peraturan presiden republik indonesia nomor 179

998
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur; Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); MEMUTUSKAN

Upload: ledan

Post on 17-Jan-2017

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 179 TAHUN 2014

TENTANG

RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA

DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan

Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu

menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang

Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur;

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4725);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

MEMUTUSKAN …

Page 2: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐2 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA TATA RUANG

KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI NUSA

TENGGARA TIMUR.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara

nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,

ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang

telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

2. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut

dengan Wilayah Negara, adalah salah satu unsur negara yang merupakan

satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan

dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang

udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung

di dalamnya.

3. Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

selanjutnya disebut dengan Kawasan Perbatasan Negara adalah Kawasan

Strategis Nasional yang berada di bagian dari Wilayah Negara yang

terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia di Provinsi

Nusa Tenggara Timur dengan Negara Timor Leste dan Negara Australia,

dalam hal batas Wilayah Negara di darat, kawasan perbatasan berada di

kecamatan.

4. Garis …

Page 3: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐3 -

4. Garis Batas Klaim Maksimum adalah garis batas maksimum laut yang

belum disepakati dengan Negara Timor Leste dan Negara Australia atau

yang berbatasan dengan laut lepas (high seas) yang diklaim secara

unilateral oleh Indonesia dan telah digambarkan dalam peta Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

5. Pulau-Pulau Kecil Terluar yang selanjutnya disingkat PPKT adalah pulau-

pulau kecil yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang

menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum

internasional dan nasional.

6. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

alam dan sumber daya buatan.

7. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

8. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah kesatuan wilayah

pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai

dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan

2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi).

9. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu

wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan

anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut

secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan

batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh

aktivitas daratan.

10. Cekungan …

Page 4: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐4 -

10. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disingkat CAT adalah suatu

wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian

hidrogeologis, seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air

tanah berlangsung.

11. Daerah Irigasi yang selanjutnya disingkat DI adalah kesatuan lahan yang

mendapat air dari satu jaringan irigasi.

12. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area

memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih

bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

alamiah maupun yang sengaja ditanam.

13. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut

yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

14. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat PKSN

adalah Kawasan Perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong

pengembangan Kawasan Perbatasan Negara.

15. Pos Lintas Batas yang selanjutnya disingkat PLB adalah tempat

pemeriksaan lintas batas bagi pemegang pas lintas batas dan paspor.

16. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut

yang diukur dari garis pangkal Kepulauan Indonesia.

17. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah suatu area di luar dan

berdampingan dengan Laut Teritorial Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang yang mengatur mengenai perairan Indonesia

dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut dari garis pangkal dari

mana lebar laut teritorial diukur.

18. Landas Kontinen Indonesia adalah meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari area di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut

teritorial, sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratan hingga pinggiran

luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 (dua ratus) mil laut dari

garis …

Page 5: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐5 -

garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran

luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut, hingga paling jauh 350

(tiga ratus lima puluh) mil laut sampai dengan jarak 100 (seratus) mil laut

dari garis kedalaman 2.500 (dua ribu lima ratus) meter.

19. Alur Laut Kepulauan Indonesia yang selanjutnya disingkat ALKI adalah

alur laut yang ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan hak lintas alur

laut kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut internasional.

20. Zona Lindung adalah zona yang ditetapkan karakteristik pemanfaatan

ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona

pada Kawasan Lindung.

21. Zona Budi Daya adalah zona yang ditetapkan karakteristik pemanfaatan

ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona

pada Kawasan Budi Daya.

22. Koefisien Wilayah Terbangun yang selanjutnya disingkat KWT adalah

angka persentase luas kawasan atau blok peruntukan yang terbangun

terhadap luas kawasan atau luas kawasan blok peruntukan seluruhnya

di dalam suatu kawasan atau blok peruntukan yang direncanakan.

23. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka

persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan

gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang

dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan

lingkungan.

24. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka

persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung

dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai

rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

25. Koefisien …

Page 6: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐6 -

25. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka

persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar

bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan

dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai

rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

26. Koefisien Tapak Basemen yang selanjutnya disingkat KTB adalah angka

persentase perbandingan antara luas tapak basemen dan luas

lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai

rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

27. Koefisien Zona Terbangun yang selanjutnya disingkat KZB adalah angka

perbandingan antara luas total tapak bangunan dan luas zona.

28. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis

yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah garis sempadan

jalan.

29. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat hukum adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingan non

pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

30. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif Masyarakat dalam perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

31. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

32. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

33. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Timur.

34. Bupati adalah Bupati Alor, Bupati Belu, Bupati Malaka, Bupati Timor

Tengah Utara, Bupati Timor Tengah Selatan, Bupati Kupang, Bupati Rote

Ndao, Bupati Sabu Raijua, Bupati Sumba Timur, Bupati Sumba Tengah,

Bupati Sumba Barat, dan Bupati Sumba Barat Daya.

35. Menteri …

Page 7: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐7 -

35. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

dalam bidang penataan ruang.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup Pengaturan

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan Peraturan Presiden ini meliputi:

a. peran dan fungsi rencana tata ruang serta cakupan Kawasan Perbatasan

Negara;

b. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Kawasan Perbatasan

Negara;

c. rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara;

d. rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara;

e. arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perbatasan Negara;

f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perbatasan Negara;

g. pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara; dan

h. Peran Masyarakat dalam penataan ruang di Kawasan Perbatasan Negara.

BAB II

PERAN DAN FUNGSI RENCANA TATA RUANG SERTA CAKUPAN KAWASAN

PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Peran dan Fungsi Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 3

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berperan sebagai alat

operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat

koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara.

Pasal 4 …

Page 8: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐8 -

Pasal 4

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berfungsi sebagai pedoman

untuk:

a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara;

b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan

Perbatasan Negara;

c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan

Perbatasan Negara;

d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan

Perbatasan Negara;

e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan

Perbatasan Negara;

f. pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara; dan

g. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan Perbatasan

Negara dengan kawasan sekitarnya.

Bagian Kedua

Cakupan Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 5

(1) Kawasan Perbatasan Negara mencakup kawasan perbatasan di darat dan

kawasan perbatasan di laut.

(2) Kawasan perbatasan di darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi kawasan yang berada di kecamatan pada sisi dalam sepanjang

batas wilayah Negara Indonesia dengan Negara Timor Leste.

(3) Kawasan …

Page 9: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐9 -

(3) Kawasan perbatasan di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi kawasan sisi dalam garis batas yurisdiksi, garis batas Laut

Teritorial Indonesia dalam hal tidak ada batas yurisdiksi, dan/atau Garis

Batas Klaim Maksimum dalam hal garis batas negara belum disepakati

dengan Negara Timor Leste dan Negara Australia, hingga garis pantai

termasuk:

a. kecamatan yang memiliki garis pantai tersebut; atau

b. seluruh kecamatan pada gugus kepulauan,

atau hingga perairan dengan jarak 24 mil laut dari garis pangkal

kepulauan.

(4) Kawasan perbatasan di darat dan kawasan perbatasan di laut

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) meliputi PKSN

dan/atau kawasan perkotaan yang mendukung fungsi kawasan

perbatasan.

(5) Kawasan perbatasan di darat dan kawasan perbatasan di laut

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terdiri atas:

a. 17 (tujuh belas) kecamatan yang meliputi Kecamatan Alor Timur,

Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Pureman, Kecamatan

Lembur, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Selatan,

Kecamatan Mataru, Kecamatan Kabola, Kecamatan Alor Barat Laut,

Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan

Pulau Pura, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Timur,

Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Barat, dan Kecamatan

Pantar Barat Laut di Kabupaten Alor;

b. 11 (sebelas) kecamatan yang meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak,

Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan

Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Lasiolat,

Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen

Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi

di Kabupaten Belu;

c. 5 (lima) kecamatan yang meliputi Kecamatan Kobalima Timur,

Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan

Malaka Barat, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka;

d. 10 (sepuluh) …

Page 10: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐10 -

d. 10 (sepuluh) kecamatan yang meliputi Kecamatan Biboki Anleu,

Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Insana Utara, Kecamatan

Naibenu, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Bikomi Tengah,

Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan

Miomaffo Barat, dan Kecamatan Mutis di Kabupaten Timor Tengah

Utara;

e. 6 (enam) kecamatan yang meliputi Kecamatan Boking, Kecamatan

Nunkolo, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan

Kualin, dan Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor

Tengah Selatan;

f. 8 (delapan) kecamatan yang meliputi Kecamatan Amfoang Timur,

Kecamatan Semau, Kecamatan Semau Selatan, Kecamatan Kupang

Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan

Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten

Kupang;

g. 10 (sepuluh) kecamatan yang meliputi Kecamatan Landu Leko,

Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote

Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Lobalain, Kecamatan

Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat,

dan Kecamatan Ndao Nuse di Kabupaten Rote Ndao;

h. 6 (enam) kecamatan yang meliputi Kecamatan Sabu Timur,

Kecamatan Sabu Tengah, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Liae,

Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu

Raijua;

i. 8 (delapan) kecamatan yang meliputi Kecamatan Pahunga Lodu,

Kecamatan Wula Weijelu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan

Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, Kecamatan

Katala Hamulingu, dan Kecamatan Lewa Tidahu di Kabupaten

Sumba Timur;

j. 1 (satu) …

Page 11: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐11 -

j. 1 (satu) kecamatan yang meliputi Kecamatan Katikutana Selatan di

Kabupaten Sumba Tengah;

k. 3 (tiga) kecamatan yang meliputi Kecamatan Wanukaka, Kecamatan

Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat;

l. 3 (tiga) kecamatan yang meliputi Kecamatan Kodi Bangedo,

Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba

Barat Daya;

m. Laut Teritorial Indonesia di Selat Ombai, Laut Timor, dan Samudera

Hindia;

n. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Selat Ombai, Laut Timor, dan

Samudera Hindia; dan

o. Landas Kontinen Indonesia di Laut Timor dan Samudera Hindia.

BAB III

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 6

Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara bertujuan untuk mewujudkan:

a. kawasan berfungsi pertahanan dan keamanan negara yang menjamin

keutuhan, kedaulautan, dan ketertiban Wilayah Negara yang berbatasan

dengan Negara Timor Leste dan Negara Australia;

b. kawasan berfungsi lindung di Kawasan Perbatasan Negara yang lestari;

dan

c. Kawasan Budi Daya ekonomi perbatasan yang mandiri dan berdaya saing.

Bagian …

Page 12: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐12 -

Bagian Kedua

Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 7

(1) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan berfungsi pertahanan dan

keamanan negara yang menjamin keutuhan, kedaulatan, dan ketertiban

Wilayah Negara yang berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Negara

Australia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukan

dengan:

a. penegasan dan penetapan batas Wilayah Negara demi terjaga dan

terlindunginya kedaulatan negara dan keutuhan Wilayah Negara;

b. pengembangan prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan

negara yang mendukung kedaulatan dan keutuhan batas Wilayah

Negara; dan

c. pengembangan sistem pusat permukiman perbatasan negara sebagai

pusat pertahanan dan keamanan negara di Kawasan Perbatasan

Negara.

(2) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung di Kawasan

Perbatasan Negara yang lestari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

huruf b dilakukan dengan:

a. pemertahanan kawasan konservasi di Kawasan Perbatasan Negara;

b. rehabilitasi dan pelestarian kawasan hutan lindung di Kawasan

Perbatasan Negara;

c. rehabilitasi dan pelestarian sempadan pantai di Wilayah Pesisir dan

PPKT; dan

d. pengendalian perkembangan Kawasan Budi Daya terbangun pada

kawasan rawan bencana.

(3) Kebijakan …

Page 13: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐13 -

(3) Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan Budi Daya ekonomi perbatasan

yang mandiri dan berdaya saing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

huruf c dilakukan dengan:

a. pengembangan Kawasan Budi Daya untuk kemandirian ekonomi;

b. pengembangan Kawasan Budi Daya untuk pengembangan ekonomi

antarwilayah;

c. pengembangan Kawasan Budi Daya untuk daya saing ekonomi;

d. pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan

aksesibilitas sistem pusat pelayanan, sentra produksi termasuk

kawasan terisolasi dan pulau kecil, serta mendukung fungsi

pertahanan dan keamanan negara;

e. pengembangan prasarana energi, telekomunikasi, dan sumber daya

air untuk mendukung pusat pelayanan dan Kawasan Budi Daya; dan

f. pengembangan prasarana dan sarana dasar di Kawasan Perbatasan

Negara yang berbasis pada pengembangan wilayah perdesaan.

Bagian Ketiga

Strategi Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 8

(1) Strategi penegasan dan penetapan batas Wilayah Negara demi terjaga dan

terlindunginya kedaulatan negara dan keutuhan Wilayah Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a meliputi:

a. menegaskan titik-titik koordinat dari Barat di Kecamatan Amfoang

Timur sampai Timur di Kecamatan Naibenu serta dari Utara di

Kecamatan Tasifeto Timur sampai Selatan di Kobalima Timur;

b. menetapkan titik-titik koordinat di bagian Barat meliputi segmen

Muara Noel Besi, Bijaelsunan-Oben, dan Subina;

c. menegaskan …

Page 14: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐14 -

c. menegaskan titik-titik garis pangkal kepulauan di PPKT yang

meliputi Pulau Alor, Pulau Batek, Pulau Rote, Pulau Ndana, Pulau

Sabu, Pulau Dana, dan Pulau Mangudu;

d. menegaskan titik-titik garis pangkal dari Timur di Kecamatan

Kobalima Timur sampai Barat di Kecamatan Kodi;

e. menegaskan batas laut Teritorial di Laut Timor dan Samudera

Hindia;

f. menetapkan batas laut Teritorial di Selat Ombai dan Laut Timor;

g. menetapkan atau menegaskan batas yurisdiksi pada batas Landas

Kontinen Indonesia di Laut Timor dan Samudera Hindia;

h. menetapkan batas yurisdiksi pada batas Zona Ekonomi Eksklusif di

Selat Ombai, Laut Timor, dan Samudera Hindia; dan

i. meningkatkan kerja sama dalam rangka gelar operasi keamanan

untuk menjaga stabilitas keamanan di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Strategi pengembangan prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan

negara yang mendukung kedaulatan dan keutuhan batas Wilayah Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b meliputi:

a. mengembangkan pos pengamanan perbatasan dengan jarak 20 (dua

puluh) kilometer atau sesuai kondisi fisik dan potensi kerawanan di

sepanjang garis batas Wilayah Negara;

b. mengembangkan pos pengamanan perbatasan sesuai kondisi fisik

dan potensi kerawanan di sepanjang pesisir dan PPKT; dan

c. mengembangkan infrastruktur penanda di PPKT sesuai dengan

kebutuhan pertahanan dan keamanan negara serta karakteristik

wilayah.

(3) Strategi pengembangan sistem pusat permukiman perbatasan negara

sebagai pusat pertahanan dan keamanan negara di Kawasan Perbatasan

Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c meliputi:

a. mengembangkan …

Page 15: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐15 -

a. mengembangkan PKSN sebagai pusat pelayanan utama yang

memiliki fungsi kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan,

perdagangan ekspor/antar pulau, promosi, simpul transportasi, dan

industri pengolahan serta didukung prasarana permukiman;

b. mengembangkan kota kecamatan sebagai pusat pelayanan

penyangga yang memiliki fungsi perdagangan dan jasa skala

regional, simpul transportasi, dan pengembangan agropolitan serta

didukung prasarana permukiman; dan

c. mengembangkan pusat pelayanan pintu gerbang yang memiliki

fungsi pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan,

perdagangan antar negara, pertahanan dan keamanan negara serta

didukung prasarana permukiman.

(4) Strategi pemertahanan kawasan konservasi di Kawasan Perbatasan

Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a meliputi:

a. mempertahankan dan melestarikan kawasan suaka alam perairan

yang merupakan tempat perkembangan keanekaragaman tumbuhan

dan satwa perairan;

b. mempertahankan dan melestarikan kawasan suaka margasatwa

sebagai tempat hidup satwa yang dilindungi;

c. mempertahankan dan melestarikan kawasan cagar alam untuk

mempertahankan kelestarian ekosistem penting;

d. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan pantai berhutan

bakau untuk perlindungan pantai dari abrasi dan kelestarian biota

laut;

e. mempertahankan dan mengembangkan pengelolaan taman nasional

perairan sebagai kawasan konservasi untuk melestasikan biota laut

dan mengakomodasi kegiatan perikanan tangkap Masyarakat

tradisional dan pariwisata bahari;

f. mengendalikan kegiatan budi daya pada taman nasional perairan

yang dapat mengganggu ekosistem dan kehidupan biota laut;

g. mempertahankan …

Page 16: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐16 -

g. mempertahankan dan mengembangkan pengelolaan taman hutan

raya;

h. mempertahankan dan mengembangkan pengelolaan taman nasional;

dan

i. mempertahankan dan mengembangkan pengelolaan taman wisata

alam dan taman wisata alam laut.

(5) Strategi rehabilitasi dan pelestarian kawasan hutan lindung di Kawasan

Perbatasan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b

meliputi:

a. merehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi; dan

b. mengendalikan secara ketat alih fungsi kawasan hutan lindung yang

bervegetasi.

(6) Strategi rehabilitasi dan pelestarian sempadan pantai di Wilayah Pesisir

dan PPKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c meliputi:

a. mempertahankan dan merehabilitasi sempadan pantai termasuk di

PPKT; dan

b. mengendalikan kegiatan budi daya yang berpotensi merusak

kawasan sempadan pantai dan mundurnya garis pangkal kepulauan.

(7) Strategi pengendalian perkembangan Kawasan Budi Daya terbangun pada

kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)

huruf d dilakukan dengan mengendalikan pemanfaatan ruang pada

Kawasan Budi Daya terbangun yang berada di kawasan rawan tanah

longsor, gelombang pasang, banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,

tsunami, dan abrasi.

(8) Strategi pengembangan Kawasan Budi Daya untuk kemandirian ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a meliputi:

a. mengembangkan …

Page 17: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐17 -

a. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan

untuk menunjang ketersediaan pangan lokal; dan

b. mengembangkan sentra perikanan tangkap yang ramah lingkungan.

(9) Strategi pengembangan Kawasan Budi Daya untuk pengembangan

ekonomi antarwilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)

huruf b meliputi:

a. mengembangkan kawasan peruntukan peternakan berbasis bisnis

dan Masyarakat;

b. mengembangkan kawasan peruntukan perkebunan kelapa, kakao,

dan jambu mete serta hortikultura yang didukung prasarana dan

sarana dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup;

c. mengembangkan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya

yang ramah lingkungan;

d. mengembangkan kawasan hutan produksi dengan

mempertimbangkan potensi lestari; dan

e. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan mangan,

tembaga, dan/atau emas dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung lingkungan hidup.

(10) Strategi pengembangan Kawasan Budi Daya untuk daya saing ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c meliputi:

a. mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil pertanian,

peternakan, hortikultura dan perkebunan, serta perikanan;

b. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa;

c. mengembangkan kawasan pariwisata bahari, budaya, dan religi

dengan sarana prasarana pendukung yang tetap menjaga kelestarian

lingkungan; dan

d. mengembangkan …

Page 18: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐18 -

d. mengembangkan kawasan peruntukan minyak dan gas bumi yang

ramah lingkungan serta berbasis mitigasi dan adaptasi bencana.

(11) Strategi pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan

aksesibilitas sistem pusat pelayanan, sentra produksi termasuk kawasan

terisolasi dan pulau kecil, serta mendukung fungsi pertahanan dan

keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf d

meliputi:

a. mengembangkan jaringan jalan yang menghubungkan antarpusat

pelayanan dan antara sentra produksi dengan pusat pelayanan;

b. mengembangkan jaringan transportasi penyeberangan untuk

meningkatkan keterkaitan antarpulau termasuk PPKT berpenghuni

di Kawasan Perbatasan Negara;

c. mengembangkan bandar udara dan pelabuhan untuk melayani

pusat pelayanan Kawasan Perbatasan Negara dan Kawasan Budi

Daya; dan

d. mengembangkan sistem transportasi antarmoda dan pelayanan

perintis.

(12) Strategi pengembangan prasarana energi, telekomunikasi, dan sumber

daya air untuk mendukung pusat pelayanan dan Kawasan Budi Daya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf e meliputi:

a. mendorong pengembangan pembangkit listrik di Kawasan

Perbatasan Negara, termasuk PPKT berpenghuni;

b. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi guna melayani

pusat pelayanan Kawasan Perbatasan Negara dan Kawasan Budi

Daya; dan

c. mengembangkan prasarana sumber daya air di Kawasan Perbatasan

Negara termasuk pulau kecil dengan memperhatikan ketersediaan

sumber daya air, daya dukung lingkungan, dan kondisi geohidrologi

wilayah di setiap pulau.

(13) Strategi …

Page 19: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐19 -

(13) Strategi pengembangan prasarana dan sarana dasar di Kawasan

Perbatasan Negara yang berbasis pada pengembangan wilayah perdesaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf f dilakukan dengan

mengembangkan prasarana dan sarana dasar pedesaan yang meliputi

fasilitas kesehatan, pendidikan, pelayanan air minum, dan balai pelatihan

desa.

BAB IV

RENCANA STRUKTUR RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 9

(1) Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan

tujuan meningkatkan pelayanan pusat kegiatan, kualitas dan jangkauan

pelayanan jaringan prasarana, serta fungsi Kawasan Perbatasan Negara

sebagai beranda depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

(2) Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara berfungsi sebagai

penunjang dan penggerak kegiatan pertahanan dan keamanan negara

untuk menjamin keutuhan kedaulatan dan ketertiban serta sosial

ekonomi Masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional.

(3) Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara terdiri atas:

a. rencana sistem pusat permukiman perbatasan negara; dan

b. rencana sistem jaringan prasarana.

Bagian …

Page 20: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐20 -

Bagian Kedua

Rencana Sistem Pusat Permukiman Perbatasan Negara

Pasal 10

(1) Rencana sistem pusat permukiman perbatasan negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf a yang berfungsi sebagai pusat

pelayanan terdiri atas:

a. pusat pelayanan utama;

b. pusat pelayanan penyangga; dan

c. pusat pelayanan pintu gerbang.

(2) Pusat pelayanan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan PKSN.

(3) Pusat pelayanan penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

merupakan kota kecamatan.

(4) Pusat pelayanan pintu gerbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c merupakan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan lintas

batas.

Pasal 11

(1) Pusat pelayanan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)

huruf a merupakan pusat kegiatan utama dalam peningkatan pelayanan

pertahanan dan keamanan negara serta pendorong pengembangan

Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Pusat pelayanan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

di:

a. PKSN Kalabahi di Kabupaten Alor;

b. PKSN …

Page 21: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐21 -

b. PKSN Atambua di Kabupaten Belu; dan

c. PKSN Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara.

(3) PKSN Kalabahi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a memiliki

fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pemerintahan;

d. pusat perdagangan dan jasa;

e. pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan;

f. pusat pengembangan pariwisata berbasis wisata budaya;

g. pusat promosi pariwisata dan komoditas unggulan berbasis potensi

lokal;

h. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

i. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan

barang;

j. pusat pelayanan transportasi laut; dan

k. pusat pelayanan transportasi udara.

(4) PKSN Atambua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b memiliki

fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pemerintahan;

d. pusat perdagangan dan jasa;

e. pusat industri pengolahan, industri kerajinan, dan industri jasa hasil

peternakan;

f. pusat pengembangan pariwisata berbasis wisata budaya;

g. pusat …

Page 22: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐22 -

g. pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman

pangan;

h. pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral (tembaga,

emas, dan mangan);

i. pusat promosi pariwisata dan komoditas unggulan berbasis potensi

lokal;

j. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

k. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan

barang;

l. pusat pelayanan transportasi laut; dan

m. pusat pelayanan transportasi udara.

(5) PKSN Kefamenanu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c memiliki

fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pemerintahan;

d. pusat perdagangan dan jasa;

e. pusat industri pengolahan, industri kerajinan, dan industri jasa hasil

peternakan;

f. pusat pengembangan pariwisata berbasis wisata budaya;

g. pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil hortikultura dan

perkebunan;

h. pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman

pangan;

i. pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral (tembaga,

emas, dan mangan);

j. pusat …

Page 23: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐23 -

j. pusat promosi pariwisata dan komoditas unggulan berbasis potensi

lokal;

k. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

l. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan

barang.

Pasal 12

(1) Pusat pelayanan penyangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(1) huruf b merupakan pusat kegiatan penyangga pintu gerbang dalam

peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara, keterkaitan

antara pusat pelayanan utama dan pusat pelayanan pintu gerbang, serta

kemandirian pangan Masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Pusat pelayanan penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan di:

a. Haekesak di Kabupaten Belu; dan

b. Wemasa di Kabupaten Malaka.

(3) Haekesak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat perdagangan dan jasa;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pemerintahan;

d. pusat pengembangan agropolitan berbasis peternakan, pertanian

tanaman pangan, dan/atau perkebunan;

e. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

f. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(4) Wemasa …

Page 24: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐24 -

(4) Wemasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat perdagangan dan jasa;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pemerintahan;

d. pusat pengembangan agropolitan berbasis peternakan, pertanian

tanaman pangan, dan/atau perkebunan;

e. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

f. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

Pasal 13

(1) Pusat pelayanan pintu gerbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (1) huruf c merupakan pusat kegiatan terdepan dalam peningkatan

pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta kegiatan lintas batas

di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Pusat pelayanan pintu gerbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan di:

a. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor;

b. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu;

c. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu;

d. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka;

e. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah

Utara;

f. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah

Utara;

g. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor

Tengah Utara; dan

h. Oepoli …

Page 25: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐25 -

h. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang.

(3) Maritaing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

d. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(4) Motaain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

d. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(5) Turiskain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

d. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(6) Motamasin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

d. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(7) Wini …

Page 26: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐26 -

(7) Wini sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

d. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(8) Napan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

d. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(9) Haumeni Ana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g memiliki

fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

d. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(10) Oepoli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf h memiliki fungsi

sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan

d. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

Bagian …

Page 27: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐27 -

Bagian Ketiga

Rencana Sistem Jaringan Prasarana

Paragraf 1

Umum

Pasal 14

Rencana sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat

(3) huruf b terdiri atas:

a. sistem jaringan transportasi;

b. sistem jaringan energi;

c. sistem jaringan telekomunikasi;

d. sistem jaringan sumber daya air; dan

e. sistem jaringan prasarana permukiman.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 15

(1) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

huruf a ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan

pelayanan pergerakan orang dan barang, keterkaitan antarpusat

pelayanan di Kawasan Perbatasan Negara, serta untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi dan kegiatan pertahanan dan keamanan negara.

(2) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. sistem jaringan transportasi darat;

b. sistem …

Page 28: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐28 -

b. sistem jaringan transportasi laut; dan

c. sistem jaringan transportasi udara.

(3) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a terdiri atas:

a. sistem jaringan jalan; dan

b. sistem jaringan transportasi penyeberangan.

(4) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri

atas:

a. jaringan jalan; dan

b. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan.

(5) Sistem jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana pada ayat (3)

huruf b terdiri atas:

a. pelabuhan penyeberangan; dan

b. lintas penyeberangan.

(6) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana pada ayat (2) huruf b

terdiri atas:

a. pelabuhan laut; dan

b. alur pelayaran.

(7) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf c terdiri atas:

a. bandar udara; dan

b. ruang udara untuk penerbangan.

Pasal 16

(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) huruf a

ditetapkan dalam rangka menghubungkan antarpusat pelayanan, antara

pusat pelayanan dengan pelabuhan dan bandar udara, antara pusat

pelayanan dengan Kawasan Budi Daya, serta melayani PPKT berpenghuni

di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Jaringan …

Page 29: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐29 -

(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. jaringan jalan arteri primer;

b. jaringan jalan kolektor primer; dan

c. jaringan jalan strategis nasional.

(3) Jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

meliputi jaringan jalan yang menghubungkan:

a. Bolok-Tenau; dan

b. Kefamenanu-Maubesi-Nesam/Kiupukan-Halilulik-Atambua-

Lahafeham-Motaain.

(4) Jaringan jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b meliputi jaringan jalan yang menghubungkan:

a. Kalabahi-Simpang Mola-Taramana-Maritaing;

b. Mali-Simpang Mola; dan

c. Kefamenanu-Olefaub.

(5) Jaringan jalan strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf c meliputi jaringan jalan yang menghubungkan:

a. Baranusa-Kabir;

b. Batuputih-Panite-Kalbano-Boking-Wanibesak-Besikama-Motamasin;

c. Lahafeham-Batas TTU-Atapupu-Wini-Sakatu;

d. Motamasin-Laktutus-Henes-Turiskain-Salore-Motaain;

e. Atambua-Weluli-Turiskain;

f. Amol-Oehose-Manufono-Wini;

g. Oepoli-Fefa-Tubona-Saenam-Haumeni Ana-Fainake;

h. Panite-Oemoro-Oekabiri-Burain-Tablolong-Kupang;

i. Batutua-Baa-Pantebaru-Papela-Eakun;

j. Mesara-Seba-Bolow; dan

k. Melolo-Ngalu-Baing.

Pasal 17 …

Page 30: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐30 -

Pasal 17

(1) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 ayat (4) huruf b ditetapkan dalam rangka mewujudkan

pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,

lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong

perekonomian Kawasan Perbatasan Negara dan kesejahteraan

Masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas:

a. lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal;

b. terminal; dan

c. fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan.

(3) Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. terminal penumpang; dan

b. terminal barang.

(5) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a terdiri

atas:

a. terminal penumpang tipe A yang berfungsi melayani kendaraan

umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan

lintas batas negara, angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan

kota, dan angkutan perdesaan, meliputi terminal yang berada di:

1. Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu; dan

2. Kecamatan Kota Kefamenanu pada Kabupaten Timor Tengah

Utara.

b. terminal …

Page 31: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐31 -

b. terminal penumpang tipe B yang berfungsi melayani kendaraan

umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota

dan/atau angkutan perdesaan, meliputi terminal yang berada di:

1. Kecamatan Atambua Barat dan Kecamatan Atambua Selatan

pada Kabupaten Belu; dan

2. Kecamatan Malaka Tengah pada Kabupaten Malaka.

c. terminal penumpang tipe C untuk melayani pusat pelayanan diatur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b yang

berfungsi untuk melayani kegiatan bongkar dan/atau muat barang serta

perpindahan intra dan/atau moda transportasi ditetapkan di PKSN

Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu.

(7) Fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat

(5) huruf a ditetapkan dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi

pada wilayah terisolasi, PPKT berpenghuni, dan pusat permukiman

perbatasan negara.

(2) Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. pelabuhan penyeberangan lintas antarnegara;

b. pelabuhan penyeberangan lintas antarprovinsi;

c. pelabuhan penyeberangan lintas antarkabupaten/kota; dan

d. pelabuhan penyeberangan lintas dalam kabupaten/kota.

(3) Pelabuhan …

Page 32: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐32 -

(3) Pelabuhan penyeberangan lintas antarnegara sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a ditetapkan di Maritaing di Kecamatan Alor Timur

pada Kabupaten Alor.

(4) Pelabuhan penyeberangan lintas antarprovinsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf b ditetapkan di:

a. Kalabahi di Kecamatan Teluk Mutiara pada Kabupaten Alor; dan

b. Atapupu dan Teluk Gurita di Kecamatan Kakuluk Mesak pada

Kabupaten Belu.

(5) Pelabuhan penyeberangan lintas antarkabupaten/kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan di:

a. Baranusa di Kecamatan Pantar Barat dan Kabir di Kecamatan Pantar

pada Kabupaten Alor;

b. Hansisi di Kecamatan Semau pada Kabupaten Kupang;

c. Seba di Kecamatan Sabu Barat pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

d. Pantebaru di Kecamatan Pantai Baru pada Kabupaten Rote Ndao.

(6) Pelabuhan penyeberangan lintas dalam kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf d ditetapkan di Bakalang di Kecamatan

Pantar Timur pada Kabupaten Alor.

Pasal 19

(1) Lintas penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5)

huruf b ditetapkan dalam rangka meningkatkan keterkaitan antarpusat

permukiman perbatasan negara, wilayah terisolasi, dan PPKT

berpenghuni.

(2) Lintas penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. lintas penyeberangan antarnegara;

b. lintas penyeberangan antarprovinsi;

c. lintas penyeberangan antarkabupaten/kota; dan

d. lintas penyeberangan dalam kabupaten/kota.

(3) Lintas …

Page 33: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐33 -

(3) Lintas penyeberangan antarnegara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi lintas penyeberangan yang menghubungkan Maritaing-

Dili (Negara Timor Leste).

(4) Lintas penyeberangan antarprovinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b meliputi lintas penyeberangan yang menghubungkan:

a. Kalabahi-Ilwaki yang membentuk Lintas Penyeberangan Sabuk

Selatan;

b. Atapupu-Ilwaki;

c. Atapupu-Wonrelli;

d. Teluk Gurita-Kisar;

e. Teluk Gurita-Ilwaki; dan

f. Kalabahi-Kisar.

(5) Lintas penyeberangan antarkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c meliputi lintas penyeberangan yang menghubungkan:

a. Larantuka-Kalabahi yang membentuk Lintas Penyeberangan Sabuk

Selatan;

b. Lewoleba-Baranusa;

c. Baranusa-Balauring;

d. Kalabahi-Balauring;

e. Balauring-Kabir;

f. Atapupu-Kalabahi;

g. Kalabahi-Teluk Gurita;

h. Kupang-Kalabahi;

i. Kupang-Hansisi;

j. Kupang-Rote;

k. Kupang-Seba;

l. Hansisi-Pantebaru; dan

m. Waingapu-Seba.

(6) Lintas …

Page 34: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐34 -

(6) Lintas penyeberangan dalam kabupaten/kota sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf d meliputi lintas penyeberangan yang

menghubungkan:

a. Kabir-Kalabahi;

b. Baranusa-Kalabahi;

c. Kalabahi-Bakalang;

d. Bakalang-Baranusa; dan

e. Kalabahi-Maritaing.

Pasal 20

(1) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (6) huruf a

ditetapkan dalam rangka melaksanakan fungsi pelabuhan laut sebagai

tempat alih muat penumpang, tempat alih barang, pelayanan angkutan

untuk menunjang kegiatan perdagangan dan jasa, pariwisata, perikanan,

serta pertahanan dan keamanan negara di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. pelabuhan pengumpul; dan

b. pelabuhan pengumpan.

(3) Pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

meliputi:

a. Pelabuhan Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor;

dan

b. Pelabuhan Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor

Tengah Utara.

(4) Pelabuhan pengumpan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

meliputi:

a. Pelabuhan …

Page 35: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐35 -

a. Pelabuhan Baranusa di Kecamatan Pantar Barat, Pelabuhan Kabir di

Kecamatan Pantar, Pelabuhan Kolana di Kecamatan Alor Timur,

Pelabuhan Kalabahi dan Pelabuhan Dulionong di Kecamatan Teluk

Mutiara, Pelabuhan Moru di Kecamatan Alor Barat Daya, dan

Pelabuhan Paitoko di Kecamatan Pureman pada Kabupaten Alor;

b. Pelabuhan Atapupu di Kecamatan Kakuluk Mesak pada Kabupaten

Belu;

c. Pelabuhan Boking di Kecamatan Boking dan Pelabuhan Kolbano di

Kecamatan Kolbano pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

d. Pelabuhan Batubao di Kecamatan Kupang Barat pada Kabupaten

Kupang;

e. Pelabuhan Baa di Kecamatan Lobalain, Pelabuhan Batutua di

Kecamatan Rote Barat Daya, Pelabuhan Ndao di Kecamatan Ndao

Nuse, Pelabuhan Oelaba di Kecamatan Rote Barat Laut, dan

Pelabuhan Papela di Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote

Ndao;

f. Pelabuhan Biu di Kecamatan Sabu Timur, Pelabuhan Seba di

Kecamatan Sabu Barat, dan Pelabuhan Raijua di Kecamatan Raijua

pada Kabupaten Sabu Raijua;

g. Pelabuhan Baing di Kecamatan Pahunga Lodu serta Pelabuhan

Gonggi dan Pelabuhan Pulau Salura di Kecamatan Karera pada

Kabupaten Sumba Timur;

h. Pelabuhan Rua di Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten Sumba

Barat; dan

i. Pelabuhan Pero di Kecamatan Kodi pada Kabupaten Sumba Barat

Daya.

(5) Selain pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan

pelabuhan-pelabuhan lain meliputi:

a. pelabuhan …

Page 36: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐36 -

a. pelabuhan untuk kegiatan pertahanan dan keamanan negara berupa:

1. Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) yang meliputi Lanal Pulau

Rote di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote Ndao;

dan

2. Pos Angkatan Laut (Posal) yang meliputi:

a) Posal Seba di Kecamatan Sabu Barat pada Kabupaten Sabu

Raijua;

b) Posal Alor di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor;

c) Posal Atapupu di Kecamatan Kakuluk Mesak pada

Kabupaten Belu;

d) Posal Boking di Kecamatan Boking pada Kabupaten Timor

Tengah Selatan; dan

e) Posal Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten

Kupang;

b. pelabuhan untuk kegiatan perikanan meliputi:

1. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kenarilang dan PPI Binongko

di Kecamatan Teluk Mutiara pada Kabupaten Alor;

2. PPI Atapupu di Kecamatan Kakuluk Mesak pada Kabupaten

Belu;

3. PPI Kletek di Kecamatan Malaka Tengah pada Kabupaten

Malaka;

4. PPI Ponu di Kecamatan Biboki Anleu dan PPI Wini/Temkuna di

Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara;

5. PPI Tulandale di Kecamatan Lobalain dan PPI Papela di

Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao; dan

6. PPI Katundu di Kecamatan Karera, PPI Tarimbang di Kecamatan

Tabundung, dan PPI Watu Parunnu di Kecamatan Wula Weijelu

pada Kabupaten Sumba Timur.

Pasal 21 …

Page 37: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐37 -

Pasal 21

(1) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (6) huruf b

ditetapkan dalam rangka mewujudkan perairan yang aman dan selamat

untuk dilayari di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. alur pelayaran internasional; dan

b. alur pelayaran nasional.

(3) Alur pelayaran internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

menghubungkan Pelabuhan Maritaing dan Pelabuhan Wini ke ALKI IIIA

dan ALKI IIID di Selat Ombai dan Laut Sawu.

(4) Alur pelayaran nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

menghubungkan Pelabuhan Maritaing dan Pelabuhan Wini dengan

pelabuhan lainnya.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai alur pelayaran diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

(1) Bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (7) huruf a

ditetapkan dalam rangka melaksanakan fungsi bandar udara untuk

menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas

pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, keselamatan

penerbangan, tempat perpindahan intra dan antarmoda serta mendorong

perekonomian di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. bandar udara umum; dan

b. bandar udara khusus.

(3) Bandar udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri

atas:

a. bandar …

Page 38: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐38 -

a. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier; dan

b. bandar udara pengumpan.

(4) Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi Bandar Udara Haliwen (A.A Bere

Tallo) di Kecamatan Kota Atambua pada Kabupaten Belu.

(5) Bandar udara pengumpan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b

meliputi:

a. Bandar Udara Kabir di Kecamatan Pantar dan Bandar Udara Mali di

Kecamatan Kabola pada Kabupaten Alor;

b. Bandar Udara Lekunik (David Constantijn Saudale) di Kecamatan

Lobalain pada Kabupaten Rote Ndao; dan

c. Bandar Udara Tardamu di Kecamatan Sabu Tengah pada Kabupaten

Sabu Raijua.

(6) Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

(1) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

ayat (7) huruf b ditetapkan dalam rangka kegiatan operasi penerbangan

guna menjamin keselamatan penerbangan di Kawasan Perbatasan

Negara.

(2) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung

untuk kegiatan bandar udara;

b. ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk

operasi penerbangan; dan

c. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.

(3) Ruang …

Page 39: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐39 -

(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dimanfaatkan bersama untuk kepentingan pertahanan dan keamanan

negara.

(4) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Energi

Pasal 24

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b

ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam jumlah

yang cukup dan menyediakan akses terhadap berbagai jenis energi bagi

Masyarakat untuk kebutuhan sekarang dan akan datang di Kawasan

Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;

b. pembangkit tenaga listrik; dan

c. jaringan transmisi tenaga listrik.

(3) Jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi fasilitas penyimpanan dan jaringan pipa minyak dan gas

bumi berupa depo minyak dan gas bumi yang ditetapkan di:

a. pusat pelayanan utama Kawasan Perbatasan Negara yang meliputi

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu; dan

b. PPKT berpenghuni yang meliputi Pulau Rote dan Pulau Sabu.

(4) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

terdiri atas:

a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) meliputi:

1. PLTU …

Page 40: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐40 -

1. PLTU Alor di Kecamatan Teluk Mutiara pada Kabupaten Alor;

2. PLTU Atambua di Kabupaten Belu;

3. PLTU Kupang di Kecamatan Kupang Barat pada Kabupaten

Kupang; dan

4. PLTU Rote Ndao di Kecamatan Rote Tengah pada Kabupaten

Rote Ndao;

b. Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas (PLTG/MG) meliputi

PLTG/MG Kupang di Kecamatan Kupang Barat pada Kabupaten

Kupang;

c. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) meliputi PLTP

Bukapiting di Kecamatan Alor Timur Laut pada Kabupaten Alor;

d. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) meliputi PLTM

Wanukaka di Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten Sumba Barat;

e. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang melayani PPKT

berpenghuni yang berada di Pulau Alor dan Pulau Rote; dan

f. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga

Angin (PLTB), dan/atau pembangkit listrik tenaga hybrid yang

melayani:

1. PPKT berpenghuni yang meliputi Pulau Alor, Pulau Rote, dan

Pulau Sabu; dan

2. pos pengamanan perbatasan yang meliputi:

a) pos pengamanan perbatasan di sepanjang pesisir dan PPKT

yang berada di:

1) Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor;

2) Kecamatan Kakuluk Mesak pada Kabupaten Belu;

3) Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

4) Kecamatan Boking pada Kabupaten Timor Tengah

Selatan;

5) Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote

Ndao;

6) Kecamatan …

Page 41: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐41 -

6) Kecamatan Sabu Barat dan Kecamatan Raijua pada

Kabupaten Sabu Raijua; dan

7) Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba Timur;

b) pos pengamanan perbatasan di sepanjang garis batas

Wilayah Negara yang berada di:

1) Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

2) Kecamatan Mutis, Kecamatan Miomaffo Barat,

Kecamatan Bikomi Nulilat, Kecamatan Bikomi Tengah,

Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Naibenu pada

Kabupaten Timor Tengah Utara;

3) Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur,

Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan

Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan

Tasifeto Barat, Kecamatan Nanaet Duabesi pada

Kabupaten Belu; dan

4) Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka.

(5) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf c terdiri atas:

a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ditetapkan pada jaringan

transmisi tenaga listrik Bolok-Maulafa-Naibonat-Soe/Nonohonis-

Kefamenanu-Atambua-Atapupu;

b. Sistem kelistrikan terisolasi ditetapkan di:

1. Sistem Kalabahi;

2. Sistem Rote Ndao; dan

3. Sistem Waingapu-Waikabubak;

c. Gardu Induk (GI) ditetapkan di:

1. GI Bolok di Kecamatan Kupang Barat pada Kabupaten Kupang;

2. GI Kefamenanu di Kecamatan Kota Kefamenanu pada

Kabupaten Timor Tengah Utara; dan

3. GI Atambua di Kecamatan Kota Atambua pada Kabupaten Belu.

Paragraf 4 …

Page 42: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐42 -

Paragraf 4

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 25

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

huruf c ditetapkan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas Masyarakat

terhadap layanan telekomunikasi di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. jaringan terestrial; dan

b. jaringan satelit.

(3) Jaringan terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

ditetapkan untuk melayani PKSN Kalabahi, PKSN Kefamenanu, PKSN

Atambua, Wemasa, Haekesak, Maritaing, Motaain, Turiskain, Motamasin,

Wini, Napan, Haumeni Ana, dan Oepoli.

(4) Jaringan terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b yang

meliputi menara Base Transceiver Station (BTS) mandiri dan menara BTS

bersama telekomunikasi, ditetapkan oleh penyelenggara telekomunikasi

dengan memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan dan kenyamanan

lingkungan sekitarnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(6) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan untuk

melayani:

a. pusat pelayanan yang meliputi PKSN Kalabahi, PKSN Atambua,

PKSN Kefamenanu, Haekesak, Wemasa, Maritaing, Motaain,

Turiskain, Motamasin, Wini, Napan, Haumeni Ana, dan Oepoli;

b. PPKT …

Page 43: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐43 -

b. PPKT berpenghuni yang meliputi Pulau Alor, Pulau Rote, dan Pulau

Sabu; dan

c. pos pengamanan perbatasan yang meliputi:

1. pos pengamanan perbatasan di sepanjang pesisir dan PPKT

yang berada di:

a) Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor;

b) Kecamatan Kakuluk Mesak pada Kabupaten Belu;

c) Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

d) Kecamatan Boking pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

e) Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote Ndao;

f) Kecamatan Sabu Barat dan Kecamatan Raijua pada

Kabupaten Sabu Raijua; dan

g) Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba Timur;

2. pos pengamanan perbatasan di sepanjang garis batas Wilayah

Negara yang berada di:

a) Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

b) Kecamatan Mutis, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan

Bikomi Nulilat, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan

Bikomi Utara, Kecamatan Naibenu pada Kabupaten Timor

Tengah Utara;

c) Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur,

Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan

Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan

Tasifeto Barat, Kecamatan Nanaet Duabesi pada Kabupaten

Belu; dan

d) Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka.

Paragraf 5 …

Page 44: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐44 -

Paragraf 5

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 26

(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

huruf d ditetapkan dalam rangka pengelolaan sumber daya air yang

terdiri atas konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,

dan pengendalian daya rusak air di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. sumber air; dan

b. prasarana sumber daya air.

Pasal 27

(1) Sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf a terdiri

atas:

a. sumber air berupa air permukaan; dan

b. sumber air berupa air tanah.

(2) Sumber air berupa air permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a terdiri atas:

a. sumber air permukaan pada danau; dan

b. sumber air permukaan pada sungai.

(3) Sumber air permukaan pada danau sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a ditetapkan di:

a. Danau Bisabiwae, Danau Bisafooh, Danau Bisanduli, Danau

Bisaolifoe, Danau Fitiloko, Danau Kaloen, Danau Ledulu, Danau

Lindu, Danau Maspor, Danau Oekukura, Danau Oemasapoka,

Danau Oendui, Danau Oinadale, Danau Olifoe, Danau Sapuoen,

Danau Tutui, dan Pulu Tanunu di Kecamatan Landu Leko pada

Kabupaten Rote Ndao;

b. Danau …

Page 45: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐45 -

b. Danau Kolobolon, Danau Kuli, Danau Napioen, dan Danau Ana di

Kecamatan Lobalain pada Kabupaten Rote Ndao;

c. Danau Batulilok, Danau Fakadale, dan Danau Soioedale di

Kecamatan Pantai Baru pada Kabupaten Rote Ndao;

d. Danau Oehela dan Danau Oehenda di Kecamatan Rote Barat pada

Kabupaten Rote Ndao;

e. Danau Baihelok, Danau Dale, Danau Langgaluan, Danau Mbuk

Besar, Danau Mbuk Kecil, Danau Ndukis, Danau Nggongoer, dan

Danau Tekeme di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote

Ndao;

f. Danau Anak dan Danau Tua di Kecamatan Rote Barat Daya dan

Kecamatan Rote Barat Laut pada Kabupaten Rote Ndao;

g. Danau Kapalangge dan Danau Koli di Kecamatan Rote Barat Laut

pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Danau Seda di Kecamatan Rote Selatan pada Kabupaten Rote Ndao;

i. Danau Manubulu di Kecamatan Rote Tengah pada Kabupaten Rote

Ndao;

j. Danau Baluolin dan Danau Jamaharan di Kecamatan Rote Timur

pada Kabupaten Rote Ndao;

k. Lobo Ae dan Lobo Kapaka di Kecamatan Sabu Barat pada Kabupaten

Sabu Raijua;

l. Lobo Wadue di Kecamatan Hawu Mehara pada Kabupaten Sabu

Raijua;

m. Lobo Koloropara dan Lobo Maja di Kecamatan Raijua pada

Kabupaten Sabu Raijua;

n. Oe Lumun di Kecamatan Semau Selatan pada Kabupaten Kupang;

dan

o. Danau ...

Page 46: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐46 -

o. Danau Haunasi di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten

Kupang.

(4) Sumber air permukaan pada sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b ditetapkan di:

a. sungai pada WS Lintas Negara meliputi:

1. sungai pada DAS Ekat, DAS Banain, DAS Sunsea, DAS

Bakitolas, DAS Wini, DAS Temkuna, DAS Mena, DAS Oemanu,

DAS Ketwen, DAS Punu, DAS Hasfuik Maubesi, DAS Fatukety,

DAS Selowai, DAS Umaklaran, DAS Dualaus, DAS Manukakae,

DAS Silawan, DAS Matpao Sisiae, DAS Daikain Oepotis, DAS

Lasiolat, DAS Dualasi, DAS Bauho, DAS Lamak Senulu, DAS

Talau, DAS Lamaknen, DAS Duarato, DAS Tafara, DAS Mota

Bahulu, DAS Alas, DAS Alas Selatan, DAS Rainawe, DAS Mota

Babulu, DAS Lawalu, DAS Benanain, DAS Umalawain, DAS

Halilamutu, DAS Toianas, DAS Oekaem, DAS Hanmasi, DAS

Boking, DAS Bone, DAS Suu, DAS Lake, DAS Nenoat, dan DAS

Saenam di WS Benanain; dan

2. sungai pada DAS Noelfail, DAS Nainunus, DAS Oebase, DAS

Noellelo, DAS Naekakea, DAS Miomaffo Barat, DAS Besi, DAS

Taesapi, DAS Nopnop, DAS Noelsiu, DAS Bitan, DAS Noeltupe,

DAS Lani, DAS Nunine, DAS Oeme, DAS Noel Muke, DAS

Fanite, DAS Noelmina, DAS Noelbikoen, DAS Noelfautusi, DAS

Rium, DAS Noelnoni, DAS Fatuleu, DAS Uri Besmetan, DAS

Noeluri, DAS Noelteres, DAS Sahak Norman, DAS Kere, DAS

Oetnuhi Oekuuh, DAS Demanu, DAS Ku'u Oepaha, DAS

Noelkuu, DAS Bninis Oeana, DAS Sakalak, DAS Batulesa, DAS

Kupang Barat, DAS Sumilili, DAS Le Kayubeluba, DAS Le

Balukben, DAS Karafao Lelandu, DAS Usu, DAS Penifin, DAS Le

Puan …

Page 47: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐47 -

Puan, DAS Lebatulilok, DAS Loe Kuli, DAS Lekik, DAS Le

Gonggo, DAS Oefulan, DAS Loko Tenihawu, DAS Raenyale, DAS

Loko Menia, DAS Onanbalu Otan, dan DAS Kaisalun di WS

Noelmina;

b. sungai pada WS Lintas Kabupaten meliputi:

1. sungai pada DAS Mali Ila, DAS Kabaru, DAS Mburukulu, DAS

Kalionga Kaliuda, DAS Ngang Uwara, DAS PahungaLodu, DAS

Lumbung Kolala, DAS Kaliuda, DAS Waibara, DAS Laikaka,

DAS Wula, DAS Worano, DAS Praibakal, DAS Hadakamali, DAS

Pahuruwangunju, DAS Lumbu Manggit, DAS Wairara Karera,

DAS Wunu, DAS Tarabanggongi, DAS Malaikababa, DAS

Nggongi, DAS Lailunggi, DAS Wawarati, DAS Praimadita, DAS

Pokahajala, DAS Riyang, DAS Kukitalu, DAS Wahang, DAS

Pindu Hurani, DAS Tawui, DAS Waikan Abu, DAS Wudi Pandak,

DAS Tapil Pamilikaba, DAS Mambang, DAS Tarimbang, DAS

lakadu, DAS Lawanuaja, DAS Pawak Pabahajala, DAS Mondu

Lambi, DAS Tidas, DAS Watumbelar, DAS Praihau, DAS

Praigaga, DAS Lisi, DAS Tangairi, DAS Laliang, DAS Baliloku,

DAS Labariri, DAS Waihura, DAS Pahola, DAS Hobawawi, DAS

Ringurara, DAS Kadengar, DAS Laboya Bawa, DAS Patiala

Bawa, DAS Patiala Dete, DAS Gaura, DAS Labukapuke Ngedo,

DAS Wae Tana, DAS Polapare, dan DAS Waikataku di WS

Sumba; dan

2. sungai pada DAS Okalasa, DAS Illu, DAS Illu Abangka

Takoasdin, DAS Kalondama, DAS Puntaro, DAS Ekajaya, DAS

Alor Pantar, DAS Airmana Beang, DAS Bouweli, DAS Air Panas,

DAS Buraga, DAS Woru, DAS Buaya Inta, DAS Fanating, DAS

Tulleng, DAS Pitsi Taramana, DAS Irawuri, DAS Kolleja, DAS

Walikikiralela …

Page 48: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐48 -

Walikikiralela, DAS Kolana Selatan, DAS Korilela, DAS Katagu,

DAS Patoko, DAS Mauman, DAS Halmin, DAS Mahi, DAS Himol,

dan DAS Teluk Mutiara di WS Flotim-Kepulauan Lembata-Alor.

(5) Sumber air berupa air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

ditetapkan pada:

a. CAT lintas kabupaten meliputi:

1. CAT Waikabubak di Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten

Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Kabupaten

Sumba Barat;

2. CAT Kupang di Kabupaten Kupang;

3. CAT Mina di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten

Kupang;

4. CAT Oemeu di Kabupaten Timor Tengah Utara;

5. CAT Aroki di Kabupaten Belu; dan

6. CAT Besikama di Kabupaten Malaka dan Kabupaten Timor

Tengah Selatan;

b. CAT dalam kabupaten meliputi:

1. CAT Takourang, CAT Delaki, CAT Pasirputih, CAT Kalabahi, dan

CAT Werula di Kabupaten Alor;

2. CAT Ngalu di Kabupaten Sumba Timur; dan

3. CAT Nemberala, CAT Batutua, dan CAT Rote di Kabupaten Rote

Ndao.

Pasal 28

(1) Prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat

(2) huruf b terdiri atas:

a. embung;

b. sistem …

Page 49: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐49 -

b. sistem jaringan irigasi;

c. sistem pengendalian banjir; dan

d. sistem pengamanan pantai.

(2) Embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dalam

rangka memenuhi kebutuhan air baku di Kawasan Perbatasan Negara.

(3) Embung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. Embung Danau Tua di Kecamatan Rote Barat Daya dan Kecamatan

Rote Barat Laut pada Kabupaten Rote Ndao;

b. Embung Loka di Kabupaten Rote Ndao;

c. Embung Lokujangi di Kecamatan Katikutana Selatan pada

Kabupaten Sumba Tengah;

d. Embung Goriola di Kabupaten Sabu Raijua;

e. Embung Haekrit di Kabupaten Belu; dan

f. embung kecil pada PPKT berpenghuni di Pulau Alor, Pulau Rote, dan

Pulau Sabu.

(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

ditetapkan dalam rangka mendukung pertanian pangan berupa saluran

irigasi primer, sekunder, dan tersier.

(5) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi

jaringan irigasi pada:

a. DI Benlelang di Kabupaten Alor;

b. DI Seko, DI Beluana, DI Inbate, DI Buk, DI Jak, DI Mena/Kaubele,

DI Ponu, dan DI Tantori/Fatuoni di Kabupaten Timor Tengah Utara;

c. DI Haliwen, DI Haekesak, DI Maubusa, DI Holeki, DI Halileki, dan DI

Nobelu di Kabupaten Belu;

d. DI Malaka di Kabupaten Malaka;

e. DI Baus di Kabupaten Timor Tengah Selatan;

f. DI Netemnanu di Kabupaten Kupang;

g. DI Danau Tua di Kabupaten Rote Ndao; dan

h. DI …

Page 50: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐50 -

h. DI Lokopehapo, DI Raedenu, DI Kehawa, dan DI Lie di Kabupaten

Sabu Raijua.

(6) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

dapat dilaksanakan melalui pengendalian terhadap luapan air sungai dan

reboisasi di sepanjang sempadan sungai.

(7) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

ditetapkan di:

a. Sungai Benanain dan Sungai Noemuti di DAS Benanain;

b. Sungai Noelmina di DAS Noelmina;

c. Sungai Talau di DAS Talau;

d. Sungai Oemanu di DAS Oemanu;

e. Sungai Punu di DAS Punu;

f. Sungai Babulu di DAS Mota Babulu;

g. Sungai Besi di DAS Besi;

h. Sungai Noel Muke di DAS Noel Muke; dan

i. Sungai Manikin di DAS Manikin.

(8) Sistem pengamanan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

ditetapkan dalam rangka melindungi pusat pelayanan Kawasan

Perbatasan Negara dan pesisir yang memiliki titik-titik garis pangkal

kepulauan dari dampak abrasi dan gelombang pasang.

(9) Sistem pengamanan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (8)

ditetapkan di:

a. pusat pelayanan Kawasan Perbatasan Negara yang meliputi PKSN

Kalabahi dan Maritaing;

b. pesisir yang memiliki titik-titik garis pangkal kepulauan yang berada

di:

1. Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu;

2. Kecamatan Kualin dan Kecamatan Nunkolo pada Kabupaten

Timor Tengah Selatan;

3. Kecamatan Pureman dan Kecamatan Alor Timur pada

Kabupaten Alor;

4. Kecamatan …

Page 51: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐51 -

4. Kecamatan Rote Selatan dan Kecamatan Rote Barat Daya pada

Kabupaten Rote Ndao;

5. Kecamatan Sabu Liae dan Kecamatan Raijua pada Kabupaten

Sabu Raijua;

6. Kecamatan Ngadu Ngala dan Kecamatan Karera Kabupaten

Sumba Timur; dan

7. Kecamatan Kodi Balagar dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten

Sumba Barat Daya;

c. PPKT yang meliputi Pulau Batek, Pulau Dana, Pulau Ndana, dan

Pulau Mangudu.

Paragraf 6

Sistem Jaringan Prasarana Permukiman

Pasal 29

(1) Sistem jaringan prasarana permukiman sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 huruf e ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan

jangkauan pelayanan perkotaan yang dikembangkan secara terintegrasi

dan disesuaikan dengan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan prasarana permukiman sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

b. sistem jaringan drainase;

c. sistem jaringan air limbah; dan

d. sistem pengelolaan sampah.

Pasal 30

(1) SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. SPAM jaringan perpipaan; dan

b. SPAM bukan jaringan perpipaan.

(2) SPAM …

Page 52: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐52 -

(2) SPAM jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

terdiri atas unit air baku, unit produksi, dan unit distribusi dengan

kapasitas produksi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

Kawasan Perbatasan Negara.

(3) SPAM jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri

atas:

a. unit air baku yang bersumber dari bangunan pengolahan air minum

(BPAM) di mata air, sungai, danau, dan embung;

b. unit produksi air minum meliputi Instalasi Pengolahan Air minum

(IPA) ditetapkan untuk melayani PKSN Kalabahi, PKSN Kefamenanu,

PKSN Atambua, Wemasa, Haekesak, Maritaing, Motaain, Turiskain,

Motamasin, Wini, Napan, Haumeni Ana, dan Oepoli; dan

c. unit distribusi air minum ditetapkan untuk melayani PKSN Kalabahi,

PKSN Kefamenanu, PKSN Atambua, Wemasa, Haekesak, Maritaing,

Motaain, Turiskain, Motamasin, Wini, Napan, Haumeni Ana, dan

Oepoli.

(4) SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak

penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air

kemasan, atau bangunan perlindungan mata air pada kawasan yang

tidak/belum terjangkau SPAM ditetapkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(5) SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

yang melayani kawasan yang tidak/belum terjangkau SPAM termasuk

PPKT berpenghuni dan pos pengamanan perbatasan di:

a. Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan

Pureman, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Tengah Utara,

Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Mataru, Kecamatan Kabola,

Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan

Pulau Pura, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Timur,

Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Barat, dan Kecamatan

Pantar Barat Laut pada Kabupaten Alor;

b. Kecamatan …

Page 53: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐53 -

b. Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan

Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Lasiolat,

Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen

Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi

pada Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan

Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, dan Kecamatan Wewiku

pada Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan

Insana Utara, Kecamatan Naibenu, Kecamatan Bikomi Utara,

Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan

Miomaffo Barat, dan Kecamatan Mutis pada Kabupaten Timor

Tengah Utara;

e. Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Kot’olin,

Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Amanuban

Selatan pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

f. Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Semau, Kecamatan Semau

Selatan, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese,

Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan

Kecamatan Amarasi Timur pada Kabupaten Kupang;

g. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai

Baru,Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan

Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya

termasuk Pulau Ndana, Kecamatan Rote Barat, dan Kecamatan Ndao

Nuse pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Sabu Tengah, Kecamatan Sabu

Barat, Kecamatan Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan

Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua;

i. Kecamatan …

Page 54: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐54 -

i. Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Weijelu, Kecamatan

Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan

Tabundung, Kecamatan Katala Hamulingu, dan Kecamatan Lewa

Tidahu pada Kabupaten Sumba Timur;

j. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

k. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya

Barat pada Kabupaten Sumba Barat; dan

l. Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan

Kodi pada Kabupaten Sumba Barat Daya.

(6) Penyediaan air minum untuk kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk

PPKT berpenghuni yang tidak terdapat sumber air baku atau merupakan

lokasi dengan sumber air baku sulit dapat diupayakan melalui rekayasa

pengolahan air baku.

(7) Pengelolaan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

(1) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)

huruf b ditetapkan dalam rangka mengurangi genangan air dan

mendukung pengendalian banjir, terutama di kawasan peruntukan

permukiman.

(2) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di

PKSN Kalabahi, PKSN Kefamenanu, PKSN Atambua, Wemasa, Haekesak,

Maritaing, Motaain, Turiskain, Motamasin, Wini, Napan, Haumeni Ana,

dan Oepoli.

(3) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan secara terpadu dengan sistem pengendalian banjir.

Pasal 32 …

Page 55: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐55 -

Pasal 32

(1) Sistem jaringan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat

(2) huruf c terdiri atas

a. sistem pembuangan air limbah setempat; dan

b. sistem pembuangan air limbah terpusat.

(2) Sistem pembuangan air limbah setempat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dilakukan secara individual melalui pengolahan dan

pembuangan air limbah setempat serta dikembangkan pada kawasan

yang belum memiliki sistem pembuangan air limbah terpusat.

(3) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpulan

air limbah, pengolahan, serta pembuangan air limbah secara terpusat.

(4) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b mencakup Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) beserta

jaringan air limbah.

(5) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan memperhatikan aspek teknis,

lingkungan, dan sosial-budaya Masyarakat setempat, serta dilengkapi

dengan zona penyangga.

(6) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b ditetapkan di PKSN Kalabahi, PKSN Kefamenanu, PKSN

Atambua, Wemasa, Haekesak, Maritaing, Motaain, Turiskain, Motamasin,

Wini, Napan, Haumeni Ana, dan Oepoli.

(7) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 33

(1) Sistem pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat

(2) huruf d terdiri atas:

a. Tempat …

Page 56: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐56 -

a. Tempat Penampungan Sementara (TPS);

b. Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle

(TPS 3R);

c. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST); dan

d. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

(2) Lokasi TPS, TPS 3R, dan TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a, huruf b, dan huruf c ditetapkan dengan peraturan daerah tentang

rencana tata ruang wilayah.

(3) Lokasi TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d di Kawasan

Perbatasan Negara ditetapkan di:

a. Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Kakuluk Mesak pada

Kabupaten Belu;

b. Kecamatan Malaka Tengah pada Kabupaten Malaka;

c. Kecamatan Lobalain pada Kabupaten Rote Ndao; dan

d. Kecamatan Sabu Tengah pada Kabupaten Sabu Raijua.

(4) Pengelolaan sampah di Kawasan Perbatasan Negara diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 34

Rencana struktur ruang untuk PPKT diatur lebih rinci sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 35

Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara sebagaimana dimaksud

dalam Bab IV digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala

1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

BAB V …

Page 57: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐57 -

BAB V

RENCANA POLA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 36

(1) Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan

tujuan mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan

peruntukannya sebagai Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya secara

berkelanjutan dengan prinsip keberimbangan antara pertahanan dan

keamanan negara, kesejahteraan Masyarakat, serta kelestarian

lingkungan.

(2) Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri atas:

a. rencana peruntukan Kawasan Lindung; dan

b. rencana peruntukan Kawasan Budi Daya.

Bagian Kedua

Rencana Peruntukan Kawasan Lindung

Pasal 37

Rencana peruntukan Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal

36 ayat (2) huruf a dikelompokkan ke dalam Zona Lindung (Zona L) yang

terdiri atas:

a. Zona Lindung 1 (Zona L1) yang merupakan kawasan yang memberikan

perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

b. Zona Lindung 2 (Zona L2) yang merupakan kawasan perlindungan

setempat;

c. Zona …

Page 58: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐58 -

c. Zona Lindung 3 (Zona L3) yang merupakan kawasan suaka alam,

pelestarian alam, dan cagar budaya;

d. Zona Lindung 4 (Zona L4) yang merupakan kawasan rawan bencana

alam;

e. Zona Lindung 5 (Zona L5) yang merupakan kawasan lindung geologi; dan

f. Zona Lindung 6 (Zona L6) yang merupakan kawasan lindung lainnya.

Pasal 38

(1) Zona L1 yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37

huruf a ditetapkan dengan tujuan:

a. mempertahankan PPKT;

b. mencegah terjadinya erosi;

c. menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur

hara tanah, air tanah, dan air permukaan; dan

d. memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada

daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah

dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya

maupun kawasan yang bersangkutan.

(2) Zona L1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Zona L1 yang merupakan kawasan hutan lindung; dan

b. Zona L1 yang merupakan kawasan resapan air.

Pasal 39

(1) Zona L1 yang merupakan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 38 ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria:

a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan

intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan

175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

b. kawasan …

Page 59: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐59 -

b. kawasan hutan lindung di PPKT dan pulau kecil berpenghuni dengan

faktor kemiringan lereng, jenis tanah, atau intensitas hujan;

c. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit

40% (empat puluh persen); atau

d. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua

ribu) meter di atas permukaan laut.

(2) Zona L1 yang merupakan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor

Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara,

Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan

Lembur, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pantar Barat Laut,

Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pureman pada

Kabupaten Alor;

b. Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan,

Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan

Lamaknen Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Nanaet Duabesi,

Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Tasifeto Timur pada

Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Kobalima Timur pada

Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan

Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Insana utara,

Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Miomaffo Barat,

Kecamatan Mutis, dan Kecamatan Naibenu pada Kabupaten Timor

Tengah Utara;

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, dan Kecamatan

Kualin pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

f. Kecamatan …

Page 60: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐60 -

f. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan

Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese,

Kecamatan Semau, dan Kecamatan Semau Selatan pada Kabupaten

Kupang;

g. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai

Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya,

Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan

Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu

Barat, Kecamatan Sabu Liae, dan Kecamatan Sabu Tengah pada

Kabupaten Sabu Raijua;

i. Kecamatan Karera, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga

Lodu, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, dan

Kecamatan Wula Waijelu pada Kabupaten Sumba Timur;

j. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah; dan

k. Kecamatan Laboya Barat pada Kabupaten Sumba Barat.

(3) Zona L1 yang merupakan kawasan hutan lindung di PPKT sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Pulau Batek di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

b. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

c. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba

Timur.

Pasal 40

(1) Zona L1 yang merupakan kawasan resapan air sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 38 ayat (2) huruf b ditetapkan dengan kriteria kawasan yang

mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai

pengontrol tata air permukaan.

(2) Zona L1 yang merupakan kawasan resapan air sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan …

Page 61: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐61 -

a. Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan

Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Timur, Kecamatan Teluk Mutiara,

Kecamatan Kabola, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pureman,

Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor

Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Alor Barat

Daya, Kecamatan Alor Selatan, dan Kecamatan Alor Timur pada

Kabupaten Alor;

b. Kecamatan Tasifeto Barat pada Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka

Tengah, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan Kobalima Timur pada

Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Kota Kefamenanu dan Kecamatan Miomafo Barat pada

Kabupaten Timor Tengah Utara;

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kualin, Kecamatan

Kolbano, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Boking, dan Kecamatan

Nunkolo pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

f. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan

Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur pada Kabupaten

Kupang; dan

g. Kecamatan Lamboya, Kecamatan Laboya Barat, dan Kecamatan

Wanukaka pada Kabupaten Sumba Barat.

