perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

25
PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA Disusun Oleh : Bunga Candrarupa / 02 / XI IPS 3 Nawang Wulan JF / 12 / XI IPS 3 Rhamadita Yola P / 16 / XI IPS 3 Triani Tunggal D / 21 / XI IPS 3 Yuanda Opan S / 23 / XI IPS 3 TAHUN AJARAN 2012/2013

Upload: nawang-wulan-jannatul-firdaus

Post on 22-Jun-2015

3.407 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT

TERHADAP

KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA

Disusun Oleh :

Bunga Candrarupa / 02 / XI IPS 3

Nawang Wulan JF / 12 / XI IPS 3

Rhamadita Yola P / 16 / XI IPS 3

Triani Tunggal D / 21 / XI IPS 3

Yuanda Opan S / 23 / XI IPS 3

TAHUN AJARAN 2012/2013

SMAN 1 PATI

Page 2: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Perkembangan Pengaruh Barat

Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia

A. Masuknya Kekuasaan Asing dan Berkembangnya Kolonialisame dan Imperialisme Barat di Indonesia

1. Masuknya Kekuasaan Asing ke Wilayah Indonesia lewat Kongsi-Kongsi Perdagangan. Faktor-Faktor yang mendorong bangsa barat pergi kebangsa timur :

- Dikuasainya rute dan pusat perdagangan di Timur Tengah oleh orang Islam- Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan teknologi - Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dari daerah asal- Adanya keinginan untuk melanjutkan perang salib- Adanya jiwa petualang

A. Masuknya bangsa Portugis Ke Indonesia - 1498 -> Portugis berhasil ke India.- 1509 -> Portugis mendirikan kantor dagangan di Gowa.- 1511 -> Portugis menguasai Malaka.- 1512 -> Portugis sampai ke Malaka diterima baik oleh Sultan Ternate yang

pada waktu itu sedang bermusuhan dengan Tidore.

Tujuan Portugis ke Maluku : Mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah Menyebarkan agama kristen (katolik) Memusatkan kegiatan di Maluku dan Pajajaran

Portugis datang ke Pajajaran dengan tujuan Portugis mau membantu dalam menghadapi ekspansi Demak. Ditahun 1522 antara Portugis dengan Pajajaran terjadi perjanjian Sunda Kelapa yang isinya : 1) Portugis diijinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa 2) Pajajaran akan menerima barang barang yang dibutuhkan dari portugis

temasuk senjata. 3) Portugis akan memperoleh lada dari pajajaran menurut kebutuhkannya.

Dan akhirnya pada tahun 1527 -> Portugis datang ke Pajajaran lagi untuk merealisasikan Perjanjian Sunda Kelapa.dan disambut dengan pertempuran oleh pasukan demak dibawah pimpinan fatahilah. Yang akhirnya berakhir dan namanya diganti menjadi jayakarta -> artinya pekerjan yang jaya (menang) .

Page 3: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

B. Masuknya bangsa Spanyol ke Indonesia - 7 April 1512 -> Spanyol sampai di Pulau Cebu- 1521 -> Bangsa Spanyol sampai ke Maluku- Pada tanggal 22 April 1529 -> Diadakan perjanjian Saragosa, yang isinya :

1) Spanyol harus meninggalkan Maluku, n memusatkan kegiatan di Filiphina.2) Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku.

C. Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia - April 1595 -> Belanda memulai pelayaran ke Nusantara. (Rombongan

Pertama) dengan 4 buah kapal. Belanda menempuh rute saat menuju ke timur : Pantai barat afrika-

tanjung harapan-samudra hindia-selat sunda-banten . Kedatangan belanda yang dipimpin oleh Bangsa Belanda diusir dari

Banten karena sikapnya yang kurang baik terhadap rakyat Banten. Orang Belanda meneruskan pelayaran ke Bali.

- Rombongan kedua dari Bangsa Belanda tiba di Banten, kedatangannya diterima baik oleh rakyat Banten. Dengan alasan : Hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk. Belanda mengambil hati para penguasa Banten sehingga berhasil membawa 3 kapal rempah-rempah. Dan akhirnya pada tahun 1602 dibentuk VOC / Perserikatan Dagang Hindia Timur .Yang membuka kantor perdagangan yang pertama di Banten dikepalai oleh Francois Wittert.

Tujuan dibentuk VOC : Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama pedagang

Belanda Untuk memperkuatkan posisi Belanda dalam menghadapi persaingan Untuk mendapatkan monopoli perdagangan

2. Perluasan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia 1602 -> VOC didirikan oleh pemerintah Kerajaan Belanda dan diberikan hak

istimewa : Hak monopoli perdagangan Hak untuk memiliki tentara Hak untuk melakukan ekspansi ke Asia, Afrika dan Australia Hak untuk melakukan peperangan, membuat perdamaian Hak untuk mencetak uang

1605 -> VOC berhasil merebut benteng Portugis di ambon. Alasannya : Ambon merupakan pangkalan dagang yang paling kuat dan strategis.

1619 -> VOC berpindah markas di Jayakarta karena Ambon dinilai tidak strstegis lagi.

JP Coen mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. VOC menanamkan sistem monopoli. VOC melakukan pelayaran Hongi untuk mencegah terjadinya pelanggaran

Page 4: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

terhadap peraturan monopoli. Rakyat melakukan perlawanan ke VOC karena rakyat hidup tertekan dan tertindas akibat adanya praktik monopoli dan pelayaran Hongi.

3. Terbentuknya Pemerintahan Kolonial Hindia BelandaA. Runtuhnya VOC & Terbentuknya Pemerintah Kolonial Hindia Belanda

Faktor runtuhnya VOC : VOC banyak mengeluarkan biaya baik untuk operasi militer maupun untuk

penyelenggaraan pemerintahan sehingga hutangnya menumpuk Banyak pegawai VOC yang mencari keuntungan pribadi dengan melakukan

korupsi

B. Pembaharuan Sistem Pemerintahan Hindia Belanda di Bawah Deandels Golongan yang mengusulkan pemerintahan di tanah jajahan :

Golongan konservatif Tokoh Nenenberg menginginkan untuk mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dilakukan VOC

Golongan Liberal Tokoh Dirk van Hogendrop mrnghendaki agar pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan menggunakan sistem pajak.

15 Januari 1808 ->Gubernur Jenderal Wiese menyerahkan kekuasaan kepada Deandels.

Langkah-langkah kebijaksanaan Deandels untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris : Membuat jalan raya dari Anyer sampai ke Panarukan Mendirikan benteng-benteng pertahanan Membangun angkatan laut di Merak dan Ujung Kulon Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya Memperkuat pasukan yang anggotanya terdiri atas orang-orang Indonesia

Tindakan daendles dibidang pemerintahan: Pulau Jawa dibagi menjadi 9 prefectur, tujuan untuk mempermudah

administrasi pemerintahan Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda Perbaikan gaji pegawai dan memberantas korupsi Pendirian badan-badan pengadilan

Sistem yang dilakukan Deandels untuk menekan biaya yang keluar dalam melaksakan kebijaksanaan tersebut :

Pelaksanaan kerja rodi Aturan penyerahan sebagian dari hasil kerja bumi sebagai pajak Aturan penjualan paksa hasil bumi kepada pemerintah dengan harga

yang telah ditetapkan Penjualan tanah kepada orang Belanda/Cina

Page 5: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Perluasan tanaman kopi

C. Pemerintahan Raffles (1811-1816)Tugas utama dari raffles adalah mengatur pemerintahan dan

meningkatkan perdagangan serta keuangan. Langkah-langkah yang diambil raffles di bidang pemerintahan : - Pulau jawa dibagi menjadi delapan belas kerisidenan - Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji

bukan memiliki tanah dengan segala hasilya.Dalam bidang perdagangan-keuangan langkah yang diambil :

- Penghapusan segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa.- Pemberian kebebasan dalam hal perdagangan dengan membiarkan rakyat

ikut serta dalam hal perdagangan. - Pelaksanaa monopoli garam - Menjual tanah kepada pihak swasta dan melanjutkan usaha menanam kopi. - Menciptakan sistem sewa tanah.

Kegiatan raffles yang menonjol adalah dalam bidang ilmu pengetahuan dengan menyusun buku sejarah yang berjudul history of java yang terdiri dari dua jilid dan diterbitkan pada tahun 1817.

4. Sistem tanam paksa (1830-1870) Untuk penyelamatan negara belanda dari bahaya kebangkrutan maka van den

bosch diangkat menjadi gubernur jendral di indonesi dengan tugas pokok menggali dana semaksimal untuk menggisi kas negara yang kosong,membayar hutang dan membiayai perang. Van den bosch setelah tiba di Indonesia ia menyusun program sebagai berikut : - Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus - Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib - Pajak tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya

kepada pemerintah belanda.

Aturan tanam paksa : Sistem tanam paksa yang diajukan oleh Van den Bosch pada dasarnya

merupakan gabungan dari sistem tanam wajib (VOC) dan sistem pajak tanah (Raffles) dengan ketentuan : Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia agar menyediakan tanah pertanian

untuk cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis tanaman perdagangan.

Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil tanamannya dianggap sebagai pembayaran pajak.

Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja di perkebunan milik pemerintah Belanda atau di pabrik milik pemerintah Belanda selama 66 hari atau seperlima tahun.

Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelsel tidak boleh melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan

Page 6: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada rakyat

Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan petani seperti bencana alam dan terserang hama, akan di tanggung pemerintah Belanda

Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada kepala desa

Pelaksanaan Tanam Paksa : Ketentuan-ketentuan tentang tanam paksa ternyata hanya tertulis di atas

kertas. Terdapat perbedaan besar antara ketentuan yang sudah ditetapkan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Penyimpangan-penyimpangan yang muncul antara lain: Perjanjian tersebut seharusnya dilakukan dengan sukarela, tetapi dalam

pelaksanannya dilakukan dengan cara paksaan. Pemerintah kolonial memanfaatkan pejabat-pejabat lokal seperti bupati dan kepala-kepala daerah untuk memaksa rakyat agar menyerahkan tanah mereka.

Di dalam perjanjian, tanah yang digunakan untuk culturstelsel adalah seperlima sawah, namun dalam prakteknya dijumpai lebih dari seperlima tanah, yaitu sepertiga atau setengah sawah.

Waktu untuk bekerja untuk tanaman yang dikehendaki pemerintah Belanda, jauh melebihi waktu yang telah ditentukan. Waktu yang ditentukan adalah 66 hari dalam setahun, namun dalam pelaksanaannya adalah 200 sampai 225 hari dalam setahun.

Kelebihan hasil tidak dikembalikan kepada rakyat atau pemilik tanah, tetapi dipaksa untuk dijual kepada pihak Belanda dengan harga yang sangat murah.

Dengan adanya sistem persen yang diberikan kepada para pejabat lokal, maka para pejabat itu memaksa orang-orangnya supaya tanamannnya bisa menghasilkan lebih banyak.

Tanaman pemerintah harus didahulukan baru kemudian menanam tanaman mereka sendiri. Kadang-kadang waktu untuk menanam tanamannya sendiri itu tinggal sedikit sehingga hasilnya kurang maksimal.

Kegagalan panen tetap menjadi tanggung jawab para pemilik tanah.

Akibat Tanam Paksa :Dampak yang timbul dari pelaksanaan tanam paksa dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu keuntungan yang diperoleh pemerintah Belanda dan dampak aturan tanam paksa bagi bangsa Indonesia.a. Dampak Aturan Tanam Paksa Bagi Pemerintah Belanda

Pemerintah Belanda dapat mengatasi kesulitan keuangan. Pemerintah Belanda dapat melunasi utangnya. Keuangan Belanda mengalami surplus (kelebihan). Perusahaan Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) mendapatkan

keuntungan yang berlimpah.

Page 7: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

b. Dampak Aturan Tanam Paksa Bagi Rakyat IndonesiaSisi Positif:1. Petani mengalami jenis tanaman baru dari luar negeri.2. Petani mengetahui daerah-daerah yang sesuai untuk jenis tanaman

tertentu.3. Petani mengetahui cara mengelola tanah dan memelihara tanaman

ekspor.4. Pasar internasional mengetahui hasil tanaman perdagangan Indonesia.

Sisi Negatif:1. Lahan pertanian rakyat menjadi terbengkalai karena tidak terurus.2. Gagal panen pertanian rakyat sehingga petani mengalami kerugian besar.3. Timbul kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit, dan kematian.4. Mental bangsa turun karena selalu tertekan.

Akhir Tanam Paksa : Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa

Indonesia, khususnya Jawa, akhirnya menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti berikut ini. Golongan Pengusaha

Golongan ini menghendaki kebebasan berusaha. Mereka menganggap bahwa tanam paksa tidak sesuai dengan ekonomi liberal.

Baron van HoevelIa adalah seorang missionaris yang pernah tinggal di Indonesia (1847).

Dalam perjalanannya di Jawa, Madura dan Bali, ia melihat penderitaan rakyat Indonesia akibat tanam paksa. Ia sering melancarkan kecaman terhadap pelaksanaan tanam paksa. Setelah pulang ke Negeri Belanda dan terpilih sebagai anggota parlemen, ia semakin gigih berjuang dan menuntut agar tanam paksa dihapuskan.

Eduard Douwes DekkerIa adalah seorang pejabat Belanda yang pernah menjadi Asisten Residen

Lebak (Banten). Ia cinta kepada penduduk pribumi, khususnya yang menderita akibat tanam paksa. Dengan nama samaran Multatuli yang berarti "aku telah banyak menderita", ditulisnya buku Max Havelaar atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda (1859) yang menggambarkan penderitaan rakyat akibat tanam paksa dalam kisah Saijah dan Adinda.

Akibat adanya reaksi tersebut, pemerintah Belanda secara berangsurangsur menghapuskan sistem tanam paksa. Nila, teh, kayu manis dihapuskan pada tahun 1865, tembakau tahun 1866, kemudian menyusul tebu tahun 1884. Tanaman terakhir yang dihapus adalah kopi pada tahun 1917 karena paling banyak memberikan keuntungan.

Sistem Usaha Swasta

Page 8: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Sejak dihapuskannya Sistem Tanam Paksa secara resmi mulai tahun 1870, perekonomian Hindia Belanda memasuki zaman Liberal. Paham liberal, khususnya di bidang ekonomi, mempunyai asas pokok, antara lain sebagai berikut.

a. Pemerintah tidak boleh ikut campur dalam kegiatan ekonomi rakyat.b. Kegiatan ekonomi sehari-hari harus ditangani oleh pihak swasta dengan

corak dan gayanya sendiri-sendiri.c. Paham liberal menuntut agar beberapa faktor yang dapat menghambat

kehidupan ekonomi masyarakat harus dihapuskan, misalnya Sistem Tanam Paksa, kerja rodi, dan pajak yang berlebihan.

d. Tugas negara (pemerintah) adalah memelihara ketertiban umum dan menegakkan hukum agar kehidupan ekonomi berjalan lancar.

Kaum liberal berkeyakinan bahwa perkembangan ekonomi yang pesat dari hasil kerja pihak-pihak swasta akan meningkatkan kesejahteraan yang lebih besar bagi rakyat Indonesia. Campur tangan pemerintah dalam perekonomian rakyat yang terus-menerus akan memiliki efek buruk bagi perekonomian dan kemakmuran rakyat. Sejalan dengan perkembangan paham liberal dikeluarkan Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870 dengan tujuan sebagai berikut.

a. Perlindungan terhadap hak milik petani pribumi atas tanahnya dari penguasaan orang-orang asing.

b. Pemberian peluang kepada para pengusaha asing untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Agraria, para pengusaha swasta asing hanya diperbolehkan menyewa tanah petani dalam jangka waktu tertentu, tetapi tidak boleh membelinya. Dalam Undang-Undang Agraria disebutkan bahwa tanah yang boleh disewa digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

a. Tanah Milik NegaraTanah milik negara adalah tanah-tanah yang dikuasai oleh negara atau

tanah-tanah yang secara tidak langsung tidak menjadi milik penduduk pribumi karena berada di luar wilayah desa. Tanah milik negara ini dapat disewa oleh para pengusaha asing paling lama dalam jangka waktu 75 tahun.

b. Tanah Milik PendudukTanah milik penduduk adalah tanah-tanah yang dimiliki oleh

perseorangan yang diperoleh secara turun-temurun serta memiliki kepastian hukum T meliputi tanah ladang, sawah dan yang sejenis yang dimiliki langsung oleh penduduk desa. Tanah ini dapat disewa 5-30 tahun lamanya. Hak milik atas tanah bagi penduduk sudah diukur dengan pasti sehingga pemerintah dapat menetapkan pajak tanah secara adil.

