perda-nomor-17-tahun-2011 retribusi jasa umum.pdf

42
1 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 16 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Jasa Umum merupakan pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan dan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah; b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka sebagai implementasi pelaksanaannya perlu diatur tersendiri dengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518);

Upload: adam-buckner

Post on 14-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • 1

    LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

    Nomor 16 Tahun 2011

    PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

    NOMOR 16 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSI JASA UMUM

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    WALIKOTA TANGERANG,

    Menimbang : a. bahwa Retribusi Jasa Umum merupakan pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan

    oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan dan merupakan salah satu sumber

    pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah yang dilaksanakan

    berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah;

    b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

    maka sebagai implementasi pelaksanaannya perlu diatur tersendiri dengan Peraturan Daerah;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

    dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum;

    Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 3209);

    3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang

    Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 3518);

  • 2

    4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2000 Nomor 182 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010)

    5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

    atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

    7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

    8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

    Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

    Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

    10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

    11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5063);

    12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 tentang Tarif Biaya Tera sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 tentang Tarif Biaya Tera (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 1986 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3329);

  • 3

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

    Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5145);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang

    Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

    16. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Motor di Jalan (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3528);

    17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

    Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

    18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594);

    19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

    Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4737);

    20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

    21. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Tangerang (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 1);

    22. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 5)

    sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan

    Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2011 Nomor 11);

  • 4

    23. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis

    Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

    Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis

    Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2011 Nomor 14);

    24. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Penyidik

    Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2009 Nomor 5);

    Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG

    dan

    WALIKOTA TANGERANG

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

    1. Daerah adalah Kota Tangerang.

    2. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang.

    4. Walikota adalah Walikota Tangerang.

    5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya

    disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang.

    6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah yang bertanggungjawab dan berwenang dalam melaksanakan

    pengelolaan dan pemungutan retribusi daerah

    7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan.

    8. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang

    merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha atau tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha

    milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma,

    kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya

    termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

  • 5

    9. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa

    atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

    kepentingan orang pribadi atau Badan.

    10. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan

    pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

    11. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan

    kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

    12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi

    diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

    13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk

    memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Kota Tangerang.

    14. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan

    formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh

    Walikota.

    15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya

    disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

    16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang

    selanjutnya disebut SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan kelebihan retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang

    terutang atau seharusnya tidak terutang.

    17. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya

    disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga

    dan/atau denda.

    18. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari

    penghimpunan data objek dan subjek Retribusi, penentuan besarnya Retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan Retribusi kepada Wajib Retribusi serta

    pengawasan penyetorannya.

    19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

    suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

    peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

  • 6

    20. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik

    untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi

    daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

    21. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan minimal yang meliputi pemeriksaan, pengobatan, tindakan

    dan pemeriksaan penunjang sederhana sesuai kemampuan UPTD Kesehatan Daerah serta UPTD Puskesmas dan jaringannya.

    BAB II

    RETRIBUSI JASA UMUM

    Bagian Kesatu

    Jenis Retribusi Jasa Umum

    Pasal 2

    (1) Jenis Retribusi Jasa Umum dalam Peraturan Daerah ini meliputi :

    a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

    b. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

    c. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

    d. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

    e. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

    f. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

    g. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.

    (2) Jenis Retribusi Jasa Umum selain yang diatur dalam

    Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri yang berpedoman pada peraturan perundang-

    undangan.

    Pasal 3

    Setiap jenis Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

    Bagian Kedua Retribusi Pelayanan Kesehatan

    Paragraf 1

    Nama, Obyek dan Subyek

    Retribusi Pelayanan Kesehatan

    Pasal 4

    Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut

    retribusi atas pelayanan kesehatan.

    Pasal 5

    (1) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan

    kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah,

    dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

  • 7

    (2) Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan pendaftaran, pelayanan kesehatan dasar,

    dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik

    Daerah BUMD), dan pihak swasta.

    Pasal 6

    (1) Subjek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Kesehatan.

    (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan

    Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Kesehatan.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pelayanan Kesehatan

    Pasal 7

    Tingkat penggunaan Jasa pada Retribusi Pelayanan Kesehatan diukur berdasarkan jenis pelayanan, bahan atau peralatan

    yang digunakan, dan frekuensi pelayanan kesehatan yang diberikan.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan

    Pasal 8

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang

    bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan kesehatan.

    (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

    (3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk

    menutup sebagian biaya.

    Paragraf 4

    Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan

    Pasal 9

    Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran I dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

  • 8

    Bagian Ketiga

    Retribusi Pelayanan

    Pemakaman dan Pengabuan Mayat

    Paragraf 1

    Nama, Obyek dan Subyek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

    Pasal 10

    Dengan nama Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat dipungut retribusi atas pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat.

    Pasal 11

    Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang

    meliputi :

    a. pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian

    dan pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat; dan

    b. sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.

    Pasal 12

    (1) Subjek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah orang pribadi atau Badan yang

    menggunakan/menikmati pelayanan penguburan/ pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat dan sewa tempat

    pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

    (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

    orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk melakukan

    pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

    Pasal 13

    Tingkat penggunaan Jasa pada Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat diukur berdasarkan jenis

    pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat dan sewa tempat

    pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang diberikan.

  • 9

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    Dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

    Pasal 14

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang

    bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat.

    (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya

    operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

    (3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan

    biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

    Paragraf 4

    Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan

    Pemakaman dan Pengabuan Mayat Pasal 15

    Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pemakaman

    dan Pengabuan Mayat ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Keempat

    Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum

    Paragraf 1

    Nama, Obyek dan Subyek

    Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum

    Pasal 16

    Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut retribusi atas penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum.

    Pasal 17

    Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang

    ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 18

    (1) Subjek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/ menikmati pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.

    (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan

    Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Parkir di Tepi Jalan

    Umum.

  • 10

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum

    Pasal 19

    Tingkat penggunaan Jasa pada Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum diukur berdasarkan jenis pelayanan parkir ditepi jalan umum yang diberikan.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    Dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum

    Pasal 20

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang

    bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan parkir di tepi

    jalan umum.

    (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya

    operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

    (3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan

    biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

    Paragraf 4

    Struktur dan Besarnya Tarif

    Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum

    Pasal 21

    Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi

    Jalan Umum ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan merupakan bagian yang

    tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kelima

    Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

    Paragraf 1

    Nama, Obyek dan Subyek

    Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

    Pasal 22

    Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut retribusi atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

    Pasal 23

    Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

  • 11

    Pasal 24

    (1) Subjek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah

    orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor.

    (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk melakukan

    pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

    Pasal 25

    Tingkat penggunaan Jasa pada Retribusi Pengujian Kendaraan

    Bermotor diukur berdasarkan jenis pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang diberikan.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

    Pasal 26

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditetapkan

    dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pengujian kendaraan

    bermotor.

    (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya

    operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

    (3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

    Paragraf 4

    Struktur dan Besarnya Tarif

    Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

    Pasal 27

    Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum

    dalam Lampiran IV dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Keenam Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

    Paragraf 1

    Nama, Obyek dan Subyek

    Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

    Pasal 28

    Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dipungut retribusi atas Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.

  • 12

    Pasal 29

    Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam

    kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat

    penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.

    Pasal 30

    (1) Subjek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

    adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/ menikmati pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan

    alat penyelamatan jiwa dari Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan

    kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.

