percobaan 20
DESCRIPTION
Aktivitas Biokimia BakteriTRANSCRIPT
PERCOBAAN 20
AKTIVITAS ENZIM INTRASELULER: Uji IMViC dan TSI
Tujuan Umum
1) Mempelajari prosedur untuk membedakan antar anggota famili
Enterobacteriaceae.
2) Membedakan antara bakteri Enterobacteriaceae dengan grup atau
kelompok bakteri usus (bakteri intestinal) berbentuk batang lainnya.
UJI IMViC-UJI PRODUKSI INDOL
I. TUJUAN
1) Memahami mekanisme reaksi dalam uji indol.
2) Menganalisis kemampuan bakteri dalam memecah asam amino
tryptophan.
3) Mengklasifikasikan bakteri uji kedalam golongan bakteri positif indol atau
negatif indol
II. PRINSIP KERJA
Pada percobaan ini, dilakukan uji produksi indol yang dihasilkan dari
tryptophan (suatu asam amino esensial) dengan enzim yang dikeluarkan
bakteri (triptofanase). Beberapa bakteri yang akan diuji adalah bakteri
Escherichia coli, Psedomonas, Bacillus cereus, Bakteri A, dan Bakteri B
yang diinkubasi ke dalam media kaldu trypton 1% selama 24-42 jam pada
suhu 37°C. Setelah diinkubasi, masing-masing bakteri ditetesi reagen Kovac.
Hasil positif ditunjukkan dengan adanya cincin berwarna merah muda (merah
cherry). Produksi indol merupakan ciri khas dari bakteri intestinal.
III. TEORI DASAR
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Vogus-Proskeuer, Uji indol
serta uji penggunaan sitrat sering dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
red, Vogus-Proskueue, dan citrate. “ i ” merupakan huruf penghubung). Tes
IMViC sering digunakan untuk membedakan beberapa bakteri golongan
Enterobacteriaceae. Hal ini didasarkan pada kemampuan bakteri golongan
intestinal atau Enterobacteriaceae dalam menguraikan triptofan untuk
menghasilkan indole akibat enzim yang dimilikinya (triptofanase).
Anggota bakteri Enterobacteriaceae memiliki beberapa ciri, yaitu
berbentuk batang, Gram-negatif, anaerob fakultatif, dan memfermentasi
glukosa untuk menghasilkan asam laktat dan berbagai produk akhir lainnya.
Mikroorganisme menggunakan asam amino sebagai pemuka protein,
komponen sel, dan sumber energi. Asam amino dimodifikasi dengan berbagai
cara saat proses metabolisme.
Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim
terdapat pada protein sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan
oleh mikroorganisme. Asam amino triptofan dapat terhidrolisis oleh enzim
tryptophanase menghasilkan indol, asam piruvat, dan NH3.
Pada uji indol, digunakan medium cair yang kaya akan triptofan, yaitu
dalam bentuk tripton 1% sebagai sumber karbon. Indol yang terbentuk akan
berwarna merah saat ditetesi reagen Kovac atau Erlich yang mengandung p-
dimetilbenzaldehid. Reaksi bersifat positif apabila senyawa ini menghasilkan
senyawa p-dimetilaminobenzaldehid yang tidak larut dalam air dan
membentuk warna merah di permukaan medium. Mekanisme terjadinya reaksi
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Reaksi Kimia Tryptophan menjadi Indol
(Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Indole_test)
Gambar 2. Deteksi Indol dengan Reagen Kovac
(Sumber : http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIA-
MIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai)
Gambar 3. Hasil Indol negatif dan Indol positif
(Sumber: http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/indole.jpg)
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
ALAT BAHAN
1. Jarum inokulasi2. Pembakar Bunsen3. Tabung medium
1. Biakan E. coli, B. Cereus, Pseudomonas, bakteri A dan B
2. 4 tabung medium kaldu trypton 1%
3. 1 tabung medium kaldu trypton 1% + glukosa 1%
4. Larutan kovac
V. HASIL DAN PENGAMATAN
No. Hasil Pengamatan
1.
Gambar 4. Cincin pada permukaan medim berisi
Bakteri E.coli setelah ditetesi Kovac
Nama Bakteri : Escherichia coliMedium : Kaldu Tryptophan 1%Inkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi kuning keruh (ada pertumbuhan bakteri). Setelah ditetesi larutan kovac di ruang asam, terbentuk cincin merah di permukaan medium (hasil positif / terbentuk indol).
2.
Gambar 5. Cincin pada permukaan medim berisi
Bakteri E.coli setelah ditetesi Kovac
Nama Bakteri : Escherichia coliMedium : Kaldu Tryptophan 1% + glukosaInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi,
warna medium menjadi kuning
keruh (ada pertumbuhan bakteri).
Setelah ditetesi larutan kovac di
ruang asam, terbentuk cincin
merah di permukaan medium (hasil
positif / terbentuk indol).
Ketebalan cincin di medium
Tryptophan 1% + glukosa kurang
dari ketebalan cincin di medium
Tryptophan 1% saja.
3.
Gambar 6. Cincin pada
permukaan medim berisi
Bakteri Bacillus setelah
ditetesi Kovac
Nama Bakteri : Bacillus cereusMedium : Kaldu Tryptophan 1%Inkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi,
warna medium menjadi kuning
keruh (ada pertumbuhan bakteri).
Setelah ditetesi larutan kovac di
ruang asam, tidak terbentuk cincin
merah di permukaan medium (hasil
negatif / tidak terbentuk indol).
4.
Gambar 7. Cincin pada
permukaan medim berisi
Bakteri Psedomonas setelah
ditetesi Kovac
Nama Bakteri : PseudomonasMedium : Kaldu Tryptophan 1%Inkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi,
warna medium menjadi kuning
keruh yang menandakan
pertumbuhan bakteri. Setelah
ditetesi larutan kovac di ruang
asam, terbentuk cincin merah
kecoklatan di permukaan medium.
5. Nama Bakteri : Bakteri BMedium : Kaldu Tryptophan 1%Inkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi,
Gambar 6. Cincin pada permukaan medim berisi Bakteri A setelah ditetesi
Kovac
warna medium menjadi kuning
keruh (ada pertumbuhan bakteri).
Setelah ditetesi larutan kovac di
ruang asam, terbentuk cincin
merah di permukaan medium (hasil
positif / terbentuk indol).
6.
Gambar 8. Cincin pada permukaan medim berisi Bakteri B setelah ditetesi
Kovac
Nama Bakteri : Bakteri BMedium : Kaldu Tryptophan 1%Inkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi kuning keruh (ada pertumbuhan bakteri). Setelah ditetesi larutan kovac di ruang asam, terbentuk cincin merah di permukaan medium (hasil positif / terbentuk indol).
VI. ANALISIS
Tabel 1. Hasil Uji Produksi Indol setiap Bakteri
No. Bakteri Produksi Indol
1. E. coli +
2. Bacillus cereus -
3. Psedomonas +
4. Bakteri A +
5. Bakteri B +
Berdasarkan tabel di atas, bakteri yang memproduksi indol (reaksi positif)
adalah E.coli, Psedomonas, Bakteri A, dan Bakteri B. Sebagaimana dijelaskan
di teori dasar, produksi indol merupakan ciri bakteri golongan intestinal (usus)
atau Enterobacteriaceae. Maka, hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri
A dan B (unknown bacteria) termasuk golongan enteric karena kemiripan sifat
dengan E.coli dan Pseudomonas.
Hasil pengamatan sesuai dengan hasil kajian literature bahwa E.coli dan
Pseudomonas merupakan golongan bakteri enterik, serta Bacillus cereus
meruakan bakteri golongan nonenterik. E.coli merupakan bakteri enterik yang
memproduksi laktosa sedangkan Pseudomonas tidak memproduksi laktosa.
Cowan dan Steel’s (1965) dalam bukunya yang berjudul Manual for the
Identification of Medical Bacteri), bakteri yang tergolong enterik adalah
Buttiauxella, Cedecea, Citrobacter, Enterobacter, Erwinia, Escherichia,
Hafnia, Klebsiella, Kluyvera, Morganella, Proteus, Providencia, Salmonella,
Serratia, Shigella, Tatumella, Yersinia dan lain-lain. Karakteristik bakteri
tersebut gram negatif, aerob dan anaerob-fakultatif, Oksidase-negatif,
memfermentasi gula, mereduksi nitrat menjadi nitrit.
Pada percobaan ini digunakan media kaldu trypton. Tryptofan digunakan
oleh Escherichia coli sebagai sumber protein dalam proses metabolisme. Pada
proses metabolisme tersebut, E. coli menghasilkan enzim tryptofanase yang
dapat memotong tryptofan dan menghasilkan indol, asam piruvat dan
amonium. Ketika ditetesi dengan reagen Kovac, senyawa indol akan terikat
pada reagen dan membentuk komplek p-dimetilamonibenzaldehida. Oleh
karena itu, warna akan berubah menjadi merah muda (rosindole dye).
Perbedaan warna medium setelah diinkubasi merupakan indikasi sifat dari
bakteri (enteric-nonenterik). Sebagai contoh, E.coli yang dibiakan di medium
triptofan 1% saja dan triptofan 1% + glukosa menunjukkan warna medium
yang berbeda. E.coli yang dibiakkan di medium triptofan 1% + glukosa lebih
bening karena E.coli dapat memfermentasikan glokusa.
Pada medium berisi Bacillus cereus, tidak terbentuk cincin merah muda
karena bakteri ini tidak memproduksi enzim triptophanase. Enzim tersebut
dikelurkan secara khusus oleh bakteri enterik.
VII. KESIMPULAN
1) Warna medium setelah melalui tahap inkubasi dapat dijadikan metode
untuk membedakan antar anggota famili Enterobacteriaceae. Bakteri yang
tergolong Enterobacteriaceae yang memfermentasi laktosa atau glukosa
ditunjukkan dengan warna medium yang berisi tripton 1% dan glukosa
menjadi kuning agak bening. Hasil percobaan menunjukkan E.coli
termasuk bakteri Enterobacteriaceae yang mampu memproduksi glukosa.
2) Uji produsi Indol dengan reagen kovac dapat dijadikan meode untuk
membedakan antara bakteri Enterobacteriaceae dengan grup atau
kelompok bakteri usus (bakteri intestinal) berbentuk batang lainnya. Jika
terdapat cincin merah, maka bakteri memproduksi indol dan termasuk
golongan Enterobacteriaceae.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Cowan dan Steel’s. 1965. Manual for The Identification of Medical
Bacteria 3rd edition. USA: Cambridge University Press.
http://en.wikipedia.org/wiki/Indole_test (Diakses pada 5 Maret 2011)http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIA-
MIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai (Diakses pada 5 Maret 2011)
http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/indole.jpg idge U (Diakses pada 5 Maret 2011)
UJI IMViC-UJI REAKSI METIL MERAH
I. TUJUAN
1. Memahami mekanisme reaksi dalam uji reaksi metil merah.
2. Menganalisis kemampuan bakteri dalam memfermentasikan glukosa.
3. Mengklasifikasikan bakteri uji kedalam golongan bakteri positif metil
merah atau negaitf metil merah
II. PRINSIP KERJA
Pada percobaan ini, biakan bakteri (Escherichia coli, Psedomonas,
Bacillus cereus, Bakteri A, dan Bakteri B) diinokulasikan kedalam media
MR-VP lalu diinkubasi pada suhu 37OC selama 24-42 jam. Setelah diinkubasi,
biakan ditetesi reagen metil merah. Metil merah berguna sebagai indikator
asam basa. Hasil percobaan dinyatakan positif apabila terdapat cincin
berwarna merah (pH sekitar 4), dan negatif apabila terdapat cincin berwarna
kuning (pH >6).
III. TEORI DASAR
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Vogus-Proskeuer, Uji indol
serta uji penggunaan sitrat seing dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
red, Vogus-Proskueur, dan citrate. “ i ” merupakan huruf penghubung). Tes
IMViC ini sering digunakan untuk membedakan beberapa bakteri golongan
Enterobacteriaceae, berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasi
glukosa dan laktosa, penguraian triptofan yang menghasilkan indole serta
adanya enzim sitrat permease yang mampu menguraikan natrium sitrat dari
medium khusus yang digunakan.
Uji metil merah digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam
campuran. Beberapa bakteri dapat memfermentasikan glukosa dan
menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan
pH media pertumbuhannya menjadi 5,0 atau lebih rendah. Uji ini dilakukan
untuk menghasilkan asam melalui proses hidrolisis yang menghasilkan asam
organik sederhana.
Penambahan reagen metil merah pada akhir pengamatan menunjukkan
adanya perubahan pH pada media. Reagen tersebut menjadi merah pada
suasana asam (pH 4,4) dan akan berwarna kuning pada suasana basa (pH lebih
dari atau sama dengan 6,2). Uji ini berguna dalam identifikasi kelompok
bakteri yang menempati saluran pencernaan, seperti pada golongan coliform
dan enterobacteriaceae.
Berikut ini reaksi biokimia yang terjadi pada penguraian glukosa yang
menghasilkan berbagai asam yang mampu mengubah pH sehingga mampu
mengubah warna indikator pada Uji Metil merah:
Gambar 1. Reaksi Biokimia pada Bakteri dalam Penguraian Glukosa(Sumber: http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIA-
MIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai )
Media MR-VP berisi glukosa dan pepton. Semua bakteri enterics
mengoksidasi glukosa untuk energi, namun produk akhir bervariasi tergantung
pada enzim bakteri. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya cincin merah
setelah ditetesi reagen metil merah.
Gambar 2. Hasil Positif dan Negatif Uji Reaksi Metil Merah(Sumber: http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/mr.jpg)
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
1. Jarum inokulasi2. Pembakar Bunsen3. 4 tabung
1. Biakan E. coli, Bacillus cereus, Pseudomonas, bakteri A dan bakteri B2. 4 tabung medium MR-VP3. Reagen metil merah
V. HASIL DAN PENGAMATAN
No. Hasil Pengamatan
1.
Gambar 3. Bakteri E.coli setelah ditetesi Metil merah
Nama Bakteri : Escherichia coliMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi kuning keruh yang menandakan pertumbuhan bakteri. Setelah ditetesi metil merah, hasilnya positif (terbentuk cincin orange di permukaan medium).
2.
Gambar 4. Bakteri Bacillus cereus setelah ditetesi Metil
merah
Nama Bakteri : Bacillus cereusMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Sebelum ditetesi, media berwarna kuning dan terdapat endapan pada bagian bawah.Setelah ditetesi metil merah, bagian permukaan media tetap berwarna kuning namun lebih tua dengan bagian media di bawahnya berwarna kuning muda (reaksi positif, terbentuk cincin orange).
3. Nama Bakteri : PseudomonasMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi kuning
Gambar 5. Bakteri Pseudomonas setelah ditetesi
Metil merah
keruh yang menandakan pertumbuhan bakteri. Setelah ditetesi metil merah, terbentuk cincin merah tipis di permukaan medium (reaksi positif).
4.
Gambar 6. Bakteri A setelah ditetesi Metil merah
Nama Bakteri : Bakteri AMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi kuning keruh yang menandakan pertumbuhan bakteri. Setelah ditetesi metil merah, terbentuk cincin orange tipis di permukaan medium.
5.
Gambar 7. Bakteri B setelah ditetesi Metil merah
Nama Bakteri : Bakteri BMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi kuning keruh dan ada busa di permukaan medium (ada pertumbuhan bakteri). Setelah ditetesi metil merah, tidak terbentuk cincin merah di permukaan medium (negatif/ada asetilmetilkarbinol).
VI. ANALISIS
Tabel 1. Hasil Uji Metil Merah setiap Bakteri
No. Bakteri Reaksi setelah ditambahi Metil
Merah1. E. coli +
2. Bacillus cereus +
3. Psedomonas +
4. Bakteri A +
5. Bakteri B -
Pada percobaan ini, dilakukan uji metil merah untuk membuktikan
karakteristik bakteri E. coli sebagai anggota famili Enterobacteriacae yang
membedakan dengan anggota famili Enterobacteriacae lainnya. Dalam
melakukan metabolisme, bakteri dari anggota famili Enterobacteriacae ini
menghasilkan zat-zat tertentu sebagai indikator keberadaannya di suatu
sampel percobaan.
Reagen Metil Merah digunakan untuk mengetahui kondisi keasaman
(kadar pH) dalam medium berisi biakan bakteri. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa E. coli dan Psedomonas menghasilkan cincin merah
(hasil positif) setelah ditetesi reagen Metil Merah. Begitupula yang terjadi
pada bakteri A dari kelompok lain.
Medium pada bakteri B tidak membentuk cincin merah setelah ditetesi
metil merah. Berdasarkan kajian pustaka, disebutkan bahwa bakteri
Enterobacteriaceae yang tidak membentuk asam sebagai hasil metabolismenya
adalah bakteri E. aerogenes . Bakteri ini menghasilkan produk yang lebih
netral dari glukosa (misalnya etil alkohol, metil asetil carbinol). Meskipun
demikian, bakteri mulai menyerang pepton dalam kaldu, menyebabkan pH
naik di atas 6,0 sehingga pada saat diberi indikator metil merah akan berwarna
kuning (tes MR negatif).
Menurut literatur, disebutkan bahwa E. coli merupakan salah satu bakteri
yang menghasilkan asam, menyebabkan pH turun di bawah 4.4 dan ketika pH
indikator merah metil ditambahkan ke medium asam tersebut, maka kaldu
akan berubah warna menjadi merah ceri (tes MR positif).
Warna cincin yang dibentuk oleh bakteri tidak berwarna merah, melainkan
orange. Hal ini dapat disebabkan waktu inkubasi yang kurang sehingga
produksi asam masih kurang. Dengan kata lain, pH belum mencapai 4,4 dan
tidak dapat memerahkan reagen metil merah, melainkan mengubah warnanya
menjadi orange saja. Dari warna orange ini dapat dikatakan bahwa E. coli ,
Bacillus, bakteri A menunjukkan MR yang positif, namun produksi asamnya
yang belum sempurna. Pada medium berisi Pseudomonas, warna cincin
adalah merah yang menandakan produksi asam sudah sempurna.
Penyebab warna merah di permukaan adalah akibat reaksi fermentasi
glukosa saja, fermentasi laktosa dan sukrosa tidak terjadi. Sel lebih memilih
untuk mendegradasi glukosa terlebih dahulu karena glukosa adalah
monosakarida yang dapat langsung masuk ke dalam jalur metabolisme
(glikolisis). Media yang mengandung sedikit glukosa dibanding laktosa dan
sukrosa, akan menyebabkan jumlah asam pada permukaan hilang secara cepat
menjadi basa. Warna merah pun menunjukkan terjadinya kondisi penurunan
pH menjadi 4.
VII. KESIMPULAN
1) Uji reaksi metil merah digunakan untuk mendeteksi kondisi keasaman
medium akibat adanya produksi zat yang bersifat asam atau basa pada
metabolism bakteri. Jika reaksi bersifat negatif metil merah, maka bakteri
tersebut tergolong E. aerogenes.
2) Kemampuan bakteri dalam memfermentasikan glukosa berbeda-beda.
Ada yang menghasilkan asam, bahkan basa. Kondisi basa disebabkan
karena bakteri segera menyerang pepton dalam medium sehingga
meningkatkan pH.
3) E.coli, Pseudomonas, dan Bacillus termasuk golongan bakteri positif
metil merah. Bakteri B merupakan bakteri negatif metil merah.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Cowan dan Steel’s. 1965. Manual for The Identification of Medical
Bacteria 3rd edition. USA: Cambridge University Press.
http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIA-
MIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai (tanggal akses: 5 Maret
2011)
http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/imvic.html (tanggal akses: 5 Maret 2011)
http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/mr.jpg (tanggal akses: 5 Maret 2011)
UJI IMViC-REAKSI VOGUS-PROSKAUER
I. TUJUAN
1) Memahami mekanisme reaksi dalam uji reaksi vogus-proskueur
2) Menganalisis kemampuan bakteri dalam menghasilkan senyawa bukan
asam seperti asetilmetilkarbinol sebagai hasil akhir fermentasi glukosa
3) Mengklasifikasikan bakteri uji kedalam golongan bakteri positif VP atau
negatif VP.
II. PRINSIP KERJA
Pada percobaan ini akan dideteksi kemampuan organisme menghasilkan
senyawa bukan asam seperti asetilmetilkarbinol sebagai hasil akhir fermentasi
glukosa. Percobaan dilakukan dengan menginokulasikan biakan bakteri
(Escherichia coli, Psedomonas, Bacillus cereus, Bakteri A, dan Bakteri B ) ke
dalam media MR-VP yang mengandung glukosa dan pepton, lalu diinkubasi
selama 24-42 jam pada suhu 37OC. Setelah diinkubasi, biakan akan ditetesi
reagen barrit’s (KOH, Creatin, Alpha-naphtol). Hasil dinyatakan positif bila
terbentuk cincin berwarna merah keunguan, dan negatif bila cincin berwarna
kuning.
III. TEORI DASAR
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Vogus-Proskeuer, Uji indol
serta uji penggunaan sitrat seing dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
red, Vogus-Proskueue, dan citrate. “i” merupakan huruf penghubung). Tes
IMViC ini sering digunakan untuk membedakan beberapa bakteri golongan
Enterobacteriaceae, berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasi
glukosa dan laktosa, penguraian triptosan yang menghasilkan indole serta
adanya enzim sitrat permease yang mampu menguraikan natrium sitrat dari
medium khusus yang digunakan.
Uji Vogus-Proskueur digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme
yang melakukan fermentase dengan hasil akhir 2,3 butanadiol. Bila bakteri
memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk utama
maka akan terjadi penumpukkan bahan tersebut dalam media pertumbuhan.
Pada uji VP ini dilakukan penambahan 40% KOH dan 5% larutan alfa naftol
pada saat pengamatan. Hal ini dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil
karbinol), suatu senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol.
Dengan adanya penambahan KOH 40%, keberadaan asetoin ditunjukkan
dengan perubahan warna medium menjadi merah , dan perubahan ini makin
jelas dengan penambahan alfa naftol beberapa tetes. Uji VP ini sebenarnya
merupakan uji tidak langsung untuk mengetahui adanya 2,3 butanadiol.
Karena uji ini lebih dulu menentukan asetoin, dan seperti yang kita ketahui
bahwa asetoin adalah senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol, sehingga
dapat dipastikan bahwa adanya asetoin dalam media berarti menunjukkan
adanya produk 2,3 butanadiol sebagai hasil fermentasi.
Mekanisme terjadinya reaksi pada Uji Vogus-Proskueur dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Mekanisme terjadinya reaksi pada Uji Vogus-Proskueur(Sumber: http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIA-
MIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai)
Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan kalium hidroksida dan
alpha-naphthol ke-Proskauer kaldu Voges yang telah diinokulasi dengan
bakteri. Warna merah ceri menunjukkan hasil positif, sementara cokelat warna
kuning menunjukkan hasil negatif.
Pengujian tergantung pada pencernaan glukosa menjadi
actylmethylcarbinol. Jika glukosa sedang rusak, maka akan bereaksi dengan
alpha-naphthol (VP reagen # 1) dan hidroksida kalium (VP reagen # 2) untuk
membentuk warna merah. Alpha-naphthol dan hidroksida kalium merupakan
bahan kimia yang mendeteksi acetoin.
Ketika reagen ditambahkan ke kaldu di mana asetil metil carbinol hadir,
mereka berubah warna menjadi berwarna pink-merah anggur (tes VP positif).
Warna ini dapat berlangsung 20 sampai 30 menit untuk berkembang. E. coli
tidak menghasilkan asetil metil carbinol, sedangkan Enterobacter dan
Klebsiella menghasilkannya.
Gambar 2. Positif VP dan -VP
(Sumber: http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/vp.jpg)
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
1. Jarum inokulasi2. Pembakar Bunsen3. 4 tabung
1. Biakan E. coli, Bacillus cereus, Pseudomonas, bakteri A dan bakteri B2. 4 tabung medium MR-VP3. Reagen Barrits (alfa naftol dan KOH 40% + 0,3% keratin)
V. HASIL DAN PENGAMATAN
No. Hasil Pengamatan
1.
Gambar 3. Cincin pada permukaan medim berisi
Bakteri E.coli setelah ditetesi Barrits
Nama Bakteri : Escherichia coliMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan :Setelah diinkubasi, warna medium menjadi orange.Terdapat substrat di bagian permukaan dan dasar medium yang menandakan pertumbuhan bakteri. Setelah ditetesi Barrit’s, tidak timbul cincin pink (reaksi negatif).
2.
Gambar 4. Cincin pada permukaan medim berisi
Bakteri Bacillus cereus setelah ditetesi Barrits
Nama Bakteri : Bacillus cereusMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna media menjadi berwarna kuning pekat dan terdapat busa di permukaan.Setelah ditetesi reagen barrits, di permukaan cairan terdapat lapisan cairan berwarna kuning dan tidak terbentuk cincin merah (reaksi negatif).
3.
Gambar 5. Cincin pada permukaan medim berisi
Bakteri Pseudomonas setelah ditetesi Barrits
Nama Bakteri : PseudomonasMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi orange.Terdapat substrat di bagian permukaan dan dasar medium yang menandakan pertumbuhan bakteri. Setelah ditetesi Barrit’s, tidak terjadi cincin (reaksi negatif).
4.
Gambar 6. Cincin pada permukaan medim berisi Bakteri A setelah ditetesi
Barrits
Nama Bakteri : Bakteri AMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna media menjadi berwarna kuning pekat. Setelah ditetesi reagen barrits, di permukaan cairan terdapat cincin kuning (reaksi positif).
5. Nama Bakteri : Bakteri BMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi kuning
Gambar 7. Cincin pada permukaan medim berisi Bakteri B setelah ditetesi
Barrits
keruh.(ada pertumbuhan bakteri). Setelah ditetesi Barrit’s, terbentuk cincin merah (positif/ada asetilmetilkarbinol)
IX. ANALISIS
Tabel 1. Hasil Reaksi Vogus-Proskauer setiap Bakteri
No. Bakteri Reaksi setelah ditambahi Barrit
1. E. coli -
2. Bacillus cereus -
3. Psedomonas -
4. Bakteri A +
5. Bakteri B +
Pada percobaan kali ini, untuk menguji reaksi Vogus-Proskaver,
digunakan bakteri Escherichia coli, Pseudomonas, Bacillus cereus, bakteri A,
dan bakteri B yang belum diketahui klasifikasi dan karakteristiknya. Bakteri
tersebut masing-masing diinokulasi ke kaldu MR-VP lalu diinkubasi. Sebelum
diinkubasi, medium di keempat bakteri tersebut berwarna keemasan dan
bening.
