perbedaan model pembelajaran concept mapping dan …

141
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING DAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF SISWA Oleh Supria Ningsih NIM: 160103036 PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM TAHUN 2020

Upload: others

Post on 23-Feb-2022

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING DAN

PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF SISWA

Oleh

Supria Ningsih

NIM: 160103036

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

TAHUN 2020

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING DAN

PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI

KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF SISWA

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram

untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Supria Ningsih

NIM 160103036

TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2020

MOTTO

من رأى منكم منكرا، فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانو، فإن لم يستطع فبقلبو، وذلك أضعف الإيمان

Artinya : “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran,

ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan

lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang

terakhir inilah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Ayahandaku Syafarudin yang selalu menyayangi dan

menemani saya saat suka maupun duka, yang selalu bersusah

payah membantu saya untuk menyelesaikan skripsi dengan

tenaga maupun materi , Dan Buat Ibundaku Supaeli yang

selalu memberikan kasih sayang sepenuhnya serta

mendoakan saya, memberikan dukungan moral, materil dan

spritualnya.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil aalamin. Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan

semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses

tanpa bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu sebagai berikut.

1. Erpin Evendi, M.Pd sebagai pembimbing I dan Kiki Riska Ayu Kurniawati, M.Pd

sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi

mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukkannya dalam

suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

2. Samsul Irpan, M.Pd dan Mauliddin, M.Si, sebagai penguji yang telah

memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.

3. Dr. Al Kusaeri, M.Pd selaku ketua Jurusan Program Studi Tadris Matematika.

4. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Mataram.

5. Prof. Dr.H. Mutawali, M.Ag, selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi

tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan

untuk tidak berlama-lama di kampustanpa pernah selesai.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Tadris Matematika atas bimbingan dan ilmu

yang telah diberikan tanpa mengenal lelah.

7. Bapak Ahmadi, S.Pd.I selaku kepala SMP AL-ASHRIYAH, Ibu Yuniati Kholid

selaku guru mata pelajaran Matematika kelas VII SMP AL-ASHRIYAH, beserta

semua staf tenaga kependidikan SMP AL-ASHRIYAH yang telah memberikan

bantuan, informasi dan data selama penulis melakukan penelitian;

8. Kedua orang tuaku tersayang dan seluruh keluarga, terima kasih atas do’a dan

dukungan serta pengorbanan dalam mendidik selama ini.

9. Sahabat-sahabtku yang di kelas B terutama (Maula, Novia dan Sukma ) terima

kasih atas do’a, dukungan, bantuan, motivasi dan kasih sayang yang telah kalian

berikan selama perkuliahan yang kita jalani bersama.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 khususya keluarga besar kelas B

Program Studi Tadris Matematika.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang

berlipat-ganda dari Allah SWT. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para

pembaca. Aamiin.

Mataram,

Penulis,

Supria Ningish

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

ABSTRAK ...................................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 6

D. Definisi Operasional ..................................................................... 8

1. Model Pembelajaran Concept Mapping .................................. 8

2. Model Pembelajaran Picture And Picture .............................. 8

3. Hasil Belajar ............................................................................. 9

4. Kemampuan Berpikir Intuitif ................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A Model Pembelajaran Concept Mapping ................................... 10

B Model Pembelajaran Picture And Picture ................................ 16

C Hasil Belajar ............................................................................... 19

D Kemampuan Berpikir Intutif ................................................... 21

E Penelitian yang Relevan ............................................................ 24

F Kerangka Berpikir ..................................................................... 28

G Hipotesis Penelitian ................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN

A Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................. 32

B Populasi dan Sampel ..................................................................... 32

C Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 33

D Variabel Penelitian ........................................................................ 33

E Desain Penelitian ........................................................................... 34

F Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian ........................................ 35

G Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian ....................... 36

H Teknik Analisis Data ..................................................................... 37

1. Uji Normalitas ........................................................................... 37

2. Uji Homogenitas ....................................................................... 39

3. Uji Hipotesis Penelitian ............................................................ 40

4. Uji Komparasi ........................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 49

B. Pembahasan .................................................................................. 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 58

B. Saran ............................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Nama Tabel

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Concept Mapping

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Picture And Picture

Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan

Tabel 3.1 Jumlah Populasi SMP AL-ASHRIYAH Sesela

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Berpikir Intuitif

Tabel 3.4 Tata Letak Data Sampel pada Anava Dua Jalan Sel Tak Sama

Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Tabel 4.1 Rangkuman Uji Normalitas

Tabel 4.2 Rangkuman Uji Homogenitas

Tabel 4.3 Rangkuman Uji Variansi Dua Jalan

Tabel 4.4 Rangkuman Rerata Marginal

Tabel 4.5 Rangkuman Uji Komparasi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Model Pembelajaran Concept Mapping

Lampiran 2 RPP Model Pembelajaran Picture And Picture Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Lampiran 4 Soal Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Lampiran 5 Kunci jawaban dan Penskoran KBI Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Lampiran 7 Soal Tes Hasil Belajar Lampiran 8 Kunci Jawaban dan Penskoran Hasil Belajar Lampiran 9 Surat Pengantar Validitas Soal Lampiran 10 Uji Normalitas Lampiran 11 Uji Homogenitas Lampiran 12 Uji Hipotesis Lampiran 13 Surat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri Lampiran 14 Surat Penelitian SMP AL-ASHRIYAH Sesela Lampiran 15 Foto-Foto Penelitian Lampiran 16 Lembar Jawaban Siswa Lampiran 17 Kartu Konsul

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING DAN

PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU

DARI KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF SISWA

oleh

Supria Ningsih

NIM 160103036

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran yang lebih baik antara concept mapping dan picture and picture, kemampuan berpikir intuitif yang lebih baik dilihat dari tingkatan kategorinya, antara (tinggi, sedang, dan rendah), dan interaksi antara model pembelajaran concept mapping dan picture and picture terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan berpikir intuitif siswa dilihat dari kategori (tinggi, sedang dan rendah). Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian posttest-only control design. Sampel penelitian siswa kelas VII A dan VII B SMP Al-Ashriyah sebanyak 43 siswa yang terdiri dari 23 siswa kelas eksperimen 1 dan 20 siswa kelas eksperimen 2 dengan teknik sampling jenuh. Pengumpulan data untuk mengukur kemampuan berpikir intuitif siswa yaitu tes uraian, setelahnya memberikan tes hasil belajar berupa tes uraian juga. Analisis data menggunakan analisis variansi (anava) dua jalan dengan sel tak sama, kemudian tidak dilanjutkan dengan uji komparasi ganda sel karena hasil penelitiannya adalah ketiga H0 nya diterima. Hasil penelitian menunjukan penerapan model pembelajaran tidak lebih baik antara concept mapping dan picture and picture,

siswa dengan tingkatan kemampuan berpikir intuitif yang berbeda mempunyai hasil belajar yang sama baiknya, dan tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran concept mapping dan picture and picture terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan berpikir intuitif siswa dilihat dari kategori (tinggi, sedang dan rendah).

Kata Kunci: model pembelajaran concept mapping; picture and picture;hasil

belajar; kemampuan berpikir intuitif;

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Bruner dalam Agus bahwa, berpikir intuitif merupakan suatu

tindakan untuk mendapatkan makna ataupun situasi dari masalah yang telah

dihadapi tanpa adanya ketergantungan secara eksplisit.1 Seseorang dapat

dikatakan berpikir intuitif apabila seseorang tersebut dengan cepat dan tepat

dapat mengemukakan terkaan-terkaan secara baik dan berpikir intuitif hanya

dapat berlangsung bila seseorang memiliki pengetahuan yang luas tentang

ilmu pengetahuan.2 Mengenai pentingnya intuitif dalam islam mewajibkan

untuk mencari ilmu pengetahuan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman

tentang berpikir intuitif dalam Surah Al-Hijr Ayat 74-75.

ل يل ا مل ا ل م

ا ل ف اف ة ل ل ل ل ف ل ف ا ف ف

ف ل ف ف ا ف ال ف ف ا ف

تا)٧٤ (اف ف ف ل ف ا ف يف الف كف لل

ياذف افلن إل

ا ينف مل وف ملمتف ل ل )٧٥(لم

“Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sungguh, pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) orang

yang memperhatikan tanda-tanda,”3

Al Mutawasimin menurut para ulamak adalah orang-orang yang

memiliki firasat, yaitu mereka yang mampu mengetahui suatu hal dengan

mempelajari tanda-tandanya. Sehingga, berpikir intuitif dapat dijadikan modal

1 Agus Sukmawan, “Propil Berpikir Intuitif Matematika”, (Penelitian Literatur,

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Bandung, 2011), hlm.16

2 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 10-11

3 Al-Hijr [15]: 74-75

agar dapat memahami beberapa konsep matematika dengan benar serta masuk

akal melalui menduga atau melakukan pembuktian. Menurut Munir dalam Siti

yang dikutip dari Fischbein bahwa, kemampuan berpikir intuitif bisa dijadikan

sebagai jembatan berpikir seseorang sehingga dapat mempermudah dalam

mengaitkan objek yang dibayangkan dengan alternatif yang diinginkan dengan

kata lain mampu menentukan startegi atau langkah apa yang dapat dilakukan

agar mencapai solusi.4

Menurut Mulyono dalam Kuraedah bahwa, hasil belajar merupakan

suatu kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar,

sehingga siswa dapat memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap.5 Merurut Zakky bahwa, hasil belajar merupakan suatu

pencapaian siswa dan bentuk perubahan perilaku yang menetap dari segi

kognitif, afektif dan psikomotoris dalam proses belajar mengajar yang

dilakukan.6 Karena salah satu bentuk perubahan perilaku dari hasil belajar

adalah segi kognitif, sehingga menurut Kuston berpikir intuitif adalah suatu

proses kognitif yang melalui feeling dan persepsi. Feeling adalah munculnya

ide dalam pemikiran seseorang sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi

sehingga membuat keputusan dalam menghasilkan jawaban yang spontan.

4 Siti Fathur R., “Pengembangan Instrumen dan Analisis Kemampuan Berpikir Intuitif

Matematis(Penelitian Survei di Madrasah Tsanawiyah Jakarta Selatan)” ,(Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017), hlm. 2

5 St. kuraedah dkk, “Penerapan Metode Picture And Picture dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V B di MIN Konawe Selatan Kec. Konda Kab. Konawe Selatan”, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 9, Nomor 1, Juni 2016 , hlm. 149

6 Zakky, “Pengertian Hasil Belajar Siswa dan Definisinya Menurut Para Ahli”, dalam https://www.zonareferensi.com/pengertian-hasil-belajar/ , diakses tanggal 27 Januari 2020, pukul 18.10

Dengan adanya proses kognitif ini, maka hasil belajar siswa dapat dicapai

dengan optimal.7

Model pembelajaran harus menjadi pegangan pendidik dalam

pembelajaran matematika, dan harus mampu memberikan ruang seluas-

luasnya bagi siswa.8 Model pembelajaran menjadi salah satu unsur yang

sangat penting dalam pembelajaran matematika, ketepatan dalam memilih

model pembelajaran akan memberikan pengaruh pada hasil belajar sisw.9

Asan berpendapat bahwa peta konsep merupakan model yang afektif

untuk membantu pemahaman siswa. Penggunaan peta konsep dalam

pembelajaran matematika akan membantu siswa untuk menghubungkan

pemahaman yang baik, dengan cara ini siswa akan jauh lebih siap dalam

menghadapi pembelajaran matematika.10 Berdasarkan hasil penelitian Shinta

Kumala Wardani Tahun 2015 yang menyatakan bahwa, penggunaan peta

konsep terhadap hasil belajar matematika dapat dilihat melalui banyaknya

siswa yang mendapat nilai tes sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM), sehingga penggunaan peta konsep dalam pembelajaran matematika

sangatlah afektif. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Umi Habibah

Tahun 2013 yang menyimpulkan bahwa, dengan menerapkan pembelajaran

concept mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar matematika

7 Sofia Sa’o, “Berpikir Intuitif Sebagai Solusi Mengatasi Rendahnya Prestasi Belajar

Matematika”, Jurnal Review Pembelajaran Matematika, Vol. 1 Nomor 1, Juni 2016, hlm. 45 8 Karunia Eka Lestari, “Penerapan Model Pembelajaran M-APOS untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecaran Masalah Siswa SMP”, Jurnal Pendidikan UNSIKA, Vol.3 Nomor 1, Maret 2015, hlm. 47

9 Eko, Eunice, “Pengaruh Penerapan Medel Pembelajaran Picture And Picture dan Medel Make A Match terhadap Hasil Belajar Siswa”, JPSD, Vol. 4, Nomor 1, Maret 2018, hlm. 3

10 Shinta Kumala Wardani, “Pengaruh Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa”, (Skripsi, Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Kurakarta, Kurakarta, 2017), hlm. 3

sehingga akan lebih aktif di dalam kelas dan pemahaman konsep akan lebih

maksimal lagi.

Menurut Retno bahwa, model pembelajaran picture and picture

merupakan suatu model pembelajaran menggunakan gambar yang

dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Model pembelajaran

ini mengandalkan beberapa gambar yang berkaitan dengan materi

pembelajaran, siswa akan lebih aktif serta mudah dalam memahami apa yang

akan disampaikan oleh guru.11 Berdasarkan hasil penelitian Eko Prasetyo dkk

pada Tahun 2018 yang menyimpulkan bahwa, pembelajaran picture and

picture dapat memberikan efek yang positif bagi siswa dan dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi segi

empat. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wiwik dkk Tahun 2015

yang menyimpulkan bahwa, menggunakan model picture and picture dapat

meningkatkan hasil belajar matematika, karna sesuai dengan siswa yang

memiliki rasa ingin tahu yang besar dan gemar membentuk kelompok sebaya,

sehingga model picture and picture ini akan dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa dengan menunjukan gambar.

Peneliti menggunakan model pembelajaran concept mapping dan

picture and picture dalam penelitian ini, karena kedua model pembelajaran ini

sangat berperan penting dalam pembelajaran matematika, selain itu model

pembelajaran ini menggunakan gambar sebagai media utamanya dalam proses

pembelajaran, dan juga menggunakan pengetahuan visual serta model

11 Retno Setya Utami,”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Picture And Picture

Terhadap Hasil Belajar IPS pada Peserta Didik Kelas IV MI Ismaria Al-Qur’aniyayah Bandar Lampung” , (Skripsi, FTK UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2018), hlm. 10

pembelajaran ini sangat afektif karna model ini mampu meningkatkan

penguasaan siswa terhadap konsep yang selanjutnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 20 April 2020

di SMP AL-ASHRIYAH bahwa di sekolah tersebut masih menggunakan

metode ceramah, diskusi, tanya jawab, tutor sebaya dan sebagainya dengan

menggunakan pendekatan kontekstual, dengan menggunakan pendekatan

kontekstual bisa meningkatkan hasil belajar siswa karna siswa dapat

mengabstraksikan yang telah dialami oleh siswa didalam kehidupan sehari-

hari, karena dari hasil pengamatan pada SMP AL-ASHRIYAH guru yang

bersangkutan belum menerapkan model pembelajaran didalam kelas. Model

pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karna dapat

membantu pendidik dalam proses pembelajaran didalam kelas. Pemilihan

model pembelajaran harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan didalam

kelas, dan model pembelajaran concept mapping dan picture and picture

belum pernah diterapkan pada SMP AL-ASHRIYAH.

Oleh karena itu, cukup menarik dilakukan penelitian ini untuk melihat

bagaimana cara meningkatkan pengetahuan siswa tentang pembelajaran

matematika didalam kelas. Mengingat pentingnya kemampuan berpikir intuitif

dalam pembelajaran matematika di sekolah. Maka, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Model Pembelajaran

Concept Mapping dan Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar

Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Intuitif Siswa Kelas VII SMP AL-

ASHRIYAH Sesela Tahun Ajaran 2019/2020”

B. Rumusan dan Batas Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Manakah penerapan model pembelajaran yang lebih baik antara concept

mapping dan picture and picture?

2. Manakah kemampuan berpikir intuitif yang lebih baik dilihat dari

tingkatan kategorinya, antara kategori tinggi sedang dan rendah?

3. Manakah penerapan model pembelajaran yang lebih baik antara concept

mapping dan picture and picture terhadap hasil belajar siswa ditinjau

dari kemampuan berpikir intuitif siswa dilihat dari kategori tinggi,

sedang dan rendah?

Bardasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti membatasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah pada aspek kognitif.

2. Materi dalam penelitian ini adalah segitiga dan segi empat.

3. Kelas VII A dan VII B sekolah SMP Al-Ashriyah.

C. Tujuan dan Manfaat

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran yang lebih baik antara

concept mapping dan picture and picture

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir intuitif dari tingkatan

kategorinya, antara kategori tinggi, sedang, dan rendah.

3. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran yang lebih baik antara

concept mapping dan picture and picture terhadap hasil belajar siswa

ditinjau dari kemampuan berpikir intuitif siswa dari kategori tinggi, sedang

dan rendah.

Adapun hasil dari penelitian ini akan memberikan berbagai manfaat,

baik dari segi teoritis maupun praktis, diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaant bagi

dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran matematika. Sehingga

peneliti berharap hasil dari rancangan penelitian ini dapat memberikan

sumbangan penelitian pada dunia pendidikan yang ada kaitannya dengan

masalah upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui

penggunaan model pembelajaran concept mapping dan picture and

picture terhadap hasil belajar ditinjau dari kemampuan berpikir intuitif

siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Siswa

Membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir intuitif matematisnya dengan menggunakan

model pembelajaran concept mapping dan picture and picture.

b. Guru

Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pembelajaran

matematika dan menjadikan model pembelajaran concept mapping dan

picture and picture sebagai salah satu alternatif model pembelajaran

yang dapat digunakan untuk pembelajaran matematika.

c. Sekolah

Dapat dijadikan referensi dan memberikan gambaran secara

terperinci bahwa model pembelajaran concept mapping dan picture

and picture merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan

untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir

intuitif. Selain itu dapat pula dijadikan bahan pertimbangan bagi

sekolah guna meningkatkan mutu pembelajaran matematika maupun

pembelajaran bidang studi lainnya.

D. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran concept mapping

Model pembelajaran concept mapping merupakan suatu rangkaian

konsep yang akan digambarkan dalam suatu kerangka proposisi yang

menghubungkan konsep-konsep serta menunjukan hubungan antara ide-

ide dalam membantu memahami pembelajaran agar lebih baik.

2. Model pembelajaran picture and picture

Model pembelajaran picture and picture adalah model

pembelajaran yang hanya mengandalkan gambar sebagai media dalam

proses pembelajaran. Gambar-gambar ini akan menjadi faktor utama yang

akan ditampilkan oleh guru, sehingga siswa harus menggunakan indra

penglihatannya.

3. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan sesuatu yang dimiliki oleh siswa setelah

melalui proses pembelajaran didalam kelas, sehingga hasil belajar yang

akan didapatkan oleh siswa berupa perubahan tingkah laku baik dari segi

kognitif, afektif maupun psikomotorinya.

4. Kemampuan Berpikir intuitif

Kemampuan berpikir intuitif merupakan suatu proses mental atau

aktivitas berpikir yang bersifat segera dalam memahami suatu masalah

yang sering muncul secara subjektif dan spontan, dengan penalaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Model pembelajaran concept mapping

1) Pengertian Model Pembelajaran

Oemar Hamalik dalam Ramayulis berpendapat bahwa,

pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang bersusun meliputi unsur-

unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang

saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Manusia yang

terdapat didalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa, pendidik dan

tenaga kependidikan lainnya, misal tenaga laboratorium dan material

meliputi buku-buku, papan tulis fotografi, slide dan film, audio dan video

tape. Pembelajaran adalah aktivitas (proses) yang sistematis dan sistematik

yang terdiri atas banyak unsur, masing-masing unsur tidaak berfungsi

parsial (terpisah), tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergabung,

komplementer dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pengelolaan

pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan pada azas-azas

pembelajaran, seorang pendidik harus mengerti, memahami serta

menghayati berbagai azas pembelajaran, sekaligus mengaplikasikannya

didalam pembelajaran.12

Mills dalam Agus berpendapat model merupakan bentuk

representasi akuat sebagai suatu proses aktual yang memungkinkan

seseoran atau sekelompok orang yang mencoba bertindak berdasarkan

12 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan …, hlm, 179-181

model. Model adalah interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran

yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran adalah landasan

praktik pembelajaran hasil dari penurunan teori psikologi pendidikan dan

teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi

kurikulum serta implementasi pada tingkat oprasional didalam kelas.

Model pembelajaran juga digunakan sebagai pedoman dalam merancang

dan merencanakan pembelajaran didalam kelas maupun tutorial.13

Arends dalam Agus berpendapat bahwa, model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas.14

Arends dalam Trianto berpendapat bahwa, Model pemebelajaran

merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merangcang pembelajaran didalam kelas. Model

pembelajaran merupakan salah satu alat pendidikan yang sangat berperan

penting dalam dunia pendidikan.15

Kardi dan Nur dalam Trianto menyatakan bahwa, Istilah dari

model pembelajaran mempunyai makna yang sangat luas daripada strategi,

metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus

13 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & APLIKASI PAIKEM, (Yogjakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), cet. ke-4, hlm. 45 14 Ibid,. hlm. 46 15 Trianto, Model Pembelajaran Terpaadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT . Kalola Printing, 2015), cet. ke-7, hlm. 51

yang tidak akan dimiliki oleh strategi, motode atau prosedur. Ciri-ciri

tersebut yaitu:

a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta maupun

pengembangnya,

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa),

c. Tingkah laku pendidik dalam mengajar yang diperlukan agar model

tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil,

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tersebut

dapat tercapai.16

Jadi berdasarkan dari pendapat-pendapat para ahli dapat

disimpulkan bahwa, model pembelajaran merupakan suatu cara untuk

merepresentasikan pola hubungan yang diperoleh dari tingkah laku siswa

didalam kelas antara pendidik dengan siswa maupun antar siswa. Pendidik

merencanakan maupun merancang pembelajaran sebelum proses belajar

mengajar dilakukan, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

Dalam pemilihan model sangatlah dipengaruhi oleh materi yang

akan dipelajari, dipengaruhi juga oleh tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran tersebut serta tingkat kemampuan siswanya di dalam kelas.

Disamping itu pula, setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-

tahapan yang diperoleh siswa dengan bimbingan pendidik. Oleh karna itu,

pendidik sangatlah perlu menguasai serta dapat menerapkan berbagai

16

Ibid., hlm. 55

keterampilan dalam mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran

yang beraneka ragam. 17

2) Pengetian Concept Mapping

Concept mapping merupakan gambaran garis kongkrit yang dapat

mengindikasikan bagaimana cara suatu konsep yang tunggal di hubungkan

ke dalam konsep-konsep yang lainnya pada kategori sama. Concept

mapping juga merupakan salah satu yang dapat digunakan oleh pendidik

untuk membantu siswa dalam membentuk beberapa konsep yang saling

berhubungan satu sama lainnya.18

Concept mapping juga dapat membuat siswa lebih aktif dari

sebelumnya dalam proses pembelajaran berlangsung. Tindakan belajar

mengajar yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diharapkan tujuan

pendidikan yang menciptakan iklim pembelajaran yang lebih aktif,

inovatif serta kreatif sehingga siswa tidak hanya pasif dalam mengikuti

proses pembelajaran didalam kelas. Jadi concept mapping secara

keseluruhan pemahaman konsep matematikas siswa mengalami

peningkatan yang sangat signifikan. Adapun pemahaman konsep yang

dimaksud disini adalah suatu pemahaman siswa dalam menjawab

pertanyaan pendidik serta mengerjakan soal di papan tulis secara tepat,

17 Ibid,. hlm. 54 18 Tri Margono, “Implementasi Metode Concept Mapping dalam Pembelajaran

Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas

VIII SMP Negeri 2 Gondangrejo)”, (Skripsi, FKIP Universitas Muhamadiyah. Surakarta 2010), hlm. 11

pendidik memberikan tanggapan terhadap jawaban siswa lainnya, serta

membuat kesimpulan yang meliputi konsep.19

Menurut Novak dalam Umi Habibah berpendapat bahwa, peta

konsep (Concept Mapping) adalah suatu yang digunakan untuk

menyatakan hubungan yang bermakna diantara beberapa konsep dalam

bentuk proposisi (rancangan). Didalam suatu proses pembelajaran yang

baik, konsep harus dikaitkan dengan beberapa konsep yang telah ada

dalam struktur kognitif siswa dapat dilakukan dengan peta konsep,

sehingga siswa dapat merancang dengan pemahamannya masing-masing.20

Jadi dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran concept

mapping merupakan suatu rangkaian konsep yang akan digambarkan

dalam suatu kerangka proposisi yang menghubungkan konsep-konsep

serta menunjukan hubungan antara ide-ide dalam membantu memahami

pembelajaran agar lebih baik.

19 Umi Habibah, “Peranan Concept Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

Matematika pada Siswa Kelas VII C Semester Gansal SMP MUHAMADIYAH 2 SURAKARTA”, (Skripsi, FKIP Universitas Muhamaddiyah Surakarta, Surakarta, 2014), hlm. 7

20 Ibid,. hlm. 3

3) Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Concept Mapping

disajikan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Concept Mapping21

Fase Kegiatan guru Kegiatan siswa

Pemilihan

materi

Guru memilih materi yang

akan dipelajari di dalam kelas.

Siswa menyiapkan diri.

Pencarian ide Guru meminta siswa untuk

mencari ide atau gagasan

tentang materi yang akan

dipelajari dalam bentuk

beberapa konsep.

Siswa mencari ide atau

gagasan tentang materi yang

dipelajari.

Pengelompokan Setelah siswa menemukan ide

atau gagasan pokok,

kemudian guru membagi

siswa menjadi 3 kelompok.

Siswa membentuk

kelompok sesuai dengan

arahan dari guru.

Merancang

konsep

Guru meminta setiap

kelompok, menuliskan

kembali beberapa konsep

utama ke dalam bentuk peta

konsep pada kertas yang

kosong.

Masing-masing dari

kelompok menuliskan

beberapa konsep yang telah

ditemukan dalam bentuk

peta konsep pada kertas

yang kosong.

Penyajian

konsep

Guru meminta setiap

kelompok menggambar

beberapa konsep yang saling

berhungan, dan guru meminta

setiap kelompok memberikan

garis tanda penghubung antara

satu konsep dengan konsep

yang lain.

Masing-masing dari

kelompok menggambar

beberapa konsep yang saling

berhubungan dan siswa

memberikan garis tanda

penghubung antara satu

konsep dengan konsep yang

lain.

Evaluasi Guru mengajak seluruh siswa

untuk mengoreksi serta

mengevaluasi peta konsep

yang telah dibuat.

Siswa mengoreksi serta

mengevaluasi hasil dari peta

konsep yang telah dibuat

oleh siswa.

21 Kunti Wijaya, “Efektivitas Hasil Belajar Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan

Model Concept Mapping dan Make A Match dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran Akutansi Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Gedongtataan Tahun Pelajaran

2015/2016”, (Skripsi, FKIP Universitas Lampung, Bandar Lampung,2016), hlm. 36

4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Concept Mapping

Kelebihannya

a. Menyelidiki pengetahuan siswa setelah proses pembelajaran.

b. Agar mengetahui apakah cara belajar mengajar siswa sudah benar atau

belum dalam menguasai konsep.

c. Dapat digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran siswa.

Kekurangannya

a. Sulit dalam menemukan konsep-konsep yang terdapat pada materi

pembelajaran.

b. Sulit dalam menghubungkan konsep yang satu dengan konsep lain.

c. Tidak semua pokok materi pembelajaran dapat disajikan dengan

menggunakan concept mapping atau peta konsep.22

B. Model pembelajaran picture and pinture

1) Pengertian Picture And Picture

Model pembelajaran pirture and pictur adalah model pembelajaran

yang digunakan oleh pendidik sebagai alat bantu atau media dengan

gambar untuk menerapkan materi pembelajaran atau memfasilitasi siswa

agar proses pembelajaran akan berjalan aktif.23

22 Kunti Wijaya, “Efektivitas Hasil Belajar Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan

Model Concept Mapping … , hlm. 37 23 Diah Anggraini,”Efektivitas Penggunaan Peta Konsep dan Picture And Picture

Terhadap Prestasi Belajar Materi Bumi dan Alam Semesta Siswa Kelas IV MI Miftahul

Picture and picture merupakan suatu cara belajar mengajar yang

menggunakan gambar, serta mengurutkan gambar yang telah disedian oleh

pendidik agar menjadi urusan yang logis. Adapun prinsip dalam

pelaksanaan pembelajaran picture and picture diantaranya: memberikan

suatu informasi kompetensi, memberikan materi pembelajaran,

memperlihatkan gambar kepada siswa, kemudian siswa akan menurutkan

gambar yang telah diberikan pendidik menjadi urutan yang sistematis.

Kemudian pendidik menanamkan konsep yang sesuai dengan materi bahan

ajar, menyimpulkan, mengevaluasi serta refleksi.24

Menurut Hamalik dalam Ira juga berpendapat bahwa, model

pembelajaran picture and picture merupakan suatu model pembelajaran

yang berkomunikasi secara langsung (Direct Instruction). Karna model

pembelajaran ini menggunakan gambar sebagai objek pembelajaran yang

akan ditampilkan melalui proyektor, sehingga dapat dilihat serta dirasakan

secara langsung oleh siswa. Karna siswa dapat mengevaluasi

pembelajarannya selama model pembelajaran picture and picture

diterapkan kepada siswa, sehingga pembelajaran akan lebih berkesan bagi

siswa. Sebelum proses pembelajaran dimulai pendidik sudah menyiapkan

Akhlaqiyah Semarang Tahun Ajaran 2017/2018” , (Skripsi, FITK UIN Walisongo Semarang, Semarang, 2018), hlm. 32

24 Rohimah,”Penerapan Metode Picture And Picture Menggunakan Media PUZZLE Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Pencernaan Manusia di smp Megeri 19

Pontianak” , (Skripsi, FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak, Pontianak, 2015), hlm. 6

gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu ataupun dalam

berbenuk carta dalam ukuran besar.25

Menurut Eko dkk bahwa, pembelajaran picture and picture adalah

salah satu model pembelajaran yang mengutamakan adanya beberapa

kelompok didalam kelas. Picture and picture merupakan suatu model

belajar yang menggunakan gambar yang akan dipasangkan atau diurutkan

menjadi urutan yang logis, seperti memberikan keterangan pada gambar

serta menjelaskan gambar yang telah dipasangkan atau diurutkan.26

Jadi dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran picture and

picture adalah model pembelajaran yang hanya mengandalkan gambar

sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini akan

menjadi faktor utama yang akan ditampilkan oleh guru, sehingga siswa

harus menggunakan indra penglihatannya.

2) Adapun Langkah-Langkah Model Pembelajaran Picture And Picture

disajikan pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture And Picture

Fase Kegiatan guru Kegiatan siswa

Penyajian materi Guru menjelaskan materi

pokok secara garis besar.

Siswa mendengarkan guru

menjelaskan tentang

secara garis besar.

Penyajian

gambar

Guru menunjukan gambar

kepada siswa yang sesuai

dengan materi pembelajaran.

Siswa memperhatikan

gambar yang di tampilkan

oleh guru dan guru

25 St. kuraedah dkk, “Penerapan Metode Picture And Picture dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas V B di MIN Konawe Selatan …, hlm. 148 26Eko P, Santi W dkk, “Pengaruh Pembelajaran Picture And Picture Terhadap Hasil

Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Spasial”, Beta, Vol. 11, Nomor 2 , Mei 2018, hlm.52

mengajak siswa untuk

terlibat aktif.

Pengelompokkan Guru membantu siswa

membentuk 4 kelompok

Siswa membentuk

kelompok sesuai dengan

arahan guru.

Pengurutan

gambar

Guru menunjuk atau

memanggil dalam masing-

masing kelompok siswa secara

bergantian untuk memasang

atau mengurutkan gambar-

gambar menjadi urutan yang

logis.

Masing-masing dari

kelompok siswa akan

memasangkan atau

mengurutkan gambar-

gambar menjadi urutan

yang logis.

Penyampaian

alasan

Guru menanyakan alasan yang

sudah dipasangkan atau

diurutkan oleh siswa.

Siswa memberikan alasan

atas gambar yang sudah di

pasangkan atau diurutkan.

Penanaman

konsep

Guru menjelaskan tentang

gambar yang sudah

dipasangkan atau diurutkan

akan menjadi penanaman

konsep dari kompetensi yang

ingin dicapai.

Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru

tentang gambar yang

sudah dipasangkan atau

diurutkan.

Penutup dan

kesimpulan

Guru mengajak siswa untuk

menyimpulkan atau

merangkum materi yang sudah

dipasangkan atau diurutkan

menjadi urutan yang logis.

siswa menyimpulkan atau

merangkum materi yang

sudah dipasangkan atau

diurutkan menjadi urutan

yang logis.

3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Picture And Picture

Kelebihannya

a. Guru lebih mengetahui kemampuan tiap siswa, dan

b. Pendidik melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis.

Kekurangannya

Adapun kekurangan model pembelajaran ini adalah terlalu

banyak memakan waktu dan banyak siswa yang pasif.27

C. Hasil belajar

Banyak sekali teori yang bekaitan dengan belajar. Masing-masing teori

memiliki ciri khas tersendiri dalam mempersoalkan tentang belajar. Al-Farabi

dalam al-Talbi mengemukakan, bahwa untuk memahami belajar secara

mendalam, perlu memahami beberapa istilah seperti disiplin (ta’dib), koreksi

(taqwim), training (tahdhib), bimbingan (tasdid), pembelajaran (ta’lim),

pendidikan (tarbiyah). Al-Farabi juga percaya bahwa belajar itu pada

hakikatnya adalah proses mencari ilmu pengetahuan yang muaranya tiada lain

untuk memperoleh nilai-nilai, ilmu pengetahuan, dan keterampilan secara

praktis dalam upaya agar menjadi manusia yang sempurna.28

Hasil belajar yang dapat dicapai siswa juga dipengaruhi oleh dua

faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang

datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari

dalam diri siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan

dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark dalam Yaumi, bahwa hasil

belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %

dipengaruhi oleh lingkungannya.29

Dalam suatu proses belajar mengajar, tipe hasil belajar juga diharapkan

dapat dicapai oleh siswa serta penting diketahui oleh pendidik, agar pendidik

27 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar , (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 89 28 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan

Kurikulum 2013 EDISI KEDUA, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. ke-4, hlm.26-27 29 Nana Sudiana, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajars, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2011), cet. ke-12, hlm. 39

dapat merancang/mendesain pembelajaran secara baik dan tepat. Setiap proses

belajar mengajar keberhasilannya itu diukur dari seberapa jauh hasil belajar

yang akan dicapai oleh siswa, di samping itu juga harus mengukur dari segala

prosesnya. Artinya bahwa seberapa jauh tipe hasil belajar yang dimiliki siswa.

Tipe hasil belajar siswa harus nampak dalam tujuan pembelajaran (tujuan

instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar

mengajar.30

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga

bidang diantaranya: bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotorik.

Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat terpisahkan, bahkan membentuk hubungan yang hakiki.

Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil

belajar mengajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga bidang tersebut, harus

dipandang sebagai hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hasil

belajar tersebut nampak didalam perubahan tingkah laku, secara teknik yang

akan dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan

pembelajaran.31 Dalam rancangan penelitian ini hasil belajar yang peneliti

ingin melihat pada siswa adalah pada aspek kognitif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan sesuatu yang

dimiliki oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran didalam kelas,

sehingga hasil belajar yang akan didapatkan oleh siswa berupa perubahan

tingkah laku baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorinya.

30 Ibid,. hlm. 45 31 Ibid,. hlm. 49-50

D. Kemampuan berpikir intuitif

1) Pengertian kemampuan berpikir intuitif

Intuitif berasal dari bahasa latin yaitu intuari secara harfiah yang

berarti jauh lebih kedalam, sehingga intuitif dapat dimaknai tidak terbatas

pada apa yang akan dipersepsi oleh idra seseorang tetapi jauh lebih dalam

pada makna yang tersirat. Menurut Nasution intutif merupakan

kemampuan mental untuk menemukan hipotesis pemecahan masalah tanpa

melalui langkah-langkah analisis.32

Menurut August Mario dalam Nining menyatakan bahwa, berpikir

intuitif merupakan suatu penalaran yang dimiliki oleh seseorang secara

alami didalam dirinya.33

Menurut Fischbein dalam Abiding berpendapat bahwa,

kemampuan berpikir intuitif mempunyai empat karakteristik diantaranya:

1. Kognisi langsung (Self evidence) Adapun kognisi yang akan diterima secara langsung sebagai feeling individu siswa yaitu: tanpa membutuhkan pengecekan dan pembuktian yang lebih lanjut.

2. Pemaksaan/tegas (Coerciveness) Intuitif mempunyai sifat yang memaksa pada strategi penaralan individual siswa. Artinya bahwa siswa akan cenderung menolak interpretasi alternatif yang bertentangan dengan intuisinya.

3. Kepastian instrinsik (Intrinsik certainly) Kepastian instrinsik menyakinkan bahwa feeling individu dalam proses kepastian instriksik ini benar-benar tidak membutuhkan pendukung eksternal siswa melalui pembuktian baik secara formal maupun empiris.

4. Extrapolativeness

32 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam …, hlm. 2 33 Nining Sahupala, “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika pada Materi Peluang Siswa Kelas XI IPA MAN 3 Maluku Tengah ”, (Skripsi, FITK IAIN Ambon, Ambon 2018), hlm. 3

Kemampuan untuk mencari dan mengembangkan alasan siswa dalam mengeksplorasi kemampuan individual siswa dari intuisinya.34 Indikator kemampuan berpikir intuitif ada tiga diantaranya adalah: a. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan dengan

jawaban yang masuk akal. b. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan

kombinasi rumus yang telah dimiliki. c. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi

dari contoh ataupun konsep.35

Berpikir intuitif sangatlah diperlukan dalam pembelajaran terutama

jika siswa mengalami kendala dalam proses pembuktian secara formal atas

masalah yang dihadapi. Pada proses berpikir intuitif siswa sesuai pendapat

Skemp dalam Indah, dapat disimpulkan bahwa suatu proses berpikir

intuitif dimulai dari lingkungan eksternal yang berupa informasi tentang

masalah yang masuk ke pikiran seseorang yang melalui panca indra.

Kemudian, diproses didalam otak untuk membuat solusi penyelesaian

suatu masalah.

Berpikir intuitif melibatkan feeling serta intervensi yang

kebenarannya diperkirakan, sehingga dapat menghasilkan jawaban yang

spontan pada permasalahan yang dihadapi. Menurut Kaharu dalam

Sriyanti bahwa, berpikir intuitif merupakan proses berpikir secara

spontanitas tanpa harus diberikan contoh, namun langsung dipahami oleh

siswa. Menurut Skemp dalam Indah berpendapat tentang proses berpikir

intuitif bermula dari lingkungan eksternal yang berupa informasi tentang

34 Abiding Zaenal, Intuisi dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Lentera Ilmu

Cendikia, 2015), hlm. 26-28 35 Ismi Syukria Farhana, “Pengaruh Model Pembelajaran dengan Analogi Terhadap

Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa”, (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2018), hlm. 27

masalah yang akan masuk ke dalam pikiran seseorang yang melalui panca

indera.36

Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa adalah kemampuan

seseorang dalam memahami serta menemukan startegi yang tepat dan

cepat dalam menyelasaikan berbagai macam masalah yang muncul secara

spontan, yang bersifat segera, global atau secara tiba-tiba serta tidak

diketahui darimana asalnya. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa

dapat berkembang dan meningkat dalam proses pembelajaran yang

dilaksanakan serta melibatkan siswa secara aktif dapat membangun

pengetahuan sendiri dan memunculkan intuisinya.37

Jadi dapat disimpulkan bahwa, kemampuan berpikir intuitif

merupakan suatu kemampuan dalam menyelesaikan dengan masuk akal

setelah melakukan proses mental atau aktivitas berpikir yang bersifat

segera dalam memahami sesuatu yang sering muncul secara subjektif dan

spontan, dengan penalaran.

E. Penelitian yang Relevan

1) Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Kumala Wardani, Jurusan

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Kurakarta Tahun

2017 dengan judul “Pengaruh Penggunaan Peta Konsep dalam

Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa”.

36 Indah Setyo Wardhani,”Berpikir Intuitif Siswa Sekolah Dasar dalam Menumbuhkan

Tindak Berpikir Kreatif” , Pamator Vol. 9, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 80 37 Siti Fathur R., “Pengembangan Instrumen dan Analisis Kemampuan Berpikir Intuitif

Matematis…, hlm. 18

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, dapat

disimpulkan, diantaranya: adanya pengaruh antara pembelajaran dengan

menggunakan peta konsep (concept mapping) dan pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa. Karna ditolaknya

H0 menunjukan bahwa pembelajaran dengan peta konsep lebih baik

daripada pembelajaran konvensional.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Rifky Dian Hasna, Jurusan Pendidikan

Matematika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2016 dengan judul “Pengaruh Peta Konsep Terhadap Kemampuan

Berpikir Intuitif Matematis”.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa,

kemampuan berpikir intuitif matematis siwa yang diajarkan dengan model

peta konsep lebih tinggi dari pada siswa tang diajarkan dengan

pembelajaran konvensional.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Umi Habibah, Jurusan Pendidikan

Matematika Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2014 dengan

judul “Penerapan Concept Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Matematika pada Siswa Kelas VIIC Semester Gasal SMP

Muhammadiyah Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014”.

Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian

ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran concept mapping

dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar matematika siswa. Hal ini

mendukung karna diterimanya hipotesis.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Kunti Wijayanti, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung Tahun 2016

dengan judul “Efektivitas Hasil Belajar Siswa yang Pembelajarannya

Menggunakan Model Concept Mapping dan Make A Match dengan

Memperhatikan Minat Belajar Siswa pada Mata Pembelajaran Akutansi

Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Gedongtataan Tahun Pelajaran 2015/2016”

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini adalah

terdapat perbedaan antara hasil belajar akuansi model concept mapping

dengan make a match. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil belajar

akutansi menggunakan model pembelajaran concept mapping lebih tinggi

dibandingkan dengan make a match pada siswa yang memiliki minat

tinggi.

5) Penelitian yang dilakukan oleh Diah Anggraini, FITK Universitas Islam

Negeri Walisongo Semarang Tahun 2018 dengan judul “Efektivitas

Penggunaan Peta Konsep dan Picture And Picture Terhadap Prestasi

Belajar Materi Bumi dan Alam Semesta Siswa Kelas IV MI Mifthul

Akhlaqiyah Semarang Tahun Ajaran 2017/2018”

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini adalah. Hal

ini ditunjukan pada analisis uji-t yang diperoleh adalah H0 diterima,

sehingga thitung ˃ttabel diterima. Hasil belajar siswa eksperimen dengan

menggunakan model peta konsep dan picture and picture lebih baik

daripada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional

terhadap prestasi belajar siswa

Kelima penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Adapun dari kelima

penelitian tersebut disajikan pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan

No Nama

peneliti

(tahun)

Judul Persam

aan

Perbedaan Hasil penelitian

1. Shinta

Kumala

Wardani

(2017)

Pengaruh

Penggunaan Peta

Konsep dalam

Pembelajaran

Matematika

Terhadap Hasil

Belajar Siswa.

Peta

konsep

Menggunakan model

peta konsep dan

pembelajaran

konvensional

Terhadap hasil belajar.

Model pembelajaran

dengan peta

konsep lebih baik

dari pembelajaran

konvensional.

2. Rifky

Dian

Hasna

(2016)

Pengaruh Peta

konsepTerhadap

Kemampuan

Berpikir Intuitif

Matematis.

Peta

Konsep

Model Peta Konsep

dan pembelajaran

konvensional terhadap

kemampuan berpikir

intuitif matematis.

Kemampuan berpikir

intuitif matematis

siwa yang diajarkan

dengan model peta

konsep lebih tinggi

dari pada siswa yang

diajarkan dengan

konvensional.

3. Umi

Habibah

(2014)

Penerapan Concept

Mapping untuk

Meningkatkan

Pemahaman

Konsep Matematika

pada Siswa Kelas

VIIC Semester

Gasal SMP

Muhammadiyah

Surakarta.

Concep

t

Mappin

g

Menggunakan model

pembelajaran concept

mapping untuk

meningkatkan

penanaman konsep

matematika pada

siswa.

Karna hipotesis

penelitiannya

diterima, maka model

pembelajaran concept

mapping dapat

meningkatkan

penanaman konsep

matematika pada

siswa.

4. Kunti

Wijayan

ti (2016)

Efektivitas Hasil

Belajar Siswa yang

Pembelajarannya

Menggunakan

Model Concept

Concep

t

mappin

g

Menggunakan model

pembelajaran concept

mapping dan model

make a match

terhadap hasil belajar

Berdasarkan analisis

data yang diperoleh

hasil belajar akutansi

menggunakan model

pembelajaran concept

Mapping dan Make

A Match

dengan Memperhati

kan Minat Belajar

Siswa pada Mata

Pelajaran Akutansi

Siswa Kelas XI

SMA Negeri 2

Gedongtataan.

siswa

dan memperhatikan

minat belajra siswa.

mapping lebih tinggi

dibandingkan dengan

make a match pada

siswa yang memiliki

minat tinggi.

5. Diah

Anggrai

ni

(2018)

Efektifitas

Penggunaan Peta

Konsep dan Picture

And Picture

Terhadap Prestasi

Belajar Materi

Bumi dan Alam

Semesta Siswa

Kelas IV MI

Miftahul

Akhlaqiyah.

Peta

konsep

dan

picture

and

picture

Menggunakan model

pembelajaran peta

konsep dan picture

and picture dengan

pembelajaran

konvensional terhadap

prestasi belajar siswa.

Hasil belajar siswa

kelas eksperimen

yang menggunakan

model peta konsep

dan picture and

picture lebih tinggi

dari pada kelas

kontrol dengan meng

gunakan

pembelajaran

konvensional.

F. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Perbedaan model pembelajaran concept mapping dan picture and picture

terhadap hasil belajar.

Model pembelajaran concept mapping adalah model pembelajaran

yang mengharuskan siswa untuk mencari ide atau gagasan pokok dari

informasi yang telah siswa dapat dalam kehidupan sehari-hari, dalam

model ini siswa akan lebih kreatif dalam pembelajaran dan mendidik siswa

lebih mandiri serta teliti dalam menguasai konsep. Namun siswa yang

memiliki kemampuan rendah akan kesulitan dalam mencari dan

menguasai ide atau gagasan pokok. Sedangkan model picture and picture

adalah model pembelajaran yang hanya mengandalkan gambar sebagai

media dalam proses pembelajaran yang telah disediakan oleh guru. Model

ini siswa lebih aktif dan melatih siswa berpikir logis serta metematis.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa penerapan model

pembelajaran concept mapping lebih baik dibandingkan model

pembelajaran picture and picture terhadap hasil belajar.

2. Perbedaan tingkat kategori kemampuan berpikir intuitif terhadap hasil

belajar.

Hasil belajar siswa tidak akan terlepas dari kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah. Didalam penelitian ini ada tingkatan-tingkatan

kemampuan berpikir intuitif yaitu kemampuan berpikir intuitif tinggi,

sedang, dan rendah. Kemampuan berpikir intuitif tinggi adalah siswa yang

mampu menyampaikan informasi yang telah masuk ke pikiran siswa

melalui panca indera, serta mampu menjelaskan hasil masalah yang

berkaitan dengan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan kemampuan berpikir intuitif sedang yaitu siswa yang mampu

menyampaikan informasi yang telah masuk ke pikiran siswa melalui panca

indera, tapi masih kurang maksimal dalam menjelaskan hasil masalah

yang berkaitan dengan konsep-konsep matematika dalam kehidupan

sehari-hari. Sedangkan untuk kemampuan berpikir intuitif rendah adalah

siswa masih kurang mampu dalam manyampaikan informasi yang telah

masuk ke pikiran siswa melalui panca indera, serta kurang mampu dalam

menjelaskan hasil masalah yang berkaitan dengan konsep-konsep

matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa kemampuan berpikir

intuitif tinggi lebih baik dibandingkan kemampuan berpikir intuitif sedang,

dan kemampuan berpikir intuitif sedang lebih baik dibandingkan

kemampuan berpikir intuitif rendah serta kemampuan berpikir intuitif

tinggi lebih baik dibanding kemampuan berpikir intuitif rendah terhadap

hasil belajar siswa.

3. Keterkaitan antara model pembelajaran concep mapping dan picture and

picture dengan kemampuan berpikir intuitif siswa.

Kemampuan berpikir intuitif dengan model concept mapping adalah

kemampuan yang bermula dari lingkungan eksternal berupa informasi

yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari melalui penglihatan

dan pendengaran. Sehingga berpikir intuitif dengan model ini siswa dapat

memahami konsep-konsep matematika dan siswa dapat menemukan ide

atau gagasan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kemampuan

berpikir intuitif dengan model picture and picture adalah kemampuan

siswa dalam mengurutkan gambar dan dalam penyampaian alasan

sehingga siswa dapat menanamkan konsep secara tidak langsung dari

gambar yang sudah disajikan guru. Sehingga berpikir intuitif dengan

model ini dapat membantu siswa dalam menanamkan konsep dan siswa

juga dituntut aktif dalam model pembelajaran ini.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa model pembelajaran

concept mapping lebih baik dibandingkan model pembelajaran picture and

picture terhadap hasil belajar ditinjau dari kemampuan berpikir intuitif

siswa.

G. Hipotesis Penelitian

Trelease dalam Nazir berpendapat bahwa, hipotesis merupakan suatu

keterangan dari fakta yang dapat diamati. Sedangkan Good dan Scates juga

berpendapat bahwa, hipotesis merupakan sebuah taksiran atau referensi yang

akan dirumuskan serta akan diterima untuk sementara ini agar dapat

menerangkan fakta ataupun kondisi yang akan diamati, serta sebagai petunjuk

untuk langkah-langkah penelitian yang selanjutnya. Kerlinge juga berpendapat

bahwa, hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat terkaan dari

hubungan antara dua valiabel maupun lebih.38 Hipotesis dalam penelitian ini

ada tiga diantaranya:

1. Penerapan model pembelajaran concept mapping lebih baik daripada

picture and picture.

2. Kemampuan berpikir intuitif kategori tinggi lebih baik daripada kategori

sedang, kategori sedang lebih baik daripada kategori rendah, kategori

tinggi lebih baik dari kategori rendah.

3. Penerapan model pembelajaran concept mapping lebih baik daripada

picture and picture terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan

berpikir intuitif siswa dilihat dari kategori tinggi, sedang dan rendah.

38 Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), cet. ke-9, hlm. 132

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah jenis penelitian Quasi Eksperimen. Stouffer dan Campbell

merumuskan Quasi Eksperimen merupakan sebagai eksperimen yang

memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen, namun tidak

menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam

rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan.39

b) Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah

pendekatan penelitian kuantitatif.

B. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Menurut Kurniawan dalam Sudaryono berpendapat bahwa,

populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari suatu

objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentuuyang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian dapat

menarik kesimpulan darinya. Jadi populasi bukan hanya orang, akan

tetapi juga disebut objek dan beberapa benda alam yang lainnya.40

39 Dicky Hastjarjo, Quasi Eksperimen: Design & Analysis Issues For Field Settings.

Ringkasan Buku Cook dan Campbell, (Baston: Houghton Mifflin Company,2008), hlm. 4 40 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm.

117

Adapun jumlah populasi SMP AL-ASHRIYAH Sesela disajikan pada

tabel 3.1

Tabel 3.1 Jumlah Populasi SMP AL-ASHRIYAH Sesela

No. Kelas Banyak Siswa

1. VIIA 20

2. VIIB 23

Jumlah 43

b) Sampel

Menurut Sugiyono dalam Sudaryono berpendapat bahwa, sampel

adalah suatu bagian dari populasi. Jadi dengan demikian, sebagian

elemen yang dari populasi itu sendiri adalah sampel. Dalam

pengambilan sampel peneliti ingin menarik beberapa kesimpulan yang

akan digeneralisasikan terhadap populasi.41 Sampel pada penelitian ini

adalah kelas VII SMP AL-ASHRIYAH Sesela yang didapatkan dengan

menggunakan sampling jenuh.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian pada bulan Juni sampai bulan Juli

2020 di SMP AL-ASHRIYAH Sesela.

D. Variabel Penelitian

Menurut Fraenkel, Wallen dan Hyun dalam Pinaji mereka berpendapat

bahwa, variabel merupakan suatu konsep atau objek yang memiliki variasi

dalam kelompok objek. Sehingga variabel atau faktor penelitian memiliki

peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian, dalam hal ini khususnya

41 Ibid,. hlm.120

penelitian pendidikan. Adapun arti variabel secara umum adalah segala

sesuatu yang akan menjadikan objek pengamatan dalam penelitian.42

a) Variabel Bebas (Independent)

Tuckman dalam Punaji berpendapat bahwa, variabel bebas

merupakan variabel yang menyebabkan ataupun mempengaruhi beberapa

faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti dalam

menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi maupun

diamati.43 Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran (concept mapping dan picture and picture) serta kemampuan

berpikir intuitif.

b) Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat merupakan beberapa faktor yang akan

diobservasikan atau diukur untuk menentukan adanya pengaruh terhadap

variabel bebas, yaitu faktor yang akan muncul atau tidak muncul, maupun

berubah sesuai dengan apa yang akan diperkenalkan oleh peneliti sendiri.44

Adapun variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar.

E. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu gambaran mengenai langkah-langkah

kegiatan yang akan diterapkan pada saat penelitian terlaksana. Menurut

Kerlinger dalam Juliansyah berpendapat bahwa, desain penelitian merupakan

suatu kerangka atau cetak biru dalam pelaksanaannya suatu proyek riset.

42 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan EDISI KEEMPAT,

(Jakarta: Prenadamedia Grup, 2016), cet. ke-5, hlm. 163 43 Ibid,. hlm. 164 44 Ibid,. hlm. 165

Sesuatu prosedur yangg penting untuk informasi yang dibutuhkan dalam

menyusun pemecahan masalah penelitian.45

Desain pembelajaran yang digunakan adalah Design Posttest Only

control design. Design tipe Posttest Only Control Design. Desain ini

menggunakan dua kelompok eksperimen, kelompok 1 menggunakan model

pembelajaran concept mapping dan kelompok 2 menggunakan model

pembelajaran picture and picture.46 Adapun desain penelitian disajikan pada

tabel 3.2

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Grup Perlakuan Tes

Eksperimen 1 X1 Yi

Eksperimen 2 X2 Yi

Keterangannya:

X1 : Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran concept mapping

X2 : Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran picture and picture

Yi : Tes hasil belajar.

F. Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes. Fernandez dalam Nurman

berpendapat bahwa, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk

mengamati setiap perilaku siswa kemudian menggambarkannya dengan skala

45 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya

Ilmiyah),(Jakarta: Kencana, 2017), cet. ke-7, hlm. 107-108 46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D , (Bandung: Alfabeta,

2011), cet. ke-13, hlm. 77 dan 79

numerik atau dengan sistem kategori tertentu. Tes merupakan suatu instrumen

atau prosedur yang sistematis yang mengukur perilaku tetentu.47

Tes akan diberikan sebanyak dua kali yang berupa soal-soal urian

yang diberikan dalam instrumen tes tentang kemampuan berpikir intuituf dan

tes yang kedua yaitu post test terhadap hasil belajar siswa. Instrumen tes ini

akan diberikan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Tes yang

akan diberikan kepada kedua kelas tersebut adalah sama. Peneliti mengambil

beberapa soal tes yang berupa uraian pada penelitian terdahulu.

G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian

Teknik pengumpulan data adalah salah satu langkah yang paling

penting dalam melaksanakan suatu prosedur penelitian. Menurut Sugiyono

dalam Dewi berpendapat bahwa tujuan utama dalam penelitian adalah

mendapatkan data.48

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah tes. Peneliti memberikan dua kali tes kepada siswa

diantaranya: yang pertama peneliti memberikan tes kemampuan berpikir

intuitif sebanyak 4 soal yang berupa uraian kepada siswa, sedangkan tes yang

kedua akan diberikan diakhir pembelajaran kepada siswa berupa tes hasil

belajar sebanyak 4 soal yang berupa uraian. Peneliti mengutip tes kemampuan

47 Muhammad Nurman, Evaluasi Pendidikan, (Mataram: IAIN MATARAM, 2015),

hlm. 44 48 Dewi Patmalasari dkk, “Karakteristik Tingkat Kreativitas Siswa yang Memiliki

Disposisi Matematis Tinggi dalam Menyelesaikan Soal Matematika”, JIPM, Vol. 6, Nomor 1, September 2017, hlm. 33

berpikir intuitif pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Fathur R,49 dan tes

hasil belajar dikutip pada penelitian yang dilakukan oleh Damiati.50 Kedua tes

yang telah diberikan agar untuk mengetahui data kemampuan berpikir intuitif

matematika siswa, setelah data telah diperoleh kemudian di kelompokkan ke

dalam beberapa kelompok seperti pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Kategori Kemampuan berpikir intuitif.51

Tinggi Sedang Rendah 𝑋 ≥ 𝑋 + 1. 𝑆𝐷 𝑋 ≥ 61,27 + 14,98 𝑋 ≥ 76,25

𝑋 − 1. 𝑆𝐷 ≤ 𝑋 < 𝑋 + 1. 𝑆𝐷

61,27 − 14,98 ≤ 𝑋 < 61,27 + 14,98

46,29 ≤ 𝑋 < 76,25

𝑋 < 𝑋 − 1. 𝑆𝐷 𝑋 < 61,27 − 14,98 𝑋 < 46,29

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis

mengenai perbedaan dua rata-rata populasi. Adapun yang digunakan adalah

uji statistik dua sampel independen. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,

terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, diantaranya:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Adapun teknik analisis data yang

49 Siti Fathur R., “Pengembangan Instrumen dan Analisis Kemampuan Berpikir Intuitif

Matematis(Penelitian Survei di Madrasah Tsanawiyah Jakarta Selatan)” ,(Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017).

50 Damiati, “Pengaruh Model Pembelajaran Examples Not Examples Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Bangun Datar Kelas VII MTSN Karangrejo Tulungagung

Semester Genap Tahun Ajar 2012/2013”, (Skripsi, PSTM STAIN Tulungagung, Tulungagung, 2013 ).

51 Misbahuddin dan Ibal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik Edisi Ke-2,

(Jakarta:PT Bumi Aksara, 204, hlm. 167

digunakan adalah uji lilliefors.52 Prosedur uji statistiknya adalah

diantaranya:

a) Menentukan Formalitas hipotesis

H0: data yang berdistribusi normal.

H1: data yang tidak berdistribusi normal.

b) Menentukan Taraf signifikasinya adalah 5%

c) Statistik uji yang digunakan

Untuk menentukan dari nilai frekuensi harapan, diperlukan hal

sebagai berikut:

(1) Menyusun data dari data terkecil ke data yang terbesar dalam suatu

tabel.

(2) Menuliskan frekuensi masing-masing data.

(3) Menentukan frekuensi relatif (densitas) setiap baris, yaitu frekuensi

baris dibagi dengan jumlah frekuensi 𝑓1 𝑛 (4) Menentukan densitas secara komulatif, yaitu dengan menjumlahkan

baris ke-I dengan baris sebelumnya 𝑓1 𝑛 (5) Menentukan nilai baku (z) dari setiap X1, yaitu dengan rata-rata dan

kemudian dibagi dengan simpangan baku.

(6) Menentukan luas bidang antara 𝑧 ≤ 𝑧𝑖 𝜙 , yaitu bisa dihitung

dengan membayangkan garis batas zi dengan garis batas sebelumnya

dari sebuah kurva normal baku.

52 Syofian Siregar, Statisti Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPPS Versi 17, (Jakarta: Bumi Akasara, 2017), cet. ke- 5, hlm. 153

(7) Menentukan nilai L, yaitu nilai 𝑓𝑖 𝑛 − 𝜙 (𝑧 ≤ 𝑧𝑖)

(8) Menentukan nilai L0, yaitu nilai terbesar dari nilai L.

d) Menentukan Kriteria pengujian

DK = {𝐿|𝐿 > 𝐿𝛼 ;𝑛}

e) Menentukan Keputusan uji

Jika Lobs ˃ La, maka H0 ditolak

Jika Lobs ˂ La, maka H0 diterima

f) Kesimpulan

Jika H0 diterima, maka data normal

Jika Ha ditolak, maka data tidak normal.53

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek yang

akan diteliti mempunyai varian yang sama atau tidak. Bila objek yang

akan diteliti tidak mempunyai kesamaan varian, maka uji anova tidak

dapat dilakukan. Adapun rumus homogenitas varians sebagai berikut:54

𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Prosedur dari uji statistiknya adalah sebagai berikut:

a) Menentukan formulasi hipotesis

H0 : data yang varians homogen

H1 : data yang tidak varians homogen

b) Menentukan taraf nyata (𝛼)

53 Misbahuddin, Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik Edisi ke-2,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet. ke-2, hlm. 282 54 Syofian Siregar, Statisti Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif …, hlm. 167

Taraf nyata yang digunakan adalah 5%

c) Statistik uji yang digunakan 𝐹0 =𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

d) Menentukan kriteria pengujian

DK = {𝐹|𝐹 > 𝐹𝛼 ;𝑛1−1,𝑛2−1}

e) Menentukan Keputusan uji

Jika Fhitung ˃ Ftabel, maka H0 ditolak

Jika Fhitung ˂ Ftabel, maka H0 diterima

f) Kesimpulan

Jika H0 diterima, maka data homogen

Jika H0 ditolak, maka data tidak homogen.55

3) Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji anava dua jalur

atau analysis of varians dua jalur sel tak sama. Model untuk data populasi

pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ialah: 𝑋𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝛼𝑖 + 𝛽𝑗 + (𝑎𝛽)𝑖𝑗 + 𝜀𝑖𝑗𝑘

Keterangan:

𝑋𝑖𝑗𝑘 = data (nilai) ke-k pada baris ke-I dan kolom ke-j

𝜇 = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)

𝛼𝑖 = 𝜇𝑖 − 𝜇 = efek baris ke-i pada variabel terikat

55 Misbahuddin, Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian …, hlm. 290-291

𝛽𝑗 = 𝜇𝑗 − 𝜇 = efek baris ke-j pada variabel terikat

(𝑎𝛽)𝑖𝑗 = 𝜇𝑖𝑗 − (𝜇 + 𝛼𝑖 + 𝛽𝑗 )

= interaksi baris ke-I dan kolom ke-j pada variabel terikat

𝜀𝑖𝑗𝑘 = deviasi data 𝑋𝑖𝑗𝑘 terhadap rerata populasinya (𝜇𝑖𝑗 ) yang

berdistribusi normal dengan rerata 0;

𝑖 = 1,2,3,… , 𝑝; 𝑝 = banyaknya baris;

𝑗 = 1,2,3,… , 𝑞; 𝑞 = banyaknya kolom;

𝑘 = 1,2,3,… ,𝑛; 𝑛 = banyaknya data amatan pada setiap sel;

Adapun langkah-langkah untuk menentukan harga 𝐹𝑎𝑛𝑎𝑣𝑎 faktorial

dua jalur adalah sebagai berikut :

a) Merumuskan hipotesis

(1) H0A: 𝑎𝑖 = 0, untuk setiap i =1, 2, 3

Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada model pembelajaran

concept mapping dan model pembelajaran picture and picture

H1A: paling sedikit ada satu 𝑎𝑖 yang tidak nol

Terdapat perbedaan hasil belajar model pembelajaran concept

mapping dan model pembelajaran picture and picture.

(2) H0B: 𝛽𝑗 = 0, untuk setiap j=1, 2, 3

Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap-tiap kemampuan

berpikir intuitif siswa (tinggi, sedang dan rendah).

H1B: paling sedikit ada satu 𝛽𝑗 yang tidak nol

Tedapat perbedaan hasil belajar pada tiap-tiap kemampuan berpikir

intuitif siswa ( tinggi, sedang dan rendah).

(3) H0AB: (𝑎𝛽)𝑖𝑗 = 0, untuk setiap i =1, 2, 3 dan j =1, 2, 3

Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran concept

mapping dan model pembelajaran picture and picture dengan

kategori kemampuan berpikir intuitif siswa terhadap hasil belajar.

H1AB: paling sedikit ada satu (𝑎𝛽)𝑖𝑗 yang tidak nol

Terdapat interaksi antara model pembelajaran concept mapping

dan model pembelajaran picture and picture dengan kategori

kemampuan berpikir intuitif siswa terhadap hasil belajar.

b) Taraf signifikasinya adalah 5%

c) Komputasi

Notasi dan tata letak data yang akan disajikan pada tabel 3.4

Tabel 3.4

Tata Letak Data Sampel pada Anava Dua Jalan Sel Tak Sama

Faktor A

Faktor B

b1 b2 … b3

a1

X111

X112

X11n

X121

X122

X12n

X1q1

X1q2

X1qn

a2

X211

X212

X21n

X221

X222

X22n

X2q1

X2q2

X2qn

… … … … …

Xp11 Xp21 … Xpq1

ap

Xp12

Xp1n

Xp22

Xp2n

Xpq2

Xpqn

Pada analisis varians dua jalan sel tak sama ini didefinisikan notasi-

notasi sebagai berikut:

nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-I dan kolom ke-j)

= banyaknya data amatan pada sel ij

= frekuensi sel ij 𝑛 𝑕 = rerata harmonik frekuensi seluruh sel=𝑝𝔮 1𝑛𝑖𝑗𝑖 ,𝑗

N = 𝑛𝑖𝑗𝑖 ,𝑗 = banyaknya seluruh data amatan 𝑆𝑆𝑖𝑗 = 𝑋𝑖𝑗𝑘2𝑘 − 𝑋𝑖𝑗𝑘𝑘 2𝑛𝑖𝑗

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij 𝐴𝐵 𝑖𝑗 = rerata pada sel ij 𝐴𝑖 = 𝐴𝐵 𝑖𝑗𝑗 = jumlah rerata pada baris ke-i 𝐵𝑗 = 𝐴𝐵 𝑖𝑗𝑖 = jumlah rerata pada kolom ke-j 𝐺 = 𝐴𝐵 𝑖𝑗𝑖 ,𝑗 = jumlah rerata pada semua sel

Seperti pada analisis variansi dua jalan dengan sel sama, untuk

memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4),

dan (5) sebagai berikut:

(1) =𝐺2𝑝𝔮 ; (2) = 𝑆𝑆𝑖𝑗𝑖 ,𝑗 ;

(3) = 𝐴2𝔮𝑖 ; (4) = 𝐵2𝑝𝑗 ; (5) = 𝐴𝐵 𝑖𝑗2𝑖 ,𝑗

Seperti pada analisis variansi dua jalan dengan sel sama, terdapat

lima jumlah kuadrat pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama,

yaitu jumlah kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom (JKB), jumlah

kuadrat interaksi (JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG), dan jumlah kuadrat

total (JKT). Berdasarkan sifat-sifat matematis tertentu dapat diturunkan

formula-formula untuk JKA, JKB, JKAB, JKG, dan JKT sebagai berikut:

JKA = 𝑛 𝑕 { 3 − 1 }

JKB = 𝑛 𝑕 { 4 − (1)}

JKAB = 𝑛 𝑕 { 1 + 5 − 3 − (4)}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

Derajat kebesaran untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut

adalah:

dkA = p – 1 dkB = q – 1

dkAB = (p – 1)(q – 1) dkG = N – pq

dkT = N – 1

Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing,

diperoleh rerata kuadrat berikut:

𝑅𝐾𝐴 =𝐽𝐾𝐴𝑑𝑘𝐴 𝑅𝐾𝐵 =

𝐽𝐾𝐵𝑑𝑘𝐵

𝑅𝐾𝐴𝐵 =𝐽𝐾𝐴𝐵𝑑𝑘𝐴𝐵 𝑅𝐾𝐺 =

𝐽𝐾𝐺𝑑𝑘𝐺

d) Statistik uji

1) Untuk H0A adalah Fa =𝑅𝐾𝐴𝑅𝐾𝐺 yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p-1 dan N-

pq;

2) Untuk H0B adalah Fb =𝑅𝐾𝐵𝑅𝐾𝐺 yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q-1 dan N-

pq;

3) Untuk H0AB adalah Fab =𝑅𝐾𝐴𝐵𝑅𝐾𝐺 yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1 )(q-1)

dan N-pq;

e) Daerah kritis

Untuk masing-masing nilai F si atas, daeerah kritisnya adalah:

1) Daerah kritis untuk Fa adalah DK={F|F> Fa;p-1,N-pq }

2) Daerah kritis untuk Fb adalah DK={F|F> Fa;q-1,N-pq }

3) Daerah kritis untuk Fab adalah DK={F|F> Fa;(p-1)(q-1),N-pq }

f) Rangkuman Analisis

Sebaiknya, hasil-hasil komputasi disajikan dalam tabel

rangkuman analisis varians dengan format pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5

Rangkuman Analisis Varians Dua Jalan

Sumber JK dk RK Fobs 𝐹𝑎 p

Baris (A)

Kolom (B)

Interaksi (AB)

Galat

JKA

JKB

JKAB

JKG

p – 1

q – 1

(p–1 )(q–1)

N – pq

RKA

RKB

RKAB

RKG

Fa

Fb

Fab

-

F*

F*

F*

-

< 𝑎 atau > 𝑎

< 𝑎 atau > 𝑎

< 𝑎 atau > 𝑎

-

Total JKA N – 1 - - - -

Keterangan: p adalah probabilitas amatan; F* adalah F yang diperoleh dari tabel.

4) Uji Komparasi

Langkah-langkah komparasi ganda dengan metode Scheffe’ untuk

analisis variansi dua jalan terdapat empat macam komparasi, yaitu

komparasi ganda rerata antara lain: (1) baris ke-i dan baris ke-j, (2) kolom

ke-i dan kolom ke-j, (3) sel ij dan sel kj (sel-sel pada kolom ke-j), dan (4)

sel ij dan sel ik (sel-sel pada baris ke-i). perhatikanlah bahwa tidak ada

komparasi ganda antara sel pada baris dan kolom yang tidak sama.

a) Komparasi Rerata Antar Baris

Hipotesis yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:

H0 : 𝜇𝑖 = 𝜇𝑗 Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar baris adalah:

𝐹𝑖−𝑗 =(𝑋 𝑖 − 𝑋 𝑗 )2𝑅𝐾𝐺 1𝑛𝑖 +

1𝑛𝑗

Keterangan: 𝐹𝑖−𝑗 = nilai Fobs pada perbandingan baris ke-i dan baris ke-j 𝑋 𝑖 = rerata baris ke-i 𝑋 𝑗 = rerata pada baris ke-j

RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perbandingan

analisis variansi 𝑛𝑖 = ukuran sampel baris ke-i 𝑛𝑗 = ukuran sampel ke-j

Daerah kritis

DK = {F|F ˃(p – 1) Fa;p-1,N-pq}

b) Komparasi Rerata Antar Kolom

Hipotesis yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:

H0 : 𝜇𝑖 = 𝜇𝑖 Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar kolom adalah:

𝐹𝑖−𝑗 =(𝑋 𝑖 − 𝑋 𝑗 )2𝑅𝐾𝐺 1𝑛𝑖 +

1𝑛𝑗

Daerah kritis

DK = {F|F ˃(q – 1) Fa;q-1,N-pq}

c) Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama

Hipotesis yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada kolom

yang sama adalah:

H0 : 𝜇𝑖 = 𝜇𝑖 Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang

sama adalah:

𝐹𝑖𝑗 −𝑘𝑗 =(𝑋 𝑖 − 𝑋 𝑘𝑗 )2𝑅𝐾𝐺 1𝑛𝑖𝑗 +

1𝑛𝑘𝑗

Keterangan: 𝐹𝑖𝑗 −𝑗𝑘 = nilai Fobs pada perbandingan rerata pada sel ij dan rerata

pada sel kj 𝑋 𝑖𝑗 = rerata pada sel ij 𝑋 𝑘𝑗 = rerata pada sel kj

RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perbandingan

analisis variansi 𝑛𝑖𝑗 = ukuran sel ij 𝑛𝑘𝑗 = ukuran sel kj

Daerah kritis

DK = {F|F ˃(pq – 1) Fa;pq-1,N-pq}

d) Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama

Hipotesis yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada baris

yang sama adalah:

H0 : 𝜇𝑖𝑗 = 𝜇𝑖𝑘

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama

adalah:

𝐹𝑖𝑗 −𝑖𝑘 =(𝑋 𝑖𝑗 − 𝑋 𝑖𝑘)2𝑅𝐾𝐺 1𝑛𝑖𝑗 +

1𝑛𝑖𝑘

Daerah kritis

DK = {F|F ˃(pq – 1) Fa;pq-1,N-pq}

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Data

a. Uji Prasyarat

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu

melakukan uji prasyarat. Dimana uji prsayarat ini ada dua diantaranya

yaiu, uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat ini juga dilakukan

untuk mengetahui jenis uji statistik yang akan digunakan dalam

penganalisaan selanjutnya.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lilliefors. Adapun rangkuman uji normalitas disajikan pada Tabel

4.1 berikut:

Tabel 4. 1

Rangkuman Uji Normalitas Sampel Lhitung L𝜶 Keputusan uji kesimpulan

CM 0, 118 0,180 H0 diterima Normal

PP 0, 178 0,190 H0 diterima Normal

KBI Tinggi 0, 183 0,319 H0 diterima Normal

KBI Sedang 0,099 0, 186 H0 diterima Normal

KBI Rendah 0, 202 0,213 H0 diterima Normal

Berdasarkan tabel tersebut semua sampel menunjukan

𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , yang berarti bahwa semua sampel

berdistribusi normal. Untuk perhitungan lebih jelasnya bisa

dilihat pada lampiran 10

2) Uji homogenitas

Untuk uji prasyarat selanjutnya yaitu uji homogenitas, pada uji

homogenitas ini peneliti menggunakan uji Perbandingan Varian.

Adapun rangkuman uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.2

berikut:

Tabel 4.2

Rangkuman Uji Homogenitas

Populasi siswa antar Fhitung F𝜶 Keputusan uji kesimpulan

Model pembelajaran 1.51 2.10 H0 diterima Homogen

KBI Tinggi dan KBI

Sedang

2,818 4,56 H0 diterima Homogen

KBI Tinggi dan KBI

Rendah

2,91 4,62 H0 diterima Homogen

KBI Sedang dan KBI

Rendah

1,032 2.20 H0 diterima Homogen

Berdasarkan tabel tersebut 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , yaitu berarti data

tersebut bervariansi homogen. Untuk perhitungan lebih jelasnya bisa

dilihat pada lampiran 11.

3) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka

sampel untuk setiap data dalam penelitian ini bersifat normal dan

homogen, sehingga digunakan uji anova. Rangkuman hipotesis

anava dua jalan dan rerata marginal disanjikan pada Tabel 4.3 dan

4.4 berikut:

Tabel 4.3

Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber JK dk RK Fobs 𝐹𝑎 p

Model Pembelajaran(A)

Hasil Belajar (B)

Interaksi (AB)

Galat

20,355

4489,047

49,208

2737,43

1

2

2

37

20,355

2244,524

24,604

73,985

0,275

30,338

0.333

-

4, 11

3,26

3,26

-

˃0,05

˂0,05

˃0,05

-

Total 7260,717 42 - - - -

Tabel 4.4

Rangkuman Rerata Marginal

Model Pembelajran

Hasil Belajar Rerata Marginal T S R

Eksperimen I 82 63,08 49 64,7 Eksperimen II 85 68,13 46,82 66,7

Rerata Marginal 83,5 65,6 47,9

Kesimpulan analisis dua jalan sel tak sama berdasarkan tabel 4.3

adalah sebagai berikut:

1) Penerapan model pembelajaran concept maping tidak lebih baik

dibandingkan model pembelajaran picture and picture terhadap hasil

belajar.

2) Terdapat perbedaan hasil belajar tiap-tiap kemampuan berpikir intuitif

siswa dengan kategori tinggi, sedang dan rendah.

3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran concept mapping

dan model pembelajaran picture and picture dengan kategori

kemampuan berpikir intuitif siswa terhadap hasil belajar.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, diketahui H0A diterima, H0B ditolak

dan H0AB diterima, maka diperlukan uji komparasi rerata antar kolom

setelah anava. Perhitungan lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 12.

4) Uji Komparasi

Uji lanjut pasca anova dengan metode Scheffe’ untuk analisis

variansi dua jalan yaitu sebagai berikut:

1. H0 : 𝜇.𝑖 = 𝜇.𝑗

H1 : 𝜇.𝑖 ≠ 𝜇.𝑗

2. 𝑎 = 5%

3. Komputasi

Adapun rangkuman komparasi rerata antar kolom disajikan

pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Rangkuman Komparasi Rerata Antar Kolom

H0 Fobs 𝟐.𝑭∝ Kep. Uji 𝜇1 = 𝜇2 3,63 6.52 H0 diterima 𝜇2 = 𝜇3 7,06 6.52 H0 ditolak 𝜇1 = 𝜇3 13,57 6.52 H0 ditolak Kesimpulan uji komparasi rerata antar kolom berdasarkan tabel 4.5

adalah sebagai berikut:

1) Pada F12 diketahui bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan

signifikan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemampuan

berpikir intuitif tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan

berpikir intuitif sedang, jadi siswa dengan kemampuan berpikir intuitif

tinggi dan sedang memiliki hasil belajar yang sama baiknya.

2) Pada F23 diketahui bahwa H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan

signifikan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemampuan

berpikir intuitif sedang dengan siswa yang memiliki kemampuan

berpikir intuitif rendah, jadi siswa dengan kemampuan berpikir intuitif

sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki

kemampuan rendah, dilihat dari rerata marginalnya.

3) Pada F13 diketahui bahwa H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan

signifikan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemampuan

berpikir intuitif tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan

berpikir intuitif rendah, jadi siswa dengan kemampuan berpikir intuitif

tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki

kemampuan rendah, dilihat dari rerata marginalnya. Untuk perhitungan

lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 12

B. Pembahasan

1. H0A diterima

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh penerapan model

pembelajaran concept mapping tidak lebih baik dibandingkan dengan

model pembelajaran picture and picture terhadap hasil belajar siswa, dapat

dilihat dari uji anava dua jalan dengan sel tak sama dan terlihat dari

hipotesis nolnya diterima.

Model pembelajaran concept mapping tidak lebih baik

dibandingkan dengan model pembelajaran picture and picture disebabkan

oleh beberapa factor. Model pembelajaran concept mapping dan picture

and picture sama– sama model pembelajaran yang menggunakan bantuan

visual berupa gambar, hanya saja dalam model pembelajaran concept

mapping siswa yang mencari dan menemukan ide atau gagasan pokok dari

informasi yang didapatkan pada kehidupan sehari-hari, sedangkan picture

and picture guru yang menyajikan gambar. Selain itu, karena pada kelas

concept mapping siswa mencari dan menemukan ide atau gagasan sesuai

dengan arahan guru dan mudah dipahami sedangkan pada kelas picture

and picture tingkat kekreatifitasan siswa akan muncul dan model

pembelajaran ini sangat menarik minat belajar siswa karena guru dalam

mengeksplor ataupun menyajikan gambar sangat menarik sehingga siswa

yang awalnya pasif menjadi aktif ketika menggunakan model

pembelajaran picture and picture.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Eko Prasetyo, dkk yang menyatakan bahwa model pembelajaran picture

and picture memberikan efek positif pada siswa, sangat bermanfaat bagi

siswa yang pasif didalam kelas, serta mendukung siswa dalam

pembelajaran matematika terhadap hasil belajar.56

2. H0B ditolak

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kesimpulan kedua bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar pada setiap tingkatan kemampuan berpikir

intuitif siswa dengan tingkatan kemampuan berpikir intuitif tinggi sama

baiknya dengan kemampuan berpikir intuitif sedang, kemampuaan

berpikir intuitif sedang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan

berpikir intuitif rendah dan kemampuan berpikir intuitif tinggi lebih baik

56 Eko Prasetyo, dkk, “Pengaruh Pembelajaran Picture And Picture (PAP) terhadap

Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kecerdasan Spasial”, Jurnal Tadris Matematika. Vol. 11. Nomor 1. Mei 2018

dibandingkan dengan kemampuan berpikir intuitif rendah, dikarenakan

dalam proses pembelajaran berlangsung siswa yang memiliki kemampuan

yang tinggi akan mampu menyampaikan atau menjelaskan konsep

matematika secara berkelompok maupun secara individu, siswa yang

memiliki kemampuan sedang akan mampu menyampaikan informasi, tapi

masih kurang maksimal dalam menjelaskan masalah yang berkaitan

dengan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari, karena

siswa memiliki kemampuan dalam menyampaikan informasi dan dibantu

dengan siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan memudahkan siswa

dalam menjelaskan masalah yang berkaitan dengan konsep matematika

secara berkelompok ataupun individu. Sedangkan untuk siswa yang

mempunyai kemampuan rendah akan merasa kesulitan dalam

menyampaikan maupun menjelaskan masalah yang berkaitan dengan

konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan proses pembelajaran berkelompok siswa dengan

kemampuan berpikir intuitif tinggi akan menjelaskan kepada siswa dengan

kemampuan berpikir intuitif sedang dan rendah, walaupun dengan

menerapkan pembelajaran kelompok tidak merubah kemampuan

seseorang secara keseluruhan, karena walaupun siswa dengan kemampuan

berpikir intuitif tinggi dapat menyampaikan ataupun menjelaskan konsep

matematika dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa yang memiliki

kemampuan berpikir intuitif sedang maupun rendah, namun tidak hanya

siswa dengan kemampuan berpikir intuitif tinggi saja yang hanya

menjelaskan siswa dengan kemampuan berpikir intuitif sedang dan

rendah, akan tetapi siswa dengan kemampuan berpikir intuitif sedang dan

rendah harus berusaha serta mencari konsep matematika dalam kehidupan

sehari-hari dengan meningkatkan kemauan dalam belajar sehingga hasil

belajar akan maksimal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Budiman Sani, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan

siswa berpikir reflektif dengan siswa berpikir intuitif ditinjau dari

kemampuan pemecahan masalah dan prestasi belajar matematika disetiap

kategorinya.57

Jadi dapat disimpulkan bahwa, tidak terdapat perbedaan hasil

belajar antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir intuitif tinggi

dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir intuitif sedang, sehingga

siswa yang memiliki kemampuan berpikir intuitif tinggi dan sedang

mempunyai hasil belajar yang sama baiknya, serta siswa yang memiliki

kemampuan berpikir intuitif tinggi dan sedang lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir intuitif rendah.

3. H0AB diterima

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan ketiga

bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran concet mapping dan

picture and picture terhadap hasil belajar, namun terdapat perbedaan

57 Budiman Sani, “Perbandingan Kemampuan Siswa Berpikir Reflektif dengan Siswa Berpikir Intuitif di Sekolah Atas”, Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. 4. Nomor 2 , 2016

kemampuan berpikir intuitif siswa berdasarkan tingkatan kategori tinggi,

sedang dan rendah. Kemampuan berpikir intuitif dalam model

pembelajaran concept mapping adalah model ini mampu mempuat siswa

memahami konsep-konsep matematika dan siswa juga dapat menemukan

ide atau gagasan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan

kemampuan berpikir intuitif dalam model pembelajaran picture and

picture adalah model ini dapat membantu siswa dalam menanamkan

konsep dan siswa juga dituntut aktif dalam model pembelajaran ini.

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir intuitif tinggi dan

sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya, namun

siswa yang memiliki kemampuan berpikir intuitif tinggi dan sedang lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir

intuitif rendah. Hal ini disebabkan karena dalam kemampuan berpikir

intuitif dengan menggunakan model pembelajaran concept mapping dan

picture and picture dalam proses belajar mengajar, siswa dapat memahami

atau menemukan ide pokok atau gagasan dan penanaman konsep

matematika.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, tidak terdapat interaksi antara

model pembelajaran concept mapping dan model pembelajaran picture

and picture terhadap hasil belajar ditinjau dari kemampuan berpikir intuitif

berdasarkan perbedaan tingkatan kemampuan berpikir intuitif tinggi dan

sedang lebih baik dari kemampuan berpikir intuitif .

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Model pembelajaran concept mapping tidak lebih baik daripada picture

and picture.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap-tiap kemampuan berpikir

intuitif siswa (tinggi, sedang, rendah).

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran concept mapping dan

model pembelajaran picture and picture terhadap hasil belajar ditinjau

dari kemampuan berpikir intuitif siswa berdasarkan perbedaan tingkatan

kemampuan berpikir intuitif dari masing-masing kategori tinggi, sedang

dan rendah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1. Sekolah

Perencanaan pembelajaran hendaknya mempertimbangkan model

pembelajaran concept mapping dan picture and picture dalam proses

belajar mengajar terutama pada pembelajaran matematika, serta kedua

model ini sama baiknya.

2. Guru

Guru dapat menggunakan model pembelajaran concept mapping dan

picture and picture dalam proses belajar mengajar terutama

pembelajaran matematika karena kedua model ini sama baiknya.

Guru yang menerapkan model pembelajaran picture and picture

dalam proses pembelajaran agar lebih ngekondisikan kelas agar

kondusif, karena menggunakan model pembelajaran ini melibatkan

banyak siswa.

Guru yang menggunakan model pembelajaran picture and picture

tidak bisa menerapkannya pada semua materi, karena tidak semua

materi menggunakan gambar.

Serta guru yang menerapkan kedua model ini sama-sama

membutuhkan waktu yang banyak.

3. Peneliti lanjutan

Kesimpulan dari penelitian ini dapat dijadikan acuan atau

pembanding bagi peneliti berikutnya, serta peneliti juga dapat

mengembangkan penelitian ini dan mencoba membandingkan model

pembelajaran concept mapping dan picture and picture terhadap hasil

belajar namun dengan tinjauan yang berbeda. Dan peneliti juga dapat

menggunakan model pembelajaran yang berbeda namun dengan tinjauan

kemampuan berpikir intuitif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat& Logika, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) cet ke-2

Abiding Zaenal, Intuisi dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Lentera Ilmu

Cendikia, 2015) Al-Hijr [14]: 74 dan 75 Agus Sukmawan, “Propil Berpikir Intuitif Matematika”, (Penelitian Literatur,

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Bandung, 2011),

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori& APLIKASI PAIKEM, (Yogjakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), cet. ke-4 Budiman Sani, “Perbandingan Kemampuan Siswa Berpikir Reflektif dengan

Siswa Berpikir Intuitif di Sekolah Atas”, Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. 4. Nomor 2 , 2016

Damiati, “Pengaruh Model Pembelajaran Examples Not Examples Terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Bangun Datar Kelas VII

MTSN Karangrejo Tulungagung Semester Genap Tahun Ajar 2012/2013”, (Skripsi, PSTM STAIN Tulungagung, Tulungagung, 2013 ).

Diah Anggraini,”Efektivitas Penggunaan Peta Konsep dan Picture And Picture

Terhadap Prestasi Belajar Materi Bumi dan Alam Semesta Siswa Kelas IV

MI Miftahul Akhlaqiyah Semarang Tahun Ajaran 2017/2018” , (Skripsi, FITK UIN Walisongo Semarang, Semarang, 2018)

Eko, Eunice, “Pengaruh Penerapan Medel Pembelajaran Picture And Picture

dan Medel Make A Match terhadap Hasil Belajar Siswa”, JPSD, Vol. 4, Nomor 1, Maret 2018

Eko P, Santi W dkk, “Pengaruh Pembelajaran Picture And Picture Terhadap

Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Spasial”, Beta, Vol. 11, Nomor 2 , Mei 2018

Indah Setyo Wardhani,”Berpikir Intuitif Siswa Sekolah Dasar dalam

Menumbuhkan Tindak Berpikir Kreatif” , Pamator Vol. 9, Nomor 2, Oktober 2016

Iskandarwassid, Dadang Sunendar,Startegi Pembelajaran Bahasa , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset , 2009), cet. ke-2

Ismi Syukria Farhana, “Pengaruh Model Pembelajaran dengan Analogi

Terhadap Kemamapuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa”, (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2018)

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya

Ilmiyah),(Jakarta: Kencana, 2017), cet. ke-7 Karunia Eka Lestari, “Penerapan Model Pembelajaran M-APOS untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecaran Masalah Siswa SMP”, Jurnal Pendidikan UNSIKA, Vol.3 Nomor 1, Maret 2015

Kunti Wijaya, “Efektivitas Hasil Belajar Siswa yang Pembelajarannya

Menggunakan Model Concept Mapping dan Make A Match dengan

Memperhatikan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akutansi Siswa

Kelas XI SMA Negeri 2 Gedongtataan Tahun Pelajaran 2015/2016”, (Skripsi, FKIP Universitas Lampung, Bandar Lampung,2016),

Misbahuddin, Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik Edisi ke-2,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet. ke-2 Muhammad Nurman, Evaluasi Pendidikan, (Mataram: IAIN MATARAM, 2015) Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan

Kurikulum 2013 EDISI KEDUA, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. ke-4 Nana Sudiana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2011), cet. ke-12 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2008) Nining Sahupala, “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa dalam Menyelesaikan

Masalah Matematika pada Materi Peluang Siswa Kelas XI IPA MAN 3

Maluku Tengah ”, (Skripsi, FITK IAIN Ambon, Ambon 2018) Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), cet. ke-9 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan& Pengembangan EDISI

KEEMPAT, (Jakarta: Predanamedia Group, 2016), cet. ke-5 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2015)

Retno Setya Utami,”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Picture And

Picture Terhadap Hasil Belajar IPS pada Peserta Didik Kelas IV MI

Ismaria Al-Qur’aniyayah Bandar Lampung” , (Skripsi, FTK UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2018)

Rohimah,”Penerapan Metode Picture And Picture Menggunakan Media PUZZLE

Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Pencernaan Manusia

di smp Megeri 19 Pontianak” , (Skripsi, FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak, Pontianak, 2015)

Shinta Kumala Wardani, “Pengaruh Penggunaan Peta Konsep dalam

Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa”, (Skripsi, Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Kurakarta, Kurakarta, 2017),

Siti Fathur R., “Pengembangan Instrumen dan Analisis Kemampuan Berpikir

Intuitif Matematis(Penelitian Survei di Madrasah Tsanawiyah Jakarta

Selatan)” ,(Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017) St. kuraedah dkk, “Penerapan Metode Picture And Picture dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kelas V B di MIN Konawe Selatan Kec. Konda Kab.

Konawe Selatan”, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 9, Nomor 1, Juni 2016 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D , (Bandung:

Alfabeta, 2011), cet. ke-13 Sutarto,Syarifuddin, Desain Pembelajaran Matematika, (Yogjakarta: Samudra

Biru, 2013) Sofia Sa’o, “Berpikir Intuitif Sebagai Solusi Mengatasi Rendahnya Prestasi

Belajar Matematika”, Jurnal Review Pembelajaran Matematika, Vol. 1 Nomor 1, Juni 2016

Syofian Siregar, Statisti Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi

dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPPS Versi 17, (Jakarta: Bumi Akasara, 2017), cet. ke- 5

Trianto, Model Pembelajaran Terpaadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT . Kalola Printing, 2015), cet. ke-7

Tri Margono, “Implementasi Metode Concept Mapping dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika

(PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gondangrejo)”, (Skripsi, FKIP Universitas Muhamadiyah. Surakarta 2010)

Umi Habibah, “Peranan Concept Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Matematika pada Siswa Kelas VII C Semester Gansal SMP

MUHAMADIYAH 2 SURAKARTA”, (Skripsi, FKIP Universitas Muhamaddiyah Surakarta, Surakarta, 2014)

Zakky, “Pengertian Hasil Belajar Siswa dan Definisinya Menurut Para Ahli”,

dalam https://www.zonareferensi.com/pengertian-hasil-belajar/ , diakses tanggal 27 Januari 2020, pukul 18.10

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,

ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan

proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni,budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,

serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah

keilmuan.

Sekolah : SMP AL-ASHRIYAH

Status Pendidikan : SMP/MTS

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/Dua

Materi Pokok : Segitiga dan Segiempat

Alokasi Waktu : 5 × 40 menit (2 kali pertemuan)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

4.15 Menyelasaikan masalah

kontekstual yang berkaitan dengan luas

dan keliling segiempat, (persegi,

persegi panjang, belah ketupat,

jajargenjang, trapesium, dan layang-

layang) dan segitiga

Menemukan dan menghitung

luas segitiga dan segiempat

dalam masalah kontestual.

Menemukan dan menghitung

keliling segitiga dan segiempat

dalam masalah kontekstual.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat menentukan

sifat-sifat yang terdapat pada segitiga dan segiempat melalui kegiatan

menyelesaikan permasalahan.

2. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat

menentukan penyelesaikan yang berkaitan dengan luas dan keliling

segitiga dan segiempat dengan tepat melalui kegiatan secara individu dan

diskusi kelompok.

D. Materi Pembelajaran

1. Segiempat

a. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah persegi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan

sejajar dan sama panjang, serta keempat sudutnya siku-siku.

Sifat-Sifat persegi panjang

1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar

2) Setiap sudutnya siku-siku

3) Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang dan saling

berpotongan di titik pusat persegi panjang titik tersebut membegi

diagonal menjadi dua bagian sama panjang.

4) Mempunyai dua sumbu simetri

5) Dapat menempati bingkainya dengan tepat empat cara

Luas dan Keliling Persegi Panjang

1) Keliling

Keliling ABCD = p + l + p + l Dapa ditulis dengan: 𝐾 = 2𝑝 + 2𝑙 =

2(𝑝 + 𝑙) 2) Luas

Luas sebuah bangun datar adalah besar ukuran daerah tertutup suatu

permukaan bangun datar. Luas persegi panjang sama dengan hasil

kali panjang dan lebarnya, berdasarkan gambar diatas, maka luas

ABCD = panjang × lebar dapat ditulis dengan L = p × l

b. Persegi

Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.

Sifat-Sifat Persegi

1) Semua sisinya sama panjang dan sisi-sisi yang berhadapan sama

panjang

2) Setiap sudutnya siku-siku

3) Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang. Berpotongan di

tengahtengah dan membentuk sudut siku-siku

4) Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonalnya

5) Memiliki empat sumbu simetri

6) Dapat menempati bingkainya dengan tepat menurut delapan cara.

Keliling dan Luas Persegi

1) Keliling

Keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh sisinya, maka keliling

persegi ABCD adalah K = s + s + s + s dan dapat ditulis dengan K =

4 × s.

2) Luas

Luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya . Luas persegi

ABCD dapat ditulis dengan L = 𝒔𝟐.

c. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segiempat dengan kekhususan yaitu sudut yang

berhadapan sejajar dan sama besar.

Sifat-Sifat Jajargenjang

1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar

2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

3) Mempunyai dua buah diagonal yang berpotongan di satu titik dan

saling membagi dua sama panjang

4) Mempunyai simetri putar tingkat dan tidak mempunyai simetri lipat

5) Jumlah sudut yang berdekatan 180 ° (berpelurus)

Keliling dan Luas Jajargenjang

1) Keliling

2 × (𝑝 + 𝑙)

2) Luas

Untuk mencari luas jajar genjang bias dicari dengan mengubahnya

menjadi segiempat, secara umum ditukiskan dengan L = alas ×

tinggi

d. Belah Ketupat

Belah ketupat adalah segiempat yang dibentuk dari segitiga sama kaki

dan bayangannya, dengan alas an sumbu cermin.

Sifat-sifat Belah Ketupat

1) keempat sisinya sama panjang

2) Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri

3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan terbagi menjadi dua

besar oleh diagonal.

4) Kedua diagonal saling membagi dua sama panjang dan saling

tegak lurus

Keliling dan Luas Belah ketupat

1) Keliling

Perhatikan belah ketupat ABCD diatas, dengan panjang sisi s dan

titik potong antar diagonalnya di O, keliling ABCD = AB + BC +

CD + DA atau dapat ditulis dengan K = s + s + s + s = 4s

2) Luas

Luas belah ketupat dapat dicari dengan menggunakan rumus

jajargenjang, karena belah ketupat merupakan bentuk khusus dari

jajargenjang. Rumusnya

dituliskan sebagai berikut: 𝐿 = (1

2× 𝑑1 × 𝑑2)

e. Layang-Layang

Layang-layang merupakan segiempat yang dibentuk oleh dua segitiga

sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpit

Sifat-sifat Layang-layang

1) Sisinya sepasang-sepasang sama panjang

2) Sepasang sudut yang berhadapan sama besar

3) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri

4) Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang dan tegak lurus

dengan diagonal yang lain

Keliling dan Luas Layang-Layang

1) Keliling

Jika layang-layang ABCD mempunyai sisi yang terpanjang= x dan

panjang sisi yang terpendek= y maka: 𝑘 = 2(𝑥 + 𝑦)

2) Luas 𝐿 = (1

2× 𝑑1 × 𝑑2)

f. Trapesium

Trapesium adalah segiempat yang mempunyai sepasang sisi sejajar.

Sifat-sifat Trapesium

1) Mempunyai sepasang sisi yang sejajar

2) Jumlah sudut-sudut antara sisi yang sejajar adalah 180ᵒ

Keliling dan Luas Trapesium

1) Keliling

Keliling trapesium ditentukan oleh rumus berikut ini: 𝐾 = 𝑎𝑙𝑎𝑠 + 𝑎𝑡𝑎𝑝 + 𝑘𝑎𝑘𝑖1

+𝑘𝑎𝑘𝑖2 2) Luas

1

2× (𝑎 + 𝑏) × 𝑡

2. Segitiga

Sigitiga adalah bagun datar yang dibentuk dengan menghubungkan tiga

buah titik sudut.

Sifat-sifat segitiga

1) Memiliki tiga ruas garis

2) Memiliki garis tegak lurus pada alas (tinggi)

3) Memiliki ukuran alas dan tinggi

4) Memiliki dua buah sudut lancip

5) Memiliki satu buah sudut siku-siku 90o

Keliling dan Luas segitiga

1) Keliling 𝑠1 + s2 + s3

2) Luas 𝐿 =1

2× a × t

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Model : Concept Mapping

F. Media dan Sumber Belajar

1. Media : Papan tulis, Spidol, Penggaris, Gambar,

2. Sumber Belajar :Abdur Rahman, dkk. (2017), Kementerian

Pendidikan SMP/MTs Kelas VII, Edisi Revisi 2017, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

Pembuka Guru memilih materi yang akan dipelajari di

dalam kelas.

Mengucapkan salam dan mengajak untuk berdoa

Mengecek kehadiran siswa.

Menyampaikan penerapan model pembelajaran

concept mapping.

10 menit

Inti Guru meminta siswa untuk mencari ide atau

gagasan tentang materi yang akan dipelajari

dalam bentuk beberapa konsep.

Setelah siswa menemukan ide atau gagasan

pokok, kemudian guru membagi siswa menjadi 3

kelompok.

Guru meminta setiap kelompok, menuliskan

kembali beberapa konsep utama ke dalam bentuk

peta konsep pada kertas yang kosong.

Guru meminta setiap kelompok menggambar

beberapa konsep yang saling berhungan, dan guru

meminta setiap kelompok memberikan garis

tanda penghubung antara satu konsep dengan

konsep yang lain.

Guru mengajak seluruh siswa untuk mengoreksi

serta mengevaluasi peta konsep yang telah dibuat.

60 menit

Penutup Guru memberikan kesempatan bertanya bagi 10 menit

siswa yang belum memahami pembelajaran

mengenai segitiga dan segiempat.

Guru membimbing siswa menyimpulkan materi

yang pembelajaran melalui tanya jawab.

Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

Pertemuan ke-2

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

Pembuka Melakukan pembukaan dengan salam pembuka

dan berdoa untuk memulai pembelajaran

Memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin

Menyiapkan fisik dan psikis siswa dalam

mengawali kegiatan pembelajaran.

Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan

bertanya.

5 menit

Inti Guru meminta siswa untuk mencermati masalah

sehari-hari yang berkaitan dengan segiempat dan

segitiga.

Guru memberikan penjelsan tentang luas dan

keliling segiempat (persegi panjang, persegi,

jajargenjang, belah ketupat, layang-layang,

trapesium)dan segitiga.

Guru mengingatkan kembali tentang konsep-

konsep yang telah dipelajari oleh siswa dengan

penerapan model pembelajaran concept mapping.

Guru memberikan kesempatan pada siswa yang

belum memahami pembelajaran.

Secara bersama-sama membuat kesimpulan

terkait materi yang sudah dipelajari.

65menit

Penutup Guru dan siswa berdoa untuk mengakhiri

pelajaran.

Memberi salam.

10 menit

Mataram, 2020

Peneliti

Supria Ningsih

NIM.160103036

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,

ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan

proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni,budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,

serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah

keilmuan.

Sekolah : MTs An Najah Sesela

Status Pendidikan : SMP/MTS

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/Dua

Materi Pokok : Segitiga dan Segiempat

Alokasi Waktu : 5 × 40 menit (2 kali pertemuan)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

4.15 Menyelasaikan masalah

kontekstual yang berkaitan dengan

luas dan keliling segiempat,

(persegi, persegi panjang, belah

ketupat, jajargenjang, trapesium, dan

layang-layang) dan segitiga

Menemukan dan menghitung luas

segitiga dan segiempat dalam

masalah kontestual.

Menemukan dan menghitung

keliling segitiga dan segiempat

dalam masalah kontekstual.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat menentukan

sifat-sifat yang terdapat pada segitiga dan segiempat melalui kegiatan

diskusi kelompok.

2. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat

menentukan penyelesaikan yang berkaitan dengan luas dan keliling

segitiga dan segiempat dengan tepat melalui kegiatan diskusi kelompok.

D. Materi Pembelajaran

1. Segiempat

a. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah persegi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan

sejajar dan sama panjang, serta keempat sudutnya siku-siku.

Sifat-Sifat persegi panjang

1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar

2) Setiap sudutnya siku-siku

3) Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang dan saling

berpotongan di titik pusat persegi panjang titik tersebut membegi

diagonal menjadi dua bagian sama panjang.

4) Mempunyai dua sumbu simetri

5) Dapat menempati bingkainya dengan tepat empat cara

Luas dan Keliling Persegi Panjang

1) Keliling

Keliling ABCD = p + l + p + l Dapa ditulis dengan: 𝐾 = 2𝑝 + 2𝑙 =

2(𝑝 + 𝑙) 2) Luas

Luas sebuah bangun datar adalah besar ukuran daerah tertutup

suatu permukaan bangun datar. Luas persegi panjang sama dengan

hasil kali panjang dan lebarnya, berdasarkan gambar diatas, maka

luas ABCD = panjang × lebar dapat ditulis dengan L = p × l

b. Persegi

Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.

Sifat-Sifat Persegi

1) Semua sisinya sama panjang dan sisi-sisi yang berhadapan sama

panjang

2) Setiap sudutnya siku-siku

3) Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang. Berpotongan di

tengah-tengah dan membentuk sudut siku-siku

4) Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonalnya

5) Memiliki empat sumbu simetri

6) Dapat menempati bingkainya dengan tepat menurut delapan cara.

Keliling dan Luas Persegi

1) Keliling

Keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh sisinya, maka

keliling persegi ABCD adalah K = s + s + s + s dan dapat ditulis

dengan K = 4 × s.

2) Luas

Luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya . Luas persegi

ABCD dapat ditulis dengan L = 𝒔𝟐.

c. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segiempat dengan kekhususan yaitu sudut yang

berhadapan sejajar dan sama besar.

Sifat-Sifat Jajargenjang

1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar

2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

3) Mempunyai dua buah diagonal yang berpotongan di satu titik dan

saling membagi dua sama panjang

4) Mempunyai simetri putar tingkat dan tidak mempunyai simetri lipat

5) Jumlah sudut yang berdekatan 180 ° (berpelurus)

Keliling dan Luas Jajargenjang

1) Keliling

2 × (𝑝 + 𝑙)

2) Luas

Untuk mencari luas jajar genjang bias dicari dengan mengubahnya

menjadi segiempat, secara umum ditukiskan dengan L = alas × tinggi

d. Belah Ketupat

Belah ketupat adalah segiempat yang dibentuk dari segitiga sama kaki

dan bayangannya, dengan alas an sumbu cermin.

Sifat-sifat Belah Ketupat

1) keempat sisinya sama panjang

2) Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri

3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan terbagi menjadi dua

besar oleh diagonal.

4) Kedua diagonal saling membagi dua sama panjang dan saling

tegak lurus

Keliling dan Luas Belah ketupat

1) Keliling

Perhatikan belah ketupat ABCD diatas, dengan panjang sisi s dan

titik potong antar diagonalnya di O, keliling ABCD = AB + BC +

CD + DA atau dapat ditulis dengan K = s + s + s + s = 4s

2) Luas

Luas belah ketupat dapat dicari dengan menggunakan rumus

jajargenjang, karena belah ketupat merupakan bentuk khusus dari

jajargenjang. Rumusnya

dituliskan sebagai berikut: 𝐿 = (1

2× 𝑑1 × 𝑑2)

e. Layang-Layang

Layang-layang merupakan segiempat yang dibentuk oleh dua segitiga

sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpit

Sifat-sifat Layang-layang

1) Sisinya sepasang-sepasang sama panjang

2) Sepasang sudut yang berhadapan sama besar

3) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri

4) Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang dan tegak lurus

dengan diagonal yang lain

Keliling dan Luas Layang-Layang

1) Keliling

Jika layang-layang ABCD mempunyai sisi yang terpanjang= x dan

panjang sisi yang terpendek= y maka: 𝑘 = 2(𝑥 + 𝑦)

2) Luas 𝐿 = (1

2× 𝑑1 × 𝑑2)

f. Trapesium

Trapesium adalah segiempat yang mempunyai sepasang sisi sejajar.

Sifat-sifat Trapesium

1) Mempunyai sepasang sisi yang sejajar

2) Jumlah sudut-sudut antara sisi yang sejajar adalah 180ᵒ

Keliling dan Luas Trapesium

1) Keliling

Keliling trapesium ditentukan oleh rumus berikut ini: 𝐾 = 𝑎𝑙𝑎𝑠 + 𝑎𝑡𝑎𝑝 + 𝑘𝑎𝑘𝑖1

+𝑘𝑎𝑘𝑖2

2) Luas

1

2× (𝑎 + 𝑏) × 𝑡

2. Segitiga

Sigitiga adalah bagun datar yang dibentuk dengan menghubungkan tiga

buah titik sudut.

Sifat-sifat segitiga

1) Memiliki tiga ruas garis

2) Memiliki garis tegak lurus pada alas (tinggi)

3) Memiliki ukuran alas dan tinggi

4) Memiliki dua buah sudut lancip

5) Memiliki satu buah sudut siku-siku 90o

Keliling dan Luas segitiga

1) Keliling 𝑠1 + s2 + s3

2) Luas 𝐿 =1

2× a × t

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Model : Picture And Picture

F. Media dan Sumber Belajar

1. Media : Papan tulis, Spidol, Penggaris, Gambar,

2. Sumber Belajar :Abdur Rahman, dkk. (2017), Kementerian

Pendidikan SMP/MTs Kelas VII, Edisi Revisi 2017, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Kegiatan Deskripsi kegiatan Waktu

Pembuka Mengucapkan salam dan mengajak untuk berdoa

Mengecek kehadiran siswa.

Menyampaikan penerapan model pembelajaran

picture and picture.

Memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa

10 menit

Inti Guru menunjukan gambar kepada siswa yang sesuai

dengan materi pembelajaran.

Guru membantu siswa membentuk 4 kelompok

Msasing-masing kelompok mengamati gambar yang

telah diberikan oleh guru.

Guru memanggil masing-masing kelompok siswa

secara bergantian untuk menjelaskan gambar-

gambar yang sudah diurutkan menjadi urutan yang

logis.

Guru menanyakan alasan yang sudah dipasangkan

atau diurutkan kepada masing-masing kelompok.

Guru menjelaskan tentang gambar yang sudah

dipasangkan atau diurutkan akan menjadi

penanaman konsep dari kompetensi yang ingin

dicapai.

Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan atau

merangkum materi yang sudah dipasangkan atau

65 menit

diurutkan menjadi urutan yang logis.

Penutup Guru memberikan kesempatan bagi siswa yang belum

memahami pembelajaran untuk bertanya.

Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang

pembelajaran melalui tanya jawab.

Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam

5 menit

Pertemuan ke-2

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

Pembuka Melakukan pembukaan dengan salam pembuka

dan berdoa untuk memulai pembelajaran

Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap

disiplin

Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam

mengawali kegiatan pembelajaran.

Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan

bertanya.

5 menit

Inti Guru meminta siswa untuk mencermati masalah

yang berkaitan dengan segiempat dan segitiga

yang ada disekitar siswa.

Guru memberikan penjelsan tentang luas dan

keliling segiempat (persegi panjang, persegi,

jajargenjang, belah ketupat, layang-layang,

trapesium) dan segitiga.

Guru mengingatkan kembali tentang penanaman

konsep yang telah dipelajari oleh siswa dengan

penerapan model pembelajaran picture and

picture.

Guru memberikan kesempatan pada siswa yang

65menit

belum memahami pembelajaran untuk bertanya.

Penutup Guru membimbing siswa menyimpulkan materi

pembelajaran melalui tanya jawab.

Guru dan siswa berdoa untuk mengakhiri

pelajaran.

Memberi salam.

10 menit

Mataram, 2020

Peneliti

Supria Ningsih

NIM. 160103036

Lampiran 3

KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF

Satuan Pendidikan : SMP AL-ASHRIYAH

Mata pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VII/Genap

Materi Pokok : Segitiga dan Segiempat

Kompetensi Dasar Indikator Indikator Soal Nomor

Soal

Jumlah

Soal

4.15 Menyelasaikan

masalah kontekstual

yang berkaitan

dengan luas dan

keliling segiempat,

(persegi, persegi

panjang, belah

ketupat,

jajargenjang,

trapesium, dan

layang-layang) dan

segitiga

Menemukan

dan

menghitung

luas segitiga

dan segiempat

dalam

masalah

kontestual.

Menemukan

dan

menghitung

keliling

segitiga dan

segiempat

dalam

masalah

kontekstual.

Siswa dapat

menentukan ukuran

sisi panjang dan lebar

suatu persegi panjang.

Siswa dapat

menentukan keliling

segitiga dengan luas

sebuah segitiga yang

diketahui.

Siswa dapat

menentukan tinggi

sebuah trapesium

degan luas yang sudah

diketahui

Siswa dapat

menentukan keliling

segitiga sama sisi dari

sebuah batang korek

api.

1

2

3

4

4

Lampiran 4

SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF

Bidang Studi : Matematika

Pokok bahasan : Segitiga dan Segiempat

Kelas : VII

Waktu : 60 Menit

Petunjuk:

Tulislah nama dan kelas pada lembar jawaban.

Kerjakan soal pada lembar jawaban yang telah disediakan.

Kerjakan Soal secara individu.

Cek kembali kebenaran jawaban sebelum lembar jawaban

dikumpulakan.

Soal:

1. Perhatikan persegi panjang PQRS di bawah ini.

Diketahui: panjang 𝑃𝑅 = 15 𝑐𝑚, 𝑆𝑄 = 2𝑥 − 5

Jika PQ dan QR memiliki perbandingan 4 ∶ 3. Tentukanlah:

a. Nilai 𝑥.

b. Berapakah masing-masing panjang RS dan PS.

2. Luas sebuah segitiga siku-siku adalah 54 𝑐𝑚2. Jika perbandingan sisi

penyikunya adalah 3 ∶ 4. Tentukan keliling segitiga tersebut.

3. Sebuah trapesium ABCD diketahui bahwa, AD = BC dengan panjang

AB = 28 cm, AD = 15 cm, dan CD = 10 cm. Berapakah tinggi

trapesium.

4. Andi memiliki batang-batang korek api berukuran 5 𝑐𝑚. Jika andi

membuat sebuah segitiga sama sisi dari sebuah batang korek api maka

keliling segitiga tersebut 15 𝑐𝑚. jika ia membuat 2 buah segitiga, maka

memiliki keliling 30 𝑐𝑚. Jika ia membuat 3 buah segitiga, maka akan

memiliki keliling 45 𝑐𝑚 dan begitu seterusnya. Jelaskan berapa banyak

batang korek api yang dibutuhkan andi untuk membuat n buah segitiga?

Lampiran 5

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

No. Jawaban Skor Jumlah Skor

1. a) 15 = 2𝑥 − 5 (diagonal-diagonal pada segi

empat beraturan sama panjang)

15 + 5 = 2𝑥

20 = 2𝑥

10 = 𝑥

b) 𝑃𝑅 = 𝑄𝑅2 + 𝑃𝑄2 𝑃𝑅 = (3𝑥)2 + (4𝑥)2 𝑃𝑅 = 9𝑥2 + 16𝑥2 𝑃𝑅 = 25𝑥2 𝑃𝑅 = 5𝑥

15 𝑐𝑚 = 5𝑥

3 𝑐𝑚 = 𝑥 𝑃𝑆 = 3𝑥 = 3 × 3𝑐𝑚 = 9𝑐𝑚 𝑅𝑆 = 4𝑥 = 4 × 3𝑐𝑚 = 12𝑐𝑚

0.5

1

1

1

0,5

1

1

1

1

1

1

1

2

2

15

2. Sisi-sisi penyiku pada segitiga siku-siku ialah

alas dan tinggi dari segitiga siku-siku tersebut.

Misalkan rusuknya kita umpamakan p.

Maka, alas dan tingginya menjadi 3𝑝 dan 4𝑝.

Luas segitiga = ½ × alas × tinggi

54 𝑐𝑚2 = ½ × 3𝑝 𝑐𝑚 × 4𝑝 𝑐𝑚

54 𝑐𝑚2 = ½ × 12𝑝 𝑐𝑚2

54 𝑐𝑚2 = 6𝑝 𝑐𝑚2

54 𝑐𝑚2 ∶ 6 = 𝑝 𝑐𝑚2

9 𝑐𝑚2 = 𝑝 𝑐𝑚2

3 𝑐𝑚 = 𝑝 𝑐𝑚

Maka panjang alas dan tingginya menjadi

3 × 3 𝑐𝑚 = 9 𝑐𝑚 dan 4 × 3 𝑐𝑚 = 12 𝑐𝑚

Menggunakan rumus phytagoras maka panjang

sisi mringnya ialah 15 𝑐𝑚.

Maka keliling segitga tersebut ialah 9 𝑐𝑚 +

12 𝑐𝑚 + 15 𝑐𝑚 = 36 𝑐𝑚

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

2

2

2

3

20

3. Diketahui: Panjang sisi AB= 28 cm

Panjang sisi CD= 10 cm

Panjang sisi AD= 15 cm

Ditanya: Tentukan tinggi trapesium.

Jawab:

Panjang sisi AE= Panjang sisi BF 𝐴𝐵 = (2 × 𝐴𝐸) + 𝐸𝐹

28 = (2 × 𝐴𝐸) + 10

28 − 10 = 2𝐴𝐸 𝐴𝐸 = 9 𝑐𝑚

DE = 𝐴𝐷2 − 𝐴𝐸2

= 152 − 92

= 225 − 81

= 144

DE= 12 𝑐𝑚

1

1

1

1

2

1

1

2

2

1

1

1

1

1

2

14

4. 3 × 𝑛

Jumlah

Segitiga

Keliling Jumlah

batang

korek

api

Pola

1 15 𝑐𝑚 3 3 × 1

2 30 𝑐𝑚 6 3 × 2

3 45 𝑐𝑚 9 3 × 3

n ? ? 3 × 𝑛

Jadi, banyak batang korek api yang dibutuhkan

untuk membuat n buah segitiga adalah 3 × 𝑛

batang korek.

1

2

2

3

3

11

Skor Max 60

N=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑥 × 100

Lampiran 6

KISI-KISI SOAL TES HASIL BELAJAR

Satuan Pendidikan : SMP AL-ASHRIYAH

Mata pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VII/Genap

Materi Pokok : Segitiga dan Segiempat

Kompetensi

Dasar

Indikator Indikator Soal Nomor

Soal

Jumlah

Soal

4.15

Menyelasaikan

masalah

kontekstual yang

berkaitan dengan

luas dan keliling

segiempat,

(persegi, persegi

panjang, belah

ketupat,

jajargenjang,

trapesium, dan

layang-layang)

dan segitiga

Menemukan dan

menghitung luas

segitiga dan

segiempat dalam

masalah

kontestual.

Menemukan dan

menghitung

keliling segitiga

dan segiempat

dalam masalah

kontekstual.

Siswa dapat

menentukan

keliling dari suatu

trapesium

Siswa dapat

menentukan biaya

untuk pembuatan

pagar yang

berbentuk persegi

panjang

Siswa dapat

menentukan

panjang dari

sebuah persegi

panjang

Siswa dapat

menentukan

keliling segitiga

siku-siku

1

2

3

4

4

Lampiran 7

SOAL TES HASIL BELAJAR

Bidang Studi : Matematika

Pokok bahasan : Segitiga dan Segiempat

Kelas : VII

Waktu : 60 Menit

Petunjuk:

Tulislah nama dan kelas pada lembar jawaban.

Kerjakan soal pada lembar jawaban yang telah disediakan.

Kerjakan Soal secara individu.

Cek kembali kebenaran jawaban sebelum lembar jawaban

dikumpulakan.

Soal:

1. Perbandingan panjang sisi sejajar pada sebuah trapesium sama kaki

adalah 3:5.Panjang kaki trapesium 19 𝑐𝑚, tinggi 12 𝑐𝑚, dan luasnya

144 𝑐𝑚2. Tentukankeliling trapesium tersebut.

2. Sebuah halaman rumah berbentuk persegi panjang dengan ukuran

panjang 30 meter dan lebar 20 meter. Di sekeliling halaman tersebut

akan dipasang pagar dengan biaya pembuatan pagar Rp 50.000,00 per

meter. Terntukan besar biaya yang diperlukan untuk membuat pagar

tersebut.

3. Pak subur memiliki sebidang kebun berbentuk persegi panjang dengan

luas 2 hektar. Jika lebar kebun adalah 125 meter. Tentukan panjang

kebun pak subur.

4. Diketahui segitiga ABC siku-siku di B. Jika luasnya 240 𝑐𝑚2 dan

memiliki panjang AB 15 𝑐𝑚, hitunglah keliling segitiga tersebut.

Lampiran 8

KUNCI JAWABAN DAN PENSKORAN

No

.

Jawaban Skor Jumlah Skor

1. Diketahui:Perbandingan panjang sisi sejajar pada

sebuah tarpesium sama kaki adalah

3: 5.

Panjang kaki trapesium 19 𝑐𝑚.

Tinggi 12 𝑐𝑚.

Luasnya 144 𝑐𝑚2.

Ditanya: tentukan keliling trapesium tersebut.

Jawab:

Misal panjang sisi sejajar adalah 3 x dan 5 x,

maka

Luas trapesium=12 ×(jumlah sisi sejajar) × 𝑡

144 = 12 × (3𝑥 + 5𝑥) × 12

144 = 48𝑥

3 = 𝑥

Sehingga panjang sisi sejajar adalah 𝐴𝐵 = 3𝑥

= 3(3)

= 9 𝑐𝑚 𝐶𝐷 = 5𝑥

= 5(3)

= 15 𝑐𝑚

Keliling trapesium = AB+ CD+ AC+ BD

= 9 𝑐𝑚 + 15 𝑐𝑚 + 19 𝑐𝑚+ 19 𝑐𝑚

= 62 𝑐𝑚

Jadi kelilingnya adalah 62 𝑐𝑚

0.5

1

1

1

0,5

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

2

21

2. Pembuatan pagar disekeliling halaman rumah

yang berbentuk persegi panjang sama dengan

menentukan keliling halaman rumah. 𝐾 = 2 × (𝑝 + 𝑙) 𝐾 = 2 × (30 + 20) 𝐾 = 2 × 50 𝐾 = 100 𝑚

Biaya= 100 × Rp 50.000,00

0,5

0,5

1

1

1

2

2

12

Biaya= Rp 5.000.000,00

Jadi, biaya untuk pembuatan pagar tersebut

adalah

Rp 5.000.000,00

2

2

3. Diketahui: Kebun yang berbentuk persegi

panjang

L= 2 hektare= 20000 𝑚 2 𝑙 = 125 𝑚

Ditanya: Tentukan panjang.

Jawab: 𝐿 = 𝑝 × 𝑙 20000 = 𝑝 × 125

20000

125= 𝑝

160 𝑚 = 𝑝

Jadi, panjang tanah yang berbentuk persegi

panjang adalah 160 𝑚

0,5

1

1

0,5

1

1

1

2

2

10

4. Diketahui: luas segitiga 270 𝑐𝑚2

Panjang AB (tinggi) = 15 𝑐𝑚

Ditanya: kelilingnya

Jawab:

Untuk menghitung keliling segitiga, kita harus

mencari panjang alasnya (BC) dan sisi miring

(AC). 𝐿 = 12 × 𝑎 × 𝑡

270 = 12 × 𝐵𝐶 × 15

270 × 2 = 𝐵𝐶 × 15 540

15= 𝐵𝐶

36 = 𝐵𝐶

Panjang alas (BC)= 36 𝑐𝑚 𝐴𝐶2 = 𝐴𝐵2 + 𝐵𝐶2 𝐴𝐶2 = 152 + 362 𝐴𝐶 = 225 + 1296 𝐴𝐶 = 1521 𝐴𝐶 = 39 𝑐𝑚

Keliling segitiga siku-siku 𝐴𝐵𝐶 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 +𝐴𝐶

= 15 + 36 + 39

0,5

0,5

0,5

2

0,5

1

1

1

1

2

1

1

1

1

1

2

1

2

22

= 90 𝑐𝑚

Jadi, keliling segitiga siku-siku ABC adalah

90 𝑐𝑚

2

Skor Max 65

N=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑥 × 100

Lampiran 9

Lampiran 10

Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas menggunakan uji Lilliefors, adapun

prosedur uji statistiknya sebagai berikut:

1. H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2. 𝑎 = 0,05

3. Statistik uji yang digunakan

L=Maks |F(zi)- S(zi)|; dengan F(zi)=P(Z≤zi); Z ~ N(0,1);

dan S(zi )= proposisi cacah Z≤ zi terhadap seluruh zi

4. Komputasi

A. Rangkuman Hasil Belajar Kelas Eksperimen I

Adapun rangkuman hasil belajar kelas eksperimen I disajikan pada

Tabel berikut :

Rangkuman Hasil Belajar Eksperimen I

Yi Fi Fkom Zi f(Zi) s(Zi) ⎹f(Zi)-s(Zi)⎹ 45 2 2 -1,541 0,062 0,087 0,025

50 3 5 -1, 147 0, 126 0,217 0,091

55 2 7 -0,753 0,226 0,304 0,078

60 4 11 -0,360 0,360 0,478 0,118

65 2 13 0,034 0, 514 0,565 0,051

70 4 17 0,428 0,666 0,739 0,073

75 2 19 0,822 0,794 0,826 0,032

80 2 21 1,216 0,888 0,913 0,025

85 1 22 1,610 0,946 0,957 0,011

90 1 23 2,004 0,977 1,000 0,023

Berdasarkan hasil perhitungan nilai 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,118 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

0,180 dengan taraf signifikan 𝛼 = 5% dan 𝑛 = 23, maka 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,118 < 0,180 , sehingga data tersebut berdistribusi normal

B. Rangkuman Hasil Belajar Kelas Eksperimen II

Adapun rangkuman hasil belajar eksperimen II disajikan pada Tabel

berikut :

Rangkuman Hasil Belajar Eksperimen II

Yi Fi Fkom Zi f(Zi) s(Zi) ⎹f(Zi)-s(Zi)⎹ 35 2 2 -1,419 0,078 0, 100 0,022

40 2 4 -1, 100 0, 136 0,200 0,064

45 3 7 -0,781 0,217 0,350 0,133

50 3 10 -0,462 0,322 0,500 0,178

60 2 12 0,175 0,570 0,600 0,030

65 1 13 0,494 0,689 0,650 0,039

70 3 16 0,013 0,792 0,800 0,008

75 2 18 1,132 0,871 0,900 0,029

80 1 19 1,451 0,927 0,950 0,023

85 1 20 1,769 0,962 1,000 0,038

Berdasarkan hasil perhitungan nilai 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,178 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

0,190 dengan taraf signifikan 𝛼 = 5% dan 𝑛 = 20, maka 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,178 < 0,190 , sehingga data tersebut berdistribusi normal.

C. Rangkuman Siswa Kemampuan Berpikir Intuitif Tinggi

Adapun rangkuman siswa kemampuan berpikir intuitif tinggi disajikan

pada tabel berikut :

Rangkuman KBI Tinggi

X Fi Fkom Zi f(Zi) s(Zi) ⎹f(Zi)-s(Zi)⎹ 75 1 1 -1,430 0,076 0,167 0,091

80 2 3 -0,477 0,317 0,500 0,183

85 2 5 0,477 0,683 0,833 0,150

90 1 6 1,430 0,924 1,000 0,073

Berdasarkan hasil perhitungan nilai 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,183 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

0,319 dengan taraf signifikan 𝛼 = 5% dan 𝑛 = 6, maka 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,183 < 0,319 , sehingga data tersebut berdistribusi normal

D. Rangkuman Siswa Kemampuan Berpikir Intuitif Sedang

Adapun rangkuman siswa kemampuan berpikir intuitif sedang

disajikan pada tabel berikut :

Rangkuman KBI Sedang

X Fi Fkom Zi f(Zi) s(Zi) ⎹f(Zi)-s(Zi)⎹ 50 3 3 -1,704 0,044 0, 143 0,099

55 1 4 -1,136 0,128 0, 190 0,062

60 4 8 -0,568 0,285 0,381 0,096

65 3 11 0,000 0,500 0,524 0,024

70 6 17 0,568 0,715 0,810 0,095

75 3 20 1, 136 0,872 0,952 0,095

80 1 21 1,704 0,956 1,000 0,080

Berdasarkan hasil perhitungan nilai 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,099 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

0,186 dengan taraf signifikan 𝛼 = 5% dan 𝑛 = 21, maka 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,099 < 0,186 , sehingga data tersebut berdistribusi normal

E. Data Siswa Kemampuan Berpikir Intuitif Rendah

Adapun rangkuman siswa kemampuan berpikir intuitif rendah

disajikan pada tabel berikut :

Rangkuman KBI Rendah

X Fi Fkom Zi f(Zi) s(Zi) ⎹f(Zi)-s(Zi)⎹ 35 2 2 -1,398 0,081 0, 125 0.044

40 2 4 -0,839 0,201 0,250 0.049

45 5 9 -0,280 0,390 0,563 0.173

50 4 13 0,280 0,610 0,813 0.202

55 1 14 0,839 0,799 0,875 0.076

60 1 15 1,398 0,919 0,938 0.019

70 1 16 2, 516 0,994 1,000 0.006

Berdasarkan hasil perhitungan nilai 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,202 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

0,213 dengan taraf signifikan 𝛼 = 5% dan 𝑛 = 16, maka 𝐿𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,202 < 0,213 , sehingga data tersebut berdistribusi normal.

5. Daerah kritis

Untuk eksperimen 1 adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 0,180}

Untuk eksperimen 2 adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 0,190}

Untuk KBI tinggi adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 0,319}

Untuk KBI sedang adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 0,186}

Untuk KBI rendah adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 0,213}

6. Keputusan uji : H0 diterima

7. Kesimpulan: semua data berdistribusi normal

Lampiran 11

Uji Homogenitas

Adapun prosedur pengujian dalam melakukan uji homogenitas sebagai

berikut:

1. H0:𝜎12 = 𝜎2

2

H1:𝜎12 ≠ 𝜎2

2

2. Tarif sigfikansinya 5%

3. Statistik uji yang digunakan :

𝐹 =𝑠1

2𝑠22 ~𝐹(𝑛1 − 1,𝑛2 − 1)

4. Komputasi

A. Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II

Adapun data hasil belajar eksperimen I dan eksperimen II disajikan

pada tabel berikut :

Data Hasil BelajarKelas Eksperimen I dan IIUji Homogenitas

No Eksperimen I

(𝒙𝟏) 𝒙𝟏𝟐 No

Eksperimen 2

(𝒙𝟐)

𝒙𝟐𝟐

1. 55 3025 1. 50 2500 2. 60 3600 2. 60 3600 3. 65 4225 3. 40 1600 4. 50 2500 4. 45 2025 5. 70 4900 5. 70 4900 6. 50 2500 6. 85 7225 7. 85 7225 7. 35 1225 8. 45 2025 8. 50 2500 9. 70 4900 9. 70 4900 10. 60 3600 10. 75 5625 11. 45 2025 11. 80 6400 12. 65 4225 12. 45 2025 13. 55 3025 13. 35 1225 14. 80 6400 14. 40 1600

15. 70 4900 15. 45 2025 16. 75 5625 16. 60 3600 17. 90 8100 17. 75 5625 18. 70 4900 18. 70 4900 19. 60 3600 19. 65 4225 20. 80 6400 20. 60 3600 21. 50 2500 ∑ 1155 71325 22. 60 3600 23. 75 5625

∑ 1485 99425

a) Varians kelas ekperimen I

𝑠2 =𝑛( 𝑥2) − ( 𝑥)

2𝑛(𝑛 − 1)

=23 99425 − (1485)2

23(23 − 1)

=2286775 − 2205225

23(22)

=81550

506 𝑠2 = 161,166

b) Varians kelas ekperimen II

𝑠2 =𝑛( 𝑥2) − ( 𝑥)

2𝑛(𝑛 − 1)

=20 71325 − (1155)2

20(20 − 1)

=1426500 − 1334025

20(19)

=92475

380 𝑠2 = 243,355

𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 =

243,355

161,166= 1,51

Berdasarkan data tersebut, nilai dari 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,51. Sedangkan

untuk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf signifikan 5%, dk pembilang 19 dan dk penyebut

22, yaitu 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,10. Karena 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka data homogen.

B. Data Kemampuan Berpikir Intuitif Tinggi dan Sedang

Adapun data kemampuan berpikir intuitif tinggi dan

sedangdisajikan pada tabel berikut :

Data KBITinggi dan Sedang Uji Homogenitas

No Tinggi 𝒙𝟐 No Sedang 𝒙𝟐

1. 85 7225 1. 55 3025 2. 80 6400 2. 60 3600 3. 90 8100 3. 65 4225 4. 80 6400 4. 50 2500 5. 75 5625 5. 70 4900 6. 85 7225 6. 70 4900 ∑ 495 40975 7. 60 3600

8. 65 4225 9. 70 4900 10. 75 5625 11. 70 4900

12. 60 3600 13. 50 2500 14. 50 2500 15. 60 3600 16. 70 4900 17. 70 4900 18. 75 5625 19. 80 6400 20. 75 5625 21 65 4225 ∑ 1365 90275

c) Varians Kemampuan Berpikir IntuitifTinggi

𝑠2 =𝑛( 𝑥2) − ( 𝑥)

2𝑛(𝑛 − 1)

=6 40975 − (495)2

6(6 − 1)

=245850 − 245025

6(5)

=825

30 𝑠2 = 27,5

d) Varians Kemampuan Berpikir IntuitifSedang

𝑠2 =𝑛( 𝑥2)−( 𝑥)

2𝑛(𝑛−1)

=21 90275 −(1365)2

21(21−1)

=1895775 − 1863225

420

=32550

420 𝑠2 = 77,5 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 =77,5

27,5= 2,818

Berdasarkan data tersebut, nilai dari 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,818. Sedangkan

untuk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf signifikan 5%, dk pembilang 20 dan dk penyebut

5, yaitu 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 4,56. Karena 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka data tersebut

homogen.

C. Data Kemampuan Berpikir Intuitif Tinggi dan Rendah

Adapun data kemampuan berpikir intuitif tinggi dan rendah

disajikan pada tabel berikut :

Data KBI Tinggi dan Rendah Uji Homogenitas

No Tinggi 𝒙𝟐 No Rendah 𝒙𝟐

1. 85 7225 1. 50 2500 2. 80 6400 2. 45 2025 3. 90 8100 3. 45 2025 4. 80 6400 4. 55 3025 5. 75 5625 5. 50 2500 6. 85 7225 6. 40 1600 ∑ 495 40975 7. 45 2025

8. 35 1225

9. 50 2500 10. 45 2025 11. 35 1225 12. 40 1600 13. 45 2025 14. 60 3600 15. 70 4900 16. 50 2500 ∑ 760 37300

e) Varians Kemampuan Berpikir IntuitifRendah

𝑠2 =𝑛( 𝑥2) − ( 𝑥)

2𝑛(𝑛 − 1)

=16 37300 − (760)2

16(16 − 1)

=596800 − 577600

16(15)

=19200

240 𝑠2 = 80

𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 =

80

27,5= 2,91

Berdasarkan data tersebut, nilai dari 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,91. Sedangkan

untuk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf signifikan 5%, dk pembilang 15 dan dk penyebut

, 5 yaitu 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 4,62. Karena 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka data tersebut

homogen.

D. Data Kemampuan Berpikir Intuitif Sedang dan Rendah

Adapun data kemampuan berpikir intuitif sedang dan rendah

disajikan pada tabel berikut :

Data KBISedang dan Rendah Uji Homogenitas

No Sedang 𝒙𝟐

No Rendah 𝒙𝟐

1. 55 3025 1. 50 2500 2. 60 3600 2. 45 2025

3. 65 4225 3. 45 2025 4. 50 2500 4. 55 3025 5. 70 4900 5. 50 2500 6. 70 4900 6. 40 1600 7. 60 3600 7. 45 2025 8. 65 4225 8. 35 1225 9. 70 4900 9. 50 2500 10. 75 5625 10. 45 2025 11. 70 4900 11. 35 1225 12. 60 3600 12. 40 1600 13. 50 2500 13. 45 2025 14. 50 2500 14. 60 3600 15. 60 3600 15. 70 4900 16. 70 4900 16. 50 2500 17. 70 4900 ∑ 760 37300 18. 75 5625 19. 80 6400 20. 75 5625 21 65 4225 ∑ 1365 90275 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 = 80

77,5= 1,032

Berdasarkan data tersebut, nilai dari 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,032. Sedangkan

untuk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf signifikan 5%, dk pembilang 15 dan dk

penyebut20, yaitu 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,20. Karena 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka data

tersebut homogen.

5. Daerah kritis

Untuk eksperimen 1 dan 2 adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 2,10}

Untuk KBI tinggi dan sedang adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 4,56}

Untuk KBI tinggi dan rendah adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 4,62}

Untuk KBI sedang dan rendah adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 2,20}

6. Keputusan uji : H0 diterima

7. Kesimpulan: semua data homogen

Lampiran 12

Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji anava dua jalur atau

analysis of varians dua jalur sel tak sama, sebagai berikut:

1. Rumusan hipotesis

a) H0A: 𝑎𝑖 = 0, untuk setiap i =1, 2, 3

Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada model pembelajaran concept

mapping dan model pembelajaran picture and picture

H1A: paling sedikit ada satu 𝑎𝑖 yang tidak nol

Terdapat perbedaan hasil belajar model pembelajaran concept mapping dan

model pembelajaran picture and picture.

b) H0B: 𝛽𝑗 = 0, untuk setiap j=1, 2, 3

Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap-tiap kemampuan berpikir

intuitif siswa (tinggi, sedang dan rendah).

H1B: paling sedikit ada satu 𝛽𝑗 yang tidak nol

Terapat perbedaan hasil belajar pada tiap-tiap kemampuan berpikir intuitif

siswa ( tinggi, sedang dan rendah).

c) H0AB: (𝑎𝛽)𝑖𝑗 = 0, untuk setiap i =1, 2, 3 dan j =1, 2, 3

Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran concept mapping dan

model pembelajaran picture and picture dengan kategori kemampuan

berpikir intuitif siswa terhadap hasil belajar.

H1AB: paling sedikit ada satu (𝑎𝛽)𝑖𝑗 yang tidak nol

Terdapat interaksi antara model pembelajaran concept mapping dan model

pembelajaran picture and picture dengan kategori kemampuan berpikir

intuitif siswa terhadap hasil belajar.

2. Taraf signifikasinya adalah 5%

3. Komputasi

Data Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kategori Kemampuan Berpikir

Intuitif dan Model Pembelajaran

Hasil Belajar

Tinggi Sedang Rendah

CM 85 80 90 80 75 55 60 65 50 70 70 60 65

70 75 70 60 50

50 45 45 55 50

PP 85 50 60 70 70 75 80 75 65 40 45 35 50 45 35 40

45 60 70 50

Data Amatan, Rerata, dan Jumlah Kuadrat Deviasi

Model Pembelajaran

Hasil Belajar Tinggi ( b1) Sedang ( b2) Rendah ( b3)

CM

n 𝑋 𝑋 𝑋2

C SS

5 410 82

33750 33620 130

13 820

63,08 52500

51723,08 776,92

5 245 49

12075 12005

70

PP

n 𝑋 𝑋 𝑋2

C SS

1 85 85

7225 7225

0

8 545

68, 13 37775

37128, 13 646,87

11 515

47,82 25225

24111,36 1113,64

Keterangan: C= ( 𝑋)2 𝑛 ; SS = 𝑋2 − 𝐶

Rerata dan Jumlah Rerata

Tinggi ( b1) Sedang ( b2) Rendah ( b3) Total

CM ( a1) 82 63,08 49 194,08( A1)

PP ( a2) 85 68, 13 46,82 1 99,95( A2)

Total 167

( B1)

1 31 ,21

( B2)

95,82

( B3)

394,03(G)

𝑁 = 5 + 13 + 5 + 1 + 8 + 11 = 43 𝑛 𝑕 = 2 3

1

5+

1

13+

1

5+

1

1+

1

8+

1

11

=6

1,693= 3,544

a) Untuk memudahkan perhitungan didefinisikan besaran – besaran (1), (2),

(3), (4), dan (5), berikut.

(1) 𝐺2𝑝q

=394,032 2 (3)

= 25876,607

(2) 𝑆𝑆𝑖𝑗𝑖 ,𝑗 = 130 + 776,92 + 70 + 0 + 646,87 + 1113,64

= 2737,43

(3) 𝐴𝑖2

q𝑖 =194,082

3+

199,952

3= 25882,350

(4) 𝐵𝑗 2𝑝𝑗 =1672

2+

131,212

2+

95,822

2= 27143,268

(5) 𝐴𝐵 𝑖𝑗 2𝑖 ,𝑗 = 822 + 63,082 + 492 + 852 + 68,132 + 46,822

= 27162,896

b) Berdasarkan sifat-sifat matematis tertentu dapat diturunkan formula untuk

JKA, JKB, JKAB, JKG, dan JKT sebagai berikut : 𝐽𝐾𝐴 = 𝑛 𝑕 3 − 1 = 3,544 25882,350 − 25876,607 = 20,353 𝐽𝐾𝐵 = 𝑛 𝑕 4 − 1

= 3,544 27143,268 − 25876,607 = 4489,047 𝐽𝐾𝐴𝐵 = 𝑛 𝑕 1 + 5 − 3 − 4

= 3,544 (25876,607 + 27162,896 − 25882,350 − 27143,268

= 49,208 𝐽𝐾𝐺 = 2 = 2737,43 𝐽𝐾𝑇 = 𝐽𝐾𝐴 + 𝐽𝐾𝐵 + 𝐽𝐾𝐴𝐵 + 𝐽𝐾𝐺

= 20,355 + 4489,047 + 49,208 + 2737,43 = 7296,04

c) Derajat kebebasan untuk masing – masing jumlah kuadrat tersebut adalah :

𝑑𝑘𝐴 = 𝑝 − 1 = 2 − 1 = 1 𝑑𝑘𝐵 = q − 1 = 3 − 1 = 2 𝑑𝑘𝐴𝐵 = 𝑝 − 1 q − 1 = 1 (2) = 2 𝑑𝑘𝐺 = 𝑁 − 𝑝q = 43 − 6 = 37 𝑑𝑘𝑇 = 𝑁 − 1 = 43 − 1 = 42

Diperoleh rata rerata kuadrat berikut:

𝑅𝐾𝐴 =𝐽𝐾𝐴𝑑𝑘𝐴 =

20,355

1= 20,355

𝑅𝐾𝐵 =𝐽𝐾𝐵𝑑𝑘𝐵 =

4489,047

2= 2244,524

𝑅𝐾𝐴𝐵 =𝐽𝐾𝐴𝐵𝑑𝑘𝐴𝐵 =

49,208

2= 24,604

𝑅𝐾𝐺 =𝐽𝐾𝐺𝑑𝑘𝐺 =

2737,43

37= 73,985

d) Statistika uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai

berikut :

H0A,𝐹𝑎 =𝐽𝐾𝐴𝑑𝑘𝐺 =

20,355

73,985= 0,275

H0B,𝐹𝑏 =𝐽𝐾𝐵𝑑𝑘𝐺 =

2244,524

73,985= 30,338

H0AB,𝐹𝑎𝑏 =𝐽𝐾𝐴𝐵𝑑𝑘𝐺 =

24,604

73,985= 0,333

Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber JK dk RK Fobs 𝐹𝑎 p

Model Pembelajaran(A)

Hasil Belajar (B)

Interaksi (AB)

Galat

20,355

4489,047

49,208

2737,43

1

2

2

37

20,355

2244,524

24,604

73,985

0,275

30,338

0.333

-

4, 11

3,26

3,26

-

˃0,05

˂0,05

˃0,05

-

Total 7260,717 42 - - - -

e) Daerah Kritis

Untuk Fa adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 𝐹0,05; 1,37} = {𝐹|𝐹 > 4, 11}

Untuk Fb adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 𝐹0,05;2,37} = {𝐹|𝐹 < 3,26}

Untuk Fab adalah 𝐷𝐾 = {𝐹|𝐹 > 𝐹0,05;2,37} = {𝐹|𝐹 > 3,26}

f) Keputusan Uji

H0A diterima; H0B ditolak; H0AB diterima.

g) Kesimpulan:

Penerapan model pembelajaran concept maping tidak lebih baik

dibandingkan model pembelajaran picture and picture terhadap hasil

belajar.

Kemampuan berpikir intuitif tinggi lebih baik dibandingkan dengan

kemampuan berpikir intuitif sedang dan rendah, kemampuan berpikir

intuitif sedang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir

intuitif rendah, dan kemampuan berpikir intuitif tinggi lebih baik

dibandingkan dengan kemampuan berpikir intuitif rendah terhadap

hasil belajar.

Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran concept mapping

dan model pembelajaran picture and picture dengan kategori

kemampuan berpikir intuitif siswa terhadap hasil belajar.

Uji Komparasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, bahwa diketahui H0A diterima,

H0Bditolak dan H0ABditerima, maka ilustrasi tersebut menunjukan

bahwadiperlukan uji komparasi sel ganda setelah anava.

Uji Komparasi Antar Kolom

Uji lanjut pasca anovadengan metode Scheffe’ untuk analisis

variansi dua jalan yaitu sebagai berikut:

1. Komparasi rerata, H0 dan H1-nya tampakpada tabel berikut:

Komparasi dan Hipotesis

Komparasi H0 H1 𝜇1 𝑣𝑠 𝜇2 𝜇2 𝑣𝑠 𝜇3 𝜇1 𝑣𝑠 𝜇3

𝜇1 = 𝜇2 𝜇2 = 𝜇3 𝜇1 = 𝜇3

𝜇1 ≠ 𝜇2 𝜇2 ≠ 𝜇3 𝜇1 ≠ 𝜇3

2. 𝑎 = 5%

3. Komputasi:

𝐹12 =(82,5 − 65)2

394,03 1

6+

1

21 = 3,63

𝐹13 =(82,5 − 47,5)2

394,03 1

6+

1

16 = 13,57

𝐹23 =(65 − 47,5)2

394,03 1

21+

1

16 = 7,06

Komparasi Rerata antar Kolom

H0 Fobs 𝟐.𝑭∝ Kep. Uji 𝜇1 = 𝜇2 3,63 6.52 H0 diterima 𝜇2 = 𝜇3 7,06 6.52 H0 ditolak 𝜇1 = 𝜇3 13,57 6.52 H0 ditolak

4. Daerah Kritis

Fb,𝐷𝐾 = 𝐹⎹ 𝐹 > 𝐹0,05,2;37 = 2 × 3,26 = 6,52

5. Keputusan Uji

Dengan membandingkan Fobs dengan daerah kritis, tampak bahwa

perbedaan yang signifikan hanyalah antara 𝜇1 dan 𝜇2.

6. Kesimpulan

a. Kemampuan berpikir intuitif tinggi sama dengan kemampuan

berpikir intuitif sedang terhadap hasil belajar.

b. kemampuan berpikir intuitif sedang lebih baik dibandingkan

dengan kemampuan berpikir intuitif rendah terhadap hasil

belajar

c. kemampuan berpikir intuitif tinggi lebih baik dibandingkan

dengan kemampuan berpikir intuitif rendah terhadap hasil

belajar.

Lampiran 13

lLampiran 13

Lampiran 15

1. Kelas Eksperimen I

(siswa mendengar dan mencatat penjelasan guru)

(guru memberikan kesimpulan pada siswa)

(Siswa sedang mengerjakan tes hasil belajar)

2. Kelas Eksperimen II

(siswa mendengar penjelasan guru)

(guru membimbing siswa dalam menyusun gambar)

(perwakilan setiap kelompok)

(siswa mendengarkan dan mencatat kesimpulan guru)

(siswa sedang menjawab tes)

Lampiran 16

Lembar Jawaban Siswa