perbandingan kinerja perbankan syariah dengan...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH
DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS MAQASHID SYARIAH
DAN RASIO PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA PERIODE 2010-2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Eka Bayu Susilo
NIM. 1113085000022
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH
DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS MAQASHID SYARIAH
DAN RASIO PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA PERIODE 2010-2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Eka Bayu Susilo
NIM. 1113085000022
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Herni Ali HT, SE, MM Santi Yustini, SE, M.Ak
NIDN. 0422125902 NUPN. 9920112696
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Jumat 10 Maret 2017 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Eka Bayu Susilo
NIM : 1113085000022
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah dengan
Menggunakan Indeks Maqashid Syariah dan Rasio
Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2010-2015
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Maret 2017
1. Nurul Ichsan, MA ( )
NIP. 19731128 200501 1 004 Penguji I
2. Cut Erika Ananda Fatimah, SE, MBA ( )
NIP. 19741018 201411 2 001 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Senin 22 Mei 2017 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa:
Nama : Eka Bayu Susilo
NIM : 1113085000022
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah dengan
Menggunakan Indeks Maqashid Syariah dan Rasio
Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2010-2015.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Mei 2017
1. Fitri Damayanti, SE, M.Si. ( )
NIP. 19810731 200604 2 003 Ketua
2. Dr. Herni Ali HT, SE, MM ( )
NIDN. 0422125902 Sekretaris
3. Dr. Herni Ali HT, SE, MM ( )
NIDN. 0422125902 Pembimbing I
4. Santi Yustini, SE, M.Ak. ( )
NUPN. 9920112696 Pembimbing II
5. Dr. Asyari Hasan, M.Ag. ( )
NIP. 19800819 200604 1 002 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eka Bayu Susilo
NIM : 1113085000022
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakn karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 20 Mei 2017
Yang Menyatakan
(Eka Bayu Susilo)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Eka Bayu Susilo
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 April 1995
3. Alamat : Jalan Cipedak Raya No. 50 RT007/09,
Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta
Selatan. 12640.
4. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Islam An-Nur Jakarta Tahun 2000-2001
2. SDN Cipedak 01 Jakarta Tahun 2001-2007
3. MTsN Al-Azhar Asy-Syarif Indonesia Tahun 2007-2010
4. MAN Insan Cendekia Gorontalo Tahun 2010-2013
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III.PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua OSIS MTsN Al-Azhar Asy-Syarif Indonesia (2008-2009)
2. Kepala Bidang Kedisiplinan OSIS MAN Insan Cendekia Gorontalo (2011-
2012)
3. Anggota HMI Cabang Ciputat (2013-2017)
4. Anggota Departemen Kemahasiswaan Dewan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-
2016)
5. Ketua Karang Taruna RT007/09 Srengseng Sawah (2015-2017)
vii
ABSTRACT
This research is quantitative descriptive study on Islamic Banking (IB) in Indonesia
2010-2015 period which calculate and analyze financial performance from attainment of maqashid syari’ah and profitability aspect. As a company based on
sharia principles, IB is responsible for the attainment of maqashid syari’ah, but until now the Otoritas Jasa Keuangan (OJK) has not obliged IB in Indonesia to report the performance of its maqashid syari’ah, so there is no IB that measures
performance based on maqashid syari’ah aspect. Therefore, this research would like to apply performance measurement based on the aspect of maqashid syari’ah
using Sharia Maqashid Index (SMI) method and performance based on profitability aspect as measured by profitability ratios and then compared both using Cartesian diagram. The result of the research shows that Panin Bank Syariah is the bank with
the highest attainment of Sharia Maqashid Index (SMI) while Bank Mega Syariah (BMS) has the lowest attainment. Based on the profitability aspect, bank that has
the highest attainment is Bank Syariah Mandiri (BSM) while the lowest attainment is Maybank Syariah Indonesia (MSI)
Keywords: Islamic Banking, Maqashid Syari’ah, Profitability, Sharia Maqashid
Index
viii
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif pada Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia periode 2010-2015 yang menghitung dan menganalisis kinerja dari pencapaian maqashid syari’ah dan aspek profitabilitas. Sebagai perusahaan
yang berlandaskan prinsip syariah BUS bertanggung jawab dalam pencapaian maqashid syari’ah, namun sampai saat ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum mewajibkan BUS di Indonesia untuk melaporkan sejauh mana pelaksanaan
maqashid syaria’ahnya, sehingga tidak ada BUS yang mengukur kinerja berdasarkan aspek maqashid syari’ah. Oleh karena itu dilakukan pengukuran
kinerja berdasarkan aspek maqashid syari’ah dengan metode Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) dan kinerja berdasarkan aspek profitabilitas yang diukur dengan rasio profitabilitas untuk kemudian dibandingkan menggunakan diagram kartesius.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Panin Bank Syariah (PBS) adalah bank dengan pencapain Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) tertinggi sedangkan Bank
Mega Syariah (BMS) memiliki pencapaian terendah. Berdasarkan aspek profitabilitas bank yang memiliki pencapaian tertinggi adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) sedangkan yang memiliki pencapaian terendah adalah Maybank
Syariah Indonesia (MSI)
Kata kunci: Bank Umum Syariah, Indeks Maqashid Syari’ah, Maqashid
Syari’ah, Profitabilitas
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin, segala puja dan puji hanya milik Allah
swt. yang berkat izin-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah dengan Menggunakan Indeks
Maqashid Syari’ah dan Rasio Profitabilitas pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2010-2015”. Shalawat teriring salam selalu tercurah untuk Nabi
Muhammad saw.
Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari
dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan berbagai macam bantuan dan
dorongan dari banyak pihak terutama Orang tua penulis. Bapak yang tiada lelah
mencari nafkah dan ibu yang senantiasa menyiapkan kebutuhan sehari-hari.
Merekalah yang selalu mendoakan dan mendidik penulis dari lahir sampai bisa
menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Terima kasih Bapak Warjiyana dan Ibu
tercinta, Susilowati. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Dr. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf dan
jajarannya.
2. Cut Erika Ananda Fatimah, SE, MBA. selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta staf dan jajarannya.
3. Endra Kasni Laila Yuda, S.Ag., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa studi.
4. Dr. Herni Ali HT, SE, MM. selaku Dosen Pembimbing I dan Santi Yustini, SE,
M.Ak. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, ilmu, dan
tak henti-hentinya memberikan arahan, masukan, nasihat, dan motivasi kepada
penulis selama penulisan hingga penyusunan skripsi ini.
x
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan kepada
penulis selama masa studi.
6. Adik penulis, Edwi Adjie Pramuedya yang sebenarnya tidak terlibat sama
sekali dalam pembuatan skripsi ini.
7. Isnawati Manoppo, yang telah membantu selama proses pengerjaan dan selalu
“memaksa” penulis untuk menyelesaikan skripsi secepatnya, serta tidak bosan
memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman yang bernaung di “Kosjod” yang sejak semester 1 tidak
pernah kehabisan materi untuk menghina satu sama lain. Semoga Allah
mengampuni dosa kita semua, aamiin.
9. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2013 yang telah sama-sama
berjuang melewati tugas, kuis, UTS, dan UAS. Terima kasih atas “kerja sama”-
nya selama masa studi.
10. Teman-teman KKN 216 Kelapa Emas, terutama Rorien Novriana, Elgi
Nurfalahi, dan Andhitta A. Dhewidiningrat yang telah membantu penyusunan
buku laporan kegiatan KKN.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama masa studi hingga menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah swt. memberikan balasan pahala yang berlipat ganda kepada
semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam
penulisan dan penyusunan skipsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 20 Mei 2017
Eka Bayu Susilo
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 5
1. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori............................................................................................. 7
1. Perbankan Syariah ................................................................................... 7
2. Maqashid Syari’ah dan Indeks Maqashid Syari’ah.............................. 14
3. Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan............................................... 18
B. Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 30
B. Metode Penentuan Sampel......................................................................... 30
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 32
xii
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 33
1. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Aspek Maqashid Syari’ah............... 33
2. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Aspek Profitabilitas.......................... 40
3. Perbandingan Kinerja Maqashid Syari’ah dengan Kinerja
Profitabilitas ........................................................................................... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 45
1. Indeks Maqashid Syari’ah .................................................................... 45
2. Profitabilitas ........................................................................................... 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 52
1. Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................... 52
2. Perkembangan Usaha ............................................................................ 57
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 59
1. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Aspek Maqashid Syari’ah............... 59
2. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Aspek Profitabilitas.......................... 67
3. Perbandingan Kinerja Maqashid Syari’ah dengan Kinerja
Profitabilitas ........................................................................................... 70
4. Analisis dan Interpretasi ........................................................................ 71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 91
B. Implikasi ..................................................................................................... 92
C. Saran .......................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
LAMPIRAN ......................................................................................................... 96
xiii
DAFTAR TABEL
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu............................................................................ 23
3.1 Proses Pemngambilan Sampel...................................................................... 31
3.2 Sampel Penelitian.......................................................................................... 31
3.3 Model Pengukuran Kinerja Maqashid Syari’ah .......................................... 35
3.4 Bobot Konsep dan Elemen Pengukuran Indeks Maqashid Syari’ah ........... 36
3.5 Matrik Perubahan Menggunakan Teknik CPI ............................................. 43
4.1 Rata-rata Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah Tujuan Pertama Bank
Umum Syariah Periode 2010-2015 ............................................................. 60
4.2 Rata-rata Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah Tujuan Kedua Bank
Umum Syariah Periode 2010-2015 ............................................................. 61
4.3 Rata-rata Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah Tujuan Ketiga Bank
Umum Syariah Periode 2010-2015 ............................................................. 62
4.4 Indikator Kinerja Maqashid Syari’ah Tujuan Pertama Bank Umum
Syariah Periode 2010-2015 ......................................................................... 64
4.5 Indikator Kinerja Maqashid Syari’ah Tujuan Kedua Bank Umum
Syariah Periode 2010-2015 ......................................................................... 64
4.6 Indikator Kinerja Maqashid Syari’ah Tujuan Ketiga Bank Umum
Syariah Periode 2010-2015 ......................................................................... 65
4.7 Indeks Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah Periode 2010-2015 ........ 66
4.8 Rata-rata Rasio Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2010-2015 .... 68
4.9 Indeks Perbandingan Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah
Periode 2010-2015....................................................................................... 69
4.10 Perbandingan Indeks Maqashid Syari’ah dengan Indeks Profitabilitas
Bank Umum Syariah Periode 2010-2015 .................................................... 70
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berpikir......................................................................................... 28
3.1 Model Operasionalisasi Sekaran .................................................................. 34
3.2 Diagram Kartesius Profitabilitas dan Indeks Maqashid Syari’ah ................. 45
4.1 Aset Bank Umum Syariah di Indonesia 2015.............................................. 57
4.2 Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia 2015 ................................. 57
4.3 Laba Bersih Bank Umum Syariah di Indonesia 2015 ................................. 58
4.4 Diagram Perbandingan Kinerja Profitabilitas (CPI) dengan Kinerja
Maqashid Syari’ah (IMS) Bank Umum Syariah Periode 2010-2015.......... 71
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1 Elemen Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah................................................... 97
2 Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah.............................................................. 104
3 Rasio Kinerja Profitabilitas ......................................................................... 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap aspek dalam muamalah telah diatur oleh syariat, begitupun aspek
ekonomi. Salah satu bagian dari ekonomi Islam yang saat ini mengalami
perkembangan yang pesat adalah sektor perbankan syariah. Sistem perbankan
dalam perekonomian memainkan peran yang sangat strategis, yaitu sebagai
lembaga intermediasi yang mempertemukan antara unit surplus (pihak kelebihan
dana) dan unit defisit (pihak kekurangan dana) (Ali, 2015). Di era globalisasi ini
pembicaraan tentang perbankan syariah atau Islamic banking semakin dibahas
secara luas, hal ini dikarenakan masyarakat mulai menyadari tentang manfaat
yang sangat besar dari sistem perbankan syariah.
Dalam teori ataupun praktiknya sistem perbankan syariah sangat
berbeda dengan sistem perbankan konvensional. Dalam sistem perbankan
syariah, pihak bank tidak diperbolehkan mengambil bunga dari pinjaman uang
yang diberikan kepada nasabahnya, karena dalam hukum Islam mendapatkan
kelebihan uang atau bunga adalah sesuatu yang dilarang. Sistem perbankan
syariah menekankan pada konsep profit and loss sharing yang berarti kerugian
ataupun keuntungan yang dialami akan dibagikan secara merata ke dua pihak
yaitu pihak bank dan pihak nasabah.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang dijalankan berdasarkan
prinsip profit and loss sharing memberikan alternatif sistem perbankan yang
saling menguntungkan bagi masyarakat dan pihak bank. Sistem perbankan
2
syariah sangat memperhatikan aspek keadilan, etika, mengutamakan nilai-ni la i
kebersamaan, serta menghindari adanya kegiatan spekulatif dalam transaksi
keuangan.
Bank Muamalat adalah pelopor adanya bank syariah di Indonesia. Bank
Muamalat Indonesia berdiri sejak tahun 1991 dan menjadi pionir dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat muslim yang terjebak dalam sistem keuangan
ribawi. Setelah disahkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan yang memungkinkan bank syariah beroperasi sepenuhnya sebagai
Bank Umum Syariah (BUS) atau dengan membuka Unit Usaha Syariah (UUS),
lahirlah Bank Syariah Mandiri serta UUS Bank IFI. Perkembangan perbankan
syariah di Indonesia tidak luput dari dukungan pemerintah, dukungan ini dapat
dilihat dengan disahkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Setelah
berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
maka pengembangan perbankan syariah nasional memiliki landasan hukum
yang memadai dan mendorong pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia
menjadi semakin cepat.
Sebagai sebuah lembaga keuangan, bank syariah memiliki tanggung
jawab terhadap para stakeholder. Pertanggungjawaban dapat berbentuk laporan
3
keuangan ataupun laporan-laporan lain yang dapat mendukung. Laporan-laporan
tersebut berfungsi sebagai media yang akan digunakan oleh para stakeholder
untuk menilai kinerja bank syariah dalam jangka waktu tertentu.
Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio profitabilitas sering
digunakan karena rasio ini dapat menggambarkan tingkat efektivitas manajemen
suatu bank dalam menjalankan operasionalnya untuk mendapatkan laba. Dar i
hasil analisis ini bank akan mengetahui seberapa efektif manajemennya
menghasilkan laba. Walaupun pengukuran rasio keuangan adalah sesuatu yang
penting untuk di nilai, namun pengukuran rasio keuangan itu tidak akan cukup
untuk mengukur kinerja perbankan syariah.
Sebagai perusahaan yang berlandaskan prinsip syariah, perbankan
syariah seharusnya tidak hanya fokus pada pencapaian laba namun juga
bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan syariah (maqashid syari’ah).
Mohammed, Razak, dan Taib (2008) berhasil mengembangkan pengukuran
kinerja perbankan syariah yang berfokus pada pencapaian maqashid syari’ah.
Penelitian tersebut mengembangkan sebuah pengukuran kinerja perbankan
syariah dalam bentuk Sharia Maqasid Index (SMI) atau Indeks Maqashid
Syari’ah (IMS). IMS adalah pengembangan konsep maqashid syari’ah yang
dijelaskan oleh Abu Zahrah (2014) dalam kitabnya “Ushul Fiqh”. Abu Zahrah
menjelaskan konsep maqashid syari’ah dengan membagi ke dalam tiga bagian
utama yaitu, Tahdzib al-fard (pendidikan individu), Iqamah al-‘adl (penegakkan
keadilan), Jalb al-mashlahah (mendorong kesejahteraan). Kemudian konsep
4
tersebut dioperasionalkan ke dalam metode Sekaran sehingga menjadi parameter
yang bisa diukur yang dapat menunjukkan kinerja perbankan syariah.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan
penelitian untuk menilai kinerja perbankan syariah dengan dua metode yaitu
metode pengukuran kinerja yang menggunakan pendekatan indeks maqashid
syari’ah dan pengukuran kinerja keuangan yang akan diukur menggunakan rasio
profitabilitas, sehingga penelitian ini mengambil judul “Perbandingan Kinerja
Perbankan Syariah dengan Menggunakan Indeks Maqashid Syariah dan
Rasio Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-
2015”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Afrinaldi (2013)
yang menganalisis kinerja perbankan syariah di Indonesia dilihat dari aspek
maqashid syari’ah dengan menggunakan pendekatan Indeks Maqashid Syari’ah
(IMS) dan profitabilitas bank syariah. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian tersebut adalah objek penelitian yang digunakan. Objek penelit ian
dalam penelitian Afrinaldi menggunakan 5 Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia periode 2009-2011, sedangkan objek penelitian ini adalah seluruh
BUS di Indonesia periode 2010-2015.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2015
ditinjau dari pencapaian indeks maqashid syari’ah?
5
2. Bagaimana kinerja bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2015
ditinjau dari aspek profitabilitas?
3. Bagaimana perbandingan kinerja bank umum syariah di Indonesia periode
2010-2015 berdasarkan penilaian kinerja dengan indeks maqashid syari’ah
dan penilaian kinerja dari aspek profitabilitas?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kinerja bank umum syariah di Indonesia periode 2010–2015
ditinjau dari pencapaian indeks maqashid syari’ah.
b. Mengetahui kinerja bank umum syariah di Indonesia periode 2010–2015
ditinjau dari aspek profitabilitas.
c. Mengetahui perbandingan kinerja bank umum syariah di Indonesia
periode 2010–2015 berdasarkan penilaian kinerja dengan indeks maqashid
syari’ah dan penilaian kinerja dari aspek profitabilitas.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Kalangan Akademisi
Sebagai sarana pembelajaran yang memberikan pengetahuan tentang
alternatif pengukuran kinerja bank syariah ditinjau dari aspek maqashid
syari’ah, sehingga penilaian kinerja bank syariah tidak hanya dinilai dari
kinerja keuangannya saja, serta dapat dijadikan literatur untuk penelit ian
selanjutnya.
6
b. Bagi Industri Perbankan Syariah
Memberikan alternatif pengukuran dalam mengukur kinerja bank syariah,
sehingga pengukuran kinerja tidak hanya berorientasi profit namun juga
harus memerhatikan pelaksanaan maqashid syari’ah dan dapat dijadikan
evaluasi bagi industri perbankan syariah di Indonesia untuk mengetahui
kelemahannya sehingga dapat diperbaiki dan dapat meningkatkan kinerja.
c. Bagi Masyarakat Umum
Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai cara penilaian kinerja
bank syariah di Indonesia, dari aspek maqashid syari’ah maupun aspek
profitabilitas.
d. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang
ekonomi dan lembaga keuangan syariah khusunya mengenai pengukuran
kinerja dengan Indeks Maqashid Syari’ah (IMS).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan Syariah
a. Definisi Perbankan Syariah
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Dalam pasal 1 poin 7 menurut jenisnya bank syariah terdiri atas
bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Sedangkan unit
usaha syariah adalah unit kerja dari kantor bank umum konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Sesuai dengan data yang ada dalam statistik perbankan syariah Desember
2015, terdapat 12 bank umum syariah, 22 unit usaha syariah, dan 163 bank
pembiayaan rakyat syariah yang beroperasi di Indonesia.
b. Prinsip Perbankan Syariah
Menurut Rivai dan Arifin (2010) perbankan syariah adalah suatu
sistem perbankan yang dijalankan berdasarkan prinsip Islam dan tidak
8
mengizinkan pembayaran dan penerimaan bunga, tetapi pembagian
keuntungan. Karakteristik perbankan syariah yang terkenal adalah
pembagian keuntungan dan kerugian serta pelarangan bunga. Selanjutnya
Rivai dan Arifin (2010) menjelaskan terdapat 6 prinsip dalam perbankan
syariah:
1) Melarang bunga
Bunga secara keras dilarang oleh Islam dan dipahami sebagai sesuatu
yang haram. Islam hanya mengijinkan satu jenis pinjaman yaitu
Qardhul Hasan, di mana peminjam tidak dikenakan bunga atau
tambahan jumlah dari uang yang dipinjam.
2) Pembagian yang seimbang
Islam mendorong muslim untuk menanam uang mereka dan menjadi
rekan kerja dengan tujuan berbagi keuntungan dan risiko dalam bisnis,
meskipun posisinya sebagai kreditor. Dalam Islam, pembiayaan
didasarkan pada iman di mana pemberi pinjaman dan peminjam harus
berbagi risiko bisnis secara seimbang.
3) Uang sebagai modal potensial
Dalam Islam uang hanya alat pertukaran, tidak ada nilai dalam dirinya
sendiri. Sehingga seharusnya tidak diijinkan menilai tinggi terhadap
uang melalui pembayaran bunga tetap ketika menyimpan di bank
ataupun ketika meminjamkan kepada seseorang. Uang diperlakukan
sebagai modal potensial, akan menjadi nilai riil hanya ketika uang
9
digabung dengan sumber daya lain yang bertanggung jawab untuk
menjalankan aktivitas yang produktif.
