perilaku prososial
DESCRIPTION
Perilaku PrososialTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang
menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik,
yang di lakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards eksternal.
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang dilakukan secara sukarela
dan menguntungkan orang lain tanpa antisipasi rewards eksternal, yang
meliputi menolong, membantu, membagi, dan menyumbang. Tingkah laku
prososial variasinya sangat besar. Ini bisa mulai dari bentuk yang paling
sederhana seperti sekedar memberi perhatian hingga yang paling hebat.
Misalnya, mengorbankan diri demi orang lain. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa intensitas tingkah laku prososial berbed-beda, ada yang
tinggi dan ada yang rendah.
Dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan tingkah laku
prososial, orang harus mengetahui bahwa ada seseorang yang membutuhkan
bantuan. Selanjutnya, penolong mungkin menentukan apakah akan dibantu
atau tidak, dan bagaimana cara memberi bantuan tersebut. Keputusan
tersebut juga bergantung pada dua pertimbangan. Pertama, penolong
mungkin menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap orang yang
memerlukan bantuan, yang kedua, penolong menganalisis berapa besar
reward yang diterima setelah memberikan pertolongan.
B. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini perkembangan prososial remaja kan dibahas secara
terperinci yang meliputi :
1. Definisi perilaku prososial.
2. Sumber perilaku prososial.
3. Bentuk-bentuk perilaku prososial.
4. Factor-faktor yang mendorong tindakan prososial.
5. Perkembangan tingkah laku prososial.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku prososial.
7. Implikasinya dengan konseling.
1
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada bab ini terdiri dari Tiga bab, yaitu : Bab I,
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan dan
Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan, yang terdiri dari definisi perilaku
prososial, sumber perilaku prososial, bentuk-bentuk perilaku prososial, faktor-
faktor yang mendorong tindakan prososial, perkembangan tingkah laku
prososial, factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku
prososial, dan implikasi perkembangan tingkah laku social dengan konseling.
Bab III, Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi Perilaku Prososial
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri, tetapi
ia senantiasa membutuhkan dan dibutuhkan oleh orang lain. Oleh karena itu,
apabila ditinjau dari segi fungsi sosialnya, adalah wajar jika seseorang
memberikan pertolongan kepada orang lain. Namun, apa yang membuat
seseorang menolong orang lain? Apa yang membuat mereka baik hati, ramah,
merasa kasihan, dan peduli terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain?
Alasan mengapa seseorang mau berperilaku demikian, Mussen dan
Eisenberg mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena adanya
perilaku prososial. Perilaku prososial merupakan tindakan yang membantu
dan menguntungkan seseorang atau sekelompok orang tanpa mementingkan
keuntungan pribadi. Adapun tindakan-tindakan yang dimaksud seringkali
menghabiskan biaya yang tidak sedikit, pengorbanan diri, atau risiko yang
harus ditanggung pelaku.
Terdapat beberapa pendapat para ahli psikologi tentang pengertian prilaku
prososial diantaranya :
a. Sears dkk (1992)
Mendefenisikan bahwa tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang
menguntungkan orang lain. Menurut sears tingkah laku prososial meliputi
segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong
orang lain, tanpa memperhatikan motif si penolong.
3
b. Sri Utari Pidada (1982)
Mendefenisikan bahwa pilaku prososial adalah suatu tingkah laku yang
mempunyai suatu akibat atau konsekuensi positif bagi patner interaksi,
selain itu tingkah laku yang bisa di klasifikasikan sebagai tingkah laku sosial
sangat beragam di mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga yang
paling luar biasa.
c. Wispe (1981)
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang mempunyai konsekuensi
sosial positif yaitu menambah kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi
lebih baik.
d. Brigham (1991)
Menyatakan bahwa wujud tingkah laku prososial meliputi : murah hati
(charity), persahabatan (friendship), kerja sama (cooperation), menolong
(helping), penyelamatan (rescuing) dll.
e. Bar-Tal (1976)
Tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang dilakukan secara
sukarela, menguntungkan orang lain tanpa anti sipasi reward eksternal, dan
tindakan prososial ini tidak dilakukan untuk dirinya sendiri.
f. Lead ( 1978 )
Menyatakan tiga kriteria yang menentukan tingkah laku prososial
(altruistic) yaitu
1. tindakan yang bertujuan khusus menguntungkanorang lain tanpa
mengharap reward eksternal
2. tindakan yang dilakukan dengan sukarela
3. tindakan yang menghasilkan hal yang positif
4
g. Wrightsman dan Deaux (1981)
Mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku seseorang yang
mempunyai konsekuensi sosial positif yang ditujukan bagi kesejahteraan
orang lain secara fisik maupun psikologis.
Dari beberapa pendapat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa
tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan,
yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi
fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial
dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan reward eksternal.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa
perkembangan perilaku prososial telah dimulai sejak masa anak-anak. Dengan
bertambahnya usia seorang anak, maka empatinya terhadap orang lain juga
akan semakin berkembang. Dalam psikologi perkembangan juga dikatakan
bahwa kemampuan seorang anak dalam berbagai hal akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia.
B.Sumber Prilaku Prososial
Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2 bagian yaitu ;
a)Endosentris
Sumber tingkah laku prososial berasal dari dalam diri seseorang.
Sumber endosentris merupakan keinginan untuk mengubah diri dengan
menampilkan self-image. Secara keseluruhan endosentris ini meningkatkan
konsep diri (self-concept), salah satu bentuk konsep diri adalah self-
expectation (harapan diri) yang berbentuk rasa bahagia, kebanggaan, rasa
aman, evaluasi diri yang positif.
Harapan diri muncul karena seseorang hidup di lingkungan sosial,
dimana dalam lingkungan sosial terdapat norma dan nilai. Norma sosial di
peroleh remaja melalui proses sosialisi yang kemudian di internalisasikan
sehingga menjadi bagian dari diri remaja itu sendiri. Norma yang di
internalisasikan kedalam harapan diri (self-expectation) terdiri dari :
1) Norms of aiding (norma menolong), adalah norma sosial untuk menolong
orang lain yang membutuhkan.
5
2) Norm of social responssibility, adalah suatu norma sosial yang dimana
seorang individu menolong orang yang membutuhkan pertolongan
walaupun orang yang ditolong tidak dapat membalas sama sekali.
3) Norm of giving, adalah norma sosial dimana seseorang menolong dengan
sukarela.
4) Norm of justice, adalah suatu norma sosial dimana tingkah laku
menolong didasarioleh norma keadilan yaitu keseimbangan antar
memberi dan menerima
5) Norm of reciprocity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu
menolong orang lain karena merasa akan mendapat imbalan
6) Norm of equity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu
menolong orang lain karena pernah ditolong sebelumnya.
b)Eksosentris
Merupakan sumber untuk memperhatikan lingkungan eksternal yaitu
membuat kondisi lebih baik dan menolong orang lain dari kondisi buruk
yang dialami. Orang yang melakukan tindakan menolong karena
mengetahui atau merasakan kebutuhan, keinginan, dan penderitaan orang
lain. Hal ini dijelaskan oleh Piliavin & Piliavin bahwa tindakan menolong
terjadi karena :
1. Adanya pengamatan terhadap kebutuhan atau penderitaan orang lain
2. Adanya pengamatan terhadap penderitaan yang dirasakan oleh orang
lain, sehingga menimbulkan motivasai untuk menguranginya
Menurut Derlega & Grzelak tingkah laku prososial bisa terjadi karena
adanya penderitaan yang dialami oleh orang lain, pertolongan yang
diberikan tidak mengharapkan reward eksternal. Selain itu prilaku prososial
bisa terjadi karena adanya interpedensi situasi, misalnya seorang suami
yang menolong istri di dapur. Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi
karena adanya saling ketergantungan antara sipenolong dengan orang
yang ditolong.
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Prososial
Perilaku prososial merupakan perilaku yang memberikan keuntungan bagi
orang lain. Menurut Wispe, perilaku prososial meliputi berbagai bentuk, antara
lain:
6
1. Sympathy (simpati)
Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain, sikap
peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain.
2. Cooperation (kerjasama)
Kerjasama diartikan bahwa setiap orang mampu dan ingin bekerjasama
dengan orang lain, meski bukan untuk keuntungan bersama.
3. Helping (membantu)
Perilaku mengambil bagian atau membantu urusan orang lain sehingga
orang tersebut dapat mencapai tujuannya.
4. Donating (berderma)
Merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada orang
lain, biasanya berupa amal.
