“perencanaan program komunikasi kesehatan penyakit infeksi saluran pernafasan atas di kabupaten...
TRANSCRIPT
PERENCANAAN PROGRAM KOMUNIKASI KESEHATAN
Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur mata kuliah Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Kesehatan
“Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara”
Disusun Oleh :
Ariny Ulfa Rahma (G1B012001)
Ayon Friday Yonaza (G1B012045)
L. Diana Kurniawati (G1B012048)
Azahra Dinianur Agustin (G1B012055)
Nikita Swasty Rahmadhany (G1B012072)
Kelas : B
Kelompok : 8 (Delapan)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
Perencanaan Program Komunikasi Kesehatan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas di Kabupaten Bengkulu Utara
P Process
1. Analisis Khalayak dan Program
1.1 Latar belakang
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia sebesar 28 %.
Inii menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun
dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. ISPA
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40
% - 60 %) dan rumah sakit (15 % - 30%) (Kementerian Kesehatan RI,
2011).
ISPA hingga saat ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang
sedang endemis di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara karena masih
tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Data profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2003 menunjukkan bahwa
penyakit ISPA masih menempati posisi pertama dari 10 penyakit
terbanyak yaitu 33,02%. Angka kematian balita yang disebabkan oleh
semua penyakit sebesar 12,3 % (Depkes RI, 2002).
Pelaksanaan program penanggulangan ISPA dilakukan dengan cara
program P2 ISPA. Program P2 ISPA adalah program pemberantasan dan
penanggulangan ISPA yang memiliki tujuan menurunkan angka kematian
balita akibat pneumonia dan menurunkan angka kesakitan akibat
pneumonia. Program P2 ISPA juga diupayakan agar istiliah pneumonia
lebih dikenal oleh masyarakat sehingga memudahkan untuk diadakan
penyuluhan dan penyebaran informasi tentang upaya penanggulangan
pneumonia yang merupakan faktor penyebab terjadinya ISPA (Noviantote,
2008).
Pelaksanaan program P2 ISPA di Kabupaten Bengkulu Utara belum
mencapai target nasional pada tahun 2003 silam. Tetapi terus meningkat
dan membaik pada tahun-tahun berikutnya. Hasil survei pendahuluan,
seluruh puskesmas di Kabupaten Bengkulu Utara telah menjalankan
program P2 ISPA dan telah ada pedoman teknis pada prosedur tetap ISPA
dari Departemen Kesehatan RI tahun 2002 tentang Pedoman P2 ISPA
pada balita. Hal tersebut terhambat oleh keterbatasan petugas
memanfaatkan data program P2 ISPA dan belum melaporkan secara rutin
setiap bulan ke Dinas Kesehatan (Depkes RI, 2002).
Penyakit ISPA juga melingkupi penyakit Pneumonia yang
berdasarkan bukti bahwa terdapat faktor resiko seperti kurangnya
pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara, BBLR, kepadatan
penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian balita akibat
Pneumonia yang termasuk kedalam lingkup ISPA mencakup 19 % dari
data 28 % yang ada sebelumnya oleh kementerian Kesehatan RI (Rudan et
al Bulletin WHO, 2008).
Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan
dengan diawalinya pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO.
Dalam perjalanannya, pengendalian ISPA telah mengalami beberapa
perkembangan:
a. Pra-implementasi telah dilaksanakan 2 kali lokakarya ISPA Nasional,
yaitu tahun 1984 dan 1988.
b. Lokakarya ISPA Nasional 1984, menghasilkan pengembangan sistem
dan mengklasifikasikan penyakit ISPA menjadi ISPA ringan, sedang
dan berat.
c. Lokakarya ISPA Nasional 1988, disosialisasikan pola baru tatalaksana
kasus ISPA dengan tiga klasifikasi: pneumonia, pneumonia berat dan
batuk bukan pneumonia.
d. Lokakarya Nasional III 1990 di Cimacan disepakati menerapkan pola
baru tata laksana kasus ISPA di Indonesia dengan memfokuskan
kegiatan pengendalian pneumonia Balita.
e. Tahun 1997, WHO memperkenalkan Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) sebagai model pendekatan tatalaksana kasus terpadu untuk
berbagai penyakit anak. Pada daerah yang telah melaksanakan MTBS,
tata laksana pneumonia diintegrasikan dalam pendekatan MTBS.
f. Dalam pertemuan Review Pengendalian ISPA di Bekasi, 2005
dikalangan akademisi mulai diperkenalkan istilah Infeksi Respiratorik
Akut (IRA) sebagai padanan istilah bahasa Inggris acute respiratory
infection (ARI).
g. Tahun 2007, telah dilaksanakan Seminar Perkembangan ISPA yang
dihadiri oleh Ikatan Dokter Ahli Anak Indonesia (IDAI) dan Dokter
Spesialis Anak dari 14 Fakultas Kedokteran di Indonesia untuk
merevisi pedoman tata laksana pneumonia Balita sesuai dengan
perkembangan terbaru khususnya perubahan pemberian antibiotika
dari 5 hari menjadi 3 hari pengobatan.
h. Review terhadap pedoman ini juga telah dilaksanakan pada tahun 2011
namun tidak mengalami perubahan substansi.
(Kementerian Kesehatan RI, 2011)
Peningkatan pelaksanaan pengendalian ISPA perlu didukung dengan
peningkatan sumber daya termasuk dana. Disamping itu harus sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standart Pelayanan Minimal (SPM)
menyatakan bahwa kabupaten/kota wajib menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sesuai SPM yang telah ditetapkan termasuk pneumonia
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).
1.2 Analisa SWOT
Pembuat Program (SW)
Sasaran Program (OT)
(S) Strength
a. Tersedianya tenaga
profesional dalam hal
pengembangan program
perencanaan
selanjutnya.
b. Tersedianya dana
untuk program
(W) Weakness
a. Banyaknya program
perencanaan P2 untuk
penyakit lain selain
ISPA yang diemban oleh
pembuat program.
b. Anggaran dana yang
sudah tersedia harus
perencanaan P2 ISPA.
c. Kerjasama yang baik
antar setiap Puskesmas
di Kabupaten Bengkulu
Utara dan kerjasama
dengan pihak Dinas
Kesehatan.
d. Setiap desa telah
memiliki tenaga
profesional yang mudah
dirujuk ke Puskesmas
terdekat.
dibagi untuk
perencanaan program
lainnya.
(O) Oportunity
a. Pola pikir masyarakat
yang lebih extrovert
terhadap program yang
direncanakan terkait P2
ISPA.
b. Tersedianya
dukungan tokoh
masyarakat dan tokoh
agama serta kader yang
menangani
permasalahan ISPA di
wilayah tersebut.
c. Tersedianya
dukungan dari berbagai
organisasi dan pihak
tertentu untuk diajak
kerja sama.
Strategi SO
a. Melakukan
pendekatan kepada
tokoh masyarakat dan
tokoh agama untuk
mempersiapkan program
komunikasi kesehatan
seperti penyuluhan.
b. Menggunakan dana
yang ada untuk menjalin
kerjasama dimuka
antara pembuat program
dengan suatu wilayah
yang akan dijadikan
sasaran program.
c. Membuat perjanjian
dengan tenaga
profesional diwilayah
tersebut untuk siap
membantu berjalannya
Strategi WO
a. Mengedepankan
program P2 ISPA
dibanding program P2
lainnya mengingat peran
serta masyarakat dan
kader setempat sudah
sangat terbuka akan
adanya program P2
ISPA.
b. Menyisihkan lebih
dahulu anggaran dana
yang ada dimuka untuk
persiapan dan
perencanaan program P2
ISPA sehingga saat
berjalan nanti tidak akan
menjadi hambatan
berarti.
program P2 ISPA.
(T) Threat
a. Tingkat pengetahuan
masyarakat beraneka
ragam bahkan
cenderung didominasi
oleh pendidikan rendah.
b. Penyesuaian waktu
program perencanaan
P2 ISPA antara pihak
pembuat program
dengan sasaran
ditujukannya program.
c. Lemahnya kesadaran
diri para sasaran
program yang
seharusnya dapat
membantu penunjangan
untuk tercipta program
P2 ISPA yang lebihn
baik.
Strategi ST
a. Mengadakan
pembelajaran terlebih
dahulu sebelum hendak
melakukan program P2
ISPA seperti penyebaran
angket dan kuisioner
untuk mengetahui
sejauh mana masyarakat
memahami penyakit
ISPA.
b. Mengatur waktu
perencanaan program
antara pembuat
program, tenaga
profesional kesehatan
dan masyarakat
setempat. Terlebih lagi
mengingat tenaga
kesehatan sudah siap
sehingga dimanfaatkan
untuk regulasi waktu
yang sesuai agar
program P2 ISPA
berjalan lancar.
Strategi WT
a. Membuat prioritas
program sehingga
program yang sekiranya
serupa dengan kegiatan
dan tujuan yang sama
dapat dihapuskan. Hal
ini berguna untuk
pemilahan perencanaan
program dan efisiensi
waktu.
b. Mengadakan
pengontrolan berkala
sebelum program P2
ISPA benar-benar
berjalan sehingga
dengan banyaknya
program yang ada,
pembuat program berhak
dan telah mengetahui
ketertarikan masyarakat
terhadap program yang
akan dijalankan.
1.3 Analisa masalah ISPA
Analisa masalah perencanaan program komunikasi kesehatan yakni
meliputi:
a. Kasus yang meningkat sehingga diperlukan komunikasi, informasi dan
edukasi kesehatan.
Kasus ISPA di setiap Puskesmas di Kabupaten Bengkulu Utara
merupakan kasus terbanyak yang ada dibanding jenis penyakit lain. Ini
merupakan masalah yang berkelanjutan untuk terus dicari titik temu
dan segera diselesaikan. Analisa masalah terkait penyakit ISPA yang
paling mudah yakni dengan menggunakan sarana komunikasi,
informasi dan edukasi kesehatan atau disingkat KIE Kesehatan.
Metode KIE yang digunakan yakni dilakukan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan rancangan cross sectional dan bersifat evaluatif. Penelitian ini
dilaksanakan di wilayah kabupaten Bengkulu Utara dengan subjek
penelitian adalah 3 kepala puskesmas, 3 petugas pengelola program
ISPA, 3 petugas balai pengobatan dan semua tenaga medis dan
paramedis di puskesmas.
Kasus ISPA yang semakin meningkat ini digunakan pendekatan
KIE guna mengetahui pemilihan purposif berdasarkan dua kriteria
yakni kinerja puskesmas dan cakupan pneumonia puskesmas. Kasus
pneumonia akibat ISPA di masing-masing Puskesmas semakin
meningkat dari waktu ke waktu sehingga diharapkan adanya
penanggulangan masalah yang mampu mengatasi peliknya kasus
tersebut (Depkes RI, 2002).
b. Dampak dari kasus
Berbagai dampak yang timbul dari kasus, antara lain:
1) ISPA mampu mengakibatkan kematian dalam jumlah kecil pada
balita tetapi mampu menyebabkan kecacatan. Namun pada suatu
saat dimungkinkan terjadi kasus sehingga mengakibatkan banyak
kematian.
2) ISPA dalam suatu wilayah mampu menimbulkan wabah jika tidak
segera diatasi. Wabah inilah yang disebut Kejadian Luar Biasa
yang tidak dapat dielakkan karena mengundang berbagai penyakit
lainnya.
3) ISPA yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus akan mudah
menyebar dan menular sehingga pengawasan oleh orangtua pun
harus diperketat. Imunisasi yang dilakukan orangtua terhadap
balitanya harus ditingkatkan dengan syarat efisiensi dan efektivitas.
(Depkes RI, 2002)
c. Sasaran
Analisa masalah ISPA terkait erat dengan sasaran yang nantinya
akan menunjang kegiatan program perencanaan P2 ISPA. Sasaran
berikut diantaranya adalah:
1) Sasaran primer adalah sasaran utama untuk ditujukannya program
perencanaan P2 ISPA agar program yang akan berjalan dapat
sesuai dengan target yang tepat. Sasaran primer untuk penyakit
ISPA yang biasa diderita oleh balita yakni Ibu-ibu yang memiliki
balita. Hal ini diharapkan agar para ibu dapat menjaga dan
mengawasi balitanya untuk hidup bersih dan sehat serta
menjauhkan balita dari segala polusi yang dapat membahayakan
balita.
2) Sasaran sekunder adalah sasaran kedua yang harus dipenuhi jika
sasaran utama telah terpenuhi. Sasaran sekunder ini harus gencar
digalakkan agar tercipta program perencanaan P2 ISPA yang lebih
sistematis dan membaik. Cakupan sasaran sekunder ini meliputi
para kader yang berada di tingkat kelurahan atau kecamatan.
Dengan ini diharapkan para kader mampu menyampaikan
informasi program kepada para ibu yang memiliki balita sehingga
pemantauan program tetap berjalan lancar.
3) Sasaran tersier adalah sasaran ketiga yang harus dipenuhi setelah
sasaran utama dan sasaran sekunder sudah terpenuhi. Sasaran
tersier ini harus digalakkan demi terciptanya wilayah yang sesuai
keinginan dan bebas penyakit ISPA. Cakupan sasaran tersier antara
lain dinas kesehatan daerah setempat dan pengurus Puskesmas. Hal
ini diharapkan jika program perencanaan P2 ISPA ini sudah
berjalan rutin harus ada umpan balik dan pengawasan yang lebih
ketat dari pihak dinas sehingga nilai dan angka morbiditas akibat
ISPA di wilayah tersebut dapat diminimalisasi.