4) Melarang Gharar
Sistem keuangan Islam melarang penimbunanan dan melarang
transaksi yang memiliki karakteristik gharar atau ketidakpastian yang
tinggi dan juga melarang maysir atau judi. Transaksi ekonomi harus
bebas dari ketidakpastian, risiko, dan spekulasi. Dalam hukum bisnis,
gharar berarti bank terlibat pada bsinis yang di mana bank tidak
memiliki pengetahuan yang cukup atau pada transaksi yang sangat
beresiko.
5) Kontrak yang valid
Bank syariah memegang tanggung jawab kontrak dan berkewajiban
untuk memberikan informasi secara utuh. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi risiko asimetris informasi dan risiko moral. Pihak yang
disebut dalam kontrak harus memiliki pengetahuan yang baik tentang
produk.
6) Kegiatan syariah yang disetujui
Bank syariah harus melaksanakan aktivitas bisnis yang tidak melanggar
hukum syariah dan menghindari aktivitas-aktivitas yang dilarang secara
syariah, misalnya investasi pada bisnis yang berhubungan dengan
alkohol dan perjudian.
10
c. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah
Menurut pasal 3 dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, perbankan syariah bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Terdapat 6 tujuan dari
perbankan syariah, yaitu (Sumitro, 2004):
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar yang dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi umat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin,
yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
kemandirian berusaha.
4) Untuk membantu menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada
umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini
berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari
11
siklus usaha yang lengkap, seperti program pembinaan pengusaha
produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan
konsumen, program pengembangan modal kerja, dan program
pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjaga kestabilan ekonomi atau moneter pemerintah melalu i
aktivitas-aktivitas bank syariah yang diharapkan mampu
menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan
persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan, dan
menanggulangi kemandirian lembaga keuangan dari pengaruh gejolak
moneter baik dari dalam maupun luar negeri.
6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
konvensional yang menyebabkan umat Islam berada di bawah
kekuasaan bank, sehingga umat Islam tidak dapat melaksanakan ajaran
agama Islam secara sempurna, terutama di bidang kegiatan bisnis dan
perekonomiannya.
Menurut pasal 4 dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, fungsi bank syariah dan Unit Usaha Syariah
(UUS) diantaranya:
1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
12
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat
3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir)
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif)
Sebagai lembaga penghimpun dana atau penyimpan dana, bank
syariah menerapkan sistem bagi hasil kepada nasabah yang menyimpan
uangnya di bank syariah. Nasabah tidak akan pernah dapat menghitung
dengan pasti berapa jumlah uang yang akan bertambah setiap bulannya,
namun nasabah diberitahukan berapa porsi atau bagian yang menjadi
haknya dan berapa yang menjadi hak dari pihak bank.
Jumlah bagi hasil yang akan diberikan pihak bank kepada
nasabah tergantung pada berapa jumlah uang nasabah yang ditabung di
bank tersebut dan berapa jumlah uang yang telah dikelola oleh bank untuk
sektor-sektor riil yang dapat memberikan keuntungan. Keuntungan inilah
yang akan dibagi kepada pihak bank sebagai pengelola dana dan nasabah
sebagai pemilik modal.
Dana-dana yang disimpan di bank syariah akan dijamin
keamanannya oleh bank yang bersangkutan, selain itu karena semua bank
syariah di Indonesia menjadi anggota dari Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS), maka dana-dana yang disimpan di bank syariah akan dijamin
keamanannya oleh pemerintah melalui LPS. Sedangkan jaminan nila i
kesesuaian dengan unsur Islam dari uang yang disimpan di bank syariah
13
akan dijamin oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Keamaman utama
yang didapatkan dengan menyimpan uang di bank syariah yaitu jaminan
terhindar dari praktik-praktik ribawi yang selama ini biasa diterapkan oleh
bank konvensional melalui sistem bunga (Rivai dan Arifin, 2010).
Menabung di bank syariah akan membangun perekonomian
bangsa secara perlahan-lahan, karena masyarakat mulai bersama-sama
belajar bagaimana melakukan kegiatan bisnis dan ekonomi yang adil dan
sama-sama saling menguntungkan dengan menggunakan sistem bagi hasil.
Selain merasa aman ketika menyimpan dananya di bank syariah, nasabah
juga akan merasa aman mendapatkan pembiayaan dari bank syariah,
karena nasabah tidak perlu khawatir memikirkan beban bunga yang akan
dibayarkan setiap bulannya. Transaksi di bank syariah jelas terhindar dari
unsur ribawi. Selain itu, penerapan prinsip keadilan di mana kedudukan
antara pihak bank dan pengelola modal adalah sama-sama memiliki hak
yang seimbang dalam menikmati keuntungan hasil usahanya.
Pembiayaan di bank syariah diberikan kepada masyarakat untuk
keperluan modal usaha untuk usaha-usaha yang produktif, jelas, dan
transparan, serta bersifat halal, baik dari segi pengelolaan hingga kepada
hasil usaha yang akan diberikan kemanfaatannya untuk masyarakat. Selain
berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana, bank syariah juga
berfungsi sebagai lembaga pemberi jasa. Salah satu bentuk pelayanan bank
syariah dalam bentuk jasa adalah memenuhi kebutuhan nasabah dalam
melakukan transaksi antar bank yang berbeda antara bank syariah dengan
14
bank syariah lainnya, bank syariah dengan bank konvensional, ataupun
dengan bank syariah yang sama (Rivai dan Arifin, 2010).
2. Maqashid Syari’ah dan Indeks Maqashid Syari’ah
a. Maqashid Syari’ah
Secara bahasa maqashid syari’ah terdiri dari dua kata yaitu
maqashid dan syari’ah. Maqashid berarti kesengajaan atau tujuan.
Maqashid merupakan bentuk jama’ dari maqsud yang berasal dari suku
kata qashada yang berarti menghendaki atau memaksudkan, sehingga
maqashid dapat disimpulkan yaitu hal-hal yang dikehendaki dan
dimaksudkan. Sedangkan syari’ah secara bahasa berarti jalan menuju
sumber air dapat juga diartikan jalan menuju sumber kehidupan. Maqashid
syari’ah secara istilah adalah tujuan-tujuan syariat dan rahasia-rahas ia
yang dimaksudkan oleh Allah dalam setiap hukum dan keseluruhan
hukum-Nya. Terdapat lima hal pokok yang termasuk maqashid syari’ah,
yaitu diantaranya (Jauhar, 2013):
1) Perlindungan terhadap agama (Hifdz Ad-Din)
2) Perlindungan terhadap jiwa (Hifdz An-Nafs)
3) Perlindungan terhadap akal (Hifdz Al-’Aql)
4) Perlindungan terhadap kehormatan (Hifdz Al-’Ardh)
5) Perlindungan terhadap harta benda (Hifdz Al-Mal)
Konsep maqashid syari’ah sebenarnya telah dimulai dari masa
Al-Juwaini yang terkenal dengan nama Imam Haramain dan oleh Imam
Al-Ghazali kemudian disusun secara sistematis oleh seorang ahli ushul
15
fiqh bermazhab Maliki dari Granada (Spanyol) yaitu Imam Al-Syatib i.
Konsep itu ditulis dalam kitabnya yang terkenal yaitu Muwwafat fi Ushul
Al-Ahkam, khususnya pada juz II, yang beliau namakan kitab Al-
Maqashid. Menurut Al-Syatibi, pada dasarnya syariat ditetapkan untuk
mewujudkan kemaslahatan hamba (mashalih al-‘ibad). Kemaslahatan
inilah, dalam pandangan beliau, menjadi maqashid syari’ah. Maqashid
syari’ah di kalangan ulama ushul fiqh disebut sebagai asrar al-syari’ah,
yaitu rahasia-rahasia yang terdapat di balik hukum yang ditetapkan oleh
syara’, berupa kemaslahatan bagi manusia, baik di dunia maupun di
akhirat (Ali, 2015).
Menurut Al-Ghazali, tujuan utama syariah adalah untuk melayani
kepentingan manusia dan untuk menjaga mereka dari segala sesuatu yang
mengancam eksistensinya. Al-Ghazali mengungkapkan bahwa tujuan
utama dari syariah adalah untuk mendorong kemaslahatan (kesejahteraan)
manusia, yang mana terletak pada pemeliharaan agama, hidup, akal,
keturunan, dan kekayaan. Selanjutnya, segala sesuatu yang melindun gi
lima unsur tersebut maka dianjurkan dilakukan, dan segala sesuatu yang
mengancamnya harus dihilangkan (Rama, 2013).
Al-Ghazali membagi tingkatan kebutuhan manusia menjadi tiga
tingkatan, yaitu (Amalia, 2007):
1) Kebutuhan Dharuriyah
Definisinya adalah tingkat kebutuhan yang harus ada atau disebut juga
kebutuhan primer. Apabila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi maka
16
keselamatan umat manusia akan terancam, baik di dunia maupun di
akhirat. Ada lima hal yang masuk kategori ini yaitu memelihara agama,
jiwa, kehormatan, keturunan, dan harta
2) Kebutuhan Hajiyah
Kebutuhan hajiyah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan sekunder.
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, keselamatan manusia tidak sampai
terancam, namun akan mengalami kesulitan. Syariat Islam
menghilangkan segala kesulitan tersebut. Adanya hukum rukhsah
(keringanan) merupakan contoh kepedulian syariat Islam terhadap
kebutuhan ini.
3) Kebutuhan Tahsiniyah
Pengertian kebutuhan tahsiniyah adalah kebutuhan yang tidak
mengancam eksistensi salah satu dari lima hal pokok tadi dan tidak pula
menimbulkan kesulitan apabila tidak terpenuhi. Tingkat kebutuhan ini
berupa kebutuhan tersier (pelengkap).
b. Indeks Maqashid Syari’ah
Indeks maqashid syari’ah merupakan alat pengukuran kinerja
perbankan syariah yang dikembangkan oleh Mohammed, Razak, dan Taib
pada tahun 2008. Pengembangan dari alat pengukuran kinerja perbankan
berdasarkan pada maqashid syari’ah ini dikarenakan adanya
ketidakcocokan penggunaan indikator penilaian kinerja pada bank
konvensional dan bank syariah. Pengukuran kinerja bank konvensiona l
hanya berfokus pada pengukuran kinerja keuangan saja, sedangkan tujuan
17
perbankan syariah tidak boleh hanya berfokus pada pencapaian keuangan,
namun ada tujuan (maqashid syari’ah) yang juga harus dicapai oleh
perbankan syariah.
Variabel yang digunakan dalam penelitian Mohammed, Razak
dan Taib (2008) mengacu pada teori maqashid syari’ah yang dikemukakan
oleh Abu Zahrah yaitu:
1) Tahdzib al-fard (pendidikan individu)
2) Iqamah al-‘adl (penegakkan keadilan)
3) Jalb al-mashlahah (mendorong kesejahteraan)
Ketiga variabel tersebut kemudian dijabarkan ke dalam 9 dimens i
dan 10 elemen. Kesepuluh elemen tersebut kemudian ditransformasikan
ke dalam rasio kinerja. Ketiga variabel tersebut kemudian dijelaskan oleh
Antonio, dkk (2012):
1) Pendidikan Individu
Mendidik individu berarti pengembangan pengetahuan dan keahlian
individu sehingga nilai-nilai spiritual akan meningkat. Dalam variabel
ini perbankan syariah harus merancang program pendidikan dan
pelatihan dengan nilai-nilai moral agar bisa meningkatkan keahlian dan
pengetahuan para pegawai, selain itu bank juga harus menyediakan
informasi kepada para stakeholder bahwa produk-produk yang
ditawarkan oleh pihak bank kepada masyarakat adalah produk-produk
yang sesuai dengan prinsip syariah. Rasio dalam variabel ini adalah
bantuan pendidikan, riset, pelatihan, dan publikasi (promosi).
18
2) Penegakkan Keadilan
Perbankan syariah harus memastikan kejujuran dan keadilan dalam
setiap transaksi dan aktivitas bisnis yang tercakup dalam produk, harga,
dan ketentuan kontrak. Selain itu ketentuan kontrak juga harus bebas
dari unsur-unsur ketidakadilan seperti riba, gharar, dan maysir. Rasio
dalam variabel ini adalah profit equalization reserve, porsi pembiayaan
dengan skema mudarabah dan musyarakah, serta rasio pendapatan
bebas bunga.
3) Mendorong Kesejahteraan
Bank harus mengembangkan proyek-proyek investasi dan pelayanan
sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rasio dalam
variabel ini adalah profit returns, personal income transfer atau zakat,
dan rasio investasi di sektor riil.
3. Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi
(Suwiknyo, 2010). Laporan keuangan memberikan informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan berbagai pihak, baik pihak internal maupun
pihak eksternal. Laporan keuangan yang utama terdiri dari laporan laba/rugi,
laporan perubahan modal, dan neraca. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva, utang, dan modal
pemilik) pada suatu saat tertentu.
19
b. Menyajikan informasi kinerja perusahaan.
c. Menyajikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan.
d. Mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan relevan dengan
kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan syariah dan konvensional tidak sama,
terutama dalam hal pemenuhan terhadap hukum-hukum Islam dalam
menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan konvensional tidak harus
memenuhi ketentuan hukum Islam. Tujuan laporan keuangan syariah lebih
luas jika dibandingkan dengan tujuan laporan keuangan konvensional. Tujuan
laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu lembaga
syariah yang bermanfaat bagi berbagai pihak dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Tujuan laporan keuangan syariah lainnya diantaranya (Wiyono dan
Maulamin, 2013):
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha.
b. Memberikan informasi tentang kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip
syariah, serta memberikan informasi jika terdapat aset, kewajiban,
pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah,
bagaimana perolehannya dan penggunaannya.
c. Memberikan informasi yang dapat dijadikan evaluasi pemenuhan tanggung
jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana dan
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
20
d. Memberikan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang
diperoleh penanaman modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan
informasi mengenai pemenuhan kewajiban fungsi sosial entitas syariah,
termasuk pengelolaan, dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK), terdapat empat karakteristik kualitatif pokok laporan
keuangan yaitu:
a. Dapat dipahami: Infomasi keuangan yanag dapat dipahami adalah
informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai
dengan tingkat pengertian penggunanya.
b. Relevan: Informasi keuangan harus berhubungan dengan tujuan
pemanfaatannya. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi banyak
pihak-pihak yang memiliki banyak tujuan, maka upaya penyajian
informasi yang relevan lebih difokuskan kepada kepentingan umum
pengguna.
c. Andal: Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan yang material.
d. Dapat diperbandingkan: Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan
dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang
sama atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang
sama.
Bank sebagai sebuah lembaga keuangan juga perlu membuat laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap stakeholder. Laporan
21
keuangan tersebut akan dianalisis, dan dari hasil analisis dapat dilihat baik
tidaknya kinerja dari bank pada periode waktu tertentu. Salah satu alat analis is
untuk menilai kinerja suatu bank adalah dengan menggunakan analisis rasio
keuangan.
Analisis rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-
angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka
dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen
dalam data laporan keuangan atau antar komponen yang ada dalam laporan
keuangan, angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu
periode maupun beberapa periode (Kasmir, 2009).
Bentuk-bentuk rasio keuangan yang paling lazim digunakan untuk
mengukur kinerja bank, yaitu (Kasmir, 2009):
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiens i
pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan
hutang, dan lain-lain) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-harinya.
22
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
untuk mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode waktu tertentu.
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau
dari pendapatan investasi.
e. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonomi dan sektor usahanya.
f. Rasio Penilaian
Rasio penilaian adalah rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajamen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya
investasi.
Ukuran rasio yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
profitabilitas, rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan bank untuk
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode waktu tertentu. Dari
penilaian rasio ini stakeholder dapat menilai bagaimana keefektifan dari
manajemen bank dan menilai baik tidaknya kinerja dari bank tersebut yang
ditunjukkan dari seberapa besar laba yang didapatkan.
B. Penelitian Sebelumnya
Hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan
dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
23
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti: Judul
Penelitian
(Tahun)
Hasil
Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Mohammed,
Razak, dan Taib: The Performance
Measures of Islamic
Banking Based on the Maqashid
Framework (2008)
Penelitian ini
menghasilkan sebuah pengukuran
kinerja perbankan
syariah yang disebut dengan Maqashid
Syari’ah Index (MSI)
Menggunakan
metode sekaran dan Simple Additive
Weighting (SAW)
Penelitian ini
menghitung rasio profitabilitas
dan penentuan peringkat
kinerja dengan menggunakan metode
Comparative Performance
Index (CPI)
2 Mustafa Omar Mohammed dan Fauziah
Md Taib: Developing
Islamic Banking Performance
Measures Based on
Maqashid Al-Shariah Framework:
Cases of 24 Selected Banks
(2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat
penilaian kinerja bank
syariah yang paling cocok untuk menilai
kinerja bank syariah adalah
berdasarkan maqashid syari’ah
Menggunakan Simple Additive Weighting (SAW)
dan Maqashid Syari’ah Index
Penelitian ini tidak menggunakan
Mann-Whitney
U Tess. Penelitian ini
menghitung kinerja
profitabilitas dan penentuan peringkat
kinerja dengan menggunakan
metode Comparative Performance
Index (CPI)
Bersambung ke halaman selanjutnya
24
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti: Judul
Penelitian
(Tahun)
Hasil
Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Muhammad Syafii Antonio,
Yulizar D. Sanrego, dan Muhammad
Taufiq: An Analysis of
Islamic Banking Performance:
Maqashid Index
Implementation in Indonesia and Jordania
(2012)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa industri perbankan syariah di
Indonesia yang diwakili oleh
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri memiliki
kinerja yang lebih baik dibandingkan
dengan industri perbankan
syariah di Jordania yang diwakili oleh
IIABJ dan JIB.
Menggunakan indeks maqashid
syari’ah dan metode Simple Additive
Weighting (SAW) untuk penentuan
peringkat kinerja
Penelitian ini menghitung
rasio profitabilitas dan penentuan
peringkat kinerja dengan
menggunakan metode Comparative
Performance Index (CPI)
4 Afrinaldi: Analisis
Kinerja Perbankan Syariah
Indonesia Ditinjau dari
Maqashid Syariah: Pendekatan
Maqashid Syariah Index
dan Profitabilitas Bank Syariah
(2013)
Hasil penelitian menujukkan
Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi bank
syariah dengan nilai CPI
tertinggi dan Bank Muamalat Indonesia
(BMI) menjadi bank syariah
dengan nilai SMI tertinggi
Pengukuran profitabilitas
menggunakan metode comparative
performance index (CPI) dan
pengukuran maqashid syari’ah
menggunakan indeks maqashid
syari’ah diurutkan berdasarkan Simple Additive
Weighting (SAW).
Bersambung ke halaman selanjutnya
25
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti: Judul
Penelitian
(Tahun)
Hasil
Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 Dzikron
Abdillah: Kinerja Perbankan
Syariah Indonesia
Ditinjau dari Maqashid Syariah:
Pendekatan Syariah
Maqashid Index (SMI) dan
Profitabilitas (2014)
Hasil penelitian
menujukkan Bank Mega Syariah
menjadi bank syariah dengan
nilai CPI tertinggi dan Bank Muamalat
menjadi bank syariah dengan
nilai SMI tertinggi
Aspek
profitabilitas diurutkan berdasarkan
metode Comperative
Performance Index (CPI) dan aspek maqashid
syari’ah diukur berdasarkan
Syariah Maqashid Index (SMI) dan diurutkan
berdasarkan Simple Additive
Weighting (SAW)
6 Zariatul Khisan: Analisis
Kinerja Perbankan
Syariah Ditinjau dari Profitabilitas
dan Maqashid Syariah Tahun
2010-2013 (2014)
Hasil menunjukkan bahwa kinerja
Bank Muamalat Indonesia
terbaik berdasarkan maqashid
syari’ah index dan comparative performance index
Aspek profitabilitas dihitung dengan
metode Comparative
Performance Index (CPI) dan aspek maqashid
syari’ah dihitung berdasarkan
Penelitian ini menggunakan
metode Simple Additive
Weighting (SAW) untuk penentuan
peringkat kinerja
7 Siti Maesyaroh:
Kinerja Bank Syariah
Mandiri (BSM) Menggunakan Pendekatan
Maqashid Sharia Index
(2015)
Hasil menunjukkan
bahwa kinerja Bank Syariah
Mandiri terbaik berdasarkan maqashid
syari’ah index adalah pada
tahun 2012-2014.
Menggunakan Syari’ah
Maqashid Index (SMI)
Penelitian ini menghitung
rasio profitabilitas
dan penentuan peringkat kinerja dengan menggunakan
metode Comparative Performance
Index (CPI)
Bersambung ke halaman selanjutnya
26
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti: Judul
Penelitian
(Tahun)
Hasil
Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan Perbedaan
8 Anisa Dyah Imansari:
Analisis Perbandingan Kinerja
Perbankan Syariah
Berdasarkan Konsep Al-Maqashid Al-
Syariah di Indonesia dan
Malaysia (2015)
Tujuan syariah kedua dan
ketiga pada bank syariah di Indonesia
menunjukkan perbedaan
secara signifikan dibandingkan
dengan perbankan
syariah di Malaysia, sedangkan
tujuan syariah pertama tidak
berbeda secara signifikan antara
perbankan syariah di
Indonesia dan malaysia
Menggunakan indeks maqashid
syari’ah
Penelitian ini tidak
melakukan pengujian normalitas yang
diuji dengan Uji Kolmogorov-
Smirnov Penelitian ini menghitung
rasio profitabilitas
dan penentuan peringkat kinerja dengan
menggunakan metode
Comparative Performance Index (CPI)
9 Ida Roza: Analisis Perbandingan
Kinerja Perbankan Syariah dengan
Metode Indeks Maqashid
Syari’ah dan CAMEL (2015)
pengukuran kinerja yang
paling sesuai dengan
operasional bank syariah adalah dengan
menggunakan metode indeks
maqashid syari’ah.
