perkembangan kegiatan usaha perkoperasian di provinsi sumatera selatan

18
Paper Penelitian Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian selama periode 2000 - 2010 di Provinsi Sumatera Selatan Disusun Oleh Siectio Dicko Pratama (09.6133) 3SE3 SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK JAKARTA TIMUR 2012

Upload: siectio-dicko

Post on 09-Feb-2016

98 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Penelitian tentang perkembangan koperasi di Indonesia dengan menggunakan SWOT Analisis

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Paper Penelitian

Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian

selama periode 2000 - 2010 di Provinsi Sumatera

Selatan

Disusun Oleh

Siectio Dicko Pratama (09.6133)

3SE3

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

JAKARTA TIMUR

2012

Page 2: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian

selama periode 2000 - 2010 di Provinsi Sumatera

Selatan

Pendahuluan

Koperasi sebagai badan usaha melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan memiliki peranan yang cukup penting dalam perkembangan

perekonomian Indonesia. (UU no 25 tahun 1992)

Sejalan dengan yang telah direncanakan pada masa lalu dalam Pembangunan

Lima Tahun V (Pelita V) yang menyebutkan “Dalam rangka mewujudkan demokrasi

ekonomi, koperasi harus makin dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya

serta dibina dan dikelola secara efisien. Dalam rangka meningkatkan peranan

koperasi dalam kehidupan ekonomi nasional, koperasi perlu dimasyarakatkan agar

dapat tumbuh dan berkembang sebagai gerakan dari masyarakat sendiri. Koperasi

di bidang produksi, konsumsi, pemasaran dan jasa perlu terus didorong, serta

dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya agar makin mandiri dan mampu

menjadi pelaku utama dalam kehidupan ekonomi masyarakat.” Hal ini menunjukkan

akan propek yang cukup diharapkan dari koperasi sebagai pilar penting dalam

pembangunan perekonomian Indonesia. Hasil dari Pelita V menunjukkan

perkembangan yang cukup baik dari pertumbuhan koperasi dari segi kualitas dan

kuantitas. Menurut data Ditjen Lembaga Koperasi pada masa Pelita V mencatat

bahwa pertumbuhan jumlah koperasi adalah sebesar 4.33% dengan pertumbuhan

volume usaha sebesar 7.43% dan sisa hasil usaha sebesar 19.31% dengan simpanan

sebesar 44.64%.

Hasil dari pembangunan jangka panjang tahap pertama menyebutkan bahwa

selama 25 tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai rata-rata 6,8 persen per

tahun. Pendapatan per kapita yang pada tahun 1969 baru mencapai US$70 telah

meningkat menjadi sekitar US$700 menjelang akhir PJP I. Hal ini tentunya tidak

lepas dari peran koperasi dimana pada era tersebut, pembangunan kopersi di

Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup memuaskan. Pilar-pilar utaama

untuk menopang kemandirian koperasi telah berhasil berdiri dengan dibarengi

perteumbuhan koperasi secara kualitatif dan kuantitaif.

Sejak awal kelahirannya, koperasi diharapkan menjadi soko guru perekonomian

Indonesia. Pola pengorganisasian dan pengelolaannya yang melibatkan partisipasi

setiap anggota dan pembagian hasil usaha yang cukup adil menjadikan koperasi

sebagai harapan perngembangan perekonomian Indonesia. Dukungan dari pemerintah

dan berbagai lembaga lainnya membuat koperasi dapat tumbuh subur di tanah air.

Akan tetapi perkembangan koperasi tidak senantiasa semulus apa yang diharapkan

dan dibayangkan. Banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam setiap

perkembangannya.

Menurut Merza (2006), dari segi kualitas, keberadaan koperasi masih perlu

upaya yang sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan

dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa

koperasi dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan ketergantungan

koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama Pemerintah, masih

sangat besar.

Page 3: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Menurut Adi Sasono (2011), Sumatera Selatan yang kaya akan sumber daya

alam dan tanah yang lebih luas daripada masyarakat jawa namun memiliki

pertumbuhan koperasi yang minim. Yohanes (2011) juga mengatakan bahwa

pertumbuhan koperasi di kota Palembang sangat minim yaitu hanya sekitar 1 persen

yang menunjukkan rendahnya minat masyarakat terhadap koperasi padahal koperasi

ini dapat menggerakkan potensi ekonomi terutama di kalangan bawah seperti petani

dan pedagang kecil.

Berdasarkan data BPS provinsi Sumatera Selatan, rata-rata pendapatannya

provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2000-2010 sebesar 25 % berasal dari sektor

pertanian menunjukkan bahwa di daerah ini masih banyak yang bekerja sebagai

petani dan pertanian merupakan sektor yang cukup penting kontirubusinya terhadap

PDRB. Tercatat pada tahun 2010, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mencapai

angka 58.05%.

Mengingat pentingya peran koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional

yang memiliki peran penting pula dalam menggerakkan potensi perekonomian

terutama dikelas bawah mengindikasikan pentingnya untuk menganalisis

perkembangan dan prospek dari koperasi ini di masa depan. Terutama di provinsi

Sumatera Selatan yang merupakan provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam

(SDA) namun masih minim dari segi pertumbuhan koperasinya. Dengan belajar dari

kejayaan koperasi dimasa lalu dan keterbatasan serta kesulitan pengembangannya

dimasa sekarang, paper ini mencoba untuk mengidentifikasi perkembangan usaha

koperasi di provinsi Sumatera Selatan dengan memetakannya kedalam bentuk analisis

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Thread) demi memudahkan dalam

menyusun kebijakan yang dapat memajukan koperasi di provinsi Sumatera Selatan.

Kajian Pustaka

Definisi Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum

yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha

koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya

penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko guru

perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem

perekonomian nasional. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan

organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi

memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas,

dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota,

maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsip-prinsip

koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.

Prinsip Koperasi

Di dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan

pada pasal 5 bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah koperasi harus melaksanakan

prinsip koperasi. Berikut ini beberapa prinsip koperasi.

Page 4: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.

Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis

Sisa hasil usaha (SHU) yang merupakan keuntungan dari usaha yang

dilakukan oleh koperasi dibagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing

anggota

Modal diberi balas jasa secara terbatas.

Koperasi bersifat mandiri

Fungsi dan Peran Koperasi

Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi dan

peran koperasi di Indonesia seperti berikut ini.

1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosial

2. Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia

dan masyarakat

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang

merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi

ekonomi

Batasan Penelitian

1). Anggota Koperasi adalah seseorang atau Badan Hukum Koperasi yang telah

memenuhi semua persyaratan keanggotaan sebagaimana diatur dalam anggaran

dasar dan atau anggaran rumah tangga koperasi dan telah terdaftar dalam buku

daftar anggota koperasi yang bersangkutan.

2). Rapat Anggota Tahunan (RAT) adalah forum pengambilan keputusan tertinggi

dalam koperasi yang dihadiri oleh anggota koperasi dan keputusannya harus

dilaksanakan oleh Pengurus, Pengawas, Pengelola/Manager dan atau anggota

koperasi.

3). Manager adalah orang yang di angkat oleh pengurus untuk mengelola usaha

koperasi

4). Karyawan adalah orang yang dipekerjakan koperasi baik dalam menangani

organisasi maupun usaha dan mendapatkan gaji dari koperasi.

5). Modal Sendiri/Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan

pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan

simpanan pokok dan simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan

(hibah), cadangan dan sisa hasil usaha yang belum dibagi.

6). Modal Sendiri/Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan

pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan

simpanan pokok dan simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan

(hibah), cadangan dan sisa hasil usaha yang belum dibagi.

Page 5: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

7). Volume Usaha adalah total nilai penjualan/pendapatan barang/jasa koperasi

pada tahun buku yang bersangkutan.

