perkembangan ekonomi keuangan dan kerjasama internasional triwulan iii 2009

183

Upload: yuliandriansyah

Post on 15-Jun-2015

888 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Berisi laporan perkembangan ekonomi keuangan dan kerja sama internasional selama triwulan IV tahun 2007.

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009
Page 2: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2007

4

Page 3: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

i

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGANDAN KERJASAMA INTERNASIONAL

TRIWULAN III - 2009

Direktorat Internasional

Bank Indonesia

P e r k e m b a n g a n

E k o n o m i D u n i a

P a s a r K e u a n g a n

d a n K o m o d i t a s

Perkembangan Kerja

Sama Internasional

A r t i k e l

Page 4: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

ii

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Tulisan dalam buku Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama

Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para

penulis dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia.

Pengutipan diizinkan dengan menyebutkan sumbernya.

Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran, dan kritik

demi perbaikan terbitan ini.

Redaksi juga mengundang sumbangan artikel, karangan,

laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini.

Alamat Redaksi:

Biro Kerjasama dan Studi ASEAN

Direktorat Internasional

Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 6

Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110

Telepon: (021) 381-8196, 381-8048, Faksimili: (021) 3857358

E-mail : D_Int (Country Specialist)@bi.go.id

Page 5: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

iii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Kata Pengantar

Setelah hampir satu tahun dunia mengalami krisis keuangan global, ≈Perkembangan

Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional∆ (PEKKI) edisi Triwulan III 2009 memotret

prospek pemulihan ekonomi dunia yang semakin kuat. Optimisme tersebut timbul seiring

dengan pemulihan ekonomi kawasan Asia yang semakin kuat dan cepat, serta kontraksi

ekonomi Eropa yang tidak seburuk proyeksi sebelumnya. Setelah menyentuh level terendahnya

di TW1-09 (minus 1,9%), tanda-tanda pemulihan ekonomi dunia semakin menguat di TW3-

09, yang diperkirakan hanya terkontraksi sebesar minus 0,9% yoy. Semakin membaiknya leading

indicator Purchasing Manager Index (PMI) global dan leading indicator lainnya terutama di

negara maju serta meningkatnya harga komoditas, memberikan optimisme prospek pemulihan

ekonomi dunia akan terus berlanjut hingga akhir 2009 dan 2010. IMF memperkirakan

pertumbuhan ekonomi dunia 2009 tumbuh minus 1,1% yoy dan akan meningkat menjadi

3,1% di 2010. Sejalan dengan perkembangan tersebut, tekanan inflasi di 2009 diperkirakan

masih rendah baik di negara maju dan negara berkembang, masing-masing diperkirakan sebesar

0,1% yoy dan 5,5% yoy.

Sepanjang TW3-09 kondisi pasar keuangan semakin stabil seiring dengan cenderung

menurunnya keketatan dan volatilitas pasar. Kinerja pasar saham dan obligasi baik di negara

maju maupun berkembang semakin meningkat, seiring dengan tanda-tanda pemulihan ekonomi

global yang semakin menguat. Selain itu, harga komoditas cenderung meningkat dari titik

terendahnya di TW1-09. Perkembangan yang positif tersebut mendorong penguatan mata uang

negara-negara di dunia terhadap USD. Perkembangan yang semakin positif tersebut juga terjadi

pada pasar keuangan yang berbasis syariah.

Dalam berbagai forum kerjasama internasional upaya untuk keluar dari krisis keuangan

global masih menjadi agenda utama. Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi di kawasan

ASEAN+3 telah disepakati kerjasama keuangan Credit Guarantee and Investment Mechanism

(CGIM) oleh Menteri Keuangan negara ASEAN+3. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

kedepan yang lebih berimbang antara negara maju dan negara berkembang, disepakati

reformasi peranan G-20 yang menggantikan G-8. Sejalan dengan semangat tersebut, agenda

reformasi IMF mengenai penyelarasan kuota antara negara maju dan negara berkembang

terus bergulir.

Page 6: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

iv

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Sesuai dengan tema PEKKI ≈Green Shoot Pemulihan Ekonomi Dunia∆, edisi kali ini

menurunkan tiga artikel yang mengupas lebih dalam fenomena tersebut serta kontribusi dan

implikasi kebijakan stimulus fiskal yang gencar terhadap fenomena tersebut. Ketiga artikel tersebut

adalah ≈Urgency Exit Strategy : Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi dan Kekhawatiran Ancaman

Inflasi Kedepan∆, ≈Mata Uang Internasional: Peran USD dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆

dan ≈Rapor Biru Indonesia dalam Indikator Persepsi Internasional: Current Assessment dan Future

Assignment∆ .

Akhir kata, tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah menyumbang pikiran dan tenaga dalam penyelesaian buku ini. Saran, kritik, dan masukan

dari pembaca budiman sangat kami nantikan untuk perbaikan kualitas dan manfaat buku PEKKI

edisi-edisi selanjutnya.

Jakarta, November 2009

Direktorat Internasional

Page 7: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

v

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Daftar Isi

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR SINGKATAN vii

I. PENDAHULUAN 1

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA 5

A. Ekonomi Dunia 5

B. Amerika Serikat 13

C. Eropa 18

D. Amerika Latin 25

E. Asia Pasifik 32

F. Afrika dan Timur Tengah 45

Boks 2.1: Proyeksi PDB Terkini: World Economic Outlook, IMF-Oktober 2009 51

III. PASAR KEUANGAN DAN KOMODITAS 55

A. Pasar Valuta Asing 55

B. Pasar Saham 59

C. Pasar Obligasi Global 60

C.1. Pasar Obligasi Global Negara 60

C.2. Obligasi Global Korporasi 62

D. Pasar Keuangan Syariah 66

D.1. Perkembangan Pasar Keuangan Syariah Global 66

D.2. Perkembangan Industri Islamic Financial Market 73

D.3. Islamic Fund Management 79

E. Pasar Komoditas 80

IV. PERKEMBANGAN KERJASAMA INTERNASIONAL 83

A. Kerjasama Regional 83

B. Kerjasama Multilateral 84

C. Kerjasama Bank Sentral 93

Halaman

Page 8: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

vi

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

LAMPIRAN 155

Tabel 1 Produk Domestik Bruto 156

Tabel 2 Angka Pengangguran 157

Tabel 3 Inflasi IHK 158

Tabel 4 Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral 159

Tabel 5 Uang Beredar 160

Tabel 6 Surplus Defisit Keuangan Pemerintah 161

Tabel 7 Neraca Berjalan 162

Tabel 8 Cadangan Devisa 163

Tabel 9 Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USD 164

Tabel 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia 165

Tabel 11 Indeks Saham 166

Tabel 12 Harga Komoditi Dunia 167

Tabel 13 Yield Obligasi Indonesia 168

Tabel 14 Sukuk Issuance 169

Tabel 15 Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok Peminjam 170

V. ARTIKEL 97

Artikel 1 : Urgency Exit Strategy : Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi dan

Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan 99

Artikel 2 : Mata Uang Internasional: Peran USD dan Potensi Internasionalisasi

Renmimbi 121

Artikel 3: Rapor Biru Indonesia dalam Indikator Persepsi Internasional:

Current Assessment dan Future Assignment 146

Boks 5.1: Upaya China Mengurangi Ketergantungan Terhadap USD 138

Page 9: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

vii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Daftar Singkatan

ADB : Asian Development Bank

AFMM+3 : ASEAN+3 Finance Ministers» Meeting

APF : Asset Purchase Facility

AS : Amerika Serikat

ASEAN : Association of South East Asian Nations

ASEAN+3 : Kelompok Kerjasama ASEAN dengan China, Jepang, dan Korea Selatan

ASPAC : Asia Pasifik

BBM : Bahan Bakar Minyak

BCSA : Bilateral Currency Swap Arrangement

BIS : Bank for International Settlements

BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal

BOC : Bank of China

BOE : Bank of England

BOJ : Bank of Japan

BRIC : Brazil, Russia, India and China

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

CBOE : Chicago Board Options Exchange

CDS : Credit Default Swap

CF : Consensus Forecast

CGIM : Credit Guarantee and Investment Mechanism

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

ECB : European Central Bank

ED : Executive Director

EFI : Economic Freedom Index

EIB : European Investment Bank

EMDCs : Emerging Market and Developing Countries

EMEAP : Executives» Meeting of East Asia-Pacific Central Banks

EWS : Economy Watcher Survey

FDI : Foreign Direct Investment

FED : Federal Reserve

Page 10: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

viii

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

FSAP : Financial Sector Assessment Program

G-3 : Group-3 yang terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang

G-8 : Group-8 yang terdiri dari Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia, Inggris,

dan AS

G-20 : Group-20 yang terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Perancis,

Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika

Selatan, Korea, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

GBP : Great Britain Pounds

GCI : Index Global Competitiveness Index

GDP : Gross Domestic Product

Gfk : Gesellschaft fu'fcr Konsumforschung (German: society for consumer research).

GFSR : Global Financial Stability Report

GSEs : Government-Sponsored Enterprises

HICP : Harmonized Inflation Consumer Price

HKD : Hong Kong Dollar

HKMA : Hong Kong Monetary Authority

IFIs : International Financial Institutions

IFR : Ijarah Fix Rate

IHK : Indeks Harga Konsumen

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan

IMF : International Monetary Fund

IMFC : Internasional Monetary and Financial Committee

ISM : Institute for Supply Management

JPY : Japanese Yen

LIBOR : London Interbank Offered Rate

LICs : Low Income Countries

MA : Monthly Average

MDBs : Multilateral Development Banks

MGM : Finance Minister and Central Bank Governors Meeting

Mo : Monetary Base

NAB : New Arrangement to Borrow

NPA : Note Pruchase Agreement

OIS : Overnight Swap Index

OKI : Organisasi Konferensi Islam

PBC : People»s Bank of China

PCE : Personal Consumption Expenditure

..

Page 11: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

ix

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

PDB : Produk Domestik Bruto

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja

PMI : Purchasing Manager Index

PPI : Producer Price Index

PRTSS : Pilot RMB Trade settlement Scheme

PUAB : Pasar Uang Antar Bank

QEP : Quantitative Easing Policy

RI : Republik Indonesia

RMB : Renmimbi

S&P : Standard & Poor»s

SDR : Special Drawing Rights

SEAVG-IMF : South East Asia Voting Group

SFP : Supplementary Financing Program

SGD : Singapore Dollar

TAF : Term Auction Facility

TOT : Terms of Trade

TW : Triwulan

US : United States

USD : US Dollar

VIX : Volatility Index

WB : World Bank

WEF : World Economic Forum

WEO : World Economic Outlook

yoy : Year on Year

yoy sa : Year on Year Seasonal Adjusted

ZEW : Zentrum für Europäische Wirtschaftsforschung (Center for European Economic

Research)

ZIRP : Zero Interest Rate Policy

Page 12: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

x

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Page 13: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 1 - Pendahuluan

1

Pendahuluan

Selama TW3-09 sinyal pemulihanSelama TW3-09 sinyal pemulihanSelama TW3-09 sinyal pemulihanSelama TW3-09 sinyal pemulihanSelama TW3-09 sinyal pemulihan

ekonomiekonomiekonomiekonomiekonomi dunia semakin menguat.dunia semakin menguat.dunia semakin menguat.dunia semakin menguat.dunia semakin menguat.

Berdasarkan Consensus Forecast, ekonomi

dunia TW3-09 diperkirakan hanya

terkontraksi sebesar minus 0,9% yoy

membaik dibanding titik terendahnya, minus

1,9% yoy di TW1-09. Di negara maju

perkembangan positif terutama didorong

oleh kontraksi ekonomi Eropa yang tidak

seburuk proyeksi sebelumnya. Dimotori China

dan India, pemulihan ekonomi negara

berkembang juga semakin kuat dan cepat.

Menguatnya sinyal pemulihan tersebut juga

tercermin dari membaiknya leading indicator

PMI global dan leading indicator lainnya

terutama di negara maju. Membaiknya

ekonomi dunia tersebut diperkirakan akan

terus berlanjut dan akan tumbuh 0,1% pada

TW4-09. Prospek pemulihan ekonomi dunia

yang semakin kuat tersebut tidak lepas dari

gencarnya kebijakan stimulus ekonomi dan

ekspansifnya kebijakan moneter yang telah

ditempuh oleh negara di dunia sejak triwulan

terakhir 2008.

1B A B

Melanjutkan tren di triwulanMelanjutkan tren di triwulanMelanjutkan tren di triwulanMelanjutkan tren di triwulanMelanjutkan tren di triwulan

sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09sebelumnya, harga komoditi dunia di TW3-09

terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).terus meningkat, terutama logam (Grafik 2.5).

Peningkatan harga logam terutama didorong

oleh sentimen positif atas semakin

membaiknya data-data makroekonomi dunia

dan meningkatnya impor China. Pada

komoditas pertanian, harga beras mengalami

peningkatan terbesar sebagai dampak dari

gangguan pasokan di India dan Filipina akibat

cuaca buruk. Sementara itu, harga minyak WTI

di akhir triwulan ini menguat tipis seiring

dengan pasokan minyak yang relatif dapat

memenuhi permintaan sepanjang triwulan

laporan. Seiring dengan proses pemulihan

ekonomi yang masih terus berlangsung, harga

komoditi ke depan diperkirakan masih relatif

moderat.

Ditengah aktivitas ekonomi yang belumDitengah aktivitas ekonomi yang belumDitengah aktivitas ekonomi yang belumDitengah aktivitas ekonomi yang belumDitengah aktivitas ekonomi yang belum

pulih sepenuhnya dan harga komoditas yangpulih sepenuhnya dan harga komoditas yangpulih sepenuhnya dan harga komoditas yangpulih sepenuhnya dan harga komoditas yangpulih sepenuhnya dan harga komoditas yang

relatif masih di level rendah, inflasi terusrelatif masih di level rendah, inflasi terusrelatif masih di level rendah, inflasi terusrelatif masih di level rendah, inflasi terusrelatif masih di level rendah, inflasi terus

menurun. menurun. menurun. menurun. menurun. Inflasi diperkirakan turun menjadi

1,4% yoy di TW3-09 (CF, November 2009).

Bahkan, sejumlah negara dunia seperti AS,

Page 14: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

2

Jepang, China, Singapura, Thailand dan

Malaysia masih dihantui deflasi. Sejalan

dengan pemulihan aktivitas perekonomian dan

investasi global yang semakin menguat,

tekanan inflasi diperkirakan akan mulai

bergerak naik pada TW4-09

Sepanjang TW3-09 kebijakan bankSepanjang TW3-09 kebijakan bankSepanjang TW3-09 kebijakan bankSepanjang TW3-09 kebijakan bankSepanjang TW3-09 kebijakan bank

sentral baik di negara maju maupun negarasentral baik di negara maju maupun negarasentral baik di negara maju maupun negarasentral baik di negara maju maupun negarasentral baik di negara maju maupun negara

berkembang cenderung netral. berkembang cenderung netral. berkembang cenderung netral. berkembang cenderung netral. berkembang cenderung netral. Kian

terbatasnya ruang penurunan suku bunga,

mayoritas bank sentral di negara maju

mempertahankan suku bunga kebijakan yang

rendah. Kebijakan quantitative easing dengan

kuantitas yang berkurang masih terus

berlangsung di negara maju. Di tengah masih

lemahnya aktivitas ekonomi dan meredanya

laju inflasi, sebagian besar negara berkembang

masih terus menurunkan kebijakan suku

bunganya pada dua bulan pertama di TW3-

09. Selanjutnya, kebijakan suku bunga

tersebut dipertahankan sampai pada bulan

terakhir laporan. Kebijakan moneter longgar

tersebut bersamaan dengan stimulus fiskal

yang ekspansif memberikan dampak positif

bagi proses pemulihan ekonomi dan

membaiknya leading indicator ekonomi global,

terutama di negara maju. Namun demikian,

implikasi kebijakan tersebut, terutama di

negara maju, berupa ancaman inflasi dan

peningkatan suku bunga kedepan

memerlukan kebijakan exit strategy. Bagi

otoritas moneter, kebijakan tersebut perlu

dilakukan secara hati-hati dalam rangka

menjaga keseimbangan antara upaya

mengurangi tekanan inflasi dan upaya

mendukung pemulihan ekonomi.

Optimisme pemulihan ekonomi yangOptimisme pemulihan ekonomi yangOptimisme pemulihan ekonomi yangOptimisme pemulihan ekonomi yangOptimisme pemulihan ekonomi yang

semakin kuat memberikan andil bagisemakin kuat memberikan andil bagisemakin kuat memberikan andil bagisemakin kuat memberikan andil bagisemakin kuat memberikan andil bagi

meredanya risiko dan ketidakpastian di pasarmeredanya risiko dan ketidakpastian di pasarmeredanya risiko dan ketidakpastian di pasarmeredanya risiko dan ketidakpastian di pasarmeredanya risiko dan ketidakpastian di pasar

keuangan global sepanjang TW3-09.keuangan global sepanjang TW3-09.keuangan global sepanjang TW3-09.keuangan global sepanjang TW3-09.keuangan global sepanjang TW3-09.

Keketatan pasar keuangan global

sebagaimana tercermin dari spread antara

policy rate-LIBOR dan policy rate-OIS (overnight

index swap) terus menurun. Walaupun masih

di level tinggi, indikator CBOE volatility index

(VIX) dan credit default swap (CDS) yang

mencerminkan volatilitas pasar keuangan

global juga menurun. Sejalan dengan

perkembangan tersebut, kinerja pasar saham

dan obligasi semakin menguat. Optimisme

pemulihan ekonomi ke depan mendorong

penguatan hampir seluruh mata uang dunia

terhadap USD.

Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. PDB dunia di 2009

diperkirakan hanya terkontraksi minus 1,1%

yoy (WEO-IMF, Oktober-09) dan akan tumbuh

3,1% di 2010. Perkiraan tersebut jauh lebih

baik dari perkiraan sebelumnya, masing-

masing minus 1,4% (2009) dan 3,1% (2010).

Hal tersebut sejalan dengan pemulihan

ekonomi di kawasan Asia yang semakin kuat

dan kontraksi ekonomi di kawasan lain yang

tidak seburuk perkiraan sebelumnya sampai

dengan TW3-09. Perkembangan tersebut

diikuti pula oleh sejumlah leading indicator

negara maju dan indeks komposit PMI global

yang sudah mulai terlihat di TW2-09 dan

diharapkan akan semakin membaik pada

triwulan selanjutnya. Sejalan dengan

perkembangan tersebut, tekanan inflasi yang

masih rendah di 2009 diperkirakan akan

meningkat di 2010. Inflasi 2010 di negara maju

Page 15: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 1 - Pendahuluan

3

dan negara berkembang diperkirakan masing-

masing tercatat 0,1% yoy dan 5,5% yoy.

Dalam berbagai forum kerjasamaDalam berbagai forum kerjasamaDalam berbagai forum kerjasamaDalam berbagai forum kerjasamaDalam berbagai forum kerjasama

internasional, upaya untuk keluar dari krisisinternasional, upaya untuk keluar dari krisisinternasional, upaya untuk keluar dari krisisinternasional, upaya untuk keluar dari krisisinternasional, upaya untuk keluar dari krisis

keuangan global masih menjadi agenda utama.keuangan global masih menjadi agenda utama.keuangan global masih menjadi agenda utama.keuangan global masih menjadi agenda utama.keuangan global masih menjadi agenda utama.

Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi

di kawasan ASEAN+3 telah disepakati

kerjasama keuangan Credit Guarantee and

Investment Mechanism (CGIM) oleh Menteri

Keuangan negara ASEAN+3. Kesepakatan ini

diharapkan dapat mendukung proses

pendalaman pasar keuangan di kawasan. Untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi kedepan

yang berimbang antara negara maju dan negara

berkembang, disepakati reformasi peranan

G-20 yang menggantikan G-8. Sejalan dengan

semangat tersebut agenda reformasi IMF

menitikberatkan pada penyelarasan kuota

antara negara maju dan negara berkembang.

Sebagai dampak dari kebijakan moneter

longgar dan stimulus ekonomi yang gencar,

tanda-tanda pemulihan ekonomi global

berupa≈green shootgreen shootgreen shootgreen shootgreen shoot∆ yang semakin kuat di

TW3-09 memberikan optimisme pemulihan

ekonomi dunia di 2009. Perkembangan

tersebut memiliki berbagai implikasi yang

menarik untuk dicermati sebagaimana

dituangkan dalam tiga artikel terbitan kali ini.

Artikel pertama yang berjudul ≈≈≈≈≈Urgency ExitUrgency ExitUrgency ExitUrgency ExitUrgency Exit

Strategy Strategy Strategy Strategy Strategy : Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi

dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan∆

mengulas lebih jauh kapankah saat yang tepat

untuk dikeluarkannya kebijakan exit strategy

dari kebijakan moneter dan fiskal yang

ekspansif. Stimulus fiskal Amerika Serikat yang

sangat agresif juga dapat berimplikasi pada

ancaman depresiasi USD, sehingga

menimbulkan kekhawatiran bagi China yang

memiliki cadangan devisa terbesar di Dunia.

Hal tersebut mendorong China menggulirkan

wacana potensi Renmimbi sebagai mata uang

internasional dalam berbagai forum kerjasama

internasional. Untuk melihat sejauhmana

ambisi China ini dapat terealisasi, diulas dalam

artikel kedua dengan judul ≈Mata UangMata UangMata UangMata UangMata Uang

Internasional: Peran USD dan PotensiInternasional: Peran USD dan PotensiInternasional: Peran USD dan PotensiInternasional: Peran USD dan PotensiInternasional: Peran USD dan Potensi

Internasionalisasi Renmimbi∆. Internasionalisasi Renmimbi∆. Internasionalisasi Renmimbi∆. Internasionalisasi Renmimbi∆. Internasionalisasi Renmimbi∆. Sementara

artikel terakhir yang berjudul ≈Rapor Biru ≈Rapor Biru ≈Rapor Biru ≈Rapor Biru ≈Rapor Biru

Indonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator Persepsi

Internasional:Internasional:Internasional:Internasional:Internasional: Current Assessment Current Assessment Current Assessment Current Assessment Current Assessment dan dan dan dan dan FutureFutureFutureFutureFuture

Assignment∆Assignment∆Assignment∆Assignment∆Assignment∆ akan menganalisa lebih dalam

mengenai persepsi internasional yang

tercermin dari lembaga rating dan lembaga

think thank internasional yang positif terhadap

kondisi dan kebijakan makroekonomi

Indonesia dalam menghadapi krisis keuangan

global. Hal ini penting terutama dalam upaya

Indonesia untuk mencapai peringkat

investment grade.

Page 16: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

4

Page 17: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

5

Perkembangan Ekonomi Dunia

A. EKONOMI DUNIA

Ekonomi dunia di TW3-09 semakinEkonomi dunia di TW3-09 semakinEkonomi dunia di TW3-09 semakinEkonomi dunia di TW3-09 semakinEkonomi dunia di TW3-09 semakin

menunjukkan tanda-tanda pemulihan.menunjukkan tanda-tanda pemulihan.menunjukkan tanda-tanda pemulihan.menunjukkan tanda-tanda pemulihan.menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Kontraksi PDB dunia diperkirakan semakin

melambat mencapai minus 0,9% di TW3-09

dan selanjutnya diprediksi tumbuh 0,1 % yoy

di TW4-09. Perbaikan ekonomi terjadi baik di

negara maju maupun di negara berkembang

sebagai akibat kontraksi ekonomi Eropa yang

tidak seburuk perkiraan sebelumnya dan

pemulihan ekonomi China dan India yang kian

kuat dan cepat. Sejalan dengan

perkembangan tersebut walaupun aktivitas

konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor

dunia belum pulih sepenuhnya, sejumlah

leading indicator negara G-3 dan indeks PMI

global menunjukkan tren meningkat. Dengan

perkembangan yang semakin membaik

tersebut, IMF (WEO-IMF, Oktober-09)

mengkoreksi keatas PDB Dunia 2009 dari

minus 1,4% menjadi minus 1,1%, dan PDB

2010 dari 2,5% menjadi 3,1% yoy (lihat Boks

2.1 World Economic Outlook, IMF-Oktober

2009). Inflasi di TW3-09 masih dalam tren

menurun. Namun seiring dengan pemulihan

2B A B

ekonomi dunia yang berlanjut dan semakin

solid, tekanan inflasi di sisa 2009 diprediksi

mulai merangkak naik. Dengan potensi risiko

inflasi tersebut, bank sentral dunia di akhir

TW3-09 mulai cenderung menempuh suku

bunga kebijakan bias netral, Sementara itu di

sektor keuangan, perkembangan pasar

keuangan relatif stabil dengan keketatan yang

cenderung mengendur.

Kontraksi PDB dunia di TW3-09

diperkirakan semakin tertahan menjadi minus

0,9% yoy dari minus 1,7% yoy pada triwulan

sebelumnya (Tabel 2.1 dan Grafik 2.1). Sejalan

dengan dampak positif berbagai paket stimulus

ekonomi pemerintah dan kebijakan bank

sentral yang ekspansif guna mendongkrak

permintaan domestik, proyeksi ekonomi dunia

di TW3-09 tersebut lebih baik dari perkiraan

sebelumnya, minus 1,4% (PEKKI edisi TW2-09).

Walaupun belum kokoh, tanda pemulihan

ekonomi negara maju di TW3-09 semakin

menguat. Kontraksi ekonomi negara maju di

TW3-09 tertahan menjadi minus 4,2% yoy dari

minus 5,4% yoy triwulan sebelumnya.

Walaupun seluruh komponen PDB masih relatif

Page 18: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

6

lemah, sejumlah indikator permintaan domestik

mulai tumbuh positif. Sementara di negara

berkembang, pemulihan ekonomi semakin

menguat, tumbuh 1,9% yoy dari 1,7% yoy

periode sebelumnya, terutama di kawasan

Aspac yang dimotori China dan India. Kawasan

Aspac di TW3-09 tumbuh semakin solid, 2,6%

yoy. Ekonomi China, India, Indonesia, dan

Vietnam di TW3-09 diperkirakan masih mampu

tumbuh di atas 4% yoy.

Menguatnya sinyal perbaikan ekonomi

dunia diikuti pula dengan meningkatnya

sejumlah leading indicator negara maju dan

negara berkembang serta indeks komposit PMI

global. Sejumlah leading indicator, seperti

Purchasing Manager Index (PMI) global dan

leading indicator terutama di negara maju

terus menunjukkan tren yang meningkat

(Grafik 2.3 dan Grafik 2.4). Selain itu, beberapa

indikator konsumsi dan investasi di AS, Jepang,

Kawasan Euro dan Kawasan Aspac mulai

menunjukkan indikasi awal tertahannya

pemburukan meski masih di level rendah.

Dengan perkembangan yang semakin

membaik tersebut, IMF merevisi ke atas PDB di

2009 dan di 2010. Pertumbuhan ekonomi

dunia diperkirakan mulai merangkak naik pada

TW3-09 dan akan terus berlanjut pada 2010.

Faktor utama yang mendasari direvisinya PDB

dunia tersebut yakni (i) adanya berbagai

kebijakan dari pemerintah dan otoritas moneter

seperti stimulus fiskal, kebijakan suku bunga

yang rendah, dan «quantitative easing policy»

diperkirakan mampu mendorong pemulihan

permintaan domestik dan (ii) adanya perbaikan

di sektor keuangan dan perbankan

Grafik 2.1 PDB DuniaGrafik 2.1 PDB DuniaGrafik 2.1 PDB DuniaGrafik 2.1 PDB DuniaGrafik 2.1 PDB Dunia

Grafik 2.3 PMI DuniaGrafik 2.3 PMI DuniaGrafik 2.3 PMI DuniaGrafik 2.3 PMI DuniaGrafik 2.3 PMI Dunia

Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)Grafik 2.2 PDB Dunia (per Kawasan)

Dunia

Negara Maju

% yoy

Forecast

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4

Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast

NegaraBerkembang

Dunia

KawasanAmerika

Eropa

% yoy

MTP Indo Aspac Forecast

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4

Indeks

30

35

40

45

50

55

60

65

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg

PMI ManufakturPMI ServicesPMI Composite

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9

Page 19: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

7

Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)Grafik 2.4 Leading Indikator (Negara Maju)

IndeksIndeks

90

95

100

105

110

Sumber: Bloomberg

2004 2005 2006 2007 2008 2009

0

10

20

30

40

50

60

USA-Leading indikator (lhs)

OECD Eurozone Leading Indicator (lhs)

Jpn-Economy Watchers Survey-Expect. (rhs)

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9

Grafik 2.5 Komoditas DuniaGrafik 2.5 Komoditas DuniaGrafik 2.5 Komoditas DuniaGrafik 2.5 Komoditas DuniaGrafik 2.5 Komoditas Dunia(Jan 2005=100)(Jan 2005=100)(Jan 2005=100)(Jan 2005=100)(Jan 2005=100)

Grafik 2.6 Inflasi DuniaGrafik 2.6 Inflasi DuniaGrafik 2.6 Inflasi DuniaGrafik 2.6 Inflasi DuniaGrafik 2.6 Inflasi Dunia

DuniaNegara Maju

NegaraBerkembang

% yoy

Forecast

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4

diperkirakan dapat menopang kinerja ekonomi

kedepan. Namun demikian terdapat downside

risk pertumbuhan ekonomi mengingat sektor

tenaga kerja di sejumlah negara maju masih

memburuk, keterbatasan penyaluran kredit

serta risiko penarikan paket stimulus fiskal yang

lebih cepat dari perkiraan.

Harga komoditi di TW3-09 cenderungHarga komoditi di TW3-09 cenderungHarga komoditi di TW3-09 cenderungHarga komoditi di TW3-09 cenderungHarga komoditi di TW3-09 cenderung

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnyameningkat dibandingkan triwulan sebelumnyameningkat dibandingkan triwulan sebelumnyameningkat dibandingkan triwulan sebelumnyameningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

(Grafik 2.5). (Grafik 2.5). (Grafik 2.5). (Grafik 2.5). (Grafik 2.5). Secara umum, pergerakan harga

komoditi masih diwarnai aksi spekulasi oleh

investor. Sentimen positif mulai adanya

perbaikan ekonomi dunia (green shoot of

economic recovery) mampu mendorong

penguatan beberapa harga komoditi, seperti

logam. Kenaikan harga beras dipicu oleh

sentimen negatif atas gangguan produksi di

India dan Filipina akibat cuaca buruk.

Sementara itu, sentimen positif atas relatif

cukupnya pasokan mengakibatkan harga

minyak WTI menguat tipis di akhir triwulan

tersebut. Peningkatan permintaan impor juga

turut menjadi faktor pemicu kenaikan harga

khususnya tembaga.

Inflasi di TW3-09 masih dalam trenInflasi di TW3-09 masih dalam trenInflasi di TW3-09 masih dalam trenInflasi di TW3-09 masih dalam trenInflasi di TW3-09 masih dalam tren

menurun. menurun. menurun. menurun. menurun. Berdasarkan angka komposit dari

Consensus Forecast Oktober-09, inflasi TW3-

09 menurun menjadi 2,1% yoy, dari 2,5%

triwulan sebelumnya (Grafik 2.6, Grafik 2.7

dan Tabel 2.2). Permintaan dunia yang belum

sepenuhnya pulih ditengah harga komoditas

yang masih di level rendah (meski meningkat)

menjadi faktor utama rendahnya inflasi. Deflasi

masih terjadi di sejumlah negara seperti AS,

Canada, Kawasan Euro, Jepang, Singapura,

China, Thailand, dan Malaysia. Laju inflasi

dunia kedepan diperkirakan mulai merangkak

Page 20: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

8

naik, seiring dengan perkiraan merangkaknya

harga komoditas serta menguatnya aktivitas

konsumsi dan investasi.

Kebijakan moneter bank sentral duniaKebijakan moneter bank sentral duniaKebijakan moneter bank sentral duniaKebijakan moneter bank sentral duniaKebijakan moneter bank sentral dunia

selama TW3-09 cenderung bias netralselama TW3-09 cenderung bias netralselama TW3-09 cenderung bias netralselama TW3-09 cenderung bias netralselama TW3-09 cenderung bias netral (Grafik

2.8 dan Tabel 3.3). Mayoritas bank sentral di

negara maju cenderung menahan suku bunga

kebijakan, seiring kian terbatasnya ruang

penurunan suku bunga. Sementara dalam dua

bulan pertama TW3-09 negara berkembang

cenderung terus melakukan kebijakan

penurunan suku bunga guna mendukung

pemulihan ekonomi ditengah masih rendahnya

laju inflasi. Selanjutnya kebijakan tersebut

dipertahankan sampai dengan akhir TW3-09.

Namun demikian, stimulus fiskal yang agresif

terutama di negara maju mulai menimbulkan

kekhawatiran mengingat dampaknya pada

sustainabilitas fiskal dan risiko ekonomi makro,

seperti inflasi dan ancaman capital outflow

terutama di negara berkembang. Untuk itu,

exit strategy di negara maju perlu segera

dirumuskan secara hati-hati. Kompleksitas

perumusan exit strategy juga terjadi bagi

otoritas moneter yang diharapkan dapat

mendukung kebijakan stimulus fiskal. Bank

sentral secara «balance» perlu melakukan upaya

mengurangi tekanan inflasi di tengah proses

pemulihan ekonomi. Dalam kaitan ini, peran

komunikasi kebijakan menjadi penting untuk

menjaga transparansi dan kredibilitas kebijakan.

Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)Grafik 2.7 Inflasi Dunia (per Kawasan)

Dunia

KawasanAmerika

Eropa

% yoy

MTP Indo AspacForecast

-2

0

2

4

6

8

10

Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4

Keketatan pasar keuangan globalKeketatan pasar keuangan globalKeketatan pasar keuangan globalKeketatan pasar keuangan globalKeketatan pasar keuangan global

selama TW3-09 mengendur dengan penurunanselama TW3-09 mengendur dengan penurunanselama TW3-09 mengendur dengan penurunanselama TW3-09 mengendur dengan penurunanselama TW3-09 mengendur dengan penurunan

volatilitas. volatilitas. volatilitas. volatilitas. volatilitas. Seiring mulai meredanya risiko dan

ketidakpastian di pasar keuangan global,

kondisi pasar keuangan global membaik.

Spread antara policy rate-LIBOR dan policy rate-

OIS (overnight index swap) terus menurun

dibandingkan beberapa periode sebelumnya

(Grafik 2.8) Sementara volatilitas pasar

keuangan global terus dalam tren penurunan,

sebagaimana tercermin pada indikator CBOE

volatility index (VIX) dan credit default swap

(CDS) (Grafik 2.9 s.d. Grafik 2.11).1

Grafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danGrafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danGrafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danGrafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danGrafik 2.8 Spread Libor Policy Rate danSpread Libor OISSpread Libor OISSpread Libor OISSpread Libor OISSpread Libor OIS

Sumber: Bloomberg

(%)

4Jan

11Feb

20Mar

27Apr

4Jun

19Ags

26Sep

3Nov

11Des

18Jan

25Feb

4Apr

12Mei

19Jun

2008 2009

Spread Libor-Policy RateSpread Libor-OIS

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

-0,512Jul

27Jul

3Sep

11Okt

1 Chicago Board Options Exchange (CBOE) volatility indexmerupakan indikator ekspektasi pelaku pasar tentangketidakpastian di pasar keuangan yang diwakili oleh index optionsaham S&P 500.

Page 21: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

9

Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Sinyal perbaikan ekonomi

dunia di akhir triwulan 2009 diperkirakan terus

menguat. Berdasarkan proyeksi terkini IMF

(WEO-IMF, Oktober-09), PDB dunia di 2009

dan 2010 membaik dari perkiraan sebelumnya

(WEO-IMF, Juli-09) masing-masing terkontraksi

menjadi minus 1,1% yoy dari minus 1,4% yoy

dan tumbuh menjadi 3,1% yoy dari 2,5% yoy.

Seluruh komponen PDB di negara maju

meskipun masih relatif lemah namun

diperkirakan kontraksinya tidak setajam

periode sebelumnya. Sementara sinyal

perbaikan ekonomi di negara berkembang

terutama di kawasan Aspac terus menguat.

Selain itu, seiring dengan mulai pulihnya

permintaan domestik sejumlah negara dunia

sebagai dampak stimulus ekonomi yang

diluncurkan sejak awal 2009, sejumlah leading

indicator negara maju dan indeks komposit

PMI global menunjukkan perkembangan

membaik. Sejalan dengan perkembangan

tersebut tekanan inflasi diperkirakan secara

bertahap mulai meningkat. Inflasi 2009 di

negara maju dan negara berkembang

diperkirakan masing-masing tumbuh 0,1% yoy

dan 5,5% yoy (WEO-IMF, Oktober-09). Seiring

mulai meningkatnya potensi risiko inflasi

kedepan, bank sentral negara-negara di dunia

diperkirakan cenderung menempuh suku

bunga kebijakan bias ketat pada 2010.

Grafik 2.10 CDS Negara MajuGrafik 2.10 CDS Negara MajuGrafik 2.10 CDS Negara MajuGrafik 2.10 CDS Negara MajuGrafik 2.10 CDS Negara Maju

Grafik 2.9 Implied VolatilityGrafik 2.9 Implied VolatilityGrafik 2.9 Implied VolatilityGrafik 2.9 Implied VolatilityGrafik 2.9 Implied Volatility(Rata-rata Bergerak 20-hari)(Rata-rata Bergerak 20-hari)(Rata-rata Bergerak 20-hari)(Rata-rata Bergerak 20-hari)(Rata-rata Bergerak 20-hari)

Grafik 2.11 CDS Negara BerkembangGrafik 2.11 CDS Negara BerkembangGrafik 2.11 CDS Negara BerkembangGrafik 2.11 CDS Negara BerkembangGrafik 2.11 CDS Negara Berkembang

Sumber: Bloomberg

(%)

2008 2009

VIXJPMorgan G7 Exchange Rate

20

30

40

50

60

70

10

0

JPMorgan Emerging Exchange Rate

3Jan

12Feb

22Mar

1Mei

8Jun

18Jul

27Ags

4Okt

12Nov

20Des

31Jan

11Mar

21Apr

30Mei

9Jul

15Ags

24Sep

31Okt

10Des

21Jan

27Mar

6Mei

15Jun

23Jul

31Ags

8Okt

2008

1Okt

2008 2009

Sumber: Bloomberg

bps

0

100

200

300

400

500

600

700

1Nov

1Des

1Jan

1Feb

1Mar

1Apr

1Mei

1Jun

1Jul

1Ags

1Sep

JermanJepangUKAS: CitiGroup

3Jan

2008 2009

Sumber: Bloomberg

bps

0

200

400

600

800

1000

1200

1400ChinaIndonesiaMalaysiaPhilipinaThailand

3Jan

3Jan

3Jan

20072006

Page 22: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

10

Tabel 2.1 PDB DuniaTabel 2.1 PDB DuniaTabel 2.1 PDB DuniaTabel 2.1 PDB DuniaTabel 2.1 PDB Dunia

Negara/Kawasan

DUNIA*DUNIA*DUNIA*DUNIA*DUNIA* 1,0001,0001,0001,0001,000 -1,1-1,1-1,1-1,1-1,1 3,13,13,13,13,1 -1,0-1,0-1,0-1,0-1,0 0,00,00,00,00,0 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 3,63,63,63,63,6 -1,9-1,9-1,9-1,9-1,9 -1,7-1,7-1,7-1,7-1,7 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 0,10,10,10,10,1 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 3,43,43,43,43,4 3,63,63,63,63,6 3,63,63,63,63,6 3,63,63,63,63,6 3,73,73,73,73,7

Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju* 0,5710,5710,5710,5710,571 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -1,6-1,6-1,6-1,6-1,6 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -1,6-1,6-1,6-1,6-1,6 -4,2-4,2-4,2-4,2-4,2 2,12,12,12,12,1 -5,5-5,5-5,5-5,5-5,5 -5,4-5,4-5,4-5,4-5,4 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -1,6-1,6-1,6-1,6-1,6 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 1,71,71,71,71,7 2,32,32,32,32,3 2,22,22,22,22,2 2,32,32,32,32,3 2,32,32,32,32,3

Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang* 0,4290,4290,4290,4290,429 2,02,02,02,02,0 2,52,52,52,52,5 2,02,02,02,02,0 2,52,52,52,52,5 1,81,81,81,81,8 5,45,45,45,45,4 1,11,11,11,11,1 1,71,71,71,71,7 2,02,02,02,02,0 2,52,52,52,52,5 1,91,91,91,91,9 5,75,75,75,75,7 5,55,55,55,55,5 5,45,45,45,45,4 5,45,45,45,45,4 5,55,55,55,55,5

Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika* 0,3110,3110,3110,3110,311 1,0001,0001,0001,0001,000 -2,7-2,7-2,7-2,7-2,7 1,91,91,91,91,9 -2,5-2,5-2,5-2,5-2,5 -2,5-2,5-2,5-2,5-2,5 -2,5-2,5-2,5-2,5-2,5 2,72,72,72,72,7 -3,0-3,0-3,0-3,0-3,0 -3,4-3,4-3,4-3,4-3,4 -2,4-2,4-2,4-2,4-2,4 -2,4-2,4-2,4-2,4-2,4 -2,4-2,4-2,4-2,4-2,4 2,02,02,02,02,0 2,72,72,72,72,7 2,72,72,72,72,7 2,82,82,82,82,8 2,72,72,72,72,7

AS 0,207 0,664 -2,7 1,5 -2,5 -0,6 -2,5 2,6 -3,3 -3,8 -2,3 -0,6 -2,4 1,7 2,7 2,6 2,8 2,7

Canada 0,019 0,060 -2,5 2,1 -2,6 -1,1 -2,4 2,6 -2,3 -3,2 -2,6 -1,1 -2,4 1,0 2,5 2,8 3,0 2,5

Amerika Lainnya 0,086 0,276 -2,5 2,9 -2,5 -2,5 -2,5 2,9 -2,5 -2,5 -2,5 -2,5 -2,5 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9

Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa* 0,2790,2790,2790,2790,279 1,0001,0001,0001,0001,000 -4,6-4,6-4,6-4,6-4,6 0,70,70,70,70,7 -4,6-4,6-4,6-4,6-4,6 -3,1-3,1-3,1-3,1-3,1 -4,5-4,5-4,5-4,5-4,5 1,21,21,21,21,2 -5,1-5,1-5,1-5,1-5,1 -5,1-5,1-5,1-5,1-5,1 -4,6-4,6-4,6-4,6-4,6 -3,1-3,1-3,1-3,1-3,1 -4,5-4,5-4,5-4,5-4,5 1,01,01,01,01,0 1,41,41,41,41,4 1,31,31,31,31,3 1,41,41,41,41,4 1,31,31,31,31,3

Kawasan EuroKawasan EuroKawasan EuroKawasan EuroKawasan Euro 0,1520,1520,1520,1520,152 0,5450,5450,5450,5450,545 -4,1-4,1-4,1-4,1-4,1 0,30,30,30,30,3 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -1,8-1,8-1,8-1,8-1,8 -3,9-3,9-3,9-3,9-3,9 1,11,11,11,11,1 -4,9-4,9-4,9-4,9-4,9 -4,7--4,7--4,7--4,7--4,7- 4,04,04,04,04,0 -1,8-1,8-1,8-1,8-1,8 -3,8-3,8-3,8-3,8-3,8 0,90,90,90,90,9 1,31,31,31,31,3 1,21,21,21,21,2 1,21,21,21,21,2 1,21,21,21,21,2

Jerman 0,041 0,148 -5,3 0,3 -4,9 -2,1 -5,0 1,4 -6,7 -5,9 -4,9 -2,1 -4,9 1,7 1,6 1,2 1,1 1,5

Perancis 0,031 0,109 -2,4 0,9 -2,1 -0,3 -2,1 1,2 -3,4 -2,6 -2,1 -0,3 -2,1 1,4 1,3 1,2 1,2 1,2

Italia 0,026 0,092 -5,1 0,2 -5,1 -2,9 -5,0 0,5 -6,0 -6,0 -5,1 -2,9 -4,8 0,1 0,8 0,9 1,0 0,7

Spanyol 0,020 0,071 -3,8 -0,7 -4,2 -3,5 -3,7 -0,5 -3,2 -4,2 -4,2 -3,5 -3,7 -2,0 -0,9 0,0 0,8 -0,5

Inggris 0,032 0,113 -4,4 0,9 -4,5 -2,3 -4,3 1,3 -4,9 -5,6 -4,5 -2,3 -4,5 0,4 1,5 1,8 1,9 1,2

Eropa Lainnya 0,095 0,341 -5,5 1,4 -5,5 -5,5 -5,5 1,4 -5,5 -5,5 -5,5 -5,5 -5,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4

Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik* 0,3710,3710,3710,3710,371 1,0001,0001,0001,0001,000 3,63,63,63,63,6 5,35,35,35,35,3 2,62,62,62,62,6 4,34,34,34,34,3 2,72,72,72,72,7 6,06,06,06,06,0 1,11,11,11,11,1 1,91,91,91,91,9 2,82,82,82,82,8 4,34,34,34,34,3 2,82,82,82,82,8 6,26,26,26,26,2 5,95,95,95,95,9 5,85,85,85,85,8 5,85,85,85,85,8 6,06,06,06,06,0

Jepang 0,061 0,166 -5,4 1,7 -5,4 -1,6 -5,7 1,5 -8,4 -7,2 -5,4 -1,6 -5,7 2,0 1,4 1,2 1,0 1,4

China 0,120 0,323 8,5 9,0 8,7 10,2 8,4 9,5 6,1 7,9 8,9 10,2 8,5 10,4 9,7 9,4 9,1 9,6

India 0,049 0,132 5,4 6,4 5,8 5,8 6,1 7,5 5,8 6,1 5,8 5,8 6,1 6,6 7,1 7,4 7,8 7,6

Korea 0,019 0,052 -1,0 3,6 -1,3 4,0 -0,8 4,1 -4,2 -2,2 0,6 4,0 -0,2 4,6 3,8 3,4 3,6 4,5

Australia 0,012 0,031 0,7 2,0 0,6 1,7 0,8 2,5 0,3 0,6 0,6 1,7 0,9 2,0 2,1 2,8 3,2 2,7

Selandia Baru 0,002 0,004 -2,2 2,2 -2,0 -0,7 -1,3 2,2 -2,7 -2,7 -2,0 -0,7 -1,3 0,7 1,8 2,4 2,8 2,4

ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN* 0,0390,0390,0390,0390,039 0,1090,1090,1090,1090,109 0,50,50,50,50,5 4,14,14,14,14,1 0,60,60,60,60,6 2,92,92,92,92,9 0,90,90,90,90,9 4,84,84,84,84,8 -1,1-1,1-1,1-1,1-1,1 0,20,20,20,20,2 1,01,01,01,01,0 2,92,92,92,92,9 1,01,01,01,01,0 5,05,05,05,05,0 5,05,05,05,05,0 4,54,54,54,54,5 4,64,64,64,64,6 4,84,84,84,84,8

ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6* 0,0380,0380,0380,0380,038 0,1030,1030,1030,1030,103 0,50,50,50,50,5 4,04,04,04,04,0 0,60,60,60,60,6 3,03,03,03,03,0 0,90,90,90,90,9 4,84,84,84,84,8 -1,2-1,2-1,2-1,2-1,2 0,20,20,20,20,2 1,01,01,01,01,0 3,03,03,03,03,0 1,01,01,01,01,0 5,05,05,05,05,0 4,64,64,64,64,6 4,54,54,54,54,5 4,64,64,64,64,6 4,94,94,94,94,9

Singapura 0,003 0,009 -3,3 4,1 -3,8 0,9 -2,6 5,3 -9,5 -3,2 0,8 0,9 -2,3 6,4 4,0 5,2 4,9 5,5

Thailand 0,008 0,021 -3,5 3,7 -3,6 1,4 -3,5 3,9 -7,1 -4,9 -3,6 1,4 -3,4 4,6 4,1 3,4 3,3 4,0

Philipina 0,005 0,012 1,0 3,2 1,5 1,9 1,6 3,6 0,6 1,5 1,5 1,9 1,6 3,6 3,8 3,6 3,5 3,7

Malaysia 0,005 0,015 -3,6 2,5 -2,6 1,5 -2,8 4,4 -6,2 -3,9 -2,6 1,5 -2,6 5,7 4,8 4,1 3,8 4,4

Indonesia 0,013 0,036 4,0 4,8 4,0 4,9 4,4 5,4 4,4 4,0 4,0 4,9 4,4 4,9 5,0 5,1 5,6 5,4

Vietnam 0,004 0,010 4,6 5,3 4,3 4,3 4,4 6,1 3,1 3,9 4,6 4,3 4,8 5,6 5,6 5,6 5,6 6,2

Asia Pasifik Lainnya 0,069 0,187 0,6 4,0 0,6 0,6 0,6 4,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0

Afrika*Afrika*Afrika*Afrika*Afrika* 0,0390,0390,0390,0390,039 1,0001,0001,0001,0001,000 2,22,22,22,22,2 4,14,14,14,14,1 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 4,14,14,14,14,1 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1

% yoy

PangsaTerhadap

WEOOkt-2009 Perkiraan Sebelunnya

Dunia Kawasan

2009 20092009E 2010E

Perkiraan terkini BKSA**

TW1 TW2 TW3 TW42009 2009 2009 2009

2009E2009E 2010E

2010E

Sumber: WEO Oktober 2009, Consensus Forecast November 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007

**) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast November 2009; Perkiraan BKSA berkaitan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia, negara maju, negara emerging dan kawasanE= ProyeksiCetak miring merupakan angka realisasiIndia menggunakan Tahun Fiskal, angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi

Perbedaan > 0,2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya

Perbedaan < 0,2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya

TW3-09 TW4-09 2009 2010TW1 TW2 TW3 TW42010 2010 2010 2010

Page 23: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

11

Tabel 2.2 Inflasi DuniaTabel 2.2 Inflasi DuniaTabel 2.2 Inflasi DuniaTabel 2.2 Inflasi DuniaTabel 2.2 Inflasi Dunia

Negara/Kawasan

DUNIA*DUNIA*DUNIA*DUNIA*DUNIA* 1,0001,0001,0001,0001,000 5,05,05,05,05,0 6,16,16,16,16,1 2,62,62,62,62,6 2,92,92,92,92,9 2,12,12,12,12,1 2,92,92,92,92,9 2,52,52,52,52,5 1,81,81,81,81,8 1,41,41,41,41,4 1,81,81,81,81,8 2,12,12,12,12,1 2,82,82,82,82,8 2,92,92,92,92,9 3,03,03,03,03,0

Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju*Negara Maju* 0,5710,5710,5710,5710,571 2,22,22,22,22,2 3,43,43,43,43,4 0,10,10,10,10,1 1,21,21,21,21,2 0,20,20,20,20,2 1,71,71,71,71,7 0,90,90,90,90,9 -0,1-0,1-0,1-0,1-0,1 -0,8-0,8-0,8-0,8-0,8 0,80,80,80,80,8 0,20,20,20,20,2 1,71,71,71,71,7 1,71,71,71,71,7 1,71,71,71,71,7

Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang*Negara Berkembang* 0,4290,4290,4290,4290,429 6,46,46,46,46,4 9,49,49,49,49,4 5,55,55,55,55,5 4,94,94,94,94,9 5,35,35,35,35,3 5,15,15,15,15,1 5,75,75,75,75,7 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 5,45,45,45,45,4 5,45,45,45,45,4 4,94,94,94,94,9 5,15,15,15,15,1 5,35,35,35,35,3

Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika*Kawasan Amerika* 0,3110,3110,3110,3110,311 1,0001,0001,0001,0001,000 3,53,53,53,53,5 4,94,94,94,94,9 1,51,51,51,51,5 2,72,72,72,72,7 1,51,51,51,51,5 2,92,92,92,92,9 1,71,71,71,71,7 1,11,11,11,11,1 0,60,60,60,60,6 0,60,60,60,60,6 1,51,51,51,51,5 2,92,92,92,92,9 3,03,03,03,03,0 2,92,92,92,92,9

AS 0,207 0,664 2,9 3,8 -0,4 1,7 -0,4 1,9 -0,2 -0,9 -1,7 1,0 -0,4 2,0 2,1 2,0

Canada 0,019 0,060 2,0 2,4 0,1 1,3 0,4 1,8 1,2 0,1 -0,7 1,1 0,3 1,8 1,7 1,7

Amerika Lainnya 0,086 0,276 5,5 8,1 6,3 5,4 6,3 5,4 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 5,4 5,4 5,4

Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa*Kawasan Eropa* 0,2790,2790,2790,2790,279 1,0001,0001,0001,0001,000 3,63,63,63,63,6 4,44,44,44,44,4 2,32,32,32,32,3 2,22,22,22,22,2 2,32,32,32,32,3 2,52,52,52,52,5 2,82,82,82,82,8 2,32,32,32,32,3 1,91,91,91,91,9 2,32,32,32,32,3 2,32,32,32,32,3 2,42,42,42,42,4 2,42,42,42,42,4 2,42,42,42,42,4

Kawasan EuroKawasan EuroKawasan EuroKawasan EuroKawasan Euro 0,1520,1520,1520,1520,152 0,5450,5450,5450,5450,545 2,22,22,22,22,2 2,22,22,22,22,2 0,30,30,30,30,3 0,80,80,80,80,8 0,30,30,30,30,3 1,21,21,21,21,2 1,01,01,01,01,0 0,20,20,20,20,2 -0,3-0,3-0,3-0,3-0,3 0,40,40,40,40,4 0,30,30,30,30,3 1,11,11,11,11,1 1,11,11,11,11,1 1,11,11,11,11,1

Jerman 0,041 0,148 2,3 2,8 0,1 0,2 0,3 0,9 0,8 0,3 -0,2 0,6 0,3 1,0 1,1 0,9

Perancis 0,031 0,109 1,6 3,2 0,3 1,1 0,1 1,2 0,6 -0,2 -0,4 0,5 0,1 1,2 1,2 1,1

Italia 0,026 0,092 2,0 3,5 0,8 0,9 0,7 1,5 1,5 0,9 0,2 0,7 0,8 1,4 1,4 1,4

Spanyol 0,020 0,071 2,8 4,1 -0,3 0,9 -0,2 1,4 0,5 -0,7 -0,8 0,7 -0,3 1,5 1,6 1,3

Inggris 0,032 0,113 2,3 3,6 1,9 1,5 2,0 2,0 3,0 2,1 1,3 1,5 2,1 2,3 2,1 2,0

Eropa Lainnya 0,095 0,341 6,4 8,3 5,6 4,7 5,6 4,7 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6 4,7 4,7 4,7

Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik*Kawasan Asia Pasifik* 0,3710,3710,3710,3710,371 1,0001,0001,0001,0001,000 4,54,54,54,54,5 6,76,76,76,76,7 2,72,72,72,72,7 3,03,03,03,03,0 2,42,42,42,42,4 3,23,23,23,23,2 3,13,13,13,13,1 2,12,12,12,12,1 1,71,71,71,71,7 2,42,42,42,42,4 2,52,52,52,52,5 2,92,92,92,92,9 3,13,13,13,13,1 3,43,43,43,43,4

Jepang 0,061 0,166 0,0 1,4 -1,1 -0,8 -1,2 -0,8 -0,1 -1,1 -2,2 -1,6 -1,2 -0,9 -0,9 -0,9

China 0,120 0,323 4,8 5,9 -0,1 0,6 -0,6 2,4 -0,6 -1,5 -0,9 0,7 -0,6 1,8 2,2 2,6

India 0,049 0,132 6,4 8,3 8,7 8,4 8,4 6,6 9,4 8,9 8,0 6,5 9,2 6,3 6,2 6,9

Korea 0,019 0,052 2,5 4,7 2,6 2,5 2,8 2,9 3,9 2,8 2,0 2,5 2,8 2,7 2,7 2,9

Australia 0,012 0,031 2,3 4,4 1,6 1,5 1,7 2,3 2,5 1,5 1,0 1,9 1,8 2,4 2,5 2,4

Selandia Baru 0,002 0,004 2,4 4,0 1,5 1,0 2,1 1,7 3,0 1,9 1,0 1,9 2,3 2,0 1,7 2,1

ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN* 0,0390,0390,0390,0390,039 0,1090,1090,1090,1090,109 4,84,84,84,84,8 9,59,59,59,59,5 2,52,52,52,52,5 4,54,54,54,54,5 2,72,72,72,72,7 4,24,24,24,24,2 5,85,85,85,85,8 2,62,62,62,62,6 0,70,70,70,70,7 2,32,32,32,32,3 2,72,72,72,72,7 3,73,73,73,73,7 3,73,73,73,73,7 4,54,54,54,54,5

ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6* 0,0380,0380,0380,0380,038 0,1030,1030,1030,1030,103 4,14,14,14,14,1 9,19,19,19,19,1 2,52,52,52,52,5 4,54,54,54,54,5 2,72,72,72,72,7 4,24,24,24,24,2 5,95,95,95,95,9 2,62,62,62,62,6 0,60,60,60,60,6 2,22,22,22,22,2 2,72,72,72,72,7 3,73,73,73,73,7 4,44,44,44,44,4 4,54,54,54,54,5

Singapura 0,003 0,009 2,1 6,5 -0,2 1,6 0,1 1,6 2,1 -0,5 -0,6 -0,6 0,2 0,6 1,9 1,7

Thailand 0,008 0,021 2,2 5,5 -1,2 2,1 -0,9 2,6 -0,3 -2,8 -1,8 1,3 -0,8 2,4 2,7 2,8

Philipina 0,005 0,012 2,8 9,3 2,8 4,0 3,1 4,4 6,9 3,2 0,7 2,1 3,1 3,6 4,3 4,4

Malaysia 0,005 0,015 2,0 5,4 -0,1 1,2 0,6 1,9 3,7 1,3 -2,2 0,0 0,7 1,5 2,1 2,1

Indonesia 0,013 0,036 6,0 9,8 5,0 6,2 4,8 5,6 8,6 5,6 2,8 3,5 4,8 4,5 5,5 5,8

Vietnam*** 0,004 0,010 8,3 23,1 7,0 11,0 7,2 7,8 14,5 6,2 2,7 5,3 7,1 9,1 9,1 9,1

Asia Pasifik Lainnya 0,069 0,187 8,3 12,6 6,2 5,5 6,2 5,5 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 5,5 5,5 5,5

Kawasan Afrika*Kawasan Afrika*Kawasan Afrika*Kawasan Afrika*Kawasan Afrika* 0,0390,0390,0390,0390,039 1,0001,0001,0001,0001,000 7,07,07,07,07,0 10,510,510,510,510,5 10,310,310,310,310,3 6,76,76,76,76,7 1,81,81,81,81,8 4,14,14,14,14,1 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 1,81,81,81,81,8 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1 4,14,14,14,14,1

% yoy

PangsaTerhadap WEO Oktober 2009 Perkiraan Sebelunnya

Dunia Kawasan

2009 20092007 2008 2009E 2010E 2009 2010

Perkiraan terkini BKSA**

TW1 TW2 TW3 TW42009 2009 2009 2009

2009E2009E 2010E

2010E

TW1 TW22010 2010

Sumber: WEO Oktober 2009, Consensus Forecast November 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007

**) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast November 2009; Perkiraan BKSA berkaitan dengan perkiraan inflasi dunia , negara maju, negara emerging dan kawasanE= ProyeksiCetak miring merupakan angka realisasiIndia menggunakan Tahun Fiskal, angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi

Perbedaan > 0,2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya

Perbedaan < 0,2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya

Page 24: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

12

Tabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan DuniaTabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan DuniaTabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan DuniaTabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan DuniaTabel 2.3 Suku Bunga Kebijakan Dunia

Negara

Suku Bunga Terkini(Pertemuan Terakhir)Des

06Des07

Des08

Des09**)

Tgl Kebijakan Sep-09 Tgl*)Prediksi

Suku BungaLatar Belakang

Pertemuan Berikutnya (2009)

Ekonomi terkontraksi, deflasi,pasar keuangan masih relatifketatEkonomi terkontraksi, inflasimenurun, pasarkeuangan relatif ketatEkonomi terkontraksi, inflasimenurun, pasar keuanganrelatif ketatEkonomi terkontraksi, deflasi

Ekonomi terkontraksi, inflasimenurun, pasar keuanganrelatif ketatEkonomi terkontraksi, inflasimereda, pasar keuanganketat dan volatileEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan,pasar keuangan relatif ketat

Ekonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan,pasar keuangan relatif ketatEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan,pasar keuangan relatif ketat -

Ekonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepanEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepanEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepanEkonomi terkontraksi, InflasimeredaEkonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan . . .

. . .

Ekonomi membaik, risikotekanan inflasi kedepan

5,25 4,25 0,25 0,125 23 Sept Flat 0-0,25 4 Nov Flat

3,50 4,00 2,50 1,00 3 Sept Flat 1,00 8 Okt Flat

5,00 5,50 2,00 0,50 10 Sept Flat 0,50 8 Okt Flat

0,25 0,5 0,1 0,10 17 Sept Flat 0,10 14 Okt Flat

6,25 6,75 4,25 3,00 1 Sept Flat 3,00 6 Okt Flat

. . . 8,25 5,00 2,50 10 Sept Flat 2,50 29 Okt Flat

4,50 5,00 3,00 2,00 9 Sept Flat 2,00 9 Sept Flat

6,12 7,47 5,31 5,31 22 Des Flat 5,31 n/a Flat

6,00 4,75 28 Juli Flat 4,75 27 Okt Flat

9,75 8,00 9,25 - 3 Sept Flat 6,50 5 Okt -

3,54 3,50 3,25 2,00 25 Agst Flat 2,00 20 Okt Flat

4,90 3,25 2,75 1,25 26 Agst Flat 1,25 21 Okt Flat

7,50 5,25 5,50 4,00 20 Agst Flat 4,00 28 Okt Flat

13,25 11,25 13,75 8,75 2 Sept Flat 8,75 21 Okt Flat

7,00 7,50 8,25 4,50 21 Agst Flat 4,50 16 Okt Flat

n/a 5,50 n/a n/a 15 Jan Flat 2,00 n/a . . .

11,00 11,0 13,00 n/a 10 Juli Flat 11,00 n/a -

9,00 12,00 11,50 7,00 22 Sept Flat 7,00 . . . Flat

Negara MajuNegara MajuNegara MajuNegara MajuNegara Maju1 AS

(Fed fund rate)

2 Euro(Refinancing rate)

3 Inggris(Base rate)

4 Jepang(O/N call rate)

5 Australia(Cash rate)

6 New Zaeland(Cash rate)

7 Korsel(O/N call rate)

Negara BerkembangNegara BerkembangNegara BerkembangNegara BerkembangNegara Berkembang8 China

(1 year lending rate)

9 India(Repo rate)

10 Indonesia(BI rate)

11 Malaysia(O/N policy rate)

12 Thailand(1D repo)

13 Phillipina(O/N policy rate)

14 Brazil(Selic rate)

15 Mexico(Target rate)

16 Saudi Arabia(Repo rate)

17 Rusia(Refinancing rate)

18 Afrika Selatan(Repo rate)

(%)

*) Berdasarkan survei Bloomberg (AS, Euro, Inggris, dan Jepang) dan JP Morgan Agustus 2009.**) Berdasarkan prediksi JP Morgan September 2009.

No

Page 25: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

13

tumbuh 1,5% yoy di 2010 (WEO-IMF,

Oktober-09).

Berbagai upaya untuk membawa

ekonomi Amerika keluar dari resesi terdalam

sejak Great Depression di 1930-an mulai

membuahkan hasil. Kontraksi ekonomi AS di

TW3-09 melambat dari minus 3,8% yoy

menjadi minus 2,3% yoy (Grafik 2.12).

Setelah anjlok sejak September-08, konsumsi

domestik mulai meninggalkan teritori negatif

dan menyentuh level 0% yoy. Hal ini

terutama didorong oleh konsumsi atas

produk jasa (menguasai sekitar 65%

konsumsi nasional) yang untuk pertama

kalinya sepanjang 2009 tercatat tumbuh

0,4%. Walaupun masih lemah, investasi juga

mulai beranjak dari kondisi terburuknya.

Kontraksi investasi mencapai 24,8% yoy,

melambat dari minus 28,1% yoy triwulan

sebelumnya. Perlambatan kontraksi investasi

terjadi baik di kategori residensial dan non-

residensial (khususnya investasi peralatan dan

perangkat lunak).

B. AMERIKA SERIKAT

Didorong oleh berbagai kebijakan

moneter dan fiskal yang akomodatif, ekonomi

AS secara perlahan mulai meninggalkan titik

terendahnya. Kontraksi PDB di TW3-09

melambat menjadi minus 2,3% yoy,

dibandingkan triwulan sebelumnya (minus

3,8% yoy). Walaupun masih di level rendah,

tanda-tanda pemulihan permintaan domestik

maupun sektor eksternal semakin terlihat.

Tekanan di sektor perumahan juga berangsur-

angsur reda walaupun masih jauh dari kondisi

sebelum krisis. Namun angka pengangguran

yang tinggi serta tren deflasi yang terus

berlanjut mengindikasikan pemulihan AS dari

keterpurukan ekonomi masih belum stabil.

Memperhatikan perkembangan tersebut,

respon kebijakan suku bunga rendah serta

kebijakan akomodatif lainnya tetap

dipertahankan untuk dalam jangka pendek.

Dilatarbelakangi oleh perkembangan tersebut,

IMF memperkirakan ekonomi AS akan

terkontraksi 2,7% yoy di 2009 dan baru mulai

Grafik 2.12 Indikator PDBGrafik 2.12 Indikator PDBGrafik 2.12 Indikator PDBGrafik 2.12 Indikator PDBGrafik 2.12 Indikator PDB

% yoy % yoy

Sumber: Bloomberg

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

-35-30-25-20-15-10-505101520253035

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Konsumsi Swasta

Impor

PDB

InvestasiPengeluaran PemerintahNet EksporEkspor

Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.13 Indikator Konsumsi

Sumber: Bloomberg

% yoy

Pengeluaran KonsumenPenjualan RetailPengeluaran KonstruksiPenjualan Kendaraan-rhs

% yoy

-15

-10

-5

0

5

10

15

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

Jan

2005 2006 2007 2008 2009

Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep

Page 26: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

14

3 Indeks di bawah 50 mengindikasikan kontraksi, sementara indeksdi atas 50 mengindikasikan ekspansi.

Walaupun aktivitas belanja konsumen

AS di TW3-09 masih lemah, beberapa

indikator aktivitas konsumsi mulai

menunjukkan tertahannya pemburukan.

Indikator pengeluaran konsumen tercatat

tertahan di minus 0,3% yoy di September-09

(Grafik 2.13). Demikian pula halnya dengan

kontraksi pengeluaran konstruksi dan

penjualan retail yang tertahan masing-masing

di minus 13% yoy dan minus 5,7% yoy di

bulan yang sama. Untuk penjualan retail,

tertahannya pemburukan terutama didorong

oleh penjualan di kelompok toko kelontong

dan departement store serta kelompok jasa

restoran. Walaupun demikian, penjualan

eceran untuk beberapa kelompok masih

terkontraksi, terutama BBM dan produk

otomotif beserta suku cadangnya. Sementara

terkait penjualan kendaraan, berakhirnya

paket stimulus Car Allowance Rebate System

(CARS) pada Agustus-09 berdampak pada

kembali anjloknya penjualan kendaraan

sebesar minus 26,2% yoy (9,22 juta unit) di

September-092. Tanda-tanda optimis

pemulihan ekonomi AS juga tercemin pada

tertahannya tren penurunan tingkat

keyakinan konsumen atas kondisi ekonomi

kedepan walaupun masih di level rendah

(Grafik 2.14).

Dalam periode TW3-09, investasi mulai

membaik walaupun masih berada di teritori

negatif. Kontraksi industri terus melambat

hingga mencapai minus 6,1% yoy di

September-09 (Grafik 2.15). Seiring dengan

hal tersebut, kapasitas utilisasi juga terus

meningkat hingga mencapai 70,5%. Selain

itu, pesanan terhadap produk-produk industri

AS juga mulai mengalir sebagaimana

tercermin dari melambatnya kontraksi

pemesanan barang ke pabrik hingga

mencapai minus 23,2% yoy di bulan yang

sama. Mulai pulihnya pemesanan atas produk

industri AS terjadi hampir di semua kategori

terutama komputer dan barang elektronik,

permesinan dan produk logam. Sejalan

dengan tren tersebut, kontraksi investasi

kedepan diperkirakan tidak akan sedalam

sebelumnya sebagaimana diindikasikan oleh

indeks ISM manufaktur dan non-manufaktur

yang terus meningkat sepanjang TW3-09

hingga masing-masing mencapai 52,6 dan

50,9 di September-093.2 Pada 25 Juni 2009 Pemerintah AS meluncurkan program stimulus

Car Allowance Rebate System, yaitu bantuan s.d USD4500 bagipemilik kendaraan untuk menukar kendaraan lama merekadengan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Alokasi danauntuk program tersebut mencapai USD3 miliar dan berakhir pada24 Agustus 2009.

Grafik 2.14 Tingkat Kepercayaan KonsumenGrafik 2.14 Tingkat Kepercayaan KonsumenGrafik 2.14 Tingkat Kepercayaan KonsumenGrafik 2.14 Tingkat Kepercayaan KonsumenGrafik 2.14 Tingkat Kepercayaan Konsumen

Sumber: Bloomberg

IndeksIndeks

2004 2005 2006 2007 2008 2009

0

20

40

60

80

100

120

Consumer Confidence Conf. Board-lhs

Consumer Confidence Conf. Board (12 MA)-lhs

Consumer Confidence Umich-rhs

Consumer Confidence Umich (12 MA)-rhs0

40

60

80

100

120

20

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep

Page 27: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

15

Sektor perumahan yang merupakan

sumber awal krisis ekonomi global, mulai

menunjukkan pemulihan walaupun masih di

level rendah. Stimulus pemerintah berupa

Federal Housing Tax Credit Program, mampu

menahan keterpurukan penjualan rumah di AS

lebih dalam. Program yang berlangsung

sampai dengan 30 April 2010 ini memberikan

potongan pajak maksimum USD8000 bagi

mereka yang membeli rumah untuk pertama

kalinya, serta maksimum USD6500 bagi

mereka yang membeli rumah untuk kedua

kalinya dan seterusnya. Selain itu, upaya Fed

untuk membeli efek beragun aset (EBA atau

mortgage backed securities/MBS) berdampak

pada turunnya suku bunga KPR. Dengan

dukungan kebijakan tersebut, pasar properti

AS yang sempat mati suri mulai berdenyut

kembali. Sejumlah indikator tidak lagi anjlok,

seperti penjualan rumah baru dan housing

starts yang cenderung bergerak flat sepanjang

TW3-09 (Grafik 2.16). Optimisme masyarakat

mulai bangkit dan mereka kembali tergerak

untuk membeli rumah. Indikator supply rumah

berangsung-angsur turun dari puncaknya 12,4

bulan persediaan di awal 2009 hingga

mencapai 7,5 bulan persediaan di September-

09. Seiring dengan perkembangan tersebut,

harga perumahan AS mulai meninggalkan

level terendahnya. Indeks harga perumahan

S&P Case/Shiller per Agustus-09 tercatat minus

11,32% yoy, turun dari puncaknya (19% yoy)

di Januari-09.

