perawatan dan dissasembly engine komatsu 105

116
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pendidikan diperguruan tinggi ada dua hal yang mendapatkan penekanan, yaitu pelajaran di bangku kuliah dan pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan di lapangan dilakukan karena mahasiswa belumlah cukup menerima ilmu yang bersifat teoritis. Pengamatan dilapangan diperlukan sebagai proses aplikasi ilmu yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah. Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah dari kurikulum jurusan Teknik Mesin D3 Fakultas Teknik Universitas Riau yang dapat dijadikan penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Kerja praktek dilakukan dilapangan pada perangkat yang telah ada atau proyek fisik yang sedang berlangsung. Obyek pengamatan dalam kerja praktek ini diharapkan sesuai dengan disipilin ilmu jurusan Teknik Mesin D3 Universitas Riau. Dalam pelaksanaan kerja praktek diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja tentang teknis kerja dilapangan dan sosialisasi kerja teamwork. Selain itu dengan adanya kerja praktek ini mahasiswa akan memperoleh pengalaman cara mengatasi masalah yang timbul 1

Upload: cipta-andri-jhona-sinuraya

Post on 03-Jan-2016

812 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Semoga Bermanfaat..

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses pendidikan diperguruan tinggi ada dua hal yang mendapatkan

penekanan, yaitu pelajaran di bangku kuliah dan pengamatan langsung di lapangan.

Pengamatan di lapangan dilakukan karena mahasiswa belumlah cukup menerima

ilmu yang bersifat teoritis. Pengamatan dilapangan diperlukan sebagai proses aplikasi

ilmu yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.

Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah dari kurikulum jurusan

Teknik Mesin D3 Fakultas Teknik Universitas Riau yang dapat dijadikan penerapan

ilmu yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Kerja praktek dilakukan dilapangan

pada perangkat yang telah ada atau proyek fisik yang sedang berlangsung. Obyek

pengamatan dalam kerja praktek ini diharapkan sesuai dengan disipilin ilmu jurusan

Teknik Mesin D3 Universitas Riau.

Dalam pelaksanaan kerja praktek diharapkan mahasiswa mendapatkan

pengalaman kerja tentang teknis kerja dilapangan dan sosialisasi kerja teamwork.

Selain itu dengan adanya kerja praktek ini mahasiswa akan memperoleh pengalaman

cara mengatasi masalah yang timbul pada pelaksanaan pekerjaan secara cepat dan

tepat. Hal itu merupakan tujuan dari pelaksanaan kerja praktek dimana faktor

efektifitas dan efisiensi menjadi dasar utama untuk menunjang pelaksanaan suatu

pekerjaan.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kerja praktek di PT.United

Tractors.Tbk cabang Pekanbaru yaitu :

1) Mempelajari proses-proses yang terjadi pada bagian disassembly

(pembongkaran) dan menganalisis kerusakan berdasarkan SOP buku Shop

Manual.

1

2) Mengadakan pengamatan dan penelitian tentang penerapan teori dengan

kondisi yang sebenarnya.

3) Memperoleh pengalaman operasional dari suatu industri dalam penerapan,

rekayasa, dan ilmu pengetahuan dan teknologi engine.

4) Mengetahui prinsip-prinsip alat-alat yang ada pada bagian sistem

disassembly.

1.3. Manfaat Kerja Praktek

Manfaat yang dapat diambil selama melakukan kerja praktek di workshop

PT.United Tractors.Tbk cabang Pekanbaru yaitu :

1) Mendapat pengetahuan dalam mengetahui kerusakan yang terjadi pada engine

105.

2) Mendapat pengetahuan tentang bagaimana sistem kerja engine 105.

3) Mendapat pengetahuan dalam mengetahui komponen-komponen utama dari

engine 105.

4) Mendapat pengetahuan tentang cara-cara perawatan dan disassembly engine

sesuai SOP Shop Manual.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek.

Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT.United Tractors.Tbk Cabang Pekanbaru,

Jl.Sukarno Hatta No.151. Waktu pelaksaan kerja praktek mulai tanggal 20 Juni 2011

sampai dengan 20 Juli 2011.

1.5 Batasan Permasalahan

Karena sistem perawatan engine ini sangat luas dan terdiri dari banyak

peralatan dan keterbatasan waktu dalam kerja praktek ini, maka penulis membatasi

topik permasalahan pada sistem disassembly (pembongkaran) dan menganalisa

kerusakan beserta cara penanggulangan kerusakan.

2

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membagi dalam 4 bab,

yaitu :

BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang penulisan, maksud dan tujuan kerja

praktek, manfaat kerja praktek, waktu dan tempat pelaksaaan kerja praktek, batasan

masalah, sistematika penulisan.

BAB II Teori Dasar

Bab ini bersisikan teori-teori yang dipakai sebagai referensi dalam melakukan

kerja praktek di PT.United Tractors.Tbk Cabang Pekanbaru.

BAB III Troubleshoot

Bab ini berisikan permasalahan yang dialami selama melaksanakan kerja

praktek di PT.United Tractors.Tbk Cabang Pekanbaru pada engine yang dilakukan

perawatan system disassembly.

BAB IV Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap materi yang penulis

tulis dalam laporan ini.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan Dasar

2.1.1 Pengertian Engine (PT.Hexindo Adiperkasa, 2006)

Engine adalah suatu alat yang menghasilkan tenaga melalui suatu proses

tertentu dimana proses thermis dirubah menjadi tenaga mekanis, sedangkan machine

adalah suatu unit secara keseluruhan yang mencakup engine sampai power train.

Engine memiliki dua prinsip yaitu :

1) Prinsip Diesel Engine

Udara yang dimasukkan kedalam silinder, kemudian dikompresikan

hingga mencapai tekanan 30-40 kg/cm2 dengan tempratur sekitar 300-400

°C kemudian disemprotkan bahan bakar sehingga terjadi pembakaran yang

menghasilkan tekanan sebesar 60-80 kg/cm2 dengan tempratur sekitar 600-

800°C.

2) Prinsip Gasoline Engine

Udara dan bahan bakar yang dimasukkan kedalam silinder secara

bersama-sama kemudian dikompresikan hingga mencapai tekanan 7-15

kg/cm2 dengan tempratur sekitar 100-150°C kemudian dipercikkan bunga api

lewat busi sehingga terjadi pembakaran yang menghasilkan tekanan sebesar

30-60 kg/cm2 dengan tempratur sekitar 1500°C.

2.1.2 Prinsip Motor Diesel Dan Motor Bensin (PT.Hexindo Adiperkasa, 2006)

1. Motor Diesel

Udara yang terhisap ke dalam ruang bakar dikompresi sehingga

mencapai tekanan dan temperatur yang tinggi. Bahan bakar (fuel) diinjeksikan

dan dikabutkan ke dalam ruang bakar. Sehingga terjadi pembakaran sesaat

setelah terjadi pencampuran dengan udara.

4

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Motor Diesel

2. Udara dan bahan bakar yang tercampur didalam carburator, terhisap ke

dalam ruang bakar dan dikompresikan hingga mencapai tekanan dan

temperatur tertentu. Pada akhir langkah kompresi, busi memercikan api

sehingga terjadi pembakaran.

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Motor Bensin

2.1.3 Motor 4 Langkah Dan 2 Langkah (PT.Hexindo Adiperkasa, 2006)

5

1. Prinsip Kerja Motor Diesel 4 langkah yaitu:

a) Langkah Hisap (Intake Stroke)

Piston bergerak dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik Mati

Bawah (TMB). Intake valve terbuka dan exhaust valve tertutup,

udara murni masuk ke dalam silinder melalui intake valve (Gambar

2.3a).

b) Langkah kompresi (Compression Stroke)

Udara yang berada didalam silinder dimampatkan oleh piston

yang bergerak dari Titik Mati Bawah ( TMB ) ke Titik Mati Atas

( TMA ), dimana kedua valve intake dan exhaust tertutup. Selama

langkah ini tekanan naik 30 -40 kg/cm2 dan temperatur udara naik 400

-500˚C (Gambar 2.3b).

c) Langkah Kerja ( Power Stroke )

Pada langkah ini, intake valve dan exhaust valve masih dalam

keadaan tertutup, partikel -partikel bahan bakar yang disemprotkan

oleh nozzle akan bercampur dengan udara yang mempunyai tekanan

dan suhu tinggi, sehingga terjadilah pembakaran yang menghasilkan

tekanan dan suhu tinggi. Akibat dari pembakaran tersebut, tekanan

naik 80 - 110 kg/cm2 dan temperatur menjadi 600 - 900˚C (Gambar

2.3c).

d) Langkah Buang ( Exhaust Etroke )

Exhaust valve terbuka sesaat sebelum piston mencapai titik

mati bawah sehingga gas pembakaran mulai keluar. Piston bergerak

dari TMB ke TMA mendorong gas buang keluar seluruhnya (Gambar

2.3d).

