perencanaan strategis industri kreatif sektor desain

12
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 79 PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH DINAS PERINDUSTRIAN Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886 [email protected] ABSTRAK Kota Malang adalah Kota Kreatif di Indonesia. Kota Malang memiliki industri kreatif Desain grafis sebagai salah satu sektor unggulan. Namun Industri kreatif desain grafis kota malang juga memiliki permasalahan yang menghambat perkembangannya antara lain, pembajakan desain, daya beli lokal yang rendah, dan hasil produk yang diremehkan. Penelitian ini meneliti bagaimana cara mengembangkan desain grafis di kota Malang. Metode mengembangkan desain grafis di Kota Malang dibatasi dengan menggunakan metode perencanaan strategis. Aktor Perencanaan strategis yang dipilih adalah aktor pemerintahan yakni Dinas Perindustrian. Hasil dari perencanaan strategis menunjukkan bahwa terdapat 3 pergeseran paradigma utama, yang menyangkut perubahan produk Desain menjadi non cetak, perubahan gaya penyampaian pesan, dan perubahan persepsi masyarakat mengenai desain. Value proposition terpilih berdasarkan pergeseran paradigma tersebut adalah value proposition Costumer Intimacy. Visi yang harus diterapkan adalah “Mewujudkan Industri Kreatif Desain Grafis yang berorientasi pada pelayanan konsumen dengan produk desain grafis non cetak yang personalized”. Misi yang ditentukan adalah meningkatkan kegiatan pemasaran dan promosi, Meningkatkan kemampuan Industri Desain grafis dalam memberikan produk desain non cetak personalized, Mengembangkan sarana prasarana Desain Grafis serta mewujudkan iklim usaha desain yang kondusif. Berdasarkan hasil perencanaan terdapat 16 rencana aksi yang perlu dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian. Rencana Aksi tersebut terdiri dari kegiatan yang menyangkut peningkatan pemasaran dan promosi, kegiatan edukasi konsumen, kegiatan peningkatan kemampuan industri kreatif desain grafis, penyediaan sarana desain grafis, dan peningkatan kapasitas dinas perindustrian. Kata Kunci: Industri-Kreatif-Desain-Grafis, Rencana-Strategis, Costumer-Intimacy, Rencana-Aksi. ABSTRACT Malang is one of Indonesia Creative City. Malang have creative industry such as design graphic as one of its creative industries prime sector. However, Design Graphic Industries development has been struggles. Survey found, Design Graphic obstruction such as design copyright violation, poor local buyer, and people perception of design. This study aims to determine how to develop design graphic. Method of development used on this study is strategic plan method. Subject planner on this study is Goverment Actor, Industrial Departement. This research finds 3 major value shift, shift of design become digital product, shift of message delivery style, and shift of people perception. Value proposition suitable use based on value shit is Costumer Intimacy. The result of strategic planning show vision that needed to take is “Creating Design Graphic Creative Industry orientated to costumer services with unprinted personalized design”. Mission used for design graphic industry is raise promotion and marketing, increase design graphic capability, develop design infrastructure, and create sustainable design bussiness climate. There are 16 action plans needed to be done by departement of industry. Action plan consist of activity such as increase marketing and promotion, consumen education, increase design graphic bussiness actor capability, develop design infrastructure and increase departement of industry capacity. Keywords: Design-Graphic-Creative-Industries, Strategic-Plan, Costumer-Intimacy, Action-Plan. PENDAHULUAN Pada Temu Kreatif Nasional 2015, Industri Kreatif ditetapkan sebagai tulang punggung perekonomian di Indonesia. Berdasarkan UU No. 3 tahun 2014, Industri kreatif adalah Industri yang mentransformasi dan memanfaatkan kreatifitas, keterampilan, dan kekayaan intelektual untuk menghasilkan barang dan jasa. Kota Malang menjadi tuan rumah Indonesia Creative City Conference pada Maret 2016. Kota Malang menetapkan diri menjadi salah satu Kota Kreatif dengan salah satu sektor industri kreatif Desain grafis/ Desain Komunikasi Visual sebagai sektor yang diunggulkan (Arifin, 2016). Banyak hambatan pengembangan yang dialami oleh sektor bisnis desain grafis. Permasalahan bisnis yang kurang sustainable dapat dilihat dari umur perusahaan desain grafis kota Malang yang mayoritas masih muda dengan umur kurang dari 3 tahun (65,96%). Berdasarkan hasil survei, permasalahan utama industri kreatif desain grafis

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 79

PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS

KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH DINAS PERINDUSTRIAN

Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886

[email protected]

ABSTRAK

Kota Malang adalah Kota Kreatif di Indonesia. Kota Malang memiliki industri kreatif Desain grafis sebagai

salah satu sektor unggulan. Namun Industri kreatif desain grafis kota malang juga memiliki permasalahan yang

menghambat perkembangannya antara lain, pembajakan desain, daya beli lokal yang rendah, dan hasil produk

yang diremehkan. Penelitian ini meneliti bagaimana cara mengembangkan desain grafis di kota Malang.

Metode mengembangkan desain grafis di Kota Malang dibatasi dengan menggunakan metode perencanaan

strategis. Aktor Perencanaan strategis yang dipilih adalah aktor pemerintahan yakni Dinas Perindustrian. Hasil

dari perencanaan strategis menunjukkan bahwa terdapat 3 pergeseran paradigma utama, yang menyangkut

perubahan produk Desain menjadi non cetak, perubahan gaya penyampaian pesan, dan perubahan persepsi

masyarakat mengenai desain. Value proposition terpilih berdasarkan pergeseran paradigma tersebut adalah

value proposition Costumer Intimacy. Visi yang harus diterapkan adalah “Mewujudkan Industri Kreatif Desain

Grafis yang berorientasi pada pelayanan konsumen dengan produk desain grafis non cetak yang personalized”.

Misi yang ditentukan adalah meningkatkan kegiatan pemasaran dan promosi, Meningkatkan kemampuan

Industri Desain grafis dalam memberikan produk desain non cetak personalized, Mengembangkan sarana

prasarana Desain Grafis serta mewujudkan iklim usaha desain yang kondusif. Berdasarkan hasil perencanaan

terdapat 16 rencana aksi yang perlu dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian. Rencana Aksi tersebut terdiri dari

kegiatan yang menyangkut peningkatan pemasaran dan promosi, kegiatan edukasi konsumen, kegiatan

peningkatan kemampuan industri kreatif desain grafis, penyediaan sarana desain grafis, dan peningkatan

kapasitas dinas perindustrian.

Kata Kunci: Industri-Kreatif-Desain-Grafis, Rencana-Strategis, Costumer-Intimacy, Rencana-Aksi.

ABSTRACT

Malang is one of Indonesia Creative City. Malang have creative industry such as design graphic as one of its

creative industries prime sector. However, Design Graphic Industries development has been struggles. Survey

found, Design Graphic obstruction such as design copyright violation, poor local buyer, and people perception

of design. This study aims to determine how to develop design graphic. Method of development used on this

study is strategic plan method. Subject planner on this study is Goverment Actor, Industrial Departement. This

research finds 3 major value shift, shift of design become digital product, shift of message delivery style, and

shift of people perception. Value proposition suitable use based on value shit is Costumer Intimacy. The result of

strategic planning show vision that needed to take is “Creating Design Graphic Creative Industry orientated to

costumer services with unprinted personalized design”. Mission used for design graphic industry is raise

promotion and marketing, increase design graphic capability, develop design infrastructure, and create

sustainable design bussiness climate. There are 16 action plans needed to be done by departement of industry.

