perda sosialisasi imd dan asi eksklusif - kota mataram

13
DATABASE GOOD PRACTICE Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram Sektor Kesehatan Sub-sektor ASI Eksklusif Provinsi Nusa Tenggara Barat Kota/Kabupaten Mataram Institusi Pelaksana Dinas Kesehatan Kategori Institusi Pemerintah Kota Kontak Dinas Kesehatan Kota Mataram Jl. Sultan Hasanudin No.34 Mataram Telp. (0370) 637440, (0370) 641562 Mitra FPASI Provinsi NTB, FPASI Kota Mataram, Gerakan Organisasi Wanita NTB, Kelompok PKK Kota Mataram Peneliti Nimas Ayu Risti Wardhani [[email protected]] Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Kebijakan muncul karena Kota Mataram merupakan kota dengan peringkat terendah dalam hal kesehatan ibu dan anak serta memiliki presentase terkecil dalam praktek menyusui dini dan ASI Eksklusif. Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Tujuan dari program tentu saja untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Kota Mataram, akan tetapi di samping itu juga akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan di masa yang akan datang. Program tersebut merupakan implementasi yang lebih konkrit atas munculnya Perda No 7 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Balita di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Bagaimana gagasan tersebut bekerja? Pada awalnya masih sulit bagi warga masyarakat untuk dapat memahami bagaimana sebuah program tersebut dapat berpengaruh kepada kesehatan masyarakat karena tujuannya adalah untuk ASI Eksklusif dan menyusui dini yang tentu saja lebih difokuskan kepada ibu dan anak. Tidak sedikit juga para ibu yang menolak gagasan ini karena dilatarbelakangi berbagai faktor seperti pekerjaan, penampilan dan sebagainya. University Network for Governance Innovation merupakan jaringan beberapa universitas di Indonesia sebagai wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya pengembangan inovasi tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS. Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email: [email protected] igi.fisipol.ugm.ac.id

Upload: yolanda

Post on 07-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Perda Sosialisasi IMD Dan ASI Eksklusif - Kota Mataram

TRANSCRIPT

  • DDAATTAABBAASSEE GGOOOODD PPRRAACCTTIICCEE

    Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram

    Sektor Kesehatan

    Sub-sektor ASI Eksklusif

    Provinsi Nusa Tenggara Barat

    Kota/Kabupaten Mataram

    Institusi Pelaksana Dinas Kesehatan

    Kategori Institusi Pemerintah Kota

    Kontak Dinas Kesehatan Kota Mataram Jl. Sultan Hasanudin No.34 Mataram Telp. (0370) 637440, (0370) 641562

    Mitra FPASI Provinsi NTB, FPASI Kota Mataram, Gerakan Organisasi Wanita NTB, Kelompok PKK Kota Mataram

    Peneliti Nimas Ayu Risti Wardhani [[email protected]]

    Mengapa program/kebijakan tersebut muncul?

    Kebijakan muncul karena Kota Mataram merupakan kota dengan peringkat terendah dalam hal kesehatan ibu dan anak serta memiliki presentase terkecil dalam praktek menyusui dini dan ASI Eksklusif.

    Apa tujuan program/kebijakan tersebut?

    Tujuan dari program tentu saja untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Kota Mataram, akan tetapi di samping itu juga akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan di masa yang akan datang. Program tersebut merupakan implementasi yang lebih konkrit atas munculnya Perda No 7 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Balita di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

    Bagaimana gagasan tersebut bekerja?

    Pada awalnya masih sulit bagi warga masyarakat untuk dapat memahami bagaimana sebuah program tersebut dapat berpengaruh kepada kesehatan masyarakat karena tujuannya adalah untuk ASI Eksklusif dan menyusui dini yang tentu saja lebih difokuskan kepada ibu dan anak. Tidak sedikit juga para ibu yang menolak gagasan ini karena dilatarbelakangi berbagai faktor seperti pekerjaan, penampilan dan sebagainya.

    University Network for Governance Innovation

    merupakan jaringan beberapa universitas di

    Indonesia sebagai wujud kepedulian civitas

    akademika terhadap upaya pengembangan inovasi tata

    pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat

    ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni

    FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP

    UNAIR, DAN FISIP UNHAS.

    Sekretriat

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur

    Yogyakarta 55281

    email: [email protected]

    igi.fisipol.ugm.ac.id

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 2

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat?

    Inisiator berawal dari kelompok kecil PKK di Kota Mataram yang kemudian diinisiasi oleh Pemerintah Daerah setempat. Pihak pihak yang terlibat termasuk Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, FPASI Provinsi Nusa Tenggara Barat, FPASI Kota Mataram, GOW, serta instansi pemerintah seperti rumah sakit, puskesmas.

    Apa perubahan utama yang dihasilkan?

    Perubahan utama yang dihasilkan yaitu meningkatnya angka kesehatan masyarakat terutama ibu dan bayi. Selain itu jumlah ibu yang memanfaatkan ASI Ekslusif juga meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011 dengan angka yang cukup signifikan.

    Siapa yang paling memperoleh manfaat?

    Yang memperoleh manfaat utama tentu saja ibu dan anak, tetapi disamping itu masyarakat secara keseluruhan juga akan merasakan manfaatnya. Pemerintah daerah juga merasakan manfaat dengan peningkatan kesehatan masyarakat.

    Deskripsi Ringkas

    Program ASI Ekslusif di Kota Mataram muncul karena rendahnya angka kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak dalam hal menyusui dini. Kota Mataram merupakan kota terendah dibandingkan dengan kota-kota lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Masih banyak masyarakat yang tidak memahami betapa pentingnya program ASI Eksklusif ini karena memang pada tahap awal sosialisasi belum begitu sering dilakukan. Padahal dengan memanfaatkan ASI Eksklusif yang dimiliki seorang ibu, akan mampu mengurangi angka kematian bayi akibat diare dan pneumonia.

