peraturan daerah kabupaten katingan nomor 2 … · peraturan daerah kabupaten katingan nomor 2...

29
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN KATINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan pencapaian program pengembangan perkebunan rakyat di Kabupaten Katingan, perlu dilaksanakan melalui pola kemitraan bersama perkebunan besar dalam pembangunan perkebunan secara sinergis dan berkeadilan; b. bahwa seiring dengan semakin berkembangnya hasil-hasil positif yang telah dicapai oleh kegiatan perusahaan perkebunan besar sering juga terjadi permasalahan dengan masyarakat di sekitarnya, maka dipandang perlu menumbuhkembangkan sinergi di antara keduanya, melalui pengembangan kemitraan usaha perkebunan antara pekebun/pelaku usaha perkebunan rakyat dengan pelaku usaha perkebunan besar di Kabupaten Katingan secara terpadu; c. bahwa untuk mewujudkan pola kemitraan tersebut dalam butir a, pekebun/pelaku usaha perkebunan rakyat perlu bermitra dengan pelaku usaha perkebunan besar membangun kebun mitra milik rakyat, bersamaan dengan pembangunan kebun milik perusahaan perkebunan besar melalui kemitraan pembangunan perkebunan yang harmonis, saling menguntungkan dan berkesinambungan; d. bahwa dengan penumbuhkembangan kemitraan usaha perkebunan antara pekebun perkebunan rakyat dan perusahaan perkebunan besar tersebut di atas diharapkan mampu mewujudkan keseimbangan antara aspek pertumbuhan dan pemerataan dalam pembangunan perkebunan di Kabupaten Katingan, dengan mengoptimalkan peran serta aktif semua stakeholder pembangunan perkebunan; pekebun rakyat; perusahaan besar perkebunan; serta Pemerintah Kabupaten Katingan

Upload: truongtu

Post on 22-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGANNOMOR 2 TAHUN 2012

TENTANG

KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN KATINGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KATINGAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan pencapaian programpengembangan perkebunan rakyat di Kabupaten Katingan,perlu dilaksanakan melalui pola kemitraan bersamaperkebunan besar dalam pembangunan perkebunan secarasinergis dan berkeadilan;

b. bahwa seiring dengan semakin berkembangnya hasil-hasilpositif yang telah dicapai oleh kegiatan perusahaanperkebunan besar sering juga terjadi permasalahan denganmasyarakat di sekitarnya, maka dipandang perlumenumbuhkembangkan sinergi di antara keduanya, melaluipengembangan kemitraan usaha perkebunan antarapekebun/pelaku usaha perkebunan rakyat dengan pelakuusaha perkebunan besar di Kabupaten Katingan secaraterpadu;

c. bahwa untuk mewujudkan pola kemitraan tersebut dalambutir a, pekebun/pelaku usaha perkebunan rakyat perlubermitra dengan pelaku usaha perkebunan besarmembangun kebun mitra milik rakyat, bersamaan denganpembangunan kebun milik perusahaan perkebunan besarmelalui kemitraan pembangunan perkebunan yangharmonis, saling menguntungkan dan berkesinambungan;

d. bahwa dengan penumbuhkembangan kemitraan usahaperkebunan antara pekebun perkebunan rakyat danperusahaan perkebunan besar tersebut di atas diharapkanmampu mewujudkan keseimbangan antara aspekpertumbuhan dan pemerataan dalam pembangunanperkebunan di Kabupaten Katingan, denganmengoptimalkan peran serta aktif semua stakeholderpembangunan perkebunan; pekebun rakyat; perusahaanbesar perkebunan; serta Pemerintah Kabupaten Katingan

secara terpadu dan sinergis, sekaligus menunjang programnasional revitalisasi perkebunan, sehingga kegiatan tersebutlebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapaitujuan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d perlu ditetapkanPeraturan Daerah Kabupaten Katingan tentang KemitraanUsaha Perkebunan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang PembentukanKabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, KabupatenSukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Pulang Pisau,Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya danKabupaten Barito Timur di Kalimantan Tengah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4180);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telahbeberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atasundang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4411);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelola Keuangan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak diKalimantan Tengah (Lembaran Daerah provinsi KalimantanTengah tahun 2008) sebagaimana diubah dengan PeraturanDaerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2010tentang Perubahan atas Peraturan Daerah ProvinsiKalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentangKelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah (LembaranDaerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010);

9. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 5Tahun 2011 tentang Pengelolaan Usaha PerkebunanBerkelanjutan;

10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/OT.140/7/2006tentang Pengembangan Perkebunan melalui ProgramRevitalisasi Perkebunan;

11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor26/Permentan/ar.140/2/2007 tentang Pedoman PerizinanUsaha Perkebunan;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117 Tahun 2006tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan RevitalisasiPerkebunan.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN KATINGAN

danBUPATI KATINGAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KEMITRAAN USAHAPERKEBUNAN DI KABUPATEN KATINGAN

BAB IKETENTUAN UMUM

Bagian KesatuPengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusanPemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurutasas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsipotonomi seluas – luasnya dan sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerahsebagai penyelenggara Pemerintah Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Katingan.

4. Camat adalah kepala wilayah kecamatan sebagai perangkatDaerah Kabupaten Katingan.

5. Lurah adalah kepala wilayah kerja kelurahan sebagaiperangkat daerah Kabupaten Katingan.

6. Kepala Desa adalah kepala wilayah administrasi desa dimana lokasi perusahaan perkebunan berada.

7. Dinas Pertanian adalah dinas yang membidangi perkebunandi Kabupaten Katingan.

8. Perusahaan Perkebunan Besar adalah perusahaan yangmelaksanakan pengembangan usaha perkebunan yang luaslahannya 25 ha atau lebih wajib memiliki izin, yangberbentuk badan hukum Indonesia, baik milik swasta,negara, maupun daerah.

