perencanaan program peduli sesamtema:...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN BIMBINGANAGAMA ISLAM TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI
PENYANDANG TUNADAKSA DI YAYASAN PEMBINAANANAK CACAT (YPAC) KEBAYORAN BARU JAKARTA
SELATAN
SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S.Kom.I)
PERENCANAAN PROGRAMPEDULI SESAMTema:
“Mempererat UkhuwahIslamiyahden
anMeningkat
oleh:Abdul Muis
1110052000025
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAMFAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1436 H./2015 M.
2
3
4
i
ABSTRAK
Abdul Muis 1110052000025Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan Agama Islam terhadapKepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di Yayasan PembinaanAnak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan. DibawahBimbingan Prof. Dr. H. Daud Effendi, AM.
Berdasarkan data dari Pusdatin Departemen Sosial tahun 2004menunjukkan jumlah penyandang cacat sebanyak 1.847.692 orang. Anak-anak dan pemuda yang menyandang cacat seringkali mengalami kesulitanuntuk mengikuti proses pendidikan. Selain itu juga dalam undang-undangnomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa anakyang menyandang cacat merupakan kelompok anak yang membutuhkanperhatian dan perlindungan khusus, termasuk pemenuhan kebutuhannyamelalui berbagai pelayanan. Salah satu bentuk kebutuhan perhatian ituadalah untuk menumbuhkan kepercayaan diri penyandang cacat tersebut.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asosatif yangbersifat sebab akibat (Kausal), yaitu hubungan yang bersifatmempengaruhi dua varibel atau lebih. Analisis data dilakukan denganmenggunakan analisis regresi berganda dari dua variabel dukungan sosialdan bimbingan agama Islam terhadap satu variabel kepercayaan diri. Ujiregresi yang dilakukan adalah uji determinasi, uji koefisien regresi parsial,uji koefisien regresi simultan, dan persamaan regresi berganda.
Penelitian ini melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebihdahulu sebelum melakukan penelitian dilapangan kepada 31 responden diluar responden sebenarnya, dengan nilai validitas dan reliabilitasnya 0,852.Adapun jumlah sampel penelitian ini berjumlah 31 responden dari 114populasi dengan menggunakan teknik Sampling.
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai R sebesar 0,600 atau samadengan 60%. Angka tersebut mempunyai arti bahwa hubungan antaradukungan sosial dengan bimbingan agama Islam menunjukkan hubunganpengaruh yang bertaraf sedang. Secara parsial variabel dukungan sosialtidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan diri. Sedangkanvariabel bimbingan agama Islam mempunyai pengaruh yang signifikanterhadap kepercayaan diri. Jika keduanya diuji secara bersama-samadukungan sosial dan bimbingan agama Islam secara bersama-sama(simultan) berpengaruh terhadap kepercayaan diri.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas segala kuasa dan limpahan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan
Agama Islam terhadap Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) kebayoran baru Jakarta
selatan”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Skripsi ini tidak
luput dari kekurangan dan kesalahan, namun penulis tetap berharap Skripsi
ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi maupun untuk berbagi
ilmu pengetahuan bagi berbagai kalangan secara luas.
Selain itu, Penulisan Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan dibidang Bimbingan dan
Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara materiil maupun immateriil berupa
doa, dukungan, semangat, pendampingan, ataupun dengan caranya
masing- masing. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, dan Dr. Sunandar, M.Ag, selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
iii
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Drs. Sugiharto, M.A selaku Ketua
dan sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Prof. Dr. H. Daud Effendi, MA. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Helmi Rustandi selaku dosen pembimbing akademik terimakasih
atas bimbingannya selama ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Civitas Yayasan Pembinaan Anak cacat (YPAC) Jakarta, dari
mulai Bu Khoeriah, Pak Mudlofir, Bu Upi, teman-teman penyandang
tunadaksa, sampai Scurity, yang selalu senantiasa membantu dan
mempermudah penulis dalam penelitian di lapangan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
7. Teruntuk Keluarga tercinta, (Umi Nanih dan Bapak Jajang), adik-
adikku (Evi Alpiah, Ilal jalaludin, Yayan Mulyana, Romi Hadromi, dan
Nanda Muhlida), Nenekku yang sangat sayang kepadaku (almh. Emak
Eni dan almh. Emak Siti), Paman-paman dan Uwa penulis,.
Terimakasih banyak atas semua kasih sayang yang sangat luar biasa
kepada penulis, terutama atas semua do’a, materi dan non materi, serta
motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Skripsi ini
dipersembahkan untuk semuanya.
iv
8. Teman-teman BPI 2010, Amini ranchman, Yudistira Paramayudha,
Ismail siregar, M. Haris, Mukhtar M. Solihin, S. Husein, Ali Munandar,
Herianto, M. Najmul Umam, Syarif Hidayatullah, M. Ridwan Bustomi,
M. Islam S, Sefty, Yeni Nurasiah, Arfiana Amalia, Titi Hardiyanti,
Anisa Trisnawati, Haula Sofiana, Deuis, Sri M, Mela, Eka Fitri,
Zuraida, Ela, Ayu, Nurul Muthmainnah, Nurul Fatimah, Nur Janah,
Juairiyah, Siti Rifah, Elva Ristiawan, Indah, Sajida, Siti Choirunisa,
abang-abang, kakak-kakak, dan adik-adikku di BPI yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang senantiasa selalu berbagi rasa, baik sedih,
suka dan duka.
9. Teman-teman Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA)
FDIKOM 2013-2014, Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
KOMFAKDA 2013-2014, Pengurus HMI Cabang Ciputat 2014-2015,
Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI), dan Himpunan Mahasiswa
Bogor (HIMABO) disinilah tempat penulis ditempa, berproses dan
berkader.
10. Keluarga Besar Masjid Jami’ Bintaro Jaya, Pemuda Masjid Youth
Islamic Generation (YOUMAN) Penulis menemukan nilai kehidupan
yang lain disini.
11. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa
hormat, penulis ucapkan terimakasih.
v
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-
Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan
dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari
sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi yang membaca pada umumnya, dan bagi segenap keluarga besar
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, Desember 2014
Abdul Muis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... iKATA PENGANTAR............................................................................................ iiDAFTAR ISI .......................................................................................................... viDAFTAR TABEL .................................................................................................viiiDAFTAR GAMBAR.............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1B. Batasan dan Rumusan Masalah ...............................................................7
1. Batasan Masalah .................................................................................72. Rumusan Masalah ...............................................................................8
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................9D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................9
1. Tujuan Penelitian .................................................................................92. Manfaat Penelitian ..............................................................................10
E. Tinjaun Pustaka ......................................................................................11F. Sistematika Penulisan .............................................................................13
BAB II TINJAUAN TEORIA. Kepercayaan Diri ....................................................................................16
1. Pengertian Kepercayaan Diri ..............................................................162. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri .......................193. Aspek-aspek Kepercayaan Diri .........................................................214. Kepercayaan Diri Sejati ....................................................................215. Kepercayaan Diri Sosial .....................................................................25
B. Dukungan Sosial .....................................................................................271. Pengertian Dukungan Sosial ..............................................................272. Dukungan Sosial sebagai “Kognisi” atau “Fakta Sosial” ..................293. Jenis Dukungan Sosial .......................................................................31
C. Bimbingan Agama Islam.........................................................................331. Pengertian Bimbingan Agama Islam .................................................332. Tujuan Bimbingan Agama Islam .......................................................393. Fungsi Bimbingan Agama Islam ........................................................40
D. Potret Penyandang Tunadaksa.................................................................421. Pengertian Tunadaksa .........................................................................422. Perkembangan Kepribadian Bahasa/Bicara Penyandang Tunadaksa .44
E. Paradigma Penelitian ...............................................................................45
BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................................48B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................50C. Populasi dan Sampel................................................................................51D. Variabel dan Definisi Operasional ..........................................................57
vii
1. Variabel Penelitian ..............................................................................572. Definisi Operasional ............................................................................57
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................61F. Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................................63
1. Uji Validitas .......................................................................................632. Uji Reliabilitas ...................................................................................63
G. Teknik Analisis Data ..............................................................................64H. Uji Regresi Hubungan Antar variabel .....................................................65
1. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t) ...................................................662. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ..................................683. Uji Determinasi (R²) ...........................................................................69
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATAA. Gambaran Umum Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta .70
1. Sejarah YPAC ..................................................................................702. Visi dan Misi YPAC ........................................................................723. Tujuan, Moto, dan Falsafah YPAC ..................................................724. Bentuk Pendekatan YPAC ...............................................................735. Layanan Medis YPAC .....................................................................746. Layanan Pendidikan YPAC .............................................................767. Bimbingan Agama Islam YPAC .....................................................818. Layanan Sosial YPAC ....................................................................819. Syarat-syarat Penerimaan ................................................................82
B. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................831. Uji Validitas .......................................................................................832. Uji Reliabilitas....................................................................................85
C. Hasil dan Analisis Data Penelitian .......................................................861. Klasifkasi Responden ......................................................................862. Deskripsi Hasil Penelitian ...............................................................883. Analisis Data ....................................................................................97
a. Uji Determinasi (R²) .....................................................................97b. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t) ...........................................97c. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ..........................100d. Uji Persamaan Regresi ................................................................102
4. Pembahasan .....................................................................................104
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan.............................................................................................106B. Saran .......................................................................................................107
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kelas I SD Penyandang Tunadaksa Muslim..........................................50Tabel 1.2 Kelas II SD Penyandang Tunadaksa Muslim ........................................50Tabel 1.3 Kelas III SD Penyandang Tunadaksa Muslim .......................................50Tabel 1.4 Kelas IV SD Penyandang Tunadaksa Muslim.......................................51Tabel 1.5 Kelas V SD Penyandang Tunadaksa Muslim ........................................51Tabel 1.6 Kelas VI SD Penyandang Tunadaksa Muslim.......................................51Tabel 1.7 Kelas VII dan VIII SMP Penyandang Tunadaksa Muslim ....................51Tabel 1.8 Kelas IX Penyandang Tunadaksa Muslim.............................................52Tabel 1.9 Kelas X Penyandang Tunadaksa Muslim ..............................................52Tabel 1.10 Kelas XII Penyandang Tunadaksa Muslim............................................52Tabel 1.11 Kelas Karya Putra Penyandang Tunadaksa Muslim ..............................52Tabel 1.12 Kelas Karya Putri Penyandang Tunadaksa Muslim...............................53Tabel 1.13 Total Penyandang Tunadaksa yang Masuk Kriteria Responden ...........53Tabel 2 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian .......................................56Tabel 3.1 Skala Likert (Butir Positif).....................................................................61Tabel 3.2 Skala Likert (Butir Negatif) ...................................................................62Tabel 4 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Hubungan antara Dua
Variabel Penelitian ................................................................................90Tabel 5.1 Skala Dukungan Sosial ..........................................................................81Tabel 5.2 Skala Bimbingan Agama Islam..............................................................81Tabel 5.3 Skala Kepercayaan Diri .........................................................................82Tabel 6 Hasil Output Uji Reliabilitas .................................................................82Tabel 7.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...........................................84Tabel 7.2 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Kelamin............................85Tabel 8.1 Dukungan Emosional.............................................................................86Tabel 8.2 Dukungan Penghargaan .........................................................................87Tabel 8.3 Dukungan Nyata ....................................................................................89Tabel 8.4 Pengembangan Potensi Fitrah Diri ........................................................91Tabel 8.5 Mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an dan al-Hadits .................................93Tabel 8.6 Yakin atas Kemampuan Sendiri.............................................................94Tabel 8.7 Kemampuan Bersosialisasi ....................................................................96Tabel 8.8 Ketenangan Sikap ..................................................................................98Tabel 9 Hasil Koefisien Determinasi .................................................................101Tabel 10 Hasil Output Uji Koefisien Parsial .......................................................103Tabel 11 Hasil Output Uji Koefisien Simultan ....................................................106Tabel 12 Analisis Persamaan Regresi ..................................................................107
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Siklus Kepercayaan Diri ........................................................................22Gambar 2 Paradigma Penelitian..............................................................................46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia di dalam kehidupan sehari-harinya banyak penyesuaian
yang harus dilakukan, mulai ketika menghadapi kejadian ringan seperti
perubahan jadwal kerja, sampai yang berat pada saat mengalami kesulitan
finansial, musibah atau bencana alam.
Individu menggunakan caranya sendiri untuk mengatasi masalah,
cobaan dan perubahan dalam hidupnya. Misalnya; ketika seseorang berada
dalam kemiskinan, kegagalan, ataupun menyandang kecacatan sejak lahir
maupun karena musibah kecelakaan dan lainnya.1
Berdasarkan keterangan di atas, salah satu cobaan atau perubahan
hidup yang terasa berat adalah menyandang kecacatan khususnya
kecacatan fisik. Sebagian masyarakat menganggap bahwa kecacatan harus
disembunyikan, jangan sampai diketahui oleh orang banyak. Bahkan ada
juga orang tuanya sendiri merasa malu mempunyai anak yang cacat.
Anggapan tersebut membuat si penyandang cacat “dikucilkan” dari
keluarganya padahal masih ada harapan bagi mereka untuk menikmati
hidup yang lebih baik.
Orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak
mereka memiliki fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Orang tua mereka
harus memperhatikan kualitas kesehatan anak-anak mereka dengan
1 Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 33.
2
memberikan makanan dan minuman yang bergizi. Sebagaimana yang
tercantum dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat: 9
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yangseandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab ituhendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah merekamengucapkan Perkataan yang benar”.2 (Q.S An-Nisa ayat:9)
Anak sangat membutuhkan perlindungan hukum dalam berbagai
aktivitas mereka. Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab
dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan,
kelangsungan hidup dan mengoptimalkan tumbuh kembangnya anak.
Kita semua melihat dan menyadari tidak semua anak terlahir
dengan normal (secara fisik maupun mental), baik anak yang terlahir
normal atau terlahir tidak normal berhak mendapatkan perhatian dan
perlindungan yang sama dari orang tuanya. Bahkan anak yang terlahir
tidak normal sangat membutuhkan sekali perhatian dan perlindungan yang
khusus.
Berdasarkan data dari Pusdatin Departemen Sosial tahun 2004
dalam Jurnal Tazkiya of Psychology karya Ardian Adi Putra dan Fuad
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Disertai Tanda-tanda Tajwiddengan Tafsir Singkat, (Jakarta: Bayan Qur’an, 2012), h. 78.
3
Nashori Kebahagiaan Pada Penyandang Cacat Tubuh sebuah Penelitian
Kualitatif:
“Menunjukkan jumlah penyandang cacat sebanyak 1.847.692orang, sedangkan jumlah penyandang cacat eks penderita penyakit kronissebanyak 216.148 orang. Banyak perempuan dan anak perempuanpenyandang cacat belum terjangkau program pemberdayaan perempuan.Anak-anak dan pemuda yang menyandang cacat seringkali mengalamikesulitan untuk mengikuti proses pendidikan. Kecacatan dapat terjadikarena malnutrsi yang terkait dengan buruknya kualitas makanan yangdikonsumsi. Pada tahun 2003 di Indonesia terdapat 8,3 persen balita yangmengalam gizi buruk. Dampak konflik sosial dan peperangan yang terjadidisuatu wilayah juga dapat menyebabkan kelompok penduduk tertentumengalami kecacatan. Penduduk sipil, terutama anak-anak dan perempuantermasuk diantara mereka yang sering menjadi korban, selain mereka yangterlibat langsung dalam konflik/peperangan tersebut”.3
Perilaku masyarakat yang mengucilkan penyandang cacat sangat
berdampak pada kondsi psikis penyandang cacat itu terutama kepercayaan
dirinya. Dalam kondisi tidak dikucilkan pun sebagian para penyandang
cacat sering merasa minder atau tidak percaya diri yang berlebihan dalam
setiap aktifitas karena status kecacatannya. Masalah kepercayaan diri ini
menjadi lebih berat ketika dirasakan oleh para penyandang cacat dan salah
satu penyandang kecacatan yang mempunyai masalah kepercayaan diri
adalah penyandang tunadaksa.
Pengertian tunadaksa itu sendiri adalah suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang,
otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat
3 Ardian Adi Putra dan Fuad Nashori, Kebahagiaan Pada Penyandang cacat tubuhSebuah Penelitian Kualitatif, (Jurnal Tazkiya of Psychology, 2007), h. 293 – 295.
4
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh
pembawaan sejak lahir.4
Menurut penulis, individu yang memiliki kepercayaan diri baik
akan lebih mudah meraih keberhasilan. Hal tersebut dikarenakan dengan
rasa percaya diri seseorang dapat berbuat sesuatu yang diinginkannya
dengan keyakinan yang mantap. Ada anggapan bahwa orang yang percaya
diri adalah jenis orang yang lantang, berani, dan terbuka, yang bisa
menangani segala masalah, baik pribadi maupun pekerjaan, tanpa banyak
bicara tapi pasti.5 Kepercayaan diri memberikan arti yang sangat penting
bagi perkembangan kehidupan seseorang. Rasa percaya diri merupakan
kunci untuk belajar segala sesuatu.6
Selanjutnya, respon individual dalam menanggulangi perubahan
hidup dikenal dengan nama perlakuan coping (coping behavior). Coping
yaitu berupa mekanisme yang digunakan orang dalam menghadapi dan
mengatasi masalah.7
Salah satu dari bentuk coping atau cara orang dalam menghadapi
masalah dan perubahan hidupnya itu adalah berupa dukungan sosial.
Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal dan non
verbal, bantuan yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang lain
atau didapat karena hubungan mereka dengan lingkungan dan mempunyai
4 T. sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012),h. 121.
5 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: EsensiErlangga, 2006), h. 9.
6 Siswanto dan Dian Puspitasari, Efektivitas Graphotherapy terhadap PeningkatanKepercayaan Diri pada Remaja dip anti Sosial dalam Jurnal Psikodimensia kajian IlmiahPsikologi (Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, 2009), h. 90.
7 Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 33.
5
manfaat emosional atau efek perilaku bagi dirinya.8 Hal semacam ini yang
sangat diharapkan dapat membantu menumbuhkan rasa percaya diri para
penyandang tunadaksa.
Selain faktor dukungan sosial seperti yang dijelaskan di atas,
manusia juga sebagai makhluk yang beragama (homo religious), maka
agama dapat menjadi metode yang dijadikan prediktor signifikan dari
keberhasilan seseorang dalam mengatasi masalah atau dalam penyesuaian
perubahan hidupnya. Penjelasan bahwa manusia sangat membutuhkan
agama terdapat pada kutipan berikut ini:
“Ahmad Yamani mengemukakan bahwa tatkala Allah membekaliinsan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasabingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alamsekitarnya disamping rasa ketakutan terhadap rasa kegarangan dankebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya disaat-saat yang gawat. Insan primitif telah menemukan apa yang dicarinya padagejala alam itu sendiri, berangsur-angsur dan silih berganti menuju gejala-gejala alam tadi sesuai dengan penemuannya dan menetapkannya ke dalamjalan kehidupannya. Dengan demikian timbullah penyembahan terhadapapi, matahari, bulan, atau benda-benda lainnya dari gejala-gejala alamtersebut.”9
Maksud dari penjelasan di atas adalah di dalam ajaran agama Islam
bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku
makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fithrah) yang dibawa
sejak lahir. Salah satu fithrah tersebut adalah kecenderungan terhadap
agama.10
8 Ibid., h. 339 Jalaluddin dan DR. Ramayulis, Pengantar lmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia,
1993), cet. Ke-2, h. 70.10 Ibid., h. 72.
6
Menurut Istiqomah Wibowo dkk. ada dua macam coping dapat
digunakan dalam mengatasi masalah, yaitu: (1) problem-focused coping
dan (2) emotion-focused coping.11 Problem-focused coping merupakan
cara mengatasi masalah yang memfokuskan pada masalah itu sendiri
(active coping). Sedangkan emotion-focused coping lebih menekankan
pada emosi atau perasaan orang tersebut. Beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam menggunakan emotion-focused coping adalah meditasi,
refleksi, berdoa, dan “curhat” mencari dukungan emosional. Strategi
emotion-focused coping ini lebih berfungsi jika stresornya merupakan hal
yang diluar kendali kita atau tidak dapat dikontrol, seperti kehilangan
seseorang yang dicintai karena kematian, terkena musibah dan atau
mengalami kecacatan fisik.12
Maka dari itu, untuk mendorong strategi emotion-focused coping
sangat perlu adanya bimbingan agama.13 Dalam hal ini bimbingan agama
sebagai bentuk kebutuhan juga yang dapat menyelesaikan masalah,
mengahadapi perubahan-perubahan hidup, dan terutama menjadi metode
menumbuhkan kepercayaan diri para penyandang tunadaksa.