6

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Motor Diesel 4 Langkah

2. Prinsip Kerja Motor Bensin 4 Langkah

a) Langkah Isap (Intake Stroke)

Piston bergerak dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik Mati

Bawah (TMB). Intake valve terbuka dan exhaust valve tertutup, udara

bersih yang tercampur di karburator, terhisap masuk ke dalam ruang

silinder (Gambar 2.4).

b) Langkah kompresi (Compression Stroke)

Campuran udara dan bahan bakar dimampatkan oleh piston

yang bergerak dari titik mati bawah ke titik mati atas sehingga tekanan

dan temperatur campuran tersebut naik (Gambar 2.4).

c) Langkah Kerja (Power Stroke)

Beberapa derajat sebelum mencapai titik mati atas, campuran

udara dan bahan bakar tersebut diberi percikan api oleh busi, sehingga

terjadi pembakaran. Akibatnya, tekanan naik menjadi 30 - 40 kg/cm2

dan temperatur pembakaran menjadi 1500˚C. Tekanan tersebut bekerja

pada luasan piston dan menekan piston menuju ke titik mati bawah

(Gambar 2.4).

7

d) Langkah Buang ( Exhaust Stroke )

Exhaust valve terbuka sesaat sebelum piston mencapai titik

mati bawah sehingga gas pembakaran mulai keluar. Piston bergerak

dari titik mati bawah ke titik mati atas mendorong gas buang keluar

seluruhnya (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Prinsip Kerja Motor Bensin 4 Langkah

3. Langkah KerjaMotor 2 Langkah

a) Langkah Piston ke Atas ( Upward Stroke )

Piston bergerak ke atas dari TMB menuju TMA, campuran

udara dan bahan bakar masih mengalir ke dalam silinder melalui

saluran (scavenging passage). Sebaliknya gas hasil pembakaran secara

terus menerus dikeluarkan sampai lubang exhaust tertutup. Saat lubang

exhaust ditutup oleh gerakan piston yang menuju TMA, campuran

udara dan bahan bakar ditekan, sehingga tekanan dan temperaturnya

naik. Pada saat itu, lubang intake terbuka pada akhir langkah kompresi

sehingga udara segar terhisap masuk ke dalam crank case (Gambar

2.5).

b) Langkah Piston ke Bawah (Downward Stroke)

8

Campuran udara dan bahan bakar yang termampatkan diberi percikan

bunga api dari busi yang menyebakan terjadinya pembakaran sehingga

tekanan dan temperatur diruang bakar naik. Dan piston terdorong kearah titik

mati bawah. Pada akhir langkah piston, lubang exhaust terbuka dan gas hasil

pembakaran mulai keluar, yang diikuti oleh pembakaran scavenging passage,

sehingga campuran bahan bakar dan udara yang berada di crank case masuk

ke dalam silinder (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Prinsip Kerja Motor 2 Langkah

2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Engine 2 Langkah dan 4 langkah (PT.United

Tractors, 2005)

Dibandingkan dengan engine 4 langkah, engine 2 langkah mempunyai

keuntungan sebagai berikut:

1. Ukuran berat lebih kecil, dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar.

2. Harga lebih rendah karena tidak menggunakan valve dan struktur lebih

sederhana.

3. Putaran lebih halus karena ukuran flywheel lebih kecil.

Sedangkan kerugian engine 2 langkah yaitu :

9

1. Karena tidak menggunakan valve maka gas pembakaran tidak terbuang

seluruhnya dan menyebapkan pembakaran tidak sempurna.

2. Karena sebagian bahan bakar dan udara ikut keluar (saat proses exhaust)

bersama dengan gas buang, maka penggunaan fuel tidak ekonomis.

3. Karena waktu yang diperlukan untuk langkah intake singkat, maka jumlah

campuran yang masuk sedikit. Sehingga mungkin dapat menaikkan tekanan

kompresi dan efesiensi engine (ratio fuel consumtion per output) lebih rendah

dibandingkan engine 4 langkah.

4. Crank case harus rapat tidak boleh ada kebocoran udara.

2.2 Mekanisme Sistem

2.2.1 Cylinder Head (PT.United Tractors, 2005)

Cylinder head dipasang pada bagian atas dari engine yang berfungsi untuk

menahan tekanan pembakaran, mengendalikan panas, tempat duduknya mekanisme

valve dan mekanisme injeksi bahan bakar. Cylinder head harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

1) Dapat menahan tekanan pembakaran dan konsentrasi panas.

2) Mempunyai efek pendinginan yang tinggi.

3) Dapat mencegah kebocoran tekanan pembakaran secara keseluruhan.

4) Dapat mengalirkan udara intake dan exhaust dengan lancar.

5) Dapat mencampur udara dengan bahan bakar secara sempurna.

Selain itu juga, cylinder head akan membentuk ruang bakar bersama-sama

dengan cylinder dan piston. Komponen ini terbuat dari besi cor (cast iron). Terdapat

juga cylinder head yang terbuat dari bahan alloy cast iron dengan paduan nickel,

chrome, molybdenum dan lain-lain untuk digunakan pada supercharged engine yang

tahan pada temperatur tinggi. Struktur dari cylinder head bermacam-macam,

tergantung dari langkah pembakarannya (combustion cycle), bentuk dari ruang bakar,

posisi dari camshaft, dan mekanisme valve. Menurut konstruksinya, cylinder head

dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu cylinder head dengan tipe

devided/sectional dan tipe unit/solid. Jika satu cylinder head digunakan untuk semua

10

silinder, maka disebut tipe unit/solid, sedangkan jika satu cylinder head digunakan

untuk satu atau lebih silinder, maka disebut dengan tipe devided/sectional.

a b

Gambar 2.6 a) Cylinder Head Solid Type 2-Valve

b) Cylinder Head Section Type 4-Valve

1) Intake Port (Duct)

Intake port (duct) menghubungkan intake manifold dan ruang bakar

sebagai saluran masuk dari udara hisap. Intake port yang dapat menghasilkan

sebuah pusaran udara yang baik khusus digunakan pada engine yang

menggunakan tipe pembakaran langsung (direct combustion), sehingga proses

pencampuran antara udara dan bahan bakar dapat berlangsung dengan

sempurna.

11

Gambar 2.7 Intake Port And Air Flow

2) Exhaust Port

Exhaust port berhubungan dengan ruang bakar dan exhaust manifold.

Exhaust port menghubungkan ruang bakar engine dan intake manifold.

Berikut ini ditunjukkan macam-macam konstruksi dari exhaust port.

Gambar 2.8 Exhaust Port

2.2.2 Valve,Valve Guide dan Valve Seat (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

1. Valve

Terbuka dan tertutupnya valve secara teratur untuk memasukkan udara

kedalam cylinder dan membuang gas bekas pembakaran keluar. Pergerakan valve

diambil dari putaran camshaft yang dirubah menjadi gerakan vertical melalui

12

push rod dan kemudian gerakan push rod ditransfer melalui rocker arm dan

diteruskan ke valve. Valve memiliki beberapa fungsi yaitu :

1) Mengatur udara yang masuk kedalam silinder dan keluarnya gas buang dari

dalam silinder.

2) Mencegah kebocoran dari ruang pembakaran.

3) Meneruskan panas pembakaran ke pendingin melalui valve guide dan dinding

cylinder head.

2. Valve Guide

Valve guide sebagai penuntun pergerakan valve secara sliding antara

permukaan stem dan valve guide dengan gerakan vertikal dan juga sebagai

pengontrol pelumasan pada valve stem. Dengan demikian dibutuhkan celah

yang tepat antara stem dan guide, sehingga tidak terjadi kebocoran udara dan

oli ke dalam saluran masuk udara dan gas buang. Valve guide dan valve dibuat

dari bahan yang tahan panas. Valve guide mempunyai fungsi yaitu melumasi

dan sebagai jalan dari valve stem serta meneruskan panas dari valve.

Gambar 2.9 Valve Guide

3. Valve Insert (Valve Seat)

13

Valve insert adalah suatu ring yang tahan terhadap panas dan benturan

yang dipasang diantara permukaan valve yang bersentuhan dengan cylinder head.

Valve seat mempunyai 2 fungsi yaitu :

1) Memperpanjang daya tahan pada dudukan valve dan mencegah

kebocoran.

2) Mempermudah penggantian apabila kedudukan valve mengalami

kerusakan.

2.2.3 Valve Spring (PT.United Tractors, 2005)

Valve spring mempunyai suatu fungsi memberikan tekanan untuk sealing

valve pada saat valve kembali pada kedudukannya dan memberikan keseimbangan

pada saat valve bergerak mengembalikan kedudukan asal dari rocker arm, pushrod

dan tappet/cam follower.

Gambar 2.10 Valve Spring

2.2.4 Pre-Combustion Chamber (PT.United Tractors, 2005)

Pre-combustion chamber memiliki fungsi yaitu mengadakan pembakaran

pendahuluan, sesaat sebelum terjadi pembakaran di main combustion chamber.

14

Gambar 2.11 Build In Type dan United Type

2.2.5 Glow Plug (PT.United Tractors, 2005)

Disetiap precombustion chamber dilengkapi dengan glow plug yang

merupakan suatu alat pemanas listrik yang berfungsi untuk menyalakan bahan bakar,

sehingga engine mudah dihidupkan (terutama engine dalam keadaan dingin).

2.2.6 Rocker Arm dan Rocker Arm Shaft (PT.United Tractors, 2005)

Rocker arm terpasang pada rocker arm shaft dan dihubungkan dengan push

rod yang menggerakan intake valve dan exhaust. Pergerakan vertikal dari push rod

mengikuti gerak putar camshaft dan ditransfer melalui rocker arm ke valve stem

dengan arah yang berlawanan. Kerenggangan antara rocker arm dan valve stem

dirancang untuk mengatasi pemuaian dari mekanisme penggerak. Rocker arm dan

rocker arm shaft mempunyai 2 fungsi yaitu meneruskan gerakan dari pushrod ke

valve dan injector dan menyalurkan pelumas ke bagian lain didalam cylinder head

(Gambar 2.12).

