permasalahan dan hambatan pengembangan irigasi lahan kering serta

18
Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta Solusi Pemecahannya Puspa Malida (F1A010042)

Upload: puspa-malida

Post on 19-Jan-2016

186 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

irigasi lahan kering

TRANSCRIPT

Page 1: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering

Serta Solusi Pemecahannya

Puspa Malida (F1A010042)

Page 2: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

2

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagian besar lahan di propinsi NTB berupa lahan kering 1.807.463 ha atau 84% dari luas wilayah NTB (Suwardji, 2004). Pengertian lahan kering yang digunakan mengacu pada difinisi dari Soil Survey Staffs (1998), lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun.

Topografi wilayah lahan kering di Propinsi NTB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit dan bergunung dengan kemiringan antara 0% sampai lebih dari 40% yang sebagian besar lahan kering di propinsi NTB tersebut memiliki kemiringan di atas 15% (Renstra Lahan Kering, 2003).

Potensi pemanfaatan lahan kering di wilayah NTB untuk pengembangan pertanian sangatlah besar. Namun, pemanfaatan tersebut tidak akan maksimal apabila tidak didukung oleh sistem irigasi lahan kering yang baik yang baik. Irigasi lahan kering berperan untuk membantu meningkatkan produktivitas lahan kering. Pada kenyataannya, prasarana dan/atau teknologi irigasi lahan kering yang tersedia di NTB terbilang kurang memadai. Pengelolaannya pun tidak dilakukan semaksimal mungkin.

Page 3: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

3

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana permasalahan pada pengembangan dan pengolahan sistem irigasi lahan kering di Propinsi NTB.

2. Bagaimana solusi yang dapat kita lakukan agar lahan kering dapat di manfaatkan dengan baik.

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin di capai oleh penulis dalam karya tulis ini adalah :

1. Untuk membahas permasalahan pada pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi lahan kering di Propinsi NTB

2. Untuk mencari solusi agar daerah lahan kering dapat kita manfaatkan secara maksimal

1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin di capai oleh penulis adalah :

1. Agar kita memahami cara mengatasi lahan kering di daerah kita semua

2. Agar kita bisa memanfaatkan lahan kering yang kita miliki di daerah kita masing-masing

Page 4: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

4

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Permasalah Pada Pengembangan Dan Pengelolaan Sistem Irigasi Lahan Kering

Suwardji, (2004) menyatakan bahwa pemanfaatan dan pengembangan pertanian lahan kering beserta segala infrastrukturnya (jaringan irigasi lahan kering) dari tahun ke tahun memberikan hasil yang belum memuaskan karena adanya berbagai permasalahan/kendala, baik permasalahan biofisik lahan, ekonomi maupun sosial budaya dan kelembagaan.

Beberapa permasalahan tersebut diantaranya adalah:

(a) ketersediaan sumberdaya air yang terbatas,

(b) topografi yang tidak datar,

(c) lapisan olah tanah yang dangkal dan kurang subur,

(d) infra struktur ekonomi yang sangat terbatas,

(e) penerapan teknologi pertanian yang belum memadai,

(f) kondisi kelembagaan pertanian yang masih rendah, dan

(g) partisipasi pengusaha swasta yang masih rendah.

Akibatnya, pengembangan ekonomi dan kesejahteraan hidup masyarakat di wilayah lahan kering masih sangat terbatas, untuk itu diperlukan suatu kebijakan pembangunan lahan kering di Propinsi NTB.

Page 5: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

5

Petani lahan kering berpendapat bahwa penyebab lambatnya pengembangan system irigasi lahan kering di NTB adalah:

(a) infrastruktur ekonomi di wilayah lahan kering yang sangat terbatas,

(b) kurangnya teknologi tepat guna yang cocok diterapkan di wilayah NTB,

(c) kemampuan pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengembangan pertanian

lahan kering yang relatif terbatas, dan

(d) partisipasi berbagai stakeholder utamanya pengusaha swasta dalam

pengembangan wilayah lahan kering yang masih kurang.

Pengembangan jaringan irigasi lahan kering juga terhambat oleh adanya anggapan bahwa keadaan biofisik di wilayah NTB kurang menguntungkan. Hal tersebut mengakibatkan minimnya tingkat pembangunan infrastruktur irigasi lahan kering apabila dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur irigasi konvensional. Keadaan biofisik lahan kering di Nusa Tenggara Barat umumnya diasosiasikan sebagai lahan-lahan kritis dengan petunjuk relatif rentan terhadap fenomena kerusakan lahan akibat erosi, kesuburan serta produktivitas tanah yang relatif rendah, keadaan iklim yang kurang menguntungkan.

Page 6: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

6

Keterbatasan air tahunan merupakan kendala yang membatasi pola pertanaman yang ada di daerah lahan kering. Fluktuasi lengas tanah pada sistem pertanaman lahan kering sangat tergantung pada pasokan air hujan (Sukartono, dkk., 2001). Degradasi lahan yang muncul adalah erosi pada lahan perbukitan dan atau lahan miring, makin menurunnya kualitas kesuburan tanah (lapisan tanah menipis, agregat tanah tidak stabil), aliran permukaan yang terjadi musim hujan lebih dari 70% hilang menuju ke laut (Yasin , 2000), menurunnya kualitas DAS seperti DAS Dodokan dan DAS Jelateng di Lombok sebagai intensifnya intervensi manusia di lahan kering bagian tengah dan hulu DAS (Rapat Teknis Bapedalda, 2000).

Pengelolaan sistem pertanaman (cropping system) dan pengelolaan tanah dan air dalam arti luas di tingkat petani masih belum memadai baik dari aspek kelestarian sumberdaya alam (berwawasan lingkungan) dan keberlanjutan pendapatan (berwawasan agribisnis). Hal ini sangat terkait dengan penguasaan petani di wilayah pedesaan lahan kering terhadap teknologi budidaya dan konservasi air yang masih jauh dari memadai. Implikasi keadaan tersebut tercermin dari rata-rata pendapatan petani pedesaan di wilayah lahan kering NTB masih tergolong sangat rendah.

Page 7: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

7

2.2. Solusi Terhadap Berbagai Kendala Penghambat Pengembangan Irigasi Lahan Kering

2.2.1. Pemanfaatan teknologi tepat guna yang cocok diterapkan di NTB

Seperti yang telah disebutkan, sumber daya air yang tersedia di sebagian besar wilayah NTB amatlah terbatas. Karena itu, diperlukan teknik atau teknologi irigasi lahan kering dengan tingkat efisiensi penggunaan air yang tinggi. Jumlah air irigasi yang diberikan haruslah ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman dan kemampuan tanah memegang air.

Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah

permukaan (groundwater) melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan

kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen. Deteksi air bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan Terameter.

Ada beberapa sistem irigasi lahan kering yang dapat diterapkan di NTB, yaitu:

Page 8: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

8

Irigasi Tetes (Drip Irrigation)

Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah.

Page 9: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

9

Irigasi Curah (Sprinkler Irrigation)Prinsip yang digunakan sistem ini adalah member tekanan pada air dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah menggunakan pipa porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa berputar.

Page 10: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

10

Irigasi Saluran Terbuka (Open Ditch Irrigation)

Merupakan sistem distribusi air yang berpenampang terbuka/open channel. Dimana penampang terbagi dengan penampang alami dan buatan.

Page 11: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

11

Irigasi Bawah Permukaan (Subsurface Irrigation)Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah dibawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya dimanfatkan oleh tanaman.

Page 12: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

12

2.2.2. Diperlukan peran dari pemerintah NTB melalui berbagi kebijakan

Agar lahan kering dapat diberdayakan secara berkelanjutan, diperlukan perubahan paradigma kebijakan pemerintah baik dari pusat sampai ke daerah tentang peran lahan kering dalam pembangunan

pertanian berkelanjutan. Sampai saat ini kebijakan nasional yang secara eksplisit tertuang baru dalam GBHN yaitu pembangunan berkelanjutan.

Komitmen nasional tersebut harus diimplementasikan dalam bentuk kebijakan daerah (Propeda).

Sebagai langkah awal, pemerintah NTB melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) telah meluncurkan program Prima tani. Tujuan utama Prima Tani adalah untuk mempercepat waktu, meningkatkan kadar, dan memperluas prevalensi adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik pengguna dan lokasi, yang merupakan informasi esensial dalam rangka

mewujudkan penelitian dan pengembangan berorientasi kebutuhan pengguna.

Dengan perkataan lain, Prima Tani dirancang berfungsi ganda, sebagai modus diseminasi dan sekaligus sebagai laboratorium lapang

penelitian dan pengembangan Badan Litbang Pertanian dengan dua tujuan utama yaitu Prima Tani sebagai modus diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan serta Prima Tani sebagai laboratorium lapang penelitian dan pengembangan pertanian. Diharapkan melalui program prima tani dapat

dihasilkan teknologi irigasi lahan kering yang benar-benar cocok diaplikasikan di wilayah NTB.

Page 13: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

13

2.2.3. Perbaikan aspek biofisik

Perbaikan aspek biofisik bertujuan untuk mempermudah pembangunan serta pengaplikasian sistem irigasi lahan kering. Sehingga diharapkan dapat memancing pertumbuhan pemberdayaan lahan kering serta pembangunan jaringan irigasi lahan kering.

Dalam hal ini teknologi yang sesuai adalah teknologi tepat guna yang mengutamakan daya dukung lahan, baik dilihat dari upaya mengeliminasi pengaruh erosi maupun faktor-faktor pembatas kesuburan tanah dan keterbatasan ketersediaan air.

Penerapan teknologi tersebut dapat berbeda antara:

a. wilayah tangkapan hujan (pluvial),

b. wilayah konservasi air, dan

c. wilayah pengguna air.

Page 14: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

14

Bagi wilayah tangkapan hujan, penerapan teknologinya ditujukan untuk:

(i) Memperbesar infiltrasi dan perkolasi untuk memperkaya air tanah dan debit sumber-sumber arteris.

(ii) Mempertinggi daya simpan air tanah melalui penghijauan dan reboisasi (Justika, dkk.1997)

 

Pada wilayah konservasi air (freatik) difokuskan pada upaya berikut:

(i) Mencegah erosi lapisan tanah melalui penerapan sistem olah tanah konservasi, pemberian mulsa organik, pembuatan terassaring dan

pertanaman menurut kontur, system budidaya tanaman lorong (Alley cropping).

(ii) Memperbesar daya tampungan air hujan dan air permukaan melalui pembuatan tandon air, bendungan dan embung. Hasil penelitian Ma`shum, Lolita, Sukartono, dan Soemeinaboedhy (2000) mengungkapkan bahwa hasil panenan air hujan di wilayah lahan

kering Pringgabaya Lombok Timur (6m3 air/100m2 areal tangkapan) dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air paska musim hujan.

 

Page 15: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

15

Sedangkan implimentasi teknologi di wilayah pengguna air diarahkan pada tindakan :

(i) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan air melalui pemilihan varietas komoditas

tanaman pangan yang toleran terhadap kekeringan, pengembangan pola

pertanaman campuran pangan - legum serta rotasi tanaman (Ma’shum, dkk, 2002)

(ii) Merawat kesuburan tanah melalui konsep pengelolaan pertanian organik yang

ramah lingkungan dan sistem olah tanah konservasi. Teknologi budidaya yang

memadukan konsep efisiensi pemanfaatan air dan perawatan kesuburan tanah di

lahan kering telah banyak tersedia. Hasil penelitian Ma`shum, Lolita, dan

Sukartono selama tiga tahun (1999-2002) di lahan kering Pringgabaya

mengungkapkan bahwa pengaturan rotasi tanaman (Crop sequence) tumpang sari

kedelai/jagung – komak dengan penerapan paket pemupukan kombinasi

(anorganik + organik + hayati) mampu meningkatkan kualitas kesuburan tanah dan

produktivitas lahan.

Page 16: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

16

2.2.4. Melakukan Pertanian Sistem ” Gogo Rancah”

Gogo rancah merupakan suatu sistem pertanian yang di lakukan pada lahan kering dan hanya membutuhkan sedikit air dan tanaman yang di kembangkan adalah padi dan jagung. Adapun sistem gogo rancah yang di singkat GORA ini di kelola melalui beberapa tahap yaitu :

1. Pembajakan lahan kering tanpa air yang di lakukan oleh petani untuk mempermudah penyebaran benih padi pada saat penanaman.

2. Benih padi langsung di tanam tanpa adanya penyiapan benih di daerah lain. Benih padi ini di masukkan ke dalam lubang-lubang yang sudah di siapkan sesuai jumlah biji yang sudah di tentukan.

3. Pemberian sejumlah air untuk penyiraman dan biasanya menunggu air hujan yang datang, sehingga penanaman ini hanya akan

berlangsung pada musim hujan saja.

4. Setelah padi tumbuh di beri pupuk yang dilakukan dengan cara penyiraman dengan air maupun langsung di taburi pada tanaman.

5. Melakukan pembersihan tanaman pengganggu seperti rumput- rumput. Setelah itu petani menunggu padi untuk di panen.

6. Petani memanen hasil padi, meskipun hasil yang di dapat tidak lebih banyak hasil penanaman pada lahan subur.

Page 17: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

17

Selain dari solusi di atas, penulis juga memberikan paradigma yang lebih kongkrit untuk pertanian lahan kering yang berkelanjutan yaitu sebagai berikut. :

• Diperlukan pendekatan terpadu dalam pengembangan pertanian lahan kering• Diperlukan sekenario model pengembangan pertanian lahan kering yang spesifik • Lokasi terintegrasi dengan berbagai sektor • Diperlukan pendekatan agribisnis• Perlunya perubahan kebijakan subsisten menjadi komersial• Orientasi produk primer menjadi sekunder• Peran masyarakat menjadi lebih besar• Meningkatkan daya saing produk pertanian lahan kering• Meningkatkan kesempatan kerja• Peningkatan peluang usaha di desa• Peningkatan pendapatan petani• Peningkatan PAD dan devisa negara

Page 18: Permasalahan Dan Hambatan Pengembangan Irigasi Lahan Kering Serta

04/21/2023 18

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan

Walaupun lahan kering mempunyai berbagai permasalahan baik biofisik maupun sosial ekonomi, namun atas dasar potensi wilayah dan kesiapan teknologinya, dan dalam rangka menyongsong pelaksanaan otonomi daerah, wilayah ini tampaknya dapat menjadi unggulan pembangunan propinsi NTB untuk dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Untuk memberdayakan lahan kering secara berkelanjutan, diperlukan perubahan paradigma kebijakan pemerintah dari tingkat nasional sampai ke daerah, teknologi berkelnjutan berbasis agribisnis, pemberdayaan masyarakat lokal, dan kemauan serta kebersamaan setiaps takeholder untuk menjadikan lahan kering lebih kompetitif. Disini diperlukan komitmen dari berbagai stakeholder baik pemerintah maupun dunia usaha secara luas untuk dapat mengembangkan pertanian lahan kering yang berbasis agribisnis dan berkelanjutan.