perancangan teknik tritik dengan penambahan struktur tenun...

33
Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun sebagai pelengkap busana PENGANTAR KARYA Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Hestri Wulansari C. 0900011 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2005

Upload: tranliem

Post on 01-May-2019

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun

sebagai pelengkap busana

PENGANTAR KARYA

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan Kriya Seni/Tekstil

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Hestri Wulansari C. 0900011

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2005

Page 2: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

ii

PERANCANGAN TEKNIK TRITIK DENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN

SEBAGAI PELENGKAP BUSANA

Oleh :

HESTRI WULANSARI C. 0900011

Telah disetujui pembimbing untuk diajukan dalam sidang Tugas Akhir :

Pembimbing I Pembimbing II

(Dra. Sarah Rum Handayani, M.Hum) (Drs. Sarwono, M. Sn) NIP.130 935 350 NIP. 131 633 900

Mengetahui

Ketua Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Dra. Sarah Rum Handayani, M. Hum NIP. 130 935 350

Koordinator Tugas Akhir Jurusan Kriya Seni/Tekstil

Dra. Theresia Widiastuti, M. Sn. NIP. 131 570 308

Page 3: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

iii

PERANCANGAN TEKNIK TRITIK DENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN

SEBAGAI PELENGKAP BUSANA

Oleh :

HESTRI WULANSARI C. 0900011

Telah disetujui oleh panitia penguji Tugas Akhir,

Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada tanggal …………………..

Panitia Penguji

Ketua Drs. Waspada (…………………)

NIP. 130 516 327

Sekretaris Dra. Ning Hadiati (………………….)

NIP. 131 754 512

Pembimbing I Dra. Sarah Rum Handayani, M.Hum (………………….)

NIP. 130 935 350

Pembimbing II Drs. Sarwono, M.Sn (…………………..)

NIP. 131 633 900

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

DR. Maryono Dwiraharjo, S.U.

NIP. 130 675 167

Page 4: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

iv

PERSEMBAHAN

- Allah SWT

- Ibu dan Bapak

- Kakak – kakakku

- Teman - teman angkatan 2000

- Almamaterku

- Semua pihak yang telah membantu Tugas Akhir penulis

Page 5: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

v

MOTTO

- Kehidupan merupakan jalan yang pasti dilalui setiap manusia, dengan berbagai arah

dan rintangannya, maka ikutilah arah jalan yang membawamu tersebut.

- Doa, syukur pada Tuhan dan usaha adalah penerang untuk hal yang lebih baik.dan dari

jalan yang menyesatkan.

Page 6: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

vi

PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Dzat tersempurna yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, dalam kesusahan maupun

kesenangan, sehingga tugas akhir berjudul PERANCANGAN TEKNIK TRITIK

DENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA,

dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Berbagai cobaan telah dapat penulis lampaui

dengan penuh harapan, yang pada akhirnya memberikan suatu hasil yang manis.

Keberhasilan penulis yang hanya sementara tersebut, secara keseluruhan lidak lepas dari

bantuan berbagai pihak. Akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan beberapa kata kepada

pihak dibawah ini :

UCAPAN TERIMA KASIH

1 DR. Maryono Dwiraharjo, S.U. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Dra. Sarah Rum Handayani, M.Hum, selaku Ketua jurusan Kriya Seni/Tekstil,

sekaligus sebagai Pembimbing I

3. Dra. Theresia Widiastuti, M.Sn koordinator TA/Skripsi Jurusan Kriya Seni/Tekstil.

4. Drs. Sarwono, M.Sn selaku pembimbing II

5. Dra. Tiwi Bina Affanti, pembimbing akademis yang sangat pengertian dan selalu

memberi semangat.

6. Bapak Darto Martono pemilik Home Industry tenun “Maju” di Tawangsari Sukoharjo.

7. Semua pihak yang telah membantu Tugas Akhir penulis

Page 7: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

vii

8. Bapak- Ibu tim penguji.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan, karena itu

penulis akan sangat berterima kasih apabila pembaca memberikan masukan yang bersifat

konstruktif.

Mudah- mudahan laporan ini dapat menambah wawasan dalam bidang

pertekstilan serta bermanfaat bagi pengembangannya.

Surakarta, Juli 2005

Penulis

Page 8: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………….

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………

MOTTO ………………………………………………………………………….

PERSEMBAHAN ………………………………………………………………..

PENGANTAR …………………………………………………………………...

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….

i

ii

iii

iv

v

vi

viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….

B. Pembatasan Masalah ……………………………………………..

C. Rumusan Masalah ………………………………………………..

D. Tujuan Perancangan ……………………………………………...

E. Manfaat Perancangan …………………………………………….

F. Metode Perancangan …………………………………………….

1

1

3

3

3

4

4

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Ikat Celup …………………………………………………………

B. Tenun……………………………………………………………...

C. Ragam Hias, Warna, dan Komposisi ……………………………..

D. Wanita Dewasa …………………………………………………...

E. Pelengkap Busana ………………………………………………...

7

7

9

11

14

16

BAB III KONSEP PERANCANGAN DAN SPESIFIKASI DESAIN

A. Konsep Perancangan ……………………………………………

1. Aspek Proses …………………………………………………

2. Aspek Bahan …………………………………………………

3. Aspek Fungsi …………………………………………………

4. Aspek Estetika ………………………………………………

19

19

21

23

24

24

Page 9: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

ix

B. Visualisasi Desain ………………………………………………

1. Desain 1 ………………………………………………………

2. Desain 2 ………………………………………………………

3. Desain 3 ………………………………………………………

4. Desain 4 ………………………………………………………

5. Desain 5 ………………………………………………………

25

26

31

35

39

43

BAB IV PENUTUP .............................................................................................