Action plan consist of activity such as increase marketing and promotion, consumen education, increase design

graphic bussiness actor capability, develop design infrastructure and increase departement of industry capacity.

Keywords: Design-Graphic-Creative-Industries, Strategic-Plan, Costumer-Intimacy, Action-Plan.

PENDAHULUAN

Pada Temu Kreatif Nasional 2015, Industri

Kreatif ditetapkan sebagai tulang punggung

perekonomian di Indonesia. Berdasarkan UU No.

3 tahun 2014, Industri kreatif adalah Industri

yang mentransformasi dan memanfaatkan

kreatifitas, keterampilan, dan kekayaan

intelektual untuk menghasilkan barang dan jasa.

Kota Malang menjadi tuan rumah Indonesia

Creative City Conference pada Maret 2016. Kota

Malang menetapkan diri menjadi salah satu Kota

Kreatif dengan salah satu sektor industri kreatif

Desain grafis/ Desain Komunikasi Visual sebagai

sektor yang diunggulkan (Arifin, 2016). Banyak

hambatan pengembangan yang dialami oleh

sektor bisnis desain grafis. Permasalahan bisnis

yang kurang sustainable dapat dilihat dari umur

perusahaan desain grafis kota Malang yang

mayoritas masih muda dengan umur kurang dari

3 tahun (65,96%). Berdasarkan hasil survei,

permasalahan utama industri kreatif desain grafis

Page 2: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH

DINAS PERINDUSTRIAN

80 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016

antara lain, Pembajakan desain yang tinggi

menjadi keluhan bagi 60% (18) pelaku industri

desain grafis, 66% pelaku industri mengeluhkan

daya beli lokal yang rendah, 70% pelaku

mengeluhkan hasil karya desain yang diremehkan

masyarakat umum. Disamping itu 43% pelaku

industri kreatif desain grafis juga mengeluhkan

pelaku desainer pemula yang menyebabkan

fluktuasi harga desain.

Penelitian perlu dilakukan untuk

mengetahui bagaimana cara mengembangkan

desain grafis di kota Malang. Cara atau Metode

mengembangkan desain grafis di Kota Malang

dibatasi dengan menggunakan metode

perencanaan strategis. Metode Perencanaan

Strategis dipilih dikarenakan memiliki beberapa

keunggulan. Keunggulan dari Perencanaan

Strategis adalah kemampuannya untuk

memahami situasi, menjelaskan misi yang

hendak dicapai, meningkatkan kemampuan

membuat keputusan, meningkatkan efisiensi, dan

kecepatan merespon permasalahan (Bryson,

2010). Oleh karena itu rumusan masalah yang

digunakan mengikuti alur perencanaan strategis

yang dimulai dari mengidentifikasi dan

menganalisis pergeseran paradigman,

menentukan visi misi, strategi dan rencana aksi.

Lingkup wilayah perencanaan adalah

industri kreatif desain grafis yang ada di kota

malang. Pelaku perencanaan pada penelitian ini

adalah Dinas Perindustrian Kota Malang. Materi

perencanaan dibatasi dengan menggunakan

perencanaan strategis metode Banff Executive

Leadership karya Treacy (2003).

Pada penelitian ini Desain Grafis dibatasi

hanya pada bidang yang berkaitan dengan

pembuatan desain secara manual maupun

elektronik, dan dalam bidang komputer grafik.

Pembatasan ini dilakukan karena bidang kerja

Desain Grafis pada animasi, film dan video

berada dalam sektor industri kreatif yang berbeda

dalam pembagian 16 sektor industri kreatif

menurut BEKRAF (2016). Lingkup Materi

Desain Grafis dibatasi lebih lanjut pada pelaku

bisnis industri kreatif desain grafis. Pelaku bisnis

industri kreatif desain grafis dalam penelitian ini

adalah pelaku usaha/aktor bisnis industri kreatif

desain grafis baik formal/ informal, partime/

fulltime, bekerja perseorangan maupun dalam

perusahaan desain grafis.

METODE PENELITIAN

Metode Sampling

Metode sampling yang digunakan dalam

penelitian Pengembangan Industri Kreatif Sektor

Desain Grafis Kota Malang adalah metode

sampling non probability yakni Snowball

sampling. Snowball sampling adalah teknik

pengambilan sampling yang bermula dari satu

sample dan terus bertambah. Penarikan sample

pola ini dilakukan dengan menentukan sample

pertama. Sampel berikutnya ditentukan

berdasarkan informasi dari sample pertama, dan

seterusnya. Survei yang dilakukan menggunakan

survei populasi dengan total pelaku bisnis

industri kreatif desain grafis tersurvei 47 pelaku.

Analisa Aktor Desain Grafis

Penilaian dalam aktor industri kreatif

desain grafis kota malang diwujudkan dalam

sebuah analisa Network scan dan analisis

Quadruple Helix. Analisis Quadruple helix

adalah analisis evaluatif yang didapatkan dengan

membandingkan kondisi/peran aktor saat ini

dengan peran aktor yang seharusnya berdasarkan

kajian teori. Analisis Kelembagaan atau yang

disebut Network Scan Analysis adalah bagian dari

political analysis yang dilakukan untuk

mengidentifikasi hubungan antar Lembaga dan

besaran fungsi lembaga tersebut. Teori peran

aktor yang digunakan sebagai alat evaluasi

adalah peran aktor menurut Tayyiba (2008).

Pergeseran Paradigma (Value shift)

Pergeseran paradigma adalah terjadinya

perubahan dari cara pandang secara keseluruhan

mulai dari nilai, teknik terhadap fenomena yang

terjadi. Pergeseran paradigma dalam perencanaan

strategis diperlukan untuk masukan dalam

pembuatan visi-misi. Terdapat 2 metode untuk

menentukan pergeseran paradigma yakni dengan

melakukan studi literatur dan melakukan

wawancara terhadap ahli. Kedua metode tersebut

digunakan untuk melihat tren atau perkembangan

yang ada pada kondisi saat ini serta arahan

perkembangan yang dianggap ideal untuk masa

yang akan datang. Pergeseran paradigma dalam

sebuah sistem perindustrian mempengaruhi

seluruh subsistem perindustrian.

Value Proposition

Terdapat 3 nilai inti organisasi atau value

proposition yang dapat diambil dan dijadikan

panduan dalam perencanaan strategis. Nilai

tersebut antara lain, Operasional Excellence,

Product Leadership dan Costumer Intimacy.

Nilai inti tersebut menjadi cita-cita dalam

pengembangan industri/ organisasi yang

menganutnya. Nilai Operasional Excellence akan

memiliki produk yang dijual dengan harga yang

murah dengan penjualan massif. Nilai Product

Leadership akan menjual produk unik inovatif

Page 3: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 81

dengan harga lebih mahal karena terdapat biaya

pengembangan produk. Costumer intimacy akan

dengan membangun kedekatan perusahaan

terhadap konsumen yang dituju melalui

pelayanan, dan memiliki pemahaman yang lebih

terhadap kebutuhan konsumen. Pemilihan Value

Proposition ditentukan berdasarkan Value apa

yang dianggap penting bagi perusahaan dan hasil

dari analisis value shift/ pergeseran paradigma.

