perancangan tata letak pabrik di pt. xyz dengan …
TRANSCRIPT
USULAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
PABRIK DAN KANTOR DI PT. XYZ DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN GROUP
TECHNOLOGY DAN COMPUTERIZED RELATIONSHIP
LAYOUT PLANNING
Oleh :
Atik Antika
NIM. 004201405074
Laporan Thesis ini disampaikan kepada
Fakultas Teknik President University Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Industri
2018
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul “USULAN PERANCANGAN TATA LETAK
FASILITAS PABRIK DAN KANTOR DI PT. XYZ DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY
DAN COMPUTERIZED RELATIONSHIP LAYOUT PLANNING”
yang disusun dan diajukan oleh ATIK ANTIKA sebagai salah satu
persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) pada
Fakultas Teknik telah ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan
sebuah skripsi. Oleh karena itu, saya merekomendasikan skripsi ini
untuk maju sidang.
Bekasi, Indonesia, April 2018
Johan K. Runtuk, S.T., M.T.
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “USULAN
PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK DAN
KANTOR DI PT. XYZ DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY DAN
COMPUTERIZED RELATIONSHIP LAYOUT PLANNING”
adalah hasil dari penelitian, pengetahuan terbaik saya dan belum
pernah diajukan ke Universitas lain maupun diterbitkan baik sebagian
maupun secara keseluruhan.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan
ini tidak sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung
sanksi yang akan dikenakan pada saya.
Cikarang, Indonesia, April 2018
ATIK ANTIKA
iii
USULAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
PABRIK DAN KANTOR DI PT. XYZ DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN GROUP
TECHNOLOGY DAN COMPUTERIZED
RELATIONSHIP LAYOUT PLANNING
Oleh :
Atik Antika
NIM. 004201405074
Disetujui Oleh,
Johan K. Runtuk, S.T., M.T.
Dosen Pembimbing
Ir. Andira, M.T.
Kepala Program Studi Teknik Industri
iv
ABSTRAK
Dalam sebuah perusahaan untuk dapat bersaing maka harus ada perkembangan
yang dapat merubah perusahaan menjadi lebih baik, dengan adanya permintaan
dari customer yang tidak dapat dipenuhi maka PT. XYZ berencana untuk
mengembangkan potensi yang belum pernah ada sebelumnya. Produk yang akan
dikembangkan ialah pembuatan material welded beam, dimana kelebihan welded
beam ini bisa dibuat dengan ukuran custom sesuai kalkulasi engineering. Maka
PT. XYZ berencana membuat plant baru untuk produk tersebut, dengan demikian
dibutuhkan perencanaan tata letak pabrik untuk pembuatan produk baru tersebut.
Tahapan dalam penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi data, dimana data
didapatkan dengan cara observasi dilapangan, pengumpulan data, kemudian
mengolah data tersebut dengan menggunakan pendekatan Group Technology dan
dengan bantuan CORELAP. Dalam menentukan layout produksi metode yang
digunakan dalam pembentukan Group Technology yaitu Production Flow
Analysis, Rank Order Clustering dan Metode Hollier. Dan dalam menentukan
layout untuk kantor menggunakan metode CORELAP yaitu dengan membuat
ARC dan TCR dengan bantuan software CORELAP. Berdasarkan hasil dari
penelitian ini dapat diketahui tata letak pabrik yang optimal berdasarkan Group
Technology dan tata letak kantor berdasarkan metode Computerized Relationship
Layout Planning.
Kata kunci : Tata letak fasilitas, Group Technology, Production Flow Analysis,
Rank Order Clustering, Computerized Relationship Layout Planning, Activity
Relationship Corelation, Total Closeness Rating.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh oleh
mahasiswa President University jurusan Teknik Industri untuk mencapai gelar
sarjana teknik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :
1. Bapak Johan K. Runtuk, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan
selama ini, serta memberikan pengarahan dan dorongan dalam penyusunan
skripsi sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
2. Ibu Ir. Andira, M.T. selaku Kepala Program Studi Teknik Industri President
University.
3. Seluruh dosen President University yang telah memberikan ilmu dan
pembelajaran yang berharga selama proses perkuliahan.
4. PT. XYZ yang telah banyak memberikan kesempatan dan dukungan kepada
penulisan dalam penyusunan skripsi.
5. Kedua orang tua serta kedua kakak penulis yaitu Dewi Wiarti, Reza Restiani
yang telah memberikan semangat, do’a, dorongan, bantuan serta pengertian
yang besar kepada penulis selama mengikuti perkuliahan maupun dalam
penyusunan skripsi di President University.
6. Lia juniati dan M. Faizal teman terbaik yang telah banyak memberikan
dukungan serta bantuan dalam penyusunan skripsi kepada penulis.
7. Dewi Trisnawati, Meryna Ramatunisyah, N. Hery Prihantoro, Rintih
Kurniawati, Adi Priatna, Iqbaldi, teman terbaik yang telah memberikan
dukungan selama perkuliahan sampai penyusunan skripsi di President
University.
vi
8. Teman-teman seperjuangan khususnya batch 2014 Industrial Engineering
President University yang telah banyak membantu, memotivasi dan
memberikan semangat untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari di dalam penyusunan skripsi ini, masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan. Untuk itu, besar harapan penulis jika
terdapat kritik dan saran yang membangun untuk membantu dalam
penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi rekan-
rekan maupun pihak lain yang berkepentingan.
Cikarang, April 2018
Atik Antika
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.5 Batasan Penelitian .......................................................................................... 4
1.6 Asumsi ............................................................................................................ 4
1.7 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 4
BAB II STUDI LITERATUR .................................................................................. 6
2.1 Pabrik .............................................................................................................. 6
2.2 Fasilitas ........................................................................................................... 6
2.3 Perancangan Fasilitas ..................................................................................... 7
2.3.1 Definisi Rancang Fasilitas ....................................................................... 7
2.3.2 Ruang Lingkup Rancang Fasilitas ........................................................... 8
2.3.3 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Fasilitas ...................... 9
viii
2.3.4 Jenis – Jenis Persoalan Tata Letak......................................................... 10
2.3.5 Tanda – Tanda Tata Letak yang Baik .................................................... 11
2.3.6 Pola – Pola Aliran Material ................................................................... 12
2.3.7 Tipe Tata Letak ...................................................................................... 14
2.3.8 Ukuran Jarak .......................................................................................... 20
2.3.9 Material Handling ................................................................................. 22
2.3.10 From To Chart ..................................................................................... 24
2.3.11 Inflow dan Outflow .............................................................................. 25
2.4 Group Technology ........................................................................................ 25
2.4.1 Part Family ............................................................................................ 26
2.5 Metode Tata Letak Fasilitas Kantor ............................................................. 28
2.5.1 Algoritma Konstruksi (Pembentukan) ................................................... 29
2.5.2 Metode Perbaikan .................................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 32
3.1 Langkah-Langkah Penelitian ........................................................................ 32
3.2 Observasi Awal ............................................................................................ 33
3.3 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 34
3.4 Studi Literatur ............................................................................................... 34
3.5 Tahapan Pengumpulan Data ......................................................................... 34
3.6 Tahap Analisa Data ...................................................................................... 34
3.7 Kesimpulan dan Saran .................................................................................. 35
BAB IV DATA DAN ANALISIS ......................................................................... 36
4.1 Observasi Awal ............................................................................................ 36
4.1.1 Data Luas Tanah .................................................................................... 36
4.1.2 Data Spesifikasi Mesin .......................................................................... 37
4.1.3 Data Material ......................................................................................... 38
ix
4.1.4 Bill Of Material...................................................................................... 39
4.1.5 Operation Process Chart ....................................................................... 40
4.1.6 Data Umum Produksi ............................................................................ 42
4.2 Pengolahan dan Analisa Data ....................................................................... 42
4.2.1 Pembentukan Tata Letak Produksi Usulan ............................................ 42
4.2.1.1 Penentuan Input Data Matrik ......................................................... 42
4.2.1.2 Pembentukan Sel Manufaktur Group Technology dengan
menggunakan Rank Order Clustering ....................................................... 44
4.2.1.3 Penyusunan Machine Cell Pada Layout Group Technology dengan
Metode Hollier ........................................................................................... 49
4.2.1.4 Penyusunan Alternatif Layout Usulan berdasarkan hasil Group
Technology ................................................................................................. 52
4.2.2 Pembentukan Tata Letak Kantor ........................................................... 64
4.2.2.1 Kebutuhan Fasilitas Kantor ............................................................ 64
4.2.2.2 Kebutuhan Area Setiap Departemen dan Struktur Organisasi ....... 64
4.2.2.3 Analisis Hubungan Keterkaitan ..................................................... 67
4.2.2.4 Pembuatan Activity Relationship Chart ......................................... 68
4.2.2.5 Perhitungan Nilai Total Closeness Rating ..................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 80
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 80
5.2 Saran ............................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 81
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Mesin ......................................................................... 37
Tabel 4.2 Data Informasi Material ......................................................................... 39
Tabel 4.3 Data Umum Produksi PT. XYZ ............................................................. 42
Tabel 4.4 Matrik FPA ............................................................................................ 43
Tabel 4.5 Data Matrik ............................................................................................ 44
Tabel 4.6 Proses Iterasi 1 ....................................................................................... 44
Tabel 4.7 Proses Iterasi 2 ....................................................................................... 45
Tabel 4.8 Proses Iterasi 3 ....................................................................................... 46
Tabel 4.9 Proses Iterasi 4 ....................................................................................... 47
Tabel 4.10 Proses Iterasi 5 ..................................................................................... 48
Tabel 4.11 Matrik Akhir Komponen / Part –Machine dengan ROC ..................... 48
Tabel 4.12 Hasil Pengelompokan Komponen / Part-Machine dengan ROC ........ 49
Tabel 4.13 Perhitungan From to Chart MC-1 ....................................................... 50
Tabel 4.14 Perhitungan From to Ratio MC-1 ........................................................ 50
Tabel 4.15 Perhitungan From to Chart MC-2 ....................................................... 50
Tabel 4.16 Perhitungan From to Ratio MC-2 ........................................................ 51
Tabel 4.17 Perhitungan From to Chart MC-3 ....................................................... 51
Tabel 4.18 Perhitungan From to Ratio MC-3 ........................................................ 51
Tabel 4.19 Nilai Koordinat Setiap Ruangan .......................................................... 53
Tabel 4.20 Jarak Antar Ruangan Untuk Tata Letak Usulan .................................. 54
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Frekuensi Pemindahan Material Stasiun Kerja
Pembuatan Welded Beam ....................................................................................... 55
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Total Jarak Tempuh Material Handling Pada Layout
Usulan Group Technology ..................................................................................... 60
xi
Tabel 4.23 Waktu Material Handling .................................................................... 61
Tabel 4.24 Biaya Material Handling ..................................................................... 62
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan OMH Layout Usulan GT ........................................ 63
Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Total Jarak Material Handling dan
OMH Layout Usulan .............................................................................................. 64
Tabel 4.27 Kebutuhan Fasilitas Kantor .................................................................. 64
Tabel 4.28 Tabel Kebutuhan Area per Departemen............................................... 65
Tabel 4.29 Tingkat Keterkaitan Antar Departemen ............................................... 67
Tabel 4.30 Perhitungan Nilai TCR Managerial ..................................................... 78
Tabel 4.31 Perhitungan Nilai TCR Staff ................................................................ 79
Tabel 4.32 Perhitungan Nilai TCR Others ............................................................. 79
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Perencanaan Fasiltas Pabrik ..................................................... 8
Gambar 2.2 Pola Straight Line ............................................................................... 13
Gambar 2.3 Pola S-Shaped ..................................................................................... 13
Gambar 2.4 Pola U-Shaped .................................................................................... 13
Gambar 2.5 Pola Melingkar ................................................................................... 14
Gambar 2.6 Pola Odd-Angle .................................................................................. 14
Gambar 2.7 Contoh Ukuran Jarak Asile ................................................................. 22
Gambar 2.8 Inflow dan Outflow ............................................................................. 25
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian ........................................................ 33
Gambar 4.1 Data Luas Tanah................................................................................. 36
Gambar 4.2 BOM Welded Beam ............................................................................ 40
Gambar 4.3 Operation Process Chart ................................................................... 41
Gambar 4.4 Layout Usulan Group Technology ..................................................... 52
Gambar 4.5 Layout Usulan 3D Group Technology ............................................... 53
Gambar 4.6 Struktur Organisasi ............................................................................. 66
Gambar 4.7 Activity Relationship Chart (ARC) Managerial ................................ 68
Gambar 4.8 Kebutuhan Departemen Lantai 3........................................................ 69
Gambar 4.9 Hubungan Kedekatan Antar Ruangan Managerial ............................ 70
Gambar 4.10 Nilai Hubungan Kedekatan Antar Ruangan Managerial ................. 70
Gambar 4.11 Layout Usulan Managerial............................................................... 71
Gambar 4.12 Denah Ruangan Lantai 3 .................................................................. 71
Gambar 4.13 Activity Relationship Chart (ARC) Staff .......................................... 72
Gambar 4.14 Kebutuhan Departemen Lantai 2...................................................... 73
xiii
Gambar 4.15 Hubungan Kedekatan Antar Ruangan Staff ..................................... 73
Gambar 4.16 Nilai Hubungan Kedekatan Antar Ruangan Staff ............................ 74
Gambar 4.17 Layout Usulan Staff .......................................................................... 74
Gambar 4.18 Denah Ruangan Lantai 2 .................................................................. 75
Gambar 4.19 Activity Relationship Chart (ARC) Others ...................................... 75
Gambar 4.20 Kebutuhan Departemen Lantai 1...................................................... 76
Gambar 4.21 Hubungan Kedekatan Antar Ruangan Others .................................. 76
Gambar 4.22 Nilai Hubungan Kedekatan Antar Ruangan Others ......................... 77
Gambar 4.23 Layout Usulan Others....................................................................... 77
Gambar 4.24 Denah Ruangan Lantai 1 .................................................................. 78
xv
DAFTAR ISTILAH
Delay
: Keterlambatan jam kerja melebihi dari waktu yang telah di
tetapkan.
Efektif : Pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan
yang tepat dari serangkaian alternatife atau pilihan cara
dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Efesiensi : Ukuran tingkat pengguaan sumber daya dalam suatu
proses.
Fabrikasi : Pembuatan barang dengan standar tertentu secara besar-
besaran (dalam pabrik).
Perusahaan
Manufaktur
: Perusahaan yang mengubah barang mentah menjadi
produk jadi melalui proses produksi kemudian dijual ke
konsumen.
Montion and Time
Study
: Suatu studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Work In Process : Barang setengah jadi yang belum selesai diproses.
16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Produktivitas merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perusahaan, yaitu
bagi berlangsungnya kelancaran hidup perusahaan kedepannya. Sehingga dengan
semakin berkembangnya persaingan di dunia industri pada saat sekarang,
menyebabkan banyaknya perusahaan yang bersaing dalam memperbaiki
produktivitas yang baik dan menguntungkan bagi setiap perusahaan. Produktivitas
seorang karyawan dapat dilihat dari banyaknya jumlah barang dan jasa yang ia
hasilkan namun menggunakan waktu yang sesingkat mungkin. Dalam
mendapatkan produktivitas yang tinggi, tentunya perusahaan harus mempunyai
perencanaan tata letak atau layout pabrik yang sesuai dengan kebutuhan proses
ketika produksi, sehingga dapat mengurangi waktu material handling.
Tata letak pabrik atau (plant layout) itu bisa diartikan sebagai tata cara dalam
mengatur fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran pada saat proses
produksi di perusahaan. Pengaturan tata letak harus direncanakan semaksimal
mungkin agar dapat menentukan efesiensi sebuah operasi dalam jangka panjang.
Selain itu, dampak dari perancangan tata letak yaitu dapat menentukan persaingan
antar perusahaan dalam hal kapasitas produksi. Pada umumnya dilakukan
perancangan tata letak adalah bertujuan agar perusahaan bisa melakukan
perencanaan untuk jumlah tenaga kerja yang akan digunakan, perencanaan luas
ruangan untuk produksi dengan menyesuaikan kapasitas luas yang tersedia, serta
mempersiapkan peralatan atau fasilitas apa saja yang akan digunakan untuk proses
produksi dan lainnya sehingga dengan rancangan tata letak yang tertata dan
direncanakan sebaik mungkin dapat mempunyai dampak informasi yang ada
berjalan secara efektif dan efisien (Hasan, 2011).
PT. ABC adalah perusahaan yang bergerak dibidang fabrikasi konstruksi baja
yang menyediakan jasa fabrikasi struktur jembatan dengan material baja jenis
plat. Pada umumnya pembuatan struktur baik untuk bangunan ataupun jembatan
2
harus melalui tahapan kalkulasi engineering, dalam kalkulasi engineering tersebut
dapat ditentukan material apa yang akan digunakan untuk pembuatan struktur
bangunan atau jembatan tersebut. Namun pada saat perhitungan dari engineering
terkadang material pada kalkulasi tersebut tidak tersedia dilapangan maka owner
harus menaikkan standar material agar dapat memenuhi kalkulasi engineering.
Seperti misalnya, spesifikasi profil yang akan dipakai adalah
WF.360x188x6x10mm namun pada aktual di pasaran material tersebut tidak
tersedia maka beberapa hal yang dilakukan agar material terpenuhi yaitu dengan
menyesuaikan yang ada di pasaran. Dengan demikian tonase penggunaan material
akan bertambah karena WF. 450x200x9x14mm dengan material di pasaran yang
paling mendekati adalah WF.450x200x9x14mm sehingga akan menambah cost,
selain itu material dapat digantikan dengan metode yang lain yaitu membuat
material baru dengan metode castellated (Honney Comb). Dengan adanya
castellated (Honey Comb) maka material dari kalkulasi engineering dapat
dipenuhi. Namun, dengan demikian biaya dan proses pembuatan akan menambah
biaya lagi karena akan menambah alur pengerjaan. Selain itu, banyaknya variasi
permintaan dari customer mengakibatkan ketidak sanggupan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan customer.
Dengan adanya beberapa proyek yang tidak dapat diterima karena keterbatasan
alat maka perusahaan melakukan evaluasi sehingga muncul ide untuk pembuatan
produk baru yaitu welded beam.Welded beam adalah material untuk pembuatan
struktur bangunan yang terbuat dari plat baja kemudian di assembly sesuai
permintaan dari customer. Selain karena sebagai bentuk penyelesaian masalah
yang ada juga menjawab permintaan dari customer.
Produk jadi welded beam adalah produk baru yang akan digunakan sebagai
struktur jembatan, welded beam terbuat dari plat yang dipotong kemudian di
assembly menyerupai wide flange dengan metode penyambungan dengan
pengelasan. Dengan demikian hal tersebut dapat memenuhi permintaan customer
dari segi ketepatan kalkulasi engineering dan cost pengeluaran.
3
Dengan permasalahan yang ada di PT. ABC, dimana akan dibuatnya produk baru
yaitu welded beam dan agar lebih terorganisir area kerja yang dibutuhkan maka
PT. ABC berencana membuka plant baru yaitu PT. XYZ, sehingga perlu
dilakukan perencanaan tata letak fasilitas pabrik semaksimal mungkin. Oleh
karena itu, maka penelitian ini dilakukan untuk menemukan tata letak yang
terbaik bagi perusahaan dengan menggunakan pendekatan group technology,
produk yang akan diproduksi mempunyai ukuran yang bervariasi dimana produk
tersebut dapat dikelompokan menjadi satu family karena mempunyai kesamaan
proses sehingga perusahaan mampu mendapatkan keuntungan maksimal serta
mampu bersaing dengan perusahaan – perusahaan lain.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka terdapat masalah yang sedang terjadi dalam
perancangan tata letak di PT. XYZ adalah :
1. Bagaimana usulan tata letak fasilitas pabrik dan kantor PT. XYZ sehingga
didapatkan layout yang optimal?
2. Berapa ongkos material handling yang dihasilkan dari usulan layout pabrik ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mencapai solusi dari permasalahan tersebut maka dapat ditetapkan urutan
tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Menentukan usulan rancangan tata letak fasilitas dan kantor sehingga
didapatkan layout yang optimal.
2. Menentukan ongkos material handling dari layout pabrik yang dihasilkan.
1.4 Manfaat Penelitian
Berikut manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Memperoleh bahan pertimbangan dalam perencanaan tata letak bagi
perusahaan.
2. Memperoleh perkiraan ongkos material handling yang dihasilkan dari layout
yang diusulkan.
4
1.5 Batasan Penelitian
Adapun batasan-batasan yang digunakan agar penelitian tidak keluar dari tema,
yaitu:
1. Data yang akan digunakan adalah data pembangunan PT. XYZ.
2. Penelitian dilakukan dari November 2017 sampai Maret 2018.
1.6 Asumsi
Adapun asumsi yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut :
1. Permintaan produk dari customer stabil sehingga tidak ada perubahan.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang penulis
melakukan pengamatan dan penelitian mengenai perlu dibuatnya usulan
rancangan tata letak fasilitas di PT. XYZ, rumusan masalah, tujuan, batasan
masalah dan asumsi yang digunakan untuk mempermudah dalam proses
penelitian.
BAB II STUDI LITERATUR
Pada bab ini menjelaskan tentang beberapa dasar teori yang dipakai dalam
mengelolah data yang ada sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah yang
ditemukan di PT. XYZ. Teori-teori yang dipakai adalah teori mengenai
perancangan tata letak fasilitas produksi dan kantor.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan susunan setiap tahapan yang akan dilakukan dalam
melakukan penelitian. Susunan tersebut dimulai dengan mengidentifikasi masalah
yang ditemukan, perumusan masalah, penetapan tujuan, pembatasan masalah,
pengumpulan dan pengolahan data, analisis, serta simpulan dan saran.
BAB IV DATA DAN ANALISIS
Pada bab ini diawali dengan pengumpulan data yang ada, selanjutnya dilakukan
analisis data, kemudian dari analisis data tersebut dilakukan pengolahan data
sampai pemecahan masalah dan dapat melakukan perhitungan serta analisis
5
usulan perancangan tata letak fasilitas produksi dan tata letak kantor
menggunakan metode yang sesuai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini memberikan simpulan dan pemecahan masalah dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, serta memberikan saran-saran sebagai bahan
pertimbangan untuk hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai perbaikan pada
penelitian berikutnya.
6
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Pabrik
Pabrik merupakan suatu tempat dimana terdapat pekerja yang memproduksi suatu
bahan untuk dijadikan produk yang melewati beberapa proses untuk menghasilkan
keuntungan. Beberapa pabrik memiliki gudang atau fasilitas yang berfungsi untuk
menyimpan peralatan yang digunakan untuk membantu proses produksi. Dalam
bahasa asing pabrik dikenal dengan sebutan plant ataupun factory, yaitu tempat
dimana adanya faktor - faktor sumber daya alam seperti mesin, manusia material
serta peralatan atau fasilitas produksi lainnya, uang ataupun modal, adanya
infromasi, serta energi yang dikelola secara bersama dalam proses produksi
sehingga dapat menghasilkan produk dan jasa secara efisien, efektif dan aman
bagi perusahaan (Wignjosoebroto, 2003).
2.2 Fasilitas
Fasilitas mempunyai pengertian yang sangat luas dan banyak. Salah satunya yaitu,
“Facilities can be broadly defined as a buildings where people utilize material,
machines, and other resources to make a tangible product or provide a service.”
(Heragu, 2008). Fasilitas merupakan sebuah bangunan dimana manusia atau
pekerja memanfaatkan material, mesin dan sumber daya lainnya dalam
menghasilkan produk jadi berupa barang dan jasa untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dimana ia bekerja.
Dalam mengatur sebuah fasilitas tersebut sangatlah penting dengan tujuan utama
yaitu dapat tercapai diantaranya agar menghasilkan suatu produk barang dan jasa
dengan menggunakan biaya yang rendah serta menggunakan sumber daya
seminimal mungkin, namun menghasilkan kualitas yang bagus.
7
2.3 Perancangan Fasilitas
2.3.1 Definisi Rancang Fasilitas
Perancangan fasilitas yaitu suatu langkah dalam menganalisis suatu sistem,
kemudian membentuk konsep, serta merancang sistem tersebut dan mewujudkan
sistem yang telah dirancang bagi perusahaan dalam pembuatan barang atau jasa.
Perancangan ini digambarkan sebagai perencanaan lantai susunan fasilitas fisik
seperti tanah, bangunan serta sarana lain yang menunjang agar terciptanya
hubungan yang baik antara pelaksana, aliran barang maupun informasi dan tata
cara yang harus dilakukan agar tujuan perusahaan bisa tercapai dengan usaha yang
tepat, namun ekonomis serta aman ( Apple, 1990).
Biaya adalah hal yang utama dalam proses industri, maka beberapa pabrik
melakukan minimalisir biaya pada biaya kontruksi dan instalasi mesin atau
fasilitas produksi. Biaya tersebut meliputi biaya pemindahan bahan baku, biaya
produksi, safety, maintenance serta biaya penyimpanan produk setengah jadi atau
wip.
Oleh karena itu, tata letak pabrik harus direncanakan sebaik dan semaksimal
mungkin sehingga menentukan efesiensi dan menjaga kelangsungan hidup
industri tersebut serta memberikan kemudahan apabila akan adanya perluasan
pabrik dimasa yang akan datang.
Dengan dilakukan rancangan tata letak fasilitas maka diharapkan mampu
membawa masukan (bahan,pasokan,dll) dari satu fasilitas ke fasilitas lain dalam
waktu yang singkat dan biaya yang paling optimal.
Dalam perencanaan pabrik maka dapat digambarkan dengan skema berikut :
8
Gambar 2.1 Skema Perencanaan Fasilitas Pabrik
2.3.2 Ruang Lingkup Rancang Fasilitas
Beberapa ruang lingkup yang harus diperhatikan yang mencakup dalam
perancangan tata letak fasilitas diantaranya pengangkutan dan penerimaan
material ataupun produk jadi, gudang bahan baku, ruang produksi dan perakitan
material, ruang packing atau pengepakan, meliputi juga pelayanan dari karyawan,
penunjang kegiatan produksi, pergudangan, pengiriman, perkantoran serta fasilitas
luar lainnya yang menunjang. Bangunan ataupun lahan harus di sesuaikan dengan
produk yang akan dihasilkan sehingga dapat menghemat cost yang dikeluarkan.
Selain itu, pemilihan lokasi yang tepat dan aman dapat mempermudah akses
ketika pengiriman (Apple, 1990).
Perancangan fasilitas dimulai berdasarkan dengan suatu analisa produk yang akan
dibuat, atau jasa yang akan diberikan, dan perhitungan tentang aliran proses
kegiatan selama produksi berlangsung. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun
peralatan berdasarkan proses yang akan dilakukan untuk produksi. Dalam
perancangan tempat kerja maka ditentukan keterikatan atau daerah yang erat
hubungannya, lalu dikelompokkan dalam satu kesatuan yang akan disusun dalam
satu satuan menjadi tata letak akhir.
Lokasi Fasilitas
(Faciliies Location)
Perencanaan Fasilitas
(Facilities Planning)
Perancangan Fasilitas
(Facilities Design)
Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi
(Layout Design)
Perancangan Sistem Penanganan Material
(Material Handling System Design)
Perancangan Sistem Fasilitas
(Facilities System Design)
9
2.3.3 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Fasilitas
Tujuan utama dari adanya perencanaan tata letak pabrik adalah bagaimana
mengatur atau merancang area kerja senyaman dan seefisien mungkin, serta
merancang semua fasilitas produksi yang ekonomis agar menimbulkan operasi
produksi yang aman dan dapat digunakan untuk menaikan performansi kerja dari
karyawan atau operator. Beberapa keuntungan yang didapatkan dalam sistem
produksi yang sesuai yaitu :
1. Dapat Menaikan Hasil Output Produksi
Output produksi diharapkan menimbulkan ongkos yang seimbang atau lebih
sedikit, jam kerja yang lebih kecil dan diharapkan dapat mengurangi jam kerja
pada mesin.
2. Dapat Mengurangi Waktu Tunggu (Delay)
Dengan direncanakannya tata letak fasilitas diharapkan mampu menyeimbangkan
antara waktu yang dilakukan pada saat produksi beroperasi serta kapasitas pada
setiap departemen atau mesin yang ada sehingga dapat mengurangi antrian yang
berlebihan.
3. Mengurangi Proses Pemindahan (Material Handling)
Pada saat proses produksi berlangsung maka diharapkan perencanaan tata letak
dapat mengoptimalkan aktivitas pemindahan bahan saat produksi. Dengan
demikian akan mendapatkan biaya optimal saat pemindahan bahan, dengan
pemakaian mesin, tenaga kerja, atau fasilitas produksi, dapat mengurangi work in
process, mempersingkat proses produksi dan mengurangi antrian.
4. Menghemat Penggunaan Area
Dapat merencanakan area yang dibutuhkan bagi pabrik, seperti jalur perpindahan
material yang akan ditumpuk dan jarak kelonggaran antara mesin satu dengan
mesin yang lainnya.
5. Pendayagunaan Lebih Besar Dari Pemakaian
Dengan adanya perancangan yang sesuai maka akan didapatkan pendayagunaan
yang lebih besar dari pemakaian, misalnya dalam hal pemakaian mesin. Apabila
mesin tertata dengan rapih dan digabungkan dengan metode yang sesuai maka
penggunaan mesin akan lebih optimal karena susunan mesin telah ditata
sedemikian rupa.
10
6. Dapat Mengurangi Penumpukan Inventory In Process
Pada dasarnya sistem produksi diharapkan agar dapat berpindah dari dari satu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan waktu yang sesingkat mungkin agar
dapat mengurangi penumpukan bahan setengah jadi.
7. Proses Manufacturing Yang Singkat
Dengan merancang tata letak mesin atau memperpendek jarak antara stasiun kerja
dan mengurangi penumpukan bahan maka akan memperoleh total waktu produksi
yang lebih pendek pula.
8. Mengurangi Resiko Bagi K3 Dari Operator
Denagn adanya perancangan yang baik, maka diharapkan dapat menimbulkan
suasana kerja yang nyaman dan aman bagi semua karyawan yang bekerja di
perusahaan tersebut.
9. Dapat Meningkatkan Kepuasan Bekerja Bagi Setiap Karyawan
Setiap karyawan berharap mempunyai tempat kerja yang tersusun dengan
sistematis dan rapih agar dapat meningkatkan semangat ketika bekerja.
10. Mengurangi Hal Yang Merugikan
Perancangan tata letak harus direncanakan dengan baik agar dapat mengurangi
kerusakan yang dapat merugikan bagi perusahaan baik kerusakan produk maupun
kerusakan bahan baku.
2.3.4 Jenis-Jenis Persoalan Tata Letak
Permasalahan tata letak secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori,
yaitu (Heragu, 2008) :
1. Service system layout problem
Dalam service system, masalah rancangan tata letak sama pentingnya seperti
dalam sistem manufaktur. Tata letak dalam kantor, perpustakaan, restoran, dan
sebagainya merupakan contoh masalah rancang fasilitas dan tata letak dalam
service system. Untuk mengembangkan sebuah rancangan tata letak pada service
system, seorang perancang harus mengetahui jumlah entitas atau departemen yang
harus ditempatkan, luas area yang dibutuhkan untuk masing-masing departemen,
interaksi antar departemen, serta batasan-batasan khusus bagi suatu departemen.
2. Manufacturing Layout Problem
11
Perancangan tata letak merupakan hal yang penting ketika sistem manufaktur
akan ditata ulang, diperluas ataupun dirancang untuk pertama kalinya. Tata letak
pabrik berbeda dengan tata letak pada kantor. Tata letak kantor lebih menekankan
pada fasilitas komunikasi bukan pada mengurangi kemacetan karena mengurangi
kemacetan bukan merupakan tujuan utama dalam pengembangan tata letak kantor.
Pada perancangan tata letak pabrik, tujuan utamanya adalah meminimalisir biaya
material handling dan menyediakan tempat kerja yang aman bagi semua pekerja
serta menciptakan lingkungan produksi yang strategis.
