perilaku belanja turis individual atas produk batik di pulau madura

14
PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA Sugeng Hariadi Siti Rahayu Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya [email protected]; [email protected] Abstrak Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Batik, warisan budaya dari Indonesia, telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi oleh UNESCO pada 2009, bertepatan dengan Hari Batik Nasional yakni 2 Oktober. Studi ini menggunakan metode survey untuk mengeksplorasi perilaku belanja turis tradisional atas produk batik, yang datang langsung di pulau Madura. Menggunakan dasar pemikiran Choi, dkk. (2007) yang telah melakukan penelitian tentang perilaku wisatawan Chinese Mainland (CM) yang berbelanja ke Hong Kong, penelitian ini dikembangkan untuk kasus wisata batik. Ditemukan bahwa pembeli batik adalah kelompok masyarakat menengah, bahkan cenderung ke atas untuk batik-batik dengan motif/corak yang asli Madura, khususnya berupa batik tulis. Meski pengeluaran untuk batik relatif kecil dibandingkan dengan pengeluaran total rumah tangga, namun studi ini menemukan beberapa hal menarik agar pasar batik Madura berkembang. Oleh karena minat pembeli batik adalah pakaian jadi, maka perlu diperbesar kapasitas produksi pakaian jadi batik tulis, namun dengan motif, pola, dan pengerjaan yang baik dan modern. Perlu pula dibangun pasar batik di Bangkalan yang tidak jauh dari jembatan Suramadu sehingga benar-benar menjadi pusat batik Madura. Pembeli batik Madura adalah media promosi penjualan yang efektif karena akan menjadi sumber informasi utama pda masa datang. Oleh karena itu harus dilayani dengan baik dan dipenuhi kebutuhannya, seperti ketersediaan ruang pas yang memadai. Kata kunci: Batik Madura, Perilaku, Belanja’

Upload: dindowae

Post on 26-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIKDI PULAU MADURA

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK

DI PULAU MADURA

Sugeng Hariadi Siti Rahayu

Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya

[email protected]; [email protected]

Abstrak Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari

budaya Indonesia. Batik, warisan budaya dari Indonesia, telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi oleh UNESCO pada 2009, bertepatan dengan Hari Batik Nasional yakni 2 Oktober.

Studi ini menggunakan metode survey untuk mengeksplorasi perilaku belanja turis tradisional atas produk batik, yang datang langsung di pulau Madura. Menggunakan dasar pemikiran Choi, dkk. (2007) yang telah melakukan penelitian tentang perilaku wisatawan Chinese Mainland (CM) yang berbelanja ke Hong Kong, penelitian ini dikembangkan untuk kasus wisata batik.

Ditemukan bahwa pembeli batik adalah kelompok masyarakat menengah, bahkan cenderung ke atas untuk batik-batik dengan motif/corak yang asli Madura, khususnya berupa batik tulis. Meski pengeluaran untuk batik relatif kecil dibandingkan dengan pengeluaran total rumah tangga, namun studi ini menemukan beberapa hal menarik agar pasar batik Madura berkembang. Oleh karena minat pembeli batik adalah pakaian jadi, maka perlu diperbesar kapasitas produksi pakaian jadi batik tulis, namun dengan motif, pola, dan pengerjaan yang baik dan modern. Perlu pula dibangun pasar batik di Bangkalan yang tidak jauh dari jembatan Suramadu sehingga benar-benar menjadi pusat batik Madura. Pembeli batik Madura adalah media promosi penjualan yang efektif karena akan menjadi sumber informasi utama pda masa datang. Oleh karena itu harus dilayani dengan baik dan dipenuhi kebutuhannya, seperti ketersediaan ruang pas yang memadai.

Kata kunci: Batik Madura, Perilaku, Belanja’

Page 2: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

PENDAHULUAN

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya

Indonesia (khususnya Jawa) sejak abad XVI. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau

menjadikan keterampilan dalam membatik sebagai mata pencaharian. Bagi penggemar batik,

kota-kota di Pulau Jawa yang memiliki pasar dan desain batik terbaik adalah Yogyakarta, Solo,

Pekalongan, Cirebon, dan Madura (baca: Suharyono, 2006; Wulandari, 2011, Ishwara dkk,

2011).

Batik sudah menjadi identitas bangsa, melalui ukiran simbol nan unik, warna menawan,

dan rancangan tiada dua. Batik, warisan budaya dari Indonesia, ditetapkan sebagai warisan

kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi oleh UNESCO pada 2009, bertepatan dengan

Hari Batik Nasional yakni 2 Oktober (http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/10/batik-lebih-

dari-sekadar-warisan-budaya-indonesia).

Batik di Indonesia memainkan banyak peran: bentuk seni yang canggih, sebuah bagian

penting dari warisan budaya bangsa, sebuah simbol identitas nasional (terutama di daerah

penghasil), sebuah alat promosi untuk pariwisata, baik sebagai citra negara dan sebagai imbang

untuk minat khusus turis, dan sebagai kontributor bagi pembangunan ekonomi. Produksi batik

mempekerjakan ratusan ribu orang di seluruh negeri, terutama di perusahaan-perusahaan kecil,

memberikan kontribusi secara efektif bagi pengembangan desa seringkali sangat miskin dan

kota-kota kecil (baca: Wulandari, 2011; http://my.opera.com/batik12/blog/).

Batik menjadi populer karena sejumlah alasan. Bagi banyak orang Indonesia yang

menawarkan link ke tradisi masa lalu, terutama di Jawa di mana itu adalah simbol identitas dan

masih digunakan dalam upacara-upacara budaya. Batik juga menarik karena begitu mencolok:

Page 3: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

dalam warna dan desain. Batik diproduksi dalam berbagai macam warna dan dengan variasi

besar motif sehingga sangat serbaguna. Tradisional yang dilukis dengan tangan batik sangat

tahan lama, yang berarti bahwa sepotong kualitas tunggal dapat berlangsung selama beberapa

generasi. Bagi banyak wisatawan, batik merupakan kenang-kenangan yang sempurna dari

liburan di Indonesia: eksotis, tradisional dan berwarna-warni. Selain untuk pakaian, kain batik

dapat digunakan dalam berbagai cara yang berbeda, seperti untuk aksesoris, perabot rumah

tangga, dan hiasan dinding, serta sebagai media untuk melukis. Alasan, akhir mungkin bersahaja

untuk popularitas batik dapat ditemukan dalam motif yang sebagian besar bergaya atau

geometris, terinspirasi oleh Islam, yang berarti bahwa batik dapat memiliki daya tarik, intrinsik

universal (baca: Iswara dkk, 2011; Suharyono, 2005; http://my.opera.com/batik12/blog/).

Madura bukan sekadar dikenal dengan karapan sapi ataupun garamnya. Ada hal lain yang

perlu diburu, yaitu keindahan penuh warna batik Madura yang memiliki nilai seni dan bercita

rasa tinggi. Sejak dahulu sebenarnya pulau Madura merupakan salah satu sentra batik di

Indonesia dan tidak kalah bergairahnya dengan daerah batik lain di Indonesia seperti Solo,

Yogyakarta, Cirebon, atau Pekalongan. Batik Madura menemukan keindahan corak dan motif

batiknya dengan warna yang tegas dan berani. Meski tampak kasar, bukan berarti batik madura

murahan. Keistimewaan batik ini adalah warnanya yang semakin lama akan semakin cerah

(baca: Angel, 2009; Ishwara, 2011; http://www.indonesia.travel/id/destination/512/sumenep-

kekayaan-warisan-keraton-di-pulau-madura/article/103/batik-madura-menemukan-kain-batik-

gentongan-yang-cerah-dan-unik).

Motif batik Madura memiliki karakter khas bergambar bunga atau burung, dengan sedikit

sentuhan seni China. Warna batik Madura adalah warna merah mengkudu, merah kecoklatan

atau warna-warna indigo yang menggambarkan motif naga bersayap, kuda terbang, dan hewan-

Page 4: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

hewan lainnya. Ornamen aneh ini diambil dari hewan-hewan laut, sebagai refleksi pekerjaan

nelayan, yang merupakan salah satu profesi utama di Madura. Selain pengaruh China, pengaruh

kerajaan Mataram yang pernah menguasai Madura juga dapat terlihat di batik ini

(http://travel.okezone.com/read/2012/01/29/408/565466/5-kota-batik-terbaik-di-pulau-jawa).

Batik Madura adalah salah satu bentuk seni budaya, batik tulis Madura banyak diminati

dan populer dengan konsumen lokal dan internasional.Dengan bentuk khas dan motif batik tulis

Madura memiliki keunikan sendiri. Gaya dan berbagai unik dan bebas, sifat pribadi produksinya

dilakukan di unit, mereka masih mempertahankan produksi tradisional, yang ditulis dan diolah

dengan cara tradisional. Kebanyakan orang mengenal batik tulis Madura dengan karakter yang

kuat, yang dicirikan oleh bebas, dengan warna yang berani (merah, kuning, hijau muda). Tapi

jarang yang mengetahui bahwa batik Madura mungkin telah lebih dari seribu motif dan paling

terkemuka di pasar batik di indonesia maupun mancanegara. Sejarah mencatat produsen batik

Madura yang cukup terkenal.Apa yang membuatnya menjadi seperti itu, mungkin karena kedua

komoditas tersebut merupakan bagian integral dari tradisi masyarakat mereka sendiri.

Di Pulau Madura sendiri sudah sejak lama dikenal sejumlah sentra kerajinan

batik.Misalnya di Kabupaten Pamekasan, sejak jaman dulu banyak perajin dan pengusaha batik

bermukin dan mengembangkan usaha batiknya di wilayah tersebut.Sampai saat ini Kabupaten

Pamekasan dikenal sebagai salah satu sentra industri kerajinan Batik di Pulau Madura.Karena,

dibandingkan dengan kabupaten-kabupten lain di Pulau Madura, Kabupaten Pamekasan inilah

yang paling banyak dihuni para perajin dan pengusaha batik.Selain di Kabupaten Pamekasan,

Kabupaten Bangkalan juga merupakan daerah penghasil batik Madura.Khususnya batik buatan

Tanjung Bumi di Kabupaten Bangkalan.Tidak hanya di Tanjung Bumi saja, batik telah menjadi

nilai seni budaya Indonesia di mata asing.Bahkan pakaian atau baju batik menjadi bagian dari

Page 5: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

pakaian resmi di Indonesia.Tidak jarang kita menemukan atau bahkan sering, para undangan,

pejabat mengenakan pakaian batik pada acara resmi keluarga, negara dan lain

sebagainya.Industri kecil yang menjadi kebanggaan daerah ini memang batik. Bagi Madura,

batik bukan hanya sehelai kain, namun telah menjadi ikon budaya dan sering menjadi objek

penelitian banyak institusi. Di berbagai buku batik terbitan luar negeri, batik Madura menjadi

perhatian khusus.Motif dan warna yang tertuang di dalam kain panjang itu, merefleksikan

karakter masyarakatnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Madura).

Suatu tantangan untuk Pemerintah Provinsi Jawa Timur, BPWS, dan seluruh Kabupaten se

Madura untuk mencari solusi menghadapi kendala kendala di bidang pariwisata di Madura

dengan membuat grand design konsep Pariwisata yang tepat, komprehensif, dan integrated

berdasar budaya religi di Madura (http://bpws.go.id/?p=2012).

Dibukanya akses ke Madura melalui jembatan Suramadu membuat Madura menjadi satu

alternatif objek wisata baru. Banyak orang berkunjung untuk menikmati wisata alam, wisata

religi, wisata kuliner, dan berburu produk terkenal khas Madura yaitu batik. Lokasi terdekat

dengan Madura adalah Surabaya. Banyak masyarakat Surabaya yang datang ke Madura untuk

berburu batik Madura. Hal ini tentunya penting bagi perkembangan Madura sebagai destinasi

wisata.

Agar Madura berkembang menjadi destinasi wisata yang menarik, tentunya banyak hal

yang harus dibenahi agar bisa memenuhi kebutuhan wisatawan. Untuk itu studi terhadap perilaku

wisatawan yang berkunjung ke Madura menjadi penting untuk dilakukan.

LANDASAN TEORI

Choi, dkk. (2007) melakukan penelitian tentang perilaku wisatawan Chinese Mainland

(CM) yang berbelanja ke Hong Kong. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan berbagai

Page 6: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

informasi yang berhubungan dengan pengeluaran wisatawan dalam berbelanja, pola berbelanja,

destinasi tujuan berbelanja, preferensi merk, tendensi untuk melakukan pembelian terhadap

merek baru, gaya pengambilan keputusan, atribut produk yang penting, lingkungan di dalam

toko, layanan penjualan, dan kebijakan toko. Berbagai informasi tersebut menjadi masukan yang

penting bagi pemerintah China maupun Hong Kong dalam menyusun berbagai kebijakan tentang

pariwisata.

Mendorong wisatawan berkunjung ke sebuah destinasi berarti pengelola destinasi juga

harus mempersiapkan kebutuhan wisatawan. Berbelanja sebagai aktivitas utama wisatawan

membuat destinasi wisata harus mempersiapkan tempat-tempat belanja yang menarik untuk

dikunjungi. Abu, dkk (2013) menyatakan bahwa berdasarkan review literature, tampilan dari

barang-barang yang dijual akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian, dan dapat

mempengaruhi pembelian konsumen yang tidak terencana.

Studi perilaku konsumen lainnya juga dilakukan oleh Mehta, Lalwani dan Ping (2001).

Studi yang dilakukan Mehta, Lalwani dan Ping (2001), menunjukkan bahwa konsumen Asia

cenderung tidak bersifat individualistik, dan lebih mempertimbangkan norma-norma sosial.

Sedangkan Hsu, Kang, dan Lam (2006) melakukan studi tentang kelompok referensi yang

mempengaruhi kekuatan dari wisatawan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa teman,

saudara, dan kelompok referensi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan sebagian besar

wisatawan. Perilaku ini juga didukung oleh fakta bahwa masyarakat Asia merupakan collective

society.

Studi ini penting dilakukan mengingat para pengambil kebijakan di dunia pariwisata perlu

mempersiapkan destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan. Untuk itu, budaya yang

berorientasi pada pelanggan perlu menjadi perhatian utama perusahaan (Brady dan Conin, 2001).

Page 7: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

Berdasarkan referensi tersebut, penting dilakukan studi perilaku wisatawan yang

berkunjung ke Madura untuk membeli batik. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi para pemangku kepentingan, khususnya pemerintah, terkait dalam mengambil

berbagai kebijakan dalam mengembangkan batik sebagai potensi wisata di Madura.

Berbelanja, membeli, dan menggunakan merupakan 3 aktivitas yang menunjukkan perilaku

konsumen secara holistik. Banyak literature yang membahas perilaku membeli dan

mengkonsumsi, namun lebih sedikit yang membahas perilaku berbelanja. Perilaku berbelanja

merupakan perilaku yang unik dari konsumen (Tiwari dan Abraham, 2010).

Reid dan Brown (1996) dalam (Tiwari dan Abraham, 2010) menyatakan bahwa salah satu

motivasi konsumen dalam berbelanja adalah untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks

sosial serta keluar dari rutinitas pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Untuk itu peran

keberadaan orang lain dalam berbelanja menjadi penting.

Rerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Choi,

dkk (2007) yang menggambarkan perilaku pada elemen-elemen: (1) spending, (2) shopping

pattern, (3) shopping destinations, (4) brand preference, (5) tendency of purchase new brand, (6)

decision making style, (7) product attributes, (8) in-store shopping environment, (9) sales

service, dan (10) store policy.

Menyesuaikan dengan objek penelitian yang digunakan, maka beberapa elemen yang tidak

digunakan dalam penelitian ini adalah brand preference, dan tendency of purchase new brand.

Hal ini mengingat bahwa batik Madura merupakan produk tradisional dengan sebagian produk

yang dihasilkan belum mempunyai merek, dan untuk produk yang bermerek belum banyak

merek yang nama mereknya cukup dikenal oleh wisatawan.

Page 8: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

METODOLOGI PENELITIAN

Survei dalam penelitian ini dilakukan terhadap 131 responden yang telah menyelesaikan

pengisian kuesiaoner dengan lengkap. Responden terpilih adalah yang memiliki karakteristik

pernah melakukan pembelian produk ‘Batik Madura” baik dalam bentuk kain, pakaian jadi, atau

berbagai bentuk suvenir berbahan dasar batik Madura di berbagai kabupaten di Madura.

Responden berasal dari kota-kota di sekitar pulau Madura.

Bagian pertama dari kuesioner menanyakan identitas responden, bagian kedua menanyakan

tentang pola berbelanja, dan bagian tiga adalah tentang referensi belanja responden. Pola

berbelanja mengacu pada penelitian Choi dkk (2007) dan referensi belanja menggunakan in-

store shopping experience construct (ISSEC) yang dikembangkan oleh Terblanche and Boshoff

(2003) yang juga diacu dalam penelitian Choi dkk..

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Demografi responden studi ini menunjukkan bahwa pembeli batik Madura adalah 41%

laki-laki dan 59% perempuan, dengan rentang usia terbesar adalah 21 – 30 tahun (65%).

Selanjutnya, 21 % berusia 31 – 40 tahun, 10% berusia 41-50 tahun, sedangkan di bawah 21

tahun dan di atas 50 tahun masing-masing hanya sebesar 2 %.

Pasar batik di Madura masih didominasi oleh pembeli dari Surabaya (45%), Sidoarjo

(17%), dan Gresik (8%). Sisanya berasal dari Jombang, Lamongan, Mojokerto, Malang, dan

Blitar (masing-masing sekitar 3%) serta daerah lain yang terbagi secara merata (Jakarta, Solo,

Banyuwangi, dan lain-lain).

Page 9: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

Dilihat dari tingkat pendidikan, pembeli batik di Madura terbanyak adalah lulusan sarjana

Strata 1 (S1) yakni sebanyak 50%. Disusul lulusan SLTA sebanyak 27%, diploma (17%),

sisanya lulusan SLTP dan Strata 2 (S2) masing-masing 3%.

Pekerjaan pembeli batik di Madura yang terbanyak adalah pegawai swasta (55%),

pegawai negeri (18%), wiraswasta (11%), ibu rumah tangga (6%), pekerja professional (5%),

serta pelajar/mahasiswa (3%) dan lain-lain (2%).

Responden pembeli batik di Madura berasal dari kelompok menengah dengan pengeluaran

rumah tangga sebulan antara Rp2 dan 4 juta (47%), kelompok bawah Rp2 juta (28%), kelompok

menengah atas berpengeluaran di atas Rp4 hingga 6 juta (13%), di atas Rp6 hingga 8 juta (6%),

kelompok di atas Rp8 hingga 10 juta (4%), serta sisanya (2%) berpengeluaran melebihi Rp10

juta.

Pengeluaran

Lebih dari separuh (bahkan mencapai 58%), pembeli batik di Madura hanya berbelanja

antara Rp100.000,00 dan Rp500.000,00. Nampaknya ini sesuai dengan kondisi para pembeli

batik di Madura yang terbesar ada di kelompok pengeluaran rumah tangga terbesar (Rp2 – 4

juta). Belanja batik lebih dari Rp500.000,00 hingga Rp1.000.000,00 dilakukan oleh 11%

responden. Hanya 2% responden menyatakan belanja batik di Madura sebesar Rp1.000.000,00

hingga Rp2.000.000,00.

Responden juga meluangkan waktu berbelanja batik di Madura sebagian besar (75%)

hanya sehari (kurang dari 24 jam). Butuh waktu 1-2 hari diakui oleh 17% pembeli batik. Sisanya

memerlukan waktu hingga lebih dari 3 atau 4 hari. Untuk itu perlu diperhatikan sarana dan

prasarana akomodasi di sekitar pasar batik di Madura.

Pola belanja

Page 10: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

Saat berbelanja batik di Madura, barang yang banyak dibeli adalah pakaian jadi (lebih

dari 61% menyatakan demikian). Kain juga diminati meski cuma oleh 38% responden saja.

Sementara itu, kurang dari 15% menyatakan membeli berbagai barang berbahan dasar batik

Madura, seperti seprei, tas, souvenir, dan lain-lain.

Jenis batik Madura yang diminati adalah batik tulis, mencapai hampir 50%. Selanjutnya,

responden meminati batik cap (sekitar 40%) dan yang terendah adalah minat terhadap batik

printing (kain motif batik Madura) tercatat sekitar 20% saja.

Tujuan belanja

Pasar adalah tempat favorit bagi para pembeli batik di Madura dibandingkan dengan di

pusat kerajinan atau sentra batik, lebih-lebih bila dibandingkan dengan di toko. Bagian yang

menarik adalah pemilihan daerah (kabupaten) tempat pembelian batik di Madura. Kabupaten

batik yakni Pamekasan kalah menarik dibandingkan dengan Bangkalan, meski masih dipilih

dibandingkan dengan Sumenep dan Sampang. Labih dari separuh (56% tepatnya) memilih

berbelanja di Bangkalan. Bisa jadi ini adalah dampak dari keberadaan jembatan Suramadu.

Gaya pengambilan putusan

Sebelum membeli batik di Madura, sebagian besar responden mencari informasi, bahkan

mencapai 87%. Sisanya, langsung datang ke Madura. Sumber informasi yang paling banyak

dijadikan rujukan adalah saudara atau teman yang mencapai 73%. Bukan internet (18%), koran

atau majalah (10%), maupun sumber lain. Hal ini sesuai dengan Hsu dkk (2006) bahwa

Indonesia sebagai bagian dari Asia yang sangat collective social.

Atribut barang

Salah satu temuan penting studi ini adalah atribut yang dianggap sangat penting serta

tertinggi adalah motif/corak (50%). Sangat menarik, karena bisa mengalahkan kecocokan ukuran

Page 11: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

(44%), yang berada di urutan kedua. Setelah itu model (41%) dan berikutnya harga (37%).

Sementara itu, merek menjadi atribut terendah (11%) yang dipentingkan pembeli batik Madura.

Lebih rendah dari bahan atau kualitas batik yang satu tingkat di atasnya (33%).

Alasan membeli batik di Madura yang utama adalah untuk dipakai jika ada acara resmi

(mencapai 56%). Jadi batik Madura dianggap pantas sebagai pakaian resmi. Minimal bias

dipakai saat bekerja (31%), bahkan dipakai sehari-hari (13%). Di samping itu, sama-sam sekitar

10%, responden membeli batik Madura untuk dijadikan koleksi atau hadiah bagi rekan atau

pihak lain.

Lingkungan belanja produk baik

Studi ini menemukan bahwa hal terpenting yang ada di tempat pembelian batik Madura

adalah fasilitas ruang pas (fitting room). Berikutnya adalah ketersediaan informasi, diikuti

dengan display barang dagangan. Dekorasi took berikutnya diakhiri dengan material took yang

meliputi tas pembungkus, materi promosi, brosur dan lain-lain.

Layanan tenaga penjual

Bagi pembeli batik di Madura, hal terpenting dalam layanan tenaga penjual adalah sikap

tenaga penjual. Berikutnya, tenaga penjual dituntut untuk memeiliki pengetahuan tentang

produk-produk yang dijual. Setelah itu, tenaga penjual diharapkan memiliki inisiatif saat

melayani dan terakhir baru penampilan fisik tenaga penjual menjadi perhatian.

Kebijakan tempat pembelian batik

Kebijakan tempat pembelian batik juga diperhatikan oleh peminat batik Madura. Studi ini

menemukan bahwa yang terpenting adalah kebijakan yang berkaitan dengan metode penanganan

komplain. Berikutnya adalah kebijakan tentang pengembalian atau penukaran produk. Setelah itu

tentang metode pembayaran dan terakhir tentang jam buka.

Page 12: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

Kesimpulan

Studi ini mengeksplorasi perilaku belanja turis tradisional atas produk batik, dengan

datang langsung di pulau Madura. Ditemukan bahwa pembeli batik adalah kelompok masyarakat

menengah, bahkan cenderung ke atas untuk batik-batik dengan motif/corak yang asli Madura.

Meski pengeluaran untuk batik relative kecil dibanding pengeluaran total rumah tangga, namun

studi ini menemukan beberapa hal menarik agar pasar batik Madura berkembang.

Oleh karena minat pembeli batik adalah pakaian jadi, maka perlu diperbesar kapasitas

produksi pakaian jadi batik tulis, namun dengan motif, pola, dan pengerjaan yang baik dan

modern. Perlu pula dibangun pasar batik di Bangkalan yang tidak jauh dari jembatan Suramadu

sehingga benar-benar menjadi pusat batik Madura.

Pembeli batik Madura adalah media promosi penjualan yang efektif karena akan menjadi

sumber informasi utama pda masa datang. Oleh karena itu harus dilayani dengan baik dan

dipenuhi kebutuhannya, seperti ketersediaan ruang pas yang memadai.

Rekomendasi

Para pemangku kepentingan terutama pemerintah, hendaknya lebih aktif mengembangkan

industri dan pasar batik di Madura. Kesan yang ditangkap setelah peresmian jembatan Suramadu

adalah tugas sudah selesai. Akibatnya, perkembangan pulau Madura sebagai salah satu sentral

batik pesisir menjadi tidak optimal. Infrastruktur jalan setelah measuk pulau Madura dan

keberadaan pasar yang menjadi pusat batik menjadi prioritas utama. Begitu pula peran Pemprov

Jatim dalam mengkoordinasi beberapa kabupaten di Madura agar bias lebih bersinergi dan

bekerja sama untuk mengembangkan batik. Bantuan terhadap para pengrajin, khususnya

tradisional juga mutlak dilakukan agar motif dan mutu batik terjaga.

Page 13: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

DAFTAR PUSTAKA Abu, Bashar, Ahmad Irshad, dan Wasiq Mohammad (2013), A Study of Influence of

Demographic Factors on Consumer Impulse Buying Behavior, International Journal of Marketing and Management Research, Volume 4, Issue 3 & 4, hal. 64-76.

Angel, Merlyne, Angel (2009), Batik Sumenep’s Motif, Universitas Kristen Petra Publishing,

Surabaya. Brady, Michael K., dan J. Joseph Cronin, Jr. (2001), Customer Orientation: Effects on Customer

Service Perceptions and Outcome Behaviors, Journal of Service Research, Volume 3, No. 3, February, 241-251, Sage Publications Inc.

Choi, Tsan-Ming, Shuk-Ching Liu, Ka-Man Pang, dan Pui-Sze Chow (2007), Shopping

Behaviors of Individual Tourists from the Chinese Mainland to Hong Kong, Journal of Tourism Management .

Hsu, C. H. C., Kang, S. K., & Lam, T. (2006), Reference Group Influences among Chinese

Travelers. Journal of Travel Research, 44, 474–485. Ishwara, Helen, L.R. Supriyanto, dan Xenia Moeis (2011), Batik Pesisir Pusaka Indonesia,

Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta. Mehta, S. C., Lalwani, A. K., & Ping, L. (2001). Reference group influence and perceived risk in

services among working women in Singapore: A replication and Extension. Journal of International Consumer Marketing, 14(1), 43–65

Suharyono, Ahmad (2005), Batik Tulis, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta. Tiwari, Rupesh Kumar, dan Anish Abraham (2010), Understanding The Consumer Behavior

toward Shopping Malls in Raipur City, International Journal of Management & Strategy July-Dec, Vol.1, No.1

Wulandari, Ari (2011), Batik Nusantara – Makna Filosofis, Cara Pembuatan, dan Industri Batik,

Andi Publisher, Yogyakarta. http://travel.okezone.com/read/2012/01/29/408/565466/5-kota-batik-terbaik-di-pulau-jawa, 5

Kota Batik Terbaik di Pulau Jawa, Minggu, 29 Januari 2012 - 12:36 wib, Mutya Hanifah – Okezone, diunduh 6 Mei 2013

http://bpws.go.id/?p=2012, diunduh 26 Agustus 2012 http://www.indonesia.travel/id/destination/512/sumenep-kekayaan-warisan-keraton-di-pulau-

madura/article/103/batik-madura-menemukan-kain-batik-gentongan-yang-cerah-dan-unik, diunduh 26 Agustus 2013

http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/10/batik-lebih-dari-sekadar-warisan-budaya-

indonesia, unduh 6 mei 2013

Page 14: PERILAKU BELANJA TURIS INDIVIDUAL ATAS PRODUK BATIK DI PULAU MADURA

http://my.opera.com/batik12/blog/Pengaruh Akan Budaya Batik, Wednesday, September 26,

2012 7:23:33 AM, batik diunduh 6 Mei 2013 http://www.merdeka.com/peristiwa/batik-dan-warisan-budaya-indonesia-yang-diakui-

unesco.html, Batik dan warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO, Reporter : Lia Harahap, Selasa, 2 Oktober 2012 06:31:00, Diunduh 6 mei 2013