Critical Success Factor (CSF)

Critical Success Factor adalah analisis

yang dilakukan setelah visi dan misi selesai

dibuat (setelah proses perencanaan strategis

Outcomes and Impact). Critical Success Factor

memiliki pengertian sebagai Faktor yang paling

berpengaruh dalam keberhasilan usaha untuk

pencapaian misi. Menentukan Critical Success

Factor, dilakukan dengan membuat prediksi

apabila visi misi sukses bagaimana dampaknya

dan kondisi apa saja yang berubah. Dampak

kesuksesan visi misi dilihat dari sudut pandang

finansial, sudut pandang konsumen, sudut

pandang pertumbuhan dan perkembangan serta

sudut pandang internal organisasi. Setelah

ditemukan Critical Succes Factor dari masing-

masing perspektif, dibuatlah pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja yang dilakukan dengan

perspektif Balance ScoreCard selanjutnya

berguna untuk menerjemahkan visi dan misi

sebuah organisasi (Hermawan, 2008)

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis yang

digunakan untuk menggambarkan kondisi real

internal (SW) maupun eksternal (OT) dari sebuah

organisasi. Dalam Analisis SWOT biasanya

dibuat sebuah matriks SWOT yang memuat

strategi yang dilakukan perusahaan/organisasi

terhadap semua hasil identifikasi internal dan

eksternal. Hasil identifikasi internal eksternal

dapat bersumber dari subsistem industri, aktor

quadruple helix, dan kondisi internal dinas

perindustrian. Subsitem industri yang dimaksud

adalah sistem produksi industri. Secara umum,

sistem produksi industri industri tersebut terdiri

dari input dan output produksi seperti bahan

baku, tenaga kerja, modal, produk, dan limbah

(Hakim, 2008).

Strategi tersebut memuat strategi SO, WO,

ST dan WT. Namun dalam penelitian ini

pembuatan matriks SWOT untuk strategi SO,

WO, ST dan WT tidak dilakukan. Hal ini

dikarenakan fungsi Analisis SWOT dalam

penelitian ini adalah untuk menggambarkan

kondisi lapangan serta masukan untuk rencana

aksi yang dibuat berdasarkan kondisi SWOT

masing-masing strategi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kota Malang Merupakan Kota terbesar

kedua di Jawa Timur. Kota Malang terkenal akan

fungsinya sebagai kota pendidikan dan juga

sebagai kota transit untuk wisatawan. Kota

Malang dengan Jumlah penduduk 851.298 jiwa

memiliki angkatan kerja sebanyak 406.935 jiwa

yang terdiri dari 377.329 berkerja dan 29.606

jiwa sebagai pengangguran terbuka. Berdasarkan

data Kota Malang dalam angka jumlah pekerja

desain grafis tidak dapat diketahui jumlah

pastinya karena dibagi dalam 2 lapangan usaha

yakni kedalam industri pengolahan, dan tenaga

kerja jasa perusahaan. Jumlah tenaga kerja

industri pengolahan di kota malang adalah 53.922

jiwa sedangkan Jumlah tenaga kerja sektor

lapangan usaha Keuangan, Asuransi, Usaha

persewaan bangunan dan jasa perusahaan adalah

23.638 jiwa.

Besaran nominal PDRB kota Malang atas

dasar harga berlaku pada tahun 2015 sebesar Rp.

51.827,98 (Milyar Rp), sedangkan atas dasar

harga konstan sebesar Rp. 41.951,56 (Milyar

Rp). menurut data PDRB kota Malang kontribusi

Desain Grafis adalah sebesar 2,46% namun

belum dapat dijadikan tolak ukur dikarenakan

hasil prosentase tersebut masih bercampur

dengan industri kreatif sektor lain seperti

percetakan, dan kriya.

Industri kreatif sudah diakomodasi dalam

kebijakan tujuan penataan ruang kota malang

2037 yakni “mewujudkan kota malang sebagai

pusat kegiatan Nasional (PKN) yang produktif,

dan berkelanjutan, dengan basis pendidikan,

perdagangan dan jasa, industri kecil, menengah,

industri kreatif, pariwisata, serta sarana perkotaan

yang mantap dan mandiri.”

Industri Kreatif Desain Grafis Kota Malang

Pelaku bisnis merupakan kunci bagi

pengembangan industri kreatif. Ekonomi kreatif

yang mengandalkan kekayaan intelektual dan ide

sebagai bahan bakar utama memerlukan pelaku

bisnis yang senantiasa berkembang. Dalam

Industri Kreatif Desain grafis, pelaku usaha

bisnis desain grafis itu berada di bidang usaha

jasa konsultan ataupun industri pengolahan.

Pelaku industri desain grafis adalah pelaku bisnis

yang unik. Mayoritas pelaku adalah pelaku bisnis

yang tidak memiliki karyawan atau bekerja

sendiri. Banyak pelaku tidak memiliki kantor,

hanya bekerja dirumah, semua pekerjaan

dilakukan secara online. Pelaku industri kreatif

desain grafis juga terkadang hanya mengandalkan

Page 4: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH

DINAS PERINDUSTRIAN

82 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016

bisnisnya sebagai part time dan memiliki

pekerjaan tetap lain. Hal ini tidak hanya

menyebabkan Pelaku industri kreatif tidak

terdata. Disamping itu sikap pelaku industri

kreatif desain grafis cenderung tertutup, dan

menolak untuk diwawancarai.

Tabel 1. Umur perusahaan Industri Kreatif

Desain Grafis Kota Malang Umur Industri Desain Grafis Kota

Malang Jumlah (%)

dibawah 1 tahun 18 38,30%

1-2 tahun 5 10,64% 2-3 tahun 8 17,02%

3-4 tahun 4 8,51%

4-5 tahun 2 4,26% Diatas 5 tahun 10 21,28%

Gambar 1. Pendapatan per bulan Industri kreatif

desain grafis

Berdasarkan hasil perbandingan tiap

industri desain grafis dapat ditarik beberapa

kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah semakin

besar umur industri desain grafis, maka semakin

besar pendapatannya. Kesimpulan kedua, Pelaku

industri kreatif desain yang memiliki target pasar

luar negeri cenderung memiliki pendapatan lebih

besar. Pelaku yang bekerja fulltime di industri

kreatif desain grafis memiliki pendapatan yang

lebih tinggi. Pelaku yang bekerja berkelompok

memiliki pendapatan yang lebih besar

dibandingkan pelaku yang bekerja sendirian.

Gambar 2. Peta persebaran pelaku bisnis

Tenaga Kerja Desainer Grafis yang ada

di kota Malang terdiri dari tenaga kerja yang

berasal dari pendidikan desain Grafis, belajar

otodidak dan non desain Grafis. Tenaga kerja non

desain Grafis adalah tenaga kerja yang tidak

memiliki latar belakang desain Grafis, tidak

berkerja sebagai desainer Grafis namun tetap

bekerja di bisnis desain Grafis. Contoh dari

tenaga kerja non desain Grafis adalah tenaga

kerja akuntan, dan tenaga kerja Programmer.

Berdasarkan gambar 3 Tenaga kerja non desain

yang berjumlah 8% tersebut tidak bisa menjadi

tolak ukur kemampuan desainer grafis Kota

Malang. Sehingga tolak ukur pekerja desain

grafis hanyalah berasal dari pendidikan DKV dan

Pekerja Otodidak.

Aktivitas desainer grafis di Kota Malang

hanya memiliki 3 aktivitas yakni Proses Kreasi

desain grafis, Desktop Publishing dan

Komersialisasi.

Page 5: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 83

Gambar 3. Komposisi Tenaga Kerja Pelaku

Desain Grafis Kota Malang

Produk yang dihasilkan oleh industri

kreatif desain grafis cukup beragam. Produk

tersebut mulai dari desain, marketing sales kit,

company program, desain web, cover buku,

desain power point, hingga desain font. Semua

produk tersebut masih termasuk dalam produk

desain grafis karena masih sesuai dengan hakekat

desain grafis yakni pembuatan desain secara

manual maupun elektronik yang dilakukan untuk

menyampaikan gagasan atau ide. Produk Desain

grafis kemudian dikelompokkan ke dalam 3

kelompok besar yakni Desain, marketing sales

kit, dan company program. Rincian masing-

masing produk yang dihasilkan oleh pelaku

industri kreatif desain grafis terdapat pada

gambar 4.

Gambar 4. Produk Desain yang dihasilkan

Berdasarkan hasil survei, pelaku industri

desain grafis yang melayani permintaan pasar

lokal adalah 74,47% dari total populasi. Pelaku

industri desain grafis yang melayani permintaan

Nasional adalah 31,91% dari total populasi

perusahaan desain grafis dan pelaku industri

desain grafis yang melayani pasar internasional

berjumlah 34,04% dari total populasi. Namun

pelaku industri kreatif desain grafis yang

mngerjakan permintaan internasional belum tentu

mengerjakan permintaan pasar dalam negeri.

Rincian pemasaran industri kreatif desain grafis

dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Jangkauan Pemasaran Desain Grafis

Kota Malang

Berdasarkan masing-masing karakteristik

tersebut Pelaku bisnis Industri kreatif Desain

Grafis Kota Malang dibagi kedalam 3 klasifikasi.

Klasifikasi 1

Klasifikasi pertama dari pelaku bisnis

desain grafis terdiri dari pelaku yang bekerja

sendirian dengan pendapatan kurang dari lima

juta rupiah perbulan. Klasifikasi ini terdiri dari 33

pelaku bisnis desain grafis. Jumlah pelaku desain

grafis yang melayani permintaan lokal mencapai

84,85% (28) dari populasi klasifikasi pertama,

dan yang melayani permintaan Nasional

mencapai 27,27% (9) dari populasi klasifikasi

pertama. Sedangkan pelaku bisnis desain grafis

dari klasifikasi pertama yang melayani

permintaan internasional hanya 15,15% (5) dari

populasi klasifikasi pertama. Umur Industri

kreatif Desain grafis dalam klasifikasi pertama

mayoritas (22;67%) berumur kurang dari 2 tahun.

Masalah yang dialami oleh klasifikasi 1

pelaku bisnis desain grafis masih sama dengan

keseluruhan masalah yang dialami oleh

klasifikasi lain. Masalah tersebut adalah hasil

karya desain yang diremehkan, daya beli lokal

yang rendah, pembajakan desain serta banyaknya

desainer pemula yang asal menjual desain dengan

harga murah. Permasalahan lain yang spesifik

terjadi dalam klasifikasi 1 pelaku bisnis desain

grafis adalah masalah dengan percetakan yang

menggratiskan pembuatan desain. Permasalahan

dengan percetakan ini menjadi keluhan 30,30%

(10) pelaku desain grafis klasifikasi 1.

Klasifikasi 2

Klasifikasi kedua terdiri dari pelaku yang

bekerja sendirian dan bekerja secara full time.

Klasifikasi kedua pelaku bisnis memiliki populasi

sebesar 9 pelaku Industri Kreatif desain grafis.

48; 64%

21; 28%

6; 8%

DKV

Otodidak

Non DKV 23; 49%

8; 17%

4; 9%

3; 6% 9; 19%

Lokal

Lokal, Nasional

Lokal, Nasional,Internasional

Nasional,Internasional

Internasional

Page 6: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH

DINAS PERINDUSTRIAN

84 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016

Pelaku pada klasifikasi kedua cenderung (4;44%)

merupakan pelaku dengan umur perusahaan

diatas 5 tahun. Pelaku binis klasifikasi kedua

67% (6) memiliki keunggulan perusahaan yakni

pembuatan desain yang menyesuaikan

permintaan konsumen serta 78% (7) melayani

permintaan Internasional.

Pelaku bisnis desain grafis yang berkerja

sendiri namun mampu bersaing pada pasar

internasional cenderung memiliki penghasilan

tidak tetap dengan rentang penghasilan antar

bulan berubah-ubah meskipun memiliki nilai

yang besar. Pelaku bisnis desain yang masih

tidak memiliki nama biasanya mendapat

konsumen dari luar negeri dengan sistem

kompetisi.

Klasifikasi 3

Pelaku bisnis Industri Kreatif Desain grafis

pada klasifikasi 3 adalah pelaku desain grafis

yang memiliki tenaga kerja lebih dari 1, bekerja

secara kelompok atau berbentuk sebuah

perusahaan. Pelaku industri kreatif desain grafis

pada klasifikasi ini berjumlah 5 pelaku industri

dengan 2 pelaku industri sudah memiliki ruang

kerja/kantor pribadi. 3 pelaku yang tidak

memiliki ruang kerja, bekerja secara online, dan

hanya berkumpul di ruang publik/cafe jika

diperlukan.

Pelaku bisnis Industri Kreatif Desain grafis

klasifikasi 3 memiliki pemasaran yang tersebar di

tingkat lokal, nasional, dan internasional secara

merata. Sifat pekerjanya juga hampir rata antara

part time dan full time dengan 60% lebih kearah

fulltime. 5 pelaku industri dalam klasifikasi ini

terdiri dari 2 pelaku dengan umur perusahaan 2-3

tahun, 1 pelaku dengan umur perusahaan 3-4

tahun, 1 pelaku dengan umur usaha 4-5 tahun

serta 1 pelaku dengan umur usaha lebih dari 5

tahun.

Dinas Perindustrian Kota Malang

Dinas Perindustrian memiliki tugas

pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah di bidang perindustrian. Dinas

Perindustrian dan perdagangan berfungsi sebagai

perumus dan pelaksana teknis bidang

perindustrian, sebagai penyusun dan pelaksana

Rencana Strategis dan Rencana Kerja di bidang

perindustrian, sebagai pelaksana koordinasi dan

kerja sama dengan asosiasi dunia usaha

pelaksanaan pembinaan, sebagai pengembang

dan pengawas kelembagaan di bidang industri,

sebagai pelaksana fasilitasi permodalan dan

pelatihan teknis manajemen di bidang industri,

sebagai pelaksana promosi produk industri serta

sebagai pelaksana monitoring dan evaluasi

kegiatan.

Berdasarkan Rencana Strategis Dinas

Perindustrian Salah satu program kerja yang

berkaitan dengan industri kreatif adalah penataan

struktur industri berupa operasional pusat

pengembangan industri kreatif digital, Festival

Industri Kreatif (Pameran, festival film animasi,

fiksi dan dokumenter), Penyediaan Katalog, dan

website ekonomi kreatif Kota Malang.

Pada awal tahun 2017 Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dipisah menjadi 2

dinas yakni Dinas Perindustrian dan Dinas

Perdagangan. Rencana Strategis masing-masing

dinas masih dalam tahap penyusunan. Dinas

Perindustrian memiliki 5 unit kerja yakni,

Sekretariat, Bidang Perdagangan, Bidang

Perindustrian Agro dan Kimia, Bidang ILMETA

dan IATT, serta Bidang Perlindungan Konsumen.

Dinas Perindustrian lebih difokuskan pada

industri kreatif kuliner, desain, film,

games/aplikasi, ilustrasi, videografi. Sedangkan

seni, pertunjukan lebih kearah disbudpar.

Analisis Aktor

Analisis Quadruple helix adalah analisis

evaluatif yang didapatkan dengan

membandingkan kondisi/peran aktor saat ini

dengan peran aktor yang seharusnya berdasarkan

kajian teori.

Aktor Pemerintah memiliki tugas

Menciptakan iklim usaha yang kondusif,

Menciptakan sinergi kolaborasi Akademisi,

Bisnis, Komunitas dan Pemerintah dan Fasilitasi

serta pemberian insentif. Berdasarkan hasil

analisis Aktor pemerintahan sudah melaksanakan

peranannya sebagai aktor pendukung industri

kreatif. Namun Peran pemerintah dalam

menciptakan iklim usaha ekonomi kreatif yang

kondusif baru ada dalam tahap penyusunan

rencana. Hal ini dikarenakan adanya perubahan

susunan dalam unsur pemerintahan yang baru

terjadi pada awal tahun 2017. Adanya perubahan

susunan pemerintahan dapat membantu Peranan

pemerintahan dalam mendukung industri kreatif.

Aktor Akademisi memiliki peran sebagai

Lembaga riset/ kajian untuk engine creative, dan

memberi masukan kebijakan kepada pemerintah.

Akademisi sudah tergabung dalam Komite

ekonomi kreatif sehingga dapat memberikan

masukan kebijakan dalam pemerintahan. Aktor

akademisi sudah memenuhi fungsi perannya

sebagai pemberi masukan kebijakan. Namun

peranan untuk menjadi engine creative masih

perlu ditingkatkan. Peranan ini dapat telaksana

dengan mengadakan workshop pelatihan metode

produksi desain kreatif baru yang lebih terbuka

Page 7: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 85

untuk umum utamanya menarget pada komunitas

dan bisnis desain grafis.

Aktor Komunitas memiliki peran sebagai

tempat Kolaborasi kreatif, lembaga dengan

kegiatan yang mendorong sektor kreatif serta

memberi masukan pada pemerintah. Aktor

Komunitas beberapa sudah memenuhi perannya

sesuai dengan hasil kajian teori. Namun terdapat

komunitas yang lebih memilih untuk mandiri dari

membatasi kolaborasi yang dilakukan dengan

pemerintah ataupun aktor lain seperti komunitas

Pena Hitam.

Pergesaran Paradigma

Pergeseran paradigma adalah metode

yang digunakan untuk mengetahui dan

menentukan outcome dan impact yang diinginkan

oleh pelaku perencanaan strategis. Pergeseran

paradigma akan membahas mengenai pandangan

apa dalam industri kreatif desain grafis yang

merupakan pandangan ideal dan dapat dijadikan

panduan hingga masa yang akan datang.

Pergeseran paradigma terjadi pada teknik

penggambaran dimulai dari banyaknya media

untuk membuat desain grafis mulai dari pensil

kertas, linografi, dye, ukir kayu, hingga alat

percetakan, menjadi satu media penggambaran

yakni menggunakan komputer. Semua karya

visual yang menggunakan media komputer tidak

hanya lebih canggih namun juga menghasilkan

karya yang jauh lebih baik.

Pergeseran paradigma kedua terjadi di

sisi konten desain grafis. Gaya penyampaian

pesan yang awalnya to the point pun mulai

berubah, menjadi lebih halus tapi tetap

menyampaikan maksud. Hal ini dapat dijumpai

mulai dari iklan rokok 76 dengan Jin yang

mengabulkan permintaan hingga poster rokok

malboro dengan gambaran seorang koboi

penunggang kuda. Sebelum pergeseran

paradigma terjadi iklan atau hasil produk desain

yang berasal dari perusahaan yang sama-sama

rokok akan sama semua.

Pergeseran paradigma yang ketiga

dilakukan oleh komunitas dan pelaku bisnis

industri kreatif desain grafis berupa arahan

mengembangkan desain grafis di masyarakat

lokal. Arahan pengembangan tersebut adalah

upaya peningkatan kesadaran bahwa desain grafis

tidak berarti desain gratis.

Gambar 6. Pergeseran Paradigma

Value Proposition

Pergeseran paradigma yang berubah

menjadi non cetak sangat mempengaruhi cara

pemasaran dari industri kreatif desain grafis.

Sedangkan pergeseran paradigma dari sisi konten

yang berubah ke arah yang lebih abstrak namun

tetap sesuai tujuan, menjadi landasan dalam

menentukan value proposition.

Gambar 7. Value Proposition terpilih

Berubahnya konten kearah yang lebih

abstrak sesuai tujuan pembuatan desain akan

menyebabkan hasil karya visual/produk desain

grafis berbeda antara satu konsumen dengan

konsumen lain. Dengan paradigma baru ini

produk dari 2 konsumen pengusaha mobil

tersebut bisa berbeda dan sifat produk desain

grafis akan beragam dan sangat spesifik antara

satu konsumen dengan konsumen lain meskipun

permintaan karya visual produknya hampir sama.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Industri

kreatif desain grafis kota malang sangat cocok

dengan nilai inti Costumer Intimacy.

Visi-Misi Industri Kreatif Desain Grafis kota

Malang

Berdasarkan hasil analisis pergeseran

paradigma dan value proposition maka

ditetapkan visi industri kreatif desain grafis

adalah sebagai berikut:

“Mewujudkan Industri Kreatif Desain Grafis

yang berorientasi pada pelayanan konsumen

dengan produk desain grafis non cetak yang

personalized”

Page 8: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH

DINAS PERINDUSTRIAN

86 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016

Visi industri kreatif desain grafis

memiliki 2 nilai utama yang harus dipegang nilai

tersebut antara lain adalah pelayanan konsumen,

produk desain grafis non cetak yang

personalized.

Pelayanan Konsumen dalam visi adalah

Bentuk utama dalam value proposition Costumer

Intimacy yang mengandalkan pelayanan

konsumen yang baik serta berfokus pada usaha

untuk memenuhi kebutuhan dari tiap konsumen

dengan solusi yang paling baik. Costumer

intimacy menuntut pengetahuan untuk menggali

masalah yang dihadapi oleh konsumen, berkerja

sama dengan konsumen dan menghasilkan

pemecahan masalah dalam bentuk produk yang

bervariasi.

