perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode job

19
Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job Order Costing (Studi Kasus UMKM CV. TRISTAR Alumunium) Rully Kusumawardani Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jalan M. T. Haryono 165 Malang [email protected] Dosen Pembimbing: Drs. Harlendro, MM. RINGKASAN Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi CV. TRISTAR, khususnya produk alumunium standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan tapi terdapat kesalahan pada penentuan biaya bahan baku dan tarif tenaga kerja langsung serta pembebanan biaya overhead. Selanjutnya dilakukan perhitungan harga pokok produksi metode Job Order Costing dengan menggunakan rata-rata harga bahan baku, rata-rata tarif tenaga kerja langsung dan pembebanan biaya overhead aktual menggunakan cost driver volume produksi. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaaan yang signifikan dimana harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan lebih rendah dari harga pokok produksi menggunakan metode Job Order Costing. Perbedaaan harga pokok produksi tentunya mempengaruhi harga jual dan laba rugi perusahaan dimana harga jual yang ditentukan dan laba yang diperoleh perusahaan terlalu rendah. Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Job Order Costing, Manajemen Keuangan UMKM. RESUME This research is a case study which aims to determine the cost of production calculation of CV. TRISTAR, especially the standard aluminum products. The results showed that the company uses the cost of production calculations based on order but there is an error in the determination of the cost of materials and direct labor rates and overhead expense allocation. Further calculation of the cost of production was used in this research by Job Order Costing method using the average price of raw materials, the average direct labor rates and the actual overehead cost allocation using volume production cost driver. The result shows a significant differences in the cost of production which is calculated by the company that lower than the cost of production using Job Order Costing method. Differences in the cost of production would affect the selling price and the company's income where the selling price is determined and profits from the company too low . Keywords : Cost of Production, Job Order Costing, Financial Management SMEs .

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job Order Costing

(Studi Kasus UMKM CV. TRISTAR Alumunium)

Rully Kusumawardani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Jalan M. T. Haryono 165 Malang [email protected]

Dosen Pembimbing:

Drs. Harlendro, MM.

RINGKASAN

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui

perhitungan harga pokok produksi CV. TRISTAR, khususnya produk alumunium standar. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan perhitungan harga pokok produksi

berdasarkan pesanan tapi terdapat kesalahan pada penentuan biaya bahan baku dan tarif tenaga

kerja langsung serta pembebanan biaya overhead. Selanjutnya dilakukan perhitungan harga pokok

produksi metode Job Order Costing dengan menggunakan rata-rata harga bahan baku, rata-rata tarif

tenaga kerja langsung dan pembebanan biaya overhead aktual menggunakan cost driver volume

produksi. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaaan yang signifikan dimana harga pokok

produksi yang dihitung oleh perusahaan lebih rendah dari harga pokok produksi menggunakan

metode Job Order Costing. Perbedaaan harga pokok produksi tentunya mempengaruhi harga jual

dan laba rugi perusahaan dimana harga jual yang ditentukan dan laba yang diperoleh perusahaan

terlalu rendah.

Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Job Order Costing, Manajemen Keuangan UMKM.

RESUME

This research is a case study which aims to determine the cost of production calculation of

CV. TRISTAR, especially the standard aluminum products. The results showed that the company

uses the cost of production calculations based on order but there is an error in the determination of

the cost of materials and direct labor rates and overhead expense allocation. Further calculation of

the cost of production was used in this research by Job Order Costing method using the average

price of raw materials, the average direct labor rates and the actual overehead cost allocation

using volume production cost driver. The result shows a significant differences in the cost of

production which is calculated by the company that lower than the cost of production using Job

Order Costing method. Differences in the cost of production would affect the selling price and the

company's income where the selling price is determined and profits from the company too low .

Keywords : Cost of Production, Job Order Costing, Financial Management SMEs .

Page 2: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

PENDAHULUAN

Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) memiliki peran yang strategis

dalam pembangunan ekonomi nasional sejak

krisis tahun 1997 sampai dengan sekarang.

UMKM telah membuktikan diri sebagai katup

pengaman, dinamisator, stabilisator

perekonomian Indonesia dan sudah teruji

kekuatan dan kehandalannya ketika Indonesia

mengalami krisis ekonomi tahun 1997 dan

krisis ekonomi dunia seperti Sub-prime

mortgage US dan European Sovereign

Debt(Mohammad Hanif, 2012).

Perkembangan UMKM dari tahun 2005

sampai tahun 2012 terus meningkat terbukti

dari data UMKM sandingan Departemen

Koperasi dan UMKM yang menyebutkan

peningkatan jumlah UMKM yang lebih besar

daripada usaha besar, peningkatan jumlah

tenaga kerja yang diserap UMKM yang lebih

besar dari tenaga kerja yang diserap oleh

usaha besar dan peningkatan pendapatan

domestik bruto (PDB) yang disumbangkan

oleh UMKM dimana kontribusinya lebih

besar dibandingkan dengan PDB yang

disumbangkan usaha besar.

Namun bersamaan dengan perkembangan

UMKM yang pesat, angka kematian UMKM

juga meningkat disebabkan berbagai

permasalahan yang dihadapi UMKM.

Masalah manajemen keuangan dinilai

menjadi kelemahan utama pelaku usaha kecil

menengah (UKM) dalam mengembangkan

bisnisnya dimana kemampuan mereka dalam

menyusun laporan keuangan diragukan

karena keterbatasan sumber daya yang ada.

(Stevanus dalam Kewirausahaan UKM, 2007

: 189). Mereka mencampuradukkan dana

usaha dan keluarga, tidak memiliki laporan

keuangan, dan bersikap konsumtif.

Perusahaan baik perusahaan manufaktur

maupun jasa pada umumnya mempunyai

tujuan untuk memperoleh laba yang maksimal

dengan melakukan proses manajemen yang

baik, efektif, dan efisien dan memanfaatkan

peran manajer melalui proses perencanaan,

pengendalian dan pengambilan keputusan

yang tepat berdasarkan informasi yang

berkaitan dengan biaya dalam organisasi.

Pada perusahaan manufaktur, biaya produksi

merupakankomponen biaya yang paling

penting dimana dengan biaya produksi yang

lebih rendah dari pesaing, berarti dapat

menurunkanbiaya secara keseluruhan.

Perencanaan dan pengendalian biaya

produksi dapat dilakukan dengan perhitungan

harga pokok produksi secara tepat dan akurat

dengan tetap menjaga kualitas daribarang atau

produk yang dihasilkan. Informasi yang

dibutuhkan dalam perhitungan harga pokok

produksi adalah informasi mengenai biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead pabrik. Harga pokok produksi ini

nantinya akan digunakan untuk penentuan

harga jual produk maupun untuk perhitungan

laba rugi periodik.

Dalam prakteknya, pembebanan biaya ke

produk dan jasa dilakukan dengan

menghitung rata-rata untuk antarwaktu dan

antarproduk. Cara untuk menghitung rata-rata

sangat tergantung pada tipe proses produksi

yang terkait. Para pelaku usaha biasanya tidak

detail dan kurang rinci dalam

mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi

biaya produksi dan tidak menerapkan metode

perhitungan harga pokok produksi yang

sesuai. Akibatnya perhitungan harga pokok

produksi menjadi tidak tepat dan

mempengaruhi laba rugi yang diperoleh

perusahaan, dimana laba atau rugi tersebut

tidak sesuai dengan laba yang sesungguhnya

diterima perusahaan dan menjadi tujuan

perusahaan.

CV. TRISTAR bergerak di bidang

produksi produk berbahan dasar alumunium,

stainless steel, besi dan kaca dimanamenjadi

fokus bisnis perusahaan selama beberapa

tahun terakhir. Saat ini alumunium banyak

diminati konsumen selain karena keunggulan

yang dimilikinya, juga sebagai pengganti

kayu ketika kayu semakin langka dan harga

bahan kayu melambung. Alumunium

memiliki keunggulan berupa harganya yang

terjangkau, lebih tahan lama, anti rayap, anti

karat dan perawatan yang mudah.

CV. TRISTAR melakukan produksi

sesuai pesanan dan menghitung harga pokok

produksi menggunakan metode Job Order

Costing, tapi masih belum sesuai dengan

teori. Banyak biaya-biaya yang seharusnya

dibebankan tidak dimasukkan dalam

perhitungan harga pokok produksi.

Perusahaan sering mengabaikan proses

Page 3: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

pencatatan menurut sistem akuntansi yang

lazim terutama dalam hal pengelompokan dan

pencatatan biaya produksi dan biaya non

produksi lainnya. Akibatnya biaya-biaya

aktual yang dikeluarkan perusahaan tidak

terhitung dan tidak menjadi komponen harga

pokok produksi yang ditetapkan.

Untuk memberikan solusi dari

permasalahan tersebut, maka diperlukan

adanya evaluasi dalam mengelompokkan dan

mengumpulkan biaya untuk menyusun harga

pokok produksi. Perusahaan disarankan untuk

melakukan perhitungan harga pokok produksi

menggunakan metode Job Order

Costinguntuk pengakumulasian biaya, biaya

penyerapan (absorption costing), atau sering

juga disebut dengan pendekatan biaya penuh

(full costing) untuk perlakuan biaya overhead

tetap dan sistem tradisional untuk

pembebanan biaya dengan menggunakan cost

driver volume produksi. Kita menyebut

metode perhitungan harga pokok produksi

dalam penelitian ini dengan metode Job

Order Costing untuk memudahkan

pemahaman. Alasan penggunaan metode ini

sebagai perhitungan harga pokok produksi

perusahaan karena perusahaan memproduksi

produk sesuai pesanan dan metode ini mudah

dilakukan dan tidak membutuhkan banyak

biaya. Metode ini cukup membantu

perusahaan dalam membuat laporan keuangan

eksternal dan mengambil beberapa keputusan

terkait produksi.

