peraturan menteri perdagangan republik … · persetujuan impor sebagaimana dimaksud dalam pasal 6...

15
4^Nskitimi4 ":".‘‘'. MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 77/M-DAG/PER/ 11/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk lebih meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan impor ban, perlu melakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/M-DAG/PER/ 11/2016 tentang Ketentuan Impor Ban sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/ M-DAG/ PER/11/2016 tentang Ketentuan Impor Ban; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/M-DAG/PER/ 11/2016 tentang Ketentuan Impor Ban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

Upload: hoanghanh

Post on 13-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4^Nskitimi4":".‘‘'.

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 117 TAHUN 2018

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN

NOMOR 77/M-DAG/PER/ 11/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk lebih meningkatkan efektivitas pelaksanaan

kebijakan impor ban, perlu melakukan perubahan

terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

77/M-DAG/PER/ 11/2016 tentang Ketentuan Impor Ban

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 06 Tahun 2018 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

77/ M-DAG/ PER/11/2016 tentang Ketentuan Impor Ban;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Perdagangan tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

77/M-DAG/PER/ 11/2016 tentang Ketentuan Impor Ban;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5512);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pengesahan

Protocol Amending the Marrakesh Agreement Establishing the

World Trade Organization (Protokol Perubahan Persetujuan

Marrakesh Mengenai Pembentukan Organisasi Perdagangan

Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017

Nomor 240, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6140);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara

Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6215); Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 77 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik di Bidang

Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 938);

5. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perdagangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 90);

6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 202);

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

77/M-DAG/ PER/11/2016 tentang Ketentuan Impor Ban

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor

1704) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 06 Tahun 2018 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

77 / M-DAG/ PER/ 11/ 2016 tentang Ketentuan Impor

Ban (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018

Nomor 65);

3

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75 Tahun 2018

tentang Angka Pengenal Importir (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2018 Nomor 936);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI

PERDAGANGAN NOMOR 77/M-DAG/PER/ 11/2016 TENTANG

KETENTUAN IMPOR BAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 77/ M-DAG/ PER/11/2016 tentang Ketentuan Impor

Ban (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor

1704) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 06 Tahun 2018 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

77/M-DAG/PER/ 11/2016 tentang Ketentuan Impor Ban

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 65)

diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Ban adalah bagian penting dan kendaraan yang

diproduksi dan campuran karet alam dan/atau

karet sintetis, yang tidak terpasang dan/atau

terpasang pada pelek yang termasuk dalam Pos HS

4011, 4013, dan 8708.

2. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke

dalam daerah pabean.

3. Nomor Induk Berusaha, yang selanjutnya disingkat

NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan

-4

oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan

Pendaftaran.

4. Angka Pengenal Importir, yang selanjutnya disingkat

API adalah tanda pengenal sebagai importir.

5. Persetujuan Impor adalah persetujuan yang

digunakan sebagai izin untuk melakukan impor Ban.

6. Rekomendasi adalah surat keterangan yang

diterbitkan oleh pejabat instansi/ unit teknis

terkait yang berwenang dan merupakan persyaratan

untuk bahan pertimbangan penerbitan Persetujuan

Impor.

7. Verifikasi atau penelusuran teknis impor adalah

penelitian dan pemeriksaan barang impor yang

dilakukan oleh surveyor.

8. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat

otorisasi untuk melakukan verifikasi atau

penelusuran teknis barang Impor.

9. Pusat Logistik Berikat, yang selanjutnya disingkat

PLB adalah Tempat Penimbunan Berikat

untuk menimbun barang asal luar daerah

pabean dan/atau barang yang berasal dari

tempat lain dalam daerah pabean, dapat

disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan sederhana

dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan

kembali.

10. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

atau Online Single Submission, yang selanjutnya

disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha

yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan

atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur,

atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui

sistem elektronik yang terintegrasi.

11. Indonesia National Single Window, yang selanjutnya

disingkat INSW adalah sistem nasional Indonesia

yang memungkinkan dilakukannya penyampaian

data dan informasi secara tunggal (single submission

of data and information), pemrosesan data dan

informasi secara tunggal dan sinkron (single and

synchronous processing of data and information), dan

pembuatan keputusan secara tunggal untuk

pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang

(single decision-making for custom release and

clearance of cargoes).

12. Hak Akses adalah hak yang diberikan untuk

melakukan interaksi dengan sistem elektronik yang

berdiri sendiri atau dengan jaringan.

13. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS, yang

selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga

pemerintahan non kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

koordinasi penanaman modal.

14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang perdagangan.

15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal

Perdagangan Luar Negeri, Kementerian

Perdagangan.

2. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 3

(1) Ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya

dapat diimpor oleh perusahaan pemilik NIB yang

berlaku sebagai Angka Pengenal Importir

Produsen (API-P) atau perusahaan pemilik NIB

yang berlaku sebagai Angka Pengenal Importir

Umum (API-U) yang telah mendapat Persetujuan

Impor dari Menteri.

(2) Menteri mendelegasikan penerbitan Persetujuan

Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada

Direktur Jenderal.

(3) Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan dokumen pelengkap pabean

dalam penyelesaian kepabeanan di bidang impor.

3. Di antara Pasal 3 dan Pasal 4 disisipkan 1 (satu) pasal

yakni Pasal 3A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3A

(1) Impor Ban yang dilakukan oleh perusahaan pemilik

NIB yang berlaku sebagai API-P dapat dilakukan

dari negara asal atau PLB.

(2) Impor Ban yang dilakukan oleh perusahaan pemilik

NIB yang berlaku sebagai API-U hanya dapat

dilakukan dari PLB.

4. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 4

Perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-P

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)

merupakan perusahaan yang mengimpor Ban hanya

untuk digunakan dalam menunjang atau melengkapi

proses produksi barang yang dihasilkan.

5. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 5

Perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-P

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilarang untuk

memperdagangkan dan/atau memindahtangankan Ban

yang diimpor kepada pihak lain.

6. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

-7

Pasal 6

(1) Untuk memperoleh Persetujuan Impor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), perusahaan

harus mengajukan permohonan secara elektronik

kepada Direktur Jenderal, dengan melampirkan

hasil scan dokumen asli:

a. NIB;

b. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar

Nasional Indonesia (SPPT SNI) Ban, bagi yang

dipersyaratkan;

c. Nomor Pendaftaran Barang (NPB) Ban, bagi

yang dipersyaratkan;

d. Rencana Impor barang yang mencakup jenis

barang, klasifikasi barang/ Pos Tarif/ HS

8 (delapan) digit, merk, jumlah, negara asal dan

pelabuhan muat, serta pelabuhan tujuan;

e. surat penunjukan dan prinsipal pemegang

merk atau pabrik di luar negeri yang

ditandasahkan notaris publik dan atase

perdagangan di negara setempat;

f. bukti penguasaan tempat penyimpanan sesuai

karakteristik produk, untuk perusahaan

pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U;

g. bukti penguasaan alat transportasi sesuai

dengan karakteristik produk, untuk perusahaan

pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U; dan

h. Rekomendasi dari Menteri Perindustrian atau

pejabat yang ditunjuk yang diperoleh secara

elektronik dan portal INSW.

(2) Rencana Impor Barang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf d, memuat perencanaan impor barang:

a. selama 12 (dua belas) bulan, bagi

perusahaan pemilik NIB yang berlaku

sebagai API-P; dan

b. selama 6 (enam) bulan, bagi perusahaan

pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U.

-8

(3) Pengajuan permohonan Persetujuan Impor

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

dapat dilakukan setelah mendapatkan Hak Akses.

(4) Atas permohonan pengajuan Persetujuan Impor

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur

Jenderal menerbitkan Persetujuan Impor dengan

menggunakan Tanda Tangan Elektronik (Digital

Signature) yang tidak memerlukan cap dan tanda

tangan basah serta mencantumkan kode QR (Quick

Response Code) paling lama 3 (tiga) hari kerja

terhitung sejak permohonan diterima secara

lengkap dan benar.

(5) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak lengkap dan benar, akan

dilakukan penolakan secara elektronik paling lama

3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan

diterima.

(6) Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) digunakan sebagai dokumen pelengkap

pabean dalam penyelesaian kepabeanan di bidang

impor.

7. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 7

Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (4) berlaku selama:

a. 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan,

bagi perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai

API-P; dan

b. 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan, bagi

perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U.

8. Ketentuan ayat (2) Pasal 8 diubah, dan ditambahkan

2 (dua) ayat, yakni ayat (4) dan ayat (5) sehingga Pasal 8

berbunyi sebagai berikut:

-9

Pasal 8

(1) Masa berlaku Persetujuan Impor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 dapat diperpanjang paling

lama 30 (tiga puluh) hari.

(2) Untuk memperoleh perpanjangan masa berlaku

Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), perusahaan harus mengajukan

permohonan secara elektronik kepada Direktur

I

Jenderal paling lambat 14 (empat belas) hari

kerja sebelum masa berlaku Persetujuan Impor

habis, dengan melampirkan hasil scan dokumen

asli:

a. Persetujuan Impor;

b. Bill of Lading (B/L); dan

c. dokumen Manifest (BC 1.1).

(3) Pengajuan permohonan perpanjangan masa i berlaku Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah

mendapatkan Hak Akses.

(4) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), Direktur Jenderal menerbitkan

perpanjangan masa berlaku Persetujuan Impor

dengan menggunakan Tanda Tangan Elektronik

(Digital Signature) yang tidak memerlukan cap dan

tanda tangan basah serta mencantumkan kode QR

(Quick Response Code) paling lama 3 (tiga) hari

kerja terhitung sejak permohonan diterima secara

lengkap dan benar.

(5) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) tidak lengkap dan benar, akan dilakukan

penolakan secara elektronik paling lama 3 (tiga) hari

kerja terhitung sejak permohonan diterima.

9. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

- 10 -

Pasal 9

(1) Perusahaan yang mengimpor Ban wajib melaporkan

setiap perubahan yang terkait dengan

dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (1) huruf a sampai dengan huruf g, dan

mengajukan permohonan perubahan Persetujuan

Impor.

(2) Perusahaan yang mengimpor Ban dapat mengajukan

permohonan perubahan Persetujuan Impor dalam hal

terdapat perubahan mengenai Pos Tarif/HS, jenis,

jumlah, negara asal dan pelabuhan muat, dan/atau

pelabuhan tujuan impor.

(3) Pengajuan permohonan perubahan Persetujuan

Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah

mendapatkan Hak Akses.

(4) Untuk memperoleh perubahan Persetujuan Impor

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), importir Ban

hams mengajukan permohonan secara elektronik

kepada Direktur Jenderal, dengan melampirkan

hasil scan dokumen ash:

a. Dokumen yang mengalami perubahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan

b. Persetujuan Impor.

(5) Untuk memperoleh perubahan Persetujuan Impor

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), importir Ban

hams mengajukan permohonan secara elektronik

kepada Direktur Jenderal, dengan melampirkan

hasil scan dokumen asli:

a. Persetujuan Impor; dan

b. Rekomendasi dari Menteri Perindustrian atau

pejabat yang ditunjuk.

(6) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) dan ayat (5), Direktur Jenderal menerbitkan

Persetujuan Impor dengan menggunakan

Tanda Tangan Elektronik (Digital Signature)

yang tidak memerlukan cap dan tanda tangan

basah serta mencantumkan kode QR (Quick

Response Code) paling lama 3 (tiga) hari kerja

terhitung sejak permohonan diterima secara

lengkap dan benar.

(7) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) dan ayat (5) tidak lengkap dan benar,

akan dilakukan penolakan secara elektronik paling

lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan

diterima.

10. Di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu)

pasal, yakni Pasal 10A sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 10A

Dalam hal Lembaga OSS telah dapat memproses

penerbitan perizinan berusaha bidang perdagangan

yang diatur dalam Peraturan Menteri ini, Lembaga

OSS untuk dan atas nama Menteri menerbitkan

Persetujuan Impor.

11. Ketentuan ayat (1) Pasal 11 diubah sehingga berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 11

(1) Setiap pelaksanaan Impor Ban harus terlebih

dahulu dilakukan Verifikasi atau penelusuran

teknis di pelabuhan muat atau PLB.

(2) Pelaksanaan Verifikasi atau penelusuran teknis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh Surveyor yang ditetapkan oleh Menteri.

12. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 13 diubah, sehingga

berbunyi sebagai berikut:

- 12 -

Pasal 13

(1) Verifikasi atau penelusuran teknis sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilakukan

terhadap Impor Ban, yang meliputi data atau

keterangan paling sedikit mengenai:

a. negara asal dan pelabuhan muat;

b. Pos Tarif atau nomor HS dan uraian;

c. jenis dan jumlah;

d. tipe dan ukuran;

e. waktu pengapalan;

f. pelabuhan tujuan; dan

g. kesesuaian Sertifikat Produk Penggunaan

Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI)

Ban dengan dokumen asal barang.

(2) Hasil Verifikasi atau penelusuran teknis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan

dalam bentuk Laporan Surveyor (LS)

untuk digunakan sebagai dokumen pelengkap

pabean dalam penyelesaian kepabeanan di bidang

impor.

(3) LS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hams

memuat pernyataan kebenaran atas hasil Verifikasi

atau penelusuran teknis dan menjadi tanggung

jawab penuh Surveyor.

(4) Atas pelaksanaan Verifikasi atau penelusuran

teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Surveyor memungut imbalan jasa dan importir

yang besarannya ditentukan dengan

memperhatikan azas manfaat.

13. Ketentuan Pasal 13A dihapus.

14. Ketentuan ayat (1) Pasal 14 diubah, sehingga berbunyi

sebagai berikut:

- 13 -

Pasal 14

(1) Perusahaan yang telah mendapat Persetujuan Impor

wajib menyampaikan laporan kepada Direktur

Jenderal atas pelaksanaan Impor Ban, baik terealisasi

maupun tidak terealisasi, secara elektronik melalui

laman http://inatrade.kemendag.go.id, setiap bulan

sekali paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan

berikutnya.

(2) Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure)

yang mengakibatkan sistem elektronik tidak

berfungsi, penyampaian laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara

manual.

15. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 17

Persetujuan Impor dicabut apabila perusahaan:

a. terbukti melanggar ketentuan larangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5, untuk perusahaan pemilik

NIB yang berlaku sebagai API-P;

b. mengubah, menambah, dan/atau mengganti isi yang

tercantum dalam Persetujuan Impor;

c. menyampaikan data dan/atau keterangan yang

tidak benar dalam permohonan Persetujuan Impor,

setelah Persetujuan Impor diterbitkan;

d. mengimpor Ban yang jenisnya tidak sesuai dan/atau

jumlahnya melebihi yang tercantum dalam

Persetujuan Impor; dan/atau

e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap atas tindak pidana yang berkaitan dengan

penyalahgunaan Persetujuan Impor.

- 14 -

16. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 20

(1) Perusahaan yang melakukan impor Ban tidak

sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri

ini dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Ban yang diimpor tidak sesuai dengan ketentuan

dalam Peraturan Menteri ini wajib diekspor

kembali atas biaya importir.

17. Ketentuan Pasal 22 dihapus.

18. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 25

Untuk kepentingan pengawasan pelaksanaan Peraturan

Menteri ini, Direktur Jenderal bersama dengan Direktur

Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian

Perindustrian dapat membentuk Tim Evaluasi Pelaksanaan

Impor Ban.

19. Ketentuan Pasal 26A diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 26A

Dalam hal diperlukan, petunjuk teknis pelaksanaan dan

Peraturan Menteri ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku 30 (tiga puluh) hari sejak

tanggal diundangkan.

- 15 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 Desember 2018

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ENGGARTIASTO LUKITA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2018

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 1917

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal

erian Perdagangan r" 0- - 4,,Cl' --Kept4Biro Hukum,

SEKRE 1 1111 .104. JENDFRAL

//11W. 6 °A

it< IND I HARIYATI