perlindungan hukum konsumen dalam jual beli obat-obatan tradisional.docx

Upload: aidan-aubrey

Post on 02-Jun-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    1/177

    PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN

    TRADISIONAL (CINA)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas

    Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Hukum

    Oleh :

    NENNY MERINA SARAGIH

    NIM : 000200124

    Raglan : Hukum Keperdataan

    Program Kekhususan : Hukum Perdata Dagang

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2004

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    2/177

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    3/177

    PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM

    DUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL (CINA)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas

    Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Hukum

    Oleh

    NENNY MERINA SARAGIH

    NMI: 000200124

    Bagian: Hukum Keperdataan.

    Program Kekhususan : Perdata Dagang

    Disetujui Ole

    Ke laBagian Hukum p7r

    /4r/e-6C't

    Dosen Pem imbing II

    4,L_Qsj,rkZ

    ( Dr. RUNTUNG S ) ( RAMLI

    NIP : 131.281.010

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2004

    NIP: 131.460.769

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    4/177

    PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN

    DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL (UNA)

    SKR1PSI

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas

    Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Hukum

    Oleh

    NENNY MERINA SARAGIH

    NMI :000200124

    Bagian : Hukum Keperdataan

    Program Kekhususan : Perdata Dagang

    Dis ujui Oleh

    B

    i c 5 1 a t a a h

    r

    ABD L MUIS, SH, MS )

    NIP: 130.702.285

    ( Dr. RUNTUNG MHum ) ( RAMLI SIREGAR, SH. MHum ) NIP:

    131.460.769 NIP : 131.281.010

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2004

    Dosen Pembimbing II

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    5/177

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah yang telah

    memberikan berkat kekuatan dan berkatNya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syaratsyarat

    guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

    Utara Medan. Guna maksud tersebut, penulis telah memilih judul :

    " Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Jual Beli Obat-obatan Tradisional

    (Cina)"

    Dalam penyelesaian skripsi ini, kiranya tidak tercipta begitu saja

    melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti

    perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga data dan

    informasi yang penulis dapatkan dari hasil riset di Balai Pengawas Obat dan

    Makanan dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Medan.

    Disamping itu, hingga selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat

    bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan baik berupa tenaga, materi maupun

    dorongan semangat dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat bagi penulis.

    Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

    1.Bapak H. Hasnu Bash siregar, SH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

    Sumatera Utara

    2.Bapak Dr. Runtung, SH. MHum, sebagai Dosen Pembimbing I penulis

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    6/177

    3.Bapak Ram Siregar, SH, MHum, sebagai Dosen Pembimbing II penulis

    4.

    Bapak H. Abdul Muis, SH, MS, sebagai Kepala Bagian Hukum Keperdataan di

    Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

    5.Guru-guru besar serta seluruh civitas akademi Fakultas Hukum Universitas

    Sumatera Utara, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama kuliah di

    Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

    6.Kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan dan juga Yayasan Lembaga

    Konsumen Indonesia (YLKI)

    Tidak terlupa ucapan terimakasih penulis kepada orang-orang yang sangat

    istimewa dihati penulis. Penulis persembahkan karya penulis ini kepada kedua

    orangtua penulis yang tercinta yang telah membesarkan penulis dan memberikan cinta

    kasih yang begitu besar kepada penulis, memberikan kehangatan dan senyuman

    yang tulus. Kepada Ayahanda tercinta aim. P.Saragih dan Ibunda tersayang D.

    Purba. Juga kepada semua kakak dan abang penulis yang begitu

    memperhatikan,mendoakan dan menasehati penulis, buat Dra. Ronnyta Saragih,

    Ropince Saragih Amd, Ir. Farida Saragih, Pronika Saragih, SE, Benson Saragih, SE,

    Dra. Lisbet Saragih, Desliana Saragih, SE dan juga semua keponakanku yang kusayangi

    ( Tessa, Fhilip, Zepanya, Michael, Batistuta, Yehezkiel)

    Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman yang telah

    mewarnai hidup penulis dengan sukacita, kepada semua pengurus UP KMK FH USU,

    K'Masta, K'Anna, Katarina, Ocha,Tesa, Nora, Patriana, Novi, Hani, Dede,

    Johanes, Maurids, Echy, Putri. Juga kepada adik-adik yang paling disayangi,

    bunt Yanti, Dona, Olin, Silvana, Berthy, especially Riris (makasih ya

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    7/177

    ifi

    dekbust bantuannya). Dan sahabat-sahabat terbaik penulis, Masta, Akun, Heryani yang

    telah banyak mewarnai hidup penulis dan membantu penulis, juga kepada seluruh

    pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

    Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    semua pihak, walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

    Medan, Maret 2004

    Hormat Saya

    NENNY MERINA SARAGIH

    NIM :000200124

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    8/177

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ......................................................................................

    DAFTAR 1ST

    BAB I. PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang ................................ ................................ 1

    B. Perumusan Masalah ................. .................. ................. .......... 9

    C. Tujuan clan Manfaat Penulisan ............ ........... ............ ........... ... 10

    D. Keaslian Penulisan ........................................................... 10

    E. Tinjauan Kepustakaan ................. .................. ................. ..... 11

    F. Metode Penuli san .................................... ....................... 12

    G. Sistematika .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

    BAB 11. GAMBARAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

    A. Pengertian dan Konsepsi Mengenai Konsumen ............................ 15

    B.

    Latar Belakang Lahirnya Hukum Perlindungan Konsumen ............. 21

    C.

    Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen .................................... 27

    D. Hak dan Kewajiban Konsumen .............. .............. .............. ...... 35

    E.

    Hak dan Kewajiban Produsen ..................................................... 44

    BAB HI. GAMBARAN UMUM TENTANG JUAL BELI

    A.

    Pengertian Jual Beli ............................................................... 49

    B.

    Objek Jual Beli ...................... ........................ .................. 56

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    9/177

    C. Kewajiban Para Pihak Dalam Jual Beli ............. .............. ......... 60

    D. Resiko Yang Timbul Dalam Jual Beli ............................................ 71

    BAB IV. PERLTNDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI

    OBAT-OBATAN TRADISIONAL (CINA)

    A. Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Jual Beli

    Obat-Obatan Tradisional (Cina) ................................................................ 79

    B. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Penjual Obat-obatan

    Tradisional (Cina) ............................................................................................ 90

    C. Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan Dalam

    Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Jual Beli Obat-obatan Tradisional

    (Cina) ................................................................................................................ 97

    D.

    Upaya Hukum Yang Dilakukan Konsumen Akibat

    Penggunaan Obat-obatan Tradisional (Cina) ........................................... 104

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 112

    13. Saran ...................................................................................................... 114

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    10/177

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Tantangan bagi bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka panjang kedua

    adalah untuk meningkatkan kesejahteraan agar dapat mewujudkan keadilan, kemajuan,

    kemakmuran dan kemandirian bagi masyarakat. Selain itu masyarakat Indonesia juga

    mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya, dimana seluruh rakyat

    Indonesia berhak memperoleh kesejahteraan dan keadilan. Untuk mencapai tujuan itu

    maka segala kegiatan pembangunan yang dilakukan dinegara ini harus transparan,

    dan transparansi itu akan memacu setiap orang untuk bersaing secara kuat dan

    sehat. Transparansi itu juga akan memberikan begitu banyak tantangan, tantangan bagi

    konsumen, produsen/pengusaha ataupun sebagai pemerintah.

    Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, ()Leh

    karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa didunia untuk dapat

    mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan

    hubungan berbagai dimensi yang satu dengan yang lainnya mempunyai

    keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan

    pemerintah.

    Menurut Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999, yang dimaksud dengan

    perlindungan konsumen adalah: "Segala upaya yang menjamin adanya kepastian

    hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen"

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    11/177

    2

    Sedangkan yang dimaksud dengan konsumen adalah: "Setiap orang pemakai barang

    dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

    keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk

    diperdagangkan".

    Pelaku usaha adalah:

    Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan

    hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan atau berkedudukan atau

    melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik

    sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha

    dalam berbagai bidang ekonomi'.

    Mengenai pengobatan terdapat berbagai cara dan model pengobatan yang

    dilakukan. Namun orang akan lebih senang mengelompokkannya kepada dua

    kelompok besar, yaitu pengobatan modem dan pengobatan tradisional.

    Kedua model ini memang bertolak belakang, tetapi ada kalanya kedua

    model ini bisa duduk bersarna dalam menyembuhkan anggota masyarakat yang

    sedang menderita penyakit. Dalam hal ini pengobatan tradisional Cina merupakan salah

    satu pengobatan tradisional yang cukup penting dan turut mewarnai ilrnu medical

    tradisional. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dan kehebatannya selalu menjadi

    buah bibir baik bagi yang sedang diderita sakit, maupun mereka yang sedang sehat.

    Penyembuhan tradisional Cina sangat terkenal dari dulu hingga kini. Sebagai obat

    yang dikenal mujarab dan dipakai secara luas oleh masyarakat maka sangat

    diperlukan perlindungan terhadap konsumen2.

    Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

    tentangPerlindungan Konsumen2Nurman Achmad,Karya

    Ilmiah (Etnomedieine Gina), 2000, hal 1

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    12/177

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    13/177

    3Menurut buku "Menggeser Neraca Kekuatan" (panduan latihan pendidikan

    konsumen terbitan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI) 1990 ada empat

    hal yang hams diperhatikan konsumen, yaitu:

    Pertama, dari aspek ekonomi mikro. Disini ada beberapa pertanyaan, seperti:

    (1)berapa harga suatu produk?

    (2) apakah harga itu wajar jika dibandingkan dengan barang yang sama mutu

    dan jumlahnya?

    (3) apakah ada barang pengganti sejenis yang lebih murah, lebih sehat dan

    dapat diperoleh ditempat yang sama?

    Kedua, dari aspek lingkungan. Apakah kemasan, balk berupa botol atau kaleng produk

    tersebut tercemar secara kimiawi maupun biologis? Juga, apakah kemasan produk

    tersebut menggunakan secara boros bahan baku yang langka dan merusak lingkungan

    hidup?

    Ketiga, dari aspek hukum. Ada sejumlah pertanyaan:

    (1)Soal legalitas produk tersebut. Artinya apakah produk tersebut sudah

    terdaftar pada instansi terkait?

    (2)Jika konsumen tidak puns dengan tersebut, dapatkah dikembalikan

    kepada penjual/produsen?

    (3)Jika isinya kurang dari yang seharusnya, sudikah produsenlpenjual

    membeii ganti rugi kepada konsumen?

    (4)Apakah pelabelan dan iklan produk tersebut sudah sesuai dengan

    peraturan yang berlaku?

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    14/177

    4Keempat, dari aspek kesehatan dan keamanan. Seperti apakah produk tersebut

    mengandung bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan konsumen? Dan

    sisi kepentingan konsumen keempat sudut pandang tersebut apabila

    dipraktekkan, sudah memberi proteksi yang memadai bagi konsumen. Namun dalam

    perkembangan gerakan konsumen global, konsumen dituntut tidak hanya secara

    mandiri dapat melindungi diri, tetapi juga secara eksternal dituntut peduli terhadap

    masalah yang lebih luas3.

    Sebagai suatu konsep "konsumen" telah diperkenalkan beberapa puluh tahun

    lalu diberbagai negara dan satnpai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-

    undang atau peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen

    termasuk meyediakan sarana peradilannya. Sejalan dengan itu, berbagai negara

    telah pula menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan

    pengaturan perlindungan kepada konsumen. Secara umum dikenal ada empat hak

    dasar konsumen, yaitu:

    1.

    hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety);

    2. hak utnuk mendapatkan informasi (the right to he infOrmed);

    3. hak untuk memilih (the right to choose);

    4. hak untuk didengar (the right to be heard)4

    Disamping itu telah pula berdiri organisasi konsumen internasional, yaitu

    International Organization of Consumer Union (IOCU). Di Indonesia telah pula

    berdiri berbagai organisasi konsumen seperti

    Yayasan Letnbaga Konsumen

    3Sudaryatmo,Ilukurn elan Adl.olcasi Konsumen, PT. Ora Aditya BAIL

    Bandung, 1999,

    hal 1

    4Shidarta, NakuruPerlindungan Konstunen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta,

    2000, hal

    16

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    15/177

    5

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    16/177

    6Indonesia (YLKI) di Jakarta dan organisasi instrumen lain di Bandung,

    Yogyakarta, Surabaya dan lain sebagainya. Demikian pentingnya masalah

    perlindungan konsumen, maka dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara senantiasa

    dicantumkan perlunya dilakukan perlindungan konsumen. GBHN 1998 tetap

    mencantumkan pentingnya perlindungan kepada konsumen. Hal ini merupakan salah

    satu konsistensi untuk tetap memperjuangkan kepentingan konsumen Indonesia.

    Untuk memberikan perlindungan keamanan, keselamatan atau kesehatan kepada

    rakyat Indonesia saat ini da.pat dijumpai dalam berbagai undang-undang, peraturan

    pemerintah dan berbagai peraturan/atau keputusan menteri dari berbagai departemen yang

    pernah ada di Indonesia dimana perlindungan itu dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu:

    a.perlindungan tersebut berlaku untuk semua pihak yang berposisi sebagai konsumen

    maupun pengusaha sebagai pengelola produksi barang atau jasa atau instansi apapun

    b.perlindungan tersebut semata-mata dikaitkan dengan masalah kesehatan manusia

    atau apapun kepada konsumen yang dirugikan

    Dilihat dari segi konsep perlindungan konsumen, peraturan perundang-undangan yang

    disebutkan dibawah ini belum mampu memberikan perlindungan khusus kepada

    konsumen. Ketentuan-ketentuan hukum yang pernah ada dan berlaku itu adalah:

    Nanny Merina Saragih: Perlindungan hukum konsumen

    dalam jual-beli... 2004 USU Repository 2008.

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    17/177

    7a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 202, 203, 204, 205, 263, 364, 266,

    283 dan lain sebagainya. Pasal-pasal tersebut mengatur pemidanaan dari perbuatan-

    perbuatan:

    1.

    memasukkan bahan berbahaya kedalam sumber air minum umum

    2.

    menjual, menawarkan, menerima atau membagikan barang yang dapat

    membahayakan jiwa atau kesehatan orang

    3.

    memalsukan surat

    4. melakukan persaingan curang

    5.

    melakukan penipuan terhadap pembeli

    6. menjual, menawarkan atau menyerahkan makanan, minuman dan obatobatan

    palsu

    Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1473-1512; Pasal 1320-1338. Pasal-

    pasal tersebut mengatur perbuatan yang berkaitan dengan perlindungan kepada pembeli

    dan perlindungan kepada pihak-pihak yang terkait dalam perj anjian.

    b. Ordonansi bahan-bahan berbahaya tahun 1949

    Ordonansi yang menentukan larangan untuk setiap pemasukan, pembuatan,

    pengangkutan, persediaan, penjualan, penyerahan, penggunaan dan pemakaian bahan

    berbahaya yang bersifat racun atau berposisi terhadap kesehatan manusia.

    c. Undang-undang tentang Obat Keras tahun 1949

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    18/177

    8Undang-undang ini memberikan kewenangan pengawasan oleh pemerintah

    terhadap pemasukan, pengeluaran, pengangkutan bahan-bahan obat keras yang akan

    diproduksi atau diedarkan.

    d.

    Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

    Undang-undang ini memberikan kewenangan pengawasan pemerintah terhadap hal-

    hal yang berkaitan dengan kesehatan. Undang-undang ini merupakan landasan

    untuk mengatur hal-hal seperti pengawasan produksi yang baik dan lain

    sebagainya. Sebagai pengganti dari berbagai undang-undang yang mengatur

    hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan manusia.

    e.

    Undang-undang No.10 tahun 1961 tentang Barang

    Undang-undang ini merupakan landasan untuk mengatur hal-hal yang

    berkaitan dengan standar barang. Salah satu pelaksanaan dan undang-undang ini

    adalah terbitnya Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Indonesia (SNI).

    f.Undang-undang No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal

    Kewenangan kepada pemerintah untuk mengelola standar-standar satuan,

    pelaksanaan tera dan tera ulang terhadap setiap alat ukur, takar, timbangan dan

    perlengkapannya, termasuk kegiatan pengawasan, penyidikan serta pengenaan

    sanksi terhadap pihak-pihak yang didalam melakukan setiap transaksi

    menggunakan satuan alat ukur yang tidak benar.

    g.

    Undang-undang No. 22 tahun 1954 tentang Undian

    Undang-undang ini ditetapkan untuk mengatur kegiatan undian dan karena

    bersifat umum, maka untuk melindungi kepentingan umum tersebut perlu

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    19/177

    9adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga terjaminnya setiap

    janji pengelola kepada peserta undian

    h. Peraturan perundang-undangan yang maksudnya memberikan perlindungan dan dalam

    bentuk keputusan atau peraturan Menteri, dapat ditemui dalam bidang kesehatan

    seperti produksi dan pendaftaran makanan dan minuman, wajib daftar makanan,

    makanan daluwarsa, bahan tambahan makanan, penandaan, label, dan sebagainyas.

    Untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan mendorong pelaku usaha

    untuk menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh tanggung jawab maka dibuatlah

    Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pengaturan

    perlindungan konsumen dilakukan dengan:

    a.menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

    keterbukaan akses dan informasi serta menjamin kepastian hukum

    b. melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh

    pelaku usaha

    c.meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa

    d. memberikan perlindungan kepada konsumen dart praktek usaha yang nnenipu dan

    menyesatkan

    e. memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan

    konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lain.

    A ,

    11,11111111 et al, 'Inborn Perfinchingatt Xonsumen, CV. Mundar Maju,

    Bandung, 2000, hal 8

    6!bid, Iin! 7

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    20/177

    10Keperluan adanya hukum untuk memberikan perlindungan konsumen

    Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan, sejalan dengan tujuan

    pembangunan nasional kita, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya..

    Membahas keperluan hukum untuk memberikan perlindungan bagi konsumen Indonesia,

    hendaknya terlebih dahulu kita melihat situasi peraturan perundangundangan Indonesia,

    khususnya peraturan atau keputusan yang memberikan perlindungan bagi masyarakat.

    Sehingga bentuk hukum perlindungan konsumen yang ditetapkan, sesuai dengan yang

    diperlukan bagi konsumen Indonesia dan keberadaannya tepat apabila diletalckan didalam

    kerangka sistem hukum nasional Indonesia.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan judul skripsi ini yaitu mengenai "Perlindungan Hukum

    Konsumen Dalam Dual Beli Obat-Obatan Tradisional (Cina)" maka perlu dilakukan

    perumusan masalah yang menjadi judul skripsi ini.

    Persoalan yang akan dibahas, dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apa syarat yang hams dipenuhi oleh pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan

    usaha penjualan obat-obatan tradisional (Cina)?

    2. Bagaimana hak konsumen atas kerugian-kerugian yang dialaminya sebagai akibat

    dari tindakan pelaku usaha obat-obat tradisional (Cina)?

    3. Bagaimana pemerintah (pihak yang berwenang) berperan untuk melindungi konsumen

    dari penyalahgunaan obat-obatan tradisional (Cina)?

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    21/177

    11

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Adapun tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. untuk mengetahui sejauhmana Undang-undang Nomor 8 Tabun 1999 tentang

    Perlindungan Konsumen dapat berperan melindungi konsumen

    2. untuk mengetahui hat-hat yang menjadi pedoman bagi pelaku usaha/produsen dalam

    melaksanakan kegiatan usahanya

    3. untuk mengetahui akibat hukum yang dapat terjadi apabila terjadi pelanggaran atas

    peraturan yang berlaku

    4. untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan oleh pelaku usaha/produsen agar

    tidak melakukan pelanggaran hukum.

    Manfaat penulisan yang dapat dikutip dari skripsi ini antara lain:

    1.manambah pengetahuan mengenai tanggungjawab hukum sebagai pelaku

    usaha/produsen dalam melaksanakan kegiatan usahanya

    2.memberikan informasi khususnya kepada masyarakat tentang perlindungan hukum

    yang menjadi hak-haknya sebagai konsumen

    3.memberikan masukan/saran-saran terhadap Undang-Undang Perlindungan

    Konsumen

    4.menambah khasanah referensi tentang Perlindungan hukum Konsumen di Fakultas

    Hukum Universitas Sumatera Utara.

    D. Keaslian Penulisan

    "Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Jual Beli Obat-Obatan

    Tradisional (Cina)" yang diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    22/177

    12

    dari penulis sendiri melalui pemikiran, referensi dari buku-buku, bantuan dad pant nara

    sumber dan pihak-pihak lain.

    E. Tinjauan kepustakaan

    lstilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau

    consument/konsumen (Belanda)7. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata

    consumer sebagai pamakai atau konsumen8. Ada juga yang memberi batasan, bahwa

    konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk

    tujuan tertentu9.

    Hukum konsumen menurut Az. Nasution adalah: "Keseluruhan asas-asas dan

    kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan

    produk (barang dan/atau jasa) antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan

    berrnasyarakat".

    Sedangkan batasan berikutnya adalah batasan Hukum Perlindungan Konsumen, yaitu:

    "Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam

    penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat"1.

    Sedangkan yang dimaksud dengan obat adalah sesuatu yang dipakai untuk

    menyembuhkan penyakitl I. Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-

    tumbuhan, hewan, mineral dan atau campuran dari

    bahan-bahan tersebut

    7 Az. Nasution,Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Jakarta Pusat,

    2002, hal 3 gJohn M. Echols & Hasan Sadily,Kamus Inggris-Indonesia,

    Gramedia, Jakarta, 1986,

    hal 124

    9 Az. Nasution, Op.Cii, ha1 13

    10Ibid,hal 13

    11W.J.S. Poerwadartninta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta,

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    23/177

    1993,

    hal 682

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    24/177

    12yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan

    berdasarkan pengalaman 12.

    F. Metode penulisan

    I. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan dikota Medan di Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

    dan di Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM)

    2. Teknik Pengumpulan Data

    a. Studi Kepustakaan

    Untuk memperkuat dasar penelitian, maka terlebih dahulu dikumpulkan dan

    dibaca referensi yang relevan melalui peraturan perundang-undangan, buku-buku

    bacaan, koran, majalah_ Setelah data-data terkumpul maka langkah seianjutnya

    adalah menyeleksi data-data yang layak untuk dipergunakan dalam penulisan

    skripsi ini. Data-data yang diperoleh dari riset pustaka lebih banyak dipergunakan

    dalam penulisan skripsi ini.

    b.

    Studi Lapangan

    Studi lapangan yang dilakukan bertujuan untuk mandapatkan data-data yang

    relevan dengan penulisan

    3. Teknik Analisis data

    Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan

    menggunakan metode kualitatif

    Proyek Peningkaian Perlindungan Konsumen Direktorat Penthinaan Sarana Perdagangan,

    Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan Dan

    Koperasi Tahun Anggaran 1982/1983, Sebaiknya Anda Tabu, hal 22

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    25/177

    13G. Sistematika

    Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (Lima) bab, dimana masing-masing bab

    dibagi lagi atas beberapa sub bab. Uraian singkat atas bab-bab dan sub-sub bab

    tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

    1. Bab Pertama merupakan Bab Pendahuluan yang menguraikan tentang:

    A.

    Latar Belakang

    B.Perumusan Masalah

    C.Tujuan dan Manfaat Penulisan

    D. Keasliaan Penulisan

    E. Tinjauan Kepustakaan

    F.

    Metode Penulisan

    G. Sistematika

    2. Bab Kedua merupakan bab yang berisi tentang Gambaran Umum Tentang

    Perlindungan Konsumen. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab seperti:

    A. Pengertian dan Konsepsi Mengenai Konsumen

    B. Latar Belakang Lahirnya Hukum Perlindungan Konsumen

    C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

    D. Hak dan Kewajiban Konsumen

    E.

    Hak dan Kewajiban Produsen

    3. Bab Ketiga merupakan bab yang menguraikan tentang garnbaran umum tentang jual

    beli. Bab ini juga terdiri atas beberapa sub bab seperti:

    A. Pengertian Jual Beli

    13. Objek Jual 13eli

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    26/177

    14

    C. Kewajiban Para Pihak Dalam Jual Beli

    D. Resiko Yang Timbul Dalam Jual Beli

    4. Bab Keempat merupakan bab yang membahas tentang Perlindungan Hukum

    Konsumen Dalam Alai Beli Obat-Obatan Tradisional (Cina). Untuk

    mendukung pembahasan atas bab ini maka bab ini dibagi lagi atas beberapa sub bab

    yang meliputi:

    A. Perlindungan Hukum Konsumen dalam jual beli obat-obatan tradisional (Cina)

    B. Hak dan Kewajiban pelaku usaha

    C. Perbuatan yang Dilarang bagi Penjual Obat-Obatan dan Makanan dalam Jual

    Beli Obat-Obatan Tradisional (Cina)

    D. Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam Jual Beli Obat-Obatan

    Tradisional (Cina)

    E. Upaya Hukum Yang Dilakukan Akibat Penggunaan Obat-Obatan

    Tradisional (Cina)

    5. Bab Kelima merupakan bab penutup yang berisi tentang:

    A.Kesimpulan

    B.Saran

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    27/177

    BAB II

    GAMBARAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

    A. Pengertian dan Konsepsi Mengenai Konsumen

    Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

    Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) telah diberikan suatu defenisi konsumen,

    konsumen adalah setiap orang pemakai barang danfjasa yang tersedia dalam

    masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun

    mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Undang-undang

    Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

    Tidak Sehat (yang berlaku 5 Maret 2000), konsumen adalah setiap pemakai dan

    atau pengguna barang dan atau jasa, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

    kepentingan orang lain13. Rumusan mengenai konsumen ini sangat beraneka

    ragam, seperti halnya di Perancis, defenisi konsumen mengandung dua unsur,

    yaitu (1) konsumen hanya orang, dan (2) barang atau jasa yang digunakan untuk

    keperluan pribadi atau keluarganya. Di Spanyol, pengertian konsumen

    didefenisikan secara lebih luas, bahwa konsumen diartikan tidak hanya individu

    (orang), tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir.

    Dalam undang-undang perlindungan konsumen India dinyatakan, konsumen

    adalah setiap orang (pembeli) atas barang yang disepakati, menyangkut harga dan

    13Shidarta, Op.Cit, hal 2

    15

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    28/177

    16

    cara pembayarannya, tetapi tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk

    dijual kembali atau keperluan komersia114.

    Pengertian konsumen bukan hanya beraneka ragam, tetapi juga merupakan

    pengertian yang luas, seperti yang dilukiskan secara sederhana oleh mantan presiden

    Amerika Serikat, John F. Kennedy dengan mengatakan, "Consumers by defenition include

    us all "15. Meskipun beraneka ragam dan luas, dapat juga diberikan beberapa unsur

    terhadap defenisi konsumen, yaitu:

    1. Setiap orang

    Disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berperanan sebagai pemakai

    barang dan/atau jasa. Istilah "orang sebetulnya tidak membatasi pengertian

    konsumen itu sebatas pada orang perseorangan, narnun konsumen juga hams

    mencakup badan usaha, dengan makna lebih luas daripada badan hukum, Dalam

    UUPK digunakan kata "pelaku usaha", istilah ini dipilih untuk memberi anti sekaligus

    bagi kreditur (penyedia dana), produsen, penyalur, penjual, dan terminologi lain yang

    lazim diberikan

    2. Pemakai

    Konsumen memang tidak sekedar pembeli, tetapi semua orang (perorangan atau

    badan usaha) yang mengkonsumsi jasa danlatau barang. Jadi yang paling penting

    terjadinya transaksi konsumen berupa peralihan barang danlatau jasa, termasuk peralihan

    kenikmatan dalam menggunakannya.

    3. Barang dan/atau jasa

    14/hid, ha! 3

    boi

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    29/177

    17

    UUPK mengartikan barang sebagai setiap bends, balk berwujud maupun tidak berwujud,

    balk bergerak maupun tidak bergerak, balk dapat dihabiskan maupun tidak dapat

    dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau

    ditnanfaatkan oleh konsumen.

    4.Yang tersedia dalam masyarakat

    Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di

    pasaran. Dalam perdagangan yang semakin kompleks dewasa ini, syarat itu tidak mutlak

    lagi dituntut oleh masyarakat konsumen.

    5.

    Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, mahkluk hidup lain Transaksi

    konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain dan mahkluk

    hidup lain.Unsur yang diletakkan dalam defenisi itu mencoba untuk memperluas pengertian

    kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga,

    tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain (di luar diri sendiri dan

    keluarganya).

    6.Barang dan/atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan

    Batasan ini terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen,

    walaupun dalam kenyataannya sulit untuk menetapkan Batas-batas seperti itu.

    Dalam pengertian masyarakat umum saat ini, bahwa konsumen itu adalah pembeli,

    penyewa, nasabah (penerima kredit) lembaga jasa perbankan atau asuransi, penumpang

    angkutan umum atau pada pokoknya langganan dari Para pengusaba16

    . Pengertian

    masyarakat ini tidaklah salah satu sebab secara yuridis,

    1"Az. Nasution,Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar

    Harapan, Jakarta, 1995, hal 68

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    30/177

    18dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat subjek-subjek hukum dalam

    hukum perikatan yang bernama pembeli, penyewa, peminjam-pakai dan sebagainya.

    Konsumen (sebagai alih bahasa dari Consumer), secara harfiah berarti

    seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa atau seseorang/sesuatu

    perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu juga

    sesuatu atau seorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Ada

    pula yang memberikan arti lain, yaitu konsumen adalah setiap orang yang

    menggunakan barang atau jasa17.

    Dalam hukum positip kita, terlihat pengertian konsumen digunakan

    berbagai istilah-istilah, beberapa diantaranya adalah:

    a. Undang-unclang Barang

    Dari Undang-undang Barang ini, terlihat dua hal:

    1.

    Rakyat yang ingin dijaga kesehatan atau keselamatan (tubuhnya) dan

    keamanan (jiwanya) dari barang dan/atau jasa yang mutunya kurang atau tidak

    baik

    2. Mengatur tentang mutu, susunan bahan dan bungkusan barang dagangan

    Pengaturan mutu, susunan bahan dan pembungkusan barang tentulah

    ditujukan pada mereka yang mempunyai kegiatan mengenai pembuatan atau

    pembungkusan barang tersebut. Mereka itu adalah para pengusaha atau

    pelaku usaha, sedangkan rakyat yang ingin dijaga kesehatan atau

    keselamatan tubuhnya dan keamanan jiwanya dari barang bermutu kurang atau

    tidak baik, tentulah dalam kaitan penggunaan barang

    tersebut (pemakai

    17Az. Nasution,Perlinchorgan Konsumen, Diadil Media, Jakarta Pusat, 2002,

    hal 69

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    31/177

    19pengguna). Dan hal ini dapat dipahami bahwa hanya pengguna manusia

    alamiah yang dapat terganggu keselamatan tubuhnya atau keamanan

    jiwanya karena produk yang kurang atau tidak bermutu, karena itu dapat

    diketahui adanya rakyat pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang/jasa, serta

    pengusaha atau pelaku usaha pembuat barang dan/atau jasa dengan kewajiban-

    kewajibannya masing-masing.

    b.Undang-undang Kesehatan

    Undang-undang Kesehatan ini tidak menggunakan istilah konsumen untuk

    pemakai, pengguna barang dan/atau pemanfaat jasa kesehatan. Untuk maksud itu

    digunakan berbagai istilah, antara lain istilah setiap orang, masyarakat.

    c.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

    Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat, berbagai istilah yang

    perlu diperhatikan, antara lain istilah pembeli, penyewa, penerima hibah,

    peminjam pakai, peminjam dan sebagainya.

    d.

    Penyelenggaraan studi balk yang bersifat akademis, maupun untuk tujuan

    mempersiapkan dasar-dasar penerbitan suatu peraturan perundang-undangan

    tentang perlindungan konsumen, antar

    I. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departernen Kehakiman (BPHN),

    menyusun batasan tentang konsumen akhir, yaitu: pemakai akhir dari

    barang, digunakan untuk keperluan din sendiri atau orang lain, dan tidak untuk

    diperjualbelikan

    2. Batasan konsumen dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    32/177

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    33/177

    21a. Konsumen memerlukan pengaturan tersendiri, karena dalam suatu hubungart hukum

    dengan penjual, konsumen merupakan pengguna barang dan jasa untuk kepentingan diri

    sendiri dan tidak untuk diproduksi ataupun diperdagangkan.

    b.

    Konsumen memerlukan sarana atau Kara hukum tersendiri sebagai upaya

    melindungi atau memperoleh haknya.

    Dari pengertian dan konsepsi mengenai konsumen, ada hal penting yang menjadi

    pokok keperluan konsumen, yaitu bahwa konsumen rnemerlukan produk yang aman bagi

    kesehatan tubuh atau keamanan jiwa, serta pada umumnya untuk kesejahteraan keluarga

    atau rumah tangganya, karena itu diperlukan kaidahkaidah hukum yang menjamin

    syarat-syarat aman setiap produk konsumen bagi konsumsi manusia, dilengkapi

    dengan informasi yang benar, jujur dan bertanggungjawab.

    B. Latar Belakang Lahirnya Macaw Perli ndungan Konsumen

    Petaka yang menimpa konsumen Indonesia tidaklah jarang terjadi. Selama beberapa

    dasawarsa sejumlah peristiwa penting yang menyangkut keamanan konsumen dalam

    mengkonsumsi barang dan jasa, mencuat keperrnukaan sebagai keprihatinan nasional

    yang tidak kunjung mendapat perhatian dari sisi perlindungan hukum bagi para

    konsumen, padahal saat ini kurang lebih 210 juta penduduk Indonesia tidak akan mungkin

    dapat meninggalkan predikat konsumen. Diundangkannya UUPK pada tanggal 20 April

    1999 oleh pemerintahan transisi (Kabinet Retbmiasi Pembangunan) Presiden BJ.

    Habibie tampaknya diiringi dengan harapan terwujudnya wacana haru huhungan

    konsumen dengan pelaku

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    34/177

    22usaba (produsen, distributor, pengecer/pengusaha/perusahaan dan sebagainya) dalam

    milenium baru ini.

    Kritik dan berbagai keluhan berbagai pihak terhadap penegakan hukum dan

    perlindungan hukum bagi yang lemah menjadi referensi utama dalam perumusan

    norma-norma perlindungan konsumen dalam undang-undang baru itu. Seperangkat

    norma-norma bukum baru, termasuk perumusan tindakan pidana/delik barn

    berusaha menjawab kekaburan norma-norma perlindungan konsumen dan institusi-

    institusi perlindungan konsumen.

    Sebelum berlakunya IMPK, konsumen dapat memperjuangkan kepentingan-

    kepentingan hukumnya dengan memanfaatkan instrumen-instrumen pokok (hukum

    perdata, hukutn pidana, hukum dagang, hukum acara perdata, hukum acara pidana,

    hukum internasional), meskipun secara empirik itu tidak begitu meningkatkan

    martabat konsumen, apalagi mengayomi konsumen. Konsumen masih tetap berada

    pada posisi yang lemah. Tetapi itu tidak berarti konsumen tidak dilindungi sama sekali,

    betapapun lemahnya instrumen-instrumen hukum pokok.

    Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang

    memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung

    sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Secara universal berbagai basil penelitian

    dan pendapat para pakar, temyata konsumen umumnya berada pada posisi yang lebih lemah

    dalam hub ungannya dengan pengusaha, balk secara ekonomis, tingkat pendidikan

    maupun kemampuan atau daya bersaing.

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    35/177

    23

    Kedudukan konsumen ini, baik yang bergabung dalam suatu organisasi, apalagi secara

    individu, tidak seimbang dibandingkan dengan kedudukan pengusaha.

    Oleh sebab itu, untuk menyeimbangkan kedudukan tersebut dibutuhkan

    perlindungan pada konsumen. Adapun pokok-pokok dan pedomannya telah termuat

    dalam Undang-Undang Dasar 1945 dart Ketetapan MPR. Disamping itu, beberapa materi

    tertentu secara sporadis termuat didalam peraturan perundangundangan kita, sekalipun

    penerbitan peraturan perundang-undangan sebenarnya ditujukan untuk keperluan lain dari

    mengatur dan/atau melindungi kepentingan konsumen sejalan dengan batasan hukum

    konsumen. Hukum Konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan

    masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan sosial

    ekonomi, daya saing maupun tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak

    selalu tepat, bagi mereka yang berkedudukan seimbang demikian, maka mereka

    masing-masing lebih mampu mempertahankan dan menegakkan hak-hak mereka yang

    sah.

    Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang

    mengadakan hubungan hukum atau bermasalth dalam masyarakat itu tidak seimbang.

    Merupakan kenyataan bahwa kedudukan konsumen yang berjumlah besar itu, secara

    kelompok apalagi individu, sangat lemah dibandingkan dengan para penyedia kebutuhan

    konsumen, baik penyedia swasta maupun pemerintah (publik). Dinegara-negara yang

    sekarang ini disebut negara-negara maju telah menempuh pembangunannya melalui tiga

    tingkat: unifikasi, industrialisasi dan negara kesejahteraan. Pada tingkat pertama yang

    menjadi masalah berat adalah bagaintana meneapai inlegrasi politik untuk meneiptakan

    persatuan dan kcsai.uan

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    36/177

    24

    nasional. Tingkat kedua, peijuangan untuk pembangunan ekonomi dan

    rnodernisasi politik. Akhimya dalam tingkat ketiga, togas negara yang terutama adalah

    melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, rnembetulkan kesalahankesalahan pada

    tahap-taliap sebelumnya, dengan menekankan kesejahteraan masyarakat.

    Pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama

    orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang atau

    jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai

    kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang

    aman. Oleh karena itu secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan

    hukum yang sifatnya universal juga. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada

    umumnya dibandingkan dengan kedudukan produsen yang lebih kuat dalam banyak hal,

    maka hal perlindungan konsumen ini selalu penting untuk dikaji. Perlindungan

    terhadap konsumen dipandang secara materil maupun formal makin terasa sangat penting,

    mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor

    penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya

    dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua

    hal tersebut, akhimya balk langsung atau tidak langsung, maka konsumenlah yang

    pada umumnya akan merasakan dampaknya. Dengan demikian upaya-upaya untuk

    memberikan memberikan perlindungan yang memadai segera dicari solusinya, terutama

    dilndonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut

    perlindungan konsumen.

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    37/177

    25

    Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas, dengan strata yang

    sangat bervariasi menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan

    distribusi produk barang atau jasa dengan cara-cara yang seefektif mungkin agar

    dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut. Untuk itu semua cara

    pendekatan diupayakan sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak,

    termasuk keadaan yang menjurus pada tindakan yang bersifat negatif bahkan tidak

    terpuji yang berawal dari itikad buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi, antara

    lain menyangkut kualitas, atau mutu barang, infonnasi yang tidak jetas bahkan

    menyesatkan pemalsuan dan sebagainya. Beranjak dari situasi yang sedemikian

    komplit maka perlindungan terhadap konsumen juga menabutuhkan pemikiran

    yang luas pula. Hal ini sangat penting mengingat kepentingan konsumen pada

    dasarnya sudah ada sejak awal sebelum barang/jasa diproduksi selama dalam

    proses produksi sampai pada saat distribusi sehingga sampai ditangan konsumen

    untuk dimanfaatkan secara maksimal. Keberpihakan kepada konsumen

    sebenarnya merupakan wujud nyata dari ekonomi keralcyatan19

    . Dalam praktek

    perdagangan yang merugikan konsumen, diantaranya penentuan harga barang dan

    hal-hal lain yang tidak patut, pemerintah hams secara konsisten berpihak kepada

    konsumen yang pada umumnya orang kebanyakan. Dalam hubungan ini,

    penjabaran perlindungan terhadap konsumen yang pada umumnya orang

    kebanyakan. Dalam hubungan ini, penjabaran perlindungan terhadap konsumen

    juga dituangkan dalam Garis-Garis Besar Hainan Negara 1993 melalui Ketetapan

    Majelis Pennusyawaratan Rakyat (MPR) No.WMPR/1993, pada Bab IV, huruf F

    I'leasur shale,Perlindungan Konsumen dan

    Instrumen-Instrumen liukumnya, PT Cilra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 2

    Nenny Marina Saragih: Perlindungan hukum konsumen dalam

    jual-beli... 2004 USU Repository 2008.

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    38/177

    26butir 4a, yaitu: "...perlindungan perdagangan ditujukan untuk memperlancarkan

    ants barang dan jasa dalam rangka menunjang peningkatan produksi dan days

    saing, meningkatkan pendapatan produsen terutarna produsen hasil pertanian

    rakyat dan pedagang, melindungi kepentingan konsumen... "20

    Komitmen melindungi kepentingan konsumen (konsumen akhir, bukan

    konsumen pedagang) rupanya masih menjadi huruf-huruf mati dalam naskah

    GBHN 1993, karena tidak jelas peraturan perundang-undangan pelaksanaannya

    yang memang ditujukan untuk itu. Ketidakjelasan itu bukannya karena belum

    adanya pengkajian dan penelitian nonna-nonna perlindungan konsumen macam

    apa yang sesuai dengan situasi dan kondisi konsumen Indonesia, bahkan sebagian

    besar konsumen Indonesia enggan mengadukan kerugian yang dialaminya

    walaupun konsumen telah (sangat) dirugikan oleh produsen/pengusaha.

    Keengganan ini bukaniah karena mereka (konsumen) tidak sadar hukum, bahkan

    mereka Iebih sadar hukum ketimbang sebagian daripada para penegak hukumnya

    sendiri, keengganan para konsumen lebih didasarkan pada:

    I. tidak jelasnya norma-norma perlindungan konsumen

    2.praktek peradilan kita yang tidak lagi sederhana, cepat dan biaya ringan

    3. sikap menghindari kontlik walaupun hak-haknya sebagai konsumen dilanggar

    pengusaha.

    Dan segala kondisi yang telah dikemukakan maka jelaslah bahwa posisi

    konsumen itu Iemah sehingga is hams dilindungi oleh hukum, karena salah satu

    2"Ibid

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    39/177

    27sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan (pengayoman)

    kepada masyarakat21

    C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

    Kata konsumen pertamakali masuk dalam substansi GBHN 198322.

    Pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada

    khususnya, menurut GBHN hams menguntungkan konsumen. Lima Tahun

    kemudian kata-kata itu dirasakan tetap relevan untuk dimuat kembali sehingga dalam

    GBHN 1988 dikatakan, pembangunan ekonomi itu hams menjamin kepentingan

    konsumen, Selanjutnya dalam GBHN 1993 kembali dinyatakan, pembangunan

    ekonomi itu hares melindungi kepentingan konsumen. Kata-kata menguntungkan,

    menjamin kepentingan, atau melindungi kepentingan itu peda hakikatnya merupakan

    rumusan yang sangat abstrak dan normatif.

    Ada sinyalemen dan beberapa kalangan di pemerintahan yang

    menyatakan, Rancangan Undang-undang Perlindungan Konsumen yang sejak 1980

    disusun diprioritaskan untuk dibahas di DPR. Terbukti 19 tahun kemudian keinginan

    itu direalisasikan, yakni dengan lahimya Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

    Perlindungan Konsumen

    Sejumlah peraturan yang tidak pernah disebut-sebut sebagai prioritas,

    dalam kenyataannya justru lebih banyak didahulukan pengesahannya daripada

    UUPK. Hal ini memperkuat dugaan yang beredar selama ini, pemerintah biasanya

    mendahulukan peraturan-peraturan yang

    menguntungkan pihaknya, contohnya

    21/bid hal 9

    22Shidarta, Op. Cit., hal 47

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    40/177

    28peraturan dibidang perpajakan daripada peraturan-peraturan yang membebaninya

    dengan kewajiban yang besar, seperti di bidang perlindungan konsumen sekarang

    ini.

    Terlepas dari kekurangan yang ada prinsip-prinsip pengaturan

    perlindungan konsumen di Indonesia bukan berarti tidak ada sama sekali sebelum

    UUPK. Untuk itu ada tiga bidang hukum yang memberikan perlindungan secara

    umum bagi konsumen, yaitu bidang hukum perdata, pidana dan administrasi

    negara.

    Perlindungan di bidang keperdataan diadakan bertitik tolak dari tarik

    menarik kepentingan antar sesama anggota masyarakat. Jika seseorang merasa

    dirugikan oleh warga masyarakat, tentu is menggugat pihak lain itu agar

    bertanggungjawab secara hukum atas perbuatannya. Dalam hal ini diantara

    mereka mungkin saja sudah terdapat hubungan hukum berupa perjanjian di

    lapangan hukum keperdataan,tetapi dapat pula sebaliknya sama sekali tidak ada

    hubungan demkian, akan tetapi perikatan itu dapat muncul dari perjanian atau karena

    undang-undang. Jika seorang sebagai konsumen mempunyai hubungan hukum

    berupa perjanjian dengan pihak lain, dan pihak lain itu melanggar perjanjian yang

    disepakati bersama, maka konsumen berhak menggugat Iawannya berdasarkan dalih

    melakukan wanprestasi (cidera janji). Jika sebelumnya tidak ada perjanjian maka

    konsumen tetap saja memiliki hak untuk menuntut secara perdata, yakni melalui

    ketentuan perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad). Dalam konsepsi perbuatan

    melawan hukumseseorang diberi kesempatan untuk

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    41/177

    29menggugat sepanjang terpenuhi tiga unsur, yaitu ada kesalahan (yang dilakukan pihak

    lain atau tergugat), ada kerugian (yang diderita sipenggugat) dan ada hubungan

    kausalitas antara kesalahan dan kerugian itu.

    Secara pidana tuntutannya tidak lagi semata-mats karena pihak lain

    melanggar petjanjian. Filosophi dari penuntutan secara pidana lebih luas daripada itu,

    yaitu untuk melindungi masyarakat dari tindak pidana tertentu. Perlindungan demikian

    diberikan oleh negara kepada warga masyarakatnya. Untuk itu, penuntutan secara

    pidana tidak dibebankan kepada perorangan tetapi kepada suatu instansi pemerintah,

    tepatnya kejaksaan.

    Dalam lapangan hukum administrasi negara, perlindungan yang diberikan

    biasanya lebih bersifat tidak langsung, preventif dan proaktif Pemerintah

    biasanya mengeluarkan berbagai ketentuan normatif yang membebani pelaku usaha

    dengan kewajiban tertentu. Sebagai contoh, hash produksi harus memenuhi standar

    kualitas yang ditetapkan, limbah (polutan)nya harus dibawah ambang batas, harga

    jual dikendalikan oleh pemerintah dengan melakukan operasi pasar. Kamm

    pemerintah sebagai instansi pengeluar perizinan, maka dalam bidang administratif,

    pemerintah berwenang meninjau kembali setiap izin yang dinilai disalahgunakan.

    Menurut Hans W. Micklitz, dalam perlindungan konsumen secara garis besar

    dapat ditempuh dua model kebijakan. Pertama, kebijakan yang bersifat

    komplementer, yaitu kebijakan yang mewajibkan pelaku usaha memberikan

    informasi yang memadai kepada konsumen (hak atas informasi). Kedua,

    kebijakan kompensatoris, yaitu kebijakan yang berisikan perlindungan terhadap

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    42/177

    30kepentingan ekonomi konsumen (hak atas kesehatan dan keamanan). Dalam

    berbagai kasus, konsumen tidak cukup dilindungi hanya berdasarkan kebijakan

    komplementer (memberikan informasi), tetapi juga harus ditindakianjuti dengan

    kebijakan kompensatoris (meminimalisasi resiko yang hams ditanggung

    konsumen), misalnya dengan mencegah produk berbahaya untuk tidak mencapai pasar

    sebelum lulus pengujian oleh suatu lembaga perizinan pemerintah (hal ini disebut

    kontrol pra pasar), atau menarik dan peredaran produk berbahaya yang sudah

    terlanjur beredar di pasaran (kontrol pasta pasar).

    Selain ditinjau dari bidang-bidang hukum yang mengatur perlindungan

    konsumen dan dua macam kebijakan umum yang dapat ditempuh, juga terdapat

    prinsip-prinsip pengaturan dibidang perlindungan konmsumen. Undang-undang

    perlindungan konsumen menyebutkan lima prinsip pengaturan-pengaturan yang

    dikaitkan dengan asas-asas pembangunan nasional, yaitu asas manfaat, keadilan,

    keseimbangan, keamanan dan keselamatan serta kepastian hukum. Hakikat

    perlindungan konsumen menyiratkan keberpihakan kepada kepentingan-

    kepentingan (hukum) konsumen. Ada beberapa kepentingan-kepentingan

    konsumen menurut Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa No.39/248 Tahun 1995

    tentang Guidelines for Consumer Protection, sebagai berikut:

    (a).

    Perlindungan konsumen dan bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan

    keamanannya;

    (b). Promosi dan perlindungan kepentingan sosial ekonomi konsumen;

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    43/177

    31(c) Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan

    kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan

    kebutuhan pribadi;

    (d)

    Pendidikan konsumen;

    (e) Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;

    (f) Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang

    relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk

    menyuarakan pcndapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang

    menyangkut kepentingan mereka.

    Adanya undang-undang perlindungan konsumen memberikan dampak ekonomi yang

    positif bagi dunia usaha, yakni dunia usaha dipacu untuk meningkatkan

    kualitas/mutu produk barang dan jasa sehingga produknya memiliki keunggulan

    kompetitif. Kekhawatiran adanya undang-undang perlindungan konsumen bisa

    menghancurkan perkembangan industri, perdagangan, dan pengusaha kecil, hal ini tidak

    masuk akal. Pengusaha kecil yang sudah ada pada awal munculnya isu

    perlindungan konsumen di Indonesia hampir seperempat abad yang lalu, sampai saat

    ini tidak bangkit, bahkan tergilas dari pengusaha-pengusaha yang besar.

    Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang

    memuat asas-asas atau kaidah-kaidah mengatur, dan juga mengandung sifat yang

    melindungi kepentingan konsumen. Secara universal, berdasarkan berbagai hasil

    penelitian dan pendapat para pakar, ternyata konsumen umumnya berada pada posisi

    yang lebih lemah dalam hubungannya dengan pengusaha. Kedudukan konsumen ini,

    balk yang bergabung dalam suatu organisasi apalagi secara

    "

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    44/177

    32individu, tidak seimbang dibandingkan dengan kedudukan pengusaha. Oleh sebab itu

    untuk menyeimbangkan kedudukan konsumen tersebut dibutuhkan

    perlindungan pada konsumen. Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi

    pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat

    itu tidak seimbang. Merupakan kenyataan bahwa kedudukan konsumen yang

    berjumlah besar itu sangat lemah dibandingkan dengan para penyedia kebutuhan

    konsumen, baik penyedia swasta maupun pemerintah.

    Dalam Pasal 2 UUPK dinyatakan bahwa perlindungan konsumen

    berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan

    konsumen, serta kepastian hukum.

    Sedangkan dalam Pasal 3 undang-undang ini disebutkan bahwa perlindungan

    konsumen bertujuan:

    a.

    Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

    melindungi diri;

    b.

    Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari

    akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

    c.

    Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

    menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

    d.Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian

    hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

    e.

    Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

    konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

    Nanny Merina Saragih: Perlindungan hukum konsumen dalam

    jual-beli... 2004 USU Repository 2008.

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    45/177

    33f Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha

    produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan

    konsumen23.

    Secara umum dan mendasar hubungan antara produsen (perusahaan

    penghasil barang dan/atau jasa) dengan konsumen (pemakai akhir dari barang

    dan/atau jasa untuk diri sendiri atau keluarganya) merupakan hubungan yang terus

    menerus dan berkesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena keduanya

    memang sating menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi

    antara yang satu dengan yang lain.

    Produsen sangat membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan

    konsumen sebagi pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin produsen dapat

    terjamin kelangsungan usahanya. Sebaliknya konsumen kebutuhannya sangat

    bergantung dari has produksi produsen. Saling ketergantungan karena kebutuhan

    tersebut dapat menciptakan suatu hubungan yang tents menerus dan berkesinambungan

    sepanjang masa, sesuai dengan tingkat ketergantungan akan kebutuhan yang tidak

    terputus-putus. Hubungan antara produsen dan konsumen yang berkelanjutan terjadi

    sejak proses produksi, distribusi dipemasaran dan penawaran. Rangkaian kegiatan

    tersebut merupakan rangkain perbuatan hukum yang tidak mempunyai akibat hukum

    dan yang mempunyai akibat hukum baik terhadap semua pihak maupun hanya

    kepada pihak-pihak tertentu saja. Hal tersebut secara sisitematis dimanfaatkan

    oleh produsen dalam suatu sistem

    2Vbid, hat 170

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    46/177

    34distribusi dan pemasaran produk barang guna mencapai suatu tingkat

    produktivitas dan efektifitas tertentu dalam rangka mencapai sasaran usaha.

    Sampai pada tahapan hubungan penyaluran atau distribusi tersebut

    menghasilkan suatu hubungan yang sifatnya massal. Karena sifatnya yang massal

    tersebut maka peran negara sangat dibutuhkan dalam rangka melindungi

    kepentingan konsumen pada umumnya. Untuk itu perlu diatur perlindungan

    konsumen berdasarkan undang-undang antara lain mutu barang, cara dan prosedur

    produksi, syarat kesehatan, syarat pengemasan, syarat lingkungan dan sebagainya.

    Perlunya UUPK tidak lain karena lemahnya posisi konsumen dibandingkan dengan

    posisi produsen karena mengenai proses sampai hasil produksi barang atau jasa

    yang telah dihasilkan tanpa campur tangan konsumen sedikitpun.

    Bertolak dan luas dan kompleksnya hubungan antara produsen dan

    konsumen, serta banyaknya mata rantai penghubung keduanya, maka untuk

    melindungi konsumen sebagai pemakai akhir dari produk barang atau jasa

    membutulikan berbagai aspek hukum agar benar-benar dapat dilindungi dengan adil.

    Sejak awal produksi perlindungan konsumen hares sudah dimulai. Pada masa sekarang

    ini hubungan antara produsen dan konsumen makin dekat, oleh karena itu campur

    tangan negara sangat dibutuhkan yaitu, guna mengatur pola hubungan antara produsen,

    konsumen dan sistem perlindungan konsumen. Hubungan antara produsen dan

    konsumen yang bersifat massal tersebut, hubungan antara pihak secara

    individual/personal dapat menciptakan hubungan-hubungan hukum yang spesipik.

    Hubungan hukum yang spesipik ini sangat bervariasi, yang sangat dipengaruhi oleh

    berbagai keadaan antara lain:

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    47/177

    35

    1.kondisi, harga dari suatu jenis komoditas tertentu

    2.penawaran dan syarat perjanjian

    3.

    fasilitas yang ada

    4.

    kebutuhan para pihak pada rentang waktu tertentu

    Keadaan-keadaan seperti tersebut diatas, pada dasamya sangat

    mempengaruhi dan menciptakan kondisi perjanjian yang juga sangat bervariasi.

    Meskipun demikian didalam praktek hubungan hukum yang terjadi bahkan

    semakin melemahkan posisi konsumen karena secara sepihak para

    produsen/distributor sudah menyiapkan suatu kondisi perjanjian dengan adanya

    perjanjian baku yang syarat-syaratnya secara sepihak ditentukan pula oleh

    produsen atau jaringan distributornya. Bertolak dari keadaan yang demikian, rnaka

    perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen tidak dapat diberikan oleh satu aspek

    hukum saja, melainkan oleh satu sistem perangkat hukum yang mampu memberikan

    perlindungan yang simultan dan komprehensif sehingga terjadi persaingan yang

    jujur yang secara langsung atau tidak langsung akan menguntungkan

    konsumen.

    D. Hak dan Kewajiban Konsumen

    Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh

    karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi

    yang mendapdatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih

    haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain perlindungan konsumen

    sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    48/177

    36

    terhadap hak-hak konsumen. Secara umum ada dikenal ada empat hak dasar

    konsumen, yaitu:

    1. hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety);

    2. hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);

    3.

    hak untuk memilih (the right to choose);

    4. hak untuk didengar (the right to be heard).

    Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya,

    organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International

    Organization of Consumers Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak

    seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan

    hak mendapatkan lingkungan hidup yang balk dan sehat.

    Namur, tidak semua organisasi konsumen menerima penambahan hak-hak

    tersebut. Mereka bebas untuk menerima semua atau sebagian . YLKI misalnya,

    memutuskan untuk menambahkan satu hak lagi sebagai pelengkap empat hak dasar

    konsumen, yaitu hak mendapatkan lingkungan hidup yang balk dan sehat sehingga

    keseluruhannya dikenal sebagai panca hak konsumen24. Dalam rancangan

    akademik Undang-undang Perlindungan Konsumen yang disusun oleh tim Fakultas

    Hukum Universitas Indonesia dan Departemen Perdagangan (1992), hak-hak dasar

    konsumen ditambahkan lagi dengan hak untuk mendapatkan barang-barang

    sesuai dengan nilai tukar yang diberikan dan hak untuk mendapatkan upaya

    penyelesalan hukum.

    241hid, ha! 16

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    49/177

    37

    Hak konsumen untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, tidak

    dimasukkan dalam UUPK ini karena UUPK secara khusus mengecualikan hak-hak

    yang diatur dalam undang-undang di bidang Hak-hak Atas Kekayaan Intelektual

    (HAKI) dan dibidang pengelolaan lingkungan. Ada 9 hak konsumen yang dituangkan

    dalam Pasal 4 UUPK, yaitu:

    1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

    barang dan/atau jasa;

    2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

    tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang di j anj

    ikan;

    3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

    barang dan/atau jasa;

    4.

    Hak untuk didengar pendapat dan keiuhannya atas barang dan/atau jasa yang

    digunakan;

    5.

    Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya peyelesaian

    sengketa perlindungan konsumen secara patut;

    6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

    7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

    diskriminatif;

    8.

    Hak untuk mendapatkan dispensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, jika barang

    dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

    mestinya;

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    50/177

    389. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang lain.

    Disamping hak-hak dalam Pasal 4, juga terdapat hak-hak konsumen yang

    dirumuskan dalam pasal-pasal berikutnya, khususnya Pasal 7, yang mengatur

    tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan suatu kesatuan yang

    tidak dapat dipisahkan, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat juga dilihat sebagai hak

    konsumen.

    Selain hak-hak yang disebutkan itu, ada juga hak untuk dilindungi dari akibat

    negatif persaingan curang. Hal ini berangkat dari pertimbangan, kegiatan bisnis yang

    dilakukan pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang sering dikenal dengan

    persaingan curang (unfair competition). Dalam hukum positif Indonesia, masalah

    persaingan curang ini diatur secara khusus pada Pasal 382 bis Undang-undang Nomor 5

    Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.

    Ketentuan-ketentuan ini sesungguhnya diperuntukkan bagi sesama pelaku usaha,

    tidak bagi konsumen langsung. Kendati demikian, kompetisi tidak sehat diantara

    mereka pada jangka panjang pasti berdampak negatif bagi konsumen karena pihak

    yang dijadikan sasaran rebutan adalah konsumen itu sendiri, Akhirnya, jika semua

    hak-hak yang disebutkan itu disusun kembali secara sistematis (mulai dari yang

    diasumsikan paling mendasar), akan diperoleh urutan sebagai berikut:

    1. Hak konsumen mendapatkan keamanan

    Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan jasa yang

    dilawarkan kepadanyn. Produk barang dan jasa 1W tidak bole]) tnembahayakan

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    51/177

    39jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani atau

    rohani. Hak untuk memperoleh keamanan ini penting ditempatkan pada

    kedudukan utama karena selama berabad-abad berkembang suatu falsafah berpikir

    bahwa konsumen adalah pihak yang wajib berhati-hati, bukan pelaku usaha. Dalam

    barang danlatau jasa yang dihasilkan dan dipasarkan oleh pelaku usaha beresiko

    sangat tinggi terhadap keamanan konsumen, maka pemerintah selayaknya

    mengadakan pengawasan secara ketat. Sam hal jugs yang suing dilupakan dalam

    kaitan dengan hak untuk mendapatkan keamanan adalah penyediaan fasilitas

    umum yang memenuhi syarat yang ditetapkan.

    2. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar

    Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai

    informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar konsumen tidak sampai

    mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa. Informasi ini dapat

    disampaikan dengan berbagai cara, seperti lisan kepada konsumen, melalui iklan

    diberbagai media, atau meneantumkan dalam kemasan produk (barang). Jika dikaitkan

    dengan hak konsumen atas keamanan, mak setiap produk yang mengandung

    risiko terhadap keamanan konsumen, wajib disertai informasi berupa petunjuk

    pemakaian yang jelas.

    Hak untuk mendapatkan informasi menurut Hans W. Micklitz, seorang ahli

    hukum konsumen dari jerman, dalam ceramah di Jakarta 26-30 Oktober 1998

    membedakan konsumen berdasarkan hak ini. Ia menyatakan sebelum kita

    melangkah lebih detail dalam perlindungan konsumen, terlebih dahulu harus ada

    persamaan persepsi tentang tipe konsumen yang akan mendapatkan perlindungan.

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    52/177

    40Menurutnya, secara garis besar dapat dibedakan dua tipe konsumen, yaitu

    konsumen yang terinformasi (well informed) dan konsumen yang tidak

    terinformasi. Ciri-ciri tipe pertama, antara lain

    1. Memiliki tingkat pendidikan tertentu

    2. Mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga dapat berperan

    dalam ekonomi pasar

    3. Lancar berkomunikasi

    Dengan memiliki tiga potensi, konsumen jenis ini mampu bertanggungjawab dan

    relatif tidak memerlukan perlindungan. Tipe konsumen kedua memiliki ciri, antara

    lain:

    1.kurang berpendidikan

    2.termasuk kategori kelas menengah kebawah

    3.tidak lancar berkomunikasi

    Konsumen jenis ini perlu dilindungi, dan khususnya menjadi tanggungjawab

    negara untuk memberikan perlindungan25. Selain ciri-ciri konsumen yang tidak

    terinformasikan, karena hal-hal khusus dapat juga dimasukkan kelompok anakanak,

    orangtua, dan orang asing ( yang tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa setempat)

    sebagai jenis konsumen yang wajib dilindungi oleh negara.

    Infonnasi ini hams diberikan secara seragam bagi semua konsumen (tidak

    diskriminatif), karena tidak semua konsumen memiliki kemampuan yang soma

    untuk akses informasi. Itulah sebabnya, hukum perlindungan konsumen

    memberikan hak konsumen atas informasi yang benar, yang didalamnya tercakup

    25/bid, hal 20

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    53/177

    41juga hak atas informasi yang proporsional dan diberikan secara tidak

    dishiminatif

    3.

    Hak untuk didengar

    Hak yang erat kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi adalah hak

    untuk didengar. Ini disebabkan informasi yang diberikan pihak yang

    berkepentingan atau berkompeten sering tidak cukup memuaskan konsumen. Untuk

    itu, konsumen berhak mengajukan permintaan informasi lebih lanjut.

    4. Hak untuk memilih

    Dalam mengkonsumsi suatu produk, konsumen berhak menentukan

    pilihannya. Ia tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar sehingga ia tidak lagi

    bebas untuk membeli atau tidak membeli. Seandainya ia jadi pembeli, ia juga

    bebas menentukan produk mana yang akan dibeii. Hak untuk memilih ini erat

    kaitannya dengan situasi pasar. Jika seseorang atau suatu golongan diberikan hak

    monopoli untuk memproduksi dan memasarkan barang atau jasa, maka besar

    kemungkinan konsumen kehilangan hak untuk

    5. Hak untuk mendapatkan produk barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar yang

    diberikan

    Dengan hak ini berarti konsumen harus dilindungi dari permainan harga yang

    tidak wajar. Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa yang

    dikonsumsi hams sesuai dengan nilai uang yang dibayar sebagai

    penggantinya. Namun, dalam ketidak bebasan pasar, pelaku usaha dapat saja

    mendikte pasar dengan menaikkan harga, dan konsumen menjadi korban dari

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    54/177

    42ketiadaan pilihan. Konsumen dihadapkan pada kondisi take it or leave it.Jika setuju

    silahkan Beli, jika tidak setuju silahkan mencari tempat lain. Dalam situasi demikian,

    biasanya konsumen terpaksa mencari produk alternatif (bila masih ada), yang boleh jadi

    kualitasnya malahan lebih buruk.

    6. Hak untuk mendapatkan ganti kerugian

    Jika konsumen merasakan, kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa yang

    dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, is berhak mendapatkan

    ganti kerugian yang pantas. Jenis dan jumlah ganti kerugian itu tentu raja harus sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku atau atas kesepakatan masing-masing pihak. Untuk

    menghindar dan kewajiban memberi ganti kerugian, sering terjadi pelaku usaha

    mencantumkan klausula-klausula didalam hubungan hukum antara produsen/penyalur

    produk dan konsumennya. Klausula seperti "barang yang dibeli tidak dapat

    dikembalikan" merupakan hal yang lazim ditemukan ditoko-toko. Pencantuman secara

    sepihak demikian tetap tidak dapat menghilangkan hak konsumen untuk mendapatkan

    ganti kerugian.

    7. Hak untuk mendapatkan penyelesaian hukum

    Hak untuk mendapatkan ganti kerugian harus ditempatkan lebih tinggi daripada

    hak pelaku usaha (produsen/penyalur produk) untuk membuat klausula eksonerasi secara

    sepihak. Jika permintaan yang diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan

    yang layak dari pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya, maka konsumen berhak

    mendapatkan penyelesaian hukum termasuk advokasi. Dengan kata lain, konsumen

    berhak menuntut pertanggungjawaban

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    55/177

    43hukum dan pihak-pihak yang dipandang merugikan karena mengkonsumsi pihak itu.

    Hak untuk mendapatkan penyelesaian hukum ini sebenarnya meliputi juga untuk

    mendapatkan ganti kerugian, tetapi kedua hak tersebut tidak berarti identik. Untuk

    memperoleh ganti kerugian, konsumen tidak selalu harus menempuh upaya hukum

    terlebih dahulu sebaliknya, setiap upaya hukum pada hakikatnya berisikan tuntutan ganti

    kerugian oleh salah satu pihak.

    8. Hak Untuk Mendapatkan Lingkungan Hidup Yang Balk dan Sehat

    Lingkungan hidup yang baik dan sehat berarti sangat luas dan setiap

    mahkluk hidup adalah konsumen atas lingkungan hidupnya. Hak konsumen atas

    lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak yang diterima sebagai salah satu hak

    dasar konsumen oleh berbagai organisasi konsumen didunia.

    Menurut Heindrad Steiger, sebagaimana dikutip oleh Koesnadi

    Hardjasoemantri, hak atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan bagian dari hak-

    hak subjektif sebagai bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang. Ini

    berarti setiap pemilik hak dapat mengajukan tuntutan agar kepentingannya terhadsp

    lingkungan yang baik dan sehat dapat selalu dipenuhi26.

    9. Hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang

    Persaingan curang atau dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

    disebut dengan Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat terjadi seorang pengusaha

    berusaha menarik langganan atau klien pengusaha lain untuk memajukan

    usahanya atau memperluas penjualan atau

    pemasarannya, dengan menggunakan

    26/bid, hal 25

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    56/177

    44alat atau sarana yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran dalam pergaulan

    perekonomian. Walaupun persaingan terjadi antara pelaku usaha, dampak dari

    persaingan itu selalu dirasakan oleh konsumen. Jika persaingan sehat maka konsumen

    diuntungkan, sebaliknya jika persaingan curang, konsumen pula yang dirugikan.

    Kerugian itu boleh jadi tidak dirasakan dalam jangka pendek tetapi cepat atau lambat,

    pasti terjadi.

    10. Hak untuk mendapatkan perlindungan konsumen

    Dinegara kita masih banyak konsumen yang belum menyadari hakhaknya.

    Kesadaran akan hak sejalan dengan kesadaran hukum. Makin tinggi tingkat kesadaran

    hukum masyarakat, makin tinggi penghormatannya pada hakhak dirinya dan orang

    lain. Upaya pendidikan konsumen tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan

    formal, tetapi dapat melalui media masa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat.

    E. flak Dan Kewajiban Produsen

    Suatu perkembangan baru dalam masyarakat dewasa ini, khususnya dinegara-

    negara maju, adalah makin meningkatnya perhatian terhadap masalah perlindungan

    konsumen. Apabila dimasa-masa yang lalu pihak produsen dipandang sangat berjasa

    bagi perkembangan perekonomian negara mendapat perhatian lebih besar, maka dewasa

    ini perlindungan konsumen lebih mendapat perhatian sesuai dengan makin

    meningkatnya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Namun hingga sekarang

    masalah hak dan terutama kewajiban produsen tetap menarik perhatian dimana

    hak dan kewaj than produsen

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    57/177

    45mempermudah pemberian kompensasi bagi yang menderita kerugian akibat produk

    yang diedarkan dimasyarakat.

    Dalam Pasal 6 UUPK, dituangkan beberapa hal yang menjadi hak dari

    pelaku usaha yaitu:

    a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

    kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

    b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

    beritikad baik;

    c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum

    sengketa konsumen;

    d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

    kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

    diperdagangkan;

    e.

    hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

    Sedangkan dalam Pasal 7 UUPK, menyebutkan:

    a. beritikad balk dalam melakukan kegiatan usahanya;

    b.

    memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

    jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

    perbaikan dan pemeliharaan;

    c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak di

    skrim inatif;

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    58/177

    46d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

    diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang

    berlaku;

    e.

    memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang

    dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau jasa yang diperdagangkan;

    f memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

    penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

    diperdagangkan;

    g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

    dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian

    Dalam teori let the buyer beware,pelaku usaha adalah dua pihak yang sangat

    seimbang sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi konsumen. Tentu saja dalam

    perkembangannya, konsumen tidak mendapatkan akses informasi yang sama terhadap

    barang atau jasa yang dikonsumsikannya. Ketidak mampuan itu bisa karena keterbatasan

    pengetahuan konsumen, tetapi terlebih-lebih lagi banyak disebabkan oleh

    ketidakterbukaan pelaku usaha terhadap produk yang ditawarkannya. Akhirnya,

    konsumen pun didikte oleh pelaku usaha. Jika konsumen mengalami kerugian,

    pelaku usaha dapat dengan ringan berdalih, semua itu karena kelalaian konsumen

    sendiri. Namun ha] seperti ini tidak dapat dibiarkan terjadi, pelaku usaha hams

    memenuhi kewajibannya untuk menjadi pelaku usaha yang terbuka terhadap produk

    yang ditawarkannya.

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    59/177

    47Sedangkan dalam The due care theory menyatakan, bahwa pelaku usaha

    mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam memasyarakatkan produk, balk barang

    maupun jasa. Selama berhati-hati dengan produknya, is tidak akan dapat

    dipersalahkan. Jadi jika ditafsirkan secara akontrario, maka untuk

    mempersalahkan sipelaku usaha, seseorang harus dapat membuktikan, pelaku usaha

    itu melanggar prinsip kehati-hatian. Dalam realita agak sulit bagi konsumen untuk

    menghadirkan bukti-bukti guna memperkuat gugatannya. Sebaliknya, sipelaku

    usaha dengan berbagai keunggulan (secara ekonomis, sosial, psikologis, bahkan

    politis), relatif lebih mudah berkelit, menghindar dari gugatan demikian.

    Prinsip The Privity of Contract menyatakan, bahwa pelaku usaha

    mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu barn dilakukan jika

    diantara mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat

    disalahkan atas hal-hal diluar yang diperjanjikan. Artinya, konsumen boleh menggugat

    berdasarkan wanprestasi. Ditengah minimnya peraturan perundangundangan dibidang

    konsumen, sangat sulit menggugat dengan dasar perbuatan melawan hukum.

    Seandainya sudah terdapat hubungan hukum, persoalannya tidak begitu saja selesai.

    Walaupun secara yuridis dinyatakan, antara pelaku usaha dan konsumen berkedudukan

    sama, tetapi faktanya, konsumen adalah pihak yang biasanya selalu didikte menurut

    kemauan sipelaku usaha.

    Kurangnya kesadaran akan, kewajiban sebagai pelaku usaha akan

    berakibat fatal dan menghadapi resiko bagi kelangsungan hidup/kredibilitas

    usahanya. Rendahnya kualitas produk atau adanya cacat pada produk yang

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    60/177

    48dipasarkan sehingga menyebabkan kerugian bagi konsumen, disamping akan

    menghadapi tuntutan kompensasi (ganti ntgi).

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    61/177

    BAB III

    GAMBARAN UMUM TENTANG JUAL BELI

    A. Pengertian Jual Beli

    Dalam rumusan Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

    disebutkan bahwa, "tiap-tiap perikatan dilahirkan balk karena perjanjian, balk

    karena undang-undang',27. Rumusan tersebut menunjukkan pada kita semua bahwa

    setiap kewajiban yang ada pada suatu perikatan dapat terwujud .karena dua hal. Pertama,

    karena ditentukan demikian oleh undang-undang, dan kedua karena memang dikehendaki

    oleh para pihak aengan mengadakan atau membuat suatu perjanjian. Dengan demikian,

    setiap pihak yang membuat perjanjian dengan pihak lainnya secara sadar memang

    bermaksud untuk mengikatkan dirinya untuk melaksanakan suatu kewajiban dalam

    lapangan harta kekayaan yang mentpakan perikatan atau utang bagi dirinya terhadap

    lawan pihaknya dalam perjanjian tersebut. Pada umumnya seseorang tidaklah berjanji

    secara sukarela, tanpa adanya imbalan dari pihak lawannya, dan oleh karena itulah, maka

    dalam perjanjianperjanjian yang dijumpai dalam praktek, senantiasa terdapat

    prestasi atau kewajiban atau perikatan atau utang yang bertimbal-balik antara para pihak

    yang membuat perjanjian tersebut.

    Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak akan luput dad

    kebutuhan hidupnya sehari-hari. Untuk memenuhi

    kebutuhan hidupnya tersebut

    27R. Subekti, R. Tjitrosudibio,tab Undang-Undang Rifkin??

    Pen/W(1, PT. ' PradityaParairlitn, Jakarta, I4 {)2, hal 264

    Nenny Merina Saragih: Perlindungan hukum konsugan

    dalam jual-beli... 2004 USU Repository 2008.

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    62/177

    50manusia mengembangkan kemampuan dan akalnya. Dari yang semula berburu

    untuk rnemenuhi kebutuhan hidupnya, manusia kemudian hidup berkelompok

    dengan pembagian tugas antara anggota kelompok yang satu dan anggota

    kelompok yang lain. Masing-masing saling memberikan (atau mempertukarkan satu

    hal dengan hal lain). Lambat laun dengan mempergunakan perkembangan akalnya,

    manusia mulai menciptakan suatu bentuk alat tukar yang berlaku universal,

    mulai dari logam-logam mulia hingga pada akhirnya memperoleh bentuk alat tukar

    dalam wujud uang, yang dikenal sekarang ini. Dengan demikian maka setiap

    kebutuhan manusia akan sesuatu hal dapat dipertukarkan uang, yang menjadi alat

    tukarnya. Pertukaran antara kebutuhan tersebut dengan uang, kita namakan dengan

    jualbeli. Ini berarti jualbeli tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

    Jualbeli merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari baik oleh setiap

    individu, dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari yang paling

    sederhana, hingga setiap badan usaha (baik berbentuk badan hukum atau tidak

    berbentuk badan hukum).

    Pasal 1457 BW menentukan: jualbeli adaiah suatu persetujuan yang

    mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan suatu barang/benda (zaak), dan pihak

    lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat din berjanji untuk membayar harga28

    .

    Berdasarkan pada rumusan yang diberikan tersebut dapat kita lihat bahwa jualbeli

    merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban atau perikatan

    untuk memberikan sesuatu, yang dalam hal ini

    terwujud dalam bentuk

    2gMid

  • 8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx

    63/177

    51penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual, dan penyerahan uang oleh

    pembeli kepada penjual.

    Land mengemukakan: "hanya ada satu persetujuan, apa yang menjadi

    persetujuan Beli b