peraturan menteri kesehatan republik indonesia … · risiko kesehatan. misi pembangunan...

58
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong partisipasi badan usaha dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan terutama dalam penyediaan infrastruktur bidang kesehatan, diperlukan pedoman pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha bidang kesehatan agar penyelenggaraan penyediaan infrastruktur kesehatan dapat berjalan efektif dan efesien; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Upload: lytu

Post on 07-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 40 TAHUN 2018

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong partisipasi badan usaha dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan terutama

dalam penyediaan infrastruktur bidang kesehatan,

diperlukan pedoman pelaksanaan Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha bidang kesehatan agar

penyelenggaraan penyediaan infrastruktur kesehatan

dapat berjalan efektif dan efesien;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Kesehatan tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5063);

Page 2: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-2-

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5072);

3. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang

Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha Penjaminan

Infrastruktur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 179);

4. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 64);

5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

6. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam

Penyediaan Infrastruktur (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 62);

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/ 2012

tentang Pemberian Dukungan Kelayakan atas Sebagian

Biaya Konstruksi pada Proyek Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor

1311);

8. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Penyediaan

Infrastruktur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 829);

9. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 1281);

Page 3: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-3-

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

1508);

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.08/2016

tentang Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan

pada Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha

Dalam Penyediaan Infrastruktur (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 11);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN

PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN

USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

KESEHATAN.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang

selanjutnya disingkat KPBU adalah kerjasama antara

pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan

infrastruktur untuk kepentingan umum dengan

mengacu kepada spesifikasi yang telah ditetapkan

sebelumnya oleh penanggung jawab proyek kerjasama,

yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber

daya badan usaha dengan memperhatikan pembagian

risiko antara para pihak.

2. Penyediaan Infrastruktur Kesehatan adalah kegiatan

yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun

atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau

kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau

pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan

kemanfaatan infrastruktur di sektor kesehatan.

3. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang selanjutnya

disingkat PJPK adalah menteri, kepala lembaga,

kepala daerah dan direksi Badan Usaha Milik

Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah.

Page 4: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-4-

4. Badan Usaha Pelaksana KPBU yang selanjutnya

disebut BUP adalah Perseroan Terbatas yang didirikan

oleh Badan Usaha pemenang lelang atau yang telah

ditunjuk secara langsung.

5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kesehatan.

Pasal 2

Pedoman Pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan merupakan acuan bagi instansi pemerintah pusat,

instansi pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan

terkait dalam melaksanakan kerjasama antara pemerintah

dengan BUP dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan.

Pasal 3

(1) Infrastruktur kesehatan yang dapat dikerjasamakan

dalam skema KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan meliputi:

a. rumah sakit;

b. Puskesmas atau klinik;

c. laboratorium kesehatan; dan

d. politeknik kesehatan.

(2) Selain infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), fasilitas kesehatan lainnya dapat dikerjasamakan

dalam skema KPBU setelah ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 4

(1) Penyediaan Infrastruktur Kesehatan rumah sakit,

Puskesmas atau klinik, dan laboratorium kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a,

huruf b, dan huruf c meliputi penyediaan bangunan,

prasarana, peralatan medis, dan/atau sumber daya

manusia.

(2) Dalam hal Penyediaan Infrastruktur Kesehatan berupa

penyediaan sumber daya manusia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), maka harus disertai dengan

penyediaan bangunan, prasarana, dan peralatan medis.

Page 5: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-5-

(3) Penyediaan Infrastruktur Kesehatan politeknik kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d

meliputi penyediaan bangunan, prasarana, dan/atau

sumber daya manusia.

(4) Dalam hal Penyediaan Infrastruktur Kesehatan berupa

penyediaan sumber daya manusia sebagaimana

dimaksud pada ayat (3), maka harus disertai dengan

penyediaan bangunan dan prasarana.

(5) Ketentuan mengenai penyediaan sumber daya manusia

dalam Penyediaan Infrastruktur melalui skema KPBU

dituangkan dalam perjanjian kerjasama sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5

(1) PJPK dalam pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan di lingkungan Kementerian

Kesehatan adalah Menteri.

(2) Menteri mendelegasikan kewenangannya kepada

Sekretaris Jenderal untuk bertindak sebagai PJPK untuk

dan atas nama Menteri.

(3) PJPK dalam pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan di lingkungan Pemerintah

Daerah adalah Gubernur/Bupati/Wali kota.

(4) Gubernur/Bupati/Wali kota dapat mendelegasikan

kewenangannya kepada pejabat terkait sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

(1) Jangka waktu pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan untuk:

a. rumah sakit dan politeknik kesehatan paling lama

20 (dua puluh) tahun; dan

b. Puskesmas atau klinik dan laboratorium kesehatan

paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Page 6: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-6-

(2) Penetapan jangka waktu pelaksanaan KPBU dalam

Penyediaan Infrastruktur Kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan

pengembalian investasi dan marjin keuntungan yang

wajar bagi BUP.

Pasal 7

Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan KPBU

dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Pasal 8

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Page 7: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-7-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 28 Agustus 2018

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 29 Agustus 2018

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 1181

Telah diperiksa dan disetujui:

Telah diperiksa dan disetujui:

Kepala Biro Hukum dan

Organisasi

Kepala Pusat Pembiayaan

dan Jaminan Kesehatan

Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan

Tanggal Tanggal Tanggal

Paraf Paraf Paraf

Page 8: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-8-

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 40 TAHUN 2018

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA

PEMERINTAH DAN BADAN USAHA

DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

KESEHATAN

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA

DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat diselenggarakan sebagai upaya

mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku sehat, hidup dalam

lingkungan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar

utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan

kesehatan dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).

Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan

akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan

mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis

risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesia tahun 2015-2019 yaitu

Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

Nawacita kelima “meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia”,

Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama

Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya

melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial

dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran terakhir ini sesuai dengan

Page 9: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-9-

salah satu sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu: meningkatnya akses dan mutu

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil,

tertinggal dan perbatasan.

Perkembangan pembangunan kesehatan Indonesia memperlihatkan

beberapa perubahan mendasar, salah satunya upaya menuju cakupan

kesehatan semesta (Universal Health Coverage (UHC)) ditahun 2019.

Persoalan ini merupakan masalah kesehatan yang paling mendesak dalam

hal pencapaian UHC. Salah satu implikasi komitmen penerapan UHC ini

adalah tersedianya pelayanan kesehatan yang setara bagi seluruh

masyarakat Indonesia dengan kualitas yang baik dan tidak menimbulkan

risiko beban finansial. Keadaan yang terjadi saat ini, meskipun terdapat

peningkatan jumlah rumah sakit sejak era JKN tahun 2014,

pertumbuhan rumah sakit milik pemerintah tidak sepesat pertumbuhan

rumah sakit milik swasta.

Rata-rata pertumbuhan rumah sakit pemerintah sebesar 3% (tiga

persen), sedangkan rumah sakit swasta sebesar 35% (tiga puluh lima

persen), dan pertumbuhan tersebut lebih banyak terdapat di Regional 1

(Pulau Jawa). Pertumbuhan rumah sakit swasta profit yaitu sebesar 44%

(empat puluh empat persen) sedangkan rumah sakit swasta non-profit

yaitu 2% (dua persen). Pertumbuhan rumah sakit swasta lebih banyak di

daerah perkotaan (daerah yang maju) sehingga kurang mencerminkan

pemerataan. Kondisi-kondisi tersebut diatas memperlihatkan telah terjadi

gap/kesenjangan ketersediaan fasilitas kesehatan. Hal ini akan

menghambat pemenuhan akses, cakupan, dan kualitas pelayanan

kesehatan.

Tujuan Pembangunan Indonesia untuk mencapai jaminan kesehatan

semesta pada tahun 2019 melalui program JKN akan membutuhkan

fasilitas kesehatan yang sesuai dengan perkembangan saat ini untuk

memastikan bahwa semua orang Indonesia dapat menggunakan

pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif

yang mereka butuhkan dan juga ada kualitas yang cukup untuk

menjadikan pelayanan tersebut efektif. Ketersediaan dan kesiapan

pelayanan kesehatan umum, ketersediaan dan kesiapan pelayanan

kesehatan spesifik melalui Puskesmas (FKTP) dan FKTL merupakan

keharusan agar semua masyarakat memperoleh akses pelayanan

kesehatan yang sama.

Page 10: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-10-

Ke depan tetap diperlukan upaya-upaya baik oleh pemerintah

maupun stakeholder lain termasuk didalamnya partisipasi masyarakat

dan dukungan pihak swasta/badan usaha. Hal ini menjadi penting dan

strategis di masa mendatang, tidak hanya karena menjadi tren di

kalangan dunia usaha sendiri, tetapi karena memang diperlukan oleh

pemerintah Indonesia untuk mengatasi dan menanggulangi berbagai

masalah kesehatan, mencapai cakupan kesehatan semesta, dan agar

terjadi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Kebutuhan ini muncul

karena adanya beberapa keterbatasan dalam mencapai tujuan-tujuan

program kesehatan apabila hanya mengandalkan peran dari pemerintah.

Permasalahan kesenjangan infrastruktur dan pelayanan kesehatan yang

terjadi akibat hal tersebut diatas mendorong Pemerintah berkolaborasi

dengan sektor swasta/badan usaha untuk pemenuhan dukungan

finansial Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Usaha Kesehatan

Perorangan (UKP) melalui Skema Pembiayaan Kerjasama Pemerintah

Swasta (KPS) agar pembiayaan dan penyediaan layanan kesehatan yang

diinginkan lebih cepat terwujud.

Menurut RPJMN 2015-2019, KPS merupakan salah satu mekanisme

yang dapat digunakan untuk peningkatan pendanaan pembangunan

kesehatan. Strategi pembiayaan kesehatan dalam RPJMN tahun 2015-

2019 yaitu (1) meningkatkan pendanaan untuk pembangunan kesehatan

melalui peningkatan peran dan dukungan masyarakat dan swasta melalui

PPP, (2) penyusunan kebijakan dan peraturan untuk mendorong

terlaksananya PPP dan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam

pembangunan kesehatan, dan (3) meningkatkan efektivitas pendanaan

pembangunan kesehatan. Berdasarkan strategi pembiayaan kesehatan

diatas, dilakukan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam

hal penyediaan infrastruktur dan layanan kesehatan yang berkualitas.

KPBU dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengejar beberapa

ketertinggalan dalam mencapai tujuan dari pembangunan kesehatan di

Indonesia, yang pada akhirnya akan memperluas akses, cakupan, dan

kualitas pelayanan kesehatan sehingga memperkecil gap/kesenjangan

yang ada dan menunjang tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

Page 11: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-11-

B. Pengertian

1. Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS)

Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) adalah segala bentuk

kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah dengan pihak Swasta.

KPS dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu berorientasi

infrastruktur, pelayanan, informasi dan advokasi kesehatan, serta

peningkatan kapasitas.

Bentuk KPS berorientasi infrastruktur dapat berupa kegiatan

konstruksi, rehabilitasi, konsesi bangunan dan/atau alat kesehatan.

Bentuk KPS berorientasi pelayanan misalnya berupa kontrak jasa,

kontrak manajemen, demand side financing, dan mobile unit. Bentuk

KPS berorientasi informasi dan advokasi contohnya adalah kerjasama

dengan organisasi non-pemerintah untuk upaya preventif dan

promotif kesehatan, atau kegiatan kampanye (upaya promotif) suatu

program kesehatan bersama dengan badan usaha. Kegiatan KPS

yang berorientasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia

kesehatan dapat berupa pelatihan atau peningkatan keterampilan,

konseling, atau dalam bentuk sponsorship untuk kegiatan

konferensi. Bentuk KPS yang berorientasi pelayanan yaitu kontrak

jasa yang dilakukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

yang merupakan Badan Usaha Milik Publik terhadap FKTP (klinik)

dan FKTL (rumah sakit, klinik utama) milik swasta sebagai penyedia

jasa pelayanan kesehatan dalam sistem Jaminan Kesehatan Sosial

(JKN), yang payung hukumnya mengacu pada Undang-undang No.

40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN);

walaupun sampai saat ini belum ada peraturan Kementerian

Kesehatan khusus yang mengatur bentuk KPS berorientasi

pelayanan kesehatan.

Bentuk KPS yang berorientasi pada infrastruktur dan

layanannya merupakan bentuk KPBU. Bentuk KPS yang berorientasi

pada penyebaran informasi dan advokasi kesehatan yang

menekankan aspek pemberdayaan masyarakat juga telah lazim

dilakukan dan umumnya memakai payung hukum dari Kemitraan

Tanggung Jawab Sosial (KTJS)/CSR. Bentuk KPS lain yang telah

banyak dilakukan oleh bidang kesehatan adalah Kerjasama

Operasional (KSO) yang berorientasi pada alat kesehatan dan

pelayanan terkait alat kesehatan tersebut. Selain itu juga terdapat

Page 12: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-12-

bentuk KPS untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia

kesehatan. Bentuk ini secara umum tidak mempunyai landasan

hukum khusus dan hanya berdasarkan kesepakatan pada kontrak

proyek kerjasama. Pada aspek pemberdayaan masyarakat KTJS

dilakukan pada ruang lingkup yang luas meliputi kegiatan sosial

(termasuk kesehatan), ekonomi dan lingkungan. Program kesehatan

yang dapat dilakukan melalui KTJS diantaranya; Program KIA,

Program Perilaku hidup bersih dan sehat, Pengendalian AIDS,

Tuberculosis, Malaria, dan Demam berdarah dengue, Pengendalian

Penyakit Tidak Menular, Penyehatan Lingkungan dan Pembangunan

Infrastruktur Kesehatan

2. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan adalah

kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam hal

penyediaan infrastruktur kesehatan seperti bangunan, prasarana,

dan peralatan pada FKTP dan FKTL, serta dalam hal penyediaan

pelayanan kesehatan (baik atas sebagian maupun keseluruhan dari

kegiatan pemberian jasa pelayanan kesehatan dan/atau

perumahsakitan) yang mengacu pada spesifikasi yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh Menteri Kesehatan yang tertuang dalam

peraturan tentang standar teknis bangunan, prasarana, peralatan,

dan pelayanan pada FKTP dan FKTL. Pelaksanaan proyek KPBU

dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: Proyek KPBU brownfield dan

greenfield. Proyek KPBU brownfield merupakan proyek KPBU dalam

penyediaan infrastruktur kesehatan pada fasilitas kesehatan yang

sudah tersedia bangunan dan prasarananya serta manajemen Badan

Layanan Usaha/Daerah (BLU/D), sedangkan untuk proyek KPBU

greenfield merupakan KPBU proyek penyediaan infrastruktur

kesehatan pada lokasi yang belum tersedia sama sekali bangunan

dan prasarananya.

Jangka waktu proyek KPBU yang dikerjasamakan untuk Rumah

Sakit dan Politeknik kesehatan paling lama 20 tahun, sedangkan

Puskesmas atau klinik dan laboratorium kesehatan paling lama 10

tahun. Dalam hal penetapan jangka waktu pelaksanaan KPBU

infrastruktur kesehatan harus mempertimbangkan pengembalian

Page 13: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-13-

investasi dan margin keuntungan yang wajar bagi Badan Usaha

Pelaksana (BUP).

Perbedaan KPBU dengan KSO dan KTJS sebagaimana dalam tabel

berikut:

KPBU KSO KTJS

Ruang

Lingkup

Bangunan, alat

kesehatan, dan

pelayanan

terkait

Alat kesehatan

dan pelayanan

terkait

Hibah infrastruktur

kesehatan dan alat

kesehatan, kegiatan

promotif dan preventif,

kegiatan peningkatan

kapasitas

Jangka

waktu

Panjang (10-20

tahun) sesuai

kontrak

Pendek (3-5

tahun) sesuai

kontrak

Sesaat (occasional/one

time off)

Ketentuan

badan

usaha

badan usaha

swasta yang

berbentuk

Perseroan

Terbatas, badan

hukum asing,

koperasi, BUMN,

atau BUMD

badan usaha

swasta yang

berbentuk

Perseroan

Terbatas, badan

hukum asing,

koperasi, BUMN,

atau BUMD

badan usaha yang

berbentuk Perseroan

Terbatas, badan hukum

asing, koperasi,

yayasan, bentuk usaha

swasta yang tidak

berbadan hukum

(individu, CV, firma),

Ormas, LSM, organisasi

filantropi, perguruan

tinggi, media,

komunitas dan

organisasi lainnya yang

kesemuanya memiliki

tanggung jawab sosial

di bidang kesehatan,

BUMN, atau BUMD

Nilai Profit

bagi badan

usaha

Ya Ya Tidak

Tabel 1 : Matrik Perbedaan KPBU, KSO, dan KTJS

Page 14: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-14-

C. Prinsip, Tujuan, dan Manfaat KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan

1. Prinsip KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

Pengaturan penerapan KPBU ini dibuat untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan kesehatan nasional yang dimulai dari

kegiatan perencanaan, penyiapan, transaksi sampai dengan

monitoring dan evaluasi. Lebih jauh daripada itu, untuk mendorong

keikutsertaan badan usaha di bidang kesehatan dalam penyediaan

infrastruktur kesehatan dan layanan berdasarkan prinsip-prinsip

usaha yang sehat.

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan harus

menjunjung tinggi prinsip dasar pembangunan kesehatan yang

terdiri dari perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil

dan merata, serta pengutamaan dan manfaat. Dalam penerapannya

harus diselenggarakan sesuai dengan prinsip pembangunan

kesehatan yaitu demokratis, berkepastian hukum, terbuka

(transparan), rasional, profesional, serta bertanggung jawab dan

bertanggung gugat (akuntabel). Untuk itu diperlukan komitmen dan

tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

2. Tujuan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

Tujuan KPBU di bidang kesehatan adalah tersedianya

infrastruktur dan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi

masyarakat sehingga dapat mengurangi kesenjangan akan sarana

prasarana dan memenuhi layanan kesehatan yang berkualitas,

dengan melibatkan peran serta swasta.

3. Manfaat KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

Manfaat KPBU bidang kesehatan adalah percepatan penyediaan

pelayanan kesehatan, memperluas akses, meningkatkan cakupan

pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil, dan merata, melindungi

kesehatan masyarakat, serta mendorong terciptanya inovasi atau

terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga pada akhirnya

dapat mengejar ketertinggalan dalam mencapai tujuan pembangunan

kesehatan di Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Page 15: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-15-

Penerima manfaat KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

mencakup peserta JKN dan/atau umum (peserta selain JKN) yang

proporsi dan ketentuannya disepakati bersama oleh pemerintah dan

badan usaha di dalam kontrak KPBU masing-masing, dengan

mengacu pada perhitungan bisnis dan prinsip manfaat sosial.

D. Ketentuan Badan Usaha dan Badan Usaha Pelaksana

Sektor swasta terdiri dari badan usaha, lembaga non-pemerintah

atau organisasi non-profit atau organisasi kemasyarakatan, dan individu.

Berdasarkan Peraturan Presiden tentang Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang dimaksud dengan

Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas, Badan

Hukum Asing atau koperasi. Badan Usaha pemenang lelang membentuk

Badan Usaha Pelaksana (BUP) yang berbentuk Perseroan Terbatas.

Dalam hal ruang lingkup KPBU terdapat unsur pelayanan kesehatan,

maka salah satu anggota konsorsium peserta lelang wajib merupakan

badan usaha yang memiliki kegiatan usaha di bidang pelayanan

kesehatan atau dapat menunjukkan bukti kemitraan dengan badan usaha

yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan. Selain itu, dalam hal

pendayagunaan tenaga asing oleh badan usaha dan rumah sakit, harus

mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

Page 16: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-16-

BAB II

RUANG LINGKUP KPBU DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN

Infrastruktur kesehatan yang dapat dikerjasamakan dalam skema KPBU

Bidang Kesehatan antara lain:

a. rumah sakit, meliputi konstruksi dan operasional.

b. Puskesmas atau klinik, meliputi bangunan, prasarana, dan/atau

peralatan medis baik; dan/atau pelayanan kesehatan untuk puskesmas

maupun klinik;

c. laboratorium kesehatan, meliputi penyediaan bangunan laboratorium

kesehatan, prasarana laboratorium kesehatan dan/atau peralatan

laboratorium; dan/atau pelayanan kesehatan untuk laboratorium

kesehatan; dan

d. politeknik kesehatan, meliputi penyediaan bangunan, prasarana,

dan/atau sumber daya manusia.

Dalam hal penyediaan infrastruktur kesehatan berupa penyediaan

sumber daya manusia untuk ketiga infrastruktur kesehatan tersebut di atas,

maka harus disertai dengan penyediaan bangunan, prasarana dan peralatan

medis. Selain infrastruktur yang telah dijelaskan di atas, fasilitas kesehatan

lainnya atau fasilitas yang dimiliki Kementerian Kesehatan, dapat

dikerjasamakan dalam skema KPBU setelah ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan.

Ketentuan mengenai penyediaan sumber daya manusia dalam Penyediaan

Infrastruktur melalui skema KPBU dituangkan secara rinci dan jelas dalam

perjanjian kerjasama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Lingkup KPBU Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan di rumah sakit,

sebagai berikut:

Page 17: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-17-

asss ngbuatengik

Gambar 2. Lingkup KPBU Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan di rumah

sakit.A. Kon

Lingkup pelayanan kesehatan perorangan di rumah sakit yang dapat

dikerjasamakan melalui skema KPBU mencakup:

1. Konstruksi

Yang termasuk ke dalam konstruksi yang dikerjasamakan antara lain:

a. Lahan, Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit

Lahan, bangunan, dan Prasarana Rumah Sakit harus dalam satu

kesatuan lokasi yang saling berhubungan dengan ukuran, luas dan

bentuk lahan serta bangunan/ruang mengikuti ketentuan tata ruang

daerah setempat yang berlaku. Persyaratan lahan lokasi, bangunan

dan prasarana berupa fasilitas pendukung rumah sakit harus sesuai

dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

b. Peralatan

Peralatan sebagaimana dimaksud terdiri dari peralatan medis dan

non medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap,

rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium

klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi,

kamar jenazah, termasuk peralatan sistem informasi dan teknologi.

Peralatan sebagaimana dimaksud diatur dalam peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 18: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-18-

2. Operasional

Yang termasuk ke dalam operasional yang dapat dikerjasamakan antara

lain:

a. Manajemen rumah sakit

Administrasi dan manajemen rumah sakit yang dimaksud membantu

pengelolaan tugas-tugas manajemen rumah sakit berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku berdasarkan

kewenangan yang diatur dalam perjanjian KPBU.

b. Pelayanan

Pelayanan kesehatan di rumah sakit dilaksanakan dengan

melakukan upaya pengobatan, penyembuhan atau pemulihan, upaya

peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya

rujukan melalui tindakan medik dan non medik sesuai standar

pelayanan. Adapun Pelayanan yang dikerjasamakan adalah

pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Publik berdasarkan

Kelas meliputi :

1) Pelayanan Medik

Pelayanan medik yang dimaksud mencakup pelayanan gawat

darurat, pelayanan medik umum, pelayanan medik spesialis

dasar, pelayanan medik spesialis penunjang, pelayanan medik

spesialis lain, pelayanan medik subspesialis dan pelayanan

medik spesialis gigi dan mulut.

2) Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian yang dimaksud meliputi pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

dan pelayanan farmasi klinik.

3) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan

Pelayanan keparawatan dan kebidanan yang mencakup asuhan

keperawatan generalis dan spesialis serta asuhan kebidanan.

4) Pelayanan Penunjang Klinik

Pelayanan Penunjang Klinik yang meliputi meliputi pelayanan

bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur

dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

5) Pelayanan Penunjang non-Klinik

Pelayanan penunjang non-Klinik meliputi pelayanan

laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan

Page 19: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-19-

fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem

informasi dan komunikasi, pemulsaran jenazah, sistem

penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan

pengelolaan air bersih.

6) Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap yang dimaksud harus dilengkapi dengan

jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga

puluh persen) dari seluruh tempat tidur dan sebanyak 5% (lima

persen) dari seluruh tempat tidur.

c. Sumber Daya Manusia

Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan

kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia yang

berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan

kualitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi

secara efisien, efektif, dan produktif.

Adapun sumber daya manusia yang dapat dikerjasamakan

berdasarkan kebutuhan dan kelas rumah sakit publik sebagai

berikut :

1) Tenaga Medis yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi umum,

dokter spesialis medik dasar, penunjang medik lainnya;

subspesialis dan dokter gigi spesialis.

2) Tenaga Kefarmasian yang terdiri atas apoteker pada unit-unit

pelayanan rumah sakit.

3) Tenaga Keperawatan yang jumlah kebutuhan tenaganya sama

dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap.

Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan

dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.

4) Tenaga Kesehatan lain dan Tenaga non-Kesehatan yang jumlah

dan kualifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan

Rumah Sakit.

Page 20: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-20-

BAB III

PENYELENGGARAAN KPBU

DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN

A. Kelembagaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

Keterangan :

__________ : Pembentukan

---------------- : Koordinasi

Gambar 3 : Kelembagaan Organisasi Dalam Pelaksanaan KPBU

1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)

Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) merupakan penanggung

jawab sebuah proyek kerjasama dalam skema KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan dan memiliki kewenangan terhadap proyek

penyediaan infrastruktur kesehatan melalui skema tersebut. PJPK tingkat

pusat untuk KPBU bidang kesehatan secara otomatis melekat pada

Menteri Kesehatan dan/atau kepala instansi pemerintah lainnya yang

memiliki fasilitas kesehatan atau bertindak sebagai PJPK berdasarkan

hasil studi pendahuluan pada tahap perencanaan KPBU.

PJPK tingkat Kementerian Kesehatan dapat didelegasikan apabila

proyek KPBU bidang kesehatan telah masuk ke dalam Daftar Rencana

Menteri/Kepala Instansi Pemerintah/Kepala Daerah

PJPK

Simpul KPBU

Tim KPBU

Tim Panitia Pengadaan

Page 21: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-21-

KPBU atau apabila telah ditetapkan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran

sebagai usulan proyek KPBU bidang kesehatan yang sudah siap.

PJPK diklasifikasikan pada Instansi Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

1) PJPK pada instansi pemerintah pusat

PJPK di instansi pemerintah pusat adalah Menteri Kesehatan

dan/atau kepala instansi pemerintah lainnya yang memiliki fasilitas

kesehatan. Selanjutnya Menteri Kesehatan dapat

menugaskan/memberikan kuasa kepada Sekretaris Jenderal untuk

bertindak sebagai PJPK untuk dan atas nama Menteri Kesehatan jika

proyek tersebut telah masuk kedalam Daftar Rencana KPBU atau

telah ditetapkan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran sebagai usulan

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan yang sudah siap.

Sedangkan untuk kepala instansi pemerintah pusat lainnya

penugasan atau pemberian kuasa dapat ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sekretaris Jenderal dan pejabat yang diberi delegasi PJPK

menyelenggarakan fungsi untuk membina dan memberi dukungan

administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,

kerumahtanggaan, kerjasama, hubungan masyarakat, arsip,

dokumentasi, dan pengembangan atau operasi dan pemeliharaan

rumah sakit.

2) PJPK pada Pemerintah Daerah

PJPK pada Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah, yaitu

Gubernur, Bupati, atau Walikota berdasarkan kewenangannya.

Kepala Daerah dapat menugaskan atau memberikan kuasa kepada

Sekretaris Daerah atau Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

yang bertanggung jawab dalam urusan kesehatan. Untuk

pengembangan atau operasi dan pemeliharaan rumah sakit, Kepala

Daerah dapat menugaskan atau memberikan kuasa kepada pimpinan

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebagai PJPK atas nama

Kepala Daerah.

Page 22: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-22-

Gambar 4 : Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Pusat dan Daerah

C

2. Simpul KPBU, Tim KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan, dan

Panitia Pengadaan

Simpul KPBU merupakan sebuah simpul yang dibentuk oleh Menteri

Kesehatan dan/atau kepala instansi pemerintah lainnya yang memiliki

fasilitas kesehatan/atau Gubernur Walikota/Bupati yang beranggotakan

beberapa satuan kerja/unit teknis/OPD yang ada di lingkungan

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan bertugas dalam setiap

tahapan KPBU. Simpul KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

memiliki tugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan, perencanaan,

sinkronisasi, koordinasi, pengawasan, dan evaluasi terhadap kegiatan

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan. Pada

penyelenggaraannya, Simpul KPBU dibantu oleh Tim KPBU dan Panitia

Pengadaan.

Tim KPBU adalah tim yang dibentuk oleh PJPK untuk membantu

pengelolaan KPBU pada tahap penyiapan dan tahap transaksi KPBU

khususnya setelah penetapan Badan Usaha Pelaksana (BUP) hingga

diperolehnya pemenuhan pembiayaan (financial close), serta berkoordinasi

dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaannya.

Tim KPBU memiliki peran dan tanggung jawab sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan tahap penyiapan KPBU meliputi, kajian awal

Prastudi Kelayakan dan kajian akhir Prastudi Kelayakan;

PENANGGUNG JAWAB PROYEK KERJASAMA : TINGKAT PUSAT DAN DAERAH

Menteri/ Kepala Instansi

Pemerintah

Gubernur/ Bupati/

Walikota

Pejabat Setingkat Eselon I

Sekretaris Jenderal

Direktur Jenderal Yankes

Pemimpin BLU RS

Direktur Utama RS

Kepala SKPD Bidang Kesehatan Prov/Kab/Kota

Kepala Dinas Kesehatan

Pemimpin BLUD RS

Direktur Utama RSUD

Dapat Menugaskan atau Memberikan Kuasa

Page 23: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-23-

2) Melakukan kegiatan tahap transaksi KPBU hingga tercapainya

pemenuhan pembiayaan (financial close), kecuali kegiatan pengadaan

BUP;

3) Menyampaikan pelaporan kepada PJPK secara berkala melalui

Simpul KPBU; dan

4) Melakukan koordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaan

tugasnya.

Sedangkan Panitia Pengadaan adalah tim yang dibentuk PJPK atau

Unit Pengadaan yang telah ada sebelumnya di Kementerian/Lembaga/

Pemerintah Daerah, yang memiliki peran dan tanggung jawab untuk

mempersiapkan dan melaksanakan proses Pengadaan BUP pada tahap

transaksi. Selanjutnya Simpul KPBU dan instrumennya dibentuk pada

tingkat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

1) Instansi Pemerintah Pusat

Simpul KPBU di tingkat Pemerintah Pusat pada Kementerian

Kesehatan merupakan simpul yang berisikan beberapa satuan kerja

(satker) terkait KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

diantaranya Biro Perencanaan dan Anggaran, Direktorat teknis

terkait, Biro Keuangan dan Barang Milik Negara, serta Biro Hukum

dan Organisasi, yang dapat menyelenggarakan tugas pokok dan

fungsi Simpul KPBU.

Tim KPBU ditingkat Pemerintah Pusat pada Kementerian

Kesehatan adalah tim yang dibentuk untuk masing-masing proyek

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan, yang merupakan

tim pelaksana, yang dapat menyelenggarakan peran dan tanggung

jawab terhadap pelaksanaan masing-masing proyek KPBU. Tim KPBU

terdiri dari unsur Biro Perencanaan dan Anggaran, Biro Keuangan

dan Barang Milik Negara, Biro Hukum dan Organisasi, Direktorat

Jenderal teknis terkait. Panitia Pengadaan ditingkat Pemerintah

Pusat dapat berupa bagian atau unit layanan pengadaan yang baru

atau melekat pada unit kerja atau bagian unit layanan pengadaan

yang sudah ada, yang mana dapat menyelenggarakan peran sebagai

panitia pengadaan KPBU.

2) Pada Pemerintah Daerah

Simpul KPBU di tingkat Pemerintah Daerah atau Simpul KBPU

Daerah merupakan simpul yang berisikan beberapa satker di

Page 24: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-24-

Pemerintahan Daerah yang melekat pada struktur atau bagian yang

sudah ada, antara lain terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Dinas Kesehatan atau RSU BLUD, serta OPD teknis terkait

proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan, yang dapat

menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi Simpul KPBU. Tim KPBU

di tingkat Pemerintah Daerah adalah tim yang dibentuk untuk

masing-masing proyek KPBU yang merupakan tim pelaksana, yang

dapat menyelenggarakan peran dan tanggung jawab terhadap

masing-masing proyek KPBU. Panitia Pengadaan di tingkat

Pemerintah Daerah dapat berupa unit layanan pengadaan yang

dibentuk baru atau melekat pada unit kerja atau bagian unit layanan

pengadaan yang sudah ada, yang dapat menyelenggarakan peran

sebagai Panitia Pengadaan KPBU.

B. Pengusulan dan Pemilihan proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan

1. Pengusulan

a. di Lingkungan kementerian Kesehatan

Sebelum dokumen perencanaan proyek KPBU dalam

Penyediaan Infrastruktur Kesehatan masuk ke tahapan

perencanaan pada siklus KPBU tingkat Kementerian Kesehatan

terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian:

1) Proyek KPBU diusulkan oleh Rumah Sakit Vertikal kepada

Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Ses

Ditjen Yankes).

2) Ses Ditjen Yankes melakukan skrening/identifikasi awal

terhadap usulan proyek KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan.

3) Setelah dinyatakan layak untuk diusulkan menjadi proyek

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan, Ses Ditjen

Yankes mengusulkan kepada Kepala Biro Perencanaan dan

Anggaran.

4) Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran melaksanakan

pemilihan proyek KPBU bidang kesehatan menggunakan

teknik “Analisis Multi Kriteria (AMK)”.

5) Hasil AMK selanjutnya diusulkan melalui Sekretaris Jenderal

menjadi dokumen perencanaan Kementerian Kesehatan dan

Page 25: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-25-

diserahkan kepada Kementerian PPN/Bappenas untuk

menjadi proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan.

b. Pengusulan di instansi pemerintah pusat selain Kementerian

Kesehatan dan di pemerintah daerah disesuaikan dengan

struktur organisasi masing-masing instansi.

2. Pemilihan Proyek KPBU

Pemilihan proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan menggunakan teknik “Analisis Multi Kriteria”. Analisis

Multi Kriteria yang selanjutnya disebut AMK adalah prosedur seleksi

dan pemberian peringkat proyek dengan menggunakan metodologi

gabungan penilaian subyektif dan obyektif dari beberapa kriteria.

Kriteria yang dipertimbangkan untuk keberhasilan suatu proyek

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan meliputi sekurang-

kurangnya 3 (tiga) aspek, yaitu aspek perencanaan, aspek finansial,

aspek komitmen PJPK dan kinerja. Pihak yang melakukan AMK

adalah Simpul KPBU Pusat atau Simpul KPBU Daerah. Dalam hal

Simpul KPBU belum terbentuk, maka AMK dilakukan oleh

Kementerian/Instansi Pemerintah lainnya yang terkait.

a. Aspek Perencanaan

Aspek perencanaan dalam pemilihan proyek KPBU

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (i) pencantuman

proyek KPBU tersebut dalam perencanaan nasional/daerah, (ii)

kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW),

(iii) telah dilakukan studi pendahuluan, (iv) pemahaman PJPK

terhadap KPBU dan modalitas lainnya dalam membangun atau

mengembangkan rumah sakit, (v) besar manfaat ekonomi yang

diperoleh dari proyek KPBU, dan (vi) tingkat efisiensi yang dapat

dicapai melalui skema KPBU dibandingkan dengan skema

pengadaan konvensional atau skema lain diluar KPBU.

Adapun dokumen-dokumen yang menjadi faktor yang

dipertimbangkan dalam aspek perencanaan untuk melakukan

pemilihan proyek sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai

berikut:

1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah

(RPJMN/D);

Page 26: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-26-

2) Rencana Strategis bidang kesehatan baik pusat maupun

daerah dan atau Rencana Strategis Bisnis BLU/D Rumah

Sakit;

3) Dokumen Rencana tata Ruang (RTRW);

4) Studi Pendahuluan termasuk Analisa Kebutuhan Proyek,

Value for Money (VfM), Analisis Kepatuhan, Analisis Potensi

Pendapatan, Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut.

b. Aspek Finansial dan Anggaran

Aspek finansial dan anggaran dapat dilihat dari nilai proyek,

kemampuan keuangan, asal sumber pendanaan serta keadaan

keuangan RSU BLU/D melalui opini BPK. Aspek-aspek tersebut

penting untuk menilai kemampuan PJPK dalam melaksanakan

kewajiban finansial dalam perjanjian KPBU.

Aspek nilai proyek mempertimbangkan besarnya investasi

yang dibutuhkan untuk pembangunan fisik/bangunan,

pengadaan peralatan medis dan non-medis, maupun dana

operasional yang diperlukan dalam program pengembangan

pelayanan kesehatan dan pelayanan penunjangnya.

Gambaran kemampuan keuangan dilihat antara lain dari

ketersediaan anggaran dan kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal

daerah dicerminkan melalui penerimaan umum Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (tidak termasuk dana alokasi

khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan

lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai

pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan

setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah

penduduk miskin.

Sumber pembiayaan infrastruktur kesehatan milik

pemerintah secara umum dapat berasal dari pemerintah pusat,

pemerintah daerah, atau swasta melalui skema KPBU. Alokasi

sumber pembiayaan dapat dilakukan secara strategis baik di

tingkat pusat (APBN) maupun pemerintah daerah (APBD) dan

daya beli masyarakat lokal.

c. Aspek Komitmen dan Kinerja

Pada aspek komitmen dan kinerja yang harus dilihat adalah

PJPK dan kinerja dari RS BLU/D. PJPK bertanggung jawab

untuk merencanakan, menyiapkan, dan melaksanakan proyek

Page 27: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-27-

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan. Keberlanjutan

proyek KPBU perlu dipastikan melalui ketersediaan sumber daya

manusia dan anggaran PJPK untuk perencanaan, penyiapan

serta pelaksanaan proyek KPBU selama masa kerjasama.

Kondisi politik daerah dan masa jabatan kepala daerah menjadi

faktor penting untuk memastikan anggaran proyek KPBU

tersedia. Sehingga komitmen eksekutif dan legislatif pada

Pemerintah Daerah menjadi faktor penting untuk memastikan

ketersediaan anggaran dan keberlangsungan proyek KPBU.

Spesifikasi keluaran (output specification) dan indikator

kinerja (performance indicator) yang obyektif dan terukur atas

layanan merupakan ketentuan yang termuat dalam perjanjian

KPBU. Kinerja BLU/D merupakan penilaian yang meliputi aspek

keuangan dan aspek pelayanan selama 1 (satu) tahun terakhir.

Aspek keuangan dilakukan berdasarkan data laporan keuangan,

rasio keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan pola pengelolaan keuangan

BLU/D rumah sakit. Penilaian aspek pelayanan dilakukan

berdasarkan data kegiatan pelayanan BLU/D Rumah Sakit

selama 1 (satu) tahun terakhir.

Setelah mempertimbangkan ketiga aspek diatas, maka

proses menentukan skala prioritas suatu proyek KPBU dalam

Penyediaan Infrastruktur Kesehatan dilaksanakan dengan

pembobotan pada masing masing faktor tersebut sehingga

menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1) belum siap, usulan proyek KPBU belum siap untuk

dilanjutkan ketahap berikutnya.

2) tinjau ulang, usulan proyek KPBU perlu ditinjau ulang

sebelum dilanjutkan ketahap berikutnya.

3) sudah siap, usulan proyek KPBU sudah siap untuk

dilanjutkan ketahap berikutnya.

Pengaturan selanjutnya tentang skala prioritas suatu proyek

KPBU dibidang kesehatan, akan dijelaskan lebih lanjut melalui

Petunjuk Teknis.

Page 28: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-28-

C. Pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

Diagram Alur Siklus KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan

Gambar 5 : Diagram Alur Siklus KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan

Tahap Perencanaan, Penyiapan, dan Transaksi dilakukan oleh PJPK.

Sedangkan Tahap Konstruksi dan Operasi dilakukan oleh Badan Usaha

ataupun PJPK sesuai dengan lingkup Perjanjian KPBU.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, PJPK merencanakan proyek KPBU dalam

Penyediaan Infrastruktur Kesehatan yang akan dikerjasamakan

dibantu oleh Simpul KPBU, diantaranya;

a. Penyusunan Rencana Anggaran Dana KPBU

b. PJPK melakukan penyusunan rencana anggaran yang meliputi

setiap tahap pelaksanaan KPBU, yaitu pada tahap perencanaan,

TAHAPAN PERENCANAAN

TAHAPAN PENYIAPAN

TAHAPAN TRANSAKSI

TAHAPAN KONSTRUKSI

Penyusunan rencana anggaran dana KPBU

Identifikasi dan penetapan KPBU

Studi pendahuluan

Konsultasi Publik

Pengajuan Dukungan Pemerintah

Pengajuan Jaminan Pemerintah

Pengajuan Penetapan Lokasi

Penganggaran KPBU

Penetapan Lokasi

Penyiapan Kajian Awal Prastudi Kelayakan KPBU (OBC) dan

Kajian Akhir Prastudi Kelayakan KPBU (FBC)

Penjajakan Minat Pasar

Pengadaan Badan Usaha Pelaksana

Penandatanganan Perjanjian KPBU

Pelaksanaan Konstruksi

Pengelola Operasional Protek KPBU

Mengajukan Izin Operasional

Dimulainya Operasional

(Commerce of date)

Pemenuhan Persyaratan Pedahuluan Termasuk

didalamnya mengajukan Izin Mendirikan

Pemenuhan Pembiayaan

Dokumen Studi Lingkungan

Dokumen Pengadaan Tanah

Page 29: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-29-

tahap penyiapan dan tahap transaksi, guna memastikan

ketersediaan anggaran untuk pelaksanaan KPBU.

c. Identifikasi dan Penetapan KPBU

d. PJPK melakukan identifikasi terhadap penyediaan infrastruktur

kesehatan yang akan dikerjasamakan dengan badan usaha,

dengan mempertimbangkan RPJMN/RPJMD/Renstra

Kementerian Kesehatan/Renstra Dinas Kesehatan, kesesuaian

dengan RTRW, analisa biaya manfaat sosial, dan analisa nilai

manfaat uang (value for money - VfM).

1) Analisa biaya manfaat sosial merupakan alat bantu untuk

membuat keputusan PJPK dalam memberikan dukungan

pelaksanaan proyek KPBU dengan mempertimbangkan

seberapa besar dampak pada kesejahteraan masyarakat.

Hal ini menitikberatkan pada potensi kerugian ekonomi

yang dapat dicegah dengan keberadaan proyek KPBU.

Analisa biaya manfaat sosial antara lain menghitung

seberapa besar kerugian ekonomi akibat masyarakat yang

menderita sakit dapat dicegah dan jumlah kesempatan

kerja yang dapat diciptakan.

2) Analisa nilai manfaat uang atau VfM adalah pengukuran

kinerja suatu KPBU berdasarkan nilai ekonomi, efisiensi,

dan efektifitas pengeluaran serta kualitas pelayanan yang

memenuhi kebutuhan masyarakat. VfM menggunakan

pendekatan yang membandingkan selisih dari efisiensi dan

efektifitas proyek apabila menggunakan skema APBD

dibandingkan dengan menggunakan skema KPBU.

e. Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan adalah analisa awal serta penjelasan

indikasi kebutuhan yang disiapkan oleh PJPK secara

keseluruhan dari aspek kebutuhan lahan, kebutuhan ruang,

kapasitas tempat tidur, peralatan medis dan non-medis dan

sumber daya manusia, meliputi rencana skema pembiayaan

proyek dan sumber dananya, dan rencana penawaran kerjasama

yang mencakup jadwal, proses, dan cara penilaian pemilihan

proyek KPBU. Rencana membangun atau mengembangkan

suatu Rumah Sakit dengan skema KPBU dilakukan setelah

Page 30: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-30-

mengetahui jenis layanan kesehatan rumah sakit serta kapasitas

Tempat Tidur (TT) yang dibutuhkan dan akan disediakan untuk

masyarakat sesuai dengan hasil Studi Pendahuluan.

Studi Pendahuluan meliputi kajian analisa kebutuhan,

kriteria kepatuhan, kriteria faktor penentu VfM, analisa potensi

pendapatan dan skema pembiayaan proyek, rekomendasi serta

rencana tindak lanjut. Kriteria kepatuhan meliputi kesesuaian

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

kesesuaian KPBU dengan RPJMN/D, Renstra

Kementerian/Lembaga atau Renstra OPD, rencana bisnis

BUMN/BUMD dan kesesuaian lokasi KPBU dengan RTRW

(apabila diperlukan sesuai kebutuhan jenis infrastruktur yang

akan dikerjasamakan). Kriteria faktor penentu VfM partisipasi

Badan Usaha meliputi: keunggulan sektor swasta dalam

pelaksanaan KPBU termasuk dalam pengelolaan risiko,

terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan

kesehatan dalam jangka panjang, adanya alih pengetahuan dan

teknologi dan terjaminnya persaingan sehat, transparansi, dan

efisiensi dalam proses pengadaan.

f. Konsultasi Publik

Konsultasi Publik di tahap perencanaan dilakukan sebagai

salah satu metode identifikasi KPBU guna memperoleh

pertimbangan mengenai manfaat dan dampak KPBU sektor

kesehatan terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Untuk itu PJPK perlu mengundang dan melibatkan tokoh

masyarakat setempat, akademisi dan pemangku kepentingan

lainnya.

g. Penganggaran Dana

PJPK menganggarkan dana untuk kegiatan pada tahap

perencanaan yang dapat bersumber dari APBN/APBD,

pinjaman/hibah, dan/atau sumber lainnya sesuai ketentuan

perundang-undangan, dengan mempertimbangkan sekurang-

kurangnya penganggaran untuk kegiatan penyusunan Studi

Pendahuluan dan pelaksanaan Konsultasi Publik.

Page 31: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-31-

2. Tahap Penyiapan

Pada tahap penyiapan, PJPK menyiapkan proyek KPBU dalam

Penyediaan Infrastruktur Kesehatan yang akan dikerjasamakan

dibantu oleh Tim KPBU, sebagai berikut :

a. Penyiapan Kajian Prastudi Kelayakan

PJPK dibantu oleh Tim KPBU melakukan penyiapan KPBU

dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan, yang menghasilkan

prastudi kelayakan untuk penyediaan atau peningkatan

pelayanan kesehatan melalui skema KPBU (business case),

termasuk penetapan tata cara pengembalian investasi BUP,

Rencana Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah, serta

pengadaan tanah untuk KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan. Penyiapan KPBU dapat dilakukan bersama-sama

dengan Badan Usaha Penyiapan atau

lembaga/institusi/organisasi internasional sesuai kebutuhan.

PJPK dapat memohon fasilitas penyiapan proyek kepada

Kementerian Keuangan berdasarkan peraturan yang berlaku.

Biaya penyiapan KPBU dan biaya transaksi yang telah

dikeluarkan oleh PJPK, dapat dibebankan kemudian kepada

badan usaha pemenang lelang, yang mana harus dinyatakan

dalam dokumen lelang. PJPK menyusun prastudi kelayakan

yang menghasilkan kesimpulan tentang sumber pembiayaan

KPBU, identifikasi kerangka hukum dan kelembagaan,

rancangan konsep KPBU telah dimutakhirkan dan memperoleh

persetujuan dari pemangku kepentingan terkait, usulan

Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah yang

diperlukan, identifikasi risiko dan rekomendasi mitigasi, serta

pengalokasian risiko tersebut, dan bentuk pengembalian

investasi BUP dengan kerangka sebagai berikut:

b. Kajian awal prastudi kelayakan (outline business case/OBC):

1) Kajian hukum dan kelembagaan;

2) Kajian teknis :

a) Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit (kajian

demografi, kajian sosio-ekonomi, kajian morbiditas

dan mortalitas, kajian aspek internal rumah sakit);

b) Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber

daya manusia, dan peralatan;

Page 32: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-32-

c) Rencana Induk yang memuat strategi pengembangan aset

selama masa kerjasama;

3) Kajian ekonomi;

4) Kajian komersial;

5) Kajian lingkungan dan sosial;

6) Kajian bentuk kerjasama dalam penyediaan infrastruktur;

7) Kajian risiko;

8) Kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan

Pemerintah;

9) Kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.

c. Kajian akhir prastudi kelayakan (final business case/FBC).

Terdiri dari penyesuaian data dengan kondisi terkini dan

pemutakhiran atas kelayakan dan kesiapan KPBU, meliputi

kajian kesiapan KPBU yang mencakup:

1) terpenuhinya seluruh persyaratan pada kajian awal

prastudi kelayakan (OBC) termasuk hal-hal yang perlu di

tindaklanjuti;

2) persetujuan dari para pemangku kepentingan mengenai

KPBU;

3) kepastian perlu atau tidaknya Dukungan dan/atau

Jaminan Pemerintah.

d. Pengajuan Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah

Pengajuan Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah

dilakukan sesuai kebutuhan berdasarkan hasil kajian prastudi

kelayakan. Tata cara pengajuannya dilakukan mengikuti

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Pengajuan Penetapan Lokasi

Dalam hal identifikasi menunjukkan kebutuhan akan

pengadaan tanah berdasarkan hasil kajian prastudi kelayakan,

PJPK melakukan perencanaan dan penyusunan dokumen

pengadaan tanah untuk memperoleh penetapan lokasi.

f. Dokumen Studi Lingkungan

Dalam tahap penyiapan, PJPK menyiapkan dokumen kajian

lingkungan hidup yang disusun berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 33: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-33-

g. Dokumen Pengadaan Tanah

PJPK melaksanakan pengadaan tanah dan membantu proses

pemberian perizinan untuk menyelenggarakan KPBU sesuai

dengan kewenangannya. PJPK perlu menyusun rencana dan

jadwal waktu program penyiapan tapak termasuk pengadaan

tanah dan program pemukiman kembali telah disiapkan,

termasuk rancangan rencana anggaran dan jadwal

pelaksanaannya telah diusulkan dalam Rencana Kerja

Pemerintah/Pemerintah Daerah.

Dalam hal hasil identifikasi melibatkan Barang Milik Negara

atau Barang Milik Daerah, PJPK mengajukan usulan

pemanfaatan Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah untuk

pelaksanaan KPBU sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Tahap Transaksi

Transaksi KPBU terdiri dari kegiatan penetapan lokasi, penjajakan

minat pasar, pengadaan BUP, penandatanganan perjanjian KPBU,

dan pemenuhan pembiayaan oleh BUP. Dalam melaksanakan tahap

transaksi, PJPK dapat dibantu oleh Badan Usaha Penyiapan yang

ditunjuk sesuai kebutuhan.

a. Penetapan Lokasi

Pengadaan BUP hanya bisa dilakukan setelah memperoleh

penetapan lokasi.

b. Penjajakan Minat Pasar

Penjajakan minat pasar (market sounding) dilakukan untuk

memperoleh masukan, tanggapan, serta minat pasar beserta

pemangku kepentingan terhadap Proyek KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan yang diajukan. Penjajakan minat pasar ini

dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali sesuai kebutuhan.

c. Pengadaan BUP

Tata cara pelaksanaan pengadaan BUP diatur melalui melalui

peraturan kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan

pemerintah di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa

pemerintah (LKPP). Dalam hal desain dan konstruksi menjadi

kewajiban BUP, maka dalam dokumen lelang perlu disebutkan

Page 34: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-34-

bahwa badan usaha harus menyampaikan rancangan awal

spesifikasi teknis (basic design).

d. Penandatanganan Perjanjian KPBU

Perjanjian KPBU ditandatangani oleh PJPK dengan BUP. Seluruh

ketentuan yang terdapat pada Perjanjian KPBU dipersiapkan pada

tahap penyiapan. Masukan dan/atau revisi terhadap Perjanjian

KPBU antara PJPK dengan BUP (jika ada) juga dilaksanakan pada

tahap penyiapan. Perjanjian KPBU akan berlaku efektif setelah

semua Persyaratan Pendahuluan yang ditetapkan dalam Perjanjian

KPBU telah dipenuhi oleh masing-masing pihak. Pihak yang

mengajukan Izin Mendirikan dan Izin Operasional untuk Proyek

KPBU diatur berdasarkan model-model KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan (bagi proyek greenfield).

Perjanjian KPBU paling kurang memuat ketentuan mengenai:

1) lingkup pekerjaan;

2) jangka waktu;

3) jaminan pelaksanaan;

4) tarif dan mekanisme penyesuaiannya;

5) hak dan kewajiban termasuk alokasi risiko;

6) standar kinerja pelayanan;

7) pengalihan saham sebelum KPBU beroperasi secara komersial;

8) sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan

perjanjian;

9) pemutusan atau pengakhiran perjanjian;

10) status kepemilikan aset;

11) mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur secara

berjenjang, yaitu musyawarah mufakat, mediasi, dan

arbitrase/pengadilan;

12) mekanisme pengawasan kinerja Badan Usaha Pelaksana dalam

melaksanakan pengadaan;

13) mekanisme perubahan pekerjaan dan/atau layanan;

14) mekanisme hak pengambilalihan oleh Pemerintah dan pemberi

pinjaman;

15) penggunaan dan kepemilikan aset infrastruktur dan/atau

pengelolaannya kepada PJPK;

16) pengembalian aset infrastruktur dan/atau pengelolaannya

kepada PJPK;

Page 35: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-35-

17) keadaan memaksa;

18) pernyataan dan jaminan para pihak bahwa perjanjian KPBU

sah dan mengikat para pihak dan telah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

19) penggunaan bahasa dalam Perjanjian, yaitu Bahasa Indonesia

atau apabila diperlukan dapat dibuat dalam Bahasa Indonesia

dan Bahasa Inggris (sebagai terjemahan resmi/official

translation), serta menggunakan Bahasa Indonesia dalam

penyelesaian perselisihan di wilayah hukum Indonesia; dan

20) hukum yang berlaku, yaitu hukum Indonesia.

Tata cara perizinan tetap mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Seperti

ditentukan pada Peraturan Menteri Kesehatan No 56 Tahun 2014,

perizinan yang diperlukan untuk membangun Rumah Sakit yaitu

Izin Mendirikan dan Izin Operasional. Izin Mendirikan beserta

kelengkapan dokumen yang menjadi lampiran, diajukan pada

tahap transaksi KPBU yaitu setelah fase penandatanganan

Perjanjian KPBU namun sebelum pemenuhan pembiayaan dicapai.

Izin mendirikan termasuk pada Persyaratan Pendahuluan yang

merupakan syarat untuk Perjanjian KPBU dapat berlaku efektif.

Izin Operasional beserta kelengkapan dokumen yang menjadi

lampiran diajukan setelah persyaratan teknis bangunan dan

prasarana rumah sakit dipenuhi, dengan mengacu pada Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan

teknis bangunan dan prasarana rumah sakit. Dengan kata lain Izin

Operasional baru dapat diajukan ketika kegiatan konstruksi

bangunan beserta penyediaan prasarana rumah sakit telah selesai

dilakukan.

e. Pemenuhan Pembiayaan

Dalam jangka waktu paling lambat 12 (dua belas) bulan setelah

BUP menandatangani perjanjian KPBU, BUP harus telah

memperoleh pemenuhan pembiayaan (financial close) atas proyek

KPBU. Pemenuhan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman

dinyatakan telah terlaksana apabila;

1) telah ditandatanganinya perjanjian pinjaman untuk

membiayai seluruh atau salah satu tahapan KPBU, dan

Page 36: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-36-

2) sebagian pinjaman telah dapat dicairkan untuk memulai

pekerjaan konstruksi.

Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sesuai peraturan yang

berlaku.

4. Tahap Konstruksi dan Operasi

Pelaksanaan proyek KPBU tergantung pada ruang lingkup

pekerjaan dan/atau pelayanan yang dikerjasamakan/diperjanjikan

dengan BUP. Tahapan yang harus dilalui pada umumnya meliputi

pelaksanaan konstruksi (termasuk di dalamnya pengajuan izin-izin

yang diperlukan) dan dimulainya operasi komersial.

a. Pelaksanaan Konstruksi

Dalam hal ruang lingkup KPBU meliputi penyediaan

bangunan dan prasarana rumah sakit, maka di tahap transaksi

BUP melakukan penyusunan Detail Engineering Design (DED) yang

direviu dan disetujui oleh PJPK. Setelah disetujui, maka BUP dapat

mulai melaksanakan pekerjaan konstruksi. Guna pengawasan

kepatuhan terhadap dokumen perencanaan dimaksud, PJPK dapat

memperkerjakan Manajemen Konstruksi diluar unsur BUP untuk

mengawasi pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan BUP. Ruang

lingkup pelaksanaan pembangunan mengacu pada Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 45 tahun 2009.

Kewajiban BUP dalam pelaksanaan konstruksi mencakup

pengurusan perijinan sesuai peraturan perundangan seperti Izin

Mendirikan Bangunan, izin undang-undang gangguan (Hinder

Ordonantie/HO), Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan sebagainya

hingga bangunan laik operasi yang dibuktikan dengan Surat Laik

Fungsi (SLF) yang diterbitkan dari instansi/dinas yang berwenang.

Pada ruang lingkup penyediaan peralatan kesehatan yang

dilaksanakan BUP, peralatan yang diadakan harus memiliki Izin

Edar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Peralatan kesehatan wajib dipelihara secara berkala

(preventive dan corrective maintenance) sehingga keamanan,

keselamatan, keandalan dan kelaikan alat terjamin. Peralatan

kesehatan dikelola secara efektif sehingga tidak terjadi breakdown,

down time, tidak ada gangguan sering berhenti atau proses yang

lamban, tidak ada cacat produk, tidak terjadi kecelakaan yang

Page 37: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-37-

menyebabkan terganggunya proses pelayanan. Dalam hal tertentu,

BUP perlu mempertimbangkan umur peralatan (life cycle) sehingga

dapat merencanakan penggantian suku cadang dan penggantian

peralatan baru yang adaptif terhadap perkembangan teknologi,

termasuk pengurusan persyaratan perizinan seperti Izin

Pemanfaatan Alat Radiasi Pengion dari Badan Pengawas Tenaga

Nuklir (BAPETEN) dan sebagainya.

Pada ruang lingkup penyediaan prasarana rumah sakit yang

meliputi instalasi air, instalasi mekanikal dan elektrikal, instalasi

gas medik, instalasi uap, instalasi pengelolaan limbah, pencegahan

dan penanggulangan kebakaran, petunjuk, standar dan sarana

evakuasi saat terjadi keadaan darurat, instalasi tata udara, sistem

informasi dan komunikasi dan ambulan. Penyediaan prasarana

dimaksud harus memenuhi persyaratan teknis, standar

keselamatan dan kesehatan kerja, persyaratan/baku mutu,

perizinan dan pemeliharaan sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Pada ruang lingkup penyediaan manajemen pelayanan

kesehatan rumah sakit, BUP melaksanakan fungsi-fungsi

manajemen penunjang klinis mencakup program peningkatan

kompetensi tenaga kesehatan, penyusunan standar prosedur

operasional, sistem manajemen informasi, manajemen logistik dan

obat-obatan, manajemen administrasi pasien, pengelolaan

keluhan, pemasaran sesuai yang diperjanjikan, termasuk

memberikan saran dan masukan strategis untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi manajemen rumah sakit secara

keseluruhan, menunjang visi dan misi rumah sakit. Kerjasama

BUP dan manajemen rumah sakit diharapkan dapat menciptakan

good corporate governance & good clinical governance.

b. Dimulainya Operasi Komersial

Setelah konstruksi dinyatakan selesai dan laik operasi

sebagaimana ditentukan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, maka periode operasi komersial pun

dimulai. Sehubungan dengan pembangunan dan pengelolaan

rumah sakit baru (greenfield) oleh BUP, maka BUP harus

melaksanakan seluruh fungsi manajemen rumah sakit dari mulai

Page 38: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-38-

perekrutan tenaga medis dan non-medis, serta organisasi yang

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Kinerja pelaksanaan perjanjian KPBU dari BUP dilakukan

pengukuran, penilaian dan evaluasi terhadap kesesuaian target

dan pencapaian indikator pelaksanaan desain dan konstruksi,

prasarana, kinerja peralatan serta manajemen pelayanan, menjadi

tolak ukur besaran AP/kompensasi yang dibayarkan PJPK kepada

BUP. Kinerja pencapaian indikator kinerja dalam perjanjian harus

dievaluasi secara menyeluruh dalam rangka pertimbangan

pemutusan, perpanjangan ataupun addendum.

Ketentuan mengenai pemutusan atau perpanjangan kontrak

perjanjian KPBU diatur dalam perjanjian KPBU tersebut antara

PJPK dan BUP. Adapun ketentuan mengenai transfer atau

pengalihan aset pada akhir masa konsesi juga harus diatur dalam

perjanjian KPBU dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1) Mekanisme pengalihan kembali aset kepada PJPK;

2) Kondisi proyek yang dikehendaki pada saat jangka waktu

perjanjian KPBU berakhir dan KPBU dialihkan kepada PJPK;

dan

3) pertimbangan terhadap situasi dimana keadaan infrastruktur

secara fisik dan ekonomi sudah tidak layak lagi sehingga

diperlukan rehabilitasi atau renovasi.

D. KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan Atas Prakarsa Badan

Usaha

Badan usaha dapat mengajukan prakarsa KPBU kepada PJPK

dengan menyertai Studi Kelayakan. Dalam hal KPBU merupakan

kerjasama atas prakarsa badan usaha, maka Badan Usaha Pemrakarsa

mempersiapkan dokumen kajian lingkungan hidup.

Secara umum penyediaan prasarana dan layanan yang dapat

diprakarsai badan usaha adalah yang memenuhi kriteria terintegrasi

secara teknis dengan rencana induk sektor kesehatan dalam hal ini

pemenuhan UHC, proyek KPBU layak secara ekonomi dan finansial, dan

Badan Usaha Pemrakarsa memiliki kemampuan keuangan yang memadai

untuk membiayai pelaksanaan penyediaan prasarana dan layanan

kesehatan.

Page 39: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-39-

Beberapa alternatif kompensasi yang dapat diberikan kepada Badan

Usaha Pemrakarsa yaitu pemberian tambahan nilai sebesar 10% (sepuluh

persen), pemberian hak untuk melakukan penawaran oleh Badan Usaha

Pemrakarsa terhadap penawar terbaik (right to match) sesuai dengan hasil

penilaian dalam proses pelelangan, dan pembelian prakarsa KPBU, antara

lain hak kekayaan intelektual yang menyertainya oleh PJPK atau oleh

pemenang lelang. Pemberian kompensasi dimaksud dicantumkan dalam

persetujuan PJPK.

Dalam hal Badan Usaha Pemrakarsa telah mendapatkan kompensasi

sebagaimana dimaksud, seluruh studi kelayakan dan dokumen

pendukungnya, termasuk Hak Kekayaan Intelektual yang menyertainya

beralih menjadi milik PJPK.

Apabila Badan Usaha Pemrakarsa telah mendapatkan kompensasi,

maka PJPK dapat mengubah atau melakukan penambahan terhadap

studi kelayakan dan dokumen pendukungnya tanpa memerlukan izin

terlebih dahulu dari Badan Usaha pemrakarsa, terhadap seluruh studi

kelayakan dan dokumen-dokumen pendukungnya, termasuk Hak

Kekayaan Intelektual. KPBU yang diprakarsai Badan Usaha Pemrakarsa

dapat diberikan Jaminan Pemerintah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Tata cara pelaksanaan KPBU sektor kesehatan atas prakarsa badan

usaha akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Direktorat Jenderal yang

menaungi urusan penyediaan prasarana dan layanan kesehatan.

E. Fasilitas Dan Dukungan Pemerintah

Untuk mendukung penerapan KPBU di Indonesia, Kementerian

Keuangan melakukan inovasi pembiayaan infrastruktur dengan

menyediakan berbagai fasilitas dan dukungan pemerintah, yaitu fasilitas

penyiapan proyek, dukungan kelayakan, dan penjaminan infrastruktur.

Selain itu, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga dapat

memberikan dukungan dalam bentuk lainnya berupa insentif pajak atau

bentuk lainnya sesuai peraturan yang berlaku.

Kementerian Keuangan juga memperkenalkan skema pengembalian

investasi proyek KPBU yakni skema Pembayaran Berdasarkan

Ketersediaan Layanan atau yang biasa dikenal dengan Availability

Payment atau AP. Beberapa kelebihan skema AP ini antara lain, tidak

Page 40: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-40-

adanya risiko permintaan (demand risk) bagi BUP dan kepastian

pengembalian investasi bagi BUP.

1. Fasilitas Penyiapan Proyek (Project Development Facility)

Fasilitas Penyiapan Proyek (PDF) adalah fasilitas yang

disediakan oleh Kementerian Keuangan untuk membantu PJPK

dalam menyusun kajian prastudi kelayakan, dokumen lelang, dan

mendampingi PJPK dalam transaksi proyek KPBU hingga mencapai

pembiayaan dari lembaga pembiayaan (financial close).

Manfaat dari adanya PDF ini antara lain adalah membantu PJPK

menyusun kajian prastudi kelayakan dan dokumen lelang secara

profesional sehingga mampu menarik minat dan partisipasi badan

usaha pada proyek KPBU, mendampingi PJPK dalam transaksi

proyek KPBU sampai mencapai financial close, serta menyelaraskan

penyediaan fasilitas oleh Menteri Keuangan untuk Proyek KPBU

dalam satu rangkaian proses yang efektif dan efisien.

Proyek KPBU yang bisa mendapatkan PDF adalah proyek yang

telah memenuhi seluruh kriteria dan persyaratan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan (Proyek KPBU Prioritas), atau

proyek yang diminati oleh para calon investor melalui Penjajakan

Minat Pasar atau Market Sounding (Proyek KPBU Lainnya).

2. Dukungan Kelayakan (Viability Gap Fund)

Dukungan Kelayakan (VGF) adalah dukungan pemerintah dalam

bentuk kontribusi sebagian biaya konstruksi yang diberikan secara

tunai pada proyek KPBU yang sudah memiliki kelayakan ekonomi

namun belum memiliki kelayakan finansial. VGF dapat diberikan

setelah tidak terdapat lagi alternatif lain untuk membuat proyek

layak secara finansial.

Manfaat dari adanya VGF antara lain menurunkan biaya proyek

yang harus ditanggung pihak swasta, meningkatkan kelayakan

finansial proyek KPBU sehingga menimbulkan minat dan partisipasi

pihak swasta, meningkatkan kepastian pengadaan badan usaha

pada proyek KPBU sesuai dengan kualitas dan waktu yang

direncanakan, serta mewujudkan layanan publik yang tersedia

melalui infrastruktur dengan tarif yang terjangkau oleh masyarakat.

Proyek KPBU yang dapat diberikan VGF harus sudah memenuhi

kelayakan ekonomi namun belum memenuhi kelayakan finansial,

Page 41: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-41-

menerapkan prinsip pengguna membayar (user pay principle),

memiliki total biaya investasi tidak kurang dari Rp 100.000.000.000

(seratus miliar rupiah), dilaksanakan oleh badan usaha yang

diperoleh melalui proses lelang yang terbuka dan kompetitif,

memiliki skema pengalihan aset dan/atau pengelolaannya dari

badan usaha kepada PJPK pada akhir periode kerja sama, serta

sudah menyusun prastudi kelayakan yang komprehensif.

Aturan mengenai VGF saat ini terdapat dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 260/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pembayaran

Ketersediaan Layanan pada Proyek KPBU Dalam Rangka Penyediaan

Infrastruktur.

3. Penjaminan Infrastruktur (Guarantee Infrastructure)

Penjaminan infrastruktur adalah pemberian jaminan atas

kewajiban finansial PJPK untuk membayar kompensasi kepada

badan usaha pada saat terjadi risiko infrastruktur sesuai dengan

alokasi risiko yang disepakati dalam perjanjian KPBU yang menjadi

tanggung jawab PJPK. Penjaminan infrastruktur dilaksanakan oleh

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) sebagai single

window policy.

Penjaminan yang diberikan oleh PT PII dalam bentuk

penjaminan infrastruktur merupakan pemberian jaminan atas

kewajiban finansial PJPK yang dilaksanakan berdasarkan suatu

perjanjian penjaminan.

Kewajiban finansial PJPK merupakan kewajiban untuk

membayar kompensasi finansial kepada BUP atas terjadinya risiko

infrastruktur yang menjadi tanggung jawab PJPK sesuai dengan

alokasi risiko yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasama

antara PJPK dan BUP. Risiko infrastruktur adalah peristiwa-

peristiwa yang mungkin terjadi pada suatu proyek kerjasama

selama berlakunya perjanjian kerjasama antara PJPK dan BUP yang

dapat mempengaruhi secara negatif investasi BUP yang diantaranya

adalah ekuitas dan pinjaman dari pihak ketiga.

Risiko infrastruktur yang dapat diberikan penjaminan

infrastruktur adalah sebagai berikut:

a. risiko yang lebih mampu dikendalikan, dikelola atau dicegah

terjadinya, atau diserap oleh PJPK daripada BUP;

Page 42: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-42-

b. risiko yang bersumber dari PJPK; dan/atau

c. risiko yang bersumber dari Pemerintah selain PJPK.

Manfaat dari adanya penjaminan infrastruktur antara lain

adalah mendukung kesuksesan perolehan pembiayaan serta potensi

perbaikan tenor, bunga, atau syarat pembiayaan, menjamin kinerja

PJPK selaku mitra badan usaha dalam perjanjian KPBU, serta

meningkatkan keyakinan serta memberikan kenyamanan

berinvestasi kepada investor dan perbankan.

Proyek KPBU yang dapat diberikan penjaminan infrastruktur

harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Presiden

tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan melalui Badan

Usaha Penjaminan Infrastruktur beserta seluruh peraturan

pelaksanaannya, memenuhi ketentuan peraturan sektor terkait

yang rencana pengadaannya melalui proses lelang yang transparan

dan kompetitif, layak secara teknis, ekonomi, keuangan dan

lingkungan, dan tidak berdampak negatif secara sosial, melakukan

kajian prastudi kelayakan dengan menggunakan jasa konsultan

yang independen dan profesional, serta memiliki ketentuan arbitrase

yang mengikat dalam perjanjian kerjasama proyek.

Page 43: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-43-

BAB IV

SKEMA PENGEMBALIAN INVESTASI KPBU

DAN STRUKTUR KPBU DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN

Skema pengembalian investasi BUP pada Proyek KPBU dapat dilakukan

melalui skema:

a. Pembayaran Ketersediaan Layanan atau Availability Payment (AP); atau

b. Pembayaran oleh Pengguna dalam Bentuk Tarif.

Pada umumnya, proyek yang dikerjasamakan dengan skema KPBU memiliki

karakteristik, antara lain:

1. Terdapat kebutuhan prasarana dan/atau pelayanan kesehatan yang

merupakan tanggung jawab Pemerintah dalam penyediaannya;

2. Terdapat potensi adanya pendapatan dan/atau pengembalian investasi dari

prasarana dan/atau pelayanan kesehatan tersebut;

3. Keterlibatan badan usaha dalam penyediaan prasarana dan/atau pelayanan

kesehatan diatur dalam suatu perjanjian kerjasama yang memiliki jangka

waktu tertentu; dan

4. Pengelolaan investasi dan keuangan proyek yang dikerjasamakan dilakukan

oleh BUP sebagai special purpose vehicle yang dibentuk oleh badan usaha

pemenang lelang.

Untuk penyediaan pelayanan kesehatan melalui pendirian rumah sakit

yang didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah dengan skema KPBU dapat dilaksanakan apabila menghadapi situasi

antara lain:

1. Keterlibatan badan usaha dapat meningkatkan mutu dan cakupan

pelayanan rumah sakit. Keterlibatan badan usaha dapat mempercepat

pembangunan nasional/daerah serta optimalisasi keuangan Pemerintah

Pusat/Daerah dibandingkan bila ditangani sendiri oleh Pemerintah

Pusat/Daerah;

2. Ketidakcukupan pendanaan secara berkelanjutan dalam penyediaan

bangunan, sarana dan prasarana rumah sakit serta operasionalnya;

3. Ada komitmen dari Pemerintah Pusat/Daerah dalam mendukung partisipasi

badan usaha;

4. Ada dukungan dari pihak konsumen/pengguna pelayanan rumah sakit atas

keterlibatan badan usaha;

Page 44: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-44-

5. Keluaran dari pelayanan fasilitas kesehatan dapat terukur dan terhitung

tarifnya, sehingga biaya penyediaan pelayanan publik tersebut dapat

tertutupi sebagian atau penuh dari pemasukan tarif; dan

6. Ada ketertarikan badan usaha yang mempunyai pengalaman investasi yang

baik di sektor kesehatan untuk bekerjasama dengan Pemerintah Pusat dan

Daerah.

Saat ini struktur KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu Kontrak Pelayanan, Kontrak Bangun, dan

Kontrak Rehabilitasi (Bangun Tambah).

Struktur KPBU dimaksud dirancang agar terjadi peningkatan efisiensi dan

mutu pelayanan kesehatan, termasuk alih pengetahuan dan teknologi (transfer

of knowledge) yang dimiliki badan usaha kepada Pemerintah. Kontrak KPBU di

dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan dapat meliputi satu atau lebih

struktur kerjasama yang tercantum dalam pedoman ini.

A. Pembayaran Ketersediaan Layanan (AP)

AP mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Keuangan tentang

Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan Pada Proyek Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Rangka Penyediaan

Infrastruktur, dan untuk Proyek KPBU Daerah mengacu pada ketentuan

Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan

Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan

Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur di Daerah.

Mekanisme AP dilakukan apabila Perjanjian KPBU paling kurang

memuat ketentuan mengenai spesifikasi keluaran (output specification)

dan indikator kinerja (performance indicator) yang obyektif dan terukur

atas layanan; formula perhitungan Pembayaran Ketersediaan Layanan

(agreed formula) yang menjadi dasar perhitungan kewajiban PJPK kepada

BUP; dan sistem pemantauan (monitoring system) yang efektif terhadap

indikator kinerja (performance indicator).

Pembayaran Ketersediaan Layanan (AP) dilakukan apabila

pengembalian investasi Proyek KPBU tidak bersumber dari pembayaran

oleh pengguna atas tarif layanan yang besarannya ditetapkan oleh

Pemerintah, dan Proyek KPBU memiliki manfaat yang besar bagi

masyarakat selaku pengguna layanan. AP juga didasarkan pada prinsip-

prinsip kemampuan keuangan Negara, kesinambungan fiskal, dan

pengelolaan risiko fiskal.

Page 45: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-45-

Perjanjian KPBU dapat mengatur sistem insentif dan penalti kepada

BUP, dalam rangka menjaga tingkat kualitas layanan yang disediakan

oleh BUP kepada pengguna layanan.

B. Spesifikasi Keluaran dan Indikator Kinerja

Spesifikasi keluaran adalah seperangkat persyaratan atas hasil dan

standar yang merefleksikan kualitas layanan yang jelas dan harus

dipenuhi oleh BUP berdasarkan perjanjian KPBU. Spesifikasi keluaran

adalah komponen paling penting dalam perjanjian KPBU yang memberi

ruang cukup luas bagi BUP untuk berinovasi dalam memenuhi kualitas

pelayanan yang diharapkan PJPK. Spesifikasi keluaran meliputi

persyaratan teknis konstruksi bangunan serta prasarana dan pelayanan

rumah sakit. Kedua komponen ini akan menjadi pertimbangan penting

dalam pembayaran AP dan pengawasan.

Spesifikasi keluaran secara teknis bangunan serta prasarana harus

menyediakan bangunan dan prasarana rumah sakit yang fungsional

sesuai dengan tata bangunan dan prasarana yang serasi dan selaras

dengan lingkungannya. Spesifikasi keluaran juga harus mewujudkan

ketertiban pengelolaan bangunan dan prasarana yang menjamin

keandalan teknis bangunan dan prasarana dari segi keselamatan,

kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

Spesifikasi keluaran secara pelayanan harus mampu mencapai

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan

kesehatan yang dimaksud harus aman, bermutu, anti-diskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit. Indikator kinerja adalah variabel yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan

dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke

waktu atau tolak ukur prestasi kuantitatif/kualitatif yang digunakan

untuk mengukur terjadinya perubahan terhadap besaran target atau

standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 46: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-46-

C. Formula Pembayaran AP

Dalam perjanjian KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan,

pembayaran AP harus berkaitan erat dengan ketersediaan dan kualitas

pelayanan yang akan diukur dari kinerja BUP. Dalam mengukur kinerja

tersebut perlu di tentukan indikator yang memuat prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama antara PJPK dan

Badan Usaha Pelaksana terkait dari unsur-unsur persayaratan

teknis bangunan serta prasarana dan pelayanan kesehatan;

2. Sederhana, Indikator disusun dengan kalimat yang mudah

dimengerti dan dipahami;

3. Nyata, indikator disusun dengan memperhatikan dimensi ruang,

waktu dan persyaratan atau prosedur teknis:

4. Terukur, seluruh indikator dan standar di dalam Standar Pelayanan

Minimum (SPM) RS dapat diukur baik kualitatif ataupun kuantitatif;

5. Terbuka, indikator dapat diakses oleh seluruh pihak;

6. Terjangkau, indikator dapat dicapai dengan menggunakan sumber

daya dan dana yang tersedia;

7. Akuntabel, indikator dapat dipertanggung gugatkan kepada publik;

8. Bertahap, indikator mengikuti perkembangan kebutuhan dan

kemampuan keuangan PJPK.

Setiap indikator harus menjelaskan dimensi mutu, tujuan, defenisi

operasional, frekuensi pengumpulan data, periode analisis, numerator,

denumerator, sumber data, standar dan pelaksana.

D. Struktur Kerjasama KPBU AP

1. Kontrak Pelayanan Rumah Sakit Publik Eksisting-AP

BUP diberikan hak pelayanan untuk menyelenggarakan seluruh

sistem infrastruktur rumah sakit publik eksisting, termasuk

pengoperasian dan pemeliharaan prasarana, serta pemberian

pelayanan kepada pasien melalui skema AP. Rencana dan

penganggaran KPBU tercantum didalam APBN/D, Rencana Strategis

Bisnis (RSB) dan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) BLU/BLUD.

Page 47: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-47-

Gambar 6 : Struktur Kontrak Pelayanan Rumah Sakit Publik Eksisting-AP

Keterangan :

1) Pendelegasian wewenang PJPK kepada BLU/BLUD;

2) Perjanjian Kerjasama antara BLU/BLUD dengan BUP;

3) Perjanjian Penjaminan antara PT PII dengan BUP (jika

menggunakan Penjaminan Infrastruktur);

4) Perjanjian Regres antara PT PII dengan BLU/BLUD (jika

menggunakan Penjaminan Infrastruktur);

5) BUP menyediakan dan mengoperasikan seluruh sistem

infrastruktur atau sebagian unit pelayanan rumah sakit publik

eksisting sesuai dengan yang diperjanjikan pada Perjanjian

Kerjasama KPBU;

6) Pasien non-BPJS melakukan pembayaran tarif kepada

BLU/BLUD;

7) BLU/BLUD mendapat pembayaran atas klaim pasien BPJS;

8) BUP mendapatkan pembayaran AP dari BLU/BLUD atas

penyediaan infrastruktur beserta layanan yang diberikan;

9) PJPK melakukan monitoring dan evaluasi kepada BLU/BLUD,

dan PJPK memberikan subsidi operasi kepada BLU/BLUD;

2. Kontrak Bangun Guna Serah – AP

BUP memperoleh hak untuk mendanai, membangun,

mengoperasikan dan memelihara bangunan dan prasarana suatu

rumah sakit serta pemberian pelayanan kepada pasien sesuai dengan

ruang lingkup kerjasama. Rencana dan penganggaran KPBU

PJPK

PT PII

Badan Usaha Pelaksana

Pasien

BLU/BLUD

BPJS

1

3

8 5

4 9

2

6

7

Page 48: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-48-

tercantum didalam APBN/D, RSB dan RBA BLU/BLUD. BUP

memperoleh pengembalian modal investasi dan keuntungan yang

wajar dalam jangka waktu tertentu melalui skema AP. Setelah jangka

waktu berakhir, BUP menyerahkan kepemilikan bangunan dan

prasarana tersebut kepada PJPK.

Gambar 7 : Struktur Kontrak Bangun Guna Serah – Availability Payment

Keterangan:

1) Perjanjian Kerjasama antara PJPK dengan BUP;

2) Perjanjian Penjaminan antara PT PII dengan BUP (jika

menggunakan Penjaminan Infrastruktur);

3) Perjanjian Regres antara PT PII dengan PJPK (jika menggunakan

Penjaminan Infrastruktur);

4) BUP menyediakan seluruh sistem infrastruktur rumah sakit publik

beserta layanan kepada pasien sesuai dengan yang diperjanjikan

pada Perjanjian Kerjasama;

5) Pasien non-BPJS melakukan pembayaran tarif kepada Collecting

Unit PJPK;

6) BPJS melakukan pembayaran atas klaim kepada Collecting Unit

PJPK;

7) Collecting Unit PJPK melakukan transfer pendapatan kepada PJPK;

8) PJPK melakukan monitoring dan evaluasi kepada BUP;

9) BUP mendapatkan AP dari PJPK, atas penyediaan infrastruktur

beserta layanan yang diberikan.

PT PII

PJPK

Badan Usaha Pelaksana

Pasien BPJS

Colecting unit PPJK

2

3

1 7

5

6

4

8 9

Page 49: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-49-

3. Kontrak Rehabilitasi Guna Serah Rumah Sakit Publik Eksisting – AP

Pemerintah Pusat/Daerah dalam hal ini PJPK mengontrakan

kepada BUP untuk memperbaiki dan atau menambah bangunan dan

prasarana rumah sakit, kemudian badan usaha mengelolanya dalam

waktu tertentu sesuai dengan perjanjian kerjasama, selanjutnya

diserahkan kembali kepada Pemerintah apabila BUP tersebut telah

memperoleh pengembalian modal dan profit pada tingkat yang wajar

melalui skema AP. Rencana dan penganggaran KPBU tercantum

didalam APBN/D, RSB dan RBA BLU/BLUD.

Gambar 8 : Struktur Kontrak Rehabilitasi Guna dan Serah Rumah

Sakit Publik Eksisting – Availability Payment

Keterangan:

1) Pendelegasian wewenang PJPK kepada BLU/BLUD;

2) Perjanjian Kerjasama antara BLU/BLUD dengan BUP;

3) Perjanjian Penjaminan antara PT PII dengan BUP (jika

menggunakan Penjaminan Infrastruktur);

4) Perjanjian Regres antara PT PII dengan BLU/BLUD (jika

menggunakan Penjaminan Infrastruktur);

5) BUP melakukan rehabilitasi dan atau mengoperasikan seluruh

sistem infrastruktur pada unit - unit pelayanan rumah sakit

publik eksisting dan menyediakan layanan pada jenis layanan

yang direhabilitasi, sesuai dengan yang diperjanjikan pada

Perjanjian Kerjasama;

6) Pasien non-BPJS melakukan pembayaran tarif kepada

BLU/BLUD;

7) BLU/BLUD mendapat pembayaran atas klaim pasien BPJS;

PJPK

PT PII

Badan Usaha Pelaksana BLU/BLUD

Pasien BPJS

1 8

4

3

6 7

5

2 9

Page 50: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-50-

8) PJPK melakukan monitoring dan evaluasi kepada BLU/BLUD,

dan PJPK memberikan subsidi operasi kepada BLU/BLUD;

9) BUP mendapatkan pembayaran AP dari BLU/BLUD, atas

penyediaan rehabilitasi infrastruktur beserta layanan yang

diberikan;

E. Pembayaran oleh Pengguna dalam Bentuk Tarif

Tarif yang digunakan untuk pengembalian oleh BUP ditetapkan oleh

PJPK yang meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional dan

keuntungan selama masa konsesi. PJPK dapat menetapkan tarif non-JKN

yang mengacu pada pola sistem tarif nasional.

Perhitungan dan penentuan tarif sebagaimana dimaksud di atas

harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Struktur Kerjasama KPBU melalui Pembayaran oleh Pengguna dalam

Bentuk Tarif

a. Kontrak Pelayanan Rumah Sakit Publik Eksisting-Pembayaran

oleh Pengguna dalam Bentuk Tarif

BUP diberikan hak pelayanan untuk menyelenggarakan

seluruh sistem infrastruktur, termasuk pengoperasian dan

pemeliharaan prasarana rumah sakit publik serta pemberian

pelayanan kepada pasien melalui skema Pembayaran oleh

Pengguna dalam Bentuk Tarif dan dimungkinkan adanya

mekanisme pembagian kelebihan keuntungan. Rencana dan

penganggaran KPBU tercantum didalam RSB dan RBA BLU/BLUD.

Gambar 9: Struktur Kontrak Pelayanan Rumah Sakit Publik

Eksisting - Pembayaran oleh Pengguna dalam Bentuk

Tarif

PJPK

PT PII

Badan Usaha Pelaksana

Pasien

3

5

BLU/BLUD

1

4 8

2

6

7

BPJS

Page 51: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-51-

Keterangan:

1) Pendelegasian wewenang PJPK kepada BLU/BLUD;

2) Perjanjian Kerjasama antara BLU/BLUD dengan BUP;

3) Perjanjian Penjaminan antara PT PII dengan BUP;

4) Perjanjian Regres antara PT PII dengan BLU/BLUD;

5) BUP menyediakan seluruh sistem infrastruktur rumah sakit

publik eksisting beserta layanan kepada pasien sesuai dengan

yang diperjanjikan pada Perjanjian Kerjasama;

6) Pasien non-BPJS melakukan pembayaran tarif kepada BUP;

7) BLU/BLUD mendapat pembayaran atas klaim pasien BPJS;

8) PJPK melakukan monitoring dan evaluasi kepada BLU/BLUD,

dan PJPK memberikan subsidi operasi kepada BLU/BLUD.

2. Kontrak Bangun Guna Serah - Pembayaran oleh Pengguna dalam

Bentuk Tarif

BUP memperoleh hak untuk mendanai dan membangun suatu

rumah sakit, yang kemudian dilanjutkan dengan pengelolaannya dan

memperoleh pengembalian modal investasi dan keuntungan yang

wajar dalam jangka waktu tertentu melalui skema Pembayaran oleh

Pengguna dalam Bentuk Tarif dan dimungkinkan adanya pembagian

kelebihan keuntungan. Setelah jangka waktu kerjasama berakhir,

BUP menyerahkan kepemilikan bangunan tersebut kepada

Pemerintah Pusat/Daerah.

Gambar 10 : Kontrak Bangun Guna Serah–Pembayaran oleh

Pengguna dalam Bentuk Tarif

1

Badan Usaha Pelaksana

Pasien BPJS

PT PII

PJPK

2

3

7

4

5

6

Page 52: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-52-

Keterangan:

1) Perjanjian Kerjasama antara PJPK dengan BUP;

2) Perjanjian Penjaminan antara PT PII dengan BUP;

3) Perjanjian Regres antara PT PII dengan PJPK;

4) BUP menyediakan seluruh sistem infrastruktur publik

eksisting beserta layanan kepada pasien sesuai dengan yang

diperjanjikan pada Perjanjian Kerjasama;

5) Pasien non-BPJS melakukan pembayaran tarif atas

pelayanan kesehatan kepada BUP;

6) BUP mendapat pembayaran atas klaim Pasien BPJS;

7) PJPK melakukan monitoring dan evaluasi kepada BUP;

3. Kontrak Rehabilitasi Guna Serah Rumah Sakit Publik Eksisting –

Pembayaran oleh Pengguna dalam Bentuk Tarif

PJPK mengkontrakan kepada BUP untuk memperbaiki bangunan

dan prasarana rumah sakit, kemudian BUP mengelolanya dalam

waktu tertentu sesuai dengan perjanjian kerjasama selanjutnya

diserahkan kembali kepada PJPK apabila BUP tersebut telah

memperoleh pengembalian modal dan profit pada tingkat yang wajar

melalui Pembayaran oleh Pengguna dalam Bentuk Tarif sesuai jangka

waktu yang diperjanjikan, dan dimungkinkan adanya pembagian

kelebihan keuntungan. Rencana dan penganggaran KPBU tercantum

didalam RSB dan RBA BLU/BLUD.

Gambar 11 : Kontrak Rehabilitasi Guna Serah Rumah Sakit Publik

Eksisting – Pembayaran oleh Pengguna dalam Bentuk Tarif

BLU/BLUD

PJPK

PT PII

Badan Usaha Pelaksana

Pasien BPJS

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Page 53: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-53-

Keterangan:

1) Pendelegasian wewenang PJPK kepada BLU/BLUD;

2) Perjanjian Kerjasama antara BLU/BLUD dengan BU;

3) Perjanjian Penjaminan antara PT PII dengan BUP;

4) Perjanjian Regres antara PT PII dengan BLU/BLUD;

5) BUP melakukan rehabilitasi dan menyediakan layanan pada jenis

layanan yang direhabilitasi, sesuai dengan yang diperjanjikan

pada Perjanjian Kerjasama;

6) Pasien non BPJS melakukan pembayaran tarif kepada BUP untuk

pelayanan yang disediakan oleh Badan Usaha Pelaksana;

7) Pasien non BPJS melakukan pembayaran tarif kepada

BLU/BLUD untuk layanan yang disediakan oleh BLU/BLUD;

8) BLU/BLUD mendapat pembayaran atas klaim pasien BPJS;

9) PJPK melakukan monitoring dan evaluasi kepada BLU/BLUD, dan

PJPK memberikan subsidi operasi kepada BLU/BLUD.

Page 54: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-54-

BAB V

SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KPBU DALAM PENYEDIAAN

INFRASTRUKTUR KESEHATAN KEWAJIBAN, LARANGAN DAN SANKSI

A. Sistem Monitoring dan Evaluasi KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kesehatan

Kinerja pelaksanaan perjanjian KPBU dari BUP dilakukan

pengukuran, penilaian dan evaluasi terhadap kesesuaian target dan

pencapaian indikator pelaksanaan desain dan konstruksi, prasarana,

performance peralatan serta manajemen pelayanan, menjadi tolak ukur

besaran kompensasi yang dibayarkan PJPK kepada BUP. Kinerja

pencapaian indikator kinerja dalam perjanjian harus dievaluasi secara

menyeluruh dalam rangka pertimbangan pemutusan, perpanjangan

ataupun addendum.

Pelaksanaan proyek KPBU harus dimonitor oleh PJPK untuk

memastikan kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh BUP sesuai

dengan perjanjian KPBU yang dibuat. Dalam rangka melakukan

pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan

fasilitas kesehatan tingkat lanjut dan pelayanan kesehatan pada proyek

rumah sakit KPBU harus mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal

(SPM) Kementerian Kesehatan dan indikator kinerja yang termuat dalam

dokumen perjanjian KPBU.

Tujuan monitoring dan evluasi pelaksanaan proyek KPBU dalam

Penyediaan Infrastruktur Kesehatan adalah terlaksananya pelayanan

kesehatan sesuai dengan perjanjian kerjasama KPBU antara BUP dan

PJPK.

PJPK wajib melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sesuai dengan perjanjian kerjasama KPBU antara

BUP dan PJPK.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit yang dimaksudkan

agar meliputi definisi operasional, indikator kinerja, ukuran atau satuan

rujukan dan target nasional berikut dengan cara

perhitungan/rumus/pembilangan penyebut/standar/satuan pencapaian

kinerja dan sumber data.

Indikator kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan

pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau

Page 55: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-55-

tolak ukur prestasi kuantitatif/kualitatif yang digunakan untuk

mengukur terjadinya perubahan terhadap besaran target atau standar

yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Jenis Jenis Standar Pelayanan

Standar Pelayanan dalam perjanjian KPBU dapat meliputi 21 jenis

pelayanan rumah sakit yaitu:

1. Pelayanan gawat darurat;

2. Pelayanan rawat jalan;

3. Pelayanan rawat inap;

4. Pelayanan bedah;

5. Pelayanan persalinan dan perinatology;

6. Pelayanan intensif;

7. Pelayanan radiologi;

8. Pelayanan laboratorium patologi klinik;

9. Pelayanan rehabilitasi medik;

10. Pelayanan farmasi;

11. Pelayanan gizi;

12. Pelayanan transfusi darah;

13. Pelayanan keluarga miskin;

14. Pelayanan rekam medis;

15. Pengelolaan limbah;

16. Pelayanan administrasi manajemen;

17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah;

18. Pelayanan pemulsaran jenazah;

19. Pelayanan laundry;

20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit, dan/atau

21. Pencegah Pengendalian Infeksi.

C. Standar Pelayanan setiap jenis Pelayanan, Indikator dan Standar

Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk setiap pelayanan, indikator dan

standar sesuai dengan peraturan yang berlaku.

D. Organisasi, Pelaksanaan dan Pembinaan

PJPK bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan rumah

sakit yang dikerjasamakan dengan BUP sesuai SPM dan indikator yang

tercantum dalam perjanjian KPBU.

Page 56: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-56-

BUP wajib melaksanakan jenis pelayanan kesehatan yang tercantum

dalam perjanjian KPBU. BUP juga wajib menyampaikan laporan

pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit 3 (tiga) bulan sekali atau

sesuai dengan ketentuan perjanjian KPBU yang diperjanjikan.

PJPK dan BUP wajib menyediakan sumber daya yang dibutuhkan

dalam penyelenggaraan monitoring pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan SPM berdasarkan perjanjian KPBU.

PJPK melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan sesuai SPM dan indikator yang tercantum dalam perjanjian

KPBU. BUP wajib menyampaikan laporan pencapaian kinerja pelayanan

rumah sakit sesuai yang tercantum dalam perjanjian KPBU.

E. Kewajiban, Larangan dan Sanksi

BUP berkewajiban untuk mematuhi seluruh ketentuan pada kontrak

kerjasama, melaporkan hasil monitoring dan evaluasi proyek KPBU

kepada PJPK, dan memberikan laporan pertanggungjawaban. BUP

dilarang untuk memutuskan kontrak secara sepihak kecuali dalam

keadaan force majeure, mengalihkan kontrak kepada badan usaha lain,

menggadaikan proyek KPBU, dan melakukan hal-hal yang dapat

mengganggu kelancaran proyek KPBU termasuk usaha-usaha lain di

lingkungan proyek KPBU. BUP yang melanggar ketentuan dapat diberikan

sanksi administratif berupa denda, pembekuan hingga pencabutan

sertifikat/izin, penghentian sementara pelayanan administrasi hingga

pengurangan jatah produksi, hingga tindakan administratif.

BUP berkewajiban untuk menjalankan pelayanan kesehatan minimal

sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kontrak KPBU, melaporkan

hasil evaluasi aspek fisik dan non-fisik kepada PJPK. BUP dilarang

melakukan kerjasama dengan pihak lain tanpa sepengetahuan PJPK,

melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran proyek KPBU

termasuk usaha-usaha lain di lingkungan proyek KPBU. BUP yang

melanggar ketentuan dapat diberikan sanksi administratif berupa denda,

pembekuan hingga pencabutan sertifikat/izin, penghentian sementara

pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah produksi, hingga

tindakan administratif.

PJPK dan Simpul KPBU berkewajiban untuk melaksanakan tugasnya

masing-masing sesuai dengan masa jabatannya, dan dapat diestafetkan

pada pejabat berikutnya jika masa KPBU melebihi masa jabatan PJPK dan

Page 57: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-57-

Simpul KPBU. PJPK bertanggung jawab dalam seluruh proses KPBU dan

juga berkewajiban menilai kinerja BUP. PJPK wajib berkoordinasi dengan

badan pemerintah lainnya untuk mekanisme pembayaran AP kepada BUP.

PJPK dan Simpul KPBU dilarang untuk menyalahgunakan wewenang yang

diberikan dalam proyek KPBU, melakukan hal-hal yang dapat

mengganggu kelancaran proyek KPBU termasuk usaha-usaha lain di

lingkungan proyek KPBU. PJPK dan Simpul KPBU yang melanggar

ketentuan akan diberikan sanksi administratif pegawai pemerintah.

Page 58: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … · risiko kesehatan. Misi Pembangunan Indonesiatahun 2015-2019 yaitu Nawacita-Membangun Indonesia dari Pinggiran. Dengan semangat

-58-

BAB VI

PENUTUP

Pedoman umum KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan ini

diharapkan dapat menjadi pedoman bagi Pemerintah Pusat dalam hal ini

Menteri Kesehatan/Kepala Instansi Pemerintah yang menyelenggarakan

urusan kesehatan dan Pemerintah Daerah, dalam hal ini Gubernur,

Bupati/Walikota, serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah, dalam melaksanakan KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

Pedoman umum KPBU bidang kesehatan ini juga mendorong peran serta dan

partisipasi aktif pemerintah pusat, pemerintah daerah dan swasta/badan

usaha dalam melaksanakan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan.

Pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan

merupakan salah satu skema pembiayaan KPS yang dapat menjadi alternatif

untuk mengatasi permasalahan kesenjangan atas ketersediaan sarana

prasarana kesehatan dan layanan kesehatan yang berkualitas di Indonesia.

Upaya untuk memenuhi pembangunan infrastruktur dan pelayanan kesehatan

yang adil dan merata dapat terwujud dengan adanya pelaksanaan KPBU dalam

Penyediaan Infrastruktur Kesehatan. Diharapkan KPBU dalam Penyediaan

Infrastruktur Kesehatan dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengejar

beberapa ketertinggalan dalam mencapai tujuan dari pembangunan kesehatan

di Indonesia dan pada akhirnya akan memperluas akses, cakupan, dan

kualitas klinis sehingga tercapainya derajat kesehatan mansyarakat yang

setinggi-tingginya.

Dalam rangka mendukung hal-hal tersebut diatas, maka review berkala

terhadap Pedoman KPBU di bidang kesehatan ini dilakukan sekurang-

kurangnya 1 (satu) tahun 1 (satu) kali.

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK