perencanaan kebun praktek sekolah tinggi penyuluhan ... · cibalagung memiliki sarana kebun praktek...
TRANSCRIPT
PERENCANAAN KEBUN PRAKTEK
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP)
KAMPUS CIBALAGUNG
UNTUK MENUNJANG KEGIATAN WISATA EDUKASI
LINA AZIZAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Kebun
Praktek Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Kampus Cibalagung untuk
Menunjang Kegiatan Wisata Edukasi adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Lina Azizah
NIM A44070025
ABSTRAK
LINA AZIZAH. Perencanaan Kebun Praktek Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian (STPP) Kampus Cibalagung untuk Menunjang Kegiatan Wisata
Edukasi. Di bawah bimbingan BAMBANG SULISTYANTARA dan FITRIYAH
NURUL H. UTAMI.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) merupakan sekolah tinggi
untuk mendidik para calon penyuluh pertanian. STTP khususnya Kampus
Cibalagung memiliki sarana kebun praktek sebagai penunjang kegiatan belajar
yang berada pada daerah subur dengan panorama yang sangat indah sehingga
berpotensi sebagai tempat wisata pendidikan pertanian. Tujuan dari penelitian ini
adalah merencanakan tapak Kebun Praktek Kampus Cibalagung sebagai sarana
edukasi yang mendukung kegiatan praktikum lapang mahasiswa STPP serta
sebagai objek wisata pendidikan pertanian bagi masyarakat. Metode penelitian
meliputi tahap pengumpulan data melalui survei lapang, pengambilan data
sekunder, dan wawancara. Data selanjutnya dianalisis melalui metode deskriptif
dan spasial dengan pendekatan aktivitas. Hasil penelitian berupa peta rencana
tapak yang merupakan pengembangan tahap perencanaan dari konsep yang
dijabarkan dalam bentuk perencanaan tata ruang, sirkulasi, fasilitas, tata vegetasi,
dan aktivitas. Ruang wisata yang dikembangkan dalam perencanaan ini dibagi
menjadi ruang wisata tanaman buah, ruang wisata tanaman perkebunan, ruang
wisata tanaman pangan, serta ruang wisata umum.
Kata kunci: perencanaan tapak, wisata pendidikan pertanian, kebun praktek.
ABSTRACT
LINA AZIZAH. Planning of Experimental Field at College of Agricultural
Extension (STPP) Cibalagung for Supporting Educational Tourism. Supervised by
BAMBANG SULISTYANTARA and FITRIYAH NURUL H. UTAMI.
Bogor College of Agricultural Extension (STPP Bogor) is a college for
educating prospective agricultural instructors. STTP Bogor has experimental field
as a facility for supporting educational activities. The experimental field located
on a fertile area with very beautiful scenery that is potentially as agriculture
educational tourism site. The objective of this research is to plan the experimental
field of STPP Cibalagung as an educational tool that supporting the field work of
STPP college students as well as agroedutourism place for the community. The
research method includes of data collection through field survey, secondary data
collection, and interviews. The data were then analyzed by descriptive and spatial
method based on activity approachment. The result of the study is site planning
map of the concept that described in the form of spatial planning, circulation,
facilities, vegetation arrangement, and the most appropriate activities. Space
developed in this planning for tourism is divided into a tourist area of fruit crops,
tourist area of plantation crops, tourist area of food crops and general tourist area.
Keywords: site planning, agriculture educational tourism, experimental field
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik, atau
peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
PERENCANAAN KEBUN PRAKTEK
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP)
KAMPUS CIBALAGUNG
UNTUK MENUNJANG KEGIATAN WISATA EDUKASI
LINA AZIZAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Perencanaan Kebun Praktek Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian (STPP) Kampus Cibalagung untuk Menunjang Kegiatan
Wisata Edukasi
Nama : Lina Azizah
NIM : A44070025
Disetujui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Pembimbing I
Fitriyah Nurul H. Utami, ST. MT
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perencanaan Kebun Praktek Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)
Kampus Cibalagung untuk Menunjang Kegiatan Wisata Edukasi” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
moril dan materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr dan Fitriyah Nurul H. Utami, ST. MT
selaku dosen pembimbing atas pengarahan, nasehat, dan bimbingannya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Akhmad Arifin Hadi, SP, MA selaku dosen penguji yang telah bersedia
membaca dengan kritis skripsi ini dan memberikan banyak masukan bagi
penulis.
3. Kakak senior Wasissa Titi Ilhami, Pelaksana Lapangan Bapak Casman,
Bapak Anwar SST, dan Bapak Oma Anwar dari STPP atas segala bantuan
dan informasinya selama proses pengumpulan data sehingga penelitian ini
dapat penulis selesaikan.
4. Papa dan Mama serta adik Ashar Fuadi dan Irfan Imaduddin atas motivasi
dan doanya selama penulis studi di IPB khususnya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Teman terbaik Tania Herliani atas motivasi dan kebersamaannya.
6. Semua pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, para dosen pengajar, teman-teman
seperjuangan angkatan 44, kakak-kakak senior serta adik-adik kelas atas
bimbingan, motivasi, dan kebersamaan selama menempuh studi di Arsitektur
Lanskap.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, April 2014
Lina Azizah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
1.4 Kerangka Pikir 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Lanskap dan Perencanaannya 4
2.2 Wisata, Kawasan Wisata, dan Objek Wisata 5
2.3 Wisata Pendidikan Pertanian 6
BAB III METODOLOGI 8
3.1 Tempat dan Waktu 8
3.2 Bahan dan Alat 8
3.3 Data 8
3.4 Metode Penelitian 10
BAB IV KONDISI UMUM STPP BOGOR 11
4.1. Sejarah, Visi dan Misi STPP 11
4.2 Struktur Organisasi 12
4.3 Sarana dan Prasarana 13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 14
5.1. Inventarisasi dan Analisis 14
5.1.1 Letak Geografis, Luas dan Batas Kawasan 14
5.1.2 Tanah dan Kemiringan 16
5.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi 17
5.1.4 Vegetasi 20
5.1.5 Iklim 27
5.1.6 Aspek Visual dan Akustik 28
5.1.7 Hidrologi 30
5.1.8 Aspek Sosial 31
5.1.9 Fasilitas dan Utilitas 31
5.1.10 Aspek Wisata 34
5.2 Sintesis 35
5.2.1 Program Ruang 35
5.2.2 Hubungan Antar Ruang 35
5.2.3 Karakteristik Ruang 40
5.3 Konsep Perencanaan 41
5.3.1 Konsep Dasar 41
5.3.2 Konsep Pengembangan 41
5.3.3 Konsep Ruang 42
5.3.4 Konsep Aktivitas dan Fasilitas 42
5.3.5 Konsep Sirkulasi 44
5.3.6 Konsep Tata Hijau 44
5.4 Perencanaan Lanskap 45
5.4.1 Rencana Ruang 45
5.4.2 Rencana Aktivitas 49
5.4.3 Rencana Fasilitas 53
5.4.4 Rencana Sirkulasi 56
5.4.5 Paket Wisata 56
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 58
6.1 Simpulan 58
6.2 Saran 58
DAFTAR PUSTAKA 59
RIWAYAT HIDUP 61
DAFTAR TABEL
1. Jenis dan sumber data penelitian 8 2. Daftar sarana dan prasarana STPP 13
3. Inventarisasi vegetasi Kebun Praktek STPP 24 4. Data curah hujan dan hari hujan setiap bulan di Kecamatan
Ciomas tahun 2010 27 5. Data temperatur, intensitas sinar matahari, dan kelembaban udara
di Kecamatan Ciomas Tahun 2010 28
6. Inventarisasi fasilitas Kebun Praktek STPP 32 7. Daftar objek dan atraksi wisata 34 8. Tabel analisis potensi dan kendala serta sintesis 37 9. Konsep aktivitas dan fasilitas 43 10. Paket wisata 57
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir 3 2. Lokasi penelitian 9
3. Kondisi umum kampus STPP 11 4. Peta lokasi keseluruhan STPP Kampus Cibalagung 15 5. Peta topografi 18 6. Peta aksesibilitas dan sirkulasi 19 7. Pintu masuk ke kebun praktek STPP 20
8. Peta vegetasi Kebun Praktek Tanaman Pangan Kotabatu Lebak 21 9. Peta vegetasi Kebun Praktek Tanaman Buah Astana Gede 23 10. Peta vegetasi Kebun Praktek Tanaman Perkebunan Kotabatu
Luhur 26 11. Peta analisis visual 29
12. Sistem irigasi lahan buah 30 13. Fasilitas penggilingan padi Kotabatu Lebak 32
14. Fasilitas paranet di kebun praktek Kotabatu Luhur 32 15. Block plan 36 16. Hubungan antar ruang 37 17. Diagram konsep ruang 42
18. Konsep sirkulasi 44 19. Peta analisis dan sintesis 47
20. Peta rencana lanskap 48 21. Tampak potongan 50 22. Ilustrasi aktivitas wisata tanaman buah 51
23. Ilustrasi aktivitas wisata tanaman pangan 52 24. Ilustrasi rencana fasilitas 55
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel masa berbuah tanaman di Jawa Barat 62
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) merupakan sekolah tinggi
kedinasan milik Kementerian Pertanian di bawah naungan BPPSDMP (Badan
Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian) dan kendali
berada di PUSDIKDARKASI (Pusat Pendidikan, Standardisasi, dan Sertifikasi
Profesi Pertanian). Untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, lembaga ini
memiliki fasilitas berupa kebun praktek yang salah satunya berlokasi di daerah
Cibalagung, Bogor. Kebun praktek di Cibalagung ini meliputi beberapa lokasi,
yaitu kebun praktek Pancasan, kebun praktek tanaman hias, kebun praktek Astana
Gede, kebun praktek Kotabatu Luhur, dan kebun praktek Kotabatu Lebak. Fungsi
utama dari area kebun praktek ini adalah sebagai pusat penelitian dan pendidikan
mahasiswa STPP, penyuluhan pertanian kepada masyarakat, serta sebagai sarana
produksi bagi kampus STPP. Namun demikian kondisi kebun percobaan di STTP
saat ini belum terencana dengan baik dilihat dari segi tata ruang, fasilitas, dan
pengelolaanya.
Sarana kebun praktek STPP yang memiliki keanekaragaman tanaman
budidaya sesungguhnya sangat berpotensi sebagai tempat wisata terutama wisata
pendidikan pertanian. Meskipun ruang kebun praktek tidak terlalu luas, namun
terdapat banyak potensi atraksi wisata yang jika direncanakan secara maksimal
akan menjadi nilai tambah bagi STTP dan masyarakat di sekitarnya. Pengunjung
wisata dapat melihat langsung dan turut berpartisipasi dalam proses budidaya
sambil bersenang-senang dan menikmati suasana alam yang berbeda dari suasana
kota. Selain itu, pemasukan dari kegiatan wisata dapat dimanfaatkan untuk
pengelolaan operasional kebun praktek yang lebih baik.
Wisata merupakan pergerakan sementara manusia untuk tujuan keluar dari
tempat kerja dan tempat tinggal mereka dengan melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu. Selama tinggal di tempat tujuan, mereka menggunakan fasilitas-fasilitas
yang dibuat untuk memenuhi kebutuhannya (Gunn 1995). Kepenatan bekerja dan
kebisingan kota yang dirasakan setiap hari mendorong manusia untuk keluar dari
rutinitas dengan melakukan aktivitas wisata.
Jika melihat perkembangan pada dekade terakhir, pembangunan pariwisata
di Indonesia maupun di mancanegara menunjukkan kecenderungan terus
meningkat. Konsumsi jasa dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian
masyarakat negara maju dan masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu
kebutuhan sebagai akibat meningkatnya pendapatan, aspirasi dan
kesejahteraannya. Preferensi dan motivasi wisatawan juga berkembang secara
dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-
objek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan
produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik
menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan sinyal
tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi
pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun
produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik (Utama 2013). Potensi
untuk wisata jenis inilah yang akan dikembangkan pada kebun praktek Sekolah
2
Tinggi Penyuluhan Pertanian sebagai fungsi tambahan selain untuk kegiatan
penyuluhan dan pendidikan.
Perencanaan tapak pada kebun praktek STPP diharapkan akan lebih
memberi manfaat tidak hanya bagi mahasiswa yang sedang praktikum di lapang
tetapi juga bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai
pertanian, melalui kegiatan wisata pendidikan pertanian. Dalam penelitian ini,
akan dilakukan suatu perencanaan tata ruang kebun percobaan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan aset kebun percobaan STPP bagi mahasiswa,
kampus STPP dan masyarakat umum.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan tapak Kebun Praktek Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Kampus Cibalagung yang memiliki potensi
keanekaragaman tanaman budidaya serta potensi visual sebagai sarana edukasi
yang mendukung kegiatan praktikum lapang mahasiswa STPP serta sebagai objek
wisata pendidikan pertanian bagi masyarakat.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. menambah minat dan pengetahuan tentang pertanian bagi masyarakat luas;
2. menjadikan kebun praktek STPP sebagai sarana belajar yang kondusif bagi
mahasiswa STPP;
3. sebagai masukan bagi pihak terkait untuk mengoptimalkan kebun
percobaan sebagai wisata pendidikan pertanian;
4. sebagai dasar untuk perancangan yang lebih detail untuk lanskap kebun
praktek STPP Bogor.
1.4 Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1. Kampus STPP Bogor
terbagi menjadi dua lokasi, yaitu Kampus Cinagara untuk Jurusan Penyuluhan
Peternakan dan Kampus Cibalagung untuk Jurusan Penyuluhan Pertanian.
Kampus Cibalagung memiliki fasilitas instalasi kebun praktek antara lain Kebun
praktek tanaman pangan dan palawija Pancasan, tanaman hias Cibalagung,
tanaman pangan Kotabatu Lebak, tanaman buah Astana Gede, serta tanaman
perkebunan Kotabatu Luhur. Namun, kebun praktek yang akan menjadi objek
perencanaan hanya difokuskan pada kebun praktek Kotabatu Lebak, Astana Gede,
dan Kotabatu Luhur. Area kebun praktek tersebut dapat dimanfaatkan untuk
sarana wisata pendidikan pertanian bagi masyarakat umum serta sarana
pendidikan bagi mahasiswa STPP. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan kebun
praktek, akan dibuat rencana tapak yang mengoptimalkan fungsinya sebagai
sarana edukasi bagi mahasiswa dan juga wisata pendidikan pertanian dengan
konsep perbaikan tata ruang dan aktivitas, penambahan fasilitas, serta perbaikan
sirkulasi.
3
Keterangan:
Lokasi penelitian
Gambar 1 Kerangka pikir
Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian (STPP) Bogor
Kampus Cinagara Kampus Cibalagung
Fasilitas Kebun Praktek STPP
Kebun Praktek
Tan. Perkebunan
Kotabatu Luhur
Kebun Praktek
Tan. Buah
Astana Gede
Kebun Praktek
Tan. Pangan
Kotabatu Lebak
Kebun Praktek
Tan. Pangan
dan Palawija
Pancasan
Kebun Praktek
Tan. Hias
Cibalagung
Potensi sarana edukasi bagi
mahasiswa serta aktivitas
wisata pendidikan pertanian
Memerlukan perencanaan untuk
mengembangkan potensi sebagai
tempat wisata pendidikan pertanian
Konsep Tata Ruang, Aktivitas,
Fasilitas, Vegetasi, dan Sirkulasi
dengan pendekatan aktivitas
Rencana tapak yang mengoptimalkan fungsi
tapak sebagai sarana edukasi bagi mahasiswa
serta sebagai tempat wisata pendidikan
pertanian
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanskap dan Perencanaannya
Lanskap, menurut Simonds dan Starke (2006) merupakan suatu bentang
alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera
manusia, dimana suatu lanskap dikatakan alami jika area atau kawasan tersebut
memiliki keharmonisan dan kesatuan antar elemen-elemen pembentuk lanskap.
Rachman (1984) menyatakan bahwa lanskap sebagai wajah karakter lahan atau
tapak dan bagian dari muka bumi dengan segala sesuatu dan apa saja yang ada di
dalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia yang merupakan total
dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata
memandang, sejauh indera dapat menangkap, dan sejauh imajinasi dapat
menangkap dan membayangkannya.