5. Altruisme (suka menolong)
Mengambil bagian untuk menolong orang lain, yang dilakukan tanpa
pamrih, dan biasanya dalam bentuk menyelamatkan orang lain dari
ancaman bahaya.
D.Faktor-Faktor Yang Mendorong Tindakan Prososial
1. Daya tarik fisik. Apapun faktor yang dapat meningkatkan ketertarikan
Bystander pada korban akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
respons prososial apabila individu tersebut membutuhkan pertolongan atau
orang menolong orang lain karena orang tersebut punya kemiripan dengan
kita.
2. Atribusi pada korban. Contoh: ketika Santi melihat ada orang terjatuh, dan
setelah melihat ternyata orang tersebut membawa botol minuman keras,
Santi akan menilai bahwa orang tersebut terjatuh karena kesalahannya
sendiri sehingga tidak perlu ditolong.
3. Pengalaman pada kejadian prososial. Contoh: Susi pernah membantu
seorang ibu-ibu yang terjatuh di pasa. Ternyata ib tersebut adalah seorang
pencopet dan langsung saja setelah ditolong ia merampas dompet Susi dan
melarikan diri. Kejadian ini dapat mempengaruhi Susi untuk melakukan
tindakan prososial di masa mendatang.
4. Kondisi emosional Bystander. Kondisi suasana hati yang baik akan
meningkatkan peluang terjadinya tingkah laku menolong orang lain,
sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan menghambat
7
pertolongan. Namun, Jika tingkah laku prososial dapat merusak suasana
baik hati seseorang, suasana hati yang baik menyebabkan berkurangnya
perilaku menolong. Sebaliknya juga bila perilaku prososial dapat
memberikan pengaruh positif pada emosi yang negatif, maka suasana hati
yang buruk dapat menyebabkan meningkatnya perilaku menolong. Rasa
kesedihan dan kehilangan juga dapat meningkatkan perilaku prososial
karena dapat menjadi kompensasi atas rasa kehilangannya.
5. Empati—respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distress
emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan
keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.
6. Factor disposisional (gen, wanita). Wanita cenderung lebih mau menolong
daripada pria.
E. Perkembangan Tingkah Laku Prososial
Tingkah laku prososial selalu berkembang sesuai perkembangan manusia, ada
6 tahapan perkembangan tingkah laku prososial yaitu :
a. Compliance & Concret, Defined Reinforcement
Pada tahap ini individu melakukan tingkah laku menolong karena perintah
yang disertai oleh reward. Pada tahap ini remaja mempunyai perspektif
egosentris yaitu mereka tidak menyadari bahwa orang lain mempunyai
pikiran dan perasaan yang berbeda dengan mereka, selain itu tingkah laku
prososial pada tahap ini terjadi karna adanya reward dan punishment yang
konkrit.
b. Compliance
Pada tahap ini individu melakukan tindakan menolong karena patuh pada
perintah dari orang yang berkuasa. Tindakan menolong pada tahp ini
dimotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan dan
menghindari hukuman.
c. Internal Initiative & Concret Reward
Pada tahap ini individu menolong karena tergantung pada reward yang
akan di terima, tindakan prososial dimotivasi oleh keinginan untuk
mendapatkan keuntungan atau hadiah.
d. Nominative Behavior
Pada tahap ini individu melakukan tindakan prososial untuk memenuhi
tuntutan masyarakat. Individu mengetahui berbagai tingkah lakuyang
8
sesuai dengan norma masyarakat. Dalam tahap ini individu mampu
memahami kebutuhan orang lain dan merasa simpati dengan penderitaan
yang dialami, tindakan prososial dilakukan karna adanya norma sosial yang
meliputi : norma memberi dan norma tanggung jawab sosial.
e. Generalized Reciprocity
Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong karna adanya
kepercayaan apabila suatu saat ia membutuhkan bantuan maka ia akan
mendapatkannya, harapan reward pada tahap ini non konkret yang susah
dijelaskan.
f. Altruistic Behavior
Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong secara sukarela
yang bertujuan untuk menolong dan menguntungkan orang lain tanpa
mengharapkan imbalan, tindakan prososial dilakukan karena plihan individu
sendiri yang didasarkan pada prinsip moral.
Pada tahap ini individu sudah mulai dapat menilai kebutuhan orang lain dan
tidak mengharapkan hubungan timbal balik untuk tindakannya.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Tingkah Laku
Prososial
Tingkah laku prososial dipandang sebagai tingkah laku yang diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan, melalui hal ini manusia menjalankan fungsi
kehidupan sebagai penolong dan yang ditolong.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku
prososial antara lain :
a. Orang Tua
Hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi faktor penentu
utama dalam keberhasilan remaja berperilaku prososial ketika berinteraksi
di lingkungan sosial yang lebih luas. Keluarga yang merupakan kelompok
primer bagi remaja memiliki peran penting dalam pembentukan dan arahan
perilaku remaja.
Hal-hal yang diperoleh dari lingkungan keluarga akan menentukan
cara-cara remaja dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosial di
luar keluarga. Menurut Ahmadi (1988) keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama dalam kehidupan remaja. Remaja belajar memperhatikan
keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerjasama, dan menyatakan
dirinya sebagai makhluk sosial.
9
Cara bertingkah laku, dan sikap orang tua dalam keluarga akan
mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat mengakibatkan ciri-
ciri tertentu pada perkembangan kepribadian remaja, orang tua adalah
pemegang peranan penting dalam pembentukan akhlak dan budi pekerti
putra putrinya. Hal tersebut karena waktu yang dimiliki remaja 75%
dihasilkan di lingkungan keluarga. Mengingat orang tua merupakan faktor
penting dalam pembentukan pribadi remaja maka cara yang digunakan
dalam mengasuh dan membimbing remaja tergantung pada sikap, pribadi
dan kemampuan yang dimiliki oleh orang tua remaja tersebut.
b. Guru
Selain orang tua, sekolah juga mempunyai pengaru yang sangat besar
terhadap perkembangan tingkah laku prososial. Di sekolah guru dapt
melatih dan mengarahkan tingkah laku prososial anak dengan
menggunakan teknik yang efektif. Misalnya guru dapat menggunakan
teknik bermain peran, teknik ini melatih anak mempelajari situasi dimana
tingkah laku menolong di peroleh dan bagaimana melaksanakan tindakan
menolong tersebut. Teknik bermain peran mengembangkan sensitivitas
terhadap kebutuhan orang lain dan menambah kemampuan role taking dan
empati. Di sekolah guru mempunyai kesempatan mengarahkan anak
dengan menganalisis cerita dalam bahasan yang berbeda.
c. Teman sebaya
Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan tingkah laku
prososial khususnya pada masa remaja. Ketika usia remaja kelompok ssial
menjadi sumber utama dalam perolehan informasi, teman sebaya dapat
memudahkan perkembangan tingkah laku prososial melalui penguatan,
pemodelan dan pengarahan.
d. Televisi
Selain sebagai hiburan, televisi merupakan sebagai agen sosial yang
penting. Melalui penggunaan muatan prososial, televisi dapat
mempengaruhi pemirsa. Dengan melihat program televisi anak juga dapat
mempelajari tingkah laku yang tepat dalam situasi tertentu, televisi tidak
hanya mengajarkan anak untuk mempertimbangkan berbagai alternatif
10
tindakan tapi juga anak juga bisa mengerti dengan kebutuhan orang lain,
membentuk tingkah laku prososial dan memudahkan perkembangan
empati.
e. Moral Dan Agama
Perkembangan tingkah laku prososial juga berkaitan erat dengan aturan
agama dan moral. Menurut Sears dkk (1992) menyatakan bahwa aturan
agama dan moral kebanyakan masyarakat menekankan kewajiban
menolong.
Sears, Freedman, dan Peplau mengemukakan bahwa perilaku prososial
dipengaruhi oleh faktor karekteristik situasional dan faktor karekteristik
penolong.
A. Faktor karekteristik situasional meliputi :
1. Kehadiran orang lain
Menurut penelitian psikologi sosial, yang berpengaruh pada perilaku
menolong adalah kehadiran orang lain di tempat kejadian. Semakin banyak
orang yang hadir, semakin kecil kemungkinan seseorang benar-benar
memberikan pertolongan. Darley dan Latane menamakannya efek
penonton (bystander effect). Ada beberapa hal yang menyebabkan
mengapa kehadiran orang lain kadang-kadang menghambat usaha untuk
menolong. Pertama, penyebaran tanggung jawab yang timbul karena
kehadiran orang lain. Bila hanya satu orang yang menyaksikan korban yang
mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai tanggung jawab penuh
untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut dan akan menanggung
rasa salah dan rasa sesal bila tidak bertindak. Sebaliknya, bila orang lain
juga hadir, pertolongan bisa muncul dari beberapa orang. Tanggung jawab
untuk menolong dan kemungkinan kerugian tidak memberikan pertolongan
akan terbagi. Penjelasan kedua tentang efek penonton menyangkut
ambiguitas dalam menginterpretasikan situasi. Perilaku penonton yang lain
11
dapat mempengaruhi bagaimana kita menginterpretasikan situasi dan
bagaimana reaksi kita. Jika orang lain mengabaikan suatu situasi atau
memberikan reaksi seolah-olah tidak terjadi apa-apa, mungkin kita juga
beranggapan tidak ada keadaan darurat. Faktor ketiga dalam kekuatan
efek penonton adalah rasa takut dinilai. Bila kita mengetahui bahwa orang
lain memperhatikan perilaku kita, mungkin kita berusaha melakukan apa
yang diharapkan oleh orang lain dan memberikan kesan yang baik.
2. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi kesediaan seseorang untuk
membantu. Berdasarkan dua penelitian lapangan yang dilakukan oleh
Cunningham (1979) dikatakan bahwa efek cuaca menimbulkan perbedaan
dalam memberikan bantuan. Pada penelitian pertama, para pejalan kaki
dihampiri di luar rumah dan diminta untuk membantu peneliti dengan
melengkapi kuesioner. Orang lebih cenderung membantu bila hari cerah
dan suhu udara cukup menyenangkan (relatif hangat di musim dingin dan
relatif hangat di musim panas). Dalam penelitian kedua yang mengamati
bahwa para pelanggan memberikan tip yang lebih banyak bila hari cukup
cerah.
3. Tekanan Waktu
Tekanan waktu juga memberikan pengaruh terhadap kerelaan seseorang
untuk menolong orang lain. Orang yang tergesa-gesa mempunyai
kecenderungan yang lebih kecil untuk menolong dibandingkan dengan
mereka yang tidak mengalami tekanan waktu.
B. Sedangkan faktor karakteristik penolong meliputi :
1. Faktor Kepribadian
iri kepribadian tertentu mendorong orang untuk memberikan pertolongan
dalam beberapa jenis situasi dan tidak dalam situasi yang lain. Misalnya,
Satow mengamati bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi
untuk diterima secara sosial, lebih cenderung menyumbangkan uang bagi
kepentingan amal daripada orang yang mempunyai tingkat kebutuhan
rendah untuk diterima secara sosial, tetapi hanya bila orang lain
menyaksikannya. Tampaknya, orang yang mempunyai tingkat kebutuhan
tinggi untuk diterima secara sosial dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh pujian dari orang lain sehingga bertindak lebih prososial hanya
bila tindakan mereka yang baik itu diperhatikan. Berdasarkan penelitian
12
yang dilakukan oleh Eisenberg dkk., dinyatakan bahwa : Personality
variables, such as belief that one's fate within one's own control, mature
moral judgment, need for social approval or self-esteem, and tendency to
ascribe responsibility for other's welfare to oneself, have predicted helping
behavior in one or more studies (Eisenberg-Berg, 1979; Rushton, 1975;
Satow, 1973; Schwartz & Clausen, 1970; Staub, 1974).
Variabel-variabel kepribadian, seperti keyakinan bahwa takdir seseorang
ada dalam kendalinya, penilaian kematangan moral, kebutuhan akan
penghargaan sosial atau self-esteem, dan kecenderungan untuk
bertanggungjawab akan kesejahteraan orang lain, diprediksi memunculkan
perilaku menolong. Sementara Baron & Byrne mengatakan bahwa
kepribadian yang memungkinkan seseorang untuk berperilaku prososial
adalah altruistic personality (kepribadian altruistik), yang didefinisikan :
Altruistic personality is the combination of dispositional variables that make
an individual more likely to engage in altruistic behavior. Included are an
emphatic self-concept, belief in a just world, feelings of social responsibility,
internal locus of control, and low egocentrism. Kepribadian altruistik adalah
gabungan dari variabel-variabel sifat yang membuat seseorang lebih
mungkin terlibat dalam perilaku altruistik. Meliputi konsep diri empatik,
keyakinan pada realitas dunia, perasaan tanggung jawab, locus of control
internal, dan sifat egois yang rendah.
2. Suasana Hati
Ada sejumlah bukti bahwa orang lebih terdorong untuk memberikan
bantuan bila mereka berada dalam suasana hati yang baik. Misalnya, orang
lebih cenderung menolong karena telah menemukan uang (Isen &
Simmonds, 1978), diberi kue gratis di perpustakaan kampus (Isen & Levin,
1972), berhasil melaksanakan beberapa tugas eksperimental (Isen, 1970),
atau mendengarkan musik yang menyejukkan hati (Fried & Berkowitz,
1979). Suasana perasaan positif yang hangat meningkatkan kesediaan
untuk melakukan tindakan prososial.
3. Rasa Bersalah
Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi khusus dengan perilaku
prososial adalah rasa bersalah, perasaan gelisah yang timbul bila kita
melakukan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi
13
rasa bersalah bisa menyebabkan kita menolong orang yang kita rugikan,
atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan tindakan yang baik.
4. Distres Diri dan Rasa Empatik
Distres adalah perasaan tertekan yang dialami oleh seseorang baik secara
fisik maupun psikologis. Sedangkan yang dimaksud dengan distres diri
(personal distress) adalah reaksi diri kita terhadap penderitaan orang lain—
perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan
apapun, yang kita alami. Sebaliknya, yang dimaksud rasa atau sikap
empatik (emphatic concern) adalah perasaan simpati atau perhatian
terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara
tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. Distres diri memotivasi
kita untuk mengurangi kegelisahan kita sendiri. Kita bisa melakukannya
dengan membantu orang lain.
G.Implikasi Perkembangan Tingkah Laku Sosial dengan Konseling
Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya
membantu peserta didik dalam memperoleh tingkah laku interpersonal yang
efektif :
1. Mengajarkan keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah sosial
2. Menggunakan strategi pembelajaran ynag kooperatif
3. Meningkatkan kesadaran siswa terhadap efektifitas keterampilan sosial
dengan mencerminkan keterampilan sosial tersebut.
4. Mengajak siswa untuk memikirkan dampak dari prilaku yang mereka miliki .
Dalam hal implikasi perkembangan tingkah laku prososial terhadap
konseling ini juga dapat dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling, selain itu
konselor atau guru pembimbing juga dapat bekerjasama dengan pihak
terkait.
14
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah
tingkah laku sosial positif yang menguntungkan, yang ditujukan bagi
kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi fisik dan psikis orang
lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial dilakukan atas dasar
sukarela tanpa mengharapkan reward eksternal. Faktor internal dan eksternal
turut mempengaruhi perkembangan perilaku prososial pada diri manusia.
B.Saran
Sebagai seorang guru kita dituntut untuk memberikan pelayanan pendidikan
kepada murid-murid kita, terlepas materi yang berhubungan sengan pelajaran
sebagai seorang pengajar sudah sepantasnya kita selalu membimbing siswa
kita agar perilaku prososial mereka dapat berkembang. Beberapa strategi
yang bisa dipakai guru untuk meningkatkan perilaku prososial murid
(Santrock;2008, Honig & Wittmer, 1996; Wittmer & Honig, 1994);
a. Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain.
b. Jadilah contoh perilaku prososial
c. Beri label dan identifikasi perilaku prososial dan antisosial
d. Nisbahkan perilaku positif untuk setiap murid
e. Perhatikan dan dorong perilaku secara sosial secara positif tetapi jangan
terlalu banyak menggunakan ganjaran eksternal.
f. Bantu anak untuk mengambil sikap dan memahami perasaan orang lain
g. Gunakan strategi disiplin yang positif.
h. Pimpin diskusi tentang interaksi prososial.
i. Kembangkan proyek kelas dan sekolah yang bisa meningkatkan altruisme.
15
Daftar Pustaka
http://gadihpanangih.blogspot.com/2011/02/perkembangan-prososial-
remaja.html
http://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/31/tingkah-laku-prososial-kenapa-
orang-orang-menolong/
http://atpsikologi.blogspot.com/2010/03/perilaku-pro-sosial-perilaku-anti.html
16