“perencanaan program komunikasi kesehatan penyakit infeksi saluran pernafasan atas di kabupaten...

58
PERENCANAAN PROGRAM KOMUNIKASI KESEHATAN Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur mata kuliah Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara” Disusun Oleh : Ariny Ulfa Rahma (G1B012001) Ayon Friday Yonaza (G1B012045) L. Diana Kurniawati (G1B012048) Azahra Dinianur Agustin (G1B012055) Nikita Swasty Rahmadhany (G1B012072) Kelas : B Kelompok : 8 (Delapan)

Upload: ayon-friday-yonaza

Post on 08-Apr-2016

1.123 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

PERENCANAAN PROGRAM KOMUNIKASI KESEHATAN

Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur mata kuliah Komunikasi,

Informasi dan Edukasi Kesehatan

“Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

Disusun Oleh :

Ariny Ulfa Rahma (G1B012001)

Ayon Friday Yonaza (G1B012045)

L. Diana Kurniawati (G1B012048)

Azahra Dinianur Agustin (G1B012055)

Nikita Swasty Rahmadhany (G1B012072)

Kelas : B

Kelompok : 8 (Delapan)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2013

Page 2: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara

P Process

1. Analisis Khalayak dan Program

1.1 Latar belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan

penyebab utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia sebesar 28 %.

Inii menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun

dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. ISPA

merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40

% - 60 %) dan rumah sakit (15 % - 30%) (Kementerian Kesehatan RI,

2011).

ISPA hingga saat ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang

sedang endemis di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara karena masih

tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Data profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2003 menunjukkan bahwa

penyakit ISPA masih menempati posisi pertama dari 10 penyakit

terbanyak yaitu 33,02%. Angka kematian balita yang disebabkan oleh

semua penyakit sebesar 12,3 % (Depkes RI, 2002).

Pelaksanaan program penanggulangan ISPA dilakukan dengan cara

program P2 ISPA. Program P2 ISPA adalah program pemberantasan dan

penanggulangan ISPA yang memiliki tujuan menurunkan angka kematian

balita akibat pneumonia dan menurunkan angka kesakitan akibat

pneumonia. Program P2 ISPA juga diupayakan agar istiliah pneumonia

lebih dikenal oleh masyarakat sehingga memudahkan untuk diadakan

penyuluhan dan penyebaran informasi tentang upaya penanggulangan

pneumonia yang merupakan faktor penyebab terjadinya ISPA (Noviantote,

2008).

Pelaksanaan program P2 ISPA di Kabupaten Bengkulu Utara belum

mencapai target nasional pada tahun 2003 silam. Tetapi terus meningkat

dan membaik pada tahun-tahun berikutnya. Hasil survei pendahuluan,

Page 3: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

seluruh puskesmas di Kabupaten Bengkulu Utara telah menjalankan

program P2 ISPA dan telah ada pedoman teknis pada prosedur tetap ISPA

dari Departemen Kesehatan RI tahun 2002 tentang Pedoman P2 ISPA

pada balita. Hal tersebut terhambat oleh keterbatasan petugas

memanfaatkan data program P2 ISPA dan belum melaporkan secara rutin

setiap bulan ke Dinas Kesehatan (Depkes RI, 2002).

Penyakit ISPA juga melingkupi penyakit Pneumonia yang

berdasarkan bukti bahwa terdapat faktor resiko seperti kurangnya

pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara, BBLR, kepadatan

penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian balita akibat

Pneumonia yang termasuk kedalam lingkup ISPA mencakup 19 % dari

data 28 % yang ada sebelumnya oleh kementerian Kesehatan RI (Rudan et

al Bulletin WHO, 2008).

Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan

dengan diawalinya pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO.

Dalam perjalanannya, pengendalian ISPA telah mengalami beberapa

perkembangan:

a. Pra-implementasi telah dilaksanakan 2 kali lokakarya ISPA Nasional,

yaitu tahun 1984 dan 1988.

b. Lokakarya ISPA Nasional 1984, menghasilkan pengembangan sistem

dan mengklasifikasikan penyakit ISPA menjadi ISPA ringan, sedang

dan berat.

c. Lokakarya ISPA Nasional 1988, disosialisasikan pola baru tatalaksana

kasus ISPA dengan tiga klasifikasi: pneumonia, pneumonia berat dan

batuk bukan pneumonia.

d. Lokakarya Nasional III 1990 di Cimacan disepakati menerapkan pola

baru tata laksana kasus ISPA di Indonesia dengan memfokuskan

kegiatan pengendalian pneumonia Balita.

e. Tahun 1997, WHO memperkenalkan Integrated Management of

Childhood Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) sebagai model pendekatan tatalaksana kasus terpadu untuk

Page 4: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

berbagai penyakit anak. Pada daerah yang telah melaksanakan MTBS,

tata laksana pneumonia diintegrasikan dalam pendekatan MTBS.

f. Dalam pertemuan Review Pengendalian ISPA di Bekasi, 2005

dikalangan akademisi mulai diperkenalkan istilah Infeksi Respiratorik

Akut (IRA) sebagai padanan istilah bahasa Inggris acute respiratory

infection (ARI).

g. Tahun 2007, telah dilaksanakan Seminar Perkembangan ISPA yang

dihadiri oleh Ikatan Dokter Ahli Anak Indonesia (IDAI) dan Dokter

Spesialis Anak dari 14 Fakultas Kedokteran di Indonesia untuk

merevisi pedoman tata laksana pneumonia Balita sesuai dengan

perkembangan terbaru khususnya perubahan pemberian antibiotika

dari 5 hari menjadi 3 hari pengobatan.

h. Review terhadap pedoman ini juga telah dilaksanakan pada tahun 2011

namun tidak mengalami perubahan substansi.

(Kementerian Kesehatan RI, 2011)

Peningkatan pelaksanaan pengendalian ISPA perlu didukung dengan

peningkatan sumber daya termasuk dana. Disamping itu harus sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standart Pelayanan Minimal (SPM)

menyatakan bahwa kabupaten/kota wajib menyelenggarakan pelayanan

kesehatan sesuai SPM yang telah ditetapkan termasuk pneumonia

(Kementerian Kesehatan RI, 2011).

1.2 Analisa SWOT

Pembuat Program (SW)

Sasaran Program (OT)

(S) Strength

a. Tersedianya tenaga

profesional dalam hal

pengembangan program

perencanaan

selanjutnya.

b. Tersedianya dana

untuk program

(W) Weakness

a. Banyaknya program

perencanaan P2 untuk

penyakit lain selain

ISPA yang diemban oleh

pembuat program.

b. Anggaran dana yang

sudah tersedia harus

Page 5: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

perencanaan P2 ISPA.

c. Kerjasama yang baik

antar setiap Puskesmas

di Kabupaten Bengkulu

Utara dan kerjasama

dengan pihak Dinas

Kesehatan.

d. Setiap desa telah

memiliki tenaga

profesional yang mudah

dirujuk ke Puskesmas

terdekat.

dibagi untuk

perencanaan program

lainnya.

(O) Oportunity

a. Pola pikir masyarakat

yang lebih extrovert

terhadap program yang

direncanakan terkait P2

ISPA.

b. Tersedianya

dukungan tokoh

masyarakat dan tokoh

agama serta kader yang

menangani

permasalahan ISPA di

wilayah tersebut.

c. Tersedianya

dukungan dari berbagai

organisasi dan pihak

tertentu untuk diajak

kerja sama.

