenis jasa hiburan yang

diusahakan Bila jumlah jenis kegiatan dari setiap unit usaha jasa hiburan

Kurang dari 10 jenis 1 10 – 20 jenis 3 20 – 30 jenis 5 30 – 50 jenis 7 50 – 100 jenis 8 Lebih dari 100 jenis 9 3 Penyerapan tenaga kerja Jika penyerapan tenaga kerja dari

semua unit usaha jasa hiburan yang ada kurang dari 100 orang

3

100 – 200 orang 5 200 – 300 orang 7

Page 55: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

55

300 –500 orang 8 Lebih dari 500 orang 9 E7 Usaha Jasa Gas, Listrik, BBM dan Air 1 Jumlah usaha jasa gas,

listrik, BBM dan Air Minum Bila jumlah semua usaha yang ada di desa/kelurahan ini

Kurang dari 5 unit usaha 1 5 – 15 unit usaha 3 15 – 30 unit usaha 5 30 ­ 60 unit usaha 7 60 – 100 unit usaha 8 Lebih dari 100 unit usaha 9 2 Jenis jasa yang diusahakan Bila jumlah jenis kegiatan dari

setiap unit usaha yang ada

Kurang dari 10 jenis 1 10 – 20 jenis 3 20 – 30 jenis 5 30 – 50 jenis 7 50 – 100 jenis 8 Lebih dari 100 jenis 9 3 Penyerapan tenaga kerja Jika penyerapan tenaga kerja dari

semua unit usaha yang ada kurang dari 100 orang

5

100 – 200 orang 7 200 – 300 orang 8 300 –500 orang 9 Lebih dari 500 orang 10 E8 Usaha jasa keterampilan 1 Jumlah usaha jasa

keterampilan Bila jumlah semua usaha jasa keterampilan di desa/kelurahan ini

Tidak ada 0 Kurang dari 5 unit usaha 1 5 – 15 unit usaha 3 15 – 30 unit usaha 5 30 ­ 60 unit usaha 7 60 – 100 unit usaha 8 Lebih dari 100 unit usaha 9 2 Jenis usaha jasa

keterampilan Bila jumlah jenis produk dari setiap unit usaha jasa keterampilan

Kurang dari 10 jenis 1 10 – 20 jenis 3 20 – 30 jenis 5 30 – 50 jenis 7 50 – 100 jenis 8 Lebih dari 100 jenis 9 3 Penyerapan tenaga kerja Jika penyerapan tenaga kerja dari

semua unit usaha jasa keterampilan yang ada kurang dari 100 orang

2

100 – 200 orang 4 200 – 300 orang 6

Page 56: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

56

300 –500 orang 7 Lebih dari 500 orang 8 E9 Usaha jasa Hukum dan Konsultasi 1 Jumlah usaha jasa hukum

dan konsultasi Bila jumlah semua usaha jasa hukum dan konsultasi di desa/kelurahan ini

Tidak ada 0 Kurang dari 5 unit usaha 1 5 – 15 unit usaha 3 15 – 30 unit usaha 5 30 ­ 60 unit usaha 7 60 – 100 unit usaha 8 Lebih dari 100 unit usaha 9 2 Jenis usaha jasa hukum

dan konsultasi Bila jumlah jenis produk dari setiap unit usaha jasa hukum dan konsultasi

Kurang dari 10 jenis 1 10 – 20 jenis 3 20 – 30 jenis 5 30 – 50 jenis 7 50 – 100 jenis 8 Lebih dari 100 jenis 9 3 Penyerapan tenaga kerja Jika penyerapan tenaga kerja dari

semua unit usaha jasa hukum dan konsultasi yang ada kurang dari 100 orang

2

100 – 200 orang 3 200 – 300 orang 5 300 –500 orang 7 Lebih dari 500 orang 8 E10 Usaha Penginapan

1 Jumlah usaha jasa penginapan

Bila jumlah semua usaha jasa penginapan di desa/kelurahan ini

Tidak ada 0 Kurang dari 5 unit usaha 4 5 – 15 unit usaha 5 15 – 30 unit usaha 6 30 ­ 60 unit usaha 7 60 – 100 unit usaha 8 Lebih dari 100 unit usaha 9 2 Jenis usaha jasa

penginapan Bila jumlah jenis produk dari setiap unit usaha jasa penginapan

Kurang dari 10 jenis 1 10 – 20 jenis 3 20 – 30 jenis 5 30 – 50 jenis 7 50 – 100 jenis 8 Lebih dari 100 jenis 9

Page 57: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

57

3 Penyerapan tenaga kerja Jika penyerapan tenaga kerja dari semua unit usaha jasa penginapan yang ada kurang dari 100 orang

3

100 – 200 orang 4 200 – 300 orang 5 300 –500 orang 6 Lebih dari 500 orang 7 E11 Lembaga Pendidikan 1 Jenis lembaga pendidikan

formal Bila jumlah semua lembaga pendidikan yang ada di desa/kelurahan ini

Tidak ada lembaga pendidikan 0 Kurang dari 2 lembaga 5 2 – 4 lembaga 7 Lebih dari 4 lembaga 9 2 Jumlah tenaga pengajar Bila setiap jenis lembaga pendidikan

yang ada mempunyai tenaga pengajar

Kurang dari 6 orang 3 6 – 10 orang 4 10 – 15 orang 5 15 – 20 orang 6 Lebih dari 20 orang 7 3 Kepemilikan lembaga

pendidikan formal Bila dari semua lembaga pendidikan yang ada di desa/kelurahan

a Milik pemerintah Tidak ada 0 Kurang dari 10% 2 10 – 50% 3 Lebih dari 50% 5 b Milik swasta Tidak ada 0 Kurang dari 10% 4 10 – 50% 6 Lebih dari 50% 8 c Milik desa/kelurahan atau

lembaga kemasyarakatan desa/ kelurahan

Tidak ada Kurang dari 10% 8 10 – 50% 9 Lebih dari 50% 10 4 Lembaga pendidikan formal keagamaan a Jumlah lembaga keagamaan Bila jumlah lembaga pendidikan

keagamaan yang ada di desa/ kelurahan ini

Tidak ada 0 Ada 1 jenis lembaga pendidikan

keagamaan 4

2 jenis lembaga 5 3 jenis lembaga 6 Lebih dari 3 jenis lembaga

keagamaan 7

Page 58: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

58

b Lembaga pendidikan formal keagamaan milik lembaga agama

Bila setiap lembaga keagamaan yang ada di desa/kelurahan ini memiliki lembaga pendidikan

Tidak ada lembaga pendidikan milik agama tertentu

0

Milik 1 lembaga agama 4 Milik 2 lembaga agama 6 Milik 3 lembaga agama 8 Milik lebih dari 3 lembga agama 10 c Jumlah tenaga pengajar Bila setiap jenis lembaga pendidikan

formal keagamaan yang ada mempunyai tenaga pengajar

Kurang dari 6 orang 3 6 – 10 orang 5 10 – 15 orang 7 15 – 20 orang 8 Lebih dari 20 orang 9 5 Kepemilikan lembaga pendidikan formal keagamaan a Milik pemerintah Bila kepemilikan dari semua

lembaga pendidikan yang ada di desa/kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 10% dari jumlah

lembaga pendidikan keagamaan yang ada di desa/kelurahan

2

10 – 50% 3 Lebih dari 50% 5 b Milik swasta/yayasan Kurang dari 10% 4 10 – 50% 8 Lebih dari 50% 9 c Milik desa/kelurahan atau

lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 10% dari jumlah

lembaga pendidikan keaagamaan yang ada di desa/kelurahan

7

10 – 50% 8 Lebih dari 50% 10 6 Pendidikan non Formal/Kursus a Jenis lembaga pendidikan

non formal/kursus Bila jumlah semua lembaga pendidikan non formal/kursus yang ada di desa/kelurahan ini

Tidak ada 0 Kurang dari 2 lembaga 5 2 – 5 lembaga 7 5 – 10 lembaga 8 Lebih dari 10 lembaga 9 b Jumlah tenaga pengajar Bila setiap jenis lembaga pendidikan

yang ada mempunyai tenaga pengajar

Page 59: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

59

Kurang dari 6 orang 3 6 – 10 orang 5 10 – 15 orang 7 15 – 20 orang 8 Lebih dari 20 orang 9 c Kepemilikan lembaga

pendidikan formal Bila dari semua lembaga pendidikan yang ada di desa/kelurahan

c1 Milik pemerintah Tidak ada 0 Kurang dari 10% 2 10 – 50% 3 Lebih dari 50% 5 c2 Milik swasta Tidak ada 0 Kurang dari 10% 4 10 – 50% 8 Lebih dari 50% 9 c3 Milik desa/kelurahan atau

lembaga kemasyarakatan desa/ kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 10% 7 10 – 50% 8 Lebih dari 50% 10 E12 LEMBAGA ADAT 1 Keberadaan lembaga adat Bila lembaga adat di desa/kel ini Tidak ada 0 Ada 5 2 Simbol lembaga adat Bila simbol lembaga dan kekuasaan

adat di desa/kelurahan ini

Tidak ada 0 Kurang dari 3 jenis 5 3 – 5 jenis 7 Lebih dari 5 jenis 9 3 Jenis kegiatan lembaga adat Bila jumlah jenis kegiatan adat Tidak ada 0 Kurang dari 2 jenis 4 2 – 5 jenis 6 5 – 10 jenis 8 Lebih dari 10 jenis 9 E13 LEMBAGA KEAMAMAAN 1 Hansip dan Linmas

a Keberadaan Hansip dan Linmas

Bila Hansip dan Limas di desa/kel

Tidak ada 0 Ada dan pasif 5 Ada dan aktif 10

Page 60: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

60

b Jumlah anggota Hansip Bila Tidak ada 0 Kurang dari 1% jumlah penduduk 4 1 – 5% 5 5 – 10% 6 Lebih dari 10% jumlah penduduk 7 c Jumlah anggota Satgas

Linmas Bila Tidak ada 0

Kurang dari 1% jumlah penduduk 3 1 – 5% 5 5 – 10% 7 Lebih dari 10% jumlah penduduk 9 2 Pelaksanaan SISKAMLING Bila Siskamling Tidak ada/tidak

aktif 0

Ada dan aktif 8 3 Jumlah Pos Kamling Bila jumlah Poskamling di

desa/kelurahan Tidak ada 0

Kurang dari 2 unit 4 2 – 5 unit 6 5 – 10 unit 8 Lebih dari 10 unit 9 4 Satpam Swakarsa a Keberadaan Satpam

Swakarsa Bila tidak ada Satpam Swakarsa 2

Bila ada Satpam Swakarsa 5 b Kepemilikan dan induk

oganisasi Satpam Swakarsa Pemerintah 5

Perusahaan swasta 4 Perorangan 1 Bila tidak ada induk organisasinya 0 Bila ada organisasi induknya 2 5 Keberadaan organisasi

kemanan dan ketertiban masyarakat lainnya

Bila tidak ada 2

Bila ada dan pasif 5 Bila ada dan aktif 8 6 Kerjasama Trantiblinmas Jenis kerjasama a Kerjasama dengan TNI Bila tidak ada 1 Bila ada kerjasama antara Kepala

Desa/Lurah dengan Danramil 3

1 ­ 4 jenis kegiatan 5 4 – 10 jenis kegiatan 6 Lebih dari 10 jenis kegiatan 7 b Kerjasama dengan Polri Bila tidak ada 1 Bila ada kerjasama antara Kepala 3

Page 61: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

61

Desa/Lurah dengan Kapolsek 1 – 2 jenis kegiatan 5 2 – 4 jenis kegiatan 6 Lebih dari 4 jenis kegiatan 7

Page 62: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

62

III. SKORING POTENSI PRASARANA DAN SARANA No POTENSI SARANA DAN

PRASARANA Cara Penilaian Skore

A TRANSPORTASI A1 Transportasi darat 1 Jalan Desa/Kelurahan Jika total panjang semua jenis

permukaan jalan desa/ kelurahan yang rusak

Kurang dari 1% total panjang jalan

7

1 – 5% 6 5 – 10% 5 10 – 25% 4 25 – 50% 3 Lebih dari 50% total panjang

jalan 2

2 Jalan antar desa/kelurahan Jika total panjang semua jenis

permukaan jalan antar desa/ kelurahan yang rusak

Kurang dari 1% total panjang jalan

5

1 – 5% 4 5 – 10% 3 10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% total panjang

jalan 0

3 Jalan kabupaten/kota yang

melewati desa/kelurahan Jika total panjang semua jenis permukaan jalan kabupaten/kota yang melewati desa/ kelurahan yang rusak:

Kurang dari 1% total panjang jalan

5

1 – 5% 4 5 – 10% 3 10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% total panjang

jalan 0

4 Jalan provinsi yang

melewati desa/kelurahan Jika total panjang semua jenis permukaan jalan provinsi yang melewati desa/kelurahan dalam kondisi rusak

Kurang dari 1% total panjang jalan

5

1 – 5% 4 5 – 10% 3 10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% total panjang

jalan 0

Page 63: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

63

5 Jalan negara yang melewati desa/kelurahan

Jika kondisi total panjang semua jenis permukaan jalan negara yang melewati desa/kelurahan yang rusak

Kurang dari 1% total panjang jalan

5

1 – 5% 4 5 – 10% 3 10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% total panjang

jalan 0

5 Jembatan desa/kelurahan Bila total jumlah jembatan yang

ada di desa/kelurahan dalam kondisi rusak

Kurang dari 1% total jumlah jembatan

5

1 – 5% 4 5 – 10% 3 10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% total jumlah

jembatan 0

6 Prasarana dan sarana

angkutan darat Bila total jumlah terminal. pelabuhan, stasiun, pangkalan yang ada di wilayah desa/kelurahan dalam kondisi rusak:

Kurang dari 1% total jumlah prasarana dan sarana sejenis ayang ada

5

1 – 5% 4 5 – 10% 3 10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% total jumlah

prasarana sejenis yang ada 0

7 Sarana Transportasi darat a Jenis sarana transportasi

darat Bila jumlah total jenis sarana transportasi darat di desa/ kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 2 jenis 3 2 – 5 jenis 6 5 – 7 jenis 8 Lebih dari 7 jenis sarana

angkutan 9

b Jumlah sarana transportasi

darat Bila setiap jenis sarana transportasi darat memiliki jumlah armada pengangkutan

Page 64: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

64

Tidak ada 0 Kurang dari 5 unit 5 5 – 25 unit 6 25 – 50 unit 7 50 – 100 unit 8 Lebih dari 100 unit 9 A2 Transportasi Sungai/Laut 1 Jenis prasarana dan sarana

transportasi sungai/laut Bila jumlah total jenis sarana transportasi sungai/laut di desa/ kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 2 jenis 2 2 – 5 jenis 4 5 – 7 jenis 6 Lebih dari 7 jenis sarana

angkutan 8

2 Jumlah prasarana dan

sarana dan transportasi sungai/laut

Bila jumlah armada pengangkutan dari setiap jenis prasarana dan sarana transportasi sungai/laut

Tidak ada Kurang dari 5 unit 0 5 – 25 unit 2 25 – 50 unit 4 50 – 100 unit 6 Lebih dari 100 unit 8 A3 Prasarana dan Sarana transportasi Udara 1 Jenis prasarana dan sarana

transportasi udara Bila jumlah total jenis sarana transportasi udara di wilayah desa/ kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 2 jenis 6 2 – 5 jenis 7 5 – 7 jenis 8 Lebih dari 7 jenis sarana

angkutan 9

2 Jumlah prasarana dan

sarana transportasi udara Bila jumlah armada pengangkutan dari setiap jenis prasarana dan sarana transportasi udara

Tidak ada 0 Kurang dari 2 unit 5 2 – 5 unit 6 5 – 10 unit 7 10 – 50 unit 8 Lebih dari 50 unit 9 B PRASARANA SARANA KOMUNIKASI DAN INFORMASI 1 Jenis prasarana telepon Bila jumlah jenis prasarana

Page 65: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

65

umum, Warnet dan Wartel telepon di desa/kelurahan Tidak ada 0 Kurang dari 2 unit 5 2 – 4 unit 6 4 – 7 unit 7 7 – 10 unit 8 Lebih dari 10 unit 9 2 Jumlah pelanggan Telkom,

GSM, CDMA Bila total jumlah pelanggan di desa/kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 250 pelanggan 3 250 ­ 500 pelanggan 4 500 – 1000 pelanggan 5 1000 – 5000 pelanggan 6 5000 – 10000 7 Lebih dari 10000 pelanggan 8 3 Sinyal telepon seluler Bila Ada 10 Bila Tidak ada 0 4 Kantor Pos Bila ada 10 Bila tidak ada 0 5 Pegawai pos Bila pegawai/tukang pos di

desa/kelurahan tidak ada 0

Ada 5 6 Radio dan TV a Milik umum Bila tidak ada 0 Bila ada 5 b Milik pribadi c Jumlah TV Bila tidak ada TV 0 Bila jumlahnya kurang dari

10% dari jumlah keluarga 5

10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 d Jumlah radio Bila tidak ada radio 0 Bila jumlahnya kurang dari

10% dari jumlah keluarga 5

10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 e Antene parabola Bila tidak ada 0 Bila jumlahnya kurang dari

10% dari jumlah keluarga 5

10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9

Page 66: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

66

7 Koran, majalah, buletin Bila tidak ada 0 Bila ada 5 8 Papan iklan/pengumuman Bila tidak ada 0 Bila ada 5 C PRASARANA AIR BERSIH DAN SANITASI C1 Prasarana air bersih 1 Jumlah sumur pompa,

sumur gali dan penampung air hujan, mata air

Bila jumlahnya di desa/ kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 1% dari total

prasarana air bersih 2

1 ­ 10% 3 10 ­ 15% 4 15 ­ 25% 5 Lebih dari 25% 6 2 Jumlah hidran umum,

tangki air bersih dan bangunan/depot pengolahan air minum

Bila jumlahnya di desa/ kelurahan

Tidak ada 0 Kurang dari 1% dari total

prasarana air bersih 3

1 ­ 10% 4 10 ­ 15% 5 15 ­ 25% 6 Lebih dari 25% 7 C2 Sanitasi 1 Saluran drainase/saluran

pembuangan air limbah Bila tidak ada 0

Bila ada 5 2 Sumur resapan air rumah

tangga Bila tidak ada 0

Kurang dari 10% dari total

keluarga 2

10 – 25% 4 25 – 50% 6 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 10 3 Jumlah MCK umum Bila tidak ada 0 Kurang dari 5 unit 2 5 – 10 unit 4 10 –20 unit 6 Lebih dari 20 unit 8 4 Jamban keluarga Bila jumlah jamban keluarga di

desa/kelurahan

Tidak ada 0

Page 67: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

67

Kurang dari 10% dari jumlah keluarga

2

10 – 25% 4 25 – 50% 6 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 10 5 Kondisi saluran drainase/

saluran pembuang limbah Bila kondisi saluran drainase atau Saluran pembuangan air limbah rusak:

Kurang dari 10% dari jumlah saluran yang ada

4

10 – 25% 3 25 – 50% 2 Lebih dari 50% 1 Bila kondisi saluran drainase

atau Saluran pembuangan air limbah baik:

Kurang dari 10% dari jumlah saluran yang ada

2

10 – 25% 3 25 – 50% 4 Lebih dari 50% dalam keadaan

baik dari jumlah saluran yang ada

5

D PRASARANA DAN KONDISI IRIGASI Kondisi 1 Kondisi saluran primer Bila kondisinya baik 5 Bila kondisi saluran primer

yang rusak:

Kurang dari 10% total panjang saluran primer:

4

10 – 25% total panjang saluran 3 25 – 50 % total panjang saluran 2 Lebih dari 50% total panjang

saluran 1

2 Panjang saluran sekunder Bila kondisinya baik 5 Bila kondisi saluran sekunder

yang rusak:

Kurang dari 10% total panjang saluran primer

4

10 – 25% total panjang saluran 3 25 – 50 % total panjang saluran 2 Lebih dari 50% total panjang

saluran 1

3 Panjang saluran tersier Bila kondisinya baik 5 Bila kondisi saluran tesier yang

rusak:

Kurang dari 10% total panjang saluran primer

4

10 – 25% total panjang saluran 3

Page 68: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

68

25 – 50 % total panjang saluran 2 Lebih dari 50% total panjang

saluran 1

4 Jumlah pintu sadap Bila kondisinya baik 5 Bila kondisi pintu yang rusak: Kurang dari 10% total jumlah

pintu 4

10 – 25% total jumlah pintu 3 25 – 50 % total jumlah pintu 2 Lebih dari 50% total jumlah

pintu 1

5 Jumlah pintu pembagi air Bila kondisinya baik 5 Bila kondisi pintu pembagi

yang rusak:

Kurang dari 10% total pintu pembagi air

4

10 – 25% total pintu pembagi air

3

25 – 50 % total pintu pembagi air

2

Lebih dari 50% total pintu pembagi air

1

E PRASARANA DAN SARANA PEMERINTAHAN E1 Prasarana dan Sarana Pemerintahan Desa/Kelurahan 1 Gedung kantor a Kondisi gedung kantor Bila tidak ada gedung kantor 0 Bila ada, kondisinya Rusak 1 Baik 5 b Jumlah ruang kerja Bila jumlah ruang kantor, Kurang dari 3 ruang 3 3 – 5 ruang 4 5 – 7 ruang 5 Lebih dari 7 ruangan 6 c Balai desa/kelurahan Bila tidak ada balai desa 0 Bila ada 5 2 Listrik Bila tidak ada listrik 0 Bila ada 5 3 Air bersih Bila tidak ada air bersih 0 Bila ada Rusak 1 Baik 5 4 Telepone Bila tidak ada telepone 0 Bila ada 5 5a Rumah dinas kepala desa /

lurah Bila tidak ada rumah dinas kepala desa/lurah

1

Page 69: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

69

Bila ada 10 5b Rumah dinas perangkat

desa/kelurahan Bila tidak ada 0

Bila ada 10 6 Inventaris dan alat tulis

kantor

6a Jumlah jenis inventaris dan alat tulis kantor

Bila tidak ada 0

Bila jumlah semua jenis inventaris dan ATK

Kurang dari 2 jenis 2 2 – 5 buah 4 6 – 8 buah 6 9 – 15 buah 8 Lebih dari 15 jenis 10 6b Jumlah alat kerja perjenis

inventaris Bila tidak ada 0

Bila total semua jenis mempunyai:

Kurang dari 2 unit 2 3 – 5 unit 4 5 – 10 unit 6 Lebih dari 10 unit untuk setiap

jenis 8

E2 Administrasi desa dan Kelurahan 1 Jumlah jenis buku

administrasi desa/kelurahan

Bila tidak ada buku administrasi desa/kelurahan

0

Bila ada tetapi tidak diisi 1 Bila ada dan diisi: Kurang dari 10 jenis buku 5 11 – 15 jenis buku 6 16 – 20 jenis buku 7 21 – 25 jenis buku 8 26 – 30 jenis buku 9 Lebih dari 30 jenis buku 10 2 Keberadaan buku data

profil desa/kelurahan Bila tidak ada buku data profil 0

Bila ada 10 E3 Prasarana dan sarana badan permusyawaratan desa / BPD 1 Gedung kantor a Kondisi gedung kantor Bila tidak ada gedung kantor 0 Bila ada, kondisinya Rusak 1 Baik 5 b Jumlah ruang kerja Bila jumlah ruang kantor, Kurang dari 3 ruang 3

Page 70: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

70

3 – 5 ruang 4 5 – 7 ruang 5 Lebih dari 7 ruangan 6 c Balai BPD Bila tidak ada 0 Bila ada 5 2 Listrik Bila tidak ada listrik 0 Bila ada 5 3 Air bersih Bila tidak ada air bersih 0 Bila ada Rusak 1 Baik 5 4 Telepone Bila tidak ada telepone 0 Bila ada 5 5 Inventaris dan alat tulis kantor 5a Jenis inventaris dan alat

tulis kantor (ATK) Bila tidak ada 0

Bila jumlah semua jenis inventaris dan ATK:

Kurang dari 2 jenis 3 3– 5 jenis 4 6 – 8 jenis 5 9 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 5b Jumlah inventaris dan ATK Bila tidak ada 0 Bila jumlah total setiap jenis

mempunyai:

Kurang dari 2 unit 3 3 – 5 unit 4 5 – 10 unit 5 Lebih dari 10 unit untuk setiap

jenis 6

6 Administrasi BPD Jumlah jenis buku

administrasi desa/kelurahan

Bila tidak ada buku administrasi desa/kelurahan

0

Bila ada tetapi tidak diisi 1 Bila ada dan diisi: Kurang dari 3 jenis buku 4 4 – 6 jenis buku 5 7 – 10 jenis buku 6 Lebih dari 10 buku 7 E4 Prasarana dan sarana Dusun/Lingkungan atau sebutan

Lain

1 Gedung kantor/balai Tidak ada 0 Ada 5

Page 71: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

71

2 Alat Tulis Kantor (ATK) Tidak ada 0 Ada 5 3 Barang inventaris kantor Tidak ada 0 Ada 5 4 Buku administrasi Tidak ada 0 Ada dan tidak terisi 1 Ada dan terisi 5 5 Kegiatan Tidak ada 0 Ada 5 6 Jumlah pengurus Tidak ada pengurus 0 Bila ada, kurang dari 3 orang 3 4 – 6 orang 4 7 – 10 orang 5 Lebih dari 10 orang 6 F Prasarana dan sarana Lembaga Kemasyarakatan F1 Prasarana dan sarana Lembaga Kemasyarakatan

Desa/Kelurahan (LKD/LKK)

1 Gedung/kantor LKD/LKK Bila tidak memiliki gedung 0 Bila ada 5 2 Peralatan kantor, komputer,

fax, mesin tik, kardek, meja dan kursi

Jika tidak ada 0

Jika ada 5 3 Buku administrasi

LKD/LKK Bila tidak ada 0

Jika ada, jumlah buku yang tersedia

> 3 buah 2 4– 6 buah 4 7 – 10 buah 6 Lebih dari 10 buah 8 F2 LKMD/LPM atau sebutan lain 1 Gedung/kantor LKMD Bila tidak memiliki gedung 0 Bila ada 5 2 Peralatan kantor, komputer,

fax, mesin tik, kardek, meja dan kursi

Jika tidak ada 0

Jika ada 5 3 Buku administrasi lembaga

kemasyarakatan Bila tidak ada 0

Jika ada, jumlah buku yang tersedia

> 3 buah 2 4– 6 buah 4 7 – 10 buah 6 Lebih dari 10 buah 8

Page 72: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

72

F4 PKK 1 Keberadaan organisasi Tidak ada 0 Ada 5 2 Gedung/kantor LKD/LKK Bila tidak memiliki gedung 0 Ada 5 3 Peralatan kantor, komputer,

fax, mesin tik, kardek, meja dan kursi

Jika tidak ada 0 Jika ada 5

4 Kepengurusan Bila tidak ada kepengurusan 0 Bila ada dan tidak aktif 1 Bila ada dan aktif 5 5 Buku administrasi PKK Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlah buku yang

ada

Kurang dari 10 jenis 5 11 – 15 jenis 6 15 – 20 jenis 7 21 – 25 jenis 8 Lebih dari 25 jenis 9 6 Jenis kegiatan Bila tidak ada kegiatan 0 Jika ada, jumlah kegiatan: Kurang dari 10 jenis 5 11 – 15 jenis 6 16 – 20 jenis 7 21 – 25 jenis 8 Lebih dari 25 jenis 9 F5 Karang taruna 1 Kepengurusan Bila tidak ada kepengurusan 0 Bila ada dan tidak aktif 1 Bila ada dan aktif 5 2 Buku administrasi Bila tidak ada 0 Jika ada kurang dari 2 jenis 2 2 – 4 jenis 4 5 – 7 jenis 6 8 – 10 jenis 8 Lebih dari 10 jenis 10 3 Jumlah kegiatan Bila tidak ada kegiatan 0 Jika jumlah kegiatan: Kurang dari 5 jenis 2 6 – 10 jenis 4 11 – 15 jenis 6 Lebih dari 15 jenis 8 F6 RT 1 Kepengurusan Bila tidak ada kepengurusan 0 Bila ada dan tidak aktif 1 Bila ada dan aktif 5

Page 73: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

73

2 Buku administrasi Bila tidak ada buku 0 Bila jumlahnya: Kurang dari 5 jenis 2 6 – 10 4 11 – 15 6 16 – 20 8 Lebih dari 20 jenis 10 3 Jumlah kegiatan Bila tidak ada kegiatan 0 Jika ada kegiatan maka

banyaknya kegiatan :

Kurang dari 10 jenis 2 11 – 15 jenis 4 16 – 20 jenis 6 Lebih dari 20 jenis 8 F7 RW 1 Kepengurusan Bila tidak ada kepengurusan 0 Bila ada dan tidak aktif 1 Bila ada dan aktif 5 2 Buku administrasi Bila tidak ada buku 0 Bila jumlahnya: Kurang dari 5 jenis 2 6 – 10 4 11 – 15 6 16 – 20 8 Lebih dari 20 jenis 10 3 Jumlah kegiatan Bila tidak ada kegiatan 0 Jika ada, banyaknya kegiatan: Kurang dari 10 jenis 2 11 – 15 jenis 4 16 – 20 jenis 6 Lebih dari 20 jenis 8 F8 Lembaga Adat 1 Keberadaan Tidak ada 0 Ada 5 2 Memiliki gedung / kantor Bila tidak memiliki gedung 0 Bila ada 5 3 Kepengurusan Bila tidak ada kepengurusan 0 Bila ada dan tidak aktif 1 Bila ada dan aktif 5 4 Buku administrasi Bila tidak ada buku 0 Bila jumlahnya: Kurang dari 2 jenis 4 3 – 5 5 6 – 10 6 Lebih dari 10 jenis 7 5 Jumlah kegiatan Bila tidak ada kegiatan 0 Jika ada, banyaknya kegiatan:

Page 74: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

74

Kurang dari 10 jenis 5 11 – 15 jenis 6 16 – 20 jenis 7 Lebih dari 20 jenis 8 F9 BUMDES 1 Keberadaan Tidak ada 0 Ada 10 2 Memiliki gedung / kantor Bila tidak memiliki gedung 0 Bila ada 5 3 Kepengurusan Bila tidak ada kepengurusan 1 Bila ada dan tidak aktif 2 Bila ada dan aktif 5 4 Buku administrasi Bila tidak ada buku 0 Bila jumlahnya: Kurang dari 2 jenis 2 3 – 5 3 6 – 10 4 Lebih dari 10 jenis 5 5 Jumlah kegiatan Bila tidak ada kegiatan 0 Jika ada banyaknya kegiatan: Kurang dari 10 jenis 5 11 – 15 jenis 6 16 – 20 jenis 7 Lebih dari 20 jenis 8 F10 Organisasi Anggota Lembaga Kemasyarakatan

Desa/Kelurahan Lainnya yang ada di Desa/Kelurahan

1 Jenis organisasi anggota Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan lainnya

Bila tidak ada 0

Bila ada jumlahnya Kurang dari 5 jenis 5 6 ­10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 2 Jenis kegiatan Jika tidak ada kegiatan 0 Jika setiap jenis organisasi

anggota lembaga kemasyarakatan desa/ kelurahan mempunyai

Kurang dari 2 kegiatan 3 3 – 5 kegiatan 4 5 – 10 kegiatan 5 Lebih dari 10 kegiatan 6 G Prasarana Peribadatan 1 Jumlah Masjid Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 2

Page 75: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

75

3 – 5 buah 3 5 – 10 buah 4 Lebih dari 10 buah 5 2 Jumlah Langgar Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 2 3 – 5 buah 3 5 – 10 buah 4 Lebih dari 10 buah 5 3 Jumlah Gereja Kristen Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 3 3 – 5 buah 4 Lebih dari 5 buah 5 4 Jumlah Gereja Katolik Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 3 3 – 5 buah 4 Lebih dari 5 buah 5 5 Jumlah Wihara Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 3 3 – 5 buah 4 Lebih dari 5 buah 5 6 Jumlah Pura Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 3 3 – 5 buah 4 Lebih dari 5 buah 5 7 Jumlah Klenteng Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 3 3 – 5 buah 4 Lebih dari 5 buah 5 H Prasarana Olahraga 1 Lapangan sepak bola Bila tidak ada 0 Bila ada, berjumlah 1 unit 2 2 unit 4 3 unit 6 Lebih dari 3 unit 8 2 Lapangan bulu tangkis Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 2 2 – 4 buah 4 4 – 8 buah 6 8 – 10 buah 8

Page 76: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

76

Lebih dari 10 Buah 10 3 Meja pingpong Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 2 2 – 4 buah 4 4 – 8 buah 6 8 – 10 buah 8 Lebih dari 10 Buah 10 4 Lapangan tenis Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 2 2 – 4 buah 4 4 – 8 buah 6 8 – 10 buah 8 Lebih dari 10 Buah 10 5 Lapangan Voli Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 2 buah 2 2 – 4 buah 4 4 – 8 buah 6 8 – 10 buah 8 Lebih dari 10 Buah 10 6 Lapangan Golf Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya 1 unit 5 2 unit 7 Lebih dari 2 unit 9 7 Pacuan kuda Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya 1 unit 5 2 unit 7 Lebih dari 2 unit 9 8 Arum Jeram Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya 1 unit 5 2 unit 7 Lebih dari 2 unit 9 9 Lapangan basket Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 3 unit 5 4 – 5 unit 7 Lebih dari 5 unit 9 10 Pusat kebugaran Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya Kurang dari 3 unit 5 4 – 5 unit 7 Lebih dari 5 unit 9

Page 77: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

77

11 Gelanggang Remaja Bila tidak ada 0 Jika ada, jumlahnya 1 unit 5 2 unit 7 Lebih dari 2 unit 9 I PRASARANA DAN SARANA KESEHATAN I1 Prasarana kesehatan 1 Puskesmas Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 8 Lebih dari 2 unit 9 2 Rumah sakit Umum Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 8 Lebih dari 2 unit 9 3 Puskesmas Pembantu Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 5 Lebih dari 2 unit 7 4 Poliklinik Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 5 Lebih dari 2 unit 7 5 Apotik Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 5 Lebih dari 2 unit 7 6 Posyandu Bila tidak ada 0 Jika ada kurang dari 2 unit 5 Lebih dari 3 – 5 unit 7 Lebih dari 5 unit 9 7 Toko obat Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 5 Lebih dari 2 unit 7 8 Balai pengobatan

masyarakat swasta Bila tidak ada 0

Jika ada 1 unit 5 Lebih dari 2 unit 7 9 Gudang obat Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 5 Lebih dari 2 unit 7 10 Tempat praktek dokter Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 5 Lebih dari 2 unit 7 11 Rumah bersalin Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 5 Lebih dari 2 unit 7

Page 78: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

78

12 Balai kesehatan ibu dan anak

Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 5

Lebih dari 2 unit 7 13 Rumah sakit mata Bila tidak ada 0 Jika ada 1 unit 8 Lebih dari 2 unit 10 I2 Sarana Kesehatan 1 Jumlah Dokter Umum Bila tidak ada 0 Bila ada 1 orang 5 Bila ada lebih dari 2 orang 7 2 Jumlah Dokter Gigi Bila tidak ada 0 Bila ada 1 orang 5 Bila ada lebih dari 2 orang 7 3 Jumlah dokter spesial Bila tidak ada 0 Bila ada 1 orang 5 Bila ada lebih dari 2 orang 7 4 Jumlah paramedis Bila tidak ada 0 Bila ada kurang dari 5 orang 5 Bila ada 5 orang lebih 7 5 Jumlah Dukun bersalin Bila tidak ada 0 Bila ada kurang dari 5 orang 5 Bila ada lebih dari 5 orang 7 6 Bidan/perawat Bila tidak ada 0 Bila ada kurang dari 5 orang 5 Bila ada lebih dari 5 orang 7 7 Dukun pengobatan

alternatif Bila tidak ada 0

Bila ada kurang dari 5 orang 2 Bila ada lebih dari 5 orang 4 8 Jenis sarana kesehatan

lainnya Bila ada kurang dari 5 jenis 5 Jika lebih dari 5 unit 8

J PRASARANA DAN SARANA PENDIDIKAN 1 Gedung Kampus PTN dan

PTS Bila tidak ada 0 Bila ada gedungnya milik sendiri

5

Bila ada gedungnya sewa 3 2 Gedung SMA sederajat dan

SLTP/Sederajat Bila tidak ada 0 Bila ada gedungnya milik sendiri

5

Bila ada gedungnya sewa 3 3 Gedung SD/Sederajat dan

TK/Sederajat Bila tidak ada 0 Bila ada dan gedungnya milik sendiri

5

Bila ada tetapi gedungnya sewa 3

Page 79: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

79

4 Gedung Tempat bermain anak

Bila tidak ada 0

Bila ada gedungnya milik sendiri

5

Bila ada gedungnya sewa 3 5 Gedung Lembaga

pendidikan agama Bila tidak ada 0

Bila ada gedungnya milik sendiri

5

Bila ada gedungnya sewa 3 6 Gedung perpustakaan

desa/taman bacaan Bila tidak ada 0

Bila ada gedungnya milik sendiri

5

Bila ada gedungnya sewa 3 7 Gedung prasarana dan

sarana pendidikan lainnya Bila ada gedungnya milik sendiri

5

Bila ada gedungnya sewa 3 K PRASARANA ENERGI DAN PENERANGAN 1 Listrik PLN Bila tidak ada 0 Bila ada 5 2 Diesel Umum Bila tidak ada 0 Bila ada 5 3 Genset Pribadi Bila tidak ada 0 Bila ada 5 4 Lampu minyak tanah/jarak Bila tidak ada 0 Bila ada 5 5 Kayu bakar Bila tidak ada 0 Bila ada 5 6 Batu bara Bila tidak ada 0 Bila ada 5 7 Tanpa penerangan Bila ada 0 Bila tidak ada 5 L PRASARANA HIBURAN DAN WISATA 1 Jumlah tempat wisata Bila tidak ada 0 Bila ada 5 2 Hotel bintang 5 Bila tidak ada 0 Bila ada 5 3 Hotel bintang 4 Bila tidak ada 0 Bila ada 5 4 Hotel bintang 3 Bila tidak ada 0 Bila ada 5

Page 80: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

80

5 Hotel bintang 2 Bila tidak ada 0 Bila ada 5 6 Hotel bintang 1 Bila tidak ada 0 Bila ada 5 7 Hotel melati Bila tidak ada 0 Bila ada 5 8 Diskotik Bila tidak ada 0 Bila ada 5 9 Museum Bila tidak ada 0 Bila ada 5 10 Restoran Bila tidak ada 0 Bila ada 5 11 Bioskop Bila tidak ada 0 Bila ada 5 12 Prasarana hiburan dan

wisata lainnya Bila tidak ada 0

Bila ada 5 M PRASARANA DAN SARANA KEBERSIHAN 1 Tempat Pembuangan

Sementara (TPA) Bila tidak ada 0 Bila ada 5

2 Tempat Pembuangan Akhir Bila tidak ada 0 Bila ada 5 3 Alat penghancur sampah Bila tidak ada 0 Bila ada 5 4 Jumlah gerobak sampah Bila tidak ada 0 Bila ada 5 5 Jumlah tong sampah Bila tidak ada 0 Bila ada 5 6 Jumlah truck pengangkut

sampah Bila tidak ada 0

Bila ada 5 7 Satgas kebersihan Bila tidak ada 0 Bila ada 5 8 Jumlah anggota Satgas

kebersihan Bila tidak ada 0 Bila ada kurang dari 10 orang 5

Lebih dari 10 orang 9 Satgas pemulung Bila tidak ada 0 Bila ada 5

Page 81: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

81

10 Tempat pengolahan sampah Bila tidak ada 0 Bila ada 5 11 Pengelola sampah Pemerintah 5 Swasta 7 Swadaya masyarakat 9 12 Pengelola sampah lainnya Bila tidak 0 Bila ada 5 Setelah data potensi desa/kelurahan yang diisi Tim Pengumpul atau Pokja Profil di tingkat Desa/Kelurahan, diberi skor atau diberi nilai oleh Tim Pengolah Data Profil, maka langkah selanjutnya adalah perhitungan skor tertinggi dan skor terendah dari setiap variabel pengukur tingkatan potensi desa/kelurahan. Skoring tertinggi dan terendah yang digunakan untuk menganalisis tingkatan potensi desa/kelurahan sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 3 : Rekapitulasi Skoring Data Potensi Desa/Kelurahan

No Komponen Skor Terendah Tertinggi

A SUMBER DAYA ALAM 264 2327 1. Batas Wilayah 0 10 2. Luas Wilayah 16 80 3. Luas tanah sawah 8 40 4. Luas tanah kering 6 30 5. Luas tanah basah 5 34 6. Luas tanah perkebunan 8 40 7. Luas tanah fasilitas umum 30 164 8. Luas tanah hutan 26 136 9. Iklim 7 31 10. Kesuburan tanah 12 51 11. Bentangan Wilayah 20 81 12. Letak 5 10 13. Orbitasi 0 25 14. Pertanian tanaman pangan 13 54 15. Tanaman Buah­buahan 10 62 16. Tanaman apotik hidup 5 38 17. Perkebunan 22 83 18 Kehutanan 14 222 19 Peternakan 8 570 20 Perikanan 2 35 21 Bahan galian 1 47 22 Sumber daya air 32 493 23 Kualitas udara 5 40 24 Ruang Publik/Taman 4 16 25 Wisata 5 17

Page 82: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

82

B POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA 46 165 1. Kepadatan 2 8 2. Perkembangan Usia 7 19 3. Pendidikan 8 31 4. Mata Pencaharian 3 10 5. Agama 6 14 6. Kewarganegaraan 2 6 7. Etnis 1 10 8. Penduduk cacat mental/fisik 1 5 9. Tenaga kerja 16 62

C POTENSI KELEMBAGAAN 73 775 1. Lembaga Pemerintah Desa/Kel 12 107 2. Badan Permusyawaratan Desa 5 57 3. Lembaga kemasyarakatan 12 79 4. Partai politik dan underbow partai

politik 25 82

5. Lembaga ekonomi dan unit usaha desa/kelurahan

4 26

6 Lembaga jasa keuangan 4 26 7 Industri kecil dan menengah 9 24 8 Usaha jasa pengangkutan 10 25 9 Usaha jasa dan perdagangan 5 26 10 Usaha jasa hiburan 5 27 11 Usaha jasa gas, listrik, BBM dan

air minum 7 28

12 Usaha jasa keterampilan 3 26 13 Usaha jasa hukum dan konsultasi 3 26 14 Usaha penginapan 4 26 15 Lembaga pendidikan formal 10 89 16 Lembaga pendidikan non formal 3 42 17. Lembaga adat 0 24 18. Lembaga keamanan dan Linmas 2 75

D POTENSI PRASARANA DAN SARANA 33 1079 1. Transportasi 2 89 2. Komunikasi dan Informasi 0 89 3. Air Bersih dan Sanitasi 2 51 4. Irigasi 5 25 5. Pemerintah Desa/Kelurahan 4 69 6. Administrasi Desa/Kelurahan 0 20 7. Badan Permusyawaratan Desa 3 51 8. Dusun/Lingkungan/Sebutan Lain 0 31 9. Lembaga Kemasyarakatan

Desa/Kelurahan 4 219

10. Peribadatan 0 35 11. Olah Raga 0 103 12. Kesehatan 5 154 13. Pendidikan 3 35 14. Energi dan Penerangan 0 35 15. Hiburan dan Wisata 0 60 16. Kebersihan 5 63 TOTAL SELURUHNYA 416 4346

Page 83: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

83

Berdasarkan nilai skor potensi yang diperoleh, dapat dilakukan perhitungan tinggi rendahnya setiap potensi di desa/kelurahan dimaksud atas klasifikasi Desa dan Kelurahan dengan Tingkatan Potensi Tinggi, Potensi Sedang dan Tingkatan Potensi Rendah. Penentuan tinggi rendahnya suatu potensi ditentukan dengan menghitung total skor setiap potensi yang dicapai dan membandingkannya dengan skor maksimal bagi potensi dimaksud. Dengan demikian dapat diketahui capaian skor setiap potensi dan dapat mengukur tinggi rendahnya skor potensi setiap desa/kelurahan. . No Variabel Skor

Terendah Tertinggi

A SUMBER DAYA ALAM 264 2327 B SUMBER DAYA MANUSIA 46 165 C KELEMBAGAAN 73 775 D PRASARANA DAN SARANA 33 1079 TOTAL SKOR POTENSI DESA/KELURAHAN 416 4346

Total skore untuk potensi Desa/Kelurahan adalah 4346. Suatu desa/kelurahan dikatakan memiliki Potensi Tinggi apabila nilai skornya mencapai lebih dari 3476,8 (lebih dari 80% dari nilai skor maksimal), Potensi Sedang apabila memiliki skor dari 2607,6 s/d 3476,8 (antara 60% s.d. 80% dari nilai skor maksimal), sedangkan suatu desa/kelurahan diklasifikasikan Potensi Rendah bila capaian skor kurang dari 2607,6 (atau kurang dari 60% dari nilai skor maksimal).

C. POTENSI PENGEMBANGAN Data yang dibutuhkan untuk mengukur potensi pengembangan desa/kelurahan adalah data SDA, SDM, Kelembagaan dan Prasarana dan Sarana. Output yang dihasilkan dari pengukuran potensi pengembangan ini adalah arah pengembangan desa/kelurahan berdasarkan kontribusi sektoral terhadap perbaikan kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa sektor yang tidak potensial dikembangkan, dan ada beberapa sektor yang sangat potensial dikembangkan. Determinan variabel yang diperhitungkan untuk menentukan potensial tidaknya suatu potensi dikembangkan adalah dukungan dari SDA,SDM, prasarana dan sarana serta kelembagaan.

Tinggi, apabila> 2088

Sedang, apabila1566 - 2088

Rendah, apabila> 1566

AnalisisPotensi Umum

ANALISIS TINGKATAN

POTENSI UMUM

Tinggi, apabila > 3476,8

Sedang, apabila 2607,6 – 3476,8

Rendah, apabila < 2607,6

Page 84: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

84

1. Ruang Lingkup dan Jenis Data Pengukuran Potensi Pengembangan

Ruang lingkup dan jenis data yang dibutuhkan dalam pengukuran potensi pengembangan adalah potensi pertanian, potensi perkebunan, potensi peternakan, potensi perikanan, potensi pertambangan/bahan galian, potensi perdagangan, potensi industri dan kerajinan rumah tangga serta potensi pariwisata. Analisis penilaian tingkat Potensi pertanian didasarkan pada data potensi tanaman pangan, tanaman buah­buahan dan palawija serta subvariabel pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi Perkebunan didasarkan pada nilai skor dari indikator potensi perkebunan dan pendukungnya. Demikian pula penilaian tingkat Potensi Peternakan didasarkan pada nilai skor dari indikator potensi peternakan pada nilai skor dari indikator potensi peternakan dan pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi Perikanan didasarkan pada nilai skor dari indikator potensi perikanan dan pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi Pertambangan didasarkan pada nilai skor dari indikator potensi pertambangan dan pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi Perdagangan didasarkan pada nilai skor dari indikator potensi perdagangan dan pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi Industri didasarkan pada nilai skor dari indikator potensi industri dan pendukungnya. Penilaian tingkat Potensi Wisata didasarkan pada nilai skor indikator potensi wisata beserta data pendukungnya. Data yang digunakan untuk mengukur potensi pengembangan berasal dari data skor potensi sumber daya alam untuk masing­masing indikator potensi yang akan diukur. Dari data skor itulah dilakukan pengukuran skor untuk potensi pengembangan setiap jenis potensi. Berdasarkan skor setiap potensi pada data skor potensi SDA, dapat dirumuskan skor untuk penentuan potensialitas pengembangan dari setiap potensi. Skor dimaksud sebagaimana tabel berikut.

Page 85: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

85

Tabel 4 Indikator dan Skor Penilaian Potensi Pengembangan

No Jenis Potensi Indikator Skore 1 Persawahan (1) Luas persawahan 2 – 10

(3) Luas tanah sawah irigasi 2 – 10 (4) Iklim 7 – 31 (5) Kesuburan tanah 4 – 10 (6) Bentangan dataran rendah 3 – 9 (7) Letak 5 – 10 (8) Orbitasi 0 ­ 25 (9) Memiliki lahan pertanian

lebih dari 50 ha 2 – 8

10 Kondisi sungai 0 – 10 11 Penduduk usia 18 – 56

tahun yang bekerja 1 ­ 10

12 Penduduk usia 18 – 15 yang tamat SMA

4 ­ 8

13 Prasarana dan Kondisi irigasi

5 – 25

35 ­ 166 2 Tanaman Komoditi

buah­buahan (1) Memiliki lahan tanaman

buah­buahan lebih dari 10 ha.

2 – 8 (2) Jenis tanaman buah­

buahan

1 – 10 (3) Luas tanaman buah­

buahan

2 – 10 (4) Total produksi buah­

buahan

2 – 10 (5) Mekanisme pemasaran

tanaman Pangan dan Buah­buahan

1 – 8 (6) Tingkat kesuburan tanah 4 – 10 (7) Iklim 7 – 41 (8) Letak wilayah atau desa 5 – 10

24 ­ 107 3 Tanaman pangan per

komoditi (1) Memiliki lahan pertanian

lebih dari 50 ha 2 – 8

(2) Jenis tanaman pangan 1 – 10 (3) Luas tanaman pangan 2 – 10 (4) Total produksi tanaman

pangan 4 – 10

(5) Iklim 2 ­ 10 (6) Luas pemilikan lahan 1 ­ 10 (7) Pemasaran 1 – 8

13 – 66

Page 86: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

86

4 Tanaman obat per komoditi

(1) Jenis tanaman obat­obatan 1 ­ 10 (2) Luas tanaman obat­obatan 2 – 10 (3) Total produksi tanaman

obat­obatan 0 – 10

(3) Mekanisme pamasaran tanaman obat­obatan

2 – 8

(4) Luas pemilikan lahan 1­10 (5) Pemasaran 2 ­ 8 8 – 56

5 Perkebunan per

komoditi (1) Luas perkebunan 2 – 10 (2) Potensi irigasi 6 – 30 (3) Luas Tanah perkebunan 4 – 40 (4) Iklim 7 – 31 (5) Kesuburan tanah 4 ­ 10 (6) Luas bentangan dataran

rendah

3 – 9 (7) Letak 5 – 10 (8) Orbitasi 0 – 25 (9) Keluarga yang memiliki lahan

perkebunan >50 ha

2 – 10 (10) Jenis komoditas tanaman

perkebunan.

3 – 9 (11) Luas tanaman komoditas

perkebunan

4 ­ 9 (12) Total produksi tanaman

perkebunan

0 – 10 (13) Pemasaran hasil perkebunan 2 – 8

42 ­ 211 6 Kehutanan (1) Luas hutan produksi 2 – 10

(2) Luas hutan produksi tetap 2 – 10 (3) Luas hutan rakyat 2 ­ 10 (3) Kondisi kehutanan 0 – 28 (4) Mekanisme pemasaran hasil

hutan 2 – 8

(5) Orbitasi 0 ­ 25 (5) Kondisi iklim 7 ­ 31

15 – 122 7 Peternakan per jenis

ternak (1) Kepemilikan ternak 0 ­ 5 (2) Populasi ternak 0 – 5 (2) Produksi peternakan 0 – 100 (3) Luas tanaman pakan ternak 0 – 10 (4) Produksi hijauan untuk

makanan ternak

2 – 10 (5) Luas lahan gembalaan 0 – 10 (6) Pemilik usaha pengolahan

hasil ternak

0 – 100 (7) Ketersediaan lahan

pemeliharaan ternak/ padang gembalaan.

0 ­ 57

Page 87: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

87

(8) Pemasaran hasil ternak 2 – 8

4 – 305 8 Perikanan (1) Luas situ/waduk/ danau 2 – 10

(2) Luas usaha perikanan 2 – 10 (2) Kapasitas Produksi Per­

ikanan

0 – 10 (3) Iklim 7 – 31 (3) Budi daya ikan payau, air

tawar dan laut 2 – 35

(4) Bentangan tepi pantai 2 – 9 (5) Bentangan kawasan rawa 2 ­ 9 (6) Bentangan aliran sungai 3 ­ 9 (7) Bantaran sungai 2 ­ 9 (8) Mekanisme pemasaran hasil

perikanan

2 ­ 8 (9) Pemanfaatan dan kondisi

danau/waduk/situ.

1 – 5 25 – 145

9 Wisata (1) Jumlah areal wisata 0 – 9

(2) Jenis wisata 0 – 10 (3) Tingkat pemanfaatan 5 – 8 (4) Sarana dan prasarana

pariwisata

0 – 10 (5) Prasarana transportasi 0 – 10 (6) Prasarana penerangan 0 – 10 (7) Sarana prasarana

komunikasi dan informasi

0 – 10 (9) Keamanan dan ketertiban 0 – 10 (10) Jumlah usaha jasa

penginapan

0 – 9 (11) Jenis usaha jasa

penginapan

1 – 9 (12) Penyerapan jumlah tenaga

kerja 3 – 9

(13) Jenis kegiatan lembaga adat 0 – 9 (14) Wisata Gunung 0 ­ 10 (15) Wisata Agro 0 ­ 10 (16) Wisata Hutan 0 ­ 10 (17) Wisata Sungai/Arung Jeram 0 ­ 10 (18) Wisata Danau 0 ­ 10

9 ­ 163 10 Pertambangan (1) Jenis bahan galian 0 – 8

(2) Produksi bahan tambang atau galian

0 – 8

(2) Prasarana transportasi 2 – 10 (3) Jumlah pemilik usaha 0 – 28 (4) Pemasaran hasil tambang 1 – 7 (5) Prasarana dan sarana 0 – 10

Page 88: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

88

(6) Penduduk usia 18­56 tahun yang tamat SMA

6 – 10

9 – 81 11 Perdagangan (1) Orbitasi 2­10

(2) Prasarana transportasi 2­10 (3) Prasarana penerangan 3­10 (4) Prasarana komunikasi 0 ­ 5 (5) Lembaga Ekonomi dan Unit

Usaha Desa/ Kelurahan

0 ­ 26 (6) Lembaga jasa keuangan 4 – 26 (7) Jumlah usaha jasa dan

perdagangan

5 – 26 (8) Jenis produksi yang diper­

dagangkan

3 – 9 (9) Penduduk usia 18 – 56

tahun yang tamat SMA

6 ­ 10 (10) Penyerapan jumlah tenaga

kerja

3 – 9 16 – 141

12 Industri (1) Orbitasi 2 – 10

(2) Prasarana transportasi 2 – 89 (3) Listrik PLN 0 – 35 (4) Prasarana komunikasi dan

informasi

0 – 89 (6) Industri kecil dan

menengah 9 – 24

(7) Kualitas tenaga kerja 0 – 10 (8) Jumlah pemilik usaha 0 – 10 (9) Penyerapan jumlah tenaga

kerja

3 – 9 13 ­ 276

Perumusan potensi pengembangan suatu potensi didasarkan pada capaian nilai skor dari indikator sektor yang bersangkutan. Suatu sektor sangat potensial dikembangkan, apabila capaian nilai skor indikatornya lebih dari 80% dari skor maksimal potensi yang diukur; potensial dikembangkan apabia capaian nilai skorenya antara 70­80% dari skor maksimal potensi yang diukur; cukup potensial dikembangkan apabila nilai skornya antara 60­70% dari skor maksimal potensi yang diukur; dan suatu sektor dikatakan kurang potensial dikembangkan apabila nilai skornya kurang dari 60% dari skor maksimal potensi yang diukur. Berdasarkan skoring terhadap data potensi pengembangan di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan potensialitas pengembangan desa/ kelurahan. Suatu potensi potensial dikembangkan atau tidak sangat tergantung dari persentase capaian skor dari skor maksimal potensi yang diukur. Penentuan potensial tidaknya suatu potensi dikembangkan didasarkan atas rumusan sebagaimana pada tabel berikut.

Page 89: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

89

Tabel 5 Penilaian Potensi Pengembangan Desa/Kelurahan

No Potensi Pengembangan Skor Potensi 1 Persawahan (35 – 166) >132,8 Sangat potensial

116,2 – 132,8 Potensial 99,6 – 116,2 Cukup potensial

<99,6 Kurang potensial

2 Tanaman Komoditi buah­

buahan (24 – 107) >85,6 Sangat potensial

74,9 – 85,6 Potensial 64,2 – 74,9 Cukup potensial

< 64,2 Kurang potensial

3 Tanaman pangan per

komoditi (13 – 66) >44,8 Sangat potensial

39,2 – 44,8 Potensial 33,6 – 39,2 Cukup potensial

< 33,6 Kurang potensial

4 Tanaman obat­obatan >36,8 Sangat potensial (8 – 56) 32,2 – 36,8 Potensial 27,6 – 32,2 Cukup potensial < 32,2 Kurang

potensial 5 Perkebunan perkomoditi

(42 – 211) >168,8 Sangat potensial

147,7 – 168,8 Potensial 126,6 – 147,7 Cukup potensial

< 126,6 Kurang potensial

6 Kehutanan (15 – 122) >97,6 Sangat potensial

85,4 – 97,6 Potensial 73,2 – 85,4 Cukup potensial

< 73,2 Kurang potensial

7 Peternakan (4 – 305) > 244 Sangat potensial

213,5 – 244 Potensial 183 – 213,5 Cukup potensial

< 183 Kurang potensial

8 Perikanan ( 25 – 145) >88 Sangat potensial

77 ­ 88 Potensial 66 – 77 Cukup potensial

<66 Kurang potensial

9 Wisata (9 – 163) >130,4 Sangat potensial

114,1 – 130,4 Potensial 97,8 – 114,1 Cukup potensial

Page 90: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

90

<97,8 Kurang potensial

10 Pertambangan ( 9 – 81) >64,8 Sangat potensial

56,7 – 64,8 Potensial 48,6 – 56,7 Cukup potensial

<48,6 Kurang potensial

11 Perdagangan (16 – 141) >112,8 Sangat potensial

98,7 – 112,8 Potensial 84,6 – 98,7 Cukup potensial

<84,6 Kurang potensial

12 Industri (13 – 276) >220,8 Sangat potensial

193,2 – 220,8 Potensial 165,6 – 193,2 Cukup potensial

<165,6 Kurang potensial

Dari skoring potensi pengembangan ini diketahui pula faktor pembatas pengembangan setiap potensi. Faktor pembatas pengembangan dirumuskan dari indikator potensi pengembangan suatu sektor yang nilainya 0. Artinya, kalau suatu indikator pada suatu indikator nilai skorenya 0, maka indikator yang bersangkutan akan menjadi faktor pembatas pengembangan pada pengembangan potensi yang bersangkutan. C. TIPOLOGI DESA/KELURAHAN Tipologi Desa/Kelurahan adalah kondisi spesifik keunggulan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi kelembagaan serta potensi prasarana dan sarana dalam menentukan arah pengembangan dan pembinaan masyarakat berdasarkan karakteristik keunggulan komparatif dan kompetitif dari setiap desa dan kelurahan. Semua desa dan kelurahan harus dapat digolongkan menurut karakteristik tertentu yang prioritas pengembangannya lebih potensial diarahkan pada sumber mata pencaharian yang dominan. Dalam profil desa/kelurahan, penentuan tipologi desa dan kelurahan didasarkan pada data potensi pengembangan. Berdasarkan penentuan potensi pengembangan, dilakukanlah perhitungan tipologi desa/kelurahan yang mencerminkan prioritas arah pengembangan desa dan kelurahan baik dalam jangka pendek dan menengah maupun jangka panjang. Indikator yang dipergunakan untuk mengukur tipologi suatu desa/kelurahan berdasarkan potensi pengembangan adalah gabungan dari indikator dalam potensi SDA, SDM, prasarana dan sarana serta kelembagaan. Keempat potensi ini bersinerji membentuk tipologi suatu desa/kelurahan. Berdasarkan indikator potensi SDA dan potensi pendukung lainnya, tipologi desa dan kelurahan dapat diklasifikasikan atas 10 (sepuluh) tipe yakni :

Page 91: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

91

1. tipologi desa dan kelurahan persawahan; 2. tipologi desa dan kelurahan perladangan; 3. tipologi desa dan kelurahan perkebunan; 4. tipologi desa dan kelurahan peternakan; 5. tipologi desa dan kelurahan nelayan; 6. tipologi desa dan kelurahan pertambangan/galian; 7. tipologi desa dan kelurahan kerajinan dan industri kecil; 8. tipologi desa dan kelurahan industri sedang dan besar; 9. tipologi desa dan kelurahan jasa dan perdagangan; dan 10. tipologi desa dan kelurahan pariwisata. Dengan adanya klasifikasi tipologi desa/kelurahan yang demikian, maka setiap desa/kelurahan mempunyai arah prioritas pengembangan potensi yang lebih potensial. Teknik penentuan tipologi suatu desa dan kelurahan didasarkan atas indikator penilaian berikut.