Menggunakan metode indeks
maqashid syari’ah
Peneliti tidak menggunakan
metode
CAMELS. Penelitian ini menghitung
rasio profitabilitas
dan penentuan peringkat kinerja dengan menggunakan
metode Comparative
Performance Index (CPI)
Bersambung ke halaman selanjutnya
27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti: Judul
Penelitian
(Tahun)
Hasil
Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan Perbedaan
10 Herni Ali: Mengukur Kinerja
Perbankan Syariah
Berdasarkan Kerangka Maqashid
Syariah (2015)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
aset dan tingkat profitabilitas
yang dimiliki oleh bank syariah tidak
memiliki korelasi dengan
kinerja indeks maqashid syari’ah-nya
Menggunakan metode indeks maqashid syariah
Peneliti tidak melakukan analisis korelasi
dengan model koefisien
korelasi Pearson. Peneliti menggunakan
metode Comparative Performance
Index (CPI) untuk
menentukan peringkat kinerja
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini mengukur kinerja perbankan syariah dengan
menggunankan Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) dan rasio profitabilitas Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2015, maka disusunlah
kerangka berpikir dari penelitan ini dalam gambar berikut:
28
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Laporan keuangan Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia periode 2010-2015
Perhitungan kinerja
berdasarkan indeks maqashid syari’ah
Perhitungan kinerja
berdasarkan rasio profitabilitas
Penentuan peringkat kinerja menggunakan metode Simple
Additive Weighting (SAW)
Penentuan peringkat kinerja menggunakan metode
Comparative Performance Index (CPI)
Perbandingan kinerja perbankan syariah berdasarkan indeks maqashid syari’ah dan
aspek profitabilitas menggunakan diagram
kartesius
Hasil dan interpretasi penelitian
Kesimpulan dan rekomendasi
penelitian
Hasil perhitungan kinerja
berdasarkan indeks maqashid syari’ah
Hasil perhitungan kinerja
berdasarkan rasio profitabilitas
29
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini berusaha
untuk mengukur kinerja perbankan syariah dengan menggunakan indeks
maqashid syari’ah dan rasio profitabilitas melalui indikator-indikator terukur.
Data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu laporan keuangan Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2015.
Selanjutnya dilakukan perhitungan kinerja berdasarkan indeks
maqashid syari’ah yang kemudian diperingkat menggunakan metode Simple
Additive Weighting (SAW). Hasil dari perhitungan kinerja berdasarkan aspek
profitabilitas diperingkat dengan menggunakan metode Comparative
Performance Index (CPI). Kemudian dilakukan perbandingan antara kinerja
berdasarkan indeks maqashid syari’ah dan kinerja keuangan berdasarkan aspek
profitabilitas menggunakan diagram kartesius.
Berdasarkan hasil tersebut, selanjutnya dilakukan analisis deskriptif
atas nilai indeks masing masing BUS. Analisis deskriptif dilakukan pada hasil
perhitungan kinerja berdasarkan indeks maqashid syari’ah dan kinerja keuangan
berdasarkan aspek profitabilitas, serta hasil perbandingan dari kedua aspek
tersebut. Dari hasil analisis tersebut maka akan diperoleh kesimpulan dari
penelitian ini yang akan menjawab rumusan masalah yang telah dibuat.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi
deskriptif. Proses analisis data dilakukan untuk mendapatkan hasil pengukuran
kinerja bank syariah di Indonesia dengan menggunakan indeks maqashid
syari’ah dan rasio profitabilitas. Data dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan
selama periode 2010-2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan selama
periode 2010-2015. BUS yang menjadi objek dalam penelitian ini ditentukan
sesuai dengan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu agar memudahkan peneliti dalam melakukan
pengolahan data. Kriteria-kriteria dalam pemilihan sampel adalah sebagai
berikut:
1. Perbankan syariah di Indonesia yang telah berbentuk Bank Umum Syariah
(BUS) sejak tahun 2010-2015.
2. Bank umum syariah yang telah mempublikasikan laporan keuangan yang
telah diaudit untuk tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015.
3. Bank tidak melakukan spin-off maupun merger selama periode penelitian.
31
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 11 bank. Keterangan mengenai proses pengambilan
sampel disajikan pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Proses Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah Bank
Perbankan syariah di Indonesia yang telah berbentuk BUS
sejak tahun 2010-2015 12
Bank umum syariah yang tidak memenuhi kriteria sampel (1)
Bank umum syariah yang memenuhi kriteria sampel 11
Bank yang memenuhi kriteria penentuan sampel dapat dilihat pada tabel
3.2 berikut:
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No. Nama Bank Kode
1 Bank Central Asia Syariah BCAS
2 Bank Jabar Banten Syariah BJBS
3 Bank Muamalat Indonesia BMI
4 Bank Mega Syariah BMS
5 Bank Negara Indonesia Syariah BNIS
6 Bank Rakyat Indonesia Syariah BRIS
7 Bank Syariah Bukopin BSB
8 Bank Syariah Mandiri BSM
9 Bank Victoria Syariah BVS
10 Maybank Syariah Indonesia MSI
11 Panin Bank Syariah PBS
Sumber: Data diolah (2017)
Bank yang tidak memenuhi kriteria penentuan sampel adalah Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (BTPNS) karena baru resmi berbentuk
Bank Umum Syariah (BUS) pada Juli 2014.
32
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat time series. Data yang diambil berupa data laporan keuangan tahunan
yang diperoleh dari website Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan
website resmi bank yang dijadikan sampel selama periode 2010-2015.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti dalam mendapatkan data
sekunder adalah antara lain:
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan agar peneliti mendapatkan konsep dan landasan
teori yang sesuai dengan topik penelitian. Studi kepustakaan dilakukan
dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan dokumen-
dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi kepustakaan
juga dilakukan dengan mengumpulkan, memilih, dan memahami penelitian-
penelitan terdahulu yang sesuai dengan topik penelitian. Penelitian terdahulu
dapat berupa jurnal, skripsi, tesis dan penelitian lainnya.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik ini merupakan cara untuk memperoleh data langsung di tempat
penelitian yang diperoleh melalui buku-buku, peraturan-peraturan, laporan
relevan yang ada pada objek penelitian. Peneliti tinggal mengambil data yang
telah diolah oleh pihak lain atau dilakukan dengan menyalin data atau
dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain. Data yang diperoleh dengan teknik
ini terdapat dalam laporan tahunan yang telah diaudit oleh bank yang menjadi
objek penelitian.
33
D. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data untuk mengukur kinerja maqashid syari’ah
digunakan metode Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) dan Simple Additive
Weghting (SAW). Pengukuran kinerja profitabilitas dihitung menggunakan rasio
profitabilitas yang kemudian dilakukan pemeringkatan dengan metode
Comparative Performance Index (CPI). Setelah didapatkan hasil perhitungan
kinerja berdasarkan aspek maqashid syari’ah dan aspek profitabilitas untuk
setiap bank umum syariah, maka akan dilakukan perbandingan dari pelaksanaan
kedua aspek tersebut dalam bentuk diagram kartesius. Pengolahan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013
dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Aspek Maqashid Syari’ah
Abu Zahrah (2014) merumuskan konsep maqashid syari’ah dengan
mengklasifikasikannya ke dalam tiga tujuan utama yaitu:
a. Tahdzib al-fard (pendidikan individu)
b. Iqamah al-‘adl (penegakkan keadilan)
c. Jalb al-mashlahah (mendorong kesejahteraan)
Ketiga tujuan tersebut kemudian dikembangakan oleh Mohammed,
Razak, dan Taib (2008) sebagai dasar dalam mengembangkan Indeks
Maqashid Syari’ah (IMS). Untuk dapat menjelaskan sebuah konsep dan
membuatnya dapat diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku,
aspek, atau sifat yang ditujukan oleh konsep. Berdasarkan metode Sekaran
(Sekaran, 2006), karakteristik yang akan diukur diturunkan ke dalam suatu
34
konsep. Konsep kemudian akan diturunkan lagi ke dalam beberapa dimens i
yang lebih mudah diamati dan diukur. Dimensi diturunkan lagi ke dalam
beberapa unsur yang lebih jelas pengukurannya.
Gambar 3.1
Model Operasionalisasi Sekaran
Sumber: Sekaran (2006)
Dengan menggunakan metode sekaran, konsep maqashid syari’ah
dari Abu Zahrah diterjemahkan oleh Mohammed, et al. ke dalam dimens i,
dan akhirnya menjadi elemen yang dapat diukur. Dimensi dan elemen
tersebut antara lain:
Konsep
Dimensi 1
Elemen 1
Indikator 1
Indikator 2
Elemen 2
Indikator 1
Indikator 2
Dimensi 2
Elemen 1
Indikator 1
Indikator 2
Elemen 2
Indikator 1
Indikator 2
35
Tabel 3.3
Model Pengukuran Kinerja Maqashid Syari’ah
Tujuan
Syariah
(Konsep)
Dimensi (D) Elemen (E) Rasio Kinerja Sumber
Data
Education
(Tahdzib al-fard)
D1.
Advancement of Knowledge
E1.
Education Grant
R1. Education
Grant or Scholarship/ Total Expense
Annual
Report
E2.
Research
R2. Research
Expense/Total Expense
Annual
Report
D2. Instilling
New Skill and Improvements
E3. Training R3. Training
Expense/Total Expense
Annual
Report
D3. Creating
Awareness of Islamic Banking
E4.
Publicity
R4. Publicity
Expense/Total Expense
Annual
Report
Justice (Al-‘Adl)
D4. Fair
Returns
E5. Fair
Returns
R5. Profit
Equalization Reserves (PER)/Net
or Investment Income
Annual
Report
D5. Cheap Product and
Services
E6. Functional
Distribution
R6. Mudharabah and Musyarakah
Modes/Total Investment Modes
Annual Report
D6.
Elimination of Negative
Element that Breed Injustices
E7. Interest
Free Product
R7. Interest Free
Income/Total Income
Annual
Report
Public
interest (Al-
Mashlahah)
D7.
Profitability of Bank
E8. Profit
Ratios
R8. Net
Income/Total Assets
Annual
Report
D8.
Redistribution of Income and Wealth
E9.
Personal Income
R9. Zakah Paid/Net
Assets
Annual
Report
D9. Investment in Vital Real Sector
E10. Investment Ratio in
Real Sector
R10. Investment in Real Economic Sector/Total
Investment
Annual Report
Sumber: Mohammed, et al. (2008)
36
Kemudian Mohammed, et al. (2008) melakukan verifikasi dari
model dan pembobotan pada setiap konsep dan elemen dengan melakukan
wawancara dengan pakar-pakar syariah di Asia dan Timur Tengah, dan
menghasilkan pembobotan dari konsep dan elemen dalam maqashid syari’ah,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.4
Bobot Konsep dan Elemen Pengukuran Indeks Maqashid Syari’ah
Tujuan
Syariah
(Konsep)
Bobot Rata-
rata (%) Elemen (E)
Bobot Rata-
rata (%)
Education (Tahdzib al-
fard)
30
E1. Education Grant 24
E2. Research 27
E3. Training 26
E4. Publicity 23
Total 100
Justice
(Al-‘Adl) 41
E5. Fair Returns 30
E6. Functional Distribution
32
E7. Interest Free Product
38
Total 100
Public interest (Al-
Mashlahah)
29
E8. Profit Ratios 33
E9. Personal Income 30
E10. Investment Ratios in Real Sector
37
Total 100
Sumber: Mohammed, et al. (2008)
Terdapat tiga tahap yang dilakukan untuk mendapakan hasil
perhitungan Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) yaitu:
a. Menghitung rasio kinerja dari bank-bank syariah yang dijadikan objek
penelitian, yang terdiri dari 10 rasio kinerja yaitu:
1) Education Grant or Scholarship/Total Expense (R11)
2) Research Expense/Total Expense (R21)
37
3) Training Expense/Total Expense (R31)
4) Publicity Expense/Total Expense (R41)
5) Profit Equalization Reserves (PER)/Net or Investment Income (R12)
6) Mudharabah and Musyarakah Modes/Total Investment Modes (R22)
7) Interest Free Income/Total Income (R32)
8) Net Income/Total Assets (R13)
9) Zakah Paid/Net Assets (R23)
10) Investment in Real Economic Sector/Total Investment (R33)
b. Menghitung indikator kinerja (IK) berdasarkan hasil perhitungan rasio
kinerja. Perhitungan indikator kinerja menggunakan metode Simple
Additive Weighting (SAW). Metode SAW dilakukan dengan cara
pembobotan, agregat, dan proses penentuan peringkat. SAW merupakan
metode Multiple Attribute Decision Making (MADM) yang dilakukan
dengan mengidentifikasi setiap nilai atribut dan nilai intra atribut.
Kemudian akan diperoleh skor total untuk setiap bank dengan cara
mengalikan setiap rasio skala setiap atribut. Indikator kinerja dan tingkat
indeks maqashid syariah dapat dijelaskan secara matematis sebagai
berikut:
1) Tujuan 1 (Education)
Indikator kinerja (IK) untuk tujuan 1 sebagai berikut:
IK(T1) = W1.1 X E1.1 X R1.1 X W1.1 X E2.1 X R2.1 X W1.1 X
E3.1 X R3.1 X W1.1 X E4.1 X R4.1 atau W1.1 (E1.1 X R1.1 + E2.1
X R2.1 + E3.1 X R3.1 + E4.1 X R4.1) (1)
38
Keterangan:
T1 = Tujuan maqashid syari’ah pertama
W1.1 = Bobot rata-rata untuk tujuan pertama
E1.1 = Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan pertama
E2.1 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan pertama
E3.1 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan pertama
E4.1 = Bobot rata-rata untuk elemen keempat tujuan pertama
R1.1 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan pertama
R2.1 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan pertama
R3.1 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan pertama
R4.1 = Rasio kinerja untuk elemen keempat tujuan pertama
Sehingga:
IK(T1) = IK1.1 + IK2.1 + IK3.1 + IK4.1 (2)
IK1.1 = W1.1 X E1.1 X R1.1 (3)
IK2.1 = W1.1 X E2.1 X R2.1 (4)
IK3.1 = W1.1 X E3.1 X R3.1 (5)
IK1.1 = W1.1 X E4.1 X R4.1 (6)
2) Tujuan 2 (Justice)
Indikator kinerja (IK) untuk tujuan 2 sebagai berikut:
IK(T2) = W2.2 X E1.2 X R1.2 X W2.2 X E2.2 X R2.2 X W2.2 X E3.2
X R3.2 atau W2.2 (E1.2 X R1.2 + E2.2 X R2.2 + E3.2 X R3.2) (7)
Keterangan:
39
T2 = Tujuan maqashid syari’ah kedua
W2.2 = Bobot rata-rata untuk tujuan kedua
E1.2 = Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan kedua
E2.2 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan kedua
E3.2 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan kedua
R1.2 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan kedua
R2.2 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan kedua
R3.2 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan kedua
Sehingga:
IK(T2) = IK1.2 + IK2.2 + IK3.2 (8)
IK1.2 = W2.2 X E1.2 X R1.2 (9)
IK2.2 = W2.2 X E2.2 X R2.2 (10)
IK3.2 = W2.2 X E3.2 X R3.2 (11)
3) Tujuan 3 (Public interest)
Indikator kinerja (IK) untuk tujuan 3 sebagai berikut:
IK(T3) = W3.3 X E1.3 X R1.3 X W3.3 X E2.3 X R2.3 X W3.3 X E3.3
X R3.3 atau W3.3 (E1.3XR1.3 + E2.3XR2.3 + E3.3XR3.3) (12)
Keterangan:
T3 = Tujuan maqashid syari’ah ketiga
W3.3 = Bobot rata-rata untuk tujuan ketiga
E1.3 = Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan ketiga
E2.3 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan ketiga
E3.3 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan ketiga
40
R1.3 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan ketiga
R2.3 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan ketiga
R3.3 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan ketiga
Sehingga:
IK(T3) = IK1.3 + IK2.3 + IK3.3 (13)
IK1.3 = W3.3 X E1.3 X R1.3 (14)
IK2.3 = W3.3 X E2.3 X R2.3 (15)
IK3.3 = W3.3 X E3.3 X R3.3 (16)
c. Melakukan pemeringkatan berdasarkan indeks maqashid syari’ah dari
masing-masing bank syariah yang menjadi objek penelitian. Indeks
maqashid syari’ah untuk setiap bank syariah merupakan total semua
indikator kerja dari tiga maqashid syari’ah. Indeks maqashid syari’ah
dapat dirumuskan sebagai berikut:
IMS = IK(T1) + IK(T2) + IK(T3) (17)
2. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Aspek Profitabilitas
a. Menghitung Rasio Profitabilitas Bank Umum Syariah
Perhitungan rasio profitabilitas masing-masing bank dilakukan
pertahun dari tahun 2010-2015. Selanjutnya dihitung nilai rata-rata rasio
profitabilitas masing-masing bank. Rasio-rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja profitabilitas pada penelitian ini adalah ROA, ROE, dan
BOPO dengan penjelasan sebagai berikut:
41
1) Return on Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh keuntungan secara keseluruhan yang dirumuskan dengan:
2) Return on Equity (ROE)
Rasio ini memperbandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
3) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini dirumuskan dengan:
b. Menghitung Indeks Perbandingan Kinerja Profitabilitas Bank Umum
Syariah
Untuk dapat membandingkan kinerja profitabilitas bank syariah
dengan indeks maqashid syari’ah, maka proses yang akan dilakukan
adalah menghitung nilai masing-masing pengukuran profitabilitas bank
syariah dan menentukan peringkat dari kinerja bank syariah tersebut,
menggunakan metode Comparative Performance Index (CPI).
%100XAktiva Total
Pajak Sebelum Laba ROA
100% XDisetor ModalJumlah
PajakSetelah Bersih Laba ROE
100% X lOperasiona Pendapatan
lOperasionaBeban BOPO
42
Comparative Performance Index (CPI) atau teknik perbandingan
indeks kinerja, merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk
menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif (i)
berdasarkan beberapa kriteria (j) (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Rumus
yang digunakan dalam CPI adalah:
Aij = Xij (min) x 100 / Xij (min)
(i=1.j) = (X(i+1.j)) / Xij (min) x 100
Iij = Aij x Pj
Ii =
n
1j
(Iij)
Keterangan:
Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j
Xij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal
minimum ke-j
A(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i +1 pada kriteria ke-j
X(l + 1.j) = nilai alternatif ke-i +1 pada kriteria awal ke-j
Pj = bobot kepentingan kriteria ke – j
Iij = indeks alternatif ke i
Ii = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke I
i = 1,2,3,.........,n
J = 1,2,3,.........,m
Prosedur dalam metode CPI adalah sebagai berikut (Marimin dan
Maghfiroh, 2010):
43
1) Identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilainya, semakin baik)
dan tren negatif (semakin rendah nilainya, semakin baik).
2) Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria diubah
menjadi 100, sedangkan nilai lainnya diubah secara proporsional lebih
tinggi.
3) Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria diubah
menjadi 100, sedangkan nilai lainnya diubah secara proporsional lebih
rendah.
Tabel 3.5
Matrik Perubahan Menggunakan Teknik CPI
Bank ROA
(%)
ROE
(%)
BOPO
(%)
Nilai
Alternatif Peringkat
BCAS
BJBS
BMI
BMS
BNIS
BRIS
BSB
BSM
BVS
MSI
PBS
Bobot
Kriteria
3. Perbandingan Kinerja Maqashid Syari’ah dengan Kinerja Profitabilitas
Setelah memperoleh hasil dari perhitungan indeks maqashid
syari’ah dan rasio profitabilitas setiap bank umum syariah, selanjutnya akan
dilakukan perbandingan dari kedua aspek tersebut dalam bentuk diagram
kartesius dengan tahapan analisis adalah sebagai berikut (Afrinaldi, 2013):
44
a. Menghitung nilai atau skor rata-rata dari indeks maqashid syari’ah dan
rasio profitabilitas.
b. Membuat plot berdasarkan nilai/skor rata-rata masing-masing aspek ke
dalam diagram kartesius, tingkat profitabilitas sebagai sumbu vertikal
dengan simbol (x), dan tingkat indeks maqashid syari’ah berlaku sebagai
sumbu horizontal dengan simbol (y), dapat disederhanakan dengan rumus
sebagai berikut:
x = n
xi (1)
ȳ = n
yi (2)
Keterangan:
x = Skor rata-rata tingkat profitabilitas bank umum syariah
ȳ = Skor rata-rata indeks maqashid syari’ah
xi = Total skor setiap tingkat profitabilitas dari seluruh sampel bank
syariah
yi = Total skor setiap tingkat indeks maqashid syari’ah dari seluruh
sampel bank syariah
n = Jumlah sampel
45
Gambar 3.2
Diagram Kartesius Profitabilitas dan Indeks Maqashid Syari’ah
Sumber: Afrinaldi (2013)
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Indeks Maqashid Syari’ah
Menurut Afrinaldi (2013) dimensi-dimensi dibuat untuk dapat
memahami dan menjelaskan rincian dari setiap konsep, sehingga dimens i
untuk setiap konsep maqashid syari’ah dijelaskan sebagai berikut:
a. Educating Individual (Mendidik Individu)
1) Advancement Knowledge (D1)
Bank syariah dituntut untuk dapat berperan serta dalam
mengembangkan pengetahuan, tidak hanya untuk pegawainya tapi juga
untuk masyarakat luas. Peran ini dapat diukur melalui elemen seberapa
Profitabilitas tinggi
Profitabilitas rendah
Kuadran Kanan Atas:
maqashid syari’ah tinggi dan
profitabilitas yang
tinggi
Kuadran Kiri Atas: maqashid syari’ah
rendah dan profitabilitas yang
tinggi
Kuadran Kiri Bawah:
maqashid syari’ah rendah dan
profitabilitas yang rendah
Kuadran Kanan Bawah:
maqashid syari’ah tinggi dan
profitabilitas yang rendah
Maqashid Syari’ah tinggi Maqashid Syari’ah rendah
46
besar pihak bank memberikan beasiswa pendidikan (E1. Education
Grant) dan melakukan penelitian serta pengembangan (E2. Research).
Rasio pengukurannya dapat diukur melalui seberapa besar beasiswa
yang diberikan terhadap total pendapatannya (R1) dan rasio biaya
penelitian terhadap total biayanya (R2). Semakin besar dana beasiswa
dan biaya penelitian yang dikeluarkan bank syariah, menunjukkan
bahwa bank syariah memiliki perhatian yang besar terhadap
peningkatan pengetahuan masyarkat.
2) Instilling New Skill and Improvement (D2)
Bank syariah memiliki kewajiban untuk meningkatkan skill dan
pengetahuan pegawainya, hal ini ditunjukkan dengan seberapa besar
perhatian bank syariah terhadap pelatihan dan pendidikan bagi
pegawainya (E3. Training). Rasionya dapat diukur melalui seberapa
besar biaya pelatihan terhadap total biayanya (R3). Semakin besar rasio
yang dihasilkan, hal ini mengandung arti semakin besar perhatian bank
terhadap pendidikan pegawainya.
3) Creating Awareness of Islamic Banking (D3)
Peran bank syariah dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat
khususnya tentang perbankan syariah adalah dengan melakukan
sosialisasi dan publisitas perbankan syariah dalam bentuk informas i
bank syariah, operasional, dan sistem ekonomi syariah (E4. Publicity).
Hal ini dapat diukur melalui seberapa besar biaya publisitas atau
promosi yang dikeluarkan bank terhadap total biaya yang
47
dikeluarkannya (R4). Semakin besar biaya promosi dan publisitas akan
berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
perbankan syariah.
b. Establishing Justice (Menegakkan Keadilan)
4) Fair Returns (D4)
Bank syariah dituntut untuk dapat melakukan transaksi secara adil
dengan memberikan hasil yang adil dan setara (fair return). Ukuran
yang digunakan adalah rasio Profit Equalization Reserves (PER) bank
syariah. Bank syariah di Indonesia belum menerapkan PER secara
penuh dan belum ada bank syariah yang melaporkan tingkat PER dalam
laporan tahunannya. Rasio PER tidak dapat digunakan karena belum
adanya data terkait dengan hal tersebut.
5) Cheap Products and Services (D5)
Elemen pengukuran yang dilakukan adalah functional distribution (E6),
dengan mengukur seberapa besar skema bagi hasil mudharabah
musyarakah terhadap seluruh model pembiayaan yang diberikan oleh
bank syariah (R6). Semakin tinggi model pembiayaan bank syariah
dengan menggunakan mudharabah dan musyarakah, menunjukkan
bahwa bank syariah dapat meningkatkan fungsinya untuk mewujudkan
keadilan sosial ekonomi melalui transaksi bagi hasil.
6) Elimination of Injustices (D6)
Riba merupakan salah satu instrumen yang dilarang dalam sistem
perbankan dan keuangan syariah. Hal ini disebabkan riba dapat
memberikan dampak buruk terhadap perekonomian dan menyebabkan
48
ketidakadilan dalam transaksi ekonomi. Riba memberikan kesempatan
yang luas terhadap golongan kaya untuk mengeksploitasi golongan
miskin. Bank syariah dituntut untuk menjalankan aktivitas perbankan,
khususnya investasi yang terbebas dari riba. Semakin tinggi rasio
investasi yang bebas riba terhadap total investasinya (R7), maka akan
berdampak positif terhadap berkurangnya kesenjangan pendapatan dan
kekayaan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat diukur dengan
rasio interest free income terhadap total income.
c. Mashlahah (Kepentingan Publik)
7) Profitability of Bank (D7)
Semakin besar keuntungan yang diperoleh bank syariah, maka akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan semua stakeholder
perbankan syariah. Rasio profitabilitas bank syariah dapat diukur
melalui seberapa besar laba bersih terhadap total aset bank syariah (R8).
8) Redistribution of Income and Wealth (D8)
Salah satu peran penting bank syariah adalah mendistribusikan
kekayaan pada semua golongan masyarakat. Peran ini dapat dilakukan
bank syariah melalui pendistribusian dana zakat yang dikeluarkan bank
syariah (R9), yang dapat diukur melalui seberapa besar rasio zakat yang
dibayar bank syariah terhadap aset bersih bank syariah tersebut.
9) Investment in Real Sector (D9)
Keberadaan bank syariah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
sektor riil yang selama ini tidak seimbang dengan sektor keuangan.
49
Prinsip dan akad-akad bank syariah dianggap lebih sesuai dalam
pengembangan sektor rill, sehingga tingkat pembiayaan bank syariah
diharapkan lebih banyak pada sektor riil, seperti sektor pertanian,
pertambangan, konstruksi, manufaktur, serta usaha mikro. Semakin
tinggi pembiayaan yang disalurkan di sektor rill yang dilakukan bank
syariah (R10), akan mendorong terjadinya pengembangan ekonomi
sektor riil yang akan memberikan kemaslahatan kepada seluruh lapisan
masyarakat.
Mohammed, et al. (2008) memilih kesepuluh rasio ini sebagai rasio
dalam Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) berdasarkan kriteria-kriteria di
bawah ini:
a. Diskusi mengenai tujuan-tujuan perbankan syariah, dimensi-dimensi, serta
elemen-elemen diidentifikasikan dari tujuan-tujuan tersebut.
b. Penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis menggunakan rasio-rasio
yang sama untuk mengukur kinerja perbankan syariah dan perbankan
konvensional.
c. Kemudahan dalam mendapatkan data, yaitu dari laporan keuangan dan
kemudahan metode riset.
d. Pengukuran implementasi konsep maqashid syari’ah lebih akurat dengan
menggunakan rasio-rasio ini.
50
2. Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode waktu
tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen
suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan
atau dari pendapatan investasi (Kasmir, 2009).
Variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja
profitabilitas pada penelitian ini adalah ROA, ROE, dan BOPO. Penjelasan
dari variabel-variabel tersebut antara lain:
a. ROA (Return on Asset)
ROA adalah rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap
rata-rata volume usaha dalam periode yang sama (Rivai, 2007). ROA
menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan.
Ukuran atau rumus yang digunakan adalah rasio perbandingan antara laba
sebelum pajak dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Rasio ini dirumuskan dengan:
b. ROE (Return on Equity)
ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran
deviden (Rivai, 2007). ROE merupakan indikator yang sangat penting bagi
%100XAktiva Total
Pajak Sebelum Laba ROA
51
para pemegang saham dan calon investor. Jika rasio ini meningkat, berarti
telah terjadi kenaikan laba bersih dari laba bank yang bersangkutan yang
selanjutnya dikaitkan dengan peluang kemungkinan pembayaran deviden,
terutama bagi bank yang telah go public. Rasio ini memperbandingkan
antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
c. BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
Menurut Rivai (2007) rasio ini adalah perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiens i
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Usaha utama
bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali ke
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau disebut kredit jika dalam
sistem bank konvensional, sehingga beban bunga/bagi hasil dan hasil
bunga/bagi hasil/marjin adalah pendapatan operasional terbesar bagi bank.
Rasio ini dirumuskan dengan:
100% X lOperasiona Pendapatan
lOperasiona Biaya BOPO
100% XDisetor ModalJumlah
PajakSetelah Bersih Laba ROE
52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
a. Bank Central Asia Syariah (BCAS)
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengena i
ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan
nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta akuisisi No. 72
tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat di hadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo,
SH, M.Si PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA) mengakuisisi PT Bank
Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank
BCA Syariah (www.bcasyariah.co.id).
b. Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)
Pendirian BJBS diawali dengan pembentukan divisi/unit usaha syariah
oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. pada
tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk
menggunakan jasa perbankan syariah pada saat itu. PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. berpandangan bahwa
untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program
Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan share perbankan syariah,
maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank
53
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk
menjadikan divisi/unit usaha syariah menjadi bank umum syariah
(www.bjbsyariah.co.id).
c. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27
Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senila i
Rp84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana
Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang
turut menanam modal senilai Rp106 miliar (www.bankmuamalat.co.id).
d. Bank Mega Syariah (BMS)
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu), bank umum yang
didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI
No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (Para Group)
melalui Mega Corpora (PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan
Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin
mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah.
Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank
54
Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi
Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank
Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004.
Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai
upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank
umum syariah (www.megasyariah.co.id).
e. Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan
dilakukan spin off tahun 2009. Disamping itu, komitmen pemerintah
terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran
terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningka t.
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161
Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan
20 Payment Point (www.bnisyariah.co.id).
f. Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari
Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008
55
PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank
BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam (www.brisyariah.co.id).
g. Bank Syariah Bukopin (BSB)
PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk.
diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank
konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk. proses akuisisi tersebut
berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008
(www.syariahbukopin.co.id).
h. Bank Syariah Mandiri (BSM)
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik
(www.syariahmandiri.co.id).
i. Bank Victoria Syariah (BVS)
Menghadapi kompetisi antar bank yang semakin ketat, sektor perbankan
dituntut untuk terus berinovasi baik dari sisi produk, layanan maupun
operasional, yang berujung pada peningkatan kinerja usaha. Untuk itu, di
56
tahun 2013 Bank Victoria Syariah berkomitmen untuk memperkokoh
pondasi perusahaan sebagai bank ritel syariah dengan melakukan
pengembangan produk dan segmen bisnis baru untuk percepatan
pertumbuhan aset perusahaan (bankvictoriasyariah.co.id).
j. Maybank Syariah Indonesia (MSI)
Sejak memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah pada bulan Oktober
2010, PT Bank Maybank Syariah Indonesia (Maybank Syariah) telah
mengembangkan berbagai layanan dan solusi inovatif untuk memenuhi
kebutuhan para nasabah sekaligus meraih peluang di pasar keuangan
regional yang terus berkembang (maybanksyariah.co.id).
k. Panin Bank Syariah (PBS)
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (Panin Dubai Syariah Bank),
berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center,
Jl. Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat. Sesuai dengan pasal 3
Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang lingkup kegiatan Panin
Dubai Syariah Bank adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang
perbankan dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam. Panin
Dubai Syariah Bank mendapat izin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/
DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank umum berdasarkan
prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada
tanggal 2 Desember 2009 (www.paninbanksyariah.co.id).
57
2. Perkembangan Usaha
a. Perolehan Aset 2015
Gambar 4.1
Aset Bank Umum Syariah di Indonesia 2015
Sumber: Data Diolah (2017)
Pada akhir tahun 2015 total keseluruhan aset Bank Umum
Syariah (BUS) yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu Rp207,41
triliun. BUS yang memiliki aset terbanyak adalah Bank Syariah Mandiri
(BSM) dengan jumlah aset sebesar Rp70,73 triliun. BUS dengan nilai aset
terkecil adalah Bank Victoria Syariah (BVS) dengan jumlah aset sebesar
Rp1,30 triliun.
b. Jumlah Pembiayaan 2015
Gambar 4.2
Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia 2015
Sumber: Data Diolah (2017)
58
Total pembiayaan yang disalurkan Bank Umum Syariah yang
menjadi objek penelitian ini pada tahun 2015 sebesar Rp149,40 triliun.
Bank Umum Syariah (BUS) yang menyalurkan pembiayaan terbesar
selama tahun 2015 adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) yaitu sebesar
Rp51,09 triliun dan BUS yang paling sedikit menyalurkan pembiayaan
adalah Bank Victoria Syariah (BVS) yaitu sebesar Rp1,08 triliun.
c. Laba Bersih 2015
Gambar 4.3
Laba Bersih Bank Umum Syariah di Indonesia 2015
Sumber: Data Diolah (2017)
Bank Umum Syariah (BUS) yang menjadi objek dalam penelit ian
ini berhasil mencatatkan total laba bersih sebesar Rp615,56 miliar pada
tahun 2015. BUS dengan jumlah laba bersih terbesar adalah Bank Syariah
Mandiri (BSM) yaitu sebesar Rp289,58 miliar. Hal sebaliknya ditunjukkan
oleh Maybank Syariah Indonesia (MSI) yang mengalami kerugian sebesar
Rp294.39 miliar.
59
B. Analisis dan Pembahasan
1. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Aspek Maqashid Syari’ah
Pengukuran kinerja berdasarkan Aspek Maqashid Syari’ah
dilakukan dengan 3 tahapan. Pertama menghitung rasio kinerja dari seluruh
bank umum syariah, kedua menghitung indikator kinerja berdasarkan hasil
perhitungan rasio kinerja, ketiga menentukan peringkat berdasarkan Indeks
Maqashid Syari’ah (IMS) yang merupakan total semua indikator kinerja.
a. Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah
Rasio kinerja maqashid syari’ah setiap bank syariah merupakan
ukuran untuk menentukan bagaimana bank melaksanakan setiap tujuan-
tujuan syariah yang telah ditentukan yaitu Tahdzib al-Fard (mendid ik
individu), Iqamah al-‘Adl (menegakkan keadilan), Jalb al-Mashlahah
(mendorong kesejahteraan).
Berikut adalah hasil perhitungan rasio kinerja maqashid syari’ah
bank umum syariah periode 2010-2015 untuk setiap tujuannya:
1) Tujuan pertama: Tahdzib al-Fard (mendidik individu)
Pada tujuan pertama terdapat empat rasio pengukuran yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana bank syariah melaksanakan
tujuannya dalam mendidik individu, antara lain: education grant (R11),
research (R21), training (R31), dan publicity (R41). Berikut adalah
tabel rasio kinerja maqashid syari’ah untuk tujuan pertama:
60
Tabel 4.1
Rata-rata Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah Tujuan Pertama
Bank Umum Syariah Periode 2010-2015
Bank Rasio Kinerja Tujuan 1
R11 R21 R31 R41
BCAS 0.00003 0.00000 0.01668 0.01213
BJBS 0.00000 0.00031 0.00000 0.00225
BMI 0.00341 0.00211 0.01346 0.04066
BMS 0.00185 0.00000 0.01027 0.00000
BNIS 0.00359 0.00000 0.02691 0.07004
BRIS 0.03078 0.00000 0.01532 0.03469
BSB 0.00000 0.00061 0.01092 0.01461
BSM 0.00230 0.00103 0.01615 0.03135
BVS 0.00000 0.00912 0.00175 0.00962
MSI 0.00271 0.00006 0.01943 0.02470
PBS 0.00039 0.00000 0.01418 0.01403
Sumber: Data diolah (2017)
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada rasio pertama
(education grant) Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) memilik i
nilai tertinggi sebesar 0.03078 atau 3.078%, artinya 3.078% dari total
beban ditujukan untuk bantuan sosial di bidang pendidikan. Pada rasio
kedua (research) Bank Victoria Syariah (BVS) memiliki nilai tertinggi
dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Hal tersebut dapat
dilihat dari 0.00912 atau 0.912% dari total beban digunakan untuk
penelitian dan pengembangan. Selanjutnya Bank Negara Indonesia
Syariah (BNIS) menempati posisi teratas dalam penilaian rasio ketiga
(training) dengan nilai 0.02691 atau 2.691%, artinya 2.691% total
beban yang dikeluarkan BNIS digunakan untuk pelatihan karyawan.
Pada rasio keempat (publicity) BNIS kembali menempati posisi
pertama dengan nilai 0.07004 atau 7.004%, artinya BNIS menggunakan
61
7.004% dari total beban untuk melakukan kegiatan promosi dan
publikasi.
2) Tujuan kedua: Iqamah al-‘Adl (menegakkan keadilan)
Pada tujuan kedua terdapat tiga rasio pengukuran yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana bank syariah melaksanakan
tujuannya dalam menegakkan keadilan, antara lain: fair returns (R12),
functional distribution (R22), dan interest free product (R32). Berikut
adalah tabel rasio kinerja maqashid syari’ah untuk tujuan kedua:
Tabel 4.2
Rata-rata Rasio Kinerja Maqashid syari’ah Tujuan Kedua
Bank Umum Syariah Periode 2010-2015
Bank Rasio Kinerja Tujuan 2
R12 R22 R32
BCAS 0.00000 0.40641 0.91983
BJBS 0.00000 0.30266 1
BMI 0.00000 0.48231 1
BMS 0.00000 0.01643 1
BNIS 0.00000 0.17971 1
BRIS 0.00000 0.27338 1
BSB 0.00000 0.35491 0.99988
BSM 0.00000 0.26351 1
BVS 0.00000 0.30893 1
MSI 0.00000 0.05634 0.85370
PBS 0.00000 0.66266 1
Sumber: Data diolah (2017)
Rasio pertama (fair return) yang dapat diukur dari jumlah
Profit Equalization Reserve (PER). Sistem perbankan syariah di
Indonesia tidak menggunakan indikator PER, sehingga nilai rasio pada
seluruh bank sebesar 0. Nilai rata-rata tertinggi pada rasio kedua
(functional distribution) diperoleh Panin Bank Syariah (PBS) sebesar
62
0.66266 atau 66.26%. Artinya 66.26% dari total pembiayaan PBS
disalurkan dengan akad mudarabah dan musyarakah. Rasio ketiga
(interest free income) diukur melalui perbandingan pendapatan bebas
bunga dengan total pendapatan. Bank yang memperoleh nilai 1 artinya
100% pendapatan yang diperoleh bersih dari bunga dan transaksi yang
tidak sesuai syariah.
3) Tujuan ketiga: Jalb al-Mashlahah (mendorong kesejahteraan)
Pada tujuan ketiga terdapat tiga rasio pengukuran yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana bank syariah melaksanakan
tujuannya dalam mendorong kesejahteraan, yaitu: profit ratio (R13),
personal income (R23), dan investment in real sector (R33). Berikut
adalah tabel rasio kinerja maqashid syari’ah untuk tujuan ketiga:
Tabel 4.3
Rata-rata Rasio Kinerja Maqashid syari’ah Tujuan Ketiga
Bank Umum Syariah Periode 2010-2015
Bank Rasio Kinerja Tujuan 3
R13 R23 R33
BCAS 0.00550 0.00000 0.80544
BJBS 0.00229 0.00002 0.54215
BMI 0.00603 0.00015 0.66151
BMS 0.01112 0.00052 0.51733
BNIS 0.00823 0.00031 0.39802
BRIS 0.00375 0.00028 0.76908
BSB 0.00414 0.00000 0.73325
BSM 0.00878 0.00038 0.55907
BVS 0.00382 0.00003 0.62368
MSI -0.01309 0.00000 0.77649
PBS 0.00583 0.00007 0.77036
Sumber: Data diolah (2017)
63
Berdasarkan data pada tabel 4.3 Bank Mega Syariah (BMS)
menempati posisi teratas pada rasio pertama (profit ratio) dengan nila i
0.01112 atau 1.112%, artinya BMS memiliki kemampuan yang lebih
baik dari bank umum syariah lainnya dalam mengelola aset yang
dimiliki untuk memperoleh laba yang tinggi. Nilai tertinggi rasio kedua
(personal income) juga diperoleh BMS sebesar 0.00052 atau 0.052%.
Rasio ini mencerminkan zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah
terhadap pendapatan bersihnya. Bank Central Asia (BCAS) menempati
posisi tertinggi pada rasio ketiga (investment in real sector) dengan nila i
0.80544 atau 80.544% artinya 80.544% dari total investasi yang
dilakukan BCAS disalurkan pada sektor riil lebih banyak dibandingkan
bank umum syariah lainnya.
b. Indikator Kinerja Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah
Tahap selanjutnya setelah perhitungan rasio kinerja maqashid
syari’ah adalah menghitung indikator kinerja maqashid syari’ah. Metode
yang digunakan untuk menghitung indikator kinerja maqashid syari’ah
adalah Simple Additive Weighting (SAW) dengan cara pembobotan,
agregat, dan proses penentuan peringkat yang dilakukan dengan
mengidentifikasi setiap nilai atribut dan nilai intra atribut seperti yang
telah dijelaskan di bab sebelumnya.
