perdirjen nomor...

173
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 122 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 77 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut tentang Tata Cara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3667); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); /6. Undang…

Upload: donald-vernando-rarung

Post on 21-Apr-2017

104 views

Category:

Education


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TENTANG

TATA CARA PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT

JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 122 Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor PM. 77 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut tentang Tata Cara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3667);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

/6. Undang…

Page 2: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 2 -

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata

Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5223);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3760);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang

Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang

Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata

Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, Dan Penyetoran

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4995);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208);

/14. Peraturan…

Page 3: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 3 -

14. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

15. Peraturan Pemeritah Nomor 15 Tahun 2016 tentang

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5884);

16. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

17. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

18. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 66 Tahun

2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Balai Kesehatan Kerja Pelayaran;

19. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 67 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Balai Teknologi Keselamayan dan Pelayaran;

20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 30 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi;

21. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 130 Tahun 2015 (Berita Negara republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1400);

22. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 65 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan

Batam sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 47 Tahun 2011;

23. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama;

24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 35 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Utama;

25. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 135 Tahun 2015 (Berita Negara republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1401);

/26. Peraturan…

Page 4: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 4 -

26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara RI Tahun 2013 Nomor 1350);

27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK. 32 Tahun 2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik;

28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan Rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak Kementerian Negara/Lembaga;

29. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 189 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844);

30. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 20 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan Pembinaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 356);

31. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 77 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 968);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

TENTANG TATA CARA PENERIMAAN, PENYETORAN,

PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA

BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT

JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut PNBP adalah penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari perpajakan.

2. Penerimaan Uang Jasa Kepelabuhanan yang selanjutnya disebut PUJK adalah penerimaan yang diperoleh atas pelayanan jasa kapal, jasa barang, jasa pelayanan alat dan jasa kepelabuhanan lainnya di pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial, pelabuhan yang diusahakan secara komersial, pendapatan konsesi dan

3. kompensasi/kontribusi, terminal untuk kepentingan sendiri dan terminal khusus serta segala penerimaan uang yang berasal dari perizinan yang dikeluarkan oleh Direktorat Kepelabuhanan dan Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai.

/4. Penerimaan…

Page 5: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 5 -

4. Penerimaan Jasa Kenavigasian adalah penerimaan yang diperoleh atas jasa penggunaan fasilitas Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)/ Uang Rambu, jasa sewa fasilitas galangan navigasi, jasa Telekomunikasi-Pelayaran, jasa salvage dan pekerjaan bawah air, jasa penggunaan perairan, jasa pemeriksaan kesehatan dan penilaian lingkungan kerja pelayaran, dan pemberian izin kewenangan perusahaan yang melakukan perbaikan dan perawatan peralatan keselamatan pelayaran serta jasa pengawasan kegiatan pengangkatan kerangka kapal oleh pihak ketiga.

5. Penerimaan Uang Perkapalan dan Kepelautan yang

selanjutnya disebut PUPK adalah penerimaan yang diperoleh atas pelayanan jasa bidang perkapalan dan kepelautan, jasa pengawasan barang berbahaya, jasa pengawasan kapal asing, pengawasan kapal asing dan penerbitan sertifikat keamanan kapal internasional.

6. Penerimaan Jasa Angkutan Laut yang selanjutnya

disebut JAL adalah penerimaan uang yang berasal dari perizinan dan persetujuan tertulis yang dikeluarkan oleh Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut dan pengawasan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan.

7. Konsesi adalah pemberian hak oleh Penyelenggara

Pelabuhan kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan kompensasi tertentu.

8. Pendapatan Konsesi adalah pendapatan yang diterima oleh Penyelenggara Pelabuhan akibat pemberian hak yang diberikan kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

9. Kontribusi adalah pemberian sebagian pendapatan dari

kegiatan pemanduan dan penundaan kapal yang dilakukan oleh BUP/TERSUS yang ditentukan besarannya dalam prosentase.

10. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT

adalah pelaksana tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

11. Accounting Authority Identification Code yang selanjutnya

disebut AAIC adalah kode yang digunakan kapal untuk penyelesaian pembayaran penggunaan fasilitas telekomunikasi dalam dinas bergerak pelayaran.

/12. Badan...

Page 6: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 6 -

12. Badan Kuasa Perhitungan (accounting authority) adalah badan layanan yang diberikan izin oleh Direktur Jenderal untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi dalam dinas bergerak pelayaran yang berfungsi untuk menghitung telegram radio, radio telepon, radio telex, dan radio maritim letter.

13. Badan Usaha Pelabuhan yang selanjutnya disebut BUP

adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya.

14. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk

untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/ Lembaga.

15. Target Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah perkiraan

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang akan diterima dalam satu tahun anggaran.

16. Pengguna Jasa adalah setiap orang dan/atau badan

hukum yang menggunakan jasa PNBP di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

17. Sistem Akuntansi Instansi yang selanjutnya disebut SAI

adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.

18. Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi

keuangan yang diproses dalam beberapa sistem/sub sistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama.

19. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu

standar/pedoman tertulis yang merupakan tata cara atau tahapan yang dilakukan dan harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu untuk mencapai tujuan organisasi.

20. Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Online

yang selanjutnya disebut SIMPONI adalah sistem informasi yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran, yang meliputi Sistem Perencanaan PNBP, Sistem Billing dan Sistem Pelaporan PNBP.

21. Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh

Sistem Billing atas suatu jenis bayaran/setoran yang akan dilakukan Wajib Bayar/Wajib Setor.

/22. Bukti...

Page 7: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 7 -

22. Bukti Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos Persepsi atas transaksi penerimaan negara dengan teraan NTPN dan NTB/NTP sebagai sarana administrasi lain yang kedudukannya disamakan dengan surat setoran.

23. Rencana PNBP adalah hasil penghitungan/penetapan

target dan pagu penggunaan PNBP yang diperkirakan dalam satu tahun anggaran.

24. Aplikasi Target Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat TRPNBP adalah aplikasi yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran yang digunakan untuk penyusunan rencana PNBP.

25. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul.

26. Pendapatan Secara Akrual adalah hak Pemerintah yang

diakui sebagai penambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu bayar kembali.

27. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima adalah

pendapatan yang sampai dengan tanggal pelaporan belum diterima oleh satuan kerja/Pemerintah karena adanya tunggakan pungutan pendapatan dan transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih satuan kerja/ Pemerintah dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

28. Petugas Pengelola PNBP adalah pegawai yang ditugaskan

untuk membantu tugas bendahara penerimaan dalam menatausahakan PNBP.

29. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal

Kementerian Perhubungan.

30. Inspektorat Jenderal adalah Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan.

31. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal

Perhubungan Laut.

32. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

33. Sekretaris Direktorat Jenderal adalah Sekretaris

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

/BAB II...

Page 8: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 8 -

BAB II TATA CARA PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Bagian Kesatu

Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak

Pasal 2

(1) Target penerimaan PNBP Direktorat Jenderal disusun berdasarkan realisasi penerimaan 2 (dua) tahun yang lalu, tahun berjalan dan 2 (dua) tahun yang akan datang yang diasumsikan berdasarkan perkiraan penerimaan PNBP.

(2) Rencana PNBP Direktorat Jenderal disusun berdasarkan data realisasi penerimaan 2 (dua) tahun yang lalu, tahun berjalan dan tahun yang akan datang dengan asumsi-asumsi kondisi yang mungkin terjadi dan kebijakan pemerintah.

(3) Kantor Pusat dan UPT menyusun rencana PNBP untuk tahun anggaran berikutnya dengan menggunakan aplikasi Target dan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (TRPNBP) dan hasilnya disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal paling lambat minggu kedua bulan januari tahun anggaran berjalan dengan tembusan kepada: a. Direktur terkait; b. Kepala Bagian Perencanaan; dan c. Kepala Bagian Keuangan.

(4) Rencana PNBP dari hasil penyusunan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada Sekretaris Jenderal paling lambat awal minggu ketiga bulan Januari tahun anggaran berjalan untuk diajukan dan dimintakan pengesahannya kepada Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.

(5) Rencana PNBP yang sudah disahkan oleh Direktur

Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dicantumkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Bagian Kedua Pengadaan dan Pendistribusian Blanko Bukti Pemakaian

Jasa, Nota Tagihan, Nota Denda, dan Kuitansi Penerimaan Negara Bukan Pajak

Pasal 3

(1) Pengadaan blanko bukti pemakaian jasa, nota tagihan,

nota denda, dan kuitansi PNBP yang telah diberi nomor (prenumbered) dilakukan oleh kantor pusat Direktorat Jenderal berdasarkan usulan UPT melalui direktorat teknis terkait di lingkungan Direktorat Jenderal.

/(2) Pendistribusian...

Page 9: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 9 -

(2) Pendistribusian blanko bukti pemakaian jasa, nota tagihan, nota denda, dan kuitansi PNBP kepada UPT serta pengawasannya dilakukan oleh direktorat teknis terkait di lingkungan Direktorat Jenderal dengan dibuatkan Tanda Terima blanko sesuai dengan Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(3) Tanda terima sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib

dikirimkan kembali oleh UPT kepada direktorat teknis terkait dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah blanko diterima.

(4) Pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Negara di UPT menerima dan mencatat nomor register serta jika terdapat blanko bukti pemakaian jasa, nota tagihan, nota denda, atau kuitansi PNBP yang cacat/batal/hilang segera disampaikan dalam bentuk berita acara kepada direktorat teknis terkait dan diketahui oleh atasan langsung di UPT.

(5) Pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik

Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), mendistribusikan bukti pemakaian jasa dan nota tagihan kepada petugas operasional, kuitansi kepada Bendahara Penerimaan, nota denda kepada pengelola PNBP dan dituangkan dalam berita acara.

(6) Arus keluar masuk blanko bukti pemakaian jasa, nota

tagihan, nota denda, dan kuitansi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), dicatat oleh pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Negara dengan menggunakan aplikasi persediaan.

(7) Skema kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), sesuai dengan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(8) Kuitansi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dicetak sesuai dengan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(9) Dalam hal blanko cetak dari kantor pusat belum diterima oleh UPT maka dapat dicetak blanko sementara oleh UPT dengan menggunakan kode sesuai contoh 1 Lampiran IV dan harus dibuatkan Berita Acara sesuai contoh 2 Lampiran IV dan dilaporkan kepada Sekretaris Direktorat dengan menggunakan format sesuai contoh 3 Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, yang ditandatangani oleh kepala kantor dengan mencantumkan jenis, jumlah eksemplar dan nomor urut blanko dan segera disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan dan Direktorat Teknis Terkait.

/(10) Dalam…

Page 10: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 10 -

(10) Dalam hal blanko cetak dari kantor pusat sudah diterima oleh UPT maka blanko cetak sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak dapat digunakan lagi dan harus menggunakan blanko cetak dari kantor pusat.

Bagian Ketiga

Penerimaan Uang Jasa Kepelabuhanan

Pasal 4

(1) Perusahaan pelayaran/keagenan/pemilik kapal/

Nakhoda mengajukan permintaan pelayanan jasa kepelabuhanan paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan.

(2) Permintaan pelayanan jasa kepelabuhanan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), diajukan kepada kepala kantor UPT, terdiri dari: a. permintaan dan bukti pelayanan jasa kapal (labuh

dan tambat, pandu dan tunda), dengan menggunakan blanko PUJK 1A;

b. permintaan dan bukti pelayanan jasa barang (dermaga, penumpukan dan ship to ship), dengan menggunakan blanko PUJK 1B;

c. permintaan dan bukti pelayanan jasa alat (mekanik dan non mekanik), dengan menggunakan blanko PUJK 1C; dan

d. permintaan dan bukti pelayanan jasa kepelabuhanan lainnya (penggunaan perairan dan pelayanan air bersih, pelayanan terminal penumpang kapal laut, pas masuk orang dan kendaraan (termasuk uang parkir)) sesuai persyaratan administrasi, dengan menggunakan blanko PUJK 1D.

(3) Dalam hal pembatalan permintaan pelayanan jasa

kepelabuhanan, pengajuan dilakukan paling lambat 6 (enam) jam sebelum kapal tiba oleh perusahaan pelayaran/ keagenan/pemilik kapal/Nakhoda.

(4) Permintaan pelayanan jasa kapal untuk memperoleh

fasilitas pelayanan, perusahaan pelayaran melampirkan salinan manifest atau dokumen muatan kapal untuk merencanakan pelayanan.

(5) Pelayanan jasa kepelabuhanan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) menggunakan blanko bukti permintaan jasa PUJK sesuai dengan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 5

(1) Pelayanan jasa kapal di pelabuhan umum dan terminal untuk kepentingan sendiri dilaksanakan sebagai berikut:

/a. setelah…

Page 11: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 11 -

a. setelah kapal tiba di pelabuhan umum dan terminal untuk kepentingan sendiri, perusahaan pelayaran/ keagenan/pemilik kapal/Nakhoda mengisi dan menandatangani kolom permintaan pelayanan pada blanko PUJK 1A disampaikan kepada kepala kantor UPT dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/

Petugas Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan

sebagai monitoring.

b. untuk kapal yang menggunakan jasa pandu dan tunda, perusahaan pelayaran mengisi dan menandatangani kolom permintaan pelayanan pandu/tunda pada blanko PUJK 1A sebelum kapal tiba/menunggu pelayanan dan disampaikan kepada kepala kantor UPT dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/

Petugas Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan

sebagai monitoring.

c. berdasarkan permintaan pelayanan jasa sesuai blanko PUJK 1A, Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk memberikan persetujuan pelayanan.

(2) Pelayanan jasa kapal di terminal khusus dilaksanakan

sebagai berikut: a. pengelola terminal khusus mengisi dan

menandatangani kolom permintaan pelayanan pada blanko PUJK 1A sebelum kapal tiba/menunggu pelayanan dan disampaikan kepada Kepala kantor UPT dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/

Petugas Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan

sebagai monitoring.

/b. pengelola…

Page 12: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 12 -

b. pengelola terminal khusus mengisi dan menandatangani kolom permintaan pelayanan pada blanko PUJK 1A setelah kapal tiba dan disampaikan kepada Kepala kantor UPT dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/

Petugas Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan

sebagai monitoring.

c. permintaan pelayanan jasa PUJK diajukan kepada Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk untuk mendapat persetujuan pelayanan;

d. setelah pelayanan jasa selesai dilaksanakan, kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk mengisi dan menandatangani kolom bukti pemakaian jasa pada blanko PUJK 1A dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/

Petugas Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan

sebagai monitoring.

(3) Bagi kapal yang mengunjungi pelabuhan secara mendadak (Emergency Call) di suatu pelabuhan maka permohonan permintaan pelayanan jasa kepelabuhanan diajukan pada saat kapal tiba di pelabuhan.

Pasal 6

Kontribusi jasa pemanduan dan penundaan pada BUP/terminal khusus dilaksanakan sebagai berikut: a. BUP/pengelola terminal khusus mengisi dan

menandatangani kolom permintaan pelayanan pada blanko PUJK 1A setelah kapal tiba/menunggu pelayanan dan disampaikan kepada kepala kantor UPT dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/ Petugas

Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan

/5. lembar…

Page 13: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 13 -

5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan sebagai monitoring.

b. permintaan pelayanan jasa PUJK diajukan kepada kepala kantor UPT atau pejabat yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan pelayanan;

c. persetujuan pelayanan dari kepala kantor UPT disampaikan kepada BUP/pengelola terminal khusus untuk mendapatkan pelayanan;

d. setelah pelayanan jasa selesai dilaksanakan, kepala kantor UPT atau pejabat yang ditunjuk mengisi dan menandatangani kolom bukti pemakaian jasa pada Blanko PUJK 2A dalam rangkap 5 (lima) diberikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/ Petugas

Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan

sebagai monitoring.

e. petugas operasional menghitung prosentase kontribusi jasa pemanduan dan penundaan kapal yang harus disetor ke kas negara;

f. petugas operasional membuat nota tagihan kepada BUP/pengelola terminal khusus sebagai wajib bayar PNBP;

g. untuk penerimaan kontribusi jasa pandu dan tunda pada pelabuhan utama agar dilakukan rekonsiliasi antara data laporan kegiatan pandu dan tunda kapal dari pengguna jasa/BUP/pengelola terminal khusus yang diterima oleh Kantor Otoritas Pelabuhan Utama dengan data Surat Persetujuan Berlayar dan Laporan Pengawasan Kegiatan Pandu dan Tunda Kapal pada Kantor Kesyahbandaran Utama setempat setiap 1 (satu) bulan sekali dengan membuat berita acara hasil rekonsiliasi.

h. untuk penerimaan kontribusi jasa pandu dan tunda, Bendahara Penerimaan dan Pengelola PNBP UPT agar melakukan rekonsiliasi dengan pihak pengguna jasa/BUP/pengelola terminal khusus setiap 1 (satu) bulan sekali dengan membuat berita acara hasil rekonsiliasi sesuai dengan Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

i. berdasarkan berita acara rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dalam huruf h, Bendahara Penerimaan/ Pengelola PNBP UPT menerbitkan nota tagihan kepada pengguna jasa/BUP/pengelola terminal khusus.

Pasal 7

Pelayanan jasa barang di pelabuhan umum, dilaksanakan sebagai berikut:

/a. permintaan…

Page 14: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 14 -

a. permintaan pelayanan jasa barang dilakukan oleh perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut /Perusahaan Bongkar Muat /perusahaan pelayaran/pemilik barang dengan mengisi dan menandatangani kolom permintaan pelayanan pada blanko PUJK 1B disampaikan kepada Kepala kantor UPT dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. Lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. Lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/ Petugas

Operasional Wilayah kerja sebagai arsip; 3. Lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. Lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. Lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan

sebagai monitoring.

b. berdasarkan permintaan pelayanan jasa blanko PUJK 1B tersebut di atas, Kepala kantor UPT memberikan persetujuan;

c. setelah pelayanan jasa selesai dilaksanakan, Kepala kantor UPT atau pejabat yang ditunjuk mengisi dan menandatangani kolom bukti pemakaian jasa pada blanko PUJK 1B dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. Lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; 2. Lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/ Petugas

Operasional Wilayah kerja sebagai arsip; 3. Lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar untuk mencatat penerimaan; 4. Lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. Lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan

sebagai monitoring.

Pasal 8

(1) Dalam hal terminal khusus digunakan untuk melayani kepentingan umum atas izin pemerintah, pengelola terminal khusus mengajukan permintaan pelayanan jasa dengan mengisi dan menandatangani kolom permintaan pelayanan pada blanko PUJK 1B disampaikan kepada kepala kantor UPT dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/Petugas

Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kepelabuhanan sebagai monitoring.

(2) Berdasarkan permintaan pelayanan jasa pada blanko PUJK 1B tersebut di atas kepala kantor UPT atau pejabat yang ditunjuk memberikan persetujuan pelayanan.

/(3) Setelah…

Page 15: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 15 -

(3) Setelah pelayanan jasa selesai dilaksanakan, kepala kantor UPT atau pejabat yang ditunjuk mengisi dan menandatangani kolom bukti pemakaian jasa pada blanko PUJK 1B dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/Petugas

Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan sebagai

monitoring.

Pasal 9

(1) Permintaan pelayanan jasa alat dilakukan oleh perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut /Perusahaan Bongkar Muat /perusahaan pelayaran/pemilik barang barang dengan cara mengisi dan menandatangani kolom permintaan pelayanan pada blanko PUJK 1C disampaikan kepada kepala kantor UPT dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/Petugas

Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kepelabuhanan sebagai monitoring.

(2) Berdasarkan permintaan pelayanan jasa pada blanko PUJK 1C tersebut kepala kantor UPT atau pejabat yang ditunjuk memberikan persetujuan pelayanan.

(3) Setelah pelayanan jasa selesai dilaksanakan, Kepala kantor

UPT atau pejabat yang ditunjuk mengisi dan menandatangani kolom bukti pemakaian jasa pada blanko PUJK 1C dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing disampaikan kepada: 1. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; 2. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional/Petugas

Operasional Wilayah Kerja sebagai arsip; 3. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar untuk mencatat penerimaan; 4. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan 5. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan sebagai

monitoring.

Pasal 10

(1) Pelayanan jasa alat dapat dilakukan oleh kepala kantor UPT atau Badan Hukum Indonesia berdasarkan kerjasama saling menguntungkan dengan kepala kantor UPT.

/(2) Apabila…

Page 16: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 16 -

(2) Apabila pelayanan jasa alat dilakukan oleh Badan Hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan kontribusi 20 (dua puluh) % dari pendapatan jasa pelayanan alat dan merupakan PNBP.

Pasal 11

(1) Jasa kepelabuhanan lainnya antara lain:

a. penggunaan perairan dan pelayanan air bersih; b. pelayanan terminal penumpang kapal laut; c. pas orang; dan d. pas kendaraan (termasuk uang parkir).

(2) Untuk pelayanan penggunaan perairan dilaksanakan dengan

perjanjian penggunan perairan dalam batas waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

(3) Perjanjian penggunaan perairan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) sesuai dengan Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini dan berita acara pengukuran luasan penggunaan perairan yang ditandatangai oleh kedua belah pihak dapat dikonsultasikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Hukum dan KSLN Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebelum ditandatangani.

(4) Perjanjian penggunaan perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. para pihak; b. ruang lingkup; c. luas dan batas-batas perairan; d. jangka waktu; e. hak dan kewajiban; f. tarif penggunaan perairan; g. tata cara pembayaran; h. denda; i. keadaan kahar; j. penyelesaian perselisihan; dan k. ketentuan lain.

(5) Salinan perjanjian penggunaan perairan yang telah

ditandatangani antara penyelenggara pelabuhan dengan pengelola terminal khusus/terminal untuk kepentingan sendiri wajib disampaikan kepada Direktur Kepelabuhanan dan Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan dan Kepala Bagian Hukum dan KSLN Sekretariat Direktorat Jenderal.

