perda nomor 3...wisata sejarah tugu kebulatan tekad rengasdengklok, rumah djioue ki siong, dan...

27
1 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN 2016-2026 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan tingkat nasional, daerah provinsi dan kabupaten/kota; b. bahwa Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, memiliki potensi kepariwisataan baik yang berupa daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata Religi, sejarah dan kepurbakalaan yang memerlukan pengembangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan potensi kekayaan daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2016. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undnag-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PROVINSI JAWA BARAT

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

    NOMOR 3 TAHUN 2016

    TENTANG

    RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

    TAHUN 2016-2026

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI KARAWANG,

    Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan tingkat nasional, daerah provinsi dan kabupaten/kota;

    b. bahwa Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, memiliki potensi kepariwisataan baik yang berupa daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata Religi, sejarah dan kepurbakalaan yang memerlukan pengembangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan potensi kekayaan daerah;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2016.

    Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undnag-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik

  • 2

    Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

    3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

    4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

    5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

    7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

    8. Undang-Undang Nonor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2009);

    9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

    10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

    11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

    12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 5679);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262);

    14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik

    Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

  • 3

    15. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Karawang

    (Lembaran Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2014 Nomor 6).

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARAWANG

    dan

    BUPATI KARAWANG

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA INDUK

    PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN 2016-2026.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

    1. Daerah adalah Kabupaten Karawang.

    2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    4. Bupati adalah Bupati Karawang.

    5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    6. Dinas adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karawang.

    7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karawang.

    8. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang.

  • 4

    9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Karawang.

    10. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Karawang.

    11. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

    12. Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yang didalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi dan pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang dikehendaki.

    13. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah yang selanjutnya disebut dengan RIPPARDA adalah dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan daerah untuk periode 5 (lima )tahun terhitung sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2026.

    14. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.

    15. Destinasi Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat Destinasi Pariwisata adalah Destinasi Pariwisata yang berskala daerah.

    16. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat KSPD adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata daerah yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

    17. Perwilayahan Pembangunan Destinasi Wisata adalah hasil perwilayahan PernbangunanKepariwisataan yang diwujudkan dalam bentuk Destinasi Wisata, dan KSPD.

    18. Daya Tarik Wisataadalah segala sesuatuyang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

    19. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenissarana dan prasaranatransportasiyang rnendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asalwisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayahDestinasi Pariwisata dalarn kaitan dengan rnotivasi kunjungan wisata.

  • 5

    20. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya.

    21. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian.

    22. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke Destinasi Pariwisata.

    23. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup kemandiria dan kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.

    24. Masyarakat lokal adalah masyarakat yang hidup dan tinggal di sekitar kawasan Destinasi Wisata yang memiliki ketergantungan baik langsung maupun tidak langusung terhadap aktifitas kepariwisataan.

    25. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya.

    26. Industri Pariwisata adalah kumpulan Usaha Pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

    27. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang Kepariwisataan.

    28. Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan Pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan.

    29. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat SDM Pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan Kepariwisataan.

    30. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

    31. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan dan pengelolaan Kepariwisataan.

  • 6

    BAB II

    DASAR, TUJUAN, VISI DAN MISI

    Bagian Kesatu

    Dasar

    Pasal 2

    Kepariwisataan Daerah dibangun atas dasar : a. karakteristik daerah; b. kemanfaatan; c. kekeluargaan; d. adil dan merata; e. keseimbangan; f. kemandirian; g. kelestarian; h. partisipatif; i. berkelanjutan; j. demokratis; k. kesetaraan; dan l. kesatuan.

    Bagian Kedua

    Tujuan

    Pasal 3

    Pembangunan Kepariwisataan Daerah bertujuan :

    a. meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah; b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c. mengurangi kemiskinan; d. mengatasi pengangguran; e. melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya; f. memajukan kebudayaan; g. mengangkat citra daerah dan bangsa; h. memupuk rasa cinta tanah air; i. memperkukuh jati diri daerah dan kesatuan bangsa; dan j. mempererat persahabatan antar bangsa.

    Bagian Ketiga

    Visi dan Misi

    Pasal 4

    (1) Visi Pembangunan kepariwisataan daerah adalah terwujudnya Kabupaten Karawang sebagai daerah tujuan wisata nasional dan dunia yang didukung oleh daya tarik wisata yang handal dan berwawasan lingkungan serta masyarakat sadar wisata.

