peraturan menteri kesehatan republik indonesia …...582/menkes/sk/iii/2011 tentang pendelegasian...

283
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan tertib administrasi, dan tertib pengelolaan barang milik negara di lingkungan Kementerian Kesehatan, diperlukan pedoman dalam pengelolaannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Upload: others

Post on 04-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 9 TAHUN 2018

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan tertib administrasi, dan

tertib pengelolaan barang milik negara di lingkungan

Kementerian Kesehatan, diperlukan pedoman dalam

pengelolaannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pengelolaan Barang

Milik Negara di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Page 2: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-2-

2

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang

Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3573) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun

2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 64,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4515);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5533);

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

22/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan,

Pendaftaran, Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan

Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/PMK.06/2010

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah

Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 368);

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.06/2012

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan dan

Pengendalian Barang Milik Negara (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1352)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 52/PMK.06/2016 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

244/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor

492);

Page 3: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-3-

3

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang

Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 588);

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014

tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

991);

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014

tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang

Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 1977) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.06/2016

tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 791);

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015

tentang Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab

Tertentu dari Pengelola Barang kepada Pengguna Barang

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

20);

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.06/2016

tentang Tata Cara Sewa Barang Milik Negara (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 540);

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan

Penghapusan Barang Milik Negara (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 757);

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan

Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 180);

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016

tentang Penatausahaan Barang Milik Negara (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 180);

Page 4: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-4-

4

16. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah

Nomor 373/KPTS/2001 tentang Sewa Rumah Negara;

17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian

Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian

(PIP) dan Surat Ijin Penghunian (SIP) Rumah Negara

Kementerian Kesehatan;

18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.02.02/MENKES/558/2016 tentang Pelimpahan

Sebagian Wewenang Menteri Kesehatan Selaku Pengguna

Barang Dalam Pengelolaan Barang Milik Negara di

Lingkungan Kementerian Kesehatan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN

KEMENTERIAN KESEHATAN.

Pasal 1

Pedoman Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan

Kementerian Kesehatan merupakan acuan bagi satuan kerja

di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan

pengelolaan barang milik negara.

Pasal 2

Ruang lingkup Pedoman Pengelolaan Barang Milik Negara di

Lingkungan Kementerian Kesehatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 meliputi rencana kebutuhan, penatausahaan,

penggunaan dan pemanfaatan, pemindahtanganan,

pemusnahan, dan penghapusan, pengawasan dan

pengendalian barang milik negara.

Pasal 3

Ketentuan mengenai Pedoman Pengelolaan Barang Milik

Negara di Lingkungan Kementerian Kesehatan tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

Page 5: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-5-

5

Pasal 4

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 79 Tahun 2015 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan

Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 2011) dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Page 6: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-6-

6

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 9 Maret 2018

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 9 Mei 2018

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 617

Telah diperiksa dan disetujui:

Page 7: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-7-

7

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 9 TAHUN 2018

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK

NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

KESEHATAN

PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB I

RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L)

menekankan secara konkrit implementasi perencanaan kebutuhan Barang

Milik Negara (BMN) yang terintegrasi dengan sistem penganggaran.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 mengatur bahwa

perencanaan kebutuhan BMN merupakan bagian terintegrasi dari RKA-K/L

yang disusun dengan mempertimbangkan ketersediaan BMN dan berpedoman

pada standar barang, standar kebutuhan dan standar harga. Memperhatikan

Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-K/L,

maka Perencanaan Kebutuhan BMN merupakan proses evaluasi hubungan

antara kebutuhan BMN sesuai program dan kegiatan Kementerian/Lembaga

dengan ketersediaan BMN yang berpedoman pada Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L) dan Standar Barang dan Standar

Kebutuhan.

Page 8: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-8-

8

A. Ketentuan Umum 1. Perencanaan Kebutuhan BMN adalah kegiatan merumuskan rincian

kebutuhan BMN untuk menghubungkan pengadaan barang yang

telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam

melakukan tindakan yang akan datang.

2. Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN) adalah dokumen

perencanaan BMN untuk periode 1 (satu) tahun.

3. Penyusunan RKBMN untuk pengadaan diusulkan oleh Pengguna

Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang terhadap BMN yang telah

terdapat Standar Barang dan Standar Kebutuhan.

4. Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN ditetapkan oleh

Menteri Keuangan, antara lain seperti:

5. RKBMN untuk pemeliharaan BMN diusulkan oleh Pengguna Barang

dan/atau Kuasa Pengguna Barang terhadap:

a. BMN berupa tanah dan/atau bangunan;

b. BMN selain tanah dan/atau bangunan, untuk:

1) BMN berupa alat angkutan bermotor;

2) BMN selain angka 1, dengan nilai perolehan per satuan

paling sedikit sebesar Rpl00.000.000,00 (seratus juta

rupiah).

6. RKBMN untuk pemeliharaan BMN tidak dapat diusulkan oleh

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang terhadap:

a. BMN yang berada dalam kondisi rusak berat;

b. BMN yang sedang dalam status penggunaan sementara;

c. BMN yang sedang dalam status dioperasikan pihak lain;

dan/atau;

d. BMN yang sedang dalam status dilakukan pemanfaatan.

7. RKBMN untuk pemeliharaan BMN yang sedang dalam status

penggunaan sementara diusulkan oleh Kementerian/Lembaga yang

menggunakan sementara BMN.

8. Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Tingkat Satker dan

menyampaikan RKBMN secara berjenjang kepada Pengguna Barang.

Page 9: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-9-

9

9. Penyusunan RKBMN perlu dilakukan koordinasi intensif mulai dari

tingkat satuan kerja yaitu antara Kuasa Pengguna Barang dengan

Kuasa Pengguna Anggaran sampai dengan tingkat Kementerian/

Lembaga yaitu antara Pengguna Barang dengan Pengguna Anggaran.

10. RKBMN merupakan bagian dari perencanaan dan penganggaran

terkait BMN yang akan menjadi dasar penyusunan RKA-K/L.

11. RKBMN Tingkat Kementerian/Lembaga disampaikan kepada

Pengelola Barang paling lambat minggu pertama bulan Januari

tahun anggaran sebelumnya.

12. Pengelola Barang melakukan penelaahan RKBMN dan disampaikan

hasil penelaahannya RKBMN kepada Kementerian/Lembaga dengan

tembusan kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat pada

minggu ketiga bulan Februari tahun anggaran sebelumnya.

13. Hasil Penelaahan RKBMN digunakan oleh Kementerian/Lembaga

sebagai dasar pengusulan penyediaan anggaran pengadaan, baik

inisiatif baru (new initiative) maupun angka dasar (baseline), dan

anggaran pemeliharaan BMN.

14. Dalam hal terdapat kondisi darurat atau kondisi lainnya yang terjadi

setelah batas akhir penyampaian RKBMN, pengusulan penyediaan

anggaran dilakukan berdasarkan mekanisme penganggaran sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil pengusulan

penyediaan anggaran wajib dilaporkan Pengguna Barang kepada

Pengelola Barang sebagai bahan pertimbangan tambahan dalam

penelaahan RKBMN pada tahun anggaran berikutnya.

15. Dalam hal terdapat revisi anggaran yang berdampak pada perubahan

kebutuhan pengadaan BMN, Pengguna Barang dapat mengusulkan

kepada Pengelola Barang untuk dilakukan perubahan atas Hasil

Penelaahan RKBMN.

16. Pengguna Barang yang tidak memenuhi kewajiban penyampaian

RKBMN tidak dapat mengusulkan penyediaan anggaran untuk

kebutuhan baru (new initiative) dan penyediaan anggaran angka

dasar (baseline) dalam rangka rencana pengadaan dan/atau rencana

pemeliharaan BMN dalam RKA Kementerian/Lembaga bersangkutan.

Page 10: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-10-

10

B. Langkah Awal Persiapan Penyusunan RKBMN bagi Satuan Kerja

1. Sebelum KPB menyusun RKBMN, agar penanggung jawab

penyusunan RKBMN memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Updating data KIB sesuai kondisi riil aset di lapangandan

dicocokkan antara data KIB di SIMAK dengan Master Aset di

SIMAN masing-masing satuan kerja;

b. Klarifikasi golongan rumah negara eksisting sesuai golongan

rumah negara pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

248/PMK.06/2011 tentang Standar Barang dan Standar

Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau

Bangunan jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

07/PMK.06/2016 tentang Standar Barang dan Standar

Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau

Bangunan, sesuai dengan tingkatan penggunanya;

c. Klarifikasi data pemakaian kendaraan dinas baik yang

digunakan sebagai kendaraan jabatan maupun kendaraan

operasional;

d. Updating data kondisi BMN sesuai kondisi terkini khususnya

untuk tanah, bangunan, kendaraan dan barang inventaris

lainnya yang nilai perolehannya 100 juta ke atas;

e. Klarifikasi pemanfaatan atas sebagian/keseluruhan pada suatu

BMN khususnya untuk tanah dan/atau bangunan;

f. Klarifikasi rencana penghapusan, rencana perubahan

kendaraan jabatan menjadi kendaraan operasional, rencana

pengalihan, rencana penggunaan BMN idle, dan optimalisasi

BMN status tetap khususnya Alat Angkutan Dinas Dalam Negeri

(AADB)/kendaraan jabatan;

g. Klarifikasi tingkat hunian dan komposisi pegawai baik yang

eksisting maupun yang sesuai dengan Renstra K/L, hal ini

diperlukan khususnya untuk satker yang akan memperluas

gedung kantor eksisting atau akan membangun gedung baru;

dan

h. Dalam hal terdapat AADB eksisting yang digunakan oleh pejabat

lain secara berlebihan yang berada dalam 1 KPB/PB harus tetap

diperhitungkan sebagai AADB eksisting dalam RKBMN

pengadaan AADB.

Page 11: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-11-

11

2. Hal penting dalam penyusunan RKBMN di lingkungan Kementerian

Kesehatan.

a. Kebijakan Penyusunan RKBMN atas Pemeliharaan BMN, yaitu:

1) Dalam hal pemeliharaan atas gedung perkantoran oleh

Satker di lingkungan Kementerian Kesehatan, Satker yang

mengusulkan biaya pemeliharaan adalah Satker yang

mencatat gedung perkantoran tersebut;

2) Dalam hal terdapat pemakaian bersama BMN dalam

bentuk sewa dan/atau pinjam pakai, pemeliharaan atas

BMN tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan

penjanjian yang ada;

3) Atas BMN bersengketa dan/atau digunakan oleh pihak

yang bukan peruntukannya tidak dapat dianggarkan biaya

pemeliharaannya; dan

4) Terhadap hal khusus atas rencana pemeliharaan dapat

diatur melalui kebijakan eselon satu masing-masing dan

masih sesuai dengan aturan yang berlaku.

b. Kebijakan Penyusunan RKBMN atas Pengadaan BMN, yaitu:

1) Pengadaan atas BMN dapat diusulkan hanya yang telah

ada SBSK nya;

2) Usulan pembangunan gedung kategori khusus (jalan,

gudang, gardu) dan atas BMN yang belum ada SBSK-nya

tidak mengikuti mekanisme RKBMN, namun mekanisme

anggaran normal;

3) Usulan atas pengadaan BMN yang telah ada SBSK nya

dapat tidak disetujui jika masih dapat dilakukan

optimalisasi atas BMN yang telah ada (existing);

4) Usulan atas pengadaan Rumah Negara harus dilampiri

surat rekomendasi dari Dinas Pekerjaan Umum; dan

5) Usulan pengadaan atas AADB (Alat Angkutan Darat

Bermotor Dinas Dalam Negeri) harus dilengkapi hal sebagai

berikut:

a) Surat pernyataan dari Kepala Satker yang menyatakan

belum ada kendaraan dinas jabatan untuk Kepala

Kantor dan Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas yang

tersedia merupakan kendaraan operasional;

Page 12: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-12-

12

b) Surat Rekomendasi Kepala Biro Umum Kemenkes

untuk pengadaan AADB jabatan dan operasional

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26

Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Alat

Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional di

Lingkunan Kementerian Kesehatan.

C. Penyusunan RKBMN untuk Pengadaan BMN

1. Tanah dan/atau Bangunan

a. Usulan RKBMN

RKBMN disusun berpedoman pada Renstra-K/L yang menjadi

kewenangan dan tanggung jawabnya dan Standar Barang dan

Standar Kebutuhan (SBSK).

1) Renstra K/L

Diperlukan adanya relevansi atau keterkaitan pengadaan

BMN dengan program dan kegiatan Kementerian/Lembaga

yang konsisten dengan sasaran strategis Kementerian/

Lembaga.

2) Standar Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

7/PMK.06/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.06/2011 tentang SBSK

BMN Berupa Tanah dan/atau Bangunan (”PMK SBSK”)

mencakup:

a) Bangunan Gedung Kantor

1) Standar ketinggian Bangunan Gedung Kantor

adalah berdasarkan struktur pejabat tertinggi

yang direncanakan akan menempati secara

permanen Bangunan Gedung Kantor yang

bersangkutan.

2) Kebutuhan jumlah unit Bangunan Gedung

Kantor dibatasi yaitu:

(a) Kantor direktorat yaitu kantor instansi pusat

dengan pejabat tertinggi yang menempati

secara permanen adalah eselon II dapat

memiliki gedung tersendiri apabila luas

Page 13: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-13-

13

lantai bruto lebih dari 1000m (seribu meter

persegi);

(b) Kantor instansi vertikal dengan struktur

pejabat tertinggi yang menempati secara

permanen adalah eselon III atau eselon IV

adalah satu bangunan untuk setiap unit;

dan

(c) Kebutuhan unit selebihnya adalah

berdasarkan prinsip efisiensi dan efektivitas.

3) Perhitungan luas Bangunan Gedung Kantor

memerlukan input data pegawai yang akan

menempati Bangunan Gedung Kantor yang

diusulkan kebutuhan pengadaannya.

b) Tanah untuk Bangunan Gedung Kantor

Standar luas minimum dan/atau maksimum tanah

ditentukan oleh luas lantai dasar bangunan dan

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang berlaku di

daerah setempat.

c) Bangunan Rumah Negara

1) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

mengusulkan jumlah unit bangunan rumah

negara, keluasan tanah, dan keluasan bangunan

melalui RKBMN berdasarkan pembahasan

bersama antara Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang bersangkutan dengan

instansi/unit kerja yang bertanggung jawab di

bidang pekerjaan umum.

2) Perhitungan luas Bangunan Rumah Negara

memerlukan input data pegawai yang

diperuntukkan akan menempati Bangunan

Rumah Negara yang diusulkan kebutuhan

pengadaannya.

d) Tanah untuk Bangunan Rumah Negara

1) Standar maksimum luas Tanah untuk Bangunan

Rumah Negara ditentukan oleh tipe rumah negara

yang akan berdiri di atas tanah yang diusulkan

pengadaannya sehingga K/L yang berencana

Page 14: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-14-

14

mengusulkan pengadaan Tanah untuk Rumah

Negara, harus telah memiliki rencana tipe

Bangunan Rumah Negara yang akan berdiri di

atas tanah yang diusulkan pengadaannya. Tipe

Bangunan Rumah Negara akan ditentukan oleh

input data pegawai yang diperuntukkan akan

menempati Bangunan Rumah Negara.

2) Standar luas Tanah untuk Bangunan Rumah

Negara wajib memperhatikan Rencana Umum

Tata Ruang (RUTR).

b. Optimalisasi BMN yang ada (Existing BMN)

1) penetapan kebutuhan pengadaan BMN akan

mempertimbangkan existing BMN berupa Bangunan

Gedung Kantor dan/atau Tanah Untuk Bangunan Gedung

Kantor, Bangunan Rumah Negara dan/atau Tanah Untuk

Bangunan Rumah Negara dan/atau Bangunan Khusus

sesuai usulan rencana pengadaannya. Data existing BMN

yang digunakan adalah data per tanggal penyusunan

RKBMN yang dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang

seperti lokasi, luas, status BMN.

2) Penyesuaian existing dengan SBSK.

Penyesuaian existing dengan SBSK untuk masing-masing

sub kelompok BMN sebagai berikut:

a) Bangunan Gedung Kantor

Existing BMN yang dipertimbangkan dalam proses

usulan pengadaan adalah existing BMN dengan lokasi

yang sama dengan lokasi BMN yang diusulkan

pengadaannya. Kriteria lokasi yang akan

dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1) untuk usulan pengadaan Bangunan Gedung

Kantor unit pusat, lokasi dibatasi pada provinsi;

2) untuk usulan pengadaan Bangunan Gedung

Kantor unit vertikal lokasi dibatasi pada

kotamadya/kabupaten;

3) untuk usulan pengadaan Bangunan Gedung

Kantor unit vertikal yang berada pada tingkat

kecamatan antara lain Kantor Urusan Agama dan

Page 15: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-15-

15

Kantor Kepolisian Sektor, lokasi dibatasi pada

kecamatan; dan

4) untuk usulan pengadaan Bangunan Gedung

Kantor yang bersifat khusus seperti Gedung

Keuangan Negara, lokasi dibatasi pada

kota/kabupaten.

b) Tanah Untuk Bangunan Gedung Kantor

Existing BMN yang dipertimbangkan dalam proses

usulan pengadaan adalah existing BMN dengan lokasi

yang sama dengan lokasi BMN yang diusulkan

pengadaannya. Kriteria lokasi yang akan

dipertimbangkan sama dengan bangunan. Standar

luas minimum dan/atau maksimum tanah ditentukan

oleh luas lantai dasar bangunan yang berdiri di atas

tanah yang bersangkutan dan Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) yang berlaku di daerah setempat

dengan tetap memperhatikan RUTR

c) Bangunan Rumah Negara

Informasi data existing Bangunan Rumah Negara

berupa lokasi, luas bangunan, status BMN (digunakan

sendiri atau terindikasi idle), digunakan dalam

pengajuan usulan pengadaan dan pembahasan

dengan kementerian yang bertanggung jawab di

bidang pekerjaan umum

d) Tanah Rumah Negara

Existing BMN yang dipertimbangkan dalam proses

usulan pengadaan adalah existing BMN dengan lokasi

yang sama dengan lokasi BMN yang diusulkan

pengadaannya. Kriteria lokasi sama dengan bangunan

kantor di atas.

3) Optimalisasi existing BMN berlaku untuk BMN berupa

Tanah dan/atau Bangunan Gedung Kantor dan Tanah

Bangunan Rumah Negara. Pertimbangan atas ketersediaan

BMN, existing BMN yang akan dihentikan penggunaannya,

dipindahtangankan, dihapuskan dan dimusnahkan dalam

tahun yang direncanakan tidak dioptimalkan. Selisih lebih

antara luas existing BMN dengan standar kebutuhan

Page 16: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-16-

16

barang yang dihitung berdasar SBSK merupakan salah

satu indikator terdapatnya existing BMN yang belum

dioptimalkan.

c. Kebutuhan riil.

Kebutuhan riil BMN diperoleh berdasarkan perhitungan SBSK

setelah dikurangi optimalisasi existing BMN minimal sebesar 5%

(lima perseratus) dibandingkan dengan luas existing BMN.

d. Keterangan lainnya.

Jika terdapat rencana pengadaan BMN sesuai Hasil Penelaahan

RKBMN yang usulan penganggarannya belum disetujui, maka

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dapat mengusulkan

RKBMN untuk pengadaan BMN dimaksud disertai keterangan

seperlunya. Keterangan ini berisi informasi mengenai alternatif

skema pemenuhan kebutuhan BMN sebagai contoh apakah

melalui pembelian tanah/pembangunan baru bangunan atau

renovasi/restorasi yang mengubah luas bangunan, termasuk

renovasi/restorasi atas bangunan pihak lain/pemenuhan

kebutuhan tanah dan/atau bangunan melalui mekanisme sewa,

dan merekomendasikan alternatif terbaik di antaranya.

2. Alat Angkutan Darat Bermotor

a. Usulan RKBMN

RKBMN disusun berpedoman pada Renstra-K/L yang menjadi

kewenangan dan tanggung jawabnya dan Standar Barang dan

Standar Kebutuhan (SBSK).

1) Renstra K/L

Diperlukan adanya relevansi atau keterkaitan pengadaan

BMN dengan program dan kegiatan Kementerian/Lembaga

yang konsisten dengan sasaran strategis

Kementerian/Lembaga.

2) Standar Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar

Kebutuhan BMN Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor

Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri, diatur sebagai

berikut:

Page 17: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-17-

17

Kualifikasi Tingkatan Jabatan

Standar Kebutuhan

(Jumlah Maksimum)

Standar Barang (Jenis/Kapasitas

Mesin/Jumlah Silinder)

A1 Menteri dan yang setingkat

2 Sedan/3.500 cc / 6 silinder dan/atau SUV/3.500 cc /6 silinder

A2 Wakil Menteri dan yang setingkat

1 Sedan/3.500 cc / 6 silinder dan/atau SUV/3.500 cc /6 silinder

B Eselon Ia dan yang setingkat

1 Sedan/2.500 cc / 4 silinder dan/atau SUV/3.000 cc /6 silinder

C Eselon Ib dan yang setingkat

1 Sedan/2.000 cc / 4 silinder

D Eselon IIa dan yang setingkat

1 SUV/2.500 cc / 4 silinder

E Eselon IIb dan yang setingkat

1 SUV/2.000 cc / 4 silinder

F Eselon III dan yang setingkat, yang berkedudukan sebagai kepala kantor

1 SUV/2.000 cc bensin/ 4 silinder atau SUV/2.500 cc solar/ 4 silinder

G1 Eselon IV dan yang setingkat, yang berkedudukan ·sebagai kepala kantor dengan wilayah kerja minimal 1 (satu) kabupaten/kota

1 MPV/1.500 cc / 4 silinder

G2 Eselon IV dan yang setingkat, yang berkedudukan sebagai kepala kantor dengan wilayah kerja kurang dari 1 (satu) kabupaten/kota

1 Sepeda Motor/225 cc / 1 silinder

Page 18: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-18-

18

SBSK AADB di atas merupakan batas tertinggi standar

BMN yang dapat diusulkan pengadaaannya. Dalam hal

KPB memilik pertimbangan sehingga pengadaan BMN

dapat diupayakan di bawah standar maksimum, maka KPB

dapat mengusulkan BMN di bawah standar maksimum

tersebut.

b. Optimalisasi BMN yang ada (Existing BMN)

1) Penetapan kebutuhan pengadaan BMN akan

mempertimbangkan existing BMN berupa AADB sesuai

usulan rencana pengadaannya.

2) Data existing BMN yang dipertimbangkan dalam

penyusunan RKBMN untuk pengadaan AADB adalah data

sub kelompok kendaraan bermotor, misalnya: kendaraan

dinas bermotor perorangan (sedan, jeep, station wagon,

kendaraan dinas perorangan lainnya), kendaraan bermotor

penumpang (mini bus, kendaraan bermotor penumpang

lainnya), kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor,

scooter, kendaraan bermotor beroda dua lainnya).

3) Rencana penggunaan terhadap existing BMN dengan SBSK

AADB dilakukan dengan mempertimbangkan, antara lain :

status tetap, dialihkan ke Pejabat lain, digunakan sebagai

kendaraan operasional, dan diproses untuk alih status

penggunaan.

4) Terhadap existing AADB yang telah dilakukan verifikasi

dan fisik dan administrasi memenuhi syarat-syarat

penghapusan maka dapat dilakukan rencana penghapusan

sesuai ketentuan yang berlaku.

5) Dalam hal existing AADB memenuhi syarat sebagaimana

dimaksud pada angka (3) dan angka (4) di atas, maka

AADB dimaksud tidak dipertimbangkan untuk optimalisasi

rangka pemenuhan kebutuhan AADB yang diusulkan

pengadaannya.

c. Kebutuhan riil

Kebutuhan riil BMN diperoleh berdasarkan perhitungan SBSK

setelah dikurangi optimalisasi existing BMN.

Page 19: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-19-

19

d. Keterangan lainnya.

KPB diminta untuk memberikan informasi mengenai berbagai

altenatif skema pemenuhan kebutuhan BMN yang

dimungkinkan, antara lain pembelian/ sewa beli/ penggunaan

sementara/ alih status dan rekomendasi alternatif terbaik di

antaranya.

D. Penyusunan RKBMN Untuk Pemeliharaan BMN

1. Objek

a. Tanah dan/atau Bangunan.

b. Selain Tanah dan/atau Bangunan, untuk:

1) BMN berupa alat angkutan bermotor;

2) BMN selain alat angkutan bermotor dengan nilai perolehan

per satuan paling sedikit sebesar Rp100.000.000,00.

c. Pemeliharaan BMN berupa tanah telah termasuk dalam

pemeliharaan bangunan di atasnya.

d. RKBMN Untuk Pemeliharaan disusun sesuai status BMN dalam

tahun yang direncanakan. BMN termasuk dalam status yang

direncanakan untuk dihentikan penggunaannya,

dipindahtangankan, dimanfaatkan, dihapuskan, dan

dimusnahkan serta BMN berupa Konstruksi Dalam Pengerjaan

maupun Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan dalam tahun

yang direncanakan tidak dapat diusulkan pemeliharaannya.

e. mekanisme pengajuan kebutuhan pemeliharaannya

berdasarkan mekanisme penganggaran sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Dalam menyusun RKBMN untuk pemeliharaan harus memastikan

BMN tidak dalam status sebagai berikut:

a. Penggunaan Sementara

BMN yang sedang digunakan oleh KPB pada Kementerian/

Lembaga lain. RKBMN untuk pemeliharaan BMN dalam status

penggunaan sementara diajukan oleh KPB yang menggunakan

sementara BMN

b. Dioperasikan Pihak Lain

Pemeliharaan BMN dalam status dioperasikan pihak lain

menjadi beban pihak yang mengoperasikan BMN oleh karena itu

KPB tidak dapat mengajukan RKBMN untuk pemeliharaan BMN

dimaksud.

Page 20: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-20-

20

c. Dimanfaatkan

Pemeliharaan BMN dalam status dimanfaatkan menjadi beban

pihak yang menyewa, meminjam pakai dengan jangka waktu

lebih dari atau selama 6 (enam) bulan, memanfaatkan BMN

dalam bentuk kerjasama Bangun Guna Serah/Bangun Serah

Guna (BGS/BSG) maupun Kerjasama Pemanfaatan (KSP). KPB

tidak dapat mengajukan RKBMN untuk pemeliharaan BMN

dimaksud kecuali untuk pemeliharaan BMN dalam status

pinjam pakai dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan.

d. Rusak Berat (RB)

BMN dalam kondisi Rusak Berat (RB) tidak dapat diajukan

RKBMN untuk pemeliharaan dan harus segera mengajukan

usulan penghapusan/ pemindahtanganan BMN yang

bersangkutan kepada Pengelola Barang dan mengeluarkan

pencatatan BMN dimaksud dari neraca sesuai peraturan

perundangan. Dengan kata lain, yang boleh di ajukan RKBMN

untuk pemeliharaan hanya BMN dalam kondisi baik dan rusak

ringan.

E. Penggabungan RKBMN

1. Kuasa Pengguna Barang

Kuasa Pengguna Barang menyampaikan RKBMN secara berjenjang

yaitu kepada Pembantu Pengguna Barang-Wilayah (PPB-

W)/Koordinator Wilayah dan secara berjenjang kepada Pembantu

Pengguna Barang-Eselon I (PPB-E1) untuk selanjutnya disampaikan

kepada Pengguna Barang, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Proses Penggabungan RKBMN

Page 21: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-21-

21

Penyampaian RKBMN tingkat KPB tersebut, dilampiri dengan:

a. Surat pengantar RKBMN yang ditandatangani oleh Kuasa

Pengguna Barang;

b. RKBMN tingkat Kuasa Pengguna Barang;

c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Pengguna

Barang atas kebenaran RKBMN;

2. Pembantu Pengguna Barang-Wilayah (PPB-W)

PPB-W/Koordinator Wilayah melaksanakan penggabungan RKBMN

KPB untuk wilayah kerjanya. PPB-W atau Koordinator Wilayah

melakukan pengiriman gabungan RKBMN KPB kepada PPB-E1 atau

Koordinator Eselon I, dilampiri dengan:

a. Surat pengantar RKBMN yang ditandatangani oleh Koordinator

Wilayah;

b. RKBMN tingkat Wilayah; dan

c. RKBMN tingkat Kuasa Pengguna Barang.

Apabila dalam struktur organisasi Kementerian/ Lembaga yang

bersangkutan tidak mempunyai PPB-W/ Koordinator Wilayah, maka

RKBMN KPB dapat langsung digabungkan untuk Pembantu

Pengguna Barang-Eselon I (PPB-E1) atau Koordinator Unit Eselon I.

3. Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (PPB-E1)

PPB-E1 atau Koordinator Eselon I melaksanakan penggabungan dan

penelitian RKBMN untuk wilayah kerjanya. Penelitian dimaksudkan

untuk memastikan kebenaran data RKBMN berkenaan dengan

informasi status barang dan kondisi barang. Untuk kepentingan

tersebut, PPB-E1 atau Koordinator Eselon I dapat meminta KPB yang

bersangkutan untuk melakukan perbaikan atas RKBMN atau

melakukan perbaikan secara langsung dalam proses penggabungan

RKBMN untuk wilayah kerjanya.

Selanjutnya PPB-E1 atau Koordinator Eselon I melakukan

pengiriman RKBMN tingkat PPB-E1 atau Koordinator Eselon I

kepada Pengguna Barang, dilampiri dengan:

Page 22: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-22-

22

a. Surat pengantar RKBMN yang ditandatangani oleh pimpinan

eselon I;

b. RKBMN tingkat PPB-E1;

c. RKBMN tingkat Wilayah; dan

d. RKBMN tingkat Kuasa Pengguna Barang.

4. Pengguna Barang

a. Pengguna Barang meneliti RKBMN yang disampaikan oleh

Kuasa Pengguna Barang secara berjenjang melalui UAPPB-W

atau Koordinator Wilayah dan UAPPB-E1/ Koordinator Eselon I.

b. Pengguna Barang bertanggung jawab mutlak bahwa RKBMN

telah disusun dengan mempertimbangkan kesesuaian program,

kegiatan, dan keluaran (output) berupa BMN dengan Renstra-

K/L dan optimalisasi existing BMN di lingkungan

Kementerian/Lembaga.

c. Pengguna Barang bertanggung jawab mutlak bahwa penelitian

telah dilaksanakan dengan mengikutsertakan Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian/Lembaga (APIP-

K/L) untuk melakukan reviu atas kebenaran, kelengkapan, dan

kepatuhan penerapan kaidah Perencanaan Kebutuhan BMN.

d. Dalam hal terjadi perubahan Hasil Penelaahan RKBMN untuk

pengadaan BMN Kuasa Pengguna Barang melakukan proses

penyusunan RKBMN atas tambahan unit BMN sebagaimana

halnya penyusunan RKBMN pertama kali.

Gambar 2. Proses Penggabungan Usul Perubahan Hasil Penelaahan

RKMBN

Page 23: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-23-

23

F. Sanksi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.05/2014

tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara, terdapat sanksi

terhadap Satker yang tidak menyampaikan RKBMN setiap tahunnya yaitu

tidak dapat mengusulkan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru

dan penyediaan anggaran angka dasar (baseline) dalam pemeliharaan

BMN.

G. Jadwal Penyusunan RKBMN di Lingkungan Kementerian Kesehatan

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

1. TINGKAT SATKER 1. Proses di Tingkat Satker : a. Pengolahan RKBMN oleh Satker b. Rekon Internal RKBMN dengan Tim PI/Perencana2. Penyusunan RKBMN Satker 3. Pengiriman RKBMN ke Koordinator Wilayah4. Pertemuan Koordinasi dan reviu , oleh Unit Eselon 1 dan Itjen untuk : reviu RKBMN SatkerUntuk Lingkungan Setjen (koordinator Biro Keuangan dan BMN)

3. TINGKAT ESELON I. 1. Pertemuan Koordinasi dan reviu , oleh Unit Eselon 1 dan Itjen untuk : a. Rekonsiliasi satker, wilayah menjadi Eselon 1 b. Reviu RKBMN Satker3. Feedback hasil Reviu oleh Itjen dan Proses melengkapi dokumen yang kurang4. Penggabungan data tingkat wilayah dan Eselon 16. Penelitian oleh Unit Eselon 1

7. Pengiriman RKBMN E 1 ke Kementerian (Biro Keu & BMN)

4. TINGKAT KEMENTERIAN (BIRO KEU & BMN)

NO URAIAN KEGIATANAGUSTUS SEPTEMBER

Page 24: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-24-

24

BAB II

PENATAUSAHAAN

A. Penatausahaan Barang Milik Negara

Penyusunan Laporan Barang Pengguna Kementerian Kesehatan

dilakukan secara berjenjang dimulai dari tingkat Satuan Kerja, Wilayah,

Eselon I, Tingkat Kementerian Kesehatan, menggunakan Aplikasi

Persediaan, dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang

Milik Negara (SIMAK-BMN). Pelaksana penatausahaan BMN dilaksanakan

oleh Tenaga Jabatan Fungsional Umum (JFU) atau Jabatan Fungsional

Teknis (JFT) BMN.

Selanjutnya, struktur unit Akuntansi dan Unit Pelaporan sesuai jenjang

pelaporan, sebagai berikut:

1. Pelaksana Penatausahaan BMN di Tingkat Pengguna

Secara fungsional dilakukan oleh unit eselon I yang membidangi

kesekretariatan, unit eselon II, III, dan IV yang membidangi BMN.

Penanggung jawab adalah Menteri/Pimpinan Lembaga. UAPB ini

membawahi UAPPB-E1, UAPPB-W, dan/atau UAKPB.

2. Unit Akuntansi Kuasa Pembantu Pengguna Barang Tingkat Eselon 1

(UAPPB-E1)

UAPPB-E1 adalah unit yang membantu melakukan Penatausahaan

BMN pada tingkat Eselon I pada Pengguna Barang, yang secara

fungsional dilakukan oleh Unit Eselon II yang membidangi

kesekretariatan serta Unit Eselon III dan Unit Eselon IV yang

membidangi BMN. Penanggung jawab UAPPB-E1 adalah pejabat

Eselon I. UAPPB-E1 ini membawahi UAPPB-W dan/atau UAKPB.

3. Unit Akuntansi Kuasa Pembantu Pengguna Barang Tingkat Wilayah

(UAPPB-W)

a. UAPPB-W adalah unit yang membantu melakukan

Penatausahaan BMN pada tingkat kantor wilayah atau unit

kerja lain di wilayah yang ditetapkan sebagai UAPPB-W oleh

Pengguna Barang, yang secara fungsional dilakukan oleh Unit

Eselon III yang membidangi kesekretariatan dan Unit Eselon IV

yang membidangi BMN;

Page 25: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-25-

25

b. untuk unit akuntansi yang melakukan Penatausahaan BMN

Dana Dekonsentrasi, UAPPB-W dilaksanakan oleh Dinas

Pemerintah Provinsi/Unit Organisasi Pemerintah Provinsi yang

membawahi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penerima

Dana Dekonsentrasi, sedangkan untuk Penatausahaan BMN

Dana Tugas Pembantuan, UAPPB-W dilaksanakan oleh Dinas

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapat

pelimpahan wewenang Tugas Pembantuan;

c. penanggung jawab UAPPB-W adalah Kepala Kantor Wilayah

atau Kepala unit kerja yang ditetapkan sebagai UAPPB-W.

UAPPB-W ini membawahi UAKPB;

d. untuk unit akuntansi yang melakukan Penatausahaan BMN

Dana Dekonsentrasi, penanggung jawab UAPPB-W adalah

Kepala Dinas Pemerintah Provinsi/Unit Organisasi yang

membawahi SKPD penerima Dana Dekonsentrasi, sedangkan

untuk Penatausahaan BMN Dana Tugas Pembantuan,

penanggung jawab UAPPB-W adalah Kepala Dinas Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapat pelimpahan

wewenang Tugas Pembantuan sesuai dengan penugasan yang

diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian/Lembaga; dan

e. untuk Kementerian/Lembaga yang mempunyai unit kerja

vertikal di daerah tetapi tidak mempunyai kantor wilayah, harus

membentuk UAPPB-W dengan menunjuk salah satu unit kerja

vertikal tersebut sebagai UAPPB-W untuk membantu

pelaksanaan Penatausahaan BMN Kementerian/Lembaga atau

Unit Eselon I Kementerian/Lembaga bersangkutan.

4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)

a. UAKPB adalah unit akuntansi yang melakukan Penatausahaan

BMN pada tingkat satuan kerja (Kuasa Pengguna Barang), yang

secara fungsional dilakukan oleh Unit Eselon III, Eselon IV

dan/atau Eselon V yang membidangi kesekretariatan dan/atau

BMN. Penanggung jawab UAKPB adalah Kepala Kantor/Kepala

Satuan Kerja.

b. Untuk unit akuntansi yang melakukan Penatausahaan BMN

Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, penanggung

jawab UAKPB adalah Kepala SKPD.

Page 26: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-26-

26

c. Untuk unit akuntansi yang melakukan Penatausahaan BMN

pada Badan Layanan Umum (BLU), penanggung jawab UAKPB

adalah Pimpinan BLU.

d. UAKPB dapat membentuk Unit Akuntansi Pembantu Kuasa

Pengguna Barang (UAPKPB), dengan ketentuan sebagai berikut:

a) pembentukan dan penutupan/pengakhiran UAPKPB

ditetapkan berdasarkan keputusan penanggung jawab

UAKPB;

b) pembentukan UAPKPB dilakukan dengan pertimbangan

antara lain:

i) menyesuaikan struktur organisasi pada satuan kerja;

ii) membagi beban kerja Pelaksana Penatausahaan

tingkat UAKPB; dan

iii) memudahkan pelaksanaan Penatausahaan dan

pengamanan asset.

c) Penutupan/pengakhiran UAPKPB dilakukan dalam hal

keberadaan UAPKPB tersebut sudah tidak dibutuhkan.

B. Tugas Unit Akuntansi dan Unit Pelaporan

Guna keseragaman dan percepatan dalam pelaporan BMN, pada

Petunjuk Teknis Penatausahaan BMN berbasis akrual ini maka diatur

Tugas Pokok Unit Akuntansi dan Unit Pelaporan Instansi masing-masing

jenjang pelaporan, sebagai berikut:

1. Tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)

UAKPB bertugas menyelenggarakan Penatausahaan BMN pada

Kuasa Pengguna Barang, meliputi:

a. menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP);

b. melakukan pembukuan BMN, yaitu:

a) membukukan dan mencatat semua BMN ke dalam Buku

Barang dan/atau Kartu Identitas Barang (KIB);

b) membukukan dan mencatat mutasi BMN ke dalam Buku

Barang dan/atau KIB;

c) membukukan dan mencatat hasil Inventarisasi ke dalam

Buku Barang dan/atau KIB;

d) menyusun Daftar Barang yang datanya berasal dari Buku

Barang dan KIB;

Page 27: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-27-

27

e) mencatat semua barang dan perubahannya atas

perpindahan barang antar lokasi/ruangan ke dalam Daftar

Barang Ruangan (DBR) dan/atau Daftar Barang Lainnya

(DBL);

f) mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku

Barang;

g) melakukan reklasifikasi ke dalam:

i) Daftar Barang Rusak Berat, dalam hal BMN berupa

Aset Tetap yang berada dalam kondisi rusak berat

telah dimohonkan kepada Pengelola Barang untuk

dilakukan pemindahtanganan, pemusnahan, atau

penghapusan; atau

ii) Daftar Barang Hilang, dalam hal BMN berupa Aset

Tetap yang hilang telah dimohonkan kepada Pengelola

Barang untuk dilakukan penghapusan.

c. menghapus BMN dari:

a) Daftar Barang Rusak Berat apabila keputusan

penghapusan mengenai BMN yang rusak berat tersebut

telah diterbitkan Pengguna Barang; atau

b) Daftar Barang Rusak Hilang apabila keputusan

penghapusan mengenai BMN yang hilang tersebut telah

diterbitkan Pengguna Barang.

d. melakukan reklasifikasi dari Daftar Barang Hilang ke akun Aset

Tetap atau mencatat kembali ke dalam akun Aset Tetap, dalam

hal Aset Tetap yang dinyatakan hilang dan telah dimohonkan

penghapusannya kepada Pengelola Barang di kemudian hari

ditemukan kembali;

e. mencatat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang

bersumber dari pengelolaan BMN yang berada dalam

penguasaannya;

f. melakukan Inventarisasi BMN;

g. melakukan rekonsiliasi data BMN dengan Unit Akuntansi Kuasa

Pengguna Anggaran (UAKPA);

h. melakukan rekonsiliasi antara LBKP pada UAKPB dan DBMN-

KD per Kementerian/Lembaga pada KPKNL, jika diperlukan oleh

Pengelola Barang;

Page 28: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-28-

28

i. melakukan Pelaporan BMN, meliputi:

a) menyampaikan LBKP untuk pertama kali kepada UAPPB-

W, UPPB-E1 dan KPKNL;

b) menyusun dan menyampaikan kepada UAPPB-W, UAPPB-

E1, dan KPKNL sebagai berikut:

i) Daftar Barang Rusak Berat, atas BMN dalam kondisi

rusak berat yang telah dimohonkan

pemindahtanganan, pemusnahan, atau

penghapusannya kepada Pengelola Barang;

ii) Daftar Barang Hilang, atas BMN hilang yang telah

dimohonkan pemindahtanganan, pemusnahan, atau

penghapusannya kepada Pengelola Barang; dan

iii) Laporan Barang Bantuan Pemerintah Yang Belum

Ditetapkan Statusnya (BPYBDS).

c) menyampaikan mutasi BMN pada LBKP secara periodik

kepada UAPPB-W, UAPPB-E1, dan KPKNL;

d) menyusun dan menyampaikan Laporan Hasil Inventarisasi

(LHI) BMN kepada UAPPB-W, UAPPB-E1, dan KPKNL;

e) menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa

Pengguna (LBKP) Semesteran dan Tahunan secara periodik

kepada UAPPB-W, UAPPB-E1, dan KPKNL;

f) menyusun dan menyampaikan Laporan Kondisi Barang

(LKB) secara periodik kepada UAPPB-W dan UAPPB-E1,

dengan tembusan kepada KPKNL; dan

g) menyusun dan menyampaikan Laporan PNBP yang

bersumber dari pengelolaan BMN kepada UAPPB-W dan

UAPPB-E1.

j. melakukan pengamanan dokumen, meliputi:

a) menyimpan asli dokumen kepemilikan BMN selain tanah

dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya;

b) menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan BMN berupa

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya;

c) menyimpan asli dokumen kepemilikan BMN berupa tanah

dan/atau bangunan yang dititipkan oleh Pengelola Barang;

dan

Page 29: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-29-

29

d) menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen

Penatausahaan BMN.

Dalam hal UAKPB membentuk Unit Akuntansi Pembantu Kuasa

Pengguna Barang (UAPKPB), maka UAPKPB bertugas membantu

UAKPB menyelenggarakan Penatausahaan BMN termasuk tetapi

tidak terbatas pada tugas tersebut pada huruf a, huruf b, dan

huruf c.

2. Tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah

(UAPPB-W)

UAPPB-W bertugas menyelenggarakan Penatausahaan BMN pada

Tingkat Wilayah, meliputi:

a. menyusun Laporan Barang Pengguna Wilayah (LBP-W);

b. melakukan pembukuan BMN, meliputi:

a) mendaftarkan dan mencatat semua BMN ke dalam Daftar

Barang yang datanya berasal dari UAKPB yang berada di

wilayah kerjanya;

b) mendaftarkan dan mencatat mutasi BMN ke dalam Daftar

Barang yang datanya berasal dari UAKPB yang berada di

wilayah kerjanya;

c) mendaftarkan dan mencatat hasil Inventarisasi BMN ke

dalam Daftar Barang yang datanya berasal dari UAKPB

yang berada di wilayah kerjanya;

d) mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN

yang datanya berasal dari UAKPB

c. mengoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi BMN di wilayah

kerjanya;

d. melakukan rekonsiliasi DBP-W pada UAPPB-W dengan DBMN-

KW per Kementerian/Lembaga pada Kanwil DJKN, jika

diperlukan oleh Pengelola Barang;

e. melakukan Pelaporan BMN hasil kompilasi dari UAKPB kepada

UAPPB-E1 dan Kanwil DJKN, meliputi:

a) menyampaikan LBP-W untuk pertama kali kepada UAPPB-

E1 dan Kanwil DJKN;

Page 30: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-30-

30

b) menghimpun dan menyampaikan:

i) Daftar Barang Rusak Berat, atas BMN dalam kondisi

rusak berat yang telah dimohonkan

pemindahtanganan, pemusnahan, atau

penghapusannya kepada Pengelola Barang;

ii) Daftar Barang Hilang, atas BMN hilang yang telah

dimohonkan penghapusannya kepada Pengelola

Barang; dan

iii) Laporan Barang BPYBDS.

c) menyampaikan mutasi BMN pada LBP-W secara periodik

kepada UAPPB-E1, dengan tembusan kepada Kanwil DJKN;

d) menghimpun dan menyampaikan LHI BMN, yang datanya

berasal dari UAKPB kepada UAPPB-E1, dengan tembusan

kepada Kanwil DJKN;

e) menyusun Laporan Barang Pengguna Wilayah (LBP-W)

Semesteran dan Tahunan secara periodik, yang datanya

berasal dari UAKPB, dan menyampaikannya kepada

UAPPB-E1, dengan tembusan kepada Kanwil DJKN;

f) menyusun dan menyampaikan LKB, yang datanya berasal

dari UAKPB secara periodik kepada UAPPB-E1, dengan

tembusan kepada Kanwil DJKN;

g) menyusun dan menyampaikan Laporan PNBP yang

bersumber dari pengelolaan BMN, yang datanya berasal

dari UAKPB kepada UAPPB-E1, dengan tembusan kepada

Kanwil DJKN;

h) melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan

LBP-W Semesteran dan Tahunan dengan UAKPB di wilayah

kerjanya, jika diperlukan oleh UAPPB-W.

f. melakukan pembinaan Penatausahaan BMN kepada UAKPB di

wilayah kerjanya;

g. melakukan pengamanan dokumen:

a) menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan BMN selain

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya;

b) menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan BMN berupa

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya;

Page 31: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-31-

31

c) menyimpan asli dokumen kepemilikan BMN berupa tanah

dan/atau bangunan yang dititipkan oleh Pengelola Barang;

dan

d) menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen

Penatausahaan BMN.

3. Tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I

(UAPPB-E1)

UAPPB-E1 bertugas menyelenggarakan Penatausahaan BMN pada

Tingkat Eselon I, meliputi:

a. menyusun Laporan Barang Pengguna Eselon I (LBP-E1);

b. melakukan Pembukuan BMN, meliputi:

a) mendaftarkan dan mencatat semua BMN ke dalam Laporan

Barang, yang datanya berasal dari UAPPB-W atau UAKPB

yang berada di lingkungan Unit Eselon I bersangkutan;

b) mendaftarkan dan mencatat mutasi BMN ke dalam

Laporan Barang, yang datanya berasal dari UAPPB-W atau

UAKPB yang berada di lingkungan Unit Eselon I

bersangkutan;

c) mendaftarkan dan mencatat hasil Inventarisasi BMN ke

dalam Daftar Barang, yang datanya berasal dari UAPPB-W

atau UAKPB yang berada di lingkungan Unit Eselon I

bersangkutan;

d) mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN,

yang datanya berasal dari UAPPB-W atau UAKPB yang

berada di lingkungan Unit Eselon I bersangkutan

c. mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi BMN di

lingkungan Unit Eselon I bersangkutan;

d. melakukan Pelaporan BMN, meliputi:

a) menyampaikan LBP-E1 untuk pertama kali kepada UAPB;

b) menyampaikan data hasil kompilasi dari UAPPB-W, kepada

UAPB dengan tembusan kepada Kantor Pusat DJKN:

i) Daftar Barang Rusak Berat, atas BMN dalam kondisi

rusak berat yang telah dimohonkan

pemindahtanganan, pemusnahan, atau

penghapusannya kepada Pengelola Barang;

Page 32: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-32-

32

ii) Daftar Barang Hilang, atas BMN hilang yang telah

dimohonkan penghapusannya kepada Pengelola

Barang; dan

iii) Daftar Barang BPYBDS.

c) menyampaikan mutasi BMN pada DBP-E1 secara periodik

kepada UAPB;

d) menghimpun dan menyampaikan LHI BMN, yang datanya

berasal dari UAPPB-W atau UAKPB kepada UAPB, dengan

tembusan kepada Kantor Pusat DJKN;

e) menyusun Laporan Barang Pengguna Eselon I (LBP-E1)

Semesteran dan Tahunan secara periodik, yang datanya

berasal dari UAPPB-W atau UAKPB, dan menyampaikannya

kepada UAPB, dengan tembusan kepada Kantor Pusat

DJKN;

f) menyusun dan menyampaikan LKB, yang datanya berasal

dari UAPPB-W secara periodik kepada UAPB, dengan

tembusan kepada Kantor Pusat DJKN; dan

g) menyusun dan menyampaikan Laporan PNBP yang

bersumber dari pengelolaan BMN, yang datanya berasal

dari UAPPB-W kepada UAPB.

e. melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBP-

E1 Semesteran dan Tahunan dengan UAPPB-W dan/atau

UAKPB di wilayah kerjanya, jika diperlukan oleh UAPPB-E1;

f. melakukan pembinaan Penatausahaan BMN kepada UAPPB-W

dan/atau UAKPB di wilayah kerjanya;

g. melakukan pengamanan dokumen, meliputi:

a) menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan BMN selain

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya;

b) menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan BMN berupa

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya;

c) menyimpan asli dokumen kepemilikan BMN berupa tanah

dan/atau bangunan yang dititipkan oleh Pengelola Barang;

dan

d) menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen

Penatausahaan BMN.

Page 33: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-33-

33

4. Tingkat Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB)

UAPB bertugas menyelenggarakan Penatausahaan BMN pada

Tingkat Pusat, meliputi:

a. menyusun Laporan Barang Pengguna (DBP);

b. melakukan Pembukuan BMN, meliputi:

c. mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi BMN;

d. melakukan rekonsiliasi LBP pada UAPB dengan DBMN per

Kementerian/Lembaga pada Kantor Pusat DJKN, jika

diperlukan;

e. melakukan Pelaporan BMN, meliputi:

a) menyampaikan LBP untuk pertama kali kepada Menteri

Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN;

b) menyampaikan yang datanya berasal dari UAPPB-E1

kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN:

i) Daftar Barang Rusak Berat, atas BMN dalam kondisi

rusak berat yang telah dimohonkan

pemindahtanganan, pemusnahan, atau

penghapusannya kepada Pengelola Barang;

ii) Daftar Barang Hilang, atas BMN hilang yang telah

dimohonkan penghapusannya kepada Pengelola

Barang; dan

iii) Daftar Barang BPYBDS.

c) menyampaikan mutasi BMN pada LBP secara periodik

kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN;

d) menghimpun dan menyampaikan LHI BMN, yang datanya

berasal dari UAPPB-E1, kepada Menteri Keuangan c.q.

Kantor Pusat DJKN;

e) menyusun Laporan Barang Pengguna (LBP) Semesteran

dan Tahunan secara periodik, yang datanya berasal dari

UAPPB-E1, dan menyampaikannya kepada Menteri

Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN;

f) menyusun LKB, yang datanya berasal dari UAPPB-E1, dan

menyampaikannya secara periodik kepada Menteri

Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN; dan

Page 34: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-34-

34

g) menyusun dan menyampaikan Laporan PNBP yang

bersumber dari pengelolaan BMN ,yang datanya berasal

dari UAPPB-E1, kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor

Pusat DJKN.

f. melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBP

semesteran dan tahunan dengan UAPPB-E1, jika diperlukan

oleh UAPB;

g. melakukan pemutakhiran dan/atau rekonsiliasi data dalam

rangka penyusunan LBMN Semesteran dan Tahunan dengan

Kantor Pusat DJKN;

h. melakukan pembinaan Penatausahaan BMN kepada UAPPB-E1,

UAPPB-W, dan/atau UAKPB;

i. melakukan pengamanan dokumen, meliputi:

a) menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan BMN selain

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya;

b) menyimpan fotokopi/salinan dokumen kepemilikan BMN

berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya;

c) menyimpan asli dokumen kepemilikan BMN berupa tanah

dan/atau bangunan yang dititipkan oleh Pengelola Barang;

dan

d) menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen

Penatausahaan BMN.