Tarigan (2005) mengemukakan bahwa perencanaan berarti mengetahui
dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor
noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas,
menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari
langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Knudson (1980)
perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data,
memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah, dan memberi
pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
Perencanaan merupakan proses yang rasional untuk mencapai tujuan dan sasaran
di masa mendatang berdasarkan kemampuan sumberdaya alam yang ada serta
pemanfaatannya secara efektif dan efisien. Lebih lanjut, Simonds dan Starke
(2006) menyatakan bahwa perencanaan yang baik harus dapat melindungi badan
air dan menjaga air tanah, mengkonservasi hutan dan sumber mineral,
menghindari erosi, menjaga kestabilan iklim, menyediakan tempat yang cukup
untuk rekreasi dan suaka margasatwa serta melindungi tapak yang memiliki nilai
keindahan dan ekologis. Penilaian yang baik mempertimbangkan aspek-aspek
seperti: ekosistem alami, kualitas dan kuantitas air, kualitas udara, tingkat
kebisingan, erosi, banjir, tapak bersejarah, bentukan lanskap, flora dan fauna, serta
keterkaitan dengan ruang terbuka.
Perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang
berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang
dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang
guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional,
estetik, dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia
dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya (Nurisjah dan
Pramukanto, 1995). Masih menurut Nurisjah dan Pramukanto, proses perencanaan
biasanya bersifat holistik dan dinyatakan sebagai suatu proses yang dinamis,
saling terkait, dan saling mendukung satu dengan lainnya. Suatu proses
perencanaan yang baik merupakan suatu alat yang terstruktur dan sistematis yang
digunakan untuk menentukan keadaan awal dari suatu bentukan fisik dan fungsi
lahan/tapak/bentang alam, keadaan yang diinginkan setelah dilakukan berbagai
rencana perubahan, serta cara dan pendekatan yang sesuai dan terbaik untuk
mencapai keadaan yang diinginkan tersebut.
5
Perencanaan tapak menurut Laurie (1990) dapat dipikirkan sebagai suatu
kompromi antara penyesuaian pada tapak untuk mencocokkan dengan program
dan adaptasi pada program dikarenakan tapaknya. Marsh (1991) mengungkapkan,
perencanaan lanskap merupakan suatu penyesuaian antara lanskap dan program
yang akan dikembangkan untuk menjaga kelestarian ekosistem dan pemandangan
lanskap sehingga tercapai penggunaan terbaik.
Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis, yang
digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk
pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, antara lain:
1. pendekatan sumber daya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas
berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya;
2. pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas
berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan
kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang;
3. pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah, dan lokasi
kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi;
4. pendekatan perilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan
perilaku manusia.
Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengemukakan, terdapat hal-hal penting
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu kawasan, di antaranya:
1. mempelajari hubungan antara kawasan tersebut dengan lingkungan sekitar;
2. memperhatikan keharmonisan antara daerah sekitarnya dengan kawasan
yang akan direncanakan;
3. menjadikan sebagai obyek yang menarik;
4. merencanakan kawasan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu
kawasan yang dapat menampilkan kesan masa lalunya.
2.2 Wisata, Kawasan Wisata, dan Objek Wisata
Wisata merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya
berkeliling atau perjalanan, sedangkan pariwisata adalah industri yang berkaitan
dengan perjalanan untuk mendapatkan rekreasi. Daya tarik pariwisata atau
rekreasi terletak pada keindahan yang dapat dinikmati wisatawan dan tersedianya
jenis makanan atau sesuatu yang khas di daerah tujuan wisata (Derous, 1990
dalam Bonanza, 2008).
Kawasan adalah bentangan permukaan (alam) dengan batas-batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Wisata berarti perjalanan atau
bepergian. Jadi kawasan wisata adalah bentangan permukaan yang dikunjungi
atau didatangi oleh banyak orang (wisatawan) karena kawasan tersebut memiliki
objek wisata yang menarik.
Objek wisata, menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang
Pariwisata yang dikutip dalam Adisasmita (2010) adalah suatu tempat yang
menjadi kunjungan wisatawan karena memiliki sumberdaya, baik alamiah,
maupun buatan manusia, seperti keindahan alam/pegunungan, pantai, flora dan
fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi-
candi, tari-tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
6
dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata menjadi sasaran
wisata.
2.3 Wisata Pendidikan Pertanian
Agro-Edu Tourism (Wisata Pendidikan Pertanian) merupakan gabungan dari
Agro Tourism (Agrowisata) dan Edu Tourism (Wisata Pendidikan). Agrowisata
adalah salah satu bentuk aktivitas wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan
aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan, dan
wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh.
Agrowisata juga ikut melibatkan wisatawan dalam aktivitas-aktivitas pertanian
(Arifin, 1992). Pariwisata agro merupakan perjalanan untuk meresapi dan
mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata
ini bertujuan untuk mengajak wisatawan untuk ikut memikirkan sumberdaya alam
dan kelestariannya. Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di
perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya (Adisasmita, 2010).
Wisata pendidikan merupakan bentuk kegiatan wisata yang menunjang
tujuan studi para pengunjung (Arifin, 2005) dalam Dinata (2009). Lebih lanjut,
Suwantoro (2002) menyatakan bahwa wisata pendidikan merupakan suatu
perjalanan wisata dengan maksud untuk memberikan gambaran, studi
perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjungi.
Wisata jenis ini disebut juga perjalanan kunjungan pengetahuan (study tour).
Wisata pendidikan tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan berkunjung ke
tempat-tempat perkebunan atau pertanian.
Menurut Direktorat Pengembangan Institusi dan Usaha Penunjang (2004),
wisata pendidikan pertanian atau agro edu tourism adalah kegiatan wisata untuk
tujuan studi yang dapat memperluas pengalaman, rekreasi, dan pengetahuan
tentang alam dan teknologi pertanian melalui ilmu-ilmu pertanian dalam cakupan
luas antara lain: pertanian bercocok tanam, peternakan, perikanan, kehutanan, baik
kegiatan dalam ruang maupun luar ruang/lapang.
Kriteria kawasan agrowisata yang dijabarkan oleh Bappenas (2004) adalah
sebagai berikut:
1. memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian,
hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya:
a) subsistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri
dari pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan dan kehutanan;
b) subsistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri
pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal
maupun ekspor;
c) subsistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya
dukung kawasan baik terhadap industri dan layanan wisata maupun
sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan
pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi,
dan infrastruktur;
7
2. adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan
wisata dengan keterkaitan dan kebergantungan yang cukup tinggi, antara
lain kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata,
dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor
pertanian;
3. adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro
dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan, antara lain berbagai
kegiatan dan produk wisata yang dikembangkan secara berkelanjutan.
8
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kebun praktek yang merupakan fasilitas dari
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jl. Cibalagung No. 1 KP.188, Desa
Cikeumeuh, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pelaksanaan
penelitian di lapang dilakukan selama tiga bulan, yang dimulai pada bulan Januari
2012 yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan studio dan penyusunan laporan.
Gambaran lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
3.2 Bahan dan Alat
Dalam kegiatan penelitian ini diperlukan beberapa alat dan bahan yang
dapat membantu dalam kelancaran proses penelitian. Bahan yang diperlukan
adalah peta dan daftar pertanyaan wawancara. Sementara itu, alat yang digunakan
adalah kamera digital, alat perekam suara, alat pengukur meteran, alat tulis,
komputer dan software terkait seperti Microsoft Word, Microsoft Excel,
AutoCAD, Adobe Photoshop, dan Google SketchUp.
3.3 Data
Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu data biofisik dan data sosial. Data biofisik meliputi letak geografis dan batas
tapak, tata guna lahan, iklim, vegetasi, tanah, kualitas visual, hidrologi, dan
sirkulasi. Data tersebut diperoleh dengan cara survei lapang maupun dari badan-
badan terkait. Selain itu, data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data
sosial yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa pihak dari kampus
STPP serta para pengguna tapak. Untuk lebih jelas mengenai jenis data dan
sumbernya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data penelitian
No. Jenis Data Sumber Data
1 Letak geografis dan batas tapak Survei lapang, data sekunder
2 Tanah dan kemiringan Bappeda
3 Iklim BMKG
4 Vegetasi Survei lapang, wawancara
5 Tanah Bappeda, data sekunder
6 Kualitas visual Survei lapang
7 Hidrologi Survei lapang, wawancara
8 Sirkulasi Survei lapang, wawancara
9 Sosial Survei lapang, wawancara
10 Fasilitas dan utilitas Survei lapang, wawancara
9
(a)
(b) (c)
Gambar 2 Lokasi penelitian Keterangan: (a) Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor (Sumber: Kementerian PU, 2011); (b)
STPP Bogor Kampus Cibalagung (Sumber: STPP, 2012); (c) Batas tapak yang direncanakan
(Sumber: Google Satellite 2013)
10
3.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey, analisis
deskriptif, dan analisis spasial dengan proses perencanaan yang tahapannya diacu
menurut Gold (1980) dengan pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan
alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk
memberikan kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan
datang.
Terdapat lima tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
1. Tahap persiapan dilakukan antara lain menentukan lokasi penelitian,
penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, permohonan izin serta
persiapan survei, diantaranya kegiatan menyiapkan isian data, petunjuk
pelaksanaan dan penyusunan jadwal pengambilan data.
2. Tahap pengumpulan data (survei) meliputi observasi lapang, pengambilan
data sekunder, dan wawancara. Kegiatan observasi lapang dilakukan untuk
mengamati kondisi umum lokasi yang meliputi aksesibilitas, fasilitas, dan
kondisi vegetasi dan satwa. Data sekunder digunakan untuk mengetahui
kondisi iklim, jenis tanah, topografi, dan hidrologi. Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan data kondisi sosial civitas akademika dan masyarakat
sekitar, dan kebutuhan pengguna.
3. Tahap analisis akan dilakukan pada data primer maupun sekunder dengan
metode deskriptif yaitu berupa analisis data yang digambarkan secara
tertulis dengan menentukan potensi dan kendala yang ditemukan pada
tapak, serta metode spasial melalui analisis peta tematik.
4. Tahap sintesis merupakan penjabaran solusi yang diperoleh dari proses
analisis yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam pembagian ruang-ruang
fungsional yang dituangkan dalam suatu model block plan atau rencana
ruang yang diinginkan pada tapak.
5. Tahap perencanaan merupakan hasil pengembangan konsep yang akan
dijabarkan dalam bentuk perencanaan tata ruang, sirkulasi, fasilitas, tata
vegetasi, dan aktivitas yang paling sesuai dengan tujuan dalam bentuk site
plan.
11
BAB IV KONDISI UMUM STPP BOGOR
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor adalah perguruan
tinggi kedinasan Departemen Pertanian, yang dibina oleh Badan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian. STPP Bogor terbagi menjadi dua lokasi yaitu
Kampus Cibalagung untuk jurusan Penyuluhan Pertanian dan Kampus Cinagara
untuk jurusan Penyuluhan Peternakan. Lokasi tapak berada di Kampus
Cibalagung yang beralamat di Jl. Cibalagung No. 1, Desa Cikeumeuh, Kecamatan
Ciomas, Kabupaten Bogor 16001. Lulusan STPP Bogor bergelar Sarjana Sains
Terapan (SST). Berikut disajikan foto kondisi umum kampus STPP Cibalagung
termasuk beberapa fasilitas pendukung pada Gambar 3. Gerbang utama (3.a) yang
terletak di sisi Jalan Cibalagung berupa gapura sederhana dengan papan penunjuk
lokasi berwarna hijau (3.b). Terdapat beberapa fasilitas seperti bangunan kantor
untuk staf (3.c), mushola (3.d), taman (3.e), serta green house untuk praktikum
(3.f).
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 3 Kondisi umum kampus STPP Keterangan: (a) gerbang utama STPP; (b) papan penunjuk lokasi; (c) bangunan kantor;
(d) bangunan musholla; (e) taman kampus; (f) green house
4.1. Sejarah, Visi dan Misi STPP
Sejarah berdirinya STPP Bogor tidak terlepas dari Kebun Raya Bogor.
Kebun Raya Bogor didirikan pada awal tahun 1876, oleh DR. CGC. Reinwardt
dengan luas area sebesar 72,5 ha yang terletak di Desa Cikeumeuh, Kecamatan
Ciomas, Kabupaten Bogor. Kebun ini difungsikan untuk tiga macam kegiatan
yaitu penelitian, penyuluhan dan pendidikan. Beberapa tahun kemudian, di
wilayah tersebut mulai didirikan Lembaga Pendidikan Pertanian, berturut-turut:
Kursus Hortikultura (1898), Kursus Pertanian (1900), Sekolah Pertanian (1903),
Sekolah Kedokteran Hewan/ Nederlansche Indische Veeartsen School (1908),
Sekolah Pertanian Menengah Atas/ Middlebare Landbouw School (1913), dan
Sekolah Kehutanan Menengah Atas/ Middlebare Boshbouw School (1939).
12
Sekolah-sekolah tersebut dikelola dan dibina oleh Departemen Pertanian
(Departement Van Landbouw).
Cikal bakal institusi STPP berasal dari Middlebare Landbouw School
(MLS) dan dikembangkan menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA),
kemudian menjadi Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP). Pada tahun 1987
berubah menjadi Diklat Akademi Penyuluhan Pertanian Bogor (Diklat APP
Bogor), dan Akademi Penyuluhan Pertanian Bogor (APP Bogor). Akhirnya
dengan Keppres RI No. 50 tahun 2001, Akademi Penyuluhan Pertanian Bogor
ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor (STPP, 2012).
Untuk mengantisipasi tuntutan dan perubahan masa depan maka visi
pengembangan STPP Bogor menuju tahun 2014 akan mengacu kepada
visi "Menjadi perguruan tinggi terdepan dalam pengembangan ilmu penyuluhan
pertanian yang berwawasan agribisnis pada tingkat global". Adapun misi STPP
Bogor 2014 dirumuskan dalam beberapa pernyataan berikut :
a. mengembangkan kelembagaan STPP Bogor;
b. meningkatkan mutu penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi;
c. meningkatkan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan;
d. mengembangkan kerjasama agribisnis dengan pelaku utama dan
pelaku usaha;
e. mengembangkan kerjasama dan jejaring kerja dengan pemangku
kepentingan baik nasional, regional maupun internasional;
f. meningkatkan profesionalitas pejabat fungsional penyuluh pertanian.
Dengan Visi dan Misi tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
STPP Bogor sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan, adalah untuk:
1. mewujudkan pengembangan program pendidikan di STPP Bogor;
2. mewujudkan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
3. mewujudkan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional;
4. mewujudkan kerjasama agribisnis dengan pelaku utama dan pelaku
usaha;
5. mewujudkan kerjasama dan jejaring kerja dengan pemangku
kepentingan baik nasional, regional maupun internasional;
6. melaksanakan diklat fungsional penyuluh pertanian bagi lulusan
STPP Bogor;
4.2 Struktur Organisasi
Organisasi dan tata kerja STPP Bogor berpedoman pada Keputusan Menteri
Pertanian RI No. 550/Kpts OT.210/9/2002 dan Keputusan Menteri Pertanian RI
No. 596/Kpts/OT.210/11/2001 tentang Statuta STPP Bogor. Struktur Organisasi
STPP Bogor terdiri dari: (1) Senat STPP Bogor, (2) Ketua, dibantu oleh 3
Pembantu Ketua (Bidang Akademik, Administrasi Umum, dan Kemahasiswaan),
(3) Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, dibantu oleh 3 Sub
Bagian (Pendidikan dan Kerjasama, Tenaga Kependidikan, Kemahasiswaan dan
Alumni), (4) Bagian Adminstrasi Umum, dibantu oleh 3 Sub Bagian
(Kepegawaian, Keuangan, dan Tata Usaha), (5) Jurusan, yaitu Jurusan Peyuluhan
Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan, (6) Unit Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, (7) Unit Pelaksana, yaitu Unit Asrama,
13
Perpustakaan, Komputer, Media Penyuluhan, Sarana Pendidikan, dan (8)
Kelompok Dosen.