15

Gambar 2.12 Rocker Arm Lubrication

2.2.7 Cross Head (PT.United Tractors, 2005)

Cross head berfungsi untuk meneruskan gerakan rocker arm ke valve dan

sebagai jembatan/penghubung untuk satu set valve yang sama sehingga valve dapat

terbuka atau menutup pada saat yang sama pula.

Gambar 2.13 Cross Head

2.2.8 Cylinder Head Gasket (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Cylinder head gasket berfungsi sebagai penyekat gas pembakar dan air

pendingin dan oil pelumas yang bersikulasi antara cylinder head dan cylinder block.

Cylinder head gasket juga dirancang untuk tahan terhadap tekanan dan temperatur

tinggi yang dihasilkan dari pembakaran pada engine.

16

Gambar 2.14 Cylinder Head Gasket

2.2.9 Cylinder Block (PT.United Tractors, 2005)

Kontruksi/bentuk dari cylinder block dibuat sedemikian rupa sehingga

terdapat saluran untuk pelumasan dan pendinginan. Fungsi cylinder block adalah

sebagai pemegang atau kedudukan komponen utama yang bergerak, seperti piston,

connecting rod, crank shaft, dan lain-lainnya. Cylinder block baru biasa dikatakan

engine bila dikombinasikan dengan cylinder head pada bagian atas block dan oil pan

pada bagian bawah block, timming gear, gear case, fly wheel, dan haushing pada

bagian belakang block.

Gambar 2.15 Cylinder Block

Keterangan:

17

1. Cylinder block

2. Cylinder liner

3. Crankshaft gear

4. Front seal

5. Wear spring

6. Crankshaft pulley

7. Rear seal

8. Crank shaft

9. Main bearing

10. Main bearing cap

11. Liner O-ring

12. Liner O-ring

13. Oil pan

14. Thrus bearing

2.2.10 Cylinder Liner (PT.United Tractors, 2005)

Disetiap cylinder liner dilengkapi dengan seal ring yang mempunyai tahanan

tinggi terhadap air maupun oil suhu tinggi. Fungsinya untuk pembatas air pendingin

di cylinder liner dan oil crankshaft.

Cylinder liner mempunyai 5 fungsi yaitu :

1) Tempat terjadinya tekanan pembakaran.

2) Tempat bergeraknya piston.

3) Meneruskan panas pembakaran ke pendinginan.

4) Memperpanjang umur engine dan mempermudah penggantian.

5) Tempat kedudukan seal ring.

Gambar 2.16 Cylinder Liner

2.2.11 Piston (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

18

Piston haruslah mempunyai ekspansi termal yang rendah meskipun saat

menerima temperature pembakaran yang cukup tinggi (sekitar 1000°C), hal ini

penting karena jangan sampai piston tidak dapat bergerak (macet) pada saat

menerima panas yang cukup tinggi. Selain itu piston juga harus cukup kuat untuk

menahan tekanan pembakaran sebesar kurang lebih 80 kg/cm2 agar dapat

menyalurkan tekanan ke crankshaft dengan tepat.

Piston memiliki beberapa fungsi yaitu :

1) Tempat kedudukan piston ring.

2) Meneruskan tekanan pembakaran ke crankshaft.

3) Meneruskan panas melalui piston ring.

4) Bentuk cekungan dari piston berfungsi agar bahan bakar dan udara

bercampur dengan baik (turbulence).

Gambar 2.17 Piston

2.2.12 Piston Pin (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Piston dan connecting rod dihubungkan dengan piston pin, ada 3 macam

hubungan antara piston, connecting rod dan piston pin :

1) Fixed type : Piston pin tak bergerak pada piston bush/hole karena diikat

dengan bolt.

19

2) Semi floating : Piston ini diikat/tidak bergerak pada small end dari connecting

rod, tetapi bergerak bebas pada piston bush/hole.

3) Full floating : Piston ini bergerak bebas pada piston bush maupun connecting

rod, sehingga untuk itu diperlukan insert snap ring agar pin tak terlepas keluar

dari piston cinecting rod. Full floating inilah yang paling banyak digunakan

pada engine komatsu.

2.2.13 Piston Ring (PT.United Tractors, 2005)

Piston ring berfungsi untuk menahan tekanan gas kompresi di dalam cylinder,

menjaga ketebalan oil film pada dinding cylinder dan mentransfer panas dari piston

ke cylinder liner. Ring bagian atas disebut ring kompresi untuk mencegah kebocoran

gas kompresi, dan ring bagian bawah disebut oil ring yang bekerja menjaga ketebalan

oil film. Tekanan gas kompresi akan mempercepat keausan piston ring dan

mengurangi tenaga engine. Kebocoran pada piston ring akan meningkatkan konsumsi

oli. Pada piston ring terdapat gap yang disebut fitting face, dan terdapat 3 jenis fitting

yaitu :

1) Step fitting face.

2) Angle fitting face.

3) Straight fitting face.

Gambar 2.18 Piston Ring

20

2.2.14 Connecting Rod (PT.United Tractors, 2005)

Connecting rod berfungsi meneruskan tekanan pembakaran/gerakan piston ke

crank shaft dan menjaga ketegak lurusannya jalannya piston. Conecting rod harus

kuat menahan tekanan kompresi, tekanan pembakaran, tekanan beban yang berulang-

ulang dan beban bengkok yang disebabkan beban inersia dari piston dan connecting

rod pada putaran tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan diatas, connecting rod dibuat

dari spesial baja tempa dan mempunyai kekuatan spesial dalam batas kelelahan

material. Gambar 2.19 menunjukkkan bagian-bagian dari connecting rod.

Gambar 2.19 Coneccting Rod

2.2.15 Crank Shaft (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Crank shaft memiliki fungsi merubah gerak naik turun (reciprocating) dari

piston menjadi gerak dan tenaga putar. Mengingat gerak dan tenaga putar crankshaft

adalah hasil perubahan dari gerak naik turun, maka akan timbul gaya centripugal

yang sangat besar. Oleh karena itu perlu keseimbangan dan untuk menghilangkan

gaya centrifugal, crankshaft tersebut dilengkapi dengan centerweigt sehingga putaran

crank shaft menjadi lebih rata/licin.

21

Gambar 2.20 Crank Shaft

2.2.16 Camshaft (PT.United Tractors, 2005)

Camshaft merupakan sebuah komponen yang diputar oleh crankshaft melaui

hubungan roda gigi. Camshaft berfungsi untuk menyalurkan tenaga ke valve system

(mekanisme membuka dan menutupnya intake dan exhaust valve). Pada cummin

engine camshaft-nya dilengkapi dengan injector cam yang berfungsi sebagai

mekanisme penggerak dari injector bahan bakar.

Gambar 2.21 Cam Shaft

2.2.17 Tappet/Cam Follower (PT.United Tractors, 2005)

22

Tappet (cam follower) dan push rod digabung dengan camshaft, rocker arm

dan valve disebut sebagai mekanisme valve (valve mechanisme). Tappet (cam

follower) berfungsi untuk merubah gerakan putar dari cam menjadi gerakan bolak-

balik (naik-turun).

Gambar 2.22 Tappet/Cam Follower

2.2.18 Push Rod (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Push rod memiliki fungsi meneruskan gerakan dari cam follower/tappet ke

rocker lever untuk menggerakkan valve dan injector. Cara kerja push rod dapat kita

lihat pada (Gambar 2.22).

2.2.19 Balancer Shaft (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Getaran engine yang terjadi pada dasarnya ditimbulkan oleh goncangan dari

connecting rod, karena bagian paling atas connecting rod bergerak tegak lurus

sedangkan bagian bawah bergerak memutar, perputaran dari crankshaft dengan beban

yang berbeda-beda, dan tenaga yang dihasilkan hanya pada langkah pembakaran.

Beban/getaran yang bermacam-macam tersebut akan terkumpul dicrankshaft

dan dengan berputarnya crankshaft akan timbul gaya centrifugal yang menimbulkan

getaran (secondary vibration). Untuk mengurangi akibat getaran tersebut, maka

dipasang balancer shaft. Jadi balancer shaft untuk menghilangkan secondary

vibration dan umumnya dipasang pada engine dengan 4 silinder.

23

Gambar 2.23 Balancer Shaft

2.2.20 Timing Gear (PT.United Tractors, 2005)

Timing gear dapat diartikan sebagai gigi penghubung untuk mentransfer

putaran crankshaft ke perlengkapan engine yang membutuhkan tenaga putar. Timing

Gear berfungsi meneruskan putaran dari crank shaft ke perlengkapan engine lainnya

atau kebagian-bagian yang memerlukan gerak putar.

Gambar 2.24 Timing Gear

2.2.21 Vibration Damper (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

24

Vibration damper berfungsi untuk meredam getaran dan tegangan puntir

maupun getaran engine. Gambar 2.25 menjelaskan bagian-bagian dari vibration

damper.

Gambar 2.25 Vibration Damper

2.2.22 Flywheel (PT.United Tractors, 2005)

Flywheel merupakan sebuah plat bulat yang terbuat dari baja cor kelas tinggi

dan diikatkan pada bagian belakang dari crankshaft. Hal ini akan membuat putaran

engine yang dihasilkan dari tekanan piston ke bawah yang diterima oleh crankshaft

menjadi lebih halus. Sebuah engine menghasilkan tenaga hanya pada saat melakukan

langkah ekspansi (power) saja. Engine akan mengalami kecenderungan untuk

berhenti berputar pada saat melakukan langkah hisap, langkah kompresi, dan langkah

buang. Maka dari itu dibutuhkan gaya untuk memutar crankshaft selama langka-

langkah tersebut. Flywheel digunakan untuk memfungsikan hal tersebut. Flywheel

berfungsi untuk memindahkan tenaga putar dari engine ke power train sebagai

sumber tenaga. Bagian dari flywheel dapat dilihat pada (Gambar 2.26).

25

Gambar 2.26 Struktur Flywheel

2.2.23 Power Take Off (PTO) Gear Unit (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Power Take Off (PTO) Gear Unit berfungsi untuk menyalurkan tenaga untuk

menggerakkan perlengkapan peralatan lain sesuai kebutuhan yang dapat diperoleh

langsung dari engine.

Gambar 2.27 Struktur Power Take Off (PTO) Gear Unit

2.3 Lubrication System

26

2.3.1 Fungsi Lubrication System (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Untuk melumasi, pembersih dan penyekat dari komponen-komponen yang

bergesekan sehinga dapat mempertahankan sekaligus memperpanjang umur

komponen tersebut. Pelumasan yang sering dipakai adalah system pressure (tekanan)

yaitu system pelumasan yang disirkulasikan dengan paksa melalui bantuan pompa oli.

2.3.2 Pengertian Minyak Pelumas (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Minyak pelumas yaitu untuk melumasi komponen-komponen yang

bergesekan dan mencegah berkaratnya bagian-bagian engine yang bergerak transisi

maupun rotasi.

1. Fungsi Oli

a) Membentuk lapisan film minyak pelumasan.

b) Pendingin (cooling).

c) Penyekat (sealing).

d) Pembersih (cleaning).

e) Mencegah anti karat (anti korosi).

f) Media pemindah gaya (pada torque converter).

g) Media pemindah tenaga (pada hydraulic dan brake system).

2. Viscosity Minyak Pelumas

Viscosity menunjukkan derajat kekentalan minyak pelumas, makin

besar viscosity minyak pelumas makin kental. Viscosity dinyatakan dalam

SAE (Society of Automatif Engineer).

Contoh : SAE 10, SAE 30 dan lain-lain.

3. Klasifikasi Minyak Pelumas

Klasifikasi dinyatakan dalam API service (American Petroleum

Institute). Klasifikasi menunjukkan kualitas dari minyak pelumas, semakin

berada pada urutan bawah berarti semakin baik (semakin banyak memenuhi

fungsinya).

Tabel 2.1 Kode Minyak Pelumas Diesel Engine

27

Clas

PenggunaanBaru Lama

CA DG Diesel angine natural aspirated, oprasi ringan

CB DM Diesel engine natural aspirated, oprasi menengah

CC DM Diesel engine, turbocharger, oprasi menengah

CD DS Diesel engine, turbocharger, oprasi berat

2.3.3 Sirkuit (PT.United Tractors, 2005)

Beberapa engine tidak dilengkapi dengan scavenging pump, regulator valve

dan by pass filter. Ada beberapa engine lainya dilengkapi dengan piston cooling

nozzle. Pelumasan di engine sangat diperlukan, karena berfungsi untuk melumasi

komponen-komponen yang bergesekan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan

umur dan daya tahan komponen sesuai dengan umur ekonomisnya. Untuk aliran oil

yaitu :

1) Oil didalam oil pan mengalir melalui strainer yang menyaring debu-debu

kasar dan partikel lainnya.

2) Oil pump yang diputar oleh timing gear, mengalirkan oil dengan tekanan ke

system pelumasan.

3) Oil dikirimkan oleh oil pump, didinginkan terlebih dahulu oleh oil cooler.

4) Oil yang disaring oleh oil filter mengalir melalui saluran utama (main gallery)

didalam cylinder block ke permukaan komponen-komponen yang bergesekan.

Sistem pelumasan 6D125 series:

28

Gambar 2.28 Sistem Pelumasan 6D125 Series

2.3.4 Komponen-Komponen (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

1. Scavenging Pump

Saat posisi engine dioperasikan miring, oil mengalir dan berada di

ujung oil pan. Sehingga oil yang bersirkulasi tidak sempurna dan

menyebabkan keausan pada komponen-komponen yang bergesekan,

scavenging oil circuit mempunyai strainer sendiri yang letaknya di sisi

berlawanan dengan strainer utama. Sehingga oil yang berada di ujung oil pan

dihisap oleh scavenging pump melalui strainer dan dikirimkan ke sisi

lawannya.

29

Gambar 2.29 Scavenging Oil

2. By Pass Filter Sirkuit

Oil pelumasan di oil pan secara normal mengalir melalui oil pump dan

oil filter ke berbagai macam komponen dalam. Dengan adanya tambahan by

pass filter sirkuit, oil terjaga bersih dan memperkecil kebutuhan oil filter.

Engine komatsu membagi dua type, yaitu :

Full flow type : Membawa seluruh aliran oil ke komponen

dalam melalui filter oil dan full flow.

Kombinasi by pass type : Mengembalikan sebagian oil yang dikirim dari

pump ke oil panch.

Gambar 2.30 By Pass Filter Oil Sirkuit

3. Katup Pengatur

30

Katup pengatur berfungsi untuk mengatur tekanan oil didalam system

dan membatasi tekanan oil didalam system.

Gambar 2.31 Katup Pengatur

4. Oil Pump

Oil pump yang paling banyak digunakan untuk engine adalah tipe

external gear dan type trochoid pump. Tekanan oil pelumasan di engine

berkisar antara 3-6 kg/cm2 selama pengoperasian engine dalam batas normal.

Debit oil yang disuplai ke system berkisar 50-300 ltr/menit, walaupun

kebutuhan debit oil masing-masing engine bervariasi.

a) External Gear Pump

Pompa oli yang paling banyak digunakan adalah type external

pump dan trochoid pump. Tekanan pelumasan engine berkisar antara

3 – 4,5 kg/cm2 selama pengoprasian engine dalam batas normal.

Debit oli yang disuplai ke system berkisar antara 50 - 300 liter/menit.

Perinsip kerja yaitu :

1. Gear berputar sesuai tanda panah, oil disisi inlet mengisi

kekosongan gigi-gigi dan rumahnya.

2. Oil yang berada diantara gigi dan rumahnya dipindahkan sesuai

dengan gerakan gigi ke sisi outlet.

31

Gambar 2.32 External Gear Pump

b) Trochoid Type Pump

Tochoid pump merupakan pompa roda gigi tetapi dengan gigi

gigi berbentuk kurva trokoida, jumlah gigi dari rotor dalam yang

berputar itu satu lebih kecil dari pada jumlah gigi rotor luar. Rotor

luar berbentuk silinder dan berputar pada rumah pompa sedangkan

sumbu rotor dalam terletak eksentrik terhadap sumbu silinder

tersebut, sehingga pemasukan minyak pelumas berlangsung tegak

lurus terhadap eksentrisitas tersebut.

Gambar 2.33 Trochoid Type Pump

5. Oil Filter

32

Oil engine digunakan untuk pelumasan, pembersihan dan

pendingnginan komponen-komponen dalam dan oil tersebut kembali ke oil

pen. Oil yang bersirkulasi tersebut, secara bertahap menjadi kotor karena

membawa partikel-partikel komponen yang bergesekan. Sebagian oil yang

bersirkulasi tersebut akan melalui bagian-bagian yang mempunyai

temperature tinggi dan tekanan tinggi sehingga ada yang terbakar dan menjadi

karbon.

Jika kotoran-kotoran tersebut ikut bersama oil ke komponen-

komponen bagian dalam, maka komponen-komponen tersebut semakin cepat

aus untuk menjaga hal tersebut diatas, maka pada system tersebut diberi filter

agar kotoran-kotoran tersebut dapat disaring dan oil yang bersirkulasi bersih.

Ada 3 macam oil filter yaitu :

1) Cartridge type, elemen kertas menjadi satu dengan rumahnya.

2) Cartridge type with safety valve.

3) The hanging type, elemen kertas terpisah dengan rumahnya.

Penanganan oil filter secara bertahap akan mengalami kebuntuan oleh

partikel asing dan kotoran-kotoran yang bersama-sama oil bersirkulasi.

Kecepatan kebuntuan filter, tergantung cara penanganan oil. Karena itu, maka

element filter harus diganti secara berkala sesuai dengan operation dan

maintenance manual.

Gambar 2.34 Oil Filter

6. By Pass Filter

33

By pass filter berfungsi untuk menyaring oil dari oil pan agar tetap

bersih dan mencegah oil filter cepat buntu. Struktur by pass filter adalah

sama dengan oil filter dan ukurannya lebih besar.

Gambar 2.35 By Pass Filter

7. Oil cooler

Oil cooler berfungsi untuk mencegah problem pada system. Kenaikan

temperature oil yang berlebihan menyebabkan kualitas (deteriorasi)

berubah dan kemampuan oil sebagai pendingin menurun. Untuk mencegah

adanya problem tersebut, maka pada system dipasang oil cooler. Ada dua

type oil cooler yaitu :

1) Layar type, pipa-pipa dengan sirip-sirip diatur sehingga membentuk

oil mengalir didalam pipa tersebut dan air pendingin mengalir di sisi

pipa dengan arah yang berlawanan dengan aliran oil.

2) Cylindrical, pipa-pipa dengan sirip-sirip diatur sehingga membentuk

oil mengalir diluar pipa tersebut dan air pendingin mengalir disisi

pipa tersebut.

34

Gambar 2.36 Oil Cooler

2.4 Fuel System (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Sistem penyaluran bahan bakar setiap engine pada dasarnya sama, tetapi

dengan kebutuhan dan fungsi yang berbeda, sehingga terdapat dua macam cara untuk

menyalurkan bahan bakar.

2.4.1 Cummin Fuel System (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Cummin fuel system terdiri dari beberapa bagian yaitu :

1. Fuel Tank

Fuel tank berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan bakar.

2. Float Tank

Floating mempunyai fungsi yaitu :

a) Tempat penampungan bahan bakar dari fuel tank maupun pengembalian fuel

dari injector.

b) Mencegah over fueling pada saat engine mati.

c) Mengendapkan kotoran atau air yang terkandung didalam bahan bakar

tersebut.

3. Fuel Filter

Fuel filter fungsinya untuk menyaring kotoran yang terkandung didalam

bahan bakar.

35

4. PT Pump

PT pump adalah mensuplai fuel ke injector dan menentukan quantity fuel

yang disuplai. Karena adanya hambatan yang konstan, maka perubahan quantity

suplay (debit) akan menyebabkan tekanan bervariasi.

5. Priming Pump

Bila diperlukan untuk mensuplai bahan bakar ke glow plug pada intake

manifold berguna untuk pemanasan.

Gambar 2.37 Cummin Fuel System

2.4.2 PT Pump (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Fungsi dari bagian PT pump yaitu :

a) Gear Pump

Menghisap dan menekan fuel ke PT pump.

b) Pulsation Damper

Tekanan fuel yang dipompakan oleh gear pump.

c) PTG (Pressure Time Governor )

Mengatur tekanan fuel yang demikian membatasi putaran engine .

36

d) MVS (Mechanical Variable Speed)

Mengatur jumlah fuel yang akan diinjeksikan sesuai dengan beban dan

putaran engine.

e) Saringan (Screen)

Untuk menyaring kotoran dan gram-gram yang tercampur dalam

bahan bakar.

f) Shut Off Valve

Shut Off Valve adalah katup yang berfungsi untuk memutuskan dan

menghubungkan bahan bakar dari PT pump ke injector. Hal tersebut dapat

dilakukan secara manual atau automatic.

Gambar 2.38 Pressure Time Pump

2.4.3 Injector (PT.United Tractors, 2005)

Injector berfungsi untuk menyemprotkan dan mengabutkan bahan bakar

kedalam silinder, serta menentukan timing penyemprotan. Penyemprotan injector

mendapatkan suplai bahan bakar dengan tekanan bervariasi. Kemudian bahan bakar

masuk kedalam lubang kecil didalam cup melalui matering orifice.

37

Gambar 2.39 Injector

Keterangan :

a) Start up stroke, pada langkah ini matering orifice masih tertutup tapi plunger

mulai bergerak naik.

b) Matering stroke, plunger trus naik, matering orifice mulai terbuka, bahan bakar

mulai mengalir dan mengisi injector.

c) Injection plunger, plunger matering orifice tertutup sehingga bahan bakar yang

terdapat pada cup injector terjebak, plunger turun menekan bahan bakar sehingga

bahan bakar menyemprot ke ruang bakar.

d) Injection complete, ujung plunger pada cup injector, sampai langkah selanjutnya

mulai lagi.

2.4.4 Komatsu Fuel System (Bosch Fuel System) (PT.United Tractors, 2005)

Komatsu fuel system dapat dilihat pada gambar 2.40 dibawah ini :

38

Gambar 2.40 Komatsu Fuel System 6D155 Series

Komatsu fuel system terdiri atas komponen :

1. Tangki bahan bakar.

2. Pompa alir (feed pump).

3. Saringan bahan bakar.

4. Pompa injeksi bahan bakar.

5. Penyemprot bahan bakar.

2.5 Fuel System (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Diesel engine dapat beroprasi karena adanya pembakaran bahan bakar

didalam ruang bakar. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan panas yang digunakan

untuk mendorong piston kebawah dan pada akhirnya dapat menghasilkan gaya putar pada

crank shaft.

Bahan bakar pada diesel engine diinjeksikan dengan tekanan yang cukup

tinggi, sehingga menghasilkan partikel-partikel bahan bakar yang sangat lembut dan

dengan cepat bercampur dengan udara yang sudah dikompresikan hingga mencapai

tempratur tertentu. Bahan bakar tersebut diinjeksikan pada waktu, tekanan, dan jumlah

yang tepat. Proses tersebut dilakukan sepenuhnya oleh system bahan bakar pada engine.

Fuel sytem membahas mengenai konstruksi dan fungsi serta cara kerja dari saringan

bahan bakar dan tangki bahan bakar.

2.5.1 Feed Pump (Variable Delivery Type) (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

39

Feed Pump mempunyai fungsi yaitu mensuplai bahan bakar ke pompa bahan

bakar dengan tekanan rendah yaitu berkisar 1,2 - 2,6 kg/cm2. Bersama dengan pompa

priming mensuplai bahan bakar ke system pada saat engine dalam keadaan masuk angin

(engine hunting sama dengan system bahan bakar kemasukan udara).

Ada tiga kejadian yang terjadi pada pompa alir yaitu :

1. Posisi Resirkulating

Poros cam (cam shaft ) mendorong torak (piston) ke bawah untuk menekan

bahan bakar (fuel) yang berada pada ruang dalam (inner chamber), keluar melalui

katup pengeluaran (delivery chek valve), sebagian keluar menuju saringan bahan

bakar dan sebagian lagi masuk ke ruang luar dari pompa (outer chamber). Selama

dalam gerakan ini katup masuk (suction check valve), tetap dalam keadaan

tertutup. Dalam hal ini terjadi peristiwa berpindahnya bahan bakar dari inner

chamber ke outer chamber.

2. Posisi Discharging

Piston bergerak kembali pada posisi semula akibat kekuatan spring. Akibat

bahan bakar yang berada pada outer chamber ditekan keluar dan masuk kedalam

disharge line. Delivery check valve tertutup dan bahan bakar dari tangki akan

masuk kedalam inner chamber melalui suction check valve. Bila tekanan yang

dibangkitkankan oleh bahan bakar pada discharge line masih lebih rendah dari

kekuatan spring, maka proses kerja akan kembali pada proses kerja normal

demikian seterusnya.

Gambar 2.41 Posisi Discharging

3. Posisi ldling

40

Apabila tekanan yang dibangkitkan pada bagian pengeluaran (discharge) line

rod tetap mengikuti bentuk lobe (contur cam) dari poros cam. Gerakan itu tidak

mengakibatkan piston bergerak, apabila tekanan discharge menurun, maka

kekuatan spring akan mendorong piston sehingga piston bisa mengikuti gerakan

dari push rod.

Gambar 2.42 Posisi Idling

2.5.2 Pompa Injeksi Bahan Bakar (Fuel Injection Pump) (PT.United Tractors, 2005)

FIP fungsinya adalah mensuplai bahan bakar ke nozzle dengan tekanan tinggi

(maksimum 300 kg/cm2), juga menentukan jumlah bahan bakar yang disemprotkan serta

menentukan timing penyemprotan.

a) Individual Pump

Gambar 3.42 memperlihatkan sebuah penampang dari pompa pribadi tipe

PES-PD. Shim terdapat pada pompa ini yang dipasang antara flange dan rumah

pompa merubah ketebalan shim berarti merubah posisi dari plunger, relative

terhadap saluran masuknya. Dengan kata lain, adanya shim ini berarti mengatur

kedudukan flange pada rumah pompa arah vertical. Dengan kata lain mengatur

riming.

41

Gambar 2.43 Potongan Vertical Fuel Injection Pump

b) Delivery Valve

Delivery valve berfungsinya mencegah penetesan fuel di chamber pada saat

akhir injection dan mencegah membaliknya aliran bahan bakar.

Gambar 2.44 Delivery Valve

c) Governor

42

Governor berfungsi untuk mengatur rpm sesuai dengan jumlah bahan bakar

dan beban. Untuk bagian-bagian governor dapat dilihat pada gambar 3.44.

Gambar 2.45 Governor

2.5.3 Nozzle (PT.United Tractors, 2005)

Nozzle berfungsi sebagai penyemprot dan pengabut bahan bakar dengan

tekanan tinggi keruang bakar tetapi tidak menentukan saat injection. Konstruksinya

penyemprot bahan bakar atau nozzle terdiri dari bodi dan kutub jarum (needle valve).

Untuk engine saat ini nozzle berlubang banyak (8 lubang) yang paling banyak

dipakai, akan tetapi ada juga mempunyai satu lubang.

43

Gambar 2.46 Nozzel

Ada dua macam type nozzle :

1. Hole type nozzle : dipakai pada direct injection.

2. Pintle type nozzle : dipakai pada indirect injection.

2.6 Cooling System (PT.United Tractors, 2005)

Panas yang diakibatkan oleh pembakaran suatu engine, pendinginannya

dipakai sirkulasi air. Pada engine tempratur dijaga antara 70 – 90°C. Sirkulasi air

pendingin dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 2.47).