C. Kebijakan Akuntansi BMN

1. BMN berupa Aset Lancar

Aset Lancar adalah aset yang diharapkan segera untuk dapat

direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu

12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang masuk

kategori aset lancar adalah barang persediaan.

a. Definisi, Ruang Lingkup, dan Jenis

a) Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau

perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung

kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang

dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam

rangka pelayanan kepada masyarakat.

Page 35: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-35-

35

b) Persediaan merupakan aset yang berupa:

i) barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan

dalam rangka kegiatan operasional pemerintah,

contoh: barang habis pakai seperti suku cadang, Alat

Tulis Kantor (ATK), barang tak habis pakai seperti

komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai

seperti komponen bekas;

ii) bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan

digunakan dalam proses produksi, contoh: bahan yang

digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku

pembuatan alat-alat pertanian, bahan baku

pembuatan obat, bahan baku konstruksi bangunan

yang akan diserahkan kepada masyarakat/

Pemerintah Daerah;

iii) barang dalam proses produksi yang dimaksudkan

untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat,

contoh: konstruksi dalam pengerjaan yang akan

diserahkan kepada masyarakat, alat-alat pertanian

setengah jadi/barang hasil proses produksi yang

belum selesai yang akan diserahkan kepada

masyarakat/Pemerintah Daerah;

iv) barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat dalam rangka kegiatan

pemerintahan, contoh:

(i) hewan, tanaman untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat/Pemerintah Daerah;

(ii) tanah/bangunan/peralatan dan mesin/aset tetap

lainnya untuk diserahkan kepada

masyarakat/Pemerintah Daerah.

v) Barang-barang untuk tujuan berjaga-jaga atau

strategis seperti cadangan minyak atau cadangan

beras.

b. Jenis persediaan, antara lain:

a) berdasarkan sifat pemakaiannya:

i) barang habis pakai;

ii) barang tak habis pakai; atau

iii) barang bekas pakai.

Page 36: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-36-

36

b) berdasarkan bentuk dan jenisnya:

i) barang konsumsi;

ii) amunisi;

iii) bahan untuk pemeliharaan;

iv) suku cadang;

v) persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;

vi) pita cukai dan leges;

vii) bahan baku;

viii) barang dalam proses/setengah jadi;

ix) tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada

masyarakat;

x) peralatan dan mesin untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat;

xi) jalan, irigasi, dan jaringan untuk dijual atau

diserahkan kepada masyarakat;

xii) aset tetap lainnya untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat; atau

xiii) hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat.

c. Pengakuan

a) Pada prinsipnya, persediaan tidak dapat dilihat dari bentuk

barangnya, melainkan dari niat awal (intention) pada saat

penyusunan perencanaan output kegiatan (digunakan

sendiri/diserahkan kepada masyarakat/pemda) dan

penetapan MAK dalam RKA-K/L atau DIPA-nya (MAK

52/57).

b) Persediaan diakui pada saat:

i) potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan

mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan

andal. Biaya tersebut didukung oleh bukti/dokumen

yang dapat diverifikasi dan di dalamnya terdapat

elemen harga barang persediaan, sehingga biaya

tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat

diverifikasi dan bersifat netral; dan/atau

Page 37: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-37-

37

ii) diterima dan hak kepemilikannya dan/atau

kepenguasaanya berpindah. Dokumen sumber yang

digunakan sebagai pengakuan perolehan persediaan

adalah faktur, kuitansi, nota, atau Berita Acara Serah

Terima (BAST).

c) Persediaan dicatat menggunakan metode perpetual, yaitu

pencataan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi

yang mempengaruhi persediaan (perolehan dan

pemakaian).

Pencatatan barang persediaan dilakukan berdasarkan

satuan barang yang lazim dipergunakan untuk masing-

masing jenis barang atau satuan barang lain dan dicatat

dengan nama satuan yang baku/umum yang dianggap

paling memadai dalam pertimbangan materialitas dan

pengendalian pencatatan. Contoh: rim, buah, set, unit,

batang, kotak, pcs, pack, roll, box, meter, kg, lusin, lembar,

karton, dossen, botol, dan lain-lain.

d) Pada akhir periode pelaporan, catatan persediaan

disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik/stock opname.

Inventarisasi fisik dilakukan atas barang yang belum

dipakai, baik yang masih berada di gudang/tempat

penyimpanan maupun persediaan yang berada di unit

pengguna. Persediaan dalam kondisi rusak atau usang

tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam

CaLBMN maupun CaLK. Untuk itu, LBMN melampirkan

persediaan barang rusak atau usang.

d. Beban persediaan

a) Akuntansi Persediaan menggunakan “Pendekatan Aset”,

dimana berarti saldo awal dan setiap penambahan

persediaan akan secara otomatis diakui sebagai penambah

saldo persediaan. Updating nilai saldo persediaan

diperhitungkan pada saat persediaan digunakan dengan

penyesuaian pada akhir periode pelaporan berdasarkan

hasil stock opname.

b) Dalam rangka penyajian beban persediaan pada Laporan

Operasional, Beban Persediaan dicatat sebesar pemakaian

persediaan (use of goods). Nilai beban persediaan

Page 38: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-38-

38

diperhitungkan dari total penggunaan persediaan selama

periode tahun anggaran atau dengan memperhitungkan

saldo awal persediaan ditambah dengan pengadaan

persediaan dan dikurangi dengan saldo akhir atau nilai

sisa persediaan hasil stock opname.

c) Saldo akhir persediaan yang diperhitungkan dalam

perhitungan beban persediaan adalah nilai persediaan hasil

stock opname, bukan catatan saldo persediaan dalam hal

terjadi perbedaan nilai.

d) Persediaan yang rusak/usang tidak disajikan di Neraca

tetapi diakui sebagai Beban Persediaan di LO. Penyaluran

persediaan untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda

(bersumber dari akun 526) tidak disajikan sebagai Beban

Persediaan tetapi merupakan realisasi Beban Barang untuk

diserahkan kepada masyarakat/pemda. Penyaluran

persediaan dalam rangka bantuan sosial (bersumber dari

akun 57) tidak disajikan sebagai Beban Persediaan tetapi

merupakan realisasi Beban Bantuan Sosial.

e. Pengukuran

a) Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka

pengukuran pencatatan dan penilaian persediaan dihitung

berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan

nilai per unit sesuai metode penilaian yang digunakan.

Rumus :

NP = QP x HP

Penjelasan:

NP = Nilai Persediaan Per Tanggal Neraca

QP = Kuantitas/jumlah persediaan pada tanggal

pelaporan (dalam unit) berdasarkan Laporan

Persediaan

HP = Harga pembelian terakhir persediaan (dalam

rupiah per unit), berdasarkan faktur pembelian

b) Perhitungan nilai per jenis persediaan dalam Aplikasi

Persediaan disajikan sebesar:

i) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian.

Biaya perolehan persediaan meliputi:

Page 39: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-39-

39

(i) harga pembelian;

(ii) biaya pengangkutan;

(iii) biaya penanganan;

(iv) biaya lainnya yang secara langsung dapat

dibebankan pada perolehan persediaan. Hal yang

mengurangi biaya perolehan persediaan meliputi:

(a) potongan harga;

(b) rabat; dan

(c) hal lainnya yang serupa.

(v) harga pokok produksi digunakan apabila

persediaan diperoleh dengan memproduksi

sendiri.

Harga pokok produksi dapat terdiri atas biaya

langsung yang terkait dengan persediaan yang

diproduksi dan biaya tidak langsung yang

dialokasikan secara sistematis. Dalam

menghitung biaya pokok produksi, dapat

digunakan biaya standar dalam hal perhitungan

biaya riil sulit dilakukan; dan

(vi) Nilai wajar digunakan apabila persediaan

diperoleh dari cara lainnya. Contoh: proses

pengembangbiakan hewan dan tanaman, donasi,

rampasan dan lainnya.

ii) Persediaan yang dimaksudkan untuk diserahkan

kepada masyarakat, biaya perolehannya meliputi

harga pembelian serta biaya langsung yang dapat

dibebankan pada perolehan persediaan tersebut.

Merujuk kepada ketentuan Lampiran VI Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 219/2015 tentang Kebijakan

Akuntansi Pemerintah Pusat dan memperhatikan

surat Direktur APK-DJPB Nomor: S-1311/PB.6/2016

tanggal 15 Februari 2016, maka persediaan dapat

dinilai dengan menggunakan 2 (dua) metode:

(i) Metode FIFO (First In First Out), yakni barang yang

masuk terlebih dahulu dianggap yang pertama

kali keluar. Dengan metode ini, saldo persediaan

dihitung berdasarkan harga perolehan persediaan

Page 40: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-40-

40

terakhir. Klasifikasi persediaan yang meng-

gunakan metode ini adalah:

(a) tanah/bangunan untuk dijual atau

diserahkan kepada masyarakat/pemda;

(b) peralatan dan mesin, untuk dijual atau

diserahkan kepada masyarakat/pemda;

(c) jalan, irigasi, dan jalanan, untuk dijual atau

diserahkan kepada masyarakat/ pemda; dan

(d) hewan dan tanaman, untuk dijual atau

diserahkan kepada masyarakat/pemda.

(ii) Untuk unit persediaan yang nilainya tidak

material dan jenisnya bermacam-macam, maka

saldo persediaan dihitung berdasarkan harga

perolehan terakhir.

f. Penyajian dan Pengungkapan

a) Persediaan disajikan di neraca pada bagian aset lancar.

Dalam rangka penyajian persediaan di neraca, satuan kerja

melaksanakan Stock Opname (Inventarisasi Fisik)

persediaan yang dilakukan setiap semester. Berdasarkan

hasil Inventarisasi fisik tersebut, selanjutnya dilakukan

penyesuaian data nilai persediaan.

b) Penyajian nilai persediaan dalam CaLBMN maupun CaLK

untuk persediaan harus mengungkapkan sekurang-

kurangnya:

i) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam

pengukuran persediaan;

ii) penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau

perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan

masyarakat, barang atau perlengkapan yang

digunakan dalam proses produksi, barang yang

disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada

masyarakat;

iii) penjelasan atas selisih antara pencatatan dengan hasil

inventarisasi fisik/stock opname; dan

iv) jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi

rusak atau using.

Page 41: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-41-

41

g. Perlakuan Khusus Pelaporan Persediaan yang Berada pada

Satker di Lingkungan Kementerian Kesehatan

Terkait dengan karakteristik satker di lingkungan Kementerian

Kesehatan, misalnya berstatus Satker BLU, berdasarkan Surat

Direktur APK-DJPB Nomor: S-10817/PB.6/2015 tanggal 23

Desember 2015 hal Tanggapan Atas Potensi Permasalahan

Akuntansi atas Pelaksanaan APBN, Penatausahaan BMN, dan

Hibah pada Laporan Keuangan Kemenkes TA 2015, maka

perlakuan persediaanya diatur sebagai berikut:

a) Aplikasi Persediaan yang dikembangkan oleh Kemenkeu

digunakan oleh seluruh K/L untuk keperluan manajerial

dan pelaporan keuangan.

b) Kemenkeu telah menyediakan isian kode barang persediaan

sampai dengan 6 digit sehingga satker di lingkungan

Kemenkes untuk merekam nama barang persediaan lebih

rinci sampai dengan 6 digit dapat dilakukan.

c) Dalam hal variasi jenis barang persediaan lebih dari 6 digit,

maka perekaman bagi rumah sakit BLU agar dilakukan

secara gelondongan, sesuai surat persetujuan Direktorat

APK Nomor: S-1284/PB.6/2011 hal perihal Aplikasi Barang

Persediaan sebagai berikut:

i) Untuk kodefikasi barang persediaan yang belum

terakomodir dalam database Aplikasi Persediaan dapat

menggunakan kodefikasi barang yang mendekati.

ii) Barang Persediaan yang dikarenakan keterbatasan

aplikasi Persediaan sesuai SAP khususnya pada

Satuan Kerja BLU Rumah Sakit dapat dilaporkan

secara global/Per jenis barang dan sub-sub kelompok

disajikan berdasarkan stock opname (diinput dengan

menu stock opname pada aplikasi persediaan sebesar

selisih stock opname setelah dikurangi saldo awal),

dengan tetap memperhitungkan nilai pembelian

maupun beban agar dapat disajikan didalam aplikasi

SAIBA.

Page 42: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-42-

42

d) Terkait dengan penyelesaian sebagaimana dimaksud pada

angka (3), telah diadakan pertemuan dalam rangka

Menindaklanjuti hasil Workshop Implementasi Bridging

Aplikasi Persediaan dengan Aplikasi Satuan Kerja Badan

Layanan Umum di lingkungan Direktorat Jenderal

Pelayanan Kesehatan yang dilaksanakan pada tanggal 23-

26 Agustus 2016, dan dihadiri oleh perwakilan

Kementerian Keuangan (Direktorat Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan/APK dan Direktorat Sistem Informasi

dan Teknologi Perbendaharaan/SITP), Biro Keuangan dan

BMN, Direktorat Jendaral (Ditjen) Pelayanan Kesehatan,

dan Satuan Kerja BLU di lingkungan Ditjen Pelayanan

Kesehatan, disepakati hal-hal sebagai berikut:

i) Satuan kerja BLU di lingkungan Ditjen Pelayanan

Kesehatan akan menggunakan aplikasi persediaan

SIMAK BMN pada penyusunan Laporan Keuangan TA

2016;

ii) Bagi satker yang sudah menjalankan aplikasi

Persediaan SIMAK BMN secara rinci (entry manual)

dapat terus menggunakan cara tersebut;

iii) Bagi satker yang menjalankan aplikasi persediaan

internal dan meng-entry rekap pada aplikasi

persediaan SIMAK BMN (entry gelondongan)

diwajibkan melakukan bridging agar menghasilkan

transaksi rinci pada aplikasi persediaan SIMAK BMN;

iv) Metode bridging yang digunakan adalah upload txt dan

web service; dan

v) Untuk jangka pendek metode yang digunakan adalah

upload txt dan untuk jangka panjang metode yang

digunakan adalah web service.

e) Barang persediaan yang memiliki nominal yang

dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai

dengan biaya perolehan terakhir.

Page 43: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-43-

43

f) Persediaan berupa barang yang akan diserahkan kepada

masyarakat/pihak ketiga yang berada dalam penguasaan

Pengguna/Kuasa Pengguna Barang lebih dari 12 (dua

belas) bulan sejak tanggal pelaporan tetap disajikan sebagai

persediaan, dilaporkan dalam neraca, dan diungkapkan

dalam CaLBMN maupun CaLK.

g) Persediaan berupa barang yang akan diserahkan kepada

masyarakat/pihak ketiga yang masih dalam proses

pembangunan sampai dengan tanggal pelaporan, maka

atas pengeluaran-pengeluaran yang dapat diatribusikan

untuk pembentukan aset tersebut tetap disajikan sebagai

persediaan (bukan KDP).

2. BMN berupa Aset Tetap

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat

atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Aset tetap merupakan

kelompok terbesar dari BMN dibandingkan dengan aset lancar dan

aset lainnya, bahkan aset tetap merupakan komponen terbesar

dalam neraca Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan.

Akuntansi aset tetap telah diatur, baik dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 (PSAP 07) tentang

Akuntansi Aset Tetap dan Buletin Teknis 15 tentang Akuntansi Aset

Tetap Berbasis Akrual. Petunjuk Teknis Penatausahaan BMN ini

memberikan pedoman bagi satker/UAKPB dalam melakukan

pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset

tetap berdasarkan peristiwa (events) yang terjadi, seperti perolehan

aset tetap pertama kali, pemeliharaan aset tetap, pertukaran aset

tetap, perolehan aset dari hibah/donasi, dan penyusutan.

a. Definisi dan ruang lingkup

a) Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset

pemerintah, dan karenanya signifikan dalam penyajian

neraca. Aset tetap memiliki kriteria sebagai berikut:

i) berwujud;

ii) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua

belas) bulan;

iii) biaya perolehan aset dapat diukur dengan handal;

Page 44: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-44-

44

iv) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal

entitas; dan

v) diperoleh atau dibangun dengan untuk digunakan.

b) Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang

dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah,

seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies).

Dengan demikian, berdasarkan hal tersebut apabila salah

satu kriteria tidak terpenuhi maka aset tidak dapat diakui

sebagai aset tetap.

c) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang

telah dan yang masih wajib dibayarkan atau nilai wajar

imbalan lain yang telah dan yang masih wajib diberikan

untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau

konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan

tempat yang siap untuk dipergunakan.

d) Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mempunyai

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas

harus menilai manfaat ekonomi masa depan yang dapat

diberikan oleh aset tetap tersebut, baik langsung maupun

tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah.

Manfaat tersebut dapat berupa aliran pendapatan atau

penghematan belanja bagi pemerintah.

e) Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat

diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah

dikurangi taksiran biaya pelepasan. Nilai tercatat (carrying

amount) aset adalah nilai buku aset, yang dihitung dari

biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi

penyusutan. Nilai wajar berpedoman pada nilai tukar aset

atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami

dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.

Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu

aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets)

selama masa manfaat aset yang bersangkutan.

Page 45: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-45-

45

b. Klafisikasi, Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan Aset

Tetap

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat

atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Aset Tetap dinilai

dengan biaya perolehan, apabila tidak memungkinkan maka

didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Perlakuan akuntansi masing-masing akun, sebagai berikut:

a) Tanah

i) Pengertian

(i) Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap

adalah tanah yang diperoleh dengan maksud

untuk dipakai dalam kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

(ii) Termasuk dalam klasifikasi tanah adalah tanah

yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan,

irigasi, dan jaringan.

ii) Pengakuan

(i) Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan

adanya bukti bahwa telah terjadi perpindahan

hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara

hukum seperti sertifikat tanah. Tanah dapat

diperoleh melalui pembelian, pertukaran aset,

hibah/donasi, dan lainnya.Pengadaan tanah

pemerintah yang sejak semula dimaksudkan

untuk diserahkan kepada pihak lain tidak

disajikan sebagai aset tetap tanah, melainkan

disajikan sebagai persediaan.

(ii) Pengakuan tanah akan sangat andal apabila

tanah telah diterima atau diserahkan hak atas

tanah tersebut dan/atau pada saat

penguasaannya berpindah. Hak atas tanah

ditunjukkan dengan adanya alat bukti bahwa

telah terjadi peralihan hak dan/atau penguasaan

secara hukum seperti sertipikat hak atas tanah.

Apabila perolehan tanah belum didukung dengan

alat bukti yang sah, maka tanah tersebut harus

diakui pada saat terdapat bukti bahwa

Page 46: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-46-

46

penguasaannya telah berpindah, contoh:

(a) penetapan pemberian hak dari pejabat yang

berwenang memberikan hak yang

bersangkutan menurut ketentuan yang

berlaku, apabila pemberian hak tersebut

berasal dari tanah Negara atau tanah hak

pengelolaan;

(b) asli akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT) yang memuat pemberian

hak tersebut oleh pemegang hak milik

kepada penerima hak yang bersangkutan,

apabila mengenai hak guna bangunan dan

hak pakai atas tanah hak milik;

(c) hak pengelolaan, dibuktikan dengan

penetapan pemberian hak pengelolaan oleh

pejabat yang berwenang;

(d) tanah wakaf, dibuktikan dengan akta ikrar

wakaf;

(e) hak milik atas satuan rumah susun,

dibuktikan dengan akta pemisahan;

(f) pemberian hak tanggungan, dibuktikan

dengan akta pemberian hak tanggungan;

atau

(g) hak atas tanah, dibuktikan dengan

sertipikat.

(iii) Pada praktiknya, masih banyak tanah-tanah

pemerintah yang dikuasai atau digunakan oleh

kantor-kantor pemerintah, namun belum

disertifikatkan atas nama pemerintah. Selain itu,

terdapat tanah pemerintah yang dikuasai atau

digunakan oleh pihak lain karena tidak terdapat

bukti kepemilikan atas hak yang sah atas tanah

tersebut. Pencatatan atas tanah dan

penyajiannya berpedoman pada ketentuan

sebagai berikut:

Page 47: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-47-

47

(a) dalam hal tanah belum ada bukti

kepemilikan hak yang sah, namun dikuasai

dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka

tanah tersebut tetap harus dicatat dan

disajikan sebagai aset tetap tanah pada

neraca pemerintah, serta diungkapkan

secara memadai dalam CaLBMN dan CaLK;

(b) dalam hal hak atas tanah dimiliki oleh

pemerintah namun dikuasai dan/atau

digunakan oleh pihak lain, maka tanah

tersebut tetap harus dicatat dan disajikan

sebagai aset tetap tanah pada neraca

pemerintah, serta diungkapkan secara

memadai dalam CaLBMN dan CaLK bahwa

tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh

pihak lain;

(c) dalam hal hak atas tanah dimiliki oleh suatu

entitas pemerintah namun dikuasai

dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah

yang lain, maka tanah tersebut dicatat dan

disajikan pada neraca entitas pemerintah

yang mempunyai bukti kepemilikan hak,

serta diungkapkan secara memadai dalam

CaLK. Entitas pemerintah yang menguasai

dan/atau menggunakan tanah cukup

mengungkapkan tanah tersebut secara

memadai dalam CaLBMN dan CaLK; dan

(d) perlakuan tanah milik pemerintah/satker

yang masih dalam sengketa atau proses

pengadilan:

(i) dalam hal belum ada bukti kepemilikan

hak atas tanah yang sah, namun tanah

tersebut dikuasai dan/atau digunakan

oleh pemerintah, maka tanah tersebut

tetap harus dicatat dan disajikan

sebagai aset tetap tanah pada neraca

pemerintah, serta diungkapkan secara

Page 48: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-48-

48

memadai dalam CaLBMN dan CaLK;

(ii) dalam hal bukti kepemilikan pemerintah

atas tanah tersebut hanya berupa suatu

alas hak yang bukan merupakan bukti

kepemilikan hak atas tanah yang sah

sesuai ketentuan yang berlaku di bidang

pertanahan, sedangkan tanah tersebut

dikuasai dan/atau digunakan oleh

pihak lain, maka tanah tersebut dicatat

dan disajikan sebagai aset tetap tanah

pada neraca pemerintah, serta

diungkapkan secara memadai dalam

CaLBMN dan CaLK;

(iii) dalam hal hak atas tanah terdapat bukti

kepemilikan ganda, sedangkan tanah

tersebut dikuasai dan/atau digunakan

oleh pemerintah, maka tanah tersebut

tetap harus dicatat dan disajikan

sebagai aset tetap tanah pada neraca

pemerintah, serta diungkapkan secara

memadai dalam CaLBMN dan CaLK;

(iv) dalam hal hak atas tanah terdapat bukti

kepemilikan ganda, sedangkan tanah

tersebut dikuasai dan/atau digunakan

oleh pihak lain, maka tanah tersebut

tetap harus dicatat dan disajikan

sebagai aset tetap tanah pada neraca

pemerintah. Adanya sertipikat ganda

tersebut harus diungkapkan secara

memadai dalam CaLBMN dan CaLK;

atau

Page 49: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-49-

49

(v) Tanah yang digunakan/dipakai oleh

instansi pemerintah yang berstatus

tanah wakaf tidak disajikan dan

dilaporkan sebagai aset tetap tanah

pada neraca pemerintah, melainkan

cukup diungkapkan secara memadai,

baik pada CaLBMN maupun CaLK.

iii) Pengukuran

(i) Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Apabila

penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya

perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset

tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat

perolehan.

(ii) Nilai wajar digunakan antara lain untuk mencatat

aset tetap yang bersumber dari donasi/hibah

atau rampasan/sitaan yang tidak diketahui nilai

perolehannya. Untuk aset yang diperoleh dari

bonus pembelian (contoh: beli tiga gratis satu),

maka biaya perolehan atas aset hasil bonus

tersebut adalah nilai wajar aset tersebut pada

tanggal perolehannya.

(iii) Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang

terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika

bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk

dimusnahkan.

(iv) Biaya perolehan tanah apabila menggunakan

panitia pengadaan tanah, maka termasuk dalam

harga perolehan tanah tersebut adalah honor

panitia pengadaan/pembebasan, dan belanja

perjalanan dinas.

iv) Pengungkapan

Nilai tanah disajikan dalam neraca sebesar biaya

perolehan/nilai wajar pada saat tanah tersebut

diperoleh. Penyajian tanah dalam CaLBMN, sebagai

berikut:

(i) tanah disajikan sebesar nilai moneternya;

Page 50: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-50-

50

(ii) dasar penilaian yang digunakan dalam

pencatatan; dan

(iii) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir

periode menurut jenis tanah yang menunjukkan

Penambahan; Pelepasan; dan Mutasi Tanah

lainnya.

b) Peralatan dan Mesin

i) Pengertian

(i) Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan

kendaraan bermotor, alat elektonik, inventaris

kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya

signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12

(dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

(ii) Wujud fisik berupa: alat besar, alat angkutan,

alat kantor dan rumah tangga, alat komunikasi

dan pemancar, alat kedokteran dan kesehatan,

alat laboratorium, komputer, alat keselamatan

kerja, alat peraga, dan lain-lain.

ii) Pengakuan

(i) Pengakuan atas peralatan dan mesin ditentukan

jenis transaksinya meliputi penambahan,

pengembangan, dan pengurangan.

(ii) Penambahan adalah peningkatan nilai dan/atau

masa manfaat peralatan dan mesin yang

disebabkan pengadaan baru, diperluas atau

diperbesar.

(iii) Peralatan dan Mesin yang diperoleh

(a) dari Nondonasi: diakui pada periode

akuntansi ketika aset tersebut siap

digunakan berdasarkan jumlah belanja

modal yang diakui.

(b) dari Donasi, diakui pada saat Peralatan dan

Mesin tersebut diterima dan hak

kepemilikannya berpindah (BAST).

Page 51: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-51-

51

(iv) Peralatan dan mesin yang diperoleh dan yang

dimaksudkan akan diserahkan kepada pihak lain,

tidak dapat dikelompokkan dalam aset tetap

peralatan dan mesin, tapi dikelompokkan kepada

aset persediaan.

iii) Pengukuran

(i) Peralatan dan mesin dinilai dengan biaya

perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan

menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan

pada nilai wajar pada saat perolehan.

(ii) Nilai wajar digunakan antara lain untuk mencatat

aset tetap yang bersumber dari donasi/hibah

atau rampasan/sitaan yang tidak diketahui nilai

perolehannya. Untuk aset yang diperoleh dari

bonus pembelian (contoh: beli tiga gratis satu),

maka biaya perolehan atas aset hasil bonus

tersebut adalah nilai wajar aset tersebut pada

tanggal perolehannya.

(iii) Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang

berasal dari:

(a) pembelian meliputi: harga pembelian, biaya

pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya

langsung lainnya untuk memperoleh dan

mempersiapkan sampai peralatan dan mesin

tersebut siap digunakan.

(b) Kontrak, meliputi: nilai kontrak, biaya

perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan dan jasa konsultan.

(c) Swakelola, meliputi: biaya langsung untuk

tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak

langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,

sewa peralatan, dan semua biaya lainnya

yang terjadi berkenaan dengan

pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut.

Page 52: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-52-

52

iv) Pengungkapan

(i) Peralatan dan Mesin disajikan sebesar nilai

moneternya.

(ii) Selain itu di dalam CaLBMN diungkapkan pula:

(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk

menentukan nilai.

(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan

akhir periode yang menunjukkan:

Penambahan, Pengembangan, dan

Penghapusan;

(c) Informasi penyusutan, meliputi: nilai

penyusutan, metode penyusutan,

perubahan metode penyusutan, masa

manfaat, dan tarif penyusutan, nilai bruto,

dan akumulasi penyusutan pada awal dan

akhir periode;

(d) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang

berkaitan dengan peralatan dan mesin.

c) Gedung dan Bangunan

i) Pengertian

(i) Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung

dan bangunan yang diperoleh dengan maksud

untuk dipakai dalam kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

(ii) Gedung bertingkat pada dasarnya terdiri atas

komponen bangunan fisik, komponen penunjang

utama yang berupa mechanical engineering (lift,

instalasi listrik beserta generator, dan sarana

pendingin/air conditioner), dan komponen

penunjang lain seperti saluran air dan telepon.

Masing-masing komponen mempunyai masa

manfaat yang berbeda, sehingga umur

penyusutannya berbeda, serta memerlukan pola

pemeliharaan yang berbeda pula.

Page 53: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-53-

53

Perbedaan masa manfaat dan pola pemeliharaan

menyebabkan diperlukannya sub-akun

pencatatan yang berbeda untuk masing-masing

komponen gedung bertingkat, contohnya sebagai

berikut:

(a) bangunan fisik;

(b) taman, jalan, tempat parkir, dan pagar;

(c) instalasi Air Conditioner (AC);

(d) instalasi listrik dan generator;

(e) lift;

(f) instalasi penyediaan air, saluran air bersih,

dan air limbah; dan

(g) saluran telepon.

(iii) Pencatatan bangunan gedung bertingkat agar

dirinci masing-masing komponen bangunan yang

mempunyai umur masa manfaat yang sama

dengan melihat data yang diperoleh pada

dokumen penawaran yang menjadi dasar kontrak

konstruksi pekerjaan borongan bangunan.

ii) Pengakuan

(i) Pengakuan atas gedung dan bangunan

ditentukan oleh jenis transaksinya meliputi

penambahan, pengembangan, dan pengurangan.

Penambahan adalah peningkatan nilai gedung

dan bangunan yang disebabkan pengadaan baru,

diperluas atau diperbesar.

(ii) Biaya penambahan dikapitalisasi dan

ditambahkan pada harga perolehan gedung dan

bangunan tersebut. Pengembangan adalah

peningkatan nilai gedung dan bangunan karena

peningkatan manfaat yang berakibat pada durasi

masa manfaat, peningkatan efisiensi dan

penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan

adalah penurunan nilai gedung dan bangunan

dikarenakan berkurangnya kuantitas aset

tersebut.

Page 54: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-54-

54

(iii) Perolehan gedung dan bangunan dapat melalui

pembelian, pembangunan, atau tukar menukar,

dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat

dilakukan dengan pembelian tunai dan angsuran.

Perolehan melalui pembangunan dapat dilakukan

dengan membangun sendiri (swakelola) dan

melalui kontrak konstruksi.

(iv) Gedung dan bangunan yang diperoleh bukan dari

donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset

tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah

belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Gedung dan bangunan yang diperoleh dari donasi

diakui pada saat gedung dan bangunan tersebut

diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

(v) Saat pengakuan gedung dan bangunan akan lebih

dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa

telah terjadi perpindahan hak kepemilikan

dan/atau penguasaan secara hukum, contoh:

akta jual beli atau Berita Acara Serah Terima

(BAST). Apabila perolehan gedung dan bangunan

belum didukung dengan bukti secara hukum

dikarenakan masih adanya suatu proses

administrasi yang diharuskan, seperti pembelian

gedung kantor yang masih harus diselesaikan

proses jual beli (akta) dan bukti kepemilikannya

di instansi berwenang, maka gedung dan

bangunan tersebut harus diakui pada saat

terdapat bukti bahwa penguasaan atas gedung

dan bangunan tersebut telah berpindah, contoh:

telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas

bangunan.

Page 55: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-55-

55

(vi) Memperhatikan Surat Direktur Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan Nomor: S-9356/PB.6/2013

tanggal 24 Desember 2013 hal Jawaban

Konsultasi Pencatatan Jalan, Irigasi, dan

Jaringan, maka apabila ditemukan dalam

kompleks gedung perkantoran satker ditemukan

kondisi sebagai berikut:

(a) Jalan di lingkungan kantor yang tidak

digunakan masyarakat umum;

(b) Saluran air, turap, saluran, drainase,

bangunan air lainnya yang menyatu dengan

gedung dan berada di lingkungan kantor;

(c) Instalasi pembuangan air kotor, instalasi air

bersih, instalasi generator, dan instalasi AC

yang meyatu dengan gedung,

(d) Jaringan listrik, jaringan telepon yang berada

di dalam gedung;

maka tidak dicatat tersendiri sebagai jalan,

irigasi, atau jaringan, melainkan dicatat sebagai

penambah nilai gedung dan bangunan.

iii) Pengukuran

(i) Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya

perolehan. Apabila penilaian Gedung dan

Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan

tidak memungkinkan maka nilai aset tetap

didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat

perolehan.

(ii) Biaya perolehan atas Gedung dan Bangunan yang

dibangun dengan cara:

(a) Swakelola, meliputi: biaya langsung untuk

tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak

langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,

sewa peralatan, dan semua biaya lainnya

yang terjadi berkenaan dengan

pembangunan aset tetap tersebut.

Page 56: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-56-

56

(b) Kontrak, meliputi: meliputi nilai kontrak,

biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perijinan, serta jasa konsultan.

iv) Pengungkapan

(i) Gedung dan bangunan disajikan sebesar nilai

moneternya.

(ii) Selain itu di dalam CaLBMN diungkapkan pula:

(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk

menentukan nilai;

(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan

akhir periode yang menunjukkan:

Penambahan, Pengembangan, dan

Penghapusan;

(c) Informasi penyusutan, meliputi: nilai

penyusutan, metode penyusutan,

perubahan metode penyusutan, masa

manfaat, dan tarif penyusutan, nilai bruto,

dan akumulasi penyusutan pada awal dan

akhir periode; dan

(d) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang

berkaitan dengan gedungn dan bangunan.

d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan

i) Pengertian

(i) Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan,

irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh

pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh

pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

(ii) Jalan, irigasi, dan jaringan tersebut selain

digunakan dalam kegiatan pemerintah juga

dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Jalan,

irigasi dan jaringan yang tidak dimanfaatkan oleh

masyarakat umum diklasifikasikan sebagai aset

yang menambah nilai aset tetap tempat

melekatnya jalan, irigasi dan jaringan tersebut.

Page 57: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-57-

57

(iii) Jalan, irigasi dan jaringan pada umumnya berupa

aset infrastruktur. Walaupun tidak ada definisi

universal yang digunakan, aset infrastruktur

biasanya mempunyai karak- teristik sebagai

berikut:

(a) merupakan bagian dari satu sistem atau

jaringan;

(b) sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain

penggunaannya;

(c) tidak dapat dipindah-pindahkan; dan

(d) terdapat batasan-batasan untuk

pelepasannya.

(iv) Contoh aset infrastruktur meliputi jalan,

jembatan terowongan, sistem drainase, sistem

pengairan dan sistem pembuangan limbah,

bendungan dan sistem penerangan. Aset

infrastruktur tidak termasuk bangunan,

kendaraan, tempat parkir atau aset lain yang

terkait dengan gedung dan bangunan atau akses

ke gedung dan bangunan.

(v) Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi, dan

jaringan adalah jalan raya, jembatan, bangunan

air, instalasi air bersih, instalasi pembangkit

listrik, jaringan air minum, jaringan listrik, dan

jaringan telepon. Selain itu, untuk kebutuhan

pencatatan, jalan meliputi pula jalan kereta api

dan landasan pacu pesawat terbang.

ii) Pengakuan

(i) Jalan, irigasi, dan jaringan diakui pada saat jalan,

irigasi, dan jaringan telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada

saat penguasaannya berpindah serta telah siap

dipakai. Perolehan jalan, irigasi, dan jaringan

pada umumnya dengan pembangunan, baik

membangun sendiri (swakelola) maupun melalui

kontrak konstruksi.

Page 58: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-58-

58

(ii) Pengakuan atas jalan, irigasi dan jaringan

ditentukan jenis transaksinya meliputi

penambahan, pengembangan, dan pengurangan.

Penambahan adalah peningkatan nilai jalan,

irigasi dan jaringan yang disebabkan pengadaan

baru, diperluas atau diperbesar.

(iii) Biaya penambahan dikapitalisasi dan

ditambahkan pada harga perolehan jalan, irigasi

dan jaringan tersebut. Pengembangan adalah

peningkatan nilai jalan, irigasi dan jaringan

karena peningkatan manfaat yang berakibat pada

durasi masa manfaat, peningkatan efisiensi, dan

penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan

adalah penurunan nilai jalan, irigasi, dan

jaringan dikarenakan berkurangnya kuantitas

aset tersebut.

(iv) Jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh bukan

dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika

aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah

belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh dari

donasi diakui pada saat jalan, irigasi dan jaringan

tersebut diterima dan hak kepemilikannya

berpindah (BAST).

iii) Pengukuran

(i) Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan

menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan

sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya

perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya

lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan

jaringan tersebut siap pakai.

(ii) Biaya perolehan atas jalan, irigasi dan jaringan

yang dibangun dengan cara:

(a) Swakelola, meliputi: biaya langsung dan

tidak langsung, yang terdiri dari meliputi

biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa

Page 59: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-59-

59

peralatan, biaya perencanaan dan

pengawasan, biaya perizinan, biaya

pengosongan dan pembongkaran bangunan

lama.

(b) Kontrak, meliputi: biaya perencanaan dan

pengawasan, kontrak konstruksi, biaya

perizinan, jasa konsultan, biaya

pengosongan, dan pembongkaran bangunan

lama.

iv) Pengungkapan

(i) Jalan, irigasi, dan jaringan disajikan sebesar nilai

moneternya.

(ii) Selain itu di dalam CaLBMN diungkapkan pula:

(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk

menentukan nilai;

(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan

akhir periode yang menunjukkan:

Penambahan, Pengembangan, dan

Penghapusan;

(c) Informasi penyusutan, meliputi: nilai

penyusutan, metode penyusutan,

perubahan metode penyusutan, masa

manfaat, dan tarif penyusutan, nilai bruto,

dan akumulasi penyusutan pada awal dan

akhir periode; dan

(d) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang

berkaitan dengan Jalan, Irigasi, dan

Jaringan.

e) Aset Tetap Lainnya

i) Pengertian

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak

dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di

atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap

dipakai. Aset yang termasuk dalam kategori aset tetap

lainnya, antara lain :

(i) koleksi perpustakaan (buku dan non buku);

Page 60: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-60-

60

(ii) barang bercorak kesenian/kebudayaan/olah raga;

(iii) hewan, ikan, dan tanaman

Khusus untuk hewan, ikan dan tanaman, sesuai

dengan kebijakan kapitalisasi aset tetap,

disajikan secara ekstrakomptabel dan tidak

disajikan di neraca; serta

(iv) Aset Tetap Renovasi, yaitu biaya renovasi atas

aset tetap yang bukan miliknya, sepanjang

memenuhi syarat kapitalisasi asset.

ii) Pengakuan

(i) Pengakuan atas aset tetap lainnya ditentukan

jenis transaksinya meliputi penambahan dan

pengurangan. Penambahan adalah peningkatan

nilai aset tetap lainnya yang disebabkan

pengadaan baru. Biaya penambahan

dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga

perolehan aset tetap lainnya tersebut.

Pengurangan adalah penurunan nilai aset tetap

lainnya dikarenakan berkurangnya kuantitas aset

tersebut.

(ii) Aset tetap lainnya yang diperoleh bukan dari

donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset

tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah

belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Aset tetap lainnya yang diperoleh dari donasi

diakui pada saat aset tetap lainnya tersebut

diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Khusus mengenai pengakuan biaya renovasi atas

aset tetap yang bukan milik, ketentuannya telah

diatur sebagai berikut:

(a) dalam hal renovasi aset tetap tersebut

meningkatkan manfaat ekonomi aset tetap,

contoh: perubahan fungsi gedung dari

gudang menjadi ruangan kerja dan

kapasitasnya naik, maka renovasi tersebut

dikapitalisasi sebagai aset tetap renovasi.

Apabila renovasi atas aset tetap yang disewa

Page 61: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-61-

61

tidak menambah manfaat ekonomi, maka

dianggap sebagai belanja operasional tahun

berjalan. Aset tetap renovasi diklasifikasikan

ke dalam aset tetap lainnya;

(b) dalam hal manfaat ekonomi renovasi

tersebut lebih dari 1 (satu) tahun buku dan

memenuhi syarat pada butir 1) di atas, biaya

renovasi dikapitalisasi sebagai aset tetap

renovasi, sedangkan apabila manfaat

ekonomi renovasi kurang dari 1 (satu) tahun

buku, maka pengeluaran tersebut

diperlakukan sebagai belanja operasional

tahun berjalan; atau

(c) dalam hal jumlah nilai moneter biaya

renovasi tersebut cukup material, dan

memenuhi syarat pada butir 1) dan butir 2)

di atas, maka pengeluaran tersebut

dikapitalisasi sebagai aset tetap renovasi.

Apabila tidak, material dan biaya renovasi

dianggap sebagai belanja operasional.

iii) Pengukuran

(i) Biaya perolehan aset tetap lainnya

menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh aset tersebut sampai siap

pakai.

(ii) Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh

melalui:

(a) Swakelola, meliputi: biaya langsung dan

tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan

baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya

perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan, dan jasa konsultan.

(b) Kontrak, meliputi: pengeluaran nilai kontrak,

biaya perencanaan dan pengawasan, serta

biaya perizinan.

Page 62: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-62-

62

iv) Pengungkapan

Aset tetap lainnya disajikan sebesar nilai moneternya.

Selain itu di dalam CaLBMN diungkapkan pula:

(i) Dasar penilaian yang digunakan untuk

menentukan nilai;

(ii) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir

periode yang menunjukkan: Penambahan,

Pengembangan, dan Penghapusan;

(iii) Informasi penyusutan, meliputi:

(a) nilai penyusutan,

(b) metode penyusutan,

(c) perubahan metode penyusutan,

(d) masa manfaat, dan tarif penyusutan,

(e) nilai bruto, dan akumulasi penyusutan pada

awal dan akhir periode;

(iv) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang

berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya.

f) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)

i) Pengertian

(i) Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset tetap

yang sedang dalam proses pembangunan. Jika

penyelesaian pekerjaan suatu aset tetap melebihi

dan/atau melewati 1 (satu) periode tahun

anggaran, maka aset tetap yang belum selesai

tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai

konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset

tersebut selesai dan siap dipakai.

(ii) Konstruksi dalam pengerjaan mencakup tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,

jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

Kontrak konstruksi adalah perikatan yang

dilakukan secara khusus untuk konstruksi suatu

aset atau suatu kombinasi yang berhubungan

erat satu sama lain atau saling tergantung dalam

rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau

penggunaan utama.

Page 63: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-63-

63

(iii) Suatu kontrak konstruksi mungkin

dinegosiasikan untuk membangun sebuah aset

tunggal seperti jembatan, bangunan, dam, pipa,

jalan, kapal, dan terowongan.

(iv) Kontrak konstruksi dapat meliputi:

(a) kontrak untuk perolehan jasa yang

berhubungan langsung dengan perencanaan

konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;

(b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi

aset;

(c) kontrak untuk perolehan jasa yang

berhubungan langsung dengan pengawasan

konstruksi aset yang meliputi manajemen

konstruksi dan value engineering; dan/atau

(d) kontrak untuk membongkar/

menghancurkan atau merestorasi aset dan

restorasi lingkungan setelah penghancuran

asset.

ii) Pengakuan

(i) Apabila dalam konstruksi aset tetap

pembangunan fisik proyek belum dilaksanakan,

namun biaya-biaya yang dapat diatribusikan

langsung ke dalam pembangunan proyek telah

dikeluarkan, maka biaya-biaya tersebut harus

diakui sebagai konstruksi dalam pengerjaan aset

yang bersangkutan.

(ii) Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian

suatu konstruksi dalam pengerjaan adalah Berita

Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP). Pencatatan

suatu transaksi perlu mengikuti sistem akuntansi

yang ditetapkan dengan pohon putusan (decision

tree) sebagai berikut:

(a) atas dasar bukti transaksi yang objektif

(objective evidences); atau

Page 64: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-64-

64

(b) menggunakan prinsip subtansi mengungguli

bentuk formal (substance over form), dalam

hal tidak dimungkinkan adanya bukti

transaksi yang objektif.

(iii) Dalam hal terjadi variasi dalam pencatatan, maka

didasarkan pada pedoman sebagai berikut:

(a) dalam hal aset telah selesai dibangun, BAPP

sudah diperoleh, dan aset tetap tersebut

sudah dimanfaatkan oleh Satker/SKPD,

maka aset tersebut dicatat sebagai aset tetap

definitifnya;

(b) dalam hal aset tetap telah selesai dibangun,

BAPP sudah diperoleh, namun aset tetap

tersebut belum dimanfaatkan oleh

Satker/SKPD, maka aset tersebut dicatat

sebagai aset tetap definitifnya;

(c) dalam hal telah selesai dibangun, yang

didukung dengan bukti yang sah (walaupun

BAPP belum diperoleh) namun aset tetap

tersebut sudah dimanfaatkan oleh

Satker/SKPD, maka aset tersebut masih

dicatat sebagai konstruksi dalam pengerjaan

dan diungkapkan, baik di dalam CaLBMN

maupun CaLK;

(d) dalam hal sebagian dari aset tetap yang

dibangun telah selesai, dan telah digunakan/

dimanfaatkan, maka bagian yang

digunakan/dimanfaatkan masih diakui

sebagai konstruksi dalam pengerjaan;

(e) dalam hal suatu aset tetap telah selesai

dibangun sebagian (konstruksi dalam

pengerjaan) karena sebab-sebab lain, contoh:

terkena bencana alam/force majeure aset

tersebut hilang, maka penanggung jawab

aset tersebut membuat pernyataan hilang

karena bencana alam/force majeure dan atas

dasar pernyataan tersebut konstruksi dalam

Page 65: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-65-

65

pengerjaan dapat dihapusbukukan; atau

(f) dalam hal BAST sudah ada, namun fisik

pekerjaan belum selesai, akan diakui sebagai

konstruksi dalam pengerjaan.

(iv) Dalam beberapa kasus, suatu konstruksi dalam

pengerjaan dapat saja dihentikan

pembangunannya oleh karena ketidaktersediaan

dana, kondisi politik, ataupun kejadian-kejadian

lainnya. Penghentian konstruksi dalam

pengerjaan dapat berupa:

(a) penghentian sementara; atau

(b) penghentian permanen.

(v) Apabila suatu konstruksi dalam pengerjaan

dihentikan pembangunannya untuk sementara

waktu (penghentian sementara), sebagaimana

dimaksud pada angka romawi (iv) huruf (a) di

atas, maka konstruksi dalam pengerjaan tersebut

tetap dicantumkan ke dalam neraca dan kejadian

ini diungkapkan secara memadai, baik di dalam

CaLBMN maupun CaLK.

(vi) Namun, apabila pembangunan konstruksi dalam

pengerjaan diniatkan untuk dihentikan

pembangunannya secara permanen, sebagaimana

dimaksud pada angka romawi (iv) huruf (b) di

atas, karena diperkirakan tidak akan memberikan

manfaat ekonomi di masa depan, ataupun oleh

sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan,

maka konstruksi dalam pengerjaan tersebut

harus dieliminasi dari neraca dan kejadian ini

diungkapkan secara memadai, baik dalam

CaLBMN maupun CaLK.

iii) Pengukuran

(i) KDP dicatat sebesar biaya perolehan.

(ii) Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan

secara swakelola meliputi:

(iii) Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan

kontrak konstruksi meliputi:

Page 66: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-66-

66

(a) Termin yang telah dibayarkan kepada

kontraktor terkait dengan penyelesaian

tingkat pekerjaan;

(b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada

kontraktor sehubungan dengan pekerjaan

yang telah diterima tapi belum dibayar, pada

tanggal pelaporan; dan

(c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau

pihak ketiga sehubungan dengan

pelaksanaan kontrak konstruksi.

iv) Pengungkapan

(i) KDP disajikan sebesar nilai moneternya.

(ii) Selain itu di dalam CaLBMN diungkapkan pula:

(a) Rincian kontrak KDP berikut tingkat

penyelesaian dan jangka waktu

penyelesaiannya;

(b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber

pembiayaanya;

(c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;

(d) Uang muka kerja yang diberikan; dan

(e) Retensi.

3. BMN berupa Aset Lainnya

Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi

jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Jenis Aset Lainnya,

meliputi:

a. Aset Tak Berwujud (ATB), ATB adalah aset non keuangan yang

dapat diidentifikasi, namun tidak memiliki wujud fisik serta

dimiliki untuk digunakan secara langsung atau tidak langsung

untuk kegiatan pemerintah dalam menghasilkan barang atau

jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya. Kriteria ATB, adalah

sebagai berikut:

1) dapat diidentifikasi

Dalam artian bahwa ATB harus dapat dipisahkan, aset ini

memungkinkan untuk dipisahkan atau dibedakan secara

jelas dari aset-aset yang lain, serta muncul dari

kesepakatan yang mengikat.

2) pengendalian

Page 67: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-67-

67

Suatu entitas disebut mengendalikan aset jika entitas

memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomi

masa depan dan dapat membatasi akses pihak lain dalam

memperoleh manfaat ekonomi dari aset tersebut.

3) manfaat ekonomi masa depan

Aset dapat memberikan manfaat ekonomis dan jasa

potensial. Manfaat ekonomis dari ATB dapat berupa

pendapatan, penghematan biaya, peningkatan kualitas

layanan, penurunan jumlah tenaga.

a) Pengakuan

Pengakuan atas aset tak berwujud ditentukan jenis

transaksinya meliputi penambahan, pengembangan dan

pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai aset

tak berwujud yang disebabkan pengadaan baru. Biaya

penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga

perolehan aset tak berwujud tersebut. Pengembangan

adalah peningkatan nilai aset tak berwujud karena

peningkatan manfaat ekonomis dan/atau sosial.

Pengurangan adalah penurunan nilai aset tak berwujud

dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut. Untuk

hasil kajian yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak

memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial, tidak

dapat dikapitalisasi sebagai aset tak berwujud

b) Pengukuran

Aset tak berwujud dinilai sebesar pengeluaran yang terjadi

yang melekat pada aset tersebut setelah dikurangi dengan

biaya-biaya lain yang tidak dapat dikapitalisasikan.

c) Pengungkapan

Aset tak berwujud disajikan sebesar nilai moneternya.

Selain itu, di dalam CaLBMN dan CaLK diungkapkan pula

hal berikut:

i) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan

nilai.

ii) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir

periode yang menunjukkan penambahan,

pengembangan dan pengurangan.

iii) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan

Page 68: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-68-

68

dengan aset tak berwujud.

Perlakuan Khusus bagi Aset Lainnya berupa software

komputer (ATB):

a) Software dapat dikembangkan oleh instansi

pemerintah sendiri atau oleh pihak ketiga;

b) Software yang dibeli tersendiri dan tidak terkait

hardware harus dikapitalisasi sebagai ATB setelah

memenuhi kriteria perolehan aset secara umum;

c) Software yang diniatkan untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat dicatat sebagai persediaan; dan

d) Untuk software yang merupakan bagian integral dari

suatu hardware diakui sebagai bagian perolehan

hardware dan dikapitalisasi sebagai bagian hardware

tersebut.

b. Aset Lain-Lain

1) Pengakuan

Aset tetap diakui sebagai aset lain-lain pada saat dinilai

kondisi aset tetap tersebut adalah rusak berat, tetapi belum

ada Keputusan Penghapusan. Pengakuan atas aset lain-

lain ditentukan jenis transaksinya meliputi penambahan

dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai

aset lain-lain yang disebabkan perpindahan dari pos aset

tetap. Pengurangan adalah penurunan nilai aset lain-lain

dikarenakan telah dikeluarkannya Keputusan

Penghapusan dan harus dikeluarkan dari neraca.

2) Pengukuran

Aset lain-lain dinilai sebesar biaya perolehannya atau nilai

yang tercatat sebelumnya pada pos aset tetap.

3) Pengungkapan

Aset lain-lain disajikan di neraca sebesar nilai moneternya.

Selain itu, di dalam CaLBMN dan CaLK diungkapkan pula

hal berikut:

a) dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan

nilai;

b) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir

periode yang menunjukkan penambahan dan

pengurangan; dan

Page 69: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-69-

69

c) kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan aset lain-

lain.