Strategi SO

a. Melakukan

pendekatan kepada

tokoh masyarakat dan

tokoh agama untuk

mempersiapkan program

komunikasi kesehatan

seperti penyuluhan.

b. Menggunakan dana

yang ada untuk menjalin

kerjasama dimuka

antara pembuat program

dengan suatu wilayah

yang akan dijadikan

sasaran program.

c. Membuat perjanjian

dengan tenaga

profesional diwilayah

tersebut untuk siap

membantu berjalannya

Strategi WO

a. Mengedepankan

program P2 ISPA

dibanding program P2

lainnya mengingat peran

serta masyarakat dan

kader setempat sudah

sangat terbuka akan

adanya program P2

ISPA.

b. Menyisihkan lebih

dahulu anggaran dana

yang ada dimuka untuk

persiapan dan

perencanaan program P2

ISPA sehingga saat

berjalan nanti tidak akan

menjadi hambatan

berarti.

Page 6: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

program P2 ISPA.

(T) Threat

a. Tingkat pengetahuan

masyarakat beraneka

ragam bahkan

cenderung didominasi

oleh pendidikan rendah.

b. Penyesuaian waktu

program perencanaan

P2 ISPA antara pihak

pembuat program

dengan sasaran

ditujukannya program.

c. Lemahnya kesadaran

diri para sasaran

program yang

seharusnya dapat

membantu penunjangan

untuk tercipta program

P2 ISPA yang lebihn

baik.

Strategi ST

a. Mengadakan

pembelajaran terlebih

dahulu sebelum hendak

melakukan program P2

ISPA seperti penyebaran

angket dan kuisioner

untuk mengetahui

sejauh mana masyarakat

memahami penyakit

ISPA.

b. Mengatur waktu

perencanaan program

antara pembuat

program, tenaga

profesional kesehatan

dan masyarakat

setempat. Terlebih lagi

mengingat tenaga

kesehatan sudah siap

sehingga dimanfaatkan

untuk regulasi waktu

yang sesuai agar

program P2 ISPA

berjalan lancar.

Strategi WT

a. Membuat prioritas

program sehingga

program yang sekiranya

serupa dengan kegiatan

dan tujuan yang sama

dapat dihapuskan. Hal

ini berguna untuk

pemilahan perencanaan

program dan efisiensi

waktu.

b. Mengadakan

pengontrolan berkala

sebelum program P2

ISPA benar-benar

berjalan sehingga

dengan banyaknya

program yang ada,

pembuat program berhak

dan telah mengetahui

ketertarikan masyarakat

terhadap program yang

akan dijalankan.

1.3 Analisa masalah ISPA

Analisa masalah perencanaan program komunikasi kesehatan yakni

meliputi:

a. Kasus yang meningkat sehingga diperlukan komunikasi, informasi dan

edukasi kesehatan.

Page 7: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

Kasus ISPA di setiap Puskesmas di Kabupaten Bengkulu Utara

merupakan kasus terbanyak yang ada dibanding jenis penyakit lain. Ini

merupakan masalah yang berkelanjutan untuk terus dicari titik temu

dan segera diselesaikan. Analisa masalah terkait penyakit ISPA yang

paling mudah yakni dengan menggunakan sarana komunikasi,

informasi dan edukasi kesehatan atau disingkat KIE Kesehatan.

Metode KIE yang digunakan yakni dilakukan pendekatan kualitatif

dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian observasional

dengan rancangan cross sectional dan bersifat evaluatif. Penelitian ini

dilaksanakan di wilayah kabupaten Bengkulu Utara dengan subjek

penelitian adalah 3 kepala puskesmas, 3 petugas pengelola program

ISPA, 3 petugas balai pengobatan dan semua tenaga medis dan

paramedis di puskesmas.

Kasus ISPA yang semakin meningkat ini digunakan pendekatan

KIE guna mengetahui pemilihan purposif berdasarkan dua kriteria

yakni kinerja puskesmas dan cakupan pneumonia puskesmas. Kasus

pneumonia akibat ISPA di masing-masing Puskesmas semakin

meningkat dari waktu ke waktu sehingga diharapkan adanya

penanggulangan masalah yang mampu mengatasi peliknya kasus

tersebut (Depkes RI, 2002).

b. Dampak dari kasus

Berbagai dampak yang timbul dari kasus, antara lain:

1) ISPA mampu mengakibatkan kematian dalam jumlah kecil pada

balita tetapi mampu menyebabkan kecacatan. Namun pada suatu

saat dimungkinkan terjadi kasus sehingga mengakibatkan banyak

kematian.

2) ISPA dalam suatu wilayah mampu menimbulkan wabah jika tidak

segera diatasi. Wabah inilah yang disebut Kejadian Luar Biasa

yang tidak dapat dielakkan karena mengundang berbagai penyakit

lainnya.

3) ISPA yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus akan mudah

menyebar dan menular sehingga pengawasan oleh orangtua pun

Page 8: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

harus diperketat. Imunisasi yang dilakukan orangtua terhadap

balitanya harus ditingkatkan dengan syarat efisiensi dan efektivitas.

(Depkes RI, 2002)

c. Sasaran

Analisa masalah ISPA terkait erat dengan sasaran yang nantinya

akan menunjang kegiatan program perencanaan P2 ISPA. Sasaran

berikut diantaranya adalah:

1) Sasaran primer adalah sasaran utama untuk ditujukannya program

perencanaan P2 ISPA agar program yang akan berjalan dapat

sesuai dengan target yang tepat. Sasaran primer untuk penyakit

ISPA yang biasa diderita oleh balita yakni Ibu-ibu yang memiliki

balita. Hal ini diharapkan agar para ibu dapat menjaga dan

mengawasi balitanya untuk hidup bersih dan sehat serta

menjauhkan balita dari segala polusi yang dapat membahayakan

balita.

2) Sasaran sekunder adalah sasaran kedua yang harus dipenuhi jika

sasaran utama telah terpenuhi. Sasaran sekunder ini harus gencar

digalakkan agar tercipta program perencanaan P2 ISPA yang lebih

sistematis dan membaik. Cakupan sasaran sekunder ini meliputi

para kader yang berada di tingkat kelurahan atau kecamatan.

Dengan ini diharapkan para kader mampu menyampaikan

informasi program kepada para ibu yang memiliki balita sehingga

pemantauan program tetap berjalan lancar.

3) Sasaran tersier adalah sasaran ketiga yang harus dipenuhi setelah

sasaran utama dan sasaran sekunder sudah terpenuhi. Sasaran

tersier ini harus digalakkan demi terciptanya wilayah yang sesuai

keinginan dan bebas penyakit ISPA. Cakupan sasaran tersier antara

lain dinas kesehatan daerah setempat dan pengurus Puskesmas. Hal

ini diharapkan jika program perencanaan P2 ISPA ini sudah

berjalan rutin harus ada umpan balik dan pengawasan yang lebih

ketat dari pihak dinas sehingga nilai dan angka morbiditas akibat

ISPA di wilayah tersebut dapat diminimalisasi.

Page 9: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

(Depkes RI, 2002)

1.4 Meninjau khalayak yang potensial

a. Secara demografi

Secara demografi, terbagi menjadi 2, yakni:

1) Jumlah penduduk

Bedasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 hasil

sementara Kabupaten Bengkulu Utara 257.675 jiwa yang terdiri

atas 132.583 laki-laki dan 125.092 jiwa perempuan. Dengan luas

wilayah 4.424,60 km² maka rata-rata kepadatan penduduk

Kabupaten Bengkulu Utara ± 58,23 per km². Dan laju pertumbuhan

penduduk dari tahun 2000-2010 sekitar 3,54 persen/tahun,

merupakan laju pertumbuhan penduduk terbesar di Kabupaten dan

Kota di Provinsi Bengkulu. Kepadatan penduduk terbesar berada

di Kecamatan Arga Makmur ± 474,57 jiwa/km² dan kepadatan

penduduk terkecil berada di Kecamatan Enggano ± 6,71 jiwa/km²

(Dinkes Kab. Bengkulu Utara, 2003),

2) Karakteristik penduduk

Karakteristik penduduk wilayah Kabupaten Bengkulu Utara

yakni sebagian besar memiliki mata pencaharian bekerja dibidang

perkebunan perikanan, pertambangan dan pariwisata. Hal ini

dikarenakan luas wilayah geografis penduduk sangat cocok untuk

mata pencaharian seperti itu. Bahkan potensi unggulan daerahnya

cocok untuk bidang perkebunan. Sehingga penyakit akibat

pernafasan harus diperhatikan mengingat cuaca yang ekstrem

dibidang perkebunan (Dinkes Kab. Bengkulu Utara, 2003).

b. Secara sosiologis

1) Adat Istiadat

Adat istiadat masyarakat Bengkulu diantaranya kain bersurek,

yaitu kain bertuliskan huruf Arab gundul. Kepercayaannya

sebagian besar beragama Islam. Bahasa yang terdapat di wilayah

tersebut yakni bahasa Melayu, Bahasan Rejang, bahasa Pekal,

Page 10: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

bahasa Lembak. Hal ini merupakan acuan yang tepat untuk

melakukan perencanaan program karena bahasa merupakan sarana

yang paling mudah menyampaikan materi agar dapat diterima oleh

semua khalayak. Meskipun banyak perbedaan adat istiadat, tetapi

bahasa adalah komponen terpenting dalam penyampaian materi

termasuk mengenai teknik penyampaian dengan maksud agar

khalayak dapat menerima materi yang diberikan agar program

yang direncanakan berhasil.

2) Pola Kepemimpinan

Pola Kepemimpinan dapat dipandang sebagai 2 hal yaitu

sebagai sebuah proses dan sebuah seni. Kepemimpian sebagai

sebuah proses menurut J. Robert Clinton adalah sebagai berikut

Kepemimpinan adalah “suatu proses yang kompleks dimana

seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk menunaikan

suatu misi, tugas, atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang

membuatnya lebih kohesif dan koheren." Mereka yang memegang

jabatan sebagai pemimpin menerapkan seluruh atribut

kepemimpinannya (keyakinan, nilai-nilai, etika, karakter,

pengetahuan, dan ketrampilan).

Jadi seorang pemimpin berbeda dari majikan, dan berbeda dari

manajer. Seorang pemimpin menjadikan orang-orang ingin

mencapai tujuan dan sasaran yang tinggi, sedangkan seorang

majikan menyuruh orang-orang untuk menunaikan suatu tugas atau

mencapai tujuan. Seorang pemimpin melakukan hal-hal yang

benar, sedangkan seorang manajer melakukan hal-hal dengan benar

(Leaders do right things, managers do everything right). Pola

kepemimpinan masyarakat Bengkulu Utara sudah cukup baik

karena masyarakatnya telah memiliki jiwa extrovert sehingga

mudah untuk menerima program-program yang akan menunjang

kebaikan hidupnya kedepan.

Page 11: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

c. Psikologis

Tingkat psikologis masyarakat kabupaten Bengkulu Utara

memiliki optimistik yang tinggi untuk meneruskan kehidupannya

kearah yang lebih baik sehingga perlu dilakukan upaya

penanggulangan yang baik dalam menghadapi masalah yang

kemungkinan timbul. Seperti halnya kasus ISPA yang ada di wilayah

tersebut mendapat perhatian khusus dari masyarakat sehingga program

perencanaan yang dibuat lebih mudah diterima. Mudahnya program

diterima diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dengan perbaikan

mutu dari tahun sebelumnya (Dinkes Kab. Bengkulu Utara, 2003).

1.5 Mengkaji kebijaksanaan dan program yang ada

Advokasi kepada pemangku kepentingan harus dilakukan agar sesuai

dengan Pengendalian ISPA yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundangan, advokasi tersebut antara lain:

a. Peningkatan penemuan kasus dan tatalaksana pneumonia balita sesuai

standart.

b. KIE pengendalian ISPA.

c. Ketersediaan logistik.

d. Kerjasama dan jejaring lintas program/sektor, swasta, Perguruan

Tinggi, organisasi non pemerintah baik nasional dan internasional.

e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

f. Autopsi verbal dalam rangka menentukan penyebab kematian balita.

g. Penyusunan rencana kontingensi kesiapsiagaan dan respon pandemi

influenza di semua tingkat.

h. Rencana pengendalian pneumonia disusun berbasis bukti.

(Depkes, 2007)

1.6 Lembaga atau organisasi potensial yang mendukung program

Lembaga atau organisasi potensial yang mendukung program

perencanaan P2 ISPA antara lain PKK, dasawisma, Posyandu, Pengajian,

Page 12: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

Puskesmas, Kelurahan, dan Dinas Kesehatan setempat. Penjabarannya

adalah sebagai berikut.

a. PKK

PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) adalah organisasi

kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut

berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia. PKK terkenal akan "10

program pokok"-nya. Organisasi ini menaungi lingkup rukun warga

yang biasa dibina oleh para Ibu Rumah Tangga dalam panduan Rukun

Tetangga. Ibu-ibu PKK merupakan kader yang mampu dibina dengan

mudah dan biasanya memiliki program kerja pokok, diantaranya

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Gotong Royong, Pangan,

Sandang, Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga, Pendidikan dan

Ketrampilan, Kesehatan, Pengembangan Kehidupan Berkoperasi,

Kelestarian Lingkungan Hidup, dan Perencanaan Sehat. Upaya PKK

yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam mutu

kesehatan.

b. Dasawisma

Dasa wisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang

bertetangga. Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan

keluarga. Bentuk kegiatannya seperti arisan (PKK), pembuatan

jamban, sumur, kembangkan dana sehat (PMT, pengobatan ringan,

membangun sarana sampah dan kotoran). Kelompok Dasa Wisma

adalah kelompok yang terdiri dari 10 – 20 kepala keluarga (KK) dalam

satu RT. Setelah terbentuk kelompok, maka diangkatlah satu orang

yang memiliki tanggung jawab sebagai ketua. Dasawisma adalah

wadah organisasi yang paling terdekat dengan sasaran primer sehingga

lebih mudah untuk penyampaian perencanaan program P2 ISPA.

c. Posyandu

Posyandu atau pos pelayanan terpadu adalah kegiatan kesehatan

dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang

dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan

swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung

Page 13: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

jawab kepala desa. Pelaksanaan pelayanan program terpadu ini dapat

dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya.

Konsep pelayanannya berkaitan dengan keterpaduan, yakni

keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan dalam aspek

sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek

dana dan lain sebagainya. Posyandu berguna sebagai wadah untuk

mendidik dan mengkonselingkan masalah balita sehingga wadah ini

cocok untuk program P2 ISPA.

d. Pengajian

Pengajian adalah wadah organisasi yang terikat atau tidak terikat

dalam lembaga resmi sehingga mampu mengubah pola pikir dan

perilaku ibu-ibu dalam menjaga dan mendidik balitanya. Biasanya

dalam suatu pengajian selain membahas suatu hal, diupayakan dengan

program P2 ISPA ini agar membahas mengenai hal-hal pencegahan

ISPA demi menekan angka ISPA yang terus meningkat.

e. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah

organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang

bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau

oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan

menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna

mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu

pelayanan kepada perorangan. Puskesmas diharapkan mampu

menyelesaikan permasalahan ISPA pada balita yang memang dewasa

ini semakin tinggi kasusnya. Dari data yang ada di puskesmaslah

dilakukan upaya penyuluhan sebagai program pemberantasan ISPA

sesuai arahan dinas kesehatan.

Page 14: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

f. Dinas Kesehatan

Dinas kesehatan adalah organisasi fungsional yang mengatur

kesehatan sesuai dengan arahan Departemen Kesehatan RI. Dinas

kesehatan terletak di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dinas kesehatan

mempunyai data penyakit ISPA yang berasal dari Puskesmas sehingga

diantara keduanya saling berkaitan. Program perencanaan kesehatan

yang hendak dilakukan dalam suatu wilayahpun harus mendapat

persetujuan dari dinas kesehatan setempat barulah mendapat rujukan

ke puskesmas.

(Depkes, 2007)

1.7 Sumber daya KIE

Sumber daya KIE dalam perencanaan program penanggulangan

masalah ISPA di wilayah Bengkulu Utara yakni dengan cara

memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing sumber daya

KIE. Sumber daya KIE yang ada nantinya akan diusahakan untuk

mengadakan suatu kegiatan terprogram untuk perencanaan yang lebih

baik.

Kegiatan yang akan dilakukan secara realistis yakni dengan melakukan

hal-hal sebagai berikut:

a. Mengadakan upaya penyuluhan massal kepada sasaran primer dari

yang kemungkinannya paling potensial hingga yang memiliki resiko

kecil. Penyuluhan ini diberikan oleh tenaga profesional yang ada di

Puskesmas masing-masing wilayah Kabupaten Bengkulu Utara

dengan didasarkan pada data yang ada selama kurun waktu tertentu.

Program penyuluhan ini diharapkan mampu membuat masyarakat

mengetahui seluk beluk terkait penyakit ISPA yang merupakan

penyakit balita terbanyak di setiap Puskesmas di Bengkulu Utara.

b. Mengadakan upaya long march dengan membagikan leaflet atau

selebaran terkait info penyakit ISPA termasuk pencegahan dan

penanggulangannya. Pemberian media promosi kesehatan ini

Page 15: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

diharapkan lebih tepat sasaran dibandingkan menggunakan poster

yang masih belum mampu memilah khalayak.

c. Mengadakan kerja sama dengan teknisi perumahan yang ada di

wilayah Bengkulu Utara agar dibuatkan lubang udara atau ventilasi

yang sesuai untuk dapat menjangkau udara segar dan tidak terlampau

sesak. Lubang udara ini sangat penting untuk proses sirkulasi udara

supaya tidak terjadi gangguan pada sistem pernafasan khalayak.

d. Mengadakan dan memberi informasi tambahan kepada sasaran untuk

senantiasa menjaga pola makan agar tidak terjadi masalah sistem

pencernaan yang masih memiliki kaitan erat dengan masalah

pernafasan.

e. Mengadakan kegiatan olahraga setiap pekan untuk menjaga kestabilan

kondisi tubuh agar tetap fit dan mampu meminimalisasi gangguan

pada sistem pernafasan.

Page 16: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

2. Desain Strategi

2.1 Tujuan

Tujuan umum : Untuk mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas

akibat penyakit ISPA dan mencegah penularan penyakit ISPA khususnya

pada balita di Kabupaten Bengkulu Utara.

Tujuan khusus :

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan

lingkungan utamanya kebersihan udara.

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi gizi seimbang

untuk menjaga daya tahan tubuh balita.

c. Meningkatkan kesiapsiagaan dan respon ibu balita terhadap pandemi

influenza.

d. Agar para ibu dapat merawat anggota keluarganya yang menderita

ISPA dengan tepat.

2.2 Khalayak Sasaran

a. Pendidikan : Ibu balita di Kabupaten Bengkulu Utara yang

tingkat pendidikannya berupa pendidikan dasar sehingga perlu

diinformasikan beberapa hal mengenai penyakit ISPA.

b. Ekonomi : Ibu balita di Kabupaten Bengkulu Utara kalangan

menengah kebawah yang kurang memberikan asupan gizi yang cukup

kepada anak-anak balitanya.

c. Sosial ekonomi : Ibu balita di Kabupaten Bengkulu Utara dengan

kebiasaan membakar sampah di lingkungan sekitanya yang dapat

mencemari udara sehingga menyebabkan penyakit ISPA.

d. Budaya : Budaya masyarakat sekitar yang masih

menganggap ISPA adalah penyakit yang tidak serius atau tidak

berakibat fatal bagi balita dan adanya kebiasaan adat yang melarang ibu

dan bayi baru lahir untuk keluar rumah. (Depkes RI, 2002)

Page 17: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

2.3 Pemilihan Media

Pemilihan media yang digunakan dalam perencanaan program ini

adalah dengan menggunakan media above the line dan media below the

line. Media above the line yang digunakan yaitu dapat berupa media cetak

berupa pemberian majalah mengenai penyakit ISPA. Selain itu dapat

menggunakan media audio visual berupa film pendek (video) yang berisi

tentang informasi singkat mengenai penyakit ISPA yang lebih komunikatif

dan menarik dan berisi tentang definisi ISPA, tanda dan gejala ISPA,

penularan ISPA, dan pengobatan ISPA.

Sedangkan untuk media below the line yang dapat digunakan yaitu

dapat berupa poster, leaflet, dan booklet. Poster adalah lembaran cetak

yang memuat aspek verbal dan non verbal. Leaflet yaitu lembaran tanpa

lipatan berjumlah satu lembar yang dirancang khusus berisi mengenai

ISPA. Sedangkan booklet berbentuk seperti buku. Media promosi tersebut

dapat dibagikan kepada para ibu yang berada di kabupaten Bengkulu Utara

yang berisi materi mengenai ISPA yaitu : definisi ISPA, tanda dan gejala

ISPA, penularan ISPA, pencegahan ISPA, dan pengobatan ISPA.

(Notoatmodjo, 2003).

2.4 Dukungan dan Penguatan Interpersonal

Perencanaan program komunikasi ini mendapatkan banyak dukungan

dari banyak pihak diantaranya para tokoh masyarakat, tokoh agama, ketua

PKK, para kader, dan ketua dasawisma sehingga dengan adanya dukungan

dan penguatan interpersonal dari pihak-pihak tersebut diharapkan program

perencanaan penanggulangan penyakit ISPA di Kabupaten Bengkulu

Utara dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.

2.5 Rencana Kegiatan

Kegiatan ini direncanakan dilakukan di masing-masing Puskesmas

yang berada di Kabupaten Bengkulu Utara dengan alokasi waktu sebagai

berikut:

Page 18: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

a. Pembukaan 5 menit

1) Mengucapkan salam                          

2) Mengulang kontrak waktu yang sudah disepakati

3) Menjelaskan tujuan

b. Isi  25 menit

1) Menjelaskan pada Ibu balita tentang pengertian, penyebab ISPA

2) Menjelaskan cara penularan ISPA

3) Menjelaskan cara pencegahan penularan ISPA

4) Menjelaskan cara perawatan ISPA

5) Memberikan kesempatan Ibu balita bertanya  tentang hal yang

belum jelas

6) Menjawab pertanyaan Ibu balita

c. Penutup   5 menit

1) Meminta ibu balita menjelaskan kembali tentang hal yang sudah

dijelaskan

2) Mengucapkan terima kasih

3) Kontrak waktu dengan keluarga untuk evaluasi

4) Mengucapkan salam

2.6 Metode KIE

Metode yang akan dipilih dalam pendidikan kesehatan dengan

responden kelompok masyarakat adalah :

a. Ceramah

Metode ceramah yang dilakukan bertujuan untuk memberikan

gambaran materi mengenai ISPA. Metode ini ditujukan kepada ibu-

ibu balita. Dalam sesi ceramah kami dan ibu – ibu kader saling

bertukar informasi dan pengalaman mengenai sakit ISPA beserta

tanda dan gejala yang menyertainya seperti flu, batuk, demam, radang

tenggorokan dan lain sebagainya.

Page 19: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

b. Diskusi

Metode diskusi yang dilakukan bertujuan supaya tidak ada

kebingungan terhadap materi yang diberikan, yaitu dengan metode

tanya – jawab.

c. Konseling

Metode konseling merupakan salah satu metode pendidikan

kesehatan secara individu. Dalam metode ini, ibu-ibu balita dapat

berkonsultasi langsung dengan konsultan mengenai masalah-masalah

yang berkaitan dengan penyakit ISPA di keluarganya dan bagaimana

penanggulangan untuk mengatasi penyakit ISPA pada anggota

keluarganya. (Notoatmodjo, 2003)

2.7 Rencana Penilaian

a. Jangka panjang : berkurangnya angka kematian dan angka kesakitan

masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara khususnya pada anak usia

balita.

b. Jangka menengah : adanya perubahan perilaku kesehatan para ibu

balita menjadi lebih baik dari sebelum mendapat pengetahuan

mengenai ISPA.

c. Jangka pendek : adanya peningkatan pengetahuan masyarakat

khususnya para ibu balita mengenai informasi penyakit ISPA,

penyebab ISPA, dampak ISPA, dan bagaimana pencegahan dan

penanggulangannya bagi anggota keluarga mereka.

2.8 Perencanaan Anggaran

Sumber dana untuk pelaksanaan program P2 ISPA di Puskesmas

Kabupaten Bengkulu Utara berasal dari Dana Alokasi Umum dan

didistribusikan melalui Dinas Kesehatan berwujud dana operasional.

Puskesmas sendiri tidak mempunyai sumber dana khusus untuk program

P2 ISPA untuk balita. Besar dana operasional yang diberikan Dinas ke tiap

puskesmas tidak sama, menurut jumlah desa yang menjadi tanggung jawab

Puskesmas masing-masing. Penggunaan dana untuk kegiatan program P2

Page 20: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

ISPA di tingkat Puskesmas masih terbatas untuk kegiatan di dalam

gedung, seperti pengadaan formulir, biaya perjalanan petugas, dan

pemberian sarana yang tidak mahal harganya. (Dinas Kesehatan

Kabupaten Bengkulu Utara, 2003).

3. Pengembangan Konsep Pesan

3.1 Pesan Kesehatan

Pesan kesehatan yang digunakan dalam penyelenggaraan program “P2

ISPA” dituangkan dalam bentuk poster yang berisi tentang progam yang

akan dilaksanakan meliputi tujuan, dan keterlibatan masyarakat khususnya

kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita (0-5 tahun) dalam kegiatan

guna menarik masyarakat untuk ikut serta dalam program “P2 ISPA”.

a. Tujuan Kegiatan

Pesan kesehatan ini memiliki tujuan menghimbau masyarakat

khususnya kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita (0-5 tahun)

agar lebih memperhatikan perkembangan gizi & kesehatan anak balita

mulai dari pemberian ASI eksklusif pada balita, pemberian imunisasi,

menjaga kebersihan perorangan serta lingkungan,dan dapat mengetahui

dan terampil menangani penyakit ISPA ketika anaknya sakit sehingga

langsung mendapatkan penanganan agar penyakit ISPA tidak menjadi

lebih berat.

b. Keterlibatan kelompok ibu-ibu yag memiliki anak balita (0-5 tahun)

Sasaran dalam progam “P2 ISPA” yaitu masyarakat sekitar serta

kelompok ibu-ibu yag memiliki anak balita (0-5 tahun) untuk

berkontribusi dalam kegiatan guna keberhasilan dari progam itu sendiri

serta sadar akan perilaku hidup bersih dan sehat yang akan memberikan

manfaat dalam kehidupan mereka sendiri.

3.2 Pihak Terkait

Pesan kesehatan ini melibatkan berbagai pihak yaitu tenaga kesehatan

seperti UNICEF Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu bidang

Pengendalian masalah Kesehatan PMK. Pemerintah dalam menyiapkan

sarana dan prasarana dalam mencapai fasilitas kesehatan dan peran tokoh

Page 21: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

masyarakat, tokoh agama dan kader kesehatan dalam mensosialisasikan

pesan kesehatan ini kepada masyarakat.

3.3 Instrumen Evaluasi

Instrumen evaluasi yang digunakan dalam penyelenggaraan program

“P2 ISPA” berupa diadakannya pretes dan postes yang dilakukan sebelum,

dan sesudah kegiatan tentang seputar pertanyaan – pertanyaan mengenai

ISPA. Pertanyaan – pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana pengetahuan audience tentang ISPA sebelum dan sesudah kegiatan

berlangsung. Pretes dan postes yang digunakan berupa kuesioner bersifat

kuantitatif dan kualitatif.

Contoh Kuesioner ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Karakteristik Responden

1. Nama:

2. Usia

3. Jenis kelamin

4. Alamat: RT RW

5. Pendidikan

6. Pekerjaan

7. Status: pasien/pengantar pasien, jelaskan!!

Pengetahuan (3) B/S

1. Penyebab ISPA tersering disebabkan oleh virus. (etio)

2. ISPA menular melalui udara. (transmisi)

3. Demam, batuk, pilek, dan/atau nyeri menelan merupakan gejala ISPA.

(gejala)

4. ISPA tidak dapat dicegah dengan menjaga daya tahan tubuh.

(preventif)

5. Bila terkena ISPA, harus mengkonsumsi antibiotik. (tatalaksana)

Persepsi (2) Ya/Tidak

1. Menurut Anda, apakah ISPA hanya disebabkan virus? (etio).

Page 22: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

2. Menurut Anda, apakah ISPA hanya menular melalui udara?

(transmisi).

3. Menurut Anda, apakah demam, batuk, pilek, dan/atau nyeri menelan

merupakan gejala ISPA? (gejala).

4. Menurut Anda, apakah dengan menjaga daya tahan tubuh dapat

mencegah agar tidak terkena ISPA? (preventif).

5. Apakah semua orang yang terkena ISPA harus mengkonsumsi

antibiotik? (tatalaksana)

Perilaku (1) Ya/Tidak

1. Apakah ISPA yang Anda alami disebabkan oleh virus? (etio).

Jelaskan!!

2. Saat Anda terkena ISPA, apakah ada anggota keluarga dekat/orang

terdekat yang sedang mengidap ISPA? (transmisi). Jelaskan!!

3. Pada saat menderita ISPA, apakah Anda mengalami demam, batuk,

pilek, dan/atau nyeri menelan? (gejala). Jelaskan!!

4. Apakah saat Anda terkena ISPA, daya tahan tubuh Anda sedang

lemah? (preventif). Jelaskan!!

5. Apakah Anda selalu meminum antibiotik setiap terkena ISPA?

(tatalaksana). Jelaskan!!

3.4 Teknik Presentasi dan Demonstrasi

Teknik presentasi dan demonstarasi yang digunakan dalam

penyelenggaraan program “P2 ISPA” adalah dengan menggunakan

metode diskusi kelompok yang dilakukan dengan lebih terarah dan tidak

terkesan kaku. Sehingga isi materi yang telah disampaikan dapat

diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan sehari - harinya. Metode

penyampaian pesan tersebut dengan menggunakan metode 7 C yaitu

meliputi:

Page 23: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

a. Munculkan sikap kepercayaan (credibility)

Kredibilitas (credibility) terdapat dan berpengaruh pada sumber

atau komunikator. Dalam penyampaian program “P2 ISPA”

kredibilitas komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan proses

komunikasi, karena hal ini mempengaruhi tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap program “P2 ISPA” yang disampaikan. Unsur

kredibilitas komunikasi yaitu meliputi good intention (memiliki

idtikad baik), trust worthness (kelayakan untuk dipercaya),

competence or expertness (keahlian), personality (kepribadian),

character (karakter jujur), dynamic (dinamika yang tinggi).Sehingga

dalam penyampaian program “P2 ISPA” memunculkan sikap

kepercayaan masyarakat terhadap pesan yang akan disampaikan

sangat lah penting untuk penanggulangan penyakit ISPA yang ada di

masyarakat.

b. Kesesuaian dengan kepentingan sasaran (context)

Dalam peyampaian program “P2 ISPA” kepada masyarakat harus

sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat

tersebut (context). Misalnya kita menyampaikan program “P2 ISPA”

kepada masyarakat yang berdasarkan data primer dan data sekunder

terdapat kasus ISPA tinggi. Ketepatan sasaran harus sesuai dengan

keadaan gizi pada masyarakat tersebut agar materi yang disampaikan

dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.

c. Content

Dalam penyampaian pesan program “P2 ISPA” penggunaan kata

yang dipilih harus sesuai dengan target audience. Dalam

menyampaikan pesan program “P2 ISPA” sebaiknya menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti dalam bahasa kesehariannya agar

masyarakat mudah menerima pesan program “P2 ISPA” dengan baik.

d. Kejelasan (clarity)

Kejelasan (clarity) terdapat dan berperan pada pesan yang akan

disampaikan. Kejelasan pesan yang disampaikan sangat berpengaruh

Page 24: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

terhadap keberhasilan komunikasi. Dalam penyampaian pesan

program “P2 ISPA” harus jelas, terperinci dan tidak membingungkan.

e. Kesinambungan (continuity)

Dalam penyampaian pesan program “P2 ISPA” disampaikan

secara berulang-ulang akan tetapi disertai variasi dalam penyampaian

agar masyarakat khususnya ibu ibu dapat memahami isi pesan yang

disampaikan.

f. Consistency

Dalam penyampaian pesan program “P2 ISPA” disampaikan tidak

bertentangan dari awal sampai akhir. Pesan program “P2 ISPA” yang

disampaikan tidak bertentangan dengan informasi yang sebelumya

agar masyarakat tidak bingung tentang informasi yang disampaikan.

g. Kapabilitas sasaran (capability)

Kapabilitas sasaran (capability of the audience) terdapat pada

komunikan. Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus

memperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan.

Komunikator harus mampu menjelaskan dengan jelas dan akurat.

Dalam penyampaian program “P2 ISPA” pesan harus dirancang agar

menarik perhatian audience, menggunakan simbol-simbol,

memberikan motivasi dan solusi serta perimpitan kepentingan.

Page 25: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

4. Manajemen Pelaksanaan dan Pemantauan

4.1 Pembinaan khalayak potensial didukung oleh pihak terkait

a. Pelatihan petugas puskesmas tentang pengelolaan program

diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi melalui lembaga

Bapelkes, namun penyelenggaraannya tidak dilaksanakan setiap

tahun. Dinas Kesehatan tidak melakukan pelatihan, hanya

mengadakan pertemuan evaluasi program setiap tahun selama 2 hari

dan dihadiri semua Kepala puskesmas. Pelatihan dipakai sebagai salah

satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan.

b. Untuk mengetahui pengetahuan dokter dan para medis di 3 puskesmas

yang diamati tentang pengelolaan program P2 ISPA Balita diukur

dengan kuisioner. Kuisioner ini yang digunakan untuk mengukur

pengetahuan dokter dan paramedic dibedakan.

c. Pelatihan kader serta kelompok dasa wisma tentang penatalaksanaan

ISPA agar mereka dapat menyampaikan kepada masyarakat.

4.2 Sarana dan prasarana

Pengolahan sarana dan prasarana dilakukan sebelum persiapan dan

pengecekan media. Media yang digunakan ialah menggunakan media

audio visual berupa film pendek (video) yang berisi tentang informasi

singkat mengenai penyakit ISPA yang lebih komunikatif dan menarik dan

berisi tentang definisi ISPA, tanda dan gejala ISPA, penularan ISPA, dan

pengobatan ISPA. Dalam hal ini alat-alat yang digunakan adalah LCD

proyektor untuk penayangan video/film pendek mengenai ISPA.

Pemilihan media ini di tujukan agar masyarakat lebih mudah memahami

informasi kesehatan yang akan disampaikan.

Pada saat program dilaksanakan agar program berjalan efektif dan

efisien, dibutuhkan seorang komunikator yang kompeten dan apabila

kondisi ruangan yang digunakan luas dan masyarakat yang hadir banyak

maka diperlukan sarana penunjang seperti microphone atau pengeras

suara.

Page 26: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

5. Evaluasi Dampak

Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk:

a. Mengetahui keberhasilan pencapaian dan dampak program dan dampak

program yang diselnggarakan berdasarkan kebijakan dasar.

b. Memperbaiki kebijakan agar lebih dapat mendukung dan mempercepat

penyelesaian masalah pemberantasan penyakit ISPA di masyarakat.

Evaluasi Dampak meliputi:

a. Dilakukannya strategi penyuluhan missal dan pembagian kuesioner yang

diberikan oleh petugas professional yang ada pada masing-masing

Puskesmas, dengan hasil wawancara dengan para kepala Puskesmas

menunjukan bahwa kepala Puskesmas telah melakukan bimbingan tehnis

dan supervisi pada petugas pengelola program P2 ISPA, namun banyak

pula petugas yang tidak mematuhinya karena faktor kebiasaan petugas

dalam penanganan kasus. Supervise dan pembinaan teknis khusus P2 ISPA

yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten tidak ada karena program P2

ISPA telah diintegrasikan ke MTBS. Materi supervise dan pembinaan

teknis yang disampaikan oleh petugas Dinas Kesehatan ke petugas di

Puskesmas berupa materi MTBS. Keterbatasan dana menyebabkan pihak

Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara belum mampu melakukan

supervisi dan pembinaan teknis secara menyeluruh terhadap puskesmas di

lingkungannya. Hasil-hasilnya meliputi:

1) Hasil wawancara dengan 3 kepala puskesmas yang diamati

menunjukan semua puskesmas tidak mempunyai dana khusus untuk

pelaksaan program P2 ISPA balita. Pengelola program tidak membuat

laporan keuangan program untuk kepala Puskesmas, karena

pengelolaan dana langsung terpusat pada bendahara puskesmas.

Laporan keuangan puskesmas untuk kepala puskesmas dibuat oleh

bendahara puskesmas.

2) Hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan ketiga kepala

puskesmas yang diamati telah melakukan pencatatan dan

merekapitulasi data program serta membahas data tersebut dalam

minilokarya ditingkat puskesmas.

Page 27: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

3) Hasil kuesioner yang didapat juga masih banyak penduduk yang

belum mengenal penyakit ISPA. Pembagian kuesioner membuktikan

bahwa masyarakat penduduk setempat masih butuh perhatian yang

lebih dari tenaga kesehatan yang ada dilingkungan Kabupaten

Bengkulu Utara.

b. Dilakukannya upaya long march dengan membagikan leaflet atau

selebaran terkait info penyakit ISPA termasuk pencegahan dan

penanggulangannya. Tenaga profesional melakukan dengan cara

membagikan ke rumah-rumah penduduk di Kabupaten Bengkulu Utara,

dengan tujuan masyarakat dapat lebih memahami pencegahan penyakit

ISPA. Namun setelah salah satu tenaga profesional mendatangi rumah

penduduk di kemudian hari, dengan tujuan mengkontrol atau melakukan

evaluasi lapangan ternyata dalam melakukan strategi demikian hasil yang

di dapat tidak maksimal. Karena keterbatasan penduduk dalam memahami

arti dari isi leaflet atau selebaran terkait info, tidak sedikit penduduk

satempat yang menderita buta huruf dan tingkat pendidikan yang masih

rendah. Makadari itu upaya long march tidak cukup berhasil dalam

mencegah dan menanggulangi penyakit ISPA.

c. Mengadakan kerja sama dengan teknisi perumahan yang ada di wilayah

Bengkulu Utara agar dibuatkan lubang udara atau ventilasi yang sesuai

untuk dapat menjangkau udara segar dan tidak terlampau sesak. Strategi

tersebut masih sangat sulit dilaksanakan, diakibatkan keterbatasan dana

yang ada.

d. Mengadakan dan memberi informasi tambahan kepada sasaran untuk

senantiasa menjaga pola makan agar tidak terjadi masalah sistem

pencernaan yang masih memiliki kaitan erat dengan masalah pernafasan.

Strategi tersebut cukup berhasil, karena setelah dilakukan observasi pada

hari berikutnya sedikit demi sedikit penduduk setempat lebih menjaga apa

yang seharusnya mereka makan dan makanan apa yang dibutuhkan oleh

tumbuh kembang bayi atau balita.

e. Mengadakan kegiatan olahraga setiap pekan untuk menjaga kestabilan

kondisi tubuh agar tetap fit dan mampu meminimalisasi gangguan pada

Page 28: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

sistem pernafasan. Strategi tersebut belum bisa dapat terlaksana karena

akibat dari penduduk setempat yang masih banyak mengabaikan dan lebih

mementingkan kepentingan sendiri.

Berdasarkan evaluasi dampak atas program kegiatan yang telah dilakukan,

kegiatan tersebut dapat dikatakan berhasil karena menurut data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara, wilayah tersebut dari tahun 2003

hingga 2013 mengalami penurunan untuk angka penyakit ISPA. Hal ini

dimaksudkan selalu terjadi umpan balik antara pembuat program dan

sasarannya sehingga konsep kegiatan dapat diikuti. Maka dari itu sangat

penting sekali untuk dilakukan perbaikan dan pembaharuan program agar

angka penurunan penyakit ISPA sesuai harapan.

Page 29: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

6. Perencanaan Berikutnya

Bahasan mengenai perencanaan berikutnya agaknya tidak perlu dilakukan

dikarenakan program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh wilayah

Kabupaten Bengkulu Utara sudah mencapai indikator keberhasilan.

Indikatornya yaitu terjadinya angka penurunan penyakit ISPA. Penurunan

penyakit ISPA terjadi dalam waktu beberapa tahun terakhir ini sehingga tidak

perlu dibuat perencanaan ulang.

Perencanaan ulang hanya akan dibuat jika indikator keberhasilan belum

sesuai target sehingga dilakukan pengulangan program ulang hingga mencapai

target. Perencanaan ulang tidak membutuhkan analisa data yang baru

melainkan hanya membutuhkan perubahan pada peerencanaan program

sebelumnya agar hasilnya terlihat sempurna, misanya terkait teknik dan metode

KIE.

Page 30: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia, Jakarta.

Depkes, 2007, Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan PengembanganDesaSiaga, Depkes, Jakarta

Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara, 2003, Profil Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Utara.

Kementerian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran PernafasanAkut, Jakarta.

Rudan., et al, 2008, epidemiology and Etiology of Childhood Pneumonia, Bulletin ofthe World Health Organization, 2008; 86 : 408-416.

Noviantote, 2008, Penyakit ISPA, digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4076,Unimus Press, Semarang.

WHO, 1990, Evaluasi Program Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Page 31: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

Lampiran

PUSAT STUDI LINGKUNGAN HIDUP  No. : ...

.......................

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

KUESIONER

KOMPONEN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN KESEHATAN

MASYARAKAT STUDI AMDAL PENINGKATAN PRODUKSI AMDK PT

WISATA JOGJA BARATKABUPATEN KULONPROGO, DIY

Numerator : ....................... Desa : ......................... Kec : ....................... Kab : .......

...................

 IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama 1 Inisial : .......................................

2. Umur : ............... 

3. Pendidikan terakhir : a. tidak tamat SD  e. tamat D3 1

Akademi

b. tamat SD f. tamat S1/ sarjana

c. tamat SLTP g. tamat S2 1 Pasca

Sadana

d. tamat SLTA h. Lainnya…….

4. Pekerjaan Utama Pokok : a. PNS  f. buruh pabrik 

(KK) 

b. pegawai swasta  g. Petani

c. wiraswasta  h. buruh Tani

d. guru  i. Lainnya ......

..........

Page 32: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

e. pedagang

5. Kalau Anda memiliki pekerjaan sampingan, pekerjaan apa yang menjadi

penopang ekonomi keluarga: a. pegawai swasta

e. buruh pabrik 

b. wiraswasta  f. Petani

c. guru  g. buruh tani

d. pedagang  h. lainnya ...........

6. Penghasilan sebulan :a. Utarna  Rp ......................

b. sampingan  Rp ......................

c. penghasilan lainnya  dari rata-rata

Rp ..................... / bln

d. total penghasilan  Rp .....................

7. Anggota keluarga yang tinggal serumah : jumlah ........... orang (termasuk

KK)

a. Umur 0 – 4 tahun  = ........... orang

b. umur 15 – 64 = ........... orang, bekerja .......... orang

c. umur > 65 = ........... orang

d. anggota keluarga yang bekerja = ........... orang

8.Daerah asal Bapak/ ibu : a. dusun ini e. kabupaten lain di Ja

wa Tengah

b. desa ini  f. Dari luar Jawa Teng

ah

c. kecamatan ini g. luar Jawa

d. kabupaten ini h. lainnya ............

 

9.Seandainya bukan berasal dari dusun ini, sudah berapa lama Anda tinggal 

disini.... bulan/tahun

10.Alasan pindah ke sini (dusun ini)? OQ

....................................................................................................

 KONDISI SOSIAL EKONOMI

Page 33: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

11. Rumah dan atau lahan yang dimiliki beserta status hukumnya (sertifikat

hak milik, sertifikat HGB, leterC, leter D, tanah bengkok dan sebagainya:

a. rumah : ................... m2 status ......................................

b. halaman/Pekarangan : ................... m2 status ......................................

c. sawah : ................... m2 status.......................................

d. ladang/  kebun : ................... m2 status.......................................

e. kolam ikan : ................... m2 status.......................................