    Ide tentang ASI Ekslusif bukannya muncul secara tiba-tiba karena sesungguhnya daerah lain sudah mampu mengadaptasi program ini lebih awal. Penggagas utama dari program ini adalah kelompok PKK Kota Mataram yang disambut baik oleh FPASI dan Pemerintah Dareah setempat. Tahap awal

    pelaksanaan program tentu saja mengalami pro dan kontra. Kebijakan tentang ASI ini juga sedikit banyak mengundang pro dan kontra. Pihak pro berasal dari masyarakat secara umum. Pihak kontra muncul di kalangan produsen susu formula.

    Tantangan lain tidak hanya dari produsen tetapi juga dari kalangan ibu itu sendiri, dengan melaksanakan ASI Eksklusif dianggap dapat mengganggu pekerjaan mereka. Hal itu pula yang dikhawatirkan oleh perusahaan-perusahaan. Oleh karena itu Pemerintah Daerah membangun Pojok ASI di perusahaan dan kantor agar si ibu tetap dapat bekerja dan kebutuhan ASI bayi tetap tercukupi. Pelaksanaan program dilandasi berdasarkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Balita di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 3

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Rincian Inovasi

    Latar Belakang

    Munculnya program ASI Eksklusif yang diterapkan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kualitas kesehatan bayi, terutama yang berada di daerah. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1. Persentase Pemberian ASI Eksklusif Nusa Tenggara Barat Tahun 2010, bahwa Kota Mataram memiliki presentase terendah dalam pemberian ASI Eksklusif dibandingkan kota lainnya di NTB. Pada data survey yang diperoleh dari artikel Suara NTB tahun 2010, dikatakan bahwa hanya 30% ibu yang memberikan ASI eksklusif, akantetapi tidak mencapai 6 bulan. Artinya, sebagian ibu hanya memberikan ASI eksklusif selama 3 bulan, kemudian dilanjutkan dengan susu formula. Tingginya iklan susu formula menyebabkan banyak ibu beralih dari ASI ke susu formula. Susu Formula dianggap lebih praktis dan efisien, padahal pemberian susu formula kepada bayi pada waktu yang tidak tepat dapat membahayakan saluran cerna bayi dan dapat meningkatkan resiko obesitas (kegemukan) pada usia 5 tahun. Hal ini terjadi karena organ yang ada pada bayi belum mampu untuk mengimbangi zat gizi dari susu formula dikarenakan tubuh bayi yang belum sempurna.

    Grafik 1 merupakan presentase bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2010. Dari keseluruhan daerah, kota Mataram menduduki peringkat terendah dalam melaksanakan program ASI Ekslusif, dengan jumlah presentase hanya 19.70 persen.

    Hasil ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2010, yaitu sebesar 80%. Daerah tertinggi yaitu Sumbawa Bima. Dari permasalahan tersebut, pemerintah daerah bersama Walikota Kota Mataram bekerjasama untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan bayi melalui ASI Eksklusif yang kemudian bekerjasama dengan berbagai elemen di masyarakat seperti Forum Peduli ASI Kota Mataram dan Gabungan Organisasi Wanita di Kota Mataram. Ketika permasalahan seperti ini muncul, pihak yang paling dirugikan adalah masyarakat, terutama orangtua, ibu, bayi, dan balita. Para ibu rumah tangga masih kurang mengerti bagaimana pentingnya memberikan ASI Eksklusif bagi anak dan bayinya. Kualitas kesehatan bayi kurang baik karena jumlah bayi yang mengkonsumsi ASI jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula. Berbagai upaya juga sudah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Di antaranya melalui bantuan Forum Peduli ASI di Kota Mataram, terdapat peningkatan yang cukup signifikan dari 30% mencapai 50% selama 1 tahun.

    Kendala utama yang dihadapi adalah masih sulitnya sosialisasi di masyarakat untuk mengaplikasikan ASI eksklusif. Masyarakat cenderung lebih memilih menggunakan susu formula seperti yang diiklankan di televisi dibandingkan mengikuti program pemerintah. Selain itu, kendala yang sering muncul justru dari kalangan orang terdekat, seperti suami, orang tua, dan keluarga. Hambatan lain juga muncul

    Grafik 1. Presentase Pemberian ASI Eksklusif Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 4

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    di lingkungan kerja yang menuntut seorang ibu untuk terus bekerja sehingga akan sulit untuk bayinya mendapatkan ASI eksklusif. Persoalan terkait pemberian ASI eksklusif tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat pada suatu wilayah di masa depan. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menghimbau agar para ibu memanfaatkan ASI dengan sebaik-baiknya karena efek yang dihasilkan tidak hanya untuk keluarga tetapi juga kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

    Program ASI Eksklusif didedikasikan tidak semata-mata hanya untuk para ibu dan anak saja, tetapi menjadi fokus bagi seluruh masyarakat daerah. Bayi adalah generasi yang akan menjadi penggerak bangsa di masa depan. Ketika kualitas kesehatan bayi saja sudah memprihatinkan karena kurangnya asupan gizi, maka kualitas SDM di daerah tersebut akan juga akan dipertanyakan. Untuk menghindari semua kemungkinan buruk, kelompok PKK bergegas mengusulkan mengenai pelaksanaan kesehatan bagi para ibu dan bayi secara benar terutama mengenai pemberian ASI eksklusif.

    Inisiasi

    Program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat sudah berlangsung dari tahun 2010. Inisiator pertama adanya inovasi pelayanan publik di bidang kesehatan ini dicetuskan oleh kelompok PKK di Kota Mataram, dibantu sejumlah forum dan komunitas kesehatan masyarakat serta dukungan dari Pemerintah Daerah. Ketua Forum Peduli ASI Kota Mataram (FPASI), Hj. Aluh Halimah, menyatakan dengan diadakannya Program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif hingga April 2012, pencapaian pemberian ASI Eksklusif telah mencapai angka 42,8 persen. Tujuannya adalah untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan pencapaian ASI eksklusif. FPASI dan GOW mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan pojok ASI di jajaran kantor pemerintahan di Kota Mataram. Pojok ASI ini berfungsi sebagai sebuah wadah atau ruangan bagi ibu-ibu pegawai pemerintah yang masih menyusui sehingga dapat terjaga dan terfasilitasi. Inisiasi ini didukung oleh banyak masyarakat dan forum-forum kecil di masyarakat.

    Pemerintah pusat sudah menganggarkan sejumlah dana dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk Tahun 2011. Dana ini juga mencakup tentang Program Bina Gizi Ibu dan Anak yang di dalamnya terdapat Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan

    ASI Eksklusif (AE). Dana yang dialokasikan berjumlah Rp. 25.663.669.000,00 (lihat Tabel 1.) untuk Program Bina Gizi Ibu dan Anak. Selain itu, juga ada alokasi dana untuk Program Pembinaan Upaya Kesehatan sejumlah Rp. 545.985.000,00 (lihat Tabel 1.).

    Awal mula munculnya inisiatif ini dilatarbelakangi oleh minimnya ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi, sekitar tahun 2010. Presentase angka bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Kota Mataram terendah di antara keseluruhan daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Daerah lain seperti Sumbawa (64,90), Bima (58,99), Lombok Tengah (48,21), Sumbawa Barat (44,17), Lombok Utara (43,55), Dompu (42,87), Lombok Barat (40,47), Kota Bima (30,58), dan Lombok Timur (27,67) memiliki presentase lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Mataram. Saat itu tidak banyak pula daerah-daerah di Indonesia yang mengerti tentang pemanfaatan dari pemberian ASI Ekslusif bagi ibu, anak, dan kesehatan masyarakat.

    Proses konsolidasi dilakukan dengan melakukan sejumlah diskusi dan seminar terbuka mengenai IMD dan ASI Eksklusif. Setelah itu, dilakukan sosialisasi-sosialisasi di daerah guna memperkenalkan pentingnya ASI Eksklusif di kalangan orangtua, ibu, dan keluarga sehingga nantinya ketika kebijakan atas program ini terlaksana, masyarakat sudah paham tentang apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana menghadapi implementasi dari program tersebut. Pihak yang pertama kali dilibatkan adalah Forum Peduli ASI di mana tujuan mereka adalah ikut membantu peningkatan pemberian ASI Eksklusif di Kota Mataram. Pada saat fase ini diterapkan, kendala yang dihadapi cukup beragam. Sebab, hampir 50% dari masyarakat tidak mengetahui tentang ASI Eksklusif. Umumnya, mereka pernah mendengar tetapi tidak paham tentang pentingnya ASI Eksklusif. Hal inilah yang menghambat implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif. Sementara itu, dukungan utama datang dari Tim Penggerak PKK Kota Mataram.

    Dari apa yang diungkapkan Gubernur NTB Tengah, M. Zainul Majdi, MA, pada saat seminar memperingati Hari Gizi Nasional 25 Januari 2012 dengan tema Kendala Medis pada Pemberian ASI Ekslusif yang diadakan di Gedung Bapelkes kota Mataram, bahwa kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan konsolidasi Program ASI Eksklusif ini adalah bahwa minimnya perhatian dari tenaga kesehatan/tenaga medis setempat. Di beberapa rumah sakit dan Puskesmas, tenaga medis yang ada justru menganjurkan ibu untuk memberikan

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 5

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Tabel 1. Anggaran Kesehatan yang Disalurkan dari Pusat Ke Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 6

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    susu formula kepada bayi dibandingkan membantu untuk memberikan ASI Eksklusif jika bayi sulit untuk menyusui. Di beberapa kasus di Puskesmas dan rumah sakit di Mataram, terdapat bayi yang memiliki lidah pendek atau juga ada ibu yang memiliki putting payudara kecil sehingga si bayi akan mengalami kesulitan dalam menyusu. Para perawat yang enggan membantu seringkali mengambil jalur praktis dengan menawarkan susu formula karena selain tidak rumit bayi dapat langsung mendapatkan asupan susu. Berdasarkan persoalan tersebut, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan FPASI ikut mensosialisasikan pentingnya ASI Eksklusif. Sosialisasi tersebut tidak hanya kepada ibu tetapi juga kepada Dinas Kesehatan, termasuk rumah sakit dan Puskesmas. Meskipun sudah ada peraturan yang jelas mengenai larangan iklan susu formula, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1787/Menkes/2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan, namun tetap saja masih terdapat beberapa lembaga kesehatan yang nakal dan tidak mentaati peraturan tersebut.

    Tujuan dari inisiasi ini adalah untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan bayi melalui ASI Eksklusif. Inisiasi ini juga merupakan bentuk implementasi atas rekomendasi dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2001 untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 4-6 bulan yang kemudian direvisi menjadi 6 bulan setelah persalinan. Tujuan ini mulai disosialisasikan di beberapa kota di Provinsi NTB, salah satunya Kota Mataram pada tahun 2010 dan baru pada tahun 2011 Pemda setempat meresmikannya dengan membentuk Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak yang di dalamnya juga ikut membahas bahwa setiap bayi yang lahir berhak mendapatkan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini.

    Implementasi

    Desain Implementasi

    Desain implementasi yang dilakukan Pemda setempat adalah dengan melakukan sosialisasi tidak hanya kepada masyarakat tetapi juga kepada pihak-pihak lain yang terkait, seperti rumah sakit dan Puskesmas, termasuk sumberdaya manusia yang berada di dalamnya. Pada awal inisiasi ini ditetapkan, diadakan rapat bersama antara Gubernur NTB dan Tim Penggerak PKK NTB. Dalam rapat tersebut ditentukan pernyataan komitmen mengenai ASI Eksklusif. Pernyataan komitmen ini dilakukan dalam rangka mempercepat

    upaya penurunan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu di Provinsi NTB, dengan cara sebagai berikut.

    1. Membuat Kebijakan Tertulis yang Mendukung ASI Eksklusif.

    Kebijakan ini kemudian dituangkan ke dalam Perda Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Balita di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

    2. Memberikan pelayanan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

    Pemberian pelayanan melibatkan seluruh instansi kesehatan di daerah seperti rumah sakit dan Puskesmas.

    3. Memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan.

    Para perawat atau tenaga kesehatan perlu mendapatkan pelatihan yang sesuai dengan bidangnya agar pada prakteknya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kurangnya kerjasama perawat dalam mendorong dan membantu ibu untuk menyusui dengan ASI Eksklusif.

