perencanaan bekisting 2

45
KONSTRUKSI ACUAN DAN PERANCAH ( FORMWORK & SHORING ) U. RUSLAN PERENCANAAN KAP

Upload: novenda-arif-hasanah

Post on 28-Dec-2015

430 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

menghitung perencanaan bekisting

TRANSCRIPT

Page 1: PERENCANAAN Bekisting 2

KONSTRUKSI ACUAN DAN PERANCAH

( FORMWORK & SHORING )

U. RUSLAN

PERENCANAAN KAP

Page 2: PERENCANAAN Bekisting 2

Dalam merencanakan KAP, diawali dari target waktu pelaksanaan yang dikaitkan dengan ketersediaan biaya.

Ketersediaan biaya akan menentukan jumlah KAP

yang perlu disediakan. Apakah cukup dengan 1 ½

tingkat lantai atau 2 tingkat lantai atau 2 ½ tingkat lantai,

atau lebih dari 3 tingkat lantai.

WAKTU DAN BIAYA PELAKSANAAN KAP

Page 3: PERENCANAAN Bekisting 2

Jumlah kebutuhan KAP ditentukan oleh 3 faktor utama,

yaitu:

1. Waktu siklus.

2. Ijin pembongkaran.

3. Pembagian zone pengecoran lantai.

Dari hasil perencanaan jumlah kebutuhan KAP, maka

jadwal siklus pengecoran lantai dan pembongkaran KAPdapat disusun atau dibuat.

JUMLAH KEBUTUHAN KAP

Page 4: PERENCANAAN Bekisting 2

WAKTU SIKLUS KAPJumlah KAP terpasang ditentukan oleh perbandingan antarawaktu siklus KAP terhadap waktu yang diperlukan sampaipada pekerjaan pengecoran lantai.

Menurut Wigbout, (1992) bahwa periode siklus KAP yang sedangberfungsi mencakup serangkaian kurun waktu (durasi) untuk: (a) Pemasangan KAP, (b) Pemasangan tulangan, (c) Pengecoran beton, (d) Pengerasan beton, (e) Pembongkaran KAP sebagian atau seluruhnya, (f) Pemindahan KAP sebagian atau seluruhnya.

Siklus Pengecoran

Page 5: PERENCANAAN Bekisting 2

WAKTU SIKLUS KAPJumlah waktu dalam periode siklus KAP dipengaruhi olehproduktivitas kerja dan sumber daya, kecuali pengerasan betondan pembongkaran KAP dipengaruhi oleh jenis dan datateknis bangunan, serta kekuatan beton.

Evaluasi terhadap kekuatan beton umur muda, untuk: Menentukan waktu siklus pengecoran lantai, Menentukan waktu (umur) pembongkaran KAP, serta Menentukan pula terhadap jumlah KAP.

(lanjutan)

Page 6: PERENCANAAN Bekisting 2

Uraian Waktu a. Dinding

b. Kolom

c. Bagian sisi balok

12 jam

12 jam

12 jam

Beban hidup lebih kecil dari beban mati

Beban hidup lebih besar dari beban mati

Balok

a. Jarak bentang kurang dari 3 m

b. Jarak bentang antara 3 sampai 6 m

c. Jarak bentang lebih besar dari 6 m

7 hari

14 hari

21 hari

4 hari

7 hari

14 hari

Pelat lantai satu arah

a. Jarak bentang kurang dari 3 m

b. Jarak bentang antara 3 sampai 6 m

c. Jarak bentang lebih besar dari 6 m

4 hari

7 hari

10 hari

3 hari

4 hari

7 hari

Pelat lantai dua arah

Waktu pemindahan konstruksi acuan dan perancah tergantung pada pemakaian reshoring. Apabila diperlukan, reshoring dipasang setelah seluruh konstruksi acuan dan perancah selesai dibongkar. Reshoring gunanya untuk memperkecil lendutan atau creep (rangkak). Kapasitas beban dan pengaturan jarak reshoring harus direncanakan.