Berikut adalah indikator kinerja maqashid syari’ah bank umum
syariah untuk setiap tujuannya:
1) Tujuan pertama: Tahdzib Al-Fard (mendidik individu)
64
Tabel 4.4
Indikator Kinerja Maqashid syari’ah Tujuan Pertama
Bank Umum Syariah Periode 2010-2015
Bank Indikator Kinerja Tujuan 1 [IK(T1)]
Total IK11 IK21 IK31 IK41
BCAS 0.00000 0.00000 0.00130 0.00084 0.00214
BJBS 0.00000 0.00003 0.00000 0.00016 0.00018
BMI 0.00025 0.00017 0.00105 0.00281 0.00427
BMS 0.00013 0.00000 0.00080 0.00000 0.00093
BNIS 0.00026 0.00000 0.00210 0.00483 0.00719
BRIS 0.00222 0.00000 0.00119 0.00239 0.00580
BSB 0.00000 0.00005 0.00085 0.00101 0.00191
BSM 0.00017 0.00008 0.00126 0.00216 0.00367
BVS 0.00000 0.00074 0.00014 0.00066 0.00154
MSI 0.00020 0.00000 0.00152 0.00170 0.00342
PBS 0.00003 0.00000 0.00111 0.00097 0.00210
Sumber: Data diolah (2017)
Dari tabel 4.4 dapat terlihat bahwa Bank Rakyat Indonesia
Syariah (BRIS) lebih baik dalam memberikan bantuan sosial di bidang
pendidikan. Bank Victoria Syariah (BVS) lebih baik dari bank umum
syariah lainnya dalam melakukan penelitian dan pengembangan. Secara
keseluruhan Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS) lebih baik dalam
pencapaian maqashid syari’ah tujuan pertama karena memiliki nila i
indikator kinerja maqashid syari’ah tertinggi dalam memberikan
pelatihan kepada karyawan dan dalam kegiatan publikasi.
2) Tujuan kedua: Iqamah Al-‘Adl (menegakkan keadilan)
Tabel 4.5
Indikator Kinerja Maqashid syari’ah Tujuan Kedua Bank
Umum Syariah Periode 2010-2015
Bank Indikator Kinerja Tujuan 2 [IK(T2)] Total
IK12 IK22 IK32
BCAS 0 0.05332 0.10560 0.15892
BJBS 0 0.03971 0.11480 0.15451
BMI 0 0.06328 0.11480 0.17808
Bersambung ke halaman selanjutnya
65
Tabel 4.5 (Lanjutan)
Bank Indikator Kinerja Tujuan 2 [IK(T2)] Total
IK12 IK22 IK32
BMS 0 0.00216 0.11480 0.11696
BNIS 0 0.02358 0.11480 0.13838
BRIS 0 0.03587 0.11480 0.15067
BSB 0 0.04656 0.11479 0.16135
BSM 0 0.03457 0.11480 0.14937
BVS 0 0.04053 0.11480 0.15533
MSI 0 0.00739 0.09800 0.10540
PBS 0 0.08694 0.11480 0.20174
Sumber: Data diolah (2017)
Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas terlihat bahwa Panin
Bank Syariah (PBS) lebih unggul dalam menyalurkan pembiayaan
dalam bentuk mudarabah dan musyarakah selama periode 2010-2015.
Kemudian secara garis besar seluruh perbankan syariah sudah memilik i
indikator kinerja yang baik dalam pencapaian pendapatan non bunga.
Secara umum pencapaian PBS merupakan yang terbaik di antara bank
umum syariah lainnya dalam melaksanakan tujuan kedua yaitu
menegakkan keadilan.
3) Tujuan ketiga: Jalb Al-Mashlahah (mendorong kesejahteraan)
Tabel 4.6
Indikator Kinerja Maqashid syari’ah Tujuan Ketiga Bank Umum
Syariah Periode 2010-2015
Bank Indikator Kinerja Tujuan 3 [IK(T3)] Total
IK13 IK23 IK33
BCAS 0.00053 0.00000 0.08642 0.08695
BJBS 0.00022 0.00000 0.05817 0.05839
BMI 0.00058 0.00001 0.07098 0.07157
BMS 0.00106 0.00005 0.05551 0.05662
BNIS 0.00079 0.00003 0.04271 0.04352
BRIS 0.00036 0.00002 0.08252 0.08291
BSB 0.00040 0.00000 0.07868 0.07907
Bersambung ke halaman selanjutnya
66
Tabel 4.6 (Lanjutan)
Sumber: Data diolah (2017)
Dari tabel 4.6 dapat dilihat Bank Mega Syariah (BMS)
memperoleh nilai tertinggi dalam pencapaian profitabilitas dan
pendistribusian kekayaan melalui zakat. Sedangkan Bank Central Asia
Syariah (BCAS) lebih baik dalam penyaluran pembiayaan pada sektor
riil. Secara umum BCAS lebih baik dalam pencapaian tujuan ketiga
dibandingkan dengan bank umum syariah lainnya.
c. Indeks Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah
Penentuan peringkat berdasarkan Indeks Maqashid Syari’ah
(IMS) dilakukan setelah menjumlahkan indikator kinerja maqashid
syari’ah dari tujuan pertama sampai dengan tujuan ketiga. Berikut ini
merupakan tabel Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) beserta peringkat dari
Bank Umum Syariah (BUS) periode 2010-2015:
Tabel 4.7
Indeks Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah
Periode 2010-2015
Bank IK (T1)
(a) IK (T2)
(b) IK (T3)
(c) IMS
(a + b + c) Peringkat
BCAS 0.00214 0.15892 0.08695 0.24801 3
BJBS 0.00018 0.15451 0.05839 0.21308 8
BMI 0.00427 0.17808 0.07157 0.25392 2
BMS 0.00093 0.11696 0.05662 0.17451 11
BNIS 0.00719 0.13838 0.04352 0.18909 10
BRIS 0.00580 0.15067 0.08291 0.23938 5
Bank Indikator Kinerja Tujuan 3 [IK(T3)] Total
IK13 IK23 IK33
BSM 0.00084 0.00003 0.05999 0.06086
BVS 0.00037 0.00000 0.06692 0.06729
MSI -0.00125 0.00000 0.08332 0.08206
PBS 0.00056 0.00001 0.08266 0.08322
Bersambung ke halaman selanjutnya
67
Tabel 4.7 (Lanjutan)
Sumber: Data diolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.7 Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
menjadi yang terbaik dalam pelaksanaan tujuan pertama (tahdzib al-fard),
Panin Bank Syariah (PBS) menjadi yang terbaik dalam pelaksanaan tujuan
kedua (iqamah al-‘adl), dan Bank Central Asia Syariah (BCAS) menjadi
yang terbaik dalam pelaksanaan tujuan ketiga (jalb al-mashlahah). Secara
umum kinerja maqashid syari’ah PBS menjadi yang terbaik selama
periode 2010-2015.
2. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Aspek Profitabilitas
Pengukuran kinerja berdasarkan aspek profitabilitas dilakukan
dengan dua tahapan. Pertama menghitung rata-rata rasio profitabilitas pada
masing-masing bank umum syariah, kedua melakukan pemeringkatan dengan
menggunakan metode Comparative Performance Index (CPI).
a. Rasio Profitabilitas Bank Umum Syariah
Berikut adalah rata-rata rasio profitabilitas bank umum syariah
periode 2010-2015:
Bank IK (T1)
(a) IK (T2)
(b) IK (T3)
(c) IMS
(a + b + c) Peringkat
BSB 0.00191 0.16135 0.07907 0.24233 4
BSM 0.00367 0.14937 0.06086 0.21391 7
BVS 0.00154 0.15533 0.06729 0.22416 6
MSI 0.00342 0.10540 0.08206 0.19088 9
PBS 0.00210 0.20174 0.08322 0.28707 1
68
Tabel 4.8
Rata-rata Rasio Profitabilitas Bank Umum Syariah
Periode 2010-2015
Bank ROA (%) ROE (%) BOPO (%)
BCAS 0.76 2.63 76.35
BJBS 0.36 1.57 94.38
BMI 0.83 26.29 93.14
BMS 1.52 20.39 90.03
BNIS 1.1 9.71 89.21
BRIS 0.53 5.04 94.77
BSB 0.58 3.14 93.35
BSM 1.23 36.95 75.89
BVS 0.42 -1.26 102.08
MSI -1.63 -0.11 78.95
PBS 0.76 3.74 92.06
Sumber: Data diolah (2017)
Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa Bank Mega Syariah
(BMS) memiliki nilai rata-rata Return on Asset (ROA) tertinggi selama
periode 2010-2015 yaitu sebesar 1.52% artinya kinerja BMS dalam
menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki lebih baik dibanding bank
umum syariah lainnya. Kinerja Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi
yang terbaik dalam menghasilkan laba untuk para pemegang sahamnya,
dapat dilihat dari nilai rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 36.95%
yang merupakan nilai tertinggi dalam periode 2010-2015. Dalam hal
efisiensi, BSM kembali menunjukkan kinerja yang terbaik dalam periode
2010-2015 dilihat dari nilai rata-rata Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) terendah sebesar 75.89%.
69
b. Indeks Perbandingan Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah
Berdasarkan perhitungan rata-rata profitabilitas bank umum
syariah periode 2010-2015 pada tabel 4.8, tahap selanjutnya adalah
menghitung nilai composite index setiap bank umum syariah dan
menentukan peringkat dari masing-masing bank umum syariah dalam
mencapai kinerja profitabilitasnya. Berikut hasil perhitungan dengan
menggunakan metode Comparative Performance Index (CPI) bank umum
syariah periode 2010-2015:
Tabel 4.9
Indeks Perbandingan Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah
Periode 2010-2015
Bank ROA
(%)
ROE
(%)
BOPO
(%)
Nilai
Alternatif Peringkat
BCAS 50.00 7.12 99.40 52.17 5
BJBS 23.68 4.25 80.41 36.11 9
BMI 54.61 71.15 81.48 69.08 3
BMS 100.00 55.18 84.29 79.83 2
BNIS 72.37 26.28 85.07 61.24 4
BRIS 34.87 13.64 80.08 42.86 7
BSB 38.16 8.50 81.30 42.65 8
BSM 80.92 100.00 100.00 93.64 1
BVS 27.63 -3.41 74.34 32.86 10
MSI -107.24 -0.30 96.12 -3.80 11
PBS 50.00 10.12 82.44 47.52 6
Bobot Kriteria
33.33% 33.33% 33.33%
Sumber: Data diolah (2017)
Dari tabel di atas Bank Syariah Mandiri (BSM) menempati
peringkat pertama dalam penilaian dengan metode CPI sebesar 93.64. Hal
tersebut sejalan dengan tingginya nilai rata-rata ROE dan rendahnya nila i
rata-rata BOPO yang dimiliki oleh BSM. Hasil yang buruk ditunjukkan
70
oleh Maybank Syariah Indonesia (MSI) dengan perolehan nilai -3.80. Nilai
rata-rata ROA dan ROE yang negatif menyebabkan MSI menempati posisi
terakhir.
3. Perbandingan Kinerja Maqashid Syari’ah dengan Kinerja Profitabilitas
Perbandingan kinerja berdasarkan aspek maqashid syari’ah dengan
kinerja berdasarkan aspek profitabilitas dilakukan berdasarkan perhitungan
sebelumnya. Aspek maqashid syari’ah menggunakan nilai Indeks Maqashid
Syari’ah (IMS) dan aspek profitabilitas menggunakan nilai dari pengolahan
data dengan metode Comparative Performance Index (CPI), maka diperoleh
data berikut ini:
Tabel 4.10
Perbandingan Indeks Maqashid Syari’ah dengan Indeks Profitabilitas
Bank Umum Syariah Periode 2010-2015
Bank IMS (X) Profitabilitas (Y)
BCAS 0.24801 52.17
BJBS 0.21308 36.11
BMI 0.25392 69.08
BMS 0.17451 79.83
BNIS 0.18909 61.24
BRIS 0.23938 42.86
BSB 0.24233 42.65
BSM 0.21391 93.64
BVS 0.22416 32.86
MSI 0.19088 -3.80
PBS 0.28707 47.52
Nilai Rata-rata 0.22512 51.51
Sumber: Data diolah (2017)
Untuk membentuk diagram kuadran perbandingan (diagram
kartesius) sebagaimana dibahas pada bab sebelumnya, maka diperlukan rata-
rata dari setiap aksis X dan Y sebagaimana tabel di atas. Indeks Maqashid
71
Syari’ah (IMS) menjadi sumbu X dan CPI profitabilitas menjadi sumbu Y.
Dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 maka didapatkan
diagram perbandingan Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan aspek
maqashid syari’ah dengan kinerja berdasarkan aspek profitabilitas untuk
periode 2010-2015 sebagai berikut:
Gambar 4.4
Diagram Perbandingan Kinerja Profitabilitas (CPI) dengan Kinerja
Maqashid Syari’ah (IMS) Bank Umum Syariah Periode 2010-2015
Sumber: Data diolah (2017)
Dari diagram di atas dapat terlihat bagaimana perbandingan kinerja
profitabilitas dengan pelaksanaan maqashid syari’ah Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia periode 2010-2015.
4. Analisis dan Interpretasi
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan dari hasil perbandingan
kinerja yang digambarkan pada diagram di atas, serta dilakukan verifikas i
atas hasil perbandingan melalui analisis laporan tahunan bank umum syariah
72
terkait. Berikut akan dijelaskan hasil analisis kinerja maqashid syari’ah dan
profitabilitas bank umum syariah:
a. Bank Central Asia Syariah (BCAS)
BCAS berada pada kuadran kanan atas yang berarti BCAS merupakan
bank umum syariah dengan pencapaian maqashid syari’ah dan tingkat
profitabilitas yang tinggi.
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Kinerja BCAS dari segi pencapaian maqashid syari’ah sangat baik di
mana BCAS menempati posisi ketiga. BCAS menjadi yang terbaik
dalam melaksanakan tujuan yang ketiga (jalb al-mashlahah) karena
mampu menyalurkan pembiayaan di sektor riil lebih baik ketimbang
bank umum syariah lainnya. Hasil yang sebaliknya ditunjukkan oleh
pencapaian tujuan yang pertama (tahdzib al-fard). Selama periode
2010-2015 BCAS tidak melaporkan adanya biaya untuk penelitian dan
pengembangan. Hal tersebut bisa saja menyebabkan kerugian di
kemudian hari karena ketatnya persaingan dalam dunia perbankan
membutuhkan inovasi dalam menawarkan produk-produk yang unggul.
Pencapaian tujuan kedua (iqamah al-’adl) BCAS sudah sangat baik,
dapat dilihat dari pembiayaan yang sebagian besar disalurkan dengan
model bagi hasil dan perolehan pendapatan bebas bunga. Sejak tahun
2012 pendapatan yang diperoleh BCAS sudah terbebas dari bunga.
73
2) Aspek Profitabilitas
Berdasarkan perhitungan CPI peringkat BCAS berdasarkan aspek
profitabilitas berada di posisi 5. Tingkat kemampuan manajemen
BCAS selama periode 2010-2015 dalam memperoleh keuntungan
cukup baik dilihat dari rata-rata ROA sebesar 0.76% yang artinya
BCAS mampu menghasilkan laba dari penggunaan total asetnya rata-
rata sebesar 0.76% setiap tahunnya lebih baik dibandingkan rata-rata
bank umum syariah lainnya yang sebesar 0.59%. Perhitungan rata-rata
ROE BCAS sebesar 2.63% artinya dari total ekuitas yang dimilik i,
BCAS mampu menghasilkan laba bersih rata-rata sebesar 2.63% setiap
tahunnya. Pencapaian tersebut masih di bawah rata-rata bank umum
syariah lainnya yang sebesar 9.83%. Efisiensi mampu ditunjukkan
dengan baik oleh manajemen BCAS di mana rata-rata rasio BOPO
selama periode 2010-2015 sebesar 76.35% yang merupakan posisi
kedua terbaik.
b. Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)
BJBS berada pada kuadran kiri bawah yang berarti BJBS merupakan bank
umum syariah dengan pencapaian maqashid syari’ah dan tingkat
profitabilitas yang rendah.
1) Aspek Maqashid Syari’ah
BJBS menempati posisi kedelapan dalam perhitungan indeks maqashid
syari’ah, artinya BJBS belum maksimal dalam usaha pencapaian
maqashid syari’ah. Selama periode 2010-2015 BJBS tidak melaporkan
74
adanya biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan. Kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) BJBS untuk bidang pendidikan juga masih
sangat minim. Selama periode 2010-2015 BJBS tercatat hanya satu kali
memberikan dana untuk CSR di bidang pendidikan sebesar
Rp2.000.000 yaitu pada tahun 2013, sehingga pencapaian tujuan
pertama (tahdzib al-fard) masih sangat rendah yaitu sebesar 0.00018
dibandingkan rata-rata bank umum syariah lainnya sebesar 0.00301.
Pencapaian tujuan kedua (iqamah al-‘adl) BJBS cukup baik, di mana
nilai perhitungan pencapaian tujuan kedua BJBS sebesar 0.15451 di
atas rata-rata bank umum syariah lainnya yang sebesar 0.15188.
Penyaluran pembiayaan yang besar dengan model bagi hasil
mendukung pencapain tujuan kedua ini, didukung dengan fakta bahwa
sejak tahun 2010 pendapatan yang diperoleh BJBS sudah terbebas dari
bunga. BJBS tidak melaporkan pembayaran zakat pada tahun 2010,
2011, 2012, dan 2015, hal tersebut menyebabkan pencapaian tujuan
ketiga (jalb al-mashlalah) BJBS sebesar 0.05839 di bawah rata-rata
bank umum syariah lainnya yang sebesar 0.07022.
2) Aspek Profitabilitas
Kinerja BJBS berdasarkan aspek profitabilitas menempati posisi
kesembilan. Hasil perhitungan ROA dan ROE yang di bawah rata-rata
dan BOPO yang di atas rata-rata memperlihatkan kinerja BJBS
berdasarkan aspek profitabilitas masih kurang baik. Nilai rata-rata ROA
BJBS selama periode 2010-2015 sebesar 0.36% artinya BJBS mampu
75
menghasilkan laba dari penggunaan total asetnya sebesar 0.36%.
Jumlah tersebut masih di bawah rata-rata bank umum syariah lainnya
yang sebesar 0.59%. Laba yang dihasilkan BJBS dari penggunaan total
ekuitasnya (ROE) sebesar 1.57% lebih rendah dibandingkan rata-rata
bank umum syariah lainnya yang sebesar 9.83%. Kemampuan
manajemen dalam melakukan efisiensi masih kurang baik. Berdasarkan
hasil perhitungan, rata-rata BOPO BJBS selama periode 2010-2015
sebesar 94.38% artinya 94.38% pendapatan yang diperoleh BJBS
digunakan untuk membayar beban yang dikeluarkan.
c. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
BMI berada pada kuadran kanan atas artinya BMI merupakan bank umum
syariah dengan pencapaian maqashid syari’ah dan kinerja profitabilita s
yang tinggi.
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Dalam perhitungan Indeks Maqashid syari’ah (IMS) BMI menempati
posisi kedua. BMI sangat memperhatikan pencapaian tujuan pertama
(tahdzib al-fard) dapat dilihat dari konsistensinya dalam memberikan
pelatihan untuk karyawan, melakukan riset dan pengembangan, serta
kegiatan CSR di bidang pendidikan. Hasil perhitungan rata-rata
pencapaian tujuan pertama sebesar 0.00427 di atas rata-rata bank umum
syariah lainnya yang sebesar 0.00301. Pencapaian tujuan kedua
(iqamah al-’adl) BMI juga di atas rata-rata yakni sebesar 0.17808
dibandingkan rata-rata bank umum syariah lainnya yang sebesar
76
0.15188. Penyaluran pembiayaan yang besar dengan model bagi hasil
dan pendapatan yang bersih dari bunga berperan penting dalam
pencapaian tujuan kedua ini. Dalam pencapaian tujuan ketiga (jalb al-
mashlahah), BMI memperoleh nilai sebesar 0.07157 lebih baik
dibandingkan rata-rata bank umum syariah lainnya yang sebesar
0.07022, artinya pembayaran zakat dan investasi pada sektor riil yang
dilakukan BMI sudah cukup baik.
2) Aspek Profitabilitas
Berdasarkan perhitungan menggunakan metode CPI, BMI berada pada
posisi ketiga dalam pencapaian kinerja berdasarkan aspek profitabilitas.
Rata-rata ROA BMI selama periode 2010-2015 sebesar 0.83% artinya
BMI mampu menghasilkan laba sebesar 0.83% dari total aset yang
dimilikinya. Jumlah tersebut lebih tinggi dari rata-rata bank umum
syariah lainnya yang sebesar 0.59%. Kemampuan BMI dalam
menghasilkan laba dari penggunaan total ekuitas (ROE) sebesar
26.29%, lebih tinggi dari rata-rata bank umum syariah lainnya yang
sebesar 9.83%. Hasil perhitungan rasio BOPO BMI sebesar 93.14%
artinya BMI belum cukup efisien dalam menjalankan usahanya di mana
perbandingan beban operasional terhadap pendapatan operasionalnya
sebesar 93.14%.
d. Bank Mega Syariah (BMS)
BMS berada pada kuadran kiri atas yang artinya pencapaian maqashid
syari’ah BMS rendah namun memiliki kinerja profitabilitas yang tinggi.
77
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Berdasarkan perhitungan Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) BMS
menempati posisi terakhir, yang berarti BMS belum maksimal untuk
mencapai tujuan maqashid syari’ah. Pada pencapaian tujuan pertama
(tahdzib al-fard), dapat dilihat bahwa selama periode 2010-2015 BMS
tidak melaporkan adanya biaya yang dikeluarkan untuk riset dan
promosi. Hal ini menyebabkan angka pencapaian tujuan pertama BMS
hanya sebesar 0.00093. Angka ini masih sangat kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata bank umum syariah yang berada pada tingkat 0.00301.
Pencapaian tujuan kedua (iqamah al-’adl) BMS juga berada di bawah
rata-rata jika dibandingkan dengan rata-rata bank umum syariah lainnya
yaitu sebesar 0.11696, angka pencapaian tujuan kedua (iqamah al-’adl)
bank umum syariah sebesar 0.15188. Hal ini terjadi karena penyaluran
pembiayaan model bagi hasil masih kecil. Penyaluran pembiayaan di
sektor riil BMS masih sedikit jika dibandingkan dengan bank umum
syariah lainnya, hal ini menyebabkan pencapaian ketiga (jalb al-
mashlahah) BMS juga berada di bawah rata-rata bank umum syariah.
Rata-rata pencapaian ketiga bank umum syariah sebesar 0.07022,
sedangkan BMS hanya sebesar 0.05662.
2) Aspek Profitabilitas
BMS menempati posisi kedua pada aspek profitabilitas yang dihitung
dengan metode CPI. Selama periode 2010-2015 BMS memiliki rata-
rata ROA sebesar 1.52%, yang artinya BMS mampu menghasilkan laba
78
sebesar 1.52% dari jumlah total asetnya. Jumlah ini paling tinggi
dibandingkan dengan bank umum syariah lain dan lebih besar dari rata-
rata bank umum syariah lainnya yang hanya sebesar 0.59%. Rata-rata
ROE BMS adalah sebesar 20.39%, angka ini lebih besar dari rata-rata
ROE bank umum syariah lainnya yaitu sebesar 9.83%. Perhitungan
rasio BOPO BMS menghasilkan angka sebesar 90.03%, yang artinya
BMS menggunakan 90.03% pendapatannya untuk membayar beban
operasional bank. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-
rata bank umum syariah lainnya yaitu sebesar 89.11%, yang berarti
BMS belum cukup efisien dalam menjalankan usahanya.
e. Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
BNIS berada pada kuadran kiri atas, yang berarti BNIS memilik i
pencapaian maqashid syari’ah yang rendah dan kinerja profitabilitas yang
tinggi.
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Dari ketiga tujuan maqashid syari’ah, BNIS menempati peringkat
pertama dalam pencapaian tujuan pertama (tahdzib al-fard), namun
menempati peringkat terakhir pada pencapaian tujuan ketiga (jalb al-
mashlahah). Hal ini menyebabkan BNIS berada posisi kesepuluh, yang
berarti BNIS belum maksimal dalam pencapaian aspek Maqashid
Syari’ah. Pencapaian tujuan pertama BNIS yang tinggi karena BNIS
secara konsisten melakukan kegiatan CSR dalam bidang pendidikan,
pelatihan untuk karyawan dan juga untuk promosi. Pencapaian tujuan
79
pertama BNIS sebesar 0.00719, angka ini lebih besar jika dibandingkan
dengan rata-rata bank umum syariah lainnya yang sebesar 0.00301.
Hasil sebaliknya ditunjukkan pencapaian tujuan ketiga. BNIS
memperoleh nilai 0.04352 yang paling kecil diantara bank umum
syariah lainnya, artinya pembayaran zakat dan jumlah investasi pada
sektor riil yang dilakukan BNIS masih tergolong kecil. Pada pencapaian
tujuan kedua (iqamah al-’adl), BNIS berada di bawah rata-rata bank
umum syariah lainnya dengan nilai 0.13838. Walaupun selama periode
2010-2015 BNIS sudah bebas bunga namun penyaluran pembiayaan
model bagi hasil yang dilakukan BNIS masih kecil.
2) Aspek Profitabilitas
Pada aspek profitabilitas BNIS menempati posisi keempat, yang berarti
BNIS sudah cukup baik dalam kinerja profitabilitasnya. Dalam periode
2010-2015, BNIS memiliki rata-rata ROA dan rasio BOPO lebih tinggi
dari rata-rata bank umum syariah lainnya. Berdasarkan perhitungan
nilai rata-rata ROA BNIS sebesar 1.1%, yang berarti BNIS mampu
menghasilkan laba sebesar 1.1% dari jumlah aset yang dimilik i.
Perhitungan rasio BOPO BNIS menunjukkan nilai 89.21%, nilai ini
berarti bahwa 89.21% dari pendapatan yang diterima BNIS digunakan
untuk pembayaran beban operasionalnya. Rasio BOPO BNIS yang
sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata bank umum syariah yang
sebesar 89.11% menunjukkan BNIS sudah cukup efisien dalam
mengelola perusahaan. Berdasarkan perhitungan rata-rata ROE BNIS
80
sebesar 9.71% yang artinya dari total ekuitas yang dimiliki, BNIS
mampu menghasilkan laba bersih rata-rata sebesar 9.71%. Walaupun
pencapaian tersebut masih di bawah rata-rata bank umum syariah
lainnya yang sebesar 9.83% namun nilai tersebut sudah cukup baik.
f. Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
Posisi BRIS pada diagram perbandingan berada pada kuadran kanan
bawah, yang berarti BRIS memiliki pencapaian maqashid syari’ah yang
tinggi dan kinerja profitabilitas yang rendah.
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Kinerja BRIS pada Aspek Maqashid Syari’ah menempati peringkat
kelima. Pencapaian tujuan pertama (tahdzib al-fard) BRIS lebih tinggi
dibandingkan rata-rata bank umum syariah yaitu sebesar 0.00580. Nilai
rata-rata pencapaian tujuan pertama bank syariah sebesar 0.00301.
Walaupun selama periode penelitian BRIS tidak melaporkan adanya
biaya pengembangan dalam laporan keuangan dan baru mulai konsisten
mengeluarkan CSR di bidang pendidikan pada tahun 2012, BRIS telah
konsisten dalam memberikan pelatihan kepada karyawan dan
melakukan promosi sehingga masyarakat mengetahui lebih banyak
tentang produk-produk yang ditawarkan BRIS. Pencapaian tujuan
kedua (iqamah al-’adl) nilai BRIS sebesar 0.15067 lebih rendah
dibanding rata-rata bank umum syariah yang sebesar 0.15188.
Pembiayaan BRIS yang disalurkan dengan model bagi hasil masih kecil
dan perolehan pendapatan BRIS selama 2010-2015 sudah bebas bunga.
81
Pembayaran zakat dan investasi BRIS pada bidang sektor riil terus
meningkat dari tahun ke tahun membuat pencapaian tujuan ketiga (jalb
al-mashlahah) BRIS lebih tinggi dari rata-rata bank umum syariah
dengan nilai pencapaian tujuan ketiga sebesar 0.08291 sedangkan rata-
rata bank syariah lainnya sebesar 0.07022.
2) Aspek Profitabilitas
Berdasarakan perhitungan dengan metode CPI, aspek profitabilitas
BRIS menempati peringkat ketujuh. Kemampuan manajemen BRIS
selama periode penelitian dalam memperoleh keuntungan kurang
begitu baik dilihat dari rata-rata ROA sebesar 0.53%, lebih rendah
dibanding rata-rata bank umum syariah lainnya yaitu sebesar 0.59%.
BRIS mampu menghasilkan laba dari penggunaan total asetnya rata-
rata sebesar 0.53% setiap tahunnya. Berdasarkan hasil perhitungan rata-
rata ROE BRIS sebesar 5.04%, yang berarti BRIS mampu
menghasilkan laba bersih rata-rata sebesar 5.04% setiap tahunnya dari
total ekuitas yang dimiliki. Pencapaian tersebut masih di bawah rata-
rata bank umum syariah lainnya yang sebesar 9.83%. Rasio BOPO
BRIS lebih tinggi dibanding rasio BOPO rata-rata bank umum syariah
lainnya. Hasil rasio BOPO menunjukkan bahwa manajemen BRIS
belum cukup baik mengelola perusahaan di mana rata-rata rasio BOPO
selama periode 2010-2015 sebesar 94.77% yang merupakan posisi
kedua terbawah.
82
g. Bank Syariah Bukopin (BSB)
BSB berada pada kuadran kanan bawah yang berarti BSB merupakan bank
umum syariah dengan pencapaian maqashid syari’ah yang tinggi dan
tingkat profitabilitas yang rendah.
1) Aspek Maqashid Syari’ah
BSB menempati peringkat keempat pada aspek maqashid syari’ah.
Pada pencapaian tujuan kedua (iqamah al-’adl) dan tujuan ketiga (jalb
al-mashlahah) nilai BSB lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
bank syariah lainnya. Hampir sebagian besar pembiayaan BSB
disalurkan melalui skema bagi hasil dan walaupun baru mulai tahun
2012 BSB terbebas dari bunga, hasil perhitungan pencapaian tujuan
kedua BSB masih berada pada tingkat tiga teratas dibanding bank
umum syariah lainnya dengan nilai 0.16135. Investasi pada sektor riil
yang cukup tinggi membuat nilai pencapaian tujuan ketiga BSB lebih
tinggi dari rata-rata bank syariah lainnya, yaitu sebesar 0.07907. Hasil
yang berbeda ditunjukkan oleh pencapaian tujuan pertama (tahdzib al-
fard), nilai BSB berada di bawah rata-rata bank umum syariah lainnya.
Selama periode 2010-2015 BSB tidak melaporkan adanya biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) di
bidang pendidikan. Biaya pengembangan, pelatihan karyawan, dan
promosi yang dikeluarkan BSB juga masih sangat minim, sehingga
pencapaian tujuan pertama masih rendah yaitu sebesar 0.00191.
83
2) Aspek Profitabilitas
BSB berada pada peringkat kedelapan untuk aspek profitabilitasnya.
Nilai ROA dan ROE BSB menunjukkan angka yang lebih kecil
dibandingkan rata-rata bank syariah dan pada rasio BOPO
menunjukkan angka yang lebih besar, hal ini berarti kinerja
profitabilitas BSB masih berada di bawah rata-rata kinerja profitabilitas
bank umum syariah lainnya. Nilai rata-rata ROA BSB sebesar 0.58%,
yang berarti BSB hampu menghasilkan rata-rata 0.58% laba dari total
penggunan aset, nilai ini lebih kecil dari rata-rata bank umum syariah
lainnya yang sebesar 0.59%. Rata-rata ROE BSB sebesar 3.14% dari
total ekuitasnya, artinya BSB mampu menghasilkan laba bersih rata-
rata sebesar 3.14% setiap tahunnya. Pencapaian tersebut masih di
bawah rata-rata bank umum syariah lainnya yang sebesar 9.83%.
Efisiensi belum mampu ditunjukkan dengan baik oleh manajemen BSB
di mana rata-rata rasio BOPO selama periode 2010-2015 sebesar
93.35% yang berarti 93.35% pendapatan operasional bank digunakan
untuk biaya operasional bank, angka ini terbilang cukup tinggi
dibandingkan rata-rata rasio BOPO bank umum syariah lainnya yang
sebesar 89.11%.
h. Bank Syariah Mandiri (BSM)
BSB berada pada kuadran kiri atas yang berarti BSM memiliki pencapaian
maqashid syari’ah yang rendah dan tingkat profitabilitas yang tinggi.
84
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Pada Aspek Maqashid Syari’ah BSM menempati posisi ketujuh
diantara bank umum syariah lainnya. Walaupun BSM memiliki nila i
yang cukup baik pada seluruh pencapaian tujuan maqashid syari’ah,
nilai BSM masih lebih rendah dibanding 6 bank umum syariah lain.
Pada pencapaian tujuan pertama (tahdzib al-fard), nilai BSM lebih
tinggi dibanding rata-rata bank umum syariah yaitu sebesar 0.00367.
Selama periode 2010-2015 BSM secara konsisten melakukan CSR di
bidang pendidikan, melakukan penelitian dan pengembangan,
memberikan pelatihan kepada karyawan, dan melakukan promosi
walaupun jumlah yang dikeluarkan inkonsisten dari tahun ke tahun.
Dari tahun 2010 sampai 2015 pendapatan BSM sudah terbebas dari
bunga, namun skema pembiayaan bagi hasil yang kecil menyebabkan
nilai pencapaian tujuan kedua (iqamah al-’adl) lebih rendah dibanding
nilai rata-rata bank umum syariah, yaitu sebesar 0.14937. Pada
pencapaian tujuan ketiga (jalb al-mashlahah) nilai BSM sebesar
0.06086 di bawah rata-rata bank umum syariah lainnya yang sebesar
0.07022.
2) Aspek Profitabilitas
Kinerja BSM berdasarkan aspek profitabilitas merupakan yang terbaik
di antara kinerja bank umum syariah lain. Nilai rata-rata ROA BSM
selama periode 2010-2015 yaitu sebesar 1.23% yang berarti BSM
mampu menghasilkan laba sebesar 1.23% dari penggunaan total
85
asetnya. Jumlah tersebut berada di atas rata-rata bank umum syariah
lainnya yang sebesar 0.59%. Laba yang dihasilkan BJBS dari
penggunaan total ekuitasnya (ROE) adalah sebesar 36.95% yang jauh
lebih besar dibandingkan rata-rata bank umum syariah lainnya yang
sebesar 9.83%. Kemampuan manajemen dalam melakukan efisiens i
juga sudah sangat baik. Terlihat dari rasio BOPO BSM yang memilik i
nilai paling rendah dibandingkan bank umum syariah lain, yaitu sebesar
75.89%. Rasio ini menunjukkan bahwa sebesar 75.89% pendapatan
operasional bank digunakan untuk menutupi biaya operasional bank.
i. Bank Victoria Syariah (BVS)
BVS berada pada kuadran kiri bawah yang berarti BVS memilik i
pencapaian maqashid syari’ah dan kinerja profitabilitas yang rendah.
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Dalam perhitungan Indeks Maqashid syari’ah (IMS) BVS menempati
posisi keenam. Hasil perhitungan rata-rata pencapaian tujuan pertama
(tahdzib al-fard) BVS yaitu sebesar 0.00154 berada di bawah rata-rata
bank umum syariah lainnya yang sebesar 0.00301. Hal ini disebabkan
karena BVS belum konsisten untuk melaporkan biaya CSR, biaya
penelitian, biaya pelatihan karyawan, dan biaya promosi pada laporan
keuangan selama periode 2010-2015. Hasil berbeda ditunjukkan pada
hasil perhitungan pencapaian tujuan kedua (iqamah al-’adl) BVS yang
berada di atas rata-rata yakni sebesar 0.15533 dibandingkan dengan
bank umum syariah lainnya yang sebesar 0.15188. Penyaluran
86
pembiayaan berdasarkan skema bagi hasil yang cukup besar dan
pendapatan yang bersih dari bunga berperan penting dalam pencapaian
tujuan kedua ini. Dalam pencapaian tujuan ketiga (jalb al-mashlahah),
BVS kembali berada di bawah rata-rata dengan nilai sebesar 0.06729,
walaupun investasi pada sektor riil yang dilakukan BVS sudah cukup
baik, namun karena tidak adanya laporan tentang pembayaran zakat
membuat nilai BVS berada di bawah rata-rata.
2) Aspek Profitabilitas
BVS menempati posisi kesepuluh pada aspek profitabilitas yang
dihitung dengan metode CPI. Selama periode 2010-2015 BMS
memiliki rata-rata ROA sebesar 0.42%, yang artinya BVS hanya
mampu menghasilkan laba sebesar 0.42% dari jumlah total asetnya.
Jumlah ini lebih kecil dari rata-rata bank umum syariah lainnya yang
sebesar 0.59%. Rata-rata ROE BVS sebesar -1.26%, jumlah ini adalah
jumlah yang paling kecil dari rata-rata ROE bank umum syariah
lainnya. Hasil ROE yang negatif ini disebabkan BVS mengalami
kerugian pada tahun 2014 dan 2015. Rasio BOPO BVS merupakan
yang tertinggi diantara rasio BOPO bank umum syariah lainnya, yaitu
sebesar 102.08%. Artinya BVS belum efisien dalam menjalankan
usahanya karena jumlah beban operasionalnya lebih tinggi dari
pendapatan operasional yang didapatkan.
87
j. Maybank Syariah Indonesia (MSI)
MSI berada pada kuadran kiri bawah yang berarti MSI memilik i
pencapaian maqashid syari’ah dan kinerja profitabilitas yang rendah.
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Kinerja MSI pada Aspek Maqashid Syari’ah menempati peringkat
kesembilan. Pencapaian tujuan pertama (tahdzib al-fard) MSI sebesar
0.00342. Walaupun MSI hanya sekali melaporkan adanya penelit ian
dan pengembangan yaitu pada tahun 2010, namun MSI telah konsisten
dalam memberikan CSR dalam bidang pendidikan, memberikan
pelatihan kepada karyawan dan melakukan promosi serta
mencantumkannya di laporan keuangan, sehingga nilai pencapaian
tujuan pertama MSI lebih tinggi dari rata-rata pencapaian tujuan
pertama bank umum syariah lainnya sebesar 0.00301. Pencapaian
tujuan kedua (iqamah al-’adl) nilai MSI sebesar 0.10540 lebih rendah
dibanding rata-rata bank umum syariah lainnya yang sebesar 0.15188.
Pembiayaan MSI yang disalurkan dengan model bagi hasil masih
sangat kecil dan baru pada tahun 2012 pendapatan MSI bebas dari
bunga. Dalam laporan keuangannya MSI tidak melaporkan adanya
pembayaran zakat, namun investasi pada bidang sektor riil jumlah yang
cukup besar dibanding total investasinya membuat pencapaian tujuan
ketiga (jalb al-mashlahah) MSI sebesar 0.08206 lebih tinggi dari rata-
rata bank umum syariah lainnya yang sebesar 0.07022.
88
2) Aspek Profitabilitas
Rasio BOPO MSI adalah yang terbaik ketiga dan lebih rendah dari rata-
rata, yang berarti MSI sudah cukup efisien dalam menjalankan
usahanya. Namun rata-rata nilai ROA dan ROE MSI yang menujukkan
angka negatif membuat MSI berada pada peringkat terakhir untuk aspek
profitabilitas. Nilai rata-rata ROA MSI berada pada angka -1.63%, nila i
rata-rata ROA yang negatif ini disebabkan nilai ROA MSI pada tahun
2015 sangat rendah yaitu sebesar -22.45%, yang berarti MSI tidak
menderita kerugian dari penggunan total aset pada tahun tersebut. Rata-
rata ROE MSI juga berada pada angka negatif, yaitu sebesar -0.11%.
Nilai negatif ini juga disebabkan ROE pada tahun 2015 yang sangat
rendah, yaitu sebesar -35.93%. Artinya MSI mengalami kerugian
sebesar -35.93% atas penggunan ekuitasnya pada tahun 2015. Rata-rata
rasio BOPO MSI selama periode 2010-2015 menunjukkan angka
sebesar 78.95% yang berarti rata-rata 78.95% pendapatan operasional
MSI setiap tahunnya digunakan untuk menutupi beban operasional,
angka ini lebih rendah dibanding rata-rata rasio BOPO bank umum
syariah lainnya yang sebesar 89.11%.
k. Panin Bank Syariah (PBS)
PBS berada pada kuadran kanan bawah yang berarti PBS memilik i
pencapaian maqashid syari’ah yang tinggi, namun kinerja profitabilita s
yang rendah.
89
1) Aspek Maqashid Syari’ah
Dalam perhitungan Indeks Maqashid syari’ah (IMS) PBS menempati
posisi tertinggi. PBS menjadi yang terbaik dalam pencapaian tujuan
kedua (iqamah al-’adl) dengan nilai sebesar 0.20174. Hal ini terjadi
karena PBS memberikan pembiayaan dalam bentuk skema bagi hasil
yang paling besar dibanding bank umum syariah lainnya, selain itu
pendapatan PBS tahun 2010-2015 sudah bebas dari bunga. Dalam
pencapaian tujuan ketiga (jalb al-mashlahah), PBS berada di atas rata-
rata dengan nilai sebesar 0.08322. PBS menjadi kedua tertinggi setelah
BCAS dalam pencapaian tujuan ketiga ini. Walaupun PBS baru mula i
melaporkan pembayaran zakat pada tahun 2015, namun PBS
menginvestasikan sebagian besar investasinya di sektor riil. Sedangkan
untuk pencapaian tujuan pertama (tahdzib al-fard) PBS berada di
bawah rata-rata bank umum syariah lainnya dengan nilai sebesar
0.00210. Selama 2010-2015 PBS tidak melaporkan adanya biaya untuk
penelitian dan pengembangan dan baru melaporkan adanya CSR di
bidang pendidikan sejak tahun 2013.
2) Aspek Profitabilitas
Kinerja PBS berdasarkan aspek profitabilitas menempati peringkat
keenam. Kemampuan manajemen PBS selama periode penelitian dalam
memperoleh keuntungan cukup baik dilihat dari rata-rata ROA sebesar
0.76%, angka ini lebih tinggi dibanding rata-rata bank umum syariah
lainnya yaitu sebesar 0.59%. Artinya PBS mampu menghasilkan laba
90
dari penggunaan total asetnya dengan rata-rata sebesar 0.76% setiap
tahunnya. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata ROE PBS sebesar
3.74%, yang berarti PBS mampu menghasilkan rata-rata laba bersih
sebesar 3.74% setiap tahunnya dari total ekuitas yang dimilik i.
Pencapaian tersebut masih di bawah rata-rata bank umum syariah
lainnya yang sebesar 9.83%. Rasio BOPO PBS lebih tinggi dibanding
rasio BOPO rata-rata bank umum syariah lainnya. Hasil perhitungan
rasio BOPO menunjukkan bahwa manajemen PBS belum cukup baik
mengelola perusahaan di mana rata-rata rasio BOPO selama periode
2010-2015 sebesar 92.06% masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata
bank umum syariah lainnya yang sebesar 89.11%.
91
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Pengukuran kinerja Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-
2015 ditinjau dari pencapaian indeks maqashid syari’ah menghasilkan nila i
rata-rata Indeks Maqashid Syari’ah (IMS) sebesar 0.22512. BUS yang
memperoleh nilai tertinggi adalah Panin Bank Syariah (PBS) dengan nila i
sebesar 0.28707 sedangkan BUS dengan perolehan nilai terendah adalah
Bank Mega Syariah (BMS) dengan nilai sebesar 0.17451.
2. Pengukuran kinerja Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-
2015 ditinjau dari aspek profitabilitas menghasilkan nilai rata-rata
Comparative Performance Index (CPI) sebesar 50.38%. BUS yang
memperoleh nilai tertinggi adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan nila i
sebesar 93.64% sedangkan BUS dengan perolehan nilai terendah adalah
Maybank Syariah Indonesia (MSI) dengan nilai sebesar -3.80%.
3. Perbandingan kinerja Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-
2015 berdasarkan penilaian kinerja dengan Indeks Maqashid Syari’ah (IMS)
dan penilaian kinerja dari aspek profitabilitas yang dilihat dengan
menggunakan diagram kartesius memperlihatkan hasil perbandingan IMS
dan CPI yang terbagi dalam empat kuadran. BUS yang berada pada kuadran
kanan atas (IMS tinggi dengan CPI tinggi) berjumlah dua BUS yaitu Bank
92
Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Central Asia Syariah (BCAS). BUS
yang berada pada kuadran kanan bawah (IMS tinggi dengan CPI rendah)
berjumlah tiga BUS yaitu Panin Bank Syariah (PBS), Bank Rakyat Indonesia
Syariah (BRIS), dan Bank Syariah Bukopin (BSB). BUS yang berada pada
kuadran kiri atas (IMS rendah dengan CPI tinggi) berjumlah tiga BUS yaitu
Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS), dan
Bank Mega Syariah (BMS). BUS yang berada pada kuadran kiri bawah (IMS
rendah dengan CPI rendah) berjumlah tiga BUS yaitu Bank Victoria Syariah
(BVS), Bank Jabar Banten Syariah (BJBS), dan Maybank Syariah Indonesia
(MSI).
Maqashid syari’ah apabila diterapkan dalam evaluasi kinerja dan
analisis ekonomi diharapkan dapat menjadi jalan keluar dari problematika
ekonomi karena model evaluasi kinerja menggunakan Indeks Maqashid
Syari’ah (IMS) mendorong perusahaan agar dapat berkontribusi dalam
meningkatkan pendidikan, penegakkan keadilan, dan kemaslahatan.
B. Implikasi
Implikasi yang dapat diterapkan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Seharusnya sudah mulai menerapkan model evaluasi kinerja yang sesuai
dengan prinsip syariah bagi lembaga keuangan syariah
2. Untuk Bank Umum Syariah (BUS)
Hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi kebijakan manajemen dalam
menentukan arah kerja BUS kedepannya serta dapat meningkatkan kinerja
dan mengevaluasinya untuk tahun-tahun berikutnya
93
3. Untuk Nasabah
Nasabah dapat menjadikan hasil penilaian kinerja ini menjadi pertimbangan
dalam keputusan menggunakan layanan atau jasa yang ditawarkan BUS dan
menjadi bahan informasi tambahan terkait kinerja maqashid syari’ah yang
dicapai oleh setiap BUS yang diteliti.
C. Saran
Setelah melakukan proses pengolahan data dan mendapatkan
kesimpulan dari penelitian ini maka peneliti memberikan rekomendasi berupa
saran-saran sebagai berikut:
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan dapat mengawasi Bank Umum
Syariah (BUS) terutama dalam transparansi laporan keuangan. Komponen-
komponen laporan keuangan dan metode perhitungannya harus dibuatkan
standar khusus agar informasi yang disampaikan jelas dan akurat.
2. Bank Umum Syariah (BUS) sebagai sebuah perusahaan sudah pasti dituntut
untuk dapat menghasilkan laba semaksimal mungkin. Akan tetapi sebagai
perusahaan yang berlandaskan prinsip syariah BUS diharapkan dapat menjadi
pionir dalam menjalankan maqashid syari’ah.
3. Peneliti selanjutnya hendaknya menghitung sendiri setiap elemen dalam
penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama proses pengerjaan
penelitian ini, setiap bank memiliki metode perhitungan yang berbeda-beda
yang dapat menyebabkan hasil penelitian tidak valid.
94
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Dzikron. 2014. “Kinerja Perbankan Syariah Indonesia Ditinjau dari Maqashid Syariah: Pendekatan Syariah Maqashid Index dan
Profitabilitas”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Afrinaldi. 2013. “Analisis Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari
Maqasid Syariah: Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”. Prosiding Paper 24 Finalis Forum Riset
Ekonomi dan Keuangan Syariah. Jakarta
Ali, Herni. 2015. “Mengukur Kinerja Perbankan Syariah Berdasarkan Kerangka Maqashid Syariah”. Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelit ian & Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Amalia, Euis. 2007. “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer”. Pusaka Asatruss. Jakarta
Antonio, Muhammad Syafi’i, dkk. 2012. “An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and
Jordania”. Journal of Islamic Finance. Vol 1. No. 1
Bank Central Asia Syariah. “Sejarah”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/
Bank Jabar Banten Syariah. “Sekilas BJB Syariah”. artikel diakses pada 4 April
2017, dari http://www.bjbsyariah.co.id/tentang-bjb-syariah/sekilas-bjb-syariah/
Bank Muamalat Indonesia. “Profil Bank Muamalat”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat
Bank Mega Syariah. “Sekilas Bank Mega Syariah”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari http://www.megasyariah.co.id/about-us/about-mega-syariah/
Bank Negara Indonesia Syariah. “Sejarah BNI Syariah”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah/
Bank Rakyat Indonesia Syariah. “Sejarah”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari
http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah
Bank Syariah Bukopin. “Profil Perusahaan”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan
95
Bank Syariah Mandiri. “Sejarah”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari
http://www.syariahmandiri.co.id/id/category/info-perusahaan/profil-perusahaan
Bank Victoria Syariah. “Memperkokoh Pondasi Melalui Pengembangan Produk dan Segmen Bisnis Baru”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari
http://www.bankvictoriasyariah.co.id
Imansari, Anisa Dyah. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Berdasarkan Konsep Al-Maqashid Al-Syariah di Indonesia dan Malaysia.
Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang
Jauhar, Ahmad Al-Mursi Husein. 2013. Maqashid Syariah. Amzah. Jakarta
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Press. Jakarta
Khisan, Zariatul. 2014. Analisis Kinerja Perbankan Syariah Ditnjau dari Profitabilitas dan Maqashid Syariah Tahun 2010-2013. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Maesyaroh, Siti. 2015. Kinerja Bank Syariah Mandiri (BSM) Menggunakan Pendekatan Maqashid Sharia Index. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta
Maybank Syariah Indonesia. “Selayang Pandang”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari http://www.maybanksyariah.co.id/pages/27/selayang-pandang
Mohammed, Mustafa Omar. et al. 2008. The Performance Measures of Islamic Banking
Based on the Maqashid Framework . paper dipresentasikan pada IIUM INTAC IV 25 Juni 2008 di Putrajaya. Malaysia
Mohammed, Mustafa Omar dan Fauziah Md Taib. 2010. Developing Islamic Banking Performance Measures Based on Maqashid Al Shariah Framework: Cases of 24
Selected Banks. Journal of Islamic Monetary and Finance Agustus 2015
Marimin dan Nurul Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan
dalam Manajemen Rantai Pasok . IPB Press. Bogor
Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Statistik Perbankan Syariah: Desember 2015. Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta
Panin Bank Syariah. “Profil Perusahaan”. artikel diakses pada 4 April 2017, dari
http://www.paninbanksyariah.co.id/index.php/mtentangkami
Rama, Ali dan Makhlani. 2013. Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syariah. Jurnal Dialog. Vol. 1. No. 1
96
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Lembaran Negara RI Tahun 2008, No. 94. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Lembaran Negara
RI Tahun 1998, No. 182. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rivai, Veithzal. et al. 2007. Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. 2010. Islamic Banking, Sebuah Teori, Konsep,
dan Aplikasi. PT. Bumi Askara. Jakarta
Roza, Ida. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah dengan Metode Indeks Maqashid Syariah dan Camel. Tesis Ilmu Ekonomi Islam.
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business (Meode penelitian untuk bisnis) Buku 2 Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta
Sumitro, Warkum. 2004. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga
terkait. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Suwiknyo, Dwi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Teguh, Muhammad. 2014. Metode Kuantitatif untuk analisis Ekonomi dan Bisnis
Rajawali Pers. Jakarta
Wiyono, Slamet dan Taufan Maulamin. 2013. Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia. Mitra Wacana Media. Jakarta
Zahrah, Muhammad Abu. 2014. Ushul Fiqh. Pustaka Firdaus. Jakarta
97
Lampiran 1: Elemen Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah
BCAS 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 0 10,000,000 0 0 0 0
Research Expense 0 0 0 0 0 0
Training Expense 1,319,627,087 1,170,040,000 1,046,841,376 937,378,214 1,034,421,984 2,207,269,870
Publicity Expense 657,805,314 805,817,495 1,203,261,557 649,262,293 1,064,416,556 1,252,508,149
Total Expense 51,922,495,708 54,572,907,938 70,164,704,953 79,476,154,469 95,222,966,744 141,225,142,088
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 139,275,000,000 207,798,311,042 467,852,687,436 740,941,590,450 1,007,345,021,195 1,348,175,115,288
Total Investment Modes 455,785,415,542 731,374,639,594 1,069,991,128,680 1,459,667,551,289 2,183,085,945,305 3,047,072,593,540
Interest Free Income 31,870,980,959 63,235,044,973 81,125,482,968 96,237,055,530 112,720,675,375 173,117,274,944
Total Income 60,880,722,741 63,523,386,948 81,125,482,968 96,237,055,530 112,720,675,375 173,117,274,944
Zakah Paid 0 0 0 0 0 0
Net Asset 763,090,349,635 1,026,881,556,639 1,345,387,112,314 1,766,418,844,902 2,670,032,278,769 3,985,957,416,642
Net Income 8,958,227,033 8,950,479,010 10,960,778,015 16,760,901,061 17,497,708,631 31,892,132,856
Total Asset 874,630,867,793 1,217,097,137,461 1,602,180,989,705 2,041,418,847,273 2,994,449,136,265 4,349,580,046,527
Investment in real economic sector 401,507,654,252 661,475,662,974 1,002,107,016,039 1,402,586,219,588 2,034,069,635,163 3,038,421,785,816
Total Investment 696,954,669,975 958,975,560,840 1,276,877,598,038 1,566,730,806,575 2,239,600,158,138 3,105,072,593,540
BJBS 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 0 0 0 2,000,000 0 0
Research Expense 120,340,000 0 22,038,000 0 39,799,000 67,369,000
Training Expense 0 0 0 0 0 0
Publicity Expense 0 1,838,000,000 0 0 0 0
Total Expense 78,614,899,000 136,301,000,000 243,622,189,000 247,684,607,000 361,092,601,000 458,184,117,000
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 479,046,961,000 489,835,000,000 1,095,838,751,000 1,278,849,457,000 1,292,787,096,000 1,112,649,818,000
Total Investment Modes 1,620,569,305,000 1,732,793,000,000 2,976,715,390,000 3,608,754,757,000 4,422,115,149,000 4,993,374,023,000
Interest Free Income 247,752,854,000 265,207,000,000 370,922,263,000 528,197,544,000 742,209,300,000 876,665,353,000
(dalam rupiah)
98
Total Income 247,752,854,000 265,208,000,000 370,922,263,000 528,197,544,000 742,209,300,000 876,665,353,000
Zakah Paid 0 0 0 3,000,000 707,901,000 0
Net Asset 1,655,900,354,000 2,499,183,000,000 3,666,865,743,000 3,965,042,179,000 5,499,475,301,000 5,914,943,750,000
Net Income 7,695,918,000 18,395,000,000 -22,694,851,000 40,570,354,000 34,313,170,000 15,949,840,000
Total Asset 1,930,469,393,000 2,849,451,000,000 4,239,448,850,000 4,695,088,075,000 6,093,487,708,000 6,439,966,411,000
Investment in real economic sector 675,310,005,188 1,732,793,000,000 1,986,139,827,000 2,215,406,984,000 2,205,526,548,000 2,227,164,258,000
Total Investment 1,635,423,305,000 2,791,493,000,000 2,996,569,390,000 4,697,260,558,000 4,426,969,149,000 4,993,374,023,000
BMI 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 839,902,200 15,363,230,552 2,100,000,000 581,880,000 5,415,971,500 4,659,661,999
Research Expense 2,048,737,000 4,418,982,000 2,350,801,000 2,868,674,000 3,519,767,000 4,175,175,000
Training Expense 7,238,670,000 17,481,331,000 15,271,747,000 45,043,604,000 14,535,262,000 39,919,950,000
Publicity Expense 42,865,037,000 47,291,447,000 59,548,341,000 75,227,442,000 70,810,982,000 97,083,732,000
Total Expense 902,932,974,000 1,167,036,553,000 1,422,213,230,000 1,970,790,705,000 2,068,024,369,000 2,328,176,827,000
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 7,511,227,342,000 9,914,868,816,000 15,045,617,250,000 19,240,407,222,000 22,066,320,364,000 21,955,269,296,000
Total Investment Modes 16,006,447,518,000 22,585,416,129,000 32,931,814,201,000 40,043,504,385,000 43,274,908,654,000 40,782,391,915,000
Interest Free Income 1,134,009,681,000 1,538,679,819,000 3,401,994,776,000 4,808,415,211,000 5,538,766,757,000 5,266,604,764,000
Total Income 1,134,009,681,000 1,538,679,819,000 3,401,994,776,000 4,808,415,211,000 5,538,766,757,000 5,266,604,764,000
Zakah Paid 1,254,807,500 4,406,259,791 6,840,540,000 9,735,361,000 11,896,166,000 1,429,334,000
Net Asset 18,315,376,888,000 28,206,080,330,000 36,738,925,482,000 44,818,858,542,000 52,854,626,896,000 48,220,490,781,000
Net Income 231,076,707,000 371,670,266,000 521,841,321,000 653,620,388,000 99,044,264,000 108,909,838,000
Total Asset 21,400,793,090,000 32,473,506,528,000 44,854,413,084,000 54,694,020,564,000 62,442,189,696,000 57,172,587,967,000
Investment in real economic sector 12,574,648,614,000 15,179,220,072,000 23,411,234,792,000 28,533,049,100,000 32,881,802,661,000 26,560,691,258,000
Total Investment 16,584,384,670,000 23,856,551,337,000 35,885,529,716,000 43,657,266,860,000 48,202,133,819,000 45,291,985,669,000
BMS 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 70,000,000 45,000,000 75,000,000 1,705,000,000 1,250,000,000 240,100,000
Research Expense 0 0 0 0 0 0
Training Expense 10,305,302,000 5,369,362,000 4,526,372,000 2,865,868,000 4,271,087,000 2,302,201,000
Publicity Expense 0 0 0 0 0 0
Total Expense 699,272,919,000 749,225,429,000 253,860,840,000 186,567,715,000 947,116,659,000 1,148,056,819,000
99
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 149,638,077,000 72,540,654,000 36,351,644,000 43,592,813,000 39,552,528,000 57,610,900,000
Total Investment Modes 3,154,176,573,000 4,094,796,842,000 6,213,570,262,000 7,185,390,218,000 5,301,184,028,000 4,099,578,915,000
Interest Free Income 971,497,088,000 982,606,474,000 1,302,341,564,000 1,673,842,811,000 1,380,376,188,000 1,420,692,005,000
Total Income 971,497,088,000 982,606,474,000 1,302,341,564,000 1,673,842,811,000 1,380,376,188,000 1,420,692,005,000
Zakah Paid 2,162,882,000 1,847,617,000 6,326,348,000 5,121,471,000 597,939,000 428,907,000
Net Asset 3,239,933,750,000 3,745,393,468,000 6,046,617,000,000 7,216,233,555,000 5,743,839,544,000 4,625,295,223,000
Net Income 86,515,281,000 73,904,672,000 253,053,922,000 204,858,856,000 21,269,552,000 16,727,372,000
Total Asset 4,637,730,250,000 5,564,662,066,000 8,163,668,180,000 9,121,575,543,000 7,044,587,889,000 5,559,819,466,000
Investment in real economic sector 2,620,829,211,000 3,013,928,689,000 3,106,349,327,000 3,233,584,695,000 2,868,533,353,000 1,644,367,985,000
Total Investment 3,686,176,573,000 4,631,324,092,000 6,751,339,262,000 7,654,922,518,000 5,760,843,528,000 4,545,218,415,000
BNIS 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 0 6,265,723,883 1,811,126,000 108,418,000 1,209,578,000 1,819,942,026
Research Expense 0 0 0 0
Training Expense 2,745,000,000 7,816,000,000 30,630,000,000 29,779,000,000 27,349,000,000 25,538,000,000
Publicity Expense 16,229,000,000 30,706,000,000 50,420,000,000 46,928,000,000 59,685,000,000 76,357,000,000
Total Expense 169,556,000,000 388,918,000,000 673,953,000,000 878,405,000,000 1,119,482,000,000 1,193,136,000,000
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 712,147,000,000 1,009,346,000,000 1,271,224,000,000 1,832,532,000,000 2,471,835,000,000 3,448,754,000,000
Total Investment Modes 3,558,485,000,000 5,310,291,000,000 7,631,994,000,000 11,242,241,000,000 15,040,920,000,000 17,763,240,000,000
Interest Free Income 442,081,000,000 845,962,000,000 1,020,515,000,000 1,480,209,000,000 2,126,495,000,000 2,548,057,000,000
Total Income 442,081,000,000 845,962,000,000 1,020,515,000,000 1,480,209,000,000 2,126,495,000,000 2,548,057,000,000
Zakah Paid 0 2,579,000,000 3,169,000,000 4,538,000,000 5,524,000,000 7,701,000,000
Net Asset 5,569,554,000,000 7,164,904,000,000 8,459,655,000,000 10,869,832,000,000 16,407,565,000,000 19,707,162,000,000
Net Income 36,734,000,000 89,256,000,000 137,744,000,000 179,616,000,000 220,133,000,000 307,768,000,000
Total Asset 6,394,924,000,000 8,466,887,000,000 10,645,313,000,000 14,708,504,000,000 19,492,112,000,000 23,017,667,000,000
Investment in real economic sector 1,476,804,000,000 2,199,755,000,000 3,529,368,000,000 5,560,404,000,000 7,583,815,000,000 8,624,645,000,000
Total Investment 4,808,840,000,000 5,792,578,000,000 8,751,124,000,000 13,237,743,000,000 16,925,133,000,000 20,064,927,000,000
100
BRIS 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 0 0 158,000,000 303,750,000 250,000,000 251,800,000,000
Research Expense 0 0 0 0 0 0
Training Expense 10,431,000,000 19,840,000,000 6,262,000,000 15,821,000,000 11,862,000,000 5,597,000,000
Publicity Expense 30,972,000,000 26,923,000,000 12,399,000,000 27,614,000,000 29,333,000,000 40,015,000,000
Total Expense 455,838,000,000 657,098,000,000 848,842,000,000 931,290,000,000 1,140,353,000,000 1,368,791,000,000
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 1,328,992,000,000 1,760,141,000,000 2,663,262,000,000 4,050,478,000,000 4,976,589,000,000 6,204,430,000,000
