perkembangan arsitektur yunani

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut pendapat Banhart C.L. dan Jess Stein tahun 1959, Arsitektur adalah seni dalam mendirikan bangunan termasuk di dalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik, dan fungsi . Arsitektur itu merupakan kesatuan dari kekuatan ( firmitas ), keindahan ( venustas ), dan kegunaan atau fungsi ( utilitas ). Arsitektur menciptakan ruang dengan cara yang benar-benar direncanakan dan dipikirkan. Pembaharuan arsitektur yang berlangsung terus menerus sebenarnya berakar dari pembaharuan konsep-konsep ruang (Wiryawan, penjelasan kuliah Studio Perancangan Arsitektur 1, 2014) . Arsitektur klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban atau jaman dimana manusia sudah mulai mengenal tulisan secara formal. Langgam ini banyak dijumpai di Benua Eropa. Pada zamannya, ketika itu, bangunan dibangun dengan tujuan sebagai tempat berlindung, tempat berkumpul dengan masyarakat lain, dan sebagai wadah penyembahan Tuhan. Menurut Robert Morkot (1997:12) dalam Sulastri tahun 2009, dijelaskan bahwa Yunani adalah sebuah Negara yang terletak di kawasan Eropa Selatan tepatnya di semenanjung Balkan yang berbatasan dengan Makedonia, Albania, Bulgaria dan Turki. Negara ini terletak di wilayah Laut Mediterania dengan 1

Upload: nyoman-ratih-prabandari

Post on 21-Dec-2015

484 views

Category:

Documents


86 download

DESCRIPTION

Sejarah, Filosofi, Prinsip dan karakteristik Arsitektur Yunani

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Arsitektur Yunani

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut pendapat Banhart C.L. dan Jess Stein tahun 1959, Arsitektur adalah seni

dalam mendirikan bangunan termasuk di dalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan

penyelesaian dekorasinya membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk,

teknik, dan fungsi . Arsitektur itu merupakan kesatuan dari kekuatan (firmitas), keindahan

(venustas), dan kegunaan atau fungsi (utilitas). Arsitektur menciptakan ruang dengan cara

yang benar-benar direncanakan dan dipikirkan. Pembaharuan arsitektur yang berlangsung

terus menerus sebenarnya berakar dari pembaharuan konsep-konsep ruang (Wiryawan,

penjelasan kuliah Studio Perancangan Arsitektur 1, 2014).

Arsitektur klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban atau jaman dimana

manusia sudah mulai mengenal tulisan secara formal. Langgam ini banyak dijumpai di Benua

Eropa. Pada zamannya, ketika itu, bangunan dibangun dengan tujuan sebagai tempat

berlindung, tempat berkumpul dengan masyarakat lain, dan sebagai wadah penyembahan

Tuhan.

Menurut Robert Morkot (1997:12) dalam Sulastri tahun 2009, dijelaskan bahwa

Yunani adalah sebuah Negara yang terletak di kawasan Eropa Selatan tepatnya di

semenanjung Balkan yang berbatasan dengan Makedonia, Albania, Bulgaria dan Turki.

Negara ini terletak di wilayah Laut Mediterania dengan luas totalnya kurang lebih 131.957

km2 dan menjadi salah satu negara dengan kebudayaan dan peradaban paling tua di Eropa.

Yunani merupakan Negara tempat lahirnya budaya Barat.

Dalam Sejarah Yunani, peradaban Yunani Kuno dimulai dari periode Yunani Purba,

yaitu pada abad ke – 8 sampai dengan abad ke- 6 SM. Sebenarnya, sejak tahun 2000-800 SM

di Yunani Kuno telah kedatangan bangsa pengembara (nomad) dari rumpun Indo-Eropa

(Indo-Jerman, Arya, Armenia, dan Media). Bangsa yang juga disebut bangsa Hellas (Hellen)

ini berasal dari daerah Laut Kaspia. Penduduk Pulau Kreta, Bangsa Mekene, dengan bangsa

Hellas pun akhirnya hidup bersama. Namun kondisi penduduk asli kian terdesak oleh bangsa

pendatang. Mereka diwajibkan bekerja kasar dan dijadikan budak. Percampuran antara

bangsa asli dan bangsa pendatang itulah yang menjadi nenek moyang bangsa Yunani Kuno.

(Prijohutomo, 1953:87).

1

Page 2: Perkembangan Arsitektur Yunani

Karena kondisi alamnya yang kurang baik, masyarakat bangsa Yunani menyebar  lagi

ke daerah-daerah sekitar Pulau Sicilia, Italia, Perancis, Kepulauan Aegeia, dan Afrika Utara.