(6) Untuk pelayanan jasa terminal, tanda masuk (pas) pelabuhan

orang, penumpang kapal/penjemput dan kendaraan menggunakan karcis sesuai dengan Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

/Pasal 12…

Page 17: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 17 -

Pasal 12

Perhitungan luas penggunaan perairan sebagai dasar penghitungan penggunaan perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a, dihitung sebagai berikut : a. untuk bangunan dan kegiatan lainnya di atas air luas

penggunaan perairan dihitung berdasarkan luas tapak bangunan;

b. untuk bangunan dan kegiatan lainnya di bawah air luas penggunaan perairan dihitung berdasarkan luas tapak bangunan dibawah air, dengan ketentuan dalam hal lebar diameter kurang dari 1 (satu) meter dilakukan pembulatan ke atas menjadi 1 (satu) meter;

c. untuk dermaga dan/atau bangunan di atas air pada Tersus/TUKS: 1. tipe marjinal

Luas penggunaan perairan yang digunakan terdiri dari panjang dermaga/panjang kapal terbesar dikalikan dengan lebar dermaga ditambah lebar kapal terbesar. A = (B1+B2) X L A = Luas penggunaan perairan B1 = Lebar dermaga B2 = lebar kapal terbesar L = Panjang dermaga/panjang kapal terbesar

2. tipe jetty

Luas penggunaan perairan yang digunakan terdiri dari luas perairan untuk panjang bangunan dermaga/panjang kapal terbesar dikalikan dengan lebar kapal terbesar di tambah lebar dermaga ditambah panjang trestle sejajar dengan panjang dermaga/panjang kapal terbesar A = L x (B1+B2+B3) A = Luas penggunaan perairan L = panjang bangunan dermaga/panjang kapal terbesar B1 = lebar kapal terbesar B2 = lebar dermaga B3 = panjang trestel

3. tipe Finger

Luas penggunaan perairan yang digunakan terdiri dari luas perairan untuk bangunan lebar dermaga di tambah lebar kapal terbesar dikalikan dengan panjang dermaga ditambah panjang trestle (apabila ada). A = (L1 + L2 + L3) x (B1 + B2) A = Luas penggunaan perairan L1 = lebar dermaga L2 = lebar kapal terbesar sisi kanan dermaga L3 = lebar kapal terbesar sisi kiri dermaga B1 = panjang dermaga B2 = panjang trestle

4. tipe breasting dolphin

Luas penggunaan perairan tapak bangunan dihitung dari panjang bangunan dolphin terluar/ panjang kapal terbesar dikalikan dengan lebar kapal terbesar di tambah lebar dermaga ditambah panjang trestle sejajar dengan panjang dermaga/panjang kapal terbesar A = L x (B1+B2+B3)

/A = Luas…

Page 18: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 18 -

A = Luas penggunaan perairan. L = panjang bangunan dolphin/panjang kapal terbesar B1 = lebar kapal terbesar B2 = lebar dermaga B3 = panjang trestel

5. single bouy mooring

Luas penggunaan perairan dihitung luas lingkaran dengan jari-jari sama dengan ukuran panjang kapal (LOA) terbesar ditambah panjang peralatan bantu yang digunakan ditambah 25 M A = π x (L + B + 25 M)² dengan π = (22/7) A = Luas perairan dalam bentuk lingkaran L = panjang kapal terbesar B = panjang peralatan bantu

6. multy mooring bouy

a. 2 (Dua) mooring bouy Luas penggunaan perairan dihitung dengan jarak antar bouy dikalikan dengan lebar kapal terbesar ditambah 25 m sisi kiri dan 25 m sisi kanan kapal. A = P X (L + 25 + 25) m A = Luas penggunaan perairan. P = Panjang jarak antar sisi terluar bouy L = Lebar kapal terbesar ditambah 25 m sisi kiri dan 25 m sisi kanan kapal

b. 4 (empat) mooring bouy Luas penggunaan perairan dihitung dari perkalian jarak 4 (empat) sisi terluar bouy A = P X L A = Luas penggunaan perairan P = Panjang jarak antar sisi terluar bouy L = Lebar jarak antar sisi terluar bouy

7. tipe slip way

Luas penggunaan perairan yang digunakan terdiri dari panjang slip way/panjang kapal terbesar dikalikan dengan lebar slip way. A = B X L A = Luas penggunaan perairan B = panjang slip way/panjang kapal terbesar L = lebar slip way

8. tipe Island Berth (dermaga tanpa trestle/causeway) Luas penggunaan perairan yang digunakan terdiri dari panjang dermaga/dolphin terluar atau panjang kapal terbesar dikalikan dengan jumlah lebar kapal terbesar yang sandar ditambah lebar dermaga A = (B1 + B2 + B3) X L A = Luas penggunaan perairan B1 = Lebar dermaga/ dolphin B2 + B3 = Jumlah lebar kapal terbesar yang sandar L = Panjang dermaga/ dolphin terluar atau panjang kapal terbesar

/9. Terhadap…

Page 19: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 19 -

9. Terhadap dermaga atau bangunan yang dilindungi/dibangun breakwater (pemecah gelombang) atau bangunan lainnya, maka luasan perairan tapak bangunan dihitung dari jarak bangunan terluar dikalikan dengan panjang bangunan terpanjang ditarik garis lurus ke darat (surut terendah/ 0 (nol) LWS);

10. Terhadap Tersus atau TUKS yang memiliki lebih dari 1 (satu) dermaga dengan berbagai jenis tipe dermaga pada satu lokasi, maka luasan perairan dihitung dari jarak antar bangunan terluar ditambah lebar kapal terbesar (apabila bangunan terluar digunakan untuk sandar kapal) dikalikan dengan lebar kapal terbesar ditambah panjang bangunan terpanjang ditarik garis lurus ke darat (surut terendah/ 0 (nol) LWS); A = (L1+L2) x (B1+B2) A = Luas penggunaan perairan L1 = jarak antar bangunan terluar L2 = lebar/panjang kapal terbesar (apabila bangunan

terluar digunakan untuk sandar kapal) B1 = panjang bangunan terpanjang ditarik garis lurus ke

darat B2 = lebar kapal terbesar

11. Terhadap dermaga yang disandar oleh kapal dengan

susun sirih, maka luas penggunaan perairan dihitung dari luas jenis tipe dermaga dimaksud diatas ditambah dengan luas jumlah kapal terbesar yang sandar;

12. Terhadap dermaga dan/atau bangunan yang disandar oleh kapal yang bertambat pada lambung kapal lain yang sedang bertambat, maka luas penggunaan perairan yang digunakan terdiri dari panjang dermaga/dolphin terluar atau panjang kapal terbesar dikalikan dengan jumlah lebar kapal terbesar yang sandar ditambah lebar dermaga dan panjang trestle A = (B1 + B2 + B3 + Bn) X L

A = Luas penggunaan perairan B1 = panjang trestle (bila ada) B2 = lebar dermaga B3 = lebar kapal terbesar yang sandar Bn = jumlah lebar kapal terbesar yang sandar

L = Panjang dermaga/ dolphin terluar atau panjang kapal terbesar

d. Terhadap Tersus/TUKS yang melakukan kegiatan Ship To

Ship (STS) transfer di perairan, maka penggunaan perairan dihitung berdasarkan luasan jarak antar titik-titik koordinat terluar dari kegiatan operasional STS dimaksud yang tertuang dalam ijin pembangunan dan pengoperasian;

e. Terhadap tipe dermaga dan/atau bangunan yang tidak tercantum dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, maka perhitungan luas penggunaan perairannya dihitung dari garis

/terluar…

Page 20: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 20 -

terluar tapak bangunan ditarik garis lurus ke darat (surut terendah/ 0 (nol) LWS) ditambah lebar kapal terbesar dan ditarik garis lurus ke sisi bangunan terluar kemudian ditarik garis lurus ke darat (surut terendah/ 0 (nol) LWS);

f. Tipe penggunaan perairan sebagaimana dimaksud dalam

huruf c, sesuai dengan Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini;

g. Terhadap konstruksi dermaga/bangunan Tersus/TUKS yang batas perairannya melebihi batas daratan yang dimiliki/dikuasai oleh pengelola Tersus/TUKS maka perhitungan luas penggunaan perairan di hitung dari ujung bangunan terluar ditarik garis lurus ke darat yang dimiliki/dikuasai oleh pengelola Tersus/TUKS.

Pasal 13

(1) Penentuan pembayaran penggunaan perairan pada Tersus

atau TUKS yang baru dibangun, dimulai untuk Tersus sejak surat rekomendasi selesai pembangunan dan siap operasi dari Penyelenggara Pelabuhan dikeluarkan atau untuk TUKS sejak persetujuan pengelolaan ditetapkan kepada pengelola TUKS.

(2) Penentuan pembayaran penggunaan perairan pada Tersus atau TUKS yang telah beroperasi dan/atau beralih kepemilikannya, dimulai sejak izin operasi atau persetujuan pengelolaan dan/atau pengalihan ditetapkan.

(3) Paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah mendapatkan rekomendasi sebagaimana dimaksud ayat (1), dilakukan perhitungan luas penggunaan perairan yang dilakukan bersama antara Penyelenggara Pelabuhan dengan pengelola Tersus atau TUKS dengan dibuat berita acara perhitungan luas penggunaan perairan dan apabila diperlukan dalam perhitungan luas penggunaan perairan dapat mengikutsertakan Tim Terpadu Direktorat Jenderal.

(4) Paling lambat 14 (empat belas) hari kalender setelah

dilakukan perhitungan luas penggunaan perairan penyelenggara pelabuhan dengan pengelola Tersus atau TUKS menandatangani perjanjian penggunaan perairan.

(5) Surat rekomendasi, berita acara perhitungan luas

penggunaan perairan dan perjanjian penggunaan perairan ditembuskan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal dan Direktorat Kepelabuhanan.

Pasal 14

(1) Termin untuk pembayaran penggunaan perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), dilaksanakan setiap tahun sesuai periode tahun takwim dan pembayarannya dilakukan setiap awal termin sesuai periode perjanjian.

/(2) Dalam…

Page 21: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 21 -

(2) Dalam hal perjanjian penggunaan perairan tidak dilakukan dalam 1 (satu) tahun takwim maka perhitungan pungutan termin pertama dimulai dari awal perjanjian sampai dengan akhir Desember tahun tersebut dan untuk termin berikutnya perhitungan pungutan sesuai dengan tahun takwim.

(3) Dalam hal periode perjanjian berakhir tidak dalam 1 (satu)

tahun takwim maka perhitungan pungutan dari awal tahun takwim sampai dengan akhir periode perjanjian.

Pasal 15

(1) Perhitungan tagihan atas pelayanan jasa kepelabuhanan

minimal Rp.2.000,- (dua ribu rupiah) per kegiatan pelayanan.

(2) Pembulatan ukuran satuan barang kurang dari 1 (satu) ton/m³ menjadi 1 (satu) ton/m³.

(3) Perhitungan pembulatan jarak pemanduan sampai dengan 10 (sepuluh) mil dikelompokkan dalam kelompok 1 (satu), jarak di atas 10 (sepuluh) sampai 20 (dua puluh) mil dikelompokkan dalam kelompok 2 (dua) dan jarak di atas 20 (dua puluh) mil dikelompokkan dalam kelompok 3 (tiga).

Pasal 16

(1) Penerimaan jasa kepelabuhanan dihitung berdasarkan bukti

pemakaian jasa dan blanko nota tagihan, yang terdiri dari: a. PUJK 2A : perhitungan nota tagihan jasa kapal; b. PUJK 2A1 : perhitungan nota tagihan kontribusi

pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal; c. PUJK 2B : perhitungan nota tagihan jasa barang; d. PUJK 2C : perhitungan nota tagihan jasa alat; e. PUJK2D : perhitungan nota tagihan jasa kepelabuhan

lainnya; dan f. Karcis : tanda masuk (pas) pelabuhan untuk orang,

terminal penumpang kapal, pengantar/ penjemput dan kendaraan.

(2) Pelaksanaan perhitungan nota tagihan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh petugas operasional.

(3) BPN diserahkan kepada Bendahara Penerimaan UPT oleh pengguna jasa untuk ditukar dengan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran jasa kepelabuhanan.

(4) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

membuat kuitansi dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; c. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar untuk mencatat penerimaan; d. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan e. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan sebagai

monitoring.

/(5) Blanko…

Page 22: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 22 -

(5) Blanko nota tagihan jasa PUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Bagian Keempat

Penerimaan Surat Izin Kepelabuhanan

Pasal 17

(1) Pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan oleh pengguna

jasa membayar tagihan penerimaan surat izin kepelabuhanan ke bank pada pelayanan satu atap kantor pusat Direktorat Jenderal untuk pelayanan yang diberikan oleh kantor pusat setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional.

(2) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat

dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa dan/atau yang

dikuasakan oleh pengguna jasa sebagai dasar untuk membayar pungutan PNBP;

b. lembar 2 (dua) untuk petugas pemungut PNBP sebagai dasar pembuatan kuitansi;

c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk bank pada pelayanan satu atap

kantor pusat Direktorat Jenderal; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kepelabuhanan sebagai monitoring.

(3) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 18

(1) Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, menggunakan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran yang ditandatangani oleh petugas pemungut PNBP pada Direktorat Kepelabuhanan serta dibuat dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk petugas pemungut PNBP sebagai

dasar pembuatan kuitansi; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk Bank pada pelayanan satu atap

kantor pusat Direktorat Jenderal; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kepelabuhanan sebagai monitoring.

(2) Tanda bukti pembayaran (kuitansi) dari Bendahara atau Petugas Pemungut PNBP disampaikan ke pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan sebagai syarat pengambilan dokumen yang telah selesai diproses.

/Bagian Kelima…

Page 23: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 23 -

Bagian Kelima Penerimaan dan Penyetoran PNBP Hasil Konsesi dan Kerjasama Lainnya

Pasal 19

(1) Besaran prosentase hasil konsesi (concession fee) diperoleh Penyelenggara Pelabuhan sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian.

(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam

2 (dua) rangkap, yang terdiri dari: a. rangkap pertama untuk Penyelenggara Pelabuhan; dan b. rangkap kedua untuk BUP.

(3) Salinan perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada Direktorat Kepelabuhanan dan Sekretariat Direktorat Jenderal Cq. Bagian Keuangan serta Bagian Hukum dan KSLN.

(4) PNBP hasil konsesi (concession fee) terdiri dari:

a. konsesi terhadap fasilitas pelabuhan eksisting yang diselenggarakan oleh BUP BUMN Kepelabuhanan sebelum Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. konsesi terhadap fasilitas pelabuhan non eksisting yang diselenggarakan oleh BUP BUMN Kepelabuhanan sesudah Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; dan

c. konsesi terhadap fasilitas pelabuhan yang diselenggarakan oleh BUP Non BUMN Kepelabuhanan.

(5) PNBP hasil konsesi terhadap jenis-jenis kegiatan jasa kepelabuhanan berupa: a. jasa kapal; b. jasa barang; dan c. jasa penumpang.

(6) PNBP hasil konsesi berupa jasa kapal sebagaimana dimaksud

ayat (5) huruf a, terdiri dari: a. jasa tambat; b. jasa penyediaan pengisian bahan bakar dan air bersih; c. pelayanan jasa bunker; dan d. jasa penggunaan alur yang dibangun/dirawat oleh BUP.

(7) PNBP hasil konsesi berupa jasa barang sebagaimana

dimaksud ayat (5) huruf b, terdiri dari: a. jasa dermaga; b. jasa gudang; c. jasa lapangan penumpukan; dan d. jasa alat bongkar muat.

(8) PNBP hasil konsesi berupa jasa penumpang sebagaimana

dimaksud ayat (5) huruf c, terdiri dari: a. jasa penyediaan terminal penumpang; dan b. pas masuk penumpang.

/(9) PNBP…

Page 24: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 24 -

(9) PNBP hasil konsesi selain sebagaimana dimaksud ayat (4) dapat juga diperoleh dari kerjasama antara BUP dengan pihak ke 3 (tiga) dan kegiatan berupa pas masuk kendaraan, kerjasama peralatan dan pengusahaan peralatan.

(10) PNBP hasil konsesi dihitung berdasarkan pendapatan bruto

BUP.

(11) Dalam hal BUP melakukan kerjasama dengan pihak ke 3 (tiga) dan/atau anak perusahaan, maka pendapatan konsesi dihitung dari seluruh pendapatan bruto kegiatan jasa kepelabuhanan (bukan pendapatan BUP dari pihak ke 3 (tiga) dan/atau anak perusahaan).

(12) Komponen yang dikecualikan dari perhitungan pendapatan

Konsesi yaitu: a. biaya Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM);dan b. jasa pemanduan kapal.

Pasal 20

(1) PNBP hasil kerjasama lainnya diperoleh Penyelenggara Pelabuhan yang besarannya sesuai dengan nilai yang tercantum dalam perjanjian kerjasama.

(2) PNBP hasil kerjasama lainnya terdiri dari:

a. kerjasama pemanfaatan; b. kerjasama terkait jasa kepelabuhanan; c. sewa menyewa; d. kontrak manajemen;dan e. kerjasama operasi.

(3) PNBP hasil kerjasama lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diperoleh dari: a. fasilitas pelabuhan yang sudah tercatat sebagai Barang

Milik Negara Kementerian Perhubungan yang dibangun bersumber dari dana APBN/APBD;

b. seluruh aset hasil konsesi termasuk lahan telah menjadi milik Penyelenggara Pelabuhan setelah berakhirnya masa konsesi.

(4) Besaran PNBP hasil kerjasama lainnya sebagaimana dimaksud ayat (1) diperoleh berdasarkan perhitungan dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan.

Pasal 21

(1) Jangka waktu perhitungan pendapatan PNBP hasil konsesi dan kerjasama lainnya adalah 1 (satu) tahun takwim anggaran.

(2) Apabila perjanjian ditandatangani tidak dalam 1 (satu) tahun

takwim, maka perhitungan pendapatan hasil konsesi dan kerjasama lainnya dimulai dari awal perjanjian sampai dengan akhir Desember tahun tersebut.

/Pasal 22…

Page 25: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 25 -

Pasal 22

(1) Penyelenggara Pelabuhan dan BUP melakukan rekonsiliasi dengan data dukung, antara lain: a. laporan keuangan BUP; dan b. laporan operasional pelayanan jasa kepelabuhanan.

(2) Rekonsiliasi PNBP hasil konsesi dan kerjasama lainnya

antara Penyelenggara Pelabuhan dengan BUP dilakukan setiap tanggal 20 setiap bulannya dan dituangkan dalam Berita Acara dan ditembuskan kepada Direktorat Kepelabuhanan dan Sekretariat Direktorat Jenderal Cq. Bagian Keuangan serta Bagian Hukum dan KSLN.

(3) Rekonsiliasi terhadap konsesi fasilitas pelabuhan eksisting

yang diselenggarakan oleh BUP BUMN Kepelabuhanan antara Penyelenggara Pelabuhan dengan BUP BUMN Kepelabuhanan setiap tanggal 20 bulan ketiga pada tiap periode triwulannya yang dikoordinasikan oleh Kantor Otoritas Pelabuhan Utama dilakukan dengan mengikutsertakan Kantor Pusat Direktorat Jenderal dan Direksi BUP BUMN yang dituangkan dalam Berita Acara dan ditembuskan kepada Direktorat Kepelabuhanan dan Sekretariat Direktorat Jenderal Cq. Bagian Keuangan serta Bagian Hukum dan KSLN.

(4) Rekonsiliasi terhadap konsesi fasilitas pelabuhan non eksisting antara Penyelenggara Pelabuhan dengan BUP setiap tanggal 20 bulan ketiga pada tiap periode triwulannya dengan mengikutsertakan Kantor Pusat Direktorat Jenderal dan dituangkan dalam Berita Acara dan ditembuskan kepada Direktorat Kepelabuhanan dan Sekretariat Direktorat Jenderal Cq. Bagian Keuangan serta Bagian Hukum dan KSLN.

Pasal 23

(1) Pembayaran PNBP hasil Konsesi dan kerjasama lainnya dilaksanakan dalam 4 (empat) periode dalam 1 (satu) tahun yaitu setiap 3 (tiga) bulan paling lambat pada tanggal 25 bulan berikutnya;

(2) Perhitungan PNBP hasil konsesi dan kerjasama lainnya

selama 1 (satu) tahun berdasarkan pendapatan bruto yang tercantum dalam Laporan Keuangan BUP yang sudah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang diserahkan paling lambat tanggal 14 April tahun berikutnya.

(3) Dalam hal terdapat kelebihan atau kekurangan pembayaran

dari hasil audit oleh Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka akan diperhitungkan kembali pada pembayaran triwulan berikutnya.

(4) Penyelenggara Pelabuhan membuat Nota Tagihan sesuai dengan hasil rekonsiliasi PNBP antara Penyelenggara Pelabuhan dengan BUP.

/Pasal 24…

Page 26: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 26 -

Pasal 24

(1) Obyek kegiatan jasa kepelabuhanan yang dikonsesikan dan dikerjasamakan harus tercantum di dalam perjanjian dan digunakan sebagai bahan rekonsiliasi.

(2) Obyek kegiatan jasa kepelabuhanan yang dikonsesikan dan

dikerjasamakan yang belum tercantum atau terjadi perubahan dalam perjanjian, maka wajib dilaksanakan perubahan perjanjian (addendum) yang disepakati/ ditandatangani bersama antara Penyelenggara Pelabuhan dengan BUP.

Pasal 25

(1) Badan usaha dan/atau pengguna jasa dan/atau pihak yang

dikuasakan membayar tagihan uang PNBP hasil konsesi (concession fee) dan/atau kerjasama lainnya ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan UPT setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional sesuai Lampiran XII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini

(2) BPN diserahkan kepada Bendahara Penerimaan UPT oleh

badan usaha dan/atau pengguna jasa dan/atau pihak yang dikuasakan untuk ditukar dengan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran hasil konsesi (concession fee) dan/atau kerjasama lainnya dan ditembuskan ke Direktorat Kepelabuhanan dan Sekretariat Direktorat Jenderal Cq. Bagian Keuangan.

(3) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

membuat kuitansi dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk badan usaha dan/atau pengguna

jasa dan/atau pihak yang dikuasakan; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional penyelenggara

pelabuhan sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan e. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Kepelabuhanan sebagai

monitoring.

Bagian Keenam Jasa Kenavigasian

Paragraf Kesatu

Penerimaan Jasa Penggunaan SBNP/Uang Rambu

Pasal 26

(1) Pengguna jasa dan/atau pihak yang dikuasakan oleh pengguna jasa dapat membayar tagihan uang jasa penggunaan SBNP ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP/Petugas Operasional UPT setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional.

/(2) Nota…

Page 27: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 27 -

(2) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat dalam 5 (lima) rangkap yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar pembuatan kuitansi; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kenavigasian sebagai monitoring.

(3) Pengguna jasa dan/atau pihak yang dikuasakan oleh pengguna jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menyerahkan nota tagihan dan BPN kepada Bendahara Penerimaan UPT untuk ditukar dengan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran jasa penggunaan SBNP.

(4) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

membuat kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran jasa penggunaan SBNP, dalam 5 (lima) rangkap yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kenavigasian sebagai monitoring.

(5) Tanda bukti pembayaran (kuitansi) dari Bendahara atau Petugas Pemungut PNBP disampaikan ke pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan sebagai syarat pengambilan dokumen yang telah selesai diproses.

(6) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai

dengan Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(7) Dalam hal kapal berada diwilayah DLKR/DLKP lebih dari 30

(tiga puluh) hari kalender maka dikenakan kembali tarif jasa SBNP/Uang Rambu pada saat SPB diterbitkan.

Paragraf Kedua Penerimaan Jasa Sewa Fasilitas Galangan Navigasi

Pasal 27

(1) Fasilitas galangan navigasi selain digunakan untuk merawat

kapal navigasi, dapat disewakan kepada pihak lain untuk melayani pemeliharaan kapal.

(2) Penerimaan jasa sewa fasilitas galangan navigasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan penerimaan PNBP.

/Pasal 28…

Page 28: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 28 -

Pasal 28

(1) Permohonan penyewaan fasilitas galangan navigasi diajukan

oleh penyewa secara tertulis kepada Kepala Distrik Navigasi setempat setiap kali akan melakukan pengedokan/ perlimbungan kapal, dengan tembusan Direktur Kenavigasian.

(2) Pemberian persetujuan atas permohonan penyewaan

fasilitas galangan navigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan oleh Kepala Distrik Navigasi setempat dengan tembusan Direktur Kenavigasian.

Pasal 29

(1) Persetujuan penggunaan fasilitas galangan navigasi oleh

pihak penyewa dituangkan dalam suatu perjanjian antara Direktorat Jenderal atau pejabat yang ditunjuk dengan pihak penyewa.

(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

ketentuan sebagai berikut: a. lamanya penggunaan galangan; b. besarnya biaya sewa galangan; c. kerugian kapal yang terjadi sejak naik sampai turun

galangan bukan tanggung jawab Distrik Navigasi; d. tata tertib pelaksanaan perbaikan/perawatan kapal oleh

penyewa; dan e. persyaratan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan

tersebut. (3) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat

dalam 2 (dua) rangkap yang terdiri dari: a. rangkap pertama untuk Distrik Navigasi;dan b. rangkap kedua untuk pihak penyewa.

(4) Salinan Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Direktorat Kenavigasian dan Sekretariat Direktorat Jenderal Cq. Bagian Keuangan serta Bagian Hukum dan KSLN.

Pasal 30

Bendahara Penerimaan Distrik Navigasi menerbitkan nota tagihan dan kode billing untuk pungutan sewa fasilitas galangan navigasi kepada pihak penyewa yang besarannya sesuai yang tercantum dalam perjanjian.

Paragraf Ketiga

Penerimaan Jasa Telekomunikasi Pelayaran

Pasal 31

(1) Jenis Penerimaan Jasa Telekomunikasi Pelayaran terdiri dari: a. pelayanan telegram/ telephone call;

/b.pelayanan…

Page 29: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 29 -

b. pelayanan VTS angkutan dalam negeri, luar negeri dan koneksi data VTS; dan

c. pelayanan NDC LRIT.

(2) Jenis Penerimaan Jasa Telekomunikasi Pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan pelayanan regristrasi LRIT kapal ke NDC-LRIT Indonesia dan penyampaian data dari NDC LRIT Indonesia kepada DC-LRIT negara lain yang terdiri dari position report, polled LRIT position report, changes of the rate of transmission, archieved position report.

Pasal 32

Perusahaan pelayaran/ keagenan/ pemilik kapal/ nakhoda menyampaikan permintaan pelayanan VTS paling lambat 12 (dua belas) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan, dan bagi kapal yang pelayarannya kurang dari 12 (dua belas) jam segera menyampaikan permintaan pelayanan VTS sebelum kapal tiba di pelabuhan.

Pasal 33

(1) Penerimaan jasa Telekomunikasi Pelayaran pelayanan telegram/ telephone call dilakukan sebagai berikut : a. bagi kapal yang masuk ke DLKr dan/atau DLKp

pelabuhan nota tagihan diterbitkan oleh petugas operasional SROP setempat;

b. bagi kapal yang hanya melintas di perairan bukti pemakaian jasa diterbitkan oleh petugas operasional SROP setempat yang diteruskan ke Direktorat Kenavigasian untuk diterbitkan nota tagihan yang ditujukan kepada AAIC.

(2) Pengguna jasa atau pihak yang dikuasakan oleh pengguna jasa dapat membayar jenis penerimaan jasa Telekomunikasi Pelayaran pelayanan telegram/ telephone call sebagai berikut :

a. penyetoran PNBP ke kas negara bagi kapal yang masuk ke DLKr dan/atau DLKp pelabuhan dilakukan dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/ Pengelola PNBP/Petugas Operasional UPT setempat;

b. penyetoran PNBP ke kas negara bagi kapal yang hanya melintas diperairan dilakukan oleh AAIC dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Petugas Pemungut PNBP Direktorat Kenavigasian.

(3) Pengguna jasa atau pihak yang dikuasakan oleh pengguna jasa membayar jenis penerimaan jasa pelayanan VTS ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP/Petugas Operasional UPT setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional.

(4) Pengguna jasa atau pihak yang dikuasakan oleh pengguna jasa membayar jenis penerimaan jasa Telekomunikasi Pelayaran pelayanan NDC-LRIT Indonesia, melalui petugas pemungut PNBP Direktorat Kenavigasian.

/Pasal 34…

Page 30: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 30 -

Pasal 34

(1) Bukti pemakaian dan nota tagihan jasa pelayanan telegram/telephone call sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a, dibuat oleh petugas operasional di kantor Stasiun Radio Pantai.

(2) Nota tagihan jasa pelayanan telegram/telephone call bagi

kapal yang masuk ke DLKr dan/atau DLKp pelabuhan dibuat dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar pembuatan kuitansi; c. lembar 3 (tiga) untuk petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kenavigasian sebagai monitoring.

(3) Nota tagihan untuk jasa pelayanan telegram/ telephone call bagi kapal yang masuk ke DLKr dan/atau DLKp pelabuhan dibuat oleh petugas SROP dengan menggunakan contoh 5 dalam Lampiran XV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini dan setiap bulan dilaporkan kepada Kepala Distrik Navigasi setempat.

(4) Bukti pemakaian jasa pelayanan telegram/telephone call

bagi kapal yang melintas di perairan dibayarkan kepada Bendahara Penerimaan kantor pusat melalui Badan Kuasa Perhitungan (accounting authority) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat dalam 4 (empat) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk petugas pemungut PNBP Direktorat

Kenavigasian sebagai dasar untuk membuat tagihan kepada badan kuasa perhitungan (accounting authority);

b. lembar 2 (dua) untuk badan kuasa perhitungan (accounting authority);

c. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan Kantor Pusat;

d. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP Direktorat Kenavigasian sebagai monitoring.

(5) Bukti pemakaian jasa pelayanan telegram/telephone call

bagi kapal yang melintas di perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran XIV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(6) Nota tagihan jasa pelayanan telegram/telephone call bagi kapal yang melintas diperairan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan contoh 5 Lampiran XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

/Pasal 35 …

Page 31: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 31 -

Pasal 35

(1) Perhitungan besaran tagihan atas penggunaan jasa Telekomunikasi Pelayaran yang berupa pelayanan telegram / telephone call sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a, dilakukan sebagai berikut : a. bagi kapal yang masuk ke DLKr dan/atau DLKp

pelabuhan, perhitungan besaran tagihan dilakukan oleh petugas operasional SROP;

b. bagi kapal yang melintas di perairan, perhitungan besaran tagihan dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan Badan Kuasa Perhitungan (accounting authority).

(2) Perhitungan besaran tagihan atas penggunaan jasa Telekomunikasi Pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa tanda bukti pemakaian jasa Telekomunikasi Pelayaran.

(3) PNBP telegram/ telephone call bagi yang dikerjasamakan

dengan pihak badan usaha atau kerjasama lainnya besarannya sesuai dengan nilai yang tercantum dalam perjanjian kerjasama.

(4) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat

dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk petugas pemungut PNBP sebagai

dasar pembuatan kuitansi; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk Bendahara Penerimaan kantor

pusat; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kenavigasian sebagai monitoring.

Pasal 36

(1) Nota tagihan untuk pelayanan VTS dibuat oleh petugas VTS dengan menggunakan contoh 2 dalam Lampiran XVI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini dan setiap bulan dilaporkan kepada Kepala Distrik Navigasi setempat.

(2) Nota tagihan untuk koneksi data VTS dibuat sesuai dengan

jumlah kapal di area yang dikerjasamakan dan penarikannya dilakukan 1 (satu) kali dalam 2 (satu) bulan dengan menggunakan contoh 3 dalam Lampiran XVI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(3) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1,) ayat (2)

dan ayat (3), dibuat dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari:

/a. lembar…

Page 32: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 32 -

a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar pembuatan kuitansi; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional/Petugas

Operasional Wilayah kerja sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kenavigasian sebagai monitoring.

(4) Nota Tagihan untuk PNBP telegram/ telephone call sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diterbitkan oleh Direktorat Kenavigasian yang terdiri dari 5 (lima) rangkap: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk petugas pemungut PNBP sebagai

dasar pembuatan kuitansi; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional Direktorat

Kenavigasian sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk Bendahara Penerimaan kantor

Pusat; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kenavigasian sebagai monitoring.

(5) Untuk nota tagihan jasa pelayanan NDC LRIT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf c, dibuat oleh petugas operasional NDC LRIT Indonesia Direktorat Kenavigasian dan disahkan oleh Direktur Kenavigasian dengan menggunakan contoh 4 dalam lampiran xvi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 37

(1) Dalam hal kunjungan kapal ke DLKp dan/atau DLKr

pelabuhan lebih dari satu kali dalam satu hari, maka penarikan PNBP Jasa Pelayanan VTS dipungut hanya satu kali dalam satu hari.

(2) Tanda bukti pembayaran (kuitansi) Jasa Telegram/telepon

bagi kapal yang masuk ke DLKr dan/atau DLKp pelabuhan dan jasa pelayanan VTS bagi kapal angkutan dalam negeri dan luar negeri serta pelayanan koneksi data VTS dari Bendahara atau Petugas Pemungut PNBP disampaikan ke pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan sebagai syarat pengambilan dokumen yang telah selesai diproses.

Paragraf Keempat

Penerimaan Jasa Salvage dan/atau Pekerjaan Bawah Air

Pasal 38

(1) Pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan oleh pengguna jasa dapat membayar tagihan uang jasa pelayanan izin usaha salvage dan/atau pekerjaan bawah air, izin membangun, memindahkan dan/ atau membongkar bangunan atau instalasi bawah air dan izin kegiatan salvage dan/ atau pekerjaan bawah air dan pengawasan kegiatan

/pengangkatan….

Page 33: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 33 -

pengangkatan kerangka kapal oleh pihak ketiga kepada petugas pemungut PNBP melalui bank pada pelayanan satu atap kantor pusat Direktorat Jenderal untuk selanjutnya disetor langsung ke kas negara setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional.

(2) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat

dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa dan/atau yang

dikuasakan oleh pengguna jasa sebagai dasar untuk membayar pungutan PNBP;

b. lembar 2 (dua) untuk petugas pemungut PNBP sebagai dasar pembuatan kuitansi;

c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk Bank pada pelayanan satu atap

kantor pusat Direktorat Jenderal; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat KPLP

sebagai monitoring.

(3) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai Lampiran XVII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 39

(1) Penerimaan uang jasa pelayanan izin usaha salvage dan/atau pekerjaan bawah air, izin membangun, memindahkan dan/ atau membongkar bangunan atau instalasi bawah air dan izin kegiatan salvage dan/ atau pekerjaan bawah air dan pengawasan kegiatan pengangkatan kerangka kapal oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1), menggunakan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran yang ditandatangani oleh petugas pemungut PNBP pada Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai serta dibuat dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk petugas pemungut PNBP sebagai

dasar pembuatan kuitansi; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk Bank pada pelayanan satu atap

kantor pusat Direktorat Jenderal; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat

Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai sebagai monitoring.

(2) Tanda bukti pembayaran (kuitansi) dari Bendahara atau Petugas Pemungut PNBP disampaikan ke pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan sebagai syarat pengambilan peizinan yang telah selesai diproses di Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai.

/Paragraf kelima…

Page 34: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 34 -

Paragraf Kelima Penerimaan Jasa Pemeriksaan Kesehatan dan Penilaian

Lingkungan Kerja Pelayaran

Pasal 40

(1) Pengguna jasa dan/atau pihak yang dikuasakan oleh pengguna jasa dapat membayar tagihan uang jasa pengujian kesehatan dan atau penilaian lingkungan kerja pelayaran ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP/Petugas Operasional UPT setelah menerima nota tagihan dari petugas administrasi.

(2) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat

dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT/

petugas pemungut PNBP sebagai dasar pembuatan kuitansi;

c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas administrasi sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT;

dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP kantor pusat

sebagai monitoring.

(3) Pengguna jasa dan atau yang dikuasakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menyerahkan nota tagihan dan BPN kepada Bendahara Penerimaan UPT untuk ditukar dengan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran jasa pemeriksaan kesehatan dan penilaian lingkungan kerja pelayaran.

(4) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3), membuat kuitansi dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT/

petugas pemungut PNBP sebagai dasar pembuatan kuitansi;

c. lembar 3 (tiga) untuk petugas administrasi sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT;

dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP kantor pusat

sebagai monitoring.

(5) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan Lampiran XVIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

/Paragraf keenam…

Page 35: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 35 -

Paragraf Keenam Penerimaan Jasa Izin Kewenangan Perusahaan yang Melakukan Perbaikan

dan Perawatan Peralatan Keselamatan Pelayaran

Pasal 41

(1) Pengguna jasa dan/atau pihak yang dikuasakan oleh pengguna jasa dapat membayar tagihan uang jasa izin kewenangan perusahaan yang melakukan perbaikan dan perawatan peralatan keselamatan pelayaran ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP/Petugas Operasional UPT setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional.

(2) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat

dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT/

petugas pemungut PNBP sebagai dasar pembuatan kuitansi;

c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas administrasi sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT;

dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP kantor pusat

sebagai monitoring.

(3) Pengguna jasa dan atau yang dikuasakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyerahkan nota tagihan dan BPN kepada Bendahara Penerimaan UPT untuk ditukar dengan kuitansi.

(4) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) membuat kuitansi dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT/

petugas pemungut PNBP; c. lembar 3 (tiga) untuk petugas administrasi sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT;

dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP kantor pusat

sebagai monitoring.

(5) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran XIX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Bagian Ketujuh

Penerimaan Uang Perkapalan dan Kepelautan (PUPK)

Pasal 42

Jenis Penerimaan Uang Perkapalan dan Kepelautan terdiri dari:

/a. pemeriksaan…

Page 36: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 36 -

a. pemeriksaan dan Sertifikasi Keselamatan, Garis Muat dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim serta Endorsment (PUPK 1);

b. pelaksanaan Pengukuran Kapal dan Penerbitan Surat Ukur (PUPK 2);

c. pelaksanaan audit dan penerbitan Document Of Compliance (DOC) dan Safety Management Certificate (SMC) serta Endorsment (PUPK 3);

d. pelaksanaan audit dan penerbitan sertifikat keamanan kapal internasional/ International Ship Security Certificate (ISSC) (PUPK 4);

e. pengujian dan sertifikasi perlengkapan keselamatan kapal, peralatan pemadam kebakaran dan peralatan pencegahan pencemaran (PUPK 5);

f. pemeriksaan teknis dan penerbitan surat pengesahan rancang bangun dan perhitungan stabilitas kapal (PUPK 6);

g. pemeriksaan teknis dan penerbitan dokumen pengawakan/ kepelautan (PUPK 7);

h. pemeriksaan teknis dan penerbitan dokumen keselamatan kapal selain sertifikat (PUPK 8);

i. pengawasan barang berbahaya (PUPK 9); dan j. pemeriksaan kapal asing/ port state control atas

pemeriksaan ulang / follow up inspection (re-inspection deficiency code 30) (PUPK 10).

Pasal 43

(1) Setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional di lapangan, pengguna jasa dan/atau pihak yang dikuasakan oleh pengguna jasa dapat membayar Ke Kas Negara tagihan PUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, g, h melalui : a. Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing

yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan UPT atau; b. Bank pada pelayanan satu atap Kantor Pusat Direktorat

Jenderal untuk pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pusat.

(2) Untuk tagihan PUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal

42 huruf i dan huruf j, dibayarkan ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP/Petugas Operasional UPT setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional.

(3) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

dibuat dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk Bendahara Penerimaan UPT/

petugas pemungut PNBP sebagai dasar pembuatan kuitansi;

b. lembar 2 (dua) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk membayar pungutan PNBP;

c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT

atau Bank pada pelayanan satu atap kantor pusat Direktorat Jenderal; dan

/e. lembar…

Page 37: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 37 -

e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat Perkapalan dan Kepelautan sebagai monitoring.

(4) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat

dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk Bendahara Penerimaan UPT/

petugas pemungut PNBP sebagai dasar pembuatan kuitansi;

b. lembar 2 (dua) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk membayar pungutan PNBP;

c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional/ Petugas Operasional Wilayah kerja sebagai arsip;

d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT; dan

e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat Perkapalan dan Kepelautan sebagai monitoring.

(5) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat

(4), sesuai dengan Lampiran XX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 44

Pembayaran tagihan PUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2), yang diterima oleh Bendahara Penerimaan UPT atau Petugas Pemungut PNBP kantor pusat melalui bank pada Pelayanan Terpadu Satu Atap disetor langsung secepatnya ke kas negara.

Pasal 45

(1) Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, menggunakan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran yang ditandatangani oleh Bendahara Penerimaan/petugas pemungut PNBP dan dibuat dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Bendahara Penerimaan UPT/

petugas pemungut PNBP; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional/ Petugas

Operasional Wilayah kerja sebagai arsip; d. Lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT

atau Bank pada pelayanan satu atap kantor pusat Direktorat Jenderal; dan

e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat Perkapalan dan Kepelautan sebagai monitoring.

(2) Tanda bukti pembayaran (kuitansi) dari Bendahara atau

Petugas Pemungut PNBP disampaikan ke pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan sebagai syarat pengambilan dokumen yang telah selesai diproses.

/Bagian kedelapan…

Page 38: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 38 -

Bagian Kedelapan Penerimaan Jasa Angkutan Laut (JAL)

Pasal 46

(1) Pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan oleh pengguna

jasa membayar tagihan JAL ke Bank Persepsi pada pelayanan satu atap kantor pusat Direktorat Jenderal setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional.

(2) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat

dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk petugas pemungut PNBP sebagai

dasar pembuatan kuitansi; b. lembar 2 (dua) untuk pengguna jasa dan/atau yang

dikuasakan oleh pengguna jasa sebagai dasar untuk membayar pungutan PNBP;

c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk Bank Persepsi pada pelayanan

satu atap Kantor Pusat Direktorat Jenderal; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat Lalu

Lintas dan Angkutan Laut sebagai monitoring.

(3) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran XXI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(4) Untuk JAL yang sudah diproses secara online menggunakan aplikasi SIMLALA dan pembayaran PNBP JAL menggunakan kode billing.

Pasal 47

(1) Penerimaan Jasa Angkutan Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, menggunakan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran yang ditandatangani oleh petugas pemungut PNBP pada Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut serta dibuat dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar

untuk membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk petugas pemungut PNBP; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk Bank pada pelayanan satu atap

Kantor Pusat Direktorat Jenderal; dan e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat Lalu

Lintas dan Angkutan Laut sebagai monitoring.

(2) Tanda bukti pembayaran (kuitansi) dari Bendahara atau Petugas Pemungut PNBP disampaikan ke pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan sebagai syarat pengambilan dokumen yang telah selesai diproses di Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut.

Pasal 48

(1) Penerimaan jasa pengawasan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan dihitung berdasarkan prosentase dari total biaya bongkar/muat barang per pelayanan.

/(2) Pengguna…

Page 39: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 39 -

(2) Pengguna jasa dan/atau yang dikuasakan oleh pengguna jasa membayar tagihan jasa pengawasan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP/Petugas Operasional UPT setelah menerima nota tagihan dari petugas operasional.

(3) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat

dalam 5 (lima) rangkap, yang terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk Bendahara Penerimaan UPT

sebagai dasar pembuatan kuitansi; b. lembar 2 (dua) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; c. lembar 3 (tiga) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; d. lembar 4 (empat) untuk petugas pengelola PNBP UPT

atau Bank pada pelayanan satu atap Kantor Pusat Direktorat Jenderal; dan

e. lembar 5 (lima) untuk pengelola PNBP Direktorat Perkapalan dan Kepelautan sebagai monitoring.

(4) Nota tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan Lampiran XXII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 49

Penerimaan jasa pengawasan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan, menggunakan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran dan dibuat dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari: a. lembar 1 (satu) untuk pengguna jasa sebagai dasar untuk

membayar pungutan PNBP; b. lembar 2 (dua) untuk Petugas Operasional sebagai arsip; c. lembar 3 (tiga) untuk Bendahara Penerimaan UPT sebagai

dasar untuk mencatat penerimaan; d. lembar 4 (empat) untuk pengelola PNBP UPT; dan e. lembar 5 (lima) untuk Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan

Laut sebagai monitoring.

BAB III TATA CARA PEMBAYARAN PNBP DILUAR JAM KERJA

Pasal 50

(1) Pembayaran PNBP diluar jam kerja oleh pengguna jasa

dan/atau yang dikuasakan oleh pengguna jasa melalui Bank/Pos Persepsi menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh petugas jaga.

(2) Bukti pembayaran yang berupa BPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada petugas jaga untuk ditukarkan dengan kuitansi.

/BAB IV…

Page 40: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 40 -

BAB IV TATA CARA PENGENAAN DENDA

Pasal 51

(1) Pengguna jasa yang melakukan pembayaran melebihi jatuh

tempo kode billing yang pertama kali diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/pengelola PNBP/petugas operasional UPT dikenakan denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Untuk pelayanan jasa penggunaan perairan dan konsesi yang

menggunakan perjanjian penentuan jatuh tempo pembayaran ditetapkan di dalam isi perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak.

(3) Perhitungan denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan menggunakan nota denda sesuai Contoh 1 Lampiran XXIII dan ilustrasi perhitungan denda sesuai Contoh 2 Lampiran XXIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

BAB V

TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Pasal 52

Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak dikelola dalam Sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 53

(1) Sistem penyetoran PNBP dilakukan secara langsung ke Kas

Negara dengan cara sebagai berikut: a. Penyetoran ke Kas Negara secara langsung dilakukan oleh

pengguna jasa melalui Bank/Pos Persepsi menggunakan kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP/Petugas Operasional UPT;

b. Penyetoran ke Kas Negara secara langsung dilakukan oleh pengguna jasa melalui Bank/Pos Persepsi menggunakan kode billing yang diterbitkan secara otomatis oleh system aplikasi online;

(2) Bendahara Penerimaan UPT harus diberikan akses oleh

petugas operasional untuk mengetahui transaksi penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) huruf b;

(3) Untuk Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) huruf a dan huruf b, pengguna jasa harus segera menyerahkan BPN kepada Bendahara Penerimaan UPT untuk ditukarkan dengan kuitansi.

(4) Penyetoran PNBP ke Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) huruf a dan huruf b dilakukan pada:

/a. loket…

Page 41: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 41 -

a. loket teller (over the counter); dan b. sistem elektronik lainnya, antara lain automatic teller

machine (ATM), internet banking, dan electronic data capture (EDC).

Pasal 54

Untuk pembayaran PNBP dengan nominal kurang dari Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) dapat disetorkan kepada Bendahara Penerimaan UPT dan selanjutnya disetorkan secepatnya ke kas negara melalui aplikasi SIMPONI dengan menggunakan kode billing.

Pasal 55

(1) Untuk penerimaan atau pembayaran/ penyetoran PNBP dalam mata uang asing harus terlebih dahulu di konversi dengan kurs tengah Bank Indonesia sesuai kurs pada tanggal nota tagihan diterbitkan.

(2) Dalam hal kurs tengah Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) belum dapat di peroleh, kurs yang digunakan adalah kurs tengah pada hari kerja sebelumnya.

Pasal 56

Dalam hal kelebihan pembayaran PNBP oleh pengguna jasa dapat diperhitungkan kepada pembayaran jasa transportasi laut untuk jasa yang sama pada tagihan berikutnya dengan terlebih dahulu melakukan rekonsiliasi antara pengguna jasa dengan pengelola PNBP UPT dan dibuatkan Berita Acara rekonsiliasi sesuai dengan Lampiran XXIV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

BAB VI TATA CARA PENGGUNAAN

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Pasal 57

(1) Sebagian dana PNBP yang berasal dari Jasa Transportasi Laut pada Direktorat Jenderal dapat digunakan yang besarannya sesuai ketentuan Menteri Keuangan.

(2) Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui mekanisme APBN.

/BAB VII…

Page 42: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 42 -

BAB VII TATA CARA PELAPORAN

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Bagian Kesatu Laporan Realisasi dan Piutang

Pasal 58

(1) Kepala kantor UPT wajib melaporkan rekapitulasi realisasi

penerimaan dan penyetoran PNBP kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dengan tembusan: a. Sekretaris Jenderal c.q Kepala Biro Keuangan dan

Perlengkapan; b. Inspektur Jenderal; c. Direktur Terkait; dan d. UPT koordinator.

(2) Direktur pada direktorat teknis yang melakukan pemungutan

PNBP wajib membuat dan menyampaikan realisasi penerimaan PNBP kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan, paling lambat tanggal 10 (sepuluh) dengan tembusan Bendahara Penerimaan kantor pusat.

(3) Kepala Kantor UPT dan Direktur pada direktorat teknis wajib

melaporkan rekapitulasi realisasi penerimaan dan penyetoran PNBP kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan setiap minggunya.