A. KESIMPULAN ...............................................................................

B. SARAN ...........................................................................................

47

47

49

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................................

50

52

Page 10: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

x

DAFTAR KARYA

Karya 1 ................................................................................................................

Detail Karya 1.....................................................................................................

Karya 2 ................................................................................................................

Detail Karya 2.....................................................................................................

Karya 3 ................................................................................................................

Detail Karya 3.....................................................................................................

Karya 4 ................................................................................................................

Detail Karya 4.....................................................................................................

Karya 5 ................................................................................................................

Detail Karya 5.....................................................................................................

28

29

32

33

36

37

40

41

44

45

Page 11: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xi

SKETSA DESAIN DAN WARNA

Sketsa desain dan warna 1......................................................................................

Sketsa desain dan warna 2......................................................................................

Sketsa desain dan warna 3......................................................................................

Sketsa desain dan warna 4......................................................................................

Sketsa desain dan warna 5......................................................................................

30

34

38

42

46

Page 12: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Proses produksi.........................................................................................................

Skema proses produksi.............................................................................................

Skema proses pewarnaan.......................................................................................... Ikat

celup di pasaran.................................................................................................

Artikel Selendang ....................................................................................................

ABSTRAK Permasalahan yang dibahas dalam pengantar karya ini, yaitu (1) Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan “selendang untuk kesempatan non formal”? (2) Bagaimana visualisasiya? Tujuan yang akan dicapai dalam adalah untuk Mengetahui (1) faktor yang perlu dipertimbangkan perancang, dan (2) Visualisasi. Metode penelitian dalam perancangan ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data dengan pengumpulan dokumen, pengamatan, wawancara, dan eksperimen. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa, (1) ketika akan mengawali proses produksi kita harus sudah menyiapkan akan siapa pemakainya, pada kesempatan apa, jenis zat warna, sifatnya, efek warna, motif, jenis, ukuran dan karakter benang, serta kerapatan lungsi dan tebal pakannya. (2) Tenun dengan pengolahan pakan dapat kita kembangkan lagi menjadi bermacam bentuk yang dicapai dari komposisi penempatan dan tebal-tipis benang.Tritik, teknik pewarnaan dan pembuatan ragam hias dengan cara dijahit dijelujur, memberikan gambaran desain cukup realistis, meskipun tidak serealistis batik dan efek warna tidak terduga. Zat Indigosol, memiliki ketahanan luntur yang baik, irit, dan mudah pemakaiannya, diterapkan pada kain jenis katun yang dibuat dengan Alat Tenun Bukan Mesin memberikan nuansa warna kalem, sifat menenangkan, menyejukkan dan sangat soft (lembut), sehingga cocok bagi usia dewasa pada tahap awal(20-40 th), untuk keadaan santai, dan suasana tropis Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan seni dan budaya, dengan

Page 13: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xiii

aneka wahana yang telah tercipta sejak dahulu kala, dan salah satunya adalah tekstil.

Seni tekstil dapat terbentuk dalam wastra. Bermacam wastra tersebut, antara lain

adalah tenun, celup rintang, sulam, serta kerawang. (Tim Museum Purnabakti

Pertiwi, 1996 : 16). Masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta mempunyai latar

belakang sejarah dan proses pembuatan kain adat yang amat panjang dan besar.

Kain-kain tersebut sampai kini masih dibuat dan dapat ditemui di pasar-pasar dalam

maupun luar negeri dan bukanlah merupakan hal baru. Kain- kain adat itu antara lain

adalah tenun, batik, jumputan, tritik, dan prada.(Tim Yayasan Harapan Kita,1995 :

178)

Tenun merupakan salah satu dasar teknik pembuatan tekstil dan dibedakan atas tenun

ikat lungsi, pakan, dan ganda lurik, serta songket. Tenunan yang sering kita jumpai di

daerah Solo- Jogja adalah tenunan jenis ikat pakan dan polosan.

Teknik rintang (resist) warna, telah lama ada dan dilakukan di berbagai pelosok dunia,

teknik rintang ini dapat dibuat dengan celupan, dan biasa disebut celup rintang (resist

dye). Teknik yang ada dalam celup rintang ini, salah satunya adalah ikat celup.

Ikat celup (tie dye) merupakan salah satu teknik tertua pewarnaan dan pembuatan

ragam hias pada sehelai kain dengan perintang berupa serat-seratan, benang, atau

juga rafia.

Berdasarkan teknik pembuatannya, motif dari kain dapat diperoleh dari mengikat

(jumputan), maupun membuat jahitan jelujuran (tritik), selain itu ada juga kain

kembangan (atas dasar warna warninya), berdasarkan perpaduan warnanya misalnya

bangun tulak, dan lain-lain (Nian S. Djumena, 1990 : 91).

Di Indonesia teknik tersebut tidak hanya ada di daerah Jawa, tetapi dapat pula kita

temukan di Palembang, Kalimantan Selatan, disebut Sasirangan, Bali, dan lain-lain

dengan nama yang berbeda pula. Di daerah Jawa, tritik dikenal juga dengan sebutan

rintik karena hasilnya yang berjajar rapi.

Page 14: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xiv

Teknik tritik terdapat pada kain dodot, alas-alasan, maupun kain kemben. Corak/ motif

yang dikenal di daerah Jogja-Solo seperti untu walang karena bentuknya seperti gigi

tajam, tapak doro, regulon, dan gadan, dengan menggunakan warna-warna seperti

merah, hijau, kuning yang selain dipakai untuk acara tertentu dan memiliki makna

tertentu, juga sebagai penunjuk kedudukan sosial seseorang/ pemakainya. (Nian S.

Djumena 1990 : 90)

Secara umum, perkembangan produk buatan tangan (hand made) pada saat ini

memiliki kecenderungan untuk dapat lebih dikembangkan dan disukai oleh banyak

kalangan. Tidak hanya sebatas kain untuk upacara adat saja, tetapi dapat juga

diterapkan pada bentuk lain, seperti busana beserta pelengkapnya dan tekstil untuk

interior.

Berdasarkan keadaan pasar tekstil di Solo, serta karya para desainer tekstil, seperti Oscar

Lawalata, penulis merasa tertantang untuk dapat lebih mengolah hal yang sudah ada

menjadi sesuatu yang menarik dan membuat kembali konsumen untuk melirik produk

buatan tangan terutama “tenun dengan tritik”.

B. Pembatasan Masalah

Mengungkap ketertarikan penulis untuk mengolah kembali tekstil tradisi

menjadi lebih menarik dan modern, yang didukung dengan melihat potensi pasar akan

adanya kain tritik dan tenun serta sedang maraknya penggunaan selendang pada saat ini

dalam berbagai suasana, maka dapat dibatasi masalah dari perancangan tekstil ini adalah

“Penerapan Teknik Tritik dengan Penambahan Struktur Tenun sebagai Pelengkap

Busana Wanita berupa Selendang, untuk Kesempatan Non Formal”.

Page 15: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xv

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah perancangan ini

adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan tekstil dengan

menerapkan teknik tritik dengan penambahan struktur tenun sebagai pelengkap

busana berupa “selendang untuk kesempatan non formal”?

2. Bagaimana visualisasi dari perancangan teknik tritik dengan penambahan struktur

tenun untuk “selendang pada kesempatan non formal” tersebut ?

D. Tujuan Perancangan

Tujuan yang akan dicapai dalam perancangan ini adalah untuk :

1. Mengetahui faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh perancang, dan

2. Mengetahui visualisasi mulai dari bahan, jenis/struktur tenunan, motif, pembuatan

tritik, dan warna hingga menjadi pelengkap busana wanita berupa selendang untuk

kesempatan santai.

E. Manfaat Perancangan

1. Memberikan masukan, wawasan dan ketrampilan bagi Universitas Sebelas Maret,

khususnya mahasiswa jurusan kriya seni/tekstil.

2. Memberikan masukan, wawasan dan ketrampilan terutama bagi perancang, perajin

Page 16: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xvi

tenun dan tritik akan pengolahan kembali desain yang telah ada.

3. Memberikan alternatif lain bagi konsumen sebagai pemakai desain motif pilihan

dalam menerapkan teknik tritik dengan penambahan struktur tenun sebagai elemen

estetis pada pelengkap busana khususnya untuk selendang.

F. Metode Perancangan

1. Teknik Pengumpulan Data

Cara penghimpunan data yang dipakai oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan/observasi data diperoleh melalui media elektronik/melihat langsung

objek yang akan kita jadikan sebagai suatu produk tekstil.

- Balai Besar Kerajinan dan Batik

- Jadin Craf and Textile - Pasar Klewer

- Gren Mal - Pasar Beteng

b. Data dari dokumen dihimpun dengan mengumpulkan bukti tertulis maupun bukti

bergambar dari buku, majalah, maupun internet.

c. Wawancara dikumpulkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan tertentu

kepada informan.

d. Eksperimen tentang teknik pembuatan tritik, pewarnaan dan pengolahan desain

struktur dilakukan secara berulang-ulang sebelum suatu produk dari desain dapat

terwujud dengan sempurna.

2. Sumber Data

Data tidak diperoleh tanpa adanya sumber data. Betapapun menariknya suatu

permasalahan, bila sumber datanya tidak tersedia, maka ia tidak punya arti karena

tidak bisa dipahami dan diteliti. (Sutopo, HB., 2002 : 49).

Adapun sumber data tersebut adalah :

a. Narasumber/Informan

Individu yang memiliki informasi baik tentang ikat celup, tenun, maupun

Page 17: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xvii

perkembangan mode pada saat ini.

- Ir. Sri Endah Pujiati tenaga ahli di Balai Besar Kerajinan dan Batik.

- Saudara Barok, pengrajin Tritik dan Jumputan di Laweyan , Solo.

- Bapak Darto Martono, pengusaha tekstil tradisi, tenun “Maju” di Tawangsari

Sukoharjo.

b. Peristiwa/aktifitas dan Tempat/lokasi

Kajian/informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktifitas,

berupa tempat maupun lingkungan yang dapat dilakukan lewat pengamatan secara

langsung, mendengar cerita narasumber, atau dokumen rekaman dan gambar.

c. Benda, Beragam gambar, Rekaman

Benda sederhana, peralatan paling rumit, dan gambar apa saja yang

berkaitan dengan hal yang sudah ada.

d. Dokumen dan Arsip

Bahan tertulis yang bergayutan dengan peristiwa dan merupakan rekaman

tertulis.

