percikan pemikiran imam al-ghazali dalam · pdf filestudi kritis atas kitab ayyuh al-walad...

21
1 PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM Studi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: Kajian tentang al-Qur’an dan al-Sunnah telah banyak dilakukan, baik yang bersifat tematik maupun sejarah pemikiran tokoh, baik masa klasik maupun kontemporer, terutama yang berkaitan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam. Namun kajian atas kedua sumber ajaran Islam itu, yang dikaitkan dengan pemikiran tokoh di bidang pendi-dikan Islam, nampak tidak banyak dilakukan para ahli dewasa ini. Penelitian ini mencoba menyandingkan kedua sumber ajaran Islam itu dalam perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka pembela Islam (hujjah al-Islam), sehingga pemikirannya terus dikaji oleh khususnya umat Islam hingga dewasa ini. Pemikiran al-Ghazali yang demikian luas itu tentu berasal dari pendalamannya tentang kedua sumber ajaran itu. Dan pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan itu diketahui terdapat dalam kitab Ayyuh al-Walad, yang menurut para ahli, kitab ini merupakan penyem-purnaan dalam tema itu yang terdapat dalam kitab Ihya al-‘Ulum al-Din, yang terkenal itu. Oleh karena itu, masalah utama penelitian ini adalah bagaimana menarik pemikiran al-Ghazali yang bersumber dari kedua ajaran Islam itu bagi pengembangan pendidikan Islam. Permasalahan ini, juga sekaligus merupakan tujuan yang hendak diketahui dalam penelitian ini. Adapun yang mendasari pemikiran dari masalah tersebut, antara lain bahwa pendi- dikan merupakan suatu bentuk perekayasaan sosial (social engeneering ) dalam upaya memaju- kan kehidupan yang lebih bermartabat. Dan dalam konsep Islam orientasi peningkatan kualiatas SDM itu harus berangkat dari ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Di lain pihak, dik- etahui bahwa pemikiran al-Ghazali yang religious itu sesungguhnya berasal dari pendalaman beliau atas kedua sumber ajaran Islam itu. Terbukti misalnya, al-Ghazali dalam memaparkan tentang prinsip-prinsip pengembangan pendidikan Islam itu dikaitkan dengan sumber- sumber yang terdapat dalam al-Qur’an maupun sabda-sabda Nabi. Atas penelusuran pemikiran pendidikan menurut al-Ghazali itu, maka ditarik bebe- rapa kesimpulan, antara lain bahwa secara umum tujuan pendidikan Islam itu untuk mem- bentuk insan-insan kamil, yang memiliki kemampuan lebih dalam mendekatkan diri kepada Allah, dan bergaul dengan sesamanya dengan tanpa cacat, dalam arti mampu memegang prinsip akhlak yang telah diajarkan oleh Islam. Oleh karena itu, berpegang pada tujuan pendidikan seperti itu, maka metode pendi- dikan menurut al-Ghazali itu, misalnya menempatkan guru sebagai figur sentral keteladanan peserta didik, yang dibatasi oleh 10 kewajiban bagi peserta didik dan 8 kewajiban bagi pendi-dik, yang disebutnya sebagai wazhifah, yakni kewajiban yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Sementara dari segi materi pendidikan, al-Ghazali tidak membedakan antara ilmu agama dan ilmu umum yang dikotomis seperti sekarang ini, yang penting ilmu itu dapat membawa kemaslahatan kehidupan selama di dunia maupun di akhirat kelak. Namun yang ditekankan kuat dalam materi pembelajaran itu adalah menguasaan akhlak Islam, sebagai dasar pijakan berprilaku, baik ketika jadi murid maupun hidup di masyarakat. Pandangan-pandangan pendidikan yang dikemukakan oleh al-Ghazali itu nampak sangat relevansi dengan kebutuhan bagi pengembangan pendidikan Islam, khususnya di In-

Upload: buihanh

Post on 06-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

1

PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Studi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad

ABSTRAK:

Kajian tentang al-Qur’an dan al-Sunnah telah banyak dilakukan, baik yang bersifat tematik maupun sejarah pemikiran tokoh, baik masa klasik maupun kontemporer, terutama yang berkaitan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam. Namun kajian atas kedua sumber ajaran Islam itu, yang dikaitkan dengan pemikiran tokoh di bidang pendi-dikan Islam, nampak tidak banyak dilakukan para ahli dewasa ini.

Penelitian ini mencoba menyandingkan kedua sumber ajaran Islam itu dalam perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka pembela Islam (hujjah al-Islam), sehingga pemikirannya terus dikaji oleh khususnya umat Islam hingga dewasa ini. Pemikiran al-Ghazali yang demikian luas itu tentu berasal dari pendalamannya tentang kedua sumber ajaran itu. Dan pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan itu diketahui terdapat dalam kitab Ayyuh al-Walad, yang menurut para ahli, kitab ini merupakan penyem-purnaan dalam tema itu yang terdapat dalam kitab Ihya al-‘Ulum al-Din, yang terkenal itu.

Oleh karena itu, masalah utama penelitian ini adalah bagaimana menarik pemikiran al-Ghazali yang bersumber dari kedua ajaran Islam itu bagi pengembangan pendidikan Islam. Permasalahan ini, juga sekaligus merupakan tujuan yang hendak diketahui dalam penelitian ini.

Adapun yang mendasari pemikiran dari masalah tersebut, antara lain bahwa pendi-dikan merupakan suatu bentuk perekayasaan sosial (social engeneering) dalam upaya memaju-kan kehidupan yang lebih bermartabat. Dan dalam konsep Islam orientasi peningkatan kualiatas SDM itu harus berangkat dari ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Di lain pihak, dik-etahui bahwa pemikiran al-Ghazali yang religious itu sesungguhnya berasal dari pendalaman beliau atas kedua sumber ajaran Islam itu. Terbukti misalnya, al-Ghazali dalam memaparkan tentang prinsip-prinsip pengembangan pendidikan Islam itu dikaitkan dengan sumber-sumber yang terdapat dalam al-Qur’an maupun sabda-sabda Nabi.

Atas penelusuran pemikiran pendidikan menurut al-Ghazali itu, maka ditarik bebe-rapa kesimpulan, antara lain bahwa secara umum tujuan pendidikan Islam itu untuk mem-bentuk insan-insan kamil, yang memiliki kemampuan lebih dalam mendekatkan diri kepada Allah, dan bergaul dengan sesamanya dengan tanpa cacat, dalam arti mampu memegang prinsip akhlak yang telah diajarkan oleh Islam.

Oleh karena itu, berpegang pada tujuan pendidikan seperti itu, maka metode pendi-dikan menurut al-Ghazali itu, misalnya menempatkan guru sebagai figur sentral keteladanan peserta didik, yang dibatasi oleh 10 kewajiban bagi peserta didik dan 8 kewajiban bagi pendi-dik, yang disebutnya sebagai wazhifah, yakni kewajiban yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Sementara dari segi materi pendidikan, al-Ghazali tidak membedakan antara ilmu agama dan ilmu umum yang dikotomis seperti sekarang ini, yang penting ilmu itu dapat membawa kemaslahatan kehidupan selama di dunia maupun di akhirat kelak. Namun yang ditekankan kuat dalam materi pembelajaran itu adalah menguasaan akhlak Islam, sebagai dasar pijakan berprilaku, baik ketika jadi murid maupun hidup di masyarakat.

Pandangan-pandangan pendidikan yang dikemukakan oleh al-Ghazali itu nampak sangat relevansi dengan kebutuhan bagi pengembangan pendidikan Islam, khususnya di In-

Page 2: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

2

donesia yang selalu terombang-ambing oleh berbagai kebijakan Pemerintah yang cenderung sekuler.

Page 3: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

3

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada siswa, peserta didik

atau manusia lainnya, dengan harapan agar dengan pendidikan ini mereka kelak menjadi

manusia yang shaleh yang berbuat sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi

dengan apa yang tidak patut dilakukannya.

Dengan pendidikan, maka manusia dapat menjadi makhluk Allah SWT yang

istimewa. Walaupun saat dilahirkan dari kandungan ibunya belum tahu apa-apa, namun ia

dibekali potensi berupa pendengaran, penglihatan serta akal, dan hati. Sebagaimana

firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 78: “Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut

ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sedikit apapun, dan Dia memberi kamu,

pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.

Dengan potensi yang diberikan oleh Allah SWT itu manusia diberikan

kemampuan untuk melakukan kegiatan pendidikan, tentunya pendidikan itu harus

berdasar atas kehendak yang penuh dengan tanggung jawab, karena hal ini menyangkut

masa depan anak didik, masa depan masyarakat, masa depan suatu bangsa.

Islam adalah agama yang begitu memperhatikan tentang penggunaan akal dan

pendalaman dunia pendidikan. Islam mengajak kepada setiap individu untuk merasakan

betapa beratnya tanggung jawab dalam pendidikan akal seorang anak manusia. Mengajak

setiap manusia untuk turut serta berkecimpung dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebu-

dayaan.

Dari dasar inilah maka kita diajak untuk sadar, bahwa pendidikan itu menempati

posisi yang sangat dominan dalam kegiatan dan aktivitas manusia. Sebab pendidikan

merupakan bagian yang tak akan terpisahkan dari kehidupan manusia.

Pendidikan dalam prinsip Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam

kerangka meningkatkan kepribadian siswa, dengan jalan membina potensi-potensi yang

ada padanya, baik itu potensi mental (rohani) maupun potensi fisik (jasmani).

Sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Noor Syam dkk., bahwa pendidikan adalah

aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina

potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budhi nurani) dan

jasmani (panca indra serta keterampilan).

Apabila pendidikan itu berjalan dengan baik dan lancar serta sesuai dengan apa

yang ada dalam al-Qur’an, maka hasil yang dicapainyapun akan sesuai dengan yang

Page 4: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

4

dicita-citakan. Sebaliknya apabila pendidikan itu dilaksanakan dengan tanpa adanya

program dan keseriusan, maka hasilnyapun akan kita rasakan. Melalui pendidikan para

pendidik Islam menghasilkan pribadi-pribadi yang nanti menjadi pendidik pula,

menyebarkan Islam kepada generasi yang akan datang.

Pendidikan yang baik merupakan modal utama dalam kemajuan peradaban

manusia, terutama dalam hal pengembangan nilai-nilai yang normatif, sehingga

pendidikan tidak hanya menciptakan manusia-manusia yang pintar akan tetapi juga

menciptakan manusia yang tahu akan tanggungjawabnya sebagai makhluk pribadi dan

makhluk sosial.

Pendidikan harus tetap berjalan, berkembang dan maju sesuai dengan

perkembangan zaman, namun tetap tak terbawa arus oleh gejolak-gejolak zaman, sebab

perkembangan zaman manusia tidak selamanya membawa kebaikan, namun juga

terkadang membawa kepada kejelekan. Untuk itulah maka diperlukan pengontrol dan

pengantisipasi, yaitu yang disebut dengan pendidikan.

Pendalaman tentang pendidikan Islam yang dipelajari oleh para siswa,

memerlukan adanya pemahaman dan pengamatan yang mendalam pula, dengan demikian

pendidikan tidak hanya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan aspek kognitif

saja, melainkan juga menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan aspek afektif dan

psikomotor. Walaupun untuk hal ini memang diperlukan usaha-usaha yang besar dan

serius. Ilmu memang tidak mudah didapat tapi bila sudah dapat melaksanakannya, banyak

manfaat yang kita peroleh.

Dalam pengembangan tentang pendidikan agama Islam yang kita harapkan

bersama, yaitu pendidikan yang mampu memberi nilai yang baik dan mulia, maka

memang perlu diperhatikan segala hal yang bersangkut paut dengan apa yang ada dalam

al-Qur’an. Dalam hal ini pendidikan disempurnakan dan dipenuhi dengan hal-hal yang

sifatnya nyata dalam bentuk pengalaman.

Dalam melaksanakannya, pendidikan merupakan suatu proses yang terdiri dari

beberapa komponen, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan saling

komplementer atau saling pengaruh mempengaruhi kepada tujuan.

Dalam kaitan antara pendidikan agama Islam dengan hal-hal yang menyangkut

penerapan moral atau akhlak, dalam hal ini yang terangkum dalam al-Qur’an, maka kita

akan menemukan permasalahan-perma-salahan itu dalam permasalahan atau pembahasan

Page 5: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

5

yang selalu digeluti oleh Ulama besar Hujatul Islam Abi Hamid Muhammad bin

Muhammad al-Ghazali. Dialah tokoh umat Islam yang tidak sedikit waktunya dicu-

rahkan untuk kegiatan-kegiatan dan penelaahan-penelaahan yang masih ada sangkut

pautnya dengan permasalahan yang ada di dalam al-Qur’an terutama dalam bidang

pendidikan. Wawasan keilmuannya yang se-demikian luas dan mendalam serta sikap

hidupnya sebagai hamba Allah yang konsisten, terbaca dalam karya-karyanya yang

jumlahnya sekitar seratus buah, serta transfaran pula dalam pola perilakunya sehari-hari.

Mengingat betapa pentingnya mengetahui pemikiran Imam al-Ghazali untuk

pengembangan pendidikan Islam, maka secara spesifik perumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dasar pendidikan Islam menurut Imam al-Ghazali?

2. Bagaimana al-Ghazali meletakkan al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar dalam

penentuan tujuan pendidikan Islam itu?

3. Bagaimana pandangan al-Ghazali tentang al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar dalam

penentuan metode dan materi pendidikan Islam itu?

4. Kualifikasi apa yang menjadi prioritas bagi al-Ghazali dalam pendidikan Islam?

B. LANGKAH-LANGKAH DAN METODE PENELITIAN

Setelah diketahuinya permasalahan yang ada, yakni berkenaan dengan al-Qur’an dan

Sunnah sebagai dasar bagi pengembangan pendidikan Islam menurut Imam al-Ghazali, maka

langkah selanjutnya adalah menyusun atau merumuskan permasalahan-permasalahan tersebut

secara sistematis sesuai dengan prosedur yang berlaku.

1. Menginventarisasi Data.

Upaya untuk mengetahui secara mendalam mengenai pembahasan al-Qur’an dan Sunnah

sebagai dasar bagi pengembangan pendidikan Islam menurut Imam al-Ghazali diperlukan

berbagai sumber data, baik data yang bersifat kewahyuan seperti al-Qur’an dan Sunnah,

ataupun data yang berhasil dihimpun dari berbagai buku-buku, sesuai dengan penelitian ini.

2. Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu studi kepustakaan (books survey),

yakni berupa penelitian yang menitikberatkan pada penelaahan buku-buku karangan para ahli

yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Dilihat dari teknik analisisnya, penulis

menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:

Page 6: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

6

a. Teknik Induktif, yaitu penelitian dengan menggunakan premise dari fakta yang bersifat

khusus menuju ke arah yang bersifat umum sebagai kesimpulannya.

b. Teknik Dedutif, yaitu penelitian dengan menggunakan premise dari fakta yang bersifat

umum menuju ke arah yang bersifat khusus sebagai kesimpulannya.

c. Teknik Konvergentif, yaitu suatu teknik penelitian dengan memadukan kedua unsur teknik

yang bersifat kualitatif di atas.

3. Pengolahan atau Analisis Data

Hal ini berarti membuat suatu formulasi dari data yang telah di dapat secara variabel,

sehingga menghasilkan suatu rumusan mengenai al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar bagi

pengembangan pendidikan Islam menurut Imam al-Ghazali secara kualitatif.

4. Membuat Kesimpulan

Dari sejumlah uraian yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya, kemudian ditarik

suatu kesimpulan dari penelitian yang berkenaan dengan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini, yakni al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar bagi pengembangan pendidikan Islam

menurut Imam al-Ghazali. Dengan terselesaikannya langkah ini diharapkan akan terjadinya

suatu deskripsi tentang al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar bagi pengembangan pendidikan

Islam, sebagai sebuah sumbangan pemikiran dari Imam al-Ghazali.

C. TEMUAN DALAM PENELITIAN

1. Konsep dan Tujuan Pendidikan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah

Jargon bahwa al-Qur’an sebagai sumber pokok ilmu pengetahuan dan al-Sunnah

sebagai sumber inspirasi bagi kebangkitan umat, yang intinya menempatkan bahwa al-

Qur’an sebagai petunjuk global dan al-Sunnah sebagai petunjuk praktis bagi kehidupan

umat Islam, maka nilai-nilai universalitasnya masih memungkinkan untuk dapat dipakai

hingga akhir zaman. Oleh karena itu, kedua sumber ajaran Islam tersebut dapat dijadikan

dasar bagi pendidikan Islam.

Al-Qur’an sebagai sumber nilai dari pedoman bagi ummat Islam memiliki sistem

kehidupan yang sempurna, karenanya dalam persoalan pendidikan yang merupakan aspek

pokok dalam kehidupan hampir dua pertiga dibicarakan dalam al-Qur’an.

Di dalam al-Qur’an didapatkan pembahasan mengenai pendidikan bagi manusia.

Kata “Rabbul Alamin” dalam ayat “Alhamdu lillahi robbil Alamin” memiliki arti

“murobbil Alamin” (pendidikan alam semesta). Term “Tarbiyah” yang sering dipakai

dalam kalangan pendidikan Islam merupakan bantuan dari kata kerja “rabba – yurobbi –

Page 7: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

7

tarbiyatan”; yang memiliki arti pendidikan dan pemeliharaan. Hal ini digambarkan di

dalam surat al-Isra: 24, yang artinya: “Ya Tuhanku kasihanilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku semasa kecil”.

Karena al-Qur’an memberikan pandangan yang mengacu kepada kehidupan di

dunia ini, maka asas-asas dasarnya harus memberi petunjuk kepada pendidikan Islam.

Adalah mustahil jika seseorang berbicara tentang pendidikan Islam bila tanpa mengambil

al-Qur’an sebagai rujukannya.

Dengan demikian dapat diperoleh suatu kejelasan bahwa pendidikan menurut al-

Qur’an adalah merupakan konsekuensi logis dari usaha pemenuhan kebutuhan hidup

manusia, baik dilihat dari kebutuhan fisiologis maupun psikologis yang memungkinkan

tercapainya perbaikan dan kualitas hidup manusia berdasarkan ajaran Islam melalui upaya

pendidikan yang bersumber dari ajarannya yang asli, yaitu al-Qur’an. Lebih dari itu al-

Qur’an juga merupakan tuntunan dan pedoman hidup manusia dalam berbagai bidang dan

aspek hubungan, termasuk di dalamnya hubungan yang berfungsi untuk membudidaya-

kan sumber daya manusia, yaitu melalui pendidikan. Adapun term yang selalu dipakai

untuk istilah pendidikan ini, al-Qur’an menyebutnya dengan istilah “Tarbiyah”

(memelihara dan mendidik), meskipun oleh beberapa ahli pendidikan penggunaan istilah

ini kurang tepat. Namun yang pasti, al-Qur’an dengan segenap konsep yang paripurna dan

komprehensif telah memberikan dasar-dasar pokok bagi acuan dan usaha pendidikan

yang mesti dilakukan umat manusia menuju kebaikan di dunia dan di akhirat kelak. Hal

ini berarti memastikan manusia agar menjalani proses kehidupannya dengan usaha

pendidikan yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan hidupnya, yang memiliki falsafah

dasar yang kuat serta tidak berubah-ubah, yakni landasan al-Qur’an sebagai acuan

nilainya.

Pembinaan manusia, atau—dengan kata lain—pendidikan al-Qur’an terhadap,

anak didiknya dilakukan secara bersamaan. Satu contoh sederhana adalah sikap al-Qur’an

ketika menggambarkan puncak kesucian jiwa yang dialami oleh seorang Nabi pada saat ia

menerima wahyu. Di sana al-Qur’an mengaitkan pelaku yang mengalami puncak

kesucian tersebut dengan suatu situasi yang bersifat material.

Dengan demikian, konsep pendidikan yang dikehendaki oleh al-Qur’an dan al-

Sunnah itu adalah pendidikan sepanjang hayat. Misalnya sifat pendidikan al-Qur’an

adalah “rabbani”, yakni yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT, yang oleh

Page 8: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

8

al-Qur’an dijelaskan cirinya antara lain mengajarkan Kitab Allah, baik yang tertulis (al-

Qur’an), maupun yang tidak tertulis (alam raya), serta mempelajarinya secara terus

menerus.

Adapun tujuan Pendidikan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah adalah dapat

dijelaskan bahwa setiap usaha pendidikan tentunya akan memiliki prinsip-prinsip yang

mendasari pendidikan itu berlangsung. Dasar pendidikannya sudah barang tentu harus

sesuai dengan model, proses dan orientasi pendidikan yang direncanakan.

Demikian pula halnya dengan pendidikan dalam Islam, dengan melihat namanya

saja (pendidikan Islam) sudah nampak jelas bahwa pendidikan itu didasarkan pada

sumber ajaran Islam, yakni al-Qur’an sebagai sumber pokoknya, dan al-Sunnah dan

ditambah beberapa pemikiran para ahli di bidangnya.

Dalam hubungan ini, Abdurrahman Shaleh Abdullah menjelaskan bahwa jika al-

Qur’an memberikan pandangan yang mengacu kepada kehidupan di dunia ini, maka asas-

asas dasarnya harus dapat memberikan petunjuk kepada pendidikan Islam. Seseorang

tidak mungkin dapat berbicara tentang pendidikan Islam bila tanpa mengambil al-Qur’an

sebagai satu-satunya rujukan.

Kutipan beberapa ayat-ayat al-Qur’an dan dua sabda Nabi di atas, yang dijadikan

rujukan dalam merumuskan suatu tujuan pendidikan yang terkandung dalam al-Qur’an

dan al-Sunnah itu, antara lain:

1. Mengenalkan manusia akan peranannya di antara sesama makhluk Allah dan tanggung

jawab pribadinya di dalam hidup ini.

2. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup

bermasyarakat.

3. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah

diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil

manfaat dari alam tersebut.

4. Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah

kepada-Nya.

5. Membimbing manusia agar berakhlak baik, dan melarang berakhlak munafik.

6. Membimbing manusia agar menjadi orang yang pintar dan mampu menjadi pemimpin

yang tidak menyesatkan masyarakat.

Page 9: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

9

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan dalam al-Qur’an

dan al-Sunnah itu adalah menumbuhkan kemampuan dalam mengembangkan tiga

kekuatan rohaniah pokok pada manusia (trichotomi), yaitu untuk dapat berkomunikasi

secara baik dengan Tuhannya, dengan sesamanya, maupun dengan alam sekitarnya.

Kemampuan berkomunikasi dengan Tuhan, manusia dan alam sekitarnya yang

bermakna demikian luas itulah tampak yang hendak dicapai dalam tujuan pendidikan

dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Dan dalam proses berkomunikasi dengan tiga aspek itu,

al-Qur’an dan al-Sunnah dilandasi dengan akhlak yang baik.

2. Percikan Pemikiran Imam Al-Ghazali

Pandangannya terhadap dunia pendidikan, Imam al-Ghazali lebih banyak

berorientasi pada penekanan bathiniyah (aspek afektif) daripada berorientasi pada

pengetahuan inderawi belaka. Hal ini tampak dari buah karyanya seperti “Fatihat al-

Kitab”, “Ayyuh al-Walad” dan “Ihya Ulumuddin”.

Imam al-Ghazali memandang pendidikan sebagai sarana atau media untuk

mendekatkan diri (taqarrub) kepada Sang Pencipta (Allah), dan untuk mencapai

kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak yang lebih utama dan abadi. Hal ini terlihat dari

tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskannya, yakni: (1) Insan Purna yang bertujuan

mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan (2) Insan Purna yang bertujuan untuk

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Di samping itu, terdapat hal yang penting mendapat perhatian dalam mengkaji

pemikiran Imam al-Ghazali dalam bidang pendidikan ini, yaitu pandangannya tentang

hidup dan nilai-nilai kehidupan yang sejalan dengan filsafat hidupnya, meletakkan dasar

kurikulum sesuai dengan proporsinya serta minatnya yang besar terhadap ilmu

pengetahuan.

Dengan demikian, corak pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan itu cenderung

sufistik dan lebih banyak bersifat rohaniah. Karena menurutnya ciri khas pendidikan

Islam itu lebih menekankan pentingnya menanamkan nilai moralitas yang dibangun dari

sendiri-sendi akhlak Islam.

Namun demikian, al-Ghazali menekankan pula pentingnya penguasaan ilmu

pengetahuan untuk kepentingan hidup manusia. Ilmu pengetahuan menurut Imam al-

Ghazali adalah sebagai kawan di waktu sendirian, sahabat di waktu sunyi, penunjuk jalan

kepada agama, merupakan pendorong ketabahan di saat dalam kekurangan dan

Page 10: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

10

kesukaran. Sedemikian agung Imam al-Ghazali memandang ilmu pengetahuan sebagai

tolok ukur keberhasilan pendidikan Islam pada masa kini dan yang akan datang, sehingga

Abdul Razak Naufal menyebut Imam al-Ghazali sebagai peletak dasar ilmu pengetahuan

tentang kejiwaan (Psikologi) di dunia ini. Hal ini sejalan dengan corak dan filsafat

pendidikannya yang bersifat sufistik atau kerohanian itu.

Lebih spesifiknya pandang al-Ghazali tentang pendidikan itu antara lain

dinyatakan: “Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan mendekatkan diri kepada

Allah, Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan

berhampiran dengan malaikat tinggi …” “…Dan ini, sesungguhnya adalah dengan ilmu

yang berkembang melalui pengajaran dan bukan ilmu yang beku yang tidak

berkembang.”

Menurut analisis Abidin Ibnu Rusn, Kata “hasil”, seperti tertera dalam kutipan

pertama di atas, adalah menunjukkan pada proses, dan kata “mendekatkan diri kepada

Allah” menunjukkan pada tujuan. Dan kata “ilmu” menunjukkan pada alat. Sedangkan

pada kutipan kedua di atas merupakan penjelasan mengenai alat, yakni disampaikannya

dalam bentuk pengajaran.

Dengan demikian pandangan al-Ghazali mengenai pendidikan Islam itu adalah

sarana bagi pembentukan manusia yang mampu mengenal Tuhannya dan berkakti

kepadaNya. Sehingga dalam pandangan al-Ghazali dinyatakan bahwa manusia yang

dididik dalam proses pendidikan hingga pintar, namun tidak bermoral, maka orang

tersebut dikategorikan sebagai orang bodoh, yang dalam hidupnya akan susah. Demikian

pula orang yang tidak mengenal dunia pendidikan, dipandangnya sebagai orang yang

binasa. Pandangan ini berdasarkan penyataan Abu Darda, salah seorang sahabat Nabi,

yang dikutip oleh al-Ghazali dalam bukunya:

“Orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu berserikat pada kebaikan.

Dan manusia lain adalah bodoh dan tak bermoral. Hendaklah engkau menjadi orang

yang berilmu atau belajar atau mendengar, dan jangan engkau menjadi orang keempat

(tidak masuk salah seorang dari ketiga itu), maka binasalah engkau”.

Berdasarkan pernyataan ini al-Ghazali menekankan betapa pentingnya manusia

itu berilmu dan ilmu itu harus diajarkan kepada yang lainnya. Dengan kata lain, al-

Ghazali menghendaki bahwa pendidikan itu menjadi suatu kebutuhan pokok umat Islam.

Karena Islam menghendaki pendidikan itu berlangsung sepanjang hayat manusia. Dan

Page 11: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

11

dengan pendidikan itu pula umat Islam dapat berproses hingga mencapai predikat sebagai

insan kamil, yakni manusia yang memiliki integritas moral yang tinggi, yang dibangun

dari nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh Islam.

3. Pandangan al-Ghazali tentang al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai Sumber

Pendidikan Islam

Pendidikan yang boleh dikatakan sebagai bentuk rekayasa sosial (social

engeneering) yang telah dicanangkan oleh ajaran Islam dalam pembentukan masyarakat

yang bermartabat sebagai kebalikan dari masyarakat Jahiliyah, maka sudah tentu

sumbernya adalah dari ajaran Islam itu sendiri, yakni dari al-Qur’an dan al-Sunnah telah

disepakati oleh umat Islam (ijma jamai’) sebagai sumber pokok ajaran Islam.

Berangkat dari pemikiran ini, al-Ghazali yang dikenal luas sebagai Hujjah al-

Islam, dan telah bergumul langsung dengan pendidikan Islam itu, pemikirannya tentang

pendidikan dapat dicermati dalam kedua bukunya: Ihya’ Ulum al-Din dan Ayyuh al-

Walad.

Dalam kedua buku ini, al-Ghazali menekankan pemikiran pendidikan itu harus

mengedepankan pembersihan jiwa dari noda-noda akhlak dan sifat tercela. Sebab, ilmu

itu merupakan bentuk ibadah hati, shalatnya nurani dan pendekatan jiwa menuju Allah

SWT”. Pandangan sufistik demikian itu, tampak berangkat dari krisis kepercayaan al-

Ghazali terhadap ilmu-ilmu rasional sebelumnya yang digumuli oleh al-Ghazali, seperti

kalam dan filsafat yang tidak memuaskan aspek religinya.

Al-Ghazali memformulasikan teori kependidikannya dalam karya Ayyuh al-

Walad. Namun prinsip-prinsip pokok pendidikan di karya ini banyak yang sudah

diungkapannya dalam karya Ihya', sehingga sebagian yang ada dalam Ayyuh al-Walad itu

hanya merupakan pengulangan terhadap apa yang telah ada dalam Ihya'.

Pembicaraan al-Ghazali mengenai pendidikan yang terdapat dalam Ihya' berkisar

pada tiga hal pokok:

1. Penjelasan tentang keutamaan ilmu pengetahuan atas kebodohan

2. Pengklasifikasian ilmu-ilmu yang termasuk ke dalam program kurikuler.

3. Kode etik bagi pendidik (guru) dan peserta didik.

Terkait dengan hal pertama, al-Ghazali memaparkan serangkaian ar-gumen-

argumen naqli dan aqli. Argumen-argumen naqli yang dikemukakan-nya mempunyai

kesamaan dengan argumen-argumen naqli yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan

Page 12: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

12

Muslim lain dalam karya-karya mereka, karena memang bersumber dari al-Qur’an, Hadis

dan pendapat para pakar yang sama.

Adapun argumen-argumen naqli yang dikemukakannya banyak ber-beda dengan

ahli pendidikan lain; argumen-argumen naqlinya berorientasi pada tujuan tunggal berupa

pengarahan individu menuju kedekatan diri dengan Allah. Dikatakannya, “… karena

dunia merupakan sawah ladang bagi akhirat; ia adalah wahana pengantar menuju Allah

bagi orang-orang yang memang menjadikannya sebagai alat dan sarana, tidak

menjadikannya sebagai tempat tinggal dan tujuan.”

Dengan kerangka pikir semacam itu, al-Ghazali melihat ilmu pengetahuan itu

merupakan keutamaan bernilai manfaat yang bersifat internal, sehingga ia dicari karena

manfaat internalnya dan ia merupakan sarana untuk menggapai kebahagiaan di akhirat.

Selain itu, ia juga merupakan “jalan” utama yang mengantarkan seseorang dekat dengan

Allah semulia-mulianya segala sesuatu yang bisa mengantarkan seseorang dekat dengan-

Nya. Untuk bisa dekat dengan Allah seseorang perlu beramal dan seseorang tidak dapat

beramal dengan baik dan benar kecuali dengan ilmu pengetahuan mengenai bagaimana

cara beramal. Jadi, pangkal kebahagiaan di dunia dan di akhir adalah ilmu, sehingga

merupakan amal yang terbaik. Sesuatu dapat diketahui kadar keutamaannya melalui

akibat (manfaat) yang ditimbulkan; sementara sudah dimaklumi bahwa manfaat ilmu

adalah kedekatan diri dengan Allah, para malaikat dan kalangan orang-orang mulia

lainnya di akhirat. Adapun di dunia, (hal yang bisa diraih dengan ilmu) adalah kemuliaan,

kahormatan dan kewibawaan, bahkan dari kalangan masyarakat pun, menghormati dan

memuliakan guru-guru mereka lantaran keilmuan yang dimiliki. Tidak hanya itu, hewan

pun tunduk kepada manusia lantaran memandang manusia lebih tinggi tingkatannya.

Inilah keutamaan ilmu secara umum. Memang ada perbedaan dan hirarki keilmuan yang

berimplikasi pada variasi keutamaan masing-masing.

Bila ilmu merupakan hal yang paling mulia, maka mempelajari ilmu berarti

menuntut sesuatu yang utama, dan mengajar tujuan pokok hidup kita bermuara pada

lingkup agama dan dunia. Harmoni agama memerlukan har-moni “sawah ladang” akhirat

(dunia) yang merupakan sarana menuju Allah yang menjadikannya sebagai alat dan

media, bukan bagi orang yang menjadi-kannya sebagai orientasi dan tujuan hidup. Dan

urusan dunia hanya dapat diatur bila ada karya usaha (amal) manusia.

Page 13: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

13

Dan pemikiran al-Ghazali tentang keutamaan orang yang berilmu itu, terdapat

relevansinya dengan firman Allah, misalnya ayat yang menyatakan, artinya:…Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

(Q.S. al-Mujadalah, 58: 11).

Bahkan orang yang mengabdikan dirinya dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, dipandang oleh Allah sebagai bentuk inventasi masa depan di akhirat kelak.

Allah menyatakan: “Barangsiapa yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang

baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan

memperoleh pahala yang banyak” (Q.S. al-Hadid, 57: 11).

Itu sebabnya, karya usaha (profesi) termulia setelah profesi kenabian adalah

mengajarkan ilmu, membersihkan jiwa manusia dari akhlak tercela dan merusak dan

membimbing mereka menuju akhlak terpuji dan menyejah-terakan. Profesi inilah yang

disebut al-Ghazali dengan ta’lim.(pengajaran). Menurut Muhammad Jawwad Ridha,

mengurai alasan profesi ini sebagai profesi termulia menurut al-Ghazali itu adalah

berdasar tiga hal. Yang merupakan parameter penilaian suatu profesi:

1. Intrumen daya insani yang dipergunakannya. Ilmu pengetahuan intelektual lebih

utama dibandingkan ilmu pengetahuan kebahasaan, karena yang pertama

menggunakan instrumen daya insani akal, sedangkan yang kedua menggunakan

instrumen daya insani sama’. Akal lebih utama dibandingkan dengan sama’

2. Scop kemanfaatannya seperti keutamaan pertanian atas penyablonan.

3. Objek yang digarapnya, seperti keutamaan penyepuhan atas penyamakan, karena

yang pertama objeknya adalah emas, sedangkan yang kedua objeknya adalah kulit.

Jelaslah bahwa ilmu-ilmu keagamaan yang merupakan jalan menuju akhirat

hanya dapat diperoleh dengan menggunakan kesempurnaan akal dan kejernihan pikir.

Akal adalah instumen daya insani yang termulia karena dengannyalah manusia menerima

amanat dari Allah dan dengannya juga manusia mendekatkan diri kepadaNya.

Dalam hubungannya dengan kurikulum, al-Ghazali membagi ragam ilmu (sebagai

program kurikuler) menjadi dua bagian: Ilmu yang pardu ‘ain dan Ilmu yang pardu

kifayah. Sedangkan dalam hubungannya dengan ilmu yang pardu ‘ain, ia membaginya

menjadi: Ilmu mu’amalah (empiris praktis) dan Ilmu mukasyafah.

Page 14: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

14

Dalam kitab Ihya, al-Ghazali menuturkan beberapa kewajiban pendidik dan

peserta didik yang disebutnya sebagai “kode etik pendidikan ditemukan ada beberapa

konklusi edukatif yang mencirikan pola umum pemikiran al-Ghazali dalam

pendidikannya, antara lain sebagai berikut:

1. Kegiatan menuntut ilmu tiada lain berorientasi pada pencapaian ridla Allah. Karena,

ilmu berfungsi membersihkan jiwa manusia dari ambisi dan tujuan yang rendah. Ilmu

menyeru pada keluhuran jiwa dan kemuliaan rohani.

2. Kode etik tersebut memperkuat teori ilmu ilhami yang oleh al-Ghazali dijadikan

sebagai landasan teori pendidikannya. Pada banyak tempat ia menandaskan, bahwa

ilmu adalah cahaya yang dilimpahkan Allah ke dalam hati manusia.

3. Peneguhan tujuan agamawi dalam kegiatan menuntut ilmu. Bahkan tujuan agamawi

merupakan tujuan puncak kegiatan menuntut ilmu.

4. Terdapat poin penting berupa pembatasan term al-‘ilm hanya pada ilmu tentang Allah.

Al-Ghazali menegaskan, “Ilmu merupakan keutamaan pada dirinya sendiri tanpa

syarat. Sebab, ia adalah atribut kesempurnaan yang dimiliki Allah dan dengannya

pula para Malaikat dan para Nabi menjadi mulia”.

Al-Ghazali juga berpandangan “idealistik” terhadap profesi guru. Idealisasi guru,

menurutnya, adalah orang yang berilmu, beramal dan mengajar. Orang seperti ini adalah

gambaran orang yang terhormat di kolong langit. Dari sini al-Ghazali menekankan

perlunya keterpaduan ilmu dengan amal. Ia menyerupakan guru sejati dengan matahari

yang menyinari sekelilingnya, dan dengan minyak wangi (misk) yang membuat harum di

sekitarnya. Adapun orang berilmu yang tidak mau mengamalkan ilmunya, maka ia ibarat

lembar kertas yang bermanfaat bagi lainnya, namun dirinya sendiri kosong. Atau ibarat

jarum yang menjahit baju untuk yang lain, sementara dirinya sendiri justru telanjang. Atau

ibarat lilin yang menerangi lainnya, namun dirinya sendiri justru meleleh terbakar.

Berangkat dari perspektif idealistik profesi guru tersebut, al-Ghazali menandaskan

bahwa orang yang sibuk mengajar merupakan orang yang “bergelut” dengan sesuatu yang

amat penting. Sehingga ia perlu menjaga etiket dan kode etik profesinya.

Demikianlah prinsip-prinsip umum yang dikemukakan al-Ghazali ber-kenaan

dengan teori pendidikannya dalam kitab Ihya’. Namun demikian, konsep filosofis

pendidikannya tampak lebih banyak tertuang dalam kitab Ayyu al-Walad. Risalah Ayyuh

al-Walad, dalam bentuknya yang ringkas itu, terdiri dari pengantar dan enam bagian

Page 15: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

15

pembahasan. Bagian pengantar merupakan prolog yang berisi seputar nasihat dan

perdebatan para filosof tentang tujuan ilmu, kaitan ilmu dengan amal, ilmu sebagai

ketaatan dan ibadah sebagai pelaksanaan tuntunan syara’.

Bagian pertama meliputi pembahasan tentang kebenaran i’tikad, taubat, usaha

menjauhi debat kusir dalam masalah ilmu dan perolehan ilmu syar’i. Sementara bagian

kedua berisi seputar amal salih, pelatihan jiwa, remehnya dunia, pembersihan jiwa dari

sifat rakus (tamak) dan perlawanan terhadap syetan.

Adapun bagian ketiga berisi tentang seputar pendidikan, yaitu terkait dengan

pentingnya pengikisan akhlak tercela dan penanaman akhlak terpuji. Bagian keempat

mengulas tentang etika peserta didik yang banyak kesamaan-nya dengan paparan al-

Ghazali dalam kitab Ihya’. Sementara bagian kelima memuat topik perihal penganut sufi

sejati, syarat-syarat keistiqamahan ber-sama Allah dan ketenangan (al-sukun) bersama

makhluk. Sedangkan bagian keenam oleh al-Ghazali diisi dengan beberapa nasihat

penting bagi para peserta didik. Keharusan mereka memadukan antara ilmu dan amal;

larangan berdebat kecuali untuk tujuan mencari kebenaran; larangan terlalu “intim”

dengan para penguasa; larangan untuk menerima hadiah dari mereka, karena “keintiman”

yang seharusnya hanyalah dengan Allah dan dengan sesuatu yang diridlai-Nya melalui

ketekunan dalam berbuat kebaikan.

4. Relevansi Pandangan al-Ghazali bagi Kebutuhan Pengembangan Pendidikan

Islam Dewasa Ini

Keberhasilan dan kegagalan suatu proses pendidikan secara umum dapat dinilai

dari out put-nya, yakni orang-orang sebagai produk pendidikan. Bila pendidikan

menghasilkan orang-orang yang dapat bertanggung jawab atas tugas-tugas kemanusiaan

dan tugas-tugasnya kepada Tuhan, bertindak lebih bermanfaat baik bagi dirinya sendiri

maupun bagi orang lain, maka pendidikan tersebut dapat dikatakan berhasil. Sebalilknya,

bila out put-nya adalah adalah orang-orang yang tidak mampu melaksanakan tugas

hidupnya, pendidikan tersebut dianggap mengalami kegagalan.

Ciri-ciri utama dari kegagalan suatu proses itu ialah, manusia-manusia produk

pendidikan itu lebih cenderung mencari kerja dibandingkan dengan orang yang dapat

menciptakan lapangan kerja sendiri. Kondisi demikian itu seperti terlihat dewasa ini,

kemudian melahirkan berbagai budaya yang tidak sehat bagi masyarakat luas. Hanya

karena ingin mendapat kerja yang layak, kemudian secara kondisional orang terpaksa

Page 16: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

16

menyuap. Sebaliknya, orang yang tidak dapat bekerja yang dianggap sesuai dengan

pendidikannya, juga melakukan tindak budaya yang lebih tidak sehat lagi, misalnya,

mencuri dan tindakan negatif lainnya.