9. Mitra Usaha adalah Perkebunan Besar, baik Swasta, BUMN,BUMD yang bergerak di bidang perkebunan dan telahmemenuhi Ijin Usaha Perkebunan Budidaya (IUP-B) dan IjinUsaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P), maupunkoperasi yang berbadan hukum dan bergerak di bidangperkebunan, yang menurut penilaian pemerintahmempunyai kemampuan yang cukup dari segi dana, tenagadan manajemen untuk melaksanakan fungsi sebagaiperusahaan yang membina petani pekebun rakyat sebagaimitra dalam suatu sistem kerjasama yang salingmenguntungkan, utuh dan berkesinambungan.

10. Petani pekebun adalah petani setempat dan/atautransmigran yang mengelola usahatani perkebunan rakyatdengan luas lahan usaha tani kurang dari 25 ha dan harusmemiliki Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya Perkebunan(STD-B) dari Bupati.

11. Calon Petani Peserta adalah petani pekebun setempat atautransmigran yang telah disetujui untuk diikutsertakandalam program kemitraan pembangunan perkebunansebagai calon penerima kebun kemitraan.

12. Petani peserta adalah calon petani peserta yang tergabungdalam wadah usaha kemitraan yang telah dibina, dipilihdan dianggap mampu untuk menjadi pengelola kebunkemitraan berdasarkan penetapan dari pejabat yangberwenang dari desa, kecamatan maupun kabupaten.

13. Bank Pelaksana (Executing Bank dan/atau Bank PenyalurChanneling Bank) adalah bank yang ditunjuk olehpemerintah dalam program kemitraan pembangunanperkebunan, baik bank swasta, BUMN, maupun BUMD.

14. Tim Pembina Pembangunan Perkebunan Kabupaten (TP3K)adalah Tim yang dibentuk berdasarkan Keputusan BupatiKatingan yang berfungsi sebagai Forum Koordinasi danKonsultasi antar instansi yang terkait dalam pembinaan danpengamanan pengembangan pembangunan perkebunan didaerah, termasuk kemitraan usaha perkebunan.

15. Instansi/Badan terkait adalah instansi/badan yangmempunyai hubungan langsung terhadap pelaksanaanpembinaan dan pengamanan penyelenggaraan programkemitraan pembangunan perkebunan;

16. Kemitraan usaha perkebunan adalah programpengembangan perkebunan melalui kerjasama antarapetani peserta dengan perusahaan perkebunan besar,dengan kegiatan utama yang meliputi pembangunan kebunyang dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan besardalam jangka waktu tertentu.

17. Kemitraan Pembangunan Perkebunan adalah serangkaiankegiatan yang meliputi pembangunan kebun kemitraan,serta jaringan jalan kebun/jalan usaha tani dan fasilitaslainnya yang berkaitan dengan pengembangan usaha taniperkebunan.

18. Kebun kemitraan adalah kebun dengan jenis tanamanperkebunan tertentu yang dibangun oleh PerusahaanPerkebunan Besar yang dikelola secara bermitra bersamapetani peserta program kemitraan pembangunan

perkebunan.

19. Biaya kredit adalah bagian biaya pembangunan kebunkemitraan yang ditetapkan dan disepakati untuk dialihkanmenjadi beban pinjaman petani peserta, berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku danperjanjian yang disepakati.

20. Konversi adalah pengalihan beban biaya kreditpembangunan kebun kemitraan dariPemerintah/Perusahaan Perkebunan Besar, menjadi bebanpetani peserta yang telah memenuhi syarat berdasarkanatas penyerahan pemilikan kebun kemitraan kepada petanipeserta.

21. Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yangdilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untukmemperoleh hasil yang lebih baik dalam pelaksanaankemitraan usaha perkebunan.

22. Pengamanan adalah proses dan cara yang dilakukan untukmengamankan penyelenggaraan kemitraan usahaperkebunan.

23. Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalahPeraturan Daerah Kabupaten Katingan.

24. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Bupati Katingan.

BAB IIRUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup penyelenggaraan Kemitraan Usaha Perkebunanadalah :

a. Kepesertaan;

b. Lahan Kebun Kemitraan;

c. Perusahaan Perkebunan Besar;

d. Hak dan Kewajiban;

e. Pengolahan dan pelaksanaan bagi hasil produksi danpengembalian kredit.

BAB IIIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 3

Peraturan Daerah ini dibuat dengan maksud:

a. Untuk memberikan keamanan usaha perkebunan sertaPengelolaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan sertapelaksanaan kemitraan usaha perkebunan, sehingga dapatberjalan dengan tertib, lancar dan mencapai asas manfaatdan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan,keterbukaan, serta berkeadilan;

b. Untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dankesadaran semua stakeholder program kemitraanpembangunan perkebunan dalam melaksanakan hak dankewajibannya, sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku atau perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh para pihak;

c. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran dalampelaksanaan kemitraan usaha perkebunan, yang dapatmengakibatkan tidak terwujudnya satu kesatuan usahatani perkebunan yang ekonomis dan berkelanjutan.

Pasal 4

Kemitraan usaha perkebunan ini diselenggarakan dengan tujuanuntuk menumbuhkembangkan sinergi antara perkebunan besardan pekebunan rakyat, guna :

a. meningkatkan pendapatan masyarakat;

b. menyediakan lapangan kerja;

c. meningkatkan produktivitas lahan, nilai tambah, dan dayasaing;

d. memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industridalam negeri;

e. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secaraberkelanjutan dan lestari;

f. meningkatkan penerimaan negara, dan devisa negara.

BAB IV

PENYELENGGARAAN DAN KEPESERTAAN KEMITRAANUSAHA PERKEBUNAN

Bagian KesatuPenyelenggaraan

Pasal 5

Kemitraan usaha perkebunan dilaksanakan dalam bentukkerjasama antara petani pekebun atau koperasi denganperusahaan–perusahaan perkebunan besar.

Bagian Kedua

Kepesertaan

Pasal 6

(1) Petani peserta Program Kemitraan PembangunanPerkebunan meliputi:

a. Penduduk setempat, petani peladang berpindah darikawasan hutan terdekat, masyarakat pemilik lahan disekitar areal usaha perusahaan perkebunan besar;

b. Penetapan petani peserta usaha perkebunansebagaimana dimaksud pada huruf a, dilaksanakandan ditetapkan sepenuhnya oleh Bupati Katingan atasusul kelompok/koperasi maupun pemilik lahan melaluiinstansi terkait.

(2) Persyaratan petani peserta:

a. Berdomisili di wilayah Kabupaten Katingan;

b. Berusia minimal 18 tahun sudah memiliki KTP atausudah menikah;

c. Tidak terlibat organisasi terlarang, patuh, rajin danbersungguh-sungguh menjadi petani peserta;

d. Telah lulus verifikasi sebagai calon petani peserta yangdilaksanakan oleh pihak/instansi terkait/pemerintahsetempat dan ditetapkan oleh Bupati Katingan atasusul Kepala Dinas yang membidangi perkebunan;

e. Mentaati peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan program kemitraan pembangunanperkebunan;

f. Bersedia menandatangani perjanjian kredit denganBank pelaksana sesuai ketentuan berlaku;

g. Bebas dari tunggakan pinjaman lain dari perbankanpada waktu konversi.

BAB VPELAKSANAAN KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN

Pasal 7

Kemitraan usaha perkebunan sebagaimana dimaksud padapasal 5 adalah :

a. Petani pekebun atau koperasi bekerjasama denganPerusahaan Badan Usaha Milik Negara yang bergerakdalam bidang perkebunan;

b. Petani pekebun atau koperasi bekerjasama denganPerusahaan Badan Usaha Milik Daerah yang bergerakdalam bidang perkebunan;

c. Petani pekebun atau koperasi bekerjasama denganPerusahaan Badan Usaha Milik Swasta dalam negerimaupun asing yang bergerak dalam bidang perkebunan;

d. Kelompok/perorangan bekerjasama dengan PerusahaanBUMN, BUMD, BUMS dalam negeri maupun asing yangbergerak dalam bidang perkebunan.

Pasal 8

(1) Secara umum bentuk kerjasama pada kemitraan usahaperkebunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dapatberupa :

a. Kemitraan inti–plasma yaitu perusahaan perkebunanbesar sebagai inti berkewajiban ikut membina danmengembangkan petani pekebun yang menjadi plasma;

b. Kemitraan subkontrak, yaitu usaha besar memberikankesempatan kepada usaha kecil untuk memproduksibarang atau jasa yang diperlukan usaha besar;

c. Kemitraan dagang umum, yaitu usaha besar menerimapasokan kebutuhan dari usaha kecil;

d. Kemitraan waralaba, yaitu usaha besar memberikanwaralaba kepada usaha kecil yang memilikikemampuan;

e. Kemitraan keagenan, yaitu usaha besar sebagai agendan penyedia bagi usaha kecil;

f. Kemitraan melalui program Revitalisasi Perkebunanyaitu salah satu program yang dapat meringankanbeban kredit/utang petani peserta, karena bunga banksebagian ditanggung oleh pemerintah dan bunga kredithanya sebesar 7 % selama masa pembangunan 5 (lima)tahun untuk komoditi kelapa sawit dan komoditi karet 6% selama 7 (tujuh) tahun, sesuai ketentuan yangberlaku (sesuai petunjuk teknis RevitalisasiPerkebunan);

g. Kemitraan bentuk – bentuk lain.

(2) Bentuk kemitraan usaha perkebunan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat berupa :

a. Kemitraan bidang penyediaan sarana produksidilaksanakan pada tahap awal pembangunan kebun;

b. Kemitraan bidang produksi dilakukan pada tahap kebunakan produksi;

c. Kemitraan bidang pengolahan dan pemasaran dilakukanpada tahap proses pabrikasi dan penjualan;

d. Kemitraan bidang transportasi dilakukan pada tahappengangkutan hasil produksi;

e. Kemitraan bidang operasional dilakukan pada seluruhtahapan pembangunan kebun dari hulu ke hilir;

f. Kemitraan bidang kepemilikan saham dilakukan sesuaibesar kecilnya kesepakatan saham; dan

g. Kemitraan bidang jasa pendukung lainnya.

Pasal 9

(1). Pembinaan Umum terhadap pelaksanaan kemitraan usahaperkebunan dilakukan oleh TP3K (Tim PembinaPengembangan Perkebunan Kabupaten) Katingan;

(2). Pembinaan Teknis terhadap pelaksanaan programkemitraan pembangunan perkebunan dilakukan oleh Dinasyang membidangi perkebunan;

(3). Pembangunan kebun kemitraan untuk petani pesertadibangun minimal 20 persen dari total luas perkebunanyang diusahakan Perusahaan Perkebunan Besar;

(4). Pembinaan di wilayah Kecamatan dilakukan oleh Camatbersama-sama pihak terkait.

(5). Pembinaan di wilayah Kelurahan dan Desa dilakukan olehLurah dan Kepala Desa.

Pasal 10

(1) Tim TP3K dimaksud pasal 9 ayat (1) adalah terdiri dariunsur instansi pemerintah, asosiasi pengusahaperkebunan, lembaga profesi serta lembaga adat.

Pasal 11

Pelaksanaan koordinasi, pembinaan dan pengamanan kemitraanusaha perkebunan di Kabupaten Katingan dilakukan olehBupati melalui Tim Pembinaan Pengembangan PerkebunanKabupaten (TP3K) Kabupaten Katingan.

BAB VIPENGAMANAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

Pasal 12

(1). Pengamanan terhadap pelaksanaan kemitraan usahaperkebunan dilakukan oleh Bupati Katingan, Camat danKepala Desa/Lurah bersama-sama unsurInstansi/Badan/pihak terkait.

(2). Mengutamakan pengembangan budidaya perkebunandengan prospek pemasaran hasil yang menjanjikan, baikuntuk kebutuhan konsumsi dan bahan baku industridalam negeri maupun ekspor, terutama budidayaperkebunan unggulan Kabupaten Katingan, seperti kelapasawit dan karet.

(3). Pelaksanaan pengamanan dilakukan dengan cara preventifdan persuasif.

(4). Pengamanan preventif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)adalah upaya-upaya untuk mencegah timbulnyapelanggaran-pelanggaran dan penyimpanganpenyimpangan yang mungkin dilakukan, baik oleh paracalon/petani peserta, Perusahaan Perkebunan Besar,maupun pihak-pihak lain yang terkait, sebelum maupunsesudah konversi.

(5). Pengamanan persuasif sebagaimana dimaksud pada ayat(3) adalah upaya-upaya untuk menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan-penyimpangan, baik yangtelah dilakukan, maupun oleh para calon/petani peserta,Perusahaan Perkebunan Besar dan pihak-pihak lain yangterkait, dengan cara musyawarah untuk mufakat sebelummaupun sesudah konversi.

(6). Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimanadimaksud pada ayat (5), tidak dapat dilaksanakan, makapenyelesaiannya diserahkan kepada TP3K KabupatenKatingan atau TP3D Provinsi, dan apabila tidak dapatdiselesaikan TP3D Provinsi akan diselesaikan secarahukum berdasarkan peraturan perundangundangan yangberlaku.

BAB VII

TUGAS, KEWAJIBAN, WEWENANG DAN HAK

Bagian KesatuTugas dan Kewajiban Serta Wewenang

Pemerintah DaerahPasal 13

Pemerintah Kabupaten Katingan memiliki tugas dan kewajibansebagai berikut :

a. Bagi Perusahaan Perkebunan yang telah terbangun,membangun kebun namun belum melakukanpembangunan kebun bagi masyarakat, sesuai ketentuanyang berlaku, maka Pemerintah Kabupaten Katinganmemfasilitasi perizinan usaha, serta memfasilitasipengembangan kebun mitra di luar izin usaha perkebunanbesar dengan kualitas lahan yang setara;

b. Mengawasi, mengevaluasi, dan membina pemanfaatanperizinan perkebunan yang telah diberikan kepadaperusahaan perkebunan besar, dan apabila diperlukandapat mencabut perizinan tersebut berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Memfasilitasi petani perorangan/kelompok yang lahannyaberada di sekitar perkebunan besar untuk menjalinkerjasama kemitraan dengan perkebunan besar yang salingmenguntungkan dengan pola kemitraan yang disepakatibersama.

Pasal 14

Pemerintah Kabupaten Katingan berwenang untuk :

a. Menetapkan kepesertaan petani;

b. Melakukan pencabutan kepesertaan petani; dan

c. Menetapkan pengganti kepesertaan yang dicabut hakkepesertaannya.

Pasal 15

Bupati dapat mencabut dan menetapkan pengganti petanipeserta, diutamakan ahli waris dalam hal peserta tidakmemenuhi persyaratan/meninggal dunia dan terbukti tidakmelaksanakan tugas dan kewajibannya.

Bagian KeduaTugas, Kewajiban dan Hak Perusahaan Besar

Pasal 16

(1). Perusahaan Perkebunan Besar mempunyai tugas dankewajiban:

a. Membangun kebun kemitraan minimal 20 (dua puluh)persen dari keseluruhan luas lahan yang dapatdiusahakan lengkap dengan fasilitas pengolahan(pabrik) yang dapat menampung hasil kebun inti dankebun kemitraan sesuai dengan tata ruang yangberlaku, dengan penerapan teknologi yang ramahlingkungan, serta memfasilitasi aksesibilitas usaha tanibaik di luar izin lokasi atau HGU dari perusahaanperkebunan yang perizinannya sebelum tahun 2007maupun perkebunan yang perizinannya setelah tahun2007 yang berada di dalam izin lokasi;

b. Melaksanakan pembangunan kebun kemitraan,jaringan jalan usaha tani, dan fasilitas usaha tani yangdiperlukan;

c. Membina secara teknis calon petani peserta agarmampu mengusahakan kebun kemitraan yangdikelolanya dengan baik;

d. Menampung dan membeli seluruh hasil kebunkemitraan dan kebun masyarakat di luar kebunkemitraan, berdasarkan standar mutu dan harga yangditetapkan oleh pemerintah dengan pembayaran tepatwaktu;

e. Melakukan kemitraan yang sinergis, salingmenguntungkan, saling menghargai,saling bertanggungjawab, dan saling memperkuat dan salingketergantungan antara perusahaan perkebunan,karyawan, serta petani peserta dan masyarakat disekitar perkebunan;

f. Melaksanakan kemitraan terhadap masyarakat disekitar perkebunan yang tidak termasuk pada huruf a,bagi petani yang memiliki lahan dan dilaksanakansesuai kesepakatan bersama;

g. Menyediakan bibit yang bermutu dan juga membangunkebun desa minimal 20 hektar di sekitar izin lokasi.

(2). Perusahaan Perkebunan mempunyai hak :

a. Mengelola kebun inti yang berstatus Hak Guna Usaha,hak pakai dan hak milik;

b. Apabila Hak Guna Usaha berakhir maka prosesperpanjangannya dilaksanakan sesuai peraturanperundang-undangan yang berlaku;

c. Memperoleh kepastian hukum.

Bagian KetigaHak dan Kewajiban Petani Peserta

Pasal 17

Petani peserta program kemitraan usaha perkebunanmempunyai hak :

a. memperoleh kebun kemitraan yang berisi tanamanperkebunan tertentu yang ditetapkan dalam usahaperkebunan yang bersangkutan sesuai dengan perjanjiankerjasama (MoU);

b. memperoleh sertifikat hak milik atas tanah dari kebunkemitraan yang dikelolanya setelah lunas;

c. memperoleh bimbingan, penyuluhan dan latihan dalammelakukan pengembangan usaha tani perkebunannya;

d. memperoleh jaminan penampungan, pengolahan danpemasaran produksi kebun yang dikelolanya dengan hargajual/beli produksi sesuai ketentuan pemerintah dan jadwalpembayaran sesuai kesepakatan;

e. memperoleh hasil perhitungan usaha tani kebun apabilamenggunakan pola penyertaan saham;

f. memanfaatkan fasilitas usaha tani dan fasilitas sosialekonomi lain yang disediakan perusahaan perkebunanmitra.

g. mendapatkan perwakilan suara dalam penentuan standarharga komoditi perkebunan;

h. memperoleh kesempatan untuk memiliki sebagian sahamperusahaan mitra untuk memperkuat kesinambungankemitraan usaha.

Pasal 18

Petani peserta kemitraan usaha perkebunan berkewajiban :

a. menyerahkan lahan kepada Perusahaan Perkebunan Besaruntuk dibangun menjadi kebun kemitraan dan fasilitaspenunjang dengan luas sesuai dengan pola pembangunankebun yang disepakati;

b. menjadi Anggota Kelompok Tani dan Anggota Koperasi padawilayah yang bersangkutan;

c. menandatangani perjanjian melalui koperasi denganPerusahaan Perkebunan mitra yang disetujui, sesuaidengan pedoman dan isi perjanjian kerjasama sertamenandatangani perjanjian kredit dengan Bank pelaksana;

d. mengusahakan usaha tani kebun kemitraan yangdikelolanya dengan baik, antara lain dengan menjaga danmerawat kebunnya secara swadaya sesuai petunjuk yangdiberikan meliputi pemupukan, pengendalianhama/penyakit/gulma secara terpadu, pemeliharaansaluran drainase, jalan angkutan/jalan produksi, parit dangorong-gorong serta lainnya yang dilakukan secaraberkelompok sesuai MoU yang disepakati;

e. menjaga mutu produksi kebun kemitraan sesuai denganstandar mutu yang ditentukan;

f. mematuhi dan memenuhi kewajiban pembayaran kembalikredit dari Bank Pelaksana/Penyalur sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku;

g. membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan (PBB) atas kebun kemitraan yang dikelolanya;

h. secara perorangan dan atau berkelompok turut menjagaketertiban, keamanan dan memelihara fasilitas yangdibangun dalam areal kebun kemitraan;

i. Tidak menjual kebun ke pihak lain.

BAB VIII

LAHAN

Pasal 19

(1). Lahan yang disediakan dalam Kemitraan usahaPerkebunan terdiri dari :

a. lahan untuk kebun inti dan kebun kemitraan padakawasan yang sesuai dengan tata ruang wilayah yangberlaku, serta terletak berdekatan dengan aksesibilitasyang memadai;

b. lahan yang diperlukan untuk membangun prasaranadan sarana penunjang usahatani, seperti jalanusahatani, jalan produksi/jalan kebun.

(2). Lahan yang diusulkan oleh petani/kelompok tani untukrencana kemitraan dengan perkebunan besar tidakditentukan besaran luasnya sesuai dengan kesepakatanbersama.

(3). Pencadangan dan perolehan hak atas tanah kebunkemitraan dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IXHAK PEMILIKAN KEBUN KEMITRAAN

Pasal 20

(1). Yang dapat memiliki kebun kemitraan dan berhakmemungut hasil dari kebun tersebut adalah petani pesertapada lokasi usaha perkebunan yang sesuai denganpembagian kapling yang ditetapkan Bupati Katingan.

(2). Pemilikan lahan kebun kemitraan yang dikelola petanipeserta ditetapkan dalam bentuk sertifikat hak milikberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3). Selama pinjaman kredit untuk pembangunan kebunkemitraan dan kredit lainnya dari masing-masing petanipeserta tersebut belum lunas, petani peserta tidakdiperkenankan memindahtangankan, menggadaikan,menyewakan atau meminjamkan dalam bentuk apapunbaik sebagian atau seluruh kebun kemitraan yangdikelolanya.

Pasal 21

Apabila pada saat kebun kemitraan seharusnya diserahkankepada petani-petani peserta, penyerahan tersebut tidak dapatdilakukan karena petani peserta yang bersangkutan belum adaatau belum memenuhi syarat, perusahaan perkebunan mitradapat terus mengelola kebun kemitraan dimaksud danmengadakan pencatatan mengenai biaya eksploitasi dan hasilnyayang akan diperhitungkan pada saat penyerahan kemudian.

Pasal 22

(1). Petani peserta dilarang untuk memindahtangankan hakkepemilikan kepesertaan.

(2). Pemindahtanganan hak sebagaimana dimaksud ayat (1)dikecualikan dalam hal :

a. petani peserta sebagaimana dimaksud dalam pasal 6ayat (1) meninggal dunia;

b. petani peserta oleh karena sesuatu hal dengan alasanyang kuat tidak dapat meneruskan keikutsertaannyadalam kemitraan usaha perkebunan dan ataumengundurkan diri yang dibuktikan dengan suratpernyataan tertulis oleh peserta yang bersangkutanyang diketahui oleh kepala desa dan camat setempat;

c. petani peserta telah dicabut haknya sebagai pemilikkebun, karena melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X

TATA CARA PEMANENAN HASIL KEBUN KEMITRAAN

Pasal 23

(1). Hasil produksi merupakan hasil petani peserta yangdiperoleh dari kebun kemitraan.

(2). Pemanenan hasil kebun kemitraan dilaksanakan olehpemilik masing-masing secara berkelompok dengan carapemanenan yang sesuai dengan ketentuan teknis yangberlaku dengan tetap memperhatikan dan menjagakelestarian produksi tanaman.

(3). Perusahaan perkebunan mitra menetapkan cara-carapemanenan hasil yang sesuai dengan ketentuan teknispemanenan yang berlaku.

(4). Apabila karena sesuatu hal petani/pemilik kebunkemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidakmelaksanakan pemanenan hasil sendiri, dengan alasanyang dapat diterima, petani peserta dapat menyerahkan,mengupahkan kepada orang lain dengan sepengetahuanperusahaan perkebunan mitra dengan tetap menjaga danmelaksanakan kelestarian produksi tanaman sertamentaati ketentuan pemanenan hasil sebagaimanadimaksud pada ayat (3).

Pasal 24

Pembinaan terhadap pelaksanaan pemungutan hasil/panenkebun kemitraan dilaksanakan oleh Perusahaan PerkebunanBesar pada daerah Perkebunan Besar yang bersangkutan danDinas yang membidangi perkebunan Kabupaten Katingan

BAB XIPENYERAHAN PENAMPUNGAN/JUAL BELI PENGOLAHAN

DAN PELAKSANAAN BAGI HASIL PRODUKSI KEBUN

Pasal 25

(1). Petani yang belum lunas kreditnya wajibmenyerahkan/menjual seluruh hasil produksi kebunkemitraan yang dikelolanya.

(2). Perusahaan perkebunan mitra wajib membeli dan ataumengolah seluruh hasil produksi kebun mitra sertamengatur dan mengurus pelaksanaan dari panen,pengolahan, pemasaran hasil serta pembagian danpembayaran hasil jual produksi kebun sesuai denganstandar dan tata cara yang telah ditetapkan olehpemerintah.

(3). Penyerahan/penjualan hasil produksi kebun kemitraanoleh petani kepada Perusahaan Perkebunan Besardilakukan secara berkelompok melalui kelompok tani atauKoperasi.

(4). Ketentuan tentang jenis hasil panen, tempat dan waktupenyerahan hasil panen yang diserahkan oleh petanipeserta kepada Perusahaan Perkebunan Besar ditetapkansecara musyawarah oleh petani mitra dengan PerusahaanPerkebunan Besar berdasarkan ketentuan dan peraturan,dan pedoman-pedoman teknis yang telah ditetapkanpemerintah.

(5). Pihak lain atau pihak ketiga tidak diperkenankanmembeli/menampung produksi kebun kemitraan yangdikelola petani peserta yang belum lunas kreditnya, tanpapernyataan tidak mampu menampung produksi tersebutdari perusahaan perkebunan mitra dengan terlebih dahuludilakukan pengecekan, penelitian dan persetujuan oleh timTP3K.

(6). Pihak lain atau pihak ketiga yang membeli/ menampungproduksi dari petani peserta yang telah lunas kreditnya,harus meminta Surat Keterangan Lunas Kredit dan SuratKeterangan Asal Produk.

Pasal 26

(1). Pengolahan hasil produksi kebun kemitraan dilaksanakanoleh Perusahaan Perkebunan Besar dan/atau perusahaanlain yang merupakan mitra petani peserta;

(2). Perusahaan Perkebunan Besar dalam melaksanakanpengolahan hasil produksi kebun kemitraan berhakmendapatkan pengganti biaya pengolahan sesuai ketentuanyang berlaku;

(3). Penetapan cara bagi hasil atau biaya pengolahansebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan olehPemerintah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(4). Penetapan jenis hasil akhir dari pengolahan produksikebun kemitraan oleh Perusahaan Perkebunan Besarberdasarkan standar mutu yang berlaku dan berorientasipada permintaan pasar.

Pasal 27

Penetapan Harga jual atau harga pembelian atas hasil penjualanproduksi kebun kemitraan petani ditetapkan berdasarkanformula yang ditetapkan oleh pemerintah yang dilaksanakan olehinstansi terkait (stakeholder), sesuai penetapan oleh Gubernur,sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.

Pasal 28

(1). Pembayaran hasil penjualan produksi kebun kemitraanyang dikelola petani peserta oleh Perusahaan PerkebunanBesar/Bank Pelaksana, dilaksanakan setelahdiperhitungkan kewajiban-kewajiban petani peserta dalampembayaran angsuran kredit berdasarkan perjanjian kredityang telah disepakati para pihak.

(2). Pembayaran hasil penjualan produksi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) khusus karet, ditetapkan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sekali, sedangkan tempatpembayaran ditentukan bersama atas dasar kesepakatanantara kelompok tani sebagai wakil petani peserta denganPerusahaan Perkebunan Besar/Bank Pelaksana.

(3). Besarnya potongan yang diperhitungkan sebagai kewajibanpetani peserta dalam pembayaran bunga dan angsurankredit, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan untukprogram peremajaan ditetapkan maksimal 30 persen daritotal pendapatan hasil jual produksi kebun kemitraan(Bruto).

BAB XIIPEMBAYARAN PENGEMBALIAN KREDIT

Pasal 29

(1). Petani peserta yang telah memenuhi persyaratan untukdikonversi, wajib melunasi pokok kredit beserta bunganya,dengan cara angsuran yang diserahkan dan diperhitungkandengan pendapatan atas hasil jual produksi kebunkemitraan.

(2). Apabila kebun kemitraan telah berproduksi tetapi belumdikonversi, petani peserta tetap diwajibkan membayarangsuran kredit yang diperhitungkan sebagai titipan untukmengurangi pagu kredit pada waktu dikonversi.

(3). Perusahaan Perkebunan Besar wajib membantu Bankdalam penarikan pengambilan kredit dari masing-masingpetani peserta.

(4). Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)Perusahaan Perkebunan Besar dan pihak bank, menerimakembali biaya-biaya kredit dan harus membuat perjanjiankerjasama dalam rangka pembelian hasil serta pembayaranangsuran kredit petani peserta.

(5). Bank Penerima pengembalian kredit dari petani peserta,wajib melaksanakan dan bertanggung jawab penuh atasadministrasi kredit petani peserta.

(6). Bank Penerima sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajibmenyampaikan data perhitungan sisa kredit dan ataujumlah titipan angsuran kepada masing-masing petanipeserta paling sedikit, sekali dalam 3 (tiga) bulan.

Pasal 30

(1). Perhitungan jumlah kredit yang dibebankan kepadamasing-masing petani peserta, baik komponen biaya, dasarperhitungan maupun pelaksanaannya diatur berdasarkanpetunjuk pelaksanaan konversi yang dibuat dan ditetapkanpemerintah, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2). Penetapan jumlah kredit yang menjadi beban pinjamanmasing-masing petani peserta, ditetapkan dalam suratperjanjian membuka kredit peserta dan pihak bank,berdasarkan hasil perhitungan tersebut sebagaimanadimaksud pada ayat (1) setelah diperiksa (audit) olehLembaga Pengawas Keuangan.