3. Warehouse Layout Problem
Permasalahan tata letak gudang penyimpanan merupakan masalah penting yang
juga harus dipikirkan. Beberapa faktor penting pada perencanaan tata letak
pergudangan adalah bentuk dan ukuran gudang, tinggi gudang, lokasi antara
gudang dengan area dokumen, tipe rak yang digunakan pada penyimpanan,
tingkat otomatisasi yang ada pada penyimpanan, serta pengambilan komoditas.
4. Nontraditional Layout Problem
Masalah tata letak dapat terjadi diberbagai situasi. Sebagai contoh ribuan
komponen semi konduktor harus ditempatkan pada integrated circuit chip dan
dihubungkan sehingga chip yang dihasilkan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Karena jutaan chip akan mengalami proses manufaktur, maka sangat
diharapkan dapat meninimalisasi panjang dari hubungan atau koneksi tersebut.
2.3.5 Tata Letak yang Baik
Karakteristik tata letak pabrik yang baik dapat dilihat hanya dengan menggunakan
pengamatan secara langsung. Berikut merupakan karakteristik yang baik yang
harus ada dalam tata letak yaitu (Apple, 1990) :
1. Keterkaitan antara kegiatan dapat terencana dengan baik
2. Pola aliran barang tersusun dengan rapih
3. Aliran produksi yang lurus
4. Langkah balik yang minimum, yaitu kembali ketempat yang telah dilalui
5. Gang yang lurus
6. Jalur aliran tambahan
7. Jarak perpindahan antar operasi yang minimum
12
8. Pemrosesan dapat digabungkan dengan pemindahan bahan
9. Pemindahan bergerak dari penerimaan menuju pengiriman
10. Operasi pertama dan terakhir dekat dengan penyimpanan bahan baku dan
produk jadi
11. Tempat penyimpanan digabungkan dengan tempat pemakaian jika
memungkinkan
12. Tata letakdapat disesuaikan apabila ada perubahan pada waktu mendatang
13. Terdapat sedikitnya barang yang setengah jadi
14. Penggunaan yang maksimum untuk lantai pabrik dan kantor
15. Ruang penyimpanan yang cukup
16. Tersedianya ruang yang cukup untuk penyimpanan peralatan
17. Pergerakan yang sedikit antar operasi produksi
18. Penempatan antara pelayanan dan pekerja yang seimbang
19. Pemasangan alat mekanis disesuaikan dengan kebutuhan
20. Kebisingan, kotoran, kelembaban yang terkendali
21. Pemindahan barang oleh pekerja seminimal mungkin
22. Penempatan yang sesuai antara bagian penerimaan material dan
pengiriman barang.
2.3.6 Pola-Pola Aliran Material
Secara umum aliran proses produksi adalah hal yang perlu dilakukan dalam
memindahkan elemen produksi dari awal proses sampai akhir proses sehingga
menghasilkan produktivitas yang tinggi. Produktivitas yang baik bisa diperoleh
apabila aliran proses produksi tersusun dengan efektif dan efisien. Berikut
macam-macam bentuk tata letak menurut (Wignjosoebroto,2003) :
1. Garis Lurus (Straight Line)
Straight line merupakan aliran proses produksi yang sederhana dan pada
umumnya terdiri dari beberapa komponen dan peralatan produksi. Pola aliran ini
akan memberikan jarak terpendek antara dua titik, aktivitas produksi berlangsung
sepanjang garis lurus.
13
Gambar 2.2 Pola Straight Line
2. Bentuk Zig-Zag (S-Shaped)
Pola aliran Zig Zag diterapkan apabila lintasan lebih panjang dari ruangan yang
akan ditempatinya, dan karena berbelok-belok. Pola aliran ini bertujuan
mendapatkan luas dan bentuk yang lebih ekonomis.
Gambar 2.3 Pola S-Shaped
3. Bentuk U (U-Shaped)
Bentuk U diterapkan apabila terdapat kesamaan tempat dengan proses awal
pembuatan produk, pemakaian mesin bersama, dll.
Gambar 2.4 Pola U-Shaped
4. Bentuk Melingkar (Circular)
Bentuk melingkar digunakan apabila barang atau produk kembali ketempat yang
tepat pada saat awal proses, sehingga rangkaian proses akan dilakukan berulang,
seperti pada bak cetakan penuangan, penerimaan dan pengiriman terletak pada
satu tempat yang sama.
A B E C D
A
B C
D E
E
A B C
F E D
14
Gambar 2.5 Pola Melingkar
5. Bersudut Ganjil (Odd angle)
Bentuk pola aliran ini merupakan pola aliran yang sering dijumpai apabila tujuan
dari dibentuknya aliran ini adalah memperpendek aliran antar lintasan yang
berdekatan.
Gambar 2.6 Pola Odd-angle
2.3.7 Tipe-Tipe Tata Letak
Alternatif mengenai pemilihan dan penetapan tata letak merupakan langkah yang
harus diambil dalam proses perencanaan perancangan tata letak fasilitas produksi,
karena dapat menentukan hubungan yang berlangsung antar stasiun kerja.
Pemilihan tipe tata letak sangat berpengaruh terhadap proses produksi yang
berlangsung diperusahaan, sehingga dapat menjadikan efesiensi proses
manufacturing dalam waktu yang cukup lama.
A
B
F
E
D
C
A
B
D
C
E
F
15
Berikut tipe tata letak dilihat secara umum menurut (Purnomo,2004) :
1. Tata Letak Fasilitas berdasarkan aliran produksi (Production Line
Product atau Product Lay Out)
Product lay out merupakan pengaturan tata letak produksi yang diatur
berdasarkan proses yang berlangsung. Product layout ini sering disebut
dengan production line layout. Pada tipe tata letak ini mesin serta workstation
disusun secara berurutan sesuai dengan proses yang dilalui oleh produk.
Misalnya, bahan baku dipindahkan dari satu stasiun ke stasiun kerja lainnya
yang masih satu departemen. Dengan begitu layout ini disesuaikan dengan
aliran produksi, menggunakan istilah “machine of machine”.
Tujuan utama dari tata letak berdasarkan aliran produksi ini yaitu untuk
mengurangi proses pemindahan bahan baku atau material handling sehingga
dapat mempermudah dalam pengawasan ketika proses produksi berlangsung.
Layout dengan berdasarkan aliran produksi, sehingga untuk mesin dan fasilitas
produksi lainnya akan diatur dengan prinsip “machine after machine”. Tipe
layout seperti ini merupakan tipe yang sering digunakan oleh model pabrik
mass production atau memproduksi secara banyak.
Berikut beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan tata
letak pabrik dengan menggunakan tipe aliran product layout, yaitu :
1. Produk yang dibuat hanya memiliki satu standar atau hanya beberapa
standar.
2. Jumlah produksi terhitung dalam jumlah banyak serta memerlukan waktu
yang lama dalam proses pembuatannya.
3. Adanya pengetahuan mengenai studi gerak dan studi waktu dalam
menentukan laju produksi per satuan waktu.
4. Terciptanya keseimbangan atau line balancing yang baik antara peralatan
yang digunakan oleh operator dalam proses produksi dengan operator itu
sendiri.
5. Memerlukan sedikit aktivitas inspection selama proses produksi
berlangsung.
6. Satu macam operasi mesin hanya dikerjakan oleh satu mesin saja. Dan
komponen yang digunakan serupa.
16
7. Menggunakan conveyer sebagai alat pemindahan bahan pada setiap stasiun
kerja.
8. Perlu adanya perawatan yang khusus untuk setiap mesin yang berat.
Keuntungan dari menggunakan layout ini adalah sebagai berikut :
1. Lancarnya proses pemindahan aktivitas perpindahan bahan atau material
serta rendahnya biaya material handling karena jarak antara aktivitas
menggunakan jarak yang terpendek.
2. Tidak terjadi penumpukan work in process atau dikatakan seimbang.
3. Waktu produksi yang relatif singkat.
4. Skill yang diperlukan oleh operator tidak terlalu tinggi.
5. Stasiun kerja tidak perlu memerlukan area yang luas atau maksimal.
6. Kebutuhan material handling tidak terlalu tinggi.
7. Mudah dalam melakukan pengendalian proses produksi.
Kekurangan dari tipe ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat merusak aliran proses secara total apabila adanya kerusakan pada
salah satu mesin yang sedang beroprasi.
2. Stasiun kerja lambat maka akan mempengaruhi proses keseluruhan.
3. Terdapat investasi yang besar dalam penggunaan mesin.
2. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses (
Functional / Process Lay-Out )
Process (functional layout) merupakan tata letak yang berdasarkan macam
proses. Functional layout berdasarkan kepada pengaturan dan penempatan
dari semua peralatan yang digunakan ketika produksi yang memiliki ragam
atau jenis yang sama dalam satu departemen.
Akan terjadi pengelompokan pada layout ini karena berdasarkan kepada
adanya kesamaan proses dan fungsi kerja yang dimiliki. Layout seperti ini
biasanya dipergunakan oleh jenis industri manufacturing yang tidak
mempunyai standar produk serta relatif kecil.Pabrik yang lebih cocok
menggunakan tipe layout ini adalah perusahaan yang mempunyai tipe job
order atau job lot production.
17
Berikut pertimbagan apabila akan menerapkan tipe layout seperti ini :
1. Mempunyai sfesifikasi produk yang banyak serta mempunyai model yang
bermacam-macam.
2. Jumlah produksi terhitung dalam jumlah yang sedikit serta memerlukan
waktu yang cepat dalam proses pembuatannya.
3. Adanya perubahan terus menerus sehingga tidak adanya keseimbangan
dalam mengatur kerja antar operator dan mesin.
4. Ketika proses produksi berlangsung, maka perlu dilakukan pengawasan
serta pengendalian yang ketat.
5. Mesin yang digunakan dalam tipe layout ini mempunyai lebih dari satu
macam operasi kerja atau sering disebut tiper general purpose.
6. Sulitnya pemindahan material yang diakibatkan karena beratnya ukuran
produk atau material pada proses.
7. Memerlukan perawatan khusus untuk peralatannya.
Keuntungan menggunakan tipe layout ini adalah :
1. Dalam pembelian mesin serta peralatan produksi lainnya hanya memakan
investasi yang tidak terlalu tinggi.
2. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena mampu mengerjakan lebih dari
satu atau macam produk.
3. Kemudahan dalam mengatasi breakdown daripada mesin, dengan langkah
memindahkan pada mesin lain tanpa menimbulkan banyak hambatan yang
signifikan.
Kerugian menggunakan tipe ini yaitu sebagai berikut :
1. Perancangan tata letak fasilitas bergantung pada fungsi kerja dan tidak
bergantung dalam urutan proses produksi, sehingga menyebabkan
peningkatan dalam aktivitas material.
2. Kurangnya keseimbangan space ruangan untuk fasilitas produksi dengan
ruangan untuk menyimpan material yang sedang berada pada proses
setengah jadi atau sering disebut WIP.
18
3. Dengan fasilitas produksi tipe general purpose dapat menyebabkan waktu
yang diperlukan menjadi lebih lama untuk proses produksi.
4. Dengan banyaknya variasi atau macam produk yang dihasilkan banyak,
maka memerlukan skill yang lebih bagus atau lebih tinggi pada setiap
operator.
5. Pengawasan produksi akan menjadi lebih sulit
6. Kesulitan dalam memahami penyebab defects atau cacat produksi.
3. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk ( Product Family
Layout / Group Technology Layout )
Group technology layout atau product family layout merupakan layout yang
berdasarkan kepada pengelompokan mesin karena adanya kemiripan yang
terjadi pada proses produk atau komponen yang akan dibuat. Adanya
pengelompokkan produk yang tidak identik karena kesamaan proses, bentuk
serta mesin yang digunakan yang kemudian ditempatkan kedalam
“manufacturing cell”. Sehingga pengaturan fasilitas produksi bisa lebih
efesiensi serta dapat menjamin adanya kelancaran aliran kerja pada setiap
stasiun kerja.
Keuntungan menggunakan tipe layout ini adalah :
1. Penggunaan mesin secara maksimal yang diakbiatkan oleh adanya
pengelompokan produk berdasarkan proses pembuatan.
2. Memiliki kelancaran pada aliran kerja serta mengurangi jarak perpindahan
material.
3. Lingkungan kerja akan lebih baik dan keterampilan operator bisa
meningkat.
4. Adanya kombinasi tipe produk layout dan proses layout sehingga memiki
keuntungan yang lebih banyak.
5. Tipe mesin yang digunakan adalah tipe general purpose.
6. Penyimpanan serta pengendalian produksi dapat dilakukan dengan lebih
mudah.
7. Perkiraan waktu produksi dapat diperkirakan lebih tepat sehingga
penjadwalan produksi juga bisa dilakukan dengan lebih cepat.
19
Kerugian yang didapat apabila menggunakan tata letak tipe ini adalah sebagai
berikut:
1. Memerlukan tenaga kerja dengan keterampilan yang tinggi agar dapat
mengoperasikan semua fasilitas produksi dengan maksimal.
2. Pengendalian proses produksi dalam keseimbangan aliran kerja setiap sel
sangat berpengaruh terhadap kelancaran kerja.
3. Perlu adanya “buffers & work in process storage” apabila keseimbangan
aliran pada setiap sel sulit untuk dicapai.
4. Tata Letak Fasilitas Bcrdasarkan Lokasi Material Tetap ( Fixed position
lay out atau Fixed Material Location Product lay-out )
Berdasarkan tata letak ini, maka komponen produk yang utamanya akan tetap
menempati posisi atau lokasi yang sama tetapi untuk fasilitas seperti alat
bantu, mesin, manusia dan komponen lainnya bergerak menuju material
produk utama. Acuan dalam menentukan tipe tata letak ini yaitu berdasarkan :
1. Produk yang mempunyai model yang banyak.
2. Jumlah produk sedikit dan pengerjaannya tidak memerlukan waktu yang
lama.
3. Sulit dalam melakukan motion dan time study dikarenakan jenis pekerjaan
tersebut berubah - ubah.
4. Perlu adanya pengawasan yang ketat ketika proses produksi.
5. Mesin yang digunakan adalah tipe general purpose dikarenakan memiliki
bermacam-macam operasi kerja.
6. Material dan produk terlalu berat dan sulit untuk dipindah-pindahkan.
7. Perlunya perawatan khusus untuk mesin dikarenakan berat pada bahan dan
material terlalu berat.
Keuntungan ketika menggunakan tipe layout ini adalah :
1. Menggunakan mesin yang umum sehingga bisa mengurangi nilai investasi
terhadap pembelian mesin dan peralatan produksi lainnya.
2. Mesin bisa digunakan semaksimal mungkin karena mesin mempunyai
tingkat fleksibilitas yang tinggi yaitu mampu mengerjakan lebih dari tipe
produk.
20
3. Memudahkan dalam pengawasan terutama pekerjaan yang membutuhkan
tingkat ketelitian yang tinggi.
4. Memudahkan dalam mengatasi breakdown produksi sehingga dapat
mengurangi hambatan secara besar.
5. Perpindahan material bisa dikurangi.
Kerugian menggunakan layout ini yaitu :
1. Perlu mempunyai pengawasan serta koordinasi terhadap penjadwalan
produksi secara terinci.
2. Terdapat duplikasi seperti peralatan kerja sehingga menyebabkan
perombakan jarak antar area seperti tempat yang tersedia untuk barang
setengah jadi.
2.3.8 Ukuran Jarak
Berbagai macam sistem yang digunakan untuk melakukan pengukuran jarak suatu
lokasi, yaitu antara lain jarak euclidean, squared euclidean, rectilinier, asle
distance, adjacency dan lain sebagainya. Ukuran yang digunakan banyak yang
tergantung dari banyaknya waktu yang digunakan ketika mengumpulkan data dari
pemindahan material.
1. Jarak Euclidean
Jarak ini merupakan jarak yang diukur antara pusat fasilitas satu dengan pusat
fasilitas lainnya. Sistem pengukuran ini banyak digunakan karena lebih mudah
dipahami. Contoh aplikasinya yaitu pada model conveyor, jaringan transportasi
dan distribusi.
Berikut formula rumus yang digunakan dalam perhitungan :
Dengan,
xi = Koordinat x pada pusat fasilitas i
yi = Koordinat y pada pusat fasilitas i
dij = Jarak antara pusat fasilitas i dan j
2. Jarak Rectilinear
Jarak rectilinear adalah jarak yang diukur berdasarkan jalur tegak lurus.
Contohnya dalam menentukan jarak antar stasiun kerja, jarak antar fasilitas
21
dimana peralatan pemindahan bahan hanya dapat bergerak tegak lurus. Berikut
notasi yang terdapat dalam perhitungan :
3. Squared Euclidean
Squared euclidean adalah ukuran jarak yang mengkuadratkan bobot terbesar
suatu jarak antara dua fasilitas yang saling berdekatan. Berikut formula yang
digunakan :
4. Adjacency
Adjacency merupakan pengukuran jarak berdasarkan kepada dekat atau
jauhnya departemen atau fasilitas yang ada. Namun, pada pengukuran jarak ini,
tidak bisa memberikan perbedaan yang cukup nyata apabila terdapat
departemen yang saling berjauhan atau tidak mempunyai kedekatan.
5. Aisle
Aisledistance dapat mengukur jarak sepanjang lintasan yang dilalui alat
pengangkut pemindah bahan. Untuk pertama kalinya alise distance pertama
kali diaplikasikan pada masalah tata letak proses manufacturing.
Seperti pada gambar 2.7 (a) ukuran jarak asile antara departemen K & M
adalah jumlah daria,b, dan d. Sedangkan pada gambar (b) jarak asile
departemen 1 dengan departemen 3 adalah jumlsh dari a,c,f, dan h.
22
Gambar 2.7 Contoh Ukuran Jarak Asile
2.3.9 Material Handling
Pengertian dari material handling yaitu menangani penyimpanan material agar
material tersebut tersimpan dengan baik dan benar dan sesuai kondisi yang baik,
tersimpan pada posisi yang benar, dan urutan yang telah ditentukan menggunakan
biaya yang serendah mungkin guna adanya penghematan biaya material handling
namun tetap menggunakan metode yang benar (Purnomo, 2004).
Permasalahan utama dalam suatu produk dapat dilihat berdasarkan pada proses
produksi, dengan melihat pergerakan suatu material dari stasiun kerja a ke stasiun
kerja lainnya. Hal ini terlihat dari proses kelancaran antara penerimaan material,
pemindahan material sampai pada akhirnya tersimpan pada gudang atau tempat
penyimpanan. Adanya material handling adalah, sebagai bukti dari suatu proses
produksi yang terjadi berjalan dengan baik.
23
Proses perpindahan material adalah hal yang penting sebagai pertimbangan untuk
merencanakan tata letak fasilitas produksi karena aktifitas tersebut dapat menjadi
penentu hubungan atau keterkaitan pada setiap fasilitas produksi. Menurut
(AMHS) American Material Handling Society, material handling merupakan
suatu ilmu seni dimana terdapat penanganan (handling) terhadap material,
kemudian pemindahan (moving) material dari tempat a ke tempat selanjutnya
sampai pada tempat penyimpanan, serta adanya suatu controlling atau
pengendalian dari material yang akan digunakan (Wignjosoebroto,2003).
Umumnya aktifitas material handling merupakan kegiatan yang tidak produktif
karena tidak terjadi peruabahan bentuk, serta perubahan dimensi, maupun sifat
fisik atau kimiawi dari bahan yang dipindahkan bahkan hanya akan menambah
biaya (cost).
1. Tujuan Material Handling
Tujuan utama dari adanya penanganan material yaitu agar dapat mengurangi
biaya produksi dan sangat berpengaruh dalam perancangan fasilitas produksi.
1. Dapat mengembangkan dan menjaga kualitas produk sehingga mampu
mempertahankan dari kerusakan yang mungkin saja terjadi serta mampu
menjaga material itu sendiri.
2. Dapat menjaga keamanan di lingkungan bekerja.
3. Adanya aliran lurus pada material dan perpindahan yang tidak terlalu jauh
sehingga dapat meningkatkan tingkat produktivitas.
4. Mampu meningkatka penggunaan fasilitas, seperti memanfaatkan
penggunaan bangunan dengan semaksimal mungkin, serta peralatan dan lain
sebagainya.
5. Mampu mengembangkan program pemeliharaan preventif.
2. Ongkos Material Handling (OMH)
Ongkos material handling yaitu segala ongkos yang diperhitungkan dalam
pelaksanaan proses pemindahan material dan peralatannya. Untuk menghitung
OMH digunakan jarak perpindahan dan frekuensi perpindahan pada setiap alat
angkut. Sehingga akan diketahui biaya yang dikeluarkan untuk penanganan
material setiap meternya.
24
Jarak tempuh antar stasiun kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi ongkos material handling.
Tujuan dari menganalisa perpindahan material handling yaitu untuk
tercapainya proses pemindahan bahan secara teratur dan rapih sehingga tidak
menggangu berjalannya proses produksi. Selain itu untuk mendapatkan biaya
yang termurah dalam menentukan tata letak fasilitas antar stasiun kerja.
Berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk menghitung OMH :
nmat
Cf =
Dengan,
F = Frekuensi perpindahan
Nmat = Jumlah unit yang dipindah
C = kapasitas alat angkut (unit)
cost
dOMH/m =
Dengan,
OMH/m = Biaya angkut / meter (Rp/m)
Cost = Biaya operasi / jam (Rp/m)
d = Jarak angkut / jam (m/jam)
Pengukuran jarak tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.
Dengan demikian, maka jarak tempuh sudah ditentukan dan frekuensi material
handling sudah diperhitungkan maka ongkos material handling dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
Dengan,
OMH = Ongkos material handling per meter gerakan (OMH/ m)
r = Jarak perpindahan (m)
f = Frekuensi perpindahan
2.3.10 From To Chart
FTC adalah tabel gambaran tentang untuk menghitung berapa total ongkos
material handling di suatu bagian aktivitas produksi dalam pabrik menuju
aktivitas yang lainnya. Dengan from to chart kita dapat mengetahui total material
25
handling secara menyeluruh mulai dari gudang bahan baku menuju ruang
produksi sampai dengan pengiriman produk jadi ke gudang packing. Berikut
langkah yang diperlukan dalam pengisian from to chart :
1. Memasukkan nilai total ongkos material handling dari tabel OMH dan
menyesuaikan dengan pengangkutan bahan dari satu tempat ke tempat lainnya.
2. Menjumlahkan jumlah ongkos yang terdapat pada setiap baris dan setiap kolom
serta jumlah ongkos keseluruhan.
2.3.11 Inflow dan Outflow
Inflow dan outflow adalah tabel yang digunakan untuk mencari jumlah koefisien
ongkos yang masuk dan keluar dari masing-masing stasiun kerja. Inflow dan
outflow berguna dalam mengetahui tingkat kedekatan antar stasiun kerja. Berikut
merupakan data perhitungan yang diambil dari from to chart :
Gambar 2.8 Inflow dan Outflow
2.4 Group Technology
Group technology ini merupakan metode produksi pendek yang relatif baru yang
sering digunakan dalam situasi job-shop. Biasanya kelompok yang tidak sama
kemudian dikelompokkan kedalam satu kelompok berdasarkan kesamaan pada
bentuk komponen, bukan kesamaan penggunaan akhir.
Group technology merupakan suatu metode yang digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan yang mempunyai kemiripan yaitu dengan cara mengelompokan
masalah-masalah yang mirip menjadi satu sel sehingga pemecahan masalah
tersebut dapat menghemat waktu dan upaya (Hadiguna, 2008).
26
Ide dasar group technology ini adalah memecahkan suatu sistem manufaktur
menjadi subsistem. Intisari dari pengelompokan pengerjaannya adalah
mengumpulkan tugas / pekerjaan yang mirip dan berulang dengan cara:
1. Memasukkan nilai total ongkos material handling dari tabel OMH dan
menyesuaikan dengan data pengangkutan material dari satu stasiun kerja ke
stasiun kerja lainnya.
2. Mengelompokan aktivitas sejenis sehingga menghindari waktu terbuang akibat
perubahan kegiatan satu terhadap kegiatan yang lainnya.
3. Membuat standarisi aktivitas-aktivitas yang erat kaitannya, sehingga kita hanya
memfokuskan pada perbedaan-perbedaan yang tampak dan menghindari
penduplikasian usaha yang tidak perlu.
4. Dengan mengefisiensikan penyimpanan dan pengembalian dan informasi untuk
mengeliminasi pemecahan masalah.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi
ongkos produksi dengan cara mengelompokan komponen-komponen ke dalam
part family.
Terdapat banyak perbedaan antara lingkungan kerja job shop tradisional dan
lingkungan cellular manufacturing dalam hal pengelompokan dan tata letak
mesin. Pada job shop tradisional mesin dikelompokkan berdasarkan kesamaan
fungsinya sedangkan pada cellular manufacturing mesin dikelompokkan dalam
sel dimana tiap sel ditujukan untuk spesifikasi family komponen manufaktur, tiap
sel memiliki fungsi yang tidak sama. Susunan cellular manufacturing mengikuti
pengontrolan cellular manufacturing system (CMS) yang sederhana.
Group technology pada dasarnya adalah melakukan proses penataan dari routing
of parts sehingga dapat mengurangi biaya transportasi antar mesin. Berikut
pengertian tentang group tehnology :
1. Group technology merupakan metode untuk mengolah entitas yang mirip
seperti komponen, tools, proses dan lain sebagainya, yang bertujuan untuk
mengurangi kompleksitas manufaktur dengan cara membagi sistem
manufaktur menjadi sub manufaktur dalam sel ( Wignjosoebroto, 2003 ).
27
2. Group technology adalah teknologi untuk mengelompokkan part ke dalam
family group, dengan memilih sedemikian rupa sehingga setiap family
group akan memiliki karakteristik mesin yang sama ( Sandra, 2000 ).
2.4.1 Part Family
Part family adalah membentuk keluarga komponen-komponen, mengidentifikasi
komponen yang ada di produksi atau yang masih di produksi juga yang masih
direncanakan. Beberapa komponen dapat dikelompokkan dalam satu family
karena komponen tersebut masing-masing mempunyai kesamaan proses.
1. Dasar Pembuatan Part Family
Metode umum dalam mengidentifikasi part family ada 3 yaitu :
a. Metode Pengamatan Visual ( Visual Inspection )
Metode ini merupakan sebuah prosedur sistematik dimana part dikelompokkan
berdasarkan kemiripannya dalam bentuk. Kelemahan dari metode ini yaitu
pengelompokkan part bersifat subyektif karena pengamatan setiap individu
pasti berbeda.
b. Metode Klasifikasi Dan Koding ( Coding and Clasification)
Metode klasifikasi dan koding memberikan dasar untuk perkembangan proses
data dengan menggunakan komputer. Pelopor penggunaan metode ini adalah H.
Opitz dari Aachen University, Jerman. Metode ini dilakukan berdasarkan
karakteristik produksi. Setiap komponen dilambangkan dengan kode angka,
huruf bahkan kombinasi. Kekurangan metode ini adalah sulitnya dalam
pembentukan machine cell.
c. Metode Analisis Aliran Produksi ( Production Flow Analysis )
Metode ini merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi part dan mesin
yang dihubungkan yang kemudian menggolongkan penggunaan informasi
tersedianya rute produksi. Penerapan group technology dimulai dengan
identifikasi keluarga part dan kelompok mesin sedemikian sehingga part-
machine ini akan dilakukan perbaikan formasi pengelompokkannya. Matrik
disusun dari kolom p dan baris m untuk operasi. Metode yang digunakan disini
adalah Rank Order Clustreing( ROC) (Heragu, 2008).
2. Rank Order Clustering ( ROC )
28
ROC adalah algoritma yang mengelompokan part-machine yang diperkenalkan
oleh King (1980). Perhitungan dalam metode ini menggunakan teknik
perhitungan matematis yang simpel, efektif dan efesien. Dalam masing-masing
baris dan kolom akan menjadi decimal equaivalents yang kemudian mengatur
baris dan kolomnya secara interaktif dan berdasarkan nilai decimal secara
menurun, sampai ditemukannya tidak ada perubahan urutan setelah dilakukan
perhitungan.
3. Metode Hollier
Metode hollier adalah metode yang digunakan untuk mengurutkan mesin
berdasarkan data yang diperoleh dari from to chart. Disusun dari nilai aliran
from to chart terbesar ke terkecil dengan mempertimbangkan fungsi dan
kegunaan mesin tersebut.
2.5 Metode Tata Letak Fasilitas Kantor
Pada tahun 1970-an perkembangan teknologi komputer sangat pesat termasuk
dalam bidang perencanaan layout. Metode yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan layout ada 2, yaitu (Tomkins, 1996) :
1. Metode Optimisasi
Yaitu metode yang dapat memberikan solusi optimal, namun membutuhkan
waktu yang cukup lama dan waktu yang dibutuhkan akan terus meningkat
sesuai dengan jumlah departemen yang ada. Sehingga sangat sulit untuk
departemen yang terlalu banyak.
2. Metode Heuristik
Metode ini adalah metode dengan mencari solusi yang mendekati optimal, dan
menggunakan waktu yang lebih singkat dari metode optimisasi. Dalam
intelligent manufacturing system, membagi metode heuristik menjadi 4 bagian
besar, yaitu :
1. Metode Pembentukan (konstruksi)
2. Metode Perbaikan
3. Metode Hibrid
4. Metode Graph Teoritic
29
Namun secara umum, hanya terbagi menjadi 2 bagian, yaitu metode konstruksi
(pembentukan) dan metode perbaikan.
2.5.1 Algoritma Konstruksi (Pembentukan)
Algoritma konstruksi adalah algoritmana yang digunakan apabila akan
membentuk tata letak atau layout yang baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Pembentukan layout ini dilakukan secara bertahap, dimana fasilitas-fasilitas
ditempatkan pada area tertentu dengan menggunakan susunan layout yang telah
diperoleh. Berikut yang termasuk kedalam algoritma konstruksi adalah :
1. CORELAP (Computerized Relationship Layout Planning)
CORELAP diperkenalkan oleh Moore dan Robert C. Lee di tahun 1967 dengan
menggunakan dasar Systematik Layout Planning yang dikembangkan oleh
Muther. Dalam algoritma ini mempunyai 3 prosedur yaitu :
1. Analisa Masalah
2. Tahap Pencarian
3. Tahap Seleksi
Yang digunakan dalam algoritma ini yaitu symbol-symbol A-E-I-O-U-X untuk
menyatakan derajat kedekatan antar departemen, kebutuhan ruangan serta rasio
panjang lebar bangunan maksimum untuk menggambar tata letak tersebut.
Tujuan digunakannya symbol adalah sebagai jawaban dari pertanyaan yang
berhubungan dengan tata letak tersebut, yang menjelaskan hubungan kedekatan
antar setiap departemen sehingga dapat diketahui alasannya.
Data yang digunakan dalam algoritma CORELAPadalah :
1. Peta hubungan (ARC)
2. Area setiap departemen
3. Jumlah departemen
4. Nilai kedekatan hubungan (TCR)
Langkah pertama dalam metode CORELAP yaitu membuat activity relationship
chart, dengan ditunjukan oleh derajat kedekatan : A (nilai 5), E (nilai 4), I (nilai
3), O (nilai 2), U (diberi nilai 1), X (diberi nilai 0).
Setelah dibuat ARC kemudian membuat tabel closeness rating (TCR) untuk
setiap departemennya. TCR adalah jumlah nilai numeric yang diperoleh dari
30
nilai derajat kedekatan ARC ( A- E - I - U - O ). Penyusunan departemen
disusun dari nilai TCR yang terbesar hingga nilai TCR yang terkecil.
Output yang dihasilkan yaitu matriks layout yang menggambarkan penempatan
fasilitas setiap fasilitas, tetapi tidak beraturan sehingga perlu penyesuaian lebih
lanjut.
2. PLANET ( Plan Layout Analysis and Evaluation Technique )
Algoritma ini dikembangkan oleh Deisenroth dan Apple. Kelebihan dari
algoritma ini dapat mengolah 3 bagian data. Alternatif algoritma ini, yakni :
1. Part List
2. From To Chart
3. Penalty Chart
Algoritma ini membentuk layout dalam bentuk yang tidak beraturan dan pada
umumnya program ini membentuk layout yang berbentuk bujur sangkar tidak
berbentuk memanjang.
3. ALDEP ( Automated Layout Desting Program )
Algoritma ini dikembangkan oleh Seehof dan Evans tahun 1967. Penempatan
fasilitas dilakukan secara random dengan tingkat kedekatan (A/E), kemudian akan
menghasilkan beberapa alternative layout. ALDEP lebih cocok digunakan untuk
perancangan tata letak fasilitas yang didalamnya terdapat banyak departemen.
2.5.2 Metode Perbaikan
Metode perbaikan adalah metode pendekatan yang sederhana dan mudah
diimplementasikan.Dengan memperbaiki atau melakukan improvement dengan
layout yang sudah dianggap baik. Berikut pembagian metode perbaikan :
1. CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities Technique)
Metode CRAFT diperkenalkan oleh Amour dan Buffa tahun 1963. Tujuan dari
metode ini yaitu untuk meminimalisir total biaya transportasi perkalian antara
frekuensi aliran, jarak tempuh dan biaya untuk pemindahan per satuan jarak
dengan mempertimbangkan pertukaran setiap departemen yang memiliki luas area
yang sama.
Data yang digunakan dalam metode ini adalah :
1. Tata letak awal
31
2. From to chart
3. Move cost chart
4. Jumlah lokasi departemen yang tetap
2. COFAD ( Computerized Facilities Design )
COFAD adalah metode yang diperkenalkan oleh James A. Tompkins tahun 1972.
Metode ini adalah penggabungan dari permasalahan tata letak namun dengan
memperhatikan penanganan material.
Data yang digunakan dalam metode ini adalah :
1. Pemilihan peralatan
2. Biaya setiap peralatan
3. FTC setiap peralatan
4. Tata letak awal
3. Metode Hibrid
Metode hibrid adalah algoritma dengan karakteristik penggabungan antara
algoritma perbaikan dan algoritma pembentukan. Langkah awal yaitu dengan
mencari solusi awal menggunakan metode pembentukan kemudian mencari
perbaikan dengan metode perbaikan untuk mendapatkan layout yang pilih.
4. Metode Graph Teoritic
Metode ini adalah metode dengan perhitungan matematika dan teori grafik
sebagai pembentukan area berdasarkan derajat hubungan dimensi x dan dimensi y
(tetap).
Contoh dari algoritma ini adalah :
1. RUG (Revine Usporadani Rovinny Graph)
2. PLANTAPT (Plant Layout APT Language)
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Langkah-Langkah Penelitian
Suatu proses identifikasi, merumuskan masalah, dam memecahkan suatu
permasalahan sehingga diperoleh simpulan dari permasalah digambarkan dalam
sebuah bagan yang sistematis dalam tahapan flow chart sebagai berikut.
Mulai
Observasi awal
- Interview langsung kepada personel Manager produksi
terkait perencanaan pembangunana plant baru.
- Mengumpulkan data yang diperoleh
Identifikasi Masalah
Menetukan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan sistematika
penulisan
1. Batasan Masalah
Study Literatur
Pengumpulan Data
1. Data luasan tanah
2. OPC (operation process chart)
3. Nama mesin dan ukurannya
4. Spesifikasi produk jadi
5. Struktur organisasi
6. Jumlah staff dan karyawan
Analisis Data
A
33
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
3.2 Observasi awal
Tahap awal dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data dengan
mengetahui luasan tanah yang sudah ada untuk dibandingkan dengan luasan yang
diperlukan untuk pembuatan produk welded beam. Kemudian membuat OPC
(operation porcess chart) untuk mengetahui proses dari pembuatan welded beam
dengan demikian diketahui alur proses dan keperluan peralatan dari masing-
masing proses yang akan dilakukan. Dari peralatan yang sudah ditentukan maka
dapat diketahui standar spesifikasi yang dapat dipenuhi untuk produk welded
beam tersebut. Kemudian ditentukan jumlah manpower dan staff sebagai bahan
penentuan kapasitas maksimal produksi harian yang dapat dipenuhi oleh PT.
XYZ.
1. Menentukan input data matrik (FPA)
2. Menghitung ROC
3. Penyusunan machine cell dengan metode
hollier
4. Pembentukan layout group technology
5. Menghitung jarak antar ruangan
6. Menghitung ongkos material handling
Kesimpulan dan Saran
Membuat Kesimpulan dari
hasil penelitian dan
Memberikan saran kepada
perusahaan
1. Membuat ARC
2. Menghitung TCR
3. Pembentukan layout
Selesai
A
34
3.3 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk menetapkan masalah yang ada, mencari
solusi, tujuan dari penelitian dan batasannya. Kemudian menentukan
permasalahan dilakukan pada perencanaan tata letak pabrik agar ditemukan tata
letak yang optimal dan kapasitas produksi. Agar masalah tersebut dapat
diselesaikan maka dibutuhkan metode yang tepat untuk mengoptimalkan tata letak
dan menentukan kapasitas produksi.
3.4 Studi literatur
Studi literatur merupakan kumpulan dari teori-teori dasar yang dibutuhkan dalam
proses pemecahan masalah pada saat identifikasi agar dapat mencapai tujuan dari
penelitian. Teori yang digunakan sebagai literatur ialah tentang fasilitas dan
perancangan fasilitas.
3.5 Tahapan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan fakta yang ada dilapangan, yang
menjadi permasalahan dan akan digunakan untuk analisis lebih lanjut, data yang
dikumpulkan meliputi :
1. Data luas tanah yang akan dibangun.
2. OPC (operation process chart).
3. Spesifikasi mesin yang dibutuhkan.
4. Spesifikasi produk jadi.
5. Jumlah staff & karyawan.
3.6 Tahap Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan ialah yang berisi mengenai informasi luas tanah dan
bentuk tanah yang akan dibangun untuk pembuatan produk baru tersebut,
membuat OPC (operation process chart) untuk mengetahui urutan kegiatan yang
akan dilakukan untuk proses pembuatan welded beam, spesifikasi peralatan yang
dibutuhkan untuk masing-masing proses agar dapat direncanakan keperluan ruang
gerak operator baik saat proses pembuatan atau saat maintenance mesin untuk
masing-masing peralatan tersebut. Spesifikasi dari produk jadi untuk menentukan
35
luasan tempat penyimpanan dan penumpukan produk yang sudah jadi dan jumlah
staff dan karyawan yang dibutuhkan untuk menentukan kapasitas produksi. Dari
data yang telah dikumpulkan kemudian dijadikan sebagai bahan untuk melakukan
penelitian ini yang hasilnya akan diterapkan sebagai perencanaan tata letak pabrik
di PT. XYZ maka, pendekatan group technology dan CORELAP akan digunakan
sebagai penentuan tata letak pabrik dan kantor tersebut. Perencanaan tersebut akan
menghasilkan letak masing-masing departemen, mesin dan peralatan produksi,
serta fasilitas umum yang diperlukan sebagai bahan penunjang dalam pabrik.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan layout pabrik adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan input data matrik PFA (production flow analysis)
2. Menghitung nilai ROC (rank order clustering) berdasarkan proses produksi
3. Membentuk atau menyusun machine cell menggunakan metode hollier
4. Pembentukan layout group technology
5. Menghitung jarak antar ruangan atau antar mesin
6. Menghitung ongkos material handling
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan layout kantor adalah
sebagai berikut :
1. Membuat nilai ARC (activity relationship chart)
2. Menghitung nilai TCR (total closeness rating)
3. Pembentukan layout
3.7 Simpulan dan Saran
Langkah terakhir dalam penelitian yang dilakukan ialah pemberian simpulan dan
saran. Dimana simpulan akan diambil berdasarkan hasil pembanding dari kondisi
sebelum dilakukan penelitian dan sesudah dilakukan penelitian. Simpulan akan
disesuaikan dengan tujuan penelitian ini sedangkan saran diperlukan untuk
melengkapi kekurangan yang mungkin saja terjadi apabila tujuan dari penelitian
ini belum sepenuhnya tercapai, guna untuk menyempurnakan hasil dari penelitian
ini.
36
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
Bab IV ini membahas mengenai data-data yang telah dikumpulkan dari hasil
penelitian dan diolah untuk membuat rancangan tata letak fasilitas produksi.
4.1 Observasi Awal
Tahap pertama yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu dengan
mengumpulkan informasi luas dan bentuk tanah yang tersedia, informasi mesin,
informasi part atau komponen, bill of material, operation process chart, struktur
organisasi, nama dan jumlah departemen terkait dan jumlah karyawan.
4.1.1 Data Luas Tanah
Gambar 4.1 : Data Luas Tanah
Gambar 4.1 menggambarkan ukuran luasan tanah yang dimiliki PT. XYZ yang
akan direncanakan pembangunan plant baru diatas lahan tersebut, dalam
perencanaan tersebut diharapkan luasan lahan dapat memenuhi beberapa area
37
yaitu lantai fabrikasi, area kantor, warehouse dan akses mobilitas barang yang
teratur sesuai dengan penjabaran berikut ini :
1. Akses mobilisasi barang dan pekerja
2. Kantor security
3. Kantor
4. Warehouse/gudang
5. Area fabrikasi
Area tersebut akan dibagi dan di plot kedalam luas lahan PT. XYZ dengan total
luasan yaitu 3.282,84m2
.
4.1.2 Data Spesifikasi Mesin
Data spesifikasi mesin merupakan data yang meliputi nama mesin, serta dimensi
dari setiap mesin atau stasiun kerja yang akan digunakan. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Mesin
Kode
Mesin Nama Mesin Jumlah
Ukuran Mesin
(m)
Luas
Mesin
(m2)
Allowance
20%
kebutuhan
luas (m) P L
B1 Mc. Cutt-1 1 12 5 60 12 72
B2 Mc. Cutt-2 1 12 5 60 12 72
B3 Mc. Cutt-3 1 12 5 60 12 72
C1 A. INSP-1 1 12,5 5,5 68,75 13,75 82,5
C2 A. INSP-2 1 12,5 5,5 68,75 13,75 82,5
D1 Mc. Fitt-1 1 14 5 70 14 84
D2 Mc. Fitt-2 1 16 6 96 19,2 115,2
E A.PSA 1 13 6 78 15,6 93,6
F1 Mc. Weld-1 1 16 4 64 12,8 76,8
F2 Mc. Weld-2 1 16 4 64 12,8 76,8
G Mc.
Straightening 1 16 4 64 12,8 76,8
H Mc. Grinding 1 13 6 78 15,6 93,6
Berikut ini merupakan penjelasan dari mesin-mesin yang digunakan untuk
merakit welded beam :
38
1. Cutting Machine-1
Machine cutting-1 merupakan mesin yang digunakan untuk proses
pemotongan plat baja lembaran dengan part yang termasuk klasifikasi A.
2. Machine Cutting-2
Machine cutting-2 merupakan mesin yang digunakan untuk proses
pemotongan plat baja lembaran dengan part yang termasuk klasifikasi B.
3. Machine Cutting-3
Machine cutting-2 merupakan mesin yang digunakan untuk proses
pemotongan plat baja lembaran dengan part yang termasuk klasifikasi C.
4. Work and Inspection Area ( 1, 2 )
Work station berfungsi untuk tempat inspeksi atau memeriksa kecacatan pada
saat proses produksi berlangsung.
5. Machine Fitting-1
Machine fitting-1 adalah mesin yang digunakan untuk menggabungkan atau
merakit part sebelum dilas.
6. Machine Fitting-2
Machine fitting-2 adalah mesin yang digunakan untuk menggabungkan atau
merakit part sebelum dilas.
7. Machine Welding
Machine welding merupakan mesin yang digunakan untuk menggabungkan
atau mengelas part welded beam menjadi 1 unit produk welded beam.
8. Machine Straightening
Mesin straightening adalah mesin yang digunakan untuk meluruskan welded
beam yang sudah dilas agar tidak ada bengkok atau cacat.
9. Grinding
Mesin grinda adalah mesin yang digunakan untuk melakukan pengikisan atau
pengasahan sehingga dapat menghasilkan permukaan yang halus pada welded
beam.
4.1.3 Data Material
Data informasi produk meliputi nama-nama dan ukuran dari setiap part yang akan
di produksi. Data material produksi diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi dan
dapat dilihat pada tabel 4.2 :
39
Tabel 4.2 Data Informasi Material
Nama Part / Komponen
Kla
sifi
kas
i P
roduk W
eld
ead B
eam
A
H 150x150x7x10
H194x150x6x9
H 200x100x5.5x8
H 200x200x8x12
B
H 244x175x7x11
H 250x125x6x9
H250x250x9x14
H 294x200x8x12
H 300x150x6.5x9
C
H 350x175x7x11
H 588x300x12x20
H 594x302x14x23
H 600x200x11x17
BH 1400x400x28x36
Ukuran part tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan
permintaan dari customer. Namun, untuk lebih mudah dalam pembuatan produk,
maka part-part diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi seperti pada tabel 4.2.
4.1.4 Bill Of Material
Bill of material merupakan susunan produk atau material produk yang digunakan
untuk membuat suatu produk. Terdiri dari nama item, bahan, atau material yang
dibutuhkan untuk merakit, sampai terbentuk produk akhir. BOM menjadi acuan
dalam engineer dan perusahaan untuk membuat produk, terdiri dari berbagai
bentuk. BOM juga diartikan sebagai desain untuk manufacturing proses.
Perencanaan pengendalian dan persediaan produksi dapat menggunakan BOM
yang dihubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan item
apa saja yang harus dibeli atau diproduksi. Berikut bill of material dari produk
welded beam :
40
Gambar 4.2 BOM Welded Beam
4.1.5 Operation Process Chart
Pada produksi welded beam, terdapat 3 proses assembly yang terjadi. Setelah
diketahui proses yang berlangsung pada proses produksi welded beam, maka
dibuatlah operation process chart untuk menggambarkan langkah-langkah atau
proses yang akan dilewati oleh produk tersebut yaitu sebagai berikut :
WELDED BEAM
FLANGE ATAS WEB FLANGE BAWAH
41
Flange BawahFlange Atas Web
O-1
O-2
I-1
SA-1
I-4
SA-2
O-7
I-5
O-8
O-3
O-4
I-2
O-5
O-6
I-3
Diukur3'
Dipotong
M.Cutting
7'
Inspeksi
Dirakit
Mc. Fitting
10'
Inspeksi
Diwelding
Mc.Welding
30'
Diluruskan
Mc. Staightening
20'
Inspeksi
Labeling
O-9
Finishing
M.Grinding
Penyimpanan
5'
1'
3'
Diukur3'
Dipotong
M. Cutting
7'
Inspeksi
Diukur3'
Dipotong
M.Cutting
Inspeksi
7'
1' 1'
1'
1'
1'
Gambar 4.3 Operation Process Chart
42
4.1.6 Data Umum Produksi
Dibawah ini adalah data umum produksi yang telah dibuat oleh perusahaan.
Untuk data umum produksi dapat dilihat pada tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Data Umum Produksi PT. XYZ
Data Umum Produksi
Jumlah jam kerja / hari 8 jam
Jumlah hari kerja / bulan 20 hari
Jumlah jam kerja / bulan 160
jam
Jumlah hari kerja / tahun 240
hari
Efesiensi 85%
4.2 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data merupakan proses pencarian solusi permasalahan berdasarkan
pengumpulan data yang telah dilakukan sebelumnya.
4.2.1 Pembentukan Tata Letak Produksi Usulan
4.2.1.1 Penentuan Input Data Matrik
Tahap pertama yaitu dengan melakukan pembentukan kelompok mesin dengan
menggunakan matriks production flow analysis (PFA) sebagai input data matriks
pada pembentukan sel manufaktur. Hasil matriks PFA dapat dilihat pada tabel 4.4
43
Tabel 4.4 Matrix FPA
Ket Komponen No.
Part Ket Komponen
No.
Part Ket Komponen
No.