  • 7

    (2) Dalam mewujudkan visi kepariwisataan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempuh melalui misi sebagai berikut :

    a. membangun dan mengembangkan Destinasi Wisata daerah yang aman, nyaman, menarik, mudah dijangkau dan berwawasan lingkungan;

    b. mendorong peran serta masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah untuk pemasaran pariwisata di tingkat nasional dan internasional yang berdaya saing, terpercaya dan bertanggungjawab terhadap lingkungan hidup, sosial dan budaya;

    c. membangun dan mengembangkan industri pariwisata yang berciri khas daerah dengan menggerakkan kemitraan usaha dengan menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat lokal;

    d. membangun kelembagaan kepariwisataan daerah yang modern dan profesional yang didukung oleh sarana dan prasarana berbasis teknologi dan sumber daya manusia yang handal, serta regulasi dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien.

    BAB III

    PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

    Pasal 5

    (1) Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah selanjutnya disebut RIPPARDA memuat arahan pembangunan kepariwisataan daerah dalam kurun Tahun 2016 sampai dengan 2026.

    (2) Arahan pembangunan kepariwisataan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam Tahapan 10 (sepuluh) tahunan.

    (3) RIPPARDA dilaksanakan berpedoman pada Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS).

    Pasal 6

    RIPPARDA dilaksanakan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten.

    Pasal 7

    Arahan pembangunan kepariwisataan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) menjadi dasar kebijakan, strategi dan indikasi program pembangunan kepariwisataan daerah yang meliputi pembangunan :

    a. destinasi pariwisata daerah (Destinasi Wisata); b. pemasaran pariwisata daerah; c. industri pariwisata daerah; d. kelembagaan pariwisata daerah.

  • 8

    BAB IV

    PEMBANGUNAN DESTINASI KEPARIWISATAAN DAERAH

    Bagian Kesatu Umum

    Pasal 8

    Pembangunan Destinasi Wisata sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 7 huruf a meliputi :

    a. pembangunan daya tarik wisata;

    b. pembangunan aksesibilitas pariwisata;

    c. pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas

    pariwisata;

    d. pemberdayaan masyarakat lokal;

    e. pengembangan investasi di bidang pariwisata.

    Bagian Kedua Pembangunan Daya Tarik Wisata

    Pasal 9

    (1) Pembangunan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 8 huruf a meliputi :

    a. daya tarik wisata alam;

    b. daya tarik wisata budaya;

    c. daya tarik wisata sejarah;

    d. daya tarik wisata keagamaan;

    e. daya tarik wisata kuliner;

    f. daya tarik wisata hasil buatan manusia.

    (2) Perioritas pembangunan daya tarik wisata yang merupakan Destinasi Pariwisata meliputi :

    a. Wisata Alam Kawasan Pegunungan Sanggabuana (Kecamatan Pangkalan, Kecamatan Tegalwaru dan Kecamatan Ciampel), Kawasan Pantai Muara Pantai Tanjung Pakis sampai dengan Pantai Tanjung Baru;

    b. Wisata Sejarah Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok, Rumah Djioue Ki Siong, dan Monumen Rawa Gede;

    c. Wisata Religi Makam Syekh Quro dan Makam Mantan Bupati Karawang;

    d. Wisata Budaya meliputi Kawasan Situs Percandian Batujaya, Situs Kobonjambe Tegalwaru, Nilai-nilai Tradisional, dan Heritage;

    e. Membangun Kawasan Kuliner dan Kria, Pasar tradisional Cikampak dan Daerah Lain di Kabupaten Karawang;

    f. Wisata Hasil Buatan Manusia terdiri dari Wisata Kawasan Kampung Budaya, wisata Bahari Situ Cipule.

  • 9

    Bagian Ketiga Arah dan Strategi Kebijakan

    Paragraf Kesatu Arah Kebijakan

    Pasal 10

    Arah kebijakan Pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), meliputi:

    a. perintisan pengembangan Daya tarik wisata dalam rangka mendorong pertumbuhan Destinasi Pariwisata dan pembangunan daerah;

    b. pembangunan daya tarik wisata untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk dalam menarik minat dan segmen pasar yang ada;

    c. pemantapan daya tarik wisata untuk meningkatkan daya saing produk pariwisata dalam menarik kunjungan ulang wisatawan dengan segmen pasar yang lebih luas; dan

    d. revitalisasi daya tarik wisata dalam upaya peningkatan kualitas, keberlanjutan dan daya saing produk dan Destinasi Pariwisata.

    Paragraf Kedua

    Strategi Kebijakan

    Pasal 11

    (1) Strategi untuk perintisan pengembangan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, meliputi :

    a. mengembangkan daya tarik wisata baru di kawasan Destinasi Wisata yang belum berkembang, diantaranya Destinasi Wisata Alam Kawasan Pegunungan Sanggabuana (Green Canyon dan Sekitarnya), Kawasan Pantai Pasir Putih, Pulau Putri dan Cikeong, Obyek Wisata Situ Cipule, kawasan kuta di Kecamatan Ciampel;

    b. memperkuat upaya pengelolaan potensi kepariwisataan pantai di Destinasi Wisata Pantai Tanjung Pakis, Pantai Tanjung Baru dan Pantai Samodra Baru dan Obyek Wisata lainnya.