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) adalah yayasan yang
telah melayani dan membantu banyak anak-anak penyandang cacat (yang
sekarang disebut Anak Berkebutuhan Khusus) dengan tujuan atau upaya
kearah tercapainya kesejahteraan anak dengan kecacatan pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Sampai sekarang ini YPAC secara
11 Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 33.12 Ibid., h. 33-34.13 Ibid., h. 36
7
konsisten dominan banyak menampung penyandang kecacatan tunadaksa
yang awalnya dikenal dengan istilah kecacatan fisik. Selain itu hal yang
membuat penulis tertarik, penyandang tunadaksa di YPAC ini setelah
penulis survey dan melakukan pengamatan, terlihat sangat antusias dan
semangat dalam mengikuti setiap kegiatan ditengah-tengah
ketunadaksaannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
kepercayaan diri penyandang tunadaksa dengan pengaruh dukungan sosial
dan religiusitasnya dalam bentuk karya ilmiah (skripsi) yang berjudul
“Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan Agama Islam Terhadap
Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di Yayasan Pembinaan
Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar Pembahasan skripsi ini lebih terarah maka penulis membatasi
penulisan skripsi ini hanya difokuskan pada pengaruh dukungan sosial dan
bimbingan agama Islam dengan kepercayaan diri. Pembatasannya sebagai
berikut:
a. Kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin atas
kemampuan sendiri, memiliki kemampuan bersosialisasi dan
ketenangan sikap.
b. Dukungan Sosial adalah transaksi interpersonal yang melibatkan satu
atau lebih aspek yang mengarah pada problem focused coping yang
8
terdiri dari 1). Dukungan emosional; semangat, nasehat, penghargaan,
dll. 2). Pemberian Informasi; petunjuk, atau pengetahuan, 3). Berupa
dukungan nyata (berupa hadiah benda atau uang dll.).
c. Bimbingan Agama Islam adalah berupa pertolongan di bidang mental
spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah
yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan
al-Hadist.
Adapaun subjek penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini yaitu penyandang tunadaksa yang ada di Yayasan Pembinaan Anak
Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
2. Rumusan Masalah
Agar perumusan skripsi ini juga lebih terarah, maka penulis fokus
pada perubahan yang dialami penyandang tunadaksa yang mendapat
dukungan sosial dan bimbingan agama Islam pada kepercayaan dirinya
yaitu:
a. Bagaimana pengaruh dukungan sosial terhadap kepercayaan diri
penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)
kebayoran Baru Jakarta Selatan?
b. Bagaimana pengaruh bimbingan agama Islam terhadap kepercayaan
diri penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) kebayoran Baru Jakarta Selatan?
9
c. Bagaimana pengaruh dukungan sosial dan bimbingan agama Islam
terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) kebayoran Baru Jakarta Selatan?
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini berbunyi:
a. Ada pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap
kepercayaan diripenyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak
Cacat (YPAC) kebayoran Baru Jakarta Selatan?
b. Ada pengaruh yang signifikan antara bimbingan agama Islam terhadap
kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak
Cacat (YPAC) kebayoran Baru Jakarta Selatan?
c. Ada pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dan bimbingan
agama Islam terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) kebayoran Baru Jakarta
Selatan?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kepercayaan
diri dan bimbingan agama Islam terhadap kepercayaan diri
penyandang tunadaksanya di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) kebayoran Baru Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui pengaruh dari variabel dukungan sosial dan
bimbingan agama Islam terhadap kepercayaan diri penyandang
10
tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) kebayoran
Baru Jakarta Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian skripsi ini, maka manfaat
yang hendak diambil ialah:
a. Manfaat Akademis:
- Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
baru pada mata kuliah Psikologi Sosial, Psikologi Komunitas,
Psikologi Perkembangan, Psikologi Agama, Psikologi Dakwah,
dan Bimbingan Spiritual Islam.
- Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat dijadikan bahan acuan dalam
meningkatkan kepercayaan diri penyandang tunadaksa bagi
Universitas dan Prodi BPI khususnya yaitu melalui kegiatan
Praktium Mikro dan Makro. Sedangkan data-data di lapangan
dapat digunakan sebagai bahan review kurikulum.
b. Manfaat Praktis
- Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI).
- Agar lebih memahami dan mendalami ilmu pengetahuan penulis
di bidang ilmu dakwah dan komunikasi khususnya dalam hal
bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai pemberian
dukungan sosial dan pemahaman bimbingan agama Islam
11
sebagai mekanisme coping di salah satu subjek penyuluhan
yaitu penyandang tunadaksa.
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran yang akan menjadi bahan masukan kepada Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) kebayoran Baru Jakarta
Selatan. Dalam membuat strategi mekanisme menumbuhkan
rasa kepercayaan diri penyandang tunadaksa melalui pendekatan
dukungan sosial dan bimbingan agama Islam.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sebelumnya mengadakan
penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah,
maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mencari informasi serta
mengumpulkan terlebih dahulu terhadap objek penelitian yang penulis
ambil untuk dijadikan sebuah karya ilmiah. Maksud dari mencari dan
mengumpulkan informasi ini adalah untuk mengetahui apakah objek yang
penulis teliti ini sebelumnya sudah ada yang melaksanakan penelitian
dalam sebuah karya ilmiah.
Tinjauan pustaka yang penulis telusuri yaitu:
a. Strategi Bimbingan Agama dalam Membentuk Motivasi
Berprestasi Pegawai di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor.
Disusun oleh Siti Nurjanah, 108052000016 mahasiswi jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini berfokus pada strategi bimbingan agama dalam membentuk
12
motivasi di lingkungan Kementerian Agama. Kelebihan skripsi ini
adalah skripsi ini melihat sisi lain dari kajian motivasi berprestasi yaitu
strategi bimbingan agama dalam membentuknya. Sedangkan skripsi ini
masih mempunyai kekurangan yaitu masih belum spesifik subjek
penelitian ini pembimbing agamanya siapa. Subjek penelitian serta
variabel fokusnya yang berbeda menjadi alasan untuk penulis jadikan
tinjauan pustaka untuk ditinjau dan melakukan penelitian dengan fokus
dan subjek yang berbeda.
b. Pelaksanaan Bmbingan Islam dalam Pembentukan Mental
Penyandang Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Disusun oleh Masyrifah,
mahasiswi jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2004. Penelitian dalam skripsi ini berfokus
pada pelaksanaan bimbingan Islam dalam pembentukan mental
penyandang cacat. Kelebihan dari skripsi ini sudah mampu melihat
hasil bahwa bimbingan Islam yang dilaksanakan di sana dapat
membentuk mental parapenyandang cacat. Kekurangannya skripsi ini
masih menggunakan istilah lama yaitu “anak cacat” sedangkan
sekarang sudah lebih spesifik istilah yang digunakan oleh YPAC yaitu
“tunadaksa” serta menggunakan pendekatan kualitatif, dan disini
penulis lebih melihat dari sisi kajian kuantitatifnya. Pendekatan
penelitian yang berbeda dan objek penelitian yang sama menjadi alasan
penulis jadikan tinjauan pustaka untuk mendalami hasil penelitiaanya
13
dan meneliti ulang dengan pendekatan penelitian dan fokus yang
berbeda.
c. Pengaruh Dukungan Sosial dan Prestasi Belajar Terhadap
Kepercayaan diri Remaja. Disusun oleh Amalia Kusuma Putri
107070002472, mahasiswi jurusan Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Kelebihan dari skripsi ini adalah kajian kuantitatifnya yang
maksimal serta cukup banyak mejelaskan teori-teori dari variabelnya.
Kekurangannya adalah dari judulnya belum tergambar jelas keterangan
pada subjek penelitiannya, Sehingga tidak diketahui langsung siapa
remaja yang di maksud dalam penelitian ini. Penelitian dalam skripsi
ini berfokus pada dukungan sosial dan prestasi belajar terhadap
kepercayaan diri remaja. Variabelnya hampir sama tetapi subjek dan
objek penelitian yang berbeda juga dijadikan alasan peneliti meninjau
kepustakaannya untuk penelitian dengan variabel yang hampir sama
dan subjek serta objeknya yang berbeda.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka penulis mengambil
judul skripsi tentang “Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan
Agama Islam Terhadap Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta
Selatan”.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-masing bab terdiri
atas beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga menjadi satu
14
kesatuan utuh. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Isi dari bab Pendahuluan ini berisi latar belakang masalah,
batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menguraikan tentang pengertian kepercayaan diri,
aspek-aspek kepercayaan diri, dukungan sosial, dan
pengertian bimbingan, pengertian agama, pengertian Islam,
dan pengertian bimbingan agama Islam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, populasi dan
sampel, variabel dan indikator penelitian, teknik pengolahan
data, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, uji
validitas dan realibilitas dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS DATA
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dan lokasi
penelitian melalui sejarah terbentuknya, profil yayasan, visi
dan misi yayasan, struktur yayasan, program kegiatannya,
data pegawai, staf, tenaga ahli, dan data siswa penyandang
cacatnya. Bab ini juga menguraikan tentang data-data hasil
15
penelitian, hasil angket, klasifikasi responden, deskripsi
hasil penelitian, dan analisis data.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas secara singkat mengenai kesimpulan
berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian yang menjawab
rumusan masalah di bab I, dan saran-saran serta
rekomendasi yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi
ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Menurut Dimiyati dan Mudjiono, dalam buku “Belajar dan
Pembelajaran”. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil.14
Pengertian di atas dapat penulis jalaskan bahwa dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan
dari lingkungan. Dalam proses menuju rasa percaya diri yang tinggi
khususnya pada penyandang tunadaksa diketahui bahwa unjuk prestasi
atau kelebihan merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang
diakui oleh orang tua dan rekan sejawatnya. Makin sering berhasil
menunjukkan kelebihan atau prestasi, maka semakin memperoleh
pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal
yang sebaliknya dapat terjadi kegagalan yang berulang kali dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat
kuat, maka diduga penyandang tunadaksa akan menjadi takut belajar, takut
mencoba hal baru, dan menggali kemampuannya lagi. Rasa takut tersebut
terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi.
Pengertian lain tentang percaya diri dikemukakan oleh Thursan
bahwa percaya diri dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang
14 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009),h. 245.
17
terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam
hidupnya.15 Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat De Angelis yang
mengartikan percaya diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri
untuk melakukan sesuatu sampai tercapainya tujuan yang diinginkan.16
Penjelasan di atas dapat berlaku pada setiap orang baik yang secara
fisik normal apalagi yang menyandang kecacatan. Proses menuju
kepercayaan diri adalah proses belajar menunjukkan prestasi dan itu semua
perlu adanya dukungan dari beberapa faktor yang dapat merangsangnya.
Percaya diri berarti merasa positif tentang apa yang bisa anda
lakukan dan tidak mengkhawatirkan apa yang tidak bisa anda lakukan, tapi
memiliki kemauan untuk belajar. Kepercayaan diri adalah pelumas yang
memperlancar roda hubungan antara anda, kemampuan (bakat), keahlian,
dan potensi, dan cara anda memanfaatkannya.17
Ada anggapan bahwa orang yang percaya diri adalah jenis orang
yang lantang, berani, dan terbuka, yang bisa menangani segala masalah,
baik pribadi maupun pekerjaan, tanpa banyak bicara tapi pasti. Namun,
orang yang sering membicarakan diri sendiri dan apa yang mereka lakukan
sering kali sebenarnya memakai “topeng” kepercayaan diri.18
“Maksud dari penjelasan di atas adalah tindakan ini hanyalahekspresi luar yang mungkin menyembunyikan ketidakyakinan yangberusaha mereka hindari. Ini bukan kepercayaan diri sejati. Ini adalah
15 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Percaya Diri, (Jakarta: Puspasawara, 2004), cet. Ke-2, h. 6.
16 De Angelis dan Barbara, Percaya diri Sumber Sukses dan Kemandirian (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 42.
17 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: EsensiErlangga, 2006), h. 9.
18 Ibid., h. 9.
18
kepercayaan diri yang dipaksakan dan mereka adalah pemalsukepercayaan diri. Mengapa perilaku seperti itu dianggap kepercayaan diri?Jawabannya adalah karena pemalsu kepercayaan diri tidak menunjukkantanda kurang percaya diri sedikit pun. Mereka tampak begitu yakin akandirinya. Orang yang kurang percaya diri mudah terintimidasi olehpemalsu kepercayaan diri karena mereka terlihat sulit dilawan berkatkekuatan dan kendali yang tampaknya mereka miliki. Mereka tidak punyakekuatan mental yang cukup untuk mengatasi pemalsu kepercayaan diri.Pemalsu hidup dari rasa takut ini karena itu adalah cara mereka untukdikenal dan mendapat tempat serta peranan dalam dunia.”19
Kepercayaan diri memberikan arti yang sangat penting bagi
perkembangan kehidupan seseorang. Hal ini selaras dengan pendapatnya
Loekmono yang menyatakan rasa percaya diri merupakan kunci untuk
belajar segala sesuatu. Orang yang berada di panti asuhan tentunya
memiliki kondisi yang berbeda dengan rekan sebaya yang tinggal di rumah
sendiri.20 Begitupun misalnya orang yang tinggal dipanti asuhan/yayasan
dengan status penyandang tunadaksa. Selain perhatian dan kasih sayang
yang kurang dari orang terdekat mereka juga harus melihat kenyataan
kondisi fisiknya berbeda dengan teman-teman sebayanya. Perasaan yang
dialami oleh penyandang tunadaksa seperti ini dapat menghambat
perkembangan mereka karena menjadi malu dan merasa rendah diri
sehingga bisa menjadi ragu-ragu untuk mencoba sesuatu yang baru.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah
kemampuan individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh
potensi yang dimilikinya dan memelihara sikap yang positif sehingga
19 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: EsensiErlangga, 2006), h. 9.
20 Siswanto dan Dian Puspitasari, Efektivitas Graphotherapy terhadap PeningkatanKepercayaan Diri pada Remaja dip anti Sosial dalam Jurnal Psikodimensia kajian IlmiahPsikologi (Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, 2009), h. 90.
19
dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan
lingkungan untuk mencapai tujuan dalam hidupnya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Faktor-faktor yang memengaruhi kepercayaan diri ada yang berasal
dari dalam dan dari luar diri individu. Faktor yang berasal dari dalam
individu yaitu faktor fisik, faktor mental, dan faktor usia, sedangkan faktor
yang berasal dari luar diri individu yaitu tingkat pendidikan, lingkungan,
kesuksesan dan pelatihan atau terapi. Terapi dapat memengaruhi
kepercayaan diri karena menurut Kennet kepercayaan diri bukan sesuatu
yang konstan, namun dapat diubah melalui stimulus dan perlakuan yang
diberikan oleh diri sendiri maupun dari pihak di luar dirinya.21
Henny Puspitarini memberikan penjelasan tentang faktor-faktor
kepercayaan diri dalam bukunya Membangun Rasa Percaya Diri Pada
Anak, yaitu:
“Perlu kita ketahui faktor gen memang berpengaruh terhadapderajat kepercayaan diri seseorang. Artinya bisa jadi seseorang penakut,pemalu, suka minder, dan sebagainya disebabkan karena ayahnya/ibunyademikian pula. Namun, berdasarkan penelitian faktor gen mempunyaidaya dukung sedikit (presentasenya rendah, sekitar 20% sampai dengan40% saja) dalam pembentukan karakter termasuk kepercayaan diri. Faktorterbesar yang memepengaruhi justru dari lingkungan dan pola asuh yangditerapkan oleh orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan diUniversitas Montreal Kanada juga mengindikasikan hal yang sama.Kepribadian anak, termasuk kepercayaan diri sangat dipengaruhi olehperilaku orang tua, bukan faktor genetika yang mempengaruhi sedikitsaja”.22
Untuk lebih memahami asal-usul kepercayaan diri kita dapat
melihat lagi dalam buku “Pendongkrak Kepercayaan Diri”. Bahwa untuk
21 Siswanto dan Dian Puspitasari, Efektivitas Graphotherapy terhadap PeningkatanKepercayaan Diri pada Remaja dip anti Sosial dalam Jurnal Psikodimensia kajian IlmiahPsikologi (Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, 2009), h. 91.
22 Henny Puspitarini, Membangun Rasa Percaya Diri pada Anak, (Jakarta: PT ElexMedia Komputindo, 2013), h. 49-50.
20
memahami asal-usul kepercayaan diri dapat dipikirkan kata dan ungkapan
serupa. Kata kepercayaan diri berkaitan dengan istilah “percaya” dan
“rahasia”.23
Maksud dari istilah “percaya” dan “rahasia” penulis uraikan
penjelasanya. Contohnya; saat A mempercayai B , maka A mengijinkan
B mengetahui informasi yang A yakin tidak akan B sebarkan kepada orang
lain lagi. B pun menjadi “orang yang dipercaya” karena A percaya akan
kemampuannya dalam menjaga rahasia. Lagi pula, saat sebuah informasi
dikatakan rahasia, berarti informasi tersebut bersifat rahasia dan tidak
untuk disebarluaskan. Jika orang yang dipercaya melanggarnya, orang itu
mengkhianati kepercayaanaan. Jadi, kepercayaan diri adalah kemampuan
untuk mempercayai kemampuan sendiri.24
Dari beberapa penjelasan faktor-faktor kepercayaan diri di atas,
dapat diambil intisarinya, bahwa kepercayaan diri bisa timbul dari dalam
diri dan dari luar diri. Dimulai dari faktor gen, fisik, usia itu semua dapat
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang terutama pada penyandang
tunadaksa. Kondisi fisik yang menyandang kecacatan sangat
mempengaruhi kepercayaan dirinya, ataupun usianya yang merasa tak
dapat berbuat lebih produktif seperti orang lain yang tak cacat. Begitupun
dengan faktor dari luar yang tak kalah pentingnya, yaitu bagaimana faktor
pendidikan, lingkungan, perhatian dapat mempengaruhi kepercayaan diri
penyandang tunadaksa pada khususnya dan semua orang pada umumnya.
Kita percaya kekuatan ilmu, lingkungan yang baik, dukungan perhatian
23 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: PT ElexMedia Komputindo, 2013), h. 11.
24 Ibid., h. 11-12.
21
yang cukup akan dapat memberikan kekuatan lebih pada kepercayaan diri
terutama penyandang tunadaksa. Tapi kalau kita lihat uraian asal-usul
kepercayaan diri, percaya diri berarti mempercayai kemampuan diri
sendiri.
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
“Menurut Guilford ciri-ciri kepercayaan diri dapat dinilai melalui3 aspek yaitu:a. Individu merasa adekuat (keyakinan terhadap kemampuan diri)
Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuandan keterampilan yang dimiliki. Individu merasa optimis, cukupberambisi dan tidak berlebihan. Manifestasi dari keadaan ini antaralain individu mempercayai kemampuan sendiri sehingga tidak perlubantuan orang lain, sanggup bekerja keras, mampu menghadapi tugasdengan baik dan bekerja secara efektif, serta bertanggung jawab ataskeputusan dan pekerjaannya.
b. Individu merasa dapat diterima oleh kelompok (kemampuanbersosialisasi)Hal ini didasari oleh keyakinan terhadap kemampuannya, khususnyadalam hubungan sosial. individu merasa bahwa kelompok atau oranglain menyukainya. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individuaktif menghadapi keadaan lingkungan, berani mengemukakan apayang menjadi ide-ide secara bertanggung jawab dan tidakmementingkan diri sendiri.
c. Memiliki ketenangan sikapHal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dankemampuannya. Individu merasa tenang menghadapi berbagai macamsituasi. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu merasatenang, tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai macamsituasi dan tidak membandingkan diri dengan orang lain.”25
4. Kepercayaan Diri Sejati
a. Manfaat Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri sejati berbeda; lebih “hening” dan dimulai dari
dalam. Dalam konteks ini, “hening” berarti kondisi alaminya tidak
terganggu. Tidak ada suara keraguan, perbandingan dengan orang lain, dan
25 Teguh Iman Santoso, Pengaruh Kepercayaan Diri dan Adversity Quotient TerhadapPrestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN JakartaTahun Ajaran 2011/2012 (Skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Syahid Jkt, 2012), h. 33 – 34.
22
rasa takut akan kegagalan, ini adalah kepercayaan diri dari dalam. “Ada
segi tiga emas” antara individu, kemampuannya, dan momen yang ada.26
Dari keterangan di atas penulis bisa sebutkan manfaat bagi
penyandang tunadaksa yang sudah mempunyai kepercayaan diri sejati
adalah:
1. Tidak ada keraguan pada diri walaupun belum ada kepastian
2. Tidak ada perbandingan dengan orang lain walaupun kondisi fisik
tak sempurna
3. Tidak ada rasa takut akan kegagalan walaupun akan terasa sulit
4. Tidak mengkhawatirkan anggapan orang lain yang akan
merendahkan.
b. Siklus Kepercayaan Diri
Di dalam kepercayaan diri terdapat siklusnya:
Gambar. 1
Siklus Kepercayaan Diri
Sebagai contoh, Jika pimpinan meminta pegawainya mengunci
kantor setelah selesai bekerja, dan pegawai melakukannya dengan teratur,
26 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: PT ElexMedia Komputindo, 2013), h. 10 .
23
ia akan semakin percaya sama pegawai tersebut. Mengetahui hal ini,
pegawai akan menyelesaikan tugas dengan kepercayaan diri yang
meningkat sehingga memperkuat kepercayaan pimpinan pada pegawai.
Begitulah siklus kepercayaan diri berputar.27
Penulis juga dapat menggambarkan contoh lain yang sering terjadi
di dalam kehidupan sehari-hari. Jika sebuah bengkel memperbaiki mobil
pelanggannya dengan sangat baik, pelanggan akan merekomendasikan
kepada teman-temannya, karena pelanggan percaya sepenuhnya terhadap
kemampuan bengkel tersebut. Pelanggan percaya kepada sang mekanik
karena ia yakin akan pekerjaannya. Hasilnya, orang lain percaya pada
mekanik tersebut karena kepercayaan pelanggan padanya dan kepercayaan
orang pada pelanggan.28 Siklus kepercayaan diri yang bisa penulis pahami
adalah pelanggan membuat orang lain mempercayai pelanggan dengan
memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Pelanggan bisa
memberi orang lain alasan untuk mempercayainya. Penyandang tunadaksa
akan mendapatkan kepercayaan diri, jika ia dapat mempercayai dirinya
sendiri dan orang lain. Setelah itu orang lain pun akan mempercayainya
sampai munculah kepercayaan diri pada penyandang tunadaksa tersebut
dari dalam dirinya sendiri.
c. Kepercayaan Diri yang Sangat Tinggi
27 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: PT ElexMedia Komputindo, 2013), h. 10-11.
28 Ibid., h. 11.
24
Salah satu ciri kepercayaan diri sejati adalah mempunyai
kepercayaan diri yang sangat tinggi. Penyandang tunadaksa yang sangat
percaya diri yakin bahwa mereka akan sukses. Mereka berfokus pada
kemampuan dan keinginan sendiri. Sikap ini ditambah dengan dorongan
kemauan yang kuat, yaitu hasrat untuk mencapai kesuksesan dengan
resiko apapun. Setiap kesuksesan yang mereka raih menambah harga diri
mereka. Hasrat untuk sukses tidak membiarkan mereka terlena.
Menurut pendapat Martin Perry, orang yang sangat percaya diri
yakin sepenuhnya bahwa mereka akan berhasil. Kalaupun tidak, hal itu
tidak mengurangi keyakinan bahwa mereka akan berhasil suatu saat
nanti.29
Menurut penulis tipe orang seperti itu merupakan orang yang mau
terus belajar dari kegagalan dan keterbatasan. Kepercayaan diri seperti ini
tidak menutup kemungkinan muncul pada penyandang tunadaksa. Contoh
orang yang sangat percaya diri adalah seorang yang sehat secara fisik,
tampan/cantik yang karena suatu hal kecelakaan mereka mengalami
kecacatan tunadaksa, tetapi kemudian bangkit kembali melalui sebuah
petualangan baru dan usaha baru yang membuat tetap percaya diri dengan
keadaannya yang tunadaksa. Atau penyandang tunadaksa yang dianggap
berbeda dikalangan teman-temannya ternyata dapat menghafal al-Qur’an
ditengah keterbatasan fisiknya.
Penyandang tunadaksa yang percaya diri siap meraih hasil yang
mereka inginkan. Mereka fokus pada kekuatan mereka dalam segala
29 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: PT ElexMedia Komputindo, 2013), h. 13.
25
situasi. Ketika mereka sudah pernah sukses dan pengalaman itu
meyakinkan mereka bahwa mereka bisa sukses lagi. Arti kesuksesan
mereka dalam dan ikatan kepercayaan antara diri dan kemampuan mereka
sangat kuat.
Untuk itulah kepercayaan diri yang sangat tinggi amat penting
untuk para penyandang tunadaksa dan tidak menutup kemungkinan
kepercayaan diri mereka dapat muncul lebih baik dari pada orang yang
normal secara fisik pada umumnya.
5. Kepercayaan Diri Sosial
Bentuk kepercayaan diri lain dapat dilihat dari kepercayaan diri
sosial. Banyak diantara kita yang sulit berbicara dengan orang yang baru
dikenal dalam situasi sosial. kita kurang percaya diri untuk berbincang
dengan orang “asing” dan merasa “malu”. Melakukan “obrolan ringan”
lebih mudah dari pada yang kita bayangkan. Bisa dilihat bahwa orang
yang mahir melakukan obrolan ringan biasanya memiliki rasa ingin tahu
yang besar tentang orang lain dan kehidupan. Untuk penyandang
tunadaksa dengan segala keterbatasannya, melakukan “obrolan ringan”
dirasa cukup sulit dilakukan, sehingga mempengaruhi juga terhadap
kepercayaan dirinya.
Kemampuan melakukan obrolan ringan berasal dari “kelebihan”
referensi, fakta, dan informasi yang ingin dibagi dengan orang lain.
Kemampuan sosial yang buruk bisa mengahambat seorang pemalu untuk
26
mengajak seseorang berinteraksi dengan orang lain. Ketidakmampuan
melakukan obrolan ringan berakar pada pengkondisian sosial awal kita.30
Selanjutnya Martin Perry juga memberikan “cara untukmengembangkan kemampuan sosial dan mengatasi rasa malu:
a. Menambah ReferensiJika kita sulit melakukan obrolan ringan, mulailah menambahreferensi kita. Contohnya, kita mempelajari dan menemukansesuatu yang baru setiap minggu tentang berbagai bidang seperti;menonton TV, membaca koran, menyimak cerita dan penjelasanguru, serta lebih banyak bermain di luar lingkungan rumah atausekolah untuk dapat menemukan hal-hal baru, dll. Hal yang kitacari untuk memulai percakapan adalah keterkaitan. Untuk menjaditeman bicara yang menyenangkan, kita harus memilikipengetahuan yang luas. Karenanya kita harus banyak membaca.
b. Memulai PercakapanCara terbaik untuk memulai percakapan adalah dengan pengamatansederhana dan tidak controversial. Ketika kita membagipengamatan dan pendapat, orang lain akan cenderung melakukanhal yang sama. Saat semuanya gagal cobalah beri orang lain pujian.
c. Mengajukan PertaanyaanBanyak orang percaya bahwa cara terbaik untuk mempertahankankelangsungan percakapan adalah dengan mengajukan pertanyaan.Kuncinya adalah belajar menggunakan pertanyaan untuk memulaipercakapan, bukan untuk mengendalikannya. Jangan terlalu banyakbertanya dan hindari pertanyaan yang terkesan menyelidik, pribadi,atau agresif.
d. Membuka DiriWalaupun beresiko, ketika kita membuka diri, percakapan bisamenjadi lebih dalam. Begitu kita mulai berbagi lebih banyak haldengan orang lain, mereka juga akan berbagi lebih banyak haldengan kita.
e. Mengatasi Keheningan yang KakuSalah satu hal yang ditakuti banyak orang saat melakukan obrolanringan adalah keheningan yang kaku, yaitu kondisi saatpembicaraan terhenti dan tidak seorang pun diantara kita yangmampu menemukan sesuatu untuk memulainya kembali. Keadaanini tampaknya takkan pernah berakhir sampai salah satu dari kitabisa mengemukakan alasan dan kekakuan itu pun berakhir.
f. Mengingat NamaBanyak orang yang lupa nama orang baru setelah diperkenalkan,baik karena mereka tidak menyimak atau karena terlalu banyaksuara latar yang menghalangi informasi untuk diproses denganbaik. Gunakan kemampuan mendengarkan kita untuk mengingatnama.
30 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: PT ElexMedia Komputindo, 2013), h. 78-79.
27
g. Membangun Kemampuan MendengarkanBersikap hening dalam diri sendiri sehingga mampu mendengarkanbisa jadi sulit dilakukan. Ketika kita bisa mendengarkan,percakapan menjadi mudah. Saat kepala kita harus memikirkankalimat yang akan diucapkan selanjutnya, kita kehilangan alurpembicaraan dan tidak sanggup mengikutinya.”31
Jadi menurut penulis obrolan ringan adalah suatu kegiatan yang
sangat penting. Semua interaksi akan menimbulkan kepercayaan diri jika
kita lakukan dengan obrolan ringan. Pembentukan kepercayaan diri datang
dari banyak usaha kecil yang menuju arah yang sama, bukan satu usaha
besar. Mungkin ada halangan dan kekecewaan kecil dalam proses. Tapi
kunci kesuksesan adalah keputusan untuk memiliki kepercayaan diri dan
tidak dibayangi keraguan.
B. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hidup sendiri, bersama yang
lain mereka membentuk komunitas. Di dalam komunitas inilah manusia
mendapatkan dukungan sosial (social support). Komunitas merupakan
salah satu sumberdaya sosial (sosial resource) untuk mengatasi masalah.32
Di dalam buku “Psikologi Komunitas” dukungan sosial sebenarnya
dapat diidentifikasikan sebagai pertukaran sumber daya antara dua orang,
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan penerima sumber daya
tersebut.33
31 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, (Jakarta: PT ElexMedia Komputindo, 2013), h. 81-89.
32 Dr. Istiqomah Wibowo, Dipl, Soc.plan dkk., Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI,cet-1 2011), h. 35.
33 Ibid., h. 35.
28
Beberapa penulis meletakkan dukungan sosial terutama dalam
konteks hubungan yang akrab atau “kualitas hubungan”. Menurut Bart
Smet perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan
sosial yang paling penting. Selain itu dijelaskan bahwa dukungan sosial
sehubungan dengan hubungan-hubungan intim.34
Smet juga berdalih bahwa hubungan yang banyak pertentangan
jauh lebih banyak mempengaruhi kekurangan dukungan yang dirasakan
daripada tidak ada hubungan sama sekali.35
Sejalan dengan hal tersebut, Smet mengatakan bahwa satu atau dua
hubungan yang akrab adalah penting dalam masalah dukungan sosial, dan
hanya mereka yang tidak terjalin suatu keakraban berada padaa resiko.36
Para ilmuwan lainnya menetapkan dukungan sosial dalam rangka
jaringan sosial. Hal ini diartikan bahwa dukungan sosial mengacu pada
bantuan emosional, instrumental dan finansial yang diperoleh dari jaringan
sosial seseorang.37
Begitu sangat pentingnya dukungan sosial juga dirasakan bagi para
penyandang tunadaksa. Penulis menggambarkan bahwa pengaruh
dukungan sosial yang merupakan jalinan hubungan intim bagi kehidupan
penyandang tunadaksa sangat mempengaruhi kepercayaan dirinya.
Mengambil pendapat smet yang menjelaskan dukungan sosial ini diartikan
sebagai sebuah jaringan sosial yang memberikan dukungan emosional,
instrumental, dan penghargaan. Maka sudah jelas tergambar menurut
34 Bart Smet, Psikologi Kesehatan, (Jakarta: PT Grasindo, 1994), h. 133-134.35 Ibid., h. 133-134.36 Ibid., h. 134.37 Ibid., h. 134.
29
penulis bahwasanya dukungan sosial ini sangat dibutuhkan lebih besar
bagi penyandang tunadaksa.
Pendapat lain yang menguatkan juga terdapat dalam jurnal Tazkiya
of Psychology yang menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan
kumpulan informasi yang menyebabkan individu percaya bahwa ia
diperhatikan, bernilai, dan akan mendapat pertolongan ketika ia
membutuhkan. Dukungan sosial terdiri dari atas dukungan instrumental,
dukungan informasi, dukungan emosi, dan dukungan penghargaan.38
Dari berbagai definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa dukungan sosial, yaitu transaksi interpersonal yang melibatkan satu
atau lebih aspek yang mengarah pada problem focused coping dengan
terdiri dari dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan emosi,
dan dukungan penghargaan.
2. Dukunga Sosial sebagai “Kognisi” atau “Fakta Sosial”
Bahan diskusi lainnya ialah apakah dukungan sosial itu seharusnya
dianggap sebagai “fakta” sosial yang sebenarnya ataukah sebagai “kognisi
individual” atau dukungan yang dirasakan melawan dukungan yang
diterima.
Hal ini berarti: apakah dukungan sosial itu segi gejala lingkungan
yang obyektif, kuantitatif atau kualitatif, atau dukungan sosial itu persepsi
perseorangan terhadap dukungan yang potensial (dukungan sosial sebagai
“perceived helpfulness and supportiveness”).39
38 Amalia Dianah & Ratri Virianita, Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anakdalam Journal Tazkiya of psychology (fakultas Psikologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011),h. 212.
39 Bart Smet, Psikologi Kesehatan, (Jakarta: PT Grasindo, 1994), h. 135.
30
Selanjutnya dalam buku “Psikologi Kesehatan” juga menjelaskan
dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan/atau non
verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial
atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional
atau efek perilaku bagi pihak penerima.40
Hasil pengamatan dan observasi di Yayasan tempat penyandang
tunadaksa dalam penelitian ini dibina, penulis melihat bahwa ada
keragaman dukungan sosial yang diterima oleh penyandang tunadaksa
terutama dari sumber dukungan sosial paling utama yaitu orang tua atau
keluarga. Hal itu terlihat dari dukungan langsung beberapa orang tua atau
keluarga yang datang langsung mendampingi pembinaan dan ada juga
terlihat sebagian yang hanya didampingi oleh perawat pribadi atau
pembantu rumah tangganya saja. Ini jelas terasa berbeda efek dukungan
sosial yang diterima oleh penyandang tunadaksa di sana. Penulis lebih
menekankan bahwa dukungan sosial itu terdiri atas informasi yang
menuntun orang meyakini bahwa ia diurus dan disayangi. Penyandang
tunadaksa sama dengan manusia normal lainnya. Mereka berhak mendapat
perlakuan sama yaitu menerima dukungan sosial yang mengacu pada
kesenangan yang dirasakan, pengahrgaan akan kepeduliaan, atau
membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok-kelompok
lain. Intinya perlakuan yang sama seperti orang normal, tak dipandang
cacat, serta dipercaya selayaknya orang normal seperti biasa. Dukungan
40 Ibid., h. 135.
31
sosial seperti inilah yang penulis rasa dapat menumbuhkan kepercayaan
diri penyandang tunadaksa.
3. Jenis Dukungan Sosial
Dukungan sosial sesuai yang sudah dibahas sebelumnya bahwa
dalam bentuk hubungan interpersonal meliputi perhatian, bantuan, dan
informasi mengenai diri seseorang dan lingkungan.
Dengan kata lain, dukungan sosial yang terdapat dalam buku
“Psikologi Komunitas” merupakan sumber dari usaha yang dilakukan
seseorang untuk mencari dukungan emosional di luar dirinya untuk
menjaga kesehatan mental dirinya. Dukungan emosional merujuk pada
kenyamanan dan kepedulian dalam hubungan interpersonal.41
Dalam buku : Psikologi Kesehatan “Jenis dukungan sosialdibedakan menjadi empat dimensi dukungan sosial:a. Dukungan emosional: mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik,penegasan),
b. Dukungan pengahrgaan: terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengangagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itudengan orang-orang lain, seperti orang-orang yang kurang mampu ataulebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri),
c. Dukungan instrumental: mencangkup bantuan langsung, seperti orang-orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong denganpekerjaan pada waktu mengalami stress,
d. Dukungan informatif: mencangkup member nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik.”42
Semua bentuk dukungan di atas sangat penting dan baik untuk
penyandang tunadaksa terutama dalam menumbuhkan kepercayaan
dirinya. Tetapi menurut penulis jenis dukungan di atas juga harus sesuai
dengan penempatannya. Dukungan instrumental akan lebih efektif untuk
41 Dr. Istiqomah Wibowo, Dipl, Soc.plan dkk., Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI,cet-1 2011), h. 35.
42 Bart Smet, Psikologi Kesehatan, (Jakarta: PT Grasindo, 1994), h. 136-137.
32
kesukaran seperti keterbatasan materi pada penyandang tunadaksa.
Dukungan informatif akan berfaedah kalau terdapat kekurangan
pengetahuan dan keterampilan, dan dalam hal keterbatasan pengetahuan
penyandang tunadaksa. Begitupun dukungan lainnya akan lebih efektif
pada situasi yang memang sesuai dengan yang dibutuhkannya oleh
penerima dukungan tersebut.
Sedangkan sumber lain yang dikemukakan oleh Dr. Istiqomah
dkk., dalam bukunya “Psikologi Komunitas” menyebutkan lebih ringkas
dimensi dari jenis dukungan sosial yang terdiri dari:
1. Dukungan emosional, semangat, nasehat, penghargaan,
2. Pemberian Informasi, petunjuk, atau pengetahuan,
3. Berupa dukungan nyata.43
Dukungan atau dorongan dapat diperoleh dari keluarga atau teman
dekat. Informasi merupakan dukungan yang diberikan lewat nasehat atau
bimbingan yang menekankan pada aspek kognitif daripada aspek
emosional. Dukungan nyata meruapakan dukungan sosial yang diberikan
langsung dan dapat digunakan secara nyata, seperti uang atau barang yang
dibutuhkan.44
Manusia yang dapat merasakan hidup dengan kondisi fisik normal,
maupun manusia yang menyandang kecacatan khususnya tunadaksa sama-
sama membutuhkan dukungan sosial. Seperti halnya manusia yang kondisi
fisiknya normal akan terbangun kepercayaan dirinya dengan mendapatkan
dukungan sosial yang cukup begitupun dengan penyandang tunadaksa.
43 Dr. Istiqomah Wibowo, Dipl, Soc.plan dkk., Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI,cet-1 2011), h. 35.
44 Ibid., h. 35.
33
Dari semua penjelasan tentang dukungan sosial, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa semua instrument yang menjadi bentuk dukungan
sosial menjadi dukungan penting terutama untuk kepercayaan diri kita
umumnya dan khususnya untuk para penyandang tunadaksa.
C. Bimbingan Agama Islam
1. Pengertian Bimbingan Agama Islam
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
“guidance”. Kata guidance dalam masalah pendidikan disebut bantuan,
selain itu bimbingan dapat diartikan arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata
guidance berasal dari kata dasar (to) guide, yang artinya menuntun,
mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan, menuntun orang
ke jalan yang benar.45
Adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif adalah
bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki
mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri,
memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana
masa depan yang lebih baik.46
Beberapa pendapat lain mengenai definisi bimbingan diantaranya:
a. Jear Book of Education, mengemukakan bahwa bimbingan adalah
suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
45 M. Umar, Sartono, Bimbingan dan penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998),cet ke-1, h. 9.
46 Ibid., h. 9.
34
mengembangkan kemampuan agar memperoleh kebahagiaan pribadi
dan kemanfaatan sosial.
b. Stops, mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya
secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya,
baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
c. Miller, mengemukakan bimbingan adalah proses terhadap individu
untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah.
Keluarga, serta masyarakat.
Adapun menurut Samsul Munir, bimbingan berarti pemberian
bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup.47 Menurutnya, “...Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan)
bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya
bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang
dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk mengahdapi
masalah yang akan dihadapinya kelak...”.48
Dari pendapat di atas kita dapat memahami bahwa yang dimaksud
bimbingan adalah bukan pemberian bantuan secara fisik atau pun
finansial, melainkan lebih menitik beratkan kepada pemberian bantuan
psikis atau kejiwaan seseorang atau kelompok untuk menggali segala
47 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 3.48 Ibid., h. 4.
35
potensi yang dimiliki seseorang atau kelompok tersebut untuk dapat
memecahkan masalahnya sendiri.
Jadi secara singkat bimbingan adalah suatu proses bantuan psikis
kepada seseorang maupun kepada kelompok agar dapat memahami
dirinya, menggali potensinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya
sesuai dengan lingkungannya, menyelesaikan masalahnya dan dapat
memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
Pada saat ini berbagai jenis bimbingan yang ada banyak yang
mengacu pada kebutuhan hidup manusia, seperti adanya bimbingan karir,
bimbingan belajar, dan salah satunya bimbingan agama khususnya
bimbingan agama Islam. Hampir disetiap lembaga, instansi baik swasta
maupun pemerintah sudah banyak yang memiliki program bimbingan
agama Islam sebagai agama yang paling banyak penganutnya di negara
Indonesia ini. Fenomena bimbingan agama Islam ini tak lain karena sangat
besarnya kebutuhan manusia akan agama terutama dalam bimbingannya.
Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia.
Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu
manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral.49
Menurut Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan jiwa (psikis)
manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup,
kelakuan, dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.50
49 Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),h.1.
50 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dan Pembinaan mental, (Jakarta: Bulan Bintang,1982), cet. Ke-3, h. 52.
36
Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata “ad-Dien”
(bahasa Arab) yang artinya menguasai, menundukkan, patuh, hutang,
balasan, dan kebiasaan. Selanjutnya din dalam bahasa semit berarti
undang-undang atau hukum.51 Dalam bahasa Indonesia sama artinya
dengan peraturan.
Sedangkan agama menurut para ahli sebagai berikut:
1. Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan
tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan yang ghaib.
2. Menurut Al-syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang
terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal
perbuatan di akhirat).52
Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori, “pertama, agama
sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya terhadap kehidupan
kekal dikemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan
tersebut. Kedua, agama sebagai yang mempengaruhi perilaku manusia.
Dengan demikian agama identik dengan kebudayaan”.53 Dalam kamus
Sosiologi pengertian agama (religion) mencakup 3 hal:
a. Kepercayaan kepada hal spiritual
b. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek yang dianggap tujuan
sendiri
c. Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.54
51 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 9.52 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), cet. Ke-3, h.
13.53 Arif Budiman, Agama Demokrasi dan Keadilan, (dalam M. Imam Azis) Agama
Demokrasi dan Keadilan, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 20.54 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), cet. Ke-1, h. 2.
37
Pembahasan lain tentang agama adalah tentang sikap keagamaan.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan
agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara
kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif perasaan
terhadap agama sebagai komponen efektif dan perilaku terhadap agama
sebagai komponen kognitif.55
Sedangkan kata Islam mempunyai beberapa pengertian atau
memiliki beberapa makna. Islam berasal dari bahasa arab, yang diambil
dari kata “sallama” yang berarti “selamat sentausa”. Dari kata tersebut
dibentuk menjadi kata “aslama” artinya “memelihara diri dalam keadaan
selamat sentausa”.56
Prof. Dr. Harun Nasution menyatakan, Islam agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Tuhan untuk masyarakat manusia kepada Nabi
Muhammad SAW. Sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-
ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai
berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
mengambil berbagai aspek itu ialah al-Qur’an dan al-Hadist.57
Bimbingan Islam merupakan proses pemberian bantuan, kepada
seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriyah maupun bathiniyah.
Bantuan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, dengan
maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya
55 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), cet. Ke-7, h. 96.56 M. Ali Hasan dan Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, (Jakarta: Direktorat
jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1998), h. 4.57 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1987), cet.
Ke-5, Jilid 1, h. 24.
38
dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari
kekuatan iman, dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.58
Dalam ajaran Islam yang tercantum dalam al-Qur’an Allah SWT
mengajarkan untuk saling nasehat menasehati seperti yang tersirat dalam
al-Qur’an surat Al-‘Ashr : 3
Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakanamal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehatmenasehati supaya menetapi kesabaran”.59 (Q.S. Al-‘Ashr ayat: 3)
Sedangkan bimbingan agama Islam menurut Aunur Rahim Faqih
yaitu proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.60
Jadi, kesimpulan bimbingan agama Islam adalah suatu proses atau
cara untuk bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi
maupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan
di bidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan
potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-
Hadist Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia mampu hidup selaras sesuai
58 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. GoldenTerayon Press, 1998), cet. Ke-6, h. 2.
59 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Disertai Tanda-tanda Tajwiddengan Tafsir Singkat, (Jakarta: Bayan Qur’an, 2012), h. 601.
60 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press,2002), h. 4.
39
dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah sehingga mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Bimbingan agama Islam menjadi materi wajib yang didapat di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Materi ini khusus untuk penyandang tunadaksa yang beragama Islam.
Proses mendekatkan diri kepada sang Maha Pencipta dengan jalan belajar
mengenal agama Islam merupakan hal wajib terutama karena alasan
menuntut ilmunya. Penyandang tunadaksa akan lebih percaya diri karena
yakin dirinya terlahir sempurna dan terus bersabar serta tawakal
menyerahkan segala sesuatunya kepada Yang Maha Kuasa atas segalanya.
Bimbingan Agama Islam ini akan menjadi jalan untuk semua orang untuk
hidup lebih optimis, lebih sabar, dan menyandarkan segala sesuatunya
terhadap bimbingan agama yaitu al-Qur’an dan al-Hadits.
2. Tujuan Bimbingan Agama Islam
Kita sudah sama-sama mengetahui dari penjelasan di atas, secara
global dan menyeluruh, tujuan bimbingan adalah dapat membantu
individu atau kelompok mewujudkan jati diri dan pribadinya sebagai
manusia seutuhnya, agar dapat terwujudnya kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.
Dalam menjalankan setiap aktivitasnya, manusia pasti mengalami
hambatan serta rintangan dalam menggapai keinginan untuk
mewujudkannya menjadin kenyataan, sehingga sangat diperlukan
bimbingan agama untuk selalu memperkokoh rasa keimanan untuk
menghadapi berbagai rintangan dalam menggapai kebahagiaan.
40
Aunur rahim faqih secara khusus menyebutkan bimbingan agama
memiliki tujuan-tujuan antara lain:
a. Membantu individu agar tidak mengahdapi masalah
b. Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi
dirinya dan orang lain.61
Jika kita telaah tujuan bimbingan agama di atas, diharapkan
bimbingan agama yang diberikan dapat membantu menjaga kondisinya
selalu baik dan mampu mencegah masalah serta menyelesaikan masalah
yang dihadapinya. Jadi tak ada alasan untuk takut, untuk ragu-ragu,
ataupun tidak percaya diri penyandang tunadaksa dalam menjalankan
kehidupan jika segala sesuatunya sudah disandarkan kepada agama dan
Sang Maha Pencipta Allah SWT.
3. Fungsi Bimbingan Agama Islam
Dalam menerapkan bimbingan kepada seseorang terutama
penyandang tunadaksa, bimbingan itu dimaksudkan bukan seorang
pembimbing atau penyuluh yang memberikan pemecahan masalahnya,
akan tetapi memberikan gambaran serta beberapa pilihan dalam
menanggapi dan menyelesaikan masalah tersebut, serta memberikan
berbagai arahan dan alternatif pemecahan masalah (problem solver) agar
seseorang dapat memilih jalan penentuannya untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
61 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press,2002), h. 36.
41
Oleh karena itu, dengan memperhatikan tujuan umum serta tujuankhusus bimbingan agama di atas, maka dapatlah dirumuskan “fungsi daribimbingan agama menurut Aunur Rahim Faqih, yaitu:
a. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegahtimbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi Kuratif atau Korektif, yaitu membantu individu memecahkanmasalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
c. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang semulatidak baik, menjadi lebih baik, dan kebaikan itu bertahan lama.
d. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individumemelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik,sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab masalah baginya.”62
Fungsi bimbingan agama ini menjelaskan fungsi pengembangan
diri untuk memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi baik
sampai tidak memungkinkannya menjadi sebab masalah dengan
kemampuan mencegah masalah dan menyelesaikan masalahnya.
Untuk mencapai tujuan di atas dan sejalan dengan fungsi-fungsibimbingan agama tersebut, maka “Aunur Rahim Faqih mengemukakan didalam bukunya melakukan bimbingan agama secara garis besar disebutkansebagai berikut:1. Membantu individu mengetahui, mengenal, dan memahami keadaan
dirinya sesuai dengan hakekatnya atau memahami kembali keadaandirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat terjadi individu tidakmengenal atau tidak menyadari keadaan dirinya yang sebenarnya.Secara singkat dikatakan bimbingan agama mengingatkan kembaliindividu akan fitrahnya.
2. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya,segi baik dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya, sebagai sesuatuyang memang telah ditetapkan Allah (nasib atau takdir), tetapi jugamenyadari bahwa manusia diwajibkan berikhtiar, kelemahan yang adapada dirinya bukan terus menerus disesali. Singkat kata dapatdikatakan untuk membantu individu tawakal atau berserah diri kepadaAllah.
3. Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi yangdihadapi saat ini.
4. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah. Secaraislami terapi umum bagi pemecahan masalah (rohaniah) individuseperti yang dianjurkan oleh al-Qur’an dan al-Hadist sebagai berikut:a. Berlaku sabarb. Membaca dan memahami al-Qur’anc. Berzikir atau mengingat Allah.”63
62 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press,2002), h. 36.
42
Hasil yang diharapkan ketika penyandang tunadaksa mendapatkan
bimbingan agama Islam adalah kembalinya fitrah diri mereka, tidak
merasa sebagai penyandang cacat yang mempunyai banyak kekurangan,
tidak terpuruk dalam masalah dan keterbatasan, tetapi lebih percaya diri,
lebih yakin akan kesuksesan karena mereka nyaman dan percaya Allah
selalu bersama makhlukNya yang sabar dan mencintaiNya.
D. Potret Penyandang Tunadaksa
1. Pengertian Tunadaksa
Di dalam buku “Psikologi Anak Luar Biasa” tunadaksa berarti
suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau
hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.64
Tunadaksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang
menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan
pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu
untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.65
“Ketunadaksaan dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:a. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran:
1. Faktor keturunan2. Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan3. Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak4. Pendarahan pada waktu kehamilan
63 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press,2002), h. 37.
64 T. sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama,2012), h. 121.
65 Ibid, h. 121.
43
5. Keguguran yang dialami ibub. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran:
1. Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran (seperti tang, tabung,vacuum, dan lain-lain) yang tidak lancar
2. Penggunaan obat bius pada waktu kelahiranc. Sebab-sebab sesudah kelahiran
1. Infeksi2. Trauma3. Tumor4. Kondisi-kondisi lainnya
Menurut Frances G, Koening, tunadaksa dapat diklasifikasikansebagai berikut:a) Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan
keturunan, meliputi:1) Kaki, tangan seperti tongkat2) Jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki3) Sebagian dari sumsum tulang belakang tidak tertutup4) Kerdil5) Kepala yang kecil, tidak normal6) Gangguan pada bibir dan mulut7) Gangguan pada sendi paha, terlalu besar, dll.
b) Kerusakan pada waktu kelahiran1) Kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik waktu
kelahiran2) Tulang yang rapuh dan mudah patah
c) Infeksi1) Tuberkulosis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi
kaku)2) Poliomyelitis (infeksi virus yang mungkin menyebabkan
kelumpuhan3) Tuberkulosis pada sumsum tulang belakang, lutut, dll.
d) Kondisi traumatik atau kerusakan traumatik1) Amputasi (anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan)2) Kecelakaan akibat luka bakar3) Patah tulang
e) Tumor1) Tumor tulang2) Kista atau kantang yang berisi cairan di dalam tulang
f) Kondisi-kondisi lainnya1) Telapak kaki yang rata, tidak berteluk2) Bagian belakang sumsum tulang belakang yang cekung, dll.”66
66 T. sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama,2012), h. 123 -125.
44
2. Perkembangan Kepribadian Bahasa/Bicara Penyandang
Tunadaksa
Bahasa adalah alat komunikasi yang utama bagi manusia, dengan
bahasa manusia dapat berhubungan satu dengan yang lainnya, dan dengan
bahasa pula seseorang dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
kehendaknya kepada orang lain.67
Setiap manusia memiliki potensi untuk berbahasa, potensi tersebut
akan berkembang menjadi kecakapan bahasa melalui proses yang
berlangsung sejalan dengan kesiapan dan kematangan sensori motoriknya.
Pada penyandang tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa/bicaranya
tidak begitu berbeda dengan anak normal, lain halnya dengan yang
cerebral palsy.68
Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan bicara
dapat ditemui pada hampir setiap anak cerebral palsy. Adanya gangguan
bicara ini mengakibatkan mereka mengalami problem psikologis yang
disebabkan kesulitan dalam mengungkapkan pikiran, keinginan, atau
kehendaknya. Mereka biasanya menjadi mudah tersinggung, tidak
memberikan perhatian yang lama terhadap sesuatu, merasa terasing dari
keluarga dan teman-temannya.69
Dari semua penjelasan di atas tergambar jelas bagaimana keadaan
subjek penelitian ini. Penyandang tunadaksa dengan segala
keterbatasannya menjadi hal wajar ketika mereka mempunyai masalah
54 T. sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama,2012), h. 130.
68 Ibid, h. 130.69 Ibid, h. 130-131.
45
dengan kepercayaan diri mereka. Tapi pada dasarnya mereka penyandang
tunadaksa ini tetap sebagai seseorang yang periang, berani dan kreatif.
Dukungan sosial dan bimbingan agama Islam penulis jadikan variabel
bebas untuk dilihat pengaruhnya kepada kepercayaan diri penyandang
tunadaksa. Manfaat dari penelitian ini dapat dijadikan referensi program
dalam membina penyandang tunadaksa dimanapun mereka berada.
E. Kerangka Penelitian
Paradigma penelitian adalah pandangan atau model pola pikir yang
menunjukkan permasalahan yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian.70 Berdasarkan teori dari variabel-variabel ini adalah
menurut kennet kepercayaan diri bukan sesuatu yang konstan, namun
dapat diubah melalui stimulus dan perlakuan yang diberikan oleh diri
sendiri maupun dari pihak di luar dirinya.71 Masalah kepercayaan diri pada
penyandang tunadaksa harus menyesuaikan diri dan menggunakan caranya
untuk mengatasi maslah tersebut (Coping). Menurut Istiqomah Wibowo
dkk. ada dua macam coping dapat digunakan dalam mengatasi masalah,
yaitu: (1) problem-focused coping dan (2) emotion-focused coping.
Problem-focused coping merupakan cara mengatasi masalah yang
memfokuskan pada masalah itu sendiri (active coping). Sedangkan
70 Sugiono, Metode Penelitian Adminitrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, (Bandung:Alfabeta, 2006), 43.
71 Siswanto dan Dian Puspitasari, Efektivitas Graphotherapy terhadap PeningkatanKepercayaan Diri pada Remaja dip anti Sosial dalam Jurnal Psikodimensia kajian IlmiahPsikologi (Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, 2009), h. 91.
46
emotion-focused coping lebih menekankan pada emosi atau perasaan
orang tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menggunakan
emotion-focused coping adalah meditasi, refleksi, pendekatan agama, dan
mencari dukungan sosial. 72 Jadi penulis mengambil variabel dukungan
sosial dan bimbingan agama Islam untuk dijadikan variabel bebas yang
diprediksi dapat mempengaruhi variabel kepercayaan diri sebagai variabel
terikat.
Kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar. 2
Paradigma Penelitian
Keterangan:
X1 : Dukungan Sosial (X1) (Variabel bebas = Independen)
X2 : Bimbingan Agama Islam (X2) (Variabel bebas = Independen)
Y : Kepercayaan Diri (variabel terikat = dependen)
72 Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 33.
Dukungan Sosial(X1)
Kepercayaan Diri(Y)
Bimbingan AgamaIslam(X2)
47
Penelitian ini hanya akan menggali data berupa informasi tentang
pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan Agama Islam terhadap
Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Teknik analisis yang digunakan
adalah regresi sederhana dan regresi ganda, dimana regresi sederhana
digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variable bebas yaitu
variabel Dukungan Sosial dan Bimbingan Agama Islam terhadap kepercayaan
diri. Regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-
sama dua variabel bebas yaitu Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan
Agama Islam terhadap Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif.Penelitian kuantitatif merupakan “penelitian dengan meneliti
seberapa besar pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel
terikat (dependent)”.Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.73
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan paradigma
positivistik sebagai paradigma yang berpengaruh dan dapat melahirkan
pendekatan kuantitatif dalam penelitian sosial dimana objek penelitian
dilihat memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan behavioristik,
dimana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang
dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun
mementingkan fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif
dengan menentang habis-habisan sikap-sikap subjektif.74
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
asosatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
73 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 14.
74 Burhan Bungin, metodologi Penelitian kuantitatif, (Jakarta : Kencana Prenada MediaGroup, 2005) h. 32-33.
49
dua variabel atau lebih.75Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun
suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan
mengontrol suatu gejala”.Pendekatan penelitian asosiatif ini minimal
terdapat dua variabel yang dihubungkan.Dalam penelitian yang dilakukan
oleh penulis bentuk hubungan ini bersifat sebab akibat (Kausal), yaitu
hubungan yang bersifat mempengaruhi dua varibel atau lebih.76 Hubungan
kausal, atau hubungan asimetris, atau hubungan fungsional merupakan
bentuk hubungan yang sifatnya sebab-akibat, artinya keadaan satu variabel
disebabkan, ditentukan, atau dipengaruhi oleh satu atau lebih variabel lain.
Dalam bentuk ini, sudah diketahui secara pasti adanya variabel terikat dan
variabel bebas.77
Seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini menggunakan
pendekatan asosiatif.Adapun variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini
ada dua macam, yaitu variabel X dan variabel Y, yang termasuk variabel X
adalah X1 dukungan sosial, X2 bimbingan agamaIslam dan variabel Y
adalah kepercayaan diri. Artinya penelitian ini berupaya menghubungkan
antara pengaruh dukungan sosial dan bimbingan agamaIslam terhadap
kepercayaan diri.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda dari dua variabel independen terhadap satu variabel dependen,
yang masing-masing variabel telah diketahui nilai-nilainya sebagai
75 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 57.
76Ibid., h. 57-58.77 S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,
(Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2012), h. 14.
50
petunjuk untuk mengetahui pengaruh dari variabel dependen baik itu
pengaruh secara parsial maupun secara simultan terhadap variabel
independen yang diteliti tersebut.Teknik analisis dalam penelitian ini
menggunakan analisis statistik dengan menggunakan regresi ganda yaitu
digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel
dependen bila nilai variabel independen dinaikkan atau diturunkan nilainya
(dimanipualsi).78
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014 sampai bulan
Desember 2014 di Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Kebayoran
Baru - Jakarta Selatan. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan
pemilihan lokasi penelitian ini adalah:
1. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang pengaruh
dukungan sosial dan bimbingan agama Islam terhadap kepercayaan
diri penyandang tunadaksa di Yayasan Penyandang Anak Cacat
(YPAC) Kebayoran Baru - Jakarta Selatan.
2. Peneliti mendapatkan hasil observasi yang berkaitan dengan kriteria
judul yaitu:
a. Terdapat para penyandang tunadaksa yang berjumlah 114 orang
b. Para penyandang tunadaksa sebagian beragama Islam
78 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 215.
51
c. Terdapat materi bimbingan agama Islam sebagai salah satu
program YPAC.
d. Sebagian besar penyandang tunadaksa pada masa remaja awal
sampai dewasa.
3. Pihak lembaga bersedia untuk diadakan penelitian dan memberikan
data, informasi sesuai permasalahan yang ada serta keramahan seluruh
civitas lembaga sangat membantu dan mendukung kelancaran dalam
penelitian ini.
4. Peneliti juga telah melakukan survey dan observasi di berbagai tempat
lembaga atau yayasan yang menaungi penyandang cacat. Tetapi karena
terbentur masalah birokrasi yang rumit serta beberapa lembaga tidak
terdapat jumlah populasi yang sesuai, maka peneliti mengambil lokasi
Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru - Jakarta
Selatan sebagai bahan penulisan skripsi, sesuai dengan kriteria yang
peneliti cari dan memenuhi criteria persyaratan untuk dijadikan
penelitian sesuai dengan jurusan peneliti.
C. Populasi dan Sampel
Populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-
cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan pula antara populasi
sampling dengan populasi sasaran.Dalam setiap penelitian populasi yang
dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari.79
79 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LembagaPenelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), 2011), h. 152
52
Populasi dalam penelitian ini adalah para penyandang tunadaksa
yang berada dalam naungan Yayasan Penyandang Anak cacat (YPAC)
sebanyak 114 orang.Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.80Adapun yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah para penyandang tunadaksa yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Penyandang tunadaksa
2. Berada dalam bawah naungan YPAC Kebayoran baru – Jakarta
Selatan
3. Beragama Islam (bukan non Islam)
4. Mendapatkan bimbingan agama Islam (bukan TK, karena TK belum
mendapatkan bimbingan agama Islam secara intensif)
5. Berusia 12 – 40 tahun baik laki-laki maupun perempuan, atau pada
masa remaja awal hingga masa dewasa.
Tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja dapat dibagi-bagi
dalam berbagai cara. Salah satu pembagian tahapan perkembangan
remaja disampaikan oleh “The American School Counselor
(Association ASCA),” yang terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut:
(1) Remaja awal, 12-14 tahun; (2) Remaja Pertengahan, 15-16 tahun,
dan (3) Remaja Akhir, 17-19 tahun.81 Bahkan dalam buku lain
dijelaskan masa remaja pada anak perempuan dimulai usia 11 tahun
dan pada anak laki-laki pada usia 12 tahun.82 Sedangkan batasan usia
dewasanya sesuai dengan pendapat Levinson, dalam fase kemantapan
(33-40 tahun) orang dengan keyakinan yang mantap menemukan
80 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 118.
81 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 76.
82 T. sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama,2012), h. 49.
53
tempatnya dalam masyarakat dan berusaha untuk memajukan karir
sebaik-baiknya. Pada usia 40 tahun tercapailah puncak masa dewasa.83
6. Dapat membantu dan mendukung penelitian ini (bisa di ajak
komunikasi).
Berikut data kriteria sampel berdasarkan hasil observasi:
Tabel. 1.1 (Kelas I SD)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Azka 1 SD Kamis, 10:00 - 11:00 9 tahun Tidak bisa2 Atar 1 SD Kamis, 10:00 - 11:00 9 tahun Tidak bisa3 Afifah 1 SD Kamis, 10:00 - 11:00 8 tahun Bisa4 Rania 1 SD Kamis, 10:00 - 11:00 8 tahun Bisa5 Rahmawati 1 SD Kamis, 10:00 - 11:00 11 tahun Bisa6 Najwa 1 SD Kamis, 10:00 - 11:00 9 tahun Tidak bisa7 Zhafran 1 SD Kamis, 10:00 - 11:00 13 tahun Tidak bisa
Tabel.1.2 (Kelas II SD)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Bima 2 SD Selasa, 07:30 - 08:30 13 tahun Bisa2 Renaldy 2 SD Selasa, 07:30 - 08:30 11 tahun Tidak bisa3 Tegar 2 SD Selasa, 07:30 - 08:30 11 tahun Bisa4 Rathi 2 SD Selasa, 07:30 - 08:30 8 tahun Tidak bisa5 Harry P 2 SD Selasa, 07:30 - 08:30 10 tahun Bisa
Tabel.1.3 (Kelas III SD)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Asy Affa 3 SD Selasa, 11:00 - 12:00 13 tahun Bisa2 Dafa R. 3 SD Selasa, 11:00 - 12:00 13 tahun Tidak bisa
83 F.J. Monks dkk.,Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya,(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), h. 330.