    4. Tidak melakukan promosi susu formula baik secara langsung maupun tidak langsung di Klinik bersalin/RSU.

    Persoalan ini terkait dengan ijin serta kerjasama dengan rumah sakit itu sendiri.

    Kebijakan tersebut dibuat oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam rangka mencapai tingkat kesehatan berdasarkan MDGs. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan jika Pemerintah NTB mulai menjalankan program ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini. Poin keempat mengharuskan pihak-pihak terkait seperti klinik, rumah sakit, maupun Puskesmas untuk turut bekerjasama. Pihak rumah sakit, klinik, dan Puskesmas tidak diperbolehkan mempromosikan susu formula dalam bentuk apapun di lokasi kerja. Dengan pernyataan ini, rumah sakit, klinik dan Puskesmas hanya akan foKus kepada implementasi ASI Eksklusif tanpa adanya hambatan dari iklan susu formula.

    Dukungan Anggaran

    Dukungan anggaran seperti yang sudah disebutkan dalam inisiasi, dilakukan oleh Pemerintah Pusat yang diberikan kepada daerah-daerah, salah satunya NTB. Pemerintah Provinsi NTB kemudian membagikannya kepada daerah seperti Lombok, Sumbawa, dan Kota Mataram. Dana alokasi untuk

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 7

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Dinas Kesehatan Kota Mataram sendiri sebesar Rp. 2.489.700.000,00. Dana ini meliputi pelatihan pemantauan pertumbuhan dan tata laksana anak gizi buruk serta pelatihan konseling menyusui ASI Eksklusif atau konseling MP-ASI. Selain itu, juga termasuk di dalamnya sosialisasi, advokasi, kampanye/gerakan masyarakat dalam rangka pembinaan gizi (ASI Eksklusif, Pedoman Gizi Seimbang, dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Stunting, Anemia, Kurang Vitamin A (KVA), Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), dan permasalahan gizi lainnya.

    Dukungan lain datang dari kerjasama antarmasyarakat di Kota Mataram. Kota Mataram dipilih karena merupakan ibu kota dari Provinsi Nusa Tenggara Barat sehingga jika kota ini berhasil, diharapkan mampu memberi pengaruh bagi kota-kota lain di sekitarnya. Tidak hanya kerjasama antarorganisasi, tetapi SDM di dalamnya ikut disosialisasikan program pemerintah ini. Semua instrumen penggerak implementasi ikut dilibatkan. Peran dokter, perawat, dan bidan dalam hal ini sangat penting karena pada saat proses persalinan, para ibu sangat mengandalkan mereka untuk membantu menolong persalinan. Dari sinilah para dokter, bidan, dan perawat harus ikut mengimplementasikan Program ASI Eksklusif bagi para ibu muda. Karena profesinya merupakan ujung tombak dalam implementasi Peraturan Pemerintah tersebut. Peraturan Pemerintah nomor 33 ini pun memberikan sanksi terhadap bidan, tenaga kesehatan, dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan bila mereka melanggar pasal-pasal yang ada. Sanksi tersebut diberikan bertahap mulai dari teguran lisan, tertulis, hingga pencabutan izin (Bagian V, Pasal 14).

    Pro dan Kontra

    Pada saat implementasi Program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif berlangsung, tidak semua pihak menyetujui dan mendorong terlaksananya program. Pihak yang paling keras menentang adalah produsen susu formula. Produsen susu formulaberanggapan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah tersebut membuat angka penjualan susu formula menurun. Hal tersebut dianggap sebagai penghambat bisnis mereka. Lahirnya Peraturan Pemerintah tentang ASI Eksklusif juga memiliki kesan untuk menyingkirkan dan mengesampingkan susu formula sehingga sangat banyak pihak dari produsen susu formula yang khawatir akan hal ini. Hal tersebut sesungguhnya tidak beralasan, karena program pemberian ASI Eksklusif hanya dilakukan selama 6 bulan pertama sejak bayi dilahirkan. Setelah itu, tidak ada

    kewajiban untuk mengkonsumsi ASI, jadi ibu bisa mengkonsumsi susu formula. Susu formula dapat diberikan pada bulan ke tujuh di mana bayi sudah dapat dengan aman menerima gizi dari susu formula.

    Selain itu, pandangan kontra juga terjadi di kalangan terdekat seperti keluarga, suami, dan tempat kerja. Peran bapak menjadi sangat penting untuk melaksanakan Program ASI Eksklusif, hal ini diungkapkan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Walikota Mataram. Para bapak harus mendukung ibu memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, begitu juga ibu harus berusaha semaksimal mungkin untuk menyusui. Namun demikian, ada atau tidaknya dukungan dari lingkungan, tidak sedikit ibu itu sendirilah yang menolak memberikan ASI Eksklusif dikarenakan faktor gengsi. Tempat kerja juga menjadi kendala dalam proses implementasi program. Belum banyak tempat kerja yang menyediakan pojok ASI. Dari situlah kemudian Pemerintah Daerah bekerjasama dengan beberapa dinas pemerintahan untuk membangun Pojok ASI dalam rangka memfasilitasi ibu menyusui.

    Meskipun dalam setiap munculnya kebijakan selalu ada pro dan kontra, tetapi dukungan atas implementasi kebijakan ini sangat tinggi. Dukungan terutama dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama FPASI, GWO, dan Dinas Kesehatan yang meliputi rumah sakit, klinik, dan Puskesmas. Dukungan lain juga disampaikan oleh Pemerintah Pusat dengan sejumlah anggaran dana dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Wujud atas dukungan tersebut diimplementasikan melalui Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang kewajiban ibu memberikan ASI Esklusif kepada anaknya.

    Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, pemerintah terus mengupayakan sosialisasi dan pemahaman kepada produsen susu formula, terutama kepada masyarakat awam. Sedikitnya masyarakat yang mengerti tentang pentingnya menyusu dengan ASI menyebabkan sedikit juga masyarakat yang termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif. Sosialisasi bahkan dilakukan hingga ke bagian pemerintahan yang paling kecil setingkat desa dan RT/RW. Dari situlah kemudian masyarakat akan diperkenankan dengan ASI Eksklusif dan apa pentingnya dan manfaatnya serta siapa saja pihak yang diharuskan membantu dan mendukung program ini demi mencapai tujuan bersama yaitu peningkatan kualitas pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Nusa Tenggara Barat terutama di Kota Mataram.

    Dalam rangka peningkatan kapasitas petugas dalam pelaksanaan surveilans gizi, khususnya bagi

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 8

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    petugas gizi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wilayah proyek Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dilaksanakan pertemuan Peningkatan KapasitasPetugas Dalam Sistem Monitoring Surveilans Gizi Angkatan I dan Angkatan II di Mataram. Pertemuan yang dilaksanakan di Lombok Plaza Hotel, Jl. Pejanggik Mataram ini berlangsung pada tanggal 23-27 Juli 2012. Selain penyampaian materi di kelas, peserta pertemuan juga akan melaksanakan praktik lapangan untuk mempelajari dan menelusuri ketersediaan serta pemanfaatan data dan informasi terkait gizi yang ada Khususnya yang terkait indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi, yaitu kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani, D/S, cakupan TTD bumil, cakupan vit A balita 6-59 bulan, rumah tangga mengonsumsi garam beriodium, dan ASI Eksklusif

    pada bayi 0-6 bulan. Hasil pengalaman belajar di lapangan (Puskesmas) akan dianalisis dan disajikan di kelas untuk didiskusikan lebih lanjut (Galopong Sianturi dan Pudjo Hartono, 2010).

    Evaluasi atas Program ASI Eksklusif pertama dilakukan oleh satuan Pemerintah Daerah dibantu oleh Dinas Kesehatan. Evaluasi dilakukan setiap bulan sejak pertama kali program tersebut dilaksanakan. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui seberapa besar implementasi program di lapangan. Hal ini dilakukan dengan melihat ketaatan lembaga kesehatan dan kerjasama dari masyarakat. Tidak hanya itu, proses evaluasi dan monitoring juga dibantu oleh Forum Peduli ASI. Pada perayaan 1 tahun berdirinya Forum Peduli Asi, forum tersebut memberikan penghargaan kepada siapa saja pihak-pihak yang ikut mensukseskan Program ASI Eksklusif. Evaluasi yang terencana ini membuahkan

    Grafik 2. Persentase Pemberian ASI Eksklusif Provinsi NTB Tahun 2010

    Tabel 2. Persentase Pemberian ASI Eksklusif Provinsi NTB Tahun 2011

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 9

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    hasil yaitu peningkatan jumlah cakupan bayi yang diberi ASI Eksklusif dan dibangunnya Pojok ASI di Terminal Mandalika, Kota Mataram. Di Pojok ASI tersebut disediakan pendamping yang mampu memberikan pemahaman kepada para calon penumpang yang masih atau sedang menyusui. Diharapkan langkah ini juga dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kota Mataram.

    Dari hasil evaluasi bertahap tersebut kemudian akan dilakukan evaluasi dan pembenahan kembali terhadap kebijakan berupa peraturan dll. Evaluasi terbaru atas Peraturan Pemerintah menetapkan bahwa setiap rumah sakit, klinik, dan Puskesmas diharuskan menjalankan program IMD dan ASI Eksklusif, seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012. Jika ketentuan ini dilanggar, maka akan ada sanksi hukum yang jelas yang harus diberikan kepada pihak yang melanggar peraturan. Sanksi ini jelas karena sudah dilembagakan dengan Peraturan Pemerintah dan sudah disahkan oleh lembaga berbadan hukum.

    Dampak Substantif

    Sasaran utama implementasi kebijakan ASI Eksklusif ini adalah ibu rumah tangga. Pelaksanaannya melalui himbauan dan ajaran dari rumah sakit, klinik, dan Puskesmas setempat. Dampak langsung yang dirasakan dari adanya implementasi kebijakan ini adalah meningkatnya angka kesehatan ibu dan anak selama kurun waktu 2 tahun. Grafik 2 dan Tabel 2 mengilustrasikan pemberian ASI Ekslusif di Provinsi NTB.

    Berdasarkan data-data tersebut, dapat diketahui adanya peningkatan yang sangat sifnifikan Pemberian ASI Eksk lusif di Kota Mataram. Pada tahun 2010, hanya 19,17 persen saja cakupan pemberian ASI Eksklusif dilakukan. Namun demikian, satu tahun setelah program dijalankan, cakupan ASI Eksklusif di Kota Mataram mengalami peningkatan mencapai 97%. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh daerah di Kota Mataram sudah mendapatkan sosialisasi Program ASI Eksklusif. Peningkatan kualitas pemberian ASI Eksklusif ini akan memberi pengaruh terhadap kualitas kesehatan ibu dan anak. Dengan mengkonsumsi ASI Eksklusif, bayi akan menjadi lebih sehat dan cerdas, sehingga angka kematian bayi dapat ditekan. Begitu juga berlaku untuk ibu yang menyusui. Ibu menyusui dapat terkurangi resiko terkena kanker sehingga angka kematian ibu atas kanker dan penyakit lainnya dapat dikurangi. Dengan demikian, program ini sudah berhasil diterapkan pada kelompok sasaran.

    Keuntungan juga didapat oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari kesuksesan yang berhasil dicapai oleh beberapa kota, pada tahun 2011 Nusa Tenggara Barat (73.6%) mampu menca-pai target nasional yaitu 67%. Provinsi Nusa Teng-gara Barat menduduki posisi kedua setelah Provinsi Sulawesi Barat (75.4%) dalam pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan. Selanjutnya posisi ketiga diikuti oleh Bengkulu (67.7%), dan Sumatra Barat (67%) yang berada pada batas pencapaian Target Pembe-rian ASI Eksklusif 0-6 Bulan pada tahun 2011.

    Grafik 3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Provinsi Di Indonesia Tahun 2011

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 10

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Secara umum dampak yang dapat dirasakan adalah semakin meningkatnya kualitas kesehatan di Kota Mataram. Kesehatan ibu menyusui menjadi lebih baik setelah dilaksanakannya Program ASI Eksklusif dibandingkan sebelum diadakannya program tersebut. Para dokter, perawat, dan bidan saat ini sudah dapat mengerti pentingnya Program ASI Eksklusif sehingga secara gencar terus berusaha melembagakan program dari pemerintah tersebut. Di samping itu, jumlah Pojok ASI yang disediakan saat ini sudah menjadi lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Pembangunan Pojok ASI ini sangat bermanfaat bagi pekerja kantoran yang menyusui karena telah disediakan tempat yang layak dan aman untuk menyusui bayi. Beberapa lokasi Pojok ASI ditempatkan di tempat umum, seperti di terminal dan stasiun. Setelah melalui beberapa tahap, pembangunan juga dilakukan di kantor-kantor pemerintah. Hal ini dilakukan setelah melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait. Peru-bahan yang terjadi lainnya adalah saat ini sudah tidak ada lagi banner-banner dari sponsor atau iklan di rumah sakit, klinik maupun Puskesmas di Kota Mataram yang sifatnya mempromosikan susu formula. Banyak pihak dari rumah sakit, Puskes-mas, dan klinik bersalin yang bekerjasama untuk membantu meningkatkan pemberian ASI Eksklusif atas himbauan dari WHO pada tahun 2001.

    Pengetahuan dan pendidikan masyarakat, terutama pada ibu, keluarga, dan orangtua, mengenai manfaat dan pentingnya ASI Ekslusif menjadi semakin meningkat. Keberadaan Pojok ASI berhasil mengurangi jumlah ibu yang enggan menyusui anaknya karena gengsi. Di Pojok ASI mereka dapat menyusui anaknya kapan saja karena sudah banyak tempat umum yang menyediakan Pojok ASI. Peraturan Pemerintah terhadap perlindungan kesehatan ibu dan bayi ini diimplementasikan dengan cukup baik oleh masyarakat, pemerintah, dan komunitas masyarakat sehingga cita-cita untuk memberikan ASI Eksklusif dapat terlaksana.

    Institusionalisasi dan Tantangan

    Upaya implementasi program yang dilakukan tidak hanya menggunakan media sosialiasi yang diterapkan di banyak tempat. Pada Program IMD dan ASI Eksklusif ini bentuk pelembagaan program adalah melalui ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat tentang Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Balita. Dalam PP tersebut dijelaskan mengenai hak yang harus didapatkan oleh ibu dan bayi serta kewajiban yang harus dijalankan oleh Pemerintah Daerah. Pada awal kebijakan ini diterapkan, tidak sedikit masyarakat

    yang menganggap bahwa menyusui dini bukanlah hal yang penting. Pada pertengahan tahun 2010, kesadaran masyarakat masih sangat kurang dibandingkan dengan daerah lainnya di NTB. Namun demikian, atas usaha bersama beberapa kelompok masyarakat yang sangat concern terhadap kebutuhan ASI Eksklusif pada bayi, kebijakan menyusui dini ini memperlihatkan kemajuan. Dengan melihat tingginya tingkat pencapaian dalam implementasi ASI Eksklusif dari tahun 2011 hingga tahun 2012, dapat dilihat bahwa masyarakat sudah mulai memahami akan pentingnya Program ASI Eksklusif. Masyarakat yang secara terus-menerus diberi pengarahan berupa sosialisasi tentang ASI dari watu ke waktu kemudian memiliki kesadaran tersendiri bahwa kebijakan ini dilakukan untuk kepentingan masyarakat. Ketika muncul keberhasilan atas sebuah kebijakan, berarti masyarakat sudah bersedia untuk menerima dan menerapkan kebijakan tersebut, dalam hal ini mengimplementasikan Program ASI Eksklusif. Banyak masyarakat yang mulai menyadari bahwa pemanfaatan ASI Eksklusif ini tidak hanya sekedar untuk ibu dan anak saja, tetapi juga untuk kebaikan bersama.

    Hak seorang ibu antara lain adalah mendapatkan layanan yang memenuhi standar selama kehamilan secara cuma-cuma. Layanan standar terhadap ibu hamil ini berlaku bagi masyarakat miskin. Hak lain yaitu mendapatkan informasi yang jelas mengenai IMD, ASI Eksklusif, dan KB yang sesuai dengan kondisi ibu, termasuk informasi tentang HIV/AIDS. Selain itu, ibu juga berhak mendapatkan pencegahan terhadap beberapa penyakit tertentu. Setiap bayi yang baru lahir berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang kuat untuk menyelamatkan hidupnya, dan mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini serta ASI Eksklusif, beberapa vitamin dan imunisasi dasar (Pasal 6). Untuk bayi dan anak balita berusia 0-2 tahun juga berhak mendapatkan layanan kesehatan tentang IMD dan ASI Eksklusif. Peraturan Pemerintah ini juga mengtur tentang tenaga kesehatan yang kemudian akan mendapatkan insentif dan pemenuhan sarana dan prasarana yang layak/memadai dissesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Kewajiban dari pemerintah daerah sendiri adalah sebagai fasilitator atas hak yang harus diterima oleh ibu, bayi, dan anak balita secara berjenjang dan berkesinambungan. Peraturan Pemerintah tersebut merupakan wadah pelaksanaan program. Sedangkan dalam prakteknya, masyarakat sudah mampu berkembang tumbuh sendiri dalam melengkapi kebutuhan ibu dan anak.

    Tantangan yang dihadapi di dalam pengembangan inisiasi ini berasal dari produsen dan pengelola susu

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 11

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    formula. Pihak produsen khawatir adanya Peraturan Pemerintah tersebut akan menghambat produksi dan mengurangi popularitas susu formula. Padahal sebenarnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 128, 129, 200, dan 201sudah dijelaskan bahwa terdapat hukuman atau sanksi bagi pihak-pihak yang tidak mendukung pemberian ASI Ibu secara eksklusif. Akan tetapi sepertinya peraturan ini kurang diperhatikan oleh berbagai produsen susu formula. Implementasinya pun dinilai masih kurang sehingga banyak orsng yang menganggap susu formula sebagai pengganti ASI. Hal ini merupakan tantangan cukup berat yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah karena tidak sedikit juga rumah sakit, klinik, dan Puskesmas yang bekerja sama dengan produsen susu formula untuk mempromosikan susu formula di rumah sakit, klinik, atau Puskesmas tersebut. Kerjasama ini tentu saja terhenti sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah tersebut.

    Peraturan Pemerintah tersebut kemudian diperkuat dengan munculnya Pergub NTB Nomor 9 Tahun 2012 tentang ASI Ekslusif. Pergub ini menjelaskan adanya larangan bagi produsen untuk menawarkan susu pengganti ASI, melakukan promosi, dan bekerjasama dengan tenaga kerja medis di pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit dan Puskesmas. Ketika sebuah peraturan dibuat, akan selalu ada pihak-pihak yang melanggar. Hal ini pula yang terjadi dalam kasus pengetatan ASI Eksklusif, meskipun sudah ada peraturan tetapi produsen nakal tetap saja bergerak. Dari kejadian tersebut kemudian Pemda semakin mengetatkan sanksi dan hukuman sesuai dengan Pergub NTB. Walaupun pada awalnya produsen susu formula merasa keberatan dengan kebijakan ini, tetapi setelah diberikan pemahaman dan sosialisasi yang mendalam, pada akhirnya pihak produsen bersedia untuk bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dalam mensukseskan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif (AE) bagi ibu dan bayi. Produsen susu juga bersedia untuk mempromosikan kembali produk susu formula ketika bayi mencapai usia 7 bulan atau 6 bulan ke atas. Setelah melewati masa 0-6 bulan, ibu dipersilahkan untuk memilih asupan gizi (pisang, bubur, dan susu formula) yang akan diberikan kepada bayinya.

    Tantangan lainnya adalah terbatasnya akses Program menjangkau dinas-dinas pemerintahan. Tidak semua dinas bersedia menyediakan Pojok ASI karena dinilai tidak begitu penting mengingat jumlah ibu menyusui yang berada di lokasi kerja jumlahnya sedikit. Kerjasama dengan dokter, perawat serta bidan juga tidak selalu berjalan

    mulus. Ada kalanya dokter, perawat maupun bidan lalai dalam menjalankan implementasi Program ASI Eksklusif tersebut. Banyak perawat, dokter atau bidan yang enggan berusaha mengajarkan kepada ibu untuk memberikan ASI Eksklusif ketika si bayi dinilai sulit dalam menyusu. Dari situlah kemudian pelopor Program ASI Eksklusif yaitu Forum Peduli ASI mengusulkan kepada Pemerintah Daerah untuk menyediakan Pojok ASI di lingkungan kerja. Di Kota Mataram sudah banyak Pojok ASI yang didirikan di instansi pemerintahan sehingga memudahkan ibu-ibu yang baru melahirkan untuk dapat bekerja sekaligus merawat anaknya.

    Meski dukungan dari masyarakat berlimpah, tetapi tidak sedikit juga yang tidak terlalu memperdulikan pengembangan inisiasi ini. Pihak-pihak tertentu tidak dapat diajak bekerjasama mengimplementasikan Program ASI Eksklusif. Sementara itu, wanita karir yang sedang menyusui, akan sulit untuk mengupayakannya menyusui bayinya dengan menggunakan ASI Eksklusif. Mereka menolak karena dianggapnya dengan menyusui akan mengganggu kerja dan mengurangi keindahan penampilan. Kasus ini berkaitan erat dengan partisipasi suami dan keluarga terdekat. Maka dari itu, sosialisasi tidak hanya diperuntukkan bagi ibu saja tetapi seluruh keluarga sehingga muncul hubungan yang saling mendukung.

    Hendaknya dari berbagai kasus dan tantangan yang kompleks ini, pihak implementor perlu melakukan sosialisasi secara kompleks dengan melibatkan keluarga terdekat seperti suami. Peran suami akan sangat membantu pelaksanaan kebijakan ini karena hubungan anatara suami dan istri berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. Meski banyak tantangan yang harus dihadapi, namun dengan upaya tiada henti yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, FPASI, GOW, dan Dinas Kesehatan terkait, maka implementasi dari program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Menyusui (AE) dapat berjalan dengan baik dengan hasil yang cukup signifikan.

    Lesson Learned

    Keberhasilan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat ini menunjukkan hasil yang cukup signifikan dan memuaskan. Dari tahun 2010 sampai tahun 2011 terdapat kenaikan sebesar 50% terhadap jumlah cakupan bayi yang diberikan ASI Eksklusif. Pembelajaran penting yang dapat diambil dari adanya implementasi Program ASI Eksklusif adalah bahwa setiap kebijakan akan selalu menimbulkan pro dan kontra. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pembuat atau inisiator kebijakan mengupayakan sosialisasi secara menyeluruh

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 12

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak pro maupun pihak kontra. Proses inisiasi kebijakan yang dilakukan oleh Kota Mataram tergolong singkat, hanya membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk mendapatkan pencapaian ASI Eksklusif yang baik.

    Implementasi dilakukan secara bertahap melalui Pemerintah Daerah baru kemudian dibantu oleh Forum Peduli ASI Kota Mataram dan Forum Peduli ASI Provinsi Nusa Tenggara Barat yang kemudian diturunkan kepada instansi kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas, dan klinik. Instansi kesehatan merupakan pusat dari implementasi Program ASI Eksklusif tersebut karena masyarakat akan membutuhkan bantuan instansi tersebut untuk membantu mereka pada saat persalinan dan pasca persalinan. Dokter, perawat, dan bidan yang berada di rumah sakit, Puskesmas maupun klinik dapat secara langsung mengajarkan dan memberi pengetahuan mengenai ASI Eksklusif meliputi hal-hal apa saja yang penting dan perlu diperhatikan. Tidak hanya melibatkan instansi pemerintah saja, akan tetapi dalam pelaksanaan ASI Eksklusif ini partisipasi masyarakat juga sangat dibutuhkan. Ide, masukan serta kritik dan saran dari masyarakat dapat menjadi bahan pembahasan bagi pihak implementor. Partisipasi masyarakat juga berfungsi sebagai kontrol dan pengawasan terhadap pelaksanaan ASI Eksklusif dan menyusui dini di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

    Evaluasi yang sudah dilakukan menjadi sangat terkontrol karena ada mekanisme evaluasi dan pengawasan dari beberapa pihak terkait mengenai masalah implementasi Program ASI Eksklusif. Dengan sistem ini, ketika ditemui masalah di lapangan, maka akan dapat segera dilakukan pembenahan dan perbaikan kembali sehingga berjalannya program ini menjadi lebih maksimal.

    Peluang Replikasi

    Keberhasilan dalam Program Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian ASI Eksklusif ini tidak hanya dicapai oleh Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat saja, tetapi jauh sebelumnya program ini sudah dijalankan oleh Pemerintah Daerah di Klaten dengan Gerakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif (AE). Ketika banyak daerah sudah berhasil menjalankan, maka dapat diartikan bahwa sesungguhnya penerapan dari PP No. 33 Tahun 2012 tersebut tidaklah sulit untuk dijalankan. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah dari proses perumusan kebijakan, inisiasi, implementasi, evaluasi, dan institusionalisasi. PP No. 33 Tahun 2012 ini ditujukan oleh seluruh daerah di Indonesia.

    Secara umum, kebijakan ini bukanlah sesuatu yang rumit karena bahkan pembiayaan dalam implementasi ini sudah dianggarkan oleh pemerintah pusat. Apalagi jika melihat bagaimana awal kota Mataram yang pada tahun-tahun pertama merupakan kota dengan presensi terendah dalam pelaksanaan ASI Ekslusif dan hanya dalam kurun waktu 2 tahun menjadi kota terbaik dalam implementasi ASI Ekslusif.

    Replikasi atas kebijakan di suatu daerah untuk dapat diterapkan di daerah lain memiliki kemungkinan yang sangat tinggi. Beberapa syarat dan kunci utama untuk mereplikasi kebijakan ini adalah kematangan dari tiap Pemerintah Daerah dilihat dari segi anggaran, Sumber Daya Manusia, dukungan, dan tidak dapat disingkirkan yang paling penting adalah karakteristik budaya masyarakat di setiap daerah yang akan selalu berbeda. Dengan perbedaan ini, pemerintah daerah lain tidak bisa hanya benar-benar meniru tanpa menyesuaikan dengan apa saja sumber daya yang dimiliki pada saat itu. Penyesuaian atas tiap unsur kebijakan akan menjadi penting jika ingin mendapatkan keberhasilan atas kebijakan yang serupa. Peluang saat ini masih tinggi jika daerah ingin mereplikasi kebijakan yang diimplementasikan di Kota Mataram, Provinsi NTB dengan fokusnya adalah Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian ASI Eksklusif. Peluang tinggi ini dapat dilihat bahwa dari gambar menunjukkan dari keseluruhan provinsi di Indonesia yang menerapkan Program ASI Eksklusif, hanya 4 Provinsi yang berhasil mencapai target di tahun 2011. Keempat Provinsi tersebut adalah Sulawesi Barat, NTB, Bengkulu, dan terakhir adalah Sumatera Barat. Sisanya belum mencapai target dan masih jauh berada di bawah target pencapaian AE di tahun 2011.

    Saat Program atas ASI Eksklusif ini akan diterapkan di daerah lain, yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga pendekatan yang dilakukan juga harus menyesuaikan karakter daerah itu sendiri. Mereplikasi berarti harus mempertahankan konsep yang sama dengan daerah yang ingin direplikasi, dalam hal ini Kota Mataram. Yang harus diingat adalah bahwa dalam melaksanakan kebijakan, kekuatan terbesar sesungguhnya berada pada masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat yang tinggi akan memudahkan proses kebijakan berlangsung. Selain itu, juga proses replikasi haruslah jauh lebih baik dibandingkan dengan yang ada di Kota Mataram. Jika di Kota Mataram membutuhkan waktu 2 tahun, maka dengan mengambil pelajaran yang tepat seharusnya daerah lain bisa lebih cepat dari waktu tersebut.

  • Perda Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif Kota Mataram 13

    http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Instrumen yang tersedia bagi proses replikasi ini adalah memanfaatkan Sumber Daya Manusia di tiap stakeholder yang berkepentingan seperti pemda, forum, dan komunitas masyarakat serta Dinas Kesehatan atau instansi kesehatan.

    Referensi:

    Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Balita.

    Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1787/Menkes/Per/XII/2010.

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71/MenKes/SK/II/2013 tentang Alokasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2013.

    Adv. 2012. Tak Mendukung ASI, Sanksi pun Menanti. www.antaranews.com. Jakarta. Diakses pada Jumat 28 Desember 2012 pukul 15.38 WIB.

    Opini. 2012. Sukses Pemberian ASI Eksklusif dengan PP 33/2012, Mungkinkah. www.kompasiana.com. Diakses pada Jumat 28 Desember 2012, pukul 15.40 WIB.

    Wibisono, B. Kunto (Editor). 2012. Sediakan Pojok ASI. www.antaranews.com. Diakses pada Jumat 28 Desember 2012, pukul 15.50 WIB.

    Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011. Menuju Perbaikan Gizi dan Peseorangan dan Masyarakat yang Bermutu.

    Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2012. Data/ Informasi Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

    Anonym. 2012. ASI Eksklusif Belum Banyak Difahami Ibu Rumah Tangga. www.beritaNTBterkini.com. Diakses pada Jumat 28 Desember 2012, pukul 18.40 WIB.

    Imam. 2012. GOW Kota Mataram Sosialisasi UU Perlindungan Anak dan ASI Eksklusif. www.gomong.com. Diakses pada Jumat 28 Desember 2012, pukul 19.10 WIB.

    Febriyanti, Kartika. 2011. Perlindungan Hukum Atas Pemberian ASI Eksklusif. www.hukumonline.com. Diakses pada Jumat 28 Desember 2012, pukul 19.15 WIB.