perk red it an

Upload: priskanurina3266

Post on 18-Jul-2015

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANK

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKUU ttg Perbankan (UU No. 7/1992 sbgmn telah diubah dengan UU No. 10/1998) :Beberapa ketentuan UUP yang berkaitan dengan Perkreditan Bank:1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pasal Pasal Pasal Pasal Pasal Pasal Pasal Pasal Pasal

1 ayat (11), (12), (18) & (23) ; 6 huruf b ; 7 (C) ; 8; 11 ; 12 ; 12 A ; 29 (3), (4) ; 37 (1C).

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKUndang-Undang No. 21 Th. 2008 ttg Perbankan Syariah :Pasal 1 (12) Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.Pasal 1 (13) Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKPasal 1 : (18) Nasabah Investor adalah Nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan/atau UUS dalam bentuk Investasi berdasarkan Akad antara Bank Syariah atau UUS dan Nasabah yang bersangkutan. (19) Nasabah Penerima Fasilitas adalah Nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan Prinsip Syariah.

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKPasal 1 (25) : Pembiayaan adalah penyediaan dipersamakan dengan itu berupa: dana atau tagihan yang

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKPasal 1 (26) Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik Agunan kepada Bank Syariah dan/atau UUS, guna menjamin pelunasan kewajiban Nasabah Penerima Fasilitas. Pasal19 :

c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKPasal 19 : (e) menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; (f) menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; (g)melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKPasal 23 Kelayakan Penyaluran Dana (1) Bank Syariah dan/atau UUS harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah dan/atau UUS menyalurkan dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas. (2) Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Syariah dan/atau UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, Agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah Penerima Fasilitas.

Pasal 36

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANK

Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank Syariah dan UUS wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau UUS dan kepentingan Nasabah yang mempercayakan dananya.

Pasal 37 Batas Maksimum Penyaluran Dana(1) Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum penyaluran dana berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga yang berbasis syariah, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh Bank Syariah dan UUS kepada Nasabah Penerima Fasilitas atau sekelompok Nasabah Penerima Fasilitas yang terkait, termasuk kepada perusahaan dalam kelompok yang sama dengan Bank Syariah dan UUS yang bersangkutan.

(2) Batas maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh persen) dari modal Bank Syariah sesuai

(3) Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum penyaluran dana berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh Bank Syariah kepada:a. pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih dari modal disetor Bank Syariah; b. anggota dewan komisaris; c. anggota direksi; d. keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c; e. pejabat bank lainnya; dan f. perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf e. (4) Batas maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh melebihi 20% (dua puluh persen) dari modal Bank Syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANK

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKPasal 37 : (5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) wajib dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pasal 39 : Bank Syariah dan UUS wajib menjelaskan kepada Nasabah mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi Nasabah yang dilakukan melalui Bank Syariah dan/atau UUS.

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKPasal 40 Pembelian Agunan (1) Dalam hal Nasabah Penerima Fasilitas tidak memenuhi kewajibannya, Bank Syariah dan UUS dapat membeli sebagian atau seluruh Agunan, baik melalui maupun di luar pelelangan, berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik Agunan atau berdasarkan pemberian kuasa untuk menjual dari pemilik Agunan, dengan ketentuan Agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. (2) Bank Syariah dan UUS harus memperhitungkan harga pembelian Agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan kewajiban Nasabah kepada Bank Syariah dan UUS yang bersangkutan.

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN BANKPasal 40 : (3) Dalam hal harga pembelian Agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi jumlah kewajiban Nasabah kepada Bank Syariah dan UUS, selisih kelebihan jumlah tersebut harus dikembalikan kepada Nasabah setelah dikurangi dengan biaya lelang dan biaya lain yang langsung terkait dengan proses pembelian Agunan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembelian Agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 1 ayat (11) : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga ; Pasal 1 ayat(12), Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil ;

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 1 ayat (18) : Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan ;

Pasal 1 ayat (23) : Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah ;

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPrinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) ;

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 6 huruf b :Usaha Bank Umum meliputi : b. memberikan kredit ;

Pasal 7 (c) :Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula : c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ; dan

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 8 :1.

2.

