perbedaan karies, erosi, abrasi, abfraksi dan bentuk kelainan jaringan keras gigi akibat pertumbuhan

36
MAKALAH KONSERVASI GIGI PERBEDAAN KARIES, EROSI, ABRASI, ABFRAKSI DAN BENTUK KELAINAN JARINGAN KERAS GIGI AKIBAT PERTUMBUHAN Disusun oleh: Amalia Virgita (04111004061) Atika Samy Kencana (04111004062)

Upload: amalia-virgita

Post on 16-Sep-2015

2.665 views

Category:

Documents


553 download

DESCRIPTION

Konservasi Gigi

TRANSCRIPT

MAKALAH KONSERVASI GIGI

PERBEDAAN KARIES, EROSI, ABRASI, ABFRAKSI DAN BENTUK KELAINAN JARINGAN KERAS GIGI AKIBAT PERTUMBUHAN

Disusun oleh:

Amalia Virgita(04111004061)Atika Samy Kencana(04111004062)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA2012DAFTAR ISI

Halaman JuduliDaftar IsiiiBAB I. PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah21.3 Tujuan2BAB II. PEMBAHASAN32.1 Jaringan Keras Gigi32.1.1 Email32.1.2 Dentin52.1.3 Sementum52.2 Bentuk-bentuk Kerusakan Jaringan Keras Gigi72.2.1 Karies72.2.2 Erosi102.2.3 Abrasi152.2.4 Abfraksi172.3 Bentuk-bentuk Kelainan Jaringan Keras Gigi Akibat Pertumbuhan182.3.1 Kelainan pada Email182.3.2 Kelainan pada Dentin19Daftar Pustaka23

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar BelakangGigi merupakan bagian terkeras dari tubuh selain tulang. Gigi berperan dalam proses mastikasi dan berbicara. Selain itu, gigi sangat penting jika dipandang dari aspek estetika.Gigi terdiri dari beberapa bagian yang dibedakan menjadi jaringan keras dan jaringan lunak. Jaringan keras gigi terdiri dari email, dentin dan sementum. Jaringan keras tersebut pada dasarnya sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar kandungannya terdiri atas zat anorganik.Email mengandung zat anorganik dalam jumlah yang terbesar (95-98%) dibandingkan dengan dentin (75%) dan sementum (45-50%), sehingga merupakan bagian yang terkeras pada tubuh manusia. Namun karena letaknya paling luar, maka email lebih mudah mengalami kerusakan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam rongga mulut (intrinsik) maupun faktor-faktor di luar rongga mulut (ekstrinsik).Penyakit pada rongga mulut perlu mendapat perhatian karena penyakit rongga mulut yang tidak terawat akan berdampak pada kesehatan tubuh secara umum. Penyakit pada rongga mulut meliputi penyakit pada jaringan keras dan penyakit periodontal. Penyakit pada jaringan keras dibedakan menjadi karies dan non karies. Kerusakan gigi pada penyakit non karies dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi erosi, abrasi dan abfraksi. Selain bentuk-bentuk kerusakan tersebut, juga terdapat kelainan jaringan keras gigi akibat pertumbuhan.Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas kerusakan jaringan keras gigi baik karies maupun non karies serta kelainan jaringan keras gigi akibat pertumbuhan. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karies, erosi, abrasi, abfraksi dan bentuk kelainan jaringan keras gigi akibat pertumbuhan.1. 2Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan jaringan keras gigi?2. Apa saja bentuk-bentuk kerusakan jaringan keras gigi?3. Apa perbedaan antara karies, erosi, abrasi dan abfraksi?4. Bagaimana kelainan jaringan keras gigi akibat pertumbuhan?

1. 3Tujuan1. Mengetahui dan memahami jaringan keras gigi2. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk kerusakan jaringan keras gigi3. Mengetahui dan memahami perbedaan antara karies, erosi, abrasi serta abfraksi4. Mengetahui dan memahami kelainan jaringan keras gigi akibat pertumbuhan

BAB IIPEMBAHASAN

2. 1Jaringan Keras GigiJaringan keras gigi terdiri dari email, dentin dan sementum. Jaringan keras tersebut pada dasarnya sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar terdiri atas zat anorganik.