Fokus utama produk yang dihasilkan

dalam desain grafis kota Malang adalah Produk

yang non cetak dilandaskan pada pergeseran

paradigma dari desain grafis. Produksi desain

grafis non cetak menuntut adanya peningkatan

teknologi yang digunakan baru komputer dan

software yang secara berkala harus diperbarui.

Produk desain non cetak juga harus personalized

atau antar konsumen berbeda sesuai keinginan

konsumen.

Oleh karena itu diperlukan misi yang

mengacu pada proses output produk-pemasaran

dan konsumen yang kemudian dituangkan dalam

misi. 4 misi industri kreatif desain grafis yakni

sebagai berikut:

1. Meningkatkan kegiatan pemasaran dan

promosi industri kreatif desain grafis

Kota Malang yang menunjukkan

keberagaman variasi produk desain grafis

non cetak yang personalized

2. Meningkatkan kemampuan Industri

Desain grafis dalam memberikan produk

desain non cetak personalized yang

memuaskan konsumen

3. Mengembangkan sarana prasarana desain

grafis yang mendukung pelayanan

konsumen serta pengembangan desain

non cetak

4. Menciptakan iklim usaha desain grafis

yang kondusif melalui peningkatan

kerjasama antar aktor dan peningkatan

kapasitas dinas perindustrian

Strategi Industri Kreatif Desain Grafis kota

Malang

Berdasarkan hasil visi misi diatas maka

ditetapkan strategi untuk setiap misi yang ada.

Strategi ditetapkan berdasarkan Critical Succes

Factor. Critical Succes Factor dapat diketahui

dengan memperkirakan bagaimanakah kondisi

Industri Kreatif Desain Grafis kota Malang

apabila visi berhasil dicapai dengan perspektif

finansial, costumer, internal dan innovation and

learning. Setelah diketahui Critical Succes

Factor yang diperlukan maka dapat dijabarkan

dalam suatu indikator kesuksesan (measure of

succes), target serta strategi yang diperlukan.

Gambar 8 menunjukkan hasil CSF untuk setiap

misi.

Gambar 8. Critical Succes Factor pada tiap Misi

Industri kreatif Desain grafis

Berdasarkan hasil CSF tersebut maka

dirumuskan indikator kesuksesan serta strategi

yang perlu diambil. Berdasarkan hasil analisis

terdapat sembilan Strategi yang perlu diambil.

Strategi tersebut antara lain:

1. Meningkatkan kegiatan promosi desain

grafis dengan media cetak, media sosial

maupun sosialisasi yang berbasis pada

usaha pendekatan konsumen

2. Meningkatkan kegiatan pameran industri

desain grafis yang menunjukkan

keberagaman desain dan mampu menjadi

pemecahan masalah konsumen

3. Mengadakan kegiatan promosi edukasi

terhadap konsumen desain grafis melalui

kerjasama antar aktor untuk

meningkatkan kesadaran dan

kepercayaan serta kebutuhan konsumen

terhadap produk desain

4. Mengadakan survei tingkat kepuasan

konsumen desain grafis melalui

kerjasama dengan aktor akademisi, bisnis

dan komunitas

5. Meningkatkan kemampuan desainer

grafis dalam membuat desain, melayani

konsumen dan memahami kebutuhan

konsumen melalui kerjasama antar aktor

6. Mengadakan sarana prasarana desain

grafis yang menunjang value costumer

Intimacy

7. Meningkatkan kerjasama antar aktor

bisnis, komunitas ADGI, MCF, pena

Page 9: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 87

hitam, MDC dengan akademisi Desain

grafis (UB, UM, MaChung, STIKI)

8. Meningkatkan Sumber dana non

pemerintah untuk pembiayaan rencana

aksi dengan menarik sektor swasta untuk

berinvestasi

9. Melakukan pendataan dan upaya

perlindungan industri kreatif desain

grafis melalui kerjasama akademisi,

bisnis dan Komunitas

Rencana Aksi Industri Kreatif Desain Grafis

kota Malang

Sembilan Strategi yang telah ditetapkan,

lebih lanjut dianalisis masing-masing strategi

tersebut berdasarkan Strengh, Weakness,

Opportunity dan Threat. Setelah masing-masing

strategi diketahui kondisi internal dan eksternal

tersebut maka dibuatlah Rencana Aksi Industri

Kreatif desain grafis. Berdasarkan hasil Analisis

SWOT, dirumuskan rencana aksi sebagai berikut:

1. Mengadakan kegiatan promosi desain

melalui media cetak, dan media sosial

milik pemerintah, aktor komunitas dan

bisnis

2. Pembuatan Even Pameran, Wokshop

Desain Grafis yang menunjukkan

keberagaman produk dengan kerjasama

aktor komunitas dan bisnis

3. Mengubah pelatihan teknik desain untuk

UKM, IKM menjadi kegiatan edukasi/

seminar tentang desain yang diisi oleh

aktor komunitas, bisnis ataupun

akademisi dari Industri kreatif desain

grafis

4. Kerjasama desainer dengan IKM/UKM

yang membutuhkan jasa desain, melalui

mekanisme pembiayaan pemerintah

5. Mengadakan kerjasama dengan aktor

bisnis dan akademisi untuk, mengukur

tingkat kepuasan pelanggan desain grafis

pada setiap event pertemuan konsumen

dengan desainer yang diadakan disperin

6. Kerjasama pelatihan pelayanan

konsumen

7. Kerjasama Seminar Studi Konsumen

8. Kerjasama pelatihan peningkatan

kemampuan teknik desain

9. Pengadaan sarana desain grafis yang

dilengkapi ruang kerja, meeting room,

class room dan Community spaces

10. Pengadaan alat teknologi produksi pada

sarana desain grafis pemerintah

11. Pengadaan software desain grafis pada

sarana desain grafis pemerintah

12. Mengadakan pertemuan rutin membahas

perkembangan industri kreatif desain

grafis dengan semua aktor serta

mengevaluasi dan merencanakan

kegiatan rencana aksi selanjutnya

13. Membuat transparansi pendanaan dan

pelaksanaan rencana Aksi, yang bisa

diakses publik di website Disperin

14. Sosialisasi Surat ijin industri, dan alur

proses perijinan

15. Melakukan pendataan industri kreatif

desain grafis melalui komunitas

16. Pemberian insentif dan bantuan

pengurusan HAKI

Tabel 2. Rencana Aksi

Kode Rencana Aksi Pelaksana Tujuan Sasaran Target

RA-1

Mengadakan

kegiatan

promosi desain

Disperin berkerjasama

dengan Komunitas desain grafis, dan

bisnis desain grafis

Pelaksanaan tugas promosi,

membangun Promosi dengan value Costumer Intimacy.

Dan pembelajaran konsumen

Masyarakat secara umum dan konsumen. Promosi

bisa dalam bentuk cetak

ataupun melalui media

sosial web pemerintahan

Kegiatan Promosi dengan value

Costumer Intimacy

dilakukan per bulan

pada tahun akhir

Ra-2

Pembuatan Event Pameran,

Workshop

Desain Grafis

Disperin sebagai

inisiator, Pelaksana dan pendanaan

difokuskan pada Aktor

Komunitas, Bisnis dan Akademisi

menunjukkan keberagaman produk desain, media

pendekatan konsumen dan

pembelajaran konsumen

Masyarakat secara umum

dan konsumen produk

desain grafis. tidak bisa hanya sekedar

memamerkan produk

namun perlu ada penjelasan dan upaya

pendekatan konsumen

Kegiatan Pameran

Industri Kreatif

dilakukan 4x pertahun pada tahun

akhir perencanaan

RA-3

Mengubah pelatihan teknik

desain menjadi

kegiatan edukasi/

seminar tentang

desain

Disperin sebagai

pelaksana pengubah kebijakan pelatihan

desain. Seminar

diadakan berkerjasama aktor lain

Edukasi Konsumen desainer grafis, pendekatan pada

konsumen, pewujudan nilai

Costumer Intimacy

IKM/UKM yang

membutuhkan jasa

desainer grafis. target pada setiap kegiatan 20-

30 UKM/IKM

Jumlah IKM/UKM

yang mengikuti Seminar desain

meningkat. (6x pada

tahun akhir perencanaan)

RA-4 Kerjasama desainer dengan

IKM/UKM

Disperin sebagai

inisiator, berkerjasama

aktor pemerintahan lain seperti dinas

koperasi dan UKM,

dan juga Aktor Komunitas, Bisnis dan

Edukasi Konsumen desainer

grafis, pendekatan pada

konsumen, pewujudan nilai Costumer Intimacy

IKM/UKM yang

membutuhkan jasa

desainer grafis, dan menjadi peserta RA-3

Jumlah IKM/UKM

yang mengikuti kegiatan meningkat.

(6x pada tahun akhir

perencanaan)

Page 10: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH

DINAS PERINDUSTRIAN

88 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016

Kode Rencana Aksi Pelaksana Tujuan Sasaran Target

Akademisi

RA-5

Mengadakan

pengukuran

tingkat kepuasan

pelanggan

desain grafis

Disperin sebagai

inisiator, Pelaksana

dan pendanaan difokuskan pada Aktor

Komunitas, Bisnis dan

Akademisi

Mengukur kepuasan konsumen sebagai salah satu

indikator Costumer Intimacy

dan bahan evaluasi pada rencana aksi pertemuan rutin

konsumen produk desain grafis yang

menggunakan/ membeli

produk desain pada event yang diadakan disperin

Tingkat kepuasan

konsumen

meningkat

RA-6

Kerjasama

pelatihan pelayanan

konsumen

Disperin sebagai

inisiator, Pelaksana

dan pendanaan difokuskan pada Aktor

Komunitas, Bisnis dan

Akademisi

pelayanan konsumen selalu

berkembang sesuai dengan

perkembangan permintaan konsumen oleh karena itu

perlu upaya peningkatan

kemampuan

Pelaku bisnis Desain Grafis kota Malang

Pelatihan pelayanan

konsumen dilakukan secara berkala 6

bulan sekali

RA-7 Kerjasama Seminar Studi

Konsumen

Disperin sebagai inisiator, Pelaksana

dan pendanaan

difokuskan pada Aktor Komunitas, Bisnis dan

Akademisi

Untuk memenuhi kebutuhan

pemahaman kebutuhan

konsumen yang tinggi dalam value Costumer Intimacy

Pelaku bisnis Desain

Grafis kota Malang

Seminar mengenai Consumen Study

Desain grafis

dilakukan secara berkala 6 bulan

sekali

RA-8

Kerjasama

pelatihan peningkatan

kemampuan

teknik desain

Disperin sebagai inisiator, Pelaksana

kegiatan pelatihan

difokuskan pada Aktor Komunitas, Bisnis dan

Akademisi

Pencapaian Visi

membutuhkan produk yang beragam dan flesibel yang

memerlukan kemampuan

SDM yang tinggi

Pelaku bisnis Desain Grafis Kota Malang dari

semua Klasifikasi

Pelatihan teknik

desain dilakukan

secara berkala 6 bulan sekali

RA-9 Pengadaan sarana desain

grafis

Disperin,

berkerjasama dengan

Aktor Bisnis dan Akademisi

Untuk memenuhi kebutuhan

ruang kerja, meeting room, class room dan Community

spaces yang menunjang value

Costumer Intimacy

Pelaku bisnis Industri kreatif desain grafis

Prioritas pada pelaku

Klasifikasi 1 dan Klasifikasi 3 yang belum

memiliki kantor

Penambahan 1

sarana oleh disperin

dalam 5 tahun jangka kerja

RA-10

pengadaan alat

teknologi

produksi desain

Disperin,

berkerjasama dengan Aktor Bisnis dan

Akademisi

Untuk memenuhi kebutuhan

produksi beragam produk

permintaan konsumen

Alat teknologi produksi ditempatkan pada sarana

desain grafis yang dibuat

pada rencana aksi

sebelumnya

Disesuaikan dengan

keberadaan sarana penunjang baru dan

dikonsultasikan

dengan aktor bisnis,

komunitas,

akademisi

RA-11

Pengadaan

software desain grafis pada

sarana desain

grafis pemerintah

Disperin, berkerjasama dengan

Aktor Bisnis dan

Akademisi

Untuk memenuhi kebutuhan

produksi beragam produk permintaan konsumen

Program hanya ditempatkan pada alat

produksi yang ada pada

rencana aksi sebelumnya

Disesuaikan dengan keberadaan sarana

penunjang baru dan

dikonsultasikan dengan aktor bisnis,

komunitas,

akademisi

RA-12

Pertemuan

Rutin Aktor

Desain grafis

Disperin, diikuti oleh

aktor akademisi, bisnis

dan komunitas

Pertemuan rutin membahas

perkembangan industri

kreatif desain grafis, mengevaluasi dan

merencanakan kegiatan

rencana aksi selanjutnya, konsolidasi ataupun

pembahasan transparansi

dana rencana aksi.

Seluruh aktor

pemerintah, komunitas, akademisi dan bisnis

desain grafis kota malang

Pertemuan diadakan

1x dalam 3 bulan di

tahun akhir

RA-13

Transparansi Pendanaan dan

Pelaksanaan

Kegiatan

Disperin, publikasi dapat berkerjasama

dengan Aktor Bisnis

dan Akademisi

menarik sektor swasta

(corporate/asosiasi)

berinvestasi pada event yang diadakan oleh pemerintahan.

Sehingga pendanaan dan

pelaksanaan kegiatan tidak murni dibebankan kepada

pemerintah

Transparansi pendanaan diupload dalam website

disperin sehingga dapat

diakses publik

Terwujudnya

transparansi

pendanaan dan pelaksanaan

Rencana Aksi

RA-14

Sosialisasi Izin Usaha industri,

dan alur proses

perijinan

Disperin, publikasi

acara dapat

berkerjasama dengan Aktor Bisnis dan

Akademisi

Sosialisasi pentingnya Surat ijin industri, dan bagaiamna

alur proses perijinan.

Menghilangkan pandangan bahwa tidak ada untungnya

antara memiliki IUI atau

tidak.

Seluruh pelaku bisnis Desain Grafis Kota

Malang disetiap

klasifikasi

Sosialisasi diadakan

pada awal tahun rencana 2x

RA-15

Penjaringan dan

pendataan

industri kreatif

desain grafis

Disperin berkerjasama

dengan Komunitas

desain grafis, dalam

melakukan pendataan

pendataan dan upaya

perlindungan industri kreatif

desain grafis oleh dinas Perindustrian melalui Surat

Izin Industri

Seluruh pelaku bisnis Desain Grafis Kota

Malang diutamakan

pelaku yang memiliki usaha desain diatas 1

tahun.

Prioritas bagi pelaku

Pelaku bisnis

industri kreatif

desain grafis 60% terdata dan memliki

IUI

Page 11: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 89

Kode Rencana Aksi Pelaksana Tujuan Sasaran Target

klasifikasi 2 dan 3

RA-16

Pemberian

Insentif IUI dan bantuan

pengurusan

HAKI

Dinas Perindustrian

Menghilangkan pandangan

bahwa tidak ada untungnya

antara memiliki IUI atau tidak. Mengurangi masalah

pembajakan desain yang

menjadi keluhan pelaku bisnis desain grafis

Pelaku bisnis Desain Grafis kota Malang yang

memiliki IUI

Jumlah Pelaku bisnis

memliki IUI &

mengurus HAKI meningkat

KESIMPULAN

Terdapat 4 kesimpulan dalam penelitian

perencanaan strategis Industri kreatif desain

grafis kota malang aktor pemerintahan dinas

perindustrian. Keempat kesimpulan tersebut

mengacu terhadap rumusan masalah.

Kesimpulan pertama mengenai

Pergeseran paradigma. Pergeseran paradigma

dalam desain grafis kota malang terdapat 3

sebagai berikut:

1. Pergeseran yang pertama adalah desain

grafis yang berubah sebelumnya

cenderung menggunakan media cetak

menjadi non cetak.

2. Pergeseran paradigma yang kedua adalah

konten desain grafis yang konten

awalnya cenderung langsung pada pokok

permasalahan menjadi lebih abstrak

namun sampai tujuan. Perubahan sisi

konten ini adalah perubahan yang

dilakukan untuk membuat perbedaan

hasil karya desain meskipun objek yang

didesain sama. Contoh dari pergeseran

paradigma ini adalah konten iklan rokok

yang tidak lagi harus memperlihatkan

cengkeh, bahan baku serta orang yang

merokok namun bisa juga digambarkan

sebagai jin kocak ataupun koboi.

3. Pergeseran paradigma ketiga adalah

arahan dan pandangan yang ada di

komunitas dan bisnis untuk mengubah

desain grafis lebih dihargai oleh

masyarakat.

Berdasarkan hasil pergeseran paradigma

maka ditetapkan value proposition yang

digunakan adalah Costumer Intimacy dengan Visi

yakni “Mewujudkan Industri Kreatif Desain

Grafis yang berorientasi pada pelayanan

konsumen dengan produk desain grafis non cetak

yang personalized”

Berdasarkan visi tersebut maka ditetapkan

misi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kegiatan pemasaran dan

promosi industri kreatif desain grafis

Kota Malang yang menunjukkan

keberagaman variasi produk desain grafis

non cetak yang personalized

2. Meningkatkan kemampuan Industri

Desain grafis dalam memberikan produk

desain non cetak personalized yang

memuaskan konsumen

3. Mengembangkan sarana prasarana desain

grafis yang mendukung pelayanan

konsumen serta pengembangan desain

non cetak

4. Menciptakan iklim usaha desain grafis

yang kondusif dengan meningkatkan

kerjasama antar aktor dan meningkatkan

kapasitas dinas perindustrian

Terdapat 9 Strategi perencaanaan yang

diperlukan, antara lain:

1. Meningkatkan kegiatan promosi desain

grafis dengan media cetak, media sosial

maupun sosialisasi yang berbasis pada

usaha pendekatan konsumen

2. Meningkatkan kegiatan pameran industri

desain grafis yang menunjukkan

keberagaman desain dan mampu menjadi

pemecahan masalah konsumen

3. Mengadakan kegiatan promosi edukasi

terhadap konsumen desain grafis melalui

kerjasama antar aktor untuk

meningkatkan kesadaran dan

kepercayaan serta kebutuhan konsumen

terhadap produk desain

4. Mengadakan survei tingkat kepuasan

konsumen desain grafis melalui

kerjasama dengan aktor akademisi, bisnis

dan komunitas

5. Meningkatkan kemampuan desainer

grafis dalam membuat desain, melayani

konsumen dan memahami kebutuhan

konsumen melalui kerjasama antar aktor

6. Mengadakan sarana prasarana desain

grafis yang menunjang value costumer

Intimacy

7. Meningkatkan kerjasama antar aktor

bisnis, komunitas ADGI, MCF, pena

hitam, MDC dengan akademisi Desain

grafis (UB, UM, MaChung, STIKI)

8. Meningkatkan Sumber dana non

pemerintah untuk pembiayaan rencana

aksi dengan menarik sektor swasta untuk

berinvestasi

Page 12: PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN

PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH

DINAS PERINDUSTRIAN

90 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016

9. Melakukan pendataan dan upaya

perlindungan industri kreatif desain

grafis melalui kerjasama akademisi,

bisnis dan Komunitas

Berdasarkan hasil strategi industri kreatif

desain grafis terpilih, dibuatlah 16 Rencana Aksi

yang terdiri dari kegiatan peningkatan pemasaran

dan promosi, kegiatan edukasi konsumen,

kegiatan peningkatan kemampuan desain grafis,

penyediaan sarana desain grafis, dan peningkatan

kapasitas dinas perindustrian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Undang - Undang Nomor 3 tahun

2014 tentang Perindustrian

Arifin, Zainul. 2016. Malang Akan Jadi Kota

Kreatif.

http://regional.liputan6.com/read/247104

0/malang-akan-jadi-kota-kreatif-dunia

(diakses pada 30 agustus 2016)

BEKRAF. 2016. Formulir Pemeringkatan

Kota/Kabupaten Ekonomi Kreatif

2016. Jakarta: Badan Ekonomi Kreatif

Indonesia

BPS. 2016. Kota Malang Dalam Angka 2016

Bryson, John M. 2010. The Future of Public and

NonProfit Strategic Planning in

United States. Public Administration

Review University of Minasota,

December 2010: S255-S267

Hakim, Nasution. Yudha Prasetyawan. 2008.

Perencanaan dan Pengendalian

Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hermawan, Sigit. 2008. Penerapan Balance

Scorecard Sebagai Alat Implementasi

Strategi Dalam Upaya Meningkatkan

Kinerja Universitas Muhammadiyah

Sidoarjo. Jurnal Ekonomi Bisnis dan

Akuntansi VENTURA, tahun 2008,

vol 11 no 2. Sidoarjo: Universitas

Muhammadiyah Sidoarjo

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2014. Rencana Aksi Ekonomi Kreatif

2015-2019

Pangestu, Mari Elka. 2008. Pengembangan

Industri Kreatif menuju visi ekonomi

kreatif Indonesia 2025. Jakarta:

Departemen Perdagangan RI

Treacy, Michael., Wiersema, Kaplan & Norton.

2003. Strategic Leadership Systems

Model. Adapted from General

Systems Theory, Centre for Strategic

Management, Environmental

/Biological Systems, Banff Executive

Leadership Inc.

Tayyiba, Mira. 2016. Rancangan Konsep Umum

Dan Dukungan Pemerintah bagi

pembangunan Kota Kreatif Indonesia

yang Berkelanjutan. dalam Indonesia

Creative City Conference. Malang. 30

Maret- 3April 2016.