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan Pedoman Perkreditan dan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.;

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 11 :1

2

Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit atau Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan. Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.;

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 11 : 3.Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit atau Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada : pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih dari modal disetor bank ; anggota dewan komisaris ; anggota direksi ; keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c ; dan pejabat bank lainnya ; serta perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e. 4.Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 11 : 4A. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) 5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) wajib dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 12 : 1. Untuk menunjang pelaksanaan program peningkatan taraf hidup rakyat banyak melalui pemberdayaan koperasi, usaha kecil dan menengah, Pemerintah bersama Bank Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan Bank Umum. 2. Ketentuan mengenai kerjasama dengan Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 12 A : 1. Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal Nasabah Debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. 2. Ketentuan mengenai tata cara pembelian agunan dan pencairannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 29 : 1. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. 2. Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKPasal 37 ayat (1c) : 1. Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar : (c)bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya ;

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKFive Cs of Credit (5C) :

Character ; Capacity ; Capital ; Condition of Economy ; Collateral.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKI. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK Prinsip Kehati-hatian Dalam Perkreditan Organisasi dan Manajemen Kredit Kebijaksanaan Persetujuan Kredit Dokumentasi dan Administrasi Kredit Pengawasan Kredit Penyelesaian Kredit Bermasalah

A. B. C.

D.E. F.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKII. PERJANJIAN KREDIT PERBANKANA. Perjanjian Pada umumnya Ps. 1320 KUHPer 1. Kesepakatan 2. kecakapan 3. Objek Tertentu 4. Kausa yang Halal B. Perjanjian Kredit 1. Judul 2. Komparisi 3. Isi Perjanjian Kredit

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKISI PERJANJIAN KREDIT a.l : Judul Komparisi Isi Perjanjian Kredit, antara lain ; a. Mengenai fasilitas kredit & jangka waktu b. Suku bunga kredit c. Klausula mengenai barang agunan kredit d. Biaya yang timbul spt provisi, commitment fee etc e. Klausula mengenai asuransi kredit f. Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh Debitur g. Klausula tentang cara penarikan kredit h. Pihak bank dapat mengakhiri perjanjian kredit setiap waktu i. Penyelesaian kredit j. Dan lain-lain

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKIII.

BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

BMPK Kredit Kepada Non-Residen Kredit Untuk Jual Beli Saham Kredit Untuk Setoran Marjin Deposit Transaksi Derivatif Kredit Untuk Pembelian Tanah Pelunasan Kredit Dengan Commercial Paper (CP) Kredit Untuk Pembiayaan Yang bertentangan Dengan UU

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKI. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK A. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan Kebijakan pokok perkreditan yang sehat Tatacara penilaian kualitas kredit Profesionalisme dan integritas pejabat kredit Kredit kepada pihak terkait Pemberian kredit yang perlu dihindari

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKI. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK B.Organisasi & Manajemen Kredit Pengendalian intern dalam proses perkreditan Komite Kebijaksanaan Perkreditan & Komite Kredit Tugas & wewenang Direksi Dalam Perkreditan Tugas & wewenang Komisaris Dalam Perkreditan

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKI. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

C. Kebijaksanaan Persetujuan Kredit Persetujuan Kredit mempertimbangkan konsep hubungan total pemohon Kredit Proses persetujuan Kredit Permohonan Kredit Rekomendasi persetujuan Kredit Pemberian persetujuan Kredit Perjanjian Kredit Persetujuan pencairan

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKI.

PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK Dokumentasi & Administrasi Kredit Seluruh Kredit harus dicatat dan dibukukan secara benar Administrasi Kredit harus ada unsur pengendalian intern Penetapan Pejabat dan SatKer Perkreditan Penyusunan Statistik Perkreditan

A.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKI. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK

E. Pengawasan Kredit Mengawasi pelaksanaan Kredit sesuai KPB Mengawasi pemberian Kredit Mengawasi penilaian kolektibilitas Kredit Melakukan pembinaan kepada debitur Memantau kebenaran pemberian Kredit Memantau pengadministrasian Kredit Memantau kecukupan PPAP

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKI. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK F. Penyelesaian Kredit Bermasalah : Rescheduling Reconditioning Restructuring

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKII. PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN Judul Komparisi Isi Perjanjian Kredit, al:a) b) c) d) e) f) g) h) i) j)