Part
A
H
150x150x7x10
1
B
H
244x175x7x11
13
C
H
350x175x7x11
28
2 14 29
15 30
3 H
250x125x6x9
16 H
588x300x12x20
31
H
194x150x6x9
4 17 32
5 18 33
H
250x250x9x14
19 H
594x302x14x23
34
6 20 35
H
200x100x5.5x8
7 21 36
8 H
294x200x8x12
22 H
600x200x11x17
37
23 38
9 24 39
H
200x200x8x12
10 H
300x150x6.5x9
25 BH
1400x400x28x36
40
11 26 41
12 27 42
44
4.2.1.2 Pembentukan sel manufaktur Group Technology dengan menggunakan Rank Order Clustering (ROC)
A. Langkah 1
Memasukan nama part atau komponen kedalam kolom, apabila terdapat part tersebut pada mesin B - G maka diisi dengan nilai matrix 1 dan jika tidak ada maka dikosongkan.
Tabel 4.5 Data matrik
Part 2^41 2^40 2^39 2^38 2^37 2^36 2^35 2^34 2^33 2^32 2^31 2^30 2^29 2^28 2^27 2^26 2^25 2^24 2^23 2^22 2^21 2^20 2^19 2^18 2^17 2^16 2^15 2^14 2^13 2^12 2^11 2^10 2^9 2^8 2^7 2^6 2^5 2^4 2^3 2^2 2^1 2^0
Machine 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B2 1 1 1 1 1 1
B3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
C1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
C2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
D1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
D2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Contoh : Part 1 di proses di mesin B1 maka di isi dengan nilai 1. Part 1 tidak di proses di mesin B2 maka di isi dengan nilai 0 atau di kosongkan.
B. Langkah 2
Berdasarkan pada tabel 4.5, maka proses selanjutnya yaitu menghitung bobot ekuivalen pada setiap kolom.
Tabel 4.6 Hasil Proses Iterasi 1
Part 2^41 2^40 2^39 2^38 2^37 2^36 2^35 2^34 2^33 2^32 2^31 2^30 2^29 2^28 2^27 2^26 2^25 2^24 2^23 2^22 2^21 2^20 2^19 2^18 2^17 2^16 2^15 2^14 2^13 2^12 2^11 2^10 2^9 2^8 2^7 2^6 2^5 2^4 2^3 2^2 2^1 2^0 Jumlah
Machine 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,398E+12
B2 1 1 1 1 1 1 2064384
B3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32767
C1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,398E+12
C2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2097151
D1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,398E+12
D2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2097151
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,398E+12
F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,398E+12
F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2097151
G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,398E+12
H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,398E+12
45
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk menghitung nilai jumlah setelah menginput data matrik untuk kolom :
1.Menjumlahkan nilai pada mesin B1
=(1*(2^41)+(1*(2^40)+(1*(2^39)+(1*(2^38)+(1*(2^37)+(1*(2^36)+(1*(2^35)+(1*(2^34)+(1*(2^33)+(1*(2^32)+(1*(2^31)+(1*(2^30)+(1*(2^29)+(1*(2^28)+(1*(2^2)
+(1*(2^26)+(1*(2^25)+(1*(2^24)+(1*(2^23)+(1*(2^22)+(1*(2^21)+(0*(2^20)+(0*(2^19)+(0*(2^18)+(0*(2^17)+(0*(2^16)+(0*(2^15)+(0*(2^14)+(0*(2^13)+(0*(2^12)+(0*2^11)+(0*(2^10)+(0*2^9)+(0*(2^8)+(0*(2^7)+(0*(2^6)+(0*(2^5)+(0*(2^4))+(0*(2^3
)+(0*(2^2)+(0*(2^1)+(0*(2^0))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))
= 4,39804E+12
C. Langkah 3
Berdasarkan hasil dari tabel 4.6 Hasil Proses Iterasi 1, maka selanjutnya memberikan ranking dari yang terbesar ke terkecil.
Tabel 4.7 Tabel Hasil Iterasi 2
Part 2^
41
2^
40
2^
39
2^
38
2^
37
2^
36
2^
35
2^
34
2^
33
2^
32
2^
31
2^
30
2^
29
2^
28
2^
27
2^
26
2^
25
2^
24
2^
23
2^
22
2^
21
2^
20
2^
19
2^
18
2^
17
2^
16
2^
15
2^
14
2^
13
2^
12
2^
11
2^
10
2^
9
2^
8
2^
7
2^
6
2^
5
2^
4
2^
3
2^
2
2^
1
2^
0 Jumlah
Machine 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
C2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,39805E+12
B2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,39805E+12
B3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,39805E+12
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,39804E+12
B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,39804E+12
D1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,39804E+12
D2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4,39804E+12
C1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2097151
F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2097151
F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2097151
G 1 1 1 1 1 1 2064384
H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32767
46
D. Langkah 4
Setelah menghitung nilai ekuivalen dari kolom dan mengurutkannya berdasarkan ranking, maka langkah selanjutnya adalah menghitung nilai dari baris dan memberikan ranking berdasarkan dari nilai yang terbesar ke terkecil.
Tabel 4.8 Tabel Hasil Iterasi 3
Part 2^
41
2^
40
2^
39
2^
38
2^
37
2^
36
2^
35
2^
34
2^
33
2^
32
2^
31
2^
30
2^
29
2^
28
2^
27
2^
26
2^
25
2^
24
2^
23
2^
22
2^
21
2^
20
2^
19
2^
18
2^
17
2^
16
2^
15
2^
14
2^
13
2^
12
2^
11
2^
10
2^
9
2^
8
2^
7
2^
6
2^
5
2^
4
2^
3
2^
2
2^
1
2^
0
Machine 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
2^11 E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^10 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^9 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^8 B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^7 C1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^6 D1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^5 F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^4 C2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^3 D2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^2 F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^1 B2 1 1 1 1 1 1
2^0 B3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Contoh penjumlahan :
1. (1*(2^12)) + (1*(12^10)+ (1*(12^9) + (1*(12^8) + (1*(12^7) + (1*(12^6) + (1*(12^5) + (1*(12^4) + (1*(12^3) + (1*(12^2) + (1*(12^1) + (1*(12^0) = 8.056
Berikut hasil perhitungan baris :
1.613 - 3.613 - 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613-3.614-3.614-3.614-3.614-3.614-3.614- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064-
4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064
47
E. Langkah 5
Langkah selanjutnya yaitu mengurutkan nilai jumlah baris dari yang terbesar ke terkecil.
Tabel 4.9 Tabel Hasil Iterasi 4
Part 2^
41
2^
40
2^
39
2^
38
2^
37
2^
36
2^
35
2^
34
2^
33
2^
32
2^
31
2^
30
2^
29
2^
28
2^
27
2^
26
2^
25
2^
24
2^
23
2^
22
2^
21
2^
20
2^
19
2^
18
2^
17
2^
16
2^
15
2^
14
2^
13
2^
12
2^
11
2^
10
2^
9
2^
8
2^
7
2^
6
2^
5
2^
4
2^
3
2^
2
2^
1
2^
0
Machine 42 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
2^11 E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^10 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^9 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^8 B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^7 C1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^6 D1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^5 F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^4 C2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^3 D2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^2 F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2^1 B2 1 1 1 1 1 1
2^0 B3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Berikut merupakan penjumlahan dengan berdasarkan rangking :
4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064- 4.064-3.614-3.614-3.614-3.614-3.614-3.614-3.613 - 3.613 - 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613-
3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613- 3.613
48
E. Langkah 6
Berdasarkan perhitungan Tabel 4.9, jumlah nilai kolom mengalami perubahan, maka harus dilakukan penyusunan berdasarkan rangkin kembali.
Tabel 4.10 Tabel Hasil Iterasi 5
Part 2^
41
2^
40
2^
39
2^
38
2^
37
2^
36
2^
35
2^
34
2^
33
2^
32
2^
31
2^
30
2^
29
2^
28
2^
27
2^
26
2^
25
2^
24
2^
23
2^
22
2^
21
2^
20
2^
19
2^
18
2^
17
2^
16
2^
15
2^
14
2^
13
2^
12
2^
11
2^
10
2^
9
2^
8
2^
7
2^
6
2^
5
2^
4
2^
3
2^
2
2^
1
2^
0
Machin
e 42 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
C2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
D2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B2 1 1 1 1 1 1
B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
C1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
D1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Apabila sudah tidak terjadi perubahan pada nilai kolom dan baris maka perhitungan dihentikan.Apabila masih bisa terjadi perubahan, maka kembali ke langkah awal.
Tabel 4.11 Matrik Akhir Komponen/ Part- Machine dengan Rank Order Clustering
Part 2^
41
2^
40
2^
39
2^
38
2^
37
2^
36
2^
35
2^
34
2^
33
2^
32
2^
31
2^
30
2^
29
2^
28
2^
27
2^
26
2^
25
2^
24
2^
23
2^
22
2^
21
2^
20
2^
19
2^
18
2^
17
2^
16
2^
15
2^
14
2^
13
2^
12
2^
11
2^
10
2^
9
2^
8
2^
7
2^
6
2^
5
2^
4
2^
3
2^
2
2^
1
2^
0
Machin
e 42 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
E
MC-3 G
H
C2
MC-2
D2
F2
B3
B2
B1
MC-1 C1
D1
F1
49
Berikut merupakan tabel pembentukan mesin berdasarkan komponen-machine dengan
metode ROC :
Tabel 4.12 Hasil pengelompokan Komponen / Part- Machine dengan Rank Order
Clustering
No.Cell Kode
Mesin Nama Mesin / Area
MC-1
B1 Mc. Cutting-1
C1 Inspection-1
D1 Mc. Fitting-1
F1 Mc. Welding-1
MC-2
B2 Mc. Cutting-2
F2 Mc. Welding-2
C2 Inspection-2
D2 Mc. Fitting-2
B3 Mc. Cutting-3
F3 Mc. Welding-3
MC-3
E Area Penumpukan
SA
G Mc. Straightening
H Mc. Grinding
4.2.1.3 Penyusunan Machine Cell Pada Layout Group Technology dengan
Metode Hollier
Setelah terbentuk kelompok sel, langkah selanjutnya adalah menyusun machine
cell. Pada masing-masing kelompok sel disusun aliran cell-nya ke dalam suatu
pola urutan yang membentuk flow shop. Dalam penyusunan mesin menggunakan
from to ratio untuk setiap cell.
50
Tabel 4.13 Perhitungan From to Chart Machine Cell 1
TO B1 C1 D1 F1 Sum From
FROM
B1 1144 1144
C1 1144 1144
D1 0
F1 0
Sum To 0 1144 1144 0 2288
Tabel 4.14 Perhitungan From to Ratio Machine Cell 1
Mesin To From From/ to
Ratio
B1 1144 21 54,5
C1 1144 1144 1
D1 0 1144 0
F1 0 0
Berdasarkan from to ratio maka didapat susunan mesin B1-CI-D1-F1.
Tabel 4.15 Perhitungan From to Chart Machine Cell 2
TO B2 B3 C2 D2 F2 Sum From
FROM
B2 153 153
B3 114 114
C2 267 267
D2 0
F2 0
Sum To 0 0 267 267 0 534
51
Tabel 4.16 Perhitungan From to Ratio Machine Cell 2
Mesin To From From/ to
Ratio
B2 0 6 0
B3 0 15 0
C2 0 267 0
D2 0 267 0
F2 0 0
Berdasarkan from to ratio maka didapat susunan mesin B2-B3-C2-D2-F2.
Tabel 4.17 Perhitungan From to Chart Machine Cell 3
TO E G H Sum From
FROM
E 0
G 56 56
H 0
Sum To 0 0 56 56
Tabel 4.18 Perhitungan From to Ratio Machine Cell 3
Mesin To From From/ to
Ratio
E 0 0
G 56 0
H 0 56 0
Berdasarkan from to ratio maka didapat susunan mesin E-G-H.
52
4.2.1.4 Penyusunan Alternatif Layout Usulan berdasarkan hasil Group
Technology
Perancangan layout usulan GT dibuat berdasarkan hasil pembentukan group
technology layout pada are mesin produksi dengan metode ROC dan penyusunan
machine cell dari yang telah terbentuk dengan metode hollier. Adapun penjelasan
alternative tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 4.4 Layout Usulan Group Technology
53
Gambar 4.5 Layout Usulan 3D Group Technology
a. Perhitungan jarak antar stasiun kerja layout usulan Group Technology
Adapun proses pengukuran jarak antar area produksi pada layout usulan GT
dengan memakai metode jarak rectilinier. Berikut penentuan titik koordinat lokasi
untuk setiap ruangan :
Tabel 4.19 Nilai Koordinat Setiap Ruangan
Fasilitas / Mesin Koordinat
X (m) Y (m)
SM 25,622 34,5
B1 3 6,5
B2 13,4 6,5
B3 18,4 6,5
C1 3,25 18,75
C2 15,9 18,75
D1 2,5 32
D2 15,65 32
E 35,5 37,5
F1 6,5 42
F2 21 42
G 36 21,5
H 35 7
FG 30,25 7,5
54
Jarak antar area mesin dapat dihitung dengan menggunakan rumus jarak
rectilinier. Contohnya SM (25,62 ; 34,5) dan B1 (3;6,5), maka jarak SM ke B1
adalah:
dsm-b1 = |Xsm-Xb1|+|Ysm-Yb1|
= |25,62-3|+|34,5-6,5|
= 50,62
Perhitungan jarak antar area mesin dilakukan seperti contoh diatas. Hasil
perhitungan jarak antar area mesin keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20 Jarak Antar Ruangan Untuk Tata Letak Alternatif Usulan
Ke SM B1 B2 B3 C1 C2 D1 D2 E F1 F2 G H FG
Dari
SM 50,6 40,2 35,2 38,1 25,5 25,6 12,5 12,9 26,6 12,1 23,4 36,9 31,6
B1 50,6 10,4 15,4 12,5 25,2 26 38,2 63,5 39 53,5 48 32,5 28,3
B2 40,2 10,4 5 22,4 14,8 36,4 27,8 53,1 42,2 43,1 37,6 22,1 17,9
B3 35,2 15,4 5 27,4 14,8 41,4 28,3 48,1 47,4 38,1 32,6 17,1 12,9
C1 38,1 12,5 22,4 27,4 12,7 14 25,7 51 26,5 41 35,5 43,5 38,3
C2 25,5 25,2 14,8 14,8 12,7 26,7 13,5 38,4 32,7 28,4 22,9 30,9 25,6
D1 25,6 26 36,4 41,4 14 26,7 13,2 38,5 14 28,5 44 57,5 52,3
D2 12,5 38,2 27,8 28,3 25,7 13,5 13,2 25,4 19,5 15,4 30,9 44,4 39,1
E 12,9 63,5 53,1 48,1 51 38,4 38,5 25,4 33,5 19 16,5 31 35,3
F1 26,6 39 42,2 47,4 26,5 32,7 14 19,5 33,5 14,5 50 63,5 58,3
F2 12,1 53,5 43,1 38,1 41 28,4 28,5 15,4 19 14,5 35,5 49 43,8
G 23,4 48 37,6 32,6 35,5 22,9 44 30,9 16,5 50 35,5 15,5 19,8
H 36,9 32,5 22,1 17,1 43,5 30,9 57,5 44,4 31 63,5 49 15,5 5,25
FG 31,6 28,3 17,9 12,9 38,3 25,6 52,3 39,1 35,3 58,3 43,8 19,8 5,25
b. Perhitungan Total Jarak Material Handling Pada Layout Usulan Group
Technology
Berdasarkan kondisi workshop pesanan (make to order), maka dapat dihitung
frekuensi pemindahan bahan per produk. Per produk dapat diartikan sebagai
pembuatan satu produk yang diproduksi sendiri oleh workshop. Besarnya
frekuensi pemindahan material dapat dilihat pada tabel 4.21
55
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Frekuensi Pemindahan Material Antar Statsiun
Kerja Pembuatan Welded Beam
No Dari Ke Produk Komponen
/ Part
Jumlah
Material
Jumlah Unit
Perpindahan
Frekuensi
Per Part
Jumlah Permintaan
/ Bulan
Total Frekuensi
Pemindahan
Total
Perpindahan
Total Perpindahan/
Mesin
1 SM B1
H 150x150x7x10
TF 1 1 1 1 1
3
21
WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H194x150x6x9
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H
200x100x5.5x8
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H 200x200x8x12
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H 244x175x7x11
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H 250x125x6x9
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H250x250x9x14
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
2 SM B2
H 294x200x8x12
TF 1 1 1 1 1
3
6
WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H
300x150x6.5x9
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
3 SM B3
H 350x175x7x11
TF 1 1 1 1 1
3
15
WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H
588x300x12x20
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H
594x302x14x23
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
H 600x200x11x17
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
BH 1400x400x28x36
TF 1 1 1 1 1
3 WF 1 1 1 1 1
BF 1 1 1 1 1
56
No Dari Ke Produk Komponen
/ Part Jumlah
Material Jumlah Unit Perpindahan
Frekuensi Per Part
Jumlah
Permintaan
/ Bulan
Total
Frekuensi
Pemindahan
Total Perpindahan
Total
Perpindahan/
Mesin
4 B1 C1
H 150x150x7x10
TF 1 10 10 10 100
300
1144
WF 1 10 10 10 100
BF 1 10 10 10 100
H194x150x6x9
TF 1 7,73 7,73 7,73 59,78
179 WF 1 7,73 7,73 7,73 59,78
BF 1 7,73 7,73 7,73 59,78
H
200x100x5.5x8
TF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
168 WF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
BF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
H 200x200x8x12
TF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
168 WF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
BF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
H 244x175x7x11
TF 1 6,15 6,15 6,15 37,79
113 WF 1 6,15 6,15 6,15 37,79
BF 1 6,15 6,15 6,15 37,79
H 250x125x6x9
TF 1 6 6 6 36
108 WF 1 6 6 6 36
BF 1 6 6 6 36
H250x250x9x14
TF 1 6 6 6 36
108 WF 1 6 6 6 36
BF 1 6 6 6 36
5 B2 C2
H 294x200x8x12
TF 1 5,10 5,10 5,10 26,03
78
153
WF 1 5,10 5,10 5,10 26,03
BF 1 5,10 5,10 5,10 26,03
H
300x150x6.5x9
TF 1 5 5 5 25
75 WF 1 5 5 5 25
BF 1 5 5 5 25
6 B3 C2
H 350x175x7x11
TF 1 4,29 4,29 4,29 18,37
55
114
WF 1 4,29 4,29 4,29 18,37
BF 1 4,29 4,29 4,29 18,37
H
588x300x12x20
TF 1 2,55 2,55 2,55 6,51
19 WF 1 2,55 2,55 2,55 6,51
BF 1 2,55 2,55 2,55 6,51
H 594x302x14x23
TF 1 2,53 2,53 2,53 6,38
19 WF 1 2,53 2,53 2,53 6,38
BF 1 2,53 2,53 2,53 6,38
H
600x200x11x17
TF 1 2,5 2,5 2,5 6,25
18 WF 1 2,5 2,5 2,5 6,25
BF 1 2,5 2,5 2,5 6,25
BH 1400x400x28x36
TF 1 1,07 1,07 1,07 1,15
3 WF 1 1,07 1,07 1,07 1,15
BF 1 1,07 1,07 1,07 1,15
57
No Dari Ke Produk Komponen
/ Part
Jumlah
Material
Jumlah Unit
Perpindahan
Frekuensi
Per Part
Jumlah
Permintaan / Bulan
Total
Frekuensi Pemindahan
Total
Perpindahan
Total
Perpindahan/ Mesin
7 C1 D1
H 150x150x7x10
TF 1 10 10 10 100
300
1144
WF 1 10 10 10 100
BF 1 10 10 10 100
H194x150x6x9
TF 1 7,73 7,73 7,73 59,78
179 WF 1 7,73 7,73 7,73 59,78
BF 1 7,73 7,73 7,73 59,78
H
200x100x5.5x8
TF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
168 WF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
BF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
H 200x200x8x12
TF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
168 WF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
BF 1 7,5 7,5 7,5 56,25
H 244x175x7x11
TF 1 6,15 6,15 6,15 37,79
113 WF 1 6,15 6,15 6,15 37,79
BF 1 6,15 6,15 6,15 37,79
H 250x125x6x9
TF 1 6 6 6 36
108 WF 1 6 6 6 36
BF 1 6 6 6 36
H250x250x9x14
TF 1 6 6 6 36
108 WF 1 6 6 6 36
BF 1 6 6 6 36
8 C2 D2
H 294x200x8x12
TF 1 5,10 5,10 5,10 26,03
78
267
WF 1 5,10 5,10 5,10 26,03
BF 1 5,10 5,10 5,10 26,03
H 300x150x6.5x9
TF 1 5 5 5 25
75 WF 1 5 5 5 25
BF 1 5 5 5 25
H 350x175x7x11
TF 1 4,29 4,29 4,29 18,37
55 WF 1 4,29 4,29 4,29 18,37
BF 1 4,29 4,29 4,29 18,37
H
588x300x12x20
TF 1 2,55 2,55 2,55 6,51
19 WF 1 2,55 2,55 2,55 6,51
BF 1 2,55 2,55 2,55 6,51
H
594x302x14x23
TF 1 2,53 2,53 2,53 6,38
19 WF 1 2,53 2,53 2,53 6,38
BF 1 2,53 2,53 2,53 6,38
H 600x200x11x17
TF 1 2,5 2,5 2,5 6,25
18 WF 1 2,5 2,5 2,5 6,25
BF 1 2,5 2,5 2,5 6,25
BH
1400x400x28x36
TF 1 1,071 1,071 1,071 1,148
3 WF 1 1,071 1,071 1,071 1,148
BF 1 1,071 1,071 1,071 1,148
58
No Dari Ke Produk Komponen
/ Part Jumlah Material
Jumlah Unit Perpindahan
Frekuensi Per Part
Jumlah
Permintaan
/ Bulan
Total
Frekuensi
Pemindahan
Total Perpindahan
Total
Perpindahan/
Mesin
9 D1 E
H 150x150x7x10 SA 3 1 3 4 12 12
84
H194x150x6x9 SA 3 1 3 4 12 12
H
200x100x5.5x8 SA 3 1 3 4 12 12
H 200x200x8x12 SA 3 1 3 4 12 12
H 244x175x7x11 SA 3 1 3 4 12 12
H 250x125x6x9 SA 3 1 3 4 12 12
H250x250x9x14 SA 3 1 3 4 12 12
10 D2 E
H 294x200x8x12 SA 3 1 3 4 12 12
84
H
300x150x6.5x9 SA 3 1 3 4 12 12
H 350x175x7x11 SA 3 1 3 4 12 12
H
588x300x12x20 SA 3 1 3 4 12 12
H 594x302x14x23
SA 3 1 3 4 12 12
H
600x200x11x17 SA 3 1 3 4 12 12
BH
1400x400x28x36 SA 3 1 3 4 12 12
11 E F1
H 150x150x7x10 WB 3 1 3 4 12 12
84
H194x150x6x9 WB 3 1 3 4 12 12
H 200x100x5.5x8
WB 3 1 3 4 12 12
H 200x200x8x12 WB 3 1 3 4 12 12
H 244x175x7x11 WB 3 1 3 4 12 12
H 250x125x6x9 WB 3 1 3 4 12 12
H250x250x9x14 WB 3 1 3 4 12 12
12 E F2
H 294x200x8x12 WB 3 1 3 4 12 12
84
H 300x150x6.5x9
WB 3 1 3 4 12 12
H 350x175x7x11 WB 3 1 3 4 12 12
H 588x300x12x20
WB 3 1 3 4 12 12
H
594x302x14x23 WB 3 1 3 4 12 12
H
600x200x11x17 WB 3 1 3 4 12 12
BH
1400x400x28x36 WB 3 1 3 4 12 12
59
No Dari Ke Produk Komponen
/ Part
Jumlah
Material
Jumlah Unit
Perpindahan
Frekuensi
Per Part
Jumlah
Permintaan / Bulan
Total
Frekuensi Pemindahan
Total
Perpindahan
Total
Perpindahan/ Mesin
13 F1 G
H 150x150x7x10 WB 3 1 3 4 12 12
84
H194x150x6x9 WB 3 1 3 4 12 12
H
200x100x5.5x8 WB 3 1 3 4 12 12
H 200x200x8x12 WB 3 1 3 4 12 12
H 244x175x7x11 WB 3 1 3 4 12 12
H 250x125x6x9 WB 3 1 3 4 12 12
H250x250x9x14 WB 3 1 3 4 12 12
14 F2 G
H 294x200x8x12 WB 3 1 3 4 12 12
84
H
300x150x6.5x9 WB 3 1 3 4 12 12
H 350x175x7x11 WB 3 1 3 4 12 12
H 588x300x12x20
WB 3 1 3 4 12 12
H
594x302x14x23 WB 3 1 3 4 12 12
H 600x200x11x17
WB 3 1 3 4 12 12
BH
1400x400x28x36 WB 3 1 3 4 12 12
15 G H
H 150x150x7x10 WB 3 1 3 4 12 12
168
H194x150x6x9 WB 3 1 3 4 12 12
H 200x100x5.5x8
WB 3 1 3 4 12 12
H 200x200x8x12 WB 3 1 3 4 12 12
H 244x175x7x11 WB 3 1 3 4 12 12
H 250x125x6x9 WB 3 1 3 4 12 12
H250x250x9x14 WB 3 1 3 4 12 12
H 294x200x8x12 WB 3 1 3 4 12 12
H
300x150x6.5x9 WB 3 1 3 4 12 12
H 350x175x7x11 WB 3 1 3 4 12 12
H
588x300x12x20 WB 3 1 3 4 12 12
H 594x302x14x23
WB 3 1 3 4 12 12
H
600x200x11x17 WB 3 1 3 4 12 12
BH 1400x400x28x36
WB 3 1 3 4 12 12
16 H
FG
H 150x150x7x10 WB 3 1 3 4 12 12
168
H194x150x6x9 WB 3 1 3 4 12 12
H
200x100x5.5x8 WB 3 1 3 4 12 12
H 200x200x8x12 WB 3 1 3 4 12 12
H 244x175x7x11 WB 3 1 3 4 12 12
H 250x125x6x9 WB 3 1 3 4 12 12
H250x250x9x14 WB 3 1 3 4 12 12
H 294x200x8x12 WB 3 1 3 4 12 12
H
300x150x6.5x9 WB 3 1 3 4 12 12
H 350x175x7x11 WB 3 1 3 4 12 12
H 588x300x12x20
WB 3 1 3 4 12 12
H
594x302x14x23 WB 3 1 3 4 12 12
H 600x200x11x17
WB 3 1 3 4 12 12
BH
1400x400x28x36 WB 3 1 3 4 12 12
Grand Total Perpindahan 3704 3704
60
c. Perhitungan Total Jarak Material Handling Pada Layout Usulan Group
Technology
Berikut merupakan perhitungan total jarak tempuh material handling berdasarkan
usulan group technology dapat dilihat di tabel 4.22 :
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Total Jarak Tempuh Material Handling Pada Layout
Usulan Group Technology
No Dari Ke Total
Perpindahan
Jarak
(m)
Total
Jarak (m)
1 SM B1 21 50,62 1063,06
2 SM B2 6 40,22 241,33
3 SM B3 15 35,22 528,33
4 B1 C1 1144 12,50 14300
5 B2 C2 153 14,75 2256,75
6 B3 C2 114 14,75 1681,50
7 C1 D1 1144 14 16016
8 C2 D2 267 13,50 3604,50
9 D1 E 84 38,50 3234
10 D2 E 84 25,35 2129,40
11 E F1 84 33,50 2814
12 E F2 84 19 1596
13 F1 G 84 50 4200
14 F2 G 84 35,50 2982
15 G H 168 15,50 2604
16 H FG 168 5,25 882
Total Jarak Material Handling 60132,87
d. Perhitungan Ongkos Material Handling Pada Layout Usulan Group
Technology
Perhitungan OMH dilakukan untuk mengetahui besaran ongkos per satuan jarak
yang ditempuh oleh material handling. Perhitungan OMH dilakukan berdasarkan
61
jarak perpindahan material handling antar fasilitas. Berikut tabel waktu material
handling.
Tabel 4.23 Waktu Material Handling
No Dari Ke Waktu Material
Handling (menit)
1 SM B1 2
2 SM B2 1,75
3 SM B3 1,5
4 B1 C1 1,5
5 B2 C2 1,5
6 B3 C2 1
7 C1 D1 1,5
8 C2 D2 1,5
9 D1 E 2
10 D2 E 1,75
11 E F1 2
12 E F2 1,5
13 F1 G 1,75
14 F2 G 1,5
15 G H 1
16 H FG 3
Total 26,75
Dan data tersebut di peroleh dari perusahaan dengan mempertimbangkan
operation process chart yang telah dibuat.
Setelah diketahui waktu material handling, kemudian menentukan % material
handling tersebut. Berikut merupakan perhitungan % material handling :
Maka :
= 26,75 / 8*60 *100
= 5,5 %
62
Setelah menghitung waktu material handling, langkah selanjutnya yaitu
menghitung biaya material handling.
1. Menghitung Biaya Material Handling
PT. XYZ merupakan industri sektor 3 dengan gaji pokok Rp. 3.693.600/bulan
dengan 20 hari kerja setiap bulannya. Maka gaji karyawan per hari sebesar Rp
184.680,.-. Dari infromasi tersebut maka dapat dihitung biaya material handling.
Berikut merupakan perhitungan biaya material handling :
Biaya Material Handling = % material handling x gaji / bulan
= 5.5 % x Rp3.693.600,.
= Rp203.148.,
Tabel 4.24 Biaya Material Handling
No Dari Ke Alat
Angkut
Jumlah
Operator
Gaji/Bula
n
Biaya
Material
Handling
Total Jarak
Pindah/Bulan
(m)
1 SM B1 Crane 1 3693600 203148 1063,1
2 SM B2 Crane 1 3693600 203148 241,3
3 SM B3 Crane 1 3693600 203148 528,3
4 B1 C1 Crane 1 3693600 203148 14300
5 B2 C2 Crane 1 3693600 203148 2256,8
6 B3 C2 Crane 1 3693600 203148 1681,5
7 C1 D1 Crane 1 3693600 203148 16016
8 C2 D2 Crane 1 3693600 203148 3604,5
9 D1 E Crane 1 3693600 203148 3234
10 D2 E Crane 1 3693600 203148 2129,4
11 E F1 Crane 1 3693600 203148 2814
12 E F2 Crane 1 3693600 203148 1596
13 F1 G Crane 1 3693600 203148 4200
14 F2 G Crane 1 3693600 203148 2982
15 G H Crane 1 3693600 203148 2604
16 H FG Forklift 1 3693600 203148 882
Total 3250368 60132,87
63
Berikut ongkos material handling/meter :
= 54,1
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Ongkos Material Handling Layout Usulan Group
Technology
No Dari Ke Alat
Angkut
Jumlah
Operator
Total Jarak
Pindah/
Bulan (m)
OMH/
meter
Total OMH /
bulan
1 SM B1 Crane 1 1063,1 54,1 57511,546
2 SM B2 Crane 1 241,3 54,1 13055,953
3 SM B3 Crane 1 528,3 54,1 28582,653
4 B1 C1 Crane 1 14300 54,1 773630
5 B2 C2 Crane 1 2256,8 54,1 122090,175
6 B3 C2 Crane 1 1681,5 54,1 90969,15
7 C1 D1 Crane 1 16016 54,1 866465,6
8 C2 D2 Crane 1 3604,5 54,1 195003,45
9 D1 E Crane 1 3234 54,1 174959,4
10 D2 E Crane 1 2129,4 54,1 115200,54
11 E F1 Crane 1 2814 54,1 152237,4
12 E F2 Crane 1 1596 54,1 86343,6
13 F1 G Crane 1 4200 54,1 227220
14 F2 G Crane 1 2982 54,1 161326,2
15 G H Crane 1 2604 54,1 140876,4
16 H FG Forklift 1 882 54,1 47716,2
Total 3.253.188
Keterangan Perhitungan :
OMH/bulan dari SM ke B1 = Total jarak pindah x OMH/meter
= 1063,1 x Rp. 54,1
= Rp 57.511,546-/bulan
64
Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Total Jarak Material Handling dan
Ongkos Material Handling Layout Usulan Group Technology
Keterangan Layout GT Usulan
Jarak Material Handling (meter) 60.132,87
Ongkos Material Handling (rupiah) 57.511,546
4.2.2 Pembentukan Tata Letak Kantor
4.2.2.1 Kebutuhan Fasilitas Kantor
Dibawah ini adalah tabel kebutuhan fasilitas untuk kantor, meliputi kebutuhan apa
saja atau properti apa saja yang terdapat pada satu ruangan di setiap departemen.
Tabel 4.27 Kebutuhan Fasilitas Kantor
Properti P (mm) L (mm) Total area
(m2)
Meja standard 0,8 0,4 0,64
Meja direktur 2,2 0,6 2,64
Rak standard 1,2 0,4 0,96
Rak besar 2 0,6 2,40
Kursi standard 0,5 0,5 0,50
Lemari file 1,5 0,4 1,20
Mesin Print + Fotocopy 1,5 1,5 4,50
Meja meeting 3 1,2 7,20
Wastafel 1 1 2,00
Closet 1,5 1,5 4,50
Sofa 2 0,8 3,20
4.2.2.2 Kebutuhan Area Setiap Departemen dan Struktur Organisasi
1. Kebutuhan Area Setiap Departemen
Dibawah merupakan kebutuhan area yang dibutuhkan oleh setiap departemen.
Kebutuhan area tersebut didapatkan dari total properti apa saja yang akan
65
ditempatkan di dalam ruangan setiap departmen. Untuk data kebutuhan area pada
setiap departemen dapat dilihat pada Tabel 4.28 dibawah ini :
Tabel 4.28 Tabel kebutuhan area per Departemen
No Departemen Jumlah Panjang
(m)
Lebar
(m)
Luas
(m2)
1 Direktur 1 3 5 15.00
2 Fabrication Manager 1 2 4 7.60
3 PPIC Manager 1 3 3 10.00
4 Engineering Manager 1 2 6 12.40
5 QC Manager 1 2 6 12.40
6 FA & ACC Manager 1 2 5 9.20
7 HRD GA manager 1 2 7 14.00
8 Maintenance 4 4 14 56.00
9 HSE Staff 3 3 12 34.80
10 Warehouse Manager 1 3 5 14.00
11 Purchasing Manager &
Staff 2 2 14 28.00
12 Fabrication Spv 1 3 4 11.60
13 PPIC Staff 3 4 9 34.80
14 Engineering Staff 3 4 9 34.80
15 QC Staff 4 3 15 46.40
16 FA & Acc Staff 3 3 12 34.80
17 HRD GA Staff 2 4 6 23.20
18 Logistic Staff 2 5 5 23.20
Total Karyawan 35 422.20
66
2. Struktur Organisasi PT. XYZ
Gambar 4.6 Struktur Organisasi PT.XY
Berikut merupakan penyusunan struktur organisasi dimana dalam penyusunan penulis meminta bantuan dan saran dari perwakilan
PT. XYZ, yaitu Bpk. Nurzaeni selaku Manager Fabrikasi.
Direktur
MGR.
FabrikasiMGR. PPIC
MGR.
EngineeringMGR. QC
MGR.
Accounting
& Finance
MGR. HRD
& GAMaintenance MGR. Purch Staff HSE
SPV.
FabrikasiStaff PPIC
Staf
EngineeringStaff QC
Staff
Accounting
& Finance
Staff HRD &
GAStaff Logistik
Tenaga
Harian
Tenaga
Subcont
MGR.
Warehouse
Staff Purch
67
4.2.2.3 Analisis Hubungan Keterkaitan
Dalam penempatan ruangan per departemen yang benar maka harus
memperhatikan faktor kedekatan antar departemen, maka hubungan antar
departemen harus dilakukan anilisis lebih lanjut. Tabel 4.29 menjelaskan kode
level keterkaitan antar departemen dan definisi tingkat keterkaitan hubungan
antara departemen tersebut.
Tabel 4.29 Tingkat Keterikatan Antar Departemen
Code Color Definition/closeness
rating
A Merah Absolutely necessary
E Jingga Especially Important
I Hijau Important
O Biru Ordinary Important
U Uncolored Unimportant
X Coklat Undesirable
Hubungan
KedekatanNilai
A 5
E 4
I 3
O 2
U 1
X 0
68
Kemudian hubungan keterikatan dibuat menggunakan matriks hubungan
keterkaitan agar mudah mengidentifikasi hubungan keterikatan antar departemen
tersebut. Gambar 4.7 menjelaskan matriks hubungan keterkaitan antar departemen
dengan level mangerial.
4.2.2.4 Pembuatan Activity Relationship Chart
Activity relationship chart (ARC) merupakan hubungan kedekatan antar
departemen yang menggambarkan penting atau tidaknya kedekatan ruangan.
Berikut adalah ARC untuk setiap departemen :
1. Activity Relationship Chart (ARC) Managerial
Gambar 4.7 Activity Relationship Chart (ARC) Managerial
Penentuan ARC dilakukan dengan meminta saran dan pendapat dari pihak
management dan diwakilkan kepada Manager Produksi PT. XYZ yaitu Bpk.
Nurzaeni. Dimana, tata letak untuk office dibangun menjadi 3 lantai. Berikut
penjelasan mengenai ARC :
Ruang direktur akan berada dekat dengan ruang Manager Fabrikasi dan Manager
PPIC agar dapat lebih mudah dalam mengetahui progres yang berjalan sudah
sampai mana, dan begitupun ruang Manager Fabrikasi dan Manager PPIC
berdekatan agar dapat memudahkan ketika penjadwalan sehingga progres dapat
berjalan dengan lancer. Ruang Manager QC akan ditempatkan berada dengan
1 Direktur
2 Fabrikasi mgr
3 PPIC mgr
4 Engineer mgr
5 QC mgr
6 FA & ACC mgr
7 Purchasing mgr & staff
8 HRD & GA mgr
IO
OE
U
O
UU
I
O
II
AI
A
II
E
IO
I
I
AI
OO
IO
69
ruang Manager Fabrikasi karena agar dapat memudahkan apabila adanya
permasalahan ketika proses produksi, seperti adanya produk yang tidak sesuai
atau NG sehingga mendapatkan penanganan yang lebih cepat. Untuk Finance dan
Accounting ditempatkan tidak terlalu jauh dari ruang direktur agar dapat
memudahkan ketika meminta tanda tangan ketika mengajukan pembayaran dan
lainnya. Selain itu, untuk ruang Manager Purchasing dan Staffnya akan
bersebelahan dengan ruang Accounting, hal ini dikarenakan untuk memudahkan
adanya koordinasi mengenai material yang dibutuhkan dengan harga yang
dipasaran apakah bisa masuk atau tidak. Untuk ruang HRD & GA agar berada
pada tengah – tengah, namun akan lebih di prioritaskan dekat dengan Finance &
Accounting untuk memudahkan dengan penggajian karyawan dan lainnya.
Dari ARC, kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan software
CORELAP dengan cara memasukkan beberapa departemen yang berkaitan dalam
satu lantai beserta kebutuhan area untuk masing-masing departemen tersebut.
Langkah-langkah pengolahan data menggunakan software CORELAP akan
dijelaskan pada gambar berikut :
Gambar 4.8 Kebutuhan departemen lantai 3
Pada gambar 4.8 dijelaskan pengolahan data per departemen di lantai 3, pada
gambar tersebut berisi jumlah dpertemen yang akan ada dalam satu ruangan
beserta jumlah luasan ruangan yang akan dipakai. Kemudian disikan total luasan
70
ruangan yang akan dipakai pada penelitian luas lantai yang akan dipakai yaitu
108.6m2.
Gambar 4.9 Hubungan Kedekatan antar Ruangan Managerial
Pada gambar 4.9 diisikan tingkat kepentingan hubungan kedekatan antar
departemen, dalam penelitian ini ditunjukkan hubungan kedekatan antar
departemen di lantai 3. Hubungan kedekatan tersebut akan menentukan layout
yang akan dipakai berdasarkan hitungan menggunakan software CORELAP.
Gambar 4.10 Nilai Hubungan Kedekatan antar Ruangan Managerial
71
Pada gambar 4.10 dijelaskan beberapa departemen yang terkait dalam satu
ruangan di lantai 3, dalam gambar tersebut juga diketahui TCR per ruangan. TCR
adalah total closeness rating yang digunakan untuk pemberian skor dalam setiap
departemen. Hitungan TCR nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
pengalokasian ruangan dalam setiap departemen.
Gambar 4.11 Layout Usulan Managerial
Pada gambar 4.11 dijelaskan hasil dari layout untuk kebutuhan ruangan per
departemen yang akan dipakai untuk penyusunan ruangan di lantai 3.
Berikut adalah gambaran 3d dari layout office lantai 3 yang direncanakan untuk
staff dengan posisi managerial beserta ruangan direktur.
Gambar 4.15 : Denah Ruangan Lantai 3
Gambar 4.12 Denah Ruangan Lantai 3
1 3
2 4
5 6
7
8
72
2. Activity Relationship Chart (ARC) Staff
Gambar 4.13 Activity Relationship Chart (ARC) Staff
Ruang staff PPIC, staff Fabrikasi, dan staff Engineering akan saling berdekatan
dikarenakan ketiganya akan saling berhubungan. Staff PPIC akan lebih mudah
memberitahu informasi kepada staff Fabrikasi mengenai penjadwalan produksi
dan planning produksi lainnya. Staff Engineering juga mempunyai peran yang
penting karena, untuk mempermudah proses pekerjaannya, ketika design yang
baru ada maka harus dikoordinasikan dengan dept PPIC dan Fabrikasi. Ruang QC
dan Enggineering juga akan berdekatan agar memudahkan proses pengontrolan.
Untuk staff finance dan Accounting akan berdekatan karena pada umumnya HRD
GA, selain membahas penggajian mereka juga akan membahas hal lainnya yang
berhubungan dengan perusahaan. Staff HSE akan berdekatan dengan HRD GA
dikarenakan merekalah yang memegang kendali tentang dokumen-dokumen
perusahaan. Sehingga apabila adanya audit mereka bisa berkoordinasi dengan
baik.
1 PPIC Staff
2 Fabrikasi Spv
3 Engineering Staff
4 QC Staff
5 FA & ACC Staff
6 HRD & GA Staff
7 HSE StaffE
AA
A
I
IO
UO
AE
UU
IU
UU
UIA
U
73
Gambar 4.14 Kebutuhan departemen lantai 2 (Staff)
Gambar 4.15 Hubungan Kedekatan antar Ruangan Staff
74
Gambar 4.16 Nilai Hubungan Kedekatan antar Ruangan Staff
Gambar 4.17 Layout Usulan Staff
75
Gambar 2.18 Denah Ruangan Lantai 2
3. Activity Relationship Chart (ARC) Others
Gambar 4.19 Activity Relationship Chart (ARC) Others
Ruangan Manager Warehouse akan terpisah dengan manager lainnya dikarenakan
warehouse harus mempunyai ruangan sendiri dan lebih memfokuskan kepada
pengiriman. Dan yang berada satu lantai dengannya yaitu, staff warehouse dan
maintenance. Untuk maintenance ditempatkan dibawah agar lebih memudahkan
apabila terjadi kerusakan dengan mesin atau fasilitas produksi lainnya.
4
3
1
2 6
5
7
76
Gambar 4.20 Kebutuhan departemen lantai 1 ( Others )
Gambar 4.21 Hubungan Kedekatan antar Ruangan Others
77
Gambar 4.22 Nilai Hubungan Kedekatan antar Ruangan Others
Gambar 4.23 Layout Usulan Others
78
Gambar 2.24 Denah Ruangan Lantai 1
4.2.2.5 Perhitungan Nilai Total Closeness Rating ( TCR )
Tabel 4.30 Perhitungan nilai TCR Managerial
DEPT
1 2 3 4 5 6 7 8 A E I O U X
1 - E O O U I I I - 1 3 2 1 - 18
2 E - A I I O I O 1 1 3 2 - - 22
3 O A - A O I I I 2 - 3 2 - - 23THE
LARGEST
4 O I A - E U I O 1 1 2 2 1 - 20
5 U I O E - U O O - 1 1 3 2 - 15
6 I O I U U - I A 1 - 3 1 2 - 17
7 I I I I O I - I - - 6 1 - - 20
8 I O I O O A I - 1 - 3 3 - - 20
SUMARRY
TCR
DEPT RELATION
Tabel 4.30 menjelaskan tentang perhitungan TCR (Total Closeness Rating) pada
tiap departemen. Departemen dengan nilai terbesar akan ditempatkan pada senter
layout sebagai departemen 1. Maka dengan demikian urutan departemen tersebut
adalah : 3-2-4-7-8-1-6-5
1 2
3
79
Tabel 4.31 Perhitungan Nilai TCR Staff
DEPT
1 2 3 4 5 6 7 A E I O U X
1 - A A I O U O 2 - 1 2 1 - 18
2 A - A E I U U 2 1 1 - 2 - 19
3 A A - A I U U 3 - 1 - 2 - 20THE
LARGEST
4 I E A - U U I 1 1 2 - 2 - 17
5 O I I U - A U 1 - 2 1 2 - 15
6 U U U U A - E 1 1 - - 4 - 13
7 O U U I U E - - 1 1 1 3 - 12
TCR
DEPT RELATION SUMARRY
Tabel 4.31 menjelaskan tentang perhitungan TCR (Total Closeness Rating) pada
tiap departemen. Departemen dengan nilai terbesar akan ditempatkan pada senter
layout sebagai departemen 1. Maka dengan demikian urutan departemen tersebut
adalah :3-2-1-4-5-6-7
Tabel 4.32 Perhitungan Nilai TCR Others
DEPT
1 2 3 A E I O U X
1 - A O 1 - - 1 - - 7
2 A - I 1 - 1 - - - 8THE
LARGEST
3 O I - - - 1 1 - - 5
DEPT RELATION SUMARRY
TCR
Tabel 4.32 menjelaskan tentang perhitungan TCR ( Total Closeness Rating) pada
tiap departemen. Departemen dengan nilai terbesar akan ditempatkan pada senter
layout sebagai departemen 1. Maka dengan demikian urutan departemen tersebut
adalah : 2-1-3
80
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV melalui perancangan
layout produksi usulan dengan menggunakan pendekatan group technology dan
perancangan layout kantor usulan dengan menggunakan CORELAP maka,
didapatkan kesimpulan seperti di bawah ini :
1. Berdasarkan hasil pembentukan machine cell dengan menggunakan pendekatan
group technology maka layout produksi terbentuk menjadi 3 buah sel yaitu sel 1,
sel 2 dan sel 3 dengan ongkos material handling sebesar Rp 57.511,546 / bulan.
Dan berdasarkan perancangan layout kantor dengan menggunakan metode
CORELAP tata letak kantor terbentuk menjadi 3 lantai.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang perlu disampaikan berdasarka dari hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan dapat merealisasikan usulan tata letak fasilitas produksi dan kantor
yang akan dibangun sebagai solusi dari permasalahan tata letak yang dihadapi
untuk dapat meningkatkan efesiensi bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Perlu dilakukan penelitian yang lebih detail apabila perusahaan akan merencanakan
tata letak fasilitas produksi ataupun kantor agar lebih efisien dari penelitian
sebelumnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Apple, James M.,“Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”. Edisi ke-3. ITB,
Bandung, 1990.
Hadiguna, R. A., “Tata Letak Pabrik” Yogyakarta, 2008.
Hasan, Irmayanti., “Managemen Operasional” : UIN Maliki Malang, 2011.
Heragu, Sunderesh S., “Facilities Design”. CRC Press, 2008.
Purnomo, Hari., “Perencanaan dan Perancangan Fasilitas”, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2004.
Sandra, Rio., “Pengelompokan Mesin dan Part Dalam Group Technology dengan
Menggunakan Metode SLC” Skripsi Atma Jaya, 2000.
Tompkins, J.A., “Facilities Planning” Second Edition. Jhon Willey and Sons Inc,
New York. 1996.
Wignjosoebroto, Sritomo., “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”Edisi Ketiga:
Cetakan Ketiga, Guna Widya, Surabaya, 2003.