(4) Rekapitulasi realisasi penerimaan dan penyetoran PNBP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan contoh 1, contoh 2, contoh 3, contoh 4, contoh 5, contoh 6, contoh 7, contoh 8, contoh 9, Contoh 10, contoh 11, contoh 12, contoh 13, contoh 14, contoh 15, dan contoh 16 Lampiran XXV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(5) Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan

wajib menyampaikan rekapitulasi laporan bulanan/triwulan/ semester/tahunan realisasi PNBP di lingkungan Direktorat Jenderal kepada Sekretaris Jenderal paling lambat 2 (dua) minggu setelah berakhirnya bulan/triwulan/semester/ tahunan sesuai dengan Lampiran XXVI, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(6) Laporan realisasi penerimaan dan penyetoran PNBP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi nota tagihan, kuitansi dan BPN.

(7) Bendahara Penerimaan setiap bulan melaporkan BPN yang

diterbitkan oleh SIMPONI kepada petugas Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran untuk diinput melalui aplikasi SAIBA.

/(8) Kepala...

Page 43: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 43 -

(8) Kepala kantor UPT setiap triwulan dan semester wajib membuat dan menyampaikan laporan pencapaian realisasi terhadap target PNBP kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan, paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya sesuai dengan contoh 1 Lampiran XXVII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, dengan tembusan: a. Sekretaris Jenderal; b. Inspektur Jenderal; dan c. Direktur Terkait.

(9) Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut cq. Kepala

Bagian Keuangan setiap triwulan dan semester wajib membuat dan menyampaikan laporan pencapaian realisasi terhadap target PNBP kepada Sekretaris Jenderal paling lambat 2 (dua) minggu setelah berakhirnya triwulan dan semester sesuai dengan contoh 2 Lampiran XXVII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(10) Kepala kantor UPT setiap akhir bulan wajib membuat dan

menyampaikan laporan realisasi pengembalian kerugian negara dengan dilampirkan BPN kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan, paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya sesuai dengan Lampiran XXVIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, dengan tembusan: a. Sekretaris Jenderal; b. Inspektur Jenderal; dan c. Direktur Terkait.

Pasal 59

(1) Bendahara Penerimaan setiap bulan melaporkan saldo kas

kepada petugas Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran untuk diinput melalui aplikasi SAIBA.

(2) Bendahara Penerimaan dan Petugas Operasional setiap bulan

melaporkan pemakaian buku bukti pemakaian jasa, nota tagihan, kuitansi dan nota denda yang telah dipergunakan dan sisa persediaannya kepada petugas SIMAK BMN untuk diinput melalui aplikasi persediaan.

Pasal 60

(1) Petugas pengelola PNBP UPT setiap bulan melaporkan nota

tagihan, nota denda, kuitansi, BPN, Rekap penerimaan dan penyetoran PNBP serta piutang melalui aplikasi pelaporan PNBP dalam bentuk Administrasi Data Komputer (ADK).

(2) Administrasi Data Komputer (ADK) aplikasi pelaporan PNBP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya melalui electronic mail (e-mail).

/(3) Petugas…

Page 44: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 44 -

(3) Petugas pengelola PNBP memberikan informasi kepada petugas SAIBA sebagai dasar untuk melakukan jurnal penyesuaian atas transaksi pendapatan kas dan akrual ke dalam aplikasi SAIBA sesuai dengan Contoh 1 dan Contoh 2 pada Lampiran XXIX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(4) Petugas pengelola PNBP menyampaikan formulir jurnal

penyesuaian kepada petugas SAIBA setiap bulan untuk di rekap pada aplikasi SAIBA.

(5) Formulir jurnal penyesuaian dibuat oleh Bendahara

Penerimaan dan disetujui oleh Kepala Kantor untuk kemudian direkam kedalam aplikasi SAIBA oleh petugas SAIBA.

Pasal 61

(1) Bendahara pengeluaran pada kantor pusat Direktorat

Jenderal dan UPT membuat laporan pertanggung-jawaban penggunaan PNBP.

(2) Laporan Pertanggungjawaban penggunaan PNBP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan, paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dengan tembusan: a. Inspektur Jenderal; b. Sekretaris Direktorat Jenderal cq Kepala Bagian

Keuangan; dan c. Direktur Terkait.

Bagian Kedua

Tata Cara Pelaporan PNBP Umum

Pasal 62

(1) Bendahara Pengeluaran wajib menginformasikan dan menyerahkan bukti penyetoran ke Kas Negara kepada Bendahara Penerimaan terkait penyetoran : a. sewa Barang Milik Negara (BMN); b. denda keterlambatan; c. penjualan BMN dari hasil penghapusan; d. bunga/Jasa deposito dan rekening bank; e. pengembalian Belanja Tahun Anggaran Lalu; f. pengembalian kerugian negara.

(2) Bendahara Penerimaan wajib melakukan pencatatan

penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke dalam BKU dan BKP PNBP Umum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Petugas pengelola PNBP UPT wajib melaporkan realisasi

PNBP Umum setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal cq. Kepala Bagian Keuangan berikutnya melalui electronic mail (e-mail).

/Bagian Ketiga…

Page 45: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 45 -

Bagian Ketiga Rekonsiliasi

Pasal 63

(1) Pengelola PNBP UPT dan Bendahara Penerimaan UPT

melakukan rekonsiliasi nota tagihan, kuitansi dan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) dengan seksi terkait setiap satu bulan sekali yang dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi dan diketahui oleh Kepala Kantor sesuai dengan Lampiran XXX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(2) Bendahara Penerimaan wajib melakukan rekonsiliasi BPN,

saldo kas, piutang dan informasi pendapatan secara akrual dengan petugas Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran setiap satu bulan sekali, triwulan, semesteran dan tahunan setelah periode tutup buku (setelah masa satu periode/akhir bulan/akhir semester/akhir tahun) yang dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal 10 setiap bulannya.

(3) Bendahara Penerimaan UPT/Pengelola PNBP UPT wajib

melakukan rekonsiliasi BPN, saldo kas, piutang dan informasi pendapatan secara akrual dengan Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP UPT Koordinator setiap satu bulan sekali, triwulan, semesteran dan tahunan setelah periode tutup buku (setelah masa satu periode/akhir bulan/akhir semester/akhir tahun) yang dilaksanakan paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.

(4) Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP UPT Koordinator

wajib melakukan rekonsiliasi BPN, saldo kas, piutang dan informasi pendapatan secara akrual dengan petugas Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran UPT Koordinator setiap satu bulan sekali, triwulan, semesteran dan tahunan setelah periode tutup buku (setelah masa satu periode/akhir bulan/akhir semester/akhir tahun) yang dilaksanakan paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.

(5) Bendahara Penerimaan/Pengelola PNBP UPT Koordinator

beserta UPT dibawahnya wajib melakukan rekonsiliasi BPN, saldo kas, piutang dan informasi pendapatan secara akrual dengan Pengelola PNBP tingkat Eselon I setiap semesteran dan tahunan setelah periode tutup buku (setelah masa satu periode/akhir semester/akhir tahun).

(6) Hasil dari rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang didalamnya memuat jumlah penerimaan PNBP, penyetoran dengan menggunakan BPN, jumlah saldo kas yang disetor pada bulan berikutnya, piutang atas Penerimaan Negara Bukan Pajak dan informasi pendapatan secara akrual.

(7) BPN, saldo kas, piutang dan informasi pendapatan secara

akrual dari Berita Acara Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diinput kedalam Aplikasi Sistem Akuntasi Instansi tingkat Unit Akutansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).

/(8) Berita…

Page 46: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 46 -

(8) Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) ditandatangani oleh Bendahara Penerimaanan, Petugas SAIBA dan diketahui oleh Kepala Satuan Kerja/Kantor.

(9) Bendahara Penerimaan kantor pusat wajib melakukan

rekonsiliasi BPN dengan petugas Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Kantor Pusat Direktorat Jenderal setiap satu bulan sekali, triwulan, semesteran dan tahunan setelah periode tutup buku (setelah masa satu periode/akhir bulan/akhir triwulan/akhir semester/akhir tahun) yang dilaksanakan paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.

(10) Hasil dari rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9)

dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang didalamnya memuat jumlah penyetoran dengan menggunakan BPN ditandatangani oleh Bendahara Penerimaan, Petugas SAIBA dan diketahui oleh Kepala Bagian Keuangan.

(11) Pengelola PNBP Kantor Pusat melakukan rekonsiliasi

dengan Bendahara Penerimaan Kantor Pusat setiap bulan/triwulan/semester antara bukti setor dan rekening koran yang dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR).

(12) Pengelola PNBP Kantor Pusat melakukan rekonsiliasi

dengan pengelola PNBP Direktorat Terkait setiap bulan/triwulan/semester/tahunan antara nota tagihan, kuitansi dan BPN.

(13) Pengelola PNBP Kantor Pusat melakukan rekonsiliasi

dengan petugas SAI tingkat Eselon I setiap triwulan/ semester/tahunan yang dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR).

BAB VIII STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERIMAAN, PENYETORAN

DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Pasal 64

(1) Penerimaan, penyetoran dan pelaporan PNBP dilaksanakan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang terdiri dari: a. penerimaan, penyetoran dan Pelaporan PNBP pada kantor

pusat; b. penerimaan, penyetoran PNBP secara langsung oleh

pengguna jasa dan pelaporan PNBP; c. penerimaan, penyetoran PNBP di luar jam kerja dan

Pelaporan PNBP; d. penerimaan, penyetoran dan Pelaporan PNBP penggunaan

perairan; e. penerimaan, penyetoran dan Pelaporan PNBP pendapatan

konsesi; dan f. penerimaan, penyetoran dan Pelaporan PNBP VTS.

/(2) SOP…

Page 47: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

- 47 -

(2) SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Lampiran XXXI, Lampiran XXXII, Lampiran XXXIII, Lampiran XXXIV, Lampiran XXXV, dan Lampiran XXXVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 65

Direktur Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan PNBP di lingkungan Direktorat Jenderal.

Pasal 66

Atasan langsung Bendahara Penerimaan wajib melakukan pengawasan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap penatausahaan PNBP setiap bulan dan dituangkan dalam berita acara.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 67

Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KU. 404/2/11/DJPL-15 tentang Tata Cara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 68

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA pada tanggal : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya(IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

Page 48: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

(print out menggunakan kop Surat Ditjen Hubla)

TANDA TERIMA BLANKO CETAK PNBP DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NO

URAIAN/ JENIS BLANKO

VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

TOTAL NILAI

NO SERI

KANTOR/ UPT

PENERIMA

KETERANGAN

Yang Menyerahkan

Direktorat………………….

Nama

Pangkat

Nip

Jakarta, …………………………………20………….

Yang Menerima,

Kantor ……………………

Nama

Pangkat

Nip

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 49: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

SKEMA KEGIATAN PENGADAAN, PENDISTRIBUSIAN INPUT DALAM APLIKASI PERSEDIAAN, DAN MONITORING BLANKO PNBP

Bagian Kepegawaian dan Umum Pejabat yang mengurus dan menyimpan BMN

Direktorat Terkait Petugas Operasional / Bendahara Penerimaan / Pengelola PNBP

KANTOR PUSAT DITJEN HUBLA UPT DITJEN HUBLA

Proses Pencetakan Blanko

BlankoInput

Aplikasi Persediaan

Pendistribusian Blanko Sesuai

Permintaan

Evaluasi Rekapitulasi

Blanko di UPT (Monitoring)

Stock Opname

Kompilasi Aplikasi

Persediaan

Penerimaan Data di SIMAK

BMN

Input Blanko Melalui Aplikasi

Persediaan

Pendistribusian Blanko Sesuai

Permintaan

Laporan Sisa Blanko dan Surat

Permintaan Blanko

Penerimaan Data di SIMAK

BMN

Blanko Bukti Pemakaian

Jasa

Blanko Nota Tagihan

Blanko Kuitansi

Blanko Nota Denda

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd. Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Bagian Umum dan Perlengkapan

Page 50: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN III

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

Kementerian PerhubunganDirektorat Jenderal Perhubungan Laut No :…………………(prenumbered)

Dibayar berdasarkan Nota Tagihan Nomor :…………………………………………………………………………………PT/Agen/Kapal/Rumah Sakit/Institusi kesehatan/Pengguna jasa : ………………………………………………………………………Uang sebesar : ……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

Untuk pembayaran ( beri tanda √ ) : PNBP Jasa Kepelabuhanan (PUJK)

PNBP Jasa Kenavigasian

PNBP Jasa Perkapalan dan Kepelautan (PUPK)

PNBP Jasa Angkutan Laut (JAL)

PNBP Konsesi

Terbilang:Jumlah Rp. : ………………………………………….

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

NIP. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

K U I T A N S I

Bendahara Penerima/Petugas Pemungut PNBP

( …………………………………..)

Page 51: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN IV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016 Contoh 1 Contoh pencetakan blanko sementara KSOP Kelas III Tanjung Wangi. Kementerian Perhubungan

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut No. JKR-01/16. KSOPTg.wi/S/001 .

NOTA TAGIHAN JASA PENGGUNAAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN/UANG RAMBU

Nama Kapal :

Milik/Keagenan :

Tanda Panggilan :

Grose Tonage (GT) :

Bendera :

Jenis Angkutan : Dalam Negeri/Luar Negeri/Pelra/Perintis

Kode Billing SIMPONI :

Tanggal jatuh tempo :

Jumlah Uang : …… GT x Rp. ………………….. ...… GT x (US $……….…x *Kurs Rp.……….…)= Rp…………….. Terbilang . . *Kurs yang digunakan adalah Kurs Tengah Bank Indonesia Agar disetorkan langsung ke Kas Negara atau rekening Bendahara Penerimaan UPT

……………., ………………………

Petugas Operasional

( ……………………………………)

NIP. ……………………………

Page 52: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 2

BERITA ACARA PENCETAKAN BLANKO PNBP SEMENTARA

Nomor : ……………………………

Pada hari ini ………, tanggal ……. bulan …….. tahun ……………., telah menerima Hasil Pencetakan Blanko PBNP Sementara untuk Kantor …………………., dengan rincian sebagai berikut :

No Jenis Blanko PNBP Nomor Urut Jumlah

Blanko PNBP Sementara ini tidak dipergunakan lagi dan menjadi barang persediaan apabila telah menerima pengiriman Blanko PNBP dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bendahara Materiil Kantor …………………….

Nama Pangkat (Gol)

NIP

………………., ………………………..

Kepala Kantor ……………………………….

Nama Pangkat (Gol)

NIP

Page 53: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 3 ……………………., ……………. 20…… Kepada

Yth. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut di JAKARTA

SURAT PENGANTAR NOMOR :

NO ISI SURAT BANYAKNYA KETERANGAN

………………., ………………………..

Kepala Kantor ……………………………….

Nama Pangkat (Gol)

NIP

Tembusan : 1. Direktorat Teknis terkait; 2. Kepala Bagian Keuangan

Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; 3. Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan

Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd. Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 54: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 1A

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT No.

KANTOR ………………………………………………………..

PERMINTAAN PELAYANAN JASA KAPAL

NOMOR: Ditulis Pemohon:

Yang bertanda tangan di bawah:

Nama : …………………………………………. Pemohon : ………………………………………….

Mohon diberikan pelayanan jasa kapal :

1. Nama Kapal : …………………………………….. 2. Bendera/Kebangsaan : …………………………………….. 3. Pemilik/Agen : …………………………………….. 4. Jenis Pelayanan : ……………………………………..

NO JENIS JASA FASILITAS WAKTU KETERANGAN

1.

2.

3.

4.

Labuh

Tambat

Pandu

Tunda

Kolam

(Bt/Bs/Ky,BD.Pgr)*

Wajib Pandu/Tidak

Wajib Pandu

…………………………………

Tgl ……………

Tgl ……………

Tgl ……………

Tgl …………..

Ja …………

Ja …………

Ja …………

Ja …………

Tgl …………. Tgl …………. Tgl ………….

Tgl ………….

Ja …………

Ja …………

Ja …………

Ja …………

……….Kunjungan

……………. Et al ……………. Et al

……………. Et al

…………………….., ………………………… 20…… …………………….., ………………………… 20……

Menyetujui:

a.n. KEPALA KANTOR …………………………. Pemohon, ……………………………………….. ………………….…………………. Nip.

*) Coret yang tidak perlu Ditulis Petugas

BUKTI PEMAKAIAN JASA KAPAL

NO JENIS JASA FASILITAS WAKTU KETERANGAN

1.

2.

3.

4.

Labuh

Tambat

Pandu

Tunda

Kolam

(Bt/Bs/Ky,BD.Pgr)*

Wajib Pandu/Tidak

Wajib Pandu

…………………………………

Tgl ……………

Tgl ……………

Tgl ……………

Tgl …………..

Ja …………

Jam …………

Ja …………

Ja …………

Tgl …………. Tgl …………. Tgl ………….

Tgl ………….

Ja …………

Ja …………

Ja …………

Ja …………

……….Kunjungan

……………. Et al ……………. Et al

……………. Et al

Mengetahui : …………………., ……………………………20……….. Pemohon a.n. Kepala Kantor …………………………………

……………………………………….. ………………….…………………. NIP …………………………….. *) Coret yang tidak perlu

LAMPIRAN V PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

Page 55: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 1B

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT No.

KANTOR ………………………………………………………..

PERMINTAAN PELAYANAN JASA BARANG

NOMOR:

Ditulis Pemohon:

Yang bertanda tangan di bawah:

Nama : …………………………………………. Pemohon : ………………………………………….

Mohon diberikan pelayanan jasa barang :

1. Nama Kapal/tongkang : …………………………………….. `5. Mulai Penumpukan : tgl …………… ja …….. 2. Asal Kapal : …………………………………….. 6. Selesai : Tgl ………….. Ja …….. 3. Muatan kapal(GC,BG,CC,CK,PK*) : ……………………………………. 7. Tujuan kapal : ……………………………….. 4. Tiba : Tgl ………….. Ja ………….. 8. Keberangkatan : Tgl ………….. Ja …….

NO JENIS JASA Jenis Barang/Hewan Dalam Negeri Luar Negeri

Jumlah Hari Bongkar

T/M3/Ekor

Muat

T/M3/Ekor

Bongkar

T/M3/Ekor

Muat

T/M3/Ekor

1.

2

3

Dermaga:

a. Barang

b. Hewan

c. Peti kemas

Penumpukan:

a. Gudang

b. Lapangan

c. Penyimpanan

Hewan

Ship To ship

a. Barang

b. Hewan

c. Peti kemas

d. dll

…………………….., ………………………… 20…… …………………….., ………………………… 20……

Menyetujui:

a.n. KEPALA KANTOR …………………………. Pemohon,

……………………………………….. ………………….…………………. Nip.

*) Coret yang tidak perlu

Ditulis Petugas

BUKTI PEMAKAIAN JASA BARANG

NO JENIS JASA Jenis Barang/Hewan Dalam Negeri Luar Negeri

Jumlah Hari Bongkar

T/M3/Ekor

Muat

T/M3/Ekor

Bongkar

T/M3/Ekor

Muat

T/M3/Ekor

1.

2

3

Dermaga:

a. Barang

b. Hewan

c. Peti kemas

Penumpukan:

a. Gudang

b. Lapangan

c. Penyimpanan

Hewan

Ship To ship

e. Barang

a. Hewan

b. Peti kemas

c. dll

Mengetahui : …………………., ……………………………20……….. Pemohon a.n. Kepala Kantor …………………………………

……………………………………….. ………………….…………………. NIP …………………………….. *) Coret yang tidak perlu

Page 56: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 1C

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT No.

KANTOR ………………………………………………………..

PERMINTAAN PELAYANAN JASA ALAT

NOMOR:

Ditulis Pemohon:

Yang bertanda tangan di bawah:

Nama : …………………………………………. Pemohon : ………………………………………….

Mohon diberikan pelayanan jasa alat sebagai berikut:

NO JENIS JASA SATUAN/KAPASITAS URAIAN KEGIATAN PELAYANAN KETERANGAN

MULAI SELESAI

…………………….., ………………………… 20…… …………………….., ………………………… 20……

Menyetujui:

a.n. KEPALA KANTOR …………………………. Pemohon,

……………………………………….. ………………….…………………. Nip.

*) Coret yang tidak perlu

Ditulis Petugas

BUKTI PEMAKAIAN JASA ALAT

NO JENIS JASA SATUAN/KAPASITAS URAIAN KEGIATAN PELAYANAN KETERANGAN

MULAI SELESAI

Mengetahui : …………………., ……………………………20……….. Pemohon a.n. Kepala Kantor …………………………………

……………………………………….. ………………….…………………. NIP …………………………….. *) Coret yang tidak perlu

Page 57: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 1D

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT No.

KANTOR ………………………………………………………..

PERMINTAAN PELAYANAN JASA KEPELABUHANAN LAINNYA

NOMOR:

Ditulis Pemohon:

Yang bertanda tangan di bawah:

Nama : …………………………………………. Pemohon : ………………………………………….

Mohon diberikan pelayanan jasa Kepelabuhanan lainnya sebagai berikut:

NO JENIS JASA SATUAN/KAPASITAS URAIAN KEGIATAN PELAYANAN KETERANGAN

MULAI SELESAI

…………………….., ………………………… 20…… …………………….., ………………………… 20……

Menyetujui:

a.n. KEPALA KANTOR …………………………. Pemohon,

……………………………………….. ………………….…………………. Nip.

*) Coret yang tidak perlu

Ditulis Petugas

BUKTI PEMAKAIAN JASA KEPELABUHANAN LAINNYA

NO JENIS JASA SATUAN/KAPASITAS URAIAN KEGIATAN PELAYANAN KETERANGAN

MULAI SELESAI

Mengetahui : …………………., ……………………………20……….. Pemohon a.n. Kepala Kantor …………………………………

……………………………………….. ………………….…………………. NIP …………………………….. *) Coret yang tidak perlu

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 58: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA ACARA REKONSILIASI DATA KONTRIBUSI JASA PEMAND UAN/PENUNDAAN

Pada hari ini …….. Tanggal, …… bulan ……. Tahun …………… bertempat di Kantor …………… kami yang bertanda tangan dibawah ini : I. Nama :

NIP : Jabatan : Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama (kantor pelabuhan) untuk selanjutnya disebut Pihak Pertama .

II. Nama : NIP : Jabatan : Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT…, untuk selanjutnya disebut Pihak Kedua .

Menyatakan bahwa telah melakukan Rekonsiliasi Data Konstribusi untuk periode Bulan,,,,,,,,,,, dengan hasil sebagai berikut : I. Hasil Rekonsiliasi Data :

TOTAL PENDAPATAN PEMANDUAN DAN PENUNDAAN-

TOTAL KONTRIBUSI 5% PEMANDUAN DAN PENUNDAAN-

TOTAL PEMBAYARAN KONTRIBUSI 5% PEMANDUAN DAN PENUNDAAN-

TOTAL PIUTANG KONTRIBUSI PEMANDUAN DAN PENUNDAAN-

II. Hal-hal penting lainnya mengenai data PNBP terkait Rekonsiliasi data PNBP disajikan

dalam Lampiran Berita Acara ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNAN LAUT

NOMOR :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNAN LAUT

NOMOR :

LAMPIRAN VI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

Page 59: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Demikian Berita Acara ini dibuat dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

OP/KSOP/UPP

……………………………………….. NIP

PT. …….

……………………………………………………..

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 60: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla
Page 61: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

1

PERJANJIAN KERJASAMA

Antara

KANTOR ………………………………………………………………………………..1) DENGAN

PT. …………………………………2) TENTANG

PENGGUNAAN PERAIRAN DI TERMINAL KHUSUS / TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI(*) PT. …………….2)

NOMOR : …………………………….. NOMOR : ……………………………..