Pasal 41

(1) Zona L2 yang merupakan kawasan perlindungan setempat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 huruf b ditetapkan dengan tujuan melindungi

pantai, sungai, serta danau dari kegiatan budi daya yang dapat

mengganggu kelestarian fungsinya.

(2) Zona L2 yang merupakan kawasan perlindungan setempat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Zona …

Page 62: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐62 -

a. Zona L2 yang merupakan sempadan pantai;

b. Zona L2 yang merupakan sempadan sungai; dan

c. Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar danau.

Pasal 42

(1) Zona L2 yang merupakan sempadan pantai sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria:

a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100

(seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;

b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik

pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap

bentuk dan kondisi fisik pantai; dan/atau

c. kawasan untuk pemertahanan titik referensi dan titik-titik garis

pangkal kepulauan.

(2) Zona L2 yang merupakan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan

Pantar Tengah, Kecamatan Pantai Timur, Kecamatan Pantar,

Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan

Kabola, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya,

Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Mataru, Kecamatan

Lembur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Alor Selatan,

Kecamatan Pureman, dan Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten

Alor;

b. Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur pada

Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima,

dan Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan

Insana Utara, dan Kecamatan Naibenu pada Kabupaten Timor

Tengah Utara;

e. Kecamatan …

Page 63: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐63 -

e. Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Kot'olin,

Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Amanuban

Selatan pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

f. Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan

Amarasi Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Kupang Barat,

Kecamatan Semau Selatan, Kecamatan Semau, dan Kecamatan

Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

g. Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote

Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Lobalain, Kecamatan

Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote

Barat pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Sabu Tengah, Kecamatan Sabu

Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan

Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua;

i. Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Waijelu, Kecamatan

Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan

Tabundung, Kecamatan Katala Hamulingu, dan Kecamatan

Kecamatan Lewa Tidahu pada Kabupaten Sumba Timur;

j. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

k. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya

Barat pada Kabupaten Sumba Barat; dan

l. Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan

Kodi pada Kabupaten Sumba Barat Daya.

(3) Zona L2 yang merupakan kawasan sempadan pantai di PPKT

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Pulau Batek di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

b. Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote

Ndao;

c. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

d. Pulau …

Page 64: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐64 -

d. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba

Timur.

(4) Ketentuan mengenai Zona L2 yang merupakan sempadan pantai diatur

lebih rinci sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 43

(1) Zona L2 yang merupakan sempadan sungai sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41 ayat (2) huruf b ditetapkan dengan kriteria:

a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling

sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar

kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus)

meter dari tepi sungai; dan

c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar

kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh)

meter dari tepi sungai.

(2) Zona L2 yang merupakan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan pada sempadan sungai di:

a. Sungai Okalasa, Sungai Illu, Sungai Illu Abangka Takoasdin, Sungai

Kalondama, Sungai Puntaro, Sungai Ekajaya, Sungai Alor Pantar,

Sungai Airmana Beang, Sungai Bouweli, Sungai Air Panas, Sungai

Buraga, Sungai Woru, Sungai Buaya Inta, Sungai Fanating, Sungai

Tulleng, Sungai Pitsi Taramana, Sungai Irawuri, Sungai Kolleja,

Sungai Walikikiralela, Sungai Kolana Selatan, Sungai Korilela,

Sungai Katagu, Sungai Patoko, Sungai Mauman, Sungai Halmin,

Sungai Mahi, Sungai Himol, dan Sungai Teluk Mutiara pada WS

Flotim-Kepulauan Lembata-Alor;

b. Sungai Ekat, Sungai Banain, Sungai Sunsea, Sungai Bakitolas,

Sungai Wini, Sungai Temkuna, Sungai Mena, Sungai Oemanu,

Sungai …

Page 65: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐65 -

Sungai Ketwen, Sungai Punu, Sungai Hasfuik Maubesi, Sungai

Fatukety, Sungai Selowai, Sungai Umaklaran, Sungai Dualaus,

Sungai Manukakae, Sungai Silawan, Sungai Matpao Sisiae, Sungai

Daikain Oepotis, Sungai Lasiolat, Sungai Dualasi, Sungai Bauho,

Sungai Lamak Senulu, Sungai Talau, Sungai Lamaknen, Sungai

Duarato, Sungai Tafara, Sungai Mota Bahulu, Sungai Alas, Sungai

Alas Selatan, Sungai Rainawe, Sungai Mota Babulu, Sungai Lawalu,

Sungai Benanain, Sungai Umalawain, Sungai Halilamutu, Sungai

Toianas, Sungai Oekaem, Sungai Hanmasi, Sungai Boking, Sungai

Bone, Sungai Suu, Sungai Lake, Sungai Nenoat, dan Sungai Saenam

pada WS Benanain;

c. Sungai Noelfail, Sungai Nainunus, Sungai Oebase, Sungai Noellelo,

Sungai Naekakea, Sungai Miomaffo Barat, Sungai Besi, Sungai

Taesapi, Sungai Nopnop, Sungai Noelsiu, Sungai Bitan, Sungai

Noeltupe, Sungai Lani, Sungai Nunine, Sungai Oeme, Sungai Noel

Muke, Sungai Fanite, Sungai Noelmina, Sungai Noelbikoen, Sungai

Noelfautusi, Sungai Rium, Sungai Noelnoni, Sungai Fatuleu, Sungai

Uri Besmetan, Sungai Noeluri, Sungai Noelteres, Sungai Sahak

Norman, Sungai Kere, Sungai Oetnuhi Oekuuh, Sungai Demanu,

Sungai Ku'u Oepaha, Sungai Noelkuu, Sungai Bninis Oeana, Sungai

Sakalak, Sungai Batulesa, Sungai Kupang Barat, Sungai Sumilili,

Sungai Le Kayubeluba, Sungai Le Balukben, Sungai Karafao Lelandu,

Sungai Usu, Sungai Penifin, Sungai Le Puan, Sungai Lebatulilok,

Sungai Loe Kuli, Sungai Lekik, Sungai Le Gonggo, Sungai Oefulan,

Sungai Loko Tenihawu, Sungai Raenyale, Sungai Loko Menia, Sungai

Onanbalu Otan, dan Sungai Kaisalun pada WS Noelmina; dan

d. Sungai Mali Ila, Sungai Kabaru, Sungai Mburukulu, Sungai Kalionga

Kaliuda, Sungai Ngang Uwara, Sungai PahungaLodu, Sungai

Lumbung Kolala, Sungai Kaliuda, Sungai Waibara, Sungai Laikaka,

Sungai Wula, Sungai Worano, Sungai Praibakal, Sungai Hadakamali,

Sungai …

Page 66: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐66 -

Sungai Pahuruwangunju, Sungai Lumbu Manggit, Sungai Wairara

Karera, Sungai Wunu, Sungai Tarabanggongi, Sungai Malaikababa,

Sungai Nggongi, Sungai Lailunggi, Sungai Wawarati, Sungai

Praimadita, Sungai Pokahajala, Sungai Riyang, Sungai Kukitalu,

Sungai Wahang, Sungai Pindu Hurani, Sungai Tawui, Sungai Waikan

Abu, Sungai Wudi Pandak, Sungai Tapil Pamilikaba, Sungai

Mambang, Sungai Tarimbang, Sungai Lakadu, Sungai Lawanuaja,

Sungai Pawak Pabahajala, Sungai Mondu Lambi, Sungai Tidas,

Sungai Watumbelar, Sungai Praihau, Sungai Praigaga, Sungai Lisi,

Sungai Tangairi, Sungai Laliang, Sungai Baliloku, Sungai Labariri,

Sungai Waihura, Sungai Pahola, Sungai Hobawawi, Sungai

Ringurara, Sungai Kadengar, Sungai Laboya Bawa, Sungai Patiala

Bawa, Sungai Patiala Dete, Sungai Gaura, Sungai Labukapuke

Ngedo, Sungai Wae Tana, Sungai Polapare, dan Sungai Waikataku

pada WS Sumba.

Pasal 44

(1) Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar danau sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c ditetapkan dengan kriteria:

a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100

(seratus) meter dari titik pasang air danau tertinggi; atau

b. daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya

proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau.

(2) Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar danau sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Danau Bisabiwae, Danau Bisafooh, Danau Bisanduli, Danau

Bisaolifoe, Danau Fitiloko, Danau Kaloen, Danau Ledulu, Danau

Lindu, Danau Maspor, Danau Oekukura, Danau Oemasapoka,

Danau Oendui, Danau Oinadale, Danau Olifoe, Danau Sapuoen,

Danau Tutui, dan Pulu Tanunu di Kecamatan Landu Leko pada

Kabupaten Rote Ndao;

b. Danau …

Page 67: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐67 -

b. Danau Kolobolon, Danau Kuli, Danau Napioen, dan Danau Ana di

Kecamatan Lobalain pada Kabupaten Rote Ndao;

c. Danau Batulilok, Danau Fakadale, dan Danau Soioedale di

Kecamatan Pantai Baru pada Kabupaten Rote Ndao;

d. Danau Oehela dan Danau Oehenda di Kecamatan Rote Barat pada

Kabupaten Rote Ndao;

e. Danau Baihelok, Danau Dale, Danau Langgaluan, Danau Mbuk

Besar, Danau Mbuk Kecil, Danau Ndukis, Danau Nggongoer, dan

Danau Tekeme di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote

Ndao;

f. Danau Anak dan Danau Tua di Kecamatan Rote Barat Daya dan

Kecamatan Rote Barat Laut pada Kabupaten Rote Ndao;

g. Danau Kapalangge dan Danau Koli di Kecamatan Rote Barat Laut

pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Danau Seda di Kecamatan Rote Selatan pada Kabupaten Rote Ndao;

i. Danau Manubulu di Kecamatan Rote Tengah pada Kabupaten Rote

Ndao;

j. Danau Baluolin dan Danau Jamaharan di Kecamatan Rote Timur

pada Kabupaten Rote Ndao;

k. Lobo Ae dan Lobo Kapaka di Kecamatan Sabu Barat pada Kabupaten

Sabu Raijua;

l. Lobo Wadue di Kecamatan Hawu Mehara pada Kabupaten Sabu

Raijua;

m. Lobo Koloropara dan Lobo Maja di Kecamatan Raijua pada

Kabupaten Sabu Raijua;

n. Oe Lumun di Kecamatan Semau Selatan pada Kabupaten Kupang;

dan

o. Danau Haunasi di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten

Kupang.

Pasal 45 …

Page 68: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐68 -

Pasal 45

(1) Zona L3 yang merupakan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan

cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf c ditetapkan

dengan tujuan:

a. melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan

keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan,

dan pembangunan pada umumnya di kawasan perbatasan untuk

menjaga kedaulatan negara; dan

b. melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah,

bangunan arkeologi, monumen, dan keragaman bentuk geologi, yang

berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman

kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

(2) Zona L3 yang merupakan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan

cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Zona L3 yang merupakan suaka alam perairan;

b. Zona L3 yang merupakan suaka margasatwa;

c. Zona L3 yang merupakan cagar alam;

d. Zona L3 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau;

e. Zona L3 yang merupakan taman nasional dan taman nasional

perairan;

f. Zona L3 yang merupakan taman hutan raya;

g. Zona L3 yang merupakan taman wisata alam dan taman wisata alam

laut; dan

h. Zona L3 yang merupakan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Pasal 46

(1) Zona L3 yang merupakan suaka alam perairan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki …

Page 69: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐69 -

a. memiliki ekosistem khas, baik di lautan maupun di perairan lainnya;

dan

b. merupakan habitat alami yang memberikan tempat atau

perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman biota laut.

(2) Zona L3 yang merupakan suaka alam perairan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan di Suaka Alam Perairan Selat Pantar di perairan

pada sebagian Kabupaten Alor.

(3) Ketentuan mengenai Zona L3 yang merupakan suaka alam perairan

diatur lebih rinci sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 47

(1) Zona L3 yang merupakan suaka margasatwa sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 45 ayat (2) huruf b ditetapkan dengan kriteria:

a. tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang

perlu dilakukan upaya konservasinya;

b. memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;

c. tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; atau

d. memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang

bersangkutan.

(2) Zona L3 yang merupakan suaka margasatwa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Suaka Margasatwa Kateri di Kecamatan Malaka Tengah dan

Kecamatan Kobalima pada Kabupaten Malaka;

b. Suaka Margasatwa Ale Asisio di Kecamatan Amanuban Selatan dan

Kecamatan Kualin pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

c. Suaka Margasatwa Danau Tua Dale di Kecamatan Kupang Barat

pada Kabupaten Kupang;

d. Suaka …

Page 70: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐70 -

d. Suaka Margasatwa Perhatu di Kecamatan Semau Selatan dan

Kecamatan Semau pada Kabupaten Kupang; dan

e. Suaka Margasatwa Harlu di Kecamatan Landu Leko pada Kabupaten

Rote Ndao.

Pasal 48

(1) Zona L3 yang merupakan cagar alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal

45 ayat (2) huruf c ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe

ekosistemnya;

b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

c. memiliki kondisi alam, baik tumbuhan dan/atau satwa yang masih

asli atau belum diganggu manusia;

d. memiliki luas dan bentuk tertentu; dan

e. memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu

daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

(2) Zona L3 yang merupakan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan di:

a. Cagar Alam Maubesi di Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Malaka

Tengah pada Kabupaten Malaka; dan

b. Cagar Alam Gunung Mutis di Kecamatan Mutis dan Kecamatan

Miomaffo Barat pada Kabupaten Timor Tengah Utara.

Pasal 49

(1) Zona L3 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf d ditetapkan dengan kriteria

koridor yang bervegetasi bakau di sepanjang pantai dengan lebar paling

sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang

tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke

arah darat.

(2) Zona …

Page 71: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐71 -

(2) Zona L3 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten

Belu;

b. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Biboki Anleu dan Kecamatan

Biboki Moenleu pada Kabupaten Timor Tengah Utara;

c. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Amanuban Selatan pada

Kabupaten Timor Tengah Selatan;

d. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan

Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Semau, dan

Kecamatan Semau Selatan pada Kabupaten Kupang;

e. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Landu Leko, Kecamatan

Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat,

Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao;

f. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan

Lamboya, dan Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten Sumba Barat;

(3) Ketentuan mengenai Zona L3 yang merupakan kawasan pantai berhutan

bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih rinci sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 50

(1) Zona L3 yang merupakan taman nasional dan taman nasional perairan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf e ditetapkan

dengan kriteria:

a. berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa

beragam;

b. memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses

ekologi secara alami;

c. memiliki …

Page 72: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐72 -

c. memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis

tumbuhan maupun jenis satwa, biota, dan ekosistemnya serta gejala

alam yang masih utuh;

d. memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya

yang secara materi atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi

maupun pendudukan manusia; dan

e. memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan sebagai

pariwisata alam.

(2) Zona L3 yang merupakan taman nasional dan taman nasional perairan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti di Kecamatan Tabundung,

Kecamatan Pinu Pahar, dan Kecamatan Karera pada Kabupaten

Sumba Timur;

b. Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru di Kecamatan Lewa Tidahu

pada Kabupaten Sumba Timur, Kecamatan Katikutana Selatan pada

Kabupaten Sumba Tengah, dan Kecamatan Wanukaka pada

Kabupaten Sumba Barat; dan

c. Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan Sekitarnya di wilayah

perairan pada sebagian Kabupaten Kupang, Kabupaten Rote Ndao,

Kabupaten Sabu Raijua, dan Kabupaten Sumba Timur.

(3) Ketentuan mengenai Zona L3 yang merupakan taman nasional perairan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih rinci sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 51

(1) Zona L3 yang merupakan taman hutan raya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 45 ayat (2) huruf f ditetapkan dengan kriteria:

a. berhutan …

Page 73: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐73 -

a. berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan/atau

satwa yang beragam;

b. memiliki arsitektur bentang alam yang baik;

c. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;

d. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik

pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan

yang sudah berubah;

e. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan

f. memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi

tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli.

(2) Zona L3 yang merupakan taman hutan raya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan di Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Yohannes di

Kecamatan Amarasi Selatan pada Kabupaten Kupang.

Pasal 52

(1) Zona L3 yang merupakan taman wisata alam dan taman wisata alam laut

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf g ditetapkan

dengan kriteria:

a. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, biota, dan

ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik,

dan langka;

b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;

c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan

wisata alam; dan

d. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

kegiatan wisata alam.

(2) Zona …

Page 74: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐74 -

(2) Zona L3 yang merupakan taman wisata alam dan taman wisata alam laut

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Taman Wisata Alam Tuti Adagae di Kecamatan Alor Timur Laut dan

Kecamatan Lembur pada Kabupaten Alor;

b. Taman Wisata Alam Pulau Lapang dan Taman Wisata Alam Pulau

Batang di Kecamatan Pantar pada Kabupaten Alor;

c. Taman Wisata Alam Pulau Rusa di Kecamatan Pantar Barat Laut

pada Kabupaten Alor;

d. Taman Wisata Alam Pulau Menipo di Kecamatan Amarasi Timur

pada Kabupaten Kupang; dan

e. Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang di perairan pada sebagian

Kabupaten Kupang.

(3) Ketentuan mengenai Zona L3 yang merupakan taman wisata alam laut

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih rinci sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 53

(1) Zona L3 yang merupakan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf h ditetapkan

dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang

dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

(2) Zona L3 yang merupakan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kampung Takpala di Kecamatan Alor Tengah Utara pada Kabupaten

Alor;

b. Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen pada Kabupaten Belu;

c. Sumur …

Page 75: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐75 -

c. Sumur Maja (Majapahit) di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu

Raijua; dan

d. Kesenian Tradisional Pasola di Kecamatan Lamboya pada Kabupaten

Sumba Barat.

Pasal 54

(1) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan bencana alam sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 huruf d ditetapkan dengan tujuan memberikan

perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam

terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya.

(2) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan bencana alam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Zona L4 yang merupakan kawasan rawan tanah longsor;

b. Zona L4 yang merupakan kawasan rawan gelombang pasang; dan

c. Zona L4 yang merupakan kawasan rawan banjir.

Pasal 55

(1) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan tanah longsor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria

kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material

pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material

campuran.

(2) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan tanah longsor sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Tengah Utara,

Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan

Kabola, Kecamatan Mataru, dan Kecamatan Pantar pada Kabupaten

Alor;

b. Kecamatan …

Page 76: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐76 -

b. Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan

Raihat, Kecamatan Lasiolat, dan Kecamatan Lamaknen pada

Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Kobalima pada Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Miomaffo Barat dan Kecamatan Insana Utara pada

Kabupaten Timor Tengah Utara;

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano, Kecamatan

Kot'olin, Kecamatan Boking, dan Kecamatan Nunkolo pada Kabupaten

Timor Tengah Selatan;

f. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi

Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, dan

Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

g. Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote

Ndao;

h. Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera,

Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu pada

Kabupaten Sumba Timur; dan

i. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten

Sumba Barat.

Pasal 56

(1) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan gelombang pasang

sebagaimana dimaksud dalam 54 ayat (2) huruf b ditetapkan dengan

kriteria kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang

dengan kecepatan antara 10 (sepuluh) sampai dengan 100 (seratus)

kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan

atau matahari.

(2) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan gelombang pasang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan …

Page 77: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐77 -

a. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano, Kecamatan

Kot’olin, Kecamatan Boking, dan Kecamatan Nunkolo pada

Kabupaten Timor Tengah Selatan;

b. Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Pantai Baru, dan

Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao;

c. Kecamatan Raijua, Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu

Timur, dan Kecamatan Sabu Liae pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

d. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten

Sumba Barat Daya.

(3) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan gelombang pasang di PPKT

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Pulau Batek di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

b. Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote

Ndao;

c. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

d. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba

Timur.

Pasal 57

(1) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud

dalam 54 ayat (2) huruf c ditetapkan dengan kriteria kawasan yang

diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana

alam banjir.

(2) Zona L4 yang merupakan kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka

Tengah, dan Kecamatan Kobalima pada Kabupaten Malaka;

b. Kecamatan …

Page 78: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐78 -

b. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano, Kecamatan

Kot’olin, Kecamatan Boking, dan Kecamatan Nunkolo pada

Kabupaten Timor Tengah Selatan;

c. Kecamatan Amarasi Timur dan Kecamatan Amfoang Timur pada

Kabupaten Kupang;

d. Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote

Timur pada Kabupaten Rote Ndao;

e. Kecamatan Sabu Barat pada Kabupaten Sabu Raijua;

f. Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera,

Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu pada

Kabupaten Sumba Timur;

g. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten

Sumba Barat; dan

h. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten

Sumba Barat Daya.

Pasal 58

(1) Zona L5 yang merupakan kawasan lindung geologi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 huruf e ditetapkan dengan tujuan memberikan

perlindungan semaksimal mungkin atas kawasan cagar alam geologi,

kemungkinan bencana alam geologi, dan perlindungan terhadap air

tanah.

(2) Zona L5 yang merupakan kawasan lindung geologi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Zona L5 yang merupakan kawasan cagar alam geologi;

b. Zona L5 yang merupakan kawasan rawan bencana alam geologi; dan

c. Zona L5 yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap air tanah.

(3) Zona …

Page 79: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐79 -

(3) Zona L5 yang merupakan kawasan cagar alam geologi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi Zona L5 yang merupakan

kawasan keunikan proses geologi.

(4) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan bencana alam geologi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. Zona L5 yang merupakan kawasan rawan letusan gunung berapi;

b. Zona L5 yang merupakan kawasan rawan gempa bumi;

c. Zona L5 yang merupakan kawasan rawan tsunami; dan

d. Zona L5 yang merupakan kawasan rawan abrasi.

(5) Zona L5 yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri

atas:

a. Zona L5 yang merupakan kawasan imbuhan air tanah; dan

b. Zona L5 yang merupakan sempadan mata air.

Pasal 59

(1) Zona L5 yang merupakan kawasan keunikan proses geologi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) ditetapkan dengan kriteria:

a. kawasan poton atau lumpur vulkanik;

b. kawasan dengan kemunculan sumber api alami; atau

c. kawasan dengan kemunculan solfatara, fumaroia, dan/atau geyser.

(2) Zona L5 yang merupakan kawasan keunikan proses geologi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berupa kawasan dengan kemunculan solfatara,

fumaroia, dan/atau geyser meliputi kawasan Gunung Sirung di

Kecamatan Pantar Tengah pada Kabupaten Alor.

Pasal 60

(3) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan letusan gunung berapi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (4) huruf a ditetapkan

dengan kriteria:

a. Wilayah …

Page 80: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐80 -

a. wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau

b. wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar

lontaran atau guguran pijar dan/atau aliran gas beracun.

(4) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan letusan gunung berapi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Kecamatan Pantar Tengah

dan Kecamatan Pantar Barat pada Kabupaten Alor.

Pasal 61

(1) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan gempa bumi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 58 ayat (4) huruf b ditetapkan dengan kriteria

kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi

dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI).

(2) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan gempa bumi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan

Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur pada Kabupaten

Kupang;

b. Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Tengah Utara,

Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan

Kabola, dan Kecamatan Mataru pada Kabupaten Alor;

c. Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Pantai Baru, dan

Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao;

d. Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Hawu

Mehara, Kecamatan Sabu Timur, dan Kecamatan Sabu Liae pada

Kabupaten Sabu Raijua; dan

e. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten

Sumba Barat.

Pasal 62 …

Page 81: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐81 -

Pasal 62

(1) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan tsunami sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 58 ayat (4) huruf c ditetapkan dengan kriteria

pantai dengan elevasi rendah serta berpotensi dan/atau pernah

mengalami tsunami.

(2) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan tsunami sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan

Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, dan Kecamatan Wewiku

pada Kabupaten Malaka;

b. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kualin, Kecamatan

Kolbano, Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Nunkolo, dan Kecamatan

Boking pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

c. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan

Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi

Timur pada Kabupaten Kupang;

d. Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan

Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Timur, Kecamatan Pantar,

Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan

Alor Tengah Utara, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Timur Laut,

Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan

Mataru, Kecamatan Alor Selatan, dan Kecamatan Pureman pada

Kabupaten Alor;

e. Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Pantai Baru, dan

Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao;

f. Kecamatan Raijua, Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu

Timur, dan Kecamatan Sabu Liae pada Kabupaten Sabu Raijua;

g. Kecamatan …

Page 82: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐82 -

g. Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera,

Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu pada

Kabupaten Sumba Timur;

h. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

i. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten

Sumba Barat; dan

j. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten

Sumba Barat Daya.

(3) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan tsunami di PPKT sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote

Ndao;

b. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

c. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba

Timur.

Pasal 63

(1) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 58 ayat (4) huruf d ditetapkan dengan kriteria pantai yang

berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi.

(2) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur pada

Kabupaten Belu;

b. Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka

Tengah, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan Kobalima Timur pada

Kabupaten Malaka;

c. Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara;

d. Kecamatan …

Page 83: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐83 -

d. Kecamatan Kolbano, Kecamatan Boking, Kecamatan Kot'olin, dan

Kecamatan Amanuban Selatan pada Kabupaten Timor Tengah

Selatan;

e. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan

Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi

Timur, dan Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

f. Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan

Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur,

Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur,

Kecamatan Mataru, dan Kecamatan Pantar pada Kabupaten Alor;

g. Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Pantai Baru, dan

Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Hawu

Mehara, Kecamatan Sabu Timur, dan Kecamatan Sabu Liae pada

Kabupaten Sabu Raijua;

i. Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera,

Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu pada

Kabupaten Sumba Timur;

j. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

k. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten

Sumba Barat; dan

l. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten

Sumba Barat Daya.

(3) Zona L5 yang merupakan kawasan rawan abrasi di PPKT sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Pulau Batek di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

b. Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote

Ndao;

c. Pulau …

Page 84: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐84 -

c. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

d. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba

Timur.

Pasal 64

(1) Zona L5 yang merupakan kawasan imbuhan air tanah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 58 ayat (5) huruf a ditetapkan dengan kriteria:

a. kawasan yang memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan

meluluskan air dengan jumlah yang berarti;

b. kawasan yang memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai

lanau;

c. kawasan yang memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus

dengan daerah lepasan; dan/atau

d. kawasan yang memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya

lebih tinggi daripada muka air tanah yang tertekan.

(2) Zona L5 yang merupakan kawasan imbuhan air tanah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. kawasan CAT Waikabubak di Kecamatan Katala Hamulingu,

Kecamatan Lewa Tidahu, dan Kecamatan Tabundung pada

Kabupaten Sumba Timur, Kecamatan Katikutana Selatan pada

Kabupaten Sumba Tengah, Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi

Balagar, dan Kecamatan Kodi Bangedo pada Kabupaten Sumba

Barat Daya, serta Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan

Kecamatan Laboya Barat pada Kabupaten Sumba Barat;

b. kawasan CAT Kupang di Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan

Amarasi Selatan, Kecamatan Kupang Barat, dan Kecamatan

Nekamese pada Kabupaten Kupang;

c. kawasan CAT Mina di Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan

Kolbano, dan Kecamatan Kualin pada Kabupaten Timor Tengah

Selatan, serta Kecamatan Amarasi Timur pada Kabupaten Kupang;

d. kawasan …

Page 85: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐85 -

d. kawasan CAT Oemeu di Kecamatan Kota Kefamenanu dan

Kecamatan Miomafo Barat pada Kabupaten Timor Tengah Utara;

e. kawasan CAT Aroki di Kecamatan Tasifeto Barat pada Kabupaten

Belu;

f. kawasan CAT Besikama di Kecamatan Kobalima, Kecamatan

Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka

Tengah, dan Kecamatan Wewiku pada Kabupaten Malaka Kecamatan

serta Kecamatan Boking pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

g. kawasan CAT Takourang di Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar

Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan

Kecamatan Pantar Timur pada Kabupaten Alor;

h. kawasan CAT Delaki di Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat,

Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan

Kecamatan Pantar Timur pada Kabupaten Alor;

i. kawasan CAT Pasirputih di Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan

Alor Barat Laut, dan Kecamatan Kabola pada Kabupaten Alor;

j. kawasan CAT Kalabahi di Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor

Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara,

Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan

Kabola, Kecamatan Lembur, dan Kecamatan Mataru pada Kabupaten

Alor;

k. kawasan CAT Werula di Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor

Selatan, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut,

Kecamatan Mataru, dan Kecamatan Pureman pada Kabupaten Alor;

l. kawasan CAT Ngalu di Kecamatan Pahunga Lodu dan Kecamatan

Wula Waijelu pada Kabupaten Sumba Timur;

m. kawasan CAT Nemberala di Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote

Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat Laut pada Kabupaten Rote

Ndao;

n. kawasan …

Page 86: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐86 -

n. kawasan CAT Batutua di Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai

Baru, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut,

Kecamatan Rote Selatan, dan Kecamatan Rote Tengah pada

Kabupaten Rote Ndao; dan

o. kawasan CAT Rote di Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Pantai

Baru, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur pada

Kabupaten Rote Ndao.

Pasal 65

(1) Zona L5 yang merupakan sempadan mata air sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 58 ayat (5) huruf b ditetapkan dengan kriteria:

a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk

mempertahankan fungsi mata air; dan

b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) dari mata air.

(2) Zona L5 yang merupakan sempadan mata air sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Teluk Mutiara pada Kabupaten Alor;

b. Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan

Kakuluk Mesak, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Kota

Atambua, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan

Lamaknen Selatan, dan Kecamatan Lamaknen pada Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan

Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Miomaffo Barat pada Kabupaten Timor Tengah Utara;

e. Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Kot’olin,

Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Amanuban

Selatan pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

f. Kecamatan …

Page 87: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐87 -

f. Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Amfoang Timur pada

Kabupaten Kupang;

g. Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote

Selatan, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat,

Kecamatan Pantai Baru, dan Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten

Rote Ndao;

h. Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu

Tengah, dan Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua;

i. Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Karera, Kecamatan Tabundung,

Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan

Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu pada Kabupaten

Sumba Timur;

j. Kecamatan Katikutanan Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

k. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya

Barat pada Kabupaten Sumba Barat; dan

l. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten

Sumba Barat Daya.

Pasal 66

(1) Zona L6 yang merupakan kawasan lindung lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 huruf f ditetapkan dengan tujuan melindungi

kawasan yang memiliki ekosistem unik atau proses-proses penunjang

kehidupan.

(2) Zona L6 yang merupakan kawasan lindung lainnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Zona L6 yang merupakan taman buru;

b. Zona L6 yang merupakan terumbu karang; dan

c. Zona …

Page 88: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐88 -

c. Zona L6 yang merupakan kawasan koridor bagi jenis biota laut yang

dilindungi.

Pasal 67

(1) Zona L6 yang merupakan taman buru sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 66 ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria:

a. kawasan yang memiliki luas lahan yang cukup dan tidak

membahayakan untuk kegiatan berburu; dan

b. kawasan yang memiliki satwa buru yang dikembangbiakkan dan

memungkinkan perburuan secara teratur serta berkesinambungan

dengan mengutamakan aspek rekreasi, olahraga, dan kelestarian

satwa.

(2) Zona L6 yang merupakan taman buru sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan di:

a. Taman Buru Dataran Bena di Kecamatan Amanuban Selatan dan

Kecamatan Kualin pada Kabupaten Timor Tengah Selatan; dan

b. Taman Buru Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada

Kabupaten Rote Ndao.

Pasal 68

(1) Zona L6 yang merupakan terumbu karang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 66 ayat (2) huruf b ditetapkan dengan kriteria:

a. berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil

yang secara bertahap membentuk terumbu karang;

b. terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling dalam 40

(empat puluh) meter; dan/atau

c. dipisahkan …

Page 89: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐89 -

c. dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat puluh)

sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter.

(2) Zona L6 yang merupakan terumbu karang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan di perairan Selat Ombai, Selat Alor, Selat Pantar, Laut

Sawu, Selat Rote, Laut Timor, dan Samudera Hindia.

(3) Ketentuan mengenai Zona L6 yang merupakan terumbu karang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih rinci sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 69

(1) Zona L6 yang merupakan kawasan koridor bagi jenis biota laut yang

dilindungi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf c

ditetapkan dengan kriteria:

a. berupa kawasan memiliki ekosistem unik, biota endemik, atau

proses-proses penunjang kehidupan; dan

b. mendukung alur migrasi biota laut.

(2) Zona L6 yang merupakan kawasan koridor bagi jenis biota laut yang

dilindungi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di perairan

Selat Alor, Laut Sawu, Laut Timor, dan Samudera Hindia.

(3) Ketentuan mengenai Zona L6 merupakan yang kawasan koridor bagi jenis

biota laut yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

lebih rinci sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Rencana Peruntukan Kawasan Budi Daya

Pasal 70

Rencana peruntukan Kawasan Budi Daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal

36 ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. Zona …

Page 90: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐90 -

a. Zona Budi Daya (Zona B); dan

b. zona perairan (Zona A).

Paragraf 1

Zona Budi Daya

Pasal 71

Zona Budi Daya (Zona B) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf a

terdiri atas:

a. Zona Budi Daya 1 (Zona B1);

b. Zona Budi Daya 2 (Zona B2);

c. Zona Budi Daya 3 (Zona B3);

d. Zona Budi Daya 4 (Zona B4);

e. Zona Budi Daya 5 (Zona B5); dan

f. Zona Budi Daya 6 (Zona B6).

Pasal 72

(1) Zona B1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf a merupakan zona

permukiman perkotaan dengan karakteristik memiliki kualitas daya

dukung lingkungan sedang, kualitas prasarana dan sarana sosial dengan

tingkat pelayanan tinggi, kualitas prasarana dan sarana di bidang

pertahanan dan keamanan negara dengan tingkat pelayanan tinggi, serta

bangunan gedung dengan intensitas sedang dan tinggi baik vertikal

maupun horizontal.

(2) Zona B1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan;

b. kawasan peruntukan pelayanan pertahanan dan keamanan negara;

c. kawasan peruntukan pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina,

dan keamanan;

d. kawasan peruntukan pelayanan pemerintahan;

e. kawasan …

Page 91: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐91 -

e. kawasan peruntukan industri pengolahan;

f. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa termasuk kegiatan

ekonomi lintas batas yang dilengkapi dengan fasilitas minimal

berupa pasar, perbankan, dan penukaran uang;

g. kawasan peruntukan pelayanan pendidikan;

h. kawasan peruntukan pelayanan kesehatan;

i. kawasan peruntukan pelayanan angkutan umum dan angkutan

barang;

j. kawasan peruntukan pelayanan transportasi laut; dan/atau

k. kawasan peruntukan pelayanan transportasi udara.

