perencanaan sistem pengelolaan persampahan

13
1 PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Category:

Business


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

1

PERENCANAAN

SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Page 2: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

2

I. PENDAHULUAN

Penurunan kinerja pengelolaan persampahan dalam beberapa tahun terakhir ini tidak

lepas dari dampak perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia dalam era

reformasi, otonomi daerah serta krisis ekonomi yang telah melanda seluruh wilayah

di Indonesia. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh berbagai hal seperti : menurunnya

kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) karena banyaknya pergantian personil yang

sebelumnya pernah terdidik dalam bidang persampahan melalui program training

atau capacity building; tidak jelasnya organisasi pengelola sampah karena adanya

perubahan kebijakan organisasi; menurunnya alokasi APBD bagi pengelolaan

sampah; menurunnya penerimaan retribusi (secara nasional hanya dicapai 22 %);

menurunnya tingkat pelayanan (tingkat pelayanan dari data BPS tahun 2000 hanya

40 % yang sebelumnya pernah mencapai 50 %); menurunnya kualitas TPA yang

sebagian besar menjadi open dumping yang mencemari lingkungan dan

menyebabkan terjadinya NIMBY (Not In My Back Yard) Syndrome; timbulnya friksi

antar daerah / sosial; pengelolaan teknis pembuangan yang tidak bertanggung jawab

sehingga menimbulkan korban jiwa seperti dalam kasus longsornya Tempat

Pengolahan Akhir (TPA) Leuwigajah dan Bantar Gebang; tidak adanya penerapan

sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat yang membuang sampah

sembarangan, dan lain-lain.

Timbulnya pencemaran lingkungan disekitar TPA disebabkan karena tidak adanya

proses pemilihan lokasi TPA yang layak dan tidak adanya alokasi lahan TPA dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah sehingga lokasi TPA yang ada saat ini tidak memenuhi

persyaratan teknis sesuai dengan standar nasional. Selain itu fasilitas TPA yang

sangat minim terutama berkaitan dengan terbatasnya fasilitas perlindungan

lingkungan (buffer zone, pengumpulan dan pengolahan leachate, ventilasi gas dan

penutupan tanah), dan pengoperasian TPA yang cenderung dioperasikan secara

open dumping. Larangan ijin mendirikan bangunan disekitar TPA juga tidak dilakukan

sehingga lokasi TPA yang semula jauh dari permukiman kemudian justru dikelilingi

oleh permukiman penduduk.

Page 3: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

3

Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan

beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukannya lahan yang cukup luas, juga

fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Hal tersebut disebabkan karena

belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sungguh

sejak dari sumber, termasuk pemisahan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya)

rumah tangga.

Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) 16/2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum yang berkaitan dengan perlindungan air baku,

mensyaratkan beberapa ketentuan, antara lain :

- Ketentuan penerapan standard pelayanan minimal

- Ketentuan metode pembuangan akhir dengan sanitary landfill (kota

besar/metropolitan) dan controlled landfill (kota kecil/sedang)

- Ketentuan zona penyangga disekitar TPA

- Ketentuan melakukan monitoring kualitas leachate

- Melarang dilaksanakannya open dumping sampai tahun 2008

Disamping itu Pemerintah Indonesia juga telah ikut serta dalam meratifikasi berbagai

kesepakatan/komitmen Internasional yang harus diupayakan pemenuhannya sebagai

bangsa yang bermartabat. Kesepakatan tersebut mencakup : Agenda 21 mengenai

pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA (3R/Reduce-Reuse-Recycle),

Prinsip Dublin, Kesepakatan Rio, MDGs (Millenium Development Goals) mengenai

peningkatan separuh dari jumlah masyarakat yang belum mendapatkan akses

pelayanan pada tahun 2015, Kyoto Protocol mengenai mekanisme pembangunan

bersih (CDM/Clean Development Mechanism) dan lain-lain;

Menindak lanjuti kebijakan nasional pengelolaan persampahan yang

sasarannya adalah :

- Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih

- Pencapaian pengurangan kuantitas sampah 20 %

- Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60 % penduduk

- Tercapainya kualitas pelayanan minimal sesuai standar pelayanan minimal

Page 4: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

4

- Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill

(kota besar dan metropolitan), controlled landfill (kota sedang dan kecil) serta

tidak dioperasikannya TPA secara open dumping (mulai tahun 2008)

- Tercapainya peningkatan kinerja institusi pengelola persampahan yang mantap

dengan pemisahan peran operator dan regulator yang jelas serta

berkembangnya pola kerjasama regional

Diperlukan perencanaan peningkatan pengelolaan persampahan secara menyeluruh

yang memiliki dimensi luas namun fokus pada pengelolaan persampahan secara

berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Perencanaan persampahan merupakan langkah awal dalam melaksanakan

pembangunan bidang persampahan yang seharusnya dimiliki oleh semua kota

/kabupaten sebagai dasar pengelolaan baik untuk jangka pendek, menengah

maupun jangka panjang. Perencanaan tersebut meliputi Master Plan yang dapat

menggambarkan perencanaan penanganan sampah jangka panjang dari sumber

sampai TPA termasuk skenario kelembagaan dan perkiraan biaya investasi, Studi

Kelayakan untuk menilai kelayakan suatu kegiatan atau program penanganan

sampah dari segi teknis, ekonomis dan layak lingkungan serta Perencanaan Detail

yang mempersiapkan rencana pelaksanaan teknis.

II. Tahapan Perencanaan

Perencanaan pengelolaan sampah harus dilakukan untuk jangka panjang dan layak

secara teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan serta dapat dimplementasikan

dengan mudah . Tahapan perencanaan dimulai dari rencana induk, studi

kelayakan dan perencanaan teknis.

Rencana induk, merupakan rencana garis besar yang menggambarkan arahan sistem

pengelolaan sampah dalam 25 tahun kedepan.

Studi Kelayakan, merupakan bagian dari rencana induk yang secara jelas akan

diketahui kelayakannya, baik kelayakan teknis, ekonomi, lingkungan maupun sosial.

Pada tahap ini secara bersamaan juga dilakukan studi pemilihan lokasi TPA dengan

mengacu pada SNI atau metode lain dan studi AMDAL atau UKL/UPL

Page 5: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

5

Perencanaan teknis, merupakan rencana detail dengan mengacu pada rencana induk

/ studi kelayakan dan dilengkapi dengan gambar detail, spesifikasi teknis, SOP dan

dokumen lain yang diperlukan (penjabaran RKL/RPL atau UKL/UPL) serta siap untuk

dilakukan tahap pelaksanaan (penyediaan prasarana dan sarana)

Secara umum substansi untuk setiap tahap perencanaan adalah sebagai berikut :

Master Plan

Identifikasi perumusan masalah

Prioritas penanganan

Skenario pengembangan (teknis, institusi dan finansial)

Proyeksi kebutuhan

Usulan program ( jangka pendek, menengah dan jangka panjang)

Kriteria desain

Studi Kelayakan

Review Skenario pengembangan

Analisis (kelayakan teknis, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan)

Alternatif terpilih

Rencana pengembangan

Perencanaan Teknis (DED) :

Lingkup disain

Pengukuran (topografi, geohidrologi dll)

Peta-peta (skala 1 : 500)

Design drawing

Mechanical & electrical

Estimasi biaya

Revisi RKL/RPL

Dokumen tender dan spesifikasi teknis

Page 6: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

6

III. Proses Perencanaan

3.1. Survey dan Identifikasi Data

1). Metode Survey Pengumpulan Data

Pengumpulan data berkaitan dengan perencanaan sistem pengelolaan persampahan

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan data yang ada

baik dari hasil studi yang berkaitan dengan perencanaan sampah (RUTR, land

use, Air Bersih, dll), kebijakan dan renstra daerah, hasil penelitian (seperti

komposisi / karakteristik sampah, timbulan sampah, topografi, penyelidikaan

tanah, dll), BPS (jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dll), maupun

NSPM persampahan.

