peraturan bupati semarang - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan...

74
1 BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf a Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pemerintah Daerah berwenang membuat Peraturan Daerah dalam bidang pertambangan mineral bukan logam dan batuan; b. bahwa kegiatan pertambangan mineral bukan logam dan batuan, memiliki peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi daerah, regional maupun nasional dan pembangunan daerah khususnya secara berkelanjutan sehingga perlu adanya pedoman dalam pengelolaannya; c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Ijin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Semarang dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, sehingga perlu ditinjau kembali; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan;

Upload: vuongminh

Post on 12-Jul-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

1

BUPATI SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

NOMOR 5 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG,

Menimbang : a.

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1)

huruf a Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pemerintah Daerah berwenang membuat

Peraturan Daerah dalam bidang pertambangan

mineral bukan logam dan batuan;

b. bahwa kegiatan pertambangan mineral bukan

logam dan batuan, memiliki peranan penting

dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi daerah, regional

maupun nasional dan pembangunan daerah

khususnya secara berkelanjutan sehingga perlu adanya pedoman dalam pengelolaannya;

c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Ijin Usaha

Pertambangan Bahan Galian Golongan C di

Kabupaten Semarang dipandang sudah tidak

sesuai lagi dengan perkembangan, sehingga perlu ditinjau kembali;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c,

maka perlu menetapkan Peraturan Daerah

tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan;

Page 2: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

2

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah–daerah Kabupaten Dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

3. Undang–Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang Perubahan Batas – batas Wilayah Kotapraja

Salatiga dan Daerah Swatantra Tingkat II

Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 1652);

4. Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3029);

5. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3419); 6. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41

Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);

7. Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4168); 8. Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279 );

Page 3: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

3

9. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

10. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

11. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4278 );

12. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4886 );

13. Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4959 );

14. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

15. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 16. 8 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Peraturan Perundang –

undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Page 4: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

4

17. 1 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976

tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II

Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3079);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5145);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992

tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Dan Kabupaten

Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3500);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005

tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4593 ); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 );

23. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737 );

Page 5: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

5

24. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4741 );

25. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010

tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5110 ); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah diubah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2012 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 45,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5282);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010

tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5112); 28. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010

tentang Pembinaan Dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5142 ); 29. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010

tentang Reklamasi dan Pascatambang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5110);

30. 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5285); 31. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang

Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan

Peraturan Perundang-undangan;

Page 6: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

6

32. 2 Peraturan Daerah Kabupaten Semarang

Nomor 16 Tahun 2008 tentang Urusan

Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Semarang

(Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun

2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Semarang Nomor 114 ); 33. 2 Peraturan Daerah Kabupaten Semarang

Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah

(Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2010 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Semarang Nomor 8) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2012

tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

Kabupaten Semarang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah

Kabupaten Semarang Tahun 2012 Nomor 4,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten

Semarang Nomor 3); 34. 3 Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011 - 2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang

Tahun 2011 Nomor 6, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG

dan

BUPATI SEMARANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.

Page 7: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

7

2. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip - prinsip otonomi seluas – luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. 4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Menteri adalah Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia yang menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang pertambangan

mineral bukan logam dan batuan.

6. Gubernur Jawa Tengah yang selanjutnya disebut Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah.

7. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah

Kabupaten Semarang.

8. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten

Semarang yang memiliki tugas pokok dan fungsi dibidang pertambangan

mineral bukan logam dan batuan. 10. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral bukan logam

dan batuan yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan, pengangkutan dan

penjualan, serta kegiatan pasca tambang.

11. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki

sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau

padu.

12. Mineral bukan logam meliputi bentonit, clay/lempung, kaolin, belerang, fosfat, feldspar, batu kuarsa dan batu gamping untuk semen.

13. Batuan meliputi andesit, basalt, batu gunung quary besar, kerikil galian

dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), tanah liat, tanah

gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan

tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping. 14. Pertambangan mineral bukan logam dan batuan adalah pertambangan

kumpulan mineral bukan logam dan batuan yang berupa mineral atau

batuan, diluar mineral radioaktif, mineral logam, batubara, panas bumi,

minyak, dan gas bumi, serta air tanah. 15. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral

bukan logam dan batuan yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan

umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

Page 8: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

8

16. Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disingkat WP adalah wilayah

yang memiliki potensi mineral bukan logam dan batuan dan tidak terikat

dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang nasional.

17. Wilayah Usaha Pertambangan yang selanjutnya disingkat WUP adalah

bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi dan/ atau

informasi geologi. 18. Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disingkat WIUP

adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang Izin Usaha

Pertambangan. 19. Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disingkat IUP adalah izin

untuk melaksanakan usaha pertambangan.

20. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan.

21. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai

pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

22. IUP Operasi Produksi khusus adalah izin usaha yang diberikan untuk

melakukan tahapan kegiatan operasi produksi khusus pengolahan,

pengangkutan dan penjualan. 23. Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disingkat WPR, adalah

bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.

24. Izin Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disingkat IPR adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan

rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

25. Wilayah Pencadangan Negara yang selanjutnya disingkat WPN adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional.

26. Penyelidikan umum adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk

mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi. 27. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk,

dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian,

serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. 28. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk

menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pasca

tambang.

29. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, termasuk pengangkutan

dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai

dengan hasil studi kelayakan. 30. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk

memproduksi mineral bukan logam dan batuan serta mineral ikutannya.

31. Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan

pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan.

32. Pengolahan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan

mutu mineral bukan logam dan batuan serta mineral ikutannya.

Page 9: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

9

33. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk

memindahkan mineral bukan logam dan batuan dari daerah tambang dan

/atau tempat pengolahan sampai tempat penyerahan. 34. Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil

pertambangan mineral bukan logam dan batuan.

35. Lingkungan Pertambangan adalah lindungan lingkungan pertambangan

yang merupakan instrument untuk memproteksi lingkungan hidup yang terkena dampak kegiatan usaha pertambangan pada wilayah sesuai

dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. 36. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang

melakukan usaha dan/ atau kegiatan yang wajib Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan atau Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan/ atau

kegiatan. 37. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang selanjutnya disebut amdal,

adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan /

atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan

bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan.

38. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan yang

selanjutnya disingkat UKL – UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/ atau kegiatan yang tidak berdampak penting

terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan. 39. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha

pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas

lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

40. Kegiatan pasca tambang adalah kegiatan terencana, sistematis dan

berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha

pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.

41. Jaminan reklamasi adalah dana yang diserahkan pemegang IUP kepada

Pemerintah Daerah sebagai uang jaminan untuk melaksanakan reklamasi pertambangan.

42. Jaminan pasca tambang adalah dana yang diserahkan pemegang IUP

kepada Pemerintah Daerah sebagai jaminan untuk melaksanakan kegiatan pasca tambang.

43. Jaminan reklamasi dan pasca tambang adalah dana yang diserahkan

pemohon kepada Pemerintah Daerah pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi sebagai uang jaminan untuk melaksanakan

reklamasi dan pasca tambang.

44. Jaminan kesungguhan adalah dana yang diserahkan oleh pemohon

kepada Pemerintah Daerah pada saat mengajukan permohonan IUP Eksplorasi sebagai bukti kesanggupan dan kemampuan pemohon IUP

Eksplorasi.

Page 10: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

10

45. Badan usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak di bidang

pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan

berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 46. Badan Usaha Swasta Nasional adalah badan usaha, baik yang berbadan

hukum maupun yang bukan berbadan hukum yang kepemilikan

sahamnya 100 % (seratur per seratus) dalam negeri.

47. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan usaha milik Negara yang bergerak dibidang pertambangan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

48. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah BUMD yang bergerak di bidang pertambangan sesuai dengan Ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

49. Koperasi adalah badan usaha yang berbadan hukum koperasi yang berdasarkan asas kekeluargaan.

50. Perseorangan adalah setiap Warga Negara Indonesia.

51. Jasa Pertambangan adalah jasa penunjang yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertambangan.

52. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah instrumen yang memproteksi

pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari

bahaya akibat kecelakaan rakyat, dan bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja.