WAKTU MINIMUM PEMBONGKARAN KAP

Peurifoy dan Oberlender, 1995 dan ACI 347-04, 2004

Page 7: PERENCANAAN Bekisting 2

PENGEMBANGAN KEKUATAN BETON

Hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas terhadap umur

Beton.

f c'

Ec

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

1.10

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

Umur Beton (hari)

% T

erha

dap

umur

28

hari

fc'

Ec

Page 8: PERENCANAAN Bekisting 2

PROSES SIKLUS KONSTRUKSI

//////////////////////////////////////////////////////////////////////

di atasnya berlangsung proses konstruksi

//////////////////////////////////////////////////////////////////////

i

Lantai “i”

Lantai “i”

1. Cor

2. Pembongkaran Lantai “i”

untuk tujuan pembongkaran bekisting dan perancah.

//////////////////////////////////////////////////////////////////////

i - 1

i Lantai “i”

Lantai “i - 1”

3. Rencana Lantai “i”

Page 9: PERENCANAAN Bekisting 2

KASUS 2 TINGKAT KAPKasus 2: Faktor keamanan lantai "i - 2"

1.002

y = 0.0358x + 0.6433

R2 = 0.9929

0.700

0.750

0.800

0.850

0.900

0.950

1.000

1.050

1.100

1.150

1.200

1.250

1.300

8 9 10 11 12 13 14 15 16

Waktu siklus pengecoran (hari)

Fak

tor

kea

man

an (

FK

)

Page 10: PERENCANAAN Bekisting 2

(a)

% % %

Siklus pengecoran 9 hari

i 0

i - 1 9 77 88 2.338 D 2.055 D 0.04 0.094 D 12.090

12

i - 2 18 93 97 1.428 D 1.428 D 1.00 1.428 D 0.956 1.010

Lendutan

D <

1

Ec

Kelebihan beban di

transfer ke lantai bawah

Total beban ditahan

oleh lantai

LantaiUmur Beton (hari)

Struktur Tingkat Lantai

f'c Rasio

bentangBeban aktual

Faktor keamanan

FK P

1

Total beban akhir

operasi

KEAMANAN LANTAI “i - 2” PADA WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI “i”

Page 11: PERENCANAAN Bekisting 2

0.985

y = 0.0461x + 0.1942

R2 = 0.9816

0.600

0.650

0.700

0.750

0.800

0.850

0.900

0.950

1.000

1.050

1.100

1.150

1.200

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Umur bongkar lantai "1 - 2" (hari)

Fak

tor

kea

ma

nan

(F

K)

Kasus 2: Faktor keamanan lantai "i - 2"

Page 12: PERENCANAAN Bekisting 2

(a)

% % %

i 0

i - 1 2 35 59 1.389 D 0.823 D 0.04 0.033 D 15.607

41

i - 2 12 85 92 1.711 D 1.711 D 1.00 1.711 D 0.723 1.272

Struktur Tingkat Lantai

f'c Ec

Kelebihan beban di

transfer ke lantai bawah

Total beban akhir

operasi

Total beban ditahan

oleh lantai

Rasio bentang

Beban aktual

Lendutan

D <

1

Faktor keamanan

FK P

1Lantai

Umur Beton (hari)

Umur bongkar lantai "i - 2" 12 hari

KEAMANAN PADA WAKTU PEMBONGKARAN KAP LANTAI “i - 2”

Page 13: PERENCANAAN Bekisting 2

KASUS 3 TINGKAT KAPKasus 3: Faktor keamanan lantai "i - 3“

(lanjutan)

Page 14: PERENCANAAN Bekisting 2

(a)

% % %

Siklus pengecoran 5 hari

i 0

i - 1 5 61 78 2.338 D 1.820 D 0.04 0.073 D 12.184

22

i - 2 10 80 89 1.663 D 1.487 D 0.04 0.067 D 17.605 1.270

11

i - 3 15 90 95 1.320 D 1.320 D 1.00 1.320 D 0.993 0.953

Lantai Struktur Tingkat Lantai

Kelebihan beban di

transfer ke lantai bawah

Total beban akhir

operasi

Ec f'c Rasio

bentangBeban aktual

Lendutan

D <

1

Umur Beton (hari)

Faktor keamanan

FK P

1

Total beban ditahan

oleh lantai

KEAMANAN LANTAI “i - 3” PADA WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI “i”

Page 15: PERENCANAAN Bekisting 2

1.020

y = 0.0409x + 0.3629

R2 = 0.9945

0.800

0.850

0.900

0.950

1.000

1.050

1.100

1.150

1.200

13 14 15 16 17 18

Umur bongkar lantai "1 - 3" (hari)

Fak

to k

eam

anan

(F

K)

Kasus 3: Faktor keamanan lantai "i - 3“

Page 16: PERENCANAAN Bekisting 2

(a)

% % %

i 0

i - 1 2 35.1 59.2 1.389 D 0.823 D 0.04 0.033 D 15.607

41

i - 2 8 74.1 86.1 1.711 D 1.473 D 0.04 0.068 D 15.841 1.358

14

i - 3 14 88.1 93.8 1.383 D 1.383 D 1.00 1.383 D 0.932 1.007

Kelebihan beban di

transfer ke lantai bawah

Rasio bentang

Beban aktual

Lendutan

D <

1Struktur Tingkat Lantai

Ec f'c Total beban ditahan

oleh lantai

Faktor keamanan

FK P

1

Umur Beton (hari)

Lantai

Total beban akhir

operasi

Umur bongkar lantai "i - 3" 14 hari

KEAMANAN LANTAI “i - 3” PADA WAKTU PEMBONGKARAN KAP LANTAI “i”

Page 17: PERENCANAAN Bekisting 2

Dari hasil analisis pada beberapa kasus di atas, maka

waktu siklus pengecoran lantai dan waktu pembongkaran

lantai dapat ditetapkan sesuai dengan jumlah tingkat KAP

yang digunakan.

JADWAL SIKLUS PENGECORAN LANTAI DAN PEMBONGKARAN KAP

Page 18: PERENCANAAN Bekisting 2

Sebagai contoh:

1. Proyek ICT

2. Kemang Mansion

3. Proyek Plaza Cinere

JADWAL SIKLUS PENGECORAN LANTAI DAN PEMBONGKARAN KAP

Page 19: PERENCANAAN Bekisting 2

METODE PELAKSANAAN DIBAGI MENJADI 2 ZONE

Page 20: PERENCANAAN Bekisting 2

JADWAL PENGECORAN

Lantai 2, Zoning 1 = 27-10-2009, Zoning 2 = 29-10-2009

Lantai 3, Zoning 1 = 01-11-2009, Zoning 2 = 03-11-2009

Page 21: PERENCANAAN Bekisting 2

JADWAL PENGECORAN

Lantai 4, Zoning 1 = 08-11-2009, Zoning 2 = 11-11-2009

Page 22: PERENCANAAN Bekisting 2

Atap Elev. + 27.00 & + 29.00

Slab Beam - Bekisting Beam 70 - 72 - Bekisting Slab 71 - 73 - Besi 72 - 74 - Cor Lantai 75 - Bongkar Slab - 82 - Bongkar Beam - 82

Kolom - Besi - 67 - Bekisting - 68 - Cor Kolom - 68 - Bongkar - 69Dak / Lt. Rg. Mesin Elev. + 25.00

Slab Beam - Bekisting Beam 54 - 57 60 - 63 - Bekisting Slab 55 - 58 61 - 64 - Besi 56 - 59 62 - 65 - Cor Lantai - 60 66 - Bongkar Slab - 67 - 73 - Bongkar Beam - 67 - 73

Kolom - Besi 51 - 52 56 - 57 - Bekisting 52 - 53 57 - 58 - Cor Kolom 52 - 53 57 - 58 - Bongkar 53 - 54 58 - 59Lt. 6 Elev. + 21.00

Slab Beam - Bekisting Beam 44 - 47 49 - 52 - Bekisting Slab 45 - 48 50 - 53 - Besi 46 - 49 51 - 54 - Cor Lantai - 50 55 - Bongkar Slab - 57 - 62 - Bongkar Beam - 57 - 62

Kolom - Besi 41 - 42 46 - 47 - Bekisting 42 - 43 47 - 48 - Cor Kolom 42 - 43 47 - 48 - Bongkar 43 - 44 48 - 49Lt. 5 Elev. + 17.00

Slab Beam - Bekisting Beam 34 - 37 39 - 42 - Bekisting Slab 35 - 38 40 - 43 - Besi 36 - 39 41 - 44 - Cor Lantai - 40 45 - Bongkar Slab - 47 - 52 - Bongkar Beam - 47 - 52

Kolom - Besi 31 - 32 36 - 37 - Bekisting 32 - 33 37 - 38 - Cor Kolom 32 - 33 37 - 38 - Bongkar 33 - 34 38 - 39Lt. 4 Elev. + 13.00

Talang/Ring Beam - Bekisting Beam 24 - 27 29 - 32 - Bekisting Slab 25 - 28 30 - 33 - Besi 26 - 29 31 - 34 - Cor Lantai - 30 35 - Bongkar Slab - 37 - 42 - Bongkar Beam - 37 - 42

Kolom - Besi 21 - 22 26 - 27 - Bekisting 22 - 23 27 - 28 - Cor Kolom 22 - 23 27 - 28 - Bongkar 23 - 24 28 - 29Lt. 3 Elev. + 9.00

Slab Beam - Bekisting Beam 14 - 17 19 - 22 - Bekisting Slab 15 - 18 20 - 23 - Besi 16 - 19 21 - 24 - Cor Lantai - 20 25 - Bongkar Slab - 27 - 32 - Bongkar Beam - 27 - 32

Kolom - Besi 11 - 12 13 - 14 - Bekisting 12 - 13 14 - 15 - Cor Kolom 12 - 13 14 - 15 - Bongkar 13 - 14 15 - 16Lt. 2 Elev. + 5.00

Slab Beam - Bekisting Beam 4 - 7 6 - 9 - Bekisting Slab 5 - 8 7 - 10 - Besi 6 - 9 8 - 11 - Cor Lantai - 10 12 - Bongkar Slab - 17 - 19 - Bongkar Beam - 17 - 19

Kolom - Besi 1 - 2 3 - 4 - Bekisting 2 - 3 4 - 5 - Cor Kolom 2 - 3 4 - 5 - Bongkar 3 - 4 5 - 6Lt. 1 Elev. ± 0.00

1a 2

2 2a

1 1

Page 23: PERENCANAAN Bekisting 2

Lt. 3 Elev. + 9.00Slab Beam 1-Nov-09 2-Nov-09 3-Nov-09 - Bekisting Beam 27-Oct-09 - 29-Oct-09 29-Oct-09 - 31-Oct-09 - Bekisting Slab 28-Oct-09 - 30-Oct-09 30-Oct-09 - 1-Nov-09 - Besi 29-Oct-09 - 31-Oct-09 31-Oct-09 - 2-Nov-09 - Cor Lantai 31-Oct-09 2-Nov-09 - Bongkar Slab 7-Nov-09 9-Nov-09 - Bongkar Beam 7-Nov-09 9-Nov-09

Kolom - Besi 25-Oct-09 - 26-Oct-09 27-Oct-09 - 28-Oct-09 - Bekisting 26-Oct-09 - 27-Oct-09 28-Oct-09 - 29-Oct-09 - Cor Kolom 26-Oct-09 - 27-Oct-09 28-Oct-09 - 29-Oct-09 - Bongkar 27-Oct-09 - 28-Oct-09 29-Oct-09 - 30-Oct-09Lt. 2 Elev. + 5.00Slab Beam 27-Oct-09 29-Oct-09 - Bekisting Beam 18-Oct-09 - 21-Oct-09 20-Oct-09 - 23-Oct-09 - Bekisting Slab 19-Oct-09 - 22-Oct-09 21-Oct-09 - 24-Oct-09 - Besi 20-Oct-09 - 23-Oct-09 22-Oct-09 - 25-Oct-09 - Cor Lantai 24-Oct-09 26-Oct-09 - Bongkar Slab 31-Oct-09 2-Nov-09 - Bongkar Beam 31-Oct-09 2-Nov-09

Kolom - Besi 15-Oct-09 - 16-Oct-09 17-Oct-09 - 18-Oct-09 - Bekisting 16-Oct-09 - 17-Oct-09 18-Oct-09 - 19-Oct-09 - Cor Kolom 16-Oct-09 - 17-Oct-09 18-Oct-09 - 19-Oct-09 - Bongkar 17-Oct-09 - 18-Oct-09 19-Oct-09 - 20-Oct-09Lt. 1 Elev. ± 0.00

31-Oct-09

24-Oct-09 26-Oct-09

Page 24: PERENCANAAN Bekisting 2

KETERSEDIAAN (KEBUTUHAN) MATERIAL TERHADAP WAKTU SIKLUS

Page 25: PERENCANAAN Bekisting 2

JADWAL COR DAN BONGKAR

Page 26: PERENCANAAN Bekisting 2

PERPINDAHAN KAP BALOK & LANTAI

Page 27: PERENCANAAN Bekisting 2

PERENCANAAN KAPKETERSEDIAAN (KEBUTUHAN) MATERIAL TERHADAP WAKTU SIKLUS

Page 28: PERENCANAAN Bekisting 2

JADWAL COR DAN BONGKAR

Page 29: PERENCANAAN Bekisting 2

JADWAL COR DAN BONGKARPERPINDAHAN KAP LANTAI

Page 30: PERENCANAAN Bekisting 2

PERPINDAHAN KAP BALOK

Page 31: PERENCANAAN Bekisting 2

PERENCANAAN KAPKETERSEDIAAN (KEBUTUHAN) MATERIAL TERHADAP WAKTU SIKLUS

Page 32: PERENCANAAN Bekisting 2

JADWAL COR DAN BONGKAR

Page 33: PERENCANAAN Bekisting 2

PERPINDAHAN KAP LANTAI

Page 34: PERENCANAAN Bekisting 2

PERPINDAHAN KAP BALOK

Page 35: PERENCANAAN Bekisting 2

GAMBAR RENCANA KAP

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PERI.GT24-300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

390

PE

RI.

GT

24-

390

PE

RI.

GT

24-

390

PE

RI.

GT

24-

390

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-300

PERI.GT24-210

PE

RI.

GT

24-

300

PE

RI.

GT

24-

300

PERI.GT24-210

PERI.GT24-210

Page 36: PERENCANAAN Bekisting 2

GAMBAR RENCANA KAP

Page 37: PERENCANAAN Bekisting 2

DISTRIBUSI BEBAN KONSTRUKSI PADA PELAT RATAPenyederhanaan analisis (Hurd, Mary K, 2005)

1 01 D

2 01 D

1 02 D

2 00

1 0

2 1 D0

1 1 D0

4Reshores dipasang di bawah Lantai 1, tetapi tidak ada beban. Beban yang terjadi sama seperti pada Step 3.

0 1 D

0 1 D

0

+ 1 D 1 D

+ 1 D 1 D

0 0

0

0

Beton Lantai 2 mengeras. Shores dan bekisting di bawah lantai 1 dipindahkan. Beban pada shores 2 D dibagi kepada dua pelat lantai. Sekarang masing-masing pelat lantai menahan berat sendiri.

2

3

ST

EP

OPERASI DAN CATATAN

1

Perubahan selama operasi

Total akhir operasi

Beton dituangkan pada Lantai 1. Seluruh beban ditransfer melalui shore ke ground .

0

Beton dituangkan pada Lantai 2. Seluruh beban disalurkan ke shore dan ground karena Lantai 1 tidak boleh melendut dan menahan beban.

Beban pada shore /

reshore

STATUS STRUKTUR Mulai

Load on slab in multiples of D

2 TINGKAT SHORING, 1 TINGKAT RESHORING

Page 38: PERENCANAAN Bekisting 2

3 01 D

2 1 D1 D

1 1 D1 D

3 00.5 D

2 1 D0

1 1 D0

4 01 D

3 0.5 D1.17 D

2 1.5 D0.34 D

1 1 D0

4 00.41 D

3 0.83 D0

2 1.83 D0

1 1.34 D

1 D

0

0 1 D

1 D

- 0.34 D 1 D

1.34 D

+ 0.59 D 0.59 D

+ 0.58 D 1.41 D

0

+ 0.33 D 0.83 D

+ 0.33 D 1.83 D

1 D

6Shores di bawah Lantai 2 dilepas. Beban pada shores di bawah Lantai 2 sebesar 1 D dibagi antara dua lantai yang saling hubung.

+ 0.5 D 0.5 D

+ 0.5 D 1.5 D

0

0

Beton Lantai 4 mengeras. Shores di bawah lantai 3 dipindahkan, dan bebannya dibagi merata terhadap Lantai 3 dan 4.

0

0

+ 0.34 D

- 0.83 D

Bekisting, shore , dan penuangan beton pada lantai 3. Semua beban ini disalurkan melalui shores dan reshores karena pelat lantai tidak boleh melendut. Pelat Lantai 1 dan 2 menahan berat sendiri.

Reshores dipindah ke atas di bawah Lantai 2. Dalam hal ini tidak ada perubahan pembebanan. Kemudian bekisting, shore , dan penuangan beton pada lantai 4. Beban pada Lantai 4 sebesar D didistribusikan merata terhadap tiga lantai yang saling hubung.

7

8

5

Page 39: PERENCANAAN Bekisting 2

5 0

1 D4 0.59 D

1.08 D3 1.41 D

0.34 D2 1 D

5 0

0.46 D4 0.92 D

03 1.74 D

02 1.34 D

6 0

1 D5 0.54 D

1.13 D4 1.46 D

0.34 D3 1 D

Reshores dipindah ke atas dan dipasang di bawah Lantai 3. Dalam hal ini tidak ada perubahan pembebanan. Kemudian bekisting, shore dan penuangan beton pada Lantai 5. Beban pada Lantai 5 sebesar D didistribusikan sama besar ke Lantai 4, 3, dan 2.

0 0

+ 0.33 D 0.92 D

+ 0.33 D 1.74 D

+ 0.34 D 1.34 D

Pindahkan reshores ke atas dan pasang di bawah Lantai 4, tidak ada perubahan pembebanan. Kemudian bekisting, shore , dan penuangan beton Lantai 6. Beban pada Lantai 6 sebesar D didistribusikan merata ke Lantai 5, 4, dan 3.

0 0

+ 0.33 D 0.87 D

+ 0.33 D 1.79 D

+ 0.34 D 1.34 D

Beton Lantai 5 mengeras. Pindahkan shores di bawah Lantai 4, dan bebannya didistribusikan sama rata ke Lantai 5 dan 4.

+ 0.54 D 0.54 D

+ 0.54 D 1.46 D

- 0.74 D 1 D

- 0.34 D 1 D

11

9

10

Page 40: PERENCANAAN Bekisting 2

1 TINGKAT SHORING, 2 TINGKAT RESHORING

1 01 D

1 00

2 01 D

1 1 D1 D

2 00

1 1 D0

3 01 D

2 1 D1 D

1 1 D1 D

3 00

2 1 D0

1 1 D

1 D

0 1 D

0 1 D

0 1 D

0 1 D

1 D

0 1 D

0

1 D

0 0

1 D

0

0

0

+ 1 D

+1 D

+ 1D

Beton Lantai 3 mengeras. Pindahkan shores di bawah Lantai 3, sehingga Lantai 3 menahan berat sendiri. Reshores di bawah Lantai 1 dipindah dan dipasang di bawah Lantai 3, dan di reshores tidak ada beban.

ST

EP

OPERASI DAN CATATAN

0

STATUS STRUKTUR

6

3

Mulai

Load on slab in multiples of D

1

Perubahan selama operasi

Total akhir operasi

Beban pada shore /

reshore

Penuangan beton pada Lantai 1. Seluruh beban ditransfer melalui shores ke ground .

Bekisting, shore , dan penuangan beton pada Lantai 3. Lantai 1 dan 2 tidak boleh melendut dan tidak menahan beban tambahan dari Lantai 3, tetapi hanya menahan berat sendiri. Beban dari Lantai 3 dipindahkan ke ground melalui shores dan reshores.

2Pindahkan shores pada Lantai 1, sehingga pelat lantai menahan berat sendiri. Kemudian pasang reshores di bawah Lantai 1 dan tidak menahan beban.

Bekisting, shore, dan penuangan beton pada Lantai 2. Lantai 1 tidak boleh melendut dan semua beban tambahan ditransfer melalui reshores .

Beton Lantai 2 mengeras dan bekisting dan shores dipindah, sehingga Lantai 2 menahan berat sendiri. Kemudian pasang reshores di bawah Lantai 2 dan tidak menahan beban.

4

5

Page 41: PERENCANAAN Bekisting 2

4 01 D

3 1 D0.66 D

2 1 D0.33 D

1 1 D

4 00

3 1.34 D0

2 1.33 D0

1 1.33 D

4 1 D0

3 1 D0

2 1 D

1 1 D

5 01 D

4 1 D0.66 D

3 1 D0.33 D

2 1 D + 0.33 D 1.33 D

+ 0.34 D 1.34 D

+ 0.33 D 1.33 D

0 0

0 1 D

0 1 D

1 D

- 0.33 D 1 D

0 1 D

1.33 D

+ 1 D 1 D

- 0.34 D 1 D

0

+ 0.34 D 1.34 D

+ 0.33 D 1.33 D

Pemasangan bekisting dan shores serta penuangan beton pada Lantai 5. Pada kondisi ini merupakan pengulangan siklus sama seperti pada Step 7. Beban pada Lantai 5 didistribusikan merata ke lantai-lantai di bawahnya yang saling hubung.

0

+ 0.33 D

- 0.33 D

Bekisting, shore dan penuangan beton pada Lantai 4. Beban Lantai 4 didistribusikan merata ke lantai-lantai di bawahnya yang saling hubung

Beton Lantai 4 mengeras dan shores dipindah, sehingga Lantai 4 menahan berat sendiri. Beban pada perancah sebesar 1 D yang sebelumnya ditransfer ke lantai di bawahnya telah ditumpu oleh Lanati 4.

Pindahkan reshores di bawah Lantai 2 ke atas di bawah Lantai 4 dan tidak menahan beban. Dalam hal ini tidak ada perubahan pembebanan.

7

8

9

10

Page 42: PERENCANAAN Bekisting 2

DAFTAR PUSTAKA• ACI 347-04 (2004). Guide to Formwork for Concrete, American

Concrete Institute.• ACI 347.2R-05 (2005). Guide for Shoring/Reshoring of Concrete

Multistory Buildings, American Concrete Institute.• ACI 318-08 (2008). Building Code Requirements for Structural

Concrete and Commentary, American Concrete Institute.• Hanna, Awad S (1999). Concrete formwork systems, Marcel Dekker,

Inc.• Hurd, Mary K (2005). Formwork for concrete - Seventh Edition,

American Concrete Institute.• Kajewski, Stephen L. dan Hampson, Keith D (1997) Reengineering

High-Rise Construction for Enhanced Cycle Times and Safety. In Mohamed, Sherif, Eds. Proceedings International Conference on Construction Process Re-engineering (CPR-97), pages pp. 591-602, Gold Coast, Australia.

Page 43: PERENCANAAN Bekisting 2

DAFTAR PUSTAKA• McCormac, Jack C (2004). Desain Beton Bertulang, Edisi

kelima, Jilid 2, Jakarta : Erlangga. • Nemati, Kamran M (2007). Formwork for Concrete,

Departement of Construction Management, University of Washington.

• Peurifoy, Robert Leroy and Oberlender, Garold D (1995). Formwork for concrete structures, McGraw-Hill Professional.

• Ratay, Robert T (1996). Handbook Of Temporary Structures In Construction – Second Edition, McGraw - Hill.

• Rupasinghe, Rohan dan Nolan, Éanna (2007). Formwork For Modern, Efficient Concrete Construction, IHS BRE Press, BRE, Garston, Watford WD25 9XX.

• Standards Australia (1990). AS3610-1990 Formwork for Concrete, Sydney: The Association.

(lanjutan)

Page 44: PERENCANAAN Bekisting 2

DAFTAR PUSTAKA

• Stivaros, Pericles C (2006). Shoring and Reshoring for Multistory Concrete Buildings, Concrete International. Februari 2006, http://findarticles.com/p/articles/

• Tumilar, Steffie (1993). Berbagai Aspek dan Masalah yang Dihadapi Dalam Proses Pembangunan Struktur Beton),

PT Wiratman & Associates. • Wigbout F (1992). Pedoman Tentang Bekisting. Jakarta :

Erlangga.

(lanjutan)

Page 45: PERENCANAAN Bekisting 2