TABEL 6 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN PERSAWAHAN

Variabel/Subvariabel Indikator Skor Kesuburan tanah 4 ­ 10 Curah hujan tahunan 1 – 5 Presentase bentangan dataran rendah 3 – 9 Persentase luas sawah beririgasi 2 – 10 Persentase luas sawah tidak beririgasi 2 – 10 Potensi air irigasi 2 – 10 Kondisi Irigasi 5 – 25 Rata­rata hasil padi (ton/ha) 2 – 10 Persentase petani produktif dengan

jumlah tenaga kerja produktif

2 – 10 Rasio luas tanah pertanian dengan

jumlah petani

2 – 10 Persentase jumlah penduduk memiliki

tanah sawah

0 – 8 Struktur pemilikan tanah 2 – 10 Mekanisme pemasaran hasil pertanian 1 – 8 Prasarana irigasi 2 – 10 Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Kontrubsi sektor pertanian sawah

terhadap pendapatan perkapita

0 – 10 Jumlah skor 30 – 184

Page 92: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

92

TABEL 7 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN PERLADANGAN

Variabel/Subvariabel Indikator Skor Tingkat kesuburan tanah 4 – 10 Curah hujan tahunan 1 – 5 Tingkat erosi tanah 0 – 8 Topografi 20 ­ 81 Persentase luas lahan tegalan 2 – 10 Rata­rata hasil palawija 4 – 10 Rasio luas tanah pertanian dengan

jumlah petani

0 – 8 Persentase luas tanah terlantar 2 – 10 Struktur pemilikan tanah 2 – 8 Mekanisme pemasaran hasil pertanian 1 – 8 Prasarana irigasi 2 – 8 Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Jumlah skor 38 – 174

TABEL 8 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN PERKEBUNAN

Variabel/Subvariabel Indikator Skor Persentase luas lahan tanaman

perkebunan

2 – 8 Persentase luas hutan konversi 2 – 8 Kondisi lahan perkebunan 2 – 10 Kesuburan tanah 2 – 20 Topografi 20 – 81 Produktivitas lahan perkebunan 4 – 10 Persentase jumlah penduduk memiliki

usaha perkebunan

0 – 8 Struktur pemilikan lahan perkebunan 2 – 8 Mekanisme pemasaran hasil

perkebunan

1 – 8 Prasarana dan sarana transportasi 2 – 55 Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Jumlah jenis tanaman perkebunan 3 – 9 Jumlah skor 40 – 233

Page 93: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

93

TABEL 9 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN PETERNAKAN

Variabel/Subvariabel Indikator Skor Ketersediaan hijauan pakan ternak 2 – 10 Prosentase penduduk yang memiliki

pengolahan hasil ternak 0 – 100

Ketersediaan lokasi kawasan peternakan

0 – 55

Ketersediaan air pada musim kemarau

0 – 10

Rata­rata populasi jumlah ternak besar

0 – 5

Rata­rata populasi jumlah ternak sedang

0 – 5

Rata­rata populasi jumlah ternak kecil dan unggas

0 – 5

Persentase jumlah penduduk memiliki usaha peternakan

0 – 10

Persentase jumlah penduduk yang bekerja di sektor peternakan

0 – 10

Prosentase hasil peternakan per item produksi

0 ­ 10

Kontribusi sektor peternakan bagi PD/KDB

0 – 5

Kontribusi sektor peternakan bagi pendapatan perkapita

0 – 5

Mekanisme pemasaran hasil perternakan

1 – 8

Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Jumlah skor 3 – 246

TABEL 10 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN NELAYAN

Variabel/Subvariabel Indikator Skor Luas perairan laut/darat 2 – 9 Potensi perikanan air tawar/laut 2 – 9 Kontribusi sektor perikanan

terhadap PDB dan Pendapatan Perkapita

0 – 5

Persentase jumlah penduduk bekerja di sektor perikanan

0 – 10

Persentase jumlah pemilik usaha perikanan

0 – 10

Pelestarian hutan bakau 2 – 9 Hasil tangkapan ikan 0 – 8 Keberadaan tempat pelelangan ikan 1 – 5 Produksi perikanan 0 – 10 Persentase jumlah penduduk yang

Page 94: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

94

memiliki usaha perikanan 0 – 10 Jenis prasarana dan sarana

transportasi sungai/laut.

0 – 8 Mekanisme pemasaran hasil

perikanan 1 – 8

Jumlah prasarana dan sarana transportasi sungai/laut.

0 – 8

Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Jumlah skor 8 – 117

TABEL 11 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN PERTAMBANGAN/GALIAN C Variabel/Subvariabel Indikator Skor Jumlah deposit bahan galian/tambang 0 – 8 Kualitas lingkungan fisik 0 – 10 Persentase penduduk yang bekerja di

sektor pertambangan/galian

0 – 10 Persentase pemilik usaha

pertambangan/bahan galian

0 – 10 Rata­rata hasil produksi

pertambangan/galian C

0 – 10 Mekanisme pemasaran hasil

pertambangan/bahan galian

1 – 7 Prasarana dan sarana transportasi dan

perhubungan

2 – 89 Prasarana dan sarana komunikasi dan

informasi 0 – 89

Prasarana dan sarana penerangan 0 – 35 Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Kontribusi sektor pertambangan/galian

C terhadap PDDB

0 – 8 Kontribusi sektor pertambangan/galian

C terhadap pendapatan perkapita

0 – 8 Jumlah skor 3 – 292

TABEL 12 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN KERAJINAN/INDUSTRI

KECIL Variabel/Subvariabel Indikator Skor Peta tata ruang desa/kelurahan 0 – 8 Kualitas lingkungan 2 – 8 Ketersediaan bahan baku

kerajinan/industri kecil

2 – 8 Produksi usaha kerajinan/industri kecil 2 – 10 Prosentase jumlah penduduk usia 18­56

tahun yang tamat SLTA 0 – 8

Persentase jumlah penduduk memiliki usaha di sektor kerajinan/industri kecil

0 – 10

Page 95: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

95

Kontribusi sektor kerajinan/industri kecil terhadap PDDB

0 – 8

Mekanisme pemasaran hasil kerajinan /industri kecil

1 – 8

Jumlah penduduk yang bekerja di sektor kerajinan/industri kecil

0 – 10

Kontribusi sektor kerajinan/industri kecil terhadap pendapatan perkapita

0 – 8

Ketersediaan prasarana dan sarana transportasi

2 – 55

Ketersediaan sarana dan prasarana informasi dan komunikasi

0 – 89

Ketersediaan Lembaga Ekonomi dan Unit Usaha Desa/Kelurahan

4 – 26

Prasarana dan sarana penerangan 0 – 35 Jumlah skor 13 – 291

TABEL 13 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN INDUSTRI SEDANG/BESAR

Variabel/Subvariabel Indikator Skor Prasarana pembuangan limbah 0 – 5 Prasrana listrik 0 – 8 Topografi 20 – 81 Prasarana dan sarana perhubungan/

transportasi

2 – 89 Prasarana dan sarana informasi dan

komunikasi

0 – 89 Kualitas tenaga kerja 1 – 9 Ketersediaan kawasan industri 2 – 10 Potensi industri 0 – 8 Persentase penduduk yang memiliki

usaha di sektor industri sedang/besar

2 – 8 Persentase penduduk usia 18 – 56 yang

tamat SLTA

0 – 8 Jumlah Penduduk yang bekerja di

sektor industri sedang/besar

2 – 8 Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Kontribusi sektor industri sedang/besar

terhadap PDDB

0 – 8 Konstribusi sektor industri

sedang/besar terhadap pendapatan perkapita

0 – 8 Dukungan lembaga keuangan 0 – 8 Jumlah skor 29 – 355

Page 96: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

96

TABEL 14 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN JASA DAN PERDAGANGAN

Variabel/Subvariabel Indikator Skor Prasarana dan sarana perhubungan

darat

0 ­ 18 Kondisi Topografi 20 – 81 Luas fasilitas pertokoan 2 – 10 Luas fasilitas pasar 2 – 10 Prasarana dan sarana perhubungan

laut dan atau sungai

0 – 16 Prasarana dan sarana perhubungan

udara

0 – 18 Prasarana dan sarana informasi dan

komunikasi

0 ­ 81 Prasarana dan sarana air bersih Prasarana dan sarana energi dan

penerangan 0 ­ 5

Prasarana dan sarana pasar 2 ­ 8 Persentase jumlah penduduk memiliki

usaha di sektor jasa dan perdagangan

Prasarana dan sarana hiburan dan pariwisata

0 ­ 60

Orbitasi Prosentase penduduk usia 18 – 56

tahun yang tamat SLTA

4 – 8 Prosentase penduduk usia 18 – 56

tahun yang tamat PT

6 ­ 10 Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Kontribusi sektor jasa dan perdagangan

terhadap PDB Desa/Kelurahan

2 ­ 10 Kontribusi sektor jasa dan perdagangan

terhadap pendapatan perkapita desa/kelurahan

0 ­ 8

Prasarana dan sarana perbankan 4 ­ 10 Jumlah skor 42 – 361

Page 97: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

97

TABEL 15 PENENTUAN TIPOLOGI DESA/KELURAHAN PARIWISATA

Variabel/Subvariabel Indikator Skor Jumlah potensi dan obyek wisata 5 – 17 Prasarana dan sarana perhubungan

udara

0 – 18 Prasarana dan sarana transportasi darat 0 – 18 Prasarana dan sarana transportasi laut 0 – 16 Prasarana dan sarana informasi dan

komunikasi

0 – 89 Prasarana dan sarana air bersih 0 – 13 Prasarana dan sarana energi dan

penerangan (listrik PLN) 0 – 5

Jumlah tempat penginapan 0 – 5 Banyaknya event/kegiatan budaya yang

dibuat dalam satu tahun. 0 – 9

Kontribusi sektor industri kecil dan kerajinan terhadap pariwisata.

0 – 8

Jumlah tenaga kerja 0 – 10 Kualitas tenaga kerja 0 ­ 10 Kontribusi sektor pariwisata dan budaya

terhadap perekonomian rakyat.

0 – 8 Prasarana hiburan dan wisata 0 – 60 Jumlah usaha jasa penginapan 0 – 9 Jenis usaha jasa penginapan 1 – 9 Prasarana Linmas Peta tata ruang perdesaan 0 – 8 Jumlah skor 6 – 312 Penetapan tipologi suatu desa/kelurahan didasarkan pada perhitungan skor bagi setiap jenis potensi pengembangan. Manakala capaian skor suatu potensi pengembangan paling tinggi dari potensi pengembangan lainnya dalam satu desa/kelurahan, maka potensi pengembangan itulah yang lebih atau sangat potensial dikembangkan di desa/kelurahan dimaksud. Sedangkan potensi pengembangan lain dengan skor rangking berikutnya menjadi potensi pendukung yang harus diarahkan pengembangannya pula. Dengan demikian, potensi pengembangan ditentukan berdasarkan capaian skor tertinggi dan persentase tertinggi dari struktur pendapatan atau kontribusi sektoral terhadap pendapatan domestik desa/kelurahan bruto dan pendapatan perkapita masyarakat. Tipologi desa/kelurahan ditentukan dari capaian skor dan persentasi tertinggi dari 10 (sepuluh) kemungkinan pengembangan. Penggolongan desa/kelurahan menurut karakteristik potensi pengembangan tertentu diperlukan dalam penentuan prioritas pengembangan desa/kelurahan sesuai dukungan potensi unggulan masing­masing. Karena itu, berdasarkan potensi arah pengembangannya, tipologi desa/kelurahan digolongkan dalam 10 (sepuluh) tipe yakni desa/kelurahan persawahan, perladangan, perkebunan, peternakan, nelayan, pertambangan/galian C, industri kerajinan/kecil, industri sedang/besar serta tipe desa/kelurahan jasa dan perdagangan dan tipologi desa/kelurahan pariwisata. Teknik penentuan tipologi desa/kelurahan adalah:

Page 98: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

Lampiran IV

98

1. perhitungan capaian skor masing­masing potensi pengembangan dari skor maksimal untuk setiap potensi;

2. perhitungan capaian persentase skoring masing­masing potensi pengembangan berdasarkan skoring maksimal;

3. penentuan tipe desa/kelurahan berdasarkan skor potensi pengembangan yang mendapatkan skor dan persentase tertinggi dari 10 (sepuluh) kemungkinan arah pengembangan desa/kelurahan.

Setelah penentuan tipologi desa/kelurahan sesuai dukungan potensi yang potensial dikembangkan langkah selanjutnya adalah mengarahkan pengembangan berbagai sektor pembangunan desa/kelurahan pada subvariabel dan indikator utama yang potensial dikembangkan. Peranan sektor lainnya adalah sebagai pendukung yang juga harus dikembangkan. Dengan demikian, tidak akan terjadi penentuan arah pengembangan desa/kelurahan yang tidak sesuai arah potensi utama dan pendukung pengembangannya. Intervensi kebijakan pembangunan desa/kelurahan didasarkan atas karakteristik tipologi desa/kelurahan sesuai dukungan potensi yang ada.

Page 99: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

99

BAB III TINGKAT PERKEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN

A. INDIKATOR PENGUKUR TINGKAT PERKEMBANGAN MASYARAKAT

Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan adalah status tertentu dari capaian hasil kegiatan pembangunan yang dapat mencerminkan tingkat kemajuan dan/atau keberhasilan masyarakat, pemerintahan Desa dan Kelurahan dan pemerintahan daerah dalam melaksanakan pembangunan di Desa dan Kelurahan. Tingkat keberhasilan kegiatan pembangunan Desa dan Kelurahan yang dilakukan selama satu tahun dan atau selama lima tahun. Penilaian hasil kegiatan pembangunan tahunan dimaksudkan untuk mengetahui laju perubahan dan kecepatan perkembangan penduduk, ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan dan ketertiban, kedaulatan politik masyarakat, partisipasi masyarakat dalam pembangunan, kinerja lembaga kemasyarakatan, kinerja pemerintahan desa/kelurahan serta efektivitas pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan. Dari hasil evaluasi keberhasilan kegiatan pembangunan setiap tahun akan diperoleh status perkembangan Desa/Kelurahan, yaitu Desa dan Kelurahan Cepat Berkembang, Desa/Kelurahan Berkembang, Desa dan Kelurahan Lamban Berkembang, dan Desa dan Kelurahan Kurang Berkembang. Sedangkan penilaian hasil kegiatan pembangunan lima tahun dimaksudkan untuk mengevaluasi keberhasilan jangka pendek pembangunan manusia Indonesia (IPM) melalui pengukuran klasifikasi tingkat dan status perkembangan kemajuan desa dan kelurahan dalam 10 (sepuluh) variabel yakni:

1. perkembangan kependudukan; 2. ekonomi masyarakat; 3. pendidikan masyarakat; 4. kesehatan masyarakat; 5. keamanan dan ketertiban; 6. kedaulatan politik masyarakat; 7. peranserta masyarakat dalam pembangunan; 8. lembaga kemasyarakatan; 9. kinerja pemerintahan desa dan kelurahan; dan 10. pembinaan dan pengawasan.

Hasil evaluasi keberhasilan kegiatan pembangunan selama 5 tahun akan diperoleh status kemajuan suatu Desa/Kelurahan atas klasifikasi Desa/Kelurahan Swasembada, Desa/Kelurahan Swakarya, dan Desa/Kelurahan Swadaya baik dalam Kategori Mula dan Kategori Madya dan Kategori Lanjut. Indikator yang digunakan untuk mengukur laju kemajuan tahunan dan status tingkat perkembangan desa dan kelurahan selama lima tahun didasarkan atas 10 (sepuluh) variabel penentu perkembangan desa/ kelurahan. Kesepuluh variabel itu telah dikonkritisasikan dalam subvariabel, indikator dan subindikator di mana masing­masingnya sudah diberikan nilai atau skor tertentu. Daftar isian data tingkat perkembangan desa/kelurahan yang sudah diisi tim pengumpul data profil tingkat desa/kelurahan selanjutnya diberi skoring dengan berpedoman pada skala nilai sebagaimana pada tabel berikut.

Page 100: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

100

TABEL 1 SKOR TINGKAT PERKEMBANGAN DESA/KELURAHAN

No Indikator Cara Penilaian Skore

I PERKEMBANGAN PENDUDUK 1 Jumlah Penduduk Bila perkembangan jumlah

penduduk tahun ini

Kurang dari 0,1% dari total jumlah penduduk

5

0,1 – 0,5% 4 0,5 – 1,0% 3 1 – 1,5% 2 Lebih dari 1,5% 1 2 Jumlah Keluarga Bila perkembangan jumlah kepala

keluarga tahun ini

Kurang dari 0,1% dari jumlah total kepala keluarga

1

0,1 – 0,5% 2 0,5 – 1,0% 3 1 – 1,5% 4 Lebih dari 1,5% 5 II Ekonomi Masyarakat A Pengangguran Bila jumlah penduduk usia 18­56

tahun yang masih sekolah, tidak bekerja dan bekerja tidak tentu

1

Lebih dari 80% dari total jumlah penduduk usia 18 – 56 tahun

60 – 80% 2 40 – 60% 4 20 – 40% 6 10 – 20% 8 Kurang dari 10% 10

B Kesejahteraan Keluarga Bila jumlah keluarga prasejahtera

dan sejahtera I lebih dari 75% dari total jumlah keluarga

1

50 – 75% 2 40 – 50% 4 20 – 40% 6 10 – 20% 8 Kurang dari 10% 10

C 1

PENDAPATAN DOMESTIK DESA/KELURAHAN BRUTO (PDD/KB)

Subsektor Pertanian Bila jumlah selisih lebih antara

total nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan subsektor pertanian mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Page 101: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

101

2 3 4 5 6

Subsektor Perkebunan Bila jumlah selisih lebih antara total nilai produksi dengan total biaya yang dikeluarkan subsektor perkebunan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Subsektor Peternakan Bila jumlah selisih lebih antara

total nilai produksi dengan total biaya yang dikeluarkan subsektor peternakan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Subsektor Perikanan Bila jumlah selisih lebih antara

total nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan subsektor perikanan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6

25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Subsektor Kehutanan Bila jumlah selisih lebih antara total nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan subsektor kehutanan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Sektor Pertambangan dan Galian

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan subsektor pertambangan dan galian mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Page 102: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

102

7 8 9 10

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Subsektor Kerajinan Bila jumlah selisih lebih antara

total nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan subsektor kerajinan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8

75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Sektor Industri Pengolahan

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan sektor industri pengolahan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Subsektor Perdagangan besar dan eceran

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Subsektor hotel dan restoran

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9

Lebih dari 100% 10 11 Sektor Bangunan/

Konstruksi Bila jumlah selisih lebih antara total nilai bangunan/konstruksi

Page 103: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

103

dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 12 Subsektor bank dan

lembaga keuangan bukan bank

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 13 14 15

25 – 50% 7

50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Subsektor sewa bangunan dan jasa perusahaan

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan subsektor mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Subsektor jasa pemerintahan umum

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Subsektor jasa swasta Bila jumlah selisih lebih antara

total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Page 104: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

104

16 17 18 19 20

Subsektor jasa hiburan dan rekreasi

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Subsektor jasa perorangan dan rumah tangga

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Subsektor angkutan dan jasa penunjang angkutan

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Subsektor komunikasi Bila jumlah selisih lebih antara

total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 Subsektor listrik dan gas

Bila jumlah selisih lebih antara total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10

Page 105: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

105

21 D. D.1 1 2 3

Subsektor air minum Bila jumlah selisih lebih antara

total nilai transaksi dengan biaya yang dikeluarkan mencapai

Kurang dari 5% dari total biaya yang dikeluarkan

4

Antara 5 – 10% 5 10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 75 – 100% 9 Lebih dari 100% 10 PENDAPATAN PERKAPITA MENURUT SEKTOR USAHA Subsektor Pertanian Bila total jumlah pendapatan sektor

pertanian dibagi jumlah total anggota keluarga petani dan buruh tani memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga pertanian mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9

Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10 Perkebunan Bila total jumlah pendapatan sektor

perkebunan dibagi jumlah total anggota keluarga dan buruh perkebunan memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga perkebunan setahun mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10 Peternakan Bila total jumlah pendapatan sektor

peternakan dibagi jumlah total anggota keluarga peternak dan buruh peternakan memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga peternakan setahun mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10

Page 106: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

106

4 5 6 7

Perikanan Bila total jumlah pendapatan sektor

perikanan dibagi jumlah total anggota keluarga perikanan dan buruh usaha perikanan memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga perikanan setahun mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10 Kerajinan Bila total jumlah pendapatan sektor

kerajinan dibagi jumlah total anggota keluarga pengrajin dan buruh usaha kerajinan memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga pengrajin mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10 Pertambangan Bila total jumlah pendapatan sektor

pertambangan dibagi jumlah total anggota keluarga pertambangan dan buruh usaha pertambangan/ galian memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga pertambangan mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10 Kehutanan Bila total jumlah pendapatan sektor

kehutanan dibagi jumlah total anggota keluarga pengusaha kehutanan dan buruh usaha kehutanan memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10

Page 107: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

107

8 9 D.2

Industri kecil, menengah dan besar

Bila total jumlah pendapatan sektor industri kecil, menengah dan besar dibagi jumlah total anggota keluarga di sektor industri kecil, menengah dan besar serta buruh usaha industri memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10 Jasa dan Perdagangan Bila total jumlah pendapatan sektor

jasa dan perdagangan dibagi jumlah total anggota keluarga dan buruh di sektor usaha jasa dan perdagangan memperoleh rata­rata pendapatan peranggota keluarga mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10 PENDAPATAN RIIL KELUARGA Bila total pendapatan keluarga dari

berbagai sektor dibagi total jumlah anggota keluarga yang menghasilkan rata­rata pendapatan peranggota keluarga mencapai:

Kurang dari Rp.2 juta/tahun 1 Rp.2 juta ­ Rp.5 juta/tahun 2 Rp.5 juta – Rp. 10 juta/tahun 5 Rp.10 juta – Rp. 15 juta/tahun 7 Rp.15 – Rp. 20 juta/tahun 8 Rp.20 juta – Rp. 25 juta/tahun 9 Lebih dari Rp. 25 juta/tahun 10

E. STRUKTUR MATA PENCAHARIAN MENURUT SEKTOR

No Indikator Cara Penilaian Skore

1 Sektor pertanian a Petani Jika tidak ada petani 0 Kurang dari 1% dari jumlah

total penduduk 2

1 – 10% 4 10 – 20% 6 20 – 30% 8

Page 108: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

108

Lebih dari 30% 10 b Buruh tani Jika tidak ada buruh tani 0 Kurang dari 5% dari jumlah

total penduduk 2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 c Pemilik usaha pertanian Jika tidak ada 0 Kurang dari 1% dari jumlah

total penduduk 2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 2 Sektor Perkebunan a Buruh perkebunan Jika tidak ada 0 Kurang dari 5% dari jumlah

total penduduk 2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 b Karyawan perusahaan

perkebunan Jika tidak ada 0

Kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 c Pemilik usaha perkebunan Jika tidak ada 0 Kurang dari 1% dari jumlah

total penduduk 2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 3 Peternakan a Buruh usaha peternakan Jika tidak ada 0 Kurang dari 5% dari jumlah

total penduduk 2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 b Pemilik usaha peternakan Jika tidak ada 0 Kurang dari 1% dari jumlah

total penduduk 2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 4 Perikanan a Nelayan Jika tidak ada nelayan 0 Kurang dari 5% dari jumlah 2

Page 109: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

109

total penduduk 5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 b Pemilik usaha perikanan Jika tidak ada 0 Kurang dari 1% dari jumlah

total penduduk 2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 c Buruh usaha perikanan Jika tidak ada 0 Kurang dari 5% dari jumlah

total penduduk 2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 5 Kehutanan a Pemilik usaha pengolahan

hasil hutan Jika tidak ada 0

Kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 b Buruh usaha pengolahan

hasil hutan Jika tidak ada 0

Kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 c Pengumpul hasil hutan Jika tidak ada 0 Kurang dari 5% dari jumlah

total penduduk 2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 6 Sektor Pertambangan dan Bahan Galian C a Penambang galian C

kerakyatan/perorangan Jika tidak ada 0

Kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 b Pemilik usaha

pertambangan skala kecil Jika tidak ada 0

Page 110: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

110

dan besar Kurang dari 1% dari jumlah

total penduduk 2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 c Buruh usaha

pertambangan Jika tidak ada 0

Kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 7 Sektor Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga a Sebaran matapencaharian

penduduk di sektor/ usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga

Bila tidak ada penduduk yang bermatapencaharian tetap di sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga

0

Bila jumlah jenis usaha yang ada di sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga mencapai

Kurang dari 2 jenis 2 3 – 5 jenis 5 5 – 10 jenis 7 10 – 15 jenis 9 Lebih dari 15 jenis 10 b Penyerapan tenaga kerja Bila dari semua jenis usaha

sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga mampu menyerap tenaga kerja

Kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 8 Sektor Industri menengah dan besar a Karyawan perusahaan

swasta Bila tidak ada penduduk yang bermatapencaharian tetap sebagai karyawan perusahaan swasta

0

Bila jumlah karyawan perusahaan swasta mencapai

Kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10

Page 111: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

111

b Karyawan perusahaan

pemerintah Bila tidak ada penduduk yang bermatapencaharian tetap sebagai karyawan perusahaan pemerintah

0

Bila jumlah karyawan perusahaan pemerintah mencapai

Kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 c Pemilik perusahaan

industri menengah dan besar

Jika tidak ada penduduk yang menjadi pemilik perusahaan yang beroperasi di desa/ kelurahan

0

Jika ada, jumlahnya kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 9 Sektor perdagangan a Pengusaha perdagangan

hasil bumi Jika tidak ada penduduk yang menjadi pengusaha perdagangan hasil bumi

0

Jika ada, jumlahnya kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

2

1 – 5 % 4 5 ­10% 6 10 – 15% 8 Lebih dari 15% 10 b Buruh jasa perdagangan

hasil bumi Bila tidak ada penduduk yang bermatapencaharian tetap sebagai buruh karyawan perusahaan jasa perdagangan hasil bumi

0

Bila ada, jumlah karyawan mencapai

Kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 10 Sektor Jasa a Jenis usaha jasa yang ada Bila ada penduduk yang tidak

bermatapencaharian tetap di sektor jasa yang ada

0

Bila ada, jenis usaha sektor jasa yang menjadi mata pencaharian utama penduduk

2

Page 112: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

112

berjumlah Kurang dari 3 jenis usaha jasa

3 – 5 jenis 4 6 – 10 jenis 6 11 – 15 jenis 8 Lebih dari 15 jenis usaha 10 b Penyerapan tenaga kerja di

sektor jasa Bila dari semua jenis usaha sektor jasa yang ada, jumlah penduduk yang bermata pencaharian tetap di sektor jasa yang ada mencapai

Kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

2

5 ­ 15% 4 15 – 30% 6 30 ­ 50% 8 Lebih dari 50% 10 F. PENGUASAAN ASET EKONOMI MASYARAKAT F.1. ASET TANAH Aset tanah Jika jumlah penduduk yang

memiliki tanah kurang dari 10% dari jumlah total penduduk

2

10 – 25% 4 25 – 50% 6 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 10 F.2. ASET SARANA TRANSPORTASI UMUM 1 Memiliki ojek sepeda/

motor Jika tidak ada penduduk yang memiliki ojek sepeda/motor

1

Jika jumlah pemilik kurang dari 5% dari total jumlah penduduk

2

5 – 10% 3 10 – 25% 4 25 – 50% 5 Lebih dari 50% 6 2 Memiliki becak/bentor,

cidemo, andong dan dokar Jika tidak ada penduduk yang memiliki

1

Jika jumlah pemilik kurang dari 5% dari total jumlah penduduk

2

5 – 10% 3 10 – 25% 4 25 – 50% 5 Lebih dari 50% 6 3 Memiliki angkutan kota/

desa, minibus, bus Jika tidak ada penduduk yang memiliki

1

Jika jumlah pemilik kurang dari 5% dari total jumlah penduduk

3

5 – 10% 4 10 – 25% 5 25 – 50% 6

Page 113: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

113

Lebih dari 50% 7 4 Memiliki perahu dayung,

kapal motor, dan angkutan laut/sungai lainnya

Jika tidak ada penduduk yang memiliki

1

Jika jumlah pemilik kurang dari 5% dari total jumlah penduduk

2

5 – 10% 3 10 – 25% 4 25 – 50% 5 Lebih dari 50% 6 5 Memiliki angkutan udara Jika tidak ada penduduk yang

memiliki 5

Jika ada yang memiliki dari berbagai jenis

10

F.3. ASET SARANA PRODUKSI 1 Jenis sarana produksi Jika tidak ada salah satu pun

jenis sarana produksi di desa/kelurahan

0

Jika ada kurang dari 2 jenis 4 3 – 4 jenis 5 5 – 6 jenis 6 7 – 8 jenis 7 9 – 10 jenis 8 11­ 20 jenis 9 Lebih dari 20 jenis 10 2 Kepemilikan sarana

produksi Jika tidak ada penduduk yang memiliki sarana produksi yang ada di desa/kelurahan ini

0

Jika jumlah penduduk yang memiliki sarana produksi kurang dari 5% dari jumlah total penduduk

1

5 – 10% 2 10 – 15% 3 15 – 25% 5 25% ­ 50% 7 Lebih dari 50% 10 G. ASET PERUMAHAN G.1 Rumah menurut dinding 1 Tembok Jika tidak ada rumah

penduduk yang dindingnya tembok

2

Jika jumlah rumah dinding tembok kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

3

5 – 10% 4 15 – 20% 5 20 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 2 Kayu Jika tidak ada rumah

penduduk yang dindingnya 9

Page 114: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

114

kayu Jika jumlah rumah dinding

kayu kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

8

5 – 10% 7 15 – 20% 6 20 – 25% 5 25 – 50% 4 50 – 75% 3 Lebih dari 75% 2 3 Bambu Jika tidak ada rumah

penduduk yang berdinding bambu

9

Jika jumlah rumah dinding bambu kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

8

5 – 10% 7 15 – 20% 6 20 – 25% 5 25 – 50% 4 50 – 75% 3 Lebih dari 75% 2 4 Tanah liat Jika tidak ada rumah

penduduk yang berdinding tanah liat

10

Jika jumlah rumah dinding tanah liat kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

4

5 – 10% 3 15 – 25% 2 Lebih dari 25% 1 5 Pelepah kelapa/lontar dan

dedaunan Jika tidak ada rumah penduduk yang berdinding pelepah dan dedaunan

10

Jika jumlah rumah dinding pelepah dan dedaunan kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

6

5 – 10% 5 15 – 20% 4 20 – 25% 3 25 – 50% 2 50 – 75% 1 Lebih dari 75% 0 G.2 Rumah menurut lantai 1 Keramik Jika tidak ada rumah

penduduk yang berlantai keramik

2

Jika jumlah rumah lantai keramik kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

3

5 – 10% 4 15 – 20% 5 20 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8

Page 115: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

115

Lebih dari 75% 9 2 Semen Jika tidak ada rumah

penduduk yang berlantai semen

2

Jika jumlah rumah lantai semen kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

3

5 – 10% 4 15 – 20% 5 20 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 3 Kayu Jika tidak ada rumah

penduduk yang berlantai kayu

2

Jika jumlah rumah lantai kayu kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

3

5 – 10% 4 15 – 20% 5 20 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 4 Tanah Jika tidak ada rumah

penduduk yang berlantai tanah

2

Jika jumlah rumah lantai tanah kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

3

5 – 10% 4 15 – 20% 5 20 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 G.3 Rumah menurut Atap 1 Genteng Jika tidak ada rumah

penduduk yang beratap genteng

2

Jika jumlah rumah atap genteng kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

3

5 – 10% 4 15 – 20% 5 20 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 2 Seng Jika tidak ada rumah

penduduk yang beratap seng 2

Jika jumlah rumah atap seng 3

Page 116: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

116

kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

5 – 10% 4 15 – 20% 5 20 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 3 Asbes Jika tidak ada rumah

penduduk yang beratap asbes 8

Jika jumlah rumah atap asbes kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

7

5 – 10% 6 15 – 20% 5 20 – 25% 4 25 – 50% 3 50 – 75% 2 Lebih dari 75% 1 4 Beton Jika tidak ada rumah

penduduk yang beratap beton 2

Jika jumlah rumah atap beton kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

3

5 – 10% 4 15 – 20% 5 20 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 5 Kayu dan Bambu Jika tidak ada rumah

penduduk yang beratap kayu dan atau bambu

1

Jika jumlah rumah atap kayu dan bambu kayu kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

2

5 – 10% 3 15 – 20% 4 20 – 25% 5 25 – 50% 6 50 – 75% 7 Lebih dari 75% 8 6 Daun lontar, gebang,

ilalang dan dedaunan lain Jika tidak ada rumah penduduk yang beratap dedaunan

9

Jika jumlah rumah atap dedaunan kurang dari 5% dari total jumlah rumah yang ada

8

5 – 10% 7 15 – 20% 6 20 – 25% 5 25 – 50% 3 50 – 75% 2 Lebih dari 75% 1

Page 117: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

117

H. PEMILIKAN ASET EKONOMI LAINNYA 1 Sebaran jumlah jenis aset

ekonomi lainnya Bila tidak ada satu jenis pun aset ekonomi yang dimiliki penduduk desa/kelurahan ini

0

Bila jumlah jenis aset yang dimiliki penduduk kurang dari 2 jenis

1

3 – 5 jenis 2 6 – 8 jenis 3 9 – 10 jenis 4 11 – 15 jenis 5 16 – 20 jenis 6 21 – 30 jenis 7 Lebih dari 30 jenis 8 2 Sebaran pemilik berbagai

jenis aset Bila tidak ada penduduk yang memiliki salah satu jenis aset ekonomi lainnya ini

0

Bila jumlah penduduk yang memiliki aset dari berbagai jenis kurang dari 1% dari total jumlah penduduk

2

1 – 5% dari total jumlah penduduk

3

5 – 10% 4 10 – 15% 5 15 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 III. PENDIDIKAN MASYARAKAT A. Tingkat Pendidikan Penduduk 1 Jumlah penduduk buta

aksara dan huruf latin Jika tidak ada penduduk yang buta aksara dan huruf latin

10

Jika jumlah penduduk buta aksara dan huruf latin kurang dari 10% dari total jumlah penduduk

9

10% ­ 25% 6 25 – 50 % 2 50 – 75% 1 Lebih dari 75% 0 2 Jumlah penduduk usia 3­

6 tahun yang masuk TK dan kelompok bermain anak.

Jika tidak ada anak usia 3 – 6 tahun yang masuk TK dan atau kelompok bermain

1

Jika jumlah anak usia 3 – 6 tahun yang masuk TK atau kelompok bermain kurang dari 10% dari total jumlah anak usia 3 – 6 tahun

2

10 – 25% 4 25 – 50% 5 50 – 75% 6 Lebih dari 75% 7

Page 118: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

118

3 Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat

Bila jumlah penduduk yang pendidikan terakhir tidak tamat SD/sederajat kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

5

1 – 5% 4 5 – 10 % 3 10 – 15% 2 Lebih dari 15% 0 4 Jumlah penduduk tidak

tamat SLTP/Sederajat

Bila jumlah penduduk yang pendidikan terakhir tamat SLTP/sederajat kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

1

1 – 10% 2 10 – 15 % 3 15 – 25% 4 25 – 50% 5 50 – 75% 6 Lebih dari 75% 7 5 Jumlah penduduk tamat

SLTA/sederajat

Bila jumlah penduduk yang pendidikan terakhir tamat SLTA/sederajat kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

1

1 – 10% 3 10 – 15 % 4 15 – 25% 5 25 – 50% 6 50 – 75% 7 Lebih dari 75% 8 6 Jumlah penduduk tamat

Diploma/sederajat

Bila jumlah penduduk yang pendidikan terakhir tamat diploma/sederajat kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

3

1 – 10% 4 10 – 15 % 5 15 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 8 Jumlah penduduk tamat

S1, S2 dan S3 Bila jumlah penduduk yang pendidikan terakhir tamat S1, S2 dan S3 kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

4

1 – 10% 5 10 – 15 % 6 15 – 25% 7 25 – 50% 8 50 – 75% 9 Lebih dari 75% 10

Page 119: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

119

9 Jumlah penduduk cacat Jika tidak ada anak dan penduduk yang cacat fisik dan mental

5

Jika jumlah anak dan penduduk yang cacat kurang dari 5% dari total jumlah penduduk

4

5 – 10% 3 10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% 0 10 Jumlah penduduk cacat

yang tamat SLB Jika jumlah anak dan penduduk cacat fisik/mental yang tamat sekolah/SLB kurang dari 1% dari total jumlah penduduk yang cacat

1

1 – 5% 2 5 – 10% 3 10 – 25% 6 25 – 50% 7 Lebih dari 50% 8 B. Wajib Belajar 9 tahun Jumlah penduduk usia 7­

15 tahun yang tidak sekolah

Jika jumlah penduduk usia 7­15 tahun yang tidak sekolah kurang dari 1% dari total jumlah penduduk usia 7 – 15 tahun

9

1 – 5% 6 5 – 10% 5 10 – 25% 4 25 – 50% 2 Lebih dari 50% 1 C. Rasio Guru dan Murid 1 Rasio guru dan murid TK

dan kelompok bermain Jika tidak ada guru dan murid TK dan kelompok bermain

0

Bila 1 guru mengajar kurang dari 10 murid

8

11 – 20 murid 6 21 – 30 murid 3 31 – 40 murid 2 Lebih dari 40 murid 1 2 Rasio guru dan murid

SD/sederajat

Bila jumlah siswa dibagi jumlah guru menghasilkan perbandingan 1 guru mengajar kurang dari 10 murid

9

11 – 20 murid 8 21 – 30 murid 5 31 – 40 murid 3 Lebih dari 40 murid 1 3 Rasio guru dan murid

SLTP/sederajat

Bila jumlah siswa dibagi 9

Page 120: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

120

jumlah guru menghasilkan perbandingan 1 guru mengajar kurang dari 10 murid

11 – 20 murid 8 21 – 30 murid 5 31 – 40 murid 3 Lebih dari 40 murid 1 4 Rasio guru dan murid

SLTA/sederajat

Bila jumlah siswa dibagi jumlah guru menghasilkan perbandingan 1 guru mengajar kurang dari 10 murid

9

11 – 20 murid 8 21 – 30 murid 5 31 – 40 murid 3 Lebih dari 40 murid 1 5 Rasio guru dan murid

SLB/sederajat

Bila jumlah siswa dibagi jumlah guru menghasilkan perbandingan 1 guru mengajar kurang dari 2 murid

9

2 – 5 murid 8 6 – 8 murid 5 9 – 10 murid 3 Lebih dari 10 murid 0 D. Kelembagaan Pendidikan Masyarakat 1 Jumlah perpustakaan

desa/kelurahan Jika tidak ada perpustakaan desa/kelurahan

0

Jika jumlah perpustakaan desa/kelurahan 1 unit

5

2 – 5 unit 7 Lebih dari 5 unit 9 2 Jumlah taman bacaan

desa / kelurahan Jika tidak ada taman bacaan desa dan kelurahan

0

Jika jumlah taman bacaan desa/kelurahan 1 unit

5

2 – 5 unit 6 Lebih dari 5 unit 10 3 Jumlah perpustakan

keliling Jika tidak ada perpustakaan keliling desa/kelurahan

0

Jika jumlah perpustakaan keliling desa/kelurahan 1 unit

7

2 – 5 unit 8 Lebih dari 5 unit 10 4 Jumlah sanggar belajar Jika tidak ada sanggar belajar 0 Jika jumlah sanggar belajar

desa/kelurahan 1 unit 5

2 – 5 unit 7 Lebih dari 5 unit 9 5 Jumlah kegiatan lembaga Jika tidak ada kegiatan 0

Page 121: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

121

pendidikan luar sekolah lembaga pendidikan luar sekolah

Jika jumlah kegiatan lembaga pendidikan luar sekolah di desa/kelurahan 1 jenis

4

2 – 5 unit 8 Lebih dari 5 unit 10 6 Jumlah kelompok belajar

paket A, B dan C Jika tidak ada kelompok belajar paket A, B dan C

0

Jika jumlah kelompok belajar paket A, B dan C kurang dari 4 kelompok

5

5 – 8 kelompok 7 Lebih dari 8 kelompok 9 7 Jumlah lembaga kursus

keterampilan Jika tidak ada lembaga kursus keterampilan

0

Jika jumlah lembaga kursus keterampilan 1 unit

6

2 – 5 unit 7 6 – 8 unit 8 9 – 10 unit 9 Lebih dari 10 unit 10 IV. KESEHATAN MASYARAKAT A. Kualitas ibu hamil 1 Jumlah ibu hamil periksa

di posyandu Jika tidak ada ibu hamil yang periksa ke Posyandu

0

Jika jumlah ibu hamil periksa di Posyandu kurang dari 10% dari total jumlah ibu hamil

2

10 – 25% 4 25 – 50% 6 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 2 Jumlah ibu hamil periksa

di Puskesmas dan Rumah Sakit

Jika tidak ada ibu hamil yang periksa ke puskesmas dan Rumah Sakit

0

Jika jumlah ibu hamil periksa di puskemas dan rumah sakit kurang dari 10% dari total jumlah ibu hamil

2

10 – 25% 4 25 – 50% 6 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 3 Jumlah ibu hamil periksa

di Dokter praktek dan Bidan Praktek

Jika tidak ada ibu hamil yang periksa ke Dokter praktek dan Bidan Praktek

0

Jika jumlah ibu hamil yang periksa di Dokter praktek dan Bidan Praktek kurang dari 10% dari total jumlah ibu hamil

2

10 – 25% 4 25 – 50% 6

Page 122: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

122

50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 4 Jumlah ibu hamil periksa

di Dukun terlatih Jika tidak ada ibu hamil yang periksa ke dukun terlatih

0

Jika jumlah ibu hamil yang periksa di dukun terlatih kurang dari 10% dari total jumlah ibu hamil

2

10 – 25% 4 25 – 50% 6 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 5 Jumlah kematian ibu

hamil Jika tidak ada ibu hamil meninggal

10

Jika jumlah ibu hamil meninggal kurang dari 10% dari total jumlah ibu hamil

8

10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% 0 6 Jumlah ibu hamil yang

melahirkan

Jika jumlah ibu hamil yang melahirkan kurang dari 10% dari total jumlah ibu hamil

1

10 – 25% 2 25 – 50% 5 50 – 75% 7 Lebih dari 75% 9 7 Jumlah kematian ibu nifas Jika tidak ada kematian ibu

nifas 10

Jika jumlah kematian ibu nifas kurang dari 1% dari jumlah total ibu nifas

8

1 – 10% 6 10 – 25% 4 25 – 50% 2 Lebih dari 50% 1 B. Kualitas Bayi 1 Jumlah keguguran

kandungan Jika tidak pernah terjadi keguguran kandungan

10

Jika jumlah keguguran kandungan kurang dari 5% dari jumlah total ibu hamil

5 – 10% 3 10 – 15% 2 15 – 25% 1 Lebih dari 25% 0 2 Jumlah bayi lahir mati Jika tidak ada bayi lahir mati 10 Jika jumlah bayi lahir mati

kurang dari 5% dari jumlah total bayi yang lahir

4

5 – 10% 3

Page 123: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

123

10 – 15% 2 15 – 25% 1 Lebih dari 25% 0 3 Jumlah bayi usia 0 – 12

bulan yang mati Jika tidak ada bayi usia 0 – 12 yang mati

8

Jika jumlah bayi usia 0 – 12 bulan mati kurang dari 10% dari total jumlah bayi usia 0 – 12 bulan

4

10 – 25% 3 25 – 50% 2 Lebih dari 50% 1 4 Jumlah bayi lahir berat

kurang dari 2,5 kg Jika semua bayi lahir berat lebih dari 2,5 kg

10

Jika jumlah bayi lahir berat badan kurang dari 2,5 kg kurang dari 10% dari total jumlah bayi lahir

8

10 – 25% 6 25 – 50% 4 Lebih dari 50% 2 5 Jumlah bayi 0 – 5 tahun

yang cacat Jika tidak ada bayi 0 – 5 tahun yang menderita cacat

10

Jika jumlah bayi 0 – 5 tahun yang menderita cacat kurang dari 10%

4

10 – 25% 3 25 – 50% 2 Lebih dari 50% 1 C. Kualitas Persalinan C.1. Tempat Persalinan 1 Tempat persalinan RSU

dan Puskesmas Jika jumlah tempat persalinan di RSU, rumah bersalin dan Puskesmas kurang dari 10% dari total jumlah persalinan

1

10 – 25% 2 25 – 50% 6 Lebih dari 50% 8 2 Tempat persalinan BKIA

dan Polindes Jika jumlah tempat persalinan di Balai Kesehatan Ibu dan Anak dan Polindes kurang dari 10% dari total jumlah persalinan

2

10 – 25% 4 25 – 50% 6 Lebih dari 50% 8 3 Tempat persalinan Rumah

praktek dokter dan bidan Jika jumlah tempat persalinan di tempat praktek dokter atau rumah praktek bidan kurang dari 10% dari jumlah total persalinan

1

10 – 25% 2

Page 124: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

124

25 – 50% 3 Lebih dari 50% 4 4 Tempat persalinan rumah

dukun dan rumah sendiri Jika jumlah tempat persalinan di rumah dukun dan rumah sendiri kurang dari 10%

4

10 – 25% 3 25 – 50% 2 Lebih dari 50% 1 C.2. Pertolongan Persalinan 1 Pertolongan Dokter, Bidan

dan Perawat Jika jumlah persalinan yang ditolong dokter, bidan dan perawat kurang dari 10% dari jumlah total persalinan

3

10 – 25% 4 25 – 50% 5 Lebih dari 50% 6 2 Persalinan yang ditolong

Dukun bersalin Jika tidak pernah ditolong dukun bersalin

5

10 – 25% 4 25 – 50% 3 Lebih dari 50% 2 3 Jumlah persalinan yang

ditolong keluarga Jika jumlah persalinan yang ditolong keluarga kurang dari 10% dari total jumlah persalinan

4

10 – 25% 3 25 – 50% 2 Lebih dari 50% 1 D. Cakupan Imunisasi 1 Imunisasi bayi usia 2

bulan Jika jumlah bayi usia 2 bulan yang diimunisasi kurang dari 10% dari total jumlah bayi usia 2 bulan

1

10 – 25% 2 25 – 50% 4 50 ­ 75% 6 Lebih dari 75% 8 2 Imunisasi bagi bayi usia 3

bulan Jika jumlah bayi usia 3 bulan yang diimunisasi kurang dari 10% dari total jumlah bayi usia 3 bulan

1

10 – 25% 2 25 – 50% 4 50 ­ 75% 6 Lebih dari 75% 8 3 Imunisasi bagi bayi usia 4

bulan Jika jumlah bayi usia 4 bulan yang diimunisasi kurang dari 10% dari total jumlah bayi usia 4 bulan

1

10 – 25% 2 25 – 50% 4 50 ­ 75% 6 Lebih dari 75% 8

Page 125: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

125

4 Imunisasi bagi bayi usia 9

bulan Jika jumlah bayi usia 9 bulan yang diimunisasi kurang dari 10% dari total jumlah bayi usia 9 bulan

1

10 – 25% 2 25 – 50% 4 50 ­ 75% 6 Lebih dari 75% 8 E. Perkembangan Pasangan Usia Subur dan KB E.1. Pasangan Usia Subur 1 Jumlah pasangan usia

subur Bila jumlah pasangan usia subur kurang dari 10% dari jumlah total wanita usia subur 15 – 49 tahun

3

10 – 25% 4 25 – 50% 5 50 – 75% 6 Lebih dari 75% 7 2 Wanita kawin muda usia

kurang dari 16 tahun Jika jumlah wanita usia di bawah 16 tahun yang kawin muda kurang dari 10% dari total jumlah perempuan usia 12 sampai 16 tahun

5

10 – 25% 4 25 – 50% 3 50 – 75% 2 Lebih dari 75% 1 E.2. Keluarga Berencana 1 Jumlah pengguna metode

Kontrasepsi

Jika total jumlah pengguna metode KBA dan obat tradisional kurang dari 10% dari total jumlah pasangan usia subur

3

10 – 25% 4 25 – 50% 5 50 – 75% 6 Lebih dari 75% 8 2 Jumlah PUS yang tidak

menggunakan metode KB Jika jumlah total pasangan usia subur/PUS yang tidak menggunakan metode KB kurang dari 10% dari total jumlah PUS

7

10 – 25% 6 25 – 50% 5 50 – 75% 4 Lebih dari 75% 3 F. Wabah Penyakit 1 Jenis wabah penyakit Jika tidak ada kejadian wabah

penyakit 10

Jika jumlah kejadian wabah penyakit yang diderita masyarakat kurang dari 3 jenis

4

4 – 5 jenis 3

Page 126: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

126

6 – 7 jenis 2 7 – 10 jenis 1 Lebih dari 10 jenis 0 2 Jumlah korban meninggal Jika tidak ada korban

meninggal 10

Jika jumlah korban meninggal akibat berbagai jenis wabah penyakit kurang dari 10% dari total jumlah kejadian

3

10 – 25% 2 25 – 50% 1 Lebih dari 50% 0 G. Angka Harapan Hidup/AHH Angka harapan hidup Jika AHH penduduk desa/

kelurahan:

Kurang dari AHH tingkat kabupaten/kota

3

Sama dengan AHH tingkat kabupaten/kota

5

Lebih dari AHH tingkat kabupaten/kota

10

H. Cakupan Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Jumlah keluarga yang

menggunakan sumur gali Jika jumlah keluarga lebih dari 25 – 75% dari total jumlah keluarga menggunakan:

Air PAM, Pipa air kran dan hidran umum,

10

Sumur gali dan sumur pompa 6 Air sungai dan mata air 5 Embung dan bak penampung

air hujan 7

Akses air minum dari air laut 8 Dari sumber lainnya 9 I. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1 Kebiasaan buang air besar Jika jumlah keluarga yang

memiliki WC sehat lebih dari 75%

8

Jika jumlah keluarga yang menggunakan fasilitas MCK umum lebih dari 10%

6

Jika jumlah keluarga yang memiliki WC kurang memenuhi standar kesehatan lebih dari 25%

2

Jika jumlah keluarga yang biasa buang air di semak, kebun, hutan, sungai, parit, dan lain­lain lebih dari 10% dari total jumlah keluarga

0

2 Pola makan Jika kebiasaan penduduk

makan dalam sehari

Belum tentu makan sekali sehari

0

1 kali 2 2 kali 3

Page 127: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

127

3 kali 4 Lebih dari 3 kali 1 3 Kebiasaan berobat waktu

sakit Bila kebiasaan berobat saat sakit:

Berobat ke dokter, puskesmas, mantri kesehatan, posyandu, perawat, dan bidan

10

Berobat ke dukun terlatih 3 Menggunakan obat tradisional

dari dukun pengobatan alternatif

4

Gunakan obat tradisional dari keluarga sendiri

8

Ke paranormal 1 Tidak diobati 0 J Status Gizi Balita Jika lebih dari 25% balita dari

total jumlah balita:

Bergizi baik 8 Bergizi kurang 2 Bergizi lebih 1 Bergizi buruk 0 K. Jenis Penyakit dan Tempat Perawatan Penderita Sakit

tahun ini

1 Jenis penyakit yang diderita penduduk

Bila tidak ada jenis penyakit yang diderita

10

Bila jumlah jenis penyakit yang diderita penduduk kurang dari 2 jenis

4

3 – 4 jenis 3 5 – 7 jenis 2 7 – 10 jenis 1 Lebih dari 10 jenis 0 2 Penderita penyakit Bila jumlah penderita sakit

kurang dari 1% dari jumlah total penduduk

5

1 – 5% 4 5 – 10% 3 10 – 25% 2 Lebih dari 25% 0 3 Tempat perawatan a Rumah sakit/Puskesmas Bila jumlah penderita yang

dirawat di puskesmas dan rumah sakit, kurang dari 10% dari total jumlah penderita sakit

1

10 – 25% 3 25 – 50% 5 Lebih dari 50% 7 b Rumah sendiri Bila jumlah penderita yang

dirawat di rumah kurang dari 7

Page 128: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

128

10% dari total jumlah penderita sakit

10 – 25% 5 25 – 50% 3 Lebih dari 50% 1 L. Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Masyarakat

1 MCK umum Jika ada fasilitas MCK umum 8 Jika tidak ada 0 2 Organisasi Posyandu dan

Kepengurusan Jika tidak ada Posyandu 0

Jika ada Posyandu 1 Jika ada pengurus dan kader

Posyandu yang aktif 5

3 Kegiatan Posyandu Jika tidak ada kegiatan

Posyandu 0

Jika jumlah kegiatan Posyandu kurang dari 2 jenis

2

3 – 5 jenis 6 6 – 8 jenis 7 8 – 10 jenis 8 Lebih dari 10 jenis 9 4 Administrasi Posyandu Jika tidak buku administrasi

Posyandu 0

Jika ada buku administrasi dan diisi secara rutin

5

5 Dasawisma Jika tidak ada dasawisma 0 Jika ada dasawisma yang

pengurusnya aktif dan ada kegiatannya

8

6 Kesehatan Masyarakat a Kegiatan Kebersihan

Lingkungan Jika tidak ada kegiatan kebersihan lingkungan

0

Jika ada 5 b Pengobatan Gratis Jika tidak ada kegiatan

pengobatan gratis 0

Jika ada 5 c Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) Jika tidak ada kegiatan pemberantasan sarang nyamuk

0

Jika ada 5 d Pembangunan prasarana

dan sarana kesehatan lingkungan/komunitas

Jika tidak ada kegiatan pembangunan prasarana dan sarana kesehatan lingkungan dan komunitas lainnya

0

Jika ada 5

Page 129: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

129

V. KEAMANAN DAN KETERTIBAN A. Jenis Konflik Sara 1 Konflik Sara pada tahun

ini Jika tidak ada konflik Sara di desa/kelurahan

10

Jika ada korban non material dan harta benda

0

2 Konflik sosial ekonomi a Konflik antar kelompok

masyarakat dalam desa/kelurahan

Jika tidak ada konflik sosial ekonomi antar kelompok masyarakat dalam desa/ kelurahan

10

Jika ada korban non material dan harta benda

0

b Konflik antar kelompok masyarakat antar desa/kelurahan

Jika tidak ada konflik sosial ekonomi antara kelompok masyarakat antar desa/ kelurahan

10

Jika ada korban nonmaterial dan harta benda

0

3 Konflik sosial politik antar

masyarakat dengan lembaga politik

Jika tidak ada 10

Jika ada korban non material dan harta benda konflik sosial politik

0

4 Konflik masyarakat

dengan pemerintah Jika tidak ada 10

Jika ada korban non material dan harta benda

0

5 Konflik antara masyarakat

dengan perusahaan Jika tidak ada 10

Jika ada korban non material dan harta benda

0

6 Proses hukum bagi pelaku

konflik Jika tidak ada kasus yang diproses secara hukum

0

Jika jumlah kasus yang diproses secara hukum kurang dari 10% dari total jumlah kasus konflik

5

10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 B. Perkelahian 1 Korban kasus perkelahian Jika tidak ada kasus 5 Jika ada korban kerugian

material dan non material 1

2 Proses hukum bagi pelaku Jika tidak ada kasus yang

diproses secara hukum 0

Jika jumlah kasus yang diproses secara hukum kurang dari 75% dari total jumlah kasus perkelahian

5

Lebih dari 75% 8

Page 130: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

130

C. Pencurian 1 Korban kasus pencurian Jika tidak ada kasus 5 Jika ada korban kerugian

material dan non materil 1

2 Proses hukum bagi pelaku Jika tidak ada kasus yang

diproses secara hukum 0

Jika jumlah kasus yang diproses secara hukum kurang dari 75% dari total jumlah kasus pencurian

5

Lebih dari 75% 8 D. Penjarahan dan Penyerobotan tanah 1 Korban kasus Jika tidak ada kasus 5 Jika ada korban kerugian

material dan non materil 1

2 Proses hukum bagi pelaku Jika tidak ada kasus yang

diproses secara hukum 0

Jika jumlah kasus yang diproses secara hukum kurang dari 50% dari total jumlah kasus

5

Lebih dari 50% 8 E. Perjudian, Penipuan dan Penggelapan 1 Kasus perjudian Jika tidak ada kasus 8 Jika ada kasus perjudian 0 2 Kasus penipuan dan

penggelapan Jika tidak ada 8

Jika ada 0 3 Jumlah kasus sengketa

warisan, jual beli dan hutang piutang

Jika tidak ada 8

Jika ada 0 F. Pemakaian Narkoba dan Miras 1 Kasus Narkoba Jika tidak ada kasus

pemakaian Narkoba 10

Jika ada kasus produksi, pengedaran, penggunaan dan korban narkoba

0

2 Kasus Miras Jika tidak ada produksi,

pengedaran dan pengguna serta korban Miras

10

Jika ada 0 G. Prostitusi 1 Lokalisasi Jika tidak ada 10 Jika ada tempat resmi dan

terselubung penyedia prostitusi 0

2 Penertiban tempat Jika ada penertiban pelaku 5

Page 131: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

131

praktek prostitusi prostitusi Jika tidak ada pembinaan dan

pengawasan praktek prostitusi 0

H. Pembunuhan 1 Korban Pembunuhan Jika tidak ada kasus 10 Jika ada korban pembunuhan 0 2 Proses hukum bagi pelaku Jika tidak ada kasus yang

diproses secara hukum 0

Jika jumlah kasus yang diproses secara hukum kurang dari 75% dari total jumlah kasus

5

Lebih dari 75% 8 I. Penculikan 1 Korban Penculikan Jika tidak ada kasus 10 Jika ada korban penculikan 0 2 Proses hukum bagi pelaku Jika tidak ada kasus yang

diproses secara hukum 0

Jika jumlah kasus yang diproses secara hukum kurang dari 75% dari total jumlah kasus

5

Lebih dari 75% 8 J. Kejahatan Seksual 1 Kasus perkosaan Jika tidak ada kasus 10 Jika ada korban perkosaan 0 Jika ada kasus kehamilan di

luar nikah menurut hukum negara

1

2 Tempat liar bagi praktek

pekerja seks komersial (PSK) jalanan

Jika tidak ada tempat bagi pekerja seks komersial

10

Jika ada 0 K. Masalah Kesejahteraan Sosial 1 Jenis masalah

kesejahteraan sosial Jika tidak ada salah satu jenis pun masalah kesejahteraan sosial di desa/kelurahan

10

Jika jumlah jenis masalah kesejahteraan sosial yang ada:

Kurang dari 10 jenis masalah 3 11 – 15 jenis 2 16 – 20 jenis 1 Lebih dari 20 jenis 0 2 Jumlah penyandang

masalah kesejahteraan sosial

Jika jumlahnya kurang dari 5

Page 132: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

132

1% dari total jumlah penduduk 1 – 5% 3 5 – 10% 2 10 – 15% 1 Lebih dari 15% 0 3 Keberadaan Panti/sanggar/rumah singgah dan tempat

pemulihan/rehabilitasi bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial Jika tidak ada

Jika tidak ada 0 Jika ada 10 L. Teror dan Intimidasi 1 Jumlah kasus Jika tidak ada kasus 10 Jika jumlah kasus teror dan

intimidasi kurang dari 2 kasus 4

3 – 5 kasus 3 5 – 7 kasus 2 7 – 10 kasus 1 Lebih dari 10 kasus 0 2 Penyelesaian kasus Jika tidak ada kasus yang

diselesaikan secara hukum 0

Jika jumlah kasus yang diselesaikan kurang dari 50% dari total jumlah kasus

5

Jika lebih dari 50% kasus diselesaikan

8

M. Pelembagaan Sistem Keamanan Lingkungan Semesta 1 Organisasi Siskamling Ada 8 Tidak ada 0 2 Organisasi pertahanan

sipil dan perlindungan masyarakat dan Satpam

Ada 8

Tidak ada 0 3 Kegiatan Siskamling Ada 8 Tidak 1 4 Pembinaan Siskamling,

Hansip dan Linmas Ada 7

Tidak 0 5 Administrasi Siskamling,

Hansip dan Linmas Ada 7

Tidak 0 VI. KEDAULATAN POLITIK MASYARAKAT A. Kesadaran berpemerintahan, berbangsa dan bernegara 1 Jenis kegiatan pemantapan nilai ideologi Pancasila sebagai

dasar negara, nilai Bhinneka Tunggal Ika dan nilai kesebangsaan lainnya

Jika tidak ada salah satu jenis pun kegiatan

0

Jika jumlah jenis kegiatan

Page 133: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

133

pemantapan ideologi negara: Kurang dari 2 jenis 1 3 – 5 jenis 3 6 – 10 jenis 5 11 – 15 jenis 7 Lebih dari 15 jenis 9 2 Jumlah kegiatan

pemantapan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

Jika jumlah kegiatan pemantapan nilai ideologi Pancasila dari setiap jenis:

Kurang dari 2 kegiatan 1 3 – 5 kegiatan 3 6 – 10 kegiatan 5 11 – 15 kegiatan 7 Lebih dari 15 kegiatan 9 3 Kasus ancaman keutuhan

NKRI, gangguan Kantibmas, disintegrasi sosial, politik, ekonomi dan nilai kesebangsaan lainnya

Jika tidak ada kasus 10

Jika jumlah kasus kurang dari 2 kasus

4

3 – 5 kasus 3 6 – 10 kasus 2 11 – 15 kasus 1 Lebih dari 15 kasus 0 4 Kasus ketenagakerjaan

dan perlintasan batas antar negara

Jika tidak ada kasus 10

Jika jumlah kasus kurang dari 5 kasus

3

6 – 10 kasus 2 11 – 15 kasus 1 Lebih dari 15 kasus 0 5 Fasilitasi penyelesaian

Kasus Jika tidak ada kegiatan penyelesaian kasus

0

Jika ada fasilitasi penyelesain kasus oleh pemerintah desa/kelurahan

5

B. Kesadaran Membayar Pajak dan Retribusi 1 Realisasi PBB Jika realisasi kurang dari 10%

dari target PBB 1

10 – 25% 2 25 – 50% 3 50 – 75% 4 Lebih dari 75% 5 2 Tindakan hukum terhadap

penunggak PBB Jika tidak ada 1

Jika ada 5 3 Realisasi Retribusi dan

Pungutan resmi lainnya dari masyarakat

Jika realisasi kurang dari 10% dari target retribusi

1

10 – 25% 2

Page 134: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

134

25 – 50% 3 50 – 75% 4 Lebih dari 75% 5 4 Tindakan hukum terhadap

penunggak PBB Jika tidak ada 1

Jika ada 5 5 Pungutan tidak resmi Jika tidak ada 10 Jika ada 0 C. Partisipasi Politik C.1. Jumlah Partai Politik dan Pemilihan Umum 1 Jumlah pemilih yang

menggunakan hak pilih dalam pemilihan presiden/ wakil dan legislatif pada Pemilu terakhir

Jika jumlah penduduk yang menggunakan hak pilih:

Kurang dari 10% dari jumlah total penduduk yang memiliki hak pilih:

4

10 – 25% 5 25 – 50% 6 50 – 75% 7 Lebih dari 75% 8 2 Jumlah penduduk yang

dipilih dalam pemilu legislatif yang lalu

Jika tidak ada penduduk yang terpilih

1

Jika jumlah penduduk yang terpilih:

Kurang dari 10% dari jumlah total penduduk yang memiliki hak pilih

6

10 – 25% 7 25 – 50% 8 50 – 75% 9 Lebih dari 75% 10 3 Parpol yang mempunyai

kantor dan pengurus di desa/kelurahan

Jika tidak ada Parpol yang berkantor di desa/kelurahan ini

5

Bila ada 7 4 Jumlah perempuan dari

desa/kelurahan yang aktif di partai politik

Jika tidak ada 5

Jika ada 7 5 Jumlah penduduk yang

menjadi pengurus parpol di desa/kelurahan

Jika tidak ada penduduk yang jadi pengurus Parpol yang berkantor di desa/kelurahan

5

Jika ada 7 C.2. Pemilihan Kepala Daerah 1 Jumlah pemilih yang

menggunakan hak pilih Jika jumlah penduduk yang menggunakan hak pilih:

Page 135: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

135

dalam pemilihan Gubernur pada Pemilu terakhir

Kurang dari 10% dari jumlah total penduduk yang memiliki hak pilih:

5

10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 2 Jumlah pemilih yang

menggunakan hak pilih dalam pemilihan Bupati/ Walikota pada Pilkada terakhir

Jika jumlah penduduk yang menggunakan hak pilih:

Kurang dari 10% dari jumlah total penduduk yang memiliki hak pilih:

5

10 – 25% 6 25 – 50% 7 50 – 75% 8 Lebih dari 75% 9 C.3. Penetapan Kepala Desa/Lurah dan Perangkat

Desa/Kelurahan

1 Penentuan jabatan kepala desa

Jika proses penentuannya:

Dipilih secara langsung oleh penduduk yang mempunyai hak pilih

10

Dipilih oleh perwakilan kelompok masyarakat

2

Ditunjuk oleh Bupati/Walikota 0 Diangkat turun temurun oleh

masyarakat setempat 1

2 Penentuan Sekretaris

Desa/Kelurahan Jika proses dilakukan melalui

Diusulkan oleh kepala desa/lurah, dipilih, diangkat dan ditetapkan oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati/ Walikota

10

Diusulkan oleh kepala desa/lurah, diangkat dan ditetapkan oleh Camat

1

Ditunjuk dan diangkat oleh kepala desa/lurah

0

3 Penentuan perangkat desa termasuk kepala dusun sebagai unsur kewilayahan

Ditunjuk, dan ditetapkan oleh Kepala Desa disahkan oleh Camat

1

Ditunjuk, diangkat dan ditetapkan oleh Kades/Lurah dan dilaporkan ke Camat

10

Ditunjuk, diangkat dan ditetapkan oleh Camat/Kepala Distrik/sebutan lain

0

4 Masa jabatan Kepala Desa Jika lama masa jabatan 6 9

Page 136: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

136

tahun 12 tahun 7 Lebih dari 12 tahun 0 5 Penentuan jabatan lurah

dan perangkat kelurahan termasuk kepala lingkungan

Ditunjuk, diangkat dan ditetapkan oleh Lurah serta disahkan Camat

1

Ditunjuk, diangkat dan ditetapkan oleh Lurah serta dilaporkan ke Camat/Bupati/ Walikota

0

Diusulkan oleh Lurah, dipilih, diangkat dan ditetapkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota

10

C.4. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) 1 Keberadaan BPD Jika tidak ada 0 Jika ada 10 2 Jumlah Anggota Jika jumlah anggota kurang

dari 5 orang 1

5 – 11 orang 10 Lebih dari 11 orang 0 3 Pemilihan BPD a Penentuan anggota BPD Pemilihan langsung oleh

masyarakat 1

Dipilih oleh perwakilan masyarakat desa secara musyawarah dan mufakat

10

Ditunjuk oleh Kepala desa/ camat dan unsur lainnya

0

b Pimpinan BPD Dipilih dari dan oleh anggota

BPD secara langsung 10

Dipilih oleh Kepala Desa dan disetujui oleh Camat

0

Dipilih oleh rakyat secara langsung dari para anggota BPD

1

4 Pemilikan kantor/ruang kerja BPD

Ada 5 Tidak 0 5 Anggaran untuk BPD Ada 5 Tidak 0 6 Produk Keputusan BPD tahun ini a Peraturan desa Jika tidak ada 0 Jika kurang dari 2 kali 1 3 – 5 kali 3 Lebih dari 5 kali 5 b Permintaan keterangan

dari kepala desa Jika tidak ada 0

Jika kurang dari 2 kali 1

Page 137: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

137

3 – 5 kali 3 Lebih dari 5 kali 5 c Rancangan peraturan desa Jika tidak ada 0 Jika kurang dari 2 kali 1 3 – 5 kali 3 Lebih dari 5 kali 5 d Menyatakan pendapat

kepala desa Jika tidak ada 0

Jika kurang dari 2 kali 1 3 – 5 kali 3 Lebih dari 5 kali 5 e Menyampaikan usul dan

pendapat kepada kepala desa

Jika tidak ada 0

Jika kurang dari 2 kali 1 3 – 5 kali 3 Lebih dari 5 kali 5 e Mengevaluasi efektivitas

pelaksanaan APB desa Jika tidak ada 0

Jika kurang dari 2 kali 1 3 – 5 kali 3 Lebih dari 5 kali 5 f Rancangan peraturan desa Jika tidak ada 0 Jika kurang dari 2 kali 1 3 – 5 kali 3 Lebih dari 5 kali 5 D. Pemilihan dan Fungsionalisasi Lembaga Kemasyarakatan 1 Keberadaan organisasi

LKD/K

Ada 5 Tidak 0 2 Dasar hukum keberadaan

LKD

Peraturan desa 10 Keputusan kepala desa 4 Keputusan camat 1 Belum diatur 0 3 Dasar hukum

pembentukan LKK

Peraturan Daerah 8 Keputusan lurah 2 Keputusan camat 1 Belum diatur 0 4 Pemilihan pengurus

LKD/LKK

Dipilih oleh rakyat secara langsung

8

Ditunjuk dan diangkat oleh kepala desa atau lurah

1

Ditunjuk dan diangkat oleh camat

0

Page 138: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

138

5 Jumlah organisasi anggota LKD/LKK

Jika hanya 1 yakni LKMD/LKMK/LPM atau sebutan lain

0

6 Pemilihan pengurus organisasi anggota LKD/LKK termasuk PKK, LPM/LKMD/, Karang Taruna, RT, RW, ..........

Jika 2 – 5 unit organisasi 5

5 – 10 8 Lebih dari 10 unit organissi 10 7 Pemilihan pengurus

organisasi anggota LKD/LKK termasuk PKK, LPM/LKMD/, Karang Taruna, RT, RW,..........

Pemilihan langsung oleh masyarakat

10

Ditunjuk dan diangkat oleh ketua LKD/LKK

2

Ditunjuk dan diangkat oleh kepala desa/lurah

1

Diunjuk oleh camat 0 8 Implementasi tugas, fungsi

dan kewajiban LKD/LKK Aktif 5

tidak 0 9 Jumlah kegiatan yang

dilaksanakan LKD/LKK dan organsisi anggota

Jika kurang dari 5 kegiatan 5

5 – 10 kegiatan 8 Lebih dari 10 kegiatan 10 10 Fungsi, tugas dan

kewajiban lembaga kemasyarakatan yang dijalankan oleh organisasi anggota LKD/LKK

Aktif 8

tidak 0 11 Alokasi anggaran untuk

LKD/LKK dari anggaran kelurahan/APBD dan APBDesa

Ada 8

Tidak 0 12 Alokasi anggaran untuk

organisasi anggota LKD/LKK termasuk PKK, LPM/LKMD/K, RT/RW.....

Ada 8

Tidak 0 13 Kantor dan ruang kerja

LKD/LKK Ada 5

Tidak 0 14 Dukungan pembiayaan,

personil dan ATK untuk LKD/LKK dari APBD/APB

Memadai 10

Page 139: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

139

Desa Kurang memadai 5 15 Realisasi program kerja

organisasi anggota LKD/ LKK

Kurang dari 50% dari total program

4

Lebih dari 50% dari total program

6

16 Keberadaan alat

kelengkapan unit organisasi LKD/K: anggota, pokja, bidang, seksi dan yang lainnya.

Ada dan terisi 8

Ada dan belum terisi semuanya 4 Tidak ada 1 17 Kegiatan administrasi dan

ketatausahaan LKD/LKK Berfungsi 5

Tidak 0 VII. PERANSERTA MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN A. Musyawarah Perencanaan pembangunan

desa/kelurahan/ Musrenbangdes/kelurahan

1 Jumlah kegiatan

Musrenbangdes/kel yang dilakukan pada tahun ini, termasuk di tingkat dusun dan lingkungan

Hanya 1 kali 1

2 – 4 kali 5 Lebih dari 4 kali 6 2 Jumlah kehadiran

masyarakat dalam setiap kali musyawarah tingkat dusun/lingkungan dan desa/kelurahan

Kurang dari 25% warga 3

25 – 50% 4 Lebih dari 50% warga 5 3 Perkembangan peranserta

laki­laki dan perempuan dalam Musrenbang di desa/kelurahan

Bila jumlah peserta laki­laki lebih sedikit dari jumlah peserta perempuan

8

Bila jumlah peserta laki­laki sama dengan jumlah peserta perempuan

6

Bila jumlah peserta laki­laki lebih banyak dari jumlah peserta perempuan

7

4 Penggunaan data dasar

keluarga dalam Profil Desa/Kelurahan dalam penentuan lokasi dan penerima program penanggulangan kemiskinan dan program

Ya 10

Page 140: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

140

pemberdayaan masyarakat Tidak 3 5 Penggunaan data dasar

keluarga dalam Profil Desa/Kelurahan oleh dinas/instansi sektoral dan unit kerja pemerintah daerah lainnya

Ya 10

Tidak 3 6 Penggunaan data Profil

Desa/Kelurahan dalam forum Musrenbangdes/kel Partisipatif

Ya 10

Tidak 0 7 Pelibatan masyarakat

dalam pemutakhiran data profil desa dan kelurahan sebagai bahan dalam Musrenbang partisipatif

Ya 5

Tidak 0 8 Usulan masyarakat yang

disetujui menjadi Rencana Kerja Desa dan Kelurahan

Kurang dari 50% yang diterima 5

Lebih dari 50% diterima 10 9 Usulan Pemerintah Desa

dan Kelurahan yang disetujui menjadi Rencana Kerja Desa/Kelurahan dan dimuat dalam RAPB­Desa

Kurang dari 50% yang diterima 5

Lebih dari 50% diterima 10 10 Usulan rencana kerja dari

pemerintah kabupaten/ kota/provinsi dan pusat yang dibahas saat Musrenbang dan ditolak masyarakat

Tidak ada yang ditolak 5

Ada yang ditolak 7 11

Pemilikan dokumen hasil Musrenbang tingkat Desa dan Kelurahan yang diusulkan ke pemerintah tingkat atas untuk dibiayai dari APBD Kab/Kota, APBD Provinsi dan APBN maupun sumber biaya dari perusahaan swasta yang investasi di desa/kelurahan

Tidak ada 0

Ada 10 12

Pemilikan dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa/

Tidak Ada 0

Page 141: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

141

Kelurahan (RKPD/K) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/ Kelurahan (RPJMD/K)

Ada 10 13 Kegiatan yang diusulkan

masyarakat melalui forum Musrenbangdes/kel yang tidak direalisasikan dalam APB­Desa, APB­Daerah kabupaten/Kota dan provinsi

Tidak Ada 10

Ada 0 14 Kegiatan yang diusulkan

masyarakat melalui forum Musrenbangdes/kel yang pelaksanaannya tidak sesuai dengan hasil Musrenbang

Tidak ada 10

Ada 1 B. Peranserta masyarakat dalam pelaksanaan dan

Pelestarian hasil pembangunan

1 Jumlah masyarakat yang

terlibat dalam pelaksanaan pembangunan fisik di desa dan kelurahan sesuai hasil Musrenbag

Jika lebih dari 50% dari total jumlah penduduk

8

Kurang dari 50% dari total jumlah penduduk

3

2 Jumlah penduduk yang

dilibatkan dalam pelaksanaan proyek padat karya oleh pengelola proyek yang ditunjuk pemerintah desa/kelurahan atau kabupaten/kota

Jika lebih dari 50% dari total jumlah penduduk

8

Kurang dari 50% dari total jumlah penduduk

3

3 Kegiatan yang

dilaksanakan oleh masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan yang sudah ada sesuai ketetapan dalam APB­Desa

Ada 10

Tidak ada 0 4 Kegiatan yang

dilaksanakan oleh pihak ketiga tanpa melibatkan masyarakat

Tidak ada 5

Page 142: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

142

Ada 0 5 Kegiatan yang masuk

desa/kelurahan di luar yang telah direncanakan dan disepakati masyarakat saat Musrenbang

Ada 1

Tidak ada 5 6 Usulan masyarakat yang

disetujui menjadi Rencana Kerja Desa dan Kelurahan

Lebih dari 50% dari jumlah total usulan

8

Kurang dari 50% 5 7 Usulan Pemerintah Desa

dan Kelurahan yang disetujui menjadi Rencana Kerja Desa/Kelurahan

Lebih dari 50% dari jumlah total usulan

8

Kurang dari 50% 5 8 Usulan rencana kerja

program dan kegiatan dari pemerintah kabupaten/kota/provinsi dan pusat yang dibahas saat Musrenbang dan disetujui untuk dilaksanakan di desa dan kelurahan oleh masyarakat

Lebih dari 50% dari jumlah total usulan

8

Kurang dari 50% 5 9 Penyelenggaraan

musyawarah desa/kelurahan untuk menerima, memelihara dan melestarikan hasil pembangunan yang sudah ada

Tidak ada 0

Ada 10 10 Pelaksanaan kegiatan dari

masyarakat untuk menyelesaikan atau menindaklanjuti kegiatan yang belum diselesaikan oleh pelaksana sebelumnya.

Tidak ada 2

Ada 8 11 Kasus penyimpangan

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilaporkan masyarakat atau lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan kepada Kepala Desa/Lurah

Ada 10

Tidak ada 5

Page 143: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

143

12 Kasus penyimpangan pelaksanaan pembangunan yang diselesaikan di tingkat desa/kelurahan

Tidak ada 2

Ada 8 13 Kasus penyimpangan

pelaksanaan kegiatan pembangunan desa/kelurahan yang diselesaikan secara hukum

Tidak ada 2

Ada 8 14 Kegiatan masyarakat

untuk melestarikan hasil pembangunan yang dikoordinasikan pemerintah desa/kelurahan

Tidak ada 1

Ada 10 15 Kegiatan yang didanai dari

APB­Desa/anggaran kelurahan dan swadaya masyarakat di kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 16 Kegiatan di desa dan

kelurahan yang didanai dari APB Daerah Kabupaten/Kota

Ada 5

Tidak ada 0 17 Kegiatan di desa dan

kelurahan yang didanai dari APBD Provinsi

Ada 10

Tidak ada 0 18 Jumlah kegiatan di desa

dan kelurahan yang didanai APBN

Ada 10

Tidak ada 5 C. Semangat Kegotongroyongan Penduduk 1 Kelompok arisan Ada 5 Tidak 0 2 Dana sehat Ada 5 Tidak 0 3 Kegiatan gotong­royong

atau sambatan dalam pembangunan rumah

Ada 5

Tidak 0 4 Kegiatan gotong royong

atau sambatan/sejenisnya Ada 5

Page 144: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

144

dalam pengolahan tanah Tidak 0 5 Kegiatan gotong royong

atau sambatan/sejenisnya dalam pembiayaan pendidikan anak sekolah/kuliah/kursus

Tidak ada 0

Ada 5 6 Kegiatan gotong royong

atau sambatan/sejenisnya dalam pemeliharaan fasilitas umum dan fasilitas sosial/prasarana dan sarana

Tidak ada 0

Ada 5 6 Kegiatan gotong royong

atau sambatan/sejenisnya dalam pemberian modal usaha

Tidak ada 0

Ada 5 7 Kegiatan gotong royong

atau sambatan/sejenisnya dalam pengerjaan sawah dan kebun

Tidak ada 0

Ada 5 8 Kegiatan gotong royong

atau sambatan/sejenisnya dalam penangkapan ikan dan usaha peternakan lainnya

Tidak ada 0

Ada 5 9 Kegiatan gotong royong

atau sambatan/sejenisnya dalam menjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan

Tidak ada 0

Ada 5 10 Kegiatan gotong royong

atau sambatan/sejenisnya dalam peristiwa kematian

Tidak ada 0

Ada 5 11 Kegiatan gotong royong

menjaga kebersihan Desa/Kelurahan

Tidak ada 0

Ada 5 12 Kegiatan gotong royong

membangun jalan/jembatan/saluran air/irigasi

Tidak ada 0

Ada 5 13 Kegiatan gotong royong Tidak ada 0

Page 145: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

145

atau sambatan/sejenisnya dalam pemberantasan sarang nyamuk dan kesehatan lingkungan lainnya

Ada 5 14 Kerjasama antar

Desa/Kelurahan Tidak ada 0

Ada 5 15 Penyelesaian perselisihan

antar desa/kelurahan Tidak ada 0

Ada 5 1 16 Kegiatan gotong royong

dalam penyelesaian konflik di setiap desa/kelurahan oleh masyarakat sendiri

Tidak ada 0

Ada 5 17 Gotong royong dalam

menolong keluarga tidak mampu dan fakir miskin di desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Ada 5 18 Kegiatan Kepala Desa

sebagai Hakim Perdamaian Desa

Tidak ada 0

Ada 5 19 Kegiatan gotong royong

dalam penanggulangan bencana

Tidak ada 0

Ada 5 20 Kegiatan gotong royong

dalam pelaksanaan kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat

Tidak ada 0

Ada 5 D. Adat Istiadat 1 Adat istiadat dalam

perkawinan Tidak ada 0 Aktif 8

Tidak aktif 2 Pernah ada 1 2 Adat istiadat dalam

kelahiran anak Tidak ada 0

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 3 Adat istiadat dalam

upacara kematian Tidak ada 0

Page 146: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

146

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 4 Adat istiadat dalam

pengelolaan hutan Tidak ada 0

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 5 Adat istiadat dalam

pengelolaan pertanian Tidak ada 0

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 6 Adat istiadat dalam

pengolahan laut/pantai Tidak ada 0

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 7 Adat istiadat dalam

pemecahan konflik Tidak ada 0

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 8 Adat istiadat dalam

menjauhkan bala penyakit dan bencana alat

Tidak ada 0

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 9 Adat istiadat dalam

memulihkan hubungan antara alam semesta dengan manusia dan lingkungannya

Tidak ada 0

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 10 Adat istiadat dalam

penanggulangan kemiskinan bagi keluarga yang tidak mampu/fakir miskin/terlantar

Tidak ada 0

Aktif 8 Tidak aktif 2 Pernah ada 1 E. Sikap Mental Masyarakat 1 Pungutan liar dari anak

gelandangan di sudut jalanan

Ada 0

Tidak ada 5

Page 147: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

147

2 Pungutan liar, pelabuhan dan pasar

Ada 0

Tidak ada 5 3 Peminta­minta

sumbangan dari rumah­ ke rumah

Ada 1

Tidak ada 8 4 Peminta­minta

sumbangan terorganisasi dari rumah ke rumah

Ada 2

Tidak ada 5 5 Berkembangnya praktek

jalan pintas dalam mencari uang secara gampang walau tidak halal

Ada 0

Tidak ada 10 6 Pungutan dari RT atau

sebutan lain dari warga Ada 3

Tidak 5 7 Pungutan dari RW atau

sebutan lain kepada warga Ada 3

Tidak ada 5 8 Hukuman bagi aparat di

desa dan kelurahan yang terlibat pungutan liar, pemerasan dan sejenisnya.

Ada 10

Tidak ada 0 9 Banyak penduduk yang

mengeluhkan memburuknya kualitas pelayanan kepada masyarakat

Ada 10

Tidak ada 5 10 Banyak kegiatan yang

bersifat hiburan dan rekreasi yang diinisiatifi masyarakat sendiri

Ada 5

Tidak ada 2 11 Masyarakat agak kurang

toleran dengan keberadaan kelompok masyarakat dari unsur etnis, agama dan kelompok kepentingan lain

Ada 2

Tidak ada 10 12 Banyak masyarakat yang

memberikan biaya lebih dari yang ditentukan sebagai ucapan terima kasih dalam proses

Ada 5

Page 148: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

148

pelayanan administrasi di kantor desa/kelurahan

Tidak 8 F. ETOS KERJA PENDUDUK 1 Banyak lahan tidur, lahan

terlantar dan lahan pekarangan yang tidak dikelola pemiliknya

Tidak ada 5

Ada 2 2 Banyak penduduk yang

mencari, memanfaatkan atau memilih pekerjaan/ keterampilan lain jika gagal panen/gagal tanam

Tidak ada 2

Ada 8 3 Banyak penduduk yang

mencari pekerjaan di kota besar lainnya

Tidak ada 5

Ada 2 4 Masyarakat sering

mendatangi kantor desa dan lurah menuntut penyediaan kebutuhan dasar sembilan bahan pokok pada saat kelaparan dan kekeringan

Tidak ada 5

Ada 6 5 Kebiasaan masyarakat

bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan

Tidak ada 0

Ada 10 6 Lebih banyak masyarakat

yang diam/masabodoh/ apatis ketika ada persoalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya

Tidak ada 8

Ada 0 7 Kebiasaan aparat

pemerintah desa/ kelurahan terlebih di tingkat RT, RW, Dusun dan Lingkungan yang kurang menanggapi kesulitan yang dihadapi masyarakat

Rendah/sedang 10

Tinggi 0 8 Kebiasaan masyarakat

merayakan pesta dengan menghadirkan undangan

Rendah/sedang 5

Page 149: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

149

yang banyak dan atau memotong hewan dalam jumlah besar

Tinggi 4 9 Kebiasaan masyarakat

berdemonstrasi/protes terhadap kebijakan pemerintah

Rendah/sedang 5

Tinggi 4 10 Kebiasaan masyarakat

mudah terprovokasi karena isu SARA dan isu kepentingan sosial, ekonomi dan politik

Tinggi 0

Rendah/sedang 8 VIII LEMBAGA KEMASYARAKATAN A. Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan/LKD/K 1 Keberadaan organisasi

LKD/K Ada 10

Tidak 0 2 Dasar hukum LKD Peraturan Desa 10 Tidak 0 3 Dasar hukum LKK Peraturan Daerah 10 Tidak 0 4 Kepengurusan LKD/LKK Aktif 8 Tidak 0 5 Kegiatan Kurang dari 5 jenis 5 Lebih dari 5 jenis 8 6 Buku administrasi

LKD/LKK

Ada buku dan terisi 5 Ada buku dan tidak terisi 1 Tidak ada 0 7 Jumlah organisasi anggota

lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan

Kurang dari 5 unit organisasi 5

Lebih dari 5 unit organisasi 8 B. Organisasi Anggota Lembaga Kemasyarakatan

Desa/Kelurahan

B.1. LKMD/LKMK/LPM atau sebutan lain 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O

Page 150: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

150

3 Buku administrasi Tidak ada 2 Terisi 5 Tidak terisi 0 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B.2. PKK 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak O 3 Buku administrasi Tidak ada 1 Terisi 5 Tidak terisi 0 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 10 jenis kegiatan 4 Lebih dari 10 jenis kegiatan 8 5 Kelengkapan organisasi

dasawisma Lengkap 5

Tidak 2 6 Kelengkapan organisasi

Pokja Lengkap 5

Tidak 2 B.3. Karang Taruna 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif 0 3 Buku administrasi Tidak ada 1 Terisi 5 Tidak terisi 0 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B.4. RT 1 Kepengurusan Aktif 10 Tidak aktif 0 2 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 3 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 3 Lebih dari 5 kegiatan 8 B.5. RW 1 Kepengurusan Aktif 10 Tidak aktif 0

Page 151: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

151

2 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 3 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 3 Lebih dari 5 kegiatan 8 B.6. Lembaga Adat 1 Keberadaan Ada 10 Tidak ada 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif 0 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B.7. BUMDES 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B.8. Forum Komunikasi Kader Pemberdayaan Masyarakat 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B.9. Posyandu 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O

Page 152: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

152

3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B10 Kelompok Tani Nelayan 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B11 Organisasi Perempuan 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B12 Organisasi Pemuda 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B13 Organisasi Profesi 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O

Page 153: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

153

3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B14 Organisasi Bapak 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B15 Kelompok Gotong Royong 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B16 Posyantekdes 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B17 Organisasi Keagamaan 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O

Page 154: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

154

3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B18 Organisasi .................... 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 B19 Organisasi ................... 1 Keberadaan Ada 10 Tidak 0 2 Kepengurusan Aktif 5 Tidak aktif O 3 Buku administrasi Tidak ada 0 Terisi 5 Tidak terisi 1 4 Jumlah kegiatan Kurang dari 5 kegiatan 5 Lebih dari 5 kegiatan 8 IX. PEMERINTAHAN DESA DAN KELURAHAN A. APBD­Desa dan Anggaran Kelurahan 1 APBD kabupaten/kota Bila tidak ada sumber

anggaran desa/APB­Desa/ kelurahan dari APBD kabupaten/kota

0

Bila ada 10 2 Bantuan pemerintah

kabupaten/kota Bila tidak ada sumber anggaran desa/APB­Desa/ kelurahan dari bantuan pemerintah kabupaten/kota

0

Bila ada 10 3 Bantuan pemerintah

provinsi Bila tidak ada sumber anggaran desa/APB­Desa/ kelurahan dari bantuan pemerintah provinsi

0

Bila ada 10 4 Bantuan pemerintah pusat Bila tidak ada sumber

anggaran desa/APB­Desa/ kelurahan dari bantuan pemerintah pusat

3

Bila ada 10

Page 155: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

155

5 Pendapatan asli desa/ kontribusi pendapatan asli daerah dari kelurahan

Bila jumlahnya kurang dari 10% dari total jumlah APB­Desa/Anggaran Kelurahan

5

10 – 25% 6 25 – 35% 7 35 – 50% 8 50 – 75% 9 Lebih dari 75% 10 6 Kontrubsi swadaya

masyarakat desa dan kelurahan terhadap APB­Desa/Anggaran Kelurahan

Bila tidak ada 0

Bila jumlahnya kurang dari 10% dari total jumlah APB­Desa/Anggaran Kelurahan

1

10 – 25% 2 25 – 35% 3 35 – 50% 5 50 – 75% 6 Lebih dari 75% 7 7 Alokasi dana desa/ dana

perimbangan untuk kelurahan dalambentuk blok grant

Bila tidak ada 0

Bila jumlahnya kurang dari 10% dari total jumlah APB­Desa/Anggaran Kelurahan

1

10 – 25% 2 25 – 35% 3 35 – 50% 5 50 – 75% 6 Lebih dari 75% 7 8 Sumber pendapatan dari

perusahaan/swasta yang ada di desa/kelurahan

Bila tidak ada 0

Bila jumlahnya kurang dari 10% dari total jumlah APB­Desa/Anggaran Kelurahan

1

10 – 25% 2 25 – 35% 3 35 – 50% 5 50 – 75% 6 Lebih dari 75% 7 9 Sumber pendapatan lain

yang sah dan tidak mengikat

Bila tidak ada 0

Bila ada 10 10 Jumlah belanja

publik/belanja bangunan Bila jumlahnya kurang dari 10% dari total jumlah APB­Desa/Anggaran Kelurahan

1

10 – 25% 2 25 – 35% 3 35 – 60% 5 60 – 70% 7

Page 156: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

156

Lebih dari 70% 9 11 Jumlah belanja aparatur/

pegawai Bila jumlahnya kurang dari 10% dari total jumlah APB­Desa/Anggaran Kelurahan

8

10 – 25% 7 25 – 35% 6 35 – 60% 5 60 – 70% 2 Lebih dari 70% 1 B. Pertanggungjawaban Kepala Desa/Lurah 1 Penyampaian laporan

keterangan pertanggungjawaban kepala desa kepada BPD atau Lurah kepada Bupati/Walikota

Ada 10

Tidak ada 0 2 Jumlah informasi yang

disampaikan kepala desa dan lurah tentang laporan penyelenggaraan tugas, wewenang, hak dan kewajiban kepala desa dan lurah kepada masyarakat

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis informasi 5 5 – 10 jenis informasi 7 10 – 20 jenis informasi 9 Lebih dari 20 jenis informasi 10 3 Status laporan keterangan

pertanggungjawaban kepala desa/lurah

Diterima 5

Ditolak 1 4 Laporan kinerja

penyelenggaraan tugas, wewenang, kewajiban dan hak kepala desa dan lurah kepada Bupati/walikota

Tidak Ada 0

Diterima 5 Ditolak 1 5 Jenis media informasi

kinerja kepala desa dan lurah kepada masyarakat

Tidak ada 0

1 – 3 jenis 5 4 – 6 jenis 6 Lebih dari 6 jenis 7 6 Kasus pengaduan

masyarakat terhadap masalah pembangunan, pelayanan dan pembinaan kemasyarakatan yang disampaikan kepada kepala desa/lurah

Tidak ada 3

1 – 5 kasus 4

Page 157: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

157

6 – 10 kasus 6 10 – 20 kasus 8 Lebih dari 20 kasus 9 7 Kasus pengaduan

masyarakat terhadap masalah pembangunan, pelayanan dan pembinaan kemasyarakatan yang diselesaikan kepala desa/lurah

Tidak ada 3

1 – 5 kasus 4 6 – 10 kasus 6 10 – 20 kasus 8 Lebih dari 20 kasus 9 C. Prasarana dan Administrasi Pemerintahan

Desa/Kelurahan

C.1. PEMERINTAH DESA/KELURAHAN 1 Gedung Kantor Tidak ada 0 Ada dan kondisi baik 10 Ada dan kondisi rusak 2 2 Jumlah ruang kerja Kurang dari 5 ruangan 5 Lebih dari 5 ruangan 7 3 Balai desa/kelurahan/

sejenisnya Ada dan kondisi baik 10

Ada dan kondisi rusak 2 Tidak ada 0 4 Listrik/Penerangan Ada 10 Tidak ada 0 5 Air bersih Ada 10 Tidak ada 0 6 Telepon Ada 7 Tidak ada 0 7 Inventaris dan alat kantor a Jumlah mesin tik Tidak ada 1 1 – 3 buah 5 Lebih dari 3 buah 6 b Jumlah meja Kurang dari 7 buah 3 7 – 10 buah 5 Lebih dari 10 7 c Jumlah kursi Kurang dari 6 3 7 ­ 15 buah 5 Lebih dari 16 buah 7 d Jumlah almari arsip Tidak ada 0 1 ­ 3 buah 5 4 ­ 7 buah 6 8 – 10 buah 8

Page 158: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

158

e Komputer Tidak ada 0 Kurang dari 5 unit 5 Lebih dari 5 unit 10 f Mesin fax Tidak ada 1 Ada 10 g Kendaraan dinas

lurah/kepala desa Ada 5

Tidak ada 1 8 Buku data perangkat desa

atau kelurahan Bila tidak ada buku 0

Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1 9 Perangkat desa/kelurahan Ada dan lengkap 8 Ada dan tidak lengkap 4 Tidak ada 0 10 Buku peta wilayah desa Ada 10 tidak ada 0 11 Struktur organisasi Ada 5 Tidak ada 4 12 Kartu uraian tugas Ada 10 Tidak ada 0 C.2 Administrasi Pemerintahan Desa / Kelurahan 1 Buku profil desa/

kelurahan Ada dan diolah 10

Ada dan tidak diolah 5 Tidak ada 0 2 Buku data peraturan

desa/daerah Ada dan diisi 5

Ada dan tidak diisi 2 Tidak ada 0 3 Buku keputusan kepala

desa/lurah Ada dan terisi 5

Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0 Ada dan terisi 5 Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0 4 Buku data inventaris Ada dan terisi 5 Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0 5 Buku data aparat Ada dan terisi 5 Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0

Page 159: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

159

6 Buku data tanah milik desa/tanah kas/milik kelurahan

Ada dan terisi 5

Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0 7 Buku administrasi pajak

dan retribusi Ada dan terisi 5

Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0 8 Buku data tanah milik

penduduk Ada dan terisi 5

Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0 9 Buku laporan pengaduan

masyarakat Ada dan terisi 5

Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0 10 Buku agenda ekspedisi Ada dan terisi 5 Ada dan tidak terisi 3 Tidak ada 0 11 Buku administrasi

keuangan desa/kelurahan Jika tidak ada 0

Jika ada tetapi tidak diisi 1 Jika yang ada jumlahnya

kurang dari 6 jenis buku dan diisi

6

7 – 10 jenis buku yang diisi 7 Lebih dari 10 jenis buku yang

diisi 8

12 Buku Administrasi

Kependudukan Jika tidak ada 0

Jika ada tetapi tidak diisi 1 Jika yang ada jumlahnya

kurang dari 6 jenis buku dan diisi

6

7 – 10 jenis buku yang diisi 7 Lebih dari 10 jenis buku yang

diisi 8

13 Buku lembaga

kemasyarakatan Jika tidak ada 0

Jika ada tetapi tidak diisi 1 Jika yang ada jumlahnya

kurang dari 6 jenis buku dan diisi

6

7 – 10 jenis buku yang diisi 7 Lebih dari 10 jenis buku yang

diisi 8

14 Buku data Rencana

Program dan Kegiatan Pembangunan Desa/Kelurahan

Jika tidak ada 0

Page 160: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

160

Jika ada tetapi tidak diisi 1 Jika yang ada jumlahnya

kurang dari 6 jenis buku dan diisi

6

7 – 10 jenis buku yang diisi 7 Lebih dari 10 jenis buku yang

diisi 8

15 Buku data jenis proyek

pemerintah dan swasta masuk desa/kelurahan

Jika tidak ada 0

Jika ada tetapi tidak diisi 1 Jika yang ada jumlahnya

kurang dari 6 jenis buku dan diisi

6

7 – 10 jenis buku yang diisi 7 Lebih dari 10 jenis buku yang

diisi 8

16 Buku pengendalian

kualitas pelayanan publik Jika tidak ada 0

Jika ada tetapi tidak diisi 1 Jika yang ada jumlahnya

kurang dari 6 jenis buku dan diisi

6

7 – 10 jenis buku yang diisi 7 Lebih dari 10 jenis buku yang

diisi 8

C.3. PRASARANA DAN SARANA BADAN PERMUSYAWARATAN

DESA/BPD

1 Prasarana BPD a Gedung Kantor Tidak ada 0 Ada dan kondisi baik 10 Ada dan kondisi rusak 2 b Jumlah ruang kerja Kurang dari 5 ruangan 5 Lebih dari 5 ruangan 7 c Balai BPDdan sejenisnya Ada dan kondisi baik 10 Ada dan kondisi rusak 2 Tidak ada 0 d Listrik/Penerangan Ada 10 Tidak ada 0 e Air bersih Ada 10 Tidak ada 0 f Telepon Ada 7 Tidak ada 0 2 Inventaris dan Alat Kantor a Jumlah mesin tik Tidak ada 1 1 – 3 buah 5 Lebih dari 3 buah 6

Page 161: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

161

b Jumlah meja Kurang dari 7 buah 3 7 – 10 buah 5 Lebih dari 10 7 c Jumlah kursi Kurang dari 6 3 7 ­ 15 buah 5 Lebih dari 16 buah 7 d Jumlah almari arsip Tidak ada 0 1 ­ 3 buah 5 4 ­ 7 buah 6 8 – 10 buah 8 e Komputer Tidak ada 0 Kurang dari 5 unit 5 Lebih dari 5 unit 10 f Mesin fax Tidak ada 1 Ada 10 g Kendaraan dinas anggota

BPD Ada 5

Tidak ada 1 h Struktur organisasi Ada 5 Tidak ada 4 i Kartu uraian tugas Ada 10 Tidak ada 0 3 Administrasi BPD a Buku administrasi

keanggotaan BPD Bila tidak ada buku 0

Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1 b Buku agenda Bila tidak ada buku 0 Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1 c Buku ekspedisi Bila tidak ada buku 0 Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1 d Buku data kegiatan BPD Bila tidak ada buku 0 Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1 e Buku Rancangan

Keputusan BPD Bila tidak ada buku 0

Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1

Page 162: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

162

f Buku data rancangan Peraturan Desa

Bila tidak ada buku 0

Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1 g Buku Data peraturan Desa Bila tidak ada buku 0 Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1 h Buku Rencana Kerja BPD Bila tidak ada buku 0 Ada dan terisi lengkap 8 Ada dan terisi tidak lengkap 6 Ada dan tidak terisi 1 D. PRASARANA DAN SARANA DUSUN / LINGKUNGAN D.1. Prasarana 1 Gedung Kantor Ada dan kondisi baik 10 Ada dan kondisi rusak 5 Tidak ada 0 2 Balai dusun/lingkungan/

sejenisnya Tidak ada 0

Ada dan kondisi baik 10 Ada dan kondisi rusak 5 0 3 Listrik Ada 10 Tidak ada 0 4 Air bersih Ada 10 Tidak ada 0 5 Telepon Ada 10 Tidak ada 0 D.2. Administrasi Dusun/Lingkungan 1 Buku administrasi Ada dan diisi 10 Ada dan tidak diisi 2 Tidak ada 0 2 Jenis kegiatan Tidak ada kegiatan 0 Kurang dari 5 jenis kegiatan 5 Lebih dari 5 jenis kegiatan 8 3 Jumlah pengurus Tidak ada kepengurusan aktif 0 Kurang dari 3 orang 3 3 – 5 orang 7 Lebih dari 5 orang 9 4 Jumlah ruangan kerja Kurang dari 3 ruang 5 3 ­ 5 ruang 8 Lebih dari 5 ruangan 10 D.3. Inventaris dan alat kantor 1 Jumlah mesin tik Tidak ada 1

Page 163: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

163

1 – 2 buah 5 Lebih dari 2buah 6 2 Jumlah meja Kurang dari 3 buah 3 3 – 5 buah 5 Lebih dari 6 7 3 Jumlah kursi Kurang dari 10 3 10 ­ 20 buah 5 Lebih dari 20 buah 7 4 Jumlah almari arsip Tidak ada 0 1 ­ 2 buah 5 3 ­ 5 buah 6 Lebih dari 5 buah 8 5 Komputer Tidak ada 0 1­ 2 unit 5 Lebih dari 3 unit 10 6 Mesin fax Tidak ada 1 Ada 10 X. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN A. Jenis pembinaan pemerintah pusat kepada pemerintah

desa dan kelurahan

1 Pedoman dan standar

pelaksanaan urusan pemerintahan desa, kelurahan, lembaga kemasyarakatan

Ada 10

Tidak ada 0 2 Pedoman dan standar

bantuan pembiayaan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota kepada desa dan kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 3 Pedoman umum

administrasi, tata naskah dan pelaporan bagi kepala desa dan lurah

Ada 10

Tidak ada 0 4 Pedoman dan standar

tanda jabatan, pakaian dinas dan atribut bagi Kepala Desa, Lurah dan Perangkat Desa/Kelurahan serta BPD

Ada 10

Tidak ada 0 5 Pedoman pendidikan dan Ada 10

Page 164: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

164

pelatihan bagi pemerintahan desa, kelurahan, lembaga kemasyarakatan dan perangkat masing­masing

Tidak ada 0 6 Bimbingan, supervisi dan

konsultasi pelaksanaan pemerintahan desa dan kelurahan serta pemberdayaan lembaga kemasyarakatan

Ada 0

Tidak ada 0 7 Kegiatan pendidikan dan

pelatihan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 8 Penelitian dan pengkajian

penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 9 Kegiatan yang terkait

dengan upaya percepatan atau akselerasi pembangunan desa dan kelurahan dalam bidang ekonomi keluarga, penanganan bencana, penanggulangan kemiskinan, percepatan keberdayaan masyarakat, peningkatan prasarana dan sarana pedesaan /kelurahan, pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna, pengembangan sosial budaya masyarakat di desa dan kelurahan yang dibiayai APBN

Ada 10

Tidak ada 0 10 Pemberian penghargaan

atas prestasi yang dilaksanakan pemerintahan desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan

Ada 10

Tidak ada 0 11 Pemberian sanksi atas Ada 10

Page 165: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

165

penyimpangan yang dilakukan kepala desa, lurah dan perangkat masing­masing

Tidak ada 0 B. Pembinaan Pemerintah Provinsi kepada pemerintahan

desa/kelurahan

1 Pedoman pelaksanaan tugas pembantuan dari provinsi ke desa/kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 2 Pedoman bantuan

keuangan dari provinsi Ada 10

Tidak ada 0 3 Kegiatan fasilitasi

keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat dan lembaga adat beserta hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 4 Fasilitasi Pelaksanaan

pedoman administrasi, tata naskah dan pelaporan bagi kepala desa dan lurah

Ada 10

Tidak ada 0 5 Kegiatan pendidikan dan

pelatihan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan berskala provinsi

Ada 10

Tidak ada 0 6 Kegiatan penanggulangan

kemiskinan yang dibiayai APBD Provinsi yang masuk desa dan kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 7 Kegiatan penanganan

bencana yang dibiayai APBD Provinsi untuk desa dan kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 8 Kegiatan peningkatan

pendapatan keluarga yang dibiayai APBD Provinsi di desa dan kelurahan

Ada 10

Page 166: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

166

Tidak ada 0 9 Kegiatan penyediaan

sarana dan prasarana desa dan kelurahan yang dibiayai APBD Provinsi yang masuk desa dan kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 10 Pemberian penghargaan

atas prestasi yang dilaksanakan pemerintahan desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan

Ada 10

Tidak ada 0 11 Pemberian sanksi atas

penyimpangan yang dilakukan kepala desa, lurah dan perangkat masing­masing

Ada 10

Tidak ada 0 12 Kegiatan pemanfaatan

sumber daya alam dan pengembangan teknologi tepat guna yang dibiayai APBD Provinsi di desa dan kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 13 Kegiatan pengembangan

sosial budaya masyarakat Ada 10

Tidak ada 0 14 Pedoman pendataan dan

pendayagunaan data profil desa dan kelurahan

Ada 10

Tidak ada 0 15 Pemberian penghargaan

atas prestasi yang dilaksanakan pemerintahan desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan

Ada 10

Tidak ada 0 C. Pembinaan pemerintah kabupaten/kota kepada

pemerintahan desa dan kelurahan

1 Pelimpahan tugas Bupati/Walikota kepada Lurah dan Kepala Desa

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 2

Page 167: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

167

5 – 10 jenis 3 10 – 20 jenis 5 Lebih dari 20 jenis 7 2 Penetapan pengaturan

kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa

Tidak ada 0

Kurang dari 10 jenis 3 10 – 20 jenis 4 Lebih dari 20 jenis 7 3 Pedoman pelaksanaan

tugas pembantuan dari kabupaten/kota kepada desa

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 4 Pedoman teknis

penyusunan peraturan desa, peraturan kepala desa, keputusan Lurah dan peraturan daerah kepada kepala desa dan lurah.

Tidak ada 0

Kurang dari 10 jenis 5 10 – 20 jenis 6 Lebih dari 20 jenis 7 5 Pedoman teknis

penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif serta pengembangan lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 6 Kegiatan fasilitasi

keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat dan lembaga adat beserta hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 7 Penetapan pembiayaan

alokasi dana perimbangan untuk desa/kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7

Page 168: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

168

8 Fasilitasi Pelaksanaan pedoman administrasi, tata naskah dan pelaporan bagi kepala desa dan lurah

Tidak ada 0

Kurang dari 10 jenis 5 10 – 20 jenis 6 Lebih dari 20 jenis 7 9 Jumlah kegiatan

pendidikan dan pelatihan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan berskala kabupaten/kota

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 10 Kegiatan penanggulangan

kemiskinan yang dibiayai APBD kabupaten/kota yang masuk desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 10 jenis 3 10 – 20 jenis 4 Lebih dari 20 jenis 6 11 Kegiatan penanganan

bencana yang dibiayai APBD kabupaten/kota untuk desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 12 Kegiatan peningkatan

pendapatan keluarga yang dibiayai APBD kabupaten/kota di desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 13 Fasilitasi penetapan

pedoman dan standar tanda jabatan, pakaian dinas dan atribut bagi Kepala Desa, Lurah, Perangkat Desa/Kelurahan dan BPD

Tidak ada 0

Kurang dari 3 jenis 5 3 – 7 jenis 6 Lebih dari 7 jenis 7 14 Kegiatan fasilitasi

keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat dan lembaga adat beserta hak

Tidak ada 0

Page 169: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

169

dan kewajibannya dalam pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 15 Pedoman pendataan dan

pendayagunaan profil desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 16 Program dan kegiatan

pemeliharaan motivasi desa/kelurahan berprestasi pascaperlombaan desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 17 Pemberian penghargaan

atas prestasi yang dicapai pemerintahan desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 18 Pemberian sanksi atas

penyimpangan yang dilakukan kepala desa, lurah dan perangkat masing­masing

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 19 Mengawasi pengelolaan

keuangan desa serta anggaran kelurahan dan pendayagunaan aset pemerintahan desa, badan usaha milik desa dan sumber pendapatan daerah yang dikelola lurah

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7

Page 170: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

170

D. Pembinaan dan Pengawasan Camat kepada

Desa/Kelurahan

1 Jumlah Kegiatan fasilitasi penyusunan peraturan desa dan peraturan kepala desa

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 2 Jumlah Kegiatan fasilitasi

administrasi tata pemerintahan desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 3 Fasilitasi pengelolaan

keuangan desa dan pendayagunaan aset desa serta anggaran kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 4 Jumlah kegiatan fasilitasi

pelaksanaan urusan otonomi daerah kabupaten/kota yang diserahkan kepada desa

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 5 Fasilitasi penerapan dan

penegakan peraturan perundang­undangan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 6 Fasilitasi penyediaan data

dan pendayagunaan data profil desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 7 Jumlah kegiatan fasilitasi

pelaksanaan tugas, wewenang, fungsi, hak dan kewajiban kepala desa, BPD, Lurah dan lembaga kemasyarakatan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7

Page 171: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

171

8 Jumlah kegiatan fasilitasi upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 9 Fasilitasi penataan,

penguatan dan efektivitas pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 10 Jumlah kegiatan fasilitasi

partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta pengembangan dan pelestarian hasil pembangunan.

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 11 Fasilitasi kerjasama antar

desa/kelurahan dan kerjasama desa/kelurahan dengan pihak ketiga

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 12 Jumlah kegiatan fasilitasi

pelaksanaan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 13 Jumlah kegiatan

pemeliharaan motivasi bagi desa dan kelurahan juara perlombaan dan pasca perlombaan

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 14 Jumlah kegiatan fasilitasi

kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan dengan organisasi anggota

Tidak ada 0

Page 172: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

172

lembaga kemasyarakatan serta dengan pihak ketiga sebagai mitra percepatan keberdayaan masyarakat

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 15 Jumlah kegiatan fasilitasi

bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan dan organisasi anggotanya

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7 16 Jumlah kegiatan

koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan.

Tidak ada 0

Kurang dari 5 jenis 5 5 – 10 jenis 6 Lebih dari 10 jenis 7

Berdasarkan skoring terhadap setiap daftar isian tingkat perkembangan desa/kelurahan, dapat dilakukan perhitungan skoring bagi setiap variabel dan indikator sehingga diperoleh skor tertinggi dan skor terendah dari setiap variabel, subvariabel dan indikator yang diukur. Skor tingkat perkembangan desa dan kelurahan ditetapkan berdasarkan system penilaian sebagaimana pada tabel berikut.

Page 173: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

173

TABEL 3

SKOR TINGKAT PERKEMBANGAN DESA/KELURAHAN

No Variabel/Subvariabel/Indikator Skore Terendah Tertinggi

I PERKEMBANGAN PENDUDUK 2 10 1 Perkembangan Penduduk 1 5 2 Perkembangan Kepala Keluarga 1 5

II EKONOMI MASYARAKAT 132 797 A PENGANGGURAN 1 10 B KESEJAHTERAAN KELUARGA 1 10 C

PENDAPATAN DOMESTIK DESA/ KELURAHAN BRUTO (PDD/KB)

84 210

1 Subsektor Pertanian 4 10 2 Subsektor Perkebunan 4 10 3 Subsektor Peternakan 4 10 4 Subsektor Perikanan 4 10 5 Subsektor Kehutanan 4 10 6 Sektor Pertambangan dan Galian 4 10 7 Subsektor Kerajinan 4 10 8 Sektor Industri Pengolahan 4 10 9 Subsektor Perdagangan besar dan

eceran 4 10

10 Subsektor hotel dan restoran 4 10 11 Sektor Bangunan/Konstruksi 4 10 12 Subsektor bank dan lembaga keuangan

bukan bank 4 10

13 Subsektor sewa bangunan dan jasa perusahaan

4 10

14 Subsektor jasa pemerintahan umum 4 10 15 Subsektor jasa swasta 4 10 16 Subsektor jasa hiburan dan rekreasi 4 10 17 Subsektor jasa perorangan dan rumah

tangga 4 10

18 Subsektor angkutan dan jasa penunjang angkutan

4 10

19 Subsektor komunikasi 4 10 20 Subsektor listrik dan gas 4 10 21 Subsektor air minum 4 10

D. PENDAPATAN PERKAPITA 10 100 D.1. MENURUT SEKTOR USAHA 9 90

1 Subsektor Pertanian 1 10 2 Perkebunan 1 10 3 Peternakan 1 10 4 Perikanan 1 10 5 Kerajinan 1 10 6 Pertambangan 1 10 7 Kehutanan 1 10 8 Industri kecil, menengah dan besar 1 10 9 Jasa dan Perdagangan 1 10

D.2. PENDAPATAN RIIL KELUARGA 1 10

Page 174: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

174

E. STRUKTUR MATA PENCAHARIAN MENURUT SEKTOR

2 260

1 Sektor pertanian 0 30

a Petani 0 10 b Buruh tani 0 10 c Pemilik usaha pertanian 0 10

2 Sektor Perkebunan 0 30

a Buruh perkebunan 0 10 b Karyawan perusahaan perkebunan 0 10 c Pemilik usaha perkebunan 0 10

3 Peternakan 0 20

a Buruh usaha peternakan 0 10 b Pemilik usaha peternakan 0 10

4 Perikanan 0 30

a Nelayan 0 10 b Pemilik usaha perikanan 0 10 c Buruh usaha perikanan 0 10

5 Kehutanan 0 30 a Pemilik usaha pengolahan hasil hutan 0 10 b Buruh usaha pengolahan hasil hutan 0 10 c Pengumpul hasil hutan 0 10

6 Sektor Pertambangan dan Bahan Galian C

0 30

a Penambang galian C kerakyatan/perorangan

0 10

b Pemilik usaha pertambangan skala kecil dan besar

0 10

c Buruh usaha pertambangan 0 10 7 Sektor Industri Kecil dan Kerajinan

Rumah Tangga 0 20

a Sebaran matapencaharian penduduk di sektor/ usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga

0 10

b Penyerapan tenaga kerja 0 10 8 Sektor Industri menengah dan besar 0 30

a Karyawan perusahaan swasta 0 10 b Karyawan perusahaan pemerintah 0 10 c Pemilik perusahaan industri menengah

dan besar 0 10

9 Sektor perdagangan 0 20

a Pengusaha perdagangan hasil bumi 0 10 b Buruh jasa perdagangan hasil bumi 0 10

10 Sektor Jasa 2 20

a Jenis usaha jasa yang ada 0 10 b Penyerapan tenaga kerja di sektor jasa 2 10

F. PENGUASAAN ASET EKONOMI

MASYARAKAT 31 217

F.1. ASET TANAH 2 10 Aset tanah 2 10 F.2. ASET SARANA TRANSPORTASI UMUM 9 35

1 Memiliki ojek sepeda/ motor 1 6

Page 175: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

175

2 Memiliki becak/bentor, cidemo, andong dan dokar

1 6

3 Memiliki angkutan kota/ desa, minibus, bus

1 7

4 Memiliki perahu dayung, kapal motor, dan angkutan laut/sungai lainnya

1 6

5 Memiliki angkutan udara 5 10 F.3. ASET SARANA PRODUKSI 0 20

1 Jenis sarana produksi 0 10 2 Kepemilikan sarana produksi 0 10

G. ASET PERUMAHAN 24 135 G.1. RUMAH MENURUT DINDING 7 47 G.2. RUMAH MENURUT LANTAI 8 36 G.3. RUMAH MENURUT ATAP 9 52 H. PEMILIKAN ASET EKONOMI LAINNYA 0 17

1 Sebaran jumlah jenis aset ekonomi lainnya

0 8

2 Sebaran pemilik berbagai jenis aset 0 9 III. PENDIDIKAN MASYARAKAT 1 189 A. Tingkat Pendidikan Penduduk 0 69

1 Jumlah penduduk buta aksara dan huruf latin

0 10

2 Jumlah penduduk usia 3­6 tahun yang

masuk TK dan kelompok bermain anak. 1 7

3 Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat

0 5

4 Jumlah penduduk tidak tamat SLTP/Sederajat

1 7

5 Jumlah penduduk tamat SLTA/sederajat

1 8

6 Jumlah penduduk tamat Diploma/sederajat

3 9

7 Jumlah penduduk tamat S1, S2 dan S3 4 10 8 Jumlah penduduk cacat 0 5 9 Jumlah penduduk cacat yang tamat

SLB 1 8

B. Wajib Belajar 9 tahun 1 9 Jumlah penduduk usia 7­15 tahun yang

tidak sekolah 1 9

C. Rasio Guru dan Murid 3 44 1 Rasio guru dan murid TK dan kelompok

bermain 0 8

2 Rasio guru dan murid SD/sederajat 1 9 3 Rasio guru dan murid SLTP/sederajat 1 9 4 Rasio guru dan murid SLTA/sederajat 1 9 5 Rasio guru dan murid SLB/sederajat 0 9

D. Kelembagaan Pendidikan Masyarakat 0 67

1 Jumlah perpustakaan desa/kelurahan 0 9 2 Jumlah taman bacaan desa / kelurahan 0 10 3 Jumlah perpustakan keliling 0 10 4 Jumlah sanggar belajar 0 9 5 Jumlah kegiatan lembaga pendidikan

luar sekolah 0 10

Page 176: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

176

6 Jumlah kelompok belajar paket A, B dan C

0 9

7 Jumlah lembaga kursus keterampilan 0 10 IV. KESEHATAN MASYARAKAT 41 366 A. Kualitas Ibu Hamil 2 66

1 Jumlah ibu hamil periksa di posyandu 0 9 2 Jumlah ibu hamil periksa di Puskesmas

dan Rumah Sakit 0 9

3 Jumlah ibu hamil periksa di Dokter praktek dan Bidan Praktek

0 9

4 Jumlah ibu hamil periksa di Dukun terlatih

0 9

5 Jumlah kematian ibu hamil 0 10 6 Jumlah ibu hamil yang melahirkan 0 10 7 Jumlah kematian ibu nifas 1 10

B. Kualitas Bayi 4 48 1 Jumlah keguguran kandungan 0 10 2 Jumlah bayi lahir mati 0 10 3 Jumlah bayi usia 0 – 12 bulan yang

mati 1 8

4 Jumlah bayi lahir berat kurang dari 2,5 kg

2 10

5 Jumlah bayi 0 – 5 tahun yang cacat 1 10 C. Kualitas Persalinan 11 39 C.1. Tempat Persalinan 5 24

1 Tempat persalinan RSU dan Puskesmas 1 8 2 Tempat persalinan BKIA dan Polindes 2 8 3 Tempat persalinan Rumah praktek

dokter dan bidan 1 4

4 Tempat persalinan rumah dukun dan rumah sendiri

1 4

C.2. Pertolongan Persalinan 6 15 1 Pertolongan Dokter, Bidan dan Perawat 3 6 2 Persalinan yang ditolong Dukun bersalin 2 5 3 Jumlah persalinan yang ditolong

keluarga 1 4

D. Cakupan Imunisasi 4 32 1 Imunisasi bayi usia 2 bulan 1 8 2 Imunisasi bagi bayi usia 3 bulan 1 8 3 Imunisasi bagi bayi usia 4 bulan 1 8 4 Imunisasi bagi bayi usia 9 bulan 1 8

E. Perkembangan Pasangan Usia Subur dan KB

8 24

E.1. Pasangan Usia Subur 4 12 1 Jumlah pasangan usia subur 3 7 2 Wanita kawin muda usia kurang dari 16

tahun 1 5

E.2. Keluarga Berencana 6 15

1 Jumlah pengguna metode Kontrasepsi 3 8 2 Jumlah PUS yang tidak menggunakan

metode KB 3 7

F. Wabah Penyakit 0 20 1 Jenis wabah penyakit 0 10 2 Jumlah korban meninggal 0 10

G. Angka Harapan Hidup/AHH 3 10

Page 177: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

177

Angka harapan hidup 3 10 H. Cakupan Pemenuhan Kebutuhan Air

Bersih 5 10

Jumlah keluarga yang menggunakan sumur gali

5 10

I. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 0 22

1 Kebiasaan buang air besar 0 8 2 Pola makan 0 4 3 Kebiasaan berobat waktu sakit 0 10

J Status Gizi Balita 0 8 K. Jenis Penyakit dan Tempat Perawatan

Penderita Sakit tahun ini 2 29

1 Jenis penyakit yang diderita penduduk 0 10 2 Penderita penyakit 0 5 3 Tempat perawatan 2 14 a Rumah sakit/Puskesmas 1 7 b Rumah sendiri 1 7

L. Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan Masyarakat

0 55

1 MCK umum 0 8 2 Organisasi Posyandu dan Kepengurusan 0 5 3 Kegiatan Posyandu 0 9 4 Administrasi Posyandu 0 5

5 Dasawisma 0 8 6 Kesehatan Masyarakat 0 20

a Kegiatan Kebersihan Lingkungan 0 5 b Pengobatan Gratis 0 5

c Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 0 5 d Pembangunan prasarana dan sarana

kesehatan lingkungan/komunitas 0 5

V. KEAMANAN DAN KETERTIBAN 3 304 A. Jenis Konflik Sara 0 69 1 Konflik Sara pada tahun ini 0 10 2 Konflik sosial ekonomi 0 20

a Konflik antar kelompok masyarakat dalam desa/kelurahan

0 10

b Konflik antar kelompok masyarakat antar desa/kelurahan

0 10

3 Konflik sosial politik antar masyarakat dengan lembaga politik

0 10

4 Konflik masyarakat dengan pemerintah 0 10 5 Konflik antara masyarakat dengan

perusahaan 0 10

6 Proses hukum bagi pelaku konflik 0 9 B. Perkelahian 1 13 1 Korban kasus perkelahian 1 5 2 Proses hukum bagi pelaku 0 8 C. Pencurian 1 13 1 Korban kasus pencurian 1 5 2 Proses hukum bagi pelaku 0 8 D. Penjarahan dan Penyerobotan Tanah 1 13 1 Korban kasus 1 5 2 Proses hukum bagi pelaku 0 8

Page 178: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

178

E. Perjudian, Penipuan dan Penggelapan 0 24 1 Kasus perjudian 0 8 2 Kasus penipuan dan penggelapan 0 8 3 Jumlah kasus sengketa warisan, jual

beli dan hutang piutang 0 8

F. Pemakaian Narkoba dan Miras 0 20 1 Kasus Narkoba 0 10 2 Kasus Miras 0 10 G. Prostitusi 1 Lokalisasi 0 10 2 Penertiban tempat praktek prostitusi 0 5 H. Pembunuhan 0 18 1 Korban Pembunuhan 0 10 2 Proses hukum bagi pelaku 0 8 I. Penculikan 0 18 1 Korban Penculikan 0 10 2 Proses hukum bagi pelaku 0 8 J. Kejahatan Seksual 0 18 1 Kasus perkosaan 0 10 2 Tempat liar bagi praktek pekerja seks

komersial (PSK) jalanan 0 10

K. Masalah Kesejahteraan Sosial 1 81 1 Jenis masalah kesejahteraan sosial 0 10 2 Jumlah penyandang masalah

kesejahteraan sosial 0 5

3 Keberadaan Panti/sanggar/rumah singgah dan tempat pemulihan/rehabilitasi bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial Jika tidak ada

0 10

4. Teror dan Intimidasi 0 18 a Jumlah kasus 0 10 b Penyelesaian kasus 0 8

5. Pelembagaan Sistem Keamanan Lingkungan Semesta

1 38

a Organisasi Siskamling 0 8 b Organisasi pertahanan sipil dan

perlindungan masyarakat dan Satpam 0 8

c Kegiatan Siskamling 1 8 d Pembinaan Siskamling, Hansip dan

Linmas 0 7

e Administrasi Siskamling, Hansip dan Linmas

0 7

Page 179: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

179

VI. KEDAULATAN POLITIK MASYARAKAT 55 394 A. Kesadaran Berpemerintahan,

Berbangsa dan Bernegara 1 44

1 Jenis kegiatan pemantapan nilai ideologi Pancasila sebagai dasar negara, nilai Bhinneka Tunggal Ika dan nilai kesebangsaan lainnya

0 9

2 Jumlah kegiatan pemantapan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

1 10

3 Kasus ancaman keutuhan NKRI, gangguan Kantibmas, disintegrasi sosial, politik, ekonomi dan nilai kesebangsaan lainnya

0 10

4 Kasus ketenagakerjaan dan perlintasan batas antar negara

0 10

5 Fasilitasi penyelesaian Kasus 0 5 B. Kesadaran Membayar Pajak dan

Retribusi 4 30

1 Realisasi PBB 1 5 2 Tindakan hukum terhadap penunggak

PBB 1 5

3 Realisasi Retribusi dan Pungutan resmi lainnya dari masyarakat

1 5

4 Tindakan hukum terhadap penunggak PBB

1 5

5 Pungutan tidak resmi 0 10 C. Partisipasi Politik 30 191 C.1. Jumlah Partai Politik dan Pemilihan

Umum 20 39

1 Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam pemilihan presiden/ wakil dan legislatif pada Pemilu terakhir

4 8

2 Jumlah penduduk yang dipilih dalam pemilu legislatif yang lalu

1 10

3 Parpol yang mempunyai kantor dan pengurus di desa/kelurahan

5 7

4 Jumlah perempuan dari desa/kelurahan yang aktif di partai politik

5 7

5 Jumlah penduduk yang menjadi pengurus parpol di desa/kelurahan

5 7

C.2. Pemilihan Kepala Daerah 10 18

1 Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam pemilihan Gubernur pada Pemilu terakhir

5 9

2 Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam pemilihan Bupati/ Walikota pada Pilkada terakhir

5 9

C.3. Penetapan Kepala Desa/Lurah dan

Perangkat Desa/Kelurahan 0 49

1 Penentuan jabatan kepala desa 0 10 2 Penentuan Sekretaris Desa/Kelurahan 0 10 3 Penentuan perangkat desa termasuk

kepala dusun sebagai unsur kewilayahan

0 10

Page 180: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

180

4 Masa jabatan Kepala Desa 0 9 5 Penentuan jabatan lurah dan perangkat

kelurahan termasuk kepala lingkungan 0 10

C.4. Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) 0 85

1 Keberadaan BPD 0 10 2 Jumlah Anggota 0 10 3 Pemilihan BPD 0 20 4 Pemilikan kantor/ruang kerja BPD 0 5 5 Anggaran untuk BPD 0 5

6 Produk Keputusan BPD tahun ini 0 35 a Peraturan desa 0 5 b Permintaan keterangan dari kepala desa 0 5 c Rancangan peraturan desa 0 5 d Menyatakan pendapat kepala desa 0 5 e Menyampaikan usul dan pendapat

kepada kepala desa 0 5

f Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan APB desa

0 5

g Rancangan peraturan desa 0 5 D. Pemilihan dan Fungsionalisasi

Lembaga Kemasyarakatan 20 129

1 Keberadaan organisasi LKD/K 0 5 2 Dasar hukum keberadaan LKD 0 10 3 Dasar hukum pembentukan LKK 0 8 4 Pemilihan pengurus LKD/LKK 0 8 5 Jumlah organisasi anggota LKD/LKK 0 5 6 Pemilihan pengurus organisasi anggota

LKD/LKK termasuk PKK, LPM/LKMD/, Karang Taruna, RT, RW, ..........

5 10

7 Pemilihan pengurus organisasi anggota LKD/LKK termasuk PKK, LPM/LKMD/, Karang Taruna, RT, RW,..........

0 10

8 Implementasi tugas, fungsi dan kewajiban LKD/LKK

0 5

9 Jumlah kegiatan yang dilaksanakan LKD/LKK dan organsisi anggota

5 10

10 Fungsi, tugas dan kewajiban lembaga kemasyarakatan yang dijalankan oleh organisasi anggota LKD/LKK

0 8

11 Alokasi anggaran untuk LKD/LKK dari anggaran kelurahan/APBD dan APBDesa

0 8

12 Alokasi anggaran untuk organisasi anggota LKD/LKK termasuk PKK, LPM/LKMD/K, RT/RW.....

0 8

13 Kantor dan ruang kerja LKD/LKK 0 5 14 Dukungan pembiayaan, personil dan

ATK untuk LKD/LKK dari APBD/APB Desa

5 10

15 Realisasi program kerja organisasi anggota LKD/ LKK

4 6

16 Keberadaan alat kelengkapan unit organisasi LKD/K: anggota, pokja, bidang, seksi dan yang lainnya.

1 8

17 Kegiatan administrasi dan 0 5

Page 181: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

181

ketatausahaan LKD/LKK VII. PERANSERTA MASYARAKAT DALAM

PEMBANGUNAN 113 611

A. Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Desa/Kelurahan/ Musrenbangdes/kelurahan

32 121

1 Jumlah kegiatan Musrenbangdes/kel yang dilakukan pada tahun ini, termasuk di tingkat dusun dan lingkungan

1 6

2 Jumlah kehadiran masyarakat dalam setiap kali musyawarah tingkat dusun/lingkungan dan desa/kelurahan

3 5

3 Perkembangan peranserta laki­laki dan perempuan dalam Musrenbang di desa/kelurahan

6 8

4 Penggunaan data dasar keluarga dalam Profil Desa/Kelurahan dalam penentuan lokasi dan penerima program penanggulangan kemiskinan dan program pemberdayaan masyarakat

3 10

5 Penggunaan data dasar keluarga dalam Profil Desa/Kelurahan oleh dinas/instansi sektoral dan unit kerja pemerintah daerah lainnya

3 10

6 Penggunaan data Profil Desa/Kelurahan dalam forum Musrenbangdes/kel Partisipatif

0 10

7 Pelibatan masyarakat dalam pemutakhiran data profil desa dan kelurahan sebagai bahan dalam Musrenbang partisipatif

0 5

8 Usulan masyarakat yang disetujui menjadi Rencana Kerja Desa dan Kelurahan

5 10

9 Usulan Pemerintah Desa dan Kelurahan yang disetujui menjadi Rencana Kerja Desa/Kelurahan dan dimuat dalam RAPB­Desa

5 10

10 Usulan rencana kerja dari pemerintah kabupaten/ kota/provinsi dan pusat yang dibahas saat Musrenbang dan ditolak masyarakat

5 7

11

Pemilikan dokumen hasil Musrenbang tingkat Desa dan Kelurahan yang diusulkan ke pemerintah tingkat atas untuk dibiayai dari APBD Kab/Kota, APBD Provinsi dan APBN maupun sumber biaya dari perusahaan swasta yang investasi di desa/kelurahan

0 10

12

Pemilikan dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa/ Kelurahan (RKPD/K) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/ Kelurahan (RPJMD/K)

0 10

13 Kegiatan yang diusulkan masyarakat melalui forum Musrenbangdes/kel yang tidak direalisasikan dalam APB­Desa,

0 10

Page 182: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

182

APB­Daerah kabupaten/Kota dan provinsi

14 Kegiatan yang diusulkan masyarakat melalui forum Musrenbangdes/kel yang pelaksanaannya tidak sesuai dengan hasil Musrenbang

1 10

B. Peranserta Masyarakat dalam

Pelaksanaan dan Pelestarian Hasil Pembangunan

39 149

1 Jumlah masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan fisik di desa dan kelurahan sesuai hasil Musrenbag

3 8

2 Jumlah penduduk yang dilibatkan dalam pelaksanaan proyek padat karya oleh pengelola proyek yang ditunjuk pemerintah desa/kelurahan atau kabupaten/kota

3 8

3 Kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan yang sudah ada sesuai ketetapan dalam APB­Desa

0 10

4 Kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga tanpa melibatkan masyarakat

0 5

5 Kegiatan yang masuk desa/kelurahan di luar yang telah direncanakan dan disepakati masyarakat saat Musrenbang

1 5

6 Usulan masyarakat yang disetujui menjadi Rencana Kerja Desa dan Kelurahan

5 8

7 Usulan Pemerintah Desa dan Kelurahan yang disetujui menjadi Rencana Kerja Desa/Kelurahan

5 8

8 Usulan rencana kerja program dan kegiatan dari pemerintah kabupaten/kota/provinsi dan pusat yang dibahas saat Musrenbang dan disetujui untuk dilaksanakan di desa dan kelurahan oleh masyarakat

5 8

9 Penyelenggaraan musyawarah desa/kelurahan untuk menerima, memelihara dan melestarikan hasil pembangunan yang sudah ada

0 10

10 Pelaksanaan kegiatan dari masyarakat untuk menyelesaikan atau menindaklanjuti kegiatan yang belum diselesaikan oleh pelaksana sebelumnya.

2 8

11 Kasus penyimpangan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilaporkan masyarakat atau lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan kepada Kepala Desa/Lurah

5 10

12 Kasus penyimpangan pelaksanaan pembangunan yang diselesaikan di tingkat desa/kelurahan

2 8

13 Kasus penyimpangan pelaksanaan kegiatan pembangunan desa/kelurahan yang diselesaikan secara hukum

2 8

Page 183: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

183

14 Kegiatan masyarakat untuk melestarikan hasil pembangunan yang dikoordinasikan pemerintah desa/kelurahan

1 10

15 Kegiatan yang didanai dari APB­Desa/anggaran kelurahan dan swadaya masyarakat di kelurahan

0 10

16 Kegiatan di desa dan kelurahan yang didanai dari APB Daerah Kabupaten/Kota

0 5

17 Kegiatan di desa dan kelurahan yang didanai dari APBD Provinsi

0 10

18 Jumlah kegiatan di desa dan kelurahan yang didanai APBN

5 10

C. Semangat Kegotongroyongan

Penduduk 0 105

1 Kelompok arisan 0 5 2 Dana sehat 0 5 3 Kegiatan gotong­royong atau sambatan

dalam pembangunan rumah 0 5

4 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam pengolahan tanah

0 5

5 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam pembiayaan pendidikan anak sekolah/kuliah/kursus

0 5

6 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam pemeliharaan fasilitas umum dan fasilitas sosial/prasarana dan sarana

0 5

7 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam pemberian modal usaha

0 5

8 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam pengerjaan sawah dan kebun

0 5

9 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam penangkapan ikan dan usaha peternakan lainnya

0 5

10 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam menjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan

0 5

11 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam peristiwa kematian

0 5

12 Kegiatan gotong royong menjaga kebersihan Desa/Kelurahan

0 5

13 Kegiatan gotong royong membangun jalan/jembatan/saluran air/irigasi

0 5

14 Kegiatan gotong royong atau sambatan/sejenisnya dalam pemberantasan sarang nyamuk dan kesehatan lingkungan lainnya

0 5

15 Kerjasama antar Desa/Kelurahan 0 5 16 Penyelesaian perselisihan antar

desa/kelurahan 0 5

17 Kegiatan gotong royong dalam 0 5

Page 184: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

184

penyelesaian konflik di setiap desa/kelurahan oleh masyarakat sendiri

18 Gotong royong dalam menolong keluarga tidak mampu dan fakir miskin di desa dan kelurahan

0 5

19 Kegiatan Kepala Desa sebagai Hakim Perdamaian Desa

0 5

20 Kegiatan gotong royong dalam penanggulangan bencana

0 5

21 Kegiatan gotong royong dalam pelaksanaan kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat

0 5

D. Adat Istiadat 0 80

1 Adat istiadat dalam perkawinan 0 8 2 Adat istiadat dalam kelahiran anak 0 8 3 Adat istiadat dalam upacara kematian 0 8 4 Adat istiadat dalam pengelolaan hutan 0 8 5 Adat istiadat dalam pengelolaan

pertanian 0 8

6 Adat istiadat dalam pengolahan laut/pantai

0 8

7 Adat istiadat dalam pemecahan konflik 0 8 8 Adat istiadat dalam menjauhkan bala

penyakit dan bencana alat 0 8

9 Adat istiadat dalam memulihkan hubungan antara alam semesta dengan manusia dan lingkungannya

0 8

10 Adat istiadat dalam penanggulangan kemiskinan bagi keluarga yang tidak mampu/fakir miskin/terlantar

0 8

E. Sikap Mental Masyarakat 23 86

1 Pungutan liar dari anak gelandangan di sudut jalanan

0 5

2 Pungutan liar, pelabuhan dan pasar 0 5 3 Peminta­minta sumbangan dari rumah­

ke rumah 1 8

4 Peminta­minta sumbangan terorganisasi dari rumah ke rumah

2 5

5 Berkembangnya praktek jalan pintas dalam mencari uang secara gampang walau tidak halal

0 10

6 Pungutan dari RT atau sebutan lain dari warga

3 5

7 Pungutan dari RW atau sebutan lain kepada warga

3 5

8 Hukuman bagi aparat di desa dan kelurahan yang terlibat pungutan liar, pemerasan dan sejenisnya.

0 10

9 Banyak penduduk yang mengeluhkan memburuknya kualitas pelayanan kepada masyarakat

5 10

10 Banyak kegiatan yang bersifat hiburan dan rekreasi yang diinisiatifi masyarakat sendiri

2 5

11 Masyarakat agak kurang toleran dengan keberadaan kelompok masyarakat dari unsur etnis, agama dan kelompok

2 10

Page 185: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

185

kepentingan lain 12 Banyak masyarakat yang memberikan

biaya lebih dari yang ditentukan sebagai ucapan terima kasih dalam proses pelayanan administrasi di kantor desa/kelurahan

5 8

F. ETOS KERJA PENDUDUK 19 70

1 Banyak lahan tidur, lahan terlantar dan lahan pekarangan yang tidak dikelola pemiliknya

2 5

2 Banyak penduduk yang mencari, memanfaatkan atau memilih pekerjaan/ keterampilan lain jika gagal panen/gagal tanam

2 8

3 Banyak penduduk yang mencari pekerjaan di kota besar lainnya

2 5

4 Masyarakat sering mendatangi kantor desa dan lurah menuntut penyediaan kebutuhan dasar sembilan bahan pokok pada saat kelaparan dan kekeringan

5 6

5 Kebiasaan masyarakat bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan

0 10

6 Lebih banyak masyarakat yang diam/masabodoh/ apatis ketika ada persoalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya

0 8

7 Kebiasaan aparat pemerintah desa/ kelurahan terlebih di tingkat RT, RW, Dusun dan Lingkungan yang kurang menanggapi kesulitan yang dihadapi masyarakat

0 10

8 Kebiasaan masyarakat merayakan pesta dengan menghadirkan undangan yang banyak dan atau memotong hewan dalam jumlah besar

4 5

9 Kebiasaan masyarakat berdemonstrasi/protes terhadap kebijakan pemerintah

4 5

10 Kebiasaan masyarakat mudah terprovokasi karena isu SARA dan isu kepentingan sosial, ekonomi dan politik

0 8

VIII LEMBAGA KEMASYARAKATAN 94 535 A. Lembaga Kemasyarakatan Desa/

Kelurahan/LKD/K 10 59

1 Keberadaan organisasi LKD/K 0 10 2 Dasar hukum LKD 0 10 3 Dasar hukum LKK 0 10 4 Kepengurusan LKD/LKK 0 8 5 Kegiatan 5 8 6 Buku administrasi LKD/LKK 0 5 7 Jumlah organisasi anggota lembaga

kemasyarakatan desa/kelurahan 5 8

B. Organisasi Anggota Lembaga

Kemasyarakatan Desa/Kelurahan 84 476

Page 186: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

186

B.1. LKMD/LKMK/LPM atau sebutan lain 5 28 1 Keberadaan 0 10 2 Kepengurusan 0 5 3 Buku administrasi 0 5 4 Jumlah kegiatan 5 8

B.2. PKK 8 38

1 Keberadaan 0 10 2 Kepengurusan 0 5 3 Buku administrasi 0 5 4 Jumlah kegiatan 4 8 5 Kelengkapan organisasi dasawisma 2 5 6 Kelengkapan organisasi Pokja 2 5

B.3. Karang Taruna 5 28 B.4. RT 3 23 B.5. RW 3 23 B.6. Lembaga Adat 5 28 B.7. BUMDES 5 28 B.8. Forum Komunikasi Kader

Pemberdayaan Masyarakat 5 28

B.9. Posyandu 5 28 B10 Kelompok Tani Nelayan 5 28 B11 Organisasi Perempuan 5 28 B12 Organisasi Pemuda 5 28 B13 Organisasi Profesi 5 28 B14 Organisasi Bapak 5 28 B15 Kelompok Gotong Royong 5 28 B16 Posyantekdes 5 28 B17 Organisasi Keagamaan 5 28 B18 Organisasi ...................... 5 28 B19 Organisasi ...................... 5 28 B20 Organisasi ...................... 5 28 IX. PEMERINTAHAN DESA DAN

KELURAHAN 66 730

A. APBD­Desa dan Anggaran Kelurahan 10 98

1 APBD kabupaten/kota 0 10 2 Bantuan pemerintah kabupaten/kota 0 10 3 Bantuan pemerintah provinsi 0 10 4 Bantuan pemerintah pusat 3 10 5 Pendapatan asli desa/ kontribusi

pendapatan asli daerah dari kelurahan 5 10

6 Kontrubsi swadaya masyarakat desa dan kelurahan terhadap APB­Desa/Anggaran Kelurahan

0 7

7 Alokasi dana desa/ dana perimbangan untuk kelurahan dalambentuk blok grant

0 7

8 Sumber pendapatan dari perusahaan/swasta yang ada di desa/kelurahan

0 7

9 Sumber pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat

0 10

10 Jumlah belanja publik/belanja bangunan

1 9

11 Jumlah belanja aparatur/ pegawai 1 8

Page 187: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

187

B. Pertanggungjawaban Kepala Desa/Lurah

7 55

1 Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban kepala desa kepada BPD atau Lurah kepada Bupati/Walikota

0 10

2 Jumlah informasi yang disampaikan kepala desa dan lurah tentang laporan penyelenggaraan tugas, wewenang, hak dan kewajiban kepala desa dan lurah kepada masyarakat

0 10

3 Status laporan keterangan pertanggungjawaban kepala desa/lurah

1 5

4 Laporan kinerja penyelenggaraan tugas, wewenang, kewajiban dan hak kepala desa dan lurah kepada Bupati/walikota

0 5

5 Jenis media informasi kinerja kepala desa dan lurah kepada masyarakat

0 7

6 Kasus pengaduan masyarakat terhadap masalah pembangunan, pelayanan dan pembinaan kemasyarakatan yang disampaikan kepada kepala desa/lurah

3 9

7 Kasus pengaduan masyarakat terhadap masalah pembangunan, pelayanan dan pembinaan kemasyarakatan yang diselesaikan kepala desa/lurah

3 9

C. Prasarana dan Administrasi

Pemerintahan Desa/Kelurahan 18 256

C.1. PEMERINTAH DESA/KELURAHAN 5 54

1 Gedung Kantor 0 10 2 Jumlah ruang kerja 5 7 3 Balai desa/kelurahan/ sejenisnya 0 10 4 Listrik/Penerangan 0 10 5 Air bersih 0 10 6 Telepon 0 7 7 Inventaris dan Alat Kantor 13 94 a Jumlah mesin tik 1 6 b Jumlah meja 3 7 c Jumlah kursi 3 7 d Jumlah almari arsip 0 8 e Komputer 0 10 f Mesin fax 1 10 g Kendaraan dinas lurah/kepala desa 1 5 8 Buku data perangkat desa atau

kelurahan 0 8

9 Perangkat desa/kelurahan 0 8 10 Buku peta wilayah desa 0 10 11 Struktur organisasi 4 5 12 Kartu uraian tugas 1 10

C.2 Administrasi Pemerintahan Desa/

Kelurahan 0 108

1 Buku profil desa/ kelurahan 0 10 2 Buku data peraturan desa/daerah 0 5 3 Buku keputusan kepala desa/lurah 0 5 4 Buku data inventaris 0 5

Page 188: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

188

5 Buku data aparat 0 5 6 Buku data tanah milik desa/tanah

kas/milik kelurahan 0 5

7 Buku administrasi pajak dan retribusi 0 5 8 Buku data tanah milik penduduk 0 5 9 Buku laporan pengaduan masyarakat 0 5

10 Buku agenda ekspedisi 0 5 11 Buku administrasi keuangan

desa/kelurahan 0 8

12 Buku Administrasi Kependudukan 0 8 13 Buku lembaga kemasyarakatan 0 8

14 Buku data Rencana Program dan

Kegiatan Pembangunan Desa / Kelurahan

0 8

15 Buku data jenis proyek pemerintah dan swasta masuk desa/kelurahan

0 8

16 Buku pengendalian kualitas pelayanan publik

0 8

C.3. PRASARANA DAN SARANA BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA/BPD 18 186

1 Prasarana BPD 5 54 2 Inventaris dan Alat Kantor 13 68 3 Administrasi BPD 0 64 a Buku administrasi keanggotaan BPD 0 8 b Buku agenda 0 8 c Buku ekspedisi 0 8 d Buku data kegiatan BPD 0 8 e Buku Rancangan Keputusan BPD 0 8 f Buku data rancangan Peraturan Desa 0 8 g Buku Data peraturan Desa 0 8 h Buku Rencana Kerja BPD 0 8

D. PRASARANA DAN SARANA DUSUN /

LINGKUNGAN 13 135

D.1. Prasarana 0 50 D.2. Administrasi Dusun/Lingkungan 5 37 D.3. Inventaris dan alat kantor 8 48 X. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 0 490 A. Jenis Pembinaan Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Desa dan Kelurahan

0 110

1 Pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan desa, kelurahan, lembaga kemasyarakatan

0 10

2 Pedoman dan standar bantuan pembiayaan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota kepada desa dan kelurahan

0 10

3 Pedoman umum administrasi, tata naskah dan pelaporan bagi kepala desa dan lurah

0 10

4 Pedoman dan standar tanda jabatan, pakaian dinas dan atribut bagi Kepala Desa, Lurah dan Perangkat Desa/Kelurahan serta BPD

0 10

Page 189: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

189

5 Pedoman pendidikan dan pelatihan bagi pemerintahan desa, kelurahan, lembaga kemasyarakatan dan perangkat masing­masing

0 10

6 Bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pemerintahan desa dan kelurahan serta pemberdayaan lembaga kemasyarakatan

0 10

7 Kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan

0 10

8 Penelitian dan pengkajian penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan

0 10

9 Kegiatan yang terkait dengan upaya percepatan atau akselerasi pembangunan desa dan kelurahan dalam bidang ekonomi keluarga, penanganan bencana, penanggulangan kemiskinan, percepatan keberdayaan masyarakat, peningkatan prasarana dan sarana pedesaan/kelurahan, pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna, pengembangan sosial budaya masyarakat di desa dan kelurahan yang dibiayai APBN

0 10

10 Pemberian penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan pemerintahan desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan

0 10

11 Pemberian sanksi atas penyimpangan yang dilakukan kepala desa, lurah dan perangkat masing­masing

0 10

B. Pembinaan Pemerintah Provinsi

kepada Pemerintahan Desa/Kelurahan 0 150

1 Pedoman pelaksanaan tugas pembantuan dari provinsi ke desa/kelurahan

0 10

2 Pedoman bantuan keuangan dari provinsi

0 10

3 Kegiatan fasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat dan lembaga adat beserta hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan

0 10

4 Fasilitasi Pelaksanaan pedoman administrasi, tata naskah dan pelaporan bagi kepala desa dan lurah

0 10

5 Kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan berskala provinsi

0 10

6 Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dibiayai APBD Provinsi yang masuk desa dan kelurahan

0 10

7 Kegiatan penanganan bencana yang dibiayai APBD Provinsi untuk desa dan kelurahan

0 10

8 Kegiatan peningkatan pendapatan 0 10

Page 190: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

190

keluarga yang dibiayai APBD Provinsi di desa dan kelurahan

9 Kegiatan penyediaan sarana dan prasarana desa dan kelurahan yang dibiayai APBD Provinsi yang masuk desa dan kelurahan

0 10

10 Pemberian penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan pemerintahan desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan

0 10

11 Pemberian sanksi atas penyimpangan yang dilakukan kepala desa, lurah dan perangkat masing­masing

0 10

12 Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan pengembangan teknologi tepat guna yang dibiayai APBD Provinsi di desa dan kelurahan

0 10

13 Kegiatan pengembangan sosial budaya masyarakat

0 10

14 Pedoman pendataan dan pendayagunaan data profil desa dan kelurahan

0 10

15 Pemberian penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan pemerintahan desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan

0 10

C. Pembinaan Pemerintah Kabupaten/

Kota kepada Pemerintahan Desa dan Kelurahan

0 132

1 Pelimpahan tugas Bupati/Walikota kepada Lurah dan Kepala Desa

0 10

2 Penetapan pengaturan kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa

0 7

3 Pedoman pelaksanaan tugas pembantuan dari kabupaten/kota kepada desa

0 7

4 Pedoman teknis penyusunan peraturan desa, peraturan kepala desa, keputusan Lurah dan peraturan daerah kepada kepala desa dan lurah.

0 7

5 Pedoman teknis penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif serta pengembangan lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan

0 7

6 Kegiatan fasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat dan lembaga adat beserta hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan

0 7

7 Penetapan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk desa/kelurahan

0 7

8 Fasilitasi Pelaksanaan pedoman administrasi, tata naskah dan pelaporan bagi kepala desa dan lurah

0 7

9 Jumlah kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang penyelenggaraan

0 7

Page 191: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

191

pemerintahan desa dan kelurahan berskala kabupaten/kota

10 Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dibiayai APBD kabupaten/kota yang masuk desa dan kelurahan

0 6

11 Kegiatan penanganan bencana yang dibiayai APBD kabupaten/kota untuk desa dan kelurahan

0 7

12 Kegiatan peningkatan pendapatan keluarga yang dibiayai APBD kabupaten/kota di desa dan kelurahan

0 7

13 Fasilitasi penetapan pedoman dan standar tanda jabatan, pakaian dinas dan atribut bagi Kepala Desa, Lurah, Perangkat Desa/Kelurahan dan BPD

0 7

14 Kegiatan fasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat dan lembaga adat beserta hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan

0 7

15 Pedoman pendataan dan pendayagunaan profil desa dan kelurahan

0 7

16 Program dan kegiatan pemeliharaan motivasi desa/kelurahan berprestasi pascaperlombaan desa dan kelurahan

0 7

17 Pemberian penghargaan atas prestasi yang dicapai pemerintahan desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan

0 7

18 Pemberian sanksi atas penyimpangan yang dilakukan kepala desa, lurah dan perangkat masing­masing

0 7

19 Mengawasi pengelolaan keuangan desa serta anggaran kelurahan dan pendayagunaan aset pemerintahan desa, badan usaha milik desa dan sumber pendapatan daerah yang dikelola lurah

0 7

D. Pembinaan dan Pengawasan Camat

kepada Desa/Kelurahan 0 98

1 Jumlah Kegiatan fasilitasi penyusunan peraturan desa dan peraturan kepala desa

0 7

2 Jumlah Kegiatan fasilitasi administrasi tata pemerintahan desa dan kelurahan

0 7

3 Fasilitasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa serta anggaran kelurahan

0 7

4 Jumlah kegiatan fasilitasi pelaksanaan urusan otonomi daerah kabupaten/kota yang diserahkan kepada desa

0 7

5 Fasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang­undangan

0 7

6 Fasilitasi penyediaan data dan pendayagunaan data profil desa dan kelurahan

0 7

7 Jumlah kegiatan fasilitasi pelaksanaan 0 7

Page 192: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

192

tugas, wewenang, fungsi, hak dan kewajiban kepala desa, BPD, Lurah dan lembaga kemasyarakatan

8 Jumlah kegiatan fasilitasi upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum

0 7

9 Fasilitasi penataan, penguatan dan efektivitas pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan

0 7

10 Jumlah kegiatan fasilitasi partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta pengembangan dan pelestarian hasil pembangunan.

0 7

11 Fasilitasi kerjasama antar desa/kelurahan dan kerjasama desa/kelurahan dengan pihak ketiga

0 7

12 Jumlah kegiatan fasilitasi pelaksanaan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat

0 7

13 Jumlah kegiatan pemeliharaan motivasi bagi desa dan kelurahan juara perlombaan dan pasca perlombaan

0 7

14 Jumlah kegiatan fasilitasi kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan dengan organisasi anggota lembaga kemasyarakatan serta dengan pihak ketiga sebagai mitra percepatan keberdayaan masyarakat

0 7

15 Jumlah kegiatan fasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan dan organisasi anggotanya

0 7

16 Jumlah kegiatan koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan.

0 7

TOTAL SKOR VARIABEL/SUBVARIABEL/ INDIKATOR/SUBINDIKATOR

507 4426

Data tingkat perkembangan desa/kelurahan yang sudah diskor dimaksud selanjutnya digunakan untuk menghitung skor yang dicapai setiap variabel/subvariabel/indikator dan subindikator. Capaian skor setiap variabel itu selanjutnya dibandingkan dengan skor maksimal dari setiap variabel. Hasil pengukuran itu akan menghasilkan klasifikasi laju kemajuan perkembangan desa/kelurahan pada setiap tahun dan pada setiap lima tahun.

Page 193: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

193

B. SKORING TINGKAT PERKEMBANGAN DESA/KELURAHAN Berdasarkan standarisasi skoring bagi setiap item pertanyaan dari setiap subindikator pada tabel di atas, dapat dilakukan perhitungan total skor dari setiap variabel, subvariabel, indikator dan subindikator untuk memperoleh skor terendah atau skor minimal dan skor tertinggi atau skor makasimal masing­masingnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui titik terlemah dari setiap variabel, subvariabel, indikator dan subindikator yang diukur sehingga dapat dirumuskan strategi intervensi kebijakan perbaikan capaian skor ke nilai tertinggi.

Tabel 2 Skor Minimal dan Maksimal Pengukuran Tingkat Perkembangan

Desa dan Kelurahan No VARIABEL/SUBVARIABEL/INDIKATOR SKOR

Minimal Maksimal

I. PERKEMBANGAN PENDUDUK 2 10

II. EKONOMI MASYARAKAT 132 797 A. Pengangguran 1 10 B. Kesejahteraan Keluarga 1 10 C. Pendapatan Domestik Desa/Kelurahan Bruto 84 210 D. Pendapatan Perkapita 10 100 1. Menurut Sektor Usaha 9 90 2. Pendapatan Keluarga 1 10 E. Struktur Mata Pencaharian Penduduk

menurut Sektor 2 260

F. Penguasaan Aset Ekonomi Masyarakat 31 217 1. Aset Tanah 2 10 2. Aset Sarana Transportasi Umum 9 35 3. Aset Sarana Produksi 0 20 G. Aset Perumahan 24 135 H. Pemilikan Aset Ekonomi Lainnya 0 17

III. PENDIDIKAN MASYARAKAT 1 189 A. Tingkat Pendidikan Penduduk 0 69 B. Wajib Belajar 9 Tahun 1 9 C. Rasio Guru dan Murid 0 44 D. Kelembagaan Pendidikan Masyarakat 0 67

IV. KESEHATAN MASYARAKAT 41 366 A. Kualitas Ibu Hamil 2 66 B. Kualitas Bayi 4 48 C. Kualitas Persalinan 11 39 D. Cakupan Imunisasi 4 32 E. Perkembangan PUS dan KB 10 27 F. Wabah Penyakit 0 20 G. Angka Harapan Hidup 3 10 H. Cakupan Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih 5 10 I. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 0 8 J. Status Gizi Balita 0 8 K. Jenis Penyakit dan Tempat Perawatan

Penderita Sakit 0 15

L. Perkembangan Prasana dan Sarana Kesehatan Masyarakat

0 55

Page 194: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

194

V. KEAMANAN DAN KETERTIBAN 3 304 A. Jenis Konflik SARA 0 69 B. Perkelahian 1 13 C. Pencurian 1 13 D. Penjarahan dan Penyerobotan Tanah 1 13 E. Perjudian, Penipuan dan Penggelapan 0 24 F. Pemakaian Narkoba dan Miras 0 20 G. Prostitusi 0 15 H. Pembunuhan 0 18 I. Penculikan 0 18 J. Kejahatan Seksual 0 18 K. Masalah Kesejahteraan Sosial 1 81

VI. KEDAULATAN POLITIK MASYARAKAT 55 394 A. Kesadaran Berpemerintahan, Berbangsa dan

Bernegara 1 44

B. Kesadaran Membayar Pajak dan Retribusi 4 30 C. Partisipasi Politik 30 191 1. Jumlah Partai Politik dan Pemilihan Umum 20 39 2. Pemilihan Kepala Daerah 10 18 3. Penetapan Kepala Desa/Lurah dan Perangkat

Desa/Kelurahan 0 49

4. Badan Permusyawaratan Desa 0 85 a. Keberadaan 0 20 b. Pemilihan Anggota BPD 0 20 c. Kantor BPD 0 5 d. Anggaran BPD 0 5 e. Produk Keputusan BPD 0 35 D. Pemilihan dan Fungsionalisasi Lembaga

Kemasyarakatan 20 129

VII PERANSERTA MASYARAKAT DALAM

PEMBANGUNAN 113 611

A. Musrenbang Desa/Kelurahan 32 121 B. Peranserta Masyarakat dalam Pelaksanaan

dan Pelestarian Hasil Pembangunan 39 149

C. Semangat Kegotongroyongan Penduduk 0 105 D. Adat Istiadat 0 80 E. Sikap Mental Masyarakat F. Etos Kerja Penduduk 19 70

VIII LEMBAGA KEMASYARAKATAN 94 535 A. Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan 10 59 B. Organisasi Anggota Lembaga Kemasyarakatan

Desa/Kelurahan 84 476

1 LKMD/K, LPM atau Sebutan Lain 5 28 2 PKK 8 38 3 Rukun Tetangga/RT 3 23 4 Rukun Warga/RW 3 23 5 Karang Taruna 5 28 6 Lembaga Adat 5 28 7 Bumdes 5 28 8 Forum Komunikasi Kader Pemberdayaan

Masyarakat 5 28

9 Posyandu 5 28 10 Kelompok Tani Nelayan 5 28 11 Organisasi Perempuan 5 28 12 Organisasi Pemuda 5 28 13 Organisasi Profesi 5 28

Page 195: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

195

14 Organisasi Bapak­Bapak 5 28 15 Kelompok Gotong Royong 5 28 16 Posyantekdes 5 28 17 Organisasi Keagamaan 5 28

IX PEMERINTAHAN DESA/KELURAHAN 66 730 A. APB­Desa/Anggaran Kelurahan 10 98 B. Pertanggungjawaban Kepala Desa/Lurah 7 55 C. Prasarana dan Administrasi Pemerintahan

Desa/Kelurahan 18 256

1 Pemerintah Desa/Kelurahan 5 54 2 Inventaris dan Alat Tulis Kantor 13 94 3 Administrasi pemerintahan Desa/Kelurahan 0 108 4 Prasarana dan Sarana Badan

Permusyawaratan Desa/BPD 18 186

a Prasarana BPD 5 54 b Inventaris dan Alat Tulis Kantor 13 68 c Administrasi BPD 0 64 5 Prasarana dan Sarana Dusun/Lingkungan 13 135 a Prasarana 0 50 b Administrasi Dusun/Lingkungan 5 37 c Inventaris dan Alat Tulis Kantor 8 48

X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 0 490 A. Jenis Pembinaan Pemerintah kepada

Pemerintah Desa dan Kelurahan 0 110

B. Pembinaan Pemerintahan Provinsi kepada Pemerintahan Desa/Kelurahan

0 150

C. Pembinaan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Pemerintahan Desa/Kelurahan

0 132

D. Pembinaan dan Pengawasan Camat kepada Pemerintahan Desa dan Kelurahan

0 98

TOTAL SKOR TINGKAT PERKEMBANGAN

DESA/KELURAHAN 507 4426

Berdasarkan skor minimal dan maksimal ini, selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat perkembangan desa dan kelurahan selama satu tahun dan selama lima tahun. Perhitungan skor tingkat perkembangan desa/kelurahan tahunan dilakukan melalui membandingkan capaian skor setiap variabel, subvariabel, indikator dan subindikator dengan skor maksimal dari setiap variabel subvariabel, indikator dan subindikator selama satu tahun. Sedangkan untuk mengukur tingkat perkembangan desa/kelurahan lima tahunan dilakukan dengan membandingkan total capaian skor setiap variabel, subvariabel, indikator dan subindikator selama lima tahun dengan skor maksimal setiap variabel, subvariabel, indikator dan subindikator selama lima tahun. C. LAJU KEMAJUAN PERKEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN

TAHUNAN Tujuan utama dari analisis tingkat perkembangan Desa/Kelurahan

adalah untuk mengevaluasi laju kemajuan perkembangan Desa/ Kelurahan setiap tahun serta untuk merumuskan masalah yang dihadapi Desa/Kelurahan dari setiap variabel yang diukur agar dapat dijadikan usulan prioritas kegiatan pembangunan pada tahun atau tahun berikutnya. Dari hasil analisis tingkat perkembangan Desa/ Kelurahan, akan dapat diperoleh:

Page 196: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

196

a. Tingkat laju perkembangan kemajuan masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, pembangunan karakter bangsa berbasis Bhinneka Tunggal Ika, keamanan dan ketertiban berbasis sistem pertahanan dan keamanan lingkungan rakyat semesta (Sishankamrata), pemantapan kehidupan demokrasi Pancasila, kinerja lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan desa/kelurahan serta pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan.

b. Permasalahan keterbatasan potensi dan tingkat perkembangan

masyarakat di setiap desa/kelurahan dan usulan prioritas kegiatan pembangunan pada tahun berikutnya yang akan disampaikan melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan desa dan kelurahan (Musrenbang).

1. Indikator

Untuk mengukur tingkat perkembangan desa/kelurahan pada setiap tahun, ada 10 (sepuluh) indikator yang digunakan, yaitu (1) perkembangan kependudukan, (2) ekonomi masyarakat, (3) pendidikan masyarakat, (4 kesehatan masyarakat, (5 keamanan dan ketertiban, (6 kedaulatan politik masyarakat, (7 peran serta masyarakat dalam pembangunan, (8 lembaga kemasyarakatan, (9 kinerja pemerintahan desa dan kelurahan, (10) pembinaan dan pengawasan. Kesepuluh variabel pengukur laju kecepatan keberdayaan masyarakat masing­masingnya telah diberi skor minimal dan skor maksimal sehingga dapat dengan mudah dikonversikan dengan formula perhitungan laju kemajuan perkembangan desa dan kelurahan untuk menentukan realisasi capaian skor setiap variabel yang dinilai pada setiap tahun di setiap desa dan kelurahan. Skor minimal dan skor maksimal dari setiap variabel pengukur laju kemajuan perkembangan desa dan kelurahan setiap tahun sebagaimana pada tabel berikut.

TABEL 3 SKOR MINIMAL DAN MAKSIMAL TINGKAT PERKEMBANGAN DESA

DAN KELURAHAN TAHUNAN No Variabel Skor

Minimal Maksimal I PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN 2 10 II EKONOMI MASYARAKAT 132 797 III KESEHATAN MASYARAKAT 1 189 IV PENDIDIKAN MASYARAKAT 41 366 V KEAMANAN DAN KETERTIBAN 3 304 VI KEDAULATAN POLITIK MASYARAKAT 55 394 VII PERANSERTA MASYARAKAT DALAM

PEMBANGUNAN 113 611

VIII LEMBAGA KEMASYARAKATAN 94 535 IX PEMERINTAHAN DESA/KELURAHAN 66 730 X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 0 490

TOTAL SKOR LAJU TINGKAT PERKEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN TAHUNAN

507 4426

Tabel di atas memperlihatkan bahwa setiap variabel, subvariabel, indikator dan subindikator mempunyai skor minimal dan skor maksimal. Skor tertinggi variabel 4426 dan skor minimal variabel mencapai 507. Setelah data dikumpulkan oleh Tim Pengumpul, selanjutnya diolah oleh Tim Pengolah akan diperoleh skor riil atau skor

Page 197: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

197

senyatanya yang dicapai suatu desa/kelurahan dalam setiap variabel yang diukur. Capaian skor bagi setiap variabel akan menentukan skor akhir tingkat perkembangan desa dan kelurahan pada setiap tahun. Manakala capaian skor setiap variabel telah diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menentukan laju perkembangan kemajuan setiap variabel dan laju perkembangan desa dan kelurahan tahunan.

2. Cara Penilaian

Dari hasil analisis tingkat perkembangan Desa/Kelurahan tahunan, akan diperoleh status tingkat perkembangan Desa/Kelurahan sebagai berikut :

(1) Kategori Cepat Berkembang jika perolehan total skor pengukuran

mencapai lebih dari 90% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa dan kelurahan setiap tahun.

(2) Kategori Berkembang jika total skor mencapai 60% sampai 90% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa dan kelurahan setiap tahun.

(3) Kategori Lamban Berkembang jika total skor mencapai 30% sampai 60% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa dan kelurahan setiap tahun.

(4) Kategori Kurang Berkembang, jika total skor mencapai kurang dari 30% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa dan kelurahan setiap tahun.

No. Status Skor 1. Cepat berkembang Apabila skornya: lebih dari 3983,4

atau lebih dari 90% dari total skor maksimal tahunan 4426

2. Berkembang Apabila skornya: 2655,6 – 3983,39 atau antara 60%­90% dari total skor maksimal tahunan 4426

3. Lamban berkembang Apabila skornya: 1327,8 – 2655,59 atau antara 30%­60% dari total skor maksimal tahunan 4426

4. Kurang berkembang Apabila skornya: <1327,79 atau kurang dari 30% dari total skor maksimal tahunan 4426

D. TINGKAT PERKEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN LIMA

TAHUNAN Tujuan utama dari analisis tingkat perkembangan Desa/Kelurahan lima tahunan adalah untuk (1) mengevaluasi kinerja pembangunan desa dan kelurahan yang dilakukan oleh seluruh stakeholder pembangunan masyarakat dan pembangunan pemerintahan secara menyeluruh, lengkap dan terpadu; dan (2) untuk menentukan klasifikasi tingkat perkembangan kemajuan desa/kelurahan setelah selama 5 tahun membangun dengan melibatkan seluruh stakeholder pembangunan (3) mengidentifikasi dan menginventarisasi berbagai permasalahan dan dampak negatif dari pembangunan yang terjadi dalam upaya percepatan keberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Variabel/subvariabel/indikator dan subindikator yang digunakan adalah daftar isian tingkat perkembangan desa/kelurahan yang sudah mempunyai skor maksimal selama lima tahun. Setelah capaian skor setiap variabel selama lima tahun dibandingkan dengan skor maksimal

Page 198: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

198

setiap variabel selama lima tahun, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk penentuan tingkat perkembangan desa/kelurahan selama lima tahun.

Hasil analisis tingkat perkembangan Desa/Kelurahan adalah data tentang klasifikasi tingkat perkembangan desa dan kelurahan selama lima tahun terakhir yang meliputi: 1. Klasifikasi tingkat perkembangan kemajuan desa/kelurahan atas

klasifikasi desa/kelurahan swasembada, desa/kelurahan swakarya dan desa/kelurahan swadaya.

2. Kategori tingkat perkembangan desa/kelurahan atas status

perkembangan mula, madya dan lanjut. 3. Permasalahan yang dihadapi desa/kelurahan dan prioritas kegiatan

pembangunan lima tahun berikutnya. 1. INDIKATOR

Semua input, proses, output, outcome dan impact dari pembangunan

pemerintahan dan pembangunan masyarakat yang telah direncanakan baik pada jangka menengah (RPJM) maupun jangka pendek (RKP) efektivitasnya harus dapat diukur. Instrumen pengukur efektivitas dimaksud adalah klasifikasi tingkat perkembangan desa dan kelurahan yang mencerminkan keberhasilan pembangunan desa dan kelurahan setiap lima tahun yang diukur sekali dalam lima tahun. Untuk mengukur laju kecepatan perkembangan desa/kelurahan setiap lima tahun, indikator yang digunakan sama dengan indikator untuk mengukur laju kecepatan perkembangan desa dan kelurahan pada setiap tahun. Dengan demikian, variabel yang mempengaruhi tingkat perkembangan kemajuan desa dan kelurahan meliputi: 1. perkembangan kependudukan 2. ekonomi masyarakat; 3. kesehatan masyarakat 4. pendidikan masyarakat; 5. keamanan dan ketertiban; 6. kedaulatan politik masyarakat; 7. peranserta masyarakat dalam pembangunan; 8. lembaga kemasyarakatan; 9. kinerja pemerintahan desa dan kelurahan; dan 10. pembinaan dan pengawasan.

Kesepuluh variabel pengukur laju kecepatan keberdayaan masyarakat selama lima tahun ini, masing­masingnya telah diberi skor minimal dan skor maksimal sehingga dapat dengan mudah dikonversikan dengan formula perhitungan klasifikasi tingkat perkembangan desa dan kelurahan untuk menentukan realisasi capaian skor setiap variabel yang dinilai pada setiap lima tahun di setiap desa dan kelurahan. 2. CARA PENILAIAN

Perhitungan dilakukan atas dasar akumulasi capaian skor variabel setiap tahun selama lima tahun sehingga diperoleh capaian skor lima tahunan untuk setiap variabel. Capaian skor akhir tingkat perkembangan lima tahun selanjutnya dijadikan dasar perhitungan klasifikasi tingkat perkembangan dan kategori perkembangan desa/kelurahan. Formula yang digunakan adalah:

Page 199: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

199

T1 + T2 + T3 + T4 + T5 = TP5 TP5 : 5 = TP1 Keterangan : - T1 sampai dengan T5 adalah Tahun kesatu sampai dengan

tahun kelima - TP5 adalah nilai skor tingkat perkembangan selama lima tahun - TP1 adalah skor tingkat perkembangan satu tahun

Dengan demikian, yang ditentukan terlebih dahulu adalah total skor laju perkembangan kemajuan desa dan kelurahan tahunan, yang diperoleh dengan mengukur capaian skor kesepuluh variabel pada setiap tahun. Total skor yang dicapai pada setiap tahun dijumlahkan selama lima tahun atau dikali lima tahun sehingga diperoleh total skor lima tahunan. Untuk itu dibutuhkan data capaian skor tahunan untuk dijumlahkan selama lima tahun sehingga dapat diperoleh skor akhir lima tahunan. Skor minimal dan skor maksimal dari setiap variabel pengukur tingkat perkembangan desa dan kelurahan setiap lima tahun sebagaimana pada tabel berikut.

TABEL 4 SKOR MINIMAL DAN MAKSIMAL TINGKAT PERKEMBANGAN DESA

DAN KELURAHAN LIMA TAHUNAN

No Variabel Skor Satu Tahun Skor Lima Tahun Minimal Maksimal Minimal Maksimal

I PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

2 10 10 50

II EKONOMI MASYARAKAT 132 797 660 3985 III KESEHATAN MASYARAKAT 1 189 5 945 IV PENDIDIKAN MASYARAKAT 41 366 205 1830 V KEAMANAN DAN KETERTIBAN 3 304 15 1520 VI KEDAULATAN POLITIK

MASYARAKAT 55 394 275 1970

VII PERANSERTA MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

113 611 565 3055

VIII LEMBAGA KEMASYARAKATAN 94 535 470 2675 IX PEMERINTAHAN

DESA/KELURAHAN 66 730 330 3650

X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 0 490 0 2450

TOTAL SKOR LAJU TINGKAT PERKEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN TAHUNAN

507 4426 2535 22130

Tabel di atas memperlihatkan bahwa setiap variabel mempunyai skor

minimal dan skor maksimal selama lima tahun. Total skor tertinggi

variabel 22130 dan total skor minimal variabel mencapai 2535. Setelah

data dikumpulkan oleh Tim Pengumpul, selanjutnya diolah oleh Tim

Pengolah akan diperoleh skor riil atau skor senyatanya yang dicapai

suatu desa/kelurahan dalam setiap variabel yang diukur. Capaian skor

bagi setiap variabel akan menentukan skor akhir tingkat perkembangan

desa dan kelurahan pada setiap lima tahun. Manakala capaian skor

setiap variabel telah diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah

menentukan klasifikasi tingkat perkembangan kemajuan setiap variabel

dan laju perkembangan desa dan kelurahan selama lima tahun.

Page 200: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

200

E. ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN DESA/KELURAHAN LIMA

TAHUNAN

Analisis tingkat perkembangan desa/kelurahan setiap lima tahun

dimulai setelah diperoleh data tentang capaian skor bagi setiap variabel

selama lima tahun berturut­turut. Berdasarkan capaian skor total

minimal dan maksimal setiap variabel pengukur tingkat perkembangan

desa/kelurahan selama lima tahun berturut­turut, diperoleh data

tentang skor total kesepuluh variabel pengukur tingkat perkembangan

desa dan kelurahan. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan

tingkat perkembangan desa/kelurahan dengan formula sebagai berikut :

1. Klasifikasi Tingkat Perkembangan Swasembada, jika nilai total skor

yang diperoleh mencapai lebih dari 80% dari skor maksimal tingkat

perkembangan setiap lima tahun.

2. Tingkat Perkembangan Swakarya, jika nilai total skor yang diperoleh

mencapai 60% sampai 80% dari skor maksimal tingkat

perkembangan setiap lima tahun.

3. Tingkat Perkembangan Swadaya, jika nilai total skor yang diperoleh

mencapai kurang dari 60% dari skor maksimal tingkat perkembangan

setiap lima tahun.

Berdasarkan formula penentuan tingkat perkembangan yang demikian,

maka jika dikonversikan dengan skor maksimal yang ada yakni 22130,

maka cara menentukan klasifikasi perkembangan desa/kelurahan

sebagai berikut :

No. Klasifikasi Formula Capaian Skor 1. Swasembada Capaian skor lebih dari

80% dari total skor maksimal lima tahun

Lebih dari 17704 atau antara 17704 sampai dengan 22130

2. Swakarya Capaian skor antara 60% ­ 80% dari total skor maksimal lima tahun

Antara 13278 sampai dengan 17703,99

3. Swadaya Capaian skor kurang dari 60% dari total skor maksimal lima tahun

Kurang dari 13277,79 atau antara 2535 sampai dengan 13277,79

Dengan demikian, klasifikasi tingkat perkembangan suatu

desa/kelurahan sebagai desa/kelurahan swadaya, swakarya atau

swasembada dapat dengan mudah ditentukan dengan membandingkan

persentase capaian skor total kesepuluh variabel dengan skor maksimal

kesepuluh variabel selama lima tahun.

Page 201: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

201

F. KATEGORI STATUS PERKEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN Berdasarkan data klasifikasi tingkat perkembangan desa/kelurahan, dilakukan penentuan kategori tingkat perkembangan desa/kelurahan. Formula penentuan kategori perkembangan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Kategori Mula, apabila persentase nilai skore ekonomi masyarakat

(EM), kesehatan masyarakat (KM), dan pendidikan masyarakat (PM) nilai skorenya kurang dari 90% untuk swasembada, kurang dari 70% untuk swakarya dan kurang dari 50% untuk swadaya dari nilai skore maksimal.

b. Kategori Madya, apabila persentase nilai skore keamanan dan

ketertiban (KK), kedaulatan politik masyarakat (KPM), peran serta masyarakat dalam pembangungan dan lembaga kemasyarakatan (PM) nilai skorenya kurang dari 90% untuk swasembada, kurang dari 70% untuk swakarya dan kurang dari 50% untuk swadaya dari nilai skore maksimal.

c. Kategori Lanjut, apabila persentase nilai skore kinerja

pemerintahan desa (KPD) dan pembinaan dan pengawasan (PP) nilai skorenya kurang dari 90% untuk swasembada, kurang dari 70% untuk swakarya dan kurang dari 50% untuk swadaya dari nilai skore maksimal.

Dengan demikian, kategori perkembangan mula, madya dan lanjut merupakan varian dari klasifikasi tingkat perkembangan desa/kelurahan swadaya, swakarya dan swasembada. Formula penentuan varian kategori perkembangan desa/kelurahan sebagai berikut: 1. Klasifikasi status kemajuan Swasembada Kategori Mula, apabila

perolehan total skor variabel ekonomi masyarakat, kesehatan masyarakat dan pendidikan masyarakat kurang dari 90% dari total skor maksimal ketiga variabel selama lima tahun.

2. Klasifikasi status kemajuan Swasembada Kategori Madya, jika perolehan total skor variabel keamanan dan ketertiban, kedaulatan politik masyarakat, peranserta masyarakat dalam pembangunan dan lembaga kemasyarakatan mencapai kurang dari 90% dari total skor maksimal keempat variabel selama lima tahun.

3. Klasifikasi status kemajuan Swasembada Kategori Lanjut, apabila

perolehan total skor variabel kinerja pemerintahan desa dan kelurahan serta variabel pembinaan dan pengawasan mencapai kurang dari 90% dari total skor maksimal kedua variabel selama lima tahun.

4. Klasifikasi status kemajuan Swakarya Kategori Mula, apabila

perolehan total skor variabel ekonomi masyarakat, kesehatan masyarakat dan pendidikan masyarakat kurang dari 70% dari total skor maksimal ketiga variabel selama lima tahun.

5. Klasifikasi status kemajuan Swakarya Kategori Madya, jika perolehan

total skor variabel keamanan dan ketertiban, kedaulatan politik masyarakat, peranserta masyarakat dalam pembangunan dan

Page 202: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)

202

lembaga kemasyarakatan kurang dari 70% dari total skor maksimal keempat variabel selama lima tahun.

6. Klasifikasi status kemajuan Swakarya Kategori Lanjut, apabila

perolehan skor total variabel kinerja pemerintahan desa dan kelurahan serta variabel pembinaan dan pengawasan kurang dari 70% dari total skor maksimal kedua variabel selama lima tahun.

7. Klasifikasi status kemajuan Swadaya Kategori Mula, apabila

perolehan skor total variabel ekonomi masyarakat, kesehatan masyarakat dan pendidikan masyarakat kurang dari 50% dari skor maksimal ketiga variabel selama lima tahun.

8. Klasifikasi Desa dan Kelurahan Swadaya Kategori Madya, jika

perolehan skor total keamanan dan ketertiban, kedaulatan politik masyarakat, peranserta masyarakat dalam pembangunan dan lembaga kemasyarakatan kurang dari 50% dari total skor maksimal keempat variabel selama lima tahun.

9. Klasifikasi desa dan kelurahan Swadaya Kategori Lanjut, apabila

perolehan skor total variabel kinerja pemerintahan desa dan kelurahan serta variabel pembinaan dan pengawasan kurang dari 50% dari total skor maksimal kedua variabel selama lima tahun.

Page 203: Permendagri no. 12 tahun 2007 (lampiran 4)