percoobaan michelson-morley okkk.docx
DESCRIPTION
Percoobaan michelson-morleyTRANSCRIPT
TUGAS PRESENTASI FISIKA MODEREN
PERCOBAAN MICHELSON-MORLEY
Nama Kelompok :1. Nurfaizah (1108205005)2. I Gede Surya Adi Pranata (1108205006)3. I Made Oka Guna Antara (1108205007)4. Made Budi Setiono (1108205008)5. I Gst A Ngr Ari Kusuma P (1108205009)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
LATAR BELAKANG
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa memerluka
suatu medium namun Menurut teori gelombang Huygens, cahaya memerlukan medium untuk
merambat. Jadi, cahaya dapat mencapai Bumi dari Matahari karena di ruang hampa yang
dilalui cahaya ada medium perambatan gelombang cahaya yang disebut eter. Namun, belum
ada bukti langsung akan keberadaan eter tersebut. Pada tahun 1881 Albert. A. Michelson
menemukan suatu inferometer optic (alat yang berdasarkan inferrensi cahaya) sangat
sensitive sekali. Pada tahun 1887 bersama dengan E.W Morly Mischelson melakukan suatu
eksperimen dengan alat ini untuk menguji apakah eter itu ada atau tidak. Percobaan itu
berdasarkan prinsip penjumlahan vector kecepatan. Dengan mengamati pola-pola interfrensi
kita dapat menentukan apakah eter itu ada. Dan sampai pada akhir dari percobaan yang telah
dilakukan oleh Michelson-morley ternyata eter itu tidak ada. Analisis tehadap hasil
percobaan menunjukkan kegagalan dalam pengamatan pergerakan bumi terhadap eter.
Percobaan ini juga telah disebut sebagai titik tolak untuk aspek teoritis revolusi ilmiah kedua.
PEMBAHASAN
Percobaan Michelson-Morley, salah satu percobaan paling penting dan masyhur
dalam sejarah fisika, dilakukan pada tahun 1887 oleh Albert Michelson dan Edward Morley
di tempat yang sekarang menjadi kampus Case Western Reserve University. Percobaan ini
dianggap sebagai petunjuk pertama terkuat untuk menyangkal keberadaan ether sebagai
medium gelombang cahaya.Percobaan ini juga telah disebut sebagai "titik tolak untuk aspek
teoretis revolusi ilmiah kedua". Albert Michelson dianugerahi hadiah Nobel fisika tahun 1907
terutama untuk melaksanakan percobaan ini.
Dalam percobaan ini Michelson dan Morley berusaha mengukur kecepatan planet
Bumi terhadap ether, yang pada waktu itu dianggap sebagai medium perambatan gelombang
cahaya.Analisis terhadap hasil percobaan menunjukkan kegagalan pengamatan pergerakan
bumi terhadap ether.
Pada tahun 1881 Michelson-Morley melakukan percobaan untuk mengetahui gerak
absolut bumi menggunakan interferometer. Dalam percobaan tersebut diharapkan ada beda
frekuensi antara sinar yang dipantulkan dari cermin C1 dengan sinar yang dipantulkan dari
cermin C2 karena bumi bergerak relative dengan kecepatan v, seperti digambarkan secara
sederhana dalam gambar 1 berikut :
Gambar 1 : Percobaan Michelson-Morley menggunakan interferometer
Setelah mencoba berkali-kali, hasilnya tetap bertolak belakang dengan hasil yang
diharapkan. Tidak ada beda frekuensi sama sekali antara sinar yang dipantulkan dari
cermin C1 dengan sinar yang dipantulkan oleh cermin C2. Merespon hasil percobaan
tersebut, 24 tahun kemudian Einstein mengajukan postulatnya yang terkenal sebagai
kelahiran STR.
1. Postulat pertama adalah hukum-hukum fisika berlaku sama untuk setiap pengamat di
dalam kerangka acuan yang inersial.
2. Postulat kedua adalah laju cahaya dalam ruang hampa adalah sama, sebesar c,dalam
segala arah dan dalam semua kerangka acuan yang inersial.
Postulat kedua sangat memuaskan penjelasan terhadap kasus Michelson-Morley, tetapi dalam
perjalanan selanjutnya menimbulkan beberapa paradoks antara lain :
1. Paradoks si Kembar, umur si-kembar akan berbeda saat mereka bertemu kembali
setelah salah satunya melakukan perjalanan yang sangat cepat.