(3) Zona B1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Teluk Mutiara dan Kecamatan Alor Timur pada

Kabupaten Alor;

b. Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan

Atambua Selatan, Kecamatan Tasifeto Timur, dan Kecamatan Raihat

pada Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Kobalima Timur dan Kecamatan Malaka Tengah pada

Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Insana Utara, Kecamatan

Bikomi Nilulat, dan Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor

Tengah Utara;

e. Kecamatan Amfaong Timur pada Kabupaten Kupang;

f. Kecamatan Lobalain pada Kabupaten Rote Ndao; dan

g. Kecamatan Sabu Barat pada Kabupaten Sabu Raijua.

Pasal 73

(1) Zona B2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf b merupakan zona

permukiman perdesaan dengan karakteristik memiliki kualitas daya

dukung lingkungan sedang, kualitas prasarana dan sarana sosial dengan

tingkat pelayanan sedang, kualitas prasarana dan sarana di bidang

pertahanan …

Page 92: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐92 -

pertahanan dan keamanan negara dengan tingkat pelayanan tinggi, serta

bangunan gedung dengan intensitas sedang baik vertikal maupun

horizontal.

(2) Zona B2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. kawasan peruntukan permukiman perdesaan;

b. kawasan peruntukan pelayanan pertahanan dan keamanan negara;

c. kawasan peruntukan pelayanan pemerintahan;

d. kawasan agropolitan;

e. kawasan peruntukan pelayanan pendidikan termasuk balai

pelatihan desa;

f. kawasan peruntukan pelayanan kesehatan;

g. kawasan peruntukan pelayanan angkutan umum dan angkutan

barang;

h. kawasan peruntukan pelayanan transportasi laut; dan/atau

i. kawasan peruntukan pelayanan transportasi udara.

(3) Zona B2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor

Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan,

Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan

Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, Kecamatan

Mataru, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan

Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar

Timur, dan Kecamatan Pureman pada Kabupaten Alor;

b. Kecamatan Raihat, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua

Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Kota Atambua,

Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan

Lasiolat, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Tasifeto Timur

pada Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan

Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku

pada Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan …

Page 93: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐93 -

d. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan

Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang

Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan

Semau Selatan pada Kabupaten Kupang;

e. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan

Biboki Moenleu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi

Utara, Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu,

Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Mutis, dan Kecamatan

Naibenu pada Kabupaten Timor Tengah Utara;

f. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, Kecamatan

Kolbano, Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan

Nunkolo pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

g. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan

Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang

Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan

Semau Selatan pada Kabupaten Kupang;

h. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan

Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat,

Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur

pada Kabupaten Rote Ndao;

i. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu

Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan

Kecamatan Sabu Timur pada Kabupaten Sabu Raijua;

j. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa

Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan

Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu pada Kabupaten Sumba

Timur;

k. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

l. Kecamatan …

Page 94: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐94 -

l. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan

Wanukaka pada Kabupaten Sumba Barat; dan

m. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi

Bangedo pada Kabupaten Sumba Barat Daya.

(4) Di dalam zona B2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat Zona B2

yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

kehutanan masih ditetapkan sebagai Hutan Produksi yang dapat

dikonversi (HPK) pada zona B5 selanjutnya disebut HPK/B2 berada di:

a. Kecamatan Kupang Barat pada Kabupaten Kupang; dan

b. Kecamatan Katala Hamulingu pada Kabupaten Sumba Timur.

(5) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang kehutanan.

Pasal 74

(1) Zona B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c merupakan zona

pertanian dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang

dikembangkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian pangan

Masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara, memiliki kualitas daya

dukung lingkungan rendah serta prasarana dan sarana pertanian.

(2) Zona B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kawasan

peruntukan pertanian tanaman pangan.

(3) Zona B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di:

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor

Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan,

Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan

Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, Kecamatan

Mataru, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan

Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar

Timur, dan Kecamatan Pureman pada Kabupaten Alor;

b. Kecamatan …

Page 95: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐95 -

b. Kecamatan Raihat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan

Kakuluk Mesak, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Nanaet Duabesi,

Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Tasifeto Timur pada

Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan

Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku

pada Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan

Biboki Moenleu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi

Utara, Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu,

Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Mutis, dan Kecamatan

Naibenu pada Kabupaten Timor Tengah Utara;

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, Kecamatan

Kolbano, Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan

Nunkolo pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

f. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan

Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang

Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan

Semau Selatan pada Kabupaten Kupang;

g. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan

Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat,

Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur

pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu

Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan

Kecamatan Sabu Timur pada Kabupaten Sabu Raijua;

i. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa

Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu,

Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan

Wula Waijelu pada Kabupaten Sumba Timur;

j. Kecamatan …

Page 96: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐96 -

j. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

k. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan

Wanukaka pada Kabupaten Sumba Barat; dan

l. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi

Bangedo pada Kabupaten Sumba Barat Daya.

Pasal 75

(1) Zona B4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf d merupakan zona

pertanian dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang

dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah di

Kawasan Perbatasan Negara, serta memiliki kualitas daya dukung

lingkungan rendah serta prasarana dan sarana pertanian.

(2) Zona B4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. kawasan peruntukan hortikultura dan perkebunan; dan

b. kawasan peruntukan peternakan.

(3) Zona B4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor

Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan,

Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan

Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, Kecamatan

Mataru, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan

Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar

Timur, dan Kecamatan Pureman pada Kabupaten Alor;

b. Kecamatan Raihat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan

Kakuluk Mesak, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Lamaknen,

Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan

Nanaet Duabesi, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Tasifeto

Timur pada Kabupaten Belu;

c. Kecamatan …

Page 97: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐97 -

c. Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan

Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku

pada Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan

Biboki Moenleu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi

Utara, Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu,

Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Mutis, dan Kecamatan

Naibenu pada Kabupaten Timor Tengah Utara;

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, Kecamatan

Kolbano, Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan

Nunkolo pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

f. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan

Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang

Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan

Semau Selatan pada Kabupaten Kupang;

g. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan

Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat,

Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur

pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu

Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan

Kecamatan Sabu Timur pada Kabupaten Sabu Raijua;

i. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

j. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan

Wanukaka pada Kabupaten Sumba Barat;

k. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa

Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu,

Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan

Wula Waijelu pada Kabupaten Sumba Timur; dan

l. Kecamatan …

Page 98: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐98 -

l. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi

Bangedo pada Kabupaten Sumba Barat Daya.

(4) Di dalam zona B4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat Zona B4

yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

kehutanan masih ditetapkan sebagai Hutan Produksi yang dapat

dikonversi (HPK) pada Zona B5 selanjutnya disebut HPK/B4 berada di

Kecamatan Katala Hamulingu dan Kecamatan Tabundung pada

Kabupaten Sumba Timur.

(5) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang kehutanan.

Pasal 76

(1) Zona B5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf e merupakan zona

hutan produksi dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang

dikembangkan secara terbatas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

wilayah di Kawasan Perbatasan Negara, memiliki kualitas daya dukung

lingkungan rendah serta prasarana dan sarana hutan produksi.

(2) Zona B5 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. kawasan hutan produksi;

b. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi; dan

c. kawasan hutan produksi terbatas.

(3) Zona B5 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan

Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Kabola,

Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar

Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pantar Timur

pada Kabupaten Alor;

b. Kecamatan …

Page 99: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐99 -

b. Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, dan

Kecamatan Tasifeto Barat pada Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan

Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Miomaffo

Barat, dan Kecamatan Naibenu pada Kabupaten Timor Tengah

Utara;

d. Kecamatan Boking pada Kabupaten Timor Tengah Selatan;

e. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan

Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang

Barat, dan Kecamatan Nekamese pada Kabupaten Kupang;

f. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai

Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Laut,

Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan

Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao;

g. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu

Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur pada

Kabupaten Sabu Raijua;

h. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa

Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu,

Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu pada

Kabupaten Sumba Timur;

i. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan

Wanukaka pada Kabupaten Sumba Barat; dan

j. Kecamatan Kodi Balagar dan Kecamatan Kodi Bangedo pada

Kabupaten Sumba Barat Daya.

Pasal 77 …

Page 100: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐100 -

Pasal 77

(1) Zona B6 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf f merupakan zona

pertambangan dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang

dikembangkan secara terkendali untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi wilayah di Kawasan Perbatasan Negara, memiliki kualitas daya

dukung lingkungan rendah serta prasarana dan sarana pertambangan.

(2) Zona B6 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kawasan

peruntukan pertambangan mineral (tembaga, emas, dan mangan).

(3) Zona B6 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

a. Kecamatan Pantar Timur, Kecamatan Pantar, Kecamatan Alor Barat

Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Mataru, Kecamatan Alor

Timur Laut, dan Kecamatan Pureman pada Kabupaten Alor;

b. Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan

Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua

Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan

Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto

Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi pada Kabupaten Belu;

c. Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan

Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku pada Kabupaten Malaka;

d. Kecamatan Boking dan Kecamatan Amanuban Selatan pada

Kabupaten Timor Tengah Selatan;

e. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan

Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi

Timur pada Kabupaten Kupang;

f. Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote

Tengah, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut,

Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat pada

Kabupaten Rote Ndao;

g. Kecamatan …

Page 101: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐101 -

g. Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan

Sabu Barat pada Kabupaten Sabu Raijua;

h. Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar,

Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan Katala Hamulingu pada

Kabupaten Sumba Timur;

i. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupaten Sumba Tengah;

j. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya

Barat pada Kabupaten Sumba Barat; dan

k. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Bangedo, dan Kecamatan Kodi

Balagar pada Kabupaten Sumba Barat Daya.

Paragraf 2

Zona Perairan

Pasal 78

Zona perairan (Zona A) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf b terdiri

atas:

a. zona perairan 1 (Zona A1); dan

b. zona perairan 2 (Zona A2).

Pasal 79

(1) Zona A1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf a merupakan zona

perairan mulai batas Laut Teritorial Indonesia hingga garis pantai atau

hingga perairan dengan jarak 24 (dua puluh empat) mil laut dari garis

pangkal kepulauan yang berfungsi:

a. perlindungan titik-titik garis pangkal kepulauan dari abrasi;

b. pemertahanan wilayah kedaulatan negara;

c. pemanfaatan sumber daya alam sesuai potensi lestari; dan

d. perlindungan ekosistem.

(2) Zona …

Page 102: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐102 -

(2) Zona A1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di perairan

Selat Ombai, Laut Sawu, Laut Timor, dan Samudera Hindia.

(3) Ketentuan mengenai Zona A1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

lebih rinci sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 80

(1) Zona A2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf b merupakan zona

perairan mulai batas Laut Teritorial Indonesia hingga batas Landas

Kontinen Indonesia dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang

berfungsi untuk pemanfaatan sumber daya alam sesuai potensi lestari.

(2) Zona A2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada perairan

Landas Kontinen Indonesia dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

yang berada di perairan Selat Ombai, Laut Timor, dan Samudera Hindia.

(3) Ketentuan mengenai Zona A2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 81

Rencana pola ruang untuk PPKT diatur lebih rinci sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 82

Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara sebagaimana dimaksud

dalam Bab V digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala

1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

BAB VI …

Page 103: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐103 -

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 83

(1) Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perbatasan Negara merupakan

acuan dalam mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Arahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. indikasi program utama;

b. indikasi sumber pendanaan;

c. indikasi instansi pelaksana; dan

d. indikasi waktu pelaksanaan.

(3) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

meliputi:

a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan

Perbatasan Negara; dan

b. indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perbatasan

Negara.

(4) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan/atau sumber lain yang sah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Indikasi instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c

terdiri atas Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, dan/atau Masyarakat.

(6) Indikasi …

Page 104: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐104 -

(6) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d

terdiri atas 5 (lima) tahapan, sebagai dasar bagi instansi pelaksana, baik

pusat maupun daerah, dalam menetapkan prioritas pembangunan pada

Kawasan Perbatasan Negara, yang meliputi:

a. tahap pertama pada periode tahun 2014;

b. tahap kedua pada periode tahun 2015-2019;

c. tahap ketiga pada periode tahun 2020-2024;

d. tahap keempat pada periode tahun 2025-2029; dan

e. tahap kelima pada periode tahun 2030-2033.

(7) Rincian indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi

instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan tercantum dalam

Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Presiden ini.

Bagian Kedua

Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 84

Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perbatasan

Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (3) huruf a meliputi:

a. percepatan pengembangan pusat pelayanan utama meliputi:

1. penyusunan dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

kawasan berfungsi pertahanan dan keamanan negara;

2. peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan pemerintahan;

3. peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan pendidikan dasar,

menengah, kejuruan, dan/atau tinggi;

4. peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan kesehatan berupa

fasilitas rumah sakit dan pelayanan jasa medis;

5. pengembangan …

Page 105: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐105 -

5. pengembangan industri pengolahan, industri kerajinan, dan industri

jasa hasil peternakan dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung lingkungan serta kesejahteraan Masyarakat;

6. pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil

perikanan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung

lingkungan serta kesejahteraan Masyarakat;

7. pengembangan pariwisata berbasis wisata budaya;

8. pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil

hortikultura dan perkebunan dengan memperhatikan daya dukung

dan daya tampung lingkungan serta kesejahteraan Masyarakat;

9. pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil

pertanian tanaman pangan dengan memperhatikan daya dukung

dan daya tampung lingkungan serta kesejahteraan Masyarakat;

10. pengembangan pusat pelayanan utama melalui pengembangan

industri pengolahan hasil pertambangan mineral (tembaga, emas,

dan mangan) yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

terpadu;

11. pengembangan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

12. pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik,

telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum;

13. pengembangan prasarana dan sarana air minum, jaringan air

limbah, drainase, dan pengelolaan persampahan; dan

14. pengembangan prasarana dan sarana pertahanan, promosi,

investasi, pemasaran, simpul transportasi, dan/atau kepabeanan,

imigrasi, karantina, dan keamanan;

b. pengembangan pusat pelayanan penyangga meliputi:

1. peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan pemerintahan;

2. pengembangan agropolitan berbasis peternakan, pertanian tanaman

pangan, dan/atau perkebunan;

3. peningkatan …

Page 106: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐106 -

3. peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan pendidikan dasar,

menengah, dan/atau kejuruan;

4. peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan kesehatan berupa

fasilitas pusat kesehatan Masyarakat (puskesmas) dan pelayanan

jasa medis;

5. pengembangan prasarana dan sarana air minum, jaringan air

limbah, drainase, dan pengelolaan persampahan;

6. pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik,

telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum; dan

7. pengembangan prasarana pertahanan dan keamanan negara;

c. percepatan pengembangan pusat pelayanan pintu gerbang meliputi:

1. penyusunan dan penetapan RDTR kawasan fungsi pertahanan dan

keamanan negara;

2. pemantapan prasarana dan sarana kepabeanan, imigrasi, karantina,

dan keamanan, serta pertahanan negara;

3. pengembangan prasarana dan sarana kegiatan pendidikan dasar,

menengah, dan/atau kejuruan;

4. pengembangan prasarana dan sarana kegiatan kesehatan berupa

fasilitas puskesmas dan/atau pelayanan jasa medis;

5. pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik,

telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum;

6. pengembangan prasarana dan sarana air minum, jaringan air

limbah, drainase, dan pengelolaan persampahan; dan

7. pengembangan fasilitas pasar lintas negara yang dilengkapi dengan

fasilitas pertukaran mata uang dan pusat promosi;

d. pengembangan baru pusat pelayanan pintu gerbang meliputi:

1. penyusunan dan penetapan RDTR kawasan fungsi pertahanan dan

keamanan negara;

2. pengembangan …

Page 107: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐107 -

2. pengembangan prasarana dan sarana kepabeanan, imigrasi,

karantina, dan keamanan, serta pertahanan negara;

3. pengembangan prasarana dan sarana kegiatan pendidikan dasar,

menengah, dan/atau kejuruan;

4. pengembangan prasarana dan sarana kegiatan kesehatan berupa

fasilitas puskesmas dan/atau pelayanan jasa medis;

5. pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik,

telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum;

6. pengembangan prasarana dan sarana air minum, dan pengelolaan

persampahan; dan

7. pengembangan fasilitas pasar lintas negara yang dilengkapi dengan

fasilitas pertukaran mata uang dan pusat promosi;

e. pengembangan, peningkatan, dan/atau pemantapan sistem transportasi

meliputi jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer,

jaringan jalan strategis nasional, jaringan jalan strategis nasional,

terminal penumpang tipe A, terminal penumpang tipe B, terminal

barang, pelabuhan penyeberangan, lintas penyeberangan, pelabuhan

laut, pelabuhan untuk kegiatan pertahanan dan keamanan negara, dan

pelabuhan untuk kegiatan perikanan serta bandar udara;

f. pengembangan dan/atau peningkatan sistem jaringan energi meliputi

jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan

jaringan transmisi tenaga listrik;

g. pengembangan sistem jaringan telekomunikasi meliputi jaringan

terestrial dan jaringan satelit;

h. pengembangan pengelolaan sumber air permukaan dan sumber air tanah

serta pengembangan, peningkatan, dan/atau pemantapan sistem

prasarana sumber daya air berupa embung, jaringan irigasi, sistem

pengendalian banjir, dan sistem pengamanan pantai; dan

i. pengembangan …

Page 108: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐108 -

i. pengembangan dan/atau peningkatan sistem jaringan prasarana

permukiman meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan

air limbah, dan sistem pengelolaan sampah.

Bagian Ketiga

Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 85

Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perbatasan Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (3) huruf b meliputi:

a. pengendalian alih fungsi, rehabilitasi, dan/atau revitalisasi fungsi

lindung pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahannya meliputi hutan lindung dan kawasan resapan air;

b. pengendalian dan/atau rehabilitasi kawasan perlindungan setempat

meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar

danau;

c. pengembangan pengelolaan, pengendalian kegiatan budi daya yang dapat

mengganggu, rehabilitasi, dan/atau revitalisasi kawasan suaka alam,

pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi suaka alam perairan, suaka

margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman

nasional, taman nasional perairan, taman hutan raya, taman wisata

alam, taman wisata alam laut, dan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

d. revitalisasi dan/atau pengendalian Kawasan Budi Daya terbangun pada

kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan tanah longsor,

kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir;

e. pengembangan pengelolaan, revitalisasi, dan/atau pengendalian

Kawasan Budi Daya terbangun pada kawasan yang merupakan kawasan

lindung geologi;

f. pengembangan …

Page 109: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐109 -

f. pengembangan pengelolaan, pengendalian kegiatan budi daya yang dapat

mengganggu, dan/atau rehabilitasi kawasan lindung lainnya meliputi

taman buru dan terumbu karang;

g. pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi fungsi kawasan permukiman

perkotaan;

h. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi fungsi kawasan permukiman

perdesaan;

i. pengembangan kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan;

j. pengembangan kawasan peruntukan perkebunan dan hortikultura serta

peternakan;

k. pengembangan kawasan hutan produksi dengan mempertimbangkan

potensi lestari, pengendalian alih fungsi kawasan hutan produksi yang

berfungsi lindung, pemulihan kondisi hutan produksi dari deforestasi

dan degradasi serta peningkatan fungsi ekologis kawasan hutan

produksi;

l. pengendalian dan/atau reklamasi fungsi kawasan peruntukan

pertambangan mineral;

m. pengembangan zona perairan yang berfungsi melindungi titik-titik garis

pangkal kepulauan dari abrasi, mempertahankan wilayah kedaulatan

negara, memanfaatkan sumber daya alam sesuai potensi lestari, dan

melindungi ekosistem; dan

n. pengembangan zona perairan mulai batas laut teritorial hingga batas

landas kontinen dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang

berfungsi untuk pemanfaatan sumber daya alam sesuai potensi lestari.

BAB VII …

Page 110: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐110 -

BAB VII

ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 86

(1) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perbatasan Negara

digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan

ruang Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perbatasan Negara

terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi;

b. arahan perizinan;

c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. arahan pengenaan sanksi.

Bagian Kedua

Arahan Peraturan Zonasi

Pasal 87

(1) Arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2)

huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah kabupaten dalam

menyusun ketentuan umum peraturan zonasi dan peraturan zonasi.

(2) Arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk pola ruang.

(3) Muatan …

Page 111: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐111 -

(3) Muatan arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. jenis kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang diperbolehkan

dengan syarat, dan kegiatan yang tidak diperbolehkan;

b. intensitas pemanfaatan ruang;

c. prasarana dan sarana minimum; dan/atau

d. ketentuan lain yang dibutuhkan berupa ketentuan khusus.

Pasal 88

Arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 87 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk sistem pusat permukiman perbatasan

negara;

b. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi;

c. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi;

d. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi;

e. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air; dan

f. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana permukiman.

Pasal 89

(1) Arahan peraturan zonasi untuk sistem pusat permukiman perbatasan

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 huruf a terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk pusat pelayanan utama;

b. arahan peraturan zonasi untuk pusat pelayanan penyangga; dan

c. arahan peraturan zonasi pusat pelayanan pintu gerbang.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk pusat pelayanan utama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

2. kegiatan …

Page 112: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐112 -

2. kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

3. kegiatan pelayanan pemerintahan;

4. kegiatan perdagangan dan jasa;

5. kegiatan kerja sama militer dengan negara lain;

6. kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan;

7. kegiatan industri pengolahan, industri kerajinan, dan industri

jasa hasil peternakan;

8. kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian

tanaman pangan;

9. kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil

hortikultura dan perkebunan;

10. kegiatan industri pengolahan hasil pertambangan mineral yang

didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu;

11. kegiatan pariwisata berbasis wisata budaya;

12. kegiatan pelayanan prasarana permukiman, kesehatan,

pendidikan, dan penelitian;

13. kegiatan pelayanan prasarana energi, telekomunikasi, fasilitas

sosial, dan fasilitas umum;

14. kegiatan promosi, pariwisata dan komoditas unggulan berbasis

potensi lokal;

15. kegiatan pelayanan angkutan umum penumpang dan angkutan

barang; dan/atau

16. kegiatan pelayanan transportasi laut dan transportasi udara;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak

mengganggu fungsi pusat pelayanan utama;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat

mengganggu fungsi pusat pelayanan utama;

d. pemanfatan …

Page 113: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐113 -

d. pemanfaatan ruang untuk bangunan gedung dengan intensitas

tinggi, baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal;

e. pengembangan pusat pelayanan sekitar diarahkan sebagai kawasan

yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan sedang dan kualitas

prasarana dan sarana tinggi.

f. penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas

pusat pelayanan sekitarnya;

g. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk pusat pelayanan

utama meliputi:

1. kebutuhan dasar berupa listrik, air bersih, serta prasarana

pengolahan sampah dan limbah;

2. prasarana dan sarana pendukung aksesibilitas berupa jaringan

jalan, serta terminal dan angkutan penumpang dan barang;

3. prasarana dan sarana PLB yang mencakup unsur bea dan

cukai, imigrasi, karantina, dan keamanan; dan/atau

4. prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan negara yang

mencakup pusat konsentrasi pertahanan berikut prasarana dan

sarana pendukungnya;

h. ketentuan khusus untuk pusat pelayanan utama meliputi:

1. pengembangan jaringan prasarana pada pusat pelayanan utama

diarahkan untuk mendukung fungsi pertahanan dan keamanan

negara; dan

2. pengembangan jaringan prasarana pada pusat pelayanan utama

berbasis mitigasi dan adaptasi bencana.

(3) Arahan peraturan zonasi pusat pelayanan penyangga sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan perdagangan dan jasa;

2. kegiatan pelayanan pemerintahan;

3. kegiatan …

Page 114: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐114 -

3. kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

4. kegiatan agropolitan berbasis peternakan, pertanian tanaman

pangan, dan/atau perkebunan;

5. kegiatan pelayanan prasarana permukiman, kesehatan, dan

pendidikan;

6. kegiatan pelayanan prasarana energi, telekomunikasi, fasilitas

sosial, dan fasilitas umum; dan/atau

7. kegiatan pelayanan angkutan umum penumpang;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak

mengganggu fungsi pusat pelayanan penyangga;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat

mengganggu fungsi pusat pelayanan penyangga;

d. pemanfaatan ruang untuk bangunan gedung dengan intensitas

sedang hingga tinggi, baik ke arah horizontal maupun ke arah

vertikal;

e. penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas

pusat pelayanan sekitarnya;

f. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk pusat pelayanan

penyangga meliputi:

1. kebutuhan dasar berupa listrik, air bersih, serta prasarana

pengolahan sampah dan limbah; dan

2. prasarana dan sarana pendukung aksesibilitas berupa jaringan

jalan, serta terminal dan angkutan penumpang;

g. ketentuan khusus untuk pusat pelayanan penyangga meliputi:

1. pengembangan jaringan prasarana pada pusat pelayanan

penyangga diarahkan untuk mendukung fungsi pintu gerbang

sebagai pusat kegiatan lintas batas; dan

2. pengembangan …

Page 115: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐115 -

2. pengembangan jaringan prasarana pada pusat pelayanan

penyangga berbasis mitigasi dan adaptasi bencana.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk pusat pelayanan pintu gerbang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

2. kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

3. kegiatan pelayanan prasarana permukiman, kesehatan, dan

pendidikan;

4. kegiatan pelayanan prasarana energi, telekomunikasi, fasilitas

sosial, dan fasilitas umum;

5. kegiatan pelayanan angkutan umum penumpang; dan

6. kegiatan pelayanan pasar lintas negara yang dilengkapi dengan

fasilitas pertukaran mata uang dan pusat promosi;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak

mengganggu fungsi pusat pelayanan pintu gerbang;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat

mengganggu fungsi pusat pelayanan pintu gerbang;

d. pemanfaatan ruang untuk bangunan gedung dengan intensitas

sedang hingga tinggi, baik ke arah horizontal maupun ke arah

vertikal;

e. penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas

pusat pelayanan sekitarnya; dan

f. ketentuan khusus untuk pusat pelayanan pintu gerbang meliputi:

1. pengembangan jaringan prasarana pada pusat pelayanan pintu

gerbang diarahkan untuk mendukung kegiatan imigrasi, bea

cukai, karantina, keamanan, dan kegiatan ekonomi lintas batas;

dan

2. pengembangan …

Page 116: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐116 -

2. pengembangan jaringan prasarana pada pusat pelayanan pintu

gerbang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana.

Pasal 90

Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 88 huruf b terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi darat;

b. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi laut; dan

c. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi udara.

Pasal 91

Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi darat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 huruf a terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan;

b. arahan peraturan zonasi untuk lalu lintas dan angkutan jalan; dan

c. arahan peraturan zonasi untuk jaringan transportasi penyeberangan.

Pasal 92

Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 91 huruf a meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan mengikuti ketentuan ruang milik jalan,

ruang manfaat jalan, dan ruang pengawasan jalan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pembangunan

utilitas kota termasuk kelengkapan jalan (street furniture), penanaman

pohon, dan pembangunan fasilitas pendukung jalan lainnya yang tidak

mengganggu kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan serta

fungsi pertahanan dan keamanan negara;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:

1. pemanfaatan …

Page 117: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐117 -

1. pemanfaatan ruang milik jalan, ruang manfaat jalan, dan ruang

pengawasan jalan yang mengakibatkan terganggunya kelancaran lalu

lintas dan keselamatan pengguna jalan; dan

2. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di

sepanjang sisi jalan nasional;

d. penetapan GSB di sisi jalan yang memenuhi ketentuan ruang

pengawasan jalan;

e. pemanfaatan ruang pengawasan jalan dengan KDH paling rendah 30%

(tiga puluh persen); dan

f. ketentuan khusus untuk kawasan di sepanjang sisi jalan arteri primer,

kolektor primer, dan jalan strategis nasional meliputi:

1. penyediaan ruang milik jalan diperuntukan bagi ruang manfaat

jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas serta

kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan;

2. penyediaan ruang manfaat jalan diperuntukan bagi median,

perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, lereng, ambang

pengaman, trotoar, badan jalan, saluran tepi jalan, dan jaringan

utilitas dalam tanah;

3. penyediaan fasilitas pengaturan lalu lintas dan marka jalan yang

disesuaikan dengan fungsi jalan; dan

4. penyediaan prasarana dan sarana jalan yang mampu mendukung

kegiatan pertahanan dan keamanan negara.

Pasal 93

(1) Arahan peraturan zonasi untuk lalu lintas dan angkutan jalan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf b terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk terminal penumpang; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk terminal barang.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk terminal penumpang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kegiatan …

Page 118: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐118 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional,

penunjang operasional, dan pengembangan terminal penumpang

untuk mendukung pergerakan orang;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu

keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan serta

fungsi kawasan di sekitar terminal;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengganggu kegiatan yang dapat mengganggu kegiatan operasional

terminal, keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan

serta keamanan dan kenyamanan fungsi fasilitas utama dan fasilitas

penunjang;

d. terminal dilengkapi dengan RTH yang penyediaanya disesuaikan

dengan luasan terminal;

e. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk terminal

penumpang meliputi:

1. fasilitas utama meliputi jalur pemberangkatan kendaraan

umum, jalur kedatangan kendaraan umum, tempat parkir

kendaraan umum, bangunan kantor terminal, tempat tunggu

penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas, loket

penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, dan

pelataran parkir kendaraan pengantar; dan

2. fasilitas penunjang meliputi fasilitas penyandang cacat, kamar

kecil/toilet, musholla, kios/kantin, ruang pengobatan, ruang

informasi dan pengaduan, telepon umum, tempat penitipan

barang, alat pemadaman kebakaran, dan taman;

f. ketentuan khusus untuk kawasan terminal penumpang meliputi

penyediaan prasarana dan sarana terminal yang mampu mendukung

kegiatan pertahanan dan keamanan negara.

(3) Arahan …

Page 119: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐119 -

(3) Arahan peraturan zonasi untuk terminal barang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional,

penunjang operasional, dan pengembangan terminal barang;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu

keamanan, keselamatan, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan

jalan serta fungsi terminal barang;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengganggu keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan

jalan serta fungsi terminal barang; dan

d. terminal barang dilengkapi dengan RTH yang penyediaannya

diserasikan dengan luasan terminal.

e. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk terminal barang

meliputi:

1. fasilitas utama meliputi jalur pemberangkatan kendaraan

angkutan barang, jalur kedatangan kendaraan angkutan

barang, tempat parkir kendaraan angkutan barang, bangunan

kantor terminal, menara pengawas, rambu-rambu, dan papan

informasi; dan

2. fasilitas penunjang meliputi kamar kecil/toilet, mushola,

kios/kantin, ruang pengobatan, ruang informasi dan

pengaduan, telepon umum, alat pemadaman kebakaran, dan

taman.

f. ketentuan khusus untuk kawasan terminal barang meliputi

penyediaan prasarana dan sarana terminal barang yang mampu

mendukung kegiatan pertahanan dan keamanan negara.

Pasal 94 …

Page 120: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐120 -

Pasal 94

(1) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan transportasi penyeberangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf c meliputi:

a. arahan peraturan zonasi untuk pelabuhan penyeberangan; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk lintas penyeberangan.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk pelabuhan penyeberangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional,

penunjang operasional, dan pengembangan pelabuhan

penyeberangan untuk mendukung pertahanan keamanan negara;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang berada di dalam DLKrP

DLKP dan lintas penyeberangan dengan mendapat izin sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan yang mengganggu keamanan kegiatan di DLKrP, DLKP,

jalur transportasi penyeberangan dan kegiatan lain yang

mengganggu fungsi kawasan pelabuhan penyeberangan; dan

2. kegiatan transportasi penyeberangan yang berdampak buruk

pada kualitas perairan;

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk pelabuhan

penyeberangan di dalam DLKrP dan DLKP yang meliputi fasilitas

pokok dan fasilitas penunjang diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

e. pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar pelabuhan

penyeberangan harus memperhatikan kebutuhan ruang untuk

operasional dan pengembangan kawasan pelabuhan; dan

f. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di bawah

perairan yang berdampak pada keberadaan lintas penyeberangan.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk lintas penyeberangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. kegiatan …

Page 121: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐121 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. pengembangan lintas penyeberangan untuk meningkatkan arus

barang dan penumpang yang terpadu dengan jaringan

transportasi darat lainnya; dan

2. kegiatan untuk mendukung keselamatan dan keamanan

pelayaran;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

lintas penyeberangan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang berdampak

pada keberadaan lintas penyeberangan; dan

2. kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada keberadaan

lintas penyeberangan.

