perlu dicari untuk penelitian puskesmas
DESCRIPTION
uTRANSCRIPT
Daftar Pustaka BAB I-IV
Kemenkes, 2011
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Kementrian Kesehatan RI tahun 2011 pada Pedoman Umum Pengelolaan
Posyandu
Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA tahun 2011
dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010-2014
Puskesmas Tegallalang I, 2013
Notoatmodjo, 2007
Suryaningsih (2012
kamus Bahasa Indonesia (1995)
Hurlock (1998) Umur ibu, posyandu
Yasmin (2003) Umur ibu, posyandu
Wawan dan Dewi, 2010 Pendidikan ibu, posyandu
Depdiknas, 1995 Pekerjaan ibu
Hastono (2009 Pekerjaan ibu, posyandu
Maharsi R (2007 Jumlah balita, posyandu
Yuryanti (2010) Umur balita, posyandu
Kadek, 2006 Motivasi ibu, posyandu
Handoko (1999 Motivasi ibu, posyandu
Kurnia (2011 Kuesioner
Triwahyudianingsih (2009 Kuesioner
Umur
Menurut Hastono (2009) bahwa pada ibu yang berumur muda dan baru memiliki anak
akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap anak mereka, seiring
bertambah usia, bertambah kesibukan, bertambah jumlah anak maka ini akan
mempengaruhi motivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk anak.
Hal ini berbeda dengan Hurlock (1999) yang menyatakan ibu muda cenderung kurang
memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga dalam mengasuh
dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tuanya terdahulu.
Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan kemampuan
berfikir, menelaah, dan memahami informasi yang diperoleh dengan mempertimbangkan
yang lebih rasional dan pendidikan yang baik akan memberikan kemampuan yang baik
pual dalam mengambil keputusan tentang kesehatan keluarga (Hastono, 2009) dan ini
didukung juuga oleh hasil penelitian Koto (2011) menyimpulkan bahwa ibu yang
memiliki pendidikan rendah berpeluang 2,964 kali untuk memiliki perilaku kunjungan
Posyandu kurang dibanding dengan ibu yang berpendidikan tinggi.
Pekerjaan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kurnia (2011) yang menyebutkan adanya hubungan
yang signifikan antara status bekerja ibu dengan partisipasi pemanfaatan pelayan gizi di
Posyandu. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yuryanti (2010) dan Koto
(2011) menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan
kunjungan ke Posyandu.
Jumlah anak balita
Hal ini sama dengan hasil penelitian dari Koto (2011) yaitu keluarga yang memiliki
jumlah balita lebih sedikit maka ibu akan lebih sering datang ke Posyandu.
Umur balita
-----
Pengetahuan ibu tentang posyandu
Dari pengalaman dan penilitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berdasarkan penelitian Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yaitu kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), evaluasi, percobaan
(trial), dan adopsi. Penerimaan perilaku baru jika melewati seluruh proses tersebut dan didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka
akan berlangsung sebentar.
Green (1980) mengungkapkan peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan
perubahan perilaku. Green menambahkan pula pengetahuan tertentu tentang kesehatan
mungkin penting sebelum tindakan kesehatan terjadi namun perilaku kesehatan mungkin
tidak terjadi jika kurang mendapat dukungan dari pengetahuan yang dimiliki.
Sejauh ini pengetahuan erat dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang diharapkan
bahwa dengan pendidikan tinggi maka orang atau individu tersebut dapat memiliki
pengetahuan yang semakin luas. Namun perlu diingat bahwa pengetahuan tidak saja
diperoleh dari pendidikan formal, melainkan juga dari pendidikan informal.
Berdasarkan hasil penelitian Kurnia (2011) dan Suryaningsih (2012) tingkat
pengetahuan ibu tidak memberikan hubungan yang signifikan terhadap partisipasi dalam
pemanfaatan Posyandu.
Sikap ibu terhadap posyandu
Berdasarkan penelitian Suryaningsih (2012) terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap ibu balita terhadap kunjungan ke Posyandu, yaitu responden yang mempunyai sikap
positif mempunyai peluang 1,17 kali untuk berperilaku kunjungan baik.
Motivasi ibu terhadap posyandu
1. Faktor intrinsik
a. Fisik
Faktor fisik merupakan segala hal yang berkaitan dengan kondisi fisik ibu balita
untuk datang ke Posyandu sehingga berakhir pada keputusan niat ibu balita untuk
datang atau tidak ke Posyandu. Pada ibu yang sakit, misalnya, akan menyebabkan
ibu tidak dapat datang membawa anaknya ke Posyandu sehiingga hal ini akan
berdampak pada status kesehatan balitanya dan demikian sebaliknya.
b. Proses mental
Motivasi adalah suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapo ada kebutuhan
yang mendasari munculnya motivasi tersebut. Pada ibu balita yang mengalami
suatu gangguan secara mental, misal stress akibat masalah keluarga, dapat
menghambat proses ibu balita tersebut untuk datang ke Posyandu (Handoko,
1999)
c. Keinginan dalam diri sendiri
Didalam diri tiap individu terdapat kemampuan, keterampilan, dan kebiasaan
yang menunjukkan kondisi orang untuk melaksanakan suatu kegiatan yang
mungkin dimanfaatkan sepenuhnya ataupun tidak. Pada ibu balita kehadiran ke
Posyandu tanpa paksaan dipengaruhi oleh kesadaran ibu untuk memantau status
kesehatan balitanya.
d. Pengelolaan diri
Pengelolaan diri seseorang dapat dipengaruhi dari individu itu sendiri atau dari
luar, seperti anggota keluarga atau masyarakat sekitar. Jadi, keinginan ibu balita
untuk berpartisipasi aktif datang ke Posyandu dapat dipengaruhi oleh dukungan
keluarga, kader Posyandu, dan lingkungan sekitarnya.
2. Faktor ekstrinsik
Sehingga hal ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan untuk selalu
memanfaatkan pola penyuluhan, media, dan model pembelajaran yang bervariasi
dalam kegiatan memberikan pengetahuan tentang fungsi Posyandu pada ibu balita.
Dalam penelitian Suryaningsih (2012) tidak ada hubungan yang bermakna antara
motivasi dan perilaku kunjungan ibu yang mempunyai bayi dan balita ke Posyandu.
Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Yuryanti (2010), dimana ada
hubungan bermakna antara motivasi dengan perilaku kunjungan ibu balita ke
Posyandu.
Pengadaan pemberian makanan tambahan
--------
Kader kesehatan
Kiranya perlu ditekankan bahwa para kader kesehatan berperan sebagai pelaku dari
suatu sistem kesehatan karena itulah kader perlu dibina, dituntun, serta didukung oleh
para pembimbing yang lebih terampil berpengalaman (WHO,1995). Dukungan kader bila
dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan cakupan Posyandu. Peran kader dalam
kegiatan Posyandu sangat penting mulai dari persiapan dan pelaksanaan Posyandu serta
kegiatan diluar Posyandu dengan tujuan meningkatkan kunjungan ibu ke Posyandu.
Dukungan keluarga
Berdasarkan hasil penelitian Suryaningsih (2012) tidak ada hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga dengan kunjungan ibu ke Posyandu. Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian Yuryanti (2010) yaitu ibu yang mendapat dukungan dari keluarga akan
berperilaku baik 2,716 kali untuk membawa anaknya ke Posyandu dibandingkan dengan
ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.
Dukungan tokoh masyarakat