Gambar 2.47 Cooling System

2.6.1 Sirkulasi Air Pendingin (PT.United Tractors, 2005)

44

Water pump digerakkan oleh putaran crank shaft V belt untuk

mensirkulasikan air dengan tekanan tertentu ke sirkuit pendingin setelah dan pompa,

air pertama-tama menuju ke oil cooler untuk mendinginkan oli pelumas engine dan

oli-oli system lainya. Kemudian, air tersebut mengalir ke cylinder block. Didalam

cylinder block, air pendingin tersebut mengalir ke cylinder liner dan mendinginkan

cylinder liner dan ruang bakar. Setelah ini air tersebut masuk ke water jacket silinder

head. Untuk mendinginkan nozzle atau injection intake dan exhause valve serta

permukaan cylinder head.

Air tersebut kemudian masuk ke thermostart. Thermostart mendistribusikan

air pendingin ke dua saluran yaitu ke water pump dan radiator. Volume air yang

didistribusikan tersebut tergantung pada temperaturnya. Air yang mengalir ke radiator

didinginkan oleh udara yang dihembuskan oleh kipas.

2.6.2 Bagian-Bagian dari Cooling System (PT.United Tractors, 2005)

1. Water Pump

Water pump berfungsi mensuplai air pendingin dengan aliran

bertekanan kedalam system pendingin. Untuk struktur water pump dapat

dilihat pada gambar 2.48.

Gambar 2.48 Water Pump

2. Water Manifold

45

Water manifold berfungsi menampung air sisa bekas pendinginan dari

engine untuk disalurkan ke engine atau ke radiator.

3. Thermostat

Thermostat berfungsi untuk mengatur dan membuka dan menutup

aliran air pendingin keradiator, sehingga temperatur air pada system tetap pada

batas-batas yang telah ditentukan (70°C - 90°C). Dengan demikian akan

mencegah timbulnya engine over heating serta dapat mempercepat

tercapainya temperature kerja engine pada saat mulai operasi.

Gambar 2.49 Thermostat

Prinsip kerja yaitu jika temperature engine naik, maka expander akan

mengembang dan mendorong piston keatas. Karena piston tersebut dijadikan

satu dengan valve pada thermostat tersebut maka saluran yang ke radiator

maupun yang ke pompa, tergantung dengan besar kecilnya valve yang

terbuka. Terbukanya valve tersebut berdasarkan kenaikan temperature dari air

pendingin. Valve mulai terbuka pada46temperature 74,5°C – 78,5°C dan

terbuka penuh pada 90°C.

4. Radiator

46

Radiator berfungsi sebagai pendingin air engine dan mendinginkan air

tersebut dengan bantuan udara luar. Fungsi buffle plate adalah untuk

memisahkan bubles yang terjadi didalam system radiator. Bubles adalah

peristiwa pecahnya gelembung udara. Prinsip kerja radiator yaitu didalam

upper tank dari radiator terdapat buffle plate yang memisahkan antara air

yang boleh berhubungan dengan udara luar serta air yang tidak berhubungan

dengan udara (ruang A dengan ruang B). Saluran C adalah saluran

pembuangan udara dari dalam core pada saat pengisian air. Saluran D adalah

juga saluran pembuangan udara dari dalam engine block pada saat pengisian

air.

Pada system pendinginan ini tidak boleh berhubungan langsung

dengan udara luar, yang maksudnya untuk manaikkan titik didih air pada

system dari 100°C menjadi 110°C radiator safety valve.

Gambar 2.50 Radiator

5. Radiator Safety Valve

47

Radiator safety valve terdiri dari dua buah valve yaitu :

a) Pressure Valve

Karena panas tekanan udara didalam radiator naik, apabila tekanan

udara didalam radiator naik sebesar 0,75 kg/cm2 lebih tinggi dari tekanan

udara luar maka kelebihan tekanan tersebut akan mampu mendorong

pressure valve melawan spring, sehingga kelebihan tekanan akan keluar

melalui saluran pipa kecil ke udara bebas.

Gambar 2.51 Pressure Valve

b) Vacum Valve

Vacum valve berfungsi untuk mencegah kevacuman didalam radiator,

sehingga apabila tekanan di dalam radiator lebih kecil dari tekanan udara

luar (1 atm), maka vacum valve akan terbuka.

Gambar 2.52 Negative Pressure Regulation

6. Corrosion Resistor

48

Corosion resistor berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan dan

karat yang dapat menyebabkan saluran pada system pendingin tersumbat.

Gambar 2.53 Corrosion Resistor

3.7 Intake dan Exhaust System (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Intake dan exhaust system biasanya terbuat dari light alloy casting untuk

saluran masuk dan untuk saluran buang terbuat dari bahan cost iron yang dirancang

tahan terhadap pemuaian karena intake dan exaust system akan mendapatkan panas

yang cukup tinggi dari engine yang mencapai ratusan °C.

Untuk saluran masuk biasanya dipasang mengggunakan bolt (intake port)

sedangkan untuk saluran buang biasanya menggunakan kombinasi stud bolt dan nut

dengan bahan anti karat. Hal ini untuk mencegah terjadinya keausan pada bolt.

Sirkulasi udara masuk dan keluar system ini terdiri dari :

3.7.1 Naturally aspirated (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Udara yang masuk kedalam silinder terjadi akibat hisapan piston dari engine

itu sendiri, disamping karena adanya perbedaan tekanan tekanan pada saat piston

bergerak dari titik mati atas ke titik mati bawah (Gambar 2.54).

49

Gambar 2.54 Naturally Aspirated

2.7.2 Supercharged Aspirated (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)

Pada sistem ini udara yang masuk kedalam silinder dipisahkan, sehingga berat

udara persatuan volumenya bertambah. Dengan cara ini diharapkan tenaga engine

dapat bertambah pula. Supercharged aspirated ini dibagi dalam dua golongan yaitu :

1. Turbo Charged Aspirated

Pada type ini udara yang masuk kedalam silinder dihisap

turbocharged, dimana turbocharged ini digerakkan oleh gas buang.

Umumnya tipe ini yang banyak digunakan.

Gambar 2.55 Turbocharged Aspirated

50

2. Mechanical Supercharged

Udara yang dimasukkan kedalam silinder dibantu oleh hembusan

blower. Blower ini digerakkan oleh roda gigi atau tali kipas. Tipe macan ini

banyak digunakan pada engine 2 langkah.

3. Turbocharged Aspirated With After Cooler

After cooler dipasangkan antara turbocharged dan ruang bakar.

Dengan dipasangkanya after cooler diharapkan tenaga engine dapat

ditingkatkan. Kenaikan tenaga engine ini berkisar 5 sampai 10 %. Terjadinya

kenaikan tenaga engine itu adalah sebagai berikut :

a) Udara yang keluar dari turbocharger panas, dengan panasnya udara,

maka kerapatan udara pun tinggi, sehinnga berat udara persatuan

volume akan berkurang.

b) Untuk mendapatkan kerapatan udara yang kecil (udara menjadi padat)

maka udara itu harus didinginkan. Besarnya perubahan kerapatan

udara itu adalah 2 - 4 % pada setiap terjadinya perubahan temperature

10 derajat celsius. Tingkat perubahan ini tergantung dari temperatur

udara luar.

Gambar 2.56 Supercharged dengan After Cooler

2.7.3 Bagian-Bagian Dari Intake dan Exhaust System (PT.United Tractors, 2004)

51

1. Precleaner

Precleaner berfungsi untuk memisahkan udara bersih dan udara kotor,

sebelum masuk ke air cleaner (penyaring pendahuluan). Precleaner ada dua

type yaitu :

a) Precleaner Type Centrifugal.

b) Precleaner Type Comaclone.

Gambar 2.57 Precleaner Type Sentrifugal

2. Air Cleaner

Air cleaner berfungsi sebagai alat pembersih udara, sehingga kotoran

dan debu dapat dipisahkan terlebih dahulu sebelum masuk keruang bakar.

Gambar 2.58 Air Cleaner

3. Vacuator Valve

52

Vacuator valve berfungsi untuk membuang debu pada air cleaner pada

saat engine mati. Vacuator valve ini tertutup pada saat engine hidup dan

terbuka pada saat engine mati, sehingga debu dapat keluar secara otomatis.

Gambar 2.59 Vacuator Valve

4. Dust Indicator

Dust indicator berfungsi untuk mengetahui kondisi air cleaner, apakah

tersumbat atau tidak. Dust indicator ini dipasangkan pada tempat-tempat yang

mudah terlihat dari luar dan yang perlu diperhatikan adalah penunjukanya.

Jika menunjuk tanda merah berarti air cleaner tersumbat.

Gambar 2.60 Dust Indicator

5. Turbocharger

53

Turbocharger berfungsi untuk meningkatkan udara yang masuk

kadalam keruang bakar, sehingga engine output akan bertambah besar.

Turbocharger ini mempunyai dua impeller yaitu turbin dan blower. Turbin

impeller diputar oleh gas buang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pada

ujung poros turbin ini dipasangkan blower impeller dengan ikatan mur,

sehingga putaran blower impeller akan sama dengan putaran turbin impeller.

Putaran dari turbocharger ini berkisar antara 50.000-150.000 rpm.

Untuk menahan putaran tinggi tersebut poros turbin di support oleh

journal bearing dan thrust bearing. Pada tengah-tengah rumah turbin

dilengkapi dengan saluran oli untuk pelumasan bearing. Untuk pelumasan ini

digunakan oli engine dan untuk menghindari kebocoran oil ke sisi hisap

maupun ke sisi turbin dipasang seal ring.

Gambar 2.61 Bagian Turbocharger

6. After Cooler

After cooler berfungsi untuk mendinginkan udara yang akan masuk

keruang bakar sehingga kerapatan udara meningkat demikian juga tenaga

54

engine akan bertambah sekitar 5 sampai 10 persen. Media pendingin yang

dipakai adalah air (water) yang diambil dari air radiator.

Gambar 2.62 After Cooler

7. Muffler

Muffler berfungsi sebagai peredam suara, menghilangkan percikan api,

dan menurunkan temperature gas buang. Macam-macam tipe muffler yaitu

horizontal type, tube type, vertical type dan catalytic muffler. Dari type-type

diatas hanya dua type yang kebanyakan digunakan horizontal type dan

vertical type. Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar 2.63.

55

Gambar 2.63 Mufller

`

BAB III

56

TROUBLESHOOTING

Troubleshooting (Mengatasi gangguan) berarti melokalisasikan berbagai

kemungkinan penyebab gangguan, serta melaksanakan perbaikannya dan mencegah

gangguan terjadi kembali. Dalam pelaksanaan troubleshooting (mengatasi gangguan),

struktur dan fungsi merupakan hal yang penting untuk dipahami terlebih dahulu.

Gambar 3.1 Bagan Troubleshooting

3.1 Trouble Shooting Chart

57

Pada proses troubleshooting chart informasi tentang unit sangat diperlukan

antara lain :

1. Nama Customer : PT.THIESS.

2. Serial number dari engine : S6D105-1.

3. Detail dari lokasi : DAMAI – MUARALAWA.

4. Kondisi kerusakan : Rembesan oli pada rocker arm 3.

5. Umur Pemakaian engine : Engine baru dipakai 4444 Hrs.

Gambar 3.2 Label Nomor Seri Engine

Dari data-data diatas, persiapkan troubleshooting chart yang didapatkan dari

buku Shop Manual. Buku Shop Manual yang dipakai yaitu untuk buku Shop Manual

engine 105. Biasanya buku Shop Manual ini membahas 1 buku per komponen

(Gambar 3.3).

58

Gambar 3.3 Buku Shop Manual Engine 105

3.2 Possibilities Causes

Sebelum unit dibongkar, perlu dikaji beberapa analisa kemungkinan penyebab

trouble. Referensi yang bisa dipakai untuk mempertajam analisa penyebab yaitu :

1. Troubleshooting chart.

2. Shop Manual.

3. Part dan Service News.

4. Catatan trouble sejenis.

5. Machine Hystorical File.

6. Meassuring Tools.

7. Camera juga digunakan untuk memfoto kondisi engine 105.

59

Gambar 3.4 Engine 105

3.3 Observe & Diagnostic

Pada tahap ini dilakukan pembongkaran untuk melihat kerusakan, proses

pembongkaran dilakukan secara berurutan sesuai SOP (Standar Oprasional

Pembongkaran), sebelum dilakukan pembongkaran dilakukan pengorderan terlebih

dahulu, terutama gasket beserta O-ring wajib diganti dan ditandai dengan spidol

warna hijau pada buku Part Book Engine 105. Untuk komponen lainnya dicek dan

diorder sambil membongkar engine 105. Proses pembongkaran yang dilakukan yaitu:

1. Baut fan, cooling dibuka dengan kunci shock 17 sebanyak 6 baut.

Gambar 3.5 Cooling Fan yang Telah Dilepas

2. Pulley, fan dibuka dengan kunci shock 14 dengan bantuan impact.

60

Gambar 3.6 Puley Fan Dibuka dengan Kunci Shock

3. Baut 14 exhaust manipold dibuka dengan kunci shock dengan bantuan impact.

Gambar 3.7 Pembukaan Exsaust Manipold

4. Depstick dibuka dengan cara manual (ditarik dengan tangan).

61

Gambar 3.8 Pembukaan Depstik

5. Baut inlet pipe, turbocharger dibuka dengan kunci shock 10 dan 14 dengan

bantuan impack.

6. Baut turbocharger dibuka dengan kunci shock 14.

Gambar 3.9 Turbocarger yang Telah Dilepas

7. Baut return pipe, turbocharger dibuka dengan kunci shock 10 sebanyak 4

buah.

8. Breather ditarik dari kedudukannya dengan cara manual (dengan tangan).

62

Gambar 3.10 Breather yang Telah Dilepas dari Kedudukannya

9. Baut bracket, muffler dibuka dengan kunci shock 17 sebanyak 4 buah.

Gambar 3.11 Bracket Muffler yang Telah Dilepas

10. Baut muffler dibuka dengan kunci pas ring 17 sebanyak 2 buah.

11. Clambs, muffler dilepas dengan cara manual dengan tangan.

63

Gambar 3.12 Clamb Muffler yang Akan Dilepas

12. Baut damper, pulley dibuka dengan kunci shock 19 sebanyak 6 buah.

13. Belt dibuka dengan cara ditarik dengan tangan (manual).

Gambar 3.13 Belt yang Telah Dilepas dari Kedudukannya

14. Baut alternator dibuka dengan kunci shock 14.

64

Gambar 3.14 Alternator yang Telah Dibuka dari Kedudukannya

15. Baut wirring hardness dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan impact.

Gambar 3.15 Wiring Hardness yang Akan Dibuka

16. Baut high pressure pipe dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan

impact.

65

Gambar 3.16 Hight Pressure Pipe yang Akan Dibuka

17. Baut intake manipold dibuka dengan kunci shock 14 dengan bantuan impact.

18. Baut nozzle dibuka dengan kunci shock 10.

19. Starting motor dibuka dengan kunci shock 14 dan dikirim ke sub genset untuk

dianalisa.

Gambar 3.17 Starting Motor yang Telah Dibuka dari Kedudukannya

20. Fuel filter assy dibuka dengan kunci fuel filter assy dengan cara manual

(tangan).

66

Gambar 3.18 Fuel Filter Assy yang Telah Dibuka

21. Baut flywheel dibuka dengan kunci shock 19 dan ditahan dengan crane.

Gambar 3.19 Flywheel yang Telah Dibuka

22. Oil filter assy dibuka dengan kunci oil filter assy/dengan cara manual.

67

Gambar 3.20 Oil Filter Assy yang Akan Dibuka

23. Oil cooler assy dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan impact.

Gambar 3.21 Oil Cooler yang Telah Dibuka

24. Engine diangkat dengan crane dan drain valve/plug dibuka dengan kunci

adjustable wrench untuk membuang oli.

68

Gambar 3.22 Valve Plug Dibuka Untuk Membuang Oli

25. Baut secsion pipe dibuka dengan kunci shock 14 dan 10 sebanyak 3 buah

dengan bantuan impact.

Gambar 3.23 Secsion Pipe yang Telah Dibuka

26. Baut FIP dibuka dengan kunci shock 14 dan dikirim ke sub assy 2 untuk

dianalisa.

69

Gambar 3.24 FIP yang Telah Dibuka

27. Baut oil filter cam dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan impact.

Gambar 3.25 Oil Filter yang Akan Dibuka

28. Baut rocker arm cover dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan impact.

70

Gambar 3.26 Proses Pembongkaran Rocker Arm

29. Baut air inlet tube dibuka dengan kunci shock 17 dengan bantuan impact.

Gambar 3.27 Air Inlet yang Akan Dibuka

30. Baut water pump assy dibuka dengan kunci shock 14 sebanyak 4 buah dan

dikirim ke sub assy 2 untuk dianalisa.

71

Gambar 3.28 Water Pump Assy yang Telah Dibuka

31. Flywheel housing ditahan dengan crane dan bautnya dibuka dengan kunci

shock 19.

Gambar 3.29 Flywheel Housing yang Akan Dibuka

32. Baut rocker arm dibuka dengan kunci pas ring 14 dan dikirim ke sub assy 1

untuk dianalisis.

72

Gambar 3.30 Rocker Arm Dibuka dengan Kunci Shock

33. Baut cylinder head dibuka dengan kunci shock 14 dengan bantuan impact.

34. Liner digerinda dengan gerinda kawat untuk mempermudah pelepasan piston

dari liner.

Gambar 3.31 Liner Digerinda dengan Gerinda Kawat

35. Baut piston dibuka dengan kunci shock 14, dan dilepas dari kedudukannya

mengikuti tanda pada piston.

73

Gambar 3.32 Proses Pembukaan Piston dan Mengecek Kode Urutan

36. Cylinder blok ditegakkan dengan crane dan dibuka dengan kunci shock 17

beserta metal dilepas dari kedudukannya.

74

Gambar 3.33 Proses Pembukaan Cylinder Block dan Metal

37. Crank shaft diangkat dari kedudukannya dengan menggunakan crane.

75

Gambar 3.34 Proses Pengangkatan Crank Shaft

38. Metal cam shaft dibuka dengan menggunakan kunci metal cam shaft hasil

experiment mekanik reman.

Gambar 3.35 Metal Cam Shaft yang Telah Dilepas dari Kedudukannya

39. Cylinder block ditegakkan menggunakan crane, dan liner dilepas dari cylinder

dengan menggunakan hydraulic jack.

76

Gambar 3.36 Proses Pengambilan Liner dengan Hydrolic Jack

40. Cylinder block dikirim ke washing untuk dicuci dan dianalisa di disassembly.

Gambar 3.37 Cylinder Block yang Akan Dicuci dan Dianalisa

3.4 Collect Data

Pada tahap collect data dilakukan pengukuran dan pengecekan untuk analisa

kerusakan pada engine 105. Komponen yang dicek yaitu :

1. Kelonggaran crank shaft dicek dengan dial indicator.

Gambar 3.38 Proses Pemeriksaan Kelonggaran Crank Shaft dengan Dial

77

Indikator

2. Backlarnch, And play, dan Side clearance diperiksa dengan dial indicator.

Gambar 3.39 Proses Pengukuran Backlarnch, And Play, dan Side Clearance

3. Untuk cylinder block dan intake manipold disemprot dengan WD 40 buatan

Amerika untuk pengecekan adanya keretakan atau tidak dengan warna WD 40

yang digunakan penetralisir putih dan pengecekan keretakan warna merah.

78

Gambar 3.40 Proses Pemeriksaan Keretakan Pada Cylinder Block

4. Seluruh baut, piston, crank saft, cam saft, dan connecting rod dicuci dengan

bensin dan dicek untuk melihat terjadi korosi atau tidak dan ternyata crank

shaft mengalami pengikisan akibat gesekan.

Gambar 3.41 Proses Pencucian Cam Shaft, Crank Shaft, Piston, dan

Connecting Rod

79

5. Crank saft dan cam saft diukur dengan micrometer dengan ketelitian

micrometer 0,05 mm.

6. Piston, conecting rod dicuci dengan bensin dan diukur menggunakan dial

indicator.

Gambar 3.42 Pengukuran Piston dengan Dial Indikator

3.5 Analisis

Setelah dilakukan pemeriksaan dan didapatkan data-data seperti diatas maka

diketahui rembesan oli disekitar cylinder head berasal dari bocornya gasket rocker

arm nomor 3 pada saat unit beroprasi gasket tersebut telah mengalami pitting

sehingga tidak mampu menahan oli keluar dari rocker arm dan menyebabkan oli

engine berada pada posisi low melihat data-data yang didapat dan umur unit yang

masih 4444 hours maka rusaknya gasket tersebut dikarnakan daya tahan yang kurang

dari gasket tersebut (poor durability) dan untuk mencegah kebocoran dari posisi yang

lain maka dilakukan penggantian gasket secara menyeluruh.

80

Gambar 3.43 Hasil Analisis Rembesan Oli Pada Rocker Arm

Untuk crank shaft yang mengalami pengikisan oleh metal cylinder block dan

connecting rod maka dilakukan pengukuran dengan micrometer dengan skala 0,05

mm. Batas Ukuran crank shaft yang mengalami pengikisan yaitu :

Gambar 3.44 Panduan Pengecekan Crank Saft

81

Hasil pengukuran untuk main jurnal nomor 2 mengalami pengikisan yang

agak dalam melebihi batas standard diameter main jurnal yaitu 84,58 dengan selisih

0,03 dalam 3 kali pengukuran dalam sisi yang berbeda sehingga crank shaft harus

diperbaiki dengan proses metalizing oleh sub pembubutan.

3.6 Solution

Dalam melakukan proses perbaikan crank shaft ini dilakukan pada sub bagian

pembubutan, pembubutannya terbagi atas tiga tahapan tahapan-tahapannya adalah

sebagai berikut :

1. Proses Pembubutan Awal

Pada proses pembubutan awal ini, permukaan benda kerja dibuat tidak

rata, tujuannya adalah agar pada saat proses metallizing berlangsung antara

bahan pengisi dengan bahan induk dapat menyatu dengan sempurna.

2. Proses Metallizing

Proses metallizing adalah proses pengelasan yang bertujuan utntuk

menambah material atau bahan pengisi berupa kawat las (monel) kebahan

induk.

3. Proses Pembubutan Akhir

Sedangkan pada proses pembubutan akhir ini, dilakukan bertujuan

untuk meratakan permukaan benda kerja yang telah menglami proses

metallizing. Pada pembubutan akhir benda kerja dibubut dengan sangat hati-

hati, agar ukuran benda kerja dapat sesuai yang diinginkan.

3.7 Action To Everopment

Pada tahap ini dilakukan langkah perbaikan dari hasil analisis dan

pembahasan yang didapat, langkah perbaikan yang diambil sesuai sop manual engine

105 merupakan kebalikan langkah pembongkaran. Proses perakitan dilakukan oleh

sub assembling line dengan pengetokan connecting rod dengan kunci tok (kunci

moment) dengan beban 7 kg, dan diputar bautnya hingga membentuk sudut 90°.

82

Gambar 3.45 Proses Pengetokan Connecting Rod dengan Kunci Tok (Kunci

Moment)

Gambar 3.46 Proses Pemutaran Baut dengan Sudut Putar 90°

Untuk pengetokan (Cylinder Block) dengan kunci tok diberikan beban 20 kg

dan diputar 90°.

83

Gambar 3.47 Pengetokan Cylinder Block

Kemudian untuk body engine dilakukan perakitan dan pengetokan dengan

kunci tok (kunci moment) dengan beban tok 7 kg.

Gambar 3.48 Proses Perakitan dan Pengetokan Engine Pada Sub Assy

Setelah semua terpasang dengan baik, engine dicek kembali pada sub final

inspection.

84

Gambar 3.49 Proses Pengecekan Engine yang Telah Dirakit Pada Sub Final

Inspecsion

kemudian engine dicat dasar pada sub painting dan dikeringkan hingga

kering, setelah kering engine dibawa ke test bend untuk pengetesan engine, apakah

rpm engine normal atau naik turun serta masih ada kerusakan atau tidak pada engine,

jika masih terdapat kerusakan maka engine harus kembali ke sub disassembly line

untuk proses redu (pembongkaran dan perbaikan ulang). Kerugian redu akan

ditanggung oleh perusahaan sepenuhnya. Jika tidak mengalami kerusakan maka

engine dicat ulang kembali dengan warna hitam kecoklatan yang menandakan engine

sudah selesai diperbaiki dan merupakan lambang warna engine yang telah diperbaiki

oleh PT.UT-Reman, setelah itu engine akan diraving (dibungkus dengan pelastik)

untuk kembali dikirim ke konsumen. Untuk part bekas engine yang telah diperbaiki

akan dikembalikan kepada konsumen sebagai bukti kerusakan engine 105 tersebut.

85

Gambar 3.50 Engine yang Telah Siap Dirakit dan Diraving

86

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kerja praktek dan analisa yang telah dilakukan

dapat diberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada engine yang mempunyai oli bercampur air mengalami kebocoran pada

system pendinginan.

2. Engine yang mengalami rpm naik turun pada saat dilakukan test engine,

berarti didalam engine ada part yang tidak terpasang/longgar.

3. Pada proses disassembly engine garsket beserta O-ring wajib diganti pada saat

pengorderan part.

4. Proses pembongkaran (disassembly) dilakukan dari yang sederhana ke yang

rumit.

5. Engine yang mengalami kebocoran pada dinding block disebabkan engine

retak atau gasket mengalami pitting (poor durability).

6. Pengetokkan baut dengan kunci tok (kunci moment) harus tepat sesuai shop

manual agar engine tidak redu pada saat test engine.

5.2 Saran

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,

namun walaupun demikian akan mencoba memberi saran yang mungkin akan dapat

membangun. Adapun saran tersebut antara lain :

1. Untuk pengecekan kerusakan periksalah mulai dari yang paling sederhana dan

mulai dari yang sering terjadi.

2. Usahakan selalu teliti dalam memeriksa part yang terkait dengan gangguan

agar live time suatu engine dapat maksimal.

3. Proses disassembly engine usahakan dilakukan sehati-hati mungkin agar tidak

merusak part yang seharusnya tidak rusak.

87

4. Bila menerima informasi unit trouble, mintalah informasi tentang unit antara

lain nama customer, type dan serial number dari unit, detail dari lokasi.

Kemudian sedapat mungkin mendapatkan informasi tentang trouble, kondisi

kerusakan, pekerjaan yang dilakukan saat terjadinya trouble, kondisi

lingkungan sekitar tempat operasi, dan catatan problem yang pernah terjadi

sebelumnya.

5. Lakukan marking/penandaan sebelum dilakukan proses overhaul component.

88

DAFTAR PUSTAKA

PT United Tractors,2005.BC1 Magang Mechanic.Jakarta:PT UT Technical Training

Departement.

PT Hexindo Adiperkasa,2006.Fundamentals Of Hyraulics.Jakarata:PT Hexindo

Adiperkasa Technical Training dan Education Departement.

PT United Tractors,1997.Sistem Hidrolik dan Perlengkapan Kerja,Jakarta:PT UT

Training Centre Departement.

Wijaya, Y., 2005, Sistem Pengoperasian dan Perawatan Mesin Excavator 320-320L,

Teknik Mesin, UGM, Yogyakarta.

Komatsu Handbook,2003.Spesification And Aplication Handbook Twenty Fourh

Edition.Japan:Komatsu Handbook.

PT United Tractors,2009.Basic Trouble Shooting.Jakarta:PT UT Training Centre

Departement.

PT Pama Persada Nusantara,2004.Mechanic Development.Jakrata:PT Pama Persada

Nusantara.

89

LAMPIRAN

90