permen pu 41 tahun 2007 budidaya terapan
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
1/80
PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
MODUL TERAPAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.41/PRT/M/2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
2/80
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
JL.PATIMURA NO.20 KEB.BARU, JAKARTA SELATAN
PEDOMAN PENATAAN RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAIPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
3/80
PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYAMODUL TER P NMODUL TERAPAN
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
4/80
Sumber gambar cover: http://www.crystalcg.com
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
5/80
Kata Pengantar
iMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Berkat limpahan Rahmat dan KaruniaNYA, serta puji syukur kehadirat ALLAH SWT, tela
tersusun Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Sebagaiman
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahw
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkepentingan dalam penyusunan rencana tat
ruang sebagai arahan pelaksanaan pembangunan agar tercipta keterpaduan da
keserasian pembangunan oleh seluruh pemangku kepentingan.
Dalam kaitan pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan pembinaan di daerah, Ditje
Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum telah menyusun beberapa pedoma
bidang penataan ruang dalam rangka operasionalisasi Undang-Undang Nomor 26 Tahu
2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Salah satu pedoman tersebut adalah Pedoma
Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaa
Umum Nomor 41/PRT/M/2007.
Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ini disusun dalam rangk
untuk dapat lebih memahami dan untuk memberikan penjelasan sistematis substan
pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan Pedoman Kriteria Tekni
Kawasan Budi Daya.
Mudah-mudahan Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ini dapa
mempercepat terwujudnya penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, da
berkelanjutan di persada Nusantara.
Jakarta, Desember 2008
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
6/80
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
7/80
Daftar Isi
iiiMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Kata Pengantar ....................................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................................
BAGIAN 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................Pengenalan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya .................................................
Kedudukan Legal Aspek Dalam Peraturan Penataan Ruang ...............................................
Kedudukan Dalam Proses Penataan Ruang ........................................................................
Ruang Lingkup ....................................................................................................................
Sistematika Buku Modul ....................................................................................................
BAGIAN 2 WACANA ACUAN ....................................................................................... 1
Acuan Normatif dan Pengaturan Teknis ............................................................................. 1
Pendekatan Aplikasi Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya .................................... 1
Pengkayaan Materi ............................................................................................................. 1
BAGIAN 3 KRITERIA PENETAPAN ................................................................................ 2
Langkah 1: Apa Fungsi Utama dari Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan
Budi Daya?........................................................................................................ 2
Langkah 2: Bagaimana Kriteria Umum & Kaidah Perencanaan untuk Setiap
Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?....................................................... 2
Langkah 3: Bagaimana Karakteristik Lokasi & Kesesuaian Lahan untuk
Kawasan Budi Daya? ......................................................................................... 3
Langkah 4: Bagaimana Kriteria & Batasan Teknis untuk Setiap Peruntukan
Ruang di Kawasan Budi Daya? .......................................................................... 3Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Hutan Produksi ................................ 3
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertanian ......................................... 4
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertambangan ................................. 4
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Permukiman .................................... 4
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Industri ............................................ 5
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pariwisata ........................................ 5
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Perdagangan dan Jasa ..................... 6
BAGIAN 4 PENUTUP ................................................................................................... 6
Penutup .......................................................................................................................... 6
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
8/80
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Fungsi Utama Peruntukan Ruang ....................................................................... 26
Tabel 2 Kriteria Umum dan Kaidah Perencanaan ............................................................ 28
Tabel 3 Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan ......................................................... 36
Tabel 4 Skoring Kelas Lereng ........................................................................................... 38
Tabel 5 Skoring Kelas Jenis Tanah .................................................................................... 38
Tabel 6 Skoring Kelas Intensitas Hujan ............................................................................ 38
Tabel 7 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pertanian ..................................................... 44
Tabel 8 Kebutuhan Sarana Pendidikan pada Kawasan Peruntukan Permukiman ........... 51
Tabel 9 Kebutuhan Sarana Kesehatan pada Kawasan Peruntukan Permukiman ............ 52
Tabel 10 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah Raga ................ 53
Tabel 11 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga pada Kawasan Peruntukan
Permukiman ....................................................................................................... 54
Tabel 12 Alokasi Lahan pada Kawasan Industri ................................................................. 57
Tabel 13 Standar Teknis Pelayanan Umum di Kawasan Industri ....................................... 58
Tabel 14 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pariwisata .................................................... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Contoh Peta Pola Ruang ............................................................................... 34
Gambar 2 Contoh Peta Kawasan Budi Daya .................................................................. 35
Gambar 3 Contoh Peta Kawasan Hutan ........................................................................ 40
Gambar 4 Contoh Peta Kawasan Pertanian .................................................................. 43Gambar 5 Contoh Peta Kawasan Pertambangan .......................................................... 46
Gambar 6 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kota ..................................................... 48
Gambar 7 Contoh Zoning Regulasi Permukiman Kota .................................................. 49
Gambar 8 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kabupaten ........................................... 50
Gambar 9 Contoh Peta Kawasan Industri ...................................................................... 56
Gambar 10 Contoh Peta Kawasan Pariwisata ................................................................. 61
Gambar 11 Contoh Peta Kawasan Perdagangan dan Jasa ............................................... 64
iv MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
9/80
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA disusun untuk memberikan penjelasan sistematis substansi Pedoman dan cara
penggunaan buku Pedoman dalam Perencanaan Tata Ruang.
Substansi dari buku Pedoman yang dianggap sudah jelas tidak akan dijabarkan
kembali dalam buku modul ini. Oleh karenanya penggunaan buku modul ini tidak
dapat terpisah dari buku PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI
DAYA
vMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
10/80
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
11/80
PENDAHULUAN
1
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
12/80
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
13/80
Pendahuluan
PENGENALAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Acuan di bidang penataan ruang bagi pemerintah kabupaten/kota serta
pemangku kepentingan (stakeholder) lain dalam kegiatan perencanaan
kawasan budi daya di wilayahnya sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan operasional
perencanaan kawasan budi daya dalam kerangka proses penyusunan tata
ruang. Tujuannya adalah untuk mewujudkan rencana tata ruang
kabupaten/kota yang memenuhi kaidah teknis penataan ruang.
•
jenis kawasan budi daya yang sesuai dalam rencana tata ruang,
khususnya bgi instansi-instansi yang mempunyai tugas, pokok, dan fungsi
menyusun rencana tata ruang dan instansi-instansi sektoral yang terkait dengan
pelaksanan penataan ruang kawasan/wilayah.
• Stakeholder lain : sebagai acuan dalam menentukan kriteria lokasi dan jenis kegiatan
pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan budi daya, antara lain bagi wakilmasyarakat, pihak akademisi, asosiasi, dan dunia usaha yang terlibat dalam proses
penyusunan rencana tata ruang kawasan/wilayah.
Pemerintah Kabupaten/Kota : sebagai acuan dalam menetapkan
Apa yang dimaksud dengan buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi
Daya ?
Apa Maksud & Tujuan disusunnya Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi
Daya?
Siapa yang Menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ?
3MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
14/80
Agar pemanfaatan ruang kawasan budi daya dapat sesuai dengan kaidah
tata ruang yang seharusnya diperhatikan
Mengapa harus menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi
Daya?
4 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Pada saat menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah/Kawasan dalam tahapan
penentuan kriteria lokasi dan penentuan kegiatan pemanfaatan ruang
Kapan harus menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ?
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
15/80
KEDUDUKAN LEGAL ASPEK
PERATURAN PENATAAN RUANG
DALAM
PP Bidang PenataanRuang lainnyaPP No. 69 Tahun 1996 tentang PelaksanaanHak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang
PP No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN)
Permen PU No 41/PRT/M/2007
tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budi Daya
Pedoman-Pedoman BidangPenataan Ruang lainnya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004Tentang Pemerintahan Daerah
Acuan pemerintah daerah dalam menyusun Peraturan Daerah mengenaiRencana Tata Ruang Wilayah/Kawasan
Kepmen Kimpraswil No.
327/KPTS/M/2002 tentang
Penetapan Enam Pedoman
Bidang Penataan Ruang
PP Penatagunaan Tanah
PP Penatagunaan Air
PP Penatagunaan Hutan
PP Pengelolaan DAS
Terpadu
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang
5MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
16/80
KEDUDUKAN DALAM PROSES PENATAAN RUANG
6
Pengumpulan & Analisis Data
Aspek Fisik
Lingkungan
Aspek Sosial
Budaya
Sistem Perkotaan & Perdesaan
Hirarki Pusat-pusat Pengembangan
Hirarki Pusat Pelayanan
Fungsi Pusat-pusat Pelayanan
SistemPrasarana Wilayah:
Sistem Jaringan Prasarana
Transportasi
Prasarana Telematikan
Sistem Prasarana
Pengairan
Sistem Jaringan Prasarana
Energi
Sistem Prasarana
Lingkungan
Arahan Pola Ruang:
Kawasan Lindung:
Kawasan yang memberi
perlndungan kawasan
bawahannya
Kawasan perlindungan
setempat
Kawasan suaka alam
Kawasan pelestarian alam
Kawasan rawan bencana
alam
Kawasan lindung lainnya
Kawasan Budi Daya:
Kawasan hutan produksi
Kawasan pertanian
Kawasan pertambangan
Kawasan industri
Kawasan pariwisata
Kawasan permukiman
Kawasan konservasi budaya
& sejarah
Aspek
Ekonomi
Arahan ktur Ruang:Stru
Rencana Tata Ruang
Pedoman Teknik
Analisis Aspek Fisik &
Lingkungan, Ekonomi
Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan
Budi Daya
Pedoman Penentuan
Klasifikasi Zona
Kawasan perkotaan
& perdesaan
Identifikasi Penetapan Kawasan
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
17/80
RUANG LINGKUP
7
KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
PERDESAAN
FUNGSI UTAMA
PERKOTAAN
PERUNTUKAN RUANG DI KAWASAN BUDI DAYA:
1.
Hutan Produksi
2.
Pertanian
3.
Pertambangan
4.
Permukiman
5.
Industri
6.
Pariwisata
7.
Perdagangan dan Jasa
KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
KRITERIA & BATASAN TEKNIS
KARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN
Mengacupada
pedomanlain yang
terkait
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
18/80
SISTEMATIKA BUKU MODUL
8
Isi Materi Maksud & Tujuan
Bagian 1 Pendahuluan Mengenalkan lingkup isi yang dimaksud
dalam buku pedoman
Bagian 2 Wacana Acuan
materi pengayaan
acuan normatif dan pengaturan
teknis
Menjadikan referensi bagi
pengaplikasian Pedoman Kriteria Teknis
Kawasan Budi Daya
Bagian 3 Kriteria Penetapan:
Langkah 1 Penentuan fungsi utamakawasan budi daya
Langkah 2 Kriteria umum dan kaidah
perencanaan kawasan budi daya
Langkah 3 Karakteristik lokasi dan
kesesuaian lahan kawasan budi daya
Langkah 4 Kriteria dan batasan teknis
kawasan budi daya
Memudahkan dalam operasionalisasi /
implementasi buku Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budi Daya
Bagian 4 Penutup
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
19/80
Sebelum anda mulai menyusun Dokumen Rencana Tata Ruang, perlu
dipahami terlebih dahulu tentang kriteria teknis kawasan budi daya.
WACANA ACUAN yang memuat pemahaman aspek-aspek tersebut dapat
dibaca pada Bagian 2 buku modul ini!
9MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Bila anda menemukan
informasi/notasi sebagaiberikut...
Diagram ini merupakan model sederhana
dari diagram yang menggambarkan hal-hal
yang harus dilakukan untuk mencapai
output pada setiap langkah pelaksanaaan.
Bagian kotak berwarna dari model
sederhana ini menjadi panduan untuk
mengetahui sampai di tahap mana kita
berada dalam melaksanakan langkah
tersebut.
CARA MENGGUNAKAN BUKU MODUL TERAPAN
...maka itu berarti Anda
harus mengacu/mencari
informasi tersebut di
buku Pedoman Kriteria
Teknis Ruang Kawasan
Budi Daya
dalam
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
20/80
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
21/80
WACANA ACUAN
2
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
22/80
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
23/80
Wacana Acuan
ACUAN NORMATIF DAN PENGATURAN TEKNIS
13
Acuan Normatif Mengapa Digunakan ?Dasar Pertim-
bangan
Dasar Pelak
sanaan
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas pertanian, khususnya
peternakan
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas pertambangan
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1984 tentang Perindustrian.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas industri
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1990 tentang Kepariwisataan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas kepariwisataan
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1992 tentang Perumahan dan
Permukiman.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
penataan lingkungan permukiman dan
perumahan
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya yang memiliki
situs-situs cagar budaya
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1992 tentang Sistem Budi Daya
Tanaman.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untukaktivitas pertanian
8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
penataan kawasan hutan
9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas penambangan dan penggalian
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2004 tentang Perkebunan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas dan penataan kawasan
perkebunan
11. Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas pertanian, khususnya
perikanan
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
24/80
14
12. Undang-undang No.23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Sebagai acuan dalam pengelolaan
lingkungan fisik kawasan.
13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
Payung utama sebagai acuan
penyusunan berbagai dokumenpenataan ruang
14. Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1993 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Memberi panduan dalam penetapan
pemanfaatan ruang di kawasan
budi daya yang menjadi situs-situs cagar
budaya
15. Peraturan Pemerintah Nomor 80
Tahun 1999 tentang Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
yang Berdiri Sendiri.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk fungsi
permukiman dan perumahan
16. Peraturan Pemerintah Nomor 27Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Memberi arahan dalam melakukan
studi AMDAL dan menyusun Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
17. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun
1996 tentang Kawasan Industri.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk penataan
kawasan industri
18. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kampung
Kota.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk permukiman
di kawasan perkotaan
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 1987 & Instruksi
Menteri Dalam Negeri No.30 tahun1990 tentang Penyerahan Prasarana
Lingkungan, Utilitas Umum, dan
Fasilitas Sosial Perumahan kepada
Pemerintah Daerah.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk permukiman
beserta pengelolaan fasilitas danprasarana lingkungan permukiman
20. Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 83/KPTS/UM/8/1981, tentang
Penetapan Batas Hutan Produksi.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk hutan
produksi
21. Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997
tentang Standar Teknis Kawasan
Industri.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk kawasan
industri
22. Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor
217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk
pengembangan permukiman dan
perumahan
Acuan Normatif Mengapa Digunakan ?Dasar Pertim-
bangan
Dasar Pelak-
sanaan
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
25/80
12. SNI 03-3242-1994, Tata cara
pengelolaan sampah di permukiman.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk permukiman
13. SNI 03-2453-2002, Tata cara
perencanaan sumur resapan air hujanuntuk lahan pekarangan.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan dan pengelolaan ruang
untuk lingkungan permukiman
14. SNI 03-1733-2004, Tata cara
perencanaan lingkungan perumahan
di perkotaan.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan dan pengelolaan ruang
untuk lingkungan permukiman dan
perumahan.
Acuan Normatif Mengapa Digunakan ?Dasar Pertim-
bangan
Dasar Pelak
sanaan
15
Bahan Materi yang Perlu Ada Mengapa diperlukan ?
1. Buku Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan,
Ekonomi dan Sosial Budaya
Sebagai dasar teknik suatu
kawasan dijadikan kawasanlindung atau kawasan budi daya
2
4
. Buku Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Kawasan
Perda-perda lain yang mengatur kegiatan
pemanfaatan ruang dan kawasan budi daya
Perkotaan & Perdesaan
Sebagai dasar pembagian zona
kawasan lindung dan budi daya
di zona perkotaan dan
perdesaan
3. Peraturan daerah masing-masing tentang AMDAL,
contohnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No. 99 Tahun 2002 tentang MekanismePelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup dan Upaya Pengelolaan Lingkungan serta
Upaya Pemantauan Lingkungan Dalam Perizinan
Daerah
Sebagai dasar pelaksanaan dan
tata cara pelaksanaan AMDAL
tingkat Propinsi
TERMINOLOGI peristilahan dapat dlihat pada Buku Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budidaya di BAGIAN 3 tentang ISTILAH DAN DEFINISI
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
26/80
PENGKAYAAN MATERI
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Kawasan Perkotaan merupakan pusat kegiatan yang berperan sangat penting dalam
perekonomian nasional maupun bagi perekonomian masyarakat pada kawasan tersebut.Seiring dengan proses globalisasi yang didorong oleh kemampuan teknologi informasi dan
transportasi, kawasan perkotaan cenderung berkembang dengan pesat melampaui daya
dukungnya yang berakibat pada menurunnya kemampuan kawasan tersebut dalam menopang
kehidupan masyarakat maupun perekonomian nasional.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Dalam pengembangan wilayah kawasan perdesaan harus dipandang sebagai bagian yang tidakterpisahkan dengan kawasan perkotaan. Pemahaman yang menyeluruh dan tidak dikotomis ini
menjadi penting dan mendasar dalam penyusunan peraturan atau aturan main yang berkaitan
dengan pembangunan perdesaan maupun perkotaan, agar terjadi sinergi dan keseimbangan
perlakuan wilayah khususnya oleh pelaku pembangunan.
16
Pendekatan penataan ruang dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan pada aspek-
aspek penggunaan ruang yang didasarkan pada perlindungan terhadap keseimbangan
ekosistem dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan secara harmonis,
yaitu:
a) Penilaian pada struktur ruang dan pola ruang pada kawasan budi daya.
b) Penilaian pada intensitas pemanfaatan ruang pada kawasan budi daya.
PENDEKATAN APLIKASI PEDOMAN KRITERIA
TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
Pendekatan Penataan Ruang
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
27/80
17MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Pola pemanfaatan ruang wilayah dalam kawasan perkotaan dan perdesaan terdiri dari Kawasa
lindung, Kawasan budi daya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fung
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam da
sumberdaya buatan. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utam
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manus
dan sumber daya buatan.
Jenis Definisi
A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahnya
1. Kawasan hutan berfungsi
lindung
Kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mempunyai fungsi poko
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya, dan atau yang mampu memberikan perlindungan
kepada kawasan sekitar maupun bawahannya yaitu se bagai pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah
2. Kawasan Bergambut Kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa
sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama.
3. Kawasan resapan air Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air.
B. Kawasan Suaka Alam
1. Kawasan cagar alam/
cagar bahari
Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu
yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alam
2. Kawasan suaka marga-
satwa/suaka perikanan
Kawasan suaka alam yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan
perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upayakonservasinya, memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang
tinggi, dan atau merupakan tempat dan kehidupan jenis satwa migran
tertentu.
3. Kawasan suaka alam laut
dan perairan lainnya
Kawasan yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan
lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat
maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuha
dan satwa yang ada.
C. Kawasan Pelestarian Alam
1. Taman nasional/Taman
Laut Nasional
Kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,pendidikan, pariwisata, dan rekreasi.
2. Taman hutan raya Kawasan pelestarian yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleks
tumbuhan dan atau satwa, alami atau buatan, jenis asli dan/atau
bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan,
budaya pariwisata dan rekreasi.
Tabel Definisi Jenis Kawasan Lindung
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
28/80
18 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Jenis Definisi
D. Kawasan Rawan Bencana
1. Kawasan rawan bencana
gunung berapi
Kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana akibat
letusan gunung berapi.
2. Kawasan rawan gempa
bumi
Kawasan yang pernah terjadi dan diidentifikasikan mempunyai potensi
terancam bahaya gempa bumi baik gempa bumi tektonik maupun
vulkanik.
3. Kawasan rawan gerakan
tanah
Kawasan yang berdasarkan kondisi geologi dan geografi dinyatakan
rawan longsor atau kawasan yang mengalami kejadian longsor dengan
frekuensi cukup tinggi
4. Kawasan rawan banjir Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi terjadi banjir.
E. Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan pantai Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai
2. Sempadan sungai Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
3. Kawasan sekitar waduk
dan situ
Kawasan tertentu di sekeliling waduk atau situ yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk
atau situ.
4. Kawasan sekitar mata air Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
5. Ruang terbuka hijautermasuk didalamnya
hutan kota
RTH merupakan salah satu bentuk dari ruang terbuka, yang tandai olehkeberadaan pepohonan sebagai pengisi lahan yang utama, yang
kemudian didukung pula oleh keberadaan tanaman lain sebagai
pelengkap (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah
lainnya). RTH juga dapat mengandung komponen / barang lainnya di
luar tumbuhan, yang keberadaannya melengkapi dan menunjang
fungsi RTH sesuai dengan tema pengembangan dari lahan RTH yang
bersangkutan
3. Taman wisata alam/
Taman Wisata Laut
Kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
4. Kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan
Kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang
bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
29/80
Jenis Definisi
F. Kawasan Perlindungan Lainnya
1. Taman Buru Kawasan pelestarian alam di darat yang terutama dimanfaatkan untuk
pariwisata dan rekreasi alam, khususnya perburuan satwa yang
sifatnya dapat dikembangbiakan dan tidak termasuk satwa yang
dilindungi.
2. Daerah Perlindung Laut
Lokal
Wilayah perairan laut di suatu desa/kecamatan yang disepakati
bersama oleh warga setempat untuk ditetapkan sebagai DPL
3. Kawasan perlindungan
plasma nutfah eks-situ
Kawasan di luar kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang
diperuntukkan bagi pengembangan dan pelestarian pemanfaatan
plasma nutfah tertentu
4. Kawasan Pengungsian
Satwa
Kawasan yang memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan satwa
5. Kawasan pantai berhutan
bakau
Kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau
(mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada
perikehidupan pantai dan lautan
19MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Proses penyusunan pola pemanfaatan ruang dilakukan dengan mengacu pada hasil analis
evaluasi kesesuaian lahan. Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambara
mengenai tingkat kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untu
kawasan lindung dan budi daya. Proses analisis ini akan menggunakan sumber berupa peta-pe
tematik yang kemudian ditumpangtindihkan (overlay) melalui alat bantu program GIS (arc inf
atau map info), sehingga teridentifikasi kondisi kesesuaian lahan menurut klasifikasi yang tel
ditentukan.
Kriteria penentuan kawasan budi daya dan kawasan lindung tersebut dilakukan berdasarkaKeppres No. 32 Tahun 1990 tentang penetapan kawasan lindung, penetapan kriteria dan po
pengelolaan kawasan budi daya (BAPPENAS, 1995) , FAO (1976) tentang Kerangka Kerja Evalua
Kesesuaian Lahan, PPTA (1993). Rangkuman kriteria tersebut dapat digambarkan pada tab
Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budi Daya dan Kawasan Lindung.
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
30/80
Tabel Definisi Kawasan Budi Daya
Jenis
Definisi
A. Kawasan Hutan Produksi
1. Kawasan Hutan Produksi
Terbatas
Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas
dimana
eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih
tanam
2. Kawasan Hutan ProduksiTetap
Kawasan yang diperuntukkan
bagi hutan produksi tetap
dimana
eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau
tebang habis dan tanam
3. Kawasan Hutan Produksi
Konversi
Kawasan hutan yang bilamana diperlukan dapat
dialihgunakan
4. Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat seki tarnya
dengan mengikuti ketentuan yang ditetapkan
B. Kawasan Pertanian
1. Kawasan Tanaman Pangan
Lahan Basah
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah
dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah ataupun teknis
2. Kawasan Tanama n Pangan
Lahan Kering
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk
tanaman palawija, holtikultura, atau tanaman pangan
3. Kawasan Tanaman
Tahunan/Perkebunan Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang
menghasilkan baik bahan pangan dan bahan baku industri.
4. Kawasan Peternakan Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan
baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok maupun industri,
serta sebagai padang penggembalaan ternak
5. Kawasan Perikanan Darat Kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, baik berupa
pertambakan/kolam maupun perairan darat lainnya.
6. Kawasan Perikanan Air
Payau dan Laut
Kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan periakan air payau dan laut
baik dalam bentuk budi daya maupuan penangkapan
C. Kawasan Pertambangan
1. Kawasan Pertambangan
Kawasan yang diperuntukkan bagi pertambangan, baik wilayah yangsedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan Terbagi menjadi kawasan pertambangan untuk : - Golongan bahan galian strategis
- Golongan bahan galian vital
- Golongan bahan galian yang tidak termasuk kedua golongan di atas
D. Kawasan Budi Daya Lainnya
1. Kawasan Perindustrian
Kawasan yang diperuntukkan bagi industri, berupa tempat
pemusatan
kegiatan industri.
2. Kawasan Pariwisata
Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata
3. Kawasan Permukiman Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yangaman
dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan
mempunyai akses untuk kesempatan berusaha.
4. Kawasan perdagangan dan
jasa
Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan perdagangan dan jasa
5. Kawasan pemerintahan
Kawasan yang diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan
20 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
31/80
21MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Anda dapat mulai menyusun dokumen penataan ruang kawasan
budi daya!
Sekarang...
Tabel Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budi Daya dan Kawasan Lindung
Karakteristik/Tematik Kriteria Kawasan LindungKriteria Kawasan
Budi Daya
Iklim (Schmidt & Fergusson, 1951) G, h A, B, C, D, E, F
Ketinggian (m dpl) > 2000 < 2000
Bentuk Wilayah Bergunung Datar s/d BerbukitKemiringan Lereng (%) > 40 < 40
Singkapan Batuan (%) > 50 < 50
Bahaya Banjir > 1 x / thn -
Bahaya Longsor/erosi Labil Stabil
Jenis Tanah (soil taxonomy) Sphagnofibrist, Tropofibrist, Tropofolist,
Halaquepts, Natrabolls, Natraquall,
Lithic, Natrustolls, Natraqualfs,
Natustalfs, Hyrdaquents, Psamments
Lainya
Sumber :
1. Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Perkotaan dan Perdesaan, 2008
2. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
3. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN,
4. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
5. Penetapan Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Budi Daya, Bappenas, 1995
6. Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA, 1993
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
32/80
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
33/80
KRITERIAPENETAPAN
33
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
34/80
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
35/80
Kriteria Penetapan
25
Menentukan fungsi utama dari setiap peruntukan ruang yang telah ada.
Fungsi dari setiap peruntukan ruang
CARA MENCAPAI OUTPUT
Apa Fungsi Utama dari Setiap Peruntukan
Ruang di Kawasan Budi Daya?
TUJUAN
OUTPUT
Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruan
Setiap peruntukan akan memiliki fungsinya masing-masing seperti terlihat dalam Tabel berik
ini.
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
36/80
26 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Peruntukan
RuangFUNGSI UTAMA
1. HutanProduksi
a. Penghasil kayu dan bukan kayu;
b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;
d. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
2. Pertanian a. Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan dan
perikanan;
b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
3. Pertambangan a. Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi;
bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;
b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;c. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
4. Permukiman a. Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung
peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi
sosial;
b. Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta
sarana bagi pembinaan keluarga.
5. Industri a. Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di
satu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien;
b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;c. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan;
d. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin
ditimbulkan.
6. Pariwisata a. Memperkenalkan, mendayagunakan dan melestarikan nilai -nilai
sejarah/budaya lokal dan keindahan alam;
b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.
7. Perdagangan
dan Jasa
a. Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat
yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi
penawaran);b. Menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang
dominan terhadap PDRB.
Tabel 1 Fungsi Utama Peruntukan Ruang
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
37/80
27MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
CARA MENCAPAI OUTPUT
Mengidentifikasi ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang yang pada
umumnya ada pada setiap peruntukan ruang.
Kriteria umum dan kaidah perencanaan setiap peruntukan ruang
TUJUAN
OUTPUT
Bagaimana Kriteria Umum & Kaidah
Perencanaan untuk Setiap Peruntukan Ruang di
Kawasan Budi Daya?
Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruan
Setiap peruntukan akan memiliki kriteria umum dan kaidah perencanaan masing-masing sepe
terlihat dalam Tabel berikut ini.
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
38/80
28 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
1. Hutan Produksi a. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunan
di luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Tidak mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi;
Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri terkait
dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian
hutan/lingkungan;
Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara
selektif.
b. Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan hutan; perencanaan
hutan; dan pengelolaan hutan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan;
c. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup tentang
kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, kegiatan
pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan kegiatan pemungutan hasil kayu
dan atau bukan kayu;d. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus terlebih dahulu
memiliki kajian studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang
diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi dengan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL);
e. Cara pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada rencana
kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Departemen Kehutanan, dan
pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus
memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang;
f. Kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap
mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran sungai
akibat erosi dan longsor;
g. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untukmenyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal;
h. Kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan di luar sektor kehutanan seperti pertambangan, pembangunan
jaringan listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan
pertahanan dan keamanan;
i. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi wajib memenuhi
kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan ekologi;
j. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan peruntukan hutan
produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan
kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap menjaga kelestarian fungsihutan sebagai daerah resapan air hujan serta memperhatikan kaidah-kaidah
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Tabel 2 Kriteria Umum dan Kaidah Perencanaan
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
39/80
29MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
2. Pertanian a. Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budi daya tanaman;
serta tata ruang dan tata guna tanah budi daya tanaman mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman;
b. Ketentuan pokok tentang kegiatan perencanaan perkebunan; penggunaan tanah
untuk usaha perkebunan; serta pemberdayaan dan pengelolaan usaha perkebunan
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
c. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuksebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. Ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air untuk usaha peternakan; serta
penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
e. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan perikanan;
dan usaha perikanan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan;
f. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi
tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikanaspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya;
g. Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh
dialihfungsikan;
h. Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan
dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan
atau oleh Departemen Pertanian;
i. Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi
dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang;
j. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang dialihfungsikan;
k. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik yangmenggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki
kajian studi Amdal;
l. Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang terlarut
dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap, limbah cair)
yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen
Amdal;
m. Penanganan limbah peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak, kulit ternak, bulu
unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun
dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal;
n. Penanganan limbah perikanan (ikan busuk, kulit ikan/udang/kerang) dan polusi
(udara-bau) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam
dokumen Amdal;
o. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), harus
diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat;
p. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan;
q. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif
(tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpa
mengurangi kesejahteraan masyarakat.
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
40/80
30 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
3. Pertambangan a. Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan galian;
bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha pertambangan; kuasa
pertambangan; dan hubungan kuasa pertambangan dengan hak-hak tanah mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan;
b. Ketentuan pokok tentang penguasaan dan pengusahaan; kegiatan usaha hulu;
kegiatan usaha hilir; hubungan kegiatan usaha minyak dan gas bumi dengan hak
atas tanah; serta pembinaan dan pengawasan mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
c. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan
peruntukan pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-
kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di lingkungan
yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat;
e. Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri
dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor,meningkatkan penerimaan negara dan pendapatan daerah serta memperluas
lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha;
f. Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang
dilengkapi dengan RPL dan RKL;
g. Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga
eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan
dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat;
h. Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat dan
atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan pelaksanaannya
dilaporkan secara berkala;
i. Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dansaluran air kotor.
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
41/80
31MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
4. Permukiman a. Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan
pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);
b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan
daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat
dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai
bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
c. Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau
oleh sarana tranportasi umum;
d. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung
oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan
jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan
drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama);
e. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
f. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;g. Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba),
penetapan lokasi dan penyediaan tanah, penyelenggaraan pengelolaan, dan
pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999
tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.
5. Industri a. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri;
serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian;
b. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan
bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan
peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses
aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
c. Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dandapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis
industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan
karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau
kemudahan akses ke pasar;
d. Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat
ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan beroperasi di kawasan tersebut;
e. Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan
peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri yang
mengelola kawasan industri;
f. Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden
Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis
Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta hak dan kewajiban
Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan Industri dan
Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri;
g. Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi
Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
42/80
32 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
6. Pariwisata a. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan kegiatan
kepariwisataan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan;
b. Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam,
budaya dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong
perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya,adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
c. Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional
dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan
kegiatan sektor jasa masyarakat;
d. Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayan dan agama harus memperhatikan
kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut. Pemanfaatan tersebut
harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau Kementerian yang menangani
bidang kebudayaan;
e. Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat
membantu memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya pelestarianbenda cagar budaya yang bersangkutan;
f. Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan benda-
benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
g. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pariwisata harus diperuntukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
h. Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase,
dan saluran air kotor;
i. Harus memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti
kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan;
j. Harus bebas polusi;
k. Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab
pemerintah/pemerintah daerah;
l. Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau
memindahkan benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya.
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
43/80
33MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
7. Perdagangan dan
Jasa
a. Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen;
b. Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:
bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir): toko, warung, tempatperkulakan, pertokoan, dan sebagainya;
bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, dan penginapan lainnya;bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat parkir, gudang;
bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;
bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.c. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diperuntukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
Sumber : Buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
44/80
34 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
G a m b
a r 1
C o n t o h P e t a P o l a
R u a n g
$ Z
Ê Ú
Ê Ú
Ê Ú
Ê Ú
Ê Ú
Ê Ú
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
# # # # # # # # #
# # # # # # # # # # # # #
# # # #
# # # #
# # # #
# # # #
# # # #
# # # # # # # # # #
# # #
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
$ Z
0 ° 5 2 ' 3 0 "
0°52'30"
1 ° 0 0 ' 0 0 "
1°00'00"
1 ° 7 ' 3 0 "
1°7'30"
1 2 4 ° 3 0 ' 0 0 "
1 2 4 ° 3 0 ' 0 0 "
1 2 4 ° 3 7 ' 3 0 "
1 2 4 ° 3 7 ' 3 0 "
1 2 4 ° 4 5 ' 0 0 "
1 2 4 ° 4 5 ' 0 0 "
1 2 4 ° 5 2 ' 3 0 "
1 2 4 ° 5 2 ' 3 0 "
1 2 5 ° 0 0 ' 0 0 "
1 2 5 ° 0 0 ' 0 0 "
R A T A H A N
T O M B A T U
R A N O K E T A N G
D .
B
u i l i l i n
S i l i a n
K u y a n g a
L o n d o l a
T a m b e l a n g
b a n g a
L o w o t a g
M o l o m p a r
W i n o
r a n g i n
L i w u t u n g
T o n s a w a n g
R a s i
T a t e n g e s a n
M I N A N G A
W i o
W o n g k a i
W i a u
B E L A N G
M a l o m p a r
K E C . T O U L U A A N
K E C . R A T A H A N
K E C . T O M B A T U
K E C . R A T A T O T O K
K E C . B E L A N G
K E C . P U S O M A E N
G a r i s P a n t a i
S u n g a
i
J a l a n R e n c a n a
J a l a n A r t e r i
J a l a n K o l e k t o r
J a l a n L o k a l
B a t a s K e c a m a t a n
B a t a s K a b u p a t e n
B a t a s P r o v i n s i
L E G E N D A
D E P A R T E M
E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G
S a
t u a n
K e r
j a P e m
b i n a a n
P e n a
t a a n
R u a n g
K a w a s a n S e
d a n g
B e r k e m
b a n g
3
0
3
6 K m
U
B A N T E K P E
L A K S A N A A N P E N A T A A N R U A N G
K A B U P A T E N M I N A H A S A T E N G G A R A
P R O
V I N S I S U L A W E S I U T A R A
D
A
N
A
U
T
O
N
D
A
N
O
L
A
U
T
M
A
L
U
K
U
L
A
U
T
S
U
L
A
W
E
S
I
S u m b e r :
- P e t a R u p a b u m i B a k o s u r t a n a l , S k a l a 1 : 5 0 . 0
0 0
E d i s i t a h u n 1 9 9 1 , L e
m b a r 2 4 1 6 - 4 3 ,
2 4 1 6 - 4 4 d a n 2 4 1 7 - 1 2
- H a s i l A n a l i s i s
K A B U P A T E N
M I N A H A S A S E L A T A N
K A B U P A T E N
M I N A H A S A S E L A T A N
K A B U P A T E N
B
O L A A N G
M O N G O N D O W
K A B U P A T E N
M I N A H A S A
I b u k o t a P r o v i n s i
I b u k o t a K a b u p a t e n
K a n t o r
K e c a m a t a n
P E T A R
E N C A N A P O L A R U A N G
K A B U P A T E N M I N A H A S A T E N G G A R A
R A T A T O T O K
B a s a a n
0 °
0°
1 °
1°
2 °
2°
1 2 3 °
1 2 3 °
1 2 4 °
1 2 4 °
1 2 5 °
1 2 5 °
P r o v .
S u l a w e s i U t a r a
I n d e k s L o k a s i
K A W A S A N L I N D U
N G
D a e r a h L i n d u n g l a i n
H u t a n L i n d u n g
K A W A S A N B U D I D
A Y A
I n d u s t r i d a n P e r g u d a n g a n
P a r i w i s a t a
P e r k e b u n
a n
P e r m u k i m
a n
P e r t a m b a
n g a n
P e r t a n i a n
p e m a k a m
a n u m u m / k u b u r a n
Ê Ú L o k a s i W i s a t a
$ Z P u s a t P e m e r i n t a h a n K a b u p a t e n
. . .. . . .
ù ù ù ù ù ù
ù ù ù ù ù
ù
S e s a r / P a t a h a n
Z o n a
A l i r a n L a v a / L a h a r G n .
S o p u t a n
D a e r a
h B A H A Y A l e t u s a n G n .
A p i ( r a d i u s 5 k m )
$ Z $ Z
D a e r a
h W A S P A D A l e t u s a n G n .
A p i ( r a d i u s 8 k m )
Î
Î
$ T
G u n u n g A p i
H u t a n P r o d u k s i
Î
P e l a b u h a n U t a m a t e r s i e r
P e l a b u h a n P e n g u m p a n -
S e k u n d e r
Î
D a e r a
h R a w a n L o n g s o r
P . B e n t e n a n
P . D a k o k a y u
P . B a b i
å
å
å
å
å
å
å
L u a s ( H a . )
%
7 . 8
9 6 , 5
1 1 , 1
1
2 6 , 7
9
1 9 . 0
3 9 , 7
8 2 7 , 6
1 , 2
0 , 3
3
2 3 6 , 6
1 6 , 9
0 , 0
2
1 , 3
4
9 5 4 , 7
2 4 . 1
6 5 , 6
3 4 , 0
0
2 4 , 6
0
1 7 . 4
8 6 , 7 4
, 0
0 , 0
1
0 , 6
4
4 5 1 , 6
1 0 0 , 0
0
7 1 . 0
8 0 , 0
J U M L A H
S K A L A
1 :
1 0 0 . 0
0 0
( P a d a k e r t a s A 1 : 5 9 , 4
c m
x 8 4 , 1
c m )
P . B o h o i k e c i l
P . B o h o i b e s a r
P .
S a l i m b u r u n g
P .
H o g o w
P .
P u t u s p u t u s
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
45/80
G
b
2
C
t h P t K
B
d i D
35MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
46/80
36 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang.Setiap peruntukan memiliki karakteristik lokasi yang sesuai untuk dapat mendukung fungsi-
fungsinya seperti terlihat dalam Tabel berikut ini.
CARA MENCAPAI OUTPUT
Bagaimana Karakteristik Lokasi &
Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Budi Daya?
Mengidentifikasi karakteristik setiap peruntukan ruang sertamenganalisis kesesuaian lahan dari setiap peruntukan ruang
Kesesuaian Lahan dari setiap peruntukan ruang
TUJUAN
OUTPUT
Peruntukan
Ruang KARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN
1. Hutan
Produksi
Dasar Penetapan batas hutan produksi:
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 83/KPTS/UM/8/1981 a. Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam penetapan hutan produksi adalah
lereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah, dan intensitas hujan; b.
Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut dibedakan dalam 5
tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat kepekaannya terhadap erosi. Makin tinggi
nilai kelas parameter makin tinggi pula tingkat kepekaannya terhadap erosi;
c.
Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter setelah masing-masing
nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk parameter lereng, bobot 15 untuk
parameter jenis tanah, dan bobot 10 untuk parameter intensitas hujan (lihat tabel 1, 2 dan 3); d.
Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut yaitu lereng, jenis lahan,
dan intensitas hujan suatu wilayah hutan dinyatakan memenuhi syarat untuk ditetapkan
sebagai:
Hutan Produksi Tetap jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai < 125; tidak
merupakan kawasan lindung; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan
hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya;
Hutan Produksi Terbatas jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai 125 - 175; tidakmerupakan kawasan lindung; mempunyai satuan bentangan sekurang-kurangnya 0,25 Ha
(pada ketelitian skala peta 1 : 10.000); serta bisa berfungsi sebagai kawasan penyangga;
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai >175;
tidak merupakan kawasan lindung; dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan
kegiatan budi daya lainnya; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan
produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya.
Tabel 3 Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
47/80
37MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
2. Pertanian Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah, pertanian lahan kering
dan pertanian tanaman tahunan. Masing-masing karateristik kawasan peruntukan pertanian tersebut
memiliki kriteria teknis seperti ditunjukkan pada Tabel 7.
3. Pertam-
bangan
Peruntukan pertambangan bahan galian golongan C:
a. Bahan galian terletak di daerah dataran, perbukitan yang bergelombang atau landaikemiringan
lereng antara (0- 17), curam (17- 36) hingga sangat curam (> 36), pada alur sungai, dan carapencapaian;
b. Lokasi tidak berada di kawasan hutan lindung;
c. Lokasi tidak terletak pada bagian hulu dari alur -alur sungai (yang umumnya bergradien dasar sungai
yang tinggi);
d. Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan kecepatan sedimentasi;
e. Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara ekonomis menguntungkan untuk
dieksplorasi;
f. Lokasi penggalian tidak terletak di daerah rawan bencana alam seperti gerakan tanah, jalur gempa,
bahaya letusan gunung api, dan sebagainya.
4. Permuki
man
a. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
b. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang
cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;
c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi , abrasi);d. Drainase baik sampai sedang;
e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel
kereta api dan daerah aman penerbangan;
f. Tidak berada pada kawasan lindung;
g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
h. Menghindari sawah irigasi teknis.
5. Industri a. kemiringan lereng : kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri berkisar 0% - 25%, pada
kemiringan >25%- 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan
perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl;
b. hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai sedang;
c. klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan minimum arah angin yang menuju
permukiman penduduk;
d. geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencanalongsor;
e. lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang sampai
kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian.
6. Pariwisata a. Memiliki struktur tanah yang stabil;
b. Memiliki kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif
terhadap kelestarian lingkungan;
c. Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian yang produktif;
d. Memiliki aksesibilitas yang tinggi;
e. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur jalan raya regional;
f. Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih;
g. Terdiri dari lingkungan/ bangunan/ gedung bersejarah dan cagar budaya;
h. Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu;
i. Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair).7. Perdaga-
ngan dan
Jasa
a. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;
b. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota;
c. Dilengkapi dengan sar ana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos pemadam
kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial serta
kegiatan pengunjung;
d. Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional.
Peruntukan
RuangKARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
48/80
38 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
Tabel 4 Skoring Kelas Lereng
Tabel 5 Skoring Kelas Jenis Tanah
Tabel 6 Skoring Kelas Intensitas Hujan
Kelas
Intensitas
Hujan
Kisaran Curah Hujan
(mm/hari hujan)Keterangan
Hasil Nilai
Kelas x Bobot
1 8 - 13,6 sangat rendah 10
2 13,6 - 20,7 rendah 20
3 20,7 - 27,7 sedang 30
4 27,7 - 34,8 tinggi 40
5 34,8 sangat tinggi 50
Kelas Tanah Kelompok Jenis TanahKepekaan Terhadap
Erosi
Hasil Nilai Kelas x Bobot
1Aluvial, Tanah, Glei, Planossol,
Hidromorf Kelabu, Literite Air
Tanah
tidak peka 15
2 Latosol agak peka 30
3 Brown Forest Soil, Non Calcic kurang peka 45
4Andosol, Laterictic Gromusol,
Podsolikpeka 60
5Regosol, Litosol Organosol,
Renzinesangat peka 75
Kelas Lereng Kisaran Lereng (%) KeteranganHasil Nilai
Kelas x Bobot
1 0 - 8 datar 20
2 8 - 15 landai 40
3 15 - 25 agak curam 60
4 25 - 45 curam 80
5 45 sangat curam 100
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
49/80
39MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISKAWASAN BUDI DAYA
Bagaimana Kriteria dan Batasan Teknis Untuk Setiap
Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?
Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruan
Setiap peruntukan akan memiliki batasan/kriteria teknis masing-masing untuk kegiata
pemanfaatan yang masih diperbolehkan seperti terlihat di bawah ini.
a. Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon di kawasa
hutan produksi:
• > 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;
• > 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;
• > 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai;
• > 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
• > 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;
• > 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari te
pantai.
b. Kawasan hutan produksi dapat dikonversi dengan ketentuan sebagai berikut:• Faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masi
dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang,
luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam;
CARA MENCAPAI OUTPUT
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Hutan Produksi
Menentukan kriteria dan batasan teknis pemanfaatan ruang yang
diperbolehkan pada setiap peruntukan ruang.
Batasan/kriteria teknis pemanfaatan ruang dari setiap peruntukan ruang
di kawasan budi daya.
TUJUAN
OUTPUT
-
8/19/2019 PERMEN PU 41 Tahun 2007 Budidaya Terapan
50/80
40
G a m b
a r 3
C o n t o h P e t a K a w a s a n
H u