Sesuai dengan Naskah Kerjasama antara Sekjen Departemen Pertanian dan
Sekjen Departemen Kelautan dan Perikanan No. 793/SM.620/A/11/05 dan No.
08/SJ/DKP/XI/2005, tanggal 14 November 2005, Jurusan Penyuluhan Perikanan
memisahkan diri dari STPP Bogor sejak tanggal 2 Januari 2006. Selain itu, mulai
tahun akademik 2006/2007, Jurusan Penyuluhan Kehutanan tidak menerima lagi
mahasiswa baru. Dengan demikian, mulai tahun akademik 2006/2007, STPP
Bogor hanya mengelola 2 jurusan yaitu Jurusan Penyuluhan Pertanian dan Jurusan
Penyuluhan Peternakan.
STPP Bogor memiliki pegawai yang berjumlah 201 orang, yang terdiri dari
159 orang PNS/CPNS dan 42 orang tenaga honorer. Dosen terbagi atas dosen
tetap (20 orang untuk Jurusan Penyuluhan Pertanian dan 14 orang untuk Jurusan
Penyuluhan Peternakan) dan dosen tidak tetap (21 orang) yang berasal dari IPB,
Departemen Agama, dan Departemen Pertanian.
4.3 Sarana dan Prasarana
Di kampus STPP terdapat banyak sarana dan prasarana yang menunjang
untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas proses belajar mengajar. Sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh STPP Bogor terdapat di dua lokasi, yaitu Kampus
Cibalagung (Kantor Pusat dan Jurusan Penyuluhan Pertanian) dan Kampus
Cinagara (Jurusan Penyuluhan Peternakan). Penelitian ini terfokus pada STPP
yang berlokasi di Cibalagung. Berikut daftar sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh kampus STPP Cibalagung yang ditunjukkan oleh Tabel 2.
Tabel 2 Daftar sarana dan prasarana STPP
No Sarana & Prasarana Keterangan
1 Asrama Terdiri atas 5 bangunan:
- Dewi Sri I : 18 kamar, kapasitas 70 orang
- Dewi Sri II : 18 kamar, kapasitas 70 orang
- Remaja I : 16 kamar, kapasitas 48 orang
- Remaja II : 18 kamar, kapasitas 52 orang
- Bugenvil : 14 kamar, kapasitas 56 orang
2 Wisma Teratai 7 kamar, kapasitas 30 orang
3 Guest House 3 unit
4 Kelas 8 ruang
5 Aula 8 ruang
6 Ruang Rapat 1 ruang
7 Ruang Seminar 2 ruang
8 Perpustakaan luas 250 m2, koleksi buku 3.388 judul buku
9 Green House 3 unit
10 Outlet Agribisnis luas 518 m2
11 Musholla luas 77 m2
12 Laboratorium 11 ruang
13 Instalasi Gudang Hasil & Alat Pertanian, Pusat Inkubator
Agribisnis, dan Lahan Praktek: Tanaman Sayuran,
Tanaman Hias, Tanaman Perkebunan, Tanaman
Palawija, Tanaman Buah-Buahan, dan Tanaman Pangan
14
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Inventarisasi dan Analisis
Inventarisasi adalah proses pengumpulan data mengenai kondisi lokasi
penelitian. Jenis data dalam penelitian ini terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek
biofisik dan sosial. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari survey lokasi dan wawancara dengan pihak
terkait, sementara data sekunder didapat dari dinas terkait dan studi literatur. Data
tersebut selanjutnya dianalisis dengan menentukan potensi dan permasalahan yang
terjadi pada tapak.
5.1.1 Letak Geografis, Luas dan Batas Kawasan
Secara geografis, STPP terletak pada posisi 1060 47‟14‟‟ BT dan 6
0 36‟ 20‟‟
LS. STPP memiliki fasilitas instalasi kebun paktek di lima titik lokasi yang
disajikan pada Gambar 4. Kebun praktek yang berbatasan langsung dengan
Kantor Pusat adalah kebun praktek tanaman pangan Pancasan dan kebun praktek
tanaman hias. Kedua kebun praktek ini memiliki intensitas penggunaan yang
tinggi sebagai pusat kegiatan praktikum mahasiswa, dengan alasan lokasi yang
dekat dengan kampus dan memiliki fasilitas berupa nursery. Karena frekuensi
praktikum mahasiswa cukup sering di tapak ini, maka kurang sesuai untuk
dijadikan tempat wisata karena akan mengganggu kegiatan akademik. Tiga kebun
praktek lainnya berjarak sekitar 300 meter dari gerbang utama Kantor Pusat STPP
dan cukup jarang digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa. Frekuensi
penggunaan tapak sebagai sarana praktikum tidak tetap, hanya sekitar 2-3 bulan
dalam setahun atau bahkan tidak ada kegiatan praktikum sama sekali. Hal ini
disebabkan karena lokasi yang cukup jauh dari kampus dan tidak adanya fasilitas
nursery. Oleh sebab itu, bagian kebun praktek inilah yang akan menjadi objek
perencanaan untuk kawasan wisata pendidikan pertanian.
Letak tapak yang akan direncanakan ini di sebelah utara berbatasan dengan
Jl. Pancasan Atas, sebelah barat dengan Sungai Cikaret, sebelah selatan dengan Jl.
Cikaret Hujau, dan sebelah timur dengan Jl. Cikaret. Lahan praktek di lokasi
penelitian yang akan direncanakan untuk wisata pendidikan pertanian terdiri atas
tiga bagian, yaitu:
1. Lahan tanaman pangan Kotabatu Lebak, dengan luas 2,15 hektar
2. Lahan tanaman buah Astana Gede dengan luas 3 hektar
3. Lahan tanaman perkebunan Kotabatu Luhur dengan luas 5,76 hektar
Lahan praktek tanaman pangan Kotabatu Lebak terdiri atas tujuh petak
lahan percobaan yang secara musiman dapat ditanami oleh tanaman pangan
(contoh: padi, jagung, dan ubi) dan tanaman sayuran (contoh: cabai) tergantung
kebutuhan praktikum mahasiswa. Luas lahan efektif yang dapat ditanami pada
ketujuh petak lahan tersebut sebesar 1,28 hektar. Selain lahan pertanian, area
perencanaan terdiri atas Posluhtan atau Pos Penyuluhan Pertanian (bangunan
pengelola dan kebun) seluas 0,19 hektar, serta area penggilingan dan kebun pisang
seluas 0,23 hektar. Lahan sebesar 0.45 hektar merupakan lahan yang tidak efektif.
15
Gambar 4 Peta lokasi keseluruhan STPP Kampus Cibalagung
16
Lahan tanaman buah Astana Gede terdiri atas lima petak lahan percobaan
yang masing-masing terdiri atas pohon buah dan tanaman sela yang bersifat
musiman. Kelima petak lahan tersebut berdekatan sehingga mudah untuk diakses.
Lahan tanaman buah juga berdekatan dengan bangunan TK dan SMP sehingga
pada siang hari suasana cukup ramai dengan pelajar dan pengantar di sekitar luar
tapak.
Lokasi berikutnya yaitu lahan tanaman perkebunan Kotabatu Luhur yang
terletak di sebelah selatan Astana Gede. Di sebelah barat, timur, dan selatan
berbatasan dengan pemukiman penduduk. Lahan seluas 5,76 hektar ini ditanami
dengan tanaman komoditas perkebunan yang terdapat pada kurikulum STPP serta
tanaman tambahan yang ditanam secara mandiri oleh Pelaksana Lapang.
Kampus dan kebun praktek STPP yang berlokasi di Ciomas, Bogor
memiliki beberapa keuntungan karena lokasinya sangat strategis. Banyak lembaga
penelitian yang berkaitan dengan pertanian yang letaknya cukup dekat dengan
STPP. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi civitas akademika yang ingin
melakukan penelitian atau berkonsultasi masalah pertanian. Di dekat area STPP
terdapat Balai Penelitian Tanah, Balai Penelitian Kehutanan, Balai Penelitian
Perikanan, dan Balai Penelitian Peternakan. Selain itu STPP juga dekat dengan
perguruan tinggi yang berhubungan dengan pertanian yaitu IPB.
Keuntungan lain yang dimiliki oleh STPP secara geografis adalah lokasinya
yang dekat dengan Gunung Salak. Kondisi tanah yang subur memungkinkan
berbagai jenis tanaman hortikultura terutama yang memerlukan suhu agak dingin
untuk dikembangkan.
5.1.2 Tanah dan Kemiringan
Tanah di kampus STPP Bogor berasal dari bahan induk yang bersumber dari
Gunung Salak. Berdasarkan peta Geologi Lembar Bogor, daerah penelitian
berasal dari fisiografi QVST (quater-volkanik-salak-tuf). Ini berarti bahan induk
tanah berasal dari bahan piroklastik yang bersumber dari Gunung Salak. Tanah
yang terbentuk adalah Andisol atau Andosol. Andisol adalah tanah yang
berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan, batuapung, sinder, lava, dan
sebagainya (Hardjowigeno, 2003).
Andisol memiliki potensi yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan secara
optimum jika pengelolaannya didasarkan pada pengetahuan sifat-sifatnya. Sifat
fisik yang khas dari Andisol yaitu daya mengikat air yang tinggi, sangat gembur
tetapi memiliki derajat ketahanan struktur yang tinggi sehingga mudah diolah dan
permeabilitasnya tinggi (Soil Survey Staff, 1999). Andisol merupakan tanah yang
cukup subur. Di Indonesia, andisol merupakan tanah utama yang digunakan untuk
perkebunan teh seperti di daerah Pangalengan (Jawa Barat), daerah sekitar Danau
Toba (Sumatera Utara) dan lain-lain. Kecuali itu andisol banyak digunakan untuk
tanaman hortikultura baik berupa tanaman-tanaman bunga, sayur-sayuran maupun
buah-buahan (Hardjowigeno, 2003).
Kebun praktek STPP Bogor sebagian besar memiliki dataran yang landai
(Gambar 5). Tanah pada kebun tanaman pangan dibuat teras-teras agar memiliki
permukaan tanah yang datar. Namun demikian, pada jalur sirkulasi terdapat
beberapa titik yang cukup curam bagi pejalan kaki sehingga perlu dilakukan cut
and fill untuk mengurangi elevasi.
17
Tanah Andosol memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Struktur tanah
gembur berpotensi untuk dikembangkan berbagai jenis tanaman hortikultura
dataran tinggi dan perkebunan. Untuk pengembangan tanaman hortikultura
khususnya sayuran, penambahan pupuk kandang sangat diperlukan disamping
pupuk kimia nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Agar pupuk kandang dapat
diproduksi secara kontinyu, maka kombinasi antara tanaman hortikultura dan
ternak akan sangat baik.
5.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi
Lokasi penelitian dapat dicapai sekitar tiga puluh menit dari pusat kota
dengan kendaraan mobil. Pengunjung dapat mengakses lokasi dengan mudah
menggunakan angkutan umum nomor 14 yang beroperasi dari arah Bubulak
menuju lokasi sekitar tiga puluh menit bila keadaan lalu lintas lancar. Angkutan
ini juga bergerak dari arah berlawanan yaitu dari arah Pulo Empang menuju lokasi
yang akan berakhir di terminal Bubulak. Gambar 6 menunjukkan aksesibilitas
menuju tapak dan di dalam tapak. Tapak dapat dicapai melalui tiga pintu masuk,
yaitu:
1. pintu yang menuju ke Asrama Mahasiswa STPP, diakses melalu Jalan
Pancasan Atas. Pintu ini dekat dengan Kebun Praktek Tanaman Buah;
2. pintu yang menghubungkan jalan Pancasan Atas dengan Jalan Sukamantri.
Pintu ini dekat dengan Kebun Praktek Tanaman Pangan;
3. pintu yang diakses melalui Jalan Cikaret. Pintu ini dekat dengan Kebun
Praktek Tanaman Buah.
Pada pintu I, papan penunjuk lokasi bertuliskan „Asrama Mahasiswa STPP
Bogor‟ karena bangunan asrama untuk mahasiswa STPP terletak dekat sekali
dengan pintu masuk. Setelah melalui bangunan asrama, akan ditemukan beberapa
rumah dinas dan blok lahan praktek tanaman buah Astana Gede. Pintu masuk ini
biasa dilalui oleh mahasiswa STPP, masyarakat sekitar, dan pengelola kebun
praktek. Jalan terbuat dari aspal selebar 2 m dengan bahu jalan berupa rumput.
Pada pintu II, tidak terdapat papan penunjuk lokasi. Pintu ini diakses oleh
penduduk sekitar kebun praktek dan pengelola kebun praktek STPP. Terdapat
portal pada jalan menuju tapak sehingga tidak dapat dilalui oleh kendaraan
bermotor. Jalan terbuat dari aspal selebar 0,7 m dengan kondisi baik.
Pintu III merupakan akses bagi siswa TK Ikawati dan SMP Bhakti Taruna II
menuju sekolah sehari-hari. Pintu ini juga tertutup oleh portal sehingga hanya
dapat diakses oleh pejalan kaki. Jalan berupa aspal rusak yang berbatu-batu
selebar 2 m.
Dari ketiga pintu tersebut, yang paling efektif untuk tujuan perencanaan
adalah pintu I, yaitu pintu menuju ke Asrama Mahasiswa STPP karena kondisi
aspal yang baik dan dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Kekurangan pada
pintu gerbang ini adalah belum adanya gerbang penanda bagi Kebun Praktek
STPP dan sirkulasi khusus untuk pejalan kaki. Jalan aspal perlu sedikit diperlebar
sehingga sirkulasi bagi pengunjung menjadi lebih nyaman. Kondisi pintu gerbang
menuju tapak ditunjukkan oleh Gambar 7.
18
Gambar 5 Peta topografi
Sumber: BAPPEDA (2008)
19
Gambar 6 Peta aksesibilitas dan sirkulasi
Sumber: Google Satellite (2013)
20
(a) (b) (c)
Gambar 7 Pintu masuk ke kebun praktek STPP Keterangan: (a) Pintu 1; (b) Pintu 2; (c) Pintu 3
Pintu I akan dijadikan akses utama perencanan dengan penambahan papan
penunjuk lokasi wisata pendidikan pertanian Kebun Praktek STPP pada gerbang
masuk. Sirkulasi yang telah ada tetap dipertahankan dengan penambahan jalur
pejalan kaki.
5.1.4 Vegetasi
Vegetasi yang ada di Kebun Praktek STPP dikelompokkan ke dalam
tanaman pangan, tanaman buah, dan tanaman perkebunan. Kelompok tanaman ini
terbagi di lahan yang terpisah namun masih berdekatan yaitu Kebun Kotabatu
Lebak untuk sawah dan tanaman pangan lainnya, Kebun Astana Gede untuk
tanaman buah, serta Kebun Kotabatu Luhur untuk tanaman perkebunan. Jenis
tanaman tersebut terdapat dalam kurikulum pendidikan STPP dan difungsikan
sebagai sarana praktikum mahasiswa STPP.
Kebun Praktek Kotabatu Lebak (Tanaman Pangan) Pada tahun 2013, area Kebun Praktek Kotabatu Lebak sedang digunakan
sebagai sarana program pelatihan SL (Sekolah Lapang) bagi masyarakat petani di
Bogor untuk peningkatan produksi pertanian. Oleh karena itu, seluruh area kebun
praktek ini ditanami dengan tanaman padi (Oryza sativa).
Kebun praktek di area ini biasa ditanami dengan tanaman pangan semusim,
seperti padi, jagung, kedelai, talas, dan ketela. Namun menurut hasil wawancara
dengan Pelaksana Lapang, fungsi sebagian lahan akan dialihkan menjadi lahan
tanaman sayuran sesuai dengan kebutuhan kurikulum mahasiswa. Dengan
demikian, arah perencanaan pada area ini juga mencakup pengembangan lahan
untuk sayuran dengan penambahan fasilitas green house.
Area kebun praktek ini juga mencakup kebun yang ditumbuhi tanaman
pisang (Musa sp.) secara liar. Permasalahan yang dihadapi oleh Pelaksana lapang
adalah sulitnya mengendalikan pertumbuhan tanaman pisang meskipun sudah
dilakukan upaya penebangan beberapa kali. Pada akhirnya kebun pisang ini
menjadi area yang tidak termanfaatkan yang hampir seluruh permukaan lahannya
ditumbuhi tanaman pisang dan rumput liar.
Jika area tersebut dilakukan pembersihan lahan dari tanaman pisang secara
lebih intensif maka area bekas kebun pisang tersebut dapat dialihfungsikan
sebagai tempat kegiatan praktek dalam wisata pendidikan pertanian. Area seluas
0,23 hektar ini cukup untuk dijadikan lapangan praktek budidaya tanaman sayur
dan didirikan bangunan green house.
21
Gambar 8 Peta vegetasi Kebun Praktek Tanaman Pangan Kotabatu Lebak
Sumber: Google Satellite (2013)
22
Kebun Praktek Astana Gede (Tanaman Buah)
Kebun Praktek Astana Gede ini terbagi atas lima blok tanaman buah
(Gambar 9). Blok I dan Blok II terletak secara terpisah yang dibatasi oleh pagar
kayu dengan kawat berduri (Blok I) dan pagar besi (Blok II) yang memiliki kunci.
Blok III, Blok IV, dan Blok V terletak berdampingan dalam satu lahan, dan
masing-masing blok dipisahkan oleh pematang selebar 1 m. Tiga blok tersebut
juga dikelilingi oleh pagar besi.
Tanaman buah pada masing-masing blok ditanam dengan pola grid. Dalam
satu blok terdapat beragam tanaman, dan tanaman dengan jenis yang sama
diletakkan berdekatan membentuk kelompok. Di antara grid tanaman utama,
terdapat tanaman sela yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Tanaman
sela ditanam atas inisiatif pelaksana di lapangan dengan seizin pihak jurusan.
Pada Blok I terdapat satu buah jenis tanaman buah yaitu rambutan rapiah
(Nephelium lappaceium L.) yang berjumlah 44 pohon. Di antara tanaman
rambutan terdapat tanaman sela berupa singkong.
Pada blok II, hanya separuh lahan yang berisi tegakan pohon, dan sisanya
berupa tanaman sela. Tanaman utama meliputi jambu air citra (Syzygium
samarangense), jambu biji merah (Psidium guajava), sawo manila (Achras zapota
var. depressa), rambutan rapiah (Nephelium lappaceium L.), mangga golek
(Mangifera indica L.), dan durian monthong (Durio zibenthinus Murr). Blok ini
memiliki tanaman sela berupa singkong, ubi jalar, dan talas.
Blok III, IV, dan V terletak pada satu lahan dan masing-masing blok
dibatasi oleh pematang. Tidak terdapat hal yang spesifik dari masing-masing blok
ini. Penamaan ketiga blok ini hanya untuk memudahkan pengelola dalam
membuat laporan secara berkala. Blok III berisi tanaman melinjo (Gnetum
gnemon), jeruk primong (Citrus sp.), rambutan rapiah (Nephelium lappaceium L.),
durian monthong (Durio zibenthinus Murr), serta tiga varietas mangga yaitu
mangga gedong gincu (Mangifera indica L.), mangga dermayu (Mangifera indica
L.), dan mangga manalagi (Mangifera indica L.). Blok IV terdiri atas nangka mini
(Artocarpus heterophylus), manggis (Garcinia mangostana), jambu jamaica
(Syzygium malascense), mangga arum manis (Mangifera indica L.), mangga
gedong gincu (Mangifera indica L.), mangga manalagi (Mangifera indica L.).
Blok V yang tidak terlalu besar hanya berisi satu jenis tanaman yaitu jambu biji
merah (Psidium guajava). Ketiga blok ini juga terdapat tanaman sela yang
letaknya terdapat di sela-sela tegakan pohon maupun dibuatkan bedengan khusus
di bagian lahan yang kosong. Tanaman sela di area ini antara lain singkong, jahe,
kunyit, jagung, kacang tanah, dan talas. Daftar lengkap untuk jenis tanaman buah
disajikan pada Tabel 3.
Pola penanaman pada kebun praktek tanaman buah yang berbentuk grid
dengan mengelompokkan tanaman yang sejenis sudah cukup baik. Tanaman sela
yang mengisi ruang kosong di antara pohon cukup menguntungkan secara
ekonomi namun kurang baik secara estetika dan juga mengganggu sirkulasi.
Dengan adanya perencanaan wisata ini, diharapkan pemasukannya dapat
memenuhi target untuk setoran tahunan sehingga tidak lagi mengandalkan
produksi tanaman sela. Agar tanaman utama dapat berproduksi secara optimal
sehingga menghasilkan buah dengan kualitas baik, diperlukan pemeliharaan yang
lebih intensif seperti pemberian pupuk 3 bulan sekali dan pembersihan gulma
secara berkala.
23
Sumber: Google Satellite (2013)
Gambar 9 Peta vegetasi Kebun Praktek Tanaman Buah Astana Gede
24
Kebun Praktek Kotabatu Luhur (Tanaman Perkebunan)
Vegetasi utama pada tanaman perkebunan yang dijadikan sebagai sarana
untuk praktikum mahasiswa antara lain kelapa sawit (Elaeis guineensis), kakao
(Theobroma cacao), kopi robusta (Coffea robusta), kopi leberika (Coffea
leberica), pala (Myristica fragrans), matoa (Pometia pinnata), dan karet (Hevea
brasiliensis) (Gambar 10). Tanaman lainnya seperti sengon, kelapa, kayu manis,
lamtoro, dan ketapang yang bukan sebagai tanaman inti ditanam sendiri oleh
pengelola di lapang untuk pengisi ruang saja agar lahan tidak kosong. Beberapa
tanaman tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung di sepanjang jalur sirkulasi.
Di kebun praktek perkebunan juga terdapat lahan yang dibuat bedengan untuk
tanaman teh, kunyit, jahe, dan sereh yang ditanam oleh pengelola. Di sana
terdapat pula lahan yang sengaja dikosongkan untuk persiapan penanaman bagi
mahasiswa yang akan peraktikum. Tanaman kapulaga (Elettaria cardamomum)
yang berupa semak berfungsi sebagai border pada jalur sirkulasi.
Diversitas tanaman yang berada di seluruh area lokasi penelitian sudah
cukup baik. Tanaman yang beragam sangat potensial untuk dijadikan objek
pembelajaran tentang pertanian secara luas. Namun, diperlukan adanya
pengaturan pengelompokan tanaman sehingga memudahkan dalam kegiatan
edukasi dan terlihat baik secara estetika. Untuk tanaman yang sudah tua dan tidak
produktif perlu mendapatkan perawatan dan peremajaan.
Tabel 3 Inventarisasi vegetasi Kebun Praktek STPP
Nama Tanaman Jumlah
(pohon) Lokasi
1. Kebun Praktek Kotabatu Lebak
Padi (Oryza sativa)
Pisang (Musa sp.)
2. Kebun Praktek Astana Gede
Rambutan rapiah (Nephelium lappaceium L.) 44 Blok I
Jambu air citra (Syzygium samarangense) 8 Blok II
Jambu biji merah (Psidium guajava) 8 Blok II
Sawo manila (Achras zapota var. depressa) 8 Blok II
Rambutan rapiah (Nephelium lappaceium L.) 8 Blok II
Mangga golek (Mangifera indica L.) 8 Blok II
Durian monthong (Durio zibenthinus Murr) 7 Blok II
Melinjo (Gnetum gnemon) 75 Blok III
Jeruk primong (Citrus sp.) 23 Blok III
Rambutan rapiah (Nephelium lappaceium L.) 40 Blok III
Durian monthong (Durio zibenthinus Murr) 16 Blok III
Mangga gedong gincu (Mangifera indica L.) 5 Blok III
Mangga dermayu (Mangifera indica L.) 5 Blok III
Mangga manalagi (Mangifera indica L.) 5 Blok III
Nangka mini (Artocarpus heterophylus) 12 Blok IV
25
Manggis (Garcinia mangostana) 17 Blok IV
Jambu jamaica (Syzygium malascense) 10 Blok IV
Mangga arum manis (Mangifera indica L.) 17 Blok IV
Mangga gedong gincu (Mangifera indica L.) 6 Blok IV
Mangga manalagi (Mangifera indica L.) 7 Blok IV
Jambu biji merah (Psidium guajava) 15 Blok V
3. Kebun Praktek Kotabatu Luhur
Kayu manis (Cinnamomum burmanii) 26
Sengon (Albizia chinensis) 945
Mahoni (Swietenia mahagoni) 52
Kelapa (Cocos nucifera) 118
Cengkeh (Syzygium aromaticum) 18
Karet (Hevea brasiliensis) 115
Sawit (Elaeis guineensis) 88
Melinjo (Gnetum gnemon) 29
Jati (Tectona grandis) 20
Ketapang (Terminalia cattapa) 6
Matoa (Pometia pinnata) 3
Pala (Myristica fragrans) 43
Mindi (Melia azedarach L.) 6
Kenari (Canarium commune L.) 3
Teh (Camelia sinensis) 140
Kakao (Theobroma cacao) 30
Vanili (Vanilla planifolia) 70
Lada (Piper nigrum L.) 70
Kopi robusta (Coffea robusta) 258
Kopi leberica (Coffea leberica) 40
Kopi kolombia (Coffea arabica) 35
Tebu (Saccharum officinale) 150
Petai (Parkia speciosa) 5
Afrika (Maesopsis Eminii) 1
Durian (Durio zibethinus) 6
Kapulaga (Elettaria cardamomum) 1 blok
Lamtoro (Leucaena leucocephala) 12
Manggis (Garcinia mangostana) 2
Rambutan (Nephelium lappaceium L.) 1
Kelengkeng (Dimocarpus longan) 2
26
Sumber: Google Satellite (2013)
Gambar 10 Peta vegetasi Kebun Praktek Tanaman Perkebunan Kotabatu Luhur
27
5.1.5 Iklim
Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG, 2012)
Bogor, kondisi iklim di daerah penelitian memiliki rata-rata suhu bulanan 26oC
dengan suhu terendah 21oC dan suhu tertinggi 30.4
oC serta kelembaban udara
70%. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (BPS Bogor, 2010) Jumlah
hari hujan Bogor setiap bulan berkisar antara 11-26 hari dengan jumlah hari hujan
dalam setahun 238 hari. Sementara itu jumlah curah hujan dalam setahun 3682.1 mm (Tabel 4). Dengan jumlah hari hujan dan curah hujan yang demikian tinggi
maka Bogor dinamakan Kota Hujan.
Tabel 4 Data curah hujan dan hari hujan setiap bulan di Kecamatan Ciomas tahun
2010
Bulan
Unsur Iklim
Curah hujan (mm) Hari hujan
(hari)
1 388,8 27
2 228,8 24
3 342,3 24
4 376,6 21
5 363,4 22
6 222,1 15
7 282,2 15
8 254,4 13
9 224,9 17
10 322,9 19
11 332,4 22
12 343,3 22
Rata-rata 306,8 20,1
Dengan menggunakan analisis perhitungan THI (Thermal Humidity Index),
akan didapatkan indeks tingkat kenyamanan manusia di kawasan Ciomas. Rumus
THI yaitu: THI = 0,8T + (RHxT)/500.
dimana T: Suhu udara,
RH: Kelembaban udara.
Dari tabel data iklim diperoleh rataan suhu udara sebesar 25,38oC dan rataan
kelembaban udara sebesar 84,83%, sehingga dengan menggunakan rumus THI
akan menghasilkan nilai 24,61. Nilai THI dinyatakan nyaman apabila THI < 27,
sedangkan dinyatakan tidak nyaman apabila nilai THI > 27. Dapat disimpulkan
bahwa kawasan Ciomas tergolong nyaman.
Menurut data dari BMKG Dramaga Bogor, kondisi iklim di daerah
penelitian memiliki rata-rata suhu bulanan 25,4oC dan kelembaban udara 84,8%
Tabel 5). Laurie (1990) menyatakan bahwa kenyamanan pada kondisi tropis
berada pada kisaran 27 - 28o C dengan kelembaban ideal bagi manusia antara 40 –
70%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi suhu di lokasi penelitian sedikit di
bawah kenyamanan dan kelembaban udara yang sedikit di atas kenyamanan ideal.
28
Hal ini terjadi karena lokasi penelitian berada pada kaki Gunung Salak yang
berada pada ketinggian sekitar 300 mdpl.
Tabel 5 Data temperatur, intensitas sinar matahari, dan kelembaban udara di
Kecamatan Ciomas Tahun 2010
Bulan
Unsur Iklim
Temp. rata-
rata (oC)
Temp.min
(oC)
Temp.
maks (oC)
Sinar
matahari (%)
Kelembaban
udara (%)
1 25,0 22,0 29,3 31 88
2 25,0 22,1 30,2 42 88
3 25,7 22,3 30,5 39 88
4 25,5 22,2 31,2 60 87
5 25,7 21,8 31,5 61 85
6 25,4 21,3 31,1 70 83
7 24,9 20,1 31,2 80 81
8 25,2 20,7 31,4 91 81
9 25,5 27,1 31,9 72 82
10 25,8 21,4 32,3 74 82
11 25,8 22,2 31,2 52 85
12 25,1 21,7 29,8 42 88
Rataan 25,4 22,1 30,9 59,5 84,8
Suhu daerah penelitian yang berada pada selang sejuk-panas juga
memungkinkan tanaman pangan dan perkebunan cocok untuk dikembangkan.
Mengingat curah hujan yang tergolong sangat tinggi, maka pengembangan jenis
tanaman diarahkan pada tanaman yang cocok dengan curah hujan tinggi seperti
sayuran, padi, tanaman perkebunan.
5.1.6 Aspek Visual dan Akustik
Kebun praktek STPP Bogor memiliki panorama yang bagus khususnya
pada areal perkebunan dan sawah. Bentangan lahan yang berselang-seling
berbagai jenis tanaman dan panorama sawah yang menghampar luas memberikan
karakter visual yang indah. Sejauh mata memandang terdapat panorama Gunung
Salak yang dapat menjadi daya tarik utama dari tapak ini (Gambar 11).
Pada area tanaman pangan Kotabatu Lebak, terdapat potensi good view
yang cukup banyak. Panorama yang indah dari hamparan padi sangat cocok untuk
wisata pendidikan pertanian. Panorama tanaman padi selalu berubah pada selang
waktu yang relatif pendek akan menjadi daya tarik wisatawan. Para pengunjung
juga bisa menyaksikan hamparan padi saat masih muda, padi muncul malai, mulai
menguning, dan panen. Para pengunjung bahkan dapat turut berpartisipasi dalam
kegiatan budidaya tanaman padi mulai mengolah tanah, menanam, memanen, dan
menggiling padi.
29
Gambar 11 Peta analisis visual
Sumber: Google Satellite (2013) dan dokumentasi pribadi
30
Pemandangan yang buruk (bad view) disebabkan oleh tempat pembuangan
sampah yang telah ada selama bertahun-tahun sehingga menciptakan kesan
kumuh. Bagian belakang bangunan yang berbatasan dengan dengan area tanaman
pangan menciptakan kesan keras dan masif. Untuk mengatasinya, diperlukan
vegetasi pembatas untuk menghalangi pandangan dari bad view.
Pada area kebun buah Astana Gede, pengunjung dapat menyaksikan
kelompok-kelompok tanaman yang berbaris rapi. Suara burung dan serangga
menciptakan kesan tenang dan alami. Namun, tanaman ilalang yang tinggi pada
beberapa titik menciptakan kesan tidak beraturan, sehingga diperlukan
pengelolaan yang lebih intensif. Tanaman sela juga tidak perlu dipertahankan
karena selain menghalangi sirkulasi, juga mengurangi esetika.
Suasana yang tenang di kebun praktek yang jauh dari kebisingan kota
dapat ditawarkan dan menjadi daya tarik warga kota untuk datang berwisata di
kebun praktek STPP Bogor. Dengan karakteristik visual yang hijau dan teduh
serta akustik yang menenangkan, akan tercipta pengalaman wisata yang menarik.
5.1.7 Hidrologi
Air untuk keperluan pengairan pada tapak bersumber dari curah hujan,
saluran irigasi, dan sungai Cikaret. Khusus untuk lahan buah, terdapat instalasi
jaringan pipa yang menghubungkan sungai Cikaret dengan tapak, yang tersebar di
20 titik pada lahan. Masing-masing titik memiliki ujung pipa setinggi 30 cm di
atas permukaan tanah dengan sebuah keran, yang dihubungkan dengan selang air
bila akan dilakukan penyiraman. Air sungai diambil menggunakan pompa air
yang seluruhnya berjumlah 2 unit. Gambar 12 menunjukkan sistem irigasi yang
diterapkan pada lahan buah.
(a) (b) (c)
Gambar 12 Sistem irigasi lahan buah Keterangan: (a) pompa untuk mengambil air dari sungai Cikaret; (b) ujung pipa irigasi; (c) Sungai
Cikaret
Lahan buah awalnya adalah sawah produktif yang memiliki sistem irigasi
yang baik sejak zaman Belanda. Namun, sejak banyaknya pembangunan untuk
pemukiman, saluran air menjadi terganggu dan mengakibatkan lahan sawah tidak
produktif. Lahan tersebut akhirnya dialihfungsikan menjadi lahan untuk tanaman
buah dengan irigasi buatan yang berfungsi dengan baik hingga sekarang.
Untuk kebutuhan wisata, perbaikan sistem hidrologi perlu dilakukan seiring
dengan penambahan fasilitas wisata. Pengunjung memerlukan akses air untuk
toilet, berwudhu, dan mencuci tangan.
31
5.1.8 Aspek Sosial
Kebun Praktek STPP pada dasarnya berfungsi sebagai area pendidikan dan
penelitian, sehingga untuk mengakses lokasi perlu perizinan kepada pihak
pengelola. Pada kebun tanaman buah awalnya mengalami kerugian karena hasil
produksinya dapat dengan bebas dicuri oleh pihak luar, namun saat ini sudah
seluruhnya diberi pagar pembatas setinggi manusia. Pada sore hari biasanya
tampak beberapa remaja duduk di luar pagar pembatas kebun buah untuk
bercengkrama dengan teman dan menikmati pemandangan. Lapangan rumput di
samping kebun buah dimanfaatkan warga sekitar dan siswa sekolah utuk bermain
sepak bola.
Menurut hasil wawancara dengan Pelaksana Lapang, umumnya profesi
masyarakat sekitar kebun praktek STPP adalah pedagang. Keberadaan masyarakat
tidak berpengaruh langsung terhadap kebun STPP karena baik staf pengelola
maupun tenaga langsungnya tidak berasal dari masyarakat sekitar.
Dengan direncanakannya tapak kebun praktek ini sebagai lokasi wisata,
partisipasi masyarakat secara aktif dibutuhkan. Hal ini dapat berdampak positif
sebagai pembuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Frekuensi kegiatan mahasiswa di kebun praktek STPP tergolong cukup
jarang karena kegiatan praktikum lebih terpusat di nursery yang letaknya dekat
sekali dengan gedung utama kampus STPP. Alasan jarangnya kegiatan mahasiswa
di kebun praktek adalah karena masalah lokasi. Dalam satu tahun, kegiatan
praktikum mahasiswa hanya pada tiga bulan tertentu atau bahkan tidak sama
sekali tergantung dari kurikulum yang sudah ditentukan. Materi yang dipelajari
mahasiswa di kebun praktek antara lain teknik menanam, teknik perbanyakan
seperti stek, cangkok, dan okulasi, serta teknik pemeliharaan seperti pemangkasan
dan pewiwilan. Pewiwilan adalah membuang tunas atau cabang air yang bukan
merupakan cabang utama agar nutrisi yang terserap dapat terpusat pada batang
utama, sehingga buah dapat tumbuh secara maksimal.
Dengan frekuensi penggunaan kebun praktek yang jarang oleh mahasiswa
STPP, maka kemungkinan saling terganggunya kegiatan praktikum mahasiswa
dengan kegiatan wisatawan akan minimal. Pengelolaan paket wisata harus
memperhatikan jadwal praktikum mahasiswa untuk mengatur penggunaan lokasi.
5.1.9 Fasilitas dan Utilitas
Fasilitas dan utilitas diperlukan untuk mendukung fungsi ruang sehingga
tercipta keamanan dan kenyamanan dalam melakukan suatu aktivitas. Kebun
Praktek STPP secara umum belum memiliki fasilitas yang memadai bagi aktivitas
wisata (Tabel 6). Namun demikian, fasilitas yang ada sudah cukup
mengakomodasi aktivitas praktikum mahasiswa maupun aktivitas pemeliharaan,
meskipun beberapa fasilitas belum termanfaatkan secara optimal atau bahkan
terabaikan. Untuk itu diperlukan upaya untuk mendukung kebutuhan wisatawan
baik dengan pembangunan fasilitas dan utilitas maupun pemberian nilai tambah
bagi fasilitas yang sudah ada sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.
Pada kebun praktek Astana Gede dan Kotabatu Lebak terdapat fasilitas
berupa gudang peralatan dan kantor pengelola. Hasil panen dari kebun praktek
Kotabatu Lebak diolah dan disimpan pada bangunan penggilingan padi yang
dapat pula dijadikan atraksi wisata (Gambar 13). Pengunjung dapat menyaksikan
bagaimana cara menggiling padi setelah dipanen serta mempelajari alat penggiling
32
padi. Utilitas pada lokasi ini antara instalasi penerangan jalan, papan penunjuk
arah, dan pagar pembatas. Pada kebun praktek Kotabatu Luhur terdapat paranet
yang masih berfungsi sebagai tempat pembibitan tanaman perkebunan meskipun
kondisinya tidak terlalu optimal (Gambar 14).
Gambar 13 Fasilitas penggilingan padi Kotabatu Lebak
Gambar 14 Fasilitas paranet di kebun praktek Kotabatu Luhur
Tabel 6 Analisis fasilitas Kebun Praktek STPP
Fasilitas Kondisi
Analisis Baik Cukup Buruk
Penanda lokasi pada
gerbang utama V
Kondisi fisik masih kokoh
namun cat sudah mengelupas
(tulisan sulit terbaca). Belum
ada penanda lokasi untuk
wisata sehingga perlu
ditambahkan keterangan untuk
menunjukkan lokasi wisata
pendidikan pertanian STPP.
Kantor pengelola
tanaman pangan V
Cukup terawat. Bangunan
dipertahankan serta
ditambahkan fungsinya sebagai
tempat memperoleh informasi
bagi pengunjung wisata.
Kantor pengelola
tanaman buah V
Bangunan berfungsi dengan
baik. Bangunan dipertahankan
serta ditambahkan fungsinya
sebagai tempat memperoleh
informasi bagi pengunjung
wisata.
33
Kantor pengelola
tanaman perkebunan V
Kondisi fisik bangunan buruk.
Perlu adanya perbaikan.
Gudang peralatan
tanaman pangan V Cukup terawat
Gudang peralatan
tanaman buah V Cukup terawat
Gudang peralatan
tanaman perkebunan V
Sudah tidak difungsikan karena
alasan keamanan. Sebaiknya
difungsikan kembali untuk
menyimpan alat dan bahan
praktikum dengan perbaikan
pada pintu gudang sehingga
hanya dapat diakses oleh
Pelaksana Lapang untuk
menjamin keamanan.
Kandang V Tempat memelihara kerbau,
berfungsi dengan baik.
Bangunan penggilingan
padi V
Bangunan berfungsi dengan
baik. Dapat ditambahkan
fungsinya sebagai tempat bagi
wisatawan belajar cara
menggiling padi.
Paranet V
Masih difungsikan namun
sedikit rusak. Perlu sedikit
perbaikan pada jaring/net.
Kolam ikan pada kebun
praktek tanaman
pangan
V
Sama sekali tidak
termanfaatkan dan kondisinya
terbengkalai. Dapat
dimanfaatkan kembali untuk
memelihara ikan sekaligus
sebagai atraksi wisata.
Instalasi penerangan jalan pada kebun praktek masih sangat sedikit dijumpai,
sehingga pada malam hari suasana tampak gelap. Diperlukan tambahan utilitas
penerangan jalan dengan memasang lampu-lampu jalan. Papan penunjuk jalan
sudah cukup tersedia, namun untuk keperluan wisata pendidikan pertanian masih
perlu dibenahi agar fungsinya sebagai sarana edukasi dapat tercipta. Perlu adanya
papan informasi yang menarik dan informatif mencakup nama-nama tanaman,
kegunaan tanaman, kapan waktu berbuah, dan lain-lain.
Pada tapak belum tersedia lahan khusus untuk parkir kendaraan.
Pengunjung dan staf biasanya memarkir kendaraannya yang umumnya sepeda
motor pada halaman rumput di depan kantor pengelola. Sebagai kawasan wisata,
kebutuhan ruang untuk memarkir kendaraan merupakan hal yang mendasar.
Penambahan ruang untuk lahan parkir dapat dilakukan dengan mengalihfungsikan
sebagian lapangan rumput yang pada awalnya merupakan tempat bermain bola
menjadi welcome area dan ruang pelayanan termasuk lahan parkir. Sebagian
lapangan tetap dapat berfungsi sebagai area untuk bermain bagi pengujung.
Fasilitas tambahan yang perlu dibuat untuk keperluan wisata pendidikan pertanian
antara lain shelter untuk beristirahat, pusat informasi, kantin, toilet umum, dan
pusat souvenir.
34
5.1.10 Aspek Wisata
Kebun Praktek STPP merupakan kawasan yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai tempat wisata pertanian dengan atraksi utama berupa
vegetasi yang dijadikan komoditas pertanian secara luas yaitu vegetasi pangan,
sayur, buah, dan perkebunan. Vegetasi pada tapak saat ini fungsinya belum
dikembangkan sebagai sarana wisata. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan
dari keberagaman vegetasi pada kebun praktek ini antara lain mengamati dan
mengidentifikasi tanaman, budidaya tanaman, panen, serta mencicipi hasil
komoditas pertanian.
Salah satu elemen dalam wisata adalah atraksi wisata. Menurut Gunn (1995),
atraksi memiliki dua fungsi utama dalam wisata. Fungsi yang pertama adalah
menarik minat seseorang untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. Fungsi
kedua yaitu atraksi berfungsi memberikan kepuasan pada pengunjung. Daerah
tujuan wisata, menurut Yoeti (1997) dalam Halida (2006) harus memiliki objek
atau atraksi yang dapat dijual kepada wisatawan. Daerah tujuan wisata harus
memiliki: (1) Something to see sebagai sesuatu yang dapat dilihat, (2) Something
to do sebagai sesuatu yang dapat dilakukan, serta memiliki (3) Something to buy
sebagai sesuatu yang dapat dibeli.
Kebun Praktek STPP memiliki atraksi wisata yang beragam, mulai dari
kegiatan budidaya (cara perbanyakan tanaman dan pemeliharaan), pasca-panen
(memetik buah dan menggiling padi), interpretasi (pengamatan ke lapang disertai
pemandu), serta rekreatif (mencicipi hasil komoditi, memandikan kerbau, dan
berjalan-jalan). Tabel 6 menjabarkan objek dan atraksi wisata yang dapat
ditawarkan kepada wisatawan Kebun Praktek STPP. Dengan beragamnya atraksi
wisata yang ditawarkan, sebaiknya dikelompokkan ke dalam beberapa paket
wisata sehingga pengunjung memiliki pilihan kegiatan sesuai minat, tujuan, dan
usianya.
Analisis dan sintesis tapak juga dituangkan dalam bentuk spasial. Peta hasil
analisis dan sintesis ditunjukkan oleh Gambar 19.
Tabel 7 Daftar objek dan atraksi wisata
Lokasi Objek wisata Atraksi wisata
Kebun Praktek Tanaman
Pangan
Sawah Penggilingan padi, kegiatan
menanam padi, kegiatan
membajak sawah, kegiatan
memandikan kerbau,
pemandangan Gunung Salak
Kebun Praktek Tanaman
Buah
Koleksi tanaman buah Kegiatan mencicipi buah,
kegiatan budidaya tanaman
buah
Kebun Praktek Tanaman
Perkebunan
Koleksi tanaman
perkebunan, koleksi
tanaman obat
Kegiatan budidaya tanaman
perkebunan dan tanaman obat,
pemandangan Gunung Salak
35
5.2 Sintesis
Berdasarkan hasil analisis data yang diuraikan dalam tahap sebelumnya,
diperoleh potensi dan permasalahan dari masing-masing aspek data tersebut.
Tahap selanjutnya berupa tahap sintesis yaitu dilakukan perumusan solusi
terhadap potensi dan permasalahan pada tapak yang diwujudkan dalam suatu
model block plan.
5.2.1 Program Ruang
Menurut hasil dari analisis data, dapat dirumuskan pembagian ruang di
kawasan kebun praktek STPP. Program pembagian ruang didasarkan pada tujuan
awal perencanaan, potensi sumberdaya pada tapak, kendala yang dijumpai, serta
fungsi yang diharapkan ada pada tapak untuk pengembangannya sebagai kawasan
wisata yang tentu saja tetap mempertimbangkan kondisi ekologis tapak. Program
ruang yang akan direncanakan terdiri dari ruang utama dan ruang penunjang.
Masing-masing dari ruang tersebut akan terbagi lagi menjadi sub-sub ruang
yang fungsi-fungsinya saling mendukung. Ruang utama terdiri atas ruang wisata
tanaman pangan, ruang wisata tanaman buah, ruang wisata tanaman perkebunan,
dan ruang rekreasi umum yang semuanya saling terkait. Ruang pendukung
memiliki sub ruang antara lain ruang penerimaan dan ruang pelayanan. Hasil dari
program ruang ditunjukkan oleh rencana blok atau block plan (Gambar 15).
5.2.2 Hubungan Antar Ruang
Hubungan antar ruang menunjukkan hubungan tingkat interaksi antara
masing-masing ruang yang terbagi menjadi tiga jenis, hubungan erat, hubungan
kurang erat, dan hubungan tidak erat. Berikut adalah diagram keterkaitan antara
ruang yang masing-masing diwakili oleh simbol untuk setiap jenis hubungan yang
telah disebutkan. Dalam diagram ditunjukkan hubungan antara sub ruang dari
ruang utama dan ruang pendukung (Gambar 16).
Ruang yang memiliki paling banyak hubungan erat adalah ruang
pelayanan, karena ruang tersebut berfungsi sebagai fasilitator langsung ke titik-
titik di ruang wisata.
36
Gambar 15 Block plan
37
: Hubungan Erat
: Hubungan Kurang Erat
: Hubungan Tidak Erat
Hubungan tidak erat menunjukkan tidak adanya interaksi antara ruang-ruang
dan tidak saling mendukung. Ruang penerimaan hanya berhubungan erat dengan
ruang pelayanan karena hanya ruang pelayanan yang menunjang langsung
kegiatan di ruang penerimaan. Di bawah ini adalah tabel hasil analisis dan sintesis
tapak (Tabel 8).
Tabel 8 Tabel analisis potensi dan kendala serta sintesis
Aspek Lanskap Analisis
Sintesis Potensi Kendala
1. Letak
Geografis,
Luas, dan
Aksesibilitas
Lokasinya dekat
dengan gunung
Salak. Kondisi tanah
yang subur
memungkinkan
berbagai jenis
tanaman hortikultura
dapat dikembangkan.
Letaknya strategis
karena dekat dengan
berbagai lembaga
penelitian di Bogor.
Akses wisatawan dari
luar kota ke lokasi
cukup mudah
dijangkau.
Belum adanya
penciri yang jelas
yang menandakan
lokasi wisata.
Kondisi beberapa
objek wisata
saling terpisah.
Menyediakan
gerbang masuk
sebagai penanda
lokasi.
Direncanakan
untuk membuat
sirkulasi
penghubung
antara masing-
masing objek yang
belum terhubung.
Pintu masuk yang
dapat diakses
untuk kendaraan
bermotor
dijadikan sebagai
pintu gerbang
utama.