Mereka kemudian membentuk negara-negara kecil yang berpusat di kota. Pusat kota ini

memiliki batas-batas wilayah yang teritorialnya dibatasi oleh benteng. Di dalam benteng itu

segala bentuk kehidupan diatur secara terorganisir seperti layaknya suatu negara. Negara

kecil seperti itu disebut polis atau negara kota. Pada jaman itu terdapat banyak sekali polis

yang masing-masing terpisah dan berdiri sendiri. Diantara polis-polis itu sering terjadi

peperangan untuk memperluas wilayah dan pengaruhnya. Polis yang menang akan menjadi

polis besar dan membawahi polis kecil lainnya. Polis-polis itu diantaranya Athena, Sparta,

Thebe, Coronthia, dan Argos (Sulastri, 2009)

Pada awal abad ke-7 SM sampai dengan abad ke 6 SM terjadi persaingan antarpolis.

Polis Sparta dan Athena yang akhirnya mendominasi sejarah perkembangan Yunani. Polis

Sparta terletak di Jazirah Peloponesus bagian Selatan. Sparta merupakan negara militer yang 

ketat, apalagi setelah terjadi pemberontakan di wilayahnya pada abad ke-7 SM. Lycurgus,

seorang tokoh Sparta mengadakan pembaruan perundang-undangan yang menyangkut

masalah pemerintahan, militer dan semua perikehidupan warga Sparta yang ketat. Hal itu

menjadikan Sparta menjadi negara militer yang kuat. Polis Athena terletak di Semenanjung

Attica. Kehidupan masyarakat Athena lebih demokratis dan hak perorangan dijamin oleh

negara. Rakyat Athena lebih menaruh perhatian terhadap seni, olahraga, ilmu pengetahuan,

filsafat, serta kemerdekaan berpikir dan berpendapat. Karena faktor tersebut, Athena tumbuh

menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan sehingga melahirkan filsuf besar seperti

Socrates, Plato dan Aristoteles. (Fatriansyah, 2013).

Arsitektur Yunani sangat terkenal di dunia. Arsitektur Yunani sangat erat kaitannya

dengan Arsitektur klasik karena arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain

yang mengacu pada zaman klasik Yunani. Dalam sejarah arsitektur, arsitektur klasik juga

nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.

Tidak heran jika arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung

yang rumit. Seperti atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail yang

sempurna.

Pada periode klasik, peradaban di Yunani sudah mulai percaya dengan adanya

kekuatan-kekuatan yang lebih besar di luar kemampuan mereka. Atas dasar ketakutan inilah

mereka menyembah Tuhan dan mengenal dewa-dewa yang merupakan perwujudan dari

manifestasi Tuhan. Mereka pun banyak membangun kuil-kuil atau tempat ibadah lainnya.

Karena kecintaan mereka kepada Sang Pencipta, mereka membangun kuil dan tempat ibadah

2

Page 3: Perkembangan Arsitektur Yunani

sedetail, dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen yang sebagian besar

bergaya Ionia untuk menambah nilai estetika bangunan. Demokrasi mencegah orang Yunani

membangun istana maupun makam yang besar. Karena demokrasi menjunjung tinggi

kesetaraan. Setiap orang dianggap setara dan sederajat, maka dari itu masyarakat Yunani

lebih banyak membangun tempat umum, dimana orang-orang dapat berkumpul,

bersosialisasi, dan berdiskusi dengan sesama. Kemudian pada periode Hellenistik, muncul

jenis produk arsitektur yang baru, seperti Theater atau amphiteather, dsb. Penataan kotanya

pun lebih rapi, karena dirancang penuh dengan perencanaan yang matang (Prijohutomo,

1953:88).

Dan masih banyak lagi produk arsitektur yang dibangun bernapaskan Arsitektur

Yunani. Hingga kini, peninggalan-peninggalan Arsitektur Yunani masih terjaga dan menarik

jutaan wisatawan mancanegara. 

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan-

permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana filosofi dan prinsip umum dari Arsitektur Yunani?

2. Bagaimana karakter dan pengaruh Arsitektur Yunani terhadap bangunan-

bangunan yang ada di Yunani dan di dunia?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan permasalahan-permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan

tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui filosofi dan prinsip umum dari Arsitektur Yunani.

2. Untuk mengetahui karakter dan pengaruh Arsitektur Yunani terhadap

bangunan-bangunan yang ada di Yunani dan di dunia.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut.

1. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan mengenai filosofi, prinsip dasar, dan

karakter Arsitektur Yunani.

2. Sebagai motivasi untuk melanjutkan inovasi-inovasi dalam mengembangkan

Arsitektur di masa sekarang dan selanjutnya berdasarkan filosofi, prinsip dasar,

dan karakter dari Arsitektur Yunani.

3

Page 4: Perkembangan Arsitektur Yunani

1.5 Metodologi Teknik Pengambilan Data

Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka. Dengan mengambil

beberapa sumber yang relevan, baik itu dari media elektronik maupun non-elektronik,

seperti: pada internet ataupun buku-buku referensi lainnya yang dapat mendukung

pembuatan makalah ini serta disusun secara terstruktur (berhubungan), sesuai dengan

topik yang akan dibahas, yakni mengenai Perkembangan Arsitektur Yunani.

4

Page 5: Perkembangan Arsitektur Yunani

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filosofi dan Prinsip Umum dari Arsitektur Yunani

2.1.1 Filosofi

Filosofi adalah kajian dan studi mengenai dasar pengetahuan dan proses yang

digunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan mengenai suatu kehidupan.

Filosofi memberi pernyataan secara tidak langsung mengenai system keyakinan dan

kepercayaan. Setiap filosofi individu akan dikembangkan dan akan mempengaruhi tingkah

laku dan sikap individu tersebut. Seseorang akan mengembangkan filosofinya melalui belajar

dan hubungan interpersonal, pengalaman pendidikan formal dan informal, keagamaan,

budaya, dan lingkungannya (Craig, 2009 : 2).

Kehidupan Penduduk Yunani yang masih jauh dari kata modern sangat bergantung

dengan alam. Mereka merasa alam selalu memberi mereka berkah untuk bisa bertahan hidup.

Alam menyediakan tempat untuk bernaung, alam menyediakan bahan-bahan makanan untuk

mereka santap agar bisa bertahan hidup, alam juga menyediakan bahan-bahan material untuk

membuat tempat tinggal. Alam memelihara kehidupan mereka. Hal ini menumbuhkan filosofi

masyarakat Yunani mengenai keyakinan adanya kekuatan alam dan keyakinan ini pun

berkembang.

Maka dari itu, penduduk Yunani sangat mencintai alam. Kecintaan mereka terhadap

alam dalam segala bentuknya, membuat masyarakat Yunani memeluk agama yang

mendewakan alam. Karena cinta alam, bangunan dan arsitektur merekapun selalu disesuaikan

dengan alam setempat, seperti misalnya pada bangunan arsitektur Yunani banyak terdapat

tangga-tangga, yang mana ketika itu masih belum ditemukan teknologi untuk mengurug dan

meratakan kontur tanah berbukit di daerah Yunani. Disamping mendewakan alam, mereka

juga mendewakan manusia. Bukan hanya pada tingkat raja-raja saja, namun juga pada

manusia biasa yang mempunyai kemampuan tinggi melebihi manusia lainnya, seperti

misalnya : jago lari, gulat, sastra, dsb (Salain, 1984 : 2)

Kemudian ketika pola pikir masyarakat semakin maju, dari perjalanan hidup mereka,

masyarakat Yunani mulai belajar banyak hal dari kehidupan mereka dan menyadari bahwa

ada kekuatan yang lebih dahsyat yang dipercaya mampu mengendalikan manusia dan alam.

5

Page 6: Perkembangan Arsitektur Yunani

Sehingga penduduk Yunani Kuno memuja banyak dewa atau bersifat politeisme. Dewa itu

dianggap seperti manusia dan mempunyai sifat seperti manusia juga, tetapi kemampuan dan

kekuatannya lebih besar, rupanya lebih indah, dan hidupnya kekal atau tidak mati. Para dewa

itu bersemayam di bukit Olympus dibawah pimpinan Dewa Zeus. Sosok dewa digambarkan

sama dengan kehidupan manusia, entah itu memiliki sifat yang baik dan buruk, maupun jenis

kelaminnya laki-laki dan perempuan (dewa dan dewi). Bahkan saling berperang satu dengan

lain. Dewa-dewa yang dipuja disesuaikan dengan pilihan masing-masing atau berdasarkan

jenis usaha yang dijalani. Selain dewa-dewi mereka juga memuja hero atau pahlawan yaitu

manusia setengah dewa yang sakti namun hidupnya tidak kekal atau dapat mati. Salah satu

hero yang terkenal adalah Hercules (Evslin, 2012 : 3) .

Berdasarkan filosofi yang dianut dan dikembangkan masyarakat Yunani,

menyebabkan masyarakat Yunani banyak membangun tempat-tempat ibadah atau kuil-kuil

pemujaan di jaman ini. Biasanya produk arsitektur yang diciptakan masyarakat Yunani ini

menyesuaikan dengan alam, dari bebaturannya sampai ornamennya.

2.1.2 Prinsip Dasar dan Karakter

Prinsip merupakan petunjuk arah layaknya kompas. Sebagai petunjuk arah, kita bisa

berpegangan pada prinsip - prinsip yang telah disusun dalam menjalani hidup tanpa harus

kebingunan arah karena prinsip bisa memberikan arah dan tujuan yang jelas pada setiap

kehidupan kita. Seorang leader atau pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang

berprinsip. Karena seorang pemimpin yang berprinsip pasti akan terarah dalam menjalankan

tugasnya sebagai pemimpin (Tauhid, 2006 : 57).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002: 278), Prinsip adalah asas,

kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan sebagainya. Prinsip juga

merupakan pandangan yang menjadi panduan bagi perilaku manusia yang telah terbukti dan

bertahan sekian lama .

Jadi, prinsip dasar adalah asas dasar yang menumpu mindset manusia untuk

berprilaku sesuai dengan kebenaran yang diakui di masyarakat.

6

Page 7: Perkembangan Arsitektur Yunani

Menurut beberapa sumber, prinsip-prinsip dasar arsitektur Yunani Kuno adalah sebagai

berikut.

Konstruksi utama menggunakan sistem kolom (tiang) dan balok (gelagar)

Keseimbangan simetri merupakan sesuatu yang ideal, terutama menampilkan

keseimbangan antara elemen vertikal (tiang) dan elemen horizontal (balok).