    (2) Strategi pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam PasaI 10 huruf b, meliputi:

    a. mengembangkan inovasi manajemen produk dan kapasitas Daya Tarik Wisata untuk mendorong percepatan pengembangan Destinasi Wisata, diantaranya membentuk dan membina Pengelolaan Kawasan Destinasi Wisata Pantai Tanjung Pakis, Pantai Tanjung Baru, Pantai Samodra Baru, dan obyek wisata lainnya, membentuk dan membina organisasi usaha dan Industri Pariwisata Khas Daerah Kabupaten Karawang;

    b. memperkuat upaya konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam upaya mendukung intensifikasi Daya Tarik Wisata.

  • 10

    (3) Strategi pemantapan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c, meliputi :

    a. mengembangkan diversifikasi atau keragaman nilai Daya Tarik Wisata dalam berbagai tema yang dihubungkan dengan arah dan kebijakan pembangunan daerah;

    b. memperkuat upaya penataan ruang wilayah kabupaten dan konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung diversifikasi Daya Tarik Wisata di kawasan Destinasi Wisata.

    (4) Strategi untuk kebijakan revitalisasi Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d, meliputi :

    a. revitalisasi struktur, elemen dan aktifitas yang menjadi penggerak kegiatan kepariwisataan daerah pada Daya Tarik Wisata, diantaranya penataan kawasan Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok, Perbaikan dan Penataan Kawasan Kampung Budaya, pemugaran dan pemeliharaan cagar budaya bekas Kecamatan Rangasdengklok, pemeliharaan semua Daya Tarik Wisata sejarah dan benda-benda.

    b. memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung revitalisasi daya tarik wisata dan kawasan sekitarnya.

    Bagian Keempat

    Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata

    Pasal 12

    (1) Pembangunan sarana pariwisata, meliputi penyediaan dan pengembangan sarana transportasi angkutan jalan.

    (2) Pembangunan aksesibilitas pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan dan pergerakan wisatawan menuju Destinasi dan pergerakan wisatawan di dalam kawasan Destinasi Wisata.

    (3) Strategi untuk pengembangan dan kemudahan akses dan pergerakan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di kawasan Destinasi Wisata, meliputi pembangunan dan peningkatan ketersediaan modal transportasi sebagai sarana pergerakan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di kawasan Destinasi Wisata yang bersifat aman dan nyaman serta terjangkau.

    Pasal 13

    (1) Pembangunan aksesibilitas pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal12 ayat (1) meliputi seluruh kawasan Destinasi Wisata diantaranya:

    a. pembangunan dan pengembangan jalan dan angkutan jalan menuju kawasan Destinasi Wisata di Kabupaten Karawang;

    b. pembangunan dan pengembangan jalan di kawasan Destinasi Wisata.

  • 11

    (2) Pemerintah Daerah menjamin kemudahan pemberian izin-izin dalam rangka pembangunan dan pengembangan aksesibilitas kepariwisataan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Pembangunan dan pengembangan aksesibilitas kepariwisataan menuju kawasan Destinasi Wisata dilakukan dengan berpedoman pada RTRW Kabupaten.

    Bagian Kelima

    Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum

    dan Fasilitas Pariwisata

    Pasal 14

    Arah kebijakan pembangunan prasarana umum, fasilitas umum danfasilitas pariwisata, meliputi :

    a. Pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Pegunungan Sanggabuana (Green Canyon, dan sekitarnya), Kawasan Pantai Pasir Putih, Pulau Putri dan Cikeong, Obyek Wisata Situ Cipule dan kawasan kuta di Kecamatan Ciampel;

    b. Pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata Kawasan Kawasan Pegunungan Sanggabuana (Green Canyon, dan Sekitarnya), Kawasan Pantai Pasir Putih, Pulau Putri dan Cikeong, Obyek Wisata Situ Cipule dan kawasan kuta di Kecamatan Ciampel meliputi dan tidak terbatas pada :

    1) pembangunan imprastruktur yang mengarah pada Destinasi Wisata yang aman dan nyaman;

    2) pembangunan Sarana penunjang lainnya seperti Areal Parkir, sarana Ibadah, MCK, dan Sentral Kuliner dan Kriya;

    3) pembangunan sarana akomodasi;

    4) penyediaan wahana wisata bahari seperti wisata pancing, snorkling, scuba diving, camping area dan tracking.

    c. Pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan Destinasi Pariwisata meliputi :

    1) pembangunan dan pengembangan sarana jalan dan angkutan jalan menuju Destinasi Pariwisata;

    2) pembangunan akomodasi;

    3) pembangunan pos-pos SAR disertai dengan sistem peringatan dini akan ancaman bahaya;

    4) pembangunan pusat pelayanan kesehatan dan sistem tindakan emergensi;

    5) pengembangan wahana wisata pantai yang aman, nyaman dan terjangkau;

    6) pembangunan dan pengembangan sarana rekreasi berkelompok seperti fasilitas out bound, camping ground; arena cros, joging trek;

  • 12

    7) pembangunan tanda-tanda, petunjuk danrambu-rambu berbagai kegiatan kepariwisataan;

    8) pembangunan pos-pos pemandu wisata; dan

    9) pembangunan sarana dan sistem pengolahan limbah dan sampah yang berwawasan lingkungan.

    d. Pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan Destinasi Pariwisata Daerah adalah Wisata Sejarah dan cagar budaya, meliputi dan tidak terbatas pada:

    1) pembangunan sarana jalan dan angkutan jalan menuju Destinasi Wisata sejarah dan cagar budaya;

    2) pembangunan pusat-pusat informasi wisata sejarah dan cagar budaya;

    3) penyediaan bahan-bahan informasi tentang potensi wisata sejarah dan cagar budaya;

    4) pembangunan sentra-sentra cenderamata wisata sejarah dan cagar budaya; dan

    5) pembangunan pos-pos pemandu wisata sejarah dan cagar budaya.

    e. Pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan Destinasi Pariwisata Pendidikan Agrowisata dan Industri, meliputi dan tidak terbatas pada:

    1) pembangunan sarana jalan dan angkutan jalan menuju Destinasi Wisata Pendidikan Agro wisata dan Industri;

    2) pembangunan pusat-pusat informasi wisata pendidikan Agro wisata dan Industri;

    3) penyediaan bahan-bahan informasi Wisata Pendidikan Agro wisata dan Industri;

    4) pembangunan pos-pos pemandu Wisata Pendidikan Agro wisata dan Industri; dan

    5) pembangunan sentra-sentra cenderamata Wisata Pendidikan Agro wisata dan Industri.

    f. Pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan Destinasi Pariwisata, Daya Tarik Budaya, meliputi dan tidak terbatas pada :

    1) Pembangunan pusat-pusat kebudayaan yang menyajikan wajah kebudayaan daerah;

    2) pembangunan fasilitas dan perlengkapan upacara budaya dan festival budaya di semua Destinasi Pariwisata;

    3) pembangunan monument-monument yang dapat memuat informasi tentang sejarah dan budaya daerah;

    4) pembangunan pusat-pusat informasi dan penelitian serta pengembangan budaya daerah.

  • 13

    Pasal 15

    Arah kebijakan pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f meliputi pula:

    a. peningkatan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata yang mendukung pertumbuhan, peningkatan kualitas dan daya saing Destinasi Pariwisata;

    b. pengendalian prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata bagi destinasi-destinasi pariwisata yang sudah melampaui ambang batas dan daya dukung lingkungan.

    Pasal 16

    (1) Strategi pengembangaan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan Destinasi Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, huruf b, huruf c, huruf, huruf e dan huruf f meliputi :

    a. pemberian insentif untuk pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan destinasi pariwisata;

    b. meningkatkan fasilitas Pemerintah Daerah untuk pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata sebagai bagian dari upaya pengembangan asset dan kekayaan daerah;

    c. membangun dan meningkatkan kemitraan antara Pemerintah Daerah dan sektor swasta dalam pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata.

    (2) Pemberian insentif untuk pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati.

    (3) Pada prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata yang dibangun oleh Pemerintah Daerah sebagai pengembangan aset dan kekayaan daerah dapat dipungut retribusi daerah sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

    Pasal 17

    (1) Strategi peningkatan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata yang mendukung pertumbuhan, peningkatan kualitas dan daya saing Destinasi Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, meliputi :

    a. Penerapan berbagai skema kemitraan antara Pemerintah Daerah dan sektor swasta;

    b. penerapan berbagai skema kemandirian pengelolaan;

    c. penerapan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan berkebutuhan khusus.

  • 14

    (2) Strategi pengendalian pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata bagi destinasi-destinasi yang sudah melampaui ambang batas dan daya dukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, meliputi :

    a. penyusunan regulasi perizinan untuk mendukung daya dukung lingkungan;

    b. melakukan peninjauan ulang peruntukan kawasan dalam penyusunan RTRW Kabupaten;

    c. pemberian disinsetif bagi pembukaan objek wisata baru;

    d. pelaksanaan penegakkan hukum (law enforcement) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Bagian Keenam

    Pemberdayaan Masyarakat Lokal

    Pasal 18

    Arah kebijakan pemberdayaan masyarakat lokal melalui kepariwisataan, meliputi:

    a. pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan di daerah;

    b. peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal melalui pengembangan usaha produktif dan ekonomi kreatif di bidang kepariwisataan;

    c. pemberian insentif untuk mendorong perkembangan industri dan usaha mikro, kecil dan menengah yang bergerak dalam sektor kepariwisataan;

    d. memperluas akses pasar terhadap produk dan usaha mikro, kecil dan menengah dan ekonomi kreatif lainnya yang dikembangkan oleh masyarakat lokal;

    e. peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya pengembangan produk industri dan usaha mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan oleh masyarakat lokal;

    f. meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat serta pemangku kepentingan dalam mewujudkan Sapta Pesona untuk menciptakan iklim yang kondusif kepariwisataan di setiap Destinasi Pariwisata dan kawasan sekitarnya;

    g. meningkatkan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali karakteristik, bahasa, budaya dan aspek-aspek psikologis lainnya dari wisatawan yang mengunjungi setiap destinasi wisata.

    Pasal 19

    Strategi yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat local melalui kepariwisataan antara lain:

    a. menguatkan kelembagaan masyarakat dan Pemerintah Daerah di tingkat lokal guna mendorong kapasitas dan peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan;

    b. mengembangkan potensi sumber daya lokal dengan membentuk Desa-desa Wisata di masing-masing Destinasi Pariwisata;

  • 15

    c. memberikan Alokasi Dana Desa Khusus bagi Desa-desa Wisata;

    d. mendorong Perencanaan Tingkat Desa dan Kecamatan berbasis kepariwisataan;

    e. mendirikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepariwisataan bagi masyarakat lokal;

    f. memberikan insentif dan kemudahan bagi pengembangan industri dan usaha mikro, kecil dan menengah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    g. memberikan perlindungan terhadap kelangsungan industri mikro, kecil dan menengah dan usahajasa layanan pariwisata di sekitar Destinasi Pariwisata;

    h. meningkatkan kualitas produk industri mikro, kecil dan menengah dan layanan jasa kepariwisataan;

    i. memperkuat akses dan jejaring industri mikro, kecil dan menengah serta usaha jasa layanan pariwisata dengan mitra di tingkat nasional, regional dan internasional berbasis Teknologi Informasi.

    Bagian Ketujuh

    Pengembangan Investasi di Bidang Pariwisata

    Pasal 20

    Arah kebijakan pengembangan investasi daerah di bidang kepariwisataan meliputi:

    a. pemberian insentif investasi di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    b. menyediakan fasilitas dan kemudahan investasi di daerah bidang kepariwisataan;

    c. meningkatkan promosi investasi daerah di bidang kepariwisataan.

    Pasal 21

    Strategi pengembangan investasi di bidang pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, huruf b dan huruf c dilakukan melalui:

    a. membangun koordinasi dengan Pemerintah dalam pengembangan sistem keringanan fiskal untuk menarik investasi dalam negeri maupun asing di bidang pariwisata berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    b. menyediakan fasilitas dan jasa layanan yang memudahkan investor dalamnegeri maupun asing untuk berinvestasi di bidang kepariwisataan berbasis pelayanan perizinan satu atap;

    c. menyediakan informasi peluang investasi di semua Destinasi Pariwisata;

    d. menyusun agenda tahunan, lima tahunan dan Tahun Kunjungan Wisata Daerah dan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah untuk pelaksanaannya;

    e. membangun sinergi promosi investasi dengan sektor terkait dalam pengembangan kepariwisataan daerah.

  • 16

    BAB V PEMBANGUNAN PEMASARAN KEPARIWISATAAN DAERAH

    Bagian Kesatu Umum

    Pasal 22

    Pembangunan pemasaran pariwisata daerah meliputi :

    a. pengembangan pasar wisatawan; b. pengembangan citra pariwisata daerah; c. pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata; dan d. pengembangan promosi pariwisata.

    Bagian Kedua Pengembangan Pasar Wisatawan

    Pasal 23

    Pengembangan pasar wisatawan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a dilakukan melalui :

    a. peningkatan pemasaran dan promosi Destinasi Pariwisata;

    b. membangun kemitraan dengan sektor swasta dan semua Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dalam menggerakkan wisatawan missal untuk mengunjungi destinasi-destinasi pariwisata unggulan;

    c. membangun kemitraan dengan sekolah mulai dari tingkat PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi untuk menggerakkan wisatawan massal untuk mengunjungi destinasi-destinasi pariwisata;

    d. membentuk dan membina kelompok-kelompok usaha yang bergerak dalam bidang pariwisata, seperti klub-klub out bound, memancing, snorkling, scuba diving, arung jeram dan klub-klub gemar alam lainnya yang berpotensi menggerakkan arus wisatawan ke semua Destinasi Pariwisata.

    Bagian Ketiga Pengembangan Citra Pariwisata

    Pasal 24

    Pengembangan citra pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b dilakukan melalui :

    a. peningkatan dan pemantapan citra wisata daerah yang mencirikan destinasi Sapta Pesona;

    b. melakukan riset dan pengembangan destinasi yang berkarakter khusus daerah;

    c. melakukan riset dan pengembangan Destinasi Pariwisata sehingga destinasi tersebut menjadi ikon wisata daerah;

    d. membentuk dan membina kelompok-kelompok masyarakat sadar wisata disemua destinasi pariwisata;

    e. memelihara nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal di semua destinasi pariwisata.

  • 17

    Bagian Keempat Pengembangan Kemitraan Pemasaran Pariwisata

    Pasal 25

    Pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c, dilakukan melalui :

    a. membangun kemitraan pemasaran yang terpadu, sinergis dan berkelanjutan kepada semua pemangku kepentingan dan pelaku usaha kepariwisataan daerah, nasional dan internasional;

    b. membentuk dan membina Agen Perjalanan Wisata di daerah;

    c. membuka Kantor-kantor Perwakilan Promosi Wisata Daerah, Jakarta dan negara-negara yang berpotensi menggerakkan wisata massal;

    d. menguatkan fasilitas, dukungan, koordinasi dan sinkronisasi terhadap promosi wisata nasional di luar negeri.

    Bagian Kelima Pengembangan Promosi Pariwisata

    Pasal 26

    (1) Pengembangan promosi pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d dilakukan melalui :

    a. membentuk dan mengembangkan Badan Promosi Pariwisata Daerah;

    b. menguatkan dukungan, koordinasi dan sinkronisasi dengan Badan Promosi Pariwisata Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Badan Promosi Pariwisata Provinsi dan Badan Promosi Pariwisata Pemerintah;

    c. membangun Pusat Promosi Pariwisata Daerah.

    (2) Susunan, tugas pokok dan fungsi Badan Promosi Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

    BAB VI PEMBANGUNAN INDUSTRI KEPARIWISATAAN DAERAH

    Pasal 27

    (1) Pembangunan industri pariwisata daerah meliputi penguatan struktur, peningkatan daya saing, pengembangan kemitraan usaha, penciptaan kredibilitas bisnis dan pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan.

    (2) Penguatan struktur industri pariwisata dalam bentuk penguatan fungsi, hirarki dan hubungan antar mata rantai aneka jenis industri pariwisata untuk meningkatkan daya saing pariwisata.

    (3) Peningkatan daya saing pariwisata diwujudkan dengan meningkatkan kualitas daya tarik wisata, daya saing fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta daya saing aksesibilitas menuju destinasi pariwisata.

  • 18

    (4) Pengembangan kemitraan usaha pariwisata dilakukan dengan membangun sinergi dan skema kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi, pelaku dunia usaha pariwisata dan masyarakat.

    (5) Penciptaan kredibilitas bisnis dilakukan dengan pengembangan manajemen dan pelayanan jasa pariwisata yang kredibel dan berkualitas dengan menerapkan standarisasi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata yang mengacu pada prinsip-prinsip dan standar internasional dengan mengoptimalkan sumber daya lokal.

    (6) Pengembangan tanggungjawab sosial lingkungan dilakukan dengan pengembangan manajemen usaha pariwisata yang mengacu kepada prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan, kode etik pariwisata dunia dan ekonomi hijau (green economic), serta mendorong tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai industri pariwisata yang peduli pada pelestarian lingkungan dan kebudayaan di daerah.

    BAB VII PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN DAERAH

    Bagian Kesatu Umum

    Pasal 28

    Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan Daerah meliputi :

    a. penguatan Organisasi Kepariwisataan Daerah;

    b. pembangunan SDM Pariwisata; dan

    c. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

    Bagian Kedua

    Penguatan Organisasi Kepariwisataan Daerah

    Pasal 29

    (1) Penguatan organisasi kepariwisataan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a meliputi :

    a. peningkatan struktur dan kapasitas serta kualitas perencanaan Dinas sebagai penanggung jawab penyelenggaraan kepariwisataan di daerah;

    b. peningkatan kapasitas Badan Promosi Pariwisata Daerah;

    c. peningkatan kapasitas Lembaga Kesenian dan Kebudayaan Daerah;

    d. membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi Kepariwisataan Daerah;

    e. mendorong dan memfasilitasi terbentuknya wadah-wadah yang mempersatukan pelaku industri pariwisata daerah;

    f. mendorong dan memfasilitasi berdirinya Lembaga Pendidikan Profesi Kepariwisataan di Daerah;

  • 19

    g. mendorong dan memfasilitasi terbentuknya wadah-wadah masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan Destinasi Pariwisata untuk mendukung pencitraan yang baik penyelenggaraan kepariwisataan daerah.

    (2) Susunan, tugas pokok dan fungsi organisasi kepariwisataan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati.

    Bagian Ketiga Pembangunan SDM Pariwisata

    Pasal 30

    (1) Pembangunan SDM Pariwisata meliputi SDM ditingkat Pemerintah Daerah, dunia usaha pariwisata dan masyarakat.

    (2) Pembangunan SDM ditingkat Pemerintah Daerah dilakukan dengan peningkatan kemampuan dan profesionalisme pegawai.

    (3) Pembangunan SDM Pariwisata di dunia usaha pariwisata dan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang memiliki sertifikasi kompetensi di setiap Destinasi Pariwisata, meningkatkan kemampuan kewirausahaan dibidang kepariwisataan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas Lembaga Pendidikan Kepariwisataan Daerah yang terakreditasi secara nasional.

    Bagian Keempat Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan

    Pasal 31

    (1) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan untuk

    mendukung pembangunan kepariwisataan daerah dilakukan

    melalui :

    a. mendirikan Lembaga Penelitian dan Pengembangan

    Kepariwisataan Daerah;

    b. membangun kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Tenaga

    Profesional di bidang kepariwisataan.

    (2) Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menjalankan fungsi :

    a. Penelitian dan pengembangan Destinasi Pariwisata; b. penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada

    pengembangan pemasaran pariwisata daerah;

    c. penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada pengembangan industri pariwisata; dan

    d. penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan dan SDM kepariwisataan.

  • 20

    (3) Susunan, tugas pokok dan fungsi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

    BAB VIII

    PENDANAAN

    Pasal 32

    (1) Segala pendanaan yang timbul sebagai akibat dari disusunnya RIPPARDA ini ditampung dalam APBD Kabupaten Karawang.

    (2) Pemerintah Daerah dalam upaya pembangunan kepariwisataan daerah dapat menggalang pendanaan yang berasal dari pihak ketiga, bersifat sukarela dan tidak mengikat.

    BAB IX

    PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

    Pasal 33

    (1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan RIPPARDA ini.

    (2) Pengawasan dan pengendalian dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB X

    KETENTUAN PERALlHAN

    Pasal 34

    Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :

    a. Semua peraturan perundang-undangan di tingkat daerah yang terkait dengan pembangunan kepariwisataan daerah dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.

    b. Semua perjanjian kerjasama yang telah dilakukan antar Pemerintah Daerah dan/atau dengan pihak lain yang berkaitan dengan pembangunan kepariwisataan di daerah di semua Destinasi Pariwisata dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa perjanjian.

  • 21

    BAB XI

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 35

    Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karawang.

    Ditetapkan di Karawang

    pada tanggal 12 Februari 2016

    Pj. BUPATI KARAWANG,

    ttd

    DEDDI MULYADI

    Diundangkan di Karawang

    pada tanggal 12 Februari 2016

    SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KARAWANG,

    ttd

    TEDDY RUSFENDI SUTISNA

    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

    TAHUN 2016 NOMOR : 3 .

    Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM,

    ttd

    KIKI SAUBARI NIP. 19590125 198503 1 003

    NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT

    :( 2/26/2016).

  • 22

    PENJELASAN

    ATAS

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

    NOMOR 3 TAHUN 2016

    TENTANG

    RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

    TAHUN 2016-2026

    I. UMUM

    Bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari

    pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana,

    terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan

    perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam

    masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan

    nasional. Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong

    pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu

    menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

    Diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

    Kepariwisataan yang menggantikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun1990

    telah memberikan arahan dan strategi pembangunan kepariwisataan

    nasional dan daerah yang lebih komprehensif sesuai dengan perkembangan

    berbagai lingkungan strategis baik dalam lingkup daerah, nasional, regional

    maupun global.Berdasarkan ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-Undang

    Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan

    kepariwisataan didasarkan pada Rencana Induk Pembangunan

    Kepariwisataan Nasional, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

    Secara umum pembangunan kepariwisataan didasarkan pada 4 (empat)

    pilar pokok pembangunan, masing-masing Destinasi Pariwisata,

    Pemasaran Pariwisata, Industri Pariwisata, dan Kelembagaan Pariwisata.

    Dalam Peraturan Daerah ini, pembangunan kepariwisataan daerah

    mengacu pada keempat pilar dimaksud.

    Kabupaten Karawang merupakan kabupaten bagian dari Provinsi

    Jawa Barat yang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik

    Indonesia. Seperti daerah-daerah lainnya di Provinsi Jawa Barat,

    Kabupaten Karawang memiliki Potensi Daya Tarik Wisata Alam, Daya Tarik

    Wisata Budaya, Daya Tarik Wisata Sejarah, Daya Tarik Wisata Religi, Daya

    Tarik wisata Industri, Daya Tarik Kuliner dan daya Tarik Wisata Hasil

    Buatan Manusia, yang layak untuk dikembangkan guna memajukan

    perkonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  • 23

    Salah satu potensi Daya Tarik Wisata Alam yang sangat layak untuk

    dikembangkan adalah keindahan alam di kawasan Gunung Sanggabuana

    yang dimulai dari perbatasan Bogor sampai perbatasan Purwakarta yang

    merupakan jalur Wisata di sebelah Selatan Kota Karawang yang saat ini

    belum digali. Di samping itu, di Kabupaten Karawang terdapat potensi

    wisata pantai yang terdapat disepanjang pantai utara kurang lebih 87 km

    mulai dari tanjung pakis sampai Cilamaya Wetan. DayaTarik Wisata

    Budaya juga terdapat di Kabupaten Karawang dan situs-situs sejarah di

    Kawasan Percandian Batujaya, Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok,

    Monumen Rawa Gede dan banyak destinasi pariwisata yang perlu

    dikembangkan untuk mengembangkan sektor kepariwisataan di Kabupaten

    Karawang. Untuk tujuan pembangunan kepariwisataan yang komprehensif

    dan berkelanjutan di Kabupaten Karawang maka disusunlah Rencana

    Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah yang segala sesuatunya

    tertuang dalam Peraturan Daerah ini.

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1

    Cukup jelas

    Pasal 2

    Cukup jelas

    Pasal 3

    Cukup jelas

    Pasal 4

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 5

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 6

    Cukup jelas

    Pasal 7

    Cukup jelas

  • 24

    Pasal 8

    Cukup jelas

    Pasal 9

    Wisata Pendidikan Agrowisata dengan objek utama Pulau Putri sebagai areal riset dan simulasi Pohon Mangrove yang terdapat di Kecamatan Batujaya Karawang. Berbagai proses pemeliharaan dan perawatan serta proses pengolahan Pohon Mangrove dapat dijadikan unsur pendidikan bagi semua peserta didik mulai dari PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi. Wisata Pendidikan Industri dengan objek Pabrik yang berada di Kawasan Industri Karawang Barat dapat dijadikan sebagai media belajar terkait dengan banyak aspek oleh dunia pendidikan.

    Pasal 10

    Cukup jelas

    Pasal 11

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    ayat (3)

    Cukup jelas

    ayat (4)

    Cukup jelas

    Pasal 12

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 13

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 14

    Cukup jelas

    Pasal 15

    Cukup jelas

  • 25

    Pasal 16

    ayat (1)

    Pemberian insentif dapat berupa keringanan pajak pembebasan atau pengurangan biaya-biaya perizinan, dukungan infrastruktur dan bentuk-bentuk kemudahan pelayanan lainnya yang dapat diberikan oleh Pemerintah Daerah.

    ayat (2)

    Cukup jelas

    ayat (3)

    Jenis Retribusi Daerah yang dapat ditarik adalah jenis Retribusi Jasa Umum dan Penggunaan Kekayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

    Pasal 17

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Pengenaan disinsentif pada Destinasi Wisata yang telah melampaui ambang batas seperti penerapan pajak yang tinggi pengurangan layanan infrastruktur, pemberian biaya lingkungan yang ketat dan bentuk-bentuk pengurangan fasilitas lainnya.

    Pasal 18

    Cukup jelas

    Pasal 19

    Pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, dimaksudkan untuk mendorong desa dapat melakukan tata kelola Pemerintahan Desa dengan visi pengembangan kepariwisataan. ADD Khusus diberikan dalam hal Desa-desa Wisata dapat menyumbangkan PAD bagi daerah yang bersumber dari objek pajak dan retribusi yang ada di desa yang bersangkutan.

    Pasal 20

    Cukup jelas

    Pasal 21

    Cukup jelas

    Pasal 22

    Cukup jelas

    Pasal 23

    Cukup jelas

  • 26

    Pasal 24

    Cukup jelas

    Pasal 25

    Cukup jelas

    Pasal 26

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 27

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    ayat (3)

    Cukup jelas

    ayat (4)

    Cukup jelas ayat (5)

    Cukup jelas

    ayat (6) Cukup jelas

    Pasal 28

    Cukup jelas

    Pasal 29

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 30

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 31

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

  • 27

    ayat (3)

    Cukup jelas

    Pasal 32

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 33

    ayat (1)

    Cukup jelas

    ayat (2)

    Cukup jelas

    Pasal 34

    Cukup jelas

    Pasal 35

    Cukup jelas