Gambar 16 Hubungan antar ruang
38
Memiliki 3 pintu
untuk mengakses
lokasi, satu di
antaranya dapat
dilalui kendaraan
bermotor, sedangkan
sisanya hanya untuk
pejalan kaki.
2. Tanah dan
Kemiringan Tanah Andosol
memiliki tingkat
kesuburan yang
tinggi. Struktur tanah
gembur berpotensi
untuk dikembangkan
berbagai jenis
tanaman hortikultura
dataran tinggi dan
perkebunan.
Kondisi tapak yang
landai cocok untuk
kegiatan wisata.
Terdapat
kemiringan yang
curam pada jalur
sirkulasi sehingga
membahayakan
pengguna
terutama saat
hujan.
Dimanfaatkan
untuk penanaman
tanaman
hortikultura yang
cocok dengan
tanah andosol.
Perlu adanya
pelandaian pada
jalur sirkulasi
untuk mengurangi
kecuraman.
3. Sirkulasi Kondisi jalur
kendaraan bermotor
pada tapak sudah
cukup memadai.
Kondisi sirkulasi
di dalam tapak
kurang baik
karena belum ada
pembagian yang
jelas bagi
kendaraan
bermotor dan
pejalan kaki.
Sirkulasi pejalan
kaki untuk
kegiatan wisata
belum terencana.
Direncanakan
pembagian
sirkulasi primer,
sekunder, dan
tersier sesuai
kebutuhan
pengguna.
Direncanakan
penanaman
vegetasi pengarah
untuk penciri
sirkulasi.
Perlu dibuat jalur
pejalan kaki untuk
kegiatan
interpretasi.
Jalur sirkulasi bagi
pengunjung dan
mahasiswa
disatukan karena
tidak saling
mengganggu.
4. Vegetasi Vegetasi pada tapak
yang beraneka ragam
dapat menjadi objek
pendidikan pertanian.
Terdapat banyak
tanaman pisang
yang tumbuh liar
sehingga
mengurangi area
pemanfaatan
kebun praktek.
Pembersihan lahan
dari tanaman
pisang untuk
direncanakan
sebagai area
praktek budidaya
bagi wisatawan.
39
Tanaman sela di
antara blok
tanaman kurang
baik secara
estetika.
Tanaman sela
ditiadakan agar
tidak mengurangi
estetika dari
tanaman utama.
5. Iklim Jumlah hari hujan
dalam setahun adalah
238 hari sehingga
dapat dikatakan
cukup tinggi.
Kebutuhan pengairan
tanaman dapat
terpenuhi.
Intensitas penyinaran
matahari pada tapak
rata-rata adalah
59,5%. Sepanjang
tahun cukup tersedia
sinar matahari untuk
permbuhan tanaman.
Memiliki rata-
rata suhu bulanan
26oC. Menurut
Laurie (1990)
kenyamanan pada
kondisi tropis
berada pada
kisaran 27 - 28o
C, maka suhu
rata-rata di lokasi
berada sedikit di
bawah
kenyamanan.
Memilki rata-rata
kelembaban
udara 84,8%.
Menurut Laurie
(1990)
kelembaban ideal
bagi manusia
berkisar 40-70%,
maka kelembaban
di lokasi sedikit d
atas kenyamanan.
Penyinaran
matahari pada
siang hari cukup
terik sehingga
dapat
mengakibatkan
ketidaknyamanan
pengunjung di
luar ruangan.
Direncanakan
penanaman
vegetasi yang
berfungsi untuk
keseimbangan
suhu dan
kelembaban udara.
Instalasi peneduh
bagi wisatawan
berupa shelter dan
saung untuk
menghindari
wisatawan terkena
hujan dan paparan
sinar matahari.
6. Akustik dan
Visual Kebisingan
kendaraan tidak
ditemui pada tapak
karena lokasinya
yang jauh dari jalan
raya dan kondisi lalu
lintas yang tidak
padat.
Hijaunya tumbuh-
tumbuhan dan
hamparan sawah
menjadi daya tarik
wisatawan.
Lahan yang
kurang terawat
menyebabkan
tumbuhnya
tanaman liar yang
mengurangi
estetika tapak.
Lokasi yang
dekat pemukiman
menyebabkan
adanya bad view
dari beton bagian
belakang
bangunan.
Direncanakan
penanaman
tanaman screen
yang berfungsi
untuk menghalagi
pemandangan
yang buruk dari
bangunan
pemukiman dan
lahan pembuangan
sampah.
40
5.2.3 Karakteristik Ruang
Ruang Utama
Ruang Utama merupakan pusat kegiatan wisata dan pendidikan yang
memiliki intensitas penggunaan yang tinggi. Ruang utama dibagi lagi menjadi sub
ruang untuk budidaya antara lain ruang wisata tanaman pangan dan sayuran,
ruang wisata tanaman buah, ruang wisata tanaman perkebunan, dan ruang untuk
rekreasi umum. Ruang untuk budidaya berisi kegiatan untuk rekreasi yang
Terdapat lahan
pembuangan
sampah di
sebelah utara
kebun praktek
tanaman pangan.
Direncanakan
penanaman
tanaman display di
beberapa titik
sebagai pusat
perhatian.
Perlu
pemeliharaan yang
lebih intensif
berupa
pemberantasan
tanaman liar.
7. Fasilitas dan
Utilitas Memiliki tempat
penggilingan padi,
gudang peralatan, dan
kantor pengelola.
Memiliki paranet
untuk pembibitan
tanaman perkebunan
Belum ada sama
sekali fasilitas
pendukung untuk
wisatawan.
Fasilitas utuk
praktikum
mahasiswa masih
minim.
Direncanakan
instalasi fasilitas
dan utilitas
pendukung bagi
wisatawan seperti
papan petunjuk,
ruang MCK,
kantin, pusat
informasi,dsb.
Direncanakan
pengadaan
fasilitas nursery
dan plot lahan siap
tanam untuk
keperluan
praktikum.
8. Aspek wisata Memiliki cukup lahan
untuk kegiatan
interpretasi.
Memiliki atraksi
wisata seperti
mencicipi hasil
komoditas langsung
dari kebunnya,
memandikan kerbau,
demonstrasi
menggiling padi, dan
praktek cara budidaya
tanaman pertanian.
Meningkatkan
fungsi lahan yang
belum
termanfaatkan
untuk menambah
nilai objek wisata.
Membuat paket
wisata yang
bermacam-macam
untuk memberi
pilihan kepada
pengunjung sesuai
minatnya.
41
berhubungan dengan pendidikan pertanian, sedangkan ruang untuk rekreasi umum
untuk kegiatan non pendidikan, misalnya piknik dan sightseeing.
Ruang Penunjang Ruang penunjang adalah ruang yang menunjang aktivitas pada ruang
utama, memberikan pelayanan baik kepada pengunjung wisata maupun
mahasiswa yang sedang praktek. Ruang penunjang memiliki sub ruang
penerimaan dan ruang pelayanan. Pada kawasan ini intensitas penggunaannya
tidak setinggi pada ruang utama.
5.3 Konsep Perencanaan
5.3.1 Konsep Dasar
Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan tapak sebagai sarana
wisata agro yang edukatif dengan menawarkan berbagai atraksi yang berkaitan
erat dengan pertanian kepada masyarakat serta mengoptimalkan kebun praktek
STPP sebagai sarana belajar mahasiswa STPP.
Pengembangan kawasan ini sebagai tempat wisata harus dapat memenuhi
kebutuhan pengguna dengan pengadaan unit fasilitas untuk menunjang aktivitas
selama berwisata. Namun demikian, perencanaan ini harus tetap memperhatikan
kondisi ekologisnya agar terjaga keseimbangannya.
5.3.2 Konsep Pengembangan
Pengembangan fungsi dari STPP sebagai kawasan wisata pendidikan
pertanian harus mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan dari
pengunjung, masyarakat, maupun kelestarian lanskap itu sendiri. Oleh karena itu,
dalam perencanaan tapaknya akan dikembangkan beberapa fungsi, yaitu:
Dari konsep dasar yang telah dirumuskan, akan dilakukan pengembangan
yang terbagi menjadi beberapa fungsi yaitu fungsi budidaya, fungsi pendidikan,
fungsi wisata, fungsi konservasi, dan fungsi ekonomi.
Fungsi Budidaya, fungsi kebun praktek sebagai area produksi baik dari
tanaman perkebunan, tanaman pangan, maupun tanaman buah, yang akan
dikembangkan sebagai objek atraksi untuk wisata pertanian.
Fungsi Pendidikan, fungsi kebun praktek sebagai tempat kegiatan belajar
mengajar bagi mahasiswa STPP serta pengenalan hal-hal yang berkaitan dengan
pertanian kepada pengunjung baik secara teori maupun kegiatan turun langsung
melakukan proses budidaya pertanian.
Fungsi Wisata, merupakan fungsi pemenuhan kebutuhan wisata bagi
pengunjung yang diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas wisata baik secara aktif
maupun pasif, yang bertujuan untuk menciptakan perasaan senang bagi
pengunjung. Fungsi ini harus ditunjang dengan pelayanan yang baik dan fasilitas
penunjang yang memadai.
Fungsi Konservasi, berkaitan dengan keseimbangan ekologis bagi
kawasan di sekitar lokasi penelitian.
Fungsi Ekonomi, berkaitan dengan sumber pemasukan bagi kampus STPP
demi kelangsungan kegiatan belajar mengajar dan demi keberlanjutan kebun
praktek.
42
5.3.3 Konsep Ruang
Ruang merupakan wadah untuk melakukan aktivitas. Konsep ruang
merupakan pembagian kawasan menjadi ruang-ruang fungsional. Pembagian
ruang terdiri dari ruang penerimaan, ruang pelayanan, dan ruang utama wisata
yang memliki sub ruang antara lain ruang wisata tanaman buah, ruang wisata
tanaman pangan dan sayur, ruang wisata perkebunan, dan ruang wisata umum
(Gambar 17).
Ruang penerimaan adalah ruang yang berfungsi sebagai ruang penyambutan
wisatawan dari luar tapak menuju area wisata. Ruang ini adalah bagian pertama
yang dikunjungi wisatawan sehingga harus dapat dikenali dengan mudah dengan
papan penunjuk lokasi serta display yang khas. Selanjutnya, pengunjung akan
memasuki ruang pelayanan. Ruang pelayanan berfungsi sebagai ruang persiapan
sebelum melakukan wisata dan sebagai ruang untuk menunjang kegiatan wisata.
Ruang pelayanan terdapat tepat setelah ruang penerimaan, dan juga tersebar di
sekitar sub-sub ruang wisata untuk menunjang langsung kegiatan wisata yang
sedang berlangsung.
Gambar 17 Diagram konsep ruang
Ruang wisata adalah ruang utama untuk melakukan aktivitas wisata baik
wisata pendidikan maupun wisata umum. Ruang wisata untuk pendidikan dibagi
berdasarkan komoditinya yaitu ruang wisata tanaman buah, ruang wisata tanaman
pangan dan sayur, dan ruang wisata tanaman perkebunan. Pada ruang ini,
pengunjung dapat melihat langsung masing-masing komoditi, memperoleh
informasi, serta ikut terlibat dalam kegiatan budidaya. Pada ruang wisata umum,
kegiatan yang dilakukan pengunjung tidak terkait langsung dengan aktivitas
pertanian namun masih dapat merasakan suasana pertanian yang alami dan asri.
5.3.4 Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Pengembangan jenis aktivitas di dalam kawasan dikaitkan dengan tujuan
perencanaan, yaitu sebagai tempat wisata pendidikan pertanian serta sebagai
sarana edukasi yang efektif bagi mahasiswa STPP. Jenis aktivitas tersebut
kemudian dipisahkan berdasarkan partisipasi pengunjung dalam kegiatan edukatif.
Dengan demikian, jenis aktivitas wisata yang dikembangkan dibagi menjadi
aktivitas pendidikan dan aktivitas non-pendidikan.
43
A. Aktivitas Pendidikan
Yaitu aktivitas pengunjung yang berkaitan langsung dengan pendidikan
khususnya pendidikan pertanian, seperti terlibat langsung dalam kegiatan dan
proses budidaya pertanian, interpretasi komoditi dengan bantuan pemandu
ataupun membaca papan interpretasi, serta mengikuti aktivitas permainan edukatif.
B. Aktivitas Non-Pedidikan
Yaitu aktivitas yang berinti pada kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif
dan tidak berkaitan langsung dengan aktivitas pedidikan, seperti piknik, berjalan-
jalan, dan menikmati suasana alam.
Konsep fasilitas yang dikembangkan adalah konsep fasilitas yang
disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas pengunjung. Fasilitas harus dapat
mengakomodasi setiap aktivitas baik aktivitas pendidikan maupun non-
pendidikan. Bentukan fasilitas disesuaikan dengan karakter alami dan bernilai
estetis.
Fasilitas penunjang untuk aktivitas pendidikan pertanian meliputi gudang
peralatan, green house, papan interpretasi, saung tempat permainan edukatif, dan
jalan setapak. Fasilitas penunjang untuk aktivitas non-pendidikan meliputi jalan
setapak, papan informasi, papan penunjuk arah, bangku, lampu jalan, shelter, dan
tempat sampah. Fasilitas wisata disebar pada seluruh ruang wisata, sehingga
pengunjung dapat menyebar dalam tapak, baik individu maupun kelompok.
Fasilitas penunjang lain meliputi: pintu masuk pos jaga, loket penjualan
karcis, tempat parkir, mushola, tempat makan, dan gedung pusat informasi. Di
samping itu, fasilitas penunjang pengelolaan berada pada daerah akses utama yang
digunakan untuk pengolahan produksi kebun dan pengelolaan pengunjung.
Berikut tabel konsep aktivitas dan fasilitas yang ditunjukkan oleh Tabel 9.
Tabel 9 Konsep aktivitas dan fasilitas
Ruang Aktivitas Fasilitas
Ruang Penerimaan Keluar dan masuk lokasi,
memperoleh informasi awal,
memarkir kendaraan.
Gerbang, papan
penanda, pos jaga, loket
karcis, lapangan parkir.
Ruang Wisata Penyambutan, membaca
informasi seputar tanaman,
melihat langsung proses
budidaya pertanian,
mempraktekkan teknik
budidaya pertanian, melihat-
lihat pemandangan, melakukan
permainan edukatif,
memandikan kerbau, berjalan-
jalan, mencicipi hasil
pengolahan budidaya, berfoto.
Jalan setapak, papan
interpretasi, papan
informasi tanaman,
saung, shelter, lahan
praktek, green house,
peralatan praktek
budidaya pertanian.
Ruang Pelayanan Memperoleh informasi wisata,
memilih paket wisata,
makan, minum, beristirahat,
beribadah, membeli souvenir.
Kantor pusat informasi,
kandang, gudang
peralatan, jalan setapak,
kantin, saung, pusat
suvenir, toilet, mushola.
44
5.3.5 Konsep Sirkulasi
Menurut Laurie (1990), kelangsungan arah tiap sirkulasi merupakan suatu
persoalan fungsi dan ekonomi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu
jalur sirkulasi harus dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi
sehingga menguntungkan bagi penggunanya.
Konsep sirkulasi pada kawasan wisata kebun percobaan STPP ini
direncanakan dengan memanfaatkan jalur yang sudah ada dengan penambahan
jalan setapak sebagai jalur interpretasi. Ada tiga jenis sirkulasi yang direncanakan
(Gambar 18):
Sirkulasi primer, yaitu sirkulasi yang menghubungkan wisatawan dari luar
tapak menuju gerbang masuk area wisata. Kendaraan roda empat dan roda dua
dapat melewati jalur ini. Disediakan pula jalur pedestrian untuk pejalan kaki.
Sirkulasi sekunder, yaitu sirkulasi yang menghubungkan sub-sub ruang
wisata, berfungsi sebagai jalur transisi sebelum wisatawan menikmati atraksi
wisata selanjutnya. Jalur ini tidak dapat dilewati oleh kendaraan roda empat,
diutamakan hanya dilewati oleh pejalan kaki.
Sirkulasi tersier, yaitu sirkulasi yang berupa jalan setapak di dalam sub
ruang wisata, berfungsi sebagai jalur interpretasi. Sirkulasi ini hanya
diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Gambar 18 Konsep sirkulasi
5.3.6 Konsep Tata Hijau
Vegetasi yang digunakan dalam perencanaan kebun percobaan STPP
memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang dicapai. Jenis
vegetasi yang direncanakan didasarkan atas fungsinya yaitu sebagai fungsi
produksi, fungsi estetis, fungsi pengarah, dan fungsi pembatas.
Vegetasi produksi berfungsi sebagai pembentuk ruang terbuka hijau dan
sebagai komoditi produksi utama yang memiliki nilai jual. Jenis vegetasi yang
digunakan sebagai vegetasi produksi adalah tanaman pangan, tanaman sayur,
tanaman perkebunan, dan tanaman buah.
Vegetasi estetis berfungsi sebagai vegetasi yang dapat menunjang dan
menciptakan suasana nyaman serta sebagai pelembut suasana yang secara umum
45
dapat menambah keindahan kawasan. Konsep ini dapat diterapkan di area
penerimaan dan di sekitar area wisata umum.
Vegetasi pengarah berfungsi untuk mengarahkan sirkulasi pejalan kaki,
kendaraan dan angin. Vegetasi pengarah akan dikembangkan sepanjang jalur
sirkulasi pengunjung.
Vegetasi pembatas berfungsi sebagai pembatas ruang (barrier) dan
pembatas pandangan (screening control). Pada tapak, vegetasi ini akan
dikembangkan sebagai penyangga dan ditempatkan di sekeliling tapak, di sekitar
tapak yang berbatasan dengan pemukiman, dan daerah parkir. Sebagai pembatas
ruang, vegetasi ini juga digunakan untuk menutupi pemandangan yang kurang
baik dan menciptakan suatu privasi. Jenis vegetasi yang digunakan untuk
pembatas adalah tanaman pagar yang dikombinasikan antara pohon, perdu dan
semak yang memiliki ketinggian tertentu dan nilai keindahan.
5.4 Perencanaan Lanskap
Dari hasil block plan yang telah diperoleh kemudian dilakukan rencana
ruang, pengembangan terhadap aktivitas dan fasilitas serta pembentukan jalur
sirkulasi, hingga menghasilkan suatu rencana lanskap, guna meningkatkan
kualitas tapak dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung (Gambar 20).
Gambar 21 menunjukkan tampak potongan dari ruang penerimaan (AA‟) dan
ruang wisata tanaman perkebunan (BB‟).
5.4.1 Rencana Ruang
Rencana zonasi ruang pada tapak bertujuan untuk mengakomodasi
kebutuhan wisatawan maupun mahasiswa STPP. Rencana ruang terbagi atas tiga
ruang tujuan wisata, yaitu ruang utama wisata, ruang penerimaan, dan ruang
pelayanan.
A. Ruang Utama Wisata
Merupakan ruang tempat berlangsungnya atraksi wisata utama. Diversifikasi
komoditi pertanian di dalam kawasan diterjemahkan ke dalam ruang-ruang atraksi
wisata, sehingga kawasan wisata ini terbagi atas sub ruang wisata tanaman buah,
sub ruang wisata tanaman perkebunan, dan sub ruang wisata tanaman pangan dan
sayur.
Ruang Wisata Tanaman Buah
Sub ruang wisata tanaman buah merupakan ruang koleksi komoditi buah-
buahan dan juga sarana berlatih teknik budidaya tanaman buah. Tanaman buah
dikelompokkan berdasarkan jenisnya dengan pola grid, dengan terdapat jalur
interpretasi di antara kelompok tanaman sehingga pengunjung dapat berkeliling
sambil melihat papan informasi pada masing-masing jenis tanaman.
Sub ruang ini dibagi lagi menurut fungsinya menjadi sub ruang penerimaan,
sub ruang budidaya, dan sub ruang pelatihan. Sub ruang pelayanan berfungsi
memberikan informasi dan arahan kepada pengunjung sebelum memulai aktivitas
wisata di area tanaman buah. Pengunjung diberi informasi mengenai rute
perjalanan dan aktivitas yang dilakukan pada titik-titik atraksi karena ruang wisata
tanaman buah terbagi menjadi tiga titik atraksi yang terhubung oleh jalur sirkulasi
46
tersier. Sub ruang budidaya adalah ruang tempat tanaman buah dibudidayakan dan
dapat diamati oleh pengunjung pada jalur tertentu. Sub ruang pelatihan adalah
ruang tempat pengunjung berperan aktif dalam proses budidaya dengan arahan
pemandu.
Ruang Wisata Tanaman Perkebunan
Pada sub ruang ini pengunjung diperkenalkan pada komoditas tanaman
perkebunan, seperti kakao, kopi, pala, kelapa sawit, dan matoa. Tanaman
perkebunan dikelompokkan menurut jenisnya dalam blok tanaman yang dibatasi
oleh jalur tersier. Tiap blok dilengkapi dengan papan interpretasi yang
menjelaskan asal usul tanaman, cara budidaya, serta manfaatnya. Ruang wisata
tanaman perkebunan dibagi menjadi sub ruang pelayanan, sub ruang budidaya,
sub ruang permainan edukatif, dan sub ruang tanaman obat keluarga. Sub ruang
permainan edukatif ditujukan khusus untuk anak-anak untuk merangsang minat
pertanian dan memberi pengetahuan dasar tentang jenis tanaman dengan cara
yang menyenangkan. Sub ruang tanaman obat keluarga tidak berhubungan
langsung dengan tanaman perkebunan, namun pengelola perkebunan telah
membudidayakan beberapa tanaman obat seperti jahe, kunyit, sereh, dan lain-lain
pada area ini. Tanaman obat cukup bermanfaat untuk diperkenalkan kepada
pengunjung sehingga kondisi eksisting tetap dipertahankan dengan menambahkan
variasi jenis tanaman obat dan fasilitas interpretasi.
Ruang Wisata Tanaman Pangan dan Sayur
Sub ruang ini berupa petak-petak lahan yang ditanami dengan komoditas
tanaman pangan dan sayuran dan sewaktu-waktu dilakukan rotasi tanam. Atraksi
wisata utama di ruang ini antara lain menyaksikan proses budidaya pertanian yang
dilakukan oleh staf STPP, praktek turun langsung ke lapang dengan dibantu
pemandu, serta mempraktekkan teknologi hidroponik. Pengunjung juga dapat
bersantai dengan memandang hamparan sawah yang jarang dijumpai di perkotaan.
Sub ruang yang dikembangkan antara lain sub ruang budidaya, sub ruang pasca
produksi, dan sub ruang pelatihan.
Ruang Wisata Umum
Ruang wisata umum berfungsi untuk menunjang kegiatan wisata non-
pertanian agar pengunjung juga dapat menikmati kegiatan rekreatif. Ruang wisata
umum terdapat di dua titik lokasi, yaitu di dekat ruang penerimaan, dan di sekitar
ruang wisata tanaman perkebunan. Ruang ini berupa lahan terbuka yang
dilengkapi dengan saung dan beberapa bangku taman.
47
Gambar 19 Peta analisis dan sintesis
48
Gambar 20 Peta rencana lanskap
49
B. Ruang Penunjang Wisata
Merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan serta
kenyamanan bagi wisatawan sebagai penunjang aktivitas wisata, terbagi atas sub
ruang sebagai berikut:
Ruang Penerimaan Merupakan ruang pertama yang berfungsi sebagai ruang penerima
wisatawan ketika memasuki kawasan wisata. Sebagai welcome area, ruang ini
berfungsi sebagai ruang identitas yang memberikan karakter dan identitas
kawasan sebagai kawasan wisata, serta ruang informasi sebagai pusat informasi
bagi wisatawan yang ingin mengetahui informasi wisata pada kawasan wisata.
Ruang penerimaan direncanakan terletak di bagian depan jalan masuk
kawasan wisata juga pada masing-masing sub ruang atraksi wisata pada ruang
utama wisata sebagai ruang penyambutan. Ruang penyambutan ini berfungsi
untuk mempertegas keberadaan masing-masing sub ruang atraksi wisata yang
terdapat di dalam kawasan.
Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan
serta kenyamanan bagi wisatawan. Ruang ini direncanakan untuk diletakkan
terpusat pada bagian depan kawasan, sehingga dapat diakses cepat oleh wisatawan
maupun calon pengunjung kawasan wisata, serta diletakkan pada suatu lokasi
tertentu sebagai lokasi stopping area untuk memberikan kemudahan serta
kenyamanan bagi wisatawan.
Pada ruang pelayanan terpusat, wisatawan atau calon pengunjung dapat
mengetahui produk dari kawasan wisata pertanian serta fasilitas pendukung wisata
lainnya, sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi masing-
masing sub ruang atraksi wisata pertanian secara langsung.
5.4.2 Rencana Aktivitas
Rencana aktivitas yang dikembangkan di dalam kawasan wisata adalah
aktivitas pendidikan dan non-pendidikan, yang dibedakan berdasarkan
keterlibatan atau keikutsertaan wisatawan di dalam proses pertanian.
Ruang Wisata Tanaman Buah
Ruang ini terbagi menjadi sub ruang pelayanan, sub ruang budidaya, dan
sub ruang pelatihan. Sub ruang penerimaan merupakan tempat pertama yang
didatangi oleh pengunjung untuk memperoleh informasi dan pengarahan tentang
aktivitas yang dilakukan di kebun buah. Fasilitas pada sub ruang pelayanan antara
lain gedung pengelola, gudang alat, panel informasi jalur interpretasi, lapangan
tempat berkumpulnya pengunjung dan pemandu, dan toilet. Setelah diberi
pengarahan, pengunjung dapat melakukan praktek langsung mengenai
perbanyakan tanaman buah dalam pot di sub ruang pelatihan. Tanaman buah
dalam pot dapat dibawa pulang sebagai souvenir yang dapat diambil di ruang
pelayanan utama setelah pengunjung selesai melakukan wisata pertanian.
50
Gambar 21 Tampak potongan
51
Pada sub ruang budidaya, pengunjung dapat berkeliling di antara blok-blok
tanaman budidaya, memperoleh pengetahuan yang menarik seputar tanaman buah
baik dari pemandu maupun papan interpretasi yang tersebar di tiap jenis tanaman.
Pengunjung berjalan santai sambil menikmati suasana kebun sambil beristirahat di
saung kecil yang terdapat di beberapa titik. Pengunjung dapat pula memetik dan
mencicipi buah yang telah memasuki masa panen langsung di area tersebut. Di
bawah ini merupakan ilustrasi aktivitas di area tanaman buah (Gambar 22).
(a) (b)
Sumber: theliquidlifestyle.blogspot.com Sumber: sintesa.web.id
(c) (d)
Sumber: traveladipramaa.blogspot.com Sumber: bumn.go.id
Gambar 22 Ilustrasi aktivitas wisata tanaman buah
Keterangan: (a) mencicipi buah; (b) mengamati tanaman buah; (c) memetik buah; (d) photo
hunting
Ruang Wisata Tanaman Perkebunan
Ruang wisata tanaman perkebunan dibagi menjadi sub ruang penerimaan,
sub ruang budidaya, sub ruang permainan edukatif, dan sub ruang tanaman obat
keluarga. Aktivitas yang dilakukan pada sub ruang pelayanan adalah memperoleh
informasi jalur interpretasi serta mencicipi hasil olahan komoditi tanaman
perkebunan. Fasilitas yang terdapat pada sub ruang ini adalah panel informasi,
bangunan pengelola, toilet, dan meja untuk mendisplay hasil olahan tanaman
perkebunan. Selanjutnya pada ruang budidaya pengunjung dapat melihat langsung
pohon-pohon perkebunan sambil berjalan menikmati suasana alam. Pada saat-saat
52
tertentu pihak staf dapat memperagakan cara memanen getah karet, kelapa sawit,
kakao, biji kopi, serta cara memangkas dahan pohon untuk peremajaan. Pada sub
ruang tanaman obat, terdapat informasi mengenai khasiat masing-masing tanaman
berikut cara pengolahannya. Fasilitas yang diperlukan berupa papan informasi.
Ruang Wisata Tanaman Pangan dan Sayur
Sub ruang wisata tanaman pangan menonjolkan keindahan hamparan
tanaman padi serta sayur yang dapat dinikmati pada musim tertentu. Pada saat
musim tanam, wisatawan dapat mengikuti aktivitas berupa turut serta menanam
bibit dengan arahan pemandu. Pada saat panen, wisatawan dapat merasakan
pengalaman memanen hingga cara menumbuk padi. Fasilitas yang disediakan
berupa papan informasi, shelter, serta perlengkapan mengolah padi.
Selain itu, pengunjung dapat mempraktekkan teknik penanaman hidroponik
pada sub ruang pelatihan. Pengunjung difasilitasi dengan area nursery yang
dilengkapi dengan green house. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan
kolam ikan sambil bersantai untuk melepas lelah. Ilustrasi aktivitas ditunjukkan
pada Gambar 23.
(a) (b)
Sumber: meinasti.com Sumber: adikasuh.wordpress.com
(c)
Sumber: nagraksarijampangkulon.blogspot.com
Gambar 23 Ilustrasi aktivitas wisata tanaman pangan
Keterangan: (a) membajak sawah; (b) menanam padi; (c) menggiling padi
53
5.4.2.2 Ruang Pendukung
Sebelum memasuki kawasan atraksi wisata, wisatawan dapat memperoleh
pelayanan wisata yang terdapat dekat dengan lokasi ruang penerimaan. Aktivitas
yang dikembangkan pada zona pelayanan ini antara lain melepas lelah, beribadah,
makan dan minum, dan berbelanja. Fasilitas yang dibutuhkan untuk kebutuhan ini
antara lain tempat parkir, tempat duduk, saung, musholla, toilet umum, rumah
makan tradisional, dan kios penjualan hasil pertanian.
5.4.3 Rencana Fasilitas
Fasilitas diperlukan untuk kemudahan dan kenyamanan pengunjung selama
berada di dalam tapak. Ilustrasi rencana fasilitas ditunjukkan pada Gambar 24.
Gerbang Utama/Welcome Area
Area gerbang utama berfungsi sebagai ruang penerimaan pengunjung yang
akan masuk ke lokasi wisata. Gerbang utama harus memiliki ciri agar pengunjung
dapat mengidentifikasi lokasi wisata. Di area ini juga terdapat pusat informasi
dan juga fasilitas penjualan tiket.
Area ini diberi papan petunjuk lokasi dengan kesan alami dengan material
kayu. Vegetasi berupa tanaman display sebagai penciri gerbang utama.
Fasilitas Parkir
Lokasi di mana kendaraan diparkirkan dinamakan fasilitas parkir. Peran dan
fasilitas parkir dalam sistem transportasi dapat dilihat dari fungsinya dalam
menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan di tempat-tempat tujuan
perjalanan dari pergerakan lalu lintas. Pergerakan-pergerakan lalu lintas tidak
timbul dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat dari pergerakan yang menuju
ke suatu tempat tujuan perjalanan.
Sebuah fasilitas parkir dikatakan berfungsi dengan baik apabila dengan
adanya fasilitas parkir tersebut tidak terjadi konflik pada ruas jalan di sekitar
lokasi parkir tersebut. Masalah yang timbul pada fasilitas parkir apabila kebutuhan
parkir tidak sesuai atau melebihi kapasitas parkir yang tersedia, sehingga
kendaraan yang tidak tertampung pada tempat parkir akan mengganggu
kelancaran arus lalu lintas pada ruas jalan sekitarnya.
Menurut Hakim dan Utomo (2003), ditinjau dari penggunaannya maka
tempat parkir dibagi menjadi empat bagian:
a. Parkir kendaraan beroda lebih dari 4, misalkan bus dan truk.
b. Parkir kendaraan beroda 4, misalkan sedan dan mini bus.
c. Parkir kendaraan beroda 3, misalkan bemo dan motor sispan.
d. Parkir kendaraan beroda 2, misalkan sepeda dan sepeda motor.
Untuk parkir kendaraan pada lokasi tapak, akan dibagi menjadi dua area
untuk jenis kendaraan mobil dan sepeda motor. Parkir berbentuk tegak lurus
(Perpandicular) dengan perkerasan yang menyerap air. Lokasi parkir dilengkapi
dengan pohon peneduh berupa jajaran Bauhinia sp. atau bunga kupu-kupu dan
Mimusoph elengi atau tanjung.
Untuk kendaraan mobil masing masing bagian memiliki panjang standar 5
m dan lebar 2,5 m, dengan kapasitas total 30 buah mobil. Untuk sepeda motor
akan dibuat area seluas 50 m x 4 m dengan kapasitas 100 motor.
54
Fasilitas Shelter
Rekreasi di ruang terbuka tentu membutuhkan sarana untuk beristirahat dan
berteduh dari gangguan cuaca baik panas maupun hujan. Shelter merupakan
komponen dari pembentuk ruang yaitu atap/penutup atau dapat disebut juga
sebagai The Overhead. Atap/penutup ini terbagi menjadi dua macam, yaitu
penutup atap yang masif dan penutup atap yang transparan. Shelter merupakan
penutup atap yang masif, yang memberikan kesan terlindung bila berada di bawah
atap tersebut.
Fasilitas shelter berada pada masing-masing sub ruang wisata. Shelter
berukuran panjang 2 m, lebar 2 m dan tinggi 4 m. Shelter ini berfungsi sebagai
tempat beristirahat dan berteduh, atau sekedar tempat untuk menikmati
pemandangan. Shelter dilengkapi dengan tempat duduk dan tempat membuang
sampah.
Papan Interpretasi
Wisata pendidikan pertanian sangat kaya dengan informasi mengenai
tanaman dan budidayanya, yang membutuhkan suatu sarana untuk mendisplay
segala informasi. Papan interpretasi adalah suatu papan yang berisi informasi
mengenai tanaman atau situasi yang berada di dekatnya untuk menambah
pengetahuan bagi pengunjung.
Papan interpretasi harus mudah dibaca dan dimengerti, tahan terhadap
serangan cuaca, serta mudah dipelihara. Tulisan haruslah menarik untuk dibaca
disertai dengan ilustrasi dan informasi pokok seperti jenis tanaman, cara budidaya,
manfaat, dan informasi tambahan yang unik dan menarik. Papan dilengkapi kaca
pelindung agar awet dan tulisan tidak mudah pudar terkena panas dan hujan.
Papan dibuat setinggi 1,20 m agar nyaman dibaca orang dewasa yang
sedang berdiri. Papan display itu sendiri berukuran 40 cm x 50 cm dan diletakkan
dengan sudut 450.
Papan Informasi Tanaman
Papan informasi tanaman berfungsi untuk memberi informasi mengenai
nama ilmiah tanaman beserta nama umumnya. Papan kecil ini diletakkan pada
batang untuk pohon, atau ditancapkan pada tanah untuk tanaman semak, perdu
dan penutup tanah.
Papan ini berukuran 15 cm x 20 cm dengan bahan seng yang dicat warna
dasar hijau tua, dengan tukisan berwarna putih. Untuk pohon, papan ini
ditancapkan pada batang dengan menggunakan paku ukuran sedang. Untuk
tanaman tanaman semak, perdu dan penutup tanah, papan ini dipaku pada
batangan bambu dan ditancapkan pada tanah dengan ketinggian yang disesuaikan.
Loket
Loket berfungsi untuk tempat pembelian tiket parkir di kawasan wisata.
Loket diletakkan setelah pintu gerbang utama, terdapat dua loket masing-masing
untuk yang membawa kendaraan mobil dan sepeda motor.
55
Toilet
Toilet merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting keberadaannya.
Fasilitas ini ditempatkan di sepanjang jalur wisata di titik-titik yang merupakan
pusat keramaian pengunjung. Setiap unit dibagi menjadi dua bagian, untuk pria
dan wanita.
Gedung Pusat Informasi Pengunjung
Gedung pusat informasi pengunjung berfungsi untuk pelayanan pengunjung
yang ingin mengetahui segala hal yang berhubungan dengan paket tur yang
ditawarkan serta informasi mengenai pertanian pada umumnya. Pengunjung dapat
bertanya kepada petugas dan juga dapat membaca informasi yang disajikan dalam
bentuk panel dan brosur di dalam gedung ini.
Informasi berupa gambaran objek-objek yang ada pada tapak dan aktivitas
apa saja yang dapat dilakukan. Disajikan pula fakta-fakta menarik seputar
tanaman dan proses produksinya untuk menambah wawasan pengunjung.
(a) (b) (c) Sumber: Gorumara National Park Sumber: abahbonsaigarden. Sumber: dokumentasi pribadi
blogspot.com
(d) (e) (f) Sumber: birobangunan. Sumber: siamteas.com Sumber: catatanpendek. blogspot.com blogspot.com
(g) (h) (i)
Sumber: gettysburgdaily.com Sumber: karantinapertaniansby. Sumber: theonedesign.com
com
Gambar 24 Ilustrasi rencana fasilitas
Keterangan: (a) gerbang utama; (b) shelter; (c) papan informasi tanaman; (d) mushola; (e)
pusat informasi pengunjung; (f) papan informasi tanaman; (g) lapangan parkir; (h) pusat souvenir;
(i) kantin.
56
Kantin
Bangunan kantin berada di ruang pelayanan yang berfungsi sebagai tempat
beristirahat serta makan dan minum bagi pengunjung. Terdiri atas beberapa kios
makanan serta bangku dan meja panjang dengan kapasitas keseluruhan 150
pengunjung.
5.4.4 Rencana Sirkulasi
Jalur sirkulasi pada tapak berfungsi untuk mengarahkan pengguna tapak
dalam mengakses tiap-tiap ruang. Rencana sirkulasi pada tapak terbagi menjadi
tiga jalur yaitu jalur primer, jalur sekunder, dan jalur tersier.
Sirkulasi primer, yaitu sirkulasi yang menghubungkan wisatawan dari luar
tapak menuju gerbang masuk area wisata. Sirkulasi primer terbuat dari aspal
dengan lebar jalan 4 m, diperuntukkan bagi kendaraan roda empat dan roda dua.
Selain itu, pada tepi jalan terdapat jalur pedestrian selebar 1,4 m dengan material
paving (con-block). Sirkulasi primer terdapat pada sepanjang jalur yang
menghubungan jalan raya sampai dengan pintu gerbang utama.
Sirkulasi sekunder, yaitu sirkulasi yang menghubungkan sub-sub ruang
wisata, berfungsi sebagai jalur transisi sebelum wisatawan menikmati atraksi
wisata selanjutnya. Jalur ini juga terbuat dari material aspal yang lebarnya 2 m.
Jalur ini diutamakan untuk dilalui oleh pejalan kaki meskipun kendaraan roda dua
masih boleh melintas. Vegetasi peneduh diperlukan untuk kenyamanan pejalan
kaki.
Sirkulasi tersier adalah jalan setapak di dalam ruang-ruang wisata sebagai
jalur interpretasi pengunjung. Material untuk sirkulasi ini adalah paving dengan
pola yang bervariasi selebar 1,4 m.
5.4.5 Paket Wisata
Wisata pendidikan pertanian di STPP akan dibagi menjadi lima paket wisata,
yaitu Paket Wisata Buah, Paket Wisata Pangan dan Sayuran, Paket Wisata
Perkebunan dan TOGA, Paket Tur Lengkap, dan Paket Wisata Anak. Tiga paket
pertama yang disebutkan di atas dibagi menurut komoditas pertanian dan lokasi
kegiatan. Paket Tur Lengkap menawarkan wisata ke semua jenis komoditas
namun dengan aktivitas pendidikan yang tidak terlalu intensif. Paket Wisata Anak
menawarkan aktivitas dengan tema bermain sambil belajar yang disesuaikan
dengan usia anak. Detail aktivitas pada masing-masing paket wisata diuraikan
pada Tabel 10.
Paket wisata dapat dinikmati oleh kelompok pengunjung dari segala usia
dengan jumlah ideal 25-40 orang agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan
efektif. Pengunjung wisata individu dapat berkeliling area wisata dengan arahan
pemandu namun tanpa melakukan kegiatan praktek seperti yang terdapat pada
paket wisata. Masing-masing paket berdurasi 2-4 jam dilanjutkan dengan kegiatan
bebas seperti piknik, berbelanja, berfoto, ataupun beribadah. Pengunjung juga
mendapatkan brosur yang berisi peta rute wisata serta pengetahuan dasar tentang
pertanian.
Aktivitas memetik dan mencicipi buah disesuaikan dengan musim berbuah
untuk beberapa buah unggulan. Buah yang dijadikan objek utama dalam aktivitas
tersebut adalah rambutan sebanyak 92 pohon, durian monthong sebanyak 23
pohon, serta aneka jenis mangga sebanyak 53 pohon. Menurut Dinas Pertanian
57
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, musim berbuah untuk pohon rambutan
adalah Desember-Maret, pohon durian berkisar pada bulan Agustus-Februari, dan
pohon mangga pada Agustus-November. Pada bulan di luar musim berbuah buah
unggulan (April-Juli), dapat menggunakan buah nangka mini dan jambu biji
karena berbuah sepanjang tahun. Jika pohon sedang tidak berbuah sama sekali
maka alternatif untuk menggantikan aktivitas memetik dan mencicipi buah dapat
berupa permainan edukatif serta kreativitas menghias pot tanaman.
Aktivitas budidaya menanam padi disesuaikan dengan siklus tanam padi.
Dalam satu tahun akan dilakukan tiga periode tanam dengan estimasi maksimum
20 paket per periode tanam dengan fasilitas 5 petak lahan sawah. Aktivitas seperti
membajak sawah, menggiling padi, serta memanen juga disesuaikan dengan
periode tanam.
Rotasi masing-masing paket wisata dibatasi hanya 1 kali per hari dengan
maksimum 4 pilihan paket. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya persiapan yang
harus dilakukan untuk kegiatan budidaya seperti persiapan lahan, media tanam,
ketersediaan alat, serta media presentasi.
Tabel 10 Paket wisata No Paket Deskripsi Estimasi Waktu
1. Paket Wisata
Buah
Keliling kebun buah, memetik
buah, mencicipi buah, menanam
dalam pot, dan demo kompos.
4 jam
2. Paket Wisata
Pangan dan
Sayuran
Keliling kebun sayur dan pangan,
membajak sawah, memanen padi,
menanam padi, demo penggilingan
padi, dan menanam sayur
hidroponik.
4 jam
3. Paket Wisata
Perkebunan
dan TOGA
Keliling perkebunan, mencicipi
hasil perkebunan, teknik
perbanyakan tanaman, serta
mengenal TOGA dan khasiatnya.
3 jam
4. Paket Tur
Lengkap
Berkeliling seluruh area, mencicipi
buah, menanam sayur hidroponik,
demo kompos, mengenal TOGA
dan khasiatnya, dan mencicipi
hasil pekebunan.
4 jam
5. Paket Wisata
Anak
Permainan edukatif, memberi
makan ikan, memandikan kerbau,
menanam padi, menanam dalam
pot, dan mencicipi buah.
2-3 jam
58
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Kebun Praktek STPP merupakan salah satu fasilitas penyelenggaraan
pendidikan di kampus STPP Bogor yang memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai tempat wisata pendidikan pertanian bagi masyarakat umum.
Pengembangan kebun praktek memerlukan perencanaan yang baik agar dapat
menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung wisata dan juga
mahasiswa STPP.
Konsep dasar perencanaan tapak di kebun praktek STPP adalah
mengembangkan tapak sebagai sarana wisata pendidikan pertanian dengan
menawarkan berbagai atraksi yang berkaitan erat dengan pertanian kepada
masyarakat serta mengoptimalkan kebun praktek STPP sebagai sarana belajar
mahasiswa. Aktivitas yang dikembangkan pada tapak dibedakan menjadi dua,
yaitu aktivitas pendidikan dan aktivitas non-pendidikan.
Ruang yang dikembangkan dalam perencanaan ini dibagi menjadi ruang
wisata tanaman buah, ruang wisata tanaman perkebunan dan ruang wisata
tanaman pangan. Ragam kegiatan wisata yang cukup banyak pada ruang-ruang ini
menyebabkan perlunya pembagian kegiatan untuk wisatawan yang diwujudkan
dalam bentuk paket wisata.
6.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan yang mendetail untuk desain penanaman
masing-masing kelompok tanaman buah, tanaman pangan, dan tanaman
perkebunan.
2. Diperlukan tambahan sumberdaya manusia untuk pengelolaan kebun
percobaan agar kebun dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan,
misalnya dengan menugaskan mahasiswa STPP Bogor untuk turut serta
mengelola kebun percobaan sekaligus sebagai sarana pelatihan.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta,
Graha Ilmu.
Arifin, H.S. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada
Kawasan Cagar Budaya Betawi di Condet, Jawa Timur. Makalah Wisata
Seminar Agro. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Tata cara
Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan
Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. Jakarta:
Bappenas.
[BPS Bogor]. 2010. Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan
di Kota Bogor Tahun 2010
[BMKG]. 2012. Suhu dan Kelembaban Kota Bogor.
Bonanza, O. 2008. Perencanaan Lanskap Kebun Teh Kayu Aro Kabupaten
Kerinci Sebagai Kawasan Agrowisata. [skripsi]. Bogor: Program Studi
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Chiara, J.D. and Koppelman, L.E. 1989. Standar Perencanaan Tapak.
Terjemahan. Oleh Ir. Januar Hakim. Site Planning Standards. Jakarta: Erlangga.
Dinata, Y. 2009. Perancangan Lanskap Arboretum Bambu Sebagai Obyek
Agroedutourism Di Kampus Institut Pertanian Bogor. [skripsi]. Bogor:
Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat]. 2014. Tabel Musim
Panen Buah di Jawa Barat.
[Direktorat Pengembangan Institusi dan Usaha Penunjang]. 2004. Profil Potensi
Obyek Wisata Pendidikan Pertanian di Lingkungan Kampus IPB Darmaga-
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Douglas, R.W. 1992. Forest Recreation. New York: Pergamon Press.
Dudal, R. and M. Soepraptohardjo. 1960. Some Consideration on The Genetic
Relationship between Latosols and Andosols in Java (Indonesia). Trans. 7th
Intern. Congr. Soil Sci. Madison.
Gold, S.M. 1980. Recreation Planning and Design. New York: McGraw-Hill. Inc.
Harris, CW and Dines, NT. 1995. Time-Saver Standards for Landscape
Architecture. Singapore: Mc-Graw Hill Inc.
Gunn, C. A. 1995. Tourism Planning Basics, Concepts, and Cases. Third Edition,
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Knudson, J.D. 1980. Outdoor Recreation. New York: MacMillan Pub. Co, Inc.
Laurie, M. 1990. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan).
Bandung: Intermata.
Marsh, W. M. 1991. Landscape Planning, Environmental Application. Canada:
John Wiley & Sans.
Nurisjah, S. dan Pramukanto, Q. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan
Lanskap. Bogor: Program Studi Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.
Rachman, Z. 1984. Makalah pada Festival Tanaman IV.
[Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor]. 2012. Profil STPP Bogor.
60
Simonds, J.O. and Starke, B.W. 2006. Landscape Architecture A Manual of
Environmental Planning and Design. New York: McGraw-Hill.
Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy, A Basic System of Soil Classification for
Making and Interpreting Soil Survey. Second Edition. SCS., USDA.,
Handbook 436. U. S. Govt Printing Office, Washington, D.C.
Suwantoro, S. 2002. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara. Utama, I Gusti Bagus Rai. 2013. Potensi Pengembangan Agrowisata di Indonesia.
[internet]. [diacu 2013 Agustus 29]. Tersedia dari:
http://tourismbali.wordpress.com/2013/03/10/potensi-pengembangan-
agrowisata-di-indonesia-2/
61
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 25 Februari
1989, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Suwardi
dan Ibu Siti Fatimah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi
IV Bogor, pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1
Bogor lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan
ke SMA Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Saringan Masuk IPB.
Selama menempuh kuliah di IPB penulis aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa Gentra Kaheman dan Kopma. Selain aktif di UKM, penulis juga
pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Desain Penanaman Lanskap
pada tahun 2011.