perlindungan hukum terhadap hak dokter yang …

27
18 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG MEMBERIKAN PELAYANAN MEDIS B. R. Hertaty Siahaan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia [email protected] Moskwadina Gultom Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia [email protected] ABSTRAK Berdasarkan data yang dilaporkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sejak kurun waktu 2006 sampai 2015 ada 317 kasus dugaan malpraktek terdiri dari 114 di antaranya adalah dokter umum, 76 kasus dokter bedah, dokter kandungan dengan 56 kasus, dan dokter spesialis anak 27 kasus.. Hubungan dokter dan pasien yang dilandasi perjanjian teraupetic memiliki hak dan kewajiban dan dilakukan dengan kehati-hatian. Disadari atau tidak, dokter sebagai subyek dalam melakukan pelayanan kesehatan melakukan juga hubungan-hubungan hukum, yang berkaitan dengan hal- hal yang yuridis. Hal ini mengandung arti bahwa seorang dokter berlaku pula ketentuan-ketentuan umum sebagai subyek hukum yang dapat dimintakan pertanggungjawabannya dalam memenuhi atau menjalankan profesinya sebagai dokkter. Dalam UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 50 sampai Pasal 53 memuat hak dan kewajiban pasien maupun dokter. Aturan tersebut memberikan perlindungan pada dokter maupun dokter gigi, asalkan dokter tersebut menjalankan tugasnya sesuai standar profesi dan juga berhak mendapat informasi yang jujur dan lengkap dari pasien maupun keluarganya dan berhak memperoleh imbalan jasa. Selain itu dokter memiliki kewajiban memberikan pelayanan medis sesuai dengan standard profesi dan standard prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien, merujuk pasien apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan, merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan setelah pasien meninggal dunia, serta menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti dunia perkembangan ilmu kedokteran. Dengan terlindunginya hak-hak dokter maka diharapkan dokter dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai standar kedokteran dan memenuhi fungsi sosial sesuai Pasal 28 H ayat 1 dan Pasal 34 ayat 3 UUD 1945 melaksanakan pelayanan kesehatan.

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

18

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG

MEMBERIKAN PELAYANAN MEDIS

B. R. Hertaty Siahaan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

[email protected]

Moskwadina Gultom Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Berdasarkan data yang dilaporkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sejak kurun waktu 2006 sampai 2015 ada 317 kasus dugaan malpraktek terdiri dari 114 di antaranya adalah dokter umum, 76 kasus dokter bedah, dokter kandungan dengan 56 kasus, dan dokter spesialis anak 27 kasus.. Hubungan dokter dan pasien yang dilandasi perjanjian teraupetic memiliki hak dan kewajiban dan dilakukan dengan kehati-hatian. Disadari atau tidak, dokter sebagai subyek dalam melakukan pelayanan kesehatan melakukan juga hubungan-hubungan hukum, yang berkaitan dengan hal-hal yang yuridis. Hal ini mengandung arti bahwa seorang dokter berlaku pula ketentuan-ketentuan umum sebagai subyek hukum yang dapat dimintakan pertanggungjawabannya dalam memenuhi atau menjalankan profesinya sebagai dokkter. Dalam UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 50 sampai Pasal 53 memuat hak dan kewajiban pasien maupun dokter. Aturan tersebut memberikan perlindungan pada dokter maupun dokter gigi, asalkan dokter tersebut menjalankan tugasnya sesuai standar profesi dan juga berhak mendapat informasi yang jujur dan lengkap dari pasien maupun keluarganya dan berhak memperoleh imbalan jasa. Selain itu dokter memiliki kewajiban memberikan pelayanan medis sesuai dengan standard profesi dan standard prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien, merujuk pasien apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan, merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan setelah pasien meninggal dunia, serta menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti dunia perkembangan ilmu kedokteran. Dengan terlindunginya hak-hak dokter maka diharapkan dokter dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai standar kedokteran dan memenuhi fungsi sosial sesuai Pasal 28 H ayat 1 dan Pasal 34 ayat 3 UUD 1945 melaksanakan pelayanan kesehatan.

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

19

I. PENDAHULUAN

Kasus-kasus malpraktek yang terjadi di Indonesia dan menarik perhatian

publik yang terkadang menimbulkan pandangan negatif kepada dokter1. Bahkan dari

data yang dilaporkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sejak kurun waktu

2006 sampai 2015 ada 317 kasus dugaan malpraktek terdiri dari 114 di antaranya

adalah dokter umum, 76 kasus dokter bedah, dokter kandungan dengan 56 kasus, dan

dokter spesialis anak 27 kasus2.kedudukan pasien yang semula hanya merupakan

pihak yang bergantung pada dokter dalam menentukan cara yang akan dipilih untuk

melakukan terapi atau penyembuhan pasien. Kini kedudukan pasien dan dokter

menjadi seimbang atau sederajat. Sekarang dokter juga harus memperhatikan dan

mempertimbangkan pendapat dari pasien dalam memilih cara pengobatan yang sesuai

dengan kehendak pasien.

Menurut Verberne karena menurut beliau sekarang posisi dokter bukan lagi

dianggap sebagai rohaniawan yang dapat menyembuhkan pasien tetapi telah berubah

dan dokter dipandang sebagai ilmuwan yang pengetahuannya diperlukan guna dapat

menyembuhkan berbagai penyakit yang diderita pasien. Oleh karena itu dokter

dituntut untuk memiliki suatu kecakapan ilmiah3. Disadari atau tidak, dokter sebagai

subyek dalam melakukan pelayanan kesehatan melakukan juga hubungan-hubungan

hukum, yang berkaitan dengan hal-hal yang yuridis. Hal ini menunjukkan sifat

hubungan yang terjadi antara pasien dan dokter dengan dasar adanya perjanjian yang

dilakukan dengan hati-hati. Hubungan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan dokter

dan pasien, di mana pasien sebagai penerima pertolongan medis dan dokter sebagai

pemberi pertolongan medis merupakan pelaku subyek hukum . Hal ini mengandung

arti bahwa seorang dokter berlaku pula ketentuan-ketentuan umum sebagai subyek

hukum yang dapat dimintakan pertanggungjawabannya dalam memenuhi atau

menjalankan profesinya sebagai dokter. Apabila sebagai dokter melakukan hal-hal

yang juga bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum maka dokter tersebut pun

1. http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-malpraktek-dalam-dunia-kedokteran-html, diakses 12 September 2020 Jam 15.00 wib

2.https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unissula.ac.id/7045/4/BAB%2520I.pdf&ved=2ahUKEwiOxv-zjePrAhVygUsFHRB_Bk4QFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw24DTweSIZ-lDM38xy5rO1H 3. M. Kartono. 1986, Profesi Dokter Kini dan Esok, Jakarta, FK UI, hal. 1

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

20

dapat dituntut secara pidana atau diartikan melakukan tindak pidana. Oleh karena itu

perlu memperhatikan syarat pemidanaan yang dinyatakan oleh Moeljatno

memperhatikan adanya perbuatan yang dapat dikenakan sanksi pidana atau criminal

liability dan dipertanggungjawabkannya perbuatan (criminal responsbility)4.

Dalam melakukan penuntutan terhadap dokter haruslah memperhatikan

apakah kerugian yang dialami pasien memang merupakan akibat atau berhubungan

langsung dengan tindakan yang dilakukan oleh dokter yang bersangkutan. Hal ini

berkaitan dengan dokter yang telah melakukan tugas pelayanan kesehatan sesuai

dengan prinsip-prinsip keahliannya. Dasar inilah diharapkan adanya kesadaran

hukum guna melindungi kepentingan masing-masing dalam masyarakat. Keadaan ini

menunjukkan perlu kesadaran tentang hal-hal apa seyogyanya yang harus diperbuat

terhadap orang lain baik dokter maupun pasien. Tentu hal ini menuntut adanya kesadaran kedua

belah pihak akan kewajiban hukum masing-masing terhadap pihak lain5

Dalam hubungan pasien dan dokter ini yang berdasarkan kontraktual maka

masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang harus dijaga oleh masing-masing

pihak sehingga hubungan pasien dan dokter dapat terjalin dengan harmonis. Hal ini

sesuai dengan deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia atau Declaration of Human

Rihgts) tahun 1948. Menurut deklarasi PBB tsb bahwa setiap orang berhak mendapat

pelayanan dan perawatan kesehatan bagi dirinya maupun keluarga. Adapun hak

pasien pada dasarnya terdiri dari dua yaitu 1. The Rights to health dan 2. The Rights

to self determination. Oleh karena itu perlu adanya perlindungan hak pasien namun

terkadang kemajuan jaman menyebabkan memudarnya perlindungan terhadap hak

dasar pasien.

Dalam dunia medis atau kesehatan peranan dokter, perawat dan orang-

orang yang bekerja di lingkup kesehatan memegang peranan penting untuk

tercapainya tujuan kesehatan dan masyarakat.. Para tenaga kesehatan ini dalam

melakukan tugasnya haruslah bersifat profesional yang artinya setiap putusan yang

diambil dapat bersifat mandiri tetapi tetap berlandaskan atas kesadaran, tanggung

jawab dan moral yang tinggi sesuai dengan etika profesinya.6 Oleh sebab itu

hubungan antara pasien dan dokter haruslah dilandaskan adanya perlindungan hukum

4. Sudarto, 2009, Hukum Pidana I Edisi Revisi, Semarang, UNDIP, hal. 73 5. M.Sudikno, 1984, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Yogyakarta, Liberty, hal. 120 6. Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana,2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Jakarta, PT Prestasi Pustakaraya, hal. 1

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

21

pada kedua pihak. Perlindungan hukum ini sangat diperlukan dalam melindungi dan

mendorong agar dokter dapat menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan yang

sesuai dengan sumpah mereka sebagai dokter profesi. Hal ini diangkat sebagai topik

Seminar di FF UNAIR 5Oktober 2016 dengan tema “Peningkatan Tenaga Kesehatan

Dalam Pelayanan Kesehatan Serta Perlindungan Hukumnya” baik dari sudut Hukum

Perdata, Hukum Pidana dan administrasi7. Dalam hal ini peneliti menguraikan dari

sudut hukum pidana. Adapun yang dimaksud dengan perlindungan hukum menurut

Setiono ialah tindakan atau upaya melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-

wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum untuk mewujudkan

ketertiban dan ketenteraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati

martabatnya sebagai manusia8 Menurut Muchsin perlindungan hukum merupakan

kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai

kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya

ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama.9 Sedangkan menurut Satjipto

Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi

manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat

agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum10. Dikaitkan dengan

hak pasien dan dokter berarti hukum memberikan perlindungan terhadap pasien dan

dokter dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.

Dalam UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 50 sampai

Pasal 53 memuat hak dan kewajiban pasien maupun dokter. Aturan tersebut

memberikan perlindungan pada dokter maupun dokter gigi, asalkan dokter tersebut

menjalankan tugasnya sesuai standar profesi dan juga berhak mendapat informasi

yang jujur dan lengkap dari pasien maupun keluarganya dan berhak memperoleh

imbalan jasa. Selain itu dokter memiliki kewajiban memberikan pelayanan medis

sesuai dengan standard profesi dan standard prosedur operasional sera kebutuhan

medis pasien, merujuk pasien apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau

pengobatan, merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan

7. https://www.unair.ac.id/site/article/read/754/pentingnya-perlindungan-hukum-bagi-tenaga-kesehatan.html, diunduh di Jakarta tgl 3 September 2020 Jam 13.00 wib 8.Setiono, 2004, Supremasi Hukum, Surakarta, UNS, hal. 3 9. Muchsin.2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia, Surakarta, Universitas Sebelas Maret hal. 14. 10. Rahardjo S. 2000, Ilmu Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal. 54

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

22

setelah pasien meninggal dunia, serta menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti

dunia perkembangan ilmu kedokteran. Dengan terlindunginya hak-hak dokter maka

diharapkan dokter dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai standar

kedokteran dan memenuhi fungsi sosial sesuai Pasal 28 H ayat 1 dan Pasal 34 ayat 3

UUD 1945 melaksanakan pelayanan kesehatan

II. PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana perlindungan hukum terhadap Hak Dokter yang memberikan pelayanan

kesehatan ?

III. TUJUAN PENELITIAN

Menggambarkan tinjauan yuridis mengenai perlindungan hukum terhadap Hak

Dokter yang memberikan pelayanan kesehatan.

IV. METODE PENELITIAN

Berdasarkan jenis penelitian normatif, penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif mengandung makna penelitian

yang dimaksud untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau lain-lain yang sudah

disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian dan tipe

penelitian secara normatif dengan meneliti asas-asas dari aturan-aturan yang

mengatur masalah perlindungan hukum terhadap profesi dokter.

Jenis data yang dipergunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dengan menggunakan peraturan

perundang-undangan dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil dari

penelitian dituangkan dalam bentuk tulisan ini.

Data yang diperoleh akan diolah secara kualitatif dan disajikan dengan

menggunakan reduksi data analisis dan kemudian disimpulkan

V. PEMBAHASAN

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

23

1. Hukum Kedokteran Dalam Prespektif

Dalam membahas Hukum Kedokteran maka kita tidak bisa lepas untuk

pula membicarakan hukum kesehatan. Hal ini karena Hukum Kedokteran merupakan

bagian dari Hukum Kesehatan yang diatur dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan. UU Ini mengatur upaya-upaya atau langkah-langkah dalam

meningkatkan derajat kesehatan warganegara Indonesia dengan prinsip non

diskriminatif, partisipasi , berkelanjutan sehingga dapat membentuk sumber daya

manusia Indonesia serta meningkatkan ketahanan dan daya saing bangsa bagi

pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada aturan hukum dasar Indonesia yaitu

UUD 1945 pada Amandemen ke empat yaitu

a. Pasal 28 D ayat 1 “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan

dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”

b. Pasal 28 I ayat 2 “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat

diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap

perlakuan yang bersifat diskrimiatif

c. Pasal 28 I ayat 4, “Perlindungan, Pemajuan, Penegakan hukum pemenuhan hak

asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan maka diperlukan melibatkan

tenaga kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan tenaga kesehatan berdasarkan Pasal

1 angka 6 UU No. 36/2009, “ setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.” Adapun pelaksanaan pelayanan kesehatan berdasarkan

UU No. 36/2009 harus memperhatikan asas-asas yang diatur dalam Pasal 2 yaitu

perikemanusiaan, keseimbangan , manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak

dan kewajiban, keadilan, gender, dan non diskriminatif dan norma-norma agama.

Bahkan pada Pasal 83 ayat 2 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan

bahwa Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan dalam

pelayanan kesehatan”. Dalam Pasal 50 huruf a UU No. 29 tahun2004 tentang Praktek

kedokteran lebih menegaskan lagi bahwa “Dokter dan Dokter Gigi dalam praktik

kedokteran mempunyai hak memperoleh perlindungan hukum sepanjang

melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional”.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

24

Perlindungan Hukum bagi tenaga medis pelaksana pelayanan kesehatan yang telah

Yudisial Review mengenai UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dengan

Putusan No. 82/PUU-XIII/2015 bahwa Pasal 4 huruf C, mengatur” Pemerintah dan

Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap perlindungan bagi tenaga kesehatan

dalam menjalankan praktek”.

Dalam hal perlindungan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

pemerintah dengan melibatkan tenaga kesehatan, yaitu antara pemberi pelayanan

kesehatan dan penerima layanan kesehatan atau dokter dan pasien dalam Hukum

Kedokteran di Indonesia bermula adanya 1. Tap MPR No. IV/MPR/1978 yang

merupakan kebijaksanaan pembangunan, sebagai lanjutan dari diterbitkan S.K

Menteri Kesehatan RI No. 99a/Menkes/SK.III/1982 tentang berlakunya Sistem

Kesehatan Nasional Indonesia, 2. UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Adanya kedua aturan ini menjelaskan bahwa perlu adanya pembangunan

menyeluruh dan terpadu pada semua bidang kehidupan bagi tercapainya tujuan negara

memiliki warganegara yang sehat dan berkualitas. Oleh sebab itu perlu dilakukan

pembangunan khususnya di bidang kesehatan secara optimal, meliputi peningkatan

kesehatan (promotif). Pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) secara menyeluruh terpadu dan

berkesinambungan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Keadaan ini bisa

terwujud bila didukung 3 faktor yaitu 1. Meningkatkan permintaan upaya pelayanan

kesehatan sesuai dengan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dan kesadaran

akan hidup sehat, 2. Berubahnya pola penyakit, 3. Kemajuan teknologi dan ilmu

pengetahuan di bidang kedokteran11.

Prinsipnya Leenen memberikan batasan antara hukum kesehatan dan hukum

kedokteran. Menurut beliau, hukum kesehatan merupakan semua peraturan yang

berhubungan langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapannya pada

hukum perdata, hukum perdata, hukum administrasi negara, hukum pidana, Artinya

peraturan ini tidak hanya mencakup pedoman internasional, hukum kebiasaan, hukum

yurisprudensi, namun ilmu pengetahuan dan kepustakaan dapat juga merupakan

sumber hukum. Van der Mijn mengartikan hukum kesehatan sebagai kumpulan

11 Koewadji. H. Hermien, 1998, Hukum Kedokteran , Bandung Citra Aditya Bakti, hal. 36.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

25

peraturan yang berkaitan dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada

hukum perdata, hukum pidana dan hukum administrasi12. Sedangkan menurut

Perhuki atau Perhimpunan Hukum Kedokteran Indonesia, hukum kesehatan ialah

semua yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan

dan penerapan serta hak dan kewajiban sebagai penerima pelayanan kesehatan dalam

aspek organisasi, sarana, pedoman-pedoman medis, nasional/internasional, hukum di

bidang kesehatan, jurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kesehatan-kedokteran.

Sedangkan Hukum kedokteran diartikan ilmu tentang hubungan hukum di mana

dokter adalah salah satu pihak, merupakan bagian dari kesehatan. Hukum Kedokteran

dikenal juga sebagai hukum kesehatan dalam ari sempit. Oleh karena itu hukum

kesehatan dianggap lebih luas sebab berkaitan dengan bidang pemeliharaan

kesehatan sehingga memiliki keterkaitan dengan bidang hukum lainnya seperti

hukum keperawatan, hukum rumah sakit, keselamatan kerja, berkaitan pula dengan

obat-obatan atau hukum farmasi, serta pelayanan kesehatan lingkungan13.

Menurut Veronica Komalawati, ada hubungan antara hukum kesehatan dan

hukum kedokteran, di mana hukum kesehatan sebagai genus dan hukum kedokteran

merupakan speciesnya. Van der Mijn, memberikan pembatasan kepada kedua hukum

ini, bahwa hukum kedokteran mengatur sebagai obyek hubungan hukum antara dokter

dan pasien sedangkan hukum kesehatan tentang pelayanan kesehatan14. Mendasar

pada pendapat ini maka dapat kita katakan bahwa hukum kedokteran dikaitkan

dengan profesi dokter dalam tugas pelayanan kesehatan. Dengan kata lain hukum

kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan..

Selain itu untuk lebih jelas kita pahami maka dapat kita dasar pada arti kata

“medis”. Yang berasal dari kata medical (Latin), berarti pemulihan atau obat. Dalam

arti bahasa Inggris digunakan istilah medis atau mediter yang diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia diartikan dokter. Berdasarkan hal ini maka dapat dikatakan

pelayanan medis merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh profesi dokter.

Istilah pelayanan medis untuk mempertegas adanya perbedaan, dalam hal pelayanan

kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya.

12 Guwansi J. 2007. Hukum Medik (Medical Law), Jakarta, FK UI, hal. 12,13 13. Wiradharma A.,1996, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Jakarta Binarupa Aksara, hal 33-34. 14. Komalawati. V, 1989, Hukum dan Etika Dalam Praktek Kedokteran, Jakarta Pustaka Sinar Harapan, hal 73

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

26

2. Hubungan Dokter dan Pasien

Secara filosofis konstitusional sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 pada Alinea

ke IV, “ Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa ...”, menunjukkan bahwa negara Indonesia

menganut prinsip negara hukum welfare state atau negara kesejahteraan. Oleh sebab

itu negara wajib menjamin kesejahteraan sosial masyarakat atau warga negaranya.15

Bila ditinjau dari segi sosiologis terjadi perubahan antara hubungan dokter dan pasien.

Semula kedudukan pasien dianggap tidak sama dengan dokter, hal ini disebabkan

dokter dianggap paling mengetahui keadaan pasien. Namun sekarang kedudukan

dokter dan pasien sama, semua tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter

haruslah sepengetahuan atau mendapat persetujuan pasien. Hal ini harus diberikan

penjelasan kepada pasien mengenai seluk beluk penyakit yang akan dilakukan

tindakan medik oleh dokter.

Hubungan hukum demikian antara dokter dan pasien didasarkan pada suatu

perjanjian yang obyeknya berupa pelayanan medis atau upaya n yang dikenal dengan

transaksi terapeutik. Perjanjian yang timbul dari terapeutik ini disebut dengan

inspanningsverbintenis yaitu suatu perikatan yang harus dilakukan dengan hati-hati

dan usaha keras. Dalam perjanjian ini prestasinya berupa suatu upaya, oleh karenanya

hasilnya belum dipastikan. Apabila dalam perjanjian tsb upaya itu gagal bahkan

menyebabkan pasien meninggal dunia risiko tsb harus dipikul bersama antara dokter

dan pasien. Perjanjian Terapeutik terdapat dua pihak yaitu dokter dan pasien, di mana

dokter memberikan pelayanan medis dan pasien sebagai penerima pelayanan medis.

Oleh karena itu dalam perjanjian ini masing-masing pihak mempunyai hak dan

kewajiban yang harus dilaksanakan. Dengan kata lain hubungan teraupetik suatu

hubungan paternalistik/kekeluargaan atas dasar kepercayaan, yang merupakan

hubungan kontraktual antara penyedia dan penerima jasa layanan medis dimana

penyedia layanan medis wajib memberikan prestasinya sedangkan penerima layanan

medis wajib memberikan kontra prestasinya.

15. MD Mahfud dan Marbun S.F, 2006, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Liberty, ha. 52

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

27

Hubungan hukum antara dokter dan pasien berawal dari pola hubungan vertikal

paternalistik seperti bapak dan anaknya bertolak dari prinsip father knows best,.

Dalam hubungan ini pasien menghubungi dokter sebab pasien merasakan ada sesuatu

yang membahayakan pada kesehatan dirinya dan meminta bantuan dari dokter. Jadi

dalam hubungan ini kedudukan dokter lebih tinggi dari pasien.16 Dalam kaitannya

dengan tugas dokter sebagai tenaga profesional juga merupakan manusia biasa yang

tidak luput pula dari kesalahan dan pasien semakin menyadari akan hak-haknya dan

perlindungan hukum atas diri pasien sehingga muncul permasalahan yang semakin

kompleks antara dokter dan pasien. Hal ini sejalan dengan ditunangkannya UU No.

23 tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa dalam meningkatkan pembangunan bidang

kesehatan terjadi perubahan orientasi tidak saja bersifat kuratif tetapi juga promotif,

preventif dan rehabilitatif.. Situasi ini mengubah pula pola hubungan pasien dan

dokter menjadi hubungan horisontal kontraktual. Hubungan ini secara hukum

memposisikan dokter dan pasien berkedudukan sederajat. Oleh sebab itu setiap

tindakan yang akan dilakukan harus dikomunikasikan lebih dahulu. Hal ini karena

dokter dalam menjalankan layanan kesehatan tidak saja mengobati atau kuratif tetapi

juga melakukan tindakan mencegah berkembangnya penyakit pasien atau preventif.

Hasil komunikasi dengan pasien maka pasien dapat memilih, memutuskan cara

alternatif terapi atau penyembuhan yang akan dijalankan sehingga dengan demikian

maka dokter tidak akan dipersalahkan secara sepihak oleh pasien. Dalam hubungan

pasien dan dokter dalam ilmu kedokteran status manusia atau pasien tidak lagi

sebagai obyek tetapi sebagai subyek yang berkedudukan sederajat dengan dokter.

Oleh karena itu sebelum dilakukan langkah-langkah penyembuhan perlu pasien

menentukan pilihan pasien dalam terapi atau langkah penyembuhan yang akan

dituangkan dalam pernyataan persetujuan terhadap tindakan yang akan diambil secara

medis atau tindakan medis, hal ini tertuang dalam informed consent atau persetujuan

tindakan medis. Jadi dalam informed consent ini memuat dua hal yang ditanda

tangani pasien atau keluarga menyatakan persetujuan diambil tindakan medis berupa

informasi yang diberikan oleh dokter dan persetujuan yang diberikan oleh pasien.

16. Astuti, K. Endang, 2003, Hubungan Hukum Antara Dokter dan Pasien Dalam Upaya Pelayanan Medis, Semarang hal. 3

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

28

Berdasarkan uraian di tas sehingga hubungan horisontal kontraktual antara dokter

dan pasien yang dikenal dengan perjanjian teraupetik didasarkan pada dua hak pasien

yaitu17 :

1. Hak asasi manusia untuk menentukan nasibnya sendiri atau the right to self

determination

Hak ini ditemukan dalam United Nation International Covenant on Civil and

Political Rights 1966, Pada Pasal 1 “All peoples have The Right of self

determination, By virtue of right yhey freely determins yheir political status

and freely pursue their economic, social and cultural development” Hal ini

diatur pula dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 5 ayat 3

menyatakan “Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggungjawab

menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya”.

2. Hak atas informasi atau the right to information. Yaitu bab Clinical Research

Combined with {rofssional Care, berbunyi sebagai berikut “

Hak ini tertuang dalam Deklarasi Helsinki yaitu bab Clinical Research

Combined with {rofssional Care, berbunyi sebagai berikut “

...If at all possible,, consistent with patient psychology, the doctor should

obtains tje patient’s feerly given consent after the patient has been a full

explanation...”

Aturan ini diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 8 UU No. 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan:

Pasal 7 menyatakan

“Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang

kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab”.

Pasal 8, menyatakan

“Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya

termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun akan diterimanya dari

tenaga kesehatan”.

Perjanjian antara dokter dan pasien ini harus berdasarkan sahnya suatu

perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang memuat 4 syarat yaitu :

1. Kesepakatan

17. Guwandi J, Op. Cit, hal. 18

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

29

2. Kecakapan/kemampuan

3. Hal tertentu

4. Sebab yang halal

1. Kesepakatan

Perjanjian medis antara dokter dan pasien tidak sama degan perjanjian biasa.

Dalam perjanjian ini yang berdasarkan teraupetik, pasien meminta bantuan pada

dokter agar dapat melakukan terapi atau penyembuhan bagi diri pasien atau

keluarga.. Selanjutnya dokter akan menerangkan informasi mengenai penyakit

pasien, alternatif langkah-langkah upaya penyembuhan, segala akibat yang

mungkin timbul dari upaya penyembuhan yang akan dilakukan. Oleh karena itu

pasienlah yang akan menentukan apa yang akan dilakukan dokter pada tubuhnya

dan itu dituangkan dalam informed consent. Jadi informed consent merupakan

hak pasien sebelum pasien menjalani suatu upaya medis dilakukan oleh dokter

untuk menolong dirinya. Kesepakatan antara dokter dan pasien yang dikenal

dengan informed consent dianggap telah ada jika ada kondisi-kondisi secara

faktual, pasien mau menjalani prosedur kesehatan dalam rangka penanganan

terhadap penyakitnya

seperti :

a. secara faktual, pasien mau menjalani prosedur kesehatan dalam rangka

penanganan terhadap penyakitnya

b. dengan atau tanpa persetujuan yang faktual yaitu berdasarkan sikap tindak

pasien dapat ditarik kesimpulan yang bersangkutan telah memberikan

persetujuannya

Secara yuridis, kondisi-kondisi ini merupakan hal penting membuktikan telah

adanya kesepakatan yang diberikan pasien kepada dokter. Berdasarkan uraian

ini maka ada dua bentuk utama persetujuan pasien kepada dokter yaitu :

a. Persetujuan efektif mencakup :

a.1. persetujuan Ekpresif ; “apabila secara faktual pasien mau menjalani suatu

prosedur upaya medis dalam rangka penanganan terhadap penyakitnya

a.2. persetujuan nonekpresif, “apabila berdasarkan sikap dan tindakan pasien

dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien yang bersangkutan memberikan

persetujuannya.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

30

b. Persetujuan Implikatif, khususnya dalam keadaan darurat. Dalam hal ini ada

keadaan yang mengancam kematian bagi pasien dewasa maupun anak-anak

sehingga tidak perlu ada dipermasalahkan ada tidaknya persetujuan

dimaksud. Oleh arena itu dalam situasi seperti ini (implikatif), disimpulkan

adanya persetujuan pasien ybs dan dokter berkewajiban penuh untuk

melaksanakan upaya apapun yang wajar demi untuk menyelamatkan

pasien18.

Dalam praktik, informed consent, dalam bentuk tertulis dan sebagai bukti pasien

telah menyetujui upaya tindakan medis yang akan dilakukan dokter dan menerima

segala risiko yang mungkin akan terjadi. Selain itu hal ini juga memberikan rasa aman

pada dokter dalam menjalankan upaya medis yang akan dilakukan terutama terhadap

tuntutan hukum yang dilakukan pasien di kemudian hari.

2. Kecakapan

Berdasarkan Pasal 330 KUH Perdata seseorang dinyatakan tidak cakap untuk

membuat persetujuan adalah

a. Belum berusia 21 tahun atau belum menikah

b. Berada di bawah pengampuan yaitu berusia telah 21 tahun tetapi dianggap tidak

mampu sebab mengalami gangguan mental

Ketentuan huruf c dalam aturan ini menyebutkan wanita yang berstatus istri harus

mendapat ijin dari suami sesuai Pasal 108 KUH Perdata namun aturan ini tidak

berlaku sejak dikeluarkannya SE Mahkamah Agung No. 3 tahun 1963, bahwa wanita

yang berstatus sebagai istri yang sah diberi kewenangan atau kebebasan untuk

melakukan persetujuan.

3. Hal tertentu

Hal tertentu merupakan obyek hukum yang artinya tindakan atau upaya-upaya medis

yang akan dilakukan dokter dengan memberikan lebih dahulu informasi pada pasien

dengan itikad baik. Informasi ini berupa hasil diagnosis dokter didasarkan pada

informasi yang diberikan oleh pasien. Oleh sebab itu pasien pun berkewajiban

memberikan informasi yang benar dengan itikad baik akan keluhan-keluhan yang

dirasakan dalam tubuh pasien maupun tindakan-tindakan yang sudah dilakukan

pasien dalam mengatasi keluhan atau penyakit yang diderita pasien. Jadi dalam hal

18. Komalawati V. Op. Cit. 88-89

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

31

ini harus adanya kerja sama yang baik antara dokter dan pasien dalam mencapai

tujuan penyembuhan atas derita yang dialami pasien. Dalam perjanjian terapeutik ini

dokter tidak memberikan jaminan akan pasti berhasil tetapi memberi informasi

langkah-langkah yang mau diambil, oleh karenanya perjanjian ini bersifat

inspanningsverbinyenis.

4. Sebab yang halal

Obyek hukum yang menjadi pokok perjanjian berdasarkan Pasal 1337 KUHPerdata

menyatakan bahwa suatu sebab yang terlarang apabila bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Dikaitkan dengan ilmu

kedokteran maka dapat dilakukan dengan upaya tahapan-tahapan promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitasi.

Dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik yang merupakan hubungan hukum

antara dokter dan pasien maka sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.

290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran maka harus

memperhatikan beberapa asas menurut Komalawati yaitu19 :

1. Asas legalitas

2. Asas Keseimbangan

3. Asas Tepat Waktu

4. Asas Itikad Baik

Pendapat Komalawati berbeda dengan pendapat Fuady, menurut beliau

perjanjian teraupetik harus dilandaskan pada asas etika modern dan praktik

kedokteran yaitu 20

1. Asas Otonomi

2. Asas Murah Hati

3. Asas Tidak Menyakiti

4. Asas Keadilan

5. Asas Kesetiaan

6. Asas Kejujuran

19. Komalawati, V. 2002, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Teraupetik:Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien, Suatu Tinjauan Yuridisa, Bandung Citra Aditya Bakti, hal, 128 20. Fuady Munir, 2005, Sumpah Hipocrates:Aspek Hukum Mallpraktik Dokter, Bandung, Citra Aditya Bakti, hal. 6

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

32

Sedangkan dalam UU No. 29 tahun 2004, Pasal 2 memuat aturan asas-asas

yang harus diperhatikan dalam Praktik Kedokteran sebagai berikut :

1. Asas Nilai Ilmiah

2. Asas Manfaat

3. Asas Keadilan

4. Asas Kemanusiaan

5. Asas Keseimbangan

6. Asas Perlindungan dan Keselamatan

Mendasarkan pada ketentuan dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

maka dijelaskan pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah

tenaga kesehatan. Dalam Pasal 1 butir 6 UU N0. 36 tahun 2009, yang dimaksud

dengan tenaga kesehatan setiap orang yang mengabdi diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan. Bahkan dalam melakukan tugas pelayanan kesehatan guna melaksanakan

pembangunan kesehatan menurut Pasal 2 dan Penjelasan Pasal 2 UU No. 36 tahun

2009 harus memperhatikan asas-asas sebagai berikut :

1. Peri kemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus

berlandaskan pada KeTuhanan Yang Maha Esa dalam arti tidak ada

diskriminasi atau tidak membedakan golongan, agama dan bangsa

2. Asas keseimbangan, bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan

antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta

antara material dan spiritual

3. Asas manfaat, pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang

besar bagi kemanusiaan dan peri kehidupan yang sehat bagi setiap warga

negara

4. Asas perlindungan, pembangunan kesehatan harus memberikan

perlindungan, kepastian hukum kepada pemberi dan penerima layanan

kesehatan

5. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban, harus menghormati hak dan

kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

33

6. Asas keadilan, penyelenggara kesehatan harus dapat memberikan pelayanan

yag adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan

yang terjangkau

7. Asas gender dan non diskriminatif, pembangunan kesehatan tidak membeda-

bedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki

8. Asas norma agama, asas ini mengandung arti pembangunan kesehatan harus

memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang

dianut masyarakat.

Dalam Pasal 3 UU No.6 tahun 2009, memuat tujuan dari pembangunan kesehatan

untuk tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis. Guna tercapainya tujuan dari pembangunan kesehatan maka

menurut Pasal 14 sampai dengan Pasal 20 Pemerintah bertanggung jawab dalam

terselenggaranya pembangunan kesehatan seperti tersedianya segala bentuk fasilitas

kesehatan. sumber daya di bidang kesehatan dan jaminan sosial masyarakat dan

lainnya. Tujuan i juga dijabarkan dalam UU No. 17 tahun 2007tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)tahun 2005-2025, mengamanatkan

pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud juga dalam undang-undang

tersebut telah ditetapkan bahwa pembangunan kesehatan merupakan investasi dalam

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tercapainya tujuan tersebut

tentu dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi , menurunkan tingkat kemiskinan

serta pengangguran.

3. Hak dan Kewajiban Dokter

Dalam perjanjian teraupetik ini masing-masing pihak memiliki hak dan

kewajiban yang dilindungi oleh hukum. Adapun yang dimaksud dengan hak atau right

mengandung arti menurut van Apeldorn, hak ialah hukum yang dihubungkan dengan

seorang manusia atau subyek hukum tertentu21. Sedangkan menurut Notonegoro hak

ialah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau

21. https://butew.com/2017/12/19/pengertian -hak-dan-macam-macam-hak-dalam-hukum, diunduh Jakarta, 18 September 2020, Jam 18.00 wib

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

34

dilakukan oleh pihak tertentu, dalam hal ini dokter, dan tidak dapat dilakukan oleh

pihak lain mana pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya22.

Sedangkan arti hak menurut hukum kedokteran berdasarkan pendapat Veronica

Komalawati, ialah merupakan suatu kewenangan untuk berbuat atau tidak berbuat

oleh dokter sehingga pasien mempunyai kebebasan untuk menggunakan atau tidak

menggunakan23..

Berdasarkan UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pada Pasal

50, hak-hak dokter sebagai berikut :

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai standar profesi (SP) dan

standar operasional prosedural (SOP)

b. Memberikan layanan medis menurut Standar Profesi (SP) dan Standar

Operasional Prosedural

c. Memperoleh info yang jujur dan lengkap dari pasien atau keluarga pasien

d. Menerima imbalan jasa

Dalam Pasal 51 UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, hak-hak

dokter ialah:

a. Memberi pelayanan medis sesuai SP dan SOP, serta kebutuhan medis pasien

b. Merujuk pasien bila tak mampu

c. Menjamin kerahasiaan pasien

d. Pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang lain

yang bertugas dan mampu

e. Menambah atau ikuti perkembangan iptek.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan dokter sebagai tenaga kesehatan

memilik juga kewajiban sebagaimana dalam UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran sebagai berikut :

1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

operasional prosedur serta kebutuhan medis

2. apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan/pengobatan bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan

lain yang mempunyai kemampuan lebih baik

22. https://artikelpendidikan.id/pengertian-hak-dan-kewajiban, diunduh Jakarta, 18 September 2020 Jam 19.00 wib. 23. Komalawati V, Op. Cit. hal. 88

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

35

3. merahasiakan segera sesuatu yang diketahui tentang pasien, bahkan setelah

pasien meninggal dunia

4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang mampu melakukannya

5. mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

Dalam UU No. 36 tahun 2014, memuat pula hak-hak dari Tenaga Kesehatan,

termasuk dokter yang memberikan pelayanan kesehatan tercantum dalam Pasal 57

sebagai berikut :

1. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi Standar Prosedur

Operasional

2. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan

Kesehatan atau keluarganya

3. menerima imbalan jasa

4. memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan

yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan serta

nilai-nilai agama

5. mendapat kesempatan untuk mengembangkan profesinya

6. menolak keinginan pasien atau pihak lain yang bertentangan dengan standar

profesi (SP) dan standar operasional prosedural (SOP) atau ketentuan

peraturan perundang-undangan

7. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan.

4. Perlindungan Hukum Dokter di Indonesia

Perlindungan Hukum merupakan bentuk perlindungan yang didasari suatu

pemikiran bahwa hukum merupakan sarana yang dapat mengakomodasi kepentingan

dan hak secara komprehensif dan hukum bersifat memaksa yang diakui oleh Negara.

Adapun arti perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon, ialah perlindungan

akan harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang

dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan hak dan kewajiban untuk melakukan suatu

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

36

tindakan hukum.24 Adapun saranan perlindungan hukum menurut Ray Pratama

Siadari ada 2 yaitu25

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan Hukum yang diberikan pemerintah dengan tujuan untuk mencegah

sebelum terjadinya suatu pelanggaran. Hal ini dituangkan dalam peraturan

perundang-undangan yang bertujuan mencegah muncul pelanggaran dengan

memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melaksanakan suatu

kewajiban.

2. Perlindungan Hukum Represif

Tujuan sarana perlindungan represif merupakan perlindungan akhir berupa

pemberian sanksi seperti sanksi penjara, denda dan hukuman tambahan yang

diberikan apabila terjadi sengketa atau telah dilakukan pelanggaran.

Adapun dasar hukum adanya perlindungan yang diberikan kepada dokter dalam

tugas sebagai pelayan medis sebagai berikut :

1. UUD 1945 Amandemen Ke-4

a. Pasal 28 D ayat 1 ,”Setiap orang berhak atas pengakuan , jaminan,

perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama

di hadapan hukum”

b. Pasal 28 I ayat 2.” Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat

diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapat perlindungan

terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif”.

c. Pasal 28 I ayat 4 ,”Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan

hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah”.

2. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

a. Pasal 3 huruf b ,”Pengaturan Penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan

untuk : memberikan perlindungan sumber daya manusia di rumah sakit”.

b. Pasal 30 huruf f, ”Rumah Sakit mempunyai hak mendapatkan

perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan”.

24.Hadjon, M Philipus, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya, Bina Ilmu,hal. 25 25.Siadari P, Ray, 20015. Teori Perlindungan Hukum, https://raypratama.blogshot.com/2015/04/teori-perlindungan-hukum.html, diunduh Sabtu 26 September 2020, Kam 15.00 wib

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

37

3. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

a. Pasal 3 ayat 2 “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,

perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian

hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum”.

b. Pasal 3 ayat 2 “Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia

dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi

c. Pasal 5 ayat 1 “Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak

menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama

sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum”.

d. Pasal 5 ayat 3 “Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang

rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan

dengan kekhususannya”

e. Pasal 49 ayat 2 “Wanita berhak untuk mendapat perlindungan khusus

dalam melaksanakan pekerjaan atau profesinya terhadap hal=hal yang

dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan

fungsi reproduksi wanita”.

4. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

a. Pasal 24 ayat 1. “Tenaga Kesehatan dimaksud Pasal 23 harus memenuhi

kode eti, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar

pelayanan dan standar prosedur operasional

b. Pasal 27 ayat 1, “Tenaga Kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan

perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya

c. Pasal 29, “Dalam hak tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian

dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan

terlebih dahulu melalui mediasi”.

d. Pasal 83 ayat 2 “Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi tenaga

kesehatan dalam pelayanan kesehatan”

5. Undang-Undang N0. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

Pasal 50 huruf a “Dokter dan Dokter Gigi dalam praktik kedokteran

mempunyai hak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan

tugas seseuai standard profesi dan standar prosedur operasional”.

6. UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

38

Pasal 4 huruf c “Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab

terhadap perlindungan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik”.

7. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pasal 86 ayat 1 “Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas a. keselamatan dan kesehatan kerja, b. moral dan

kesusilaan, c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai agama

8. Peraturan Presiden No.93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan

Pasal 2 huruf b “Pengaturan tentang rumah sakit pendidikan bertujuan:

memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi pemberi pelayanan,

mahasiswa dan dosen ...

9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 317 tahun 2010 tentang Pendayagunaan

Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing

Pasal 23 ayat 2 “TK WNA berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar profesinya sesuai peraturan

perundang-undangan”.

10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2013 tentang Pendayagunaan

Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing

Pasal 38 ayat 2 “TK-WNA yang didayagunakan di Indonesia mempunyai hak

mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan kegiatan bidang

kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

11. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi

Puskesmas, Klinik Pratama, Praktek Dokter dan Dokter Gigi Mandiri

Pasal 2 huruf b “Pengaturan akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat

praktik mandiri dokter gigi bertujuan untuk meningkatkan perlindungan bagi

sumber daya manusia kesehatan”.

12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah

Sakit

Pasal 2 huruf b “Pengaturan Akreditasi bertujuan untuk meningkatkan

perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di rumah sakit dan

rumah sakit sebagai institusi”.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

39

Hal-hal yang harus diperhatikan dokter dalam melindungi diri dari tuntutan

yaitu

a. Informed Consent

Dalam menjalankan sesuai profesinya dalam praktek kedokteran maka

kewajiban yang harus dipenuhi dokter tertuang dalam informed consent..

Kata Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu Informed berarti

penjelasan atau keterangan atau informasi, sedangkan kata consent bermakna

persetujuan atau ijin. Menurut Syahrul Machmud, Imformed Consent

mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau

keluarganya setelah mendapat informasi tindakan medis yang akan

dilakukan terhadap dirinya serta segala resikonya.26 Menurut Zulhasmar

Syamsu, informed consent memiliki 3 elemen yaitu

a. Threshold elements

Mengandung makna pemberi consent haruslah orang yang berkompeten.

Dikaitkan dengan hukum maka pemberi consent harus yang dianggap

cakap ialah telah dewasa telah berusia 21 tahu atau telah pernah menikah

(Pasal 330 KUHPerdata) dan tidak berada dalam pengampuan.

b. Information Elements

Terdiri ari dua bagian yaitu disclosure (pengungkapan) dan

understanding (pemahaman). Jadi mengandung makna dengan

memberikan informasi yang dengan itikad baik atau disclosure, agar

pasien dapat memperoleh suatu pemahaman yang adekuat atau

understanding. Informasi yang diberikan harus seuai dengan 3 standar

yaitu. Standar Praktek Medis, standar subyektif dan standar reasonable

person.

c. Consent Elements

Element ini terdiri dari dua bagian yaitu voluntariness atau kesukarelaan,

kebebasan dan authorization atau persetujuan. Adapun makna

kesukarelaan atau voluntarisness arti pasien dalam memberikan

persetujuan tidak ada paksaan, tipuan, misrepresentasi, maupun tekanan

. Pemberian Consent dapat dilakukan secara 1. dinyatakan artinya

26. Syahrul Machmud, 2012, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga melakukan Medikal Malpraktek, Bandung, KDP, hal. 85.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

40

diberikan secara lisan dan secara tertulis guna pembuktian dikemudian

hari jika diperlukan tindakan invatif atau yang berisiko terhadap

kesehatan pasien, 2. Tidak dinyatakan dilakukan tidak menyatakan

secara lisan maupun tulisan, tetapi terlihat dari tindakan atau tingkah laku

gerakan yang menunjukkan jawabannya atau persetujuan dilakukan

tindakan medis. Hal ini biasa dalam praktek keseharian sebagai contoh

menggulung tangan lengan dan memberikan tangan saat mau diambil

darah27.

Dalam hal-hal tertentu informed consent tidak berlaku yaitu dalam

keadaan 1. Keadaan darurat medis, 2 ancaman terhadap kesehatan

masyarakat, 3. Pelepasan hak memberikan consent atau waiver, 4 clinical

privilege dan 5 pasien yang tidak kompeten memberikan consent28

b. Rekam Medis

Dokter yang menjalankan praktek dokter sebagai profesinya selain

harus memiliki informed consent maka wajib pula membuat Rekam

Medis terhadap semua pasien. Pengaturan rekam medis diatur dalam

Pasal 46 ayat 1 UU No. 29 tahun 2004 mengatur bahwa rekam medis

merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan yang

diberikan kepada pasien. Adapun mandat rekam medis dibuat guna

pengobatan pasien, peningkatan kualitas pelayanan, pendidikan dan

penelitian, pembiayaan, statistik kesehatan serta pembuktian masalah

hukum, disiplin, dan etik.29

Pasal 47 ayat 2 UU No. 29 th 2004 bahwa rekam medis harus disimpan

dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan

sarana kesehatan. Dalam Permenkes No. 749a tahun 1989 mengatur

lamanya retensi rekam medis hingga setidaknya 5 tahun sejak

kunjungan pasien terakhir, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat

khusus dapat ditetapkan tersendiri.

27. Sampurna.B, Syamsu Z, SIswaja D. Tjetjep, 2005, Bioetik dan Hukm Kedokteran, Jakarta , FK UI, hal 78-82 28. May. T. 2002, Biocthics in a Liberal Society, Baltimore,, The John Hopkins, University Press, hal, 13 29. Syahrul Machmud, Op. Cit, hal. 219

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

41

Dalam rekam medis yang berisi data identitas pasien serta pengobatan,

pemeriksaan pasien dan alinnya haruslah dirahasiakan dokter sesuai

Paasal 48 ayat 1 UU No. 29 tahun 2004 dan untuk kepentingan tertentu

rekam medis dapat diungkapkan berdasarkan Pasal 48 ayat 2 UU No. 29

tahun 2004 dalam hal a. untuk kepentingan kesehatan pasien, b.

memenuhi permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum, c. permintaan pasien sendiri, d. berdasarkan ketentuan undang-

undang.

Dalam Pasal 12 Permenkes 749a tahun 1989, memuat bahwa30 :

1. Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang

merawat pasien dengan ijin tertulis pasien

2. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi rekam

medis tanpa seijin pasien berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Dalam bidang keamanan rekam medis, Permenkes No. 749 a tahun

1989, Pasal 13. Bahwa pimpinan sarana kesehatan bertanggungjawab

atas a. hilangnya, rusaknya atau pemalsuan rekam medis, b. penggunaan

oleh orang lain atau badan yang tidak berhak. Selain itu berdasarkan

Pasal 47 ayat 1 UU No. 29 tahun ahwa 2009 maupun Permenkes No.

749a/MENKES/PER/XII/1989, berkas medis adalah milik sarana

kesehatan sedangkan isi rekam medis merupakan hak atau milik pasien.

Bukti yang dimilik dokter dalam praktek kedokteran berupa informed consent

dan rekam medis akan menjadi dasar pemeriksaan bagi dokter yang mendapat

tuntutan hukum. Hal ini sesuai SE Mahkamah Agung tahun 1982 memberi arahan

pada hakim bahwa penanganan kasus dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang

diduga melakukan kelalaian atau kesalahan dalam melakukan tindakan medis agar

jangan langsung diproses melalui hukum tetapi dimintakan lebih dahulu pendapat

dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)., sebagai lembaga independen

yang berada di bawah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Aturan ini diatur pula

dalam Pasal 29 UU No. 29 tahun 2004 bahwa “Dalam hal tenaga kesehatan diduga

melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus

30 Sampurna.B, Syamsu Z, SIswaja D. Tjetjep,, Op. Cit. hal, 63

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

42

diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi”. Sedangkan dalam Penjelasan Pasal

29 UU No. 29 tahun 2004, bahwa mediasi dilakukan untuk tujuan menyelesaikan

sengketa di luar pengadilan oleh mediator yang disepakati oleh para pihak. Dalam

UU No. 29 tahun 2004, MKDKI bukan merupakan lembaga mediasi namun dalam

hal terjadinya sengketa antara dokter dan pasien di mana ada dugaan dokter

melakukan kesalahan maka MKDKL merupakan lembaga negara yang berwenang

untuk menentukan ada atau tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter atau dokter

gigi dalam menerapkan disiplin ilmu kedokteran atau kedokteran gigi dan menerima

aduan secara tertulis yang kemudian melakukan pemeriksaan serta menetapkan ada

atau tidak kesalahan guna memberikan keputusan berupa sanksi bagi dokter atau

dokter gigi yang dinyatakan bersalah (Pasal 1 angka 14, Pasal 64 sampai dengan

Pasal 68 UU No. 29 tahun 2004) dan merupakan lembaga otonom dari Konsil

Kedokteran Indonesia (Pasal 55 ayat 2 UU No. 29 tahun 2004)

VI. PENUTUP

Berdasarkan hasil uraian peneliti maka dokter yang menjalankan profesi kedokteran

memilik hak dan kewajiban yang harus dilindungi sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 50 dan Pasal 51 UU Praktek Kedokteran seperti mendapat perlindungan hukum

dalam melaksanakan praktek kedokteran yang sesuai dengan standar profesi (SP) dan

standar operasional prosedural (SOP). Selain itu diatur pula dalam Pasal 57 UU No.

36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan antara lain menolak keinginan pasien atau

pihak lain yang bertentangan dengan standar profesi (SP) dan standar operasional

prosedural (SOP) atau ketentuan peraturan perundang-undangan dan perlindungan

atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan sesuai dengan martabat manusia,

moral, kesusilaan dam nilai-nilai agama. Guna melindungi hak-hak dokter dalam

praktek kedokteran jika ada tuntutan hukum maka dokter harus memiliki bukti berupa

informed consent dan rekam medis dalam bentuk tertulis. Berdasarkan bukti tersebut

maka dapat diketahui ada atau tidaknya kesalahan dokter dalam praktek kedokteran

yang bersifaf independen oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

(MKDKI)

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

43

BUKU-BUKU Astuti, K. Endang, 2003, Hubungan Hukum Antara Dokter dan Pasien Dalam Upaya

Pelayanan Medis, Semarang. Fuady Munir, 2005, Sumpah Hipocrates: Aspek Hukum Mallpraktik Dokter, Bandung,

Citra Aditya Bakti Guwansi J. 2007. Hukum Medik (Medical Law), Jakarta, Fakultas Kedokteran UI Hadjon, M Philipus, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya, Bina

Ilmu Koewadji.H. Hermien, 1998, Hukum Kedokteran, Bandung, Citra Aditya Bakti. Komalawati, V. 2002, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Teraupetik:

Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien, Suatu Tinjauan Yuridisa, Bandung Citra Aditya Bakti.

.........................., 1989, Hukum Dan Etika Dalam Praktek Kedokteram, Jakarta, Pustaka

Sinar Harapan. M. Kartono. 1986, Profesi Dokter Kini dan Esok, Jakarta, FK UI, MD Mahfud dan Marbun S.F, 2006, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,

Yogyakarta, Liberty. Muchsin.2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia,

Surakarta, Universitas Sebelas Maret. May. T. 2002, Biocthics in a Liberal Society, Baltimore,, The John Hopkins, University Press. Rahardjo S. 2000, Ilmu Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti. Sampurna.B, Syamsu Z, Siswaja D. Tjetjep, 2005, Bioetik dan Hukum Kedokteran,

Jakarta , Fakultas Kedokteran UI .Setiono, 2004, Supremasi Hukum, Surakarta, UNS. Sudarto, 2009, Hukum Pidana I Edisi Revisi, Semarang, UNDIP. Sudikno, M. 1984, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Yogyakarta, Liberty/ Syahrul Machmud, 2012, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter

Yang Diduga melakukan Medikal Malpraktek, Bandung, KDP.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK DOKTER YANG …

44

Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana,2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Jakarta, PT Prestasi Pustaka Raya.

Wiradharma A.,1996, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Jakarta Bina rupa Aksara.

ARTIKEL http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-malpraktek-dalam-dunia-kedokteran-html,

diakses 12 September 2020 Jam 15.00 wib https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unissula.a

c.id/7045/4/BAB%2520I.pdf&ved=2ahUKEwiOxv-zjePrAhVygUsFHRB_Bk4QFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw24DTweSIZ-lDM38xy5rO1H

Siadari P, Ray, 20015. Teori Perlindungan Hukum,

https://raypratama.blogshot.com/2015/04/teori-perlindungan-hukum.html, diunduh Sabtu 26 September 2020, Kam 15.00 wib

https://butew.com/2017/12/19/pengertian -hak-dan-macam-macam-hak-dalam-hukum,

diunduh Jakarta, 18 September 2020, Jam 18.00 wib https://artikelpendidikan.id/pengertian-hak-dan-kewajiban, diunduh Jakarta, 18

September 2020 Jam 19.00 wib. https://www.unair.ac.id/site/article/read/754/pentingnya-perlindungan-hukum-bagi-

tenaga-kesehatan.html, diunduh di Jakarta tgl 3 September 2020 Jam 13.00 wib