Mengenai fasilitas Kredit & jangka waktu Suku bunga Kredit Klausula mengenai barang agunan Kredit Biaya yang timbul seperti provisi, commitment fee etc Klausula mengenai asuransi Kredit Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh Debitur Klausula tentang cara penarikan Kredit Pihak Bank dapat mengakhiri perjanjian Kredit setiap waktu Penyelesaian Kredit Dan lain-lain

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN Batas Maksimum Pemberian KreditDasar Hukum : Pasal 11 ayat (1) UU No. 7/1992 jo UU no. 10/1998 ; PBI No. 7/3/PBI/2005 tgl 20 Januari 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit ; BMPK bagi satu peminjam & kelompok peminjam yang terkait dengan bank masing-masing maksimal 10 % dari modal bank; BMPK bagi satu peminjam yang tidak terkait dengan bank paling tinggi 20 % dari modal bank; BMPK bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait dengan bank paling tinggi 25 % dari modal bank; BMPK kepada BUMN untuk tujuan pembangunan & mempengaruhi hajat hidup orang banyak paling tinggi sebesar 30 % dari modal bank;

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKIII.BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN

2. Kredit kepada Non-ResidenDasar hukum : SEBI No. SE.8/28/UPK tgl. 27 Nov 1975 jo PBI No. 3/3/PBI/2001 Bank dilarang memberikan Kredit baik dalam rupiah maupun dalam Valas kepada perorangan atau perusahaan yang berstatus bukan penduduk termasuk bukan penduduk yang telah menerima kuasa

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN

3. Kredit untuk jual beli sahamDasar hukum : SK Dir BI No. 24/32/KEP/DIR & SEBI No. 24/1/UKU tgl 12 Agsts 91 a.Bank dilarang memberikan Kredit untuk jual beli saham b.Bank diperkenankan memberikan Kredit kepada perusahaan sekuritas dengan ketentuan : - Maksimal sebesar jumlah terkecil antara 25 % dari modal perusahaan sekuritas atau 15 % dari modal bank - Keseluruhan Kredit maksimal 30 % dari modal bank

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN

3.a. Kredit untuk jual beli sahamSaham yang dapat dijadikan agunan tambahan dengan syarat : - selama 3 bulan terakhir aktif diperdagangkan - harga saham di atas nilai nominal - Nilai saham yang diagunkan 50 % dari harga pasar

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN4. Kredit untuk setoran margin deposit transaksi derivatif

Dasar hukum : SK Dir BI No. 28/119/KEP/DIR tgl. 29 Desember 1995 Bank dilarang memelihara posisi atas transaksi derivatif yang dilakukan oleh nasabah group dari Bank, Direksi, Komisaris dan pemilik Bank ; Bank dilarang memberikan fasilitas Cerukan (Overdraft) dalam rangka kewajiban pemenuhan margin deposit nasabah untuk keperluan transaksi derivatif kepada nasabah.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN1.

Kredit untuk pembelian tanah Dasar hukum : SK Dir BI No. 30/46/KEP/DIR dan SEBI No. 30/2/UK tgl. 7 Juli 1997

Bank dilarang memberikan Kredit kepada pengembang (developer) untuk pembiayaan pengadaan dan atau pengolahan tanah (dikecualikan bagi pengembang untuk tujuan pembangunan rumah sederhana ; Bank dapat memberikan Kredit kepada pengembang selain untuk pengadaan dan atau pengolahan tanah sepanjang memenuhi persyaratan.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKI.

BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN

6. Pelunasan Kredit dengan Commercial Paper (CP) Dasar hukum : SK Dir BI No. 28/52/KEP/DIR tgl. 11 Agsts 1995 Pembelian CP oleh Bank tidak dapat diperhitungkan sebagai angsuran atau pelunasan Kredit debitur ; Bank dilarang bertindak sebagai arranger, agen penerbit, dealer, agen pembayaran dan pembeli dari CP yang diterbitkan oleh pihak terkait dengan bank, debitur yang memiliki kolektibilitas diragukan dan macet.

ASPEK HUKUM PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN

7. Kredit untuk pembiayaan yang bertentangan dengan Undang-Undang Pasal 1320 KUHPerdata, perjanjian harus memenuhi syarat kausa yang halal yaitu tidak boleh bertentangan dengan Undangundang, ketertiban Umum dan kesusilaan.