peraturan daerah kabupaten kuantan singingi...

30
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa keadaan alam, flora dan fauna, seni dan budaya di Kabupaten Kuantan Singingi yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, dapat memupuk dan memperkaya khasanah budaya dan wisata, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan terciptanya lapangan kerja dalam rangka peningkatan dan kemakmuran masyarakat; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan, keteraturan dan keserasian kegiatan penyelenggaraan sebagaimana huruf a di atas perlu kebijakan di bidang usaha kepariwisataan yang dapat meningkatkan daya tarik wisata, memelihara keindahan, kelestarian dan lingkungan hidup; c. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi tentang Usaha Kepariwisataan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok-Pokok Lingkungan Hidup Hidup (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 41; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 4. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten www.djpp.depkumham.go.id

Upload: vodat

Post on 29-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

NOMOR 8 TAHUN 2009

TENTANG

USAHA KEPARIWISATAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa keadaan alam, flora dan fauna, seni dan budaya di Kabupaten

Kuantan Singingi yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa,

dapat memupuk dan memperkaya khasanah budaya dan wisata,

memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan terciptanya

lapangan kerja dalam rangka peningkatan dan kemakmuran masyarakat;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan, keteraturan dan

keserasian kegiatan penyelenggaraan sebagaimana huruf a di atas perlu

kebijakan di bidang usaha kepariwisataan yang dapat meningkatkan

daya tarik wisata, memelihara keindahan, kelestarian dan lingkungan

hidup;

c. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi tentang Usaha

Kepariwisataan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76; Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan

(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78; Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3427);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok-Pokok

Lingkungan Hidup Hidup (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 41;

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

4. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,

Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten

www.djpp.depkumham.go.id

Page 2: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999

Nomor 181; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902);

5. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246; Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4048);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53;

tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara Tahun 2004

Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4437); sebagaimana telah dilakukan beberapa kali

perubahan, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844) ;

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004

Nomor 126; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6; Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3258);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 42;

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan

Kepariwisataan ( Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119; Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4139);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor:140

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578 );

www.djpp.depkumham.go.id

Page 3: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota ( Lembaran Negara Tahun 2007

Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Dan

BUPATI KUANTAN SINGINGI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

TENTANG USAHA KEPARIWISATAAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kuantan Singingi.

2. Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan Daerah Otonom oleh

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas Desentralisasi.

4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi yang terdiri dari

Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya sebagai badan eksekutif daerah.

5. Kepala Daerah adalah Bupati Kuantan Singingi.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat

Daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif

Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.

8. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 4: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

9. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

10. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian

izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,

pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya

alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

11. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan

barang, fasilitas atau pemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati orang pribadi atau badan.

12. Retribusi Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan

menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh

sektor swasta.

13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,

Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah

dengan nama dan dalam bentuk apapun, Dana Pensiunan, Persekutuan, Perkumpulan,

Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau Organisasi yang sejenis,

Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.

14. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan

objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

15. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelanggaraan

pariwisata.

16. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan

secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

17. Usaha Kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata

atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana

pariwisata.

18. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

19. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

20. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan

untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

21. Jasa Impresariat adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik yang berupa

mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu

dan jenis hiburan.

22. Wisata Agro adalah kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek

wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan

hubungan usaha dibidang agro.

23. Budaya adalah hasil karya, rasa, karsa, dan cipta manusia.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 5: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

24. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan jalan belajar.

25. Lingkungan seni adalah sebuah perkumpulan yang begerak dalam bidang seni dan

sejenisnya.

26. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-

undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

27. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi

wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari pemerintahan daerah.

28. Petugas Pemungut adalah petugas yang ditunjuk oleh Bupati untuk melaksanakan

pemungutan Retribusi Izin Pariwisata.

29. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan

subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan

kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetoran.

30. Perhitungan Retribusi Daerah adalah rincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh

wajib retribusi baik pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan

pembayaran retribusi, maupun sanksi administrasi.

31. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD,

adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi

dan wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

32. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan

tagihan retribusi dan / atau sanksi administrasi berupa bungan dan / atau denda.

33. Pendaftaran dan Pendataan adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh data /

informasi serta penatausahaan yang dilakukan oleh petugas retribusi dengan cara

menyampaikan STRD kepada wajib retribusi untuk di isi secara lengkap dan benar.

34. Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah yang disingkat dengan NPWRD adalah nomor

wajib retribusi yang didaftarkan dan menjadi identitas bagi setiap wajib retribusi.

35. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SSRD, adalah surat yang oleh wajib

retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas

Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.

36. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi

yang menentukan besarnya pokok retribusi.

37. Surat ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB, adalah

surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena

jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya

terutang.

38. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDKB,

adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah

www.djpp.depkumham.go.id

Page 6: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

kredit retribusi, besarnya kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi

administrasi dan jumlah yang masih harus bayar.

39. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat

SKRDKBT, adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang

telah ditetapkan.

40. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah

data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan

kewajiban retribusi berdasarkan peratuan perundang-undangan yang berlaku.

41. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib

retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang

ditunjuk dengan batas waktu yang ditentukan.

42. Penagihan Retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan pemungutan retribusi daerah

yang diawali dengan penyampaian surat peringatan, surat teguran yang bersangkutan

melaksanakan kewajiban untuk membayar retribusi sesuai dengan jumlah retribusi yang

terutang.

43. Utang Retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi atas nama wajib retribusi yang

tercantum pada SKRD, SKRDKB, SKRDKBT yang belum daluarsa dan retribusi lainnya

yang masih terutang.

44. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik,

untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang sama dengan bukti itu membuat terang

tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Setiap penyelenggaraan usaha kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha

bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, berperikehidupan dalam keseimbangan kelestarian

alam, serta menjaga norma sosial budaya masyarakat.

Pasal 3

Setiap penyelenggaraan usaha kepariwisataan bertujuan :

a. memupuk dan memperkaya khasanah budaya dan wisata;

b. memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan daya

tarik wisata;

c. memperluas, memeratakan kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan kerja;

d. memupuk rasa cinta seni, budaya, alam dan meningkatkan hubungan kekeluargaan dan

persaudaraan;

e. meningkatkan pendapatan daerah untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 7: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

BAB III

PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN

Pasal 4

Penyelenggaraan usaha kepariwisataan dilaksanakan berpedoman kepada :

a. kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan perekonomian dan sosial

budaya;

b. nilai-nilai agama, adat istiadat serta nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat;

c. pelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup;

d. pengaturan lokasi usaha menurut ketentuan tata ruang;

e. terselenggaranya usaha kepariwisataan yang berkesinambungan dengan memperhatikan

keselamatan operasional usaha kepariwisataan, perlindungan konsumen dan kepentingan

umum.

Pasal 5

Objek Kepariwisataan meliputi :

a. alam;

b. budaya;

c. fasilitas yang disediakan .

Pasal 6

Penyelenggaraan usaha kepariwisataan dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola dan

membuat objek baru usaha pariwisata.

Pasal 7

Dalam rangka melakukan pengembangan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian, perlu

izin usaha kepariwisataan.

BAB IV

IZIN USAHA

Pasal 8

Setiap usaha kepariwisataan di daerah harus mendapat izin dari Bupati

Pasal 9

(1) Jenis Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 terdiri dari :

a. Izin Sementara Usaha Pariwisata (ISUP);

b. Izin Tetap Usaha Pariwisata (ITUP).

(2) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 8: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Pasal 10

(1) Jenis Usaha Kepariwisataan :

a. usaha jasa pariwisata;

b. pengusahaan objek dan daya tarik wisata;

c. usaha sarana pariwisata;

d. pengusahaan atraksi dan aneka wisata.

(2) Jenis izin untuk usaha kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :

a. usaha jasa pariwisata:

1. jasa biro perjalanan wisata;

2. jasa agen perjalanan wisata;

3. jasa pramuwisata/ guide (pemandu wisata);

4. jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran;

5. jasa konsultan pariwisata;

6. jasa informasi pariwisata;

7. jasa impresariat;

b. pengusahaan objek dan daya tarik wisata :

1. alam;

2. budaya;

3. minat khusus, yang mencakup : arung jeram, agro, berburu, dayung, ekologi, lintas

hutan, panjat tebing, selam, ziarah dan lain-lain.

c. usaha sarana pariwisata :

1. penyediaan akomodasi, mencakup : hotel bintang, hotel melati, pondok wisata,

perkemahan, cotteg, pondokan dan lain-lain.