BAB XIIIKETENTUAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 31

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam pasal 22 ayat (1)dikenakan sanksi sebagai berikut :

a. perjanjian dan atau tanda bukti pemindahtanganan kebunserta perjanjian dan atau tanda bukti adanya transaksiyang menjaminkan kebun petani peserta dinyatakan bataldan tidak diakui oleh Pemerintah;

b. petani peserta tersebut dapat dicabut haknya sebagaipetani peserta Kemitraan Usaha Perkebunan;

Pasal 32

Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 dan pasal17 Peraturan Daerah ini, diberikan teguran oleh Bupati Katinganselaku Ketua TP3K Kabupaten Katingan.

Pasal 33

Pejabat yang berwenang untuk menetapkan penggantian ataspemindahan hak kepemilikan kebun kemitraan sebagaimanadimaksud dalam pasal 6 ayat (1) adalah Bupati, denganmemperhatikan ketentuan yang berlaku tentang petani pesertakemitraan usaha pembangunan perkebunan, termasuk yangdisebabkan kejadian sebagaimana dimaksud pasal 22 ayat (2).

Pasal 34

Pencabutan dan penetapan pengganti petani pesertasebagaimana dimaksud pasal 14 dilakukan setelah didapatkanbukti-bukti bahwa petani peserta melakukan penjualan hasilkebun kemitraan yang dikelolanya tidak sesuai sebagaimanadimaksud dalam pasal 32 Peraturan Daerah ini;

Pasal 35

Petani peserta yang tidak melaksanakan pemeliharaan kebunsebagaimana dimaksud dalam pasal 18 dapat dikenakan sanksiuntuk dicabut haknya dalam memungut, pemungutan hasilmaupun pemeliharaan selanjutnya kebun diserahkan sementarakepada badan/perorangan yang ditetapkan oleh Bupati Katinganselaku Ketua TP3D Kabupaten Katingan.

Pasal 36

Pihak ketiga/perusahaan yang membeli/menampung produksikebun kemitraan yang belum lunas kreditnya dapat dikenakansanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Pasal 37

(1). Petani yang tidak menyerahkan/menjual hasilnyasebagaimana ketentuan pasal 25 ayat (3) dikenakan sanksihak kepesertaan.

(2). Pemilik pabrik pengolahan atau perkebunan besar yangmelanggar terhadap ketentuan dalam pasal 16 ayat (1)huruf d dan pasal 25 ayat (2) dapat dikenai sanksipencabutan ijin perusahaan.

(3). Pelanggaran yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada(2) pemilik pabrik atau perkebunan besar juga dapatdikenakan sanksi denda setinggi-tingginyaRp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

BAB XIVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 38

Peraturan Pelaksana dari Peraturan Daerah ini harus ditetapkanpaling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah inidiundangkan.

Pasal 39

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannyadalam Lembaran Daerah Kabupaten Katingan.

Diundangkan di Kasonganpada tanggal 25 Oktober 2012

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN KATINGAN,

CHRISTANTWO T. LADJU

Ditetapkan di KasonganPada tanggal 25 Oktober 2012

BUPATI KATINGAN

DUWEL RAWING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN TAHUN 2012 NOMOR: 21

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUMSEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KATINGAN,

ELMON SIANTURI, SH

TTD

TTD

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGANNOMOR 2 TAHUN 2012

TENTANG

KEMITRAAN USAHA PERKEBUNANDI KABUPATEN KATINGAN

I. UMUM

Bangsa Indonesia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaanalam hayati, air, iklim dan kondisi tanah yang memberikan sumberkehidupan kepada bangsa, terutama di bidang pertanian dan sekaligusmerupakan salah satu modal dasar bagi pembangunan nasional yang padahakekatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.Sebagai negara yang bercorak agraris; bumi, air dan kekayaan alam yangterkandung di dalamnya sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang MahaEsa kepada bangsa Indonesia, merupakan potensi yang sangat besar untukpengembangan perkebunan dalam rangka mewujudkan kemakmuran dankesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan harus diselenggarakanberdasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan,kebersamaan, keterbukaan serta berkeadilan. Perkebunan mempunyaiperanan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional, terutamadalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaandevisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan dayasaing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industridalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secaraberkelanjutan. Pengembangan perkebunan dilaksanakan berdasarkankultur teknis perkebunan dalam kerangka pengelolaan yang mempunyaimanfaat ekonomi terhadap sumber daya alam yang berkesinambungan.

Pengembangan perkebunan yang berkesinambungan tersebut akanmemberikan manfaat peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatsecara optimal, melalui kesempatan yang sama untuk mendapatkan aksesterhadap sumber daya alam, modal, informasi, teknologi dan manajemen.

Akses tersebut harus terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengandemikian, akan tercipta hubungan yang harmonis dan salingmenguntungkan antara pelaku usaha perkebunan, masyarakat sekitar, danpemangku kepentingan (stakeholders) lainnya serta terciptanya integrasipengelolaan perkebunan sisi hulu dan sisi hilir. Penyelenggaraanperkebunan yang demikian sejalan dengan amanat dan jiwa Pasal 33 ayat(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitubahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasaioleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuranrakyat.

Usaha perkebunan dilakukan baik oleh perorangan maupun badanhukum yang meliputi koperasi dan perseroan terbatas baik milik negaramaupun swasta. Badan Hukum yang melakukan usaha budi daya tanamanperkebunan dan/atau usaha industri pengolahan hasil perkebunan wajibmemiliki izin usaha perkebunan. Dalam penyelenggaraannya, badan hukumperkebunan harus mampu bersinergi dengan masyarakat baik masyarakatsekitar perkebunan maupun masyarakat pada umumnya dalamkepemilikan dan/ atau pengelolaan usaha yang saling menguntungkan,menghargai, memperkuat dan ketergantungan. Pekebun tidak diisyaratkanmemiliki izin usaha, tetapi harus didaftar oleh Bupati/Walikota dan suratketerangan pendaftaran tersebut diperlukan seperti izin usaha perkebunan.

Pembangunan perkebunan di Kabupaten Katingan dalam beberapatahun terakhir telah menunjukkan pertumbuhan cukup signifikan yangantara lain ditandai dengan semakin meningkatnya luas areal, produksi,produktivitas. Pembangunan perkebunan yang telah dilaksanakan selamaini telah menunjukkan hasil yang cukup berarti dalam pembangunanekonomi daerah terutama dalam menyediakan bahan baku industri dalamnegeri maupun, ekspor, menciptakan lapangan kerja dan memberikankesempatan berusaha serta pengembangan wilayah dan penggerak rodaperekonomian di pedesaan.

Dengan mempertimbangkan kondisi di atas serta tuntutanpembangunan ke depan, maka diperlukan adanya kebijakan dan strategiyang tepat untuk menjawab tantangan dan mengatasi permasalahanpembangunan perkebunan di Kabupaten Katingan dan salah satunyaadalah melakukan revitalisasi di bidang usaha perkebunan. Programkemitraan usaha perkebunan merupakan upaya percepatan pembangunanperkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanamanperkebunan yang didukung kredit invetasi dengan subsidi bunga olehpemerintah. Dalam pelaksanaannya pemerintah melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra koperasi dalam pembangunankebun, pengolahan dan pemasaran hasil melalui pola kemitraan.

Pembiayaan untuk mendukung penyelenggaraan usaha perkebunandapat berasal dari lembaga keuangan/perbankan, pelaku usaha,Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta masyarakat secara swadaya.Untuk itu Pemerintah, mendorong dan memfasilitasi terbentuknya lembagakeuangan yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik usaha perkebunan.

Di dalam pembangunan usaha perkebunan dalam pola kemitraandiperlukan proses tertib administrasi. Selanjutnya sanksi administrasi danpidana dikenakan terhadap setiap orang yang melanggar kewajiban danmelakukan perbuatan yang dilarang dalam ketentuan-ketentuan di bidangperkebunan. Dengan sanksi pidana diharapkan akan menimbulkan efekjera bagi pelanggar hukum di bidang perkebunan. Pejabat Pegawai NegeriSipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang

perkebunan, diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil(PPNS) sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum AcaraPidana (KUHAP).

Dengan pokok-pokok materi yang dikemukakan di atas, makadisusunlah Peraturan Daerah Kabupaten Katingan tentang KemitraanUsaha Perkebunan di Kabupaten Katingan dengan tujuan untukmemberikan landasan hukum bagi penyelenggaraan usaha perkebunan diKabupaten Katingan melalui pola kemitraan.

II. PASAL DEMI PASALPasal 1

Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Cukup Jelas

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5Yang dimaksud dengan kemitraan usaha perkebunan adalahhubungan kerja yang saling menguntungkan, menghargai, bertanggungjawab, memperkuat, dan saling ketergantungan antara perusahaanperkebunan dengan pekebun, karyawan dan masyarakat sekitarperkebunan.

Pasal 6Ayat (1)

Huruf aYang dimaksud dengan petani peserta adalah penduduksetempat, peladang dari kawasan hutan terdekat, masyarakatpemilik lahan di sekitar areal usaha perkebunan yang sudahmenjadi anggota koperasi atau tidak menjadi anggota koperasiyang calon lahan dan calon petaninya ditetapkan oleh BupatiKatingan atas usul kelompok/koperasi dan instansi/pihakterkait.

Pasal 7Cukup Jelas

Pasal 8Ayat (1)

Huruf aYang dimaksud dengan pola inti-plasma adalah “hubungankemitraan usaha perkebunan antara perusahaan perkebunan

sebagai inti membina dan mengembangkan petani/pekebunperorangan/ kelompok/ koperasi yang menjadi plasmanya.

Huruf bYang dimaksud dengan pola sub kontrak adalah hubungankemitraan usaha perkebunan antara Usaha Kecil denganUsaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya UsahaKecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh UsahaMenengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya.

Huruf cYang dimaksud dengan Pola Dagang Umum adalah “hubungankemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atauUsaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau UsahaBesar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecilmemasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengahatau Usaha Besar mitranya”.

Huruf dYang dimaksud dengan pola keagenan adalah hubungankemitraan, yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khususuntuk memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atauUsaha Besar mitranya”.

Huruf eYang dimaksud dengan Pola Waralaba adalah hubungankemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikanhak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusiperusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertaibantuan bimbingan manajemen.

Pasal 9Cukup Jelas

Pasal 10Cukup Jelas

Pasal 11Cukup Jelas

Pasal 12Cukup Jelas

Pasal 13Cukup Jelas

Pasal 14Cukup Jelas

Pasal 15Cukup Jelas

Pasal 16Ayat (1)

Huruf gYang dimaksud dengan bibit bermutu adalah bahan tanamanyang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian Cq. DirektoratJenderal Perkebunan dan diberi sertifikasi atau label olehinstansi yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah Cq UnitPelaksana Teknis Daerah-Pengawasan dan Pengujian BenihPerkebunan (UPTD-P2BP) Kalimantan Tengah.

Pasal 17Cukup jelas

Pasal 18Cukup jelas

Pasal 19Ayat (1)

Huruf aYang dimaksud dengan terletak berdekatan dengan aksesibilitasyang memadai adalah lahan perkebunan yang berada dalamsatu kawasan antara kebun pembina dan kebun binaan.

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

Pasal 25Ayat (6)

Yang dimaksud dengan surat keterangan lunas kredit adalah suratketerangan yang dikeluarkan oleh bank pelaksana dan perusahaanpembina.

Yang dimaksud dengan surat keterangan asal produk adalah suratketerangan yang dikeluarkan oleh perusahaan pembina danpemerintah setempat.

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Cukup jelas

Pasal 29Cukup jelas

Pasal 30Cukup jelas

Pasal 31Cukup jelas

Pasal 32Cukup jelas

Pasal 33Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37Ayat (1)

Hak Kepesertaan adalah hak yang dimiliki setiap petani, anggotaKelompok peserta Kemitraan sebagaimana disebut pada pasal 17Peraturan ini.

Pasal 38Cukup jelas

Pasal 39Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR: 21