    (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

    orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

    Pasal 31

    Tingkat penggunaan Jasa pada Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran diukur berdasarkan jenis dan frekuensi

    pemeriksaan alat pemadam kebakaran yang diberikan.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Pemeriksaan

    Alat Pemadam Kebakaran

    Pasal 32

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditetapkan

    dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pemeriksaan alat

    pemadam kebakaran.

    (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya

    operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

    (3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk

    menutup sebagian biaya.

  • 13

    Paragraf 4

    Struktur dan Besarnya Tarif

    Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

    Pasal 33

    Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran V dan merupakan bagian yang

    tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Ketujuh

    Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

    Paragraf 1

    Nama, Obyek dan Subyek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

    Pasal 34

    Dengan nama Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan dan/atau

    penyedotan kakus.

    Pasal 35

    (1) Objek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

    (2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan dan/atau

    penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

    Pasal 36

    (1) Subjek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/

    menikmati pelayanan Penyedotan Kakus.

    (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

    orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

    Retribusi Jasa Umum Pelayanan Penyedotan Kakus.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

    Pasal 37

    Tingkat penggunaan Jasa pada Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus diukur berdasarkan volume air kotor/tinja

    yang disedot, volume limbah tinja yang di kirim ke Instalasi Penyedotan Lumpur Tinja (IPLT) serta jarak tempuh ke lokasi

    penyedotan.

  • 14

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    Dan Besarnya Tarif Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

    Pasal 38

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang

    bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan penyedotan kakus.

    (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

    (3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

    Paragraf 4

    Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

    Pasal 39

    Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang

    tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedelapan

    Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

    Paragraf 1

    Nama, Obyek dan Subyek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

    Pasal 40

    Dengan nama Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang dipungut

    retribusi atas pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya, pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangan.

    Pasal 41

    Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah :

    a. pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan

    perlengkapannya; dan

    b. pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Pasal 42

  • 15

    (1) Subjek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati

    pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya serta pengujian barang dalam keadaan

    terbungkus.

    (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan

    Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Tera/Tera Ulang.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

    Pasal 43

    Tingkat penggunaan Jasa pada Retribusi Pelayanan Tera/Tera

    Ulang diukur berdasarkan tingkat kesulitan, karakteristik, jenis, kapasitas dan peralatan pengujian yang digunakan.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

    Pasal 44

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan,

    dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tera/tera ulang.

    (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

    (3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

    Paragraf 4

    Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

    Pasal 45

    Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Tera/Tera

    Ulang ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    BAB III

    PEMUNGUTAN RETRIBUSI

    Bagian Kesatu

    Wilayah Pemungutan

    Pasal 46

    Retribusi Daerah yang terutang dipungut di wilayah Daerah.

  • 16

    Bagian Kedua Penentuan Pembayaran, Tempat Pembayaran,

    Angsuran dan Penundaan Pembayaran

    Pasal 47

    (1) Penentuan pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus.

    (2) Tempat pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota.

    (3) Walikota dapat memberikan persetujuan kepada wajib Retribusi untuk mengangsur Retribusi terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang

    ditentukan.

    (4) Angsuran pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (3) harus dilakukan secara tertentu dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan

    dari jumlah Retribusi yang belum atau kurang dibayar.

    (5) Walikota dapat memberikan persetujuan kepada Wajib

    Retribusi untuk menunda pembayaran Retribusi sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan

    yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah Retribusi.

    (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (4) dan

    ayat (5), diatur dengan Peraturan Walikota.

    Bagian Ketiga

    Tata Cara Pemungutan dan Penagihan

    Pasal 48

    (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau

    dokumen lain yang dipersamakan.

    (2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.

    (3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat

    pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang

    dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan

    pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

    Pasal 49

    (1) Penagihan Retribusi terutang menggunakan STRD dan

    didahului dengan Surat Teguran.

    (2) Pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan

    Retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

  • 17

    (3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis, wajib Retribusi

    harus melunasi Retribusinya yang terutang.

    (4) SuratTeguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

    (5) Tata cara penagihan dan penerbitan surat teguran/

    peringatan/surat lain yang sejenis diatur dengan Peraturan Walikota.

    Bagian Keempat Pemanfaatan

    Pasal 50

    (1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang

    berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan.

    (2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    Bagian Kelima

    Keberatan

    Pasal 51

    (1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya

    kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen yang dipersamakan.

    (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

    dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

    (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika

    Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar

    kekuasaannya.

    (4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak

    atau kekuasaan wajib Retribusi.

    (5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar

    Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

    Pasal 52

    (1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan

    menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

    (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

    untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Walikota.

  • 18

    (3) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah

    besarnya Retribusi yang terutang.

    (4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    telah lewat dan Walikota tidak memberi keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

    Pasal 53

    (1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau

    seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen)

    sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

    (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan

    diterbitkannya SKRDLB.

    BAB IV

    PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

    Pasal 54

    (1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat

    mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota.

    (2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan,

    sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

    (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran

    Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1(satu) bulan.

    (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi

    terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.

    (5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

    (6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi

    dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran

    Retribusi.

    (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembalian

    kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.

  • 19

    BAB V

    KEDALUWARSA PENAGIHAN

    Pasal 55

    (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi

    kedaluwarsa setelah melampaui 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi

    Daerah.

    (2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :

    a. diterbitkan Surat Teguran; atau

    b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik

    langsung maupun tidak langsung.

    (3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan

    dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran tersebut.

    (4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang

    Retribusi dan belum melunasi kepada Pemerintah Daerah.

    (5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh

    Wajib Retribusi.

    Pasal 56

    (1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat

    dihapuskan.

    (2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang

    Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan

    Peraturan Walikota.

    BAB VI

    PEMERIKSAAN

    Pasal 57

    (1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dalam

    rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

    (2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :

    a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Retribusi yang

    terutang;

  • 20

    b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan

    guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

    c. memberikan keterangan yang diperlukan.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

    BAB VII

    PENINJAUAN KEMBALI TARIF RETRIBUSI

    Pasal 58

    (1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun

    sekali.

    (2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan

    perkembangan perekonomian.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan tarif Retribusi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

    BAB VIII

    KETENTUAN PENYIDIKAN

    Pasal 59

    (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan

    Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-

    Undang Hukum Acara Pidana.

    (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan

    Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

    a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak

    pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

    b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan

    mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi;

    c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang

    Retribusi;

  • 21

    d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;

    e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta

    melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

    f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi;

    g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa

    identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

    h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi;

    i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

    j. menghentikan penyidikan; dan/atau

    k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

    penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan

    menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

    Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

    BAB IX

    KETENTUAN PIDANA

    Pasal 59

    Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya

    sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau

    kurang dibayar.

    Pasal 60

    Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, merupakan

    penerimaan negara.

    BAB X

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 61

    Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih

    terutang berdasarkan Peraturan Daerah ini mengenai jenis Retribusi Jasa Umum, sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima)

    tahun terhitung sejak saat terutang.

  • 22

    BAB XI

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 62

    Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :

    1. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II

    Tangerang;

    2. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2000

    tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

    3. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 10 Tahun 2000

    tentang Retribusi Penyedotan dan Penggunaan Fasilitas Pengolahan Lumpur Tinja;

    4. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2000 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana telah diubah Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas

    Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2000 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor;

    5. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pelayanan

    Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

    Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pelayanan Kesehatan;

    6. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Ijin

    Pembuangan Limbah Cair (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2003 Nomor

    dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 63

    (1) Peraturan Walikota yang mengatur pelaksanaan atas Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat 1 (satu)

    tahun sejak Peraturan Daerah ini berlaku.

