percepatan pembangunan daerah tertinggal

42
REPUBLIK INDONESIA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KHUSUS [ P2DTK ] DRAFT PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN [ PTP ] KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL [BAPPENAS] dan KEMENTERIAN NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL [KPDT] Juli 2006

Upload: idram-m-ladji

Post on 26-Dec-2015

82 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

DAN KHUSUS [ P2DTK ]

DRAFT PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

[ PTP ]

KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL [BAPPENAS]

dan KEMENTERIAN NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL [KPDT]

Juli 2006

Page 2: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

i

Pengantar Dalam rangka melaksanakan 3 agenda utama pembangunan nasional, untuk mewujudkan : Aman (peace), Adil (justice) dan Demokrasi (Democracy), dan Sejahtera (Prosperity), khususnya untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah, penanganan daerah-daerah tertinggal, maka pemerintah akan melaksanakan program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK).

Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) adalah sebagai salah satu upaya pemerintah untuk memfasilitasi dan mendampingi proses pemberdayaan masyarakat serta sebagai upaya untuk mengoptimalkan keterpaduan peran pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam percepatan pembangunan di daerah tertinggal.

Sehubungan dengan hal di atas, maka disusun Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) P2DTK yang merupakan penjabaran dari Pedoman Umum yang berisi tujuan, pendekatan, prinsip pengelolaan, ruang lingkup kegiatan, pendanaan dan pengadaan, organisasi pelaksana, mekanisme pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta keberlanjutan Program P2DTK.

Hal-hal lain yang merupakan penjelasan dari Petunjuk Teknis Pelaksanaan ini diatur dalam Penjelasan I (Forum-forum), Penjelasan II (Pendanaan dan Pengadaan), Penjelasan III (Tugas dan Tanggungjawab Pelaku), serta manual-manual Program P2DTK.

Demikian agar Petunjuk Teknis Pelaksanaan ini dapat dijadikan acuan pelaksanaan Program P2DTK di masing-masing daerah dan dapat digunakan sebagai dasar pembinaan pusat ke daerah.

Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah

Selaku Ketua Tim Pengarah TK-P2DTK Pusat

Dr. Luky Eko Wuryanto

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

ii

Daftar Isi

PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR AKRONIM v 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 3 1.3 Sasaran Lokasi dan Kelompok 3

2. PRINSIP dan KETENTUAN DASAR 5 2.1 Prinsip Pengelolaan 5 2.2 Ketentuan Dasar 6 2.2.1 Ketentuan Pendanaan 6 2.2.2 Usulan Kegiatan 7 2.2.3 Kegiatan yang tidak dapat Didanai 9 2.2.4 Sanksi 10

3. RUANG LINGKUP KEGIATAN 12 3.1 Bidang Peningkatan Kapasitas 12

3.2 Bidang Pelayanan Sosial Dasar (Pendidikan,Kesehatan)

13

3.3 Bidang Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat 14 3.4 Bidang Pengembangan Sektor Swasta 15 3.5 Bidang Infrastruktur 15

4. PENDANAAN DAN PENGADAAN 16 4.1 Pendanaan 16 4.1.1 Dana Bantuan Langsung Masyarakat 16 4.1.2 Dana Operasional Kegiatan 16 4.1.3 Dana Pembinaan dan Administrasi Program 17 4.2 Pengadaan 17

Page 3: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

iii

5. ORGANISASI PELAKSANA 19

5.1 Struktur Organisasi 19 5.2 Pelaku-Pelaku P2DTK 20

6. MEKANISME PELAKSANAAN 30 6.1 Sosialisasi 31 6.2 Perencanaan 33 6.3 Pelaksanaan 42

7. MONITORING DAN EVALUASI 57 7.1 Monitoring 57 7.1.1 Tujuan 57 7.1.2 Kegiatan 57 7.1.3 Pelaku Monitoring 59 7.1.4 Pemeriksaan 59 7.2 Evaluasi 60 7.3 Indikator Monitoring dan Evaluasi 64 7.4 Pengaduan dan Penanganan Masalah 65 7.5 Pelaporan 66

8. KEBERLANJUTAN 69 8.1 Tujuan Keberlanjutan 69 8.2 Upaya Keberlanjutan 69

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

iv

Daftar Gambar

Gambar 01 Struktur Organisasi Pelaksana 19

Gambar 02 Mekanisme Pengelolaan Kegiatan P2DTK 30

Gambar 03 Pengukuran Dampak Pelatihan 63

Page 4: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

v

Daftar Akronim

APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Nasional

APK : Angka Partisipasi Kasar

A/O : Administrasi dan Operasional

BA : Berita Acara

Bappeda : Badan Perencanaan Daerah

Bappenas : Badan Perencanaan Nasional

Bawasda : Badan Pengawas Daerah

BHM : Bantuan Hukum dan Masyarakat

BLM : Bantuan Langsung kepada Masyarakat

BO : Bank Operasional

BPD : Badan Perwakilan Desa

BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan

BPP : Badan Penyantun Puskesmas

Cabdindik : Cabang Dinas Pendidikan

Depdiknas : Departemen Pendidikan Nasional

DIPA : Daftar Isian Penggunaan Anggaran

DJPN : Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara

DOK : Dana Operasional Kegiatan

Fasko : Fasilitator Posko

FD : Fasilitator Desa

FK : Fasilitator kecamatan

FGD : Focus Group Discussion

FSS : Forum Sektor Swasta

HAM : Hak Asasi Manusia

In-seT : In-service Training

KBM : Kegiatan Belajar Mengajar

KDT : Kelompok Diskusi Terfokus

Kepres : Keputusan Presiden

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

vi

KM-KAB : Konsultan Manajemen Kabupaten

KM-Nas : Konsultan Manajemen Nasional

KM-Prop : Konsultan Manajemen Provinsi

KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

KPM : Kegiatan Pemberdayaan masyarakat

KW : Kwitansi

LPD : Laporan Penggunaan Dana

LPDK : Laporan Penggunaan Dana Kolektif

LP2K : Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan

LPK-PSS : Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MA : Madrasah Aliyah

MBS : Manajemen Berbasis Sekolah

MD : Musyawarah Desa

MKc : Musyawarah Kecamatan

MKb : Musyawarah Kabupaten

Mendiknas : Menteri Pendidikan Nasional

MI : Madrasah Ibtidaiyah

MKKS : Musyawarah Kerja Kepala Sekolah

Monev : Monitoring dan Evaluasi

MPMBS : Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

MPHM : Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat

MPU : Majelis Permusyawaratan Ulama

MSS : Musyawarah Sektor Swasta

MTs : Madrasah Tsanawiyah

NAD : Nanggroe Aceh Darussalam

NTT : Nusa Tenggara Timur

O & M : Operasi dan Pemeliharaan

On-seT : On-service Training

PAP : Pembinaan dan Administrasi Program

PEKKA : Perempuan Kepala Keluarga

Page 5: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

vii

Perdirjen Perbendaharaan : Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan

P2DTK : Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus

P3DT : Program Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal

P2KP : Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

P4K : Program Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil

PM : Pengacara Masyarakat

PNS : Pegawai Negeri Sipil

Posko : Pos Komunikasi

Pokja : Kelompok Kerja

PPA : Pejabat Pengguna Anggaran

PP-SPM : Pejabat Penerbit SPM

PPK : Program Pengembangan Kecamatan

PPKK : Pejabat Pembuat Komitmen Kabupaten

PSS : Pengembangan Sektor Swasta

PT : Perguruan Tinggi

PTP : Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

Pustu : Puskesmas Pembantu

Pusling : Puskesmas Keliling

RAB : Rencana Anggaran Biaya

RAPBS : Rencana Anggaran Pemasukan dan Belanja Sekolah

Retrieval : Kegiatan menarik siswa DO kejalur Pendidikan formal

RG P2DTK : Rekening Giro Bantuan Program P2DTK

RIPS : Rencana Induk Pengembangan Sekolah

RKB : Ruang Kelas Baru

RKdB : Realisasi Kegiatan dan Biaya

RKTL : Rencana Kerja Tindak lanjut

RKS : Rapat Komite Sekolah

RK-P2DTK : Rekening Kolektif P2DTK

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

viii

RKS : Rencana Kerja dan Syarat-sayarat

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Satker : Satuan Kerja

Satker Kabupaten : Satuan Kerja kabupaten

Satker Kecamatan : Satuan Kerja Kecamatan

SIM : Sistem Informasi Manajemen

SK : Surat Keputusan

SKO : Surat Keputusan Otorisasi

SPB : Surat Penetapan Bupati

SPC : Surat Penetapan Camat

SPK : Surat Perintah Kerja

SPKM : Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Pekerjaan

SPKMP : Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Pekerjaan

SPM : Standar Pelayanan Minimum

SPM-LS : Surat Perintah Membayar Langsung

SP2D : Surat Perjanjian Pemberian Dana

SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan

SPPBJ : Surat Penetapan Penyedia Barang dan Jasa

SPPK : Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan

SP3K : Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan

SPP-LS : Surat Permintaan Pembayaran Langsung

SSP : Surat Setoran Pajak

TK : Tim Koordinasi

TK-Kabupaten : Tim Koordinasi Kabupaten

TK-Kecamatan : Tim Koordinasi Kecamatan

TK-Nasional : Tim Koordinasi Nasional

TK-Provinsi : Tim Koordinasi Provinsi

TKT : Tim Kajian Teknis

TKT-Kabupaten : Tim Kajian Teknis Kabupaten

TKT-Kecamatan : Tim Kajian Teknis Kecamatan

Page 6: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

ix

TK-P2DTK : Tim Koordinasi P2DTK

TL KM-Nas : Team Leader KM-Nas.

TPK : Tim Pelaksana Kegiatan

TPKD : Tim Pelaksana Kegiatan Desa

TPKM : Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat

TPKP : Tim Pelaksana Kegiatan Pemuda

UKS : Usaha Kesehatan Sekolah

UPK : Unit Pengelola Keuangan

USB : Unit Sekolah Baru

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

x

Page 7: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

1

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agenda utama Kabinet Indonesia bersatu 2004-2009 difokuskan untuk mencapai Indonesia yang aman, damai, adil, demokratis, dan sejahtera. Masing-masing agenda utama tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam kerangka prioritas yang menjadi landasan penyelenggaraan program kerja dari seluruh jajaran kabinet bersatu pada lima tahun kedepan. Beberapa agenda dan program kerja prioritas Kabinet Indonesia Bersatu yang terkait dengan Pembangunan Daerah Tertinggal sangat erat berkaitan dengan :1

(1) Agenda dan programp ertahanan dan keamanan berkaitan dengan politik, dan harmoni sosial, seperti: memperbaiki proses desentralisasi dan otonomi daerah dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia, turut serta menjaga keutuhan, kedamaian, ketentraman dan menjaga terjaminnya toleransi antar umat beragama;

(2) Agenda dan program keadilan, berkaitan dengan hukum, dan hak azasi manusia akan bersinggungan dengan perwujudan keadilan sosial dan persamaan kesempatan;

(3) Agenda dan program demokrasi berkaitan dengan perwujudan ‘masyarakat madani‘ (civil society) khususnya mengenai pemberdayaan masyarakat dan peran serta masyarakat;

(4) Agenda dan program ekonomi dan kesejahteraan berkaitan dengan memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan peran sektor riil dan dunia usaha, mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan,

1 STRANAS KPDT hal 7-8

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

2

memacu pembangunan infrastruktur, menggerakkan investasi dan meningkatkan kualitas hidup, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup.

Berlakunya Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan daerah antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, UU Nomor 17 Tahun 2004 tentang keuangan negara, dan UU Nomor 25 Tahun 2005 tentang perencanaan pembangunan telah membuat hubungan antara pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah menjadi lebih terdesentralisasi dari berbagai sudut pandang termasuk dalam hal otoritas, manajemen, dan pendanaan. Pemberlakuan UU tersebut juga berimplikasi terhadap perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif, akuntabel, dan terbuka yang didasarkan pada pemberdayaan masyarakat dan tata pemerintahan yang baik seperti yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009. Dengan berlakunya UU diatas, Pemerintah Pusat hanya berfungsi sebagai motivator dan fasilitator. Hal demikian juga berlaku dalam upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal. Melalui Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), Pemerintah Pusat memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam melakukan pembangunan daerah-daerah tertinggal dan khusus untuk meningkatkan kapasitas sosial ekonomi daerah dengan mengembangkan kapasitas pemerintah kabupaten dalam memperkuat perencanaan partisipatif sebagai jalan menuju proses pembangunan yang normal dan secara operasional dapat mendorong terjadinya pendekatan yang efektif secara multi sektor. Dengan demikian diharapkan Pemerintah Daerah akan mampu mengatasi permasalahan dan tantangan dalam rangka mencapai agenda tersebut di atas.

Page 8: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

3

1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Secara umum Program P2DTK bertujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam mempercepat pemulihan dan pertumbuhan sosial ekonomi daerah-daerah tertinggal dan khusus. 1.2.2. Tujuan khusus (1) Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam

memfasilitasi pembangunan partisipatif . (2) Memberdayakan masyarakat dan lembaga-lembaga

masyarakat dalam perencanaan pembangunan partisipatif terutama bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

(3) Melembagakan pelaksanaan pembangunan partisipatif untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan), infrastruktur, penguatan hukum, capacity building, serta penciptaan iklim investasi dan iklim usaha.

(4) Memperbesar akses masyarakat terhadap keadilan. (5) Meningkatkan kemudahan hidup masyarakat terutama

keluarga miskin melalui penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial ekonomi.

1.3. Sasaran Lokasi dan Kelompok

1.3.1. Sasaran Lokasi

Sasaran lokasi Program P2DTK adalah kabupaten-kabupaten yang telah ditetapkan dalam Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 001/Kep/M-PDT/02/2005 yang meliputi:

(1) Daerah Tertinggal: Adalah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

4

dalam skala nasional. Secara terperinci daerah kabupaten tersebut memiliki ciri, yaitu: tertinggal secara ekonomi, sumberdaya manusia, prasarana/infrastruktur, kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas, dan karakteristik daerah yang kurang mendukung.

(2) Daerah Khusus dan Perbatasan: Adalah kabupaten yang mengalami bencana alam, bencana sosial serta daerah yang ada di perbatasan dengan Negara lain.

1.3.2. Sasaran Lokasi Kelompok yang menjadi sasaran program meliputi:

(1) Pemerintah daerah (2) Komunitas dan masyarakat (3) Lembaga sosial kemasyarakatan

Page 9: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

5

2. PRINSIP dan KETENTUAN DASAR 2.1. Prinsip Pengelolaan Progam P2DTK merupakan program yang diharapkan dapat menstimulasi percepatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat di daerah-daerah tertinggal dan khusus melalui pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas pemerintah daerah. Karenya, agar program ini dapat mencapai tujuan sebagaimana diuraikan diatas, maka diperlukan prinsip-prinsip pengelolaan program. (1) Desentralisasi, artinya memberikan kewenangan dan

tanggung jawab pengelolaan Program P2DTK kepada Pemerintah Daerah khususnya pemerintah kabupaten.( sesuai dengan UU No.32 Th 2004 dan UU No.33 Th 2004)

(2) Partisipatif, artinya mendorong keterlibatan masyarakat secara luas dan aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pembangunan.

(3) Prioritas, artinya pengelolaan kegiatan yang didanai berdasarkan prioritasnya dengan mengutamakan kebutuhan masyarakat miskin, musyawarah, dan perdamaian dalam pengambilan keputusan.

(4) Non diskriminatif, artinya pelaku dan penerima manfaat program tidak dibedakan baik dari segi suku, agama, ras, dan golongan masyarakat tertentu.

(5) Terbuka, artinya informasi pengelolaan kegiatan dapat diakses dan diketahui oleh masyarakat luas dan semua pihak.

(6) Kearifan Lokal, artinya memperhatikan adat istiadat dan budaya yang ada sebagai suatu kearifan tradisional yang terdapat dalam masyarakat.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

6

(7) Terpadu, artinya pengelolaan kegiatan dilakukan secara terpadu dalam satu kesatuan sistem dengan kegiatan pembangunan lainnya.

(8) Berwawasan lingkungan, artinya harus mempertimbangkan dampak kegiatan terhadap kondisi lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya baik jangka pendek, menengah dan panjang.

(9) Dapat dipertanggungjawabkan, artinya pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

(10) Berkelanjutan, artinya pengelolaan kegiatan memastikan terjadinya pemeliharaan dan pengembangan hasil-hasil pembangunan, penguatan kelembagaan serta terjadi proses penguatan mekanisme pembangunan reguler.

2.2. Ketentuan Dasar 2.2.1. Ketentuan Pendanaan

(1) Ketentuan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Kecamatan a. Diprioritaskan untuk membiayai usulan kegiatan

kerjasama antar desa yang lebih bersifat produktif, serta bermanfaat bagi perempuan dan pemuda.

b. Nilai setiap usulan yang dapat dibiayai dari dana BLM Kecamatan maksimal 300 juta rupiah.

c. Dialokasikan dana sebesar 5 persen dari BLM Kecamatan untuk membiayai kegiatan yang mendorong kerjasama antar pemuda dalam memelihara perdamaian. Kegiatan ini dibahas dan ditetapkan dalam forum khusus Pemuda Tingkat Kecamatan.

Page 10: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

7

(2) Alokasi Dana P2DTK Kecamatan ini adalah sebagai

berikut:

Jumlah Penduduk Alokasi Dana (Rupiah)

> 25.000 1 Miliar

> 15.000 tapi < 25.000 750 Juta

< 15.000 500 Juta

(3) Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Kabupaten

a. Dipergunakan untuk membiayai kegiatan yang mendorong rekonstruksi, kerjasama, dan pembangunan.

b. Minimal 30 persen dana BLM Kabupaten untuk membiayai kegiatan peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan.

c. Nilai setiap usulan yang dapat dibiayai dari dana BLM Kabupaten maksimal 750 juta rupiah.

(4) Alokasi Dana P2DTK Kabupaten adalah sebagai berikut :

Jumlah Penduduk Alokasi Dana (Rupiah)

> 250.000 3-5 Miliar

< 250.000 1-2 Miliar

2.2.2. Usulan Kegiatan Usulan kegiatan adalah uraian secara tertulis mengenai kegiatan yang akan dilakukan oleh desa, antar-desa, maupun kabupaten. Usulan kegiatan dirumuskan oleh Tim Kajian Teknis dari hasil identifikasi masalah dan gagasan yang ditetapkan dalam Musyawarah Desa.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

8

Usulan kegiatan dapat berupa satu paket kegiatan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat terdiri dari satu atau beberapa jenis kegiatan yang saling melengkapi. Jumlah usulan desa dan usulan antar-desa serta usulan pemuda tidak dibatasi. Usulan Tingkat Kecamatan

Berdasarkan Hasil Tim Kajian Teknis Kecamatan, Usulan P2DTK Kecamatan dapat dibedakan menjadi tiga usulan yaitu : (1) Usulan kegiatan Desa merupakan usulan yang terdiri

dari satu desa dengan satu atau beberapa jenis kegiatan yang saling melengkapi.

(2) Usulan kegiatan antar desa merupakan usulan yang terdiri dari 2 (dua) desa atau lebih dengan satu atau beberapa jenis kegiatan yang saling melengkapi.

(3) Usulan Pemuda adalah usulan hasil Musyawarah Pemuda di tingkat kecamatan dalam rangka mendorong peran pemuda untuk berpartisipasi aktif dalam pemulihan sosial ekonomi masyarakat dan memelihara perdamaian.

(Proses penetapan usulan akan dibahas secara khusus pada Penjelasan PTP tentang Forum-Forum).

Usulan Tingkat Kabupaten

Adalah usulan kegiatan hasil rumusan Tim Kajian Teknis Kabupaten melalui analisis/kajian teknis terhadap permasalahan dan gagasan masyarakat dari seluruh Kecamatan di lokasi Kabupaten P2DTK (termasuk Kecamatan non-P2DTK) serta hasil kegiatan Musyawarah Sektor Swasta (MSS). Usulan-usulan tersebut merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin dikelola di tingkat kecamatan. Usulan tingkat Kabupaten dibahas dan dipilih melalui Musyawarah Kabupaten dan ditetapkan untuk didanai P2DTK Kabupaten.

Page 11: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

9

(Mekanisme pembuatan usulan dana P2DTK Kabupaten dapat dilihat pada manual setiap bidang). 2.2.3. Kegiatan yang tidak dapat Didanai Kegiatan yang tidak dapat didanai adalah kegiatan yang berdasarkan kebijakan program tidak mendapatkan pendanaan dari program P2DTK, tetapi dimungkinkan untuk mendapatkan pendanaan dari program/pihak lain. Kegiatan yang tidak dapat didanai melalui program P2DTK, yaitu kegiatan untuk :

(1) Pengembangan Sektor Swasta, meliputi: a. Pembiayaan kredit bergulir. b. Pembiayaan pelatihan bagi pelaku usaha.

(2) Pendidikan, yaitu : pembangunan aula atau ruang pertemuan.

(3) Kesehatan, meliputi : a. Pembangunan/rehabilitasi bangunan Rumah Sakit

Umum/Unit. b. Pengadaan peralatan/obat untuk Rumah Sakit

Umum/Unit. c. Pembiayaan gaji/kontrak/insentif petugas untuk

Rumah Sakit/Unit. d. Pembangunan/penambahan gedung baru Puskesmas/

Pustu/Rumah Dokter/Paramedis. e. Pengadaan kendaraan Puskesmas Keliling (Pusling)

dan operasional Dinas Kesehatan.

(4) Pembiayaan gaji pegawai negeri.

(5) Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor dan tempat ibadah.

(6) Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan perlengkapannya.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

10

(7) Pembiayaan kegiatan reklamasi lahan atau pembangunan irigasi baru dengan luas yang lebih dari 50 ha.

(8) Pembiayaan kegiatan yang mengubah pengaliran sungai.

(9) Pembiayaan konstruksi penyimpanan air dengan kapasitas yang lebih dari 10.000 meter kubik.

Selain kegiatan yang tidak dapat didanai melalui program P2DTK, terdapat kegiatan yang dilarang dikembangkan melalui pendanaan program P2DTK. Kegiatan terlarang tersebut karena terkait dengan isu konvensi internasional seperti pelanggaran HAM, eksploitasi anak, perusakan lingkungan, dan lain-lain.

Daftar kegiatan yang dilarang, adalah :

(1) Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes, dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan.

(2) Pembiayaan kegiatan yang mempekerjakan anak-anak di bawah usia kerja.

(3) Pembiayaan kegiatan politik praktis/partai politik.

(4) Pembiayaan apa saja yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata.

(5) Pembelian pupuk kimiawi, obat pertanian kimiawi (insektisida, pestisida, herbisida, dan sebagainya).

(6) Pembiayaan kegiatan yang berkaitan dengan tembakau.

2.2.4. Sanksi (1) Sanksi adalah hukuman terhadap pelanggaran

kesepakatan dan peraturan yang telah dibuat dalam P2DTK.

Page 12: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

11

(2) Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan P2DTK, sehingga warga masyarakat yang seharusnya bisa merasakan manfaat program tidak dirugikan dan program dapat berjalan dengan baik serta berkelanjutan.

(3) Sanksi dapat ditetapkan oleh pemerintah maupun masyarakat.

(4) Sanksi yang ditetapkan oleh pemerintah dapat dikenakan pada aparat, konsultan, dan masyarakat sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

(5) Sanksi yang ditetapkan oleh masyarakat bersifat sanksi sosial yang disepakati dalam musyawarah di berbagai tingkatan sesuai kebutuhan.

(6) Sanksi dari pemerintah kepada kecamatan atau kabupaten secara keseluruhan dapat berupa tidak diberikannya dana P2DTK pada tahun berikutnya.

(7) Sanksi juga dapat diberikan kepada kabupaten dan/atau kecamatan yang tidak memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangun dengan dana P2DTK ataupun menyalahi prinsip-prinsip P2DTK, menyalahgunakan dana, wewenang serta indikator-indikator lain sesuai hasil monitoring dan evaluasi P2DTK.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

12

3. RUANG LINGKUP KEGIATAN Sesuai dengan jenis dan sebaran masalahnya, maka Progam P2DTK bekerja dalam lima bidang utama, yaitu: peningkatan kapasitas, pelayanan sosial dasar masyarakat (pendidikan dan kesehatan), mediasi dan penguatan hukum masyarakat (MPHM), pengembangan sektor swasta (PSS), dan pengembangan Infrastruktur. 3.1. Bidang Peningkatan Kapasitas Tujuan kegiatan bidang peningkatan kapasitas adalah untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan, baik dari aparat pemerintah, anggota DPRD, maupun swasta dalam perencanaan partisipatif dan penguatan kelembagaan. Sedangkan lingkup kegiatan bidang peningkatan kapasitas, adalah :

(1) Peningkatan kapasitas administrasi untuk persiapan proposal kegiatan sosial dan infrastruktur.

(2) Peningkatan kapasitas dalam mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat untuk menjamin keberlanjutan program.

(3) Peningkatan kemampuan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif.

(4) Penyusunan kebijakan yang partisipatif dan tidak berubah-ubah.

(5) Pengintegrasian program-program yang dilaksanakan oleh pihak lain.

Page 13: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

13

3.2. Bidang Pelayanan Sosial Dasar Masyarakat 3.2.1. Pendidikan Tujuan kegiatan bidang pendidikan adalah untuk melaksanakan pembangunan pendidikan di daerah tertinggal dan khusus melalui program perluasan akses, peningkatan mutu pendidikan, dan pemantapan manajemen pendidikan untuk kepentingan terbaik anak agar tidak ketinggalan dengan kemajuan pendidikan di daerah lain. Ruang lingkup kegiatan bidang pendidikan, meliputi :

(1) Perluasan akses pendidikan untuk memberikan kesempatan yang luas kepada anak dalam memperoleh layanan pendidikan dasar.

(2) Peningkatan mutu pendidikan dengan fokus pada upaya menciptakan proses belajar yang efektif dan menyenangkan.

(3) Pemantapan Manajemen Pendidikan untuk kegiatan pengembangan dan pemantapan kapasitas lembaga pendidikan serta staf/pelaku pendidikan.

3.2.2. Bidang Kesehatan Tujuan kegiatan bidang kesehatan adalah untuk mmemperbaiki akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar yang adil dan merata, melalui peran serta masyarakat dan lembaga pelayanan kesehatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program kesehatan. Ruang lingkup kegiatan bidang kesehatan, meliputi :

(1) Pelaksanaan upaya kesehatan wajib dalam rangka memperbaiki akses dan mutu pelaksanaan. Upaya ini meliputi: promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu-anak dan Keluarga Berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

14

pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan sederhana.

(2) Pelaksanaan upaya kesehatan pengembangan, yang terdiri dari: kesehatan sekolah, perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan kerja, kesehatan gigi mulut, kesehatan jiwa, kesehatan usia lanjut, dan pengobatan tradisional.

(3) Pelaksanaan upaya inovatif penyelengaraan pelayanan kesehatan, yang dilakukan antara lain dengan melakukan uji coba dengan gerakan masyarakat dalam pencapaian total sanitasi, warga siaga kesehatan ibu dan anak, kontrak tenaga kesehatan berbasis kinerja, serta kontrak lembaga pemberi pelayanan kesehatan dasar.

3.3. Bidang Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat Tujuan kegiatan bidang MPHM adalah untuk melakukan penguatan hukum kepada masyarakat di lokasi program P2DTK agar dapat menangani berbagai sengketa dan masalah hukum berdasarkan kemampuan mereka sendiri sebagai faktor pendukung pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, meningkatkan stabilitas dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan MPHM, yaitu : (1) Pemetaan kebutuhan bantuan hukum dan keadilan

masyarakat.

(2) Pelatihan keterampilan mengenai penyelesaian sengketa secara alternatif untuk tokoh dan lembaga di masyarakat yang bersedia terlibat dalam kegiatan dan penguatan lembaga lokal.

(3) Upaya Pendidikan dan penyadaran hukum kepada masyarakat yang dilakukan secara partisipatif dan berdasarkan kasus dan skenario (role-play dan simulasi) nyata serta menggunakan “bahasa rakyat” khususnya

Page 14: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

15

melalui Pos Komunikasi Bantuan Hukum Masyarakat (Posko BHM).

(4) Penanganan sengketa dengan menggunakan prinsip damai dan rekonsiliatif, secepat mungkin, sedekat mungkin dengan sumbernya, dan melibatkan pihak yang bersengketa.

3.4. Bidang Pengembangan Sektor Swasta Tujuan kegiatan bidang PSS adalah untuk membantu pemerintah daerah dan masyarakat melakukan pembangunan kondisi ekonomi yang lebih baik guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan membangkitkan kembali iklim investasi di daerah tersebut. Ruang lingkup kegiatan PSS, meliput :

(1) Mendukung perubahan iklim usaha dan investasi yang lebih baik dengan mengembangkan mekanisme dialog, kerjasama antar sektor swasta dan pemerintah daerah serta menciptakan regulasi yang dapat memperbaiki iklim usaha dan investasi.

(2) Pemulihan kondisi pelayanan usaha yang berorientasi pasar melalui pembangunan sarana dan prasarana, serta peningkatan kapasitas sektor swasta dan pemerintah daerah.

3.5. Bidang Infrastruktur Tujuan kegiatan bidang infrastruktur adalah untuk membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana yang dapat mendukung kemudahan aksesibilitas masyarakat dalam memperbaiki kesejahteraan sosial masyarakat. (1) Perbaikan dan pembangunan infrastruktur untuk

menunjang pengembangan sektor swasta.

(2) Perbaikan dan pembangunan infrastruktur di bidang pendidikan dan bidang kesehatan.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

16

4. PENDANAAN dan PENGADAAN 4.1. Pendanaan Pendanaan P2DTK dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu: (1) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), (2) Dana Operasional Kegiatan (DOK), dan dana Pembinaan dan Administrasi Program (PAP). Proses penyaluran dan pencairan Dana BLM dan DOK P2DTK mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan (perdirjen) Departemen Keuangan tentang Petunjuk Pencairan Dana Loan IBRD No.4788-IND/CREDIT No.4076-IND.

4.1.1. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diberikan oleh Pemerintah Pusat melalui program P2DTK digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan sarana dan prasarana publik serta peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan. Dana BLM dialokasikan pada tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Setiap kecamatan maupun kabupaten akan mendapatkan bantuan dana P2DTK maksimal selama tiga tahun. 4.1.2. Dana Operasional Kegiatan Dana Operasional Kegiatan (DOK) merupakan dana stimulan yang dipergunakan untuk membiayai proses perencanaan di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa. Dana Operasional Kegiatan di tingkat kecamatan disebut DOK P2DTK Kecamatan yang digunakan untuk membiayai kegiatan perencanaan P2DTK Kecamatan. Dana Operasional

Page 15: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

17

Kegiatan di tingkat Kabupaten disebut DOK P2DTK Kabupaten yang digunakan untuk membiayai kegiatan perencanaan P2DTK Kabupaten. 4.1.3. Dana Pembinaan Dan Administrasi Program (PAP) Dana PAP merupakan dana bantuan yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan P2DTK seperti: biaya operasional Sekretariat P2DTK, kegiatan pendampingan, tim koordinasi, operasional Satker, subsidi DOK, dan biaya kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat sesuai dengan keputusan Tim Koordinasi dan Tim Pelaksana dimasing-masing tingkatan.

(1) Dana PAP Pusat bersumber dari APBN dengan jumlah sesuai kebutuhan administrasi kegiatan yang ada di pusat.

(2) Dana PAP Provinsi bersumber dari APBD Provinsi jumlahnya adalah minimal sebesar 0,5 (setengah) dari jumlah dana alokasi Program P2DTK yang dialokasikan kepada seluruh kabupaten di provinsi tersebut.

(3) Dana PAP Kabupaten bersumber dari APBD Kabupaten sebesar minimal 3 % (tiga persen) dari total alokasi dana P2DTK Kabupaten dan dana P2DTK Kecamatan.

4.2. Pengadaan Pengadaan dalam Program P2DTK, adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan barang dan atau jasa guna mendukung pelaksanaan program P2DTK. Pengadaan penyedia barang/jasa dilakukan agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa berjalan secara efisien, efektif, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Proses pengadaan penyedia barang/jasa meliputi metode pemilihan penyedia barang/jasa, metode penyampaian dokumen penawaran, metode evaluasi penawaran, dan jenis kontrak dengan mempertimbangkan jenis, sifat, dan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

18

nilai barang/jasa serta kondisi lokasi, kepentingan masyarakat, dan jumlah penyedia barang/jasa yang ada. Pengadaan barang/jasa dalam P2DTK dibagi menjadi dua metode pelaksanaan pengadaan sebagai berikut : 1) Pengadaan penyedia barang/jasa di tingkat Kabupaten

dilakukan oleh Panitia Lelang yang ditetapkan oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Kabupaten. Panitia bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan pengadaan P2DTK dan penjelasannya. Panitia Lelang ini akan dilatih oleh Konsultan Pengadaan sebelum menjalankan tugasnya.

2) Pelaksanaan pengadaan barang/jasa untuk P2DTK Kecamatan dilakukan oleh TPK bersama masyarakat dengan cara swakelola.

Selengkapnya mengenai pengadaan Penyedia Barang/Jasa dapat dilihat dalam dokumen Penjelasan Pengadaan dan Pendanaan.

Page 16: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

19

5. ORGANISASI PELAKSANA 5.1. Struktur Organisasi

Satker Pusat

PUSA

T DE

SA

KECA

MATA

N PR

OvIN

SI

KABU

PATE

N

TPK ( Desa)

Sekr. P2DTK Kab

Sekr. P2DTK Pusat

Gubernur

Bupati

Camat

Kades

Tim Koordinasi P2DTK Pusat KM Pusat

Tim Koordinasi P2DTK Provinsi

KM Provinsi

Tim Koordinasi P2DTK Kabupaten KM Kab

Satker Kab

Satker Kec

FK

UPK (Kecamatan)

FD

Pihak ketiga

MASYARAKAT

KPDT

TPK Kab

Tim Koordinasi P2DTK Kec

TPK (Antar Desa,

Pembinaan

Bantuan Teknis

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

20

5.2. Pelaku-Pelaku P2DTK Pelaku-pelaku P2DTK adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan program P2DTK yang terdiri dari masyarakat, lembaga masyarakat, konsultan, pejabat dan lembaga pemerintah mulai dari desa hingga pusat. Adapun pelaku dalam program P2DTK, adalah sebagai berikut :

(1) Pelaku Program P2DTK Program P2DTKTingkat Tingkat PusatPusat, adalah pelaku yang berkedudukan di Jakarta dengan lingkup wilayah kerja seluruh lokasi Program P2DTK, terdiri dari :

a. Satker P2DTK Pusat, adalah penanggung jawab seluruh kegiatan yang berakibat pengeluaran dana yang mencakup pencairan dan administrasi Program P2DTK di tingkat pusat. Satker Pusat terdiri dari Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (PKPA), Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja, pejabat yang diberi kewenangan untuk menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM), dan Bendahara;

b. Tim Koordinasi Tingkat Pusat- P2DTK, adalah tim yang ditetapkan berdasarkan SK Keputusan Meneg PPN)/Bappenas untuk melakukan pembinaan dan pengendalian Program P2DTK di tingkat nasional/pusat;

c. Konsultan Manajemen Nasional (KM Nas), adalah tim konsultan yang bertugas membantu pengendalian fungsional dalam mengimplementasikan program sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dalam Program P2DTK di tingkat nasional/pusat.

Page 17: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

21

(2) Pelaku Program P2DTK Tingkat Provinsi, adalah pelaku yang berkedudukan di lingkup wilayah kerja provinsi yang menjadi lokasi Program P2DTK, terdiri dar:

a. Gubernur, berperan sebagai penanggung jawab pelaksanaan dan pembina program P2DTK tingkat Provinsi;

b. DPRD Provinsi, adalah lembaga yang memberikan dukungan kebijakan untuk kelancaran pelaksanaan dan keberlanjutan kegiatan Program P2DTK ditingkat provinsi;

c. Tim Koordinasi Provinsi, adalah tim yang melakukan pembinaan dan pengendalian program serta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program P2DTK di tingkat provinsi;

d. Konsultan Manajemen Provinsi (KM Prov), adalah tim yang bertugas untuk memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada KM P2DTK KabKM Kab untuk menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan mekanisme dan prinsip-prinsip Program P2DTK. Konsultan Manajemen Provinsi terdiri dari: Koordinator, Konsultan Manajemen Informasi, Konsultan Penanganan dan Pengaduan, serta Konsultan Pelatihan.

e. Lembaga Primer MPHM, adalah lembaga profesional independen yang bergerak di bidang hukum yang bertugas untuk melakukan kegiatan kajian dan penguatan hukum masyarakat serta fasilitasi penanganan sengketa secara hukum di lokasi Program P2DTK.

f. Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta (LPKPSS), adalah lembaga profesional yang bertanggungjawabbertanggung jawab terhadap kegiatan pengembangan sektor swasta mulai dari tahap persiapan, perencanaan, implementasi, monitoring, sampai dengan evaluasi.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

22

g. Perusahaan Konsultan Pengadaan dan Manajemen Keuangan P2DTK, adalah lembaga yang memberikan bantuan teknis terhadap pelaksanaan seluruh pengadaan barang/jasa dan manajemen keuangan Program P2DTK secara transparan dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Lembaga Monitoring Independen (Provincial Based Monitoring), adalah LSMLSMlembaga (LSM atau media massa) yang bertugas melakukan kegiatan Provincial Base Monitoring (PBM) monitoring dan evaluasi guna memberikan pandangan obyektif terhadap proses dan hasil kegiatan Program P2DTK. Selain Provincial Based Monitoring juga terdapat Lembaga pemantau lainnya dari pers.

(3) Pelaku P2DTK Tingkat Kabupaten, adalah pihak-

pihak yang terlibat dalam pengelolaan Program P2DTK yang terdiri dari masyarakat, lembaga masyarakat, konsultan, pejabat, dan lembaga pemerintah, terdiri dari :

a. Bupati, adalah penanggung jawab pelaksanaan Program P2DTK di tingkat kabupaten, pembina Tim Koordinasi P2DTK Kabupaten (TK P2DTK Kab), dan Kuasa Pengguna Anggaran;

b. DPRD Kabupaten, adalah lembaga yang berperan memberikan dukungan kebijakan untuk kelancaran pelaksanaan dan keberlanjutan kegiatan Program P2DTK di Kabupaten.

c. Satuan Kerja (Satker) Kabupaten, adalah penanggung jawab seluruh kegiatan yang berakibat pengeluaran dana yang mencakup pencairan dan administrasi Program P2DTK di tingkat kabupaten. Satker Kabupaten terdiri dari Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penerbit SPM dan Bendahara Pengeluaran. Pejabat Satker Kabupaten berasal dari staf Bappeda yang ditetapkan oleh Bupati atas usulan Kepala Bappeda.

Page 18: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

23

d. Tim Koordinasi P2DTK Kabupaten, adalah tim yang berperan untuk melakukan pembinaan, dan pengendalian serta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program P2DTK di tingkat kabupaten. Tim Koordinasi Kabupaten terdiri dari unsur: Bappeda Kabupaten selaku Ketua Tim Koordinasi, serta dinas dan atau kantor teknis lain yang terkait dengan pelaksanaan Progam P2DTK.

e. Konsultan Manajemen Kabupaten (KM Kab), adalah tim konsultan yang yang bertugas melakukan pendampingan terhadap TK P2DTK Kab dan memberikan dukungan teknis kepada pelaku-pelaku di kabupaten terutama Fasilitator Kecamatan (FK) untuk menjamin pelaksanaan program Program P2DTK sesuai dengan mekanisme dan prinsip-prinsip Program P2DTK.

Di setiap kabupaten terdapat 3 (tiga) KM P2DTK Kab yang memiliki keahlian di bidang pemberdayaan masyarakat dan infrastruktur, pendidikan, serta kesehatan. Salah satu KM P2DTK Kab tersebut akan berperan sebagai Koordinator KM P2DTK Kab

f. Koordinator PSS Kabupaten, adalah merupakan konsultan profesional yang direkrut oleh Lembaga Pelaksana Kegiatan – Pengembangan Sektor Swasta (LPK-PSS) untuk melaksanaan kajian, pendampingan, dan kegiatan PSS agar sesuai dengan prinsip PSS- Program P2DTKProgram P2DTK mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga keberlanjutan program.

g. Pengacara Masyarakat, adalah Tim kerja Lembaga Primer MPHM yang bertugas untuk mendukung tugas Fasilitator Posko BHM (Fasko BHM) dalam memfasilitasi persoalan hukum yang dihadapi masyarakat di tingkat kabupaten.

h. Konsultan Pengadaan Kabupaten, adalah konsultan profesional bidang pengadaan dan keuangan yang berkedudukan di kabupaten dan berperan sebagai

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

24

pelatih dan pendamping Satker, TPK P2DTK Kab, dan Panitia Lelang kabupaten. Penyediaan tenaga ahli konsultan pengadaan dan keuangan dalam program P2DTK dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya proses pengadaan dan manajemen keuangan secara transparan dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

a. Konsultan Keuangan Kabupaten, adalah konsultan profesional bidang keuangan yang berperan sebagai pelatih dan pendamping PP Komitmen Kabupaten dan TPK Kab. Penyediaan konsultan keuangan dalam program P2DTK dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya proses manajemen keuangan secara transparan dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

i. Dewan Pendidikan Kabupaten, adalah badan yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di Kabupaten.

j. Dewan Kesehatan Kabupaten, adalah badan yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka memperkuat hubungan antara masyarakat selaku pengguna layanan kesehatan dengan Pemerintah Daerah (khususnya dengan Dinas Kesehatan) dan penyedia layanan lainnya.

k. Tim Kajian Teknis Kabupaten, adalah tim independen yang bertugas untuk melakukan analisis teknis terhadap gagasan tentang kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan menyusun usulan kegiatan kabupaten berdasarkan jangka pendek, menengah, dan panjang dengan menyusun kegiatan prioritas, pelengkap, dan pendukung untuk kegiatan jangka pendek sesuai kaidah-kaidah teknis untuk dibahas dalam MKb Perangkingan. TKT Kabupaten terdiri dari unsur-unsur masyarakat, dinas-dinas terkait, LSM, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga atau institusi yang terkait.

Page 19: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

25

l. Tim Desain dan RAB Kabupaten, adalah tim yang bertugas untuk merancang dan menyusun detail teknis dan keuangan usulan kegiatan kabupaten setelah dilakukan urutan prioritas usulan kegiatan kabupaten oleh TKT P2DTK KabTKT Kab.

m. Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Kabupaten, adalah tim yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersumber dari dana program Program P2DTK Kabupaten yang berasal dari unsur masyarakat dan aparat.

TPK terdiri dari unsur-unsur masyarakat, dinas-dinas terkait, LSM dan perguruan tinggi di lingkungan kabupaten sasaran. TPK dibentuk dengan struktur yang sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta dua bidang teknis dan administrasi yang dipilih melalui Musyawarah Kabupaten dan disahkan oleh Bupati.

(4) Pelaku Tingkat Kecamatan, terdiri dari :

a. Camat, adalah penanggung jawab pelaksanaan Program P2DTK, pembina Tim Koordinasi P2DTK (TK P2DTK Kec) di wilayah kecamatan.

b. Satuan Kerja Kecamatan (Satker Kecamatan) , adalah penanggung jawab seluruh kegiatan yang berakibat pengeluaran dana yang mencakup pencairan dan administrasi Program P2DTK di tingkat kecamatan dari KPPN ke rekening program.

Satker Kecamatan terdiri dari Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat penerbit SPM dan Bendahara Pengeluaran. Ditunjuk seorang staf kecamatan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen dan staf Kecamatan lainnya sebagai Pejabat Penerbit SPM dan Bendahara Pengeluaran yang ditetapkan oleh Bupati atas usulan Camat,

c. Tim Koordinasi P2DTK Kecamatan, adalah tim yang berperan untuk melakukan pembinaan, dan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

26

pengendalian serta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program P2DTK di tingkat kecamatan.

d. Fasilitator Kecamatan (FK), adalah tenaga pendamping program yang memberikan bantuan teknis terhadap masyarakat dan aparat pemerintah dalam pengelolaan program di tingkat kecamatan dan desa. Di setiap kecamatan lokasi program akan disediakan satu tenaga Fasilitator Kecamatan.

e. Pendamping Lokal, adalah kader pembangunan di tingkat Kecamatan yang bekerjasama dengan FK dalam memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan tahapan kegiatan P2DTK mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan. Di setiap kecamatan lokasi program akan disediakan dua Pendamping Lokal, dimana 1 perempuan dan 1 laki-laki.

f. Enumerator PSS, adalah Tim Kerja LPK-PSS yang bertugas melaksanakan kegiatan pengumpulan data kondisi sektor swasta di tingkat desa sesuai dengan panduan survey baseline survey serta membentuk dan memfasilitasi menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD).

g. Tim Kajian Teknis Kecamatan (TKT Kecamatan), adalah tim independen yang bertugas melakukan analisis terhadap potensi, permasalahan, dan gagasan desa guna menghasilkan rancangan kegiatan antar-desa, kegiatan desa yang akan dibahas dalam Musyawarah Kecamatan Perangkingan. Tim Kajian Teknis Kecamatan juga menghasilkan daftar permasalahan dan atau kebutuhan yang akan disampaikan kepada tim kajian teknis Kabupaten. terdiri dari lembaga-lembaga, instansi teknis, atau individu yang memiliki kapasitas sesuai dengan bidang kegiatan Progam P2DTK (BPP, Pokja Pendidikan, perwakilan FGD dari PSS, sub-sub dinas teknis dsb.).

Page 20: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

27

h. Badan Penyantun Puskesmas (BPP), adalah lembaga yang berperan menerapkan dan melaksanakan standar pelayanan minimal dalam bidang kesehatan.

i. Kelompok Kerja Pendidikan, adalah forum pengembangan pendidikan dasar yang berperan sebagai sebagai Tim Kajian Teknis Kecamatan untuk bidang pendidikan.

j. Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan (UPK), adalah Tim Pengelola kegiatan P2DTK yang bertanggung jawab atas pelaskanaan kegiatan dan administrasi P2DTK di tingkat kecamatan. UPK kecamatan dibentuk dengan struktur yang sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara yang dipilih dari usulan masing-masing desa melalui forum musyawarah pembangunan di tingkat kecamatan dan disahkan oleh Camat.

k. TPK-P, adalah adalah tim bertugas untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan yang didanai P2DTK sesuai kesepakatan Musyawarah Pemuda. TPK-P dibentuk dengan struktur yang sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. TPK Pemuda dipilih melalui Musyawarah Pemuda ditingkat kecamatan. Jika ada kegiatan antar desa maka di bentuk TPK Antar Desa (TPK-AD) yang dipilih dalam forum Musyawarah antar-desa.

l. Fasilitator Posko BHM, adalah Tim Kerja LP-MPHM yang bertugas untuk menghubungkan Paralegal dan masyarakat dengan aktor atau lembaga lain yang dianggap mampu untuk membantu menyelesaikan masalah yang dilaporkan, baik melalui mekanisme hukum formal maupun melalui mekanisme informal.

m. Tim Desain dan RAB Kecamatan, adalah tim independen yang bertugas merancang dan menyusun detail secara teknis serta keuangan usulan kegiatan setelah dilakukan perangkingan oleh Musyawarah Kecamatan penetapan usulan/ perangkingan.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

28

n. Tim Pengamat, adalah tim independen yang bertugas untuk melakukan pengamatan terhadap proses diskusi pada Musyawarah Kecamatan Perangkingan dan Pendanaan untuk memastikan bahwa jalannya diskusi berlangsung secara partisipatif dan sesuai prinsip-prinsip P2DTK.

(5) Pelaku P2DTK Tingkat Desa, terdiri dari :

a. Kepala Desa, penanggung jawab pelaksanaan Program P2DTK di wilayahnya baik yang dilaksanakan oleh desa dan ataupun kerjasama antar desa.

b. Badan Perwakilan Desa (BPD), adalah lembaga yang berperan sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan program P2DTK baik yang dilaksanakan di desa ataupun antar-desa serta bertanggung jawab atas tersalurkannya aspirasi kebutuhan masyarakat dalam proses musyawarah desa, serta tersusunnya kebijakan desa untuk memanfaatkan, melestarikan dan mengembangkan hasil-hasil P2DTK.

c. Fasilitator Desa, adalah tenaga pendamping bertugas memfasilitasi kegiatan pengelolaan P2DTK di desa khususnya dalam proses penggalian gagasan di dusun dan desa.

d. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), adalah tim bertugas untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan yang didanai P2DTK sesuai kesepakatan musyawarah desa. TPK dibentuk dengan struktur sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara yang dipilih dari unsur masyarakat melalui Musyawarah Desa.

e. Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM), adalah tim yang bertugas adalah melakukan proses identifikasi masalah pelayanan kesehatan masyarakat.

f. Komite Sekolah, adalah tim yang bertugas melakukan proses identifikasi masalaha pelayanan pendidikan di

Page 21: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

29

sekolah, serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan.

g. Pelaku Usaha, adalah tenaga yang berperan sebagai partisipan pengambilan keputusan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan usaha.

Penjelasan selengkapnya mengenai tugas dan pelaku serta mekanisme pemilihannya dapat dilihat dalam dokumen penjelasan PTP tentang Pelaku-Pelaku.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

30

6. MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM

MSS

Page 22: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

31

Mekanisme pelaksanaan program merupakan tahapan- kegiatan mulai dari sosialisasi, perencanaan sampai dengan pelaksanaan. 6.1. Sosialisasi Sosialisasi dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan mengenai konsep dasar, tujuan, sasaran, prinsip-prinsip, kebijakan, serta proses dan mekanisme pelaksanaan P2DTK melalui berbagai forum di tingkat pusat maupun daerah sehingga semua pelaku P2DTK memiliki pemahaman atau persepsi yang sama terhadap program. 6.1.1. Sosialisasi Formal Sosialisasi formal Program P2DTK dilakukan melalui :

(1) Sosialisasi Nasional Sosialisasi ini diselenggarakan oleh Tim Koordinasi-P2DTK Pusat yang didukung oleh sekretariat P2DTK Pusat dan KM-Nas. Agenda utama yang dibahas dalam sosialisasi ini meliputi orientasi program, pola kerja pembinaan program, mekanisme koordinasi dan kesepakatan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) program tingkat Nasional. Peserta sosialisasi meliputi Tim Koordinasi-P2DTK Pusat, Departemen terkait, lembaga-lembaga lain termasuk jurnalis dan anggota DPR-RI. (2) Sosialisasi Provinsi Sosialisasi Provinsi diselenggarakan oleh KM Prov bersama dengan TK-P2DTK Provinsi. Agenda utama yang dibahas dalam sosialisasi ini meliputi orientasi program, pola kerja pencapaian tujuan program, mekanisme koordinasi, pembentukan Satker maupun pelaku lainnya baik di tingkat Kabupaten maupun Kecamatan, dan penyusunan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL). Peserta sosialisasi terdiri dari TK Prov, perwakilan pemerintah kabupaten, TK Kab, Perguruan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

32

Tinggi, LSM, DPRD Provinsi, Pers, perwakilan dari program lain, dan lain-lain. (3) Sosialisasi Kabupaten Sosialisasi Kabupaten diselenggarakan oleh KM Kab bersama-sama dengan TK-P2DTK Kabupaten. Agenda utama yang dibahas dalam sosialisasi ini meliputi orientasi program, mekanisme pelaksanaan kegiatan, pembentukan pelaku program baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan dan menyepakati Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL). Peserta sosialisasi terdiri dari TK-P2DTK Kab, instansi terkait, DPRD Kabupaten, LSM, Perguruan Tinggi, Camat, Satker Kabupaten, perwakilan dari program lain, dan lain-lain.

(4) Sosialisasi Kecamatan Sosialisasi P2DTK di kecamatan dilakukan melalui forum musyawarah kecamatan. Forum ini difasilitasi oleh FK bersama-sama dengan TK-P2DTK Kecamatan. Agenda utama pada sosialisasi ini meliputi penjelasan program, peran desa dalam program serta kesepakatan jadwal pelaksanaan program. Forum ini dihadiri wakil dari masing-masing desa, Tim koordinasi kecamatan, Satker Kecamatan, tokoh masyarakat, pemuda, perwakilan dari program lain, dan organisasi lokal lainnya di tingkat kecamatan.

(5) Sosialisasi Desa Sosialisasi P2DTK di tingkat desa dilakukan melalui forum musyawarah desa. Sosialisasi ini difasilitasi oleh aparat desa dengan didukung oleh Satker Kecamatan dan fasilitator kecamatan. Agenda utama pada sosialisasi ini meliputi penjelasan program, sosialisasi hasil pertemuan kecamatan, peran desa dalam program dan kesepakatan jadwal pelaksanaan program. Forum ini dihadiri oleh masyarakat desa yang mewakili seluruh unsur desa seperti Badan Perwakilan Desa (BPD), kelompok pemuda, tani, dan perempuan serta, perwakilan dari program lain, dan organisasi lokal lainnya di tingkat desa.

Page 23: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

33

(6) Sosialisasi Dusun/Kelompok Sosialisasi P2DTK tingkat dusun/kelompok dilakukan dalam kegiatan pemetaan sosial dan identifikasi potensi, masalah, dan gagasan. Sosialisasi tingkat dusun/kelompok difasilitasi oleh FD bersama-sama aparat desa dan pengurus BPD. Pertemuan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, warga dusun dan anggota kelompok. Lebih jelas tentang pelaksanaan Sosialisasi P2DTK dapat dilihat pada penjelasan PTP tentang Forum-Forum. 6.1.2. Sosialisasi Informal Selain sosialisasi formal, juga dilakukan sosialisasi informal, di antaranya :

(1) Kelembagaan lokal dan pertemuan informal masyarakat

(2) Jaringan informasi dengan tokoh informal dan lembaga masyarakat serta pemerintah

(3) Media cetak dan audio visual

(4) Papan informasi

6.2. Perencanaan Tahapan perencanaan kegiatan dilaksanakan setelah tahapan sosialisasi selesai. Tahapan perencanaan dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat desa sampai dengan kabupaten. Proses perencanaan akan didukung dengan format –format yang disiapkan dalam dokumen terpisah.

Perencanaan Kegiatan di Desa dan Kecamatan Perencanaan kegiatan di desa dan kecamatan dilakukan melalui proses sebagai berikut :

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

34

Pertama : Musyawarah Dusun / Kelompok (Identifikasi

Potensi, Masalah, dan penggalian Gagasan) Kegiatan ini dilakukan pada tingkat dusun/kelompok dengan menghadirkan seluruh warga termasuk wakil perempuan. Hasil yang ingin dicapai pada tahapan ini meliputi teridentifikasinya potensi, masalah dan gagasan peningkatan kesejahteran masyarakat. Kegiatan ini difasilitasi oleh FD dengan melibatkan TPKM, wakil komite sekolah dan enumerator LPK-PSS serta didukung oleh pendamping lokal (PL). Hasil dari kegiatan ini akan ditindaklanjuti dalam proses identifikasi yang lebih detil pada masing-masing bidang meliputi kesehatan, pendidikan, infrastrukur dan pengembangan sektor swasta. Proses di atas difasilitasi oleh TPKM pada bidang kesehatan, komite sekolah pada bidang pendidikan, enumerator LPK-PSS untuk bidang pengembangan sektor swasta. (Proses identifikasi potensi, masalah dan penggalian gagasan dapat dilihat pada penjelasan PTP tentang Forum-Forum). Kedua : Musyawarah Desa (Penetapan Kebutuhan) Kegiatan ini dilakukan pada tingkat desa dengan menghadirkan seluruh wakil dusun/kelompok serta wakil perempuan, lembaga-lembaga lokal, aparat desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD). Di dalam forum ini semua hasil pada tahapan identifikasi dibahas keterkaitan dan keterpaduannya. Pada saat membahas prioritas kebutuhan, perlu didiskusikan secara khusus tentang prioritas kebutuhan bidang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan sektor swasta. Hasil yang ingin dicapai pada tahapan ini adalah daftar masalah, potensi dan gagasan desa yang akan diajukan ke Tim Kajian Teknis Kecamatan. Gagasan desa merupakan

Page 24: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

35

alternatif-alternatif kegiatan yang disepakati oleh musyawarah desa untuk dikembangkan guna mengatasi permasalahan yang timbul dengan mempertimbangkan potensi dan rencana kerja desa. Kegiatan ini difasilitasi oleh aparat desa dan FD serta didukung oleh FK dan PL. (Proses penetapan kebutuhan ini dapat dilihat pada penjelasan PTP tentang Forum-Forum). Ketiga : Kajian Teknis Kecamatan Hasil Musyawarah desa (penetapan kebutuhan) diserahkan ke tingkat Kecamatan untuk dipelajari dan dianalisis oleh Tim Kajian Teknis Kecamatan. Tim Kajian Teknis Kecamatan akan menghasilkan rancangan kegiatan antar-desa, kegiatan desa maupun permasalahan dan/atau kebutuhan yang akan disampaikan kepada tim kajian teknis kabupaten. Adapun tahapan proses meliputi: 1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah masalah, potensi dan gagasan yang berasal dari hasil penetapan musyawarah desa.

2. Analisis data Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisis tersebut dirumuskan dokumen yang berisi tentang (1) rumusan alternatif penyelesaian masalah, (2) draft rancangan kegiatan yang akan dikonfirmasi ke masyarakat desa dan (3) daftar masalah yang tidak mungkin ditangani di tingkat Kecamatan segera diajukan ke Tim Kajian Teknis Kabupaten.

3. Konfirmasi/konsultasi dengan masyarakat desa Draft rancangan kegiatan dikonfirmasikan dan dikonsultasikan kepada masyarakat desa melalui pertemuan di desa dan kunjungan di lapangan. Hasil konfirmasi berupa kepastian dan ketepatan jenis

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

36

kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas layanan masyarakat serta masukan dalam pelaksanaan.

4. Perumusan rancangan kegiatan Hasil perumusan rancangan kegiatan berupa Daftar Kegiatan yang akan diajukan dalam Musyawarah Kecamatan Perangkingan. Rancangan kegiatan ini dapat berupa kegiatan spesifik bidang maupun antar bidang yang saling melengkapi. (Lebih jelas tentang proses kajian teknis lihat pada manual setiap bidang kegiatan).

Usulan pemuda yang akan dibiayai dari alokasi 5 persen dana BLM Kecamatan tidak perlu melalui pembahasan Tim Kajian Teknis, akan tetapi cukup melalui Musyawarah Pemuda (MP) di tingkat Kecamatan. Jumlah usulan pemuda tidak dibatasi, namun disesuaikan dengan alokasi dana yang sudah ditentukan. (Lebih jelas tentang pertemuan ini lihat penjelasan tentang Forum-Forum dan Manual Pemuda). Keempat : Prioritas Kegiatan Kecamatan Prioritas kegiatan Kecamatan berupa urutan kegiatan didasarkan pada kriteria yang ditetapkan dalam Musyawarah Kecamatan berdasarkan rekomendasi Tim Kajian Teknis Kecamatan. Penentuan prioritas kegiatan Kecamatan dilaksanakan pada Musyawarah Kecamatan Perangkingan yang dihadiri wakil-wakil desa. (Lebih jelas tentang musyawarah kecamatan perangkingan lihat penjelasan tentang Forum-Forum). Kelima : Pembuatan Desain dan RAB Kegiatan prioritas yang telah ditetapkan selanjutnya dilengkapi dengan desain teknis dan rencana anggaran biaya (RAB) oleh Tim Desain Kecamatan. Pembuatan desain

Page 25: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

37

dan RAB mengacu pada ketentuan yang berlaku, diawali dengan kegiatan survey lapangan/lokasi. Pembuatan desain dan RAB difasilitasi oleh FK selanjutnya diverifikasi oleh KM-Kab. Keenam : Penetapan Alokasi Dana Kegiatan Kecamatan Urutan prioritas kegiatan yang sudah dilengkapi anggaran dan desain teknis, selanjutnya dibahas dalam Musyawarah Kecamatan Pendanaan yang dihadiri oleh wakil-wakil desa. Berdasarkan hasil keputusan musyawarah Kecamatan pendanaan, maka Camat akan menerbitkan Surat Penetapan Camat (SPC) tentang alokasi dana kegiatan P2DTK Kecamatan. Musyawarah ini difasilitasi oleh Satker Kecamatan yang didukung oleh FK/PL (Lebih jelas tentang mekanisme penetapan usulan dapat dilihat pada Penjelasan Forum-Forum). Ketujuh : Sosialisasi Hasil Musyawarah Kecamatan

Pendanaan Hasil keputusan Musyawarah Kecamatan Pendanaan berupa kegiatan-kegiatan yang didanai maupun yang tidak didanai, harus disosialisasikan kepada masyarakat secara luas dan berjenjang. Tahap ini sekaligus merupakan tahap persiapan pelaksanaan kegiatan P2DTK Kecamatan. (Lebih lengkap mengenai Musyawarah Pendanaan lihat penjelasan tentang forum-forum).

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

38

Perencanaan Kegiatan P2DTK Kabupaten Perencanaan kegiatan Kabupaten dilaksanakan setelah dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut : Pertama : Kajian Teknis Kabupaten. Kajian Teknis Kabupaten adalah kegiatan pembahasan dan analisis teknis terhadap permasalahan dan gagasan kegiatan yang berasal dari seluruh Kecamatan di wilayah Kabupaten P2DTK (termasuk Kecamatan non-P2DTK) serta gagasan hasil Musyawarah Sektor Swasta (MSS) tentang kegiatan yang dibutuhkan untuk dapat dirumuskan menjadi usulan kegiatan Kabupaten yang terdiri dari usulan di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan kegiatan bidang lainnya. Hasil akhir kajian teknis di tingkat Kabupaten adalah: (a) Tersusunnya daftar kegiatan masalah dan kebutuhan

pelayanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang harus ditangani dengan segera (urgent) dan tidak dapat dilakukan oleh masyarakat;

(b) Tersusunnya bentuk kegiatan masing-masing komponen dan urutan kegiatan masing-masing komponen berdasarkan kriteria-kriteria teknis dan mempertimbangkan hasil konsultasi dengan masyarakat; dan

(c) Tersusunnya urutan usulan kegiatan Kabupaten berdasarkan jangka pendek, menengah, dan panjang dengan menyusun kegiatan prioritas, pelengkap, dan pendukung untuk kegiatan jangka pendek menurut kriteria-kriteria baik teknis maupun non teknis sesuai ketentuan sebagai dasar untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan didanai dana Program P2DTK Kabupaten.

Usulan kegiatan Kabupaten tersebut kemudian diajukan dan ditetapkan dalam MKb Perangkingan Kabupaten.

Page 26: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

39

Adapun tahapan proses Kajian Teknis Kabupaten meliputi: 1. Pengumpulan data

Pada proses ini dilakukan pengumpulan dan kompilasi terhadap gagasan kebutuhan kegiatan yang berasal dari hasil analisis Tim Kajian Teknis Kecamatan P2DTK, Hasil gagasan MSS, hasil musyawarah Kecamatan non-P2DTK, usulan LSM, dinas-dinas terkait serta pengelompokan usulan sesuai dengan jenis/bidang kegiatan seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan lain-lain di tingkat kabupaten.

2. Analisis data

Proses ini dilakukan oleh masing-masing bidang kegiatan dengan memeriksa terhadap kelengkapan dan keabsahan dokumen-dokumen yang berisi kegiatan yang dibutuhkan, kelayakan teknis, usulan kebutuhan kegiatan telah dibuat secara partisipatif dan mengidentifikasi terhadap usulan-usulan yang memerlukan perhatian lebih banyak/khusus yang terkait dengan kaidah-kaidah teknis serta memastikan bahwa usulan tersebut tidak tumpang tindih dengan program lain, adanya kemungkinan penggabungan usulan kegiatan yang sejenis, dan lain sebagainya. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisis dirumuskan dokumen yang berisi tentang (1) rumusan alternatif penyelesaian masalah di tingkat Kabupaten, dan (2) draft rancangan kegiatan yang akan dikonfirmasi ke masyarakat melalui pertemuan di tingkat Kecamatan.

3. Sosialisasi/Konsultasi dengan Masyarakat Proses ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat untuk memastikan kesesuaian usulan kegiatan dengan keadaan sebenarnya yang terjadi di lapangan. Proses ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat, organisasi swasta dan non-pemerintah, dan lembaga-lembaga donor untuk penyempurnaan dari aspek teknis maupun non teknis. Proses dini dapat dilakukan melaui pertemuan di

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

40

kecamatan atau kabupaten maupun dengan kunjungan lapangan.

Pemeriksaaan lapangan dimasudkan untuk memastikan kesesuaian usulan kegiatan dengan keadaan sebenarnya yang terjadi di lapangan; misalnya apakah sudah sesuai dengan hasil identifikasi masalah, apakah memberi manfaat langsung kepada masyarakat miskin, adakah kemungkinan tuntutan ganti rugi, serta apakah kegiatan telah sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang dipersyaratkan.

4. Penyempurnaan usulan kegiatan Penyempurnaan ini dilakukan untuk melengkapi/ menyempurnakan usulan-usulan kegiatan dari masing-masing bidang kegiatan yang didasarkan atas hasil konsultasi dan pemeriksaan lapangan serta dari hasil kepastian bahwa usulan kegiatan tidak tumpang tindih oleh sumber pendanaan lain, kemungkinan adanya kegiatan lintas bidang, melengkapi spesifikasi dan persyaratan lainnya, serta efisiensi lain yang diperlukan.

5. Verifikasi usulan kegiatan Proses ini dilakukan oleh KM P2DTK KabKM Kab untuk memastikan usulan tersebut telah dibuat sesuai kaidah-kaidah teknis yang dipersyaratkan dari masing-masing bidang kegiatan serta memberikan rekomendasi apabila diperlukan.

6. Perumusan rancangan kegiatan

Hasil perumusan rancangan kegiatan berupa Daftar Prioritas per bidang kegiatan kemudian akan diverifikasi oleh KM Kabupaten. Selanjutnya untuk sinkronisasi kegiatan pembangunan disusun prioritas kegiatan antar bidang yang kemudian diajukan dalam Musyawarah Kabupaten Perangkingan .

Page 27: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

41

Kedua : Musyawarah Kabupaten Perangkingan Penetapan urutan prioritas kegiatan Kabupaten dilaksanakan melalui musyawarah Kabupaten perangkingan. Forum ini dihadiri wakil-wakil masyarakat Kecamatan, TK-P2DTK Kabupaten, instansi terkait tingkat Kabupaten, LSM lokal, Perguruan Tinggi, wakil-wakil MSS, dan masyarakat lainnya.

Ketiga : Pembuatan Desain dan RAB Prioritas usulan yang telah ditentukan urutan kegiatannnya, selanjutnya disempurnakan dengan pembuatan desain dan RAB. Pembuatan desain dan RAB ini dilakukan oleh Tim Desaindan RAB P2DTK Kab yang memiliki kualifikasi tertentu sesuai jenis kegiatan dari usulan tersebut dan dapat berasal dari Perguruan Tinggi, LSM, Dinas-dinas, badan usaha, ataupun perorangan yang selanjutnya diverifikasi oleh KM-Kab.

Keempat : Penetapan Alokasi Dana Kegiatan Kabupaten Penetapan dana alokasi kegiatan kabupaten dilaksanakan setelah diselesaikannya proses pembuatan disain dan RAB usulan kegiatan prioritas pada Musyawarah Kabupaten Pendanaan. Tujuan utama Musyawarah Kabupaten Pendanaan adalah untuk membahas dan menetapkan usulan yang akan di danai Program P2DTK berdasarkan hasil kajian teknis oleh yang dilakukan oleh TKT Kabupaten. Tujuan lainnya, adalah untuk:

(1) Menyepakati usulan-usulan yang akan didanai oleh sumber dana lainnya baik yang berasal dari anggaran pemerintah, maupun dari lembaga donor, maupun atau organisasi non-pemerintah.

(2) Menyepakati rencana kerja TPK Kabupaten, termasuk rencana pengelolaan biaya operasional (DOK) dan DAK.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

42

(3) Menyepakati mekanisme pendanaan serta penjelasan kembali tentang tata cara Pengadaan pengadaan penyedia barang/jasa (pihak IIIketiga) dan Pendanaan.

(4) Menyepakati jadwal pelaksanaan pengadaan penyedia barang dan jasa.

Musyawarah Kabupaten Pendanaan diikuti oleh Bupati, DPRD, Tim Koordinasi P2DTK-TK Kabupaten, Instansi dinas terkait tingkat Kabupaten, TPK Kabupaten, Perguruan Tinggi, LSM Lokal, 4 (empat) orang dari utusan/wakil-wakil per-Kecamatan (2 laki-laki & 2 perempuan), Ormas Organisasi Masyarakat, serta anggota masyarakat lainnya yang berminat. Hasil Mkb Pendanaan ini selanjutnya disahkan dalam Surat Penetapan Bupati (SPB) (SPB) tentang alokasi dana kegiatan Kabupaten. Usulan-usulan yang tidak terdanai melalui dana P2DTK Kecamatan maupun Kabupaten, akan diajukan dengan sub-sub dinas sektor melalui mekanisme Musyawarah Reguler untuk didanai APBD atau sumber pendanaan lainnya. Tahap perencanaan akan didukung dengan penggunaan format-format, yang diatur dalam dokumen lain.Musyawarah 6.3. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan adalah tahap untuk merealisasikan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan untuk didanai oleh dana P2DTK Kecamatan maupun dana P2DTK Kabupaten. Pelaksanaan kegiatan yang didanai BLM Kecamatan pada prinsipnya dilakukan oleh masyarakat sendiri (swakelola), namun untuk kegiatan yang didanai BLM Kabupaten akan diberikan kepada pihak ketiga yang dinilai benar-benar mampu melalui proses pengadaan barang/jasa sesuai

Page 28: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

43

ketentuan program P2DTK yang dijelaskan dalam penjelasan Pendanaan dan Pengadaan. Agar pelaksanaan kegiatan Kecamatan dapat berjalan sesuai rencana dan berkualitas serta tetap mengacu kepada prinsip dan azas P2DTK, maka perlu adanya persiapan yang matang dan terencana baik di tingkat Kecamatan maupun desa.

Pelaksanaan Kegiatan P2DTK Kecamatan 1) 1) Persiapan Pelaksanaan

Segera setelah musyawarah Kecamatan pendanaan, dilakukan pertemuan-pertemuan awal di tingkat Kecamatan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan baik yang akan dilaksanakan di desa maupun antar-desa.

a. Rapat Koordinasi dan Konsolidasi Awal

Rapat Koordinasi dan Konsolidasi awal di Kecamatan dilaksanakan setelah hasil musyawarah Kecamatan pendanaan disosialisasikan kepada seluruh desa. Rapat ini difasilitasi oleh Satker Kecamatan dan FK yang dihadiri oleh Tim Koordinasi P2DTK Kecamatan, pengurus UPK Kecamatan, seluruh TPK (ketua atau yang mewakili), dan seluruh sub dinas teknis terkait Kecamatan. Penyelenggaraan rapat ini dilaksanakan tidak lebih dari satu minggu setelah pelaksanaan pelatihan bagi TPK (Tim Pengelola Kegiatan) dan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan. Rapat ini bertujuan untuk membahas mekanisme pencairan dana dan pelaksanaan kegiatan, penyiapan berkas-berkas pencairan dana koordinasi kegiatan, serta ketentuan-ketentuan pelaksanaan lain.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

44

b. Rapat Pra-Pelaksanaan TPK.

Setelah mengikuti persiapan awal di tingkat Kecamatan di atas, maka seluruh TPK yang usulannya terdanai secepatnya mengadakan rapat pra-pelaksanaan di wilayah kerja masing-masing. Untuk kegiatan tingkat desa, rapat pra-pelaksanaan dilakukan di desa setempat. Sedangkan untuk kegiatan antar-desa, rapat pra-pelaksanaan dilakukan dengan melibatkan desa-desa yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan. Rapat ini bertujuan untuk menyusun rencana pelaksanaan, menyusun kebutuhan pendanaan, menyusun rencana perekrutan tenaga dan melengkapi kepengurusan TPK.

2) Pengadaan Bahan, Alat, Tenaga Kerja. Di dalam melaksanakan kegiatan, pertama-tama yang harus dilakukan oleh setiap TPK adalah mengumumkan secara terbuka tentang rencana pelaksanaan kegiatan, adanya kebutuhan bahan, alat, tenaga kerja serta upah, hari kerja yang dibutuhkan, kemungkinan adanya sub-kegiatan atau material tertentu yang disediakan oleh pihak ketiga (misalnya untuk kegiatan penyuluhan kesehatan, pengadaan pipa dan lain sebagainya), sesuai kondisi setempat maupun kebutuhan yang tertuang dalam usulan. Pengumuman ditempel di setiap sudut desa dimana masyarakat biasa berkumpul sehingga setiap warga masyarakat tahu terhadap rencana pelaksanaan kegiatan tersebut.

Proses pengadaan bahan, alat, tenaga kerja pada prinsipnya dilakukan secara terbuka, partisipatif, mengutamakan sumber daya lokal dan dapat dipertanggungkan baik dari segi kualitas dan harga. Kegiatan pengadaan hendaknya mengikuti ketentuan yang akan diatur dalam manual pengadaan.

Page 29: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

45

3) Pencairan Dana Bersamaan dengan proses pelaksanaan, maka dana Kecamatan akan mulai dimanfaatkan untuk pembiayaan kegiatan. Pembiayaan dana kegiatan berasal dari pencairan rekening kolektif P2DTK ke TPK yang dilakukan sesuai perkembangan kebutuhan dan perkembangan kegiatan di lapangan. Pada prinsipnya pencairan dana bantuan P2DTK dari KPPN ke Kecamatan mengikuti proses dan prosedur yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan (perdirjen) Departemen Keuangan tentang Petunjuk Pencairan Dana Loan IBRD No.4788-IND/CREDIT No.4076-IND. Dana P2DTK kecamatan dicairkan dari KPPN melalui Bank Operasional ke Rekening Kolektif Kecamatan dengan nama Rekening Kolektif P2DTK Kecamatan (RK-P2DTK Kecamatan) yang dibuka secara bersama-sama oleh Ketua UPK, Ketua TPK dan FK. Proses pencairan dana dari KPPN ke RK-P2DTK kecamatan dilakukan tiga tahap. Tahap I sebesar 40 persen, tahap II 40 persen dan tahap III 20 persen. Sedangkan proses penyaluran dana dari RK-P2DTK Kecamatan kepada TPK dilakukan sesuai kebutuhan dan perkembangan/kemajuan kegiatan.

4) Pertanggungjawaban Pengelolaan Kegiatan.

a. Pertanggungjawaban TPK

Setiap kali akan mengajukan dana ke UPK, maka TPK wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban secara tertulis dan bertahap kepada masyarakat melalui forum musyawarah di wilayah kerja masing-masing. Untuk TPK desa dilakukan melalui musyawarah desa, TPK antar-desa melalui musyawarah antar-desa terkait dan TPK pemuda

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

46

melalui musyawarah pemuda. Kegiatan ini dibiayai melalui dana 3 persen A/O TPK. Waktu pelaksanaannya adalah pada saat TPK menyelesaikan Laporan Penggunaan Dana (LPD) terhadap pencairan dana tahap sebelumnya, untuk pengajuan/pengambilan dana tahap berikutnya.

Apabila laporan pertanggungjawaban TPK untuk tahap pencairan tertentu tidak diterima oleh forum musyawarah, maka pencairan dana tahap berikutnya tidak bisa dilakukan.

b. Pertanggungjawaban UPK

UPK wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pengelolaan kegiatan (termasuk rekapitulasi kegiatan TPK) secara tertulis kepada masyarakat melalui musyawarah Kecamatan. Laporan pertanggungjawaban UPK menjadi acuan untuk pengajuan pencairan dana dari KPPN ke rekening Kolektif.

5) Sertifikasi

Sertifikasi adalah penerimaan hasil pekerjaan maupun penerimaan bahan berdasarkan spesifikasi teknis oleh FK untuk mendorong peningkatan kualitas pekerjaan atau kegiatan. Dengan ini dimaksudkan agar fokus TPK dialihkan dari “mengejar target fisik” menjadi “mengejar target kualitas”. Penggunaan langkah sertifikasi tidak dimaksudkan untuk memperlambat pembayaran kepada TPK. FK boleh menunda penilaian jika tidak sempat menilai pekerjaan dan menyetujui pembayaran tanpa dinilai apabila TPK telah terbukti mampu mengerjakan tugas serupa. Sebaliknya, jika bagian yang diusulkan TPK untuk pembayaran sering tidak sesuai persyaratan, maka langkah ini tidak boleh ditinggalkan.

Page 30: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

47

Hasil sertifikasi ditempel pada papan informasi agar seluruh masyarakat tahu hasil penilaian dan tahu hasil kegiatan.

6) Dokumentasi Kegiatan

Dokumentasi dalam bentuk foto untuk seluruh kegiatan P2DTK sebagian besar menjadi tanggungjawab Fasilitator Kecamatan, meskipun demikian untuk kepentingan arsip maka setiap TPK perlu membuat foto-foto dokumentasi. Pada akhir periode pelaksanaan P2DTK, Fasilitator Kecamatan harus memastikan adanya dokumentasi berupa foto yang disusun dalam satu album khusus.

7) Penyelesaian Kegiatan

Yang dimaksud dengan penyelesaian kegiatan adalah penyelesaian dari setiap kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bagian dari pertanggungjawaban TPK. Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan pada proses ini : o Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan

Kegiatan

o Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya

o Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan.

8) Serah Terima Pekerjaan

Musyawarah ini merupakan forum pertanggungjawaban atas pengelolaan dana dan kegiatan oleh TPK kepada masyarakat setelah pekerjaan/kegiatan diselesaikan (desa atau antar-desa sesuai dengan wilayah kerja

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

48

TPK). Satker Kecamatan maupun FK/PL/FD memfasilitasi TPK untuk mengadakan pertemuan atau musyawarah dengan menghadirkan sebanyak mungkin masyarakat untuk penyampaian pertanggungjawaban akhir dari pelaksanaan kegiatan. SP3K disahkan setelah masyarakat menerima hasil pekerjaan/kegiatan dalam musyawarah serah terima. (Lebih lengkap mengenai Proses Musyawarah Serah Terima lihat penjelasan PTP tentang Forum-Forum).

9) Pembuatan Dokumen Penyelesaian

Dokumen Penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar berisi tentang : SP3K, LP2K, RKdB dan lampiran pendukungnya. Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh TPK bersama FD dan FK untuk didistribusikan oleh Satker Kecamatan selambat-lambatnya satu bulan sejak tanggal ditandatanganinya LP2K. Jika sampai batas waktu tersebut dokumen penyelesaian belum bisa dituntaskan maka Ketua TPK, FK dan Satker Kecamatan membuat berita acara keterlambatan dan kesanggupan penyelesaiannya untuk disampaikan kepada TK-P2DTK dan KM Kab.

10) Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan

Kegiatan (untuk kondisi khusus) Apabila sampai batas waktu penyelesaian ternyata kegiatan belum dapat diselesaikan, atau dana belum disalurkan seluruhnya, maka ketua TPK dan FK dengan diketahui oleh Kepala desa membuat Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K. Dilengkapi dengan lampiran yang sama dengan LP2K. BASPK ini merupakan kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang dicapai pada saat itu.

Page 31: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

49

Jika sudah dibuat BASPK maka tidak perlu lagi membuat LP2K, namun SP3K tetap harus dibuat setelah seluruh kegiatan selesai dilaksanakan (100 persen) sebagai bukti selesainya pekerjaan. Jika pada saat diterbitkan BASPK masih terdapat sisa dana yang belum terserap dari KPPN maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik dan harus dikembalikan ke kas Negara.

Pelaksanaan Kegiatan P2DTK Kabupaten Kegiatan P2DTK Kabupaten dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1) Rapat Persiapan Pelaksanaan

Konsultan Manajemen P2DTK Kabupaten bekerjasama dengan Satker Kabupaten dan Pengurus TPK P2DTK Kabupaten mengadakan rapat/pertemuan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan.

Hasil-hasil yang diharapkan dari pertemuan tersebut, adalah:

(a) untuk melengkapi susunan pengurus Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Kabupaten yang terdiri dari Bidang Administrasi dan Bidang Teknis disesuaikan dengan usulan kegiatan yang terdanai oleh dana P2DTK Kabupaten.

(b) Disepakatinya peran, fungsi, dan pembagian tugas setiap pengurus TPK P2DTK Kab, baik pengurus inti, bidang teknis maupun administrasi, Satker Kab, dan TK Kab.

(c) Tersusunnya rencana kerja detail termasuk mekanisme dan jadwal penarikan dana serta penyaluran dana.

(d) Persiapan pembentukan Panitia Lelang, persiapan proses pengadaan pihak ketiga (penyedia barang/jasa) serta membahas hal-hal penting

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

50

terkait dengan mekanisme kerja dan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan.

(e) Disepakatinya jadwal, tata cara, sanksi-sanksi, dan jadwal pertemuan rutin untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan serta jadwal MKb Serah Terima.

2) Pengadaan Penyedia Barang/Jasa (pihak ketiga)

Untuk melaksanakan usulan-usulan yang terdanai oleh dana P2DTK kabupaten pada prinsipnya akan dikerjakan oleh penyedia barang/jasa (pihak ketiga). Proses penetapan penyedia barang/jasa akan dilakukan oleh Panitia Lelang Kabupaten yang ditetapkan dengan Surat Keputusan TPK. Proses pengadaan harus mengedepankan transparansi, dan akuntabilitas dengan mengacu pada ketentuan pengadaan P2DTK. (Lebih jelas tentang proses pengadaan lihat penjelasan PTP tentang Pendanaan dan Pengadaan).

3) Rapat Persiapan Teknis TPK Kabupaten

Setelah mengikuti berbagai kegiatan koordinasi dan konsolidasi serta proses pelelangan serta telah ditetapkan pihak penyedia barang/jasa (pihak ketiga), maka KM Kab bersama Satker Kabupaten dan TK-P2DTK serta TPK-Kab segera mengadakan rapat persiapan

Pembentukan kepengurusan TPK secara lengkap akan difasilitasi oleh KM-Kab sebelum Musyawarah Kabupaten Pendanaan dilaksanakan. TPK akan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati. Selangkapnya mengenai TPK dapat dilihat di Penjelasan Pelaku-Pelaku.

Page 32: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

51

teknis sebelum memulai pelaksanaan kegiatan. Tujuan rapat ini adalah untuk merumuskan rencana kerja tindak lanjut serta hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan.

4) Pencairan Dana

Pada prinsipnya pencairan dana bantuan P2DTK mengikuti proses dan prosedur yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan (perdirjen) Departemen Keuangan tentang Petunjuk Pencairan Dana Loan IBRD No.4788-IND/CREDIT No.4076-IND. Dana P2DTK Kabupaten dicairkan dari KPPN melalui Bank Operasional ke rekening Giro TPK Kabupaten. Selanjutnya dana disalurkan ke rekening Pihak Ketiga (penyedia barang dan jasa) berdasarkan kemajuan pekerjaan.

5) Pertanggungjawaban Pengelolaan Dana dan

Pelaksanaan Kegiatan

(a) Pertanggungjawaban TPK P2DTK Kab.

Setiap kali akan mengajukan dana ke Satker Kabupaten, maka TPK Kab wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara tertulis dan bertahap kepada masyarakat melalui Musyawarah Pertanggungjawaban Kabupaten di wilayah kerja masing-masing.

Waktu pelaksanaannya adalah pada saat TPK menyelesaikan Laporan Penggunaan Dana (LPD) terhadap pencairan dana tahap sebelumnya, untuk pengajuan/pengambilan dana tahap berikutnya.

Apabila laporan pertanggungjawaban TPK untuk tahap pencairan tertentu tidak diterima oleh forum, maka pencairan dana tahap berikutnya ditunda hingga laporan pertanggungjawaban dapat diterima oleh Forum

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

52

Musyawarah Pertanggungjawaban Kabupaten.

(b) Pertanggungjawaban Penyedia barang dan Jasa (pihak IIIketiga).

Penyedia barang/jasa (pihak ketiga) wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pekerjaannya secara tertulis kepada TPK Kabupaten sesuai ketentuan yang tertuang dalam kontrak.

Pertanggungjawaban ini juga dimaksudkan untuk memonitor progres kemajuan pekerjaan pihak III oleh TPK P2DTK Kab. Apabila laporan pertanggungjawaban Pihak III untuk tahap pencairan tertentu tidak diterima oleh TPK P2DTK Kab, maka pencairan dana tahap berikutnya tidakdapat dilakukan.

Laporan pertanggungjawaban Pihak III menjadi acuan pertanggungjawaban TPK P2DTK Kab kepada masyarakat melalui Forum Musyawarah Kabupaten Pertanggungjawaban untuk pengajuan pencairan dana dari KPPN ke rekening giro bantuan program RG P2DTK.

6) Sertifikasi

Sertifikasi adalah penerimaan hasil pekerjaan berdasarkan spesifikasi teknis oleh KM Kab dan TPK untuk mendorong peningkatan kualitas pekerjaan atau kegiatan. Dengan dilakukan sertifikasi, diharapkan fokus pemikiran dari “mengejar target fisik” menjadi “mengejar target kualitas”.

Tiap jenis pekerjaan dinilai, tetapi untuk pekerjaan yang rumit dapat digabungkan. Pekerjaan yang dinilai oleh TPK dan KM Kab telah sesuai untuk dibayar dapat langsung dilunasi, tetapi pekerjaan yang kurang baik harus diperbaiki dulu. Kemajuan pekerjaan yang dilaporkan didasarkan pekerjaan yang sudah selesai dan dinilai layak untuk dibayar. Penggunaan langkah sertifikasi ini tidak dimaksudkan untuk memperlambat pembayaran kepada penyedia barang/jasa (pihak ketiga).

Page 33: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

53

Hasil sertifikasi ditempelkan pada papan informasi agar seluruh masyarakat tahu hasil penilaian dan tahu kemajuan hasil kegiatan. Perhatian masyarakat ditarik ke masalah target kualitas.

7) Penyelesaian Kegiatan

Yang dimaksud dengan penyelesaian kegiatan adalah penyelesaian dari tiap jenis kegiatan yang dilaksanakan sebagai bagian dari pertanggungjawaban penyedia barang/jasa (pihak ketiga) kepada masyarakat melalui TPK Kabupaten, dengan prosedur: o Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan

Kegiatan

o Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya

o Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K).

8) Serah Terima Pekerjaan.

Setelah pekerjaan dinyatakan selesai dan pertangggungjawaban telah diterima, maka diselenggarakan Serah Terima Hasil Pekerjaan Penyedia Barang/jasa kepada TPK Kabupaten, selanjutnya TPK Kabupaten melaporkannya kepada masyarakat melalui forum Musyawarah Serah Terima. Musyawarah ini bertujuan menghindari kesalah-pahaman di kemudian hari serta agar hasil kegiatan dapat diketahui dan diterima oleh masyarakat. Satker maupun KM Kab memfasilitasi TPK Kabupaten untuk mengadakan musyawarah kabupaten dengan meng-hadirkan wakil-wakil kecamatan. Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K) disahkan setelah masyarakat menerima hasil pekerjaan dalam forum tersebut.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

54

9) Pembuatan Dokumen Penyelesaian

Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar berisi tentang Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K), Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), rincian realisasi penggunaan biaya dan lampiran pendukung lainnya. Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh pihak ketiga dan TPK Kabupaten untuk didistribusikan oleh Satker selambat-lambatnya satu bulan sejak tanggal ditandatanganinya LP2K.

Jika sampai batas waktu tersebut Dokumen Penyelesaian belum bisa dituntaskan maka pihak ketiga dan Ketua TPK Kabupaten serta Satker harus membuat Berita Acara Keterlambatan dan Kesanggupan Penyelesian untuk disampaikan kepada TK-P2DTK Kabupaten dan KM Kab. Pendistribusian dokumen penyelesaian ini dilaksanakan oleh Satker dibantu oleh KM Kab. Biaya pembuatan Dokumen Penyelesaian seluruhnya dimasukkan pada Biaya Umum dari Alokasi Dana P2DTK Kabupaten. Sehingga sejak tahap perencanaan sudah harus dialokasikan besarnya biaya ini secara wajar.

10) Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (pada

Kondisi Khusus). Apabila sampai batas waktu penyelesaian ternyata pelaksanaan pekerjaan belum dapat diselesaikan, atau dana belum disalurkan seluruhnya, maka pihak ketiga dan Ketua UPK Kabupaten dengan diketahui oleh Satker membuat Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BA-SPK) sebagai pengganti LP2K. BA-SPK menunjukkan kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang dicapai pada saat itu. Jika sudah dibuat BASPK maka tidak perlu lagi dibuat LP2K. SP3K tetap harus dibuat setelah seluruh kegiatan telah dituntaskan (100 persen) sebagi bukti selesainya pekerjaan.

Page 34: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

55

Lampiran yang harus dibuat jika muncul BA-SPK, sama dengan LP2K, yaitu realisasi kegiatan dan biaya hingga saat itu maupun gambar-gambar purna laksana hingga saat itu. Jika pada saat BA-SPK masih terdapat sisa dana yang belum terserap dari KPPN maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik kembali dan harus dikembalikan ke kas negara.

Revisi Kegiatan Apabila dalam pelaksanaan diperlukan perubahan atau revisi, maka bisa dilakukan selama tidak menambah besarnya dana bantuan. Untuk kegiatan P2DTK Kecamatan, revisi dibuat oleh TPK dan disetujui oleh Satker dan FK, selanjutnya harus diberitahukan secara terbuka kepada masyarakat. Untuk kegiatan P2DTK Kabupaten, revisi dibuat oleh penyedia barang/jasa dan TPK Kabupaten dan disetujui oleh KM Kab. dan Satker, selanjutnya diberitahukan secara terbuka kepada masyarakat. Setiap bentuk perubahan baik terhadap target, desain, spesifikasi dan lain-lain harus segera dituangkan dalam Berita Acara Revisi. Proses pembuatan berita acara revisi tidak boleh ditunda-tunda, dan perubahan/revisi tanpa adanya Berita Acara Revisi dianggap tidak sah dan merupakan kelalaian atau pelanggaran. Ketentuan dari revisi P2DTK antara lain : • Jumlah alokasi dana perusulan tidak bisa dirubah,

meskipun terdapat revisi kegiatan.

• Tidak boleh memindahkan lokasi kegiatan

• Perubahan sampai batas 10 persen dari volume atau dana kegiatan yang bersangkutan,

a) Untuk P2DTK kecamatan : Ditetapkan melalui musyawarah pada wilayah kerja TPK

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

56

b) Untuk P2DTK kabupaten : Atas persetujuan TPK kabupaten, KM Kab dan Satker

• Perubahan di atas 10 persen sampai dengan 20 persen dari volume atau dana kegiatan bersangkutan, ditetapkan melalui musyawarah Kecamatan untuk P2DTK Kecamatan, dan ditetapkan melalui musyawarah Kabupaten untuk P2DTK Kabupaten.

• Perubahan diatas 20 persen dari volume atau dana kegiatan bersangkutan dapat mengakibatkan pembatalan kegiatan. Hal ini berlaku untuk kegiatan di luar force majeure (misalnya akibat bencana alam).

Pergantian Pengurus (TPK desa, TPK antar desa, TPK pemuda, UPK kecamatan, maupun TPK kabupaten) Ketua ataupun pengurus lainnya dimungkinkan untuk dilakukan pergantian apabila yang bersangkutan dinilai tidak mampu atau lalai melaksanakan tugasnya atau mengundurkan diri. Pergantian ketua ataupun pengurus lainnya dilakukan melalui musyawarah di wilayah kerja masing-masing. (misalnya TPK Pemuda melalui musyawarah pemuda dst). Pergantian pengurus TPK ataupun UPK dilakukan pada forum Musyawarah (desa, antar desa, kec, kabupaten)

Page 35: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

57

7. Monitoring dan Evaluasi Sistem Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam P2DTK dilakukan melalui monitoring, evaluasi, pengaduan dan penanganan masalah. 7.1. Monitoring 7.1.1. Tujuan Monitoring adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi secara periodik untuk memastikan apakah suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Monitoring terus-menerus dilakukan sepanjang tahapan P2DTK sejak dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pasca-pelaksanaan. Di samping itu, hasil monitoring menjadi input untuk evaluasi terhadap pelaksanaan program P2DTK.

Tujuan monitoring adalah untuk mengetahui dengan cepat kendala-kendala yang ada sehingga pihak-pihak terkait dapat segera melakukan tindakan preventif dan korektif. Informasi dari monitoring menunjang berbagai pihak, termasuk komunitas dan tokoh masyarakat, agar selalu dapat mengikuti kemajuan kegiatan program dan ikut melihat apakah program telah dilaksanakan sesuai rencana.

7.1.2. Kegiatan

Kegiatan monitoring dalam Program P2DTK meliputi:

1) Monitoring Partisipatif

Masyarakat didorong untuk membentuk sebuah komite yang bertugas untuk memonitor dan mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan program melalui musyawarah sosialisasi baik di tingkat Kecamatan, desa maupun antar-desa. Anggota komite dipilih di antara

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

58

masyarakat dan akan bekerja secara sukarela dan independen. Komite tersebut dapat diberi nama Komite Monitoring dan Evaluasi (Monev) atau lainnya sesuai kesepakatan anggota komite.

2) Monitoring Independen oleh Kelompok Masyarakat Sipil (LSM dan Pers)

Kelompok masyarakat sipil seperti LSM dan pers secara independen dan sukarela dapat melakukan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan P2DTK. Kegiatan monitoring independen oleh LSM dan/atau pers dapat difasilitasi oleh KM Kab maupun Fasilitator Kecamatan pada saat dilakukan kunjungan lapangan.

3) Monitoring Kesehatan dan Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan, kelompok berbasis masyarakat seperti Komite Sekolah, Pokja Pendidikan, dan Dewan Pendidikan memonitor pelaksanaan kegiatan pendidikan di tingkat Desa, Kecamatan, maupun Kabupaten. Pengukuran manfaat pendidikan yang dapat dimonitor antara lain peningkatan peserta dan kelulusan SD dan SMP serta peningkatan kompetensi inti dalam membaca dan matematika. Demikian juga dalam kegiatan kesehatan, kelompok berbasis masyarakat seperti Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM), Badan Penyantun Puskesmas (BPP), dan Dewan Kesehatan memonitor pelaksanaan kegiatan kesehatan di tingkat Desa, Kecamatan, dan Kabupaten. Pengukuran manfaat kesehatan yang dapat dimonitor antara lain peningkatan penggunaan layanan kesehatan, kenaikan tingkat imunisasi lengkap dan bantuan persalinan oleh tenaga kesehatan.

4) Studi Kasus

Untuk memahami hal-hal penting dalam lingkungan masyarakat di daerah tertinggal yang terkait dengan proses, membangun kebersamaan, keyakinan, dan karakteristik lain yang sulit dikuantifikasi, akan

Page 36: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

59

digunakan metodologi kualitatif melalui studi kasus. Studi kasus akan dilakukan melalui riset kualitatif yang mendalam.

7.1.3. Pelaku Monitoring Monitoring merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh seluruh pelaku P2DTK, yaitu: a) Aparat pemerintah pada berbagai tingkatan; b) Konsultan dan fasilitator pada berbagai tingkatan; c) Masyarakat desa; d) Kelompok masyarakat sipil lainnya, seperti LSM dan

pers, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian; dan e) Lembaga donor. 7.1.4. Pemeriksaan Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan dan sebagai langkah antisipatif terhadap upaya penyimpangan atau penyelewengan. Hasil pemeriksaan digunakan pula sebagai dasar untuk pembinaan dan pemberian dukungan teknis kepada pelaku P2DTK dan masyarakat. FK pada setiap kunjungan ke wilayah kerja memeriksa administrasi dan hasil pelaksanaan P2DTK, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pasca-pelaksanaan. Hal-hal yang diperiksa antara lain: proses pelaksanaan kegiatan, ketersediaan dan kualitas bahan/material, jumlah angkatan kerja yang menunjang kelancaran pekerjaan, administrasi dan rencana kerja TPK, tingkat partisipasi masyarakat, realisasi swadaya masyarakat, penggunaan Papan Informasi dan Papan Nama Program, dll. Hasil pemeriksaan rutin oleh FK dibahas bersama TPK dan Satker Kecamatan, kemudian memberikan saran-saran

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

60

perbaikan dan dicatat dalam form catatan harian yang ada dalam manual monitoring.

Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan juga dilakukan oleh KM Kab/Prov bekerja sama dengan TK-P2DTK Kabupaten/Provinsi pada setiap kunjungan baik ke tingkat Kecamatan maupun Desa. Pemeriksaan oleh KM Kab meliputi semua aspek pelaksanaan P2DTK yang dilakukan oleh TPK dan masyarakat, maupun peranan dan kegiatan FK. 7.2. Evaluasi Kegiatan evaluasi bertujuan untuk melihat manfaat dan dampak dari program, apakah telah mencapai sasaran yang ditetapkan dan mengetahui dampak kegiatan sebagai masukan perbaikan mekanisme maupun kebijakan. Evaluasi dalam P2DTK dilakukan untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan di desa, kecamatan, dan kabupaten, termasuk di dalamnya adalah kinerja para pelaku P2DTK. Hasil dari monitoring, pemeriksaan, dan pengawasan dapat dijadikan dasar dalam evaluasi pelaksanaan program di Desa maupun di Kecamatan. Selain itu dapat juga dilihat dari isi laporan dengan berpegang pada rencana kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil evaluasi dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan mengatasi hambatan yang terjadi. Apabila dari hasil penilaian isi laporan dinyatakan terjadi penyimpangan dari rencana, kriteria dan standar yang ditentukan, maka dilakukan pengecekan ke lapangan oleh KM Kab bersama dinas terkait atau KM Nas, melalui berbagai sumber yang dapat dipercaya. Aktivitas evaluasi yang akan dilakukan dalam P2DTK adalah sebagai berikut:

.

Page 37: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

61

1) Studi Dampak: Survei Kuantitatif dan Riset Kualitatif

Temuan dalam analisis situasi yang dilaksanakan pada tahap persiapan program akan memberikan masukan pada riset kualitatif yang lebih mendalam dan pengembangan survei rumah tangga untuk mengukur dampak antar beberapa variabel. Hasil riset kualitatif kemudian menjadi masukan bagi perancangan survei kuantitatif. Rancangan survei kuantitatif akan menggunakan metodologi pembeda-ganda. Oleh karena itu, pada awal pelaksanaan P2DTK akan dilakukan survei dasar rumah tangga pada Desa sasaran dan bukan-sasaran. Studi terpisah akan dilakukan untuk menguji kelayakan dari Desa bukan-sasaran yang sesuai dengan kondisi wilayah tertinggal. Studi dampak, baik riset kualitatif maupun survei kuantitatif akan diulangi pada pertengahan dan akhir program untuk mengukur dampak program.

2) Studi Aspek Teknis/Sektoral

Program akan melakukan beberapa studi untuk mengukur economic internal rate of return (EIRR) dan cost benefit dari setiap kegiatan pembangunan infrastruktur di P2DTK. Untuk program infrastruktur akan digunakan auditor dan evaluator independen untuk melakukan pemeriksaan kualitas fasilitasnya. Beberapa studi sektoral dalam kesehatan dan pendidikan dilakukan untuk mengidentifikasi peningkatan penggunaan layanan publik, kenaikan tingkat imunisasi lengkap, bantuan persalinan oleh tenaga kesehatan, kenaikan peserta sekolah, dan kenaikan tingkat kompetensi dasar murid SD. Temuan studi akan disebarluaskan melalui publikasi dan lokakarya, dan menjadi masukan bagi pembuatan keputusan program.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

62

3) Penilaian untuk Pengembangan Sektor Swasta

Penilaian pada bidang kegiatan PSS akan dilakukan dalam MSS dan mencakup topik-topik seperti kendala penanaman modal, infrastruktur dan jasa, pembiayaan, isu-isu perburuhan dan tenaga kerja, dan isu-isu bisnis-hubungan pemerintah, penanganan masalah dan lingkungan hukum, kriminalitas, dan kapasitas serta inovasi. Temuan dari penilaian dirangkum dalam sebuah laporan khusus dan didiskusikan pada tingkat Kabupaten dan regional. Penilaian akan dilakukan kembali setiap tahun untuk mengukur kemajuan perbaikan lingkungan bisnis dan peningkatan investasi dan pengembangan di sektor swasta.

4) Penelusuran Dampak Pelatihan

Kegiatan pelatihan dilakukan untuk mengembangkan kapasitas dari berbagai macam pelaku. P2DTK akan memberikan pelatihan bagi seluruh konsultan pada berbagai tingkatan, fasilitator, LSM dan pers, TPK dan paralegal. Penelusuran tidak hanya dilakukan untuk mengukur input dan output dari pelatihan, tetapi juga investasi sumberdaya manusia dan keuangan untuk pengembangan kapasitas. Penelusuran dampak pelatihan dalam P2DTK tidak hanya menelusuri jumlah pelatihan yang diselenggarakan, jumlah peserta, popularitas pelatihan, dll; tetapi juga menjelaskan apakah pelatihan memberikan perbaikan kinerja atau pelayanan dalam jangka panjang.

Page 38: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

63

Bagan 7.1 Pengukuran Dampak Pelatihan

5) Misi Supervisi

Misi supervisi dilakukan dua kali dalam setahun oleh , TK-P2DTK Pusat, dan KM Nasional. Misi ini secara umum mengkaji isu-isu tertentu dalam P2DTK seperti partisipasi, pendampingan teknis, persiapan ke tahap berikutnya, dan sebagainya. Misi juga mengevaluasi keseluruhan kemajuan yang telah dibuat dalam pelaksanaan P2DTK.

Asumsi: perubahan akibat pelatihan

Bagaimana mengukurnya?

Penyelenggaraan Pelatihan

Perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

Apa yang mereka pelajari dari pelatihan? Apakah sikapnya berubah karena

mendapat pelatihan? Apakah mereka berpikir dapat

menerapkannya?

Perubahan dalam perilaku. Apakah mereka menggunakan dan

menerapkan pengetahuan dan ketrampilan barunya? Apakah hal ini memperbaiki

kinerjanya? Bagaimana?

Perbaikan dalam pelayanan dan kinerja. Sudahkah kinerja organisasi meningkat?

Pengamatan langsung Laporan Pelatihan -#jenis

peserta, topic yang diberikan

Kuesioner pra dan paskapelatihan

3-6 bulan setelah pelatihan Pengamatan langsung

Survei/kuesioner lanjutan dengan peserta pelatihan

Satu tahun setelah pelatihan Kuesioner dan wawancara lanjutan dengan peserta

pelatihan, penyelia, klien, pihak ketiga

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

64

6) Audit

Audit eksternal secara resmi akan dilaksanakan oleh

BPKP selaku auditor yang ditunjuk 。 Untuk kegiatan pemeriksaan ini BPKP akan mengeluarkan petunjuk pemeriksaan terhadap P2DTK sebagai acuan pemeriksaan. Di samping itu dimungkinkan akan dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pengawas Daerah (Bawasda). Pemeriksaan ini diharapkan tetap dapat mengacu kepada petunjuk pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

7.3. Indikator Monitoring dan Evaluasi Kerangka kerja Monev P2DTK didasarkan atas pengalaman keberhasilan program pemberdayaan dari program-program sejenis. Monev P2DTK menggunakan metodologi campuran untuk mendapatkan data dan temuan lapangan yang valid dan akurat. Setiap temuan yang dilaporkan akan diuji silang untuk mendapatkan perbandingan hasilnya. Data dan informasi akan dikumpulkan dari berbagai macam sumber (termasuk LSM dan pers) dengan menggunakan metode kuantitatif maupun kualitatif.

Temuan Monev menjadi masukan bagi keputusan manajemen dan bagi proses perancangan-ulang atau penyesuaian intervensi program. Untuk itu, informasi harus dikumpulkan secara tepat waktu dan konsisten. Sistem pelaporan harus dilaksanakan secara efektif dan para pihak terkait harus menggunakan temuan tersebut secara konstruktif.

Selain menggunakan indikator untuk memonitor pencapaian pelaksanaan kegiatan dan keluaran, dan untuk

Page 39: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

65

mengevaluasi dampak dari program P2DTK, sistem monev P2DTK juga akan mencari data dan informasi mengenai perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat umum, di lingkungan aparat pemerintahan, dan swasta, serta sejauh mana konsultan FK, KM Kab, KM Prov dan KM Nas berhasil untuk meningkatkan kemampuan dari staf pemerintah yang mereka dampingi pada semua tingkatan tersebut. Secara lebih lengkap, pendekatan dan indikator Monev, serta peran dari masing-masing pelaku Program P2DTK dapat dilihat dalam manual Monev. 7.4. Pengaduan dan Penanganan Masalah Setiap pengaduan dan keluhan yang muncul dari masyarakat harus segera ditanggapi secara serius dan proposional serta tidak terlalu lama dibiarkan. Munculnya pengaduan terhadap pelaksanaan kegiatan merupakan wujud kontrol sosial atau pengawasan oleh masyarakat. KM Kab akan membuat kotak saran/pengaduan di tingkat Desa, Kecamatan, dan Kabupaten. Pengaduan juga akan dikumpulkan dari laporan kunjungan lapangan dan misi supervisi. Dalam menangani pengaduan dan permasalahan dilakukan secara berjenjang. Pengaduan dari masyarakat yang diterima oleh FD akan dikelompokkan dalam pengaduan pelaksanaan P2DTK dan pengaduan tentang persengketaan. Pengaduan yang tidak dapat diselesaikan oleh FD bersama aparat Desa dan seluruh data pengaduan dikirimkan kepada FK untuk mendapatkan penanganan. Untuk Kecamatan yang memiliki posko pengaduan hukum, maka kelompok pengaduan tentang persengketaan langsung dikirimkan ke posko dan selanjutnya ditangani oleh bidang kegiatan Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat (MPHM). Pengaduan yang tidak dapat diselesaikan oleh FK bersama Camat dan Satker serta seluruh data pengaduan dikirimkan oleh FK kepada KM Kab untuk mendapatkan penanganan. Pengaduan yang tidak dapat diselesaikan oleh KM Kab bersama TK Kabupaten dikirimkan kepada KM Nasional

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

66

untuk mendapatkan penanganan. Seluruh data pengaduan dikirimkan kepada KM Prov dan diintegrasikan dalam basis data P2DTK bersama status penyelesaian sengketa yang dikirimkan oleh Lembaga Primer dari kegiatan bidang kegiatan MPHM. Untuk lebih lengkapnya mengenai pengaduan dan penanganan masalah dapat dilihat dalam Manual Pengaduan dan Penanganan Masalah. 7.5. Pelaporan Informasi yang dikumpulkan selama pelaksanaan program akan digunakan untuk menjawab beberapa pertanyaan dan hipotesis riset yang terkait dengan tujuan program dan sasarannya. Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan/atau informasi mengenai perkembangan atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan program, kendala dan atau permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program, penerapan dan pencapaian dari sasaran atau tujuan P2DTK, termasuk rencana pemanfaatan dan atau keberlanjutan kegiatan. Pelaporan jalur fungsional melibatkan beberapa pihak baik seperti: FD, FK, KM Kab, KM Prov, KM Nas, dan Tim Pelaksana P2DTK Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Mekanisme Pelaporan

Pelaporan jalur struktural akan melibatkan beberapa pihak baik sebagai pembuat maupun penerima laporan seperti: Ketua TPK masing-masing tingkatan, Satker, TK-P2DTK Kecamatan, TK-P2DTK Kabupaten, TK-P2DTK Provinsi dan TK-P2DTK Pusat. Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi yang disajikan minimal harus memperlihatkan beberapa hal penting berikut: 1) Kegiatan yang diselesaikan pada bulan terakhir dan

rencana kegiatan pada bulan selanjutnya.

Page 40: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

67

2) Status kegiatan dalam siklus program menurut bidang kegiatan program.

3) Uraian kegiatan menurut bidang kegiatan program. 4) Informasi keuangan. 5) Tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan

(diuraikan menurut kelompok gender, pemuda dsb). 6) Tingkat partisipasi aparat pemerintah sesuai dengan

tugas dan fungsi masing-masing dalam proses pelaksanaan program

7) Tingkat partisipasi sektor swasta dalam pelaksanaan program P2DTK.

8) Jumlah penerima manfaat dari kegiatan program. 9) Diseminasi dan transparansi informasi. 10) Koordinasi kegiatan dengan TK-P2DTK di setiap

tingkatan, DPRD, dan Dinas-dinas terkait. 11) Koordinasi dengan LSM, pers, atau kelompok

masyarakat lainnya. 12) Status penanganan pengaduan. 13) Permasalahan yang ditemukan dan solusi yang

ditawarkan. 14) Beberapa isu lain yang penting. 15) Lampiran-lampiran: format pelaporan, foto, pengaduan

yang diterima, dll. (Lebih Jelas tentang mekanisme pelaporan lihat Penjelasan Pelaku-Pelaku dan Manual Monitoring & Evaluasi) Sistem Informasi Manajemen (SIM ) Data dan informasi dari laporan akan dimasukkan ke dalam database komputer di tingkat Kabupaten, Provinsi dan nasional oleh KM Kab, KM Prov dan KM NAS, berdasarkan bimbingan dan dukungan dari Tenaga Ahli Monev. Tenaga Ahli Monev bertanggungjawab untuk menjamin bahwa database berfungsi dengan baik dan informasi mudah bisa diakses oleh manajer program.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

68

Laporan gabungan dari tingkat nasional dan Provinsi akan dikirim balik ke tingkat Kabupaten sebagai informasi dan pemeriksaan. Di samping itu, Sistem Informasi Manajemen juga bisa dimanfaatkan untuk penanganan berbagai masalah yang muncul (Complaints Handling) bagi pelaku P2DTK. Sistem Informasi Manajemen (SIM) P2DTK mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan metodologis yang kokoh dengan kepraktisan implementasinya dan kemampuan lokal yang ada. Format pelaporan dirancang sesederhana mungkin tanpa harus kehilangan substansi informasi yang disampaikannya. Sistem Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam P2DTK dilakukan melalui monitoring, evaluasi, pengaduan dan penanganan masalah.

Page 41: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

69

8. KEBERLANJUTAN Keberlanjutan program merupakan suatu proses untuk mengupayakan agar hasil-hasil kegiatan dan mekanisme program P2DTK dapat terpelihara dan dikembangkan sehingga berdampak bagi kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan program secara partisipatif menjadi bagian yang sangat menentukan, oleh karena itu pelibatan mereka dalam setiap tahapan proses kegiatan P2DTK menjadi sangat penting karena akan memberikan kesempatan belajar secara langsung. 8.1. Tujuan keberlanjutan Tujuan yang diharapkan dari keberlanjutan kegiatan P2DTK adalah sebagai berikut: a) Berfungsinya prasarana/sarana yang telah dibangun,

dan terpeliharanya kegiatan-kegiatan yang menunjang kualitas hidup masyarakat bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

b) Sistem pembangunan partisipatif dan mekanisme pelaksanaan program P2DTK dapat dipelihara untuk memperkuat proses pembangunan di daerah.

c) Berfungsinya kelembagaan masyarakat yang telah dibangun dalam pengelolaan program P2DTK secara transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab.

8.2. Upaya Keberlanjutan Upaya keberlanjutan program P2DTK lebih ditekankan pada aspek peningkatan kapasitas, menguatnya fungsi kelembagaan masyarakat, dan terbangunnya sistem pembangunan yang partisipatif . Pelibatan pelaku-pelaku

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

70

dari unsur masyarakat (FD, PL, TPKM, Komite Sekolah) dan aparatur pemerintah setempat sejak awal merupakan bagian proses yang sangat menentukan keberlanjutan program. Secara garis besar upaya keberlanjutan dapat dikategorikan sebagai berikut: a) Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial yang

dimiliki oleh kelompok-kelompok masyarakat, tim pengelola kegiatan, serta pelaku-pelaku lain P2DTK di desa, kecamatan, serta kabupaten.

b) Penyediaan sistem dan mekanisme monitoring, evaluasi perencanaan dan pengendalian secara partisipatif yang memungkinkan anggota masyarakat dapat mengetahui serta ikut mengontrol kegiatan yang direncanakan, baik yang sedang berjalan maupun yang sudah selesai dilaksanakan.

c) Penguatan lembaga-lembaga masyarakat di kecamatan dan desa, termasuk lembaga-lembaga masyarakat tingkat kabupaten untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

d) Peningkatan peran pemerintah dari tingkat kecamatan dan kabupaten sebagai fasilitator dan pendorong kegiatan keberlanjutan, dan bila dimungkinkan di masing tingkatan dibuat tim pembina bagi tim pemelihara dengan peran untuk mengembalikan sifat gotong royong yang mulai luntur di masyarakat.

Konsultan dan pemerintah melaksanakan beberapa bentuk kegiatan untuk keberlanjutan program P2DTK seperti berikut: a) Fasilitator Kecamatan dibantu oleh PL/FD bersama-

sama aparat pemerintah desa dan kecamatan akan melatih masyarakat dalam hal pemeliharaan sebelum meninggalkan desa. Materi pelatihan ditekankan pada aspek pengorganisasian, teknik pemeliharaan, dan sumber pembiayaan.

Page 42: Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) – P2DTK

71

b) KM Kab melakukan koordinasi dengan dinas-dinas pemerintah terkait untuk menyepakati pengalihan pemeliharaan hasil kegiatan P2DTK.

c) Untuk setiap jenis prasarana tertentu, telah dibuat daftar penanggung jawab dan penetapan iuran.

d) Untuk jenis kegiatan lain, ditetapkan kelompok pengelola dan pemeliharaan.

e) Satker akan dilibatkan dalam rangka pemantauan pemeliharaan rutin.

f) Pada dokumen penyelesaian harus sudah disediakan garis besar rencana pemeliharaan yang diwajibkan sebagai lampiran SP3K.

g) Pemerintah Kabupaten menetapkan P2DTK sebagai salah satu model pembangunan partisipatif sebagai dasar pembiayaan rencana pembangunan.