2. penyediaan makan dan minum, mencakup : restoran, rumah makan, coffe hause,

catering, jasa boga dan lain-lain.

3. penyediaan angkutan wisata;

4. penyediaan sarana wisata tirta;

5. kawasan pariwisata.

d. pengusahaan atraksi dan aneka wisata; selain atraksi alam, budaya dan minat khusus

dan dapat dikelompokkan menjadi :

1. usaha rekreasi dan hiburan umum;

2. gelanggang renang, water boom dan water adventure;

3. pemandian alam;

4. padang golf;

5. kolam pancing;

6. gelanggang bermain dan ketangkasan;

7. gelanggang bowling;

8. rumah billiard;

9. gedung pertunjukan;

www.djpp.depkumham.go.id

Page 9: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

10. lapangan tenis;

11. gedung olahraga;

12. fitness center;

13. bioskop;

14. karaoke;

15. pangkas rambut/ salon kecantikan;

16. dan pengusahaan sarana lainnya.

(3) Jenis usaha kebudayaan meliputi :

a. jasa seni;

b. sarana budaya;

c. penyediaan sarana budaya.

(4) Jenis izin untuk usaha kebudayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah :

a. jasa seni :

1. pemanfaatan lingkungan seni;

2. penyelenggaraan kursus seni;

3. mengadakan pantas seni bagi masyarakat;

4. menyelenggarakan pekan seni;

5. jasa impresariat kesenian.

b. sarana budaya :

1. pendirian sanggar seni;

2. pembuatan home industri alat kesenian;

3. pembuatan gedung kesenian.

c. penyediaan sarana budaya:

1. pengelolaan peninggalan sejarah;

2. pengelolaan dan pengembangan museum;

3. pengelolaan pusat atau sarana budaya dan industri kerajinan;

4. pengelolaan monumen;

5. penyebaran informasi sejarah dan budaya dalam bentuk media informasi;

6. penyelenggaraan lomba atau sayembara penulisan sejarah daerah dan cerita rakyat;

7. penelitian ilmiah bidang seni budaya, sejarah dan kepurbakalaan.

BAB V

TATA CARA MEMPEROLEH DAN JANGKA WAKTU BERLAKUNYA IZIN

Pasal 11 Setiap orang pribadi atau badan yang akan menyelenggarakan usaha kepariwisataan

mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui SKPD yang membidangi

Kepariwisataan atau perangkat daerah lainnya yang membidangi bidang perizinan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 10: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Pasal 12

Permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dilengkapi dengan persyaratan sebagai

berikut :

a. akte pendirian berbadan hukum;

b. identitas diri bagi perorangan;

c. memiliki kantor atau lokasi usaha yang jelas;

d. memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dibidangnya;

e. modal yang cukup ( neraca keuangan bagi badan usaha);

f. bagi usaha kepariwisataan yang memerlukan bangunan fisik disertakan salinan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB);

g. Izin Tempat Usaha (SITU)

h. izin gangguan (HO);

i. memiliki hasil pemeriksaan penyusunan studi (AMDAL) /UPL/UKL atau bentuk lainnya

yang disesuaikan dengan jenis usaha.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 14

Jangka waktu berlakunya izin usaha kepariwisataan yaitu :

a. Izin Sementara Usaha Pariwisata (ISUP) berlaku dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)

bulan, dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) kali enam bulan;

b. Izin Tetap Usaha Pariwisata (ITUP) berlaku selama kegiatan usaha masih berjalan dan

wajib daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali.

Pasal 15

Izin usaha kepariwisataan dapat dicabut apabila :

a. tidak memenuhi ketentuan persyaratan dan kewajiban usaha sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 12 ;

b. melakukan tindakan kejahatan yang berkaitan dengan kegiatan usahanya;

c. menghentikan kegiatan usahanya atau tidak beroperasi lagi;

d. melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan peruntukan jenis izin usaha yang

diberikan; dan

e. melakukan kegiatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 11: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

BAB VI

HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 16

Setiap pemegang izin usaha kepariwisataan berhak :

a. memperoleh kepastian usaha dalam menjalankan usahanya; dan atau

b. mendapatkan pelayanan dari Pemerintah Daerah.