Grafik 2.15 Indikator ProduksiGrafik 2.15 Indikator ProduksiGrafik 2.15 Indikator ProduksiGrafik 2.15 Indikator ProduksiGrafik 2.15 Indikator Produksi

Sumber: Bloomberg

% yoyIndeks

30

35

40

45

50

55

60

65

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

Produksi industri-rhs

ISM Manufacturing-lhsISM Non-Manufacturing-lhsPemesanan barang ke pabrik-rhs

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep

Grafik 2.16 Indikator PerumahanGrafik 2.16 Indikator PerumahanGrafik 2.16 Indikator PerumahanGrafik 2.16 Indikator PerumahanGrafik 2.16 Indikator Perumahan

Sumber: Bloomberg

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

500

1000

1500

2000

2500

Harga median rumah (% yoy)-lhsSupply rumah (dlm bulan)-lhsNew home sales (ribu unit)-rhsHousing starts (ribu unit)-lhs

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei SepSep

2003

Masih buruknya sektor ketenagakerjaan

masih menjadi fokus perhatian ditengah upaya

pemulihan ekonomi AS. Sejak resesi dimulai

pada akhir 2007, setidaknya 7,2 juta lapangan

pekerjaan hilang di negara tersebut. Paket

stimulus Pemerintah AS hanya mampu

menyelamatkan sekitar 640 ribu lapangan

kerja. Akibatnya pengangguran terus

meningkat hingga mencapai 15,1 juta orang

atau 9,8% dari total angkatan kerja di

September-09 (Grafik 2.17). Walaupun

demikian, indikator change in non-farm

payrolls yang menggambarkan lapangan

pekerjaan yang hilang di luar sektor pertanian

cenderung menurun menjadi 219 ribu di

Page 28: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

16

Grafik 2.18 InflasiGrafik 2.18 InflasiGrafik 2.18 InflasiGrafik 2.18 InflasiGrafik 2.18 Inflasi

Sumber: Bloomberg

-12

-9

-6

-3

0

3

6

9

12

-2

-1,5

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2005 2006 2007 2008 2009

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep

IHK (% mom)-rhs IHK (% yoy)

IHK Inti (% yoy) PCE Core (% yoy)PPI (% yoy)

September-09 . Selain itu, jumlah orang yang

mengajukan initial jobless claims selama TW3-

09 juga terus turun dengan rata-rata 560 ribu

orang setiap minggunya, dari rata-rata 627

ribu orang per minggu triwulan sebelumnya.

Kedepan, prospek kondisi ketenagakerjaan

diperkirakan masih suram dan dikhawatirkan

akan mempengaruhi konsumsi dan

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan

dalam beberapa bulan ke depan. Fed

memperkirakan angka pengangguran akan

mencapai sekitar 9,25% di akhir 2010 dan 8%

di akhir 20114.

4 Minutes of the FOMC, 23-24 September 2009.

Grafik 2.17 Indikator Tenaga KerjaGrafik 2.17 Indikator Tenaga KerjaGrafik 2.17 Indikator Tenaga KerjaGrafik 2.17 Indikator Tenaga KerjaGrafik 2.17 Indikator Tenaga Kerja

Sumber: Bloomberg

Ribu Orang(%)

Unemployment Rate-lhsChange in Non-farm Payrolls 12 MA-rhsChange in Non-farm Payrolls-rhs

-800

-600

-200

0

200

400

600

400

4

5

6

7

8

9

10

11

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei SepSep

2003

Sementara itu, diluar pangan dan energi masih

tercatat kenaikan harga sebagaimana

ditunjukkan oleh indikator PCE Core per

September-09 yang tumbuh positif 1,5% yoy

atau sesuai dengan rentang proyeksi Fed5.

Perkembangan ini mengindikasikan bahwa

deflasi hanya bersifat sementara yang dipicu

terutama oleh harga komoditi di dunia yang

masih berada di level rendah.

Tren deflasi terus berlanjut hingga TW3-

09. Setelah mencapai titik terendahnya di

pertengahan 2009, deflasi di tingkat

konsumen (IHK) maupun produsen (PPI)

masing-masing melambat hingga minus 1,3%

yoy dan minus 4,8% yoy di September-09

(Grafik 2.18). Penurunan harga terutama

terjadi atas kelompok energi dan transportasi.

5 Proyeksi Fed untuk PCE Core AS di 2009 berada di sisaran 1,0s.d 1,5% yoy.

Walaupun indikasi pemulihan mulai

terlihat, kondisi ekonomi yang masih lemah

dan ruang penurunan suku bunga yang

semakin terbatas mendorong Fed untuk

mempertahankan suku bunga kebijakannya

pada kisaran 0-0,25% sepanjang TW3-09

(Grafik 2.19). Selain itu, Fed telah memutuskan

untuk meneruskan kebijakan yang akomodatif

seperti pembelian US Treasury, Agency

Mortgage Backed Securities dan Agency Debt

masing-masing sebesar USD300 miliar,

USD1,25 triliun dan USD200 miliar. Khusus

untuk pembelian US Treasury, telah diputuskan

Page 29: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

17

gencarnya kebijakan stimulus fiskal untuk

menyelamatkan perekonomian. Sampai

dengan September-09, Pemerintah AS telah

menghabiskan USD207 miliar dari USD787

miliar stimulus fiskal. Sebanyak USD84 miliar

telah digunakan untuk pengurangan pajak,

USD52 miliar untuk hibah dan pinjaman, serta

USD71 juta diberikan dalam bentuk tunjangan

baik itu untuk kesehatan, ketenagakerjaan dan

sebagainya. Pada tahun fiskal 2010

mendatang, Pemerintah AS telah berencana

untuk merealisasikan stimulus fiskal tersebut

sampai dengan 70%. Dengan kondisi tersebut,

diperkirakan defisit fiskal AS dalam beberapa

tahun kedepan akan tetap tinggi, yaitu diatas

USD500 miliar.

Kontraksi ekspor dan impor

menunjukkan tren yang terus melambat.

Ekspor barang dan jasa di September-09

tercatat terkontraksi 13,2% yoy, lebih baik dari

kontraksi 22,7% yoy di akhir TW2-09 (Grafik

2.20). Kontraksi impor juga melambat hingga

20,6% yoy, dari kontraksi 28,5% yoy di akhir

TW2-09. Mulai membaiknya kinerja ekspor

didorong pula oleh rendahnya nilai tukar USD

terhadap mata uang utama lainnya yang

membuat produk-produk AS menjadi lebih

kompetitif di pasar luar negeri. Melambatnya

kontraksi ekspor terjadi hampir di semua

kategori, terutama barang-barang modal,

barang-barang industri dan barang-barang

konsumsi/consumer goods. Kenaikan nilai

ekspor yang lebih rendah dari nilai impor

berdampak pada sedikit melebarnya defisit

neraca perdagangan AS yang mencapai

USD36,5 miliar di September-09.

untuk memperpanjang jangka waktu

pembelian hingga akhir Oktober-09, dari

rencana semula September-09. Untuk

mendorong pemulihan ekonomi, diperkirakan

suku bunga yang rendah masih akan

dipertahankan sampai dengan 2010.

Grafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBORGrafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBORGrafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBORGrafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBORGrafik 2.19 Suku Bunga Kebijakan & LIBOR

Sumber: Bloomberg

(%)

0

1

2

3

4

5

6

7

2005 2006 2007 2008 200920042003

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei SepJan Mei SepSep

Fed Fund Rate

Discount WindowLibor 3M

Seiring dengan ekspansifnya stimulus

fiskal yang diluncurkan, defisit anggaran

pemerintah AS membengkak hingga mencapai

USD1,42 triliun (10% PDB) untuk tahun fiskal

2009 yang berakhir di September-09. Nilai ini

jauh lebih besar dari tahun sebelumnya yang

mencatat defisit USD454,8 miliar atau 5,3%

PDB. Penerimaan pemerintah turun dibanding

periode yang sama tahun lalu seiring turunnya

penerimaan pajak yang memiliki pangsa 50%

dari total penerimaan pemerintah. Turunnya

penerimaan pajak tersebut disebabkan oleh

masih rendahnya penghasilan rumah tangga

serta adanya berbagai macam stimulus

keringanan pajak masyarakat berpendapatan

menengah ke bawah. Sementara itu,

pengeluaran pemerintah membengkak seiring

Page 30: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

18

Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Outlook. Walaupun indikasi awal

pemulihan ekonomi semakin tampak, kegiatan

ekonomi diperkirakan akan berjalan lambat

seiring dengan lapangan pekerjaan yang masih

terbatas. Aktivitas konsumsi dan investasi

diharapkan terus menunjukkan tren

peningkatan. Namun ketidakpastian masih

membayangi proses pemulihan ekonomi

karena sektor keuangan yang belum pulih

sepenuhnya dan angka pengangguran yang

mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah

ekonomi AS. Oleh sebab itu berbagai kebijakan

akomodatif yang diluncurkan baik oleh

Pemerintah AS maupun Fed masih dibutuhkan

untuk menopang pemulihan ekonomi dengan

tetap memperhatikan sustainabilitas fiskal dan

ancaman inflasi. Dengan perkembangan

tersebut, IMF memprediksi ekonomi AS baru

akan tumbuh positif pada 2010 sebesar 1,5%

yoy (WEO-IMF, Oktober 2009).

C. EROPA

Kinerja ekonomi kawasan Eropa secara

keseluruhan mulai menunjukkan indikasi awal

tertahannya pemburukan (Tabel 1). Kontraksi

PDB Kawasan Eropa di TW3-09 tertahan dari

minus 5,1% yoy di TW2-09 menjadi minus

4,6% yoy. Berbagai stimulus fiskal dan

moneter yang diluncurkan negara kawasan

sejak awal 2009 diperkirakan mulai mampu

menahan kontraksi ekonomi lebih dalam.

Walaupun aktivitas investasi domestik masih

relatif lemah namun konsumsi masyarakat

mulai sedikit membaik. Sementara

pemburukan aktivitas ekspor juga sedikit

tertahan oleh mulai menguatnya permintaan

dari negara emerging. Seiring dengan belum

pulih sepenuhnya aktivitas ekonomi dan relatif

rendahnya harga komoditi, inflasi di Kawasan

Eropa di TW3-09 menurun. Inflasi Inggris terus

menunjukkan tren menurun. Bahkan ekonomi

Kawasan Euro mulai memasuki periode

deflasi. Guna mendukung proses pemulihan

ekonomi, bank sentral di Kawasan Eropa

selama TW3-09 menempuh suku bunga

kebijakan tetap. Dari sisi eksternal,

pemburukan di sektor eksternal mulai

tertahan seiring mulai sedikit meningkatnya

permintaan dunia. Kedepan kinerja ekonomi

diperkirakan akan terus mengalami perbaikan

sebagaimana tercermin pada sejumlah

indikator ekonomi yang pemburukannya

mulai tertahan dan tidak seburuk perkiraan

awal. Secara keseluruhan, PDB Kawasan Eropa

di 2009 tumbuh minus 4,5% yoy dan di 2010

diproyeksikan sudah mampu tumbuh positif

(Tabel 2.1).

Grafik 2.20 Neraca PerdaganganGrafik 2.20 Neraca PerdaganganGrafik 2.20 Neraca PerdaganganGrafik 2.20 Neraca PerdaganganGrafik 2.20 Neraca Perdagangan

Sumber: Bloomberg

Ekspor-rhs

Impor-rhs

% yoyMiliar USD

-70,0

-65,0

-60,0

-55,0

-50,0

-45,0

-40,0

-35,0

-30,0

-25,0

-20,0

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

Neraca Perdagangan-lhs

Page 31: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

19

Kawasan Euro

Kontraksi ekonomi Kawasan Euro di

TW3-09 diperkirakan tidak sedalam beberapa

periode sebelumnya. PDB kawasan di TW3-09

terkontraksi menjadi minus 4,1% yoy, sedikit

membaik dari minus 4,8% yoy triwulan

sebelumnya. Ekonomi Jerman, Perancis, Italia,

dan Spanyol yang merupakan 4 ekonomi

terbesar kawasan di TW3-09 menunjukkan

pemburukan yang tertahan. Tertahannya

pemburukan yang cukup signifikan terjadi

pada PDB Jerman dan Italia yang masing-

masing terkontraksi menjadi minus 4,8% yoy

(di TW2-09 minus 5,8% yoy) dan minus 4,6%

yoy (di TW2-09 minus 5,9% yoy). Perbaikan

tersebut terutama disebabkan oleh konsumsi

domestik yang mulai tertahan pemburukannya

sebagai dampak stimulus fiskal.

Sepanjang TW3-09 kontraksi aktivitas

konsumsi tertahan sebagaiman tercermin

dari sejumlah indikator konsumsi. Indikator

penjualan kendaraan bermotor tumbuh

menguat dari rata-rata 1,9% yoy selama

TW2-09 menjadi rata-rata tumbuh 9,3% yoy

selama TW3-09. Perdagangan ritel juga mulai

tertahan pemburukannya dari rata-rata minus

17,0% yoy di TW2-09 menjadi minus 14,8%

yoy selama TW3-09. Kebijakan stimulus fiskal

berupa pemotongan pajak bagi pembelian

kendaraan baru dianggap mampu

meningkatkan pengeluaran konsumen.

Perkembangan yang sama juga tercermin

pada indikator PMI ritel yang terus

menunjukkan perbaikan. Selain itu, seiring

masih meningkatnya pengangguran,

beberapa perusahan ritel antara lain

Grafik 2.21 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.21 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.21 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.21 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.21 PDB dan Indikator Leading

% yoyIndeks

PDBForecast

Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast

2005 2006 2007 2008 2009 2010

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan

PDB (rhs)Economic Confidence (lhs)ZEW Survey (lhs)

Grafik 2.22 Komponen PDBGrafik 2.22 Komponen PDBGrafik 2.22 Komponen PDBGrafik 2.22 Komponen PDBGrafik 2.22 Komponen PDB

Sumber : Bloomberg

% yoy

2006 2007 2008 2009TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

Net Ekspor

InvestasiKonsumsiPDB Growth

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

TW 2

Carrefour SA memberikan potongan harga

untuk menstimulus konsumsi. Namun

demikian penjualan ritel pada September-09

terkontraksi kian dalam menjadi minus 3,1%

yoy dari minus 1,9% yoy di akhir TW2-09

seiring masih lemahnya daya beli masyarakat

(Grafik 2.23). Pemburukan ekonomi kedepan

diperkirakan semakin tertahan. Hal ini

ditandai oleh indeks kepercayaan ekonomi di

September-09 yang meningkat, tercatat

sebesar 82,8 dari 80,8 periode sebelumnya.

Selain itu, indeks ZEW Survey juga

menunjukkan perbaikan ke level 59,6 dari

54,9 periode sebelumnya (Grafik 2.21).

Page 32: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

20

Grafik 2.24 Indikator InvestasiGrafik 2.24 Indikator InvestasiGrafik 2.24 Indikator InvestasiGrafik 2.24 Indikator InvestasiGrafik 2.24 Indikator Investasi

Grafik 2.25 Indikator KetenagakerjaanGrafik 2.25 Indikator KetenagakerjaanGrafik 2.25 Indikator KetenagakerjaanGrafik 2.25 Indikator KetenagakerjaanGrafik 2.25 Indikator Ketenagakerjaan

Sumber : Bloomberg

% yoy %

2005 2006 2007 2008 2009

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Kapasitas Utilisasi (rhs) Produksi Industri-12 MA (lhs)

Konstruksi-12 MA (lhs) Pesanan Industri-12 MA (lhs)

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

-30Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul

Sumber : Bloomberg

% yoy Indeks

7

7,5

8

8,5

9

9,5

10

Pengangguran (lhs)

PMI Employment (rhs)

Sentimen Ekonomi (rhs)

40

50

60

70

80

90

100

110

120

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

Berbeda dengan sejumlah indikator

konsumsi, aktivitas investasi kawasan di TW3-

09 masih relatif lemah. Produksi industri di

Agustus-09 tumbuh minus 14,3% yoy, turun

dari minus 11,9 triwulan sebelumnya (Grafik

2.24). Di periode yang sama, pesanan Industri

melemah menjadi minus 25,3% yoy, dari

minus 21,55%, dan konstruksi tumbuh minus

8,8% yoy turun dari minus 7,8% yoy.

Sementara itu, kapasitas utilisasi TW3-09

masih berada di level yang rendah di kisaran

70%, terendah dalam 8 tahun terakhir.

Aktivitas ekonomi yang belum

sepenuhnya pulih diperkirakan masih menekan

sektor tenaga kerja. Pada akhir TW3-09,

tingkat pengangguran di kawasan tercatat

9,7% yoy, lebih tinggi dari 9,4% di triwulan

sebelumnya (Grafik 2.25). Peningkatan

pengangguran tertinggi dialami oleh Spanyol

sebesar 19,3% yoy dan Irlandia 13%,

sementara di Jerman, negara yang memiliki

porsi ekonomi terbesar kawasan, tertahan di

level 7,6% yoy. Namun demikian, secara

bulanan pengangguran mulai menunjukkan

tren pertumbuhan yang mulai tertahan. Hal

ini diindikasikan dari indeks PMI Employment

yang tertahan di level 47,4 dan indeks

Unemployment Forecast yang cenderung

menurun.

Kinerja sektor eksternal Kawasan Euro

selama TW3-09 sedikit membaik. Surplus

neraca perdagangan melebar sementara kinerja

ekspor dan impor membaik meskipun masih

terkontraksi cukup dalam. Belum pulihnya

permintaan global terutama dari mitra dagang

utama kawasan (Inggris, Amerika, dan China)

berdampak pada permintaan ekspor yang

Grafik 2.23 Indikator KonsumsiGrafik 2.23 Indikator KonsumsiGrafik 2.23 Indikator KonsumsiGrafik 2.23 Indikator KonsumsiGrafik 2.23 Indikator Konsumsi

Sumber : Bloomberg

1Jan

% yoy Indeks

-40

-30

-20

-10

0

10

20

0

10

20

30

40

50

60

1Sep

1Mei

2005 2006 2007 2008 2009

1Jan

1Sep

1Mei

1Jan

1Sep

Penjualan Ritel (lhs)Penjualan Kendaraan (lhs)Kepercayaan Konsumen (lhs)Kepercayaan Perdagangan Ritel (lhs)PMI Ritel (rhs)

Page 33: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

21

masih mengalami kontraksi. Rata-rata

pertumbuhan ekspor di Agustus-09 sebesar

minus 21% yoy, membaik dari minus 22,9%

periode sebelumnya. Sementara rata-rata

pertumbuhan impor tercatat minus 27,4% yoy,

memburuk dari minus 25,4% periode

sebelumnya. Kontraksi nilai impor yang lebih

tinggi dibandingkan ekspor dibandingkan

periode sebelumnya menyebabkan surplus

neraca perdagangan meningkat sebesar

USD6,995 miliar dari USD1,67 miliar periode

sebelumnya (Grafik 2.26).

perumahan sebesar minus 1,6% yoy dari

minus 0,5% (Grafik 2.27). Sementara di

periode yang sama inflasi inti Kawasan Euro

turun menjadi 1,2% yoy dari 1,4% triwulan

sebelumnya. Inflasi hingga akhir tahun 2009

diperkirakan berada di level moderat seiring

mulai meningkatnya aktivitas ekonomi di

sejumlah negara kawasan (Grafik 2.29).

Grafik 2.26 Perdagangan EksternalGrafik 2.26 Perdagangan EksternalGrafik 2.26 Perdagangan EksternalGrafik 2.26 Perdagangan EksternalGrafik 2.26 Perdagangan Eksternal

Selama TW3-09 kawasan Euro mulai

memasuki periode deflasi. Berdasarkan data

Eurostat, inflasi kawasan di akhir TW3-09

tercatat minus 0,3% yoy, turun dari minus

0,1% triwulan sebelumnya. Deflasi terutama

dipicu oleh negara Jerman (minus 0,5% yoy),

Perancis (minus 0,4% yoy), dan Spanyol (minus

(minus 1,0% yoy). Berdasarkan komponennya,

deflasi kawasan terutama disumbang oleh

penurunan harga komponen makanan yang

tercatat sebesar minus 1,3% yoy dari minus

0,2% triwulan sebelumnya dan komponen

Grafik 2.27 InflasiGrafik 2.27 InflasiGrafik 2.27 InflasiGrafik 2.27 InflasiGrafik 2.27 Inflasi

Sumber : Bloomberg

% yoy% yoy

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-17

-12

-7

-2

3

8

13

18

23

Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul

PerumahanEnergiInti

IHK

Makanan, Alkohol & Tembakau

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Bloomberg

% yoy

-10000

-8000

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

8000

Balance SA (rhs)

Ekspor SA (lhs)

Impor SA (lhs)

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep2007 2008 2009

Miliar USD

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

Ditengah masih rendahnya inflasi dan

aktivitas ekonomi, ECB kembali

mempertahankan suku bunga 1% yoy selama

TW3-09 (Grafik 2.28). Hal ini dilatarbelakangi

oleh masih rendahnya tekanan inflasi dan

Grafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan InflasiGrafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan InflasiGrafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan InflasiGrafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan InflasiGrafik 2.28 Suku Bunga Kebijakan dan Inflasi

Sumber : Bloomberg

% yoy

2005 2006 2007 2008 2009

-1

0

1

2

3

4

5

Policy Rate (lhs)IHK (lhs)

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

Page 34: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

22

permintaan domestik. Deflasi yang sebelumnya

diperkirakan hanya bersifat sementara, belum

menunjukkan sinyal peningkatan hingga akhir

TW3-09. Dengan ekspektasi inflasi yang masih

rendah, suku bunga kebijakan yang rendah

diperkirakan masih terus bertahan hingga

pertengahan tahun 2010.

Stimulus fiskal diperkirakan masih akan

diluncurkan oleh negara kawasan guna

menjaga momentum pemulihan ekonomi.

Namun defisit anggaran pemerintah yang

semakin membengkak menjadi ancaman

tersendiri yang pada akhirnya dikhawatirkan

membayangi proses pemulihan. Defisit

anggaran pemerintah di tahun 2008 mencapai

2% dari PDB, lebih besar dari perkiraan

sebelumnya 1,9% dari PDB dan diperkirakan

akan terus membengkak di 2009. Setidaknya

sekitar 20 negara di kawasan termasuk

Jerman, Perancis, dan Spanyol diperkirakan

akan melampaui batas maksimum defisit

anggaran sebesar 3% di tahun 2009.

Perkembangan pasar keuangan

kawasan di TW3-09 semakin stabil. Suku

bunga LIBOR 3 bulan yang semakin menurun

dan dibawah suku bunga kebijakan

menyebabkan spread kedua suku bunga

tersebut semakin menyempit. Selain itu yield

obligasi pemerintah jangka waktu 10 tahun

selama TW3-09 terus menurun dan stabil di

kisaran 3,2%-3,8%. Sementara indeks Dow

Jones Eurostoxx terus meningkat dengan tren

yang positif dan penutupan indeks di akhir

TW3-09 sebesar 2872, lebih tinggi

dibandingkan penutupan indeks 2401 periode

sebelumnya (Grafik 2.29).

OutlookOutlookOutlookOutlookOutlook. Ekonomi Kawasan Euro di sisa

2009 diperkirakan masih terkontraksi namun

tidak sedalam periode sebelumnya. Secara

keseluruhan, PDB di 2009 diperkirakan

terkontraksi menjadi minus 4,1% yoy (WEO-

IMF, Oktober-09). Kedepan, aktivitas ekonomi

diperkirakan semakin solid seiring sinyal

pemulihan ekonomi yang semakin kuat

yang tercermin dari meningkatnya indeks

kepercayaan ekonomi dan indeks ZEW survey

yang mulai memasuki zona ekspansi (Grafik

2.21). Kinerja ekonomi diperkirakan secara

bertahap mulai merangkak naik dan mulai

tumbuh positif di triwulan pertama 2010.

Dengan perkembangan ini, berdasarkan

proyeksi IMF terkini, ekonomi kawasan di

2010 diprediksi mengalami ekspansi sebesar

0,3% yoy.

Setelah sempat mengalami deflasi

selama TW3-09, tekanan inflasi di kawasan

pada triwulan akhir 2009 diperkirakan mulai

bergerak ke level moderat seiring terus

menguatnya aktivitas ekonomi domestik dan

meningkatnya harga komoditas dunia. IMF

memproyeksikan inflasi di 2009 dan 2010

Grafik 2.29 Pasar KeuanganGrafik 2.29 Pasar KeuanganGrafik 2.29 Pasar KeuanganGrafik 2.29 Pasar KeuanganGrafik 2.29 Pasar Keuangan

Sumber : Bloomberg

% yoy Indeks

2007 2008 2009

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

4,5

5,5

2000

3000

4000

5000

1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 82005 20062003 20042001 20022000

Deviasi LIBOR 3M -Policy Rate (LHS)Euro Generic Govt Bond 10 yrs (LHS)Dow Jones Eurostoxx (RHS)

Page 35: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

23

masing-masing tumbuh sebesar 0,3% yoy dan

0,8% yoy (WEO-Oktober-09). Selanjutnya ECB

diperkirakan masih akan melanjutkan

kebijakan moneter longgar dengan

menerapkan suku bunga yang rendah dan

pembelian covered bonds untuk mendorong

penyaluran kredit perbankan dan menstimulus

konsumsi dan investasi.

Inggris

Kontraksi ekonomi Inggris di TW3-09

mulai tertahan menjadi minus 5,2% yoy,

membaik dari minus 5,6% triwulan

sebelumnya (Grafik 2.30). Membaiknya

ekonomi terutama disumbang oleh

tertahannya pemburukan permintaan

domestik sebagai dampak dari stimulus fiskal.

Pemburukan aktivitas konsumsi di TW3-09

mulai tertahan sebagaimana tercermin dari

membaiknya beberapa indikator konsumsi.

Indikator penjualan kendaraan meningkat

pesat, tumbuh 11,4% yoy dari minus 15,7%

triwulan sebelumnya. Indeks penjualan ritel

tetap tumbuh sebesar 2,4% yoy.

Perkembangan tersebut sejalan dengan

peningkatan optimisme konsumen

sebagaimana tercemin dari indikator GfK

Confidence Index yang membaik dari level

minus 25 triwulan sebelumnya menjadi minus

16 (Grafik 2.32).

Aktivitas investasi d TW3-09 juga

menunjukkan indikasi perbaikan seiring

dengan membaiknya beberapa indikator

utama investasi. Kontraksi indeks produksiGrafik 2.30 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.30 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.30 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.30 PDB dan Indikator LeadingGrafik 2.30 PDB dan Indikator Leading

Grafik 2.31 PDBGrafik 2.31 PDBGrafik 2.31 PDBGrafik 2.31 PDBGrafik 2.31 PDB

Sumber : Bloomberg

PDB (lhs)UK Conf Board (rhs)Rata-rata ESI Jk. Panj. (rhs)

Economic Sentiment (rhs)

% yoy Indeks

Proyeksi

50

60

70

80

90

100

110

120

2006 2007 2008 2009

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2010

Sumber : Bloomberg

HH Expend (lhs)Gov Expend (lhs)

NetExports (lhs)Investment (lhs)

PDB yoy (rhs)

% yoyMiliar USD

-50000

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

31Mar

30Jun

30Sep

31Des

31Mar

30Jun

30Sep

31Des

31Mar

30Jun

30Sep

31Des

31Mar

30Jun

30Sep

31Des

31Mar

30Jun

2006 2007 2008 2009 2010

Proyeksi

Grafik 2.32 Indikator Konsumsi Grafik 2.32 Indikator Konsumsi Grafik 2.32 Indikator Konsumsi Grafik 2.32 Indikator Konsumsi Grafik 2.32 Indikator Konsumsi

Sumber : Bloomberg

% yoy Indeks

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

-40

-30

-20

-10

0

10

20

Sept-09 :Retail Sales: 2,4% yoyVehicle Sales: 11,4% yoyGfk Cons Confid : -16

Penj Ritel (lhs)Penj Kendaraan (lhs)

Pengangguran (lhs)GfK Cons Confidence (rhs)

2006 2007 2008 2009

1Feb

1Sep

1Apr

1Nov

1Jun

1Jan

1Ags

Page 36: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

24

industri dan manufaktur semakin melambat,

masing-masing sebesar minus 10,3% yoy dari

minus 10,7% (industri) dan minus 9,4% yoy

dari minus 11,3% yoy (manufaktur) (Grafik

2.33). Indeks PMI manufaktur meningkat ke

level 50 dari level 47,4 triwulan sebelumnya.

Perkembangan yang sama juga terjadi pada

indeks PMI services yang meningkat ke level

55,3 dari level 51,6 triwulan sebelumnya.

yoy. Dengan perkembangan tersebut, BoE

tetap mempertahankan suku bunga kebijakan

selama TW3-09 di level 0,5% yoy.

Grafik 2.33 Indikator InvestasiGrafik 2.33 Indikator InvestasiGrafik 2.33 Indikator InvestasiGrafik 2.33 Indikator InvestasiGrafik 2.33 Indikator Investasi

Dengan relatif masih lemahnya kinerja

ekonomi, laju inflasi IHK di TW3-09 berada

dibawah target inflasi tahunan di kisaran 2%

yoy. Inflasi IHK di TW3-09 tercatat 1,1% yoy,

terus menurun dari 1,8% triwulan sebelumnya

(Grafik 2.34). Penurunan laju inflasi terutama

didorong oleh belum solidnya pemulihan

ekonomi domestik dan masih relatif rendahnya

harga komoditas terutama energi. Berdasarkan

komponennya, penurunan inflasi terutama

disumbang oleh penurunan inflasi makanan

dan perumahan. Inflasi makanan turun ke level

1,6% yoy dari 5,4% yoy triwulan sebelumnya

sementara di periode yang sama inflasi

perumahan turun menjadi 1,1% yoy dari 5,5%

Grafik 2.34 Inflasi IHKGrafik 2.34 Inflasi IHKGrafik 2.34 Inflasi IHKGrafik 2.34 Inflasi IHKGrafik 2.34 Inflasi IHK

% yoy

Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast

2006 2007 2008 2009

0

1

2

3

4

5

6

7

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt

Target InflasiInflasi

Policy rateInflasi Inti

Grafik 2.35 Policy RateGrafik 2.35 Policy RateGrafik 2.35 Policy RateGrafik 2.35 Policy RateGrafik 2.35 Policy Rate dandandandandan Spread Spread Spread Spread Spread LIBORLIBORLIBORLIBORLIBOR

% yoy

Sumber : Bloomberg

0

1

2

3

4

5

6

7

8

% yoy

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6Spread

Policy rate (lhs)Libor 3 Bln (lhs)

Jan MarMei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep2006 2007 2008 2009

Sumber : Bloomberg

Indeks% yoy

2006 2007 2008 2009Mar

-16

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep0

10

20

30

40

50

60

70

PMI Services (rhs)

PMI Manufaktur (rhs)

Produksi Industri (lhs)

Produksi Manufaktur (lhs) Pasar keuangan Inggris mulai

menunjukkan kondisi yang membaik. Harga

berbagai aset keuangan terutama ekuitas terus

meningkat, namun masih dibawah harga

sebelum krisis. Peningkatan diperkirakan

cerminan dari default-free rates yang rendah,

proyeksi pendapatan yang meningkat, dan

equity risk premium yang terus menurun.

Selain itu, spread suku bunga kebijakan dan

Page 37: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

25

LIBOR semakin menyempit menjadi hanya

0,04% yoy dari 0,68% triwulan sebelumnya

(Grafik 2.35).

Pemburukan di sektor eksternal mulai

tertahan. Kontraksi ekspor di TW3-09 mulai

melambat seiring dengan perdagangan

eksternal dengan kawasan Eropa terutama

komoditi makanan dan semi furniture yang

mulai membaik. Kontraksi ekspor tercatat

minus 8% yoy, membaik dari minus 13,4%

yoy triwulan sebelumnya. Sementara itu,

kontraksi impor tercatat minus 11% yoy, dari

minus 14% yoy periode sebelumnya.

Penurunan nilai impor yang lebih tinggi dari

ekspor selama TW3-09 dibandingkan dengan

periode sebelumnya menyebabkan defisit

neraca perdagangan menyempit menjadi

GBP7,66 miliar dari GBP8,6 miliar (Grafik 2.36).

ekonomi, PDB 2010 diprediksi tumbuh 0,9%

yoy. Tekanan inflasi kedepan diproyeksikan

moderat seiring mulai meningkatnya aktivitas

ekonomi domestik dan perkiraan

meningkatnya harga komoditas terutama

energi. Secara keseluruhan inflasi di 2009 dan

di 2010 diperkirakan mendekati kisaran target

2% yoy dengan asumsi proses pemulihan

ekonomi terus berlanjut. Selanjutnya, BOE

diperkirakan baru akan meningkatkan suku

bunga kebijakan setidaknya di semester kedua

2010.

D. AMERIKA LATIN

Sepanjang TW3-09, negara kawasan

Amerika Latin6 semakin menunjukkan tanda-

tanda pemulihan, walaupun tidak secepat

negara di kawasan Asia. Sejumlah program

stimulus fiskal maupun kebijakan moneter

longgar telah mampu menahan laju kontraksi

ekonomi hingga minus 3,1% yoy di TW3-09.

Perbaikan ekonomi di kawasan terutama

didorong oleh mulai membaiknya aktivitas

domestik, terutama di Brazil. Namun tingginya

angka pengangguran masih akan

membayangi proses pemulihan ekonomi

kawasan. Sementara itu, tren penurunan inflasi

terus berlanjut di sejumlah negara kawasan.

Inflasi diperkirakan baru akan mulai meningkat

di 2010 seiring dengan pemulihan ekonomi

global dan kawasan serta mulai merangkaknya

Grafik 2.36 Neraca PerdaganganGrafik 2.36 Neraca PerdaganganGrafik 2.36 Neraca PerdaganganGrafik 2.36 Neraca PerdaganganGrafik 2.36 Neraca Perdagangan

Sumber : Bloomberg

GBP miliar% yoy

-15

-5

5

15

25

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Trade Balance (rhs) Ekspor (lhs) Impor (lhs)

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

II IVIIII II IVIIII II IVIIII II IVIIII II IVIIII II IVIIII II IIII

Outlook.Outlook.Outlook.Outlook.Outlook. Ekonomi Inggris diperkirakan

masih terkontraksi selama 2009 dengan

proyeksi pertumbuhan PDB 2009 sebesar

minus 4,4% yoy (WEO-IMF Oktober 2009).

Seiring dengan terus meningkatnya aktivitas

6 Negara-negara yang termasuk dalam Amerika Latin di sini adalahArgentina, Brazil, dan Meksiko. Pemilihan negara tersebutberdasarkan atas besarnya pangsa PDB negara tersebut terhadapkawasan Amerika Latin. Brazil mempunyai pangsa terbesar (per2007), yaitu 34%, disusul oleh Meksiko (25%) dan Argentina(10%).

Page 38: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

26

harga komoditi global. Oleh sebab itu,

sepanjang TW3-09 bank sentral kawasan

cenderung menempuh kebijakan moneter bias

netral. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor dan

impor negara Amerika Latin masih relatif lemah

seiring belum pulihnya permintaan eksternal.

Dengan perkembangan tersebut, diperkirakan

PDB kawasan akan mencapai minus 0,9% yoy

di 2009 dan kembali tumbuh positif 4,3% yoy

di 2010.

Seiring dengan berlangsungnya proses

pemulihan ekonomi global, kawasan Amerika

Latin mulai menunjukkan pemulihan yang

bertahap. Kontraksi ekonomi kawasan tercatat

melambat dari minus 4,5% yoy di TW2-09

menjadi minus 3,1% yoy di TW3-09 (Tabel

2.4). Kemajuan yang dicapai kawasan tersebut

lebih baik dari yang diperkirakan.

Perkembangan tersebut memberikan

optimisme proyeksi pertumbuhan ekonomi

kawasan 2009 yang meningkat dari minus

3,1% menjadi minus 0,9% yoy. Gencarnya

kebijakan stimulus ekonomi berhasil

mendorong perbaikan aktivitas konsumsi dan

investasi (Grafik 2.38). Lebih lanjut,

membaiknya perkembangan ekonomi

kawasan Amerika Latin terutama ditopang

oleh Brazil yang pulih lebih cepat dan mampu

mempertahankan pertumbuhan positif sebesar

0,1% yoy di 2009. Brazil berhasil

mempertahankan aktivitas domestiknya

dengan berbagai paket stimulus penurunan

Tabel 2.4 PDBTabel 2.4 PDBTabel 2.4 PDBTabel 2.4 PDBTabel 2.4 PDB

Kawasan Amerika Latin*Kawasan Amerika Latin*Kawasan Amerika Latin*Kawasan Amerika Latin*Kawasan Amerika Latin* 5,25,25,25,25,2 3,93,93,93,93,9 -3,4-3,4-3,4-3,4-3,4 3,13,13,13,13,1 -3,1-3,1-3,1-3,1-3,1 3,33,33,33,33,3 -3,6-3,6-3,6-3,6-3,6 -4,5-4,5-4,5-4,5-4,5 -3,1-3,1-3,1-3,1-3,1 0,30,30,30,30,3 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 3,73,73,73,73,7

1 Brazil 5,7 5,1 -0,7 3,5 -0,1 4,2 -1,8 -1,2 -2,0 2,2 0,1 4,6

2 Meksiko 3,3 1,3 -7,3 3,3 -7,1 2,8 -8,0 -10,3 -4,8 -1,5 -1,5 2,9

3 Argentina 8,7 6,8 -2,5 1,5 -2,9 1,8 2,0 -0,8 -2,5 -1,8 -2,7 2,4

NegaraKawasan

No.

% yoy

WEO Oktober 2009 PerkiraanSebelumnya

Perkiraan Terkini

2007 2008 2009E 2010E 2009 2010

2009E**

2009*** 2010***TW1 TW2 TW3 TW42009 2009 2009 2009

Sumber: WEO Oktober 2009, Consensus Forecast September 2009 dan Oktober 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007

**) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast Juni 2009***) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast Oktober 2009Cetak miring merupakan angka realisasiE= Proyeksi

Perbedaan > 0.2% dari Consensus Forecast sebelumnya Perbedaan < 0.2% dari Consensus Forecast sebelumnya

Grafik 2.37 PDB Amerika LatinGrafik 2.37 PDB Amerika LatinGrafik 2.37 PDB Amerika LatinGrafik 2.37 PDB Amerika LatinGrafik 2.37 PDB Amerika Latin

Sumber: Bloomberg, CF Juni-09

(% yoy)

2004 2006 2007 2008 2010

LatamArgentinaBrazil

Meksiko-15

-10

-5

0

5

10

15

Q1 Q2Q3 Q4Q1 Q2 Q3Q4 Q1Q2Q3 Q4 Q1Q2 Q3Q4 Q1Q2 Q3Q4 Q1Q2 Q3Q4 Q1Q2 Q3Q4

2005 2009

Proyeksi

Page 39: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

27

Latin. Sebagai contoh, pemerintah Brazil di

April-09 menerapkan penurunan pajak s.d

10% atas produk-produk keperluan rumah

pajak, ekspansi kredit, dan program

penciptaan lapangan kerja oleh pemerintah.

Dengan perkembangan tersebut,

pertumbuhan ekonomi kawasan diperkirakan

akan semakin menguat di sisa 2009 dan

kembali tumbuh positif di 2010.

Walaupun masih jauh di bawah level

sebelum krisis, aktivitas konsumsi di negara

kawasan Amerika Latin di TW3-09 mulai

menunjukkan pemulihan. Penjualan ritel mulai

meningkat dan kontraksi penjualan kendaraan

berangsur-angsur melambat (Tabel 2.5 dan

Grafik 2.38). Meningkatnya penjualan ritel

kawasan hingga 2,1% yoy terutama didorong

oleh terus menguatnya penjualan ritel di Brazil

dan melambatnya kontraksi penjualan ritel di

Meksiko. Sementara itu, walaupun turun,

penjualan ritel Argentina masih mencatat

pertumbuhan yang positif di periode yang

sama. Membaiknya konsumsi di kawasan juga

tercermin dari penjualan kendaraan, yang

kontraksinya melambat dari minus 12,1% yoy

menjadi minus 4,4% yoy di TW3-09. Paket

stimulus yang antara lain berupa pengurangan

pajak dan ekspansi kredit di masing-masing

negara menjadi faktor dibalik membaiknya

perkembangan konsumsi kawasan Amerika

Grafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.38 Indikator Konsumsi dan InvestasiKawasanKawasanKawasanKawasanKawasan

Sumber: Bloomberg

% yoy, 3MA

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep

2006 2007 2008 2009

PenjualanRetail

PenjualanKendaraan

ProduksiIndustri

Grafik 2.39 Indeks Kepercayaan KonsumenGrafik 2.39 Indeks Kepercayaan KonsumenGrafik 2.39 Indeks Kepercayaan KonsumenGrafik 2.39 Indeks Kepercayaan KonsumenGrafik 2.39 Indeks Kepercayaan Konsumen

Indeks

2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg

Optimis (200) Optimis (100)

70

80

90

100

110

120

130

Indeks

0

10

20

30

40

50

60

70

Brazil, lhs

Meksiko, lhs

Argentina, rhs

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep

Tabel 2.5 Penjualan RitelTabel 2.5 Penjualan RitelTabel 2.5 Penjualan RitelTabel 2.5 Penjualan RitelTabel 2.5 Penjualan Ritel

Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 8,08,08,08,08,0 8,78,78,78,78,7 2,42,42,42,42,4 1,91,91,91,91,9 2,12,12,12,12,1

1 Brazil 9,7 9,4 3,7 5,2 5,4

2 Meksiko 2,7 1,4 -4,6 -6,4 -5,2

3 Argentina 17,2 26,4 16,4 12,8 10,2

NegaraNo

Sumber: BloombergKet: Data indikator konsumsi merupakan data penjualan ritel

Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya

% yoy

Rata-rata

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Page 40: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

28

tangga dan bahan konstruksi. Kebijakan ini

berhasil mendongkrak penjualan ritel dalam

negeri dalam beberapa bulan setelahnya.

Kedepan, diperkirakan pemulihan aktivitas

konsumsi kawasan akan berlanjut

sebagaimana diindikasikan oleh indeks

kepercayaan konsumen yang cenderung

membaik meski masih berada di level rendah

(Grafik 2.39).

Memasuki TW3-09, investasi kawasan

Amerika Latin terus menunjukkan perbaikan.

Kontraksi produksi industri kawasan melambat

dari minus 10,4% yoy menjadi minus 6,7%

yoy (Tabel 2.6 dan Grafik 2.40). Kondisi ini

terjadi di seluruh negara yang dipantau, kecuali

Argentina. Kontraksi produksi industri Brazil

dan Meksiko masing-masing melambat ke

8,3% yoy dan 6,9% yoy, tertolong oleh

implementasi pemotongan pajak di sektor

industri oleh masing-masing pemerintah.

Sementara itu, investasi di Argentina belum

menunjukkan perkembangan yang berarti

seiring masih lemahnya sektor otomotif dan

pengolahan baja. Di TW3-09, kontraksi

produksi industri Argentina tercatat minus

0,9% yoy, sedikit menurun dari minus 0,8%

yoy triwulan sebelumnya.

Sektor ketenagakerjaan di negara

Amerika Latin masih mengkhawatirkan,

terutama di Meksiko (Grafik 2.40). Sepanjang

TW3-09 tingkat pengangguran Meksiko terus

merangkak naik hingga mencapai 6,4%,

tertinggi dalam 14 tahun terakhir dan berada

jauh di atas rata-rata jangka panjangnya 3,6%.

Pengangguran yang tinggi terutama terjadi di

daerah industri dan perkotaan. Kondisi ini

merupakan dampak dari terpuruknya sektor

manufaktur akibat krisis yang memaksa

perusahaan untuk melakukan efisiensi dan

pengurangan tenaga kerja. Di sisi lain,

walaupun masih cukup tinggi, tekanan di

sektor ketenagakerjaan di Brazil diindikasikan

mulai berkurang. Angka pengangguran Brazil

hingga 7,7% di September-09 (level terendah

sepanjang 2009). Indikasi pemulihan

perekonomian Brazil membangkitkan

optimisme perusahaan untuk membuka

lapangan kerja baru yang mencapai 1,03 juta

pekerjaan sampai dengan September-09.

Lapangan kerja baru ini setidaknya mampu

mengkompensasi 800 ribu PHK yang terjadi

selama krisis berlangsung. Kondisi ini sejalan

dengan target pemerintah untuk menciptakan

1 juta lapangan kerja baru di 2009. Target yang

Tabel 2.6 Produksi IndustriTabel 2.6 Produksi IndustriTabel 2.6 Produksi IndustriTabel 2.6 Produksi IndustriTabel 2.6 Produksi Industri

Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 4,74,74,74,74,7 2,12,12,12,12,1 -11,1-11,1-11,1-11,1-11,1 -10,4-10,4-10,4-10,4-10,4 -6,7-6,7-6,7-6,7-6,7

1 Brazil 5,9 3,3 -14,7 -12,3 -8,3

2 Meksiko 2,3 -0,6 -9,8 -11,4 -6,9

3 Argentina 7,4 5,1 -2,3 -0,8 -0,9

NegaraNo

Sumber: Bloomberg

Ket: Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya

% yoy

Rata-rata

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Page 41: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

29

dicanangkan sejak pertengahan 2009 ini

diperkirakan mampu menurunkan tingkat

pengangguran hingga mencapai 7% di akhir

2009.

tarif sektor publik oleh Pemerintah. Sejalan

dengan Meksiko, inflasi IHK Brazil juga turun

hingga mencapai 4,3% yoy di bulan yang sama.

Di negara tersebut, penurunan harga terutama

terjadi di kategori makanan, komunikasi,

transportasi dan personal expenses. Di sisi lain,

inflasi Argentina kembali naik menjadi 6,2%

yoy di akhir TW3-09 dari 5,3% triwulan

sebelumnya. Kenaikan harga terutama terjadi

atas produk pakaian, makanan, dan pendidikan

seiring dengan dimulainya spring-summer

season. Secara keseluruhan, diperkirakan inflasi

kawasan di 2009 dan 2010 masing-masing

akan mencapai 4,6% yoy.

Grafik 2.40 Tingkat PengangguranGrafik 2.40 Tingkat PengangguranGrafik 2.40 Tingkat PengangguranGrafik 2.40 Tingkat PengangguranGrafik 2.40 Tingkat Pengangguran

Sumber: Bloomberg

Rata-rata jk pjg BrazilMeksiko (rhs)

Brazil (lhs)Rata-rata jk pjg ArgentinaRata-rata jk pjg Meksiko

Argentina (lhs)

% yoy

2006 2007 2008 2009

% yoy

0

2

4

6

8

10

12

14

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul

Tren penurunan inflasi di negara

Amerika Latin masih berlanjut, kecuali

Argentina. Secara kawasan, inflasi di akhir

TW3-09 tercatat 4,8% yoy, turun dari 5,2%

yoy triwulan sebelumnya (Tabel 2.7 dan Grafik

2.41). Inflasi IHK Meksiko mengalami

penurunan terbesar hingga mencapai 4,9% yoy

di September-09 sebagai dampak penurunan

Tabel 2.7 Inflasi IHKTabel 2.7 Inflasi IHKTabel 2.7 Inflasi IHKTabel 2.7 Inflasi IHKTabel 2.7 Inflasi IHK

Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 4,74,74,74,74,7 6,36,36,36,36,3 5,25,25,25,25,2 5,05,05,05,05,0 4,84,84,84,84,8 4,84,84,84,84,8

1 Brazil 4,5 5,9 4,8 4,5 4,4 4,3

2 Meksiko 3,8 6,5 5,7 5,4 5,1 4,9

3 Argentina 8,5 7,2 5,3 5,5 5,9 6,2

NegaraNo

Sumber: BloombergKet: *) Berdasarkan prediksi Consensus Forecast-September-09

**) Berdasarkan prediksi Consensus Forecast-Oktober-09Perbedaan >0,2% dari prediksi Consensus Forecast Edisi SebelumnyaPerbedaan<0,2% dari prediksi Consensus Forecast Edisi Sebelumnya

% yoy

Rata-rata

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Grafik 2.41 Inflasi IHKGrafik 2.41 Inflasi IHKGrafik 2.41 Inflasi IHKGrafik 2.41 Inflasi IHKGrafik 2.41 Inflasi IHK

Sumber: Bloomberg

% yoy

2006 2007 2008 2009

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov

ArgentinaLATAM

Brazil Meksiko

Proyeksi

Page 42: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

30

Setelah sebelumnya menempuh

kebijakan moneter yang longgar, sepanjang

TW3-09 bank sentral kawasan cenderung

menempuh kebijakan suku bunga bias netral.

Selama triwulan laporan, bank sentral Brazil

dan Meksiko menahan suku bunga kebijakan

masing-masing di level 8,75% yoy dan 4,5%

yoy (Tabel 2.8 dan Grafik 2.42). Selain adanya

indikasi awal membaiknya aktivitas ekonomi

domestik, keputusan ini diambil dengan tetap

memperhatikan potensi risiko inflasi kedepan.

Khusus Argentina, pertumbuhan M2

Argentina per September-09 tercatat 10,3%

yoy atau berada dalam target yang telah

ditetapkan di 2009 (maksimum 15%).

Ditengah pemulihan ekonomi yang baru

berlangsung secara terbatas serta tingkat

pengangguran yang masih cukup tinggi,

dukungan kebijakan moneter yang akomodatif

masih diperlukan. Oleh sebab itu, diperkirakan

bank sentral kawasan masih akan menahan

suku bunga kebijakan selama beberapa waktu

kedepan.

Kinerja ekspor dan impor negara

Amerika Latin masih lemah dan belum stabil.

Mendekati akhir 2009, kontraksi ekspor

Tabel 2.8 Suku Bunga KebijakanTabel 2.8 Suku Bunga KebijakanTabel 2.8 Suku Bunga KebijakanTabel 2.8 Suku Bunga KebijakanTabel 2.8 Suku Bunga Kebijakan

Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin

1 Brazil 11,25 13,75 8,75 8,75 8,75 22 Okt-09 Flat 8,75 10,75

2 Meksiko 7,5 8,25 4,50 4,50 4,50 16 Okt-09 Flat 4,50 5,25

NegaraNo

Ket: *) Berdasarkan prediksi JP Morgan 23 Oktober 2009Sumber: Bloomberg

% yoy

(Pertemuan Terakhir)Suku Bunga TerkiniAgt-09 Sept-09 Des-07 Des-08

Saat Ini Tanggal Kebijakan

Prediksi *)

Dec-09 Dec-10

Grafik 2.42 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.42 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.42 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.42 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.42 Suku Bunga Kebijakan

Tabel 2.9 EksporTabel 2.9 EksporTabel 2.9 EksporTabel 2.9 EksporTabel 2.9 Ekspor

Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 14,214,214,214,214,2 18,318,318,318,318,3 -23,7-23,7-23,7-23,7-23,7 -25,3-25,3-25,3-25,3-25,3 -29,3-29,3-29,3-29,3-29,3

1 Brazil 8,6 8,0 -19,3 -24,1 -30,5

2 Meksiko 17,1 23,1 -28,7 -31,7 -25,7

3 Argentina 17,1 23,1 -25,3 -12,0 -34,7

NegaraNo

Sumber: Bloomberg

Ket: Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya

% yoy

Rata-rata

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Sumber: Bloomberg

(% yoy)

2006 2007 2008 2009

0

5

10

15

20

25

30

Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar Jul

Brazil(Selic Rate)

M2 Argentina(% yoy)

Meksiko(Overnite rate)

Page 43: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

31

negara di kawasan cenderung meningkat,

kecuali Meksiko (Tabel 2.9, 2.10 dan Grafik

2.43). Secara kawasan ekspor terkontraksi

29,3% yoy, lebih dalam dari kontraksi 25,3%

yoy triwulan sebelumnya. Pelemahan kinerja

ekspor ini disebabkan oleh penurunan ekspor

pertanian Argentina akibat gangguan cuaca

(kekeringan) dan penurunan nilai ekspor Brazil

akibat penguatan mata uang Real. Sementara

itu, kinerja impor kawasan di TW3-09

cenderung membaik. Kontraksi impor

melambat hingga menjadi minus 31,7% yoy.

Perkembangan ini merupakan dampak dari

mulai pulihnya permintaan domestik, terutama

permintaan akan barang-barang modal seiring

mulai pulihnya investasi di kawasan. Namun

demikian, ekspor yang belum sepenuhnya

pulih serta impor yang cenderung meningkat

mengakibatkan penurunan surplus neraca

perdagangan Argentina dan Brazil, serta

meningkatnya defisit neraca perdagangan

Meksiko.

OutlookOutlookOutlookOutlookOutlook. Ekonomi kawasan Amerika

Latin di sisa 2009 diperkirakan akan semakin

membaik didukung oleh mulai pulihnya

permintaan domestik dan berkurangnya

tekanan di sektor eksternal. Walaupun

demikian, angka pengangguran yang tinggi

dan pemulihan ekonomi dunia yang belum

kokoh menjadi faktor risiko yang membayangi

pemulihan ekonomi kawasan tersebut

kedepan. Berdasarkan angka komposit dari

Consensus Forecast Oktober-09, PDB kawasan

secara keseluruhan diperkirakan akan

terkontraksi 0,9% yoy di 2009 dan kembali

tumbuh positif 4,3% yoy di 2010. Tingkat

ketahanan ekonomi yang lebih baik

menyebabkan Brazil menjadi negara yang akan

memimpin dan menopang pemulihan

ekonomi kawasan. Sementara itu, masih

terbatasnya pemulihan aktivitas domestik,

relatif rendahnya harga komoditi dan

pergerakan nilai tukar yang relatif stabil

Tabel 2.10 ImporTabel 2.10 ImporTabel 2.10 ImporTabel 2.10 ImporTabel 2.10 Impor

Kawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika LatinKawasan Amerika Latin 23.323.323.323.323.3 29.729.729.729.729.7 -25.7-25.7-25.7-25.7-25.7 -35.4-35.4-35.4-35.4-35.4 -31.7-31.7-31.7-31.7-31.7

1 Brazil 31.7 44.8 -21.6 -35.6 -33.4

2 Meksiko 10.3 10.0 -27.6 -33.1 -27.7

3 Argentina 30.6 30.8 -35.3 -40.7 -36.3

NegaraNo

Sumber: Bloomberg

Ket: Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya

% yoy

Rata-rata

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Grafik 2.43 Neraca PerdaganganGrafik 2.43 Neraca PerdaganganGrafik 2.43 Neraca PerdaganganGrafik 2.43 Neraca PerdaganganGrafik 2.43 Neraca Perdagangan

Sumber: Bloomberg

Juta USD

2006 2007 2008 2009

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3

Argentina Brazil Meksiko

Page 44: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

32

menyebabkan tekanan inflasi secara

keseluruhan masih akan rendah. Diperkirakan

inflasi kawasan akan mencapai 4,6% yoy baik

di 2009 maupun di 2010.

E. ASIA PASIFIK

Ekonomi Asia Pasifik (Aspac) di TW3-

09 semakin menunjukkan sinyal perbaikan7.

PDB diperkirakan tumbuh 2,6% yoy, naik dari

1,9% triwulan sebelumnya sebagai dampak

dari serangkaian kebijakan moneter dan

stimulus fiskal yang diluncurkan negara

kawasan. Aktivitas konsumsi kawasan masih

solid yang tercermin dari pertumbuhan

penjualan ritel di China dan Vietnam, dan

penjualan automobil di Jepang dan India.

Aktivitas investasi juga mulai menguat terlihat

dari meningkatnya produksi industri (China

dan Vietnam), dan terekspansinya indikator

PMI (China dan Singapura). Seiring dengan

meningkatnya aktivitas permintaan domestik,

peningkatan inflasi kawasan di akhir TW3-09

juga terjadi terutama dipicu oleh kenaikan

harga makanan. Kedepan, risiko kenaikan laju

inflasi terus meningkat dengan membaiknya

aktivitas ekonomi domestik dan mulai

merangkak naiknya harga komoditi. Ditengah

belum pulih sepenuhnya kinerja ekonomi dan

meningkatnya risiko inflasi kedepan, bank

sentral kawasan selama TW3-09 cenderung

menempuh mempertahankan suku bunga

kebijakan. Sementara itu, sektor eksternal

terus membaik sejalan dengan mulai

menguatnya permintaan ekspor terutama

perdagangan intra Asia. Secara keseluruhan,

PDB Aspac 2009 dan 2010 diprediksi tumbuh

masing-masing 2,7% dan 6,0% yoy.

Jepang

Kontraksi ekonomi Jepang di TW3-09

diperkirakan semakin tertahan. Ekonomi di

TW3-09 terkontraksi menjadi minus 5,4% yoy,

dari minus 7,2% yoy di triwulan sebelumnya.

Perbaikan terjadi pada semua komponen PDB.

Mulai membaiknya permintaan ekspor juga

telah membantu sektor ketenagakerjaan

dengan angka pengangguran yang menurun

pada dua bulan terakhir di TW3-09. Deflasi

masih mewarnai ekonomi di TW3-09 seiring

dengan rendahnya daya beli masyarakat

sebagai dampak dari turunnya upah dan

tergerusnya profit perusahaan dan rumah

tangga. Di tengah resesi ekonomi dan

terbatasnya ruang penurunan suku bunga,

suku bunga kebijakan selama TW3-09 kembali

dipertahankan di level 0,1%. Surplus neraca

perdagangan selama TW3-09 sedikit

menyempit dengan kontraksi ekspor dan

impor yang tertahan. Dukungan pemulihan

terus dilakukan melalui paket stimulus

kebijakan baik fiskal maupun quantitative

easing policy. Optimisme perbaikan ekonomi

terus berkembang sebagaimana diindikasikan

dari sinyal positif dari sejumlah indikator

ekonomi. Bahkan IMF merevisi ke atas PDB di

7 Negara-negara yang termasuk dalam Asia Pasifik di sini adalahJepang, China, India, Hong Kong, Indonesia, Korea, Malaysia,Philipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, Uni Emirat Arab,Pakistan dan Australia. Pemilihan negara didasarkan atas besardan pentingnya hubungan dagang negara-negara ini denganIndonesia.

Page 45: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

33

ini dan ekspektasi kedepan yang juga

menunjukkan tren yang membaik. Sementara

setelah sempat menyentuh level terendah di

Desember-08 (26,2), indeks kepercayaan

konsumen rumah tangga di September-09

terus merangkak naik ke level 40,5 yang

merupakan level tertinggi dalam 23 bulan

terakhir.

Aktivitas konsumsi mulai menguat

seiring masih lemahnya daya beli masyarakat.

Kontraksi konsumsi swasta di TW3-09 tumbuh

0,2% yoy sa, dari minus 0,6% yoy sa triwulan

2009, yang semula diprediksi tumbuh minus

6,1% yoy (WEO-IMF, Juli-09) menjadi minus

5,4% yoy (WEO-IMF, Oktober-09).

Berdasarkan perkiraan awal Cabinet

Office-Japan, PDB di TW3-09 tumbuh minus

5,4% yoy dari minus 7,2% yoy sa di TW2-09

(Grafik 2.44). Dibandingkan triwulan

sebelumnya, kontraksi permintaan domestik

dan kontraksi net ekspor sedikit tertahan.

Konsumsi di TW3-09 tumbuh 0,2% yoy dari

minus 0,6% yoy periode sebelumnya.

Sementara kontraksi investasi di TW3-09

sedikit tertahan, menjadi minus 12,7% yoy dari

minus 15,3% yoy di TW1-09. Sementara

pemburukan kinerja ekspor di TW3-09 juga

tertahan, kontraksi menjadi minus 23,7% yoy,

dari minus 29,3% yoy di periode sebelumnya.

Kedepan, kinerja ekonomi menunjukkan sinyal

positif (Grafik 2.45 dan 2.46) yang tercermin

dari leading index yang terus menguat dan

hampir mendekati rata-rata jangka

panjangnya. Indikator ini sejalan dengan

indikator Economy Watcher Survey (EWS) di

September-09 terhadap kondisi ekonomi saat

Grafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 2.44 Pertumbuhan Komponen PDB

Sumber: Bloomberg

% yoy, sa

-55

-45

-35

-25

-15

-5

5

15

2007 2008 2009Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4

InvestasiKonsumsiReal GDP

Net Ekspor

Grafik 2.45 EWS & Leading IndeksGrafik 2.45 EWS & Leading IndeksGrafik 2.45 EWS & Leading IndeksGrafik 2.45 EWS & Leading IndeksGrafik 2.45 EWS & Leading Indeks

Grafik 2.46 Consumer ConfidenceGrafik 2.46 Consumer ConfidenceGrafik 2.46 Consumer ConfidenceGrafik 2.46 Consumer ConfidenceGrafik 2.46 Consumer Confidence

Sumber: Bloomberg

Indeks

0

20

40

60

80

100

120

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005

Rata2 Jk.Panj. EWS-Expectations

Rata2 Jk.Panj. Leading Index

Leading IndexCoincident IndexEWS-Expectations

EWS-Current

Sumber: Bloomberg

Indeks

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005

0

10

20

30

40

50

60

Consumer Conf. HouseholdsConsumer Confidence

Small Business Conf.

Rata2 Jk. Panj. Cons. Confidence

Page 46: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

34

sebelumnya. Indikator pengeluaran rumah

tangga di September-09 tumbuh 1,0% yoy

dari 0,2%% di akhir TW2-09. Sementara itu,

kontraksi penjualan ritel dan perdagangan ritel

di September-09 terus tertahan. Bahkan

penjualan kendaraan bermotor dalam dua

bulan terakhir di TW3-09 tumbuh positif

(Grafik 2.47). Meningkatnya penjualan

kendaraan bermotor terutama didorong

membaiknya penjualan mobil Toyota dan

Honda dampak dari program stimulus

ekonomi berupa subsidi dan kelonggaran

pajak dari pemerintah pada kendaraan hemat

energi dan ramah lingkungan.

masih terkontraksi cukup dalam. Beberapa

indikator investasi domestik terus

menunjukkan sinyal awal tertahannya

pemburukan. Pemburukan indikator produksi

industri, kapasitas utilisasi, dan produksi

kendaraan bermotor di September-09 terus

tertahan (Grafik 2.48). Sementara indikator

«construction order» dan indikator «pemesanan

mesin» yang merupakan leading indicator

investasi modal 3-6 bulan kedepan di

September-09 semakin menunjukkan

tertahannya pemburukan. Indikator

«construction order» tumbuh minus 14% yoy,

dari minus 25,2% yoy di Agustus-09

sementara indikator «pemesanan mesin»

tumbuh minus 22% yoy, dari level terendah

dalam 22 tahun di Mei-09 (-38,3% yoy).

Penurunan permintaan akan barang ekspor

mobil, suku cadang kendaraan bermotor, dan

elektronik tidak setajam periode sebelumnya.

Grafik 2.47 Indikator KonsumsiGrafik 2.47 Indikator KonsumsiGrafik 2.47 Indikator KonsumsiGrafik 2.47 Indikator KonsumsiGrafik 2.47 Indikator Konsumsi

Sumber : Bloomberg

% yoy

-15

-10

-5

0

5

10

PDB (lhs) Nationwide dept. salesRetail sales Retail tradePengeluaran rumah tangga Vehicle sales

% yoy

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005

Grafik 2.48 Indikator InvestasiGrafik 2.48 Indikator InvestasiGrafik 2.48 Indikator InvestasiGrafik 2.48 Indikator InvestasiGrafik 2.48 Indikator Investasi

Sumber : Bloomberg

Indeks% yoy

Produksi Industri (lhs) Construction order (lhs)

Pemesanan mesin (lhs) Kapasitas utilisasi (rhs)

6

-44

-34

-24

-14

-4

16

26

36

46

50

60

70

80

90

100

110

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005

Sejalan dengan aktivitas konsumsi,

investasi domestik di TW3-09 juga

menunjukkan perkembangan tren yang

membaik walaupun masih di level rendah.

Investasi di TW3-09 tercatat tumbuh minus

12,7% yoy sa, dari minus 15,3% yoy sa

periode sebelumnya. Masih relatif lemahnya

permintaan domestik dan global serta iklim

dunia usaha yang belum kondusif

menyebabkan aktivitas investasi di TW3-09

Hasil survei Tankan di di TW3-09

terhadap kinerja ekonomi kedepan juga terus

mengindikasikan sinyal pemulihan (Grafik

2.49) walaupun belum stabil seiring dengan

Page 47: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

35

kondisi keuangan perusahaan yang cenderung

ketat. Tren penurunan ekspektasi ekonomi

kedepan serta kepercayaan bisnis di sektor

manufaktur, non-manufaktur, serta industri

kecil, menengah, dan besar semakin tertahan.

Sementara itu, sentimen usaha kecil pada

semua sektor juga mulai menunjukkan

perbaikan (Grafik 2.50). Namun demikian,

aktivitas investasi kedepan diperkirakan masih

lemah seiring dengan hasil survei Tankan di

TW3-09 pada profit perusahaan yang masih

turun tajam (Grafik 2.51). Kondisi keuangan

Grafik 2.49 Survey TankanGrafik 2.49 Survey TankanGrafik 2.49 Survey TankanGrafik 2.49 Survey TankanGrafik 2.49 Survey Tankan

Grafik 2.50 PDB & Small Business ConfidenceGrafik 2.50 PDB & Small Business ConfidenceGrafik 2.50 PDB & Small Business ConfidenceGrafik 2.50 PDB & Small Business ConfidenceGrafik 2.50 PDB & Small Business Confidence(Shoko Chukin Survey)(Shoko Chukin Survey)(Shoko Chukin Survey)(Shoko Chukin Survey)(Shoko Chukin Survey)

Grafik 2.51 Survey Tankan-ProfitGrafik 2.51 Survey Tankan-ProfitGrafik 2.51 Survey Tankan-ProfitGrafik 2.51 Survey Tankan-ProfitGrafik 2.51 Survey Tankan-Profit

Sumber : Bloomberg

% yoyIndeks

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

2005 2006 2007 2008 2009

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

PDB (rhs)Current Business Condition-Manufacturing

Current Business Condition-Non-ManufacturingEkspektasi-Manufacturing-LargeEkspektasi-NonManufacturing -LargeEkspektasi-retailing-Large

3

Sumber : Bloomberg

% yoyIndeks

18

23

28

33

38

43

48

53

58

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

PDB (rhs)Small Business Confidence - All Industries (lhs)

Small Business Confidence - Manufaktur (lhs)Small Business Confidence - Retailing (lhs)

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005

Sumber : Bloomberg

% yoyIndeks

2005 2006 2007 2008 2009

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

PDB (rhs)Tankan-Sales-All Industries (lhs)

Tankan-Current Profit-Large (lhs)Tankan-Current Profit-Med (lhs)Tankan-Current Profit-Small (lhs)

perusahaan yang masih ketat pada akhirnya

diperkirakan menyebabkan perusahaan masih

menunda rencana pengeluaran.

Sektor tenaga kerja mulai menunjukkan

sinyal perbaikan seiring mulai tertahannya

pemburukan kinerja ekonomi. Angka

pengangguran per September 2009 kembali

turun ke level 5,3% yoy dari 5,5% di triwulan

kedua 2009 (Grafik 2.52). Tertahannya

pemburukan ekspor kendaraan bermotor dan

barang elektronik berdampak pada

berkurangnya pemutusan hubungan kerja

terhadap sejumlah karyawan pabrik mobil dan

Grafik 2.52 Tingkat PengangguranGrafik 2.52 Tingkat PengangguranGrafik 2.52 Tingkat PengangguranGrafik 2.52 Tingkat PengangguranGrafik 2.52 Tingkat Pengangguran

Sumber : Bloomberg

% yoyRasio

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1,0

1,1

1,2

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Job to applicant ratio SA (lhs) Unemployment rate sa (rhs)

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9

Page 48: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

36

elektronik. Indikator «job to applicant ratio» di

September-09 yang merupakan leading

indicator sektor ketenagakerjaan yang sejak

Januari-08 menunjukkan tren menurun mulai

sedikit meningkat ke level 0,43.

Deflasi masih menghantui ekonomi di

TW3-09. Inflasi di akhir TW3-09 tercatat minus

2,2% yoy, dari minus 1,8% di akhir triwulan

sebelumnya (Grafik 2.53). Deflasi terbesar

terjadi pada biaya bahan bakar dan

transportasi yang secara total memiliki bobot

20,7% dari keranjang IHK. Bahkan inflasi

makanan yang memiliki bobot 25,9% dari

keranjang IHK yang sejak Agustus-07 selalu

tumbuh positif dalam empat bulan terakhir

tumbuh negatif, tercatat minus 0,48% yoy di

September-09. Sementara itu, inflasi inti di

akhir TW3-09 tumbuh minus 1,0% yoy dari

minus 0,7% yoy di TW2-09. Deflasi terutama

disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang

masih lemah seiring terus melemahnya daya

beli masyarakat sebagai dampak turunnya

upah serta tergerusnya profit perusahaan dan

rumah tangga. Selain karena melemahnya

konsumsi masyarakat, deflasi yang terjadi

dipengaruhi pula oleh faktor eksternal berupa

masih rendahnya harga komoditi dan

menguatnya Yen terhadap mata uang utama

dunia. Sejalan dengan perkembangan tersebut

dan terbatasnya ruang penurunan suku bunga,

BoJ masih tetap mempertahankan suku bunga

kebijakan selama TW3-09. BoJ kembali

mempertahankan suku bunga kebijakan di

level 0,1%, setelah sempat memangkas suku

bunga kebijakan sebanyak dua kali selama

TW4-08 (Grafik 2.54).

Keketatan pasar keuangan Jepang

mulai mengendur dengan volatilitas yang

menurun. BoJ masih akan terus menjaga

stabilitas pasar keuangan dengan terus

mengurangi keketatan di pasar keuangan

melalui operasi pasar terbuka. Sementara itu,

pembelian commercial paper melalui

mekanisme Repo oleh BoJ akan tetap

dilakukan dengan lebih fleksibel untuk

memfasilitasi pembiayaan bagi perusahaan.

Selanjutnya, untuk menjaga ketersediaan dana

di pasar kredit, BoJ akan memperpanjang

«emergency credit programs» hingga 2010.

Grafik 2.53 InflasiGrafik 2.53 InflasiGrafik 2.53 InflasiGrafik 2.53 InflasiGrafik 2.53 Inflasi

Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan Grafik 2.54 PDB & Suku Bunga Kebijakan

Sumber : Bloomberg

% yoy

-16

-11

-6

-1

4

9

14

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005

Inflasi IHKInflasi exc food & energiInflasi-foodInflasi-Fuel & light

Inflasi-TransportasiInflasi fresh foodInflasi-Housing

Sumber : Bloomberg

%% yoy

2007 2008 200920062005

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9

Suku Bunga Kebijakan (rhs)PDB (lhs)

Page 49: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

37

Di sektor eksternal, surplus neraca

perdagangan selama TW3-09 menyempit

sementara kontraksi ekspor dan impor

tertahan (Grafik 2.55). Menurut data dari

Kementerian Keuangan, ekspor di September

-09 tumbuh minus 34,1% yoy, dari minus

37,2% yoy di akhir triwulan kedua 2009

sejalan dengan meningkatnya ekspor ke mitra

dagang utama (AS, Eropa, dan Asia). Sejalan

dengan tertahannya pemburukan ekspor,

kontraksi impor di periode yang sama juga

tertahan, dari minus 42,9% yoy di akhir TW2-

09 menjadi minus 36,2% yoy di September-

09. Meningkatnya nilai impor ditengah

menurunnya nilai eskpor dibandingkan bulan

sebelumnya berdampak pada menyempitnya

surplus neraca perdagangan di September-09

dari JPY173,5 miliar (Agustus-09) menjadi

JPY58,6 miliar.

menjadi 1,9% yoy triwulan sebelumnya (Tabel

2.11 dan Grafik 2.56). Ekonomi China terus

tumbuh mencapai 8,7% yoy di triwulan

laporan seiring meningkatnya konsumsi dan

kian pulihnya investasi. Permintaan domestik

China semakin kuat sebagai dampak stimulus

fiskal pemerintah terutama di sektor industri

properti dan infrastruktur serta adanya

perluasan kredit. Sejalan dengan China,

permintaan domestik India juga menjadi motor

solidnya ekonomi (tumbuh diatas 5% yoy).

Selain itu, kontraksi Jepang dan Korea di TW3-

09 diperkirakan semakin tertahan, tidak

sedalam periode sebelumnya. Kebijakan

stimulus fiskal yang agresif dan suku bunga

pinjaman Korea yang rendah mendorong

perbaikan aktivitas konsumsi dan investasi.

Revisi ke atas juga terjadi pada ekonomi ASEAN

didorong oleh solidnya ekonomi Indonesia dan

Vietnam, tumbuh di atas 4% yoy, yang

dimotori oleh kuatnya aktivitas konsumsi di

kedua negara8. Khusus Indonesia, pelaksanaan

pemilu kian mendorong pengeluaran

konsumen. Sementara itu, perlambatan

ekonomi Philipina tidak seburuk dugaan awal

yaitu tumbuh 1,5% yoy, dari 0,6% proyeksi

sebelumnya. Hal ini didorong oleh

meningkatnya aktivitas konsumsi seiring

peningkatan remitansi dan stimulus fiskal.

Kontraksi ekonomi Malaysia dan Thailand juga

semakin melambat seiring tertahannya

pemburukan investasi dan ekspor. Sebaliknya,

kondisi berbeda terjadi di Singapura dimana

ekonomi di TW3-09 tumbuh minus 3,8% yoy,

Grafik 2.55 Neraca PerdaganganGrafik 2.55 Neraca PerdaganganGrafik 2.55 Neraca PerdaganganGrafik 2.55 Neraca PerdaganganGrafik 2.55 Neraca Perdagangan

Sumber : Bloomberg

miliar yen, sa% yoy

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 92007 2008 200920062005

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-400

-200

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Impor, SA (lhs) US Ekspor (lhs)EU Ekspor (lhs) Asia Ekspor (lhs)

Trade balance, SA (rhs) Ekspor, SA (lhs)

Asia Pasifik Lainnya

Pemulihan ekonomi Asia Pasific semakin

solid dan lebih cepat. PDB diperkirakan

tumbuh 2,6% yoy di TW3-09, naik dari8 Negara-negara yang termasuk dalam ASEAN di sini adalah

Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Page 50: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

38

setelah terkontraksi 3,5% yoy triwulan

sebelumnya seiring masih lemahnya aktivitas

investasi dan konsumsi. Namun demikian,

kontraksi Singapura di TW3-09 tidak sedalam

kontraksi di TW4-08 dan TW1-09, bahkan

diprediksi akan mengalami ekspansi di TW4-

09 seiring terus membaiknya sektor eksternal.

Aktivitas ekonomi Aspac diperkirakan terus

meningkat dengan PDB tahun 2009 dan tahun

2010 diprediksi tumbuh masing-masing 2,7%

dan 6,0% yoy.

Sektor konsumsi Aspac terus

menunjukkan perbaikan sebagai imbas dari

kebijakan stimulus fiskal dan moneter masing-

masing negara. Aktivitas konsumsi kawasan

tetap solid tercermin dari rata-rata penjualan

ritel di China dan Vietnam yang masing-masing

tumbuh 15,5% yoy dan 20,6% yoy di TW3-

09 (Tabel 2.12 dan Grafik 2.57). Pemulihan

sektor perumahan China telah mendorong

penjualan bahan-bahan material dan furniture.

Selain itu, insentif Pemerintah China juga

Sumber: WEO Oktober 2009 , Consensus Forecast Oktober 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007 **) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast Oktober 2009; Perkiraan BKSA berkaitan dengan perkiraan pertumbuhan ASEAN

Cetak miring merupakan angka realisasiE= ProyeksiIndia menggunakan Tahun Fiskal, Angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi

Perbedaan > 0.2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya Perbedaan < 0.2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya

Tabel 2.11 PDB Asia PasifikTabel 2.11 PDB Asia PasifikTabel 2.11 PDB Asia PasifikTabel 2.11 PDB Asia PasifikTabel 2.11 PDB Asia Pasifik

Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik* 5,25,25,25,25,2 3,63,63,63,63,6 5,35,35,35,35,3 2,72,72,72,72,7 5,95,95,95,95,9 1,11,11,11,11,1 1,91,91,91,91,9 2,62,62,62,62,6 4,34,34,34,34,3 2,72,72,72,72,7 6,06,06,06,06,0

Jepang -0,7 -5,4 1,7 -5,7 1,5 -8,4 -7,2 -5,4 -1,6 -5,7 1,5

China 9,0 8,5 9,0 8,3 9,4 6,1 7,9 8,7 10,2 8,4 9,5

India 7,3 5,4 6,4 6,1 7,5 5,8 6,1 5,8 5,8 6,1 7,5

Korea 2,2 -1,0 3,6 -0,9 4,0 -4,2 -2,2 -1,3 4,0 -0,8 4,1

ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6* 4,44,44,44,44,4 0,50,50,50,50,5 4,04,04,04,04,0 0,60,60,60,60,6 4,64,64,64,64,6 -1,2-1,2-1,2-1,2-1,2 0,20,20,20,20,2 0,60,60,60,60,6 3,03,03,03,03,0 0,90,90,90,90,9 4,84,84,84,84,8

Singapura 1,1 -3,3 4,1 -4,1 5,0 -9,5 -3,5 -3,8 0,9 -2,6 5,3

Thailand 2,6 -3,5 3,7 -3,7 3,8 -7,1 -4,9 -3,6 1,4 -3,5 3,9

Philipina 3,8 1,0 3,2 1,3 3,4 0,6 1,5 1,5 1,9 1,6 3,6

Malaysia 4,6 -3,6 2,5 -3,0 4,3 -6,2 -3,9 -2,6 1,5 -2,8 4,4

Indonesia 6,1 4,0 4,8 4,3 5,1 4,4 4,0 4,0 4,9 4,4 5,4

Vietnam 6,2 4,6 5,3 4,3 5,6 3,1 3,9 4,3 4,3 4,4 6,1

Negara/Kawasan

% yoy

WEO Oktober 2009 PerkiraanSebelumnya

Perkiraan Terkini**

2008 2009E 2010E 2009 20102009E

2009E 2010ETW1-09 TW2-09 TW3-09 TW4-09

Grafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia PasifikGrafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia PasifikGrafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia PasifikGrafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia PasifikGrafik 2.56 PDB MTP Indonesia di Asia Pasifik

Sumber: Bloomberg & CF (diolah)

% yoy

Proyeksi

Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4 Tw2 Tw4

12

7

2

-3

-8

-13

IndonesiaChinaThailand

ASEAN 6MalaysiaIndia

AspacSingapuraKorea

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Page 51: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

39

mendorong penjualan auto. Bagi Vietnam,

penjualan ritel meningkat seiring kenaikan

konsumsi perusahaan dan rumah tangga.

Setelah terkontraksi sejak TW3-08, penjualan

ritel Taiwan kembali terekspansi, tumbuh 3,2%

yoy. Sementara kontraksi penjualan ritel di

Jepang, Hong Kong, Malaysia, Philipina,

Singapura dan Thailand terus melambat.

Sementara itu, menguatnya aktivitas konsumsi

di India terlihat dari tingginya penjualan

kendaraan yang tumbuh 19,1% yoy di TW3-

09 sebagai dampak holiday buying dan

kemudahan dalam memperoleh kredit.

Kontraksi sektor investasi kawasan terus

melambat. Aktivitas investasi terus menggeliat

yang tercermin dari kenaikan produksi industri,

terutama di China dan India. Produksi Industri

China tumbuh kian mengesankan mencapai

8,1% yoy di TW3-09 seiring meningkatnya

industri ringan (light industry) maupun industri

berat (heavy industry) (Tabel 2.13 dan Grafik

2.58). Produksi industri India juga semakin

solid, naik dari 3,8% yoy di TW2-09 menjadi

8,8% seiring kenaikan sektor manufaktur.

Stimulus fiskal dan membaiknya kondisi kredit

berada dibalik pulihnya aktivitas manufaktur

India. Bagi Korea, produksi industri kembali

terekspansi pada triwulan laporan, tumbuh

2,4% yoy, seiring meningkatnya produksi

Tabel 2.12 Penjualan RitelTabel 2.12 Penjualan RitelTabel 2.12 Penjualan RitelTabel 2.12 Penjualan RitelTabel 2.12 Penjualan Ritel

Kawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia Pasific 9,99,99,99,99,9 9,69,69,69,69,6 3,43,43,43,43,4 5,15,15,15,15,1 9,39,39,39,39,31 Jepang -0,1 0,4 -4,0 -2,8 -1,92 China 16,7 21,7 14,9 15,0 15,43 Korea 5,7 6,7 -2,5 2,6 3,44 India* 0,4 3,0 1,5 10,0 19,15 Hong Kong 13,2 10,8 -4,3 -5,1 -1,16 Taiwan 3,5 -1,1 -4,9 -2,9 3,27 Australia 7,8 4,2 0,1 0,4 0,0

ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 8,78,78,78,78,7 8,38,38,38,38,3 -0,8-0,8-0,8-0,8-0,8 -1,7-1,7-1,7-1,7-1,7 0,70,70,70,70,71 Indonesia 10,8 1,3 -2,3 3,7 4,92 Malaysia* 0,0 14,0 -9,0 -11,4 -3,43 Philipina* 19,0 6,8 -1,3 -4,2 -0,34 Singapura 4,4 3,2 -8,1 -10,1 -7,55 Thailand 2,2 4,6 -10,4 -8,4 -6,46 Vietnam 24,8 33,8 23,7 22,4 20,6

NegaraNo

Sumber: Bloomberg, CEICKet: * Indikator penjualan kendaraan

Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya

% yoy (Rata-rata)

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Grafik 2.57 Penjualan RitelGrafik 2.57 Penjualan RitelGrafik 2.57 Penjualan RitelGrafik 2.57 Penjualan RitelGrafik 2.57 Penjualan Ritel

Sumber : Bloomberg, CEIC (diolah)

% yoy (3MA)% yoy (3MA)

2007 2008 200920062005

0

10

15

20

25

Indonesia TaiwanChina (rhs) Vietnam (rhs)

Hong Kong Aspac

5

-5

-10

-15

-20Mar Okt Mei Des Jul Feb Sep Apr

35

30

25

20

15

10

Page 52: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

40

Kondisi ketenagakerjaan Asia Pasifik

secara keseluruhan relatif masih buruk (Grafik

2.59). Tingkat pengangguran Taiwan tercatat

6,1% di TW3-09, naik dari 5,91% di TW2-

09. Salah satu penyebab kenaikan ini adalah

terjadinya bencana angin topan marokat di

Taiwan yang berdampak pada hilangnya mata

pencaharian ribuan tenaga kerja. Sejalan

dengan Taiwan, tingkat pengangguran di

Singapura dan Filipina di triwulan laporan

juga meningkat. Naiknya pengangguran di

Singapura terjadi akibat pemutusan tenaga

kerja di sektor manufaktur sebagai dampak

resesi terburuk yang terjadi di negara

tersebut. Sebaliknya, angka pengangguran di

Korea dan Thailand menurun. Meningkatnya

kesempatan kerja di Korea sebagian

disebabkan dari usaha pemerintah dalam

menciptakan lapangan pekerjaan di sektor

publik. Mulai pulihnya ekspor Korea juga

Tabel 2.13 Produksi IndustriTabel 2.13 Produksi IndustriTabel 2.13 Produksi IndustriTabel 2.13 Produksi IndustriTabel 2.13 Produksi Industri

Kawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia Pasific 9,59,59,59,59,5 6,26,26,26,26,2 -7,0-7,0-7,0-7,0-7,0 -3,0-3,0-3,0-3,0-3,0 -0,3-0,3-0,3-0,3-0,3

1 Jepang 2,9 -3,2 -34,5 -27,9 -20,2

2 China 16,0 13,7 3,0 6,9 8,1

3 Korea 7,0 3,3 -15,9 -6,4 2,4

4 India 10,0 4,5 -0,4 3,8 8,8

5 Hong Kong -1,6 -6,5 -10,1 -9,5 -

6 Taiwan 7,6 -1,1 -32,1 -16,6 -5,5

ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 5,85,85,85,85,8 4,04,04,04,04,0 -10,6-10,6-10,6-10,6-10,6 -5,0-5,0-5,0-5,0-5,0 -3,5-3,5-3,5-3,5-3,5

1 Indonesia* 5,7 3,1 0,2 0,4 -0,7

2 Malaysia 2,3 0,2 -15,7 -10,8 -6,9

3 Philipina -3,4 4,6 -22,2 -18,2 -17,0

4 Singapura 6,8 -3,6 -23,6 -0,8 7,1

5 Thailand* 8,2 5,6 -18,2 -9,1 -7,1

6 Vietnam 18,1 16,3 0,1 4,0 5,7

NegaraNo

Sumber: Bloomberg, CEICKet: * Indeks Produksi Manufaktur

Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya

% yoy (Rata-rata)

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

mobil dan mesin-mesin. Sementara itu, mulai

meningkatnya aktivitas ekonomi dalam negeri

menahan pemburukan produksi industri di

Jepang, Taiwan, dan negara-negara kawasan

ASEAN. Perkembangan tersebut diikuti pula

oleh indikator PMI China, Korea, dan

Singapura yang terekspansi masing-masing di

level 54,3, 52,7 dan 50,6 pada September-09.

Grafik 2.58 Produksi Industri Grafik 2.58 Produksi Industri Grafik 2.58 Produksi Industri Grafik 2.58 Produksi Industri Grafik 2.58 Produksi Industri

Sumber : Bloomberg (diolah)

% yoy (3MA)% yoy (3MA)

2007 2008 200920062005

30

Korea Taiwan

China (rhs)

Singapura Aspac

Mar Okt Mei Des Jul Feb Sep Apr

20

10

0

-10

-20

-30

-40

20

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

Page 53: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

41

Laju inflasi kawasan mulai meningkat

(Tabel 2.14 dan Grafik 2.60). Kenaikan inflasi

terbesar terjadi di India dari 9,3% yoy di akhir

periode TW2-09, naik menjadi 11,7%. Laju

inflasi India terus meningkat seiring kenaikan

inflasi makanan akibat gangguan supply

makanan seiring berkurangnya curah hujan,

mulai rebound nya harga komoditi global, dan

meningkatnya aktivitas ekonomi. Selain itu,

derasnya aliran modal masuk ke India telah

menyebabkan asset inflation yang pada

akhirnya mendorong kenaikan inflasi India.

Deflasi China dan Thailand terus melambat.

Inflasi China tercatat minus 0,8% yoy di TW3-

09, melambat dari minus 1,7% yoy triwulan

sebelumnya seiring kenaikan harga makanan.

Sementara deflasi Thailand melambat seiring

meningkatkan jumlah tenaga kerja di

terutama di sektor manufaktur.

Grafik 2.59 Tingkat PengangguranGrafik 2.59 Tingkat PengangguranGrafik 2.59 Tingkat PengangguranGrafik 2.59 Tingkat PengangguranGrafik 2.59 Tingkat Pengangguran

Sumber: Bloomberg

Singapura (resident)TaiwanKorea

PhilipinaThailand

%

2007 2008 2009 2010Apr Jul Okt

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0Apr Jul OktJan Apr Jul OktJan Apr Jul OktJan Apr JulJan

Tabel 2.14 InflasiTabel 2.14 InflasiTabel 2.14 InflasiTabel 2.14 InflasiTabel 2.14 Inflasi

Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik*Asia Pasifik* 5,85,85,85,85,8 3,93,93,93,93,9 2,52,52,52,52,5 1,61,61,61,61,6 2,22,22,22,22,2 2,92,92,92,92,9 2,02,02,02,02,0 2,02,02,02,02,0 2,42,42,42,42,4 2,52,52,52,52,5 3,43,43,43,43,4

Jepang 2,1 0,4 -0,3 -1,8 -2,2 -0,1 -1,0 -2,2 -1,6 -1,2 -0,9

China 4,6 1,2 -1,2 -1,7 -0,8 -0,6 -1,5 -1,3 0,7 -0,6 2,6

India 9,8 9,7 8,0 9,3 11,6 9,4 8,9 11,8 6,5 9,2 6,9

Korea 5,1 4,1 3,9 2,0 2,2 3,9 2,8 2,0 2,5 2,8 2,9

Australia 5,0 3,7 2,5 1,5 1,3 2,5 1,5 1,3 1,9 1,8 2,4

Selandia Baru 5,1 3,4 3,0 1,9 1,7 3,0 1,9 1,7 1,9 2,3 2,1

ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN*ASEAN* 11,011,011,011,011,0 7,77,77,77,77,7 5,25,25,25,25,2 1,01,01,01,01,0 1,01,01,01,01,0 5,95,95,95,95,9 2,72,72,72,72,7 0,70,70,70,70,7 2,32,32,32,32,3 2,72,72,72,72,7 4,54,54,54,54,5

ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6*ASEAN-6* 11,411,411,411,411,4 7,97,97,97,97,9 5,35,35,35,35,3 0,80,80,80,80,8 0,80,80,80,80,8 6,06,06,06,06,0 2,62,62,62,62,6 0,50,50,50,50,5 2,22,22,22,22,2 2,72,72,72,72,7 4,54,54,54,54,5

Singapura 6,7 4,3 1,6 -0,5 -0,4 2,1 -0,5 -0,4 -0,6 0,2 1,7

Thailand 6,0 0,4 -0,2 -4,0 -1,0 -0,2 -2,7 -2,1 1,3 -0,8 2,8

Philipina 11,8 8,0 6,4 1,5 0,7 6,9 3,2 0,3 2,1 3,1 4,4

Malaysia 8,2 4,4 3,5 -1,4 -2,0 3,7 1,3 -2,3 0,0 0,7 2,1

Indonesia 12,1 11,1 7,9 3,7 2,8 8,6 5,7 2,8 3,5 4,8 5,8

Vietnam 27,9 19,9 11,3 3,9 2,4 14,5 6,3 2,6 5,3 7,1 9,1

Negara/Kawasan

% yoy

TW3-08 TW4-08 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Akhir Periode (% yoy) Rata-rata (% yoy)

TW1-09 TW2-09 TW3-09 TW4-09E 2009E 2010E

Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast Oktober 2009Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007

**) Data diolah berdasarkan Consensus Forecast Oktober 2009; Perkiraan BKSA berkaitan dengan perkiraan inflasi ASEAN***) Data periode sebelumnyaE= ProyeksiIndia menggunakan Tahun Fiskal, Angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi Perbedaan > 0.2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya Perbedaan < 0.2% dari Consensus Forecast Edisi sebelumnya

Page 54: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

42

kenaikan inflasi makanan dan melambatnya

deflasi transportasi dan komunikasi. Namun

demikian, deflasi di Jepang dan Malaysia

seiring belum sepenuhnya pulih permintaan

domestik. Laju inflasi kawasan kedepan

diperkirakan terus meningkat hingga

mencapai 2,4% yoy di TW4-09 dengan asumsi

aktivitas ekonomi domestik yang semakin

pulih. Secara keseluruhan, inflasi Aspac di 2009

dan 2010 diperkirakan tercatat 2,4% yoy dan

3,2%

Kedepan negara-negara kawasan diperkirakan

akan mempertahankan kebijakan moneter bias

netral hingga TW-10. Selanjutnya kebijakan

moneter ketat akan ditempuh seiring

meningkatnya aktivitas ekonomi dan ancaman

kenaikan laju inflasi kedepan.

Grafik 2.60 Inflasi IHKGrafik 2.60 Inflasi IHKGrafik 2.60 Inflasi IHKGrafik 2.60 Inflasi IHKGrafik 2.60 Inflasi IHK

Sumber: Bloomberg & CF (diolah)

% yoy

2000 2003 2005 2008 2009

ASEAN 6ChinaSingapura

20

15

10

5

0

-5

-10Tw1Tw3 Tw1 Tw3 Tw1Tw3Tw1Tw3 Tw1Tw3 Tw1Tw3 Tw1Tw3Tw1Tw3Tw1Tw3 Jan Mei Jul Tw3

2001 2002 2004 2006 2007

Tw1

Proyeksi

AspacIndonesiaThailand

Grafik 2.61 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.61 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.61 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.61 Suku Bunga KebijakanGrafik 2.61 Suku Bunga Kebijakan

Sumber: Bloomberg & GDW (diolah)

% yoy

2007 2008 2009 2010

Sep

13

11

9

7

5

3

1

-1Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Jun Ags Okt Mar Sep

ProyeksiAspacIndonesiaIndia

AustraliaASEAN 6China

Korea

Secara umum bank sentral di kawasan

masih menempuh suku bunga kebijakan tetap

di TW3-09 (Grafik 2.61). Hal ini dilandasi masih

belum sepenuhnya pulih ekonomi domestik

dan adanya potensi risiko peningkatan inflasi

ke depan. Dua negara yang memangkas suku

bunga kebijakan selama TW3-09 yaitu

Indonesia dan Philipina masing-masing 50bps

dan 25bps menjadi 6,5% yoy dan 4%.

Philipina menempuh kebijakan moneter

longgar untuk terus mendorong aktivitas

ekonomi domestik ditengah rata-rata inflasi

yang masih berada pada target bank sentral.

Negara kawasan terus meluncurkan

stimulus fiskal selama TW3-09. Pemerintah

Singapura memperpanjang jobs credit

scheme hingga Juni-09 untuk mencegah kian

terpuruknya sektor ketenagakerjaan

kedepan. Jobs credit scheme berbentuk

subsidi Central Provident Fund Payroll bagi

perusahaan untuk menanggung dana

pensiun bagi tenaga kerja Singapura kecuali

non permanent resident. Namun demikian,

besarnya subsidi akan dikurangi dari

sebelumnya 12% pada setiap pekerja

(berakhir Desember-09) menjadi 6% hingga

Maret 2010 dan selanjutnya 3% hingga Juni

2010. Subsidi ini diperkirakan akan

menghabiskan SGD675 juta pada semester

I-2010 atau sebesar 0,3% dari PDB.

Sementara itu, Pemerintah Vietnam kembali

Page 55: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

43

ajukan paket stimulus tambahan kedua senilai

300 triliun Dong (USD17 miliar) untuk

pembangunan infrastruktur, meningkatkan

ekspor dan dana jaminan keamanan sosial.

Paket ini akan memperbesar defisit fiskal

Vietnam pada kisaran 10-12% terhadap PDB

di 2009, naik dari 4,8% di 2008.

Kontraksi ekspor dan impor Asia Pasifik

terus melambat. Ekspor kawasan tumbuh

minus 21,4% yoy di TW3-09, dari minus

26,2% yoy triwulan sebelumnya (Tabel 2.15

dan Grafik 2.62). Perlambatan ekspor terbesar

terjadi di Taiwan dan India, masing-masing

tumbuh minus 20,6% yoy dan minus 20,5%

yoy pada triwulan laporan, membaik dari

masing-masing minus 32,1% yoy dan 30%

di TW2-09. Kontraksi ekspor Taiwan melambat

seiring meningkatnya ekspor barang-barang

komunikasi dan telekomunikasi. Sementara

kontraksi ekspor India melambat seiring

perbaikan pada ekspor pertanian. Perbaikan

kinerja ekspor juga terjadi di Korea didorong

oleh peningkatan ekspor Teknologi Informasi

(TI) terutama ke China dan Jepang.

Melambatnya kontraksi ekspor juga terjadi di

negara kawasan lainnya seiring dengan mulaiGrafik 2.62 EksporGrafik 2.62 EksporGrafik 2.62 EksporGrafik 2.62 EksporGrafik 2.62 Ekspor

% yoy

Sumber: Bloomberg, DOT(diolah)

AspacASEAN 6Indonesia

China3 per. Mov. Avg. (Aspac)

Korea

60

50

40

30

20

10

0

-10

-20

-30

-40JanMar Jul SepNovMei JanMar Jul SepNovMei JanMar Jul SepNovMei JanMar Jul SepNovMei JanMar Jul SepMei

2005 2006 2007 2008 2009

Tabel 2.15 Ekspor AspacTabel 2.15 Ekspor AspacTabel 2.15 Ekspor AspacTabel 2.15 Ekspor AspacTabel 2.15 Ekspor Aspac

Kawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia Pasific 18,618,618,618,618,6 12,712,712,712,712,7 -24,6-24,6-24,6-24,6-24,6 -26,2-26,2-26,2-26,2-26,2 -21,4-21,4-21,4-21,4-21,4

1 Jepang 10,4 -2,9 -46,9 -39,3 -34,9

2 China 26,7 17,8 -20,1 -23,5 -20,5

3 Korea 14,3 14,5 -25,2 -20,5 -16,9

4 India 24,8 16,3 -27,8 -30,0 -20,5

5 Hong Kong 8,9 5,4 -22,0 -12,7 -14,1

6 Taiwan 9,9 5,0 -36,2 -32,1 -20,6

7 Australia 4,3 27,9 24,2 -8,9 -18,5

ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 13,413,413,413,413,4 15,515,515,515,515,5 -24,7-24,7-24,7-24,7-24,7 -25,6-25,6-25,6-25,6-25,6 -17,8-17,8-17,8-17,8-17,8

1 Indonesia 13,2 20,7 -32,0 -26,0 -19,3

2 Malaysia 9,8 15,1 -19,8 -26,2 -21,4

3 Philipina 7,8 -2,4 -36,8 -29,0 -23,2

4 Singapura 10,1 6,1 -27,4 -25,4 -19,9

5 Thailand 17,3 16,7 -19,7 -26,0 -17,3

6 Vietnam 21,9 26,3 2,5 -17,4 -19,6

NegaraNo

Sumber: Bloomberg, CEIC

Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya

% yoy (Rata-rata)

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Page 56: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

44

menguatnya permintaan dunia terutama intra

perdagangan Asia. Menguatnya permintaan

ini sebagai dampak adanya investment

restocking sejalan dengan mulai menguatnya

sektor industri di masing-masing negara.

Tabel 2.16 Impor AspacTabel 2.16 Impor AspacTabel 2.16 Impor AspacTabel 2.16 Impor AspacTabel 2.16 Impor Aspac

Kawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia PasificKawasan Asia Pasific 16,316,316,316,316,3 20,720,720,720,720,7 -30,69-30,69-30,69-30,69-30,69 -27,66-27,66-27,66-27,66-27,66 -22,70-22,70-22,70-22,70-22,70

1 Jepang 8,3 8,3 -37,2 -40,0 -39,6

2 China 20,7 19,9 -30,8 -20,5 -11,8

3 Korea 15,4 23,4 -32,6 -35,8 -30,8

4 India 24,7 36,3 -32,6 -35,0 -33,6

5 Hong Kong 10,4 5,9 -22,4 -14,7 -10,2

6 Taiwan 8,3 10,9 -45,9 -37,9 -29,2

7 Australia 7,8 19,4 1,3 -10,8 -12,0

ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam)ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 14,914,914,914,914,9 26,026,026,026,026,0 -35,1-35,1-35,1-35,1-35,1 -31,0-31,0-31,0-31,0-31,0 -22,2-22,2-22,2-22,2-22,2

1 Indonesia 22,0 42,6 -35,7 -37,1 -26,0

2 Malaysia 5,8 3,7 -29,0 -23,7 -18,4

3 Philipina 7,3 3,5 -34,2 -28,2 -30,0

4 Singapura 4,7 14,5 -27,3 -28,4 -22,7

5 Thailand 9,1 27,4 -38,3 -32,3 -28,0

6 Vietnam 37,7 36,9 -44,1 -23,2 -3,3

NegaraNo

Sumber: Bloomberg, CEIC

Tanda : lebih baik dari periode sebelumnya dan tanda lebih buruk dari periode sebelumnya

% yoy (Rata-rata)

2007 2008 TW1-09 TW2-09 TW3-09

Grafik 2.63 ImporGrafik 2.63 ImporGrafik 2.63 ImporGrafik 2.63 ImporGrafik 2.63 Impor

% yoy

Sumber: Bloomberg, DOT(diolah)

2007 2008 2009

80

60

40

20

0

-20

-40

-60

AspacASEAN 6Indonesia 3 per. Mov. Avg. (Aspac)Korea

ChinaSingapura

Jan Mar Jul Sep NovMei Jan Mar Jul Sep NovMei Jan Mar Jul SepMei

mulai meningkatnya aktivitas ekonomi

domestik. Impor Vietnam di TW3-09 hanya

terkontraksi 3,3% yoy seiring kenaikan di

impor elektronik, mesin-mesin dan baja (Tabel

2.16 dan Grafik 2.63). Perlambatan kontraksi

impor juga terjadi di China, dari minus 20,5%

yoy di TW2-09, menjadi minus 11,8% yoy

seiring kenaikan impor bahan baku.

Outlook.Outlook.Outlook.Outlook.Outlook. Prospek ekonomi Kawasan

Aspac di sisa 2009 diperkirakan semakin

membaik. Sinyal pemulihan ekonomi semakin

nyata seperti tercermin pada mulai

meningkatnya aktivitas permintaan domestik

sebagai dampak dari serangkaian kebijakan

moneter dan fiskal yang ditempuh negara-

negara kawasan. Ekonomi China yang

merupakan penopang ekonomi kawasan

diperkirakan akan terus tumbuh menguat

seiring kian solidnya permintaan domestik. Di

Sejalan dengan ekspor, pemburukan

impor kedepan juga terus melambat seiring

Page 57: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

45

1,1% yoy dan minus 0,8% yoy. Sedangkan

inflasi kawasan Aspac di 2009 dan 2010

masing-masing diprediksi tumbuh 2,7% yoy

dan 3,0% yoy.

Bank Sentral kawasan diprediksi akan

menempuh kebijakan suku bunga bias ketat

seiring meningkatnya risiko kenaikan inflasi

kedepan. Sementara di tengah resesi ekonomi

dan terbatasnya ruang penurunan suku bunga

kebijakan, BoJ diperkirakan akan tetap

mempertahankan suku bunga kebijakan

selama 2009 dan 2010. Ke depan, negara

kawasan diperkirakan akan tetap konsisten

meluncurkan sejumlah stimulus ekonomi guna

mendongkrak kinerja perekonomian.

F. AFRIKA DAN TIMUR TENGAH

Saudi Arabia

Perkembangan ekonomi Arab Saudi

diperkirakan mulai menunjukkan tanda-tanda

pemulihan. Berbagai indikator konsumsi

menunjukkan perbaikan, meski masih dalam

level yang rendah, sementara laju kontraksi

aktivitas investasi mulai tertahan. Kinerja

sektor eksternal juga menunjukkan

perkembangan positif. Kontraksi ekspor

melambat seiring dengan mulai membaiknya

ekonomi dunia dan naiknya harga minyak

dunia. Sementara itu, inflasi TW3-09 masih

menunjukkan tren yang menurun namun

mulai terdapat sinyal peningkatan inflasi

kedepan. Hal ini mendorong bank sentral

untuk tetap menahan suku bunga kebijakan

selama triwulan laporan. Secara keseluruhan,

keseluruhan 2009, ekonomi ASEAN diprediksi

tumbuh 0,5% yoy dengan ekonomi Singapura,

Thailand dan Malaysia terkontraksi pada tahun

laporan. Sementara ekonomi kawasan Asia

Pasifik diperkirakan tumbuh 3,6% yoy. Jepang

mengalami kontraksi cukup dalam, tumbuh

minus 5,4% yoy, jauh dibandingkan

pertumbuhan minus 0,7% yoy di 2008 atau

2,3% yoy di 2007 (WEO-IMF, Oktober-09).

Walaupun kinerja ekonomi Jepang kedepan

diperkirakan masih penuh ketidakpastian,

indikasi tertahannya pemburukan pada

sejumlah indikator ekonomi semakin menguat.

Kondisi ini sejalan dengan hasil survei Tankan

di TW3-09 terhadap kinerja ekonomi kedepan

yang terus menunjukkan sinyal positif.

Berbagai stimulus kebijakan yang diluncurkan

oleh Pemerintah dan BoJ diperkirakan semakin

menunjukkan hasilnya di TW3-09. Sejumlah

leading indicator terkini terus membaik.

Selanjutnya, ekonomi Jepang di 2010

diprediksi mulai mengalami ekspansi, tumbuh

1,7% yoy.

Tekanan inflasi di sejumlah negara

kawasan diperkirakan meningkat di sisa 2009,

kecuali Jepang dan Singapura yang

diperkirakan masih mengalami deflasi. Bagi

Jepang, relatif menguatnya Yen terhadap mata

uang utama dunia, jatuhnya harga komoditi,

resesi dalam negeri dan turunnya upah

diperkirakan menjadi faktor utama terjadinya

deflasi. Sementara itu, terus menguatnya

aktivitas ekonomi domestik di sejumlah negara

kawasan mulai meningkatkan potensi risiko

inflasi kedepan. Inflasi Jepang pada 2009 dan

2010 masing-masing diperkirakan minus

Page 58: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

46

indikator pembukaan letter of credit (LC)

impor baru untuk barang konsumsi

mengalami levelling off menjadi minus 20,8%

yoy dari minus 24,6% yoy triwulan

sebelumnya. Sejalan dengan membaiknya

aktivitas konsumsi, kontraksi aktivitas investasi

juga tertahan. Laju kontraksi pembukaan LC

impor baru untuk barang modal menjadi

minus 29% yoy dari minus 32,9% yoy triwulan

sebelumnya (Grafik 2.65).

Secara umum, tren penurunan inflasi di

TW3-09 masih berlanjut (Grafik 2.66). Inflasi

IHK di triwulan laporan (rata-rata) tercatat

4,2% yoy, lebih rendah dari 5,3% yoy triwulan

sebelumnya. Perkembangan ini didorong oleh

masih relatif rendahnya harga komoditas dan

pelemahan dollar AS. Kelompok makanan dan

minuman (bobot 26%) menyumbang

penurunan terbesar, tercatat 0,8% yoy dari

1,9% yoy triwulan sebelumnya. Selain itu,

biaya sewa (bobot 18%) juga tercatat turun

ke level 12,9% yoy dari 16,2% yoy triwulan

sebelumnya terkait dengan peningkatan

jumlah pasokan dan menurunnya harga bahan

bangunan. Di akhir triwulan laporan

(September-09), inflasi IHK sempat kembali

meningkat mencapai 4,4% yoy. Hal ini terkait

dengan faktor musiman akibat perayaan hari

raya keagamaan (Idul Fitri) meski secara rata-

rata, perkembangan inflasi ini masih lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Namun demikian, dengan perkembangan

harga komoditi di TW3-09 yang mulai

merangkak naik, diperkirakan akan

mendorong tingkat inflasi dalam level yang

moderat.

PDB Arab Saudi di 2009 diprediksi

terkontraksi 1% yoy dan kembali positif di

2010 seiring dengan kian membaiknya

aktivitas ekonomi.

Grafik 2.64 PDBGrafik 2.64 PDBGrafik 2.64 PDBGrafik 2.64 PDBGrafik 2.64 PDB

(% yoy)

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg, Jadwa Investment

PDB Riil

Sektor Minyak

Sektor Swasta Non-Minyak

Grafik 2.65 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.65 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.65 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.65 Indikator Konsumsi dan InvestasiGrafik 2.65 Indikator Konsumsi dan Investasi

% yoy

-40

-20

0

20

40

60

80

2009TW-1 TW-2 TW-3 TW-4 TW-1 TW-2 TW-3

2008

Sumber: Saudi Arabia Monetary Authority (SAMA)

LC Impor Brg Modal

LC Impor Brg Konsumsi

Penjualan

Ekonomi Arab Saudi di TW3-09

mulai menunjukkan indikasi pemulihan.

Perkembangan ini terutama didukung oleh

membaiknya aktivitas konsumsi dan investasi

(Grafik 2.65). Hal ini tercermin dari indikator

transaksi penjualan (points of sale transactions)

yang tumbuh 2,5% yoy di TW3-09 dari 1,3%

yoy triwulan sebelumnya. Sementara kontraksi

Page 59: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

47

Saudi Arabian Monetary Authority

(SAMA) menempuh kebijakan tetap di TW3-

09. Hal ini dilandasi oleh ekonomi domestik

yang belum sepenuhnya pulih dan adanya

potensi risiko peningkatan inflasi kedepan,

namun diperkirakan masih dalam level yang

terjaga. Selama triwulan laporan, suku bunga

kebijakan Arab Saudi (reverse repo rate)

berada di level mencapai level 0,25%,

sementara repo rate (suku bunga pinjaman

yang dikenakan oleh SAMA) bertahan di level

2% (Grafik 2.67).

Performa sektor eksternal Arab Saudi

di TW3-09 kian membaik, seiring dengan kian

melambatnya kontraksi ekspor. Mulai

membaiknya ekonomi dunia turut mendorong

permintaan akan ekspor non-minyak Arab

Saudi. Di akhir triwulan laporan, kontraksi

ekspor non minyak melambat mencapai minus

19% yoy dari minus 23% yoy triwulan

sebelumnya seiring dengan meningkatnya

permintaan akan produk plastik dan

petrokimia. Sementara itu, kombinasi

meningkatnya produksi dan mulai naiknya

harga minyak dunia meningkatkan

penerimaan ekspor minyak. Penerimaan

ekspor minyak diperkirakan mencapai

USD126,8 miliar sementara ekspor total 2009

diprediksi mencapai USD153 miliar. Di sisi lain,

masih relatif lemahnya permintaan domestik

menyebabkan impor terkontraksi 34% yoy di

akhir triwulan. Total pengeluaran impor di

2009 diperkirakan mencapai USD88,1 miliar,

sehingga terdapat surplus neraca perdagangan

sebesar USD65,3 miliar.

Outlook Arab SaudiOutlook Arab SaudiOutlook Arab SaudiOutlook Arab SaudiOutlook Arab Saudi. Proses pemulihan

kinerja ekonomi Arab Saudi di sisa 2009

diperkirakan masih terus berlangsung.

Walaupun aktivitas konsumsi dan investasi

maupun kinerja sektor eksternal diprediksi

belum sepenuhnya pulih, namun tidak

seburuk performa di periode sebelumnya.

Implementasi simulus fiskal pemerintah

kedepan seiring dengan mulai membaiknya

ekonomi global dan kenaikan harga

komoditi diperkirakan mampu mendorong

proses pemulihan kedepan. Berdasarkan

perkembangan tersebut, ekonomi Arab Saudi

Grafik 2.66 InflasiGrafik 2.66 InflasiGrafik 2.66 InflasiGrafik 2.66 InflasiGrafik 2.66 Inflasi

% yoy

-5

0

5

10

15

20

25

2006 2007 2008 2009

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep

Sumber: Bloomberg

CPI

Food and beverages

Renovation, rent fuel, and water

Grafik 2.67 Suku BungaGrafik 2.67 Suku BungaGrafik 2.67 Suku BungaGrafik 2.67 Suku BungaGrafik 2.67 Suku Bunga

Reverse RepoRate

Repo Rate

%

0

1

2

3

4

5

6

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg

Page 60: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

48

secara keseluruhan di 2009 diperkirakan akan

terkontraksi 0,9% yoy dan mulai tumbuh

positif 4,2% yoy di 2010 (WEO-IMF, Oktober-

09). Tekanan inflasi IHK di sisa 2009

diperkirakan sedikit meningkat terkait dengan

meningkatnya harga komoditas dan adanya

pola musiman perayaan ibadah haji di akhir

2009. Secara keseluruhan, inflasi IHK di 2009

dan 2010 diperkirakan berada di kisaran 4,5%

yoy dan 4% yoy (WEO-IMF, Oktober-09).

Afrika Selatan

Perkembangan perekonomian Afrika

Selatan di TW3-09 mulai menunjukkan adanya

perbaikan. Laju kontraksi berbagai indikator

perekonomian menunjukkan indikasi

perlambatan. Kontraksi konsumsi mulai

tertahan, meski masih dalam level yang

rendah, sementara aktivitas investasi mulai

meningkat. Perkembangan positif juga terlihat

di sektor eksternal. Kontraksi ekspor

melambat, sehingga berdampak positif pada

meningkatnya surplus perdagangan. Dari sisi

penawaran, perbaikan ekonomi terlihat dari

membaiknya aktivitas produksi terutama pada

sektor manufaktur, konstruksi, dan

pertambangan. Seiring dengan berlanjutnya

tren penurunan inflasi, bank sentral kembali

memangkas suku bunga kebijakan di triwulan

laporan. Secara keseluruhan, PDB Afrika

Selatan di 2009 diprediksi terkontraksi menjadi

minus 2,7% yoy. Selanjutnya, ekonomi di 2010

diprediksi mulai tumbuh positif.

Meski masih lemah, indikasi pemulihan

ekonomi Afrika Selatan di TW3-09 mulai

nampak. Kontraksi PDB di TW3-09 semakin

melambat menjadi minus 2,1% yoy dari minus

2,6% yoy triwulan sebelumnya (Grafik 2.68).

Tertahannya kontraksi ekonomi di TW3-09

tersebut terutama didorong oleh membaiknya

aktivitas investasi dan industri manufaktur

(Grafik 2.70). Investasi pemerintah di bidang

infrastruktur meningkat terkait dengan jelang

piala dunia di 2010. Sementara laju kontraksi

produksi manufaktur melambat menjadi minus

13,3% yoy dari minus 18,7% yoy seiring

dengan membaiknya permintaan ekspor

terhadap barang-barang manufaktur. Hal yang

sama juga terlihat dari indikator leading aktivitas

ekonomi Purchasing Manager Index (PMI) Total

dan PMI Bisnis mengalami peningkatan selama

triwulan laporan (Grafik 2.68).

Di lain pihak, kontraksi konsumsi mulai

tertahan meski masih dalam level yang rendah.

Membaiknya aktivitas konsumsi tercermin

pada indeks penjualan eceran dan kendaraan

yang kontraksinya semakin tertahan masing-

masing menjadi minus 5,2% yoy dan minus

Grafik 2.68 Indikator PMI dan PDBGrafik 2.68 Indikator PMI dan PDBGrafik 2.68 Indikator PMI dan PDBGrafik 2.68 Indikator PMI dan PDBGrafik 2.68 Indikator PMI dan PDB

Sumber: Bloomberg

PDB, lhs PMI Aktivitas Bisnis, rhs

PMI Total, rhs Avg Jk, Pjg PMI Aktivitas Bisnis, rhs

Avg Jk, Pjg PMI Total, rhs

Indeks% yoy

-3,0

-1,0

1,0

3,0

5,0

7,0

9,0

2006 2007 2008 2009

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

Page 61: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

49

25,8% yoy TW2-09 dari minus 6,2% yoy dan

minus 36% yoy triwulan sebelumnya (Grafik

2.69).

Tren penurunan inflasi IHK masih terus

berlangsung (Grafik 2.71). Inflasi IHK selama

triwulan laporan tercatat 6,4% yoy, dari 7,8%

yoy triwulan sebelumnya seiring dengan

menurunnya harga makanan dan biaya impor

akibat apresiasi nilai tukar Afrika Selatan

(Rand). Inflasi makanan dan minuman (bobot

18,3%) turun ke level 5,2% yoy dari 10,2%

yoy triwulan sebelumnya. Sementara itu,

deflasi harga transportasi (bobot 18%)

semakin dalam menjadi minus 2,9% yoy dari

minus 2,1% yoy triwulan sebelumnya. Namun

demikian, inflasi IHK ini masih sedikit di atas

Grafik 2.69 Indikator KonsumsiGrafik 2.69 Indikator KonsumsiGrafik 2.69 Indikator KonsumsiGrafik 2.69 Indikator KonsumsiGrafik 2.69 Indikator Konsumsi

Secara sektoral, kinerja sektor

manufaktur, konstruksi, dan pertambangan

yang selama ini menjadi motor penggerak

ekonomi cenderung membaik di TW3-09.

Kontraksi PDB sektor manufaktur dan

pertambangan masing-masing tercatat minus

11,5% yoy dan minus 6,7% yoy dari minus

15,2% yoy dan minus 7,4% yoy triwulan

sebelumnya. Sementara itu, sektor konstruksi

masih stabil, tumbuh 8,4% yoy pada triwulan

laporan. Perkembangan positif ini juga

mendorong perbaikan persepsi pelaku bisnis.

Indeks kepercayaan binis kembali meningkat

dan mendekati rata-rata posisi jangka

panjangnya (Grafik 2.70). Namun demikian,

proses pemulihan ekonomi Afrika Selatan ini

masih dibayangi oleh tingginya tingkat

pengangguran. Tingkat pengangguran di

TW3-09 mencapai 24,5%, lebih tinggi

dibandingkan jangka panjangnya yakni

sebesar 23,3%.

Grafik 2.70 Indikator ProduksiGrafik 2.70 Indikator ProduksiGrafik 2.70 Indikator ProduksiGrafik 2.70 Indikator ProduksiGrafik 2.70 Indikator Produksi

Sumber: Bloomberg

% yoy Indeks

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

2005 2006 2007 2008 2009

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep70

75

80

85

90

95

100

105

110

Produksi manufaktur, lhs

Kepercayaan bisnis, rhsRata-rata jk pjg indeks kepercayaan bisnis, rhs

Grafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga KebijakanGrafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga KebijakanGrafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga KebijakanGrafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga KebijakanGrafik 2.71 Inflasi dan Suku Bunga Kebijakan

(% yoy)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul SepJan Mar Mei Jul Sep Nov

2006 2007 2008 20092005

Sumber: Bloomberg

Suku Bunga Kebijakan (Repo Rate)Suku Bunga PUAB 3blnInflasi IHK

Page 62: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

50

target inflasi yang ditetapkan pemerintah

(3-6% yoy) di 2009. Di tengah ekonomi yang

masih relatif lemah dan menurunnya tekanan

inflasi, bank sentral Afrika Selatan masih

menerapkan kebijakan moneter longgar. Suku

bunga kebijakan (repo rate) di TW3-09 berada

di level 7%, atau terpangkas 50bps dari

triwulan sebelumnya (Grafik 2.74).

Di sektor eksternal, kinerja ekspor terus

membaik dan surplus neraca perdagangan

meningkat (Grafik 2.72). Kontraksi ekspor di

September-09 melambat menjadi minus

25,4% yoy, seiring membaiknya permintaan

ekspor barang mineral ditengah kenaikan

harga komoditi. Sementara itu, kontraksi

impor cenderung meningkat, di akhir triwulan

terkontraksi 37% yoy dari kontraksi 34% yoy

triwulan sebelumnya sebagai dampak dari

masih relatif lemahnya konsumsi domestik.

Kontraksi nilai impor yang lebih besar

dibandingkan kontraksi nilai ekspor

berdampak pada meningkatnya surplus neraca

perdagangan yang mencapai USD3,9 miliar

dari USD3,2 miliar triwulan sebelumnya.

Sementara itu, cadangan devisa Afrika Selatan

(tanpa emas) hingga akhir TW3-09 tercatat

sebesar USD32,3 miliar, atau naik 5,7%

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Outlook Afrika Selatan.Outlook Afrika Selatan.Outlook Afrika Selatan.Outlook Afrika Selatan.Outlook Afrika Selatan. Proses

pemulihan ekonomi Afrika Selatan di sisa 2009

diperkirakan berjalan lambat. Masih relatif

lemahnya daya beli masyarakat akibat tingkat

pengangguran yang masih tinggi diperkirakan

masih membayangi proses pemulihan ekonomi

kedepan. Namun demikian, peningkatan

investasi pemerintah menjelang persiapan piala

dunia 2010 ditengah mulai membaiknya

perekonomian global dan meningkatnya harga

komoditi diperkirakan mampu mendorong

proses pemulihan kedepan. Berdasarkan

perkembangan tersebut, Consensus Forecast

Oktober-09 memproyeksikan ekonomi Afrika

Selatan secara keseluruhan di 2009 akan

terkontraksi 2,1% yoy dan mulai tumbuh positif

1,7% yoy di 2010 (WEO-IMF, Oktober-09).

Tekanan inflasi IHK di sisa 2009

diperkirakan masih relatif tinggi. Inflasi IHK

Afrika Selatan di 2009 dan 2010 (rata-rata)

berada di kisaran 7,2% yoy dan 6,2% yoy

(WEO-IMF, Oktober-09). Kenaikan tarif listrik

yang diterapkan oleh pemerintah dan mulai

merangkaknya harga komoditi diperkirakan

akan menjadi faktor dibalik masih tingginya

tingkat inflasi. Indikasi pemulihan yang masih

lemah dan tingkat inflasi yang masih diluar

target yang ditetapkan pemerintah

diperkirakan mendorong bank sentral untuk

menahan suku bunga kebijakan di level 7%

setidaknya hingga semester pertama 2010.Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,Grafik 2.72 Neraca Perdagangan, Ekspor,dan Impordan Impordan Impordan Impordan Impor

(% yoy) Miliar USD

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-20

-15

-10

-5

0

5

2005 2006 2007 2008 2009

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep

Sumber: Bloomberg

Neraca Pembayaran (rhs)Ekspor (lhs)

Impor (lhs)

Page 63: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

51

Boks 2.1

Proyeksi PDB Terkini: World Economic Outlook,IMF-Oktober 2009

Pertumbuhan ekonomi dunia mulaiPertumbuhan ekonomi dunia mulaiPertumbuhan ekonomi dunia mulaiPertumbuhan ekonomi dunia mulaiPertumbuhan ekonomi dunia mulai

membaik dari perkiraan sebelumnya,membaik dari perkiraan sebelumnya,membaik dari perkiraan sebelumnya,membaik dari perkiraan sebelumnya,membaik dari perkiraan sebelumnya,

namun belum kokoh.namun belum kokoh.namun belum kokoh.namun belum kokoh.namun belum kokoh. IMF merevisi

keatas proyeksi pertumbuhan PDB

dunia 2009 dan 2010 masing-masing

menjadi minus 1,1% yoy dari minus

1,4% dan 3,1% yoy dari 2,5% di

Oktober-09 (lihat Tabel 1. Proyeksi

PDB Terkini). Revisi tersebut

dilatarbelakangi oleh peningkatan

pertumbuhan ekonomi dunia yang

dimotori oleh pertumbuhan ekonomi

kawasan Asia dan proses pemulihan

berupa tertahannya pemburukan

ekonomi yang terjadi di kawasan

lainnya. Perkembangan tersebut

merupakan dampak positif dari

intervensi pemerintah yang agresif

yang mampu mendorong permintaan

domestik dan menurunkan risiko

sistemik di pasar keuangan.

Kontraksi pertumbuhan ekonomiKontraksi pertumbuhan ekonomiKontraksi pertumbuhan ekonomiKontraksi pertumbuhan ekonomiKontraksi pertumbuhan ekonomi

negara maju 2009 tertahan menjadinegara maju 2009 tertahan menjadinegara maju 2009 tertahan menjadinegara maju 2009 tertahan menjadinegara maju 2009 tertahan menjadi

minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.minus 3,4% yoy dari minus 3,9%.

Hal tersebut terutama disebabkan

oleh tertahannya laju kontraksi

permintaan sebagai dampak

kebijakan stimulus pemerintah yang

agresif dan perbaikan sektor

keuangan dan perbankan. Selain itu,

sektor swasta juga membaik seiring

meningkatnya aliran modal

internasional. Tertahannya kontraksi

ekonomi dialami oleh kawasan Euro

dan Jepang masing-masing sebesar

minus 4,2% yoy dan minus 5,4% yoy,

sedangkan AS dan Inggris sedikit

melemah menjadi minus 2,7% yoy

dan minus 4,4%. Namun demikian,

pengangguran yang masih

meningkat dan harga asset

perumahan yang masih rendah

menahan laju proses pemulihan

permintaan.

Pertumbuhan ekonomi negaraPertumbuhan ekonomi negaraPertumbuhan ekonomi negaraPertumbuhan ekonomi negaraPertumbuhan ekonomi negara

berkembang diproyeksi semakin solidberkembang diproyeksi semakin solidberkembang diproyeksi semakin solidberkembang diproyeksi semakin solidberkembang diproyeksi semakin solid

dengan pertumbuhan PDB 2009dengan pertumbuhan PDB 2009dengan pertumbuhan PDB 2009dengan pertumbuhan PDB 2009dengan pertumbuhan PDB 2009

mencapai 1,7% yoy dari 1,5%mencapai 1,7% yoy dari 1,5%mencapai 1,7% yoy dari 1,5%mencapai 1,7% yoy dari 1,5%mencapai 1,7% yoy dari 1,5%

proyeksi sebelumnya.proyeksi sebelumnya.proyeksi sebelumnya.proyeksi sebelumnya.proyeksi sebelumnya. Hal ini terutama

didorong oleh peningkatan

permintaan domestik seiring

membaiknya sektor manufaktur,

penjualan ritel, tingkat keyakinan

konsumen, dan harga asset

Page 64: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

52

perumahan sebagai dampak stimulus

kebijakan pemerintah dan

membaiknya perdagangan dan

keuangan dunia. Pertumbuhan

ekonomi negara berkembang

dimotori oleh pertumbuhan di China

dan India. PDB China di 2009 direvisi

ke atas menjadi 8,5% yoy, dan India

tumbuh stabil di 5,4% yoy. Sementara

pertumbuhan ekonomi di negara

ASEAN-5 direvisi menjadi 0,7% yoy

dari -0,3% proyeksi sebelumnya.

Risiko downside pertumbuhanRisiko downside pertumbuhanRisiko downside pertumbuhanRisiko downside pertumbuhanRisiko downside pertumbuhan

ekonomi semakin berkurang namunekonomi semakin berkurang namunekonomi semakin berkurang namunekonomi semakin berkurang namunekonomi semakin berkurang namun

masih menjadi perhatian.masih menjadi perhatian.masih menjadi perhatian.masih menjadi perhatian.masih menjadi perhatian. Risiko

utama dalam jangka pendek adalah

tertahannya pemulihan ekonomi

akibat kebijakan moneter dan fiskal

yang terhenti terlalu dini.

Pengalaman krisis ekonomi di tahun

1930, pemulihan sentimen sektor

keuangan yang cepat telah

mendorong peningkatan konsumsi

dan investasi yang lebih tinggi dari

perkiraan. Namun, seiring dengan

risiko penurunan posisi fiskal,

terhentinya kebijakan dalam

mendukung sektor keuangan dapat

berakibat pada periode stagnasi dan

krisis yang lebih panjang.

Inflasi relatif stabil di level rendah.Inflasi relatif stabil di level rendah.Inflasi relatif stabil di level rendah.Inflasi relatif stabil di level rendah.Inflasi relatif stabil di level rendah.

Peningkatan permintaan domestik di

sebagian kawasan belum mampu

mendorong naiknya inflasi, seiring

kapasitas produksi yang masih rendah

dan terbatasnya pendanaan rumah

tangga. Inflasi 2009 di negara maju

stabil di 0,1% yoy, sedangkan inflasi

negara berkembang di 5,5% yoy

sedikit meningkat 0,2% yoy dari

perkiraan sebelumnya. Sementara itu,

IMF memprediksi harga minyak dunia

di 2009 dan 2010 masing-masing

sebesar USD61,53/barrel dan

USD76,50/barrel.

Outlook Jangka Menengah (2010 √

2014)

Proyeksi pertumbuhan output jangkaProyeksi pertumbuhan output jangkaProyeksi pertumbuhan output jangkaProyeksi pertumbuhan output jangkaProyeksi pertumbuhan output jangka

menengah diperkirakan lebih rendahmenengah diperkirakan lebih rendahmenengah diperkirakan lebih rendahmenengah diperkirakan lebih rendahmenengah diperkirakan lebih rendah

dari kondisi sebelum krisisdari kondisi sebelum krisisdari kondisi sebelum krisisdari kondisi sebelum krisisdari kondisi sebelum krisis. Hal ini

akibat anjloknya output secara

permanen. Investasi yang rendah dan

bankrutnya sejumlah perusahaan

yang berdampak pada penurunan

modal efektif. Selain itu,

pengangguran diperkirakan masih

cukup tinggi di sejumlah negara maju.

Untuk memperkuat proses pemulihan

ekonomi, perlu dilakukan penyesuaian

pola permintaan agregat terutama

dengan mengalihkannya kepada

permintaan domestik dan impor. Disisi

penawaran, dibutuhkan kebijakan

untuk memperbaiki sistem keuangan,

pengelolaan perusahaan dan

intermediasi keuangan, mendukung

Page 65: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Dunia

53

investasi pemerintah, dan reformasi

jaringan kesejahteraan sosial. Selain

dengan komitmen yang kuat untuk

melakukan reformasi dimaksud,

rebalancing permintaan global

membutuhkan proses yang panjang

dan harus didukung oleh nilai tukar

yang fleksibel.

Inflasi diperkirakan masih tertahanInflasi diperkirakan masih tertahanInflasi diperkirakan masih tertahanInflasi diperkirakan masih tertahanInflasi diperkirakan masih tertahan

di level rendahdi level rendahdi level rendahdi level rendahdi level rendah. Penurunan kebijakan

stimulus dan kebijakan non

tradisional menahan laju proses

pemulihan permintaan domestik.

Selain itu, meningkatnya tabungan

masyarakat sebagai dampak

pengangguran yang terus

meningkat turut menunjang

perlambatan peningkatan harga.

Tantangan Kebijakan

Prioritas utama adalah prosesPrioritas utama adalah prosesPrioritas utama adalah prosesPrioritas utama adalah prosesPrioritas utama adalah proses

pemulihan berjalan sesuai denganpemulihan berjalan sesuai denganpemulihan berjalan sesuai denganpemulihan berjalan sesuai denganpemulihan berjalan sesuai dengan

target horizon kebijakan melaluitarget horizon kebijakan melaluitarget horizon kebijakan melaluitarget horizon kebijakan melaluitarget horizon kebijakan melalui

sektor keuangan yang sehat,sektor keuangan yang sehat,sektor keuangan yang sehat,sektor keuangan yang sehat,sektor keuangan yang sehat,

kebijakan ekonomi makro yang tepat,kebijakan ekonomi makro yang tepat,kebijakan ekonomi makro yang tepat,kebijakan ekonomi makro yang tepat,kebijakan ekonomi makro yang tepat,

dan langkah exit strategis yang kuat.dan langkah exit strategis yang kuat.dan langkah exit strategis yang kuat.dan langkah exit strategis yang kuat.dan langkah exit strategis yang kuat.

Ditengah risiko downside akibat

penurunan kebijakan fiskal, sejumlah

aturan dan mekanisme penerapannya

harus dipersiapkan untuk menjaga

tingkat keyakinan investor termasuk

exit strategies yang diperlukan. Bank

sentral memiliki tugas utama

mendukung situasi moneter yang

sesuai untuk menjaga kelangsungan

pemulihan ekonomi. Masalah lainnya

yaitu tingkat pengangguran di negara

maju dan tingkat kemiskinan di

negara berkembang. Untuk

mengurangi tingkat pengangguran,

kebijakan pemberian insentif berupa

pengurangan pajak penghasilan dan

membuka lapangan kerja baru.

Sementara itu, dukungan bantuan

negara maju memiliki peran penting

untuk mempertahankan stabilitas

makro ekonomi negara berkembang.

Page 66: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

54

Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)Tabel 1. Proyeksi PDB Terkini (% yoy)

World OutputAdvanced economies USA

Euro AreaJermanPerancisItaliaSpanyol

JepangInggrisOther advancedeconomies

Newly industrialized Asianecon

KoreaSingapura

Emerging & DevelopingAfrika

Central & Eastern EuropeDeveloping Asia

ChinaIndia

ASEAN-5IndonesiaThailandPhilippinaMalaysiaVietnam

Middle EastWestern Hemisphere

BrazilMeksikoArgentina

Commodity prices (USD)Oil*****

NonfuelConsumer prices

Advanced economiesEmerging & DevelopingEcon

2008

Proyeksi 2009 (WEO) Proyeksi 2010 (WEO)Different fromWEO-July 09

Apr 09July 09

(Update)

CurrentProjection

Oct 09Apr 09

July 09(Update)

CurrentProjection

Oct 092009 2010

Sumber: WEO, Oktober-09Ket: Tinta merah mengindikasikan penurunan proyeksi pertumbuhan > 0,2% dari proyeksi sebelumnya (WEO-Jul-09)* Rata-rata sederhana dari harga minyak mentah U.K. Brent, Dubai, dan WTI. Dengan menggunakan rata-rata harga minyak AS di

tahun 2008 sebesar $97,03, maka proyeksi harga minyak di 2009 dan 2010 masing-masing $61,53 dan $76,50.

3,20,91,10,91,30,7

-1,01,2

-0,60,71,6

5,7

2,21,16,15,22,97,79,07,34,96,12,64,64,66,25,94,25,11,37,0

36,47,5

3,49,3

-1,3-3,8-2,8-4,2-5,6-3,0-4,4-3,0-6,2-4,1-4,1

-5,6

-4,0-10,0

1,62,0

-3,74,86,54,50,02,5

-3,00,0

-3,53,32,5

-1,5-1,3-3,7-1,5

-46,4-27,9

-0,25,7

-1,4-3,8-2,6-4,8-6,2-3,0-5,1-4,0-6,0-4,2-3,9

-5,2

--

1,51,81,55,57,55,4-0,3

-----

2,0-2,6-1,3-7,3

-

-37,6-23,8

0,15,3

-1,1-1,1-1,1-1,1-1,1-3,4-3,4-3,4-3,4-3,4-2,7-4,2-4,2-4,2-4,2-4,2-5,3-5,3-5,3-5,3-5,3-2,4-2,4-2,4-2,4-2,4-5,1-3,8-5,4-5,4-5,4-5,4-5,4-4,4-2,1-2,1-2,1-2,1-2,1

-2,4-2,4-2,4-2,4-2,4

-1,0-3,31,71,7

-5,06,26,26,26,26,28,58,58,58,58,55,40,70,70,70,70,74,0

-3,51,0

-3,64,62,0

-2,5-0,7-0,7-0,7-0,7-0,7-7,3-3,0

-36,6-36,6-36,6-36,6-36,6-20,39-20,39-20,39-20,39-20,39

0,15,5

1,90,00,0

-0,4-1,00,4

-0,4-0,70,5

-0,40,6

0,8

1,5-0,14,03,90,86,17,55,62,33,51,01,01,34,03,51,62,21,00,7

20,24,4

0,34,7

2,50,60,8

-0,3-0,60,4

-0,1-0,81,70,21,0

1,4

--

4,74,11,07,08,56,53,7

-----

3,72,32,53,0

-

23,12,2

0,94,6

3,13,13,13,13,11,31,31,31,31,31,51,51,51,51,50,30,30,30,30,30,30,30,30,30,30,90,90,90,90,90,20,20,20,20,2

-0,71,70,90,90,90,90,92,62,62,62,62,6

3,63,63,63,63,6

3,64,15,15,15,15,15,14,01,81,81,81,81,87,37,37,37,37,39,09,09,09,09,06,44,04,04,04,04,03,51,01,01,34,04,24,24,24,24,22,92,92,92,92,93,53,53,53,53,53,33,33,33,33,32,0

24,324,324,324,324,32,4

1,14,94,94,94,94,9

0,30,4

-0,10,60,90,60,00,20,6

-0,21,8

2,8

--

0,2-0,10,00,71,00,01,1

-----

0,00,10,60,0

-

1,03,5

0,00,2

0,60,70,70,60,90,50,30,10,00,71,6

2,2

--

0,4-0,10,80,30,5

-0,10,3

-----

0,50,61,00,3

-

1,20,2

0,20,3

Page 67: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

55

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

PENGANTAR

Selama TW3-09Selama TW3-09Selama TW3-09Selama TW3-09Selama TW3-09 kondisi pasarkondisi pasarkondisi pasarkondisi pasarkondisi pasar

keuangan semakin stabil seiring dengankeuangan semakin stabil seiring dengankeuangan semakin stabil seiring dengankeuangan semakin stabil seiring dengankeuangan semakin stabil seiring dengan

keketatan dan volatil itas pasar yangkeketatan dan volatil itas pasar yangkeketatan dan volatil itas pasar yangkeketatan dan volatil itas pasar yangkeketatan dan volatil itas pasar yang

cenderung menurun. cenderung menurun. cenderung menurun. cenderung menurun. cenderung menurun. Spread suku bunga

jangka pendek perbankan dengan suku bunga

kebijakan semakin menyempit menuju

normal. Di tengah tanda-tanda pemulihan

ekonomi global yang semakin menguat,

kinerja pasar saham baik di negara maju

maupun berkembang semakin meningkat.

Peningkatan kinerja juga terjadi di pasar

obligasi yang tercermin dari semakin

menurunnya yield obligasi negara maupun

korporasi di negara maju maupun emerging

Asia. Selain itu, harga komoditas cenderung

meningkat dari titik terendahnya di TW1-09.

Perkembangan yang positif tersebut

mendorong penguatan mata uang negara-

negara di dunia terhadap USD. Perkembangan

yang semakin positif di pasar keuangan

tersebut juga terjadi pada pasar sukuk dan

pasar saham berbasis syariah.

A. PASAR VALUTA ASING

Nilai Tukar Negara Maju.Nilai Tukar Negara Maju.Nilai Tukar Negara Maju.Nilai Tukar Negara Maju.Nilai Tukar Negara Maju.

Perkembangan di pasar valuta asing secara

umum sejalan dengan perbaikan sentimen

yang terjadi di pasar keuangan. Sejak Maret

2009, nilai tukar USD terus terdepresiasi, baik

terhadap mata uang utama (Euro dan Yen)

maupun terhadap mata uang dunia lainnya1

(Grafik 3.1). Membaiknya risk appetite investor

terhadap data makroekonomi global dan

penguatan harga saham merupakan faktor

dibalik melemahnya USD. Selain itu,

berkembangnya wacana mengenai keraguan

atas kelangsungan dollar AS sebagai reserve

currency juga memberikan tekanan bagi

pelemahan dollar AS. Dengan perkembangan

tersebut, depresiasi USD berdasarkan Trade

Weighted Index (TWI) di TW3-09 mencapai

5% qtq (rata-rata).

Pasar Keuangan dan Komoditas

3B A B

1 US Nominal Trade Weighted Index (TWI) adalah indeks rata-ratatertimbang nilai tukar dollar AS terhadap beberapa mata uangutama dunia. Negara-negara yang termasuk major currenciesadalah mata uang Euro, Kanada, Jepang, Inggris, Swiss, Australia,dan Swedia. Negara-negara yang termasuk dalam broad indexadalah negara-negara major currencies ditambah denganMeksiko, China, Korea, India, Taiwan, Hongkong, Brazil, ASEAN-5, Rusia, Saudi Arabia, Israel, Chile, Argentina, Colombia, danVenezuela.

Page 68: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

56

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan:Apresiasi (+), Depresiasi (-)ptp = point to point; qtq = quarter to quarter; yoy = year on year

Akhir Periode

Kawasan Euro (EUR) 0,63 0,71 0,71 0,68 0,64 0,67 0,73 0,70 4,1 4,7 4,3 -4,8Jepang (Yen) 106,21 106,81 96,36 89,69 104,59 108,05 97,38 93,58 6,9 3,9 16,0 13,4China (Yuan) 6,85 6,85 6,83 6,83 6,96 6,84 6,83 6,83 0,1 0,0 0,3 0,2Korea (Won) 1.047 1.187 1.272 1.176 1.018 1.064 1.284 1.239 7,6 3,5 0,9 -16,4India (Rupee) 43,06 46,98 47,91 48,11 41,94 43,75 48,68 48,42 -0,4 0,5 -2,4 -10,7Indonesia (Rupiah) 9.226 9.590 10.208 9.665 9.257 9.228 10.531 9.975 5,3 5,3 -0,8 -8,1Malaysia (Ringgit) 3,27 3,44 3,52 3,46 3,21 3,34 3,55 3,52 1,6 0,8 -0,5 -5,4Philipina (Peso) 44,81 47,13 48,08 47,58 42,95 45,49 47,70 48,06 1,0 -0,8 -0,9 -5,6Singapura (Dolar) 1,36 1,44 1,45 1,41 1,37 1,40 1,47 1,44 2,6 2,3 1,8 -2,9Thailand (Bath) 33,44 33,86 34,04 33,44 32,27 33,86 34,73 33,96 1,8 2,2 1,2 -0,3

TW2 TW3 TW2 TW3

Rata-rata

ptp Rata-rata ptp Rata-rata

Perubahan TW3-09

% qtq % yoyNilai Tukar

Tabel 3.1. Nilai Tukar NominalTabel 3.1. Nilai Tukar NominalTabel 3.1. Nilai Tukar NominalTabel 3.1. Nilai Tukar NominalTabel 3.1. Nilai Tukar Nominal

2008 2009 2008 2009TW2 TW3 TW2 TW3

Dengan perkembangan tersebut, secara

nominal, mata uang Euro dan Yen mengalami

apresiasi terhadap USD. Penguatan Euro dan

Yen terhadap USD secara rata-rata pada TW3-

09 masing-masing mencapai 4,7% dan 3,9%

dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 3.1 dan

Grafik 3.2). Apresiasi Euro didukung oleh lebih

baiknya aktivitas ekonomi dibanding perkiraan

awal. Sementara untuk Yen lebih dipengaruhi

oleh sentimen positif terhadap hasil pemilu

Jepang. Kemenangan DPJ (Democratic Party

of Japan) terhadap partai yang berkuasa LDP

(Liberal Democratic Party) dalam pemilu

Agustus-09 diharapkan dapat memberikan

perubahan lebih baik bagi perekonomian

Jepang.

Secara Riil, perkembangan Euro dan Yen

terhadap USD diukur dari pergerakan REER

(Tabel 3.2 dan Grafik 3.2). Untuk periode yang

Grafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERGrafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERGrafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERGrafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERGrafik 3.2 Nilai Tukar Nominal dan REERNegara Maju terhadap USDNegara Maju terhadap USDNegara Maju terhadap USDNegara Maju terhadap USDNegara Maju terhadap USD

Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100

Indeks

TW3-09

Sumber: Bloomberg

2006 2007 2008 2009

70

80

90

100

110

120

130

140

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

REER Euro

REER YenNominal Euro/USDNominal Yen/USD

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1 US Nominal Trade Weighted Index (TWI)US Nominal Trade Weighted Index (TWI)US Nominal Trade Weighted Index (TWI)US Nominal Trade Weighted Index (TWI)US Nominal Trade Weighted Index (TWI)1 Jan 2007=1001 Jan 2007=1001 Jan 2007=1001 Jan 2007=1001 Jan 2007=100

Indeks

TW3-09

Sumber: Federal Reserve System

Recent Peak (Mar-09)

80

85

90

95

100

105

110

Broad Index

Major Currencies Index

Jan Mei Sep JanMar Jul Mei SepMar Jul Nov Jan Mei SepMar JulNov

2007 2008 2009

Page 69: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

57

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

Pemulihan ekonomi Korea semakin kuat

seiring dengan perbaikan ekspor-impor Korea

juga terefleksi pada nilai tukar rill efektif yang

meningkat sebesar 1,5% qtq. Sejalan dengan

kebijakannya untuk mengkontrol nilai tukar,

nilai tukar Yuan China terhadap USD

cenderung tidak berubah secara berarti.

Mengingat mayoritas mata uang negara

sama, nilai tukar riil Euro dan Yen juga

terapresiasi masing-masing 0,3% dan 0,8%

dibanding triwulan sebelumnya. Lebih

rendahnya apresiasi nilai tukar riil dibanding

nominalnya lebih disebabkan oleh

perkembangan inflasi. Baik Kawasan Euro

maupun Jepang mengalami deflasi yang

semakin dalam pada periode laporan seiring

belum pulih sepenuhnya permintaan domestik.

Nilai Tukar Nilai Tukar Nilai Tukar Nilai Tukar Nilai Tukar EmergingEmergingEmergingEmergingEmerging Asia. Asia. Asia. Asia. Asia. Nilai tukar

negara-negara emerging Asia terus terapresiasi

terhadap USD sejak Maret 2009 sejalan

dengan membaiknya prospek pemulihan

ekonomi dunia, terutama di kawasan Asia

yang dimotori oleh China dan India. (Tabel 3.1

dan Grafik 3.3). Won Korea mengalami

penguatan terbesar mencapai 7,6% qtq

(point-to-point) dan 3,5% qtq (rata-rata) di

akhir triwulan laporan, seiring dengan

meningkatkan risk appetite investor terhadap

aset-aset negara emerging termasuk Korea.

Sumber: BIS, diolahKeterangan:Apresiasi (+), Depresiasi (-)ptp = point to point; qtq = quarter to quarter; yoy = year on year

Akhir Periode

Kawasan Euro (EUR) 113,7 108,6 112,5 112,6 114,1 110,8 111,6 112,0 0,1 0,3 3,7 1,1Jepang (Yen) 78,1 80,8 90,9 93,5 79,6 78,5 91,7 92,4 2,9 0,8 15,7 17,7China (Yuan) 103,6 111,5 109,5 109,7 103,5 107,7 112,6 109,7 0,1 -2,6 -1,7 1,8Korea (Won) 96,3 89,6 83,4 84,7 97,1 94,5 83,0 84,0 1,5 1,2 -5,5 -11,1India (Rupee) 102,9 101,7 98,3 96,3 103,9 103,6 97,5 97,1 -2,0 -0,4 -5,3 -6,3Indonesia (Rupiah) 111,6 117,8 111,0 113,1 109,7 116,2 109,0 112,6 1,9 3,3 -4,0 -3,1Malaysia (Ringgit) 101,7 99,9 97,7 95,5 100,4 101,3 98,0 96,1 -2,2 -1,9 -4,4 -5,1Philipina (Peso) 120,4 118,8 118,1 114,8 121,6 120,3 119,3 115,9 -2,8 -2,8 -3,4 -3,6Singapura (Dolar) 102,9 102,4 101,8 102,7 103,4 102,8 102,0 102,7 0,9 0,7 0,3 -0,1Thailand (Bath) 114,8 110,9 111,4 109,4 116,3 111,5 110,9 110,3 -1,8 -0,5 -1,4 -1,1

TW2 TW3 TW2 TW3

Rata-rata Periode

ptp Rata-rata ptp Rata-rata

Perubahan TW3-09

% qtq % yoyNilai Tukar

Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)Tabel 3.2. Nilai Tukar Riil Efektif (REER)

2008 2009 2008 2009TW2 TW3 TW2 TW3

Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Grafik 3.3 Nilai Tukar Nominal dan REER China,Korea, dan India thd USDKorea, dan India thd USDKorea, dan India thd USDKorea, dan India thd USDKorea, dan India thd USD

Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100

Indeks

Sumber: Bloomberg

TW3-09

2006 2007 2008 2009Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

REER WonREER Yuan

REER RupeeNominal Won/USD

Nominal Yuan/USD

Nominal Rupee/USD

Page 70: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

58

lainnya cenderung terapresiasi terhadap dollar

AS, maka nilai tukar efektif (REER) Yuan China

di TW3-09 mengalami depresiasi sebesar 2,6%

qtq terhadap negara-negara mitra dagangnya

(Tabel 3.2 dan Grafik 3.3).

Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Nilai Tukar Negara ASEAN-5. Selain

penguatan di pasar saham seiring dengan

optimisme prospek perekonomian global

kedepan, penguatan nilai tukar ASEAN-5

sampai dengan TW3-09 juga didorong oleh

peningkatan kegiatan pembelian high yielding

currency di emerging Asia (Tabel 3.1 dan Grafik

3.4). Penguatan terbesar dialami oleh Rupiah

Indonesia yang naik 5,3% qtq di akhir triwulan

laporan. Ditengah kondisi ekternal yang mulai

kondusif, dan fundamental domestik Indonesia

juga terbukti masih cukup tangguh,

mendorong aliran dana asing masuk yang

berdampak pada penguatan Rupiah.

Perkembangan REER Indonesia juga

menujukkan hal serupa, baik secara point-to-

point maupun rata-rata terapresiasi masing-

masing 1,9% qtq dan 3,3% qtq. Hal ini

disebabkan menguatnya nilai tukar nominal

Rupiah terhadap mitra dagang utama ditengah

rendahnya tekanan inflasi domestik (Tabel 3.2

dan Grafik 3.5).

Sampai dengan TW3-09 kondisi di pasar

kredit global terus menunjukan perbaikan

sebagaimana tercermin dari semakin

sempitnya spread di berbagai pasar keuangan.

Keketatan dan resiko di pasar keuangan terus

mengendur sebagaimana tercermin dari terus

menyempitnya spread antara LIBOR dan

Overnight Index Swap (OIS) untuk mata uang

Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5Grafik 3.4 Nilai Tukar Nominal ASEAN-5terhadap USDterhadap USDterhadap USDterhadap USDterhadap USD

Grafik 3.5 REER ASEAN-5 Grafik 3.5 REER ASEAN-5 Grafik 3.5 REER ASEAN-5 Grafik 3.5 REER ASEAN-5 Grafik 3.5 REER ASEAN-5Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100Januari 2006=100

Indeks

TW3-09

Sumber: Bloomberg

Peso DollarSingapura

Baht

Ringgit

Rupiah

60

70

80

90

100

110

120

130

140

2006 2007 2008 2009Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

Grafik 3.6 3M LIBOR SpreadGrafik 3.6 3M LIBOR SpreadGrafik 3.6 3M LIBOR SpreadGrafik 3.6 3M LIBOR SpreadGrafik 3.6 3M LIBOR Spread

Sumber: Bloomberg

Indeks

TW3-09Peso

DollarSingapura

Baht

Ringgit

Rupiah

2006 2007 2008 2009Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

70

80

90

100

110

120

130

Sumber: BloombergKet : (*) LIBOR G3 (rata-rata) dan Policy Rate G3 (rata-rata)

(**) LIBOR G3 (rata-rata) dan OIS G3 (rata-rata)

(%)

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5Spread Libor-Policy Rate (*)

Spread Libor-OIS (**)

4Jan

11Feb

20Mar

27Apr

4Jun

12Jul

19Ags

26Sep

3Nov

11Des

8Jan

25Feb

4Apr

12Mei

19Jun

27Jul

3Sep

11Okt

2008 2009

Page 71: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

59

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

tercemin dari terus menurunnya TED Spread

yang menggambarkan spread antara 3M T-Bills

vs 3M LIBOR (Grafik 3.7).

B. PASAR SAHAM

Di akhir TW3-09 pasar saham global

terus meningkat dari nilai terendahnya di

Maret tahun ini (Tabel 3.3 dan Grafik 3.8).

Peningkatan harga saham ditunjang oleh lebih

positifnya data-data makroekonomi Amerika

Serikat dan China, merangkak naiknya harga

komoditas dan lebih optimisnya prospek di

sektor keuangan. Pendapatan lembaga

keuangan Amerika Serikat dan Eropa di

triwulan kedua lebih baik daripada yang

diperkirakan - operasional investment banking

mencatat keuntungan yang signifikan.

Sebagian besar perkembangan harga

saham di emerging Asia sejalan dengan

G3, serta spread antara LIBOR dan suku bunga

kebijakan negara G3 (Grafik 3.6). Spread turun

drastis dibandingkan dengan level pada saat

Lehman Brothers bangkrut. Terus membaiknya

kondisi pasar kredit global juga tidak terlepas

dari semakin berkurangnya permintaan dana

oleh perbankan internasional melalui bebagai

fasilitas likuiditas yang disediakan oleh Bank

Sentral AS. Kondisi tersebut antara lain

Grafik 3.7 TED SpreadGrafik 3.7 TED SpreadGrafik 3.7 TED SpreadGrafik 3.7 TED SpreadGrafik 3.7 TED Spread

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan:Indeks dalam mata uang lokal; ptp = point to point; qtq = quarter to quarter; yoy = year on year

Akhir Periode

Dow Jones (AS) 11.350 10.851 8.447 9.712 12.511 11.322 8.331 9.221 15,0 10,7 -10,5 -18,6

S&P 500 (AS) 1.280 1.166 919 1.057 1.372 1.252 893 996 15,0 11,6 -9,4 -20,5

Stoxx 50 (Kawasan Euro) 3.353 3.038 2.402 2.873 3.704 3.279 2.381 2.661 19,6 11,8 -5,4 -18,9

Nikkei 225 (Jepang) 13.481 10.133 9.958 10.133 13.810 9.803 9.302 10.129 1,8 8,9 0,0 3,3

SHCOMP (China) 2.736 2.294 2.959 2.912 3.316 2.508 2.641 3.058 -1,6 15,8 26,9 21,9

KOSPI (Korea) 1.675 1.448 1.390 1.673 1.793 1.519 1.371 1.564 20,4 14,1 15,5 2,9

BSE Sensex (India) 13.462 12.860 14.494 17.127 16.061 14.105 13.078 15.423 18,2 17,9 33,2 9,3

JCI (Indonesia) 2.349 1.833 2.027 2.468 2.363 2.106 1.822 2.289 21,7 25,6 34,7 8,7

KLCI (Malaysia) 1.187 1.019 1.075 1.202 1.253 1.094 1.015 1.161 11,8 14,3 18,0 6,1

PCOMP (Philipina) 2.460 2.570 2.438 2.801 2.783 2.569 2.280 2.731 14,9 19,8 9,0 6,3

STI (Singapura) 2.948 2.359 2.333 2.673 3.125 2.745 2.128 2.551 14,5 19,9 13,3 -7,1

SET (Thailand) 769 597 597 717 822 694 537 650 20,0 21,0 20,2 -6,3

TW2 TW3 TW2 TW3

Rata-rata

ptp Rata-rata ptp Rata-rata

Perubahan TW3-09

% qtq % yoyIndeks Saham

Tabel 3.3. Indeks Harga SahamTabel 3.3. Indeks Harga SahamTabel 3.3. Indeks Harga SahamTabel 3.3. Indeks Harga SahamTabel 3.3. Indeks Harga Saham

2008 2009 2008 2009TW2 TW3 TW2 TW3

Sumber: Bloomberg

5

15

25

35

45

55

65

75

2006 2007 2008 2009Jan Mar Jun Ags Okt Jan Mar Jun Ags Nov Jan Apr Jun Sep Nov Feb Apr Jul Sep

TW3-09VIX

JPMorgan G7 Exchange Rate

JPMorgan Emerging Market

Page 72: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

60

investor sentiment di bursa saham. Untuk

Indonesia, kenaikan peringkat utang sovereign

rating Indonesia oleh Moody»s dari Ba3 ke Ba2

juga turut mendorong harga saham. Sentimen

positif juga dialami di bursa saham Thailand

dan Singapura seiring dengan tertahannya

kontraksi ekonomi di kedua negara yang lebih

cepat dari dugaan semula.

C. PASAR OBLIGASI GLOBAL

C.1. Pasar Obligasi Global Negara

Sepanjang TW3-09, Sepanjang TW3-09, Sepanjang TW3-09, Sepanjang TW3-09, Sepanjang TW3-09, yieldyieldyieldyieldyield obligasi obligasi obligasi obligasi obligasi

negara G3 maupun negara G3 maupun negara G3 maupun negara G3 maupun negara G3 maupun emerging marketemerging marketemerging marketemerging marketemerging market,,,,,

cenderung menurun, seiring dengan optimismecenderung menurun, seiring dengan optimismecenderung menurun, seiring dengan optimismecenderung menurun, seiring dengan optimismecenderung menurun, seiring dengan optimisme

pemulihan ekonomi global yang semakin kuatpemulihan ekonomi global yang semakin kuatpemulihan ekonomi global yang semakin kuatpemulihan ekonomi global yang semakin kuatpemulihan ekonomi global yang semakin kuat

(Grafik 3.11). Lelang surat utang pemerintah

AS berjangka waktu 3 tahun senilai USD37

miliar berhasil menarik permintaan terbanyak

sepanjang penerbitan surat utang pemerintah

AS, sehingga mendorong yield menurun, lebih

rendah dari ekspektasi sebelumnya.

Meningkatnya permintaan tersebut juga dipicuGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan IndiaGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan IndiaGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan IndiaGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan IndiaGrafik 3.9 Indeks Saham China, Korea, dan India

1 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=100

perkembangan yang terjadi di pasar saham

negara maju, namun lebih sensitif terhadap

perubahan risk appetite dan harga komoditas

(Grafik 3.9 dan Grafik 3.10). Peningkatan yang

tajam, lebih dari 50% dibandingkan level di

Maret 2009 dialami oleh pasar saham di India,

Indonesia, Thailand dan Singapura.

Ketangguhan ekonomi India dan Indonesia

yang mampu mencapai pertumbuhan diatas

4% yoy ditengah krisis keuangan saat ini

memberikan kontribusi yang positif atas

Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-5Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-5Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-5Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-5Grafik 3.10 Indeks Saham ASEAN-51 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=100

Indeks

Sumber: Bloomberg

2006 2007 2008 2009

TW3-09

0

100

200

300

400

500

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

SHCOMP(China)

Kospi(Korea)

BSE Sensex(India)

Indeks

Sumber: Bloomberg

2006 2007 2008 2009

TW3-09

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul0

50

100

150

200

250

300

STI(Singapura)

JCI(Indonesia)

PCOMP(Philipina)

KLCI(Malaysia)

SET (Thailand)

Grafik 3.8 Indeks Saham Negara MajuGrafik 3.8 Indeks Saham Negara MajuGrafik 3.8 Indeks Saham Negara MajuGrafik 3.8 Indeks Saham Negara MajuGrafik 3.8 Indeks Saham Negara Maju1 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=1001 Januari 2006=100

Dow Jones(AS)

S&P 500 (AS)

Stoxx-50(Kawasan

Euro)

Nikkei 225(Jepang)

Indeks

TW3-09

Sumber: Bloomberg

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

2006 2007 2008 2009Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

Page 73: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

61

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

oleh pengalihan aset akibat tertekannya harga

saham. Sementara penurunan yield obligasi

Jepang dipicu oleh (i) spekulasi kemungkinan

BoJ mempertahankan suku bunganya

mendekati nol dalam rangka menjaga

pemulihan ekonomi, dan (ii) tren penguatan

nilai tukar Yen. Namun berbeda dengan yang

terjadi pada obligasi Jerman, penurunan yield

German Bund didorong oleh meningkatnya

permintaan para investor terhadap safety asset

(German Bund) yang dipicu oleh sentimen

negatif atas penurunan harga wholesale dan

kenaikan ekspor Jerman yang lebih rendah dari

yang perkiraan.emerging market. Khusus Indonesia,

disamping membaiknya faktor eksternal,

meningkatnya kepercayaan serta optimisme

portfolio investor terhadap Indonesia

disebabkan oleh (i) membaiknya indikator

fundamental ekonomi yang dicerminkan dari

meningkatnya cadangan devisa dan

menguatnya nilai tukar Rupiah, terutama

setelah BI rate diturunkan menjadi 6,5%, (ii)

sentimen positif atas stabilitas politik yang

terindikasi dari lancarnya pelaksanaan pemilu

Presiden. Perbaikan kinerja obligasi

Pemerintah Indonesia tersebut terjadi pada

hampir semua maturity obligasi, baik yang

berjangka 10 tahun maupun 30 tahun

(Grafik 3.13 dan 3.14). Melihat fundamental

perekonomian Indonesia saat ini, penurunan

yield obligasi global Indonesia tersebut

diperkirakan masih akan berlanjut, terlebih

setelah sovereign credit rating Indonesia

dinaikkan oleh Moody»s dari Ba3 menjadi Ba2

pada 16 September 2009. Selanjutnya tren

penurunan yield obligasi Pemerintah juga

berpengaruh terhadap perbaikan kinerja

Grafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danGrafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danGrafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danGrafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danGrafik 3.12 Yield Curve Obligasi Indonesia danPeersPeersPeersPeersPeers

ObligasiObligasiObligasiObligasiObligasi Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Peers. Peers. Peers. Peers. Peers. Pada

TW3-09 yield obligasi pemerintah Indonesia

dan peers juga mengalami penurunan (Grafik

3.12). Penurunan yield ini merupakan

kelanjutan dari tren penurunan yield yang

juga terjadi pada TW1 dan TW2-09.

Penurunan yield obligasi Indonesia dan

peers banyak dipengaruhi oleh sentimen

positif terhadap Indonesia dan kawasan

%

Sumber: Bloomberg 2009

3

5

7

9

11

13

15

2008 2009Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags SepOkt Jan Mar Jul

Turkey

PeruPhilippina

INDO'19

Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3Grafik 3.11 Yield Curve Bond G3

Sumber: Bloomberg 2009

2008 2009Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags Sep

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

1

1,1

1,2

1,3

1,4

1,5

1,6

1,7

Okt Jan Mar Jul

UST (lhs)

Japan (rhs)

German (lhs)

Page 74: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

62

Grafik 3.16 Grafik 3.16 Grafik 3.16 Grafik 3.16 Grafik 3.16 CDSCDSCDSCDSCDS Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan Indonesia dan PeersPeersPeersPeersPeersGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yrGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yrGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yrGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yrGrafik 3.14 Yield Curve Obligasi Indonesia 30 yr

%

Sumber: Bloomberg 2009

2008 2009Sep Nov Mei SepJan Mar Jul

16

8

6

14

12

10

INDO»37 INDO»38INDO»35

Grafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan IndonesiaGrafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan IndonesiaGrafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan IndonesiaGrafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan IndonesiaGrafik 3.15 Yield Obligasi Perbankan Indonesia

%

Sumber: Bloomberg 2009

2008 2009Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags SepOkt Jan Mar Jul

4

6

8

10

12

14

16

18

Lippo Bank'16

INDO'19

Niaga'15

obligasi global korporasi Indonesia terpilih,

termasuk perbankan (Grafik 3.15).

Sejalan dengan penurunan Sejalan dengan penurunan Sejalan dengan penurunan Sejalan dengan penurunan Sejalan dengan penurunan yield yield yield yield yield obligasiobligasiobligasiobligasiobligasi

global Indonesia dan global Indonesia dan global Indonesia dan global Indonesia dan global Indonesia dan peerspeerspeerspeerspeers, CDS Indonesia dan, CDS Indonesia dan, CDS Indonesia dan, CDS Indonesia dan, CDS Indonesia dan

peerspeerspeerspeerspeers cenderung menurun pada TW3-09 cenderung menurun pada TW3-09 cenderung menurun pada TW3-09 cenderung menurun pada TW3-09 cenderung menurun pada TW3-09

(Grafik 3.16). Seperti halnya yield obligasi

global Indonesia, penurunan premi CDS

Indonesia juga diperkirakan masih akan

berlanjut, terlebih setelah Moody»s menaikkan

sovereign credit rating Indonesia dari Ba3

menjadi Ba2 karena perekonomian Indonesia

dinilai memiliki resiliensi yang relatif kuat

terhadap resesi ekonomi global.

Sumber: Bloomberg 2009

2008 2009

Turkey (lhs)Venezuela (rhs)

Peru (lhs)

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

Indonesia (lhs)Argentina (rhs)

Philippines (lhs)

Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags SepOkt Jan Mar JulJul Ags

Grafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yrGrafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yrGrafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yrGrafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yrGrafik 3.13 Yield Curve Obligasi Indonesia 10 yr

%

Sumber: Bloomberg 2009

2008 2009Sep Nov Des Feb Apr Mei Jun Ags SepOkt Jan Mar Jul

INDO»15

INDO»16INDO»14

INDO'17

13

8

3

C.2. Obligasi Global Korporasi

Penerbitan obligasi internasionalPenerbitan obligasi internasionalPenerbitan obligasi internasionalPenerbitan obligasi internasionalPenerbitan obligasi internasional

korporasi AS selama TW3-09 kembalikorporasi AS selama TW3-09 kembalikorporasi AS selama TW3-09 kembalikorporasi AS selama TW3-09 kembalikorporasi AS selama TW3-09 kembali

mengalami peningkatan. mengalami peningkatan. mengalami peningkatan. mengalami peningkatan. mengalami peningkatan. Pada periode tersebut,

penerbitan obligasi korporasi tercatat sebesar

USD200,7 miliar, meningkat 160%

dibandingkan penerbitan triwulan yang sama

tahun 2008 (USD77,2 miliar)2. Penerbitan

2 Reuters, 30 September 2009 dalam ≈US 3rd-Quarter CorporateBond Sales Up-Thomson Reuters∆.

Page 75: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

63

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

obligasi tersebut terdiri dari obligasi investment

grade diluar obligasi yang dijamin oleh

pemerintah sebesar USD161,3 miliar (naik

121,9% yoy) dan obligasi high yield senilai

USD39,4 miliar (naik 775,6% yoy). Tren

peningkatan penerbitan obligasi korporasi mulai

terjadi sejak Federal Reserve memutuskan untuk

memangkas suku bunga hingga 0%-0,25%

pada Desember 2008. Prediksi perekonomian

yang semakin membaik juga menumbuhkan

optimisme dikalangan investor untuk

berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi.

Tingginya minat investor terhadap obligasi

korporasi mendorong yield spread obligasi

korporasi terhadap obligasi pemerintah

menyempit. Yield spread obligasi korporasi per

24 September 2009 menyempit ke level 3,43%,

level terendah selama 20093. Perusahaan yang

menerbitkan obligasi triwulan ketiga ini antara

lain Ecopetrol SA (EC)., perusahaan minyak

dengan total USD1,5 miliar4 (Tabel 3.4). Obligasi

berjangka waktu sepuluh tahun tersebut

memiliki spread 425 basis point diatas US

Treasury dan mengalami oversubscribed

dengan total permintaan sebesar USD8,0 miliar.

Aktivitas penerbitan obligasi korporasiAktivitas penerbitan obligasi korporasiAktivitas penerbitan obligasi korporasiAktivitas penerbitan obligasi korporasiAktivitas penerbitan obligasi korporasi

di kawasan Eropa sampai dengan September-di kawasan Eropa sampai dengan September-di kawasan Eropa sampai dengan September-di kawasan Eropa sampai dengan September-di kawasan Eropa sampai dengan September-

09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,09 tercatat ekuivalen USD1,23 triliun,

meningkat 11% dibandingkan dengan totalmeningkat 11% dibandingkan dengan totalmeningkat 11% dibandingkan dengan totalmeningkat 11% dibandingkan dengan totalmeningkat 11% dibandingkan dengan total

penerbitan selama tahun 2008penerbitan selama tahun 2008penerbitan selama tahun 2008penerbitan selama tahun 2008penerbitan selama tahun 200855555..... Optimisme

pelaku pasar obligasi global terhadap

membaiknya kondisi perekonomian menjadi

faktor utama yang melatarbelakangi

meningkatnya aktivitas penerbitan di pasar

obligasi Eropa. Meningkatnya minat investor

terhadap obligasi korporasi Eropa mendorong

yield spread obligasi korporasi investment

grade menurun ke level 2,02%, dari nilai

tertinggi 4,63% pada Maret 20096. Salah satu

perusahaan yang menerbitkan obligasi pada

TW3-09 adalah Enel, perusahaan utility

terbesar di Italia. Enel menerbitkan obligasi

sebesar EUR4 miliar dan GBP2,25 miliar (Tabel

3.5). Penerbitan obligasi investment grade

tersebut merupakan penerbitan obligasi

korporasi terbesar di Eropa setelah Pfizer Inc

yang menerbitkan obligasi sebesar USD10,6

miliar pada Mei 20097.

Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009Tabel 3.4. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di AS Triwulan III 2009

1 Ecopetrol SA (EC) 1,5 bn 10 Oil Company

2 Rowan Companies Inc 500 mn 10 Provider drilling service

3 TJX Companies Inc 400 mn 6 Retailler

4 USAA Capital Corporation 200 mn 5 Finance

Penerbit ObligasiNo. Jumlah (USD) Sektor Usaha

Sumber : Bloomberg , Reuters & berbagai sumber diolah

Maturity (year)

3 Merrill Lynch & Co.s, Bloomberg, 12 Oktober 2009 dalam ≈USCorporate Issues Surpass $1 Trillion in 2009∆.

4 Dow Jones Newswires, 16 July 2009 dalam ≈Colombia Ecopetrol»sFirst Bond Sale Receives Strong Demand∆

5 Bloomberg, 8 September 2009 dalam ≈Corporate Bond Market«On Fire» in Europe as New Issue Jump∆.

6 Merrill Lynch & Co»s Corporate Index, 8 September 2009.7 Bloomberg, 11 September 2009 dalam ≈Corporate Bond Sales

Surge in Europe as Yield Premium Shrink∆.

Page 76: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

64

miliar, meningkat 11,0% dibandingkan

triwulan sebelumnya (USD88,3 miliar)9.

Mayoritas penerbitan obligasi dilakukan dalam

mata uang Chinese Yuan, Korean Won dan

Indian Rupee. Penerbitan obligasi terbesar

dilakukan oleh Petroliam Nasional Bhd,

perusahaan minyak Malaysia dengan jumlah

total USD4,5 miliar10 (Tabel 3.6). Penerbitan

tersebut merupakan penerbitan obligasi

korporasi Asia diluar Jepang terbesar sepanjang

2009 dan mengalami oversubscribed sebanyak

lima kali. Hal ini menunjukkan tingginya minat

investor terhadap obligasi yang diterbitkan oleh

korporasi di Asia.

Penerbitan obligasi Penerbitan obligasi Penerbitan obligasi Penerbitan obligasi Penerbitan obligasi sovereign sovereign sovereign sovereign sovereign dandandandandan

korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,korporasi Asia baik dalam mata uang G3 (USD,

Euro dan Yen) maupun dalam mata uangEuro dan Yen) maupun dalam mata uangEuro dan Yen) maupun dalam mata uangEuro dan Yen) maupun dalam mata uangEuro dan Yen) maupun dalam mata uang

domestik Asia selama TW3-09 kembalidomestik Asia selama TW3-09 kembalidomestik Asia selama TW3-09 kembalidomestik Asia selama TW3-09 kembalidomestik Asia selama TW3-09 kembali

meningkatmeningkatmeningkatmeningkatmeningkat. Peningkatan dipengaruhi oleh

optimisme pelaku pasar obligasi internasional

atas semakin kuatnya sinyal pemulihan

ekonomi paska krisis keuangan global. Total

penerbitan obligasi Asia dalam mata uang USD,

Euro dan Yen tercatat sebesar ekuivalen

USD18,7 miliar, atau meningkat 8,6% (qoq)

dibandingkan TW2-09 (USD17,2 miliar)8.

Sementara penerbitan obligasi dalam mata

uang domestik Asia sebesar ekuivalen USD98,0

8 Thomson Reuters, Debt Capital Markets Review, Third Quarter2009.

Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Tabel 3.5. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi di Eropa Triwulan III 2009Triwulan III 2009Triwulan III 2009Triwulan III 2009Triwulan III 2009

1 Fiat SpA EUR 1,25 bn 5 Manufacture

2 Bayerische Motoren Werkw

AG (BMW) EUR 1,5 bn 5 Manufacture

3 Royal KPN NV EUR 850 mn 20 Telecomunication

4 Enel EUR 4 bn n.a Utility

GBP 2,25 bn n.a

Penerbit ObligasiNo. Jumlah Sektor Usaha

Sumber : Bloomberg, Reuters & berbagai sumber

Maturity (year)

Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009Tabel 3.6. Penerbitan Beberapa Obligasi Korporasi Asia Triwulan III 2009

1 Petroliam Nasional Bhd 3 bn 10 Oil company

1,5 bn 5

2 Hutchison Whampoa Ltd. 2 bn 6 Container port operator

1 bn 10

3 Temasek Holding 1,5 bn 10 Investment company

4 SM Investments Corp 500 mn 5 Investment company

Penerbit ObligasiNo. Jumlah (USD) Sektor Usaha

Sumber : Bloomberg & berbagai sumber diolah

Maturity (year)

9 ibid.10 Bloomberg, 6 Agustus 2009 dalam ∆ Petronas $4.5 Billion Bond

Sale Shows Appetite for Energy Debt≈.

Page 77: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

65

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

Memasuki TW3-09, korporasiMemasuki TW3-09, korporasiMemasuki TW3-09, korporasiMemasuki TW3-09, korporasiMemasuki TW3-09, korporasi

Indonesia terlihat mulai aktif mencari sumberIndonesia terlihat mulai aktif mencari sumberIndonesia terlihat mulai aktif mencari sumberIndonesia terlihat mulai aktif mencari sumberIndonesia terlihat mulai aktif mencari sumber

pendanaan melalui penerbitan obligasi baikpendanaan melalui penerbitan obligasi baikpendanaan melalui penerbitan obligasi baikpendanaan melalui penerbitan obligasi baikpendanaan melalui penerbitan obligasi baik

di bursa internasional maupun melaluidi bursa internasional maupun melaluidi bursa internasional maupun melaluidi bursa internasional maupun melaluidi bursa internasional maupun melalui

mekanisme mekanisme mekanisme mekanisme mekanisme over the counterover the counterover the counterover the counterover the counter (OTC). (OTC). (OTC). (OTC). (OTC). Mulai

maraknya aktivitas penerbitan obligasi antara

lain didorong oleh meningkatnya kebutuhan

pendanaan untuk membiayai usaha dan me-

refinancing kewajiban yang akan jatuh

tempo. Sementara disisi lain, tingkat suku

bunga kredit perbankan domestik Indonesia

dinilai masih tinggi dan proses perjanjian

kredit membutuhkan waktu yang relatif lama.

Ditengah situasi demikian, obligasi menjadi

salah satu alternatif sumber pembiayaan bagi

korporasi Indonesia.

Selama TW3-09, tiga perusahaan telah

menerbitkan obligasi internasional dengan

total sebesar USD1.325,0 juta (Tabel.3.7).

Penerbitan dengan jumlah terbesar dilakukan

oleh PT Perusahaan Listrik Negara (USD750

juta)11. Obligasi berjangka waktu 10 tahun

tersebut memiliki yield dan kupon masing-

masing sebesar 8,125% dan 8,0%, serta

mengalami oversubscribed sebanyak sebelas

kali. Hal ini menunjukkan tingginya minat

investor terhadap surat berharga yang

diterbitkan oleh perusahaan Indonesia. Dana

hasil penerbitan obligasi akan dipergunakan

untuk membiayai belanja modal dan kegiatan

operasional perusahaan selain proyek

pembangkit listrik 10.000 MW. Selain itu, telah

terpantau pula delapan korporasi yang

berencana akan menerbitkan obligasi global

dengan jumlah total USD3.825,0 juta di TW4-

09. Penerbitan obligasi global akan dilakukan

oleh korporasi yang bergerak di sektor listrik,

pertambangan & penggalian, pertanian &

kehutanan, perdagangan dan industri

pengolahan.

Penerbitan obligasi melalui mekanisme

over the counter (OTC) juga mengalami

peningkatan. Selama TW3-2009 penerbitan

obligasi korporasi tanpa melalui bursa

internasional tercatat sebesar ekuivalen

USD615,4 juta (Grafik 3.17). Jumlah tersebut

meningkat 1.975,5% (qoq) dibandingkan

TW2-2009 sebesar ekuivalen USD29,6 juta.

Penerbitan obligasi selama TW3-2009

dilakukan oleh 16 korporasi melalui 68 kali11 Kompas, 5 Agustus 2009 dalam ≈Obligasi PLN Menjanjikan∆.

Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009Tabel 3.7. Penerbitan Obligasi Korporasi Indonesia Triwulan III 2009

1 PT. Matahari Perdagangan 200 Refinancing obligasi lama yang 3 97,53 11,75 10,75Putra Prima besar & eceran akan jatuh tempo 19 Okt-09

2 PT. Perusahaan Listrik, air & gas 750 Belanja modal & biaya operasional di 10 n.a 8,125 8,00Listrik Negara luar proyek pembangkit 10.000 MW

3 PT. Bumi Pertambangan 375 Pembiayaan kembali (refinancing) 5 n.a n.a 9,25Resources & penggalian

Jumlah Penerbitan Jumlah Penerbitan Jumlah Penerbitan Jumlah Penerbitan Jumlah Penerbitan 1.325,01.325,01.325,01.325,01.325,0

Sumber: Reuters, data SIUL & berbagai sumber

PenerbitNo. Jumlah(Juta USD)

Sektor Usaha Penggunaan Dana PenerbitanObligasi

Maturity(Thn)

Keterangan (%)Harga Yield Kupon

Page 78: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

66

penerbitan12. Seluruh obligasi yang diterbitkan

merupakan zero coupon bonds. Penerbitan

obligasi dengan jumlah terbesar (USD531,0

juta) dilakukan oleh perusahaan swasta asing

yang bergerak di sektor perdagangan besar

dan eceran. Obligasi tersebut dibeli oleh

perusahaan afiliasi dan akan dipergunakan

untuk keperluan modal kerja dan refinancing.

aspek global, penurunan yield didorong oleh

optimisme investor terhadap sinyal pemulihan

ekonomi global yang semakin kuat sehingga

memberikan kepercayaan untuk berinvestasi

pada instrumen berisiko tinggi seperti obligasi

korporasi dan perbankan Indonesia.

12 Data Bank Indonesia.

Grafik 3.18 Grafik 3.18 Grafik 3.18 Grafik 3.18 Grafik 3.18 YieldYieldYieldYieldYield Obligasi Global Korporasi & Obligasi Global Korporasi & Obligasi Global Korporasi & Obligasi Global Korporasi & Obligasi Global Korporasi &Perbankan IndonesiaPerbankan IndonesiaPerbankan IndonesiaPerbankan IndonesiaPerbankan Indonesia

Grafik 3.17Grafik 3.17Grafik 3.17Grafik 3.17Grafik 3.17 Penerbitan Obligasi Global Korporasi Penerbitan Obligasi Global Korporasi Penerbitan Obligasi Global Korporasi Penerbitan Obligasi Global Korporasi Penerbitan Obligasi Global Korporasi -----Over The CounterOver The CounterOver The CounterOver The CounterOver The Counter

Sumber : Bank Indonesia

Tw-I2008 2009

Juta USD

0

100

200

300

400

500

600

700

Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III

Selama TW3-09, Selama TW3-09, Selama TW3-09, Selama TW3-09, Selama TW3-09, yieldyieldyieldyieldyield obligasi obligasi obligasi obligasi obligasi

internasional beberapa korporasi daninternasional beberapa korporasi daninternasional beberapa korporasi daninternasional beberapa korporasi daninternasional beberapa korporasi dan

perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.perbankan Indonesia bergerak relatif stabil.

Dibandingkan pergerakan pada triwulanDibandingkan pergerakan pada triwulanDibandingkan pergerakan pada triwulanDibandingkan pergerakan pada triwulanDibandingkan pergerakan pada triwulan

sebelumnya, secara umum sebelumnya, secara umum sebelumnya, secara umum sebelumnya, secara umum sebelumnya, secara umum yieldyieldyieldyieldyield mengalami mengalami mengalami mengalami mengalami

penurunan (Grafik 3.18).penurunan (Grafik 3.18).penurunan (Grafik 3.18).penurunan (Grafik 3.18).penurunan (Grafik 3.18). Pergerakan ini sejalan

dengan pergerakan yield obligasi sovereign

Indonesia dan peer groups. Dari aspek

domestik, penurunan yield antara lain

dipengaruhi oleh sentimen positif terhadap

Indonesia seiring dengan kondisi fundamental

perekonomian Indonesia yang stabil dan relatif

kuat ditengah krisis global. Sementara dari

Sumber : Bloomberg

2009

5,40

6,40

7,40

8,40

9,40

10,40

11,40

0,0

4,0

8,0

12,0

16,0

3 10 17 24 1 8 15 22 29 5 12 19 26 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25April Mei Juni Juli Agustus September

PGN (lhs)

Indosat (lhs)

Lippo Bank (rhs)

Bank Niaga (rhs)

D. PASAR KEUANGAN SYARIAH

D.1. Perkembangan Pasar Keuangan

Syariah Global

Seiring dengan optimisme pemulihan

ekonomi dunia dan mulai stabilnya pasar

keuangan internasional, prospek pasar

keuangan syariah global terlihat cerah. Sampai

TW3-09, indeks Islamic equity dan jumlah serta

nilai penerbitan sukuk meningkat. Hal ini

semakin meningkatkan ketertarikan beberapa

negara seperti Inggris, Perancis, Jepang, Hong

Kong dan Singapura untuk mengembangkan

pasar keuangan syariah dalam rangka financial

system deepening.

Sampai TW3-09, total nilai aset di pasar

keuangan syariah global diperkirakan sekitar

Page 79: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

67

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

USD945 miliar √ USD1,2 triliun13. Nilai aset ini

terdiri dari aset industri perbankan syariah

sekitar USD800 miliar √ USD1 triliun, Islamic

funds sekitar USD50-70 miliar, nilai penerbitan

sukuk sekitar USD135,8 miliar, dan premium

takaful global sekitar USD4,3 miliar. Untuk aset

yang dikelola oleh industri perbankan syariah

global, hasil survei The Banker tahun 2009

menunjukkan bahwa aset perbankan syariah

yang dikelola oleh 500 lembaga keuangan

syariah terbesar di dunia pada 2009 tumbuh

28,6% dibandingkan 2008, yaitu dari USD639

miliar menjadi USD822 miliar. Kawasan Gulf

Cooperation Council (GCC) masih mendominasi

shariah compliant asset dengan market share

42,9% atau senilai USD353,2 miliar. Kontributor

terbesar kedua adalah Iran dengan market share

35,6%. Di luar kawasan Timur Tengah, Asia

memiliki market share sekitar 20%, dengan

pemain utama Malaysia sebesar 10,5%.

Sementara di Eropa, Inggris masih menjadi

leading player dengan share 2,5%14.

Pertumbuhan industri keuangan syariah

global juga terlihat dari sisi kelembagaan.

Berdasarkan database Shariah-Fortune, sampai

saat ini jumlah lembaga keuangan syariah

global telah mencapai sekitar 810 perusahaan

yang tersebar di 50 negara. Sekitar 450

lembaga keuangan syariah beroperasi di

kawasan Timur Tengah, terutama di UAE,

Bahrain, Kuwait, Iran dan Saudi Arabia. Di

Eropa, sekitar 114 lembaga keuangan syariah

menjadi pelaku di pasar keuangan syariah

Eropa yang terkonsentrasi di Inggris. Di

Amerika Utara, jumlah lembaga keuangan

syariah masih relatif sedikit, yaitu sekitar 44

tersebar di AS dan Kanada. Untuk kawasan

lainnya seperti Afrika, Australia, dan Amerika

Selatan, kontribusinya masih belum dapat

direpresentasikan dalam industri keuangan

syariah global15. Rangkaian produk yang

ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah

sangat bervariasi, mulai dari produk umum

perbankan syariah hingga sophisticated

product seperti shariah compliant hedge fund,

insurance, dan wealth management. Namun

demikian, share total shariah compliant asset

masih kurang dari 1% dari total aset yang

dikelola oleh 1000 bank konvensional terbesar

di dunia. Belum maksimalnya perkembangan

pasar keuangan syariah global dikarenakan

inefisiensi pada standarisasi produk, pasar

sekunder, transparansi pricing, dan

manajemen likuiditas.

Untuk saat ini, perkembangan industri

keuangan syariah global masih menghadapi

beberapa tantangan yang akan sangat

mempengaruhi pertumbuhannya kedepan.

Tantangan utama yang muncul di berbagai

yurisdiksi pada umumnya adalah : (1)

perhitungan pajak dalam transaksi keuangan

syariah; (2) inefisiensi manajemen ekses

likuiditas; (3) manajemen risiko; (4)

kompatibilitas dengan sistem keuangan

konvensional; (5) keterbatasan instrumen

keuangan syariah; (6) masih minimnya13 Presentasi Islamic Finance News Roadshow 2009 di Turkey

(Kompilasi data dari HSBC Amanah, S&P, Eurekahedge Data 2007,Islamic Finance News, ICMIF, IFIS, Grail Research)

14 Islamic Finance Information Services. 15 Shariah-Fortune

Page 80: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

68

consumer awareness; (7) terbatasnya qualified

specialist yang mampu menciptakan produk

inovatif; dan (8) standarisasi terkait akunting

dan struktur keuangan syariah.

I. Kawasan Timur TengahI. Kawasan Timur TengahI. Kawasan Timur TengahI. Kawasan Timur TengahI. Kawasan Timur Tengah

Bahrain. Bahrain. Bahrain. Bahrain. Bahrain. Dalam beberapa tahun

terakhir, Bahrain merupakan global leader di

industri keuangan syariah Timur Tengah dan

leading player di pasar sukuk terutama short

term government sukuk. Kondisi ini tidak

terlepas dari peran utama Central Bank of

Bahrain dalam mengembangkan inovasi

instrumen government sukuk. Dari sisi

kelembagaan, saat ini terdapat 26 bank syariah

dan 19 perusahaan Takaful di Bahrain. Aset

perbankan syariah di Bahrain sejak tahun 2000

hingga saat ini tumbuh signifikan mencapai

lebih dari 12 kali, yaitu dari USD1,9 miliar

(2000) menjadi USD26,3 miliar (Juni 2009).

Peningkatan nilai aset tersebut juga

mendorong peningkatan market share aset

perbankan syariah terhadap total aset

perbankan dari 1,8% pada tahun 2000

menjadi 11,1% pada Juni 200916.

Dalam upaya mendukung pertumbuhan

industri keuangan syariah di Bahrain, Central

Bank of Bahrain telah menetapkan kerangka

pelaporan dan prinsip kehati-hatian untuk

kebutuhan spesifik di industri perbankan

syariah dan asuransi syariah (Takaful). Adapun

ketentuan untuk perbankan syariah (Islamic

banking rulebook) mencakup perijinan,

kecukupan modal, manajemen risiko, aturan

bisnis, dan pelaporan. Sementara itu ketentuan

untuk kegiatan Takaful dan re-Takaful juga

telah diatur dalam Islamic insurance rulebook.

Kedua rulebook tersebut merupakan kerangka

pengaturan komprehensif yang pertama untuk

industri keuangan syariah.

Sebagai leading player di perbankan

syariah, Bahrain menjadi pusat sejumlah

organisasi internasional yang mendukung

perkembangan industri keuangan syariah

yaitu: i) the Accounting and Auditing

Organisation for Islamic Financial Institutions

(AAOIFI); ii) Liquidity Management Centre

(LMC); iii) the International Islamic Financial

Market (IIFM), iv) dan the Islamic International

Rating Agency (IIRA). Bahkan Central Bank of

Bahrain juga aktif dalam mengembangkan

special fund (Waqf fund) untuk membiayai

riset, pendidikan dan pelatihan mengenai

sistem keuangan syariah dan juga aktif bekerja

sama dengan pelaku industri dalam

mengembangkan standar untuk industri

keuangan syariah di Bahrain.

Pakistan. Pakistan. Pakistan. Pakistan. Pakistan. Industri keuangan syariah di

Pakistan tumbuh dengan pesat dalam beberapa

tahun terakhir dan bahkan lebih tinggi dari

pertumbuhan industri keuangan konvensional

sehingga meningkatkan market share industri

keuangan syariah terhadap keseluruhan

industri keuangan di Pakistan. Pada tahun

2012, State Bank of Pakistan menargetkan

market share perbankan syariah mencapai 12%

seperti yang dituangkan dalam Islamic banking

strategy plan. Pada Juni 2009, total aset

perbankan syariah meningkat menjadi Rs313

miliar dari Rs278 miliar pada Maret 2009.16 Central Bank of Bahrain (CBB)

Page 81: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

69

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

beberapa faktor utama, yaitu (1) deep capital

market; (2) banyaknya expertise terutama di

bidang legal and advisory, dan (3) kerangka

regulasi yang menonjolkan inovasi produk dan

komitmen pemerintah Inggris untuk

mengembangkan industri keuangan syariah

dengan memberikan insentif dalam hal

perpajakan dan menciptakan a level playing

field bagi pelaku pasar keuangan syariah dan

konvensional. Kombinasi ketiga faktor tersebut

yang didukung dengan latar belakang

sophisticated financial market system sangat

mendukung London menjadi pintu gerbang

pasar keuangan syariah di Eropa.

Melihat beberapa negara lain di Eropa

antusias membangun industri keuangan

syariah seperti Perancis dan Luxembourg,

pemerintah Inggris secara proaktif terus

melakukan kerja sama dan koordinasi dengan

praktisi pasar keuangan syariah untuk

membangun kerangka regulasi mendasar

yang dapat memfasilitasi perkembangan

industri keuangan syariah di Inggris secara

substansial.

Perancis. Perancis. Perancis. Perancis. Perancis. Dewan parlemen Perancis

sedang mempertimbangkan upaya untuk

mengatasi berbagai faktor yang menghambat

pertumbuhan industri keuangan syariah di

Perancis, baik dari aspek hukum (legal

amendments), pajak, maupun potensi

perusahaan asing untuk melakukan listing di

Paris Stock Exchange. Upaya tersebut sejalan

dengan rekomendasi mengenai pentingnya

pertumbuhan industri keuangan syariah di

Perancis yang disampaikan dalam laporan

mengenai Islamic finance yang disusun oleh

Portofolio pembiayaan dan investasi perbankan

syariah meningkat pula dari Rs185 miliar (Maret

2009) menjadi Rs195 miliar (Juni 2009). Kondisi

tersebut secara otomatis meningkatkan share

total aset mencapai 5,1%, share pembiayaan

& investasi mencapai 4,2% dan share deposito

mencapai 5,2% pada Juni 2009. Selain itu,

peningkatan juga terjadi di sisi kelembagaan,

dimana kantor cabang 6 bank syariah dan 12

bank konvensional yang menyediakan Islamic

window meningkat dari 17 cabang pada

Desember 2003 menjadi 528 pada Juni 200917.

Adapun progres pertumbuhan industri

keuangan syariah di Pakistan sejak tahun

2003 s.d. 2009 dapat terlihat dari grafik di

bawah ini.

17 State Bank of Pakistan

Grafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganGrafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganGrafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganGrafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganGrafik 3.19 Pertumbuhan Industri KeuanganSyariah di PakistanSyariah di PakistanSyariah di PakistanSyariah di PakistanSyariah di Pakistan

Sumber : State Bank of Pakistan

Rs. miliar

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

JunMarDesDesDesDesDesDes

Total Assets

Deposits

Financing & Investment

0

50

100

150

200

250

300

II. Kawasan Eropa dan ASII. Kawasan Eropa dan ASII. Kawasan Eropa dan ASII. Kawasan Eropa dan ASII. Kawasan Eropa dan AS

Inggris. Inggris. Inggris. Inggris. Inggris. Sejauh ini London telah berhasil

memposisikan diri sebagai pintu gerbang

(Islamic gateway) pasar keuangan syariah di

Eropa. Keberhasilan London ini didukung oleh

Page 82: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

70

the Financial Affairs Commission. Bahkan

Menteri Keuangan Perancis pernah

menyatakan keinginan pemerintah Perancis

untuk menjadikan Paris sebagai ≈the Capital

of Islamic Finance∆.

Kazakhstan. Kazakhstan. Kazakhstan. Kazakhstan. Kazakhstan. Pertumbuhan industri

keuangan syariah di Kazakhstan masih berada

pada tahap-tahap awal. Setelah Kazakhstan

mengadopsi Islamic finance & banking law

delapan bulan lalu, beberapa lembaga

keuangan syariah mulai beroperasi di negara

ini. Undang-undang baru tersebut merupakan

bagian dari upaya pemerintah Kazakhstan

untuk membangun infrastruktur yang dapat

memfasilitasi perkembangan industri

keuangan syariah kedepan. Upaya ini juga

ditujukan untuk menciptakan peluang baru

bagi pelaku usaha domestik untuk

mendapatkan investasi baru dari negara-

negara muslim, terutama Timur Tengah

sekaligus memperkuat international linkage.

Agar Islamic finance & banking law yang

baru diterbitkan bisa efektif, pemerintah

Kazakhstan sangat mendorong korporasi di

Kazakhstan dapat menerbitkan sukuk di pasar

domestik untuk menstimulus pertumbuhan

pasar keuangan syariah di Kazakhstan.

Komitmen pemerintah Kazakhstan untuk

mengembangkan pasar keuangan syariah juga

ditunjukkan melalui upaya kerja sama yang

sedang dibangun dengan Islamic Development

Bank (IDB) untuk menyusun roadmap Islamic

finance & economic development, yang

ditargetkan dapat diselesaikan pada tahun

2010 mendatang.

AS.AS.AS.AS.AS. Pasar keuangan syariah di AS

tumbuh melalui dua jalur, yaitu (1) produk ritel

dan investasi oleh lembaga keuangan

konvensional dan lembaga keuangan syariah

non bank; dan (2) equity investment oleh

lembaga keuangan syariah di luar AS.

Perkembangan industri keuangan syariah di

AS saat ini belum terorganisir melalui

perbankan syariah seperti di negara lain.

Produk keuangan syariah justru lebih banyak

disediakan oleh lembaga-lembaga keuangan

non bank karena demand yang relatif sedikit.

Sejauh ini perkembangan industri keuangan

syariah di AS tergolong lambat. Hal ini banyak

dipengaruhi oleh faktor fragmentasi dan

overlapping sistem regulasi antara federal dan

state regulator dan antara berbagai regulator

di pemerintahan federal sendiri. Overlapping

regulasi tersebut pada prakteknya

menyulitkan lembaga keuangan di AS dalam

hal membuka bisnis baru untuk keuangan

syariah.

III. Kawasan AsiaIII. Kawasan AsiaIII. Kawasan AsiaIII. Kawasan AsiaIII. Kawasan Asia

Malaysia. Malaysia. Malaysia. Malaysia. Malaysia. Sebagai salah satu langkah

untuk meningkatkan harmonisasi dalam upaya

mendorong perkembangan industri keuangan

syariah di Malaysia, Bank Negara Malaysia telah

mengeluarkan Shariah Parameter Reference 1

(SPR 1) atau Murabahah Parameter. SPR 1 ini

merupakan seri pertama dari rangkaian

Shariah Parameter yang dikeluarkan sebagai

referensi atau guidance bagi seluruh lembaga

keuangan syariah. Shariah Parameter lainnya

yang sedang disusun adalah guidance untuk

Page 83: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

71

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

struktur Ijarah, Mudarabah, Musharakah,

Istisna» dan Wadiah18.

Tujuan utama dari inisiatif Shariah

Parameter ini adalah untuk memberikan

referensi/penjelasan mengenai struktur yang

dipakai dalam produk keuangan syariah yang

disahkan oleh Shariah Advisory Board dan

diadopsi oleh lembaga keuangan syariah. Selain

itu, inisiatif Shariah Parameter bertujuan untuk:

1. Memberikan penjelasan mengenai

konsep dan prinsip dalam shariah

contract

2. Memberikan penjelasan atas fitur utama

dalam suatu produk keuangan syariah

3. Memberikan dasar untuk pengambilan

keputusan terkait dengan mekanisme

dan implementasi shariah contract

4. Memberikan stimulan bagi praktisi atau

pelaku pasar keuangan syariah untuk

mendesain dan mengembangkan produk

keuangan syariah.

5. Memberikan guidance bagi

lembaga keuangan syariah dalam

memformulasikan kebijakan dan

petunjuk terkait shariah contract.

Inisiatif penerbitan SPR tersebut

diharapkan oleh Bank Negara Malaysia dapat

semakin meningkatkan harmonisasi dalam hal

interpretasi dan opini atas suatu produk

keuangan syariah, terutama diantara anggota

Shariah Committee.

Aset industri perbankan Malaysia

meningkat 11,1% dari RM251,1 miliar pada

akhir 2008 menjadi RM279,1 miliar pada Juli

2009. Deposito juga meningkat dari RM24

miliar menjadi RM218,5 miliar pada periode

yang sama, mencerminkan share sebesar

20,4% dari total deposito perbankan di

Malaysia. Sementara itu pembiayaan

meningkat 12,4% menjadi RM169,2 miliar.

Industri Takaful menunjukkan pertumbuhan

rata-rata sebesar 24,8% per tahunnya dari

tahun 2001-2008 dengan nilai aset mencapai

7,5% total aset asuransi di Malaysia atau

senilai RM11,5 miliar pada Juni 200919. Untuk

terus memperkuat posisi Malaysia sebagai

Islamic financial centre, pemerintah terus

melakukan berbagai upaya promosi antara lain

branding, penerbitan sukuk, inovasi produk,

penyempurnaan standarisasi dokumentasi dan

meningkatkan harmonisasi dalam hal

pemahaman dan interpretasi atas produk dan

jasa keuangan syariah.

Singapura. Singapura. Singapura. Singapura. Singapura. Sejauh ini, Monetary

Authority of Singapore/MAS terus berupaya

proaktif dalam menciptakan a level playing

field dengan memberikan insentif bagi pelaku

pasar keuangan syariah. Setelah kewajiban

additional stamp duty untuk transaksi

keuangan syariah yang melibatkan properti

dihapuskan, kini ketentuan mengenai income

tax and goods and services tax (GST) untuk

transaksi keuangan syariah telah diklarifikasi

oleh pemerintah Singapura. Investor ritel untuk

transaksi Murabahah kini telah diatur dengan

ketentuan yang sama untuk investor ritel

konvensional, yaitu Singapore»s Bank Act,

18 Islamic Finance Information Services. 19 Islamic Finance Information Services.

Page 84: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

72

dimana pajak pendapatan sebesar 5%

dikenakan terhadap setiap pendapatan yang

diperoleh dari transaksi keuangan syariah,

termasuk kegiatan lending, fund

management, insurance, dan reinsurance20.

MAS menerapkan single regulatory

framework yang mengatur sistem perbankan

syariah dan konvensional sekaligus. Oleh

karena itu, sistem pengaturan yang diterapkan

oleh MAS memberikan a level playing field bagi

pelaku bank syariah dan konvensional. Selain

itu, MAS juga telah mengeluarkan seperangkat

guidelines untuk memberikan penjelasan

mengenai ketentuan yang berlaku untuk

perbankan syariah dan informasi spesifik

mengenai regulasi struktur produk perbankan

syariah. Dengan demikian, bank syariah di

Singapura dapat melakukan inovasi pada

produknya secara lebih fleksibel sehingga

produk yang ditawarkan dapat lebih bervariasi.

Guidelines ini diharapkan dapat memberikan

kejelasan dan kepastian bagi pelaku industri

perbankan syariah di Singapura.

Indonesia. Indonesia. Indonesia. Indonesia. Indonesia. Permasalahan pajak

berganda dalam transaksi keuangan syariah

dengan struktur Murabahah telah diselesaikan.

DPR telah menyetujui amandemen undang-

undang perpajakan terkait VAT (value added

tax) yang mengatur perlakuan untuk pajak

pertambahan nilai dalam transaksi keuangan

syariah dengan struktur Murabahah, yaitu

Undang-undang No.42 tahun 2009 tentang

Perubahan Ketiga Atas UU No. 8 tahun 1983

tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan

Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Namun UU tersebut baru akan efektif berlaku

mulai April 2010 mendatang. Dalam

perubahan UU perpajakan tersebut, transaksi

keuangan berbasis syariah tidak lagi dikenakan

sebagai objek pertambahan nilai. Dengan

adanya perubahan ketentuan mengenai pajak

pertambahan nilai (VAT) ini diharapkan akan

dapat lebih banyak menarik investasi asing ke

pasar keuangan syariah di Indonesia dan

mobilisasi dana di pasar keuangan syariah

Indonesia dapat lebih ditingkatkan.

Dalam mengembangkan pasar sukuk

domestik, Pemerintah Indonesia berencana

menerbitkan monthly basis sukuk dengan

initial size sebesar IDR1 triliun (USD100 juta).

Penjualan monthly basis sukuk tersebut tidak

dilakukan melalui mekanisme bookbuilding,

melainkan akan dilakukan melalui lelang. Jika

penjualan monthly basis sukuk dinilai berhasil,

kemungkinan pemerintah akan menerbitkan

two week basis sukuk.

Korea Selatan. Korea Selatan. Korea Selatan. Korea Selatan. Korea Selatan. Pemerintah Korea

Selatan berencana memberikan pengecualian

pajak pendapatan bagi investor asing yang

membeli sukuk yang diterbitkan oleh

perusahaan lokal. Kebijakan ini ditujukan

untuk menarik dana masuk dari pasar Islamic

bond (sukuk). Untuk saat ini, pengecualian

pajak pendapatan bagi investor asing hanya

diberlakukan terhadap pembelian obligasi

konvensional dengan denominasi mata uang

asing. Penerapan kebijakan serupa terhadap

pembelian sukuk belum dilakukan karena

struktur dari sukuk sendiri dinilai berbeda

dengan obligasi konvensional. Diharapkan20 Islamic Finance Information Services.

Page 85: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

73

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

kebijakan tersebut sudah dapat diberlakukan

mulai awal tahun 2010 setelah mendapatkan

persetujuan dari dewan parlemen Korea

Selatan.

Philipina. Philipina. Philipina. Philipina. Philipina. Bank sentral Philipina (Bangko

Sentral Pilipinas/BSP) juga berkeinginan untuk

mengembangkan industri perbankan syariah.

Untuk itu, didalam rancangan Islamic Bank Act

yang sedang diusulkan oleh BSP, bank

konvensional diperkenankan untuk

menyediakan produk-produk keuangan

syariah secara terpisah dari bisnis bank

konvensional atau melalui window. Untuk

mendukung inisiatif tersebut, BSP juga akan

membentuk Shariah Advisory Council yang

terdiri dari lima anggota dan pada prakteknya

akan bekerja sama dengan Shariah committee

dari masing-masing bank syariah.

D.2. Perkembangan Industri Islamic

Financial Market

I. I. I. I. I. Islamic Capital MarketIslamic Capital MarketIslamic Capital MarketIslamic Capital MarketIslamic Capital Market

Sampai dengan TW3-09 ini seiring

dengan optimisme pemulihan ekonomi dunia,

rebound di pasar sukuk global mulai terlihat

walaupun belum dapat mencapai puncaknya

senilai USD46,65 miliar pada tahun 2007. Total

nilai penerbitan sukuk pada TW3-09 mencapai

USD12 miliar atau tumbuh 79,6%

dibandingkan penerbitan pada TW2-09 senilai

USD6,68 miliar (Grafik 3.20). Bahkan nilai

penerbitan sukuk pada TW3-09 tersebut

tumbuh jauh lebih besar mencapai 230,6%

apabila dibandingkan dengan nilai penerbitan

pada TW3-08 senilai USD3,63 miliar. Dilihat

secara akumulatif, total nilai penerbitan sukuk

sepanjang tahun 2009 (sampai dengan

September) telah mencapai USD20,34 miliar

atau tumbuh sebesar 29% dibandingkan total

nilai penerbitan sukuk pada tahun 2008 senilai

USD15,77 miliar (Grafik 3.21). Kedepan,

penerbitan sukuk global diyakini akan terus

meningkat seiring dengan membaiknya

kondisi pasar keuangan global dan manajemen

sistem keuangan internasional.

Grafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per TriwulanGrafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per TriwulanGrafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per TriwulanGrafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per TriwulanGrafik 3.20 Penerbitan Sukuk Global per Triwulan

Grafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per TahunGrafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per TahunGrafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per TahunGrafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per TahunGrafik 3.21 Penerbitan Sukuk Global per Tahun

Sumber : Database IFIS, diolah

Juta USD

0

5000

10000

15000

20000

2005 2006 2007 2008 2009

1.108

4.0492.9242.676

9.084

4.5874.382

9.114

6.195

18.800

11.33810.317

4.207

7.351

3.630

5851.656

6.682

12.002

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

Sumber : Database IFIS, diolah

(Sept)

Juta USD

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 20090

10000

20000

30000

40000

50000

336 780 986

5.8177.210

10.758

27.167

46.650

15.773

20.341

Page 86: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

74

Seperti halnya penerbitan sukuk pada

triwulan sebelumnya, penerbitan sukuk pada

TW3-09 masih didominasi oleh quasi

sovereign sukuk senilai USD6,57 miliar dan

sovereign sukuk senilai USD3,61 miliar.

Sedangkan penerbitan sukuk oleh korporasi

relatif sedikit, yaitu USD1,82 miliar (Grafik

3.22). Dibandingkan nilai penerbitan pada

TW2-09, penerbitan quasi sovereign sukuk,

sovereign sukuk dan corporate sukuk pada

TW3-09 ini masing-masing meningkat sebesar

185%, 24,8% dan 22,85%. Dilihat dari

penerbitnya, baik quasi sovereign sukuk

maupun sovereign sukuk didominasi oleh

perusahaan milik pemerintah Malaysia

(USD3,85 miliar) dan pemerintah Malaysia

(USD2,55 miliar). Sovereign sukuk lainnya

diterbitkan oleh pemerintah Bahrain dengan

nilai USD491 juta, pemerintah Pakistan senilai

USD170 juta dan pemerintah Cayman Island

senilai USD400 juta.

senilai USD8,19 miliar. Sementara itu Saudi

Arabia merupakan issuer teraktif kedua

denganshare sebesar 15,55% atau senilai

USD1,87 miliar (Grafik 3.23). Cayman Island

yang merupakan negara kepulauan di sebelah

timur benua Amerika merupakan issuer teraktif

ketiga dengan share 10,4% atau senilai

USD1,25 miliar. Berdasarkan distribusi

kawasan, Asia dengan market share sebesar

68,39% masih menjadi leading region dalam

penerbitan sukuk pada TW 3-09 ini. Sementara

itu market share Timur Tengah hanya sebesar

21,2% dan Cayman Island sebesar 10,41%

(Grafik 3.24).

Grafik 3.22 Penerbitan Sukuk per StatusGrafik 3.22 Penerbitan Sukuk per StatusGrafik 3.22 Penerbitan Sukuk per StatusGrafik 3.22 Penerbitan Sukuk per StatusGrafik 3.22 Penerbitan Sukuk per Status

Grafik 3.23 Penerbitan Sukuk per NegaraGrafik 3.23 Penerbitan Sukuk per NegaraGrafik 3.23 Penerbitan Sukuk per NegaraGrafik 3.23 Penerbitan Sukuk per NegaraGrafik 3.23 Penerbitan Sukuk per Negara

Grafik 3.24 Penerbitan Sukuk per RegionGrafik 3.24 Penerbitan Sukuk per RegionGrafik 3.24 Penerbitan Sukuk per RegionGrafik 3.24 Penerbitan Sukuk per RegionGrafik 3.24 Penerbitan Sukuk per Region

Sumber : Database IFIS, diolah

1.821,02

3.613,22

6.567,72

Juta USD

Corporate

Sovereign

Quasisovereign

2.000 4.000 6.000 8.000-

Pada TW 3-09 ini, Malaysia masih

menjadi negara yang paling aktif menerbitkan

sukuk dengan share sebesar 68,27% atau

Sumber : Database IFIS, diolah

Bahrain4,23% Cayman Islands

10,41%

Indonesia0,12%

Malaysia68,27%

Pakistan1,42%

Saudi Arabia15,55%

Sumber : Database IFIS, diolah

Asia68,39%

TimurTengah21,20%

Cayman Islands10,41%

Page 87: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

75

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

jenis sukuk yang paling banyak diterbitkan

pada TW3-09 adalah sukuk Al-Ijara sebanyak

31,16%, sukuk Murabahah sebanyak 30,1%,

investment sukuk sebanyak 15,6% dan sukuk

Musharakah sebanyak 10,5%. Namun selain

keempat jenis tersebut, sukuk lainnya

diterbitkan dengan jenis Sukuk Al-Wakala Bel-

Istithmar, Istisna» dan Bai»Inah dan Al-Salam

(Grafik 3.27).

II. II. II. II. II. Islamic Equity MarketIslamic Equity MarketIslamic Equity MarketIslamic Equity MarketIslamic Equity Market

Kinerja Islamic Equity Market Index yang

terlihat dari Dow Jones Islamic Market Index

dan Jakarta Islamic Index sampai TW3-09 terus

semakin membaik sejak akhir triwulan

pertama. Pergerakan tersebut sejalan dengan

pergerakan indeks equity market konvensional

(Dow Jones Industrial Average & Jakarta

Composite Index). Pada akhir TW3-09, indeks

JII mencapai 401,5 atau meningkat 25%

dibandingkan indeks pada akhir triwulan

sebelumnya. Sedangkan indeks DJIM telah

mencapai 1852,89 atau meningkat 15% dari

triwulan sebelumnya (Grafik 3.28). Kenaikan

indeks tersebut antara lain didorong oleh

Penerbitan sukuk pada TW3-09 ini

didominasi oleh mata uang MYR dengan

presentase 55,77% karena Malaysia paling

banyak menerbitkan sukuk di pasar lokal.

Sementara mata uang lainnya yang digunakan

adalah USD (22,9%), SAR (15,6%), BHD

(4,23%), PKR (1,42%) dan IDR (0,12%) (Grafik

3.25). Sejalan dengan hal tersebut, lebih dari

setengah total penerbitan sukuk pada

TW3-09 dilakukan di pasar lokal dengan

presentase 77% atau senilai USD9,25 miliar,

sedangkan penerbitan di pasar internasional

hanya 23% atau senilai USD2,75 miliar (Grafik

3.26). Sementara dilihat dari jenisnya, empat

Grafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata UangGrafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata UangGrafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata UangGrafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata UangGrafik 3.25 Penerbitan Sukuk per Mata Uang

Grafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi PasarGrafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi PasarGrafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi PasarGrafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi PasarGrafik 3.26 Penerbitan Sukuk per Lokasi Pasar

Grafik 3.27 Penerbitan Sukuk per JenisGrafik 3.27 Penerbitan Sukuk per JenisGrafik 3.27 Penerbitan Sukuk per JenisGrafik 3.27 Penerbitan Sukuk per JenisGrafik 3.27 Penerbitan Sukuk per Jenis

Sumber : Database IFIS, diolah

BHD4,23% IDR

0,12%

MYR55,77%

PKR1,42%

SAR15,55%

USD22,91%

Sumber : Database IFIS, diolah

Internasional23%

Domestik77%

Sumber : Database IFIS, diolah

Bai' Inah2,12%

InvestmentSukuk

15,55%

Istisna'0,33%

Murabahah30,10%

Short Term AlSalam Sukuk

0,27%

Sukuk2,87%

Sukuk Al Ijara31,16%

Sukuk AlMusharakah

10,53%

Sukuk AlWakala

BelIstithmar7,08%

Page 88: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

76

peningkatan Return JII di akhir TW3-09

mencapai 90,56%, jauh meningkat

dibandingkan level di TW2-09 (50,96%) dan

di TW1-09 (9,73%). Peningkatan return juga

terjadi pada DJIM menjadi 28,37% pada akhir

TW3-09. Sampai saat ini, size global Islamic

Equity Market diperkirakan sekitar USD2,2

miliar21. Dibandingkan dengan total aset di

pasar keuangan syariah global yang bernilai

lebih dari USD822 miliar, aset di Islamic private

equity belum signifikan.

miliar22. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

untuk dapat mencapai proyeksi tersebut,

antara lain adalah mengatasi beberapa titik

kelemahan utama sebagaimana yang telah

diidentifikasikan dalam laporannya mengenai

Islamic Banking, Moody»s Investor Services,

yaitu : (1) inefisiensi dalam manajemen ekses

likuiditas, dan (2) lemahnya manajemen risiko

terutama dalam hal asset-liability

management. Penilaian Moody»s tersebut

didasarkan pada kondisi dimana industri

perbankan syariah tidak dapat

menginvestasikan ekses likuiditasnya di debt

market maupun di pasar hedge fund sehingga

perbankan syariah cenderung menaruh

dananya pada industri real estate atau bahkan

unutilized. Underutilized surplus likuiditas

tersebut dapat memicu pengelolaan asset-

liability yang lemah dan meningkatkan risiko

likuiditas. Namun demikian, lembaga rating ini

menilai industri perbankan syariah berhasil

menjaga stabilitasnya di tengah gejolak di

sektor keuangan global.

Meskipun relatif lambat, industri

perbankan syariah Indonesia terus

menunjukkan pertumbuhan. Krisis keuangan

global berdampak minim terhadap sistem

perbankan syariah Indonesia. Sampai akhir

TW3-09, perbankan syariah Indonesia (BUS,

UUS & BPRS) mencapai aset senilai IDR59,9

triliun dengan market share sebesar 2,4% dari

total aset perbankan nasional (Grafik 3.29 dan

3.30). Pertumbuhan total aset pada TW3-09

21 Yasaar Media, 2009 ≈Islamic Investment Banking 2009∆.

Grafik 3.28 Grafik 3.28 Grafik 3.28 Grafik 3.28 Grafik 3.28 Islamic Equity IndexIslamic Equity IndexIslamic Equity IndexIslamic Equity IndexIslamic Equity Index

Sumber : Bloomberg, diolah

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

0

1500

3000

4500

6000

7500

9000

10500

TW 1 TW 2 TW 3

2009Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

Jakarta Islamic Index (lhs) Jakarta Composite Index (lhs)

Dow Jones Islamic Market (lhs) Dow Jones Industrial Avg. (rhs)

III. III. III. III. III. Islamic Commercial BanksIslamic Commercial BanksIslamic Commercial BanksIslamic Commercial BanksIslamic Commercial Banks

Nilai aset yang dikelola industri

perbankan syariah global tumbuh sebesar

15%-20% p.a dan saat ini diperkirakan

mencapai sekitar USD800 miliar √ USD1 triliun,

dengan potensi pasar senilai USD4 triliun.

Dalam kurun waktu 8-10 tahun mendatang,

industri perbankan syariah global diestimasi

dapat mengelola setengah dari nilai saving

seluruh populasi Muslim di dunia sebanyak 1,6

22 Presentasi Islamic Finance News Roadshow 2009 di Turkey(Kompilasi data dari HSBC Amanah, S&P, Eurekahedge Data 2007,Islamic Finance News, ICMIF, IFIS, Grail Research).

Page 89: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

77

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

sebesar 5,09% tersebut menurun

dibandingkan pertumbuhan total aset pada

TW2-09 sebesar 6,74%. Dari total aset

tersebut, aset BUS & UUS adalah sebesar

96,83% (IDR58 triliun), sedangkan aset BPRS

sebesar 3,17% (IDR1,9 triliun)23.

Dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun oleh BUS & UUS dan BPRS sampai

dengan TW3-09 masing-masing adalah

IDR45,4 triliun dan IDR1,16 triliun. Dengan

demikian, total DPK perbankan syariah adalah

IDR46,56 triliun. Seperti halnya pertumbuhan

total aset, pertumbuhan total DPK pada TW3-

09 sebesar 8,08% juga menurun

dibandingkan pertumbuhan total DPK pada

TW2-09 sebesar 10,38%24. Dari DPK yang

berhasil dihimpun, total pembiayaan yang

disalurkan oleh perbankan syariah sampai

TW3-09 adalah IDR46,04 triliun atau tumbuh

5,6% dari nilai pembiayaan yang disalurkan

pada TW2-09 (IDR43,6 triliun). Pertumbuhan

pembiayaan pada TW3-09 ini juga menurun

dibandingkan pertumbuhan pembiayaan pada

TW2-09 sebesar 7,28%25.

Dari sisi kelembagaan, Bank Umum

Syariah masih berjumlah 5 bank, yaitu Bank

Syariah Mandiri, Bank Muamalat, Bank Mega

Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank BRI

Syariah. Sementara Unit Usaha Syariah (UUS)

yang pada TW3 berjumlah 25, pada TW3-09

menjadi 24 karena satu UUS milik Bank

Bukopin ditutup (Grafik 3.31). Untuk jumlah

office chanelling meningkat menjadi 1804 dari

23 Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009.24 Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009.25 Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009.

Grafik 3.29 Indikator BUS & UUSGrafik 3.29 Indikator BUS & UUSGrafik 3.29 Indikator BUS & UUSGrafik 3.29 Indikator BUS & UUSGrafik 3.29 Indikator BUS & UUS

Grafik 3.30 Indikator BPRSGrafik 3.30 Indikator BPRSGrafik 3.30 Indikator BPRSGrafik 3.30 Indikator BPRSGrafik 3.30 Indikator BPRS

Grafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan SyariahGrafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan SyariahGrafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan SyariahGrafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan SyariahGrafik 3.31 Jumlah Kantor Perbankan Syariah

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009

Share asset FDR NPF

Deposit fund Financing Total asset

Mar Jun Sep

Triliun%

10

20

30

40

50

60

70

2005 2006 2007 2008 2009

0

20

40

60

80

100

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009

Share asset FDR NPF

Deposit fund Financing Total asset

% Triliun

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

0

20

40

60

80

100

120

Mar Jun Sep2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009

-0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

0

5

10

15

20

25

30

Mar Jun Sep2005 2006 2007 2008 2009

BUS (lhs)Office channeling (rhs)UUS (lhs)BPRS (rhs)

Page 90: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

78

1680 pada TW2-09. Sementara BPRS

bertambah dari 133 menjadi 13726.

IV. IV. IV. IV. IV. Takaful MarketTakaful MarketTakaful MarketTakaful MarketTakaful Market

Pasar Takaful global dilaporkan terus

tumbuh. Ekspansi ke pasar muslim dan non

muslim gencar dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan Takaful di berbagai negara. Pelaku

utama di pasar Takaful masih didominasi oleh

perusahaan Takaful dari kawasan Timur

Tengah seiring dengan semakin besarnya

kebutuhan untuk mengasuransikan

pembiayaan proyek di Timur Tengah secara

syariah. Sampai saat ini, premium Takaful

global diperkirakan bernilai sekitar USD4,3

miliar dan pada tahun 2015 mendatang

diperkirakan mencapai USD7,4 miliar27.

Malaysia sejauh ini masih menjadi

pasar Takaful terbesar di Asia Tenggara

dengan produk unggulan Family dan Medical

Takaful. Untuk kawasan lainnya, Eropa

diyakini memiliki potensi dan peluang yang

besar untuk pertumbuhan industri Takaful

kedepan mengingat besarnya consumer

awareness di Eropa atas manfaat asuransi

dengan skim syariah (Takaful). Terlebih lagi,

semangat Inggris untuk menjadikan London

sebagai Islamic financial centre semakin

membukakan peluang bagi operator Takaful

dunia untuk dapat masuk ke pasar Inggris

sekaligus mengakses pasar di negara-negara

EU lainnya.

26 Statistik Perbankan Syariah BI Juni 2009.27 Presentasi Islamic Finance News Roadshow 2009 di Turkey

(Kompilasi data dari HSBC Amanah, S&P, Eurekahedge Data 2007,Islamic Finance News, ICMIF, IFIS, Grail Research).

Walaupun terus mengalami

pertumbuhan, namun pasar Takaful masih

menghadapi beberapa faktor yang dapat

menghambat pertumbuhan kedepan apabila

tidak segera diatasi. Pertama, masih minimnya

pemahaman konsumen atas manfaat Takaful.

Kedua, perbedaan regulasi untuk industri

Takaful pada yurisdiksi yang berbeda

menyebabkan perbedaan standarisasi. Untuk

mengatasi kedua faktor penghambat utama

tersebut diperlukan kerjasama dan kolaborasi

diantara berbagai regulator, Islamic scholar,

operator Takaful untuk menghindari

fragmentasi industri Takaful global.

V.V.V.V.V. Islamic Money market Islamic Money market Islamic Money market Islamic Money market Islamic Money market

Volume transaksi di Pasar Uang Antar

Bank Syariah (PUAS) sepanjang TW3-09

bergerak fluktuatif, dengan volume terkecil

IDR1 miliar dan terbesar IDR170 miliar (Grafik

3.32). Namun range volume tersebut lebih

kecil dibandingkan range volume transaksi

pada TW2-09 yaitu IDR2 miliar-IDR223 miliar.

Sementara itu pergerakan rata-rata tertimbang

tingkat imbalan transaksi PUAS menurun jika

Grafik 3.32 Volume PUASGrafik 3.32 Volume PUASGrafik 3.32 Volume PUASGrafik 3.32 Volume PUASGrafik 3.32 Volume PUAS

5Jan

TW 1 TW 2 TW 3

Sumber: DPM, Bank Indonesia

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

5Feb

5Mar

5Apr

5Mei

5Jun

5Jul

5Ags

5Sep

Page 91: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

79

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

dibandingkan dengan pergerakan pada TW2-

09 & TW1-09 (Grafik 3.33). Penurunan tingkat

imbalan PUAS ini merupakan respon dari

penurunan BI rate yang terjadi beberapa kali

sejak TW1-09 sampai dengan TW3-09.

D.3. Islamic Fund Management

Islamic fund merupakan produk utama

dari Islamic investment banking yang terdiri

dari beberapa kelas aset. Berdasarkan data

Eurekahedge, sampai dengan Juni 2009

terdapat 679 Islamic fund dengan nilai fund

sekitar USD45-50 miliar yang dikelola oleh

lebih dari 300 fund manager 28. Adapun

komposisi kelas aset dan proporsinya terhadap

keseluruhan Islamic fund terlihat dari Grafik

3.3429. Dari komposisi tersebut, terlihat bahwa

lebih dari 50% Islamic fund adalah berupa

Islamic Equity fund (52%). Sementara itu

equity fund konvensional hanya membentuk

28 Yasaar Media, 2009 ≈Islamic Investment Banking 2009∆29 Analyst Ernst&Young, Dr. Pierre Weirnerskirch, Mei 2009, ≈Islamic

Fund∆.

42% dari total conventional fund. Kelas aset

Islamic fund lainnya adalah real estate (18%),

money market (13%), balanced (10%) dan

fixed income (7%). Hal ini menunjukkan

bahwa industri keuangan syariah global

banyak tergantung pada equity sebagai bentuk

investasi syariah.

Dari tahun ke tahun, pertumbuhan

Islamic fund tidak hanya terlihat dari sisi size

saja, melainkan juga dari diversifikasi produk.

Dilihat dari yurisdiksinya, Malaysia berada di

posisi terdepan dalam industri Islamic fund ini

Grafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanGrafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanGrafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanGrafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanGrafik 3.33 Rata-rata Tertimbang Tingkat ImbalanPUASPUASPUASPUASPUAS

Sumber: DPM, Bank Indonesia

TW 2 TW 3TW 1

%

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

11,00

5Jan

5Feb

5Mar

5Apr

5Mei

5Jun

5Jul

5Ags

5Sep

Grafik 3.35 Distribusi Geografis Grafik 3.35 Distribusi Geografis Grafik 3.35 Distribusi Geografis Grafik 3.35 Distribusi Geografis Grafik 3.35 Distribusi Geografis Islamic FundIslamic FundIslamic FundIslamic FundIslamic Fund

Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Grafik 3.34 Komposisi Kelas Aset Islamic FundIslamic FundIslamic FundIslamic FundIslamic Fund

Source : Eurekahedge Islamic Funds Database, Invesment Company Institute, Emst & Young AnalysisNote : Asset class Allocation in conventional mutual funds is from over 61,000 mutual funds fromacross the world

Other

Money MarketBalanced

Fixed Income

Equity

(asa % of Total)

18%10%

13%

6%

10%

7%

52%42%

22%

20%

Shariah CompliantFunds Universe

Conventional MutualFund Universe

%

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

Domicile of 570 islamic funds 1/6/09Source: IF13 islamic funds database

UAEJerseySouth AfricaLuxembourgIreland

SingaporePakistan

OthersEgyptUSA

QatarUK

CanadaBVI

MalaysiaSaudi ArabiaKuwaitBahrainCayman Islands

Page 92: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

80

selain Luxembourg (Grafik 3.35). Dalam rangka

memajukan industri Islamic fund ini, Malaysia

melalui Securities Commission bekerja sama

dengan otoritas keuangan di Dubai, the Dubai

Financial Services Authority (DFSA) dalam hal

cross border marketing dan distribusi Islamic

fund diantara kedua negara.

E. PASAR KOMODITI

Selama TW3-09 harga komoditasSelama TW3-09 harga komoditasSelama TW3-09 harga komoditasSelama TW3-09 harga komoditasSelama TW3-09 harga komoditas

energi dan pangan cenderung bergerak energi dan pangan cenderung bergerak energi dan pangan cenderung bergerak energi dan pangan cenderung bergerak energi dan pangan cenderung bergerak mixed,mixed,mixed,mixed,mixed,

sedangkan harga komoditas logam meningkatsedangkan harga komoditas logam meningkatsedangkan harga komoditas logam meningkatsedangkan harga komoditas logam meningkatsedangkan harga komoditas logam meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.8).

Ditengah sentimen positif sinyal pemulihan

ekonomi yang semakin kuat, harga minyak

WTI di TW3-09 menguat tipis 1% qtq

mencapai USD70,6/barrel di akhir triwulan

(Tabel 3.8 dan Grafik 3.36). Pasokan minyak

di akhir TW3-09 relatif dapat memenuhi

konsumsi dunia (Grafik 3.37). Berdasarkan

laporan Departemen Energi AS (EIA)

September-09, produksi minyak dunia

mencapai 84,1 juta barrel/hari, sedangkan

konsumsi minyak dunia mencapai 84,4 juta

barrel/hari. Selain terjadi peningkatan

konsumsi minyak di AS30 dan China31 masing-

masing sebesar 4,3% yoy dan 5,6% yoy,

peningkatan permintaan minyak dunia

Sumber: Bloomberg, IMF, diolahKet: * = harga akhir periode menggunakan harga rata-rata mingguanptp= point to point; qtq= quarter to quarter; yoy= year on year

Akhir Periode

EnergiEnergiEnergiEnergiEnergi

Minyak WTI (USD/barrel) 140,0 100,6 69,9 70,6 123,8 118,1 59,7 68,1 1,0 14,2 -29,8 -42,3

Gas Alam (USD/MmBTU) 13,2 7,2 3,7 3,3 11,4 9,0 3,7 3,2 -11,4 -14,5 -54,3 -64,8

Batubara (USD/ton) 133,5 112,5 48,0 52,3 103,2 104,3 47,7 52,2 9,0 9,6 -53,5 -49,9

LogamLogamLogamLogamLogam

Emas (USD/troy ounce) 925,4 871,0 926,6 1007,7 897,4 864,6 922,1 960,7 8,8 4,2 15,7 11,1

Tembaga (USD/mt) 8.510 6.360 4.967 6.159 8.323 7.584 4.708 5.856 24,0 24,4 -3,2 -22,8

Timah (USD/mt) 23.450 17.200 14.150 14.900 22.506 20.356 13.430 14.376 5,3 7,0 -13,4 -29,4

Nikel (USD/mt) 21.950 15.850 15.375 17.895 25.859 19.172 13.147 17.576 16,4 33,7 12,9 -8,3

Alumunium (USD/mt) 3.114 2.425 1.630 1.890 2.995 2.846 1.530 1.836 16,0 20,0 -22,1 -35,5

PanganPanganPanganPanganPangan

Jagung (USD/bushel) 6,8 4,4 3,4 3,3 5,9 5,4 3,9 3,2 -2,8 -18,2 -25,6 -40,8

Gandum (USD/bushel) 8,2 6,3 5,2 3,9 8,3 7,5 5,6 4,4 -25,6 -21,6 -38,4 -41,1

Gula (Usd/pound) 14,5 15,1 21,8 24,9 13,1 15,0 20,1 21,3 14,3 6,3 65,1 41,8

Kedelai (USD/bushel) 15,6 9,8 11,5 9,2 13,4 13,1 11,2 10,5 -20,5 -5,8 -5,9 -19,4

CPO (USD/mt) 1101,6 650,9 644,9 628,6 1097,3 840,8 644,9 640,7 -2,5 -0,7 -3,4 -23,8

Beras* (USD/mt) 803,0 729,0 486,0 602,0 953,2 752,7 555,5 570,8 23,9 2,7 -17,4 -24,2

TW2-08 TW3-08 TW2-09 TW3-09 TW2-08 TW3-08 TW2-09 TW3-09

Rata-rata

ptp Rata-rata ptp Rata-rata

Perubahan TW3-09

% qtq % yoy

Tabel 3.8 Harga KomoditiTabel 3.8 Harga KomoditiTabel 3.8 Harga KomoditiTabel 3.8 Harga KomoditiTabel 3.8 Harga Komoditi

30 AS merupakan produsen terbesar ketiga dan konsumen terbesarpertama dunia.

31 Konsumen terbesar kedua dunia.

Page 93: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

81

Bab 3 - Pasar Keuangan dan Komoditas

didorong oleh kekhawatiran bahwa faktor

geopolitik yang terjadi di di Nigeria32 dapat

mengakibatkan gangguan pasokan minyak.

Departemen Energi AS memproyeksikan

harga minyak WTI di sisa 2009 akan berada di

kisaran USD70/barrel (rata-rata). Proyeksi

tersebut didasarkan pada perkiraan konsumsi

minyak dunia selama 2009 yang relatif masih

lemah, sehingga terdapat ekses produksi

sebesar 0,28 juta barrel/hari. Selanjutnya,

seiring dengan semakin pulihnya ekonomi AS

dan global diperkirakan harga minyak akan

meningkat di kisaran USD75/barrel (rata-rata)

di akhir 2010. Sejalan dengan hal tersebut,

harga future minyak per akhir September-09

mencerminkan harga setahun ke depan berada

di kisaran USD71,3/barrel, atau sedikit lebih

tinggi dibandingkan harga saat ini (Grafik 3.36).

Di akhir TW3-09, harga gas alam

bergerak melemah, mencapai USD3,2/MmBTU

atau turun 11,4%qtq (Tabel 3.8 dan Grafik

3.38). Penurunan harga ini disebabkan oleh

laporan peningkatan cadangan gas alam AS33,

per September-09 tercatat mencapai 3,6 triliun

kaki kubik, atau naik 15% yoy. Harga future

minyak per akhir September-09 mencerminkan

harga setahun ke depan berada di kisaran

USD71,3/barrel, atau sedikit lebih tinggi

dibandingkan harga saat ini.

32 Nigeria merupakan produsen dan net eksporter minyak terbesardi Afrika.

Grafik 3.36 Harga Minyak WTIGrafik 3.36 Harga Minyak WTIGrafik 3.36 Harga Minyak WTIGrafik 3.36 Harga Minyak WTIGrafik 3.36 Harga Minyak WTI

Grafik 3.37 Keseimbangan Minyak DuniaGrafik 3.37 Keseimbangan Minyak DuniaGrafik 3.37 Keseimbangan Minyak DuniaGrafik 3.37 Keseimbangan Minyak DuniaGrafik 3.37 Keseimbangan Minyak Dunia

Grafik 3.38 Harga Gas AlamGrafik 3.38 Harga Gas AlamGrafik 3.38 Harga Gas AlamGrafik 3.38 Harga Gas AlamGrafik 3.38 Harga Gas Alam

Harga SpotMinyak, lhs

Jun-09

Sep-09Pertumbuhan

Harga, rhs

(% yoy)USD/barrel

Rekor Harga :USD145,3 (3 Juli-08)

TW3-09

Sumber: Bloomberg

2006 2007 2008 2009 2010

0

30

60

90

120

150

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

Net, rhs

Produksi, lhsKonsumsi, lhs

Juta barrel/hariJuta barrel/hari

- Per September-09: ekses konsumsi 0,33 juta barrel/hari- 2009: ekses produksi 0,28 juta barrel/hari (proyeksi) Proyeksi

Sumber: EIA

75

80

85

90

95

2005 2006 2007 2008 2009 2010

-4,0

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

Harga Spot GasAlam, lhs

PertumbuhanHarga, rhs

(% yoy)USD/MnBTU

Rekor Harga:USD19,38 (25 Feb-03)

Sumber: Bloomberg

2006 2007 2008 2009 2010

0

2

4

6

8

10

12

14

-100

-50

0

50

100

150

Jul-09

Sep-09

TW3-09

33 Konsumen gas alam terbesar dunia dan mempunyai pangsa 22%terhadap konsumsi gas alam dunia di 2008.

Harga logam yang dipantau di TW3-09

serempak bergerak menguat dibandingkan

triwulan sebelumnya (Tabel 3.8 dan Grafik

Page 94: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

82

3.39). Tembaga sebagai input penting bagi

industri manufaktur meningkat 24% qtq,

mencapai USD6.159/mt di akhir triwulan

laporan. Peningkatan impor tembaga oleh

China dan negara-negara Asia lainnya

ditengah meningkatnya optimisme pemulihan

ekonomi dunia merupakan faktor pendorong

peningkatan harga tersebut. Per September-

09, impor tembaga China tercatat naik 32,8

ribu ton. Aktivitas manufaktur China yang kian

bergairah sebagai dampak dari stimulus fiskal

pemerintah diperkirakan semakin mendorong

permintaan China34 terhadap tembaga

kedepan. Sementara itu, harga emas naik tipis

4,2% qtq mencapai USD925,4/troy ounce

yang didorong oleh aksi beli emas sebagai

komoditi save haven sebagai reaksi atas

pelemahan dollar dan bursa saham global di

akhir triwulan laporan. Harga tembaga dan

emas setahun kedepan masing-masing

diperkirakan berada di kisaran USD6.149/mt

dan USD1003,6/troy ounce seperti yang

tercermin dari harga future-nya (Grafik 3.39).

Di akhir triwulan laporan, harga

komoditi pertanian bergerak mixed (Tabel 3.8).

Harga beras mengalami peningkatan terbesar,

sementara harga gandum anjlok (Grafik 3.40).

Per September-09, harga beras mencapai

USD803/mt, atau menguat 23,9% qtq.

Penguatan ini dipicu oleh sentimen negatif

gangguan produksi dari India35 dan Filipina36

akibat cuaca buruk. India dilaporkan akan

menjadi net importir beras untuk pertama

kalinya dalam 21 tahun terakhir akibat gagal

panen. Di 2010 mendatang, impor beras India

diperkirakan mencapai 3 juta metric tone. Di

sisi lain, harga gandum anjlok 25,6% qtq

mencapai USD8,2/bushel di akhir TW3-09.

Penurunan harga tersebut dipicu oleh

sentimen positif laporan kenaikan produksi

gandum Kanada dan dihapuskannya larangan

grain export yang selama ini diterapkan oleh

pemerintah Argentina. Harga gandum setahun

ke depan diperkirakan lebih rendah

dibandingkan harga saat ini, berada di kisaran

USD5,2/bushel.

34 Konsumen logam terbesar dunia.35 India merupakan produsen dan eksportir beras dunia.36 Filipina merupakan produsen dan importir beras dunia.

Grafik 3.39 Harga Tembaga dan EmasGrafik 3.39 Harga Tembaga dan EmasGrafik 3.39 Harga Tembaga dan EmasGrafik 3.39 Harga Tembaga dan EmasGrafik 3.39 Harga Tembaga dan Emas Grafik 3.40 Harga Beras dan GandumGrafik 3.40 Harga Beras dan GandumGrafik 3.40 Harga Beras dan GandumGrafik 3.40 Harga Beras dan GandumGrafik 3.40 Harga Beras dan Gandum

Future Emas Juni-09Future Emas Sep-09Future Tembaga Juni-09Future Tembaga Sep-09

Harga SpotEmas, lhs

Harga SpotTembaga, rhs

USD/mtUSD/troy ounce

TW3-09

Sumber: Bloomberg

400

500

600

700

800

900

1000

1100

1200

2006 2007 2008 2009 2010

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

11000

12000

Harga SpotGandum, lhs

Harga SpotBeras, rhs

USD/bushel USD/mt

TW3-09

Sumber: Bloomberg

0,0

2,5

5,0

7,5

10,0

12,5

15,0

2006 2007 2008 2009 2010

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

1.100Future Gandum Agt-09

Future Gandum Sep-09

Page 95: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional

83

Perkembangan KerjasamaInternasional

Krisis keuangan global yang

mengakibatkan anjloknya pertumbuhan

ekonomi dunia telah meningkatkan inisiatif

kerjasama internasional baik sebagai upaya

penanggulangan krisis maupun untuk

mencegah terjadinya krisis di masa depan.

Langkah tersebut semakin penting dilakukan

mengingat masih rawannya proses pemulihan

ekonomi dan sistem keuangan global sampai

dengan TW3-09. Dalam lingkup kerjasama

regional ASEAN+3, disepakati kerjasama

Credit Guarantee and Investment Mechanism

(CGIM). Dalam rangka mendukung pemulihan

ekonomi di ASEAN+3, kerjasama tersebut

bertujuan untuk memfasilitasi penerbitan

obligasi swasta di kawasan. Di tataran

kerjasama multilateral, baik di forum G-20

maupun IMF, terus berlangsung konsolidasi

dan pembahasan intensif untuk segera

mengakhiri krisis ekonomi dan memperkuat

sistem keuangan global. Dalam hal ini,

perhatian utama ditujukan pada upaya

menciptakan pertumbuhan ekonomi dunia

yang lebih berimbang dan berkesinambungan.

Pembahasan agenda reformasi International

4B A B

Financial Institutions (IFIs), semakin intensif

khususnya IMF, seiring menguatnya dorongan

untuk melakukan perubahan besar dalam

desain ekonomi dunia yang lebih

mencerminkan keseimbangan kekuatan

negara maju dan negara berkembang.

Selanjutnya, implikasi dari seluruh upaya

internasional tersebut terhadap perekonomian

dan kompleksitas kebijakan moneter menjadi

tema tersendiri dalam diskusi diantara bank

sentral dan otoritas moneter di berbagai

kawasan.

A. KERJASAMA REGIONAL

A.1. Kerjasama Credit Guarantee and

Investment Mechanism (CGIM)

Dalam kerangka kerjasama ASEAN,

muncul inisiatif kerjasama keuangan CGIM

diantara negara ASEAN+3 (10 negara ASEAN

plus Jepang, China, dan Korea) yang bertujuan

untuk memfasilitasi penerbitan obligasi swasta

di kawasan. CGIM merupakan fasilitas

penyediaan jaminan (garansi) dengan biaya

Page 96: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

84

relatif murah bagi perusahaan-perusahaan di

kawasan ASEAN+3 yang akan menerbitkan

obligasi berdenominasi mata uang lokal.

Seperti diketahui, salah satu hambatan

berkembangnya penerbitan obligasi swasta di

kawasan adalah masih relatif sedikitnya skim

penjaminan dengan harga yang terjangkau.

Namun perlu dicatat bahwa perusahaan yang

dapat memanfaatkan fasilitas ini baru

perusahaan negara kawasan yang masuk

kategori investment grade.

Pertemuan ASEAN+3 Finance Ministers»

Meeting (AFMM+3) di Bali awal Mei 2009

telah menyepakati implementasi CGIM pada

2010 dengan modal awal sebesar USD500

juta. Modal awal tersebut akan disumbang

baik oleh negara Plus Three, ASEAN, maupun

Asian Development Bank (ADB). Selain sebagai

kontributor, ADB juga membantu membidani

pembentukan CGIM khususnya dalam

perumusan pokok-pokok perjanjian dan

operasional CGIM dan rencananya juga akan

bertindak sebagai trustee dari CGIM.

Bagi Indonesia, keikutsertaan dalam

skim CGIM diyakini dapat mendorong

pertumbuhan penerbitan obligasi swasta

yang masih relatif terbatas dewasa ini. Selain

itu, skim ini juga diharapkan dapat

mendorong perusahaan-perusahaan di

Indonesia untuk meningkatkan kinerjanya

sehingga dapat masuk dalam kategori

investment grade sehingga berpeluang dapat

memanfaatkan fasilitas ini. Sementara itu,

bagi kawasan ASEAN CGIM diharapkan dapat

meningkatkan alternatif investasi bagi

negara-negara di kawasan yang umumnya

memiliki tingkat tabungan yang tinggi. Di

samping itu, skim ini diharapkan mampu

mendukung upaya kawasan untuk

meningkatkan kedalaman pasar keuangan

dan sekaligus memperkuat daya tahan

keuangan kawasan dalam menghadapi

kemungkinan berulangnya krisis keuangan di

masa depan

B. KERJASAMA MULTILATERAL

B.1. Forum G-20

Pada tahun 2009 ini, peran kelompok

G-20 dalam perekonomian dunia semakin

mengemuka. Pada pertemuan pemimpin

negara G-20 yang digelar pada 24-25

September 2009 di Pittsburgh, Amerika

Serikat (AS), atau lebih dikenal dengan nama

Pittsburgh Summit, disepakati bahwa

kerjasama G-20 akan secara pemanen

menggantikan peranan kerjasama ekonomi

G-8 (Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang,

Rusia, Inggris, dan AS). Dengan pengukuhan

ini berarti forum kerjasama internasional

dalam penentuan arah perekonomian dunia,

akan lebih merepresentasikan perimbangan

kekuatan ekonomi negara maju dan negara

berkembang. Pengukuhan peran G-20 kali ini

tidak lepas dari kontribusi kerjasama G-20

yang terbukti efektif dalam upaya

penanggulangan krisis ekonomi dan

keuangan global yang berlangsung sejak akhir

2008. Peran tersebut diawali oleh

diselenggarakannya Washington Summit (15

November 2008) dan dilanjutkan dengan

London Summit (2009) .

Page 97: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional

85

Sejak pecah krisis keuangan global di

akhir 2008, G-20 terus aktif melakukan inisiatif

pertemuan tingkat tinggi (pimpinan negara)

untuk membahas isu-isu pemulihan

perekonomian global, penguatan sistem

keuangan global, dan reformasi di tubuh IFIs

guna meningkatkan efektifitas peran mereka

dalam berbagai upaya penanggulangan krisis.

Kebijakan-kebijakan ekspansi fiskal dan

moneter yang diterapkan negara G-20 telah

mendorong munculnya indikasi awal

pemulihan ekonomi (green shoots) di berbagai

negara yang kemudian membangkitkan

optimisme perkembangan ekonomi dunia ke

depan. Untuk terus mengefektifkan langkah

menuju perekonomian yang lebih baik,

kerjasama G-20 pada TW3-09 masih fokus

pada agenda ekonomi seperti: pemulihan

ekonomi dunia, pembahasan exit strategy,

model baru pertumbuhan ekonomi dunia yang

lebih berimbang dan berkesinambungan,

pengaturan sistem keuangan, perhatian

terhadap pengentasan kemiskinan, anti

kebijakan proteksionisme, dan pertumbuhan

ekonomi yang ramah lingkungan.

Dalam Pittsburgh Summit tersebut,

negara-negara G-20 merasakan nuansa

perubahan yang kuat dalam desain

perekonomian dunia. Pertemuan tersebut

berada dalam suasana transisi besar, dari

kondisi yang sangat bebas menjadi situasi

dimana berbagai pihak menginginkan

pengaturan yang lebih ketat dalam sistem

ekonomi dunia. Diiringi dengan optimisme

keberhasilan langkah kebijakan fiskal, moneter,

dan keuangan yang disepakati dalam

pertemuan G-20 sebelumnya, pertemuan

pimpinan G-20 menyepakati hal-hal sebagai

berikut:

i. meluncurkan kerangka kerja yang

mendasari kebijakan dan upaya bersama

untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi yang kuat, berkesinambungan,

dan seimbang;

ii. memastikan bahwa sistem pengaturan

(regulatory system) bagi sektor

perbankan dan lembaga keuangan

lainnya mampu mencegah pelaku pasar

keuangan untuk bertindak berlebihan

tanpa mempertimbangkan dengan baik

risiko yang menyertainya;

iii. melakukan reformasi terhadap arsitektur

sistem keuangan global agar sesuai

dengan tuntutan abad ke-21;

iv. menempuh berbagai langkah baru untuk

meningkatkan akses terhadap bahan

pangan, sumber energi, dan keuangan

bagi negara-negara miskin;

v. menghapuskan subsidi bahan bakar fosil

yang tidak efisien dibarengi dengan

pemberian bantuan kepada masyarakat

miskin;

vi. mempertahankan keterbukaan dan

beralih kearah pertumbuhan ekonomi

yang lebih berkesinambungan dan lebih

ramah lingkungan.

Hal penting lainnya yang perlu dicermati

dalam kesepakatan pimpinan G-20 ini adalah

meskipun benih pemulihan ekonomi global

sudah mulai terlihat, pimpinan G-20 menyadari

bahwa perkembangan tersebut belum

sepenuhnya sempurna, mengingat tingginya

Page 98: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

86

pengangguran dan masih lemahnya

permintaan domestik masih mengemuka di

beberapa negara. Untuk itu, strong policy

response akan tetap dipertahankan hingga

pemulihan ekonomi dianggap benar-benar

nyata dan penerapan exit strategy dinilai belum

akan dilakukan dalam waktu dekat.

Forum pertemuan pemimpin negara

G-20 di Pittsburgh, AS, telah diawali oleh

berbagai pertemuan di tingkat menteri dan

gubernur/deputi gubernur bank sentral.

Berbagai pertemuan pendahuluan tersebut

diselenggarakan untuk meletakkan dasar-

dasar pembahasan yang akan ditindaklanjuti

di tingkat pimpinan. Pada 2-5 September 2009

digelar rangkaian pertemuan tingkat menteri

dan gubernur/deputi gubernur bank sentral

negara G-20 yang terdiri dari:

1) G-20 Finance and Central Bank Deputies

IMF Governance Workshop.

Dalam workshop ini dibahas mengenai

reformasi IFIs, dalam hal ini adalah review

kuota dan reformasi tata kelola

(governance reform) IMF. Kesimpulan

utama dari pertemuan ini adalah perlunya

revisi dari formula kuota agar lebih

mengakomodir representasi dari negara-

negara berkembang dalam IMF sejalan

dengan semakin besarnya peranan mereka

dalam perekonomian dunia. Selain itu,

dalam reformasi tatakalola IMF

disepakatibahwa proses penunjukkan

senior manager akan dilakukan secara

terbuka, transparan, dan merit based.

Untuk itu, diperlukan political will yang

cukup agar kesepakatan tersebut dapat

dilaksanakan.

2) G-20 Finance and Central Bank Deputies

Meeting.

Dalam pertemuan ini dibahas tiga hal

utama, yakni: (i) macro-financial response

and suitable future resources of growth;

(ii) reshaping global financial system; dan

(iii) IFIs sources and reform. Pada

kesempatan ini terdapat beberapa hal

seputar perkembangan ekonomi global

yang dicatat, yaitu mulai terlihatnya

indikasi kuat perbaikan ekonomi di

beberapa negara seperti China, India,

dan Indonesia. Walaupun demikian,

sebagian negara lainnya masih relatif

lemah untuk turut mendorong

pemulihan secara sempurna. Oleh sebab

itu, masing-masing negara masih harus

melanjutkan upaya mempertahankan

stabilitas perekonomian, guna

mempercepat pemulihan ekonomi

global. Dalam hal ini, AS masih

mengandalkan kebijakan fiskal dan

moneter yang ekspansif untuk

mendorong pemulihan, sementara Eropa

lebih fokus kepada perbaikan aspek

regulasi dan pengawasan lembaga

keuangannya. Di sektor keuangan dalam

rangka reformasi sistem keuangan

global, perlu diatur suatu kerangka

penetapan kompensasi di lembaga

keuangan agar para eksekutif

perusahaan keuangan tidak lagi

terdorong untuk mengambil risiko yang

berlebihan sehingga dapat memicu krisis

serta perumusan kembali kriteria

pemodalan yang lebih memenuhi prinsip

kehati-hatian.

Page 99: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional

87

3) G-20 Finance Minister and Central Bank

Governors Meeting (MGM).

Pertemuan G-20 tingkat menteri

keuangan dan gubernur bank sentral

menghasilkan kesepakatan yang

dituangkan dalam komunike khususnya

berkaitan dengan pemulihan ekonomi

dunia dan deklarasi yang menegaskan

pentingnya reformasi sistem keuangan

global. Tujuh kesepakatan dalam

komunike bersama negara G-20 adalah:

(i) implementasi penuh Washington dan

London Summit; (ii) melanjutkan

kebijakan ekspansi fiskal dan moneter

dengan mempertimbangkan stabilitas

harga dan kesinambungan fiskal jangka

panjang hingga kondisi benar-benar

pulih; (iii) memperhatikan tantangan

kedepan seperti peningkatan kualitas

tenaga kerja, stabilitas harga komoditas,

percepatan insiatif trade finance sebesar

USD250 miliar, dan anti-proteksionisme;

(iv) mulai dipikirkannya bentuk

exit strategy; (v) mencanangkan

pertumbuhan yang berkesinambungan

dengan memperhatikan perubahan iklim

global; (vi) memperbaiki sumber dana

Multilateral Development Banks (MDBs)

untuk low income countries (LICs); dan

(vii) menyambut baik reformasi IFIs dalam

hal ini Bank Dunia (WB) pada 2010 dan

IMF pada 2011. Sementara, deklarasi

mengenai ≈futher steps to strengthen the

financial system∆ mencakup poin penting

mengenai penegasan kembali komitmen

G-20 untuk memperkuat sistem

keuangan, mencegah berkembangnya

excessive risk dan ancaman krisis serta

mendukung kesinambungan

pertumbuhan. Berkenaan dengan hal

tersebut, negara G-20 sepakat untuk : (i)

mengidentifikasi target dalam perbaikan

tata kelola dan aturan kompensasi di

sektor keuangan; (ii) menerapkan

pengaturan dan pengawasan yang lebih

ketat untuk systemically important firms;

(iii) mempercepat pengembangan

ketentuan prudential melalui perbaikan

kualitas modal; (iv) mengatasi masalah

negara-negara yang tidak kooperatif

dengan melaksanakan program review

sesama anggota (peer-review) yang

efektif; (v) menerapkan standar

internasional secara konsisten dan

terkoordinasi (termasuk Basel II) untuk

mencegah munculnya risiko-risiko baru;

dan (vi) konvergensi menuju satu standar

akuntansi global atas instrumen-

instrumen pasar keuangan.

Bagi Indonesia, hasil-hasil pertemuan

tersebut memberikan tantangan tersendiri,

terutama dengan pengukuhan forum G-20

menggantikan G-8. Indonesia sebagai satu-

satunya negara di ASEAN yang masuk

dalam G-20 memiliki peluang dan

tantangan kedepan untuk memperjuangkan

kepentingan nasional maupun kawasan serta

negara berkembang pada umumnya. Di satu

sisi, hal ini merupakan kesempatan yang baik

bagi Indonesia, agar kepentingan nasional

maupun untuk kepentingan ekonomi yang

diwakili Indonesia seperti ASEAN dapat

mewarnai penentuan arah perekonomian

Page 100: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

88

dunia. Namun di sisi lain, seiring dengan

tingginya dinamika perkembangan isu dalam

kerjasama G-20, Indonesia harus secara

cermat mengamati arah kebijakan di G-20 dan

keselarasannya dengan kebijakan nasional

sehingga dapat memberikan manfaat yang

optimal bagi perekonomian Indonesia dan

kawasan ASEAN pada khususnya serta dunia

pada umumnya.

B.2. International Monetary Fund (IMF)

Menjelang akhir 2009, IMF kembali

menyelenggarakan Internasional Monetary

and Financial Committee (IMFC) Annual

Meeting di Istanbul, Turki, pada 2-7 Oktober

2009. Pertemuan yang dihadiri oleh

perwakilan dari 186 anggota IMF, akademisi

dan pejabat tinggi IMF serta lembaga

keuangan internasional lainnya menghasilkan

sejumlah keputusan yang tidak hanya penting

bagi perekonomian global melainkan juga bagi

IMF itu sendiri. Reformasi tatakelola serta

reformasi surveillance IMF menjadi bagian dari

agenda penting dalam pertemuan tahunan

IMF tersebut. Hasil pertemuan Istanbul

tersebut selanjutnya dianggap sebagai titik

baru dalam pijakan kebijakan IMF beberapa

tahun ke depan.

Dalam kesempatan ini juga dibahas

perkembangan ekonomi global. IMF melihat

pemulihan ekonomi global terjadi lebih baik

dari yang diperkirakan. Kawasan Asia bahkan

mengalami pemulihan yang lebih baik

dibandingkan belahan dunia lainnya. Namun

demikian, pemulihan ekonomi dunia masih

dinilai sangat dini dan penuh risiko. Oleh sebab

itu seluruh negara kembali menyampaikan

komitmennya untuk melanjutkan upaya

internasional mendukung pemulihan ekonomi

melalui kebijakan fiskal dan moneter yang

akomodatif sampai pemulihan ekonomi dunia

yang sustain benar-benar dicapai.

B.2.1. Tatakelola IMF

Terkait isu tatakelola, secara spesifik

pertemuan tahunan IMFC membicarakan

permasalahan menyangkut penyelarasan

kuota (quota realignment), proses

restrukturisasi IMFC, peningkatan efektivitas

Executive Board, serta pemilihan manajemen

IMF. Dalam hal penyelarasan kuota, seluruh

negara sepakat untuk mendukung proses

review kuota ke-14 yang akan diselesaikan

pada Januari 2011. Pendapat negara

anggota telah mengerucut kepada

pergeseran share kuota dari negara maju

kepada Emerging Market and Developing

Countries (EMDCs) serta menjaga share

kuota dari LICs. Agar tercapai tujuan utama

dari reformasi kuota, negara-negara BRIC1

mendukung agar terdapat penyelarasan hak

suara dan kuota semaksimal mungkin antara

negara berkembang dan negara maju, yaitu

pergeseran kuota dari negara maju ke negara

berkembang sejumlah tujuh persen, lebih

besar dari yang diusulkan IMF sebesar lima

persen. Hal tersebut telah dikemukakan oleh

BRIC sebelumnya pada pertemuan Menteri

1 Negara BRIC terdiri dari Brazil, Rusia, India dan China.

Page 101: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional

89

Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20

di London dan di pertemuan tingkat deputi

gubernur IMF di Kairo, September 2009.

Dalam pembahasan review kuota ke-14 ini

disepakati bahwa pembahasan kuota

merupakan agenda prioritas IMF kedepan.

Selain itu, IMF diminta untuk mengkaji

besarnya kenaikan kuota yang diperlukan

untuk memenuhi sumber keuangan jangka

panjang. IMF juga diminta untuk

menganalisa reformasi tata kelola yang lebih

luas. Dalam kesempatan ini, negara anggota

diminta untuk segera menyelesaikan

ratif ikasi reformasi kuota yang telah

disepakati di 2008.

Berkaitan dengan posisi konstituen

South East Asia Voting Group (SEAVG-IMF)

dalam hal pembahasan kuota IMF, telah

diselenggarakan pertemuan tingkat teknis di

sela pertemuan tahunan IMF tersebut. Dari

pertemuan tersebut, disepakati beberapa hal

yang menjadi perhatian bersama negara

SEAVG, yaitu (i) perlu diperbandingkannya

antara besar pengeluaran dalam rangka

kenaikan kuota dibandingkan dengan besar

kenaikan kuota yang diperoleh konstituen, (ii)

perlu klarifikasi mengenai kriteria perubahan

alokasi pangsa kuota sebesar 5%, apakah akan

berdasarkan kriteria EMDC vs Advanced

Countries atau berdasarkan kriteria over

represented vs under represented, (iii) perlu

disepakati prinsip-prinsip umum yang

kemudian akan menjadi acuan SEAVG Office

dalam bernegosiasi atas nama konstituen.

Pembahasan lebih lanjut mengenai kuota akan

dilakukan pada pertemuan tingkat deputi

gubernur dalam rangka SEACEN EXCO2 di

Januari 2010.

Isu kedua yang terkait reformasi

tatakelola adalah restrukturisasi di dalam

tubuh IMFC itu sendiri. Dalam pertemuan

IMFC di Kairo (September 2009), sempat

mengemuka usulan pembentukan Ministerial

Council untuk menggantikan IMFC yang

dipandang kurang efektif sebagai wadah

untuk mendiskusikan hal-hal yang strategis

terkait isu keuangan dan moneter

sehubungan dengan pelaksanaan mandat

IMF. Pembentukan Council dimaksudkan

untuk meningkatkan keterwakilan negara-

negara berkembang dalam pengambilan

keputusan di IMF. Usulan ini tidak banyak

memperoleh dukungan, sehingga dalam

pertemuan tahunan IMFC di Istanbul, Turki,

pembahasan lebih menitikberatkan kepada

peningkatan efektivitas proses pengambilan

keputusan di IMFC.

Dalam rangka peningkatan efektivitas

manajemen IMF, terdapat usulan untuk

mengurangi posisi Exceutive Director (ED) di

Executive Board dari semula 24 menjadi 20 ED.

Namun demikian, usulan tersebut kurang

direspon positif, terutama oleh negara-negara

maju karena terdapat kekhawatiran hal

tersebut akan mengurangi suara negara maju

berkaitan dengan berkurangnya jumlah

2 South East Asian Central Bank (SEACEN) merupakan forumkerjasama bank sentral dan otoritas moneter di kawasan Asiadan Pasifik dimana negara anggota konstituen SEAVG jugamenjadi anggotanya. Pertemuan SEACEN Executive Committee(EXCO) diselenggarakan setiap tahun yang dihadiri oleh deputigubernur bank sentral negara anggota.

Page 102: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

90

perwakilan negara Eropa. Selain

itu,pembahasan mengenai proses pemilihan

manajemen juga menjadi sorotan. Sebagian

besar negara maju maupun berkembang

berpendapat bahwa proses pemilihan

Managing Director dan manajemen IMF perlu

lebih terbuka, transparan dan bersifat merit-

based. Bahkan terdapat pula usulan untuk

menekankan perlunya keanekaragaman

(diversity) asal negara untuk staff yang direkrut

dalam manajemen IMF. Dalam hal ini, telah

disepakati bahwa proses pemilihan

manajemen IMF tersebut akan diadopsi pada

pertemuan IMFC berikutnya di 2010.

B.2.2. Surveillance IMF

Sebagai respon terhadap perubahan

kondisi ekonomi global, IMFC memandang

perlu penyesuaian prioritas-prioritas

pelaksanaan surveillance yang disusun pada

2008. Hal baru yang perlu dimasukkan dalam

prioritas surveillance saat ini adalah perlunya

exit strategy atas pelaksanaan kebijakan saat

krisis (unconventional measures) yang

terkoordinasi secara internasional. Prioritas

lainnya yang masih dianggap relevan adalah

terkait penguatan regulasi dan supervisi di

sektor keuangan. Sementara itu, penanganan

isu kenaikan harga komoditas disepakati untuk

tidak lagi dimasukkan sebagai prioritas di

tahun 2009.

Secara lebih spesifik, telah disepakati

bahwa pelaksanaan exit policy perlu

transparan dan terkoordinasi. IMF diharapkan

dapat membantu dengan membuat analisa

yang bersifat forward looking untuk melihat

apakah exit policy secara kolektif konsisten

dengan pemulihan ekonomi global yang

sustain. IMF juga diminta untuk menyusun

principles for orderly and cooperative exit

strategies dengan mempertimbangkan kondisi

khusus negara anggota, untuk dilaporkan

pada pertemuan IMFC berikutnya.

Dalam pertemuan tingkat deputi

gubernur IMFC di Kairo, September 2009

sebelum sidang tahunan, telah dibahas

beberapa hal terkait surveillance yang meliputi

revisi panduan operasional (operational

guidance) surveillance bilateral, peninjauan

kembali terhadap prioritas surveillance serta

pembaharuan (reshaping) Financial Sector

Assessment Program (FSAP)3. IMFC sepakat

untuk meninjau kembali panduan«surveillance

bilateral terutama terkait kriteria fundamental

misaligned yang tercantum dalam Decision

2007 on Bilateral Surveillance, dan

menyarankan agar rentang waktu

pelaksanaan surveillance bilateral dipersingkat.

Dengan rentang waktu yang pendek,

informasi yang diterima IMF pada saat

memberikan konsultasi di negara anggota

diharapkan masih relevan dengan kondisi pada

saat laporan akhir pelaksanaan surveillance

bilateral diterbitkan. Dalam hal prioritas

surveillance, pertemuan IMFC di Kairo juga

memandang perlu pelaksanaan surveillance

3 FSAP (Financial Sector Assessment Program) merupakan jointprogram antara IMF-World Bank untuk melakukan asesmensektor keuangan di negara anggota. FSAP dilakukan denganberbagai tools, antara lain pemenuhan standar-standar danprinsip yang ditetapkan (compliance-based), maupun denganmenganalisa sektor keuangan berdasarkan risiko (risk-based),salah satunya dengan melakukan stress-test.

Page 103: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional

91

yang lebih fokus kepada upaya untuk

meminimalisir risiko sistemik dan dampak

limpahannya (spillover effect). Seluruh negara

juga mendukung pelaksanaan surveillance

yang lebih terbuka, transparan serta

berkeadilan (evenhanded). Sedangkan dalam

hal multilateral surveillance, terdapat

dukungan yang luas untuk mengintegrasikan

dengan lebih baik antara exercise dalam

publikasi World Economic Outlook (WEO) dan

Global Financial Stability Report (GFSR),

disamping perlunya elaborasi yang lebih

berimbang antara manfaat dan risiko baik

lintas pasar maupun instrumen keuangan

dalam kedua publikasi tersebut.

Berkaitan dengan pembaharuan FSAP,

sebagian besar negara menyadari bahwa

banyak yang telah memahami manfaat FSAP

namun belum melaksanakan asesmen FSAP.

Untuk itu, dalam pertemuan IMFC

dikemukakan agar pelaksanaan FSAP dapat

bersifat lebih fleksibel, mempertimbangkan

kondisi suatu negara (state dependant),

daripada hanya menargetkan waktu

pelaksanaannya (time dependant) secara kaku

bagi setiap negara anggota. Selain menyadari

pentingnya FSAP, sebagian negara juga

mengusulkan agar FSAP diprioritaskan bagi

mereka yang dianggap systemically important

countries.

Tabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan KhususTabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan KhususTabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan KhususTabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan KhususTabel 4.1. Beberapa Negara yang telah Mendapatkan Alokasi SDR Umum dan Khusus

SEAVGSEAVGSEAVGSEAVGSEAVG1 Brunei Darussalam 0 159.529.869 43.973.683 203.503.5522 Kamboja 15.417.000 64.864.607 3.638.263 83.919.8703 Fiji 6.958.000 52.114.079 8.022.368 67.094.4474 Indonesia 238.956.000 1.541.405.467 200.077.253 1.980.438.7205 Laos 9.409.000 39.215.288 2.053.473 50.677.7616 Malaysia 139.048.000 1.102.031.148 105.064.573 1.346.143.7217 Myanmar 43.474.000 191.554.452 10.730.894 245.759.3468 Nepal 8.104.800 52.855.389 7.139.410 68.099.5999 Filipina 116.595.000 652.278.493 69.091.206 837.964.699

10 Singapura 16.475.200 639.379.702 88.358.061 744.212.96311 Thailand 84.652.000 802.023.072 83.591.312 970.266.38412 Tonga 0 5.115.038 1.465.789 6.580.82713 Vietnam 47.658.000 243.965.055 23.168.946 314.792.001

LainnyaLainnyaLainnyaLainnyaLainnya1 China 236.800.000 5.997.270.411 755.598.083 6.989.668.4942 India 681.170.000 3.082.514.410 214.573.927 3.978.258.3373 Korea 72.911.200 2.170.036.177 161.497.847 2.404.445.224

NegaraAlokasi umum SDR(28 Agustus 2009)

Kumulatifalokasi SDR terkini(9 September 2009)

Sumber: IMF

Alokasi khusus SDR(9 September 2009)

Dalam SDR

Kumulatifalokasi SDRsebelumnya

Page 104: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

92

B.2.3. Alokasi SDR4 (SDR Allocation)

Sebelum sidang tahunan pada

September 2009 IMF melakukan alokasi

khusus SDR (special one-time allocation)

dengan nilai total USD33 miliar (SDR21,5

miliar). Alokasi tersebut merupakan

implementasi dari kesepakatan IMF pada

1997 dalam rangka alokasi kepada negara-

negara anggota yang belum pernah

menerima alokasi SDR. Alokasi tersebut baru

dapat diimplementasikan setelah

memperoleh persetujuan negara anggota

melalui voting yang diselenggarakan pada 7

Agustus 2009. Sebagaimana alokasi umum

SDR yang telah lebih dahulu dilaksanakan,

alokasi khusus SDR juga bertujuan untuk

memperkuat likuiditas global. Kebijakan

tersebut akan memperkuat cadangan devisa

bagi seluruh negara anggota IMF, termasuk

Indonesia5.

Pada Agustus 2009, IMF melakukan

alokasi umum sebesar SDR161,2 miliar yang

merupakan terbesar sepanjang sejarah.

Alokasi SDR yang pernah dilakukan

sebelumnya adalah sebesar SDR9,3 miliar

pada kurun waktu 1970√1972 dan SDR12,1

miliar pada kurun waktu 1979-1981. Dengan

adanya alokasi khusus SDR sebesar SDR21,5

miliar pada 9 September 2009, maka total

kumulatif SDR yang pernah dialokasikan IMF

yakni sebesar SDR204 miliar (ekuivalen

dengan USD318 miliar). Besarnya alokasi SDR

yang diterima masing-masing negara anggota

adalah sesuai dengan proporsi dari kuota

masing-masing negara saat ini di IMF. Secara

umum peningkatan alokasi umum SDR ini

akan meningkatkan alokasi SDR masing-

masing negara menjadi sebesar 74% dari

kuotanya.

B.3. Organisasi Konferensi Islam

Disela-sela rangkaian pertemuan

tahunan IMF di Istanbul, Turki pada Oktober

2009, diselenggarakan pertemuan antara

gubernur bank sentral negara anggota

Organisasi Konferensi Islam (OKI). Pertemuan

ini merupakan pertemuan pertama atas inisiatif

Bank Sentral Turki dan OKI. Dalam pertemuan

ini dilakukan tukar-menukar pengalaman

mengenai dampak krisis global terhadap

perekonomian masing-masing negara. Dalam

kesempatan ini, Indonesia berbagi

pengalamannya keluar dari krisis Asia 1997

dan bertahan dalam krisis keuangan global

2008. Dalam kurun waktu 10 tahun setelah

krisis 1997, industri perbankan Indonesia telah

mengalami perbaikan kinerja yang signifikan

khususnya dalam permodalan dan kualitas

aset. Penguatan regulasi dan pengawasan

menyebabkan Indonesia terhindar dari

permasalahan yang terkait dengan aset sub

4 SDR adalah cadangan devisa internasional (international reserveassets) yang diciptakan sejak tahun 1969 sebagai tambahancadangan devisa negara-negara anggota IMF. Pemanfaatan SDRtersebut tidak memerlukan syarat-syarat tertentu (withoutconditionalities), melainkan tergantung pada kebutuhan masing-masing negara anggota melalui mekanisme pertukaran dengannegara-negara anggota IMF lainnya.

5 Untuk Indonesia, peningkatan alokasi SDR IMF tidak akanmenimbulkan net charges atau tambahan biaya apabila SDRtersebut tidak digunakan, kecuali biaya administrasi yangjumlahnya relatif kecil (0,01% p.a.), karena Indonesia jugamemperoleh pendapatan bunga dengan tingkat yang sama dariSDR yang dimiliki. Di sisi lain, total alokasi umum dan khususSDR meningkatkan cadangan devisa Indonesia sebesar SDR1,74

Page 105: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional

93

prima ketika krisis ekonomi global merebak di

2008. Oleh sebab itu, di kala negara maju

terjerembab dihantam krisis keuangan global

2008, Indonesia menjadi salah satu ekonomi

yang mampu bertahan. Selain bertukar

pengalaman menghadapi krisis, forum ini juga

membahas beberapa hal lain seperti

pengembangan perbankan syariah. Pada

kesempatan tersebut disadari bersama peran

penting sistem keuangan syariah sebagai

alternatif untuk mendukung pembiayaan

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

ditengah pemulihan sistem keuangan

konvensional yang masih terbatas.

C. KERJASAMA BANK SENTRAL

C.1. Forum Kerjasama EMEAP

Dalam pertemuan tahunan tingkat

gubernur EMEAP6 (Executives» Meeting of East

Asia-Pacific Central Banks) ke-14 yang

dilaksanakan di Hong Kong pada 22 Juli 2009

dibahas dua isu utama yaitu (1) implikasi

meningkatnya pembiayaan publik dan utang

pemerintah terutama di negara maju terhadap

kebijakan moneter di kawasan EMEAP, dan (2)

penerapan kebijakan fiskal yang bersifat pro-

cyclical terhadap krisis keuangan global serta

reformasi sistem keuangan internasional dan

implikasinya bagi negara EMEAP, dengan poin-

poin sebagai berikut.

Implikasi meningkatnya pembiayaanImplikasi meningkatnya pembiayaanImplikasi meningkatnya pembiayaanImplikasi meningkatnya pembiayaanImplikasi meningkatnya pembiayaan

publik dan utang pemerintah terutama dipublik dan utang pemerintah terutama dipublik dan utang pemerintah terutama dipublik dan utang pemerintah terutama dipublik dan utang pemerintah terutama di

negara maju terhadap kebijakan moneter dinegara maju terhadap kebijakan moneter dinegara maju terhadap kebijakan moneter dinegara maju terhadap kebijakan moneter dinegara maju terhadap kebijakan moneter di

kawasan EMEAP.kawasan EMEAP.kawasan EMEAP.kawasan EMEAP.kawasan EMEAP. Secara umum para gubernur

mengemukakan kekhawatirannya atas

meningkatnya pembiayaan pemerintah untuk

mengatasi krisis keuangan global, yaitu (a)

kemungkinan meningkatnya ekspektasi inflasi

yang dapat berujung pada berkurangnya

kepercayaan publik terhadap peran bank sentral

dalam mengendalikan inflasi; dan (b) semakin

terbatasnya fleksibilitas dan kapasitas anggaran

pemerintah menghadapi kemungkinan shocks

di masa depan. Implikasi terhadap kebijakan

moneter di kawasan diperkirakan terjadi pada

saat pinjaman publik di negara maju telah

tercukupi sehingga menyebabkan terjadinya

crowding out di pasar investasi swasta. Hal

tersebut dikhawatirkan memicu terjadinya

capital inflow ke pasar keuangan di kawasan

yang relatif stabil. Capital flow dalam jumlah

besar diperkirakan akan meningkatkan

volatilitas pasar keuangan yang berujung pada

peningkatan kompleksitas kebijakan moneter.

Penerapan kebijakan fiskal yang bersifatPenerapan kebijakan fiskal yang bersifatPenerapan kebijakan fiskal yang bersifatPenerapan kebijakan fiskal yang bersifatPenerapan kebijakan fiskal yang bersifat

pro-cyclicalpro-cyclicalpro-cyclicalpro-cyclicalpro-cyclical terhadap krisis keuangan global terhadap krisis keuangan global terhadap krisis keuangan global terhadap krisis keuangan global terhadap krisis keuangan global

serta reformasi sistem keuangan internasionalserta reformasi sistem keuangan internasionalserta reformasi sistem keuangan internasionalserta reformasi sistem keuangan internasionalserta reformasi sistem keuangan internasional

dan implikasinya bagi negara EMEAP.dan implikasinya bagi negara EMEAP.dan implikasinya bagi negara EMEAP.dan implikasinya bagi negara EMEAP.dan implikasinya bagi negara EMEAP. Topik ini

diangkat menyusul besarnya dampak

kebijakan yang bersifat pro-cyclical terhadap

krisis keuangan global. Kebutuhan untuk

menekan risiko pro-cyclical berawal dari

kebutuhan untuk menerapkan prudential

regulation dan menciptakan stabilitas makro

ekonomi. Dari hasil pembahasan para

gubernur berpendapat bahwa untuk menekan

6 EMEAP adalah forum kerjasama bank sentral dan otoritasmoneter di kawasan Asia Pasifik. Saat ini EMEAP terdiri dari 11bank sentral dan otoritas moneter yang berasal dari Australia,China, Filipina, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia,Selandia Baru, Singapura dan Thailand.

Page 106: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

94

risiko pro-cyclicality perlu diterapkan kerangka

ketentuan dengan karakteristik sebagai berikut

(i) dapat memaksa bank untuk membangun

capital buffers pada saat kondisi ekonomi baik;

(ii) bersifat fleksibel untuk mempertimbangkan

perbedaan kondisi di setiap yurisdiksi dan

institusi; (ii i) bersifat dinamis dalam

merefleksikan berbagai inovasi keuangan; dan

(iv) bersifat inovatif dalam mengatasi siklus

risiko.

C.2. Pertemuan Gubernur Bank Sentral di

Asia, Amerika Latin dan Karibia

Pembahasan mengenai tantangan bank

sentral di tengah krisis keuangan global juga

mendominasi pembicaraan pada pertemuan

gubernur bank sentral negara Asia, Amerika

Latin dan Karibia ke-4 (4th Meeting of Central

Bank Governors of Asia, Latin America, and

the Caribbean) pada 2 Oktober 2009 di

Istanbul, Turki. Pertemuan tersebut bertujuan

memperkuat kerjasama bank-bank sentral di

kawasan Asia dan Amerika Latin serta

merupakan wadah pertukaran informasi antar

bank sentral di kedua kawasan. Pada

kesempatan kali ini, pertemuan yang

diselenggarakan bersamaan dengan

pertemuan tahunan IMF tersebut membahas

dua topik utama yaitu harga komoditi dan

implikasinya terhadap kebijakan moneter serta

tantangan bank sentral negara emerging

ditengah krisis keuangan global, dengan

beberapa poin sebagai berikut.

Harga komoditi dan implikasinyaHarga komoditi dan implikasinyaHarga komoditi dan implikasinyaHarga komoditi dan implikasinyaHarga komoditi dan implikasinya

terhadap kebijakan moneter.terhadap kebijakan moneter.terhadap kebijakan moneter.terhadap kebijakan moneter.terhadap kebijakan moneter. Topik ini secara

spesifik membahas pergerakan harga

komoditas dan implikasinya terhadap

kebijakan moneter. Pada kesempatan tersebut

Bank Sentral Peru mengemukakan respon

kebijakan moneter mereka terhadap kenaikan

harga komoditas dengan melihat transmisi dari

terms of trade (TOT) dimana perubahan TOT

terkini dari negara tersebut telah

mengakibatkan turunnya ekspor, PDB, dan

inflasi. Untuk merespon hal tersebut, Peru dan

kawasan Amerika Latin lainnya secara umum

telah menempuh kebijakan moneter yang

longgar dengan menurunkan suku bunga

kebijakannya. Sementara itu, Gubernur Bank

Sentral Malaysia mengemukakan adanya

kesamaan tantangan yang dihadapi Asia dan

Amerika Latin dalam menghadapi krisis global.

Tingginya fluktuasi aliran modal dan kenaikan

harga komoditas yang mewarnai krisis global

telah memicu volatilitas nilai tukar dan

menekan posisi neraca pembayaran.

Walaupun demikian, dampak krisis terhadap

kondisi neraca pembayaran akan tergantung

pada karakterisktik suatu negara, apakah

bergantung pada ekspor barang industri

ataukah lebih sebagai importir minyak. Terkait

dengan respon kebijakan moneter dalam

menghadapi krisis, dikemukakan pula bahwa

respon kebijakan atas supply shock akan

tergantung pada kondisi awal makroekonomi

sebelum terjadinya shock dan prospek dari

second round effect pada inflasi.

Tantangan bank sentral negaraTantangan bank sentral negaraTantangan bank sentral negaraTantangan bank sentral negaraTantangan bank sentral negara

emerging ditengah krisis keuangan global.emerging ditengah krisis keuangan global.emerging ditengah krisis keuangan global.emerging ditengah krisis keuangan global.emerging ditengah krisis keuangan global.

Pada kesempatan ini dikemukakan perlunya

menjaga stabilitas perekonomian, terlebih lagi

Page 107: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional

95

ditengah adanya fenomena ekses likuiditas

akibat kebijakan stimulus yang digelontorkan

untuk menangani krisis. Fenomena ini

diperkirakan akan berdampak pada kenaikan

harga komoditas dan inflasi. Oleh sebab itu,

bank sentral negara emerging akan

menghadapi tantangan kebijakan moneter

yang lebih besar. Lebih lanjut dikemukakan

pula bahwa untuk menjawab tantangan paska

krisis diperlukan beberapa hal yaitu (i)

kebijakan pemulihan ekonomi domestik yang

berorientasi pada penjagaan inflasi; (ii)

penguatan kerjasama internasional misalnya

dengan swap arrangements; dan (iii) terus

memperhatikan kendala-kendala eksternal

yang masih berlangung, seperti dampak

pelemahan permintaan ekonomi negara maju

ke negara berkembang. Secara lebih spesifik,

Brazil mengemukakan posisi negara-negara

berkembang pada saat krisis yang relatif lebih

baik antara lain karena dianutnya sistem nilai

tukar yang lebih fleksibel, akumulasi cadangan

devisa yang cukup baik, lebih berkembangnya

pasar obligasi mata uang domestik, dan

perkembangan international banking yang

lebih berorientasi subsidiary dibanding kantor

cabang. Sebagai langkah strategi menghadapi

krisis, Brazil menempuh sejumlah kebijakan

yang memastikan tetap berjalannya pasar

kredit, mempertahankan ketersediaan

likuiditas dalam mata uang domestik, dan

menurunkan Giro Wajib Minimum.

Page 108: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

96

Page 109: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

97

A R T I K E L

5B A B

Tanda-tanda pemulihan ekonomi global

berupa ≈green shootgreen shootgreen shootgreen shootgreen shoot∆ baik di negara maju

maupun berkembang yang mulai tampak di

TW2-09 dan semakin jelas di TW3-09 sebagai

dampak dari kebijakan moneter longgar dan

stimulus ekonomi yang gencar, telah

memberikan optimisme berlangsungnya

proses pemulihan ekonomi dunia. Namun

optimisme tersebut diiringi pula dengan

kekhawatiran dampaknya pada tekanan inflasi

kedepan dan suku bunga jangka pendek-

menengah. Apabila dampak tersebut tidak

ditangani secara hati-hati maka proses

pemulihan yang sedang berlangsung akan

tertahan atau dunia kembali menghadapi

resesi. Oleh karena itu, wacana mengenai exit

strategy dari kebijakan yang ekspansif

terutama di negara maju tersebut terus

bergulir. Untuk dapat memahami dengan lebih

baik seberapa kuat fenomena optimisme green

shoot dan ancaman inflasi kedepan, serta

kepentingan mengenai penerapan exit

strategy dituangkan dalam artikel pertama

yang berjudul ≈≈≈≈≈Urgency Exit Strategy Urgency Exit Strategy Urgency Exit Strategy Urgency Exit Strategy Urgency Exit Strategy : Indikasi: Indikasi: Indikasi: Indikasi: Indikasi

Awal Pemulihan Ekonomi dan KekhawatiranAwal Pemulihan Ekonomi dan KekhawatiranAwal Pemulihan Ekonomi dan KekhawatiranAwal Pemulihan Ekonomi dan KekhawatiranAwal Pemulihan Ekonomi dan Kekhawatiran

Ancaman Inflasi Kedepan∆.Ancaman Inflasi Kedepan∆.Ancaman Inflasi Kedepan∆.Ancaman Inflasi Kedepan∆.Ancaman Inflasi Kedepan∆.

Langkah-langkah agresif pemulihan

ekonomi negara maju terutama di Amerika

Serikat juga menimbulkan kekhawatiran

tersendiri, terutama bagi China yang memiliki

cadangan devisa terbesar di dunia.

Membengkaknya defisit fiskal yang dapat

mendorong peningkatan inflasi dan depresiasi

USD dikhawatirkan berpotensi terhadap

penurunan nilai cadangan devisa China,

termasuk dampak negatif terhadap

perekonomian domestik China. Kekhawatiran

tersebut telah mendorong China

menggulirkan wacana potensi Renmimbi

sebagai mata uang internasional sebagaimana

peran USD, Euro dan Yen di berbagai forum

kerjasama internasional mulai dari IMF, G-20

dan kerjasama regional-bilateral. Disamping

itu, China juga menganggap upaya ini perlu

dilakukan dalam rangkaian inisiatif

internasionalisasi RMB. Artikel kedua dengan

judul ≈Mata Uang Internasional: Peran USDMata Uang Internasional: Peran USDMata Uang Internasional: Peran USDMata Uang Internasional: Peran USDMata Uang Internasional: Peran USD

dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi∆

bertujuan untuk memahami lebih dalam

mengenai prakondisi yang harus dipenuhi

suatu mata uang untuk menjadi mata uang

internasional, perkembangan kinerja USD

Page 110: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

98

sebagai mata uang internasional sampai saat

ini, serta potensi Renmimbi sebagai mata uang

internasional dan tahapan yang harus dilalui.

Sejalan dengan semakin meningkatnya

kinerja dan prospek ekonomi Indonesia,

selama semester kedua 2009 lembaga rating

internasional maupun lembaga think-tank

internasional meningkatkan tingkat sovereign

rating dan outlook Indonesia. Rating, indeks

dan persepsi internasional terhadap suatu

negara merupakan dasar yang sangat

menentukan bagi investor asing dalam

menentukan keputusan investasi. Selain itu,

persepsi internasional yang positif merupakan

modal dasar yang besar untuk terus

dikembangkan dalam upaya Indonesia

mencapai peringkat investment grade. Untuk

itu, adanya perbaikan peringkat Indonesia

baik berdasarkan penilaian lembaga rating

internasional (sovereign credit rating)

maupun lembaga think-tank internasional

(country risk index) merupakan hal yang

sangat penting guna mendukung perbaikan

ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Artikel ketiga yang berjudul ≈≈≈≈≈Rapor BiruRapor BiruRapor BiruRapor BiruRapor Biru

Indonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator PersepsiIndonesia dalam Indikator Persepsi

Internasional:Internasional:Internasional:Internasional:Internasional: Current Assessment dan Future Current Assessment dan Future Current Assessment dan Future Current Assessment dan Future Current Assessment dan Future

AssignmentAssignmentAssignmentAssignmentAssignment∆∆∆∆∆ akan menjelaskan lebih dalam

mengenai faktor utama yang mendasari

keputusan lembaga rating dan lembaga think

thank internasional tersebut termasuk

beberapa hal yang perlu menjadi perhatian

Indonesia untuk perbaikan rating dan

persepsi internasional.

Page 111: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

99

I. PENDAHULUAN

Ditengah munculnya optimisme

indikasi awal perbaikan ekonomi dunia di

TW2-09, mengemuka wacana pentingnya

exit strategy sebagai implikasi kedepan atas

kebijakan moneter dan fiskal ekspansif yang

telah dilakukan untuk menahan keterpurukan

ekonomi dunia. Wacana tersebut muncul

karena terdapat kekhawatiran atas dampak

ekspansi uang beredar yang sangat besar

sebagaimana tercermin dari pertumbuhan

base money dan reserve deposit bank sentral

yang membengkak. Selanjutnya muncul

pertanyaan apakah kondisi tersebut akan

mengarah pada peningkatan inflasi dan suku

bunga kedepan dan instrumen apa yang

digunakan oleh bank sentral untuk

menyerapnya. Wacana ini semakin kuat

dengan dikeluarkannya rumusan exit strategy

oleh Federal Reserve Bank, AS.

Di sisi lain, kebijakan ekspansif tersebut

juga telah memberikan kontribusi yang positif

sebagaimana tercermin dari tertahannya

kontraksi pertumbuhan ekonomi di beberapa

negara maju dan pesatnya proses pemulihan

di beberapa negara emerging Asia pada akhir

TW2-09. Dibarengi dengan meningkatnya

beberapa leading indicators global investasi

dan konsumsi, perkembangan tersebut

memberikan optimisme bahwa keterpurukan

ekonomi dunia telah mencapai dasar dan

tanda-tanda awal pemulihan ekonomi mulai

terjadi (green shoot). Pesatnya perkembangan

pemulihan ekonomi China sebagai salah satu

engine of growth dunia dan mulai merangkak

naiknya harga komoditi dunia menambah

optimisme green shoot di perekonomian

dunia. Namun optimisme tersebut juga

menimbulkan beberapa pertanyaan yaitu:

Apakah optimisme green shoot tersebut akan

semakin kuat kedepan? Apakah terdapat

ancaman inflasi yang kuat kedepan? Apakah

exit strategy perlu segera diterapkan?

II. TANDA-TANDA GREENSHOOT OF

ECONOMY RECOVERY

Perekonomian dunia baik di negara

maju maupun berkembang menunjukkan

sinyal pemulihan dari jurang resesi seiring

perbaikan ekonomi di TW2-09. Tanda-tanda

«green shoot» ekonomi ini mulai terlihat

sebagai dampak dari 1) pemulihan sektor

keuangan, 2) restocking inventory, dan

Urgency Exit Strategy: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi danKekhawatiran Ancaman Inflasi KedepanOleh: Tim Studi ASEAN BKSA-DInt

Artikel 1

Page 112: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

100

Negara Maju

Sinyal-sinyal perbaikan ekonomi di

negara maju mulai tampak. Kontraksi

ekonomi di TW2-09 yang tidak sedalam dua

3) dampak stimulus fiskal. Sektor investasi

mulai membaik sebagaimana tercermin pada

peningkatan PMI dunia (Grafik 1). Perbaikan

sektor manufaktur ini juga sejalan dengan

tren perbaikan indikator produksi industri.

Sementara itu, tingkat kepercayaan

konsumen meningkat sejalan dengan

perbaikan pada penjualan ritel.

Perkembangan ini memberikan angin segar

terhadap keberlangsungan perbaikan sektor

industri kedepan yang sangat bergantung

pada pengeluaran konsumen. Namun

demikian, membaiknya pengeluaran

konsumsi ini masih perlu dicermati lebih lanjut

mengingat daya beli masyarakat negara maju

belum pulih sepenuhnya sebagaimana

tercermin dari masih buruknya proyeksi sektor

tenaga kerja kedepan. Sementara itu,

bagi negara berkembang, tingginya

ketergantungan terhadap ekspor akan

mempengaruhi tingkat pengeluaran

konsumsi masyarakat seiring dengan belum

membaiknya kinerja ekspor ke level pada

masa sebelum krisis.

Grafik 1. PMI DuniaGrafik 1. PMI DuniaGrafik 1. PMI DuniaGrafik 1. PMI DuniaGrafik 1. PMI Dunia

Source : Markit, LSM

Britain

UnitedStates

France

Germany

China

Japan

World

Spain

Italy

*Based on a survey of purchasing executives, a reading above/below 50 indicates the manufacturingeconomy is generally expanding/contracting compared with the previous month

0 10 20 30 40 50 60

Manufacturing activityPurchasing Managers» Index*

December 2008 July 2009

Grafik 2. PDB Negara MajuGrafik 2. PDB Negara MajuGrafik 2. PDB Negara MajuGrafik 2. PDB Negara MajuGrafik 2. PDB Negara Maju

Sumber: Bloomberg

6

4

2

0

-2

-4

-6

-8

-10

% yoy

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

ASEuroJepang

, CF

-3.0

-1.0

-2.5

-2.0

-1.5

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

Sumber: Bloomberg

% qoq

2005 2006 2007 2008 2009

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

ASEuroJepang

, CF

-7

-3

-6

-5

-4

2

-1

0

1

2

3

% yoy

Sumber: Bloomberg

200820092010

AS Euro Jepang

, CF

Page 113: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

101

triwulan sebelumnya memberikan optimisme

terjadinya «bottoming out» pada TW2-09 dan

potensi kembali tumbuhnya ekonomi di 2010

(Grafik 2).

Sektor investasi kian menggembirakan

ditandai oleh peningkatan PMI di AS, Kawasan

Euro dan Jepang seiring kenaikan pesanan baru

dan produksi (Grafik 3). Hal ini juga diperkuat

oleh membaiknya data produksi industri di

ketiga negara tersebut sebagai dampak

membaiknya produksi barang-barang

konsumen tahan lama (Grafik 4). Khusus

Jepang, perbaikan iklim investasi juga tercermin

dari turunnya tingkat kebangkrutan di negara

tersebut. Sektor konsumsi juga mengalami

perbaikan sebagaimana tercermin dari

kenaikan tingkat kepercayaan masyarakat dan

membaiknya pasar perumahan (Grafik 5). Di

AS, indeks harga rumah Case Shiller S&P terus

merangkak naik dan penjualan rumah terus

meningkat. Adanya perbaikan pada

pengeluaran rumah tangga, penjualan ritel,

dan penjualan kendaraan di AS dan Jepang

juga turut mengkonfirmasi mulai bergairahnya

aktivitas konsumsi di negara maju (Grafik 6).

Namun demikian, perkembangan aktivitas

konsumsi diperkirakan belum sepenuhnya pulih

mengingat masih relatif lemahnya daya beli

masyarakat seiring dengan proyeksi sektor

ketenagakerjaan kedepan yang berpotensi

memburuk. Sejalan dengan perkembangan

tersebut, IMF (WEO Juli-09 Update)

memproyeksikan ekonomi negara maju di

2009 tumbuh minus 3,8% yoy, kemudian

meningkat menjadi 0,6% yoy di 2010, revisi

ke atas dari 0,0% yoy proyeksi April-09.

Grafik 3. PMI Negara MajuGrafik 3. PMI Negara MajuGrafik 3. PMI Negara MajuGrafik 3. PMI Negara MajuGrafik 3. PMI Negara Maju

Grafik 4. Produksi Industri Negara MajuGrafik 4. Produksi Industri Negara MajuGrafik 4. Produksi Industri Negara MajuGrafik 4. Produksi Industri Negara MajuGrafik 4. Produksi Industri Negara Maju

60

55

50

45

40

35

30

25

Indeks

ASKawasan EuroJepang

2006 2007 2008 2009Mar Mei Jul Sep Nov Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei JulJan

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

% yoy

ASEuroJepang

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul2005 2006 2007 2008 2009

10

0

-10

-20

-30

-40

-50

Grafik 5. Consumer Confidence Negara MajuGrafik 5. Consumer Confidence Negara MajuGrafik 5. Consumer Confidence Negara MajuGrafik 5. Consumer Confidence Negara MajuGrafik 5. Consumer Confidence Negara Maju

120

100

80

60

40

20

0 -40

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0ASJepangEuro (rhs)

Indeks Indeks

Sumber: Bloomberg

2007 2008 2009

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

Page 114: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

102

Negara Emerging Asia

Pertumbuhan ekonomi emerging Asia

di 2009 diperkirakan lebih baik dari perkiraan

awal. Proyeksi IMF melalui WEO Juli-09,

pertumbuhan ekonomi negara emerging Asia

direvisi ke atas menjadi 5,5% yoy di 2009 dan

7,0% di 2010 dari masing-masing 4,8% dan

6,1% proyeksi sebelumnya. Kontribusi terbesar

dari peningkatan tersebut berasal dari

pertumbuhan ekonomi di China dan India

sebagai dampak dari stimulus ekonomi yang

besar dan pembalikan arus modal masuk yang

lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Dampak ini juga terjadi di Korea, Consensus

Forecast Agustus-09 memproyeksikan

kontraksi PDB Korea di 2009 tidak sedalam

perkiraan awal, hanya tumbuh minus 1,5%

yoy, jauh membaik dari minus 2,1% proyeksi

sebelumnya. Hal tersebut seiring dengan

pertumbuhan aktivitas konsumsi dan produksi

industri yang telah memasuki teritori positif.

Sejalan dengan negara maju, «Green Shoot»

Asia tercermin dari terekspansinya PMI di China

dan terus tumbuhnya produksi industri di

China, India dan Korea seiring meningkatnya

sektor manufaktur dan pertambangan (Grafik

9). Sejalan dengan sektor industri, aktivitas

konsumsi emerging Asia juga membaik

sebagaimana tercermin dari meningkatnya

tingkat kepercayaan konsumen, penjualan ritel

dan penjualan auto (Grafik 10). Peningkatan

pengeluaran konsumsi akan mendukung

keberlangsungan perbaikan sektor industri

kedepan. Namun demikian, mengingat

masyarakat negara berkembang sangat

tergantung pada ekspor, kinerja ekspor yang

belum pulih sepenuhnya (mencapai level

sebelum krisis) akan mempengaruhi pemulihan

daya beli masyarakat yang selanjutnya akan

mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumsi

(Grafik 11).

Berdasarkan pangsa PDB PPP 2008,

emerging Asia menjadi salah satu engine of

growth dunia dengan kontribusi sekitar 36%

tertinggi diantara kawasan lainnya.1 Hal ini

Grafik 6. Penjualan Ritel Negara MajuGrafik 6. Penjualan Ritel Negara MajuGrafik 6. Penjualan Ritel Negara MajuGrafik 6. Penjualan Ritel Negara MajuGrafik 6. Penjualan Ritel Negara Maju

Grafik 7. Neraca Perdagangan Negara MajuGrafik 7. Neraca Perdagangan Negara MajuGrafik 7. Neraca Perdagangan Negara MajuGrafik 7. Neraca Perdagangan Negara MajuGrafik 7. Neraca Perdagangan Negara Maju

1 PDB berdasarkan Purchasing Power parity

% yoy

10

5

0

-5

-10

-15

ASEuroJepang

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

10

5

0

-5

-10

-15 -70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

2007 2008 2009

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

Euro-miliar EURJepang-triliun YenAS-miliar USD (rhs)

Page 115: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

103

Grafik 8. PDB Negara BerkembangGrafik 8. PDB Negara BerkembangGrafik 8. PDB Negara BerkembangGrafik 8. PDB Negara BerkembangGrafik 8. PDB Negara Berkembang

Grafik 9. Produksi Industri Negara BerkembangGrafik 9. Produksi Industri Negara BerkembangGrafik 9. Produksi Industri Negara BerkembangGrafik 9. Produksi Industri Negara BerkembangGrafik 9. Produksi Industri Negara Berkembang

mencerminkan peran Asia yang kian besar

dalam pemulihan ekonomi dunia terutama

terkait dengan kembali bergeraknya kinerja

ekspor impor di dunia. Salah satu contohnya,

menurut Intel Corp, konsumen Asia, terutama

China, telah menyebabkan pemulihan

permintaan komputer pribadi (PC). Penjualan

PC Santa Clara yang berbasis di California di

Kawasan Asia-Pasifik meningkat 21% menjadi

USD4,41 miliar selama TW2-09. Sementara itu,

penjualan Hyundai Motor Co. yang berpusat

di Seoul naik 56% yoy menjadi 257 ribu unit

selama semester I-09.

% yoy

Sumber: Bloomberg

10

8

6

4

2

0

-2

-4

China Korea India

200820092010

Sumber: Bloomberg

% yoy

30

20

10

0

-10

-20

-30Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

2005 2006 2007 2008 2009

ChinaKoreaIndia

Grafik 10. Indikator Konsumsi NegaraGrafik 10. Indikator Konsumsi NegaraGrafik 10. Indikator Konsumsi NegaraGrafik 10. Indikator Konsumsi NegaraGrafik 10. Indikator Konsumsi NegaraBerkembangBerkembangBerkembangBerkembangBerkembang

Grafik 11. Neraca Perdagangan NegaraGrafik 11. Neraca Perdagangan NegaraGrafik 11. Neraca Perdagangan NegaraGrafik 11. Neraca Perdagangan NegaraGrafik 11. Neraca Perdagangan NegaraBerkembangBerkembangBerkembangBerkembangBerkembang

Sumber: Bloomberg

% yoy

25

20

15

10

5

0

-5

-10

-15Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

2005 2006 2007 2008 2009

ChinaKoreaIndia (Penjualan Auto)

Sumber: Bloomberg

Miliar USD

50

40

30

20

10

0

-10

-20

ChinaKoreaIndia

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul

Harga Komoditi

Harga komoditi bergerak naik (Grafik

12). Aksi beli komoditi akibat sentimen positif

investor mengenai adanya indikasi awal

perbaikan ekonomi mendorong penguatan

harga komoditi. Harga minyak naik 55,7% ytd

di akhir Juli-09 sebagai respon aksi beli investor

atas optimisme perbaikan ekonomi global

kedepan dan meningkatnya konsumsi minyak

dunia, terutama dari China (Grafik 13 dan 14).

Sementara itu, kenaikan harga base metal

Page 116: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

104

III. KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER

DALAM KRISIS GLOBAL

Kebijakan stimulus fiskal dan kebijakan

moneter ekspansif di beberapa negara

Dalam rangka membendung dampak

krisis ekonomi dan keuangan global yang

terjadi, serangkaian kebijakan moneter dan

fiskal yang ekspansif diluncurkan secara

agresif. Kebijakan moneter ekspansif yang

dilakukan oleh Bank Sentral di negara maju

dan emerging Asia antara lain ditempuh

dengan pemangkasan suku bunga kebijakan.

didorong oleh bergairahnya aktivitas

manufaktur China sebagai dampak stimulus

fiskal pemerintah dan upaya pemerintah untuk

meningkatkan stok logam domestik,

khususnya nikel dan batu bara (Grafik 15).

Selain itu, setelah turun 60% di akhir 2008,

indeks enam industri logam di London Metals

Exchange telah meningkat lebih dari 40%

sejak level terendahnya di pertengahan

Februari-09. Perkembangan harga tembaga

sebagai salah satu tanda aktivitas kedepan di

sektor konstruksi, otomotif dan produksi

elektrik per akhir Juli-09 telah meningkat 80%

dibandingkan awal 2009.

Grafik 12. Indeks Harga KomoditiGrafik 12. Indeks Harga KomoditiGrafik 12. Indeks Harga KomoditiGrafik 12. Indeks Harga KomoditiGrafik 12. Indeks Harga Komoditi

Sumber: Bloomberg, diolah

ENERGI

LOGAM

PANGAN

TOTAL

Indeks, Rata-rata2000-06=100

50

100

150

200

250

300

2005 2006 2007 2008 2009

Grafik 13. Harga Minyak DuniaGrafik 13. Harga Minyak DuniaGrafik 13. Harga Minyak DuniaGrafik 13. Harga Minyak DuniaGrafik 13. Harga Minyak Dunia

Harga minyak per 31Jul-09: USD69,5/barrel(tumbuh 55,7% ytd )

Sumber: Bloomberg, diolah

Harga SpotMinyak, lhs

PertumbuhanHarga, rhs

(% ytd)USD/barrel

0

30

60

90

120

150

2006 2007 2008 2009

-250

-200

-150

-100

-50

0

50

100

Jul-09

Apr-09

Mei-09

Grafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan AsiaGrafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan AsiaGrafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan AsiaGrafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan AsiaGrafik 14. Konsumsi Minyak Kawasan Asia

Sumber: Bloomberg

Juta barrel/hari

9,0

8,0

7,0

6,0

5,0

4,0

3,0

2,0

1,0

0,0

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2005 2008

China

Jepang

India

Korsel

Grafik 15. Harga TembagaGrafik 15. Harga TembagaGrafik 15. Harga TembagaGrafik 15. Harga TembagaGrafik 15. Harga Tembaga

HargaSpot, lhs

PertumbuhanHarga, rhs

(% ytd)USD/mt

Sumber: Bloomberg

2500

3500

4500

5500

6500

7500

8500

9500

2006 2007 2008 2009

Harga Tembagaper 31Jul-09: USD5719/mt(tumbuh 86% ytd)

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

Mei-09

Jul-09

Mar-09

Page 117: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

105

Per Juli-09, suku bunga kebijakan di negara

maju dan emerging Asia terpangkas 40-

450bps (Tabel 1). Namun demikian, kondisi

sistem keuangan yang belum stabil dan ruang

penurunan suku bunga yang semakin terbatas

mendorong pemerintah sejumlah bank sentral

terutama di negara maju menerapkan

quantitative easing policy (QEP)2. Di AS, Fed

menambah ekspansi pada neracanya untuk

mengatasi masalah kredit perumahan serta

mendorong penurunan yields obligasi

pemerintah yang selama ini menjadi patokan

bagi suku bunga pinjaman (Tabel 1).

Sementara di Jepang, BoJ menambah

pembelian obligasi pemerintah sekitar hampir

30% dari total untuk memompa dana ke

dalam perekonomian dan mempercepat

pemulihan serta mendorong ekonomi Jepang

keluar dari resesi. BoJ akan menambah

Tabel 1. Kebijakan Moneter dan FiskalTabel 1. Kebijakan Moneter dan FiskalTabel 1. Kebijakan Moneter dan FiskalTabel 1. Kebijakan Moneter dan FiskalTabel 1. Kebijakan Moneter dan Fiskal

Negara MajuNegara MajuNegara MajuNegara MajuNegara Maju

AS 2 0,25 -175

Euro 0,5 0,1 -40

UK 5 0,5 -450

Jepang 4,25 1 -325

EM AsiaEM AsiaEM AsiaEM AsiaEM Asia

China 7,47 5,31 -216

Korea 5 2 -300

India 9 4,75 -425

Negara Suku Bunga

Sumber: Economic and Social Survey of Asia and The Pacific 2009 Unescap (May 2009), RGE Monitor, IILS (ILO), WEO April-09 (IMF)

Keterangan: *Untuk European Union (negara di Kawasan Euro ditambah dengan beberapa negara di Eropa termasuk Inggris)

%

Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal(Stimulus Fiskal)

Jul-08 Jul-09 ∆ (bps)Quantitative Easing Policy (QEP)

Jumlah % PDB 2009

The Fed melakukan i) pembelian debt ofgovernment sponsored enterprises (USD200miliar); ii) pembelian mortgage-backed securities(USD1,25 triliun ) agar cost of borrowings turun;iii 3) pembelian obligasi jangka panjang senilai(USD300 miliar) dalam 6 bulan ke depan.

ECB melakukan pembelian covered bonds (crediteasing policy) sebesar USD80,5 miliar

BoE melakukan pembelian obligasi pemerintahjangka panjang (gilts) senilai £100 miliar danhigh-quality corporate debt dan £50 miliarseperti asset backed-securities dan pinjamansindikasi.

BoJ menambah pembelian government debt daribank umum menjadi JPY1,8 triliun (USD18,3milyar) dari JPY1,4 triliun.

-

-

-

USD787 miliar 5,6

USD100 miliar 2,0

USD586 miliar 12,1

USD26,1 miliar 3,6

USD6,5 miliar 0,5

USD280 miliar* 1,8

2 Efektivitas dan Potensi Risiko Quantitative Easing Policy (QEP),RDG DInt April-09.

Page 118: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

106

pembelian government debt bank umum

menjadi JPY1,8 triliun (USD18,3 miliar), dari

JPY1,4 triliun untuk mengurangi keketatan

likuiditas dan stabilisasi pasar keuangan

domestik. Sementara itu, ECB menerapkan

credit easing policy dalam bentuk pembelian

covered bonds sebesar USD80,5 miliar dengan

menggandeng European Investment Bank (EIB)

sebagai counterparty penyediaan likuiditas.

Berbagai respon kebijakan moneter

dirasa belum sepenuhnya mampu

memulihkan perekonomian global dan

transmisi kebijakan moneter mengalami

kendala efektivitas. Hal ini mendorong

pemerintah di berbagai negara melakukan

kebijakan stimulus fiskal ekspansif untuk

mengurangi dampak pemburukan ekonomi

dan mendorong aktivitas ekonomi domestik.

Kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan

bervariasi baik dalam jumlah, komposisi

maupun kecepatan stimulus3. Diantara negara

maju, jumlah stimulus fiskal di AS (5,6% dari

PDB) merupakan yang terbesar, sementara

stimulus China merupakan yang terbesar

diantara emerging Asia (Tabel 1). Di masing-

masing negara tersebut, kebijakan stimulus

fiskal diberikan dalam bentuk peningkatan

belanja publik (pengeluaran infrastruktur,

bantuan pendidikan untuk sekolah dan

perguruan tinggi), stimulus untuk konsumen

(keringanan pajak, bantuan untuk

pengangguran), serta stimulus untuk produsen

(bantuan kredit bagi industri, subsidi bagi

tenaga kerja sementara).

Implikasi kebijakan fiskal dan moneter

yang ekspansif

Pemburukan ekonomi relatif tertahan

dan keketatan di pasar kredit mulai berkurang

seiring dengan pelaksanaan kebijakan

moneter dan fiskal ekspansif di berbagai

negara. Namun demikian, masih terdapat

sejumlah potensi risiko yang menyertainya.

Dampak kebijakan fiskal dan moneter

ekspansif yang diterapkan berbagai negara

terhadap perekonomian antara lain sebagai

berikut:

a. Peningkatan Defisit Fiskal

Stimulus fiskal yang dilakukan oleh

negara maju dan emerging Asia secara

agresif menyebabkan defisit fiskal dari

negara tersebut membengkak dan

diperkirakan berlanjut di 2010 (Grafik 16

dan 17). Diantara negara maju, defisit

fiskal AS terhadap PDB di 2009 diprediksi

tercatat 11,9%, tertinggi sejak great

depression yang dialami AS di 1940.

Sementara itu, kinerja fiskal Korea dan

China memburuk, masing-masing

diperkirakan mencapai defisit 4% dan

1,5% dari PDB di 2009 dan diperkirakan

meningkat di 2010.

b. Peningkatan Utang Pemerintah (% dari

PDB).

Defisit fiskal yang sangat besar

mendorong pemerintah mencari utang

sehingga utang pemerintah menjadi kian

meningkat, mendorong kekhawatiran

akan kesinambungan fiskal pemerintah

(Grafik 18 dan 19). Selain itu, pembiayaan

defisit negara maju dapat berdampak3 Kebijakan Stimulus Fiskal Global dan Sustainabilitasnya, RDG DIntJuli-09.

Page 119: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

107

pada lebih ketatnya likuiditas global yang

menyebabkan mahalnya pembiayaan

dan berpotensi menimbulkan crowding

out bagi negara berkembang.

Selanjutnya, negara berkembang akan

beralih pada sumber pembiayaan dalam

negeri yang dapat berpotensi

menimbulkan crowding out bagi pihak

swasta atau pasar domestik. Negara maju

memiliki kecenderungan rasio utang

terhadap PDB yang meningkat, terutama

Jepang (180% dari PDB di 2009) dan

diperkirakan akan terus meningkat

(200% dari PDB di 2010). Sementara itu,

kecuali India, rasio utang pemerintah

terhadap PDB di emerging Asia

cenderung meningkat namun masih

terkendali. Di 2009, rasio utang

pemerintah terhadap PDB China dan

Korea masing-masing sebesar 15,6% dan

34,6% naik dari 12,5% dan 32,9% di

2008.

Peningkatan utang pemerintah negara

maju memunculkan kekhawatiran

meningkatnya keketatan likuiditas global

sebagaimana tercermin dari pergerakan

spread antara yield obligasi pemerintah

jangka panjang dan pendek yang

cenderung steepening pada periode

semester I-09 (Grafik 20). Namun

peningkatan tersebut tidak sejalan

dengan perkembangan CDS spread yang

cenderung menyempit baik di negara

maju maupun emerging. Hal ini

disebabkan karena peningkatan yield

tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor lainnya, antara lain prospek

ekonomi yang membaik, risk premia

menurun, dan aktivitas corporate

hedging yang meningkat. Dengan

demikian, kekhawatiran crowding out di

pasar global relatif mereda, yang

dikonfirmasi oleh kembali turunnya yield

obligasi di awal semester II-09 (Grafik 20

dan 21).

c. Pertumbuhan Uang Primer (Monetary

Base/Mo) Yang Tajam

Kebijakan quantitative easing bank

sentral negara maju dengan melakukan

pembelian aset berupa surat-surat

berharga menyebabkan neraca bank

sentral membengkak, terutama dialami

oleh AS. Hal ini terjadi khususnya sejak

pertengahan 2008 yaitu ketika

terjadinya kasus Lehman Brothers (Grafik

22, 23, dan 24). Seluruh kebijakan yang

akomodatif tersebut berdampak pada

peningkatan pertumbuhan M0

(monetary base) yang signifikan di

negara maju terutama di AS yang

mencapai puncak yaitu melonjak 114%

yoy per 25 Mei-09 (Grafik 26).

Peningkatan monetary base di negara

maju tersebut mengindikasikan adanya

peningkatan money supply dalam

ekonomi, sehingga menimbulkan

kekhawatiran ekspektasi inflasi

kedepan. Di sisi lain, permasalahan

tersebut tidak terjadi di emerging Asia.

Pertumbuhan uang primer dan ekspansi

neraca bank sentralnya relatif terkendali

(Grafik 27).

Page 120: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

108

Grafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, IndiaGrafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, IndiaGrafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, IndiaGrafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, IndiaGrafik 17. Defisit Fiskal China, Korea, India(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)

Grafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, JepangGrafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, JepangGrafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, JepangGrafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, JepangGrafik 18. Utang Pemerintah AS, Euro, Jepang(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)

Grafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, IndiaGrafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, IndiaGrafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, IndiaGrafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, IndiaGrafik 19. Utang Pemerintah China, Korea, India(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)

Sumber: Moody's Statistical Handbook, May 2009

(% PDB)

-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

ChinaKoreaIndia

(% PDB)(% PDB)

Sumber: Moody's Statistical Handbook, May 2009

40

50

60

70

80

90

100

110

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

100

120

140

160

180

200

220

240AS, lhsEuro, lhsJepang, rhs

(% PDB)

Sumber: Moody's Statistical Handbook, May 2009

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

(% PDB)

China, lhsKorea, lhsIndia, rhs

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

74,0

76,0

78,0

80,0

82,0

84,0

86,0

88,0

90,0

92,0

94,0

Grafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahGrafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahGrafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahGrafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahGrafik 20. Spread Yield Obligasi PemerintahNegara Maju 10 - 2 thnNegara Maju 10 - 2 thnNegara Maju 10 - 2 thnNegara Maju 10 - 2 thnNegara Maju 10 - 2 thn

Grafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraGrafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraGrafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraGrafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraGrafik 21. Yield Obligasi Pemerintah NegaraEmerging 10 thnEmerging 10 thnEmerging 10 thnEmerging 10 thnEmerging 10 thn

bpsbps

-50

0

50

100

150

200

250

Sumber: Bloomberg

JermanASJepang

10

20

30

40

50

60

70

2008 2009

11Mar

5Apr

30Apr

25Mei

19Jun

14Jul

8Ags

2Sep

27Sep

22Okt

16Nov

11Des

5Jan

30Jan

24Feb

15Apr

10Mei

4Jun

29Jun

24Jul

21Mar

18Ags

Sumber: Bloomberg

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5ChinaKoreaIndia

2Jan

21Feb

12Apr

1Jun

21Jul

9Sep

29Okt

18Des

6Feb

27Mar

16Mei

5Jul

24Ags

13Okt

2Des

21Jan

12Mar

1Mei

20Jun

9Ags

2007 2008 2009

Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)Grafik 16. Defisit Fiskal AS, Euro, Jepang (% PDB)

Sumber: IMF, Reuters

(% PDB)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

ASEuroJepang

Page 121: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

109

Grafik 23. European Central Bank Balance SheetGrafik 23. European Central Bank Balance SheetGrafik 23. European Central Bank Balance SheetGrafik 23. European Central Bank Balance SheetGrafik 23. European Central Bank Balance Sheet

Grafik 24. Bank of Japan Balance SheetGrafik 24. Bank of Japan Balance SheetGrafik 24. Bank of Japan Balance SheetGrafik 24. Bank of Japan Balance SheetGrafik 24. Bank of Japan Balance Sheet

Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Grafik 25. Balance Sheet Bank Sentral China,Korea, dan IndiaKorea, dan IndiaKorea, dan IndiaKorea, dan IndiaKorea, dan India

In Billions of Euro

Total Assets Total Liabilities

2.000

1.000

0

-1.000

-2.000

1 Issued by euro area residents and general goverment debt in euro2 Including US dollar Liquidity auctions.3 Including to central banks.Sumber : BIS & Datastream; national data.

Foreign Currency Assets2Securities1

Lending

2007 2008 2009

Orher Liabilities3

Deposit Facility

Notes in Circulation

Reserve Balances

1 Including US dollar Liquidity auctions.2 Including to central banks.Sumber : BIS & Datastream; national data.

150.000

75.000

0

-75.000

-150.000

In Billions of Yen

Total Assets Total Liabilities

Foreign Currency Assets1Securities

Lending

2007 2008 2009

Orher Liabilities2

Repurchase agreement

Notes in Circulation

Reserve Balances

China(Rmb), lhs

India(Rupee), lhs

Korea(Won), rhs

Miliar Mata UangDomestik

Miliar Mata UangDomestik

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

2006 2007 2008 2009

Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

Sumber: CEIC

Grafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 26. Pertumbuhan Uang Primer NegaraMaju (%)Maju (%)Maju (%)Maju (%)Maju (%)

Grafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraGrafik 27. Pertumbuhan Uang Primer NegaraBerkembang (%)Berkembang (%)Berkembang (%)Berkembang (%)Berkembang (%)

(% yoy)(% yoy)

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

2006 2007 2008 2009

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

Sumber: CEIC

Euro, lhsJepang, lhs

AS, rhs

(% yoy)

-10

0

10

20

30

40

50

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0Korea, lhsIndia, lhs

China, rhs

Sumber: CEIC

2006 2007 2008 2009

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

Grafik 22. Federal Reserve Balance SheetGrafik 22. Federal Reserve Balance SheetGrafik 22. Federal Reserve Balance SheetGrafik 22. Federal Reserve Balance SheetGrafik 22. Federal Reserve Balance Sheet

In Billions of US Dollars

Total Assets Total Liabilities

2.000

1.000

0

-1.000

-2.000

1 Securities hels outright (including TSLF).2 Repurchase agreements, term auction credit, other loans and CPFF.Sumber : BIS & Datastream; national data.

FX Swap

Securities1

Lending2

Notes in Circulation

Reserve Balances

US Treasurt Supplementary Account

2007 2008 2009

Page 122: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

110

IV. ANCAMAN INFLASI KEDEPAN

Kekhawatiran Ancaman Inflasi

Kekhawatiran ancaman inflasi

kedepan mulai meningkat. Kembali solidnya

permintaan domestik sebagai dampak

kebijakan stimulus fiskal, dan kenaikan harga

komoditi di pasar internasional berada di

balik ancaman kenaikan inflasi. Selain itu,

kekhawatiran adanya tekanan inflasi juga

menguat akibat kebijakan quantitative

easing yang ditempuh bank sentral telah

berdampak pada peningkatan reserve dan

monetary base yang menyebabkan ekspansi

neraca bank sentral secara signifikan.

Dengan asumsi perbankan tidak

mendapatkan suku bunga atas reserve yang

ditempatkan di bank sentral dan suku bunga

kredit bernilai positif (setelah dikurangi

risiko), perbankan cenderung untuk

menyalurkan dananya dalam bentuk kredit

yang pada akhirnya akan meningkatkan

aktivitas ekonomi. Dana tersebut tidak akan

menghilang namun akan kembali ke sistem

perbankan sehingga akan memperbesar

reserve yang ditempatkan di bank sentral.

Perputaran proses ini terus berlangsung

sehingga akan memicu pertumbuhan uang

dan kredit yang cepat sehingga berpotensi

menyebabkan ekonomi menjadi overheating

dan selanjutnya akan memberi tekanan pada

laju inflasi.

Meningkatnya kekhawatiran inflasi

juga tercermin dari berbagai hasil survei

lembaga internasional. Berdasarkan survei

ekspektasi inflasi yang dilakukan J.P Morgan

pada Juli-094, diketahui bahwa masyarakat

kedua negara tersebut mengkhawatirkan

munculnya tekanan inflasi pada 2 s.d 5 tahun

kedepan. Setidaknya 60% responden di AS

dan Inggris berekspektasi bahwa inflasi pada

2 s.d 5 tahun kedepan adalah lebih tinggi dari

targetnya, bahkan 20% diantara responden

memperkirakan inflasi jangka menengah akan

berkisar di atas 2,5% dari targetnya.

Beberapa faktor tersebut di atas

diprediksi akan menggiring kenaikan proyeksi

inflasi kedepan. Namun demikian perlu

dicermati lebih lanjut apakah tekanan laju

inflasi akan benar-benar mengancam pada

jangka pendek dan menengah mengingat

pemulihan ekonomi masih dalam tahap dini.

Proyeksi Inflasi Kedepan

Berdasarkan proyeksi IMF melalui World

Economic Outlook (WEO) April-09, tekanan

inflasi dunia di 2009 dan 2010 masih lemah

seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

yang belum pulih sepenuhnya. Masih

lemahnya permintaan domestik yang

mengakibatkan melebarnya excess capacity,

menyebabkan inflasi di negara maju

diperkirakan mendekati 0% pada 2009. AS

dan Jepang mengalami deflasi seiring dengan

deflasi energi dan transportasi (Grafik 28).

Sementara walaupun sudah memasuki teritori

negatif sejak Juni-09, inflasi Kawasan Euro di

2009 diperkirakan masih tumbuh tipis

4 Survey JP Morgan tersebut diikuti oleh 1800 investor di AS, Inggrisdan Eropa.

Page 123: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

111

(0,4% yoy) di 2009. Sementara itu, di negara

emerging tekanan disinflasi di beberapa

negara mengakibatkan penurunan proyeksi

inflasi dari 7,3% menjadi 5,1% di 2009. Inflasi

China di 2009 diprediksi hanya tumbuh 0,1%

yoy seiring deflasi makanan khususnya daging

babi (Grafik 29). Tekanan inflasi dunia di 2010

diprediksi kembali meningkat sebesar 0,9%

yoy seiring pulihnya perekonomian global

akibat meningkatnya permintaan domestik

dan harga komoditi. Inflasi negara maju dan

berkembang di 2010 masing-masing

diperkirakan tumbuh 0,4% yoy dan 4,5% yoy.

Walaupun tekanan inflasi meningkat, AS dan

Jepang diperkirakan masih mengalami deflasi

(Grafik 28 dan 29).

Menurut Patrick Artus (2009) 5, tidak

terlalu kuatnya tekanan inflasi pada 2009 dan

2010 dapat dilihat dari dua kondisi yang harus

dipenuhi untuk mengembalikan tingkat inflasi

global pada level semula, yaitu:

1. Wage inflation (atau underlying inflation

yang mengeluarkan efek harga

komoditi). Untuk mencapai level wage

inflation seperti semula, dunia harus

berada pada kondisi mendekati tingkat

tenaga kerja penuh baik dalam hal

sumber tenaga kerja dan kapasitas

produksi. Kondisi yang terjadi saat ini

adalah krisis ekonomi global berdampak

pada tingginya tingkat pengangguran

sehingga masih jauh dari posisi tingkat

tenaga kerja penuh (under-employment).

Hal ini berdampak pada penurunan upah

nominal di AS dan Kawasan Euro (Grafik

30). Demikian pula halnya dengan tingkat

tenaga kerja di kawasan emerging sangat

rendah di bawah tren tingkat tenaga

kerja dunia (Grafik 31). Ditengah kondisi

tenaga kerja yang sangat lemah saat ini,

diperkirakan dibutuhkan setidaknya 20

tahun untuk wage inflation kembali ke

level semula sebelum krisis.

2. Commodity inflation, meningkatnya

pertumbuhan ekonomi global akan

meningkatkan permintaan komoditi yang

berujung pada kenaikan harga komoditi.

Namun demikian, krisis ekonomi global

5 Artus, Patrick. (2009). ≈At what horizon will global inflationreturn?∆. Natixis.

Grafik 28. Inflasi Negara MajuGrafik 28. Inflasi Negara MajuGrafik 28. Inflasi Negara MajuGrafik 28. Inflasi Negara MajuGrafik 28. Inflasi Negara Maju

Sumber: Bloomberg

% yoy

200820092010

5

4

3

2

1

0

-1

-2

AS Euro Jepang

Grafik 29. Inflasi Negara BerkembangGrafik 29. Inflasi Negara BerkembangGrafik 29. Inflasi Negara BerkembangGrafik 29. Inflasi Negara BerkembangGrafik 29. Inflasi Negara Berkembang

Sumber: Bloomberg

200820092010

% yoy

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

China Korea India

Page 124: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

112

juga berdampak pada menurunnya

permintaan akan komoditi (Grafik 32,

33 dan 34). Walaupun produsen

telah mengurangi supply, namun

keseimbangan pasar komoditi tidak

berdampak besar pada kenaikan harga.

Diperkirakan harga komoditi tidak akan

secara cepat meningkat sebelum

permintaan kembali ke level sebelum

krisis, di mana hal tersebut

membutuhkan waktu setidaknya 2-3

tahun. Sebagai contoh, permintaan

minyak saat ini 5% lebih rendah bila

dibandingkan dengan masa sebelum

krisis, dan ketika pertumbuhan ekonomi

kembali cepat, permintaan minyak

diperkirakan hanya akan tumbuh 2-3%

per tahun. Sementara itu, permintaan

logam dunia di 2010 diprediksi akan

turun 8% dari tren tahun sebelumnya.

Oleh sebab itu diperkirakan butuh waktu

setidaknya 2-3 tahun agar commodity

inflation dapat kembali ke level sebelum

krisis, kecuali jika terjadi spekulasi yang

luar biasa di pasar komoditi.

Grafik 30. Upah Nominal Per KapitaGrafik 30. Upah Nominal Per KapitaGrafik 30. Upah Nominal Per KapitaGrafik 30. Upah Nominal Per KapitaGrafik 30. Upah Nominal Per Kapita

8

6

4

2

0

-2

-4

Sumber: Datastream, BLS, Natixis

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

8

6

4

2

0

-2

-4

United States (incl.benefits)EU-15

Japan

Grafik 31. Ratio Employment-to-population agedGrafik 31. Ratio Employment-to-population agedGrafik 31. Ratio Employment-to-population agedGrafik 31. Ratio Employment-to-population agedGrafik 31. Ratio Employment-to-population aged20 to 60 (as %)20 to 60 (as %)20 to 60 (as %)20 to 60 (as %)20 to 60 (as %)

70

65

60

55

50

45

40

35

30

25

201998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: Datastream, Natixis

70

65

60

55

50

45

40

35

30

25

20

Emerging countries as a whole incl. Russia and OPECUnited States + EU-15 + Japan

World

Grafik 33. Oil ConsumptionGrafik 33. Oil ConsumptionGrafik 33. Oil ConsumptionGrafik 33. Oil ConsumptionGrafik 33. Oil Consumption(million bbl/day, Y/Y as %)(million bbl/day, Y/Y as %)(million bbl/day, Y/Y as %)(million bbl/day, Y/Y as %)(million bbl/day, Y/Y as %)

Grafik 32. World: Demand for and Supply of OilGrafik 32. World: Demand for and Supply of OilGrafik 32. World: Demand for and Supply of OilGrafik 32. World: Demand for and Supply of OilGrafik 32. World: Demand for and Supply of Oil(million bbl/day)(million bbl/day)(million bbl/day)(million bbl/day)(million bbl/day)

90

88

86

84

82

80

78

76

74

72

70

90

88

86

84

82

80

78

76

74

72

701998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Oil Market Intelligence

ConsumptionProduction

12

9

6

3

0

-3

-6

-9

12

9

6

3

0

-3

-6

-9

WorldUnited States + EU-15 + Japan

Rest of the world

Sumber: Datastream, natixis, Oil Market Intelligence

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 125: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

113

V. KEBUTUHAN AKAN EXIT STRATEGY

Dalam hal stimulus fiskal, pada dasarnya

exit strategy secara khusus tidak dibutuhkan.

Pemerintah hanya perlu untuk mengurangi

pengeluaran dalam rangka stimulus fiskal

secara perlahan. Namun tidak demikian

dengan kebijakan moneter, terdapat beberapa

pertimbangan yang melatarbelakangi perlunya

perumusan exit strategy, yaitu:

1) Kekhawatiran bahwa kebijakan moneter

sangat ekspansif yang mengakibatkan

membengkaknya base money dan reserve

deposit, akan menimbulkan ancaman

inflasi dan suku bunga kedepan.

2) Ketidakpastian bagaimana bank sentral

menyerap likuiditas di pasar. Walaupun

bank sentral telah melakukan pengetatan

kebijakan, menyerap likuiditas yang sudah

sangat besar tersebut belum tentu dapat

berjalan dengan mulus sesuai rencana

sehingga terdapat risiko pada tertundanya

kebijakan moneter ketat. Dengan kata

lain, terdapat kekhawatiran sejauh mana

efektivitas instrumen yang digunakan oleh

bank sentral terutama Fed. Bank Sentral

AS tersebut masih menunggu persetujuan

Kongres yang memungkinkan Fed

sebagai debitor dengan mengeluarkan

obligasi atau surat berharga.

3) Kekhawatiran akan efek yang

ditimbulkan apabila bank sentral

menghentikan pembelian surat berharga

(SSB) pemerintah. Semakin besar SSB

yang dibeli oleh bank sentral, semakin

besar implikasinya terhadap hubungan

supply-demand apabila pembelian SSB

dihentikan.

4) Kekhawatiran bagaimana bank sentral

menutupi kerugian yang mungkin terjadi

akibat kepemilikan SSB swasta, terutama

apabila kerugian tersebut sangat besar

sehingga dapat mempengaruhi

kepercayaan pasar terhadap kredibilitas

nilai mata uang.

Exit strategy oleh Fed

Salah satu bank sentral yang telah

mengemukakan exit strategy-nya dengan

cukup jelas adalah Fed. Dalam laporannya

kepada Kongres AS, Gubernur Federal Reserve,

Ben S. Bernanke mengemukakan bahwa

kebijakan moneter yang longgar tersebut

masih akan diterapkan selama beberapa waktu

kedepan. Walaupun demikian, Fed telah

mempersiapkan sejumlah langkah sebagai exit

strategy dan cukup yakin penerapan strategi

tersebut dapat dilakukan dengan baik dan

smooth manakala waktunya telah tiba.

Grafik 34. World: Consumption of Metal andGrafik 34. World: Consumption of Metal andGrafik 34. World: Consumption of Metal andGrafik 34. World: Consumption of Metal andGrafik 34. World: Consumption of Metal andFood (tons per year as %)Food (tons per year as %)Food (tons per year as %)Food (tons per year as %)Food (tons per year as %)

10

8

6

4

2

0

-2

-4

10

8

6

4

2

0

-2

-4

MetalsFood

Sumber: Datastream, IEA, Natixis forecasts

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Page 126: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

114

Exit strategy yang dikemukakan oleh

Fed berkaitan erat dengan pengelolaan neraca

bank sentral tersebut. Saat ini reserve balance

milik perbankan/institusi lainnya yang

ditempatkan di Fed telah mencapai USD747

miliar, jauh di atas kondisi normalnya di kisaran

USD44 miliar dan kondisi ini diperkirakan

masih akan berlangsung dalam beberapa

waktu kedepan (Tabel 2). Secara umum, exit

strategy yang dikemukakan Fed terdiri dari dua

hal, yaitu: (i) menciptakan floor bagi suku

bunga pasar, dan (ii) mengurangi likuiditas

pasar dengan menurunkan reserve balance

yang dapat digunakan di federal funds market.

Kombinasi dari kedua strategi tersebut akan

ditempuh untuk mencapai efektifitas

kebijakan. Adapun langkah-langkah kebijakan

yang diusulkan Fed terkait kedua strategi

tersebut adalah sbb:

1) Menciptakan floor bagi suku bunga pasar.

Sejak Oktober-08, Kongres AS telah

mengijinkan Fed untuk memberikan

interest atas reserve balance perbankan

yang saat ini adalah sebesar 0,25%. Pada

saat kebijakan moneter diperketat, Fed

akan menaikkan tingkat suku bunga

tersebut seiring dengan dinaikkannya

target Federal Funds Rate. Kebijakan ini

akan menciptakan floor bagi suku bunga

jangka pendek di pasar uang (Grafik 33).

Bank tidak akan meminjamkan dananya

di bawah tingkat suku bunga Fed

tersebut dan pertumbuhan uang beredar

dan kredit yang berlebihan di pasar dapat

dihindari. Sebaliknya, apabila Fed

bermaksud untuk menerapkan

Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009Tabel 2. Neraca Federal Reserve per 12 Agustus 2009

ASSETS

Sumber: Federal Reserve

Dalam miliar USD

Currency in Circulation 912Reverse Repurchase Agreements 70Treasury, general account and SFP 258

Other liabilities and capital 58

Reserves 747

TotalTotalTotalTotalTotal 2.0452.0452.0452.0452.045

LIABILITIES

Securities held outright 1.373US Treasury Securities 721Federal Agency Debt Securities 109Mortgage-backed Securities 543

Repurchase Agreements 0Term Auction Credit 234Other Loans 106Net Portfolio Holdings of CP 60Other Reserve Bank Credit 216Other Assets (Gold, SDR, Treasury Currency Outstanding) 56

TotalTotalTotalTotalTotal 2.0452.0452.0452.0452.045

Grafik 35. Pemberian imbalan (Grafik 35. Pemberian imbalan (Grafik 35. Pemberian imbalan (Grafik 35. Pemberian imbalan (Grafik 35. Pemberian imbalan (interestinterestinterestinterestinterest) atas) atas) atas) atas) atasreserve balancereserve balancereserve balancereserve balancereserve balance

Sumber: Natixis, Juli 2009

Interest rateSupply

FF = depositfacility

Quantitative policy Money

Demand

Page 127: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

115

quantitative easing policy, peningkatan

money supply dapat dilakukan tanpa

harus mendorong Federal Funds Rate ke

level yang sangat rendah seperti yang

terjadi saat ini.

2) Mengurangi reserve balance yang dapat

digunakan di federal funds market, yang

akan ditempuh melalui:

a) Natural winding down, yaitu

penurunan reserve balance dengan

sendirinya seiring dengan jatuh

temponya sejumlah fasilitas kredit

jangka pendek yang diberikan

Fed untuk menyelamatkan

perekonomian. Sejumlah fasilitas

tersebut tidak akan diperpanjang

seiring dengan mulai membaiknya

kondisi ekonomi. Hal ini berlaku bagi

Term Auction Facility (TAF) dan

bilateral loans yang masing-masing

sempat mencapai USD493 miliar

(Maret-09) dan USD437 miliar

(Oktober-08) dan selanjutnya turun

mencapai USD234 miliar dan

USD106 miliar per 12 Agustus-09

(Tabel 2). Selain itu, terdapat sejumlah

program jangka pendek lainnya yang

akan berakhir segera setelah pasar

kembali normal, seperti program

3-months commercial paper yang

turun menjadi USD60 miliar per 12

Agustus-09 dari puncaknya sebesar

USD350 miliar di Januari-09.

b) Upaya-upaya untuk mempercepat

penurunan reserve balance untuk

mengurangi likuiditas pasar, yaitu:

i) Menyelenggarakan reverse

purchase agreements (repos)

dalam skala besar dengan

peserta pasar termasuk

perbankan, Government-

Sponsored Enterprises (GSEs)

dan institusi lainnya. Hal ini akan

merubah komposisi liabilities

Fed dimana nilai repos akan naik

dan reserve balance akan turun.

Repos merupakan upaya exit

strategy yang dinilai dapat

dilakukan dengan segera tanpa

kendala yang berarti.

ii) Menerapkan kembali

Supplementary Financing

Program (SFP) yaitu penjualan

obligasi oleh Pemerintah AS dan

menempatkan dana hasil

penjualannya di rekening

pemerintah. Hal ini akan

merubah komposisi liabilities

Fed dimana rekening

pemerintah akan naik dan

reserve balance akan turun.

iii) Menawarkan skema deposito

berjangka kepada perbankan

dengan imbalan suku bunga

tertentu. Dana yang tersimpan

di dalam deposito tersebut tidak

dapat digunakan di federal

funds market sehingga likuiditas

pasar dapat dikurangi.

Sebagaimana repos, deposito

berjangka merupakan upaya

exit strategy yang dinilai dapat

segera dilakukan.

Page 128: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

116

iv) Penjualan SSB jangka panjang

yang dimiliki Fed. Saat ini,

securities held outright yang

tercakup dalam neraca bank

sentral tersebut adalah sebesar

USD1,4 triliun (Tabel 2). Aset

tersebut berpotensi untuk terus

meningkat s.d akhir 2009

hingga mencapai USD2,2 triliun

sebagai dampak rencana

pembelian agency securities (s.d

USD200 miliar), mortgage-

backed securities (s.d USD1,25

triliun) dan treasury securities

(USD300 miliar) sesuai

keputusan FOMC di Maret-09.

Secara umum, exit strategy yang

diusulkan Fed sedikit banyak mampu

menjawab kekhawatiran-kekhawatiran yang

muncul terkait dengan kebijakannya yang

sangat ekspansif saat ini serta memberi

gambaran yang cukup jelas mengenai

instrumen-instrumen yang akan digunakan

untuk menyerap likuiditas yang berlebihan di

pasar. Instrumen kebijakan yang dapat

dilakukan dengan segera adalah kombinasi

antara pemberian interest atas reserve

balance serta penyerapan likuiditas pasar

melalui repos dan skema deposito berjangka,

yaitu sbb:

1) Pemberian interest atas reserve balance

memberi keuntungan tersendiri karena

Fed dapat segera keluar dari kebijakan

Zero Interest Rate Policy (ZIRP) tanpa

harus melakukan kontraksi neracanya

terlebih dahulu. Dengan demikian,

transmisi kebijakan moneter melalui suku

bunga dapat kembali berjalan efektif.

Namun kemampuan Fed untuk

mengendalikan tingkat suku bunga

masih akan menemui hambatan

mengingat salah satu pemain di pasar

uang adalah GSEs yang tidak dapat

menerima imbalan atas reserve balance

yang dimilikinya sehingga berpotensi

untuk meminjamkan dananya di bawah

tingkat suku bunga kebijakan Fed

sehingga akan mendorong kebawah

tingkat suku bunga aktual federal-funds.

2) Penyerapan likuiditas melalui repos dan

deposito berjangka. Kedua instrumen ini

memberikan keuntungan karena repos

mampu mereduksi reserve balance

dengan segera sehingga pertumbuhan

base money dapat ditekan sedangkan

deposito berjangka dapat menahan

sebagian likuiditas pasar. Walaupun

demikian, repos hanya akan mengubah

komposisi neraca bank sentral, tetapi

tidak mereduksi pembengkakan neraca

sedangkan deposito hanya dapat

menahan likuiditas untuk sementara.

Dua instrumen yang diusulkan lainnya,

yaitu SFP dan penjualan SSB jangka panjang

diperkirakan menjadi opsi yang paling akhir

dipilih. SFP hanya akan mengubah komposisi

neraca bank sentral tetapi tidak mereduksi

pembengkakan neraca Fed. Selain itu, peran

Pemerintah AS dalam SFP dikhawatirkan akan

mempengaruhi independensi Fed dalam

penentuan kebijakan moneter. Selanjutnya,

penjualan SSB jangka panjang memerlukan

Page 129: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

117

kecermatan dan kehati-hatian mengingat

risikonya terhadap stabilitas pasar US Treasury.

Penjualan SSB jangka panjang dinilai belum

akan terjadi dalam waktu dekat karena

dikhawatirkan akan terjadi penurunan harga

yang tajam yang pada gilirannya akan

mendorong kenaikan yield obligasi jangka

panjang.

Exit strategy di negara lain

Pembicaraan mengenai exit strategy

mulai mengemuka di sejumlah negara.

Walaupun demikian, selain AS, belum ada

negara lain yang telah mengemukakan secara

eksplisit rumusan exit strategy-nya. Pemulihan

ekonomi global masih berlangsung dengan

sangat perlahan dan penuh risiko sehingga

menjaga kepercayaan pasar pada saat ini

menjadi prioritas. Di Kawasan Euro, Jerman

mengemukakan pentingnya untuk kembali

melakukan disiplin fiskal, sementara Inggris

menekankan pada upaya pengurangan

pembiayaan publik. BOE mengindikasikan

bahwa mereka akan mulai menjual SSB yang

dimilikinya bersamaan dengan kenaikan suku

bunga kebijakannya. Di sisi lain, ECB juga

menekankan pentingnya koordinasi diantara

seluruh bank sentral di dunia manakala saatnya

tiba untuk menerapkan exit strategy guna

meminimalisir dampak risikonya.

Perumusan exit strategy juga tidak

terlepas dari kondisi masing-masing negara

serta instrumen kebijakan moneter yang telah

tersedia. Sebagai contoh, di Jepang exit

strategy atas kebijakan moneter ekspansif-nya

dinilai tidak terlalu rumit mengingat neraca BOJ

hanya mengalami sedikit ekspansi (Grafik 24),

yaitu dari JPY110 triliun sebelum gejolak

Lehman Brothers hingga menjadi JPY118

triliun per 20 Agustus-09. Hal ini karena BOJ

menerapkan QEP yang lebih konservatif

dengan membatasi pembelian obligasi

pemerintah jangka panjang. Selain itu, BOJ

juga memiliki mekanisme penyerapan dana

melalui bill-selling operations yaitu penjualan

aset jangka pendek yang dimilikinya. Tidak

seperti Fed, BOJ memiliki kewenangan untuk

melakukan penjualan aset jangka pendek

tersebut sesuai dengan keinginannya untuk

mengelola likuiditas pasar.

Kapan sebaiknya exit strategy diterapkan?

Ditengah pemulihan ekonomi global

yang berlangsung perlahan, sangat penting

bagi otoritas moneter untuk menjaga

kepercayaan pasar serta menentukan waktu

yang tepat untuk menerapkan langkah-

langkah exit strategy. Menurut Eggertsson and

Ostry (2005)6, transisi kebijakan moneter

longgar ke kontraksi moneter dapat

menimbulkan sejumlah risiko, yaitu:

a. Gejolak pada suku bunga jangka pendek.

Ditengah kondisi berlimpahnya likuiditas

saat ini, sulit bagi bank sentral untuk

menentukan target monetary base yang

tepat sehingga berdampak pada volatilitas

suku bunga jangka pendek karena

permintaan uang tidak dapat diprediksi.

6 Eggertsson, Gauti and Jonathan D. Ostry (2005). ≈Does ExcessLiquidity Pose a Threat in Japan?∆. IMF Policy Discussion Paper.

Page 130: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

118

b. Rusaknya ekspektasi pasar. Pasar akan

menginterpretasikan pergantian target

suku bunga kebijakan sebagai sinyal

kebijakan moneter ketat kedepan.

Perubahan besar yang akan terjadi pada

monetary base akan mendorong

perubahan ekspektasi yang tak terduga

jika pasar salah menginterpretasikan.

c. Gejolak pada suku bunga jangka

panjang. Suku bunga jangka panjang

bergantung pada future path interest

rate. Pengelolaan ekspektasi yang tidak

efektif akan memicu volatilitas yang

berlebihan dari yield obligasi jangka

panjang. Selain itu, suku bunga jangka

panjang juga bergantung pada

ketersediaan supply dari obligasi

pemerintah jangka panjang dan jangka

pendek. Mengingat obligasi jangka

panjang yang dipegang bank sentral

sangat signifikan, supply obligasi jangka

panjang akan berubah signifikan ketika

bank sentral melakukan kontraksi

monetary base melalui penjualan obligasi

jangka panjang tersebut. Ini akan

mendorong peningkatan yield apabila

tidak diimbangi kebijakan lainnya.

d. Balance sheet losses. Risiko keluar dari

ZIRP adalah peningkatan suku bunga

pasar yang tidak terduga sehingga

berdampak pada kerugian modal yang

cukup signifikan pada bank dan

masyarakat.

Sampai saat ini belum ada pemerintah

atau bank sentral manapun yang secara

eksplisit mengemukakan kapan saat yang

tepat bagi exit strategy, bahkan ada pertemuan

di Jackson Hole, Wyoming, AS (20-22 Agustus-

09), para pejabat bank sentral dunia sepakat

untuk tetap menjaga suku bunga kebijakannya

di level yang rendah untuk beberapa waktu

kedepan. Walaupun demikian, mulai adanya

pembicaraan mengenai exit strategy sedikit

banyak menimbulkan pertanyaan apakah exit

strategy akan diterapkan dalam waktu dekat

ataukah lebih kepada upaya untuk memupus

kekhawatiran serta menjaga kepercayaan

pasar.

Kondisi ekonomi global saat ini memang

sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan

baik di negara maju maupun emerging.

Walaupun demikian, pemulihan ekonomi global

tersebut berlangsung secara perlahan dan

masih diliputi risiko. Oleh sebab itu, dukungan

dari otoritas moneter dan fiskal masih

dibutuhkan untuk beberapa waktu kedepan

sampai dengan pemulihan ekonomi benar-

benar nyata dan sustain. Selain itu, asesmen

terhadap inflasi kedepan menunjukkan bahwa

kekhawatiran terhadap tekanan inflasi tidaklah

sebesar yang diperkirakan mengingat masih

rendahnya kapasitas produksi dunia dan belum

pulihnya sektor ketenagakerjaan. Mencermati

perkembangan tersebut, mulai adanya

perumusan exit strategy dinilai bukan untuk

memberi sinyal kepada pasar bahwa kebijakan

yang ekspansif tersebut akan segera berakhir.

Saat ini penerapan exit strategy belum menjadi

suatu hal yang mendesak untuk dilakukan

dalam jangka pendek.

Munculnya wacana perumusan exit

strategy saat ini dinilai lebih kepada upaya

Page 131: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

119

untuk memupus kekhawatiran yang

berkembang sekaligus membangun

kepercayaan pasar bahwa otoritas moneter

mampu menyerap likuiditas yang berlebihan

dengan tetap menjaga momentum pemulihan

ekonomi. Diharapkan ekspektasi positif

tersebut akan membangun kesiapan pasar

sehingga memuluskan jalan bagi penerapan

exit strategy manakala waktunya tiba.

Grafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMCGrafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMCGrafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMCGrafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMCGrafik 36. Fed Funds Implied Probability FOMC28 Apr-0928 Apr-0928 Apr-0928 Apr-0928 Apr-09

Walaupun diyakini bahwa exit strategy

masih belum akan diterapkan dalam jangka

waktu dekat, wacana yang muncul sedikit

banyak juga telah membangun ekspektasi pasar

mengenai batasan waktu bagi otoritas moneter

untuk keluar dari kebijakannya yang ekspansif.

BOJ diperkirakan baru akan merencanakan

untuk mengurangi ekspansifitas kebijakan

moneternya di semester kedua tahun fiskal

2010/2011 dan menaikkan suku bunga

kebijakannya tidak lebih cepat dari TW2-2011.

Demikian pula dengan BOE yang diperkirakan

baru akan menaikkan suku bunga kebijakannya

secepat-cepatnya awal 2010 dan mulai

mengurangi SSB yang dimilikinya pada akhir

(%)

0

10

20

30

40

50

60

Current 1 Week Ago

2123,9

9,6 8,39,1 9,2

51,6 49,7

Sumber: Bloomberg

No Change-0.25

Decrease to 0.00Increase to 0.75

Increase to 1.00

2011. Sementara itu, diperkirakan kenaikan

suku bunga oleh Fed akan terjadi secepat-

cepatnya pada TW1-2010 sebagaimana

tercermin dari data pasar future untuk Fed

Funds Rate dengan Fed Funds implied

probability yang cukup besar saat ini (51,6%)

maupun seminggu yang lalu (49,7%) untuk

suku bunga kebijakan Fed dinaikkan menjadi

1% (Grafik 34).

VI. PENUTUP

Ditengah optimisme green shoot

pemulihan ekonomi dunia di TW2-09, Fed

mengeluarkan rumusan exit strategy dengan

tujuan untuk menjaga kepercayaan pasar atas

kredibilitas dan dukungan Fed terhadap upaya

pemulihan ekonomi kedepan. Rumusan

tersebut meliputi dua strategi utama yaitu (i)

menciptakan floor bagi suku bunga pasar, dan

(ii) mengurangi likuiditas pasar dengan

menurunkan reserve balance yang dapat

digunakan di federal funds market. Namun,

dalam jangka pendek, Fed menegaskan bahwa

exit strategy tersebut belum akan diterapkan

mengingat peningkatan inflasi kedepan belum

menjadi ancaman seiring dengan masih

awalnya tahapan pemulihan ekonomi. Selain

itu, green shoot pemulihan ekonomi masih

dibayangi oleh rendahnya daya beli masyarakat

yang tercermin dari tingginya proyeksi

pengangguran kedepan.

Berbeda dengan AS, negara maju

lainnya, Euro dan Jepang, belum secara

eksplisit mengumumkan rumusan exit strategy

walaupun dalam beberapa kesempatan

Page 132: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

120

mereka secara terbuka terlibat aktif dalam

wacana pentingnya exit strategy. Kawasan

Euro yang mengalami kontraksi ekonomi lebih

dalam dibandingkan AS diperkirakan akan

mulai pulih pada akhir Semester I 2010,

sehingga penerapan exit strategy dinilai masih

dini. Di Jepang, neraca BOJ hanya mengalami

sedikit ekspansi karena penerapan QEP yang

lebih konservatif dengan membatasi

pembelian obligasi pemerintah jangka

panjang. Selain itu, BOJ juga telah memiliki

instrumen untuk mengabsorbsi derasnya uang

beredar.

Di Asia, terutama di China dan India,

solidnya pemulihan pertumbuhan ekonomi

sampai dengan TW2-09 meningkatkan

optimisme pemulihan ekonomi yang lebih

cepat di Asia. Sementara itu, kontraksi ekonomi

Korea semakin melambat tercermin dari

konsumsi yang sudah memasuki teritori positif

dan produksi industri yang membaik. Walaupun

mereka melakukan kebijakan fiskal dan

moneter yang ekspansif, namun pertumbuhan

uang beredar dan ekspansi neraca bank sentral

relatif terkendali. Oleh sebab itu, upaya untuk

merumuskan exit strategy belum mendesak

untuk dilakukan dalam waktu dekat.

Page 133: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

121

Mata Uang Internasional: Peran USD dan Potensi InternasionalisasiRenmimbiOleh: Tim Studi ASEAN BKSA-DInt

Artikel 2

I. PENGANTAR

Sejak China menerapkan open door

policy 7 tiga dekade yang lalu, skala ekonomi

dan perdagangan eksternal tumbuh pesat

sehingga menjadi salah satu kekuatan

ekonomi Dunia. Saat ini, kontribusi ekonomi

China menempati urutan ketiga dunia setelah

AS dan Euro. Dalam 15 tahun terakhir, kinerja

ekspor China tumbuh sepuluh kali lipat

mencapai USD1,4 triliun (2008) dan

menduduki peringkat kedua dunia setelah AS.

Selain itu, besarnya perekonomian China telah

menjadikan negara itu sebagai tujuan ekspor

dunia. Impor China juga terus meningkat

seiring kuatnya konsumsi domestik, dengan

pangsa impor terbesar berasal dari Asia.

Surplus neraca berjalan yang kian meningkat

bersamaan dengan tingginya aliran modal

asing mengakibatkan akumulasi cadangan

devisa meningkat pesat mencapai USD2,13

triliun di akhir TW2-09.

Ditengah krisis keuangan global dan

perlambatan ekonomi dunia, ekonomi China

menunjukkan ketahanannya. Pertumbuhan

ekonomi China tetap positif pada tingkat yang

cukup tinggi, dibandingkan dengan AS, Euro

dan Jepang yang mengalami resesi. Namun di

sisi lain, langkah-langkah agresif pemulihan

ekonomi AS melalui pembengkakan kebijakan

fiskal yang dapat mengakibatkan peningkatan

inflasi dan depresiasi USD mengkhawatirkan

China terhadap potensi penurunan nilai

cadangan devisa yang dimilikinya dan

dampaknya terhadap perekonomian domestik.

Untuk menjaga stabilitas perekonomiannya dan

sebagai pendorong perekonomian dunia keluar

dari krisis, China mulai berupaya untuk

mengurangi ketergantungannya terhadap USD,

disamping meningkatkan upaya

internasionalisasi mata uang RMB.

Dalam berbagai kesempatan forum

internasional seperti IMF dan G-20, China

secara aktif menyuarakan proposal berkaitan

dengan penggunaan SDR sebagai cadangan

devisa dunia. Selain itu secara regional dan

bilateral, China aktif mempromosikan

kerjasama swap line Renmimbi (RMB) dengan

mata uang domestik dan cross border

settlement dengan RMB. Perkembangan

tersebut kemudian memunculkan spekulasi

7 Open door policy mengedepankan keterbukaan suatu negaradengan negara lain yang direfleksikan antara lain melaluikerjasama ekonomi dan perdagangan. Pemimpin China, DengXiaoping, menerapkan kebijakan ini pada 1978.

Page 134: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

122

percepatan RMB sebagai mata uang

internasional menggantikan USD. Tulisan

berikut ini akan melihat prakondisi yang harus

dipenuhi untuk menjadi mata uang

internasional, kinerja USD di pasar keuangan/

obligasi internasional dan penggunaan USD

dalam cadangan devisa dunia serta potensi

RMB sebagai mata uang internasional.

II. MATA UANG SEBAGAI INTERNATIONAL

CURRENCY

Mengapa mata uang internasional

(international currency) dibutuhkan?

Kebutuhan atas mata uang internasional tidak

terlepas dari peranan uang sebagai alat tukar

(medium of exchange), satuan hitung (unit

of account) dan penyimpan nilai (store of

value). Menurut Kenen (1983)8 suatu mata

dikatakan sebagai mata uang internasional

apabila dapat memenuhi kriteria sebagaimana

dalam Tabel 1.

umum paling mudah untuk dikenali.

Penggunaan mata uang internasional dalam

perdagangan antar negara yang melibatkan

berbagai mata uang domestik akan menjadi

lebih efisien dibandingkan dengan

penggunaan setiap pasang mata uang

domestik secara bilateral sebagaimana

penggunaan uang dalam perdagangan barang

menjadi perdagangan lebih efisien daripada

barter. Efisiensi tersebut dicapai melalui dua

jalur. Pertama, channeling transaction;

penggunaan mata uang internasional

mengakibatkan kebutuhan pasar pertukaran

valas (foreign exchange market) menjadi lebih

sedikit, sehingga biaya pembentukan pasar

bagi para pelaku pasar menjadi berkurang.

Kedua, dengan pasar yang lebih sedikit,

volume transaksi di setiap pasar menjadi lebih

besar, yang secara umum akan mengurangi

biaya transaksi.

Ilustrasi yang baik mengenai mengapa

mata uang internasional dibutuhkan diberikan

oleh McKinnnon (1998) dalam Ghee lim

(2006)9. Andaikan terdapat N mata uang

domestik di dalam pasar antar bank (interbank

market). Dalam perdagangan bilateral dengan

masing-masing pasangan mata uang, maka

pasar pertukaran valas bilateral yang terbentuk

sebanyak [N*(N-1)]/2. Akan tetapi, jika pasar

menetapkan satu mata uang diantara N mata

uang tersebut sebagai mata uang

internasional, maka jumlah pasar yang

terbentuk menjadi berkurang, N-1. Sebagai

Tabel 1. Peranan Mata Uang InternasionalTabel 1. Peranan Mata Uang InternasionalTabel 1. Peranan Mata Uang InternasionalTabel 1. Peranan Mata Uang InternasionalTabel 1. Peranan Mata Uang Internasional

Medium ofMedium ofMedium ofMedium ofMedium of Vehicle currency for Vehicle currency forexchangeexchangeexchangeexchangeexchange Invoicing trade and forign exchange

financial transaction Intervention

Unit of accountUnit of accountUnit of accountUnit of accountUnit of account Denominating trade Anchorand financial trasaction

Store of valueStore of valueStore of valueStore of valueStore of value Portfolio allocation Official reserve

Roles Private sector Public sector

Disarikan dari Kenen, 1983. The role of the dollar as an international currency

Dari ketiga peranan uang tersebut,

peranan sebagai alat tukar dalam perdagangan

internasional merupakan peranan yang secara

9 Ghee Lim, Ewe, 2006, The Euro»s Challenge to the Dollar:Different Views from Economists and Evidence from COFER andOther Data, IMF Working Paper WP/06/153.

8 Kenen, Peter B, 1983, The role of the Dollar as an InternationalCurrency, Occasional Papers 13, Group of Trity, New York.

Page 135: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

123

Negara dengan perekonomian tersebut secara

alami akan mewujudkan pasar transaksi valas

yang melibatkan mata uang domestiknya

dalam volume yang sangat besar.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya

pasar pertukaran valas dengan ukuran yang

besar akan mengurangi biaya transaksi yang

mencerminkan technical (supply) economies of

scale dalam manajemen keuangan.

Pembuatan trading and clearing system

termasuk kebutuhan software dan hardware

membutuhkan biaya yang sangat besar.

Namun sekali sistem tersebut terbentuk, maka

investasi tersebut dapat menangani transaksi

dalam volume besar atau kecil secara

indifferent. Biaya marjinalnya sangat minimal

dan biaya rata-ratanya akan berkurang sejalan

dengan semakin besarnya volume transaksi

sehingga biaya transaksi akan semakin kecil.

Mengingat secara umum perekonomian

negara-negara di dunia adalah sangat kecil

untuk memiliki pasar pertukaran valas yang

efisien dan kompetitif, maka peranan sebagai

mata uang internasional cenderung dimiliki

oleh negara dengan perekonomian yang besar

dan dominan.

Sistem keuangan yang berkembang

dengan baik

Mata uang internasional secara umum

diasosiasikan dengan sistem keuangan yang

terbuka, likuid dan berkembang dengan baik

(well-developed). Pada saat sterling sebagai

mata uang internasional yang dominan pada

abad 19 dan awal abad 20, London

contoh, dunia dengan 150 negara, adanya

satu mata uang internasional akan

mengurangi pasar pertukaran valas dari

11.175 pasar menjadi 149 pasar, suatu

penghematan biaya pembentukan pasar antar

bank. Hal tersebut berarti juga biaya transaksi

yang lebih rendah karena volume setiap pasar

akan menjadi lebih tinggi.

Pertanyaan selanjutnya adalah

bagaimana suatu mata uang dari N mata uang

domestik/nasional terpilih sebagai mata uang

internasional? Dalam tataran internasional

tidak ada suatu pemerintahan yang dapat

mengatur atas penggunaan mata uang

internasional sebagaimana yang terjadi dalam

penerapan mata uang nasional. Sebaliknya,

pedagang swasta dan pelaku pasar dengan

cara tertentu mencapai suatu kesepakatan atas

suatu mata uang yang digunakan sebagai

mata uang internasional. Ghee lim (2006)

dengan sangat baik telah mensarikan dari

berbagai literatur lima prakondisilima prakondisilima prakondisilima prakondisilima prakondisi suatu mata

uang memiliki status sebagai mata uangmata uangmata uangmata uangmata uang

internasionalinternasionalinternasionalinternasionalinternasional. Kelima prakondisi tersebut

adalah sebagai berikut: (1) ukuran ekonomi(1) ukuran ekonomi(1) ukuran ekonomi(1) ukuran ekonomi(1) ukuran ekonomi

yang besar, (2) sistem keuangan yangyang besar, (2) sistem keuangan yangyang besar, (2) sistem keuangan yangyang besar, (2) sistem keuangan yangyang besar, (2) sistem keuangan yang

berkembang dengan baik, (3) keyakinan atasberkembang dengan baik, (3) keyakinan atasberkembang dengan baik, (3) keyakinan atasberkembang dengan baik, (3) keyakinan atasberkembang dengan baik, (3) keyakinan atas

nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)nilai mata uang, (4) stabilitas politik dan (5)

eksternalitas jejaring eksternalitas jejaring eksternalitas jejaring eksternalitas jejaring eksternalitas jejaring (networking externalities).(networking externalities).(networking externalities).(networking externalities).(networking externalities).

Ukuran ekonomi yang besar

Status mata uang internasional secara

umum dikaitkan dengan perekonomian yang

besar dan kompetitif serta memiliki hubungan

perdagangan dan keuangan yang sangat luas.

Page 136: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

124

merupakan pasar keuangan global yang

canggih dan utama. Sementara saat ini, USD

merupakan mata uang internasional yang

didukung oleh pasar keuangan New York yang

dalam, likuid dan terdiversifikasi. Pada

prinsipnya sistem keuangan yang berkembang

dengan baik menjadi faktor pendorong mata

uang nasional menjadi mata uang

internasional melalui tiga cara.

Pertama, pasar keuangan dapat

menyediakan pasar sekunder yang dalam dan

likuid untuk surat-surat berharga bagi para

pelaku pasar internasional. Pada umumnya

para pelaku pasar tidak menyimpan mata uang

internasional dalam bentuk tunai (currency

balances), tetapi mereka menyimpan untuk

sementara waktu dalam bentuk aset yang

likuid dan mempunyai nilai suku bunga,

biasanya dalam bentuk a short-term risk-free

instrument. Pasar sekunder yang likuid

memungkinkan pelaku pasar untuk secara

cepat menumpuk atau mencairkan kembali

instrumen tersebut dalam jumlah besar tanpa

ketakutan merugi (capital loss). Kedua, sistem

keuangan yang berkembang dengan baik

dapat menyediakan beragam jasa keuangan

yang efisien bagi para pelaku pasar

internasional yang akan meminjam atau

menginvestasikan dalam bentuk mata uang

domestik atau meng-hedge mata uang asing

yang mereka miliki.

Terakhir, sistem keuangan yang

berkembang dengan baik dapat menarik

pengusaha dari luar negeri yang memiliki pasar

keuangan yang belum berkembang

(underdeveloped) atau masih banyak memiliki

hambatan dalam efisiensi. Kemungkinan

tersebut membuat upaya meminjam atau

menginvestasikan dalam mata uang

internasional yang keuntungannya ditukar

dalam bentuk mata uang domestik menjadi

lebih murah bagi investor asing daripada

melakukan transaksi keuangan secara

langsung di pasar domestik.

Keyakinan atas stabilitas nilai mata uang

Mata uang internasional memiliki fungsi

sebagai penyimpan nilai, antara lain dalam

bentuk instrumen pasar keuangan, working

balances, obligasi internasional dan cadangan

devisa. Oleh karena itu, mata uang

internasional harus dapat dinilai sound dalam

arti nilainya stabil terhadap barang dan jasa

serta tidak rentan terhadap inflasi.

Ketidakstabilan dalam nilai akan meningkatkan

risiko memiliki (holding risk) dan inflasi dapat

menjatuhkan kekuatan daya beli (purchasing

power). Kedua risiko tersebut akan

menghambat keinginan investor untuk

memiliki aset dalam mata uang tersebut.

Keyakinan atas stabilitas nilai mata uang

internasional juga menjadi faktor tidak

langsung yang penting berkaitan dengan

fungsinya sebagai alat tukar.

Stabilitas politik

Faktor ini merupakan aspek penting

yang merefleksikan mata uang internasional

dalam prespektif sejarah. Perjalanan sejarah

menunjukkan bahwa kejatuhan suatu negara

Page 137: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

125

adidaya diikuti pula dengan jatuhnya status

mata uang internasional. Menurut Mundell

(1998) dan Ghee Lim (2006), hal tersebut

terjadi karena kestabilan politik merupakan

kondisi yang diperlukan untuk mencapai

kestabilan moneter. Sejalan dengan hal

tersebut, sejarah juga menunjukkan bahwa

integrasi moneter yang diikat dengan kesatuan

politik (political union), seperti di Amerika

Serikat, lebih stabil daripada integrasi moneter

yang tidak diikat dengan kesatuan politik

sebagaimana kegagalan yang dialami oleh

Scandinavian Monetary Union. Hal tersebut

terjadi karena shock yang dialami akan

memiliki dampak yang berbeda diantara

negara anggota union, sehinga kondisi

tersebut dapat memberikan tekanan yang

dapat memperlemah keinginan politik (political

will) untuk mempertahankan union.

Eksternalitas jejaring (networking

externalities)

Faktor utama prakondisi mata uang

internasional yang terakhir adalah

eksternalitas jejaring (networking externalities).

Mata uang internasional sebagai vehicle

currency atau alat tukar, akan semakin berguna

dengan semakin banyak orang yang

menggunakannya sebagaimana yang terjadi

pada penggunaan telepon. Semakin luasnya

jejaring pengguna USD akan menjadikan USD

semakin menarik bagi penggunanya. Dari sisi

permintaan, semakin likuid mata uang sebagai

akibat dari jejaring yang semakin luas berarti

semakin berpotensi dalam perdagangan

sehingga meningkatkan kemungkinan untuk

dilakukan penjualan secara cepat. Oleh karena

itu, dengan meningkatnya likuiditas akan

mendorong lebih banyak orang untuk

bergabung dalam jejaring tersebut.

Dari sisi penawaran, dengan semakin

meluasnya jejaring dan ukuran pasar, rata-rata

biaya transaksi akan semakin menurun. Selain

itu, pasar yang luas cenderung akan

mengurangi waktu terjadinya transaksi antara

pembelian dan penjualan mata uang, sehingga

bank sebagai penggerak pasar (market-making

banks) dapat menyimpan inventori dalam

volume kecil sehingga dapat mengurangi biaya

transaksi.

Dengan kombinasi dampak sisi

permintaan dan penawaran, suatu mata uang

yang diuntungkan akan semakin kompetitif

daripada mata uang saingannya. Mata uang

yang kuat akan semakin kuat, sedangkan mata

uang saingannya akan semakin lemah. Selain

itu, pada saat dominasi pasar sudah diraih oleh

suatu mata uang, maka akan sulit untuk

meruntuhkan mata uang tersebut karena biaya

pengalihan yang sangat tinggi. Sebagai contoh

seorang pedagang internasional tidak memiliki

inisiatif yang kuat untuk meninggalkan suatu

jejaring penggunaan suatu mata uang kecuali

hal yang sama dilakukan oleh para

pedagangan lainnya pada saat yang sama.

Penjelasan di atas menunjukan adanya

bias inersia yang kuat untuk mempertahankan

suatu mata uang yang sudah memiliki status

mata uang internasional, walaupun terdapat

mata uang lainnya yang dapat melakukan

Page 138: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

126

peran yang sama dengan sama baiknya.

Selain terjadi dalam pasar pertukaran mata

uang valas sebagai vehicle currency,

eksternalitas jejaring juga berlaku dalam

perdagangan surat-surat berharga sebagai

penyimpan nilai sementara.

III. PENGGUNAAN MATA UANG

INTERNASIONAL

Penggunaan mata uang internasional

pada dasarnya dimulai sebagai alat

pembayaran dalam perdagangan

internasional. Selanjutnya, penggunaan mata

uang tersebut berkembang menjadi sebagai

satuan hitung dan satuan penyimpan

kekayaan. Namun, untuk dapat berperan

sebagai mata uang internasional, ketiga

fungsi tersebut harus berjalan secara

bersama-sama dan saling menguatkan status

mata uang tersebut sebagai mata uang

internasional.

Oleh sebab itu, salah satu asesmen yang

dilakukan untuk melihat peran suatu mata

uang sebagai leading international currency

adalah dengan melihat besarnya pangsa

penggunaannya dalam perdagangan valas

internasional, perdagangan surat-surat

berharga internasional serta sebagai cadangan

devisa.

Perkembangan di pasar valas internasional

Perkembangan penggunaan mata uang

di pasar valas internasional dapat

menggambarkan peranan mata uang tersebut

sebagai alat tukar dalam transaksi ekspor-

impor (a vehicle). Perkembangan tersebut juga

menunjukan secara tidak langsung peranan

mata uang tersebut sebagai satuan hitung

(unit of account) yang tercantum dalam invoice

atau tagihan pembayaran ekspor-impor.

Kewajiban importir untuk membayar dengan

mata uang yang disepakati dalam invoice

kepada eksportir dilakukan melalui pembelian

valuta asing di pasar valas.

Berdasarkan laporan Triennial Central

Bank Survey yang dikeluarkan oleh Bank for

International Settlements (BIS) pada 2004 dan

2007 menunjukkan masih dominannya USD

sebagai mata uang yang ditransaksikan secara

internasional, diikuti oleh Euro dan Yen. Pada

laporan BIS terakhir di 2007, pangsa USD

dalam perputaran transaksi valas harian

tercatat sebesar 86,3%. Euro yang

diperkenalkan sejak 1999, belum dapat

mendekati dominasi pangsa USD, dengan

pangsa yang relatif stabil di 37%. Sementara

itu, Yen mengalami penurunan sejak 2001 dan

Tabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarTabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarTabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarTabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarTabel 2. Pangsa rata-rata turnover harian pasarvalas per April (%)valas per April (%)valas per April (%)valas per April (%)valas per April (%)

US dollar 90 82 83,3 87,3 90,3 88,7 86,3Euro - - - - 37,6 36,9 37Deutsche mark 27 39,6 36,1 30,1 - - -French franc 2 3,8 7,9 5,1 - - -ECU & mata uangEMS lainnya 4 11,8 15,7 17,3 - - -Japanese yen 27 23,4 24,1 20,2 22,7 20,2 16,5Pound sterling 15 13,6 9,4 11 13,2 16,9 15Swiss franc 10 8,4 7,3 7,1 6,1 6 6,8China Renminbi - - - - - 0,1 0,5Lainnya 25 17,4 16,2 21,9 30,1 31,2 37,9

Total*)Total*)Total*)Total*)Total*) 200200200200200 200200200200200 200200200200200 200200200200200 200200200200200 200200200200200 200200200200200

Mata Uang 1989 1992 1995 1998 2001 2004 2007

Sumber: BIS Triennial Survey 2007, 2004

Page 139: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

127

tercatat memiliki pangsa sebesar 16,5% di

2007. Dominasi dolar AS tersebut

menunjukkan bahwa mata uang tersebut tidak

hanya digunakan dalam transaksi antara

penduduk AS dan non-penduduk tetapi juga

sebagai vehicle currency atas transaksi

perdagangan internasional antar negara-

negara di luar AS yang mata uangnya kurang

atau tidak aktif diperdagangkan.

Perkembangan di pasar modal internasional

Mata uang yang dipergunakan dalam

alokasi portfolio di pasar modal internasional

menunjukan peranan mata uang tersebut

sebagai penyimpan nilai (store of value). Di

pasar modal internasional, Euro dan USD

adalah dua mata uang utama yang

mendominasi instrumen perdagangan pasar

modal. Sampai Maret-03, surat berharga

berdenominasi USD masih mendominasi

dengan pangsa mencapai 44% diikuti oleh

Euro dengan pangsa 43% (Grafik 1). Namun

selanjutnya dominasi USD dapat dilampaui

Euro dalam beberapa periode dan pada

Maret-09 komposisi surat berharga

berdominasi USD dan Euro sama-sama

memiliki pangsa 43%. Peningkatan transaksi

surat berharga berdenominasi Euro terutama

terjadi dalam perdagangan intra negara di

kawasan Euro dalam rangka menghilangkan

risiko nilai tukar.

Dengan perkembangan tersebut, dapat

dilihat bahwa sampai saat ini USD masih

memainkan peranan penting sebagai

investment currency. Peran USD tersebut

didukung oleh (i) pasar keuangan AS yang

dikenal sebagai pasar keuangan yang terdalam

dan terlikuid dan kemampuan menyediakan

instrumen-instrumen keuangan yang sangat

beragam dan inovatif, serta (ii) fundamental

ekonomi AS yang ≈relatif lebih kuat∆

dibanding negara lainnya di dunia. Namun,

permasalahan ≈twin deficit∆ (fiscal deficit and

currenct account deficit) dan kecenderungan

depresiasi USD yang berlanjut mulai

menimbulkan kekhawatiran akan

sustainabilitas perekonomian AS.

Grafik 1. Announced Issues international bondsGrafik 1. Announced Issues international bondsGrafik 1. Announced Issues international bondsGrafik 1. Announced Issues international bondsGrafik 1. Announced Issues international bondsand notes marketand notes marketand notes marketand notes marketand notes market

Bn USDBn USD

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

Sumber : BIS

Total announced issues-rhs

Euro-lhs

Poundsterling-lhs

US dollar-lhs

Yen-lhs

Other currencies-lhs

Komposisi mata uang yang digunakan

sebagai cadangan devisa

Hal penting lainnya bagi sebuah mata

uang yang merupakan leading international

currency adalah penggunaannya sebagai

official store of value dalam bentuk cadangan

devisa. Menurut Kenen (1983), mata uang

yang digunakan sebagai cadangan devisa

berkaitan dengan penggunaan mata uang

tersebut dalam intervensi di pasar valas

Page 140: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

128

domestik dalam menjaga stabilitas nilai tukar

mata uang negara yang bersangkutan

(medium of exchange). Selain itu, komposisi

cadangan devisa ditentukan pula portfolio

(unit of account) negara tersebut yang

menggambarkan komposisi mata uang dalam

perdagangannya dengan negara mitra dagang

utama, pinjaman pemerintah dan transaksi

dalam pasar modal, remittances serta potensi

risiko dan pendapatan.

Berdasarkan data yang dikeluarkan IMF,

sampai dengan 2008 USD merupakan mata

uang yang mendominasi komposisi cadangan

devisa dunia dengan pangsa 65% (Grafik 2).

Mata uang lainnya setelah USD yang memiliki

porsi cukup besar dalam komposisi cadangan

devisa adalah Euro dengan pangsa mencapai

27% di 2008. Yen sebagai mata uang ketiga

yang paling banyak digunakan justru

menunjukkan tren pangsa yang menurun

hingga 3% di 2008.

IV. RENMIMBI (RMB) SEBAGAI MATA

UANG INTERNASIONAL?

Perkembangan Ekonomi China

Sejak China menerapkan open door

policy tiga dekade yang lalu, baik skala

ekonomi maupun perdagangan eksternal

negara tersebut tumbuh dengan pesatnya

sehingga pada saat ini menjadi salah satu

kekuatan ekonomi yang sangat

diperhitungkan di Dunia. Ekonomi China

tumbuh mengesankan selama dua dekade

terakhir dengan rata-rata pertumbuhan 10%

Grafik 2. Official international ReserveGrafik 2. Official international ReserveGrafik 2. Official international ReserveGrafik 2. Official international ReserveGrafik 2. Official international Reserveberdasarkan jenis mata uangberdasarkan jenis mata uangberdasarkan jenis mata uangberdasarkan jenis mata uangberdasarkan jenis mata uang

Sumber: IMF

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

US Dollar Poundsterling Deutsche markFrench francs Japanese yen Swiss francsNetherlands guilder ECUs EurosOther currencies

Grafik 3. Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 3. Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 3. Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 3. Pertumbuhan Komponen PDBGrafik 3. Pertumbuhan Komponen PDB

Grafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan PengeluaranGrafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan PengeluaranGrafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan PengeluaranGrafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan PengeluaranGrafik 4. Kontribusi PDB Berdasarkan Pengeluaran

Sumber: Bloomberg

% yoy % yoy

25

20

15

10

5

0

160

140

120

100

80

60

40

20

0

-20

-40

19951996 1997 19981999 2000 20012002 2003 2004 20052006 2007 2008 2009

GDPConsumptionGross Capital FormationNet Export (RHS)

Sumber: Bloomberg

% yoy

14

12

10

8

6

4

2

0

-2

2005 2006 2007 2008

Net Export

Consumption

Gross Capital Formation (GCF)

GDP

Page 141: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

129

yoy yang dimotori oleh permintaan domestik

(Grafik 3 dan 4). Angka ini sangat fantastis

terutama bila dibandingkan dengan rata-rata

pertumbuhan PDB AS, Kawasan Euro dan

Jepang yang berada pada kisaran 2-3% yoy.

Bila dilihat dari ukuran (size) ekonomi, China

berada di bawah ketiganya dengan PDB

sebesar USD1,6 triliun di 2008 (Tabel 3).

Ekonomi China yang solid juga

dibuktikan dari pertumbuhan PDB yang

impresif di tengah krisis keuangan global (PDB

tumbuh 9% yoy di 2008 dan 7,1% yoy di

Semester I-09) sementara AS, Kawasan Euro

dan Jepang justru mengalami resesi.

Berdasarkan pangsa PDB PPP 2008, China

menjadi salah satu engine of growth dunia

dengan kontribusi sebesar 11,4% dan

menempati urutan ketiga setelah AS (20,7%)

dan Kawasan Euro (15,7%) dan bahkan jauh

meninggalkan Jepang (6,4%). Ekonomi China

diperkirakan tumbuh lebih cepat dibandingkan

dengan negara maju lainnya dan kontribusi

terhadap PDB Dunia pada tahun-tahun

mendatang diprediksi terus meningkat. PDB

China diprediksi tumbuh 7,5% yoy di 2009

dan 8,5% yoy di 2010 (WEO Update Juli-

2009).

Kinerja ekspor dan impor China terus

meningkat signifikan. Dalam 15 tahun terakhir

ekspor China tumbuh sepuluh kali lipat dan

mencapai USD1,4 triliun di 2008 melampaui

jumlah ekspor Jepang dan Kawasan Euro, dan

menempati peringkat dua dunia setelah AS.

Pasar ekspor utama China adalah AS, Hong

Kong dan Jepang dengan pangsa hampir 40%

dari total ekspor (Tabel 4). Berdasarkan

kawasan, ekspor ke Asia masih yang tertinggi

dan pangsanya terus meningkat dari tahun ke

tahun. Walaupun kini terpukul sebagai

dampak penurunan permintaan global, ekspor

tetap menopang ekonomi.

Sementara itu, besarnya perekonomian

China telah menjadikan negara itu sebagai

salah satu tujuan ekspor dunia. Impor China

terus meningkat seiring kuatnya konsumsi

domestik dengan pangsa asal impor terutama

dari Asia. Jepang merupakan negara asal impor

Tabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan EuroTabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan EuroTabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan EuroTabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan EuroTabel 3. Perbandingan Skala Ekonomi AS, China, Jepang dan Kawasan Euro

GDP (Miliar USD) 11523.9 11652.0 - - 10585.7 11426.8 - - 4760.7 5394.2 - - 1366.2 1631.3 - -GDP (% yoy) 2.03 1.11 -2.75 -0.05 2.67 0.86 -4.23 -0.44 2.39 -0.64 -6.20 0.52 13.01 9.05 6.52 7.51GDP PPP (% Global GDP) 21.15 20.69 20.11 19.68 16.13 15.73 15.26 14.85 6.58 6.37 6.23 6.07 10.78 11.40 12.10 12.78Unemployment Rate 4.63 5.81 8.87 10.11 7.49 7.56 10.13 11.49 3.85 3.99 4.60 5.59 4.00 4.20 4.3* -Export (Miliar USD) 1643.2 1826.6 - - 2057.7 2292.8 - - 712.49 784.22 - - 1218.2 1428.9 - -Import (Miliar USD) 2344.6 2522.5 - - 2041.1 2352.1 - - 2344.6 2522.5 - - 955.95 1132.4 - -Net Export (Miliar USD) -701.42 -695.94 - - 16.64 -59.25 - - 91.64 20.13 - - 262.69 298.25 - -Current Account Balance(% GDP) -5.30 -4.72 -2.81 -2.82 0.17 -0.70 -1.15 -1.16 4.81 3.19 1.53 1.19 10.99 10.00 10.28 9.31

Indikator

Sumber: WEO July 2009-Update, CEIC, Bloomberg, World Bank, Angka 2009 dan 2010 merupakan angka proyeksi

Ket: * Posisi TW1-09

AS Kawasan Euro Jepang China

2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010

Page 142: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

130

Dengan surplus neraca berjalan yang

kian meningkat dan tingginya aliran modal

asing masuk, rata-rata pertumbuhan cadangan

devisa China dalam satu dekade terakhir

mencapai 30% per tahun. Dengan

pertumbuhan tersebut, akumulasi cadangan

devisa meningkat pesat dari USD165,6 miliar

di 2000 menjadi USD818,9 miliar di 2005, dan

melonjak hampir tiga kali lipat mencapai

USD2,13 triliun di TW2-09 (Grafik 5). Selama

2000-2008, surplus neraca berjalan

berkontribusi sebesar 78% dari akumulasi

cadangan devisa seiring surplus neraca

perdagangan. Cadangan devisa China ke

depan diprediksi akan terus melonjak sebagai

dampak tingginya prospek pertumbuhan

ekonomi dan meningkatnya harga aset.

Tantangan pengelolaan cadangan devisa

China

Ditengah krisis keuangan global dan

perlambatan ekonomi dunia, ekonomi China

menunjukkan ketahanannya. Disisi lain, China

mengkhawatirkan potensi penurunan nilai

cadangan devisanya berkaitan dengan potensi

depresiasi USD dan peningkatan inflasi sebagai

akibat dari langkah-langkah agresif pemulihan

ekonomi AS. Untuk menjaga kestabilan nilai

cadangan devisa dan stabilitas perekonomian,

kebijakan pengelolaan cadangan devisa

dengan mengurangi ketergantungan terhadap

USD menjadi sangat krusial bagi China.

Ditengah krisis keuangan global dan

resesi ekonomi dunia, China tidak memiliki

banyak alternatif dalam penempatan

Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)Tabel 5. Negara/Kawasan Asal Impor China (%)

1 Jepang 14,63 14,01 13,32

2 Korea 11,35 10,88 9,91

3 Taiwan 11,01 10,56 9,12

4 Amerika Serikat 7,48 7,31 7,20

5 Jerman 4,79 4,75 4,94

6 Australia 2,43 2,69 3,20

7 Malaysia 2,98 3,01 2,84

8 Saudi Arabia 1,91 1,84 2,74

9 Thailand 2,27 2,37 2,26

10 Rusia 2,22 2,05 2,10

Asia 66,44 64,86 62,08

EU 11,42 11,62 11,73

ASEAN 11,31 11,34 10,33

Rangking

Sumber: CEIC

Negara Asal Impor 2006 2007 2008

terbesar (Tabel 5). Dengan perkembangan

tersebut, net ekspor China terus mencatat

surplus dan tercatat USD298,25 miliar di 2008

melampaui surplus neraca perdagangan

Jepang (USD20,3 miliar), sementara Kawasan

Euro dan AS tercatat defisit masing-masing

minus USD59,25 miliar dan minus USD695,9

miliar pada periode yang sama.

Tabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporTabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporTabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporTabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporTabel 4. Negara/Kawasan Tujuan EksporChina (%)China (%)China (%)China (%)China (%)

1 Amerika Serikat 21,00 19,10 17,64

2 Hong Kong 16,04 15,12 13,33

3 Jepang 9,47 8,38 8,12

4 Korea 4,60 4,61 5,17

5 Jerman 4,16 4,00 4,14

6 Belanda 3,18 3,40 3,21

7 Inggris 2,49 2,60 2,52

8 Rusia 1,63 2,34 2,31

9 Singapura 2,39 2,44 2,26

10 India 1,51 1,97 2,20

Asia 47,07 46,61 46,37

EU 18,78 20,12 20,48

ASEAN 7,36 7,73 7,98

Rangking

Sumber: CEIC

Negara Tujuan Ekspor 2006 2007 2008

Page 143: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

131

cadangan devisanya. Disisi lain, China dituntut

untuk dapat menjaga nilai cadangan devisanya

dan sedapat mungkin tetap menguntungkan,

khususnya bagi penempatan di Sovereign

Wealth Fund. Ditengah keterbatasan outlet

penempatan cadangan devisa, US Treasury

Securities masih menjadi pilihan utama.

Berdasarkan data dari US Treasury

Departement, China menempatkan cadangan

devisa dalam aset USD ke dalam dua bentuk,

yaitu:

1.1.1.1.1. treasury bonds and billtreasury bonds and billtreasury bonds and billtreasury bonds and billtreasury bonds and bill, penempatan

China pada aset ini terus meningkat dari

USD71 miliar pada Maret-00 menjadi

USD801,5 miliar di Mei-09 (Tabel 6) di

mana 66% net pembelian akumulasi

cadangan devisa China dalam bentuk

short-term bills.

2.2.2.2.2. government agency bondsgovernment agency bondsgovernment agency bondsgovernment agency bondsgovernment agency bonds, penempatan

China pada aset ini terus meningkat dari

USD19 miliar pada Maret-00 menjadi

USD425 miliar di Maret-09 terutama

untuk Fannie Mae dan Freddie Mac

(Tabel 7).

Menurut Prasad dan Sorkin (2009)10

terus terakumulasinya cadangan devisa China

ditengah resesi global yang masih berlanjut

berdampak pada meningkatnya biaya

pengelolaan yang harus ditanggung yang

terdiri dari:

1. Direct cost: China melakukan sterilisasi

akumulasi cadangan devisa dengan

menerbitkan central bank bills yang

memiliki suku bunga yang lebih rendah

bila dibandingkan US Treasury Bonds

ataupun sovereign bond lainnya. Namun

penurunan yield US Treasury semakin

dalam berpotensi untuk meningkatkan

biaya sterilisasi tersebut (Grafik 6).

2. Indirect cost: Kebijakan akumulasi

cadangan devisa mengorbankan

independensi kebijakan moneter melalui

kebijakan suku bunga. Pada saat China

dituntut untuk melakukan kebijakan

moneter baik secara eksplisit maupun

implisit melalui perbankan, maka hal

tersebut mengakibatkan reformasi di

sistem keuangan khusus perbankan

menjadi semakin sulit.

3. Cost to households: Walaupun

serangkaian kebijakan moneter dan

keuangan saat ini terlihat sustain,

kebijakan tersebut menimbulkan biaya

kesejahteraan yang besar. Serangkaian

kebijakan nilai tukar yang tetap tersebut

berdampak pada tertekannya sistem

keuangan termasuk suku bunga deposito

yang rendah. Hal ini selanjutnya

10 Prasad, Eswar dan Isaac Sorkin, 2009. Sky»s the Limit? Nationaldan Global Implication of China»s Reserve Accumulation.Brookings, Massachussetts. Grafik 5. Cadangan Devisa ChinaGrafik 5. Cadangan Devisa ChinaGrafik 5. Cadangan Devisa ChinaGrafik 5. Cadangan Devisa ChinaGrafik 5. Cadangan Devisa China

(Bn USD)(% yoy)

Sumber: Bloomberg

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5Cadangan Devisa, lhsPertumbuhan Cadangan devisa,rhs

2005 2006 2007 2008 2009Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei

Page 144: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

132

Tabel 6. Major Foreign Holders of Treasury SecuritiesTabel 6. Major Foreign Holders of Treasury SecuritiesTabel 6. Major Foreign Holders of Treasury SecuritiesTabel 6. Major Foreign Holders of Treasury SecuritiesTabel 6. Major Foreign Holders of Treasury Securities

1 China 801,5 24,34% 727,4 5502 Japan 677,2 20,56% 626 637,63 Caribean Banking Centers 194,8 5,92% 197,5 117,64 Oil Exporters 192,9 5,86% 186,2 162,95 United Kingdom 163,8 4,97% 130,9 66,16 Brazil 127,1 3,86% 127 154,87 Russia 124,5 3,78% 116,4 1048 Luxembourg 96,3 2,92% 97,4 89,79 Hongkong 93,2 2,83% 77,2 65,2

10 Taiwan 75,7 2,30% 71,8 67,9All other 746,1 22,66% 719,1 608,2

Grand TotalGrand TotalGrand TotalGrand TotalGrand Total 3.293,13.293,13.293,13.293,13.293,1 3.076,93.076,93.076,93.076,93.076,9 2.624,02.624,02.624,02.624,02.624,0

Sumber: US Treasury, 2009.

May-09 Dec-08 Jul-08

USD Bn Share % USD Bn USD Bn

Tabel 7. China»s Holdings of US Government DebtTabel 7. China»s Holdings of US Government DebtTabel 7. China»s Holdings of US Government DebtTabel 7. China»s Holdings of US Government DebtTabel 7. China»s Holdings of US Government Debt

Total Outstanding Held by the Public 3.519 3.334 4.943 6.077 6.754 7.143Total Held by Foreigners 884 261 2.194 1.413 2.697 1.432China»s Holdings 71 2 477 387 768 425

China»s Share of Foreign Holdings 8,0% 7,5% 21,8% 27,4% 28,5% 29,7%China»s Share of Total Outstanding 2,0% 0,6% 9,7% 6,4% 11,4% 5,9%Foreign Share of Total Outstanding 25,1% 7,8% 44,4% 23,3% 39,9% 20,0%

March 30, 2000 June 30, 2007 March 30, 2009

Treasuries Agencies Treasuries Agencies Treasuries Agencies

Miliar USD

Note (1): For the purposes of this table, Treasury is defined as ≈debt held by public∆ Including ≈Intragovernmental holdings∆ Total Treasury Debt on March 30, 2000 was $5.6

trillion and on March 30, 2009 it was $11.0 trillion.

Note (2): The TIC System contains data on holding by Chinese, and not by the Chinese government. Some of the Treasury and Agency holdings reported in this table may not

be held by the State Administration of Foreign Exchange.

Sources: TIC System, Federal Reserve Flow of Funds, and Treasury»s Bureau of Public Debt.

Grafik 6. Grafik 6. Grafik 6. Grafik 6. Grafik 6. YieldYieldYieldYieldYield Treasurry AS Treasurry AS Treasurry AS Treasurry AS Treasurry AS

Sumber: Bloomberg

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

2009

18Feb

18Mar

18Apr

18Mei

18Jun

18Jul

4 Week3 Month1 Year

menimbulkan biaya yang harus

ditanggung rumah tangga. Penurunan

nilai pendapatan rumah tangga

diperkirakan sebesar 4% dari PDB per

tahun.

Saat ini China mulai berupaya

mengurangi ketergantungan terhadap USD,

yaitu dengan (i) mengajukan proposal

penggunaan SDR sebagai international reserve

currency dalam berbagai forum internasional

Page 145: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

133

seperti IMF dan G20, (ii) menempatkan dalam

IMF Bonds berdenominasi SDR sebagai

alternatif penempatan cadangan devisa, (iii)

meningkatkan kerjasama regional dalam

rangka trade settlements yaitu melalui bilateral

currency swap arrangement dengan 6 bank

sentral di dunia (Korea, Hong Kong, Malaysia,

Indonesia, Belarus dan Argentina) serta

kerjasama RMB cross border trade settlements

(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi(lihat Boks 5.1: Upaya China Mengurangi

Ketergantungan Terhadap USD)Ketergantungan Terhadap USD)Ketergantungan Terhadap USD)Ketergantungan Terhadap USD)Ketergantungan Terhadap USD). Langkah-

langkah China tersebut dinilai masih sangat

awal dan dibutuhkan proses yang panjang

untuk mempersiapkan kondisi pendukung.

Adopsi SDR sebagai reserve asset secara

teknis dapat dilakukan, namun saat ini

manfaat ekonomi dari pelaksanaan

perdagangan antar negara dalam USD masih

sangat besar dan diperkirakan butuh waktu

yang cukup lama bagi SDR untuk dapat

memberikan manfaat yang sama. Selanjutnya,

karakterisik IMF Bond masih terbatas (antara

lain jumlah dan jangka waktu) dan tidak

diperdagangkan kepada investor swasta (pasar

sekunder). IMF Bond hanya ditransaksikan

kepada pemerintah atau bank sentral negara

anggota dan institusi pemegang SDR.

Demikian pula halnya dengan kerjasama trade

settlements yang masih terbatas ruang lingkup

dan jumlahnya. Kerjasama BCSA masih

terbatas pada enam negara mitra dan baru

Indonesia yang menindaklanjutinya dengan

penyusunan mekanisme implementasi.

Tantangan dalam penyusunan tersebut adalah

bagaimana membuat skema yang menarik

bagi sektor swasta dan mengurangi beban

adminstrasi. Sementara itu, RMB cross border

trade settlemements saat ini juga masih

terbatas pada uji coba (pilot program) terutama

di daerah sekitar perbatasan China dengan

Hong Kong.

Terlepas dari upaya mengurangi

ketergantungan terhadap USD yang masih

terbatas, kinerja dan fundamental ekonomi

yang mengesankan serta perannya saat ini

sebagai tumpuan pemulihan resesi dunia telah

mendorong China untuk melihat potensi RMB

sebagai mata uang internasional di masa

depan. Mempertimbangkan peranan RMB saat

ini, harapan China tersebut menarik untuk

dikaji lebih lajut.

Potensi Renmimbi sebagai mata uang

internasional

Untuk melihat potensi Renmimbi

sebagai mata uang internasional dapat

dilakukan dengan mempertimbangkan faktor

eksternal maupun internal. Dari sisi ekternal,

hal tersebut dapat dilihat apakah Renmimbi

sudah dapat memenuhi kriteria sebagaimana

telah dijelaskan dalam Bab II diatas, yaitu

sebagai sebagai alat tukar (medium of

exchange), satuan hitung (unit of account)

dan penyimpan nilai (store of value).

Berdasarkan data perkembangan di pasar

valas dan modal internasional serta

penggunaan dalam cadangan devisa global

dari BIS dan IMF, sebagaimana telah dijelaskan

dalam Bab III di atas, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Page 146: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

134

1. Peranan Renmimbi di sektor swasta

sebagai alat tukar perdagangan

internasional masih sangat kecil yaitu

sekitar 0,5% di 2007 (Tabel 1).

Sementara itu peranan Renmimbi

sebagai satuan hitung dan penyimpan

nilai sama sekali tidak terlihat. Di pasar

modal internasional pengunaan surat

berharga berdenominasi RMB baru

tercatat sejak 2005 dan memiliki pangsa

yang sangat kecil yaitu dibawah 1%.

Kedua peranan tersebut di sektor swasta

masih didominasi oleh USD, Euro dan

diikuti oleh Yen.

2. Remimbi tidak memiliki peranan sebagai

mata uang internasional di sektor publik,

yaitu sebagai alat tukar (sebagai alat

intervensi mata uang asing diluar China),

satuan hitung (anchor) dan penyimpan

nilai (official reserve). Kondisi ini terkait

erat dengan kebijakan yang diterapkan

China yang melarang perdagangan RMB

secara bebas dan luas di luar China. Saat

ini RMB masih menambatkan (peg)

nilainya terhadap sekeranjang mata uang

yang didominasi oleh USD dan hanya

diperbolehkan untuk berfluktuasi di

dalam batas (band) tertentu.

Perkembangan yang terjadi pada

faktor eksternal tersebut tidak lepas dari

kondisi internal yang terjadi di China.

Menurut Li (2007)11 konvertibilitas RMB,

reformasi regim nilai tukar Renmimbi dan

reformasi sistem keuangan domestik

merupakan persyaratan utama dalam proses

menuju RMB sebagai mata uang

internasional. Dengan mengharmonisasikan

konvertibilitas capital account RMB dan

internasionalisasi RMB akan memberikan

suatu l ingkungan yang kondusif bagi

stabilisasi sistem keuangan China. Liberalisasi

kontrol devisa secara bertahap sejalan dengan

perkembangan pertumbuhan ekonomi China

dan perubahan lingkungan ekonomi

eksternal merupakan prasyarat untuk

dilakukannya internasionalisasi RMB yang

juga merupakan persyaratan untuk

berkembangnya perekonomian China

menjadi besar.

Kepercayaan/keyakinan dan stabilitas

merupakan inti dari internasionalisasi RMB.

Volatilitas RMB terhadap mata uang utama

dunia mempunyai hubungan yang erat dengan

proses internasionalisasi tersebut. Jika tingkat

internasionalisasi RMB sudah tinggi, maka

kebijakan yang diperlukan adalah regim nilai

tukar RMB didasarkan pada mekanisme pasar,

menjaga stabilitas nilai tukar RMB dan aset

RMB yang pada akhirnya akan mendorong

lebih jauh menjadikan RMB sebagai suatu aset

internasional yang reliable and safe. Proses

internasionalisasi RMB mengharuskan

pengembangan sistem dan pasar keuangan

domestik dengan paradigma baru. Sampai

taraf tertentu, pengembangan reformasi

sistem keuangan akan menentukan

keberhasilan proses internasionalisasi RMB.

Sampai saat ini pemerintah China belum

secara tegas memaparkan langkah-langkah

kebijakan dalam rangka internasionalisasi RMB.11 Li, Jing, 2007, RMB as a Regional International Currency: Const-

benefit Analysis and Roadmap.

Page 147: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

135

Namun upaya mengurangi ketergantungan

terhadap USD menimbulkan spekulasi bahwa

China sedang berupaya untuk memperbesar

peran RMB di pasar keuangan internasional dan

menjadi indikasi awal proses internasionalisasi

RMB. Salah satu kajian yang disusun oleh Li

(2007) mengemukakan internasionalisasi RMB

sebagai proses yang dinamis dengan tahapan

strategi dan kombinasi kebijakan yang

dituangkan berdasarkan beberapa fase sebagai

berikut:

Fase AwalFase AwalFase AwalFase AwalFase Awal

Pada tahap awal, RMB disirkulasikan di

negara-negara tetangga melalui perdagangan

dan pariwisata. Manfaat utama dari sirkulasi

ini adalah untuk membuat perdagangan dan

perjalanan regional lebih mudah dan murah.

Dengan penggunaan RMB yang ekspansif

dalam perdagangan internasional, khususnya

FTA antar ASEAN dan China, total

perdagangan antara China dan negara-negara

ASEAN akan terus meningkat. Hubungan yang

kian erat dan adanya ekspansi perdagangan

akan berdampak pada kenaikan penggunaan

RMB oleh non-residen. Untuk mewujudkan hal

tersebut, Pemerintah China perlu untuk

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengakomodasi sirkulasi RMB offshore

secara resmi ke dalam sistem keuangan.

Aliran masuk dan keluar RMB

berdasarkan transaksi riil dapat

diakomodasi oleh sistem perbankan

sehingga memperlemah kekuatan

underground economy dan dalam hal

tertentu dapat menghindari aliran masuk

dan keluar RMB dalam jumlah yang tidak

terduga.

2. Memperkuat manajemen sirkulasi RMB

offshore secara komprehensif. Untuk itu

diperlukan usaha bersama dari berbagai

institusi China seperti bea cukai,

perpajakan, departemen keuangan dan

perdagangan, dan departemen pariwisata

untuk membuat perjanjian kerjasama

sirkulasi RMB dengan negara-negara mitra

dagang utama.

3. Kerjasama dengan negara tetangga

untuk membuka kesempatan investasi

dalam RMB. Investasi merupakan salah

satu cara meningkatkan supply RMB.

Untuk itu Pemerintah China terus

mendorong perusahaan China untuk

berinvestasi dalam RMB terutama di Asia

Tenggara melalui pemberian fasilitas

kredit dan mengijinkan mereka untuk

menggunakan RMB untuk pembiayaan

proyek.

4. Menjaga stabilitas nilai tukar RMB. Hal ini

sangat penting karena tingginya volatilitas

RMB tidak akan menguntungkan dalam

ekspansi perdagangan dengan negara

tetangga.

5. Memperkuat analisis dan monitoring

sirkulasi RMB offshore, serta menangkap

aktivitas pencucian uang dan aktivitas

ilegal lainnya. Hal ini merupakan tugas

jangka panjang dan akan sangat

membantu penetapan kebijakan

moneter domestik dan mendorong

efektivitas financial management apabila

RMB telah mendunia.

Page 148: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

136

Fase KeduaFase KeduaFase KeduaFase KeduaFase Kedua

Penggunaan RMB secara luas

berdampak pada kebutuhan offshore lending

dan borrowing RMB yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pasar keuangan

internal. Kenaikan RMB offshore akan

berdampak signifikan terhadap uang beredar

di China, level harga, suku bunga RMB, dan

nilai tukar. Untuk itu Pemerintah China perlu

menerapkan langkah-langkah stabilitas

permintaan dan penawaran RMB baik di

offshore market maupun pasar domestik sbb:

1. Mendorong pertumbuhan pasar

keuangan domestik secara signifikan.

Dengan mengembangkan pasar uang

khususnya pasar obligasi, pasar sekuritas,

memperluas pasar keuangan dan

mengembangkan pasar lokal yang

menjadi acuan pasar internasional. Selain

itu, dengan mempromosikan liberalisasi

suku bunga dan melengkapi sistem suku

bunga. Kemudian baik suku bunga kredit

maupun simpanan RMB offshore dapat

dibuat mengacu pada suku bunga

simpanan dan pinjaman domestik,

sehingga suku bunga internal dan

eksternal RMB dapat berada di level yang

sama.

2. Meningkatkan kerjasama finansial

dengan negara-negara tetangga.

Selain membangun pasar keuangan

domestik, konstruksi offshore financial

centre juga perlu ditingkatkan dalam

rangka membangun creation mechanism

RMB di luar negeri.

Fase KetigaFase KetigaFase KetigaFase KetigaFase Ketiga

Fase ini bertujuan untuk

mempromosikan RMB sebagai aset investasi

di Asia yang dilakukan antara lain melalui:

1. Pengembangan pasar RMB offshore

(borrowing and lending) sehingga fungsi

RMB meningkat dari yang semula hanya

sebagai alat transaksi menjadi alat

penyimpan nilai (store of value).

2. Pengembangan pasar internasional (di

kawasan Asia) dengan RMB sebagai mata

uang utama. Pada tahapan ini, sirkulasi

cross-border RMB akan membangun

hubungan yang lebih dekat antara

transaksi RMB dan konvertibilitas di

bawah neraca modal, dan hal ini akan

mempercepat proses liberalisasi capital

account di China. Dalam rangka

mengurangi risiko selama proses ini

berlangsung, China dapat mengizinkan

offshore RMB digunakan oleh pihak asing

untuk FDI di China. Untuk itu beberapa

transaksi di bawah capital account dapat

diliberalisasi, seperti mengijinkan

konvertibilitas antara RMB dan HKD.

3. Jika RMB telah convertible di level

kawasan, China dapat mendorong

kerjasama dengan negara-negara

tetangga untuk pengembangan Asian

Bond Market. Pada tahapan ini, transaksi

RMB di bawah current account dan

capital account dapat mempromosikan

internasionalisasi RMB. Pada tahapan ini

peran otoritas moneter tetap dibutuhkan

untuk mengatur capital account agar

lebih efektif.

Page 149: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

137

Fase KeempatFase KeempatFase KeempatFase KeempatFase Keempat

Pada fase ini, peran RMB meningkat

menjadi cadangan devisa utama bagi negara-

negara Asia, dengan kata lain RMB sebagai

regional international currency. Apabila RMB

digunakan sebagai cadangan devisa,

Pemerintah China akan semakin

bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas

keuangan Asia dan bertindak sebagai lender

of the last resort di kawasan. Pasar keuangan

China akan lebih terbuka dan RMB akan

perlahan menjadi nominal anchor bagi

sejumlah negara. Dengan semakin besarnya

peran dan pengaruh China di kawasan,

negara tersebut akan memegang peranan

yang semakin penting dalam integrasi pasar

Asia dan posisi RMB di Asia akan semakin

kokoh.

V. PENUTUP

Sampai saat ini, peranan USD masih

mendominasi sebagai mata uang internasional

yang berperan baik di sektor swasta maupun

publik sebagai alat tukar dan satuan hitung

dalam perdagangan internasional maupun di

pasar keuangan internasional, dan sebagai

penyimpan nilai dalam alokasi portfolio sektor

swasta dan cadangan devisa negara. Sebagai

kekuatan baru ekonomi dunia, China juga

menginginkan peningkatan peran RMB

sebagai mata uang internasional. Sejarah

menunjukkan bahwa pergantian mata uang

internasional (leading internasional currency)

dari satu mata uang ke mata uang lainnya

membutuhkan proses waktu yang lama baik

dari sisi internal negara yang bersangkutan

maupun sisi eksternal (bias inersia).

Upaya-upaya yang telah dilakukan

China untuk mengurangi ketergantungan

pada USD masih merupakan langkah awal.

Proses internasionalisasi yang terpadu

dibutuhkan untuk mewujudkan RMB sebagai

mata uang internasional yang meliputi

konvertibilitas RMB, reformasi rezim nilai tukar

RMB dan reformasi sistem keuangan domestik.

Proses internasionalisasi tersebut dilakukan

melalui empat tahap. Tahap awal dimulai

dengan sirkulasi RMB di negara-negara

tetangga melalui perdagangan dan pariwisata,

serta tahap kedua pengembangan pasar

keuangan domestik seiring semakin

meningkatnya penggunaan RMB dalam

offshore market. Tahap selanjutnya adalah

konvertabilitas RMB di kawasan dan tahap

akhir RMB sebagai reserve currency.

Page 150: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

138

Boks 5.1

Upaya China Mengurangi KetergantunganTerhadap USD

Sebagai dampak dari pertumbuhan

ekonomi yang pesat serta menumpuknya

cadangan devisa, saat ini China adalah

pemegang aset portofolio dalam mata

uang USD dalam jumlah yang sangat besar.

Seiring dengan masih berlanjutnya krisis

ekonomi global, langkah pemerintah AS

untuk mengurangi dampak krisis dan

mendorong perekonomian dikhawatirkan

akan memicu terjadinya inflasi dan

depresiasi USD yang pada gilirannya akan

berdampak pada tergerusnya nilai aset

yang dimiliki China tersebut. Oleh sebab

itu China mulai melakukan sejumlah upaya

untuk mengurangi ketergantungannya

terhadap USD.

A. Usulan SDR sebagai international

reserve currency

Krisis yang terjadi saat ini dan

dampaknya ke seluruh dunia

mencerminkan kerentanan dan risiko

sistemik pada sistem moneter

internasional saat ini. Untuk itu, salah satu

tujuan dalam mereformasi sistem

moneter internasional adalah untuk

menciptakan mata uang yang digunakan

sebagai cadangan devisa (reserve currency)

yang terlepas dari individu negara tertentu

dan mampu untuk terus stabil dalam

jangka panjang. Hal ini akan mengurangi

ketidaksempurnaan akibat menggunakan

kredit berdenominasi mata uang nasional.

Terkait dengan hal tersebut, China menilai

SDR mempunyai fasilitas dan potensi

sebagai reserve currency yang cocok.

Namun peran SDR selama ini sangat

terbatas dalam hal alokasi dan ruang

lingkup penggunaannya. Oleh sebab itu,

China mengusulkan agar jangkauan

penggunaan SDR dapat ditingkatkan agar

mampu memenuhi kebutuhan negara

anggota akan reserve currency.

Pada April 2009, China

mengusulkan penggunaan mata uang

baru yaitu Special Drawing Rights (SDR)

untuk menggantikan USD sebagai

cadangan devisa. Menurut China, suatu

cadangan devisa harus memenuhi hal-hal

sbb: a) dipatok pada benchmark yang

stabil dan dikeluarkan berdasarkan aturan

yang jelas, b) pasokannya harus cukup

fleksibel untuk dapat disesuaikan dengan

Page 151: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

139

permintaan, c) penyesuaian tersebut

harus terpisah dari kondisi ekonomi dan

kepentingan pemerintah dari satu negara

tertentu.

Walaupun demikian, China

mengemukakan perlunya pengembangan

lebih lanjut mengenai penilaian dan

alokasi SDR. Keranjang mata uang dalam

pembentukan/penghitungan SDR

diusulkan untuk diperluas sehingga

mencakup mata uang seluruh major

economies, dan perhitungan GDP dapat

dipertimbangkan sebagai bobot12. Alokasi

SDR dapat dirubah dari purely calculation-

based system menjadi system backed by

real assets, seperti persediaan cadangan

untuk dapat mendorong kepercayaan

pasar. Usulan China untuk memperluas

keranjang pembentukan SDR

mengindikasikan adanya keinginan

negara tersebut untuk turut berpartisipasi

dalam komposisi perhitungan SDR,

terlebih lagi dengan semakin kokohnya

ekonomi China di dunia.

Namun demikian, usulan China

tersebut masih memerlukan kajian lebih

lanjut. Adopsi SDR sebagai reserve asset

secara teknis dapat dilakukan, namun

diperkirakan belum mampu mengurangi

peranan USD dalam waktu dekat. Selain

itu, saat ini masyarakat internasional

masih merasakan banyak manfaat

ekonomi dari pelaksanaan perdagangan

antar negara dalam USD, dan diperkirakan

butuh waktu yang cukup lama agar SDR

dapat memberikan manfaat yang sama.

Berbagai respon muncul terhadap

usulan China tersebut. Salah satunya

menyoroti kemampuan SDR untuk

menggantikan USD. China harus dapat

meyakinkan dunia bahwa SDR mempunyai

kualitas yang tidak kalah dari USD, sama

halnya seperti dahulu AS meyakinkan

dunia bahwa USD mempunyai kualitas

yang sama dengan emas pada saat sistem

Bretton Woods diterapkan di 1944.

Tantangan yang mengemuka dalam

menetapkan SDR sebagai super reserve

currency, antara lain adalah: i) apakah

mematok nilai tukar terhadap SDR tidak

memperhatikan rezim nilai tukar fleksibel

yang ada saat ini, ii) saat ini 85% aturan

hak pilih untuk pengeluaran SDR

membatasi kemampuan IMF dalam

mengatur pasokan SDR secara efektif, iii)

bagaimana IMF dapat menentukan jumlah

SDR yang tepat untuk diedarkan13.

Menurut US General Assembly on

Reform of the International Monetary and

Financial Systems, beberapa langkah detil

dibutuhkan untuk meningkatkan peran

SDR sebagai reserve asset, antara lain:

12 Saat ini, SDR dibobot dari 4 mata uang utama yaitu USD(44%), Euro (34%), Yen (11%), dan Poundsterling (11%).

13 Super reserve currency-a solution looking for a problem,DBS group research, Juli 2009.

Page 152: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

140

a) Untuk mengimplementasikan SDR

sebagai reserve asset melalui alokasi,

dibutuhkan hampir SDR3 triliun.

Onno Wijnholds menyarankan SDR

substitution account untuk

memberikan ijin bagi negara yang

memiliki USD lebih banyak

dibandingkan yang diinginkan untuk

mengkonversi ke USD tersebut

dalam SDR14. Konversi tersebut akan

terjadi diluar pasar dan tidak akan

menekan USD. Namun hal ini

membutuhkan penetapan pihak

mana yang akan menanggung

exchange (USD) risk jika SDR

substitution account kemungkinan

besar akan menggunakan USD

sebagai aset.

b) Membuat komposisi nilai tukar lebih

netral terhadap siklus global dan

lebih representatif terhadap

pergeseran kekuatan ekonomi

dalam dua dekade terakhir.

Hal ini mengindikasikan adanya

peningkatan konten komoditi dan

diikut sertakannya mata uang

emerging market utama.

c) Mengembangkan trade invoice dan

fungsi sarananya.

B. IMF Bonds Sebagai Alternatif

Penempatan Cadangan Devisa

International Monetary Fund (IMF)

berencana untuk menerbitkan IMF Bonds

sebagai global bond, pertama kalinya

dalam sejarah. Penerbitan ini bertujuan

untuk menambah sumber dana IMF dalam

rangka memperbaiki stabilitas keuangan

internasional dan pertumbuhan ekonomi

global. IMF Bonds ini juga bertujuan untuk

menarik dana dari negara emerging

terutama yang memiliki cadangan devisa

yang cukup besar dan berkeinginan untuk

melakukan diversifikasi cadangan

devisanya.

Menanggapi penerbitan IMF bond

tersebut, negara-negara BRIC (Brazil, Russia,

India, dan China) telah menunjukkan

minatnya untuk mengalokasikan sebagian

cadangan devisa guna membeli IMF Bonds.

Bahkan China, pada 6 Juni-09, telah

mengumumkan secara resmi kesediaannya

untuk membeli IMF Bonds senilai USD50

miliar. Sementara itu, Russia dan Brazil

secara terpisah menyatakan akan membeli

IMF Bonds masing-masing senilai USD10

miliar. India, Meksiko, Korsel dan Saudi

Arabia juga diperkirakan akan menyusul

langkah serupa meski belum secara resmi

menyebutkan nilainya.

Pada 1 Juli-09, The Executive Board

Meeting IMF menyetujui framework

penerbitan IMF Bonds. Penerbitan obligasi14 Onno Wijnholds. The Dollar»s Last Days?, May 2009.

Page 153: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

141

ini dimaksudkan pula untuk

meningkatkan kapasitas pembiayaan IMF

bagi negara anggota yang mengalami

krisis. Penerbitan IMF bonds ini dilakukan

setelah perjanjian pembelian obligasi

(Note Pruchase Agreement/NPA)

disepakati. Adapun struktur IMF bond

tersebut antara lain sbb:

a. denominasi dalam Special Drawing

Rights (SDR) dengan satuan SDR10

juta

b. memiliki jangka waktu minimum 1

tahun dan dapat diperpanjang

sampai dengan maksimum lima

tahun, konsisten dengan tenor

pinjaman IMF (Stand-By

Arrangements dan Flexible Credit

Line)

c. pembayaran kupon dilakukan setiap

3 bulan dengan suku bunga SDR

d. pihak yang dapat membeli adalah

anggota yang memiliki kondisi

eksternal yang kuat

e. obligasi ini tidak diperdagangkan di

pasar sekunder dan kepada investor

swasta. Obligasi hanya dapat

diperjual belikan diantara

pemerintah atau bank sentral negara

anggota dan 15 institusi multilateral

pemegang SDR

f. dalam kondisi tertentu, IMF dapat

membeli kembali obligasi tersebut

lebih awal dari perjanjian semula.

Demikian pula sebaliknya, negara

Grafik 1. Cadangan DevisaGrafik 1. Cadangan DevisaGrafik 1. Cadangan DevisaGrafik 1. Cadangan DevisaGrafik 1. Cadangan Devisa

Sumber: Bloomberg & Moody's Statistical Handbook May 2009

ChinaJapanRusia

TaiwanIndia

EurozoneKoreaBrazil

Hong KongSingapore

ThailandMalaysia

MexicoTurkeyPoland

Indonesia

Bn USD

0 500 1000 1500 2000

16 Besar Dunia 2008

Sumber: Bloomberg & Moody's Statistical Handbook May 2009

Bn USD

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Rusia Brazil China India Mexico SouthKorea

SaudiArabia

2007

2009

466,8

180,3

1.528,3

266,8

77,9

262,2

32,3

401,1205,6

1.953,7

251,5

75,7226,8

27,5

BRIC, Korea, Mexico dan Saudi Arabia

Grafik 2. SDR Interest rate & T-BillGrafik 2. SDR Interest rate & T-BillGrafik 2. SDR Interest rate & T-BillGrafik 2. SDR Interest rate & T-BillGrafik 2. SDR Interest rate & T-Bill

SDRInterest Rate

T-Bill rate 3M

%

Sumber: Bloomberg

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

2005 2006 2007 2008 2009

JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMar Mei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul

Page 154: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

142

pemegang obligasi dapat meminta

IMF untuk membeli kembali

obligasi tersebut lebih awal apabila

terdapat kebutuhan balance of

payment.

Penerbitan IMF bond memiliki

sejumlah daya tarik bagi negara

berkembang. Pertama, bond akan

dihitung sebagai cadangan devisa

sehingga negara emerging dapat

mensubsitusi dengan mudah satu aktiva

cadangan dengan aktiva cadangan

lainnya misalnya switching dari U.S.

Treasuries ke IMF Bonds. Kedua,

pembelian bonds tidak berdampak pada

anggaran dan tidak membutuhkan

persetujuan legislatif. Ketiga, dengan

menggunakan SDR, IMF bond

memfasilitasi diversifikasi komposisi mata

uang dalam cadangan devisa. Tingkat

suku bunga SDR saat ini juga sedikit lebih

tinggi bila dibandingkan dengan yield US

T-Bill sehingga relatif menguntungkan

(Grafik 2). Keempat, negara emerging

dapat membatasi bantuan keuangan

tambahan bagi IMF dengan periode

tertentu dibandingkan dengan

komitmen tanpa batasan waktu seperti

halnya New Arrangement to Borrow

(NAB).

C. Kerjasama dalam rangka trade

settlements

1. Kerjasama Bilateral Currency Swap

Arrangement (BCSA)

China, c.q. People»s Bank of China

(PBC), menawarkan kerjasama Bilateral

Currency Swap Arrangement (BCSA)

kepada sejumlah negara dunia terutama

untuk memfasilitasi pembiayaan

perdagangan dan investasi antara China

dengan negara mitra ekonomi. BCSA

merupakan swap line dua arah dalam

kedua mata uang lokal, di mana PBC

menyediakan sejumlah RMB kepada

negara mitra ekonomi dan sebaliknya bank

sentral negara counterpart memberikan

China akses untuk pembiayaan dalam

mata uang lokal.

Saat ini PBC telah membuka BCSA

dengan negara-negara berikut:

1. Bank of Korea senilai RMB180 miliar/

KRW38 triliun (Desember 2008)

2. Hong Kong Monetary Authority

senilai RMB200 miliar/HKD227 miliar

(Januari 2009)

3. Bank Negara Malaysia senilai RMB80

miliar/MYR40 miliar (Februari 2009)

4. Bank Indonesia senilai RMB100

miliar/Rp175 triliun (Maret 2009)

5. The National Bank of the Republic of

Belarus senilai RMB20 miliar/

BYR8000 miliar (Maret 2009)

Page 155: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

143

6. Central Bank of Argentina senilai

RMB70 miliar/ARS38 miliar (April

2009)

Sebagai informasi, dalam tiga

tahun terakhir perdagangan China

dengan 6 negara yang melakukan

kerjasama BCSA terus meningkat.

Berdasarkan nilai, ekspor tertinggi adalah

ke Hong Kong yang mencapai USD184,3

miliar di 2008. Ekspor ke Argentina,

Indonesia, Malaysia, dan Korea juga tetap

solid dengan pertumbuhan dua digit.

Sementara itu, impor dari keenam negara

tersebut juga terus meningkat terutama

dari Korea.

Untuk kasus BCSA antara

Indonesia dengan China, PBoC

menyediakan swap line senilai RMB100

miliar kepada BI, sebaliknya BI

menyediakan swap line senilai Rp175

triliun kepada PBC. Aktivasi swap line

hanya diperbolehkan apabila didasari oleh

underlying transaction dalam bentuk

kegiatan perdagangan dan investasi.

Penyelesaian (settlement) transaksi

BCSA dilakukan di masing-masing bank

sentral sehubungan dengan belum

dimungkinkannya internasionalisasi RMB

dan rupiah.

BCSA antara BI-PBoC juga

diharapkan dapat mengurangi

ketergantungan pada USD dalam transaksi

perdagangan internasional. Walaupun saat

ini USD masih digunakan dalam sebagian

besar transaksi perdagangan Indonesia-

China, potensi penggunaan RMB kedepan

cukup besar. Pada 2008, China merupakan

negara tujuan ekspor non-migas Indonesia

ke-empat terbesar. Impor non-migas dari

China adalah terbesar kedua setelah

ASEAN. Selain itu, walau belum cukup

signifikan, investasi (Foreign Direct

Investment) China ke Indonesia meningkat

cukup tajam dari USD45,1 juta di 2005

menjadi USD139,6 juta di 2008 (Data Badan

Koordinasi Penanaman Modal/BKPM).

Tabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSATabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSATabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSATabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSATabel 1. Perdagangan China dengan 6 Negara Kerjasama BCSA

Miliar USDMiliar USDMiliar USDMiliar USDMiliar USD2006 124,5 8,3 10,6 35,1 1,3 0,1 10,8 9,6 23,6 89,8 3,7 0,42007 155,4 9,5 13,5 44,6 2,0 0,2 12,8 12,4 28,7 104,0 6,3 0,62008 184,3 12,6 17,7 56,1 3,6 n,a 12,9 14,4 32,1 112,2 9,4 n,a

% yoy% yoy% yoy% yoy% yoy2006 24,8 13,2 27,5 26,9 51,1 165,4 -11,8 14,0 17,3 16,8 -2,7 -12,62007 18,6 33,4 30,7 26,0 78,0 5,1 18,8 28,8 21,9 15,8 70,8 42,92008 3,5 36,5 20,8 31,7 41,4 n,a 0,9 16,2 11,8 7,8 48,5 n,a

Indikator

Sumber: CEIC, Direct of Trade, diolah

Ekspor Impor

Hong Kong Indonesia Malaysia Korea Argentina Belarus Hong Kong Indonesia Malaysia Korea Argentina Belarus

Page 156: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

144

2. Kerjasama RMB cross border trade

settlements

Renminbi (RMB) Cross border trade

settlements yang diluncurkan oleh

pemerintah China pada April 2009 adalah

skema yang mengijinkan proses setelmen

dengan menggunakan RMB dalam

kegiatan/transaksi perdagangan antara: a)

daerah Shanghai, Shenzen, Guangzhou,

Zhuhai, dan Dongguan dengan

Hongkong dan Macau, serta b) daerah

Yunnan dan Guangxi dengan ASEAN10 .

Hal ini merupakan langkah penting

dalam rangka internasionalisasi RMB.

Dalam skema ini, perusahaan-perusahaan

yang memenuhi syarat di daerah/kota

tertentu di wilayah China daratan

diperbolehkan untuk bertransaksi dalam

RMB dengan perusahaan lain di Hong

Kong dan lokasi-lokasi tertentu di luar

daratan China. Rincian detil terkait

peraturan dan kerangka kerja skema

tersebut belum diumumkan oleh

Pemerintah China, namun terdapat Pilot

RMB Trade settlement Scheme (PRTSS)

sebagai landasan awal/proyek perintis

dengan diterbitkannya Administrative

Rules on Pilot Program of Renmimbi

Settlement of Cross-border Trade

Transactions pada 2 Juli 2009.

RMB cross-border trade settlement

dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

(1) melalui bank-bank di Hong Kong dan

Macau yang telah mendapat otorisasi

sebagai bank kliring atau (2) melalui bank

komersil di China (domestic agent bank).

Melalui skema tersebut bank-bank di luar

China (overseas participating banks) dapat

membuka rekening dalam RMB di

domestic agent bank di China ataupun di

Hong Kong Monetary Authority (HKMA)

dan melakukan cross-border trade

settlement dalam RMB. Di samping itu,

bank-bank tersebut juga memperoleh

akses pembiayaan terhadap renmimbi

melalui pasar uang antar bank baik di

Hong Kong maupun China dan dapat

melakukan pembelian dan penjualan RBM.

Jumlah dan jangka waktu pembiayaan

antar bank dan limit transaksi jual beli RMB

ditentukan oleh PBC. Untuk keperluan

monitoring kegiatan RMB cross-border

settlement, PBC memelihara Cross-border

Renmimbi Receipt and Payment

Information Management System dimana

domestic agent bank wajib melakukan

pelaporan melalui sistem tersebut.

Khusus untuk cross-border

settlement di Hong Kong, bilateral

currency swap arrangement yang terjalin

antara HKMA dengan China senilai

RMB200 miliar menjadi alternatif terakhir

sumber penyediaan likuiditas RMB di

wilayah Hong Kong. BCSA antara HKMA

dengan PBC baru akan diaktivasi apabila

likuiditas RMB dari sumber lainnya seperti

(a) simpanan dalam denominasi RMB di

Page 157: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

145

authorized institutions di Hong Kong, (b)

pasar uang antar bank (PUAB) Hong

Kong, dan (c) PUAB di daratan China yang

dapat diakses oleh bank kliring di Hong

Kong tidak mencukupi.

Pembukaan pilot program RMB

cross-border trade settlement dilakukan

pada 6-8 Juli 2009 di Shanghai,

Guangzhou, dan Shenzen. Pada acara

tersebut terjadi penandatanganan

perjanjian RMB cross-border trade

settlement antara Bank of China (BOC)

Shanghai dengan 11 bank di Asia,

pembukaan rekening kliring RMB pada 17

kantor luar BOC Shanghai dan

penandatangan perjanjian antara BOC

Shanghai dengan lebih dari 20 korporasi

yang berkedudukan di Shanghai15. Pada

hari yang sama, BOC Shanghai juga

melakukan transaksi terkait skema cross-

border trade RMB settlement dengan BOC

Hong Kong dan BOC Jakarta.

Dengan adanya kerjasama RMB

cross-border trade settlement, perusahaan

tersebut dapat mengelola currency risk dan

mengurangi transaction cost dari

settlement perdagangan karena

menggunakan mata uang yang sama

(RMB). Namun demikian, PRTRSS ini

merupakan proyek awal/perintis, sehingga

masih terdapat kelemahan dalam

operasional PRTRSS, antara lain: i) Hanya

sejumlah perusahaan di China daratan

yang dianggap memenuhi syarat untuk

berpartisipasi pada PTRSS. Secara umum,

perusahaan dengan reputasi dan histori

perdagangan yang bagus di kota-kota di

China daratan mempunyai kesempatan

besar untuk terpilih, ii) Ruang lingkup

transaksi yang masih terbatas yaitu hanya

pada trade settlement yang umum melalui

transfer antar pemegang rekening.

Dengan demikian, penggunaan trade

financing dalam skema ini masih belum

dimungkinkan.

15 Ke-11 bank yang menandatangani cross-border trade RMBsettlement dengan Bank of China adalah StandardChartered Ban (Hong Kong), Bank of East Asia (BEA),Malayan Banking Berhad (Maybank), Bangkok Bank,OCBC Bank, Wing Hang Bank, Mitsubishi Tokyo UFJ Bank,Mizuho Bank, PT Bank Mandiri (Hong Kong), Hana Bank,dan ICBC (Asia) Bank.

Page 158: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

146

Rapor Biru Indonesia dalam Indikator Persepsi Internasional:Current Assessment dan Future AssignmentOleh: Arlyana Abubakar, Sari Nadia Z. Rizal, Hery Afrianto16

Artikel 3

I. PENDAHULUAN

Rating, indeks dan persepsi internasional

terhadap suatu negara merupakan dasar yang

sangat menentukan bagi investor asing dalam

menentukan target investasi. Adanya perbaikan

peringkat Indonesia baik berdasarkan penilaian

lembaga rating internasional (sovereign credit

rating) maupun lembaga think-tank

internasional (country risk index) selama

semester kedua 2009 merupakan hal yang

sangat penting guna mendukung perbaikan

ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Berkaitan dengan sovereign credit

rating, setidaknya terdapat tiga (3) lembaga

rating internasional terkemuka yang

meningkatkan performa sovereign rating dan

outlook Indonesia, yakni Moody»s, Standard &

Poor»s (S&P), dan Rating and Investment

Information (R&I). Faktor utama yang

mendasari keputusan tersebut pada umumnya

meliputi sbb: i) stabilnya kondisi perekonomian

(economic strength), ii) membaiknya

institutional strength (government

effectiveness, government financial strength,

country»s susceptibility to event risk, systemic

risk, dan contingent liabilities), iii) menurunnya

rasio utang dan pengelolaan fiskal yang berhati-

hati, iv) kepemimpinan yang pro-reformasi, v)

meningkatnya cadangan devisa. Sedangkan

terkaitan dengan country risk index yang

merupakan salah satu tools dalam mengukur

risiko investasi bisnis suatu negara, peringkat

Indonesia juga pada umumnya membaik.

Lembaga rating internasional maupun

lembaga think-tank internasional juga

menggarisbawahi bahwa masih terdapat

beberapa catatan yang perlu diperbaiki agar

peringkat Indonesia terus meningkat. Oleh

karena itu, perlu dukungan dari berbagai pihak

di Indonesia dalam rangka mencapai target

sovereign rating dan country risk index. Selain

itu, diperlukan komitmen dari seluruh pihak

terkait untuk bersama-sama menjaga dan

meningkatkan persepsi internasional.

II. CURRENT ASSESSMENT: SOVEREIGN

CREDIT RATING INDONESIA

Kemampuan Indonesia melalui resesi

global tanpa menimbulkan guncangan yang

16 Penulis masing-masing adalah Analis Ekonomi Madya, AnalisEkonomi Muda Senior dan Analis Ekonomi Muda di BagianAnalisis Pinjaman Luar Negeri dan Hubungan Investor, DirektoratInternasional, Bank Indonesia.

Page 159: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

147

berarti pada perekonomian telah mendorong

setidaknya 3 lembaga rating internasional

untuk memperbaiki performa sovereign rating

dan outlook Indonesia. Moody»s menaikkan

sovereign rating dari Ba3 menjadi Ba2 dengan

outlook «stable» pada 16 September 2009.

Standard & Poor»s (S&P) menaikkan outlook

dari «stable» menjadi «positive» dengan rating

BB pada 23 Oktober 2009. Sementara Rating

and Investment Information (R&I)

mengkonfirmasi kembali rating Indonesia pada

level BB+ dengan outlook «stable» pada 8

Oktober 2009.

1. Moody»s

Langkah Moody»s menaikkan sovereign

rating Indonesia dari Ba3 menjadi Ba2 dengan

outlook «stable» didasarkan atas stabilnya

kondisi perekonomian (economic strength) dan

membaiknya institutional strength, meskipun

levelnya masih rendah. Dari sisi economic

strength, membaiknya aktivitas ekonomi

diperkirakan akan menuntun Indonesia

mencapai target pertumbuhan sebesar 5,5%

pada tahun 2010. Ekonomi Indonesia

diperkirakan relatif mampu menghadapi global

uncertainties jangka menengah dibandingkan

dengan negara lain dalam kelompok rating

«Ba» atau negara-negara dalam region yang

sama.

Dari sisi institutional strength,

manajemen makroekonomi dinilai membaik

sehingga meningkatkan kredibilitas dan

prediktabilitas kebijakan pemerintah. Kondisi

ini dinilai akan membuat Pemerintah mampu

menjaga stabilitas makroekonomi. Indikator

yang digunakan untuk menilai faktor ini

adalah i) government effectiveness, dimana

Indonesia mendapatkan skor lebih baik dari

Peru yang memiliki rating lebih tinggi, ii)

government financial strength, relatif

rendahnya defisit anggaran dan kuatnya

pertumbuhan ekonomi berdampak positif

pada penurunan total utang pemerintah dan

swasta hingga mencapai level lebih rendah

dari median peer group-nya, iii) country»s

susceptibility to event risk, systemic risk yang

mungkin timbul akibat terorisme mampu

diatasi karena efektifnya institusi politik danGrafik 1. Real GDP GrowthGrafik 1. Real GDP GrowthGrafik 1. Real GDP GrowthGrafik 1. Real GDP GrowthGrafik 1. Real GDP Growth

Real GDP Growth

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009F 2010F

Sumber: Diolah dari Moody's Statistical Handbook, May 2009

Grafik 2. GDP per CapitaGrafik 2. GDP per CapitaGrafik 2. GDP per CapitaGrafik 2. GDP per CapitaGrafik 2. GDP per Capita

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009F 2010F

Sumber: Diolah dari Moody's Statistical Handbook, May 2009

GDP per Capita

Page 160: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

148

aparat keamanan, dan iv) potensi contingent

liabilities terkait sektor perbankan dan BUMN

dinilai tidak menimbulkan ancaman yang

signifikan terhadap credit fundamental

Indonesia. Kedepan, agar penilaian peringkat

Moody»s dapat terus meningkat. Indonesia

diharapkan dapat terus memperkuat posisi

cadangan devisa, mengembangkan dan

memperbaiki pasar modal domestik serta

institutional investor base.

2. Standard & Poor»s (S&P)

Sejalan dengan langkah Moody»s, S&P

merevisi outlook sovereign RI dari «stable»

menjadi «positive». Beberapa faktor yang

mendorong perbaikan outlook yakni: i)

penurunan tingkat utang dan pengelolaan

fiskal yang berhati-hati, ii) kepemimpinan yang

pro-reformasi diperkirakan akan tetap

melanjutkan upaya reformasi mikroekonomi

untuk meningkatkan potensi pertumbuhan

Indonesia dan memperkuat koordinasi serta

implementasi kebijakan melalui reformasi

administrasi, dan iii) membaiknya rasio public

debt dan meningkatnya cadangan devisa yang

dinilai menurunkan kekhawatiran akan

masalah external liquidity dan memperkuat

Indonesia dari guncangan ekonomi global.

Namun demikian, S&P menggarisbawahi

beberapa hal yang perlu mendapat perhatian

Indonesia, meliputi: i) beban utang pemerintah

(dalam dan luar negeri) yang masih tinggi,

dimana net external debt Indonesia untuk tahun

2008 cukup tinggi dibandingkan dengan

negara lain yang memiliki rating yang sama dan

dibandingkan dengan median peer group-nya

(sekitar 58% dari current account receipt), ii)

berbagai hambatan mikroekonomi diperkirakan

dapat menghambat prospek pertumbuhan

ekonomi dan creditworthiness Indonesia, iii)

kurangnya infrastruktur, kepastian hukum,

korupsi dan kakunya pasar tenaga kerja

dikhawatirkan dapat menghambat daya saing

Indonesia dan iv) adanya time lags dan tidak

tersedianya informasi mengenai kinerja

anggaran konsolidasi regional dan local,

informasi beban utang serta kinerja keuangan

lembaga yang dimiliki oleh lembaga regional

dan lokal, sehingga menghambat upaya S&P

dalam melakukan analisis akurat mengenai

sektor publik Indonesia.

3. Rating and Investment Information

(R&I)

Sementara itu, lembaga pemeringkat

Jepang, R&I, menegaskan kembali foreign

currency issuer rating Indonesia tetap berada

pada level BB+ dengan outlook «stable».

Penilaian R&I tersebut didasarkan pada i)

Indonesia dapat mengurangi ketergantungan

terhadap external demand sehingga

membatasi risiko contagion krisis global dan

ii) Indonesia dinilai mampu mempertahankan

current account surplus di atas 2% sejak 2006

sebagai dampak kenaikan harga gas dan

tingginya permintaan terhadap komoditas

primer.

Page 161: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

149

III. CURRENT ASSESSMENT: COUNTRY

RISK INDEX INDONESIA

Selain penilaian sovereign rating,

penilaian persepsi internasional dalam bentuk

country risk index, yang memberikan

pandangan risiko investasi bisnis di Indonesia,

juga penting dicermati. Dari beberapa

assessment yang diterbitkan sejumlah lembaga

internasional, Indonesia termasuk salah satu

negara yang mengalami perbaikan peringkat.

Untuk Index Global Competitiveness Index

(GCI) yang dikeluarkan World Economic Forum

(WEF), posisi Indonesia meningkat dari

rangking 55 pada 2008 menjadi rangking 54

pada 2009. Dalam index Ease of Doing

Business yang dikeluarkan World Bank (WB),

posisi Indonesia meningkat dari rangking 129

pada 2009 menjadi 122 pada 2010. Demikian

pula untuk Economic Freedom Index versi Cato

Institute, posisi Indonesia meningkat dari

rangking 101 pada 2008 menjadi 93 pada

2009. Sementara untuk EFI versi Heritage

Foundation, meskipun peringkat Indonesia

menurun pada 2009, namun tercatat

perbaikan terhadap skor Indonesia (0,2 poin).

1. Global Competitiveness Index

Dalam GCI, dapat dijelaskan

perbandingan daya saing Indonesia dengan

negara-negara peer group-nya. Untuk

penilaian 2009 √ 2010, Indonesia menduduki

posisi 54 dari 133 negara. Posisi ini meningkat

dari tahun lalu, yaitu ranking 55 dari 131

negara. Posisi Indonesia ini lebih baik dari

negara peer group seperti Turkey (ranking 61),

Colombia (69), Vietnam (75), Peru (78) dan

Philippine (87). Dibandingkan dengan negara-

negara investment grade, posisi Indonesia

masih lebih baik dari Brazil (56) dan Mexico

(60), namun tingkat competitiveness Indonesia

masih kalah dibandingkan negara-negara

investment grade di kawasan Asia seperti India

(49) dan Thailand (36). Tabel berikut

menggambarkan posisi Indonesia dalam GCI

dibandingkan peer group.

Tabel 1. Global Competitiveness IndexTabel 1. Global Competitiveness IndexTabel 1. Global Competitiveness IndexTabel 1. Global Competitiveness IndexTabel 1. Global Competitiveness IndexPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer Group

Peru 78 4,01 83

Philippine 87 3,90 71

Turkey 61 4,16 63

IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia 5454545454 4,264,264,264,264,26 5555555555

Colombia 69 4,05 74

Vietnam 75 4,03 70

India 49 4,30 50

Thailand 38 4,56 34

Brazil 56 4,23 64

Mexico 60 4,19 60

Country

Sumber: Global Competitiveness Index √ World Economic Forum 2009

GCI 2008 √ 2009(131 negara)

Rank

GCI 2009 √ 2010(133 negara)

Rank Score

Index GCI (overall) merupakan

composite dari penilaian berbagai indikator

pada 12 pilar yang terbagi dalam 3 area utama

yaitu basic requirements, innovation and

sophistication factor dan efficiency enhancers.

Memahami perbaikan dan penurunan score/

rangking serta keunggulan dan kelemahan

pada masing-masing pilar tersebut akan

memberikan gambaran bagaimana daya saing

Indonesia.

Page 162: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

150

a. Basic requirements

Dibandingkan dengan 2008, peringkat

dan skor Indonesia berdasarkan index GCI

mengalami perbaikan terutama di area basic

requirements yang terdiri dari berbagai pilar/

faktor yaitu institutions, infrastructure,

macroeconomic stability dan health and primary

education. Dari 4 pilar tersebut, rangking

macroeconomic stability Indonesia pada GCI

Report 2009-2010 (rangking 52) mengalami

peningkatan cukup signifikan dibandingkan

tahun sebelumnya (rangking 72). Namun

demikian, masih terdapat beberapa pilar pada

area tersebut yang merupakan kelemahan bagi

Indonesia (competitive disadvantage), yaitu

faktor infrastruktur, kesehatan publik dan

kualitas pendidikan sehingga mengakibatkan

ranking Indonesia dalam area basic

requirements secara keseluruhan masih cukup

rendah (rangking 70).

b. Innovation and sophistication factor

Di area innovation and sophistication

factor, rangking pilar innovation Indonesia pada

GCI Report 2009-2010 mencapai peringkat 39

meningkat dari peringkat 47 tahun sebelumnya.

Banyak indikator pada area ini yang merupakan

competitive advantage daya saing Indonesia

sehingga Indonesia dianggap memiliki

competitive advantages di area innovation and

sophistication factor (rangking 40).

c. Efficiency enhancers

Sementara itu, untuk area efficiency

enhancers, peringkat Indonesia sebagian besar

menurun, terutama yang cukup signifikan

adalah labor market efficiency dan financial

market sophistication. Disamping itu, penetrasi

dibidang ICT juga dinilai lambat dibandingkan

dengan negara lain.

Sebagai konsekuensi dari advantage

dan disadvantage pada faktor-faktor

tersebut diatas, posisi Indonesia pada stages

of development17 versi GCI dinilai mulai

beralih dari first stage menuju ke second

stage, sehingga Indonesia dikategorikan

sebagai negara dalam transisi ekonomi. Hal

ini karena Indonesia dinilai telah memiliki

keunggulan pada beberapa faktor yang

bersifat eficiency-driven dan innovation-

driven, walaupun masih terdapat faktor

basic-requirement yang membutuhkan

perbaikan seperti masalah infrastruktur dan

kesehatan publik sebagaimana dijelaskan

sebelumnya.

Namun satu hal yang menarik, India

yang dinilai memiliki daya saing lebih baik

dibandingkan Indonesia ternyata masih pada

posisi first stage pada stage of development

GCI. Faktor-faktor basic requirement India

dinilai lebih buruk dibandingkan Indonesia

namun lebih baik pada area efficiency

enhancers, dan innovation and sophistication

factors. Kondisi Indonesia sebenarnya hampir

sama dengan India yaitu sama-sama memiliki

17 GCI mengelompokkan negara-negara yang diobservasi kedalamtiga tahapan ∆stage of development∆ dan terdapat pula negara-negara yang dikategorikan dalam masa transisi baik dari firststage ke second stage maupun dari second stage ke third stage.Pengklasifikasian tersebut berdasarkan pada dua kriteria yaituberdasarkan: (1) income thresholds yang ditentukan berdasarkannilai GDP percapita suatu negara; dan (2) besarnya porsi ekspormineral product suatu negara terhadap total ekspornya.

Page 163: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

151

nilai yang cukup tinggi di area business

sophistication dan innovation sehingga

tentunya hal ini sangat bermanfaat pada

penilaian daya saing Indonesia kedepannya,

asalkan perbaikan di area basic requirements

juga terus dilakukan.

2. Ranking of Ease of Doing Business

Dalam Ranking of Ease of Doing

Business 2010, Indonesia menduduki

rangking 122 dari 183 negara. Dibandingkan

peer group, ranking Indonesia rendah dan

hanya dinilai lebih baik dibandingkan

Philipina (rangking 144). Namun demikian,

ranking Indonesia lebih baik dibandingkan

Brazil (rangking 129) dan India (rangking

133) yang merupakan negara investment

grade. Hal ini menunjukkan bahwa investor

perlu mempertimbangkan risiko berinvestasi

di suatu negara secara keseluruhan, tidak

hanya dari sisi financial strength saja, tapi

juga dari sisi business environment secara

keseluruhan.

Namun satu hal yang perlu dicatat

adalah bahwa dalam laporan Doing Business

2010, Indonesia dinilai sebagai negara di

kawasan Asian yang paling aktif melakukan

reformasi untuk mendukung kemudahan

berbisnis di Indonesia, khususnya di area

starting a business, registering property dan

protecting investor.

Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Tabel 2. Doing Business Ranking in 2009 & 2010Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer GroupPerbandingan Indonesia dengan Peer Group

IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia 129129129129129 122122122122122Peru 65 56Philippine 141 144Turkey 63 73Colombia 49 37Vietnam 91 93India 132 133Thailand 12 12Brazil 127 129Mexico 55 51

Country

Sumber: Doing Business 2010 √ World Bank

Ranking

2009 2010

Tabel 4. Registering Property ComponentTabel 4. Registering Property ComponentTabel 4. Registering Property ComponentTabel 4. Registering Property ComponentTabel 4. Registering Property Component

Procedures (number) 6 6Time (days) 39 22Cost (% of property value) 10,70 10,70

Item 2009 2010

Tabel 5. Protecting Investor ComponentTabel 5. Protecting Investor ComponentTabel 5. Protecting Investor ComponentTabel 5. Protecting Investor ComponentTabel 5. Protecting Investor Component

Extent of Disclosure Index (0-10) 9 10Extent of Director Liability Index (0-10) 5 5Ease of shareholder suits index (0-10) 3 3Strength of investor protection index (0-10) 5,70 6,0

Item 2009 2010

Tabel 3. Starting a Business ComponentTabel 3. Starting a Business ComponentTabel 3. Starting a Business ComponentTabel 3. Starting a Business ComponentTabel 3. Starting a Business Component

Procedures (number) 11 9Time (days) 76 60Cost (% of income per capita) 77,90 26,0Min. capital (% of income per capita) 74,29 59,7

Item 2009 2010

Sumber: Doing Business 2010 √ World Bank

Sumber: Doing Business 2010 √ World Bank

Sumber: Doing Business 2010 √ World Bank

3. Economic Freedom Index

Economic Freedom Index (EFI) secara

umum dapat menggambarkan economic

opportunity dan prosperity suatu negara.

Semakin tinggi skor yang diperoleh suatu

negara maka semakin tinggi kebebasan

berusaha di negara tersebut yang pada

Page 164: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

152

gilirannya akan semakin tinggi pula tingkat

kesejahteraan negara tersebut. Rendahnya EFI

Indonesia merupakan gambaran bahwa

persepsi internasional menganggap rendahnya

tingkat kebebasan individu untuk berusaha di

Indonesia.

Terdapat dua lembaga think thanks

internasional yang menerbitkan indeks ini, yaitu

Economic Freedom of the World Index (EWF

Index) dari Cato Institute dan Economic Freedom

Index dari Heritage Foundation. Secara umum,

dibandingkan dengan negara lain yang

merupakan peer group, ranking Indonesia pada

kedua indeks tersebut memang masih rendah.

Namun pada 2009, Indonesia mencatat

perbaikan rangking dan skor untuk kedua indeks

tersebut. Dari tabel berikut terlihat bahwa

Indonesia mendapatkan perbaikan peringkat

dari Cato Institute, dari rangking 101 pada 2008

menjadi rangking 93 pada 2009. Dari 5 area

yang dinilai oleh Cato, Indonesia mengalami

perbaikan peringkat di 4 area, yaitu size of the

government, legal structure and security of

Tabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupTabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupTabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupTabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer GroupTabel 6. Perbandingan Indonesia dengan Peer Group

Peru 47 41 7,16 7,26 55 57 63,5 64,6Philippine 72 69 6,72 6,83 92 104 56,9 56,8Turkey 90 88 6,35 6,42 74 75 60,8 61,6IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia 101101101101101 9393939393 6,126,126,126,126,12 6,356,356,356,356,35 119119119119119 131131131131131 53,953,953,953,953,9 53,453,453,453,453,4Colombia 115 121 5,78 5,81 67 72 61,9 62,3Vietnam 108 101 5,94 6,22 135 145 49,8 51,0India 77 86 6,59 6,45 115 123 54,2 54,4Thailand 56 59 7,00 7,04 54 67 63,5 63,0Brazil 96 111 6,16 6,00 101 105 55,9 56,7Mexico 58 68 6,98 6,85 44 49 66,4 65,8

Sumber: Cato Institute dan Heritage Foundation

CountryRank Rank Score Score Rank Rank Score Score2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009

Economic Freedom of the World √ Cato Institute

Economic Freedom Index √Heritage Foundation

property rights, access to sound money dan

regulations of credit, labor and business. Hanya

satu area yang mengalami penurunan peringkat

yaitu di area freedom to trade internationally.

Sementara berdasarkan penilaian

Heritage Foundation, Indonesia justru

mengalami penurunan peringkat dari rangking

119 pada 2008 menjadi rangking 131 pada

2009, namun Heritage Foundation tetap menilai

adanya peningkatan skor Indonesia dalam

penghitungan indeks dimaksud. Dalam laporan

2009, Heritage Foundation menilai bahwa i)

ekonomi Indonesia cukup kuat, mencapai

pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 5% tiap

tahun dalam 5 tahun terakhir dan ii) kebijakan

reformasi Indonesia semakin jelas berupaya

memperbaiki iklim bisnis, meningkatkan daya

saing regional dan menciptakan lebih banyak

sektor swasta yang aktif. Selain itu, skor

Indonesia dibidang trade freedom, fiscal

freedom dan government size relatif baik.

Pengelolaan public finance membaik dan tariff

barriers telah berhasil diturunkan.

Page 165: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Bab 5 - A r t i k e l

153

18 Heritage mengkategorikan tingkat economic freedom suatunegara sbb: (1) 80%-100%: Free; (2) 70%-79.9%: Mostly Free;(3) 60%-69.9%: Moderately Free; (4) 50%-59.9%: MostlyUnfree; dan (5) 0%-49.9%: Repressed.

Namun demikian, tantangan dari aspek

kelembagaan (institutional challenges) belum

sepenuhnya hilang. Memulai bisnis masih

memakan waktu dua kali lebih lama dari rata-

rata dunia, disamping peraturan yang dinilai

masih sangat rumit dan membebani. Terlepas

dari adanya beberapa perbaikan, investasi asing

masih sangat terbatas dan judicial enforcement

masih inkonsisten serta tidak transparan. Akibat

masih berlanjutnya korupsi, penyelesaian kasus

secara objektif sangat sulit terjadi. Dengan skor

53,4, maka economic freedom Indonesia

berdasarkan penilaian dari Heritage Foundation

masih dikategorikan sebagai mostly unfree18.

Untuk 4 kategori seperti trade freedom, fiscal

freedom, monetary freedom dan government

size, Indonesia sebenarnya sudah dapat

dikategorikan mostly free. Namun untuk

kategori labor freedom Indonesia dikategorikan

sebagai mostly unfree, bahkan skor pada 5

kategori penting lainnya dinilai sangat kecil,

yaitu untuk kategori freedom from corruption,

business, investment dan financial freedom

serta property rights, yang dikategorikan

repressed. Sehingga, secara keseluruhan

menyebabkan overall index Indonesia untuk

kategori ini masih rendah.

IV. FUTURE ASSIGNMENT: UPAYA

PERBAIKAN PERSEPSI INTERNASIONAL

Perbaikan rating, indeks dan persepsi

internasional menjadi faktor yang sangat

penting karena merupakan acuan bagi investor

dalam menentukan target investasi mereka.

Dalam rangka mencapai target sovereign

rating dan country risk index Indonesia perlu

dilakukan dukungan dari berbagai pihak yang

meliputi i) mengurangi beban utang

pemerintah Indonesia, ii) melakukan

pengembangan pasar modal domestik, iii)

membenahi sarana infrastruktur, iv)

memberantas korupsi, v) meningkatkan

kualitas SDM (kesehatan publik dan kualitas

pendidikan), dan vi) meningkatkan

kemampuan teknologi.

Sementara sebagai upaya perbaikan

dalam menciptakan iklim usaha yang

kompetitif, perlu dilakukan hal-hal sbb: i)

mempersingkat waktu yang diperlukan untuk

memulai bisnis baru termasuk menekan biaya

dan modal minimum yang diperlukan, ii)

meninjau kembali ketentuan yang mengatur

tentang ketenagakerjaan (aspek employing

workers), iii) menyelesaikan contract dispute

(aspek enforcing contract), iv) mengatasi

permasalahan yang terkait dengan efisiensi

waktu, prosedur dan biaya, dan v)

memperbaiki indeks persepsi tentang korupsi

Indonesia.

Sebagai fondasi dari berbagai upaya

tersebut, seluruh pihak terkait di Indonesia,

baik instansi pemerintah, Bank Indonesia,

pihak swasta, lembaga legislative dan yudikatif,

dan pihak terkait lainnya, perlu bersama-sama

menjaga dan meningkatkan persepsi

internasional. Untuk itu komitmen dari seluruh

pihak terkait diperlukan dan mengupayakan

agar everyone in the country is on board.

Page 166: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

154

Page 167: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

L a m p i r a n

155

L a m p i r a n

Page 168: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

156

Tabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik Bruto

Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

(% yoy)(% yoy)(% yoy)(% yoy)(% yoy)

2008

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat 0,8 1,6 2,5 3,6 2,9 2,8 2,0 2,0 1,6 0,0 -1,9 1,1 -3,3 -3,8 -2,3

Argentina -4,4 -10,9 8,8 9,0 9,2 8,5 8,7 8,5 7,8 6,9 4,1 7,0 2,0 -0,8 -

Brazil 1,3 2,7 1,1 5,7 2,9 3,7 5,7 6,1 6,2 6,8 1,3 5,1 -1,8 -1,2 -

Chili 3,4 2,2 4,0 6,0 5,6 4,3 4,7 3,6 4,2 3,7 0,2 3,2 -2,2 -4,2 -

Meksiko 0,0 0,8 1,4 4,2 2,8 4,8 3,3 2,6 2,9 1,7 -1,6 1,3 -8,0 -10,3 -

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia 2,1 4,1 3,1 3,7 2,8 2,7 4,0 3,4 3,0 2,2 0,8 2,3 0,3 0,6 0,60,60,60,60,6

China 8,3 9,1 10,0 10,1 10,4 11,6 11,9 10,6 10,1 9,0 6,8 9,0 6,1 7,9 8,9

India 3,9 4,5 6,9 7,9 9,0 9,4 8,7 8,6 7,8 7,7 5,8 7,3 5,8 6,1 5,85,85,85,85,8

Jepang 0,2 0,3 1,4 2,7 1,9 2,4 2,2 1,3 0,6 -0,3 -4,3 -0,7 -8,7 -7,2 -5,4-5,4-5,4-5,4-5,4

Korea Selatan 3,8 7,0 3,1 4,7 4,2 5,1 5,1 5,5 4,3 3,1 -3,4 2,2 -4,2 -2,2 0,6

ASEAN-6

Indonesia 3,6 4,5 4,8 5,0 5,7 5,5 6,3 6,3 6,4 6,4 5,2 6,1 4,4 4,0 4,04,04,04,04,0

Malaysia 0,3 4,4 5,5 6,8 5,3 5,8 6,2 7,4 6,6 4,8 0,1 4,6 -6,2 -3,9 -2,6-2,6-2,6-2,6-2,6

Philipina 1,8 4,4 4,9 6,4 4,9 5,4 7,3 3,9 4,2 4,6 2,9 4,6 0,6 1,5 1,51,51,51,51,5

Singapura -2,4 4,2 3,1 9,0 7,3 8,2 7,7 6,7 2,5 0,0 -4,2 1,1 -9,5 -3,2 0,8

Thailand 2,2 5,3 7,1 6,3 4,5 5,1 4,9 6,0 5,3 3,9 -4,2 2,6 -7,1 -4,9 -3,6-3,6-3,6-3,6-3,6

Vietnam 6,9 7,1 7,3 7,8 8,4 8,2 8,5 7,4 6,5 6,5 6,2 6,2 3,1 3,9 4,6

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro 1,9 0,9 0,8 2,0 1,5 2,8 2,7 2,2 1,5 0,5 -1,7 0,6 -4,9 -4,8 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0

Inggris 2,4 2,1 2,8 3,3 1,8 2,9 2,6 2,3 1,6 0,3 -2,0 0,7 -5,0 -5,5 -5,2

Rusia 5,1 4,7 7,3 7,2 6,4 7,4 8,1 8,7 7,5 6,0 1,2 5,6 -9,8 -10,9 -

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan 2,7 3,7 3,1 4,8 4,9 5,0 4,7 3,9 4,5 3,0 1,0 3,8 -1,2 -2,8 -

Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast 2009, dan WEO Oktober 2009.Keterangan:Cetak miring dan Tebal adalah angka proyeksi dari Consensus Forecast September 2009.

TW1 TW2 TW3 TW4

20092008

TW1 TW2 TW3

Page 169: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

L a m p i r a n

157

Tabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka Pengangguran

2006 2007 2008 2009Negara 2001 2002 2003 2004 2005

Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat 5,7 6,0 5,7 5,4 4,8 4,7 4,6 4,5 4,4 4,4 4,6 4,7 5,0 5,1 5,5 6,1 7,2 8,5 9,5 9,8

Argentina n,a 20,8 14,5 12,1 10,1 11,4 10,4 10,2 8,7 9,8 8,5 8,1 7,5 8,4 8,0 7,8 7,3 8,4 8,8 -

Brazil 10,8 10,5 10,9 9,6 8,3 10,4 10,4 10,0 8,4 10,1 9,7 9,0 7,4 8,6 7,8 7,6 6,8 9,0 8,1 7,7

Chili 8,6 8,7 8,5 8,9 7,9 8,4 8,9 7,9 6,0 6,7 6,9 7,7 7,2 7,6 8,4 7,8 7,5 9,2 10,7 10,2

Meksiko 2,5 2,1 3,0 3,0 3,3 3,5 3,6 3,7 4,0 3,9 3,6 3,6 3,8 3,7 3,9 4,0 4,7 4,7 5,6 6,1

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia 6,8 6,2 5,7 5,1 5,1 4,9 4,8 4,7 4,6 4,5 4,3 4,2 4,2 4,1 4,3 4,3 4,5 5,7 5,8 5,7

China n,a 4,0 4,3 4,2 4,2 4,2 4,2 4,1 4,1 4,1 4,1 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,2 4,3 4,3 -

India n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a

Jepang 5,4 5,4 4,9 4,5 4,4 4,2 4,2 4,2 4,0 4,0 3,7 4,0 3,8 3,8 4,1 4,0 4,3 4,8 5,4 5,3

Korea Selatan 3,7 3,1 3,7 3,8 3,5 3,5 3,5 3,4 3,3 3,2 3,3 3,2 3,1 3,1 3,2 3,1 3,3 3,7 4,0 3,6

ASEAN-6

Indonesia 8,1 9,1 9,5 9,9 11,2 10,5 n,a 10,3 n,a 9,8 n,a 9,1 n,a 8,5 n,a 8,4 n,a 8,1 n,a n,a

Malaysia 3,7 3,2 3,2 3,3 3,8 3,8 3,4 3,1 3,0 3,4 3,4 3,1 3,0 3,6 3,5 3,1 3,1 4,0 3,6 -

Philipina - - - - 7,4 8,1 8,2 8,1 7,3 7,8 7,4 7,8 6,3 7,4 8,0 7,4 6,8 7,7 7,5 7,6

Singapura 5,1 4,8 5,0 4,0 2,6 2,6 2,7 2,7 2,6 2,9 2,3 1,7 1,6 2,9 3,1 3,3 3,6 4,8 4,6 5

Thailand 1,8 1,4 1,5 1,5 1,4 1,8 1,5 1,2 1,0 1,6 1,4 1,2 0,8 1,5 1,2 1,1 1,4 1,9 1,4 1,2

Vietnam 6,3 6,0 5,8 5,6 5,3 n,a n,a n,a 4,8 n,a n,a n,a 4,6 n,a n,a n,a 4,7 - - -

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro 8,5 8,5 8,7 8,9 8,7 8,6 8,3 8,0 7,8 7,6 7,4 7,3 7,2 7,2 7,4 7,5 8,2 9,0 9,4 9,7

Inggris 5,2 5,1 4,9 4,7 5,1 5,2 5,5 5,6 5,5 5,5 5,4 5,4 5,2 5,2 5,4 5,8 6,3 7,1 7,8 7,9

Rusia 8,7 8,8 8,0 7,6 7,7 7,6 7,5 7,1 6,9 6,8 5,9 6,0 6,1 6,4 6,2 5,3 7,8 9,2 8,3 7,6

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan 29,4 30,4 28,0 26,2 26,7 25,6 n,a 25,5 n,a 23,5 23,1 23,0 n,a n,a n,a 23,2 - - - -

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

Sumber : BloombergKeterangan : -

Page 170: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

158

Sumber: Bloomberg, WEO Oktober 2009Keterangan:* Inflasi IHK industrial worker

Tabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHK

2007 2008 2009Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat 1,6 2,4 1,9 3,3 3,4 2,5 2,8 2,7 2,8 4,1 4,0 5,0 4,9 0,1 -0,4 -1,4 -1,3

Argentina -1,5 41,0 3,7 6,1 12,3 9,8 9,1 8,8 8,6 8,5 8,8 9,3 8,7 7,2 6,3 5,3 6,2

Brazil 7,7 12,5 9,3 7,6 5,7 3,1 3,0 3,7 4,2 4,5 4,7 6,1 6,3 5,9 5,6 4,8 4,3

Chili 3,2 1,8 1,6 1,8 2,9 2,7 2,7 3,2 5,0 6,3 7,7 8,7 8,8 8,7 6,5 3,6 0,2

Meksiko 4,4 5,7 4,0 5,2 3,3 4,1 4,2 4,0 3,8 3,8 4,3 5,3 5,5 6,5 6,0 5,7 4,9

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia 3,1 3,0 2,4 2,6 2,8 3,3 2,4 2,1 1,9 3,0 4,2 4,5 4,6 3,7 2,5 1,5 1,3

China -0,3 -0,4 3,2 2,4 1,6 2,8 3,3 4,4 6,2 6,5 8,3 7,8 4,6 1,2 -1,2 -1,7 -0,8

India* 5,2 3,2 3,7 3,8 5,6 6,7 6,7 5,7 6,4 5,5 7,9 7,7 9,8 9,7 8,0 9,3 11,7

Jepang -1,2 -0,3 -0,4 0,2 -0,1 0,3 -0,1 -0,2 -0,2 0,7 1,2 1,4 2,1 0,4 -0,3 -1,8 -2,2

Korea Selatan 3,2 3,7 3,4 3,0 2,6 2,1 2,2 2,5 2,3 3,6 3,9 4,8 5,1 4,1 3,9 2,0 2,2

ASEAN-6

Indonesia 12,5 9,9 5,2 6,4 17,1 6,6 6,5 5,8 7,0 6,6 8,2 10,1 12,1 11,1 7,9 3,7 2,8

Malaysia 1,2 1,6 1,2 2,2 3,3 3,1 1,5 1,4 1,8 2,4 2,8 4,9 8,2 4,4 3,5 -1,4 -2,0

Philipina 4,5 2,5 3,9 8,6 6,7 4,3 2,2 2,3 2,7 3,9 6,4 11,4 11,9 8,0 6,4 1,5 0,7

Singapura -0,6 0,4 0,7 1,3 1,3 0,8 0,7 1,3 2,7 4,4 6,7 7,5 6,7 4,3 1,6 -0,5 -0,4

Thailand 0,8 1,6 1,8 2,9 5,8 3,5 2,0 1,9 2,1 3,2 5,3 7,5 6,0 0,4 -0,2 -4,0 -1,0

Vietnam 0,7 4,0 2,9 9,7 8,8 6,6 6,8 7,8 8,8 12,6 19,4 27,0 27,9 19,9 11,3 3,9 2,4

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro 2,0 2,4 2,0 2,4 2,2 1,9 1,9 1,9 2,1 3,1 3,6 4,0 3,6 1,6 0,6 1,8 2,1

Inggris 1,1 1,7 1,3 1,7 1,9 3,0 3,1 2,4 1,8 2,1 2,5 3,8 5,2 3,1 2,9 1,8 1,1

Rusia 18,6 15,1 12,0 11,7 10,9 9,0 7,4 8,5 9,4 11,9 13,3 15,1 15,0 13,3 14,0 11,9 10,7

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan 4,7 12,4 0,2 3,5 3,6 5,8 6,1 7,0 7,2 9,0 10,6 12,2 13,1 9,5 8,5 6,9 6,1

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

Page 171: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

L a m p i r a n

159

Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral

2008 2009

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3Negara 2006 2007

Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat (Fed fund rate) 5,25 4,25 2,25 2,00 2,00 0,25 0,25 0,25 0,25

Brazil (Selic rate) 13,25 11,25 11,25 12,25 13,75 13,75 11,25 9,25 8,75

Chili (Overnite rate) 5,25 6,00 6,25 7,25 7,75 8,25 2,25 0,75 0,50

Meksiko (Overnite rate) 7,00 7,50 7,50 8,00 8,25 8,25 6,75 4,75 4,50

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia (Cash target rate) 6,25 6,75 7,25 7,25 7,00 4,25 3,25 3,00 3,00

China (Lending rate) 6,12 7,47 7,47 7,47 7,20 5,31 5,31 5,31 5,31

India (Reverse repo rate) 6,00 6,00 6,00 9,00 9,00 6,50 5,00 4,75 4,75

Jepang (O/N Call target) 0,25 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,10 0,10 0,10

Korea Selatan (Call rate) 4,50 5,00 5,00 5,25 5,25 3,00 2,00 2,00 2,00

ASEAN-5

Indonesia (BI rate) 9,75 8,00 8,00 9,00 9,25 9,25 7,75 7,00 6,50

Malaysia (O/N rate) 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,25 2,00 2,00 2,00

Philipina (O/N rate) 7,50 5,25 5,00 5,75 6,00 5,50 4,75 4,25 4,00

Thailand (Repo rate) 4,94 3,25 3,25 3,5 3,75 2,75 1,50 1,25 1,25

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan EURO (Refinancing rate) 3,50 4,00 4,00 4,25 4,25 2,50 1,50 1,00 1,00

Inggris (Bank rate) 5,00 5,50 5,25 5,00 5,00 2,00 0,50 0,50 0,50

Rusia (Refinancing rate) 11,00 10,00 10,25 11,00 11,00 13,00 13,00 13,00 10,00

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan (Refinancing rate) 9,00 11,00 11,00 12,00 12,00 11,50 9,50 7,50 7,00

Sumber : BloombergKeterangan : -

Page 172: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

160

Sumber : BloombergKeterangan : -

Tabel 5. Uang BeredarTabel 5. Uang BeredarTabel 5. Uang BeredarTabel 5. Uang BeredarTabel 5. Uang Beredar

2008 2009Negara 2006 2007

Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)Akhir Periode (% yoy)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat (M2) 5,1 5,9 6,9 5,9 6,2 9,6 9,4 9,0 7,8

Argentina (M3) 19,4 24,7 23,1 19,1 18,2 14,6 5,1 -31,9 4,1

Brazil (M3) 18,1 17,7 17,2 16,8 18,0 17,5 17,4 15,7 15,4

Chili (M3) 11,4 17,6 10,2 14,5 11,2 - - - -

Meksiko (M3) 14,1 10,0 12,8 11,6 12,0 14,5 15,1 14,1 12,9

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia (M3) 13,1 22,5 21,1 19,2 19,5 15,4 15,0 13,9 11,1

China (M2) 16,9 16,7 16,3 17,4 15,3 17,8 25,5 28,5 28,5

India (M3) 19,3 22,8 20,7 20,7 19,0 19,6 18,6 20,2 19,7

Jepang (M3) -0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 0,7 1,3 1,7 2,0

Korea Selatan (M3) 9,6 10,6 11,9 12,7 12,2 10,4 8,4 7,0 8,0

ASEAN-6

Indonesia (M2) 14,9 18,9 15,3 17,1 16,9 14,7 20,4 17,4 16,3

Malaysia (M3) 12,3 9,5 12,1 14,2 13,5 11,9 7,3 5,7 7,6

Philipina (M3) 21,4 10,6 2,1 5,1 13,5 15,6 15,6 12,6 12,9

Singapura (M3) 19,1 14,1 12,5 7,9 10,4 11,6 11,0 12,1 11,8

Thailand (M2) 8,2 6,3 5,7 4,6 4,7 9,2 8,7 9,3 10,8

Vietnam 33,6 n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a n,a

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro (M3) 9,9 11,5 10,0 9,6 8,7 7,5 5,1 3,6 2,5

Inggris (M4) 12,5 12,3 11,7 11,4 12,2 16,3 17,8 13,6 12,5

Rusia (M2) 48,8 47,5 42,2 31,2 25,1 1,7 -9,5 -7,6 -8,4

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan (M3) 22,5 23,6 21,0 20,3 15,2 14,8 10,6 6,1 5,5

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

Page 173: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

L a m p i r a n

161

Tabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah

Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg, WEO Oktober 2009, ADB online, Moody's Mei 2009, Departemen Keuangan (2007)Keterangan:Cetak Tebal dan Miring = Proyeksi WEO Oktober 2009 (*), Proyeksi Moody's 2009 (**)

(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat -3,3 -2,2 -2,8 -5,9 -12,5-12,5-12,5-12,5-12,5 -10*-10*-10*-10*-10*

Argentina 1,8 1,8 1,1 1,4 -0,9-0,9-0,9-0,9-0,9 -1,1**-1,1**-1,1**-1,1**-1,1**

Brazil -3,4 -3,4 -2,6 -2,1 -3,3-3,3-3,3-3,3-3,3 -2,6**-2,6**-2,6**-2,6**-2,6**

Chile 4,7 7,9 9,0 5,4 -4,2-4,2-4,2-4,2-4,2 -0,8**-0,8**-0,8**-0,8**-0,8**

Meksiko -0,7 -1,5 -1,6 -1,3 -2,8-2,8-2,8-2,8-2,8 -2,1**-2,1**-2,1**-2,1**-2,1**

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia 2,6 2,1 1,6 -0,8 -4,3-4,3-4,3-4,3-4,3 -5,3*-5,3*-5,3*-5,3*-5,3*

China -1,3 -0,8 0,7 -0,4 -4,0-4,0-4,0-4,0-4,0 -4,8**-4,8**-4,8**-4,8**-4,8**

India -6,6 -5,5 -6,2 -9,3 -8,8-8,8-8,8-8,8-8,8 -8,3**-8,3**-8,3**-8,3**-8,3**

Jepang -5,0 -4,0 -2,5 -5,8 -10,5-10,5-10,5-10,5-10,5 -10,2*-10,2*-10,2*-10,2*-10,2*

Korea Selatan 1,9 1,8 3,8 2,3 -1,5-1,5-1,5-1,5-1,5 -2,1**-2,1**-2,1**-2,1**-2,1**

ASEAN-6

Indonesia -0,5 -0,9 -1,2 -1,0 -2,6-2,6-2,6-2,6-2,6 -1,7**-1,7**-1,7**-1,7**-1,7**

Malaysia -3,6 -3,3 -3,2 -4,8 -7,6-7,6-7,6-7,6-7,6 -8,2**-8,2**-8,2**-8,2**-8,2**

Philipina -2,7 -1,1 -1,5 -1,5 -3,0-3,0-3,0-3,0-3,0 -2,8**-2,8**-2,8**-2,8**-2,8**

Singapura -0,3 0,6 3,4 1,5 -3,6-3,6-3,6-3,6-3,6 -3,1**-3,1**-3,1**-3,1**-3,1**

Thailand 0,5 -0,5 -1,1 0,6 -3,3-3,3-3,3-3,3-3,3 -3,5**-3,5**-3,5**-3,5**-3,5**

Vietnam -1,1 -2,7 -6,0 -2,9 -5,1-5,1-5,1-5,1-5,1 -3,5**-3,5**-3,5**-3,5**-3,5**

EropaEropaEropaEropaEropa

Inggris -3,3 -2,6 -2,6 -5,1 -11,6-11,6-11,6-11,6-11,6 -13,2*-13,2*-13,2*-13,2*-13,2*

Rusia 8,1 8,4 5,0 4,3 -6,5-6,5-6,5-6,5-6,5 -2,8**-2,8**-2,8**-2,8**-2,8**

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan -0,2 0,4 1,4 -1,1 -2,8-2,8-2,8-2,8-2,8 -2,6**-2,6**-2,6**-2,6**-2,6**

Page 174: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

162

Tabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca Berjalan

Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: WEO Oktober 2009Keterangan:Cetak Tebal dan Miring = proyeksi WEO Oktober 2009

(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat -5,87 -5,98 -5,30 -4,90 -2,59-2,59-2,59-2,59-2,59 -2,21-2,21-2,21-2,21-2,21

Argentina 1,66 2,29 1,65 1,36 4,424,424,424,424,42 4,914,914,914,914,91

Brazil 1,59 1,25 0,116 -1,79 -1,27-1,27-1,27-1,27-1,27 -1,93-1,93-1,93-1,93-1,93

Chili 1,23 4,88 4,39 -2,03 0,700,700,700,700,70 -0,45-0,45-0,45-0,45-0,45

Meksiko -0,52 -0,46 -0,812 -1,45 -1,24-1,24-1,24-1,24-1,24 -1,33-1,33-1,33-1,33-1,33

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia -5,78 -5,35 -6,28 -4,60 -3,25-3,25-3,25-3,25-3,25 -5,57-5,57-5,57-5,57-5,57

China 7,19 9,53 10,99 9,85 7,817,817,817,817,81 8,578,578,578,578,57

India 0,10 2,98 2,43 -2,21 -2,21-2,21-2,21-2,21-2,21 -2,51-2,51-2,51-2,51-2,51

Jepang 3,63 3,91 4,81 3,20 1,921,921,921,921,92 2,042,042,042,042,04

Korea Selatan 1,77 0,57 0,56 -0,69 3,373,373,373,373,37 2,22,22,22,22,2

ASEAN-6

Indonesia 0,10 2,98 2,429 0,05 0,880,880,880,880,88 0,540,540,540,540,54

Malaysia 15,00 16,69 15,37 17,89 13,4213,4213,4213,4213,42 10,9610,9610,9610,9610,96

Philipina 2,01 4,55 4,94 2,53 3,193,193,193,193,19 1,181,181,181,181,18

Singapura 22,71 25,42 23,49 14,83 12,5712,5712,5712,5712,57 12,5312,5312,5312,5312,53

Thailand -4,33 1,05 5,71 -0,07 4,864,864,864,864,86 2,732,732,732,732,73

Vietnam -1,06 -0,27 -9,83 -11,92 -9,66-9,66-9,66-9,66-9,66 -9,44-9,44-9,44-9,44-9,44

EropaEropaEropaEropaEropa

Inggris -2,61 -3,41 -2,88 -1,73 -2,04-2,04-2,04-2,04-2,04 -1,95-1,95-1,95-1,95-1,95

Rusia 11,05 9,54 5,89 6,11 3,623,623,623,623,62 4,554,554,554,554,55

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan -4,03 -6,31 -7,31 -7,41 -4,96-4,96-4,96-4,96-4,96 -6,54-6,54-6,54-6,54-6,54

Page 175: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

L a m p i r a n

163

Sumber: IFS Oktober-09 dan The Economist edisi 12 November 2009Keterangan: Tidak termasuk emas

Tabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan Devisa

2008 2009Negara 2006 2007

Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat 54,9 59,5 64,7 64,7 60,8 66,6 63,9 64,1 115,8

Argentina 30,9 44,7 47,5 45,9 45,5 44,9 44,9 44,9 45,8

Brazil 85,2 179,4 191,9 199,8 205,5 192,8 189,4 200,5 220,6

Chili 19,4 16,8 17,9 20,3 24,2 23,2 23,0 24,0 26,4

Meksiko 76,3 87,1 90,2 94,0 98,7 88,5 90 82,9 84,4

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia 53,4 24,8 31,0 32,1 26,5 30,7 30,2 40,0 41,7

China 1.068,5 1.528,0 1.700,0 1.808,0 1.905,6 1.946,0 1.953,7 2.131,6 2.272,6

India 170,7 267,0 291,3 302,1 282,7 245,9 232,2 253,7 254,6

Jepang 879,7 952,8 992,6 376,2 974,1 982,8 985,9 988,5 1.018,0

Korea Selatan 238,9 262,2 264,2 247,5 239,7 201,2 206,3 231,7 264,2

ASEAN-6

Indonesia 41,1 55,0 54,9 57,3 55,0 49,6 52,7 55,4 60,0

Filipina 20,0 30,2 32,7 36,9 32,8 32,7 35,0 34,9 37,9

Malaysia 82,1 101,1 120,0 125,5 109,4 91,0 87,4 91,9 94,8

Singapura 136,3 167,7 177,6 176,7 169,9 174,2 167,1 173,2 184,3

Thailand 65,3 90,3 107,5 103,2 100 108,7 113,7 115,4 129,1

Vietnam 13,4 23,6 25,0 21,0 22,4 23,8 22,6 20,9 19,1

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro 197,0 214,9 233,8 230,1 220,3 232,2 206,8 214,4 278,8

Inggris 40,7 49,0 50,7 48,5 42,4 44,6 39,9 45,1 56,1

Rusia 295,6 464,4 493,3 592,3 542,1 426 368,1 396 394,6

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan 23,1 29,6 30,6 31,1 30,9 30,2 30,0 32,0 35,6

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

Page 176: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

164

Tabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USD

Negara 2003 2004 2005 2006 2007

Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode

20082008

Sumber : Bloomberg, diolahKeterangan : -

TW1 TW2 TW3 TW4

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Argentina (Peso) 2,95 2,94 2,92 3,07 3,12 3,15 3,12 3,05 2,96 3,07 3,55 3,73 3,83

Brazil (Real) 3,07 2,92 2,43 2,18 1,95 1,74 1,65 1,67 2,78 1,96 2,32 2,08 1,87

Chili (Peso) 689,99 609,14 559,44 530,53 522,28 462,89 471,41 515,87 591,57 510,43 606,60 566,21 545,49

Meksiko (Peso) 10,80 11,29 10,89 10,91 10,93 10,81 10,43 10,32 11,32 10,72 14,38 13,32 13,27

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia (Dollar) 0,65 0,74 0,76 0,75 0,84 0,91 0,94 0,89 0,67 0,85 0,66 0,76 0,83

China (Yuan) 8,28 8,28 8,19 7,97 7,61 7,17 6,96 6,84 6,84 6,95 6,84 6,83 6,83

India (Rupee) 46,57 45,29 44,10 44,41 41,35 39,80 41,65 43,76 48,76 43,49 49,80 48,68 48,41

Jepang (Yen) 115,89 108,13 110,18 116,34 117,80 105,07 104,59 107,60 95,98 103,31 93,67 97,38 93,58

Korea Selatan (Won) 1.192 1.145 1.024 955 929 954 1.018 1.066 1.365 1.101 1.415 1.286 1.239

ASEAN-6

Indonesia (Rupiah) 8.572 8.936 9.712 9.165 9.139 9.260 9.257 9.223 11.048 9.697 11.623 10.542 9.985

Malaysia (Ringgit) 3,80 3,80 3,79 3,67 3,44 3,23 3,21 3,34 3,55 3,33 3,63 3,55 3,52

Philipina (Peso) 54,21 56,05 55,04 51,26 46,10 40,86 42,95 45,54 48,34 44,42 47,78 47,85 48,14

Singapura (Dollar) 1,74 1,69 1,66 1,59 1,51 1,41 1,37 1,40 1,49 1,42 1,51 1,47 1,44

Thailand (Bath) 41,52 40,26 40,27 37,91 32,33 31,00 32,27 33,89 34,83 33,00 35,33 34,73 33,96

Vietnam (Dong) 15.510 15.741 15.856 15.991 16.083 15.950 16.267 16.676 16.903 16.449 17.508 17.784 17.818

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro (USD/Euro) 1,13 1,24 1,24 1,22 1,37 1,50 1,56 1,50 1,32 1,47 1,31 1,36 1,43

Inggris (Poundsterling) 1,64 1,83 1,82 1,84 2,00 1,98 1,97 1,89 1,57 1,85 1,43 1,55 1,64

Rusia (Ruble) 30,68 28,80 28,29 27,17 25,57 24,34 23,62 24,29 27,33 24,90 34,06 32,18 31,30

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan (Rand) 7,54 6,43 6,37 6,77 7,05 7,54 7,77 7,79 9,96 8,27 9,93 8,45 7,80

2009

TW1 TW2 TW3

Page 177: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

L a m p i r a n

165

Tabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia

Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode

20082008

Sumber : Bloomberg, diolahKeterangan : -

TW1 TW2 TW3 TW4

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat (Dollar) 10.256 9.675 8.685 8.845 9.712 9.165 9.139 9.260 9.257 9.223 11.048 9.697 11.623 10.542 9.985

Argentina (Peso) 10.259 3.301 2.913 2.993 3.323 2.981 2.933 2.940 2.966 3.028 3.727 3.165 3.277 2.828 2.607

Brazil (Real) 4.747 3.515 2.720 3.201 3.990 4.213 4.709 5.322 5.594 5.531 3.969 5.104 5.019 5.077 5.349

Chili (Peso) 16,36 14,08 13,32 15,44 18,39 17,28 17,51 20,00 19,64 17,88 18,68 19,05 19,16 18,62 18,30

Meksiko (Peso) 1.073,49 967,82 806,47 899,29 891,71 840,78 836,26 856,61 887,94 893,29 976,38 903,56 808,54 791,59 752,24

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia (Dollar) 5.375 5.163 5.681 6.779 7.214 6.848 7.729 8.427 8.741 10.386 16.429 10.996 17.478 13.853 11.974

China (Renminbi) 1.217 1.169 1.049 1.069 1.170 1.157 1.196 1.291 1.331 1.348 1.616 1.397 1.700 1.543 1.462

India (Rupee) 212,25 201,01 185,52 198,98 215,89 202,35 221,24 232,66 222,26 210,76 226,59 223,07 233,41 216,58 206,24

Jepang (Yen) 84,38 77,17 76,94 84,34 86,91 78,60 77,31 88,13 88,50 85,72 115,12 94,37 124,08 108,26 106,70

Korea Selatan (Won) 7,95 7,73 7,30 8,01 9,49 9,60 9,83 9,71 9,09 8,65 8,09 8,89 8,21 8,20 8,06

ASEAN-5

Malaysia (Ringgit) 2.699 2.546 2.286 2.328 2.565 2.500 2.660 2.867 2.884 2.762 3.113 2.907 3.206 2.969 2.837

Philipina (Peso) 198,28 184,18 159,79 158,28 175,26 179,82 198,41 226,63 215,53 202,53 228,54 218,31 243,25 220,31 207,42

Singapura (Dollar) 2.945 5.395 5.057 5.317 5.835 5.770 6.068 6.567 6.779 6.588 7.437 6.843 7.681 7.159 6.942

Thailand (Baht) 230,34 221,34 210,14 225,40 241,17 241,87 283,14 298,71 286,82 272,15 317,18 293,71 328,95 303,56 293,98

Vietnam (Dong) 0,67 0,64 0,56 0,57 0,61 0,57 0,57 0,58 0,57 0,55 0,65 0,59 0,66 0,59 0,56

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro (Euro) 9.175 9.321 9.998 11.565 12.067 11.512 12.524 13.890 14.471 13.871 14.586 14.205 15.178 14.370 14.280

Inggris (Pound) 14.765 14.762 14.723 16.397 17.652 16.888 18.295 18.335 18.254 17.465 17.345 17.850 16.665 16.365 16.383

Rusia (Rubbel) 351,36 310,56 284,01 311,18 343,25 337,38 357,62 380,44 391,92 379,68 404,19 389,06 341,29 327,60 318,96

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan (Rand) 1.063 956 1.152 1.447 1.526 1.361 1.297 1.228 1.191 1.185 1.109 1.178 1.170 1.247 1.281

2009

TW1 TW2 TW3

Page 178: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

166

Tabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks Saham

Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode Rata-rata Periode

20082008

Sumber : BloombergKeterangan : -

TW1 TW2 TW3 TW4

2009

TW1 TW2 TW3

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat (S&P 500) 1.194 994 965 1.131 1.192 1.310 1.477 1.351 1.372 1.252 912 1.222 808 893 996

Argentina (MERV) 367 400 732 1.108 1.493 1.746 2.157 2.073 2.136 1.786 1.081 1.769 1.078 1.444 1.778

Brazil (BVSP) 14.033 11.446 14.449 22.314 27.551 38.085 53.189 61.193 67.501 49.957 37.269 53.980 39.717 49.434 55.914

Chili (IGPA) 5.234 8.796 6.129 7.880 9.439 10.802 14.140 13.043 14.134 13.608 11.561 13.087 12.007 13.855 15.305

Meksiko (BOLSA) 6.115 6.517 7.092 10.534 13.561 20.735 29.711 28.789 31.002 26.714 20.589 26.774 19.552 23.366 27.380

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia (All Ord.) 3.243 3.173 3.058 3.556 4.281 5.079 6.230 5.672 5.657 5.012 3.832 5.043 3.418 3.804 4.311

China (Shanghai) 1.956 1.567 1.468 1.483 1.154 2.125 4.211 4.483 3.316 2.508 1.922 3.057 2.143 2.641 3.060

India (BSE) 3.487 3.261 3.876 5.563 7.393 11.438 15.535 17.772 16.060 14.105 9.688 14.406 9.178 13.078 15.423

Jepang (Nikkei 225) 12.094 10.123 9.311 11.179 12.423 16.113 17.001 13.287 13.810 12.778 8.719 12.148 7.925 9.302 10.129

Korea Selatan (KOSPI) 573 757 680 833 1.074 1.334 1.714 1.692 1.793 1.519 1.132 1.534 1.145 1.371 1.564

ASEAN-6

Indonesia (JSX) 404 509 509 795 1.090 1.424 2.176 2.605 2.363 2.106 1.308 2.095 1.343 1.822 2.289

Malaysia (KLSE) 637 711 705 851 904 956 1.310 1.357 1.253 1.094 888 1.148 884 1.015 1.161

Philipina (PCOM) 1.348 1.212 1.195 1.603 1.973 2.368 3.426 3.161 2.780 2.569 1.995 2.626 1.901 2.280 2.731

Singapura (STI) 1.642 1.572 1.466 1.843 2.149 2.488 3.372 3.036 3.119 2.745 1.819 2.680 1.673 2.128 2.551

Thailand (SET) 303 366 485 663 698 719 768 807 822 674 446 687 435 537 650

Vietnam (Ho Chi Min) 313 193 153 239 263 503 1.008 726 458 474 343 500 276 396 500

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro (DJ Stoxx 50) 4.046 3.051 2.420 2.805 3.208 3.794 4.317 3.807 3.704 3.279 2.501 3.323 2.162 2.381 2.661

Inggris (FTSE 100) 5.557 4.589 4.050 4.521 5.161 5.920 6.405 5.881 5.983 5.354 4.260 5.370 4.034 4.264 4.715

Rusia (RTS. $ terms) 195 345 470 625 804 1.541 1.978 2.044 2.276 1.753 704 1.694 591 934 1.061

AfrikaAfrikaAfrikaAfrikaAfrika

Afrika Selatan (JSE AS) 8.817 10.305 8.900 11.021 14.772 21.202 28.234 28.754 31.444 26.725 20.551 26.868 20.290 21.837 24.325

Page 179: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

L a m p i r a n

167

Tabel 12. Harga Komoditi DuniaTabel 12. Harga Komoditi DuniaTabel 12. Harga Komoditi DuniaTabel 12. Harga Komoditi DuniaTabel 12. Harga Komoditi Dunia

Akhir Periode Rata-rata

TotalTotalTotalTotalTotal

Indeks 219,3 145,7 140,8 178,5 167,5 241,0 159,9 225,6 145,5 168,8 173,4

EnergiEnergiEnergiEnergiEnergi

Indeks 213,74 126,85 102,67 122,5 118,8 244,7 152,7 212,0 109,5 111,1 119,0

Harga spot

Minyak WTI (USD/barrel) 100,6 44,6 49,7 69,9 70,6 118,1 44,6 99,7 42,6 59,7 68,1

Batubara (USD/ton) 112,5 62,5 47,5 48,0 52,3 104,3 79,6 92,0 56,3 47,7 52,2

Gas Alam (USD/Mn Btu) 7,2 5,6 3,6 3,7 3,3 9,0 6,4 8,9 4,6 3,7 3,2

LogamLogamLogamLogamLogam

Indeks 220,7 140,7 146,6 184,2 173,2 238,9 157,5 212,0 146,9 170,7 186,2

Harga spot

Emas (USD/ounce) 871,0 882,1 919,2 926,6 1007,7 864,6 795,2 869,5 908,1 922,7 960,7

Timah (USD/mt) 17.200 29.755 10.400 14.150 14.900 20.356 13.003 18.315 10.980 13.430 14.376

Tembaga (USD/mt) 6.360 3.070 4.040 4.967 6.159 7.584 3.932 6.891 3.475 4.708 5.856

Alumunium (USD/mt) 2.425 1.540 1.392 1.630 1.890 2.846 1.885 2.630 1.406 1.530 1.836

Nikel (USD/mt) 15.850 11.700 9.850 15.375 17.895 19.172 11.113 21.323 10.676 13.147 17.576

PanganPanganPanganPanganPangan

Indeks 220,9 159,4 157,9 201,7 172,2 256,6 165,5 230,0 164,0 196,0 184,9

Harga spot

Jagung (USD/bushel) 4,4 3,7 3,8 3,4 3,3 5,4 3,5 4,9 3,5 3,9 3,2

Gandum (USD/bushel) 6,3 5,6 5,2 5,2 3,9 7,5 5,1 7,8 5,3 5,6 4,4

Gula (Cents/pound) 15,1 12,8 13,5 22,7 23,7 15,0 12,7 13,8 13,6 21,0 22,1

Kedelai (USD/bushel) 9,8 9,6 9,4 11,5 9,2 13,1 8,6 11,9 9,3 11,2 10,5

Beras (USD/mt) 729,0 548,0 620,0 486,0 602,0 752,7 579,3 700,2 624,8 555,5 570,8

CPO (USD/mt) 650,9 468,9 578,9 646,2 625,6 840,8 452,3 860,1 531,2 646,2 641,3

TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

Sumber: Bloomberg, IMF, diolahKeterangan:Indeks Harga Komodoti, harga rata-rata bulanan 2000-2006 = 100

TW3 TW4

2008 20082009 2009

TW1 TW2 TW32008

Page 180: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

168

Tabel 13. Yield Obligasi IndonesiaTabel 13. Yield Obligasi IndonesiaTabel 13. Yield Obligasi IndonesiaTabel 13. Yield Obligasi IndonesiaTabel 13. Yield Obligasi Indonesia

Indonesia, Indonesia, Indonesia, Indonesia, Indonesia, sovereignsovereignsovereignsovereignsovereign

INDO'17 (coupon = 7,5%) 3-Feb-06 7,00% - - - 6,78 6,22 7,92 8,24

INDO'14 (coupon = 6,75%) 3-Mar-04 6,85% - 7,50 6,85 6,62 6,08 7,46 7,33

INDO'15 (coupon = 7,25%) 13-Apr-05 7,38% - - 7,27 6,69 6,15 7,70 7,66

INDO'16 (coupon = 7,5%) 5-Oct-05 7,63% - - 7,33 6,76 6,21 7,80 7,92

INDO'35 (coupon = 8,5%) 5-Oct-05 8,63% - - 8,23 7,36 6,89 8,58 9,03

INDO'37(coupon = 6,75%) 7-Feb-07 6,75% - - - - 6,89 8,44 8,72

INDO'38(coupon = 6,75%) 17-Jan-08 7,75% - - - - - 8,63 9,00

INDO'18(coupon = 6,875%) 17-Jan-08 6,95% - - - - - 7,96 8,31

New INDO'14 (coupon = 10,375%) 26-Feb-09 10,50% - - - - - - 7,00

INDO'19 (coupon=11,625%) 26-Feb-09 11,75% - - - - - - 8,12

CorporateCorporateCorporateCorporateCorporate

INDOSAT - - 7,10 7,37 7,26 8,35 8,04

EXCELCOMINDO - - - 7,50 7,31 8,52 8,72

PGN - - - - 7,33 7,51 7,35

Peers, Peers, Peers, Peers, Peers, SovereignSovereignSovereignSovereignSovereign

PERU - 8,42 6,87 6,59 5,83 6,09 5,81

PHILIPPINE 8,39 8,70 7,98 6,81 6,10 6,37 5,44

TURKEY 8,19 7,75 6,73 6,82 6,41 6,94 6,18

G3, G3, G3, G3, G3, SovereignSovereignSovereignSovereignSovereign

US TREASURY - 4,21 4,29 4,79 4,54 2,99 3,09

JAPAN BOND - - 1,33 1,67 1,46 1,12 1,38

GERMAN BOND - 4,01 3,31 3,73 4,19 3,78 3,24

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg diolahKeterangan :Peru : Peru'16Philipine : Philip'14UST : UST'18Japan : Japan'19German : German'19Indosat : Indosat'12Excelcomindo : Excelcomindo'13PGN : PGN'13

Issuancedate

TahunYield atIssuance

(s/d TW3-09)(s/d TW3-09)(s/d TW3-09)(s/d TW3-09)(s/d TW3-09)

Page 181: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

L a m p i r a n

169

Tabel 14. Sukuk IssuanceTabel 14. Sukuk IssuanceTabel 14. Sukuk IssuanceTabel 14. Sukuk IssuanceTabel 14. Sukuk Issuance

Total Penerbitan Sukuk 985,83 5.817,06 7.209,53 10.758,00 27.166,99 46.649,61 15.773,15 1.656,28 6.682,49 12.001,96

Sovereign issued 800,00 1.180,00 1.487,79 706,50 1.876,65 7.610,99 2.227,58 836,88 2.895,22 3.613,22

Quasi sovereign issued - - - - 4.270,00 2.183,00 3.826,72 585,04 2.304,93 6.567,72

Corporate issued 185,83 4.637,06 5.721,74 10.051,50 21.020,34 36.855,62 9.718,85 234,36 1.482,34 1. 821,02

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 20082009

TW 1 TW 2 TW 3

Sumber: IFIS

Juta USDJuta USDJuta USDJuta USDJuta USD

Page 182: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2009

170

Tabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok PeminjamTabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok PeminjamTabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok PeminjamTabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok PeminjamTabel 15. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Menurut Kelompok Peminjam

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

(Juta USD / Million of USD)(Juta USD / Million of USD)(Juta USD / Million of USD)(Juta USD / Million of USD)(Juta USD / Million of USD)

1.1.1.1.1. Pemerintah dan Bank Sentral/ Pemerintah dan Bank Sentral/ Pemerintah dan Bank Sentral/ Pemerintah dan Bank Sentral/ Pemerintah dan Bank Sentral/

Government and Central BankGovernment and Central BankGovernment and Central BankGovernment and Central BankGovernment and Central Bank 74.661 81.666 82.725 80.100 75.809 80.609 86.576 85.780 88.229 93.864

1.1 Pemerintah / Government 63.658 69.244 70.153 69.272 73.051 76.920 85.122 83.728 85.584 89.466

1.2 Bank Sentral / Central Bank 11.003 12.422 12.572 10.827 2.758 3.688 1.454 2.052 2.645 4.397

2.2.2.2.2. Swasta / Private Swasta / Private Swasta / Private Swasta / Private Swasta / Private 56.682 53.735 54.299 50.580 52.927 56.032 62.565 62.201 61.814 67.880

2.1 Bank 4.870 4.316 3.909 4.057 4.573 5.401 5.668 4.985 4.585 5.427

2.2 Bukan Bank / Nonbank 51.812 49.419 50.390 46.523 48.354 50.631 56.897 57.217 57.229 62.452

2.2.1. LKBB / Nonbank Financial Corporations 2.772 3.221 4.306 2.329 2.017 2.114 3.167 3.836 3.641 3.671

2.2.2. Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan /

Nonfinancial Corporations 49.040 46.198 46.084 44.194 46.337 48.517 53.729 53.380.5 53.588 58.781

TOTAL (1+2)TOTAL (1+2)TOTAL (1+2)TOTAL (1+2)TOTAL (1+2) 131.343 135.401 137.024 130.680 128.736 136.640 149.141 147.982 150.043 161.743

Mar Jun Sep

2009

Sumber: Direktorat Internasional-Bank Indonesia

Page 183: Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerjasama Internasional Triwulan III 2009

cxlvii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Tim PenyusunPEKKI Triwulan III-2009

Sri Fitriani , Ita Vianty, Dian Avianti, Cecep Ridwan, Gilang Andrianty, dan Rini Satriani

Kontributor Bahan dan Data

Editor : Editor : Editor : Editor : Editor : Aida S. Budiman

BAB I Pendahuluan: Sri Fitriani

BAB II Perkembangan Perekonomian Dunia (Editor: Ita Vianty)

Ekonomi Dunia: Ita Vianty

Amerika Serikat: Dian Avianti

Kawasan Eropa (Kawasan Euro dan Inggris): Cecep Ridwan

Asia Pasifik: Rini Satriani dan Ita Vianty

Amerika Latin (Brasil, Meksiko, Argentina): Gilang Andrianty dan Dian Avianti

Afrika dan Timur Tengah: Gilang Andrianty dan Ita Vianty

Boks 2.1. Proyeksi PDB Terkini: World Economic Outlook, IMF-Oktober 2009: Cecep Ridwan

BAB III Pasar Keuangan dan Komoditi (Editor: Sri Fitriani)

Pengantar: Sri Fitriani

Perkembangan Pasar Valuta Asing: Gilang Andrianty dan Sri Fitriani

Pasar Saham: Gilang Andrianty dan Sri Fitriani

Pasar Obligasi: Arlyana Abubakar, Tora Erita Siallagan, Diah Indira dan Farida Nur Isnaini

Pasar Keuangan Syariah: Arlyana Abubakar, Satwika Lulu, dan Heri Afrianto

Pasar Komoditi: Gilang Andrianty dan Sri Fitriani

BAB IV Perkembangan Kerjasama Internasional (Editor: Dian Avianti)

Herawanto, Shinta Respati, Susanti Aryaji, Rita Morena, Wahyu Pratomo dan Iss Savitri

Arief Adrianto

BAB V Artikel: Tematik (Editor: Cecep Ridwan)

Urgency Exit Strategy: Indikasi Awal Pemulihan Ekonomi dan Kekhawatiran Ancaman Inflasi Kedepan:

Tim Studi ASEAN

Mata Uang Internasional: Peran USD dan Potensi Internasionalisasi Renmimbi: Tim Studi ASEAN

Rapor Biru Indonesia dalam Indikator Persepsi Internasional: Current Assessment dan Future Assignment:

Arlyana Abubakar, Sari Nadia Z. Rizal, dan Hery Afrianto

Boks 5.1. Upaya China Mengurangi Ketergantungan Terhadap USD: Tim Studi ASEAN

Lampiran (Tabel dan Grafik)

Gilang Andrianty, Rini Satriani, Farida Nur Isnaini dan Satwika Lulu