Pengumpulan data primer, dilakukan dengan survey, sampling, analisa

laboratorium dan lain-lain

2). Identifikasi Data

Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem pengelolaan sampah adalah

sebagai berikut :

a. Data Kondisi Kota

Data fisik kota, meliputi luas wilayah administrasi kota/ kabupaten, luas wilayah

urban, topografi wilayah, tata guna lahan, jaringan jalan, perumahan, daerah

komersial (pasar, pertokoan, hotel, bioskop, restoran, dll), fasilitas umum

(perkantoran, sekolah, taman, dll), fasilitas sosial (tempat ibadah, panti asuhan,

dll). Data tersebut dilengkapi peta kota, tata guna lahan, topografi dan lain-lain.

Data kependudukan, meliputi jumlah penduduk per kelurahan, kepadatan

penduduk administrasi, kepadatan penduduk urban, mata pencaharian, budaya

masyarakat dan lain-lain. Dilengkapi peta kepadatan penduduk

Data kondisi sosial ekonomi, meliputi alokasi dana APBD dan anggaran

kebersihan (3 tahun terakhir), data PDRB atau income penduduk (Rp/kk/bulan)

dan lain-lain

Page 7: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

7

b. Data Rencana Pengembangan Kota

Rencana pengembangan wilayah, meliputi rencana tata guna lahan, rencana

pengembangan jaringan jalan, rencana pengembangan perumahan / permukiman

baru, rencana pengembangan daerah komersial, kawasan industri, rencana

pengembangan fasilitas umum (perkantoran, sekolah, rumah sakit, taman, dll) dan

rencana pengembangan fasilitas sosial. Selain itu juga rencana alokasi lahan untuk

TPA. Dilengkapi dengan peta rencana pengembangan wilayah, rencana tata guna

lahan dll.

c. Data Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Ada

Data kondisi sistem pengelolaan persampahan, meliputi :

Aspek Institusi, meliputi bentuk institusi pengelola sampah, struktur organisasi,

tata laksana kerja, jumlah personil baik ditingkat staf maupun operasional,

pendidikan formal maupun training yang pernah diikuti di dalam dan luar negeri.

Aspek Teknis Operasional, meliputi daerah pelayanan, tingkat pelayanan,

sumber sampah, komposisi dan karakterirstik sampah, pola operasi penanganan

sampah dari sumber sampai TPA, sarana/prasarana persampahan yang ada

termasuk fasilitas bengkel, kondisi pengumpulan (frekuensi pengumpulan, ritasi,

jumlah petugas dll), pengangkutan (frekuensi, ritasi, daerah pelayanan, jumlah

petugas dll), pengolahan (jenis pengolahan, kapasitas atau volume, daerah

pelayanan, jumlah petugas dll), pembuangan akhir (luas, kondisi lokasi, fasilitas

TPA, kondisi operasi, penutupan tanah, kondisi alat berat dll). Selain itu juga

data mengenai penanganan sampai medis (incinerator, kapasitas, vol sampah

medis dll) dan sampah industri/ B3 (jenis sampah, volume, metode pembuangan

dll). Dilengkapi peta daerah pelayanan dan aliran volume sampah dari sumber

sampai TPA yang ada saat ini.

Aspek Pembiayaan, meliputi biaya investasi dan biaya operasi / pemeliharaan (3

tahun terakhir), tarif retribusi, realisasi penerimaan retribusi termasuk iuran

masyarakat untuk pengumpulan sampah (3 tahun terakhir) dan mekanisme

penarikan retribusi

Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi, penerapan

sangsi dll

Page 8: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

8

Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta, meliputi program penyuluhan yang

telah dilakukan oleh pemerintah kota / kab,

3.2. Pengolahan Data / Analisa

Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan

meliputi :

Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap aspek topografi kota dalam hal

penentuan metode pengumpulan dan pembuangan akhir sampah, jaringan

jalan dalam hal penentuan rute pengangkutan dan penentuan lokasi TPA,

fasilitas kota dalam hal penentuan urgensi daerah pelayanan dan besarnya

timbulan sampah, demografi dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan

timbulan sampah, pendapatan per kapita dalam hal penentuan kemampuan

masyarakat membayar retribusi, APBD dalam hal kemampuan daerah

mensubsidi anggaran kebersihan dan penentuan tarif retribusi, dan lain-lain.

Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan rencana

pengembangan daerah pelayanan, penentuan lokasi TPA, rencana peruntukan

lahan pasca TPA dan lain-lain

Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu berkaitan dengan

kemungkinan peningkatan institusi pengelola sampah minimal dalam hal

operasionalisasi struktur organisasi, peningkatan profesionalisasi SDM,

peningkatan pelayanan yang aplikatif dalam periode perencanaan, peningkatan

metode operasi penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau

dan tidak mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat mencapai

cost recovery, peningkatan PSM agar secara bertahap dapat melaksanakan

minimalisasi sampah / 3 R, kemungkinan peningkatan peran swasta dalam

pengelolaan sampah dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai

metode seperti pendekatan sistem input / output, analisa hubungan sebab

akibat, analisa SWOT, analisa deskripsi dan metode lain yang disesuaikan

dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga diproyeksikan jumlah

penduduk yang akan mendapatkan pelayanan termasuk proyeksi timbulan

sampah selama masa perencanaan

Page 9: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

9

3.3. Skenario Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan

1). Rencana Induk

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa perumusan masalah, perlu dijabarkan

prioritas penanganan sampah baik untuk jangka panjang (20 tahun), jangka

menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1-2 tahun)

Skenario pengembangan teknis disesuaikan dengan prioritas meliputi target

perencanaan, pengembangan daerah pelayanan, pola penanganan sampah dari

sumber sampai TPA, proyeksi kebutuhan prasarana/sarana persampahan,

penentuan lokasi TPA, program 3 R dan program penyuluhan/pendidikan

Skenario pengembangan institusi, meliputi peningkatan bentuk institusi atau

perbaikan struktur organisasi yang memisahkan fungsi operator dan regulator,

peningkatan kuantitas / kualitas SDM, penyempurnaan perda yang berkaitan

dengan masalah teknis, institusi dan retribusi dan rencana penerapannya

Skenario peningkatan pembiayaan, meliputi rencana investasi untuk setiap

tahapan perencanaan, kebutuhan biaya O/M, gambaran tarif retribusi dan biaya

satuan penanganan sampah per ton atau per m3

2). Studi Kelayakan

Review skenario pengembangan berdasarkan rencana induk pengelolaan

persampahan baik aspek teknis, kelembagaan maupun finansial

Studi pemilihan lokasi TPA meliputi identifikasi zona kelayakan lokasi TPA

berdasarkan metode Le grand dan SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA

Analisis kelayakan terhadap skenario pengembangan teknis berdasarkan

kebijakan dan criteria yang berlaku dengan mengedepankan pola penanganan

sampah berteknologi ramah lingkungan dan pengurangan volume sampah

dengan metode 3 R (skala sumber, kawasan, skala kota dan regional).

Analisis kelayakan ekonomi terhadap alternatif skenario teknis untuk memilih

teknologi penanganan sampah yang terjangkau, berkelanjutan dan mengarah

pada system cost recovery

Analisis kelayakan lingkungan terutama berkaitan dengan TPA dan pengolahan

sampah skala kota/regional. Untuk TPA dengan luas > 10 ha harus dilengkapi

Page 10: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

10

dengan studi AMDAL (TOR, Andal dan RKL/RPL) dan TPA dengan luas <10 ha

dilengkapi dengan UKL/UPL (kecuali untuk lokasi TPA yang berdekatan dengan

kawasan lindung maupun sempadan sungai dan badan air lainnya, berapapun

luasnya harus dilengkapi dengan sudi AMDAL). Selain TPA, yang perlu dikaji

kelayakan lingkungannya adalah incinerator, TPST (tempat pengolahan sampah

terpadu) skala kota dan transfer station

Alternatif terpilih ditentukan berdasarkan hasil kajian teknis yang layak ekonomi

dan lingkungan serta dapat dilakukan dengan kondisi SDM setempat

3). Perencanaan Teknis

Program peningkatan pengelolaan persampahan kedepan akan mengadopsi

paradigma baru, yaitu menerapkan metode pembatasan, pengurangan dan

pemanfaatan sampah semaksimal mungkin melalui metode 3 R sehingga

diharapkan jumlah sampah yang dibuang akan berkurang dan tidak membutuhkan

lahan TPA yang terlalu luas.

Perencanaan teknis tersebut meliputi :

Pengembangan daerah pelayanan, dengan memperhatikan daerah yang saat ini

sudah mendapatkan pelayanan, daerah dengan tingkat kepadatan tinggi, daerah

kumuh dan rawan sanitasi, daerah komersial / pusat kota dan lain-lain sesuai

kriteria. Pola pengembangan mengikuti pola rumah tumbuh dengan perkiraan

timbulan sampah yang akan dikelola untuk jangka waktu perencanaan tertentu

(berdasarkan hasil proyeksi). Pengembangan daerah pelayanan ini dilengkapi

dengan peta (skala 1: 10.000)

Rencana Kebutuhan Sarana / Prasarana, dengan memperkirakan timbulan

sampah dan tipikal daerah pelayanan serta pola operasional penanganan

sampah dari sumber sampai TPA terpilih. Sarana / prasarana tersebut meliputi

jumlah dan jenis pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan,

pengangkutan dan pembuangan akhir.

Rencana Pewadahan, meliputi jenis, jumlah dan lokasi pewadahan komunal

maupun individual (wadah individual disediakan oleh masyarakat). Disain

wadah sedemikian rupa (higienis, bertutup, tidak permanen, volume disesuaikan

Page 11: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

11

dengan volume sampah yang harus diwadahi untuk periode pengumpulan

tertentu).

Rencana Pengumpulan, meliputi pola pengumpulan (pengumpulan individual

langsung / tidak langsung dan komunal) untuk setiap daerah pelayanan sesuai

dengan kriteria perencanaan. Disain gerobak / becak pengumpul sampah

sedemikian rupa agar mudah mengoperasikannya serta sesuai dengan budaya

masyarakat setempat. Disain / spesifikasi teknis peralatan tersebut terlampir

Rencana Pemindahan, meliputi rencana lokasi di daerah pelayanan , daerah

layanan, tipikal transfer depo dan gambar disain / spesifikasi teknis.

Rencana Pengolahan, meliputi jenis pengolahan terpilih berdasarkan kelayakan

dan komposisi/karakteristik sampah. UDPK (usaha daur ulang dan produksi

kompos) skala kawasan (kapasitas 15 m3/hari) dapat menjadi salah satu pilihan.

Sedangkan pilihan insinerator skala kota diprioritaskan untuk daerah yang tidak

lagi memiliki lahan untuk TPA serta teknologi yang ramah lingkungan (bebas

SOx, NOx, COx dan dioxin) serta memanfaatkan heat recovery. Pengurangan

volume sampah secara keseluruhan minimal 10 - 20 %.

Rencana Pengangkutan, meliputi pola pengangkutan sampah (door to door truck

dan pengangkutan dari transfer depo ke TPA), jumlah dan jenis truck. Selain itu

juga dilengkapi peta rute pengangkutan sampah dari hasil time motion study

(gambar dan spesifikasi truck dilampirkan).

Rencana Pembuangan Akhir, meliputi rencana lokasi sesuai dengan ketentuan

teknis (SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA) dengan luas yang dapat

menampung sampah untuk masa 10 tahun dan fasilitas Sanitary Landfill (SLF)

dan rencana pemanfaatan lahan pasca TPA. Disain fasilitas SLF tersebut meliputi

jalan masuk, drainase, pagar (tanaman hidup berdaun rimbun, contoh angsana),

pos jaga (kantor), zone pembuangan yang terdiri dari lapisan dasar kedap air,

jaringan pengumpul lindi, pipa ventilasi gas, kolam penampung dan pengolahan

lindi. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas lain seperti air bersih, tanah

penutup, alat berat (buldozer, landfill compactor, loader dan exavator) dan

bengkel untuk perbaikan ringan. Disain masing2 fasilitas dilengkapi gambar

(skala 1 : 500) dan spesifikasi teknis. Selain itu Disain TPA juga dilengkapi

dengan SOP (standard operation procedure) untuk pembuangan sistem sel.

Page 12: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

12

Pasca TPA disesuaikan dengan rencana peruntukan lahan dan rekomendasi

teknis

Sesuai dengan PP 16/2005 tentang Sistem penyediaan Air Minum yang

mensyaratkan batas pengoperasian TPA open dumping sampai tahun 2008, dan

mengingat kondisi TPA di berbagai kota di Indonesia yang rata-rata

dioperasikan secara open dumping dan mencemari lingkungan memerlukan

upaya rehabilitasi. Rehabilitasi TPA memiliki tujuan :

- Mengurangi dampak pencemaran terutama berkaitan dengan pengendalian

leachate, gas dan vektor penyakit (proses dekomposisi sampah akan terus

berlangsung sampai 30 tahun setelah TPA ditutup) .

- Memanfaatkan sampah lama sebagai tanah penutup TPA atau ”kompos”

melalui kegiatan landfill mining. Adanya indikasi logam berat yang terdapat di

TPA (di TPA Bangli kandungan Pb 7,1 ppm), produk kompos dari TPA dilarang

untuk digunakan pada tanaman pangan.

- Menutup TPA lama untuk dikembangkan menjadi TPA baru dengan penutupan

tanah minimum (untuk lokasi TPA yang masih dapat diperluas)

- Menutup TPA secara permanen dan memanfaatkan menjadi lahan baru (ruang

terbuka hijau)

Selain aspek teknis, dilengkapi juga dengan rencana pembiayaan yang meliputi

perhitungan biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan, perhitungan tariff

retribusi untuk beberapa kelas wajib retribusi (kelas perumahan, fasilitas komersial,

fasilitas umum dan fasilitas sosial) dan adanya dukungan peraturan (perda) baik

berupa penyempurnaan perda maupun pembuatan perda baru dan rencana law

enforcement.

Untuk mendukung program 3 R diperlukan rencana peningkatan peran serta

masyarakat sejak awal (dari perencanaan sampai pelaksanaan) terutama untuk pola

penanganan sampah berbasis masyarakat melalui berbagai cara seperti

pembentuakan forum-forum lingkungan, konsultasi publik, sosialisasi,

pendampingan, training dan lain-lain. Upaya ini harus diterapkan secara konsisten,

terus menerus, terintegrasi dengan sektor lain yang sejenis dan masyarakat diberi

kepercayaan untuk mengambil keputusan.

Page 13: Perencanaan sistem pengelolaan persampahan

13

Selain peran serta masyarakat, peningkatan aspek kemitraan juga merupakan hal

penting yang perlu direncanakan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah

terutama yang mempunyai nilai investasi tinggi dan membutuhkan penanganan

yang lebih profesional meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis dan ekonomis

layak dilakukan oleh swasta dengan metode atau pola kemitraan yang jelas dan

terukur serta bersifat win-win solution.

IV. PENUTUP

Dalam rangka melaksanakan sistem pengelolaan persampahan yang memadai, maka

tahap perencanaan merupakan langkah penting yang selanjutnya harus digunakan

sebagai acuan bagi para stakeholder dalam pembangunan bidang persampahan. Hasil

perencanaan sangat tergantung pada tingkat keakuratan data, kecermatan analisa dan

proses perancangan yang memadai termasuk kelengkapan dokumen perencanaan sepert

gambar detail, spesifikasi teknis dan dokumen tender.

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

2. Peraturan Pemerintah No 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

3. Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Persampahan. Departemen Pekerjaan

Umum 4. Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Pengelolaan

Persampahan, tahun 2005 5. MDGs Report Indonesia, Bappenas 2004

6. Agenda 21 Indonesia

7. Thobanoglous, G, Theisen, Integrated Solid Waste Management. Mc. Graw-Hill International Edition, 1933

8. Syed R. Qasim, Walter Chiang. Sanitary Landfill Leachate. Technomic Publishing

Company, Inc, USA, 1994