Pasal 17

Setiap pemegang izin usaha kepariwisataan wajib :

a. membuat pembukuan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b. mentaati ketentuan izin usaha;

c. melaporkan kegiatan bulanan dan tahunan kepada SKPD terkait paling lambat tanggal 10

setiap bulan berjalan dan laporan tahunan paling lambat bulan kedua tahun berjalan;

d. mentaati perjanjian kerja serta menjamin keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan

karyawan;

e. meningkatkan mutu penyelenggaraan usaha;

f. menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung;

g. memelihara kebersihan dan keindahan lokasi serta kelestarian lingkungan usaha;

h. menjamin tetap terpenuhinya syarat-syarat teknis penggunaan peralatan dan perlengkapan;

i. menjamin terlaksananya pemeriksaan teknis usaha kepariwisataan secara berkala oleh

Pejabat yang berwenang.

Pasal 18

Setiap pemegang izin usaha kepariwisataan dilarang untuk :

a. melaksanakan kegiatan usaha tanpa memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, nilai-

nilai sosial budaya;

b. melaksanakan kegiatan usaha yang menganggu aspek pelestarian budaya dan mutu

lingkungan hidup;

c. memindahtangankan izin usahanya;

d. mempekerjakan tenaga kerja wanita diluar ketentuan yang berlaku dan norma-norma

susila lainnya;

e. mempekerjakan tenaga kerja dibawah umur;

f. memakai tenaga kerja asing tanpa izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

g. menerima pelajar atau pengunjung dibawah umur untuk jenis usaha tertentu.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 12: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

BAB VII

RETRIBUSI

Bagian Pertama

Nama, Objek, Subjek

Pasal 19

Dengan nama usaha kepariwisataan dipungut pembayaran atas pemberian izin yang diberikan

dalam jangka waktu tertentu .

Pasal 20

Objek usaha kepariwisataan adalah jasa pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

dalam rangka pemberian izin kepariwisataan.

Pasal 21

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin kepariwisataan.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi

Pasal 22

Usaha kepariwisataan digolongkan pada Perizinan Usaha Tertentu.

Bagian Ketiga

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 23

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah dan jenis izin yang diberikan.

Bagian Keempat

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Retribusi

Pasal 24

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutupi

sebagian biaya penyelenggaraan pemberian izin usaha.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya survey lapangan, administrasi,

penerbitan perizinan, monitoring, pembinaan dan pengawasan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 13: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Bagian Kelima

Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 25

(1) Besarnya tarif diukur bedasarkan jenis izin yang diberikan.

(2) Struktur besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

A. USAHA JASA PARIWISATA

a. Jasa Biro Perjalanan Wisata

1. izin baru Rp. 500.000

2. daftar ulang Rp. 250.000/tahun

b. Jasa Cabang Perjalanan Wisata

1. izin baru Rp. 500.000

2. daftar ulang Rp. 250.000/tahun

c. Jasa Agen Perjalanan Wisata

1. izin baru Rp. 500.000

2. daftar ulang Rp. 250.000/tahun

d. Jasa Pramu Wisata/ Guide

1. izin baru Rp. 500.000

2. daftar ulang Rp. 250.000/tahun

e. Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pejalanan

1. izin baru Rp. 500.000

2. daftar ulang Rp. 250.000/tahun

f. Jasa Konsutan Pariwisata

1. izin baru Rp. 500.000

2. daftar ulang Rp. 250.000/tahun

g. Jasa Informasi Pariwisata

1. izin baru Rp. 500.000

2. daftar ulang Rp. 250.000/tahun

h. Jasa Pelayanan Masuk Tempat Wisata dan Sarana Lainnya

1. dewasa Rp. 3.000/orang.

2. anak-anak Rp. 1.000/orang.

i. Rekomendasi

1. promosi pariwisata Rp. 100.000/kali kgt

2. penambahan bangunan usaha pariwisata Rp. 100.000/kali kgt

j. Usaha Angkutan Wisata.

1. izin baru Rp. 500.000

2. daftar ulang Rp. 250.000/ tahun

k. Izin pertunjukan Promosi/Pameran/Festival Rp. 100.000.

l. Usaha Jasa Impresariat Rp. 500.000.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 14: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

B. USAHA OBJEK

a. Objek/ Kawasan Wisata

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 500.000,-

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 750.000,-

3. daftar ulang Rp. 500.000/ tahun

b. Wisata Agro Rp. 250.000,-

c. izin Pentas dan Lomba Satwa Rp. 150.000,-

d. Atraksi Wisata

1. Dengan Tanda Masuk

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 100.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 150.000,-

c. daftar ulang Rp. 100.000/ tahun

2. Tanpa Tanda Masuk

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 50.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 75.000,-

c. daftar ulang Rp. 50.000/ tahun

e. Kesenian Tradisional

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 50.000,-

2. zin tetap usaha pariwisata Rp. 75.000,-

3. daftar ulang Rp. 50.000/ tahun

f. Musik Hidup

1. Kelas A

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 2.500.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 3.000.000,-

c. daftar ulang Rp. 2.500.000/ tahun

2. Kelas B

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 1.500.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 1.750.000,-

c. daftar ulang Rp. 1.500.000/ tahun

C. USAHA SARANA WISATA

a. Wisata Tirta

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 200.000,-

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 300.000,-

3. daftar ulang Rp. 250.000/ tahun

b. Taman Rekreasi

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 200.000,-

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 300.000,-

3. daftar ulang Rp. 250.000/ tahun

www.djpp.depkumham.go.id

Page 15: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

c. Gelanggang Renang

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 200.000,-

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 300.000,-

3. daftar ulang Rp. 250.000/ tahun

d. Padang Golf

1. Kelas A

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 1.000.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 1.500.000,-

c. daftar ulang Rp. 750.000/ tahun

2. Kelas B

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 800.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 1.000.000,-

c. daftar ulang Rp. 650.000/ tahun

3. Kelas C

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 700.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 900.000,-

c. daftar ulang Rp. 500.000/ tahun

4. Kelas D

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 500.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 750.000,-

c. daftar ulang Rp. 250.000/ tahun

e. Kolam Memancing

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 100.000,-

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 200.000,-

3. daftar ulang Rp. 150.000/ tahun

f. Gelanggang Bola Ketangkasan

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 100.000,-/mesin

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 150.000,-/mesin

3. daftar ulang Rp. 100.000,-/mesin/tahun

g. Gelanggang Permainan Mekanis/Elektronik

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 50.000,-/mesin

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 75.000,-/mesin

3. daftar ulang Rp. 50.000,-/mesin/ tahun

h. Gelanggang Bola Gelinding (Bowling)

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 200.000,-/jalur

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 300.000,-/jalur

3. daftar ulang Rp. 250.000,-/jalur/ tahun

www.djpp.depkumham.go.id

Page 16: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

i. Arena Bola Sodok (Billiar)

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 50.000,-/meja

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 75.000,-/meja

3. daftar ulang Rp. 50.000,-/meja/ tahun

j. Arena Latihan Golf

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 2.000.000,-

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 2.500.000,-

3. daftar ulang Rp. 2.000.000/ tahun

k. Pusat Olahraga

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 250.000,-

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 300.000,-

3. daftar ulang Rp. 250.000/ tahun

l. Fitnes/ unit Rp. 200.000,-

m. Sanggar Senam Rp. 100.000,-

n. Bioskop

1. kelas A. Rp. 500.000,-

2. kelas B Rp. 250.000,-

o. Tempat Konvensi, Pameran dan Balai Pertemuan

1. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 100.000,-

2. izin tetap usaha pariwisata Rp. 150.000,-

3. daftar ulang Rp. 100.000/ tahun

D. PENYEDIAAN AKOMODASI

a. Hotel Bintang

1. Bintang Tiga

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 20.000,-/kamar

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 22.000,-/kamar

c. daftar ulang Rp. 20.000,-/kamar

2. Bintang Dua

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 17.000,-/kamar

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 20.000,-/kamar

c. daftar ulang Rp. 17.000,-/kamar

3. Bintang Satu

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 15.000,-/kamar

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 20.000,-/kamar

c. daftar ulang Rp. 15.000,-/kamar

4. Hotel Melati

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 10.000,-/kamar

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 15.000,-/kamar

www.djpp.depkumham.go.id

Page 17: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

c. daftar ulang Rp. 10.000,-/kamar

5. Hunian Wisata/ Service Apartement

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 25.000,-/kamar

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 30.000,-/kamar

c. daftar ulang Rp. 25.000,-/kamar

6. Balai Remaja

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 200.000,-/unit

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 400.000,-/unit

c. daftar ulang Rp. 200.000,-/unit

7. Pondok Wisata

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 200.000,-/unit

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 300.000,-/unit

c. daftar ulang Rp. 200.000,-/unit

8. Perkemahan

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 25.000,-/unit

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 30.000,-/unit

c. daftar ulang Rp. 25.000,-/unit

E. PENYEDIAAN MAKAN DAN MINUM

1. Restoran / Rumah Makan

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 3.000,-/kursi

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 4.000,-/kursi

c. daftar ulang Rp. 3.000,-/kursi

2. Bar

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 300.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 400.000,-

c. daftar ulang Rp. 300.000,-

3. Jasa Boga/ Katering

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 300.000,-

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 400.000,-

c. daftar ulang Rp. 300.000,-

4. Pangkas Rambut/ Salon Kecantikan

a. izin prinsip usaha pariwisata Rp. 20.000,-/kursi

b. izin tetap usaha pariwisata Rp. 25.000,-/kursi

c. daftar ulang Rp. 20.000,-/kursi

F. SENI BUDAYA

a. Sertifikat Organisasi Seni Budaya Rp. 25.000,-

b. Kartu Seniman

1. pimpinan Rp. 3.000,-

www.djpp.depkumham.go.id

Page 18: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

2. anggota Rp. 2.000,-

c. Pendirian Sanggar Seni Rp. 75.000,-

d. Kursus Seni Rp. 75.000,-

e. Gedung Pertunjukkan/ gedung pementasan Rp. 100.000,-

f. Sirkus dan sejenisnya Rp. 250.000,-

(3) Penyesuaian tarif diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keenam

Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang

Pasal 26

(1) Masa Retribusi adalah jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun takwim.

(2) Retribusi terutang pada saat pelayanan pemberian izin diberikan.

Bagian Ketujuh

Wilayah Pemungutan

Pasal 27

Retribusi dipungut di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi.

Bagian Kedelapan

Tata Cara Pemungutan

Pasal 28

(1) Pungutan tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan media setoran atau dokumen lain yang

dipersamakan.

Bagian Kesembilan

Surat Pendaftaran

Pasal 29

(1) Setiap Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.

(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap

serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.

(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD ditetapkan dengan

Keputusan Bupati.

Pasal 30 (1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) retribusi terutang

ditetapkan dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 19: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

(2) Dalam hal SPdORD tidak dapat dipenuhi oleh wajib retribusi, maka diterbitkan SKRD

secara jabatan.

(3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data yang baru atau data yang

semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan retribusi yang terutang, maka

dikeluarkan SKRDKBT.

(4) Bentuk, isi dan tata cara SKRD atau dokumen lain yan dipersamakan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKB atau SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian Kesepuluh

Penetapan Retribusi

Pasal 31

(1) Penetapan retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD.

(2) Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh wajib retribusi sebagaimana mestinya, maka

diterbitkan SKRD secara jabatan.

(3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan

Bupati.

Bagian Kesebelas

Pembayaran Retribusi

Pasal 32

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Pembayaran dilakukan di Kas Daerah.

(4) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diberikan tanda bukti

pembayaran.

Bagian Keduabelas

Denda

Pasal 33

Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang

membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan

dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan

Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

www.djpp.depkumham.go.id

Page 20: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Bagian Ketigabelas

Tata Cara Penagihan

Pasal 34

(1) Pengeluaran surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan dikeluarkan

segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo.

(2) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

(3) Retribusi yang terutang berdasarkan SKRD, SKRDKB, SKRDBKT, STRD, Surat

Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau

kurang bayar oleh wajib retribusi pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa.

(4) Penagihan retribusi dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(5) Biaya pelaksanaan penegakkan Hukum sebagai akibat pelaksanaan maksud ayat (4) dapat

dibebankan seluruhnya kepada pelanggar.

Bagian Keempatbelas

Keberatan

Pasal 35

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan atas penetapan retribusi kepada Bupati atau

Pejabat yang ditunjuk.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dengan alasan dan dapat membuktikan ketidakbenaran

ketetapan retribusi tersebut.

(3) Keberatan diajukan paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal SKRD atau dokumen

lain yang dipersamakan.

(4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat

(3) tidak dapat dipertimbangkan.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan penagihan

retribusi.

Pasal 36

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan

diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat menerima seluruhnya atau sebahagian, menolak

atau menambah besarnya retribusi terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini telah lewat dan

Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 21: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Bagian Kelimabelas

Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi

Pasal 37

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran.

(2) Bupati dalam masa waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya pemohonan kelebihan

pembayaran wajib memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini telah dilewati dan

tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbikan dalam jangka waktu paling lama 1

(satu) bulan.

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi

terlebih dahulu.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran melebihi jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati

memberikan imbalan sebesar 2% ( dua persen) sebulan atas jangka keterlambatan

pembayaran.

Pasal 38 Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada

Bupati sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat wajib retribusi;

b. masa retribusi;

c. besarnya Kelebihan;

d. alasan singkat dan jelas.

Pasal 39

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah membayar

kelebihan retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya,

pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan.

Bagian Keenambelas

Cara Penghapusan Piutang Retribusi

Pasal 40

(1) Piutang retribusi yang tidak ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah

daluarsa dapat dihapus.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 22: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi daerah yang sudah daluarsa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Ketujuhbelas

Petugas Pemungut

Pasal 41

(1) SKPD pemungut bertanggung jawab kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Petugas Pemungut diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(3) SKPD pemungut menyelenggarakan administrasi pembukuan atas kegiatan yang

dilaksanakan.

(4) SKPD pemungut atau juru pungut yang menyalahgunakan uang pungutan daerah yang

mengakibatkan kerugian daerah akan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 42

(1) Bupati menunjuk dan mengangkat Bendaharawan Khusus Penerima sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Bendaharawan Khusus Penerima selambat-lambatnya dalam 1 (satu) hari kerja semua hasil

penerimaan sudah disetorkan ke Kas Daerah.

(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan maksud pada

ayat (2) untuk Daerah pemungutan tertentu.

(4) Penyimpangan ketentuan pada ayat (2) dapat diberikan sanksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(5) Bendaharawan Khusus Penerima dilarang menyimpan uang :

a. diluar batas waktu yang ditetapkan;

b. atas nama pribadi/ satuan kerja pada suatu Bank.

(6) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setiap bulannya dengan persetujuan atasan

langsung telah menyampaikan laporan penerimaan kepada Bupati.

Bagian Kedelapanbelas

Daluarsa

Pasal 43

(1) Penagihan Retribusi, daluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung

sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana

dibidang retribusi.

(2) Daluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan surat teguran dan surat paksa atau;

www.djpp.depkumham.go.id

Page 23: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak

langsung.

Bagian Kesembilanbelas

Peran Serta Masyarakat

Pasal 44

(1) Masyarakat memiliki kesempatan sama dan seluas-luasnya untuk menyelenggarakan

kegiatan pariwisata.

(2) Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan pertimbangan untuk proses

pengambilan kebijakan pengembangan pariwisata.

(3) Masyarakat setempat dapat melaksanakan pembangunan, pengembangan, pengelolaan dan

pemilikan kawasan pariwisata.

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 45

(1) Setiap orang yang dengan sengaja dan/ atau karena kelalaiannya melakukan usaha

kepariwisataan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, atau pemegang izin usaha

kepariwisataan yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17, dan/atau pemegang izin kepariwisataan yang melanggar larangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18, serta tidak membayar denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal

33, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling

banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta).

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke Kas Daerah.

(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.

BAB IX

PENYIDIKAN

Pasal 46 (1) Pejabat Pegawai Negeri tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang

khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi

daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan

dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut

menjadi lebih lengkap dan jelas;

www.djpp.depkumham.go.id

Page 24: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan

tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana

dibidang retribusi daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan

tindak pidana retribusi daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan

tindak pidana dibidang retribusi daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan

dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana

dibidang retribusi daerah;

g. menyuruh berhenti dan/ atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat

pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/ atau

dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaimana tersangka

atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

dibidang retribusi daerah menurut hukum yang berlaku.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya Penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat

Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB X

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 47 (1) Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi pelaksanaan Peraturan Daerah.

(2) Pembinaan teknis dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh

SKPD yang membidangi Kepariwisataan yang meliputi :

a. menetapkan pedoman yang bersifat teknis;

b. melakukan evaluasi dan pengawasan;

c. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi.

(3) Pembinaan teknis operasional dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Camat yang meliputi :

a. memfasilitasi, membimbing, mengarahkan dan memotivasi masyarakat dalam

menggerakkan usaha kepariwisataan;

b. melakukan koordinasi, pengawasan, evaluasi dan pelaporan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 25: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 48 Hal–hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis

pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 49

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada saat Pengundangannya.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.

Disahkan di Telukkuantan

pada tanggal 28 Januari 2009

BUPATI KUANTAN SINGINGI,

H. SUKARMIS

Diundangkan di Telukkuantan

pada tanggal 28 Januari 2009

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN KUANTAN SINGINGI,

Drs.H. ZULKIFLI, M.Si

EMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2009 NOMOR 8

www.djpp.depkumham.go.id

Page 26: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

NOMOR 8 TAHUN 2009

TENTANG

USAHA KEPARIWISATAAN

I. PENJELASAN UMUM

Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk memperluas dan memeratakan

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar

pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan

pembinaan dalam rangka memperkokoh jati diri bangsa dan mempererat persatuan antar

bangsa.

Dengan berlakunya Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten, yang salah satu bidang

urusan dimaksud adalah bidang kepariwisataan, sehingga urusan tersebut perlu

diwujudkan secara nyata dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada

masyarakat terutama dalam memberikan kesempatan berusaha dan ketersediaan lapangan

kerja yang pada akhirnya juga akan dapat menjadi sumber pendapatan daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Asas manfaat adalah bahwa pelaksanaan penyelenggaraan kepariwisataan harus dapat

dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Asas usaha bersama dan kekeluargaan adalah bahwa penyelenggaraan usaha

kepariwisataan dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi masyarakat, yang

dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai oleh

semangat kekeluargaan.

Asas adil dan merata adalah bahwa hasil-hasil penyelenggaraan kepariwisataan

harus dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 27: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Asas berperikehidupan dalam keseimbangan adalah bahwa penyelenggaraan

kepariwisataan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi tetapi juga meningkatkan

kehidupan sosial budaya serta hubungan antar manusia dalam upaya meningkatkan

kehidupan bermasyarakat ataupun dalam kehidupan bangsa indonesia sebagai bagian

dari masyarakat dunia.

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Huruf a dan b

Cukup jelas

Huruf c

Fasilitas yang disediakan mencakup : adalah seluruh objek wisata yang diciptakan

atau dibuat oleh manusia, yang bernilai seni, dan keindahan .

Pasal 6

Dalam membuat objek baru usaha kepariwisataan, harus memperhatikan keadaan sosial

ekonomi, sosial budaya, nilai-nilai agama dan adat istiadat masyarakat setempat,

lingkungan hidup, serta objek dan daya tarik wisata itu sendiri.

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Huruf a,

Izin Sementara diberikan kepada usaha pariwisata yang usahanya dilaksanakan dalam

waktu tertentu atau hanya bersifat sementara waktu , seperti ; pertunjukan

ketangkasan, pasar malam, sirkus dan lain-lain.

Pasal 10 ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) huruf a angka 4

Kegiatan konvensi berkaitan dengan kegiatan usaha pariwisata yang lain seperti;

transportasi, akomodasi, hiburan, perjalanan pra dan pasca konferensi.

Perjalanan insentif merupakan suatu perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu

perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan / penghargaan atas

prestasi mereka. Perjalanan insentif tersebut dapat pula dikaitkan dengan

penyelenggaraan pertemuan untuk membahas perkembangan kegiatan perusahaan

yang bersangkutan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 28: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup Jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

www.djpp.depkumham.go.id

Page 29: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelas

www.djpp.depkumham.go.id

Page 30: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/kuantansingingi8-2009.pdfc. bahwa sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas perlu diatur

Pasal 49

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR

8

www.djpp.depkumham.go.id