D. Kapitalisasi

1. Kapitalisasi BMN merupakan batasan nilai minimum per satuan

BMN untuk dapat disajikan sebagai aset tetap pada neraca.

2. Kapitalisasi BMN meliputi:

a. perolehan BMN berupa aset tetap hingga siap pakai; dan/atau

b. Peningkatan kapasitas/efisiensi dan/atau penambahan masa

manfaat.

3. Dikecualikan dari ketentuan ini adalah pengeluaran untuk BMN aset

tetap lainnya berupa hewan, ikan, dan tanaman yang digunakan

dalam rangka tugas dan fungsi, tidak dilakukan kapitalisasi.

4. Berdasarkan ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi tersebut,

maka:

a. Gedung dan Bangunan dan ATR Gedung dan Bangunan dengan

nilai satuan lebih dari atau sama dengan Rp25.000.000,00.

b. Peralatan dan Mesin dan ATR Peralatan dan Mesin dengan nilai

satuan lebih dari atau sama dengan Rp1.000.000,00.

c. Aset tetap berupa tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap

lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak

kesenian dengan nilai satuan lebih dari atau sama dengan

Rp1,00,-.

5. Pemerintah dapat memperoleh suatu aset tetap melalui mekanisme:

a. Pembelian/pengadaan

Pengeluaran biaya yang dikapitalisasi dilakukan terhadap

pengadaan tanah, pembelian peralatan dan mesin sampai siap

pakai, pembuatan peralatan, mesin dan bangunan,

pembangunan gedung dan bangunan, pembangunan jalan/

irigasi/jaringan, pembelian aset tetap lainnya sampai siap

pakai, dan pembangunan/pembuatan aset tetap lainnya.

b. Pengadaan secara bertahap (konstruksi dalam pengerjaan)

c. Nilai yang dicatat sebagai konstruksi dalam pengerjaan adalah

sebesar jumlah yang dibayarkan atas perolehan aset. Biaya-

biaya pembelian bahan dan juga gaji-gaji yang dibayarkan

dalam kasus pelaksanaan pekerjaan secara swakelola pada

dasarnya sama dengan nilai yang dibayarkan kepada kontraktor

atas penyelesaian bagian pekerjaan tertentu. Keduanya

Page 70: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-70-

70

merupakan pengeluaran pemerintahan untuk mendapatkan

aset. Konstruksi dalam pengerjaan dicatat dengan biaya

perolehan.

d. Donasi/sumbangan/hibah

Suatu aset tetap mungkin diterima pemerintah sebagai hadiah

atau donasi. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi)

harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.

Sumbangan (donasi) aset tetap didefinisikan sebagai transfer

tanpa persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, contoh:

perusahaan non pemerintah memberikan bangunan yang

dimilikinya untuk digunakan oleh 1 (satu) unit pemerintah

tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut akan

sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan

kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah,

BAST, dan lain-lain.

e. Rampasan

Nilai penerimaan aset tetap dari rampasan meliputi nilai yang

dicantumkan dalam keputusan pengadilan atau nilai taksiran

harga pasar pada saat aset diperoleh ditambah dengan biaya

pengurusan, kecuali untuk tanah, gedung dan bangunan

meliputi nilai taksiran atau harga pasar yang berlaku.

f. Perolehan Secara Gabungan

Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh

secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga

gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar

masing-masing aset yang bersangkutan.

g. Perolehan lainnya

Nilai reklasifikasi masuk meliputi nilai perolehan aset yang

direklasifikasi ditambah biaya mengubah apabila menambah

umur, kapasitas, dan manfaat.

h. Pertukaran Aset (Exchanges of Assets)

Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau

pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset

lainnya. Biaya dari pos semacam itu diukur berdasarkan nilai

wajar aset yang diperoleh, yaitu nilai ekuivalen atas nilai

tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah

setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang

Page 71: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-71-

71

ditransfer/diserahkan.

i. Pengeluaran Setelah Perolehan Awal (Subsequent Expenditures)

Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang

memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar

memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam

bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar

kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang

bersangkutan. Kapitalisasi biaya harus ditetapkan dalam

kebijakan akuntansi suatu entitas berupa kriteria seperti pada

paragraf dan/atau suatu batasan jumlah biaya (capitalization

thresholds) tertentu untuk dapat digunakan dalam penentuan

apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak.

E. Sinkronisasi Belanja terkait Penatausahaan BMN

Dalam situasi yang ideal akan terdapat kesesuaian antara Belanja

Modal sebagai akun anggaran dengan Aset Tetap sebagai akun finansial.

Dalam hal terjadi kontradiksi antara akun anggaran dengan akun

finansial, maka akuntansi akan menggunakan prinsip substansi

mengungguli bentuk formal (substance over form).

Penganggaran/pemilihan mata anggaran belanja, apakah dengan

belanja barang/belanja modal, dalam rencana pengadaan aset akan

menentukan proses pencatatan BMN/output selanjutnya. Apabila

memenuhi kriteria pengakuan aset tetap/lainnya dan memenuhi kriteria

nilai minimal kapitalisasi maka harus menggunakan belanja modal dan

asetnya dicatat sebagai Aset Tetap di Aplikasi SIMAK BMN. Sedangkan

apabila tidak memenuhi kriteria pengakuan aset tetap dan/atau tidak

memenuhi nilai minimal kapitalisasi, maka harus menggunakan belanja

barang sebagai beban atau apabila menghasilkan aset persediaan dicatat

sebagai persediaan di Aplikasi Persediaan.

Keterkaitan pengeluaran belanja terhadap nilai kapitalisasi BMN,

adalah sebagai berikut:

Belanja Barang (MAK 52)

1. Belanja pengadaan barang dan jasa, meliputi:

a. Tidak dikapitalisasi, jika pengeluaran tidak memenuhi nilai

kapitalisasi dan dikategorikan sebagai belanja barang

operasional dan non-operasional.

Page 72: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-72-

72

b. Dikapitalisasi, jika belanja barangnya memenuhi nilai

kapitalisasi aset tetap.

2. Belanja pemeliharaan, meliputi:

a. Tidak dikapitalisasi, jika:

1) tidak menambah dan memperpanjang masa manfaat;

2) kemungkinan besar tidak memberikan manfaat ekonomi

dimasa mendatang dalam bentuk kapasitas, mutu

produksi, atau peningkatan kinerja; dan

3) mempertahankan aset tetap/aset lainnya yang sudah ada

ke dalam kondisi normal.

b. Dikapitalisasi, jika:

1) menambah dan memperpanjang masa manfaat; serta

2) kemungkinan besar memberikan manfaat ekonomi dimasa

mendatang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau

peningkatan kinerja.

3. Belanja perjalanan dinas, meliputi:

a. Tidak dikapitalisasi, jika pengeluaran untuk membiayai

perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan

jabatan.

b. Dikapitalisasi, jika pengeluaran untuk perolehan aset tetap.

1. Perlakuan Khusus untuk Realisasi Anggaran yang Menghasilkan

Barang Persediaan

a. Suatu barang dapat digolongkan sebagai barang persediaan

apabila perencanaan pengadaan barang tersebut bersifat

kontinyu atau berkelanjutan, tidak hanya untuk satu kali

kegiatan saja dan untuk barang-barang yang memang

direncanakan habis pada satu kegiatan tidak dialokasikan dari

Belanja Barang Persediaan dan tidak menjadi persediaan.

b. Suatu barang dapat dikategorikan sebagai persediaan bukan

terbatas hanya satu output layanan perkantoran saja, namun

bisa terdapat pada output lain sepanjang memenuhi kriteria di

atas.

Page 73: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-73-

73

c. Merujuk kepada Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan

Nomor: Kep-311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun

Pada Bagan Akun Standar, terdapat pemisahan akun belanja

yang menghasilkan persediaan dan yang tidak menghasilkan

persediaan, misalnya :

1) MAK 521111 (Belanja Keperluan Perkantoran),

dipergunakan untuk mencatat membiayai keperluan

sehari-hari perkantoran yang secara langsung menunjang

kegiatan operasional Kementerian negara/lembaga namun

tidak menghasilkan barang persediaan yang terdiri antara

lain:

a) Satuan biaya yang dikaitkan dengan jumlah pegawai

yaitu langganan surat kabar/berita/majalah, biaya

minum/makanan kecil untuk rapat, biaya penerimaan

tamu.

b) Satuan biaya yang tidak dikaitkan dengan jumlah

pegawai antara lain biaya satpam/pengaman kantor,

cleaning service, sopir, tenaga lepas (yang

dipekerjakan secara kontraktual), telex, internet,

komunikasi khusus diplomat, pengurusan

penggantian sertifikat tanah yang hilang, pembayaran

PBB.

c) Digunakan untuk mencatat membiayai

pengadaan/penggantian inventaris yang berhubungan

dengan penyelenggaraan administrasi kantor/satker di

bawah nilai kapitalisasi.

2) MAK 521211 (Belanja Barang Non Operasional), Digunakan

untuk mencatat pengeluaran yang digunakan untuk

pembayaran biaya bahan pendukung kegiatan (yang habis

dipakai) seperti: Konsumsi/bahan makanan; Dokumentasi;

Spanduk; Biaya fotokopi; yang diperlukan dalam

pelaksanaan kegiatan non operasional seperti pameran,

seminar, sosialisasi, rapat, diseminasi dan lain lain yang

terkait langsung dengan output suatu kegiatan dan tidak

menghasilkan barang persediaan.

Page 74: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-74-

74

d. Selanjutnya, terhadap penggunaan belanja barang yang

diperuntukkan untuk pengadaan aset lancar/persediaan, dapat

berpedoman sebagai berikut:

1) Belanja Barang Persediaan Konsumsi (521811)

a) Digunakan untuk menatausahakan persediaan yang

perencanaan pengadaan secara berkelanjutan dan

tidak habis dalam sekali kegiatan.

b) Pencatatan dalam aplikasi dilakukan setiap perolehan

dan/atau mutasi persediaan di catat dalam Aplikasi

Persediaan (contoh: ATK, bahan cetakan, alat-alat

rumah tangga).

2) Belanja Bahan (521211)

a) Digunakan untuk menatausahakan persediaan yang

Perencanaan pengadaan hanya sekali kegiatan saja

dan habis dalam sekali kegiatan

b) Tidak dilakukan pencatatan dalam aplikasi persediaan

setiap terjadinya transaksi. Dalam hal terdapat sisa

aset, dicatat dalam aplikasi.

3) Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan Gedung

dan Bangunan (523112)

a) Digunakan untuk menatausahakan persediaan Tidak

habis dalam sekali pakai, sifatnya cadangan atau

berjaga-jaga.

b) Pencatatan dalam aplikasi dilakukan setiap perolehan

dan/atau mutasi persediaan di catat dalam Aplikasi

Persediaan.

4) Belanja Pemeliharaan Peralatan dan Mesin (523121)

a) Digunakan untuk menatausahakan persediaan yang

Perencanaan pengadaan hanya sekali kegiatan saja

dan habis dalam sekali kegiatan.

b) Tidak dilakukan pencatatan dalam aplikasi persediaan

setiap terjadinya transaksi.

5) Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan Peralatan

dan Mesin (523123)

a) Digunakan untuk menatausahakan persediaan yang

Tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya cadangan

atau berjaga-jaga.

Page 75: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-75-

75

b) Pencatatan dalam aplikasi dilakukan setiap perolehan

dan/atau mutasi persediaan di catat dalam Aplikasi

Persediaan.

2. Realisasi Anggaran Belanja Modal

Kriteria Belanja Modal, meliputi:

a. Pengeluaran mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau

aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, kapasitas,

kualitas dan volume aset.

Contoh:

1) Gedung dengan umur ekonomis 10 tahun, pada tahun ke-8

dilakukan renovasi dengan harapan masih dapat

dipergunakan 7 tahun lagi, sehingga umur gedung semula

10 tahun menjadi 15 tahun.

2) Generator output 200 Kw dilakukan renovasi menjadi 300

Kw.

3) Peningkatan jalan yang semula tanah menjadi aspal.

4) Penambahan luas bangunan suatu gedung dari 400 M²

menjadi 500 m².

b. Pengeluaran melebihi batas minimum kapitalisasi aset

tetap/aset lainnya.

c. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

Page 76: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-76-

76

Contoh Sinkronisasi Peruntukan Belanja dan Kapitalisasi pada BMN

F. Penyusutan

1. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset

tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa

manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-

masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap

dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional.

2. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang

sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang

digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomi atau

kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke

pemerintah.

3. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau

secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi

sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan yang akan datang

harus dilakukan penyesuaian.

4. Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain:

a. metode garis lurus (straight line method);

b. metode saldo menurun ganda (double declining balance method);

c. metode unit produksi (unit of production method);

Page 77: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-77-

77

d. lainnya, yakni seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat

dan karakteristik aset tersebut, selain tanah dan konstruksi

dalam pengerjaan.

G. Amortisasi

1. Amortisasi adalah alokasi harga perolehan Aset Tak Berwujud secara

sistematis dan rasional selama masa manfaatnya, yang hanya dapat

diterapkan atas Aset Tak Berwujud yang memiliki masa manfaat

terbatas.

2. Masa Manfaat adalah periode suatu aset diharapkan untuk aktivitas

pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau jumlah produksi atau

unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas

pemerintahan dan/atau pelayanan publik, yang dibatasi oleh

ketentuan hukum, pera turan, atau kontrak.

3. Penentuan nilai yang dapat diamortisasi dilakukan untuk setiap unit

Aset Tak Berwujud tanpa adanya nilai residu. Amortisasi dilakukan

dengan menggunakan metode Garis Lurus, yaitu dilakukan dengan

mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara

merata setiap semester selama masa manfaatnya.

H. Tata Cara Penatausahaan BMN

1. Persiapan

Dalam rangka melaksanakan penatausahaan BMN pada Satuan

Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan selaku Unit Akuntansi

wajib melakukan tahapan persiapan sebagai berikut:

a. Membentuk Struktur Organisasi Sistem Akuntansi Instansi.

1) Sistem Akuntansi Keuangan (SAK); dan

2) Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik

Negara (SIMAK-BMN).

b. Menyediakan Personal Computer (PC) dan atau Notebook/Laptop

sebagai sarana komputer yang mempunyai kapasitas meng-

install program (software).

c. Sumber Daya Manusia yang mempunyai keterampilan teknik

komputer dan akuntansi.

d. Menginstal program Aplikasi Persediaan dan Aplikasi SIMAK

BMN dan/atau sistem pelaporan yang ditetapkan oleh

Kementerian Keuangan.

Page 78: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-78-

78

e. Mencari atau menyiapkan dokumen sumber pengadaan.

2. Pelaksanaan

a. Pembukuan

1) Pembukuan adalah kegiatan mencatat seluruh BMN

mencakup aset lancar/Barang Persediaan, aset tetap

(tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan

dan jembatan/irigasi/jaringan, dana set tetap lainnya),

Konstruksi Dalam Pekerjaan (KDP), barang bersejarah serta

aset lainnya.

2) Maksud pembukuan adalah untuk mengetahui jumlah dan

kondisi semua aset BMN yang tersebar pada satker sesuai

ketentuan.

3) Tujuan pembukuan adalah memperoleh data hasil

pencatatan BMN yang lengkap dan akurat untuk

mewujudkan Tertib administrasi dan mempermudah

pengelolaan BMN.

4) Hasil pembukuan adalah data BMN yang lengkap dan

akurat untuk terwujudnya tertib administrasi dalam

pelaksanaan pengelolaan BMN

5) Dokumen sumber pembukuan, meliputi:

a) Berita Acara Serah Terima (BAST) BMN;

b) Dokumen Kepemilikan BMN;

c) Dokumen pengadaan dan/atau pemeliharaan BMN:

(1) Untuk yang melalui pembelian langsung:

(a) SPM/SP2D/SP3B/SP2B

(b) Faktur Pembelian; dan

(c) Kuitansi.

(2) Untuk yang melalui kontrak:

(a) SPM/SP2D/SP3B/SP2B;

(b) Surat Keterangan Penyelesaian

Pembangunan;

(c) Surat Perintah Kerja (SPK);

(d) Surat Perjanjian/Kontrak; dan

(e) BAST/Hasil Pekerjaan.

d) Dokumen Pengelolaan BMN; dan

e) Dokumen lainnya yang sah.

Page 79: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-79-

79

6) Kegiatan pembukuan dilakukan melalui Aplikasi

Persediaan dan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan

Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN) dan/atau

sistem pelaporan yang ditetapkan oleh Kementerian

Keuangan

b. Pembukuan Barang Persediaan

Dalam sistem pelaporan keuangan pemerintah, pencatatan

persediaan pada UAKPB harus menggunakan Aplikasi

Persediaan. Namun demikian, untuk satker rumah sakit/BLU di

lingkungan Kementerian Kesehatan dapat menggunakan

aplikasi internal untuk menatausahakan obat-obatan/farmasi

dan selanjutnya dikonsolidasikan dengan Aplikasi Persediaan.

Jenis Transaksi Pembukuan BMN yang dicatat dalam Aplikasi

Persediaan meliputi:

1) Perolehan Persediaan

a) Saldo Awal (M01)

Menu saldo awal digunakan untuk menginput

persediaan yang diperoleh sebelum Tahun Anggaran

Berjalan, yang belum dibukukan pada Aplikasi

Persediaan, baik diperoleh dengan pembelian, transfer

masuk, hibah langsung, rampasan, perolehan lainnya

ataupun reklasifikasi masuk. Pencatatan transaksi ini

dibuktikan dengan dokumen sumber persediaan

masuk dengan tanggal tahun anggaran yang lalu.

b) Pembelian (M02)

Menu ini digunakan untuk menginput persediaan

yang diperoleh dengan belanja yang melalui APBN

(DIPA Satker) pada tahun anggaran berjalan.

Belanja persediaan melalui APBN tersebut selain

dengan dokumen SPM/SP2D, juga SP3BBLU/SP2B-

BLU, SP3, termasuk dari SP2HL/SPHL (Hibah

Langsung Berupa uang).

Page 80: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-80-

80

Pencatatan berdasarkan dokumen penyerahan barang

(misalnya: faktur, nota, kuitansi, BAST). Nilai

persediaan yang diinput adalah harga pembelian

persediaan tersebut ditambah PPN dan biaya-biaya

lain yang dikeluarkan untuk memperoleh persediaan

tersebut.

c) Transfer masuk (M03)

Menu ini digunakan untuk merekam data persediaan

dari hasil kiriman (transfer) satker lainnya dalam

lingkup Pemerintah Pusat. Pencatatan transaksi ini

dilakukan berdasarkan BAST satker pemberi dan

satker penerima persediaan.

Satker penerima menginput harga satuan barang

persediaan berdasarkan informasi dari satker

pengirim. Jika informasi harga satuan barang

persediaan tidak ada, satker penerima meminta

informasi tersebut ke satker pengirim (dalam hal ini,

satker penerima dapat meminta Daftar Transaksi

Transfer Keluar dari satker pemberi). Setelah diinput,

satker penerima menginformasikan kepada Satker

pengirim bahwa persediaan telah diinput beserta

harganya.

d) Hibah masuk (M04)

Mencatat barang persediaan yang diperoleh dari pihak

ketiga, diluar lingkungan pemerintah pusat, misal:

pemda, swasta,perorangan, dll. Pencatatan transaksi

ini dilakukan berdasarkan BAST hibah langsung.

Apabila dalam BAST Hibah Langsung tidak ada

harganya, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan

estimasi nilai wajar dari persediaan tersebut.

Apabila dalam BAST Hibah Langsung, terdapat

persediaan yang harganya dalam valuta asing, maka

harganya dijabarkan ke dalam rupiah berdasarkan

kurs tengah BI pada tanggal BAST. Pencatatatan

(input) pada Aplikasi Persediaan, tidak perlu

menunggu terbitnya Register Hibah dan Pengesahan

Hibah (MPHL-BJS).

Page 81: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-81-

81

e) Rampasan (M05)

(1) Mencatat barang persediaan dari rampasan yang

telah ditetapkan statusnya sebagai BMN.

Perolehan barang/perlengkapan dari hasil

rampasan ditetapkan berdasarkan putusan

pengadilan yang berkekuatan hukum.

(2) Memenuhi kriteria definisi pengakuan persediaan

yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan

operasional pemerintah dan memiliki masa

manfaat satu tahun atau 12 (dua belas) bulan

atau direncanakan akan dijual/diserahkan

kepada masyarakat/melalui proses lelang.

(3) Telah memiliki pengukuran nilai yang handal baik

melalui nilai harga perolehan/nilai harga pasar

atau pun melalui penilaian sendiri (tidak bernilai

Rp.1).

f) Perolehan lainnya (M06)

Menu ini digunakan untuk merekam data persediaan

tahun anggaran berjalan yang tidak berasal dari Saldo

Awal, Pembelian APBN, Transfer Masuk, Hibah,

Rampasan, dan Reklasifikasi Masuk.

g) Reklasifikasi masuk

Menu ini digunakan untuk mencatat persediaan

definitif (kelompok barang 1.01.05.01.xxx.xx) yang

berasal dari persedian dalam proses (kelompok barang

1.01.09.xx.xxx.xx).

Menu ini khusus digunakan untuk mencatat transaksi

pengakuan/perolehan persediaan secara definitive

sesuai dengan jenis masing-masing persediaan,

dimana sebelumnya perolehan persediaan tersebut

berasal dari beberapa termin pembayaran selama

tahun anggaran berjalan/lintas tahun, yang

sebelumnya dicatat sebagai persediaan dalam proses.

2) Perubahan/Koreksi

a) Koreksi Tambah (M99)

Menu ini digunakan untuk melakukan koreksi

terhadap transaksi Persediaan yang sudah terkirim ke

Page 82: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-82-

82

Aplikasi SIMAK BMN periode sebelumnya yang

salah/kurang catat, yang akan menambah jumlah

dan/atau nilai Persediaan pada periode sekarang.

b) Koreksi Kurang (K99)

Menu ini digunakan untuk melakukan koreksi

terhadap transaksi Persediaan yang sudah terkirim ke

Aplikasi SIMAK BMN periode sebelumnya yang

salah/lebih catat, yang akan mengurangi jumlah

dan/atau nilai Persediaan pada periode sekarang.

3) Penghapusan

a) Pemakaian (K01)

Menu ini untuk menginput persediaan keluar di tahun

berjalan yang dipakai oleh satker dari kelompok

persediaan berupa bahan, suku cadang, alat/bahan

untuk kegiatan kantor, obat-obatan, natura dan

pakan, persediaan penelitian, komponen, pipa, rambu-

rambu, serta komponen bekas dan pipa bekas.

b) Transfer Keluar (K02)

Mencatat barang persediaan yang diserahkan ke

satker lain dalam lingkungan pemerintah pusat.

c) Hibah Keluar (K03)

Pengalihan aset ke penerima hibah namun bukan dari

MAK belanja 526 (diniatkan untuk digunakan sendiri)

dan dilakukan pada tahun anggaran berjalan.

d) Penyerahan kepada Masyarakat/Pemda (K09)

Menu ini disediakan untuk menginput persediaan

keluar yang berasal dari MAK belanja 526/56/58 di

tahun berjalan yang dari awal direncanakan untuk

dijual/diserahkan kepada masyarakat/pemda dari

kelompok persediaan berupa persediaan untuk

dijual/diserahkan.

e) Pemakaian untuk Tujuan Strategis/Berjaga-jaga

Penggunaan operasi habis pakai atas aset yang

dikategorikan tujuan strategis/berjaga-jaga.

f) Penyerahan dari Belanja Bansos

Pengalihan aset ke masyarakat/pemda yang berasal

dari MAK belanja 57.

Page 83: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-83-

83

g) Menu usang (kode transaksi K04)

Menu ini digunakan untuk merekam barang

persediaan yang sudah usang berdasarkan hasil

opname fisik yang dilakukan pada akhir semester I

(satu) dan semester II (dua) berdasarkan keputusan

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

Persediaan usang adalah persediaan yang secara fisik

masih bagus, namun tidak bisa dipakai atau tidak

cocok lagi dengan kondisi/teknologi terbaru.

h) Menu Rusak (kode transaksi K05)

Menu ini digunakan untuk merekam barang

persediaan yang rusak berdasarkan hasil opname fisik

yang dilakukan pada akhir semester I (satu) dan

semester II (dua) berdasarkan keputusan Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang (sesuai dengan

pendelegasian kewenangan yang berlaku).

i) Penghapusan lainnya

Menu penghapusan lainnya (kode transaksi K06).

Menu ini disediakan untuk menginput persediaan

keluar di tahun berjalan dari hal-hal yang tidak biasa

terjadi sehingga tidak sesuai jika di-input di menu

persediaan keluar yang lain.

j) Reklasifikasi keluar

Mengeluarkan persediaan yang diperoleh atas

transaksi satker DK/TP (kelompok barang

1.01.05.01.xxx.xxx) yang menurut ketentuan

maksimal setelah 6 (enam) bulan dari pengadaan

harus diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda

namun tidak diserahkan sehingga harus diinput di

aplikasi SIMAK BMN.

Mengeluarkan Persediaan dalam proses (kelompok

barang 1.01.09.xx.xxx.xx) yang telah selesai menjadi

persediaan definitif (kelompok barang

1.01.05.01.xxx.xx) untuk diserahkan/ dijual kepada

masyarakat/pemda.

Untuk mencatat persediaan untuk diserahkan kepada

masyarakat/pemda yang tidak jadi diserahkan oleh

Page 84: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-84-

84

satker Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan setelah

lewat masa 6 (enam) bulan, kemudian dicatat menjadi

aset tetap Barang Milik Negara dalam menu

reklasifikasi masuk Aplikasi SIMAK BMN.

k) Menu hapus usang (kode transaksi H01)

Menu ini digunakan untuk menghapus aset yang tidak

digunakan lagi karena usang setelah melewati 1 (satu)

periode laporan tahunan berdasarkan keputusan

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

l) Menu Hapus Rusak (kode transaksi H02)

Menu ini digunakan untuk menghapus aset yang tidak

digunakan lagi karena rusak setelah melewati 1 (satu)

periode laporan tahunan berdasarkan keputusan

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang sesuai

dengan pendelegasian kewenangan yang berlaku.

4) Hasil Opname Fisik

Transaksi untuk membukukan hasil stok opname barang

persediaan setiap akhir periode pelaporan.

c. Pembukuan Aset Tetap/Lainnya

Dalam sistem pelaporan keuangan pemerintah, pencatatan Aset

Tetap/lainnya pada UAKPB harus menggunakan Aplikasi

SIMAK-BMN.

Jenis Transaksi Pembukuan BMN yang dicatat dalam

pembukuan BMN melalui aplikasi SIMAK BMN meliputi:

1) Saldo Awal

Saldo Awal diperoleh dari:

a) Saldo akhir periode sebelumnya yang merupakan

akumulasi dari seluruh transaksi BMN periode

sebelumnya;

b) Koreksi saldo yang merupakan koreksi perubahan atas

saldo akhir BMN pada periode sebelumnya.

c) Koreksi saldo ini dilakukan karena adanya koreksi

pencatatan atas nilai/kuantitas BMN yang telah

dicatat dan telah dilaporkan dalam periode

sebelumnya dan penambahan/pengurangan sebagai

akibat dari pelaksanaan inventarisasi;

Page 85: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-85-

85

d) Dalam aplikasi SIMAK BMN, menu saldo awal (kode

transaksi 100) digunakan untuk menginput Barang

Milik Negara (BMN) yang diperoleh sebelum Tahun

Anggaran Berjalan, yang belum dibukukan pada

Aplikasi SIMAK BMN baik diperoleh dengan pembelian,

hibah, transfer masuk, reklas masuk atau perolehan

lainnya yang sah. Pencatatan transaksi ini dibuktikan

dengan dokumen sumber Tahun Anggaran yang Lalu.

2) Perolehan BMN

BMN dapat diperoleh melalui:

a) Pembelian/pengadaan atas beban APBN dan PHLN

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

pembelian/kode transaksi 101).

(1) Menu ini digunakan untuk menginput BMN yang

diperoleh dengan pembelian dari DIPA/APBN

pada Tahun Anggaran Berjalan yang tanpa

melalui proses Konstruksi dalam Pengerjaan

(KDP).

(2) Pencatatan berdasarkan Berita Acara Serah

Terima Barang dilengkapi dengan faktur/nota

pembelian barang dengan SPM/SP2D baik UP

maupun LS, SP3B-BLU/SP2B-BLU, SP3,

termasuk dari SP2HL/SPHL (Hibah Langsung

berupa uang).

(3) Transaksi ini seharusnya menggunakan Belanja

Modal, namun tidak tertutup kemungkinan

menggunakan non Belanja Modal. Bila

menggunakan non Belanja Modal, supaya

dijelaskan terperinci dalam Catatan atas Laporan

BMN dan CaLK.

b) Hibah/sumbangan atau yang sejenis dari luar

Pemerintah Pusat.

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu yang

digunakan adalah menu hibah (masuk) dengan kode

transaksi 102. Hibah yang dimaksud dapat berasal

dari pemerintah daerah maupun dari swasta.

Pencatatan aset tersebut sebagai BMN dilakukan

Page 86: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-86-

86

berdasarkan BAST, tanpa menunggu adanya register

ke DJPPR dan pengesahan ke KPPN (MPHL-BJS).

c) Penyelesaian Pembangunan gedung dan BMN lainnya

yang telah diserahterimakan dengan Berita Acara

Serah Terima.

Dalam Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

penyelesaian pembangunan gedung:

(1) Pembangunan dengan sekaligus tanpa termin,

menggunakan menu transaksi penyelesaian

pembangunan langsung (kode transaksi 103).

(2) Pembangunan dengan pembayaran dalam

beberapa termin menggunakan menu transaksi

penyelesaian pembangunan dengan KDP.

d) Hasil pelaksanaan perjanjian/kontrak pemanfaatan

BMN melalui Sewa, Kerja Sama Pemanfaatan (KSP),

Bangun Guna Serah (BGS), Bangun Serah Guna

(BSG), tukar menukar, dan perjanjian/kontrak

lainnya.

e) Hasil pembatalan penghapusan, yang sudah

ditetapkan dengan Keputusan Pembatalan

Penghapusan BMN dari Pengguna Barang.

Dalam Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

pembatalan penghapusan/kode transaksi 106.

(1) Menu ini digunakan untuk memunculkan

kembali aset tetap/aset lainnya yang sudah

dihapuskan disebabkan antara lain berupa

temuan oleh APIP dan BPK, dengan dokumen

sumber Berita Acara Pembatalan Penghapusan

oleh Kuasa Pengguna Barang.

(2) Pembatalan Penghapusan akan memunculkan

aset yang sudah dihapuskan dengan NUP baru

(seakan-akan membeli) dan nilai yang

dimasukkan sebesar Berita Acara Pembatalan

Penghapusan.

Page 87: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-87-

87

f) Hasil putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap. Dalam Aplikasi SIMAK BMN

menggunakan menu rampasan dengan kode transaksi

104.

g) Hasil reklasifikasi masuk dari BMN yang sebelumnya

telah dicatat dengan penggolongan dan kodefikasi

BMN yang lain.

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

reklasifikasi masuk:

(1) Menu ini mencatat perubahan transaksi BMN

atas jenis penggolongan dan kodefikasi BMN

yang sebelumnya telah dicatat dengan

penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain (Kode

Barang terdiri dari golongan, bidang, kelompok,

sub kelompok dan sub-sub kelompok).

(2) Menu ini juga mencatat perubahan transaksi

BMN yang sebelumnya telah dicatat sebagai aset

intrakompatabel menjadi aset ekstrakompabel

atau sebaliknya.

h) Hasil transfer masuk BMN dari Kuasa Pengguna

Barang lain dalam satu Unit Pengguna Barang atau

dari Pengguna Barang lainnya.

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

transfer masuk/kode transaksi 102).

(1) Pencatatan transaksi ini dilakukan berdasarkan

BAST satker pemberi dan satker penerima BMN,

bila transfer dilakukan antar Pengguna Barang

(antar Kementerian Negara/Lembaga) maka

dibutuhkan dokumen persetujuan alih status.

(2) Satker penerima BMN melakukan Input

berdasarkan Arsip Data Komputer (ADK) file

kiriman transfer dari satker pengirim BMN ke

satker penerima BMN.

i) Pertukaran (kode transaksi 111).

(1) Menu ini digunakan untuk mencatat pengalihan

kepemilikan BMN yang dilakukan antara satker

pemerintah pusat dengan selain pemerintah

Page 88: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-88-

88

pusat, misalnya dengan pemerintah daerah atau

pihak lain, dengan menerima penggantian dalam

bentuk barang.

(2) Barang yang saling ditukarkan dapat merupakan

barang yang sejenis, maupun barang yang

berbeda, namun biasanya dengan nilai relatif

sama/seimbang.

(3) Dokumen sumber yang digunakan untuk

pencatatan adalah Berita Acara Pertukaran atau

dokumen lain yang dapat dipersamakan.

j) Perolehan Lainnya (kode transaksi 112).

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

perolehan lainnya dengan kode transaksi 112. Menu

ini digunakan untuk merekam BMN yang diperoleh

pada tahun anggaran berjalan, yang berasal dari

transaksi selain Pembelian, Transfer Masuk, Hibah

(Masuk), Rampasan, Penyelesaian Pembangunan,

Pembatalan Penghapusan, Reklasifikasi Masuk,

Pertukaran, dan Perolehan dari Reklasifikasi BPYBDS.

3) Perubahan BMN

Perubahan BMN dapat dilakukan karena terjadi:

a) Transaksi pengurangan kuantitas/nilai BMN yang

menggunakan satuan luas atau satuan lain yang

pengurangannya tidak menyebabkan keseluruhan

BMN hilang.

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

transaksi pengurangan/ kode transaksi 201. Menu ini

digunakan untuk menginput transaksi pengurangan

kuantitas volume Barang Milik Negara. Ketika ada

koreksi terhadap Nilai Fisik Barang Milik Negara

bukan secara nilai asetnya.

b) Transaksi pengembangan BMN yang dikapitalisasi

sehingga mengakibatkan pemindahbukuan dari Buku

Barang Ekstrakomptabel ke Buku Barang

Intrakomptabel atau perubahan nilai/satuan BMN

dalam Buku Barang Intrakomptabel.

Page 89: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-89-

89

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

transaksi pengembangan BMN:

(1) Pengembangan Langsung (kode transaksi 202)

(2) Pengembangan dengan KDP (kode transaksi 208)

(3) Penerimaan Aset dari Pengembangan Aset

Renovasi (kode transaksi 206)

c) Pencatatan perubahan kondisi BMN

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

transaksi pengembangan BMN menggunakan menu

perubahan kondisi/ kode transaksi 203. Menu ini

digunakan untuk melakukan pencatatan perubahan

kondisi BMN. Perubahan kondisi BMN dilakukan agar

terdapat kesesuaian antara pencatatan pada aplikasi

SIMAK BMN dengan kondisi fisik BMN yang

sebenarnya

d) Transaksi revaluasi BMN yang disebabkan adanya

nilai baru dari BMN yang bersangkutan setelah

dilakukan pelaksanaan inventarisasi penilaian kembali

BMN tersebut sebagai tindak lanjut penertiban aset

dan/atau koreksi atas kesalahan pencatatan BMN

yang dilakukan pada periode sebelumnya.

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

sebagai berikut:

(1) Perubahan Nilai Koreksi Tim Penertiban Aset

(kode transaksi 205)

Menu ini digunakan untuk mencatat transaksi

perubahan nilai BMN yang dikarenakan adanya

nilai baru dari BMN yang bersangkutan sebagai

akibat dari pelaksanaan penilaian ulang BMN

oleh Pengelola Barang sesuai dengan Berita Acara

Hasil Penertiban BMN yang dikeluarkan oleh

pengelola BMN (DJKN/KPKNL).

(2) Koreksi Perubahan nilai/kuantitas (kode

transaksi 204)

Menu ini digunakan untuk mencatat perubahan-

perubahan pada BMN, baik berupa nilai ataupun

kuantitas, yang disebabkan oleh kesalahan dalam

Page 90: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-90-

90

penginputan dan/atau penyesuaian. Perubahan

dapat dicatat pada saat dasar perubahan/koreksi

telah ditetapkan.

4) Penyusutan BMN

a) Penyusutan dilakukan terhadap Aset Tetap yang

berada dalam penguasaan Pengguna Barang,

termasuk yang sedang dimanfaatkan dalam rangka

pengelolaan BMN.

b) Tujuan penyusutan yaitu:

(1) menyajikan nilai aset tetap secara wajar sesuai

dengan manfaat ekonomi aset dalam laporan

keuangan pemerintah pusat;

(2) mengetahui potensi BMN dengan memperkirakan

sisa masa manfaat suatu BMN yang masih dapat

diharapkan dapat diperoleh dalam beberapa

tahun ke depan;

(3) memberikan bentuk pendekatan yang lebih

sistematis dan logis dalam menganggarkan

belanja pemeliharaan atau belanja modal untuk

mengganti atau menambah aset tetap yang sudah

dimiliki.

c) Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap berupa

gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan

jembatan irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya

berupa aset tetap renovasi dan alat musik modern.

d) Penyusutan aset tetap dilakukan dengan

menggunakan metode garis lurus dan tanpa

memperhitungkan adanya nilai residu.

e) Penyusutan reguler dilakukan setiap semesteran

melalui menu penyusutan reguler.

f) Terhadap transaksi mutasi aset tetap yang terjadi

sepanjang tahun berjalan, akan dilakukan proses

penyusutan transaksional dan pengakuan beban.

5) Penghapusan BMN

a) Transaksi penghapusan dilakukan berdasarkan

Keputusan Penghapusan dari Pengguna Barang.

Transaksi penghapusan ini dibukukan dengan

Page 91: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-91-

91

menggunakan menu penghapusan dalam Aplikasi

SIMAK BMN (kode transaksi 301).

b) Transaksi penyerahan BMN kepada Kuasa Pengguna

Barang lain dari satu Pengguna Barang atau ke Kuasa

Pengguna Barang/Pengguna Barang lainnya dalam

satu entitas pelaporan.

(1) Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu

Transfer Keluar dalam SIMAK BMN (kode

transaksi 302).

(2) Pada Aplikasi Persediaan menggunakan menu

transfer keluar dengan kode transaksi K02. Menu

ini digunakan untuk merekam data persediaan

yang dikirimkan (transfer keluar) ke satker

lainnya dalam lingkup pemerintah pusat.

Pencatatan transaksi ini dilakukan berdasarkan

BAST.

c) Transaksi Hibah BMN dari Kementerian Kesehatan

kepada LSM dan/atau organisasi di luar pemerintah

pusat. Satker mencatat di dalam menu ini jika telah

izin hibah telah disetujui oleh Pengelola Barang dalam

hai ini DJKN/KPKNL.

Pada Aplikasi SIMAK BMN menggunakan menu Hibah

Keluar dalam SIMAK BMN/kode transaksi 303.

d) Transaksi perubahan golongan dan kode BMN.

Transaksi ini berkaitan dengan transaksi reklasifikasi

masuk dan pembukuannya menggunakan menu

reklasifikasi keluar dalam aplikasi SIMAK BMN (kode

transaksi 304).

6) Transaksi Terkait Pengelolaan BMN dalam Aplikasi SIMAK

BMN

a) Penghentian BMN dari Penggunaan

Menu ini digunakan mencatat transaksi penghentian

BMN sebelum dilakukan proses/langkah penghapusan

BMN karena BMN tersebut tidak dipergunakan lagi

dalam operasi normal Satker yang bersangkutan.

b) Penggunaan Kembali BMN Yang Dihentikan

Menu ini digunakan untuk mencatat BMN yang

Page 92: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-92-

92

dipergunakan kembali setelah sebelumnya dilakukan

penghentian BMN dari penggunaan dikarenakan

perubahan kondisi. BMN tersebut dapat dipergunakan

kembali setelah mendapat perbaikan, baik dengan

atau tanpa biaya tambahan.

c) Pengusulan Barang Hilang kepada Pengelola

Pengusulan barang hilang kepada pengelola

digunakan untuk merekam BMN yang statusnya

hilang guna diusulkan penghapusannya kepada

Pengelola Barang. Pada saat dilakukan input pada

menu ini, BMN yang hilang (yang semula masih

tercatat pada Buku Barang dan Laporan Posisi BMN di

Neraca) menjadi tidak ada lagi pada Buku Barang dan

Neraca. BMN hilang tersebut selanjutnya tercantum

dalam daftar barang hilang.

d) Penghapusan Daftar Barang Hilang yang sudah

diusulkan kepada Pengelola.

Menu ini digunakan untuk menghapus (write-off) BMN

yang sebelumnya sudah diinput dalam Usulan Barang

Hilang kepada Pengelola.

e) Usulan Barang RB (Rusak Berat) kepada Pengelola

Usulan Barang RB kepada Pengelola digunakan pada

saat pengguna barang sudah mengajukan surat

permohonan persetujuan pemindahtanganan/

pemusnahan atas BMN rusak berat kepada Pengelola

Barang.

f) Penghapusan Daftar Barang RB (Rusak Berat)

Menu ini digunakan untuk menginput transaksi pada

saat sudah diterbitkan Surat Keputusan Penghapusan

oleh Pengguna Barang setelah fisik BMN rusak berat

telah selesai dipindahtangankan atau dimusnahkan.

g) Pengusulan Hibah DK/TP

Menu ini digunakan untuk mencatat BMN yang berada

di bawah pengelolaan Satker dengan jenis kewenangan

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan (DK/TP) dan telah

diusulkan untuk dihibahkan ke pemerintah daerah.

Page 93: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-93-

93

h) Penghapusan Hibah DK/TP yang Telah Diusulkan

Menu ini digunakan untuk menginput transaksi pada

saat sudah diterbitkan Surat Persetujuan hibah

DK/TP oleh Pengelola Barang.

d. Kegiatan pembukuan BMN yang harus dilakukan oleh

penanggung jawab pelaporan BMN di setiap Satker/UAKPB

adalah sebagai berikut:

1) menetapkan saldo awal pembukuan dilakukan

berdasarkan buku inventaris,dokumen kepemilikan BMN,

DBKP dan Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) BMN

periode sebelumnya, catatan lainnya dan apabila

diperlukan dilakukan inventarisasi;

2) PPK atau Bendahara menyerahkan dokumen pengadaan

termasuk fotocopy SPM, SP2D, Faktur Pembelian,Surat

Perjanjian Kerja (SPK), Surat Perjanjian/Kontrak, Kuitansi,

Berita Acara Serah Terima (BAST) kepada petugas

administrasi UAKPB;

3) Petugas Administrasi UAKPB melakukan pencatatan

secara rutin berdasarkan data transaksi BMN sesuai

dokumen sumber/pengadaan BMN (baik berupa aset tetap

maupun persediaan);

4) Petugas Verifikasi UAKPB melakukan verifikasi hasil

pembukuan BMN yang dilakukan petugas Administrasi;

5) melakukan Stok Opname fisik Persediaan setiap

semesteran;

6) melakukan pengiriman data persediaan dari aplikasi

persediaan ke aplikasi SIMAK BMN setiap semesteran

melakui Arsip Data Komputer (ADK) pengiriman;

7) melakukan rekonsiliasi internal antara petugas SIMAK

BMN dan SAK pada setiap akhir bulan yang dibuktikan

dengan Berita Acara Rekonsiliasi Internal;

8) mengirim ADK SIMAK BMN kepada Unit Akuntansi Kuasa

Pengguna Anggaran (UAKPA) setelah rekonsiliasi internal;

9) melakukan pembukuan setiap perubahan data BMN ke

dalam DBKP, Buku Barang dan Kartu Identitas Barang

(KIB);

Page 94: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-94-

94

10) melakukan pengecekan ulang dan mencatat perubahan

kondisi BMN secara rutin;

11) melakukan pembukuan Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) yang bersumber dari pengelolaan BMN kedalam

software PNBP; dan

12) mengarsipkan dan mengamankan dokumen penata-

usahaan dan kepemilikan BMN.

Gambar 3 Proses Pembukuan BMN oleh UAKPB

3. Inventarisasi

Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan,

pencatatan dan pelaporan hasil BMN. Maksud Inventarisasi adalah

untuk mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi BMN yang

sebenarnya, baik yang berada dalam penguasaan pengguna barang

maupun yang berada dalam pengelola barang.

Inventarisasi BMN dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam

5 (lima) tahun. Inventaris BMN yang berupa persediaan dan

konstruksi dalam pengerjaan, dilakukan opname fisik setiap tahun.

Page 95: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-95-

95

Laporan hasil inventarisasi disampaikan kepada Pengelola Barang

selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah selesainya inventarisasi.

Hasil inventaris didaftarkan dan dicatat ke dalam daftar barang

menurut penggolongan dan kodefikasi barang, setelah terlebih

dahulu dilaporkan kepada Pengelola Barang

a. Tujuan Inventarisasi adalah:

1) agar semua BMN dapat terdata dengan baik dalam upaya

mewujudkkan tertib administrasi.

2) untuk mempermudah pegelolaan BMN

Hasil up date adalah data BMN yang akurat, lengkap dan

ter-update (terkini).

b. Tata cara dalam pelaksanaan inventarisasi adalah sebagai

berikut:

1) Persiapan

a) membentuk Tim Inventarisasi dengan Keputusan

Kepala Satker masing-masing. Jika diperlukan, dalam

pelaksanaan inventarisasi dapat melibatkan Unit

Kuasa Akuntansi Pembantu Pengguna Barang

ataupun Unit Pengguna Barang;

b) menyusun rencana kerja pelaksanaan inventarisasi.

c) mengumpulkan dokumen sumber (DBKPB, Buku

Barang, KIB, DBR, Laporan Barang Kuasa Pengguna

Semesteran/Tahunan (BKPBS/T) dan dokumen

kepemilikan BMN serta dokumen lainnya yang

dianggap perlu

d) melakukan pemetaan pelaksanaan inventarisasi,

antara lain:

(1) menyiapkan denah lokasi,

(2) memberi nomor/nama ruangan dan penanggung

jawab ruangan pada denah lokasi;

e) menyiapkan blanko label sementara (dari kertas) yang

akan ditempelkan pada BMN yang bersangkutan;

f) menyiapkan data awal; dan

g) menyiapkan Kertas Kerja Inventarisasi beserta tata

cara pengisiannya.

Page 96: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-96-

96

2) Pelaksanaan

a) Tahap Pendataan:

(1) menghitung jumlah barang;

(2) meneliti kondisi barang (baik, rusak ringan atau

rusak berat);

(3) menempelkan label registrasi sementara pada

BMN yang telah dihitung; serta

(4) mencatat hasil inventarisasi tersebut pada Kertas

Kerja Inventarisasi.

b) Tahap Identifikasi

(1) melakukan pemberian nilai BMN sesuai Standar

Akuntansi Pemerintahan;

(2) mengelompokkan barang dan memberikan kode

barang sesuai penggolongan dan kodefikasi

barang;

(3) melakukan pemisahan barang-barang

berdasarkan kategori kondisi:

(a) Barang Baik dan Rusak Ringan,

(b) Barang Rusak Berat (tidak dapat dipakai

lagi);

(4) meneliti kelengkapan/eksistensi barang dengan

membandingkan data hasil inven-tarisasi dan

data awal/dokumen sumber:

(a) Barang yang tidak diketemukan/hilang,

(b) Barang yang berlebih.

c) Tahap Pelaporan Hasi Inventarisasi

(1) menyusun Daftar Barang Hasil Inventarisasi

(DBHI) yang telah diinventarisasi berdasarkan

data kertas kerja dan hasil identifikasi, dengan

kriteria:

(a) Barang Baik dan Rusak Ringan,

(b) Barang Rusak Berat/tidak dapat dipakai lagi,

(c) Barang yang tidak diketemukan/hilang,

(d) Barang yang berlebih;

(2) membuat surat pernyataan kebenaran hasil

pelaksanaan inventarisasi;

(3) menyusun laporan hasil inventarisasi BMN;

Page 97: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-97-

97

(4) meminta pengesahan atas laporan hasil

inventarisasi BMN beserta DBHI dan surat

pernyataan kepada penanggung jawab UAKPB;

serta

(5) menyampaikan laporan hasil inventarisasi beserta

kelengkapannya kepada UPPB-W, UPPB-E1, atau

UPPB dengan tembusan kepada KPKNL.

d) Tahap Tindak Lanjut Hasil Inventarisasi

(1) membukukan dan mendaftarkan data hasil

inventarisasi pada Buku Barang, Kartu Identitas

Barang (KIB) dan Daftar Barang Kuasa Pengguna;

(2) memperbaharui DBR dan DBL sesuai dengan

hasil inventarisasi;

(3) menempelkan blanko label permanen pada

masing-masing barang yang diinventarisasi sesuai

hasil inventarisasi;

(4) melakukan rekonsiliasi/pemutakhiran data hasil

inventarisasi dengan UAKPA dan KPKNL;

(5) menindaklanjuti penyelesaian barang yang

hilang/tidak diketemukan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, misalnya pelibatan APIP

dalam menelusuri hilangnya BMN dimaksud dan

memproses kemungkinan adanya TGR kepada

pegawai, apabila ditemukan unsur kelalaian atas

hilangnya BMN tersebut; serta

(6) melakukan proses penghapusan BMN yang

kondisinya rusak berat dan secara ekonomis

memberatkan keuangan negara dalam

pemeliharaannya.

4. Tata Cara Pelaksanaan Stok Opname Fisik Persediaan

Kegiatan stok opname fisik dilakukan untuk memperoleh

akurasi data persediaan sesuai kondisi fisik yang ada dan wajib

dilakukan oleh setiap satuan kerja pada menjelang akhir periode

pelaporan.

Page 98: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-98-

98

Langkah-langkah pelaksanaan stock opname sebagai berikut:

a. Kuasa Pengguna Barang membentuk Membentuk Tim

Pelaksana Stok Opname Fisik Persediaan Minimal terdiri dari 3

(tiga) orang;

b. Tim Pelaksanaan Stok Opname Fisik Persediaan menyiapkan

formulir kertas kerja stok opname;

c. melakukan verifikasi hasil perhitungan stok opname fisik

persediaan dengan Buku Persediaan (kartu stok barang) dalam

aplikasi persediaan. Jika terdapat selisih segera lakukan

pengecekan dokumen sumber terkait transaksi keluar masuk

persediaan. Jika tetap diperoleh selisih maka data yang benar

adalah data hasil dari stok opname fisik persediaan;

d. melakukan pemisahan penyimpanan persediaan

using/rusak/kadaluarsa dan update kondisi persediaan pada

aplikasi persediaan. Selanjutnya dilakukan penghapusan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

e. mencocokan jumlah persediaan yang tercatat dalam Kartu Stok

Barang dengan jumlah fisik yang ada pada gudang;

f. membuat Berita Acara Stok Opname fisik persediaan dan

ditandatangani oleh seluruh Tim Pelaksana Stok Opname Fisik

Persediaan serta diketahui oleh Kuasa Pengguna Barang. BA

Stok Opname Fisik Persediaan didokumentasikan bersama

Formulir Isian Hasil Stok Opname Persediaan. BA Stok Opname

Fisik Persediaan harus menyajikan kuantitas dan harga barang

sesuai dengan harga terakhir yang tercantum dalam aplikasi

persediaan;

g. Stok Opname Fisik harus melingkupi persediaan yang berada di

program studi, wilayah kerja dan/atau gudang yang terletak di

lokasi yang berbeda dengan lokasi Satuan Kerja;

h. Hasil Stok Opname Fisik harus sesuai dengan keadaan fisik di

lapangan. Berita Acara Stok Opname Fisik Persediaan harus

dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak terkait;

i. membukukan kembali hasil stok opname persediaan pada

aplikasi persediaan dengan menu Transaksi Hasil Opname Fisik

(kode transaksi P01 atau P02); serta

j. melakukan update kondisi persediaan pada menu persediaan

keluar using atau rusak.

Page 99: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-99-

99

5. Rekonsiliasi Data BMN

a. Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi

keuangan/BMN yang diproses dengan beberapa

sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber

yang sama;

b. Satker melakukan rekonsiliasi internal antara unit akuntansi

keuangan dan unit akuntansi barang pada setiap jenjang

pelaporan yaitu sebagai berikut:

1) setiap bulan pada tingkat satuan kerja; dan

2) setiap semester tingkat satuan kerja, wilayah, eselon I, dan

Pengguna Barang.

c. Satker juga melakukan rekonsiliasi eksternal setiap semesteran

dengan KPKNL pada tingkat UAKPB dan Kanwil DJKN pada

tingkat UAPPBW;

d. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

69/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik

Negara dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat, data BMN pada Kementerian/Lembaga tidak

dapat dilakukan perubahan/koreksi nilai saldo awal BMN,

namun perubahan/koreksi nilai saldo awal BMN dapat

dilakukan dalam hal:

1) dalam rangka penyesuaian data BMN dengan data BMN

yang tercantum dalam laporan keuangan Audited periode

sebelumnya;

2) terdapat kondisi yang mengharuskan dilakukannya

perubahan/koreksi yang hanya dapat dilakukan atas saldo

awal BMN semester II yang merupakan saldo akhir BMN

semester I.

e. Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan

rekonsiliasi SIMAK-BMN dan SAIBA, sebagai berikut:

1) Munculnya akun Persediaan belum diregister. Penyebab

munculnya akun dimaksud diimungkinkan karena di

bawah ini:

a) Aplikasi persediaan salah input nilai rupiah;

b) Aplikasi persediaan salah memilih menu;

c) Aplikasi persediaan salah kode barang;

Page 100: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-100-

100

d) Salah akun (persediaan dibeli tidak menggunakan

akun persediaan (521111, 525, 53, 57) dan

kebalikannya);

e) Persediaan belum dibayar, karena:

(1) Utang, atau

(2) SPM/SP2D-LS/SP3B/SP2B masih dalam proses

penerbitan.

f) Belum diterbitkan SPM-GUP-nya; dan/atau

g) Sudah terbit SPM/SP2Dnya namun belum diinput di

Aplikasi Persediaan.

2) Munculnya akun Aset Tetap/Lainnya belum diregister.

Penyebab munculnya akun dimaksud diimungkinkan

karena di bawah ini:

a) Aplikasi SIMAK salah memilih menu;

b) Salah Akun:

(1) Aset Tetap dibeli tidak menggunakan akun 53

namun tidak benar;

(2) Aset Tetap/Aset Lainnya menggunakan akun 52.

c) Aset Tetap/Aset Lainnya belum dibayar, karena:

(1) Utang; atau

(2) SPM/SP2D-LS/SP3B/SP2B masih dalam proses

penerbitan.

d) Belum diterbitkan SPM-GUP-nya; dan/atau

e) Menghasilkan Aset Ekstrakomptabel namun

menggunakan akun 53xxxx.

f. Solusi atas permasalahan tersebut adalah:

1) melakukan revisi MAK/SP2D/SP2B kepada KPPN

setempat;

2) dalam revisi SP2D/ SP2B tidak memungkinkan lagi, maka

melakukan jurnal koreksi di Aplikasi SAIBA dan

selanjutnya melakukan perbaikan pencatatan; dan

3) mengungkapkan penyebab transaksi penyebab akun belum

register secara memadai di CaLBMN.

Page 101: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-101-

101

6. Pelaporan

Pelaporan adalah kegiatan untuk melaporkan semua hasil

pembukuan BMN. Maksud pelaporan adalah untuk menyampaikan

jumlah dan kondisi BMN yang berada dalam penguasan pengguna

barang maupun yang berada dalam pemengelolaan BMN. Tujuan

pelaporan adalah untuk menyajikan hasil pembukuan dan hasil

inventarisasi BMN dalam upaya mewujudkan tertib administrasi dan

memperlancar pelaksanaan pengelolaan BMN.

Gambar … Alur Pelaporan BMN

a. Jenis Laporan

Jenis laporan menurut jenjang adalah sebagai berikut:

1) UAKPB menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna

(LBKP), terdiri dari:

a) LBKP Semesteran (LBKPS), menyajikan posisi BMN

pada awal dan akhir suatu semester serta mutasi yang

terjadi selama semester tersebut, dan

menyampaikannya kepada UPPB-W, UPPB-E1 atau

UPPB dengan tembusan kepada KPKNL; dan

Page 102: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-102-

102

b) LBKP Tahunan (LBKPT), menyajikan posisi BMN pada

awal dan akhir tahun serta mutasi yang terjadi selama

tahun tersebut, dan menyampaikannya kepada UPPB-

W, UPPB-E1 atau UPPB dengan tembusan kepada

KPKNL.

2) UAPPB-W menyusun Laporan Barang Pembantu Pengguna

Wilayah (LBPPW), terdiri dari:

a) LBPPW Semesteran (LBPPWS), menyajikan posisi BMN

pada awal dan akhir suatu semester serta mutasi yang

terjadi selama semester tersebut, yang datanya

dihimpun dari LBKPS, dan menyampaikannya kepada

UPPB-E1 atau UPPB dengan tembusan kepada Kanwil

DJKN; dan

b) LBPPW Tahunan (LBPPWT), menyajikan posisi BMN

pada awal dan akhir tahun serta mutasi yang terjadi

selama tahun tersebut, yang datanya dihimpun dari

LBKPT, dan menyampaikannya kepada UAPPB-E1

atau UAPPB dengan tembusan kepada Kanwil DJKN.

3) UAPPB-E1 menyusun Laporan Barang Pembantu Pengguna

Eselon I (LBPPE1), terdiri dari:

a) LBPE1 Semesteran (LBPPES), menyajikan posisi BMN

pada awal dan akhir suatu semester serta mutasi yang

terjadi selama semester tersebut, yang datanya

dihimpun dari LBKPS dan/atau LBPPWS, dan

menyampaikannya kepada UAPPB dengan tembusan

kepada DJKN; dan

b) LBPPE1 Tahunan (LBPPET), menyajikan posisi BMN

pada awal dan akhir tahun serta mutasi yang terjadi

selama tahun tersebut, yang datanya dihimpun dari

LBKPT dan/atau LBPPWT, dan menyampaikannya

kepada UAPPB dengan tembusan kepada DJKN.

4) UAPB menyusun Laporan Barang Pengguna (LBP), terdiri

dari:

Page 103: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-103-

103

a) LBP Semesteran (LBPS), menyajikan posisi BMN pada

awal dan akhir suatu semester serta mutasi yang

terjadi selama semester tersebut, yang datanya

dihimpun dari LBKPS, LBPPWS dan/atau LBPPES,

dan menyampaikannya kepada DJKN; dan

b) LBP Tahunan (LBPT), menyajikan posisi BMN pada

awal dan akhir tahun serta mutasi yang terjadi selama

tahun tersebut, yang datanya dihimpun dari LBKPT,

LBPPWT dan/atau LBPPET, dan menyampaikannya

kepada DJKN.

b. Hasil atau dokumen yang diperoleh dari proses pembukuan

pada setiap Satker UAKPB meliputi:

1) Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP):

a) DBKP Persediaan;

b) DBKP Tanah;

c) DBKP Gedung dan Bangunan;

d) DBKP Peralatan dan Mesin;

e) DBKP Alat Angkutan Bermotor;

f) DBKP Alat Besar;

g) DBKP Alat Persenjataan;

h) DBKP Peralatan lainnya;

i) DBKP Jalan, Irigasi, dan Jaringan;

j) DBKP Aset Tetap lainnya;

k) DBKP Konstruksi Dalam Pengerjaan;

l) DBKP Barang Bersejarah; dan

m) DBKP Aset Lainnya;

2) Buku Barang meliputi:

a) Buku Barang Intrakomptabel;

b) Buku Barang Ekstrakomptabel;

c) Buku Barang Bersejarah;

d) Buku Barang Persediaan; dan

e) Buku Barang Konstruksi Dalam Pengerjaan

3) Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi:

a) KIB Tanah;

b) KIB Bangunan Gedung;

c) KIB Bangunan Air;

d) KIB Alat Angkutan Bermotor;

Page 104: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-104-

104

e) KIB Alat Besar Darat; dan/atau

f) KIB Alat Persenjataan.

4) Daftar Barang Ruangan;

5) Daftar Barang Lainnya; dan

6) Buku Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

c. Laporan BMN Semesteran dan Tahunan yang disusun oleh

setiap Satker terdiri dari:

1) Daftar Barang Kuasa Pengguna (untuk pertama kali)

2) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan

Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) :

3) Laporan Persediaan

4) Laporan Aset Tetap (Tanah, Gedung dan Bangunan,

Peralatan dan Mesin, dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan),

meliputi:

a) Laporan intrakomptabel;

b) Laporan ekstrakomptabel;

c) Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstra-

komptabel;

d) Laporan Konstruksi Dalam Pengerjaan;

e) Laporan Aset Lainnya;

f) Laporan Barang Bersejarah;

g) Catatan Ringkas Barang (CRB);

h) Khusus LBKPT dilengkapi dengan Laporan mutasi

BMN; dan

i) Laporan Kondisi Barang (LKB).

Contoh Jadwal Pelaksanaan Rekonsiliasi dan Pelaporan BMN Semester 1

Pelaksana Penatausahaan

Terima Proses dan Rekonsiliasi

Kirim Waktu Pengiriman

UPKPB

UPPB-W

UPPB-E1

-

14 Juli

20 Juli

10 Juli

17 Juli

22 Juli

12 Juli

18 Juli

22 Juli

2 hari

2 hari

Page 105: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-105-

105

UPPB

Menkeu cq. DJKN

23 Juli

26 Juli

26 Juli

-

26 Juli

-

1 hari

0 hari

Contoh Jadwal Pelaksanaan Rekonsiliasi dan Pelaporan BMN Semester

2/Tahunan

Pelaksana Penatausahaan

Terima Proses dan Rekonsiliasi

Kirim Waktu Pengiriman

UPKPB

UPPB-W

UPPB-E1

UPPB

Menkeu cq. DJKN

-

23 Januari

2 Februari

10 Februari

Tanggal terakhir Februari

17 Januari

29 Januari

8 Februari

Tanggal terakhir Februari

-

20 Januari

29 Januari

8 Februari

Tanggal Trakhir Februari

-

3 hari

4 hari

2 hari

0 hari

I. Hal Penting Yang Perlu Diperhatikan

Langkah yang harus dilaksanakan oleh Satker terkait penatausahaan

BMN adalah sebagai berikut:

1. melakukan labelisasi BMN;

2. membuat Daftar Barang Ruangan (DBR) dan update DBR secara

berkala;

3. segera melakukan distribusi dan memanfaatkan atas hasil

pengadaan BMN;

4. melakukan pemutakhiran Kartu Inventaris Barang (KIB) secara

rutin;

Page 106: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-106-

106

5. melakukan serah terima aset tetap renovasi kepada satker

menatausahakan aset tersebut dengan membuat BAST; dan

6. pelaksanaan transfer masuk/keluar tidak dilakukan lintas

periode/semester.

Page 107: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-107-

107

BAB III

PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN BMN

A. Prinsip Umum

1. Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan BMN, meliputi:

a. Penetapan Status Penggunaan BMN;

b. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;

c. Penggunaan Sementara BMN; dan

d. Pengalihan Status Penggunaan BMN.

2. Penggunaan BMN dibatasi hanya untuk penyelengaraan Tugas dan

fungsi Satuan Kerja Kementerian Kesehatan;

3. Pengguna Barang wajib menyerahkan BMN berupa tanah dan/atau

bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan

fungsinya kepada Pengelola Barang;

4. Obyek Penetapan Status Penggunaan BMN meliputi seluruh Barang

Milik Negara.

5. Kewenangan Pengelola Barang (Kementerian Keuangan) atas Objek

Penetapan Status Penggunaan BMN meliputi:

a. Tanah dan Bangunan;

b. Selain tanah dan bangunan yang memiliki bukti kepemilikan;

dan

c. Selain tanah dan bangunan dengan nilai perolehan BMN diatas

Rp.100.000.000.- per unit/satuan.

6. Kewenangan Pengguna Barang (Kementerian Kesehatan) atas Objek

Penetapan Status Penggunaan BMN meliputi selain tanah dan

bangunan dengan nilai perolehan BMN sampai dengan

Rp.100.000.000,- per unit/satuan

7. Khusus untuk rumah negara permohonan penetapan status

penggunaanya ditujukan kepada Dirjen Kekayaan Negara.

8. Dikecualikan dari Objek penetapan status Penggunaan BMN berupa:

a. barang persediaan;

b. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP);

c. barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk

dihibahkan;

d. barang yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana

penunjang tugas pembantuan, yang direncanakan untuk

diserahkan;

Page 108: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-108-

108

e. Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya

(BPYBDS); dan

f. Aset Tetap Renovasi (ATR).

9. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain.

a. BMN yang telah ditetapkan status penggunaannya pada

Pengguna Barang, dapat digunakan untuk dioperasikan oleh

pihak lain;

b. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain dilakukan

dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan

fungsi Kementerian/Lembaga;

c. Biaya pemeliharaan BMN selama jangka waktu Penggunaan

BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain dibebankan pada:

1) Pengguna Barang (Penugasan atau kebijakan pemerintah

sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan)

2) Pihak lain yang mengoperasikan BMN; atau

3) Pengguna Barang dan pihak lain yang mengoperasikan

BMN (Penugasan atau kebijakan pemerintah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundangan).

d. Pihak lain yang mengoperasikan BMN dilarang melakukan

Pengalihan atas pengoperasikan BMN tersebut kepada pihak

lain dan/atau memindahtangankan BMN bersangkutan;

e. Dalam hal pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi biaya

operasional menghasilkan keuntungan bagi pihak lain yang

mengoperasikan BMN, keuntungan tersebut disetor seluruhnya

ke rekening Kas Umum Negara sebagai Penerimaan Negara

Bukan Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Peraturan

Perundang-undangan;

f. Pihak lain yang dapat mengoperasikan BMN adalah:

1) Badan Usaha Milik Negara;

2) Koperasi;

3) Pemerintah Negara lain;

4) Organisasi internasional; atau

5) Badan hukum lainnya.

g. Organisasi Internasional sebagaimana dimaksud pada angka 4

huruf g, merupakan organisasi bilateral atau multilateral yang

secara resmi diikuti oleh Indonesia sebagai anggotanya;

Page 109: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-109-

109

h. Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Badan Usaha Milik

Negara, Koperasi, atau badan hukum lainnya dilakukan untuk

penyelenggaraan pelayanan umum;

i. Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Pemerintah negara

lain dilakukan untuk digunakan sebagai fasilitas umum, dengan

mempertimbangkan hubungan baik antar negara;

j. Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh organisasi

internasional dilakukan untuk melaksanakan kesepakatan yang

telah tertuang dalam perjanjian antara Pemerintah Republik

Indonesia dan organisasi internasional bersangkutan;

k. Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh organisasi

internasional dan Pemerintah negara lain hanya dapat

dilakukan untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan

10. Jangka waktu Penggunaan BMN oleh pihak lain.

a. paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk

pengoperasian BMN oleh Badan Usaha Milik Negara, Koperasi,

dan badan hukum lainnya;

b. paling lama 99 (sembilan puluh sembilan) tahun, untuk

pengoperasian BMN oleh Pemerintah negara lain; atau

c. sesuai perjanjian, untuk pengoperasian BMN oleh organisasi

internasional.

11. Penggunaan BMN untuk dioperasionalkan oleh Pihak lain

dituangkan dalam perjanjian yang ditandatangani oleh:

a. Pengguna Barang atau pejabat struktural yang diberikan kuasa

oleh Pengguna Barang dengan pimpinan Badan Usaha Milik

Negara/Koperasi/badan hukum lainnya, untuk Penggunaan

BMN yang dioperasikan oleh Badan Usaha Milik

Negara/Koperasi/badan hukum lainnya;

b. Pengguna Barang atau pejabat struktural yang diberikan kuasa

oleh Pengguna Barang dengan pejabat yang berwenang dari

Pemerintah negara lain, untuk Penggunaan BMN yang

dioperasikan oleh pemerintah negara lain; atau

c. Pengguna Barang atau pejabat struktural yang diberikan kuasa

oleh Pengguna barang dengan pejabat yang berwenang dari

organisasi internasional, untuk Penggunaan BMN yang

dioperasikan oleh organisasi internasional.

Page 110: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-110-

110

12. Penandatanganan perjanjian dilakukan setelah adanya keputusan

Pengelola Barang.

13. Perjanjian Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain

paling sedikit memuat, antara lain:

a. data BMN yang menjadi objek;

b. Pengguna Barang;

c. pihak lain yang mengoperaikan BMN;

d. peruntukan pengoperasian BMN;

e. jangka waktu pengopeasian BMN;

f. hak dan kewajiban Pengguna Barang dan pihak lain yang

mengoperasikan BMN, termasuk kewajiban pihak lain tersebut

untuk melakukan pengamanan dan pemeliharaan BMN;

g. kewajiban pihak lain untuk menyetorkan keuntungan ke

rekening Kas Umum Negara;

h. pengakhiran pengoperasian BMN;

i. penyelesaian perselisihan; dan

j. sanksi dan denda.

14. Surat permohonan penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak

lain kepada Pengelola Barang paling sedikit memuat:

a. data BMN;

b. pihak lain yang akan mengoperasikan BMN;

c. jangka waktu Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh pihak

lain;;

d. penjelasan serta pertimbangan Penggunaan BMN yang

dioperasikan oleh pihak lain;

e. materi yang diatur dalam perjanjian; dan

f. dalam hal pihak lain melakukan pungutan kepada masyarakat,

dilampirkan perhitungan estimasi biaya operasional dan

besaran pungutan.

15. Berakhirnya Penggunaan BMN Untuk dioperasikan Pihak lain.

a. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain berakhir

dalam hal:

1) Berakhirnya jangka waktu Penggunaan BMN untuk

dioperasikan oleh pihak lain, sebagaimana tertuang dalam

perjanjian;

2) Pengakhiran perjanjian secara sepihak oleh Pengguna

Barang; atau

Page 111: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-111-

111

3) Ketentuan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan.

b. Pengakhiran perjanjian secara sepihak oleh Pengguna Barang

dapat dilakukan dalam hal:

1) pihak lain yang mengoperasikan BMN tidak memenuhi

kewajibannya yang tertuang dalam perjanjian dan

ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

87/PMK.06/2016 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara; dan

2) terdapat kondisi yang mengakibatkan pengakhiran

Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain

sebagaimana dituangkan dalam perjanjian.

c. Dalam melakukan pengakhiran yang didasarkan pada kondisi

sebagaimana pada huruf b, terhadap pengakhiran

pengoperasian BMN oleh pemerintah negara lain atau organisasi

internasional, Pengguna Barang meminta pertimbangan

Pengelola Barang.

d. Pada saat jangka waktu Penggunaan BMN untuk dioperasikan

oleh pihak lain telah berakhir, pihak lain yang mengoperasikan

BMN mengembalikan BMN tersebut kepada Pengguna Barang

dengan Berita Acara Serah Terima (BAST).

16. Penggunaan Sementara Barang Milik Negara.

a. BMN yang telah ditetapkan status penggunaannya pada

Pengguna Barang dapat digunakan Sementara oleh Pengguna

Barang lainya tanpa harus mengubah kepemilikan dan status

Penggunaan BMN;

b. Penggunaan Sementara BMN dilakukan antar Pengguna Barang

setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang;

c. Biaya pemeliharaan BMN selama jangka waktu Penggunaan

sementara BMN dibebankan kepada Kementerian/Lembaga

yang menggunakan sementara BMN bersangkutan; dan

d. Penggunaan sementara BMN dituangkan dalam perjanjian

antara Pengguna Barang dengan Pengguna Barang yang

menggunakan sementara BMN.

Page 112: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-112-

112

17. Permohonan Penggunaan BMN Sementara secara tertulis oleh

Pengguna Barang kepada Pengelola Barang yang memuat:

a. data BMN yang akan digunakan sementara;

b. Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara BMN;

c. Jangka waktu Penggunaan sementara; dan

d. Penjelasan serta pertimbangan Penggunaan sementara BMN.

18. Jangka Waktu Penggunaan sementara BMN.

a. Paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang, untuk BMN

berupa tanah dan/atau bangunan;

b. Paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk BMN

selain tanah dan/atau bangunan;

c. Dalam penggunaan sementara BMN dilakukan untuk jangka

waktu kurang dari 6 (enam) bulan, maka:

1) Tidak memerlukan persetujuan Pengelola Barang; dan

2) Pembebanan biaya pemeliharaan selama jangka waktu

Penggunaan sementara BMN dilakukan sesuai dengan

perjanjian.

d. Pada saat jangka waktu Penggunaan sementara BMN telah

habis, BMN yang digunakan sementara tersebut:

1) Dikembalikan kepada Pengguna Barang; atau

2) Dialihkan status Penggunaannya kepada Pengguna Barang

yang menggunakan sementara BMN, setelah mendapat

persetujuan Pengelola Barang.

19. Pengalihan status penggunaan dapat dilakukan antar

Kementerian/Lembaga untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi

berdasarkan persetujuan Pengelola Barang;

20. Pengalihan Status Penggunaan BMN dapat dilakukan antar

Kementerian/Lembaga setelah terdapat permohonan dari Pengguna

Barang Lama dan disetujui oleh Pengelola Barang;

21. Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan tanpa kompensasi

dan tidak serta merta dilakukan pengadaan BMN pengganti;

22. BMN yang dialihkan status penggunaannya dilakukan

penatausahaan dan pemeliharaan oleh Pengguna Barang baru.

23. Pemanfaatan BMN dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu

pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan

negara.

Page 113: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-113-

113

24. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan memperhatikan kepentingan

negara dan kepentingan umum.

25. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan tidak mengubah status

kepemilikan BMN.

26. BMN yang menjadi objek Pemanfaatan harus ditetapkan status

penggunaannya oleh Pengelola Barang/Pengguna Barang.

27. Biaya pemeliharaan dan pengamanan BMN serta biaya pelaksanaan

yang berkaitan dengan Pemanfaatan BMN dibebankan pada mitra

Pemanfaatan.

28. Penerimaan negara dari Pemanfaatan BMN merupakan penerimaan

negara yang wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum

Negara.

29. BMN yang menjadi objek Pemanfaatan dilarang dijaminkan atau

digadaikan.

30. Bentuk Pemanfaatan BMN berupa sewa, pinjam pakai, KSP,

BGS/BSG dan KSPI;

31. Objek Pemanfaatan BMN meliputi:

a. tanah dan/atau bangunan;

b. selain tanah dan/atau bangunan,

c. Objek Pemanfaatan BMN berupa tanah dan/atau bangunan

dapat dilakukan untuk sebagian atau keseluruhannya.

d. Dalam hal objek Pemanfaatan BMN berupa sebagian tanah

dan/atau bangunan luas tanah dan/atau bangunan yang

menjadi objek Pemanfaatan BMN adalah sebesar luas bagian

tanah dan/atau bangunan yang dimanfaatkan.

32. Pimpinan Unit Eselon I wajib menyampaikan daftar rekapitulasi

pelaksanaan Penggunaan BMN, Pemanfaatan BMN dan Pengelolaan

Rumah Negara di lingkungan masing-masing per triwulanan kepada

Sekretaris Jenderal cq. Kepala Biro Keuangan dan BMN selambat-

lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

B. Pendelegasian Sebagian Wewenang dan Tanggung Jawab dalam Proses

Persetujuan Penggunaan dan Pemanfaatan Pada Pengguna Barang.

Pelimpahan sebagian wewenang Menteri Kesehatan selaku Pengguna

Barang kepada Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN,

Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat

Page 114: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-114-

114

Jenderal selaku Kuasa Pengguna Barang pada Unit Pusat dan Kepala

Kantor/Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian

Kesehatan untuk dan atas nama Menteri Kesehatan, maka usulan proses

persetujuan penggunaan dan pemanfaatan kepada Kementerian

Keuangan selaku Pengelola Barang hanya dapat dilakukan oleh:

1. Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN, Sekretaris

Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat

Jenderal untuk tingkat Kantor Pusat.

2. Kepala Kantor/Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian

Kesehatan yang berada di daerah.

Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN, Sekretaris

Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat Jenderal

untuk tingkat Kantor Pusat dan Kepala Kantor/Satuan Kerja Unit

Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada di daerah dapat

mengajukan usulan penggunaan dan pemanfaatan BMN kepada Pengelola

Barang setelah diperoleh izin prinsip dari Pimpinan Unit Eselon I masing-

masing.

Kewenangan Pengelola Barang dalam persetujuan Penggunaan

(penetapan Status Penggunaan, Pengalihan Status Penggunaan dan

Penggunaan Sementara) dan Pemanfaatan BMN (sewa, pinjam pakai dan

Kerja Sama Pemanfaatan dan BGS/BSG) didelegasikan sesuai dengan

ketentuan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/KM.6/2016

tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangan yang Telah

Dilimpahkan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara kepada Pejabat

di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk dan atas

Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat dan/atau Keputusan

Menteri Keuangan.

Kewenangan Pengguna Barang dalam mengusulkan persetujuan

Penggunaan dan Pemanfaatan BMN diatur sebagai berikut:

1. Usulan Penetapan Status Penggunaan tanah dan/atau bangunan:

a) Sampai dengan nilai Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian

Keuangan.

Page 115: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-115-

115

b) Rp. 10 Miliar sampai dengan Rp. 50 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

c) Rp. 50 Miliar sampai dengan Rp. 100 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

d) Rp. 100 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

2. Usulan Penetapan Status Penggunaan Selain tanah dan/atau

bangunan:

a) Sampai dengan nilai Rp. 5 Miliar yang memiliki dokumen

kepemilikan

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian

Keuangan.

b) Lebih dari Rp. 100 Juta sampai dengan nilai Rp. 5 Miliar yang

tidak memiliki dokumen kepemilikan

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian

Keuangan.

c) Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 25 Miliar yang memiliki

dokumen kepemilikan

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

d) Rp. 25 Miliar sampai dengan Rp. 50 Miliar yang memiliki

dokumen kepemilikan

Page 116: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-116-

116

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

e) Rp. 50 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

3. Usulan Alih Status Penggunaan BMN tanah dan /atau bangunan:

a) Sampai dengan nilai Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian

Keuangan.

b) Lebih dari Rp. 10 Miliar sampai dengan Rp. 50 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

c) Lebih dari Rp. 50 Miliar sampai dengan Rp. 100 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

d) Lebih dari Rp. 100 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal Kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

4. Usulan Alih Status Penggunaan BMN Selain tanah dan/atau

bangunan:

a) Sampai dengan nilai Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian

Keuangan.

Page 117: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-117-

117

b) Lebih dari Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 25 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

c) Lebih dari Rp. 25 Miliar sampai dengan Rp. 50 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

d) Lebih dari Rp. 50 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal Kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

5. Usulan Penggunaan Sementara BMN oleh Pengguna Barang lain

berupa tanah dan/atau bangunan:

a) Sampai dengan nilai Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian

Keuangan.

b) Lebih dari Rp. 10 Miliar sampai dengan Rp. 50 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

c) Lebih dari Rp. 50 Miliar sampai dengan Rp. 100 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

d) Lebih dari Rp. 100 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal Kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

Page 118: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-118-

118

6. Usulan Penggunaan Sementara BMN oleh Pengguna Barang lain

selain tanah dan/atau bangunan:

a) Sampai dengan nilai Rp. 5 Miliar yang memiliki dokumen

kepemilikan

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian

Keuangan.

b) Lebih dari Rp. 100 Juta sampai dengan nilai Rp. 5 Miliar yang

tidak memiliki dokumen kepemilikan

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Inspektorat Jenderal/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian

Keuangan.

c) Lebih dari Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 25 Miliar yang

memiliki dokumen kepemilikan

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

d) Lebih dari Rp. 25 Miliar sampai dengan Rp. 50 Miliar yang

memiliki dokumen kepemilikan

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

e) Lebih dari Rp. 50 Miliar yang memiliki dokumen kepemilikan

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal Kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

Page 119: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-119-

119

7. Usulan Penetapan Status penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh

pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas

dan fungsi Kementerian Kesehatan berupa:

a) Tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang dihitung

secara proporsional dari nilai perolehan BMN per usulan sampai

dengan Rp. 100 Miliar.

b) Selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan BMN

per usulan sampai dengan Rp. 50 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

8. Persetujuan/penolakan usulan pemanfaatan BMN*) dan

perpanjangannya, dalam bentuk:

a) Sewa untuk BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan

(1) Sampai dengan Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Kementerian Keuangan.

(2) Lebih dari Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada

Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

(3) Lebih dari Rp. 10 Miliar sampai dengan Rp. 25 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen Kepada Direktur Pengelolaan

Negara dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

(4) Lebih dari Rp. 25 Milar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan.

Page 120: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-120-

120

b) Sewa selain tanah dan/atau bangunan

(1) Sampai dengan Rp. 2,5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/ Sekretaris Direktorat Jenderal/ Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/ Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Kementerian Keuangan.

(2) Lebih dari Rp. 2,5 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

(3) Lebih dari Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen Kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

(4) Lebih dari Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal Kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan.

c) Pinjam Pakai untuk BMN berupa tanah dan/atau Bangunan

(1) Sampai dengan Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada

Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Kementerian Keuangan.

(2) Lebih dari Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada

Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

Page 121: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-121-

121

(3) Lebih dari Rp. 10 Miliar sampai dengan Rp. 25 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen Kepada Direktur Pengelolaan

Negara dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

(4) Lebih dari Rp. 25 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan.

d) Pinjam Pakai Selain tanah dan/atau bangunan

(1) Sampai dengan Rp. 2,5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Kementerian Keuangan.

(2) Lebih dari Rp. 2,5 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/ Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

(3) Lebih dari Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen Kepada Direktur Pengelolaan

Negara dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

(4) Lebih dari Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal Kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan.

Page 122: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-122-

122

e) Kerja sama Pemanfaatan (KSP) untuk BMN berupa tanah

dan/atau Bangunan

(1) Sampai dengan Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Kementerian Keuangan.

(2) Lebih dari Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

(3) Lebih dari Rp. 10 Miliar sampai dengan Rp. 25 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen Kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

(4) Lebih dari Rp. 25 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan.

f) Kerja sama Pemanfaatan (KSP) Selain tanah dan/atau

bangunan

(1) Sampai dengan Rp. 2,5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/ Sekretaris Direktorat Jenderal/ Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/ Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Kementerian Keuangan.

(2) Lebih dari Rp. 2,5 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

Page 123: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-123-

123

(3) Lebih dari Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan/

Sekretaris Itjen Kepada Direktur Pengelolaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

(4) Lebih dari Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal Kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan.

Dalam hal bangunan yang akan dimanfaatkan dengan cara

Sewa, Pinjam Pakai, atau Kerja Sama Pemanfaatan berupa

gedung bertingkat, maka perlu adanya penghitungan

proporsionalitas luas tanah dan bangunan, contoh:

Pemanfaatan dilakukan terhadap sebagian bangunan

bertingkat seluas 10m2 luas bangunan (misalnya untuk

ATM). Luas tapak tanah bangunan bertingkat 100m2 (yang

merupakan bagian dari tanah seluas 700m2) dan luas

seluruh bangunan 500m2 (5 tingkat). Luas proprosional

atas tanah dan bangunan dihitung sebagai berikut:

(a) Luas proprosional tanah

Luas proporsional tanah = (luas bangunan yang akan

dimanfaatkan/luas

seluruh bangunan) x

luas tapak tanah

= (10/500) x 100 = 2m2

Nilai tanah = 2m2 x Nilai Perolehan per meter persegi

(b) Luas proporsional bangunan

Luas proporsional bangunan = Luas bangunan yang

akan dimanfaatkan

Nilai Tanah = 10 m2 x Nilai Perolehan per meter

persegi

g) Bangunan Guna Serah/Bangunan Serah Guna (BGS/BSG)

untuk BMN dengan nilai tanah yang akan dimanfaatkan

dihitung secara proporsional dari nilai perolehan tanah per

usulan sampai dengan Rp. 25 Miliar Permohonan diajukan oleh

Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Direktorat

Jenderal/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen Kepada Direktur

Page 124: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-124-

124

Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi Kementerian

Keuangan.

h) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI) untuk BMN berupa

tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang akan

dimanfaatkan dihitung secara proporsional dari nilai nilai

perolehan tanah sampai dengan Rp. 25 Miliar Permohonan

diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN kepada Direktur

Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi Kementerian

Keuangan.

C. Pelaksanaan Penggunaan BMN

1. Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara

a) Persyaratan

(1) Tanah

(a) Fotokopi Sertifikat;

(b) Surat Pernyataan bahwa fotokopi sertifikat tersebut

sesuai dengan aslinya (format terlampir);

(c) Kartu Identitas Barang (KIB) atas tanah; dan

(d) Jika tidak terdapat sertifikat, maka diganti dengan

surat pernyataan tanggung jawab bermaterai cukup

dari Kepala Satker yang menyatakan bahwa BMN

berupa tanah tersebut digunakan dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsi (format terlampir);

Fotokopi AJB, Girik, Letter C, dll; Surat Keterangan

dari Lurah/Camat, jika ada; Surat permohonan

pendaftaran hak atas tanah, jika ada

(e) Checklist kelengkapan data (format terlampir).

(2) Bangunan

(3) Selain tanah dan bangunan yang memiliki bukti

kepemilikan (Kendaraan Bermotor)

(4) Selain tanah dan bangunan yang tidak memiliki bukti

kepemilikan

b) Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN Berupa Tanah

Dan/Atau Bangunan Kepada Pengelola Barang (Kementerian

Keuangan)

(1) Permohonan PSP BMN yang ditujukan kepada Dirjen

Kekayaan Negara

Page 125: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-125-

125

(2) Permohonan PSP BMN yang ditujukan kepada Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi

Kementerian Keuangan

(3) Permohonan PSP BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kanwil DJKN

(4) Permohonan PSP BMNyang ditujukan kepada Kepala

KPKNL

c) Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN Berupa Selain

Tanah Dan/Atau Bangunan Kepada Pengelola Barang

(Kementerian Keuangan)

(1) Permohonan PSP BMN yang ditujukan kepada Dirjen

Kekayaan Negara

(2) Permohonan PSP BMN yang ditujukan kepada Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi

Kementerian Keuangan

(3) Permohonan PSP BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kanwil DJKN

(4) Permohonan PSP BMN yang ditujukan kepada Kepala

KPKNL

d) Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN Kepada

Pengguna Barang (Kementerian Kesehatan)

(1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penetapan status penggunaan BMN kepada masing-masing

Pimpinan Unit Eselon I;

(2) Pimpinan Unit Eselon I atas nama Menteri Kesehatan

menerbitkan Surat Keputusan penetapan status

penggunaan BMN;

(3) Selanjutnya Pimpinan Unit Eselon I mengirimkan SK PSP

tersebut kepada Satker dengan tembusan Kepala Biro

Keuangan dan BMN.

2. Penggunaan BMN untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain

a) Persyaratan

(1) fotokopi keputusan penetapan status Penggunaan BMN;

(2) Surat permohonan pengoperasian dari pihak lain yang

akan mengoperasikan BMN kepada Pengguna Barang;

(3) surat pernyataan bermeterai cukup dari pihak lain yang

akan mengoperasikan BMN memuat:

Page 126: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-126-

126

(a) pernyataan bahwa:

(i) BMN akan dioperasikan dalam rangka

penyelenggaraan pelayanan umum sesuai tugas

dan fungsi Kementerian Kesehatan, untuk

pengoperasian BMN oleh Badan Usaha Milik

Negara, Koperasi, atau badan hukum lainnya;

(ii) BMN akan dioperasikan sebagai fasilitas umum,

untuk pengoperasian BMN oleh Pemerintah

negara lain, sesuai ketentuan yang berlaku di

negara setempat;

(iii) BMN akan dioperasikan sesuai dengan

kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian

kerjasama antara Pemerintah Republik Indonesia

dan organisasi internasional bersangkutan, untuk

pengoperasian BMN oleh organisasi internasional.

(b) kesediaan untuk menanggung seluruh biaya

pemeliharaan BMN yang timbul selama jangka waktu

pengoperasian BMN.

(c) kesediaan untuk melakukan penyetoran ke rekening

Kas Umum Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan

Pajak atas keuntungan yang diperoleh selama jangka

waktu pengoperasian BMN, jika ada;

(d) pernyataan untuk tidak mengpengalihankan

pengoperasian dan/atau memindahtanganan BMN

selama jangka waktu pengoperasian BMN; dan

(e) pernyataan untuk mengembalikan BMN kepada

Pengguna Barang apabila jangka waktu pengoperasian

BMN telah berakhir.

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada point 3

ditandatangani oleh:

(a) Pimpinan Badan Usaha Milik Negara, Koperasi, atau

badan hukum lainnya, untuk Penggunaan BMN yang

dioperasikan oleh Badan Usaha Milik Negara,

Koperasi, atau badan hukum lainnya;

(b) pejabat yang berwenang pada pemerintah negara lain,

untuk Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh

Pemerintah Negara lain;

Page 127: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-127-

127

(c) pejabat yang berwenang pada organisasi internasional,

untuk Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh

organisasi internasional.

b) Tata Cara Penggunaan BMN untuk Dioperasikan oleh Pihak

Lain

(1) Pihak lain yang akan mengoperasikan BMN membuat

permohonan pengoperasian BMN kepada Pimpinan Satuan

Kerja dengan melampirkan persyaratan diatas;

(2) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain

kepada Pimpinan Unit Eselon I terkait;

(3) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan

dan meneruskan permohonan penggunaan BMN untuk

dioperasikan oleh pihak lain kepada Sekretaris Jenderal;

(4) Selanjutnya Sekretaris Jenderal atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan surat permohonan penggunaan

BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain kepada Pengelola

Barang;

(5) Setelah terbit Surat Keputusan penggunaan BMN untuk

dioperasikan oleh pihak lain dari Pengelola Barang,

selanjutnya Sekretaris Jenderal membuat perjanjian

dengan pihak lain;

(6) Dalam hal jangka waktu penggunaan BMN untuk

dioperasikan oleh pihak lain berakhir,maka pihak lain yang

mengoperasikan BMN mengembalikan BMN kepada

Sekretaris Jenderal dengan Berita Acara Serah Terima

(BAST); dan

(7) Sekretaris Jenderal melaporkan berakhirnya penggunaan

BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain kepada Pengelola

Barang paling lama 1 bulan sejak ditandatanganinya BAST.

3. Penggunaan Sementara Barang Milik Negara

a) Persyaratan

(1) fotokopi keputusan penetapan status Penggunaan BMN;

(2) surat permohonan penggunaan sementara BMN dari

Kementerian/Lembaga (K/L) lain kepada Pengguna Barang.

(3) surat pernyataaan tidak mengganggu tupoksi dari

pimpinan Satker;

Page 128: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-128-

128

(4) surat pernyataan BMN dalam penguasaan Satker;

(5) surat pernyataan bermeterai cukup dari K/L lain yang

akan menggunakan sementara BMN memuat pernyataan

bahwa :

(6) mengembalikan BMN kepada Pengguna Barang apabila

jangka waktu penggunaan sementara BMN telah berakhir;

(7) menjaga dan tidak merubah bentuk BMN;

(8) data Calon Pengguna Sementara;

(9) foto kopi bukti kepemilikan (sertifikat, IMB, STNK dan

BPKB);

(10) foto kopi kontrak pengadaan/BAST (selain

tanah/bangunan dan kendaraan bermotor);

(11) Kartu Identitas Barang (KIB) atas tanah dan/atau

bangunan;

(12) laporan kondisi barang dari aplikasi penatausahaanBMN;

(13) foto BMN.

b) Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Sementara BMN Kepada

Pengelola Barang

(1) Permohonan Persetujuan Penggunaan Sementara BMN

yang ditujukan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan

Negara

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penggunaan sementara BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I;

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan meneruskan permohonan dengan

rekomendasi penggunaan sementara BMN kepada

Sekretaris Jenderal;

(c) Selanjutnya Sekretaris Jenderal atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan permohonan persetujuan

penggunaan sementara BMN kepada Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan;

(d) Setelah Surat persetujuan Penggunaan sementara

BMN terbit, Sekretaris Jenderal membuat perjanjian

dengan Pengguna Barang yang akan menggunakan

BMN tersebut.

Page 129: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-129-

129

(e) Sekretaris Jenderal mengirimkan perjanjian tersebut

kepada Pimpinan Unit Eselon I;

(f) Berdasarkan perjanjian tersebut Pimpinan Unit Eselon

I akan membuat Surat Keputusan Penggunaan

Sementera dengan tembusan kepada Biro Keuangan

dan Satuan Kerja.

(g) Dalam hal masa penggunaan sementar BMN berakhir,

kemudian dilakukan serah terima BMN objek

penggunaan sementara BMN dari K/L lain yang

menggunakan BMN tersebut kepada Sekretaris

Jenderal dengan BAST.

(2) Permohonan Persetujuan Penggunaan Sementara BMN

yang ditujukan kepada Direktur Pengelolaan Kekayaan

Negara dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penggunaan sementara BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I;

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan meneruskan permohonan dengan

rekomendasi penggunaan sementara BMN kepada

Kepala Biro Keuangan dan BMN;

(c) Selanjutnya Kepala Biro Keuangan dan BMN atas

nama Menteri Kesehatan mengajukan permohonan

persetujuan penggunaan sementara BMN kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi Kementerian Keuangan;

(d) Setelah Surat persetujuan Penggunaan sementara

BMN terbit, Kepala Biro Keuangan dan BMN membuat

perjanjian dengan Pengguna Barang yang akan

menggunakan BMN tersebut.

(e) Sekretaris Jenderal mengirimkan perjanjian tersebut

kepada Pimpinan Unit Eselon I;

(f) Berdasarkan perjanjian tersebut Pimpinan Unit Eselon

I akan membuat Surat Keputusan Penggunaan

Sementera dengan tembusan kepada Biro Keuangan

dan Satuan Kerja.

Page 130: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-130-

130

(g) Dalam hal masa penggunaan sementar BMN berakhir,

kemudian dilakukan serah terima BMN objek

penggunaan sementara BMN dari K/L lain yang

menggunakan BMN tersebut kepada Kepala Biro

Keuangan dan BMN dengan BAST.

(3) Permohonan Persetujuan Penggunaan Sementara BMN

kepada Kepala Kanwil DJKN

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan ijin

prinsip penggunaan sementara BMN kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

(b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan menerbitkan rekomendasi

penggunaan sementara BMN;

(c) Pimpinan Unit Eselon I meneruskan rekomendasi

penggunaan sementara BMN kepala Pimpinan Satuan

Kerja;

(d) berdasarkan rekomendasi tersebut Pimpinan Satuan

Kerja mengajukan permohonan persetujuan

penggunaan sementara BMN kepada Kepala Kanwil

DJKN setempat;

(e) setelah Surat persetujuan Penggunaan sementara

BMN terbit, Pimpinan Satuan Kerja membuat

perjanjian antara Kementerian Kesehatan dengan

Pengguna Barang yang akan menggunakan BMN

tersebut;

(f) Pimpinan Satuan Kerja mengirimkan perjanjian

tersebut kepada Pimpinan Unit Eselon I;dan

(g) berdasarkan perjanjian tersebut Pimpinan Unit Eselon

I terkait akan membuat Surat Keputusan Penggunaan

Sementera dengan tembusan kepada Biro Keuangan;

(h) dalam hal jangka waktu penggunaan sementar

berakhir, kemudian dilakukan serah terima BMN

objek penggunaan sementara dari K/L lainyang

menggunakan BMN tersebut kepada Pimpinan Satuan

Kerja yang dituangkan dalam bentuk BAST.

Page 131: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-131-

131

(4) Permohonan Persetujuan Penggunaan Sementara BMN

kepada Kepala KPKNL

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan ijin

prinsip penggunaan sementara BMN kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

(b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan menerbitkan rekomendasi

penggunaan sementara BMN;

(c) Pimpinan Unit Eselon I meneruskan rekomendasi

penggunaan sementara BMN kepala Pimpinan Satuan

Kerja;

(d) Berdasarkan rekomendasi tersebut Pimpinan Satuan

Kerja mengajukan permohonan persetujuan

penggunaan sementara BMN kepada Kepala KPKNL

setempat;

(e) setelah surat persetujuan penggunaan sementara BMN

terbit, Pimpinan Satuan Kerja membuat perjanjian

antara Kementerian Kesehatan dengan Pengguna

Barang yang akan menggunakan BMN tersebut;

(f) Pimpinan Satuan Kerja mengirimkan perjanjian

tersebut kepada Pimpinan Unit Eselon I;

(g) berdasarkan perjanjian tersebut Pimpinan Unit Eselon

I terkait akan membuat Surat Keputusan Penggunaan

Sementera dengan tembusan kepada Biro Keuangan;

(h) dalam hal jangka waktu penggunaan sementar

berakhir, kemudian dilakukan serah terima BMN

objek penggunaan sementara dari K/L lain yang

menggunakan BMN tersebut kepada Pimpinan Satuan

Kerja yang dituangkan dalam bentuk BAST.

c) Tata Cara Pelaksanaan Permintaan Persetujuan Penggunaan

Sementara BMN Kepada Pengguna Barang

(1) Satker Non Badan Layanan Umum (Non BLU)

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan ijin

prinsip penggunaan sementara BMN kepada unit

Eselon I;

(b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila menyetujui permohonan

Page 132: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-132-

132

tersebut maka menerbitkan rekomendasi penggunaan

sementara BMN dan menyampaikan kepada Pimpinan

Satuan Kerja;

(c) Berdasarkan rekomendasi tersebut Pimpinan Satuan

Kerja mengajukan permohonan persetujuan

penggunaan sementara BMN kepada Sekretaris

Jenderal;

(d) Sekretaris Jenderal meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila menyetujui permohonan tersebut maka

menerbitkan rekomendasi penggunaan sementara

BMN dan menyampaikan kepada Pimpinan Satuan

Kerja;

(e) Setelah Surat persetujuan Penggunaan sementara

BMN terbit, Pimpinan Satuan Kerja a.n Menteri

Kesehatan membuat dan menandatangani perjanjian

dengan K/L lain yang akan menggunakan BMN

tersebut;

(f) Pimpinan Satuan Kerja mengirimkan perjanjian

tersebut kepada Pimpinan Unit Eselon I;

(g) Berdasarkan perjanjian tersebut Pimpinan Unit Eselon

I terkait akan membuat Surat Keputusan Penggunaan

Sementera dengan tembusan kepada Biro

Keuangan;dan

(h) Dalam hal jangka waktu penggunaan sementar

berakhir, kemudian dilakukan serah terima BMN

objek penggunaan sementara dari K/L lain yang

menggunakan BMN tersebut kepada Pimpinan Satuan

Kerja yang dituangkan dalam bentuk BAST.

(2) Satker Badan Layanan Umum (BLU)

(a) Pimpinan Satuan Kerja BLU mengajukan permohonan

ijin prinsip persetujuan penggunaan sementara BMN

kepada unit Eselon I;

(b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila menyetujui permohonan

tersebut maka menerbitkan rekomendasi penggunaan

sementara BMN dan menyampaikan kepada Pimpinan

Satuan Kerja BLU;

Page 133: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-133-

133

(c) Berdasarkan rekomendasi tersebut pejabat yang

membawahi pengelolaan BMN mengajukan

persetujuan penggunaan sementara BMN kepada

Pimpinan Satuan Kerja BLU;

(d) Pimpinan Satuan Kerja BLUmeneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila menyetujui permohonan

tersebut maka menerbitkan persetujuan penggunaan

sementara BMN dan menyampaikan kepada pejabat

yang membawahi pengelolaan BMN;

(e) Setelah Surat persetujuan Penggunaan sementara

BMN terbit, Pimpinan Satuan Kerja BLU a.n Menteri

Kesehatan membuat dan menandatangani perjanjian

dengan K/L lain yang akan menggunakan BMN

tersebut;

(f) Pimpinan Satuan Kerja BLU mengirimkan perjanjian

tersebut kepada Pimpinan Unit Eselon I;

(g) Berdasarkan perjanjian tersebut Pimpinan Unit Eselon

I terkait akan membuat Surat Keputusan Penggunaan

Sementera dengan tembusan kepada Biro

Keuangan;dan

(h) Dalam hal jangka waktu penggunaan sementar

berakhir, kemudian dilakukan serah terima BMN

objek penggunaan sementara dari K/L lain yang

menggunakan BMN tersebut kepada Pimpinan Satuan

Kerja BLU yang dituangkan dalam bentuk BAST.

4. Pengalihan Status Penggunaan BMN

a) Persyaratan:

(1) fotokopi keputusan penetapan status Penggunaan BMN;

(2) Surat permohonan pengalihan status penggunaanBMN dari

K/L lainkepada Pengguna Barang;

(3) Surat Pernyataaan tidak mengganggu tupoksi dari

pimpinan Satker;

(4) Surat Pernyataan BMN dalam penguasaan Satker;

(5) Surat pernyataan bersedia menerima pengalihan status

penggunaan BMN bermeterai cukup dari K/L lain yang

ditandatangani oleh Pejabat Eselon I;

Page 134: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-134-

134

(6) Data Calon Penerima Pengalihan Status Penggunaan BMN;

(7) Foto kopi bukti kepemilikan (Sertifikat, IMB, STNK dan

BPKB);

(8) Foto kopi kontrak pengadaan/BAST (selain

tanah/bangunan dan kendaraan bermotor).

b) Tata Cara Pelaksanaan Pengalihanan Status Penggunaan BMN:

(1) Permohonan Pengalihan Status Penggunaan BMN yang

ditujukan kepada Dirjen Kekayaan Negara:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

pengalihan status penggunaan BMN kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

(b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan menerbitkan rekomendasi pengalihan

status penggunaan BMN;

(c) Pimpinan Unit Eselon I meneruskan rekomendasi

pengalihan status penggunaan BMN kepada Sekretaris

Jederal;

(d) Selanjutnya Sekretaris Jenderal atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan permohonan persetujuan

pengalihan status penggunaan BMN kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan;

(e) Setelah Surat persetujuan pengalihan status

penggunaan BMN terbit, paling lama 1 (satu) bulan

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan membuat

Berita Acara Serah Terima (BAST) dengan calon

penerima pengalihan status BMN;

(f) Berdasarkan BAST pengalihan status penggunaan

selanjutnya Sekretaris Jenderal menerbitkan SK

penghapusan dengan mengikuti tata cara

sebagaimana diatur dalam Kepmenkes tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penghapusan.

(2) Permohonan Pengalihan Status Penggunaan BMN yang

ditujukan kepada Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara

dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

pengalihan status penggunaan BMN kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

Page 135: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-135-

135

(b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan menerbitkan rekomendasi pengalihan

status BMN;

(c) Pimpinan Unit Eselon I meneruskan rekomendasi

penggunaan sementara BMN kepada Kepala Biro

Keuangan dan BMN;

(d) Selanjutnya Kepala Biro Keuangan dan BMN atas

nama Menteri Kesehatan mengajukan surat

permohonan persetujuan ailh status penggunaan BMN

kepada Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan

Sistem Informasi Kementerian Keuangan;

(e) Setelah Surat persetujuan pengalihan status

penggunaan BMN terbit, paling lama 1 (satu) bulan

Kepala Biro Keuangan dan BMN membuat Berita

Acara Serah Terima (BAST) dengan calon penerima

pengalihan status BMN;

(f) Berdasarkan BAST pengalihan status penggunaan

selanjutnya Sekretaris Jenderal menerbitkan SK

penghapusan dengan mengikuti tata cara

sebagaimana diatur dalam Kepmenkes tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penghapusan.

(3) Permohonan Pengalihan BMN kepada Kepala Kanwil DJKN:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan ijin

prinsip pengalihan status penggunaan BMN kepada

Pimpinan Unit Eselon I;

(b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan menerbitkan rekomendasi pengalihan

status BMN;

(c) Pimpinan Unit Eselon I meneruskan rekomendasi

penggunaan sementara BMN kepada Pimpinan Satuan

Kerja;

(d) Selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan surat permohonan

persetujuan ailh status penggunaan BMN kepada

Kepala Kanwil DJKN setempat;

(e) Setelah Surat persetujuan pengalihan status

penggunaan BMN terbit, paling lama 1 (satu) bulan

Page 136: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-136-

136

Pimpinan Satuan Kerja membuat Berita Acara Serah

Terima (BAST) dengan calon penerima pengalihan

status BMN;

(f) Berdasarkan BAST pengalihan status penggunaan

selanjutnya Sekretaris Jenderal menerbitkan SK

penghapusan dengan mengikuti tata carasebagaimana

diatur dalam Kepmenkes tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penghapusan.

(4) Permohonan Pengalihan BMN kepada Kepala KPKNL:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan ijin

prinsip pengalihan status penggunaan BMN kepada

Pimpinan Unit Eselon I;

(b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan menerbitkan rekomendasi pengalihan

status BMN;

(c) Pimpinan Unit Eselon I meneruskan rekomendasi

penggunaan sementara BMN kepada Pimpinan Satuan

Kerja;

(d) Selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan surat permohonan

persetujuan ailh status penggunaan BMN kepada

Kepala KPKNL setempat;

(e) Setelah Surat persetujuan pengalihan status

penggunaan BMN terbit, paling lama 1 (satu) bulan

Pimpinan Satuan Kerja membuat Berita Acara Serah

Terima (BAST) dengan calon penerima pengalihan

status BMN;

(f) Berdasarkan BAST pengalihan status penggunaan

selanjutnya Sekretaris Jenderal menerbitkan SK

penghapusan dengan mengikuti tata cara

sebagaimana diatur dalam Kepmenkes tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penghapusan.

D. Pelaksanaan Pemanfaatan BMN

1. Sewa BMN

a) Pihak yang dapat menyewa BMN:

(1) Pemerintah Daerah;

Page 137: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-137-

137

(2) Badan Usaha Milik Negara;

(3) Badan Usaha Milik Daerah;

(4) Swasta;

(5) Unit penunjang kegiatan penyelenggaraan

pemerintah/negara; atau

(6) Badan hukum lainnya.

b) Jangka waktu sewa BMN paling lama 5 (lima) tahun sejak

ditandatangani Perjanjian Sewa dan dapat diperpanjang:

(1) Lebih dari 5 tahun untuk kerjasama penyediaan

infrasturktur,

(2) Karakteristik usaha yang memerlukan sewa lebih dari 5

tahun,

(3) Ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan

Yang ditetapkan Pengelola Barang dan Pengguna Barang

setelah disetujui oleh Pengelola Barang.

c) Kegiatan dengan karakteristik usaha ditetapkan oleh Pengelola

Barang berdasarkan hasil kajian dari tim internal Pengelola

Barang dan/atau hasil kajian dari Pengguna Barang

d) Penyewa menyetorkan keseluruhan uang sewa ke rekening kas

umum negara, paling lambat 2 (dua) hari sebelum surat

perjanjian sewa menyewa ditandatangani.

e) Perjanjian Sewa BMN sekurang-kurangnya memuat:

(1) dasar perjanjian;

(2) para pihak yang terikat dalam perjanjian;

(3) jenis, luas atau jumlah barang yang disewakan;

(4) besaran dan jangka waktu Sewa, termasuk periodesitas

sewa

(5) peruntukan Sewa, termasuk kelompok jenis kegiatan usaha

dan kategori bentuk kelembagaan penyewa;

(6) tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan

pemeliharaan selama jangka waktu penyewaan;

(7) hak dan kewajiban para pihak; dan

(8) hal lain yang diatur dalam persetujuan Pengelola Barang

dan keputusan Pengguna Barang.

Page 138: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-138-

138

f) Persyaratan dokumen untuk Calon Penyewa:

(1) Surat permohonan dengan menyebutkan data aset yang

akan disewa (luas dan lokasi) tujuan permohonan sewa,

peruntukan sewa, jangka waktu sewa dan periodesitas

sewa;

(2) Data Calon Penyewa;

(3) Foto kopi Surat Izin Usaha/Tanda Izin Usaha atau yang

sejenis untuk calon Penyewa yang berbentuk badan usaha;

(4) Foto kopi NPWP; dan

(5) Surat Pernyataan bermaterai cukup yang memuat

ketentuan akan memelihara, menjaga dan tidak merubah

objek sewa serta akan meninggalkan objek sewa jika jangka

waktu sewa berakhir.

g) Dokumen yang harus dilengkapi oleh Satuan Kerja Kementerian

Kesehatan dalam pengajuan permohonan sewa BMN:

(1) Surat usulan persetujuan sewa BMN dengan menyebutkan

tujuan permohonan sewa, peruntukan sewa, jangka waktu

sewa dan periodesitas sewa.

(2) Data BMN yang diusulkan sewa, berupa:

(a) Kartu Identitas Barang (KIB);

(b) Buku barang;

(c) Fotokopi bukti kepemilikan atau dokumen yang

sejenis;

(d) Foto BMN;

(e) Nilai BMN (nilai buku, nilai perolehan, NJOP); dan

(f) Kuantitas BMN (luas, jumlah, kapasitas).

(3) Data Calon Penyewa.

(4) Data transaksi sewa yang sebanding atau sejenis yang ada

disekitar BMN yang diusulkan untuk disewakan.

(5) Surat Pernyataan bermaterai cukup tidak mengganggu

tugas dan fungsi yang ditandatangani oleh Kepala Satuan

Kerja.

(6) Surat Pernyataan bermaterai cukup BMN dalam

penguasaan yang ditandatangani oleh Pimpinan Satuan

Kerja.

Page 139: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-139-

139

h) Tata Cara Sewa BMN

(1) Permohonan Sewa BMN yang ditujukan kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan sewa

BMN kepada Pimpinan unit Eselon I terkait.

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data dan

kelengkapan persyaratan dokumen serta meneruskan

usulan dimaksud kepada Sekretaris Jenderal.

(c) Apabila data dan dokumen telah lengkap selanjutnya

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan surat permohonan sewa BMN kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan.

(d) Setelah terbit persetujuan dari Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Sekretaris

Jenderal meneruskan kepada Pimpinan Satuan Kerja

melalui pimpinan unit eselon I untuk menerbitkan

keputusan pelaksanaan sewa BMN.

(e) Dalam hal Pimpinan Satuan Kerja menerima

tembusan persetujuan dari Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, maka

kepala Satuan Kerja dapat langsung menerbitkan

keputusan pelaksanaan sewa BMN.

(f) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Penyewa

menandatangani Perjanjian Sewa BMN.

(g) Dalam hal jangka waktu Perjanjian Sewa BMN

berakhir, Penyewa mengembalikan BMN kepada

Pimpinan Satuan Kerja yang dituangkan dalam bentuk

Berita Acara Serah Terima (BAST).

(h) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan sewa

BMN berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I

dan ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

(2) Permohonan Sewa BMN yang ditujukan kepada Direktur

Pengelolaan Kekayaan dan Sistem Informasi Negara DJKN

Kementerian Keuangan:

Page 140: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-140-

140

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan sewa

BMN kepada unit Eselon I terkait.

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data dan

kelengkapan persyaratan dokumen serta meneruskan

usulan dimaksud kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN.

(c) Apabila data dan dokumen telah lengkap selanjutnya

Kepala Biro Keuangan dan BMN atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan surat permohonan sewa BMN

kepada Direktur Pengelolaan Kekayaan dan Sistem

Informasi Negara DJKN Kementerian Keuangan.

(d) Setelah terbit persetujuan dari Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Sekretaris

Jenderal meneruskan kepada Pimpinan Satuan Kerja

melalui pimpinan unit eselon I untuk menerbitkan

keputusan pelaksanaan sewa BMN.

(e) Dalam hal Pimpinan Satuan Kerja menerima

tembusan persetujuan dari Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, maka

kepala Satuan Kerja dapat langsung menerbitkan

keputusan pelaksanaan sewa BMN.

(f) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Penyewa

menandatangani Perjanjian Sewa BMN.

(g) Dalam hal jangka waktu Perjanjian Sewa BMN

berakhir, Penyewa mengembalikan BMN kepada

Pimpinan Satuan Kerja yang dituangkan dalam bentuk

Berita Acara Serah Terima (BAST).

(h) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan sewa

BMN berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I

dan ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

(3) Permohonan Sewa BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Wilayah DJKN Kementerian Keuangan:

Page 141: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-141-

141

(a) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan sewa BMN kepada Kepala

Kantor Wilayah DJKN Kementerian Keuangan setelah

mendapatkan rekomendasi dari Pimpinan Unit Eselon

I terkait.

(b) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah

DJKN Kementerian Keuangan, Pimpinan Satuan Kerja

menerbitkan keputusan pelaksanaan sewa BMN;

(c) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Penyewa

menandatangani Perjanjian Sewa BMN;

(d) Dalam hal jangka waktu Perjanjian Sewa BMN

berakhir, Penyewa mengembalikan BMN kepada

Pimpinan Satuan Kerja yang dituangkan dalam bentuk

Berita Acara Serah Terima (BAST);

(e) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan sewa

BMN berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I

dan ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

(4) Permohonan Sewa BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan sewa BMN kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kementerian Keuangan setelah mendapatkan

rekomendasi dari Pimpinan Unit Eselon I terkait.

(b) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kementerian Keuangan, Pimpinan Satuan Kerja

menerbitkan keputusan pelaksanaan sewa BMN;

(c) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Penyewa

menandatangani Perjanjian Sewa BMN;

(d) Dalam hal jangka waktu Perjanjian Sewa BMN

berakhir, Penyewa mengembalikan BMN kepada

Pimpinan Satuan Kerja yang dituangkan dalam bentuk

Berita Acara Serah Terima (BAST);

Page 142: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-142-

142

(e) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan sewa

BMN berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I

dan ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

2. Pinjam Pakai Barang Milik Negara

a) Ketentuan Umum Pinjam Pakai Barang Milik Negara

(1) Pihak yang dapat menjadi peminjam pakai BMN adalah

Pemerintah Daerah.

(2) Jangka waktu pinjam pakai BMN paling lama 5 (lima)

tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

(3) Peminjam Pakai dilarang untuk melakukan pemanfatan

atas objek pinjam pakai.

(4) Perjanjian Pinjam Pakai BMN sekurang-kurangnya

memuat:

(a) Dasar perjanjian;

(b) Para pihak yang terikat dalam perjanjian;

(c) Jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjam

pakaikan;

(d) Jangka waktu Pinjam Pakai;

(e) peruntukan Pinjam Pakai;

(f) tanggung jawab peminjam pakai atas biaya

operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu

pinjam pakai;

(g) hak dan kewajiban para pihak; dan

(h) hal lain yang diatur dalam persetujuan Pengelola

Barang dan keputusan Pengguna Barang.

(5) Persyaratan dokumen untuk Calon Peminjam Pakai:

(a) Surat permohonan dengan menyebutkan data BMN

(luas dan lokasi), tujuan permohonan pinjam pakai,

peruntukan pinjam pakai, dan jangka waktu pinjam

pakai.

(b) Data Calon Peminjam Pakai.

(c) Surat Pernyataan bermaterai cukup akan memelihara,

menjaga dan tidak merubah objek pinjam pakai serta

akan mengembalikan objek pinjam pakai jika jangka

waktu pinjam pakai berakhir.

Page 143: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-143-

143

(6) Dokumen yang harus dilengkapi oleh Satuan Kerja

Kementerian Kesehatan dalam pengajuan permohonan

pinjam pakai BMN:

(a) Surat usulan persetujuan pinjam pakai BMN dengan

menyebutkan pertimbangan yang mendasari

permohonan pinjam pakai, tujuan pinjam pakai,

identitas peminjam pakai dan jangka waktu pinjam

pakai;

(b) Data BMN yang diusulkan pinjam pakai BMN, berupa:

(i) Kartu Identitas Barang (KIB);

(ii) Buku barang;

(iii) Fotokopi bukti kepemilikan atau dokumen yang

sejenis;

(iv) Foto BMN;

(v) Nilai BMN (nilai buku, nilai perolehan, NJOP); dan

(vi) Kuantitas BMN (luas, jumlah, kapasitas).

(c) Data Calon Peminjam Pakai.

(d) Surat Pernyataan bermaterai cukup tidak mengganggu

tugas dan fungsi yang ditandatangani oleh Pimpinan

Satuan Kerja.

(e) Surat Pernyataan bermaterai cukup BMN dalam

penguasaan yang ditandatangani oleh Kepala Satuan

Kerja.

b) Tata Cara Pinjam Pakai Barang Milik Negara

(1) Permohonan Pinjam Pakai BMN yang ditujukan kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

Pinjam PakaiBMN kepada unit Eselon I terkait.

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data dan

kelengkapan persyaratan dokumen serta meneruskan

usulan dimaksud kepada Sekretaris Jenderal.

(c) Apabila data dan dokumen telah lengkap selanjutnya

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan surat permohonan Pinjam Pakai BMN

kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara

Kementerian Keuangan.

Page 144: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-144-

144

(d) Setelah terbit persetujuan dari Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Sekretaris

Jenderal atas nama Menteri Kesehatan menerbitkan

keputusan pelaksanaan Pinjam Pakai BMN.

(e) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan Pinjam Pakai

BMN tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Peminjam

Pakai menandatangani Perjanjian Pinjam Pakai BMN.

(f) Dalam hal jangka waktu Perjanjian Pinjam Pakai BMN

berakhir, Peminjam Pakai mengembalikan BMN

kepada Pimpinan Satuan Kerja yang dituangkan

dalam bentuk Berita Acara Serah Terima (BAST).

(g) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

Pinjam Pakai BMN berikut dokumen kepada Pimpinan

Unit Eselon I dan ditembuskan kepada Biro Keuangan

dan BMN.

(2) Permohonan Pinjam Pakai BMN yang ditujukan kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi DJKN Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

Pinjam Pakai BMN kepada unit Eselon I terkait.

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data dan

kelengkapan persyaratan dokumen serta meneruskan

usulan dimaksud kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN.

(c) Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud

pada point 2 (dua), terdapat kekurangan

data/dokumen maka Kepala Biro Keuangan dan BMN

akan mengembalikan dokumen usulan kepada Unit

Eselon I.

(d) Selanjutnya Kepala Biro Keuangan dan BMN atas

nama Menteri Kesehatan mengajukan surat

permohonan Pinjam Pakai BMN kepada Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi

DJKN Kementerian Keuangan.

Page 145: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-145-

145

(e) Setelah terbit persetujuan dari Direktur Pengelolaan

Kekayaan Negara dan Sistem Informasi DJKN

Kementerian Keuangan, Sekretaris Jenderal atas nama

Menteri Kesehatan menerbitkan keputusan

pelaksanaan Pinjam Pakai BMN.

(f) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan Pinjam Pakai

BMN tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Peminjam

Pakai menandatangani Perjanjian Pinjam Pakai BMN.

(g) Dalam hal jangka waktu Perjanjian Pinjam Pakai BMN

berakhir, Peminjam Pakai mengembalikan BMN

kepada Pimpinan Satuan Kerja yang dituangkan

dalam bentuk Berita Acara Serah Terima (BAST).

(h) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

Pinjam Pakai BMN berikut dokumen kepada Pimpinan

Unit Eselon I dan ditembuskan kepada Biro Keuangan

dan BMN.

(3) Permohonan Pinjam Pakai BMN yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Wilayah DJKN Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan Pinjam Pakai BMN kepada

Kepala Kantor Wilayah DJKN Kementerian Keuangan

setelah mendapatkan rekomendasi dari Pimpinan Unit

Eselon I terkait.

(b) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah

DJKN Kementerian Keuangan, Pimpinan Satuan Kerja

mengajukan permohonan penerbitan keputusan

pelaksanaan Pinjam Pakai BMN secara berjenjang

kepada Sekretaris Jenderal.

(c) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan Pinjam Pakai

BMN tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Peminjam

Pakai menandatangani Perjanjian Pinjam Pakai BMN.

(d) Dalam hal jangka waktu Perjanjian Pinjam Pakai BMN

berakhir, Peminjam Pakai mengembalikan BMN

kepada Pimpinan Satuan Kerja yang dituangkan

dalam bentuk Berita Acara Serah Terima (BAST).

Page 146: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-146-

146

(e) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

Pinjam Pakai BMN berikut dokumen kepada Pimpinan

Unit Eselon I dan ditembuskan kepada Biro Keuangan

dan BMN.

(4) Permohonan Pinjam Pakai BMN yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

DJKN Kekayaan Negara Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan Pinjam Pakai BMN kepada

Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

DJKN Kementerian Keuangansetelah mendapatkan

rekomendasi dari Pimpinan Unit Eselon I terkait.

(b) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kementerian Keuangan, Pimpinan Satuan Kerja

mengajukan permohonan penerbitan keputusan

pelaksanaan Pinjam Pakai BMN secara berjenjang

kepada Sekretaris Jenderal.

(c) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan Pinjam Pakai

BMN tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Peminjam

Pakai menandatangani Perjanjian Pinjam Pakai BMN.

(d) Dalam hal jangka waktu Perjanjian Pinjam Pakai BMN

berakhir, Peminjam Pakai mengembalikan BMN

kepada Pimpinan Satuan Kerja yang dituangkan

dalam bentuk Berita Acara Serah Terima (BAST).

(e) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

Pinjam Pakai BMN berikut dokumen kepada Pimpinan

Unit Eselon I dan ditembuskan kepada Biro Keuangan

dan BMN.

3. Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)

a) Ketentuan Umum Kerja Sama Pemanfaatan

(1) Pihak yang dapat menjadi mitra KSP adalah:

(a) Badan Usaha Milik Negara;

(b) Badan Usaha Milik Daerah; atau

(c) Swasta kecuali perorangan.

Page 147: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-147-

147

(2) KSP dilaksanakan dengan ketentuan tidak tersedia atau

tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara untuk memenuhi biaya operasional,

pemeliharaan dan/atau perbaikan yang diperlukan

terhadap BMN.

(3) Pemilihan Mitra KSP BMN dilakukan oleh Panitia Pemilihan

dan/atau melalu mekanisame penunjukan langsung.

(4) Jangka waktu KSP BMN paling lama 30 (tiga puluh) tahun

sejak Perjanjian KSP BMN ditandatangani dan dapat

diperpanjang.

(5) Dikecualikan untuk KSP atas BMN dilakukan terhadap

penyediaan:

(a) Infrastruktur transportasi;

(b) Infrastuktur jalan;

(c) Infrastruktur sumber daya air;

(d) Infrastruktur air minum;

(e) Infrastruktur air limbah;

(f) Infrastruktur telekomunikasi;

(g) Infrastruktur ketenagalistrikan; atau

(h) Infrastruktur minyak dan/atau gas bumi.

(6) Jangka waktu KSP BMN paling lama 50 (lima puluh) tahun

sejak Perjanjian Kerjasama BMN ditandatangani dan dapat

diperpanjang.

(7) Tanah, gedung, bangunan, sarana dan fasilitasnya yang

diadakan oleh Mitra KSP merupakan hasil KSP.

(8) Hasil KSP menjadi BMN sejak diserahkan kepada

Pemerintah sesuai perjanjian atau saat perjanjian berakhir.

(9) Biaya persiapan yang dikeluarkan Pengguna Barang

sampai dengan penunjukan Mitra KSP dibebankan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(10) Biaya persiapan KSP yang terjadi setelah ditetapkannya

mitra KSP dibebankan pada Mitra Pemanfaatan.

(11) Cicilan pokok dan biaya yang timbul atas pinjaman mitra

KSP, dibebankan pada mitra KSP dan tidak diperhitungkan

dalam pembagian keuntungan.

Page 148: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-148-

148

(12) Perjanjian KSP sekurang-kurangnya memuat:

(a) Dasar perjanjian;

(b) Identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;

(c) Objek KSP;

(d) Hasil KSP jika ada;

(e) peruntukan KSP;

(f) Jangka waktu KSP;

(g) Besaran kontribusi tetap dalam pembagian

keuntungan;

(h) hak dan kewajiban para pihak;

(i) ketentuan mengenai berakhirnya KSP;

(j) sanksi; dan

(k) penyelesaian perselisihan.

(13) Persyaratan dokumen untuk Mitra KSP:

(a) Surat permohonan dengan menyebutkan data BMN

(luas dan lokasi), tujuan permohonan KSP BMN,

peruntukan KSP BMN, dan jangka waktu KSP BMN;

(b) Data Calon Mitra KSP;

(c) Foto kopi NPWP;

(d) Foto kopi SIUP/Tanda Izin Usaha;

(e) Proposal rencana usaha KSP; dan

(f) Surat Pernyataan bermaterai cukup akan memelihara,

menjaga dan tidak merubah objek KSP serta akan

mengembalikan objek KSP jika jangka waktu KSP

berakhir.

(14) Dokumen yang harus dilengkapi oleh Satuan Kerja

Kementerian Kesehatan dalam pengajuan permohonan KSP

adalah surat usulan persetujuan KSP dengan

menyebutkan:

(a) pertimbangan yang mendasari permohonan KSP;

(b) tujuan KSP;

(c) identitas Mitra KSP;

(d) jangka waktu KSP; dan

(e) usulan besaran kontribusi tetap dan presentase

pembagian keuntungan pelaksanaan KSP.

(15) Data BMN yang diusulkan KSP, berupa:

(a) Kartu Identitas Barang;

Page 149: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-149-

149

(b) Buku barang;

(c) Fotokopi bukti kepemilikan atau dokumen yang

sejenis;

(d) Foto BMN;

(e) Nilai BMN (nilai buku, nilai perolehan, NJOP);

(f) Kuantitas BMN (luas, jumlah, kapasitas);

(g) Data Calon Mitra KSP;

(h) Proposal rencana usaha KSP;

(i) Surat Pernyataan bermaterai cukup tidak mengganggu

tugas dan fungsi yang ditandatangani oleh Kepala

Satuan Kerja; dan

(j) Surat Pernyataan bermaterai cukup BMN dalam

penguasaan yang ditandatangani oleh Kepala Satuan

Kerja.

b) Tata Cara Kerja Sama Pemanfaatan

(1) Permohonan KSP yang ditujukan kepada Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan KSP

kepada unit Eselon I terkait.

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data dan

kelengkapan persyaratan dokumen serta meneruskan

usulan dimaksud kepada Sekretaris Jenderal.

(c) Apabila data dan dokumen telah lengkap selanjutnya

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan surat permohonan KSP kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

(d) Setelah terbit persetujuan dari Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Sekretaris

Jenderal atas nama Menteri Kesehatan menerbitkan

keputusan pelaksanaan KSP.

(e) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan KSP tersebut

Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra KSP

menandatangani Perjanjian KSP.

(f) Dalam hal jangka waktu Perjanjian KSPBMN berakhir,

Mitra KSP mengembalikan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja yang dituangkan dalam bentuk Berita

Acara Serah Terima (BAST).

Page 150: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-150-

150

(g) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan KSP

berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I dan

ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

(2) Permohonan KSP yang ditujukan kepada Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara DJKN Kementerian

Keuangan

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan KSP

kepada unit Eselon I terkait.

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data dan

kelengkapan persyaratan dokumen serta meneruskan

usulan dimaksud kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN.

(c) Apabila data dan dokumen telah lengkap selanjutnya

Kepala Biro Keuangan dan BMN atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan surat permohonan KSP kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi DJKN Kementerian Keuangan.

(d) Setelah terbit persetujuan dari Direktur Pengelolaan

Kekayaan Negara dan Sistem Informasi DJKN

Kementerian Keuangan, Sekretaris Jenderal atas nama

Menteri Kesehatan menerbitkan keputusan

pelaksanaan KSP.

(e) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan KSPBMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra KSP

menandatangani Perjanjian KSP.

(f) Dalam hal jangka waktu Perjanjian KSP berakhir,

Mitra KSP mengembalikan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja yang dituangkan dalam bentuk Berita

Acara Serah Terima (BAST).

(g) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan KSP

berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I dan

ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

(3) Permohonan KSP yang ditujukan kepada Kepala Kantor

Wilayah DJKN Kementerian Keuangan

Page 151: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-151-

151

(a) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan KSP kepada Kepala Kantor

Wilayah DJKN Kementerian Keuangansetelah

mendapatkan rekomendasi dari Pimpinan Unit Eselon

I terkait.

(b) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah

DJKN Kementerian Keuangan, Pimpinan Satuan Kerja

mengajukan permohonan penerbitan keputusan

pelaksanaan KSP secara berjenjang kepada Sekretaris

Jenderal.

(c) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan KSP tersebut

Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra KSP

menandatangani Perjanjian KSP.

(d) Dalam hal jangka waktu Perjanjian KSP berakhir,

Mitra KSP mengembalikan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja yang dituangkan dalam bentuk Berita

Acara Serah Terima (BAST).

(e) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan KSP

berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I dan

ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

(4) Permohonan KSP yang ditujukan kepada Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN Kekayaan

Negara Kementerian Keuangan

(a) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan KSP kepada Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kementerian Keuangansetelah mendapatkan

rekomendasi dari Pimpinan Unit Eselon I terkait.

(b) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kementerian Keuangan, Pimpinan Satuan Kerja

mengajukan permohonan penerbitan keputusan

pelaksanaan KSP secara berjenjang kepada Sekretaris

Jenderal.

(c) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan KSP tersebut

Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra KSP

menandatangani Perjanjian KSP.

Page 152: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-152-

152

(d) Dalam hal jangka waktu Perjanjian KSP berakhir,

Mitra KSP mengembalikan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja yang dituangkan dalam bentuk Berita

Acara Serah Terima (BAST).

(e) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan KSP

berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I dan

ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

4. Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun Serah Guna (BSG) Barang Milik

Negara

a) Ketentuan Umum BGS/BSG

(1) BGS/BSG dilakukan dengan pertimbangan:

(a) Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas

bagi penyelenggaraan pemerintahan negara untuk

kepentingan pelayanan umum dalam rangka

penyelenggaran tugas dan fungsi.

(b) Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk

penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut.

(2) Pihak yang dapat melakukan BGS/BSG adalah Pengelola

Barang.

(3) Pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG:

(a) Badan Usaha Milik Negara;

(b) Badan Usaha Milik Daerah;

(c) Swasta kecuali perorangan; atau

(d) Badan Hukum lainnya.

(4) Pemilihan Mitra BGS/BSG dilakukan melalui tender.

(5) Objek BGS/BSG meliputi:

(a) BMN berupa tanah yang berada pada Pengelola

Barang; atau

(b) BMN berupa tanah yang berada pada Pengguna

Barang.

(6) Untuk BMN yang status penggunaannya berada pada

Pengguna Barang dapat dilakukan BGS/BSG dengan

terlebih dahulu menyerahkan BMN tersebut kepada

Pengelola Barang.

Page 153: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-153-

153

(7) Persyaratan penyerahan BMN dan usulan BGS/BSG

kepada Pengelola Barang:

(a) Surat penyerahan BMN kepada pengelola Barang dan

permohonan usulan BGS/BSG yang memuat:

(i) Latar belakang permohonan;

(ii) Rencana peruntukkan BGS/BSG;

(iii) Jangka waktu BGS/BSG;

(iv) Usulan besaran kontribusi tahunan; atau

(v) Usulan presentase bagi hasil BGS/BSG yang

digunakan langsung untuk tugas dan fungsi

pemerintahan.

(b) Data BMN yang diajukan untuk dilakukan BGS/BSG.

(c) Data BMN yang akan dilakukan BGS/BSG.

(d) Data pemohon BGS/BSG.

(e) Proposal BGS/BSG.

(f) Surat Pernyataan objek kerja sama pemanfaatan tidak

sedang digunakan dalam rangka penyelenggaraan

tugas dan fungsi.

(g) Surat Pernyataan tidak mengganggu tupoksi.

(h) Surat Pernyataan BMN dalam penguasaan.

(i) Foto kopi Kartu Identitas Barang (KIB) berupa tanah.

(j) Foto kopi sertifikat tanah.

(k) Foto BMN yang akan dilakukan objek BGS/BSG.

(l) Informasi lainnya yang berkaitan dengan usulan

BGS/BSG antara lain mengenai:

(i) Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dan

Penataan Kota; atau

(ii) Bukti kepemilikan atau dokumen yang

dipersamakan.

(m) Proses BGS/BSG selanjutnya dilakukan oleh Pengelola

Barang.

(n) Dalam hal Pengelola Barang menyetujui permohonan

BGS/BSG, Pengguna Barang berkewajiban untuk

menyerahkan BMN yang dijadikan Objek BGS/BSG

kepada Pengelola Barang dengan BAST.

Page 154: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-154-

154

b) Tata Cara Pelaksanaan BGS/BSG

(1) Permohonan BGS/BSG yang ditujukan kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

BGS/BSG kepada unit Eselon I terkait.

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data dan

kelengkapan persyaratan dokumen serta meneruskan

usulan dimaksud kepada Sekretaris Jenderal up.

Kepala Biro Keuangan dan BMN;

(c) Apabila data dan dokumen telah lengkap selanjutnya

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan surat permohonan BGS/BSG kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan;

(d) Setelah terbit persetujuan, Sekretaris Jenderal atas

nama Menteri Kesehatan menyerahkan Objek

BGS/BSG kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara

Kementerian Keuangan (dengan BAST) guna proses

lebih lanjut.

(e) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

BGS/BSG berikut dokumen kepada Pimpinan Unit

Eselon I dan ditembuskan kepada Biro Keuangan dan

BMN.

(2) Permohonan BGS/BSG kepada Direktur Pengelolaan

Kekayaan Negara dan Sistem Informasi DJKN Kementerian

Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

BGS/BSG kepada unit Eselon I terkait.

(b) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data dan

kelengkapan persyaratan dokumen serta meneruskan

usulan dimaksud kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN;

Page 155: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-155-

155

(c) Apabila data dan dokumen telah lengkap

selanjutnyaKepala Biro Keuangan dan BMN atas nama

Menteri Kesehatan mengajukan surat permohonan

BGS/BSG kepada Direktur Pengelolaan Kekayaan

Negara dan Sistem Informasi DJKN Kementerian

Keuangan;

(d) Setelah terbit persetujuan, Kepala Biro Keuangan dan

BMN atas nama Menteri Kesehatan menyerahkan

Objek BGS/BSG kepada Direktur Pengelolaan

Kekayaan Negara dan Sistem Informasi DJKN

Kementerian Keuangan (dengan BAST) guna proses

lebih lanjut.

(e) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

BGS/BSG berikut dokumen kepada Pimpinan Unit

Eselon I dan ditembuskan kepada Biro Keuangan dan

BMN.

(3) Permohonan BGS/BSG yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Wilayah DJKN Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan BGS/BSG kepada Kepala

Kantor Wilayah DJKN Kementerian Keuangan setelah

mendapatkan rekomendasi dari Pimpinan Unit Eselon

I terkait.

(b) Setelah terbit persetujuan, Pimpinan Satuan Kerja

atas nama Menteri Kesehatan menyerahkan Objek

BGS/BSG kepada Kepala Kantor Wilayah DJKN

Kementerian Keuangan (dengan BAST) guna proses

lebih lanjut.

(c) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

BGS/BSG berikut dokumen kepada Pimpinan Unit

Eselon I dan ditembuskan kepada Biro Keuangan dan

BMN.

(4) Permohonan BGS/BSG yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan:

(a) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan kerja sama penyediaan

Page 156: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-156-

156

infrastruktur dalam bentuk KSP BMN kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kementerian Keuangan setelah mendapatkan

rekomendasi dari Pimpinan Unit Eselon I terkait.

(b) Setelah terbit persetujuan, Pimpinan Satuan Kerja

atas nama Menteri Kesehatan menyerahkan Objek

BGS/BSG kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang DJKN Kementerian Keuangan

(dengan BAST) guna proses lebih lanjut.

(c) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP

BMN berikut dokumen kepada Pimpinan Unit Eselon I

dan ditembuskan kepada Biro Keuangan dan BMN.

5. Kerja Sama Pemanfaatan Infrastruktur (KSPI)

a) Ketentuan Umum KSPI

(1) KSPI dilaksanakan dengan pertimbangan:

(a) Dalam rangka kepentingan umum dan/atau

penyediaan infrastruktur guna mendukung tugas dan

fungsi pemerintahan.

(b) Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk

penyediaan infrastruktur.

(c) Termasuk dalam daftar prioritas proyek program

penyediaan infrastruktur yang ditetapkan pemerintah.

(2) Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur

dilaksanakan dalam bentuk:

(a) Sewa;

(b) KSP; atau

(c) KSPI.

(3) Pihak yang dapat menjadi mitra Pemanfaatan BMN dalam

rangka penyediaan infrastruktur:

(a) badan usaha atau badan hukum yang dapat menjadi

penyewa sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang Sewa BMN, untuk

Sewa;

Page 157: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-157-

157

(b) semua pihak yang dapat menjadi mitra Pemanfaatan

BMN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang KSP BMN, untuk KSP; atau

(c) badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas,

Badan Usaha Milik Negara/Daerah, dan koperasi,

untuk KSPI.

(4) Mitra Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan

infrastruktur ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh:

(a) Pengguna Barang, dalam rangka Pemanfaatan BMN

yang berada pada Pengguna Barang, untuk Sewa atau

KSP; atau

(b) Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN, untuk KSPI.

(5) Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur

dapat dilaksanakan melalui Sewa untuk:

(a) infrastruktur transportasi, meliputi:

(i) pelabuhan laut,sungai dan/atau danau;

(ii) penyediaan dan/atau pelayanan jasa

kepelabuhanan;

(iii) bandar udara;

(iv) pelayanan jasa kebandarudaraan;

(v) terminal;

(vi) jaringan rel dan/atau stasiun kereta api;

dan/atau

(vii) sarana dan prasarana perkeretaapian.

(b) infrastruktur jalan, meliputi:

(i) jalan jalur khusus;

(ii) jalan tol; dan/atau

(iii) jembatan tol.

(c) infrastruktur sumber daya air dan pengairan, meliputi:

(i) saluran pembawa air baku; dan/atau

(ii) waduk/bendungan.

(d) infrastruktur air minum, meliputi:

(i) bangunan pengambilan air baku;

(ii) jaringan transmisi;

(iii) jaringan distribusi; dan/atau

(iv) instalasi pengolahan air minum.

Page 158: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-158-

158

(e) infrastruktur air limbah, meliputi:

(i) instalasi pengolah air limbah;

(ii) jaringan pengumpul; dan/atau

(iii) jaringan utama;

(f) infrastruktur telekomunikasi dan informatika,

meliputi:

(i) jaringan telekomunikasi; dan/atau

(ii) infrastruktur e-government;

(g) infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi:

(i) pembangkit tenaga listrik, termasuk

pengembangan tenaga listrik yang berasal dari

panas bumi;

(ii) transmisi tenaga listrik;

(iii) distribusi tenaga listrik; dan/atau

(iv) instalasi tenaga listrik.

(h) infrastruktur sarana persampahan, meliputi

pengangkut dan tempat pembuangan;

(i) infrastruktur minyak dan/atau gas bumi, meliputi:

(i) instalasi pengolahan;

(ii) penyimpanan;

(iii) pengangkutan;

(iv) transmisi;

(v) distribusi; dan/atau

(j) infrastruktur lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(6) Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur

dapat dilaksanakan melalui KSP untuk:

(a) infrastruktur transportasi, meliputi:

(i) pelabuhan laut,sungai dan/atau danau;

(ii) penyediaan dan/atau pelayanan jasa

kepelabuhanan;

(iii) bandar udara;

(iv) terminal;

(v) jaringan rel dan/atau

(vi) stasiun kereta api;

(b) infrastruktur jalan, meliputi:

(i) jalan jalur khusus;

Page 159: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-159-

159

(ii) jalan tol; dan/atau

(iii) jembatan tol.

(c) infrastruktur sumber daya air, meliputi:

(i) saluran pembawa air baku; dan/atau

(ii) waduk/bendungan.

(d) infrastruktur air minum, meliputi:

(i) bangunan pengambilan air baku;

(ii) jaringan transmisi;

(iii) jaringan distribusi; dan/atau

(iv) instalasi pengolahan air minum.

(e) infrastruktur air limbah, meliputi:

(i) instalasi pengolah air limbah;

(ii) jaringan pengumpul; dan/atau

(iii) jaringan utama;

(f) infrastruktur sarana persampahan, meliputi

pengangkut dan tempat pembuangan;

(g) infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi:

(i) pembangkit tenaga listrik, termasuk

pengembangan tenaga listrik yang berasal dari

panas bumi;

(ii) transmisi tenaga listrik;

(iii) distribusi tenaga listrik; dan/atau

(iv) instalasi tenaga listrik

(h) infrastruktur telekomunikasi dan informatika, meliputi

jaringan telekomunikasi;

(i) infrastruktur minyak dan/atau gas bumi, meliputi:

(i) instalasi pengolahan;

(ii) penyimpanan;

(iii) pengangkutan;

(iv) transmisi; dan/atau

(v) distribusi.

(7) Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur

dapat dilaksanakan melalui KSPI untuk infrastruktur

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang mengatur kerja sama pemerintah dalam penyediaan

infrastruktur.

Page 160: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-160-

160

(8) Lingkup kegiatan penyediaan infrastruktur meliputi:

(a) pekerjaan konstruksi untuk membangun atau

meningkatkan kemampuan infrastruktur;

(b) kegiatan pengelolaan infrastruktur; atau

(c) pemeliharaan infrastruktur dalam rangka

meningkatkan kemanfaatan infrastruktur.

(9) Jangka waktu KSPI paling lama 50 (lima puluh) tahun

sejak Perjanjian Kerjasama BMN ditandatangani dan dapat

diperpanjang.

(10) Perpanjangan jangka waktu dalam bentuk KSPI hanya

dapat dilakukan apabila terjadi government force majeure,

seperti dampak kebijakan pemerintah yang disebabkan

oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial dan

keamanan.

(11) Perjanjian Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan

infrastruktur sekurang-kurangnya memuat:

(a) dasar perjanjian;

(b) identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;

(c) BMN yang menjadi objek Pemanfaatan;

(d) hasil Pemanfaatan, jika ada;

(e) peruntukan Pemanfaatan;

(f) hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam

perjanjian;

(g) jangka waktu Pemanfaatan;

(h) besaran penerimaan serta mekanisme pembayaran-

nya;

(i) ketentuan mengenai berakhirnya Pemanfaatan;

(j) sanksi; dan

(k) penyelesaian perselisihan

(12) Perjanjian Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan

infrastruktur dituangkan dalam bentuk Akta Notaris.

b) KSPI melalui Sewa BMN

(1) Persyaratan dokumen untuk Mitra Pemanfaatan melalui

Sewa BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur:

(a) nama;

(b) alamat;

(c) bentuk kelembagaan;

Page 161: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-161-

161

(d) jenis kegiatan usaha;

(e) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

(f) fotokopi Surat/Tanda Izin Usaha atau yang sejenis,

untuk calon penyewa yang berbentuk badan usaha;

dan

(g) surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan

kesediaan dari calon penyewa untuk tidak mengubah

bentuk, menjaga, memelihara BMN dan mengikuti

ketentuan yang berlaku selama jangka waktu Sewa.

(2) Dokumen yang harus dilengkapi oleh Satuan Kerja

Kementerian Kesehatan dalam pengajuan permohonan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN:

(a) latar belakang permohonan;

(b) jangka waktu sewa;

(c) peruntukan sewa, termasuk penyediaan infrastruktur

yang akan dilakukan dan kelompok/jenis

infrastruktur;

(d) besaran sewa, termasuk besaran faktor penyesuai;

(e) proposal/studi kelayakan (feasibility study) proyek

penyediaan infrastruktur;

(f) Data BMN yang diusulkan berupa:

(i) Kartu Identitas Barang;

(ii) Buku barang;

(iii) Fotokopi bukti kepemilikan atau dokumen yang

sejenis;

(iv) Foto BMN;

(v) Nilai BMN (nilai buku, nilai perolehan, NJOP); dan

(vi) Kuantitas BMN (luas, jumlah, kapasitas).

(g) Data Calon Mitra Pemanfaatan.

(h) Surat Pernyataan bermaterai cukup tidak mengganggu

tugas dan fungsi yang ditandatangani oleh Pimpinan

Satuan Kerja.

(i) Surat Pernyataan bermaterai cukup BMN dalam

penguasaan yang ditandatangani oleh Pimpinan

Satuan Kerja.

Page 162: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-162-

162

(j) Surat Pernyataan bermaterai cukup tanggung jawab

atas rencana Sewa BMN dalam rangka penyediaan

infrastruktur;

(k) Surat rekomendasi kelayakan penyediaan

infrastruktur dari instansi teknis terkait.

(3) Penandatanganan perjanjian Pemanfaatan BMN dalam

rangka penyediaan infrastruktur melalui Sewa BMN

dilakukan paling lama 6 (enam) bulan, terhitung sejak

berlakunya Keputusan Sewa BMN.

(4) Dalam hal jangka waktu sudah terlewati dan perjanjian

belum ditandatangani maka persetujuan atau keputusan

batal demi hukum.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian administrasi,

penilaian, penandatanganan perjanjian, dan pelaksanaan

sewa BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur

mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan

di bidang sewa BMN.

(6) Tata cara kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk Sewa BMN:

(a) Permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk Sewa BMN yang ditujukan kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan

(i) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk Sewa BMN kepada unit Eselon I terkait.

(ii) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data

dan kelengkapan persyaratan dokumen serta

meneruskan usulan dimaksud kepada Sekretaris

Jenderal up. Kepala Biro Keuangan dan BMN.

(iii) Apabila data dan dokumen telah lengkap

selanjutnya Sekretaris Jenderal atas nama

Menteri Kesehatan mengajukan surat

permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk Sewa BMN kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan.

Page 163: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-163-

163

(iv) Setelah terbit persetujuan dari Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan,

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

menerbitkan keputusan pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN (paling lama satu bulan sejak terbit

persetujuan).

(v) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra

Pemanfaatan menandatangani Perjanjian kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk

Sewa BMN.

(vi) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk Sewa BMN berikut dokumen kepada

Pimpinan Unit Eselon I dan ditembuskan kepada

Biro Keuangan dan BMN.

(b) Permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk Sewa BMN yang ditujukan kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi DJKN Kementerian Keuangan

(i) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk Sewa BMN kepada unit Eselon I terkait.

(ii) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data

dan kelengkapan persyaratan dokumen serta

meneruskan usulan dimaksud kepada Kepala

Biro Keuangan dan BMN.

(iii) Apabila data dan dokumen telah lengkap

selanjutnya Kepala Biro Keuangan dan BMN atas

nama Menteri Kesehatan mengajukan surat

permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk Sewa BMN kepada Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi DJKN Kementerian Keuangan.

Page 164: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-164-

164

(iv) Setelah terbit persetujuan dari Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi DJKN Kementerian Keuangan,

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

menerbitkan keputusan pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN;

(v) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra

Pemanfaatan menandatangani Perjanjian kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk

Sewa BMN; dan

(vi) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk Sewa BMN berikut dokumen kepada

Pimpinan Unit Eselon I dan ditembuskan kepada

Biro Keuangan dan BMN.

(c) Permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk Sewa BMN yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Wilayah DJKN Kementerian Keuangan

(i) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan permohonan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN kepada Kepala Kantor Wilayah DJKN

Kementerian Keuangan setelah mendapatkan

rekomendasi dari Pimpinan Unit Eselon I terkait.

(ii) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor

Wilayah DJKN Kementerian Keuangan, Pimpinan

Satuan Kerja mengajukan permohonan

penerbitan keputusan pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN secara berjenjang kepada Sekretaris

Jenderal.

(iii) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra

Page 165: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-165-

165

Pemanfaatan menandatangani Perjanjian kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk

Sewa BMN.

(iv) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk Sewa BMN berikut dokumen kepada

Pimpinan Unit Eselon I dan ditembuskan kepada

Biro Keuangan dan BMN.

(d) Permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk Sewa BMN yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

DJKN Kekayaan Negara Kementerian Keuangan

(i) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan permohonan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang DJKN Kementerian Keuangan

setelah mendapatkan rekomendasi dari Pimpinan

Unit Eselon I terkait.

(ii) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kementerian Keuangan, Pimpinan Satuan Kerja

mengajukan permohonan penerbitan keputusan

pelaksanaan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk Sewa BMN secara berjenjang

kepada Sekretaris Jenderal.

(iii) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk Sewa

BMN tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra

Pemanfaatan menandatangani Perjanjian kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk

Sewa BMN.

(iv) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk Sewa BMN berikut dokumen kepada

Pimpinan Unit Eselon I dan ditembuskan kepada

Biro Keuangan dan BMN.

Page 166: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-166-

166

c) Kerja Sama Pemanfaatan Melalui KSP

(1) Persyaratan dokumen untuk Mitra Pemanfaatan melalui

KSP dalam rangka penyediaan infrastruktur:

(a) nama;

(b) alamat;

(c) bentuk kelembagaan;

(d) jenis kegiatan usaha;

(e) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

(f) fotokopi Surat/Tanda Izin Usaha atau yang sejenis,

untuk calon mitra yang berbentuk badan usaha; dan

(g) surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan

kesediaan dari calon mitra untuk tidak merubah

bentuk, menjaga, memelihara BMN dan mengikuti

ketentuan yang berlaku selama jangka waktu KSP.

(2) Dokumen yang harus dilengkapi oleh Satuan Kerja

Kementerian Kesehatan dalam pengajuan permohonan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP:

(a) latar belakang permohonan;

(b) jangka waktu KSP;

(c) peruntukan KSP, termasuk penyediaan infrastruktur

yang akan dilakukan dan kelompok/jenis

infrastruktur;

(d) usulan besaran kontribusi tetap dan pembagian

keuntungan, termasuk besaran faktor penyesuai;

(e) proposal/studi kelayakan (feasibility study) proyek

penyediaan infrastruktur;

(f) Data BMN yang diusulkan berupa:

(i) Kartu Identitas Barang;

(ii) Buku barang;

(iii) Fotokopi bukti kepemilikan atau dokumen yang

sejenis;

(iv) Foto BMN;

(v) Nilai BMN (nilai buku, nilai perolehan, NJOP);

(vi) Kuantitas BMN (luas, jumlah, kapasitas);

(vii) Data Calon Mitra Pemanfaatan;

Page 167: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-167-

167

(viii) Surat Pernyataan bermaterai cukup tidak

mengganggu tugas dan fungsi yang

ditandatangani oleh Pimpinan Satuan Kerja;

(ix) Surat Pernyataan bermaterai cukup BMN dalam

penguasaan yang ditandatangani oleh Pimpinan

Satuan Kerja;

(x) Surat Pernyataan bermaterai cukup tanggung

jawab atas rencana KSP BMN dalam rangka

penyediaan infrastruktur; dan

(xi) Surat rekomendasi kelayakan penyediaan

infrastruktur dari instansi teknis terkait.

(g) Penandatanganan perjanjian Pemanfaatan BMN dalam

rangka penyediaan infrastruktur melalui KSP BMN

dilakukan paling lama 1 (satu) tahun, terhitung sejak

berlakunya keputusan KSP;

(h) Dalam hal jangka waktu sudah terlewati dan

perjanjian belum ditandatangani, maka persetujuan

atau keputusan batal demi hukum.

(i) Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian

administrasi, pembentukan tim dan pelaksanaan

penilaian, pemilihan mitra, pembayaran konstribusi

tetap dan pembagian keuntungan, penandatanganan

perjanjian, dan pelaksanaan KSP BMN dalam rangka

penyediaan infrastruktur mengacu pada pengaturan

mengenai KSP BMN sebagaimana diatur dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

pengelolaan BMN.

(3) Tata cara kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk KSP BMN

(a) Permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk KSP BMN yang ditujukan kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian

Keuangan

(i) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk KSP BMN kepada unit Eselon I terkait.

Page 168: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-168-

168

(ii) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data

dan kelengkapan persyaratan dokumen serta

meneruskan usulan dimaksud kepada Sekretaris

Jenderal up. Kepala Biro Keuangan dan BMN.

(iii) Apabila data dan dokumen telah lengkap

selanjutnya Sekretaris Jenderal atas nama

Menteri Kesehatan mengajukan surat

permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk KSP BMN kepada Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

(iv) Setelah terbit persetujuan dari Direktur Jenderal

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan,

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

menerbitkan keputusan pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP BMN

(paling lama satu bulan sejak terbit persetujuan).

(v) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP BMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra

Pemanfaatan menandatangani Perjanjian kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP

BMN.

(vi) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk KSP BMN berikut dokumen kepada

Pimpinan Unit Eselon I dan ditembuskan kepada

Biro Keuangan dan BMN.

(b) Permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk KSP BMN yang ditujukan kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi DJKN Kementerian Keuangan

(i) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk KSP BMN kepada unit Eselon I terkait.

Page 169: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-169-

169

(ii) Pimpinan unit Eselon I meneliti keakuratan data

dan kelengkapan persyaratan dokumen serta

meneruskan usulan dimaksud kepada Kepala

Biro Keuangan dan BMN.

(iii) Apabila data dan dokumen telah lengkap

selanjutnyaKepala Biro Keuangan dan BMN atas

nama Menteri Kesehatan mengajukan surat

permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk KSP BMN kepada Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi DJKN Kementerian Keuangan.

(iv) Setelah terbit persetujuan dari Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi DJKN Kementerian Keuangan,

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

menerbitkan keputusan pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP

BMN.

(v) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP BMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra

Pemanfaatan menandatangani Perjanjian kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP

BMN.

(vi) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk KSP BMNberikut dokumen kepada

Pimpinan Unit Eselon I dan ditembuskan kepada

Biro Keuangan dan BMN.

(c) Permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk KSP BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Wilayah DJKN Kementerian Keuangan

Page 170: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-170-

170

(i) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan permohonan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP BMN

kepada Kepala Kantor Wilayah DJKN Kementerian

Keuangan setelah mendapatkan rekomendasi dari

Pimpinan Unit Eselon I terkait.

(ii) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor

Wilayah DJKN Kementerian Keuangan, Pimpinan

Satuan Kerja mengajukan permohonan

penerbitan keputusan pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP BMN

secara berjenjang kepada Sekretaris Jenderal.

(iii) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP BMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra

Pemanfaatan menandatangani Perjanjian kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP

BMN.

(iv) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk KSP BMN berikut dokumen kepada

Pimpinan Unit Eselon I dan ditembuskan kepada

Biro Keuangan dan BMN.

(d) Permohonan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk KSP BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kekayaan Negara Kementerian Keuangan

(i) Pimpinan Satuan Kerja atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan permohonan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP BMN

kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang DJKN Kementerian Keuangan

setelah mendapatkan rekomendasi dari Pimpinan

Unit Eselon I terkait.

(ii) Setelah terbit persetujuan dari Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang DJKN

Kementerian Keuangan, Pimpinan Satuan Kerja

Page 171: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-171-

171

mengajukan permohonan penerbitan keputusan

pelaksanaan kerja sama penyediaan infrastruktur

dalam bentuk KSP BMN secara berjenjang kepada

Sekretaris Jenderal.

(iii) Berdasarkan Keputusan Pelaksanaan kerja sama

penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP BMN

tersebut Pimpinan Satuan Kerja dan Mitra

Pemanfaatan menandatangani Perjanjian kerja

sama penyediaan infrastruktur dalam bentuk KSP

BMN.

(iv) Pimpinan Satuan Kerja melaporkan pelaksanaan

kerja sama penyediaan infrastruktur dalam

bentuk KSP BMN berikut dokumen kepada

Pimpinan Unit Eselon I dan ditembuskan kepada

Biro Keuangan dan BMN.

6. Pelaksanaan pemanfaatan Barang Milik Negara di lingkungan satuan

kerja Badan Layanan Umum (BLU) Kementerian Kesehatan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 172: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-172-

172

BAB IV

RUMAH NEGARA

A. Prinsip Umum

Penghunian rumah negara dilaksanakan dengan memperhatikan

ketentuan sebagai berikut :

1. Penghunian rumah negara hanya dapat diberikan kepada pejabat

atau pegawai negeri Kementerian Kesehatan.

2. Setiap penghuni rumah negara harus memiliki SKPP dan SIP.

3. SKPP diberikan oleh Menteri Kesehatan/Sekretaris Jenderal/Kepala

Biro Keuangan dan BMN sesuai dengan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan tentang pendelegasian wewenang penandatanganan SKPP.

4. Masa berlaku SKPP rumah negara golongan I Jabatan adalah

selama yang bersangkutan menduduki jabatan tersebut.

5. Masa berlaku SKPP rumah negara golongan I non jabatan dan rumah

negara golongan II adalah 3 (tiga) tahun dan dapat

diperpanjang/dicabut sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Hak penghunian rumah negara mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam SKPP dan berakhir pada

waktu penghuni yang bersangkutan tidak berhak lagi menempati

rumah negara;

7. SKPP sewaktu-waktu dapat dibatalkan apabila ada permintaan dari

penghuni dan/atau mutasi jabatan dan/atau rumah negara tidak

ditempati sesuai ketentuan dan/atau penghuni tidak berhak lagi

menempati rumah negara;

8. Pegawai negeri yang pindah tugas dan/atau mutasi jabatan harus

mengembalikan rumah negara yang dihuninya kepada Satuan Kerja;

9. Rumah negara golongan I non jabatan dan rumah negara golongan II

hanya dapat dihuni oleh PNS di lingkungan Satuan Kerja yang

menatausahakan rumah negara tersebut.

10. Apabila penghuni menambah, mengurangi atau merubah bangunan

yang dihuni harus mendapatkan izin tertulis dari Pengguna Barang

yang diajukan secara berjenjang. Biaya yang digunakan untuk

menambah, mengurangi atau merubah bangunan tidak

mendapatkan penggantian dari Kementerian Kesehatan;

Page 173: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-173-

173

11. Suami dan isteri yang masing-masing berstatus pegawai negeri

hanya dapat menghuni satu rumah negara kecuali penugasan dan

tempat tinggal mereka di daerah yang berlainan

12. Pegawai negeri yang telah memperoleh rumah negara golongan III

tidak dapat menghuni rumah negara golongan I non jabatan dan

rumah negara golongan II kecuali rumah negara golongan I jabatan

sesuai tingkat jabatannya;

13. Pengajuan permohonan penghunian rumah negara secara berjenjang

melalui pimpinan Satuan Kerja dan Unit Eselon I kepada Menteri

Kesehatan u.p.Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

14. Permohonan pengalihan hak rumah negara golongan III diajukan

oleh penghuni dengan mengisi formulir permohonan yang ditujukan

kepada Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat up.:

a. Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk rumah

negara yang berlokasi di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang

dan Bekasi;

b. Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui Kepala

Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Teknis Provinsi yang membidangi

rumah negara untuk rumah negara yang berlokasi di luar DKI

Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

15. SKPP dan SIP rumah negara sekurang-kurangnya berisi ketentuan:

a. Identitas pejabat yang berwenang menandatangani izin

penghunian;

b. Data kepegawaian calon penghuni rumah negara;

c. Alamat rumah negara yang akan dihuni;

d. Luas tanah dan bangunan rumah negara;

e. Sewa per bulan sesuai ketentuan yang berlaku;

f. Kewajiban dan larangan yang harus dipatuhi oleh calon

penghuni;

g. Jangka waktu calon penghuni harus segera menempati rumah

negara;

h. Sanksi apabila penghuni tidak melaksanakan kewajiban dan

larangan.

Page 174: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-174-

174

16. Pimpinan Unit Eselon I wajib menyampaikan daftar rekapitulasi

pelaksanaan pengelolaan rumah negara di lingkungan masing-

masing per triwulanan kepada Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro

Keuangan dan BMN selambat-lambatnya tanggal 10 bulan

berikutnya.

B. Kewajiban Dan Larangan Penghuni Negara

1. Kewajiban

a. Menghuni rumah negara selambat-lambatnya dua bulan setelah

menerima SKPP.

b. Membayar sewa rumah negara yang besarnya sesuai ketentuan

yang berlaku melalui pemotongan gaji.

c. Membayar pajak-pajak,retribusi dan lain-lain yang berkaitan

dengan penghunian rumah negara.

d. Membayar biaya pemakaian daya listrik,telepon,air, dan/atau

gas.

e. Memelihara dan memanfaatkan rumah negara sesuai dengan

fungsinya.

f. Mengajukan permohonan perpanjangan SKPP paling lambat

enam bulan sebelum masa berlakunya berakhir.

g. Mengosongkan dan menyerahkan rumah negara beserta

kuncinya kepada Kepala Satuan Kerja selambat-lambatnya

dalam jangka waktu tiga bulan sejak diterima keputusan

pencabutan SKPP atau mutasi atau pindah atas kemauan

sendiri atau pensiun.

2. Larangan

a. Mengalihkan penghunian dan/atau menyewakan sebagian atau

seluruh rumah kepada pihak lain.

b. Menambah, mengurangi atau merubah bangunan yang dihuni

tanpa izin tertulis dari Pengguna Barang.

c. Menggunakan rumah tidak sesuai dengan fungsi yang

ditetapkan (warung, kost, kontrakan dan lain-lain).

d. Menghuni rumah negara dalam satu kota/daerah yang sama

bagi masing-masing suami/isteri yang berstatus pegawai negeri.

Page 175: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-175-

175

3. Ketentuan Berlaku Dan Berakhirnya Penghunian Rumah negara

a. Hak Penghunian rumah negara mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam SKPP rumah negara

dan berakhir pada waktu penghuni yang bersangkutan tidak

berhak lagi menempati rumah negara.

b. Penghuni rumah negara golongan I Jabatan harus

mengembalikan kunci dan rumah negara yang dihuni beserta

fasilitas BMN yang diterima kepada Pimpinan Satuan Kerja

selambat-lambatnya dua bulan sejak tidak memegang jabatan

tersebut.

c. Penghuni rumah negara golongan I non Jabatan dan golongan

II yang berhenti karena:

1) diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun;

2) meninggal dunia;

3) mutasi antar instansi;

4) mutasi antar satuan kerja; atau

5) berhenti atas kemauan sendiri dengan hak pensiun dan

tanpa hak pensiun,

maka yang bersangkutan wajib mengembalikan kunci dan

rumah negara yang dihuninya kepada Pimpinan Satuan Kerja

selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak diterima keputusan

pencabutan izin penghunian;

d. Penghuni rumah negara golongan I non Jabatan dan golongan

II yang berhenti karena:

1) diberhentikan dengan tidak hormat tanpa menerima hak

pensiun; atau

2) melanggar larangan penghunian rumah negara atau izin

penghuniannya dicabut,

maka yang bersangkutan wajib mengembalikan kunci dan

rumah negara yang dihuninya kepada Pimpinan Satuan Kerja

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterima keputusan

pencabutan izin penghunian;

e. Penghuni rumah Negara yang masa kerjanya tidak mencukupi

masa berlaku SKPP (tiga tahun), maka penghuni rumah Negara

tidak dapat mengusulkan atau memperpanjang SKPP.

f. Pencabutan SKPP dan SIP diterbitkan atas usulan dari

pimpinan Satuan Kerja secara berjenjang.

Page 176: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-176-

176

g. Penghuni yang telah dicabut SKPP dan SIP wajib mengosongkan

rumah Negara, apabila tidak dilaksanakan maka pengosongan

rumah Negara tersebut dilakukan secara paksa oleh Satuan

Kerja dengan bantuan instansi berwenang.

h. Jika terjadi permasalahan rumah negara golongan I dan

golongan II agar dilaporkan secara berjenjang kepada unit

Eselon I berkoordinasi dengan Bagian Hukormas Eselon I, Biro

Hukum dan Organisasi dan Biro Keuangan dan BMN.

i. Penyelesaian sengketa rumah negara golongan III, dilakukan

oleh Direktur Jenderal Cipta Karya dalam hal ini Direktur

Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk rumah negara yang

terletak di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Teknis Provinsi

untuk rumah negara di luar daerah tersebut di atas.

C. Pengadaan, Penetapan Status Golongan, Pendaftaran, Pengalihan Status,

Pengalihan Hak Dan Alih Fungsi Rumah Negara

1. Pengadaan Rumah Negara

a. Penyediaan rumah negara

Penyediaan rumah negara dilakukan dengan cara pembelian,

tukar-menukar atau perolehan lainnya yang sah. Pembelian

rumah negara dapat dilakukan secara langsung oleh Pemerintah

dari perorangan, koperasi, atau badan usaha.

Tukar menukar rumah negara dapat dilakukan oleh Pemerintah

dengan pemerintah daerah, badan usaha milik negara/daerah,

badan hukum milik pemerintah lainnya, atau swasta baik yang

berbentuk badan hukum maupun perorangan.

Sedangkan perolehan lainnya yang sah meliputi :

1) rumah yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang

sejenis;

2) rumah yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak;

3) rumah yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; atau

4) rumah yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Page 177: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-177-

177

b. Pembangunan rumah negara

Pembangunan rumah Negara diselenggarakan berdasarkan

pada standar tipe rumah negara, serta pangkat dan golongan

pegawai negeri di atas tanah yang sudah jelas status haknya.

Standar luas rumah negara beserta standar luas tanahnya

ditetapkan sesuai dengan tipe rumah negara yang didasarkan

pada tingkat jabatan dan golongan kepangkatan penghuni.

Pengadaan rumah negara wajib mengikuti standar tipe dan

kelas bangunan rumah negara sebagaimana tersebut dalam

matrik di bawah ini:

TIPE PENGGUNA LUAS (m2)

BANGUNAN TANAH

KHUSUS Menteri

400 1.000 Pimpinan Lembaga Tinggi Negara

A

Sekretaris Jenderal/Direktur

Jenderal/Inspektur Jenderal 250 600

Pejabat yang setingkat

Anggota Lembaga Tinggi Negara/Dewan

B

Direktur/Kepala Pusat/Kepala Biro

120 350 Pejabat yang setingkat

Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/d dan

IV/e

C

Kepala Sub Direktorat/Kepala

Bagian/Kepala Bidang 70 200

Pejabat yang setingkat

Pegawai Negeri Sipil Gol. IV/a dan IV/c

D

Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian/Kepala

Sub Bidang 50 120

Pejabat yang setingkat

Pegawai Negeri Sipil Gol. III

E Pegawai Negeri Sipil Gol I dan Gol II 36 100

Page 178: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-178-

178

Sepanjang tidak bertentangan dengan luasan persil yang

ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, toleransi

kelebihan tanah yang diizinkan untuk:

1) DKI Jakarta : 20 %

2) Ibukota Provinsi : 30 %

3) Ibukota Kabupaten/Kota : 40 %

4) Pedesaan : 50 %

c. Pendaftaran rumah negara

Kementerian Kesehatan wajib mendaftarkan Rumah negara

yang dikuasainya kepada Menteri Pekerjaan Umum up. Direktur

Jenderal Cipta Karya selaku Pembina Rumah

negara.Pendaftaran ini dimaksudkan agar semua Rumah negara

beserta atau tidak beserta tanahnya dalam Kementerian

Kesehatan tercatat dan terinventarisasi di Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Pengajuan permohonan pendaftaran rumah negara kepada

Kementerian Pekerjaan Umum selambat-lambatnya enam bulan

sejak ditetapkan status golongan rumah negara.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan di Biro Keuangan dan BMN

juga wajib mengumpulkan data rumah negara yang sudah

ditetapkan status golongan dan penggunaan untuk dikompilasi

dan didaftarkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat. Selanjutnya data jumlah rumah negara,

status golongan dan penggunaan rumah negara dapat diketahui

dengan tepat sehingga dapat disusun kebutuhan pembangunan,

pemeliharaan dan pengamanan rumah negara Kementerian

Kesehatan. Manfaat lain juga dapat diperoleh adalah besaran

pendapatan berupa sewa yang diperoleh dari pemanfaatan dan

pengalihan hak Rumah negara.

2. Penetapan Status Golongan Rumah Negara

Sebelum mengusulkan Surat Penunjukan Penghunian (SPP) dan

Surat Izin Penghunian (SIP) Satuan Kerja wajib mengajukan

permohonan usulan penetapan status golongan rumah negara

menjadi rumah negara golongan I (Jabatan), rumah negara golongan

I (Non Jabatan) dan/atau rumah negara golongan II. Penetapan

status golongan rumah negara dapat dilakukan beserta atau tidak

beserta tanahnya.

Page 179: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-179-

179

Penetapan status rumah negara golongan I (Jabatan), rumah

negara golongan I (Non Jabatan) dan II di lingkungan Kementerian

Kesehatan ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atas nama Menteri

Kesehatan. Sedangkan untuk perubahan status rumah negara

golongan II menjadi rumah negara golongan III dilakukan oleh

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam hal ini (dhi)

Direktur Jenderal Cipta Karya atas usulan pimpinan Kementerian

Kesehatan dan/atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan

kewenangannya.

3. Pengalihan Status Golongan Rumah Negara

Pengalihan status golongan rumah negara diatur sebagai berikut:

a. Rumah negara golongan II yang tidak dapat dialihkan statusnya

menjadi rumah negara golongan III adalah rumah negara yang

berfungsi sebagai mess, asrama dan guest house serta rumah

negara yang masih dalam sengketa.

b. Perubahan status rumah negara golongan II menjadi rumah

negara golongan III dilakukan berdasarkan kajian dan usulan

secara berjenjang mulai dari pimpinan Satuan Kerja sampai

dengan pimpinan tingkat Eselon I dan selanjutnya diajukan

kepada Menteri Kesehatan u.p. Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan.

c. Dalam melakukan pengalihan status rumah negara golongan II

menjadi rumah negara golongan III terdapat luas tanah dan

bangunannya melebihi ketentuan standar tipe dan kelas

bangunan atau pangkat dan golongannya tidak sesuai

peruntukan harus mendapat kajian dan ijin tertulis dari

pimpinan Unit Eselon I terkait.

d. Rumah negara golongan II dapat diubah menjadi rumah negara

golongan I dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah jabatan

jika secara teknis memenuhi ketentuan rumah jabatan

berdasarkan tipe dan kelas rumah negara.

Rumah negara golongan II yang dapat dialihkan statusnya menjadi

rumah negara golongan III harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. Rumah negara telah ditetapkan statusnya menjadi rumah

negara golongan II oleh Menteri Kesehatan;

b. Tidak berfungsi sebagai mess/asrama;

Page 180: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-180-

180

c. Status rumah dan tanah tidak dalam sengketa berdasarkan

surat keterangan dari pimpinan Unit Eselon I;

d. Umur bangunan rumah negara minimal sepuluh tahun sejak

dimiliki oleh negara atau sejak ditetapkan perubahan fungsi

bangunan menjadi rumah negara;

e. Penghuni rumah negara telah memiliki masa kerja sebagai

Pegawai Negeri minimal sepuluh tahun;

f. Penghuni rumah negara harus memiliki Surat Penunjukan

Penghunian (SPP) dan Surat Izin Penghunian (SIP) yang sah dan

suami atau istri yang bersangkutan belum pernah membeli atau

memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari negara;

g. Surat pernyataan dari penghuni bahwa belum pernah

mendapatkan fasilitas rumah dari negara diatas materai;

h. Penghuni menyatakan bersedia mengajukan permohonan

Pengalihan Hak rumah negara minimal satu tahun terhitung

sejak rumah tersebut menjadi Rumah negara Golongan III

dengan ketentuan jika lalai mengajukan permohonan tersebut

maka kepada penghuni dikenakan sanksi membayar sewa dua

kali lipat dari sewa setiap bulannya yang ditetapkan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Alih Fungsi Rumah Negara

Dalam hal diperlukan, Kementerian Kesehatan dapat melakukan alih

fungsi BMN rumah negara menjadi bangunan kantor.

B. Pelaksanaan Penghunian Rumah Negara

1. Pendaftaran Rumah Negara

a. Persyaratan

1) Daftar rincian rumah negara;

2) Gambar ledger/gambar arsip berupa rumah negara dan

gambar situasi;

3) Fotokopi dokumen penganggaran rumah negara (DIP, DIPA,

dan lain-lain) atau surat keterangan dari Kepala Satuan

Kerja jika tidak ditemukan dokumen penganggaran rumah

negara;

4) Fotokopi surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau surat

keterangan Kepala Satuan Kerja jika IMB tidak ditemukan;

5) Fotokopi sertifikat/bukti kepemilikan tanah

Page 181: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-181-

181

b. Tata Cara

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

pendaftaran rumah negara melalui Pimpinan Unit Eselon I

yang terkait kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan dengan melampirkan dokumen persyaratan

tersebut diatas.

2) Selanjutnya Kepala Biro Keuangan dan BMN atas nama

Sekretaris Jenderal mengajukan surat permohonan

pendaftaran rumah Negara kepada Direktur Jenderal Cipta

Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat u.p.:

a) Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk

rumah negara yang berlokasi di DKI Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang dan Bekasi;

b) Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan

melalui Kepala Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Teknis

Provinsi yang membidangi rumah negara, untuk

rumah negara yang berlokasi di luar DKI Jakarta,

Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

2. Penetapan Status Golongan Rumah Negara

a. Persyaratan

1) Bukti kepemilikan hak atas tanah dan rumah negara;

2) Foto rumah negara tampak depan dan samping;

3) Daftar rincian rumah negara sesuai dengan format

terlampir;

4) Fotokopi dokumen penganggaran rumah negara (DIP, DIPA

dan lain-lain) atau surat keterangan dari Kepala Satuan

Kerja jika tidak ditemukan dokumen penganggaran rumah

negara;

5) Fotokopi surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau surat

keterangan Kepala Satuan Kerja jika IMB tidak ditemukan;

6) Kartu Identitas Barang (KIB) rumah negara sesuai dengan

data yang ada didalam aplikasi penatausahaan BMN;

7) Untuk pengadaan rumah negara wajib melampirkan

gambar arsip dan/atau gambar situasi;

8) Surat ijin dari pemegang hak atas tanah apabila rumah

negara tersebut berdiri diatas tanah pihak lain.

Page 182: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-182-

182

b. Tata Cara

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penetapan status golongan rumah negara melalui Pimpinan

Unit Eselon I yang terkait kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan dengan melampirkan dokumen

persyaratan tersebut di atas.

2) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kesehatan

menetapkan status golongan rumah negara ke dalam

rumah negara golongan I jabatan, golongan I non jabatan

dan/atau rumah negara golongan II dengan tembusan

disampaikan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat selaku Pembina Rumah Negara dan

Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang Milik Negara.

3. Penghunian Rumah Negara

a. Persyaratan Penghunian Baru, Perpanjangan dan Penggantian

Penghunian

1) Fotokopi SK pengangkatan PNS terakhir;

2) Fotokopi SK pengangkatan kedalam jabatan (struktural/

fungsional);

3) Surat Pernyataan untuk menaati kewajiban dan larangan

penghunian rumah negara dibubuhi materai secukupnya

sesuai format terlampir;

4) Formulir ketentuan penghunian rumah negara bermaterai

secukupnya dan Pas foto berwarna terbaru ukuran 3x4 cm

dari yang bersangkutan dan ditandatangani oleh Pimpinan

satuan kerja di atas kop surat satuan kerja sesuai format

terlampir;

5) Data rumah negara yang ditandatangani oleh pimpinan

Satuan Kerja sesuai dengan format terlampir;

6) Foto bangunan rumah negara tampak depan dan samping;

7) Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang

terdapat pada Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), jika tidak

memiliki maka dapat menggunakan fotokopi SPPT sekitar

rumah negara tersebut;

8) Fotokopi SPP dari penghuni lama (khusus untuk

perpanjangan dan penggantian penghunian);

Page 183: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-183-

183

9) Fotokopi bukti pembayaran sewa rumah negara bulan

terakhir (khusus untuk perpanjangan penghunian);

10) Surat penyerahan rumah negara dari penghuni kepada

satuan kerja (khusus untuk penggantian penghunian);

11) Jika surat penyerahan rumah negara dari penghuni kepada

satuan kerja, sebagaimana dimaksud pada angka (10) tidak

ditemukan karena penghuni lama tidak menyerahkan

rumah negara dimaksud, maka dapat diganti dengan surat

pernyataan dari Kepala Satuan Kerja dengan materai

secukupnya (khusus untuk penggantian penghunian).

b. Tata Cara

1) Calon penghuni mengajukan permohonan penghunian

rumah Negara kepada Pimpinan Satuan Kerja dengan

melampirkan dokumen persyaratan tersebut di atas.

2) Pimpinan Satuan Kerja selanjutnya mengusulkan kepada

Unit Eselon I;

3) Unit Eselon I mengkaji dan menilai berdasarkan kriteria

penilaian faktor kedinasan, faktor sosial pejabat dan

pegawai negeri yang bersangkutan dan menerbitkan surat

rekomendasi (khusus untuk penghunian baru)

4) Berdasarkan rekomendasi Unit Eselon I, Menteri Kesehatan

dalam hal ini Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

dan/atau pejabat yang ditunjuk, menerbitkan Surat

Keputusan SKPP rumah negara dan tembusannya

disampaikan kepada:

a) Menteri Kesehatan;

b) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

c) Eselon I terkait;

d) Kepala satuan kerja terkait;

e) Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal

Perbendaharaan; dan

f) Bendaharawan Gaji satuan kerja terkait.

4. Pengalihan Status Rumah Negara

a. Persyaratan

1) Gambar ledger/gambar arsip berupa rumah negara dan

gambar situasi;

Page 184: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-184-

184

2) Fotokopi keputusan penetapan status penggunaan rumah

negara;

3) Fotokopi keputusan penetapan status rumah negara

golongan II;

4) Fotokopi sertifikat tanah;

5) Fotokopi dokumen penganggaran pembangunan rumah

negara/surat keterangan dari Kepala Satker jika DIPA, DIP

apabila tidak diketemukan;

6) Fotokopi surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)/surat

keterangan dari Kepala Satker jika rumah negara tersebut

belum dan atau tidak memiliki IMB;

7) Fotokopi Surat Keputusan Penunjukan (SKPP) dan Surat

Izin Penghunian (SIP) rumah negara golongan golongan II;

8) Fotokopi SK pangkat terakhir penghuni rumah negara;

9) Surat keterangan rumah/tanah tidak dalam sengketa;

10) Berita acara pemeriksaan atas rumah negara dan tanah

oleh Kementerian Kesehatan;

11) Surat pernyataan penghuni bersedia membeli rumah

negara;

12) Surat izin dari pemegang hak atas tanah apabila rumah

negara tersebut berdiri di atas tanah pihak lain dan;

13) Hasil kajian Pejabat Eselon I terkait atas pengalihan rumah

negara golongan II menjadi rumah negara golongan III;

14) Persetujuan tertulis dari menteri kesehatan untuk

pengalihan status rumah negara golongan II menjadi

rumah negara golongan III;

15) Surat pernyataan bersedia menerima pengalihan dari

pengguna barang rumah negara golongan III.

b. Tata Cara

1) Pengalihan Rumah negara Golongan II menjadi Rumah

negara Golongan III

a) Penghuni rumah negara mengajukan usul kepada

pimpinan Satker dengan melampirkan dokumen

persyaratan tersebut diatas;

Page 185: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-185-

185

b) Pimpinan Satker mengajukan permohonan kepada

pimpinan Unit Eselon I dengan melampirkan kajian

pengalihan status golongan rumah negara golongan II

menjadi golongan III yang mencakup hal-hal sebagai

berikut:

(i) Statistik rumah negara yang ada;

(ii) Jumlah rumah negara; dan

(iii) Analisis kebutuhan rumah negara.

Jika terjadi luas tanah dan bangunan melebihi

ketentuan standar tipe atau kelas bangunan, maka

harus ada keterangan yang menyatakan:

(i) kelebihan luas tanah masih merupakan kesatuan

dengan tanah semula;

(ii) kelebihan luas tanah tidak dapat di-

manfaatkan/dipergunakan secara efisien;

(iii) bukan merupakan prasarana dan sarana

lingkungan; atau

(iv) tidak dapat dibangun untuk satu rumah sesuai

Rencana Tata Ruang Wilayah setempat

c) Pimpinan Eselon I mengusulkan permohonan

pengalihan status rumah negara golongan II menjadi

golongan III kepada Menteri Kesehatan u.p. Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan dengan

melampirkan dokumen persyaratan di atas.

d) Selanjutnya Menteri Kesehatan akan membuat surat

persetujuan.

e) Sekretaris Jenderal a.n. Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan bersedia menerima alih

status rumah negara golongan II menjadi rumah

negara golongan III kepada Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat.

f) Setelah mendapat surat persetujan dari Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selanjutnya

Sekretaris Jenderal a.n. Menteri Kesehatan

mengajukan permohonan alih status rumah negara

golongan II menjadi rumah negara golongan III kepada

Kementerian Keuangan.

Page 186: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-186-

186

g) Setelah mendapat persetujuan alih status dari

Kementerian Keuangan selanjutnya Sekretaris

Jenderal a.n. Menteri Kesehatan mengajukan

permohonan pengalihan rumah negara golongan II

menjadi rumah negara golongan III kepada Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dhi

Direktur Jenderal Cipta Karya dengan

mempergunakan contoh formulir pada lampiran.

h) Direktur Jenderal Cipta Karya a.n. Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat akan menerbitkan

Keputusan penetapan alih status rumah negara

golongan III, tembusannya disampaikan kepada

Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan serta

penghuni rumah negara.

i) Berdasarkan Surat Keputusan alih status dari

Direktur Jenderal Cipta Karya a.n. Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyattersebut

selanjutnya membuat Berita Acara Serah Terima

antara Kementerian Kesehatan dengan Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

j) Berdasarkan BAST diatas selanjutnya Kementerian

Kesehatan akan menerbitkan Surat Keputusan

Penghapusan rumah Negara golongan II dan

mengeluarkan pencatatan rumah negara dalam

aplikasi penatausahaan BMN.

k) Setelah terbit Surat Keputusan Penghapusan rumah

Negara diatas selanjutnya Satuan Kerja mengeluarkan

pencatatan rumah Negara dalam aplikasi

penatausahaan BMN, dengan menggunakan menu

transfer keluar.

2) Pengalihan Status Rumah Negara Golongan II menjadi

Rumah Negara Golongan I

a) Pimpinan satuan kerja mengajukan permohonan

kepada pimpinan Unit Eselon I dengan melampirkan

persyaratan tersebut diatas.

Page 187: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-187-

187

b) Berdasarkan permohonan dari Pimpinan Unit Eselon I,

maka Menteri Kesehatan dhi Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan menerbitkan keputusan alih

status rumah negara golongan II menjadi rumah

negara golongan I yang tembusannya disampaikan

kepada Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan

rakyat serta Menteri Keuangandan Kementerian

Kesehatan mengeluarkan pencatatan rumah negara

dalam aplikasi penatausahaan BMN.

B. Alih Fungsi Rumah Negara

1. Persyaratan

a. Kartu Identitas Barang (KIB);

b. Fotokopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

c. Data Barang MIlik Negara (BMN) yang akan di alih fungsikan;

d. Foto Barang MIlik Negara yang akan di alih fungsikan;

e. Surat keterangan dari pimpinan Satuan Kerja atas maksud

tujuan alih fungsi; dan

f. Surat persetujuan dari pemegang hak atas tanah bila Barang

Milik Negara tersebut berdiri di atas tanah pihak lain.

2. Tata Cara

a. Satuan Kerja mengajukan permohonan alih fungsi rumah

Negara menjadi bangunan kantor kepada Pimpinan Unit Eselon

I.

b. Pimpinan Unit Eselon I mengajukan permohonan kepada

Menteri Kesehatan up. Sekretaris Jenderal.

c. Berdasarkan permohonan dari Pimpinan Unit Eselon I, maka

Menteri Kesehatan dalam hal ini Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan menerbitkan keputusan alih fungsi

rumah negara menjadi bangunan kantor.

d. selanjutnya Satuan Kerja mengeluarkan pencatatan rumah

Negara dalam aplikasi penatausahaan BMN, dengan

menggunakan menu reklasifikasi keluar dan reklasifikasi

masuk.

Page 188: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-188-

188

BAB V

PEMINDAHTANGANAN, PEMUSNAHAN, DAN PENGHAPUSAN

BARANG MILIK NEGARA

A. Prinsip Umum

1. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas Pengelolaan Barang Milik

Negara, Penghapusan Barang Milik Negara perlu dilaksanakan

secara efisien, efektif dan akuntabel, maka setiap satuan kerja yang

akan melakukan proses penghapusan BMN yang sudah dalam

kondisi rusak berat harus dilakukan proses penghentian BMN dari

operasional pemerintah dalam aplikasi SIMAK BMN dengan

menggunakan menu penghentian BMN dari penggunaan.

2. Kendaraan bermotor yang diusulkan hapus adalah kendaraan

bermotor dinas yang minimal telah berusia paling singkat 7 (tujuh)

tahun dan/atau yang kondisi fisik setinggi-tingginya tinggal 30%

(tiga puluh persen) dikarenakan kecelakaan atau force majeure

berdasarkan penilaian fisik dari instansi yang berwenang. Jika

terdapat kendaraan bermotor yang akan diusulkan untuk dihapus,

maka dilakukan proses penghentian BMN dari penggunaan dalam

aplikasi SIMAK BMN dengan menggunakan menu penghentian BMN

dari penggunaan. Kendaraan bermotor tersebut tidak boleh

menggunakan biaya operasional dan biaya pemeliharaan.

3. Dalam melaksanakan kegiatan penghapusan BMN diperlukan panitia

penghapusan BMN dan panitia penjualan BMN yang terdiri dari

pejabat/staf yang terkait dengan penatausahaan BMN pada masing-

masing Satuan Kerja. Jumlah panitia penghapusan BMN dan panitia

penjualan BMN harus ganjil dan jumlah personalia sesuai

kebutuhan Satuan Kerja. Keputusan pembentukan Panitia

Penghapusan BMN dan Panitia Penjualan BMN ditetapkan oleh

Pimpinan Unit Eselon I berdasarkan usulan Satuan Kerja. Uraian

tugas secara rinci Panitia Penghapusan BMN dan Penjualan BMN

dicantumkan pada Keputusan pembentukan Panitia Penghapusan

BMN dan Panitia Penjualan BMN.

4. Dalam melakukan penilaian BMN dalam rangka penghapusan BMN,

tim internal dapat melakukan penilaian BMN untuk menghasilkan

nilai taksiran atau dapat melibatkan instansi teknis yang kompeten

atau penilai.

Page 189: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-189-

189

5. Untuk mendukung kelancaran Panitia dan Pelaksanaan

Penghapusan, agar setiap Satuan Kerja wajib mengalokasikan

anggaran untuk kebutuhan kegiatan penghapusan antara lain honor

tim penghapusan, biaya penilaian fisik bangunan dan nilai

bongkaran bangunan, biaya penilaian fisik kendaraan bermotor serta

biaya penentuan nilai limit jual BMN yang akan dihapus apabila

menggunakan tim penilai dari eksternal instansi, biaya pengumuman

lelang dan biaya-biaya lain yang diperlukan.

6. Satuan Kerja mengajukan usulan proses Pemindahtanganan,

Pemusnahan, dan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit Eselon I

masing-masing guna memperoleh rekomendasi penghapusan.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, selanjutnya dilakukan

permohonan persetujuan kepada Kementerian Keuangan selaku

Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang yang telah

didelegasikan kewenangannya sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 tentang Pendelegasian

Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu

Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang.

7. Setelah terbitnya surat persetujuan pemindahtanganan dan/atau

Penghapusan dari Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang

yang telah didelegasikan kewenangannya, Satuan Kerja

mengusulkan Surat Keputusan Penghapusan BMN kepada Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan atau Pimpinan Unit Eselon I sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan

Barang Milik Negara. Surat keputusan penghapusan diterbitkan

paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal Berita Acara Serah Terima.

8. Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara dilaporkan kepada

Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang yang telah

didelegasikan kewenangannya sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 tentang Pendelegasian

Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu

Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang.

9. Pertimbangan penjualan Barang Milik Negara adalah dalam rangka

optimalisasi Barang Milik Negara yang berlebih atau idle, secara

ekonomis lebih menguntungkan bagi negara, dan sebagai

pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Page 190: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-190-

190

10. Penjualan tanah dan/atau bangunan harus memenuhi kirteria

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik

Negara.

11. Permohonan penjualan dengan cara lelang diajukan kepada instansi

pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi

pelayanan lelang paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal

persetujuan penjualan.

12. Dalam hal permohonan penjualan BMN secara lelang diajukan

melebihi jangka waktu 6 (enam) bulan terlebih dahulu dilakukan

penilaian ulang.

13. Ketentuan dalam Pelaksanaan Penjualan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penjualan Barang Milik Negara tidak boleh

mengganggu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

penyelenggaraan pemerintah;

b. Penjualan dilaksanakan terhadap BMN, termasuk namun tidak

terbatas pada, persedian berupa dokumen Negara yang masih

kosong atau belum terisi data/informasi.

c. Penjualan Barang Milik Negara dilaksanakan dengan cara:

1) Melalui lelang, dengan berpedoman pada ketentuan yang

berlaku;

2) Tanpa melalui lelang, untuk:

a) Barang Milik Negara yang bersifat khusus sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

yaitu:

(i) Rumah negara golongan III yang dijual kepada

penghuninya; atau

(ii) Kendaraan dinas perorangan pejabat negara yang

dijual kepada pejabat negara.

b) Barang Milik Negara lainnya, ditetapkan lebih lanjut

oleh Pengelola Barang berdasarkan pertimbangan yang

diberikan oleh Pengguna Barang dan instansi teknis

terkait, yaitu:

(i) Berupa tanah dan/atau bangunan yang akan

digunakan untuk kepentingan umum;

Page 191: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-191-

191

(ii) Berupa tanah yang merupakan tanah kavling

yang menurut perencanaan awal pengadaannya

digunakan untuk pembangunan perumahan

pegawai negeri sebagaimana tercantum dalam

dokumen penganggaran berupa daftar isian

pelaksanaan anggaran, kerangka acuan kerja,

rencana kerja dan anggaran

Kementerian/Lembaga, dan/atau petunjuk

operasional kegiatan;

(iii) Berupa selain tanah dan/atau bangunan yang

jika dijual secara lelang dapat merusak tataniaga

berdasarkan pertimbangan dari instansi yang

berwenang;

(iv) Berupa selain tanah dan/atau bangunan sebagai

akibat dari keadaan kahar (force majeure)

(v) Berupa bangunan yang berdiri diatas tanah pihak

lain atau Pemerintah Daerah yang dijual kepada

pihak lain atau Pemerintah Daerah pemilik tanah

tersebut; atau

(vi) Berupa BMN yang ditetapkan lebih lanjut oleh

Pengelola Barang.

d. Tindak lanjut penjualan Barang Milik Negara yang tidak laku

dijual secara lelang:

1) dilakukan lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali;

2) pada pelaksanaan lelang ulang sesuai diatas yang

dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal lelang

sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan penilaian ulang;

3) dalam hal pelaksaanaan lelang ulang tidak laku maka

dapat dilakukan alternatif bentuk lain Pengelolaan BMN

(Pemindahtanganan, Pemusnahan, Penghapusan).

14. Hibah Barang Milik Negara dilaksanakan dengan pertimbangan

untuk:

a. kepentingan sosial;

b. kepentingan budaya;

c. kepentingan keagamaan;

d. kepentingan kemanusiaan;

Page 192: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-192-

192

e. kepentingan pendidikan yang bersifat non komersial; dan/atau

f. penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

15. Barang Milik Negara dapat dihibahkan apabila memenuhi

persyaratan:

a. bukan merupakan barang rahasia negara;

b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang

banyak; atau

c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi

penyelenggaraan pemerintah negara.

16. Pihak yang dapat menerima hibah:

a. lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga keagamaan, lembaga

kemanusiaan, atau lembaga pendidikan yang bersifat non

komersial;

b. masyarakat, baik perorangan maupun kelompok, dalam rangka

menjalankan program pembangunan nasional;

c. pemerintah negara lain dalam kerangka hubungan

internasional;

d. masyarakat internasional yang terkena akibat dari bencana

alam, perang, atau wabah penyakit endemik;

e. Pemerintah Daerah; atau

f. BUMN berbentuk perusahaan umum dalam rangka menjaga

stabilitas ketahanan pangan atau BUMN lainnya dengan

pertimbangan Pengelola Barang;

g. pihak lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.

17. Pelaksanaan hibah BMN yang diatur dalam tata cara ini, termasuk

namun tidak terbatas pada, meliputi pengalihan/dropping BMN

(persediaan/aset tetap/aset lainnya) milik satuan kerja kantor

pusat/Unit Pelaksana Teknis (UPT) kepada para pihak yang berhak

menerima hibah.

18. Tukar Menukar BMN dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan

pemerintahan;

b. untuk optimalisasi BMN; dan

c. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara.

Page 193: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-193-

193

19. Tukar Menukar dapat dilakukan:

a. dalam hal BMN berupa tanah dan/atau bangunan sudah tidak

sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

b. guna menyatukan BMN yang lokasinya terpencar;

c. dalam rangka pelaksanaan rencana strategis

pemerintah/negara;

d. terhadap BMN berupa tanah dan/atau bangunan guna

mendapatkan /memberikan akses jalan; dan/atau

e. terhadap BMN selain tanah dan/atau bangunan yang

ketinggalan teknologi sesuai kebutuhan, kondisi, atau

ketentuan peraturan perundang-undangan.

20. Nilai barang pengganti atas Tukar Menukar paling sedikit seimbang

dengan nilai wajar BMN yang dilepas.

21. Dalam hal nilai barang pengganti lebih kecil dari nilai wajar BMN

yang dilepas, mitra Tukar Menukar wajib menyetor ke rekening kas

umum negara atas sejumlah selisih nilai antara nilai wajar BMN

yang dilepas dengan nilai barang pengganti. Penyetoran selisih nilai

sebagaimana dimaksud, dilaksanakan paling lambat 2 (dua) hari

kerja sebelum berita acara serah terima ditandatangani dan selisih

nilai tersebut dituangkan dalam perjanjian Tukar Menukar.

22. Dalam hal pada pelaksanaan Tukar Menukar, mitra Tukar Menukar

harus membangun bangunan barang pengganti, mitra Tukar

Menukar menunjuk konsultan pengawas dengan persetujuan

Pengelola Barang/Pengguna Barang.

23. Konsultan pengawas sebagaimana dimaksud diatas merupakan

badan hukum yang bergerak di bidang pengawasan konstruksi.

24. Biaya konsultan pengawas sebagaimana dimaksud diatas menjadi

tanggung jawab mitra Tukar Menukar.

25. Mitra Tukar Menukar meliputi:

a. Pemerintah Daerah;

b. BUMN;

c. Badan Usaha Milik Daerah;

d. Badan hukum lainnya yang dimiliki negara;

e. swasta, baik yang berbentuk badan hukum maupun

perorangan; atau

f. Pemerintah Negara lain.

Page 194: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-194-

194

26. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dilakukan dalam rangka

pendirian, memperbaiki struktur permodalan dan/atau

meningkatkan kapasitas usaha BUMN, Badan Usaha Milik Daerah,

atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

27. Pertimbangan dalam Penyertaan Modal Pemerintah Pusat adalah:

a. BMN yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen

penganggaran diperuntukkan bagi BUMN, Badan Usaha Milik

Daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara dalam

rangka penugasan pemerintah; atau

b. BMN lebih optimal apabila dikelola oleh BUMN, Badan Usaha

Milik Daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara,

baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.

28. Setiap Penyertaan Modal Pemerintah Pusat ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

29. Serah terima BMN yang menjadi Penyertaan Modal Pemerintah Pusat

dilaksanakan setelah Peraturan Pemerintah tentang Penyertaan

Modal Pemerintah Pusat ditetapkan.

30. Pemusnahan BMN pada Pengguna Barang dapat dilakukan dalam

hal:

a. BMN tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan

tidak dapat dipindahtangankan; atau

b. alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan.

31. Pemusnahan BMN Dilakukan oleh Pengguna Barang setelah

mendapat persetujuan Pengelola Barang, dilakukan dengan cara:

a. dibakar;

b. dihancurkan;

c. ditimbun/dikubur;

d. ditenggelamkan;

e. dirobohkan; atau

f. cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

32. Pemusnahan terhadapat barang persediaan berupa dokumen Negara

yang bersifat rahasia (ijasah, blanko dll yang sudah terisi

data/informasi) maka terlebih dahulu harus mendapatkan

persetujuan dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Page 195: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-195-

195

33. Pemusnahan BMN Dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan dan

dilaporkan kepada Pengelola Barang.

34. Penghapusan BMN pada Pengguna Barang dilakukan dalam hal BMN

sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau

Kuasa Penguna Barang.

35. Penghapusan BMN pada Pengguna Barang dilakukan dengan cara

menghapus BMN dari DBP dan DBKP.

36. Penghapusan BMN dari DBP dan DBKP dilakukan sebagai akibat

dari salah satu hal di bawah ini:

a. penyerahan kepada Pengelola Barang;

b. pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Barang

lainnya;

c. pemindahtanganan;

d. adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya;

e. ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. pemusnahan; atau

g. sebab-sebab lain.

37. Sebab-sebab lain merupakan sebab-sebab wajar yang secara normal

dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan, seperti:

a. hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair;

b. mati untuk hewan, ikan, dan tanaman;

c. harus dihapuskan untuk bangunan yang berdiri diatas tanah

pihak lain atau pemerintah daerah karena tidak dapat

dilakukan pemindahtanganan;

d. harus dihapuskan untuk Aset Tetap Renovasi (ATR) atas aset

milik pihak lain karena tidak dapat dilakukan

pemindahtanganan;

e. harus dihapuskan untuk bangunan dalam kondisi rusak berat

dan/atau membahayakan lingkungan sekitar;

f. harus dihapuskan untuk bangunan yang berdiri diatas tanah

yang menjadi objek pemanfaatan dalam bentuk kerjasama

pemanfaatan, bangun guna serah/bangun serah guna atau

kerjasama penyediaan infrastruktur setelah bangunan tersebut

diperhitungkan sebagain investasi pemerintah;

Page 196: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-196-

196

g. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti

sudah disediakan dalam dokumen penganggaran; atau

h. sebagai akibat dari kedaaan kahar (force majeure).

38. Sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar

menjadi penyebab penghapusan untuk BMN berupa aset tak

berwujud antara lain kerena tidak sesuai dengan perkembangan

teknologi, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi, rusak berat,

atau masa manfaat/kegunaan telah berakhir.

39. Penghapusan BMN dilakukan oleh Pengguna Barang dan Kuasa

Pengguna Barang berdasarkan Keputusan Penghapusan yang

diterbitkan Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan

Pengelola Barang.

B. Pendelegasian Sebagian Wewenang dan Tanggung Jawab dalam Proses

Persetujuan Pemindahtanganan, Pemusnahan, dan Penghapusan Barang

Milik Negara pada Pengguna Barang

Pelimpahan sebagian wewenang Menteri Kesehatan selaku Pengguna

Barang kepada Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN,

Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat

Jenderal selaku Kuasa Pengguna Barang pada Unit Pusat dan Kepala

Kantor/Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian

Kesehatan untuk dan atas nama Menteri Kesehatan, maka usulan proses

persetujuan penghapusan kepada Kementerian Keuangan selaku

Pengelola Barang hanya dapat dilakukan oleh :

1. Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN, Sekretaris

Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat

Jenderal untuk tingkat Kantor Pusat.

2. Kepala Kantor/Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian

Kesehatan yang berada di daerah.

Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN, Sekretaris

Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat Jenderal

untuk tingkat Kantor Pusat dan Kepala Kantor/Satuan Kerja Unit

Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada di daerah dapat

mengajukan usulan persetujuan penghapusan kepada Pengelola Barang

setelah diperoleh izin prinsip dari Pimpinan Unit Eselon I masing-masing.

Page 197: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-197-

197

Kewenangan Pengelola Barang dalam persetujuan

Pemindahtanganan, pemusnahan dan penghapusan BMN diatur sebagai

berikut:

1. Pemindahtanganan (penjualan, tukar menukar dan hibah),

pemusnahan dan penghapusan karena pengalihan status dan sebab-

sebab lain didelegasikan sesuai dengan ketentuan pada Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 229/KM.6/2016 tentang Pelimpahan

Sebagian Wewenang Menteri Keuangan Yang Telah Diteruslimpahkan

Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepada Pejabat Di

Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Untuk Dan Atas

Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat Dan/Atau

Keputusan Menteri Keuangan

2. Penghapusan karena penyerahan kepada Pengelola Barang (idle),

adanya keputusan pengadilan, menjalankan ketentuan perundang-

undangan dan penghapusan rumah negara tidak didelegasikan.

Kewenangan Pengguna Barang dalam mengusulkan persetujuan

pemindahtanganan, pemusnahan dan penghapusan BMN diatur sebagai

berikut:

1. Usulan Pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan karena

penjualan, tukar menukar dan hibah:

a. Sampai dengan nilai Rp. 1 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian Keuangan;

b. > Rp. 1 Miliar sampai dengan Rp. 2,5 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

c. > Rp. 2,5 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN

kepada Direktur Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi

Kementerian Keuangan;

d. > Rp. 5 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

Page 198: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-198-

198

2. Usulan Pemindahtanganan selain tanah dan/atau bangunan (STB)

karena penjualan, tukar menukar dan hibah:

a. Sampai dengan nilai Rp. 1 Miliar (STB) yang memiliki dokumen

kepemilikan:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala

Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang Kementerian Keuangan;

b. > 100 juta sampai dengan nilai Rp. 1 Miliar (STB) yang tidak

memiliki dokumen kepemilikan (kecuali tukar menukar):

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian Keuangan;

c. > Rp. 1 Miliar sampai dengan Rp. 2,5 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala

Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara;

d. > Rp. 2,5 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen kepada

Direktur Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi Kementerian

Keuangan; atau

e. > Rp. 5 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

3. Usulan Pemusnahan dan penghapusan BMN karena sebab-sebab

lain berupa tanah dan/atau bangunan:

a. Sampai dengan nilai Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala

Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang Kementerian Keuangan;

Page 199: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-199-

199

b. > Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 10 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala

Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara;

c. > Rp. 10 Miliar sampai dengan Rp. 25 Miliar

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen kepada

Direktur Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi Kementerian

Keuangan; atau

d. > Rp. 25 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

4. Usulan pemusnahan dan penghapusan BMN karena sebab-sebab

lain berupa selain tanah dan/atau bangunan (STB):

a. Sampai dengan nilai Rp. 1 Miliar (STB) yang memiliki dokumen

kepemilikan:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala

Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang Kementerian Keuangan;

b. > 100 juta sampai dengan nilai Rp. 1 Miliar (STB) yang tidak

memiliki dokumen kepemilikan (kecuali tukar menukar):

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala

Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang Kementerian Keuangan;

c. > Rp. 1 Miliar sampai dengan Rp. 2,5 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

d. > Rp. 2,5 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar:

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen

kepada Direktur Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi

Kementerian Keuangan; atau

Page 200: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-200-

200

e. > Rp. 5 Miliar

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

Pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tertentu dari

Pengelola Barang kepada Pengguna Barang sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 tentang

Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu dari Pengelola

Barang Kepada Pengguna Barang, memberikan dasar hukum bagi

Pengguna Barang dalam hal ini Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan, dan/atau Pimpinan Satuan Kerja Badan Layanan Umum

(BLU) pada Kementerian/Lembaga untuk menandatangani keputusan/

surat persetujuan yang terkait dengan penggunaan, pemindahtanganan,

pemusnahan, dan penghapusan BMN. Pengguna Barang tidak dapat

meneruslimpahkan pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab

kepada Kuasa Pengguna Barang.

Klasifikasi kewenangan dan tanggung jawab yang didelegasikan oleh

Pengelola Barang kepada Pengguna Barang meliputi:

1. Penggunaan BMN, meliputi: Penetapan status penggunaan BMN dan

Pemberian persetujuan penggunaan sementara BMN:

2. Pemindahtanganan BMN:

a. Penjualan:

1) BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak

mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan

sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per

unit/satuan.

2) Bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi,

atau restorasi).

b. Hibah:

1) BMN yang dari awal perolehan dimaksudkan untuk

dihibahkan dalam rangka kegiatan pemerintahan, meliputi

namun tidak terbatas pada:

a) BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan

untuk dihibahkan, yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBN;

b) BMN yang berasal dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan;

Page 201: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-201-

201

c) BMN yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak; atau

d) BMN yang diperoleh sesuai ketentuan Peraturan

Perundang-undangan.

2) BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak

mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan

sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per

unit/satuan;

3) Bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi,

atau restorasi).

3. Pemusnahan BMN:

a. Persediaan;

b. Aset Tetap Lainnya, berupa hewan, ikan dan tanaman; atau

c. Selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai

dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan.

4. Penghapusan BMN (karena sebab-sebab lain):

a. Persediaan;

b. Aset Tetap Lainnya, berupa hewan, ikan dan tanaman; atau

c. Selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai

dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan.

C. Pelaksanaan Pemindahtanganan

1. Penjualan

a. Persyaratan:

1) Tanah dan/atau Bangunan:

a) Keputusan pembentukan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN yang ditandatangani oleh Pimpinan

Unit Eselon I;

b) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk

dihapus berdasarkan hasil kajian meliputi aspek

teknis, aspek ekonomis dan aspek yuridis beserta

lampiran yang ditandatangani oleh Panitia

Penghapusan dan Penjualan BMN dan diketahui oleh

Kepala Satuan Kerja;

Page 202: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-202-

202

c) Laporan Kondisi Barang;

d) Surat Pernyataan dengan dihapusnya BMN tidak

mengganggu tugas pokok dan fungsi;

e) Surat keterangan hasil pemeriksaan fisik gedung dari

instansi teknis terkait (misalnya: Dinas Tata

Kota/Cipta Karya);

f) Fotokopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;

g) Surat Pernyataan bertanggung jawab Nilai Limit dari

Kepala Satuan Kerja bermaterai asli, dalam penentuan

nilai limit dapat melibatkan Tim Penilai dari Pengelola

Barang;

h) Kartu Identitas Barang (KIB) atas tanah dan/atau

bangunan;

i) Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

j) Foto BMN berwarna; dan

k) Surat perjanjian antara Kementerian Kesehatan

dengan pihak lain (khusus penjualan karena

bangunan berada di atas tanah pihak lain).

2) Bongkaran Bangunan:

a) Keputusan pembentukan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN yang ditandatangani oleh Pimpinan

Unit Eselon I;

b) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk

dihapus beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Panitia Penghapusan dan Penjualan BMN dan

diketahui oleh Kepala Satuan Kerja;

c) Laporan Kondisi Barang;

d) Surat keterangan hasil penilaian bongkaran gedung

dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL) setempat;

e) Surat Pernyataan bertanggung jawab Nilai Limit dari

Kepala Satuan Kerja bermaterai asli

f) Kartu Identitas Barang (KIB) atas bangunan;

g) Foto BMN berwarna; dan

h) Fotokopi DIPA.

Page 203: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-203-

203

3) Selain tanah dan/atau bangunan dengan bukti

kepemilikan (Kendaraan Bermotor):

a) Keputusan pembentukan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN yang ditandatangani oleh Pimpinan

Unit Eselon I;

b) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk

dihapus beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Panitia Penghapusan dan Penjualan BMN dan

diketahui oleh Kepala Satuan Kerja;

c) Laporan Kondisi Barang;

d) Surat Pernyataan dengan dihapusnya BMN tidak

mengganggu tugas pokok dan fungsi;

e) Surat keterangan hasil pemeriksaan fisik kendaraan

bermotor dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya

(DLLAJR) setempat;

f) Fotokopi STNK dan BPKB kendaraan bermotor;

g) Surat Pernyataan Tanggung Jawab atas besaran nilai

limit yang ditandatangani Kepala Satuan Kerja

bermaterai asli;

h) Kartu Identitas Barang (KIB); dan

i) Foto BMN berwarna.

4) Selain tanah dan/atau bangunan tidak ada bukti

kepemilikan:

a) Keputusan pembentukan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN yang ditandatangani oleh Pimpinan

Unit Eselon I;

b) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk

dihapus beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Panitia Penghapusan dan Penjualan BMN dan

diketahui oleh Kepala Satuan Kerja;

c) Laporan Kondisi Barang;

d) Surat Pernyataan dengan dihapusnya BMN tidak

mengganggu tugas pokok dan fungsi;

e) Fotokopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;

Page 204: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-204-

204

f) Surat Pernyataan Tanggung Jawab atas besaran nilai

limit yang ditandatangani Kepala Satuan Kerja

bermaterai asli; dan

g) Foto BMN berwarna.

b. Tata Cara Penjualan BMN Berupa Tanah dan/atau Bangunan

Kepada Pengelola Barang (Kementerian Keuangan)

1) Permohonan Penjualan BMN yang ditujukan kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara:

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penjualan BMN kepada Pimpinan unit Eselon I;

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan. Apabila persyaratan telah lengkap, maka

Pimpinan Unit Eselon I menerbitkan surat

permohonan penjualan BMN dan menyampaikan

kepada Sekretaris Jenderal;

c) Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan

menandatangani surat permohonan penjualan BMN

dan menyampaikan kepada Pengelola Barang;

d) Dalam hal permohonan penjualan disetujui, Direktur

Jenderal Kekayaan Negara menerbitkan Surat

Persetujuan Penjualan BMN dan menyampaikan

kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

e) Sekretaris Jenderal menyampaikan Surat Persetujuan

Penjualan BMN dimaksud kepada Pimpinan Unit

Eselon I untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana

mestinya;

f) Pimpinan Unit Eselon I menyampaikan Surat

Persetujuan Penjualan BMN dimaksud kepada

Pimpinan Satuan Kerja untuk dapat ditindakanlanjuti

sebagaimana mestinya; dan

g) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

(i) Penjualan Lelang:

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

Page 205: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-205-

205

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

h) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I untuk diteruskan ke Sekretaris Jenderal

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Kepmenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penghapusan.

2) Permohonan Penjualan BMN yang ditujukan kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi (PKNSI):

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penjualan BMN kepada Pimpinan unit Eselon I;

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan meneruskan rekomendasi

permohonan penjualan BMN kepada Sekretaris

Jenderal c.q. Kepala Biro Keuangan dan BMN;

c) Selanjutnya Kepala Biro Keuangan dan BMN atas

nama Menteri Kesehatan mengajukan surat

permohonan penjualan BMN kepada Direktur PKNSI;

d) Dalam hal permohonan penjualan disetujui, Direktur

PKNSI menerbitkan Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN.

Page 206: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-206-

206

e) Kepala Biro Keuangan dan BMN menyampaikan Surat

Persetujuan Penjualan BMN dimaksud kepada

Pimpinan Unit Eselon I untuk dapat ditindaklanjuti

sebagaimana mestinya.

f) Pimpinan Unit Eselon I menyampaikan Surat

Persetujuan Penjualan BMN dimaksud kepada

Pimpinan Satuan Kerja untuk dapat ditindakanlanjuti

sebagaimana mestinya.

g) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

(i) Penjualan Lelang:

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

3) Permohonan Penjualan BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Wilayah DJKN:

a) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan penjualan BMN

kepada Kepala Kanwil.

b) Dalam hal permohonan penjualan disetujui, Kepala

Kanwil menerbitkan Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT).

Page 207: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-207-

207

c) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyampaikan

Surat Persetujuan Penjualan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja untuk diproses sebagaimana mestinya.

d) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

(i) Penjualan Lelang:

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

e) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I untuk diteruskan kepada Sekretaris Jenderal

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Kepmenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penghapusan.

4) Permohonan Penjualan BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL):

a) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan penjualan BMN

kepada Kepala KPKNL;

Page 208: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-208-

208

b) Dalam hal permohonan penjualan disetujui, Kepala

KPKNL menerbitkan Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT).

c) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyampaikan

Surat Persetujuan Penjualan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja untuk diproses sebagaimana mestinya.

d) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

(i) Penjualan Lelang:

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN

e) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I untuk diteruskan kepada Sekretaris Jenderal

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Kepmenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penghapusan.

Page 209: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-209-

209

c. Tata Cara Penjualan BMN Berupa Selain Tanah dan/atau

Bangunan Kepada Pengelola Barang (Kementerian Keuangan)

1) Permohonan Penjualan BMN yang ditujukan kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara:

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penjualan BMN kepada Pimpinan unit Eselon I.

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan meneruskan rekomendasi

permohonan penjualan BMN kepada Sekretaris

Jenderal.

c) Selanjutnya Sekretaris Jenderal atas nama Menteri

Kesehatan mengajukan surat permohonan penjualan

BMN kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

d) Dalam hal permohonan penjualan disetujui, Direktur

Jenderal Kekayaan Negara menerbitkan Surat

Persetujuan Penjualan BMN dan menyampaikan

kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan.

e) Sekretaris Jenderal menyampaikan Surat Persetujuan

Penjualan BMN dimaksud kepada Pimpinan Unit

Eselon I untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana

mestinya.

f) Pimpinan Unit Eselon I menyampaikan Surat

Persetujuan Penjualan BMN dimaksud kepada

Pimpinan Satuan Kerja untuk dapat ditindakanlanjuti

sebagaimana mestinya.

g) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

(i) Penjualan Lelang:

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

Page 210: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-210-

210

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

h) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I untuk diteruskan kepada Sekretaris Jenderal

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Keputusan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penghapusan.

2) Permohonan penjualan BMN yang ditujukan kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi (PKNSI):

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penjualan BMN kepada Pimpinan unit Eselon I.

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan meneruskan rekomendasi

permohonan penjualan BMN kepada Sekretaris

Jenderal u.p. Kepala Biro Keuangan dan BMN.

c) Selanjutnya Kepala Biro Keuangan dan BMN atas

nama Menteri Kesehatan mengajukan surat

permohonan penjualan BMN kepada Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

d) Dalam hal permohonan penjualan disetujui, Direktur

Pengelolaan Kekayaan Negara Kekayaan Negara

menerbitkan Surat Persetujuan Penjualan BMN dan

menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN.

Page 211: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-211-

211

e) Kepala Biro Keuangan dan BMN menyampaikan Surat

Persetujuan Penjualan BMN dimaksud kepada

Pimpinan Unit Eselon I untuk dapat ditindaklanjuti

sebagaimana mestinya.

f) Pimpinan Unit Eselon I menyampaikan Surat

Persetujuan Penjualan BMN dimaksud kepada

Pimpinan Satuan Kerja untuk dapat ditindakanlanjuti

sebagaimana mestinya.

g) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

(i) Penjualan Lelang:

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

h) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I untuk diteruskan ke Sekretaris Jenderal

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Keputusan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penghapusan.

Page 212: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-212-

212

3) Permohonan penjualan BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Wilayah DJKN:

a) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan penjualan BMN

kepada Kepala Kanwil;

b) Dalam hal permohonan penjualan disetujui, Kepala

Kanwil DJKN menerbitkan Surat Persetujuan

Penjualan BMN dan menyampaikan kepada Kepala

Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/ Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT).

c) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyampaikan

Surat Persetujuan Penjualan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja untuk ditindaklanjuti sebagaimana

mestinya.

d) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

(i) Penjualan Lelang:

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

e) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Page 213: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-213-

213

Eselon I untuk diteruskan kepada Sekretaris Jenderal

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Kepmenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penghapusan.

4) Permohonan penjualan BMN yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL):

a) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan penjualan BMN

kepada Kepala KPKNL;

b) Dalam hal permohonan penjualan disetujui, Kepala

KPKNL menerbitkan Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT).

c) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyampaikan

Surat Persetujuan Penjualan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja untuk ditindaklanjuti sebagaimana

mestinya.

d) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

(i) Penjualan Lelang :

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

Page 214: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-214-

214

e) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I untuk diteruskan ke Sekretaris Jenderal

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Kepmenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penghapusan.

d. Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Persetujuan Penjualan BMN

Pada Pengguna Barang

1) Satuan Kerja Non BLU

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

persetujuan penjualan BMN kepada Sekretaris

Itjen/Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan;

b) Sekretaris Itjen/Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya mengajukan surat permohonan penjualan

BMN kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan;

c) Dalam hal permohonan penjualan BMN disetujui,

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

menerbitkan Surat Persetujuan Penjualan BMN dan

menyampaikan kepada Sekretaris Itjen/Kepala Biro

Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris

Badan.

d) Sekretaris Itjen/Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan menyampaikan

Surat Persetujuan Penjualan BMN kepada Pimpinan

Satuan Kerja untuk dapat ditindaklanjuti

sebagaimana mestinya.

e) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja:

Page 215: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-215-

215

(i) Penjualan Lelang:

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang:

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

f) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I dengan mengikuti tata cara sebagaimana

diatur dalam Kepmenkes tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penghapusan.

2) Satuan Kerja BLU

a) Pimpinan Satuan Kerja BLU mengajukan permohonan

ijin prinsip persetujuan penjualan BMN kepada

Pimpinan Unit Eselon I;

b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila menyetujui permohonan

tersebut, maka menerbitkan surat rekomendasi

penjualan BMN dan menyampaikan kepada Pimpinan

Satuan Kerja BLU.

c) Berdasarkan surat rekomendasi tersebut, pejabat yang

membawahi pengelolaan BMN pada satuan kerja BLU

mengajukan surat permohonan persetujuan penjualan

BMN kepada Pimpinan Satuan Kerja BLU;

d) Pimpinan Satuan Kerja BLU meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila menyetujui permohonan

tersebut, maka menerbitkan Surat Persetujuan

Page 216: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-216-

216

Penjualan BMN Selain Tanah dan/atau Bangunan dan

menyampaikan kepada pejabat yang membawahi

pengelolaan BMN;

e) Setelah menerima Surat Persetujuan Penjualan BMN

dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, Pimpinan

Satuan Kerja BLU:

(i) Penjualan Lelang :

(a) Memerintahkan Panitia Penghapusan dan

Penjualan BMN agar mengajukan penjualan

lelang BMN kepada KPKNL setempat.

(b) Dalam hal BMN laku dijual, Panitia

Penghapusan dan Penjualan lelang

menandatangani BAST dengan pembeli, serta

meminta kutipan/risalah lelang dan bukti

setor penerimaan negara bukan pajak ke

Rekening Kas Umum Negara.

(ii) Penjualan Tanpa Lelang :

Menandatangani Akta Jual Beli dengan pihak lain

yang membeli BMN.

f) Berdasarkan BAST, Kutipan/Risalah Lelang, bukti

setor penerimaan negara bukan pajak, atau Akta Jual

Beli (penjualan tanpa lelang), Pimpinan Satuan Kerja

menyampaikan permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit

Eselon I dengan mengikuti tata cara penghapusan.

2. Hibah

a. Persyaratan

1) Tanah dan/atau Bangunan

a) Surat Keputusan Panitia/Tim Pelaksanaan Hibah

BMN;

b) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk

dihibahkan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Panitia/Tim;

c) Surat Persetujuan/rekomendasi dari Pimpinan Unit

Eselon I, dalam hal yang mengajukan ke Pengelola

Barang adalah Pimpinan Satuan Kerja.

d) Laporan Kondisi Barang;

Page 217: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-217-

217

e) Gambar situasi, lokasi tanah, luas, peruntukan, nilai

tanah;

f) Data bangunan: tahun pembuatan, konstruksi, luas,

status kepemilikan, dan nilai bangunan;

g) Fotokopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;

h) Kartu Identitas Barang (KIB) atas tanah dan/atau

bangunan;

i) Fotokopi bukti kepemilikan tanah;

j) Fotokopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

k) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari

aplikasi penatausahaan BMN;

l) Laporan BMN Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel;

m) Foto BMN berwarna;

n) Surat Pernyataan Kesediaan Menghibahkan BMN Dari

Pengguna Barang;

o) Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah BMN

dari calon Penerima Hibah, dengan dibubuhi materei

cukup;

p) Surat Pernyataan tanggung jawab mutlak dari

Pengguna Barang atau pejabat yang berwenang atas

kebenaran materiil mengenai BMN DK/TP (apabila

untuk proses hibah BMN DK/TP);

q) DIPA/Dokumen Penganggaran (untuk yang dari sejak

perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk

dihibahkan);

r) Hasil audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

(untuk yang dari sejak perencanaan pengadaannya

dimaksudkan untuk dihibahkan).

2) Selain tanah dan/atau bangunan

a) SK Panitia/Tim Pelaksanaan Hibah BMN;

b) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk

dihibahkan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Panitia/Tim;

c) Surat Persetujuan/rekomendasi dari Pimpinan Unit

Eselon I, dalam hal yang mengajukan ke Pengelola

Barang adalah Pimpinan Satuan Kerja.

Page 218: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-218-

218

d) Laporan Kondisi Barang;

e) Data BMN: tahun perolehan, spesifikasi/identitas

teknis, lokasi, nilai;

f) Fotokopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;

g) Kartu Identitas Barang (KIB);

h) Fotokopi bukti kepemilikan;

i) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari

aplikasi penatausahaan BMN;

j) Laporan BMN Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel;

k) Foto BMN berwarna;

l) Surat Pernyataan Kesediaan Menghibahkan BMN Dari

Pengguna Barang;

m) Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah BMN

dari calon Penerima Hibah, dengan dibubuhi materei

cukup;

n) Surat Pernyataan tanggung jawab mutlak dari

Pengguna Barang atau pejabat yang berwenang atas

kebenaran materiil mengenai BMN DK/TP (apabila

untuk proses hibah BMN DK/TP);

o) DIPA/Dokumen Penganggaran (untuk yang dari sejak

perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk

dihibahkan);

p) Hasil audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

(untuk yang dari sejak perencanaan pengadaannya

dimaksudkan untuk dihibahkan).

b. Tata Cara Pelaksanaan Hibah BMN Kepada Pengelola Barang

(Kementerian Keuangan)

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

persetujuan hibah BMN kepada Pimpinan Unit Eselon I;

2) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila telah lengkap selanjutnya mengajukan surat

rekomendasi permohonan hibah BMN kepada Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan;

Page 219: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-219-

219

3) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

mengajukan surat permohonan persetujuan hibah BMN

kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara;

4) Dalam hal permohonan hibah BMN disetujui, Direktur

Jenderal Kekayaan Negara menerbitkan Surat Persetujuan

Pelaksanaan Hibah BMN dan menyampaikan kepada

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan.

5) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan menyampaikan

Surat Persetujuan Pelaksanaan Hibah BMN kepada

Pimpinan Unit Eselon I untuk dapat ditindaklanjuti

sebagaimana mestinya.

6) Berdasarkan Surat Persetujuan Pelaksanaan Hibah BMN,

Pimpinan Unit Eselon I menyiapkan dan menandatangani

Naskah Hibah dan BAST dengan pihak penerima hibah.

7) Berdasarkan Naskah Hibah dan BAST, Pimpinan Unit

Eselon I menyampaikan surat permohonan penerbitan

Surat Keputusan Penghapusan BMN kepada Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan dengan mengikuti tata

cara penghapusan.

c. Tata Cara Pelaksanaan Hibah BMN Pada Pengguna Barang

1) Satuan Kerja Non BLU

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

persetujuan pelaksanaan hibah BMN kepada Kepala

Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/ Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen;

b) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya mengajukan surat permohonan

persetujuan pelaksanaan hibah BMN kepada

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

Page 220: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-220-

220

c) Dalam hal permohonan hibah BMN disetujui

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

menerbitkan Surat Persetujuan Hibah BMN dan

menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen.

d) Berdasarkan Surat Persetujuan Hibah BMN, Kepala

Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen menyiapkan dan

menyampaikan kepada Pimpinan Unit Eselon I untuk

menandatangani Naskah Hibah dan BAST dengan

pihak penerima hibah;

e) Selanjutnya, atas dasar Naskah Hibah dan BAST,

Pimpinan Unit Eselon I menerbitkan Surat Keputusan

Penghapusan BMN dengan mengikuti tata cara

penghapusan.

2) Satuan Kerja BLU

a) Pimpinan Satuan Kerja BLU mengajukan permohonan

ijin prinsip persetujuan pelaksanaan hibah BMN

kepada Pimpinan Unit Eselon I;

b) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila menyetujui permohonan

tersebut maka menerbitkan surat rekomendasi

pelaksanaan hibah BMN dan menyampaikan kepada

Pimpinan Satuan Kerja BLU.

c) Berdasarkan surat rekomendasi tersebut, pejabat yang

membawahi pengelolaan BMN pada satuan kerja BLU

mengajukan surat permohonan persetujuan

pelaksanaan hibah BMN kepada Pimpinan Satuan

Kerja BLU;

d) Pimpinan Satuan Kerja BLU meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila menyetujui permohonan

tersebut maka menerbitkan Surat Persetujuan Hibah

BMN dan menyampaikan kepada pejabat yang

membawahi pengelolaan BMN;

Page 221: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-221-

221

e) Berdasarkan Surat Persetujuan Hibah BMN tersebut,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja BLU menyiapkan

dan menyampaikan kepada Pimpinan Unit Eselon I

agar memproses penandatangan Naskah Hibah dan

BAST dengan pihak penerima hibah;

f) Selanjutnya, atas dasar Naskah Hibah dan BAST yang

telah ditandatangani, Pimpinan Unit Eselon I

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara penghapusan.

3. Tukar-menukar

a. Persyaratan

1) Tanah dan/atau Bangunan:

a) Surat Keputusan Tim Pelaksanaan Tukar Menukar

BMN;

b) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk

ditukarkan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim Pendukung Tukar Menukar BMN;

c) SK Panitia Pemilihan Mitra Tukar Menukar BMN,

dalam hal penetapan mitra melalui tender;

d) Surat Persetujuan/rekomendasi dari Pimpinan Unit

Eselon I, dalam hal yang mengajukan ke Pengelola

Barang adalah Pimpinan Satuan Kerja.

e) Peraturan daerah mengenai tata ruang wilayah atau

penataan kota dan peraturan terkait lainnya;

f) Surat Pernyataan Tanggung Jawab atas perlunya

dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani

oleh Pengguna Barang atau pejabat struktural yang

diberikan kuasa;

g) Laporan Kondisi Barang;

h) Gambar situasi, lokasi tanah, luas, peruntukan, nilai

tanah;

i) Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah

dan/atau bangunan;

j) Data bangunan: tahun pembuatan, konstruksi, luas,

status kepemilikan, dan nilai bangunan;

k) Fotokopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;

Page 222: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-222-

222

l) Kartu Identitas Barang (KIB) atas tanah dan/atau

bangunan;

m) Fotokopi bukti kepemilikan tanah;

n) Fotokopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

o) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari

aplikasi penatausahaan BMN;

p) Laporan BMN Intrakomptabel;

q) Foto BMN berwarna;

r) Rincian Rencana Kebutuhan Barang Pengganti.

2) Selain Tanah dan/atau Bangunan:

a) Surat Keputusan Tim Pelaksanaan Tukar Menukar

BMN;

b) Berita Acara Pemeriksaan/Taksiran Nilai BMN Yang

Dilepas dan Barang Pengganti beserta lampiran yang

ditandatangani oleh Tim Pendukung Tukar Menukar

BMN;

c) Surat Persetujuan/rekomendasi dari Pimpinan Unit

Eselon I, dalam hal yang mengajukan ke Pengelola

Barang adalah Pimpinan Satuan Kerja.

d) Surat Pernyataan Tanggung Jawab atas perlunya

dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani

oleh Pengguna Barang atau pejabat struktural yang

diberikan kuasa;

e) Data BMN: tahun perolehan, spesifikasi/identitas

teknis, lokasi, nilai;

f) Laporan Kondisi Barang;

g) Foto Kopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;

h) Kartu Identitas Barang (KIB);

i) Foto Kopi bukti kepemilikan;

j) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari

aplikasi penatausahaan BMN;

k) Laporan BMN Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel;

l) Foto BMN berwarna;

m) Identitas calon Mitra Tukar Menukar.

Page 223: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-223-

223

b. Tata Cara Tukar Menukar BMN Berupa Tanah dan Bangunan

Kepada Pengelola Barang (Kementerian Keuangan)

1) Permohonan tukar menukar BMN yang ditujukan kepada

Direktur Kekayaan Negara Kekayaan Negara

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

persetujuan tukar menukar BMN kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

mengajukan surat permohonan persetujuan tukar

menukar BMN kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan;

c) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya menerbitkan Surat permohonan tukar

menukar BMN dan menyampaikan kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara.

d) Dalam hal permohonan tukar menukar BMN disetujui,

Direktur Jenderal Kekayaan Negara menerbitkan

Surat Persetujuan Izin Prinsip Tukar Menukar BMN

dan menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan.

e) Berdasarkan Surat Persetujuan Izin Prinsip Tukar

Menukar BMN, Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan memerintahkan Tim/Panitia, agar:

(i) melakukan pemilihan mitra Tukar Menukar;

(ii) melakukan pembahasan dengan mitra mengenai

rincian kebutuhan barang pengganti yang

dituangkan dalam lembar pembahasan;

(iii) melakukan penelitian data administratif dan fisik;

dan

(iv) menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis lainnya.

f) Selanjutnya, Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan mengajukan permohonan izin pelaksanaan

tukar menukar kepada Direktur Jenderal dengan

melampirkan laporan tim, termasuk tetapi tidak

terbatas pada dokumen hasil pemilihan mitra dan

Page 224: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-224-

224

laporan penelitian spesifikasi barang pengganti, paling

lama 6 (enam) bulan sejak izin prinsip diterbitkan.

g) Dalam hal permohonan izin pelaksanaan tukar

menukar BMN disetujui, Direktur Jenderal Kekayaan

Negara menerbitkan surat persetujuan Tukar Menukar

dan menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan.

h) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

menyiapkan dan menandatangani perjanjian tukar

menukar dengan mitra tukar menukar.

i) Setelah pelaksanaan pengadaan/pembangunan

barang pengganti selesai, Sekretaris Jenderal melalui

Tim/Panitia melakukan penilikan kesesuaian barang

pengganti dengan yang tertuang dalam perjanjian

serta melaporkan hal tersebut kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara.

j) Berdasarkan laporan dan/atau hasil penilikan

terdapat ketidaksesuaian spesifikasi dan/atau jumlah

barang pengganti dengan yang tertuang dalam

perjanjian, mitra Tukar Menukar wajib

melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.

k) Dalam hal kewajiban mitra Tukar Menukar untuk

melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian) tidak dapat

dipenuhi, mitra Tukar Menukar wajib menyetor ke

rekening kas umum negara senilai sisa kewajibannya

yang belum dipenuhi.

l) Sekretaris Jenderal menandatangani BAST bersama

mitra Tukar Menukar setelah seluruh kewajiban mitra

telah dipenuhi.

m) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Kepmenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penghapusan.

2) Permohonan tukar menukar BMN yang ditujukan kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara Dan Sistem

Informasi (PKNSI)

Page 225: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-225-

225

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

persetujuan tukar menukar BMN kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

mengajukan surat permohonan persetujuan tukar

menukar BMN kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan c.q Kepala Biro Keuangan dan

BMN;

c) Kepala Biro Keuangan dan BMN meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

menerbitkan surat permohonan tukar menukar BMN

dan menyampaikan kepada Direktur PKNSI.

d) Dalam hal permohonan tukar menukar BMN disetujui,

Direktur PKNSI menerbitkan Surat Persetujuan Izin

Prinsip Tukar Menukar BMN dan menyampaikan

kepada Kepala Biro Keuangan dan BMN.

e) Berdasarkan Surat Persetujuan Izin Prinsip Tukar

Menukar BMN, Kepala Biro Keuangan dan BMN

memerintahkan Tim/Panitia, agar :

(i) melakukan pemilihan mitra Tukar Menukar;

(ii) melakukan pembahasan dengan mitra mengenai

rincian kebutuhan barang pengganti yang

dituangkan dalam lembar pembahasan;

(iii) melakukan penelitian data administratif dan fisik;

dan

(iv) menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis lainnya.

f) Selanjutnya, Kepala Biro Keuangan dan BMN

mengajukan permohonan izin pelaksanaan tukar

menukar kepada Direktur PKNSI dengan melampirkan

laporan tim, termasuk tetapi tidak terbatas pada

dokumen hasil pemilihan mitra dan laporan penelitian

spesifikasi barang pengganti, paling lama 6 (enam)

bulan sejak izin prinsip diterbitkan.

Page 226: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-226-

226

g) Dalam hal permohonan izin pelaksanaan tukar

menukar BMN disetujui, Direktur PKNSI menerbitkan

surat persetujuan Tukar Menukar dan menyampaikan

kepada Kepala Biro Keuangan dan BMN.

h) Kepala Biro Keuangan dan BMN meneliti, menyiapkan

dan menyampaikan draft perjanjian tukar menukar

dengan mitra tukar menukar kepada Sekretaris

Jenderal.

i) Sekretaris Jenderal meneliti dan menandatangani

perjanjian tukar menukar dengan mitra tukar

menukar.

j) Setelah pelaksanaan pengadaan/pembangunan

barang pengganti selesai, Kepala Biro Keuangan dan

BMN melalui Tim/Panitia melakukan penilikan

kesesuaian barang pengganti dengan yang tertuang

dalam perjanjian serta melaporkan hal tersebut

kepada Direktur PKNSI.

k) Berdasarkan laporan dan/atau hasil penilikan

sebagaimana dimaksud pada angka 10) terdapat

ketidaksesuaian spesifikasi dan/atau jumlah barang

pengganti dengan yang tertuang dalam perjanjian,

mitra Tukar Menukar wajib melengkapi/memperbaiki

ketidaksesuaian tersebut.

l) Dalam hal kewajiban mitra Tukar Menukar untuk

melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian tidak dapat

dipenuhi, mitra Tukar Menukar wajib menyetor ke

rekening kas umum negara senilai sisa kewajibannya

yang belum dipenuhi.

m) Dalam hal setelah seluruh kewajiban mitra telah

dipenuhi, Kepala Biro Keuangan dan BMN menyiapkan

draft BAST dan menyampaikan kepada Sekretaris

Jenderal.

n) Sekretaris Jenderal menandatangani BAST bersama

mitra Tukar Menukar.

o) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara penghapusan.

Page 227: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-227-

227

3) Permohonan tukar menukar BMN yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Wilayah DJKN

a) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan persetujuan

tukar menukar BMN kepada Kepala Kanwil DJKN;

b) Dalam hal permohonan tukar menukar BMN disetujui,

Kepala Kanwil menerbitkan Surat Persetujuan Izin

Prinsip Tukar Menukar BMN dan menyampaikan

kepada Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan

Satuan Kerja (UPT).

c) Berdasarkan Surat Persetujuan Izin Prinsip Tukar

Menukar BMN, Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT) memerintahkan

Tim/Panitia, agar :

(i) melakukan pemilihan mitra Tukar Menukar;

(ii) melakukan pembahasan dengan mitra mengenai

rincian kebutuhan barang pengganti yang

dituangkan dalam lembar pembahasan;

(iii) melakukan penelitian data administratif dan fisik;

dan

(iv) menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis lainnya.

d) Selanjutnya, Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT) mengajukan

permohonan izin pelaksanaan tukar menukar kepada

Kepala Kanwil dengan melampirkan laporan tim,

termasuk tetapi tidak terbatas pada dokumen hasil

pemilihan mitra dan laporan penelitian spesifikasi

barang pengganti, paling lama 6 (enam) bulan sejak

izin prinsip diterbitkan.

e) Dalam hal permohonan izin pelaksanaan tukar

menukar BMN disetujui, Kepala Kanwil menerbitkan

surat persetujuan Tukar Menukar dan menyampaikan

kepada Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Page 228: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-228-

228

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan

Satuan Kerja (UPT).

f) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/meneliti,

menyiapkan dan menyampaikan draft perjanjian tukar

menukar dengan mitra tukar menukar untuk

disampaikan kepada Sekretaris Jenderal. Adapun

untuk Pimpinan Satuan Kerja (UPT) menyiapkan dan

menyampaikan draft perjanjian tukar menukar secara

berjenjang ke Pimpinan Unit Eselon I untuk

selanjutnya disampaikan kepada Sekretaris Jenderal.

g) Sekretaris Jenderal meneliti dan menandatangani

perjanjian tukar menukar dengan mitra tukar

menukar.

h) Setelah pelaksanaan pengadaan/pembangunan

barang pengganti selesai, Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT) melalui

Tim/Panitia melakukan penilikan kesesuaian barang

pengganti dengan yang tertuang dalam perjanjian

serta melaporkan hal tersebut kepada Kepala Kanwil.

i) Berdasarkan laporan dan/atau hasil penilikan

terdapat ketidaksesuaian spesifikasi dan/atau jumlah

barang pengganti dengan yang tertuang dalam

perjanjian, mitra Tukar Menukar wajib melengkapi/

memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.

j) Dalam hal kewajiban mitra Tukar Menukar untuk

melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian tidak dapat

dipenuhi, mitra Tukar Menukar wajib menyetor ke

rekening kas umum negara senilai sisa kewajibannya

yang belum dipenuhi.

k) Dalam hal setelah seluruh kewajiban mrumah

negara’itra telah dipenuhi, Kepala Biro Keuangan dan

BMN/ Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen menyiapkan draft BAST dan menyampaikan

kepada Sekretaris Jenderal. Adapun untuk Pimpinan

Satuan Kerja (UPT) menyiapkan dan menyampaikan

Page 229: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-229-

229

draft BAST tukar menukar secara berjenjang ke

Pimpinan Unit Eselon I untuk selanjutnya

disampaikan kepada Sekretaris Jenderal.

l) Sekretaris Jenderal menandatangani BAST bersama

mitra Tukar Menukar.

m) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara penghapusan.

4) Permohonan tukar menukar BMN yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL)

a) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan persetujuan

tukar menukar BMN kepada Kepala KPKNL;

b) Dalam hal permohonan tukar menukar BMN disetujui,

Kepala KPKNL menerbitkan Surat Persetujuan Izin

Prinsip Tukar Menukar BMN dan menyampaikan

kepada Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan

Satuan Kerja (UPT).

c) Berdasarkan Surat Persetujuan Izin Prinsip Tukar

Menukar BMN, Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT) memerintahkan

Tim/Panitia, agar :

(i) melakukan pemilihan mitra Tukar Menukar;

(ii) melakukan pembahasan dengan mitra mengenai

rincian kebutuhan barang pengganti yang

dituangkan dalam lembar pembahasan;

(iii) melakukan penelitian data administratif dan fisik;

dan

(iv) menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis lainnya.

d) Selanjutnya, Kepala Biro Keuangan dan BMN/

Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT) mengajukan

permohonan izin pelaksanaan tukar menukar kepada

Page 230: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-230-

230

Kepala KPKNL dengan melampirkan laporan tim,

termasuk tetapi tidak terbatas pada dokumen hasil

pemilihan mitra dan laporan penelitian spesifikasi

barang pengganti, paling lama 6 (enam) bulan sejak

izin prinsip diterbitkan.

e) Dalam hal permohonan izin pelaksanaan tukar

menukar BMN disetujui, Kepala KPKNL menerbitkan

surat persetujuan Tukar Menukar dan menyampaikan

kepada Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan

Satuan Kerja (UPT).

f) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen meneliti,

menyiapkan dan menyampaikan draft perjanjian tukar

menukar dengan mitra tukar menukar untuk

disampaikan kepada Sekretaris Jenderal. Adapun

untuk Pimpinan Satuan Kerja (UPT) menyiapkan dan

menyampaikan draft perjanjian tukar menukar secara

berjenjang ke Pimpinan Unit Eselon I untuk

selanjutnya disampaikan kepada Sekretaris Jenderal.

g) Sekretaris Jenderal meneliti dan menandatangani

perjanjian tukar menukar dengan mitra tukar

menukar.

h) Setelah pelaksanaan pengadaan/pembangunan

barang pengganti selesai, Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT) melalui

Tim/Panitia melakukan penilikan kesesuaian barang

pengganti dengan yang tertuang dalam perjanjian

serta melaporkan hal tersebut kepada Kepala KPKNL.

i) Berdasarkan laporan dan/atau hasil penilikan

terdapat ketidaksesuaian spesifikasi dan/atau jumlah

barang pengganti dengan yang tertuang dalam

perjanjian, mitra Tukar Menukar wajib

melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.

Page 231: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-231-

231

j) Dalam hal kewajiban mitra Tukar Menukar untuk

melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian tidak dapat

dipenuhi, mitra Tukar Menukar wajib menyetor ke

rekening kas umum negara senilai sisa kewajibannya

yang belum dipenuhi.

k) Dalam hal setelah seluruh kewajiban mitra telah

dipenuhi, Kepala Biro Keuangan dan BMN/ Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyiapkan

draft BAST dan menyampaikan kepada Sekretaris

Jenderal. Adapun untuk Pimpinan Satuan Kerja (UPT)

menyiapkan dan menyampaikan draft BAST tukar

menukar secara berjenjang ke Pimpinan Unit Eselon I

untuk selanjutnya disampaikan kepada Sekretaris

Jenderal.

l) Sekretaris Jenderal menandatangani BAST bersama

mitra Tukar Menukar.

m) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara penghapusan.

c. Tata Cara Tukar Menukar BMN Berupa Selain Tanah dan

Bangunan Kepada Pengelola Barang (Kementerian Keuangan)

1) Permohonan tukar menukar BMN yang ditujukan kepada

Direktur Kekayaan Negara Kekayaan Negara

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

persetujuan tukar menukar BMN kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

mengajukan surat permohonan persetujuan tukar

menukar BMN kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan;

c) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya menerbitkan Surat permohonan tukar

menukar BMN dan menyampaikan kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara.

Page 232: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-232-

232

d) Dalam hal permohonan tukar menukar BMN disetujui,

Direktur Jenderal Kekayaan Negara menerbitkan

Surat Persetujuan Tukar Menukar BMN dan

menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan.

e) Berdasarkan Surat Persetujuan Tukar Menukar BMN,

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

menyiapkan dan menandatangani perjanjian tukar

menukar dengan mitra tukar menukar.

f) Mitra Tukar Menukar melaksanakan pekerjaan

pengadaan barang pengganti sesuai dengan perjanjian

Tukar Menukar, termasuk menyelesaikan pengurusan

dokumen administratif yang diperlukan.

g) Setelah pelaksanaan pengadaan barang pengganti

selesai, Sekretaris Jenderal melalui Tim/Panitia

melakukan penelitian kesesuaian barang pengganti

dengan yang tertuang dalam perjanjian, dan

kelengkapan administratif atas barang pengganti.

h) Dalam hal barang pengganti sesuai dengan perjanjian

dan siap pakai, baik secara fisik maupun secara

administratif, atau telah disetorkannya selisih nilai

barang dalam hal nilai BMN lebih tinggi dari barang

pengganti, Sekretaris Jenderal menandatangani BAST

bersama mitra Tukar Menukar.

i) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara penghapusan.

2) Permohonan tukar menukar BMN yang ditujukan kepada

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem

Informasi (PKNSI)

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

persetujuan tukar menukar BMN kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

Page 233: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-233-

233

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

mengajukan surat permohonan persetujuan tukar

menukar BMN kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan c.q. Kepala Biro Keuangan

dan BMN;

c) Kepala Biro Keuangan dan BMN meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

menerbitkan Surat permohonan tukar menukar BMN

dan menyampaikan kepada Direktur PKNSI.

d) Dalam hal permohonan tukar menukar BMN disetujui,

Direktur PKNSI menerbitkan Surat Persetujuan Tukar

Menukar BMN dan menyampaikan kepada Kepala Biro

Keuangan dan BMN.

e) Berdasarkan Surat Persetujuan Tukar Menukar BMN,

Kepala Biro Keuangan dan BMN meneliti, menyiapkan

dan menyampaikan draft perjanjian tukar menukar

kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan.

f) Sekretaris Jenderal menandatangani perjanjian tukar

menukar dengan mitra tukar menukar.

g) Mitra Tukar Menukar melaksanakan pekerjaan

pengadaan barang pengganti sesuai dengan perjanjian

Tukar Menukar, termasuk menyelesaikan pengurusan

dokumen administratif yang diperlukan.

h) Setelah pelaksanaan pengadaan barang pengganti

selesai, Kepala Biro Keuangan dan BMN melalui

Tim/Panitia melakukan penelitian kesesuaian barang

pengganti dengan yang tertuang dalam perjanjian, dan

kelengkapan administratif atas barang pengganti.

i) Dalam hal barang pengganti sesuai dengan perjanjian

dan siap pakai, baik secara fisik maupun secara

administratif, atau telah disetorkannya selisih nilai

barang dalam hal nilai BMN lebih tinggi dari barang

pengganti, Kepala Biro Keuangan dan BMN meneliti,

menyiapkan dan menyampaikan draft BAST tukar

menukar kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan.

Page 234: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-234-

234

j) Sekretaris Jenderal menandatangani BAST bersama

mitra Tukar Menukar.

k) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Kepmenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penghapusan.

3) Permohonan tukar menukar BMN yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Wilayah DJKN

a) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan persetujuan

tukar menukar BMN kepada Kepala Kanwil;

b) Dalam hal permohonan tukar menukar BMN disetujui,

Kepala Kanwil menerbitkan Surat Persetujuan Tukar

Menukar BMN dan menyampaikan kepada Kepala Biro

Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT).

c) Berdasarkan Surat Persetujuan Tukar Menukar BMN,

Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen meneliti,

menyiapkan dan menyampaikan draft perjanjian tukar

menukar kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan. Adapun untuk Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) menyiapkan dan menyampaikan draft perjanjian

tukar menukar secara berjenjang ke Pimpinan Unit

Eselon I untuk selanjutnya disampaikan kepada

Sekretaris Jenderal.

d) Sekretaris Jenderal menandatangani perjanjian tukar

menukar dengan mitra tukar menukar.

e) Mitra Tukar Menukar melaksanakan pekerjaan

pengadaan barang pengganti sesuai dengan perjanjian

Tukar Menukar, termasuk menyelesaikan pengurusan

dokumen administratif yang diperlukan.

f) Setelah pelaksanaan pengadaan barang pengganti

selesai, Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan

Page 235: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-235-

235

Satuan Kerja (UPT) melalui Tim/Panitia melakukan

penelitian kesesuaian barang pengganti dengan yang

tertuang dalam perjanjian, dan kelengkapan

administratif atas barang pengganti.

g) Dalam hal barang pengganti sesuai dengan perjanjian

dan siap pakai, baik secara fisik maupun secara

administratif, atau telah disetorkannya selisih nilai

barang dalam hal nilai BMN lebih tinggi dari barang

pengganti, Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen meneliti,

menyiapkan dan menyampaikan draft BAST tukar

menukar kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan. Adapun untuk Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) menyiapkan dan menyampaikan draft BAST

tukar menukar secara berjenjang ke Pimpinan Unit

Eselon I untuk selanjutnya disampaikan kepada

Sekretaris Jenderal.

h) Sekretaris Jenderal menandatangani BAST bersama

mitra Tukar Menukar.

i) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara penghapusan.

4) Permohonan tukar menukar BMN yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL)

a) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan persetujuan

tukar menukar BMN kepada Kepala KPKNL;

b) Dalam hal permohonan tukar menukar BMN disetujui,

Kepala KPKNL menerbitkan Surat Persetujuan Tukar

Menukar BMN dan menyampaikan kepada Kepala Biro

Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris

Badan/ Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT).

c) Berdasarkan Surat Persetujuan Tukar Menukar BMN,

Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen meneliti,

Page 236: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-236-

236

menyiapkan dan menyampaikan draft perjanjian tukar

menukar kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan. Adapun untuk Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) menyiapkan dan menyampaikan draft perjanjian

tukar menukar secara berjenjang ke Pimpinan Unit

Eselon I untuk selanjutnya disampaikan kepada

Sekretaris Jenderal.

d) Sekretaris Jenderal menandatangani perjanjian tukar

menukar dengan mitra tukar menukar.

e) Mitra Tukar Menukar melaksanakan pekerjaan

pengadaan barang pengganti sesuai dengan perjanjian

Tukar Menukar, termasuk menyelesaikan pengurusan

dokumen administratif yang diperlukan.

f) Setelah pelaksanaan pengadaan barang pengganti

selesai, Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan

Satuan Kerja (UPT) melalui Tim/Panitia melakukan

penelitian kesesuaian barang pengganti dengan yang

tertuang dalam perjanjian, dan kelengkapan

administratif atas barang pengganti.

g) Dalam hal barang pengganti sesuai dengan perjanjian

dan siap pakai, baik secara fisik maupun secara

administratif, atau telah disetorkannya selisih nilai

barang dalam hal nilai BMN lebih tinggi dari barang

pengganti, Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen meneliti,

menyiapkan dan menyampaikan draft BAST tukar

menukar kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan. Adapun untuk Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) menyiapkan dan menyampaikan draft BAST

tukar menukar secara berjenjang ke Pimpinan Unit

Eselon I untuk selanjutnya disampaikan kepada

Sekretaris Jenderal.

h) Sekretaris Jenderal menandatangani BAST bersama

mitra Tukar Menukar.

Page 237: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-237-

237

i) Selanjutnya berdasarkan BAST, Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata penghapusan.

4. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat (PMPP)

a. Persyaratan

1) BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk

dijadikan sebagai PMPP

a) SK Tim/Panitia Pelaksanaan Penyertaan Modal

Pemerintah Pusat (PMPP);

b) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk di-

PMPP-kan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim;

c) Dokumen anggaran dan/atau dokumen

perencanaannya;

d) Data nilai realisasi pelaksanaan anggaran;

e) Surat Pernyataan Kesediaan calon penerima PMPP

untuk menerima PMPP yang berasal dari BMN;

f) Laporan Kondisi Barang;

g) Gambar situasi, lokasi tanah, luas, peruntukan, nilai

tanah;

h) Data bangunan: tahun pembuatan, konstruksi, luas,

status kepemilikan, dan nilai bangunan;

i) Data selain tanah dan/atau bangunan: tahun

perolehan, jenis, jumlah, spesifikasi/identitas teknis,

lokasi, nilai, tahun perolehan.

j) Hasil Penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan

yang telah ditetapkan oleh Pengguna Barang;

k) Fotokopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;

l) Kartu Identitas Barang (KIB);

m) Fotokopi bukti kepemilikan;

n) Fotokopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

o) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari

aplikasi penatausahaan BMN;

p) Laporan BMN Intrakomptabel;

q) Foto BMN berwarna.

Page 238: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-238-

238

2) BMN yang berada Pengguna Barang atau dalam rangka

optimalisasi

a) Tanah dan/atau Bangunan

(i) SK Tim Pelaksanaan Penyertaan Modal

Pemerintah Pusat (PMPP);

(ii) Berita Acara Inventarisasi BMN beserta lampiran

yang ditandatangani oleh Tim;

(iii) Surat Pernyataan Kesediaan calon penerima

PMPP untuk menerima PMPP yang berasal dari

BMN;

(iv) Laporan Kondisi Barang;

(v) Gambar situasi, lokasi tanah, luas, peruntukan,

nilai tanah;

(vi) Data bangunan: tahun pembuatan, konstruksi,

luas, status kepemilikan, dan nilai bangunan;

(vii) Fotokopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;Kartu Identitas Barang (KIB);

(viii) Fotokopi bukti kepemilikan tanah;

(ix) Fotokopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

(x) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari

aplikasi penatausahaan BMN;

(xi) Laporan BMN Intrakomptabel;

(xii) Foto BMN berwarna.

b) Selain Tanah dan/atau Bangunan

(i) SK Tim Pelaksanaan Penyertaan Modal

Pemerintah Pusat (PMPP);

(ii) Berita Acara Inventarisasi BMN beserta lampiran

yang ditandatangani oleh Tim;

(iii) Surat Pernyataan Kesediaan calon penerima

PMPP untuk menerima PMPP yang berasal dari

BMN;

(iv) Laporan Kondisi Barang;

(v) Data selain tanah dan/atau bangunan: tahun

perolehan, jenis, jumlah, spesifikasi/identitas

teknis, lokasi, nilai, tahun perolehan;

Page 239: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-239-

239

(vi) Hasil Penilaian BMN selain tanah dan/atau

bangunan yang telah ditetapkan oleh Pengguna

Barang;

(vii) Fotokopi Surat Keputusan Penetapan Status

Penggunaan BMN;

(viii) Kartu Identitas Barang (KIB);

(ix) Fotokopi bukti kepemilikan;

(x) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari

aplikasi penatausahaan BMN;

(xi) Laporan BMN Intrakomptabel;

(xii) Foto BMN berwarna.

b. Tata Cara Pelaksanaan PMPP

1) BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk

dijadikan sebagai PMPP

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

PMPP kepada Pimpinan Unit Eselon I;

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

mengajukan surat permohonan PMPP kepada

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

c) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya menerbitkan Surat permohonan PMPP dan

menyampaikan kepada Direktur Jenderal Kekayaan

Negara.

d) Apabila dalam proses PMPP telah ditetapkan Peraturan

Pemerintah tentang penetapan Penyertaan Modal

Pemerintah Pusat, maka Direktur Jenderal Kekayaan

Negara menyampaikan Peraturan Pemerintah

dimaksud kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan.

e) Berdasarkan peraturan pemerintah tentang penetapan

Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Sekretaris

Jenderal menyiapkan dan melakukan serah terima

BMN dengan penerima PMPP yang dituangkan dalam

BAST.

Page 240: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-240-

240

f) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Keputusan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penghapusan.

2) BMN yang berada Pengguna Barang atau dalam rangka

optimalisasi

a) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

PMPP kepada Pimpinan Unit Eselon I;

b) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

mengajukan surat permohonan PMPP kepada

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

c) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya menerbitkan Surat permohonan PMPP dan

menyampaikan kepada Direktur Jenderal Kekayaan

Negara.

d) Apabila dalam proses PMPP telah ditetapkan Peraturan

Pemerintah tentang penetapan Penyertaan Modal

Pemerintah Pusat, maka Direktur Jenderal Kekayaan

Negara menyampaikan Peraturan Pemerintah

dimaksud kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan.

e) Berdasarkan peraturan pemerintah tentang penetapan

Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Sekretaris

Jenderal menyiapkan dan melakukan serah terima

BMN dengan penerima PMPP yang dituangkan dalam

BAST.

f) Selanjutnya, berdasarkan BAST Sekretaris Jenderal

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam

Keputusan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penghapusan.

Page 241: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-241-

241

D. Pelaksanaan Pemusnahan

1. Persyaratan Pemusnahan

a. SK Tim/Panitia Pelaksanaan Pemusnahan BMN;

b. Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN untuk dimusnahkan

beserta lampiran yang ditandatangani oleh Tim;

c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

1) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

2) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil; dan

3) Pernyataan bahwa BMN tidak lagi dapat digunakan,

dimanfaatkan, dan dipindahtangankan atau bahwa BMN

harus dilakukan pemusnahan berdasarkan amanat

ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun perolehan,

jenis, identitas, kondisi, lokasi, nilai buku dan/atau nilai

perolehan.

e. Fotokopi bukti kepemilikan, untuk BMN yang harus dilengkapi

dengan bukti kepemilikan;

f. Fotokopi keputusan penetapan status penggunaan, untuk BMN

yang harus ditetapkan status penggunaannya;

g. Kartu Identitas barang, untuk BMN yang harus dilengkapi

dengan kartu identitas barang;

h. Foto BMN.

i. Dalam hal bukti kepemilikan sebagaimana dimaksud pada

huruf (d) tidak ada, maka dapat digantikan dengan bukti

lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli, perjanjian jual

beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat dipersamakan

dengan itu;

j. Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari aplikasi

penatausahaan BMN.

2. Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan BMN Karena Pemusnahan

Kepada Pengelola Barang (Kementerian Keuangan)

a. Permohonan penghapusan BMN karena pemusnahan yang

ditujukan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara

Page 242: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-242-

242

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penghapusan BMN karena pemusnahan kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

2) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila telah lengkap selanjutnya mengajukan surat

permohonan penghapusan BMN karena pemusnahan

kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

3) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya menerbitkan Surat permohonan penghapusan

BMN karena pemusnahan dan menyampaikan kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

4) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena

pemusnahan disetujui, Direktur Jenderal Kekayaan Negara

menerbitkan Surat Persetujuan penghapusan BMN karena

pemusnahan dan menyampaikan kepada Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan.

5) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan menyampaikan

Surat Persetujuan penghapusan BMN karena pemusnahan

kepada Pimpinan Unit Eselon I untuk dapat ditindaklanjuti

sebagaimana mestinya.

6) Pimpinan Unit Eselon I menyampaikan Surat Persetujuan

penghapusan BMN karena pemusnahan kepada Pimpinan

Satuan Kerja untuk memproses penghapusan BMN karena

pemusnahan sebagaimana mestinya.

7) Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan kepada

Tim/Panitia untuk melaksanakan penghapusan BMN

karena pemusnahan paling lama 1 (satu) bulan sejak

tanggal persetujuan penghapusan. Dalam hal penghapusan

BMN karena pemusnahan telah selesai, Tim/Panitia

menyiapkan draft Berita Acara Pemusnahan BMN dan

menyampaikan kepada Pimpinan Satuan Kerja.

8) Pimpinan Satuan Kerja menandatangani Berita Acara

Pemusnahan BMN dan selanjutnya menyampaikan surat

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan

BMN yang dilampiri berkas pelaksanaan penghapusan

BMN karena pemusnahan kepada Pimpinan Unit Eselon I.

Page 243: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-243-

243

9) Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan

menyampaikan surat permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan.

10) Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan menerbitkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua)

bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN karena

pemusnahan.

11) Sekretaris Jenderal menyampaikan laporan penghapusan

BMN karena pemusnahan kepada Direktur Jenderal

Kekayaan Negara paling lama 1 (satu) bulan sejak

keputusan penghapusan BMN ditandatangani dengan

melampirkan Surat Keputusan Penghapusan BMN dan

Berita Acara Pemusnahan BMN.

12) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena pemusnahan secara tertib.

b. Permohonan penghapusan BMN karena pemusnahan yang

ditujukan kepada Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan

Sistem Informasi (PKNSI)

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penghapusan BMN karena pemusnahan kepada Pimpinan

Unit Eselon I;

2) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila telah lengkap selanjutnya mengajukan surat

permohonan penghapusan BMN karena pemusnahan

kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan c.q.

Kepala Biro Keuangan dan BMN;

3) Kepala Biro Keuangan dan BMN meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

menerbitkan Surat permohonan penghapusan BMN karena

pemusnahan dan menyampaikan kepada Direktur PKNSI.

Page 244: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-244-

244

4) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena

pemusnahan disetujui, Direktur PKNSI menerbitkan Surat

Persetujuan penghapusan BMN karena pemusnahan dan

menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan BMN.

5) Kepala Biro Keuangan dan BMN menyampaikan Surat

Persetujuan penghapusan BMN karena pemusnahan

kepada Pimpinan Unit Eselon untuk dapat ditindaklanjuti

sebagaimana mestinya.

6) Pimpinan Unit Eselon I menyampaikan Surat Persetujuan

penghapusan BMN karena pemusnahan kepada Pimpinan

Satuan Kerja untuk memproses penghapusan BMN karena

pemusnahan sebagaimana mestinya.

7) Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan kepada

Tim/Panitia untuk melaksanakan penghapusan BMN

karena pemusnahan paling lama 1 (satu) bulan sejak

tanggal persetujuan penghapusan. Dalam hal penghapusan

BMN karena pemusnahan telah selesai, Tim/Panitia

menyiapkan draft Berita Acara Pemusnahan BMN dan

menyampaikan kepada Pimpinan Satuan Kerja.

8) Pimpinan Satuan Kerja menandatangani Berita Acara

Pemusnahan BMN dan selanjutnya menyampaikan surat

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan

BMN yang dilampiri berkas pelaksanaan penghapusan

BMN karena pemusnahan kepada Pimpinan Unit Eselon I.

9) Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan

menyampaikan surat permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan.

10) Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan menerbitkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua)

bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN karena

pemusnahan.

Page 245: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-245-

245

11) Kepala Biro Keuangan dan BMN menyampaikan laporan

penghapusan BMN karena pemusnahan kepada Direktur

PKNSI paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan

penghapusan BMN ditandatangani dengan melampirkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN dan Berita Acara

Pemusnahan BMN.

12) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena pemusnahan secara tertib.

c. Permohonan penghapusan BMN karena pemusnahan yang

ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah DJKN

1) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) mengajukan permohonan penghapusan BMN karena

pemusnahan kepada Kepala Kanwil;

2) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena

pemusnahan disetujui, Kepala Kanwil menerbitkan Surat

Persetujuan penghapusan BMN karena pemusnahan dan

menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT).

3) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyampaikan

Surat Persetujuan penghapusan BMN karena pemusnahan

kepada Pimpinan Satuan Kerja untuk memproses

penghapusan BMN karena pemusnahan sebagaimana

mestinya.

4) Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan kepada

Tim/Panitia untuk melaksanakan penghapusan BMN

karena pemusnahan paling lama 1 (satu) bulan sejak

tanggal persetujuan penghapusan. Dalam hal penghapusan

BMN karena pemusnahan telah selesai, Tim/Panitia

menyiapkan draft Berita Acara Pemusnahan BMN dan

menyampaikan kepada Pimpinan Satuan Kerja.

Page 246: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-246-

246

5) Pimpinan Satuan Kerja menandatangani Berita Acara

Pemusnahan BMN dan selanjutnya menyampaikan surat

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan

BMN yang dilampiri berkas pelaksanaan penghapusan

BMN karena pemusnahan kepada Pimpinan Unit Eselon I.

6) Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan

menyampaikan surat permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan.

7) Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan menerbitkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua)

bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN karena

pemusnahan.

8) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) menyampaikan laporan penghapusan BMN karena

pemusnahan kepada Kepala Kanwil paling lama 1 (satu)

bulan sejak keputusan penghapusan BMN ditandatangani

dengan melampirkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

dan Berita Acara Pemusnahan BMN.

9) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena pemusnahan secara tertib.

d. Permohonan penghapusan BMN karena pemusnahan yang

ditujukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

dan Lelang (KPKNL)

1) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) mengajukan permohonan penghapusan BMN

karena pemusnahan kepada Kepala KPKNL;

2) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena

pemusnahan disetujui, Kepala KPKNLmenerbitkan Surat

Persetujuan penghapusan BMN karena pemusnahan dan

menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan dan

Page 247: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-247-

247

BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (UPT).

3) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyampaikan

Surat Persetujuan penghapusan BMN karena pemusnahan

kepada Pimpinan Satuan Kerja untuk memproses

penghapusan BMN karena pemusnahan sebagaimana

mestinya.

4) Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan kepada

Tim/Panitia untuk melaksanakan penghapusan BMN

karena pemusnahan paling lama 1 (satu) bulan sejak

tanggal persetujuan penghapusan. Dalam hal penghapusan

BMN karena pemusnahan telah selesai, Tim/Panitia

menyiapkan draft Berita Acara Pemusnahan BMN dan

menyampaikan kepada Pimpinan Satuan Kerja.

5) Pimpinan Satuan Kerja menandatangani Berita Acara

Pemusnahan BMN dan selanjutnya menyampaikan surat

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan

BMN yang dilampiri berkas pelaksanaan penghapusan

BMN karena pemusnahan kepada Pimpinan Unit Eselon I.

6) Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan

menyampaikan surat permohonan penerbitan Surat

Keputusan Penghapusan BMN kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan.

7) Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan menerbitkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua)

bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN karena

pemusnahan.

8) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT) menyampaikan laporan penghapusan BMN

karena pemusnahan kepada Kepala KPKNL paling lama 1

(satu) bulan sejak keputusan penghapusan BMN

ditandatangani dengan melampirkan Surat Keputusan

Penghapusan BMN dan Berita Acara Pemusnahan BMN.

Page 248: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-248-

248

9) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena pemusnahan secara tertib.

E. Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara karena

Pemusnahan pada Pengguna Barang

1. Satuan Kerja Non BLU

a. Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan kepada Tim/Panitia

untuk melaksanakan penghapusan BMN karena pemusnahan

paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal persetujuan

penghapusan. Dalam hal penghapusan BMN karena

pemusnahan telah selesai, Tim/Panitia menyiapkan draft Berita

Acara Pemusnahan BMN dan menyampaikan kepada Pimpinan

Satuan Kerja.

b. Pimpinan Satuan Kerja menandatangani Berita Acara

Pemusnahan BMN dan selanjutnya menyampaikan surat

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan BMN

yang dilampiri berkas pelaksanaan penghapusan BMN karena

pemusnahan kepada Pimpinan Unit Eselon I.

c. Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan menerbitkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan

sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN karena

pemusnahan, kemudian menyampaikan kepada Pimpinan

Satuan Kerja;

d. Pimpinan Satuan Kerja menyampaikan laporan penghapusan

BMN karena pemusnahan kepada Pengelola Barang paling lama

1 (satu) bulan sejak keputusan penghapusan BMN

ditandatangani dengan melampirkan Surat Keputusan

Penghapusan BMN dan Berita Acara Pemusnahan BMN.

e. Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN, selanjutnya

Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan petugas penatausahaan

BMN untuk melakukan penginputan transaksi penghapusan

BMN pada aplikasi penatausahaan BMN dan mengarsipkan

berkas penghapusan BMN karena pemusnahan secara tertib.

Page 249: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-249-

249

2. Satuan Kerja BLU

a. Pimpinan Satuan Kerja BLU mengajukan permohonan ijin

prinsip penghapusan BMN karena pemusnahan kepada

Pimpinan Unit Eselon I;

b. Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan dan

apabila menyetujui permohonan tersebut maka menerbitkan

surat rekomendasi penghapusan BMN karena pemusnahan dan

menyampaikan kepada Pimpinan Satuan Kerja BLU.

c. Berdasarkan surat rekomendasi tersebut, pejabat yang

membawahi pengelolaan BMN pada satuan kerja BLU

mengajukan surat permohonan penghapusan BMN karena

pemusnahan kepada Pimpinan Satuan Kerja BLU;

d. Pimpinan Satuan Kerja BLU meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila menyetujui permohonan tersebut maka

menerbitkan Surat Persetujuan penghapusan BMN karena

pemusnahan dan menyampaikan kepada pejabat yang

membawahi pengelolaan BMN;

e. Pimpinan Satuan Kerja BLU memerintahkan kepada

Tim/Panitia untuk melaksanakan penghapusan BMN karena

pemusnahan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal

persetujuan penghapusan. Dalam hal penghapusan BMN

karena pemusnahan telah selesai, Tim/Panitia menyiapkan

draft Berita Acara Pemusnahan BMN dan menyampaikan

kepada Pimpinan Satuan Kerja.

f. Pimpinan Satuan Kerja BLU menandatangani Berita Acara

Pemusnahan BMN dan selanjutnya menyampaikan surat

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan BMN

yang dilampiri berkas pelaksanaan penghapusan BMN karena

pemusnahan kepada Pimpinan Unit Eselon I.

g. Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan menerbitkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan

sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN karena

pemusnahan, kemudian menyampaikan kepada Pimpinan

Satuan Kerja BLU;

Page 250: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-250-

250

h. Pimpinan Satuan Kerja BLU menyampaikan laporan

penghapusan BMN karena pemusnahan kepada Pengelola

Barang paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan

penghapusan BMN ditandatangani dengan melampirkan Surat

Keputusan Penghapusan BMN dan Berita Acara Pemusnahan

BMN.

i. Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN, selanjutnya

Pimpinan Satuan Kerja BLU memerintahkan petugas

penatausahaan BMN untuk melakukan penginputan transaksi

penghapusan BMN pada aplikasi penatausahaan BMN dan

mengarsipkan berkas penghapusan BMN karena pemusnahan

secara tertib.

F. Pelaksanaan Penghapusan

1. Penghapusan BMN Karena Penyerahan Kepada Pengelola Barang

a. Berdasarkan BAST Penyerahan BMN yang ditandatangani

Pimpinan Satuan Kerja dan Kepala KPKNL, Pimpinan Satuan

Kerja menyampaikan permohonan penerbitan surat keputusan

penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit Eselon I.

b. Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan

menyampaikan surat permohonan penerbitan Surat Keputusan

Penghapusan BMN kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan.

c. Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan menerbitkan Surat

Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan sejak

tanggal BAST.

d. Pimpinan Satuan Kerja menyampaikan laporan penghapusan

BMN kepada Kepala KPKNL paling lama 1 (satu) bulan sejak

keputusan penghapusan BMN ditandatangani dengan

melampirkan Surat Keputusan Penghapusan BMN dan BAST

Penyerahan BMN kepada Pengelola Barang.

e. Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN, selanjutnya

Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan petugas penatausahaan

BMN untuk melakukan penginputan transaksi penghapusan

BMN pada aplikasi penatausahaan BMN dan mengarsipkan

berkas penghapusan BMN karena penyerahan BMN kepada

Pengelola Barang secara tertib.

Page 251: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-251-

251

2. Penghapusan BMN Karena Pengalihan Status Penggunaan Kepada

Pengguna Barang Lain

a. Berdasarkan BAST pengalihan status penggunaan Sekretaris

Jenderal menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN

paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST.

b. Sekretaris Jenderal/Kepala Biro Keuangan dan BMN/ Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja menyampaikan laporan penghapusan BMN paling lama 1

(satu) bulan sejak keputusan penghapusan BMN ditandatangani

dengan melampirkan Surat Keputusan Penghapusan BMN dan

BAST pengalihan status penggunaan kepada Pengguna Barang

Lain.

c. Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN, selanjutnya

Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan petugas penatausahaan

BMN untuk melakukan penginputan transaksi penghapusan

BMN pada aplikasi penatausahaan BMN dan mengarsipkan

berkas penghapusan BMN karena pengalihan status

penggunaan secara tertib.

3. Penghapusan Karena Pemindahtanganan

a. Berdasarkan:

1) Kutipan/Risalah lelang dan Berita Acara Serah Terima,

dalam hal Pemindahtanganan dilakukan dalam bentuk

penjualan secara lelang;

2) Berita Acara Serah terima, dalam hal Pemindahtanganan

dilakukan dalam bentuk penjualan tanpa lelang, tukar

menukar, dan Penyertaan modal Pemerintah Pusat;

3) Berita Acara Serah Terima dan naskah hibah, dalam hal

Pemindahtanganan dilakukan dalam bentuk hibah.

b. Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja (BLU atau non

BLU) menyampaikan permohonan penerbitan surat keputusan

penghapusan BMN kepada Pimpinan Unit Eselon I.

c. Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan dalam hal

kewenangan penetapan Surat Keputusan dimaksud

didelegasikan kepada Pimpinan Unit Eselon, menandatangani

Surat Keputusan Penghapusan BMN dan selanjutnya

menyampaikan kepada Pimpinan Satuan Kerja;

Page 252: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-252-

252

d. Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan

menyampaikan surat permohonan penerbitan Surat Keputusan

Penghapusan BMN kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan.

e. Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan menerbitkan Surat

Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan sejak

tanggal BAST.

f. Sekretaris Jenderal/Kepala Biro Keuangan dan BMN/ Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/ Pimpinan Satuan

Kerja (BLU atau non BLU) menyampaikan laporan penghapusan

BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan penghapusan

BMN ditandatangani kepada Pengelola Barang dengan

melampirkan Surat Keputusan Penghapusan BMN dan BAST,

atau Kutipan/Risalah lelang, Naskah Hibah, dan/atau bukti

setor penerimaan ke Rekening Kas Umum Negara.

g. Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN, selanjutnya

Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan petugas penatausahaan

BMN untuk melakukan penginputan transaksi penghapusan

BMN pada aplikasi penatausahaan BMN dan mengarsipkan

berkas penghapusan BMN karena pemindahtanganan secara

tertib.

4. Penghapusan Karena Adanya Putusan Pengadilan Yang Telah

Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap Dan Sudah Tidak Ada Upaya

Hukum Lainnya

a. Persyaratan:

1) Surat Keputusan Tim/Panitia Pelaksanaan Penghapusan

BMN;

2) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN yang

dihapuskan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim;

3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil;

Page 253: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-253-

253

4) Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun

perolehan, jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi,

lokasi, nilai buku dan/atau nilai perolehan;

5) Fotokopi bukti kepemilikan, untuk BMN yang harus

dilengkapi dengan bukti kepemilikan;

6) Fotokopi keputusan penetapan status penggunaan, untuk

BMN yang harus ditetapkan status penggunaannya;

7) Kartu Identitas barang, untuk BMN yang harus dilengkapi

dengan kartu identitas barang;

8) Foto BMN;

9) Dalam hal bukti kepemilikan sebagaimana dimaksud pada

angka (5) tidak ada, maka dapat digantikan dengan bukti

lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli, perjanjian

jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu;

10) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari aplikasi

penatausahaan BMN, jika ada;

11) Laporan BMN Intrakomptabel dan komptabel;dan

12) Salinan/fotokopi putusan pengadilan yang telah

dilegalisasi/disahkan oleh pejabat berwenang.

b. Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan BMN Karena Adanya

Putusan Pengadilan Yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum

Tetap Dan Sudah Tidak Ada Upaya Hukum Lainnya Kepada

Pengelola Barang (Kementerian Keuangan)

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penghapusan BMN karena adanya putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah

tidak ada upaya hukum lainnya kepada Pimpinan Unit

Eselon I;

2) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila telah lengkap selanjutnya mengajukan surat

permohonan penghapusan BMN karena adanya putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya kepada

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

Page 254: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-254-

254

3) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya menerbitkan Surat permohonan penghapusan

BMN karena adanya putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada

upaya hukum lainnya dan menyampaikan kepada Direktur

Jenderal Kekayaan Negara;

4) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena adanya

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya

disetujui, Direktur Jenderal Kekayaan Negara menerbitkan

Surat Persetujuan penghapusan BMN dan menyampaikan

kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;

5) Berdasarkan surat Persetujuan Penghapusan BMN

tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian membuat dan

menandatangani Surat Keputusan Penghapusan BMN

paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan

penghapusan BMN;

6) Sekretaris Jenderal menyampaikan laporan penghapusan

BMN karena adanya putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada

upaya hukum lainnya kepada Direktur Jenderal Kekayaan

Negara paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan

penghapusan BMN ditandatangani dengan melampirkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN;dan

7) Berdasarkan surat Keputusan Penghapusan BMN tersebut,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena adanya putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah

tidak ada upaya hukum lainnya secara tertib.

Page 255: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-255-

255

G. Penghapusan Barang Milik Negara karena Melaksanakan Ketentuan

Peraturan Perundang-Undangan

1. Persyaratan:

a. Surat Keputusan Tim/Panita Pelaksanaan Penghapusan BMN;

b. Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN yang dihapuskan

beserta lampiran yang ditandatangani oleh Tim;

c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

1) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;dan

2) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil.

d. Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun perolehan,

jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi, lokasi, nilai buku

dan/atau nilai perolehan.

e. Fotokopi bukti kepemilikan, untuk BMN yang harus dilengkapi

dengan bukti kepemilikan;

f. Fotokopi keputusan penetapan status penggunaan, untuk BMN

yang harus ditetapkan status penggunaannya;

g. Kartu Identitas barang, untuk BMN yang harus dilengkapi

dengan kartu identitas barang;

h. Foto BMN;

i. Dalam hal bukti kepemilikan sebagaimana dimaksud pada

huruf (e) tidak ada, maka dapat digantikan dengan bukti lainnya

seperti dokumen kontrak, akte jual beli, perjanjian jual beli, dan

dokumen setara lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu;

j. Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari aplikasi

penatausahaan BMN, jika ada;

k. Laporan BMN Intrakomptabel dan komptabel;

l. Salinan/fotokopi peraturan perundang-undangan yang

menyatakan BMN bersangkutan harus dihapuskan.

Page 256: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-256-

256

2. Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan BMN Karena Melaksanakan

Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Kepada Pengelola Barang

(Kementerian Keuangan)

a. Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan penghapusan

BMN karena melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan kepada Pimpinan Unit Eselon I;

b. Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan dan

apabila telah lengkap selanjutnya mengajukan surat

permohonan penghapusan BMN karena melaksanakan

ketentuan peraturan perundang-undangan kepada Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan;

c. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

menerbitkan Surat permohonan penghapusan BMN karena

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

menyampaikan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

d. Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

disetujui, Direktur Jenderal Kekayaan Negara menerbitkan

Surat Persetujuan penghapusan BMN dan menyampaikan

kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan.

e. Berdasarkan surat Persetujuan Penghapusan BMN tersebut,

Sekretaris Jenderal Kementerian membuat dan menandatangani

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan

sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN.

f. Sekretaris Jenderal menyampaikan laporan penghapusan BMN

karena melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara paling

lama 1 (satu) bulan sejak keputusan penghapusan BMN

ditandatangani dengan melampirkan Surat Keputusan

Penghapusan BMN.

g. Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN tersebut,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan petugas

penatausahaan BMN untuk melakukan penginputan transaksi

penghapusan BMN pada aplikasi penatausahaan BMN dan

mengarsipkan berkas penghapusan BMN karena melaksanakan

ketentuan peraturan perundang-undangan secara tertib.

Page 257: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-257-

257

H. Penghapusan Barang Milik Negara karena Sebab-Sebab Lain

1. Persyaratan:

a. Hilang

1) Surat Keputusan Tim/Panitia Pelaksanaan Penghapusan;

2) Laporan Hasil Pemeriksaan Tim Pemeriksa Kerugian

Negara/Laporan Hasil Pemeriksaan Khusus dari

Inspektorat Jenderal;

3) Surat Keterangan/Pernyataan Bersedia Mengganti dengan

cara membayar tunai/angsuran dari personalia yang

menghilangkan BMN (apabila ada TGR);

4) Surat Keterangan dari Syahbandar untuk alat transportasi

air;

5) SK Penetapan Pengantian Kerugian Negara ;

6) Surat keterangan dari kepolisian;

7) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil, dan

c) pernyataan bahwa BMN hilang dan tidak lagi dapat

diketemukan.

8) Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun

perolehan, jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi,

lokasi, nilai buku dan/atau nilai perolehan.

9) Fotokopi bukti kepemilikan, untuk BMN yang harus

dilengkapi dengan bukti kepemilikan;

10) Fotokopi keputusan penetapan status penggunaan, untuk

BMN yang harus ditetapkan status penggunaannya;

11) Kartu Identitas barang, untuk BMN yang harus dilengkapi

dengan kartu identitas barang;

12) Dalam hal bukti kepemilikan sebagaimana dimaksud pada

angka (9) tidak ada, maka dapat digantikan dengan bukti

lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli, perjanjian

jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu.

Page 258: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-258-

258

b. Susut, Menguap, Mencair, Kadaluarsa, Mati/Cacat Berat/Tidak

Produktif Untuk Hewan/Ikan/Tanaman

1) Surat Keputusan Tim/Panitia Pelaksanaan Penghapusan;

2) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN yang

dihapuskan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim/Panitia;

3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil, dan

c) Pernyataan bahwa BMN susut, menguap, mencair,

kadaluarsa, mati/cacat berat/tidak produktif untuk

hewan/ikan/tanaman.

4) Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun

perolehan, jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi,

lokasi, nilai buku dan/atau nilai perolehan.

5) Fotokopi keputusan penetapan status penggunaan, untuk

BMN yang harus ditetapkan status penggunaannya.

c. Bangunan yang Berdiri di atas Tanah Pihak Lain/Pemda

1) Surat Keputusan Tim/Panitia Pelaksanaan Penghapusan;

2) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN yang

dihapuskan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim;

3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil.

4) Fotokopi perjanjian antara Pengguna Barang dengan pihak

lain atau Pemerintah Daerah;

Page 259: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-259-

259

5) Surat pemberitahuan dari pihak lain atau Pemerintah

Daerah terkait penghapusan BMN yang berdiri diatas tanah

pihak lain atau Pemerintah Daerah;

6) Kartu Identitas Barang;

7) Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun

perolehan, jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi,

lokasi, nilai buku dan/atau nilai perolehan; dan

8) Dalam hal penghapusan BMN dimaksud menghasilkan

bongkaran, permohonan penjualan bongkarannya diajukan

dalam satu kesatuan dengan permohonan

penghapusannya.

d. Dalam Kondisi Rusak Berat/Membahayakan Lingkungan

Sekitar

1) Surat Keputusan Tim/Panitia Pelaksanaan Penghapusan;

2) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN yang

dihapuskan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim;

3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil.

4) Surat keterangan dari instansi yang berwenang yang

menyatakan bahwa BMN berupa bangunan berada dalam

kondisi rusak berat dan/atau membahayakan lingkungan

sekitar

5) Kartu Identitas Barang;

6) Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun

perolehan, jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi,

lokasi, nilai buku dan/atau nilai perolehan; dan

7) Dalam hal penghapusan BMN dimaksud menghasilkan

bongkaran, permohonan penjualan bongkarannya diajukan

dalam satu kesatuan dengan permohonan

penghapusannya.

Page 260: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-260-

260

e. Harus Dihapus Karena Anggaran untuk Bangunan Pengganti

Sudah Disiapkan dalam Dokumen Penganggaran

1) Surat Keputusan Tim/Panitia Pelaksanaan Penghapusan;

2) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN yang

dihapuskan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim;

3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil.

4) Fotokopi Dokumen Pengganggaran;

5) Kartu Identitas Barang;

6) Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun

perolehan, jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi,

lokasi, nilai buku dan/atau nilai perolehan; dan

7) Dalam hal penghapusan BMN dimaksud menghasilkan

bongkaran, permohonan penjualan bongkarannya diajukan

dalam satu kesatuan dengan permohonan

penghapusannya.

f. Aset Tetap Renovasi (ATR)

1) Surat Keputusan Tim/Panitia Pelaksanaan Penghapusan;

2) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN yang

dihapuskan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim;

3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil.

4) Pernyataan bahwa BMN berupa ATR pada BMN milik pihak

lain tidak dapat dipindahtangankan;

5) Kartu Identitas Barang; dan

Page 261: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-261-

261

6) Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun

perolehan, jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi,

lokasi, nilai buku dan/atau nilai perolehan.

g. Keadaan Kahar (Force Majeure)

1) Surat Keputusan Tim/Panitia Pelaksanaan Penghapusan;

2) Berita Acara Pemeriksaan/Penelitian BMN yang

dihapuskan beserta lampiran yang ditandatangani oleh

Tim;

3) Surat keterangan dari instansi yang berwenang;

4) mengenai terjadinya keadaan kahar (force majeure); atau

5) mengenai kondisi barang terkini karena keadaan kahar

(force majeure);

6) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari

Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Identitas Pengguna Barang/Pejabat yang ditunjuk;

b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas

kebenaran permohonan yang diajukan, baik materiil

maupun formil, dan

c) Pernyataan bahwa BMN telah terkena keadaan kahar

(force majeure).

7) Data BMN yang sekurang-kurangnya meliputi tahun

perolehan, jenis, identitas/spesifikasi teknis, kondisi,

lokasi, nilai buku dan/atau nilai perolehan;

8) Fotokopi bukti kepemilikan, untuk BMN yang harus

dilengkapi dengan bukti kepemilikan;

9) Fotokopi keputusan penetapan status penggunaan, untuk

BMN yang harus ditetapkan status penggunaannya;

10) Kartu Identitas barang, untuk BMN yang harus dilengkapi

dengan kartu identitas barang;

11) Dalam hal bukti kepemilikan sebagaimana dimaksud pada

angka (8) tidak ada, maka dapat digantikan dengan bukti

lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli, perjanjian

jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu;

12) Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya dari aplikasi

penatausahaan BMN, jika ada; dan

Page 262: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-262-

262

13) Dalam hal penghapusan BMN dimaksud menghasilkan

bongkaran, permohonan penjualan bongkaran diajukan

dalam satu kesatuan dengan permohonan

penghapusannya.

2. Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan BMN Karena Sebab-Sebab Lain

Kepada Pengelola Barang (Kementerian Keuangan)

a. Permohonan penghapusan BMN karena sebab-sebab lain yang

ditujukan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain kepada

Pimpinan Unit Eselon I.

2) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila telah lengkap selanjutnya mengajukan surat

permohonan penghapusan BMN karena sebab-sebab lain

kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan.

3) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya menerbitkan Surat permohonan penghapusan

BMN karena sebab-sebab lain dan menyampaikan kepada

Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

4) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena sebab-

sebab lain disetujui, Direktur Jenderal Kekayaan Negara

menerbitkan Surat Persetujuan penghapusan BMN dan

menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan.

5) Berdasarkan surat Persetujuan Penghapusan BMN

tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian membuat dan

menandatangani Surat Keputusan Penghapusan BMN

paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan

penghapusan BMN.

6) Sekretaris Jenderal menyampaikan laporan penghapusan

BMN karena sebab-sebab lain kepada Direktur Jenderal

Kekayaan Negara paling lama 1 (satu) bulan sejak

keputusan penghapusan BMN ditandatangani dengan

melampirkan Surat Keputusan Penghapusan BMN.

Page 263: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-263-

263

7) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN tersebut,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain secara tertib.

b. Permohonan penghapusan BMN karena sebab-sebab lain

Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi

(PKNSI)

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain kepada

Pimpinan Unit Eselon I.

2) Pimpinan unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila telah lengkap selanjutnya mengajukan surat

permohonan penghapusan BMN kepada Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan c.q. Kepala Biro

Keuangan dan BMN.

3) Kepala Biro Keuangan dan BMN meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya

menerbitkan Surat permohonan penghapusan BMN karena

sebab-sebab lain dan menyampaikan kepada Direktur

PKNSI.

4) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena sebab-

sebab lain disetujui, Direktur PKNSI menerbitkan Surat

Persetujuan penghapusan BMN dan menyampaikan kepada

Kepala Biro Keuangan dan BMN.

5) Berdasarkan surat Persetujuan Penghapusan BMN

tersebut, Kepala Biro Keuangan dan BMN membuat draft

Surat Keputusan Penghapusan BMN dan

menyampaikannya kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan.

6) Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan

menandatangani Surat Keputusan Penghapusan BMN

paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan

penghapusan BMN.

Page 264: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-264-

264

7) Berdasarkan surat Keputusan Persetujuan Penghapusan

BMN tersebut, Kepala Biro Keuangan dan BMN

menyampaikan laporan penghapusan BMN kepada

Direktur PKNSI paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan

penghapusan BMN ditandatangani dengan melampirkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN.

8) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain secara tertib.

c. Permohonan penghapusan BMN karena sebab-sebab lain yang

ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah DJKN

1) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) mengajukan permohonan penghapusan BMN karena

sebab-sebab lain kepada Kepala Kanwil.

2) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena sebab-

sebab lain disetujui, Kepala Kanwil menerbitkan Surat

Persetujuan penghapusan BMN dan menyampaikan kepada

Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT).

3) Berdasarkan Surat Persetujuan Penghapusan BMN

tersebut, Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyampaikan

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan

BMN kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan.

Adapun untuk Pimpinan Satuan Kerja (UPT)

menyampaikan permohonan penerbitan Surat Keputusan

Penghapusan BMN secara berjenjang ke Pimpinan Unit

Eselon I untuk selanjutnya disampaikan kepada Sekretaris

Jenderal.

Page 265: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-265-

265

4) Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan menerbitkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua)

bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN karena

sebab-sebab lain.

5) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) menyampaikan laporan penghapusan BMN kepada

Kepala Kanwil paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan

penghapusan BMN ditandatangani dengan melampirkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN.

6) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain secara tertib.

d. Permohonan penghapusan BMN karena sebab-sebab lain yang

ditujukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

(KPKNL)

1) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) mengajukan permohonan penghapusan BMN karena

sebab-sebab lain kepada Kepala KPKNL.

2) Dalam hal permohonan penghapusan BMN karena sebab-

sebab lain disetujui, Kepala KPKNL menerbitkan Surat

Persetujuan penghapusan BMN dan menyampaikan kepada

Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan

Kerja (UPT).

3) Berdasarkan Surat Persetujuan Penghapusan BMN

tersebut, Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen menyampaikan

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan

BMN kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan.

Adapun untuk Pimpinan Satuan Kerja (UPT)

menyampaikan permohonan penerbitan Surat Keputusan

Penghapusan BMN secara berjenjang ke Pimpinan Unit

Page 266: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-266-

266

Eselon I untuk selanjutnya disampaikan kepada Sekretaris

Jenderal.

4) Sekretaris Jenderal meneliti, memeriksa, dan menerbitkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua)

bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan BMN karena

sebab-sebab lain.

5) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Pimpinan Satuan Kerja

(UPT) menyampaikan laporan penghapusan BMN kepada

Kepala KPKNL paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan

penghapusan BMN ditandatangani dengan melampirkan

Surat Keputusan Penghapusan BMN.

6) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain secara tertib.

3. Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan BMN Karena Sebab-Sebab Lain

Kepada Pengguna Barang

a. Satuan Kerja Non BLU

1) Pimpinan Satuan Kerja mengajukan permohonan

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain kepada Kepala

Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris

Badan/Sekretaris Itjen;

2) Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/

Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen meneliti dan memeriksa

kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap

selanjutnya mengajukan surat permohonan penghapusan

BMN karena sebab-sebab lain kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan;

3) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti dan

memeriksa permohonan penghapusan BMN karena sebab-

sebab lain. Dalam hal permohonan disetujui, Sekretaris

Jenderal menerbitkan Surat Persetujuan penghapusan

BMN karena sebab-sebab lain dan menyampaikan kepada

Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Page 267: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-267-

267

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen.

4) Berdasarkan Surat Persetujuan penghapusan BMN

tersebut, Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris

Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen membuat draft

Surat Keputusan Penghapusan BMN dan menyampaikan

kepada Pimpinan Unit Eselon I.

5) Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN paling

lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan

BMN karena sebab-sebab lain, kemudian menyampaikan

kepada Pimpinan Satuan Kerja.

6) Pimpinan Satuan Kerja menyampaikan laporan

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain kepada

Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan sejak

keputusan penghapusan BMN ditandatangani dengan

melampirkan Surat Keputusan Penghapusan BMN.

7) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain secara tertib.

b. Satuan Kerja BLU

1) Pimpinan Satuan Kerja BLU mengajukan permohonan izin

prinsip penghapusan BMN karena sebab-sebab lain kepada

Pimpinan Unit Eselon I;

2) Pimpinan Unit Eselon I meneliti kelengkapan persyaratan

dan apabila menyetujui permohonan tersebut maka

menerbitkan surat rekomendasi penghapusan BMN karena

sebab-sebab lain dan menyampaikan kepada Pimpinan

Satuan Kerja BLU.

3) Berdasarkan surat rekomendasi tersebut, pejabat yang

membawahi pengelolaan BMN pada satuan kerja BLU

mengajukan surat permohonan penghapusan BMN karena

sebab-sebab lain kepada Pimpinan Satuan Kerja BLU;

Page 268: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-268-

268

4) Pimpinan Satuan Kerja BLU meneliti kelengkapan

persyaratan dan apabila menyetujui permohonan tersebut

maka menerbitkan Surat Persetujuan penghapusan BMN

karena sebab-sebab lain dan menyampaikan kepada

pejabat yang membawahi pengelolaan BMN;

5) Berdasarkan Surat Persetujuan penghapusan BMN

tersebut, Pimpinan Satuan Kerja BLU menyampaikan surat

permohonan penerbitan Surat Keputusan Penghapusan

BMN kepada Pimpinan Unit Eselon I;

6) Pimpinan Unit Eselon I meneliti, memeriksa, dan

menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan BMN paling

lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan penghapusan

BMN karena sebab-sebab lain, kemudian menyampaikan

kepada Pimpinan Satuan Kerja BLU;

7) Pimpinan Satuan Kerja BLU menyampaikan laporan

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain kepada

Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan sejak

keputusan penghapusan BMN ditandatangani dengan

melampirkan Surat Keputusan Penghapusan BMN;

8) Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN,

selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja BLU memerintahkan

petugas penatausahaan BMN untuk melakukan

penginputan transaksi penghapusan BMN pada aplikasi

penatausahaan BMN dan mengarsipkan berkas

penghapusan BMN karena sebab-sebab lain secara tertib.

I. Pelaporan

Berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan BMN yang diterbitkan

oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan atau Pimpinan Unit

Eselon I maka Pimpinan Satuan Kerja segera melaksanakan penghapusan

Barang Milik Negara dari DBP dan/atau DBKP dan melaporkan

pelaksanaan pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan BMN

dimaksud secara berjenjang kepada Pimpinan Unit Eselon I serta

ditembuskan kepada pihak yang terkait, yaitu:

1. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Up. Kepala Biro

Keuangan dan Barang Milik Negara;

Page 269: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-269-

269

2. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan/Kepala

Kantor Wilayah DJKN/Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

dan Lelang setempat;

3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; dan

4. Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan;

Selanjutnya, perubahan DBP dan/atau DBKP sebagai akibat dari

penghapusan harus dicantumkan dalam Laporan Semesteran dan

Laporan Tahunan Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang.

Page 270: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-270-

270

BAB VI

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BARANG MILIK NEGARA

A. Ketentuan Umum

1. Pengawasan dan Pengendalian BMN dilakukan terhadap:

a) BMN;

b) Pelaksanaan pengelolaan BMN; dan

c) Pejabat/pegawai yang melakukan pengelolaan BMN

2. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Pengguna

Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang terdiri atas kegiatan

pemantauan dan penertiban yang mencakup pelaksanaan:

a) Penggunaan;

b) Pemanfaatan;

c) Pemindahtanganan;

d) Penatausahaan;

e) Pemeliharaan

B. Pengawasan dan Pengendalian

1. Pemantauan

a) Prinsip Umum

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan

pemantauan atas kesesuaian antara pelaksanaan Penggunaan,

Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Penatausahaan,

pemeliharaan dan pengamanan atas BMN yang berada dalam

penguasaannya dengan ketentuan peraturan

perundangundangan meliputi kegiatan sebagai berikut:

(1) Pemantauan atas Penggunaan

Pemantauan dilakukan atas BMN sebagai berikut:

(a) BMN yang digunakan oleh Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang;

(b) BMN yang digunakan sementara oleh Pengguna

Barang lainnya; dan

(c) BMN yang dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka

menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan

fungsi Pengguna Barang.

Page 271: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-271-

271

(2) Pemantauan atas Pemanfaatan

Pemantauan ini dilakukan terhadap pelaksanaan

Pemanfaatan telah mendapatkan persetujuan dari

Pengelola Barang dan pelaksanaan Pemanfaatan telah

dilaksanakan sesuai persetujuan dari Pengelola Barang

dan/atau perjanjian dalam hal sebagai berikut :

(a) peruntukan pinjam pakai

(b) jenis usaha untuk sewa dan kerjasama Pemanfaatan

(c) jangka waktu Pemanfaatan; dan

(d) penyetoran penerimaan negara dari Pemanfaatan.

(3) Pemantauan atas Pemindahtangan

Pemantauan ini dilakukan terhadap pelaksanaan

pemindahtanganan telah mendapatkan persetujuan dari

Pengelola Barang dan pelaksanaan pemindahtanganan

telah dilaksanakan sesuai persetujuan dari Pengelola

Barang dalam hal sebagai berikut:

(a) jenis pemindahtanganan; dan

(b) penyetoran penerimaan negara dari pemindah-

tanganan.

(4) Pemantauan atas Penatausahaan

Pemantauan terhadap penatausahaan dilakukan dengan

melihat kesesuaian antara pelaksanaan prosedur

penatausahaan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan mengenai penatausahaan BMN. Termasuk

dalam kegiatan ini, antara lain : ketentuan penggunaan

sistem pelaporan, jadwal rekonsiliasi dan pengiriman

laporan kepada Pengelola Barang maupun kepada

Pengguna Barang, kepatuhan terhadap ketentuan Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan lain-lain.

(5) Pemantauan atas Pemeliharaan dan Pengamanan

Pemantauan dilakukan terhadap pemeliharaan dan

pengamanan BMN atas:

(a) pemeliharaan BMN telah sesuai dengan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran dan dokumen penganggaran

turunannya;

(b) pengamanan BMN, yang meliputi pengamanan

administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan

Page 272: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-272-

272

hukum, telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan antara lain dengan

kegiatan sebagai berikut:

(i) memastikan BMN berupa tanah telah

bersertipikat atas nama Pemerintah Republik

Indonesia up. Kementerian/Lembaga;

(ii) memastikan BMN tidak dikuasai oleh pihak

lain/yang tidak berhak; dan

(iii) memastikan BMN tidak dalam sengketa.

b) Tata Cara Pemantauan

Setiap Kuasa Pengguna Barang berkewajiban untuk melakukan

pemantauan atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,

pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan dan

pengamanan BMN yang berada di bawah penguasaannya.

Terdapat dua jenis pemantauan yang wajib dilakukan sebagai

berikut:

(1) Pemantauan Periodik

Pemantauan periodik dilaksanakan satu tahun sekali yang

harus diselesaikan oleh satuan kerja paling lambat bulan

Februari pada tahun berjalan atas pemantauan

pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemindah-

tanganan, penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan

BMN periode sebelumnya.

(2) Pemantauan Insidentil

Pemantauan ini dilakukan sewaktu-waktu paling lambat 5

(lima) hari kerja setelah diterimanya laporan tertulis dari

masyarakat dan/atau diperolehnya informasi dari media

massa, baik cetak maupun elektronik, dan harus

diselesaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak

tanggal dimulainya pelaksanaan pemantauan insidentil

bersangkutan.

Pemantauan atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,

pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan dan

pengamanan BMN yang berada di bawah penguasaannya dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Page 273: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-273-

273

(1) Penelitian administratif, dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

(a) menghimpun informasi dari berbagai sumber seperti:

(i) laporan dari satuan kerja/instansi di bawah

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang;

(ii) hasil penertiban BMN;

(iii) Laporan Barang Pengguna/Kuasa Pengguna

Semesteran dan Tahunan;

(iv) laporan hasil audit Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah (APIP);

(v) informasi dari media massa, baik cetak maupun

elektronik; atau

(vi) laporan masyarakat.

(b) mengumpulkan dokumen seperti:

(i) dokumen kepemilikan BMN;

(ii) keputusan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna

Barang, terkait dengan pelaksanaan penggunaan,

pemanfaatan, pemindah- tanganan,

penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan

BMN;

(iii) perjanjian dengan pihak ketiga, terkait dengan

pelaksanaan pemanfaatan dan pemindah-

tanganan.

(c) meneliti dokumen.

(2) Penelitian lapangan dilakukan jika penelitian administrasi

dirasa kurang mencukupi dengan cara sebagai berikut:

(a) meninjau objek BMN secara langsung;

(b) meminta konfirmasi kepada pihak terkait; dan/atau

(c) mengumpulkan data tambahan.

2. Penertiban

a) Prinsip Umum

(1) Penertiban dilaksanakan atas tindak lanjut sebagai berikut:

(a) hasil pemantauan jika terdapat ketidaksesuaian

antara pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,

pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan

dan pengamanan BMN dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan/atau

Page 274: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-274-

274

(b) surat permintaan penertiban BMN dari Pengelola

Barang, sebagai tindak lanjut dari hasil pemantauan

dan/atau Investigasi Pengelola Barang dan/atau hasil

audit APIP.

(2) Penertiban harus diselesaikan paling lambat 15 (lima belas)

hari kerja sejak pemantauan selesai atau surat permintaan

penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima dengan

ketentuan sebagai berikut:

(a) apabila merupakan kewenangan Kuasa Pengguna

Barang, maka penertiban dilakukan paling lama 15

(lima belas) hari kerja sejak pemantauan selesai atau

surat permintaan penertiban BMN dari Pengelola

Barang diterima;

(b) apabila merupakan kewenangan Pengguna Barang,

maka Kuasa Pengguna Barang mengusulkan kepada

Pengguna Barang paling lama 7 (tujuh) hari kerja

sejak pemantauan selesai atau surat permintaan

penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima, dan

Pengguna Barang melakukan penertiban paling lama

15 (lima belas) hari kerja sejak usulan dari Kuasa

Pengguna Barang diterima; atau

(c) apabila tindak lanjut penertiban merupakan

kewenangan Pengelola Barang, maka Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang mengusulkan kepada

Pengelola Barang paling lama 15 (lima belas) hari kerja

sejak pemantauan selesai atau surat permintaan

penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima.

b) Tata Cara

(1) Penertiban atas Pelaksanaan Penggunaan BMN

(a) Jika terdapat BMN belum diusulkan penetapan status

penggunaannya kepada Pengelola Barang, maka

Satker harus menindaklanjuti dengan segera

mengajukan usulan penetapan status penggunaannya

kepada Pengelola Barang.

(b) Jika BMN belum ditetapkan status penggunaannya

oleh Pengguna Barang sesuai dengan batas

kewenangannya maka harus ditindaklanjuti oleh

Page 275: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-275-

275

Pengguna Barang agar segera menetapkan status

penggunaan berdasarkan batas kewenangan.

(c) Jika BMN digunakan tidak sesuai dengan penetapan

status Penggunaannya maka Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang harus segera mengembalikan

penggunaan BMN sesuai dengan penetapan status

penggunaannya.

(d) Dalam hal BMN tidak digunakan untuk

menyelenggarakan tugas dan fungsi Kementerian/

Lembaga maka Pengguna Barang/Kuasa Pengguna

Barang dapat menyerahkan BMN terhadap Pengelola

Barang.

(2) Penertiban atas Pelaksanaan Pemanfaatan BMN

(a) Penertiban terhadap pemanfaatan BMN jika

ditemukan hasil pemantauan sebagai berikut:

(i) bentuk pemanfaatan tidak sesuai dengan

persetujuan Pengelola Barang;

(ii) jenis usaha untuk sewa atau kerjasama

Pemanfaatan tidak sesuai dengan keputusan

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

dan/atau perjanjian/kontrak

(iii) jangka waktu pelaksanaan Pemanfaatan

melampaui jangka waktu yang diatur dalam

keputusan Pemanfaatan dari Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang dan/atau

perjanjian/kontrak;

(iv) penerimaan negara dari Pemanfaatan tidak

dilaksanakan sesuai dengan materi dalam surat

persetujuan dari Pengelola Barang; dan/atau

(v) pemanfaatan yang dilakukan belum mendapatkan

persetujuan Pengelola Barang.

(b) Sebagai tindak lanjut kondisi yang tersebut di atas,

Kuasa Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

melakukan upaya penyelesaian sesuai dengan

ketentuan dalam perjanjian/kontrak, keputusan

pemanfaatan dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna

Barang, dan surat persetujuan dari Pengelola Barang.

Page 276: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-276-

276

Terkait dengan pemanfaatan yang dilakukan belum

mendapatkan persetujuan Pengelola Barang,

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

mengajukan usul Pemanfaatan kepada Pengelola

Barang.

(3) Penertiban atas Pelaksanaan Pemindahtanganan BMN

Penertiban terhadap pemindahtanganan BMN jika

ditemukan hasil pemantauan sebagai berikut:

(a) bentuk pemindahtanganan tidak sesuai dengan

persetujuan Pengelola Barang dan jenis pemindahtanganan

tidak sesuai dengan keputusan Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang.

Kondisi ini dapat ditindaklanjuti dengan pembatalan

pelaksanaan pemindahtanganan tanpa penggantian dalam

bentuk apapun dari APBN;

(b) penerimaan negara dari pemindahtanganan untuk

penjualan tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Kondisi ini ditindaklanjuti dengan melakukan upaya

penyelesaian sesuai dengan ketentuan dalam risalah

lelang, keputusan pemindahtanganan dari Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang, dan/atau surat

persetujuan dari Pengelola Barang.

(4) Penertiban atas Pelaksanaan Penatausahaan BMN

Penertiban terhadap penatausahaan BMN jika ditemukan

hasil pemantauan sebagai berikut:

(a) BMN tidak dicatat dalam SIMAK BMN;

(b) adanya pencatatan ganda BMN dalam SIMAK BMN;

(c) laporan BMN tidak tepat waktu;

(d) rekonsiliasi BMN dengan Pengelola Barang tidak

dilakukan tepat waktu; dan/atau

(e) BMN tidak ditemukan/hilang.

Kondisi tersebut di atas dapat ditindak lanjuti dengan

melakukan koreksi pencatatan dalam SIMAK BMN

dan/atau upaya penyelesaian sesuai dengan peraturan

perundangundangan.

Page 277: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-277-

277

Selanjutnya, untuk BMN yang tidak ditemukan/hilang,

agar Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

membentuk tim internal untuk menelusuri penyebab tidak

ditemukan BMN dimaksud, dan kalau diperlukan dapat

berkoordinasi dengan instansi terkait. Dalam hal, dalam

penelusuran dan verifikasi tersebut, terdapat indikasi

kesalahan maka dilakukan proses TGR sesuai ketentuan

yang berlaku. Setelah proses penetapan TGR selesai,

Penguna Barang/Kuasa Pengguna Barang mengurus

penghapusan BMN tidak ditemukan tersebut dan

melaporkan adanya tagihan TGR tersebut kepada unit yang

menangani keuangan pada K/L. Sedangkan apabila dalam

proses penelusuran dan verifikasi tersebut tidak ditemukan

kesalahan, maka Penguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

mengurus penghapusan BMN tidak ditemukan tersebut.

(5) Penertiban atas Pelaksanaan Pemeliharaan dan

Pengamanan BMN

(a) Penertiban terhadap pemeliharaan BMN apabila dari

hasil pemantauan terdapat ketidaksesuaian antara

pelaksanaan pemeliharaan BMN dengan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen

penganggaran turunannya. Kondisi ini dapat

ditindaklanjuti dengan melakukan upaya

pemeliharaan sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) dan dokumen penganggaran

turunannya.

(b) Penertiban terhadap pengamanan BMN adalah sebagai

berikut:

(i) BMN berupa tanah belum bersertipikat atas nama

Pemerintah Republik Indonesia u.p.

Kementerian/Lembaga. Hal ini dapat dilakukan

penertiban dengan cara:

(a) dalam hal BMN telah didukung oleh

dokumen awal kepemilikan antara lain

berupa Letter C/D, sertipikat atas nama

pihak yang melepaskan hak, akta jual beli,

akta hibah, atau dokumen setara lainnya,

Page 278: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-278-

278

maka Pengguna Barang/Kuasa Pengguna

Barang segera memproses sertipikasi ke

Kantor Pertanahan setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

(b) dalam hal BMN tidak didukung dengan

dokumen kepemilikan, Pengguna Barang/

Kuasa Pengguna Barang mengupayakan

untuk memperoleh dokumen awal, seperti

riwayat tanah, melalui koordinasi dengan

Pejabat Pemerintahan Desa, Pejabat

Pemerintahan Kecamatan, atau pihak terkait

lainnya, yang selanjutnya dokumen tersebut

digunakan oleh Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang untuk mendaftarkan BMN

bersangkutan ke Kantor Pertanahan

setempat untuk keperluan pemrosesan

penerbitan sertipikat atas nama Pemerintah

Republik Indonesia u.p.

Kementerian/Lembaga;

(c) menjaga dan mengamankan BMN dari

Penggunaan dan/atau Pemanfaatan oleh

pihak yang tidak berhak, antara lain dengan

memasang tanda penguasaan tanah milik

negara, melakukan pemagaran, dan

menitipkan BMN dimaksud kepada aparat

pemerintah seperti Kepala Desa, Lurah

dan/atau Camat setempat.

(ii) BMN dikuasai oleh pihak lain, dapat dilakukan

penertiban dengan cara sebagai berikut:

(a) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

melakukan pendekatan secara persuasif

melalui musyawarah dengan pihak yang

menguasai BMN bersangkutan, baik

dilakukan sendiri maupun dengan mediasi

aparat pemerintah yang terkait;

Page 279: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-279-

279

(b) apabila upaya pendekatan persuasif tidak

berhasil, maka Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang melakukan upaya hukum

sebagai berikut:

(i) untuk BMN berupa tanah, Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang

mengajukan pemblokiran hak atas

tanah tersebut kepada Kantor

Pertanahan setempat dalam hal tanah

telah bersertipikat, atau mengajukan

permintaan pemblokiran tanah kepada

Kepala Desa, Lurah dan/atau Camat

setempat dalam hal tanah belum

bersertipikat, guna menghindari adanya

pengalihan hak atas tanah;

(ii) untuk BMN berupa tanah dan/atau

bangunan, Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang mengajukan

penetapan pengosongan dari pengadilan

setempat atas BMN tersebut yang

ditindaklanjuti dengan upaya

pengosongan;

(iii) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna

Barang melakukan upaya hukum

perdata ke pengadilan dengan

mengajukan gugatan/intervensi;

(iv) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna

Barang menyampaikan pelaporan

kepada aparat penegak hukum dalam

hal diindikasikan adanya tindak pidana

yang dilakukan pihak lain tersebut.

(iii) BMN dalam sengketa, dapat dilakukan penertiban

dengan cara sebagai berikut:

(a) BMN yang menjadi objek sengketa dalam

perkara perdata

(i) dalam hal Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang menjadi pihak,

Page 280: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-280-

280

penanganan perkara harus dilakukan

dengan mengajukan bukti yang kuat,

dan melakukan upaya hukum sampai

dengan peninjauan kembali;

(ii) dalam hal Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang tidak menjadi pihak,

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna

Barang wajib melakukan intervensi atas

perkara yang ada;

(iii) dalam hal Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang menjadi pihak

berperkara dan Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang telah

dinyatakan sebagai pihak yang kalah

berdasarkan putusan yang berkekuatan

hukum tetap dan tidak ada upaya

hukum lain, Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang menyampaikan

permohonan kepada Pengelola Barang

agar mengajukan gugatan perlawanan

atas putusan dimaksud;

(iv) dalam hal Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang menjadi pihak

berperkara dan telah dinyatakan

sebagai pihak yang kalah berdasarkan

putusan yang telah berkekuatan hukum

tetap, dan upaya perlawanan dari

Pengelola Barang telah dinyatakan

sebagai pihak yang kalah berdasarkan

putusan yang berkekuatan hukum tetap

dan tidak mempunyai upaya hukum

lain, maka putusan dimaksud

ditindaklanjuti dengan Penghapusan

BMN sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Page 281: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-281-

281

(b) BMN yang menjadi objek sengketa dalam

perkara pidana

(i) menyediakan bukti-bukti yang kuat

dan/atau saksi ahli yang menguatkan

kepemilikan negara atas BMN, melalui

koordinasi antara Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang dengan

aparat penegak hukum yang menangani

perkara pidana dimaksud; dan

(ii) melakukan monitoring secara cermat

perkara pidana terkait BMN tersebut

sampai dengan adanya putusan

pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap dan tidak mempunyai

upaya hukum lainnya.

B. Tindak Lanjut Hasil Pemantauan dan Penelitian

1. Kuasa Pengguna Barang membuat laporan tahunan hasil

pengawasan dan pengendalian BMN.

2. Laporan tahunan bersifat rahasia, kecuali untuk kepentingan

penyelenggaraan pemerintahan negara.

3. Laporan tahunan disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang kepada

Kepala KPKNL selaku Pengelola Barang dengan tembusan secara

berjenjang kepada Pimpinan Unit Eselon I.

4. Penyampaian Laporan Tahunan diterima oleh KPKNL paling lambat

tanggal 31 Maret setiap tahun berjalan. Jika batas akhir

pengumpulan laporan tersebut bertepatan dengan hari libur maka

laporan tahunan dapat disampaikan paling lambat pada hari kerja

berikutnya.

5. Jika terdapat pengelolaan BMN yang mengakibatkan penerimaan

negara maka wajib dilampirkan salinan/foto kopi bukti setor ke

Rekening Kas Umum Negara.

Page 282: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-282-

282

C. Pelaporan

1. Kuasa Pengguna Barang membuat laporan tahunan hasil

pengawasan dan pengendalian BMN.

2. Laporan tahunan bersifat rahasia, kecuali untuk kepentingan

penyelenggaraan pemerintahan negara.

3. Laporan tahunan disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang kepada

Kepala KPKNL selaku Pengelola Barang dengan tembusan secara

berjenjang kepada Pimpinan Unit Eselon I.

4. Penyampaian Laporan Tahunan diterima oleh KPKNL paling

lambat tanggal 31 Maret setiap tahun berjalan. Jika batas akhir

pengumpulan laporan tersebut bertepatan dengan hari libur maka

laporan tahunan dapat disampaikan paling lambat pada hari kerja

berikutnya.

5. Jika terdapat pengelolaan BMN yang mengakibatkan penerimaan

negara maka wajib dilampirkan salinan/fotokopi bukti setor ke

Rekening Kas Umum Negara.

Page 283: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …...582/MENKES/SK/III/2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pemberian Ijin Penghunian (PIP) dan Surat Ijin Penghunian

-283-

283

BAB VI

PENUTUP

Pedoman pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian

Kesehatan ini diharapkan mampu mewujudkan tertib administrasi dan tertib

pengelolaan BMN sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan

BMN di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

Pedoman pelaksanaan pengololaan BMN di Lingkungan Kementerian

Kesehatan ini wajib dipahami dan dilaksanakan sebaik-baiknya pada semua

satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan, sehingga pelaksanaan

tugas dan fungsi organisasi dapat berjalan dengan baik.

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK