perbandingan materi pokok konstitusi indonesia dan israel

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bernegara, kita tidak dapat lepas dari sesuatu yang disebut hukum. Tidak ada satupun negara tanpa hukum. Karena memang fungsinya sangatlah krusial dalam mengatur kehidupan bernegara. Dalam kehidupan bernegara kita akan menemukan 2 macam kategori hukum, yaitu: 1) Hukum Tata Negara (Constitutional law) Sebagai yang mengatur negara. Unsur pokok dalam hukum ini adalah Konstitusi. Unsur pokok inilah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini. 2) Hukum biasa (Ordinary Law) sebagai hukum yang digunakan negara untuk mengatur sesuatu hal yang biasanya bergerak “actief dienend”. Termasuk dalam hukum ini adalah Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Oleh karena konstitusi yang merupakan suatu unsur yang mendasar bagi Hukum Tata Negara, sehingga dasar inilah yang menjadi acuan saya untuk memilih materi ini untuk saya analisa lebih lanjut. Selain itu, yang menjadi acuan saya untuk memilih materi ini karena cakupan yang luas, yakni mencakup kehidupan fundamental suatu negara. Oleh karena itu, maka pada makalah konstitusi ini saya mengambil judul “PERBANDINGAN KONSTITUSI TENTANG MATERI POKOK DALAM KONSTITUSI DI INDONESIA DAN ISRAEL.” Berdasarkan judul makalah tersebut, maka dapat ditarik sebuah benang merah mengenai materi utama yang 1

Upload: bernhard-ruben-fritz-sumigar

Post on 19-Jun-2015

1.467 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

Analisa perbandingan seputar materi pokok konstitusi Indonesia dan Israel.

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan bernegara, kita tidak dapat lepas dari sesuatu yang disebut hukum.

Tidak ada satupun negara tanpa hukum. Karena memang fungsinya sangatlah krusial

dalam mengatur kehidupan bernegara.

Dalam kehidupan bernegara kita akan menemukan 2 macam kategori hukum, yaitu:

1) Hukum Tata Negara (Constitutional law)

Sebagai yang mengatur negara. Unsur pokok dalam hukum ini adalah Konstitusi.

Unsur pokok inilah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini.

2) Hukum biasa (Ordinary Law)

sebagai hukum yang digunakan negara untuk mengatur sesuatu hal yang biasanya

bergerak “actief dienend”. Termasuk dalam hukum ini adalah Hukum Pidana dan

Hukum Perdata.

Oleh karena konstitusi yang merupakan suatu unsur yang mendasar bagi Hukum Tata

Negara, sehingga dasar inilah yang menjadi acuan saya untuk memilih materi ini untuk

saya analisa lebih lanjut. Selain itu, yang menjadi acuan saya untuk memilih materi ini

karena cakupan yang luas, yakni mencakup kehidupan fundamental suatu negara.

Oleh karena itu, maka pada makalah konstitusi ini saya mengambil judul

“PERBANDINGAN KONSTITUSI TENTANG MATERI POKOK DALAM KONSTITUSI DI

INDONESIA DAN ISRAEL.” Berdasarkan judul makalah tersebut, maka dapat ditarik

sebuah benang merah mengenai materi utama yang akan dibahas, yaitu mengenai

perbandingan konstitusi yang ada pada negara Indonesia dan Israel; Serta mengadakan

analisa perbandingan antara konstitusi Indonesia dengan negara yang konstitusinya yang

tidak dikodifikasikan ke dalam satu dokumen formal, yakni Israel, dalam analisa

perbandingan ini tentunya saya akan mengacu berdasarkan muatan materi konstitusi

pada setiap negara tersebut.

Pada akhir pembahasan makalah ini saya akan memberikan kesimpulan dari analisa

perbandingan konstitusi di setiap negara tersebut. Kesimpulan tersebut merupakan suatu

rincian yang dapat kita pelajari dan dapat menjadi suatu acuan mengenai isi makalah ini.

1

Page 2: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam setiap penelitian, perlu ditetapkan pembatasan-pembatasan masalah agar

masalah yang diteliti dapat terintegrasikan dengan baik dan tidak menyimpang dari tujuan

penelitian yang ingin dicapai. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai

materi pokok yang terkandung dalam suatu konstitusi, yaitu:

1. Pengaturan mengenai jaminan Hak Asasi Manusia(HAM).

2. Penetapan mengenai struktur ketatanegaraan(lembaga tinggi negara) yang bersifat

fundamental(mendasar).

3. Penentuan mengenai pembagian dan pembatasan tugas kewenangan lembaga-

lembaga tinggi negara dalam suatu negara secara fundamental(mendasar).

4. Pengaturan mengenai adanya suatu prosedur perubahan isi(materi) dari suatu

konstitusi.

1.3 PEMBAHASAN MASALAH

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah untuk

membandingkan konstitusi yang berlaku di suatu negara dengan konstitusi yang berlaku di

Indonesia. Disamping itu, dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah

wawasan bagi setiap pembacanya untuk memahami lebih lagi mengenai dasar

hukum(konstitusi) yang berlaku pada suatu negara. Sehingga, pada akhirnya kita dapat

belajar untuk mengambil hal-hal yang positif dari negara lain yang mungkin saja dapat

menjadi pelajaran untuk bangsa kita dan semakin mempermudah kita untuk bergaul

dengan dunia internasional karena kita telah mengetahui mengenai latar belakang dari

setiap bangsa tersebut jika dlihat dari tinjauan yuridisnya yang sudah pasti bersumber dari

hukum adat setiap negara.

1.4 METODE PENELITIAN

Dalam menganalisa tugas ini saya menggunakan beberapa metode penelitian yang

bertujuan untuk mempermudah saya dalam mengumpulkan materi dan untuk melakukan

pembahasan. Metode penelitian yang saya pakai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Metode Komparatif

Metode Komparatif adalah metode dimana penulis membandingkan dua atau lebih

dari sumber data yang dimilikinya. Dari perbandingan tersebut penulis dapat

menganalisa suatu kasus permasalahan secara lebih jelas karena melihat dari dua

sudut pandang yang berbeda secara bersamaan.

2

Page 3: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

2. Metode Penelitian Kepustakaan

Metode Penelitian Kepustakaan adalah metode dimana penulis memperoleh sumber

data yang dimilikinya bersumber dari media kepustakaan, seperti buku, majalah, dan

surat kabar. Sumber-sumber ini diharapkan dapat menjadi referensi yang sangat

berguna bagi penelitian suatu masalah.

3

Page 4: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

BAB II

KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Dalam bab ini akan membahas tentang pemahaman umum terhadap konstitusi yang

ada di Indonesia dan Israel. Pemahaman umum ini mencakup beberapa hal penting, yaitu:

1. Sejarah perkembangan mengenai terbentuknya konstitusi yang ada pada setiap

negara tersebut.

2. Bentuk negara tersebut dan pengaruhnya terhadap konstitusi pada negara tersebut.

2.1 KONSTITUSI INDONESIA

2.1.1 Sejarah Perkembangan Konstitusi Indonesia

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang

dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan

UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei

sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang

"Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk

Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar

Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia

Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan

menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat

"dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka

naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan

pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia

Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan

UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha

Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia"

karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK

untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18

Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia.

Kemudian pada perkembangannya setelah kemerdekaan Indonesia telah

terjadi beberapa kali perubahan konstitusi. Perubahan-perubahan konstitusi

tersebut, yaitu:

4

Page 5: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)

2. Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)

3. UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

4. UUD 1945 (5 Juli 1959 - 19 Oktober 1999)

5. UUD 1945 Amandemen (19 Oktober 1999 - sekarang)

2.1.2 Bentuk Negara dan Konstitusi Indonesia

Sebelum kita masuk mengenai bentuk konstitusi di Indonesia kita sebaiknya

kita mengetahui mengenai bentuk negara Indonesia itu sendiri, sehingga kita

dapat mengetahui mengapa memiliki bentuk konstitusi seperti itu.

Bentuk negara terdiri atas dua bagian, yaitu berdasarkan kepemimpinannya

dan berdasarkan bangunan negaranya. Berdasarkan kepemimpinannya

Indonesia merupakan negara yang berbentuk republik, yaitu bentuk negara yang

memiliki kedaulatan di tangan rakyat. Sedangkan, berdasarkan bangunannya

Indonesia berbentuk negara kesatuan, yaitu bentuk negara di mana wewenang

legislatif tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional (pusat).

Dari bentuk negara berdasarkan bangunannya, maka dapat disimpulkan

bahwa konstitusi yang ada di Indonesia terbentuk karena dibuat oleh pemerintah

pusat. Sedangkan, berdasarkan kepemimpinannya berarti konstitusi tersebut

terbentuk karena adanya perjanjian dengan rakyat dimana rakyat memiliki

kedaulatan secara mutlak, sehingga segala hal ihwal mengenai konstitusi harus

berdasarkan persetujuan dari rakyat dan pemerintah sepenuhnya.

Berdasarkan bentuknya konstitusi di Indonesia terdiri atas dua bentuk, yaitu:

1. Konstitusi Tertulis

- UUD 1945

- Ketetapan MPR *(dahulu)

2. Konstitusi Tidak Tertulis

- Konvensi Ketatanegaraan, berupa Pidato Kenegaraan Presiden setiap

tanggal 16 Agustus dihadapan anggota MPR(Majelis Permusyawaratan

Rakyat).

- Adanya ratifikasi mengenai International Convention against Doping in

Sport (Paris, 19 Oktober 2005) pada tahun 2008, tanpa diikuti dengan 5

Page 6: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

reservation(pensyaratan).

- Adanya penandatanganan mengenai Mine Ban Treaty(Convention on the

Prohibition of the Use, Stockpiling, Production and Transfer of Anti-

Personnel Mines and on their Destruction) pada tahun 1997, serta adanya

ratifikasi pada tahun 2007 tanpa diikuti dengan reservation(pensyaratan).

- Adanya penandatanganan mengenai CTOCDITP(Convention against

Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)

pada tahun 1985, serta adanya ratifikasi pada tahun 1998 yang diikuti

dengan reservation (pensyaratan) mengenai beberapa ketentuan yang ada

dalam perjanjian ini. Selain itu, ada juga pendeklarasian mengenai

ketentuan yang tertuang dalam Paragaph 1, 2 and 3 Article 20. Ketentuan

yang mengalami reservation dari Indonesia tersebut, yaitu:

Article 30

1. Any dispute between two or more States Parties concerning the interpretation or application of this Convention which cannot be settled through negotiation shall, at the request of one of them, be submitted to arbitration. If within six months from the date of the request for arbitration the Parties are unable to agree on the organization of the arbitration, any one of those Parties may refer the dispute to the International Court of Justice by request in conformity with the Statute of the Court.

Berdasarakan ketentuan ini Pemerintah Indonesia mengajukan diri

bahwa dirinya tidak terikat pada ketentuan pasal 30, paragraf 1, dan

mengambil posisi bahwa sengketa yang berkaitan dengan penafsiran

dan penerapan Konvensi yang tidak dapat diselesaikan melalui jalur

sebagaimana diatur dalam ayat 1 dari kata pasal, dapat diserahkan

kepada Mahkamah Internasional hanya dengan persetujuan dari

semua pihak dalam sengketa.

- Adanya penandatanganan mengenai CEDAW(Convention on the

Elimination of All Forms of Discrimination against Woman) pada tahun

1980, serta adanya ratifikasi pada tahun 1984 tanpa diikuti dengan

reservation(pensyaratan).

- Adanya penandatanganan mengenai CRC(Convention on the Rights of the

Child) pada tahun 1990, serta adanya ratifikasi pada tahun 1990 tanpa

diikuti dengan reservation(pensyaratan).

6

Page 7: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

- Adanya penandatanganan mengenai SAUS(Convention on a Code of

Conduct for Liner Conferences) pada tahun 1975, serta adanya ratifikasi

pada tahun 1977 tanpa diikuti dengan reservation(pensyaratan).

- Adanya penandatanganan mengenai COBD(Convention on Biological

Diversity) pada tahun 1992, serta adanya ratifikasi pada tahun 1994 tanpa

diikuti dengan reservation(pensyaratan).

2.2 KONSTITUSI ISRAEL

2.2.1 Sejarah Perkembangan Konstitusi Israel

Pada mulanya, negara Israel harus mengadopsi konstitusi tertulis formal

beberapa bulan setelah deklarasi kemerdekaan pada tanggal 14 Mei 1948.

Dalam deklarasi itu dinyatakan bahwa konstitusi harus dirumuskan dan diadopsi

selambat-lambatnya 1 Oktober 1948, seperti kutipan dari deklarasi kemerdekaan

tanggal 14 Mei 1948 berikut:

“WE DECLARE that, with effect from the moment of the termination of the Mandate

being tonight, the eve of Sabbath, the 6th Iyar, 5708 (15th May, 1948), until the

establishment of the elected, regular authorities of the State in accordance with the

Constitution which shall be adopted by the Elected Constituent Assembly not later than

the 1st October 1948, ...”

Kemudian dalam perkembangannya hal itu diperkuat dengan adanya

pengadopsian konstitusi demokratis yang merupakan permintaan dari Majelis

Umum yang tertuang dalam Resolusi 181, yang mengusulkan pembentukan

sebuah negara "Yahudi". Namun, negara Israel gagal untuk mengadopsi sebuah

konstitusi formal. Sementara batas waktu yang dinyatakan dalam deklarasi

kemerdekaan terbukti tidak realistis mengingat perang yang terjadi antara Israel

(negara baru) dengan negara-negara disekelilingnya. Pada tanggal 25 Januari

1949, diadakan Pemilu untuk memilih Majelis Umum yang akan menyetujui

mengenai pembentukan konstitusi yang baru. Pada tanggal 16 Februari 1949,

Majelis Umum mengadaan pertemuan untuk membahas mengenai konstitusi,

namun tidak menemui titik temu dalam pembahasannya.

Ketidakcocokan mengenai pembentukan konstitusi ini karena adanya

pertentangan dari golongan-golongan kaum Agama Yahudi. Karena menurut

mereka menganggap bahwa konstitusi formal tersebut akan memiliki otoritas

7

Page 8: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

yang lebih tinggi dari teks-teks keagamaan seperti Tanakh, Talmud, dan

Shulkhan Arukh.

Pada 1949, Knesset(parlemen) pertama kali membentuk suatu pertemuan

yang membahas mengenai rancangan pembentukan konstitusi tersebut yang

disebut Keputusan Harari. Demi memenuhi pembentukan konstitusi, para

anggota Knesset akan menunda pekerjaannya, karena mereka dibebani untuk

membuat konstitusi Knesset, hukum dan komite yang menangani keadilan.

Setiap bab yang dibuat tersebut disebut sebagai hukum dasar. Ketika semuanya

telah selesai ditulis, maka hukum dasar tersebut akan dikodifikasikan menjadi

sebuah konstitusi yang lengkap.

Di antara tahun 1958-1988, Knesset telah berhasil membuat 9 hukum dasar

dan seluruhnya mengatur mengenai lembaga-lembaga kenegaraan. Pada tahun

1992, telah dibentuk pula 2 hukum dasar menyangkut Hak Asasi Manusia dan

kekuatan hukum Mahkamah Agung Israel untuk melakukan judicial review.

Kedua hukum dasar tersebut adalah Human Dignity and Liberty; dan Freedom of

Occupation. Kedua hukum dasar ini terbentuk melalui voting anggota

Knesset(parlemen).

Pada tahun 1998, Aharon Barak, Ketua Mahkamah Agung Israel

menyatakan suatu “Revolusi Konstitusional" dan melekat pada dasar Hukum

Konstitusi Israel. Hukum dasar tersebut merupakan hukum yang berbeda dari

Knesset yang menggambarkan struktur politik bangsa.

2.2.2 Bentuk Negara dan Konstitusi Israel

Bentuk negara terdiri atas dua bagian, yaitu berdasarkan kepemimpinannya

dan berdasarkan bangunan negaranya. Berdasarkan kepemimpinannya Israel

merupakan negara yang berbentuk republik, yaitu bentuk negara yang memiliki

kedaulatan di tangan rakyat. Sedangkan, berdasarkan bangunannya Israel

berbentuk negara kesatuan Yahudi, yaitu bentuk negara di mana wewenang

legislatif tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional (pusat) dan

badan keagamaan Yahudi dimana dalam pemutusan wewenang yang ada

tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam Halacha

(hukum agama Yahudi).

Berdasarkan bentuknya konstitusi Israel terdiri atas dua, yaitu:

8

Page 9: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

1. Konstitusi Tertulis

Israel tidak memiliki konstitusi tertulis yang terkodifikasikan secara sistematis

dalam satu buku formal, melainkan terpisah-pisah ke dalam bentuk hukum

dasar. Hukum- hukum dasar yang ada dan berlaku di Israel, yaitu:

- Basic Law: The Knesset (1958)

- Basic Law: Israel Lands as Basic Law: The People’s Lands (1960)

- Basic Law: The President of the State (1964)

- Basic Law: The Government (1968-first)

- Basic Law: The State Economy (1975)

- Basic Law: The Army (1976)

- Basic Law: Jerusalem, the Capital of Israel (1980)

- Basic Law: The Judiciary (1984)

- Basic Law: The State Comptroller (1988)

- Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992)

- Basic Law: The Government (1992-second)

- Basic Law: Freedom of Occupation (1992-first)

- Basic Law: Freedom of Occupation (1994)

- Basic Law: The Government (2001)

2. Konstitusi Tidak Tertulis

Menurut beberapa tokoh, hukum dasar(basic law) yang dimiliki oleh Israel

adalah suatu bentuk konstitusi tidak tertulis. Namun, karena bentuknya yang

tertulis maka saya mengkategorikannya sebagai konstitusi tertulis. Bentuk-

bentuk konstitusi tidak tertulis, yaitu:

- Adanya penandatanganan mengenai ICCPR(International Covenant on

Civil and Political Rights) dan ICESR(International Covenant on Economic,

Social and Cultural Rights) pada tahun 1966, serta adanya ratifikasi pada

tahun 1991 yang diikuti dengan reservation(pensyaratan) terhadap

kerelevanan ketentuan yang berkaitan dengan masalah

perorangan(individu) diatur berdasarkan hukum agama yang ada, yakni

yang tertuang dalam Article 23 ICCPR yang berbunyi:

1. The family is the natural and fundamental group unit of society and is entitled to protection by society and the State.

2. The right of men and women of marriageable age to marry and to found a family shall be recognized.

9

Page 10: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

3. No marriage shall be entered into without the free and full consent of the intending spouses.

4. States Parties to the present Covenant shall take appropriate steps to ensure equality of rights and responsibilities of spouses as to marriage, during marriage and at its dissolution. In the case of dissolution, provision shall be made for the necessary protection of any children.

- Adanya penandatanganan mengenai CEDAW(Convention on the

Elimination of All Forms of Discrimination against Woman) pada tahun

1980, serta adanya ratifikasi pada tahun 1991 yang diikuti dengan

reservation(pensyaratan) mengenai beberapa ketentuan yang ada dalam

perjanjian ini. Selain itu, ada juga pendeklarasian mengenai ketentuan

Paragaph 2 Article 29 yang tidak tergantung oleh Paragraph 1 Article 29

tersebut. Ketentuan yang mengalami reservation dari Israel tersebut, yaitu:

Article 7 (b)

States Parties shall take all appropriate measures to eliminate discrimination against women in the political and public life of the country and, in particular, shall ensure to women, on equal terms with men, the right:

(b) To participate in the formulation of government policy and the implementation thereof and to hold public office and perform all public functions at all levels of government;

Ketentuan ini bertentangan dengan hukum agama yang ada di Israel

mengenai kedudukan seorang perempuan yang berhak untuk menjadi

hakim dalam suatu peradilan agama.

Article 16

1. States Parties shall take all appropriate measures to eliminate discrimination against women in all matters relating to marriage and family relations and in particular shall ensure, on a basis of equality of men and women:

(a) The same right to enter into marriage;

(b) The same right freely to choose a spouse and to enter into marriage only with their free and full consent;

(c) The same rights and responsibilities during marriage and at its dissolution;

(d) The same rights and responsibilities as parents, irrespective of their marital status, in matters relating to their children; in all cases the interests of the children shall be paramount;

(e) The same rights to decide freely and responsibly on the number and spacing of their children and to have access to the information, education and means to enable them to exercise these rights;

(f) The same rights and responsibilities with regard to guardianship, wardship, trusteeship and adoption of children, or similar institutions

10

Page 11: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

where these concepts exist in national legislation; in all cases the interests of the children shall be paramount;

(g) The same personal rights as husband and wife, including the right to choose a family name, a profession and an occupation;

(h) The same rights for both spouses in respect of the ownership, acquisition, management, administration, enjoyment and disposition of property, whether free of charge or for a valuable consideration.

2. The betrothal and the marriage of a child shall have no legal effect, and all necessary action, including legislation, shall be taken to specify a minimum age for marriage and to make the registration of marriages in an official registry compulsory.

Ketentuan ini bertentangan dengan ketentuan hukum perorangan yang

terikat oleh ketentuan hukum agama Israel.

- Adanya penandatanganan mengenai CRC(Convention on the Rights of the

Child) pada tahun 1990, serta adanya ratifikasi pada tahun 1991 tanpa

diikuti dengan reservation(pensyaratan).

- Adanya penandatanganan mengenai CPPCG(Convention on the

Prevention and Punishment of the Crime of Genocide) pada tahun 1949,

serta adanya ratifikasi pada tahun 1950 tanpa diikuti dengan

reservation(pensyaratan).

- Adanya penandatanganan mengenai CNMW(Convention on the Nationality

of Married Women) pada tahun 1957, serta adanya ratifikasi pada tahun

1957 tanpa diikuti dengan reservation(pensyaratan).

- Adanya penandatanganan mengenai GCCS(Geneva Convention on the

Continental Shelf) pada tahun 1958, serta adanya ratifikasi pada tahun

1961 tanpa diikuti dengan reservation.

11

Page 12: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

BAB III

ANALISIS PERBANDINGAN KONSTITUSI

Dalam bab ini akan membahas tentang analisis perbandingan terhadap konstitusi

yang ada di Indonesia dan Israel. Pemahaman umum ini mencakup beberapa hal penting,

yaitu:

1. Materi konstitusi yang ada pada setiap negara tersebut.

2. Materi pokok konstitusi yang ada pada setiap negara tersebut.

3. Persamaan dan perbedaan materi pokok konstitusi pada setiap negara tersebut.

3.1 KONSTITUSI INDONESIA

3.1.1 Materi Konstitusi Indonesia

Berdasarkan susunan materi konstitusi Indonesia yang ada tersebut terdiri

atas beberapa bagian, yaitu:

- Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

- Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945

BAB I : Bentuk dan Kedaulatan

BAB II : Majelis Permusyawaratan Rakyat

BAB III : Kekuasaan Pemerintahan Negara

BAB IV : Dewan Pertimbangan Agung (*dihapus)

BAB V : Kementerian Negara

BAB VI : Pemerintahan Daerah

BAB VII : Dewan Perwakilan Rakyat

BAB VIIA : Dewan Perwakilan Daerah

BAB VIIB : Pemilu

BAB VIII : Hal Keuangan

BAB VIIIA : Badan Pemeriksa Keuangan

BAB IX : Kekuasaan Kehakiman

BAB IXA : Wilayah Negara

BAB X : Warga Negara dan Penduduk

BAB XA : Hak Asasi Manusia

BAB XI : Agama

BAB XII : Pertahanan dan Keamanan

BAB XIII : Pendidikan dan Kebudayaan

12

Page 13: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

BAB XIV : Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial

BAB XV : Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu

Kebangsaan

BAB XVI : Perubahan Undang-Undang Dasar

Aturan Peralihan

Aturan Tambahan

3.1.2 Materi Pokok Konstitusi Indonesia

Berdasarkan muatan materi pokoknya, konstitusi di Indonesia tertuang

dalam batang tubuh UUD 1945, yaitu:

1. Mengenai jaminan Hak Asasi Manusia(HAM)

- Tentang hak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak

BAB X Pasal 27 ayat (2), 28D ayat(2) UUD 1945.

- Tentang hak dalam upaya pembelaan negara

BAB X Pasal 27 ayat (3) UUD 1945.

- Tentang kebebasan berserikat dan berkumpul

BAB X Pasal 28, 28E ayat (3) UUD 1945.

- Tentang hak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya,

serta hak untuk tidak disiksa

BAB XA Pasal 28A, 28I ayat (1) UUD 1945.

- Tentang hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

melalui perkawinan yang sah

BAB XA Pasal 28B ayat (1) UUD 1945.

- Tentang hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi

BAB XA Pasal 28B ayat (2), 28I ayat (2) UUD 1945.

- Tentang hak atas jaminan sosial untuk memajukan dirinya dan

pengembangan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif

BAB XA Pasal 28C ayat (2), 28H ayat (3) UUD 1945.

- Tentang hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil dan perlakuan yang sama dihadapan hukum

BAB XA Pasal 28D ayat (1), 28H ayat (2), 28I ayat (1) UUD 1945.

- Tentang hak atas status kewarganegaraan

BAB XA Pasal 28D ayat (4) UUD 1945.

13

Page 14: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

- Tentang hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya

BAB XA Pasal 28F UUD 1945.

- Tentang hak untuk perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat dan harta benda yang dibawah kekuasaannya

BAB XA Pasal 28G ayat (1), 28H ayat (4) UUD 1945.

- Tentang hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapat lingkungan yang sehat, serta memperoleh layanan kesehatan

BAB XA Pasal 28H ayat (1) UUD 1945.

- Tentang hak penghormatan terhadap identitas budaya dan masyarakat

tradisional secara selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban

BAB XA Pasal 28I ayat (3) UUD 1945.

- Tentang kewajiban seseorang untuk saling menghormati hak asasi

manusia orang lain dalam kehidupan bermasyarakat

BAB XI Pasal 28J ayat (1) UUD 1945.

- Tentang kebebasan beragama

BAB XI Pasal 28E ayat (1) dan (2), 28I ayat (1), 29 ayat (2) UUD 1945.

- Tentang hak atas usaha pertahanan keamanan negara

BAB XI Pasal 30 ayat (2) UUD 1945.

- Tentang hak memperoleh pendidikan

BAB XIII Pasal 28C ayat (1), 31 ayat (1), (2) dan (3) UUD 1945.

- Tentang kewajiban negara menanggung fakir miskin dan anak terlantar

BAB XIV Pasal 34 ayat (1) dan (2) UUD 1945.

2. Mengenai penetapan struktur organisasi ketatanegaraan

- Kekuasaan Eksekutif

Presiden

BAB III Pasal 4 UUD 1945.

- Kekuasaan Legislatif

Majelis Permusyaratan Rakyat(MPR)

BAB II Pasal 2 UUD 1945.

Dewan Perwakilan Rakyat(DPR)

BAB VII Pasal 19 UUD 1945.

14

Page 15: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Dewan Perwakilan Daerah(DPD)

BAB VIIA Pasal 22C UUD 1945.

- Kekuasaan Yudikatif

Mahkamah Agung(MA)

BAB IX Pasal 24A UUD 1945.

Komisi Yudisial(KY)

BAB IX Pasal 24B UUD 1945.

Mahkamah Konstitusional(MK)

BAB IX Pasal 24C UUD 1945.

- Kekuasaan Pengawasan

Badan Pemeriksa Keuangan(BPK)

BAB VIIIA Pasal 23E ayat (1) UUD 1945.

3. Mengenai pembagian dan pembatasan tugas dari setiap lembaga

kenegaraan

- Kekuasaan Eksekutif

Presiden

BAB III Pasal 5, 10 - 16 UUD 1945.

- Kekuasaan Legislatif

Majelis Permusyaratan Rakyat(MPR)

BAB II Pasal 3 UUD 1945.

Dewan Perwakilan Rakyat(DPR)

BAB VII Pasal 20 - 22B UUD 1945.

Dewan Perwakilan Daerah(DPD)

BAB VIIA Pasal 22D UUD 1945.

- Kekuasaan Yudikatif

Mahkamah Agung(MA)

BAB IX Pasal 24A UUD 1945.

Komisi Yudisial(KY)

BAB IX Pasal 24B UUD 1945.

Mahkamah Konstitusional(MK)

BAB IX Pasal 24C UUD 1945.

- Kekuasaan Pengawasan

15

Page 16: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Badan Pemeriksa Keuangan(BPK)

BAB VIIIA Pasal 23E ayat (2) dan (3) - 23G UUD 1945.

4. Mengenai prosedur untuk perubahan konstitusi

- Tentang tata cara mengenai perubahan isi konstitusi

BAB XVI Pasal 37 ayat (1), (2) dan (3) UUD 1945.

3.2 KONSTITUSI ISRAEL

3.2.1 Materi Konstitusi Israel

Berdasarkan susunan materi konstitusi Israel yang ada, terdiri atas beberapa

bagian berdasarkan Basic Law yang berlaku, yaitu:

- Basic Law: The Knesset (1958)

Article 1 : What the Knesset is

Article 2 : Place of sitting

Article 3 : Composition

Article 4 : Electoral system

Article 5-5A : The right to vote

Article 6 : The right to be elected

Article 6A : Restriction of candidacy for MK who leaves his faction

Article 7 : Who shall not be a candidate

Article 7A : Prevention of participation of candidates list

Article 8 : Term of office of the Knesset

Article 9 : Date of elections

Article 9A : Extending the Knesset's term

Article 10 : Election day is public holiday

Article 11 : Publication of election results

Article 12 : Convening of the Knesset

Article 13 : Opening of the Knesset

Article 14 : The opening session

Article 15 : Declaration of allegiance by members of the Knesset

Article 16 : Non-declaration

Article 16A : Non-declaration due to double citizenship

Article 17 : Immunity of Knesset members

Article 18 : Immunity of Knesset buildings

Article 19 : Procedures and rules

16

Page 17: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Article 20 : Speaker and Deputy-Speakers

Article 20A : Acting Speaker and Interim Speaker of Knesset

Article 21 : Committees

Article 21A : Knesset control over regulations

Article 22 : Commissions of inquiry

Article 23 : Cabinet member who is not a member of the Knesset

Article 24 : Quorum

Article 25 : Majority

Article 26 : Meetings

Article 27 : Openness of meetings

Article 28 : Publication

Article 29 : (*annulled)

Article 30 : (*annulled)

Article 31 : Sessions

Article 32 : Sessions (*annulled)

Article 33 : Sessions (*annulled)

Article 34 : Dissolution of the Knesset

Article 35 : Date of elections after dissolution of the Knesset

Article 36 : Term of office of the Knesset after dissolution

Article 36A : Dissolution due to non-passage of the budget bill

Article 37 : Continuity of the Knesset

Article 38 : Extension of validity of enactments

Article 39 : Salary of Knesset members

Article 40 : Resignation of Knesset member

Article 41 : Consequences of resignation

Article 42 : Termination of tenure or candidacy

Article 42A : Knesset Member who has been convicted

Article 42B : Suspension

Article 43 : Replacement of Knesset member

Article 44 : Stability of the law

Article 45 : Rigidity of sections

Article 45A : Application of rigidity

Article 46 : When a special majority is required

- Basic Law: Israel Lands as Basic Law: The People’s Lands (1960)

17

Page 18: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Article 1 : Prohibition of transfer of ownership

Article 2 : Permission by Law

Article 3 : Definition

- Basic Law: The President of the State (1964)

Article 1 : Status

Article 2 : Place of residence

Article 3 : Election and period of tenure

Article 4 : Eligibility

Article 5 : Date of election

Article 6 : Proposal of candidates

Article 7 : Voting

Article 8 : Election by majority of votes

Article 9 : Declaration of allegiance

Article 10 : Making of declaration and commencement of period of

tenure

Article 11 : Functions and powers

Article 12 : Counter-signature

Article 13 : Immunity with regard to discharge of functions

Article 14 : Immunity from criminal proceeding

Article 15 : Evidence

Article 16 : Salary and other payments

Article 17 : President to hold no other office

Article 18 : Departure for abroad

Article 19 : Resignation

Article 20 : Removal of President from office

Article 21 : Vacation of post for reasons of health

Article 22 : Temporary cessation of exercise of office

Article 23 : Interim and acting President

Article 24 : Notices in Reshumot

Article 25 : Law not to be affected by emergency regulations

Article 26 : Repeal

Article 27 : Transitional provision

- Basic Law: The State Economy (1975)

18

Page 19: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Article 1 : Taxes, compulsory loans, and fees

Article 2 : State property

Article 3 : The State Budget

Article 4 : Currency notes and coins

Article 5 : Inspection

- Basic Law: The Army (1976)

Article 1 : Defence Army of Israel

Article 2 : Subordination to civil authority

Article 3 : Chief of the General Staff

Article 4 : Duty to serve and recruitment

Article 5-6 : Instructions and orders in the Army

- Basic Law: Jerusalem, the Capital of Israel (1980)

Article 1 : Jerusalem, Capital of Israel

Article 2 : Seat of the President, the Knesset, the Government and the

Supreme Court

Article 3 : Protection of Holy Places

Article 4 : Development of Jerusalem

- Basic Law: The Judiciary (1984)

CHAPTER ONE: Basic Provisions

Article 1 : Judicial Power

Article 2 : Independence

Article 3 : Publicity of proceedings

CHAPTER TWO: Judges

Article 4 : Appoinment of judges

Article 5 : Nationality

Article 6 : Declaration of allegiance

Article 7 : Period of tenure

Article 8 : Retired judge

Article 9 : Restriction on reposting

Article 10 : Salary and benefits

Article 11 : Judge not to engage in additional occupation, etc.

19

Page 20: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Article 12 : Criminal proceedings

Article 13 : Dicplinary proceedings

Article 14 : Suspension

CHAPTER THREE: The Courts

Article 15 : Supreme Court

Article 16 : Other courts

Article 17 : Appeal

Article 18 : Further hearing

Article 19 : Retrial

Article 20 : Established rule

Article 21 : Registrar

CHAPTER FOUR: Miscellaneous Provisions

Article 22 : Law not to be affected by emergency regulations

Article 23 : Provisions to be prescribed by Law

Article 24 : Provisions to be prescribed under Law

- Basic Law: The State Comptroller (1988)

Article 1 : Essence

Article 2 : State Audit

Article 3 : Duty to provide information

Article 4 : Comptroller as Commissioner for Complains

Article 5 : Additional tasks

Article 6 : Accountability to the Knesset

Article 7(a) : Election

Article 7(b) : Term of Office

Article 8 : Qualifications

Article 9 : Pledge of allegiance

Article 10 : Budget

Article 11 : Salary and emoulments

Article 12 : Contact with Knesset and issuance of reports

Article 13-14 : Removal from office

- Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992)

20

Page 21: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Article 1 : Basic principles

Article 2 : Preservation of life, body and dignity

Article 3 : Protection of property

Article 4 : Protection of life, body and dignity

Article 5 : Personal liberty

Article 6 : Leaving and entering Israel

Article 7 : Privacy

Article 8 : Violation of rights

Article 9 : Reservation regarding security forces

Article 10 : Validity of laws

Article 11 : Application

Article 12 : Stability

- Basic Law: Freedom of Occupation (1994)

Article 1 : Basic principles

Article 2 : Purpose

Article 3 : Freedom of occupation

Article 4 : Violation of freedom of occupation

Article 5 : Application

Article 6 : Stability

Article 7 : Entrenchment

Article 8 : Effect of nonconforming law

Article 9 : Repeal

Article 10 : Provisional

* Amendment of Basic Law: Human Dignity and Liberty

- Basic Law: The Government (2001)

Article 1 : What the Government is

Article 2 : Seat of Government

Article 3 : Confidence of the Knesset

Article 4 : Responsibility

Article 5 : Composition

Article 6 : Eligibility of Ministers

Article 7 : Assignment of task of forming Government

Article 8 : Periods for formation of Government

21

Page 22: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Article 9 : Re-assignment of task

Article 10 : Assignment of task at the request of party groups

Article 11 : Early elections in the event of failure to form a government

Article 12 : Discontinuance of proceedings for formation of Government

Article 13 : Formation of Government

Article 14 : Declaration of allegiance

Article 15 : Cooption of a Minister

Article 16 : Acting Prime Minister

Article 17 : Interrogation and impeachment of the Prime Minister

Article 18 : Removal from office pursuant to an offense

Article 19 : Resignation of Prime Minister

Article 20 : Death or permanent incapacity of Prime Minister

Article 21 : Prime Minister or Acting Prime Minister ceasing to function

as member of Knesset

Article 22 : Termination of tenure of Minister

Article 23 : Termination of tenure of Minister pursuant to an offense

Article 24 : Acting Minister

Article 25 : Deputy Ministers

Article 26 : Termination of service of a Deputy Minister

Article 27 : Termination of tenure of Deputy Minister pursuant to an

offense

Article 28 : Expression of no confidence in the Government

Article 29 : Authority to disperse the Knesset

Article 30 : Continuity of the Government

Article 31 : Functioning of the Government

Article 32 : Residual powers of the Government

Article 33 : Delegation of powers

Article 34 : Assumption of powers

Article 35 : Secrecy

Article 36 : Saleries and pensions

Article 37 : Regulations

Article 38 : Declaration of a state of emergency

Article 39 : State of emergency

Article 40 : Declaration of war

Article 41 : Inapplicability of emergency laws

22

Page 23: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Article 42 : The Government and Knesset committees

Article 43 : Change in election date

Article 44 : Permanence of the Law

Article 45 : Amendment of Basic Law: The Knesset - No. 30

Article 46 : Repeal of The Basic Law: The Government

Article 47 : Effect and applicability

3.2.2 Materi Pokok Konstitusi Israel

Berdasarkan muatan materi pokoknya, konstitusi di Israel tertuang dalam

beberapa Basic Law, yaitu:

1. Mengenai jaminan Hak Asasi Manusia(HAM)

- Tentang hak warga negara untuk memilih dan dipilih dalam Pemilu untuk

anggota parlemen Knesset

Article 5-6 Basic Law: The Knesset(1958).

- Tentang hak kebebasan umat beragama untuk pergi ke tempat-tempat

yang dianggap suci oleh masing-masing agama

Article 3 Basic Law: Jerusalem, the Capital of Israel (1980).

- Tentang hak atas kebebasan terhadap setiap umat manusia

Article 1 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

- Tentang hak perlindungan atas hidup, tubuh, maupun martabat bagi

semua orang

Article 2-4 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

- Tentang hak perlindungan atas benda milik pribadi

Article 3 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

- Tentang hak tentang tidak adanya pencabutan atau pembatasan

kebebasan seseorang dengan penjara, penahanan, ekstradisi dan

semacamnya

Article 5 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

- Tentang hak bagi setiap warga negara untuk keluar-masuk wilayah Israel

Article 6 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

- Tentang hak atas privasi dan keintiman seseorang

Article 7 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

- Tentang tidak akan adanya pelanggaran hak asasi manusia terhadap

seseorang dalam ketentuan ini, kecuali berdasarkan nilai-nilai yang ada

Article 8 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

23

Page 24: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

- Tentang tidak boleh adanya pembatasan hak setiap individu yang

dilakukan oleh setiap aparatur keamanan negara

Article 9 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

- Tentang kebebasan memilih pekerjaan

Article 1-4 and 8 Basic Law: Freedom of Occupation (1994).

2. Mengenai penetapan struktur organisasi ketatanegaraan

Struktur organisasi ketatanegaraan ini ditentukan berdasarkan pembagian

kekuasaan politiknya, yaitu:

- Kekuasaan Eksekutif

Kepala Negara Israel

a) Presiden ( נשיא המדינה, Nasi HaMedina)

Article 1 and 2 Basic Law: The President of the State (1964).

b) Penjabat Presiden

Article 23 Paragraph (b) Basic Law: The President of the State

(1964).

Kepala Pemerintahan Israel

a) Perdana Menteri (ראש הממשלה, Rosh HaMemshala)

Article 5 Paragraph (a) and (b) Basic Law: The Government (2001).

b) Penjabat Perdana Menteri

Article 5 Paragraph (d) Basic Law: The Government (2001).

c) Deputi Perdana Menteri ( הממשלה ראש ,סגן Segan Rosh

HaMemshela)

Article 5 Paragraph (e) Basic Law: The Government (2001).

d) Wakil Perdana Menteri הממשלה) ראש ,משנה Mishneh Rosh

HaMemshela)

Keberadaannya tidak diatur secara sah oleh hukum Israel dan tidak

memiliki makna hukum sama sekali. Keberadaannya terbentuk karena

adanya nilai-nilai historis terhadap struktur ketatanegaraan yang

terbentuk pada masa lampau.

Kabinet (ממשלת ישראל Memshelet Yisrael)

Article 5 Paragraph (a) and (c) Basic Law: The Government (2001)

24

Page 25: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Pemerintahan Darurat

a) Presiden Interim

Article 23 Paragraph (a) Basic Law: The President of the State

(1964).

b) Perdana Menteri Interim (ראש הממשלה בפועל, Rosh HaMemshala Ba-

foal)

Article 30 Paragraph (b) Basic Law: The Government (2001).

c) Pemerintahan Interim ( הממשלה המעבר , Memshelet Ma'avar)

Article 18-21 and 28-30 Paragraph (b) Basic Law: The Government

(2001).

- Kekuasaan Legislatif

Dewan Parlemen (כנסת, Knesset)

Article 1-3 Basic Law: The Knesset (1958).

- Kekuasaan Yudikatif

Pengadilan Umum

Article 1 Paragraph (a) Basic Law: The Judiciary (1984).

a) Mahkamah Agung (בית המשפט העליון, Beit HaMishpat HaElyon)

b) Pengadilan Distrik/Negeri (המחוזי המשפט, Beit Mishpat Mehozi)

c) Pengadilan Shalom/Damai בתי) שלום ,המשפט Beit Mishpat

HaShalom)

Pengadilan Khusus

Article 1 Paragraph (b) Basic Law: The Judiciary (1984).

a) Pengadilan Agama

b) Pengadilan Militer Israel

c) Pengadilan Tenaga Kerja

d) Pengadilan Lalu Lintas

Jaksa Agung לממשלה) המשפטי ,היועץ HaYoetz HaMishpati

LaMemshala)

Article 12 Paragraph (a) Basic Law: The Judiciary (1984).

- Kekuasaan Pengawasan

Badan Pengawas Keuangan Negara (מבקר המדינה, Mevaker HaMedina)

Article 1 and 2 Basic Law: The State Comptroller (1988).

3. Mengenai pembagian dan pembatasan tugas dari setiap lembaga

kenegaraan

25

Page 26: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Pembagian dan pembatasan tugas dari struktur organisasi ketatanegaraan

Israel ditentukan berdasarkan pembagian kekuasaan politiknya, yaitu:

- Kekuasaan Eksekutif

Kepala Negara Israel

a) Presiden ( נשיא המדינה, Nasi HaMedina)

Article 3, 11, and 13-22 Basic Law: The President of the State

(1964).

b) Penjabat Presiden

Article 23 Paragraph (b) and (c) Basic Law: The President of the

State (1964).

Kepala Pemerintahan Israel

a) Perdana Menteri (ראש הממשלה, Rosh HaMemshala)

Article 17-21 Paragraph (a), 31-33, 37, 39 Paragraph (b), 40 and 42

Basic Law: The Government (2001).

b) Penjabat Perdana Menteri

Article 16, 20 Paragraph (b) and 21 Paragraph (b) Basic Law: The

Government (2001).

c) Deputi Perdana Menteri ( הממשלה ראש ,סגן Segan Rosh

HaMemshela)

Article 25-27 Basic Law: The Government (2001).

d) Wakil Perdana Menteri הממשלה) ראש ,משנה Mishneh Rosh

HaMemshela)

Keberadaannya tidak diatur secara sah oleh hukum Israel dan tidak

memiliki makna hukum sama sekali. Keberadaannya terbentuk karena

adanya nilai-nilai historis terhadap struktur ketatanegaraan yang

terbentuk pada masa lampau.

Kabinet (ממשלת ישראל Memshelet Yisrael)

Article 22-23, 31-34, 37, 40 and 42 Basic Law: The Government (2001).

Pemerintahan Darurat

a) Presiden Interim

Article 23 Paragraph (c) Basic Law: The President of the State

(1964)

b) Perdana Menteri Interim (ראש הממשלה בפועל, Rosh HaMemshala Ba-

foal)

26

Page 27: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

Article 18-21 and 30 Paragraph (b) Basic Law: The Government

(2001).

c) Pemerintahan Interim ( הממשלה המעבר , Memshelet Ma'avar)

Article 18-21 and 28-30 Paragraph (b) Basic Law: The Government

(2001).

- Kekuasaan Legislatif

Dewan Parlemen (כנסת, Knesset)

Article 17, 19, 21A-28, 34, 36-38 and 42A-42B Basic Law: The

Knesset(1958); Article 3 Paragraph (a), 5-8, 20, and 23-24 Basic Law:

The President of the State(1964); Article 21 Paragraph (b) Basic Law:

The State Economy(1975); Article 10 Paragraph (a) Basic Law: The

Judiciary (1984); Article 7 Paragraph (a)-(b), 8-13, 15, 18, 28-31

Paragraph (a), 36, 38, 42 and 44 Basic Law: The Government(2001).

- Kekuasaan Yudikatif

Pengadilan Umum

Article 15 and 17-21 Basic Law: The Judiciary (1984).

a) Mahkamah Agung (בית המשפט העליון, Beit HaMishpat HaElyon)

b) Pengadilan Distrik/Negeri (המחוזי המשפט, Beit Mishpat Mehozi)

c) Pengadilan Shalom/Damai בתי) שלום ,המשפט Beit Mishpat

HaShalom)

Pengadilan Khusus

Article 16 Basic Law: The Judiciary (1984).

a) Pengadilan Agama

b) Pengadilan Militer Israel

c) Pengadilan Tenaga Kerja

d) Pengadilan Lalu Lintas

Jaksa Agung לממשלה) המשפטי ,היועץ HaYoetz HaMishpati

LaMemshala)

Article 12 Paragraph (a) Basic Law: The Judiciary (1984).

- Kekuasaan Pengawasan

Badan Pengawas Keuangan Negara (מבקר המדינה, Mevaker HaMedina)

Article 3-6 and 12 Basic Law: The State Comptroller (1988) and Article

5 Basic Law: The State Economy (1975).

27

Page 28: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

4. Mengenai prosedur untuk perubahan konstitusi

- Tentang tata cara mengenai perubahan isi konstitusi

Article 21A and 44-46 Basic Law: The Knesset (1958).

Article 25 Basic Law: The President of the State (1964).

Article 12 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).

Article 6-10 Basic Law: Freedom of Occupation (1994).

Article 44-46 Basic Law: The Government (2001).

3.3 PERBANDINGAN KONSTITUSI SETIAP NEGARA

3.3.1 Persamaan Materi Pokok Konstitusi

Berdasarkan materi pokok konstitusi setiap negara tersebut memiliki

beberapa kesamaan, yaitu:

MATERI POKOK KONSTITUSI

INDONESIA DAN ISRAEL

Jaminan Hak Asasi Manusia(HAM)

1. Adanya jaminan mengenai kebebasan untuk hidup, kehidupan, dan mempertahankan kehidupannya.

2. Adanya jaminan mengenai kebebasan beragama, termasuk kebebasan penggunaan sarana keagamaan.

3. Adanya jaminan mengenai pekerjaan dan penghidupan yang layak.

4. Adanya jaminan mengenai perlindungan atas hidup, jiwa, martabat, dan barang milik pribadi.

5. Adanya jaminan mengenai kebebasan hak privasi seseorang.

Struktur Organisasi Ketatanegaraan

1. Mengenai kekuasaan eksekutif, adanya lembaga Kepresidenan yang terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden yang dibantu Kabinet.

2. Mengenai kekuasaan legislatif, adanya lembaga Dewan(Parlemen).

3. Mengenai kekuasaan yudikatif, adanya lembaga Mahkamah Agung dan Badan Pengawas Keuangan Negara.

Pembagian dan Pembatasan Tugas setiap Lembaga Kenegaraan

1. Mengenai kekuasaan eksekutif, adanya pembatasan tugas lembaga Kepresidenan yang terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden yang dibantu Kabinet.

28

Page 29: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

2. Mengenai kekuasaan legislatif, adanya pembatasan tugas lembaga Dewan(Parlemen).

3. Mengenai kekuasaan yudikatif, adanya pembatasan tugas lembaga Mahkamah Agung dan Badan Pengawas Keuangan Negara.

Prosedur untuk Perubahan Konstitusi

Adanya pengaturan khusus untuk mengadakan perubahan terhadap isi daripada setiap konstitusi.

3.3.2 Perbedaan Materi Pokok Konstitusi

Berdasarkan materi pokok konstitusi setiap negara tersebut memiliki

beberapa perbedaan, yaitu:

MATERI POKOK KONSTITUSI

INDONESIA ISRAEL

Jaminan Hak Asasi Manusia(HAM)

1. Adanya jaminan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan.

2. Adanya jaminan dari negara bagi fakir miskin dan anak terlantar.

3. Hanya diatur di dalam peraturan perundang-undangan.

4. Tidak diatur di dalam konstitusi.

5. Tidak diatur di dalam konstitusi.

1. Tidak diatur di dalam konstitusi.

2. Tidak diatur di dalam konstitusi. 

3. Adanya hak warga negara untuk memilih dan dipilih dalam Pemilu.

4. Adanya jaminan kebebasan bagi warga negara Israel untuk keluar-masuk wilayah Israel.

5. Adanya jaminan mengenai tidak boleh adanya pembatasan terhadap kebebasan seseorang yang dilakukan oleh setiap aparatur keamanan negara.

Struktur Organisasi Ketatanegaraan

 1. Adanya lembaga legislatif MPR, yakni terdiri dari DPR dan DPD.

2. Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara sepenuhnya berada

 1. Hanya ada satu lembaga legislatif tunggal, yaitu Knesset (Parlemen).

2. Kepala Pemerintahan berada ditangan Perdana Menteri, Presiden hanya

29

Page 30: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

ditangan Presiden dan tidak ada Perdana Menteri.

3. Kabinet dipilih dan memiliki tanggung jawab sepenuhnya kepada Presiden.

4. Tidak adanya pengaturan mengenai Pemerintahan Darurat.

5. Adanya pembagian lembaga yudikatif yang menangani hal-hal khusus, yakni MK dan KY.

sebagai Kepala Negara semata.

3. Kabinet dipilih oleh Perdana Menteri atas persetujuan Parlemen dan bertanggung jawab kepada Parlemen.

4. Adanya pengaturan mengenai Pemerintahan Darurat.

5. Adanya pembagian kekuasaan yudikatif, yakni Pengadilan Umum, Pengadilan Khusus dan Jaksa Agung.

Pembagian dan Pembatasan Tugas setiap Lembaga Kenegaraan

 1. Adanya pembagian dan pembatasan tugas lembaga MPR, DPR dan DPD.

2. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara.

3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Kabinet dipimpin dan bertanggung jawab kepada Presiden.

4. Adanya pembagian dan pembatasan tugas lembaga Mahkamah Konstitusi(MK) dan Komisi Yudisial(KY).

5. Tidak adanya pengaturan bagi Pemerintahan Darurat.

 1. Adanya pembagian dan pembatasan tugas lembaga Knesset (Parlemen).

2. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan dan Presiden sebagai Kepala Negara.

3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri dan bertanggung jawab kepada Parlemen.

4. Adanya pembagian dan pembatasan tugas lembaga Pengadilan Umum, Pengadilan Khusus dan Jaksa Agung.

5. Adanya pembagian dan pembatasan tugas bagi Pemerintahan Darurat.

Prosedur untuk Perubahan Konstitusi

 Adanya prosedur untuk perubahan terhadap semua isi konstitusi, kecuali mengenai bentuk negara

 Adanya prosedur untuk perubahan terhadap bagian-bagian tertentu isi konstitusi saja, tergantung jenis Basic

30

Page 31: PERBANDINGAN MATERI POKOK KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL

yang tidak boleh diubah. Law yang digunakan.

3.4 KESIMPULAN ANALISIS PERBANDINGAN KONSTITUSI

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil perbandingan materi

pokok konstitusi Indonesia dan Israel terdapatlah beberapa perbedaan terhadap

materi pokok konstitusi tersebut. Oleh karena itu, dalam perkembangan kehidupan

ketatanegaraan Indonesia dan Israel memiliki perbedaan yang sangat signifikan, hal

ini tentunya sangat dipengaruhi oleh konstitusi, yakni sebagai suatu aturan dasar yang

sangat fundamental bagi setiap negara.

Oleh karena itu, melalui makalah ini dimuat juga seputar sejarah terbentuknya

konstitusi di kedua negara tersebut, sehingga pembaca diharapkan tidak hanya

sekedar tahu mengenai pemahaman umum konstitusi kedua negara tersebut, tetapi

juga pemahaman yang cukup mendalam seputar konstitusi kedua negara tersebut.

Selain itu, dalam makalah ini juga dibahas seputar bentuk negara dan sistem

pemerintahan kedua negara sebagai suatu acuan terbentuknya konstitusi kedua

negara.

Melalui pemahaman umum ini, pembaca akan memiliki pedoman seputar

konstitusi kedua negara tersebut. Hal ini tentu akan mengantar kita untuk menuju

pembahasan yang lebih mendalam seputar materi-materi konstitusi dan materi pokok

konstitusi tersebut terhadap kehidupan berbangsa dan bertanah air pada setiap

negara tersebut.

Keseluruhan hal tersebut dimuat secara ringkas, padat, sistematis dan berisi di

dalam makalah ini. Sehingga, sangat cocok untuk menjadi acuan materi seputar

perbandingan konstitusi Indonesia dan Israel. Semoga dengan adanya makalah ini

dapat menambah wawasan pembaca.

31