Setelah diinkubasi kurang lebih 42 jam, media/ kaldu MR-VP berwarna
lebih keruh. Medium berisi biakan E.coli menunjukkan tidak adanya cincin
berwarna merah muda. Begitu pula denga Pseudomonas dan Bacillus cereus.
Sedangkan, bakteri A dan B terbentuk cincin merah muda di bagian
permukaan medium setelah ditetesi barrit.
Pada percobaan dengan menggunakan bakteri E. coli yang ditetesi reagen
barrit’s, didapatkan lapisan putih menyerupai busa diatas permukaan medium
dan lapisan kuning di bawahnya . Warna kuning terjadi karena bakteri E. coli
tidak menghasilkan asetilmetilkarbinol dalam proses fermentasi glukosanya.
Proses fermentase glukosa pada bakteri E. coli menghasilkan senyawa yang
bersifat asam, seperti asam asetat, suksinat. Sebagaimana diketahui bahwa
reaksi Vogus-Proskauer bertujuan untuk mendeteksi adanya senyawa bukan
asam. Kondisi ini berlaku pula untuk bakteri Bacillus cereus dan
Pseudomonas yang tidak membentuk senyawa non-asam dalam proses
metabolismenya.
Pada percobaan dengan menggunakan bakteri A dan B, didapatkan hasil
berupa cincin berwarna orange kemerahan pada diatas permukaan cairan.
Berdasarkan literatur, hasil uji VP dengan bakteri dengan ciri-ciri tersebut
akan menghasilkan warna merah karena adanya senyawa asetilmetilkarbinol
dalam media. Bakteri yang memiliki ciri-ciri tersebut adalah bakteri
E.aerogenes. Bakter ini memiliki kemampuan untuk memfermentasikan
glukosa menjadi asetilmetilkarbinol yang merupakan senyawa awal dari 2,3-
butanadiol. Asetilmetilkarbinol yang terbentuk ini selanjutnya akan dioksidasi
dengan menggunakan KOH 40%, dan katalis alfanaphtol yang mengubahnya
menjadi diasetil dan guadinin (keratin) yang menyebabkan media menjadi
berwarna merah keunguan. Dengan demikian, bakteri A dan B merupakan
bakteri positif Vogus-Proskaueur atau membentuk senyawa non asam.
X. KESIMPULAN
1) Uji reaksi Vogus-Proskueur digunakan untuk rnendeteksi senyawa bukan
asam yang dihasilkan bakteri. Reagen barrit digunakan sebagai indikator
apakah bakteri positif V-P atau tidak, yang ditunjukkan dengan adanya
cincin merah.
2) Bakteri A dan B (kemungkinan golongan E. aeruginosa) menghasilkan
senyawa bukan asam, seperti asetilmetilkarbinol sebagai hasil akhir
fermentasi glukosa.
3) Bakteri A dan B termasuk golongan bakteri positif VP. Bakteri E.coli,
Bacillus, dan Pseudomonas termasuk bakteri negatif VP.
XI. DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Voges (tanggal akses: 8 Maret 2011)
http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIA-MIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai (tanggal akses: 5 Maret 2011)
http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/imvic.html (tanggal akses: 5 Maret 2011)
Uji IMViC: Penggunaan Sitrat
I. TUJUAN
1) Menganalisis kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon.
2) Memahami mekanisme reaksi dalam uji penggunaan sitrat.
3) Mengklasifikasikan bakteri uji kedalam golongan bakteri positif sitrat atau
negatif sitrat
II. PRINSIP KERJA
Pada percobaan ini akan digunakan media agar miring simmons sitrat.
Sitrat dalam hal ini berperan sebagi satu-satunya sumber karbon yang dapat
menghasilkan energi. Bakteri akan diinokulasikan ke dalam media simmons
sitrat menggunakan metode streak dan stab dan diinkubasi selama 24-42 jam
dengan suhu 37OC. Pada kultur yang positif sitrat warna medium akan berubah
menjadi biru keunguan (pH basa), sedangkan kultur yang negatif sitrat akan
tetap berwarna hijau (pH asam).
A. TEORI DASAR
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Vogus-Proskeuer, Uji indol
serta uji penggunaan sitrat seing dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
red, Vogus-Proskueue, dan citrate, serta “i” adalah merupakan huruf
penghubung). Tes IMViC ini sering digunakan untuk membedakan beberapa
bakteri golongan Enterobacteriaceae, berdasarkan kemampuannya dalam
memfermentasi glukosa dan laktosa, penguraian triptofan yang menghasilkan
indole serta adanya enzim sitrat permease yang mampu menguraikan natrium
sitrat dari medium khusus yang digunakan.
Uji sitrat merupakan salah satu pengujian dari kelompok tes IMViC.
Pengujian ini digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Uji ini
menggunakan medium Simmon’s Sitrat. Dengan adanya sitrat, asam akan
dihilangkan dari medium biakan, sehingga terjadi peningkatan pH dan
mengubah warna medium dari hijau menjadi biru.
Gambar 1. Reaksi Natrium Sitrat pada Metabolisme Bakteri
Kelebihan natrium dari Na.sitrat + CO2 + H2O Na2CO3 (alkali) adalah
pH meningkat (indikator BTB menunjukkan warna biru). Uji sitrat sitrat
memanfaatkan media Simmon untuk menentukan apakah bakteri dapat
tumbuh menggunakan sitrat sebagai satu-satunya karbon dan sumber energi.
Media Simmon’s berisi bromthymol biru sebagai indikator pH dengan kisaran
6,0-7,6. ). Bromthymol biru berwarna kuning pada pH asam (sekitar 6), dan
secara bertahap berubah menjadi biru di pH yang lebih basa (sekitar 7,6).
Agar-agar simmon's sitrat yang belum diinokulasi memiliki pH 6,9 sehingga
berwarna hijau.
Pertumbuhan bakteri di media menyebabkan perkembangan warna biru
Prusia (sitrat positif). Enterobacter dan Klebsiella adalah sitrat positif
sementara E.coli adalah negatif.
Gambar 2. Hasil Positif Sitrat dan Negatif (Sumber: http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/lgcit.jpg)
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
1. Jarum inokulasi
2. Pembakar Bunsen
1. Biakan E. coli, Bacillus cereus,
Pseudomonas, bakteri A dan B
2. Lima tabung medium agar
miring simmons sitrat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
No. Hasil Pengamatan
1.
Gambar 3. Bakteri E.coli
Nama Bakteri : Escherichia coliMedium : Agar Miring Simmons SitratInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Warna medium sebelum diinkubasi adalah biru. Setelah diinkubasi, warna medium tetap biru namun terdapat substrat mengikuti pola streak yang menandakan pertumbuhan bakteri.
2.
Gambar 4. Bakteri Bacillus cereus
Nama Bakteri : Bacillus cereusMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah inkubasi, warna media dari yang asalnya berwarna hijau jadi warna biru dan terdapat goresan berwarna putih pada permukaan yang mengindikasikan adanya bakteri.
3. Nama Bakteri : PseudomonasMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°C
Gambar 5. Bakteri Pseudomonas
Keterangan : Warna medium sebelum diinkubasi adalah hijau. Setelah diinkubasi, warna medium menjadi biru namun terdapat substrat mengikuti pola streak yang menandakan pertumbuhan bakteri.
4.
Gambar 6. Bakteri A
Nama Bakteri : Bakteri AMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah inkubasi, warna media dari yang asalnya berwarna hijau jadi warna biru dan terdapat goresan berwarna putih pada permukaan yang mengindikasikan adanya bakteri
5.
Gambar 7. Bakteri B
Nama Bakteri : Bakteri BMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Warna medium sebelum diinkubasi adalah hijau. Setelah diinkubasi, warna medium menjadi biru namun terdapat substrat mengikuti pola streak yang menandakan pertumbuhan bakteri.
V. ANALISIS
Tabel 1. Penggunaan Sitrat oleh setiap Bakteri
No. Bakteri Hasil1. E. coli +
2. Bacillus cereus +
3. Psedomonas -
4. Bakteri A +
5. Bakteri B +
Hasil percobaan sitrat oleh bakteri E. coli , terjadi perubahan warna dari
hijau menjadi biru. Hasil ini tidak sesuai dengan teori bahwa E. coli
merupakan bakteri negatif sitrat dan tidak memiliki kemampuan untuk
memproduksi enzim sitrase. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena adanya
kontaminasi bakteri lain yang bersifat positif sitrat. E.coli yang seharusnya
merupakan bakteri negatif sitrat dapat digolongkan sebagai bakteri usus (fecal
coliform) yang bersifat asam. Oleh karena itu, E. coli merupakan bakteri yang
dapat tumbuh di saluran pencernaan dengan pH pada saluran pencernaan
(usus) yang rendah (asam).
Perubahan warna pun terjadi pada bakteri Bacillus cereus, bakteri A, dan
bakteri B. Bakteri-bakteri tersebut menggunakan sitrat (sumber karbon
tunggal)dan ion ammonium (sumber nitrogen tunggal). Pada prinsipnya,
penggunaan sitrat akan meningkatkan pH medium. Peningkatan pH media
tersebut menyebabkan perubahan warna pada indikator bromthymol biru yang
mengubah media menjadi warna biru.
Bakteri Pseudomonas tidak menunjukkan adanya perubahan warna atau
tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Pada bakteri tersebut tidak
terjadi reaksi penguraian Natrium Sitrat dan enzim sitrase yang dihasilkan.
Hal ini menandakan bahwa bakteri Pseudomonas merupakan bakteri negatif
sitrat dan memiliki pH yang asam.
Secara kimiawi, pada medium biakan positif sitrat, natrium sitrat akan
bereaksi, dibantu enzim sitrase untuk menghasilkan asam piruvat, asam
oksalat dan karbondioksida. Setelah itu medium akan berubah menjadi basa
karena karbon dioksida yang dihasilkan akan bereaksi dengan sodium dan air
dan membentuk sodium karbonat yang bersifat basa. Sodium karbonat ini
mengubah mengubah indikator brom timol biru dari warna hijau menjadi
berwarna biru terang.
VI. KESIMPULAN
1) Beberapa bakteri dapat memanfaatkan sitrat sebagai pengganti karbon
akibat adanya enzin sitrat permease.
2) Secara kimiawi, pada medium biakan positif sitrat, natrium sitrat akan
bereaksi, dibantu enzim sitrase untuk menghasilkan asam piruvat, asam
oksalat dan karbondioksida.
3) Bakteri E.coli dan Pseudomonas merypakan bakteri negative sitrat.
Bakteri A, B, dan Bacillus merupakan bakteri positif sitrat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Voges (tanggal akses: 8 Maret 2011)
http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIA-MIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai (tanggal akses: 5 Maret 2011)
UJI Agar Triple Sugar Iron (TSI)
I. TUJUAN
1. Membedakan kelompok atau genus yang merupakan family
Enterobacteriaceae dengan bakteri intestinal lainnya.
2. Mengetahui ada tidaknya reaksi fermentasi karbohidrat pada media
bakteri.
3. Mengetahui ada tidaknya reaksi katabolisa pepton pada media bakteri..
II. PRINSIP KERJA
Percobaan ini didasarkan pada pola fermentasi karbohidrat dan produksi
hydrogen sulfide (H2S). Digunakan indikator fenol merah untuk memberikan
perubahan warna dari orange-merah menjadi warna kuning bila asam
terbentuk karena adanya proses fermentasi karbohidrat. Medium agar TSI juga
mengandung sodium tiosulfat, sehingga saat diinkubasi terdapat warna hitam
yang mengindikasikan adanya H2S.
III. TEORI DASAR
Uji Triple Sugar Iron agar (TSIA) merupakan metode yang digunakan
untuk melihat kemampuan m ikroorganisme dalam memfermentasikan gula.
Medium TSIA mengandung 3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa, dan
sukrosa, terdapat juga indikator fenol merah, serta FeSO4 untuk
memperlihatkan pembentukan H2S yang ditunjukkan dengan adanya endapan
hitam.
Konsentrasi glukosa adalah 1/10 dari konsentrasi laktosa atau sukrosa
agar fermentasi glukosa saja yang terlihat. Medium TSIA diinokulasikan
dengan menusukkan ose sedalam ¾ medium lalu menggoreskannya pada
bagian slant media. Adapun hasil ujinya dapat berupa: Bila mikroorganisme
hanya dapat memfermentasikan glukosa, maka bagian butt media akan
berwarna kuning (bersifat asam) dan bagian slant-nya akan berwarna merah
(bersifat basa). Bila mikroorganisme dapat memfermentasikan laktosa atau
sukrosa atau keduanya, maka bagian slant dan butt media akan berwarna
kuning (bersifat asam) serta bagian butt media kadangkala terpecah akibat
pembentukan gas seperti H2 dan CO2.
Uji ini didesain untuk membedakan kelompok atau genus yang merupakan
famili Enterobacteriaceae, yang merupakan bakteri gram negatif berbentuk
batang yang mampu memfermentasikan glukosa dan menghasilkan asam.
Selain itu, juga untuk membedakan bakteri famili enterobacteriaceae dengan
bakteri intestinal gram negatif berbentuk batang lainnya. Perbedaan ini
didasarkan pada pola fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida
oleh bermacam kelompok bakteri intestinal.
Indikator fenol merah dimasukkan dalam medium untuk mendeteksi
fermentasi karbohidrat yang diindikasikan dengan perubahan warna medium
dari oranye-merah menjadi kuning bila ada asam yang terbentuk. Prosedur
yang digunakan adalah inokulasi dengan cara stab sampai dasar tabung
maupun streak pada permukaan agar miring.
Aktivitas fermentasi organisme dapat ditentukan dengan :
1. Pada permukaan agar miring basa (merah) dan pada dasar tabung, agar
dalam kondisi asam (kuning) dengan atau tanpa produksi gas (memecah agar
pada dasar tabung), hanya terjadi fermentasi glukosa. Organisme yang
bersangkutan lebih suka mendegradasi glukosa terlebih dahulu. Karena
substrat ini hadir dalam konsentrasi yang minimal, sejumlah asam yang
dihasilkan pada permukaan agar miring segera dioksidasi. Pepton yang ada di
medium juga menghasilkan basa.
2. Permukaan agar miring dalam kondisi asam (kuning) dan agar pada
dasar tabung juga asam (kuning) dengan atau tanpa produksi gas. Fermentasi
laktosa dan atau sukrosa terjadi karena kedua substrat ini tersedia dalam
konsentrasi yang cukup banyak, maka berfungsi sebagai substrat untuk
fermentasi lanjutan yang menghasilkan reaksi asam baik pada permukaan
maupun ujung agar.
3. Permukaan agar miring basa (merah) dan agar pada dasar tabung basa
(merah) atau tidak ada perubahan warna pada agar di bagian dasar tabung.
Tidak terjadi fermentasi karbohidrat sama sekali. Namun pepton mengalami
proses katabolisme dalam kondisi aerob dan anaerob, yang menghasilkan pH
basa, karena pembentukan amoniak. Jika degradasi aerob pepton yang terjadi,
reaksi basa hanya dapat diamati pada permukaan agar miring. Sedangkan jika
permukaan pepton dalam kondisi aerob dan anaerob, reaksi basa dapat
teramati baik pada permukaan maupun ujung agar.
Uji TSI ini harus dilakukan dalam jangka waktu inkubasi 18-24 jam, agar
menghindari terjadinya kekurangan substrat karbohidrat dan menghindari
pepton menghasilkan produk akhir yang basa. Medium agar TSI juga
mengandung sodium tiosulfat , substrat untuk produksi H2S, dan Ferrous sulfat
untuk mendeteksi produk akhir yang tidak berwarna. Setelah inkubasi hanya
organisme yang menghasilkan H2S yang memperlihatkan warna kehitaman
pada ujung tabung karena adanya presipitasi Ferrous sulfida yang tidak
terlarut.
Gambar 1. Contoh hasil inkubasi bakteri dengan menggunakan Uji
TSI
(Sumber: http://www.jlindquist.net/generalmicro/dfmultinf.html)
Keterangan gambar:
Nomor Tabung
1 2 3 4a dan 4b*
5
Deamonation dari Asam Amino
+ + + + +
Fermentasi Glukosa
- + + + +
Fermentasi Laktosa
- - - + +
Produksi - - + - +
H2SContoh Bakteri
Pseudomonas Shigella Salmonella E. Coli Citrobacter
(Sumber: http://www.jlindquist.net/generalmicro/dfmultinf.html)
*Pada tabung 4, lebih banyak gas yang muncul pada tabung ini
**Pada tabung 5, terlihat adanya warna hitam yang merupakan black iron
sulfide yang merupakan hasil fermentasi dari laktosa yang berlebihan
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
1. Tabung reaksi2. Pembakar Bunsen3. Jarum inokulasi4.
1. Kultur bakteri Escherechia coli, Pseudomonas, Bacillus, serta bakteri A dan B yang tidak diketahui jenisnya
2. Media agar miring TSI
No. Hasil Pengamatan
1.
Gambar 2. Bakteri E.coli (Stab)
Nama Bakteri : Escherichia coliMedium : Agar Miring TSIInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi orange keruh dengan intensitas warna tertinggi di permukaan medium. Medium terdorong ke permukaan tabung, tidak terdapat warna merah di salah satu bagian permukaan agar; Timbul gelembung gas.
Setelah diinkubasi, warna medium menjadi orange keruh dengan
Gambar 3. Bakteri E.coli (Streak)
intensitas warna tertinggi di permukaan medium. Medium terdorong ke permukaan tabung, terdapat warna merah di salah satu bagian permukaan agar; Timbul gelembung gas.
2.
Gambar 4. Bakteri Bacillus cereus (Streak)
Gambar 5. Bakteri Bacillus cereus (Stab)
Nama Bakteri : Bacillus cereusMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Agar TSI berubah menjadi warna merah pada sebagian permukaannya sedangkan pada dasarnya masih agak berwarna orange tua. Terdapat koloni membentuk pola streak sesuai dengan pola yang diberikan. Terdapat juga sedikit busa di permukaan.
Agar TSI berubah menjadi pecah. Pada bagian paling atas berwarna orange kecoklatan, setelah itu pecahan kedua berwarna orange, selanjutnya kuning, dan paling bawah berwarna putih kekuningan.
3.
Gambar 6. Bakteri Pseudomonas (Streak)
Gambar 7. Bakteri Pseudomonas (Stab)
Nama Bakteri : PseudomonasMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi orange tua keruh dengan intensitas warna tertinggi di permukaan medium. Terdapat gelembung gas.
Setelah diinkubasi, warna medium menjadi orange keruh dengan intensitas warna tertinggi di permukaan medium. Timbul sedikit gelembung gas.
4. Nama Bakteri : Bakteri AMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Agar ditumbuhi koloni pada bagian yang distreak dan pada dasar tabung agar berubah warna menjadi kuning serta terdapat endapan berwarna hitam pada permukaan paling bawahnya yang menandakan hanya terjadi fermentasi glukosa.
Gambar 8. Bakteri A (Streak)
Gambar 9. Bakteri A (Stab)
Agar pada dasar tabung berwarna kuning yang menandakan keadaan asam dan agar pada permukaannya berwarna merah serta ditumbuhi bakteri yang ditandakan oleh keberadaan koloni bakteri.
5.
Gambar 10. Bakteri B (streak)
Gambar 11. Bakteri B (stab)
Nama Bakteri : Bakteri BMedium : Kaldu MR-VPInkubasi : 42 jam, suhu 37°CKeterangan : Setelah diinkubasi, warna medium menjadi orange tua keruh dengan intensitas warna tertinggi di permukaan medium. Terdapat gelembung gas.
Setelah diinkubasi, warna medium menjadi orange keruh dengan intensitas warna tertinggi di permukaan medium. Timbul sedikit gelembung gas.
V. ANALISIS
Escherechia coli
Hasil percobaan menunjukkan bakteri E.coli mampu mengubah agar yang
tadinya berwarna merah orange menjadi warna kuning, baik pada permukaan
agar maupun pada dasar. Hal ini telah sesuati dengan literature yang
didapatkan bahwa E.coli melakukan deaminasi asam amino, memfermentasi
glukosa, dan memfermentasi sukrosa (adanya fermentasi lanjutan yaitu
fermentasi sukrosa dan laktosa). Hal ini dikarenakan substrat yang terjadi
berjumlah cukup banyak dan menghasilkan asam pada permukaan agar.
Produksi asam ini yang menyebabkan indicator fenol merah berubah warna
pada pH asam. Pada bagian agar yang merupakan bekas stab tampak
berlubang disebabkan adanya produksi gas H2S. Hal tersebut membuktikan
adanya proses fermentasi sukrosa dan fruktosa.
Berdasarkan pola fermentasi karbohidratnya, bakteri ini lebih suka
memfermentasikan karbohidrat yang konsentrasinya lebih banyak. Oleh
karena itu, Escherechia coli digolongkan sebagai bakteri fecal coliforms dan
berasal dari famili Enterobactericeae.
Bacillus
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh bahwa media agar TSI berubah
dari warna orange menjadi warna merah pada permukaannya sedangkan pada
dasarnya masih agak berwarna orange tua seperti warna TSI pada dasarnya.
Berdasarkan teori dasar telah dikemukakan dapat diketahui bahwa pada agar
TSI tidak terjadi fermentasi karbohidrat sama sekali. Namun pepton
mengalami proses katabolisme dalam kondisi aerob dan anaerob, yang
menghasilkan pH basa, karena pembentukan amoniak. Jika degradasi aerob
pepton yang terjadi, reaksi basa hanya dapat diamati pada permukaan agar
miring. Sedangkan jika permukaan pepton dalam kondisi aerob dan anaerob,
reaksi basa dapat teramati baik pada permukaan maupun ujung agar.
Berdasarkan pola fermentasi karbohidratnya ini, bakteri Bacillus tidak dapat
digolongkan sebagai bakteri dengan family Enterobactericea dan hanya
merupakan bakteri usus biasa.
Pseudomonas
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh bahwa media agar TSI berubah
dari warna orange menjadi kuning (permukaan dan dasar). Hasil percobaan
yang dilakukan tidak sesuai dengan literature. Seharusnya, agar TSI berubah
menjadi warna merah. Bakteri Pseudomonas hanya mampu mendeaminasi
asam amino. Tidak terjadi fermentasi karbohidrat sama sekali, karena pada
umumnya bakteri ini tidak mampu memfermentasikan karbohidrat. Namun
pepton mengalami proses katabolisme dalam kondisi aerob dan anaerob, yang
menghasilkan pH basa, akibat pembentukan amoniak.
Adanya pH basa tersebut ditunjukkan oleh indicator fenol merah yang
membuat agar TSI menjadi warna merah. Jika degradasi aerob pepton terjadi,
reaksi basa hanya dapat diamati pada permukaan agar miring. Sedangkan jika
dalam kondisi aerob dan anaerob, reaksi basa dapat teramati baik pada
permukaan maupun ujung agar. Karena Pseudomonas merupakan bakteri
aerobik obligat , maka produksi basa hanya dapat teramati dengan baik pada
permukaan agar. Pada literatur tersebut pula disebutkan bahwa Pseudomonas
digolongkan dalam bakteri usus dan bersifat patogen.
Bakteri A
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh bahwa media agar TSI berubah
dari warna orange menjadi warna merah pada permukaannya sedangkan pada
dasarnya masih agak berwarna orange tua seperti warna TSI pada dasarnya.
Berdasarkan teori dasar telah dikemukakan dapat diketahui bahwa pada agar
TSI tidak terjadi fermentasi karbohidrat sama sekali. Namun pepton
mengalami proses katabolisme dalam kondisi aerob dan anaerob, yang
menghasilkan pH basa, karena pembentukan amoniak. Jika degradasi aerob
pepton yang terjadi, reaksi basa hanya dapat diamati pada permukaan agar
miring. Sedangkan jika permukaan pepton dalam kondisi aerob dan anaerob,
reaksi basa dapat teramati baik pada permukaan maupun ujung agar.
Berdasarkan pola fermentasi karbohidratnya ini, bakteri A tidak dapat
digolongkan sebagai bakteri dengan family Enterobactericea dan hanya
merupakan bakteri usus biasa.
Bakteri B
Pada percobaan didapatkan bahwa bakteri ini dapat mengubah warna
orange medium menjadi warna kuning pada bagian permukaan dan kuning
dasar tabung. Hal ini berarti bakteri A melakukan fermentasi glukosa yang
dilanjutkan dengan fermentasi sukrosa dan laktosa. Fermentasi laktosa dan
atau sukrosa terjadi karena kedua substrat ini tersedia dalam konsentrasi yang
cukup banyak, maka berfungsi sebagai substrat untuk fermentasi lanjutan yang
menghasilkan reaksi asam baik pada permukaan maupun ujung agar.
Berdasarkan pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa bakteri A adalah
dapat digolongkan sebagai bakteri dengan family Enterobactericea yang
mampu memfermentasikan glukosa serta mampu menghasilkan asam dan
mengkatabolisa pepton.
Tabel 1. Identifikasi BAkteri A dan B berdasarkan Uji Agar TSI
Bakteri A Bakteri BTidak dapat memfermentasi karbohidrat
Dapat memfermentasi laktosa dan atau sukrosa
Tidak terdapat presipitasi FeS – tidak menghasilkan H2S
Terdapat presipitasi FeS – menghasilkan H2S dengan as.amino
VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, bakteri yang diamati dapat digolongkan sebagai berikut:
- Escherechia coli : Famili Enterobactericeae- Pseudomonas : Bakteri intestinal- Bacillus : Famili nonEnterobactericeae- Bakteri B : Famili Enterobactericeae- Bakteri A : Bakteri intestinal
2.Fermentasi karbohidrat yang utama pada bakteri:- Escherechia coli : fermentasi sukrosa dan fruktosa - Pseudomonas : Tidak terjadi fermentasi karbohidrat- Bacillus : fermentasi sukrosa dan fruktosa - Bakteri B : Fermentasi glukosa- Bakteri A : tidak terjadi fermentasi
3. Reaksi katabolisa pepton pada bakteri:- Escherechia coli : Tidak terjadi reaksi katabolisa pepton - Pseudomonas : Terjadi reaksi katabolisa pepton- Bacillus : Terjadi reaksi katabolisa pepton- Bakteri B : Terjadi reaksi katabolisa pepton- Bakteri A: : Terjadi reaksi katabolisa pepton
VII. DAFTAR PUSTAKA
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. The MC-
Graw Hill Companies. New York ; 126, 139.