perka nomor 23 tahun 2011 tentang pedoman penyelesaian ganti kerugian negara

13
BADAN PUSAT STATISTIK PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang : bahwa untuk menyelesaikan kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum dan/atau kelalaian oleh Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara dan Pihak Ketiga, perlu menetapkan Pedoman Penyelesaian Ganti Kerugian Negara di Lingkungan Badan Pusat Statistik dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3854);

Upload: rissuke1974

Post on 23-Oct-2015

169 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

TRANSCRIPT

Page 1: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

BADAN PUSAT STATISTIK

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

NOMOR 23 TAHUN 2011

TENTANG

PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

Menimbang : bahwa untuk menyelesaikan kerugian negara yang diakibatkan oleh

perbuatan melanggar hukum dan/atau kelalaian oleh Pegawai Negeri

Sipil bukan Bendahara dan Pihak Ketiga, perlu menetapkan Pedoman

Penyelesaian Ganti Kerugian Negara di Lingkungan Badan Pusat Statistik

dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara

Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3687);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3854);

Page 2: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 2 -

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163 Tahun 1998

tentang Sekolah Tinggi Ilmu Statistik;

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2007

tentang Badan Pusat Statistik;

9. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 101 Tahun 1998

tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tiggi Ilmu Statistik;

10. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah;

11. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Organisasi Tata Kerja Badan Pusat Statistik;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG

PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA DI

LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS adalah PNS

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-pokok Kepegawaian jo. Undang-Undang Nomor 43

Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

2. Pihak Ketiga adalah orang bukan PNS atau badan hukum yang

mempunyai hubungan kerja dengan kegiatan Pemerintah di

lingkungan Badan Pusat Statistik.

3. Tanggung Jawab Renteng Kerugian Negara adalah tanggung jawab

terhadap kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum,

kesalahan, dan/atau kelalaian yang melibatkan oleh 2 (dua) orang

atau lebih PNS bukan bendahara atau Pihak Ketiga.

4. Tim Penyelesaian Kerugian Negara yang selanjutnya disebut TPKN,

adalah Tim yang menangani penyelesaian Kerugian Negara di

lingkungan Badan Pusat Statistik yang diangkat oleh Kepala Badan

Pusat Statistik.

Page 3: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 3 -

5. Tuntutan Ganti Kerugian Negara yang selanjutnya disebut TGR

adalah suatu proses yang dilakukan terhadap PNS di lingkungan

Badan Pusat Statistik bukan Bendahara dan atau Pihak Ketiga untuk

menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara

sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan

melanggar hukum atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas

kewajibannya yang dilakukan oleh PNS bukan Bendahara dan atau

Pihak Ketiga.

6. Pelaku Kerugian Negara, yang selanjutnya disebut Pelaku, adalah

PNS bukan Bendahara dan/atau Pihak Ketiga yang menurut hasil

penelitian TPKN terbukti telah ditetapkan merugikan negara.

7. Pembebasan Piutang/Tagihan Negara adalah meniadakan kewajiban

seseorang untuk membayar hutang kepada negara yang menurut

hukum menjadi tanggungannya tetapi atas dasar pertimbangan

keadilan atau alasan penting tidak layak ditagih dari Pelaku.

8. Penghapusan Piutang/Tagihan Negara adalah penghapusan suatu

piutang/tagihan negara dari administrasi piutang dan dilakukan karena

piutang/tagihan negara itu berdasarkan alasan-alasan tertentu tidak

dapat ditagih, namun dengan dilakukannya penghapusan itu hak tagih

negara masih tetap ada.

9. Kerugian Negara adalah berkurangnya kekayaan negara yang

disebabkan oleh suatu tindakan melanggar hukum, kelalaian, atau

disebabkan suatu keadaan di luar dugaan dan di luar kemampuan

manusia (force majeure).

10. Kekayaan Negara adalah aset negara berupa uang, barang bergerak

maupun barang tidak bergerak, surat-surat berharga atau hak-hak

negara yang dapat dinilai dengan uang.

11. Lalai/alpa adalah mengabaikan sesuatu yang semestinya dilakukan

atau tidak melakukan kewajiban kehati-hatian yang mempunyai

hubungan sebab akibat antara perbuatan.

12. Ingkar janji (wanprestasi) adalah keadaan dimana pihak yang

berkewajiban melakukan sesuatu dengan surat perintah atau dengan

suatu akte sejenis, telah dinyatakan lalai atau jika perikatannya sendiri

menetapkan bahwa pihak yang berkewajiban itu harus dianggap lalai

dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

Page 4: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 4 -

13. Bentuk Kerugian Negara adalah uang, surat berharga, dan barang

yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan

hukum baik disengaja maupun lalai.

14. Mengganti Kerugian Negara adalah PNS bukan bendahara dan/atau

Pihak Ketiga yang karena perbuatannya melanggar hukum atau

melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung

merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

15. Surat Pemberitahuan Ganti Kerugian yang selanjutnya disebut SPGR

adalah surat yang dikeluarkan oleh TPKN kepada PNS bukan

Bendahara dan atau Pihak Ketiga yang diduga merugikan negara,

untuk memberitahukan adanya kewajiban ganti rugi dan memberi

kesempatan menjawab/menyanggah dalam batas waktu tertentu.

16. Penyelesaian Secara Damai adalah penyelesaian kerugian negara

yang dilakukan secara sukarela oleh pelaku yang dilakukan sekaligus

atau dengan mengangsur dalam jangka waktu paling lama 24 bulan

yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak.

17. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak yang selanjutnya disebut

SKTJM adalah surat keterangan yang tidak dapat ditarik kembali dan

memuat pengakuan atas kerugian negara yang menjadi tanggung

jawabnya dan kesanggupan untuk mengganti kerugian negara itu

dengan menyebutkan jumlah uang, cara, dan waktu pembayarannya.

18. Surat Pemberitahuan Tuntutan Ganti Kerugian yang selanjutnya

disebut SPTGR adalah surat yang dikeluarkan oleh TPKN kepada

PNS yang diduga merugikan negara apabila PNS tersebut menolak

menandatangani SKTJM.

19. Surat Keputusan Pembebanan adalah Surat Keputusan yang di

keluarkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik yang mempunyai

kekuatan hukum final tentang pembebanan penggantian kerugian

negara apabila PNS tersebut menolak menandatangani SKTJM.

20. Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih yang selanjutnya

disebut PSBDT adalah suatu tahap dalam pengurusan piutang negara

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang dilakukan oleh instansi yang berwenang menangani

kerugian negara.

Page 5: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 5 -

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini mengatur tata cara

penyelesaian ganti kerugian negara terhadap PNS bukan Bendahara

dan/atau Pihak Ketiga di lingkungan Badan Pusat Statistik.

BAB III

INFORMASI DAN VERIFIKASI KERUGIAN NEGARA

Pasal 3

(1) Informasi tentang kerugian negara dapat diketahui dari:

a. pengawasan aparat pengawasan fungsional;

b. pengawasan dan/atau pemberitahuan atasan langsung atau

Kepala Kantor/Satuan Kerja;

c. pengakuan pelaku/penanggung jawab; atau

d. keterangan/laporan dari masyarakat/mass media.

(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan sebagai

dasar bagi Kepala Kantor/Satuan Kerja dalam melakukan tindak lanjut

ganti kerugian negara.

Pasal 4

(1) Untuk menyelesaikan ganti kerugian negara, maka Kepala Badan

Pusat Statistik membentuk TPKN.

(2) TPKN bertugas membantu Kepala Badan Pusat Statistik dalam

memproses penyelesaian kerugian negara.

(3) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), TPKN menyelenggarakan fungsi untuk:

a. menginventarisasi kasus kerugian negara yang diterima;

b. menghitung jumlah kerugian negara;

c. mengumpulkan dan melakukan verifikasi bukti-bukti pendukung

bahwa PNS bukan bendahara atau Pihak Ketiga telah melakukan

perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai sehingga

mengakibatkan terjadinya kerugian negara;

d. menyelesaikan kerugian negara melalui SKTJM;

Page 6: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 6 -

e. memberikan pertimbangan kepada Kepala Badan Pusat Statistik

tentang kerugian negara sebagai bahan pengambilan keputusan

dalam menetapkan keputusan pembebanan;

f. menatausahakan penyelesaian kerugian negara; dan

g. menyampaikan laporan perkembangan penyelesaian kerugian

negara kepada Kepala Badan Pusat Statistik dengan tembusan

disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 5

(1) TPKN melakukan penelitian terhadap informasi kerugian negara.

(2) Hasil penelitian TPKN dapat membebaskan atau membebankan PNS

bukan bendahara atau Pihak Ketiga dari kewajiban ganti kerugian.

Pasal 6

Penetapan jumlah kerugian negara ditentukan oleh TPKN sebagai

berikut:

a. Barang Milik Negara yang berupa Kendaraan bermotor, penetapan

besarnya kerugian negara sebesar harga standar terakhir yang

ditetapkan oleh pihak yang berwenang, yaitu berpedoman pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang penghitungan Dasar

Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor;

b. Barang Milik Negara yang berupa barang inventaris seperti komputer,

laptop, dan lain-lain, penetapan besarnya kerugian negara ditetapkan

oleh Biro Umum dengan mempertimbangkan pihak yang berwenang;

c. khusus barang yang pengadaannya dengan menggunakan mata uang

asing, penetapan besarnya kerugian negara menggunakan harga nilai

tukar (kurs) yang berlaku pada saat barang itu hilang;

d. pegawai Ikatan Dinas Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang wanprestasi,

penetapan besarnya kerugian negara ditetapkan berdasarkan

perhitungan dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik;

e. pegawai tugas belajar di dalam dan luar negeri, penetapan besarnya

kerugian negara ditetapkan berdasarkan perhitungan dari Pusat

Pendidikan dan Pelatihan; dan

f. Pegawai tugas belajar luar negeri dalam pembayarannya dapat

menggunakan nilai tukar (kurs) pada saat yang bersangkutan

melakukan wanprestasi.

Page 7: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 7 -

Pasal 7

(1) Apabila diperlukan, Kepala Kantor/Satuan Kerja dapat membentuk tim

ad hoc untuk menyelesaikan kerugian negara yang terjadi pada

satuan kerja yang bersangkutan.

(2) Tim ad hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan

pengumpulan data/informasi dan verifikasi kerugian negara

berdasarkan penugasan dari kepala satuan kerja.

(3) Kepala Kantor/Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan tugas tim ad

hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala Badan

Pusat Statistik dengan tembusan kepada TPKN untuk diproses lebih

lanjut.

BAB IV

PENYELESAIAN MELALUI TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Pasal 8

Dalam hal TPKN membebankan PNS bukan Bendahara dan atau Pihak

Ketiga untuk mengganti kerugian negara, maka diusahakan diselesaikan

secara damai melalui pengiriman SPGR dan SKTJM.

Pasal 9

(1) Dalam hal terjadi kegagalan pengiriman dokumen yang terkait dengan

kerugian negara ke alamat Pelaku, maka TPKN bersama pihak terkait

menelusuri alamat Pelaku.

(2) Apabila penelusuran alamat tidak berhasil, maka TPKN membuat

Berita Acara Penelusuran yang memuat kronologis pencarian Pelaku.

(3) Berdasarkan Berita Acara Penelusuran sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah

pembuatan Berita Acara Penelusuran, TPKN melimpahkan berkas

kerugian negara kepada instansi yang berwenang menangani

kerugian negara.

Pasal 10

Syarat-syarat dalam penyelesaian kerugian negara melalui penerbitan

SKTJM yaitu:

a. nilai kerugian negara telah ditetapkan dengan pasti dengan

mempertimbangkan kepatutan dan kewajaran;

Page 8: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 8 -

b. terpenuhinya unsur perbuatan melawan hukum;

c. dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun, pelaku

mengakui kesalahannya;

d. pelaku sanggup membayar dengan jangka waktu paling lama 2 (dua)

tahun; dan

e. para pihak menyetujui.

Pasal 11

(1) SKTJM berisi:

a. pengakuan bahwa Pelaku bertanggung jawab atas kerugian

negara;

b. nilai kerugian negara;

c. kesanggupan membayar/mengganti kerugian negara secara tunai

ataupun dengan cara mengangsur dalam jangka waktu paling

lama 2 (dua) tahun; dan

d. pernyataan bahwa Pelaku tidak akan menarik kembali apa yang

telah dinyatakan dalam SKTJM.

(2) Dalam hal kerugian negara menjadi tanggung jawab renteng, maka

SKTJM menjelaskan jumlah kerugian negara berdasarkan pada besar

kecilnya kesalahan/kelalaian masing-masing Pelaku.

Pasal 12

(1) Pelaku yang mengakui dan menyanggupi pembayaran kerugian

negara, menandatangani SKTJM dengan diketahui oleh Ketua TPKN

dan para saksi.

(2) Para saksi dalam penandatangananan SKTJM, sebagai berikut:

a. jika kerugian negara terjadi di Badan Pusat Statistik

Kabupaten/Kota, maka saksi adalah Kepala Kantor/Satuan Kerja

dan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi yang bersangkutan;

b. jika kerugian negara terjadi di Badan Pusat Statistik Provinsi,

maka saksi adalah Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi dan

Kepala Bagian Tata Usaha Provinsi yang bersangkutan; dan

c. jika kerugian negara terjadi di Badan Pusat Statistik, maka saksi

adalah Kepala Biro Umum dan Eselon II di unit Pelaku bekerja.

(3) SKTJM dibuat dalam 2 (dua) rangkap bermaterai cukup untuk

diberikan kepada Pelaku dan disimpan oleh Biro Keuangan.

Page 9: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 9 -

Pasal 13

(1) Pelaku dapat mengajukan Sanggahan terhadap SKTJM dalam waktu

14 (empat belas) hari sejak Pelaku menerima SPGR dan SKTJM.

(2) TPKN melakukan peninjauan terhadap Sanggahan dan mengeluarkan

keputusan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah TPKN menerima

Sanggahan, untuk:

a. menerima sebagian atau seluruh Sanggahan Pelaku, dan

memberitahukan Pelaku bahwa kewajiban membayar kerugian

negara tersebut dikurangi atau dibebaskan; atau

b. menolak Sanggahan Pelaku, sehingga dalam jangka waktu 14

(empat belas) hari Pelaku harus menandatangani SKTJM.

Pasal 14

(1) Pelaku yang telah menandatangani SKTJM, melakukan pembayaran

ke Kas Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

mengirimkan bukti pembayaran kepada TPKN.

(2) Apabila Pelaku tidak melakukan pembayaran sesuai SKTJM, maka

TPKN mengirimkan Surat Tagihan paling banyak tiga kali.

(3) Apabila TPKN telah mengirimkan Surat Tagihan sebanyak tiga kali

kepada Pelaku, TPKN melimpahkan penanganan kerugian negara

tersebut kepada instansi yang berwenang menangani kerugian

negara dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pengiriman

Surat Tagihan ke-tiga.

BAB V

PENYELESAIAN MELALUI TGR

Pasal 15

(1) Dalam hal TPKN tidak memperoleh SKTJM dari Pelaku, maka TPKN

menyelesaikan kerugian negara secara TGR, dengan mengirimkan

SPTGR dan Surat Keputusan Pembebanan kepada Pelaku.

(2) TPKN mengirimkan SPTGR dan Surat Keputusan Pembebanan

dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah SKTJM diterima

oleh Pelaku, namun tidak ada Sanggahan ataupun Tanggapan.

(3) TPKN membuat SPTGR dan SK Pembebanan Individual dalam hal

terjadi tanggung jawab renteng terhadap kerugian negara.

Page 10: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 10 -

Pasal 16

(1) TPKN dapat mengirimkan Surat Tagihan setiap 30 (tiga puluh) hari

untuk paling banyak 3 (tiga) kali kepada Pelaku yang tidak membayar

TGR.

(2) Pembayaran TGR dikategorikan:

a. lancar, apabila Pelaku dapat melunasi TGR sebelum tanggal jatuh

tempo yang ditetapkan;

b. kurang lancar, apabila Pelaku tidak melakukan pembayaran dalam

jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Tagihan Pertama

diterima;

c. diragukan, apabila Pelaku tidak melakukan pembayaran dalam

jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Tagihan Kedua

diterima; dan

d. macet, apabila Pelaku tidak melakukan pembayaran dalam jangka

waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Tagihan Ketiga diterima.

BAB VI

PENYERAHAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA

Pasal 17

(1) Dalam hal kerugian negara macet atau tidak dapat ditagih, maka

TPKN menyerahkan penyelesaiannya kepada instansi yang

berwenang dalam menyelesaikan masalah piutang dan lelang negara.

(2) Instansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menindaklanjuti

pelimpahan kerugian negara dan mengeluarkan PSBDT kepada

TPKN.

(3) TPKN mengajukan usul penghapusan piutang kepada Badan

Pemeriksa Keuangan dan Menteri Keuangan dalam jangka waktu 30

(tiga puluh) hari setelah menerima Surat PSBDT.

BAB VII

PENYELESAIAN ADMINISTRASI

Pasal 18

Administrasi penyelesaian kerugian negara diselenggarakan oleh Tim

Peneliti TPKN.

Page 11: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 11 -

Pasal 19

Administrasi penyelesaian kerugian negara melalui penerbitan SKTJM

diselenggarakan sebagai berikut:

a. mencatat penyelesaian kasus-kasus kerugian negara;

b. menyiapkan surat-surat yang terkait dengan penyelesaian kerugian

negara, termasuk surat pemberitahuan kepada Kepala Kantor/Satuan

Kerja yang belum menyampaikan laporan/data atas penyelesaian

kerugian negara;

c. mengadministrasikan pembayaran angsuran;

d. memonitor penyelesaian kerugian negara berdasarkan laporan yang

diterima dari Kepala Kantor/Satuan Kerja; dan

e. menyiapkan laporan periodik perkembangan penyelesaian kerugian

negara.

Pasal 20

Administrasi penyelesaian kerugian negara melalui TGR diselenggarakan

sebagai berikut:

a. melakukan pemberkasan kasus kerugian negara;

b. menyiapkan surat-menyurat yang berkaitan dengan penyelesaian

kerugian negara, termasuk surat pemberitahuan kepada Kepala

Kantor/Satuan Kerja yang belum menyampaikan laporan atas

penyelesaian kerugian negara;

c. mengadministrasikan pembayaran angsuran;

d. memonitor penyelesaian kerugian negara berdasarkan hasil laporan

yang diterima dari Kepala Kantor/Satuan Kerja;

e. menyiapkan surat pelimpahan kepada Kementerian Keuangan melalui

instansi yang berwenang dalam menyelesaikan masalah piutang dan

lelang negara;

f. menyiapkan surat permohonan tentang penghapusan kerugian

negara kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Menteri Keuangan

jika upaya penagihan dari yang besangkutan tidak membawa hasil

karena Pelaku tidak mampu, meninggal dunia dengan tidak

meninggalkan harta warisan, atau tidak dapat diketahui lagi

alamatnya; dan

g. menyiapkan laporan periodik yang akan disampaikan kepada Badan

Pemeriksa Keuangan mengenai penyelesaian kerugian negara.

Page 12: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 12 -

BAB VIII

PEMBEBASAN PIUTANG/TAGIHAN NEGARA

Pasal 21

(1) Pelaku dapat mengajukan permohonan disertai dengan bukti-bukti

baru kepada Kepala Badan Pusat Statistik untuk dibebaskan dari

piutang/tagihan negara.

(2) Kepala Badan Pusat Statistik dapat memberikan pembebasan

piutang/tagihan negara berdasarkan bukti-bukti baru yang ditemukan

jika tidak dipenuhi unsur perbuatan melawan hukum, setelah

mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

(3) Pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam

Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik melalui Ketua TPKN tentang

Pembebasan Kerugian Negara.

BAB IX

PENGHAPUSAN PIUTANG/TAGIHAN NEGARA

Pasal 22

(1) Piutang/tagihan negara dapat dihapuskan karena:

a. pelaku meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta benda,

ahli waris, dan tidak ada penjamin atau pihak yang turut berhutang;

dan

b. pelaku tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan

kerugian negara berdasarkan hasil penilaian TPKN.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk

penyesuaian pembukuan, agar nilai piutang negara tercatat sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

(3) Penerbitan Surat Keputusan Penghapusan Piutang/Tagihan Negara

dilakukan oleh Kepala Badan Pusat Statistik melalui Ketua TPKN

setelah mendapatkan pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan

dan persetujuan Menteri Keuangan.

Page 13: PERKA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA

- 13 -

BAB X

KEDALUWARSA

Pasal 23

Kewajiban PNS bukan Bendahara dan atau Pihak Ketiga untuk

membayar kerugian negara, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu lima

tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu delapan

tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan TGR terhadap yang

bersangkutan.

BAB XI

PENUTUP

Pasal 24

Penyelesaian ganti kerugian negara dilaksanakan sesuai dengan

Pedoman Penyelesaian Ganti Kerugian Negara yang merupakan

Lampiran yang tidak terpisahakan dari Peraturan ini.

Pasal 25

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan : di Jakarta

Pada tanggal : 7 Oktober 2011

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

Dr. RUSMAN HERIAWAN

NIP. 195111041974031001