8). Sisa hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu

tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan, dan kewajiban lainnya

termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan;.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Koperasi

Menurut Soedirman (2006 : 2), menyebutkan permasalahan yang merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha koperasi yang meliputi faktor

internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

a. Partisipasi Anggota

Partisipasi merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan atau

perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek yang

berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan

menyatakan bahwa partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau

menunjukkan peran serta (keikutsertaan) seseorang atau kelompok orang

dalam aktivitas tertentu, sedangkan partisipasi anggota dalam koperasi

berarti mengikutsertakan anggota koperasi itu dalam kegiatan operasional

dan pencapaian tujuan bersama. (Hendar dan Kusnadi , 2005 : 91)

b. Solidaritas Antar Anggota Koperasi

Berkoperasi juga dimaknai sebagai upaya membangun ikatan solidaritas

antar anggota, karena dengan ikatan ekonomi, ikatan solidaritas bisa

dibangun secara lebih kongkrit. Ikatan solidaritas ini pada kenyataannya

juga bisa dikembangkan untuk meraih tujuan gerakan yang lebih besar.

(Soedirman , 2006: 4)

c. Skala Usaha

Skala usaha yang belum layak, karena kemampuan pemasaran yang masih

terbatas pada beberapa jenis komoditi sehingga menghasilkan laba yang

sedikit, dan belum terbinanya jaringan dan mata rantai pemasaran prduk

koperasi secara terpadu menyebabkan koperasi sulit untuk berkembang.

Dapat disimpulkan bahwa dengan skala usaha yang kecil yang dilaksanakan

oleh koperasi menyebabkan koperasi sulit untuk berkembang. (Sonny

Sumarsono, 2003:124)

d. Perkembangan Modal

Perkembangan modal dalam koperasi sangat mempengaruhi perkembangan

usaha koperasi karena dengan modal yang cukup besar koperasi dapat

mengembangkan usahanya yang lebih banyak lagi. menyatakan bahwa

apabila koperasi ingin mengembangkan usahanya kepasar global maka

koperasi membutuhkan modal yang banyak, karena di pasar global terdapat

resiko bisnis yang cukup tinggi. (Soedirman ,2006 : 3)

e. Jumlah dan Kualitas Sumber Daya Manusia Para Pengurus dan Manajer

Page 6: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

koperasi umumnya dikelola oleh tim manajemen dengan status pendidikan

yang tidak begitu tinggi, sehingga kemampuan manajerialnya juga kurang

memadai.Apalagi pelatihan esbagai media penambah wawasan dan

kemampuan manajerialnya belum tersedia secara optimal. Kualitas sumber

daya koperasi merupakan suatu hal penting dalam perkembangan koperasi

secara keseluruhan. ( Soedirman , 2006 : 3)

f. Sistem manejemen

Sistem manejemen yang baik adalah faktor yang paling penting untuk

suksesnya koperasi. Dalam menerapkan manejemen, pengurus mempunyai

tanggung jawab untuk merumuskan kebijaksanaan, menyetujui tanggung

jawab untuk merumuskan kebijaksanaan, menyetujui rencana dan program,

melimpahkan wewenang kepada manajer. (Sonny Sumarsono, 2003:124)

2. Faktor eksternal,

a. Komitmen pemerintah untuk menempatkan koperasi sebagai soko guru

perekonomian nasional.

Hal ini ditunjukkan dengan dikuasainya sebagian besar asset usaha nasional

oleh sebagian kecil kelompok usaha besar. Jadi dengan adanya kebijakan

pemerintah disini koperasi masih dapat perhatian yang kecil. Sedangkan

UKM ataupun koperasi memberikan omzet yang cukup besar dibanding

dengan usaha swasta. ( Soedirman , 2006 : 2)

b. Sistem prasarana, pelayanan, pendidikan dan penyuluhan

Pengetahuan anggota koperasi terhadap makna dan hakekat koperasi,

manfaat koperasi, hak dan kewajiban anggota di dalam berkoperasi belum

sepenuhnya dapat dikatakan baik. Pelatihan dan penyuluhan anggota untuk

meningkatkan kualitas sumber daya insani anggota, meningkatkan

kemampuan manajerial. Kualitas dan ketrampilan yang dimiliki anggota

koperasi itu sangat penting. Karena dengan meningkatkan ketrampilan

dapat menghasilkan produk yang berdaya saing dan dapat memajukan

koperasi. ( Soedirman , 2006 : 2)

c. Iklim pendukung perkembangan koperasi

Suasana (iklim) untuk suburnya pertumbuhan koperasi tidak dapat datang

begitu saja. Untuk itu pemerintah berusaha menciptakan suasana yang

dapat mendorong pertumbuhan koperasi dengan cara mengadakan

koordinasi-koordinasi. Dengan koordinasi-koordinasi tersebut dimaksudkan

agar berbagai pihak yang ada sangkut pautnya dengan pertumbuhan

koperasi dapat dihasilkan pandangannya. (Soedirman , 2006 : 2)

d. Tingkat harga

Tingkat harga yang selalu berubah (naik) menyebabkan pendapatan

penjualan sekarang tidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha,

justru menciutkan usaha. (Sonny Sumarsono 2003:124)