54
3 Dafa Taqi 3 SD Selasa, 11:00 - 12:00 9 tahun Bisa4 Egiansyah 3 SD Selasa, 11:00 - 12:00 12 tahun Bisa5 Hamidou 3 SD Selasa, 11:00 - 12:00 12 tahun Tidak bisa6 Kamal sauqi 3 SD Selasa, 11:00 - 12:00 9 tahun Tidak bisa
Tabel.1.4 (Kelas IV SD)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Syarifuddin 4 SD Kamis, 11:00 - 12:00 16 tahun Bisa2 Affan Amru 4 SD Kamis, 11:00 - 12:00 10 tahun Bisa3 Intan 4 SD Kamis, 11:00 - 12:00 13 tahun Bisa
Tabel.1.5 (Kelas V SD)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Adinda Nurul 5 SD Senin, 10:00 - 11:30 15 tahun Bisa2 Rahmi 5 SD Senin, 10:00 - 11:30 12 tahun Bisa3 Annisa Rizka 5 SD Senin, 10:00 - 11:30 15 tahun Tidak bisa
Tabel.1.6 (Kelas VI SD)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 A. putro Abyyu 6 SD Selasa, 09:00 - 11:00 15 tahun Bisa2 Roudha 6 SD Selasa, 09:00 - 11:00 15 tahun Bisa3 Aqila 6 SD Selasa, 09:00 - 11:00 17 tahun Bisa4 Nur Afifah 6 SD Selasa, 09:00 - 11:00 14 tahun Tidak bisa5 Dara 6 SD Selasa, 09:00 - 11:00 14 tahun Bisa
Tabel.1.7 (Kelas VII dan VIII SMP)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Danu VII SMP Rabu, 07:30 - 08:05 18 tahun Bisa2 M. Zakhrofi VII SMP Rabu, 07:30 - 08:05 17 tahun Bisa3 Raza VIII SMP Rabu, 07:30 - 08:05 16 tahun Bisa
55
Tabel.1.8 (Kelas IX SMP)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Hendri IX SMP Kamis, 07:30 - 08:05 18 tahun Bisa2 Farida IX SMP Kamis, 07:30 - 08:05 16 tahun Bisa3 Afif IX SMP Kamis, 07:30 - 08:05 18 tahun Bisa4 Devi IX SMP Kamis, 07:30 - 08:05 20 tahun Tidak bisa
Tabel.1.9 (Kelas X SMA)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Tika X SMA Senin, 08:10 - 08:50 20 tahun Bisa2 Heidy X SMA Senin, 08:10 - 08:50 17 tahun Bisa
Tabel.1.10 (Kelas XII SMA)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Yunan XII SMA Senin, 08:50 - 09:30 17 tahun Tidak bisa2 Indriyati XII SMA Senin, 08:50 - 09:30 17 tahun Bisa
Tabel.1.11 (Kelas Karya Putra)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Indrayana Karya PA Rabu, 13:00 - 13:30 40 tahun Bisa2 Subur Karya PA Rabu, 13:00 - 13:30 40 tahun Bisa3 Andika Karya PA Rabu, 13:00 - 13:30 30 tahun Bisa4 Bob Karya PA Rabu, 13:00 - 13:30 27 tahun Bisa5 Farid Karya PA Rabu, 13:00 - 13:30 31 tahun Tidak bisa6 Panji Karya PA Rabu, 13:00 - 13:30 34 tahun Tidak bisa7 Rizal Karya PA Rabu, 13:00 - 13:30 40 tahun Bisa
56
Tabel.1.12 (Kelas Karya Putri)
Penyandang Tunadaksa Muslim
NoNama
Penyandang KelasJadwal Bimbingan
Agama Islam UsiaKeterangan (bisa diajak komunikasi)
1 Rahma Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 39 tahun Bisa2 Vonny Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 37 tahun Tidak bisa3 Cica Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 39 tahun Bisa4 Melisa Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 27 tahun Bisa5 Femi Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 26 tahun Tidak bisa6 Salita Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 20 tahun Tidak bisa7 Nana Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 40 tahun Bisa8 Anisa Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 30 tahun Bisa9 Intan Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 48 tahun Tidak bisa10 Arindiya Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 25 tahun Tidak bisa11 Nitidya Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 36 tahun Bisa12 Siti Nurma Karya PI Rabu, 13:00 - 13:30 32 tahun Tidak bisa
Tabel.1.13
Total Penyandang Tunadaksa yang Masuk Kriteria Responden;
muslim, mendapat bimbingan agama Islam, usia 12-40 tahun, dan bisa di
ajak komunikasi adalah:
No Kelas Jumlah1 Kelas 1 SD 0 orang2 Kelas 2 SD 1 orang3 Kelas 3 SD 2 orang4 Kelas 4 SD 2 orang5 Kelas 5 SD 2 orang6 Kelas 6 SD 4 orang7 Kelas VII+VIIISMP 3 orang8 Kelas IX SMP 3 orang9 Kelas X SMA 2 orang
10 Kelas XII SMA 1 orang11 Kelas Karya Putra 5 orang12 Kelas Karya Putri 6 orang
Total Jumlah 31 orang
57
Berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas, maka penentuan
sampel penelitian ini menggunakan teknik Samplingyaitu teknik penentuan
sampel dengan mengambil semua sampel yang memenuhi kriteria. Peneliti
menggunakan teknik Samplingdikarenakan penentuan kriteria sampel yang
harus sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian serta batas normal
dalam penelitian kuantitatif yaitu 30 responden.
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 31
responden dengan berdasarkan pemilihan responden yang masuk kriteria
sampel dari populasi yang ada.
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri, dukungan
sosial, dan bimbingan agama Islam.
Kepercayaan diri dijadikan sebagai dependent variabel (variabel
terpengaruh), sedangkan dukungan sosial dan bimbingan agama Islam
dijadikan sebagai independent variabel (variabel pengaruh), yang
merupakan sehimpunan variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi
atau menjelaskan mengapa kepercayaan diri itu bervariasi.
2. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam
penelitian ini adalah:
58
a. Kepercayaan Diri
Menurut Guilford ciri-ciri kepercayaan diri dapat dinilai melalui 3
aspek yaitu: suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri,
memiliki kemampuan bersosialisasi dan ketenangan sikap. Skor yang
diukur adalah yakin atas kemampuan sendiri, kemampuan
bersosialisasi, dan ketenangan sikap.
b. Dukungan Sosial
Menurut Dr. Istiqomah Wibowo, Dipl, Soc.plan dkk., dukungan Sosial
adalah transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek
yang mengarah pada problem focused coping yang terdiri dari 1).
Dukungan emosional; semangat, nasehat, penghargaan, dll. 2).
Pemberian Informasi; petunjuk, atau pengetahuan, 3). Berupa
dukungan nyata.Skor yang diukur adalah dukungan emosional,
pemberian informasi, dan dukungan nyata.
c. Bimbingan Agama Islam
Menurut Thohari Musnawar bimbingan agama Islam adalah berupa
pertolongan di bidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat
mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal
dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
al-Qur’an dan al-Hadist. Skor yang diukur adalah pengembangan
potensi fitrah diri (dibawa sejak lahir), mengamalkan nilai-nilai al-
Qur’an, serta al-Hadist.
59
Tabel.2
Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Variabel Teori Dimensi Indikator DefinisiOperasional
PengaruhDukunganSosisal(Variabel X1)
Menurut Dr.IstiqomahWibowo, Dipl,Soc.plandkk.,DukunganSosial adalahtransaksiinterpersonalyang melibatkansatu atau lebihaspek yangmengarah padaproblem focusedcoping yangterdiri dari 1).Dukunganemosional;semangat,nasehat,penghargaan, dll.2). PemberianInformasi;petunjuk, ataupengetahuan, 3).Berupa dukungannyata. Skor yangdiukur adalahdukunganemosional,pemberianinformasi, dandukungan nyata.
1. Dukunganemosional
2. PemberianInformasi
3. Berupadukungannyata.
a. Dukungansemangat
b. DukunganNasehat
c. DukunganPenghargaan
d. Pemberianpetunjuk
e. Pemberianpengetahuan
f. PemberianSaran
g. Pemberianhadiah
h. Pemberianuang
i. Pemberianpengobatan
Dukungan sosialadalah transaksiinterpersonal yangmelibatkan satu ataulebih aspek yangmengarah padaproblem focusedcoping yang terdiridari:1. Dukungan
Emosional:a. Dukungan
semangatb. Dukungan
Nasehatc. Dukungan
Penghargaan2. Pemberian
Informasi:a. Pemberian
petunjukb. Pemberian
pengetahuanc. Pemberian
Saran3. Dukungan Nyata:
d. Pemberianhadiah
e. Pemberianuang
f. Pemberianpengobatan
BimbinganAgama Islam(Variabel X2)
Menurut ThohariMusnawarBimbingan agama Islamadalah berupapertolongan dibidang mentalspiritual, yangbertujuan agardapatmengembangkan
1. pengembangan potensifitrah diri(dibawasejak lahir)
2. Mengamalkan nilai-nilaial-Qur’an,serta al-Hadist.
a. Menyalurkanminat danbakat
b. Rajin belajarc. Berbuat baik
kepada oranglain
d. Berlakusabar
e. Beribadahata
Bimbingan agamaIslam adalah berupapertolongan dibidang mentalspiritual, yangbertujuan agar dapat1. mengembangkan
potensi fitrahdiri (dibawasejak lahir):
60
potensi fitrahyang dibawasejak lahir secaraoptimal dengancaramenginternalisasikan nilai-nilaiyang terkandungdalam al-Qur’andan al-Hadist.
u mengingatAllah
f. Berdo’a
a. Menyalurkanminat danbakat
b. Rajin belajarc. Berbuat baik
kepada oranglain
2. Mengamalkannilai-nilai al-Qur’an, serta al-Hadist:a. Berlaku sabarb. Beribadah/m
engingatAllah
c. Berdo’aKepercayaanDiri(Variabel Y)
Menurut Guilfordciri-ciriKepercayaandiri dapat dinilaimelalui 3 aspekyaitu: suatu sikapatau perasaanyakin ataskemampuansendiri, memilikikemampuanbersosialisasi danketenangan sikap.Skor yang diukuradalah yakin ataskemampuansendiri,kemampuanbersosialisasi, danketenangan sikap.
1. Yakin ataskemampuansendiri
2. Kemampuanbersosialisasi
3. Ketenangansikap
a. Tidakbergantung/mengandalkan orang lain
b. Bekerjakeras
c. Berambisid. Aktif
bertanyae. Aktif ikut
kegiatanf. Tidak
egois/mementingkankepentingansendiri
g. Tidak ragu-ragu
h. Toleransiataumenghargaiorang lain
i. Tidakmembandingkan dirisendiridengan oranglain.
Kepercayaan diridapat dinilai melalui3 aspek yaitu: suatusikap atau perasaan:1. Yakin atas
kemampuansendiri:a. Tidak
bergantung/mengandalkan orang lain
b. Bekerja kerasc. Berambisi
2. Kemampuanbersosialisasi:a. Aktif
bertanyab. Aktif ikut
kegiatanc. Tidak
egois/mementingkankepentingansendiri
3. Ketenangansikap:a. Tidak ragu-
ragub. Toleransi
ataumenghargaiorang lain
61
c. Tidakmembandingkan dirisendiridengan oranglain.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data guna memecahkan masalah penelitian,
maka data tersebut harus dicari dari sumber data yang tepat. Dalam
penelitian ini untuk mencari dan mengumpulkan data, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada
objek penelitian.84Dalam menggunakan metode observasi cara yang
paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko
pengamatan sebagai instrument.85Observasi juga menjadi bagian hal
terpenting yang harus dilakukan oleh peneliti.Sebab dengan observasi
keadaan subjek maupun objek penelitian dapat dilihat dan dirasakan
langsung oleh seorang peneliti.
Dalam penelitian ini peneliti memilih observasi terbuka, sebagaimana
tercermin dari namanya, dan pada dasarnya tidak mempunyai sasaran
atau struktur yang tertentu sebelum dilaksanakannya observasi. Dalam
hubungan ini, tidak ada alat bantu observasi yang dipersiapkan khusus.
84S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta:PustakaBelajar, 2012), h.46.
85Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : RinekaCipta, 2010), h. 272.
62
Peneliti cukup menyediakan kertas kosong untuk mencatat hal-hal
yang dinilai menarik atau penting selama observasi. Pencatatan
biasanya diwujudkan dalam bentuk butir-butir kunci yang
pengembangannya akan dilakukan kemudian.
2. Angket
Angket adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan
permintaan.86Angket dalam penelitian ini dibagikan kepada 31
penyandang tunadaksa sebagai sampel penelitian yang memenuhi
kriteria responden. Angket ini berupa daftar pernyataan tertulis
sebanyak 48 butir menggunakan skala Semi likert, dengan nilai 1-5
apabila menjawab sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju. Hal ini juga dikarenakan untuk melihat kecenderungan dari segi
positif dan negatif.
3. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya.87
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
86 Dr. Riduwan, Dasar-Dasar Statistika (bandung, Alfabeta:2010), h.52-53.87Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2010), h. 272.
63
1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur
apa yang ingin diukur. Suatu instrument yang valid akan memiliki
validitas yang tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti
validitasnya rendah.88 Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis
item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang
merupakan jumlah tiap skor butir. Teknik korelasi untuk menentukan
validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak
digunakan. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien
korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor
total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut
mempunyai validitas yang tinggi pula.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur,
sehingga alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan.89 Jika suatu alat ukur
dapat dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur tersebut dikatakan
reliabel atau dapat diandalkan.90 Pada uji instrumen ini peneliti
menggunakan reablity analysis dengan metode Cronbach Alpha. Dengan
metode ini, koefisien alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
88 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : RinekaCipta, 2002), h.141.
89 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta : LP3ES,1995), cet. Ke-2, h.96.
90 RambatLupiyoada dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: SalembaEmpat, 2006), h. 241.
64
α = KR
1 + ( K – 1 ) RKeterangan:
α = Koefisien Keandalan alat ukur
K = Jumlah Variabel
R = Koefisien Rata-rata Koefisien antar Variabel
G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa hasil penelitian metode yang digunakan adalah
metode kuantitatif deskriptif yaitu menggambarkan dan menjelaskan objek
penelitian. Metode analisis kuantitatif ini yang akan penulis gunakan untuk
mengetahui pengaruh dukungan sosial dan bimbingan agama Islam
terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yaysan Pembinaan
Anak Cacat (YPAC) Kebayoran baru, Jakarta Selatan.
Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dan bimbingan
agama Islam terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa dilakukan
dengan skala likert mengembangkan prosedur pengukuran dengan skala.
Tabel. 3.1
Skala Semi Likert (Butir Positif)
Sangat Setuju(SS)
Setuju(S)
Tidak Setuju(TS)
Sangat TidakSetuju(STS)
5 4 2 1
Tabel. 3.2
Skala Semi Likert (Butir Negatif)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak
65
(SS) (S) (TS) Setuju(STS)
1 2 4 5
Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon lebih
baik atau lebih lengkap dibandingkan skala tiga sehingga mampu
mengungkap lebih maksimal perbedaan sikap responden. Selain itu juga
tidak ada peluang bagi responden untuk bersikap netral seandainya pilihan
respon skala lima, sehingga memaksa responden untuk menentukan sikap
terhadap fenomena sosial yang ditanyakan atau dinyatakan dalam
instrument.91
Selanjutnya data yang diperoleh akan dipresentasikan dalam tabel
yang dianalisis berdasarkan variabel pengaruh dukungan sosial dan
bimbingan agama Islam yang selanjutnya dikaitkan terhadap kepercayaan
diri penyandang tunadaksa di Yaysan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)
Kebayoran baru, Jakarta Selatan.
H. Uji Regresi Hubungan Antar Variabel
Selanjutnya data yang diperoleh melalui kuesioner, akan dianalisis
dan kemudian hasilnya dideskripsikan.Dalam menganalisis data ini,
peneliti menggunakan “Analisis Regresi Linier Berganda”.
Analisis Regresi Linier Berganda merupakan pengembangan dari
analisis regresi sederhana. Analisis regresi ganda adalah alat untuk
meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu
91S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta:PustakaBelajar, 2012), h. 106.
66
variabel terikat (untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional
atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas X1, X2, …., Xi
terhadap suatu variabel terikat Y).
Persamaan regresi ganda dirumuskan sebagai berikut:
2211 XbXbaY
Keterangan:
Y = variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1, X2, = variabel independen
a = konstanta (nilai Y apabila X1, X2, = 0)
b1, dan b2 = koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Nilai-nilai a, b1, dan b2 pada persamaan regresi ganda untuk dua
variabel bebas dapat ditentukan dari rumus-rumus berikut:
212
2111 xbxbyx
2222112 xbxxbyx
2211 XbXbYa
Namun untuk memudahkan analisis regresi ganda maka peneliti
menggunakan perhitungan dengan SPSS 20.0 for windows.
1. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Uji koefisien regresi secara parsial (uji t) digunakan untuk menguji
tingkat signifikansi masing-masing koefisien variabel bebas secara
individu terhadap variabel tidak bebas. Rumus t hitung pada analisis
regresi adalah:
thitung =Sbi
bi
67
Keterangan:
bi = koefisien regresi variabel i
Sbi = standar error variabel i
Hasil uji t dapat dilihat pada output Coefficient dari hasil
analisis regresi linier berganda. Melakukan uji t terhadap koefisien-
koefisien regresi untuk menjelaskan bagaimana suatu variabel
independent secara statistik berhubungan dengan dependen secara
parsial.Kriteria pengujian uji t dengan membandingkan nilai thitung
dengan t tabel atau dengan melihat nilai signifikansi (probabilitas) untuk
membuat keputusan menolak atau menerima H0. Alternatif
keputusannya adalah:
1) Jika thitung> ttabel atau probabilitas t kurang dari α =0,05 berarti
bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel tidak bebas yang diteliti
2) Jika thitung< ttabel atau probabilitas t lebih dari α =0,05 berarti bahwa
variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel tidak bebas yang diteliti.
Hasil uji t dapat dilihat pada output Coefficient dari hasil analisis
regresi linier berganda.
2. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(X1, X2) secara bersama-sama berpengaruh dengan signifikan
68
terhadap variabel dependen (Y). F hitung dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
F hitung = 1kn/R1
k/R2
2
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah data
k = jumlah variabel independen
Hasil uji F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil analisis
regresi linier berganda.Melakukan uji F untuk mengetahui pengujian
secara bersama-sama signifikansi hubungan antara variabel
independent dan variabel dependen. Kriteria pengujian dan
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika Fhitung> Ftabel atau probabilitas F kurang dari α =0,05 maha H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya secara bersama-sama variabel-
variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel tidak bebas.
2) Jika Fhitung< Ftabel atau probabilitas F lebih dari α =0,05 maha H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya secara bersama-sama variabel-
variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel tidak bebas.
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan perhitungan
statistik, digunakan bantuan program SPSS 20.0 for windows.
3. Uji Determinasi (R²)
69
Koefisien korelasi yang diperoleh atau untuk memberikan
interprestasi terhadap koefisien korelasi hubungan antaa dua variabel
digunakan kriteria seperti yang ditentukan adalah sebagai berikut:
Tabel. 4
Pedoman untuk memberikan interprestasi
Hubungan antara dua variabel penelitian
Pada tahap analisis kuantitatif dalam penelitian ini digunakan
teknik regresiuntuk mengetahui besar dan arah korelasi, serta bobot
sumbangan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.
Pengelolaan data kuantitatif ini menggunakan bantuan program SPSS
20.0 for windows.
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA
Koefisien Korelasi (r) Hubungan0,00 – 0,20 Bisa diabaikan0,20 – 0,40 Rendah0,40 – 0,60 Sedang0,60 – 0,80 Besar0,80 – 1,00 Tinggi/amat tinggi
70
A. Gambaran Umum Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta
1. Sejarah YPAC
Pada tahun 1953, atas prakarsa Prof. Dr. Soeharso (alm) seorang
ahli bedah tulang, didirikan sebuah Yayasan di Solo yang diberi nama
Yayasan Pemelihara Anak-anak Tjatjad yang kemudian kita kenal dengan
nama Yayasan Pembinaan Anak Cacat. Setahun kemudian, tepatnya pada
tanggal 5 November 1954, Ibu Hj. Armistiani Soemarno Sosroatmodjo
(almh), istri Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu, mendirikan perwakilan
di Jakarta yang kemudian menjadi YPAC Cabang Jakarta.92
YPAC merupakan organisasi non pemerintah, nirlaba yang bersifat
sosial, berazaskan Pancasila dan berdasarkan UUD 1945. Dalam
perkembangannya, sesuai dengan keputusan Musyawarah Nasional YPAC
di Bali, pada tahun 2003 YPAC Cabang Jakarta telah berdiri sendiri
dengan nama YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT JAKARTA
atau disingkat YPAC Jakarta, sesuai dengan akta pendirinya Nomor 4
tanggal 26 Mei 2003.93
YPAC Jakarta berupaya memberikan pelayanan kepada anak-anak
penyandang cacat yang disebabkan oleh penyakit poliomyelitis dan
Cerebral Palsy (C.P.) yang mengakibatkan kelayuan/kelumpuhan pada
anggota badan atau hambatan dalam mempergunakannya atau istilah
umumnya adalah tunadaksa.
Dalam hal ini YPAC sering menghadapi orang tua yang
mengharapkan suatu mukjizat. Ada juga anggapan bahwa YPAC Jakarta
92 Humas YPAC, Buklet YPAC Jakarta, (Jakarta, YPAC, 2012), h. 1.93 Ibid., h. 1.
71
merupakan tempat penampungan bagi anak-anak penyandang cacat yang
sebenarnya tidak tepat.
Dalam perkembangannya YPAC secara keseluruhan dikandung
harapan bahwa di hari depan YPAC akan menjadi satu-satunya pusat
rehabilitasi anak-anak dengan kecacatan ganda.
Sekarang ini YPAC sudah mempunyai pelayanan tersebar di
seluruh wilayah Indonesia yaitu di: Surakarta, Jakarta, Semarang,
Surabaya, Malang, Pangkal Pinang, Ternate, Jember, Bandung,
Palembang, Medan, Manado, Makassar, Aceh, Bali, dan Sumatra Barat.
Juga mempunyai badan khusus Pusat Pengembangan dan Latihan
Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) di Surakarta yang
didalamnya terdapat layanan:
a) Fasilitas Wisma RBM (training center)
b) Program-program RBM di lapangan
c) Klinik dan sekolah khusus bagi anak berkebutuhan khusus “Mitra
Ananda”
d) Pusat data dan informasi, pelatihan, penelitian dan pengembangan.
Yayasan Pembinaan Anak Cacat adalah organisasi sosial nirlaba
yang berdiri sejak tahun 1953 yang memberikan pelayanan bagi anak-anak
disabilitas khususnya cacat fisik. Sejak berdirinya YPAC sudah
merumuskan visi dan misi yang jelas. Adapun visi dan misi YPAC adalah:
2. Visi dan Misi YPAC
Visi YPAC:
72
Setiap manusia mempunyai kedudukan dan harkat yang sama serta
mempunyai hak untuk mengembangkan pribadinya.
Setiap manusia mempunyai rasa kesadaran dan tanggung jawab
sosial terhadap sesame manusia dan bangsa.
Misi YPAC:
Mencegah secara dini agar kecacatan tidak semakin parah
Anak dengan kecacatan (penyandang cacat/penca) perlu
mendapatkan pelayanan rehabilitasi yang terpadu (total care) oleh
tim rehabilitasi interdisipliner agar mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara berkualitas untuk menuju
kemandirian.
Anak dengan kecacatan harus mendapatkan equalisasi dalam
kebutuhan khususnya.94
3. Tujuan, Moto, dan Falsafah YPAC
Tujuan YPAC:
Membina kesejahteraan anak dengan kecacatan dalam arti seluas-
luasnya.
Membantu pemerintah dalam upaya kearah tercapainya masyarakat
sejahtera pada umumnya dan kesejahteraan anak-anak dengan
kecacatan pada khususnya (kemitraan).95
Moto YPAC :
94 Humas YPAC, Brosur YPAC, (Jakarta, YPAC, 2004).95 Humas YPAC, Brosur YPAC, (Jakarta, YPAC, 2004).
73
Cacat atau tidak, bukanlah ukuran kemampuan seseorang
(Prof.dr.Soeharso)
Falsafah YPAC:
Beri anak ikan dan dia akan makan hari itu,
Berilah anak itu sebuah kail, lalu ajarilah mengail,
maka ia akan makan untuk seumur hidupnya (Lao tse)
4. Bentuk Pendekatan YPAC
YPAC merupakan sebuah Centrum atau Pusat Pelayanan dimana
pelayanan rehabilitasi yang dibutuhkan oleh anak-anak diberikan secara
terpadu melalui tiga bentuk pendekatan:
a. Pendekatan Secara Institusional Pendekatan ini dilakukan oleh 16
YPAC wilayah di seluruh Indonesia. Pelayanan yang diberikan adalah
Rehabilitasi Medik, Rehabilitasi Pendidikan, Rehabilitasi Sosial, dan
Rehabilitasi Karya (Prevocational Training).
b. Pendekatan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM)
Pendekatan yang berupaya memfasilitasi masyarakat, memberdayakan
masyarakat agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah
kecacatan (disability issues) di wilayahnya dan melaksanakan RBM.
Dalam mengembangkan RBM ini YPAC sejak tahun 1986 mendirikan
Pusat Pengembangan dan Latihan Rehabilitasi Bersumberdaya
Masyarakat (PPRBM) di Surakarta.
74
c. Pendekatan Rehabilitasi Dalam Keluarga (RDK) Pendekatan ini
melibatkan keluarga anak dalam upaya rehabilitasi. Dalam penanganan
rehabilitasi, anak diberikan terapi yang dibutuhkan di rumah bersama
keluarga agar lebih teratur dan mendapatkan hasil yang optimal.
5. Layanan Medis YPAC
Layanan yang diberikan meliputi: poliklinik, fisioterapi, terapi
wicara, hydroterapi/latihan renang, terapi okupasi, terapi sensori integrasi,
dan antara lain: sepatu orthopaedia, sepatu penyangga (brace).
a. Poliklinik
Poliklinik memberikan pelayanan kesehatan mencakup pemeriksaan
fisik dan gigi. Tim ahli medis juga memeriksa dan menentukan jenis
terapi yang diperlukan oleh pasien.
Poliklinik didukung oleh tim ahli medis yang terdiri dari:
- Dokter Umum
- Dokter Spesialis Bedah Tulang
- Dokter Spesialis Syaraf
- Dokter Gigi
b. Fisioterapi
Fisioterapi memberikan layanan kepada anak-anak yang memerlukan
latihan khusus berdasarkan kebutuhan rehabilitasi masing-masing
dengan tujuan:
75
- Memperbaiki bentuk kecacatan yang sudah ada, agar dapat
berfungsi kembali.
- Menghindari/mencegah adanya kecacatan baru.
- Melatih anak agar aktivitasnya mencapai tingkat optimal, sehingga
dapat berbuat seperti/mendekati normal..
c. Terapi wicara
Memberikan layanan kepada anak-anak yang mengalami hambatan
berbicara/komunikasi karena kelainan bentuk dan fungsi organ bicara.
Juga menangani anak yang tidak dapat menguasai gerakan otot mulut,
melatih anak untuk dapat mengunyah, menghisap dan menelan.
Mengusahakan agar anak dapat mengekspresikan sesuatu yang
dipikirkan dan dirasakan melalui ucapan (kata-kata).
d. Terapi memakai media air (Hydroterapi)
Memberikan layanan terapi di dalam kolam renang. Penelitian telah
membuktikan bahwa latihan-latihan yang diberikan menggunakan
media air dpat memberikan pengaruh positif secara fisik maupun
psikis bagi anak. Pada terapi ini, anak tidak hanya sekedar menjalani
terapi fisik, tetapi juga bisa menikmati kegembiraan bermain air, satu
bentuk kegemaran rekreatif anak-anak pada umumnya.
e. Terapi Okupasi
Memberikan layanan terapi agar anak dapat mandiri (melakukan tanpa
bantuan atau dengan bantuan seminimal mungkin) untuk aktivitas
76
kehidupan sehari-hari, seperti makan, minum, mengenakan baju dan
sebagainya. Anak diupayakan untuk tidak bergantung pada orang lain.
f. Terapi Sensori Integrasi
Merupakan suatu terapi yang merangsang fungsi seluruh panca indera
pada anak.96
6. Layanan Pendidikan YPAC
Menurut tingkat kecacatan, anak tunadaksa dapat digolongkan atas:
a. Golongan Ringan: mereka yang meskipun menggunakan alat bantu
gerak tetapi dapat bersikap dan berkomunikasi dengan orang lain,
dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya. Kondisi fisik
dan mentalnya tidak mempengaruhi kehidupan dan pendidikannya.
b. Golongan Sedang: mereka yang membutuhkan treatment untuk
berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri. Kelompok ini
memerlukan ala-alat khusus untuk membantu geraknya, seperti brace
untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang
untuk berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak
kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
c. Golongan Berat: anak-anak pada golongan ini adalah mereka yang
kondisi fisiknya memiliki hambatan sangat berat disertai
keterbelakngan mental sehingga membutuhkan perawatan dalam
96 Humas YPAC, Buklet YPAC Jakarta, (Jakarta, YPAC, 2012), h. 2-5.
77
ambulansi, bicara, dan menolong dirinya sendiri. Mereka secara umum
tidak dapat hidup mandiri di tengah masyarakat.97
Layanan pendidikan di YPAC Jakarta saat ini dikhususkan pada
pendidikan dan pembinaan anak tunadaksa yang menurut istilah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebut Sekolah Luar Biasa
Tunadaksa atau SLB.D dan D1.
Kalsifikasi atau penggolongan anak tunadaksa menurut jenis
layanan pendidikan dibagi atas:
1) Anak Tunadaksa yang menderita Polio, cerebral Palsy,
Amputee/kelainan bentuk dan fungsi anggota gerak (tangan dan kaki)
atau lainnya, sehingga mengalami kelainan dalam fungsi tulang, otot-
otot atau kerjasama fungsi otot-otot, tetapi mereka memiliki inteligensi
normal digolongkan ke dalam kelompok Tunadaksa Ringan (D).
2) Anak Tunadaksa dengan kondisi fisik serupa lebih berat dan memiliki
inteligensi di abwah normal digolongkan ke dalam kelompok
Tunadaksa Sedang (D1).
Penggolongan ini berlaku untuk semua jenjang pendidikan di
SLB.D dan D1 YPAC Jakarta. 98
Adapun profil dari layanan pendidikan YPAC adalah sebagai
berikut:
Profil Layanan Pendidikan (Sekolah)
97 Humas YPAC, Buklet YPAC Jakarta, (Jakarta, YPAC, 2012), h. 7.98 Ibid., h. 7.
78
SLB. D-D1 YPAC Jakarta
Tahun 2014-2015
1. Penyelenggaraan
a. Nama Yayasan : Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Jakarta
b. Alamat : Jl. Hang Lekiu III No. 19 Rt.
006/004 Kebayoran Baru – Jakarta
Selatan
c. Nama Ketua Yayasan : Ny. Purnamawati Muki Reksoprodjo
d. Akte Pendirian Yayasan : No. 4, Tanggal 26 Mei 2003
2. Identitas Kepala Sekolah
a. Nama : Dra. Siti Khoeriyah
b. Tempat Tanggal Lahir : Sleman, 29 Desember 1955
c. NIP/NRK : 19551229198203005/155942
d. Pangkat/Golongan : Pembina, IV/a
e. Jabatan : Kepala SLB.D-D1 PAC Jakarta
f. Alamat : Pengasinan, Rawa Lumbu-Bekasi
g. TMT Kepala Sekolah : 01 November 2012
3. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SLB.D-D1 YPAC Jakarta
b. Jenis Ketunaan/Kelainan : Tunadaksa
c. Alamat : Kebayoran Baru – Jakarta Selatan
d. Pendirian Sekolah : Tanggal 5 Nopember 1954
e. No. Ijin Operasinal : 6185/-1.851.232, 13 Mei 2014
79
f. Status Sekolah : Swasta
g. Waktu Belajar : Pagi hari (senin – jumat)
4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
a. Tenaga Pendidik
a.1. Guru PNS : 15 orang
a.2. Guru Tetap Yayasan : 7 orang
a.3. Guru bantu : 1 orang
b. Tenaga Kependidikan
b.1. Tata Usaha : 2 orang
b.2. Tenaga Kebersihan : 3 orang
b.3. Tenaga Asisten : 2 orang
b.4. Tenaga Instruktur : 2 orang
5. Fasilitas Sekolah
a. Status Gedung : Milik Yayasan
b. Status Tanah : Milik Yayasan
c. Luas Tanah : 8.084 m2
d. Luas Bangunan : 5.200 m2
e. Sarana
- Ruang Guru : 1 ruang
- Ruang Kepala Sekolah: 1 ruang
- Ruang Belajar : 21 ruang
- Ruang Tata Usaha : 1 ruang
- Ruang Komputer : 2 ruang
- Ruang Program Khusus: 1 ruang
80
- Ruang Keterampilan : 3 ruang
- Ruang Perpustakaan : 1 ruang
- Ruang Laboratorium : 1 ruang
- Ruang Dapur : 3 ruang
- Ruang Gudang : 3 ruang
- Ruang Kamar mandi : 12 ruang
Sepanjang perkembangan sekolah sejak awal berdirinya hingga
sekarang, SLB.D-D1 YPAC Jakarta selalu menggunakan kurikulum yang
telah ditetapkan Pemerintah. Berbagai perubahan kurikulum senantiasa
membutuhkan pula proses adaptasi penerapannya di sekolah.
Model kurikulum yang sekarang diberlakukan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan adalah Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
(KTSP). Kurikulum tersebut terdiri dari seperangkat standar yang
memberikan kesempatan kepada sekolah (SLB.D dan D1 YPAC Jakarta)
untuk mengatur kegiatan pembelajaran sesuai visi-misi-tujuan dan
karakteristik sekolah. Selain itu ada juga bentuk keterampilan-
keterampilan yang diberikan diantaranya:
a) Menenun: membuat bahan pel
b) Pertanian: menanam tanaman hias
c) Mengetik dan penggunaan computer (Teknologi Informatika)
d) Sablon
e) Kerajinan Tangan; membuat bros, mute, sarung bantal kursi, dll.
f) Menjahit: membuat alas telepon, cempal dan seprei
g) Memasak; membuat telor asin
81
h) Merakit korek api, dll.
Layanan pendukung pendidikan lainnya adalah: bimbingan agama
Islam dan Kristen, tes psikologi, terapi music, olah raga, dan
kepramukaan.99
7. Bimbingan Agama Islam YPAC
a. Profil Pembimbing Agama Islam
Nama : Muhammad Mudlofir S.Pd.I
Tempat, tanggal, lahir : Demak 24 Juli 1973
Pendidikan Terakhir : STAI AL HIKMAH Jakarta
Tahun masuk : 2012 - sekarang
b. Materi Bimbingan Agama Islam
SD kelas 1 : Baca Tulis Al-Qur’an dan Bimbingan Do’a
SD kelas 2 – 6 : Rukun Islam, Iman, dan Bimbingan Do’a
SMP – SMA : Sejarah Islam dan Fiqh
Karya : Fiqh Lanjutan
c. Bentuk Bimbingan Agama Islam
Bentuk bimbingan agama Islam di YPAC adalah dengan bentuk
ceramah. Hal ini karena faktor penyesuaian dengan kondisi para
penyandang tunadaksa yang relatif lebih mudah dengan bentuk
pendekatan ceramah.
8. Layanan Sosial
Bentuk layanan sosial di YPAC antara lain:
1. Asrama, bagi karyawan dan anak yatim piatu asuhan YPAC Jakarta
99 Humas YPAC, Buklet YPAC Jakarta, (Jakarta, YPAC, 2012), h. 11-14.
82
2. Pendidikan bagi orang tua penderita (parents education)
3. Rekreasi untuk sosialisaasi anak
4. Mencari keluarga angkat bagi yang memerlukan
5. Tempat Penitipan Anak, untuk membantu para orang tua agar dapat
menjalankan tugasnya sehari-hari tanpa perlu rasa khawatir akan
keadaan anaknya.
6. Unit Penyantunan bagi anak berumur 12 tahun ke atas yang hanya
mampu latih. 100
9. Syarat-syarat Penerimaan
Tidak semua anak cacat dapat dilayani di YPAC Jakarta, hanya
anak-anak cacat tubuh sebagai akibat dari penyakit Poliomyelitis dan
anak-anak cacat akibat Cerebral Palsy (CP), yakni suatu terminology
inklusif yang menggambarkan suatu kelainan yang terjadi/terdapat pada
masa anak-anak dimana kelainan pada otak mengakibatkan kerusakan
fungsi motorik. Kelainan yang diakibatkan oleh CP muncul secara dini
pada anak dan menetap seumur hidup, berupa gangguan fungsi gerak,
persepsi dan sering diperberat dengan penurunan aktivitas mental.
YPAC Jakarta memberikan solusi atau jalan keluar dalam
menghadapi permasalahan tersebut di atas. Disamping penanganan khusus
dalam pendidikan, anak-anak tersebut pada umumnya juga membutuhkan
terapi, latihan terus menerus dan berkesinambungan untuk memperbaiki
fungsi otot-otot dan persendian. Kegiatan terapi diatur diantara jam belajar
100 Humas YPAC, Brosur YPAC, (Jakarta, YPAC, 2004).
83
atau dilaksanakan setelah kegiatan sekolah sehingga dapat berlangsung
sejalan.
“Keseimbangan dalam mengembangkan kemampuan fisik (terapi)
dan kemampuan akademik (belajar) menjadi prioritas utama layanan di
YPAC Jakarat.” 101
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Sebelum peneliti memulai penelitian yang sebenarnya, terlebih
dahulu peneliti melakukan uji validitas (try out). Uji validitas (try out) ini
untuk mengetahui apakah tiap-tiap butir pernyataan valid/invalid dan layak
digunakan atau tidak terhadap kuesioner yang telah diisi oleh 31
responden di luar dari responden inti dalam penelitian ini.
Dari hasil korelasi antara skor item dengan skor total kemudian
dibandingkan dengan nilai r tabel. r tabel dicari pada signifikan 0,05
dengan jumlah data (n) = 31, maka didapat r tabel sebesar 0,355 (lihat
pada tabel r). Bila korelasi < 0,355 = tidak valid (invalid), jika hasil
korelasi > 0, 355 = valid. Hasilnya diperoleh bahwa sebanyak 26 butir
item pernyataan dikatakan valid dan sebanyak 22 butir item pernyataan
dikatakan tidak valid.
Adapun hasil korelasi item dukungan sosial, bimbingan agama
Islam dan kepercayaan diri setelah dilakukan uji coba validitas instrumen
terlihat pada tabel sebagai berikut :
101 Humas YPAC, Buklet YPAC Jakarta, (Jakarta, YPAC, 2012), h. 16 - 17.
84
Tabel. 5.1
Skala Dukungan sosial
No Dukungan Sosial Indikator ItemValid Invalid
1 DukunganEmosional
j. Dukungansemangat
k. DukunganNasehat
l. DukunganPenghargaan
1
3 dan 4
5
2
6
2 Pemberian Informasi a. Pemberianpetunjuk
b. Pemberianpengetahuan
c. Pemberian Saran
7 dan 8
9 dan 10
11 dan 123 Dukungan Nyata a. Pemberian
hadiahb. Pemberian uangc. Pemberian
pengobatan
13 dan 14
15 dan 1617 dan 18
Tabel. 5.2
Skala Bimbingan Agama Islam
No Bimbingan AgamaIslam
Indikator ItemValid Invalid
1 Pengembanganpotensi fitrah diri
g. Menyalurkanminat dan bakat
h. Rajin belajari. Berbuat baik
kepada oranglain
19
2123 da 24
20
22
2 Mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an danal-Hadits
a. Berlaku sabarb. Beribadah atau
mengingat Allahc. Berdo’a
25
29 dan 30
2627 dan 28
85
Tabel. 5.3
Skala Kepercayaan Diri
No Kepercayaan Diri Indikator ItemValid Invalid
1 Yakin ataskemampuansendiri
j. Tidakbergantung/mengandalkan orang lain
k. Bekerja kerasl. Berambisi
32
33 dan 3435 dan 36
31
2 Kemampuanbersosialisasi
a. Aktif bertanyab. Aktif ikut kegiatanc. Tidak
egois/mementingkankepentingan sendiri
37 dan 3839 dan 40
41 dan 42
3 Ketenangan sikap a. Tidak ragu-ragub. Toleransi atau
menghargai orang lainc. Tidak membandingkan
diri sendiri denganorang lain.
4346
47 dan 48
4445
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi atau
keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen penelitian apabila instrumen
tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu responden. Reliabilitas
dengan menggunakan Cronbach Alpha, dapat diketahui reliabel/ireliabel.
Tabel. 6
Hasil Output Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items,852 48
86
Output ini sebagai hasil dari analisis reliabilitas dengan teknik
Cronbach Alpha. Untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak
maka bisa menggunakan batas nilai Alpha 0,6. Reliabilitas kurang dari 0,6
adalah kurang baik, sedangkan harga kritik untuk indeks reliabilitas
instrument adalah 0,7. Artinya suatu instrument dikatakan reliabel jika
mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7.102 Hasilnya
dapat diketahui nilai Cronbach Alpha untuk variabel dukungan sosial,
bimbingan agama Islam, dan Kepercayaan diri sebesar 0, 852 dan
dikatakan baik.
C. Hasil dan Analisis Data Penelitian
1. Klasifikasi Responden
Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket kepada 31
responden yang merupakan penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan
Anak Cacat (YPAC) Jakarta. Angket tersebut berisikan butir-butir
pernyataan mengenai pengaruh dukungan sosial dan bimbingan agama
Islam terhadap kepercayaan diri. Pernyataan tersebut berjumlah 42 butir,
setelah dilakukan uji coba validitas instrumen. Butir pernyataan tersebut
terdiri dari 12 butir pernyataan berkaitan dengan dukungan sosial, 12 butir
pernyataan berkaitan dengan bimbingan agama Islam yang merupakan
faktor independent dan 18 butir pernyataan yang berkaitan dengan
kepercayaan diri yang merupakan fakor dependent.
102S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,(Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2012), h. 165.
87
Dari 31 angket yang sudah terkumpul, peneliti mendapatkan data
mengenai identitas responden dan peneliti mengklasifikasikannya ke
dalam dua bagian yaitu karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis
kelamin. Selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk Grafik beserta
uraiannya.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel. 7.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Dari tabel di atas diketahui bahwa 8 orang adalah penyandang
tunadaksa berusia antara 31 – 40 tahun, 7 orang adalah penyandang
berusia 17 – 19 tahun, 6 orang penyandang berusia 12 – 14 tahun, 6 orang
berusia 15 – 16 tahun, dan 4 orang berusia 20 – 30 tahun.
Berdasarkan tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa kebanyakan
dari penyandang tunadaksa berusia produktif yaitu usia antara 31 – 40
tahun sebanyak 8 orang. Dimana seseorang pada usia ini menemukan
kematangan hidupnya, mempunyai kemampuan memaksimalkan semua
potensi diri dan mempunyai kebutuhan dihargai dan dimiliki.
No Usia Frekuensi1 12 – 14 6 orang2 15 – 16 6 orang3 17 – 19 7 orang4 20 – 30 4 orang5 31 – 40 8 orang
88
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel. 7.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel tersebut dapat diketahui responden dalam penelitian ini
hampir sama, laki-laki 16 orang dan perempuan 15 orang. Jenis kelamin
yang laki-laki lebih banyak 1 orang dari perempuan. Dari grafik diatas
bahwa dari karakteristik jenis kelamin relatif hampir sama antara
perempuan dan laki-laki.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini membahas tentang pengaruh variabel
dukungan sosial dan bimbingan agama Islam terhadap kepercayaan diri.
Dalam pengambilan data, peneliti menggunakan angket yang disebar
keapada responden penyandang tunadaksa yang sesuai dengan kriteria
responden.
Setelah data-data yang masuk dalam angket diolah melalui editing
dan skoring, maka langkah berikutnya menyajikan data tersebut dalam
bentuk tabel dengan menggunakan rumus prosentase. Berikut ini peneliti
sajikan hasil angket berdasarkan prosentase jawaban. Dari hasil penelitian
diperoleh data sebagai berikut:
No Kelas Jumlah1 Perempuan 15 orang2 Laki-laki 16 orang
89
a. Variabel Dukungan Sosial
Tabel. 8.1
Dukungan Emosional
No Pernyataan SS S TS STS Skor RangkingDukungan Emosional
1 Saya sering diberikan ucapansemangat setiap pagi oleh orangterdekat saya
8 22 1 0 130 2
2 Jika saya berbuat salah, gurusaya tidak pernah menegur ataumenasehati saya
0 4 22 5 121 3
3 Orang tua saya seringmemberikan nasehat-nasehatkepada saya
13 18 0 0 137 1
4 Teman saya tidak sukamendengarkan curhatan saya
1 3 24 3 117 4
Pada tabel 23 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu
137 pada pernyataan orang tua saya sering memberikan nasehat-nasehat
kepada saya dalam indikator dukungan emosional di variabel dukungan
sosial (butir positif) dengan menempati rangking 1. Dari jumlah skor
tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 13 dan
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 18, sisanya tidak setuju (TS) dan
sangat tidak setuju (STS) berjumlah 0. Sedangkan skor terendahnya adalah
117 yaitu mengenai teman saya tidak suka mendengarkan curhatan saya
(butir negatif) yang menempati rangking 4.
90
Tabel. 8.2
Pemberian Informasi
No Pernyataan SS S TS STS Skor RangkingPemberian Informasi
1 Jika saya tidak tahu pasti teman sayamemberitahu
7 20 4 0 123 4
2 Saya selalu diberikan pilihan-pilihanyang baik oleh orang tua saya
9 19 3 0 127 2
3 Guru saya jarang mengajarkanilmu praktik kepada saya
0 4 14 13 129 1
4 Teman saya selalu memberikansaran-sarannya kepada saya setiapsaya mau mengambil keputusan
6 22 3 0 124 3
Pada tabel 24, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 129 pada
pernyataan guru saya jarang megajarkan ilmu praktik kepada saya dalam
indikator pemberian informasi di variabel dukungan sosial (butir negatif)
dengan menempati rangking 1. Dari jumlah skor tersebut diketahui jumlah
jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 0 dan jumlah jawaban setuju (S)
sebanyak 4, tidak setuju (TS) sebanyak 14 dan sangat tidak setuju (STS)
sebanyak 13.
Sedangkan skor terendahnya adalah 123 yaitu mengenai jika saya
tidak tahu pasti teman saya memberitahu (butir positif) yang menempati
rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 7 dan
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 20, tidak setuju (TS) sebanyak 4 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
91
Tabel. 8.3
Dukungan Nyata
No Pernyataan SS S TS STS Skor RangkingDukungan Nyata
1 Saya tidak pernah menerimahadiah pada hari ulang tahun saya
3 6 19 3 106 3
2 Jika saya mendapatkan prestasi,orang tua saya selalu memberikanhadiah kepada saya
4 16 8 3 103 4
3 Sudah lama saya tidak punya uang 0 4 25 2 118 2
4 Jika saya sakit, orang tua saya pastimembawa saya ke rumah sakit
12 19 0 0 136 1
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 136
pada pernyataan jika saya sakit, orang tua saya pasti membawa saya ke
rumah sakit dalam indikator dukungan nyata di variabel dukungan sosial
(butir positif) dengan menempati rangking 1. Dari jumlah skor tersebut
diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 12 dan jumlah
jawaban setuju (S) sebanyak 19, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat
tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Sedangkan skor terendahnya adalah 103 yaitu mengenai jika saya
mendapatkan prestasi, orang tua saya selalu memberikan hadiah kepada
saya (butir positif) yang menempati rangking 4. Responden yang
menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 4 dan jumlah jawaban setuju (S)
sebanyak 16, tidak setuju (TS) sebanyak 8 dan sangat tidak setuju (STS)
sebanyak 3. Variabel Bimbingan Agama Islam
92
Tabel. 8.4
Pengembangan potensi fitrah diri
No Pernyataan SS S TS STS Skor RangkingPengembangan Potensi Fitrah Diri
1 Saya sering ikut kegiatan untukmenyalurkan minat bakat saya
4 25 2 0 124 2
2 Saya belum tahu bakat saya 0 16 14 1 93 6
3 Setiap malam saya pasti belajardengan sungguh-sungguh
7 20 2 2 121 3
4 Saya jarang mengerjakan PR 0 10 17 4 108 5
5 Saya selalu membantu teman sayayang sedang kesusahan
6 24 1 0 128 1
6 Saya tidak peduli ketika temansaya sedang sakit/kecelakaan
2 3 18 8 120 4
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 128
pada pernyataan saya selalu membantu teman saya yang sedang kesusahan
dalam indikator pengembangan potensi fitrah diri di variabel bimbingan
agama Islam (butir positif) dengan menempati rangking 1. Dari jumlah
skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 6 dan
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 24, tidak setuju (TS) sebanyak 1 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Sedangkan skor terendahnya adalah 93 yaitu mengenai saya belum
tahu bakat saya (butir negatif) yang menempati rangking 6. Responden
yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 0 dan jumlah jawaban setuju
(S) sebanyak 16, tidak setuju (TS) sebanyak 14 dan sangat tidak setuju
(STS) sebanyak 1.
93
Tabel. 8.5
Mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an dan al-Hadits
No Pernyataan SS S TS STS Skor RangkingMengamalkan Nilai-nilai Al-Qur’an
dan Al-Hadits1 Saya tidak pernah marah ketika ada
teman mengejek saya1 7 22 1 78 5
2 Saya sering mengeluh kepadaAllah karena keadaan saya
6 10 12 3 89 4
3 Saya selalu shalat 5 waktu 7 20 4 0 123 2
4 Saya tidak pernah membaca al-Qur’an
0 6 21 4 116 3
5 Setiap habis shalat saya selaluberdo’a kepada Allah
10 20 1 0 132 1
6 Dalam keadaan apapun saya selalumemohon pertolongan Allah
10 20 1 0 132 1
Pada tabel di atas, ada perbedaan yang menarik hasil skornya
dibandingkan dengan tabel-tabel sebelumnya. dapat diketahui bahwa skor
tertinggi pada tabel ini ada 2 yaitu skor 132 pada pernyataan setiap habis
shalat saya selalu berdo’a kepada Allah, dan dalam keadaan apapun saya
selalu memohon pertolongan Allah dalam indikator mengamalkan nilai-
nilai al-Qur’an dan al-Hadits di variabel bimbingan agama Islam (butir
positif) dengan menempati rangking 1. Dari jumlah kedua skor tersebut
diketahui jumlah jawabannya sama yaitu sangat setuju (SS) sebanyak 10
dan jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 20, tidak setuju (TS) sebanyak 1
dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Sedangkan pernyataan terendahnya adalah saya tidak pernah marah
ketika ada teman mengejek saya dengan skor 78 (butir negatif) yang
menempati rangking 5. Responden yang menjawab sangat setuju (SS)
94
sebanyak 1 dan jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 7, tidak setuju (TS)
sebanyak 22 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 1.
Tabel. 8.6
Yakin atas kemampuan sendiri
No Pernyataan SS S TS STS Skor RangkingYakin atas Kemampuan Sendiri
1 Saya mampu melakukan apapunsendiri
7 10 14 0 103 4
2 Banyak hal yang harus sayalakukan dengan memintapertolongan orang lain untukmembantu saya
5 15 10 1 90 6
3 Saya selalu bekerja keras dalamsetiap pekerjaan yang saya lakukan
7 21 3 0 125 1
4 Saya sering malas dalammelakukan setiap pekerjaan saya
0 5 20 6 120 2
5 Saya harus mendapatkan apa yangsaya inginkan
3 12 15 1 94 5
6 Saya berusaha melewati setiaphalangan dan hambatan dalammencapai cita-cita saya
7 16 8 0 115 3
Pada tabel 28, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 125 pada
pernyataan saya selalu bekerja keras dalam setiap pekerjaan saya dalam
indikator yakin atas kemampuan sendiri di variabel kepercayaan diri (butir
positif) dengan menempati rangking 1. Dari jumlah skor tersebut diketahui
jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 7 dan jumlah jawaban setuju
(S) sebanyak 21, tidak setuju (TS) sebanyak 3 dan sangat tidak setuju
(STS) sebanyak 0.
Sedangkan skor terendahnya adalah 90 yaitu mengenai banyak hal
yang harus saya lakukan dengan meminta pertolongan orang lain untuk
membantu saya (butir negatif) yang menempati rangking 6. Responden
95
yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 5 dan jumlah jawaban setuju
(S) sebanyak 15, tidak setuju (TS) sebanyak 10 dan sangat tidak setuju
(STS) sebanyak 1.
Tabel. 8.7
Kemampuan Bersosialisasi
No Pernyataan SS S TS STS Skor RangkingKemampuan Bersosialisasi
1 Saya selalu diam saja di sekolah,baik jam pelajaran maupunsedang tidak ada jam pelajaran
0 5 24 2 116 5
2 Setiap hal yang saya kurang paham,pasti saya tanyakan kepada gurusaya
7 19 5 0 121 2
3 Saya selalu hadir setiap ada kegiatansekolah
7 24 0 0 119 3
4 Saya malas setiap ada kegiatan disekolah maupun di sekitar rumah
2 1 25 3 119 4
5 Saya tidak mau merugikan oranglain
4 21 5 1 115 6
6 Saya tidak peduli kepada oranglain, yang penting saya senang
0 3 15 13 131 1
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 131
pada pernyataan saya tidak peduli kepada orang lain, yang penting saya
senang dalam indikator kemampuan bersosialisasi di variabel kepercayaan
diri (butir negatif) dengan menempati rangking 1. Dari jumlah skor
tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 0 dan
jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 3, tidak setuju (TS) sebanyak 15 dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 13.
Sedangkan skor terendahnya adalah 115 yaitu mengenai saya tidak
mau merugikan orang lain (butir positif) yang menempati rangking 6.
Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 4 dan jumlah
96
jawaban setuju (S) sebanyak 21, tidak setuju (TS) sebanyak 5 dan sangat
tidak setuju (STS) sebanyak 1.
Tabel. 8.8
Ketenangan Sikap
No Pernyataan SS S TS STS Skor RangkingDukungan Sosial
1 Saya selalu yakin dengan apa yangsaya lakukan
5 23 3 0 123 2
2 Saya ragu-ragu apakah saya dapatsukses atau tidak di masa depan
3 10 18 0 95 5
3 Saya tidak mempermasalahkan oranglain yang berbeda pendapat dengansaya
3 21 6 1 103 4
4 Saya tidak mau mengalah untukorang lain
3 4 21 3 110 3
5 Saya senang menjadi diri sendiri 8 21 2 0 128 1
6 Saya merasa tak sempurna sepertiorang lain
7 5 18 1 94 6
Pada tabel 30, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 128 pada
pernyataan saya senang menjadi diri sendiri dalam indikator ketenangan
sikap di variabel kepercayaan diri (butir positif) dengan menempati
rangking 1. Dari jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat
setuju (SS) sebanyak 8 dan jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 21, tidak
setuju (TS) sebanyak 2 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
Sedangkan skor terendahnya adalah 94 yaitu mengenai saya merasa
tak sempurna seperti orang lain (butir negatif) yang menempati rangking 6.
Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 7 dan jumlah
jawaban setuju (S) sebanyak 5, tidak setuju (TS) sebanyak 18 dan sangat
tidak setuju (STS) sebanyak 1.
3. Analisa Data
97
a. Uji Determinasi (R²)
Inilah hasil analisis korelasi yang diperoleh dari output regresi.
Berdasarkan tabel sebagai berikut:
Tabel. 9
Hasil Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan output hubungan
antara variabel dukungan sosial dan variabel bimbingan agama Islam
diperoleh nilai R sebesar 0,600 atau sama dengan 60%. (Rumus untuk
menghitung Koefisiensi Determinasi ialah R x 100 %). Angka tersebut
mempunyai arti bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan
bimbingan agama Islam menunjukkan hubungan yang sedang yaitu
60%, sedangkan sisanya 40% harus dijelaskan oleh faktor-faktor
penyebab lainnya yang berasal dari luar regresi.
b. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
Square
Std. Errorof the
Estimate1 ,600a ,360 ,313 4,753a. Predictors: (Constant), bimbingan agama islam, dukungansosial
98
Adapun hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternative (Ha). Hipotesis nol menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dukungan sosial terhadap kepercayaan diri penyandang
tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran baru
Jaksel, tidak Ada pengaruh yang signifikan bimbingan agama Islam
terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan
Anak Cacat (YPAC) Kebayoran baru Jaksel.
Sedangkan hipotesis alternative (Ha) menyatakan Ada pengaruh
yang signifikan dukungan sosial terhadap kepercayaan diri penyandang
tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran baru
Jaksel, tidak Ada pengaruh yang signifikan bimbingan agama Islam
terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan
Anak Cacat (YPAC) Kebayoran baru Jaksel. Karena perhitungan dengan
menggunakan program SPSS, maka uji hipotesis dilakukan dengan
membandingkan signifikansi yang diperoleh dengan taraf probabilitas
0,05 dengan cara pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima
2) Jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
Pengujian koefisien regresi parsial (Uji t) digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh dukungan sosial dan bimbingan
agama Islam terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta
Selatan, secara parsial. Uji t dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, signifikan atau
99
tidak, dalam penelitian ini menggunakan perbandingan thitung dan ttabel
dengan taraf signifikan 5% dan N 31, sedangan tabel distribusi t dicapai
pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1
= 31 – 2 – 1 = 28 (n jumlah responden dan k adalah jumlah variabel
independen).
Hasil diperoleh dari t tabel adalah 2,048. Dalam pengujian ini
menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for Windows untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel. 10
Hasil Output Uji Koefisien Parsial
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.BStd.
Error Beta1 (Constant) 27,372 10,412 2,629 ,014
dukungansosial
,286 ,236 ,216 1,212 ,236
bimbinganagama Islam
,560 ,216 ,462 2,591 ,015
a. Dependent Variable: Kepercayaan diri
Berdasarkan tabel Coefficients di atas, untuk pengujian pertama
dengan menggunakan uji t. Pengujian pertama dilakukan dengan cara
membandingkan antara hasil dari thitung dengan ttabel. Dari tabel
Coefficients di atas diperoleh nilai thitung = 1,212.
Sementara itu, untuk ttabel dengan taraf signifikakansi
0,05 diperoleh nilai t tabel = 2.048. Perbandingan antara keduanya
100
menghasilkan: t hitung < t tabel (1,212 < 2.048). Nilai signifikansi t untuk
variabel dukungan sosial adalah 0.236 dan nilai tersebut lebih besar
daripada probabilitas 0,05 (0,236 > 0,05). Dengan demikian, pengujian
menunjukkan Ho diterima Ha ditolak. Oleh karena itu dapat
disimpulkan dari hasil tersebut yang memperlihatkan bahwa variabel
dukungan sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak
Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Berdasarkan tabel Coefficients di atas pula, untuk pengujian
kedua dengan menggunakan uji t. Pengujian kedua dilakukan dengan
cara membandingkan antara hasil dari thitung dengan ttabel. Dari tabel
Coefficients di atas diperoleh nilai thitung = 2.591. Sementara itu, untuk
ttabel dengan taraf signifikakansi 0,05, diperoleh nilai ttabel = 2.048.
Perbandingan antara keduanya menghasilkan: thitung > ttabel
(2.591>2.048) Nilai signifikansi t untuk variabel bimbingan agama
Islam adalah 0.015 dan nilai tersebut lebih kecil daripada probabilitas
0,05 (0,015 < 0,05).
Dengan demikian, pengujian menunjukkan Ho ditolak Ha
diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan dari hasil tersebut yang
memperlihatkan bahwa variabel bimbingan agama Islam mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan diri penyandang
tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran
Baru Jakarta Selatan.
c. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)
101
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial, bimbingan agama
Islam dan kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan,
secara simultan dengan menggunakan uji F. Dalam pengujian ini
menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for Windows.
Untuk pengujian ketiga, dilakukan dengan uji F yaitu pengujian
yang dilakukan secara bersama-sama (simultan) antara pengaruh
semua variabel terhadap variabel terikat. Dalam hal ini adalah
pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial, bimbingan agama
Islam dan kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan,
dengan menggunakan perbandingan Fhitung dan Ftabel dengan taraf
signifikansi 5% dan N = 31, diperoleh Ftabel adalah 3.340 dengan
menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df2 (jumlah variabel -
1) atau 3-1 = 2, dan df 2 (n-k-1) atau 31-2-1 = 28 (n jumlah responden
dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil diperoleh dari F tabel
adalah 3.340 Berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS
for Windows versions 20.0 diperoleh hasil tabel ANOVA sebagai
berikut:
Tabel. 11
Hasil Output Uji Koefisien Simultan
ANOVAa
102
ModelSum ofSquares Df
MeanSquare F Sig.
1 Regression
343,084 2 171,542 7,594 ,002b
Residual 609,883 27 22,588Total 952,967 29
a. Dependent Variable: Kepercayaan dirib. Predictors: (Constant), bimbingan agama Islam, dukungan sosial
Dari tabel di atas dengan hasil analisis data menggunakan
perhitungan SPSS diperoleh F hitung sebesar 7.594. Hal ini
menunjukkan Fhitung (7.594) > Ftabel (3.340) dan tingkat signifikansi
0,002 < 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi
uji serempak (uji F) diperoleh nilai 0,002, dengan demikian nilai
signifikansi yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas α yang
ditetapkan (0,002 < 0,05). Jadi Ho di tolak dan Ha diterima. Dapatlah
ditarik kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara dukungan
sosial dan bimbingan agama Islam terhadap kepercayaan diri
penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)
Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan nilai signifikansi 0,002. Bila
dilihat dari perbandingan antara nilai Fhitung dengan Ftabel, maka hasil
pengujian menunjukkan pengaruh yang bersifat positif. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut menunjukkan
bahwa dukungan sosial dan bimbingan agama Islam secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh terhadap kepercayaan diri penyandang
tunadaksa. Artinya, semakin baik dukungan sosial, dan bimbingan
agama Islam maka kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan
103
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan juga
semakin baik.
d. Uji Persamaan Regresi
Berdasarkan pada tabel hasil analisis regresi maka dapat
diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut:
Tabel. 12
Analisis Persamaan Regresi
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
T Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 27,372 10,412 2,629 ,014
dukungansosial
,286 ,236 ,216 1,212 ,236
bimbinganagama islam
,560 ,216 ,462 2,591 ,015
a. Dependent Variable: Kepercayaan diri
2211 XbXbaY
Kepercayaan Diri ( Y ) = 27,372 + (0.286) X1 + (0,560) X2
Standar error persamaan regresi adalah 10.412 untuk beta = 0,
standar error persamaan regresi variabel dukungan sosial adalah 0,236,
dan standar error persamaan regresi variabel bimbingan agama Islam
adalah 0.216. Nilai signifikansi t variabel dukungan sosial adalah
0,236, dan nilai signifikansi t variabel bimbingan agama Islam adalah
0,015. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel
dukungan sosial lebih besar daripada nilai probabilitas yang ditetapkan
yaitu 0,05, sedangkan nilai signifikansi variabel bimbingan agama
104
Islam lebih kecil daripada nilai probabilitas yang ditetapkan yaitu 0,05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial, dan bimbingan agama
Islam mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan diri penyandang
tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran
Baru Jakarta Selatan dengan taraf sedang.
4. Pembahasan
a. Variabel dukungan sosial tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Hal ini berdasarkan analisis uji parsial (uji t), untuk ttabel dengan taraf
signifikakansi 0,05 diperoleh nilai t tabel = 2.048. Perbandingan antara
keduanya menghasilkan: t hitung < t tabel (1,212 < 2.048). Nilai
signifikansi t untuk variabel dukungan sosial adalah 0.236 dan nilai
tersebut lebih besar daripada probabilitas 0,05 (0,236 > 0,05).
b. Variabel bimbingan agama Islam mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta
Selatan. Pengujian kedua dilakukan dengan cara membandingkan
antara hasil dari t hitung dengan t tabel. Dari tabel Coefficients di atas
diperoleh nilai t hitung = 2.591. Sementara itu, untuk t tabel dengan taraf
signifikakansi 0,05, diperoleh nilai t tabel = 2.048. Perbandingan
antara keduanya menghasilkan: t hitung > t tabel ( 2.591>2.048) Nilai
signifikansi t untuk variabel bimbingan agama Islam adalah 0.015
105
dan nilai tersebut lebih kecil daripada probabilitas 0,05 (0,015 <
0,05).
c. Dukungan sosial dan bimbingan agama Islam secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh terhadap kepercayaan diri penyandang
tunadaksa. Artinya, semakin baik dukungan sosial, dan bimbingan
agama Islam maka kepercayaan diri penyandang tunadaksa di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta
Selatan juga semakin baik. Dengan hasil analisis data menggunakan
perhitungan SPSS diperoleh F hitung sebesar 7.594. Hal ini
menunjukkan Fhitung (7.594) > Ftabel (3.340) dan tingkat signifikansi
0,002 < 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi
uji serempak (uji F) diperoleh nilai 0,002, dengan demikian nilai
signifikansi yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas α yang
ditetapkan (0,002 < 0,05).
BAB V
PENUTUP
106
A. Kesimpulan
1. Dukungan sosial tidak berpengaruh secara
signifikanterhadapkepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Hal
ini berdasarkan analisis uji parsial (uji t), untuk ttabel dengan taraf
signifikakansi 0,05 diperoleh nilai t tabel = 2.048. Perbandingan antara
keduanya menghasilkan: t hitung< t tabel (1,212 < 2.048). Nilaisignifikansi
t untukvariabeldukungan sosialadalah
0.236dannilaitersebutlebihbesardaripadaprobabilitas 0,05 (0,236> 0,05).
2. Bimbingan agama Islam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak
Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Pengujian kedua
dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil dari t hitung dengan t
tabel. Dari tabel Coefficients di atas diperoleh nilai t hitung = 2.591.
Sementara itu, untuk t tabel dengan taraf signifikakansi 0,05, diperoleh
nilai t tabel = 2.048. Perbandingan antara keduanya menghasilkan: t
hitung> t tabel ( 2.591>2.048) Nilaisignifikansi t untukvariabelbimbingan
agama Islam adalah 0.015dannilaitersebutlebihkecildaripadaprobabilitas
0,05 (0,015< 0,05).
3. Dukungan sosial dan bimbingan agama Islamsecarabersama-sama
(simultan) berpengaruhterhadap kepercayaan diri penyandang
tunadaksa. Artinya, semakinbaik dukungan sosial, dan bimbingan
agama Islammakakepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan
107
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan juga
semakin baik. Dengan hasil analisis data menggunakan perhitungan
SPSS diperoleh F hitung sebesar 7.594. Hal ini menunjukkan Fhitung
(7.594) > Ftabel (3.340) dan tingkat signifikansi 0,002< 0,05. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji serempak (uji F)
diperoleh nilai 0,002, dengan demikian nilai signifikansi yang diperoleh
lebih kecil daripada probabilitas α yang ditetapkan (0,002< 0,05).
B. Saran
1. BagiYayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta
Hasilpenelitianinidapatdigunakansebagaibahanmasukandanpenambahan
wawasandalammengambilkebijakantentangbetapa pentingnya peran
dukungan sosial dari orang tua, teman, dan orang sekitar para
penyandang tunadaksa dalam menumbuhkan kepercayaan dirinya.
Beserta dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menambah materi
atau program bimbingan agama Islam bagi para penyandang tunadaksa
karena terbukti dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya.
2. Bagipenelitiselanjutnya
Hendaknya penelitian ini dapat dijadikan kontribusi dan referensi dalam
dukungan sosial, bimbingan agama Islam serta kepercayaan diri
penyandang tunadaksa. Penulis menyarankan agar selanjutnya
dilakukan penelitian lebih mendalam lagi kajian-kajian psikologis dan
bimbingan agama Islam para penyandang tunadaksa atau penyandnag
cacat lainnya.
108
DAFTAR PUSTAKA
109
A. Buku
Amin, Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH,2010.
Angelis, De dan Barbara, Percaya diri Sumber Sukses dan KemandirianJakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Arifin, M., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT.Golden Terayon Press, 1998.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :Rineka Cipta, 2010.
Budiman,Arif, Agama Demokrasi dan Keadilan, (dalam M. Imam Azis) AgamaDemokrasi dan Keadilan, Jakarta: PT Gramedia, 1993.
Bungin, Burhan, metodologi Penelitian kuantitatif, Jakarta : Kencana PrenadaMedia Group, 2005
Darajat, Zakiah, Pendidikan Agama dan Pembinaan mental, Jakarta: BulanBintang, 1982.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Disertai Tanda-tandaTajwid dengan Tafsir Singkat, Jakarta: Bayan Qur’an, 2012.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,2009.
Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: VIIPress, 2002
Hakim, Thursan, Mengatasi Rasa Percaya Diri, Jakarta: Puspasawara, 2004.
Hasan, M. Ali, dan Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, Jakarta:Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, DepartemenAgama, 1998.
Humas YPAC, Brosur YPAC, Jakarta, YPAC, 2004.
Humas YPAC, Buklet YPAC Jakarta, Jakarta, YPAC, 2012.
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar lmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia,1993.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
Lupiyoada, Rambat dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta:Salemba Empat, 2006.
110
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press,1987.
Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011.
Perry, Martin, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, Jakarta:Esensi Erlangga, 2006.
Puspitarini, Henny, Membangun Rasa Percaya Diri pada Anak, Jakarta: PTElex Media Komputindo, 2013.
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, Bandung, Alfabeta:2010.
Sarwono, W. Sarlito, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajawali Pers, PTRaja Grafindo Persada, 2013.
Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta:Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES),2011.
Smet, Bart, Psikologi Kesehatan, Jakarta: PT Grasindo, 1994.
Soekanto, Soejono, Kamus Sosiologi, Jakarta: Kalam Mulia, 1986.
Somantri, T. Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT RefikaAditama, 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2014.
Umar, M., Sartono, Bimbingan dan penyuluhan, Bandung: CV Pustaka Setia,1998.
Wibowo, Istiqomah, dkk., Psikologi Komunitas Depok: LPSP3 UI, 2011.
Widoyoko, S. Eko Putro, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2012.
B. Jurnal Ilmiah
111
Dianah, Amalia & Ratri Virianita, Dukungan Sosial dan Konsep Diri PekerjaAnak dalam Journal Tazkiya of psychology (Fakultas Psikologi Uin SyarifHidayatullah Jakarta, 2011), h. 212.
Putra Ardian Adi , dan Fuad Nashori, Kebahagiaan Pada Penyandang cacattubuh Sebuah Penelitian Kualitatif, Jurnal Tazkiya of Psychology, 2007.
Siswanto dan Dian Puspitasari, Efektivitas Graphotherapy terhadapPeningkatan Kepercayaan Diri pada Remaja dip anti Sosial dalam JurnalPsikodimensia kajian Ilmiah Psikologi Fakultas Psikologi UniversitasKatolik Soegijapranata, 2009.
C. Skripsi
Teguh Iman Santoso, Pengaruh Kepercayaan Diri dan Adversity QuotientTerhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX MadrasahTsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012 (SkripsiS1 Fakultas Psikologi UIN Syahid Jkt, 2012
112
LAMPIRAN
113
114
115
116
117
ANGKET UJI COBA INSTRUMEN
Kepada :
Kakak/adik....
Ditengah-tengah kesibukan kakak/adik dalam belajar dan berkarya,
perkenakanlah saya memohon bantuan kakak/adik untuk mengisi angket ini.
Adapun tujuan pengisian angket ini adalah untuk menyusun Tugas Akhir Skripsi
yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan Agama Islam terhadap
Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan”.
Saya berharap kakak/adik dapat mengisi angket tersebut sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya. Angket ini bukan merupakan tes sehingga tidak ada
jawaban yang benar maupun jawaban yang salah. Jawaban kakak/adik akan
dirahasiakan dan tidak akan mempengaruhi nilai ataupun nama baik kakak/adik.
Penulisan identitas hanya digunakan untuk mempermudah proses pengelohan data
saja.
Atas kesediaan dan bantuan yang diberikan saya ucapkan terimakasih.
Jakarta,
Peneliti
Abdul Muis
NIM. 1110052000025
118
ANGKET PENELITIANPetunjuk Pengisian Angket :
1. Tulislah identitas terlebih dahulu pada kolom yang disediakan2. Jawablah pertanyaan dengan memilih salah satu dari 4 alternatif jawaban3. Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) atau contreng (√ ) pada
kolom yang telah disediakan.Alternatif jawaban : SS : Sangat Setuju
S : SetujuTS : Tidak SetujuSTS : Sangat Tidak Setuju
Identitas Responden
Nama :
Kelas :
No Pernyataan SS S TS STS
Dukungan Sosial
1 Saya sering diberikan ucapan semangat setiap pagi oleh
orang terdekat saya
2 Setiap ada kegiatan/perlombaan teman-teman tidak
pernah mendukung saya
3 Jika saya berbuat salah, guru saya tidak pernah menegur
atau menasehati saya
4 Orang tua saya sering memberikan nasehat-nasehat
kepada saya
5 Teman saya tidak suka mendengarkan curhatan saya
6 Rengking 1 di kelas pasti mendapatkan piala
penghargaan
7 Jika saya tidak tahu pasti teman saya memberitahu
8 Saya selalu diberikan pilihan-pilihan yang baik oleh
orang tua saya
9 Setiap hari ibu bapak guru selalu memberikan ilmunya
kepada saya
10 Guru saya jarang mengajarkan ilmu praktik kepada saya
11 Saya selalu kebingungan sendiri setiap ada masalah
119
12 Teman saya selalu memberikan saran-sarannya kepada
saya setiap saya mau mengambil keputusan
13 Saya tidak pernah menerima hadiah pada hari ulang
tahun saya
14 Jika saya mendapatkan prestasi, orang tua saya selalu
memberikan hadiah kepada saya
15 Setiap saya berangkat sekolah selalu diberikan uang
jajan
16 Sudah lama saya tidak punya uang
17 Saya rutin mendapatkan perawatan dan therapy dari
dokter
18 Jika saya sakit, orang tua saya pasti membawa saya ke
rumah sakit
Bimbingan Agama Islam
19 Saya sering ikut kegiatan untuk menyalurkan minat
bakat saya
20 Saya belum tahu bakat saya
21 Setiap malam saya pasti belajar dengan sungguh-
sungguh
22 Saya jarang mengerjakan PR
23 Saya selalu membantu teman saya yang sedang
kesusahan
24 Saya tidak peduli ketika teman saya sedang
sakit/kecelakaan
25 Saya tidak pernah marah ketika ada teman mengejek
saya
26 Saya sering mengeluh kepada Allah karena keadaan
saya
27 Saya selalu shalat 5 waktu
28 Saya tidak pernah membaca al-Qur’an
29 Setiap habis shalat saya selalu berdo’a kepada Allah
120
30 Dalam keadaan apapun saya selalu memohon
pertolongan Allah
Kepercayaan Diri
31 Saya mampu melakukan apapun sendiri
32 Banyak hal yang harus saya lakukan dengan meminta
pertolongan orang lain untuk membantu saya
33 Saya selalu bekerja keras dalam setiap pekerjaan yang
saya lakukan
34 Saya sering malas dalam melakukan setiap pekerjaan
saya
35 Saya harus mendapatkan apa yang saya inginkan
36 Saya berusaha melewati setiap halangan dan hambatan
dalam mencapai cita-cita saya
37 Saya selalu diam saja di sekolah, baik jam pelajaran
maupun sedang tidak ada jam pelajaran
38 Setiap hal yang saya kurang paham, pasti saya tanyakan
kepada guru saya
39 Saya selalu hadir setiap ada kegiatan sekolah
40 Saya malas setiap ada kegiatan di sekolah maupun di
sekitar rumah
41 Saya tidak mau merugikan orang lain
42 Saya tidak peduli kepada orang lain, yang penting saya
senang
43 Saya selalu yakin dengan apa yang saya lakukan
44 Saya ragu-ragu apakah saya dapat sukses atau tidak di
masa depan
45 Saya tidak mempermasalahkan orang lain yang berbeda
pendapat dengan saya
46 Saya tidak mau mengalah untuk orang lain
47 Saya senang menjadi diri sendiri
48 Saya merasa tak sempurna seperti orang lain
121
UJiValiditasdanUjiReliabilitas
UjiValiditas
No R hitung R Tabel Validitas1 0,640** 0,355 Valid2 -0,192 0,355 Tidak Valid3 0,601** 0,355 Valid4 0,770** 0,355 Valid5 0,664** 0,355 Valid6 -0,011 0,355 Tidak Valid7 0,627** 0,355 Valid8 0,564** 0,355 Valid9 -0,031 0,355 Tidak Valid10 0,203 0,355 Tidak Valid11 0,328 0,355 Tidak Valid12 0,223 0,355 Tidak Valid13 0,320 0,355 Tidak Valid14 0,265 0,355 Tidak Valid15 -0,090 0,355 Tidak Valid16 0,332 0,355 Tidak Valid17 -0,012 0,355 Tidak Valid18 0,257 0,355 Tidak Valid19 0,364* 0,355 Valid20 0,336 0,355 Tidak Valid21 0,477* 0,355 Valid22 0,299 0,355 Tidak Valid23 0,536** 0,355 Valid24 0,411* 0,355 Valid25 0,282 0,355 Tidak Valid26 0,464* 0,355 Valid27 0,241 0,355 Tidak valid28 0,213 0,355 Tidak valid29 0,549** 0,355 Valid30 0,482* 0,355 Valid31 0,276 0,355 Tidak Valid32 0,533** 0,355 Valid33 0,653** 0,355 Valid34 0,538** 0,355 Valid35 0,498* 0,355 Valid36 0,564** 0,355 Valid
122
37 0,574** 0,355 Valid38 0,745** 0,355 Valid39 0,625** 0,355 Valid40 0,529** 0,355 Valid41 0,523** 0,355 Valid42 0,328 0,355 Tidak valid43 0,678** 0,355 Valid44 0,349 0,355 Tidak Valid45 0,296 0,355 Tidak Valid46 0,412* 0,355 Valid47 0,406* 0,355 Valid48 0,631** 0,355 Valid
UjiReliabilitas
Case Processing Summary
N %Cases Valid 31 100.0
Excludeda
0 0.0
Total 31 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items,852 48
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
123
ANGKET UJI COBA INSTRUMEN
Kepada :
Kakak/adik....
Ditengah-tengah kesibukan kakak/adik dalam belajar dan berkarya,
perkenakanlah saya memohon bantuan kakak/adik untuk mengisi angket ini.
Adapun tujuan pengisian angket ini adalah untuk menyusun Tugas Akhir Skripsi
yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan Agama Islam terhadap
Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan”.
Saya berharap kakak/adik dapat mengisi angket tersebut sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya. Angket ini bukan merupakan tes sehingga tidak ada
jawaban yang benar maupun jawaban yang salah. Jawaban kakak/adik akan
dirahasiakan dan tidak akan mempengaruhi nilai ataupun nama baik kakak/adik.
Penulisan identitas hanya digunakan untuk mempermudah proses pengelohan data
saja.
Atas kesediaan dan bantuan yang diberikan saya ucapkan terimakasih.
Jakarta,
Peneliti
Abdul Muis
NIM. 1110052000025
124
ANGKET PENELITIANPetunjuk Pengisian Angket :
1. Tulislah identitas terlebih dahulu pada kolom yang disediakan2. Jawablah pertanyaan dengan memilih salah satu dari 4 alternatif jawaban3. Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) atau contreng (√ ) pada
kolom yang telah disediakan.Alternatif jawaban : SS : Sangat Setuju
S : SetujuTS : Tidak SetujuSTS : Sangat Tidak Setuju
Identitas Responden
Nama :
Kelas :
No Pernyataan SS S TS STS
Dukungan Sosial
1 Saya sering diberikan ucapan semangat setiap pagi oleh
orang terdekat saya
2 Jika saya berbuat salah, guru saya tidak pernah menegur
atau menasehati saya
3 Orang tua saya sering memberikan nasehat-nasehat
kepada saya
4 Teman saya tidak suka mendengarkan curhatan saya
5 Jika saya tidak tahu pasti teman saya memberitahu
6 Saya selalu diberikan pilihan-pilihan yang baik oleh
orang tua saya
7 Guru saya jarang mengajarkan ilmu praktik kepada saya
8 Teman saya selalu memberikan saran-sarannya kepada
saya setiap saya mau mengambil keputusan
9 Saya tidak pernah menerima hadiah pada hari ulang
tahun saya
10 Jika saya mendapatkan prestasi, orang tua saya selalu
memberikan hadiah kepada saya
11 Sudah lama saya tidak punya uang
125
12 Jika saya sakit, orang tua saya pasti membawa saya ke
rumah sakit
Bimbingan Agama Islam
13 Saya sering ikut kegiatan untuk menyalurkan minat
bakat saya
14 Saya belum tahu bakat saya
15 Setiap malam saya pasti belajar dengan sungguh-
sungguh
16 Saya jarang mengerjakan PR
17 Saya selalu membantu teman saya yang sedang
kesusahan
18 Saya tidak peduli ketika teman saya sedang
sakit/kecelakaan
19 Saya tidak pernah marah ketika ada teman mengejek
saya
20 Saya sering mengeluh kepada Allah karena keadaan
saya
21 Saya selalu shalat 5 waktu
22 Saya tidak pernah membaca al-Qur’an
23 Setiap habis shalat saya selalu berdo’a kepada Allah
24 Dalam keadaan apapun saya selalu memohon
pertolongan Allah
Kepercayaan Diri
25 Saya mampu melakukan apapun sendiri
26 Banyak hal yang harus saya lakukan dengan meminta
pertolongan orang lain untuk membantu saya
27 Saya selalu bekerja keras dalam setiap pekerjaan yang
saya lakukan
28 Saya sering malas dalam melakukan setiap pekerjaan
saya
29 Saya harus mendapatkan apa yang saya inginkan
126
30 Saya berusaha melewati setiap halangan dan hambatan
dalam mencapai cita-cita saya
31 Saya selalu diam saja di sekolah, baik jam pelajaran
maupun sedang tidak ada jam pelajaran
32 Setiap hal yang saya kurang paham, pasti saya tanyakan
kepada guru saya
33 Saya selalu hadir setiap ada kegiatan sekolah
34 Saya malas setiap ada kegiatan di sekolah maupun di
sekitar rumah
35 Saya tidak mau merugikan orang lain
36 Saya tidak peduli kepada orang lain, yang penting saya
senang
37 Saya selalu yakin dengan apa yang saya lakukan
38 Saya ragu-ragu apakah saya dapat sukses atau tidak di
masa depan
39 Saya tidak mempermasalahkan orang lain yang berbeda
pendapat dengan saya
40 Saya tidak mau mengalah untuk orang lain
41 Saya senang menjadi diri sendiri
42 Saya merasa tak sempurna seperti orang lain
127
Olah Data Variabel Independen dan Variabel Dependenuntuk Uji Regresi
No Kepercayaan diri Dukungan sosial Bimbingan Agama Islam1 71 51 542 56 50 383 54 45 364 74 44 475 62 53 486 67 46 507 64 51 498 73 48 469 75 52 4910 68 48 4611 72 54 5412 60 48 4413 62 48 4014 59 45 4515 65 49 3816 64 47 4417 60 42 4418 61 43 4219 60 48 4020 63 41 3821 62 47 4422 68 55 4323 63 40 3824 63 40 3825 61 40 3826 67 45 4027 71 49 4028 72 52 4729 71 51 4630 68 46 5231 76 54 46
128
Hasil Output Uji Regresi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation NKepercayaan diri 65.37 5.732 30
dukungan sosial 47.37 4.335 30
bimbingan agama islam 43.67 4.722 30
RegressionNotes
Output Created 29-DEC-2014 21:26:39CommentsInput Active Dataset DataSet1
Filter <none>Weight <none>Split File <none>N of Rows inWorking DataFile
31
MissingValueHandling
Definition ofMissing
User-defined missingvalues are treated asmissing.
Cases Used Statistics are based oncases with no missingvalues for any variableused.
Syntax REGRESSION/DESCRIPTIVES MEAN
STDDEV CORR SIG N/MISSING LISTWISE/STATISTICS COEFF
OUTS R ANOVA/CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10)/NOORIGIN/DEPENDENT V1/METHOD=ENTER V2
V3.Resources Processor Time 00:00:00,05
Elapsed Time 00:00:00,08MemoryRequired
1652 bytes
AdditionalMemoryRequired forResidual Plots
0 bytes
129
Correlations
Kepercayaan diridukungan
sosialbimbingan
agama islamPearson Correlation Kepercayaan diri 1.000 .448 .570
dukungan sosial .448 1.000 .503
bimbingan agama islam .570 .503 1.000
Sig. (1-tailed) Kepercayaan diri .007 .001
dukungan sosial .007 .002
bimbingan agama islam .001 .002
N Kepercayaan diri 30 30 30
dukungan sosial 30 30 30
bimbingan agama islam 30 30 30
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 27,372 10,412 2,629 ,014
dukungansosial
,286 ,236 ,216 1,212 ,236
bimbinganagama Islam
,560 ,216 ,462 2,591 ,015
a. Dependent Variable: Kepercayaan diri
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
1 ,600a ,360 ,313 4,753
a. Predictors: (Constant), bimbingan agama islam, dukungan sosial
ANOVAa
Model Sum of Squares DfMean
Square F Sig.1 Regression 343,084 2 171,542 7,594 ,002b
Residual 609,883 27 22,588
Total 952,967 29
a. Dependent Variable: Kepercayaan diri
b. Predictors: (Constant), bimbingan agama Islam, dukungan sosial
130
Dokumentasi YPAC JAKARTA
Papan Nama YPAC Jakarta Tampak Depan
131
Penyandang Tunadaksa sedang Istirahat di Lobby depan YPAC Jakarta
Penyandang Tunadaksa sedang Berkumpul di Aula YPAC Jakarta
132
Penyandang Tunadaksa Karya Putri sedang Membuat Karya Pernak-pernikdan Mengisi Angket Penelitian
Penyandang Tunadaksa sedang Berdo’a pada kegiatan Bimbingan AgamaIslam