12. Kepemilikan lainnya, seperti

a. ternak, yaitu : .................. luas / kandang : ............... m2

atau ......... ekor

b. perikanan, yaitu : .................. luas / kandang : .............. m2 atau

.......... ekor

13.Bangunan rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)

a. Gedheg

b.Tembok 

c. setengah tembok 

d. lainnya sebutkan ....................

14.Lantai rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)

a. Tanah

b. Ubin

c. Tegel

d. lainnya sebutkan ....................

15. Atap rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)

a. Genteng

b. Asbes

c. Rumbai

d. lainnya sebutkan ...................

16. Berapakah uang yang dikeluarkan / dialokasikan untuk kebutuhan dalam

sebulan

a. konsumsi : ........................................

b. pendidikan : ........................................

c. transportasi rutin : ........................................

Page 34: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

d. kesehatan : ........................................

e. sumbangan/Sosial : ........................................

f. komunikasi : ........................................

g. sandang/Pakaian : ........................................

h. lainnya sebutkan : ........................................

17. Rasio pendapatan dan pengeluaran per bulan

= ( + ) / ( - ) ..................................

(diisi oleh petugas)

18. Kepemilikan benda berharga (pengamatan)

a. televise e. Sepeda

b. radio f. sepeda motor

c. tape g. mobil 1 colt 1 truk 

d. kulkas h. lainnya, yaitu ......................

KONDISI SOSIAL BUDAYA

19. Kegiatan sosial kemasyarakatan apa saja yang dilakukan di sini

a. ronda (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah

b. jimpitan beras (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah

c. gotong royong (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah

Apa bentuknya? ......................................................................................

20. Bagaimana keterlibatan Anda dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di

atas ?

a. ronda (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah

b. jimpitan beras (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah

c. gotong royong (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah

Apa bentuknya? ......................................................................................

21. Keikutsertaan Anda dalam kegiatan di atas, terutama didasari

pertimbangan apa ? (open Q dandiusahakan untuk mengungkapkan secara

tuntas)

a. ronda, alasan ...........................................

b. jimpitan beras, alasan ...........................................

c. gotong royong, alasan  ...........................................

Page 35: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

 22. Menurut Anda, syarat apa yang sebaiknya dilakukan para pendatang,

agar dapat diterima dengan baik oleh warga masyarakat? Bukan pililian

tapi beri nomor urutan PALING PENTING!

a. dapat berbaikan/ berbaur dengan masyarakat No. : ...............

.................

b. memberi bantuan fasilitas umum (perbaikan jalan,dll) No. : ...............

.................

c. mengundang kenduril selamatan No. : ...............

.................

d. mengikuti kegiatan sosial yang sudah ada (ronda, dll) No. : ...............

.................

e. lainnya No. : ...............

.................

23. Siapakah orang yang paling sering berinteraksi sosial (tolong menolong,

mengunjungi dsb) denganAnda setiap harinya ? (selain anggota

keluarga serumah), urutannya :

a. tetangga sedusun

No. : ................................

b. tetangga sedesa 

No. : ................................

c. teman dari desa lain sekecamatan

No. : ................................

d. teman sesama pekerja

No. : ................................

e. teman sekelompok pengajian

No. : ................................

f. teman sekumpuian (olah raga, kesenian, ronda, dil)

No. : ................................

g. sanak family

No. : ................................

h. lainnya

No. : ................................

Page 36: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

24. Kelembagaan yang ada di desa

: ......................................... (nama desa, kec, kab)

a. lembaga pendidikan

: ........................................... (sebutkan apa saja)

b. lembaga ekonomi

: ........................................... (sebutkan apa saja)

c. lembaga agama

: ........................................... (sebutkan apa saja)

d. lembaga social

: ........................................... (sebutkan apa saja)

KESEHATAN MASYARAKAT

25. Dalam satu bulan terakhir ini penyakit apa yang Anda derita ?

a. infeksi Saluran Pernapasan Mulut (ISPA)

b. sesak napas

c. sakit saluran pencernaan (diare, mual, muntah, mencret)

d. lainnya, sebutkan ..................

26. Apakah anggota keluarga Anda pernah menderita penyakit ISPA ?

a. pernah  b. tidak pernah

Jika pernah :

a. kapan Anda atau anggota keluarga (serumah) menderita ?

b. kemana Anda berobat ?

c. apakah Anda mash menderita dernam berdarah (carrier) ?

27. Kemanakah Anda sekeluarga biasa berobat ?

a. Puskesmas / rumah sakit / dokter praktek

b. paranormall pengobatan alternatif / shinse / akupuntur

c. bidan / perawat

d. lainnya, sebutkan : ....................

28.Apakah tempat tinggal atau tempat Anda bekerja dekat dengan sumber-

sumber gangguan di bawah ini ?(berilah tanda ya atau tidak - dibantu

pengamatan surveyor)

a. Debu ya / tidak 

Page 37: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

b. bising ya / tidak

c. lalulintas umum ya / tidak

d. pabrik industri ya / tidak 

e. asap ya / tidak 

29. Apakah di rumah Anda banyak dijumpai vektor penyakit di bawah ini ?

a. lalat ya / tidak

b. tikus ya / tidak 

c. kecoa ya / tidak 

d. nyamuk ya / tidak

30. Bagaimana pengelolaan sampah di rumah Anda ?

a. Dibakar

b. Ditimbun

c. diangkut ke tempat sampah

d. lainnya, sebutkan : ....................

31. Sumber air minum diperoleh dari mana ?

a. sumur gali

b. mata air/sumber

c. sungai

d. PDAM

e. lainnya, sebutkan : .......................

32.Bila berasal dari sumur gali, berapakah jarak antara tandon tinja

(jumbleng) terhadap sumur ?

a. kurang dari 7 meter

b. 7,1 s/d 10 meter

c. lebih dari 10 meter

33. Dimanakah buang air besar untuk keluarga Bapak/ibu dilakukan ?

a. WC keluarga

b.WC umurn

c. WC tetangga

d. Sungai

e. lainnya, sebutkan ..........

Page 38: “Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”

34. Apakah Bapak / Ibu sekeluarga mampu menjangkau pelayanan

kesehatan? Ya / tidak Bila ya, apa penyebabnya ?

a. biaya pelayanan kesehatan murah

b. letaknya dekat

c. petugas kesehatan selalu ada (stand by)

d. petugas kesehatan ramah/baik

e. lainnya, sebutkan : .............

 35. Bila tidak, apa penyebabnya?

a. biaya pelayanan kesehatan mahalb. letaknya jauh sekalic. petugas kesehatan jarang datang atau jam kerjanya pendek d. petugas kesehatan tidak ramahe. lainnya, sebutkan : .................

TENTANG AIR, MATA AIR DAN IRIGASI

36. Menurut pengetahuan dan penglihatan Bapak/Ibu, bagaimanakah kondisi

jaringan irigasi pada saat ini?

a. teratur / air lancer

b. kurang teratur

c. tidak teratur / tidak terawat

d. tidak tahu

37. Bagaimana kualitas jaringan irigasi saat ini jika dibandingkan dengan

pada saat pabrik gula Ceper atau pabrik karung goni Delanggu masih

beroperasi?

a. lebih baik 

b. sama baiknya

c. lebih buruk/tidak berfungsi lagi

d. tidak tahu