Pasal 95

(1) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi laut

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 huruf b meliputi:

a. arahan peraturan zonasi untuk pelabuhan laut; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk alur pelayaran.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk pelabuhan laut sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional

pelabuhan laut, kegiatan penunjang operasional pelabuhan laut,

kegiatan pengembangan pelabuhan laut, kegiatan pelayanan

kepabeanan, karantina, imigrasi, dan keamanan, serta kegiatan

pertahanan dan keamanan negara;

b. kegiatan …

Page 122: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐122 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang berada di dalam Daerah

Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKrP) dan Daerah Lingkungan

Kepentingan Pelabuhan (DLKP), dan jalur transportasi laut dengan

mendapat izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengganggu kegiatan di DLKrP, DLKP, jalur transportasi laut, dan

kegiatan lain yang mengganggu fungsi kawasan peruntukan

pelabuhan laut; dan

d. prasarana dan sarana minimum untuk kawasan peruntukan

pelabuhan laut meliputi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang di

dalam DLKrP di wilayah daratan diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk alur pelayaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. pengelolaan wilayah perairan melalui kerja sama antarnegara

dalam pemeliharaan kualitas alur pelayaran internasional dari

dampak perkembangan Kawasan Budi Daya;

2. pengembangan prasarana dan sarana penanda alur pelayaran

laut pada wilayah perairan yang merupakan kawasan terumbu

karang dan kawasan koridor bagi jenis biota laut yang

dilindungi;

3. pengembangan mercusuar untuk kepentingan navigasi

pelayaran di pulau kecil yang melintasi Kawasan Perbatasan

Negara; dan

4. pemanfaatan bersama alur pelayaran guna menjaga kedaulatan

di wilayah perairan yang berbatasan dengan Negara Timor Leste

dan Negara Australia;

b. kegiatan …

Page 123: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐123 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan

ruang pada Kawasan Pesisir dan pulau kecil di sekitar badan air di

sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak mengganggu

aktivitas pelayaran;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengganggu fungsi alur pelayaran; dan

d. pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran

dibatasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 96

(1) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi udara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 huruf c meliputi:

a. arahan peraturan zonasi untuk bandar udara; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk ruang udara untuk penerbangan.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk bandar udara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional

kebandarudaraan, kegiatan penunjang pelayanan jasa

kebandarudaraan, kegiatan penunjang keselamatan operasi

penerbangan, kegiatan pengembangan bandar udara, kegiatan

pelayanan kepabeanan, karantina, imigrasi, dan keamanan, serta

kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan

tanah dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara

serta kegiatan lain yang tidak mengganggu keselamatan operasi

penerbangan dan fungsi bandar udara;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

membahayakan keamanan dan keselamatan operasional

penerbangan, membuat halangan (obstacle), dan/atau kegiatan lain

yang mengganggu fungsi bandar udara; dan

d. prasarana …

Page 124: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐124 -

d. prasarana dan sarana minimum untuk kawasan peruntukan bandar

udara di dalam daerah lingkungan kerja bandar udara yang meliputi

fasilitas pokok dan fasilitas penunjang diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk ruang udara untuk penerbangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan bersama ruang

udara untuk penerbangan guna kepentingan pertahanan dan

keamanan negara;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pengendalian

kegiatan budi daya di sekitar bandar udara yang dipergunakan

untuk operasi penerbangan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengganggu fungsi ruang udara untuk penerbangan; dan

d. peraturan zonasi untuk ruang udara untuk penerbangan disusun

dengan memperhatikan pembatasan pemanfaatan ruang udara yang

digunakan untuk penerbangan agar tidak mengganggu sistem

operasional penerbangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 97

(1) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 88 huruf c terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi;

b. arahan peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik; dan

c. arahan peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional dan

kegiatan penunjang jaringan pipa minyak dan gas bumi;

b. kegiatan …

Page 125: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐125 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang aman bagi instalasi

jaringan pipa minyak dan gas bumi serta tidak mengganggu fungsi

jaringan pipa minyak dan gas bumi;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

membahayakan instalasi jaringan pipa minyak dan gas bumi serta

mengganggu fungsi jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan

d. prasarana dan sarana minimum untuk jaringan pipa minyak dan gas

bumi meliputi jalan khusus untuk akses pemeliharaan dan

pengawasan jaringan pipa minyak dan gas bumi, peralatan pencegah

pencemaran lingkungan, dan papan informasi keterangan teknis

pipa yang dilindungi dengan pagar pengaman.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b disesuaikan dengan karakter masing-

masing pembangkit tenaga listrik yang meliputi PLTU, PLTG/MG, PLTP,

PLTM, PLTMH, PLTS, PLTB, dan pembangkit listrik tenaga hybrid sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan

prasarana jaringan transmisi tenaga listrik dan kegiatan

pembangunan prasarana penunjang jaringan transmisi tenaga

listrik;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

penghijauan, pemakaman, pertanian, perparkiran, dan kegiatan yang

tidak menimbulkan bahaya kebakaran, serta kegiatan lain yang

bersifat sementara dan tidak mengganggu fungsi jaringan transmisi

tenaga listrik;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

menimbulkan bahaya kebakaran dan mengganggu fungsi jaringan

transmisi tenaga listrik; dan

d. penyediaan …

Page 126: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐126 -

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk sistem jaringan

pembangkit tenaga listrik dan sistem jaringan transmisi tenaga

listrik meliputi jalan khusus untuk akses pemeliharaan dan

pengawasan sistem jaringan pembangkit tenaga listrik dan transmisi

tenaga listrik, dan papan informasi keterangan teknis jaringan listrik

yang dilindungi dengan pagar pengaman.

Pasal 98

(1) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 huruf d terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk jaringan terestrial; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk jaringan satelit

(2) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan terestrial sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan operasional dan kegiatan penunjang sistem jaringan

telekomunikasi;

2. pengembangan jaringan terestrial untuk menghubungkan

akses keterkaitan antarpusat pelayanan Kawasan Perbatasan

Negara dan antarpusat pelayanan Kawasan Perbatasan Negara

dengan perkotaan nasional; dan

3. pengembangan jaringan terestrial untuk menghubungkan

akses antara pos pengamanan perbatasan dengan pusat

pelayanan Kawasan Perbatasan Negara guna mendukung

fungsi pertahanan dan keamanan negara;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang aman bagi sistem

jaringan terestrial dan tidak mengganggu fungsi sistem jaringan

terestrial;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

membahayakan sistem jaringan terestrial dan mengganggu fungsi

sistem jaringan terestrial; dan

d. ketentuan …

Page 127: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐127 -

d. ketentuan khusus untuk pembangunan, jarak antar menara, tinggi

menara, ketentuan lokasi, dan menara bersama telekomunikasi

diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan satelit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pengembangan jaringan

satelit guna melayani pusat permukiman perbatasan negara,

mendukung pertahanan dan keamanan negara, serta melayani

pulau kecil berpenghuni;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang aman bagi sistem

jaringan satelit dan tidak mengganggu fungsi sistem jaringan

satelit; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

membahayakan sistem jaringan satelit dan mengganggu fungsi

sistem jaringan satelit.

Pasal 99

(1) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 huruf e meliputi:

a. arahan peraturan zonasi untuk sumber air; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk prasarana sumber daya air.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk sumber air sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. pendayagunaan sumber air pada sungai dan danau di Kawasan

Perbatasan Negara guna mendukung pemenuhan kebutuhan

pokok sehari-hari dan pertanian rakyat; dan

2. pengelolaan imbuhan air tanah pada CAT di Kawasan

Perbatasan Negara guna mendukung ketersediaan air di

Kawasan Perbatasan Negara;

b. kegiatan …

Page 128: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐128 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

konservasi sumber air, pendayagunaan sumber daya air,

pengendalian daya rusak air, dan fungsi sistem jaringan sumber air;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengganggu fungsi sungai, danau, dan CAT sebagai sumber air; dan

d. prasarana dan sarana minimum untuk sistem jaringan sumber air

meliputi jalan inspeksi pengairan dan pos pemantau ketinggian

permukaan air.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk prasarana sumber daya air sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk embung;

b. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi;

c. arahan peraturan zonasi untuk sistem pengendalian banjir; dan

d. arahan peraturan zonasi untuk sistem pengamanan pantai.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk embung sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf a terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan dan

pemeliharaan embung;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

embung; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pengambilan air

tanah dan kegiatan yang mengganggu keberlanjutan fungsi embung,

mengakibatkan pencemaran air dari air limbah dan sampah, serta

mengakibatkan kerusakan embung.

(5) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi:

a. kegiatan …

Page 129: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐129 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan dan

pemeliharaan jaringan irigasi;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

jaringan irigasi;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pengambilan air

tanah dan kegiatan yang mengganggu keberlanjutan fungsi jaringan

irigasi, mengakibatkan pencemaran air dari air limbah dan sampah,

serta mengakibatkan kerusakan jaringan irigasi; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk sistem jaringan

irigasi meliputi jalan inspeksi jaringan irigasi primer dan sekunder,

serta pos pemantau ketinggian permukaan air.

(6) Arahan peraturan zonasi untuk sistem pengendalian banjir sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf c terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan sarana

dan prasarana sistem pengendalian banjir, termasuk penangkap

sedimen (sediment trap) pada badan sungai, serta reboisasi di

sepanjang sempadan sungai;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu sistem

pengendalian banjir;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan dan pendirian

bangunan yang mengganggu fungsi lokasi dan jalur evakuasi serta

bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana,

struktur alami dan struktur buatan yang dapat mengurangi dampak

bencana banjir; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk sistem

pengendalian banjir meliputi struktur alami dan struktur buatan

yang dapat mengurangi dampak bencana banjir.

(7) Arahan …

Page 130: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐130 -

(7) Arahan peraturan zonasi untuk sistem pengamanan pantai sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf d terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan sistem

pengamanan pantai;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak menggangu sistem

pengamanan pantai;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan dan pendirian

bangunan yang mengganggu fungsi:

1. lokasi dan jalur evakuasi serta bangunan untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana; dan

2. struktur alami dan struktur buatan yang dapat mengurangi

dampak gelombang pasang;

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk sistem

pengamanan pantai danau meliputi struktur alami dan struktur

buatan yang dapat mengurangi dampak gelombang pasang.

Pasal 100

(1) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana permukiman

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 huruf f terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk SPAM;

b. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;

c. arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan air limbah; dan

d. arahan peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan sampah.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a meliputi:

a. kegiatan …

Page 131: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐131 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk

pengembangan SPAM di pusat permukiman perbatasan negara guna

menjamin ketersediaan air bersih sesuai kebutuhan penduduk di

Kawasan Perbatasan Negara dan pembangunan prasarana

penunjang SPAM;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

SPAM;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pengambilan air

tanah dan kegiatan yang mengganggu keberlanjutan fungsi

penyediaan air minum, mengakibatkan pencemaran air baku dari air

limbah dan sampah, serta mengakibatkan kerusakan prasarana dan

sarana penyediaan air minum; dan

d. prasarana dan sarana minimum untuk SPAM meliputi:

1. unit air baku meliputi bangunan penampungan air, bangunan

pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan

pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana

penyediaan air minum; dan

2. unit produksi meliputi bangunan pengolahan dan

perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan

peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air

minum.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan

prasarana sistem jaringan drainase dalam rangka mengurangi

genangan air, mendukung pengendalian banjir, dan pembangunan

prasarana penunjangnya;

b. kegiatan …

Page 132: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐132 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

sistem jaringan drainase;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan

sampah, pembuangan limbah, dan kegiatan lain yang mengganggu

fungsi sistem jaringan drainase;

d. prasarana dan sarana minimum untuk sistem jaringan drainase

meliputi jalan khusus untuk akses pemeliharaan, serta alat

penjaring sampah; dan

e. ketentuan khusus untuk sistem jaringan drainase berupa

pemeliharaan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan

selaras dengan pemeliharaan dan pengembangan ruang milik jalan.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan air limbah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pengembangan jaringan air

limbah guna meningkatkan kualitas lingkungan di pusat

permukiman perbatasan negara, serta pembangunan prasarana

penunjangnya;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

sistem jaringan air limbah;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan

sampah, pembuangan bahan berbahaya dan beracun serta limbah

bahan berbahaya dan beracun, dan kegiatan lain yang mengganggu

fungsi sistem jaringan air limbah; dan

d. prasarana dan sarana minimum untuk sistem jaringan air limbah

berupa peralatan kontrol baku mutu air buangan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

(5) Arahan …

Page 133: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐133 -

(5) Arahan peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan sampah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pengoperasian TPA

berupa pemilahan, pengumpulan, pengelolaan, dan pemrosesan

akhir sampah, pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill),

pemeliharaan TPA, dan industri terkait pengolahan sampah, serta

kegiatan penunjang operasional TPA;

b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

pertanian non pangan, kegiatan penghijauan, kegiatan permukiman

dalam jarak yang aman dari dampak pengelolaan sampah, dan

kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi kawasan TPA;

c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan sosial ekonomi

yang mengganggu fungsi kawasan TPA;

d. Prasarana dan sarana minimum untuk TPA berupa fasilitas dasar,

fasilitas pelindungan lingkungan, fasilitas operasi, dan fasilitas

penunjang; dan

e. Ketentuan khusus untuk TPA meliputi jarak aman TPA dengan

kawasan peruntukan permukiman, sumber air baku, dan kawasan

di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi

penerbangan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 101

(1) Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 87 ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk Kawasan Lindung; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk Kawasan Budi Daya.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. arahan …

Page 134: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐134 -

a. arahan peraturan zonasi untuk Zona L1;

b. arahan peraturan zonasi untuk Zona L2;

c. arahan peraturan zonasi untuk Zona L3;

d. arahan peraturan zonasi untuk Zona L4;

e. arahan peraturan zonasi untuk Zona L5; dan

f. arahan peraturan zonasi untuk Zona L6.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk Kawasan Budi Daya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk Zona B1;

b. arahan peraturan zonasi untuk Zona B2;

c. arahan peraturan zonasi untuk Zona B3;

d. arahan peraturan zonasi untuk Zona B4;

e. arahan peraturan zonasi untuk Zona B5;

f. arahan peraturan zonasi untuk Zona B6;

g. arahan peraturan zonasi untuk Zona A1; dan

h. arahan peraturan zonasi untuk Zona A2.

Pasal 102

(1) Arahan peraturan zonasi untuk Zona L1 sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 101 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung; dan

b. arahan peraturan zonasi untuk kawasan resapan air.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan resapan air sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan …

Page 135: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐135 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi rehabilitasi kawasan resapan

air khususnya pada zona resapan tinggi untuk menjamin

ketersediaan air baku di sepanjang Kawasan Perbatasan Negara

termasuk PPKT;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan

ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun

yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air

hujan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengurangi daya serap tanah terhadap air dan kegiatan yang

mengganggu fungsi resapan air sebagai Kawasan Lindung; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:

1. penyediaan sumur resapan dan/atau embung pada lahan

terbangun yang sudah ada; dan

2. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan

budi daya terbangun yang diajukan izinnya.

Pasal 103

(1) Arahan peraturan zonasi untuk Zona L2 sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 101 ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk sempadan pantai;

b. arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai; dan

c. arahan peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk sempadan pantai sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. pemertahanan kawasan sempadan pantai untuk menjaga titik-

titik garis pangkal kepulauan dari ancaman abrasi dan kegiatan

yang mengganggu kelestarian fungsi pantai;

2. peningkatan …

Page 136: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐136 -

2. peningkatan fungsi ekologis kawasan sempadan pantai, untuk

mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup di Kawasan Perbatasan Negara;

3. pengembangan kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan di

kawasan sempadan pantai guna meningkatkan kesejahteraan

Masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara;

4. pemanfaatan ruang untuk RTH;

5. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk

mencegah abrasi; dan

6. kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pengamanan

pesisir, rekreasi pantai, kegiatan nelayan, kegiatan pelabuhan,

landing point kabel dan/atau pipa bawah laut, kegiatan

pengendalian kualitas perairan, konservasi lingkungan pesisir,

pengembangan struktur alami dan struktur buatan pencegah

abrasi, pengamanan sempadan pantai sebagai ruang publik,

kegiatan pengamatan cuaca dan iklim, kegiatan penentuan

lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian bangunan

untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana tsunami;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

sempadan pantai sebagai kawasan perlindungan setempat; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana

serta kegiatan yang mengganggu fungsi sempadan pantai sebagai

kawasan perlindungan setempat.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan …

Page 137: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐137 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan

sempadan sungai untuk RTH, pemasangan bentangan jaringan

transmisi tenaga listrik, kabel telepon, pipa air minum,

pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan pengambilan dan

pembuangan air, bangunan penunjang sistem prasarana kota,

kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta

pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi

daya pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi

kekuatan struktur tanah dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud

pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi sempadan sungai

sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan

pemasangan reklame dan papan pengumuman, pendirian bangunan

yang dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan

transportasi sungai, kegiatan rekreasi air, serta jalan inspeksi dan

bangunan pengawas ketinggian air sungai; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah

bentang alam, kegiatan yang mengganggu kesuburan dan keawetan

tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian tumbuhan dan

hewan, kelestarian fungsi lingkungan hidup, kegiatan pemanfaatan

hasil tegakan, kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup lokasi

dan jalur evakuasi bencana, kegiatan pembuangan sampah, serta

kegiatan lain yang mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai

kawasan perlindungan setempat.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengelolaan badan air

dan/atau pemanfaatan air, taman rekreasi beserta kegiatan

penunjangnya, RTH, dan kegiatan sosial-budaya;

b. kegiatan …

Page 138: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐138 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

kawasan sekitar danau sebagai kawasan perlindungan setempat

antara lain kegiatan pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk

bangunan penunjang kegiatan rekreasi air dan bangunan

pengolahan air baku; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah

bentang alam, kegiatan yang mengganggu kesuburan dan keawetan

tanah, fungsi hidrologi, kelestarian tumbuhan dan hewan,

kelestarian fungsi lingkungan hidup, kegiatan pemanfaatan hasil

tegakan, serta kegiatan lain yang mengganggu dan/atau merusak

kelestarian fungsi kawasan sekitar danau sebagai kawasan

perlindungan setempat.

Pasal 104

(1) Arahan peraturan zonasi untuk Zona L3 sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 101 ayat (2) huruf c terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk suaka alam perairan;

b. arahan peraturan zonasi untuk suaka margasatwa;

c. arahan peraturan zonasi untuk cagar alam;

d. arahan peraturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan bakau;

e. arahan peraturan zonasi untuk taman nasional dan taman nasional

perairan;

f. arahan peraturan zonasi untuk taman hutan raya;

g. arahan peraturan zonasi untuk taman wisata alam dan taman wisata

alam laut; dan

h. arahan peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan.

(2) Arahan …

Page 139: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐139 -

(2) Arahan peraturan zonasi untuk suaka alam perairan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan untuk pengawetan

keanekaragaman tumbuhan dan biota laut serta ekosistemnya;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak

mengganggu fungsi kawasan suaka alam perairan sebagai tempat

pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan biota laut serta

ekosistemnya;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengakibatkan terganggunya fungsi kawasan suaka alam perairan

sebagai tempat pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan biota

laut serta ekosistemnya; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa sarana

pengawasan perlindungan keanekaragaman tumbuhan dan biota

laut serta ekosistemnya.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk suaka margasatwa dan cagar alam

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai dengan peruntukannya meliputi

kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,

pendidikan, wisata alam, dan peningkatan kesadartahuan konservasi

alam, penyimpangan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air,

energi air, panas, dan angin, serta pamanfaatan sumber plasma

nutfah utuk penunjang budi daya;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

pariwisata terbatas dan pendirian bangunan yang dibatasi hanya

untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a

yang tidak mengganggu fungsi kawasan suaka margasatwa dan

cagar alam;

c. kegiatan …

Page 140: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐140 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan penanaman

tumbuhan dan pelepasan satwa yang bukan merupakan tumbuhan

dan satwa endemik kawasan, perburuan terhadap satwa yang berada

di dalam kawasan, kegiatan budi daya yang dapat mengancam

kerusakan habitat dan keanekaragaman hayati untuk tumbuhan

endemik, dan kegiatan lain yang mengganggu fungsi kawasan suaka

margasatwa dan cagar alam; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa sarana

pengawasan dan perlindungan populasi satwa liar dan habitatnya.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan bakau

sebagaimana pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penelitian, kegiatan

pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan pendidikan, kegiatan

konservasi, pengamanan abrasi pantai, pariwisata alam,

penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, serta pemanfaatan air,

energi air, panas, dan angin;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

kawasan pantai berhutan bakau sebagai pelindung pantai dari

pengikisan air laut; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat

mengubah atau mengurangi luas dan/atau mencemari ekosistem

hutan bakau, perusakan hutan bakau, dan kegiatan lain yang

mengganggu fungsi kawasan berhutan bakau.

(5) Arahan peraturan zonasi untuk taman nasional dan taman nasional

perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:

a. kegiatan …

Page 141: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐141 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan pendidikan dan

peningkatan kesadartahuan konservasi alam, penyimpanan

dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, panas,

dan angin, pariwisata alam, pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar,

serta pemanfaatan sumber plasma nutfah penunjang budi daya;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

pemanfaatan tradisional oleh Masyarakat setempat yang dapat

berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budi daya

tradisional, dan perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang

tidak dilindungi; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah

dan/atau merusak ekosistem asli kawasan taman nasional dan

taman nasional perairan.

(6) Arahan peraturan zonasi untuk taman hutan raya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan

pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi, kegiatan

untuk koleksi kekayaan keanekaragaman hayati, kegiatan

penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, kegiatan pemanfaatan

air serta energi air, panas, dan angin serta wisata alam, kegiatan

pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam rangka menunjang

budi daya dalam bentuk penyediaan plasma nutfah, kegiatan

pemanfaatan tradisional oleh Masyarakat setempat, kegiatan

penangkaran dalam rangka pengembangbiakan satwa atau

perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang

terkontrol;

b. kegiatan …

Page 142: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐142 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a, kegiatan pemanfaatan

tradisional dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan

kayu, budi daya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas

untuk jenis yang tidak dilindungi, dan kegiatan lain yang tidak

mengganggu fungsi taman hutan raya sebagai kawasan pelestarian

alam; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian

bangunan selain bangunan penunjang kegiatan penelitian,

pendidikan, dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf

a dan huruf b yang mengganggu fungsi taman hutan raya sebagai

kawasan pelestarian alam.

(7) Arahan peraturan zonasi untuk taman wisata alam dan taman wisata

alam laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penyimpanan

dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air,

panas, dan angin serta wisata alam, kegiatan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan pendidikan dan

peningkatan kesadartahuan konservasi alam, kegiatan pemanfaatan

sumber plasma nutfah untuk penunjang budi daya, dan kegiatan

penangkaran dalam rangka penetasan telur dan/atau pembesaran

anakan yang diambil dari alam;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

pendirian bangunan penunjang kegiatan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan pendidikan dan

peningkatan kesadartahuan konservasi alam, dan kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

taman wisata alam dan taman wisata alam laut sebagai kawasan

pelestarian alam;

c. kegiatan …

Page 143: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐143 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian

bangunan selain bangunan penunjang kegiatan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan pendidikan dan

peningkatan kesadartahuan konservasi alam, dan kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang mengganggu fungsi

taman wisata alam dan taman wisata alam laut sebagai kawasan

pelestarian alam; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa akses yang baik

untuk keperluan rekreasi dan pariwisata, sarana pengawasan untuk

menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,

sarana perawatan, serta fasilitas penunjang kegiatan penelitian,

pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pengembangan

plasma nutfah endemik.

(8) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pelestarian,

penyelamatan, pengamanan, serta penelitian cagar budaya;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

pariwisata, sosial budaya, keagamaan, dan kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

kawasan cagar budaya;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian

bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan, kegiatan yang

merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa benda, bangunan,

struktur, dan situs peninggalan sejarah, wilayah dengan bentukan

geologi tertentu, serta kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian

budaya Masyarakat setempat; dan

d. penyediaan …

Page 144: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐144 -

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa sarana

perlindungan benda, bangunan, struktur, dan situs peninggalan

sejarah.

Pasal 105

(1) Arahan peraturan zonasi untuk Zona L4 sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 101 ayat (2) huruf d terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor;

b. arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan gelombang pasang;

dan

c. arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai dengan peruntukannya meliputi:

kegiatan membuat terasering, talud atau turap, rehabilitasi,

reboisasi, penyediaan sistem peringatan dini, penyediaan lokasi dan

jalur evakuasi bencana, dan kegiatan lain dalam rangka mencegah

bencana tanah longsor;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:

1. kegiatan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a

yang tidak berpotensi menyebabkan terjadinya bencana tanah

longsor; dan

2. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan penebangan

pohon dan pendirian bangunan permukiman, kegiatan yang

menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana,

serta kegiatan yang berpotensi menyebabkan terjadinya bencana

tanah longsor;

d. penyediaan …

Page 145: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐145 -

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:

1. penyediaan terasering, turap, dan talud; dan

2. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi yang dilengkapi dengan

rambu-rambu penunjuk jalur evakuasi bencana tanah longsor;

e. ketentuan khusus untuk kawasan rawan tanah longsor meliputi:

1. pembangunan prasarana dan sarana drainase yang sesuai

kemiringan lereng dan kondisi tanah pada jaringan jalan dan

kawasan terbangun; dan

2. penanaman vegetasi asli dan berakar tunggang pada jaringan

jalan dan lahan-lahan kritis.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan gelombang pasang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penanaman mangrove

dan terumbu karang, pembuatan pemecah gelombang dan pelindung

pantai, pembuatan tanggul pelindung atau sistem polder yang

dilengkapi dengan pintu dan pompa sesuai dengan elevasi lahan

terhadap pasang surut, serta kegiatan pendirian bangunan untuk

kepentingan pemantauan ancaman bencana gelombang pasang;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

pariwisata, olahraga, dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud

pada huruf a dengan potensi kerugian kecil akibat bencana

gelombang pasang;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pengambilan

terumbu karang, pengrusakan mangrove, dan kegiatan yang dapat

mengubah pola arus laut; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi penyediaan

jalur evakuasi bencana gelombang pasang serta pemasangan sistem

peringatan dini.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. kegiatan …

Page 146: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐146 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penghijauan,

reboisasi, pendirian bangunan tanggul, drainase, pintu air, sumur

resapan dan lubang biopori, serta penentuan lokasi dan jalur

evakuasi bencana banjir;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak berpotensi

menyebabkan terjadinya bencana banjir;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan mengubah

aliran sungai antara lain memindahkan, mempersempit, dan

menutup aliran sungai, kegiatan menghalangi dan/atau menutup

lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta kegiatan yang berpotensi

menyebabkan terjadinya bencana banjir; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:

1. penyediaan saluran drainase yang memperhatikan kemiringan

dasar saluran dan sistem/sub sistem daerah pengaliran;

2. penanganan sedimentasi di muara saluran/sungai yang

bermuara di laut melalui proses pengerukan; dan

3. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana banjir.

Pasal 106

(1) Arahan peraturan zonasi untuk Zona L5 sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 101 ayat (2) huruf e terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk kawasan keunikan proses geologi;

b. arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan letusan gunung

berapi;

c. arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan gempa bumi;

d. arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan tsunami;

e. arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan abrasi;

f. arahan …

Page 147: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐147 -

f. arahan peraturan zonasi untuk kawasan imbuhan air tanah; dan

g. arahan peraturan zonasi untuk sempadan mata air.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan keunikan proses geologi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk

perlindungan kawasan cagar alam geologi yang memiliki ciri langka

berupa proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan/atau pariwisata;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

penelitian geologi serta kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada

huruf a yang tidak mengganggu dan/atau merusak kelestarian

fungsi kawasan keunikan proses geologi;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat

mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan

keunikan proses geologi; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi sarana

perlindungan kawasan keunikan proses geologi.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan letusan gunung berapi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan kehutanan,

pertanian, perkebunan, dan pariwisata, serta penentuan lokasi dan

jalur evakuasi bencana letusan gunung berapi;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pendirian

bangunan dibatasi untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana letusan gunung berapi;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan hunian dan

bangunan untuk kegiatan wisata alam pada kawasan rawan letusan

gunung berapi yang dikategorikan sebagai kawasan rawan bencana

III yang merupakan kawasan yang sering terlanda bahaya langsung,

menghalangi dan/atau menutup jalur evakuasi, dan merusak atau

mengganggu sistem peringatan dini; dan

d. penyediaan …

Page 148: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐148 -

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum yang meliputi:

1. penyediaan jalur evakuasi bencana letusan gunung berapi; dan

2. pemasangan sistem peringatan dini pada setiap zona rawan

letusan gunung berapi.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan gempa bumi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan budidaya berbasis

mitigasi bencana pada kawasan rawan gempa bumi, kegiatan

kehutanan, dan RTH;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

pertanian, perkebunan, pendirian bangunan permukiman, dan

jaringan prasarana serta kegiatan selain sebagaimana dimaksud

pada huruf a yang tidak meningkatkan dampak negatif bencana;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

meningkatkan dampak negatif bencana;

d. penyediaan prasarana dan sarana minimun meliputi penyediaan

jalur evakuasi bencana gempa bumi; dan

e. ketentuan khusus untuk kawasan rawan gempa bumi berupa

penerapan ketentuan konstruksi bangunan tahan gempa.

(5) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan tsunami sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penanaman bakau

dan terumbu karang, pendirian bangunan pengamanan pantai,

penyediaan lokasi dan pendirian bangunan penyelamatan serta jalur

evakuasi bencana, dan kegiatan pendirian bangunan untuk

kepentingan pemantauan ancaman bencana;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan menggunakan rekayasa

teknologi yang sesuai dengan kondisi, jenis, dan ancaman bencana;

c. kegiatan …

Page 149: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐149 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

menimbulkan kerusakan hutan bakau atau terumbu karang, serta

kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup jalur evakuasi

bencana, dan merusak atau mengganggu sistem peringatan dini

bencana; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:

1. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana;

2. pembangunan bangunan penyelamatan; dan

3. pemasangan peralatan pemantauan dan peringatan tsunami.

(6) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan abrasi sebagaimana

dimaksud dalam pada ayat (1) huruf e terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian bangunan

pengamanan pantai, penanaman tanaman pantai seperti kelapa,

nipah, dan bakau, kegiatan pencegahan abrasi pantai, penentuan

lokasi dan jalur evakuasi bencana abrasi, serta kegiatan pendirian

bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana abrasi;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak berpotensi

menyebabkan terjadinya abrasi;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

menimbulkan kerusakan hutan bakau dan/atau terumbu karang

dan kegiatan yang berpotensi dan/atau menimbulkan terjadinya

abrasi; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa sarana

perlindungan dan pembuatan struktur alami serta pembuatan

struktur buatan untuk mencegah abrasi.

(7) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan imbuhan air tanah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas:

a. kegiatan …

Page 150: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐150 -

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemeliharaan,

pelestarian, dan perlindungan kawasan imbuhan air tanah terutama

pada daerah dengan kelerengan lebih besar dari 40% (empat puluh

persen);

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi

daya secara terbatas yang memiliki kemampuan tinggi dalam

menahan limpasan air hujan, serta kegiatan selain sebagaimana

dimaksud pada huruf a yang tidak menggangu dan/atau merusak

kelestarian fungsi kawasan imbuhan air tanah;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat

mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan

imbuhan air tanah; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:

1. sarana perlindungan kawasan imbuhan air tanah.

2. penyediaan sumur resapan dan/atau embung pada lahan

terbangun yang sudah ada; dan

3. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan

budi daya terbangun yang diajukan izinnya.

(8) Arahan peraturan zonasi untuk sempadan mata air sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf g terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai dengan peruntukannya meliputi

kegiatan pemanfaatan sempadan mata air untuk RTH dan kegiatan

mempertahankan fungsi sempadan mata air;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan wisata

tirta berupa wisata air panas secara terbatas pada sempadan mata

air dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang

tidak mengganggu fungsi sempadan mata air;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

menimbulkan pencemaran terhadap air tanah serta kegiatan yang

dapat mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi sempadan

mata air; dan

d. penyediaan …

Page 151: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐151 -

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa sarana

perlindungan dan pelestarian air tanah.

Pasal 107

(1) Arahan peraturan zonasi untuk Zona L6 sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 101 ayat (2) huruf f terdiri atas:

a. arahan peraturan zonasi untuk kawasan taman buru;

b. arahan peraturan zonasi untuk terumbu karang; dan

c. arahan peraturan zonasi untuk kawasan koridor bagi jenis biota laut

yang dilindungi.

(2) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan taman buru sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pariwisata berburu,

pendirian bangunan atau fasilitas penunjang taman buru, penelitian,

serta pengembangbiakan dan pelestarian satwa;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana yang dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu

fungsi taman buru;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan perburuan

satwa yang tidak ditetapkan sebagai satwa buruan dan kegiatan

yang mengganggu fungsi taman buru; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa sarana

pengembangbiakan satwa buru dan sarana berburu yang aman.

(3) Arahan peraturan zonasi untuk terumbu karang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. pemertahanan dan pelestarian terumbu karang serta mencegah

sedimentasi pada kawasan muara sungai yang dapat

mengganggu kelestarian ekosistem di Kawasan Perbatasan

Negara;

2. pemanfaatan …

Page 152: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐152 -

2. pemanfaatan ruang untuk wisata bahari;

3. pelestarian tumbuhan dan satwa endemik kawasan; dan

4. pengembangan kerja sama pengelolaan terumbu karang di

wilayah Segitiga Terumbu Karang;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan

sumber daya alam yang tidak berpotensi menimbulkan kerusakan

terumbu karang dan/atau menimbulkan pencemaran air; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan penangkapan

ikan dan pengambilan terumbu karang serta kegiatan yang

menimbulkan kerusakan terumbu karang dan/atau kegiatan yang

berpotensi dan/atau menimbulkan pencemaran air.

(4) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan koridor bagi jenis biota laut

yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengawetan dan

pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan alam bagi

kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, habitat satwa

migran, dan mendukung zona inti;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:

1. kegiatan wisata terbatas berupa kegiatan mengunjungi, melihat,

menikmati keindahan alam dan keanekaragaman tumbuhan

serta satwa yang ada di dalamnya; dan

2. kegiatan penunjang budi daya dilakukan dalam bentuk

pengambilan, pengangkutan, dan atau penggunaan plasma

nutfah tumbuhan dan satwa dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang

mengganggu luasan tertentu yang memungkinkan berlangsungnya

proses hidup dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa

tersebut; dan

d. penyediaan …

Page 153: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐153 -

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa sarana

perlindungan koridor bagi jenis satwa yang dilindungi, tempat

pemeliharaan, ruang koneksi habitat satwa, dan tempat

penjelajahan.

Pasal 108

Arahan peraturan zonasi untuk Zona B1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

101 ayat (3) huruf a terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan permukiman perkotaan

dengan intensitas kepadatan sedang dan tinggi, kegiatan pelayanan

pertahanan dan keamanan negara, kegiatan pelayanan kepabeanan,

imigrasi, karantina, dan keamanan, kegiatan pelayanan pemerintahan,

kegiatan industri pengolahan, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan

pelayanan pendidikan, kegiatan pelayanan kesehatan, kegiatan pelayanan

angkutan umum dan angkutan barang, kegiatan pelayanan transportasi

laut, kegiatan pelayanan transportasi udara, kegiatan penyediaan lokasi

dan jalur evakuasi bencana, dan pendirian bangunan untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi Zona

B1;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu

dan/atau merusak fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara,

kegiatan industri yang menimbulkan polutan, kegiatan yang menghalangi

dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta kegiatan lain

yang mengganggu fungsi Zona B1;

d. penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:

1. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang meliputi

ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, serta ketinggian bangunan dan

GSB terhadap jalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

2. penerapan …

Page 154: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐154 -

2. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang berbasis

mitigasi bencana; dan

3. pengembangan pusat permukiman ke arah intensitas tinggi dengan

tingkat KWT paling tinggi 60% (enam puluh persen);

e. penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan;

dan

f. penyediaan prasarana dan sarana minimum permukiman perkotaan

meliputi prasarana lingkungan, utilitas umum, serta lokasi dan jalur

evakuasi bencana.

Pasal 109

Arahan peraturan zonasi untuk Zona B2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

101 ayat (3) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan permukiman perdesaan

dengan intensitas kepadatan sedang, kegiatan pelayanan pertahanan dan

keamanan negara, kegiatan pelayanan pemerintahan, kegiatan

agropolitan, kegiatan pelayanan pendidikan, kegiatan pelayanan

kesehatan, kegiatan pelayanan angkutan umum dan angkutan barang,

kegiatan pelayanan transportasi laut, kegiatan pelayanan transportasi

udara, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, dan

pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu

fungsi Zona B2;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu

dan/atau merusak fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara,

kegiatan industri yang menimbulkan polutan, kegiatan yang menghalangi

dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta kegiatan lain

yang mengganggu fungsi Zona B2;

d. penerapan …

Page 155: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐155 -

d. penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:

1. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang meliputi

ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian bangunan, dan GSB

terhadap jalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

2. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang berbasis

mitigasi bencana; dan

3. pengembangan pusat permukiman ke arah intensitas tinggi dengan

KWT paling tinggi 40% (empat puluh persen);

e. penyediaan prasarana dan sarana minimum permukiman perdesaan

meliputi prasarana lingkungan, utilitas umum, serta lokasi dan jalur

evakuasi bencana.

Pasal 110

Arahan peraturan zonasi untuk Zona B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

101 ayat (3) huruf c terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pertanian tanaman

pangan dan kegiatan permukiman perdesaan skala terbatas;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pertahanan

dan keamanan negara, kegiatan pariwisata, serta kegiatan selain kegiatan

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi Zona

B3;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi alih fungsi terhadap lahan

pertanian pangan berkelanjutan, kegiatan yang merusak irigasi,

infrastruktur pertanian, mengurangi kesuburan tanah lahan pertanian,

dan kegiatan yang mengganggu fungsi Zona B3; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi fasilitas dan

infrastruktur pendukung kegiatan pertanian serta lokasi dan jalur

evakuasi bencana.

Pasal 111 …

Page 156: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐156 -

Pasal 111

Arahan peraturan zonasi untuk Zona B4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

101 ayat (3) huruf d terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perkebunan dan

hortikultura, kegiatan peternakan, dan kegiatan permukiman perdesaan

skala terbatas.

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pertahanan

dan keamanan negara, kegiatan pariwisata, serta kegiatan selain kegiatan

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi Zona

B4;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu

fungsi Zona B4; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi fasilitas dan

infrastruktur pendukung kegiatan perkebunan dan peternakan serta

lokasi dan jalur evakuasi bencana.

Pasal 112

Arahan peraturan zonasi untuk Zona B5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

101 ayat (3) huruf e terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengelolaan,

pemeliharaan, dan pelestarian hutan produksi sebagai penyangga fungsi

Zona L1 hutan lindung;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

kawasan pada Zona B5;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu

fungsi kawasan Zona B5; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa penyediaan fasilitas

dan infrastruktur pendukung kegiatan hutan produksi.

Pasal 113 …

Page 157: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐157 -

Pasal 113

Arahan peraturan zonasi untuk Zona B6 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

101 ayat (3) huruf f terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan pertambangan mineral dengan mempertimbangkan potensi

lestari;

2. kegiatan pencegahan dan pengendalian;

3. kegiatan pencegahan dan pengendalian perkembangan kawasan

peruntukan pertambangan mineral yang berpotensi merusak

kawasan berfungsi lindung atau memiliki nilai ekologi tinggi; dan

4. kegiatan pemulihan pasca tambang;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi Zona

B6;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu

fungsi Zona B6; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa penyediaan fasilitas

dan infrastruktur pendukung kegiatan pertambangan.

Pasal 114

Arahan peraturan zonasi untuk Zona A1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

101 ayat (3) huruf g terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan, kegiatan

pertahanan dan keamanan negara, kegiatan kelautan dan perikanan,

kegiatan wisata bahari, kegiatan perlindungan ekosistem, kegiatan

pertambangan minyak dan gas bumi, kegiatan pendirian bangunan

pengamanan pantai, dan kegiatan pemasangan peralatan pendeteksi

tsunami;

2. perlindungan kawasan zona perairan dari kegiatan yang mengganggu

kelestarian fungsi pantai sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan;

3. pemanfaatan …

Page 158: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐158 -

3. pemanfaatan ruang untuk pemertahanan PPKT; dan

4. lintas damai kapal asing di Laut Teritorial Indonesia;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi Zona

A1;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan limbah,

kegiatan yang berpotensi merusak ekosistem dan biota laut, dan kegiatan

yang mengganggu fungsi kawasan pada Zona A1; dan

d. ketentuan khusus meliputi:

1. pendirian bangunan lepas pantai dan pemasangan peralatan

pendeteksi tsunami mengikuti standar keselamatan pelayaran dan

bangunan, tidak merusak estetika pantai, tidak berpotensi merusak

ekosistem dan biota laut, serta mempertimbangkan karakteristik

lingkungan, jalur lalu lintas laut dan pelayaran serta kegiatan

operasional pelabuhan;

2. kegiatan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan diatur

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

3. lintas damai kapal asing di Laut Teritorial Indonesia diatur sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 115

Arahan peraturan zonasi untuk Zona A2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

101 ayat (3) huruf h terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1. kegiatan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan, kegiatan

pertahanan dan keamanan negara, kegiatan kelautan dan perikanan,

kegiatan wisata bahari, kegiatan pertambangan minyak dan gas

bumi, dan kegiatan pemasangan peralatan pendeteksi tsunami;

2. kegiatan pembuatan dan penggunaan pulau buatan, instalasi, dan

bangunan, riset ilmiah kelautan, serta perlindungan dan pelestarian

lingkungan laut; dan

3. kegiatan …

Page 159: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐159 -

3. kegiatan pelayaran dan penerbangan internasional serta kebebasan

pemasangan kabel dan pipa bawah laut yang pelaksanaannya

dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum laut internasional;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi Zona

A2;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan limbah,

kegiatan yang berpotensi merusak ekosistem dan biota laut, dan kegiatan

yang mengganggu fungsi Zona A2; dan

d. ketentuan khusus meliputi pemanfaatan ruang di Zona A2 harus

memperhatikan hak dan kewajiban Negara lain sebagaimana diatur di

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Arahan Perizinan

Pasal 116

(1) Arahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) huruf b

merupakan acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang.

(2) Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin pemanfaatan ruang

dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah

kabupaten/kota sesuai peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang

wilayah kabupaten/kota beserta rencana rinci dan peraturan zonasinya

yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara

sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.

(3) Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin sesuai dengan

ketentuan masing-masing sektor/bidang yang mengatur jenis kegiatan

pemanfaatan ruang yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan sektor/bidang terkait.

Bagian …

Page 160: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐160 -

Bagian Keempat

Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 117

Arahan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal

86 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara.

Pasal 118

Pemberian insentif dan disinsentif diberikan oleh:

a. Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

b. Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya; dan

c. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Masyarakat.

Pasal 119

(1) Pemberian insentif dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 huruf a dapat berupa:

a. subsidi silang;

b. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang

diberikan oleh Pemerintah;

c. penyediaan prasarana dan sarana di daerah;

d. pemberian kompensasi;

e. penghargaan dan fasilitasi; dan/atau

f. publisitas atau promosi daerah.

(2) Pemberian insentif dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah

lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 huruf b dapat berupa:

a. pemberian …

Page 161: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐161 -

a. pemberian kompensasi dari Pemerintah Daerah penerima manfaat

kepada daerah pemberi manfaat;

b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana di daerah

termasuk bantuan teknis;

c. kemudahan pelayanan dan/atau perizinan bagi kegiatan

pemanfaatan ruang yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

penerima manfaat kepada investor yang berasal dari daerah pemberi

manfaat; dan/atau

d. publisitas atau promosi daerah.

(3) Insentif dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada

Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 huruf c dapat

berupa:

a. pemberian keringanan pajak;

b. pemberian kompensasi;

c. pengurangan retribusi;

d. imbalan;

e. sewa ruang;

f. urun saham;

g. penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau

h. kemudahan perizinan.

Pasal 120

(1) Disinsentif dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud Pasal 118 huruf a dapat diberikan dalam bentuk:

a. pensyaratan khusus dalam pelayanan dan/atau perizinan bagi

kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh Pemerintah;

b. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di daerah termasuk

bantuan teknis; dan/atau

c. pemberian status tertentu dari Pemerintah.

(2) Disinsentif …

Page 162: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐162 -

(2) Disinsentif dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 huruf b dapat berupa:

a. pengajuan pemberian kompensasi dari Pemerintah Daerah penerima

manfaat kepada daerah penerima manfaat;

b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana termasuk bantuan

teknis; dan/atau

c. pensyaratan khusus dalam pelayanan dan/atau perizinan bagi

kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

pemberi manfaat kepada investor yang berasal dari daerah penerima

manfaat.

(3) Disinsentif dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada

Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 huruf c dapat

diberikan dapat berupa:

a. pengenaan kompensasi;

b. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan

ruang yang diberikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

c. kewajiban memberi imbalan;

d. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana termasuk bantuan

teknis; dan/atau

e. pensyaratan khusus dalam perizinan.

Pasal 121

(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 diberikan untuk

kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi

pengembangannya.

(2) Disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 122 …

Page 163: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐163 -

Pasal 122

Bentuk serta tata cara pemberian insentif dan disinsentif dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima

Arahan Pengenaan Sanksi

Pasal 123

(1) Arahan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2)

huruf d diberikan dalam bentuk sanksi administrasi dan/atau sanksi

pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang

penataan ruang.

(2) Pengenaan sanksi diberikan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang

tidak sesuai peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota beserta rencana rinci tata ruang dan peraturan

zonasinya yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Kawasan

Perbatasan Negara.

BAB VIII

PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Pasal 124

(1) Dalam rangka mewujudkan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan

Negara dilakukan pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri, menteri/pimpinan instansi

Pemerintah terkait, termasuk badan yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan dalam bidang pengelolaan batas Wilayah Negara dan

kawasan perbatasan, Gubernur, Bupati, dan pimpinan badan/lembaga

sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB IX …

Page 164: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐164 -

BAB IX

PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Pasal 125

Peran Masyarakat dalam penataan ruang Kawasan Perbatasan Negara

dilakukan untuk mewujudkan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan

Masyarakat Kawasan Perbatasan Negara.

Pasal 126

Peran Masyarakat dalam penataan ruang Kawasan Perbatasan Negara

dilaksanakan dilakukan pada tahap:

a. perencanaan tata ruang;

b. pemanfaatan ruang; dan

c. pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 127

Bentuk Peran Masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 126 huruf a berupa:

a. masukan mengenai:

1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;

2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;

3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau

kawasan;

4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau

5. penetapan rencana tata ruang;

b. kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau sesama

unsur Masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 128 …

Page 165: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐165 -

Pasal 128

Bentuk Peran Masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 126 huruf b dapat berupa:

a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

b. kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau sesama

unsur Masyarakat dalam pemanfaatan ruang;

c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan

rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan

ruang darat, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan

memperhatikan kearifan lokal, serta sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan negara, serta

memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

sumber daya alam; dan

f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 129

Bentuk Peran Masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 huruf c dapat berupa:

a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian

insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;

b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana

tata ruang yang telah ditetapkan;

c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal

menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan

pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah

ditetapkan; dan

d. pengajuan …

Page 166: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐166 -

d. pengajuan keberatan atas keputusan pejabat yang berwenang terhadap

pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 130

(1) Peran Masyarakat dalam penataan ruang di Kawasan Perbatasan Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 dapat disampaikan secara lisan

dan/atau tertulis kepada:

a. Menteri/pimpinan lembaga Pemerintah non kementerian terkait

dengan penataan ruang;

b. Gubernur; dan

c. Bupati.

(2) Peran Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat

disampaikan kepada atau melalui unit kerja yang berada pada

kementerian/lembaga Pemerintah non kementerian terkait dengan

penataan ruang, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten.

Pasal 131

Pelaksanaan tata cara Peran Masyarakat dalam penataan ruang di Kawasan

Perbatasan Negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 132

Dalam rangka meningkatkan Peran Masyarakat, Pemerintah Daerah di

Kawasan Perbatasan Negara membangun sistem informasi dan dokumentasi

penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

BAB X …

Page 167: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐167 -

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 133

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka peraturan daerah tentang

rencana tata ruang wilayah provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata

ruang wilayah kabupaten, dan peraturan daerah tentang rencana rinci tata

ruang beserta peraturan zonasi termasuk rencana zonasi Wilayah Pesisir dan

pulau-pulau kecil provinsi dan kabupaten yang bertentangan dengan

Peraturan Presiden ini harus disesuaikan pada saat revisi peraturan daerah

tentang rencana tata ruang wilayah provinsi, peraturan daerah tentang

rencana tata ruang wilayah kabupaten, peraturan daerah tentang rencana

rinci tata ruang beserta peraturan zonasi termasuk rencana zonasi Wilayah

Pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dan kabupaten sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 134

(1) Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka:

a. izin pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang telah

dikeluarkan, dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden

ini, tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai

dengan ketentuan Peraturan Presiden ini:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait

disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang

yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan

Presiden ini;

2. untuk …

Page 168: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐168 -

2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,

pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa

berlakunya dan dilakukan dengan menerapkan rekayasa teknis

sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan

peraturan zonasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

berdasarkan Peraturan Presiden ini; dan

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak

memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis sesuai

dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan

peraturan zonasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

berdasarkan Peraturan Presiden ini, atas izin yang telah

diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul

sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan

penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai

dengan Peraturan Presiden ini dilakukan penyesuaian dengan fungsi

kawasan dalam rencana tata ruang dan peraturan zonasi yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Presiden

ini;

d. pemanfaatan ruang di Kawasan Perbatasan Negara yang

diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut:

1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Presiden ini,

pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan

disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang

dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

berdasarkan Peraturan Presiden ini; dan

2. yang …

Page 169: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐169 -

2. yang sesuai dengan Peraturan Presiden ini, dipercepat untuk

mendapatkan izin yang diperlukan;

e. Masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat

dan/atau hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, yang karena Rencana Tata Ruang Kawasan

Perbatasan Negara ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka

penyelesaiannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Sepanjang rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana rinci tata ruang

berikut peraturan zonasi termasuk rencana zonasi Wilayah Pesisir dan

pulau-pulau kecil provinsi dan kabupaten di Kawasan Perbatasan Negara

belum ditetapkan dan/atau disesuaikan dengan Peraturan Presiden ini,

digunakan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara sebagai

acuan pemberian izin pemanfaatan ruang.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 135

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara adalah

selama 20 (dua puluh) tahun.

(2) Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara

dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(3) Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara

dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun:

a. dalam …

Page 170: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐170 -

a. dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan

bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan

perundang-undangan;

b. dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan

batas teritorial negara yang ditetapkan dengan undang-undang;

dan/atau

c. apabila terjadi perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

yang terkait dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan

Negara.

Pasal 136

Ketentuan dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah

provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota, dan peraturan daerah tentang rencana rinci tata ruang

beserta peraturan zonasi termasuk rencana zonasi Wilayah Pesisir dan pulau-

pulau kecil provinsi dan kabupaten di Kawasan Perbatasan Negara yang telah

ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti

berdasarkan Peraturan Presiden ini.

Pasal 137

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

agar …

Page 171: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

‐171 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 8 Desember 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 10 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 382

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI

Deputi Bidang Perekonomian,

ttd.

Ratih Nurdiati

Page 172: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 173: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 174: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 175: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 176: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 177: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 178: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 179: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 180: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 181: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 182: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 183: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 184: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 185: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 186: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 187: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 188: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 189: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 190: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 191: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 192: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 193: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 194: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 195: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 196: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 197: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 198: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 199: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 200: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 201: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 202: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 203: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 204: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 205: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 206: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 207: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 208: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 209: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 210: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 211: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 212: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 213: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 214: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 215: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 216: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 217: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 218: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 219: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 220: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 221: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 222: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 223: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 224: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 225: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 226: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 227: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 228: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 229: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 230: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 231: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 232: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 233: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 234: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 235: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 236: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 237: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 238: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 239: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 240: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 241: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 242: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 243: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 244: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 245: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 246: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 247: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 248: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 249: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 250: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 251: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 252: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 253: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 254: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 255: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 256: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 257: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 258: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 259: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 260: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 261: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 262: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 263: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 264: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 265: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 266: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 267: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 268: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 269: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 270: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 271: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 272: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 273: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 274: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 275: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 276: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 277: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 278: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 279: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 280: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 281: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 282: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 283: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 284: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 285: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 286: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 287: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 288: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 289: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 290: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 291: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 292: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 293: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 294: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 295: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 296: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 297: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 298: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 299: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 300: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 301: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 302: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 303: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 304: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 305: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 306: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 307: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 308: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 309: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 310: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 311: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 312: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 313: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 314: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 315: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 316: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 317: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 318: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 319: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 320: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 321: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 322: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 323: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 324: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 325: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 326: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 327: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 328: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 329: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 330: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 331: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 332: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 333: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 334: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 335: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 336: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 337: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 338: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 339: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 340: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 341: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 342: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 343: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 344: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 345: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 346: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 347: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 348: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 349: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 350: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 351: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 352: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 353: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 354: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 355: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 356: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 357: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 358: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 359: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 360: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 361: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 362: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 363: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 364: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 365: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 366: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 367: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 368: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 369: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 370: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 371: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 372: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 373: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 374: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 375: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 376: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 377: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 378: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 379: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 380: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 381: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 382: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 383: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 384: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 385: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 386: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 387: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 388: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 389: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 390: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 391: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 392: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 393: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 394: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 395: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 396: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 397: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 398: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 399: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 400: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 401: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 402: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 403: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 404: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 405: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 406: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 407: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 408: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 409: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 410: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 411: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 412: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 413: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 414: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 415: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 416: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 417: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 418: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 419: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 420: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 421: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 422: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 423: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 424: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 425: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 426: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 427: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 428: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 429: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 430: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 431: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 432: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 433: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 434: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 435: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 436: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 437: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 438: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 439: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 440: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 441: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 442: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 443: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 444: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 445: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 446: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 447: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 448: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 449: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 450: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 451: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 452: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 453: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 454: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 455: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 456: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 457: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 458: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 459: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 460: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 461: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 462: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 463: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 464: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 465: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 466: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 467: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 468: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 469: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 470: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 471: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 472: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 473: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 474: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 475: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 476: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 477: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 478: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 479: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 480: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 481: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 482: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 483: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 484: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 485: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 486: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 487: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 488: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 489: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 490: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 491: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 492: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 493: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 494: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 495: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 496: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 497: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 498: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 499: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 500: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 501: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 502: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 503: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 504: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 505: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 506: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 507: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 508: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 509: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 510: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 511: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 512: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 513: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 514: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 515: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 516: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 517: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 518: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 519: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 520: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 521: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 522: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 523: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 524: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 525: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 526: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 527: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 528: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 529: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 530: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 531: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 532: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 533: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 534: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 535: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 536: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 537: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 538: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 539: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 540: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 541: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 542: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 543: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 544: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 545: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 546: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 547: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 548: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 549: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 550: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 551: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 552: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 553: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 554: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 555: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 556: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 557: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 558: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 559: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 560: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 561: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 562: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 563: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 564: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 565: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 566: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 567: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 568: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 569: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 570: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 571: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 572: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 573: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 574: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 575: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 576: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 577: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 578: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 579: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 580: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 581: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 582: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 583: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 584: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 585: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 586: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 587: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 588: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 589: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 590: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 591: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 592: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 593: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 594: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 595: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 596: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 597: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 598: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 599: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 600: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 601: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 602: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 603: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 604: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 605: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 606: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 607: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 608: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 609: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 610: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 611: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 612: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 613: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 614: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 615: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 616: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 617: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 618: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 619: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 620: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 621: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 622: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 623: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 624: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 625: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 626: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 627: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 628: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 629: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 630: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 631: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 632: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 633: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 634: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 635: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 636: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 637: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 638: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 639: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 640: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 641: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 642: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 643: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 644: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 645: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 646: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 647: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 648: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 649: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 650: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 651: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 652: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 653: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 654: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 655: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 656: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 657: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 658: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 659: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 660: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 661: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 662: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 663: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 664: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 665: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 666: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 667: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 668: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 669: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 670: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 671: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 672: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 673: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 674: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 675: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 676: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 677: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 678: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 679: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 680: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 681: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 682: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 683: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 684: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 685: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 686: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 687: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 688: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 689: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 690: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 691: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 692: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 693: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 694: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 695: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 696: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 697: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 698: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 699: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 700: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 701: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 702: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 703: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 704: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 705: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 706: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 707: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 708: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 709: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 710: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 711: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 712: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 713: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 714: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 715: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 716: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 717: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 718: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 719: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 720: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 721: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 722: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 723: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 724: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 725: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 726: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 727: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 728: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 729: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 730: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 731: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 732: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 733: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 734: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 735: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 736: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 737: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 738: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 739: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 740: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 741: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 742: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 743: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 744: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 745: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 746: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 747: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 748: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 749: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 750: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 751: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179
Page 752: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

INDIKASI PROGRAM UTAMA JANGKA MENENGAH LIMA TAHUNAN

KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

I. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG A. Sistem Pusat Permukiman 1. Percepatan Pengembangan Pusat Pelayanan Utama

1.1. Penyusunan dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan berfungsi pertahanan dan keamanan negara

PKSN Kalabahi di Kabupaten Alor, PKSN Atambua di Kabupaten Belu, dan PKSN Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Kemen Agraria dan Taru)

1.2. Peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan pemerintahan

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN dan/atau APBD

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan/atau Pemda

1.3. Peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan/atau tinggi

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan

Page 753: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-2-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Menengah (Kemenbud-dikdasmen), Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemen Ristek dan Dikti), Pemda, dan/atau Swasta

1.4. Peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan kesehatan berupa fasilitas rumah sakit dan pelayanan jasa medis

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pemda, dan/atau Swasta

Page 754: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-3-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

1.5. Pengembangan industri pengolahan, industri kerajinan, dan industri jasa hasil peternakan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kesejahteraan Masyarakat

PKSN Atambua dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kementerian Pertanian (Kementan), Pemda, dan/atau Swasta

1.6. Pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kesejahteraan Masyarakat

PKSN Kalabahi APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenperin, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kemen KP), Pemda,

Page 755: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-4-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

dan/atau Swasta

1.7. Pengembangan pariwisata berbasis wisata budaya

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenbud-dikdasmen, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

1.8. Pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil hortikultura dan perkebunan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kesejahteraan Masyarakat

PKSN Kefamenanu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenperin, Kementan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 756: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-5-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

1.9. Pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kesejahteraan Masyarakat

PKSN Atambua dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenperin, Kementan, Pemda, dan/atau Swasta

1.10. Pengembangan pusat pelayanan utama melalui pengembangan industri pengolahan hasil pertambangan mineral (tembaga, emas, dan mangan) yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu

PKSN Atambua dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenperin, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM), Pemda, dan/atau Swasta

Page 757: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-6-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

1.11. Pengembangan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN dan APBD

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Pemda

1.12. Pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik, telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU dan Pera), Pemda,

Page 758: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-7-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

dan/atau Swasta

1.13. Pengembangan prasarana dan sarana air minum, jaringan air limbah, drainase, dan pengelolaan persampahan

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

1.14. Pengembangan prasarana dan sarana pertahanan, promosi, investasi, pemasaran, simpul transportasi, dan/atau kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemendagri, Kemenhan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum-ham), Kementerian Perdagangan

Page 759: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-8-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

(Kemendag), Kementan, Pemda, dan/atau Swasta

2. Pengembangan Pusat Pelayanan Penyangga 2.1. Peningkatan dan pemantapan

pusat kegiatan pemerintahan Haekesak di Kabupaten Belu dan Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN dan/atau APBD

Kemendagri dan/atau Pemda

2.2. Pengembangan pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional

Haekesak di Kabupaten Belu dan Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemendag, Pemda dan/atau Swasta

2.3. Pengembangan agropolitan berbasis peternakan, pertanian tanaman pangan, dan/atau perkebunan

Haekesak di Kabupaten Belu dan Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kementan, Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 760: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-9-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2.4. Peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan pendidikan dasar, menengah, dan/atau kejuruan

Haekesak di Kabupaten Belu dan Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenbud-dikdasmen, Pemda, dan/atau Swasta

2.5. Peningkatan dan pemantapan pusat kegiatan kesehatan berupa fasilitas puskesmas dan pelayanan jasa medis

Haekesak di Kabupaten Belu dan Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenkes, Pemda, dan/atau Swasta

2.6. Pengembangan prasarana dan sarana air minum, jaringan air limbah, drainase, dan pengelolaan persampahan

Haekesak di Kabupaten Belu dan Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

2.7. Pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik, telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum

Haekesak di Kabupaten Belu dan Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Kemenkominfo, Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 761: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-10-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2.8. Pengembangan prasarana pertahanan dan keamanan negara

Haekesak di Kabupaten Belu dan Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN dan/atau APBD

Kemenhan dan/atau Pemda

3. Percepatan Pengembangan Pusat Pelayanan Pintu Gerbang 3.1. Penyusunan dan penetapan

RDTR kawasan fungsi pertahanan dan keamanan negara

a. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

b. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

c. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

d. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN Kemen Agraria dan Taru

Page 762: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-11-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

e. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

3.2. Pemantapan prasarana dan sarana kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan, serta pertahanan negara

a. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

b. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

c. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

APBN dan/atau APBD

Kemendagri, Kemenhan, Kemenkeu, Kemenkumham, Kementan, dan/atau Pemda

Page 763: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-12-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

d. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

3.3. Pengembangan prasarana dan sarana kegiatan pendidikan dasar, menengah, dan/atau kejuruan

a. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

b. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenbud-dikdasmen, Pemda, dan/atau Swasta

Page 764: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-13-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

d. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

3.4. Pengembangan prasarana dan sarana kegiatan kesehatan berupa fasilitas puskesmas dan/atau pelayanan jasa medis

a. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenkes, Pemda, dan/atau Swasta

Page 765: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-14-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

b. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

c. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

d. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

Page 766: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-15-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3.5. Pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik, telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum

a. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

b. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

c. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

d. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Kemenkominfo, Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 767: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-16-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

f. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

3.6. Pengembangan prasarana dan sarana air minum, jaringan air limbah, drainase, dan pengelolaan persampahan

a. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

b. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

c. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

d. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 768: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-17-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

e. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

3.7. Pengembangan fasilitas pasar lintas negara yang dilengkapi dengan fasilitas pertukaran mata uang dan pusat promosi

a. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

b. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

c. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemendag, Kemenkeu, Pemda, dan/atau Swasta

Page 769: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-18-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

d. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

4. Pengembangan Baru Pusat Pelayanan Pintu Gerbang 4.1. Penyusunan dan penetapan

RDTR kawasan fungsi pertahanan dan keamanan negara

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN Kemen Agraria dan Taru

Page 770: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-19-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4.2. Pengembangan prasarana dan sarana kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan, serta pertahanan negara

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN dan/atau APBD

Kemendagri, Kemenhan, Kemenkeu, Kemenkumham, Kementan, dan/atau Pemda

4.3. Pengembangan prasarana dan sarana kegiatan pendidikan dasar, menengah, dan/atau kejuruan

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenbud-dikdasmen, Pemda, dan/atau Swasta

4.4. Pengembangan prasarana dan sarana kegiatan kesehatan berupa fasilitas puskesmas dan/atau pelayanan jasa medis

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenkes, Pemda, dan/atau Swasta

Page 771: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-20-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4.5. Pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik, telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Kemenkominfo, Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

4.6. Pengembangan prasarana dan sarana air minum, dan pengelolaan persampahan

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

4.7. Pengembangan fasilitas pasar lintas negara yang dilengkapi dengan fasilitas pertukaran mata uang dan pusat promosi

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemendag, Kemenkeu, Pemda, dan/atau Swasta

Page 772: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-21-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

B. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA 1. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

1.1. Sistem Transportasi Darat 1.1.1. Sistem Jaringan Jalan

a. Jaringan Jalan Arteri Primer 1) Peningkatan dan pemantapan

jaringan jalan arteri primer Bolok-Tenau

Kecamatan Kupang Barat APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

2) Peningkatan dan pemantapan jaringan jalan arteri primer Kefamenanu-Maubesi-Nesam/Kiupukan-Halilulik-Atambua-Lahafeham-Motoain

Kecamatan Kota Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara; Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Kakuluk Mesak, dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 773: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-22-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

b. Jaringan Jalan Kolektor Primer 1) Peningkatan dan pemantapan

jaringan jalan kolektor primer Kalabahi-Simpang Mola-Taramana-Maritaing

Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Timur Laut, dan Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

2) Peningkatan dan pemantapan jaringan jalan kolektor primer Mali-Simpang Mola

Kecamatan Kabola di Kabupaten Alor

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

3) Peningkatan dan pemantapan jaringan jalan kolektor primer Kefamenanu-Olefaub

Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Bikomi Tengah, dan Kecamatan Bikomi Utara di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 774: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-23-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Jaringan Jalan Strategis Nasional 1) Peningkatan dan pemantapan

jaringan jalan strategis nasional Baranusa-Kabir

Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pantar Tengah di Kabupaten Alor

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

2) Peningkatan dan pemantapan jaringan jalan strategis nasional Batuputih-Panite-Kalbano-Boking-Wanibesak-Besikama-Motamasin

Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kualin, Keamatan Kolbano, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Boking, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Kupang

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 775: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-24-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3) Peningkatan dan pemantapan jaringan jalan strategis nasional Lahafeham-Batas TTU-Atapupu-Wini-Sakatu

Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu; Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Insana Utara, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

4) Pengembangan jaringan jalan strategis nasional Motamasin-Laktutus-Henes-Turiskain-Salore-Motaain

Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi di Kabupaten Belu; Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Malaka

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 776: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-25-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

5) Pengembangan jaringan jalan strategis nasional Atambua-Weluli-Turiskain

Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Lasiolat, dan Kecamatan Raihat di Kabupaten Belu

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

6) Pengembangan jaringan jalan strategis nasional Amol-Oehose-Manufono-Wini

Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

7) Pengembangan jaringan jalan strategis nasional Oepoli-Fefa-Tubona-Saenam-Haumeni Ana-Fainake

Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang; Kecamatan Mutis, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Bikomi Tengah, dan Kecamatan Bikomi Utara di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 777: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-26-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

8) Pengembangan jaringan jalan strategis nasional Panite-Oemoro-Oekabiri-Burain-Tablolong-Kupang

Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

9) Peningkatan dan pemantapan jaringan jalan strategis nasional Batutua-Baa-Pantebaru-Papela-Eakun

Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Pantai Baru, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

10) Peningkatan dan pemantapan jaringan jalan strategis nasional Mesara-Seba-Bolow

Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur di Kabupaten Sabu Raijua

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 778: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-27-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

11) Peningkatan dan pemantapan jaringan jalan strategis nasional Melolo-Ngalu-Baing

Kecamatan Wula Waijelu dan Kecamatan Pahunga Lodu di Kabupaten Sumba Timur

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

1.1.2. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan a. Pengembangan terminal

penumpang tipe A Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu dan Kecamatan Kota Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan/atau Pemda

b. Pengembangan terminal penumpang tipe B

Kecamatan Atambua Barat dan Kecamatan Atambua Selatan di Kabupaten Belu; Kecamatan Malaka Tengah di Kabupaten Malaka

APBN dan/atau APBD

Kemenhub dan/atau Pemda

c. Pengembangan terminal barang PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 779: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-28-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

1.1.3. Sistem Jaringan Transportasi Penyeberangan a. Pelabuhan Penyeberangan

a.1. Pelabuhan Penyeberangan Lintas Negara Pengembangan dan peningkatan

Pelabuhan Penyeberangan Maritaing yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

a.2. Pelabuhan Penyeberangan Lintas Antarprovinsi 1) Pengembangan dan

peningkatan Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Teluk Mutiara di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Penyeberangan Atapupu yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 780: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-29-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Penyeberangan Teluk Gurita yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

a.3. Pelabuhan Penyeberangan Lintas Antarkabupaten/Kota 1) Pengembangan dan

peningkatan Pelabuhan Penyeberangan Baranusa yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Pantar Barat di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Penyeberangan Kabir yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Pantar di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 781: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-30-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Penyeberangan Hansisi yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Semau di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

4) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Penyeberangan Seba yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

5) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Penyeberangan Pantebaru yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Pantai Baru di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 782: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-31-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

a.4. Pelabuhan Penyeberangan Lintas Dalam Kabupaten/Kota Pengembangan dan peningkatan

Pelabuhan Penyeberangan Bakalang yang dilengkapi dengan depo BBM

Kecamatan Pantar Timur di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Kemen ESDM, dan/atau Pemda

b. Lintas Penyeberangan b.1. Lintas Penyeberangan Antarnegara

Pengembangan lintas penyeberangan Maritaing-Dili (Negara Timor Leste)

Selat Ombai APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

b.2. Lintas Penyeberangan Antarprovinsi 1) Pengembangan lintas

penyeberangan Kalabahi-Ilwaki yang membentuk Lintas Penyeberangan Sabuk Selatan

Selat Pantar, Laut Flores, dan Selat Ombai

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 783: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-32-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2) Pengembangan lintas penyeberangan Atapupu-Ilwaki

Laut Sawu dan Selat Ombai APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

3) Pengembangan lintas penyeberangan Atapupu-Wonrelli

Laut Sawu dan Selat Ombai APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

4) Pengembangan lintas penyeberangan Teluk Gurita-Kisar

Laut Sawu dan Selat Ombai APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

5) Pengembangan lintas penyeberangan Teluk Gurita-Ilwaki

Laut Sawu dan Selat Ombai APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 784: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-33-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

6) Pengembangan lintas penyeberangan Kalabahi-Kisar

Selat Pantar, Laut Flores, dan Selat Ombai

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

b.3. Lintas Penyeberangan Antarkabupaten/Kota 1) Pengembangan lintas

penyeberangan Larantuka-Kalabahi yang membentuk Lintas Penyeberangan Sabuk Selatan

Selat Pantar dan Laut Flores APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

2) Pengembangan lintas penyeberangan Lewoleba-Baranusa

Laut Flores dan Selat Alor APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

3) Pengembangan lintas penyeberangan Baranusa-Balauring

Laut Flores dan Selat Alor APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 785: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-34-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4) Pengembangan lintas penyeberangan Kalabahi-Balauring

Selat Pantar dan Laut Flores APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

5) Pengembangan lintas penyeberangan Balauring-Kabir

Laut Flores APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

6) Pengembangan lintas penyeberangan Atapupu-Kalabahi

Selat Pantar dan Laut Sawu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

7) Pengembangan lintas penyeberangan Kalabahi-Teluk Gurita

Selat Pantar dan Laut Sawu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 786: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-35-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

8) Pengembangan lintas penyeberangan Kupang-Kalabahi

Selat Pantar dan Laut Sawu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

9) Pengembangan lintas penyeberangan Kupang-Hansisi

Laut Sawu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

10) Pengembangan lintas penyeberangan Kupang-Rote

Laut Sawu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

11) Pengembangan lintas penyeberangan Kupang-Seba

Laut Sawu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 787: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-36-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

12) Pengembangan lintas penyeberangan Hansisi-Pantebaru

Laut Sawu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

13) Pengembangan lintas penyeberangan Waingapu-Seba

Laut Sawu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

b.4. Lintas Penyeberangan Dalam Kabupaten/Kota 1) Pengembangan lintas

penyeberangan Kabir-Kalabahi

Selat Pantar dan Laut Flores APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

2) Pengembangan lintas penyeberangan Baranusa-Kalabahi

Selat Pantar dan Laut Flores APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 788: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-37-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3) Pengembangan lintas penyeberangan Kalabahi-Bakalang

Selat Pantar APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

4) Pengembangan lintas penyeberangan Bakalang-Baranusa

Selat Pantar dan Laut Flores APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

5) Pengembangan lintas penyeberangan Kalabahi-Maritaing

Selat Pantar, Laut Flores, dan Selat Ombai

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

1.2. Sistem Transportasi Laut 1.2.1. Pelabuhan Laut

a. Pelabuhan Pengumpul 1) Pengembangan dan

peningkatan Pelabuhan Maritaing

Kecamatan Teluk Gurita dan Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 789: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-38-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Wini

Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu dan Kecamatan Insana Utara di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

b. Pelabuhan Pengumpan 1) Pengembangan dan

peningkatan Pelabuhan Baranusa

Kecamatan Pantar Barat di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

2) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Kabir

Kecamatan Pantar di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

3) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Kolana

Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 790: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-39-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Kalabahi

Kecamatan Teluk Mutiara di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

5) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Dulionong

Kecamatan Teluk Mutiara di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

6) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Moru

Kecamatan Alor Barat Daya di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

7) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Paitoko

Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 791: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-40-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

8) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Atapupu

Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

9) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Boking

Kecamatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

10) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Kolbano

Kecamatan Kolbano di Kabupaten Timor Tengah Selatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

11) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Batubao

Kecamatan Kupang Barat di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 792: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-41-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

12) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Baa

Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

13) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Batutua

Rote Barat Daya di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

14) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Ndao

Kecamatan Ndao Nuse di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

15) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Oelaba

Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 793: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-42-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

16) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Papela

Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

17) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Biu

Kecamatan Sabu Timur di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

18) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Seba

Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

19) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Raijua

Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 794: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-43-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

20) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Baing

Kecamatan Pahunga Lodu di Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

21) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Gonggi

Kecamatan Karera di Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

22) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Pulau Salura

Kecamatan Karera di Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

23) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Rua

Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 795: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-44-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

24) Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Pero

Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

c. Pelabuhan Lainnya c.1. Pelabuhan untuk Kegiatan Pertahanan dan Keamanan

1) Peningkatan dan pemantapan Lanal Pulau Rote

Kecamatan Rote Barat Daya di Kabupaten Rote Ndao

APBN dan/atau APBD

Kemenhan dan/atau Pemda

2) Peningkatan dan pemantapan Posal Seba

Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

APBN dan/atau APBD

Kemenhan dan/atau Pemda

3) Peningkatan dan pemantapan Posal Alor

Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

APBN dan/atau APBD

Kemenhan dan/atau Pemda

Page 796: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-45-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4) Peningkatan dan pemantapan Posal Atapupu

Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu

APBN dan/atau APBD

Kemenhan dan/atau Pemda

5) Peningkatan dan pemantapan Posal Boking

Kecamatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemenhan dan/atau Pemda

6) Peningkatan dan pemantapan Posal Oepoli

Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

APBN dan/atau APBD

Kemenhan dan/atau Pemda

c.2. Pelabuhan untuk Kegiatan Perikanan 1) Pengembangan dan

peningkatan PPI Kenarilang Kecamatan Teluk Mutiara di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

Page 797: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-46-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2) Pengembangan dan peningkatan PPI Binongko

Kecamatan Teluk Mutiara di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

3) Pengembangan dan peningkatan PPI Atapupu

Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

4) Pengembangan dan peningkatan PPI Kletek

Kecamatan Malaka Tengah di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

5) Pengembangan dan peningkatan PPI Ponu

Kecamatan Biboki Anleu di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

Page 798: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-47-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

6) Pengembangan dan peningkatan PPI Wini/Temkuna

Kecamatan Insana Utara di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

7) Pengembangan dan peningkatan PPI Tulandale

Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

8) Pengembangan dan peningkatan PPI Papela

Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

9) Pengembangan dan peningkatan PPI Katundu

Kecamatan Karera di Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

Page 799: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-48-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

10) Pengembangan dan peningkatan PPI Tarimbang

Kecamatan Tabundung di Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

11) Pengembangan dan peningkatan PPI Watu Parunnu

Kecamatan Wula Weijelu di Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

1.3. Sistem Transportasi Udara 1.3.1. Bandar Udara Pengumpul dengan Skala Pelayanan Tersier

Pengembangan dan peningkatan Bandar Udara Haliwen (A.A Bere Tallo)

Kecamatan Kota Atambua di Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 800: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-49-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

1.3.2. Bandar Udara Pengumpan a. Pengembangan dan peningkatan

Bandar Udara Kabir Kecamatan Pantar di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

b. Pengembangan dan peningkatan Bandar Udara Mali

Kecamatan Kabola di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

c. Pengembangan dan peningkatan Bandar Udara Lekunik (David Constantijn Saudale)

Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

d. Pengembangan dan peningkatan Bandar Udara Tardamu

Kecamatan Sabu Tengah di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenhub, Pemda, dan/atau Swasta

Page 801: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-50-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2. SISTEM JARINGAN ENERGI 2.1. Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi

2.1.1. Pengembangan depo minyak dan gas bumi pada pusat pelayanan utama

PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.1.2. Pengembangan depo minyak dan gas bumi pada PPKT berpenghuni

Pulau Rote dan Pulau Sabu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.2. Pembangkit Tenaga Listrik 2.2.1. Pengembangan dan peningkatan

PLTU Alor Kecamatan Teluk Mutiara di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.2.2. Pengembangan dan peningkatan PLTU Atambua

Kabupaten Belu APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 802: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-51-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2.2.3. Pengembangan dan peningkatan PLTU Kupang

Kecamatan Kupang Barat di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.2.4. Pengembangan dan peningkatan PLTU Rote Ndao

Kecamatan Rote Tengah di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.2.5. Pengembangan dan peningkatan PLTG/MG Kupang

Kecamatan Kupang Barat di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.2.6. Pengembangan dan peningkatan PLTP Bukapiting

Kecamatan Alor Timur Laut di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 803: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-52-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2.2.7. Pengembangan dan peningkatan PLTM Wanukaka

Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.2.8. Pengembangan PLTMH yang melayani PPKT berpenghuni

Pulau Alor dan Pulau Rote APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.2.9. Pengembangan PLTS, PLTB, dan pembangkit listrik tenaga hybrid di PPKT berpenghuni

Pulau Alor, Pulau Rote, dan Pulau Sabu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.2.10. Pengembangan PLTS, PLTB, dan pembangkit listrik tenaga hybrid untuk melayani pos pengamanan perbatasan di sepanjang pesisir dan PPKT

a. Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

APBN dan/atau APBD

Kemen ESDM dan/atau Pemda

Page 804: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-53-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

d. Kecamatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan

e. Kecamatan Rote Barat Daya di Kabupaten Rote Ndao

f. Kecamatan Sabu Barat dan Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

g. Kecamatan Karera di Kabupaten Sumba Timur

2.2.11. Pengembangan PLTS, PLTB, dan pembangkit listrik tenaga hybrid untuk melayani pos pengamanan perbatasan di sepanjang garis batas Wilayah Negara

a. Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

b. Kecamatan Mutis, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Bikomi Nulilat, Kecamatan Bikomi Tengah,

APBN dan/atau APBD

Kemen ESDM dan/atau Pemda

Page 805: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-54-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

c. Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Nanaet Duabesi di Kabupaten Belu

d. Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Malaka

Page 806: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-55-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2.3. Jaringan Transmisi Tenaga Listrik 2.3.1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

a. Pengembangan dan peningkatan jaringan transmisi tenaga listrik Bolok-Maulafa-Naibonat-Soe/Nonohonis-Kefamenanu-Atambua-Atapupu

Kecamatan Kota Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara; Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat, dan Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

2.3.2. Sistem Kelistrikan Terisolasi a. Pengembangan dan peningkatan

Sistem Kalabahi Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Pureman, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Mataru,

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 807: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-56-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Kabola, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Barat Daya, dan Kecamatan Teluk Mutiara di Kabupaten Alor

b. Pengembangan dan peningkatan Sistem Rote Ndao

Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat, dan Kecamatan Ndao Nuse di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 808: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-57-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Pengembangan dan peningkatan Sistem Waingapu-Waikabubak

Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Weijelu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, Kecamatan Katala Hamulingu, dan Kecamatan Lewa Tidahu di Kabupaten Sumba Timur; Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah; Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat; Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi di

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 809: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-58-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kabupaten Sumba Barat Daya

2.3.3. Gardu Induk (GI) a. Pengembangan GI Bolok Kecamatan Kupang Barat di

Kabupaten Kupang APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

b. Pengembangan GI Kefamenanu Kecamatan Kota Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

c. Pengembangan GI Atambua Kecamatan Kota Atambua di Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 810: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-59-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3. Sistem Jaringan Telekomunikasi 3.1. Jaringan Terestrial

3.1.1. Pengembangan jaringan terestrial a. PKSN Kalabahi di Kabupaten Alor

b. PKSN Atambua di Kabupaten Belu

c. PKSN Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Haekesak di Kabupaten Belu

e. Wemasa di Kabupaten Malaka

f. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

g. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenkominfo, Pemda, dan/atau Swasta

Page 811: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-60-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

h. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

i. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

j. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

k. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

Page 812: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-61-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

l. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

3.2. Jaringan Satelit

3.2.1. Pengembangan jaringan satelit untuk melayani pusat pelayanan Kawasan Perbatasan Negara

a. PKSN Kalabahi di Kabupaten Alor

b. PKSN Atambua di Kabupaten Belu

c. PKSN Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Haekesak di Kabupaten Belu

e. Wemasa di Kabupaten Malaka

f. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenkominfo, Pemda, dan/atau Swasta

Page 813: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-62-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

g. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

h. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

i. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

j. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

k. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

l. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi

Page 814: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-63-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

m. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

3.2.2. Pengembangan jaringan satelit

untuk melayani PPKT berpenghuni

Pulau Alor, Pulau Rote, dan Pulau Sabu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenkominfo, Pemda, dan/atau Swasta

3.2.3. Pengembangan jaringan satelit untuk melayani pos pengamanan perbatasan di sepanjang pesisir dan PPKT

a. Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

APBN dan/atau APBD

Kemenkominfo, Kemenhan, dan/atau Pemda

Page 815: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-64-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

d. Kecamatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan

e. Kecamatan Rote Barat Daya di Kabupaten Rote Ndao

f. Kecamatan Sabu Barat dan Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

g. Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba Timur

3.2.4. Pengembangan jaringan satelit untuk melayani pos pengamanan perbatasan di sepanjang garis batas Wilayah Negara

a. Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

b. Kecamatan Mutis, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Bikomi Nulilat, Kecamatan Bikomi Tengah,

APBN dan APBD

Kemenkominfo, Kemenhan, dan/atau Pemda

Page 816: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-65-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

c. Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Nanaet Duabesi di Kabupaten Belu

d. Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Malaka

Page 817: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-66-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air 4.1. Sumber Air

4.1.1. Sumber Air Permukaan Pada Danau a. Pengembangan pengelolaan

Danau Bisabiwae, Danau Bisafooh, Danau Bisanduli, Danau Bisaolifoe, Danau Fitiloko, Danau Kaloen, Danau Ledulu, Danau Lindu, Danau Maspor, Danau Oekukura, Danau Oemasapoka, Danau Oendui, Danau Oinadale, Danau Olifoe, Danau Sapuoen, Danau Tutui, dan Pulu Tanunu

Kecamatan Landu Leko di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

b. Pengembangan pengelolaan Danau Kolobolon, Danau Kuli, Danau Napioen, dan Danau Ana

Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 818: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-67-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Pengembangan pengelolaan Danau Batulilok, Danau Fakadale, dan Danau Soioedale

Kecamatan Pantai Baru di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

d. Pengembangan pengelolaan Danau Oehela dan Danau Oehenda

Kecamatan Rote Barat di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

e. Pengembangan pengelolaan Danau Baihelok, Danau Dale, Danau Langgaluan, Danau Mbuk Besar, Danau Mbuk Kecil, Danau Ndukis, Danau Nggongoer, dan Danau Tekeme

Kecamatan Rote Barat Daya di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

f. Pengembangan pengelolaan Danau Anak dan Danau Tua

Kecamatan Rote Barat Daya dan Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 819: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-68-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

g. Pengembangan pengelolaan Danau Kapalangge dan Danau Koli

Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

h. Pengembangan pengelolaan Danau Seda

Kecamatan Rote Selatan di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

i. Pengembangan pengelolaan Danau Manubulu

Kecamatan Rote Tengah di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

j. Pengembangan pengelolaan Danau Baluolin dan Danau Jamaharan

Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 820: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-69-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

k. Pengembangan pengelolaan Lobo Ae dan Lobo Kapaka

Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

l. Pengembangan pengelolaan Lobo Wadue

Kecamatan Hawu Mehara di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

m. Pengembangan pengelolaan Lobo Koloropara dan Lobo Maja

Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

n. Pengembangan pengelolaan Oe Lumun

Kecamatan Semau Selatan di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 821: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-70-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

o. Pengembangan pengelolaan Danau Haunasi

Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

4.1.2. Sumber Air Permukaan Pada Sungai a. Pengembangan pengelolaan

sungai pada WS Benanain sungai pada DAS Ekat, DAS Banain, DAS Sunsea, DAS Bakitolas, DAS Wini, DAS Temkuna, DAS Mena, DAS Oemanu, DAS Ketwen, DAS Punu, DAS Hasfuik Maubesi, DAS Fatukety, DAS Selowai, DAS Umaklaran, DAS Dualaus, DAS Manukakae, DAS Silawan, DAS Matpao Sisiae, DAS Daikain Oepotis, DAS Lasiolat, DAS Dualasi, DAS

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 822: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-71-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Bauho, DAS Lamak Senulu, DAS Talau, DAS Lamaknen, DAS Duarato, DAS Tafara, DAS Mota Bahulu, DAS Alas, DAS Alas Selatan, DAS Rainawe, DAS Mota Babulu, DAS Lawalu, DAS Benanain, DAS Umalawain, DAS Halilamutu, DAS Toianas, DAS Oekaem, DAS Hanmasi, DAS Boking, DAS Bone, DAS Suu, DAS Lake, DAS Nenoat, dan DAS Saenam

b. Pengembangan pengelolaan sungai pada WS Noelmina

sungai pada DAS Noelfail, DAS Nainunus, DAS Oebase, DAS Noellelo, DAS Naekakea, DAS Miomaffo Barat, DAS Besi, DAS

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 823: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-72-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Taesapi, DAS Nopnop, DAS Noelsiu, DAS Bitan, DAS Noeltupe, DAS Lani, DAS Nunine, DAS Oeme, DAS Noel Muke, DAS Fanite, DAS Noelmina, DAS Noelbikoen, DAS Noelfautusi, DAS Rium, DAS Noelnoni, DAS Fatuleu, DAS Uri Besmetan, DAS Noeluri, DAS Noelteres, DAS Sahak Norman, DAS Kere, DAS Oetnuhi Oekuuh, DAS Demanu, DAS Ku'u Oepaha, DAS Noelkuu, DAS Bninis Oeana, DAS Sakalak, DAS Batulesa, DAS Kupang Barat, DAS Sumilili, DAS Le Kayubeluba, DAS Le Balukben, DAS Karafao

Page 824: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-73-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Lelandu, DAS Usu, DAS Penifin, DAS Le Puan, DAS Lebatulilok, DAS Loe Kuli, DAS Lekik, DAS Le Gonggo, DAS Oefulan, DAS Loko Tenihawu, DAS Raenyale, DAS Loko Menia, DAS Onanbalu Otan, dan DAS Kaisalun

c. Pengembangan pengelolaan sungai pada WS Sumba

sungai pada DAS Mali Ila, DAS Kabaru, DAS Mburukulu, DAS Kalionga Kaliuda, DAS Ngang Uwara, DAS PahungaLodu, DAS Lumbung Kolala, DAS Kaliuda, DAS Waibara, DAS Laikaka, DAS Wula, DAS Worano, DAS Praibakal, DAS

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 825: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-74-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Hadakamali, DAS Pahuruwangunju, DAS Lumbu Manggit, DAS Wairara Karera, DAS Wunu, DAS Tarabanggongi, DAS Malaikababa, DAS Nggongi, DAS Lailunggi, DAS Wawarati, DAS Praimadita, DAS Pokahajala, DAS Riyang, DAS Kukitalu, DAS Wahang, DAS Pindu Hurani, DAS Tawui, DAS Waikan Abu, DAS Wudi Pandak, DAS Tapil Pamilikaba, DAS Mambang, DAS Tarimbang, DAS lakadu, DAS Lawanuaja, DAS Pawak Pabahajala, DAS Mondu Lambi, DAS Tidas, DAS

Page 826: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-75-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Watumbelar, DAS Praihau, DAS Praigaga, DAS Lisi, DAS Tangairi, DAS Laliang, DAS Baliloku, DAS Labariri, DAS Waihura, DAS Pahola, DAS Hobawawi, DAS Ringurara, DAS Kadengar, DAS Laboya Bawa, DAS Patiala Bawa, DAS Patiala Dete, DAS Gaura, DAS Labukapuke Ngedo, DAS Wae Tana, DAS Polapare, dan DAS Waikataku

d. Pengembangan pengelolaan sungai pada Pulau Pantar dan Pulau Alor pada WS Flotim-Kepulauan Lembata-Alor

sungai pada DAS Okalasa, DAS Illu, DAS Illu Abangka Takoasdin, DAS Kalondama, DAS Puntaro, DAS Ekajaya, DAS Alor Pantar, DAS

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 827: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-76-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Airmana Beang, DAS Bouweli, DAS Air Panas, DAS Buraga, DAS Woru, DAS Buaya Inta, DAS Fanating, DAS Tulleng, DAS Pitsi Taramana, DAS Irawuri, DAS Kolleja, DAS Walikikiralela, DAS Kolana Selatan, DAS Korilela, DAS Katagu, DAS Patoko, DAS Mauman, DAS Halmin, DAS Mahi, DAS Himol, dan DAS Teluk Mutiara

4.1.3. Sumber Air Berupa Air Tanah a. Pengembangan pengelolaan CAT

Takourang Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 828: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-77-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Tengah, dan Kecamatan Pantar Timur di Kabupaten Alor

b. Pengembangan pengelolaan CAT Delaki

Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pantar Timur di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

c. Pengembangan pengelolaan CAT Pasirputih

Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Laut, dan Kecamatan Kabola di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 829: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-78-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

d. Pengembangan pengelolaan CAT Kalabahi

Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, dan Kecamatan Mataru di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

e. Pengembangan pengelolaan CAT Werula

Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Mataru, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 830: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-79-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

f. Pengembangan pengelolaan CAT Waikabubak

a. Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa Tidahu, dan Kecamatan Tabundung di Kabupaten Sumba Timur

b. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah;

c. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi Bangedo di Kabupaten Sumba Barat Daya

d. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 831: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-80-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

g. Pengembangan pengelolaan CAT Ngalu

Kecamatan Pahunga Lodu dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

h. Pengembangan pengelolaan CAT Kupang

Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Kupang Barat, dan Kecamatan Nekamese di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

i. Pengembangan pengelolaan CAT Mina

a. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano, dan Kecamatan Kualin di Kabupaten Timor Tengah Selatan

b. Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 832: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-81-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

j. Pengembangan pengelolaan CAT Oemeu

Kecamatan Kota Kefamenanu dan Kecamatan Miomafo Barat di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

k. Pengembangan pengelolaan CAT Aroki

Kecamatan Tasifeto Barat di Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

l. Pengembangan pengelolaan CAT Besikama

a. Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka

b. Kecamatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 833: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-82-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

m. Pengembangan pengelolaan CAT Nemberala

Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

n. Pengembangan pengelolaan CAT Batutua

Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, dan Kecamatan Rote Tengah di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

o. Pengembangan pengelolaan CAT Rote

Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

Page 834: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-83-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4.2. Prasarana Sumber Daya Air 4.2.1. Embung

a. Pengembangan Embung Danau Tua

Kecamatan Rote Barat Daya dan Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

b. Pengembangan Embung Loka Kabupaten Rote Ndao APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

c. Pengembangan Embung Lokujangi

Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

d. Pengembangan Embung Goriola Kabupaten Sabu Raijua APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 835: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-84-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

e. Pengembangan Embung Haekrit Kabupaten Belu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

f. Pengembangan embung kecil pada PPKT berpenghuni

Pulau Alor, Pulau Rote, dan Pulau Sabu

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

4.2.2. Sistem Jaringan Irigasi a. Peningkatan dan pemantapan DI

Benlelang Kabupaten Alor APBN

dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

b. Peningkatan dan pemantapan DI Seko

Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 836: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-85-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Peningkatan dan pemantapan DI Beluana

Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

d. Peningkatan dan pemantapan DI Inbate

Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

e. Peningkatan dan pemantapan DI Buk

Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

f. Peningkatan dan pemantapan DI Jak

Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

g. Peningkatan dan pemantapan DI Mena/Kaubele

Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 837: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-86-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

h. Peningkatan dan pemantapan DI Ponu

Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

i. Peningkatan dan pemantapan DI Tantori/Fatuoni

Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

j. Peningkatan dan pemantapan DI Haliwen

Kabupaten Belu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

k. Peningkatan dan pemantapan DI Haekesak

Kabupaten Belu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

l. Peningkatan dan pemantapan DI Maubusa

Kabupaten Belu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 838: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-87-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

m. Peningkatan dan pemantapan DI Holeki

Kabupaten Belu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

o. Peningkatan dan pemantapan DI Halileki

Kabupaten Belu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

p. Peningkatan dan pemantapan DI Nobelu

Kabupaten Belu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

q. Peningkatan dan pemantapan DI Malaka

Kabupaten Malaka APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

r. Peningkatan dan pemantapan DI Baus

Kabupaten Timor Tengah Selatan

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 839: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-88-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

s. Peningkatan dan pemantapan DI Netemnanu

Kabupaten Kupang APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

t. Peningkatan dan pemantapan DI Danau Tua

Kabupaten Rote Ndao APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

u. Peningkatan dan pemantapan DI Lokopehapo

Kabupaten Sabu Raijua APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

v. Peningkatan dan pemantapan DI Raedenu

Kabupaten Sabu Raijua APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

w. Peningkatan dan pemantapan DI Kehawa

Kabupaten Sabu Raijua APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

x. Peningkatan dan pemantapan DI Lie

Kabupaten Sabu Raijua APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 840: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-89-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4.2.3. Sistem Pengendalian Banjir a. Pengembangan sistem

pengendalian banjir pada Sungai Benanain

DAS Benanain APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

b. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Noemuti

DAS Benanain APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

c. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Noelmina

DAS Noelmina APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

d. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Talau

DAS Talau APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 841: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-90-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

e. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Oemanu

DAS Oemanu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

f. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Punu

DAS Punu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

g. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Babulu

DAS Mota Babulu APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

h. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Besi

DAS Besi APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

i. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Noel Muke

DAS Noel Muke APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 842: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-91-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

j. Pengembangan sistem pengendalian banjir pada Sungai Manikin

DAS Manikin APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

4.2.4. Sistem Pengamanan Pantai a. Pengembangan sistem

pengamanan pantai pada pusat pelayanan Kawasan Perbatasan Negara

PKSN Kalabahi dan Maritaing

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

b. Pengembangan sistem pengamanan pantai pada pesisir yang memiliki titik-titik garis pangkal kepulauan

a. Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

b. Kecamatan Kualin dan Kecamatan Nunkolo pada Kabupaten Timor Tengah Selatan

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 843: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-92-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Kecamatan Pureman dan Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

d. Kecamatan Rote Selatan dan Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote Ndao

e. Kecamatan Sabu Liae dan Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua

f. Kecamatan Ngadu Ngala dan Kecamatan Karera Kabupaten Sumba Timur

g. Kecamatan Kodi Balagar dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 844: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-93-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Pengembangan sistem pengamanan pantai pada PPKT

Pulau Batek, Pulau Dana, Pulau Ndana, dan Pulau Mangudu

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

5. Sistem Jaringan Prasarana Permukiman 5.1. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

5.1.1. Pengembangan dan peningkatan SPAM jaringan perpipaan

a. PKSN Kalabahi di Kabupaten Alor

b. PKSN Atambua di Kabupaten Belu

c. PKSN Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Haekesak di Kabupaten Belu

e. Wemasa di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 845: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-94-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

f. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

g. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

h. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

i. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

j. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

Page 846: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-95-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

k. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

5.1.2. Pengembangan SPAM bukan jaringan perpipaan

a. Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Pureman, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Mataru, Kecamatan Kabola,

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 847: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-96-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Timur, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Barat, dan Kecamatan Pantar Barat Laut di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat,

Page 848: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-97-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Insana Utara, Kecamatan

Page 849: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-98-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Naibenu, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Miomaffo Barat, dan Kecamatan Mutis di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan

Page 850: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-99-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Semau, Kecamatan Semau Selatan, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru,Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat

Page 851: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-100-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Daya termasuk Pulau Ndana, Kecamatan Rote Barat, dan Kecamatan Ndao Nuse di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Sabu Tengah, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

i. Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Weijelu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan

Page 852: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-101-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Tabundung, Kecamatan Katala Hamulingu, dan Kecamatan Lewa Tidahu di Kabupaten Sumba Timur

j. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

k. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

l. Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 853: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-102-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

5.2. Sistem Jaringan Darinase 5.2.1. Pengembangan dan peningkatan

sistem jaringan drainase a. PKSN Kalabahi di

Kabupaten Alor b. PKSN Atambua di

Kabupaten Belu c. PKSN Kefamenanu di

Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Haekesak di Kabupaten Belu

e. Wemasa di Kabupaten Malaka

f. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

g. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 854: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-103-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

h. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

i. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

j. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

k. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 855: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-104-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

5.3. Sistem Jaringan Air Limbah 5.3.1. Pengembangan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) a. PKSN Kalabahi di

Kabupaten Alor b. PKSN Atambua di

Kabupaten Belu c. PKSN Kefamenanu di

Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Haekesak di Kabupaten Belu

e. Wemasa di Kabupaten Malaka

f. Maritaing di Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

Page 856: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-105-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

g. Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu

h. Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur pada Kabupaten Malaka

i. Wini di Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

j. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara

k. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten Timor Tengah Utara

Page 857: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-106-  

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

a. Turiskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu

b. Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

APBN dan/atau APBD

Kemen PU dan Pera dan/atau Pemda

5.4. Sistem Pengelolaan Sampah Pengembangan Tempat

Pemprosesan Akhir (TPA) a. Kecamatan Tasifeto

Barat dan Kecamatan Kakuluk Mesak di Kabupaten Belu

b. Kecamatan Malaka Tengah di Kabupaten Malaka

c. Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

d. Kecamatan Sabu Tengah di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 858: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

-107-  

 

Page 859: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 107 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

II. PERWUJUDAN POLA RUANG A. Zona Lindung (Zona L) 1. Zona L1 yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

1.1. Pengendalian secara ketat alih fungsi kawasan hutan lindung

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Lembur, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LH dan Kehutanan), Pemda, dan/atau Swasta

Page 860: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 108 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Pureman di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Kobalima

Page 861: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 109 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Timur di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Mutis, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, dan Kecamatan

Page 862: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 110 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kualin di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan Semau Selatan di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat

Page 863: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 111 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, dan Kecamatan Sabu Tengah di Kabupaten Sabu Raijua

i. Kecamatan Karera, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan

Page 864: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 112 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

j. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

k. Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

1.2. Pengendalian secara ketat alih fungsi lahan pada kawasan hutan lindung di PPKT

a. Pulau Batek di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

b. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 865: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 113 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba Timur

1.3. Rehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi

a. Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pantar Barat Laut di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima Timur dan Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 866: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 114 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kobalima di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Insana Utara, Kecamatan Naibenu, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Kota Kefamenanu, dan Kecamatan Miomaffo Barat di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Amanuban Selatan dan Kecamatan Kualin di Kabupaten Timor Tengah Selatan

Page 867: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 115 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

f. Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Semau Selatan, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, dan Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Lobalain, dan Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Pahunga Lodu di Kabupaten Sumba Timur

Page 868: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 116 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

1.4. Revitalisasi fungsi lindung pada kawasan resapan air

a. Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Timur, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Kabola, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pureman, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, dan Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 869: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 117 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

b. Kecamatan Tasifeto Barat di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Kota Kefamenanu dan Kecamatan Miomafo Barat di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kualin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan

Page 870: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 118 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kot’olin, Kecamatan Boking, dan Kecamatan Nunkolo di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Lamboya, Kecamatan Laboya Barat, dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

Page 871: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 119 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2. Zona L2 yang merupakan kawasan perlindungan setempat 2.1. Pengendalian pembangunan

kawasan permukiman yang berada pada sempadan pantai

a. Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantai Timur, Kecamatan Pantar, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Mataru, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

Page 872: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 120 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Selatan, Kecamatan Pureman, dan Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Kakuluk Mesak, dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan

Page 873: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 121 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Insana Utara, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan

Page 874: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 122 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kupang Barat, Kecamatan Semau Selatan, Kecamatan Semau, dan Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Sabu Tengah,

Page 875: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 123 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

i. Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Waijelu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, Kecamatan Katala Hamulingu, dan Kecamatan Kecamatan Lewa Tidahu di Kabupaten Sumba Timur

Page 876: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 124 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

j. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah;

k. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

l. Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

2.2. Rehabilitasi sempadan pantai yang mengalami degradasi

a. Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP,

Page 877: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 125 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Pantai Timur, Kecamatan Pantar, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Mataru, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Pureman, dan Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

Pemda, dan/atau Swasta

Page 878: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 126 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Insana Utara, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan

Page 879: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 127 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Semau Selatan, dan Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Lobalain,

Page 880: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 128 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Sabu Tengah, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

i. Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Waijelu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan

Page 881: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 129 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Tabundung, Kecamatan Katala Hamulingu, dan Kecamatan Lewa Tidahu di Kabupaten Sumba Timur

j. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

k. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

l. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 882: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 130 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2.3. Pengendalian dan pemertahanan kawasan sempadan pantai di PPKT

PPKT yang berada di: a. Pulau Batek di

Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

b. Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote Ndao

c. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua

d. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

2.4. Pengendalian pembangunan kawasan permukiman yang berada pada sempadan sungai

a. Sungai Okalasa, Sungai Illu, Sungai Illu Abangka Takoasdin, Sungai

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan,

Page 883: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 131 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kalondama, Sungai Puntaro, Sungai Ekajaya, Sungai Alor Pantar, Sungai Airmana Beang, Sungai Bouweli, Sungai Air Panas, Sungai Buraga, Sungai Woru, Sungai Buaya Inta, Sungai Fanating, Sungai Tulleng, Sungai Pitsi Taramana, Sungai Irawuri, Sungai Kolleja, Sungai Walikikiralela, Sungai Kolana Selatan, Sungai Korilela, Sungai Katagu, Sungai Patoko, Sungai Mauman, Sungai Halmin, Sungai Mahi, Sungai Himol, dan

Pemda, dan/atau Swasta

Page 884: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 132 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Sungai Teluk Mutiara pada WS Flotim-Kepulauan Lembata-Alor

b. Sungai Ekat, Sungai Banain, Sungai Sunsea, Sungai Bakitolas, Sungai Wini, Sungai Temkuna, Sungai Mena, Sungai Oemanu, Sungai Ketwen, Sungai Punu, Sungai Hasfuik Maubesi, Sungai Fatukety, Sungai Selowai, Sungai Umaklaran, Sungai Dualaus, Sungai Manukakae, Sungai Silawan, Sungai Matpao Sisiae, Sungai Daikain Oepotis, Sungai Lasiolat,

Page 885: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 133 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Sungai Dualasi, Sungai Bauho, Sungai Lamak Senulu, Sungai Talau, Sungai Lamaknen, Sungai Duarato, Sungai Tafara, Sungai Mota Bahulu, Sungai Alas, Sungai Alas Selatan, Sungai Rainawe, Sungai Mota Babulu, Sungai Lawalu, Sungai Benanain, Sungai Umalawain, Sungai Halilamutu, Sungai Toianas, Sungai Oekaem, Sungai Hanmasi, Sungai Boking, Sungai Bone, DAS Suu, Sungai Lake, Sungai Nenoat, dan

Page 886: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 134 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Sungai Saenam pada WS Benanain

c. Sungai Noelfail, Sungai Nainunus, Sungai Oebase, Sungai Noellelo, Sungai Naekakea, Sungai Miomaffo Barat, Sungai Besi, Sungai Taesapi, Sungai Nopnop, Sungai Noelsiu, Sungai Bitan, Sungai Noeltupe, Sungai Lani, Sungai Nunine, Sungai Oeme, Sungai Noel Muke, Sungai Fanite, Sungai Noelmina, Sungai Noelbikoen, Sungai Noelfautusi, Sungai Rium, Sungai Noelnoni, Sungai

Page 887: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 135 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Fatuleu, Sungai Uri Besmetan, Sungai Noeluri, Sungai Noelteres, Sungai Sahak Norman, Sungai Kere, Sungai Oetnuhi Oekuuh, Sungai Demanu, Sungai Ku'u Oepaha, Sungai Noelkuu, Sungai Bninis Oeana, Sungai Sakalak, Sungai Batulesa, Sungai Kupang Barat, Sungai Sumilili, Sungai Le Kayubeluba, Sungai Le Balukben, Sungai Karafao Lelandu, Sungai Usu, Sungai Penifin, Sungai Le Puan, Sungai Lebatulilok, Sungai Loe

Page 888: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 136 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kuli, Sungai Lekik, Sungai Le Gonggo, Sungai Oefulan, Sungai Loko Tenihawu, Sungai Raenyale, Sungai Loko Menia, Sungai Onanbalu Otan, dan Sungai Kaisalun pada WS Noelmina

d. Sungai Mali Ila, Sungai Kabaru, Sungai Mburukulu, Sungai Kalionga Kaliuda, Sungai Ngang Uwara, Sungai PahungaLodu, Sungai Lumbung Kolala, Sungai Kaliuda, Sungai Waibara, Sungai Laikaka, Sungai Wula,

Page 889: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 137 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Sungai Worano, Sungai Praibakal, Sungai Hadakamali, Sungai Pahuruwangunju, Sungai Lumbu Manggit, Sungai Wairara Karera, Sungai Wunu, Sungai Tarabanggongi, Sungai Malaikababa, Sungai Nggongi, Sungai Lailunggi, Sungai Wawarati, Sungai Praimadita, Sungai Pokahajala, Sungai Riyang, Sungai Kukitalu, Sungai Wahang, Sungai Pindu Hurani, Sungai Tawui, Sungai Waikan Abu, Sungai Wudi

Page 890: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 138 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Pandak, Sungai Tapil Pamilikaba, Sungai Mambang, Sungai Tarimbang, Sungai Lakadu, Sungai Lawanuaja, Sungai Pawak Pabahajala, Sungai Mondu Lambi, Sungai Tidas, Sungai Watumbelar, Sungai Praihau, Sungai Praigaga, Sungai Lisi, Sungai Tangairi, Sungai Laliang, Sungai Baliloku, Sungai Labariri, Sungai Waihura, Sungai Pahola, Sungai Hobawawi, Sungai Ringurara, Sungai Kadengar, Sungai

Page 891: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 139 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Laboya Bawa, Sungai Patiala Bawa, Sungai Patiala Dete, Sungai Gaura, Sungai Labukapuke Ngedo, Sungai Wae Tana, Sungai Polapare, dan Sungai Waikataku pada WS Sumba

2.5. Rehabilitasi sempadan sungai

yang mengalami degradasi a. Sungai Okalasa, Sungai

Illu, Sungai Illu Abangka Takoasdin, Sungai Kalondama, Sungai Puntaro, Sungai Ekajaya, Sungai Alor Pantar, Sungai Airmana Beang, Sungai Bouweli, Sungai Air Panas, Sungai

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 892: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 140 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Buraga, Sungai Woru, Sungai Buaya Inta, Sungai Fanating, Sungai Tulleng, Sungai Pitsi Taramana, Sungai Irawuri, Sungai Kolleja, Sungai Walikikiralela, Sungai Kolana Selatan, Sungai Korilela, Sungai Katagu, Sungai Patoko, Sungai Mauman, Sungai Halmin, Sungai Mahi, Sungai Himol, dan Sungai Teluk Mutiara pada WS Flotim-Kepulauan Lembata-Alor

b. Sungai Ekat, Sungai Banain, Sungai Sunsea, Sungai Bakitolas, Sungai

Page 893: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 141 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Wini, Sungai Temkuna, Sungai Mena, Sungai Oemanu, Sungai Ketwen, Sungai Punu, Sungai Hasfuik Maubesi, Sungai Fatukety, Sungai Selowai, Sungai Umaklaran, Sungai Dualaus, Sungai Manukakae, Sungai Silawan, Sungai Matpao Sisiae, Sungai Daikain Oepotis, Sungai Lasiolat, Sungai Dualasi, Sungai Bauho, Sungai Lamak Senulu, Sungai Talau, Sungai Lamaknen, Sungai Duarato, Sungai Tafara, Sungai Mota

Page 894: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 142 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Bahulu, Sungai Alas, Sungai Alas Selatan, Sungai Rainawe, Sungai Mota Babulu, Sungai Lawalu, Sungai Benanain, Sungai Umalawain, Sungai Halilamutu, Sungai Toianas, Sungai Oekaem, Sungai Hanmasi, Sungai Boking, Sungai Bone, DAS Suu, Sungai Lake, Sungai Nenoat, dan Sungai Saenam pada WS Benanain

c. Sungai Noelfail, Sungai Nainunus, Sungai Oebase, Sungai Noellelo, Sungai Naekakea, Sungai

Page 895: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 143 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Miomaffo Barat, Sungai Besi, Sungai Taesapi, Sungai Nopnop, Sungai Noelsiu, Sungai Bitan, Sungai Noeltupe, Sungai Lani, Sungai Nunine, Sungai Oeme, Sungai Noel Muke, Sungai Fanite, Sungai Noelmina, Sungai Noelbikoen, Sungai Noelfautusi, Sungai Rium, Sungai Noelnoni, Sungai Fatuleu, Sungai Uri Besmetan, Sungai Noeluri, Sungai Noelteres, Sungai Sahak Norman, Sungai Kere, Sungai Oetnuhi Oekuuh,

Page 896: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 144 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Sungai Demanu, Sungai Ku'u Oepaha, Sungai Noelkuu, Sungai Bninis Oeana, Sungai Sakalak, Sungai Batulesa, Sungai Kupang Barat, Sungai Sumilili, Sungai Le Kayubeluba, Sungai Le Balukben, Sungai Karafao Lelandu, Sungai Usu, Sungai Penifin, Sungai Le Puan, Sungai Lebatulilok, Sungai Loe Kuli, Sungai Lekik, Sungai Le Gonggo, Sungai Oefulan, Sungai Loko Tenihawu, Sungai Raenyale, Sungai Loko Menia, Sungai Onanbalu

Page 897: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 145 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Otan, dan Sungai Kaisalun pada WS Noelmina

d. Sungai Mali Ila, Sungai Kabaru, Sungai Mburukulu, Sungai Kalionga Kaliuda, Sungai Ngang Uwara, Sungai PahungaLodu, Sungai Lumbung Kolala, Sungai Kaliuda, Sungai Waibara, Sungai Laikaka, Sungai Wula, Sungai Worano, Sungai Praibakal, Sungai Hadakamali, Sungai Pahuruwangunju, Sungai Lumbu Manggit, Sungai Wairara Karera, Sungai

Page 898: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 146 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Wunu, Sungai Tarabanggongi, Sungai Malaikababa, Sungai Nggongi, Sungai Lailunggi, Sungai Wawarati, Sungai Praimadita, Sungai Pokahajala, Sungai Riyang, Sungai Kukitalu, Sungai Wahang, Sungai Pindu Hurani, Sungai Tawui, Sungai Waikan Abu, Sungai Wudi Pandak, Sungai Tapil Pamilikaba, Sungai Mambang, Sungai Tarimbang, Sungai Lakadu, Sungai Lawanuaja, Sungai

Page 899: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 147 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Pawak Pabahajala, Sungai Mondu Lambi, Sungai Tidas, Sungai Watumbelar, Sungai Praihau, Sungai Praigaga, Sungai Lisi, Sungai Tangairi, Sungai Laliang, Sungai Baliloku, Sungai Labariri, Sungai Waihura, Sungai Pahola, Sungai Hobawawi, Sungai Ringurara, Sungai Kadengar, Sungai Laboya Bawa, Sungai Patiala Bawa, Sungai Patiala Dete, Sungai Gaura, Sungai Labukapuke Ngedo, Sungai Wae Tana,

Page 900: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 148 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Sungai Polapare, dan Sungai Waikataku pada WS Sumba

2.6. Pengendalian pembangunan

kawasan permukiman yang berada pada kawasan sekitar danau

a. Danau Bisabiwae, Danau Bisafooh, Danau Bisanduli, Danau Bisaolifoe, Danau Fitiloko, Danau Kaloen, Danau Ledulu, Danau Lindu, Danau Maspor, Danau Oekukura, Danau Oemasapoka, Danau Oendui, Danau Oinadale, Danau Olifoe, Danau Sapuoen, Danau Tutui, dan Pulu Tanunu di Kecamatan Landu Leko di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 901: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 149 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

b. Danau Kolobolon, Danau Kuli, Danau Napioen, dan Danau Ana di Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

c. Danau Batulilok, Danau Fakadale, dan Danau Soioedale di Kecamatan Pantai Baru di Kabupaten Rote Ndao

d. Danau Oehela dan Danau Oehenda di Kecamatan Rote Barat di Kabupaten Rote Ndao

e. Danau Baihelok, Danau Dale, Danau Langgaluan, Danau Mbuk Besar, Danau Mbuk Kecil, Danau Ndukis, Danau

Page 902: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 150 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Nggongoer, dan Danau Tekeme di Kecamatan Rote Barat Daya di Kabupaten Rote Ndao

f. Danau Anak dan Danau Tua di Kecamatan Rote Barat Daya dan Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

g. Danau Kapalangge dan Danau Koli di Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

h. Danau Seda di Kecamatan Rote Selatan di Kabupaten Rote Ndao

i. Danau Manubulu di Kecamatan Rote Tengah

Page 903: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 151 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

di Kabupaten Rote Ndao j. Danau Baluolin dan

Danau Jamaharan di Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

k. Lobo Ae dan Lobo Kapaka di Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

l. Lobo Wadue di Kecamatan Hawu Mehara di Kabupaten Sabu Raijua

m. Lobo Koloropara dan Lobo Maja di Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

n. Oe Lumun di Kecamatan Semau Selatan di

Page 904: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 152 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kabupaten Kupang o. Danau Haunasi di

Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

2.7. Rehabilitasi kawasan sekitar

danau yang mengalami degradasi a. Danau Bisabiwae, Danau

Bisafooh, Danau Bisanduli, Danau Bisaolifoe, Danau Fitiloko, Danau Kaloen, Danau Ledulu, Danau Lindu, Danau Maspor, Danau Oekukura, Danau Oemasapoka, Danau Oendui, Danau Oinadale, Danau Olifoe, Danau Sapuoen, Danau Tutui, dan Pulu Tanunu di

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Pemda, dan/atau Swasta

Page 905: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 153 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Landu Leko di Kabupaten Rote Ndao

b. Danau Kolobolon, Danau Kuli, Danau Napioen, dan Danau Ana di Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

c. Danau Batulilok, Danau Fakadale, dan Danau Soioedale di Kecamatan Pantai Baru di Kabupaten Rote Ndao

d. Danau Oehela dan Danau Oehenda di Kecamatan Rote Barat di Kabupaten Rote Ndao

e. Danau Baihelok, Danau Dale, Danau Langgaluan, Danau Mbuk Besar,

Page 906: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 154 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Danau Mbuk Kecil, Danau Ndukis, Danau Nggongoer, dan Danau Tekeme di Kecamatan Rote Barat Daya di Kabupaten Rote Ndao

f. Danau Anak dan Danau Tua di Kecamatan Rote Barat Daya dan Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

g. Danau Kapalangge dan Danau Koli di Kecamatan Rote Barat Laut di Kabupaten Rote Ndao

h. Danau Seda di Kecamatan Rote Selatan di Kabupaten Rote Ndao

Page 907: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 155 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

i. Danau Manubulu di Kecamatan Rote Tengah di Kabupaten Rote Ndao

j. Danau Baluolin dan Danau Jamaharan di Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

k. Lobo Ae dan Lobo Kapaka di Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

l. Lobo Wadue di Kecamatan Hawu Mehara di Kabupaten Sabu Raijua

m. Lobo Koloropara dan Lobo Maja di Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

Page 908: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 156 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

n. Oe Lumun di Kecamatan Semau Selatan di Kabupaten Kupang

o. Danau Haunasi di Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

3. Zona L3 yang merupakan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya

3.1. Pengembangan pengelolaan Suaka Alam Perairan Selat Pantar

Perairan pada sebagian Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

3.2. Pengembangan pengelolaan Suaka Margasatwa Kateri

Kecamatan Malaka Tengah dan Kecamatan Kobalima di

APBN, APBD, dan/atau sumber lain

Kemen LH dan Kehutanan,

Page 909: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 157 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kabupaten Malaka yang sah Pemda, dan/atau Swasta

3.3. Pengembangan pengelolaan Suaka Margasatwa Ale Asisio

Kecamatan Amanuban Selatan dan Kecamatan Kualin di Kabupaten Timor Tengah Selatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

3.4. Pengembangan pengelolaan Suaka Margasatwa Danau Tua Dale

Kecamatan Kupang Barat di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

3.5. Pengembangan pengelolaan Suaka Margasatwa Perhatu

Kecamatan Semau Selatan dan Kecamatan Semau di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 910: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 158 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3.6. Pengembangan pengelolaan Suaka Margasatwa Harlu

Kecamatan Landu Leko di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

3.7. Pengembangan pengelolaan Cagar Alam Maubesi

Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Malaka Tengah di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

3.8. Pengembangan pengelolaan Cagar Alam Gunung Mutis

Kecamatan Mutis dan Kecamatan Miomaffo Barat di Kabupaten Timor Tengah Utara

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 911: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 159 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3.9. Pengendalian kegiatan budidaya yang dapat mengganggu ekosistem atau kehidupan biota laut pada kawasan pantai berhutan bakau

a. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

b. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Biboki Anleu dan Kecamatan Biboki Moenleu di Kabupaten Timor Tengah Utara

c. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

d. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Semau, dan Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 912: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 160 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Semau Selatan di Kabupaten Kupang

e. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

f. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

Page 913: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 161 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3.10. Rehabilitasi kawasan pantai berhutan bakau yang mengalami degradasi

a. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

b. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Biboki Anleu dan Kecamatan Biboki Moenleu di Kabupaten Timor Tengah Utara

c. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

d. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Semau, dan Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 914: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 162 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Semau Selatan di Kabupaten Kupang

e. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

f. sebagian Wilayah Pesisir Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

Page 915: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 163 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3.11. Rehabilitasi Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti

Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, dan Kecamatan Karera di Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

3.12.

Rehabilitasi Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru

a. Kecamatan Lewa Tidahu pada Kabupaten Sumba Timur, Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

b. Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

3.13. Pengembangan pengelolaan Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan Sekitarnya

wilayah perairan Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Rote Ndao, dan Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Kemenpar,

Page 916: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 164 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Pemda, dan/atau Swasta

3.14. Pengembangan pengelolaan Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Yohannes

Kecamatan Amarasi Selatan di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

3.15. Pengembangan pengelolaan Taman Wisata Alam Tuti Adagae

Kecamatan Alor Timur Laut dan Kecamatan Lembur di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Pemda, dan/atau Swasta

Page 917: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 165 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3.16. Pengembangan pengelolaan Taman Wisata Alam Pulau Lapang

Kecamatan Pantar di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

3.17. Pengembangan pengelolaan Taman Wisata Alam Pulau Batang

Kecamatan Pantar di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

3.18. Pengembangan pengelolaan Taman Wisata Alam Pulau Rusa

Kecamatan Pantar Barat Laut di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Kemenpar, Pemda,

Page 918: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 166 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

dan/atau Swasta

3.19. Pengembangan pengelolaan Taman Wisata Alam Pulau Menipo

Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

3.20. Pengembangan pengelolaan Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang

Perairan pada sebagian Kabupaten Kupang

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemen KP, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

Page 919: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 167 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

3.21. Pengembangan pengelolaan dan revitalisasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kampung Takpala

Kecamatan Alor Tengah Utara di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenbuddik-dasmen, Pemda, dan/atau Swasta

3.22. Pengembangan pengelolaan dan revitalisasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan Benteng Makes

Kecamatan Lamaknen di Kabupaten Belu

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenbuddik-dasmen, Pemda, dan/atau Swasta

3.23. Pengembangan pengelolaan dan revitalisasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan Sumur Maja (Majapahit)

Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenbuddik-dasmen, Pemda, dan/atau Swasta

3.24. Pengembangan pengelolaan dan revitalisasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kesenian Tradisional Pasola

Kecamatan Lamboya di Kabupaten Sumba Barat

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenbuddik-dasmen, Pemda, dan/atau Swasta

Page 920: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 168 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4. Zona L4 yang merupakan kawasan rawan bencana alam 4.1. Revitalisasi dan pengendalian

kawasan budi daya terbangun pada kawasan rawan tanah longsor

a. Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Mataru, dan Kecamatan Pantar di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lasiolat, dan Kecamatan Lamaknen di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemda, dan/atau Swasta

Page 921: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 169 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

d. Kecamatan Miomaffo Barat dan Kecamatan Insana Utara di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Boking, dan Kecamatan Nunkolo di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, dan

Page 922: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 170 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera, Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu di Kabupaten Sumba Timur

i. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

Page 923: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 171 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4.2. Revitalisasi dan pengendalian kawasan budi daya terbangun pada kawasan rawan gelombang pasang

a. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Boking, dan Kecamatan Nunkolo di Kabupaten Timor Tengah Selatan

b. Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Pantai Baru, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

c. Kecamatan Raijua, Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Timur, dan Kecamatan Sabu Liae di Kabupaten Sabu Raijua

d. Kecamatan Kodi Bangedo

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, BNPB, Pemda, dan/atau Swasta

Page 924: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 172 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

4.3. Pemertahanan PPKT dari dampak

bencana pada kawasan rawan gelombang pasang

PPKT yang ditetapkan di: a. Pulau Batek di

Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang;

b. Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote Ndao;

c. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

d. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba Timur

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, BNPB, Pemda, dan/atau Swasta

Page 925: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 173 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4.4. Revitalisasi, pengendalian kawasan budi daya terbangun, dan pengembangan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana banjir

a. Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Kobalima di Kabupaten Malaka

b. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Boking, dan Kecamatan Nunkolo di Kabupaten Timor Tengah Selatan

c. Kecamatan Amarasi Timur dan Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

d. Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, BNPB, Pemda, dan/atau Swasta

Page 926: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 174 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Ndao e. Kecamatan Sabu Barat

di Kabupaten Sabu Raijua

f. Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera, Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu di Kabupaten Sumba Timur

g. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

h. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 927: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 175 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

5. Zona L5 yang merupakan kawasan lindung geologi 5.1. Pengembangan pengelolaan guna

melestarikan kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi kawasan Gunung Sirung

Kecamatan Pantar Tengah di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan/atau Swasta

5.2. Revitalisasi, pengendalian kawasan budi daya terbangun, dan pengembangan lokasi dan jalur evakuasi kawasan rawan letusan gunung berapi

Kecamatan Pantar Barat di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, BNPB, Pemda, dan/atau Swasta

5.3. Revitalisasi, pengendalian kawasan budi daya terbangun, dan pengembangan lokasi dan jalur evakuasi bencana gempa bumi

a. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, Kemen ESDM, BNPB, Pemda,

Page 928: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 176 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

b. Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, dan Kecamatan Mataru pada Kabupaten Alor

c. Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Pantai Baru, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

d. Kecamatan Raijua,

dan/atau Swasta

Page 929: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 177 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Timur, dan Kecamatan Sabu Liae di Kabupaten Sabu Raijua

e. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

5.4. Revitalisasi, pengendalian

kawasan budi daya terbangun, dan pengembangan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana tsunami

a. Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, Kemen ESDM, BNPB, Pemda, dan/atau Swasta

Page 930: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 178 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

b. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kualin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Nunkolo, dan Kecamatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan

c. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

d. Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar

Page 931: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 179 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Tengah, Kecamatan Pantar Timur, Kecamatan Pantar, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Lembur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Mataru, Kecamatan Alor Selatan, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

e. Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Page 932: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 180 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Pantai Baru, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

f. Kecamatan Raijua, Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Timur, dan Kecamatan Sabu Liae di Kabupaten Sabu Raijua

g. Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera, Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu di Kabupaten Sumba Timur

Page 933: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 181 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

h. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

i. Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

j. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

5.5. Pemertahanan PPKT dari dampak bencana pada kawasan rawan tsunami

a. Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote Ndao;

b. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua; dan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, BNPB, Pemda, dan/atau Swasta

Page 934: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 182 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

c. Pulau Mangudu di Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba Timur

5.4. Revitalisasi dan pengendalian

kawasan budi daya terbangun pada kawasan rawan abrasi

a. Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

b. Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Malaka

c. Kecamatan Insana Utara di Kabupaten Timor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 935: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 183 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Tengah Utara d. Kecamatan Kolbano,

Kecamatan Boking, Kecamatan Kot’olin, dan Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

e. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, dan Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

Page 936: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 184 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

f. Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, Kecamatan Mataru, dan Kecamatan Pantar pada Kabupaten Alor

g. Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Pantai Baru, dan

Page 937: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 185 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Timur, dan Kecamatan Sabu Liae di Kabupaten Sabu Raijua

i. Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera, Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu di Kabupaten Sumba Timur

j. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten

Page 938: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 186 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Sumba Tengah k. Kecamatan Lamboya dan

Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

l. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

5.5 Pemertahanan PPKT dari dampak

bencana pada kawasan rawan abrasi

a. Pulau Batek di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang

b. Pulau Ndana di Kecamatan Rote Barat Daya pada Kabupaten Rote Ndao

c. Pulau Dana di Kecamatan Raijua pada

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 939: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 187 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kabupaten Sabu Raijua d. Pulau Mangudu di

Kecamatan Karera pada Kabupaten Sumba Timur

5.6. Revitalisasi fungsi lindung dan pengendalian kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air

a. kawasan CAT Waikabubak di Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa Tidahu, dan Kecamatan Tabundung di Kabupaten Sumba Timur, Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah, Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi Bangedo di Kabupaten Sumba Barat Daya, serta

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 940: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 188 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

b. kawasan CAT Kupang di Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Kupang Barat, dan Kecamatan Nekamese di Kabupaten Kupang

c. kawasan CAT Mina di Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano, dan Kecamatan Kualin di Kabupaten Timor Tengah Selatan,

Page 941: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 189 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

serta Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

d. kawasan CAT Oemeu di Kecamatan Kota Kefamenanu dan Kecamatan Miomafo Barat di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. kawasan CAT Aroki di Kecamatan Tasifeto Barat di Kabupaten Belu

f. kawasan CAT Besikama di Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan

Page 942: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 190 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Wewiku di Kabupaten Malaka, serta Kecamatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan

g. kawasan CAT Takourang di Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pantar Timur di Kabupaten Alor

h. kawasan CAT Delaki di Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pantar Timur di

Page 943: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 191 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kabupaten Alor i. kawasan CAT Pasirputih

di Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Laut, dan Kecamatan Kabola di Kabupaten Alor

j. kawasan CAT Kalabahi di Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, dan Kecamatan Mataru di Kabupaten Alor

Page 944: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 192 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

k. kawasan CAT Werula di Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Mataru, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

l. kawasan CAT Ngalu di Kecamatan Pahunga Lodu dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

m. kawasan CAT Nemberala di Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat Laut di

Page 945: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 193 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kabupaten Rote Ndao n. kawasan CAT Batutua di

Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, dan Kecamatan Rote Tengah di Kabupaten Rote Ndao

o. kawasan CAT Rote di Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

Page 946: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 194 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

5.7. Revitalisasi fungsi lindung dan pengendalian kegiatan budi daya terbangun pada sempadan mata air

a. Kecamatan Teluk Mutiara di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Lamaknen Selatan, dan Kecamatan Lamaknen di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Kobalima, dan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 947: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 195 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Kobalima Timur di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Miomaffo Barat di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Amfoang Timur di Kabupaten Kupang

Page 948: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 196 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

g. Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Pantai Baru, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua

i. Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Karera, Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar,

Page 949: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 197 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu di Kabupaten Sumba Timur

j. Kecamatan Katikutanan Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

k. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

l. Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 950: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 198 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

6. Zona L6 yang merupakan kawasan lindung lainnya 6.1. Pengembangan pengelolaan dan

pengendalian kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi Taman Buru Dataran Bena

Kecamatan Amanuban Selatan dan Kecamatan Kualin di Kabupaten Timor Tengah Selatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

6.3. Pengembangan pengelolaan dan pengendalian kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi Taman Buru Pulau Ndana

Kecamatan Rote Barat Daya di Kabupaten Rote Ndao

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

6.4. Pengembangan pengelolaan dan pengendalian kegiatan budi daya yang dapat mengganggu ekosistem atau kehidupan biota laut pada terumbu karang

Selat Ombai, Selat Alor, Selat Pantar, Laut Sawu, Selat Rote, Laut Timor, dan Samudera Hindia

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 951: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 199 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

6.5. Rehabilitasi terumbu karang yang mengalami degradasi

Selat Ombai, Selat Alor, Selat Pantar, Laut Sawu, Selat Rote, Laut Timor, dan Samudera Hindia

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

6.6. Pengembangan pengelolaan dan pengendalian kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kehidupan biota laut pada kawasan koridor bagi jenis biota laut yang dilindungi

perairan Selat Alor, Laut Sawu, Laut Timor, dan Samudera Hindia

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Kemenpar, Pemda, dan/atau Swasta

6.7. Rehabilitasi kawasan koridor bagi jenis biota laut yang dilindungi yang mengalami degradasi

perairan Selat Alor, Laut Sawu, Laut Timor, dan Samudera Hindia

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 952: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 200 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

B. Zona Budi Daya (Zona B) 1. Zona Budi Daya 1 (Zona B1)

1.1. Pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi fungsi kawasan permukiman perkotaan

a. Kecamatan Teluk Mutiara dan Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Tasifeto Timur, dan Kecamatan Raihat di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima Timur dan Kecamatan Malaka Tengah di Kabupaten Malaka

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemenbud-dikdasmen, Kemenkes, Kemenperin, Kemenpar, BNPB, Pemda, dan/atau Swasta

Page 953: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 201 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

d. Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Insana Utara, Kecamatan Bikomi Nilulat, dan Kecamatan Bikomi Utara di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Amfaong Timur di Kabupaten Kupang

f. Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

g. Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

1.2. Pengendalian dampak negatif kawasan industri yang mengganggu fungsi lingkungan di pusat permukiman perbatasan

a. Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemenperin, Kemen LH dan

Page 954: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 202 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

negara Selatan, Kecamatan Tasifeto Timur, dan Kecamatan Raihat di Kabupaten Belu

b. Kecamatan Kobalima Timur dan Kecamatan Malaka Tengah di Kabupaten Malaka

c. Kecamatan Teluk Mutiara dan Kecamatan Alor Timur di Kabupaten Alor

d. Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Insana Utara, Kecamatan Bikomi Nilulat, dan Kecamatan Bikomi Utara di Kabupaten Timor Tengah Utara

Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 955: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 203 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

e. Kecamatan Amfaong Timur di Kabupaten Kupang

f. Kecamatan Lobalain di Kabupaten Rote Ndao

g. Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

2. Zona Budi Daya 2 (Zona B2) 2.1. Pengembangan, rehabilitasi,

revitalisasi fungsi kawasan permukiman perdesaan

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU dan Pera, Kemenbuddik-dasmen, Kemenkes, Kemen Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi

Page 956: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 204 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Lembur, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Timur, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Raihat, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Tasifeto

(Kemen Desa, PDT dan Trans), BNPB, Pemda, dan/atau Swasta

Page 957: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 205 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Barat, dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan

Page 958: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 206 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Semau Selatan di Kabupaten Kupang

e. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Mutis, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, Kecamatan Kolbano, Kecamatan

Page 959: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 207 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kot'olin, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Nunkolo di Kabupaten Timor Tengah Selatan

g. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan Semau Selatan di Kabupaten Kupang

h. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat,

Page 960: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 208 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

i. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur di Kabupaten Sabu Raijua

j. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan

Page 961: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 209 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

k. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

l. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

m. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi Bangedo di Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 962: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 210 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

2.2. Pengembangan fasilitas depo pangan lokal untuk mengatasi kerawanan pangan pada kawasan permukiman perdesaan terpencil dan terisolasi

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Timur, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemendag, Kementan, Kemen Desa, PDT dan Trans, Pemda, dan/atau Swasta

Page 963: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 211 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

b. Kecamatan Raihat, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten

Page 964: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 212 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Malaka d. Kecamatan Amarasi

Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan Semau Selatan di Kabupaten Kupang

e. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Insana utara,

Page 965: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 213 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Mutis, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Nunkolo di Kabupaten Timor Tengah Selatan

g. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur,

Page 966: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 214 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan Semau Selatan di Kabupaten Kupang

h. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

i. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu

Page 967: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 215 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur di Kabupaten Sabu Raijua

j. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

k. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

l. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan

Page 968: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 216 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

m. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi Bangedo di Kabupaten Sumba Barat Daya

3. Zona Budi Daya 3 (Zona B3) 3.1. Pengembangan kawasan

peruntukan pertanian tanaman pangan termasuk kawasan pertanian pangan lahan kering untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat perbatasan

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kementan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 969: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 217 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kabola, Kecamatan Lembur, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Timur, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Raihat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan

Page 970: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 218 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Tasifeto Barat, dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi Utara,

Page 971: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 219 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Mutis, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Nunkolo di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan

Page 972: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 220 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Semau, dan Kecamatan Semau Selatan di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan

Page 973: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 221 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur di Kabupaten Sabu Raijua

i. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu,

Page 974: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 222 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

j. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

k. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

l. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi Bangedo di Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 975: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 223 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

4. Zona Budi Daya 4 (Zona B4) 4.1. Pengembangan kawasan

peruntukan perkebunan dengan komoditas kelapa, kakao, dan jambu mete serta peruntukan peternakan yang ramah lingkungan

a. Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kementan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 976: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 224 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Pantar Timur, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Raihat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Tasifeto Timur di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima

Page 977: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 225 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Timur, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Miomaffo Barat, Kecamatan Mutis, dan Kecamatan Naibenu di

Page 978: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 226 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Boking, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Nunkolo di Kabupaten Timor Tengah Selatan

f. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan

Page 979: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 227 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Semau, dan Kecamatan Semau Selatan di Kabupaten Kupang

g. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Ndao Nuse, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

h. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Raijua, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu

Page 980: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 228 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur di Kabupaten Sabu Raijua

i. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

j. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

k. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Pinu Pahar,

Page 981: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 229 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

l. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi Bangedo pada Kabupaten Sumba Barat Daya

5. Zona Budi Daya 5 (Zona B5)

5.1. Pengembangan kawasan hutan produksi dengan mempertimbangkan potensi lestari serta pengendalian alih fungsi kawasan hutan produksi yang berfungsi lindung atau memiliki nilai ekologi tinggi

a. Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Kabola, Kecamatan Pantar,

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 982: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 230 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

menjadi kawasan budi daya lainnya

Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pantar Timur di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, dan Kecamatan Tasifeto Barat di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Miomaffo Barat, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten

Page 983: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 231 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Timor Tengah Utara d. Kecamatan Boking di

Kabupaten Timor Tengah Selatan

e. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, dan Kecamatan Nekamese di Kabupaten Kupang

f. Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat

Page 984: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 232 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Laut, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

g. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur di Kabupaten Sabu Raijua

h. Kecamatan Karera, Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu,

Page 985: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 233 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

i. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

j. Kecamatan Kodi Balagar dan Kecamatan Kodi Bangedo di Kabupaten Sumba Barat Daya

5.2. Pemulihan kondisi hutan produksi dari deforestasi dan degradasi serta peningkatan fungsi ekologis kawasan hutan produksi

a. Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Timur,

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 986: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 234 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Kabola, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pantar Timur di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Kakuluk Mesak, dan Kecamatan Tasifeto Barat di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki Moenleu, Kecamatan Insana utara, Kecamatan Kota Kefamenanu,

Page 987: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 235 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Miomaffo Barat, dan Kecamatan Naibenu di Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Kecamatan Boking di Kabupaten Timor Tengah Selatan

e. Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, Kecamatan Amarasi Timur, Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Kupang Barat, dan Kecamatan Nekamese di Kabupaten Kupang

f. Kecamatan Landu Leko,

Page 988: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 236 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Lobalain, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur di Kabupaten Rote Ndao

g. Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur di Kabupaten Sabu Raijua

h. Kecamatan Karera,

Page 989: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 237 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Katala Hamulingu, Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan Wula Waijelu di Kabupaten Sumba Timur

i. Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Wanukaka di Kabupaten Sumba Barat

j. Kecamatan Kodi Balagar dan Kecamatan Kodi Bangedo di Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 990: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 238 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

6. Zona Budi Daya 6 (Zona B6) 6.1. Pengendalian perkembangan

kawasan peruntukan pertambangan mineral (tembaga, emas, dan mangan) yang berpotensi merusak kawasan berfungsi lindung

a. Kecamatan Pantar Timur, Kecamatan Pantar, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Mataru, Kecamatan Alor Timur Laut, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 991: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 239 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Boking dan Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

e. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi

Page 992: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 240 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

f. Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat di Kabupaten Rote Ndao

g. Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

h. Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung,

Page 993: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 241 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

dan Kecamatan Katala Hamulingu di Kabupaten Sumba Timur

i. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

j. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Lamboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

k. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Bangedo, dan Kecamatan Kodi Balagar di Kabupaten Sumba Barat Daya

Page 994: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 242 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

6.2. Reklamasi kawasan peruntukan pertambangan mineral (tembaga, emas, dan mangan) untuk memulihkan kualitas lingkungan dan ekosistem

a. Kecamatan Pantar Timur, Kecamatan Pantar, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Mataru, Kecamatan Alor Timur Laut, dan Kecamatan Pureman di Kabupaten Alor

b. Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Kemen LH dan Kehutanan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 995: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 243 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Nanaet Duabesi di Kabupaten Belu

c. Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka

d. Kecamatan Boking dan Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

e. Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur di Kabupaten Kupang

f. Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah,

Page 996: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 244 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat di Kabupaten Rote Ndao

g. Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua

h. Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, dan Kecamatan Katala Hamulingu di Kabupaten Sumba Timur

i. Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba Tengah

j. Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya,

Page 997: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 245 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

dan Kecamatan Lamboya Barat di Kabupaten Sumba Barat

k. Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Bangedo, dan Kecamatan Kodi Balagar di Kabupaten Sumba Barat Daya

7. Zona Perairan 1 (Zona A1) Pengembangan Zona A1 yang

berfungsi melindungi titik-titik garis pangkal kepulauan dari abrasi, mempertahankan wilayah kedaulatan negara, pemanfaatan sumber daya alam sesuai potensi lestari, dan perlindungan ekosistem

Perairan Selat Ombai, Laut Sawu, Laut Timor, dan Samudera Hindia

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Kemen LH dan Kehutanan, Kemen ESDM, Kemenhan, Pemda, dan/atau Swasta

Page 998: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179

         

- 246 -

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN I II III IV V

2014 2015-2019

2020-2024

2025-2029

2030-2033

8. Zona Perairan 2 (Zona A2) Pengembangan Zona A2 yang

berfungsi untuk pemanfaatan sumber daya alam sesuai potensi lestari

Perairan Landas Kontinen Indonesia dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang berada di perairan Selat Ombai, Laut Timor, dan Samudera Hindia

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Kemen LH dan Kehutanan, Kemen ESDM, Kementerian Luar Negeri, Badan Informasi Geospasial, dan/atau Swasta

 

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI

Deputi Bidang Perekonomian,

ttd.

Ratih Nurdiati