B. Perubahan-Perubahan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya Akibat Perluasan Kolonialisme dan Imperalisme di Indonesia

Berbicara imperialisme dan kolonialisme Barat, pikirankita akan tertuju pada datangnya bangsa-bangsa Eropa di tanah air.Bangsa-bangsa tersebut adalah Portugis, Belanda maupun Inggris. Kedatangannyadi tanah air berawal dari kepentingan ekonomi yang kemudian berpengaruh jugaterhadap perkembangan agama dan budaya. Banyak aktivitas yang mereka lakukan,tentunya banyak berdampak negatif terhadap perkembangan disegala kehidupanberbangsa dan bernegara. Seperti yang dilakukan

Page 9: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

oleh Belanda dengan monopoliperdagangannya melalui VOC (VerenigdeOost-Indische Companie), Tanam Paksa dan Inggris melalui EIC (East India Company).

Kedatangan bangsa-bangsa Barat iniseharusnya dipakai sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi kehidupanbangsa dimasa mendatang. Bercermin dari segala kebaikan atau kelebihan yang ditimbulkannya yang seharusnyadipertahankan, sebaliknya dengan segala kekurangannya yang harus ditinggalkandan tidak perlu terulang yang kedua kalinya. Walaupun sampai sekarang masihmenjadi problem berapa tahun kita dijajah oleh bangsa Barat, tetapi yang palingpenting adalah adanya kesadaran bahwa dikuasai oleh bangsa lain seharusnyadiposisikan sebagai upaya untuk mendewasakan diri dalam percaturan politikglobal, baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Di masa sekarangyang harus dicermati adalah manifestasi dari imperislisme dan kolonialisme baikdalam bidang ekonomi maupun budaya, karena sifatnya halus dan tidak menggunakantindakan-tindakan militer atau politik secara terang-terangan.

Masuknya kekuasaan bangsa Asing diIndonesia telah menyebabkan perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi danbudaya bagi bangsa Indonesiasebagai berikut:a. Politik

Baik Daendels maupun Raffles telahmeletakkan dasar pemerintahan modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dandiberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun danmendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintahkolonial.Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalankerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialismendominasi politik di Indonesia.Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkankekuasaan pribumi mulai runtuh.

b. Sosial EkonomiEksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsaBarat membawa berbagai dampak

bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopolidagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdaganganinternasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabatBelanda.Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesiasebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda,pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina danbangsa Indoensia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwawiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.

Dengan dilaksanakannya politik pintuterbuka, maka:

1. Pengusaha pribumi yang modalnya kecil kalah bersaingsehingga gulung tikar.2. Perkebunan di Jawa berkembang sedangkan di Sumatra kesulitan tenaga kerja

sehingga dilakukan programtransmigrasi.3. Untuk mendukung program penanaman modal Barat diIndonesia pemerintah

Belanda membangun : Irigasi, waduk, jalan raya, jalankereta api dan pelabuhan. Untuk pembangunan tersebut digunakan tenaga secarapaksa dengan sistem rodi (kerja paksa)

Page 10: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

4. Dengan memperkenalkan sistem sewa tanah, terjadipergeseran dari sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang yang juga menyebardi kalangan petani.

5. Daerah Indonesiaterisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman.

Kemunduran perdagangan di laut secara taklangsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Dengan feodalisme rakyatpribumi dipaksa untuk tunduk/patuh pada tuan tanah Barat/Timur Asing. Sehinggakehidupan penduduk Indonesiamegalami kemerosotan.

c. Budaya1. Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukanmenurut adat

penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah,merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.

2. Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaanjuga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumimenjadi lemah.

3. Dengan merosotnya peranan politik maka para elitpolitik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidangsenibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.NgRonggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitabWedatama dan lain-lain.

C. Perlawanan Bangsa Indonesia Menentang Dominasi Asinga. Periode Sebelum Tahun 1800

Bangkitnya rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baab Ullah menentang Portugis disebabkan karena tindakan bangsa Portugis yang sudah melampaui batas. Terlebih lagi setelah “kaki tangan” bangsa Portugis menikam Sultan Hairun, ketika memasuki benteng untuk merayakan perjanjian perdamaian yang disepakatinya. Dengan tewasnya Sultan Hairun maka sejak tahun 1570 rakyat Ternate menghalangi aktivitas bangsa Portugis yang dijalankan dalam benteng. Tahun 1575 Sultan Baab Ullah menawarkan agar Portugis menyerah dan dijamin keselamatannya untuk meninggalkan Ternate. Di Ambon bangsa Portugis mendirikan benteng namun pada tahun 1605 Ambon direbut VOC. Portugis tergusur dan menetap di pulau Timor bagian timur sampai tahun 1976.

Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511. Akibatnya, aktivitas perdagangan para pedagang Islam di Selat Malaka terhenti dan para pedagang Islam mencari jalan sendiri untuk menjalin hubungan dengan pedagang-pedagang Islam di sebelah barat Indonesia.

Serangan Kerajaan Demak ke Malaka dipimpin oleh Dipati Unus (putera Raden Patah) merupakan bukti kecemasan terhadap Portugis. Armada Demak bersama-sama dengan Armada Aceh, Palembang, dan Bintan berusaha merebut kota Malaka. Namun dua kali serangannya yaitu tahun 1512 dan 1513 mengalami kegagalan.

Ketika Malaka dikuasai Portugis, di Sumatera bagian utara berdiri Kerajaan Aceh dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

Page 11: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Kerajaan Aceh mengirim pasukan untuk menyerang Portugis di Malaka, namun serangan itu mengalami kegagalan.

Sultan Agung, raja terbesar di Kerajaan Mataram, mempunyai cita-cita untuk menjadikan Pulau Jawa sebagai daerah kekuasaan yang berundang-undang di bawah panji Kerajaan Mataram. Untuk mencapai cita-citanya itu, Sultan Agung harus dapat mengusir VOC dari Batavia. Maka, pada tahun 1628, ia mengirim pasukannya untuk menyerang Batavia. Serangan pertama mengalami kegagalan, karena pasukan, logistik, dan persiapan Kerajaan Mataram belum begitu lengkap. Serangan kedua tahun 1629. Kerajaan Mataram telah mempersiapkan pasukan perangnya dan mendirikan lumbung-lumbung padi di sepanjang jalan yang dilalui oleh pasukan Kerajaan Mataram. Serangan kedua pun mengalami kegagalan karena lumbung-lumbung padi milik Kerajaan Mataram dibakar oleh “kaki tangan” Portugis. Dengan kegagalan yang kedua kalinya, Sultan Agung memerintahkan untuk memperketat penjagaan di wilayah perbatasan yang berhadapan dengan Batavia dan melarang seluruh aktivitas yang berhubungan dengan Batavia.

Untuk memperkuat kekuasaan dagangnya, Sultan Hasanuddin (Raja Makassar) menduduki Sumbawa, sehingga jalur pelayaran perdagangan dapat dikuasainya. Sultan Hasanuddin yang selalu membantu rakyat Maluku menyebabkan Belanda selalu kewalahan dalam menghadapi perlawanan tersebut. Peperangan antara Sultan Hasanuddin dengan Belanda selalu terjadi baik di darat maupun di laut. Angkatan perang Belanda di bawah pimpinan Cornelius Speelman selalu dapat dihalau.

Untuk menghadapi Sultan Hasanuddin, Belanda minta bantuan Raja Bone yaitu Aru Palaka. Dengan bantuannya, Makassar jatuh ke tangan Belanda dan Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bungaya (1667) yang isinya:1. Sultan Hasanuddin memberi kebebasan kepada VOC melaksanakan

perdagangan dengan sebesar-besarnya.2. VOC memegang monopoli perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur

dengan pusatnya Makassar.3. Wilayah Kerajaan Bone yang diserang dan diduduki zaman Sultan Hasanuddin

dikembalikan kepada Aru Palaka dan diangkat menjadi Raja.

b. Periode Setelah Tahun 18001. Perlawanan Rakyat Maluku

Sebagai seorang sultan di Kerajaan Tidore, Sultan Nuku berusaha untuk meringankan beban rakyat dari penindasan pihak Kolonial Belanda. Dalam usaha mengusir Belanda, Sultan Nuku berhasil membina angkatan perang dengan inti kekuatannya adalah armada terdiri 200 buah kapal perang dan 6000 orang pasukan. Perjuangan ditempuh oleh Sultan Nuku melalui kekuatan senjata maupun politik diplomasi. Siasat adu domba yang dilakukan Sultan Nuku terhadap Inggris dan Belanda membuat Sultan Nuku dapat membebaskan kota Soa Siu dari kekuasaan Belanda (20 Juni 1801). Selanjutnya Maluku Utara berhasil dipersatukan di bawah kekuasaan Sultan Nuku (Tidore).

Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (lebih dikenal dengan sebutan Kapitan Pattimura) diawali dengan penyebaran terhadap benteng Belanda

Page 12: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

yang bernama benteng Duurstede di Saparua. Dengan kegigihan rakyat Maluku di bawah pimpinan Kapitan Pattimura, akhirnya benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat Maluku.

Pada tanggal 16 Desember 1817 Kapitan Pattimura dan kawan seperjuangannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan. Mereka gugur sebagai pahlawan rakyat yang tertindas oleh penjajah. Dalam perlawanan ini dikenal pula seorang tokoh wanita Martha Christina Tiahahu.

2. Perang PadriPada mulanya gerakan Padri adalah suatu gerakan untuk memurnikan ajaran

agama Islam di wilayah Sumatera Barat. Haji Miskin sebagai pelopor dari gerakan ini berusaha untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat wilayah itu. Tokoh-tokoh lainnya yaitu Tuanku Mesiangan, Tuanku Nan Renceh, Datuk Bandaharo. Malin Basa (yang kemudian dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol). Namun gerakan padri itu mendapat tantangan dari tokoh-tokoh Kaum Adat.

Tidak ketinggalan seorang Pejuang wanita yang bernama Rahmah El Yunusiah ikut berjuang

3. Perang DiponegoroTindakan-tindakan yang dilakukan oleh Belanda menimbulkan rasa benci dari

golongan-golongan rakyat banyak atau rakyat jelata. Walaupun keadaan sudah mulai panas namun golongan-golongan itu masih menunggu datangnya seorang Ratu Adil yang dapat memimpin mereka dalam menghadapi Belanda. Tokoh yang diharapkan itu adalah tokoh dari kalangan istana yang tampil ke depan untuk memimpin mereka, beliau adalah Pangeran Diponegoro.

Ada beberapa hal yang menyebabkan Pangeran Diponegoro turun tangan dan memimpin perlawanan terhadap Belanda. Alasan tersebut terdiri dari alasan khusus dan alasan umum. Sebab-sebab khususnya antara lain sebagai berikut : Kekuasaan raja Mataram semakin kecil dan kewibawaannya mulai merosot.

Bersamaan dengan itu terjadi pemecahan wilayahnya menjadi 4 kerajaan kecil, yaitu Surakarta, Ngayogyakarta, Mangkunegara, dan Paku Alaman.

Kaum bangsawan merasa dikurangi penghasilannya, karena daerah-daerah yang dulu dibagi-bagikan kepada para bangsawan, kini diambil oleh pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda mengeluarkan maklumat yang isinya mengusahakan perekonomian sendiri, tanah milik kaum partikelir (swasta) harus dikembalikan kepada pemerintah belanda. Sudah tentu tindakan ini menimbulkan kegelisahan di antara para bangsawan, karena harus mengembalikan uang persekot yang telah mereka terima.

Rakyat yang mempunyai beban seperti kerja rodi, pajak tanah dan sebagainya merasa tertindas. Begitu pula karena pemungutan beberapa pajak yang diborong oleh orang-orang Tianghoa dengan sifat memeras dan memperberat beban rakyat.

Page 13: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Sebab-sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro adalah pembuatan jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegal Rejo. Patih Danurejo IV (seorang “kaki tangan” Belanda) memerintahkan untuk memasang patok-patok di jalur itu. Pangeran Diponegoro memrintahkan untuk mencabutnya, namun patok-patok itu dipasang kembali, keadaan ini berlangsung berkali-kali. Akhirnya Pangeran Diponegoro mengganti patok-patok itu dengan tombak, yang menandakan kesiapan Pangeran Diponegoro untuk berperang melawan Belanda. Ketika pembicaraan antara Pangeran Diponegoro dengan Pangeran Mangkubumi berlangsung, Belanda tiba-tiba melakukan serangan.

Serangan itu merupakan awal mulanya Perang Diponegeoro. Pangeran Diponegoro bersama dengan Pangeran Mangkubumi berhasil meloloskan diri keluar kota dan memusatkan pasukannya di Selarong. Kemudian Pangeran Diponegoro menggempur kota Ngayogyakarta, sehingga Sultan Hamengkubuwono V yang masih kanak-kanak dibawa ke benteng Belanda. Pasukan Belanda berhasil menghalau pasukan Diponegoro. Kegagalan pasukan Diponegoro ini mendorong beliau mengalihkan peperangan di sekitar kota Ngayogyakarta dan salah satu pertempuran yang dahsyat terjadi di Plered.

Selain dibantu oleh Pangeran Mangkubumi dan beberapa bangsawan lainnya, Diponegoro juga dibantu oleh Sentot Ali Basa Prawiradirdja dan Kiai Mojo dari Surakarta. Kiai Mojo berhasil mengobarkan Perang Jihad di daerah Ngayogyakarta, Surakarta, Bagelen dan sekitarnya. Pasukan-pasukan Diponegoro diberi nama seperti Arkiyo, Turkiyo, dan lain-lain.

Pada tahun 1826 terjadi pertempuran di Ngalengkong. Pasukan Diponegoro mengalami kemenangan gemilang yang mengharumkan nama Pangeran Diponegoro. Peristiwa Ngalengkong ini merupakan puncak kemenangan dari pertempuran-pertempuran yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro. Rakyat menobatkan Pangeran Diponegoro sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Hamid Herutjokro Amirulmukminin Saidin Panatagama Kalifatullah Tanah Jawa. Penobatan ini berlangsung di daerah Dekso.

Dalam pertempuran di Gawok terjadi perselisihan antara Pangeran Diponegoro dengan Kiai Mojo mengenai masalah pemerintahan dengan masalah keagamaan. Dalam perselisihan itu Pangeran Diponegoro berpendapat bahwa masalah pemerintahan dan keagamaan harus dipegang oleh satu tangan, karena kedua unsur itu dianggap saling membantu. Sedangkan menurut Kiai Mojo kedua masalah itu harus dipegang secara terpisah. Tampaknya perselisihan itu, juga tentang siasat perang, karena menolak usul perang terbuka dari Kiai Mojo.

Tahun 1829 merupakan saat yang sangat kritis bagi Pangeran Diponegoro. Satu persatu pengikutnya mulai meninggalkan dan memisahkan diri. Setelah Kiai Mojo memisahkan diri dari kelompok Pangeran Diponegoro, juga Sentot Ali Basa Prawiradirdja yang menginginkan perang terbuka dan menolak siasat perang gerilya.

Page 14: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Kolonel Cleerens berhasil mengadakan perundingan pendahuluan sekitar bulan Pebruari 1830. Perundingan selanjutnya diadakan di Magelang pada Maret 1830. Perundingan itu berhasil dilaksanakan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Dalam perundingan itu Pangeran Diponegoro mengajukan tuntutannya yaitu Pangeran Diponegoro menginginkan sebuah negara merdeka di bawah seorang sultan dan juga ingin menjadi amirulmukminin di seluruh tanah jawa serta sebagai kepala negara bagi masyarakat Islam.

Tuntutan itu tak dipenuhi oleh Belanda sehingga tawar menawar pun terjadi. Pangeran Diponegoro ditangkap dan ditawan di Batavia, kemudian di Menado. Selanjutnya Pangeran Diponegoro ditawan di Makassar (Benteng Rotterdam). Pangeran Diponegoro meninggal di Makassar pada tanggal 8 Januari 1855.

4. Perang Aceh

Sejak meninggalnya Sultan Iskandar Muda, keadaan Kerajaan Aceh semakin suram. Begitu pula kira-kira tahun 1630 keadaan semakin suram akibat adanya saingan-saingan dari imperialisme barat. Kerajaan Aceh yang mengalami masa jaya pada masa Sultan Iskandar Muda akhirnya terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang berkuasa dan berdaulat. Sultan Aceh hanya berkuasa di daerah Kutaraja dan sekitarnya saja. Sultan hanyalah merupakan lambang Persatuan Aceh namun demikian Sultan berkuasa penuh atas hubungan dengan negara asing. Bangsa Belanda maupun Inggris mengakui kedudukan politik Aceh berdasarkan Treaty of London (1824).

Dengan perjanjian tersebut, putra-putra Aceh mengadakan perdagangan secara leluasa dengan bangsa manapun juga. Kebebasan Aceh yang besar ini tidak menguntungkan Belanda. Oleh karena itu Belanda menggeledah dan menangkap para pelaut Aceh. Sebagai balasannya, rakyat Aceh mengadakan sergapan-sergapan terhadap kapal-kapal Belanda.

Dalam rangka memperkuat kedudukannya, Aceh mengadakan hubungan dengan Kesultanan Turki, namun demikian Turki pada saat itu memang sedang mengalami kemunduran. Kendati demikian, hubungan yang dijalin oleh Aceh dengan Turki tahun 1868 menggoncangkan pemerintahan Belanda. Terlebih lagi dengan terbukanya Terusan Suez tahun 1869, kedudukan Aceh makin bertambah penting, baik ditinjau dari strategi perang maupun dari dunia perdagangan yang dekat dengan Selat Malaka. Oleh karena itu, baik Inggris maupun Belanda takut kalau-kalau Aceh diduduki oleh salah satu bangsa barat lainnya.

Namun setelah terbukti bahwa Aceh mengadakan hubungan dan perundingan dengan Konsul Italia dan Amerika, maka Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian tahun 1872 tang dikenal dengan Traktat Sumatera, di mana Inggris memberikan kelonggaran kepada Belanda untuk bertindak terhadap Aceh dan sebaliknya Inggris boleh secara leluasa berdagang di Siak.

Page 15: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Ketika Aceh mengadakan perang gerilya dengan Belanda, pihak Belanda mendapat perlawanan yang seimbang. Begitu pula ketatanegaraan Aceh yang sulit dan tidak dapat diketahui oleh Belanda, sangat membingungkan siasat perang Belanda.

Seorang panglima yang terkenal yaitu Teuku Umar, dengan siasat perang yang dimilikinya mengatakan bahwa Belanda tidak dapat dikalahkan tanpa perlengkapan senjata yang memadai. Oleh karena itu Teuku Umar menyerah pada Belanda pada tahun 1893 dengan tujuan hanya untuk mendapatkan perlengkapan persenjataan. Setelah mendapatkan persenjataan, pada tahun 1896 ia meninggalkan tentara Belanda dan bersatu dengan pejuang rakyat, sehingga serangan-serangan pejuang Aceh terhadap Belanda semakin berbahaya.

Di pihak lain muncul perlawanan-perlawanan yang bersifat keagamaan di bawah pimpinan seorang ulama (Teungku), yaitu Teungku Cik di Tiro. Belanda yang sudah kewalahan menghadapi serangan-serangan Aceh akhirnya mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk menyelidiki tatanegara Aceh. Dari penyelidikannya itu yang ditulis dengan judul De Atjehers (dalam bahasa Inggrisnya The Acehnese) dapat diketahui letak kelemahan dan kunci rahasia Aceh, baik yang berhubungan dengan tatanegara, kepercayaan, adat maupu siasat perang dan sebagainya.

Berdasarkan pengalaman Dr. Snouck Hurgronje, pada tahun 1899, Belanda mengirim Jenderal Van Heutsz untuk mengadakan serangan umum di Aceh Besar, Pidie dan Samalangan. Serangan umum di Aceh itu dikenal dengan Serangan Sapurata dari pasukan Marchausse dengan anggota pasukannya terdiri dari orang-orang Indonesia yang sudah dilatih oleh Belanda. Pasukan inilah yang benar-benar telah mematahkan semangat juang para pejuang Aceh. Dalam serangan itu banyak putra-putra Aceh yang gugur.

Dalam waktu singkat Belanda merasa berhasil menguasai Aceh. Kemudian Belanda membuat Perjanjian Pendek, di mana kerajaan-kerajaan kecil terikat oleh perjanjian ini. Kerajaan-kerajaan kecil ini tunduk pada Belanda dan seluruh kedudukan politik diatur oleh Belanda, sehingga masing-masing kerajaan diharuskan untuk:

Mengakui daerahnya sebagai bagian dari kekuasaan Belanda. Berjanji tidak akan berhubungan dengan suatu pemerintahan asing. Berjanji akan menaati perintah-perintah yang diberikan oleh pemerintah

Belanda.

5. Perang Bali

Sebelum abad ke-19, Pulau Bali dikuasai oleh beberapa kerajaan kecil yang seluruhnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Klungkung. Kerajaan Klungkung merupakan penguasa tertinggi dari kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Bali.

Page 16: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

Menurut perjanjian antara Kerajaan Klungkung dengan Belanda tahun 1841, Kerajaan Klungkung yang ada pada saat itu berada di bawah kekuasaan Raja Dewa Agung Putra, dinyatakan sebagai Kupernement dari Hindia Belanda (suatu negeri yang bebas dari pengaruh kekuasaan Belanda). Namun ada hak-hak Kerajaan Bali yang paling mudah dilanggar, yaitu Hak Tawan Karang. Hak tersebut menyatakan bahwa kerajaan berhak merampas dan menyita barang-barang serta kapal-kapal yang terdampar di Pulau Bali. Kerajaan Buleleleng adalah kerajaan yang pertama diserang Belanda, karena menganggap bahwa kerajaan ini sebagai kerajaan terkuat.

Pada waktu, kerajaan Buleleng berada di bawah kekuasaan Raja Gusti Ngurah Made Karangasem dan Patihnya I Gusti Ketut Jelantik. Kedua-duanya sama-sama anti penjajah Belanda.

Pada tahun 1844, Kerajaan Buleleng berhasil menawankarangi sebuah kapal dagang di Prancak (daerah Jembara) yang saat itu berada di bawah kekuasaan Raja Buleleng. Peristiwa inilah yang dijadikan dalih oleh Belanda untuk menyerang Pulau Bali pada tahun 1848.

Dengan datangnya Belanda ke Pulau bali maka pertempuran tidak dapat dihindari. Pertempuran yang paling hebat terjadi di sebelah timur kota Singaraja yaitu di daerah Jagaraga.

Dalam pertempuran pertama Belanda mengalami kegagalan, namun pada pertempuran kedua yang terjadi pada tahun 1849, Belanda berhasil merebut benteng pertahanan terakhir di Kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pasukan Belanda saat itu dipimpin oleh Jenderal Mayor A.V Michiels dan Van Swieten sebagai wakilnya berhasil merebut benteng pertahanan terakhir kerajaan Buleleng. Raja bersama patihnya dapat meloloskan diri ke Karangasem. Pertempuran ini lebih dikenal dengan Puput Jagaraga.

Setelah Buleleng dapat ditaklukan, Belanda terus ingin menguasai dan menaklukan kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Bali. Akibatnya suasana kehidupan masyarakat terus diikuti dengan “Perang Puputan”, seperti Perang Puputan Kusamba (1908), Perang Puputan Badung (1906), Perang Puputan Klungkung (1908).

Perang Puputan Badung yang terjadi pada tahun 1906 diawali dengan terdamparnya sebuah kapal di Pantai Sanur. Seperti yang terjadi di Kerajaan Buleleng, kapal itu pun ditawankarangi oleh Kerajaan Badung. Belanda menuntut ganti rugi kepada Raja Badung (Ida Cokorde Ngurah Gede Pamecutan). Penolakan Raja mengakibatkan Belanda melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Badung. Pertempuran mati-matian terjadi dengan suatu cara yang unik. Laki-laki, wanita dan anak-anak berpakaian serba putih (puputan) dengan membawa tombak atau keris menyerbu tentara Belanda yang bersenjata lengkap dan modern. Mereka menyerbu dengan tidak mengenal rasa takut dan akhirnya semua gugur. Pertempuran ini dikenal dengan Puputan Badung.

Page 17: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

6. Perang Bone

Sejak perjanjian Bongaya tahun 1667, Belanda mulai mempunyai wilayah kekuasaan di Sulawesi Selatan terutama di sekitar daerah Makassar. Karena merasa khawatir daerah Indonesia akan jatuh ke tangan bangsa Eropa lainnya, maka Belanda berupaya untuk menyatukan kekuasaan di daerah Sulawesi Selatan.

Pada tahun 1824, Gubernur Jenderal Van der Capellen berangkat ke Makassar untuk memperbarui Perjanjian Bongaya yang telah ditetapkan tahun 1667. Menurut Belanda Perjanjian Bongaya tidak sesuai dengan sistem pemerintahan imperialismenya. Akan tetapi, Kerajaan Bone menentang pembaruan Perjanjian Bongaya itu. Akibatnya, terjadilah perang antara Kerajaan Bone dengan Belanda. Walaupun ibu kota Bone berhasil direbut Belanda, tetapi bukan berarti Kerajaan Bone sudah jatuh. Kerajaan Bone yang diperintah oleh seorang Raja Putri memberikan perlawanan yang sengit dan menimbulkan korban di pihak Belanda.

Pada tahun 1859, perang meletus lagi sehingga sampai pada tahun 1860 Bone dapat dikalahkan. Jatuhnya Kerajaan Bone yang merupakan kerajaan terkuat di Sulawesi Selatan mengakibatkan Belanda semakin mudah untuk menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di daerah itu. Perlawanan terakhir dari Kerajaan Bone yaitu pada tahun 1908 dan sejak saat itu Bone secara resmi berada di bawah kekuasaan pemerintah penjajah Belanada.

7. Perlawanan Rakyat Batak

Kerajaan Batak terletak di wilayah Tapanuli. Raja terakhir bernama Raja Sisingamangaraja XII (1875-1907). Pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak terletak di Bakkara (sebelah barat daya Danau Toba).

Raja Sisingamangaraja XII tidak sudi daerah kekuasaannya makin diperkecil oleh Belanda. Ia tidak dapat menerima kota Natal, kemudian Mandailing, Angkola, Sipirok di Tapanuli Selatan dikuasai Belanda.

Belanda ingin mewujudkan Pax Netherlandica.

Untuk mewujudkan tujuan Pax Netherlandica, Belanda berusaha menguasai daerah Tapanuli Utara sebagai lanjutan pendudukannya atas Tapanuli Selatan dan Sumatera Timur. Belanda menempatkan pasukan pendudukannya di Tarutung dengan dalih melindungi para penyebar Kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending. Tokoh penyebarnya bernama Nommensen (orang Jerman).

Daerah gerak Raja Sisingamangaraja XII makin sempit. Pasukan Belanda yang dikerahkan adalah Pasukan Marsose dan pasukan ini merupakan pasukan yang diandalkan oleh Belanda dalam berbagai peperangan.

8. Perang Kolonial dan Pembuatan Negeri Jajahan

Dengan pelaksanaan kebeasan berusaha atau swastanisasi dan akibat dari pembukaan Terusab Suez (1869) maka hubungan pelayaran Eropa dengan Asia

Page 18: Perkembangan pengaruh barat terhadap kehidupan masyarakat indonesia

dapat diperpendek. Kapal-kapal bangsa Eropa lainnya berdatangan di perairan Selat Malaka dan Nusantara. Kesemuanya ini mendorong pihak Belanda untuk segera menyelesaikan perang kolonial, dan pembuatan daerah jajahannya di Indonesia.