    (2) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) adalah Peraturan

    Walikota yang mengatur tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak diberlakukan.

    Pasal 64

    Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012, kecuali khusus Retribusi Pelayanan Kesehatan

    diberlakukan paling lambat 1 April 2012 dan Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang diberlakukan paling lambat 1 Januari Tahun 2014.

  • 23

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

    pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang.

    Ditetapkan di: Tangerang pada tanggal : 30 Desember 2011

    WALIKOTA TANGERANG,

    Cap/Ttd

    H. WAHIDIN HALIM

    Diundangkan di : Tangerang

    pada tanggal : 30 Desember 2011 SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG,

    Capt/Ttd

    H. M. HARRY MULYA ZEIN

    LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2011 NOMOR 16

  • 22

    LAMPIRAN I

    PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

    NOMOR 16 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSI JASA UMUM

    PELAYANAN KESEHATAN 1. Tarif Retribusi pada UPTD Puskesmas dan UPTD Kesehatan Daerah

    Tarif retribusi pengujian kesehatan :

    a. Pemeriksaan kesehatan untuk umum . Rp. 10.000,-/ kunjungan

    b. Pemeriksaan kesehatan untuk anak sekolah Rp. 5.000,-/kunjungan

    c. Pemeriksaan kesehatan untuk kepentingan perusahaan Asuransi jiwa bagi calon pemegang polis Rp. 25.000,- /kunjungan

    d. Pemeriksaan kesehatan untuk calon pengantin Rp. 25.000,- /kunjungan

    e. Pemeriksaan kesehatan untuk melanjutkan pendidikan, Melamar pekerjaan, dan SIM Rp. 10.000,- /kunjungan

    f. Pemeriksaan kesehatan untuk pegawai . Rp. 15.000,- /kunjungan

    g. Pemeriksaan kesehatan untuk calon jemaahhaji Tahap I (di Puskesmas) . Rp. 15.000,- /kunjungan

    h. Pemeriksaan luar jenazah (untuk surat keterangan Kematian ) ... Rp. 15.000,- /kunjungan

    2. Tarif Retribusi pada UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah : a. Tarif retribusi pemeriksaan narkoba :

    1) THC .. Rp. 25.000,- /kunjungan

    2) Morfin Rp. 25.000,- /kunjungan

    3) Amfetamin ... Rp. 25.000,- /kunjungan

    4) Metafetamin . Rp. 25.000,- /kunjungan

    5) BZO .. Rp. 25.000,- /kunjungan

    b. Tarif retribusi pemeriksaan darah, mikrobiologi, tinja, serologi dan urine :

    1) Pemeriksaan Darah a) Laju endap darah .. Rp. 5.000,-

    /kunjungan b) Hematokrit .. Rp. 5.000,-

    /kunjungan c) HB (Haemoglobin) .... Rp. 5.000,-

    /kunjungan d) Eritrocyte .... Rp. 5.000,-

    /kunjungan e) Leukocyte ... Rp. 5.000,-

    /kunjungan f) Retokulocyte .. Rp. 11.000,-

    /kunjungan g) Hitungan jenis leukocyte .. Rp. 5.000,-

    /kunjungan

  • 23

    h) Trombocyte .... Rp. 5.000,- /kunjungan

    i) Gula darah .. Rp. 10.000,- /kunjungan

    j) Malaria .... Rp. 10.000,- /kunjungan

    k) Masa pendarahan .... Rp. 5.000,- /kunjungan

    l) Masa pembekuan .. Rp. 7.000,- /kunjungan

    m) Golongan darah .. Rp. 10.000,- /kunjungan

    n) Asam urat .. Rp. 15.000,- /kunjungan

    o) Creatinin .... Rp. 10.000,- /kunjungan

    p) Ureum .... Rp. 10.000,- /kunjungan

    q) Cholesterol ... Rp. 10.000,- /kunjungan

    r) Triglyceride .. Rp. 10.000,- /kunjungan

    s) SGOT .... Rp. 10.000,- /kunjungan

    t) SGPT .... Rp. 10.000,- /kunjungan

    u) Bilirubin total .. Rp. 10.000,- /kunjungan

    v) Protein total .... Rp. 10.000,- /kunjungan

    w) Albumin/globulin .. Rp. 10.000,- /kunjungan

    2) Pemeriksaan mikrobiologi : a) Batang tanah asam .. Rp. 10.000,-

    /kunjungan

    b) Nesseria .... Rp. 13.000,- /kunjungan

    c) Diphteria .... Rp. 13.000,- /kunjungan

    d) Gram .. Rp. 13.000,- /kunjungan

    e) Candida .... Rp. 13.000,- /kunjungan

    3) Pemeriksaan tinja : - Rutin (makrokopis, mikrokopis) .. Rp. 10.000,-

    /kunjungan

    4) Pemeriksaan Serologi : a) Tes widal ... Rp. 30.000,-

    /kunjungan

    b) Tes kehamilan .. Rp. 15.000,- /kunjungan

    5) Pemeriksaan Urine a) Urine rutin (makropis PH protein reduksi .. Rp. 10.000,-

    /kunjungan

    b) Asam asto asetat .. Rp. 6.000,- /kunjungan

  • 24

    3. Tarif retribusi pemeriksaan kualitas lingkungan : a. Pemeriksaan air minum :

    1) Fisika : a) Warna .. Rp. 5.000,-

    /kunjungan

    b) Rasa dan bau .... Rp. 2.000,- /kunjungan

    c) Suhu .... Rp. 3.000,- /kunjungan

    d) Kekeruhan .. Rp. 5.000,- /kunjungan

    e) TDS .... Rp. 3.000,- /kunjungan

    2) Kimia : a) Tembaga .. Rp. 11.000,-

    /kunjungan

    b) Flourida ...... Rp. 6.000,- /kunjungan

    c) Nitrat .... Rp. 9.000,- /kunjungan

    d) Nitrit .... Rp. 11.000,- /kunjungan

    e) Ammonia ... Rp. 15.000,- /kunjungan

    f) Aluminium .. Rp. 40.000,- /kunjungan

    g) Klorida .... Rp. 41.000,- /kunjungan

    h) Kesadahan .... Rp. 20.000,- /kunjungan

    i) Besi . Rp. 8.000,- /kunjungan

    j) Mangan ... Rp. 25.000,- /kunjungan

    k) PH . Rp. 9.000,- /kunjungan

    l) Seng .... Rp. 15.000,- /kunjungan

    m) Sulfat ... Rp. 10.000,- /kunjungan

    n) Bakteriologis .. Rp. 80.000,- /kunjungan

    b. Pemeriksaan Air bersih : 1) Fisika :

    a) Warna .. Rp. 5.000,- /kunjungan

    b) Rasa dan bau .... Rp. 2.000,- /kunjungan

    c) Suhu .... Rp. 3.000,- /kunjungan

    d) Kekeruhan .. Rp. 5.000,- /kunjungan

    e) TDS .... Rp. 3.000,- /kunjungan

    2) Kimia : a) Besi .. Rp. 8.000,-

    /kunjungan

  • 25

    b) Sulfat ...... Rp. 10.000,- /kunjungan

    c) Nitrat .... Rp. 9.000,- /kunjungan

    d) Nitrit .... Rp. 11.000,- /kunjungan

    e) PH .... Rp. 9.000,- /kunjungan

    f) Mangan .... Rp. 25.000,- /kunjungan

    g) Kesadahan .... Rp. 20.000,- /kunjungan

    h) Klorida .... Rp. 41.000,- /kunjungan

    i) Zat organik . Rp. 20.000,- /kunjungan

    j) Seng ... Rp. 15.000,- /kunjungan

    k) Kromium valensi 6 . Rp. 9.000,- /kunjungan

    l) Flourida .. Rp. 6.000,- /kunjungan

    m) Bakteriologis .. Rp. 80.000,- /kunjungan

    c. Pemeriksaan Air Limbah Rumah Sakit : 1) Fisika :

    - Suhu .... Rp. 3.000,- /kunjungan

    2) Kimia : a) PH ... Rp. 9.000,-

    /kunjungan

    b) TSS ........ Rp. 5.000,- /kunjungan

    c) COD .... Rp. 30.000,- /kunjungan

    d) BOD .... Rp. 42.000,- /kunjungan

    e) PO4 ..... Rp. 85.000,- /kunjungan

    f) NH3 bebas .. Rp. 42.000,- /kunjungan

    d. Pemeriksaan air kolam renang : 1) Fisika :

    - Suhu .... Rp. 3.000,- /kunjungan

    2) Kimia : a) Aluminium ... Rp. 40.000,-

    /kunjungan

    b) PH ........ Rp. 9.000,- /kunjungan

    c) Tembaga .... Rp. 11.000,- /kunjungan

    d) DO .... Rp. 5.000,- /kunjungan

    e) Sisa klor .... Rp. 25.000,- /kunjungan

  • 26

    f) Bakteriolgis . Rp. 80.000,- /kunjungan

    4. Tarif retribusi pemeriksaan analisis kimia makanan dan minuman : a. Minuman :

    1) Kimia : a) Formalin ... Rp. 150.000,-

    /kunjungan

    b) Boraks ..... Rp. 130.000,- /kunjungan

    c) Pewarna ... Rp. 135.000,- /kunjungan

    d) Natrium sakaine ..... Rp. 170.000,- /kunjungan

    e) Siklamat ... Rp. 125.000,- /kunjungan

    f) Benzoate .... Rp. 140.000,- /kunjungan

    g) Zat gizi .... Rp. 200.000,- /kunjungan

    2) Mikrobiologi : a) ALT ..... Rp. 250.000,-

    /kunjungan

    b) Kapang khamir ..... Rp. 250.000,- /kunjungan

    c) E Coli ..... Rp. 250.000,- /kunjungan

    b. Makanan : 1) Kimia :

    a) Formalin ... Rp. 150.000,- /kunjungan

    b) Boraks ..... Rp. 130.000,- /kunjungan

    c) Pewarna ... Rp. 135.000,- /kunjungan

    d) Natrium sakaine ..... Rp. 170.000,- /kunjungan

    e) Siklamat ... Rp. 125.000,- /kunjungan

    f) Benzoate .... Rp. 140.000,- /kunjungan

    g) Analisis lemak .... Rp. 250.000,- /kunjungan

    h) Residu pestisida/parameter .. Rp. 600.000,- /kunjungan

    2) Mikrobiologi : a) ALT ..... Rp. 250.000,-

    /kunjungan

    b) Kapang khamir ..... Rp. 250.000,- /kunjungan

    c) E Coli ..... Rp. 250.000,- /kunjungan

  • 27

    c. Catering/Jasa boga : 1) Zat gizi .... Rp. 200.000,-

    /kunjungan

    2) E Coli ... Rp. 250.000,- /kunjungan

    3) Salmonela ... Rp. 375.000,- /kunjungan

    4) ALT ... Rp. 250.000,- /kunjungan

    5) Kapang khamir ... Rp. 250.000,- /kunjungan

    WALIKOTA TANGERANG,

    Cap/ttd

    H. WAHIDIN HALIM

  • 28

    LAMPIRAN II

    PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

    NOMOR 16 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSI JASA UMUM

    RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT

    NO. JENIS PENERIMAAN DAERAH BESARAN TARIF KET

    1 2 3 4

    1.

    Penggunaan tanah makam untuk jangka waktu 3 Tahun dengan biaya yang telah ditentukan

    Rp.100.000,-

    2. Pelayanan penguburan/pemakaman mayat

    Rp.0,-

    3. Bagi keluarga tidak mampu tidak dikenakan biaya tarif retribusi

    -

    4. Bangunan makam (pusaran) pada TPU jangka waktu 5 Tahun

    10 % dari RAB yang dilaksanakan

    5. Pemakaman mayat tumpangan ditetapkan

    25% dari angka 1 lampiran ini

    6.

    Penyediaan/pemakaian tanah makam cadangan pertahun

    Rp.50.000,-

    7.

    Perpanjangan (Her-Registrasi) penggunaan tanah makam

    a. 3 tahun pertama b. 3 tahun kedua c. 3 tahun ketiga d. 3 tahun keempat e. 3 tahun kelima

    25% dari Retribusi Pertama 35% dari Retribusi Pertama 50% dari Retribusi Pertama 75% dari Retribusi Pertama 100% dari Retribusi Pertama

    Berdasarkan Retribusi yang tercantum dalam angka 1 lampiran ini

    8.

    Perpanjangan (Her-Registerasi) Bangunan Makam (Pusaran) pada TPU a. 5 Tahun Pertama b. 5 Tahun Kedua c. 5 Tahun Ketiga d. 5 Tahun Keempat e. 5 Tahun Kelima

    25% dari Retribusi Pertama 35% dari Retribusi Pertama 50% dari Retribusi Pertama 75% dari Retribusi Pertama 100% dari Retribusi Pertama

    Berdasarkan Retribusi yang tercantum dalam angka 4 lampiran ini

    9.

    Penggunaan mobil jenazah dan kelengkapannya untuk : a. Dalam Kota 5 Km Pertama b. Untuk 1 Km berikutnya c. Luar kota di luar BBM

    Rp.25.000,- Rp. 5.000,- Rp. 1.000/Km

    WALIKOTA TANGERANG,

    Cap/ttd

    H. WAHIDIN HALIM

  • 29

    LAMPIRAN III

    PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

    NOMOR 16 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSI JASA UMUM

    RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

    JENIS PENERIMAAN DAERAH BESARAN TARIF KET

    1 2 3

    LAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM :

    - Kendaraan bermotor roda 2 Rp.1.000,-/satu kali parkir

    - Kendaraan bermotor roda 4 Rp.2.000,-/satu kali parkir

    - Kendaraan bermotor lebih dari roda 4 Rp.3.000,-/satu kali parkir

    WALIKOTA TANGERANG,

    Cap/ttd

    H. WAHIDIN HALIM

  • 30

    LAMPIRAN IV

    PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

    NOMOR 16 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSI JASA UMUM

    RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

    1. Layanan Pengujian Pertama Kali (termasuk pemberian Tanda Uji, Tanda Samping dan buku uji)

    a. Mobil penumpang umum (Taxi/sejenis) Rp. 75.000,-/kendaraan b. Mobil Bus

    1) Kecil (Minibus berupa Angkot/L300/sejenis) Rp. 80.000,-/kendaraan 2) Sedang (Mikrobus berupa Elf/Metromini/sejenis) Rp. 90.000,-/kendaraan 3) Besar (Bus besar standar atau lebih) Rp. 100.000,-/kendaraan

    c. Mobil Barang 1) Ringan (JBB : s/d 3500) Rp. 80.000,-/kendaraan 2) Sedang (JBB : 3501 s/d 8500) Rp. 90.000,-/kendaraan 3) Berat (JBB : > 8500 Rp. 100.000,-/kendaraan 4) Traktor Head Rp. 75.000,-/kendaraan 5) Kereta Tempelan/Gandengan Rp. 75.000,-/kendaraan

    2. Layanan Pengujian Berkala Kedua dan seterusnya (termasuk pemberian tanda uji dan tanda samping)

    a. Mobil penumpang umum (Taxi/sejenis) Rp. 35.000,-/kendaraan b. Mobil Bus

    1) Kecil (Minibus berupa Angkot/L300/sejenis) Rp. 40.000,-/kendaraan 2) Sedang (Mikrobus berupa Elf/Metromini/sejenis) Rp. 50.000,-/kendaraan 3) Besar (Bus besar standar atau lebih) Rp. 60.000,-/kendaraan

    c. Mobil Barang 1) Ringan (JBB : s/d 3500) Rp. 40.000,-/kendaraan 2) Sedang (JBB : 3501 s/d 8500) Rp. 50.000,-/kendaraan 3) Berat (JBB : > 8500) Rp. 60.000,-/kendaraan 4) Traktor Head Rp. 50.000,-/kendaraan 5) Kereta Tempelan/Gandengan Rp. 50.000,-/kendaraan

    d. Keterlambatan pengujian berkala seluruh jenis kendaraan Rp. 10.000,-/kendaraan/bln

    3. Layanan Penggantian Buku dan Tanda Uji

    a. Penggantian Buku Uji habis pakai Rp. 10.000,-/buku b. Penggantian Buku Uji rusak/hilang Rp. 50.000,-/buku c. Penggantian Tanda Uji rusak/hilang Rp. 50.000,-/tanda uji

    4. Layanan Pengujian Emisi Gas Buang Mobil penumpang (sedan/jeep/sejenisnya) Rp. 10.000,-/kendaraan

    5. Layanan Penilaian Teknis Kondisi Kendaraan

    a. Sepeda Motor Rp. 25.000,-/kendaraan

    b. Mobil penumpang Rp. 50.000,-/kendaraan

    c. Mobil Bus

    1) Kecil (Minibus /sejenis) Rp. 50.000,-/kendaraan

    2) Sedang (Mikrobus /sejenis) Rp. 60.000,-/kendaraan

    3) Besar (Bus besar standar atau lebih) Rp. 75.000,-/kendaraan

  • 31

    d. Mobil Barang 1) Ringan (JBB : s/d 3500) Rp. 30.000,-/kendaraan 2) Ringan (JBB : 3501 s/d 8500) Rp. 40.000,-/kendaraan 3) Ringan (JBB : > 8500 Rp. 50.000,-/kendaraan 4) Traktor Head Rp. 50.000,-/kendaraan 5) Kereta Tempelan/Gandengan Rp. 75.000,-/kendaraan

    e. Kendaraan Khusus Rp. 100.000,-/kendaraan

    WALIKOTA TANGERANG,

    Cap/ttd

    H. WAHIDIN HALIM

  • 32

    LAMPIRAN V

    PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

    NOMOR 16 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSI JASA UMUM

    RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

    1. Pemeriksaan Visual Bangunan

    a. 1 m2 s/d 2.000 m2 Rp. 60,-/m2

    b. 2.001 m2 s/d 5.000 m2 Rp. 45,-/m2

    c. 5.001 m2 s/d 10.000 m2 Rp. 35,-/m2

    d. 10.001 m2 s/d 20.000 m2 Rp. 25,-/m2

    e. 20.001 m2 s/d 40.000 m2 Rp. 20,-/m2

    f. Lebih dari 40.000 m2 Rp. 15,-/m2

    2. Pemeriksaan Alat Pemadam Jenis Hidrant kebakaran Rp. 25.000,-/titik/th

    3. Pemeriksaan Alat Pemadam Jenis Pemercik (Springkler) Rp. 500,-/titik/th

    4. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran :

    a. jenis Air bertekanan

    1) s/d 9 liter Rp. 2.500,-/buah

    2) lebih besar dari 9 liter Rp. 5.000,-/buah

    b. jenis Busa

    1) s/d 9 liter Rp. 2.500,-/buah

    2) lebih besar dari 9 liter Rp. 5.000,-/buah

    c. jenis Serbuk Kimia Kering (Dry Chemical)

    1) s/d 6 kg Rp. 2.500,-/buah

    2) lebih besar dari 6 kg Rp. 5.000,-/buah

    d. jenis CO2 (Karbondioksida)

    1) s/d 6 kg Rp. 2.500,-/buah

    2) lebih besar dari 6 kg Rp. 5.000,-/buah

    e. jenis Hallon/Alternatif pengganti Hallon

    1) s/d 6 kg Rp. 2.500,-/buah

    2) lebih besar dari 6 kg Rp. 5.000,-/buah

    5. Pemeriksaan Alat Penahan Api (Fire Dumper)

    a. Dengan motor Rp. 10.000,- buah

    b. Sambungan lebur Rp. 5.000,-/buah

    6. Pemeriksaan Kipas Angin bertekanan

    a. 1 s/d 7.000 cfm Rp. 15.000,-/buah

    b. 7.001 cfm s/d 10.000 cfm Rp. 25.000,-/buah

    c. Lebih dari 10.000 cfm Rp. 50.000,-/buah

    7. Pemeriksaan Fire Alarm Rp. 500,-/m2

    8. Pemeriksaan Instalasi pemadaman khusus Rp. 5.000,-/m2

    9. Pemeriksaan instalasi lain yang belum termasuk dalam butir 1 s/d 8

    a. Berdasarkan luas lantai Rp. 50,-/m2

    b. Berdasarkan jumlah peralatan yang dipasang Rp. 2.500,-/m2

    WALIKOTA TANGERANG,

    Cap/ttd

    H. WAHIDIN HALIM

  • 33

    LAMPIRAN VI

    PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

    NOMOR 16 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSI JASA UMUM

    RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

    1. Penyedotan tinja di dalam Kota

    a. Rumah Tinggal

    Rumah mewah/real estate....................Rp. 60.000,-/m3

    Rumah KPR/BTN..................................Rp. 50.000,-/m3

    Perumnas/Rumah Tinggal lainnya........Rp. 40.000,-/m3

    b. Asrama, Kantor Pemerintah, Lembaga Pendidikan, Lembaga Sosial dan sejenisnya dikenakan biaya sebesar..........Rp. 20.000,-/m3

    c. Kantor swasta, Toko, industri dan tempat lainnya yang sejenis dikenakan biaya sebesar.......................................................Rp. 75.000,-/m3

    2. Setiap pembuangan tinja ke instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja dikenakan retribusi :

    Swasta dan Badan Hukum di luar Pemerintah Kota Tangerang Rp. 20.000,- per truck tinja dengan maksimum 3 (tiga) m3

    Instansi Pemerintah Kota Tangerang......................Rp. 5.000,- per truck tinja dengan maksimum 3 (tiga) m3

    Setiap kelebihan dari 3 (tiga) m3 dikenakan retribusi tambahan Rp. 2.500,-/m3

    3. Klasifikasi besarnya tarif retribusi penyediaan fasilitas IPAL ditetapkan sebagai berikut : a. Rumah Tinggal

    Rumah Mewah/real estate.........................Rp. 10.000,-/bulan

    Rumah KPR/BTN.......................................Rp. 7.500,-/bulan

    Perumnas/Rumah Tinggal lainnya.............Rp. 5.000,-/bulan

    b. Asrama, Kantor Pemerintahan, Lembaga Pendidikan, Lembaga Sosial dan sejenisnya biaya sebesar..........................Rp. 7.500,-/bulan

    c. Kantor swasta, Toko dan tempat usaha dan sejenisnya lainnya dikenakan biaya sebesar............................................Rp. 15.000,-/bulan

    4. Klasifikasi besarnya tarif retribusi penyediaan fasilitas kolam Oksidasi ditetapkan sebagai berikut : a. Rumah Tinggal

    Rumah Mewah/real estate.........................Rp. 10.000,-/bulan

    Rumah KPR/BTN.......................................Rp. 7.500,-/bulan

    Perumnas/Rumah Tinggal lainnya.............Rp. 5.000,-/bulan

    b. Asrama, Kantor Pemerintahan, Lembaga Pendidikan, Lembaga Sosial dan sejenisnya biaya sebesar................................Rp. 7.500,-/bulan

    c. Kantor swasta, Toko dan tempat usaha dan sejenisnya lainnya dikenakan biaya sebesar..................................................Rp. 15.000,-/bulan

    5. Setiap penyedotan kurang dari 1 (satu) m3 dihitung menjadi 1 (satu) m3

    WALIKOTA TANGERANG,

    Cap/ttd

    H. WAHIDIN HALIM

  • 34

    LAMPIRAN VII

    PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

    NOMOR 16 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSI JASA UMUM

    H. RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

    No.

    Jenis Retribusi

    Satuan

    Tera Tera Ulang

    Pengujian/

    Pengesahan/Pemba

    talan

    Penjustiran

    Pengujian/ Pengesaha

    n

    Penjustiran

    1 2 3 4 5 6 7

    I. BIAYA PENGUJIAN

    . A. UTTP

    1. UKURAN PANJANG

    a. Sampai dengan 2 m

    1) Meter dengan Pegangan buah 1.000,- - 500,- -

    2) Meter meja dari bahan logam buah 2.000,- - 1.000-, -

    3) Meter Saku Baja buah 1.000,- - 500,- -

    4) Salib Ukur buah 4.000,- - 2.000,- -

    5) Gauge Block buah 5.000,- - 5.000,- -

    6) Micrometer buah 6.000,- - 6.000,-

    7) Jangka Sorong buah 6.000,- - 6.000,- -

    b. Lebih dan 2 m sampai dengan 10 m

    1) Tongkat duga buah 5.000, - 2.500,-

    -

    2) Meter Saku Baja buah 2.000, - 1.000,- -

    3) Ban Ukur kundang depth tape buah 5.000, - 2.500,- -

    4) Alat ukur tinggi orang buah 5.000, - 2.500,- -

    5) Komparator buah 30.000, - 30.000, -

    c. Lebih dari 10 m, biaya pada huruf b angka ini ditambah untuk setiap 10

    m atau bagian atas :

    1) Ban Ukur Depth tape buah 5.000,- - 2.500,- -

    2) Komparator buah 20.000,- - 10.000,- -

    2. ALAT UKUR PANJANG DENGAN ALAT HITUNG (COUNTER METER)

    buah 10.000,-

    10.000,-

    3. ALAT UKUR PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL GAUGE)

    a. Mekanik buah 50.000, 12.500,- 50.000, 12.500,-

    b. Elektronik buah 100.000, 25.000,- 100.000, 25.000,-

    4. TAKARAN (BASAH/KERING)

    a. Sampai dengan 2L buah 200,- - 200,- -

    b. Lebih dari 2 L sampai 25 L buah 400,- - 400,- -

    c. Lebih dari 25 L buah 2.000,- - 2.000,- -

    5. TANGKI UKUR TETAP

    a. Bentuk Silinder Tegak

    1) Sampai dari 500 kL buah 100.000,- - 100.000,- -

    2) Lebih dari 500 kL dihitung sbb:

    a) 500 kL pertama buah 100.000,- - 100.000,- -

    b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1000 kL, setiap kL

    buah 150,- - 150,- -

    c) Selebihnya dari 1000 kL sampai dengan 2000 kL, setiap kL

    buah 100,- - 100,- -

  • 35

    d) Selebihnya dari 2000 kL sampai dengan 10.000 kL, setiap kL

    buah 80,- - 80,- -

    e)Selebihnya dari 10.000 kL sampai dengan 20.000 kL, setiap kL

    buah 30,- - 30,- -

    f) Selebihnya dari 20.000 kL setiap kL

    buah 20,- - 20,- -

    Bagian-bagian dari kL dihitung satu kL

    b. Bentuk Silinder datar

    1) Sampai dengan 500 kL buah 150.000,- - 150.000,- -

    2) Lebih dari 500 kL dihitung sbb :

    a) 500 kL pertama buah 150.000,- - 150.000,- -

    b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1000 kL, setiap kL

    buah 200,- - 200,- -

    c) Selebihnya dari 1000 kL sampai dengan 2000 kL, setiap kL

    buah 150,- - 150,- -

    d) Selebihnya dari 2000 kL sampai dengan 10.000 kL, setiap kL

    buah 100,- - 100,- -

    e) Selebihnya dari 10.000 kL sampai dengan 20.000 kL, setiap kL

    buah 50,- - 50,- -

    f) Selebihnya dari 20.000 kL setiap kL

    buah 30- - 30- -

    Bagian-bagian dari kL dihitung satu kL

    c.Bentuk bola dan Speroidal

    1) Sampai dengan 500 kL buah 200.000,- - 200.000,- -

    2) Lebih dari 500 kL dihitung sbb :

    a) 500 kL pertama buah 200.000,- - 200.000,- -

    b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1000 kL, setiap kL

    buah 250,- - 250,- -

    6. TANGKI UKUR GERAK

    a.Tangki ukur mobil dan tangki ukur wagon

    1) Kapasitas sampai dengan 5 kL buah 20.000,- - 20.000,- -

    2) Lebih dari 5 kL dihitung sbb :

    a) 5 kL pertama buah 20.000,- - 20.000,- -

    b) Selebihnya dari 5 Kl setiap kL buah 2.000,- - 2.000,- -

    Bagian-bagian dari kL dihitung satu kL

    7. ALAT UKUR DARI GELAS

    a.Labu ukur, buret dan pipet buah 10.000,- - -

    b.Belas ukur buah 6.000,- - -

    8. BEJANA UKUR

    a.sampai dengan 50 L buah 10.000,- - 10.000,- -

    b.Lebih dari 50 L sampai dengan 200 L buah 20.000,- - 20.000,- -

    c.Lebih dari 200 L sampai dengan 500 L buah 30.000,- - 30.000,- -

    d.Lebih dari 500 L sampai dengan 1000L buah 40.000,- - 40.000,- -

    e.Lebih dari 1000 L biaya pada huruf d angka ini ditambah tiap 1000 L

    buah 10.000,- - 10.000,- -

    Bagian-bagian dari 1000 L dihitung 1000 L

    9. METER TAKSI buah 10.000,- - 100,- -

    10. THERMOMETER buah 6.000,- - 100,- -

    11. DENSIMETER buah 6.000,- - 30,- -

    12. VISKOMETER buah 6.000,- - 100,- -

    13. ALAT UKUR LUAS buah 5.000,- - 200.000,- -

    14 ALAT UKUR SUDUT buah 5.000,- - 200.000 -

    15 ALAT UKUR CAIRAN MINYAK

    a. Meter bahan bakar minyak

  • 36

    a.1. Meter induk untuk setiap media uji

    1) Sampai dengan 25 m3/h buah 40.000,- 16.000,- 40.000,- 16.000,-

    2) Lebih dari 25 m3/h dihitung sbb :

    a. 25 m3/h pertama buah 40.000,- 16.000,- 40.000,-

    16.000,-

    b. Selebihnya dari 25 m3/h s/d 100 m3/h, setiap m3/h

    buah 1.600,- 800,- 16.000,- 800,-

    c. Selebihnya dari 100 m3/h sampai dengan 500 m3/h, setiap m3/h

    buah 800,-

    400.-

    800,-

    400.-

    d. Selebihnya dari 500 m3/h setiap m3/h

    buah 400.- 200,- 400.- 200,-

    Bagian-Bagian dari m3/h dihitung satu m3/h

    a.2.Meter Kerja

    1) Untuk setiap jenis media uji s/d

    15 m3/h buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,-

    2) Lebih dari 15 m3/h dihitung sbb :

    a. 15 m3/h pertama buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,-

    b. Selebihnya dari 15 m3/h s/d 100 m3/h, setiap m3/h

    buah 600,- - 600,- -

    c. Selebihnya dari 100 m3/h s/d 500 m3/h, setiap m3/h

    buah 400,- 200,- 400,- 200,-

    d. Selebihnya dari 500 m3/h setiap m3/h

    buah 200,- 100,- 200,- 100,-

    Bagian-Bagian dari m3/h dihitung satu m3/h

    a.3.Pompa Ukur

    Untuk setiap badan ukur buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,-

    16 ALAT UKUR GAS

    a.Meter induk

    1) Sampai dengan 100 m3/h buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,-

    2) Lebih dari 100 m3/h dihitung sbb :

    a. 100 m3/h pertama buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,-

    b. Selebihnya dari 100 m3/h s/d 500 m3/h, setiap m3/h

    buah 100,- 50,- 100,- 50,-

    c. Selebihnya dari 500 m3/h s/d 1000 m3/h, setiap m3/h

    buah 50,- 20,- 50,- 20,-

    d. Selebihnya dari 1000 m3/h s/d 2000 m3/h, setiap m3/h

    buah

    20,-

    10,-

    20,-

    10,-

    e. Selebihnya dari 2000 m3/h dihitung setiap m3/h

    buah

    10,-

    5,-

    10,-

    5,-

    Bagian-Bagian dari m3/h dihitung satu m3/h

    b. Meter Kerja

    1) Sampai dengan 50 m3/h buah 2.000,- - 2.000,- -

    2) Lebih dari 50 m3/h dihitung sbb :

    a. 50 m3/h pertama buah 2.000,- - 2.000,- -

    b. Selebihnya dari 50 m3/h s/d 500 m3/h, setiap m3/h

    buah 20,- - 20,- -

    c. Selebihnya dari 500 m3/h s/d 1000 m3/h, setiap m3/h

    buah

    15,-

    -

    15,-

    -

    d. Selebihnya dari 1000 m3/h setiap 2000 m3/h

    buah

    10,-

    -

    10,-

    -

    e. Selebihnya dari 2000 m3/h dihitung setiap m3/h

    buah

    5,-

    -

    5,-

    -

    Bagian-Bagian dari m3/h dihitung satu m3/h

  • 37

    a. Meter gas Orifice dan sejenisnya (merupakan satu system/unit alat ukur)

    buah

    100.000,-

    50.000,-

    100.000,-

    50.000,-

    b.Perlengkapan meter gas orifice (jika diuji tersendiri), setiap alat perlengkapan)

    buah

    20.000,-

    10.000,-

    20.000,-

    10.000,-

    c.Pompa ukur bahan bakar gas (BBG), elpiji, untuk setiap bahan ukur

    buah

    30.000,-

    15.000,-

    30.000,-

    15.000,-

    17 METER AIR

    a.Meter Induk

    1) Sampai dengan 15 m3/h buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,-

    2) Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h

    buah 40.000,- 20.000,- 40.000,- 20.000,-

    3) Lebih dari 100 m3/h buah 50.000,- 25.000,- 50.000,- 25.000,-

    b.Meter Kerja

    1) Sampai dengan 3 m3/h buah 1.000,- 500,- 1.000,- 500,-

    2) Lebih dari 3 m3/h sampai dengan 10 m3/h

    buah 2.000,- 1000,- 2000,- 1000,-

    3) Lebih dari 10 m3/h sampai dengan 100 m3/h

    buah 4.000,- 2.000,- 4.000,- 2.000,-

    4) Lebih dari 100 m3/h buah 10.000,- 5.000,- 10.000,- 5.000,-

    18 METER CAIRAN MINUM SELAIN AIR

    a.Meter Induk

    1). Sampai dengan 15 m3/h buah 30.000,- 15.000,- 30.000,- 15.000,-

    2). Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h

    buah 50.000,- 25.000,- 50.000,- 25.000,-

    3). Lebih dari 100 m3/h buah 60.000,- 30.000,- 60.000,- 30.000,-

    b.Meter Kerja

    1). Sampai dengan 15 m3/h buah 3.000,- 1.500,- 3.000,- 1.500,-

    2). Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h

    buah 5.000,- 2.500,- 5.000,- 2.500,-

    3). Lebih dari 100 m3/h buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,-

    19 PEMBATAS ARUS AIR buah 1.000,- 500,- 1.000,- 500,-

    20 ALAT KOMPENSASI : SUHU (ATC)/TEKANAN KOMPENSASI LAINNYA

    buah 20.000,- 5.000,- 20.000,- 25.000,-

    21 METER PROVER

    a.Sampai dengan 2000 L buah 50.000,- 25.000,- 50.000,- 25.000,-

    b.Lebih dari 2000 L s/d 10.000 L buah 100.000,- 50.000,- 100.000,- 50.000,-

    c. Lebih dari 10.000 L buah 150.000,- 75.000,- 150.000,- 75.000,-

    Meter Prover yang mempunyai 2(dua) seksi atau lebih, maka setiap seksi dihitung sebagai satu alat ukur

    22 METER ARUS MASSA Meter Kerja Untuk setiap jenis media uji :

    1). Sampai dengan 15 kg/min buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,-

    2). Lebih dari 1 kg/min dihitung sbb :

    a. 15 kg/min pertama buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,-

    b. Selebihnya dari 15 kg/min s/d dengan 100 kg/min, setiap kg/min

    buah 600,- - 600,- -

    c. Selebihnya dari 100 kg/min s/d 500 kg/min, setiap kg/min

    buah 400,-

    200,- 400,- 200,-

  • 38

    d. Selebihnya dari 500 kg/min s/d 1000 kg/min, setiap kg/min

    buah 200,- 100,- 200,- 100,-

    e. Selebihnya dari 1000 kg/min, setiap kg/min

    buah 100,- 12.000,- 100,- 50,-

    Bagian-bagian dari kg/min dihitung satu kg/min

    23 ALAT UKUR PENGISI (FILLING MACHINE)

    Untuk setiap jenis media

    1. Sampai dengan 4 alat pengisi buah 12.000,- 4.800,- 12.000,- 4.800,-

    2. Selebihnya dari 4 alat pengisi, setiap alat pengisi

    buah

    2.500,-

    1.000,-

    2.500,-

    1.000,-

    24 METER LISTRIK (Meter kWh)

    a. Meter Induk

    1). 3 (tiga) phasa buah 40.000,- 15.000,- 20.000,- 7.500,-

    2). 1 (satu) phasa buah 12.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,-

    b. Meter Kerja Kelas 2

    1). 3 (tiga) phasa buah 3.000,- 1.200,- 3.000,- 7.500,-

    2). 1 (satu) phasa buah 1.000,- 400,- 1.000,- 400,-

    c. Meter Kerja Kelas 1, Kelas 0,5

    1). 3 (tiga) phasa buah 5.000,- 2.000,- 5.000,- 7.500,-

    2). 1 (satu) phasa buah 1.500,- 600,- 1.500,- 600,-

    25 Meter energi listrik lainnya, biaya pemeriksaan, pengujian, peneraan atau penera ulangnya dihitung sesuai dengan jumlah kapasitas menurut tariff pada angka 24 huruf a,b dan c

    buah

    -

    -

    -

    -

    26 STOP WATCH buah 2.000,- 1.000,- 2.000,- 1.000,-

    27 METER PARKIR buah 6.000,- 3.000,- 6.000,- 3.000,-

    28 ANAK TIMBANGAN

    a. Ketelitian sedang dan biasa (kelas M2 dan M3)

    1). Sampai dengan 1 kg buah 300,- 100,- 200,- 100,-

    2). Lebih dari 1 kg s/d 5 kg buah 600,- 300,- 300,- 200,-

    3). Lebih dari 5 kg s/d 50 kg buah 1.000,- 500,- 500,- 300,-

    b. Ketelitian halus (kelas F2 dan M1)

    1) Sampai dengan 1kg buah 1.000,- 500,- 500,- 300,-

    2) Lebih dari 1kg s/d 5kg buah 2.000,- 1.000,- 1.000,- 500,-

    3) Lebih dari 5kg s/d 50kg buah 5.000,- 2.500,- 2.500,- 1.000,-

    c. Ketelitian khusus (kelas E2 dan F1)

    1) Sampai dengan 1kg buah 5.000,- 2.500,- 2.500,- 1.000,-

    2) Lebih dari 1kg s/d 5kg buah 7.500,- 5.000,- 5.000,- 2.500,-

    3) Lebih dari 5kg s/d 50kg buah 10.000,- 7.500,- 7.500,- 5.000,-

    29 TIMBANGAN

    a. Sampai dengan 3000kg

    1) Ketelitian sedang dan biasa (kelas III dan IIII)

    a) Sampai dengan 25kg buah 1.500,- 500,- 1.000,- 500,-

    b) Lebih dari 25kg s/d 150kg buah 3.000,- 1.000,- 1.500,- 1.000,-

    c) Lebih dari 150kg s/d 500kg buah 5.000,- 2.500,- 2.500,- 1.000,-

    d) Lebih dari 500kg s/d 1.000kg buah 10.000,- 5.000,- 5.000,- 2.500,-

    e) Lebih dari 1.000kg s/d 3.000kg

    buah 20.000,- 10.000,- 10.000,- 5.000,-

    2) Ketelitian halus (kelas II)

    a) Sampai dengan 1kg buah 20.000,- 10.000,- 10.000,- 5.000,-

    b) Lebih dari 1kg s/d 25kg buah 25.000,- 12.500,- 12.500,- 7.500,-

  • 39

    c) Lebih dari 25kg s/d 100kg buah 30.000,- 15.000,- 15.000,- 7.500,-

    d) Lebih dari 100kg s/d 1.000kg buah 40.000,- 20.000,- 20.000,- 10.000,-

    e) Lebih dari 1.000kg s/d 3.000kg

    buah 60.000,- 30.000,- 30.000,- 15.000

    3) Ketelitian Khusus (kelas I) buah 75.000,- 30.000,- 40.000,- 15.000

    b. Lebih dari 3000kg

    1) Ketelitian sedang dan biasa setiap ton

    buah 4.000,- 2.000,- 2.000,- 1.000,-

    2) Ketelitian khusus dan halus setiap ton

    buah 5.000,- 2.500,- 3.000,- 1.500,

    c. Timbangan ban berjalan

    1) Sampai dengan 100 ton/h buah 100.000,- 50.000,- 100.000,- 50.000,-

    2) Lebih dari 100 ton/h s/d 500 ton/h

    buah 200.000,- 100.000,- 200.000,- 100.000,-

    3) Lebih dari 500 ton/h buah 300.000,- 150.000,- 300.000,- 150.000,-

    d. Timbangan dengan dua skala (multirange) atau lebih dan dengan sebuah alat penunjuk yang penunjukannya dapat deprogram untuk penggunaan setiap skala timbang,biaya, pengujian,penerapan, peneraan ulangnya dihitung sesuai dengan jumlah lantai timbangan dan kapasitas masing-masing serta menurut tarif pada angka 29 a, b, dan c.

    buah - - - -

    30 a. Dead Weight Testing Machine

    1) Sampai dengan 100kg/cm buah 5.000,- - 5.000,-

    2) Lebih dari 100 kg/cm2 s/d 1000kg/cm2

    buah 10.000,- - 10.000,-

    3) Lebih dari 1000kg/cm2 buah 15.000,- - 1.000,-

    b. 1) Alat Ukur Tekanan Darah buah 5.000,- 2.500,- 5.000,- 2.500,-

    2) Manometer Minyak

    a.Sampai dengan 100kg/cm2 buah 5.000,- 2.500,- 5.000,- 2.500,-

    b.Lebih dari 100kg/cm2 s/d 1000kg/cm2

    buah 7.500,- 3.000,- 7.500,- 2.500,-

    c. Lebih dari 1000kg/cm2 buah 10.000,- 5.000,- 7.500,- 5.000,-

    3) Pressure Calibrator buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,-

    4) Pressure Recorder

    a) Sampai dengan 100kg/cm2 buah 5.000,- 2.500,- 5.000,- 2.500,-

    b) Lebih dan 100kg/cm2 s/d 1000kg/cm

    buah 10.000,- 5.000,- 10.000,- 5.000,-

    c) Lebih dari 1000kg/cm2 buah 15.000,- 7.500,- 15.000,- 7.500,-

    31.

    PENCAP KARTU (Printer/Recorder) OTOMATIS

    buah

    4.000,-

    2.000,-

    4.000,-

    2.000,-

    32. METER KADAR AIR

    a. Untuk biji-bijian tidak mengandung minyak setiap komoditi

    buah 10.000,-

    5.000,- 2.500,- 1.500,-

    b. Untuk biji-bijian mengandung minyak, kapas dan tekstil, setiap komoditi

    buah 15.000,-

    7.500,- 7.500,- 300,-

    c. Untuk kayu dan komoditi lain, setiap komoditi

    buah 20.000,-

    10.000,- 10.000,- 5.000,-

    33.

    Selain UTTP tersebut pada angka 1 sampai dengan 32 atau benda/barang bukan UTTP yang atas permintaan untuk diukur, ditakar, ditimbang setiap jam dan bagian dari jam dihitung 1 jam

    buah

    2.000

    -

    2.000,-

    -

  • 40

    B. KALIBRASI ALAT-ALAT METROLOGI TEKNIS

    No Penggunaan untuk Klasifikasi Tarif

    1. Industri Ketelitian Tinggi 50.000,-

    Ketelitian Biasa 25.000,-

    II. PENGGUNAAN KAWAT BDKT

    No. Jenis Pengujian Besaran Tarif per jam

    1. Per nominal (produk mesin) Massa 50.000,-

    Volume 50.000,-

    Hitungan 10.000,-

    2. Per nominal (produk manual) Massa 10.000,-

    Volume 10.000,-

    Hitungan 5.000,-

    WALIKOTA TANGERANG,

    Cap/ttd

    H. WAHIDIN HALIM

    Perda Nomor 16 Tahun 2011Perda Nomor 16 Tahun 2011 Lamp