PENELITIAN TERDAHULU

Pudjiastusi (2003) meneliti tentang

peranan Job Order Costing method dalam

menetapkan Harga Pokok Produksi pada PT.

Harost Irmi Bandung, perusahaan pembuat

furnitur berbahan rotan. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis biaya produksi,

menghitung harga pokok produksi dan

melihat peranan Job Order Costing dalam

menetapkan harga pokok produksi. Hasil

penelitian mengungkapkan bahwa

perhitungan harga pokok produksi pada

perusahaan telah menerapkan metode harga

pokok berdasarkan pesanan (Job Order

Costing)yang dilakukan dengan melakukan

pemisahan biaya produksi menjadi biaya

produksi langsung yang terdiri dari biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

serta biaya produksi tidak langsung yang

terdiri dari biaya-biaya selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung. Khusus

untuk penetapan taksiran biaya overhead

pabrik, perusahaan menetapkan berdasarkan

pada biaya yang dibebankan langsung pada

pesanan yang dilihat dari perhitungan biaya

tahun buku sebelumnya. Penentuan harga

pokok setiap pesanan dilakukan pada saat

pesanan tersebut selesai dikerjakan.

Widiyastuti (2007) dalam skripsinya

yang berjudul Analisis Perhitungan Harga

Pokok Produksi Tas Wanita (Studi Kasus

UMKM Lifera Hand Bag Collection),

menyimpulkan bahwa perhitungan harga

pokok produksi yang dilakukan perusahaan

masih sangat sederhana dan tidak sesuai

dengan teori. Biaya overhead pabrik tidak

dialokasikan ke masing-masing produk secara

rinci dan tidak disesuaikan dengan pemakaian

biaya secara nyata, melainkan hanya

merupakan suatu estimasi biaya yang

dianggarkan dalam kelompok biaya lain-lain.

Selanjutnya dilakukan perhitungan harga

pokok produksi dengan metode Activity Based

Costing (ABC) dan menghasilkan harga

pokok produksi yang lebih besar daripada

metode perhitungan yang digunakan

perusahaan. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya penggunaan sumberdaya yang

dilakukan dalam perhitungan ABC

dibandingkan dengan jika menggunakan

metode perusahaan karena dalam metode

ABC setiap aktivitas yang berhubungan

dengan proses produksi dimasukkan dalam

perhitungan. Margin dari hasil penetapan

harga jual yang diperoleh perusahaan

berdasarkan metode perusahaan lebih besar

daripada dengan metode ABC. Walaupun

dengan metode ABC margin yang diperoleh

lebih rendah daripada margin dengan metode

perusahaan, namun dengan metode ABC

semua biaya produksi yang diperlukan dalam

proses produksi sudah diperhitungkan sesuai

dengan pemakaian biaya yang sebenarnya

sehingga menghasilkan harga pokok produksi

yang lebih akurat.

Indah Fitri (2012) meneliti tentang

penerapan metode Full Costing dalam

menetapkan harga produksi pada peternakan

ayam UD. Family Poultry Shop di Kabupaten

Page 4: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

Blitar. Hasil penelitian menyebutkan bahwa

perhitungan harga pokok produksi perusahaan

tidak memasukkan semua komponen biaya

produksi, sehingga laba yang diterima

perusahaan setiap periode belum

menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

Peneliti menghitung kembali harga pokok

produksi menggunakan metode Full Costing

dan ditemukan perbedaan yang signifikan

antara perhitungan yang dilakukan

perusahaan dibandingkan dengan perhitungan

menggunakan Full Costing. Harga pokok

produksi yang selama ini dibebankan oleh

perusahaan ternyata lebih rendah daripada

perhitungan harga pokok produksi

menggunakan metode Full Costing. Analisis

perhitungan harga jual juga dilakukan dengan

menggunakan metode return on asset dan

margin laba 15%. Hasilnya mengungkapkan

bahwa harga jual yang selama ini diterapkan

perusahaan lebih rendah dari dari harga jual

yang menggunakan metode return on asset.

LANDASAN TEORI

UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) saat ini merupakan usaha yang

masih dapat bertahan di tengah badai krisis

moneter yang berkepanjangan. UMKM

berperan strategis dalam pembangunan

perekonomian nasional dan mengalami

perkembangan tiap tahun yang cukup pesat.

Untukitu, pemerintah berupaya dengan keras

untuk membina usaha kecil dan menengah

guna menjadikannya sebagai penyumbang

devisa bagi Negara.

Definisi usaha kecil untuk setiap negara

tidak sama tergantung pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan suatu negara dan

tergantung pula oleh konsep pembangunan

dan pembinaan terhadap usaha kecil oleh

pemerintah suatu negara (Soeharto

Prawirokusumo, 2010 : 46-48). Adapun

definisi dari UMKM dijelaskan dalam

peraturan pemerintahan mulai dari Undang-

Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha

Kecil, Keputusan Menteri Keuangan

No.316/KMK.016/1994, Keputusan Menteri

Keuangan No.250/KMK.04/1995 dan

peraturan yang paling baru yaitu Undang-

Undang No. 20 tahun 2008 tentang usaha

mikro, kecil dan menengah.

Dewasa ini banyak bermunculan usaha-

usaha baru mulai dari skala kecil hingga besar

dengan berbagai macam produk dan jasa yang

ditawarkan. Akan tetapi seiring dengan

bertambahnya angka usaha kecil, angka

kematian usaha kecil yang baru lahir pada

umumnya juga cukup tinggi bila

dibandingkan dengan usaha menengah dan

usaha besar (Soeharto Prawirokusumo, 2010 :

229). Menurut Soeharto Prawirokusumo

(2010 : 229-230) angka kematian usaha kecil

yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh

adanya permasalahan dalam ketidakmampuan

manajemen mengelola bisnis, kurangnya

pengalaman dalam pengoperasian fisik bisnis

dan kemampuan konsep, lemahnya kendali

keuangan dalam hal permodalan dan

kebijakan kredit pembayaran, gagal

mengembangkan perencanaan strategis,

pertumbuhan yang tak terkendali, pemilihan

lokasi yang buruk, persediaan yang tidak

baik, dan ketidakmampuan mengatasi transisi

kewirausahaan.

Perbaikan dan pengembangan UMKM

perlu dilakukan agar dapat bertahan di

kerasnya persaingan di dunia bisnis. Hal ini

merupakan tanggung jawab semua pihak

bukan hanya pemerintah. Menurut Soeharto

Prawirokusumo (2010 : 223), beberapa saran

untuk perbaikan dapat dilakukan oleh UMKM

berdasarkan penyebab-penyebab kegagalan

UMKM. UMKM disarankan untuk

melakukan hal-hal berikut ini :

Mengenali bisnis secara mendalam

Mengembangkan rencana bisnis yang

matang

Mengelola sumber daya keuangan dengan menerapkan sistem informasi

keuangan dan digunakan untuk

pengambilan keputusan bisnis,

permodalan yang mencukupi, dan

pengelolaan arus kas yang baik.

Memahami laporan keuangan sebagai alat pengendali dan alat indikator

kesehatan perusahaan dengan mencatat

semua kondisi keuangan bisnis.

Mengelola manusia secara efektif

dengan melatih dan memotivasi

karyawan.

Page 5: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

Menjaga kondisi pribadi dengan memantau kesehatan dan menghindari

stres.

Setiap perusahaan, baik besar maupun

kecil, memerlukan biaya untuk beroperasi.

Untuk mendapatkan uang, perusahaan harus

terlebih dahulu mengeluarkan uang untuk

membeli persediaan dan mendapat pasokan,

perlengkapan dan fasilitas, dan untuk

menggaji karyawan kemudian memanfaatkan

sumber daya yang ada tersebut untuk

menghasilkan suatu produk atau memberikan

jasa kepada konsumen. Manajemen keuangan

adalah seni dan ilmu tentang pengelolaan

uang perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Manajemen keuangan berhubungan erat

dengan akuntansi dimana akuntan bertugas

untuk mengumpulkan dan menyajikan data

keuangan, sedangkan manajer keuangan

menggunakan laporan keuangan dan

informasi yang disajikan oleh akuntan untuk

mengambil keputusan keuangan (Mas’ud

Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, 2011 :

164).

Pada perusahaan kecil, fungsi keuangan

mungkin ditangani oleh bagian akuntansi

yang kemudian berkembang menjadi

depertemen atau bagian tersendiri. Pada

lingkup perusahaan yang lebih kecil, fungsi

keuangan ditangani oleh bagian administrasi

atau bahkan pemilik perusahaan itu sendiri.

Bagian keuangan mengawasi operasi

keuangan sehari-hari, seperti perencanaan

pembiayaan, manajemen kas, kredit dan

tagihan, dan aktivitas keuangan jangka

panjang, misalnya menciptakan investasi,

pengembangan dana dan pengelolaan rencana

pesangon perusahaan (Mas’ud Machfoedz

dan Mahmud Machfoedz, 2011 : 164).

Stevanus dalam Kewirausahaan UKM (2007 :

189) menyebutkan bahwa permasalahan yang

sering muncul dalam UKM adalah peranan

akuntansi dalam upaya pengelolaan keuangan

UKM secara lebih baik. Dengan segala

keterbatasan sumber daya yang ada,

kemampuan UKM untuk menyusun laporan

keuangan yang layak dan memanfaatkan

berbagai rasio keuangan untuk pengambilan

keputusan bagi kegiatan operasional

diragukan.

Pengertian dan Konsep Biaya

Hansen dan Mowen (2009:47)

mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan memberi manfaat saat ini atau di

masa datang bagi organisasi.

Carter (2009 : 30) mendefinisikan biaya

sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, atau

pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin

perolehan manfaat. Dalam akuntansi

keuangan, pengeluaran atau pengorbanan

pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh

penyusutan atas kas atau aset lain yang terjadi

pada saat ini atau di masa yang akan datang.

Sedangkan menurut Horngren, et al (2008 :

31), Biaya adalah sumber daya yang

dikorbankan (sacrificed) atau dilepaskan

(forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.

Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan

tujuan tertentu. Garisson (2008 : 64)

mengklasifikasikan biaya tersebut

berdasarkan tujuan untuk menyiapkan laporan

keuangan eksternal menjadi biaya produksi

dan biaya non produksi. Biaya produksi

adalah biaya yang berkaitan dengan

pembuatan barang dan penyediaan barang.

Biaya non produksi adalah biaya yang

berkaitan dengan fungsi desain,

pengembangan pemasaran, distribusi, layanan

pelanggan dan administrasi umum (Hansen

dan Mowen, 2009 : 56).

Terdapat tiga istilah yang kerap

digunakan dalam menggambarkan biaya

produksi, yaitu (Garisson, et all., 2008 : 51) :

1. Biaya Bahan Langsung (Direct Material

Costs)

Bahan mentah merupakan bahan yang

digunakan untuk menghasilkan produk

jadi. Bahan langsung adalah bahan yang

menjadibagian yang tak terpisahkan dari

produk jadi dan dapat ditelusuri secara

fisik dan mudah ke produk tersebut.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct

Labor Costs)

Tenaga kerja langsung digunakan untuk

biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri

ke produk jadi dengan mudah. Disebut

juga dengan istilah touch labor karena

tenaga kerja langsung melakukan kerja

tanganatas produk pada saat produksi

secara langsung.

Page 6: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead merupakan seluruh

biaya manufaktur yang terkait dengan

objek biaya (barang dalam proses

kemudian barang jadi), namuntidak

dapat dilacak ke objek biaya secara

ekonomis.

Biaya nonproduksi dibagi menjadi dua

(Garisson, et all., 2008 : 52) :

1. Biaya pemasaran atau penjualan

Biaya pemasaran atau penjualan meliputi

semua biaya yang diperlukan untuk

menangani pesanan konsumen dan

memperoleh produk atau jasa untuk

disampaikan kepada konsumen.

2. Biaya administrasi

Biaya administrasi meliputi pengeluaran

eksekutif, organisasi, dan klerikal yang

berkaitan dengan menajemen umum

organisai.

Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi adalah semua

biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi

suatu barang atau jasa selama periode

bersangkutan. Dengan kata lain, bahwa harga

pokok produksi merupakan biaya untuk

memperolehbarang jadi yang siap jual

(Mulyadi, 2009:14).

Adapun tujuan dilakukannyaperhitungan

harga pokok produksi menurut Horngren dan

Foster (2008 : 90) adalah sebagai berikut:

a. Untuk memenuhi keperluan pelaporan

eksternal dalam hal penilaian persediaan

dan penentuan laba.

b. Untuk pedoman pengambilan keputusan

mengenai harga dan strategi produk.

c. Untuk menilai prestasi bawahannya dan

bagian organisasi tersebut sebagai

investasi ekonomi.

Pengertian lain tentang harga pokok

produksi oleh Blocher, et all., (2007 : 147)

disebut biaya produk (product costing)

menjelaskan bahwa penentuan biaya produk

(product costing) merupakan proses

pengakumulasian, pengklasifikasian dan

pembebanan bahan langsung, tenaga

langsung, dan biaya overhead pabrik ke

produk atau jasa.

Keputusan-keputusan stratejik dan

operasional yang dibuat oleh manajer

berdasarkan tentang informasi biaya produk

atau jasa antara lain (Blocher, et all., 2007 :

147) :

1. Menentukan harga jual produk

2. Menilai dampak keuangan dari

penambahan atau penghapusan produk,

divisi atau suatu bagian dalam

perusahaan

3. Memutuskan untuk membuat atau

membeli

4. Mengevaluasi kinerja produk, jasa atau

divisi

Beberapa metode penentuan Harga

Pokok Produksi telah ditemukan oleh

beberapa ahli di bidang akuntansi. Salah

satunya menurut Blocher, et all., (2007 : 147-

149) mengklasifikasikan beberapa sistem

penentuan biaya produk yang pemilihannya

tergantung pada (1) sifat industri dan produk

atau jasa, (2) strategi perusahaan dan

informasi manajemen yang dibutuhkan, dan

(3) biaya dan manfaat untuk memperoleh,

merancang, memodifikasi dan

mengoperasikan sistem tertentu.

Blocher, et all. (2007 : 147-149)

mengklasifikasikan beberapa jenis penentuan

biaya produk yaitu :

a. Metode Akumulasi Biaya :

Sistem Biaya Berdasarkan Pesanan (job order costing), menjadikan

pesanan atau satu batch produk atau

jasa sebagai objek biaya. Sistem ini

biasa digunakan oleh perusahaan yang

mempunyai banyak jenis produk yang

berbeda.

Sistem Biaya Berdasarkan Proses

(process costing), menjadikan proses

produksi atau departemen menjadi

objek biaya. Sistem berdasarkan proses

biasa digunakan oleh perusahaan yang

mempunyai produk yang homogen

yang memproduksi saru atau beberapa

jenis produk secara masal.

b. Metode Pengukuran Biaya

Sistem Biaya Sesungguhnya (actual

costing system), menggunakan jumlah

biaya yang sesungguhnya dikeluarkan

untuk menghasilkan produk, yang

meliputi biaya untuk bahan langsung,

tenaga langsung, dan overhead pabrik.

Sistem Biaya Normal (normal costing), menggunakan biaya sesungguhnya

untuk bahan langsung dan tenaga kerja

Page 7: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

langsung, dan biaya normal untuk

biaya overhead pabrik menggunakan

tarif yang ditentukan di muka.

Sistem Biaya Standar (standar costing), menggunakan tarif standar

(biaya) dan kuantitas untuk ketiga jenis

biaya produksi (bahan langsung, tenaga

kerja langsung dan overhead pabrik).

Biaya standar merupakan target biaya

yang ditetapkan di muka yang

seharusnya dicapai oleh perusahaan.

c. Metode Pembebanan Biaya Overhead

Sistem Tradisional (traditional

costing), mengalokasikan biaya

overhead ke produk atau pesanan

berdasarkan cost driver volume, seperti

biaya tenaga kerja langsung atau jam

kerja langsung.

Sistem Berdasarkan Aktivitas (activity based costing), mengalokasikan biaya

overhead ke produk dengan

menggunakan kriteria sebab-akibat

dengan cost driver majemuk, cost

driver berbasis volume dan cost driver

yang tidak berbasis volume, supaya

dapat mengalokasikan biaya overhead

pabrik secara lebih akurat ke produk

yang mendasarkan konsumsi sumber

daya pada berbagai aktivitas.

d. Perlakuan Biaya Overhead Tetap

Sistem Biaya Variabel (variable costing), hanya memasukkan biaya

produksi variabel dalam biaya produk

dan memperlakukan biaya overhead

tetap sebagai biaya periode

(beban/’expense’). Sistem biaya

variabel untuk tujuan perencanaan dan

pengendalian manajerial internal.

Sistem Biaya Penuh (full costing), memasukkan atau menyerap semua

biaya produksi, baik yang tetap

maupun variabel. Sistem biaya penuh

disyaratkan untuk tujuan pelaporan

kepada pihak luar.

Job Order Costing

Sistem perhitungan berdasarkan pesanan

(Job-Order Costing) digunakan untuk

perusahaan yang memproduksi berbagai

produk yang cukup berbeda antara yang satu

dengan yang lain selama periode tertentu.

Produk khusus atau produk yang dibuat

menurut pesanan termasuk dalam kategori ini,

begitu juga pesanan yang menyediakan jasa

yang berbeda kepada pelanggan. Perusahaan

yang umumnya menggunakan sistem

berdasarkan pesanan adalah percetakan,

konstruksi, pembuatan perabot, perbaikan

mobil, perusahaan pakaian yang menerima

order desain pakaian, dan perusahaan jasa

seperti rumah sakit, kantor konsultan hukum,

studio film, kantor akuntan, agen iklan, toko

reparasi. (Garisson, et all., 2008: 123 dan

Hansen dan Mowen, 2009 : 290)

Job Order Costing dimulai dengan

adanya pesanan dari konsumen yang

menginginkan produk dengan spesifikasi

tertentu. Pesanan tersebut kemudian dicatat

pada kartu biaya pesanan yang terdiri dari

bahan baku langsung, tenaga kerja langsung

dan biaya overhead. Pada saat produksi telah

selesai, total biaya yang telah dicatat dalam

kartu biaya merupakan total biaya pesanan.

Biaya rata-rata per unit ditentukan dengan

cara membagi biaya pesanan total dengan

jumlah unit pesanan yang dihasilkan.

(Blocher, et all., 2007 : 157)

Semua biaya yang dicatat dalam kartu

biaya dimasukkan dalam rekening produk

dalam proses. Rekening pembantu untuk

rekening produk dalam proses (bahan baku

langsung, tenaga kerja langsung, dan berbagai

overhead pabrik) terdiri dari kartu-kartu biaya

yang di dalamnya memuat biaya produksi

selama atau sebelum periode pemrosesan

pesanan. Jumlah kartu biaya sama dengan

jumlah pada sisi debit rekening produk dalam

proses. Jumlah ini merupakan biaya produksi

total yang dibebankan. Jumlah ini dilaporkan

dalam laporan biaya/harga pokok produksi.

(Blocher, et all., 2007 : 158)

Menurut Blocher, et all (2007 : 158-164),

sistem biaya pesanan dilakukan dengan

mengikuti alur berikut ini :

a. Biaya Bahan Baku

Job order costing menggunakan formulir

permintaan bahan untuk mendokumentasikan

dan mengendalikan bahan yang digunakan.

Formulir permintaan bahan merupakan

dokumen sumber yang digunakan oleh

supervisor departemen produksi untuk

meminta bahan yang diperlukan untuk

produksi ke gudang. Formulir permintaan

bahan menunjukkan departemen, pesanan,

Page 8: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

dan proyek yang dibebani bahan yang

digunakan.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung dicatat

dalam kartu biaya pesanan dengan

menggunakan kartu waktu (time ticket) yang

disiapkan setiap hari untuk setiap karyawan.

Kartu waktu menunjukkan waktu karyawan

yang digunakan untuk setiap pesanan, tarif

gaji, dan biaya total yang dibebankan pada

setiap pesanan. Biaya tenaga kerja langsung

didebit ke rekening produk dalam proses dan

dikredit pada utang gaji pada saat biaya

dikeluarkan.

c. Biaya Overhead Pabrik

Pembebanan atau alokasi overhead

merupakan proses membebankan biaya

overhead untuk pesanan yang sesuai. Alokasi

diperlukan karena biaya overhead tidak dapat

ditelusuri ke pesanan individual. Ada tiga

pendekatan dalam membebankan biaya

overhead pabrik ke berbagai pesanan actual

costing, normal costing, dan standar costing.

d. Tarif Overhead

Tarif overhead yang ditentukan dimuka

merupakan taksiran tarif overhead pabrik

yang digunakan untuk membebankan biaya

overhead pabrik ke pesanan tertentu.

Penentuan tarif overhead yang ditentukan

dimuka dilakukan dengan menganggarkan

biaya overhead pabrik untuk periode operasi

yang sesuai, menentukan dasar yang paling

tepat untuk membebankan biaya overhead

(cost driver), menganggarkan jumlah total

aktivitas dari cost driver yang telah dipilih

dalam periode operasi dan membagi biaya

overhead pabrik yang dianggarkan dengan

tingkat aktivitas yang dianggarkan dari cost

driver yang telah dipilih.

Kriteria yang ideal untuk pemilihan dasar

alokasi adalah hubungan yang erat dalam

perilaku biaya overhead total. Pemilihan

terbaik untuk cost driver adalah aktivitas atau

ukuran output yang menunjukkan apa yang

memicu atau menyebabkan terjadinya biaya

overhead. Beberapa cost driver yang biasa

digunakan antara lain :

Cost driver berbasis volume : jam kerjalangsung, biaya tenaga kerja

langsung, dan jam mesin.

Cost driver berbasis aktivitas : jumlah setup, pesanan, waktu siklus produksi,

dan jam inspeksi.

Tarif overhead yang ditentukan di muka

biasanya dihitung pada saat atau sebelum

awal tahun sebagai berikut :

Sumber : Garisson, et all., 2008 : 65

Rumus untuk membebankan biaya

overhead ke produk atau pekerjaan adalah

sebagai berikut :

e. Pembebanan biaya overhead terlalu

tinggi dan terlalu rendah

Perbedaan antara biaya overhead pabrik

sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead

pabrik dibebankan disebut selisih overhead.

Selisih tersebut dapat disebabkan karena

pembebanan terlalu rendah (underapplied)

atau pembebanan terlalu tinggi (overapplied).

Biaya overhead underapplied dan

overapplied.

Selisih biaya overhead tersebut dapat

dihilangkan dengan dua cara :

1. Menyesuaikan rekening harga pokok

penjualan

2. Membagi secara rata ketidaksesuaian

(selisih) ke dalam saldo akhir rekening

produk dalam proses, produk selesai dan

harga pokok penjualan.

Perhitungan harga pokok produksi

menggunakan metode Job Order Costing

tersebut dilaporkan dalam skedul harga pokok

produksi dan harga pokok penjualan.

Pelaporan harga pokok tersebut ditampilkan

pada gambar 1. Selanjutnya skedul harga

pokok tersebut masuk ke dalam bagian

laporan laba rugi seperti ditampilan pada

gambar 2.

Tarif overhead ditentukan dimuka

Jumlah dari basis

alokasi yang

terjadi dalam

suatu pekerjaan

Overhead yang

dibebankan

untuk pekerjaan

tertentu

x Tarif overhead

ditentukan

di muka =

Sumber : Garisson, et all., 2008 : 66

Page 9: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

Gambar 1

Skedul Harga Pokok Produksi

dan Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Produksi

Persediaan awal bahan mentah . . . . . . . . . . . . . xxx

(+) Pembelian bahan mentah . . . . . . . . . . . . . . xxx

Total bahan mentah tersedia . . . . . . . . . . . . . . . xxx

Bahan mentah digunakan dalam produksi . . . . xxx

(-) Bahan baku tidak langsung termasuk

dalam overhead pabrik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xxx xxx

Tenaga Kerja Langsung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

Overhead pabrik yang dibebankan

ke barang dalam proses . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

Total biaya produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

(+) Persediaan awal akhir barang dalam proses . .

xxx

xxx

(-) Persediaan akhir barang dalam proses . . . . . . .

xxx

Harga Pokok Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

Harga Pokok Penjualan

Pesediaan awal barang jadi . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

(+) Harga pokok produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

Barang tersedia untuk dijual . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

(-) Persediaan akhir barang jadi . . . . . . . . . . . . . .

xxx

Harga pokok penjualan yang belum disesuaikan..

xxx

Ditambah: Underapplied overhead . . . . . . . . . . .

xxx

Harga Pokok Penjualan disesuaikan . . . . . . . . . . .

xxx

Sumber : Garisson, et all., 2008 : 146

Gambar 2

Laporan Laba Rugi Penjualan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

(-) Harga pokok penjualan

xxx

Margin Kotor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

(-) Beban penjualan dan administrasi

Beban gaji . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xxx

Beban depresiasi . . . . . . . . . . . . . . . . xxx

Beban iklan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xxx

Beban lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . xxx

xxx

Laba bersih operasi . . . . . . . . . . . . . . . . .

xxx

Sumber : Garisson, et all., 2008 : 14

Metode Full Costing dan Variable Costing

Full Costing merupakan salah satu

metode penentuan kos produk, yang

membebankan seluruh biaya produksi sebagai

kos produksi, baik biaya produksi yang

berperilaku variabel maupun tetap (Mulyadi,

2001 : 49).

Metode full costing terdiri dari unsur-

unsur biaya produksi sebagai berikut:

Persediaan Awal

Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja

Biaya overhead pabrik variabel

Biaya overhead pabrik tetap

Total Biaya Produksi

Persediaan Akhir

Harga Pokok Produksi

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

(xxx)

xxx

Menurut Mulyadi (2001 : 18) variable

costing merupakan satu metode penentuan

kos produk yang membebankan hanya biaya

produksi yang berperilaku variabel saja

kepada produk.

Metode variable costing terdiri dari

unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:

Persediaan Awal

Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja

Biaya overhead pabrik variabel

Total Biaya Produksi

Persediaan Akhir

Harga Pokok Produksi

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

(xxx)

xxx

Metode Penetapan Harga Jual

Salah satu kebijakan perusahaan yang

penting adalah keputusan untuk menetapkan

harga jual atas produknya agar profitable dan

markable. Jika harga ditentukan terlalu tinggi,

pembeli akan menghindari pembelian produk

perusahaan. Jika harga yang ditentukan terlalu

rendah, biaya perusahaan mungkin tidak

tertutupi. Banyak faktor yang mempengaruhi

penentuan harga jual selain biaya dari pembuatan produk itu sendiri. Harga jual ini

harus disesuaikan dengan jenis perusahaan,

produk, dan pasarnya.

Menurut Garisson (2009 : 531)

pendekatan yang umum dalam penentuan

harga adalah Markup biaya. Markup produk

adalah perbedaan antara harga jual dengan

biayanya yang biasa dinyatakan sebagai

presentase dari biaya.

Harga Jual =

Biaya + (Presentase markup × Biaya)

Sumber : Garrison, 2009 : 531

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kasus (case

study), yaitu meneliti tentang status subjek

penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

spesifik atau khas dari keseluruhan

personalitas (Nazir, 2011:54). Creswell dalam

Lilik Sugiharti dan Unggul Heriqbaldi (2012 :

21) menyatakan bahwa studi kasus

merupakan pendekatan kualitatif, di mana

peneliti mengeksplorasi sebuah kasus atau

lebih dari waktu ke waktu.

Objek penelitian yang diteliti adalah

UMKM CV. TRISTAR Madiun, yang

Page 10: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

bertempat di Jalan Kelapa Manis no. 28

Madiun. CV. TRISTAR merupakan

perusahaan pembuatan perabotan, interior,

dan eksterior berbahan alumunium, stainless

steel, dan kaca.

Menurut Moleong (2007 : 234), data

dalam penelitian kualitatif dikumpulkan

melalui wawancara, observasi, review

dokumen atau secara gabungan. Metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode trianggulasi dimana metode

kuantitatif dan kualitatif digunakan bersama-

sama dalam sebuah penelitian (Burhan

Bungin, 2010 : 198).

Metode analisis data dimulai dengan

pengumpulan data penelitian dengan cara

mengelompokkan, mengategorikan, dan

mengurutkan data sehingga data tersebut

mempunyai makna untuk menjawab masalah

dan bermanfaat untuk menarik kesimpulan.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan terus menerus

yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Data

diolah dengan komputer menggunakan

kalkulator dan program Microsoft Excel.

Analisis data dikelompokkan menjadi analisis

kuantitatif yaitu menghitung harga pokok

produksi dan analisis kualitatif, yaitu

membandingkan hasil perhitungan harga

pokok produksi dengan menggunakan metode

perusahaan dan metode Job Order Costing

serta melihat pengaruh dari hasil perhitungan

harga pokok produksi tersebut terhadap harga

jual dan laba rugi perusahaan.

1. Analisis Harga Pokok Produksi dengan

Metode Perusahaan

Analisis harga pokok produksi dilakukan

terhadap 3 produk alumunium standar

yang banyak dipesan konsumen selama

bulan Januari sampai Juni 2013.

Perhitungan harga pokok produksi

alumunium per unit yang dilakukan

perusahaan masih sangat sederhana yaitu

dengan menjumlahkan biaya bahan yang

dibutuhkan dalam pembuatan produk,

biaya tenaga kerja langsung yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan produk,

dan beberapa biaya overhead yang

dibebankan dengan metode estimasi

biaya standar.Harga jual ditentukan

dengan memperhitungan laba sebesar

20% dan diskon sebesar 5% dari biaya

produksi.

2. Pengumpulan dan Pengelompokan Biaya

Biaya-biaya yang terjadi selama bulan

Januari sampai Juni 2013 dikumpulkan

dan dikelompokkan berdasarkan biaya

produksi dan biaya non

produksi.Selanjutnya dianalisis mana

yang merupakan komponen-komponen

biaya produksi sehingga dapat dilakukan

perhitungan harga pokok produksi

dengan tepat.

3. Analisis Harga Pokok Produksi dengan

Metode Job Order Costing Perhitungan

harga pokok produksi dengan metode Job

Order Costing diawali dengan

pengidentifikasian proses produksi yang

dilakukan oleh perusahaan dan biaya-

biaya yang digunakan untuk

memproduksi produk. Biaya tersebut

meliputi biaya bahan baku langsung,

biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead. Biaya overhead pabrik (biaya

tidak langsung) yang ditimbulkan akibat

dilakukannya aktivitas tersebut meliputi

biaya penggunaan bahan penolong, biaya

pembelian bahan, biaya listrik, biaya

pemeliharaan mesin dan kendaraan, biaya

penyusutan mesin dan peralatan, serta

biaya penyusutan bangunan. Pembebanan

biaya overhead menggunakan metode

Full Costing dimana memasukkan semua

unsur biaya overhead baik variabel

maupun tetap kedalam biaya produksi.

Pembebanan biaya overhead juga

dilakukan dengan sistem tradisional

dimana dasar alokasinya menggunakan

cost driver volume produksi.

4. Penyajian Data dan Penarikan

Kesimpulan

Data disajikan dalam bentuk hasil

perhitungan harga pokok produksi

menggunakan metode perusahaan dan

menggunakan metode Job Order Costing.

Selanjutnya ditampilkan perbandingan

hasil analisa untuk harga pokok produksi,

harga jual dan perhitungan laba rugi

operasi sehingga nantinya dapat ditarik

kesimpulan dan dianalisis lebih lanjut

implikasi dari hasil penelitan tersebut.

Page 11: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Harga Pokok Produksi

Alumunium dengan Metode Perusahaan

Perhitungan harga pokok produksi

produk alumunium yang telah dilakukan oleh

CV. TRISTAR selama ini masih sederhana.

Perhitungannnya dilakukan berdasarkan

pesanan yaitu menggunakan Job Order

Costing, akan tetapi penerapannya masih

belum sesuai dengan teori. CV. TRISTAR

menggolongkan biaya produksi ke dalam

biaya bahan, biaya material kecil, biaya listrik

dan ongkos tukang pengerjaan produk. Biaya

overhead lain seperti penyusutan peralatan

dan bangunan serta perhitungan biaya

penunjang lainnya tidak dibebankan pada

biaya produksi. Ongkos tukang dibebankan

berdasarkan lama pengerjaan produk.

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku yang dihitung oleh CV.

TRISTAR dilakukan dengan menggunakan

estimasi jumlah bahan baku yang dipakai

selama proses produksi. Estimasi ini

didasarkan pada proses produksi yang

sebelumnya pernah dilakukan sehingga

dapat diketahui pemakaian aktual bahan

bakunya.Pemakaian bahan baku kemudian

dikalikan dengan harga bahan baku yang

berlaku. Sedangkan penentuan harga bahan

baku hanya didasarkan pada harga awal

pembelian bahan. Perhitungan lainnya

yang tidak tepat adalah biaya bahan

penunjang yang dimasukkan kedalam

perhitungan biaya bahan baku dengan

metode pembebanan estimasi. Bahan-

bahan penunjang tersebut seharusnya

dimasukkan ke dalam biaya overhead

karena tidak dapat ditelusuri dengan pasti

pembebannya biayanya untuk masing-

masing produk.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Perhitungan biaya tenaga kerja dilakukan

dengan berdasarkan waktu yang

dibutuhkan tenaga kerja untuk

mengerjakan produk. Dasar

perhitungannya didapatkan dengan

mengalikan tarif tenaga kerja perhari

dengan jumlah standar hari penyelesaian

produk. Tarif tenaga kerja yang dipakai

dalam perhitungan harga pokok produksi

perusahaan hanya menggunakan 1 tarif

tenaga kerja saja yang dipilih berdasarkan

pada tenaga kerja yang paling sering

menerima pesanan, yaitu sebesar Rp

57.000. Tarif tenaga kerja tersebut terdiri

dari ongkos kerja dan uang makan tukang

dalam satu hari.

c. Biaya Overhead

Biaya overhead yang dibebankan dalam

biaya produksi CV. TRISTAR hanya biaya

karet, biaya material kecil dan biaya listrik

yang dasar perhitungannya menggunakan

estimasi yang ditentukan dimuka tanpa ada

dasar basis alokasi atau cost driver. Biaya

ini juga dijadikan satu dengan perhitungan

bahan baku. Untuk itu biaya ini dipisahkan

dan biaya-biaya lain yang seharusnya

masuk biaya overhead juga dibebankan,

antara lain mur baut, lem fox, lem sealent

silicon, amplas kaca, biaya ekspedisi bahan

baku, biaya pengiriman produk, biaya

pemeliharaan peralatan produksi, biaya

konsumsi pekerja langsung dan penyusutan

peralatan dan bangunan. Selanjutnya

perusahaan juga tidak memperhitungkan

biaya overhead aktual yang dikeluarkan

selama proses produksi pada akhir periode,

sehingga tidak dapat diketahui

pembebanan biaya overhead yang

ditentukan dimuka tersebut overapplied

atau underapplied.

Perhitungan Harga Pokok Produksi

Alumunium dengan Metode Job Order

Costing

Analisis telah dilakukan terhadap

perhitungan harga pokok produksi produk

alumunium yang dilakukan oleh perusahaan

dan menunjukkan bahwa perhitungan harga

pokok produksi yang dilakukan CV.

TRISTAR menggunakan metode

pengumpulan biaya Job Order Costing belum

dilakukan dengan semestinya. Metode

perhitungan harga pokok produksi

menggunakan Job Order Costing seharusnya

memisahkan biaya produksi menjadi biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

biaya overhead. Biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung seharusnya dihitung

menggunakan biaya aktual yang dipakai

dalam produksi sedangkan biaya overhead

dihitung menggunakan estimasi tarif overhead

yang ditentukan dimuka dan dibebankan ke

Page 12: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

produk dengan menggunakan cost driver

volume produksi, jam tenaga kerja langsung

atau jam mesin.

Selain metode Job Order Costing, CV.

TRISTAR menggunakan sistem pengumpulan

biaya standar dengan menghitung tarif standar

dan kuantitas standar dari bahan baku, tenaga

kerja langsung, dan beberapa biaya overhead,

khususnya biaya penunjang, biaya aksesoris

dan biaya listrik, yang dibutuhkan untuk

mengerjakan suatu produk. Tarif dan

kuantitas standar dari biaya produksi tersebut

diperoleh dari perhitungan yang pernah

dilakukan sebelumnya.

Berikut ini evaluasi perhitungan harga

pokok produksi dari masing-masing

komponen biaya produksi yang terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead yang dihitung

menggunakan metode Job Order Costing :

a. Biaya Bahan Baku

CV. TRISTAR sebenarnya sudah

melakukan pengidentifikasian bahan-

bahan yang terdiri dari bahan baku,

aksesoris dan bahan penunjang. Akan

tetapi semua pemakaian bahan tersebut

dibebankan ke dalam biaya bahan baku.

Dalam perhitungan harga pokok produksi

menggunakan Job order Costing ini,

pengelompokkan bahan-bahan produksi

ini kemudian dibebankan ke perhitungan

harga pokok produksi sesuai dengan

posnya dan harga bahan baku dihitung

dengan mengalikan jumlah pemakaian

bahan standar dengan rata-rata harga

bahan selama bukan Januari sampai Juni

2013.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Perhitungan yang akan kita pakai dalam

metode Job Order Costing ini

menggunakan rata-rata dari tarif tenaga

kerja yang ada di CV. TRISTAR dengan

hanya menggunakan tarif ongkos kerja

saja, tanpa memasukkan uang makan,

yaitu sebesar Rp 45.000 (dengan

pembulatan keatas). Tabel 2 berikut ini

menampilkan rata-rata tarif tenaga kerja

CV. TRISTAR, khususnya divisi

alumunium dan kaca.

Tabel 2

Rata-Rata Tarif Tenaga Kerja Divisi

Alumunium dan Kaca

(dalam Rupiah)

No Nama

Ongkos

Kerja

(OK)

Uang

Makan

(UM)

Jumlah

OK +

UM

/hari /hari

1 Tukang 1 70.000 7.000 77.000

2 Tukang 2 50.000 7.000 57.000

3 Tukang 3 50.000 7.000 57.000

4 Tukang 4 50.000 7.000 57.000

5 Tukang 5 40.000 7.000 47.000

6 Tukang 6 35.000 7.000 42.000

7 Tukang 7 35.000 7.000 42.000

8 Tukang 8 25.000 7.000 32.000

9 Tukang 9 50.000 7.000 57.000

10 Tukang 10 40.000 7.000 47.000

11 Tukang 11 40.000 7.000 47.000

RATA-RATA 44.091 51.091

Sumber : Ongkos Kerja CV. TRISTAR (Data

diolah, 2013)

c. Biaya Overhead

Dalam perhitungan biaya overhead yang

akan kita lakukan menggunakan metode

Job Order Costing, biaya overhead aktual

selama bulan Januari sampai Juni 2013

dipakai dalam perhitungan pembebanan

biayanya. Biaya overhead dibebankan

menggunakan metode tradisional dimana

biaya overhead dialokasikan ke produk

dengan menggunakan cost driver volume,

yaitu volume produksi selama 6 bulan

terakhir, bulan Januari sampai dengan Juni

2013. Cost driver volume produksi dipilih

sebagai dasar alokasi karena dirasa paling

mudah untuk menelusurinya dibandingkan

dengan menggunakan jam tenaga kerja langsung ataupun jam mesin.

Selanjutnya untuk perlakukan biaya

overhead, dilakukan dengan menggunakan

metode full costing dimana tidak

dipisahkan antara biaya tetap dan biaya

variabel. Metode variable costing yang

memisahkan biaya overhead menjadi biaya

tetap dan biaya variabel memang akan

memberikan hasil perhitungan yang lebih

akurat untuk tujuan pengambilan

keputusan manajemen, akan tetapi sulit

untuk diterapkan pada perusahaan ini

karena ketidaktersediaan rekapan data

yang menunjang perhitungan. Sehingga

metode full costing dianggap paling mudah

Page 13: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

dan tepat untuk diterapkan, minimal untuk

mengetahui biaya produksi dan untuk

pelaporan eksternal.

Perhitungan biaya overhead aktual

dilakukan dengan mengalokasikan

beberapa biaya yang ada di CV. TRISTAR

selama bulan Januari sampai Juni 2013 ke

dalam biaya produksi dan biaya non

produksi berdasarkan presentase

penggunaan biaya dan volume produksi.

Hal ini dikarenakan biaya-biaya tersebut

belum dilakukan pemisahan sesuai

kelompok biayanya. Presentase

penggunaan biaya didapat dengan

menghitung beban yang ditanggung untuk

produksi dan non produksi yang

merupakan hasil dari observasi dan

wawancara dengan pemilik dan karyawan

produksi.

Dari analisa di atas, selanjutnya kita

menghitung kembali harga pokok produksi

yang telah dilakukan perusahaan dengan

menerapkan metode Job Order Costing untuk

pengakumulaisan biaya produksi, metode

tradisional untuk pembebanan biaya

overhead, metode Full Costing untuk

perlakuan biaya overhead, serta pengukuran

biaya standar dan biaya aktual untuk biaya

overhead, bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Selanjutnya kita akan menyebut

metode perhitungan harga pokok produksi

yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan metode Job Order Costing

untuk memudahkan dalam memahaminya.

Perbandingan Hasil Analisis

Analisis harga pokok produksi beberapa

produk standar CV. TRISTAR telah

dilakukan dan selanjutnya adalah

membandingkan hasil analisis tersebut. Harga

pokok produksi tersebut pastinya berpengaruh

pada harga jual dan laba masing-masing

produk. Perbandingan hasil analisis harga

pokok produksi, harga jual dan laba masing-

masing produk disajikan pada tabel 3 berikut

ini :

Tabel 3

Perbandingan Hasil Analisis

Harga Pokok Produksi, Harga Jual dan Laba masing-masing Produk

(dalam Rupiah)

METO DE

PERUSAHAAN

METO DE JOB

ORDER

COSTING

SELISIHMETO DE

PERUSAHAAN

METO DE JOB

ORDER

COSTING

SELISIHMETO DE

PERUSAHAAN

METO DE JOB

ORDER

COSTING

SELISIH

Biaya Bahan Baku 778.250 864.107 85.857 242.983 242.839 (144) 978.433 925.221 (53.212)

Biaya Tenaga Kerja Langsung 114.000 90.000 (24.000) 57.000 45.000 (12.000) 228.000 180.000 (48.000)

Biaya Overhead 112.180 122.273 10.093 55.333 114.006 58.673 188.400 162.276 (26.124)

Harga Pokok Produksi 1.004.430 1.076.380 71.950 355.317 401.845 46.528 1.394.833 1.267.497 (127.336)

Mark up (Laba 20% + Diskon 5%) 251.108 269.095 17.987 88.829 100.461 11.632 348.708 316.874 (31.834)

Harga Jual 1.255.538 1.345.475 89.937 444.146 502.306 58.160 1.743.542 1.584.371 (159.170)

Pembulatan 44.463 525 (43.937) 5.854 694 (5.160) 6.458 629 (5.830)

Harga Jual Pembulatan 1.300.000 1.346.000 46.000 450.000 503.000 53.000 1.750.000 1.585.000 (165.000)

Laba 295.570 269.620 (25.950) 94.683 101.155 6.472 355.167 317.503 (37.664)

URAIAN

ALMARI RAK PIRING JEMURANETALASE

Sumber : Data diolah (2013)

a. Analisis Perbandingan Harga Pokok

Produksi

Hasil analisis menunjukkan adanya

perbedaan yang cukup besar dalam

perhitungan harga pokok produksi untuk

masing-masing produk dimana ada selisih

yang yang positif dan ada yang negatif.

Selisih yang positif menunjukkan bahwa

harga pokok produksi yang dilakukan

perusahaan lebih rendah daripada harga

pokok produksi menggunakan metode Job

Order Costing. Sedangkan selisih negatif

menunjukkan bahwa harga pokok produksi

yang dilakukan perusahaan lebih tinggi

daripada harga pokok produksi menggunakan

metode Job Order Costing. Selisih ini

merupakan evaluasi biaya yang terdiri dari:

1. Biaya bahan yang telah dipisahkan

menjadi biaya bahan baku khusus untuk

bahan alumunium dan kaca, sedangkan

biaya aksesoris dan biaya penunjang

lainnya masuk ke perhitungan biaya

overhead dimana harga bahannya diubah

menjadi harga rata-rata bahan.

Page 14: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

14

2. Biaya tenaga kerja langsung yang

perhitungannya telah diubah menjadi tarif

rata-rata tenaga kerja langsung dan

memisahkan uang makan ke dalam biaya

overhead.

3. Biaya overhead terdiri dari biaya bahan

dan biaya tenaga kerja langsung yang

telah dipisahkan dan masuk ke dalam

perhitungan biaya overhead ditambah

dengan biaya overhead lainnya yang

belum semuanya dibebankan ke dalam

harga pokok produksi seperti biaya

pemeliharaan peralatan, biaya pengiriman

bahan, biaya penyusutan peralatan dan

bangunan, biaya telefon dan biaya

transpor melakukan pengerjaan produk

diluar dan survey. Perlakukan biaya

overhead menggunakan sistem full

costing dimana tidak memisahkan biaya

overhead tetap dan biaya overhead

variabel dan dibebankan dengan sistem

tradisional dengan menggunakan cost

driver volume produksi (total unit yang

diproduksi).

b. Analisis Perbandingan Harga Jual

Produk

Perbedaan harga pokok produksi yang

terjadi karena perbedaan penerapam metode

perhitungan harga pokok produksi tersebut

otomatis mempengaruhi harga jual masing-

masing produk. Perusahaan ternyata terlalu

rendah menetapkan harga pokok produksi dan

harga jualnya. Perusahaan menentukan harga

jual dengan melakukan mark up biaya sebesar

20% dari harga pokok produksi, diskon

sebesar 5% dari harga pokok produksi, dan

melakukan pembulatan ke ribuan terdekat.

Perbedaan harga jual tersebut tentunya juga

akan mempengaruhi laba yang diperoleh

perusahaan. Tabel 3. diatas membandingkan

perhitungan harga jual yang dilakukan oleh

perusahaan dan harga jual yang dihitung

menggunakan metode Job Order Costing.

Analisis perbandingan harga jual 2

produk standar alumunium pada tabel 3.

menunjukkan perbedaan dimana harga jual

yang ditetapkan oleh perusahaan lebih rendah

dari harga jual yang dihitung menggunakan

metode Job Order Costing untuk produk

etalase standar dan jemuran standar.

Sedangkan untuk produk almari rak piring

standar, harga jual yang ditetapkan

perusahaan lebih tinggi dari harga jual yang

dihitung menggunakan Job Order Costing.

Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa

hal berikut ini :

1. Harga pokok produksi telah dihitung

kembali dan memberikan perbedaan yang

signifikan antara harga pokok produksi

metode perusahaan dengan harga pokok

produksi metode Job Order Costing.

2. Kebijakan pembulatan harga jual yang

dilakukan oleh perusahaan tidak konstan

dan tidak mempunyai dasar yang kuat.

Ada yang dilakukan pembulatan ke

puluhan ribu terdekat dan ke ratusan ribu

terdekat. Hal ini dilakukan oleh

perusahaan untuk menyamakan dengan

harga pasar dan mengantisipasi

konsumen yang menawar dengan harga

lebih rendah. Kebijakan pembulatan ini

tentunya tidak tepat diterapkan karena

ada yang mencapai Rp 48.000 dan dinilai

akan memberatkan konsumen.

3. Pada perhitungan menggunakan Job

Order Costing, dilakukan pembulatan ke

ribuan terdekat agar pembulatan tersebut

tidak terlalu besar dan besarnya bisa

dipertanggunjawabkan.

c. Analisis Perbandingan Laba Produk

Perbedaan harga pokok produksi dan

harga jual ini akan berpengaruh pada laba

yang diterima oleh perusahaan. Hasil analisa

menunjukkan bahwa laba masing-masing

produk yang diterima perusahaan jika

menggunakan perhitungan perusahaan lebih

tinggi dibandingkan dengan laba yang

dihitung menggunakan metode Job Order

Costing untuk produk etalase dan almari rak

piring. Sedangkan untuk produk jemuran, laba

yang dihitung dengan metode perusahaan

lebih rendah daripada laba yang dihitung

menggunakan Job Order Costing. Perbedaan

hasil analisa ini disebabkan oleh selain

penerapan metode penentuan harga pokok

produksi yang berbeda, juga disebabkan oleh

kebijakan pembulatan harga jual yang

dilakukan.

d. Analisa Perbandingan Laporan Laba

Rugi Perusahaan

Perbedaan harga pokok produksi dan

harga jual masing-masing produk ini tentunya

Page 15: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

15

akan berpengaruh pada pengambilan

keputusan manajemen dan laba rugi

perusahaan. Laporan laba rugi terdiri dari

perhitungan total penjualan, total harga pokok

produksi dan dan total biaya non produksi.

Harga pokok produksi dan harga jual yang

sudah dihitung menggunakan metode

perusahaan dan metode Job Order Costing

ditampilkan dalam tabel 3. Penjualan yang

digunakan dalam perhitungan laba rugi ini

adalah penjualan selama bulan Januari sampai

Juni 2013 yang sesungguhnya terjadi dimana

ada diskon yang diberikan kepada konsumen.

Tabel 4 menunjukkan total harga pokok

produksi dan harga jual selama bulan Juni

sampai Juni 2013. Perhitungan laba kotor

operasi dihitung dengan mengurangi

penjualan dengan harga pokok produksi

ketiga produk alumunium. Perhitungan laba

bersih operasi dihitung dengan mengurangi

laba kotor dengan biaya-biaya operasional

(non produksi).

Perhitungan laporan laba rugi selanjutnya

dibandingkan antara laba rugi yang dihitung

menggunakan metode perusahaan dan

menggunakan metode Job Order Costing.

Perhitungan laba rugi 3 produk standar

alumunium selama bulan Januari sampai Juni

2013 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 4

Perhitungan Harga Jual dan Harga Pokok Produksi

3 Produk Standar Alumunium Bulan Januari – Juni 2013

(dalam Rupiah)

ETALASE JEMURANALMARI

RAK PIRING TO TALETALASE JEMURAN

ALMARI

RAK PIRING TO TAL

JUMLAH PRO DUKSI (UNIT) 13 10 9 32 13 10 9 32

HARGA JUAL 1.300.000 450.000 1.750.000 1.346.000 503.000 1.585.000

TO TAL HARGA JUAL 16.900.000 4.500.000 15.750.000 37.150.000 17.498.000 5.030.000 14.265.000 36.793.000

BIAYA BAHAN BAKU 778.250 242.983 978.433 864.107 242.839 925.221

BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 114.000 57.000 228.000 90.000 45.000 180.000

BIAYA OVERHEAD 112.180 55.333 188.400 122.273 114.006 162.276

BIAYA BAHAN BAKU 10.117.250 2.429.833 8.805.899 21.352.983 11.233.394 2.428.389 8.326.989 21.988.772

BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 1.482.000 570.000 2.052.000 4.104.000 1.170.000 450.000 1.620.000 3.240.000

BIAYA OVERHEAD 1.458.340 553.333 1.695.600 3.707.273 1.589.544 1.140.060 1.460.484 4.190.087

13.057.590 3.553.167 12.553.499 29.164.256 13.992.938 4.018.448 11.407.473 29.418.859

HARGA PO KO K PRO DUKSI

TO TAL HARGA PO KO K PRO DUKSI

TO TAL

METO DE PERUSAHAAN METO DE JOB ORDER COSTINGURAIAN

Sumber : Data Diolah 2013

Tabel 5

Perhitungan Laba Rugi 3 Produk Alumunium Standar

Bulan Januari – Juni 2013

(dalam Rupiah)

ETALASE JEMURANALMARI RAK

PIRINGTOTAL ETALASE JEMURAN

ALMARI RAK

PIRINGTOTAL

PENJUALAN 16.900.000 4.500.000 15.750.000 37.150.000 17.498.000 5.030.000 14.265.000 36.793.000

HARGA POKOK PRODUKSI

BIAYA BAHAN BAKU 10.117.250 2.429.833 8.805.899 21.352.983 11.233.394 2.428.389 8.326.989 21.988.772

BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 1.482.000 570.000 2.052.000 4.104.000 1.170.000 450.000 1.620.000 3.240.000

BIAYA OVERHEAD 1.458.340 553.333 1.695.600 3.707.273 1.589.544 1.140.060 1.460.484 4.190.087

TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 13.057.590 3.553.167 12.553.499 29.164.256 13.992.938 4.018.448 11.407.473 29.418.859

LABA KOTOR OPERASI 3.842.410 946.833 3.196.501 7.985.744 3.505.062 1.011.552 2.857.527 7.374.141

BIAYA OPERASIONAL

BIAYA PERUSAHAAN *) 1.549.514 1.191.934 1.072.741 3.814.189

BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM **) 718.122 552.402 497.161 1.767.685

BIAYA PEMASARAN ***) 353.338 271.799 244.619 869.756

TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.549.514 1.191.934 1.072.741 3.814.189 1.071.460 824.200 741.780 2.637.441

LABA BERSIH OPERASI 2.292.896 (245.101) 2.123.760 4.171.556 2.433.602 187.351 2.115.747 4.736.700

SELISIH 140.706 432.452 (8.013) 565.144

LAPORAN LABA RUGI

METODE PERUSAHAAN METODE JOB ORDER COSTING

Keterangan

*) : Perhitungan biaya operasional menggunakan metode perusahaan

**) : Perhitungan biaya administasi dan umum menggunakan metode Job Order Costing

***) : Perhitungan biaya pemasaran menggunakan metode Job Order Costing

Sumber : Data Diolah 2013

Page 16: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

16

Hasil perhitungan laba rugi atas 3

produk standar alumunium menunjukkan

perbedaan antara perolehan laba dengan

metode perusahaan dan perolehan laba

dengan menggunakan metode Job Order

Costing. Perhitungan laba dengan

menggunakan metode perusahaan

memperoleh laba bersih operasi sebesar Rp.

4.171.556. Perhitungan laba dengan

menggunakan metode Job Order Costing

memperoleh laba bersih operasi sebesar Rp.

4.736.700. Selisihnya sebesar Rp. 565.144

menunjukkan bahwa perolehan laba yang

dihitung menggunakan metode perusahaan

lebih rendah daripada perolehan laba yang

dihitung menggunakan Job Order Costing.

Perbedaan dan selisih laba tersebut

disebabkan karena :

a. Penerapan metode perhitungan harga

pokok produksi yang berbeda antara

metode perusahaan dengan metode Job

Order Costing yang terdiri dari biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overhead.

b. Kebijakan pembulatan harga jual yang

awalnya terlalu besar yaitu dibulatkan ke

puluhan ribu dan ratusan ribu terdekat,

dengan alasan untuk menyamakan harga

jual dengan harga pasar dan

mengantisipasi konsumen yang menawar

dengan harga terlalu rendah, diubah ke

dalam pembulatan ribuan terdekat.

c. Biaya-biaya perusahaan sebelumnya

tidak dilakukan pengelompokan biaya

sehingga belum jelas pos biayanya.

Pengelompokan biaya dilakukan ke

dalam biaya produksi dan biaya non

produksi / biaya operasional, dan

dialokasikan dengan dasar alokasi

presentasi pemakaian biaya pada masing-

masing kelompok biaya dan volume

produksi, yaitu jumlah unit yang di

produksi selama bulan Januari sampai

Juni 2013. Biaya non produksi dalam

perhitungan perusahaan memasukkan

seluruh biaya yang ada di perusahaan

yang seharusnya merupakan biaya

overhead. Sehingga biaya operasionalnya

terlalu besar yang akhirnya mengurangi

laba perusahaan secara keseluruhan.

Implikasi Hasil Penelitian

Penerapan metode Job Order Costing

pada CV. TRISTAR menghasilkan perbedaan

yang cukup signifikan terhadap harga pokok

produksi, harga jual dan laba yang diperoleh

perusahaan. Perbedaannya tidak semua sama,

dalam artian ada yang menghasilkan nilai

positif ada yang negatif. Perbedaannya

disebabkan oleh kesalahan perusahaan dalam

menghitung biaya produksi dan terkait

kebijakan pembulatan harga perusahaan.

Penerapan metode Job Order Costing

mempunyai beberapa keunggulan dan

kelemahan. Keunggulan yang didapat jika

perusahaan menerapkan metode tersebut yaitu

terkait pelaporan keuangan perusahaan

kepada pihak investor. Laporan Laba Rugi

CV. TRISTAR akan menunjukkan laba

perusahaan yang lebih banyak, sehingga

investor akan percaya untuk memberikan

pinjaman kepada perusahaan karena

menganggap perusahaan mampu membayar

kewajiban hutangnya.

Keuntungan lain dapat dilihat dari segi

pengambilan keputusan. Perusahaan dapat

mengetahui keseluruhan biaya yang

berhubungan dengan produksi dan

menganalisis penyebab biaya produksi yang

membengkak tersebut, kemudian

mengendalikan pos-pos biaya yang kurang

penting dengan melakukan efisiensi biaya.

Akan tetapi kelemahan jika menerapkan

metode Job Order Costing juga didapat, yaitu

terkait pelaporan eksternal kepada pemerintah

dan pajak. Perusahaan mempunyai laba bersih

lebih besar yang berarti pajak yang

dibayarkan juga besar.

Kelemahan lainnya yaitu terkait

penentuan harga jual produk yang terlalu

tinggi. Perusahaan akan menentukan harga

jual lebih besar dari harga semula dan hal ini

akan beresiko kehilangan konsumen karena

harga jual yang ditetapkan terlalu tinggi dari

harga di pasaran.

Page 17: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

17

KESIMPULAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi yang

dilakukan CV. TRISTAR untuk 3 produk

alumunium standar sudah menggunakan

Job Order Costing tapi masih belum

tepat. Kesalahan dilakukan pada

perhitungan biaya bahan baku yang tidak

dipisahkan dengan biaya penunjang dan

biaya aksesoris, harga bahan baku yang

menggunakan tarif awal pembelian,

perhitungan biaya tenaga kerja langsung

yang hanya memakai satu tarif pekerja,

dan biaya overhead belum dibebankan

seluruhnya

Harga pokok produksi selanjutnya

dihitung kembali dengan menggunakan

metode Job Order Costing untuk

pengakumulasian biaya produksi, metode

tradisional untuk pembebanan biaya

overhead, metode Full Costing untuk

perlakuan biaya overhead, serta

pengukuran biaya standar dan biaya

aktual untuk bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead

Hasil analisis harga pokok produksi menunjukkan bahwa perhitungan harga

pokok produksi yang dilakukan

perusahaan lebih kecil dari pada

perhitungan harga pokok produksi

menggunakan Job Order Costing untuk

produk etalase alumunium standar

panjang 200 cm dan jemuran alumunium

standar panjang 150 cm. Sedangkan

untuk produk almari rak piring panjang

100 cm, menghasilkan perhitungan harga

pokok produksi perusahaan yang lebih

besar daripada perhitungan harga pokok

produksi menggunakan Job Order

Costing, Perbedaan ini dikarenakan :

o Perusahaan membebankan biaya

bahan penunjang ke dalam biaya

bahan baku yang seharusnya

dibebankan ke biaya overhead.

Perusahaan menggunakan harga bahan

baku pada saat awal pembelian saja

yang seharunya menggunakan rata-

rata harga bahan baku.

o Perusahaan menggunakan tarif 1

pekerja untuk biaya tenaga kerja

langsung yang seharusnya

menggunakan tarif rata-rata pekerja

karena tarifnya berbeda-beda sesuai

dengan keahlian dan lama bekerja.

o Perusahaan tidak membebankan

beberapa unsur biaya overhead

kedalam harga pokok produksi dengan

tepat. Perusahaan hanya memasukkan

biaya listrik dan beberapa biaya bahan

penunjang. Sedangakan biaya bahan

penunjang lainnya, biaya operasi,

biaya perbaikan dan pemeliharaan

peralatan dan biaya penyusutan

peralatan dan bangunan tidak

dibebankan ke dalam biaya produksi.

Perbedaan ini tentunya mempengaruhi harga jual dan laba rugi perusahaan.

Harga jual yang diterapkan perusahaan

lebih rendah dari harga jual yang dihitung

menggunakan metode Job Order Costing

untuk produk etalase 200 cm dan jemuran

150 cm. Sedangkan harga jual yang

ditetapkan perusahaan untuk almari rak

piring 100 cm lebih tinggi daripada harga

jual menggunakan metode Job Order

Costing. Perbedaan harga jual dan harga

pokok produksi tersebut mempengaruhi

perhitungan laba yang dilakukan

perusahaan menjadi lebih rendah dari

pada laba yang sebenarnya diterima

perusahaan, hal ini dikarenakan :

o Perhitungan harga pokok produksi

untuk ketiga produk alumunium yang

dibebankan perusahaan ada yang lebih

rendah dan ada yang lebih kecil

daripada harga pokok produksi yang

sebenarnya. Sehingga berpengaruh

terhadap harga jualnya dan laba per

produk.

o Kebijakan pembulatan harga jual ke

ratusan ribu dan puluhan ribu terdekat

yang dilakukan CV. TRISTAR diganti

kedalam ribuan terdekat untuk

mengurangi harga jual yang terlalu

tinggi.

o Perhitungan laba rugi dengan metode

perusahaan tidak memisahkan biaya-

biaya perusahaan kedalam biaya

produksi dan biaya non produksi,

sehingga biaya-biaya yang belum

dimasukkan ke perhitungan harga

Page 18: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

18

pokok produksi dibebankan semua ke

biaya operasional. Sedangkan

perhitungan laba rugi dengan metode

Job Order Costing memisahkan

biaya–biaya perusahaan kedalam

biaya produksi (overhead) dan biaya

non produksi.

SARAN

Bagi Perusahaan :

1. Perusahaan hendaknya menghitung dan

memperhatikan semua komponen harga

pokok produksi (biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya

overhead) dengan tepat dan akurat sesuai

dengan teori yang ada, khususnya Job

Order Costing, sampai ke tahap

pelaporan laba rugi agar dapat dianalisis

pencapaian bisnisnya dan dijadikan

bahan evaluasi serta pengambilan

keputusan.

2. Khusus untuk biaya overhead,

perusahaan seharusnya menghitung tarif

pembebanan biaya overhead dengan cost

driver yang lebih dapat mencerminkan

biaya overhead yang sesungguhnya

terjadi dalam proses produksi dan juga

memperhitungkan underapplied dan

overapplied dari biaya overhead yang

ditentukan di muka dibandingkan dengan

biaya overhead yang sesungguhnya

terjadi.

3. Perusahaan hendaknya menerapkan

penentuan harga jual yang tepat dan

konstan dengan melakukan kebijakan

pembualatan harga jual yang tidak terlalu

besar untuk menghindari ketimpangan

dalam perhitungan laba perusahaan.

4. Perusahaan hendaknya menganalisis

semua biaya-biaya yang ada di

perusahaan dan memisahkannya kedalam

biaya produksi dan biaya non produksi

(biaya operasional). Biaya produksi ini

digunakan dalan perhitungan harga

pokok produksi dan biaya non produksi

digunakan dalam perhitungan laba rugi

perusahaan.

Bagi Penelitian Selanjutnya :

1. Perlu mengkaji lebih banyak jurnal

sejenis yang terkait dengan perhitungan

harga pokok produksi dan keputusan

strategik perusahaan dalam penggunaan

akuntansi manajemen dan akuntansi

biaya sehingga dapat menentukan

konstruk konseptual dan operasional

yang lebih lebih kompleks.

2. Mengidentifikasi metode penentuan

harga pokok produksi yang tepat

disesuaikan dengan sifat bisnis, produk

yang dihasilkan, perubahan lingkungan

manufaktur, tujuan penyediaan informasi

untuk kebutuhan pengambilan keputusan

yang bersifat operasional atau strategik,

dan pertimbangan biaya atau manfaat

terhadap perolehan, perancangan,

modifikasi dan pengoperasian sistem

tertentu.

3. Memilih objek penelitian dengan

karakteristik bisnis yang berbeda,

misalnya perusahaan jasa atau

perusahaan dagang untuk mengetahui

perbedaan perhitungan harga pokok

produksi dan pengaruhnya terhadap harga

jual dan laba.

4. Memilih objek penelitian yang sudah

melakukan pengelolaan keuangan

keuangan sesuai standar akuntansi untuk

melengkapi data-data yang dibutuhkan

dalam perhitungan harga pokok produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, Sandingan Data UMKM 2011-

2012, (Online),

(http://www.depkop.go.id/, diakses pada

tanggal 3 Mei 2013 pada pukul 10.15)

Anonimous, Undang Undang no 20 tahun

2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, (Online),

(http://www.depkop.go.id/, diakses pada

tanggal 3 Mei 2013 pada pukul 11.00)

Blocher, Edward J., Chen, Kung H., Cokins,

Gary., Lin, Thomas W., 2007,

Manajemen Biaya, Edisi 3, Salemba

Empat, Jakarta.

Page 19: Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job

19

Bungin, Burhan, 2010, Analisis Data

Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers,

Jakarta.

Carter, Wiliam K, 2009, Akuntansi Biaya,

Edisi 14, Terjemahan oleh Krista,

Salemba Empat, Jakarta.

Diane Pudjiastuti, 2003, Peranan Job Order

Costing Method dalam Menetapkan

Harga Pokok Produksi (Studi Kasus

pada PT. Harost Ismi Bandung), Skripsi

Jurusan Akuntansi Universitas

Widyatama Bandung.

Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Peter C.,

2008, Akuntansi Manajerial, Edisi 11,

Terjemahaan oleh Nuri Hinduan,

Salemba Empat, Jakarta.

Hanif, Mohammad, 2012,Peran Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia,

(online),

http://id.scribd.com/doc/102335452/Usah

a-Mikro-Kecil-dan-Menengah-UMKM-

di-Indonesia, diakses pada tanggal 3 Mei

2013 pukul 17.03)

Hansen, Don. R dan Maryanne M. Mowen,

2009, Akuntani Biaya.Edisi 8,

Terjemahan oleh Deny Arnos Kwary,

Salemba Empat, Jakarta.

Horngern, Charles T., Datar, Srikant M.,

Foster, George., 2006, Akuntansi Biaya,

Edisi 12, Erlangga, Jakarta.

Indah Fitri Rusmala, 2012, Pentingnya

Penerapan Metode Full Costing dalam

rangka menetapkan harga pokok produksi

pada Peternak Ayam UD. Family Poultry

Shop di Kabupaten Blitar, Skripsi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya Malang.

Lilik Sugiharti dan Unggul Heriqbaldi, 2012,

Pendekatan Penelitian Kualitaitf : Naratif,

Fenomenologi, Groubded Theory,

Etnografi, & Studi Kasus, dalam Desain

Penelitian : Pendekatann Kualitatif,

Insan Muamalah Publiser, Malang.

Mas’ud Machfoedz, Mahmud Machfoedz,

2011, Kewirausahaan : Matode

Manajemen dan Implementasi, Edisi 1,

BPFE, Yogyakarta.

Moleong, L, 2007, Metodologi Penelitian

Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen. Edisi

3, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi 5,

Aditya Media, Yogyakarta.

Nazir, Moh, 2011, Metode Penelitian, PT.

Ghalia Indonesia, Jakarta

Soeharto Prawirokusumo, 2010,

Kewirausahaan dan Manajemen Usaha

Kecil, BPFE, Yogyajarta.

Stevanus Hadi Darmaji, 2007, Prospek

Pembentukan dan Sistem Akuntansi bagi

Usaha Kecil dan Menengah (UKM),

dalam Kewirausahaan UKM : Pemikiran

dan Pengalaman Karya Bersama FE

Universitas Surabaya dan Forum Daerah

UKM Jawa Timur, Edisi 1, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Widiyastuti, S. 2007. Analisis Perhitungan

Harga Pokok Produksi Tas Wanita (Studi

Kasus UKM Lifera Hand Bag Collection

Bogor, Skripsi Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor.