perbankan masih timpang - ftp.unpad.ac.id filesendiri. untuk menjadikan harga timah tinggi, semua...

1
BUMN produsen timah PT Ti- mah Tbk mendukung rencana pembentukan babel tin market (BTM) yang disuarakan Kemen- terian BUMN. BTM, selain akan mengoptimalkan pendapatan negara, dapat menjadi penentu harga timah dunia. Hal itu disampaikan Kepada Humas PT Timah Wirtsa Firdaus dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, kemarin. Dia menuturkan untuk mere- alisasikan rencana itu, PT Timah sudah siap menjadi inisiator pem- bentukan BTM. “Fungsi babel tin market yaitu dapat menentukan harga timah sendiri sehingga PT Timah dan perusahaan lain- nya tidak tergantung dari pasar timah di negara lain.” Pembentukan BTM merupa- kan realisasi dari wacana lama agar Indonesia mempunyai pasar timah sehingga dapat me- nentukan harga komoditas itu sendiri. Untuk menjadikan harga timah tinggi, semua perusahaan timah di Tanah Air sedapat mungkin menjual produk me- reka melalui BTM. “Tentunya produk yang dijual melalui BTM harus memiliki brand yang diakui end user. Ini artinya, perusahaan-perusahaan timah yang ingin menjual le- wat BTM mempunyai kualitas produk yang bagus dan sudah terdaftar di BTM,” kata Wirtsa. Terjaganya harga timah di pa- sar BTM akan berdampak pada pendapatan negara dan daerah yang bersumber dari pemba- yaran royalti. Laba perusahaan juga dapat terjaga sehingga memberikan kepastian dividen setiap tahunnya. Dia menambahkan, agar BTM dapat berhasil, dukungan penuh dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat diperlukan. “Ini penting karena pemerintah pusat dan daerah kami rasa dapat memberikan dukungan secara penuh melalui keputusan pemerintah yang si- fatnya mengikat,” tegas Wirtsa. Sebagaimana diketahui, be- lum lama ini pelaku industri timah dalam negeri menghen- tikan ekspor timah batangan mulai 1 Oktober 2011. Langkah itu bertujuan mengembalikan harga timah yang anjlok karena permainan para trader dan fund manager internasional. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Kris- namurthi menyayangkan penen- tuan harga oleh internasional itu. Padahal, dari sisi volume, Indonesia merupakan produsen timah terbesar. (AI/E-3) PT Pertamina membukukan la- ba bersih Rp19,45 triliun hingga kuartal III 2011 atau mencapai 109,89% dari target laba tahun ini yang sebesar Rp17,7 triliun. Adapun pendapatan BUMN ener- gi yang hari ini genap 54 tahun itu mencapai Rp432,2 triliun. Ditemui di Jakarta, kemarin, Vice President Corporate Com- munication Pertamina M Harun mengatakan pencapaian laba bersih yang telah melampaui target disebabkan antara lain harga minyak, produksi gas, serta penjualan bahan bakar aviasi dan pelumas. Dalam sembilan bulan per- tama 2011, jelasnya, produksi hulu telah mencapai 123,5 juta barel setara minyak (mboe), yang terdiri dari 52,4 juta barel minyak dan gas 412 bscf, panas bumi 11,8 juta ton, dan tenaga listrik dari panas bumi sebesar 1.553,7 gwh. Produksi gas hingga akhir 2011 akan mencapai 1.510 juta kaki kubik per hari atau di atas RKAP 1.450 mmscfd. Sementara, ekspor pelumas diprediksikan melampaui 200 ribu kiloliter. “Tahun ini yield produksi 10 produk BBM terhadap ‘intake’ ki- lang mencapai 76,6%, sedangkan penjualan BBM yang terdiri dari ritel, aviasi, dan industri menca- pai 47,55 juta kiloliter.” Pihaknya optimistis akan mengantongi laba hingga Rp21 triliun sampai akhir tahun ini. Terkait melonjaknya harga gas alam cair (LNG) yang mencapai US$18 per million metric british thermal unit (MMBTU), Harun mengatakan hal itu menyebab- kan kemungkinan mengimpor LNG dari Timur Tengah se- makin kecil. Sebab itu, Pertamina mendorong pemerintah untuk memanfaatkan kewajiban do- mestic market obligation yang belum dipenuhi oleh sebagian produsen gas. Indonesia juga sudah seharusnya memanfaat- kan kondisi saat ini untuk me- renegosiasi kontrak LNG yang berharga murah. Sejalan dengan kebijakan pe- ngurangan subsidi energi di dalam negeri, Indonesia memer- lukan LNG 10 juta metrik ton per tahun (MTA) mulai 2013. Pertamina bersama PT Perusa- haan Gas Negara telah memba- ngun oating storage regasication unit di Teluk Jakarta, berkapasitas 3 juta MTA dan akan ber operasi awal Maret 2012. Dengan harga impor LNG yang tinggi, pengamat migas Pri Agung Rakhmanto meminta pemerintah memutuskan peme- nuhan pasokan terminal LNG dari domestik. Ia pun mendu- kung rencana Pertamina untuk memperoleh suplai gas dari Kilang Tangguh, Papua. Pada bagian berbeda, Menteri BUMN mengangkat Andri T Hi- dayat sebagai Direktur Keuangan Pertamina, kemarin. Sedangkan Direktur Keuangan sebelumnya M Afdal Bahaudin dialihkan menjadi Direktur Perencana Investasi dan Managemen Risiko Pertamina. (Ant/E-2) GAYATRI SUROYO B ANK Indonesia meng- kritik industri per- bankan yang dianggap belum optimal men- dorong pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam naskah pidatonya pada Banker’s Dinner, kemarin, Guber- nur BI Darmin Nasution meng- gambarkan kondisi perbankan KRISIS ekonomi global berdam- pak terhadap pelemahan ekono- mi dunia, terutama pada kinerja ekspor-impor tahun mendatang. Ekspor Indonesia diprediksi menurun. Karena itu, diperlukan peningkatan konsumsi domestik untuk mempertahankan pertum- buhan ekonomi Indonesia. “Pelemahan (ekspor) okay, yang jelas kita akan pertahankan konsumsi domestik kita agar te- tap kuat sehingga ekonomi kita secara keseluruhan tetap tum- buh,” ujar Wakil Menteri Perda- gangan Bayu Krisnamurthi di kantornya di Jakarta, kemarin. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, hingga triwulan III 2011, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga mem- berikan kontribusi sebesar 54,2% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebanyak 31,8% ber- asal dari pembentukan modal tetap bruto, ekspor 26,5%, kom- ponen impor 24,9%, dan belanja pemerintah 9,1%. Bagaimana strategi untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri, lanjut Bayu, salah satu- nya dengan penguatan pasar dalam negeri, penguatan daya saing produk Indonesia, dan di- versikasi pasar ekspor. Hal itu, menurutnya, sudah sesuai de- ngan program-program strategis Kementerian Perdagangan. “Untuk penguatan pasar da- lam negeri, Kemendag melaksa- nakan program pengamanan pasar dalam negeri dan promosi peningkatan mutu dan penggu- naan produk dalam negeri. Kita lihat nanti prosesnya.” Menurut Bayu, pelemahan ekspor Indonesia sudah pasti terjadi di negara-negara tujuan ekspor yang mengalami krisis seperti di negara-negara Eropa dan Amerika. Oleh sebab itu, Kemendag terus melakukan upaya diversikasi ekspor. Salah satunya ke pasar Afrika. Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Natsir Mansyur menilai jika semua pihak menggunakan produk in- dustri dalam negeri, diharapkan ekonomi Indonesia dapat terhin- dar dari dampak pelemahan eks- por. Natsir mencontohkan salah satu keberpihakan pada produk dalam negeri ialah pengurangan pembelian barang modal impor oleh pemerintah. “Kita punya ekonomi nasional, bagaimana barang modal yang diimpor su- paya dikurangi.” (AI/E-4) ANTARA/YUDHA NASABAH PENSIUNAN: Pemimpin BRI Cabang Otista Bambang Krisminarno (kedua dari kiri) bersama Kepala Divisi Layanan Luki Presisa (ketiga dari kiri) melayani nasabah pensiunan di Kantor BRI Cabang Otista, Jakarta, Kamis (8/12). Kegiatan dalam rangka menyambut HUT ke-116 PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk itu juga diisi dengan pemberian layanan kesehatan gratis dan bazar murah. ANTARA/JAFKHAIRI HIBAH BANK MANDIRI: Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Firmanzah (kiri) bertukar dokumen dengan Direktur Strategi dan Keuangan Bank Mandiri Pahala N Mansury (tengah) disaksikan Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad saat penyerahan dana hibah Bank Mandiri senilai Rp1,4 miliar untuk Fakultas Ekonomi UI di Kampus UI Depok, Jawa Barat, kemarin. Bank Mandiri memberikan bantuan senilai total Rp8,4 miliar kepada enam perguruan tinggi di Tanah Air untuk digunakan merenovasi fasilitas atau bangunan kampus guna meningkatkan kualitas sarana pendidikan. PT Timah Siap Jadi Inisiator Meskipun fungsi intermediasi berjalan, ongkosnya mahal karena tidak efisien. Perbankan masih Timpang Konsumsi Domestik Penopang Krisis 6 SABTU, 10 DESEMBER 2011 E KO NOMI Kita tidak bisa berdiam diri dan menganggap industri perbankan kita telah mencapai keseimbangan.” nasional yang sehat dan meng- hasilkan keuntungan besar. Industri perbankan mencatat pertumbuhan dana pihak ke- tiga 19% per Oktober 2011 jika dibandingkan dengan Oktober 2010 (year on year/yoy). Kredit tumbuh 25,7% dengan rasio kredit macet 2,7%. Adapun rasio kecukupan modal mencapai 17,2% atau jauh di atas batas minimal 8%. Return on asset (RoA) industri pada Oktober tercatat 3,11% atau relatif lebih menguntungkan ketimbang RoA perbankan di sekawasan yang hanya 1,14%. Namun, jika dilihat jumlah kredit perbankan yang kini su- dah melampaui Rp2.100 triliun, porsinya terhadap perekonomi- an nasional ternyata hanya 29%. Itu jauh di bawah Malaysia yang mencapai 114%, Thailand 117%, dan China 131%. “Tingginya aset industri perbankan kita belum seimbang dengan peningkatan kontribusinya pada perekono- mian,” kritik Darmin. Hal itu disebabkan ada bagian aset perbankan yang dari pers- pektif makro tidaklah produktif, yaitu penempatan dalam instru- men moneter dan surat berharga negara. Adapun total aset per- bankan berkisar Rp3.400 triliun. Kontribusi perbankan yang belum optimal bagi perekono- mian juga terjadi karena ma- halnya suku bunga kredit yang dipicu oleh inesiensi. Hal itu terlihat pada rasio beban ope- rasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang 86,44% pada Oktober. Posisi itu jauh di atas rasio BOPO perbankan sekawasan yang rata-rata 40%- 60%. “Meskipun fungsi inter- mediasi berjalan, karena tidak esien, ongkosnya mahal,” ujar Darmin. Per Oktober, suku bunga kre- dit modal kerja 12,09%, kredit investasi 11,66%, dan kredit konsumsi 13,40%. Padahal suku bunga acuan (BI rate) saat itu adalah 6,5%. “Di Malaysia, suku bunga acuannya 3%, sementara suku bunga kredit bank 6,5%. Policy rate Filipina 4,5%, se- mentara suku bunga kreditnya 5,7%,” imbuh Darmin. Tertinggal Adapun survei BI menunjuk- kan pembiayaan bank untuk modal kerja hanya 25%, sedang- kan pembiayaan internal perusa- haan mencapai 48%. Untuk in- vestasi, pembiayaan perbankan hanya menyumbang 21%. “Dari hasil survei tersebut kita perlu retrospeksi bagaimana fungsi dan peran industri perbankan seharusnya kita tempatkan,” jelas Darmin. “Kita tidak bisa berdiam diri dan menganggap industri per- bankan kita telah mencapai keseimbangan. Apabila tidak berbenah membangun daya saing, dipastikan perbankan kita tertinggal saat terwujud Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,” lanjutnya. Untuk 2012, BI berniat meng- giatkan esiensi perbankan lebih jauh dan mendukung pertum- buhan ekonomi. Antara lain, mewajibkan rencana bisnis bank untuk mencantumkan target- target peningkatan esiensi dan penurunan suku bunga kredit. “BI juga tengah mengkaji praktik pemberian tingkat bunga simpanan di atas tingkat bunga yang ditetapkan Lembaga Pen- jamin Simpanan serta mengkaji pembatasan pemberian hadiah pada nasabah,” kata Darmin. Sebelumnya, Menko Pereko- nomian Hatta Rajasa berharap suku bunga kredit perbankan dapat makin mendekati posisi BI rate yang sejak November 2011 bertahan di posisi 6%. Dengan demikian, perbankan dapat makin berkontribusi pada pe- ningkatan sektor riil. (Ant/E-2) [email protected] Laba Bersih Pertamina Lampaui Target 2011 M Harun Vice President Corporate Communication Pertamina MI/ADAM DWI EKONOMIKA Danone Aqua Manfaatkan KA PERUSAHAAN air minum, PT Tirta Investama, mulai menggunakan kereta api sebagai sarana mengangkut produk air minum miliknya, Danone Aqua. “Dengan menggunakan kereta api pengangkut barang dari Cicurug ke Jakarta Gudang (Ancol), kami dapat me- ngurangi emisi karbon dari truk pengangkut produk kami dan juga membantu meringankan kepadatan lalu lintas terutama di Jalur Sukabumi-Ciawi,” tutur Customer Service and Logistic Director PT Tirta Investama Mochammad Bimo dalam acara penandatanganan perjanjian kerja sama pengangkutan peti kemas Cicurug-Jakarta dengan PT Kereta Api Indonesia, kemarin, di Jakarta. Ia mengungkapkan, kapasitas yang dapat dimuat dalam satu truk sekitar 20 ton AMDK. Adapun satu gerbong kereta dapat memuat 40 ton. “Sekali jalan, ada sekitar 16-20 gerbong. Jadi dalam sekali jalan, kereta dapat memuat sekitar 640 ton AMDK,” kata Bimo. Untuk biaya angkut dari Cicurug ke Jakarta, Rp650 per galonnya. (NG/E-2) Porsi Saham Minimum Emiten Diatur 2012 BURSA Efek Indonesia (BEI) akan membuat aturan porsi saham publik sebuah emiten minimal 20% atau 200 juta-300 juta lembar saham. Aturan tersebut ditargetkan selesai pada 2012. Saat ditemui di Cisarua, kemarin, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito mengatakan usulan aturan tentang peningkatan porsi saham publik emiten itu sudah berada di Biro Pengkaji Bidang Pengembangan Pasar Modal Bapepam-LK. “Bursa sangat berharap ini (aturan porsi minimum) selesai segera,” ujarnya. Dalam Peraturan IX.A.7 tentang Pencatatan Emiten di Bursa saat ini, porsi penawaran saham kepada publik tidak diatur. Alhasil, banyak emiten yang menawarkan saham dalam jumlah kecil. Adanya aturan batas minimum itu ke depan, menurut Eddy, agar likuiditas saham emiten terjaga. Ada sejumlah emiten saat ini memiliki fundamental yang baik, tapi sayang porsi saham publiknya minim. “BEI terus berkomunikasi kepada emiten itu agar meningkat- kan saham publik mereka minimal 20%,” kata dia. (WR/E-2) Garuda Indonesia Gandeng Jababeka PT Garuda Indonesia (persero) Tbk menjalin kerja sama corporate sales dengan PT Jababeka Tbk untuk untuk meningkatkan pangsa pasar korporasi. “Dengan jumlah tenant lebih dari 1.500 perusahaan baik lokal maupun internasional, PT Jababeka merupakan pangsa pasar yang sangat menjanjikan,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar di sela-sela acara penandatangan nota kesepahaman (MoU) di President Executive Club, Jababeka, Cikarang, kemarin. Emir menilai kerja sama dengan Jababeka bernilai strategis. Ka- wasan Jababeka dihuni 1.500 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara. ”Perusahaan-perusahaan tersebut mempekerjakan total lebih 600 ribu karyawan,” tambahnya. Lebih lanjut, ia menuturkan Garuda telah melaksanakan kerja sama corporate sales dengan lebih dari 1.400 perusahaan yang nilainya mencapai Rp1,4 triliun. (*/E-4)

Upload: dinhmien

Post on 26-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUMN produsen timah PT Ti-mah Tbk mendu kung rencana pembentukan babel tin market (BTM) yang disuarakan Kemen-terian BUMN. BTM, selain akan mengoptimalkan pendapatan negara, dapat menjadi penentu harga timah dunia.

Hal itu disampaikan Kepada Humas PT Timah Wirtsa Firdaus dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, kemarin.

Dia menuturkan untuk mere-alisasikan rencana itu, PT Timah sudah siap menjadi inisiator pem-bentukan BTM. “Fungsi babel tin market yaitu dapat menentukan harga timah sendiri se hingga PT Timah dan perusahaan lain-nya tidak tergantung dari pasar timah di negara lain.”

Pembentukan BTM merupa-kan realisasi dari wacana lama agar Indonesia mempunyai

pa sar timah sehingga dapat me-nentukan harga komoditas itu sendiri. Untuk menjadikan harga timah tinggi, semua perusahaan timah di Tanah Air sedapat mungkin menjual produk me-reka melalui BTM.

“Tentunya produk yang dijual melalui BTM harus memiliki brand yang diakui end user. Ini artinya, perusahaan-perusahaan timah yang ingin menjual le-wat BTM mempunyai kualitas produk yang bagus dan sudah terdaftar di BTM,” kata Wirtsa.

Terjaganya harga timah di pa-sar BTM akan berdampak pada pendapatan negara dan daerah yang bersumber dari pemba-yaran royalti. Laba perusahaan juga dapat terjaga sehingga memberikan kepastian dividen setiap tahunnya.

Dia menambahkan, agar

BTM dapat berhasil, dukungan penuh dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat diperlukan. “Ini penting karena pemerintah pusat dan daerah kami rasa dapat memberikan dukungan secara penuh melalui keputusan pemerintah yang si-fatnya mengikat,” tegas Wirtsa.

Sebagaimana diketahui, be-lum lama ini pelaku industri timah dalam negeri menghen-tikan ekspor timah batangan mulai 1 Oktober 2011. Langkah itu bertujuan mengembalikan harga timah yang anjlok karena permainan para trader dan fund manager internasional. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Kris-namurthi menyayangkan penen-tuan harga oleh internasional itu. Padahal, dari sisi volume, Indonesia merupakan produsen timah terbesar. (AI/E-3)

PT Pertamina membukukan la-ba bersih Rp19,45 triliun hingga kuartal III 2011 atau mencapai 109,89% dari target laba tahun ini yang sebesar Rp17,7 triliun. Adapun pendapatan BUMN ener-gi yang hari ini genap 54 tahun itu mencapai Rp432,2 triliun.

Ditemui di Jakarta, kemarin, Vice President Corporate Com-munication Pertamina M Harun mengatakan pencapaian laba bersih yang telah melampaui target disebabkan antara lain harga minyak, produksi gas, serta penjualan bahan bakar aviasi dan pelumas.

Dalam sembilan bulan per-tama 2011, jelasnya, produksi hulu telah mencapai 123,5 juta

barel setara minyak (mboe), yang terdiri dari 52,4 juta barel minyak dan gas 412 bscf, panas bumi 11,8 juta ton, dan tenaga listrik dari panas bumi sebesar 1.553,7 gwh.

Produksi gas hingga akhir 2011 akan mencapai 1.510 juta kaki kubik per hari atau di atas RKAP 1.450 mmscfd. Sementara, ekspor pelumas diprediksikan melampaui 200 ribu kiloliter.

“Tahun ini yield produksi 10 produk BBM terhadap ‘intake’ ki-lang mencapai 76,6%, sedangkan penjualan BBM yang terdiri dari ritel, aviasi, dan industri menca-pai 47,55 juta kiloliter.”

Pihaknya optimistis akan mengantongi laba hingga Rp21

triliun sampai akhir tahun ini. Terkait melonjaknya harga gas

alam cair (LNG) yang mencapai US$18 per million metric british thermal unit (MMBTU), Harun menga takan hal itu menyebab-kan ke mungkinan mengimpor

LNG dari Timur Tengah se-makin kecil. Sebab itu, Pertamina mendorong pemerintah untuk memanfaatkan kewajiban do-mestic market obligation yang belum dipenuhi oleh sebagian produsen gas. Indonesia juga sudah seharusnya memanfaat-kan kondisi saat ini untuk me-renegosiasi kontrak LNG yang berharga murah.

Sejalan dengan kebijakan pe-ngurangan subsidi energi di dalam negeri, Indonesia memer-lukan LNG 10 juta metrik ton per tahun (MTA) mulai 2013.

Pertamina bersama PT Perusa-haan Gas Negara telah memba-ngun fl oating storage regasifi cation unit di Teluk Jakarta, berkapasitas

3 juta MTA dan akan ber operasi awal Maret 2012.

Dengan harga impor LNG yang tinggi, pengamat migas Pri Agung Rakhmanto meminta pemerintah memutuskan peme-nuhan pasokan terminal LNG dari domestik. Ia pun mendu-kung rencana Pertamina untuk memperoleh suplai gas dari Kilang Tangguh, Papua.

Pada bagian berbeda, Menteri BUMN mengangkat Andri T Hi-dayat sebagai Direktur Keuangan Pertamina, kemarin. Sedangkan Direktur Keuangan sebelumnya M Afdal Bahaudin dialihkan menjadi Direktur Perencana Investasi dan Managemen Risiko Pertamina. (Ant/E-2)

GAYATRI SUROYO

BANK Indonesia meng-kritik industri per-bankan yang dianggap belum optimal men-

dorong pembangunan ekonomi Indonesia.

Dalam naskah pidatonya pada Banker’s Dinner, kemarin, Guber-nur BI Darmin Nasution meng-gambarkan kondisi perbankan

KRISIS ekonomi global berdam-pak terhadap pelemahan ekono-mi dunia, terutama pada kinerja ekspor-impor tahun mendatang. Ekspor Indonesia diprediksi menurun. Karena itu, diperlukan peningkatan konsumsi domestik untuk mempertahankan pertum-buhan ekonomi Indonesia.

“Pelemahan (ekspor) okay, yang jelas kita akan pertahankan konsumsi domestik kita agar te-tap kuat sehingga ekonomi ki ta secara keseluruhan tetap tum-buh,” ujar Wakil Men teri Perda-gangan Bayu Kris namurthi di kantornya di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, hingga triwulan III 2011, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga mem-berikan kontribusi sebesar 54,2% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebanyak 31,8% ber-asal dari pembentukan modal tetap bruto, ekspor 26,5%, kom-ponen impor 24,9%, dan belanja pemerintah 9,1%.

Bagaimana strategi untuk me ningkatkan konsumsi dalam negeri, lanjut Bayu, salah satu-nya dengan penguatan pasar da lam negeri, penguatan daya saing produk Indonesia, dan di-versifi kasi pasar ekspor. Hal itu,

menurutnya, sudah sesuai de-ngan program-program stra tegis Kementerian Perdagangan.

“Untuk penguatan pasar da-lam negeri, Kemendag melaksa-nakan program pengamanan pasar dalam negeri dan promosi peningkatan mutu dan penggu-naan produk dalam negeri. Kita li hat nanti prosesnya.”

Menurut Bayu, pelemahan ekspor Indonesia sudah pasti terjadi di negara-negara tujuan ekspor yang mengalami krisis seperti di negara-negara Eropa dan Amerika. Oleh sebab itu, Kemendag terus melakukan upaya diversifi kasi ekspor. Salah satunya ke pasar Afrika.

Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Natsir Mansyur menilai jika semua pihak menggunakan produk in-dustri dalam negeri, diharapkan ekonomi Indonesia dapat terhin-dar dari dampak pelemahan eks-por. Natsir mencontohkan salah satu keberpihakan pada produk dalam negeri ialah pengu rangan pembelian barang modal impor oleh pemerintah. “Kita punya ekonomi nasional, bagaimana barang modal yang diimpor su-paya dikurangi.” (AI/E-4)

ANTARA/YUDHA

NASABAH PENSIUNAN: Pemimpin BRI Cabang Otista Bambang Krisminarno (kedua dari kiri) bersama Kepala Divisi Layanan Luki Presisa (ketiga dari kiri) melayani nasabah pensiunan di Kantor BRI Cabang Otista, Jakarta, Kamis (8/12). Kegiatan dalam rangka menyambut HUT ke-116 PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk itu juga diisi dengan pemberian layanan kesehatan gratis dan bazar murah.

ANTARA/JAFKHAIRI

HIBAH BANK MANDIRI: Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Firmanzah (kiri) bertukar dokumen dengan Direktur Strategi dan Keuangan Bank Mandiri Pahala N Mansury (tengah) disaksikan Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad saat penyerahan dana hibah Bank Mandiri senilai Rp1,4 miliar untuk Fakultas Ekonomi UI di Kampus UI Depok, Jawa Barat, kemarin. Bank Mandiri memberikan bantuan senilai total Rp8,4 miliar kepada enam perguruan tinggi di Tanah Air untuk digunakan merenovasi fasilitas atau bangunan kampus guna meningkatkan kualitas sarana pendidikan.

PT Timah Siap Jadi Inisiator

Meskipun fungsi intermediasi berjalan, ongkosnya mahal karena tidak efisien.

Perbankan masih Timpang

Konsumsi DomestikPenopang Krisis

6 SABTU, 10 DESEMBER 2011EKONOMI

Kita tidak bisa berdiam diri dan

menganggap industri perbankan kita telah mencapai keseimbangan.”

nasional yang sehat dan meng-hasilkan keuntungan besar.

Industri perbankan mencatat pertumbuhan dana pihak ke-tiga 19% per Oktober 2011 jika dibandingkan dengan Oktober 2010 (year on year/yoy). Kredit tumbuh 25,7% dengan rasio kredit macet 2,7%. Adapun rasio kecukupan modal mencapai 17,2% atau jauh di atas batas minimal 8%.

Return on asset (RoA) industri pada Oktober tercatat 3,11% atau relatif lebih menguntungkan ketimbang RoA perbankan di sekawasan yang hanya 1,14%.

Namun, jika dilihat jumlah kredit perbankan yang kini su-dah melampaui Rp2.100 triliun,

porsinya terhadap perekonomi-an nasional ternyata hanya 29%. Itu jauh di bawah Malaysia yang mencapai 114%, Thailand 117%, dan China 131%. “Tingginya aset industri perbankan kita belum seimbang dengan peningkatan kontribusinya pada perekono-mian,” kritik Darmin.

Hal itu disebabkan ada bagian aset perbankan yang dari pers-pektif makro tidaklah produktif, yaitu penempatan dalam instru-men moneter dan surat berharga negara. Adapun total aset per-bankan berkisar Rp3.400 triliun.

Kontribusi perbankan yang belum optimal bagi perekono-mian juga terjadi karena ma-halnya suku bunga kredit yang

dipicu oleh inefi siensi. Hal itu terlihat pada rasio beban ope-rasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang 86,44% pada Oktober. Posisi itu jauh di atas rasio BOPO perbankan sekawasan yang rata-rata 40%-60%. “Meskipun fungsi inter-mediasi berjalan, karena tidak efi sien, ongkosnya mahal,” ujar Darmin.

Per Oktober, suku bunga kre-dit modal kerja 12,09%, kredit investasi 11,66%, dan kredit konsumsi 13,40%. Padahal suku bunga acuan (BI rate) saat itu adalah 6,5%. “Di Malaysia, suku bunga acuannya 3%, sementara suku bunga kredit bank 6,5%. Policy rate Filipina 4,5%, se-mentara suku bunga kreditnya 5,7%,” imbuh Darmin.

TertinggalAdapun survei BI menunjuk-

kan pembiayaan bank untuk modal kerja hanya 25%, sedang-kan pembiayaan internal perusa-haan mencapai 48%. Untuk in-vestasi, pembiayaan perbankan hanya menyumbang 21%. “Dari

hasil survei tersebut kita perlu retrospeksi bagaimana fungsi dan peran industri perbankan seharusnya kita tempatkan,” jelas Darmin.

“Kita tidak bisa berdiam diri dan menganggap industri per-bankan kita telah mencapai keseimbangan. Apabila tidak berbenah membangun daya saing, dipastikan perbankan kita tertinggal saat terwujud Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,” lanjutnya.

Untuk 2012, BI berniat meng-giatkan efi siensi perbankan lebih jauh dan mendukung pertum-buhan ekonomi. Antara lain, mewajibkan rencana bisnis bank untuk mencantumkan target-

target peningkatan efi siensi dan penurunan suku bunga kredit.

“BI juga tengah mengkaji praktik pemberian tingkat bunga simpanan di atas tingkat bunga yang ditetapkan Lembaga Pen-jamin Simpanan serta mengkaji pembatasan pemberian hadiah pada nasabah,” kata Darmin.

Sebelumnya, Menko Pereko-nomian Hatta Rajasa berharap suku bunga kredit perbankan dapat makin mendekati posisi BI rate yang sejak November 2011 bertahan di posisi 6%. Dengan demikian, perbankan dapat makin berkontribusi pada pe-ningkatan sektor riil. (Ant/E-2)

[email protected]

Laba Bersih Pertamina Lampaui Target 2011

M HarunVice President Corporate Communication Pertamina

MI/ADAM DWI

EKONOMIKA

Danone Aqua Manfaatkan KAPERUSAHAAN air minum, PT Tirta Investama, mulai menggunakan kereta api sebagai sarana mengangkut produk air minum miliknya, Danone Aqua. “Dengan menggunakan kereta api pengangkut barang dari Cicurug ke Jakarta Gudang (Ancol), kami dapat me-ngurangi emisi karbon dari truk pengangkut produk kami dan juga membantu meringankan kepadatan lalu lintas terutama di Jalur Sukabumi-Ciawi,” tutur Customer Service and Logistic Director PT Tirta Investama Mochammad Bimo dalam acara penandatanganan perjanjian kerja sama pengangkutan peti kemas Cicurug-Jakarta dengan PT Kereta Api Indonesia, kemarin, di Jakarta.

Ia mengungkapkan, kapasitas yang dapat dimuat dalam satu truk sekitar 20 ton AMDK. Adapun satu gerbong kereta dapat memuat 40 ton. “Sekali jalan, ada sekitar 16-20 gerbong. Jadi dalam sekali jalan, kereta dapat memuat sekitar 640 ton AMDK,” kata Bimo. Untuk biaya angkut dari Cicurug ke Jakarta, Rp650 per galonnya. (NG/E-2)

Porsi Saham Minimum Emiten Diatur 2012BURSA Efek Indonesia (BEI) akan membuat aturan porsi saham publik sebuah emiten minimal 20% atau 200 juta-300 juta lembar saham. Aturan tersebut ditargetkan selesai pada 2012.

Saat ditemui di Cisarua, kemarin, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito mengatakan usulan aturan tentang peningkatan porsi saham publik emiten itu sudah berada di Biro Pengkaji Bidang Pengembangan Pasar Modal Bapepam-LK. “Bursa sangat berharap ini (aturan porsi minimum) selesai segera,” ujarnya.

Dalam Peraturan IX.A.7 tentang Pencatatan Emiten di Bursa saat ini, porsi penawaran saham kepada publik tidak diatur. Alhasil, banyak emiten yang menawarkan saham dalam jumlah kecil.

Adanya aturan batas minimum itu ke depan, menurut Eddy, agar likuiditas saham emiten terjaga. Ada sejumlah emiten saat ini memiliki fundamental yang baik, tapi sayang porsi saham publiknya minim. “BEI terus berkomunikasi kepada emiten itu agar meningkat-kan saham publik mereka minimal 20%,” kata dia. (WR/E-2)

Garuda Indonesia Gandeng Jababeka PT Garuda Indonesia (persero) Tbk menjalin kerja sama corporate sales dengan PT Jababeka Tbk untuk untuk meningkatkan pangsa pasar korporasi. “Dengan jumlah tenant lebih dari 1.500 perusahaan baik lokal maupun internasional, PT Jababeka merupakan pangsa pasar yang sangat menjanjikan,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar di sela-sela acara penandatangan nota kesepahaman (MoU) di President Executive Club, Jababeka, Cikarang, kemarin.

Emir menilai kerja sama dengan Jababeka bernilai strategis. Ka-wasan Jababeka dihuni 1.500 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara. ”Perusahaan-perusahaan tersebut mempekerjakan total lebih 600 ribu karyawan,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan Garuda telah melaksanakan kerja sama corporate sales dengan lebih dari 1.400 perusahaan yang nilainya mencapai Rp1,4 triliun. (*/E-4)