53. Inspektur Tambang adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan satuan

kerja perangkat daerah dengan persyaratan tertentu yang diberi tugas fungsional, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan inspeksi,

investigasi dan pengujian tambang.

54. Kepala Inspektur Tambang adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi dalam pembinaan dan pengawasan pertambangan serta

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

55. Penyidikan adalah rangkaian tindakan penyidik dalam hal mengumpulkan bukti tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya.

56. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah

Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah

Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

57. Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat, baik secara individu maupun kolektif agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.

58. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.

BAB II

AZAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Pengelolaan pertambangan mineral bukan logam dan batuan berazaskan :

a. manfaat, keadilan, dan kesinambungan;

b. keberpihakan kepada kepentingan daerah; c. partisipatif, transparansi, dan akutanbilitas; dan

d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Page 11: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

11

Pasal 3

Dalam rangka mendukung pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan daerah pada khususnya secara berkesinambungan, maka

maksud dari diaturnya pengelolaan pertambangan mineral bukan logam dan

batuan adalah dalam rangka untuk mengatur, mengendalikan dan

memberikan kepastian hukum terhadap setiap usaha pertambangan di wilayah Kabupaten Semarang.

Pasal 4

Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan,

tujuan pengelolaan pertambangan mineral bukan logam dan batuan adalah: a. menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha

pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna dan berdaya saing;

b. menjamin manfaat pertambangan mineral bukan logam dan batuan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup;

c. menjamin tersedianya mineral bukan logam dan batuan sebagai bahan

baku untuk kebutuhan dalam negeri pada umumnya dan kebutuhan

daerah pada khususnya; d. meningkatkan pendapatan masyarakat lokal daerah, regional dan negara,

serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar – besarnya kesejahteraan

rakyat; dan e. menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha

pertambangan mineral bukan logam dan batuan.

BAB III

KEWENANGAN

Pasal 5

(1) Kewenangan Pemerintah Daerah dalam pertambangan mineral bukan logam dan batuan adalah :

a. pembuatan peraturan perundang – undangan daerah;

b. pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat dan pengawasan usaha pertambangan di wilayah Daerah;

c. penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian, serta eksplorasi

dalam rangka memperoleh data dan informasi mineral bukan logam dan batuan;

d. pengelolaan informasi geologi, informasi potensi mineral bukan logam

dan batuan, serta informasi pertambangan di wilayah Daerah; e. penyusunan neraca sumber daya mineral bukan logam dan batuan di

wilayah Daerah;

f. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat dalam usaha

pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup; g. pengembangan dan peningkatan nilai tambah dan manfaat kegiatan

usaha pertambangan secara optimal;

h. penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan penelitian, serta eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri dan

Gubernur;

Page 12: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

12

i. penyampaian informasi hasil produksi dan penjualan kepada Menteri

dan Gubernur;

j. melaporkan pelaksanaan usaha pertambangan di wilayah Kabupaten Semarang kepada Gubernur dan Menteri secara berkala setiap 6

(enam) bulan;

k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha

pertambangan termasuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang; l. peningkatan kemampuan aparatur Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan.

(2) Kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB IV

PENGUASAAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

Pasal 6

(1) Mineral bukan logam dan batuan yang ada di Daerah sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan kekayaan Nasional yang

dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

(2) Penguasaan Mineral bukan logam dan batuan oleh Negara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan / atau

Pemerintah Daerah sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang – undangan.

Pasal 7

Pemerintah Daerah wajib mematuhi ketentuan jumlah produksi tiap-tiap

komoditas per tahun yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan

Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB V

WILAYAH PERTAMBANGAN

Bagian Kesatu Umum

Pasal 8

(1) WP sebagai bagian dari tata ruang nasional merupakan landasan atau

bahan pertimbangan bagi Pemerintah untuk penetapan kegiatan

pertambangan.

(2) WP merupakan kawasan yang memiliki potensi mineral bukan logam dan

batuan, baik di permukaan tanah maupun di bawah tanah untuk kegiatan pertambangan.

Page 13: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

13

(3) WP terdiri atas :

a. WUP; dan

b. WPR.

(4) Kriteria wilayah yang dapat ditetapkan sebagai WP sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) adalah :

a. adanya indikasi formasi batuan pembawa mineral bukan logam dan batuan; dan/ atau

b. adanya potensi sumber daya bahan tambang.

(5) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan

penyelidikan dan penelitian pertambangan dalam rangka penyiapan WP.

(6) Penyelidikan dan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

dilaksanakan secara terkoordinasi oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

(7) Penyiapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan melalui

kegiatan:

a. perencanaan WP; dan b. pengusulan penetapan WP.

Paragraf 1 Perencanaan WP

Pasal 9

(1) Perencanaan WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (7) huruf a

disusun melalui tahapan : a. penyelidikan dan penelitian pertambangan;

b. inventarisasi potensi pertambangan; dan

c. penyusunan rencana WP.

(2) Penyelidikan dan penelitian pertambangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a ditujukan untuk memperoleh data awal dan informasi

potensi pertambangan.

(3) Inventarisasi potensi pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b ditujukan untuk mengumpulkan potensi riil pertambangan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan usulan rencana

penetapan WP yang memuat :

a. formasi batuan pembawa mineral bukan logam dan batuan; b. data geologi hasil evaluasi dari kegiatan pertambangan yang sedang

berlangsung, dan/ atau telah berakhir;

c. data inventarisasi perizinan yang masih berlaku dan/ atau sudah

berakhir; d. data dan informasi mineral bukan logam dan batuan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c diolah menjadi peta

potensi pertambangan mineral bukan logam dan batuan.

Page 14: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

14

(4) Berdasarkan data dan informasi serta peta potensi pertambangan mineral

bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah dan kelayakan penambangan, selanjutnya diolah dan dituangkan dalam peta digital

sebagai dasar usulan rencana penetapan WP.

Paragraf 2 Pengusulan Penetapan WP

Pasal 10

(1) Rencana WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) selanjutnya

oleh Bupati diusulkan kepada Pemerintah untuk ditetapkan menjadi WP.

(2) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

a. WUP; dan b. WPR.

(3) Bupati sesuai dengan kewenangannya dapat mengusulkan perubahan

usulan WP kepada Pemerintah berdasarkan hasil penyelidikan dan penelitian atau karena alasan lain.

(4) Bupati sesuai dengan kewenangannya dapat mengusulkan perubahan WP kepada Pemerintah berdasarkan hasil penyelidikan dan penelitian atau

karena alasan lain.

Bagian Kedua

WUP

Paragraf 1

Usulan Rencana WUP

Pasal 11

(1) Bupati sesuai dengan kewenangannya menyusun usulan rencana

penetapan suatu wilayah di dalam WP sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) menjadi WUP berdasarkan peta potensi mineral bukan logam dan

batuan.

(2) WUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki kriteria :

a. memiliki formasi batuan pembawa mineral bukan logam dan batuan;

b. memiliki singkapan geologi; c. memiliki potensi sumber daya mineral bukan logam dan batuan;

d. memiliki 1 (satu) atau lebih jenis mineral termasuk mineral ikutannya;

e. tidak tumpang tindih dengan WPR;

f. merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan secara berkelanjutan; dan

g. merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan

rencana tata ruang wilayah Kabupaten Semarang.

Page 15: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

15

(3) Tata cara dan persyaratan usulan penetapan WUP diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 2

Penetapan WUP

Pasal 12

Wilayah di dalam WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) yang

memenuhi kriteria, ditetapkan menjadi WUP oleh Menteri.

Paragraf 3

Penetapan WIUP

Pasal 13

(1) WIUP mineral bukan logam dan batuan ditetapkan oleh Bupati.

(2) Untuk menetapkan WIUP dalam suatu WUP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus memenuhi kriteria : a. letak geografis;

b. kaidah konservasi;

c. daya dukung lingkungan; d. optimalisasi sumber daya mineral bukan logam dan batuan; dan

e. tingkat kepadatan penduduk.

Bagian Ketiga

WPR

Pasal 14

(1) Bupati menyusun usulan rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP

menjadi WPR berdasarkan peta potensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4).

(2) WPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kriteria : a. mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/

atau diantara tepi dan tepi sungai;

b. merupakan endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba; c. luas maksimal WPR sebesar 25 (dua puluh lima) hektar;

d. menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang;

e. tidak tumpang tindih dengan WUP; dan f. merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan

rencana tata ruang wilayah Kabupaten Semarang.

(3) Wilayah di dalam WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya

ditetapkan menjadi WPR oleh Bupati setelah berkoordinasi dengan

Gubernur dan berkonsultasi dengan DPRD.

Page 16: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

16

(4) Penetapan WPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara

tertulis oleh Bupati kepada Menteri dan Gubernur.

(5) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan untuk

mendapatkan pertimbangan berkaitan dengan data-data dan informasi

yang dimiliki Pemerintah Provinsi yang bersangkutan.

(6) Konsultasi dengan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk

memperoleh pertimbangan.

(7) Tata cara dan persyaratan usulan penetapan WPR diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

BAB VI

USAHA PERTAMBANGAN

Pasal 15

(1) Usaha pertambangan dikelompokkan atas : a. pertambangan mineral bukan logam; dan

b. pertambangan batuan.

(2) Usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan setelah memperoleh :

a. IUP; atau b. IPR.

Pasal 16

(1) Untuk memperoleh IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)

huruf a pemohon harus melengkapi persyaratan administratif, teknis,

lingkungan dan finansial.

(2) Untuk memperoleh IPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)

huruf b pemohon harus melengkapi persyaratan administratif, teknis, dan finansial.

BAB VII

IUP

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 17

(1) IUP terdiri atas 2 (dua) tahap yakni :

a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan;

Page 17: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

17

b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan,

pengolahan serta pengangkutan dan penjualan.

(2) Pemegang IUP Eksplorasi dan Pemegang IUP Operasi Produksi dapat

melakukan sebagian atau seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

Pasal 18

(1) IUP diberikan Bupati berdasarkan permohonan yang diajukan oleh : a. badan usaha;

b. koperasi; dan

c. perseorangan

(2) IUP dikelompokan menjadi :

a. IUP mineral bukan logam; dan b. IUP batuan.

(3) Badan usaha, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berupa

badan usaha swasta, BUMN, atau BUMD.

(4) Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa

orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.

(5) Badan usaha swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya terbatas

pada badan usaha swasta dalam rangka penanaman modal dalam negeri.

(6) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan setelah

mendapatkan WIUP.

(7) Dalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IUP.

Pasal 19

IUP tidak dapat digunakan selain yang dimaksudkan dalam pemberian IUP.

Bagian Kedua

Pemberian WIUP

Pasal 20

(1) Pemberian WIUP terdiri atas: a. WIUP mineral bukan logam; dan/atau

b. WIUP batuan.

(2) Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP.

(3) Setiap pemohon dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP dalam WUP yang

berbeda.

Page 18: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

18

(4) Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP dalam WUP yang

sama, kecuali badan usaha yang terbuka atau go public, dapat diberikan

lebih dari 1 (satu) WIUP.

Pasal 21

(1) Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam dan/ atau batuan, badan usaha, koperasi, atau perseorangan mengajukan permohonan

WIUP kepada Bupati.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi peta

dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan

ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional dan persyaratan administrasi lainnya yang diatur dalam Peraturan Bupati.

(3) Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya

permohonan lengkap dan benar, Bupati wajib memberikan keputusan menerima atau menolak.

(4) Keputusan menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disampaikan secara tertulis oleh Bupati kepada pemohon disertai dengan

alasan penolakan.

(5) Bupati menerbitkan WIUP mineral bukan logam dan/ atau batuan setelah

mendapatkan rekomendasi teknis dari Gubernur.

Bagian Ketiga

Pemberian IUP Eksplorasi

Pasal 22

(1) IUP Eksplorasi diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan

umum, eksplorasi dan studi kelayakan.

(2) IUP Eksplorasi diberikan Bupati atas dasar permohonan setelah pemohon

mendapatkan WIUP dan melengkapi persyaratan.

(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi :

a. persyaratan administratif:

1. untuk badan usaha meliputi :

a) surat permohonan; b) profil badan usaha;

c) akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

d) nomor pokok wajib pajak;

e) susunan direksi dan daftar pemegang saham; f) surat keterangan domisili;

g) fotocopy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku;

Page 19: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

19

h) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah; dan

i) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

2. untuk koperasi meliputi :

a) surat permohonan;

b) profil koperasi; c) akte pendirian badan hukum yang bergerak dibidang usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang

berwenang; d) nomor pokok wajib pajak;

e) susunan pengurus;

f) surat keterangan domisili; g) fotocopy Kartu Tanda Penduduk semua pengurus yang masih

berlaku;

h) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah; dan i) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

3. untuk orang perseorangan meliputi : a) surat permohonan;

b) kartu tanda penduduk;

c) nomor pokok wajib pajak; d) surat keterangan domisili;

e) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah; dan

f) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui Camat.

4. untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer meliputi : a) surat permohonan;

b) profil badan usaha;

c) akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

d) nomor pokok wajib pajak;

e) susunan pengurus dan daftar pemegang saham; f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku;

h) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah; dan i) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

b. persyaratan teknis adalah sebagai berikut :

1. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli

pertambangan dan/ atau geologi yang berpengalaman paling

sedikit 3 (tiga) tahun; 2. menyerahkan bukti peta koordinat WIUP yang diperoleh atas

permohonan wilayah yang telah disetujui Bupati/Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang ditunjuk;

Page 20: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

20

3. peta koordinat WIUP dimaksud pada angka 2 dilengkapi dengan

batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan

ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional yang telah disahkan Bupati/ Satuan Kerja Perangkat Daerah yang

ditunjuk.

c. persyaratan lingkungan adalah izin lingkungan yang dilengkapi dengan persetujuan amdal atau Rekomendasi UKL-UPL.

d. persyaratan finansial meliputi : 1. bukti setoran jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan

eksplorasi mineral bukan logam sebesar Rp. 150.000.000,-

(seratus lima puluh juta rupiah); 2. bukti setoran jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan

eksplorasi batuan sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Bagian Keempat

Pemberian IUP Operasi Produksi

Pasal 23

(1) IUP Operasi Produksi diberikan sebagai peningkatan dari kegiatan

eksplorasi setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

(2) Pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya dengan

mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan peningkatan operasi

produksi.

(3) IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan kontruksi, penambangan,

pengolahan serta pengangkutan dan penjualan.

(4) IUP Operasi Produksi diberikan Bupati atas dasar permohonan setelah

pemohon mendapatkan WIUP dan melengkapi persyaratan.

(5) Persyaratan IUP operasi produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

meliputi :

a. persyaratan administratif :

1. untuk badan usaha meliputi : a) surat permohonan;

b) profil badan usaha;

c) akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

d) nomor pokok wajib pajak;

e) susunan direksi dan daftar pemegang saham; f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku;

Page 21: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

21

h) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah; dan

i) surat Pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

2. untuk koperasi meliputi :

a) surat permohonan;

b) profil koperasi; c) akte pendirian badan hukum yang bergerak dibidang usaha

pertambanganyang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

d) nomor pokok wajib pajak; e) susunan pengurus;

f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk semua pengurus yang masih berlaku;

h) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah; dan

i) surat pengantar dari Kepala Desa / Lurah yang diketahui Camat.

3. untuk orang perseorangan meliputi :

a) surat permohonan; b) kartu tanda penduduk;

c) nomor pokok wajib pajak;

d) surat keterangan domisili; e) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah; dan

f) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui Camat.

4. untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer meliputi :

a) surat permohonan;

b) profil badan usaha; c) akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang

berwenang;

d) nomor pokok wajib pajak e) susunan pengurus dan daftar pemegang saham;

f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku; h) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah; dan

i) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui Camat.

b. persyaratan teknis adalah sebagai berikut :

1. menyerahkan bukti peta batas koordinat WIUP yang diperoleh atas

permohonan wilayah yang telah disetujui Bupati atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditunjuk;

2. peta batas koordinat WIUP sebagaimana dimaksud pada angka 1

dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur

sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional yang telah disahkan Bupati;

3. laporan lengkap eksplorasi;

4. menyerahkan rencana reklamasi dan pasca tambang yang telah disetujui sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku;

Page 22: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

22

5. rencana pembangunan/site plan sarana dan prasarana penunjang

kegiatan operasi produksi; dan

6. tersedianya tenaga ahli pertambangan minimal berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang memiliki pengalaman

kerja dibidang operasi produksi pertambangan paling sedikit 3

(tiga) tahun.

c. persyaratan lingkungan meliputi :

1. pernyataan kesanggupan untuk mematuhi Ketentuan Peraturan

Perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan

2. Izin lingkungan yang dilengkapi dengan persetujuan amdal atau

Rekomendasi UKL-UPL.

d. persyaratan finansial meliputi :

1. bukti pembayaran pajak 3 (tiga) tahun terakhir; 2. bukti penyetoran jaminan reklamasi dan pasca tambang dengan

besaran sesuai dengan Rencana Biaya Reklamasi dan Rencana

Biaya Pasca Tambang yang telah disetujui oleh Bupati atau Pejabat

yang ditunjuk sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

3. jaminan reklamasi dan pasca tambang sebagaimana dimaksud

pada angka 2 ditempatkan pada bank pemerintah dalam bentuk deposito berjangka;

4. penempatan jaminan reklamasi dan pasca tambang sebagaimana

dimaksud pada angka 3 dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana reklamasi dan

pasca tambang disetujui oleh Bupati.

(6) Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan

pengangkutan dan penjualan dan/ atau pengolahan, kegiatan

pengangkutan dan penjualan dan/ atau pengolahan dapat dilakukan oleh

pihak lain yang memiliki : a. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan/ atau

penjualan;

b. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan; c. IUP Operasi Produksi.

(7) Bupati sesuai dengan kewenangannya menerbitkan IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a dan huruf b

berdasarkan permohonan.

(8) Persyaratan IUP operasi produksi khusus untuk pengangkutan dan/ atau

penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a meliputi :

a. persyaratan administratif :

1. untuk badan usaha meliputi :

a) surat permohonan; b) profil badan usaha;

Page 23: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

23

c) akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha

yang sesuai;

d) nomor pokok wajib pajak; e) susunan direksi dan daftar pemegang saham;

f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku;

h) bukti jumlah dan jenis kepemilikan kendaraan angkutan barang; dan

i) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

2. untuk koperasi meliputi :

a) surat permohonan; b) profil koperasi;

c) akte pendirian badan hukum yang bergerak dibidang usaha

yang sesuai; d) nomor pokok wajib pajak;

e) susunan pengurus;

f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk semua pengurus yang masih berlaku;

h) bukti jumlah dan jenis kepemilikan kendaraan angkutan

barang; dan i) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

3. untuk orang perseorangan meliputi :

a) surat permohonan;

b) kartu tanda penduduk; c) nomor pokok wajib pajak;

d) surat keterangan domisili;

e) bukti jumlah dan jenis kepemilikan kendaraan angkutan

barang; dan f) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

4. untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer meliputi :

a) surat permohonan;

b) profil badan usaha; c) akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang

berwenang; d) nomor pokok wajib pajak;

e) susunan pengurus dan daftar pemegang saham;

f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku; h) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah;

i) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

Page 24: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

24

b. Persyaratan teknis adalah sebagai berikut :

1. memiliki rekomendasi teknis dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

yang membidangi urusan perhubungan darat; 2. memiliki rekomendasi teknis dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

yang membidangi urusan perdagangan;

3. rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan

angka 2 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

c. persyaratan lingkungan adalah izin lingkungan.

d. persyaratan finansial adalah melampirkan bukti pembayaran pajak 1

(satu) tahun terakhir.

(9) Persyaratan IUP operasi produksi khusus untuk pengolahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) huruf b meliputi :

a. persyaratan administratif :

1. untuk badan usaha meliputi :

a) surat permohonan; b) profil badan usaha;

c) akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

d) nomor pokok wajib pajak;

e) susunan direksi dan daftar pemegang saham; f) surat keterangan domisili;

g) fotocopy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku;

dan h) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

2. untuk koperasi meliputi : a) surat permohonan;

b) profil koperasi;

c) akte pendirian badan hukum yang bergerak dibidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang

berwenang;

d) nomor pokok wajib pajak; e) susunan pengurus;

f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk semua pengurus yang masih berlaku;

h) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

3. untuk orang perseorangan meliputi :

a) surat permohonan;

b) kartu tanda penduduk; c) nomor pokok wajib pajak;

d) surat keterangan domisili; dan

Page 25: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

25

e) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

4. untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer meliputi :

a) surat permohonan;

b) profil badan usaha;

c) akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang

berwenang;

d) nomor pokok wajib pajak; e) susunan pengurus dan daftar pemegang saham;

f) surat keterangan domisili;

g) foto copy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku; h) bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah;

i) surat pengantar dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui

Camat.

b. Persyaratan teknis adalah sebagai berikut :

1. rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan

operasi produksi pengolahan; dan 2. tersedianya tenaga ahli pertambangan paling rendah

berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang memiliki

pengalaman kerja dibidang operasi produksi pertambangan paling sedikit 3 (tiga) tahun.

c. Persyaratan lingkungan meliputi Izin lingkungan yang dilengkapi dengan persetujuan amdal atau Rekomendasi UKL-UPL.

d. Persyaratan finansial adalah meliputi : 1. laporan keuangan tahun terakhir:

2. bukti pembayaran pajak 3 (tiga) tahun terakhir.

Bagian Kelima Perpanjangan IUP Operasi Produksi

Pasal 24

(1) Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Bupati

paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP dengan dilengkapi persyaratan perpanjangan IUP Operasi Produksi.

(2) Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. menyerahkan bukti peta batas koordinat WIUP yang diperoleh atas

permohonan wilayah yang telah disetujui Bupati/Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang ditunjuk dan dilegalisir pejabat yang berwenang;

b. bukti pelunasan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 3 (tiga)

bulan terakhir; c. laporan akhir kegiatan operasi produksi;

d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan.

Page 26: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

26

(3) Bupati dapat menolak permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi

apabila pemegang IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi tidak

menunjukkan kinerja operasi produksi yang baik.

(4) Pemegang IUP Operasi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan

sebanyak 2 (dua) kali.

(5) Pemegang IUP Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan

sebanyak 2 (dua) kali, harus mengembalikan WIUP Operasi Produksi

kepada Bupati sesuai dengan kewenangannya berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Keenam Pemberian IPR

Pasal 25

(1) IPR diberikan setelah ditetapkan WPR oleh Bupati.

(2) Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan IPR.

(3) IPR diberikan oleh Bupati berdasarkan permohonan yang diajukan oleh penduduk setempat, baik orang perseorangan maupun kelompok

masyarakat dan/ atau koperasi.

(4) Pemberian Ijin Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diprioritaskan

bagi Penduduk desa setempat.

(5) Kegiatan pertambangan rakyat dikelompokkan sebagai berikut:

a. pertambangan mineral bukan logam; dan

b. pertambangan batuan

(6) Dalam 1 (satu) WPR dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IPR.

Pasal 26

Untuk mendapatkan IPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3)

pemohon harus memenuhi :

a. persyaratan administratif :

1. untuk orang perseorangan meliputi :

a) surat permohonan;

b) kartu tanda penduduk;

c) komoditas tambang yang dimohon; dan d) surat keterangan dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui Camat.

Page 27: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

27

2. untuk Kelompok masyarakat meliputi :

a) surat permohonan;

b) komoditas tambang yang dimohon; dan c) surat keterangan dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui Camat

3. untuk Koperasi setempat meliputi :

a) surat permohonan; b) nomor pokok wajib pajak;

c) akte pendirian koperasi yang telah disahkan pejabat yang

berwenang; d) komoditas tambang yang dimohon; dan

e) surat keterangan dari Kepala Desa/ Lurah yang diketahui Camat.

b. persyaratan teknis meliputi :

1. menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan

dengan jumlah tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) tenaga kuda (horse power) untuk 1 (satu) IPR;

2. tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak.

c. Persyaratan finansial berupa laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir dan hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat.

BAB VIII

TATA CARA MEMPEROLEH IZIN

Bagian Kesatu

Persyaratan

Pasal 27

(1) Untuk memperoleh IUP dan IPR pemohon wajib memenuhi ketentuan

persyaratan perizinan.

(2) Persyaratan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (3) untuk IUP Eksplorasi, Pasal 23 ayat (5) untuk IUP Operasi Produksi, Pasal 23 ayat (8) untuk IUP

Operasi Produksi khusus pengangkutan dan/ atau penjualan, Pasal 23

ayat (9) untuk IUP Produksi Khusus Pengolahan, Pasal 24 ayat (2) untuk perpanjangan IUP Operasi Produksi, dan Pasal 26 untuk IPR.

Paragraf 1

IUP Eksplorasi

Pasal 28

(1) Badan usaha, Koperasi dan perseorangan yang telah mendapatkan peta

WIUP beserta batas dan koordinat geografis lintang dan bujur, dalam

jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja harus menyampaikan permohonan tertulis IUP Eksplorasi kepada Bupati.

Page 28: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

28

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi

persyaratan administratif, teknis, lingkungan dan finansial sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3).

(3) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi maka

dianggap mengundurkan diri.

(4) Dalam hal pemohon dianggap mengundurkan diri sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), maka WIUP menjadi wilayah terbuka.

Paragraf 2

IUP Operasi Produksi

Pasal 29

(1) Untuk mendapatkan IUP Operasi Produksi, pemohon wajib mengajukan

permohonan tertulis kepada Bupati.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melengkapi peta WIUP dan batas koordinat sistem informasi geografis lintang dan bujur

serta persyaratan administratif, teknis, lingkungan dan finansial

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5).

(3) Setiap IUP Operasi Produksi hanya untuk 1 (satu) jenis komoditas

tambang.

(4) Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi berminat akan mengusahakan

komoditas tambang lainnya harus membentuk badan usaha baru.

(5) Untuk mendapatkan IUP Operasi Produksi khusus pengangkutan dan

penjualan atau khusus untuk pengolahan, pemohon wajib mengajukan

permohonan tertulis kepada Bupati dengan dilengkapi persyaratan administrasi, teknis, lingkungan dan finansial sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (8) dan ayat (9).

Paragraf 3

Perpanjangan IUP Operasi Produksi

Pasal 30

(1) Untuk mendapatkan Perpanjangan IUP Operasi Produksi, pemohon wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati, dengan melengkapi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2).

(2) Perpanjangan IUP Operasi Produksi hanya diberikan paling banyak 2 (dua) kali.

Page 29: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

29

Paragraf 4

IPR

Pasal 31

(1) Untuk mendapatkan IPR, pemohon wajib mengajukan permohonan

tertulis kepada Bupati.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melengkapi

persyaratan administratif, teknis dan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.

Bagian Kedua Ketentuan Pemberian Izin

Pasal 32

(1) Bupati dapat menolak atau mengabulkan permohonan paling lama 14

(empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap dan benar.

(2) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara

tertulis dengan disertai alasan-alasannya.

Bagian Ketiga

Luas Wilayah dan Jangka Waktu Izin

Paragraf 1

IUP Eksplorasi

Pasal 33

(1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral bukan logam diberi WIUP dengan luas

paling sedikit 500 (lima ratus) hektar dan paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektar.

(2) Pemegang IUP Eksplorasi Batuan diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5 (lima) hektar dan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektar.

Pasal 34

(1) Jangka waktu IUP Eksplorasi pertambangan mineral bukan logam paling

lama 3 (tiga) tahun.

(2) Jangka waktu IUP Eksplorasi mineral bukan logam jenis tertentu paling

lama 7 (tujuh) tahun.

(3) Jangka waktu IUP Eksplorasi pertambangan batuan paling lama 3 (tiga)

tahun.

Page 30: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

30

Paragraf 2

IUP Operasi Produksi

Pasal 35

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi mineral bukan logam diberi WIUP dengan

luas paling banyak 5.000 (lima ribu) hektar.

(2) Pemegang IUP Operasi Produksi batuan diberi WIUP dengan luas paling

banyak 1.000 (seribu) hektar.

Pasal 36

(1) Jangka waktu IUP Operasi Produksi pertambangan mineral bukan logam

adalah 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-

masing 5 (lima) tahun.

(2) Jangka waktu IUP Operasi Produksi pertambangan batuan adalah 5 (lima)

tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.

(3) Jangka waktu IUP Operasi Produksi untuk tanah urug sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 2

(dua) kali masing-masing 1 (satu) tahun.

Paragraf 3

IPR

Pasal 37

Pemegang IPR diberikan luas wilayah sebagai berikut :

a. perseorangan paling banyak 1 (satu) hektar;

b. kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar; dan/ atau

c. koperasi paling banyak 10 (sepuluh) hektar.

Pasal 38

Jangka waktu IPR adalah 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Pasal 39

Pengajuan perpanjangan IUP dan IPR paling lama 3 (tiga) bulan sebelum

jangka waktu izin berakhir.

Pasal 40

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara memperoleh atau memperpanjang IUP dan IPR serta Ketentuan-ketentuan yang harus dimuat dalam IUP dan IPR

lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati.

Page 31: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

31

BAB IX

HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN

Bagian Kesatu

Hak Pemegang Izin

Paragraf 1

Hak Pemegang IUP

Pasal 41

Pemegang IUP dijamin haknya untuk melakukan usaha pertambangan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 42

Pemegang izin berhak :

a. melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik

kegiatan eksplorasi maupun operasi produksi sesuai dengan ijin yang diberikan;

b. memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan

pertambangan setelah memenuhi Ketentuan Peraturan Perundang – undangan;

c. memiliki mineral bukan logam dan batuan, apabila telah memenuhi iuran

eksplorasi atau iuran produksi.

Paragraf 2

Hak Pemegang IPR

Pasal 43

Pemegang IPR berhak : a. mendapat pembinaan dan pengawasan dibidang keselamatan dan kesehatan

kerja, lingkungan, teknis pertambangan dan manajemen dari Pemerintah

Daerah; b. mendapat bantuan modal sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan

Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 44

(1) Pemegang IUP tidak boleh memindah tangankan kepada pihak lain.

(2) Pemegang IPR perseorangan dapat memindah tangankan kepada pihak

lain sepanjang ijinnya masih berlaku dan hanya kepada ahli waris.

Page 32: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

32

Bagian Kedua

Kewajiban Pemegang Izin

Pasal 45

Pemegang Izin wajib :

a. melakukan kegiatan penambangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IUP Operasi Produksi dan IPR diterbitkan;

b. memberikan tanda batas wilayah dengan memasang patok pada batas-

batas WIUP dan papan nama kegiatan IUP Operasi Produksi dan IPR sebelum kegiatan dimulai;

c. menyelesaikan sebagian atau seluruh hak atas tanah dalam WIUP dengan

pemegang hak atas tanah sesuai dengan Ketentuan Peraturan perundang-undangan, termasuk peruntukan lahan pasca tambang dicantumkan

dalam perjanjian penggunaan tanah pemegang IUP dan pemegang hak

atas tanah; d. menerapkan kaidah teknis pertambangan yang baik dengan melaksanakan

ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan operasi

pertambangan, pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan ;

e. melakukan upaya konservasi sumber daya alam; f. melaksanakan reklamasi dan kegiatan pascatambang yang dilakukan

sesuai dengan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang;

g. bagi pemegang IUP Operasi Produksi diwajibkan mengadministrasikan/ melakukan pembukuan sesuai dengan sistem akutansi Indonesia;

h. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral bukan logam dan batuan;

i. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; j. mematuhi batas toleransi daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup sesuai dengan kajian lingkungan yang sudah dilakukan oleh

Pemegang Izin; k. melakukan pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha

pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi

standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan;

l. menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

m. menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang

bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan; n. mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa

dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan;

o. menyampaikan laporan secara berkala per semester (6 bulan) terhadap pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan operasi produksi kepada Bupati atau

Pejabat yang ditunjuk, ketentuan lebih lanjut format laporan dan tata cara

pelaporan diatur dengan peraturan Bupati; p. menyampaikan tembusan laporan secara berkala per semester (6 bulan)

terhadap penggunaan bahan peledak untuk usaha pertambangan kepada

Bupati;

q. membayar pajak daerah dan kewajiban lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

r. mewujudkan kepedulian dan hubungan baik dengan masyarakat

disekitarnya, ikut memelihara dan merawat serta memperbaiki kerusakan prasarana umum (seperti jalan/jembatan) yang yang diakibatkan oleh

aktifitas kegiatan pertambangan;

Page 33: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

33

s. pemegang IUP Operasi Produksi, IUP Operasi Produksi Khusus Pengolahan

dan IUP Operasi Produksi Khusus Pengangkutan dan Penjualan dilarang

menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan, pengangkutan dan penjualan dari yang tidak memiliki IUP atau IPR;

t. wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan lain yang tercantum dalam izin.

Pasal 46

(1) Penempatan Jaminan Reklamasi dan Pasca Tambang sebagaimana

dimaksud pada Pasal 23 ayat (5) huruf d, tidak menghilangkan kewajiban pemegang IUP untuk melaksanakan reklamasi dan pasca tambang.

(2) Bupati sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan Pihak Ketiga untuk melakukan reklamasi dan pasca tambang dengan dana jaminan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (5) huruf d, apabila rencana

reklamasi dan pasca tambang yang disetujui tidak dilaksanakan.

(3) Dalam hal jaminan reklamasi dan pasca tambang tidak mencukupi untuk

menyelesaikan reklamasi dan pasca tambang sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), maka kekurangan biaya tersebut menjadi tanggung jawab pemegang IUP.

(4) Dalam hal pemegang IUP melarikan diri atau meninggal dunia atau tidak bisa dimintai pertanggungjawaban meskipun sudah dilakukan upaya

hukum, sedangkan jaminan reklamasi dan pascatambang tidak

mencukupi maka kekurangan biaya reklamasi dan pascatambang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

(5) Dalam hal terdapat kelebihan biaya yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kelebihan biaya dapat dicairkan pemegang IUP

setelah mendapat persetujuan Bupati atau pejabat yang membidangi.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penempatan dan pencairan dana Jaminan Reklamasi dan Pasca Tambang diatur dengan Peraturan

Bupati.

BAB X

PENGHENTIAN

Bagian Kesatu

Penghentian Sementara

Pasal 47

(1) Kegiatan usaha pertambangan dapat dihentikan sementara apabila terjadi:

a. keadaan kahar;

b. keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan;

Page 34: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

34

c. apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat

menanggung beban kegiatan operasi pertambangan.

(2) Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi masa berlaku IUP atau IPR.

(3) Pemegang IUP atau IPR dapat mengajukan permohonan penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan dengan alasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada Bupati.

(4) Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan oleh Bupati atau SKPD yang membidangi.

(5) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya wajib

memberikan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai alasannya

atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima lengkap dan benar.

(6) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tidak ada Keputusan

tertulis diterima atau ditolak dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk maka permohonan dianggap diterima.

Pasal 48

(1) Jangka waktu penghentian sementara karena keadaan kahar dan/ atau

keadaan yang menghalangi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf a, diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang

paling banyak 1 (satu) kali untuk 1 (satu) tahun.

(2) Apabila dalam kurun waktu sebelum habis masa penghentian sementara

berakhir, pemegang IUP sudah siap melakukan kegiatan operasinya,

kegiatan dimaksud wajib dilaporkan kepada Bupati.

(3) Bupati mencabut penghentian sementara setelah menerima laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 49

(1) Apabila penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan diberikan karena keadaan kahar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)

huruf a, kewajiban pemegang IUP terhadap Pemerintah dan Pemerintah

Daerah tidak berlaku.

(2) Apabila penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan

dikarenakan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf

b dan huruf c, maka kewajiban pemegang IUP terhadap Pemerintah dan Pemerintah Daerah tetap berlaku.

Page 35: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

35

Bagian Kedua

Berakhirnya Izin

Pasal 50

IUP dan IPR berakhir karena :

a. habis masa berlakunya b. dicabut; dan/ atau

c. dikembalikan.

Pasal 51

IUP dan IPR dicabut apabila: a. pemegang IUP atau IPR tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam

IUP atau IPR serta Ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

b. pemegang IUP atau IPR melakukan tindak pidana yang terkait dengan usaha pertambangan;

c. pemegang IUP atau IPR dinyatakan pailit;

d. pemegang IUP atau IPR sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini,

dalam jangka waktu lebih dari 2 (dua) tahun tidak menyesuaikan ketentuan Peraturan Daerah ini.

Pasal 52

(1) Pemegang izin dapat menyerahkan kembali IUP dan IPR dengan

pernyataan tertulis kepada Bupati.

(2) Pengembalian IUP dan IPR dinyatakan sah setelah disetujui Bupati atau

Pejabat yang ditunjuk setelah memenuhi kewajibannya.

BAB XI

PELAKSANAAN, PEMBERDAYAAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 53

(1) Pelaksanaan, Pemberdayaan, Pembinaan, Pengawasan Dan Pengendalian

Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada SKPD yang membidangi.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SKPD

yang membidangi dapat bekerja sama dan berkoordinasi dengan SKPD terkait.

Page 36: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

36

BAB XII

PELANGGARAN DAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 54

Bupati berdasarkan kewenanganya berhak memberikan sanksi administrasi kepada pemegang IUP dan IPR apabila :

a. mengelola usaha pertambangan melebihi luas dan jenis usaha

pertambangan yang ditentukan dalam izin; b. pemegang IUP tidak mengajukan permohonan IUP baru kepada Bupati

apabila pemegang IUP bermaksud mengusahakan mineral lain yang

ditemukan di dalam WIUP; c. pemegang IUP tidak menjaga mineral lain yang telah ditemukan di dalam

WIUP apabila pemegang IUP tidak berminat untuk mengusahakan mineral

tersebut agar tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain; d. pemegang IUP menggunakan IUP tidak sesuai dengan maksud pemberian

IUP;

e. pemegang IUP Eksplorasi yang mendapatkan mineral bukan logam dan

batuan yang tergali tidak melaporkan kepada Bupati dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan;

f. pemegang IUP Eksplorasi yang ingin menjual mineral bukan logam dan

batuan dan ikutannya, tidak mengajukan ijin sementara kepada Bupati untuk melakukan pengangkutan dan penjualan;

g. pemegang IUP dan IPR melanggar kewajiban pemegang ijin;

h. pemegang IPR tidak menaati ketentuan persyaratan teknis pertambangan; i. pemegang IUP dan IPR memindahtangankan ijin kepada Pihak Lain tidak

sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

j. pemegang IUP tidak menyerahkan persyaratan pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi;

k. pemegang IUP tidak menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana

jaminan pasca tambang;

l. badan usaha pemegang IUP dalam melakukan kegiatan operasi produksi tidak mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di daerah sesuai dengan

Ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

m. pemegang IUP tidak menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat;

n. pemegang IUP tidak menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil

eksplorasi dan operasi produksi kepada Bupati; o. pemegang IUP tidak melaporkan kepada Bupati sesuai dengan

kewenangannya telah melakukan kegiatan operasi selama kurun waktu

sebelum habis masa penghentian sementara berakhir; p. pemegang IUP tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam hal kegiatan usaha

pertambangannya dihentikan sementara karena keadaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf b dan huruf c ; q. pemegang ijin tidak mengutamakan kontraktor dan tenaga kerja lokal;

r. pemegang IUP tidak membayar iuran produksi atas pemanfaatan tanah/

batuan yang ikut tergali pada saat penambangan.

Page 37: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

37

Pasal 55

Bupati berhak memberikan sanksi administratif kepada pemegang IUP atau IPR atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau

operasi produksi; dan/ atau c. pencabutan IUP atau IPR.

BAB XIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 56

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan

terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, dan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Hukum Acara

Pidana yang berlaku.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai

Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-

undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan

jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi, atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah

ini;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah

ini;

d. memeriksa buku – buku, catatan – catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan pelanggaran ketentuan dalam Peraturan

Daerah ini;

e. melakukan penggelendahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen – dokumen lain serta

melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa

sebagaimana dimaksud dalam huruf e;

Page 38: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

38

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan pelanggaran ketentuan

dalam Peraturan Daerah ini;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini menurut Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya Penyidikan dan menyampaikan hasil penyelidikannya kepada

Penuntut Umum melalui Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Undang – Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XIV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 57

(1) Setiap orang, kelompok, Koperasi dan / atau badan yang dengan sengaja

melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 selain dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55

juga dikenakan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau

denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

pelanggaran.

(3) Selain dapat dikenakan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat juga dikenakan pidana sesuai dengan Ketentuan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 58

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka izin yang telah

diterbitkan sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini masih tetap berlaku sampai dengan masa ijinnya habis dan diwajibkan untuk memenuhi

kewajiban yang diatur dalam Peraturan Daerah ini paling lama 2 (dua) tahun

sejak ditetapkannya Peraturan Daerah ini.

Page 39: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

39

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 59

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Ijin Usaha Pertambangan Bahan

Galian Golongan C di Kabupaten Semarang (Lembaran Daerah Kabupaten

Semarang Tahun 2003 Nomor 28 Seri E Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 60

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Semarang.

Ditetapkan di Ungaran

pada tanggal 18 – 06 – 2012

BUPATI SEMARANG,

CAP TTD

MUNDJIRIN

Diundangkan di Ungaran

pada tanggal 18 – 06 – 2012

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN SEMARANG

CAP TTD

ANWAR HUDAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 5

Diperbanyak

Sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG,

JATI TRIMULYANTO

Page 40: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

40

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

NOMOR 5 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

DI KABUPATEN SEMARANG

I. UMUM.

Mineral bukan logam dan batuan yang merupakan bagian dari

kelompok mineral, merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan dan

anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dikuasai oleh Negara dan

dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, sebagaimana amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Pertambangan mineral bukan logam dan batuan merupakan

pertambangan diluar pertambangan mineral radioaktif, mineral logam dan

batubara, minyak dan gas bumi serta air tanah, memiliki peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi

nasional pada umumnya dan pembangunan daerah khususnya, sehingga

perlu diatur agar tetap terjaga secara berkelanjutan.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara, mengamanatkan Pemerintah Daerah berwenang

untuk membuat Peraturan Daerah dibidang pertambangan mineral bukan logam dan batuan sebagai komoditas tambang yang terdapat di daerah.

Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Ijin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C di

Kabupaten Semarang sudah tidak sesuai lagi dengan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah

Pertambangan, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pengelolaan Usaha Pertambangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 78

Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang, sehingga perlu disusun

Peraturan Daerah yang baru sesuai dengan peraturan-peraturan dimaksud.

Page 41: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

41

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas perlu menetapkan

Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Bukan Logam

dan Batuan di Kabupaten Semarang sebagai pedoman bagi penyelenggaraan Pengelolaan Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di wilayah

Kabupaten Semarang.

II. PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “azas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan” adalah azas yang secara terencana mengintegrasikan

dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya dalam keseluruhan

usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan untuk

mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Page 42: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

42

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan

sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Semarang Tahun 2011-2031, meliputi :

a. kawasan Bakalrejo dan Karangsalam di Kecamatan Susukan; b. kawasan Gunung Mergi di Kecamatan Bergas dan Ungaran Timur;

c. kawasan Kandangan dan Polosiri di Kecamatan Bawen;

d. kawasan Delik di Kecamatan Tuntang;

e. kawasan Pucung di Kecamatan Bancak; f. kawasan sekitar Sungai Senjoyo di Kecamatan Bringin dan Bancak;

g. kawasan sekitar Sungai Gading di Kecamatan Suruh;

h. kawasan Boto dan Plumutan Kecamatan Bancak; i. kawasan Rawa Pening;

j. seluruh wilayah di 19 (sembilan belas) kecamatan untuk

pengambilan tanah urug dengan batasan kemiringan tertentu dan tidak membahayakan serta memenuhi ketentuan teknis

pertambangan.

Setelah mempertimbangkan kelayakan penambangan, usulan rencana

penetapan WP meliputi :

a. wilayah Bakalrejo dan Karangsalam di Kecamatan Susukan;

b. wilayah Gunung Mergi di Kecamatan Bergas dan Ungaran Timur; c. wilayah Kandangan dan Polosiri di Kecamatan Bawen;

d. wilayah Delik di Kecamatan Tuntang;

e. wilayah Pucung di Kecamatan Bancak; f. wilayah sekitar Sungai Senjoyo di Kecamatan Bringin dan Bancak;

g. wilayah sekitar Sungai Gading di Kecamatan Suruh;

Page 43: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

43

h. wilayah Boto dan Plumutan Kecamatan Bancak;

i. wilayah Rawa Pening;

j. seluruh wilayah di 19 (sembilan belas) kecamatan untuk pengambilan tanah urug dengan batasan kemiringan tertentu dan

tidak membahayakan serta memenuhi ketentuan teknis

pertambangan.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Perubahan usulan WP dapat dilakukan sepanjang sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan “karena alasan lain” yaitu karena terjadi keadaan kahar (force majeure) atau bencana alam.

Ayat (4)

Perubahan WP dapat dilakukan sepanjang sesuai dengan Ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan “karena alasan lain” yaitu karena terjadi

keadaan kahar (force majeure) atau bencana alam.

Pasal 11

Ayat (1)

Usulan rencana penetapan WUP mineral bukan logam dan batuan,

meliputi : a. WUP mineral bukan logam (bentonit) meliputi wilayah Bakalrejo

dan Karangsalam di Kecamatan Susukan;

b. WUP batuan meliputi :

1. wilayah Gunung Mergi Kecamatan Bergas dan Kecamatan Ungaran Timur;

2. wilayah Polosiri dan Kandangan Kecamatan Bawen;

3. wilayah Pucung Kecamatan Bancak; 4. wilayah Delik Kecamatan Tuntang; serta

5. pengambilan tanah urug tersebar di seluruh wilayah

kecamatan.

Page 44: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

44

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “singkapan geologi” adalah merupakan

mineral yang tampak di permukaan yang dapat menunjukkan potensi mineral berharga dalam jumlah sedikit atau banyak akibat

dari proses geologi yaitu berupa intrusi magma, pengangkatan,

sesar atau patahan.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas.

Page 45: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

45

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Kriteria kaidah konservasi:

a. tidak mengganggu fungsi kawasan lindung atau fungsi budidaya;

b. bukan merupakan lahan produktif.

Huruf c

Kriteria daya dukung lingkungan: a. tidak berada di kawasan rawan bencana dengan tingkat

kerentanan tinggi;

b. tidak berada di daerah resapan air;

c. tidak terdapat mata air penting; d. tidak berada di daerah aliran sungai hulu.

Huruf d

Kriteria optimalisasi sumber daya mineral bukan logam dan

batuan: Dilaksanakan dengan teknik pertambangan yang benar dan

memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup

Huruf e

Kriteria tingkat kepadatan penduduk:

a. tidak dekat dengan permukiman penduduk; b. tidak terdapat bangunan atau infrastruktur penting.

Pasal 14

Ayat (1)

Usulan rencana penetapan WPR meliputi :

a. wilayah Rawa Pening untuk tanah gambut;

b. wilayah sekitar sungai Senjoyo Kecamatan Bringin dan Kecamatan Bancak untuk pengambilan batu kali, kerikil sungai, pasir urug

dan kerikil berpasir alami (sirtu);

c. wilayah sekitar sungai/anak sungai kali Gading/kali Serang,

Kecamatan Suruh, untuk pengambilan batu kali, kerikil sungai, pasir urug dan kerikil berpasir alami (sirtu);

d. wilayah Desa Boto dan Plumutan Kecamatan Bancak untuk

pengambilan tanah lempung.

Page 46: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

46

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “tepi dan tepi sungai” adalah daerah

akumulasi pengayaan mineral sekunder (pay streak) dalam suatu

meander sungai/ sungai berkelok.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Page 47: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

47

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “badan usaha yang terbuka atau go public” adalah Perusahaan yang 51% (lima puluh satu per seratus) atau lebih

sahamnya dimiliki publik.

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Kelengkapan dan persyaratan administrasi permohonan WIUP adalah :

a. menunjukkan peta dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang

berlaku secara nasional yang diketahui Kepala Desa setempat;

b. foto copy Kartu Tanda Penduduk pemohon yang masih berlaku; c. bukti status dan batas-batas kepemilikan tanah;

Page 48: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

48

d. foto copy akte pendirian perusahaan yang berbadan hukum yang

dilegalisir pejabat yang berwenang;

e. surat pengantar Kepala Desa/Lurah/Camat.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Angka 1

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan, pemohon harus

menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan usaha

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

usaha.

Page 49: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

49

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Angka 2

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen akte pendirian badan hukum asli

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

hukum.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen nomor pokok wajib pajak asli dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Page 50: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

50

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Angka 3

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan Kartu Tanda Penduduk asli dan

menyerahkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf d)

Cukup jelas.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Page 51: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

51

Angka 4

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan usaha

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

usaha.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Page 52: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

52

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Tidak termasuk IUP Operasi Produksi adalah kegiatan penataan lahan

dalam lokasi/ wilayah peruntukan yang sama atau kegiatan yang

bertujuan bukan untuk komersial/ bersifat sosial yang dilakukan

dalam volume dan jangka waktu terbatas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Huruf a

Angka 1

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan usaha

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

usaha.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Page 53: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

53

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Angka 2

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan hukum

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

hukum.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Page 54: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

54

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Angka 3

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan Kartu Tanda Penduduk asli dan

menyerahkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf d)

Cukup jelas.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Angka 4

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Page 55: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

55

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan usaha

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

usaha.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen nomor pokok wajib pajak asli dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Huruf b

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

persyaratan laporan lengkap eksplorasi dipersyaratkan hanya bagi usaha pertambangan yang diawali dengan kegiatan

eksplorasi.

Page 56: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

56

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Rencana Biaya Reklamasi dan Rencana Biaya Pasca tambang

terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas.

Page 57: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

57

Ayat (8)

Huruf a

Angka 1

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan usaha

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

usaha.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Page 58: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

58

Angka 2

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan hukum

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

hukum.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Angka 3

Huruf a)

Cukup jelas.

Page 59: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

59

Huruf b)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan Kartu Tanda Penduduk asli dan

menyerahkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf d)

Cukup jelas.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Angka 4

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan usaha

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan usaha.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Page 60: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

60

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan izin lingkungan diproses melalui tahapan kegiatan yang meliputi :

a. penyusunan Amdal dan/ atau UKL-UPL;

b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; c. permohonan dan penerbitan ijin lingkungan..

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (9)

Huruf a

Angka 1

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Page 61: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

61

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan usaha

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

usaha.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Angka 2

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan hukum

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

hukum.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Page 62: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

62

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Angka 3

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan Kartu Tanda Penduduk asli dan menyerahkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf d)

Cukup jelas.

Huruf e)

Cukup jelas.

Angka 4

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Cukup jelas.

Page 63: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

63

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian badan usaha

dan menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian badan

usaha.

Huruf d)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf f)

Cukup jelas.

Huruf g)

Cukup jelas.

Huruf h)

Cukup jelas.

Huruf i)

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Page 64: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

64

Pasal 24

Ayat (1)

Permohonan pengajuan perpanjangan IUP Operasi Produksi Khusus

Pengolahan dan IUP Operasi Produksi Khusus Pengangkutan dan

Penjualan, untuk persyaratan administrasi sama dengan persyaratan administrasi pengajuan permohonan dan untuk persyaratan teknis

dan lingkungan dilegalisir oleh SKPD yang membidangi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Huruf a

Angka 1

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan Kartu Tanda Penduduk asli dan menyerahkan

fotocopy Kartu Tanda Penduduk.

Huruf c)

Cukup jelas.

Page 65: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

65

Huruf d)

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Huruf a)

Cukup jelas.

Huruf b)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus

menunjukkan dokumen asli nomor pokok wajib pajak dan

menyerahkan fotocopy dokumen nomor pokok wajib pajak.

Huruf c)

Pada waktu mengajukan permohonan pemohon harus menunjukkan dokumen asli akte pendirian Koperasi dan

menyerahkan fotocopy dokumen akte pendirian Koperasi

Huruf d)

Cukup jelas.

Huruf e)

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Cukup jelas.

Page 66: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

66

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “menjadi wilayah terbuka” adalah terbuka

untuk siapapun yang akan mengajukan permohonan IUP eksplorasi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Ayat (1)

Jangka waktu 3 (tiga) tahun, meliputi : a. penyelidikan umum 1 (satu) tahun;

b. eksplorasi 1 (satu) tahun; dan

c. studi kelayakan 1 (satu) tahun.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “Mineral bukan logam jenis tertentu” antara lain batu gamping untuk industri semen dan batu mulia.

Jangka waktu 7 (tujuh) tahun, meliputi : a. penyelidikan umum 1 (satu) tahun;

b. eksplorasi 3 (tiga) tahun; dan

Page 67: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

67

c. untuk eksplorasi dapat diperpanjang 3 (tiga) tahun lagi.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Besaran iuran eksplorasi dan iuran produksi sesuai dengan Ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

Page 68: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

68

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup Jelas.

Pasal 47

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “keadaan kahar” dalam ketentuan ini antara lain meliputi perang, kerusuhan sipil, pemberontakan,

epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran dan lain-lain bencana

alam diluar kemampuan manusia.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “keadaan yang menghalangi” dalam

ketentuan ini antara lain meliputi blokade, pemogokan,

perselisihan perburuhan diluar kesalahan pemegang IUP.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “kondisi daya dukung lingkungan” dalam ketentuan ini adalah apabila kondisi daya lingkungan wilayah

tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi

yang dilakukan di wilayahnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Page 69: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

69

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “dinyatakan pailit” yaitu dinyatakan pailit oleh

instansi/lembaga yang berwenang.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Ayat (1)

Pengawasan antara lain berupa : a. teknis pertambangan;

b. pemasaran;

Page 70: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

70

c. keuangan;

d. pengolahan data mineral bukan logam dan batuan;

e. konservasi sumber daya mineral bukan logam dan batuan; f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;

g. keselamatan operasi pertambangan;

h. pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pasca tambang;

i. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dari dalam negeri; j. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;

k. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;

l. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan;

m. kegiatan – kegiatan lain dibidang kegiatan usaha pertambangan

yang menyangkut kepentingan umum; n. pengelolaan IUP dan IPR;

o. jumlah, jenis dan mutu hasil usaha pertambangan; dan

p. pelaksanaan ketentuan hak dan kewajiban yang tercantum dalam izin.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “dapat bekerjasama” bukan berarti dapat

dikerjasamakan, tetapi merupakan suatu bentuk koordinasi antara 1

(satu) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain.

Pasal 54

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

yang dimaksud dengan mineral lain adalah mineral diluar yang

dimaksud dalam ijin dan mineral dimaksud merupakan kewenangan

Pemerintah Daerah.

Huruf c

Yang dimaksud dengan mineral lain adalah mineral diluar yang

dimaksud dalam ijin dan mineral dimaksud merupakan kewenangan

Pemerintah Daerah.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Page 71: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

71

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Cukup jelas.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas.

Huruf n

Cukup jelas.

Huruf o

Cukup jelas.

Huruf p

Cukup jelas.

Huruf q

Cukup jelas.

Huruf r

Cukup jelas.

Page 72: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

72

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Page 73: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

73

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Yang dimaksud dengan “tindakan lain” adalah tindakan dari

penyidik untuk kepentingan penyidikan dengan syarat :

a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan

dilakukannya tindakan jabatan;

c. tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

d. atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa;

dan

e. menghormati hak asasi manusia.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4

Page 74: PERATURAN BUPATI SEMARANG - jdih.setjen.kemendagri.go.id · gambut, tanah urug, bahan timbunan pilihan (tanah pilihan), urugan tanah setempat, tanah merah (laterit), dan batu gamping

74