Dari berbagai definisi dan kajian literatur yang telah dilakukan, maka kerangka pikir

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 7: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Metodologi

Sumber Data

Data yang digunakan adalah rekapitulasi data koperasi wilayah Sumatera

Selatan dari tahun 2000-2010 yang berasal dari Departemen Koperasi dan data inflasi

dari Badan Pusat Statistik. (terlampir)

Definisi Operasional Variabel

1. Jumlah koperasi menunjukkan peran dan citra koperasi di masyarakat semakin

baik dan menjadi andalan dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat.

2. Jumlah anggota koprasi menunjukkan bertambahnya kepercayaan masyarakat

untuk mengembangkan usaha mereka melalui koperasi.

3. Jumlah modal sendiri koperasi menunjukan minat yang serius dan sungguh-

sungguh untuk mengembangkan koperasi.

4. Jumlah modal luar koperasi menunjukan tingkat kepercayaan dari pihak ketiga

termasuk lembaga keuangan perbankan dan non perbankan.

5. Volume usaha koperasi mengindikasikan eksistensi koperasi sebagai lembaga

ekonomi andalan masyarakat ditunjukkan dengan kinerja ekonominya yang

mengalami pertumbuhan volume usaha.

6. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi menunjukan kinerja koperasi yang semakin

baik dan maju.

7. Pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) menunjukan semakin sehat dan

tertatanya kelembagaan koperasi.

Perkembangan

Koperasi

Faktor

Internal

- Partisipasi anggota

- Solidaritas Anggota

- Skala usaha

- Perkembangan Modal

- Jumlah & Kualitas

SDM

- Sistem Manajemen

- Jumlah Anggota

- Volume Usaha

- SHU

- Rentabilitas Modal

- Modal Sendiri dan

luar

- RAT

- Jumlah Karyawan n

dan Manajer

Analisis

Deskriptif

Analisis

SWOT

Faktor

Eksternal

- Komitmen

Pemerintah

- Sistem

Prasarana

- Iklim

- Tingkat Harga

- Jumlah

Koperasi

- Jumlah

Koperasi Aktif &

Non-aktif

- Inflasi

Page 8: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

8. Rentabilitas Modal (R) merupakan suatu cara untuk mengetahui kemampuan

modal perusahaan dalam menghasilkan laba yang dinyatakan dalam (%). Dalam

hal ini, rentabilitas koperasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan modal

sendiri koperasi untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Untuk

menghitung Rentabilitas modal koperasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sisa Hasil Usaha

Rentabilitas ( R ) = --------------------------- X 100 %

Modal Sendiri

Metode Analisis

1. Analisis Deskriptif

Dalam melihat potensi koperasi ini digunakan analisis deskriptif yaitu

analisis yang analisis statistik yang menjelaskan atau memaparkan data hasil

pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis ini juga digunakan

untuk mendapatkan informasi atau gambaran awal tentang perkembangan

koperasi dari faktor internal dan faktor eksternal untuk kemudian dirumuskan

dalam bentuk analisis SWOT sehingga kita dapat mengetahui potensi koperasi

terlebih dahulu

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan analisis yang biasa digunakan dalam

perencanaan bisnis yang mengandung empat faktor yaitu strengths, weaknesses,

opportunities, dan threats yang membentuk akronim SWOT. Analisis SWOT

digunakan untuk memetakan dan mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan

(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) pada usaha

koperasi. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi faktor internal

(Strength & Weakness) dan eksternal (Opportunity & Thread) yang mendukung

dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat

diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang

mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar

matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)

mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang

ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah

keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya

bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang

ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)

yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan

sebuah ancaman baru.