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Ikat Celup

Page 18: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xviii

1. Sejarah Singkat

Kain ikat celup tercatat sudah dibuat pada Dinasti T’ang Cina, pada tahun 618-906

SM. Bukti tentang kain ikat celup ditemukan melalui artefak. Helaian kain pada

ruang bawah tanah di daerah Astana dan Khotan di Sinkiang, wilayah selatan

Turkistan. Pada masalah Dinasti T’ang inilah ikat celup menyebar ke wilayah

Jepang, yaitu pada saat periode Nara tahun 552-749 SM.

Ikat celup di tanah air sudah dicatat keberadaannya pada tahun 1680 oleh peneliti

botani Belanda Georg Eberhard Rumphius. Kain yang dihasilkan di Yogyakarta dan

Bali itu bermotif bunga putih yang berwujud seperti kelereng. Diyakini motif

bulatan putih itu merupakan hasil ikat celup yang di Jawa disebut Tritik. Ikat celup

pelangi berkembang cukup baik di Yogyakarta. Selain didukung lingkungan

kerajaan, berbagai produk kain pelangi diterapkan ke aneka benda dan seremoni

kerajaan, seperti ikat kepala, selendang hingga kain upacara. (Farid Abdullah,

Kompascyebermedia).

Bukti lainnya yang menyatakan bahwa teknik ikat celup ini memang sudah ada sejak

dulu kala adalah kalimat sebagai berikut :

“This is one of oldes forms of pattern on cloth. It is ‘resist’ tecnique Indonesia which

before dyeing, parts of the fabric are knotted, tied up with tread, string or rafia, or

sewn and the tread drawn up” (Robinson, Stuart and Patricia, 1972 : 13).

Artinya ini adalah salah satu dari pola tertua yang dibuat diatas kain. Ini merupakan

suatu teknik “perintangan” dimana sebelum dicelup bagian-bagian dari kain diikat

dengan benang/ulir, dawai atau rafia, atau dijahit dengan benang/ulir (Robinson,

Stuart and Patricia, 1972 : 13).

Ikat celup pada dasarnya merupakan teknik perintangan mori sebagai bahan dasar,

dari bahan pewarna. Ciri khas kain ini adalah batasan antara dua warna tersebut

saling bercampur.

2. Teknik Ikat Celup

Menurut buku puspawarna Wastra, ada tiga teknik merintang warna, yaitu :

a. Teknik Jumputan

Page 19: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xix

Teknik jumputan dilakukan dengan menjumput sebagian bahan dasar dengan

jarak tertentu. Pada ujung jumputan dapat diisi dengan biji-bijian atau benda lain.

Besarnya jumputan antara lain ½ sampai 2 cm. Termasuk dalam teknik ini

adalah kain jumputan yang pada umumnya terdiri atas satu warna dan kain

pelangi dengan warna lebih dari satu.

b. Teknik Tritik

Teknik tritik dilakukan dengan membuat jahitan jelujuran pada bidang mori,

sebelum runtutan pencelupan. Lebar garis tergantung besar-kecil benang yang

dipergunakan untuk membuat jelujuran. Di daerah Jawa, orang menyebutnya

rintik. Kain tritik pada mulanya hanya mempunyai satu warna latar, yaitu biru

tua atau hitam dan merah mengkudu. Kemudian mengalami perkembangan yaitu

bagian diantara corak tritik diberi warna berlainan yang kontras, warna cerah

atau lembut dipadu dengan warna gelap atau tua. Kelebihan teknik ini dari

jumputan adalah dapat membentuk motif tertentu, meskipun penggambarannya

tidak serealistis batik. (Nian S. Djumena, 1990 : 91).

Variasi jarak jahitan antara 1–2 mm, 2–2 mm, 2–3 mm, 3–3 mm, dan seterusnya.

Selain pewarnaan dengan pencelupan dapat juga dilakukan dengan pencoletan

(BBKB, 1989 : 10).

c. Teknik Kembangan

Teknik kembangan merupakan perpaduan antara teknik jumputan dengan tritik,

serta digunakan untuk bidang tengah wastra (Tim Museum Purna Bhakti Pertiwi,

1996 : 66).

B. Tenun

Teknik tenun adalah runtutan menyusun atau mengatur benang-benang pakan

(benang yang ditata diarah melebar) dan benang-benang lungsi (benang yang ditata

diarah memanjang) yang ditenun sedemikian rupa pada alat tenun, sehingga ketika

Page 20: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xx

berlangsung penenunan, berlangsung pula pembentukan ragam hias sebagai akibat

paduan warna dari kedua jenis benang tersebut (Tim Museum Purna Bhakti Pertiwi,

1996 : 28).

Tenunan yang ada di Indonesia ada tiga jenis, yaitu tenun ikat lungsi, dimana benang

yang diolah menjadi benang memanjang arah kain, tenun ikat pakan diperoleh dari

pengolahan benang dengan arah melebar, dan tenun ganda (pengolahan pakan dan

lungsi).

Benang atau serat yang digunakan untuk bahan tenunan dapat bermacam-macam.

Sesuai asalnya, serat digolongkan menjadi serat alam dan buatan/kimia.

Serat alam dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti biji, batang, dan daun, hewan,

seperti kokon, bulu dan rambutnya, serta mineral. Serat buatan diperoleh dari

penyatuan beberapa bahan kimia.

Cotton / Katun / Kapas

Katun/kapas telah dikenal kira-kira 2000-5000 SM dan dipakai untuk bahan tekstil

di India, Cina dan Peru. Kapas merupakan serat yang berasal dari

selulosa/tumbuhan, yaitu bijinya, lebih dari 50% produksi tekstil di dunia masih

menggunakan serat ini.

Kapas untuk bahan sandang memiliki sifat, antara lain :

1. Kekusutan, kehalusan, dan panjang serat kapas adalah cukup.

2. Kekuatan pada saat basah lebih tinggi dibanding keadaan kering, dan sangat awet,

tetapi udara panas serta adanya kanji dalam benang atau kain mempermudah kapas

terkena bakteri.

3. Mulur kapas termasuk tinggi (jika dibandingkan dengan rami, kira-kira dua kali

mulur rami) serta permukaannya mengandung lilin alam.

4. Kain tenunnya empuk jika diraba, baik sekali sebagai isolasi panas, sangat

hygroskopis dan daya tariknya baik terhadap zat warna.

C. Ragam Hias, Warna dan Komposisi

Page 21: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxi

1. Ragam Hias

Ragam hias geometrik ialah ragam hias yang menggunakan motif-motif teratur.

Geometris diambil dari kata geometric yang erat kaitannya dengan ilmu ukur.

Jadi ragam hias geometrik adalah ragam hias yang elemen garisnya terukur, teratur,

tidak bebas semacam bentuk organik (wujud alamiah). (Dedy Suardi, 2000 : 1, 20).

Garis geometrik tersebut antara lain adalah garis lurus, garis lengkung, garis

bergelombang atau patah-patah.

2. Warna

Salah satu bagian dari perancangan yang memegang peranan penting terhadap hasil

akhir selain motif dan komposisi, adalah warna. Baik dalam kebudayaan barat

maupun timur, pada umumnya warna mempunyai makna atau arti simbolis dan dapat

pula menyatakan sesuatu, seperti kedudukan sosial seseorang (Raja, pemuka agama,

dan lain-lain), dan keadaan seseorang (suka duka). (Nian S. Djumena , 1990 : 108).

Melalui observasi dapat disimpulkan bahwa warna mempunyai efek emosional

terhadap manusia. (Andries, 2001).

Dari berbagai warna yang ada Brewster terbagi atas tiga warna utama (warna primer)

yaitu merah, kuning dan biru. Warna-warna yang ada diantara pasangan warna

primer disebut dengan warna antara/kedua (sekunder), dan warna tersier (campuran

antara primer dengan sekunder). Selain itu terdapat juga warna analog adalah

perpaduan warna yang mirip satu sama lainnya (misal merah dan orange), warna

gradasi adalah perubahan teratur dari satu warna ke warna analog berikutnya (misal

merah-orange-kuning), dan warna kontras adalah warna yang sangat berlainan satu

sama lainnya (warna yang berseberangan dalam lingkaran warna, misal kuning-

ungu). (Arfial Arsad Hakim, 2000 : 79-83).

Zat Warna

Pencelupan dan penyempurnaan keduanya bertujuan untuk meningkatkan nilai

komersil dari kain. Nilai komersil ini menyangkut nilai indera, seperti warna, pola

dan mode, serta nilai guna yang tergantung dari apakah produk akhir dipakai untuk

Page 22: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxii

pakaian, barang-barang rumah tangga atau penggunaan lain.

Pewarnaan merupakan salah satu cara peningkatan nilai indera, seperti warna dan

nilai guna lain, tergantung pada produk akhir yang dihasilkan. Pewarnaan dapat

dilakukan dengan pencelupan, pencoletan, maupun pencapan. (N. Sugiarto Hartanto

dan Shigeru Watanabe, 1980 : 163).

Zat warna terbagi dua macam, yaitu zat warna alam dan zat warna buatan. Zat warna

alam diperoleh dari pengolahan tumbuhan dan sudah ada dari zaman dahulu,

sedangkan zat warna buatan diperoleh dari pengolahan berbagai macam zat kimia.

Zat pewarna dipilih menurut jenis bahan yang dicelup, ketahanan yang akan

dikehendaki, penyesuaian dengan warna yang diinginkan dan persyaratan harga dan

lain sebagainya (N. Sugiarto Hartanto dan Shigeru Watanabe, 1980 : 163). Mulai

pada abad 19, zat warna sintetis terkenal karena warnanya lebih baik dan cara

pemakaiannya yang lebih mudah. Pada umumnya cat sintetis mempunyai daya

pewarnaan (tinctorial-value) lebih tinggi daripada zat warna alami, dan mempunyai

kemurnian tertentu, sehingga untuk mencapai dalamnya suatu warna lebih cepat dan

mudah (Susanto, S.K Sewan., 1980 : 82).

Salah satu zat warna sintetis tersebut adalah indigosol, dan lebih lanjut

keterangannya adalah sebagai berikut :

Indigosol

Indigosol merupakan nama dari salah satu pabrik cat IG di Jerman. Zat warna ini

masuk dalam golongan bejana yang dipersiapkan agar mudah larut dalam air,

memiliki daya serap langsung terhadap serat, ketahanan cuci dan sinar yang baik,

serta biasa digunakan untuk mewarnai serat alam seperti dari binatang (sutra, wol)

maupun dari tumbuhan (kapas/ katun).

Warna-warna yang dihasilkan adalah warna cerah/ pastel dan beberapa diantaranya

memiliki sifat khusus.

Adapun sifat-sifat indigosol tersebut antara lain :

- Umumnya tahan terhadap garam dari air sadah (kecuali indigosol O).

- Larutannya tidak tahan sinar matahari dan uap asam.

- Temperatur penyerapan optimal umumnya 200 C – 300 C (kecuali indigosol Green

Page 23: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxiii

IB dan IGG, penyerapan maksimal adalah 600C).

- Pada temperatur 600 C – 700 C tidak stabil (akan terurai).

3. Komposisi

Komposisi adalah suatu realisasi dari suatu aktifitas pencipta dalam mewujudkan

idenya, merupakan suatu bentuk pernyataan yang dapat ditanggapi oleh

penghayat/penanggapnya atas suatu bentuk ciptaan itu. Pada dasarnya komposisi

menyangkut hal “tata susun” dalam melahirkan suatu bentuk ungkapan atau ide,

dimana kesatuan hubungan keserasian, unity, harmony merupakan hakikat utama

sebuah komposisi.

D. Wanita Dewasa

1. Orang Dewasa Awal

Kepribadian merupakan disposisi psiko-fiologis yang mengarahkan dan mengontrol

perilaku seseorang dalam memilih sesuatu. Setiap perasaan, pemikiran, atau pun

perilaku nyata dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian.

Hall dan Lindaz, 1978; Morgan, et all; 1986 menyatakan bahwa, Allport

mendefinisikan organisme sebagai organisme psikofiologis yang dapat diper-

gunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Organisme psikis meliputi bakat, minat, sikap, kecerdasan, emosi, kemampuan

berfikir, berimajinasi, dan memory, sedangkan organisme fisik berhubungan dengan

aspek fisik, seperti tinggi, berat badan, dan kurus-gemuk. Batasan usia dewasa awal,

secara umum adalah pada usia antara 20-40 th. (Agoes Dariyo, 2003 : 109).

Pembagian masa-masa kehidupan orang dewasa yang dikemukakan Mappiare, 1983

: 19 yang mengutip pendapat E.B. Hurlock, adalah sebagai berikut :

Masa dewasa awal terbentang atau “early adulthood” terbentang sejak

Page 24: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxiv

tercapainya kamatangan secara hukum sampai usia kira-kira empat puluh tahun (dialami sekitar dua puluh tahun). Masa setengah baya atau “midle age” yang umumnya dimulai pada usia empat puluh tahun dan terakhir dalam usia enam puluh tahun (dialami sekitar dua puluh tahun pula). Masa tua “old age” yang dimulai sejak berakhirnya masa setengah baya sampai meninggal dunia. (Hurlock, 1986).

Ragam minat dewasa awal baik pria maupun wanita sangat banyak dilihat dari segi

jumlahnya. Dua diantara minat tersebut adalah minat terhadap penampakan/

penampilan fisik, seperti tinggi dan berat badan, serta raut wajah dan minat terhadap

pakaian dan perhiasan yang memiliki peran berbeda-beda tergantung keadaan

individu serta sebagai berikut kompensasi dari sesuatu hal, seperti penampilan fisik.

(Mappiere, 1983 : 67).

2. Wanita Dewasa Awal

Jelas tampak bahwa ciri jasmaniah wanita itu sangat berbeda dengan milik kaum

pria. Keadaan anatomis dan fisiologis menyebabkan perbedaan pula pola tingkah

laku wanita dan struktur aktivitas pria. Wanita memilki sifat yang dinamis dengan

berbagai variasi tingkah laku dan pengekspresinya.

Wanita suka berhias dalam batas-batas normal merupakan bukti dari sifat cenderung

lebih banyak mengarah keluar, kepada subjek lain yang murni feminin dan sehat.

Dengan landasan pengetahuan diri, wanita berusaha memberikan bentuk kongkrit

pada kapasitas dan potensi sendiri. Bahkan juga mampu membetulkan dan merubah

karakter sendiri agar bisa menjadi diri yang lebih baik atau lebih tinggi.

Kedewasaan bisa diartikan sebagai suatu pertanggungjawaban penuh terhadap diri

sendiri, bertanggungjawab atas nasib sendiri dan pembentukan diri sendiri. Pada usia

kedewasaan unsur kemauan dan hati nurani memegang peranan penting.

Kemampuan berfungsi mengarahkan semua dorongan impuls, sentimen, kebiasaan,

kecenderungan, dan usaha manusia pada satu susunan hierarkhi nilai dan tujuan

tertentu. Hati nurani sebagai pengemudi dan hakim terhadap tingkah laku dan fikiran

manusia dan pengontrol yang kritis dari tingkah laku yang tidak boleh dilanggar.

Dari hal tersebut dapat dinyatakan gambaran pribadi wanita dewasa secara

karakterologis dan normatif ialah pribadi yang sudah punya bentuk dan relatif stabil

Page 25: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxv

sifatnya.

E. Pelengkap Busana

1. Busana

Secara definitif Busana dapat diartikan sebagai suatu barang yang dipakai pada

tubuh manusia dengan tujuan untuk menutup aurat atau melindungi tubuhnya baik

secara fisik estik dan estetik maupun untuk tujuan simbolik sesuai dengan

lingkungan alam dan nilai- nilai sosial budayanya (Tim Yayasan Harapan Kita,

1998 : 6).

Menurut Wasia Roesbani dan Roesmini Soerjaatmadja, 1984 : 103, fungsi busana

pada zaman prasejarah adalah sebagai pelindung dan perhiasan, kemudian sesuai

dengan perkembangan zaman fungsi busana-pun ikut meningkat, antara lain :

- Busana sebagai alat pelindung dapat diartikan bahwa jika seseorang memakai

busana, maka ia akan terhindar dari perasaan yang tidak menyenangkan.

- Busana sebagai perhiasan artinya adalah ketika busana dipakai dapat menjadikan

seseorang merasa lebih baik, lebih pantas, cantik atau tampan sesuai ukuran

masing-masing.

- Busana untuk memenuhi syarat kesopanan, yang sesuai dengan adat istiadat,

agama, serta tata cara pergaulan.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia berbusana bukan sekedar menyampirkan

sehelai kain sebagai penutup tubuh, sebab pada umumnya di atas kain yang

digunakan terlukis berbagai ragam hias yang mengungkapkan pola pemikiran

tentang unsur- unsur kekuatan, cita-cita dan harapan baik si pemakai maupun si

pembuat (Tim Yayasan Harapan Kita, 1998 : 22).

2. Pelengkap Busana

Page 26: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxvi

Pelengkap busana memiliki fungsi melengkapi busana yang sedang dikenakan, yang

dapat menambah keindahan busana tersebut dan orang yang mengenakannya.

Pelengkap busana memiliki/terbagi atas dua sifat, yaitu estetis misalnya cincin,

kalung, bros, dan sebagainya serta fungsional, misalnya syal, topi, tas, sepatu,

kacamata, selendang dan lain-lain. (Mohammad Aris Munandar, 2004 : 17).

3. Selendang

Selendang dalam khasanah busana Indonesia, hampir tidak pernah ketinggalan.

Selendang dipakai wanita desa maupun wanita kota, baik dengan baju kurung

maupun dengan baju kebaya. Di berbagai daerah, seperti Jawa, Sumatra, dan Bali,

selendang memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai berikut kemben, pelengkap

kebaya, tudung kepala, untuk menggendong barang, dan alat untuk menari.

Selendang ada yang dibuat dari bahan tenunan lurik, jumputan, batik silungkang

ataupun dari bahan sifon dan sutra.

Selendang mengalami perkembangan seiring dengan adanya per-kembangan kebaya

dan baju kurung. Sebelum tahun 1970 selendang dipakai dalam bentuk leher,

ukurannya 1,50 – 1,75 m. Sesudah tahun 1970 panjang selendang berubah menjadi 2

m. Selendang tersebut disampirkan pada bahu kiri dan diikatkan pada pinggul kanan.

Dalam tahun 70-an selendang menjadi lebih kecil dan panjang karena dipilit.

Selendang dapat dibuat dari bahan yang sama dengan bahan kain, untuk kebaya, dan

baju kurung ataupun dari warna dan bahan lain yang serasi. (Wasia Roesbani dan

Roesmini Soerjaatmadja, 1984 : 103).

BAB IV PENUTUP

Page 27: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxvii

A. Kesimpulan

Melihat uraian dalam bentuk pengantar, yang merupakan gambaran singkat proses

perancangan karya untuk tugas akhir ini, diketahui bahwa produk tekstil yang

menarik, tidak selalu merupakan hal yang baru, karena dengan hal yang sudah ada-

pun, produk tersebut dapat kita olah menjadi lebih menarik seiring perkembangan

zaman.

Indonesia dengan beragam budayanya, melahirkan salah satunya adalah tekstil

tradisi yang patut kita hargai, banggakan dan kita lestarikan keberadaannya agar

tidak usang dimakan usia. Mengacu pada rumusan masalah, dapat penulis tarik

kesimpulan kurang lebih adalah sebagai berikut ini :

Perancangan teknik tritik dengan penambahan desain struktur sebagai pelengkap

busana berupa selendang wanita dapat juga dipakai pria pada usia dewasa muda

untuk kesempatan santai ini, secara menyeluruh merupakan suatu kesatuan yang

tidak terpisahkan karena ketika kita akan mengawali proses produksi kita harus

sudah benar- benar menyiapkan produk tersebut akan dipakai siapa pada kesempatan

apa, jenis zat warna dan sifatnya bagaimana, efek warna seperti apa yang ingin kita

timbulkan motif dari desain permukaan dan struktur, jenis benang, bagaimana

karakter benang tersebut, dengan ukuran berapa, dan terakhir kerapatan lungsi dan

tebal pakannya.

Setelah mengalami beberapa percobaan dan survey pasar, ternyata produk tenunan

dari ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) merupakan salah satu produk yang memiliki

peminat cukup besar di saat ini. Tenun dengan pengolahan pakan pada prakteknya

dapat lebih kita kembangkan lagi menjadi bermacam bentuk yang dicapai dari

komposisi penempatan dan tebal tipis benang.

“Tritik”, teknik pewarnaan dan pembuatan ragam hias dengan cara dijahit dijelujur,

merupakan bagian dari tekstil tradisi kita yang kurang tereksplorasi untuk menjadi

lebih diketahui, dikenal, dan disukai masyarakat. Teknik tritik merupakan teknik

yang menarik karena memberikan gambaran desain cukup realistis, meskipun tidak

serealistis batik. Efek warna yang dihasilkanya tidak dapat diduga sebelumnya

Page 28: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxviii

sehingga setelah pewarnaan, berkesan ada kejutan dari desain awal. Banyak model

jahitan yang dapat kita variasi, bukan hanya jahitan tunggal dan jarak maksimal ½

cm, tetapi dapat pula dibuat bermacan-macam, baik dari lebar jahitan jelujuran yang

minimal ½ cm, jumlah/ketebalan benang, sampai jahitan dengan melipat kain

terlebih dahulu.

Pewarnaan dengan menggunakan zat Indigosol, diterapkan pada kain jenis katun

yang dibuat dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) memberikan nuansa warna

yang kalem dan cenderung memiliki sifat menenangkan, menyejukkan dan sangat

soft (lembut), sehingga cocok bagi mereka yang berusia dewasa pada tahap awal

,dipakai untuk keadaan santai, dan dengan suasana tropis Indonesia. Zat warna

indigosol juga memiliki ketahanan luntur yang baik, mudah dan irit pemakaiannya.

B. Saran

Didasarkan pada pemilihan benang untuk produk tenun, jenis desain struktur, zat

pewarna yang digunakan dan target pemakai, maka penulis menyarankan,

Sebelum proses penenunan sesuaikan desain sruktur yang tambahan yang akan

dibuat, dengan pengaturan kerapatann lungsi, ukuran dan jenis benang, serta fungsi,

agar hasilnya mendekati sempurna. Pada proses pembuatan tritik/ pencelupan

sesuaikan, bahan yang akan diwarnai dengan jenis zat pewarna, dan hasil yang ingin

dicapai

Perawatan Selendang sebaiknya dicuci dengan cara dicelup. Ketika mencuci dengan

sabun gunakanlah sabun colek, atau untuk lebih baiknya gunakanlah lerak.

Pengeringan cukup diangin- anginkan, dan sedapat mungkin hindari kontak

langsung dengan sinar matahari. Hindari menyetrika dalam keadaan panas tinggi,

Page 29: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxix

sebaiknya dengan derajat panas yang rendah atau langsung dilipat dan digantung di

hanger.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Dariyo, 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Grasindo. Andries. 2001. Houte Counter Design,The Indonesia - Country Training “ Garment

Design Fashion Aesthetic for Small and Medium Enterprises”.Balai Besar dan Pengembangan Industri Tekstil dengan Japan International Cooperation Agency.

Arfial Arsad Hakim. 2000. BPK Nirmana Dwi Matra (Desain Dasar Dwimatra).

Surakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Bystrom, Ellen.1972. Creating with Batik. Great Britain: Van Nostrand Reinhold

Company.

Dedy Suardi. 2000. Ornamen Geometris. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dewi. Bonus majalah no 6 Agustus 2003 .

Farid Abdullah. Kria Ikat Celup dalam Ruang dan Waktu.

<http:// www. Kompascyebermedia.Co.id/ikat celup.html>.(diakses Minggu 17 Agustus 2003) .

Hanyawanita. Selendang, Si Penambah Anggun Penampilan.

<http://www.Hanyawanita.Co.id/ikat celup.html>. (diakses minggu 29 Mei 2005.

Kartini Kartono.1992. Psikologi Wanita (Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa,

jilid I). Bandung: Mandar Maju. Mappiere, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional. Muhammad Aris Munandar. 2004. Pengantar Tugas Akhir. Nian S.Djoemena. 1990. Batik dan Mitra .Jakarta: Djambatan. N. Sugiarto Hartanto dan Shigeru Watanabe. 1980. Teknologi Tekstil. Jakarta: PT

Pradnya Paramita. Panitia Lokakarya Penulisan dan Pembimbingan Skripsi/Tugas Akhir. 2005. Pedoman

Penulisan dan Pembimbingan Skripsi/Tugas Akhir Fakultas Sastra dan Seni

Page 30: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxx

Rupa. Surakarta. Robinson, Stuart and Patricia.1972. Exploring Fabrik Printing. Massachusetts: Charles

T. Brandford Company. Sinar Harapan. TREN. Gaya Pemakaian Selendang kini Kian Kasual. <http://www.

Sinarharapan.Co.id/ikat celup.html>.(diakses minggu 29 Mei 2005). Susanto, S.K. Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Balai Penelitian Batik dan

Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian R.I..

Sutopo, H.B.. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Terapannya

dalam Penelitian). Surakarta: Sebelas Maret University Press. Tim Badan penelitian dan Pengembangan Industri. 1989. Pedoman Teknologi Tekstil

Kerajinan Tritik, jumputan dan Sasaringan.Yogyakarta: Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik.

Tim Museum Purna Bakti Pertiwi. 1996. Puspawarana Wastra. Jakarta: PT Jayakarta . Tim Penyusun Buku Yayasan Harapan Kita. 1995. INDONESIA INDAH, Kain- Kain

Non Tenun Indonesia (Buku ke- 4). Jakarta: Perum Percetakan Negara Indonesia.

Tim Penyusun Buku Yayasan Harapan Kita. 1998. INDONESIA INDAH, Busana

Tradisional (Buku ke- 10). Jakarta: Perum Percetakan Negara Indonesia. Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan & dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus

Besar Bahasa Indonesia (cetakan ke-2). Jakarta: Balai Pustaka .

Wasia Roesbani dan Roesmini Soerjaatmadja. 1984. Pengetahuan Pakaian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktirat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan

Page 31: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxxi

LAMPIRAN

Page 32: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxxii

SKEMA PROSES PEWARNAAN

SKEMA PROSES PRODUKSI

DESAIN

PENENUNAN

KAIN TENUN

PEMOLAAN

PENGERJAAN TRITIK

PEWARNAAN

PENYELESAIAN

SELENDANG DENGAN TEKNIK TRITIK

PERMUKAAN

STRUKTUR

Page 33: Perancangan Teknik Tritik dengan penambahan struktur tenun ...eprints.uns.ac.id/3568/1/66011806200910101.pdfDENGAN PENAMBAHAN STRUKTUR TENUN SEBAGAI PELENGKAP BUSANA, dapat terselesaikan

xxxiii