Gambar 1. Ilustrasi pertimbangan desain Athens Parthenon dan detail kolomnya

(Brouscaris,1978: 34)

Pada bangunan banyak menggunakan garis-garis, tidak ada bentuk busur ataupun

kurva.

Menggunakan struktur dinding masif dengan material batu alam yang dipotong

persegi dan ditumpuk. Penggunaan struktur tumpuk ini bisa diaplikasikan di

dalam bangunan. Biasanya jika dalam bentuk ruang tertutup, bukaannya sering

dibuat minimal, sehingga bagian ruang menjadi gelap. Cahaya hanya datang dari

pintu depan. Penggunaan struktur tumpuk juga ada pada kolom di luar bangunan.

Diatas kolom terdapat balok penyangga atap yang disebut entablature. Namun,

tidak memungkinkan untuk membangun bangunan bentang yang lebar dengan

mengaplikasikan struktur tumpuk ini, hal inilah yang membuat bangunan

Aristektur Yunani sebagian besar memiliki kolom – kolom yang jaraknya relatif

sempit. Hubungan antara kolom dan entablature atau balok penyangga diberi

ornament berupa ukiran yang kemudian dikenal dengan langgam. Struktur utama

penyangga atap juga tersusun dari batu dan disebut pediment. Pediment ditopang

oleh entablature.

Tipologi tanah yang berbukit juga menjadikan Yunani kaya akan batu alam,

sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu dengan kualitas

7

Page 8: Perkembangan Arsitektur Yunani

istimewa karena mampu melawan usia. Untuk bangunan yang diistimewakan

biasanya menggunakan batu marmer (lihat gambar 2). Batu marmer ini berkualitas

tinggi dan mahal, karena didatangkan dari tempat-tempat tertentu di Yunani,

seperti Kota Attica dan Pulau Paros. Dindingnya menggunakan bahan bata yang

dikeringkan atau dengan menggunakan terakota.

Masyarakat Yunani senang menggunakan prinsip open air pada bangunannya

sehingga banyak bukaan lebar void, dan ruang terbuka, terutama di kuil dan

Agora. Karena Hubungan individu dengan dewanya terjadi di ruang terbuka

dengan angin yang berhembus (lihat gambar 2).

Kuil dibuat terbuka dan tidak masif, hanya terdiri dari deretan kolom-kolom.

Karena mereka percaya jika mereka dekat dengan alam, maka mereka akan

merasakan pertanda alam yang merupakan lambang dari kehadiran dewa.

Gambar 2. Contoh gambar kuil Parthenon yang menggunakan prinsip open air,

terdiri dari deretan kolom-kolom, dan berbahan batu marmer

(Sulastri, 2009)

Karena cinta alam, mereka membangun bangunan mereka disesuaikan dengan

alam setempat sehingga produk arsitektur Yunani di jaman ini banyak

menggunakan tangga-tangga, mengingat kontur tanah di Yunani banyak yang

berbukit dan miring. Disamping sebagai alat pencapaian atau sirkulasi, juga

sebagai elemen estetika (lihat gambar 3).

8

Page 9: Perkembangan Arsitektur Yunani

Karena curah hujan di Yunani besar, maka dipakailah bentuk atap pelana. Atap

pelana tidak terwujud dari kuda-kuda, melainkan dari tiang-tiang

Gambar 3. Bangunan Kuil Concordia (Valley of the Temples) di Yunani

(Sulastri, 2009)

Pemerintahannya berpusat di kota. Batas-batas wilayah territorialnya dibatasi

benteng dan tembok.

Masyarakat Yunani cinta pada keindahan (seni) yang tidak mengarah pada hal-hal yang

berlebihan (penuh penahanan diri dan prestasi). Karya seni yang penuh penahanan diri

tersebut menghasilkan keseimbangan yang sempurna serta keutuhan yang seterusnya disebut

sebagai klasik. Karya seni diperuntukkan bagi persembahan pada dewa-dewanya. Paham

tentang seni dan arsitektur adalah : kepolosan, keanggunan, kegunaan (Sumalyo, 1993 : 5).

2.2 Karakter dan Pengaruh Arsitektur Yunani terhadap Bangunan yang Ada di Yunani

dan di Dunia

Peninggalan Arsitektur Yunani yang paling banyak adalah kuil. Bahan konstruksi

utamanya batu. Batu dipahat dan dibentuk rnenjadi kolom dan balok. Oleh karena itu

bentangannya sangat terbatas sehingga di dalam ruang terdapat banyak kolom. Bagian depan

terdiri dari tangga masuk dan langsung pada deretan melintang, kolom, menyangga ujung

terdepan dari atap yang berbentuk segitiga disebut pediment. Pediment terdiri

dari cornice yaitu semacam bingkai keliling segi tiga dari molding mengikuti bentuknya.

Bagian tengah di dalam bingkai tersebut terdapat tympanum, yang biasanya pada bidang di

dalamnya dibuat dekorasi, dapat berupa relief maupun patung-patung (Sumalyo,

1993:7). Selanjutnya, Pediment bertumpu di atas sebuah alas berupa balok horizontal disebut

entablature yang mempunyai tiga bagian atau lapisan, yaitu :

Lapisan atas disebut cornice, 

Lapisan tengah disebut frieze dan

9

Bangunan Yunani sebagian besar menggunakana atap

pelana

Tangga sebagai sirkulasi dan elemen estetika bangunan

Yunani

Page 10: Perkembangan Arsitektur Yunani

Lapisan bawah disebut architrave.

Untuk lebih jelasnya, pembagian bangunannya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Bagian-Bagian Bangunan Kuil Yunani

(Darling, 2004:35)

Selanjutnya, Sumalyo (2010:10) mengatakan bahwa konstruksi pediment dan

entablature disangga oleh kolom, dalam Arsitektur Yunani dibagi menjadi tiga bagian,

diantaranya :

Bagian paling atas disebut kepala atau capital.

Capital mempunyai tiga bagian lagi, diantaranya :

o Di bagian paling atas disebut abacus,

o Di bagian tengah disebut echinus, 

o Dan yang paling bawah disebut leher atau neck. 

Dibawah leher ada astragal. Astragal merupakan bagian yang

menghubungkan capital dengan shaft.

10

Pediment

Entablature

Kolom

CorniceFrieze

Architrave

Page 11: Perkembangan Arsitektur Yunani

Bagian paling tengah atau badan disebut shaft 

Bagian pada tumpuan terbawah disebut base

Base juga terdiri dari tiga bagian, yaitu :

o Apophyge berada di bagian paling atas

o Torus, berada di bagian tengah base

o Plinth berada di bagian bawah base

Gambar 5. Bagian-bagian dari kolom pada Bangunan Yunani

(Sumalyo, 2010:10)

Ada beberapa langgam cantik dan memiliki permainan bentuk khas yang dapat dikenali

sebagai karakteristik kolom dari Arsitektur Yunani, antara lain sebagai berikut.

1) Langgam Doric

Merupakan langgam yang berasal dari daerah Doria. Langgam Doric ini merupakan

kepala tiang tanpa hiasan atau polos, melengkung sederhana, dan tanpa alas pada

dasar tiangnya, sehingga langsung menempel pada lantai (Darling, 2004:49)

11

Page 12: Perkembangan Arsitektur Yunani

Gambar 6. Ilustrasi Langgam Doric

(Salain, 1984 : 5)

2) Langgam Ionic

Langgam Ionic merupakan langgam yang berasal dari pesisir yaitu Ionia. Kepala

tiangnya mengambil bentuk noctilus atau kerang besar. Bentuknya melingkar pada

kedua sisinya, sedangkan pada dasar tiangnya memakai alas (Darling, 2004:50).

Gambar 7. Ilustrasi langgam Ionic

(Darling, 2004:41)

12

Page 13: Perkembangan Arsitektur Yunani

3) Langgam Corinthian

Langgam ini merupakan langgam yang berasal dari daerah pegunungan yang

mengambil alih dan mengadaptasi dari bnetuk-bentuk alam atau flora daun Achantus.

Pada dasar tiang menggunakan alas, bertumpu pada lantai berundak (Darling,

2004:51).

Gambar 8. Ilustrasi Langgam Corinthian

(Darling, 2004:42)

13

Page 14: Perkembangan Arsitektur Yunani

Di dalam pembagian ruang kuil merupakan pengembangan bentuk dasar Megaron

Arsitektur Aegea walaupun kuil-kuil untuk perseorangan, kuil-kuil tersebut tidak

dibangun kecil-kecil.

Gambar 9. Denah Tipikal Kuil Yunani

(Salain, 1984 : 8)

o Ruang Utama

Terdapat altar atau tempat barang-barang persembahan bagi dewa. Berisi

patung dewa yang dipuja. Biasanya ada ruang khusus atau istimewa, yang

mana tidak sembarang orang bisa masuk. Hanya pendeta yang boleh masuk.

Naos merupakan ruang yang lebih besar sebagai bagian dari ruang utama.

Disini juga terdapat patung atau dewa yang dipuja.

o Serambi

Pada ruang ini dijumpai dua serambi yaitu serambi depan dan belakang. Yang

menghubungkan ruang utama dengan altar yang berada di luar bangunan.

Fungsinya juga sebagai ruang transisi dan sirkulasi. Pada Serambi belakang

sering dibuat Opisthodomos, yang merupakan teras palsu di belakang ruang

utama. Sering dibuat sebagai pencapaian konsep simetris pada kuil dan

terkadang ruang ini di buat sebagai adytum atau tempat harta.

Untuk memperoleh kesan ringan, maka tiang-tiang diperbanyak atau dipertinggi.

(Salain, 1984:6)

14

SERAMBI BELAKANG

RUANG UTAMA

NAOS

SERAMBI DEPAN

Opisthodomos

Page 15: Perkembangan Arsitektur Yunani

Selanjutnya, masih berdasarkan sumber yang sama, kuil-kuil dibentuk atau dibangun

harus dengan bentuk segiempat, tetapi ada juga yang bundar dengan sistem yang sama, yaitu

dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

o Ruang Masuk

o Ruang Pengantar

o Ruang Utama

Gambar 10. Ilustrasi denah tipikal kuil Yunani yang berbentuk melingkar

(Salain, 1984 : 7)

Kehidupan sosial sehari-hari erat kaitannya dengan kegiatan keagamaan atau ritual. Maka

dari itu, kehidupan manusianya merupakan bagian dari aktivitas keagamaannya pula. Seperti

kegiatan pertunjukkan teater. Teater dibangun pada lereng-lereng bukit yang memiliki

kemiringan dan lembah. Kemiringannya digunakan untuk tempat duduk atau tribun,

sedangkan lembahnya untuk panggung (Salain, 1984:7). Teater merupakan bangunan terbuka

berbentuk setengah lingkaran dengan bahan batu cadas yang dibuat berundak-undak sebagai

area persembahan yang berbentuk lingkaran. Fungsi bangunan tersebut adalah untuk

persembahan drama tari dan nyanyi bagi dewa Dionisius (Dewa Seni).

Gambar 11. Pembagian zona atau areal Teater di Yunani

(Salain, 1984 : 7)

15

ALTAR

Page 16: Perkembangan Arsitektur Yunani

Gambar 12. Rancangan tipikal Teater di Yunani

(Sulastri,2009)

Dan masih banyak produk arsitektur Yunani yang diciptakan di jaman perkembangan Yunani

Kuno seperti bangunan-bangunan di bawah ini.

a. Agora

Agora adalah tempat umum yang dipakai untuk tempat berkumpulnya masyarakat

kota semacam alun-alun. Seluruh masyarakat Yunani berinteraksi disini. Agora

juga merupakan pusat kegiatan dagang atau sosial atau pasar sehari-hari. Agora

juga biasanya digunakan untuk melaksanakan pesta rakyat, dsb. Agora berupa

lapangan terbuka. Terkadang dalam lapangan terbuka tersebut mempunyai

beberapa tiang serupa obelisk (Salain, 1984:8). Jejeran tiang-tiang di Agora

berupa kolom memiliki karakter Arsitektur Yunani yang tidak sempurna. Dari

gambar 13 dibawah ini, kita bisa lihat, tiang-tiangnya berbaris berbanjar, tanpa

penutup, sehingga sifatnya benar-benar terbuka (open air) atau publik dan lapang.

Meskipun begitu, tiang atau kolom di Agora ini memiliki bagian kepala (Capital),

badan kolom (shaft) dan bagian tumpuan terbawah atau base.

16

Page 17: Perkembangan Arsitektur Yunani

Gambar 13. Agora di Athena

(Fatriansyah, 2013)

b. Stoa

Stoa adalah suatu bangunan memanjang (teras) dengan deretan tiang yang baris

berbanjar sehingga dapat dibangun pada dinding bangunan lain seperti benteng

(Salain, 1984: 8). Stoa merupakan pasangan Agora yang terbuka juga untuk

menghubungkan antar bangunan. Fungsi Stoa ini serba guna. Stoa mirip dengan

Agora, hanya saja Stoa memiliki penutup atap, agar memaksimalkan salah satu

fungsinya sebagai tempat masyarakat umum untuk berteduh dari hujan ataupun

panas. Kolom-kolomnya yang berbaris berbanjar ini biasanya berupa kolom-

kolom yang dipengaruhi oleh karakteristik Arsitektur Yunani. Kolomnya biasanya

menggunakan kolom dengan langgam Doric, Ionic, maupun Corinthian.

Gambar 14. Ilustrasi Stoa di Athena

(Fatriansyah, 2013)

17

Shaft

Base

Capital

Page 18: Perkembangan Arsitektur Yunani

c. Megaron

Menurut Fatriansyah (2013), arsitektur vernakular Yunani berupa megaron

(rumah tinggal) yang terbuat dari kayu dan menerapkan rasionalisme keindahan

dalam desainnya. Rumah tinggal masyarakat Yunani ini :

o berbentuk cella (ruang yang keempat sisinya tertutup dengan salah satu

sisinya sebagai bukaan yang dilengkapi lobby / vestibule).

o Entrance dan serambi depan yang mengarah ke dalam.

o Ruang tidurnya atau Thelamus diletakkan di bagian paling belakang.

Bahan bangunan dan material yang digunakan untuk membangun Megaron ini

yaitu memakai batu pecah ataupun batu gamping/gibs yang dikeraskan, untuk

lapisan lantai atau penutup elemen dasar bangunannya. Untuk elemen samping

atau dinding bangunan menggunakan bata yang dikeringkan. Sedangkan elemen

atas dan atapnya menggunakan kayu sebagai materialnya. Megaron inilah yang

kemudian menjadi preseden dalam membuat arsitektur tradisional Yunani (baik

itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll.)

Gambar 15. Ilustrasi interior Megaron di Athena

(Fatriansyah, 2013)

Gambar 16. Gambar ilustrasi bangunan Megaron dan denahnya

(Fatriansyah,2013)

18

Page 19: Perkembangan Arsitektur Yunani

Arsitektur Yunani cukup berpengaruh di dunia. Beberapa negara di dunia banyak yang

menyisipkan karakteristik Arsitektur Yunani pada bangunan-bangunannya. Karakternya yang

klasik dan wibawa (kharisma) yang kuat membuat Arsitektur Yunani dipilih oleh berbagai

Negara untuk diterapkan pada bangunan-bangunan penting di Negara mereka.

1. White House, Washington DC

Gambar 17. White House, Washington DC

(Kopp, 2012)

White House atau Gedung Putih adalah rumah kepresidenan Presiden Amerika

Serikat. Gedung ini merupakan tempat tinggal resmi presiden dan keluarganya

selama masa jabatannya sebagai presiden. Saat seorang presiden baru terpilih,

presiden yang lama segera pindah. Juga memiliki kantor di mana presiden

menjalankan pemerintahan (Kopp, 2012). Berdasarkan gambar 17 diatas, kita bisa

lihat, White House ini menerapkan karakter Arsitektur Yunani pada ekterior

gedungnya. Karena Gedung White House ini menggunakan model atap pelana atau

atap dengan bentuk segitiga yang disebut pediment. Atap pediment ini disangga

oleh balok horizontal yang disebut Entablature. Serta terdapat kolom memanjang

kebawah dari balok entablature sampai ke dasar bangunan, dengan langgam Ionic

yang menopang Pediment dan entablature tersebut. Sentuhan Arsitektur Yunani ini

memberi kesan klasik, megah, dan kharismatik pada istana kepresidenan ini.

19

Pediment

Entablature

Kolom Ionic

Page 20: Perkembangan Arsitektur Yunani

2. Municipal Theatre of Piraeus, Attica

Gambar 18. Gedung Teater Kota Piraeus, Attica

(Markaki, 2013)

The Municipal Theatre of Piraeus atau biasa dikenal sebagi teater kota Piareus

menjadi pusat dari kegiatan kesenian yang ada di kota Piraeus, Attica, Yunani.

Gedung teater ini selalu menjadi tuan rumah acara budaya, seperti acara kesenian

teater, tari, musik, dan berbagai kesenian lainnya (Markaki, 2013). Gedung teater

kota Piraeus ini menerapkan konsep arsitektur vernacular Yunani pada

eksteriornya. Pada entrance selalu terdapat teras atau serambi depan yang

menopang kolom megah berlanggam, balok horizontal yang ditumpuk diatas

kolom (entablature), dan juga menopang atap pelana yang terwujud dari tiang-

tiang (pediment) bukan dari kuda-kuda. Eksterior dengan karakteristik Arsitektur

Yunani ini sangat cocok diterapkan pada gedung atau bangunan yang digunakan

untuk kepentingan hiburan dan kesenian, karena karakter nya yang klasik, elegan,

dan langgamnya memberi kesan artistik.

20

Pediment

Entablature

Kolom

Anak Tangga

Page 21: Perkembangan Arsitektur Yunani

3. Kantor Walikota Semarang, Jawa Tengah

Gambar 19. Gedung kantor Walikota Semarang

(Valkyla, 2010)

Kantor Walikota Semarang terletak di jalan Pemuda no 148, Semarang. Kantor

walikota ini merupakan tempat seorang kepala daerah untuk daerah kota Semarang

untuk menjalankan kewajibannya serta melaksanakan tugas dan wewenangnya

dalam memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan-kebijakan yang

ditetapkan bersama DPRD kota. Gedung perkantoran ini juga menyisipkan

karakter Arsitektur yunani pada Teras atau serambi depannya. Serambi depan

gedung ini menggunakan atap pelana (pediment) sederhana tanpa motif ataupun

ornamen lainnya, hanya terdapat tulisan nama gedung dengan huruf timbul yang

meramaikan areal pediment. Atap pelana ini ditopang oleh balok entablature yang

berada diatas kolom dengan langgam Ionic yang kepala tiangnya mengambil

bentuk noctilus atau kerang besar, sehingga memberi kesan dinamis pada desain

eksterior bangunannya yang cenderung kaku.

21

Pediment

Entablature

Kolom

Anak Tangga

Page 22: Perkembangan Arsitektur Yunani

4. Museum Seni Rupa dan keramik, Jakarta

Gambar 20. Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta

(Tjong, 2009)

Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870. Sebagai

Lembaga Peradilan tertinggi Belanda (Raad van Justitie). Pada tanggal 20 Agustus

1976 diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Dan di

gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak Ali

Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian pada tahun

1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik (Tjong, 2009).

Disini tersimpan berbagai koleksi, diantaranya koleksi karya seni rupa, koleksi

kerajinan keramik, koleksi buku-buku seni rupa dan keramik yang bisa dijadikan

panduan tentang seni rupa (perpustakaan). Fasilitas gedung ini terdiri dari ruang

koleksi, studio gerabah, perpustakaan, toko cindera mata, ruang pertemuan atau

aula, ruang terbuka atau plaza, serta taman yang dapat dimanfaatkan untuk acara-

acara pameran temporer, pernikahan, seminar, lomba, dsb. Eksterior Gedung Seni

Rupa dan Keramik ini didesain menyerupai bangunan Yunani Klasik. Terlihat dari

adanya Pediment. Entablature, dan kolom atau tiang penyangga Pediment dan

Entablature. Gedung Museum ini menerapkan langgam Doric pada tiang dan

kolom-kolomnya. Yang mana kepala tiangnya tanpa hiasan atau polos, badan tiang

atau kolomnya langsung menempel pada lantai. Bangunan ini juga dilengkapi anak

tangga sebagai sarana sirkulasi dan elemen estetika bangunannya.

22

Pediment

Entablature

Kolom

Anak Tangga

Page 23: Perkembangan Arsitektur Yunani

BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan pembahasan diatas adalah sebagai

berikut.

1. Filosofi dan prinsip umum dari Arsitektur Yunani adalah karena kecintaan dan

kekaguman masyarakat Yunani terhadap alam, mereka menganut kepercayaan

yang mendewakan alam dan Tuhan, sehingga prinsip bangunan Yunani yang

terbentuk terdiri dari tiang dan balok, simetris, serta cenderung berupa ruang

terbuka agar ketika mereka sedang melakukan ritual di ruang terbuka tersebut,

mereka bisa merasakan pertanda alam yang merupakan lambang dari

kehadiran dewa yang dipuja.

2. Karakter bangunan Arsitektur Yunani mempengaruhi bangunan yang ada di

Yunani. Biasanya bangunan terdiri dari beberapa bagian, diantaranya

Pediment, entablature, dan kolom. Pada kolom ada 3 variasi langgam

penambah nilai estetika bangunan, memiliki permainan bentuk khas yang

dapat dikenali sebagai karakteristik kolom dari Arsitektur Yunani, yaitu :

Doric, Ionic, dan Corinthian.

2.1 Saran

Dari pemaparan makalah ini, saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai

berikut.

Sebaiknya kita bisa belajar dari kesalahan maupun dari keberhasilan

Arsitektur Yunani di masa lampau dalam pembangunan di masa kini melalui

wawasan mengenai filosofi, prinsip dasar, dan karakter dari Arsitektur Yunani dan

melestarikannya agar karakter Arsitektur Yunani tidak punah.

23

Page 24: Perkembangan Arsitektur Yunani

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku Cetak

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Balai Pustaka: Jakarta.

Prijohutomo. 1953. Sejarah Kebudayaan Dunia. J.B. Woters: Jakarta.

Salain, Putu Rumawan. 1984. Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Barat. Buku Ajar

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.

Sumalyo, Yulianto. 2003. Arsitektur Klasik Eropa . Gajah Mada University Press.:

Yogyakarta.

Sumber dari E-Book

Brouscaris, Maria S. 1978. The monuments of the Acropolis. Athens.

Craig, Edward. 2009. Philosophy. Toronto : Sterling Publishing.

Darling, Janina K. 2004. Architecture of Greece. Greenwood Publishing Group.

Stein, Jess dan Banhart C.L.1959. The American Dictionary. Random House : New York.

Tauhid, Ahmad Jauhar. 2006. Kompas Ruhani. PT Ikrar Mandiriabadi : Jakarta.

Evslin, Bernard. 2012. Heroes,Gods,and Monsters in Greek Myths. Open Road Media : New

York.

Sumber dari Internet

Eka Sulastri, Yuni. 2009. “Arsitektur Yunani Kuno”. Tersedia pada

http://rurucoret.blogspot.com/2009/01/arsitektur-yunani-kuno.html. Diakses pada

tanggal 4 November 2014.

Fatriansyah, Arief. 2013. “Makalah Kebudayaan Bangsa Yunani Kuno”. Tersedia pada

http://arrieffatriansyah.blogspot.com/2013/03/makalah-kebudayaan-bangsa-yunani-

kuno.html. Diakses pada tanggal 4 November 2014.

Kopp, Brandon. 2012. Photographing The White House. Tersedia pada :

http://phototourismdc.com/2012/05/01/photographing-the-white-house/. Diakses pada

tanggal 20 Desember 2014.

Markaki Artemis, 2013. Piraeus Municipal Theater to Reopen. Tersedia pada :

http://greece.greekreporter.com/2013/06/07/piraeus-municipal-theater-to-reopen/.

Diakses Pada tanggal 20 Desember 2014.

24

Page 25: Perkembangan Arsitektur Yunani

Valkyla. 2010. Semarang in the Picture. Tersedia pada :

http://simpanglima.wordpress.com/2010/05/02/semarang-in-the-picture/. Diakses

pada tanggal 23 Desember 2014.

Tjong, Andreas. 2009. Wisata Kota Tua Museum Keramik dan Seni Rupa.Tersedia pada :

https://andreastjong.wordpress.com/2009/08/05/wisata-jakarta-kota-toea-museum-

keramik-dan-seni-rupa/. Diakses pada tanggal 25 Desember 2014.

25