perlunya kebijakan secara nasional untuk … ·  · 2014-09-18dinamika isu tata ruang dan...

4
TATA RUANG PERTANAHAN MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN T: 021 392 7412 E: [email protected] WWW.TATARUANGPERTANAHAN.COM Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan SERTIFIKAT PRONA halaman 3 WORKSHOP KNOWLEDGE MANAGEMENT halaman 4 RESENSI BUKU: AGRICULTURE IN URBAN PLANNING halaman 4 EDISI 7/ AGUSTUS 2014 ISU TATA RUANG: Agustus menjadi bulan yang menyoroti upaya reklamasi Teluk Benoa, Bali. Upaya ini difasilitasi pemerintah dengan mengubah peruntukan tata ruang dari kawasan konservasi menjadi daerah pemanfaatan. Sejumlah organisasi kemasyarakatan sedang menyiapkan gugatan agar Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014 yang mengubah tata ruang Teluk Benoa itu dibatalkan. Gugatan itu dilakukan karena pemerintah dianggap tidak konsisten dalam menjaga kawasan konservasi. Pada bulan ini juga, UU Kelautan yang tertunda selama 13 tahun kembali dibahas, dan diharapkan selesai dibahas pada tahun ini. Ke depan, UU Kelautan akan berperan sebagai payung hukum pengelolaan ekonomi laut, ikan, zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan negara kepulauan, termasuk aspek perdatanya. UU Kelautan mengoordinasikan 17 kementerian dan lembaga terkait pengelolaan laut dan sumber daya yang terkandung di dalamnya, termasuk di antaranya pengaturan pengelolaan laut lepas dan ZEE Indonesia berjarak lebih dari 12-200 mil dari pesisir pantai yang selama ini belum diatur. Terkait dengan moda transportasi darat, rencana pembangunan kereta bandara yang menghubungkan Stasiun Kereta Api Manggarai dengan Bandara Soekarno- Hatta segera terwujud. PT Kereta Api Indonesia berencana mengoperasikan 18 kereta per hari, mengikuti jam operasi Bandara Soekarno-Hatta 20 jam per hari. Selain itu uji coba penggunaan ERP mulai diberlakukan walau dirasa masih membutuhkan analisis lebih lanjut mengenai pengenaan biaya para pengguna jalan. Evaluasi program kampung deret pun mulai dilakukan pada bulan ini oleh Pemda DKI Jakarta. Evaluasi dilakukan menyeluruh terkait pelaksanaan hingga perencanaan agar tidak ada lagi persoalan yang merugikan warga ataupun pemerintah. ISU PERTANAHAN: Jabodetabek saat ini darurat lahan dan perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Fenomena kenaikan harga tanah dan bangunan di pusat kota menjadi indikator dari gap yang makin membesar antara permintaan dan penawaran dari perumahan yang terjangkau. Hal ini berdampak pada kebutuhan adanya Bank Tanah sebagai alternatif kebijakan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, sekaligus sebagai pengendali harga tanah. Pemerintah seharusnya mulai merealisasikan amanat UU No 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, khususnya Bab IX Pasal 105 tentang penyediaan tanah. Di bulan ini, kekerasan dalam penanganan konflik agraria dan sumber daya alam meningkat menjelang Pemilu Presiden 2014. Masalah tersebut dapat berpotensi menjadi bom waktu yang menuntut penanganan serius bagi presiden terpilih nanti. Selain itu, tumpang tindih lahan masih terjadi di beberapa daerah dan perlu perhatian lebih lanjut. Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menargetkan pembuatan sertifikat 500 bidang tanah melalui proyek operasi nasional agraria 2015. Pada tahun 2014 BPN siap membagikan sebanyak 275 sertifikat program nasional atau prona pada 11 kelurahan. [AY] NEWSLETTER KILAS BALIK: PERLUNYA KEBIJAKAN SECARA NASIONAL UNTUK ... HAL 3 Ilustrasi Laut Indonesia

Upload: dangnga

Post on 25-Apr-2018

236 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLUNYA KEBIJAKAN SECARA NASIONAL UNTUK … ·  · 2014-09-18Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan SERTIFIKAT PRONA halaman 3 ... substansi RTRW Kab/Kota. ... Bappeda Provinsi

TATA RUANG PERTANAHANMEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

T: 021 392 7412 E: [email protected] WWW.TATARUANGPERTANAHAN.COM

Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan

SERTIFIKAT PRONAhalaman 3

WORKSHOP KNOWLEDGE MANAGEMENT halaman 4

RESENSI BUKU: AGRICULTURE IN URBAN PLANNINGhalaman 4

EDISI 7/ AGUSTUS 2014

ISU TATA RUANG:

Agustus menjadi bulan yang menyoroti upaya reklamasi Teluk Benoa, Bali. Upaya ini difasilitasi pemerintah dengan mengubah peruntukan tata ruang dari kawasan konservasi menjadi daerah pemanfaatan. Sejumlah organisasi kemasyarakatan sedang menyiapkan gugatan agar Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014 yang mengubah tata ruang Teluk Benoa itu dibatalkan. Gugatan itu dilakukan karena pemerintah dianggap tidak konsisten dalam menjaga kawasan konservasi.

Pada bulan ini juga, UU Kelautan yang tertunda selama 13 tahun kembali dibahas, dan diharapkan selesai dibahas pada tahun ini. Ke depan, UU Kelautan akan berperan sebagai payung hukum pengelolaan ekonomi laut, ikan, zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan negara kepulauan,

termasuk aspek perdatanya. UU Kelautan mengoordinasikan 17 kementerian dan lembaga terkait pengelolaan laut dan sumber daya yang terkandung di dalamnya, termasuk di antaranya pengaturan pengelolaan laut lepas dan ZEE Indonesia berjarak lebih dari 12-200 mil dari pesisir pantai yang selama ini belum diatur.Terkait dengan moda transportasi darat, rencana pembangunan kereta bandara yang menghubungkan Stasiun Kereta Api Manggarai dengan Bandara Soekarno-Hatta segera terwujud. PT Kereta Api Indonesia berencana mengoperasikan 18 kereta per hari, mengikuti jam operasi Bandara Soekarno-Hatta 20 jam per hari.

Selain itu uji coba penggunaan ERP mulai diberlakukan walau dirasa masih membutuhkan analisis lebih lanjut mengenai pengenaan biaya para pengguna jalan.Evaluasi program kampung deret pun mulai dilakukan pada bulan ini oleh Pemda DKI Jakarta. Evaluasi dilakukan menyeluruh terkait pelaksanaan hingga perencanaan agar tidak ada lagi persoalan yang merugikan warga ataupun pemerintah.

ISU PERTANAHAN:

Jabodetabek saat ini darurat lahan dan perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Fenomena kenaikan harga tanah dan bangunan di

pusat kota menjadi indikator dari gap yang makin membesar antara permintaan dan penawaran dari perumahan yang terjangkau. Hal ini berdampak pada kebutuhan adanya Bank Tanah sebagai alternatif kebijakan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, sekaligus sebagai pengendali harga tanah. Pemerintah seharusnya mulai merealisasikan amanat UU No 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, khususnya Bab IX Pasal 105 tentang penyediaan tanah.

Di bulan ini, kekerasan dalam penanganan konflik agraria dan sumber daya alam meningkat menjelang Pemilu Presiden 2014. Masalah tersebut dapat berpotensi menjadi bom waktu yang menuntut penanganan serius bagi presiden terpilih nanti. Selain itu, tumpang tindih lahan masih terjadi di beberapa daerah dan perlu perhatian lebih lanjut.

Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menargetkan pembuatan sertifikat 500 bidang tanah melalui proyek operasi nasional agraria 2015. Pada tahun 2014 BPN siap membagikan sebanyak 275 sertifikat program nasional atau prona pada 11 kelurahan.[AY]

NEWSLETTER

KILAS BALIK:

PERLUNYA KEBIJAKAN SECARA NASIONAL UNTUK ... HAL 3

Ilustrasi Laut Indonesia

Page 2: PERLUNYA KEBIJAKAN SECARA NASIONAL UNTUK … ·  · 2014-09-18Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan SERTIFIKAT PRONA halaman 3 ... substansi RTRW Kab/Kota. ... Bappeda Provinsi

Penyediaan tanah menjadi faktor penting dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dengan kemunculan konflik lahan yang menghambat penyediaan tanah, membuat ide pembentukan Bank Tanah mencuat ke permukaan. Hal itulah yang kemudian dibahas dalam Focus Group Discussion Urban Land Policy, yang diadakan oleh Direktorat Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/Bappenas, di Hotel

Ambhara, Jakarta (8/7).

FGD Urban Land Policy dilaksanakan dalam rangka penyusunan Roadmap Housing Policy Reform sebagai masukan bagi penyusunan RPJMN 2015-2019 Bidang Perumahan dan Permukiman. Pada FGD ini turut hadir pula Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Perumahan Rakyat, HUD, dan Perumnas.

Direktur Perumahan dan Permukiman, Ir. Nugroho Tri Utomo, MRP, mengungkapkan bahwa FGD ini dilaksanakan untuk menyepakati teknik penyediaan tanah yang paling efektif dan menyepakati model dan tahapan pembentukan bank tanah.

Pembentukan bank tanah dimaksudkan untuk memperkuat UU No. 2 Tahun 2013 tentang Penyediaan Tanah Bagi Pembangunan untuk kepentingan umum. Dengan adanya bank tanah dapat mempercepat proses akuisisi lahan oleh pemerintah, khususnya bagi tanah-tanah terlantar serta penyediaan tanah bagi

Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015 – 2019

Perlunya kebijakan secara nasional untuk melengkapi penanganan tata ruang dengan mempercepat proses penyusunan regulasi dan pedoman terkait penataan ruang, seperti, penyediaan pedoman penetapan serta petunjuk penetapan insentif LP2B, dan penegasan KLHS sehingga daerah mendapat petunjuk dalam penerapannya dan percepatan penerbitan persetujuan substansi RTRW Kab/Kota.

Hal ini dibahas pada Focus Group Discussion penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015 – 2019 Bidang Tata Ruang di Hotel Akmani, Jakarta (10/7). Pertemuan yang bertujuan untuk mendapatkan masukan dan saran dari Pemerintah Daerah terhadap Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang ini, mengundang empat narasumber Bappeda Provinsi sebagai perwakilan dari pulau-pulau besar di Indonesia, yakni Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Barat, Bappeda Provinsi Jawa Timur, Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo, dan Bappeda Provinsi Kalimantan Timur .

Perwakilan daerah mengajukan usulan secara umum terhadap revisi RTRWN, yakni dengan penambahan PKN dan KSN, serta peningkatan status dan penambahan sarana transportasi seperti bandara dan pelabuhan menjadi status internasional dan nasional.

Di lapangan, beberapa perwakilan daerah mengungkapkan bahwa seringkali perda terhambat oleh tanah ulayat, hal ini harus segera menjadi perhatian pemerintah. Sementara itu, khusus untuk daerah tertinggal sebaiknya intervensi pemerintah lebih dominan dibanding swasta dalam hal pendanaan. Terkait kerangka kelembagaan dapat ditambahkan stakeholders

Kementerian Kehutanan untuk kawasan hutan negara dan BPN (Badan Pertanahan Nasional).

Pada forum tersebut juga daerah mengemukakan bahwa perlu adanya sinergitas rencana pembangunan dengan rencana tata ruang. Hal ini dapat dilakukan dengan pemetaan indikasi program dalam RTR dengan rencana pembangunan.

Bidang PertanahanPembahasan penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015 - 2019 Bidang Pertanahan dilaksanakan di hari berikutnya (11/7). Pada FGD tersebut selain untuk mendapatkan masukan dan saran dari Kanwil BPN dan Pemerintah Daerah dalam penyusunan Draf-0 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan, forum ini pun bertujuan untuk mensosialisasikan gambaran pokok-pokok kebijakan nasional di Bidang Pertanahan untuk Tahun 2015-2019.

Dalam forum tersebut, berbagai permasalahan pengelolaan pertanahan, disampaikan oleh narasumber dan peserta yang tidak jauh berbeda dengan kegiatan sehari sebelumnya, mereka adalah perwakilan BPN dari beberapa daerah di Indonesia, di antaranya BPN Gorontalo, BPN Jawa Timur, BPN Kalimantan Timur, BPN Maluku Utara, dan BPN Sumatera Barat.

Beberapa isu yang perlu mendapat perhatian di antaranya perubahan dari stelsel negatif menjadi stelsel positif, alih fungsi lahan, minimnya peta dasar, tanah adat ulayat, batas wilayah, penyediaan lahan, sinergi kelembagaan, dan tumpang tindihnya perizinan lahan.

Banyak RTRW yang belum disahkan karena berbenturan dengan regulasi dan kebijakan Kementerian Kehutanan, terutama dalam hal kawasan hutan. Kasus-kasus yang berkaitan dengan

penyalahgunaan kawasan hutan seringkali menyeret pejabat yang bersangkutan ke ranah hukum. Seringkali saat ada kasus yang dibawa ke ranah hukum, BPN mengalami kekalahan di pengadilan karena dokumen yang dimiliki oleh BPN tidak lengkap. Hal ini berdampak pada kebutuhan akan peningkatan sistem pengelolaan arsip/dokumen pertanahan untuk menunjang sistem publikasi positif.

Selain itu, peningkatan layanan pertanahan harus meliputi semua jenis legalisasi aset untuk access reform bukan hanya redistribusi. Terkait dengan kebutuhan SDM, pada forum tersebut diungkapkan bahwa selain penambahan juru ukur, perlu juga penambahan pegawai peneliti dokumen yuridis.

Di sisi lain, perwakilan BPN Gorontalo mengemukakan kebutuhan akan pembatasan konversi lahan pertanian menjadi non pertanian melalui pemberian insentif dan disinsentif, misalnya untuk hunian vertikal dan perbaikan infrastruktur. Hal ini penting untuk menjamin terjaganya lumbung pangan yang ada di Provinsi Gorontalo.

Pada forum tersebut, perwakilan BPN daerah menceritakan pula mengenai berbagai kegiatan inovasi yang telah mereka lakukan. Beberapa inovasi kegiatan yang telah dilakukan Kanwil BPN Jatim dalam pelayanan pertanahan, antara lain: one day service, layanan tujuh menit (SOP 8 jam, dilayani hanya 7 menit), layanan hari Sabtu, dan BPN go mobile.

Berbagai cerita dan masukan dari peserta FGD tersebut akan dipetakan dan dipilah-pilah sesuai dengan kebijakan yang telah disusun dalam Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan. [GN/CAP/IK]

POTRET KEGIATAN:

Sumber: Dokumentasi TRP

Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

2

Page 3: PERLUNYA KEBIJAKAN SECARA NASIONAL UNTUK … ·  · 2014-09-18Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan SERTIFIKAT PRONA halaman 3 ... substansi RTRW Kab/Kota. ... Bappeda Provinsi

Sertifikat Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA)

PRONA adalah singkatan dari Proyek Operasi Nasional Agraria. PRONA diatur dalam Kepmendagri No. 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria. Tujuan utama dari PRONA adalah memproses pensertipikatan tanah secara masal sebagai perwujudan dari pada program Catur Tertib di bidang Pertanahan yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dan ditujukan bagi segenap lapisan masyarakat terutama bagi golongan ekonomi lemah, serta menyelesaikan secara tuntas terhadap sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis. PRONA dibentuk dalam lingkungan Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri.

PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi aset dan pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudikasi, pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertipikat/tanda bukti hak atas tanah dan diselenggarakan secara massal. Kegiatan PRONA pada prinsipnya merupakan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali. PRONA dilaksanakan secara terpadu dan ditujukan bagi segenap lapisan masyarakat terutama bagi golongan ekonomi lemah dan menyeselaikan secara tuntas terhadap sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis.

Tujuan PRONA adalah memberikan pelayanan pendaftaran pertama kali dengan proses yang sederhana, mudah, cepat dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran tanah di seluruh indonesia dengan mengutamakan desa

miskin/tertinggal, daerah pertanian subur atau berkembang, daerah penyangga kota, pinggiran kota atau daerah miskin kota, daerah pengembangan ekonomi rakyat.

Peserta PRONA berkewajiban untuk: (1) menyediakan/menyiapkan alas hak/alat bukti perolehan/penguasaan tanah yang akan dijadikan dasar pendaftaran tanah sesuai ketentuan yang berlaku; (2) menunjukkan letak dan batas-batas tanah yang dimohon (dapat dengan kuasa); (3) menyerahkan Bukti Setor Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Bukti Setor Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi peserta yang terkena ketentuan tersebut; dan (4) memasang patok batas tanah sesuai ketentuan yang berlaku.

KRITERIA SUBYEK PRONASubyek atau peserta PRONA adalah masyarakat golongan ekonomi lemah sampai dengan menengah. Masyarakat golongan ekonomi lemah sampai dengan menengah yang memenuhi persyaratan sebagai subyek/peserta PRONA yaitu pekerja dengan penghasilan tidak tetap antara lain petani, nelayan, pedagang, peternak, pengrajin, pelukis, buruh musiman dan lain-lain pekerja dengan penghasilan tetap. Di dalam penetapan lokasi PRONA perlu memperhatikan kondisi wilayah dan infrastruktur pertanahanan yang tersedia. Bidang tanah yang dapat didaftarkan atas nama seseorang atau 1 (satu) peserta dalam kegiatan PRONA paling banyak 2 (dua) bidang tanah.

KRITERIA OBYEK PRONAAdapun kriteria obyek PRONA, yakni

sebagai berikut: (1) Tanah sudah dikuasai secara fisik; (2) Mempunyai alas hak (bukti kepemilikan); (3) Bukan tanah warisan yang belum dibagi: (4) Tanah tidak dalam keadaan sengketa; (5) Lokasi tanah berada dalam wilayah kabupaten lokasi peserta program yang dibuktikan dengan KTP; dan (6) Memenuhi ketentuan tentang luas tanah maksimal obyek PRONA.

TAHAPAN PELAKSANAAN PRONASetelah kriteria subyek dan obyek terpenuhi, maka kita dapat melanjutkan ke tahapan pelaksanaan PRONA. Beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni: (1)Penyerahan dokumen anggaran; (2) Penetapan Lokasi; (3) Penyuluhan; (4) Pengumpulan data (alat bukti/alas hak, Penetapan Peserta); (5) Pengukuran dan Pemetaan; (6) Pemeriksaan Tanah; (7) Pengumuman; (8) Penerbitan SK Hak/Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis (Penetapan Hak); (9) Penerbitan sertipikat/Pembukuan Hak; dan (10) Penyerahan Sertipikat.

SUMBER BIAYA PRONABiaya untuk pelaksanaan pengelolaan kegiatan PRONA bersumber dari rupiah murni pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang dialokasikan ke anggaran BPN. Sementara untuk biaya materai, pembuatan dan pemasanagan patok tanda batas, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi yang terkena ketentuan perpajakan menjadi beban kewajiban peserta program.

(dari berbagai sumber)

WAWASAN

LINK TERKAITDirektorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas Portal Tata Ruang dan PertanahanSekretariat BKPRN

Potret Kegiatan TRPPenyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015 - 2019Workshop Knowledge Management

Gedung BPN RI

3

Page 4: PERLUNYA KEBIJAKAN SECARA NASIONAL UNTUK … ·  · 2014-09-18Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan SERTIFIKAT PRONA halaman 3 ... substansi RTRW Kab/Kota. ... Bappeda Provinsi

Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan PertanahanTim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan PertanahanEditor : Astri, Gina, SantiLayout: Indra dan Astri

Agriculture in Urbang Planning

Pertanian perkotaan (urban agriculture/UA) adalah industri yang terletak di dalam atau di pinggiran kota atau metropolis yang tumbuh dan muncul; proses dan distribusi berbagai produk makanan dan bukan makanan; penggunaan sebagian besar sumber daya manusia dan material; produk dan layanan yang ditemukan di dalam dan sekitar daerah perkotaan;

dan pada gilirannya memasok sumber daya manusia, bahan, produk, dan jasa sebagian besar daerah perkotaan. Melihat pengembangan kebijakan 15 tahun terakhir, UA menjadi bidang yang diakui saat ini. Hal ini karena UA mendukung mata pencaharian dan menghasilkan nilai ekonomi dari lahan yang kosong dan terbengkalai. Selain itu, UA juga menjadi katalis organisasi masyarakat untuk penghijauan kota. Hal ini dapat meningkatkan keanekaragaman makanan karena UA memperbolehkan produk segar berasal dari sumber daya lokal.

Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agropolis penerima beasiswa di Afrika dan Amerika Latin

antara 2002 dan 2005, yang dilakukan di Ghana, Senegal, Malawi, dan Nigeria.

Bab-bab dalam buku ini bercerita tentang sistem pangan perkotaan, perencanaan kota, penggunaan metodologi partisipatif dan penggunaan air limbah. Sebuah studi di Kenya meneliti ketahanan pangan dan gizi untuk tingkat rumah tangga di daerah miskin Nairobi. Berbeda dengan penelitian di Nikaragua yang mengeksplorasi ekologi sosial dan jaringan praktik berkebun di rumah. Sementara bab lainnya menyajikan temuan awal terkait dengan kesehatan petani di pinggiran kota Rosario (Argentina). [GP]

Judul Buku: Agriculture in Urban PlanningPenyusun: Mark RedwoodPenerbit : International Development Research CentreJumlah halaman: 267

DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN,BAPPENASJalan Taman Suropati No. 2AGedung Madiun Lt. 3

T : 021 392 7412F : 021 392 6601E : [email protected]: www.trp.or.id

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:

RESENSI BUKU:

Knowledge Management adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur dan menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang. Pesatnya perkembangan teknologi menjadi kebutuhan di setiap organisasi dalam mengelola data dan pengetahuan yang dimiliki, hal ini pula yang melatarbelakangi

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan untuk mempelajari dan mengembangkan manajemen pengetahuan atau yang lebih dikenal dengan Knowledge Management.

Melanjutkan lokakarya pengelolaan pengetahuan yang sebelumnya telah dilaksanakan pada 20 Maret 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan kembali menyelenggarakan workshop Knowledge Management sebagai bentuk dari diseminasi kebijakan dan rencana penerapannya.

Workshop yang diselenggarakan pada 21 Juli 2014 di Hotel Oria, Jakarta ini, bertujuan untuk mensosialisasikan aplikasi Knowledge Management yang telah disusun oleh tim TRP untuk berbagi pengetahuan di lingkup Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Aplikasi KM TRP ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan aset pengetahuan dari berbagai sektor, terutama mengenai Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Masukan dari para user sistem dan pengembang Knowledge Management

untuk perbaikan penerapan KM di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memiliki peranan yang sangat penting untuk penggunaannya di masa yang akan datang.

Adapun beberapa agenda dari pengelolaan pengetahuan TRP yakni berfokus pada tiga hal, antara lain: (a) membuat pengetahuan dan proses pengetahuan lebih eksplisit; (b) pengembangan kerangka kerja strategis untuk memandu eksploitasi pengetahuan – dalam produk, jasa, dan proses; dan (c) pengenalan metode yang lebih sistematis untuk manajemen pengetahuan.

Ke depan, Knowledge Management yang telah diterapkan di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan tidak hanya dianggap sebagai kegiatan yang episodik, namun terus menerus dan berkelanjutan, karena akan bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan sebuah organisasi. [AY]

Workshop Knowledge Management

Sumber: Dokumentasi TRP

Generating Livelihoods and Food Security

4