Total Investment Modes 5,527,948,000,000 9,175,657,000,000 11,429,433,000,000 14,240,944,000,000 15,691,437,000,000 16,614,007,000,000
Interest Free Income 734,300,000,000 1,141,770,000,000 1,507,472,000,000 1,875,620,000,000 2,140,056,000,000 2,555,212,000,000
Total Income 734,300,000,000 1,141,770,000,000 1,507,472,000,000 1,875,620,000,000 2,140,056,000,000 2,555,212,000,000
Zakah Paid 470,000,000 1,982,000,000 2,965,000,000 5,541,000,000 6,934,000,000 4,001,000,000
Net Asset 5,663,968,000,000 8,970,533,000,000 10,657,175,000,000 12,896,399,000,000 14,741,306,000,000 17,808,710,000,000
Net Income 18,053,000,000 16,701,000,000 138,052,000,000 183,942,000,000 10,378,000,000 169,069,000,000
Total Asset 6,856,386,000,000 11,200,823,000,000 14,088,914,000,000 17,400,914,000,000 20,341,033,000,000 24,230,247,000,000
Investment in real economic sector 3,643,317,000,000 7,097,689,000,000 9,689,051,000,000 10,259,279,000,000 14,229,631,000,000 15,282,260,000,000
Total Investment 5,774,175,000,000 9,421,086,000,000 11,599,064,000,000 14,411,011,000,000 16,359,288,000,000 18,795,061,000,000
BSB 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 0 0 0 0 0 0
Research Expense 697,114,300 25,080,715 26,382,736 55,490,990 0 0
Training Expense 1,695,942,122 1,865,687,796 2,393,335,274 2,839,491,912 2,503,611,472 2,902,683,176
Publicity Expense 2,058,483,631 1,708,916,830 3,169,108,727 4,820,709,776 4,181,842,055 3,280,457,017
Total Expense 208,801,611,520 230,238,800,687 285,058,189,923 370,555,823,215 155,037,331,140 169,974,989,646
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 537,982,163,498 631,199,705,384 831,262,602,860 896,751,362,691 1,461,971,543,421 2,071,513,646,274
Total Investment Modes 1,608,205,817,463 1,914,358,066,902 2,622,023,402,995 3,281,655,239,065 3,710,719,774,228 4,307,136,790,489
Interest Free Income 223,001,196,670 245,291,959,145 311,220,062,756 401,502,992,154 502,834,102,523 557,956,955,566
Total Income 223,155,327,611 245,305,959,145 311,220,062,756 401,502,992,154 502,834,102,523 557,956,955,566
Zakah Paid 0 0 0 0 0 0
101
Net Asset 1,495,394,010,603 2,237,640,977,124 2,710,510,361,934 3,139,014,808,610 4,333,972,024,294 4,950,914,948,170
Net Income 14,919,335,146 15,021,719,308 24,354,096,259 27,244,911,129 12,552,023,065 40,665,677,424
Total Asset 2,193,952,328,077 2,730,026,909,823 3,616,107,512,472 4,343,069,056,830 5,160,516,781,681 5,827,153,527,325
Investment in real economic sector 1,418,096,496,202 1,545,690,676,633 1,862,310,022,284 2,038,101,075,615 2,539,435,441,719 3,363,841,714,255
Total Investment 1,613,939,467,463 1,922,830,341,902 2,671,122,902,995 3,406,345,564,529 3,834,369,810,458 4,430,846,459,158
BSM 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 1,850,000,000 14,431,909,932 9,249,674,228 9,450,000,000 1,240,000,000 766,850,000
Research Expense 1,945,821,261 2,952,455,926 5,785,385,761 1,997,192,605 2,407,737,118 1,860,228,863
Training Expense 38,660,558,260 56,504,361,296 49,210,515,570 42,886,901,378 27,761,037,604 49,187,727,452
Publicity Expense 84,995,578,055 108,094,367,845 107,456,048,129 81,184,744,703 55,512,477,284 56,187,179,229
Total Expense 1,593,895,782,451 2,312,114,845,976 2,792,163,660,403 3,653,577,317,116 4,076,440,747,652 4,093,727,267,767
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 8,831,113,275,766 10,099,340,895,617 10,610,528,889,508 11,246,889,397,382 10,809,667,369,576 13,479,642,950,358
Total Investment Modes 24,044,158,771,115 36,864,332,918,209 44,938,586,760,033 50,649,433,695,808 49,356,905,194,760 51,328,993,501,902
Interest Free Income 3,338,891,079,968 4,859,777,304,512 5,830,994,402,207 6,641,017,937,110 6,504,879,631,224 6,915,670,721,771
Total Income 3,338,891,079,968 4,859,777,304,512 5,830,994,402,207 6,641,017,937,110 6,504,879,631,224 6,915,670,721,771
Zakah Paid 14,582,880,512 19,177,801,129 28,131,606,226 22,662,472,354 2,815,220,867 9,592,982,099
Net Asset 27,472,038,477,367 41,630,810,592,346 45,060,764,638,668 52,935,675,977,223 58,286,496,432,623 60,486,601,897,257
Net Income 583,315,220,468 767,112,045,165 1,125,264,249,060 906,498,894,169 -22,862,984,137 383,719,283,949
Total Asset 32,481,873,142,495 48,671,950,025,861 54,229,395,784,522 63,965,361,177,789 66,955,670,630,245 70,369,708,944,091
Investment in real economic sector 17,309,447,465,003 20,990,675,430,997 25,368,445,862,195 28,819,728,102,628 28,080,750,034,821 30,390,396,704,749
Total Investment 26,226,518,580,728 39,054,195,160,439 46,834,205,164,112 52,166,403,541,307 51,224,403,964,534 59,055,919,013,545
BVS 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 0 0 0 0 0 0
Research Expense 0 0 0 0 2,022,614,326 1,952,369,001
Training Expense 0 0 0 0 282,381,832 483,375,008
Publicity Expense 0 199,000,000 146,000,000 407,000,000 1,732,593,904 837,047,295
Total Expense 14,123,000,000 27,664,000,000 46,221,000,000 34,369,000,000 71,585,914,765 73,739,893,306
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
102
Mudharabah & Musyarakah Modes 1,662,000,000 18,428,000,000 79,562,000,000 277,662,182,494 606,185,030,674 712,541,848,555
Total Investment Modes 28,526,000,000 214,475,000,000 477,168,000,000 860,562,000,000 1,086,882,259,243 1,075,851,815,293
Interest Free Income 24,775,000,000 73,812,000,000 88,615,000,000 112,469,000,000 150,650,454,811 145,597,547,220
Total Income 24,775,000,000 73,812,000,000 88,615,000,000 112,469,000,000 150,650,454,811 145,597,547,220
Zakah Paid 0 30,000,000 91,000,000 0 0 0
Net Asset 265,130,000,000 507,590,000,000 778,061,000,000 1,140,719,000,000 1,356,798,596,407 1,268,057,848,221
Net Income 3,013,000,000 26,852,000,000 10,394,000,000 4,928,000,000 -25,048,608,610 -31,954,949,770
Total Asset 336,676,000,000 642,026,000,000 939,472,000,000 1,323,152,642,441 1,439,632,338,383 1,379,265,628,842
Investment in real economic sector 28,526,000,000 214,475,000,000 477,168,000,000 860,562,000,000 925,177,090,605 985,465,530,386
Total Investment 282,631,000,000 335,934,000,000 679,821,000,000 1,048,254,000,000 1,275,334,650,515 1,306,300,758,179
MSI 2,010 2,011 2,012 2,013 2,014 2,015
Education Grant 218,925,000 12,938,500 327,019,995 385,448,315 50,000,000 60,000,000
Research Expense 2,744,000,000 0 0 0 0
Training Expense 67,301,000,000 819,000,000 1,199,000,000 1,323,000,000 1,337,000,000 988,000,000
Publicity Expense 212,023,000,000 1,117,000,000 1,021,000,000 1,279,000,000 2,006,000,000 936,000,000
Total Expense 7,728,203,000,000 43,710,000,000 48,275,000,000 52,746,000,000 58,177,000,000 60,958,000,000
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 0 0 0 0 256,104,000,000 283,254,000,000
Total Investment Modes 55,935,088,000,000 1,011,802,000,000 1,405,106,000,000 1,492,949,000,000 1,645,765,000,000 1,552,583,000,000
Interest Free Income 1,945,403,000,000 104,930,000,000 135,607,000,000 156,994,000,000 175,529,000,000 177,196,000,000
Total Income 8,495,301,000,000 117,474,000,000 135,607,000,000 156,994,000,000 175,529,000,000 177,196,000,000
Zakah Paid 0 0 0 0 0 0
Net Asset 7,459,196,000,000 1,079,523,000,000 1,524,168,000,000 1,763,186,000,000 1,936,827,000,000 1,467,989,000,000
Net Income 789,736,000,000 54,350,000,000 56,186,000,000 59,188,000,000 76,584,000,000 -391,351,000,000
Total Asset 75,130,433,000,000 1,692,959,000,000 2,062,552,000,000 2,299,971,000,000 2,449,541,000,000 1,743,439,000,000
Investment in real economic sector 37,316,187,000,000 1,003,342,000,000 1,445,823,000,000 1,483,254,000,000 1,636,379,000,000 1,210,225,000,000
Total Investment 62,731,103,000,000 1,254,933,000,000 1,634,446,000,000 1,758,513,000,000 1,852,454,000,000 1,852,886,000,000
103
PBS 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Education Grant 0 0 0 8,500,000 53,720,500 445,430,000
Research Expense 0 0 0 0 0
Training Expense 433,220,000 711,886,000 480,999,000 1,018,779,000 2,462,038,000 784,731,000
Publicity Expense 184,859,000 254,889,000 330,796,000 1,187,588,000 4,097,513,000 4,814,524,000
Total Expense 22,091,345,000 30,654,732,000 40,381,847,000 83,441,296,000 166,684,233,000 235,060,879,000
PER 0 0 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 110,733,478,000 321,131,315,000 754,772,590,000 1,363,443,925,000 4,155,867,855,000 5,176,920,410,000
Total Investment Modes 151,880,044,000 703,442,345,000 1,525,739,073,000 2,605,918,001,000 4,793,905,359,000 5,716,720,579,000
Interest Free Income 22,628,801,000 74,894,059,000 152,238,875,000 283,846,081,000 559,788,716,000 734,236,201,000
Total Income 22,628,801,000 74,894,059,000 152,238,875,000 283,846,081,000 559,788,716,000 734,236,201,000
Zakah Paid 0 0 0 0 0 2,454,654,000
Net Asset 438,411,159,000 988,442,103,000 1,931,239,343,000 3,650,091,335,000 5,319,454,424,000 6,292,887,151,000
Net Income -10,523,144,000 12,410,724,000 49,571,981,000 29,161,500,000 95,728,849,000 75,372,666,000
Total Asset 458,713,370,000 1,016,878,719,000 2,140,482,104,000 4,052,700,692,000 6,206,504,337,000 7,134,234,975,000
Investment in real economic sector 151,880,044,000 703,442,345,000 1,262,232,286,000 1,361,196,280,000 4,396,974,070,000 5,560,023,404,000
Total Investment 211,143,543,000 837,215,727,000 1,664,362,834,000 2,743,425,319,000 4,945,479,459,000 6,050,150,737,000
104
Lampiran 2: Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah
BCAS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00000 0.00018 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00003
Research 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Training 0.02542 0.02144 0.01492 0.01179 0.01086 0.01563 0.01668
Publicity 0.01267 0.01477 0.01715 0.00817 0.01118 0.00887 0.01213
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.30557 0.28412 0.43725 0.50761 0.46143 0.44245 0.40641
Interest Free Product 0.52350 0.99546 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 0.91983
Profit Ratio 0.01024 0.00735 0.00684 0.00821 0.00584 0.00733 0.00764
Personal Income 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Investment in Real Sector 0.57609 0.68977 0.78481 0.89523 0.90823 0.97853 0.80544
BJBS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00000 0.00000 0.00000 0.00001 0.00000 0.00000 0.00000
Research 0.00153 0.00000 0.00009 0.00000 0.00011 0.00015 0.00031
Training 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Publicity 0.00000 0.01348 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00225
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.29560 0.28269 0.36814 0.35437 0.29235 0.22283 0.30266
Interest Free Product 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Profit Ratio 0.00399 0.00646 -0.00535 0.00864 0.00563 0.00248 0.00364
Personal Income 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00013 0.00000 0.00002
Investment in Real Sector 0.41293 0.62074 0.66280 0.47164 0.49820 0.44602 0.51872
105
BMI 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00093 0.01316 0.00148 0.00030 0.00262 0.00200 0.00341
Research 0.00227 0.00379 0.00165 0.00146 0.00170 0.00179 0.00211
Training 0.00802 0.01498 0.01074 0.02286 0.00703 0.01715 0.01346
Publicity 0.04747 0.04052 0.04187 0.03817 0.03424 0.04170 0.04066
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.46926 0.43899 0.45687 0.48049 0.50991 0.53835 0.48231
Interest Free Product 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Profit Ratio 0.01080 0.01145 0.01163 0.01195 0.00159 0.00190 0.00822
Personal Income 0.00007 0.00016 0.00019 0.00022 0.00023 0.00003 0.00015
Investment in Real Sector 0.75822 0.63627 0.65239 0.65357 0.68216 0.58643 0.66151
BMS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00010 0.00006 0.00030 0.00914 0.00132 0.00021 0.00185
Research 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Training 0.01474 0.00717 0.01783 0.01536 0.00451 0.00201 0.01027
Publicity 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.04744 0.01772 0.00585 0.00607 0.00746 0.01405 0.01643
Interest Free Product 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Profit Ratio 0.01865 0.01328 0.03100 0.02246 0.00302 0.00301 0.01524
Personal Income 0.00067 0.00049 0.00105 0.00071 0.00010 0.00009 0.00052
Investment in Real Sector 0.71099 0.65077 0.46011 0.42242 0.49794 0.36178 0.51733
106
BNIS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00000 0.01611 0.00269 0.00012 0.00108 0.00153 0.00359
Research 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Training 0.01619 0.02010 0.04545 0.03390 0.02443 0.02140 0.02691
Publicity 0.09571 0.07895 0.07481 0.05342 0.05331 0.06400 0.07004
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.20013 0.19007 0.16657 0.16300 0.16434 0.19415 0.17971
Interest Free Product 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Profit Ratio 0.00574 0.01054 0.01294 0.01221 0.01129 0.01337 0.01102
Personal Income 0.00000 0.00036 0.00037 0.00042 0.00034 0.00039 0.00031
Investment in Real Sector 0.30710 0.37975 0.40330 0.42004 0.44808 0.42984 0.39802
BRIS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00000 0.00000 0.00019 0.00033 0.00022 0.18396 0.03078
Research 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Training 0.02288 0.03019 0.00738 0.01699 0.01040 0.00409 0.01532
Publicity 0.06795 0.04097 0.01461 0.02965 0.02572 0.02923 0.03469
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.24041 0.19183 0.23302 0.28442 0.31715 0.37345 0.27338
Interest Free Product 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Profit Ratio 0.00263 0.00149 0.00980 0.01057 0.00051 0.00698 0.00533
Personal Income 0.00008 0.00022 0.00028 0.00043 0.00047 0.00022 0.00028
Investment in Real Sector 0.63097 0.75338 0.83533 0.71191 0.86982 0.81310 0.76908
107
BSB 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Research 0.00334 0.00011 0.00009 0.00015 0.00000 0.00000 0.00061
Training 0.00812 0.00810 0.00840 0.00766 0.01615 0.01708 0.01092
Publicity 0.00986 0.00742 0.01112 0.01301 0.02697 0.01930 0.01461
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.33452 0.32972 0.31703 0.27326 0.39399 0.48095 0.35491
Interest Free Product 0.99931 0.99994 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 0.99988
Profit Ratio 0.00680 0.00550 0.00673 0.00627 0.00243 0.00698 0.00579
Personal Income 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Investment in Real Sector 0.87866 0.80386 0.69720 0.59832 0.66228 0.75919 0.73325
BSM 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00116 0.00624 0.00331 0.00259 0.00030 0.00019 0.00230
Research 0.00122 0.00128 0.00207 0.00055 0.00059 0.00045 0.00103
Training 0.02426 0.02444 0.01762 0.01174 0.00681 0.01202 0.01615
Publicity 0.05333 0.04675 0.03848 0.02222 0.01362 0.01373 0.03135
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.36729 0.27396 0.23611 0.22205 0.21901 0.26261 0.26351
Interest Free Product 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Profit Ratio 0.01796 0.01576 0.02075 0.01417 -0.00034 0.00545 0.01229
Personal Income 0.00053 0.00046 0.00062 0.00043 0.00005 0.00016 0.00038
Investment in Real Sector 0.66000 0.53748 0.54166 0.55246 0.54819 0.51460 0.55907
108
BVS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Research 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.02825 0.02648 0.00912
Training 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00394 0.00656 0.00175
Publicity 0.00000 0.00719 0.00316 0.01184 0.02420 0.01135 0.00962
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.05826 0.08592 0.16674 0.32265 0.55773 0.66230 0.30893
Interest Free Product 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Profit Ratio 0.00895 0.04182 0.01106 0.00372 -0.01740 -0.02317 0.00417
Personal Income 0.00000 0.00006 0.00012 0.00000 0.00000 0.00000 0.00003
Investment in Real Sector 0.10093 0.63844 0.70190 0.82095 0.72544 0.75439 0.62368
MSI 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00003 0.00030 0.00677 0.00731 0.00086 0.00098 0.00271
Research 0.00036 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00006
Training 0.00871 0.01874 0.02484 0.02508 0.02298 0.01621 0.01943
Publicity 0.02743 0.02555 0.02115 0.02425 0.03448 0.01535 0.02470
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.15561 0.18244 0.05634
Interest Free Product 0.22900 0.89322 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 0.85370
Profit Ratio 0.01051 0.03210 0.02724 0.02573 0.03126 -0.22447 -0.01627
Personal Income 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Investment in Real Sector 0.59486 0.79952 0.88460 0.84347 0.88336 0.65316 0.77649
109
PBS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Education Grant 0.00000 0.00000 0.00000 0.00010 0.00032 0.00189 0.00039
Research 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Training 0.01961 0.02322 0.01191 0.01221 0.01477 0.00334 0.01418
Publicity 0.00837 0.00831 0.00819 0.01423 0.02458 0.02048 0.01403
Fair Returns 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Functional Distribution 0.72909 0.45651 0.49469 0.52321 0.86691 0.90558 0.66266
Interest Free Product 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000
Profit Ratio -0.02294 0.01220 0.02316 0.00720 0.01542 0.01056 0.00760
Personal Income 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00039 0.00007
Investment in Real Sector 0.71932 0.84022 0.75839 0.49617 0.88909 0.91899 0.77036
110
Lampiran 3: Rasio Kinerja Profitabilitas
BCAS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 1.02 0.74 0.68 0.82 0.58 0.73 0.76
ROE 1.85 2.29 2.82 4.29 2.17 2.35 2.63
BOPO 80.5 78.4 82.55 73.24 80.89 62.49 76.35
BJBS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 0.40 0.65 -0.54 0.86 0.56 0.25 0.36
ROE 1.08 2.54 -3.59 4.65 3.56 1.20 1.57
BOPO 90.33 84.07 110.41 85.76 96.94 98.78 94.38
BMI 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 1.08 1.14 1.16 1.22 0.16 0.19 0.83
ROE 21.84 33.29 47.38 43.12 5.34 6.75 26.29
BOPO 87.38 85.52 97.38 93.78 97.38 97.41 93.14
BMS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 1.87 1.33 3.10 2.25 0.30 0.30 1.52
ROE 19.71 16.89 57.98 24.11 2.06 1.59 20.39
BOPO 88.86 90.8 77.28 86.09 97.61 99.51 90.03
111
BNIS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 0.57 1.05 1.29 1.22 1.13 1.34 1.10
ROE 3.65 6.63 10.18 11.73 10.87 15.22 9.71
BOPO 88.05 90.89 88.79 88.11 89.8 89.63 89.21
BRIS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 0.26 0.15 0.98 1.06 0.05 0.70 0.53
ROE 1.12 1.19 10.41 8.76 0.19 8.54 5.04
BOPO 98.77 99.25 86.63 90.42 99.77 93.79 94.77
BSB 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 0.68 0.55 0.67 0.63 0.24 0.70 0.58
ROE 2.92 2.71 3.84 4.34 1.31 3.70 3.14
BOPO 93.57 93.86 91.59 92.29 96.77 91.99 93.35
BSM 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 1.80 1.58 2.08 1.42 -0.03 0.55 1.23
ROE 63.58 47.58 55.25 43.74 -3.01 14.56 36.95
BOPO 74.97 76.44 72.07 74.08 76.29 81.49 75.89
112
BVS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 0.89 4.18 1.11 0.37 -1.74 -2.32 0.42
ROE 2.41 18.69 9.24 3.70 -17.62 -24.00 -1.26
BOPO 83.75 86.4 87.9 91.95 143.31 119.19 102.08
MSI 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA 1.05 3.21 2.72 2.57 3.13 -22.45 -1.63
ROE 13.53 4.92 4.93 5.05 6.82 -35.93 -0.11
BOPO 34.73 55.18 53.77 67.79 69.6 192.6 78.95
PBS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
ROA -2.29 1.22 2.32 0.72 1.54 1.06 0.76
ROE -4.80 2.05 8.25 4.27 7.22 5.43 3.74
BOPO 182.31 69.3 47.6 81.31 82.58 89.26 92.06