Pada hari ini …………. tanggal ………. Bulan … Tahun ………………………………………… (……… -…-…...) bertempat di ………………, Kami yang bertanda tangan di bawah ini: …………………………3) : Kepala Kantor …………………………................1) dalam hal ini

bertindak untuk dan atas nama Kantor …………………………………..1), berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. …….. Tahun …….. tanggal ……. bulan ……. bahun ……. tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam jabatan di lingkungan Kementerian Perhubungan, berkedudukan di Jalan ………………………….4), untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA .

…………………………5) : Direktur PT. ………………………2) dalam hal ini bertindak untuk

dan atas nama PT. …………………….2) yang didirikan berdasarkan akta …………………….6) dibuat di hadapan ……………………………7) berkedudukan di ………………….. yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai keputusan Nomor : ……………………………………….. di Jakarta selanjutnya disebut PIHAK KEDUA .

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk selanjutnya secara bersama-sama dalam PERJANJIAN ini disebut PARA PIHAK dan secara sendiri-sendiri disebut PIHAK, dengan ini menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :

a. Bahwa PIHAK PERTAMA merupakan Penyelenggara Pelabuhan di Lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengaturan, pengendalian dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran di wilayah kerja Pelabuhan ………………..;

Logo

LAMPIRAN VII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

Page 62: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

2

b. Bahwa PIHAK KEDUA selaku Pengelola Terminal Khusus/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri telah menggunakan lingkungan perairan Terminal Khusus/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri sebagaimana dijelaskan dalam PERJANJIAN ini sebagai Terminal Khusus/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri PT. ……………………….2), berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : …………… Tahun ……… tanggal .. bulan ……. tahun ……. tentang Pemberian Izin Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Khusus/Persetujuan Pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri ………….. Kepada PT. ………………………2) yang berlokasi di ……………. Kecamatan ……………… Kabupaten ………… Provinsi ……………… (“TERMINAL KHUSUS/TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI ”);(*)

c. Bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tanggal 27 Mei 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian Perhubungan, PIHAK KEDUA berkewajiban untuk melakukan pembayaran Penggunaan Perairan untuk bangunan dan kegiatan lainnya diatas air pada Terminal Khusus/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri(*) yang dioperasikan oleh PIHAK KEDUA , oleh karenanya PARA PIHAK memerlukan adanya suatu Perjanjian Penggunaan Perairan Terminal Khusus/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri(*) PT. ………………………2).

Selanjutnya PARA PIHAK sesuai dengan kedudukan dan kewenangan masing-masing sepakat untuk melaksanakan Perjanjian Kerjasama Penggunaan Perairan pada Terminal Khusus/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri(*) ……………..8) Kepada PT. ………………….2) di Kampung …………….. Kecamatan ………… Kabupaten ……………. Provinsi …………… (“PERJANJIAN ”), dengan didasarkan pada ketentuan sebagai berikut :

PASAL 1

DASAR PELAKSANAAN

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 2. Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran,

dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perhubungan; 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 130 Tahun 2015;

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 73 Tahun 2014;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. .. Tahun …. tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut ;

10. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KU.…/../../DJPL-.. tanggal .. bulan …. Tahun …. tentang Tata Cara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jendral Perhubungan Laut;

11. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : …../PP.….. Tahun ….. tanggal .. bulan …. tahun …. tentang Pemberian Izin Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Khusus/Persetujuan Pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri …………..8) Kepada PT. ……………………..2) di ……………………. Kecamatan ……….. Kabupaten …………. Provinsi …………….;

Page 63: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

3

PASAL 2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari PERJANJIAN ini adalah untuk menjadi dasar dan pedoman bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan penggunaan perairan untuk bangunan dan kegiatan lainnya di atas dan/atau di bawah air pada TERMINAL KHUSUS/TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI(*) PIHAK KEDUA yang dioperasikan oleh PIHAK KEDUA dan menghitung pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PASAL 3 RUANG LINGKUP

(1) Penggunaan wilayah perairan Terminal Khusus/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri(*)

……………..8) PT. …………………2) yang terletak dibawah pengelolaan PIHAK KEDUA dengan batas-batas dengan titik koordinat geografis sebagai berikut :

a. ..⁰ - .. - .. LS / …⁰ - .. - ..,.. BT b. ..⁰ - .. - ..,.. LS / …⁰ - .. - ..,.. BT c. ..⁰ - .. - ..,.. LS / …⁰ - .. - ..,.. BT d. ..⁰ - .. - ..,.. LS / …⁰ - .. - ..,.. BT

(selanjutnya disebut “Perairan ”) yang secara terbatas akan digunakan untuk Perairan Terminal Khusus/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri(*) ……………….8) Kepada PT. …………………….2) di ……………….. Kecamatan …… Kabupaten …….. Provinsi ………….; (selanjutnya disebut “Penggunaan Perairan”).

(2) Penyelesaian kewajiban pembayaran Penggunaan Perairan dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan.

PASAL 4

LUAS DAN BATAS-BATAS PENGUNAAN PERAIRAN

(1) Luas penggunan perairan oleh PIHAK KEDUA adalah ………… m² (……………………………….) sesuai gambar pada lampiran PERJANJIAN ini, berdasarkan rumus perhitungan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. KU.…/../../DJPL-.. tanggal … bulan …. tahun …… tentang Tata Cara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

(2) Batas-batas Perairan adalah : Sebelah Utara : …………….. Sebelah Selatan : …………….. Sebelah Timur : ……………..

Sebelah Barat : ……………..

(3) Apabila terjadi perubahan luas penggunaan perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka luas penggunaan perairan yang baru akan dituangkan dalam addendum yang ditandatangani PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini.

Page 64: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

4

PASAL 5 JANGKA WAKTU

(1) Jangka waktu Perjanjian ini adalah .. (........) tahun dan berlaku surut terhitung sejak tanggal .. bulan

…. Tahun …. sampai dengan tanggal .. bulan …. Tahun …., serta dapat diperpanjang atas kesepakatan PARA PIHAK .

(2) Permohonan perpanjangan jangka waktu Perjanjian sebagaimana tersebut dalam ayat (1) Pasal ini, diajukan secara tertulis oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum perjanjian berakhir.

PASAL 6

HAK DAN KEWAJIBAN

(1) PARA PIHAK berkewajiban untuk berupaya optimal dalam pelaksanaan penggunaan perairan dan pembayaran penggunaan bagian perairan TERMINAL KHUSUS/TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI(*) yang cepat, tepat waktu dan akuntabel.

(2) PIHAK PERTAMA berhak:

a. Menerima pembayaran penggunaan perairan di wilayah TERMINAL KHUSUS/TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI(*) dari PIHAK KEDUA ;

b. Melakukan pengawasan terhadap perairan berdasarkan huruf a yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.

(3) PIHAK PERTAMA berkewajiban: a. Menjamin penggunaan perairan tersebut hanya akan dipergunakan untuk kegiatan operasional

sesuai dengan izin yang dimiliki PIHAK KEDUA. b. Menyampaikan Nota Tagihan Penggunaan Perairan terkait PERJANJIAN ini dilengkapi dengan

nama dan nomor rekening Bendahara Penerima PIHAK PERTAMA serta Kode billing yang diterbitkan oleh Bendahara Penerima PIHAK PERTAMA (bila ada) selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sebelum berakhirnya periode tahun berjalan.

c. Menyampaikan kwitansi sebagai tanda bukti pembayaran Penggunaan Perairan kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterima bukti pembayaran oleh PIHAK PERTAMA.

d. Menyampaikan tanda bukti telah dilakukannya pembayaran atas penggunaan Perairan ke kas Negara kepada PIHAK KEDUA.

(4) PIHAK KEDUA berhak menggunakan Perairan sesuai dengan peruntukan seperti yang telah diatur

dalam PERJANJIAN ini dan sesuai dengan izin yang telah diperoleh dari Kementerian Perhubungan.

(5) PIHAK KEDUA berkewajiban:

a. Memberikan konfirmasi tanggal pembayaran penggunaan perairan TERMINAL KHUSUS/TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI(*) .

b. Melakukan pembayaran penggunaan perairan TERMINAL KHUSUS/TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI(*) PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 8 dan Pasal 9 PERJANJIAN ini;

c. Menjalankan petunjuk dari PIHAK PERTAMA sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan TERMINAL KHUSUS/TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI(*) dan kegiatan pelayaran secara umum, baik yang bersifat setempat maupun bersifat umum demi ketertiban, keamanan, keselamatan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim.

e. Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan kolam serta perlindungang lingkungan maritim yang diaggap perlu berdasarkan ketentuan peraturan peundang-undangan oleh PIHAK PERTAMA pada perairan tersebut;

Page 65: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

5

f. Memperoleh persetujuan dari PIHAK PERTAMA apabila merencanakan untuk mendirikan bangunan dan kegiatan lainnya diatas wilayah perairan TERMINAL KHUSUS PIHAK KEDUA.

PASAL 7

TARIF PENGGUNAAN PERAIRAN (1) Tarif penggunaan perairan adalah Rp 2.500,00/m2 (Dua Ribu Lima Ratus Rupiah per meter persegi)

per tahun sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2016, tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan.

(2) Apabila terjadi perubahan tarif penggunaan perairan yang ditetapkan oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan dan belum dilakukannya pembayaran tarif pada periode tahun berjalan, maka perubahan tersebut akan mulai berlaku sejak tahun berjalan dimana tarif baru tersebut berlaku efektif dan perubahan tarif penggunaan perairan ini akan dituangkan dalam addendum PERJANJIAN ini.

(3) Setelah ditandatanganinya addendum akibat berubahnya tarif penggunaan perairan, maka:

a. Dalam hal terjadi kekurangan pembayaran biaya penggunaan perairan, PIHAK PERTAMA akan mengirimkan tagihan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA akan membayar kepada PIHAK PERTAMA sesuai dengan ketentuan Pasal 9 PERJANJIAN ini; atau

b. Dalam hal terjadi kelebihan pembayaran biaya penggunaan perairan, PIHAK PERTAMA akan mengirimkan nota kelebihan bayar kepada PIHAK KEDUA dan nota tersebut akan menjadi pengurang kewajiban pembayaran biaya penggunaan perairan oleh PIHAK KEDUA di tahun berikutnya.

PASAL 8

BIAYA

Total biaya penggunaan perairan selama Jangka Waktu Perjanjian ini adalah sebesar Rp. ..….….…,- (…………………………. Rupiah) per tahun sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian ini;

PASAL 9

TATA CARA PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

(1) Pembayaran tarif penggunaan perairan untuk periode bulan ….. sampai dengan bulan ……. tiap tahun berjalan akan ditagih dan dibayarkan sekaligus sesuai nota tagihan dan dokumen-dokumen pendukung pembayaran telah disampaikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dan telah diterima secara lengkap oleh PIHAK KEDUA .

(2) Pembayaran tarif penggunaan perairan dilakukan dengan menggunakan Aplikasi Simponi.

(3) Penyetoran tarif penggunaan perairan dilakukan langsung oleh PIHAK KEDUA setelah diterbitkan Kode Billing dari Aplikasi Simponi oleh PIHAK PERTAMA .

(4) PIHAK KEDUA segera melaksanakan pembayaran setelah PIHAK PERTAMA menyerahkan

dokumen-dokumen sebagai berikut : a. Surat Permohonan Pembayaran; b. Nota Tagihan Jasa Penggunaan Perairan; c. Copy Surat Perjanjian; d. Copy Surat Keputusan Penunjukan Bendahara Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak; e. Kode Billing Aplikasi Simponi, diterbitkan dan diserahkan setelah PIHAK KEDUA memberikan

konfirmasi pembayaran kepada PIHAK PERTAMA melalui email, telepon atau facsimile sebagai berikut: Email : .........................................@........ Telepon/Fax : ….. – ………………..

Page 66: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

6

(5) Dalam hal penyetoran dengan menggunakan Kode Billing Simponi, PIHAK PERTAMA menerbitkan

dan menyerahkan Kode Billing Simponi kepada PIHAK KEDUA melalui email, telepon atau facsimile sebagai berikut: Email : ....................................... Telepon : (…) …….. Fax : (…) ……..

(6) Bukti penyetoran berlaku sebagai bukti telah dilakukannya pembayaran oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA .

(7) PIHAK KEDUA akan membayar kepada PIHAK PERTAMA biaya penggunaan perairan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 PERJANJIAN ini dengan rincian sebagai berikut :

a. Periode Pembayaran Pertama (tanggal .. bulan …. Tahun ….. s/d tanggal .. bulan …. Tahun

…..) : ……. m² x 2500,-/m2 x …../365 hari = Rp. ………..,- (………………………………………………………………………… rupiah)

b. Periode Pembayaran Kedua (tanggal .. bulan …. Tahun ….. s/d tanggal .. bulan …. Tahun …..

s/d tanggal .. bulan …. Tahun ….. s/d tanggal .. bulan …. Tahun …..) : ……. m² x Rp. 2.500,-/m² x 1 Tahun = Rp. …………,- (………………………………………………………………………….. rupiah).

c. Dst…Periode …..

(8) Biaya Penggunaan Perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), akan dibayar oleh PIHAK KEDUA setiap tahunnya kepada PIHAK PERTAMA setelah PERJANJIAN ini ditandatangani.

(9) PIHAK KEDUA membayar biaya penggunaan perairan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada

PIHAK PERTAMA , dengan cara transfer melalui Bank ………. Cabang ………. Rekening No. ……………….. atas nama Bendahara Penerima PIHAK PERTAMA.

PASAL 10 PERUBAHAN-PERUBAHAN

(1) PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam PERJANJIAN ini hanya dapat dilakukan

atas persetujuan PARA PIHAK .

(2) Usulan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus diajukan secara tertulis oleh PIHAK yang berkepentingan kepada PIHAK lainnya paling lambat dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kalender sebelum berlakunya perubahan yang diusulkan.

(3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah disepakati dan ditandatangani oleh PARA

PIHAK sebagai Amandemen dan/atau Addendum yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini.

Page 67: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

7

PASAL 11 DENDA

Apabila PIHAK KEDUA karena kelalaiannya tidak membayar penggunaan perairan tersebut setelah tanggal jatuh tempo, maka PIHAK KEDUA akan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) perbulan dari biaya tahunan terhutang sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terhutang.

PASAL 12 KERAHASIAAN

Setiap PIHAK akan memperlakukan semua dokumen, laporan, perkiraan, data teknis dan informasi yang diterima dari PIHAK lainnya berdasarkan atau yang berkaitan dengan PERJANJIAN ini (”Informasi Rahasia ”), sebagai rahasia dan Informasi Rahasia tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak ketiga manapun tanpa persetujuan tertulis PIHAK lainnya.

PASAL 13 PEMUTUSAN PERJANJIAN

(1) Dengan mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata, PIHAK PERTAMA berhak untuk memutuskan secara sepihak Perjanjian ini, apabila: a. salah satu PIHAK telah melanggar ketentuan-ketentuan seperti tersebut pada Pasal 6

PERJANJIAN ini, dan tidak terdapat perbaikan dalam jangka waktu 60 hari kerja sejak adanya peristiwa kelalaian tersebut terjadi;

b. Salah satu PIHAK melakukan pelanggaran atas isi PERJANJIAN ini. (2) Dalam hal terjadi pemutusan PERJANJIAN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal

ini, maka salah satu PIHAK harus memberitahukan kepada PIHAK lainnya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pemutusan PERJANJIAN tersebut dilakukan.

(3) PIHAK KEDUA memiliki hak untuk memutuskan PERJANJIAN ini, dengan konsekuensi segala

sesuatu yang telah dibayar oleh PIHAK KEDUA melalui PIHAK PERTAMA tidak dapat ditarik kembali.

(4) Sebagai konsekuensi atas pengakhiran tersebut, terdapat kewajiban dan hak berdasarkan

PERJANJIAN ini yang akan tetap mengikat PARA PIHAK atau PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA berdasarkan PERJANJIAN ini, kecuali ditentukan lain oleh PARA PIHAK .

PASAL 14 KEADAAN KAHAR

(1) PARA PIHAK akan dibebaskan dari kewajiban-kewajiban berdasarkan PERJANJIAN ini apabila tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban tersebut disebabkan oleh “Keadaan Kahar”.

(2) Keadaan Kahar berarti setiap peristiwa atau situasi yang berada di luar kendali yang wajar dari

suatu PIHAK yang menyebabkan PIHAK tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya berdasarkan PERJANJIAN ini, termasuk tetapi tidak terbatas kepada gempa bumi, badai, tsunami dan cuaca buruk, sabotase, huru-hara, pemberontakan, serta Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Apabila terjadi Keadaan Kahar , PIHAK yang satu wajib memberitahukan kepada PIHAK lainnya

secara tertulis dalam waktu 3 x 24 jam sejak terjadinya Keadaan Kahar.

Page 68: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

8

(4) PARA PIHAK akan segera melakukan pertemuan setelah adanya pemberitahuan sebagaimana

diatur dalam ayat (3) tersebut untuk dapat membicarakan mengenai pemenuhan kewajiban atau perubahan isi dalam PERJANJIAN ini.

(5) Apabila terdapat perubahan atas PERJANJIAN ini, maka PARA PIHAK akan menuangkan

kesepakatan tersebut dalam addendum PERJANJIAN ini.

PASAL 15

RISIKO

(1) PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas segala risiko kerusakan yang mungkin terjadi terhadap bangunan, barang, mesin-mesin, peralatan dan lainnya yang berada di perairan yang akan dipergunakan oleh PIHAK KEDUA .

(2) PIHAK PERTAMA atas kelalaiannya tidak membayarkan biaya Penggunaan Perairan kepada Kas Negara atau kepada pihak yang ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan dalam hal PIHAK KEDUA telah melaksanakan pembayaran kepada PIHAK PERTAMA , maka PIHAK KEDUA dibebaskan atas segala risiko yang timbul.

PASAL 16

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

(1) Apabila terjadi perselisihan mengenai pelaksanaan PERJANJIAN ini, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah dan mufakat yang dituangkan dalam Berita Acara;

(2) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak dimulainya musyawarah kesepakatan tidak

tercapai, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia..

(3) Selama menunggu penyelesaian atas suatu sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, PARA PIHAK akan tetap memenuhi kewajibannya berdasarkan PERJANJIAN ini.

PASAL 17

ADDENDUM Apabila di kemudian hari PIHAK PETAMA dan PIHAK KEDUA memandang perlu untuk melakukan perubahan ketentuan dalam PERJANJIAN ini, baik dengan mengubah atau menambah ketentuan dalam PERJANJIAN ini, maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menuangkannya dalam bentuk addendum, untuk kemudian addendum atas PERJANJIAN dan/atau lampiran-lampiran dalam PERJANJIAN ini merupakan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisaahkan dengan PERJANJIAN ini.

PASAL 18 KETENTUAN PERALIHAN

(1) Hukum dan Peraturan

Perjanjian ini diatur, diinterpretasikan, dan tunduk pada Peraturan Perundang-undangan dan ketentuan hukum Republik Indonesia.

(2) Larangan Pengalihan

PARA PIHAK tidak dapat mengalihkan secara keseluruhan atau sebagian dari PERJANJIAN tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK lainnya.

Page 69: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

9

(3) Apabila dalam jangka waktu PERJANJIAN terjadi perubahan peraturan perundang-undangan yang

berlaku secara langsung berakibat tidak dapat dilaksanakan sebagian dari isi PERJANJIAN ini namun tidak mengakibatkan batalnya PERJANJIAN ini, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyesuaikan PERJANJIAN dengan peraturan yang berlaku.

(4) Dalam hal terdapat ketentuan di dalam PERJANJIAN ini yang bertentangan dengan ketenentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, maka terhadap ketentuan tersebut sajalah yang dianggap tidak berlaku, sedangkan untuk ketentuan lainnya didalam PERJANJIAN yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, akan tetap berlaku sebagai PERJANJIAN yang mengikat bagi PARA PIHAK , kecuali ditentukan sebaiknya oleh ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

(5) Pemberitahuan Setiap surat menyurat, komunikasi atau korespondensi dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini akan diberitahukan atau disampaikan oleh Pihak satu dengan Pihak lainnya pada alamat seperti tercantum dibawah ini. PIHAK PERTAMA: Kantor ………………………………………….1) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Jl. …………………………………………4) Telepon : …. – …… Fax : …. – …… Untuk Perhatian : Kepala ……………1) PIHAK KEDUA: PT. …………………………2) Jl. ……………………………….. Kel. ……………., Kec. ……………….., ……………. ……………. Telepon : (…) …….. Fax : (…) …….. Untuk Perhatian : Pimpinan PT. ………………..2)

Demikian PERJANJIAN ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari dan tanggal sebagaimana tersebut di atas, dalam rangkap 2 (dua) asli bermaterai cukup, masing-masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA serta mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA PT. ………………………..2)

……………………………

PIHAK PERTAMA KEPALA KANTOR …………………………..1)

……………………….

Page 70: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

10

Keterangan : (*) Coret yang tidak perlu 1) Diisi dengan nama kantor Penyelenggara Pelabuhan 2) Diisi dengan nama Badan Usaha Pelabuhan 3) Diisi dengan nama Kepala Kantor (Penyelenggara Pelabuhan) 4) Diisi dengan alamat Kantor Penyelenggara Pelabuhan 5) Diisi dengan nama pimpinan Badan Usaha Pelabuhan 6) Diisi dengan nomor akta pendirian Badan Usaha Pelabuhan 7) Diisi dengan nama notaris 8) Diisi dengan jenis usaha pokok Badan Usaha Pelabuhan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 71: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Lampiran VIIIPeraturan Direktur Jenderal Perhubungan LautNomor : HK 103/2/14/DJPL-16Tanggal : 29 Juni 2016

UPP_ TERMINAL PENUMPANG

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT

PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KELAS A

TERMINAL PENUMPANG (Penumpang/Pengantar/Penjemput)

KAPAL LAUT per orang per sekali masuk

TERMINAL PENUMPANG KELAS A

(Penumpang/Pengantar/

Penjemput)

per orang per sekali masuk

Rp. 3.000,00 No. Rp. 3.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT

PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KELAS B

TERMINAL PENUMPANG (Penumpang/Pengantar/Penjemput)

KAPAL LAUT per orang per sekali masuk

TERMINAL PENUMPANG KELAS B

(Penumpang/Pengantar/

Penjemput)

per orang per sekali masuk

Rp. 2.500,00 No. Rp. 2.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT

PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KELAS C

TERMINAL PENUMPANG (Penumpang/Pengantar/Penjemput)

KAPAL LAUT per orang per sekali masuk

TERMINAL PENUMPANG KELAS C

(Penumpang/Pengantar

/Penjemput)

per orang per sekali masuk

Rp. 2.000,00 No. Rp. 2.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 72: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA DAN KSOP_ TERMINAL PENUMPANG

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT

PELAYANAN KELAS UTAMA DAN KELAS I

TERMINAL PENUMPANG (Penumpang/Pengantar/Penjemput)

KAPAL LAUT per orang per sekali masuk

KELAS UTAMA DAN KELAS I

(Penumpang/Pengantar/

Penjemput)

per orang per sekali masuk

Rp. 3.000,00 No. Rp. 3.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT

PELAYANAN KELAS II DAN KELAS III

TERMINAL PENUMPANG (Penumpang/Pengantar/Penjemput)

KAPAL LAUT per orang per sekali masuk

KELAS II DAN KELAS III

(Penumpang/Pengantar/

Penjemput)

per orang per sekali masuk

Rp. 2.500,00 No. Rp. 2.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT

PELAYANAN KELAS IV DAN KELAS V

TERMINAL PENUMPANG (Penumpang/Pengantar/Penjemput)

KAPAL LAUT per orang per sekali masuk

KELAS IV DAN KELAS V

(Penumpang/Pengantar

/Penjemput)

per orang per sekali masuk

Rp. 2.000,00 No. Rp. 2.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 73: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS ORANG HARIAN

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS HARIAN

PAS ORANG KELAS I

PAS HARIAN per orang per sekali masuk

KELAS I

per orang per sekali masuk

Rp. 3.000,00 No. Rp. 3.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS HARIAN

PAS ORANG KELAS II

PAS HARIAN per orang per sekali masuk

KELAS II

per orang per sekali masuk

Rp. 2.500,00 No. Rp. 2.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS HARIAN

PAS ORANG KELAS III

PAS HARIAN per orang per sekali masuk

KELAS III

per orang per sekali masuk

Rp. 2.000,00 No. Rp. 2.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 74: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA DAN KSOP_PAS ORANG HARIAN

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS HARIAN

PAS ORANG KELAS UTAMA DAN KELAS I

PAS HARIAN per orang per sekali masuk

KELAS UTAMA DAN KELAS I

per orang per sekali masuk

Rp. 3.000,00 No. Rp. 3.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS HARIAN

PAS ORANG KELAS II DAN KELAS III

PAS HARIAN per orang per sekali masuk

KELAS II DAN KELAS III

per orang per sekali masuk

Rp. 2.500,00 No. Rp. 2.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS HARIAN

PAS ORANG KELAS IV DAN KELAS V

PAS HARIAN per orang per sekali masuk

KELAS IV DAN KELAS V

per orang per sekali masuk

Rp. 2.000,00 No. Rp. 2.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 75: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_ PAS ORANG BULANAN

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS TETAP BULANAN

PAS ORANG KELAS I

PAS TETAP BULANAN per orang per bulan

KELAS I

per orang per bulan

Rp. 75.000,00 No. Rp. 75.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS TETAP BULANAN

PAS ORANG KELAS II

PAS TETAP BULANAN per orang per bulan

KELAS II

per orang per bulan

Rp. 62.500,00 No.

Rp. 62.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS TETAP BULANAN

PAS ORANG KELAS III

PAS TETAP BULANAN per orang per bulan

KELAS III

per orang per bulan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 50.000,00

No. Rp. 50.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 76: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA DAN KSOP_ PAS ORANG BULANAN

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS TETAP BULANAN

PAS ORANG KELAS UTAMA DAN KELAS I

PAS TETAP BULANAN per orang per bulan

KELAS UTAMA DAN KELAS I

per orang per bulan

Rp. 75.000,00 No. Rp. 75.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS TETAP BULANAN

PAS ORANG KELAS II DAN KELAS III

PAS TETAP BULANAN per orang per bulan

KELAS II DAN KELAS III

per orang per bulan

Rp. 62.500,00 No.

Rp. 62.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS ORANG PAS TETAP BULANAN

PAS ORANG KELAS IV DAN KELAS V

PAS TETAP BULANAN per orang per bulan

KELAS IV DAN KELAS V

per orang per bulan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 50.000,00

No. Rp. 50.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 77: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS KENDARAAN HARIAN

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS I

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk

Rp. 6.500,00 No. Rp. 6.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS II

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 6.000,00

No. Rp. 6.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS III

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 5.500,00

No. Rp. 5.500,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 78: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS HARIAN TRAILER

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS UTAMA

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS UTAMA

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 9.000,00

No. Rp. 9.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS I

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 8.500,00

No. Rp. 8.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS II

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 8.000,00

No. Rp. 8.000,00

Page 79: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS III

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 7.500,00

No. Rp. 7.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS IV

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS IV

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 7.000,00

No. Rp. 7.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS V

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS V

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk

Rp. 6.500,00 No. Rp. 6.500,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 80: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS I

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 6.000,00

No. Rp. 6.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS II

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Perhubungan

Rp. 5.500,00 No. Rp. 5.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS III

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk

Rp. 5.000,00 No. Rp. 5.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 81: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS HARIAN TRUK

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS UTAMA

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS UTAMA

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk

Rp. 8.000,00 No. Rp. 8.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS I

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 7.500,00

No. Rp. 7.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS II

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 7.000,00

No. Rp. 7.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 82: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS III

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 6.500,00

No. Rp. 6.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS IV

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS IV

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 6.000,00

No. Rp. 6.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS V

TRUK, BUS BESAR per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS V

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

PerhubunganRp. 5.500,00

No. Rp. 5.500,00

Page 83: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS I

per unit berikut Pengemudi

per sekali masuk

Rp. 5.000,00 No. Rp. 5.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS II

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

Rp. 4.500,00 No. Rp. 4.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS III

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

Rp. 4.000,00 No. Rp. 4.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 84: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP/KSOP

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS UTAMA

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS UTAMA

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

Rp. 7.000,00 No. Rp. 7.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS I

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

Rp. 6.500,00 No. Rp. 6.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS II

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

Rp. 6.000,00 No. Rp. 6.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 85: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS III

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

Rp. 5.000,00 No. Rp. 5.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS IV

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS IV

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

Rp. 4.500,00 No. Rp. 4.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS V

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

KELAS V

per unit berikut Pengemudi per sekali masuk

Rp. 4.000,00 No. Rp. 4.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 86: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS SEPEDA MOTOR HARIAN

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masukKELAS I

per unit per sekali masuk

Rp. 4.000,00 No. Rp. 4.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masukKELAS II

per unit per sekali masuk

Rp. 3.500,00 No. Rp. 3.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masukKELAS III

per unit per sekali masuk

Rp. 3.000,00 No. Rp. 3.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 87: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA /KSOP_PAS SEPEDA MOTOR HARIAN

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS UTAMA

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masukKELAS UTAMA

per unit per sekali masuk

Rp. 5.000,00 No. Rp. 5.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masukKELAS I

per unit per sekali masuk

Rp. 4.500,00 No. Rp. 4.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masukKELAS II

per unit per sekali masuk

Rp. 4.000,00 No. Rp. 4.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 88: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masuk

KELAS III

per unit per sekali masuk

Rp. 3.500,00 No. Rp. 3.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS IV

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masuk

KELAS IV

per unit per sekali masuk

Rp. 3.000,00 No. Rp. 3.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS V

SEPEDA MOTOR per unit per sekali masuk

KELAS V

per unit per sekali masuk

Rp. 2.500,00 No. Rp. 2.500,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 89: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS HARIAN GEROBAK

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS I

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per sekali masuk

KELAS I

per unit per sekali masuk

Rp. 2.000,00 No. Rp. 2.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS II

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per sekali masuk

KELAS II

per unit per sekali masuk

Rp. 1.500,00 No. Rp. 1.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS HARIAN (TIDAK TETAP)

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS HARIAN (TIDAK TETAP) KELAS III

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per sekali masuk

KELAS III

per unit per sekali masuk

Rp. 1.000,00 No. Rp. 1.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 90: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS BULANAN TRAILER

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS I

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 162.500,00 No. Rp. 162.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS II

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 150.000,00 No. Rp. 150.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS III

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 137.500,00 No. Rp. 137.500,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 91: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS BULANAN TRAILER

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS UTAMA

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS UTAMA

per unit per bulan

Rp. 225.000,00 No. Rp. 225.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS I

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 212.500,00 No. Rp. 212.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS II

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 200.000,00 No. Rp. 200.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 92: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS III

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 187.500,00 No. Rp. 187.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS IV

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS IV

per unit per bulan

Rp. 175.000,00 No. Rp. 175.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP BULANAN KELAS V

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per bulan

KELAS V

per unit per bulan

Rp. 162.500,00 No. Rp. 162.500,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 93: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP _PAS BULANAN TRUK

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS I

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 150.000,00 No. Rp. 150.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS II

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 137.500,00 No. Rp. 137.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS III

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 125.000,00 No. Rp. 125.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 94: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP _PAS BULANAN TRUK

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS UTAMA

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS UTAMA

per unit per bulan

Rp. 200.000,00 No. Rp. 200.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS I

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 187.500,00 No. Rp. 187.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS II

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 175.000,00 No. Rp. 175.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 95: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS III

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 162.500,00 No. Rp. 162.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS IV

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS IV

per unit per bulan

Rp. 150.000,00 No. Rp. 150.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP BULANAN KELAS V

TRUK, BUS BESAR per unit per bulan

KELAS V

per unit per bulan

Rp. 137.500,00 No. Rp. 137.500,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 96: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS BULANAN PICK UP

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS I

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 125.000,00 No. Rp. 125.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS II

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 112.500,00 No. Rp. 112.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS III

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 100.000,00 No. Rp. 100.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 97: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS BULANAN PICK UP

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS UTAMA

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS UTAMA

per unit per bulan

Rp. 175.000,00 No. Rp. 175.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS I

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 162.500,00 No. Rp. 162.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS II

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 150.000,00 No. Rp. 150.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 98: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS III

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 137.500,00 No. Rp. 137.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS IV

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS IV

per unit per bulan

Rp. 125.000,00 No. Rp. 125.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP BULANAN KELAS V

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per bulan

KELAS V

per unit per bulan

Rp. 112.500,00 No. Rp. 112.500,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 99: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS BULANAN SEPEDA MOTOR

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS I

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 100.000,00 No. Rp. 100.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS II

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 87.500,00 No. Rp. 87.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS III

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 75.000,00 No. Rp. 75.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 100: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS BULANAN SEPEDA MOTOR

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS UTAMA

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS UTAMA

per unit per bulan

Rp. 125.000,00 No. Rp. 125.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS I

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 112.500,00 No. Rp. 112.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS II

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 100.000,00 No. Rp. 100.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 101: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS III

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 87.500,00 No. Rp. 87.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS IV

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS IV

per unit per bulan

Rp. 75.000,00 No. Rp. 75.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP BULANAN KELAS V

SEPEDA MOTOR per unit per bulan

KELAS V

per unit per bulan

Rp. 62.500,00 No. Rp. 62.500,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 102: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS BULANAN GEROBAK

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS TETAP BULANAN KELAS I

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per bulan

KELAS I

per unit per bulan

Rp. 50.000,00 No. Rp. 50.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS TETAP BULANAN KELAS II

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per bulan

KELAS II

per unit per bulan

Rp. 37.500,00 No. Rp. 37.500,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP BULANAN

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS TETAP BULANAN KELAS III

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per bulan

KELAS III

per unit per bulan

Rp. 25.000,00 No. Rp. 25.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 103: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS TAHUNAN TRAILER

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 1.625.000,00 No. Rp. 1.625.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 1.500.000,00 No. Rp. 1.500.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 1.375.000,00 No. Rp. 1.375.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 104: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS TAHUNAN TRAILER

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS UTAMA

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS UTAMA

per unit per tahun

Rp. 2.250.000,00 No. Rp. 2.250.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 2.125.000,00 No. Rp. 2.125.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 2.000.000,00 No. Rp. 2.000.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 105: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 1.875.000,00 No. Rp. 1.875.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS IV

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS IV

per unit per tahun

Rp. 1.750.000,00 No. Rp. 1.750.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRAILER, TRUK GANDENGAN

PAS TETAP TAHUNAN KELAS V

TRAILER, TRUK GANDENGAN per unit per tahun

KELAS V

per unit per tahun

Rp. 1.625.000,00 No. Rp. 1.625.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 106: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS TAHUNAN TRUK

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 1.500.000,00 No. Rp. 1.500.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 1.375.000,00 No. Rp. 1.375.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 1.250.000,00 No. Rp. 1.250.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 107: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS TAHUNAN TRUK

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS UTAMA

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS UTAMA

per unit per tahun

Rp. 2.000.000,00 No. Rp. 2.000.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 1.875.000,00 No. Rp. 1.875.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 1.750.000,00 No. Rp. 1.750.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 108: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 1.625.000,00 No. Rp. 1.625.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS IV

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS IV

per unit per tahun

Rp. 1.500.000,00 No. Rp. 1.500.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) TRUK, BUS BESAR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS V

TRUK, BUS BESAR per unit per tahun

KELAS V

per unit per tahun

Rp. 1.375.000,00 No. Rp. 1.375.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 109: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS TAHUNAN PICK UP

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

PICK UP,MINI BUS,SEDAN,JEEP per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 1.250.000,00 No. Rp. 1.250.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 1.125.000,00 No. Rp. 1.125.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 1.000.000,00 No. Rp. 1.000.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 110: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS TAHUNAN PICK UP

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS UTAMA

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per tahun

KELAS UTAMA

per unit per tahun

Rp. 1.750.000,00 No. Rp. 1.750.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 1.625.000,00 No. Rp. 1.625.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 1.500.000,00 No. Rp. 1.500.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 111: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 1.375.000,00 No. Rp. 1.375.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS IV

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per tahun

KELAS IV

per unit per tahun

Rp. 1.250.000,00 No. Rp. 1.250.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP

PAS TETAP TAHUNAN KELAS V

PICK UP, MINI BUS, SEDAN, JEEP per unit per tahun

KELAS V

per unit per tahun

Rp. 1.125.000,00 No. Rp. 1.125.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 112: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS TAHUNAN MOTOR

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 1.000.000,00 No. Rp. 1.000.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 875.000,00 No. Rp. 875.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 750.000,00 No. Rp. 750.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 113: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

OP UTAMA/KSOP_PAS TAHUNAN MOTOR

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS UTAMA

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS UTAMA

per unit per tahun

Rp. 1.250.000,00 No. Rp. 1.250.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 1.125.000,00 No. Rp. 1.125.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 1.000.000,00 No. Rp. 1.000.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 114: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 875.000,00 No. Rp. 875.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS IV

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS IV

per unit per tahun

Rp. 750.000,00 No. Rp. 750.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) SEPEDA MOTOR

PAS TETAP TAHUNAN KELAS V

SEPEDA MOTOR per unit per tahun

KELAS V

per unit per tahun

Rp. 625.000,00 No. Rp. 625.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Page 115: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

UPP_PAS TAHUNAN GEROBAK

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS TETAP TAHUNAN KELAS I

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per tahun

KELAS I

per unit per tahun

Rp. 500.000,00 No. Rp. 500.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS TETAP TAHUNAN KELAS II

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per tahun

KELAS II

per unit per tahun

Rp. 375.000,00 No. Rp. 375.000,00

No.

KANTOR KANTOR ............................………………………..…………………………………………… PAS KENDARAAN (TERMASUK UANG PARKIR)

PAS KENDARAAN PAS TETAP TAHUNAN

(TERMASUK UANG PARKIR) GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA

PAS TETAP TAHUNAN KELAS III

GEROBAK,CIKAR,DOKAR,SEPEDA per unit per tahun

KELAS III

per unit per tahun

Rp. 250.000,00 No. Rp. 250.000,00

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Perhubungan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MMPembina Utama Madya (IV/d)NIP. 19580713 198603 1 001

Page 116: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

PERHITUNGAN LUAS PENGGUNAAN PERAIRAN PADA TERMINAL

KHUSUS/TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

A. TYPE DERMAGA ATAU BANGUNAN DIATAS AIR 1. TYPE MARJINAL

2. TYPE JETTY

LAMPIRAN IX PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

Page 117: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

3. TYPE FINGER

4. TYPE BREASTING DOLPHIN

Page 118: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

5. TYPE SINGLE BOUY MOORING

6. TYPE MULTY BOUY MOORING

a. memiliki 2 (dua) bouy mooring

Page 119: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

b. memiliki 4 (empat) bouy mooring

7. TYPE SLIP WAY

Page 120: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

8. ISLAND BERTH (DERMAGA TANPA TRESTLE / CAUSWAY)

9. DERMAGA DAN/ATAU BANGUNAN DILINDUNGI BREAKWATER/BANGUNAN LAINNYA a.

Page 121: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

b.

10. MEMILIKI LEBIH DARI 1 (SATU) DERMAGA DAN/ATAU BANGUNAN

Page 122: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

11. DERMAGA YANG DISANDAR KAPAL DENGAN SUSUN SIRIH

Page 123: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

12. DERMAGA DAN/ATAU BANGUNAN YANG DISANDAR OLEH KAPAL YANG BERTAMBAT PADA LAMBUNG KAPAL LAIN YANG SEDANG BERTAMBAT

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 124: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 2A

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KANTOR ………………………………………………………. JK NO.

PERHITUNGAN DAN NOTA TAGIHAN JASA KAPAL

Nomor :

Bentuk PUJK 1A :

Kepada : Na a Pe ohon : …………………………………………………………………….. Na a Kapal/Tongkang : …………………………………………………………………….. Gross Tonage/Ukuran kapal : ……………………………………………………………………. Panjang Kapal LOA : ……………………………………………………………………. Tanggal Kedatangan dan keberangkatan : ……………………………………………………………………. Jenis pelayaran : ……………………………………………………………………. Pe ilik/Keagenan : ……………………………………………………………………. Masa labuh : ……………………………………………………………………. Masa Ta bat : …………………………… / ………………………………Ja

Tanggal jatuh te po : …………………………………………………………………….

No Jenis Jasa Perhitungan

1.

2.

3.

4.

Labuh

Tambat

Pandu

Tunda

Pembulatan

…… ….. GT X …….. Kunjungan X Rp ……………………………... = Rp ……………….. …… ….. GT X …….. Kunjungan X USD …………X *Kurs………. = Rp ………………..

…… ….. GT X …….. Et al X Rp ……………………………… = Rp ………………

…… ….. GT X …….. Et al X USD …………X *Kurs………. = Rp ………………..

……. Gerakan X Rp ……………………… = Rp …………………

……. Gerakan X USD ………………………………X *Kurs………. = Rp ………………..

……. Jam X Rp ……………………… = Rp …………………

……. Jam X USD ………………………………X *Kurs………. = Rp ………………..

= Rp ………………..

Jumlah Total = Rp …………………

Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………………………..

*) Kekurangan pembayaran PNBP yang terhutang sebagaimana …………………………………………20…….. Dimaksud pada ayat (2) wajib dilunasi oleh wajib bayar dengan PETUGAS OPERASIONAL

Ditambah sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua

Prosen) per bulan dari kekurangan tersebut untuk waktu paling

24 (duapuluh empat) bulan terhitung sejak Penerimaan ………………………………………………. Negara Bukan Pajak terhutang (sesuai UU No.20 Tahun NIP. ………………………………….. 1997 dan PP No. 29 Tahun 2009 Pasal 10 Ayat 3)

LAMPIRAN X PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

Page 125: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 2B

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KANTOR ………………………………………………………. JK No.

PERHITUNGAN DAN NOTA TAGIHAN JASA BARANG

Nomor :

Bentuk PUJK 1B :

Kepada :

Na a Pe ohon : …………………………………………………………………….. Alamat : …………………………………………………………………….. Waktu jatuh te po : …………………………………………………………………….

No Jenis Jasa Jenis barang Perhitungan

Expor Inpor/antar

pulau

1.

2.

3.

Dermaga:

a. Barang

b. Hewan

c. Peti kemas

Penumpukan:

a. Gudang

b. Lapangan

c. Penyimpanan

Hewan

Ship To ship

a. Barang

b. Hewan

c. Peti kemas

d. dll

…………. Ton/ Rp …………. …… = Rp …………….. …………. Ekor Rp ……………….. = Rp …………….. …………. Ton/M Rp ………………. = Rp ……………..

………… Ton/M Rp ……………….. = Rp ………………

………..Hari Rp ……………….. = Rp …………….. ………..Ton/M * Rp ………………. = Rp ……………..

…………. Ton/ Rp …………. …… = Rp …………….. …………. Ekor Rp ……………….. = Rp …………….. …………. Ton/M Rp ………………. = Rp ……………..

Ju lah = Rp …………………

Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………………………..

*) Kekurangan pembayaran PNBP yang terhutang sebagaimana …………………………………………20…….. Dimaksud pada ayat (2) wajib dilunasi oleh wajib bayar dengan PETUGAS OPERASIONAL

Ditambah sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua

Prosen) per bulan dari kekurangan tersebut untuk waktu paling

24 (duapuluh empat) bulan terhitung sejak Penerimaan ………………………………………………. Negara Bukan Pajak terhutang (sesuai UU No.20 Tahun NIP. ………………………………….. 1997 dan PP No. 29 Tahun 2009 Pasal 10 Ayat 3)

Page 126: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 2C

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KANTOR ………………………………………………………. JK No.

PERHITUNGAN DAN NOTA TAGIHAN JASA ALAT

PP. NO. 11 TAHUN 2015

Nomor :

Bentuk PUJK 1C :

Kepada :

Na a Pe ohon : …………………………………………………………………….. Ala at : …………………………………………………………………….. Waktu jatuh te po : …………………………………………………………………….

No Jenis Jasa Perhitungan

Ju lah = Rp …………………

Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………………………..

*) Kekurangan pembayaran PNBP yang terhutang sebagaimana …………………………………………20…….. Dimaksud pada ayat (2) wajib dilunasi oleh wajib bayar dengan PETUGAS OPERASIONAL

Ditambah sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua

Prosen) per bulan dari kekurangan tersebut untuk waktu paling

24 (duapuluh empat) bulan terhitung sejak Penerimaan ………………………………………………. Negara Bukan Pajak terhutang (sesuai UU No.20 Tahun NIP. ………………………………….. 1997 dan PP No. 29 Tahun 2009 Pasal 10 Ayat 3)

Page 127: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 2D

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KANTOR ………………………………………………………. JK No.

PERHITUNGAN DAN NOTA TAGIHAN JASA KEPELABUHANAN LAINNYA

PP. NO. 11 TAHUN 2015

Nomor :

Bentuk PUJK 1D :

Kepada :

Na a Pe ohon : …………………………………………………………………….. Ala at : …………………………………………………………………….. Waktu jatuh te po : …………………………………………………………………….

No Jenis Jasa Perhitungan

Jumlah = Rp …………………

Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………………………..

*) Kekurangan pembayaran PNBP yang terhutang sebagaimana …………………………………………20…….. Dimaksud pada ayat (2) wajib dilunasi oleh wajib bayar dengan PETUGAS OPERASIONAL

Ditambah sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua

Prosen) per bulan dari kekurangan tersebut untuk waktu paling

24 (duapuluh empat) bulan terhitung sejak Penerimaan ………………………………………………. Negara Bukan Pajak terhutang (sesuai UU No.20 Tahun NIP. ………………………………….. 1997 dan PP No. 29 Tahun 2009 Pasal 10 Ayat 3)

Page 128: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 2A1

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KANTOR ………………………………………………………. JK NO.

PERHITUNGAN DAN NOTA TAGIHAN JASA KAPAL

PP. NO. 11 TAHUN 2015

Nomor :

Bentuk PUJK :

Kepada : Na a Pe ohon : …………………………………………………………………….. Na a Kapal/Tongkang : …………………………………………………………………….. Gross Tonage/Ukuran kapal : ……………………………………………………………………. Panjang Kapal LOA : ……………………………………………………………………. Tanggal Kedatangan dan keberangkatan : ……………………………………………………………………. Jenis pela aran : ……………………………………………………………………. Pe ilik/Keagenan : ……………………………………………………………………. Lama Pemanduan : ……………………………………………………………………. Jumlah Kapal Tunda yang dipakai :

1. Sandar : ………………………… Ja …………………………. 2. Lepas sandar : ………………………… Ja …………………………. 3. Lain-lain : ………………………… Ja …………………………. Tanggal jatuh te po : ……………………………………………………………..

No Jenis Jasa Perhitungan

1.

2.

Pemanduan

Pemanduan

Tunda

Tunda

Jumlah

5% X (tarif* X Koefisien Tingkat Resiko** X Ju lah Gerakan = Rp ……………

5% X Rp …….. + Rp ………… X ………….GT X ……. X ………Gerakan = Rp ………………..

5% X{ (tarif tetap x Jam) + (Tarif Variabel x GT kapal yang ditunda) x Jam} = Rp ………………..

5% x { Rp ……………. X …… Ja + Rp ………………. X ………. GT ……….Ja } = Rp ……………………

Rp …………………….

Ju lah Total = Rp …………………

Catatan : Kurs yang digunakan adalah Kurs Tengah Bank Indonesia

Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………………………..

* Tarif = Tarif dasar + variable X GT …………………………………………20…….. **) KTR = KTR yang berlaku di tiap-tiap pelabuhan PETUGAS OPERASIONAL

………………………………………………. NIP. …………………………………..

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

Page 129: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT PUJK 2E

DIREKTORAT KEPELABUHANAN

JK.No.

NOTA TAGIHAN PNBP JASA PENERBITAN SURAT IZIN KEPELABUHANAN

PP. No. 11 Tahun 2015

Nama Perusahaan : ……………………………………………………………………………………………. Alamat : ……………………………………………………………………………………………. N.P.W.P : ……………………………………………………………………………………………

Lokasi : ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. Jenis Pelayanan : 1. Surat Penetapan Lokasi Terminal Khusus

2. Surat Izin Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Khusus

3. Surat Perpanjangan Ijin dan Pengoperasian Terminal Khusus

4. Surat Izin Pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

5. Surat Izin Kerja Keruk

6. Surat Izin Kerja Reklamasi

7. Surat Penetapan Badan Usaha Pelabuhan

8. Surat Penetapan Terminal Khusus Terbuka Bagi

Perdagangan Luar Negeri

9. Pelaksanaan audit dan penerbitan sertifikat pemenuhan fasilitas

keamanan pelabuhan

10. Penunjukan sebagai Recognize security organitation

Jumlah Uang : Rp …………………………………………………….

Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………….. Jakarta, ………………………………….. Pelaksana Subdit,

……………………………………………….

NIP. …………………………………...... Lembar 1 : Pengguna Jasa Lembar 2 : Bendahara Lembar 3 : Bank Lembar 4 :Dit.Kepelabuhanan

Lembar 5 : Lampiran berkas

LAMPIRAN XI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 130: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PUJK 2F

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KANTOR ………………………………………………………. JK NO.

PERHITUNGAN DAN NOTA KONSESI

Nomor :

Kode Billing SIMPONI :

Kepada : Nama BUP : …………………………………………………………………….. NPWP : …………………………………………………………………….. Pelabuhan/Terminal : ……………………………………………………………………. Tanggal jatuh tempo : ……………………………………….......……………………..

No Jenis Jasa Perhitungan

1

Konsesi

.......... % X Pendapatan Kotor = Rp ……………

Pembayaran dilakukan setiap ....... .....

(sesuai dengan perjanjian konsesi)

Ju lah Total = Rp …………………

Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………………………..

*) Tarif = Tarif dasar + (variable X GT ) …………………………………………20…….. **) KTR = KTR yang berlaku di tiap-tiap pelabuhan PETUGAS OPERASIONAL

***) Tarif = (Tarif x Jam) + tariff variable x GT kapal yang ditunda x Jam

………………………………………………. NIP. …………………………………..

LAMPIRAN XII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

Page 131: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XIII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

BLANKO JASA KENAVIGASIAN UANG RAMBU

Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut No. JKR-01/16. …………..

NOTA TAGIHAN JASA PENGGUNAAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN/UANG RAMBU

Nama Kapal :

Milik/Keagenan :

Tanda Panggilan :

Grose Tonage (GT) :

Bendera :

Jenis Angkutan : Dalam Negeri/Luar Negeri/Pelra/Perintis Kode Billing SIMPONI :

Tanggal jatuh tempo :

Jumlah Uang : …… GT x Rp. ………………….. ...… GT x (US $……….…x *Kurs Rp.……….…)= Rp…………….. Terbilang . . *Kurs yang digunakan adalah Kurs Tengah Bank Indonesia Agar disetorkan langsung ke Kas Negara atau rekening Bendahara Penerimaan UPT

……………., ………………………

Petugas Operasional

( ……………………………………)

NIP. ……………………………

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

Page 132: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XIV

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR :HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL: 29 Juni 2016

BLANKO JASA KENAVIGASIAN TELEGRAM /TELEPHONE CALL

YANG TIDAK MEMILIKI AAIC

Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut No. JKTTC-01/16. ………………...

NOTA TAGIHAN JASA KENAVIGASIAN TELEGRAM/TELEPHONE CALL

Nama Kapal:

Milik/Keagena:

Tanda Panggilan :

Bendera :

Jenis Angkutan : Dalam Negeri / Luar Negeri

Kode Billing SIMPONI :

Tanggal jatuh tempo :

Jumlah Uang : ……Kata/Menit x LSC = …………

……Kata/Menitx LLC = .............. + Jumlah = ....…….. x *Kurs Rp.……….…= Rp……..…… Terbilang . .

*Kurs yang digunakan adalah Kurs Tengah Bank Indonesia

Catatan : ……………., ………………………

Petugas Operasional

(…………………………)

NIP.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

Page 133: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XV

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

Contoh 1

BLANKO JASA KENAVIGASIAN TELEGRAM /TELEPHONE CALL

YANG MASUK KE DLKr/DLKp

KementerianPerhubungan DirektoratJenderalPerhubunganLaut No. JKTTC-01/16. ………………...

NOTA TAGIHAN JASA KENAVIGASIAN TELEGRAM/TELEPHONE CALL

Nama Kapal:

Milik/Keagena:

TandaPanggilan :

Bendera :

JenisAngkutan : DalamNegeri / LuarNegeri

KodeBilling SIMPONI :

Tanggaljatuh tempo :

JumlahUang : ……Kata/Menit x LSC = …………

……Kata/MenitxLLC = .............. + Jumlah = ....…….. x *KursRp.……….…= Rp……..…… Terbilang . .

*Kurs yang digunakanadalahKurs Tengah Bank Indonesia

Catatan : ……………., ………………………

PetugasOperasional

(…………………………)

NIP.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina UtamaMadya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

Page 134: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XVI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK. 103/2/14/DJPL-16

contoh 1 TANGGAL : 29 Juni 2016

Kepada : Nomor : Yth : di JAKARTA

1. Disampaikan dengan hormat perhitungan tagihan jasa telekomunikasi pelayaran dari stasiun radio pantai Indonesia, sebagai berikut :

Total :

2. Harap dibayar kepada Bendahara Penerimaan Kantor Pusat Ditjen Hubla dengan menyetorkan langsung ke Bank BNI Cabang Jakarta Kota Rekening No. 0014140793 AN Bendahara Penerima Kantor Pusat DITJEN Perhubungan Laut

NOTA TAGIHANJASA TELEKOMUNIKASI PELAYARAN YANG MEMILIKI AAIC

Nomor Urut Nomor Faktur Periode/Bulan Besarnya US Dollar Keterangan

................................

A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUTDIREKTORAT KENAVIGASIAN

KEPALA SUBDIT TELEKOMUNIKASI PELAYARAN

........................................

Page 135: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT No JSPBA-01/…………

NOTA TAGIHAN JASA KENAVIGASIAN

No……….

Kepada : Petugas PNBP

Dari : KSD PM dan PBA (unit / bagian / seksi yang melakukan pekerjaan)

Perihal : Pembayaran PNBP

1. Akan melakukan pekerjaan berkaitan dengan Jasa (silang jenis PNBP yang dikenakan) untuk Perizinan

Kenavigasian berupa ...................................................... (tulis dengan huruf pekerjaan yang dilakukan)

Sebagai berikut :

Perusahaan / Pemohon : .................................. Jenis Dokumen :

Lokasi Kegiatan :

1............................ 1. .....................................................................

2............................ 2. .....................................................................

3............................ 3. .....................................................................

Alamat : .................................. Jumlah Rp. : ...................................................

Terbilang : ...................................................

2. Bahwa nota ini dikeluarkan, karena pekerjaan akan dilakukan, maka pemohon melaksanakan pembayaran sesuai tarif

yang

berlaku.

3. Demikian harap maklum.

..........., ........................................

Jenis Perizinan : Petugas Operasional

1. Izin Usaha Salvage dan / atau Pekerjaan Bawah Air;

2. Izin Membangun, memindahkan dan/atau membongkar Bangunan

atau Instalasi Bawah Air;

3. Izin Kegiatan Salvage dan / atau Pekerjaan Bawah Air;

4. Pengawasan kegiatan pengangkatan kerangka kapal oleh pihak ketiga.

(...................................................)

NIP.

1

1

2 3

LAMPIRAN XVII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 136: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XVIII

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Rumah Sakit / Institusi Kesehatan : ……………………………………………………………………………………………………Jumlah Lembar Sertifikat : ……………………………………………………………………………………………………Tanggal Jatuh Tempo : ……………………………………………………………………………………………………Kode Billing SIMPONI : ……………………………………………………………………………………………………Jumlah Uang Sebesar : Rp. ……………………………………………

Terbilang : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Petugas Administrasi

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

(………………………………………………….)NIP. …………………………….........………..

………………., ………………………………..

NOTA TAGIHANSERTIFIKAT KESEHATAN PELAUT

No. BKKP-01 / 000000

Page 137: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NO. JBTKP-01/..............

DIREKTORAT KENAVIGASIAN

NOTA TAGIHAN JASA PENERBITAN SURAT IJIN

KEWENANGAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PERBAIKAN DAN

PERAWATAN PERALATAN KESELAMATAN PELAYARAN

Nama Perusahaan : ……………………………………………………………………………………………. Alamat : ……………………………………………………………………………………………. N.P.W.P : ……………………………………………………………………………………………

Lokasi : ……………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………….

Jenis Pelayanan Inflatable Life Raft (Baru / Perpanjangan / Perubahan) *

Fire Extinguisher (Baru / Perpanjangan / Perubahan) *

Lifeboat and David (Baru / Perpanjangan / Perubahan) *

Marine Evacuation System (Baru / Perpanjangan / Perubahan) *

Food and Drinking Water (Baru / Perpanjangan / Perubahan) *

Emergency Position Indicating Radio Beacon

(Baru / Perpanjangan / Perubahan) *

Jumlah Uang : Rp …………………………………………………….

Terbilang : ……………………………………………………………………………………………………………..

* Lingkari Jenis Pelayanan yang di pakai

Jakarta, ………………………………….. Petugas Operasional,

……………………………………………….

NIP. …………………………………......

A

LAMPIRAN XIX PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

B

C

D

E

F

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 138: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XX

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

KEMENTERIAN PERHUBUNGANDIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT PUPK..............(prenumber)

No.

Kepada : …………………………………….Dari : ……………………………………. (unit/bagian/seksi yang melakukan pekerjaan)Perihal : Pembayaran PNBP

1. Telah melaksanakan pekerjaan berkaitan dengan PUP : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (silang jenis PNBP yang dikenakan)Yaitu …………………………………………………………. ( tulis dengan huruf pekerjaan yang dilakukan) untuk kapal/kegiatanSebagai berikut :

Perusahaan / Pemohon : ……………. Jenis Dokumen / Sertifikat / jasa Pengawasan yang diberikanNama Kapal :

1. …………………………….. 1. ………………………………………………………….2. …………………………….. 2. ………………………………………………………….3. …………………………….. 3. ………………………………………………………….4. …………………………….. 4. ………………………………………………………….5. …………………………….. 5. ………………………………………………………….

Alamat : …………….Ukuran Kapal Jumlah Rp : ……………………………………….- Isi Kotor (GT) : ……………. Terbilang : ……………………………………….Tanggal jatuh tempo : ……………. ……………………………………….

……………………………………….

2. Bahwa nota ini dikeluarkan, karena pekerjaan telah selesai dilakukan, maka pemohon melaksanakan pembayaran sesuai tarif yang berlaku.

…………………, ……………………………..

Petugas Operasional

(………………………………………..)

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MMPembina Utama Madya (IV/d)NIP. 19580713 198603 1 001

NOTA TAGIHAN JASA PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN

NIP.

Page 139: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XXI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016 DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN LAUT Nomor : ..........................

Nota Tagihan PNBP Jasa Angkutan Laut Nama Perusahaan : Nama Kapal : Ukuran (DWT/GT/HP) : Bendera / IMO : Pelabuhan Singgah : ETA / ETD : Perubahan atas SIUPAL/SIOPSUS

:

Jenis Pelayanan 1. Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut / SIUPAL a. Penerbitan b. Evaluasi/Regristrasi Ulang SIUPAL c. Perubahan pada SIUPAL

2. Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut Khusus / SIOPSUS a. Penerbitan b. Evaluasi/Regristrasi Ulang SIUPAL c. Perubahan pada SIUPAL

3. Spesifikasi Kapal / Spek

4. Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Angkutan Laut

5. Persetujuan Rencana Pengoperasian Kapal Pada Trayek Tetap Dan Teratur Angkutan Laut Dalam Negeri

6. Persetujuan Atas Usulan Omisi Kapal Pada Trayek Tetap Dan Teratur 7. Persetujuan Atas Penggantian (Substitusi) Kapal Pada Trayek Tetap Dan

Teratur

8. Persetujuan Atas Usulan Deviasi Kapal Pada Trayek Tetap Dan Teratur

9. Persetujuan Rencana Pengoperasian Kapal Pada Trayek Tidak Tetap Dan Tidak Teratur Angkutan Laut Dalam Negeri

10. Persetujuan Pelabuhan Singgah Pada Trayek Tidak Tetap Dan Tidak Teratur

11. Pemberitahuan Keagenan Kapal Asing (PKKA) a. Kapal Lintas Batas b. Kapal non Lintas Batas

12. Ijin Penggunaan Kapal Asing (IPKA)

Untuk : Pembayaran Pelayanan PNBP Jasa Angkutan Laut Perhitungan : a. Perijinan : ………..X Rp ………..= Rp ………….

b. Kapal :…………X Rp ………..= Rp …………. c. Pelabuhan : ………..X Rp ………..= Rp ………….

Jumlah Uang : Rp.........................................................

Terbilang : .................................................................................

- Telah melaksanakan pekerjaan berkaitan dengan pungutan PNBP Jasa Angkutan Laut - Bahwa Nota Tagihan dikeluarkan karena pekerjaan telah selesai, maka pengguna jasa melakukan pembayaran PNBP

sesuai tarif yang berlaku pada PP No. 15 Tahun 2016

Jakarta,........................................ Pelaksana Subdit

(............................................)

NIP......................................

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 140: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XXII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016 DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN LAUT Nomor : ..........................

Nota Tagihan PNBP Jasa Angkutan Laut Penunjukan Kegiatan B/M dari : …………………………… Nama Kapal : …………………………… Ukuran (DWT/GT/HP) : …………………………… Bendera / IMO : …………………………… Perusahaan Angkutan Laut/Agent : …………………………… Pelabuhan Asal/Tujuan : …………………………… Kapal Tiba Mulai Kegiatan B/M Selesai Kegiatan B/M Sandar di Kade/Terminal Barang yang di Bongkar

: : : : :

…………………………… …………………………… …………………………… …………………………… Barang/Hewan

Klasifikasi Barang*)

Nama Barang Jumlah Barang(Ton/M3/Ekor/U)

Sistem*) Jumlah Buruh

Barang yang di Muat : Barang/Hewan

Klasifikasi Barang*)

Nama Barang Jumlah Barang(Ton/M3/Ekor/U)

Sistem*) Jumlah Buruh

Jenis Pelayanan Pengawasan/Supervisi Kegiatan Bongkar Muat

Untuk : Pembayaran Pelayanan PNBP Jasa Angkutan Laut

Perhitungan : 1% x Rp (biaya bongkar/muat) = Rp ……………….

Jumlah Uang : Rp ………………………..

Terbilang : …………………………….

Telah melaksanakan pekerjaan kegiatan biaya bongkar/muat , maka pemohon melaksanakan pembayaran sesuai tarif yang berlakudengan pungutan PNBP Jasa Angkutan Laut

……..,........................................

Petugas Operasional

(............................................)

NIP...................................... *) Coret yang tidak perlu

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 141: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 1 LAMPIRAN XXIII

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN No. Nota Denda :DITJEN PERHUBUNGAN LAUT Tanggal Nota :KANTOR ……………………………………. Jatuh Tempo :

IDENTITAS DEBITUR

NAMA : NO & TGL NOTA TAGIHAN :ALAMAT : TGL PEMBAYARAN :NPWP : JMLH HARI KETERLAMBATAN :

NO DAN JMLH BLN KETERLAMBATAN :TGL NOTA :

RP. ……………

Terbilang :

NOTA DENDA

DASAR PENGENAAN DENDA

2%TARIF DENDA

No………… (nota tagihan)

NILAI DENDA YANG HARUS DIBAYAR

AN. KEPALA KANTORJAKARTA,……

NO JENIS JASA LAYANAN VOLUME TARIF JUMLAHKURS

Page 142: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 2

ILUSTRASI PERHITUNGAN DENDA

A. tanggal diterbitkan kode billing 1 Juni 2016

B. masa kadaluarsa kode billing 3 (tiga) hari 3 Juni 2016

C. pokok hutang Rp 100.000,00

periode pokok perhitungan denda akmulasi denda jumlah terutang

4-Jun-16 100,000.00 100.00,00 x 2% 2000 102,000.00

5-Jul-16 100,000.00 (102.00,00 x 2 %) + 2000 4040 104,040.00

4-Aug-16 100,000.00 (104.040,00 x 2%) + 4040 6121 106,121.00

dst…

Dasar Hukum

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran PNBP yang Terutang

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

ttd.

Page 143: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XXIV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR :HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

BERITA ACARA REKONSILIASI

DATA PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK TERKAIT DENGAN KELEBIHAN PEMBAYARAN DARI PENGGUNA JA SA KANTOR : DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Pada hari ini ….. tanggal…. bulan…. tahun …….yang bertandatangan di bawah ini : I. Nama :

NIP : Jabatan : dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kantor………, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

II. Nama : Perusahaan : Jabatan : dalam hal ini bertindak sebagai pengguna jasa, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

1. Menyatakan bahwa telah melakukan Rekonsiliasi Data Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)terkait kelebihan pembayaran yang dilakukan oleh pengguna jasa dengan rincian sebagai berikut :

NO AGEN

PELAYARAN

NAMA

KAPAL GT

JENIS

JASA

JUMLAH YG

DIBAYARKAN

JUMLAH YG

SEHARUSNYA

SELISIH

1

2

3

JUMLAH

2. Selisih atas kelebihan pembayaran tersebut di atas, akan dikompensasikan untuk jenis

jasa yang sama pada tagihan berikutnya.

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA PT./AGEN ….. PENGELOLA PNBP KANTOR …… ………………… NAMA ……………. NIP………………..

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina UtamaMadya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

Page 144: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 1 LAMPIRAN XXV

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

Lampiran 1)

RAMBU PUP PUJK JAL JUMLAH RAMBU PUP PUJK JAL JUMLAH RAMBU PUP PUJ K JAL JUMLAH

SALDO - - - - - - -

1 JANUARI - - - - - - -

2 PEBRUARI - - - - - - -

3 MARET - - - - - - -

4 APRIL - - - - - - -

5 MEI - - - - - - -

6 JUNI - - - - - - -

7 JULI - - - - - - -

8 AGUSTUS - - - - - - -

9 SEPTEMBER - - - - - - -

10 OKTOBER - - - - - - -

11 NOPEMBER - - - - - - -

12 DESEMBER - - - - - - -

JUMLAH - - - - - - - - - - - - - - -

KANTOR………………

NAMAPANGKAT (GOL)

KETERANGAN

……………….,…………….., 20XX

A.n. Kepala Kantor

NIP

REKAPITULASI PENERIMAAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

KANTOR

PROPINSI

BULAN ……………. TAHUN ……………….

PENYETORANNO

NIP

SALDOBULAN

PENERIMAAN

BENDAHARA PENERIMAANKANTOR……….

NAMAPANGKAT (GOL)

Page 145: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 2

Lampiran 2)

LUAR NEGERI DALAM NEGERI RAKYAT/PERINTIS PENYEBERANGAN GALANGAN TELKO MPEL VTS SALVAGE BKKP BTKP JUMLAH

0 Saldo -

1 Januari -

2 Pebruari -

3 Maret -

4 April -

5 Mei -

6 Juni -

7 Juli -

8 Agustus -

9 September -

10 Oktober -

11 Nopember -

12 Desember -

JUMLAH - - - - - - - - - -

Keterangan

BENDAHARA PENERIMAAN

PANGKAT (GOL)NIP

PENERIMAAN JASA KENAVIGASIAN

NIP

KANTOR……….

NAMAPANGKAT (GOL)

RINCIAN PENERIMAAN PNBP JASA KENAVIGASIAN

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

No. BULAN

……………….,…………….., 20XX

A.n. Kepala KantorKANTOR………………

NAMA

Page 146: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 3

Lampiran 3)

PUP 1 PUP 2 PUP 3 PUP 4 PUP 5 PUP 6 PUP 7 PUP 8 PUP 9 PUP 10 JUMLAH

Saldo -

1 Januari -

2 Pebruari -

3 Maret -

4 April -

5 Mei -

6 Juni -

7 Juli -

8 Agustus -

9 September -

10 Oktober -

11 Nopember -

12 Desember -

JUMLAH - - - - - - - - - - -

PENERIMAAN JASA PERKAPALAN

……………….,…………….., 20XX

KANTOR………. KANTOR………………A.n. Kepala Kantor

Keterangan

NIPPANGKAT (GOL)

NAMA

BENDAHARA PENERIMAAN

NIP

BULAN

NAMAPANGKAT (GOL)

RINCIAN PENERIMAAN PNBP JASA PERKAPALAN

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

No.

Page 147: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 4

Lampiran 4)

LABUH PANDU TUNDAKONTRIBUSI

PANDUKONTRIBUSI

TUNDATAMBAT DERMAGA PENUMPUKAN

STS (SHIP TO SHIP)

SEWA PERAIRAN PELAYANAN AIR PAS TERMINAL PAS ORANGPAS

KENDARAAN

0 Saldo -

1 Januari -

2 Pebruari -

3 Maret -

4 April -

5 Mei -

6 Juni -

7 Juli -

8 Agustus -

9 September -

10 Oktober -

11 Nopember -

12 Desember -

JUMLAH - - - - - - - - - - - - - - - - -

JUMLAH

PENERIMAAN JASA KEPELABUHANAN

NAMAPANGKAT (GOL)

KANTOR……….

JASA PELAYANAN KAPALSURAT IJIN

KEPELABUHANAN

PANGKAT (GOL)

RINCIAN PENERIMAAN PNBP JASA KEPELABUHANAN

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

No. BULAN KeteranganJASA PELAYANAN BARANGJASA ALAT

JASA LAIN - LAIN

NIPNIP

JASA KONSESI

……………….,…………….., 20XX

KANTOR………………

NAMA

A.n. Kepala KantorBENDAHARA PENERIMAAN

Page 148: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 5

Lampiran 4 Pusat)

JAL 1 JAL 2 JAL 3 JAL 4 JAL 5 JAL 6 JAL 7 JAL 8 JAL 9 JAL 10 JAL 11 JAL 12 JAL 13 JUMLAH

Saldo -

1 Januari -

2 Pebruari -

3 Maret -

4 April -

5 Mei -

6 Juni -

7 Juli -

8 Agustus -

9 September -

10 Oktober -

11 Nopember -

12 Desember -

JUMLAH - - - - - - - - - - - - - -

……………….,…………….., 20XX

BENDAHARA PENERIMAANKANTOR……….

NAMAPANGKAT (GOL)

NIP

A.n. Kepala KantorKANTOR………………

NAMAPANGKAT (GOL)

NIP

RINCIAN PENERIMAAN PNBP JASA ANGKUTAN LAUT

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

No. BULANPENERIMAAN JASA ANGKUTAN LAUT

Keterangan

Page 149: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 6

Lampiran 5)

NO NTPN TANGGAL RUPIAH / RUPIAH KONVERSI

1 Januari

2 Pebruari

3 Maret

4 April

5 Mei

6 Juni

7 Juli

8 Agustus

9 September

10 Oktober

11 Nopember

12 Desember

JUMLAH -

REKAPITULASI PENYETORAN PNBP JASA KENAVIGASIAN

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

No. BULAN

PROPINSI

KeteranganPENYETORAN KE KAS NEGARA

RUPIAH

KANTOR………………

NAMAPANGKAT (GOL)

……………….,…………….., 20XX

A.n. Kepala Kantor

NAMAPANGKAT (GOL)

NIP

BENDAHARA PENERIMAANKANTOR……….

NIP

Page 150: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 7

Lampiran 6)

NO NTPN TANGGAL RUPIAH / RUPIAH KONVERSI

1 Januari

2 Pebruari

3 Maret

4 April

5 Mei

6 Juni

7 Juli

8 Agustus

9 September

10 Oktober

11 Nopember

12 Desember

JUMLAH -

REKAPITULASI PENYETORAN PNBP JASA PERKAPALAN

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

No. BULANPENYETORAN KE KAS NEGARA

KeteranganRUPIAH

……………….,…………….., 20XX

BENDAHARA PENERIMAAN A.n. Kepala KantorKANTOR………. Bendahara Penerimaan /

Pengelola PNBP

NAMA NAMAPANGKAT (GOL) PANGKAT (GOL)

NIP NIP

Page 151: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 8

Lampiran 7)

NO NTPN TANGGAL RUPIAH / RUPIAH KONVERSI

1 Januari

2 Pebruari

3 Maret

4 April

5 Mei

6 Juni

7 Juli

8 Agustus

9 September

10 Oktober

11 Nopember

12 Desember

JUMLAH -

REKAPITULASI PENYETORAN PNBP JASA KEPELABUHANAN

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

No. BULANPENYETORAN KE KAS NEGARA

KeteranganRUPIAH

……………….,…………….., 20XX

BENDAHARA PENERIMAAN A.n. Kepala KantorKANTOR………. Bendahara Penerimaan /

Pengelola PNBP

NAMA NAMAPANGKAT (GOL) PANGKAT (GOL)

NIP NIP

Page 152: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 9

Lampiran 7)

NO NTPN TANGGAL RUPIAH / RUPIAH KONVERSI

1 Januari

2 Pebruari

3 Maret

4 April

5 Mei

6 Juni

7 Juli

8 Agustus

9 September

10 Oktober

11 Nopember

12 Desember

JUMLAH -

NAMA NAMAPANGKAT (GOL) PANGKAT (GOL)

NIP NIP

……………….,…………….., 20XX

BENDAHARA PENERIMAAN A.n. Kepala KantorKANTOR………. Bendahara Penerimaan /

Pengelola PNBP

REKAPITULASI PENYETORAN PNBP JASA ANGKUTAN LAUT

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

No. BULANPENYETORAN KE KAS NEGARA

KeteranganRUPIAH

Page 153: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 10

Lampiran 8)

NTPN TGL JUMLAH NTPN TGL JUMLAH NTPN TGL JUMLAH NTPN TGL JUMLA H NTPN TGL JUMLAH

0 SALDO AWAL - - - - - - -

1 JANUARI - - - - - - -

2 FEBRUARI - - - - - - -

3 MARET - - - - - - -

4 APRIL - - - - - - -

5 MEI - - - - - - -

6 JUNI - - - - - - -

7 JULI - - - - - - -

8 AGUSTUS - - - - - - -

9 SEPTEMBER - - - - - - -

10 OKTOBER - - - - - - -

11 NOVEMBER - - - - - - -

12 DESEMBER - - - - - - -

- -

PROPINSI

RAMBU

SALDO AKHIR PER BULAN

KETERANGANJUMLAHNO. BULAN

PENYETORAN SALDO

SISA SALDOPUP

NAMA

0

REKAPITULASI KAS BENDAHARA PENERIMA

RAMBU PUP

KANTOR………………

PUJK

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

……………….,…………….., 20XX

A.n. Kepala Kantor

JAL GIRO JUMLAH TUNAI / NO.REK

KETERANGANPUJK JAL

NIP

GIRO

PANGKAT (GOL)

TUNAI / NO.REK

BENDAHARA PENERIMAANKANTOR……….

NAMAPANGKAT (GOL)

NIP

Page 154: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 11

Lampiran 9)

0 SALDO AWAL - -

1 JANUARI - -

2 FEBRUARI - -

3 MARET - -

4 APRIL - -

5 MEI - -

6 JUNI - -

7 JULI - -

8 AGUSTUS - -

9 SEPTEMBER - -

10 OKTOBER - -

11 NOVEMBER - -

12 DESEMBER - -

……………….,…………….., 20XX

BENDAHARA PENERIMAAN A.n. Kepala KantorKANTOR………. KANTOR………………

NAMA NAMAPANGKAT (GOL) PANGKAT (GOL)

NIP NIP

JAL

NTPN JUMLAH

PENYETORAN PIUTANG PNBP

TGLJUMLAH NTPN JUMLAH

NO. BULANRAMBU PUP PUJK

PIUTANG PNBP PER BULAN

RAMBU JUMLAHTGL

REKAPITULASI PIUTANG DAN PENYETORAN PNBP

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

JUMLAHJUMLAH NAMA DEBITUR

TGLPUP PUJK JAL

NTPNTGLNTPN

Page 155: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 12

Lampiran 10)

PENAMBAHAN PENGURANGAN LANCARKURANG LANCAR

DIRAGUKAN MACET JUMLAHLANCAR

(0.5%)

KURANG LANCAR

(10%)

DIRAGUKAN (50%)

MACET(100%) JUMLAH

1 PNBP 1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - - - - - -

4 - - - - - - -

5 - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - -

PROPINSI

BENDAHARA PENERIMAANKANTOR……….

NAMAPANGKAT (GOL)

KANTOR………………0

UPT

NAMA

NO

LAPORAN KUALITAS PIUTANG DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

NONAMA DEBITUR /

PERUSAHAANNILAI AGUNAN /

BARANG SITAANKLASIFIKASI

PIUTANG

NILAI PENYISIHAN PIUTANGSALDO AKHIR 31 DES 2015

SALDO AKHIR 30 JUNI 2016

PERUBAHAN

PANGKAT (GOL)NIP

JUMLAH

……………….,…………….., 20XX

A.n. Kepala Kantor

NIP

PENGGOLONGAN PIUTANG

Page 156: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 13

Lampiran 11)

RP RP RP RP RP RP RP RP RP

Desember 2015 - - - - -

1 Januari - - - - -

2 Februari - - - - -

3 Maret - - - - -

4 April - - - - -

5 Mei - - - - -

6 Juni - - - - -

7 Juli - - - - -

8 Agustus - - - - -

9 September - - - - -

10 Oktober - - - - -

11 November - - - - -

12 Desember - - - - -

Jumlah - - - - - - - - -

BENDAHARA PENERIMAANKANTOR……….

NAMAPANGKAT (GOL)

NIP

NAMAPANGKAT (GOL)

NIP

JUMLAH

PIUTANG PEMBAYARAN OLEH BUP

……………….,…………….., 20XX

A.n. Kepala KantorKANTOR………………

TUNDA 5% JUMLAH PANDU 5% TUNDA 5% PANDU 5% TUNDA 5%KET

JUMLAH

REKAPITULASI KONTRIBUSI JASA PANDU DAN TUNDA PT…….. (TERSUS/TUKS/BUP)BULAN ……………. TAHUN ……………….

KANTOR

PROPINSI

NO BULAN

KONTRIBUSI SESUAI BULAN KEGIATAN

PANDU 5%

Page 157: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 14

Lampiran 13)

Pendapatan Penjualan

lainnya

Pendapatan dari penjualan Tanah, Gedung dan Bangunan

Pendapatan dari Penjualan

Peralatan dan Mesin

Pendapatan dari Pemindahtanganan

BMN Lainnya

Pendapatan Sewa Tanah, Gedung dan Bangunan

Pendapatan Tempat

Hiburan/Taman/Museum

Pendapatan Jasa Tenaga,

Pekerjaan, Informasi, dan

Pelatihan

Pendapatan Jasa Giro

Pendapatan Biaya

Penagihan Pajak Negara dengan Surat

Paksa

Pendapatan Bea Lelang

Pendapatan Layanan Jasa

Perbankan

Pendapatan Obligasi

Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian

Pekerjaan Pemerintah

Penerimaan Kembali Belanja Pegawai

Pusat TAYL

Penerimaan Kembali Belanja

Lainnya TAYL

Penerimaan Kembali Belanja

Pegawai TAYL II

Penerimaan Kembali Belanja

Barang TAYL

Pendapatan Pelunasan

Piutang Non Bendahara

Pendapatan Pelunasan

TP/TGR oleh Bendahara

Penerimaan Kembali Uang

Muka Gaji

Pendapatan Anggaran Lain-lain

423119 423121 423122 423129 423141 423212 423216 423221 423225 423227 423241 423321 423752 423911 423913 423951 423952 423921 423922 423991 423999

1 Januari -

2 Februari -

3 Maret -

4 April -

5 Mei -

6 Juni -

7 Juli -

8 Agustus -

9 September -

10 Oktober -

11 November -

12 Desember -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

BENDAHARA PENERIMAANKANTOR……….

NAMAPANGKAT (GOL)

NIP

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

REKAPITULASI PNBP NON JASA TRANSPORTASI LAUT

JENIS PNBP NON FUNGSIONAL

JUMLAH

KETBULAN TOTALNO

NIP

A.n. Kepala Kantor

……………….,…………….., 20XX

Bendahara Penerimaan /Pengelola PNBP

NAMAPANGKAT (GOL)

Page 158: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 15

Lampiran 14)

AWAL AKHIR

- - - -

……………….,…………….., 20XX

A.n. Kepala KantorBENDAHARA PENERIMAAN

NAMA NAMAPANGKAT (GOL) PANGKAT (GOL)

NIP NIP

KANTOR………………KANTOR………. 0

TARIF KETERANGANLUAS PERAIRANJUMLAH PUNGUTAN /

PERIODETOTAL PEMBAYARAN

PERIODE PERJANJIANDENDA

LAPORAN REKAP PERJANJIAN PENGGUNAAN PERAIRAN PADA TERSUS DAN TUKS

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

NO TERSUS TUKS NO PERJANJIAN

Page 159: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 16

(Lampiran 15)

Jumlah Unit Harga Sewa per Unit Jumlah Jumlah Unit Harga Sewa per Unit Jumlah Jumlah Unit Harga Sewa per Unit Jumlah

1 Januari - - - -

2 Februari - - - -

3 Maret - - - -

4 April - - - -

5 Mei - - - -

6 Juni - - - -

7 Juli - - - -

8 Agustus - - - -

9 September - - - -

10 Oktober - - - -

11 November - - - -

12 Desember - - - -

JUMLAH - - - -

……………….,…………….., 20XX

BENDAHARA PENERIMAAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT A.n. Kepala KantorKANTOR………. KANTOR………………

ttd. 0

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NAMA NIP. 19580713 198603 1 001 NAMAPANGKAT (GOL) PANGKAT (GOL)

NIP NIP

Rumah Dinas Golongan III

LAPORAN SEWA RUMAH DINAS

BULAN ……………. TAHUN ……………….KANTOR

PROPINSI

NO BULAN Jumlah Raya PIUTANG RUMAH DINAS BELUM DI BAYARKAN

Rumah Dinas Golongan I Rumah Dinas Golongan II

Page 160: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XXVI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

S.D BLN LALU BULAN INI S.D BLN INI S.D BLN LALU BULAN INI S.D BLN INI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12-

423121 Pendapatan penjualan rumah, gedung, bangunan dan tanah

423141 Pendapatan sewa rumah dinas/rumah negeri

423218 Pendapatan jasa bandar udara, kepelabuhanan dan kenavigasian- Jasa Kepelabuhanan- Jasa Perkapalan- Jasa Kenavigasian- Jasa Angkutan Laut

423221 Pendapatan Jasa Giro

dst………..

J U M L A H

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MMPembina Utama Madya (IV/d)NIP. 19580713 198603 1 001

Jakarta, …………………. 20xx

KETSALDOBAS JENIS PENERIMAAN TARGET TA. …….PENERIMAAN PENYETORAN

……………………………………………………………..

NO

SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL

REKAPITULASI REALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (NON TAX)SUB SEKTOR PERHUBUNGAN LAUT TA. ………

BULAN ……………………

AN. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Page 161: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 1 LAMPIRAN XXVII

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

1 2 3 4 5 = (4/3 X 100) 6

J U M L A H

KEPALA KANTOR ………………….

(…………………………..)……………………………

PROSENTASE

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PNBP TA. 20XX

UPT / SATKER ……………PROPINSI ………………………….

KETERANGANREALISASI PENERIMAANMAP URAIAN TARGET

SEMESTER .............

……………………, ……………………….20XX

Page 162: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 2

1 2 3 4 5 = (4/3 X 100) 6

J U M L A H

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MMPembina Utama Madya (IV/d)NIP. 19580713 198603 1 001

Jakarta, ……………………….20XXAN. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

(…………………………..)……………………………

SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PNBP

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

TAHUN ANGGARAN ………..

MAP URAIAN TARGET REALISASI PENERIMAAN PROSENTASE KETERANGAN

SEMESTER ........

Page 163: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XXVIII

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

SD BLNLALU BULAN INI SD BLN INI

Bendahara Penerimaan Kantor

NAMAPANGKAT (GOL)

NIP DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MMPembina Utama Madya (IV/d)NIP. 19580713 198603 1 001

LAPORAN REALISASI PERKEMBANGAN PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA

TAHUN ANGGARAN 20xx

KANTOR ………..

BULAN ……….

NO. URAIAN SINGKAT / PENANGGUNG JAWABSTATUS TP/TGR

JUMLAH KERUGIAN NEGARA (RP)

REALISASI PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA SISA KERUGIAN NEGARA

PANGKAT (GOL)NIP

PROPINSI ………

KETERANGAN

Kepala Kantor

NAMA

Page 164: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 1 LAMPIRAN XXIX

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

INFORMASI PENDAPATAN SECARA AKRUALKANTOR ……………………….

PER 31 DESEMBER 20…..

AKUN URAIAN REALISASI BASIS KAS

TAMBAH KURANG INFORMASI AKRUAL

DOKUMEN

423119 Pendapatan Penjualan Lainnya - - - 423121 Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan - - - 423122 Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin - - - 423129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya - - - 423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan - - - 423216 Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan & Teknologi Sesuai Dengan Tugas & Fungsi Masing2 Kementerian & Pendapatan DJBC - - - 423218 Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhan, dan Kenavigasian - - - 423221 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) - - - 423225 Pendapatan Biaya Penagihan Pajak Negara Dengan Surat Paksa - - - 423227 Pendapatan Bea Lelang - - - 423241 Pendapatan Layanan Jasa Perbankan - - - 423321 Pendapatan Gain on Bond Redemption atas Pembelian Kembali Obligasi Dalam Negeri Jangka Panjang - - - 423752 Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah - - - 423911 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL - - - 423913 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya TAYL - - - 423921 Pendapatan Pelunasan Piutang Non Bendahara - - - 423922 Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang Diderita Oleh Negara (Masuk TP/TGR) Bendahara - - - 423991 Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji - - - 423999 Pendapatan Anggaran Lain-lain - - -

JUMLAH - - - -

BENDAHARA PENERIMAAN

NAMAPangkat (Gol/Ruang)

MENGETAHUI,KEPALA KANTOR ………………..

Keterangan1. Realisasi Basis Kas diisi sesuai SSBP yang sudah diterima selama tahun berjalan NAMA2. Mutasi Tambah diisi informasi akrual (contoh: nilai piutang) akhir tahun berjalan Pangkat (Gol/Ruang)3. Mutasi Kurang diisi nilai akrual tahun lalu yang telah dibayarkan pada tahun berjalan (contoh piutang 2013 sudah dibayar 2014) NIP. ………………………………

KOTA, …………….20XX

BENDAHARA PENGELUARAN

NAMAPangkat (Gol/Ruang)

Page 165: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

Contoh 2

KODE MAK 423218

Realisasi Menurut Penyesuaian akrual

Kode Akun Uraian Basis Kas Tambah Kurang

- - -

- - -

- - -

- - - -

KODE MAK 423999

Realisasi Menurut Penyesuaian akrual

Kode Akun Uraian Basis Kas Tambah Kurang

- - -

- - -

- - -

- - - -

KODE MAK 2……dstRealisasi Menurut Penyesuaian akrual

Kode Akun Uraian Basis Kas Tambah Kurang

- - -

- - -

- - -

- - - -

NAMA

Keterangan Pangkat (Gol/Ruang)1. Realisasi Basis Kas diisi sesuai SSBP yang sudah diterima selama tahun berjalan NIP ……………….2. Mutasi Tambah diisi informasi akrual (contoh: nilai piutang) akhir tahun berjalan3. Mutasi Kurang diisi nilai akrual tahun lalu yang telah dibayarkan pada tahun berjalan (contoh piutang 2013 sudah dibayar 2014)

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM

Pembina Utama Madya (IV/d)

NIP. 19580713 198603 1 001

INFORMASI PENDAPATAN SECARA AKRUAL

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR DESEMBER ………….

No SATKERPendapatan/Belanja

Informasi akrual Dokumen sumber

PROPINSI …………………………

MENGETAHUI,

NAMA

AN. UAPPA/B-W PROPINSI ………………..KEPALA KANTOR …………..

BENDAHARA PENERIMA KANTOR ……………….

JUMLAH KODE MAK 423218

BENDAHARA PENGELUARAN KANTOR ……….KOORDINATOR PROPINSI …………

Dokumen sumber

No

Pangkat (Gol/Ruang)

NIP ………….Pangkat (Gol/Ruang)

NIP ……………….

KOORDINATOR PROPINSI ………………………..

Pendapatan/BelanjaInformasi akrual Dokumen sumber

JUMLAH KODE MAK 423218

SATKER

No SATKERPendapatan/Belanja

Informasi akrual

NAMA

JUMLAH KODE MAK 423218

Page 166: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XXX

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

KAS BENDNO NO SPB PERUSAHAAN NAMA KAPAL GT BENDERA ASAL TGL MASUK TUJUAN TGL KELUAR MUATAN TGL NOMOR RP TGL NOMOR RP TGL NTPN RP RP

KEPALA KANTOR …………. PETUGAS SEKSI TERKAIT

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MMPembina Utama Madya (IV/d)NIP. 19580713 198603 1 001

KUITANSI PENYETORAN KE KAS NEGARA

………………….…………………..

NOTA TAGIHAN

LAMPIRAN REKON INTERNAL JASA …..UPT/SATKER.............PROPINSI................

BULAN............TAHUN ANGGARAN 20XX

DATA SPB

Page 167: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERIMAAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PNBP PADA KANTOR PUSAT

Permintaan Pelayanan

Pengguna Jasa /Pihak yang dikuasakan

Pengguna Jasa

Bank Pelayanan Satu Atap

Pengelola PNBP Kantor Pusat

Petugas SAI Kantor Pusat

KPAPetugas Operasional

Memeriksa Kelengkapan

Dokumen

Nota Tagihan

Pembayaran PNBP

Bukti Pembayaran

Mengeluarkan Surat Ijin

Surat Ijin

Bendahara Penerimaan Kantor Pusat

Transfer Rekening

Setor Ke Kas Negara dengan

SIMPONI

Laporan

Aplikasi SAI

LPJ Laporan MenerimaLaporan

Bukti Penerimaan

Negara

LAMPIRAN XXXI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 168: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERIMAAN, PENYETORAN PNBP SECARA LANGSUNG OLEH PENGGUNA

JASA DAN PELAPORAN PNBP

Permintaan Pelayanan

Pengguna Jasa /Pihak yang dikuasakan

Pengguna Jasa

Bendahara Penerimaan UPT

Pengelola PNBP UPT Petugas SAI UPT KPAPetugas Operasional UPT

Memeriksa Kelengkapan Dokumen dan

Fisik

Nota Tagihan dan Kode

Billing

Menerbitkan Kode Billing

Simponi Berdasarkan Nota Tagihan

Menerima Bukti Pembayaran dan

Menerbitkan Kuitansi

Kuitansi

Aplikasi SAI

Bukti Penerimaan

Negara

LPJ

Laporan MenerimaLaporan

Melakukan Pembayaran

Rekap PNBP

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

LAMPIRAN XXXII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR :HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

Page 169: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERIMAAN, PENYETORAN PNBP DILUAR JAM KERJA DAN PELAPORAN PNBP

Permintaan Pelayanan

Pengguna Jasa /Pihak yang dikuasakan

Pengguna JasaPetugas Jaga Bendahara Penerimaan

UPTPetugas SAI UPT KPAPetugas Operasional UPT

Memeriksa Kelengkapan Dokumen dan

Fisik

Nota Tagihan dan Kode

Billing

Menerbitkan Kode Billing

Simponi Berdasarkan Nota Tagihan

Menerima Bukti Pembayaran dan

Menerbitkan Kuitansi

Kuitansi

Aplikasi SAI

Bukti Penerimaan

Negara

LPJ

Laporan MenerimaLaporan

Melakukan Pembayaran

Bukti Penerimaan

Negara

LAMPIRAN XXXIII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR :HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 170: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENERIMAAN, PENYETORAN PNBP KONSESI

KPAPenyelenggara Pelabuhan dan

Badan Usaha PelabuhanPetugas Operasional UPT Badan Usaha Pelabuhan

Bendahara Penerimaan

UPTPengelola PNBP UPT Petugas SAI UPT

Perjanjian Konsesi

Melakukan

Rekonsiliasi tanggal

20 setiap bulannya

Memeriksa

Kelengkapan

Dokumen

Nota Tagihan dan

Kode Billing

Menerbitkan Kode

Billing Simponi

Berdasarkan Nota

Tagihan

Menerima Bukti

Pembayaran dan

Menerbitkan

Kuitansi

Kuitansi

Bukti Penerimaan

Negara

Rekap PNBP

LPJ Aplikasi

SAI

LaporanMenerima

Laporan

Melakukan

Pembayaran setiap

3 bulan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

LAMPIRAN XXXV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

Page 171: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENERIMAAN, PENYETORAN PNBP PENGGUNAAN PERAIRAN

KPAPenyelenggara Pelabuhan dan

Pengelola Tersus/TUKSPetugas Operasional UPT Pengelola Tersus/TUKS

Bendahara Penerimaan

UPTPengelola PNBP UPT Petugas SAI UPT

Perjanjian

Penggunaan Perairan

Memeriksa

Kelengkapan

Dokumen

Nota Tagihan dan

Kode Billing

Menerbitkan Kode

Billing Simponi

Berdasarkan Nota

Tagihan

Menerima Bukti

Pembayaran dan

Menerbitkan

Kuitansi

Kuitansi

Bukti Penerimaan

Negara

Rekap PNBP

LPJ Aplikasi

SAI

LaporanMenerima

Laporan

Melakukan

Pembayaran setiap

tahun

Melakukan

Pengukuran dan

Membuat BA Bersama

LAMPIRAN XXXIV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16 TANGGAL : 29 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001

Page 172: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

LAMPIRAN XXXVI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

NOMOR : HK 103/2/14/DJPL-16

TANGGAL : 29 Juni 2016

Page 173: Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,_penggunaan_dan_pelporan_pnbp_yang_berlaku_pada_ditjen_hubla

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

ttd.

Ir. A. TONNY BUDIONO, MM Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19580713 198603 1 001