2. Perubahan panjang benda yang diamati. Terjadi perubahan bentuk benda yang
diamati, menjadi lebih gepeng karena gerakan. Untungnya kita juga tidak diajarkan
bahwa si-kembar yang melakukan perjalanan yang sangat cepat tidak gepeng karena
perjalanan tersebut. Tetapi ini juga berlawanan dengan paradoks si kembar itu sendiri.
Karena teori relativitas selama ini menyarankan ada perubahan fisis pada kerangka
inersia atas perjalanan si-kembar, sementara pada kasus gepengnya benda justru
menyarankan hal yang sebaliknya.
3. Kecepatan benda diatas c hanya dimiliki oleh benda imaginer (yang selalu bergerak).
Hal ini sebenarnya tidak ada kaitannya antara c sebagai kurir informasi dengan
kecepatan benda. Sama saja dengan jika kita mengamati menggunakan telinga,
kecepatan rambat bunyi tidak menjadikan benda tidak bisa memiliki gerak diatas
kecepatan suara.
4. Ketidak sinkronan waktu. Kerangka inersia yang menjadi landasan pertama saat
penurunan toeri relativitas khusus menjadi kehilangan maknanya.
Redefition STR menambahkan satu ide fundamental, yang akan membuat paradoks-
paradoks yang dihasilkan oleh teori relatifitas khusus maupun relatifitas umum akan
menghilang dan bisa dijelaskan secara elegan. Postulat ketiga adalah dalam ruang hampa,
sebaran cahaya memiliki arah menjauhi sumber secepat c membentuk permukaan
bola. Postulat ketiga ini dibuktikan kebenarannya oleh bidang telekomunikasi
modern.Postulat ketiga menyarankan STR harus memperhatikan arah sebaran cahaya dari
sumber kepada pengamat.
Redefinition STR setidaknya bisa memuaskan dalam hal :
1. Penjelasan tidak adanya beda frekuensi pada percobaan Michelson-Morley
2. Penyelesaian paradoks si-kembar dalam STR
3. Menjelaskan fenomena shifting efek dopler
4. Menjelaskan kaitan sinkronisasi dan unsinkronisasi waktu
5. Menjelaskan keterkaitan inersia Newton dengan Relatifitas dengan lebih baik
6. Menjelaskan kebenaran tidak adanya kasus gepengnya benda yang bergerak sangat
cepat saat pengamatan
7. Kemungkinan Bisa menguji teori bigbang
8. Dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan Relativitas.
9. Kemungkinan bisa menjelaskan dengan lebih baik fenomena gerak kosmos dan
mikrokosmos.
Analisa Percobaan Michelson Morley berdasarkan RSTR
Hubungan antara waktu pengamatan dan waktu inersia dalam RSTR bisa dituliskan sebagai :
∆t.βp = βs.∆to
Dimana ∆t adalah waktu pengamatan, ∆to adalah waktu inersial, βp adalah faktor dilasi karena
gerak pengamat dan βs adalah faktor dilasi karena gerak sumber. Faktor dilasi dalam sumbu
searah sebaran cahaya (sumbu x atau sumbu r) adalah :
β = (1±(v/c))
Dan faktor dilasi dalam sumbu atau bidang yang tegak lurus arah sebaran cahaya (bidang yz),
faktor dilasi adalah :
β=√ (1±(v/c)2)
Untuk mempermudah pembahasan kasus percobaan Michelson Morley, kasus tersebut kita
pecah menjadi dua bagian yaitu : Bagian P-C1-P dan bagian P-C2-P, seperti digambarkan
dalam gambar 2 dan gambar 3.
Bagian P-C1-P:
Gambar 2 : Gerak P dan C1 tegak lurus dengan arah sebaran cahaya
Dalam kerangka inersia, ∆to total adalah saat sinar dipancarkan oleh P dan dipantulkan oleh
C1 (∆toy1) sampai sinar pantulan dari C1 diterima kembali oleh P (∆toy2). Hal ini bisa
dituliskan sebagai :
∆toy=∆toy1 + ∆toy2 ……………(1a)
Karena C1 dan P bergerak dengan kecepatan v, bagian ini bisa kita bayangkan sebagai 2
benda yang kejar-mengejar, C1 relatif menjauhi P dengan kecepatan v dan P relative
mendekati C1 dengan kecepatan v. ∆ty total adalah waktu tempuh sinar mulai saat
dipancarkan oleh P dan dipantulkan oleh C1 (∆ty1) sampai sinar pantulan dari C1 diterima
kembali oleh P (∆ty2). Hal ini bisa dituliskan sebagai :
∆ty=∆ty1 + ∆ty2 ………..(2a)
Saat sinar dari P menuju cermin C1, maka P menjadi Sumber dan C1 menjadi Pengamat.
Untuk kasus dimana pengamat C1 relatif menjauhi sumber P dan sumber P relative
mendekati pengamat C1 dengan kecepatan v dalam arah bidang yz, kita akan dapatkan
hubungan dilasi waktu adalah sebagai berikut :
∆ty1.βc1 = βp.∆toy1 ………………..(3a)
βp=√ (1-(v/c)2) ………………(3b)
βc1=√ (1-(v/c)2) ……………….(3c)
Karena kecepatan (v) P dan C1 sama, dengan memasukkan (3b) dan (3c) kedalam (3a)
maka :
∆ty1= ∆toy1 ……………(3d)
Saat sinar dipantulkan oleh cermin C1 menuju P maka C1 menjadi Sumber dan P menjadi
Pengamat. Untuk kasus dimana sumber C1 relatif menjauhi pengamat P dan pengamat P
relative mendekati sumber C1 dengan kecepatan v dalam arah bidang yz, kita akan dapatkan
hubungan dilasi waktu adalah sebagai berikut :
∆ty2.βp = βc1.∆toy2 …………………….(4a)
βp=√ (1+(v/c)2) …………………….(4b)
βc1=√ (1+(v/c)2) …………………….(4c)
Karena kecepatan (v) P dan C1 sama, dengan memasukkan (4b) dan (4c) kedalam (4a)
maka :
∆ty2= ∆toy2 ……………(4d)
Hasil persamaan (3d) dan (4d) kita masukkan dalam persamaan (2a) akan didapat :
∆ty=∆toy1 + ∆toy2 ………..(5a)
Dengan mensubtitusi persamaan (1a) kedalam persamaan (5a) akan didapat :
∆ty=∆toy ……….. ……….(6a)
Bagian P-C2-P :
Gambar 3 : Gerak P dan C2 searah dengan arah sebaran cahaya
Dalam kerangka inersia, ∆to total adalah saat sinar dipancarkan oleh P dan dipantulkan oleh
C2 (∆tox1) sampai sinar pantulan dari C2 diterima kembali oleh P (∆toy2). Hal ini bisa
dituliskan sebagai :
∆tox=∆tox1 + ∆tox2 ……………… (1b)
Karena C2 dan P bergerak dengan kecepatan v, bagian ini bisa kita bayangkan sebagai 2
benda yang kejar-mengejar, C2 relatif menjauhi P dengan kecepatan v dan P relative
mendekati C2 dengan kecepatan v. ∆tx total adalah waktu tempuh sinar mulai saat
dipancarkan oleh P dan dipantulkan oleh C2 (∆tx1) sampai sinar pantulan dari C2 diterima
kembali oleh P (∆tx2). Hal ini bisa dituliskan sebagai :
∆tx=∆tx1 + ∆tx2 ……………………(2b)
Saat sinar dari P menuju cermin C2 maka P menjadi Sumber dan C2 menjadi Pengamat.
Untuk kasus dimana pengamat C2 relatif menjauhi sumber P dan sumber P relative
mendekati pengamat C2 dengan kecepatan v dalam arah sebaran cahaya (sumbu x), kita akan
dapatkan hubungan dilasi waktu adalah sebagai berikut :
∆tx1.βc2 = βp.∆tox2 ……………………(7a)
βp= (1-(v/c)) ……………………….(7b)
βc2 = (1-(v/c)) ………………………(7c)
Karena kecepatan (v) P dan C2 sama, dengan memasukkan (7b) dan (7c) kedalam (7a)
didapat :
∆tx1= ∆tox1 ……………………(7d)
Saat sinar dipantulkan oleh cermin C2 maka C2 menjadi Sumber dan P menjadi Pengamat.
Untuk kasus dimana sumber C2 relatif menjauhi pengamat P dan pengamat P relative
mendekati sumber C2 dengan kecepatan v dalam arah sebaran cahaya (sumbu x), kita akan
dapatkan hubungan dilasi waktu adalah sebagai berikut :
∆tx2.βp = βc2.∆tox2 ………………….(8a)
βp = (1+(v/c)) …………………….(8b)
βc2 = (1+(v/c)) …………………….(8c)
Karena kecepatan (v) P dan C2 sama, dengan memasukkan (8b) dan (8c) kedalam (8a)
maka :
∆tx2= ∆tox2 ……………(8d)
Hasil persamaan (7d) dan (8d) kita masukkan dalam persamaan (2b) akan didapat :
∆tx=∆tox1 + ∆tox2 ………..(5b)
Dengan mensubtusi persamaan (1b) kedalam persamaan (5b) akan didapat :
∆tx=∆tox ……….. ……….(6b)
Perbandingan frekuensi P-C1-P dengan P-C2-P
Frekuensi didefinisikan sebagai jumlah gelombang dalam satu detik.Satu gelombang dihitung
sebagai titik antara puncak ke puncak atau lembah ke lembah. Karenanya f = 1/T, dimana T
adalah periode gelombang. Periode gelombang adalah waktu antara peak to peak atau waktu
antara lembah ke lembah.
Dalam kerangka inersia, To bisa didapatkan dengan mengurangi waktu kedatangan puncak
gelombang b (∆tob) dengan waktu kedatangan puncak gelombang a (∆toa), seperti ditulis
dalam persamaan berikut :
To = ∆tob – ∆toa ……………….(9a)
Dalam kerangka inersia untuk sinar P-C1-P, hubungan tersebut adalah :
To = ∆toyb – ∆toya ……………….(9b)
Dalam kerangka inersia untuk P-C2-P, hubungan tersebut adalah :
To = ∆toxb – ∆toxa ……………….(9c)
Dalam kasur P dan C1 bergerak dengan kecepatan v, kita akan dapatkan hubungan
Ty = ∆tyb – ∆tya …………………..(10a)
Dengan mensubtitusi persamaan (6a) kedalam (10a) akan didapat :
Ty = ∆toyb – ∆toya …………………..(10b)
Dengan mensubtitusi persamaan (9b) kedalam (10b) didapatkan :
Ty = To …………………(10c)
Dalam kasus P dan C2 bergerak dengan kecepatan v, kita akan dapatkan hubungan :
Tx = ∆txb – ∆tya …………………..(11a)
Dengan mensubtitusi persamaan (6b) kedalam (11a), akan didapatkan :
Ty = ∆toxb – ∆toxa …………………..(11b)
Dengan mensubtitusi persamaan (9c) kedalam (11b) akan didapatkan :
Tx = To ………………………..(11c)
Berdasarkan persamaan f = 1/T, maka dari hasil (10c) dan (11c) akan dapat disimpuikan
bahwa :
fx = fy = fo …………………(12)
Dimana :
fx= frekuensi yang diterima dari pantulan cermin C2
fy=frekuensi yang diterima dari pantulan cermin C1,
fo = frekuensi yang dipancarkan oleh P
Berdasarkan analisa tersebut, menjadi jelas bahwa tidak ada beda frekuensi antara sinar yang
dipantulkan oleh C1 dalam jalur P-C1-P dengan sinar yang dipantulkan oleh C2 dalam jalur
P-C2-P. Dengan analisa lebih lanjut, selama P-C1 relatif diam dan P-C2 relatif diam, arah v
kemanapun akan menghasilkan f P-C1 sama dengan f P-c2.
Berdasarkan penjelasan dalam tulisan tersebut, Jika Michelson Morley menginginkan
mendapatkan gerak absolute bumi terhadap universe, disarankan untuk membuat
interferometer yang memungkinkan cermin C1 dan cermin C2 bergerak cukup cepat terhadap
titik pengamatan P. Dalam kasus ini akan ditemukan shifting dopler efek untuk menemukan
gerak absolute bumi terhadap universe.
DAFTAR PUSTAKA
www.scrib.com/doc/81269783/new-microsoft-word-document diakses pada 22/10/2012
http://fisikamembuathiduplebihberarti.blogspot.com/2011/10/percobaan-michelson-
morley.html diakses pada 22/10/12