Page 9: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Hasil dan Pembahasan

Analisis Deskriptif Potensi Koperasi di Sumatera Selatan

Partisipasi Anggota

Jumlah anggota di koperasi mengalami fluktuasi di awal tahun dari tahun 2000

– 2005 dan cenderung mulai stabil membentuk tren yang naik pada tahun 2005.

Meskipun pada tahun 2004 partisipasi anggota koperasi ini sangat besar yang berarti

anggota yang ikut serta dalam kegiatan operasional koperasi itu banyak, namun

kestabilan yang dimulai dari tahun 2005 dengan kecenderungan untuk naik dapat

menandakan bahwa dimasa depan partisipasi anggota koperasi akan terus naik

sehingga tercapainya tujuan bersama akan lebih bisa terwujud. Sedikit penurunan

ditahun 2010 membuat partisipasi anggota ini perlu diwaspadai dengan fenomena

fluktuasi yang terjadi dimasa lalu . (Gambar 1)

Jumlah Karyawan dan Manajer

Dari hasil analisis diketahui bahwa jumlah manager yang ada dikoperasi sangat

minim yang jika dirata-ratakan menandakan bahwa diantara 5 koperasi terdapat 1

manager dimana rata-rata karyawan per koperasi adalah 3 orang. Dalam lingkup

makro, kita ketahui bahwa pertumbuhan jumlah manager cenderung sama dengan

pertumbuhan jumlah koperasi. Ini berarti keberhadiran manager dalam sebuah

koperasi sudah menjadi perhatian yang cukup baik dalam memperbaiki sistem

manajeman. Begitu juga dengan jumlah karyawan yang mulai bertambah dari tahun

2006 menunjukkan ada prospek yang baik dalam pengembangan koperasi di Sumatera

Selatan ini. (Gambar 2)

Sistem Manajemen

Penurunan jumlah RAT (Rapat Anggota Tahunan) dari tahun 2001 ke tahun

2003 dimana yang paling drastis terjadi di tahun 2003 ini mungkin disebabkan juga

karena penurunan jumlah karyawan yang juga cukup signifikan bahkan mengalahi

jumlah koperasi pada saat itu. Namun peningkatan kembali setelah itu juga

menandakan kembali tertatanya kelembagaan dengan baik dari tahun 2003

menandakan sistim manajemen yang mulai membaik meskipun sedikit menurun di

akhir. (Gambar 3)

Perkembangan Modal

Perkembangan modal sendiri yang terus menaik dari tahun 2000-2007

menandakan bahwa kesungguhan anggota koperasi dalam memajukan koperasi benar-

benar terlihat dan terbangun. Sedikit penurunan pada rentang tahun 2009-2010

merupakan hal yang perlu diperhatikan penyebabnya agar tidak menjadi batu ganjalan

kemajuan koperasi. (gambar 4)

Perkembangan modal luar menunjukkan perkembangan yang terus menaik dan

penurunan drastis pada tahun 2007-2008. Ini berarti kepercayaan pihak ketiga

terhadap koperasi merosot tajam dan kemudian membaik setelah tahun 2008.

Page 10: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Kehilangan kepercayaan yang drastis ini merupakan hal yang patut untuk diperhatikan

dan dievaluasi sedemikian rupa agar kepercayaan terhadap koperasi yang sedang

dibangun kembali pulih. (gambar 5)

Skala Usaha

Volume Usaha yang terus meningkat dari tahun 2000 dengan hanya sedikit

penurunan yang tidak terlalu signifikan menandakan skala usaha koperasi ini juga

semakin meluas. Eksistensi lembaga koperasi sebagai lembaga andalan masyarakat

dalam perekonomian sudah terlihat dengan peningkatan volume usaha ini yang juga

berarti kinerja ekonominya juga semakin membaik. (gambar 6)

Seiring dengan pertumbuhan volume usaha, Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi

juga semakin meningkat dengan peningkatan yang diikuti penurunan paling tajam

ialah pada rentang tahun 2007-2009. Terjadi gejolak perubahan SHU yang cukup

besar disana dan kembali stabil ditahun 2010 yang cenderung mengikuti tren sebelum

tahun 2007. (gambar 7)

Kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan SHU yang digambarkan

dengan persentase pada gambar diatas menunjukkan bahwa terjadi penurunan dari

tahun 2001-2003. Setelah itu, kemampuannya kembali meningkat dengan rata-rata

peningkatan 11.69% sampai tahun 2007 dimana setelah itu terjadi peningkatan yang

tajam yaitu pada tahun 2008 yang juga disebabkan karena faktor SHU yang tinggi

saat itu. Rentabilitas kembali stabil ditahun 2009 dan meningkat samapi ke angka

12.69 % ditahun 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa sebesar 12.69% dari modal

sendiri ini dapat menghasilkan SHU. (gambar 8) Dengan demikian, ini berarti skala

usaha koperasi di Sumatera Selatan juga semakin membaik.

Jumlah Koperasi

Perkembangan jumlah koperasi yang terus menaik merupakan hal yang menjadi

pertanda baik karena ini menandakan peran dan citra koperasi didalam masyarakat

juga semakin baik. Terlihat pada dari tahun 2000-2009, pertumbuhan koperasi

memiliki tren yang menaik (gambar 9). Kenaikan ini dapat menunjukkan peran

pemerintah dalam membangun iklim yang baik dalam pengembangan koperasi yang

juga ditunjukkan dengan kebijakan menyehatkan beberapa koperasi yang sakit

ditahun 2010. Namun kenaikan jumlah koperasi ini dibarengi dengan jumlah koperasi

non-aktif yang semakin meningkat sebesar 27% diakhir tahun (gambar 10). Data ini

dapat saja mengindikasikan adanya sedikit bentuk kegagalan dalam melaksanakan

usaha koperasi yang bisa saja disebabkan karena kekurangpercayaan ataupun kurang

adanya solidaritas antar anggota. Selain itu, sistem prasarana, pelayanan dan

penyuluhan kepada anggota koperasi yang minim juga dapat menjadi faktor

kegagalan dalam menjalankan usaha koperasi.

Tingkat Harga

Tingkat Harga yang digambarkan dengan IHK tentunya selalu meningkat setiap

tahunnya sehingga untuk melihat perubahan harga kita dapat menggunakan inflasi.

Data inflasi pada gambar 11 menunjukkan fluktuasi yang berkesinambungan. Rata-

Page 11: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

rata fluktuasi inflasi yang terjadi juga cukup tinggi yaitu hampir mencapai angka 6 %.

Hal ini bukanlah berita baik bagi koperasi karena dapat menciutkan usaha dan juga

kenaikan harga yang berfluktuasi tentunya akan menyulitkan perencanaan sehingga

peluang menciutnya usaha menjadi semakin besar.

Analisis SWOT Koperasi di Sumatera Selatan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan kajian pustaka, didapatkan gambaran

potensi dan prospek koperasi di Sumatera Selatan yang dijelaskan dalam bentuk

matriks SWOT (strenght, weakness, opportunity, weakness) sebagai berikut :

Strength

Terdapat 4 variabel yang menjadi kekuatan dalam koperasi yaitu :

• Skala Usaha yang semakin besar

• Sistem manajemen yang semakin baik

• Modal sendiri yang semakin meningkat

• Jumlah karyawan dan manajer yang terus meningkat

4 hal ini mengindikasikan bahwa koperasi di Sumatera Selatan cukup potensial

dan memiliki prospek yang baik kedepan. Dari sisi skala usaha, terjadi peningkatan

yang terus membesar yang ditunjukkan dari peningkatan volume usaha, sisa hasil

usaha dan rentabilitas modal. Hal ini berarti koperasi memiliki volume usaha yang

besar dengan keuntungan yang semakin besar serta kemampuan menghasilkan laba

dari modal yang juga terus meningkat membuka peluang yang baik untuk terus

berkembang dan memudahkan langkah koperasi untuk terus mengalami kemajuan.

Page 12: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Faktor lain berupa sistem manajemen yang terus membaik dan jumlah karyawan yang

terus meningkat dapat berpotensi meningkatkan kinerja koperasi dalam mencapai

tujuan dan memaksimalkan labanya dan tentunya peningkatan jumlah modal sendiri

yang mengindikasikan kesungguhan anggotanya terhadap koperasi merupakan hal

yang tidak bisa diabaikan untuk terus memajukan koperasi. Karenanya, dengan

memaksimalkan kekuatan yang ada dalam koperasi yang jika dirangkum menjadi

kinerja yang semakin baik dengan dibarengi kesungguhan dari anggotanya dapat

menjadi titik awal untuk memajukan perekonomian dengan koperasi

Weakness

Hal yang menjadi kelemahan didalam koperasi ini adalah partisipasi anggota

yang tidak menentu dan penurunan modal luar koperasi. Partisipasi anggota yang

fluktuatif dan tidak menentu ini ditambah dengan fakta bahwa modal sendiri yang

senantiasa meningkat menunjukkan bahwa anggota koperasi hanya tertarik dalam

memberi modal tanpa ikut serta aktif dalam kegiatan koperasi. Hal ini tentunya dapat

mengurangi solidaritas diantara anggota koperasi sehingga dapat mempengaruhi

kemunduran koperasi. Selain itu, penurunan modal luar yang berarti lemahnya

kepercayaan pihak ketiga terhadap koperasi membuat prospek koperasi sebagai soko

guru perekonomian nasional dapat menurun.

Opportunity

Koperasi memiliki peluang yang dapat mendukung perkembangan koperasi

menjadi lebih baik yaitu dengan bertambahnya jumlah koperasi. Hal ini menandakan

citra koperasi menjadi semakin baik di masyarakat dan begitu juga pemerintah yang

berperan dalam menciptakan iklim yang dapat menunjang penambahan jumlah

koperasi. Momentum ini sebaiknya menjadi perhatian untuk dapat diraih karena

dengan memanfaatkan jumlah koperasi yang semakin banyak ini tentunya akan

semakin dapat menjangkau semua kalangan terutama petani dan pedagang kecil serta

dapat memperluas jaringan sehingga pada akhirnya akan berujung pada kemajuan

koperasi.

Thread

Dua hal yang dapat menjadi ancaman untuk menyulitkan kemajuan koperasi

adalah jumlah koperasi non-aktif yang terus meningkat dan inflasi yang terus

berfluktuasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan jumlah koperasi non-

aktif ini mengindikasikan kegagalan dalam menjalankan usaha koperasi yang berarti

minimnya penyuluhan dan ketrampilan pelaku-pelaku koperasi. Hal ini tentu menjadi

ancaman yang cukup berarti karena peningkatan jumlah koperasi yang dibarengi

dengan peningkatan jumlah koperasi non-aktif akan membuat peningkatan jumlah

koperasi menjadi sia-sia. Fluktuasi inflasi atau perubahan harga juga jika tidak

ditindaklanjuti dengan ketrampilan mengelola usaha yang baik tentunya akan

menjadikan usaha koperasi menjadi menciut.

Page 13: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Kesimpulan

Koperasi di provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi yang baik dari sisi

modal dan skala usaha serta prospek mendapatkan sisa hasil usaha yang juga baik.

Selain itu, potensi ini ditunjang dengan kesungguhan dari sisi kualitas berupa

manajemen dan kuantitas berupa penambahan jumlah pengurus dari anggota koperasi

itu sendiri. Namun, ada hal yang patut diperhatikan dan dibenahi yaitu dari sisi

solidaritas dan pertisipasi anggota serta kepercayaan dari pihak ketiga diluar koperasi.

Peluang yang dapat dijadikan momentum untuk terus memajukan koperasi adalah

peran dan citra masyarakat terhadap koperasi yang mulai membaik dan iklim baik

yang telah dibuat pemerintah. Ancaman yang ada berupa banyaknya koperasi non-

aktif yang membuat pertambahan jumlah koperasi menjadi sia-sia dan tingkat harga

yang berubah secara fluktuatif yang dapat menciutkan usaha koperasi. Dengan

memperhatikan keempat faktor tersebut (Strength, Weakness, Opportunity,

Weakness), diharapkan kebijakan yang tercipta dalam rangka mewujudkan koperasi

sebagai soko guru perekonomian nasional dapat lebih terarah, tepat dan efektif.

Daftar Pustaka

Tambunan, Tulus. 2008. Prospek Perkembangan Koperasi Di Indonesia Ke Depan:

Masih Relevankah Koperasi Di Dalam Era Modernisasi Ekonomi?. Universitas

Trisakti: Jakarta.

Masngudi, Dr. H. 1990. Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan Koperasi Di

Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Koperasi Departemen Koperasi.

Departemen Koperasi, Analisis Kinerja Koperasi 2004-2008. Departemen Koperasi:

Jakarta

Website-website terkait :

www.wikipedia.org

www.crayonpedia.org

www.edukasi.kompasiana.com

www.depkop.go.id

www.bappenas.go.id

www.bps.go.id

www.dinaskoperasi.blogspot.com

www.smecda.com

Page 14: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Lampiran 1

Rekapitulasi Data Koperasi di Sumatera Selatan 2000-2010

Tahun

%

Koperasi

Aktif

%

Tidak

Aktif

Total

Koper

asi

Anggota

(orang)

RAT

(Unit)

Mana

jer

(oran

g)

Karyaw

an

(orang)

Modal

Sendiri

(Rp juta)

Modal Luar

(Rp juta)

Volume

Usaha

(Rp juta)

SHU (Rp

juta)

Rentabilita

s Modal Inflasi

2000 88.41% 11.59% 2.691 800.335 1.690 767 7.168 154.762.00 443.148.00 970.738.00 29.034.00 18.76% 8.49

2001 88.41% 11.59% 2.770 883.848 2.215 770 8.781 155.170.00 476.370.00 980.810.00 29.144.00 18.78% 15.15

2002 84.23% 15.77% 2.879 713.058 2.078 770 8.799 156.311.00 425.965.00 921.836.00 22.994.00 14.71% 12.25

2003 76.52% 23.48% 3.109 908.367 1.182 367 2.479 252.125.00 580.916.00 1.352.904.00 29.689.00 11.78% 5.03

2004 79.57% 20.43% 3.372 946.469 1.301 546 6.667 465.128.00 624.559.00 1.578.332.00 38.780.00 8.34% 8.94

2005 75.50% 24.50% 3.543 715.180 1.314 397 8.161 655.775.00 764.139.00 1.889.017.00 73.096.00 11.15% 19.92

2006 74.18% 25.82% 3.796 718.996 1.489 436 7.397 704.148.00 1.409.272.00 2.246.885.00 86.012.00 12.22% 8.44

2007 69.74% 30.26% 4.041 726.984 1.502 464 7.143 947.549.00 1.402.938.00 2.366.558.00 110.955.00 11.71% 8.21

2008 72.07% 27.93% 4.164 746.920 1.535 620 7.442 947.971.00 641.868.00 2.418.527.00 277.257.00 29.25% 11.15

2009 70.73% 29.27% 4.448 766.700 1.963 620 7.442 948.616.00 702.454.60 2.538.341.00 112.283.00 11.84% 2.88

2010 72.51% 27.49% 4.358 763.426 1.921 545 8.187 836.423.70 732.114.00 2.414.546.14 106.154.30 12.69% 6.02

Page 15: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Lampiran 2

Daftar Gambar

Gambar 1. Grafik Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi di Sumatera Selatan

2000-2010

Gambar 2. Grafik Perkembangan Jumlah Manager Koperasi, Karyawan Koperasi dan

Koperasi di Sumatera Selatan 2000-2010

Page 16: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 3. Grafik Perkembangan Jumlah RAT Koperasi di Sumatera Selatan 2000-2010

Gambar 4. Grafik Perkembangan Modal Sendiri Koperasi di Sumatera Selatan 2000-

2010

Gambar 5. Grafik Perkembangan Modal Luar Koperasi di Sumatera Selatan 2000-

2010

Page 17: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 6. Grafik Perkembangan Volume Usaha Koperasi di Sumatera Selatan 2000-

2010

Gambar 7. Grafik Perkembangan Sisa Hasil Usaha Koperasi di Sumatera Selatan

2000-2010

Gambar 8. Grafik Perkembangan Rentabilitas Modal Koperasi di Sumatera Selatan

2000-2010

Page 18: Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian Di Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 9. Grafik Perkembangan Jumlah Koperasi di Sumatera Selatan 2000-2010

Gambar 10. Grafik Persentase Koperasi Aktif & Non-aktif di Sumatera Selatan 2000-2010

Gambar 11. Grafik Tingkat Inflasi di Sumatera Selatan 2000-2010