perbandingan kadar serum hormon anti...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN KADAR SERUM HORMON ANTI MUELLERIAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH GEMUK DAN NORMAL PADA
WANITA USIA 20 TAHUN SAMPAI DENGAN 35 TAHUN
THE COMPARISON ANTI MUELLERIAN HORMONE SERUM LEVEL BETWEEN OBESITY AND NORMAL BODY MASS INDEX FOR WOMEN
AT THE AGE OF 20 UNTIL 35 YEARS OLD
M.Taufik, Nusratuddin Abdullah. Eddy R. Moeljono, Idham Jaya Ganda
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi : M. Taufik Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP: 081241450309 Email: [email protected]
Abstrak
Obesitas / Kegemukan berhubungan dengan hasil penurunan reproduksi, pada pelaksanaan siklus program reproduksi berbantu ART (Assisted Reproduction Technic) terdapat peningkatan dosis gonadotropin dan peningkatan kegagalan fertilisasi invitro (IVF) dengan angka abortus Iebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi kadar hormon serum anti muellerian antara IMT obesitas dan IMT normal, juga untuk mengetahui hubungan dan korelasi antara obesitas dengan kadar serum hormon anti muellerian.Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di BLU RS Dr, Wahidin Sudirohusodo sebagaI Rumah Sakit Pendidikan bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNHAS dan beberapa RS Jejaring Pendidikan , di Makassar periode Oktober 2012 sampai November 2012. Subyek penelitian adalah wanita usia antara 20 sampai 35 tahun dengan IMT obesitas ≥ 30 dan IMT normal antara 20-25 sebagai kontrol.. Dilakukan Anamnesis, pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan dan penghitungan IMT sesuai standar dari bagian ilmu gizi klinik serta atas persetujuan subyek. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar AMH dilakukan oleh laboratorium Prodia. Hasil data diolah dengan SPSS 17 dengan uji normalitas Sapiro-wilk serta analisa statistik Independent t-test samples, dan analisa correlation pearson terhadap 17 sampel obesitas (IMT ≥ 30) dan 17 sampel IMT Normal (IMT 20-25) sebagai kontrol. Hasil penelitian ditemukan sampel yang homogen, tidak ada perbedaan bermakna antara kadar AMH 2 kelompok dengan, nilai p=0.75 (p> 0,05 ), IK 95%.Mean kadar AMH pada IMT obesitas dibandingkan IMT Normal masing-masing sebesar 2.33 dan 2.49. juga ditemukan Kadar AMH tidak berkorelasi antara IMT obesitas dengan IMT normal, dengan nilai korelasi negatif sebesar -0.023, probabilitas 5 %, p =0.896 (p>0,05.Dari hasil penelitian ini disimpulkan indeks massa tubuh tidak berhubungan dan tidak berkorelasi dengan kadar serum hormon anti muellerian.
Kata kunci : Indeks massa tubuh, obesitas, Anti Muellerian Hormon (AMH).
Abstract
Obesity is associated with decreased reproductive outcomes, the implementation of Assisted Reproduction Technic (ART), there is an increased dose of gonadotropin and increased failure invitro fertilization (IVF) with high abortion rate. It is not yet clear whether there is a relationship between body mass index to ovarian reserve, that is serum AMH.This study aims to determine the description of anti Muellerian hormone serum level in obesity and normal body mass index, and how relationship and correlation the obesity to Anti Muellerian hormone serum level. The research design was a cross sectional study. The study was conducted in Hospital Dr, Wahidin nSudirohusodo as a teaching hospital of Obstetrics and Gynecology, Medical Faculty, Hasanuddin University and Education hospitals Networking, in Makassar periode from October 2012 to November 2012. Subjects were women at the age of 20 until 35 years old with a obese BMI ≥ 30 and normal BMI between 20-25 as control . Performed Anamnesis, height measurement, weighing and calculating BMI in accord with clinical nutrition section and the approval subject. Blood sampling for AMH level examination conducted by the Prodia laboratory The data result processed with SPSS 17 with Sapiro-Wilk normality test and statistical analysis Independent samples t-test and Pearson correlation. Analysis of the 17 samples were obese (BMI ≥ 30) and 17 samples of normal BMI (BMI 20-25) as a control. The research found a homogeneous sample, there was no significant difference between the 2 groups with AMH levels, p value = 0.75 (p> 0.05), CI 95%. Mean AMH levels in obese compared to BMI Normal BMI, respectively 2,33 ng/ml and 2,49 ng/ml. AMH levels were found no correlation between BMI obesity with normal BMI, with a negative correlation value -0023, the probability 5%, p = 0896 (p> 0.05).The results :this study concluded body mass index was not related and did not correlate with anti muellerian hormone serum level
Keywords: Body Mass Index, Obesity, Anti Muellerian Hormone (AMH)
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) melaporkan persentase orang
kegemukan/obesitasitas dan overweight yang mencengangkan. Data selama tahun 2010, di
Indonesia tercatat 32,9 persen atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan kegemukan. Persentase
bisa dibandingkan dengan data obesitasitas WHO pada 2008 yang hanya 9,4 persen.
Dengan peningkatan jumlah penduduk kegemukan ini, ikut mendorong peningkatan
faktor risiko penyakit kronis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005,
secara global ada sekitar 1,6 milyar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight
dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitasitas. Pada 2015 diprediksi kasus obesitasitas
akan meningkat dua kali lipat dari angka itu. Jika melihat data hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, di Indonesia terdapat 19,1 persen kasus obesitasitas pada penduduk
berusia di atas 15 tahun. Angka tersebut melebihi besaran angka kekurangan gizi dan gizi buruk
pada anak-anak usia di bawah lima tahun sebesar 18,4 persen. Perhatian global semakin
menguatkan meningkatnya penyakit-penyakit yang terkait dengan Obesitasitas atau kegemukan
yang sering dikaitkan dengan gaya hidup Barat menjadi penyebab utama munculnya risiko
penyakit kronis, seperti diabetes mellitus tipe 2, kardiovaskular, hipertensi dan stroke, serta
berbagai jenis kanker.
Kondisi obesitasitas menurunkan kualitas hidup manusia. Dampak lebih jauh, beban pada
system layanan kesehatan dan perekonomian semakin berat. (Arisman M B,2011,Flegat
dkk,2010)
Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus
atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur >18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olah-ragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (BB dalam Kilogram)
IMT =
Tinggi Badan2 (TB2 dalam meter)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO. Untuk
kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil
penelitian dibeberapa negara berkembang. (Lipoeto et al., 2006)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut: IMT < 17, kategori Kurus, Kekurangan berat badan tingkat berat, IMT 18,5-25,0
termasuk Normal, IMT 25 – 30 kategori overweight, IMT ≥ 30,0 kategori Gemuk.
Dihubungkan dengan fertilitas, penelitian kegemukan berhubungan dengan hasil
penurunan reproduksi, berhubungan dengan penurunan cadangan ovarium Seperti serum FSH,
Estradiol. Dan beberapa penelitian melaporkan, walaupun penemuan yang didapat tidak
menyeluruh, pada pelaksanaan siklus program reproduksi berbantu (ART: Assisted Reproduction
Technic) terdapat peningkatan dosis gonadotropin dan peningkatan kegagalan fertilisasi invitro
(IVF) dengan angka abortus Iebih tinggi, serta penurunan pengambilan jumlah sel oosit pada
populasi obesitasitas. (Halawaty dkk, 2010, Soegih dkk, 2009)
Penelitian ini penting karena Sampai saat ini belum jelas apakah ada hubungan antara
indeks masa tubuh dengan cadangan ovarium dalam hal ini kadar serum AMH, dan apakah ada
kemungkinan mekanisme hubungan antara indeks masa tubuh dengan hormon anti muellerian
(AMH) (Steinera,A. Z, 2009). Dan telaah literatur belum pernah dilakukan di Indonesia
khususnya di Makassar. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menilai hubungan antara indeks massa
tubuh (IMT) obesitasitas dengan kadar serum AMH wanita usia 20 tahun sampai dengan 35
tahun
BAHAN DAN METODE
Desain penelitiaan
Desain Penelitian ini merupakan cross sectional untuk mengetahui apakah ada hubungan
dan korelasi antara indeks massa tubuh dengan kadar serum AMH. Penelitian ini dilakukan
dibeberapa rumah sakit pendidikan bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNHAS dengan subyek
penelitian dari beberapa populasi wanita sesuai kriteria inklusi dari pegawai dan mahasiswi di
RS Pendidikan antara lain: BLU RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, dan RS jejaring
lainnya.Penelitian mulai bulan September 2012 sampai jumlah sampel terpenuhi.
Populasi pada penelitian adalah wanita usia 20 tahun sampai dengan 35 tahun dengan
IMT Gemuk dan IMT Normal.
Metode Pengumpulan data
Sampel diambil dari serum darah wanita usia 20 tahun sampai 35 tahun dengan IMT
Gemuk dan IMT Normal yang memenuhi Kriteria penelitian. Cara pengambilan sampel
dilakukan secara consecutive random sampling, yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan sampel dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan
terpenuhi. Seluruh subyek diberikan Informed Consent sebelum diambil sampel
penelitian.Sampel darah diambil pada bagian ventral daerah fossa cubiti,.Darah diambil
sebanyak 3 cc. lalu dikirim Laboratorium Prodia dan diperiksa dengan KIT AMH.
Analisis data
Kadar AMH serum 2 kelompok IMT gemuk dan IMT normal diuji perbedaanya dengan
uji T tidak berpasangan serta dillakukan uji korelasi pearson, dengan signifikansi a < 0.05
dengan interval kepercayaan 95%, menggunakan perangkat lunak statistik SPSS menggunakan
komputer.
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian terhadap 34 Subyek yang dihitung Indeks massa tubuh dimana
17 diantaranya dengan IMT gemuk dan 17 dengan IMT Normal. Dan diperiksa kadar serum
AMH. Pengumpulan subyek dilakukan secara acak dan yang memenuhi kriteria syarat inklusi
diambil. Sampel diambil mulai 29 september 2012 sampai dengan 10 Oktober 2012 dibeberapa
rumah sakit jejaring di Makassar.
Karakteristik Subjek Penelitian
Pada Tabel 1 uji Sapiro-wilk Distribusi normal pada umur dan IMT masing-masing
signifikansi P=0,34 dan 0,41 IMT obesitas dan IMT normal P=0,06 (tidak berbeda bermakna
(p>0,05) dan superscript yang berbeda bermakna (p<0,05).
Perbedaan kadar Hormon anti Muellerian subyek IMT obesitasitas dan IMT normal
Pada tabel 2 dan grafik 1. Kadar hormon anti Muellerian subyek IMT obesitasitas dan
IMT normal tidak terdapat perbedaan bermakna p > 0,05
Korelasi Indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar AMH
Tabel 3 dan grafik 2; Hasil uji korelasi pearson menunjukan tidak adanya hubungan,
linear negatif yang bermakna sebesar 0,896 (p>0,05) ,nilai korelasi pearson sebesar (-0,023)
antara indeks massa tubuh dengan kadar hormon anti muellerian.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan Pada uji korelasi pearson antara IMT dengan hormon anti
Muellerian didapatkan korelasi negatif dengan kemaknaan p > 0,05. Hasil ini sama dengan
penelitian samir halawaty dengan populasi wanita dengan usia premenopause dengan mean umur
46 ± 6 tahun , nilai kemaknaan p < 0.05 menyimpulkan obesitasitas tidak berhubungan dengan
kadar AMH, FSH, AFC dan menyatakan bahwa obesitasitas tidak berdampak pada cadangan
ovarium pada usia premenopause (Halawaty dkk, 2010)
Erkan buyuk menyimpulkan dalam penelitiannya populasi obesitasitas (dengan
cadangan ovarium menurun , didefinisikan dengan FSH > 10 IU/L) mempunyai kadar serum
AMH yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok non obesitasitas (Buyuk dkk, 2011).
Berbeda dengan penelitian Steinera, dkk 2009 tentang dampak kontrasepsi oral terhadap
obesitasitas melaporkan justru pada kelompok IMT obesitasitas kadar AMH nya 34 persen lebih
rendah dibanding kontrol. (Steinera, A. Z. 2009), demikian juga erizaldi penelitian tentang
jumlah folikel dan kadar AMH terhadap PCOS ditemukan korelasi positif pada uji spearman
antara IMT infertil d PCOS dan infertil tanpa PCOS.
Pada penelitian ini terdapat 34 sampel, 17 sampel dengan IMT obesitasitas dan 17
sampel dengan IMT normal sebagai kontrol. Pada tabel 1 tampak karakteristik umur rata - rata
pada penelitian ini distribusinya homogen, usia dibatasi antara 20 sampai 35 tahun batasan ini
diambil oleh karena usia 20 tahun termasuk usia reproduksi yang dapat mudah kami beri
penjelasan, sedangkan batas usia diatas 35 tahun secara teori sudah terjadi penurunan cadangan
ovarium (ovarian reserve). Hasil usia yang terendah 23 tahun tertinggi pada IMT obesitasitas
adalah 35 tahun dan dengan mean rank 28,4 tahun, sedangkan pada kontrol usia terendah 23
tahun tertinggi 34 tahunj dan, mean rank 29, 3 tahun (p> 0,05) hal ini berarti dalam penelitian ini
umur ibu berdistribusi normal. Jumlah oosit primer pada waktu lahir diperkirakan berkisar
antara 700 ribu sampai 2 juta. Kira-kira hanya tinggal 300-500 ribu menjelang menars. Sel sel
granulosa yang menghasilkan hormon anti Muellerian merupakan sel folikuler yang mengelilingi
oosit primer berubah bentuk dari gepeng menjadi kuboid dan berproliferasi membentuk epitel.
Penurunan fungsi ovarium akibat meningkatnya usia berpengaruh pada penurunan kadar
hormon anti mullerian. (Laven et al., 2004). Penurunan kadar AMH ini terjadi karena
pengurangan cadangan ovarium secara signifikan bila umur mulai mencapai 35 tahun. Wiweko
B pada penelitianya tentang kronologis umur dengan biologis ovarium mendapatkan hasil yang
bermakna terjadi penurunan hormon anti Muellerian pada usia mulai 36 tahun, penurunan kadar
hormon anti Muellerian ini lebih bermakna dalam menilai cadangan ovarium bila dibandingkan
dengan FSH karena perubahan atau penurunan FSH terjadi dengan lambat.
Penelitian ini secara subtansi merupakan penelitian etiologi, yaitu penelitian untuk
melihat hubungan sebab akibat. Apakah obesitasitaS menyebabkan penurunan kadar serum
AMH jadi pemilihan yang desain yang memungkinkan adalah menggunakan cross sectional.
Maka Seleksi populasinya adalah wanita dengan IMT obesitasitas dan IMT Normal. Adapun
IMT antara 25-30, yaitu IMT overweight tidak kami ikutsertakan dengan alasan batas komorbid
dan mortalitas seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan lain-lain itu obesitasitas bukan
IMT overweight, alasan lain pembiayaan penelitian dan juga sesuai pertanyaan penelitian kami
adalah dampak obesitasitas
Indeks massa tubuh (IMT) pada obesitasitas dan IMT normal mempunyai distribusi data
normal bermakna (p <0,05), mean IMT obesitasitas dan IMT normal masing-masing 32.01 dan
22.57. .Untuk tujuan studi apakah obesitasitas berpengaruh terhadap kadar serum AMH hanya
dipilih 2 Kategori IMT obesitasitas dan IMT normal , penilaian perbedaan 2 kelompok dapat
dipakai untuk mentukan asosiasi atau hubungan dan penentuan hubungan sebab akibat (Jane
L,Garb,2001) dimana IMT sebagai variabel bebas atau variabel sebab sedangkan Kadar serum
AMH sebagai variabel tergantung atau variabel akibat.
Erizaldi menyebutkan Peningkatan insulin pada penderita SPOK menyebabkan
hiperandrogenisme, hal ini karena insulin bersinergis dengan LH untuk meningkatkan produksi
androgen oleh sel teka. Pemberian Metformin yang menurunkan insulin darah akan menurunkan
kadar AMH). Pada beberapa penelitian pasien SPOK dengan obesitasitas pemberian metformin
menurunkan kadar AMH setelah mengkonsumsi selama 6-8 bulan tetapi tidak merubah jumlah
folikel secara signifikan. (Erizaldi., 2010)
Hasil uji perbedaan kadar hormon anti Muellerian pada IMT obesitasitas mempunyai
nilai rentang 0.78 ng/ml - 5.84 ng/ml, dan IMT Normal antara 1.01 ng/ml – 6.74 ng/ml. Dan
hasil uji Independent Samples T-Test tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Hasil rerata
kedua kelompok menunjukan perbedaan hanya 0.06 kali lebih rendah kadar hormon mullerian
pada IMT obesitasitas dibandingkan IMT normal atau kontrol.
Penelitian ini hanya melihat secara umum dampak obesitasitas terhadap kuantitas kadar
serum AMH. Profil lipid, kadar gula yang secara teoritis berhubungan dengan risiko hipertensi,
dibetes, penyakit jantung koroner dan lain-lain tidak diukur dalam penelitian ini. Jadi
generalisasi dari penelitian ini adalah untuk obesitasitas yang secara anamnesa tidak ada penyakit
diabetes, hipertensi, maupun yang tidak dilakukan pemeriksaan profil lipid. Keterbatassan ini
dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kadar serum AMH pada populasi dengan
gangguan Profil Lipid.
AMH meningkat pada PCOS karena pada PCOS terjadi pertumbuhan folikel sehingga
folikel-folikel menghasilkan AMH. pada penelitan ini keterbasan menyingkiran PCOS
berdasarkan hanya pada anamesa menstruasi, serta pemeriksaan luar adanya tanda hirsutisme
yang sifatnya subyektif. Seharusnya memakai kritera mayor maupun minor yaitu anovulasi,
hiperandrogen klinis,. Kriteria minor resistensi insulin, hirsutisme,rasio LH/FSH > 2.5, dan USG
transvaginal (Ali Baziad, 2008)
KESIMPULAN DAN SARAN
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Kadar Anti Muellerian Hormon antara
subyek dengan Indeks massa tubuh obesitasitas dan indeks massa tubuh Normal. Indeks Massa
Tubuh tidak berhubungan dengan kadar AMH (Anti Muellerian Hormon ). Indeks massa tubuh
tidak berkorelasi dengan kadar serum AMH dengan nilai korelasi negatif -0.023.
Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan Perlu dilakukan
Penelitian AMH pada IMT obesitasitas dengan dislipidemia dibandingkan IMT Normal. Serta
perlu dilakukan Penelitian penentuan lipid pada ovarium untuk pembuktian langsung efek lipid
terhadap kadar AMH
DAFTAR PUSTAKA Arisman,M.B.(2011).Obesitasitas Diabetes Mellitus dan dislipidemia, sagung Seto:55-65 Baziad,A.(2008). Endokrinologi Ginekologi : Sindrom Ovarium Polikistik, hal.63-69 Media Aesculapius FKUI. Erizaldi.(2011).tesis: Hubungan jumlah folikel dengan kadar hormone anti muellerian pada
penderita Polikistik Ovarium, universitas hasanuddin Erkan Buyuk, M.D.,a David B.(2011). Elevated body mass index is associated with lower serum
anti-mutlerian hormone levels in infertile women,journal American Society for Reproductive Medicine, p.201-206
Flegat KM,Carroll MD,et al.(2010). Prevalence and trends in obesitasity among US adults, 1999-2008.JAMA 2010;303:235
Jane L,Garb 2001, Memahami Penelitian.pedoman seorang Praktisi,alih bahasa:Nawi, Jakarta,Hipokrates,
Laven JS, Mulders AG, Visser JA, Themmen APN, De Jong FH & Fauser BC 2004 Anti-Mullerian hormone serum concentrations in normoovulatory and
Lipoeto, N., Megasari, N. & Putra, A. 2006. Malnutrisi dan Asupan Kalori pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Indonesia.
Soegih, R & kunkun K. (2009). Permasalahan obesitasitas: Etiopatogenesis obesitasitas, sagung seto hal 19-30
Steinera, A. Z. (2009). "Antimuellerian hormone and obesitasity in contraception." Elsevier (contraception): p.245- 248.
Halawaty,S & Eman ElKattan. (2010). Effect of Obesitasity on Parameters of Ovarian Reserve in Premenopausal Women Hum Reprod 1998;13:1502-5.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Variabel (BB Obesitas) BB Normal (Kontrol)
1. Umur 20-30 ( 27.,58 ± 4,6 ) 26-31 (28,78 ± 1,30) Min-Max (Mean ± SD)
2. IMT Min-Max (Mean±SD) 30,23-35 (32,01 ±1,14) 19.27-24.17 (22,57±0,91)
Tabel 2. Perbedaan kadar AMH pada kedua kelompok Variabel IMT Obesitas IMT Normal (Kontrol) Anti Mullerian Hormon (AMH) Min-Max (Mean + SD) 0.78-5.84 (2.33±1.57) 1.01-6,74 (2,49±0,30) 95% Cl 0.83-1.16 0.82-1.16 Independent Samples T Test p (>0,05) p=0,75 Tabel 3. Korelasi IMT dengan AMH Variabel Kadar hormon anti muellerian IMT Pearson -0,023 Corelation Nilai p 0,896
Grafik 1. Grafik BOX-PLOT Kadar hormon anti Muellerian IMT obesitasitas dibanding IMT normal kontrol. Grafik 2. pencar (scatter plot) korelasi IMT dengan kadar hormon anti Muellerian .dengan pola plot yang menyebar menunjukkan tidak adanya korelasi antara IMT dengan AMH