Gambar 1. Struktur Jaringan Keras Gigi (email, dentin dan sementum)

2. 1. 1Email Email merupakan jaringan terluar gigi yang menutupi mahkota gigi dan memiliki ketebalan yang berbeda pada setiap area gigi. Lapisan email yang paling tebal terdapat pada permukaan insisal dan oklusal gigi dan semakin menipis hingga ke pertemuan cemento-enamel junction. Ketebalan email juga berbeda satu gigi dengan yang lainnya. Ketebalan email pada insisal ridge insisivus rata-rata 2,5 mm, dan pada cups premolar rata-rata 2,3-2,5 mm sedangkan pada cups molar rata-rata 2,5 mm sampai 3 mm.Struktur email mengandung jutaan enamel rod atau prisma email yang memanjang dari arah perbatasan email dan dentin ke permukaan email, serta satu dengan yang lainnya saling mengikat. Pada potongan melintang nampak seperti keyhole yang terdiri atas kepala dan ekor. Arah prisma ke permukaan tidak lurus melainkan bergelombang untuk mempertinggi ketahanan terhadap gaya yang datang. Di bagian kepala prisma terdapat selubung prisma (prisma sheath) yang di dalamnya terdapat kristal hidroksiapatit. Di antara kristal-kristal, terdapat celah yang terisi oleh matriks yang sukar diamati, sebab terdiri dari zat berupa gel yang tidak berstruktur. Di antara kristal tersebut juga terdapat cross striations yang di bagian terluarnya terdapat striae of retzius. Komposisi kimia email terdiri dari 95-98% bahan anorganik, 1% bahan organik dan air sekitar 4% yang diukur dari beratnya. Secara rinci, Williams dan Elliot (1979) menyusun komposisi mineral email normal dalam jumlah terbesar yaitu Ca, P, CO2, Na, Mg, Cl dan K sedangkan dalam jumlah kecil yaitu F, Fe, Zn, Sr, Cu, Mn, Ag. Kalsium dan fosfat merupakan komponen-komponen anorganik yang penting, yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Ion fluorida amat esensial pada pembentukan dan perkembangan email, sebab dapat menggantikan gugus hidroksil sehingga membentuk fluorapatit (Ca10(PO4)6(F)2). Fluorida tersebut berasal dari lingkungan mulut misalnya saliva sehingga fluorisasi paling banyak terjadi di email bagian luar, hal ini amat penting untuk mempertahankan keutuhan email sebab fluorapatit lebih sukar larut dibandingkan dengan hidroksiapatit.Kandungan mineral yang tinggi inilah yang membuat email mempunyai sifat yang keras, bahkan merupakan jaringan yang paling keras pada tubuh manusia. Kekerasan permukaan luar gigi berbeda-beda tergantung pada lokasinya, dan kekerasannya akan berkurang menuju ke arah dalam, seperti menurut Baud dan Lobjoie (1965), kekerasan email semakin ke arah dentin semakin berkurang. Hal ini disebabkan kandungan mineral anorganik pada dentin dan sementum lebih rendah dari email (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Perbedaan komposisi kimiawi antara email, dentin dan sementum.KomposisiEmailDentinSementum

Anorganik (%)Organik (%)95-981752045-5050-55

2. 1. 2DentinBagian yang lebih dalam dari email adalah dentin. Dentin merupakan bagian yang terluas dari struktur gigi, terbentuk dari sel odontoblast, dan meliputi seluruh panjang gigi mulai dari mahkota hingga akar. Dentin merupakan pembentuk terbesar dari struktur gigi.Dentin terletak di bawah email pada bagian mahkota dan di bawah sementum pada bagian akar serta mengelilingi pulpa. 70% dari dentin adalah hidroksiapatit, 20% bahan organik dan 10 % air.Dentin pada mahkota gigi dentin dilapisi oleh email, sedangkan dentin pada akar gigi dilapisi oleh sementum. Kalau kita amati, bagian ini memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai pelindung dari ruang pulpa. Pembentukan dentin disebut sebagai dentinogenesis.

2. 1. 3SementumJaringan keras yang terakhir dari sebuah gigi adalah sementum. Layaknya email yang melapisi dentin pada bagian mahkota, sementum juga melapisi dentin namun untuk dentin pada bagian akar gigi. Sementum ini secara normal tidak tampak dari pandangan kita, namun tertutup oleh tulang dan dilapisi oleh gusi. Pada beberapa kondisi abnormal, sementum akan tampak. Terbentuk oleh sel cementoblast. Lebih lembut dibandingkan enamel, tipis dan berwarna kuning.Sementum melapisi permukaan akar gigi. Fungsi utamanya adalah sebagai perlekatan serabut ligament periodontal yang menahan gigi untuk tetap pada posisinya dan berhubungan dengan jaringan sekitarnya. Sementum, seperti dentin, dapat tumbuh secara terus menerus selama kehidupan gigi tersebut. Sementum yang pertama kali ada disebut sementum primer, sedangkan sementum yang baru terbentuk mengacu kepada sementum sekunder. Sementum sekunder biasanya terbentuk sebagai hasil dari perlukaan yang bersifat fisika, kimiawi, maupun akibat bakteri, namun penyebab yang paling sering ditemukan adalah akibat perlukaan secara fisikal atau tekanan.Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, email merupakan jaringan keras gigi yang paling banyak mengandung zat anorganik dibanding dentin dan sementum, sehingga merupakan bagian dari gigi yang terkeras pada tubuh manusia. Meskipun email merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul yang dapat mengalami penetrasi sebagian atau kompleks. Email dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral email akan menurunkan kekerasannya.

Demineralisasi Demineralisasi adalah hilangnya sebagian atau seluruh mineral email karena larut dalam asam. Pada saat asam berkontak dengan email maka komponen ion hidrogen yang terdapat pada larutan asam tersebut mulai melarutkan kristal email (kristal hidroksiapatit). Mula-mula, daerah selubung prisma (prisma sheath) akan melarut dan berlanjut ke inti prisma, membentuk permukaan yang dikenal dengan sarang lebah. Kemudian asam yang tidak berionisasi (anion) akan berdifusi ke dalam daerah interprismatik pada email gigi dan melarutkan lebih lanjut mineral pada daerah bagian bawah permukaan email. Struktur prisma email menjadi irreguler diikuti dengan derajat hilangnya email yang bervariasi dari satu tempat ketempat lain. Menurut Dawes, apabila hidroksiapatit berkontak dengan minuman, reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Presipitation DemineralisasiCa10(PO4)6(OH)2 10 Ca2+ + 6 PO43- + 2 OH-Solid Solution

Gambar 2. Demineralisasi Email Gigi

Berdasarkan reaksi di atas, pada proses acidification (berkontak dengan asam) OH- akan diubah oleh H+ menjadi H2O dan PO43- akan dirubah menjadi HPO42-, yang apabila kontak dengan asam lebih lama maka akan berubah menjadi H2PO4-. Ini akan menyebabkan berkurangnya OH- dan PO43- pada persamaan di sebelah kanan. Apabila mencapai tahap akhir, bahan yang solid akan masuk ke dalam larutan. Namun tidak ada perubahan pada Ca2+. Demineralisasi yang terus menerus akan membentuk pori-pori kecil pada email yang disebut juga porositas, yang dapat menyebabkan kekerasan email menurun sehingga akhirnya terjadilah kerusakan jaringan keras gigi berupa karies dan kerusakan non karies (erosi, abrasi serta abfraksi).

2. 2Bentuk-bentuk Kerusakan Jaringan Keras Gigi2. 2. 1KariesKaries adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik terhadap suatu jenis karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1992). Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000).

Gambar 3. Karies Gigi

Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut.

a. Host (Gigi dan Saliva)Komposisi gigi sulung terdiri dari email di luar dan dentin di dalam. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies. Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Di ketahui adanya pit dan fisur pada gigi yang merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk disini. Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies. Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula parotida, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga mulut dari debris-debris makanan sehingga bakteri tidak dapat turnbuh dan berkembang biak.Mineral-mineral di dalam saliva membantu proses remineralisasi email gigi. Enzim-enzim mucine, zidine, dan lysozyme yang terdapat dalam saliva mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat membuat bakteri mulut menjadi tidak berbahaya. Selain itu, saliva mempunyai efek buffer yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula dan dapat mempertahankan pH supaya tetap konstan yaitu pH 6-7. Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut termasuk melarutkan gula serta mengurangi potensi kelengketan makanan. Dengan kata lain, sebagai pelarut dan pelumas.

b. Substrat atau dietSubstrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.

c. MikroorganismePlak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces. Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak sehingga plak terdiri dari mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %). Plak akan terbentuk apabila adanya karbohidrat, sedangkan karies akan terbentuk apabila terdapat plak dan karbohidrat.

d. WaktuWaktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum, lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

Gambar 4. Skema faktor-faktor terjadinya kariesSumber : Srigupta (2004)

2. 2. 2Erosi Erosi adalah kerusakan yang parah pada jaringan keras gigi akibat dari proses kimia tetapi tidak disebabkan oleh aktivitas bakteri. Erosi gigi berbeda dengan karies. Karies terjadi secara terlokalisir dengan kerusakan ke dalam dan memerlukan waktu yang lama, sedangkan erosi gigi terjadi secara merata pada permukaan gigi. (Gambar 5 dan 6). Gigi yang sering terkena erosi adalah gigi insisivus sentralis (RA dan RB).

Gambar 5. Wanita 14 tahun menunjukkan karakteristik kehilangan struktur pada permukaan gigi yang menyeluruh dan email gigi insisivus maksila tampak seperti terpolis. Lapisan email yang ada tampak sangat tipis karena erosi (Gandara BK. J Contemp Dent Pract 1999; 1(1): 3)

Gambar 6. Pada permukaan amalgam yang menonjol keluar, di bawahnya terlihat perluasan erosi pada permukaan oklusal (Gandara BK. J Contemp Dent Pract 1999; 1(1): 3)

Gambaran klinis erosi adalah sebagai berikut: a.Bentuk lesi cekung yang luas dan permukaan email yang licin. b.Permukaan oklusal yang melekuk (insisal yang beralur) dengan permukaan dentin yang terbuka. c.Meningkatnya translusensi pada insisal (Gambar 5). d.Rusaknya karakteristik email pada gigi anak- anak. e.Sering ditemui email cuff atau ceruk pada permukaan servikal. Erosi gigi disebabkan karena berkontaknya gigi dengan asam yang berulang-ulang. Asam tersebut dapat berasal dari luar tubuh (asam ekstrinsik) maupun dari dalam tubuh (asam intrinsik).

Asam intrinsik berasal dari asam lambung yang mencapai rongga mulut dan gigi yang dihasilkan dari gastroesophageal reflux, vomitus dan rumination. Gastroesophageal reflux (GERD) adalah suatu kondisi dimana isi lambung (makanan dan asam lambung) secara tidak sadar sering mengalir kembali ke esofagus setelah itu masuk ke dalam rongga mulut. Gastroesophageal reflux dapat terjadi karena meningkatnya tekanan abdominal, tidak mampunya sphincter esofagus bagian bawah berelaksasi, atau karena meningkatnya produksi asam lambung. Vomitus dapat terjadi secara spontan atau distimulasi sendiri dan dapat berhubungan dengan berbagai masalah medis seperti psikosomatik, metabolik, endokrin, ganguan pada gastrointestinal, diinduksi oleh obat-obatan. Vomitus yang distimulasi sendiri terjadi pada pasien yang menderita anorexia nervosa dan bulimia, sedangkan vomitus yang spontan terdapat pada pada penderita gangguan gastrointestinal seperti tukak lambung atau gastritis, wanita hamil, efek samping obat, atau pada penderita diabetes. Rumination adalah kondisi yang tidak umum pada seseorang yang sengaja menstimulasi isi dalam lambungnya dalam jumlah yang sedikit dan mengunyahnya sebelum ditelan kembali. Sedangkan asam ekstrinsik berasal dari makanan dan minuman yang bersifat asam, obat-obatan, lingkungan dan pekerjaan. Obat-obatan yang bersifat asam berkontak langsung dengan gigi saat obat tersebut dikunyah atau ditempatkan di dalam mulut sebelum ditelan, contohnya tablet kunyah vitamin C dan aspirin, obat-obatan yang menyebabkan xerostomia contohnya penggunaan obat methamphetamine, ekstasi, biasanya penderita yang menggunakan obat-obatan ini mengkompensasi keadaan tersebut dengan minuman berkarbonat sehingga dapat menyebabkan erosi gigi yang parah. Obat-obatan inhaler yang digunakan oleh penderita asma dapat berefek langsung pada gigi atau tidak langsung karena menyebabkan xerostomia. Erosi gigi dapat juga disebabkan oleh pekerjaan yang berhubungan dengan asam seperti ditemukaan pada pekerja baterai, ahli laboratorium, pengecap minuman anggur profesional, pekerja pabrik dinamit dan atlet renang. Dari beberapa asam ekstrinsik tersebut, minuman yang bersifat asam dianggap sebagai faktor utama terjadinya erosi gigi. Hasil penelitian membuktikan bahwa kadar dan jumlah pelepasan kalsium dari permukaan email dipengaruhi oleh pH minuman. Semakin rendah pH suatu minuman, semakin tinggi kadar dan jumlah pelepasan kalsium. Pada Tabel 2, dapat dilihat nilai pH dari beberapa jenis makanan dan minuman yang bersifat asam yang umumnya dikonsumsi masyarakat. Terdapat beberapa buah dan jus buah, minuman berkarbonat dan minuman olahraga yang diketahui mempunyai pH yang sangat rendah. Beberapa penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara frekuensi mengkonsumsi minuman yang bersifat asam dengan terjadinya erosi gigi.

Tabel 2. Nilai pH pada beberapa jenis makanan dan minuman yang mengandung zat asam (Gandara dan Truelove, 1999)JENIS MAKANAN/MINUMANNILAI pH

1. Buah-buahan Apel Aprikot Anggur Peach Plum Jeruk Nenas Lemon, Limau/jus 2,9-3,53,5-4,03,3-4,53,1-4,22,8-4,62,8-4,03,3-4,11,8-2,4

2. Minuman ringan dan minuman soda Kopi Teh Bir Minuman Anggur Pepsi Coca-cola Nutrisari 2,4-3,34,24,0-5,02,3-3,82,72,72,0-4,0

3. Bahan makanan Mayonaise Cuka Salad Saos tomat

3,8-4,02,4-3,43,33,7

4. Lain-lain Yogurt Acar Tomat Selai buah-buahan

3,8-4,22,5-3,03,7-4,73,0-4,0

Daya adhesion adalah faktor yang dapat dipertimbangkan pada proses erosi. Kemampuan lekat minuman ringan pada email gigi, tergantung pada kemampuan thermodinamiknya. Pada penelitian in vitro dilaporkan bahwa mengkonsumsi minuman ringan yang memiliki kemampuan melekat yang rendah pada email akan lebih baik, karena semakin mudah saliva untuk menghilangkannya.Temperatur minuman dan lamanya terpapar juga dapat mempengaruhi erosif suatu minuman. Minuman ketika dalam keadaan dingin pHnya menjadi lebih tinggi sehingga menurunkan efek erosifnya. Lamanya terpapar dengan minuman yang mempunyai pH yang rendah akan membuat semakin lamanya ion H+ berinteraksi dengan permukaan gigi sehingga semakin melarutkan mineral-mineral gigi. Disamping faktor-faktor di atas, faktor perilaku dan biologi juga berpengaruh terhadap terjadinya erosi gigi. Faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya erosi gigi seperti frekuensi mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat asam, cara mengkonsumsi, menyikat gigi sedangkan faktor biologi yang penting yaitu fungsi saliva.Cara seseorang mengkonsumsi makanan ringan yang bersifat asam telah diketahui berpengaruh terhadap berapa lama gigi berkontak dengan asam dan pola kerusakan yang terjadi. Terdapat 6 cara meminum yang diteliti oleh Johanson dkk. yaitu mengulum, meminum dalam waktu yang singkat, meminum dalam waktu yang lama, meneguk, menghisap. Hasilnya menunjukkan bahwa menghisap dan mengulum dalam mulut sebelum menelannya menyebabkan pH yang paling rendah pada permukaan gigi, sedangkan meneguknya secara langsung hanya menunjukkan penurunan pH yang kecil. Penelitian lain juga melaporkan kehilangan struktur gigi yang lebih cepat terjadi apabila setelah terpapar makanan atau minuman yang bersifat asam dilakukan penyikatan gigi, karena lesi yang disebabkan erosi asam dilaporkan mempunyai zona email yang lembut dan tipis sebanyak beberapa mikron kedalamannya dan mudah dipengaruhi secara fisikal. Sehingga menyikat gigi segera setelah mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam sangatlah berbahaya. Demineralisasi permukaan gigi pada tahap awal masih bersifat reversibel karena masih dapat diperbaiki oleh saliva, tetapi apabila dilakukan penyikatan gigi segera setelah serangan asam akan menyebabkan demineralisasi sebagian pada permukaan gigi sebelum saliva memperbaikinya sehingga menyebabkan hilangnya struktur gigi. Mekanisme pertahanan saliva selama adanya serangan erosif terdiri dari melarutkan dan membersihkan agen erosif dari mulut; sebagai buffer asam; menjaga tingkat kejenuhan permukaan gigi dengan adanya kalsium, fosfat, dan fluor dalam saliva (membantu remineralisasi); pembentukan lapisan pelikel; serta melindungi permukaan email dari demineralisasi oleh diet asam karena terdapat protein saliva dan glikoprotein. Suatu penelitian melaporkan terjadinya erosi gigi berhubungan dengan aliran saliva yang rendah dengan atau tanpa kapasitas buffer yang rendah.

2. 2. 3Abrasi Abrasi adalah kerusakan pada jaringan gigi akibat benda asing, seperti sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung bahan abrasive (Gambar 7). Gambaran klinis abrasi adalah sebagai berikut: a. Biasanya terdapat pada daerah servikal gigi b. Lesi cenderung melebar daripada dalamc. Gigi yang sering terkena P dan C

Gambar 7. Abrasi pada gigi C dan P pasien. Pasien tersebut memiliki kecenderungan menyikat giginya dengan kuat. Resesi ringan terjadi pada gingiva dan semento-email yang mengalami keauasan tampak sebagai lesi abrasi pada permukaan prominensia akar gigi (tanda panah) (Gandara BK. J Contemp Dent Pract 1999; 1(1): 4)

Terjadinya abrasi gigi telah dimulai sejak menggunakan sikat gigi setelah gigi permanen tumbuh dan baru terlihat akibatnya setelah dewasa. Penelitian di Swedia melaporkan prevalensi abrasi pada orang dewasa yaitu 30% dari 818 orang dan ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara abrasi dengan penyikatan gigi (teknik penyikatan horizontal, pasta gigi abrasif dan kekerasan bulu sikat). Abrasi yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah horizontal dan dengan penekanan berlebihan adalah bentuk yang paling sering ditemukan. Efek abrasive dari pasta gigi juga merupakan penyebab terbesar terjadinya keausan gigi. Beberapa penelitian menunjukkan besarnya kerusakan yang dapat terjadi pada permukaan email karena menyikat gigi terlalu keras dengan pasta gigi. Penggunaan sikat gigi tanpa pasta gigi tidak menyebabkan keausan yang nyata.Abrasi akibat penyikatan gigi lebih jelas pada gigi geligi yang letaknya menonjol, seperti kaninus atau gigi-gigi di dekat daerah tidak bergigi.

Abrasi akibat penyikatan gigi ini menyebabkan kerusakan antara lain: penurunan gingiva, keausan struktur gigi pada batas gingiva, gigi sensitif, dan gigi rapuh.

2. 2. 4Abfraksi Abfraksi juga dapat menyebabkan terkikisnya email (Gambar 8). Beda dengan kerusakan gigi lainnya, abfraksi merupakan kerusakan permukaan gigi pada daerah servikal akibat tekanan tensile dan kompresif selama gigi mengalami flexure atau melengkung. Gambaran klinis abfraksi adalah sebagai berikut: a.Kelainan ditemukan pada daerah servikal labial/bukal gigi b.Berupa parit yang dalam dan sempit berbentuk huruf V c. Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami tekanan eksentrik pada oklusal yang berlebihan atau adanya halangan yang mengganggu oklusi

Gambar 8. Pasien yang berusia 33 tahun ini mengalami abfraksi di servikal gigi posterior mandibula (Gandara BK. J Contemp Dent Pract 1999; 1(1): 4)

2. 3Bentuk-bentuk Kelainan Jaringan Keras Gigi Akibat Pertumbuhan2. 3. 1 Kelainan pada Email2.3.1.1Amelogenesis ImperfektaAmelogenesis imperfekta merupakan kelainan herediter yang mengenai email, bersifat heterogen yaitu hipoplastik, hipokalsifikasi dan hipomaturasi. Dari ketiga tipe ini dibagi lagi menjadi subtipe yang masing-masing mempunyai ciri tertentu yang dapat diturunkan secara autosomal dominan atau resesif dan terpaut x-dominan atau resesif.Ada 2 jenis amelogenesis imperfekta, yaitu:a. Hipoplasia emailMerupakan suatu keadaan yang menunjukkan berkurangnya ketebalan email, namun kualitas kalsifikasinya tidak berkurang. Penyebabnya dapat faktor lokal, sistemik atau herediter. Hipoplasia email lokal dapat terjadi pada suatu atau beberapa gigi dan disebabkan oleh infeksi periapeks pada gigi sulung yang dapat mempengaruhi pembentukan email di bawahnya. Hipoplasia email sistemik merupakan abnormalitas struktur organ email yang disebabkan oleh penyakit sistemik seperti riketsia, cacar air dan rubella. Hipoplasia email herediter menyebabkan kelainan pada seluruh gigi sulung dan permanen. Pada hipoplasia email, ketebalan email berkurang sehingga gigi terlihat berwarna kuning kecoklatan yang disebut dengan Hereditary Brown Teeth (Gambar 9). Secara klinis pada gigi akan tampak adanya pit atau groove, bahkan dapat tidak dilapisi email sama sekali (aplasia email).

Gambar 9. Hipoplasia Emailb. Hipokalsifikasi emailPada keadaan ini jumlah email normal, namun gigi menjadi lunak dan rapuh sehingga gigi mudah aus dan fraktur. Warna gigi bervariasi dari putih, buram, kuning sampai coklat. Penyebabnya dapat faktor lokal, sistemik dan herediter. Contoh hipokalsifikasi email sistemik adalah mottled enamel/fluorosis gigi. Pada fluorosis terjadi perubahan hipoplastik sehingga seringkali menyebabkan pigmentasi gigi yang berupa bercak/noda berwarna coklat pada lapisan email. Konsumsi flour yang berlebihan pada air minum saat periode perkembangan gigi, dapat menyebabkan mottled enamel pada gigi sulung dan permanen. Pigmentasi yang parah dapat terlihat apabila konsentrasi fluor yang digunakan melebihi 5 ppm.

2. 3. 2Kelainan pada Dentin2.3.2.1 Dentinogenesis ImperfektaAnomali ini merupakan suatu kelainan herediter yang mengenai struktur dentin, yang diturunkan secara autosomal dominan dengan daya penetrasi 100%. Dentinogenesis imperfekta mempengaruhi perkembangan dentin gigi sulung dan permanen, kadang-kadang disertai dengan gangguan yang serupa pada tulang yang disebut osteogenesis imperfekta. Kelainan dapat terjadi pada semua gigi. Gigi akan tampak buram dan berwarna kuning kecoklatan sampai abu-abu. Karakteristik ditandai dengan adanya atrisi yang cepat. Struktur dan kimiawi email normal, namun gigi cepat aus dan mudah fraktur, sehingga mahkota gigi tampak bergerigi. Gigi yang mengalami dentinogenesis imperfekta resisten terhadap karies, hal ini disebabkan karena gigi mudah aus dan tidak mengandung tubulus dentin.

Gambar 10. Dentinogenesis Imperfekta

2.3.2.1 Displasia DentinDisplasia dentin merupakan kelainan pembentukan yang disertai abnormalitas morfologik pulpa. Ada 2 jenis displasia dentin, yaitu:a.Jenis RadikulerJenis ini lebih sering dijumpai. Warna dan morfologi gigi sulung dan permanen normal, namun kadang-kadang dapat translusen. Pola erupsi gigi pada umumnya normal. Gigi geligi menjadi sangat goyang dan dapat terjadi prematur eksfoliasi karena akarnya sangat pendek.

b.Jenis KoronalPada jenis ini gigi sulung akan berwarna kuning, coklat atau biru keabu-abuan, sedangkan gigi permanen berwarna normal.

Gambar 11. Displasia Dentin

Kerusakan Jaringan Keras Gigi (Karies dan Non Karies)PembedaKariesErosiAbrasiAbfraksi

PenyebabInteraksi antara host, substrat, mikroorganisme dan waktu.Proses kimia. gigi berkontak dengan asam berulang-ulang.Adanya tenaga paksaan dari luar terhadap gigi (berhubungan dengan penyikatan gigi)Tekanan tensile dan kompresif selama gigi flexure atau melengkung

Gigi yang terkenaBisa semua gigi, cenderung gigi MGigi insisivus sentralis (RA maupun RB)Gigi C dan PUmumnya hanya terjadi pada satu gigi

LokasiTerlokalisir dengan kerusakan ke dalamMerata pada permukaan gigiDaerah servikal gigiPermukaan gigi pada daerah servikal labial/bukal

BentukBanyak macamKehilangan struktur gigi pada permukaan yang menyeluruhLesi cenderung melebarBerupa parit yang dalam dan sempit berbentuk huruf V

Kelainan Jaringan Keras Gigi (Email) Akibat PertumbuhanPembedaHipoplasia EmailHipokalsifikasi Email

Ketebalan EmailBerkurangNormal

Kualitas Kalsifikasi EmailNormalBerkurang (Gigi menjadi rapuh)

CiriGigi berwarna kuning kecoklatanWarna gigi bervariasi dari putih, buram, kuning sampai coklat

Kelainan Jaringan Keras Gigi (Dentin) Akibat PertumbuhanPembedaDentinogenesis ImperfektaDisplasia Dentin

Tipe RadikulerTipe Koronal

Disertai kelainan pada akarTidakYa, akarnya pendekTidak

CiriGigi tampak buram, berwarna kuning kecoklatan sampai abu-abuWarna dan morfologi gigi normal, kadang-kadang translusenGigi sulung berwarna kuning, coklat atau biru keabu-abuan; gigi permanen normal

DAFTAR PUSTAKA

Eccles JD, Green RM. Susianti Kentjana, eds. Konservasi Gigi. 2nd ed. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Widya Medika, 1994: 7Gandara BK. 1999. Diagnosis and Management of Dental Erosion. J Contemp Dent Pract; Vol 1. Hal 1-17Larsen M.J. Erosion of The Teeth. In: Ole Fejerskov and Edwina Kidd. Dental Caries: The Disease and Its Clinical Management. 2nd ed. Blackwell Munksgaard, 2008; 233-46Natamiharja L, Hayana NB. Abrasi Gigi Berdasarkan Umur, Pendidikan, Perilaku Menyikat Gigi pada Ibu-ibu di Kelurahan Air Jamban, Kecamatan Mandau, Duri-Riau. Dentika Dental Journal, Vol 14, No 1, 2009: 43-47Panjaitan M. Pemakaian sikat gigi dan abrasi pada gigi pada ibu-ibu rumah tangga di kecamatan medan kota. Majalah Kedokteran Gigi 1997; 30 (3): 129-132 Srigupta, Aziz Ahmad. 2004. Panduan Singkat Perawatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher