perbedaan profil hematologi rutin pada …eprints.ums.ac.id/69760/10/naskah publikasi(27).pdf ·...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PROFIL HEMATOLOGI RUTIN PADA PENDERITA
DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DAN DEWASA
DI RSUD Dr. HARJONO PONOROGO
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakata
Oleh:
WARDAH HANANI PANGESTU
J500150060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN PROFIL HEMATOLOGI RUTIN PADA PENDERITA
DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DAN DEWASA
DI RSUD Dr. HARJONO PONOROGO
OLEH:
WARDAH HANANI PANGESTU
J 500 150 060
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
dan Pembimbing Utama Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari 14 Januari 2019.
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Dewan Penguji:
1. dr. Safari Wahyu Jatmiko, M. Si. Med. (..............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. dr. Rochmadina Suci Bestari, M. Sc. (..............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. dr. Iin Novita Nurhidayati M., Sp. PD, M. Sc. (...............................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Prof. DR. dr. E.M. Sutrisna, M.Kes.
NIK. 919
iii
1
PERBEDAAN PROFIL HEMATOLOGI RUTIN PADA PENDERITA
DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DAN DEWASA
DI RSUD Dr. HARJONO PONOROGO
Abstrak
Demam berdarah dengue banyak terjadi di daerah tropis dan sub tropis. Faktor usia
dapat mempengaruhi komplikasi pada demam berdarah dengue. Usia anak
mempunyai permeabilitas kapiler lebih tinggi sehingga memicu terjadinya
kebocoran plasma, sedangkan pada dewasa mempunyai risiko terjadi perdarahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan profil hematologi rutin pada
penderita demam berdarah dengue anak dan dewasa. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pasien
anak berusia ≤12 tahun dan dewasa berusia >18 tahun. Jumlah sampel sebanyak 66
terdiri dari 33 pasien anak dan 33 pasien dewasa yang diambil dengan teknik
Purposive sampling. Analisis data menggunakan Uji T tidak berpasangan dan Uji
Mann Whitney. Rerata leukosit anak lebih rendah dari dewasa p=0,029 (p<0,05),
rerata hemoglobin anak lebih rendah dari dewasa p=0,015 (p<0,05), peningkatan
hematokrit anak lebih rendah dari pada dewasa p=0,160 (p>0,05), dan rerata
trombosit anak lebih tinggi daripada dewasa p=0,037 (p<0,05). Terdapat perbedaan
bermakna rerata nilai leukosit, hemoglobin, dan trombosit pada penderita demam
berdarah dengue anak dan dewasa dan tidak ditemukannya perbedaan peningkatan
hematokrit pada penderita demam berdarah dengue anak dan dewasa.
Kata Kunci: DBD, Leukosit, Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Usia
Abstract
Dengue fever is a common disease in tropical and sub-tropical regions. Age is a big
factor that could affects the severity of dengue hemorrhagic fever. Pediatric patients
have higher capillary permeability which could cause plasma leakage, whereas
adult patients have higher risks of hemorrhage. This research aims to identify the
differentiations of hematology routine profile on adult and children hemorrhagic
dengue patients. This research uses analytic observation method with cross
sectional approach. The research observes 66 samples consisting of 33 pediatric
patients (under 12 years old) and 33 adult patients (over 18 years old), taken with
purposive sampling technique. Data analyzed with unpaired T-tests and Mann-
Whitney tests. Mean leukocyte value on children is lower than on adult p=0,029
(p<0,05), mean hemoglobin value on children is lower than on adult p=0,015
(p<0,05), mean hematocrit increase value on children is lower than on adult
p=0,0160 (p>0,05), and mean thrombocyte value on children is higher then on adult
p=0,037 (p<0,05). There were significant differentiations of mean value of
leukocytes, hemoglobin, and platelets on pediatric and adult hemorrhagic dengue
patients. There is no significant difference of hematocrit increase value on pediatric
and adult hemorrhagic dengue patients.
Keywords: DHF, Leukocytes, Hemoglobin, Hematocrit, Platelets, Ages.
2
1. PENDAHUHLUAN
Infeksi virus yang dapat menimbulkan dampak besar bagi kesehatan manusia salah
satunya yaitu infeksi virus Dengue (DENV-1,-2,-3,-4) dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Virus dengue ditularkan melalui vektor nyamuk genus Aedes terutama
A. aegypti dan A. albopictus. Infeksi dengue menyebabkan demam dengue, demam
berdarah dengue, dan Dengue Syok Syndrome (Back & Lundkvist, 2013).
Demam berdarah dengue banyak terjadi di daerah tropis dan sub tropis.
Demam berdarah dengue merupakan penyakit endemik pada lebih dari 100 negara
di dunia. Kasus tersebut banyak di benua Afrika, Amerika, daerah Medeterania
timur, Asia Tenggara dan daerah Pasifik Barat (World Health Organization, 2016).
Prevalensi penyakit dengue meningkat secara drastis pada dekade terakhir.
Prevalensi penyakit dengue menyerang sekitar 390 juta kasus per tahun, dengan 96
juta kasus terdiagnosis infeksi dengue manifestasi berat (WHO, 2018).
Demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan di
Indonesia. Angka kesakitan atau Incidence Rate (IR) pada 34 provinsi tahun 2015
mencapai 50,75 per 100 ribu penduduk. Incidence Rate tahun 2016 mengalami
peningkatan cukup tinggi yaitu 78,85 per 100 ribu penduduk. Angka ini lebih tinggi
dari target IR nasional yaitu 49 per 100 ribu penduduk (Kementerian Kesehatan RI,
2016). Pada tahun 2017, Incidence Rate mengalami penurunan menjadi 22,55 per
100 ribu penduduk (Kemenkes RI, 2018). Angka kesakitan Incidence Rate (IR)
DBD di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 yaitu 54,18 per 100.000 penduduk
dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu 64,8 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2017 IR demam berdarah dengue juga mengalami penurunan yaitu
18,46 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2017). Kejadian
demam berdarah dengue pada tahun 2015 di Kabupaten Ponorogo dilaporkan
sebanyak 773 penderita. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan sebanyak 891
penderita. (Dinkes Ponorogo, 2017).
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, kelompok usia terbanyak
kasus DBD pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai
33,25%. Penelitian yang dilakukan Hikmah & Kasmini (2015) tentang faktor
3
penyebab kematian pada DBD, didapatkan angka kematian lebih tinggi pada anak
mencapai 71% sedangkan dewasa mencapai 29%. Penelitian Back & Lundkvist
(2013) menyebutkan perbedaan keparahan DBD berdasarkan usia disebabkan
karena anak mempunyai permeabilitas kapiler lebih tinggi sehingga memicu
terjadinya kebocoran plasma, sedangkan pada dewasa lebih sering dijumpai
manifestasi perdarahan. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Namvongsa et al., (2013) dan Souza et al., (2013) pasien DBD anak dan dewasa
memiliki perbedaan manifestasi klinis dan profil hematologi.
Penelitian sebelumnya tentang perbedaan profil hematologi anak dan
dewasa memiliki hasil yang berbeda. Pada penelitian yang dilakukan Souza et al.,
(2013) pada dewasa lebih sering terjadi peningkatan hemokonsentrasi 48,8%,
trombositopenia 52%, dan leukopenia 51,9%. Tetapi, pada penelitian ini terdapat
perbedaan jumlah subjek yang signifikan antara anak dan dewasa.
Penelitian yang dilakukan Henilayati et al., (2015) “Perbedaan Profil
Laboratorium Penyakit Demam Berdarah Dengue Anak dan Dewasa pada Fase
Kritis” pada anak lebih banyak terjadi peningkatan nilai hematokrit 63,7% dan
trombositopenia 56,7%, sedangkan leukopenia lebih banyak terjadi pada dewasa
51,5%.
Berdasarkan perbedaan faktor risiko usia dan hasil penelitian sebelumnya,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian perbedaan profil hematologi pada
penderita demam berdarah dengue anak dan dewasa.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medis
RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Sampel dari penelitian ini adalah penderita demam
berdarah dengue (DBD) usia anak ≤12 tahun dan dewasa berusia >18 tahun.
Pengambilan sampel dengan teknik Purposive sampling dan berdasarkan rumus
besar sampel diperoleh 66 sampel.
Prosedur pengambilan data dengan melihat data sekunder yang didapatkan
dari rekam medik subjek penelitian. Instrumenn pada penelitian ini adalah data
4
rekam medis pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
Analisis data yang digunakan untuk menilai normalitas data menggunakan uji
Saphiro-wilk. Uji analisis statistik bivariat pada penelitian ini menggunakan uji
analitik komparatif numerik tidak berpasangan yaitu uji T tidak berpasangan, tetapi
apabila sebaran data tidak normal maka analisis dengan uji Mann-Whitney.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Harjono Ponorogo pada bulan
November – Desember 2018. Pada penelitian ini dilakukan pencatatan usia
sebagai variabel bebas dan profil hematologi rutin sebagai variabel terikat.
Data yang diambil merupakan hasil pemeriksaan darah rutin saat nilai
trombosit berada pada nilai terendah.
3.1.1 Karakteristik Penelitian
Tabel 1
Distribusi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Anak Dewasa Total
Laki-laki 20 (60,6%) 23 (69,7%) 43 (66,2%)
Perempuan 13 (39,4%) 10 (30,3%) 23 (34,8%)
Total 33 (50%) 33 (50%) 66 (100%)
(Data Sekunder, 2018)
Distribusi penyakit DBD pada Tabel 1 berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa laki-laki baik kelompok anak dan dewasa lebih banyak,
dengan jumlah sampel 43 orang (65,2%), sedangkan jumlah sampel perempuan
sebanyak 23 orang (34,8%).
Tabel 2
Distribusi Subyek Berdasarkan Usia Anak Dewasa
Karakteristik Jumlah Persentase Karakteristik Jumlah Persentase
0-2 tahun 6 18,2% 19-45 tahun 19 57,6%
3-5 tahun 12 36,4% 46-65 tahun 9 27,3%
6-12 tahun 15 45,5% >60 tahun 5 15,2%
Total 33 100% Total 33 100%
(Data Sekunder, 2018)
5
Berdasarkan distribusi usia pada Tabel 2, penderita DBD anak paling
banyak pada kelompok usia 6-12 tahun berjumlah 15 orang (45.5%). Distribusi
penderita DBD kelompok dewasa paling banyak pada usia 19-45 tahun dengan
berjumlah 19 orang (57,6%).
3.1.2 Analisis Bivariat
Tabel 3
Uji Bivariat Perbedaan Nilai Hematologi Rutin pada Penderita DBD
Anak dan Dewasa Usia Rerata (s.b) Nilai p Perbedaan rerata IK 95%
Leukosit
(/ml)
Anak 3742,4 ± 1450 0.029 -875 (-1659,3 – (- 92,16))
Dewasa 4618 ± 1724,5
Hemoglobin
(gr/dl)
Anak 12,3 ± 1,25 0.015 -1,5 (-2,3 – (-0,8))
Dewasa 13,8 ± 1,75
Trombosit
(sel/mm3)
Anak 74.151,5 ± 28.457,3 0.037 14.242,4 (888 – 27,596)
Dewasa 59.909 ± 25.783,2
Uji t tidak berpasangan
Berdasarkam Tabel 3, diketahui bahwa hasil uji T tidak berpasangan
diperoleh nilai leukosit p=0,029, maka disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara rerata nilai leukosit pada penderita DBD
anak dan dewasa. Nilai perbedaan kadar leukosit antar kelompok (mean
difference) sebesar -875 dan nilai interval kepercayaan (IK 95%) adalah
antara -1659,3 sampai -92,16. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai
p<0,05 dengan interval (IK 95%) tidak melewati angka nol maka hipotesis
nol ditolak.
Berdasarkam Tabel 3, diketahui bahwa hasil uji T tidak berpasangan
diperoleh nilai hemoglobin p=0,015, maka disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara rerata nilai hemoglobin pada penderita DBD
anak dan dewasa. Nilai perbedaan kadar hemoglobin antar kelompok (mean
difference) sebesar -1,5 dan nilai interval kepercayaan (IK 95%) adalah antara
-2,3 sampai -0,8. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p<0,05 dengan
interval (IK 95%) tidak melewati angka nol maka hipotesis nol ditolak.
Berdasarkam Tabel 3, diketahui bahwa hasil uji T tidak berpasangan
diperoleh nilai trombosit p=0,037, maka disimpulkan bahwa terdapat
6
perbedaan yang bermakna antara rerata nilai trombosit pada penderita DBD
anak dan dewasa. Nilai perbedaan kadar trombosit antar kelompok (mean
difference) sebesar 14.242 dan nilai interval kepercayaan (IK 95%) adalah
antara 888 sampai 27,596. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p<0,05
dengan interval (IK 95%) tidak melewati angka nol maka hipotesis nol
ditolak.
Tabel 4 Uji Bivariat Perbedaan Peningkatan Hematokrit pada
Penderita DBD Anak dan Dewasa Usia Median
(Maksimum-Minimum)
Nilai p
Peningkatan
Hematokrit (%)
Anak 9,9 (1,6 – 29,6) 0.160 – 0,08
Dewasa 13,1 (3,5 – 31,3)
Uji Mann-Whitney
Berdasarkam Tabel 4 diatas diketahui bahwa hasil uji Mann-Whitney
diperoleh nilai p=0,160. Hipotesis satu arah, nilai p adalah 0,08, maka
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata
peningkatan hematokrit pada penderita DBD anak dan dewasa.
3.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa statistik data yang didapatkan dari RSUD Dr.
Harjono Ponorogo pada bulan November – Desember 2018, maka dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Distribusi penyakit DBD pada Tabel 1 berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa laki-laki baik kelompok anak dan dewasa lebih
banyak, dengan jumlah sampel 43 orang (65,2%), sedangkan jumlah sampel
perempuan sebanyak 23 orang (34,8%). Data tersebut sesuai dengan
penelitian Hidayat et al., (2017) yang menunjukkan jumlah data laki-laki
penderita DBD lebih banyak dengan jumlah 81 orang (58,7%) dan jumlah
sampel perempuan sebanyak 57 orang (41,3%). Paparan vektor pada pria
yang lebih tinggi di siang hari dan lebih sedikit pada wanita karena alasan
sosial, karena mereka mengenakan jilbab (Daakeek et al., 2017).
7
Berdasarkan distribusi usia pada Tabel 2 disimpulkan bahwa
penderita DBD anak paling banyak pada kelompok usia 6-12 tahun dengan
15 orang (45,5%). Usia 6-12 tahun merupakan usia anak sekolah.
Lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang potensial dalam
penyebaran dan penularan penyakit DBD. Kondisi tersebut dikarenakan
nyamuk penyebab DBD, Aedes aegypti aktif menggigit pada pagi hari
antara jam 09.00 – 10.00 dan pada sore hari antara jam 16.00 – 17.00. Pada
jam 09.00 – 10.00 tersebut anak sekolah sedang berada di lingkungan
sekolah dan memungkinkan anak – anak tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti
betina infeksius (Shofiyanah & Azam, 2016). Distribusi penyakit DBD pada
dewasa paling tinggi pada usia 19-45 tahun sebanyak 19 orang (57,6%).
Pada usia 19-45 tahun mempunyai aktivitas yang padat dan lebih banyak di
luar ruangan sehingga memberikan kemungkinan lebih banyak terkena
nyamuk yang terinfeksi, selain itu kurangnya kewaspadaan diri dalam
perlindungan terhadap gigitan nyamuk (Vebriani et al., 2016).
Berdasarkan Tabel 3 uji bivariat nilai leukosit, bahwa hasil uji T
tidak berpasangan untuk varian berbeda diperoleh nilai p=0,029, maka
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata nilai
leukosit pada penderita DBD anak dan dewasa. Nilai rerata leukosit
penderita DBD anak 3742,4±1450/ml dan penderita DBD dewasa
4618±1724,5/ml. Penderita DBD anak mempunyai nilai leukosit lebih
rendah daripada pendeerita DBD dewasa. Penelitian sebelumnya Ho et al.,
(2013) menunjukkan hasil yang serupa yaitu rerata leukosit anak lebih
rendah (2971±1761/ml) sedangkan rerata leukosit dewasa (3564±1719/ml)
dengan nilai p=0,006.
Pada penelitian ini, anak terjadi leukopenia sedangkan pada dewasa
nilai leukosit normal. Leukopenia adalah salah satu indikator untuk
membedakan demam berdarah dari penyakit demam lainnya. Terjadinya
leukopenia pada infeksi dengue disebabkan karena adanya penekanan
sumsum tulang akibat dari proses infeksi virus secara langsung ataupun
8
karena mekanisme tidak langsung melalui produksi sitokin-sitokin
proinflamasi yang menekan sumsum tulang (Masihor et al., 2013). Pada
infeksi dengue dapat dijumpai leukositosis yang dapat terjadi akibat infeksi
sekunder atau reaksi perdarahan. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat
menjadi penyebab kematian pada demam berdarah dengue. Leukositosis
dapat sebagai tanda peringatan demam berdarah dengue berat (Daakeek et
al., 2017)
Berdasarkam Tabel 3 uji bivariat hemoglobin, hasil uji T tidak
berpasangan untuk varian berbeda diperoleh nilai p=0,015, maka
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata nilai
hemoglobin pada penderita DBD anak dan dewasa. Nilai rerata hemoglobin
pada penderita DBD anak 12,3±1,25 gr/dl dan nilai rerata penderita DBD
dewasa 13,8±1,75 gr/dl. Rerata nilai hemoglobin dewasa lebih tinggi
daripada nilai hemoglobin anak.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Hamed (2017) menunjukkan
pada usia 2 – 15 tahun rerata nilai hemoglobin 10,82±1,2 gr/dl. Pada
penelitian Priyanka & Dinesh (2018) pada usia >18 tahun rerata nilai
hemoglobin 13,32±2,63gr/dl.
Pada penyakit DBD permeabilitas pembuluh darah meningkat
menyebabkan hilangnya plasma dari kompartemen vaskular ke jaringan
ekstravaskular dan menyebabkan hemokonsentrasi, perubahan
permeabilitas pembuluh darah yang signifikan ini mengarah pada fungsi
perubahan membrane sel dalam menjaga tekanan osmotik cairan dan
gradien konsentrasi ion antara kompartemen intraselular dan ekstraselullar.
Hal tersebut dapat ditandai dengan peningkatan kadar hemoglobin dalam
pembuluh darah.
Nilai normal hemoglobin pada anak dan dewasa berbeda. Penelitian
yang dilakukan Adeli et al., (2015) rerata nilai hemoglobin anak antara
(11,8 – 14,7 gr/dl) sedangkan nilai rerata hemoglobin dewasa (13,6 – 16,9
gr/dl). Perbedaan nilai hemoglobin terjadi akibat pengaruh pubertas yakni
9
terjadi kenaikan nilai hemoglobin cukup tajam akibat terdapat peningkatan
metabolisme tubuh dan aktivasi testosteron sehingga merangsang
eritropoiesis.
Berdasarkam Tabel 7 uji bivariat peningkatan hematokrit, hasil uji
Mann-Whitney diperoleh nilai p=0,160, disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara rerata peningkatan hematokrit pada
penderita DBD anak dan dewasa. Median peningkatan hematokrit pada
penderita DBD anak 9,9(1,6-29,6) dan nilai median peningkatan hematokrit
pada penderita DBD dewasa 13,1(3,5-31,3). Peningkatan hematokrit lebih
tinggi terjadi pada dewasa daripada anak. Beberapa penelitian sebelumnya
yang dilakukan Souza et al., (2013) dan Velasco et al., (2014) menyebutkan
peningkatan hematokrit lebih tinggi terjadi pada dewasa dari pada anak-
anak.
Nilai hematokrit dipengaruhi oleh pemberian cairan, waktu
pemeriksaan nilai hematokrit, perdarahan, dan usia. Pada DBD terjadi
peningkatan hemokonsentrasi akibat kebocoran plasma, sehingga
pemberian cairan akan menurunkan hemokonsentrasi yang mengakibatkan
penurunan nilai hematokrit. Infeksi dengue mempunyai beberapa fase, pada
fase kritis sekitar hari ke 3 – 7 terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga berisiko terjadi kebocoran plasma yang signifikan selama 24 – 48
jam. Pada fase penyembuhan, terjadi penyerapan kembali cairan dari
eksravaskuler ke intravaskuler dalam 48 – 72 jam. Waktu pengambilan
darah untuk pemeriksaan hematokrit akan mempengaruhi nilai hematokrit.
Kejadian perdarahan pada kasus DBD berat dapat ditandai dengan
penurunan nilai hematokrit (Utari et al., 2018). Nilai hematokrit juga
dipengaruhi oleh usia, anak memiliki permeabilitas mikrovaskuler lebih
tinggi. Selain itu, anak dan bayi sangat rentan terhadap perkembangan syok,
karena berkaitan dengan kelemahan kapiler yang dapat menyebabkan
mereka lebih rentan mengalami sindrom kebocoran kapiler dari pada orang
dewasa (Henilayati et al., 2015). Beberapa kasus kebocoran plasma tidak
10
menunjukkan peningkatan hemokonsentrasi yang tinggi bahkan jika pasien
syok, sedangkan pada beberapa pasien demam dengue menunjukkan
peningkatan PCV dapat memprediksi terjadinya dehidrasi yang disebabkan
intake yang kurang dan muntah (Mishra et al., 2016).
Berdasarkam Tabel 6 uji bivariat trombosit, hasil uji T tidak
berpasangan untuk varian berbeda diperoleh nilai p=0,037, maka
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata nilai
trombosit pada penderita DBD anak dan dewasa. Nilai rerata trombosit pada
penderita DBD anak 74.151,5±28.457,3 sel/mm3 dan nilai rerata penderita
DBD dewasa 59.909±25.783,9 sel/mm3. Nilai trombosit pada dewasa lebih
rendah daripada nilai trombosit dewasa. Penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya sebelumnya oleh Souza et al., (2013) dan Namvongsa et al.,
(2015) menyebutkan nilai trombosit dewasa lebih rendah daripada nilai
trombosit anak. Trombositopenia pada DBD disebabkan oleh supresi
sumsum tulang dan destruksi trombosit oleh RES. Berdasarkan penelitian
Namvongsa et al., (2015) pasien DBD dewasa mempunyai risiko lebih
tinggi mengalami perdarahan berat. Hal ini dikarenakan pada dewasa
memiliki kadar trombosit lebih rendah daripada anak-anak. Sehingga pada
pasien DBD dewasa lebih banyak membutuhkan tranfusi darah.
Pada penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan bermakna rerata nilai leukosit, hemoglobin, dan
trombosit pada penderita demam berdarah dengue anak dan dewasa.
Berdasarkan perbedaan hematologi rutin tersebut, dapat diketahui terdapat
perbedaan risiko komplikasi menurut faktor usia. Pada anak sering dijumpai
kejadian syok hipovolemik, sedangkan pada dewasa lebih berisiko terjadi
perdarahan berat.
11
4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Terdapat perbedaan yang bermakna rerata nilai leukosit, hemoglobin, dan
trombosit pada penderita demam berdarah dengue anak dan dewasa
2. Tidak ditemukannya perbedaan yang bermakna rerata peningkatan
hematokrit pada penderita demam berdarah dengue anak dan dewasa.
4.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat
diberikan oleh peneliti:
1. Melakukan restriksi data lebih ketat untuk penelitian selanjutnya yaitu
penyakit jantung, diabetes mellitus dsb.
2. Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi petugas medis
dalam memprediksi komplikasi pada demam berdarah dengue.
DAFTAR PUSTAKA
Adeli, K., Raizman, J. E., Chen, Y., Higgins, V., Nieuwesteeg, M.,
Abdelhaleem, M., Wong, S. K., Blais, D., 2015. Complex Biological
Profile of Hematologic Markers Across Pediatric, Adult, and Geriatric
Ages: Establishment of Robust Pediatric and Adult Reference Intervals
in the Basis of the Canadian Health Measures Survey. Clinical
Chemistry, 61(8), pp. 1-12.
Bäck, A. T. & Lundkvist, A., 2013. Dengue Viruses-an-Overview. Infection
Ecology and Epidemiology. 3(19839), pp. 1-21.
Daakeek, A. M., Alghasali, H. S., Bahashwan, A. A., 2017. Dengue Related at
Ibn-Sina Hospital-Al-Mukalla: Causes and Alarming Signals. Journal
of Infectious Diseases and Treatment. 3(2), pp. 1-7.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten
Ponorogo Tahun 2016. Ponorogo: Dinas Kesehatan Kabupaten
Ponorogo, pp. 21-2.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, 2016. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur, pp. 55.
12
Hamed, M. H. A., 2017. Hematological Changes Among Children with Dengue
Fever in Saudi Arabia. Egyptian Journal of Haematology, 42(4), pp. 129-
33.
Henilayati, N. P., Hapsari, M. D., Farhanah, N., 2015. Perbedaan Profil
Laboratorium Penyakit Demam Berdarah Dengue Anak dan Dewasa pada
Fase Kritis. Jurnal Media Medika Muda, 4(4), pp. 1305-14.
Hidayat, W. A., Yaswir, R., Murni, A. W., 2017. Hubungan Jumlah Trombosit
dengan Nilai Hematokrit pada Penderita Demam Berdarah Dengue dengan
Manifestasi Perdarahan Spontan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(2), pp. 446-51.
Hikmah, M. & Kasmini H, O. W., 2015. Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Kematian Akibat Demam Berdarah Dengue. Unnes Journal of
Public Health, 4(4), pp. 180-9.
Ho, T. S., Wang, S. M., Lin, Y. S., Liu, C. C., 2013. Clinical and Laboratory
Predictive markers for Acute Dengue Infection. Journal Biomedical
Science. 20(75), pp. 1-8.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Infodatin Situasi DBD. Jakarta: Pusat data dan
informasi.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia
2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Masihor, J. J., Mantik, M. F., Memah, M., Mongan, A. E., 2013. Hubungan
Jumlah Trombosit dan Jumlah Leukosit pada Pasien Anak Demam
Berdarah Dengue. Jurnal e-Biomedik, 1(1), pp. 391-5.
Mishra, S., Ramanathan, R., Agarwalla, S. K., 2016. Clinical Profile of Dengue
Fever in Children: A Study from Southern Odisha, India. Hindwari
Publishing Corporation Scientifica, 2016, pp. 1-6.
Namvongsa, V., Sirivichayakul, C., Songsithichok, S., Chanthavanich, P.,
Chokejindachai, W., Sitcharungsi, R., 2013. Differences in Clinical
Features Between Children and Adults with Dengue. Southeast Asian J
Trop Med Public Health, 44(5), pp. 772-9.
Priyanka, P., Dinesh, U. S., 2018. Differentiating between Dengue Fever from
Other Febrile Illnesses Using Haematological Parameters. National
Journal of Laboratory Medicine, 7(4), pp. 6-10.
Shofiyanah, L., Azam, M., 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pelaksanaan PSN DBD di Sekolah Dasar. Unnes Journal of Public
Health, 1(2), pp. 8-13.
13
Souza, L. J., Pessanha, L. B., Mansur. L. C., Souza, L. A., Ribeiro, M. B.,
Silveira, M. V., Filho, J. T., 2013. Comparison of Clinical and
Laboratory Characteristics Between Children and Adults with Dengue.
Brazilian Journal Infectious Disease, 17(1), pp. 27–31.
Utari, F. P., Efrida., Kadris, H., 2018. Perbandingan Nilai Hematokrit dan
Jumlah Trombosit antara Infeksi Dengue Primer dan Dengue Sekunder
pada Anak di RSUP. Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(1),
pp. 118-23.
Vebriani, L., Wardana, Z., Fridayenti., 2016. Karakteristik Hematologi Pasien
Demam Berdarah Dengue di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau Periode 1 Januari – 31 Desember 2013, 3(1), pp.
1-20
Velasco, J. M. S., Alera, M. T. P., Chardenas, A. A. Y., Dimaano, E. M., Jarman,
R. G., Chinnawirotpisan, P., Thaisomboonsuk, B., Yoon, I. K.,
Cummings, D. A., 2014. Demographic, Clinical and Laboratory
Findings Among Adult and Pediatric Patients Hospitalized with Dengue
in the Philippines. Southeast Asian J Trop MedPublic Health. 45(2), pp.
337-345.
WHO. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO for South East Asia.
World Health Organization (WHO). 2018. Dengue and Severe Dengue. Diambil
dari http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-
severe-dengue. Diakses tanggal 21 Juni 2018.
WHO. 2016. Dengue Guidelines for Patients Care in the Region of the
Americas. Second Edition. America: Pan American Health
Organization.
World Health Organization (WHO). 2016. Epidemiology dengue control.
Diambil dari http://www.who.int/denguecontrol/epidemiology/en/.
Diakses tanggal 21 Juni 2018.