Secara inplisit al-Ghazali menekankan bahwa tujuan pendidikan itu adalah dalam

upaya membentuk insan yang paripurna, yakni insan yang tahu akan kewajibannya baik

sebagai hamba Allah, maupun sebagai sesama manusia. Hal ini misalnya terlihat dalam

nasihat yang diberikan oleh al-Ghazali, yang diungkapkannya dalam uraian akhir buku

Ayyuh al-Walad.

Untuk mewujudkan insan sempurna (insan kamil) seperti itulah tampaknya yang

menjadi tujuan pendidikan dalam pandangan al-Ghazali, yakni melalui pendidikan akal,

pendidikan kejiwaan (afeksi) dan pendidikan jasmani atau lebih dikenal dengan sebutan

pendidikan keterampilan.

Dalam sudut pandang Ilmu Pendidikan Islam, aspek pendidikan akal ini harus

mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini dimaksudkan untuk melatih dan mendidik

akal manusia agar dapat berpikir dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk dari Allah

dan Rasul-Nya. Sebaliknya, akal yang tidak mendapatkan pendidikan akan berakibat

langsung ataupun tidak langsung kepada pemiliknya untuk melakukan hal-hal diluar

kemampuannya. Adapun mengenai pendidikan hati seperti dikemukakan oleh al-Ghazali

di atas, adalah merupakan suatu keharusan bagi setiap insan.

Dengan demikian keberadaan pendidikan bagi manusia yang meliputi berbagai

aspeknya adalah mutlak diperlukan bagi kesempurnaan hidup manusia dalam upaya

membentuk wujud pribadi manusia paripurna, berbahagia di dunia dan di akhirat kelak.

Hal ini berarti bahwa tujuan yang telah ditetapkan oleh Imam al-Ghazali memiliki

koherensi yang dominan dengan upaya pendidikan yang melibatkan kepada pembentukan

seluruh aspek pribadi manusia secara utuh.

Demikian pula secara umum, pandangan al-Ghazali tentang pendidikan Islam,

tampak perlu dicermati. Keutuhan pandangan al-Ghazali tentang ilmu misalnya, nampak

tidak dikotomi seperti sekarang ini ada ilmu agama dan ilmu umum seperti itu. Sehingga

dari segi kualitas intelektual, secara umum umat Islam jauh tertinggal dari umat yang lain.

Hal ini barangkali salah satu dari akibat sempitnya pandangan umat terhadap ilmu

pengetahuan yang dikotomis seperti itu.

Page 17: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

17

D. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Pendidikan Islam menurut Imam al-Ghazali adalah sarana perekayasaan sosial bagi

umat Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah untuk menuju kesempurnaan

hidup manusia hingga mencapai insan kamil, yang bertujuan untuk mendekatkan diri

kepada Allah (taqarrub) dalam arti kualitatif, dan kesempurnaan manusia yang

bertujuan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Pencapaian

kesempurnaan hidup melalui proses pendidikan itu juga merupakan tujuan dari

pendidikan Islam itu sendiri.

2. Materi pendidikan Islam menurut Imam al-Ghazali yang berdasarkan al-Qur’an dan al-

Sunnah itu ialah berisikan tentang berbagai macam ilmu pengetahuan sebagai sarana

yang menghubungkan hamba dengan Tuhannya, dengan itu ia mendekatkan diri secara

kualitatif kepada-Nya, dan dengan begitu si penuntut ilmu dapat mencapai

kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.Namun yang menjadi prioritas materi yang

terpenting dari pendidikan Islam itu adalah bidang akhlak.

3. Metode pendidikan Islam menurut Imam al-Ghazali yang berdasarkan al-Qur’an dan

al-Sunnah ialah mengandung pengertian yang sangat luas. Tidak hanya di tafsirkan

sebagai kegiatan mengajar saja kepada anak didik, namun lebih dari itu yang dimak-

sudkan dengan metode pendidikan menurut Imam Al-Ghazali ini adalah juga menjadi-

kan guru (al-mu’allim) sebagai figur sentral untuk dapat dijadikan teladan bagi anak

didiknya. Dalam hal ini, metode pendidikan yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali

adalah sejenis pendidikan guru atau pelatihan guru (teacher education or trainning).

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, berikut ini beberapa implikasi bagi

pengembangan pendidikan Islam, antara lain sebagai sebagai berikut:

1. Pendidikan agama Islam sebagai suatu sistem hendaklah diinterpretasikan sebagai

satu kesatuan yang utuh dan bulat terdiri dari berbagai komponen yang saling

menunjang, tidak dipisah-pisahkan.

2. Untuk memahami tentang sistem pendidikan agama Islam dengan baik dan benar

hendaknya merujuk kepada acuan nilai yang mendasarinya, yaitu al-Qur’an dan al-

Sunnah supaya terhindar dari kekeliruan yang dibuat.

3. Di samping penelaahan terhadap acuan nilai tersebut, diperlukan pula acuan lainnya,

seperti para pemikir pendidikan muslim lainnya, seperti Imam al-Ghazali. Oleh

Page 18: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

18

karena itu pemikiran Imam al-Ghazali mengenai pendidikan Islam hendaknya dapat

juga dijadikan sandaran bagi pengembangan pendidikan itu, baik pendidikan yang

bersirikan agama maupun non agama. Dan bahkan al-Ghazali tidak membedakan

sama sekali ilmu-ilmu itu. Karena baginya ilmu adalah alat untuk mencapai

keridhaan Allah.

4. Upaya untuk mengaktualisasikan pemikiran Imam al-Ghazali mengenai pendidikan

hendaknya diambil dari sumber rujukannya yang asli untuk menjaga keorsinilan

pemikiran tersebut.

Dengan demikian, pemikiran Imam al-Ghazali ini hendaknya dijadikan rujukan

bagi pengembangan ilmu pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang, terutama

pengembangan pendidikan bagi masyarakat Islam, yang kualitasnya tidak pernah bisa

mencapai ukuran berhasil yang memadai.

E. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Shaleh., Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al-

Qur’an serta Implementasinya, Bandung: Duponegoro, 1991.

Abdul Baqi, Muhammad Fuad., al-Lu’lu wal Marjan jilid 2, terjemahan Indonesia

oleh H. Salim Bahresy, Surabaya: Bina Ilmu, 1996.

Ahmad As-Sayid, Mahmud., Mendidik Generasi Qur’ani, Jakarta: Pustaka al-

Husna, 1991.

Ahmad Hidayat, Pengembangan Pendidikan Islam Menurut Imam Ghazali,

Bandung: Puslit, 1997.

Ahmad, Jamil., Seratus Tokoh Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.

Ahmadi Rn., Ali., Artikel: “Bimbingan Akhlak Muslim” dalam Majalah Media

Da’wah, Jakarta: DDII, 1987.

Ali, Hamdani., Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka kembang, 1987.

An-Nahlawi, Abdurrahman., Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam,

Bandung: Diponegoro, 1989.

Anshari, H.E. Saefudin., Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1986.

Al-Asqalani, Ibnu Hajjar., Fath al-Bari, juz VI & XII, T.tp.: Dar al-Fikr wa

Maktabah al-Salafiyah, T.tp.

Page 19: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

19

Al-Ghanimi al-Taftazani, Abu al-Wafa’., Sufi dari Zaman ke zaman, Bandung:

Pustaka, 1974.

Al-Ghazali, Imam., al-Munqidz min al-Dhalal, Istambul: Darussafeka, T.th.

-----------, Ihya ‘Ulum al-Din, jilid I, al-Nasir Se-rikat an-Nur Asia, T.tp., T.th.

-----------, Ayyuh al-Walad, Surabaya: Toko Kitab al-Hidayah, T.th.,

Al-Jurjani, Ali., al-Ta’rifat., Singapore: al-Haramain T.th.

Al-Mawla, Mohammad Jad., al-Khuluq al-Kamil, Kairo: al-Maktabah, 1971

Al-Thohar Ben ‘Asyur, Syaikh Muhammad., Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr.

Tunis: al-Dar al-Tunisiyyah, 1984.

Al-‘Utsaimin, Muhammad Ibn Shalih., Mushthalah al-Hadis, Saudi Arabia: Dar

al-Fatah al-Syariqah, 1994

Al-Suyuthi, Imam., al-Jami’ al-Shaghir jilid V, diterjemahkan oleh H. Nadjih

Ahjad, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1996.

Ar-Rosi, Abdurrahman., Keberadaan Manusia di Muka Bumi, Bandung:

Rosdakarya,1988.

Ash-Shiddieqy, TM. Hasby., Pengantar Ilmu Tafsir/al-Qur’an, Jakarta: Bulan

Bintang, 1986.

-----------, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.

Asyraf, Ali., Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1984.

Barnadib, Sutari Imam., Ilmu Pendidikan Teoritis, Jakarta: Kalam Mulia, 1987.

Chalil, Munawar., Kembali kepada al-Qur’an dan As-Sunnah,Jakarta: Bulan

Bintang, 1989.

Daen Indrakusuma, Amir., Pengantar Ilmu Pendidikan, Bandung: Usaha

Nasional, T.th.

Effendi, Usman., Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa, 1984.

Fatah Jalal, Abdul., Azas-azas Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro,1987.

Fadhil al-Jamali, Muhammad., Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an, Jakarta:

Kalam Mulia, 1986.

Faturrahman, Fuh., Wawasan Ilmu Pendidikan, Bandung: Fak. Tarbiyah IAIN

“SGD”, 1985.

Farida,Susan Noor.,Makalah: Hadits-hadis tentang Pendidikan, Program

Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 1999.

Page 20: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

20

Feisal, Yusuf Amir., Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani Press,

1995, hlm. 118-119.

------------,Makalah: Pokok-pokok tentang Ilmu Pendidikan Islam, Bandung:

Yayasan Ulul Albab, 1992

Fikry, Ali., al-Insan, Beirut: Dar al-Fikr, T.th.

Ghazali, M. Bahri., Konsep Ilmu Menurut al-Ghazali, Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, cet.II, 1996.

Hasan Sulaeman, Fathiyah., Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai Pendidikan,

Bandung: Diponegoro, 1989

------------, Konsep Pendidikan al-Ghazali, Bandung: Diponegoro, 1986.

Hidayat, A., al-Qur’an sebagai Konsep Dasar dalam Sistem Pendidikan Islam,

Bandung: Puslit IAIN, 1998.

Ibn Hanbal, Ahmad., Musnad Ahmad Ibn Hanbal, jilid III, dengan Hasyiah oleh

Ali Ibn Hisam al-Din al-Mutqi, Beirut: al-Maktab al-Islam, 1978.

Ibnu Rusn, Abidin., Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998.

Jawwad Ridha, Muhammad., Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan, Terjemah

Mahmud Arif, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.

Jabir al-Alwani, Thoha., The Qur’an and the Sunnah: The Time-Space Factor,

USA: International In-stitute of Islamic Thought (IIIT), 1991.

Jaya, Yahya., Spiritualisasi Islam dalam Mengembangkan Kepribadian dan

Kesehatan Mental, Jakarta: Ruhama, 1994

Langgulung, Hasan.,Asas-asas Pendidikan Islam,Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989.

--------------, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Alma’arif,

1980.

--------------, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986.

Madjid, Nurcholish., Masyarakat Religius, Jakarta Paramadina, 1997

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Alma’arif,

1989.

Mudhar, Atho., “Fiqh dan Reaktualisasi Ajaran Islam”, dalam Budhy Munawar-

Rachman (ed.) Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 1994.

Naufal, Abdul Razak., Umat Islam dan Sains Modern, Bandung: Husaini, 1987.

Page 21: PERCIKAN PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI DALAM · PDF fileStudi Kritis atas Kitab Ayyuh al-Walad ABSTRAK: ... perspektif pemikiran Imam al-Ghazali, yang dikenal luas sebagai ulama terkemuka

21

Quesem, Etika al-Ghazali, Bandung: Pustaka, 1998

Ramdhan al-Buthi, Muhammad., Fiqh al-Sirah, Beirut: Dar al-Fikr, 1980.

Razak, Nasrudin., Dienul Islam, Bandung: Alma’arif, 1986.

Schimmel, Annemarie., Dimensions of Islam, terjemahan Sapardi Djoko Damono,

dan diberi judul: Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000

Shaleh Abdullah, Abd al-Rahman., Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut

al-Qur’an serta Implemen-tasinya, Bandung: Diponegoro, 1991

Shihab, M.Quraisy., Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mi-zan, 1994.

Soetari Ad., H. Endang., Problematika Hadis, Bandung: Gunung Djati Press,

1997.

------------, Ilmu Hadis, Bandung: Gunung Djati Press, 1998.

Soenarjo, dkk., al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI. 1993.

Sudjana, Nana., dan Daeng Arifin, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,

Bandung: Sinar Baru, 1988.

Supardi, Ahmad., Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Fak. Tarbiyah

IAIN “SGD” 1986.

Syaefullah, Ali., Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya: Pustaka al-

Ikhlas, 1982.

Syafi’i, Imam., al-Risalah, terjemahan Ahmadi Toha, Jakarta: Pustaka Firdaus,

1987.

Umdirah, Abdurrahman., Metoda al-Qur’an dalam Pendidikan, Surabaya:

Mutiara Ilmu, T.th.

Vondeffer, Ahmad., Ilmu al-Qur’an Pengenalan Dasar, Jakarta: Rajawali Press,

1988.

Wahab, Salwa., Membina Muslim Sejati, Jakarta: Karya Indonesia, 1989.

Yahya, Mukhtar., dan Fathurrahman “Dasar-dasar Pembinaan Hukum Islam”

Bandung: Alma’arif, 1986.

Ya’qub, Hamzah., Filsafat Ketuhanan, Bandung: Alma’arif, 1987.

Zainuddin, Seluk beluk Pendidikan al-Ghazali, Jakarta: Bumi Angkasa, 1991.

Zuhairini dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional,

1983.