(Depkes RI, 2002)
1.4 Meninjau khalayak yang potensial
a. Secara demografi
Secara demografi, terbagi menjadi 2, yakni:
1) Jumlah penduduk
Bedasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 hasil
sementara Kabupaten Bengkulu Utara 257.675 jiwa yang terdiri
atas 132.583 laki-laki dan 125.092 jiwa perempuan. Dengan luas
wilayah 4.424,60 km² maka rata-rata kepadatan penduduk
Kabupaten Bengkulu Utara ± 58,23 per km². Dan laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2000-2010 sekitar 3,54 persen/tahun,
merupakan laju pertumbuhan penduduk terbesar di Kabupaten dan
Kota di Provinsi Bengkulu. Kepadatan penduduk terbesar berada
di Kecamatan Arga Makmur ± 474,57 jiwa/km² dan kepadatan
penduduk terkecil berada di Kecamatan Enggano ± 6,71 jiwa/km²
(Dinkes Kab. Bengkulu Utara, 2003),
2) Karakteristik penduduk
Karakteristik penduduk wilayah Kabupaten Bengkulu Utara
yakni sebagian besar memiliki mata pencaharian bekerja dibidang
perkebunan perikanan, pertambangan dan pariwisata. Hal ini
dikarenakan luas wilayah geografis penduduk sangat cocok untuk
mata pencaharian seperti itu. Bahkan potensi unggulan daerahnya
cocok untuk bidang perkebunan. Sehingga penyakit akibat
pernafasan harus diperhatikan mengingat cuaca yang ekstrem
dibidang perkebunan (Dinkes Kab. Bengkulu Utara, 2003).
b. Secara sosiologis
1) Adat Istiadat
Adat istiadat masyarakat Bengkulu diantaranya kain bersurek,
yaitu kain bertuliskan huruf Arab gundul. Kepercayaannya
sebagian besar beragama Islam. Bahasa yang terdapat di wilayah
tersebut yakni bahasa Melayu, Bahasan Rejang, bahasa Pekal,
bahasa Lembak. Hal ini merupakan acuan yang tepat untuk
melakukan perencanaan program karena bahasa merupakan sarana
yang paling mudah menyampaikan materi agar dapat diterima oleh
semua khalayak. Meskipun banyak perbedaan adat istiadat, tetapi
bahasa adalah komponen terpenting dalam penyampaian materi
termasuk mengenai teknik penyampaian dengan maksud agar
khalayak dapat menerima materi yang diberikan agar program
yang direncanakan berhasil.
2) Pola Kepemimpinan
Pola Kepemimpinan dapat dipandang sebagai 2 hal yaitu
sebagai sebuah proses dan sebuah seni. Kepemimpian sebagai
sebuah proses menurut J. Robert Clinton adalah sebagai berikut
Kepemimpinan adalah “suatu proses yang kompleks dimana
seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk menunaikan
suatu misi, tugas, atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang
membuatnya lebih kohesif dan koheren." Mereka yang memegang
jabatan sebagai pemimpin menerapkan seluruh atribut
kepemimpinannya (keyakinan, nilai-nilai, etika, karakter,
pengetahuan, dan ketrampilan).
Jadi seorang pemimpin berbeda dari majikan, dan berbeda dari
manajer. Seorang pemimpin menjadikan orang-orang ingin
mencapai tujuan dan sasaran yang tinggi, sedangkan seorang
majikan menyuruh orang-orang untuk menunaikan suatu tugas atau
mencapai tujuan. Seorang pemimpin melakukan hal-hal yang
benar, sedangkan seorang manajer melakukan hal-hal dengan benar
(Leaders do right things, managers do everything right). Pola
kepemimpinan masyarakat Bengkulu Utara sudah cukup baik
karena masyarakatnya telah memiliki jiwa extrovert sehingga
mudah untuk menerima program-program yang akan menunjang
kebaikan hidupnya kedepan.
c. Psikologis
Tingkat psikologis masyarakat kabupaten Bengkulu Utara
memiliki optimistik yang tinggi untuk meneruskan kehidupannya
kearah yang lebih baik sehingga perlu dilakukan upaya
penanggulangan yang baik dalam menghadapi masalah yang
kemungkinan timbul. Seperti halnya kasus ISPA yang ada di wilayah
tersebut mendapat perhatian khusus dari masyarakat sehingga program
perencanaan yang dibuat lebih mudah diterima. Mudahnya program
diterima diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dengan perbaikan
mutu dari tahun sebelumnya (Dinkes Kab. Bengkulu Utara, 2003).
1.5 Mengkaji kebijaksanaan dan program yang ada
Advokasi kepada pemangku kepentingan harus dilakukan agar sesuai
dengan Pengendalian ISPA yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundangan, advokasi tersebut antara lain:
a. Peningkatan penemuan kasus dan tatalaksana pneumonia balita sesuai
standart.
b. KIE pengendalian ISPA.
c. Ketersediaan logistik.
d. Kerjasama dan jejaring lintas program/sektor, swasta, Perguruan
Tinggi, organisasi non pemerintah baik nasional dan internasional.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
f. Autopsi verbal dalam rangka menentukan penyebab kematian balita.
g. Penyusunan rencana kontingensi kesiapsiagaan dan respon pandemi
influenza di semua tingkat.
h. Rencana pengendalian pneumonia disusun berbasis bukti.
(Depkes, 2007)
1.6 Lembaga atau organisasi potensial yang mendukung program
Lembaga atau organisasi potensial yang mendukung program
perencanaan P2 ISPA antara lain PKK, dasawisma, Posyandu, Pengajian,
Puskesmas, Kelurahan, dan Dinas Kesehatan setempat. Penjabarannya
adalah sebagai berikut.
a. PKK
PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) adalah organisasi
kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut
berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia. PKK terkenal akan "10
program pokok"-nya. Organisasi ini menaungi lingkup rukun warga
yang biasa dibina oleh para Ibu Rumah Tangga dalam panduan Rukun
Tetangga. Ibu-ibu PKK merupakan kader yang mampu dibina dengan
mudah dan biasanya memiliki program kerja pokok, diantaranya
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Gotong Royong, Pangan,
Sandang, Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga, Pendidikan dan
Ketrampilan, Kesehatan, Pengembangan Kehidupan Berkoperasi,
Kelestarian Lingkungan Hidup, dan Perencanaan Sehat. Upaya PKK
yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam mutu
kesehatan.
b. Dasawisma
Dasa wisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang
bertetangga. Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan
keluarga. Bentuk kegiatannya seperti arisan (PKK), pembuatan
jamban, sumur, kembangkan dana sehat (PMT, pengobatan ringan,
membangun sarana sampah dan kotoran). Kelompok Dasa Wisma
adalah kelompok yang terdiri dari 10 – 20 kepala keluarga (KK) dalam
satu RT. Setelah terbentuk kelompok, maka diangkatlah satu orang
yang memiliki tanggung jawab sebagai ketua. Dasawisma adalah
wadah organisasi yang paling terdekat dengan sasaran primer sehingga
lebih mudah untuk penyampaian perencanaan program P2 ISPA.
c. Posyandu
Posyandu atau pos pelayanan terpadu adalah kegiatan kesehatan
dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang
dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan
swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung
jawab kepala desa. Pelaksanaan pelayanan program terpadu ini dapat
dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya.
Konsep pelayanannya berkaitan dengan keterpaduan, yakni
keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan dalam aspek
sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek
dana dan lain sebagainya. Posyandu berguna sebagai wadah untuk
mendidik dan mengkonselingkan masalah balita sehingga wadah ini
cocok untuk program P2 ISPA.
d. Pengajian
Pengajian adalah wadah organisasi yang terikat atau tidak terikat
dalam lembaga resmi sehingga mampu mengubah pola pikir dan
perilaku ibu-ibu dalam menjaga dan mendidik balitanya. Biasanya
dalam suatu pengajian selain membahas suatu hal, diupayakan dengan
program P2 ISPA ini agar membahas mengenai hal-hal pencegahan
ISPA demi menekan angka ISPA yang terus meningkat.
e. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah
organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau
oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan. Puskesmas diharapkan mampu
menyelesaikan permasalahan ISPA pada balita yang memang dewasa
ini semakin tinggi kasusnya. Dari data yang ada di puskesmaslah
dilakukan upaya penyuluhan sebagai program pemberantasan ISPA
sesuai arahan dinas kesehatan.
f. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan adalah organisasi fungsional yang mengatur
kesehatan sesuai dengan arahan Departemen Kesehatan RI. Dinas
kesehatan terletak di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dinas kesehatan
mempunyai data penyakit ISPA yang berasal dari Puskesmas sehingga
diantara keduanya saling berkaitan. Program perencanaan kesehatan
yang hendak dilakukan dalam suatu wilayahpun harus mendapat
persetujuan dari dinas kesehatan setempat barulah mendapat rujukan
ke puskesmas.
(Depkes, 2007)
1.7 Sumber daya KIE
Sumber daya KIE dalam perencanaan program penanggulangan
masalah ISPA di wilayah Bengkulu Utara yakni dengan cara
memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing sumber daya
KIE. Sumber daya KIE yang ada nantinya akan diusahakan untuk
mengadakan suatu kegiatan terprogram untuk perencanaan yang lebih
baik.
Kegiatan yang akan dilakukan secara realistis yakni dengan melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Mengadakan upaya penyuluhan massal kepada sasaran primer dari
yang kemungkinannya paling potensial hingga yang memiliki resiko
kecil. Penyuluhan ini diberikan oleh tenaga profesional yang ada di
Puskesmas masing-masing wilayah Kabupaten Bengkulu Utara
dengan didasarkan pada data yang ada selama kurun waktu tertentu.
Program penyuluhan ini diharapkan mampu membuat masyarakat
mengetahui seluk beluk terkait penyakit ISPA yang merupakan
penyakit balita terbanyak di setiap Puskesmas di Bengkulu Utara.
b. Mengadakan upaya long march dengan membagikan leaflet atau
selebaran terkait info penyakit ISPA termasuk pencegahan dan
penanggulangannya. Pemberian media promosi kesehatan ini
diharapkan lebih tepat sasaran dibandingkan menggunakan poster
yang masih belum mampu memilah khalayak.
c. Mengadakan kerja sama dengan teknisi perumahan yang ada di
wilayah Bengkulu Utara agar dibuatkan lubang udara atau ventilasi
yang sesuai untuk dapat menjangkau udara segar dan tidak terlampau
sesak. Lubang udara ini sangat penting untuk proses sirkulasi udara
supaya tidak terjadi gangguan pada sistem pernafasan khalayak.
d. Mengadakan dan memberi informasi tambahan kepada sasaran untuk
senantiasa menjaga pola makan agar tidak terjadi masalah sistem
pencernaan yang masih memiliki kaitan erat dengan masalah
pernafasan.
e. Mengadakan kegiatan olahraga setiap pekan untuk menjaga kestabilan
kondisi tubuh agar tetap fit dan mampu meminimalisasi gangguan
pada sistem pernafasan.
2. Desain Strategi
2.1 Tujuan
Tujuan umum : Untuk mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas
akibat penyakit ISPA dan mencegah penularan penyakit ISPA khususnya
pada balita di Kabupaten Bengkulu Utara.
Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan
lingkungan utamanya kebersihan udara.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi gizi seimbang
untuk menjaga daya tahan tubuh balita.
c. Meningkatkan kesiapsiagaan dan respon ibu balita terhadap pandemi
influenza.
d. Agar para ibu dapat merawat anggota keluarganya yang menderita
ISPA dengan tepat.
2.2 Khalayak Sasaran
a. Pendidikan : Ibu balita di Kabupaten Bengkulu Utara yang
tingkat pendidikannya berupa pendidikan dasar sehingga perlu
diinformasikan beberapa hal mengenai penyakit ISPA.
b. Ekonomi : Ibu balita di Kabupaten Bengkulu Utara kalangan
menengah kebawah yang kurang memberikan asupan gizi yang cukup
kepada anak-anak balitanya.
c. Sosial ekonomi : Ibu balita di Kabupaten Bengkulu Utara dengan
kebiasaan membakar sampah di lingkungan sekitanya yang dapat
mencemari udara sehingga menyebabkan penyakit ISPA.
d. Budaya : Budaya masyarakat sekitar yang masih
menganggap ISPA adalah penyakit yang tidak serius atau tidak
berakibat fatal bagi balita dan adanya kebiasaan adat yang melarang ibu
dan bayi baru lahir untuk keluar rumah. (Depkes RI, 2002)
2.3 Pemilihan Media
Pemilihan media yang digunakan dalam perencanaan program ini
adalah dengan menggunakan media above the line dan media below the
line. Media above the line yang digunakan yaitu dapat berupa media cetak
berupa pemberian majalah mengenai penyakit ISPA. Selain itu dapat
menggunakan media audio visual berupa film pendek (video) yang berisi
tentang informasi singkat mengenai penyakit ISPA yang lebih komunikatif
dan menarik dan berisi tentang definisi ISPA, tanda dan gejala ISPA,
penularan ISPA, dan pengobatan ISPA.
Sedangkan untuk media below the line yang dapat digunakan yaitu
dapat berupa poster, leaflet, dan booklet. Poster adalah lembaran cetak
yang memuat aspek verbal dan non verbal. Leaflet yaitu lembaran tanpa
lipatan berjumlah satu lembar yang dirancang khusus berisi mengenai
ISPA. Sedangkan booklet berbentuk seperti buku. Media promosi tersebut
dapat dibagikan kepada para ibu yang berada di kabupaten Bengkulu Utara
yang berisi materi mengenai ISPA yaitu : definisi ISPA, tanda dan gejala
ISPA, penularan ISPA, pencegahan ISPA, dan pengobatan ISPA.
(Notoatmodjo, 2003).
2.4 Dukungan dan Penguatan Interpersonal
Perencanaan program komunikasi ini mendapatkan banyak dukungan
dari banyak pihak diantaranya para tokoh masyarakat, tokoh agama, ketua
PKK, para kader, dan ketua dasawisma sehingga dengan adanya dukungan
dan penguatan interpersonal dari pihak-pihak tersebut diharapkan program
perencanaan penanggulangan penyakit ISPA di Kabupaten Bengkulu
Utara dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
2.5 Rencana Kegiatan
Kegiatan ini direncanakan dilakukan di masing-masing Puskesmas
yang berada di Kabupaten Bengkulu Utara dengan alokasi waktu sebagai
berikut:
a. Pembukaan 5 menit
1) Mengucapkan salam
2) Mengulang kontrak waktu yang sudah disepakati
3) Menjelaskan tujuan
b. Isi 25 menit
1) Menjelaskan pada Ibu balita tentang pengertian, penyebab ISPA
2) Menjelaskan cara penularan ISPA
3) Menjelaskan cara pencegahan penularan ISPA
4) Menjelaskan cara perawatan ISPA
5) Memberikan kesempatan Ibu balita bertanya tentang hal yang
belum jelas
6) Menjawab pertanyaan Ibu balita
c. Penutup 5 menit
1) Meminta ibu balita menjelaskan kembali tentang hal yang sudah
dijelaskan
2) Mengucapkan terima kasih
3) Kontrak waktu dengan keluarga untuk evaluasi
4) Mengucapkan salam
2.6 Metode KIE
Metode yang akan dipilih dalam pendidikan kesehatan dengan
responden kelompok masyarakat adalah :
a. Ceramah
Metode ceramah yang dilakukan bertujuan untuk memberikan
gambaran materi mengenai ISPA. Metode ini ditujukan kepada ibu-
ibu balita. Dalam sesi ceramah kami dan ibu – ibu kader saling
bertukar informasi dan pengalaman mengenai sakit ISPA beserta
tanda dan gejala yang menyertainya seperti flu, batuk, demam, radang
tenggorokan dan lain sebagainya.
b. Diskusi
Metode diskusi yang dilakukan bertujuan supaya tidak ada
kebingungan terhadap materi yang diberikan, yaitu dengan metode
tanya – jawab.
c. Konseling
Metode konseling merupakan salah satu metode pendidikan
kesehatan secara individu. Dalam metode ini, ibu-ibu balita dapat
berkonsultasi langsung dengan konsultan mengenai masalah-masalah
yang berkaitan dengan penyakit ISPA di keluarganya dan bagaimana
penanggulangan untuk mengatasi penyakit ISPA pada anggota
keluarganya. (Notoatmodjo, 2003)
2.7 Rencana Penilaian
a. Jangka panjang : berkurangnya angka kematian dan angka kesakitan
masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara khususnya pada anak usia
balita.
b. Jangka menengah : adanya perubahan perilaku kesehatan para ibu
balita menjadi lebih baik dari sebelum mendapat pengetahuan
mengenai ISPA.
c. Jangka pendek : adanya peningkatan pengetahuan masyarakat
khususnya para ibu balita mengenai informasi penyakit ISPA,
penyebab ISPA, dampak ISPA, dan bagaimana pencegahan dan
penanggulangannya bagi anggota keluarga mereka.
2.8 Perencanaan Anggaran
Sumber dana untuk pelaksanaan program P2 ISPA di Puskesmas
Kabupaten Bengkulu Utara berasal dari Dana Alokasi Umum dan
didistribusikan melalui Dinas Kesehatan berwujud dana operasional.
Puskesmas sendiri tidak mempunyai sumber dana khusus untuk program
P2 ISPA untuk balita. Besar dana operasional yang diberikan Dinas ke tiap
puskesmas tidak sama, menurut jumlah desa yang menjadi tanggung jawab
Puskesmas masing-masing. Penggunaan dana untuk kegiatan program P2
ISPA di tingkat Puskesmas masih terbatas untuk kegiatan di dalam
gedung, seperti pengadaan formulir, biaya perjalanan petugas, dan
pemberian sarana yang tidak mahal harganya. (Dinas Kesehatan
Kabupaten Bengkulu Utara, 2003).
3. Pengembangan Konsep Pesan
3.1 Pesan Kesehatan
Pesan kesehatan yang digunakan dalam penyelenggaraan program “P2
ISPA” dituangkan dalam bentuk poster yang berisi tentang progam yang
akan dilaksanakan meliputi tujuan, dan keterlibatan masyarakat khususnya
kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita (0-5 tahun) dalam kegiatan
guna menarik masyarakat untuk ikut serta dalam program “P2 ISPA”.
a. Tujuan Kegiatan
Pesan kesehatan ini memiliki tujuan menghimbau masyarakat
khususnya kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita (0-5 tahun)
agar lebih memperhatikan perkembangan gizi & kesehatan anak balita
mulai dari pemberian ASI eksklusif pada balita, pemberian imunisasi,
menjaga kebersihan perorangan serta lingkungan,dan dapat mengetahui
dan terampil menangani penyakit ISPA ketika anaknya sakit sehingga
langsung mendapatkan penanganan agar penyakit ISPA tidak menjadi
lebih berat.
b. Keterlibatan kelompok ibu-ibu yag memiliki anak balita (0-5 tahun)
Sasaran dalam progam “P2 ISPA” yaitu masyarakat sekitar serta
kelompok ibu-ibu yag memiliki anak balita (0-5 tahun) untuk
berkontribusi dalam kegiatan guna keberhasilan dari progam itu sendiri
serta sadar akan perilaku hidup bersih dan sehat yang akan memberikan
manfaat dalam kehidupan mereka sendiri.
3.2 Pihak Terkait
Pesan kesehatan ini melibatkan berbagai pihak yaitu tenaga kesehatan
seperti UNICEF Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu bidang
Pengendalian masalah Kesehatan PMK. Pemerintah dalam menyiapkan
sarana dan prasarana dalam mencapai fasilitas kesehatan dan peran tokoh
masyarakat, tokoh agama dan kader kesehatan dalam mensosialisasikan
pesan kesehatan ini kepada masyarakat.
3.3 Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi yang digunakan dalam penyelenggaraan program
“P2 ISPA” berupa diadakannya pretes dan postes yang dilakukan sebelum,
dan sesudah kegiatan tentang seputar pertanyaan – pertanyaan mengenai
ISPA. Pertanyaan – pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan audience tentang ISPA sebelum dan sesudah kegiatan
berlangsung. Pretes dan postes yang digunakan berupa kuesioner bersifat
kuantitatif dan kualitatif.
Contoh Kuesioner ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Karakteristik Responden
1. Nama:
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Alamat: RT RW
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Status: pasien/pengantar pasien, jelaskan!!
Pengetahuan (3) B/S
1. Penyebab ISPA tersering disebabkan oleh virus. (etio)
2. ISPA menular melalui udara. (transmisi)
3. Demam, batuk, pilek, dan/atau nyeri menelan merupakan gejala ISPA.
(gejala)
4. ISPA tidak dapat dicegah dengan menjaga daya tahan tubuh.
(preventif)
5. Bila terkena ISPA, harus mengkonsumsi antibiotik. (tatalaksana)
Persepsi (2) Ya/Tidak
1. Menurut Anda, apakah ISPA hanya disebabkan virus? (etio).
2. Menurut Anda, apakah ISPA hanya menular melalui udara?
(transmisi).
3. Menurut Anda, apakah demam, batuk, pilek, dan/atau nyeri menelan
merupakan gejala ISPA? (gejala).
4. Menurut Anda, apakah dengan menjaga daya tahan tubuh dapat
mencegah agar tidak terkena ISPA? (preventif).
5. Apakah semua orang yang terkena ISPA harus mengkonsumsi
antibiotik? (tatalaksana)
Perilaku (1) Ya/Tidak
1. Apakah ISPA yang Anda alami disebabkan oleh virus? (etio).
Jelaskan!!
2. Saat Anda terkena ISPA, apakah ada anggota keluarga dekat/orang
terdekat yang sedang mengidap ISPA? (transmisi). Jelaskan!!
3. Pada saat menderita ISPA, apakah Anda mengalami demam, batuk,
pilek, dan/atau nyeri menelan? (gejala). Jelaskan!!
4. Apakah saat Anda terkena ISPA, daya tahan tubuh Anda sedang
lemah? (preventif). Jelaskan!!
5. Apakah Anda selalu meminum antibiotik setiap terkena ISPA?
(tatalaksana). Jelaskan!!
3.4 Teknik Presentasi dan Demonstrasi
Teknik presentasi dan demonstarasi yang digunakan dalam
penyelenggaraan program “P2 ISPA” adalah dengan menggunakan
metode diskusi kelompok yang dilakukan dengan lebih terarah dan tidak
terkesan kaku. Sehingga isi materi yang telah disampaikan dapat
diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan sehari - harinya. Metode
penyampaian pesan tersebut dengan menggunakan metode 7 C yaitu
meliputi:
a. Munculkan sikap kepercayaan (credibility)
Kredibilitas (credibility) terdapat dan berpengaruh pada sumber
atau komunikator. Dalam penyampaian program “P2 ISPA”
kredibilitas komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan proses
komunikasi, karena hal ini mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap program “P2 ISPA” yang disampaikan. Unsur
kredibilitas komunikasi yaitu meliputi good intention (memiliki
idtikad baik), trust worthness (kelayakan untuk dipercaya),
competence or expertness (keahlian), personality (kepribadian),
character (karakter jujur), dynamic (dinamika yang tinggi).Sehingga
dalam penyampaian program “P2 ISPA” memunculkan sikap
kepercayaan masyarakat terhadap pesan yang akan disampaikan
sangat lah penting untuk penanggulangan penyakit ISPA yang ada di
masyarakat.
b. Kesesuaian dengan kepentingan sasaran (context)
Dalam peyampaian program “P2 ISPA” kepada masyarakat harus
sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat
tersebut (context). Misalnya kita menyampaikan program “P2 ISPA”
kepada masyarakat yang berdasarkan data primer dan data sekunder
terdapat kasus ISPA tinggi. Ketepatan sasaran harus sesuai dengan
keadaan gizi pada masyarakat tersebut agar materi yang disampaikan
dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
c. Content
Dalam penyampaian pesan program “P2 ISPA” penggunaan kata
yang dipilih harus sesuai dengan target audience. Dalam
menyampaikan pesan program “P2 ISPA” sebaiknya menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti dalam bahasa kesehariannya agar
masyarakat mudah menerima pesan program “P2 ISPA” dengan baik.
d. Kejelasan (clarity)
Kejelasan (clarity) terdapat dan berperan pada pesan yang akan
disampaikan. Kejelasan pesan yang disampaikan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan komunikasi. Dalam penyampaian pesan
program “P2 ISPA” harus jelas, terperinci dan tidak membingungkan.
e. Kesinambungan (continuity)
Dalam penyampaian pesan program “P2 ISPA” disampaikan
secara berulang-ulang akan tetapi disertai variasi dalam penyampaian
agar masyarakat khususnya ibu ibu dapat memahami isi pesan yang
disampaikan.
f. Consistency
Dalam penyampaian pesan program “P2 ISPA” disampaikan tidak
bertentangan dari awal sampai akhir. Pesan program “P2 ISPA” yang
disampaikan tidak bertentangan dengan informasi yang sebelumya
agar masyarakat tidak bingung tentang informasi yang disampaikan.
g. Kapabilitas sasaran (capability)
Kapabilitas sasaran (capability of the audience) terdapat pada
komunikan. Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus
memperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan.
Komunikator harus mampu menjelaskan dengan jelas dan akurat.
Dalam penyampaian program “P2 ISPA” pesan harus dirancang agar
menarik perhatian audience, menggunakan simbol-simbol,
memberikan motivasi dan solusi serta perimpitan kepentingan.
4. Manajemen Pelaksanaan dan Pemantauan
4.1 Pembinaan khalayak potensial didukung oleh pihak terkait
a. Pelatihan petugas puskesmas tentang pengelolaan program
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi melalui lembaga
Bapelkes, namun penyelenggaraannya tidak dilaksanakan setiap
tahun. Dinas Kesehatan tidak melakukan pelatihan, hanya
mengadakan pertemuan evaluasi program setiap tahun selama 2 hari
dan dihadiri semua Kepala puskesmas. Pelatihan dipakai sebagai salah
satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan.
b. Untuk mengetahui pengetahuan dokter dan para medis di 3 puskesmas
yang diamati tentang pengelolaan program P2 ISPA Balita diukur
dengan kuisioner. Kuisioner ini yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan dokter dan paramedic dibedakan.
c. Pelatihan kader serta kelompok dasa wisma tentang penatalaksanaan
ISPA agar mereka dapat menyampaikan kepada masyarakat.
4.2 Sarana dan prasarana
Pengolahan sarana dan prasarana dilakukan sebelum persiapan dan
pengecekan media. Media yang digunakan ialah menggunakan media
audio visual berupa film pendek (video) yang berisi tentang informasi
singkat mengenai penyakit ISPA yang lebih komunikatif dan menarik dan
berisi tentang definisi ISPA, tanda dan gejala ISPA, penularan ISPA, dan
pengobatan ISPA. Dalam hal ini alat-alat yang digunakan adalah LCD
proyektor untuk penayangan video/film pendek mengenai ISPA.
Pemilihan media ini di tujukan agar masyarakat lebih mudah memahami
informasi kesehatan yang akan disampaikan.
Pada saat program dilaksanakan agar program berjalan efektif dan
efisien, dibutuhkan seorang komunikator yang kompeten dan apabila
kondisi ruangan yang digunakan luas dan masyarakat yang hadir banyak
maka diperlukan sarana penunjang seperti microphone atau pengeras
suara.
5. Evaluasi Dampak
Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk:
a. Mengetahui keberhasilan pencapaian dan dampak program dan dampak
program yang diselnggarakan berdasarkan kebijakan dasar.
b. Memperbaiki kebijakan agar lebih dapat mendukung dan mempercepat
penyelesaian masalah pemberantasan penyakit ISPA di masyarakat.
Evaluasi Dampak meliputi:
a. Dilakukannya strategi penyuluhan missal dan pembagian kuesioner yang
diberikan oleh petugas professional yang ada pada masing-masing
Puskesmas, dengan hasil wawancara dengan para kepala Puskesmas
menunjukan bahwa kepala Puskesmas telah melakukan bimbingan tehnis
dan supervisi pada petugas pengelola program P2 ISPA, namun banyak
pula petugas yang tidak mematuhinya karena faktor kebiasaan petugas
dalam penanganan kasus. Supervise dan pembinaan teknis khusus P2 ISPA
yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten tidak ada karena program P2
ISPA telah diintegrasikan ke MTBS. Materi supervise dan pembinaan
teknis yang disampaikan oleh petugas Dinas Kesehatan ke petugas di
Puskesmas berupa materi MTBS. Keterbatasan dana menyebabkan pihak
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara belum mampu melakukan
supervisi dan pembinaan teknis secara menyeluruh terhadap puskesmas di
lingkungannya. Hasil-hasilnya meliputi:
1) Hasil wawancara dengan 3 kepala puskesmas yang diamati
menunjukan semua puskesmas tidak mempunyai dana khusus untuk
pelaksaan program P2 ISPA balita. Pengelola program tidak membuat
laporan keuangan program untuk kepala Puskesmas, karena
pengelolaan dana langsung terpusat pada bendahara puskesmas.
Laporan keuangan puskesmas untuk kepala puskesmas dibuat oleh
bendahara puskesmas.
2) Hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan ketiga kepala
puskesmas yang diamati telah melakukan pencatatan dan
merekapitulasi data program serta membahas data tersebut dalam
minilokarya ditingkat puskesmas.
3) Hasil kuesioner yang didapat juga masih banyak penduduk yang
belum mengenal penyakit ISPA. Pembagian kuesioner membuktikan
bahwa masyarakat penduduk setempat masih butuh perhatian yang
lebih dari tenaga kesehatan yang ada dilingkungan Kabupaten
Bengkulu Utara.
b. Dilakukannya upaya long march dengan membagikan leaflet atau
selebaran terkait info penyakit ISPA termasuk pencegahan dan
penanggulangannya. Tenaga profesional melakukan dengan cara
membagikan ke rumah-rumah penduduk di Kabupaten Bengkulu Utara,
dengan tujuan masyarakat dapat lebih memahami pencegahan penyakit
ISPA. Namun setelah salah satu tenaga profesional mendatangi rumah
penduduk di kemudian hari, dengan tujuan mengkontrol atau melakukan
evaluasi lapangan ternyata dalam melakukan strategi demikian hasil yang
di dapat tidak maksimal. Karena keterbatasan penduduk dalam memahami
arti dari isi leaflet atau selebaran terkait info, tidak sedikit penduduk
satempat yang menderita buta huruf dan tingkat pendidikan yang masih
rendah. Makadari itu upaya long march tidak cukup berhasil dalam
mencegah dan menanggulangi penyakit ISPA.
c. Mengadakan kerja sama dengan teknisi perumahan yang ada di wilayah
Bengkulu Utara agar dibuatkan lubang udara atau ventilasi yang sesuai
untuk dapat menjangkau udara segar dan tidak terlampau sesak. Strategi
tersebut masih sangat sulit dilaksanakan, diakibatkan keterbatasan dana
yang ada.
d. Mengadakan dan memberi informasi tambahan kepada sasaran untuk
senantiasa menjaga pola makan agar tidak terjadi masalah sistem
pencernaan yang masih memiliki kaitan erat dengan masalah pernafasan.
Strategi tersebut cukup berhasil, karena setelah dilakukan observasi pada
hari berikutnya sedikit demi sedikit penduduk setempat lebih menjaga apa
yang seharusnya mereka makan dan makanan apa yang dibutuhkan oleh
tumbuh kembang bayi atau balita.
e. Mengadakan kegiatan olahraga setiap pekan untuk menjaga kestabilan
kondisi tubuh agar tetap fit dan mampu meminimalisasi gangguan pada
sistem pernafasan. Strategi tersebut belum bisa dapat terlaksana karena
akibat dari penduduk setempat yang masih banyak mengabaikan dan lebih
mementingkan kepentingan sendiri.
Berdasarkan evaluasi dampak atas program kegiatan yang telah dilakukan,
kegiatan tersebut dapat dikatakan berhasil karena menurut data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara, wilayah tersebut dari tahun 2003
hingga 2013 mengalami penurunan untuk angka penyakit ISPA. Hal ini
dimaksudkan selalu terjadi umpan balik antara pembuat program dan
sasarannya sehingga konsep kegiatan dapat diikuti. Maka dari itu sangat
penting sekali untuk dilakukan perbaikan dan pembaharuan program agar
angka penurunan penyakit ISPA sesuai harapan.
6. Perencanaan Berikutnya
Bahasan mengenai perencanaan berikutnya agaknya tidak perlu dilakukan
dikarenakan program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh wilayah
Kabupaten Bengkulu Utara sudah mencapai indikator keberhasilan.
Indikatornya yaitu terjadinya angka penurunan penyakit ISPA. Penurunan
penyakit ISPA terjadi dalam waktu beberapa tahun terakhir ini sehingga tidak
perlu dibuat perencanaan ulang.
Perencanaan ulang hanya akan dibuat jika indikator keberhasilan belum
sesuai target sehingga dilakukan pengulangan program ulang hingga mencapai
target. Perencanaan ulang tidak membutuhkan analisa data yang baru
melainkan hanya membutuhkan perubahan pada peerencanaan program
sebelumnya agar hasilnya terlihat sempurna, misanya terkait teknik dan metode
KIE.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia, Jakarta.
Depkes, 2007, Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan PengembanganDesaSiaga, Depkes, Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara, 2003, Profil Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Utara.
Kementerian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran PernafasanAkut, Jakarta.
Rudan., et al, 2008, epidemiology and Etiology of Childhood Pneumonia, Bulletin ofthe World Health Organization, 2008; 86 : 408-416.
Noviantote, 2008, Penyakit ISPA, digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4076,Unimus Press, Semarang.
WHO, 1990, Evaluasi Program Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Lampiran
PUSAT STUDI LINGKUNGAN HIDUP No. : ...
.......................
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
KUESIONER
KOMPONEN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN KESEHATAN
MASYARAKAT STUDI AMDAL PENINGKATAN PRODUKSI AMDK PT
WISATA JOGJA BARATKABUPATEN KULONPROGO, DIY
Numerator : ....................... Desa : ......................... Kec : ....................... Kab : .......
...................
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama 1 Inisial : .......................................
2. Umur : ...............
3. Pendidikan terakhir : a. tidak tamat SD e. tamat D3 1
Akademi
b. tamat SD f. tamat S1/ sarjana
c. tamat SLTP g. tamat S2 1 Pasca
Sadana
d. tamat SLTA h. Lainnya…….
4. Pekerjaan Utama Pokok : a. PNS f. buruh pabrik
(KK)
b. pegawai swasta g. Petani
c. wiraswasta h. buruh Tani
d. guru i. Lainnya ......
..........
e. pedagang
5. Kalau Anda memiliki pekerjaan sampingan, pekerjaan apa yang menjadi
penopang ekonomi keluarga: a. pegawai swasta
e. buruh pabrik
b. wiraswasta f. Petani
c. guru g. buruh tani
d. pedagang h. lainnya ...........
6. Penghasilan sebulan :a. Utarna Rp ......................
b. sampingan Rp ......................
c. penghasilan lainnya dari rata-rata
Rp ..................... / bln
d. total penghasilan Rp .....................
7. Anggota keluarga yang tinggal serumah : jumlah ........... orang (termasuk
KK)
a. Umur 0 – 4 tahun = ........... orang
b. umur 15 – 64 = ........... orang, bekerja .......... orang
c. umur > 65 = ........... orang
d. anggota keluarga yang bekerja = ........... orang
8.Daerah asal Bapak/ ibu : a. dusun ini e. kabupaten lain di Ja
wa Tengah
b. desa ini f. Dari luar Jawa Teng
ah
c. kecamatan ini g. luar Jawa
d. kabupaten ini h. lainnya ............
9.Seandainya bukan berasal dari dusun ini, sudah berapa lama Anda tinggal
disini.... bulan/tahun
10.Alasan pindah ke sini (dusun ini)? OQ
....................................................................................................
KONDISI SOSIAL EKONOMI
11. Rumah dan atau lahan yang dimiliki beserta status hukumnya (sertifikat
hak milik, sertifikat HGB, leterC, leter D, tanah bengkok dan sebagainya:
a. rumah : ................... m2 status ......................................
b. halaman/Pekarangan : ................... m2 status ......................................
c. sawah : ................... m2 status.......................................
d. ladang/ kebun : ................... m2 status.......................................
e. kolam ikan : ................... m2 status.......................................
12. Kepemilikan lainnya, seperti
a. ternak, yaitu : .................. luas / kandang : ............... m2
atau ......... ekor
b. perikanan, yaitu : .................. luas / kandang : .............. m2 atau
.......... ekor
13.Bangunan rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)
a. Gedheg
b.Tembok
c. setengah tembok
d. lainnya sebutkan ....................
14.Lantai rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)
a. Tanah
b. Ubin
c. Tegel
d. lainnya sebutkan ....................
15. Atap rumah terbuat dari apa ? (pengamatan)
a. Genteng
b. Asbes
c. Rumbai
d. lainnya sebutkan ...................
16. Berapakah uang yang dikeluarkan / dialokasikan untuk kebutuhan dalam
sebulan
a. konsumsi : ........................................
b. pendidikan : ........................................
c. transportasi rutin : ........................................
d. kesehatan : ........................................
e. sumbangan/Sosial : ........................................
f. komunikasi : ........................................
g. sandang/Pakaian : ........................................
h. lainnya sebutkan : ........................................
17. Rasio pendapatan dan pengeluaran per bulan
= ( + ) / ( - ) ..................................
(diisi oleh petugas)
18. Kepemilikan benda berharga (pengamatan)
a. televise e. Sepeda
b. radio f. sepeda motor
c. tape g. mobil 1 colt 1 truk
d. kulkas h. lainnya, yaitu ......................
KONDISI SOSIAL BUDAYA
19. Kegiatan sosial kemasyarakatan apa saja yang dilakukan di sini
a. ronda (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah
b. jimpitan beras (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah
c. gotong royong (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah
Apa bentuknya? ......................................................................................
20. Bagaimana keterlibatan Anda dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di
atas ?
a. ronda (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah
b. jimpitan beras (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah
c. gotong royong (1) sering (2) jarang (3) tidak pernah
Apa bentuknya? ......................................................................................
21. Keikutsertaan Anda dalam kegiatan di atas, terutama didasari
pertimbangan apa ? (open Q dandiusahakan untuk mengungkapkan secara
tuntas)
a. ronda, alasan ...........................................
b. jimpitan beras, alasan ...........................................
c. gotong royong, alasan ...........................................
22. Menurut Anda, syarat apa yang sebaiknya dilakukan para pendatang,
agar dapat diterima dengan baik oleh warga masyarakat? Bukan pililian
tapi beri nomor urutan PALING PENTING!
a. dapat berbaikan/ berbaur dengan masyarakat No. : ...............
.................
b. memberi bantuan fasilitas umum (perbaikan jalan,dll) No. : ...............
.................
c. mengundang kenduril selamatan No. : ...............
.................
d. mengikuti kegiatan sosial yang sudah ada (ronda, dll) No. : ...............
.................
e. lainnya No. : ...............
.................
23. Siapakah orang yang paling sering berinteraksi sosial (tolong menolong,
mengunjungi dsb) denganAnda setiap harinya ? (selain anggota
keluarga serumah), urutannya :
a. tetangga sedusun
No. : ................................
b. tetangga sedesa
No. : ................................
c. teman dari desa lain sekecamatan
No. : ................................
d. teman sesama pekerja
No. : ................................
e. teman sekelompok pengajian
No. : ................................
f. teman sekumpuian (olah raga, kesenian, ronda, dil)
No. : ................................
g. sanak family
No. : ................................
h. lainnya
No. : ................................
24. Kelembagaan yang ada di desa
: ......................................... (nama desa, kec, kab)
a. lembaga pendidikan
: ........................................... (sebutkan apa saja)
b. lembaga ekonomi
: ........................................... (sebutkan apa saja)
c. lembaga agama
: ........................................... (sebutkan apa saja)
d. lembaga social
: ........................................... (sebutkan apa saja)
KESEHATAN MASYARAKAT
25. Dalam satu bulan terakhir ini penyakit apa yang Anda derita ?
a. infeksi Saluran Pernapasan Mulut (ISPA)
b. sesak napas
c. sakit saluran pencernaan (diare, mual, muntah, mencret)
d. lainnya, sebutkan ..................
26. Apakah anggota keluarga Anda pernah menderita penyakit ISPA ?
a. pernah b. tidak pernah
Jika pernah :
a. kapan Anda atau anggota keluarga (serumah) menderita ?
b. kemana Anda berobat ?
c. apakah Anda mash menderita dernam berdarah (carrier) ?
27. Kemanakah Anda sekeluarga biasa berobat ?
a. Puskesmas / rumah sakit / dokter praktek
b. paranormall pengobatan alternatif / shinse / akupuntur
c. bidan / perawat
d. lainnya, sebutkan : ....................
28.Apakah tempat tinggal atau tempat Anda bekerja dekat dengan sumber-
sumber gangguan di bawah ini ?(berilah tanda ya atau tidak - dibantu
pengamatan surveyor)
a. Debu ya / tidak
b. bising ya / tidak
c. lalulintas umum ya / tidak
d. pabrik industri ya / tidak
e. asap ya / tidak
29. Apakah di rumah Anda banyak dijumpai vektor penyakit di bawah ini ?
a. lalat ya / tidak
b. tikus ya / tidak
c. kecoa ya / tidak
d. nyamuk ya / tidak
30. Bagaimana pengelolaan sampah di rumah Anda ?
a. Dibakar
b. Ditimbun
c. diangkut ke tempat sampah
d. lainnya, sebutkan : ....................
31. Sumber air minum diperoleh dari mana ?
a. sumur gali
b. mata air/sumber
c. sungai
d. PDAM
e. lainnya, sebutkan : .......................
32.Bila berasal dari sumur gali, berapakah jarak antara tandon tinja
(jumbleng) terhadap sumur ?
a. kurang dari 7 meter
b. 7,1 s/d 10 meter
c. lebih dari 10 meter
33. Dimanakah buang air besar untuk keluarga Bapak/ibu dilakukan ?
a. WC keluarga
b.WC umurn
c. WC tetangga
d. Sungai
e. lainnya, sebutkan ..........
34. Apakah Bapak / Ibu sekeluarga mampu menjangkau pelayanan
kesehatan? Ya / tidak Bila ya, apa penyebabnya ?
a. biaya pelayanan kesehatan murah
b. letaknya dekat
c. petugas kesehatan selalu ada (stand by)
d. petugas kesehatan ramah/baik
e. lainnya, sebutkan : .............
35. Bila tidak, apa penyebabnya?
a. biaya pelayanan kesehatan mahalb. letaknya jauh sekalic. petugas kesehatan jarang datang atau jam kerjanya pendek d. petugas kesehatan tidak ramahe. lainnya, sebutkan : .................
TENTANG AIR, MATA AIR DAN IRIGASI
36. Menurut pengetahuan dan penglihatan Bapak/Ibu, bagaimanakah kondisi
jaringan irigasi pada saat ini?
a. teratur / air lancer
b. kurang teratur
c. tidak teratur / tidak terawat
d. tidak tahu
37. Bagaimana kualitas jaringan irigasi saat ini jika dibandingkan dengan
pada saat pabrik gula Ceper atau pabrik karung goni Delanggu masih
beroperasi?
a. lebih baik
b. sama baiknya
c. lebih buruk/tidak berfungsi lagi
d. tidak tahu